POLICY BRIEF Pembangunan Desa Wisata di Desa Tajungsari

Page 1

BRIEF Di Desa Tajungsari PEMBANGUNAN DESA WISATA Disusun Oleh: Choirul Abidin (14020220140023) K K N T i m I I 2 0 2 3 U n i v e r s i t a s D i p o n e g o r o
POLICY

Menelik Permasalahan Terkait

Pariwisata Di Desa Tajungsari

Desa Tajungsari merupakan salah desa yang terletak di Kecamatan

Tlogowungu, Kabupaten Pati. Berdasarkan BPS Kabupaten Pati, Desa Tajungsari memiliki luas 1.059 hektare yang terdiri dari 32 RT dan 6 RW yang tersebar di 22 Dukuh. Dukuh/ dusun yang ada di Tajungsari, diantaranya Semar, Dukoh, Mangir, Petir, Bontro, Rambutan, Jentir, Doro, Treto, Glenter, Gosari, Jelok, Tajung, Pondok, Randugunting, Tenggeran, Clumun, Beketung, Gajahmati, Krisik. Langsep, dan Ngereng. Dengan luasnya seperti itu desa ini termasuk desa ketiga yang paling luas di Kecamatan Tlogowungu setelah

Gunungsari dan Cabak. Penduduk di Desa ini berjumlah sekitar 5.461 jiwa pada tahun 2019, sekaligus termasuk kedalam penduduk terbanyak di Kecamatan Tlogowungu (BPS Kab. Pati, 2020).

Berdasarkan data dan Badan Pusat Statistik, Desa Tajungsari belum memiliki produk pariwisata yang diakui padahal sebenarnya potensi pariwisata di desa ini terbilang cukup. Hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Tajungsari, desa ini mempunyai beberapa potensi wisata yang bisa dikembangkan lebih lanjut.

Beberapa potensi tersebut diantaranya pertama Air terjun Teretes adalah salah satu destinasi wisata alam, potensi wisata air terjun ini menarik banyak wisatawan lokal maupun mancanegara karena keindahan alamnya yang menakjubkan. Kedua Makam Nyai Ageng Kenduruan merupakan destinasi wisata sejarah dan budaya tempat ini memiliki nilai historis dan spiritual yang penting bagi masyarakat setempat. Ketiga Punden Ki Ageng Sentono memiliki potensi wisata yang menarik, terutama bagi wisatawan yang tertarik dengan

1
Hasil Tani Cengkeh dan Kopi

sejarah dan budaya. Selain itu, masih ada perkebunan kopi, cengkeh, dan festival Kenduruan yang menampilkan kesenian daerah tayub dan wayang.

Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi yang telah dilakukan terdapat beberapa permasalahan yang ditemui oleh penulis terkait dengan belum optimalnya pariwisata di Desa Tajungsari diantaranya adalah belum adanya kebijakan yang terintegrasi sehingga pariwisata yang ada di desa ini belum dikeloa semuanya.

Berdasarkan wawacara dengan Kepala Desa Tajungsari, desa ini belum memiliki Pendapatan Asli Desa (PADes). Penglolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumes) Desa Tajungsari masih kurang baik, belum adanya kegiatan atau program yang jelas dari Bumdes tersebut sehingga tidak bisa menghasilkan income bagi desa tersebut. Selain itu, adanya covid-19 sangat berdampak pada perekonomian di desa. Sebagian pariwisata yang sudah berjalan terpaksa terhenti bahkan tutup, karena tidak adanya pengunjung selama covid-19.

Belum adanya dukungan sinergi yang kuat antara masyarakat dengan pemerintah desa mengakibatkan belum dibentuknya POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) sebagai pengelola akses desa wisata sekaligus pengelola fasilitas tempat wisata. Pariwisata yang ada di Desa Tajungsari sudah dikenal secara luas oleh masyarakat, misalnya saja Makam Nyi Ageng Kenduruan sering di ziarahi oleh pengunjung dari dalem maupun luar Kabupaten Pati. Namun belum dikelola secara serius, karena terkendala dana sehingga belum dikembangkan lebih lanjut seperti Air terjun Teretes akses untuk kesana masih sulit belum ada penanda yang menunjukkan lokasi wisata tersebut. Permasalahan lain bisa dikarenakan belum optimalnya marketing produk pariwisata yang ada, belum adanya media elektronik, blog, dan artikel yang mem-branding potensi pariwisata di Desa Tajungsari.

2
Kesenian Tayub dan gamelan Desa Tajungsari

Review Peraturan Daerah

Kabupaten Pati Nomor 2 Tahun 2018

Kabupaten pati memiliki Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan

Kabupaten Pati (RIPPARKAB) Tahun 2018-2025 yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 2 Tahun 2018. Dalam peraturan tersebut Desa Tajungsari yang berada dalam Kecamatan Tlogowungu termasuk dalam

Destinasi Pariwisata Daerah I (DPD) (Lereng Muria) terdiri dari Pati, Margorejo, Tlogowungu dan Gembong. Kecamatan Tlogowungu juga termasuk

dalam Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD). KSPD adalah kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu atau lebih wilayah administrasi desa/ kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan.

Sesuai dengan pengertian KSPD diatas pembangunan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata di Kecamatan Tlogowungu belum merata. Masih banyak desa-desa yang berada di Kecamatan Tlogowungu yang belum menikmati pembangunan tersebut, apalagi belum ada transportasi untuk mempermudah menjangkau pariwisata yang jauh. Padahal wisata yang ada di Kecamatan Tlogowungu memiliki potensi daya tarik untuk para wisatawan lokal maupun daerah sekitar Keresidenan Pati.

Desa Tajungsari termasuk salah satu desa yang ada di Kecamatan

Tlogowungu dan termasuk kedalam KSPD. Desa ini memiliki potensi wisata religi, wisata alam, dan masyarakat yang masih kental dengan adat istiadat.

Potensi wisata yang ada di Desa ini sangat banyak dan beragam yang sangat diminati oleh para wisatawan. Namun wisata yang ada di desa ini belum dikelola

3
Makam Mbah Sentono

semuanya yang disebabkan oleh fasilitas penunjang pariwisata masih sangat minim. Maka dari itu desa wisata menjadi prioritas dan harapan Desa ini, dengan diakuinya sebagai desa wisata pembangunan fasilitas pariwisata akan difokuskan di Desa tersebut. Harapannya pariwisata yang ada dapat maksimal dengan ditunjang dengan fasilitas yang memadai.

Konsep Desa Wisata

Di Desa Tajungsari

Pariwisata merupakan salah satu sektor penggerak perekonomian yang perlu diberi perhatian lebih agar dapat berkembang dengan baik. Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, rural tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata bukan perkotaan. Salah satu pendekatan pengembangan wisata alternatif adalah desa wisata untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dalam bidang pariwisata.

Peresmian Makam Nyai Ageng Kenduruan
4

Pariwisata pedesaan menurut Hadiwijoyo (2012), merupakan pariwisata yang dapat dilihat sebagai suatu pemukiman dengan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan tuntutan wisatawan dalam menikmati, mengenal, dan menghayati kekhasan desa dengan segala daya tariknya serta tuntutan kegiatan hidup bermasyarakat. Sumberdaya alam, aspek sosial budaya dan aksesibilitas yang baik merupakan modal awal yang mendukung pengembangan kawasan tersebut sebagai kawasan desa wisata (Zakaria & Suprihardjo, 2014). Pengembangan desa wisata dapat membawa dampak positif bagi masyarakat yaitu membuka peluang lapangan pekerjaan baru, menggerakkan roda ekonomi, meningkatkan kelestarian alam dan budaya desa (A’inun, Krisnani, dan Darwis, 2015).

Pengembangan desa wisata membutuhkan interaksi antar aktor yang berperan dalam menggerakkan sistem. Secara umum, terdapat tiga pilar utama dalam pengembangan pariwisata yaitu masyarakat, swasta, dan pemerintah (Rani, 2014).

Partisipasi menjadi elemen penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada era demokrasi (Gaventa, 2005) dan pada arena itu diperlukan metode yang efektif untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat yang tinggi. Melalui metode PRA, masyarakat desa bukan lagi sebagai objek yang menerima program dari atas (top-down), melainkan menjadi subjek pembangunan yang merancang program pembangunan dari bawah (bottom-up)

dengan terus aktif dalam proses perencanaan, penentuan skala prioritas program, penganggaran, pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil pembangunan yang dikendalikan di tingkat desa. Partisipasi warga yang tinggi dalam proses

pembangunan skala desa menjadikan program dapat dilaksanakan berbasis pada keswadayaan dan dapat lebih berhasil guna kesejahteraan mereka.

5
Wisata Sendang Nyai Ageng Kenduruan

Kuat

Membangun integrasi yang kuat dalam membentuk desa wisata membutuhkan kolaborasi aktif antara masyarakat, pemerintah, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Dengan pendekatan yang berkelanjutan dan berfokus pada kelestarian lingkungan dan budaya, desa wisata dapat menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan sambil memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat lokal.

Peran pokdarwis dalam desa wisata sangat beragam dan integral untuk kesuksesan dan keberlanjutan pengembangan desa wisata. Kerjasama yang baik antara pokdarwis, masyarakat setempat, pemerintah, dan mitra lainnya akan membantu menciptakan pengalaman wisata yang unik, memberdayakan masyarakat lokal, dan melestarikan warisan budaya serta lingkungan.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) memiliki peran yang signifikan dalam pengembangan dan pengelolaan desa wisata. BUMDes adalah lembaga yang didirikan oleh pemerintah desa untuk mengelola dan mengembangkan berbagai usaha ekonomi di tingkat desa. Maka dari itu BUMDes dapat menjadi motor penggerak utama dalam pengembangan dan pengelolaan desa wisata. Melalui manajemen yang baik dan komitmen terhadap keberlanjutan, BUMDes dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

j 6
3. Mengaktifkan Kembali BUMDES 1. Membangun Integrasi yang 2. Membentuk Pokdarwis Wisata Air Terjun Teretes

Daftar Pustaka

A’inun, J., Krisnani, H. & Darwis R. S. Pengembangan Desa Wisata Melalui Konsep Community Based Tourism. Prosiding KS, 2 (3).

BPS Kabupaten Pati. 2020. Kecamatan Tlogowungu Dalam Angka

2020. Pati : Badan Pusat Statistik.

Bupati Pati. 2018. Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 2 Tahun

2018 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Pati Tahun 2018-2025. Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pati Nomor 115.

Gaventa, John. 2005. “Enam Sasaran Proposisi Menuju Tata Pemerintahan Daerah Partisipatoris” dalam Sugeng Bahagio dan Rusdi Tagaroa (eds.) Orde Partisipasi. Jakarta: Perkumpulan Prakarsa, hlm. 1–21.

Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Perencanaan Pariwisata Pedesaan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rani, D.P.M. 2014. Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timue (Studi Kasus: Pantai Lombang). Jurnal Politik Muda, 3(3), 412-421.

Zakaria, F. & Suprihardjo, R.D. 2014. Konsep pengembangan kawasan desa wisata di desa bandungan kecamatan pakong kabupaten pamekasan. Jurnal Teknik POMITS, 3(2), 245-249.

7

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.