JPICIndonesio

Page 1

Penelitian Sejarah dan Spiritualitas Passionis – 60

Jesús Mª Aristín, c.p.

KPKC Passionis

Roma 2009 Curia Generale Passionisti Piazza Ss. Giovanni e Paolo, 13


PENELITIAN SEJARAH DAN SPIRITUALITAS PASSIONIS 1.- PAOLO DELLA CROCE, La Congregazione... cos'è e cosa vuole. "Notizie" inviate agli amici..., Roma 1978, pp. 24. 2.- IDEM, Guida per l'animazione spir. della vita pas. "Regolamento comune" 1755, Roma 1980, pp. 48. 3.- ARTOLA A. M., La presenza della passione di Gesù nella struttura e nell'apostolato della Congr. pas., Roma 1980, pp. 35. 4.- BIALAS M., Ricerca sulla presenza di Cristo risorto nella mistica della passione di S. Paolo d. +, Roma 1978, pp. 49. 5.- BRETON S., La Congr. pas. e il suo carisma, Roma 1978, pp. 53. 6.- BROVETTO C., Struttura apost. d. Congr. dei Pas., Roma 1978, pp.35. 7.- NASELLI C., La solitudine e il deserto nella spirit. pas., Roma 1978, pp. 91. 8.- GIORGINI F., La povertà evangelica nella Congr. pas., Roma 1980, pp. 32. 9.- IDEM, La comunità pas. nella dottrina di S. Paolo d.+, Roma 1980, pp.35. 10.- NASELLI C., La direzione spir. di S. Gemma Galgani: storia e criteri di discernimento nell'azione di p. Germano di S.Stanislao, Roma 1978, pp. 67. 11.- IDEM, Una missione speciale affidata da Gesù a S. Gemma G., Roma 1979, pp. 24. 12.- BIALAS M., Meditazione della passione di Gesù secondo l'insegnamento di S. Paolo d. +, Roma 1980, pp. 46. 13.- NASELLI C., La celebrazione del mistero cristiano e la Liturgia delle Ore in S. Paolo d. +, Roma 1980, pp. 60. 14.- BRETON S., Il silenzio nella spir. cristiana e in S. Paolo d.+, Roma 1980, pp. 22. 15.- GIORGINI F., Promuovere la grata memoria e il culto della passione di Gesù. Ragione di essere della Congr. pas., Roma 1980, pp. 40. 16.- DI BERNARDO F., La Meditatio vitae et passionis Domini nella spir. cristiana, Roma 1980, pp. 82. 17.- POSSANZINI S. - BOAGA E., L'ambiente del monastero "Monte Carmelo" di Vetralla al tempo di S. Paolo d.+, Roma 1980. 18.- BARSOTTI D., L'Eucaristia in S.Paolo d.+ e la teologia della preghiera, Roma 1980, pp. 57. 19.- GIORGINI F., Condizioni per diventare uomini d'orazione nella dottrina di S. Paolo d.+, Roma 1980, pp. 28. 20.- DIEZ MERINO L., La ricerca di Dio in S. Paolo d.+, Roma 1982, pp. 34. 21.- NASELLI C., L'ambiente spir. del Monastero delle Passioniste di Lucca (1905-1921)) e la dottrina spir. di M. Giuseppa Armellini, Roma 1981, pp. 66. 22.- NASELLI C. - GIORGINI F., Il cammino storico della comunità pas. nell'ottocento. Il caso della fondazione nella penisola iberica, Roma 1981, pp. 49. 23.- BROVETTO C., La spiritualità di S. Paolo d.+ e la spiritualità pas. contenuta nel voto specifico, Roma 1982, pp. 39. 24.- ARTOLA A. M., Il P. Amedeo Garibaldi, o l'apertura della Congr. pas. al mondo ispanico, Roma 1982, pp. 87. 25.- BOAGA E., S. Paolo d.+ predicatore di esercizi spirituali alle religiose, Roma 1982, pp. 19. 26.- ZECCA T. P., Il mistero e patrocinio di Maria SS. presentata al tempio nella spir. pas., Roma 1982, pp. 19. 27.- La missione passionista di Bulgaria tra il 1789 e il 1825. A cura di Ivan Sofranov, cp, Roma 1982, pp. IV - 54. 28.- GIORGINI F., Le Suore Pas. di S. Paolo d.+. Origine, carisma, soppressione e ripristinazione, Roma 1983, pp. IV - 65. 29.- VILLER M., La volontà di Dio nella dottrina sp. di S.Paolo d.+,Roma 1983, pp.56.


KPKC PASSIONIS

Jesús Mª Aristín c.p.


Jantung PASSIONIS, Sang Tersalib tertanam di dalamnya, bukan sebuah salib kosong, melainkan Sang Tersalib yang menggambarkan penduduk bumi, dan merupakan simbol seluruh umat manusia di dunia. Bebas, tanpa belenggu, dengan Cinta mendalam akan Keadilan, dengan Cinta mendalam akan Perdamaian (burung merpati) dan akan lingkungan hidup (pohon dan bola bumi). Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC), dalam karisma Passionis kia.


KATA PENGANTAR

K

eadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan (KPKC) merupakan tema-tema penting dalam hidup Gereja. Sekarang ini, tema-tema di atas semakin mendesak karena dosa-dosa yang melawan nilai-nilai tersebut mengancam umat manusia kepada kehancuran. Saya kira, dalam pembicaraan-pembicaraan di antara kita para passionis, kiranya masih ada kekurangpemahaman mendasar yang perlu dijernihkan. Kurangnya pemahaman tentu saja karena kekurangan pembaharuan terhadap formasi teologi sebagian besar religius, tetapi juga dapat datang dari lemahnya cara memaparkan tema-tema tersebut. Di banyak kalangan tersebar kesan bahwa di sini tidak menyoal tematema spesifik untuk orang-orang Kristen atau untuk para passionis, melainkan tema-tema budaya yang menimbun atau berjajar dengan tema-tema spesifik kristen atau passionis. Beberapa orang barang kali berpikir soal tema-tema tersebut sebagai mode, kurang mempunyai nilai, tetapi mendesak karena kalau tidak iman dan spiritualitas dapat melewatinya. Karena itu, kita dapat mengajukan pertanyaaan: mengapa orang tidak mampu mengerti bahwa yang digagas adalah benar-benar tema-tema kristiani dan passionis? Dan apa yang akan kita buat untuk mewujukkannya? Bahasa adalah sarana untuk menyalurkan pemikiran atau gagasan, tetapi, jika tidak sesuai dengan kebudayaan para pendengar akan tidak berguna atau akan menimbulkan kesalahpahaman yang dalam kasus kita, akan merusak. Sebenarnya ada kehendak untuk menpromosikan perdamaian, tetapi ada resiko justru menimbulkan kesalahpahaman dan perpecahan. Mari kita menganalisa secara singkat apa saja yang dapat menjadi kekurangpahaman paling sering. Kenyataan bahwa dalam formasi awal tidak banyak dibicarakan soal tema-tema tersebut, beberapa religius bahkan mempunyai kesan hendak mengubah lembaga spritualitas kristiani menjadi 5


lembaga aktivis politik dan sosial, atau, dalam ipotesis lebih mendalam, sebuah lembaga yang berpusat pada doa dan evangelisasi menjadi lembaga karitas, misalnya kamilian dan salesian. Sebenarnya, hal yang diminta agar semua passionis 1.- menyadari pentingnya mempromosikan nilai-nilai utama dalam Injil dan Ajaran aktual Gereja , yakni keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. 2.- bertanya bagaimana mengaktualkan promosi ini dengan pelayanan yang dijalankan, dalam lingkungannya, sesuai dengan peran yang diembannya. Dengan berpegang pada kemendesakan sebuah bahasa yang tepat menyangkut tema-tema tersebut, saya yakin bahwa secara jelas kita harus berangkat dari Sabda Tuhan yang terkait dengan tema-tema tersebut. Terutama dengan mengingat sabda-sabda tertentu yang mungkin sedikit dilupakan dan lantas memaparkan bahwa sabda-sabda tersebut memberi rujukan terhadap tema-tema di atas. Dalam Perjanjian Lama, misalnya, para nabi menyatakan dengan sangat terang-terangan kemunafikan mereka yang datang ke Bait Suci dan mempersembahkan korban, namun tidak mempraktekkan keadilan dan cinta kasih terhadap orang-orang yang membutuhkan. Dalam Perjanjian Baru, ajaran-ajaran tersebut berubah lebih keras, sedemikian sehingga Paulus dapat mengatakan: “janganlah kamu berhutang apaapa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya, ia sudah memenuhi hukum Taurat� (Rm. 13: 14). Dan Matius memaparkan paradigma penghakiman terakhir dengan merangkumnya dalam pernyataan: segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Mat 25: 40). Kiranya kita dapat bertanya: tetapi cinta kepada Allah bukankah lebih utama dari cinta yang lain? Tentu saja, hal ini juga terdapat dalam ajaran Yesus. Tetapi kita dapat menjadi seorang pribadi yang mengatakan mencintai Allah dalam sikap munafik, demikian pula kita gampang menyatakan mencintai sesama secara palsu. Karena itu, cinta kepada saudara-saudari paling kecil, miskin, pilihan kepada yang terakhir dalam hidup menunjukkan keotentikan doa, artinya dari cinta Allah. “Bagaimana kamu mengatakan bahwa kamu mengasihi Allah yang tidak kelihatan jika tidak mengasihi sesama saudara yang kelihatan?� (bdk. 1 Yoh 4: 20). Juga dalam hidup St. Paulus dari Salib tidaklah sulit menemukan pilihannya yang meyakinkan kepada kaum miskin, para penderita, umat manusia 6


yang ditinggalkan juga oleh para imam, para pendosa berat seperti para penjahat. Hal ini secara eksplisit menegaskan sikap Paulus dari Salib melawan para penguasa dan orang-orang kaya yang tidak adil, dalam membela keadilan. Bukan sesuatu yang telah dianjurkan Gereja dalam zaman itu tetapi pandangan ke depan “sebuah misi besar” yang dikerjakan Allah sendiri yang akan memurnikannya. Menolak ajaran-ajaran tersebut berarti secara sederhana menolak kristianitas. Atau kita dapat berkata bersama Rasul Paulus bahwa yang menolak melibatkan iman dalam keadilan dan cinta kasih berarti “menyia-nyiakan salib Kristus” (1 Kor 1: 17). Kita passionis hendaknya menjadi para penjaga keotentikan teologi salib dan spiritualitas salib, menjadi ahli dalam membuka kedok perubahan bentuk: “ut non evacuetur crux Christi” (1 Kor 1: 17). Dari karisma passionis – seperti dari iman kristen yang otentik – menjadi bagian secara simultan keutamaan dari iman dan doa seperti pilihan terhadap orang yang tidak diperhitungkan. Iman dan doa tanpa pilihan bagi kaum yang dipinggirkan adalah keterasingan. Pilihan bagi kaum miskin tanpa iman dan doa tidak akan bertahan, hal ini kita lihat dalam banyak pengalaman. Tentu saja pilihan bagi kaum miskin dan dari kemiskinan tidak dapat didasarkan pada sebuah mode karena meminta pengorbanan diri yang dapat terwujud hanya dengan kekuatan Roh Kudus, Roh Kudus Sang Tersalib yang bangkit. Saya yakin bahwa kita menghendaki adanya penjernihan makna terhadap pernyataan ini: pilihan bagi yang terakhir, yang terpinggirkan. Bantahan beberapa kalangan: lalu kita harus hanya mencintai mereka yang malang, tidak beruntung, itu berarti mengabaikan semua orang terpandang atau orang kaya? Yesus juga pergi mengunjugi kaum terpandang seperti Lazarus atau orangorang kaya seperti Zakheus. Jawaban terhadap bantahan ini dapat menjernihkan juga mengenai pengalaman-pengalaman cinta bagi para penderita yang kita buat sekarang: Yesus tidak mencintai orang-orang kaya sebagai orang-orang kaya, tetapi sebagai orang yang menderita hingga putus asa seperti Zakheus. Bisa terjadi, para religius datang kepada orang-orang kaya karena kaya harta benda di dunia ini dan melacurkan iman dan karisma kepada mereka. Supaya para passionis rela berjerih payah bagi keadilan dan perdamaian, kiranya penting mempunyai pemahaman yang jernih terutama menyangkut dasar biblis dan karismatis dari kewajiban ini. Jujur, lantas perlu menilai dan menimbang semua hal yang mewakili sebuah pilihan bagi kaum miskin, kaum penderita, satu pilihan bagi keadilan 7


dan perdamaian di segala bidang kehidupan. Siapa yang memiliki hati lapar dan haus akan keadilan dan perdamaian akan menggerakkan semua level tersebut. Siapa yang mempunyai hati “murni�, tidak diperalat, akan mengenalnya dengan mudah. Secara konkret, akan terjadi bahwa seorang passionis dari hati yang terbuka terhadap kaum miskin akan berupaya untuk mendengarkan kaum penderita dan membantu mereka menurut kemungkinan-kemungkinannya, untuk meneguhkan dan membantu orang-orang sakit dan malang, atau para pencandu narkoba dan penghuni penjara, atau akan mengorganisir karya-karya sosial terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Bagaimanapun juga, Roh itu sama. Perlu mempunyai kesadaran bahwa semua aktivitas dan banyak lagi aktivitas tradisional lainnya merupakan aktivitas yang meneguhkan bagi sesama yang kurang beruntung, dibuat dengan hati teguh demi keadilan dan cinta kasih, jika tidak demikian, kita hanya akan terus mempunyai keyakinan atau kesan bahwa keadilan hanya dapat digerakkan dengan berkarya dalam bidang politik dan sosial atau di sekitar organisasi besar seperti PBB, FAO, lembaga pemberdayaan masyarakat dan lain-lain. Di mana kemungkinan ada kekurangan dalam para religius adalah dalam pengetahuan mekanisme tekanan, kekotoran, yang terkait dengan sebuah keserakahan pengumpulan sumber-sumber ekonomi, yang menolak setiap pertentangan. Di sini penting sebuah penjernihan. Tetapi juga menorehkan kekecewaan hasil dari revolusi kekerasan dan ideologi-ideologi yang telah membantai kemanusiaan dalam abad XX. Kita mengharapkan bahwa ensiklik Paus yang akan datang bermanfaat, juga karena beliau, dalam dokumen-dokumen resmi, telah berjerih payah secara serius bagi keadilan, perdamaian dan perlindungan ciptaan. Demikian kiranya penting menanggalkan topeng kompromis tertentu dari klerikalisme dengan kuasa, dengan kekerasan dan dengan perbedaan yang ada di dunia. Tetapi akan lebih mudah melakukannya ketika kita mengenal semua apa yang telah dibuat dan dilakukan Gereja demi kaum yang lemah dan tidak beruntung, terutama melalui para orang sucinya. Diskursus soal keadilan dan perdamaian kiranya berkaitan dengan hal perbuatan yang memberi kepada hubungan komuniter. Jika membicarakan perdamaian di dunia dengan tidak menjadi pekerja perdamaian dalam lingkungannya sendiri, hal itu kembali kepada ideologi. Hal perbuatan yang dalam Sinode terakhir telah menghendaki untuk menekankan hubungan internasional di dalam tubuh Kongregasi dapat bermanfaat: ini berarti telah memasukkan pentingnya solidaritas dan tanggungjawab. Jika tidak ada kapasitas solidaritas, juga dalam finansial, di dalam sebuah Kongregasi yang seharusnya 8


miskin dan tidak terikat dengan harta duniawi seperti kita, dengan apa kita dapat mewartakan solidaritas kepada kalangan ateis, akan mentalitas sekularisme seperti yang kita hidupi sekarang ini? Formasi asketik yang kita terima tidak memberi perlunya kebutuhan hari ini kepada promosi akan perdamaian dan solidaritas. Saya bertanya, apakah beberapa religius, dengan berbicara secara jujur, mau mewartakan sikap penentangan Yohanes Paulus II tentang perang di Irak dan seruannya: jangan lagi ada perang. Perang selalu ada di dunia (dan sayangnya masih ada), bukan hanya di antara manusia, tetapi juga, seperti persaingan untuk berebut harta kekayaan, di antara makhluk hidup yang lain, binatang-binatang dan tanaman. Perlunya mengerti bahwa sekarang dapat ditanyakan kepada orang Kristen sesuatu yang sebelumnya tidak bisa ditanyakan. Saya yakin bahwa beberapa religius kiranya telah meneruskan sikap penentangan Paus Wojtyla terhadap hukuman mati bagi para penjahat. Peperangan dan hukuman mati, sebenarnya, tidak diperbolehkan, dan bahkan terang-terangan telah dibebaskan dan dinyatakan sebagai sesuatu yang membahayakan, beberapa kali oleh para paus sebelumnya. Untuk memahami itu semua meminta sebuah teologi yang benar-benar kristiani, di mana mampu menyadari bahwa pengetahuan para individu dan Gereja sendiri dengan penyerapan Pewahyuan dan dengan pembebasan dari kondisi tertentu yang mengizinkan panggilan tanggungjawab yang tidak tepikirkan pada masa yang lalu. Untuk menyebuhkan satu penyakit pertama-tama perlu melakukan diagnosis atau pemeriksaan yang tepat. Untuk membuka Kongregasi para religius agar berani melayani keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan, sesuai kemendesakan zaman kita, pertama-tama perlu mempunyai pemahaman akan hal yang bertahan terhadap pertobatan ini, akan hal yang dapat menggerakkan banyak orang berhadapan dengan panggilan baru ini. Naskah JesĂşs MÂŞ Aristin, yang sangat saya hargai, jika saya membaca dengan cinta, tentu saja dapat menerangi. Jika dilihat dengan syak prasangka atau juga secara sederhana dengan sikap masa bodoh (yang kadang juga lebih buruk dari prasangka), membiarkan waktu terbuang atau hanya memboroskan waktu. Penting untuk diperhatikan: 1. Mengenal karya pelayanan bahwa iman selalu bertindak dan akan bertindak bagi keadilan dan perdamaian; 2. Menerangi pribadi-pribadi agar mereka menyadari bahwa karya pelayanan ini dapat menjadi pengikis kelicikan, ketamakan dan dari kecenderungan memiliki manusiawi dan menghukumnya karena tidak 9


mengizinkan tipu daya ini; 3. Menunjukkan karya pelayanan pribadi sedemikian sehingga karya pelayanan tersebut kiranya efektif sekarang, seperti telah dilakukan pada masa lalu dalam hidup para orang suci. P. Adolfo Lippi c.p.

10


Pengantar

R

efleksi yang ditampilkan dalam buku ini merupakan hasil dari loka karya dalam pertemuan untuk konferensi Pasionis Amerika Latin di Cajica Kolombia pada tahun 2007.

Tidak bermaksud menampilkan uraian sistematis-magisterial tetapi sebuah buku kecil yang sangat sederhana, seperti pembicaraan antara sahabat dan membagikan secara spontan hal-hal yang penting seputar tema Perdamaian, Keadilan dan Keutuhan Ciptaan1. Refleksi singkat ini, juga dilengkapi dengan presentasi lewat Power Point (PPS) untuk memfasilitasi mereka yang menggunakannya dalam pelatihan atau pendidikan. Secara sederhana buku ini, mau menyentuh kepekaan setiap religius dan komunitas kita akan pentingnya tema keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Tema keadilan dan perdamaian merupakan tema klasik dalam teologi dan terdapat aneka tulisan yang membicarakan tema ini secara mendalam. Akhir-akhir ini dilengkapi dengan tema Keutuhan Ciptaan, terima kasih atas kepekaan gereja dalam mengkritisi situasi lingkungan hidup di planet kita. Refleksi ini muncul setelah dua puluhan tahun melayanai dan bekerja dalam Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LSM) , dalam kerja sama pada pemberdayaan dan dalam misi pasionis. Komisi Internasional Kongregasi Pasionis untuk solidaritas meminta saya untuk menulis mengenai hal ini untuk 11


membantu komunitas-komunitas dan religius kita dalam merefleksikan Perdamaian, Keadilan dan Keutuhan Ciptaan, yang telah menjadi salah satu dari tema sentral dalam Kapitel Jenderal terakhir, dalam kerja sama dengan kongregasi lainnya. Halaman-halaman sederhana yang ditampilkan dalam buku ini, hanya bermaksud mengingat kembali perhatian akan aktualitas dan pentingnya tema ini dan merupakan paradigma baru, cara baru menjadi dan memahami hidup religius. Keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan (PKKC), tidak hanya sekedar tema-tema untuk direfleksikan tetapi merupakan tempat atau titik tolak untuk berteologi dalam mana kita berperan demi masa depan hidup religius. •Keadilan, karena tidak mungkin tinggal diam dihadapan seribu satu macam ketidakadilan yang sedang dilakukan oleh ribuan saudarasaudara kita. •Perdamaian, karena miliaran dihabiskan untuk pembiayaan negara dan perusahaan multinasional, pertahanan dan ini merupakan sebuah penghinaan dan dosa besar melawan kemanusiaan. •Dan keutuhan ciptaan, karena demi hidup kita dan anak cucu kita. Jika kita religius abad XXI tidak tahu akan suatu kehadiran penuh arti dalam perjuangan untuk menegakan perdamaian dan keadilan dan tidak tahu melestarikan rumah kita (V), maka kita mengecilkan pelayanan Sabda dan evangelisasi yang kita lakukan menjadi kurang berdaya pikat. Jesús María Aristín, c.p.

12


1. -SPIRITUALITAS KPKC

S

ingkatan KPKC, tentu telah dikenal oleh semua, sebab kalau tidak kita bagaikan ikan yang keluar dari kolam. Kita akan memulai menjelaskan secara singkat apa yang dimaksudkan dengan spiritualitas kristiani. Dalam bagian kedua, kita akan mengkontemplasikan KPCK dalam karisma Pasionis. Dalam bagian ketiga kita akan memahami bahwa KPKC merupakan spiritualitas keadilan, perdamaian dan spiritualitas ekologis. Uraian dalam buku ini akan ditutup dengan penjelasan tentang metode kerja KPCK. Kami akan menampilkan dalam lampiran beberapa hal penting untuk kerja kelompok. Spiritualitas mana yang menjadi titik tolak pembicaraan kita?. Titik tolak pembicaraan kita adalah spiritualitas kristiani. Kita berbicara tentang Spiritualitas Kristiani yang memiliki beberapa ciri khas: A.- Spiritulitas Kristiani adalah sebuah spiritualitas mengikuti Kristus. Oleh karena itu, yang menjadi pusat spiritualitas Kristiani adalah Yesus Kristus. Spiritualitas kristiani secara esensial berciri kristosentris yaitu Injil sebagai kriteria dan norma kehidupan. Seluruh spiritualitas kristiani harus bersumber dalam kesatuan yang mendalam, eksplisit dan menyatu dengan Kitab Suci. Sebuah spiritualitas merupakan sebuah bentuk konkret yang digerakan oleh Roh Kudus, untuk menghayati Injil (G. Gutierrez). Artinya, kita yang percaya dan mengikuti Kristus Inkarnasi, Spiritualitas Kristiani merupakan seluruh kekuatan sejarah. Gagasan ini perlu ditegaskan untuk menghindari spiritualitas kristiani yang hanya dipandang sebagai sesuatu yang romantis atau sesuatu yang hanya berhenti pada niat baik.

13


B.- Spiritualitas Kristiani merupakan suatu kehidupan: mempraktekan Injil. Spiritualitas mewujudkan kehiduapan dengan roh. Spiritualitas otentik harus mempersatukan setiap pribadi dan setiap realitas tanpa dikotomi dan tanpa penolakan. Spiritualitas berarti bersatu dan hidup dalam Kristus. Manusia rohani adalah mereka yang hidup seturut roh, yaitu mereka yang dipenuhi oleh Roh Kristus, yang menjiwai seluruh pribadi dan tindakan-tindakannya. Dari pengaruh Roh maka akan berkembang sebuah misi untuk menjadi saksi Allah dalam dunia. Spiritualitas dari seorang pribadi yang matang selalu memperhatikan beberapa hal: motivasi akhir, idealitas, harapan, mimpi dan semangat mistis yang dihidupi dengan penuh perjuangan. Dalam konteks ini, spiritualitas merupakan sebuah motivasi, mistik, pengendalian diri, kekuatan yang menginspirasi seorang pribadi2. Spiritualitas merupakan sebuah persoalan pendidikan hati, sebuah spiritualitas yang diawali dengan cara hidup dan pada akhirnya membawa dampak yang jelas dalam cara hidup. Sebuah model hidup suci karena dihasilkan oleh buah-buah Roh Kudus dan selaras dengan nilai-nilai Injil. Jadi, spiritualitas kristiani berdampak pada proses tranformasi. C.- Spirittualitas Kristiani merupakan sebuah spiritualitas kasih tersalib. ÂŤJadi Spiritualitas kristiani bukanlah spiritualitas salib atau spiritualitas penderitaan tetapi sebuah spiritualitas kasih otentik, masuk akal dan setia, kasih yang terwujud dengan mengenal aneka resiko dan tantangan yang tak terhindarkan . Jadi merupakan spiritualitas kasih tersalib. Bukan demi rahasai Allah atau bukan karena Allah menuntut adanya penderitaan dari pihak manusia. Dia melakukan itu, karena inkarnasi yang terwujud dalam realitas yang penuh dengan anti kerajaan Allah, yang secara khusus melawan mulainya Kerajaan AllahÂť 3. ÂŤSebagaimana dikisahkan Gustavo Gutierre, dengan perkataan seorang petani, apa yang berlawanan dengan kesenangan bukanlah penderitaankarena orang miskin memiliki pengalaman cukup mengenai hal itu-tetapi kesedihan. Dan petani mengatakan bahwa walaupun menderita tetapi kami tidak merasa sedih. Hidup dengan penuh kegembiraan berarti hidup dengan makna akan tujuan akhir hidup manusia, dengan kemampuan bersyukur dan merayakan, menjadi untuk dan bersama dengan yang lainÂť4 . Spiritualitas kasih tersalib, sebuah kasih yag diberikan, yang memberi kehidupan. Sebuah kasih yang hidup dan berkorban demi yang lain. Sebuah 14


kasih yang tidak terbatas, yang tidak melihat warna kulit atau bahasa yang dicakapkan. Sebuah cinta yang tidak penting dari mana asalmu, sebuah cinta yang tidak mementingnya apa yang kamu miliki tetapi apa adanya: pribadi yang dicintai karena pribadi adalah manusia. • Kaya atau miskin, tidak penting. Kamu adalah manusia. • Dari utara atau selatan, tidak penting. Kamu adalah manusia. • Pandai atau goblok, tidak penting. Kamu adalah manusia. • Kanan atau kiri, tidak penting. Kamu adalah manusia. D.- Kita tidak dapat berjumpa dengan Tuhan Yesus tanpa berjumpa dengan sesama yang miskin dan terasalib, karena perjumpaan dengan sesama yang miskin merupakan pengalaman spiritual, sebuah pengalaman akan kehadiran Tuhan. “Berjumpa dengan Tuhan terjadi dalam ruang dan waktu. Tempat istimewah untuk berjumpa dengan Tuhan adalah dalam dunia kita terutama dalam dunia yang dipenuhi dengan realitas kemiskinan. Dalam situasi inilah Tuhan menampakan diri, sebagaimana dikatakan dalam Mat 25. Tuhan hadir dalam diri mereka yang lemah, yang miskin, yang tak berdaya. Dia bersembunyi diantara mereka. Secara radikal, dalam situasi aktual Amerika Latin, Tuhan hadir dalam rakyat yang tersalib, dalam banyak laki dan perempuan yang dimiskinkan, dalam penjara, dan dalam diri mereka yang disiksa… .tidak semua perjumpaan dengan orang miskin di dunia, perlu berjumpa dengan Tuhan,akan tetapi tidak bisa dikatakan sebagai perjumpaan dengan Tuhan tanpa berjumpa dengan mereka yang tersalib. Oleh karena itu, sebagaimana sering terjadi di Amerika Latin, perjumpaan dengan orang miskin merupakan sebuah pengalaman spiritual, sebuah pengalaman akan Allah. Mengapa? Karena dihadapan mereka yang miskin dan rakyat tersalib muncul sebuah pesan yang tegas dan jelas: lakukanlah keadilan dan cintailah kententraman. Dengan cara ini, dalam ruang sejarah kita berjalan bersama Tuhan”5. E.- Jiwa dari spiritualitas Kristiani adalah kasih dan sarana utamanya adalah doa, yang dimengerti sebagai komunikasi dengan Allah. Spiritualitas merupakan sebuah relasi pribadi dengan Allah. Dalam konteks ini, spiritualitas sejati perlu mengintegrasikan ajaran dan kehidupan, prinsip dan pengalaman, aksi dan kontemplasi. Kita berjumpa dengan Allah dalam kotemplasi dan

15


dalam tindakan sebagaimana dikatakan Karl Rahner pada tahun 1960 : Orang kristiani abad 21 perlu menjadi mistikus atau tidak sebagai kristiani. Dengan kutipan ini, kami mau mengatakan bahwa saat ini penting bagi setiap orang Kristiani merasakan pengalaman yang mendalam akan kehadiran Tuhan. F.- Keotentikan spiritualitas kristiani harus menjadi sebuah spiritualitas ekumenis yaitu universal, pribadi Kristus sebagai dasar karena Dia sebagai penyelamat dunia dan dalam Tuhan, sahabat kehidupan. Spiritualitas Kristiani adalah sebuah dialog. Dialog dan mendengarkan mereka yang mengalami problem sosial dan ekonomi dan melewati sebuah globalisasi pasar bebas dan informasi solidaritas. Sebuah spritualitas yang bersumber pada keheningan dan mendengarkan. Dalam keheningan hati di buka dan pikiran terarah untuk mendengarkan apa yang penting dan benar. G.- Spiritualitas kristiani perlu memiliki beberapa unsur berikut: ďƒ˜ Daya kritis: artinya orang kristiani perlu memupuk sikap kritis, bisa membuat pembedaan, tidak menerima begitu saja yang diberikan oleh masyarakat sebagai nilai yang harus diikuti tetapi selalu bersumberkan pada nilai-nilai Kitab Suci. ďƒ˜ Situasional: Artinya spiritualits perlu mengantar orang kristiani secara politik dan historis menjumpai Allah tidak hanya dalam diri orang miskin tetapi juga dalam dunia keseharian yang penuh solider dan komuniter. ďƒ˜ Konfliktual: dalam arti orang Kristiani, selalu dengan sikap profetis, perlu mengusahakan dan mencari jalan keluar yang bermartabat dengan mempromosikan mastaba pribadi dan hidup dihadapan budaya kematian dan pemusnahan. Dengan kesaksian hidup, setiap orang Kristiani perlu memahami situasi politik, ekonomi, hukum dan agama. ďƒ˜ Integral: artinya hidup tanpa dikotomi dan tanpa mereduksi menyatukan pribadi dengan realitas. Dalam konteks ini pribadi yang mengakui Kristiani tidak boleh hidup dalam dua takaran moralitas, tidak boleh mencari keuntungan pribadi dan mengorbankan sesama. ďƒ˜ Solider: melihat sesama sebagai sudaraku terutama dalam diri mereka yang miskin dan menderita. Kata-kata dari yang mengaku Kristen harus selalu menjadi suara dari mereka yang tidak bersuara. 16


ďƒ˜ Spiritualitas untuk menggunakan kekuasaan secara bertanggung jawab dengan mengembangkan sikap saling bekerja sama. Karena itu, perlu mengembangkan spiritualitas kristiana yang mengkritisi kekuasaan terutama kepada mereka yang memakai kekusaan untuk kepentingan pribadi atau yang melanggengkan kekuasaan dengan menggunakan sarana kekerasan. ďƒ˜ Spiritualitas KPKC merupakan sebuah paradigma baru yaitu sebuah cara memaknai hidup religius dan menghidupi kharisma kita. Sebuah bentuk baru untuk menafsirkan dunia yang mengglobal. Sebuah cara baru bersentuhan dengan realitas. Realitas dalam dunia kita saat ini berubah, dipengaruhi arus globalisasi. Karena itu, juga mengubah cara kita melihat dan memahami dunia.

17


18


2. KPKC dalam Karisma Pasionis. (KPKC atau bagaimana menghayatai Kharisma Pasionis di zaman ini)

D

alam bumi yang kita diami, tidak ada pola hidup yang dapat merangkum seluruh nilai Injil secara komplet dalam waktu yang bersamaan. Spiritualitas merupakan sebuah nama yang menggambarkan sintesis atau rangkuman atas nilai-nilai Injil, yang terwujud dalam pribadi atau dalam sebuah komunitas. Spiritualitas khusus muncul seturut nilai-nilai Injil dalam keselarasan dengan jaman dan latar belakang kemunculan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kongregasi kongregasi religius berbeda satu dengan yang lain meskipun tujuan akhirnya sama. Pencarian akan keadilan merupakan hal yang jamak untuk semua bentuk kehidupan kristiani. Cara untuk memahami keadilan dan perwujudannya berbeda untuk setiap pribadi, dari satu tempat dengan tempat lainnya, dari satu komunitas dengan komunitas lainnya. Saat ini Kristus terus menderita dan wafat dalam diri orang-orang tersalib abad XXI, terus menderita dalam setiap penderitaan umat manusia (dalam diri anak yang ditelantarkan, dalam diri mereka yang lanjut usia, dalam diri wanita yang diperlakukan secara kasar, dalam diri mereka yang lapar, dalam diri mereka yang dipenjarakan, dalam diri mereka yang menderita AIDS, dalam diri mereka yang menganggur, dalam diri anak-anak jalanan dsb). Lebih dari itu, Yesus hadir dalam diri mereka itu, Yesus hadir sebagaimana dikatakan Yesus sendiri: “Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum;ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpang-an; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawati Aku; ketika Aku dalam penjara, kamu me19


ngunjungi Aku” (Mat 25;31-46). Sebagaimana dikatakan St. Paulus dari Salib, pendiri Kongregasi Pasionis: «kalian melihat nama Yesus tertera dalam kaum miskin»6. Paus Benedektus XVI dalam ensiklik Deus Caritas est (Allah adalah Kasih)berkata : Kita perlu mengingat parabola tentang pengadilan akhir (Bdk Mat 25:31-46), dimana kasih dinilai pada kriteria keputusan defenitif atas nilai-nilai positif atau negatif dari hidup manusia. Yesus menyamakan diri dengan orang miskin; yang lapar, orang asing, yang telanjang, yang sakit dan yang dipenjarakan. Mencintai Allah terwujud dalam mencintai sesama dan selalu ada kaitan antara keduanya: dalam diri mereka yang sederhana kita berjumpa dengan Yesus dan dalam Yesus kita berjumpa dengan Allah ”7.

2.1.- KKPC dari perspektif Spiritualitas Passionis: “Memoria Passionis” (Dimensi kontemplatif) “Lakukanlah ini untuk mengenangkan daku” (Lc 22,19) “Lakukan kenangan akan Yesus Kristus, Tuhan kita” (2Tim 2,8). Mengenangkan berarti menghidupkan. Menghidupkan berarti menciptakan. Siapa yang mengingat secara umum eksistensi baru dalam keutuhannya sebagai masa lalu memiliki cara tertentu untuk mengaktualkannya. Dalam mengingat sebagai kenyataan yang terjadi dalam kesadaranku untuk dihadirkan sekarang dan menghidupinya dalam kesadaranku yang terdalam. Mengenang Sengsara Yesus memberi makna baru akan Yesus tersalib. Dalam konteks ini, kenangan merupakan ajakan untuk mengaktualkan Sengsara Yesus. Karisma kita adalah «mengenangkan Sengsara Yesus», agar senantiasa hadir dalam hati dan dalam setiap karya yang kita lakukan. Jadi melalui kenangan ini, kita melihat secara terus menerus Yesus yang hadir dalam diri mereka «yang tersalib». Kenangan akan sengsara memiliki tiga maksud: 1- Mengenang terus menerus (dimensi personal). 2 – Mempromosikan kenangan (dimensi apostolik). 3 - Mengenangkan (dimensi solidaritas).

20


Bagi kita Pasionis, mewartakan salib berarti menyapa sesama yang menderita dalam kasih solider dengan membela dan mencari sebab-sebab mengapa mereka disalibkan atau menderita. Karena itu, bagi kita Pasionis Sengsara Yesus merupakan pusat kehidupan kita. KPKC merupakan paradigma baru dalam hidup religius dan hidup Pasionis . Paradigma merupakan sebuah metode penafsiran yang menampilkan sebuah model atau skema untuk memahami realitas. Karena itu, ketika ada perubahan paradigma, akan menghasilkan cara berpikir baru atas problem dan realitas yang berbeda. 8

Dari perspektif KPKC nampak sebuah gambaran baru tentang hidup religius sebagai pilihan radikal untuk melayani Kerajaan Allah.. Keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan merupakan bagian dari tugas orang kristiani, termasuk religius Passionis. Karena itu, perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan (KPCK) tidak hanya sekedar menjadi tema untuk direfleksikan tetapi sebagai locus theologicus atau tempat berteologi dimana diarahkan masa depan religius Passionis. Kontemplasi atas salib (Memoria Passionis) membawa kita sebagai Pasionis untuk memahami pernyataan berikut: �Kami ingin berpartisipasi pada penderitaan manusia, terutama mereka yang miskin dan tidak diperhatikan� (Konstititusi no. 3). “dari konsekrasi pada sengsara Kristus, membuat hidup dan karya kerasulan kita sebagai tanda yang benar dan yang dipercayai karena keadilan dan martabat manusia (Konstitusi no.72). Mengenangkan Sengsara Yesus tidak secara sederhana dimengerti sebagai sebuah devosi atau kenangan saleh tetapi mengaktualkan kematian Kristus dalam diri mereka yang tersalib karena menderita lapar dan ketidakadilan. KPKC bukanlah spiritualitas yang mengawang tetapi salah satu bentuk terbaik untuk menjadi Pasionis di jaman ini, atau menghidupi kharisma Passionis dalam zaman ini. Memoria Passionis merupakan cinta akan KPKC karena mengenangkan Sang Kebenaran di atas salib, kita akan mengenangkan semua yang tersalib, yang diperlakukan secara tidak adil. KPKC bukan sebuah teori tetapi sebagai cara hidup baru, suatu model baru untuk menghayati hidup sebagai Passionis. Jadi KPKC bukan sebuah tema tetapi TEMA.

21


Dalam konteks ini, maka dapat dikatakan bahwa KPKC bukan sekedar sampingan tetapi merupakan PUSAT dari hidup dan karya kerasulan yang kita lakukan. Jawaban yang dapat kita berikan sebagai Passionis bagi dunia yang mengglobal adalah cinta akan kehidupan. Memoria Passionis berarti “mengenangkan �, membuat sesuatu dihidupi secara konkrit dalam dunia keseharian. Tidak hanya sekedar kenangan dalam doa tetapi dalam kehidupan konkrit yang penuh solider dengan mereka yang tersalib. Jadi dibicarakan soal menghidupinya secara mendalam dan berdaya pikat.

Spiritualitas Kompassione (=cum patire= menderita dengan) Saat ini, mengawali abad XXI, Kristus berbela rasa dengan ribuan manusia di belahan dunia dan terus-menerus memanggil kita untuk mengikutiNya dengan penuh semangat dan membagikan semangat cintaNya kepada umat manusia. Tuhan memiliki cinta akan umat manusia. Kristus tersalib dan ribuan manusia tersalib dalam sejarah memiliki hubungan timbal balik. Kharisma Pasionis dipanggil secara khusus melanggengkan dan mengutamakan cinta akan Allah dan akan manusia (Vita Consacrata, 84). Jika kita solider dengan penderitaan maka kita juga akan solider dalam penghiburan atau suka cita (2Kor 1,7; Ib 10,33). Cinta akan Kristus, cinta akan kemanusiaan, merupakan tema Kong res Internasional tentang Hidup Bakti Roma, 2004. Saya senang karena Kongres internasional membicarakan tema ini. Hal ini menunjukkan bahwa karis-ma kita sedang aktual bahkan lebih dari itu. Karena itu merupakan bagian sentral dari iman kita : Sengsara dan Kebangkita Kristus. Sengsara bagi Kristus diterjemahkan sebagai cinta akan kemanusiaan. Karena kemuliaanNya tertinggi adalah manusia. Sebuah spiritualitas bisa memberikan elemen interior atau tugas sejarah, akan tetapi tidak boleh meniadakan pencarian akan keseimbangan antara dua perspektif: • Berjumpa dengan Tuhan: lewat perjumpaan dengan Tuhan, kita berjumpa dengan sesama terutama mereka yang lemah dan miskin. •Berjumpa dengan sesama, hati kita gembira berjumpa dengan sesama , karena sesama merupakan gambaran Allah. 22


2.2.- KPKC dalam spiritualitas Passionis: Dimensi yang mengubah realitas Hidup sebagai Pasionis akan berdaya pikat kalau kita aktif dalam melayani, mendekati, mendampingi dan bersikap solider dengan mereka yang hidup dalam penderitaan dan kemiskinan. Spiritualitas KPKC selaras dengan apa yang dikatakan Neruda: «yang manusiawi, tidak mungkin saya kesampingkan dalam kehidupanku» (P. Neruda). “Sengsara Yesus Kristus merupakan sengsara dunia dan keduanya saling berkaitan. Salib Yesus memberi makna kristologis dalam penderitaan duniawi. Dalam konteks ini, makna kata salib atau “staurou” (cf. 1 Cor. 1,18), tidak dapat dipahami jika tidak dikaitkan dengan penderitaan dunia atau umat manusia”9. SALIB hadir dalam dunia, dalam banyak anak yang bekembang tanpa perlindungan, dalam diri mereka yang mengalamai trauma seksual, dalam diri banyak remaja yang menggunakan minuman keras dan droghe, dalam negara yang terus berperang, dalam masyarakat yang tidak berkembang, dalam kesendirian para imigran, dalam kesepian para lanjut usia, dalam diri orang sakit yang terus menderita, dalam diri manusia yang bekerja dalam kondisi tidak manusiawi, dalam situasi kemiskinan, kelaparan dan ketidakdailan yang melimpah ruah. Uraian di atas, menunjukkan bahwa spiritualitas Pasinis bukanlah spiritualitas yang bertentangan dengan dunia tetapi sebuah spiritualitas KPKC yang berbicara tentang Allah keadilan dan perdamaian. Dikatakan bahwa Allah adalah sahabat kehidupan ( Sapienza, II,23). Allah mencintai kehidupan. Karena itu, kehidupan tanpa cinta tidak layak untuk dihidupi.

2.3. Cinta akan kehidupan Yang bertentangan dengan cinta akan kehidupan adalah: • Masa bodoh • Kehilangan makna 23


• Bosan, khawatir. • Tidak peduli • Kemudahan/mental enak • Kurang kerja/santai. • Hidup yang mendangkal. Kita ingin mengingatkan kepada dunia bahwa Sengsara Tuhan kita Yesus Kris-tus, terus menerus hadir dalam diri mereka yang tersalib, yang terpinggirkan, dalam diri mereka yang hidup dalam ketidakadilan dan yang dikucilkan dari masyarakat. Santo Paulus dari Salib, Pendiri Kongregasi Pasionis mengatakan bahwa: “ Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus merupakan cobaan yang sangat besar dan mengagumkan dari Cinta Ilahi”. Adalah benar bahwa Tuhan membagikan de-ngan kita perjalanan yang dilaluiNya. Tidak ada cinta yang lebih besar selain memberikan hidup untuk sahabat dan Kristus memberikannya untuk kita, setiap pribadi maapun secara bersama-sama. Karena itu, pribadi yang menderita merupakan sakramen kehadiran Kristus Tersalib. Oleh karena itu, kita tidak boleh menutup mata di hadapan situasi ketidakadilan dan tidak boleh kehilangan kemampuan untuk membantu sesama ketika seseorang menderita atau disalibkan. Memoria Passionis merupakan sebuah kenangan yang membahayakan dan subversif sebagaimana diikatakan J.B. Metz10. Banyak kenangan yang tinggal kenangan. Kita tidak berbicara soal nostalgia tetapi sebuah kenangan subversif. Kenangan ini memuat bahwa masa lalu memiliki sebuah tujuan; harapan akan masa depan, kenangan yang membuka pintu kepercayaan dan harapan. Dikatakan sebagai kenangan subversif karena adanya pembelaan terhadap mereka yang tersalib, yang menjadi korban berhadapan dengan mereka yang berkuasa atau menyebabkan terjadinya penyaliban. Tantangannya adalah menolak kenangan, melupakan kekerasan dalam sejarah dan rakyat yang menderita atau yang menjadi korban. Persoalannya adalah kita memihak yang mana, yang menjadi korban ketidakadilan atau mereka yang membuat keadilan?, dengan mereka yang disalib atau dengan mereka yang membuat orang disalibkan? Jadi memoria Passionis merupakan memoria subversif, Kristus menderita karena nilai-nilai paslu yang melingkari masyarakat terutama terhadap mereka yang menyembah kekuasaan, persenjataan dan uang. Karena 24


itu, perlu sebuah perlawanan, sebuah hati untuk rakyat, sebagaimana Yesus wafat untuk menye-lamatkan umat manusia11. Dalam hal ini, kita : “menghidupkan kenangan sejarah ”. Gereja Amerika Latin bagian tengah sedang berurusan dengan kehidupan beberapa uskupnya seperti kasus Mgr. Gerardi di Guetemala, atau Mgr. Romero karena keterlibatannya dalam proses perdamaian dan rekonstruksi sejarah masa lalu. Ini sama seperti yang terjadi di Perù (Messa della Verità/Misa kebenaran), di Nikaragua dan di Honduras12. Dimensi kenabian dalam hidup religius Pasionis. Jika kita menemukan kembali kenabian, maka kita menata kembali makna kharisma kita; jika kehilangan makna maka kita mendiamkan nilai sejati dari karisma kita. Jika sebagai religius terpanggil untuk berkecimpung dalam perdamaian dan keadilan sebagai tanda-tanda zaman dari hidup religius kita saat ini, maka kita menghidupkan kembali mengikuti Kristus dan kharisma kongregasi kita. Tujuan Kapitel Jenderal ke 43, mengingatkan kita bahwa: ”Kita Pasionis bersikap solider dengan mereka yang tersalib zaman ini, kita terbuka pada kekuatan salib untuk memberantas ketidakadilan dan mewartakan dengan penuh semangat akan Allah Sang kehidupan.”. Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat dikatakan bahwa dunia yang lain adalah mungkin…. Gereja yang lain adalah mungkin…..Cara yang lain untuk menjadi Passionis adalah mungkin.

2.4.- Kekhasan Spiritualitas Passionis Santo Paulus dari Salib Pendiri kita, dengan cara dan gaya seturut jamannya merupakan figur yang memperhatikan kaum miskin. Ia memberi khotbah ditempat dimana orang tidak mau untuk melakukannya, di daerah yang miskin yang berlimpah ruah . Jadi ia berkotbah di tengah masyarakat biasa dan masyarakat sederhana13. Santo Paulus dari Salib menekankan beberapa hal penting soal spiritualitas kita: - Semangat doa: Merenungkan Yesus tersalib dan manusia yang tersalib zaman ini, karena dalam wajah mereka, kita berjumpa dengan wajah 25


Yesus. Karena itu, penting untuk meluangkan waktu dalam doa dihadapan Yesus sebelum berjumpa dngan mereka yang tersalib zaman ini. Dalam konteks ini, KPKC harus menjadi tema penting dalam doa-doa kita sebab yang diharapkan dari kita adalah peneguhan rohani. Karena itu, perlu menjadi manusia yang dipenuhi dengan Roh Kudus dengan suatu pengalaman yang mendalam akan Allah. - Semangat keheningan: kerap kali dalam perjuangan kita bersama dengan orang-orang tersalib zaman ini akan dijumpai adanya kesepian. Menghidupi karisma Pasionis mengundang kita untuk diam dalam keheningan, sebuah keheningan rekreatif. Sebuah keheningan yang mengantar kita untuk berjumpa dengan diri kita sendiri dan dengan Tuhan. Sebuah keheningan yang menghidupkan, yang mengundangkan kita untuk bertindak secara baru. - Semangat tobat: Mampu hidup apa adanya. Bertitik tolak dari semangat kemiskinan, standar minimal yang berlaku dalam kongregasi kita. Dalam bahasa sekarang disebut sebagai “Autolimitazione� atau hidup dalam kesahajaan: “Jika kita ingin menjamin masa depan bersama, pada bumi dan umat manusia: maka perlu mempraktekan dua keutamaan: merasa cukup dan ukuran yang masuk akal, karena mengungkapkan budaya kepedulian. Akan tetapi bagaimana mempratekan keutamaan tersebut jika semua sistim bertentangan? Pertama-tama, tidak ada jalan tengah: mengubah atau kita tidak berubah lewat perhatian, kita membatasi diri dengan bersikap ugah hari dalam segala hal atau kita wajib menanggung tragedi bersama? Membatasi diri berarti sebuah pengorbanan unntuk menyelamatka bumi demi kepentingan umum dan menegakan sebuah budaya partisipasi. Tidak dibicarakan untuk memakai tetapi memanfaatkan alam dengan penuh tanggung jawab dan solider dengan makhluk hidup dan dengan generasi yang akan datang. Mengapa? Karena mereka juga memiliki hak atas tanah dan kehidupan yang berkualitas�14. Sebuah pembatasan dalam memanfaatkan dan dalam relasi kita dengan lingkungan hidup. Memilih untuk hidup miskin, solider dan berbela rasa merupakan elemen kunci dalam proses pendirian dalam sejarah hidup bakti.

26


2.5.- Solidaritas: dari kehidupan kepada cinta (Bertindak) Berkaitan dengan hal ini, adalah penting untuk hidup dalam solider dengan mereka yang bekerja untuk perdamaian dan keadilan serta bekerja sama dengan lembaga pemberdayaan masyarakat (LSM) dan bekerja dalam jaringan. Akan menjadi tidak mungkin kalau kita mengatakan bahwa untuk memecahkan problem kemanusiaan hanya dilakukan oleh Para Passionis. Mengapa? Karena kehadiran kita dihadapan begitu banyak penderitaan menjadi tidak seimbang dan tidak efektif. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk bekerja sama dan membangun jaringan dengan yang lain dalam rangka mempromosikan Perdamaian, Keadilan dan Keutuhan Ciptaan. Tema ini menjadi tema umum gan global, karena itu perlu membangun jaringan global. Jumlah lembaga pemberdayaan masyarakat baik lokal maupun internasional begitu banyak dan tentu hal ini sangat berguna dalam membangun sebuah peradaban baru. Berkaitan dengan situasi ini, kita membicarakan SOLIDARITAS GLOBAL. Di depan kita banyak tantangan. Tantangan-tantangan tersebut mengundang kepekaan untuk diwujudkan dalam tindakan konkert yaitu dalam KPKC. Jadi secara singkat digambarkan sebagai gerak, kepala (informasi), hati (kepekaan) dan kaki (aksi konkret). Beberapa usulan Konkret: 1.-Respek terhadap sesama. 2.- Kesediaan untuk menginformasikan situasi ketidakadilan. 3.- Mengubah cara hidup. 4.- Bekerja dalam jaringan dengan teknologi baru. 5.- Ikut berpartisipasi dalam beberapa lembaga pemberdayaan masyarakat. 6.- Bekerja untuk proyek konkret. 7.- Partisipasi dalam aksi yang memperhatikan dunia ketiga. 8.- Partisipasi pada bantuan 0,7%. 9.- Menjaga kelestarian alam. 27


10.- Melayani para imigran dengan penuh perhatian. 11.- Membeli majalah dari tokoh yang tidak mencari keuntungan atau yang mempraktekan perdagangan secara benar. 12.- Doa untuk keadilan dalam dunia kita. 13.- Kehadiran kita di PBB (Passionis Internasional)… 14.- … Kita dapat membuat model religius yang memiliki sikap berbeda dalam menanggapi perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan: * Sebagai nabi: merasa memiliki sebuah ruang atau kesempatan. Ini merupakan anugerah bagi kongregasi. * Berdaya guna”, bekerja dengan baik dan dengan kemampuan membangun jaringan atau relasi berkaitan dengan apa yang dilakukannya * “Simpatisan” yang selalu berkembang. * “ Tidak bersikap” yang selalu menimbulkan beban. * “ Pelawan” yang selalu merasa kurang. Dapat diringkas bahwa: Dunia yang lain mejadi mungkina. Spiritualitas tabah dalam penderitaan (“hypomonè”) “Solidaritas dan ketentraman masyarakat” (P.Neruda) Sungguh kita bisa mengubah dunia! Berpikir secara global berarti melampaui provincialismi, tidak menutup telapak tangan di hidung kita. Mengapa? Karena planet bumi akan berubah menjadi sebuah kampung kecil. Bertindak secara lokal = bersatu dengan mereka yang berkehendak baik yang perjuang untuk dunia yang lain, sistim yang yang lain atau status yang lain. (ALTERNATIF). Saya yakin, Kongregasi Pasionis perlu menjadi lebih peka dan peduli untuk menghayati realitas KPKC dalam bentuk yang lebih dinamis dan aktif.

28


3.- CINTA AKAN KEADILAN 3.1.- Situasi aktual umat manusia

K

i t a semua mengetahui situasi dramatik dalam hidup manusia di sebagian besar planet bumi. Saya akan memulainya dengan beberapa statistik:

• • • • • •

840 miliar tanpa makanan. 1.100 miliar tanpa mendapat air bersih. 1.200 miliar tidak memiliki pakaian yang layak. 1.200 miliar bertahan hidup dengan satu dollar per hari. 100 miliar tanpa rumah (50 miliar anak-anak jalanan) 175 miliar imigran.

29


Setiap hari dalam berita dan dalam halaman pertama koran atau majalah selalu dihiasai dengan berita duka: “hari ini 45. 000 meninggal dunia karena menderita kelaparan�. Ini merupakan tragedi besar kemanusiaan. Tidak hanya soal jumlah tetapi karena mereka adalah pribadi dengan nama baptis dan nama panggilan mereka masing-masing. Kami akan menampikan grafik beberapa situasi aktual drama kemanusiaan yang sangat memprihatinkan : -“ Yang kaya semakin kaya sementara yang miskin semakin miskin�15. Ada jurang yang dalam antara negara makmur dan negara yang tidak mampu�: kami memakai istilah negara yang tidak mampu daripada negara miskin karena jika ada realitas kemiskinan itu karena disebabkan oleh permainan pasar atau aturan yang dipemainkan. Tidakkah merupakan batu sandungan sementara 80% umat manusia hidup dalam situasi yang sulit sementara 20% menghabiskan miliaran dolar untuk program diet atau perawatan tubuh? - Konsentrasi kekuatan ekonomi: lebih dari 200 perusahan multinasional me-nguasai 70% perdadangan global. Tiga nama dari Amerika Utara: Bil Gates, Paul Allen dan Warren Buffet, memiliki kekayaan setara dengan 600 miliar penduduk dunia (atau sekitar 42 negara). - Debit esktrem: debit kekal? Setiap dolar yang berputar dari utara ke selatan, melonjak menjadi dua dolar dari selatan ke utara. Selatan melewati utara, dari tahun 1983 sampai 1990, 450 miliar dollar untuk pembayaran debit dan dibawa lari oleh kapitalis sementara Utara berjanji membantu selatan hanya 0.7% dari pendapatan nasional. Dalam banyak kasus tidak lebih dari 0.22%. Debit yang tidak dihitung: debit sejarah, debit kolonial dan debit ekologis. - IMF, B.M, institusi keuangan yang melayani tuan atau penguasa tanah, yang dalam beberapa cara membawa akibat pada situasi sosial ekonomi kepada negara yang berkekurangan. Beberapa negara kecil, tidak dapat secara mandiri mengambil keputusan ekonomi dan itu hanya diambil oleh institusi keuangan dunia, dan celakanya lagi mereka tidak mampu menjamin rakyat hidup secara layak. - OMC (organisasi dunia untuk perdagangan) mengatur perdangangan internasional ( pajak, dana selalu bersarkan perjanjian antara negara yang mak30


mur ) sedang menghalangi negara-negara miskin untuk keluar dari kesulitan. Perdagangan yang tidak sehat, seperti Daud dan Goliat, disamakan dengan akibat perdagangan dunia yang selalu memihak mereka yang kaya dan mengabaikan mereka yang miskin. Hal ini benar, ketika kita berbicara tentang pasar bebas dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin dan menjadi budak dari mereka yang kaya. Harga bahan mentah ditentukan oleh mereka yang memegang kuasa dan para spekulan sehingga mereka mendapat keuntungan besar (misalnya kopi, gula,kakao). Kadang-kadang dibutuhkan berkarung-karung kakao untuk membeli sebuah traktor�. - Kurangnya kemauan politik...

3.2.- Sistim ketidakadilan ekonomi dan bentuk baru solidaritas - Ekonomi yang tidak berpihak kepada mereka yang miskin merupakan bentuk baru dari kemiskinan. Perdagangan bebas ekonomi dunia tidak menemukan cara yang efektif untuk memperhatikan mereka yang lemah dan kurang berkembang. - Kita semua mengenal bahwa solidaritas merupakan bagian penting dari iman kita akan Yesus, dari dimensi profetik hidup bakti. Nasehat Injil kemiskinan perlu memiliki daya transformasi yaitu mengubah dalam solidaritas baik pribadi maupun komunitas dengan mereka yang miskin, ketergantungan pada Allah dan sebuah kesaksian untuk hidup sederhana. - Mengembangkan sebuah ekonomi yang solider dengan mereka yang miskin merupakan sebuah kritik terhadap sistem ekonomi yang sedang berkembang dan meletakan kekuatan kita untuk berpartisipasi aktif pada perlindungan dan promosi akan 31


hidup, keadilan, dan perdamaian, yang dilakukan dalam semangat kerja sama dengan kongregasi/ordo/serikat lainnya atau dengan mas-yarakat sipil. - Perlu mencari tahu sebab-sebab dari struktur. Helder CĂ mara berkata “ketika saya memberikan roti kepada mereka yang lapar, saya disebut santo; ketika saya tanya mengapa tidak ada roti, saya disebut sebagai subversif.. Kasih akan mereka yang miskin merupakan pusat dari karya animasi KKPC. Dalam tema ini, sebab dari kemiskinan adalah dimana diletakan problem KKPC. Sebab-sebab dari kemiskinan perlu direnungkan karena mempengaruhi masa depan dan hidup dari miliaran manusia. - PASAR YANG BENAR DAN SOLIDER.

- Ketidakadilan sedang menggerogoti dunia kita dan ini merupakan tantangan besar bagi kita orang kristiani. Karena itu, tidak ada orang kristiani 32


yang berpangku tangan atau tinggal diam dihadapan realitas ketidakadilan dan penderitaan milliaran manusia. Mari membangun keluarga besar Allah dan bertang gung jawab atas semua saudara-saudari kita.

3.3.- Sabda Allah dalam membela kaum tersalib (menilai) Dibandingan dengan teks-teks Perjanjian Baru, teks-teks Perjanjian Lama banyak berbicara tentang kaum miskin. Benar dikatakan bahwa Tuhan pelindung kaum papa atau miskin16. Dalam Perjanjian Lama, ketika berbicara tentang kaum miskin secara langsung memaksudkan trilogi: pendatang, yatim piatu dan janda. Banyak teks dalam Kitab Perjanjian Lama yang secara langsung menunjukan hal itu dimana ada realitas yang menunjukkan penindasan terhadap kaum miskin : - Jangan menindas para janda, anak-anak yatim, orang asing dan orang miskin, di dalam hatimu janganlah melawan mereka (Zac. 7, 10). - Mereka tidak membela hak-hak anak yatim piatu dan perkara jandajanda tidak samapai kepada mereka (Yes 1, 23). - untuk merebut hak-hak orang sengsara dari UmatKu (Yes. 10, 2). - Tidak menindas orang asing, yatim dan janda (Yer. 7, 6) - Lakukanlah keadilan dan kebenaran, lepaskanlah dari tangan pemerasnya orang yang dirampas haknya, janganlah engkau menindas dan janganlah engkau menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini! (Yer. 22, 3) - Padamu ayah dan ibu dihina dan ditengah-tengahmu orang melakukan pemerasan terhadap orang asing,padamu anak yatim dan janda ditindas (Yeh. 22, 7) - Ya Allah kami, Engkau mengasihi anak yatim piatu.� (Hos. 14, 4). - Kalian menjual orang miskin demi sepasang kasut (Amos 2, 6; 8,6 e 4, 1). - Mereka tidak berbelas kasih terhadap janda-janda dan tidak melakukan kebaikan terhadap anak yatim piatu (Baruk 6, 37). 33


- Agama yang benar dan yang tak tersentuh dihadapan Allah Bapa adalah: mengunjungi anak yatim dan para janda dalam kesulitan yang mereka hadapi (Gc. 1, 27). Akan tetapi terlebih dalam Perjanjian Baru, di mana ditampilkan tiga teks kunci yang tentu kita semua ketahui dengan baik. Baiklah berikut, akan diuraikan tiga teks kunci dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan perhatian besar terhadap kaum miskin. A.- Pertama adalah penghakiman terakhir (Matt. 25, 31-46). Tuhan selalu berada dengan dan dalam diri mereka yang menderita. Lebih lanjut, Yesus mengidentifikasikan diri dengan yang menderita, dengan lapar, dengan yang haus, yang telanjang, yang dipenjarakan, dengan gelandangan. Atau dalam ungkapan lain, dalam diri mereka yang menjadi terakhir dalam sejarah17. Dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa perjumpaan dengan orang miskin bagaikan berjumpa dengan Kristus. Dimana ada realitas kemiskinan, Yesus Kristus selalu bersama mereka. Dalam bahasa Kitab Suci, tidak ada pemisahan antara Tuhan dari mereka yang miskin. Kitab Suci menghukum mereka yang memporak-porandakan orang miskin, mereka yang menindas orang miskin dengan mengatasnamakan Tuhan (Eccl 34, 21; Dt 24, 14-15). Nabi-nabi termasuk orang yang memperingatkan agar tidak menindas orang miskin. Kita selalu diingatkan untuk memperhatikan orang miskin (Gal 2, 10), sebagaimana Tuhan memperhatikan mereka. Perikop Mat 25:31-46, bisa ditafsirkan sebagai individu dan bukan sekelompok masyarakat. Teks ini tidak hanya karena berbicara soal individu atau pribadi tetapi masyarakat yang tersalib atau masyarakat yang menderita. Dengan demikian, teks ini mengajak kita untuk berjuang melawan kejahatan dan ketidakadilan. B.- Teks yang kedua adalah parabola tentang orang kaya (Lc. 16, 1931) yang diadili bukan karena salah menggunakan kekayaan tetapi karena ketidakpekaan terhadap Lazarus yang meminta makanan padanya. Parabola tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin dipakai untuk menggambarkan relasi antara Utara dan Selatan18. Berkaitan dengan parabola ini, Paus Yohanes Paulus II menjelaskan kesenjangan antara Utara dan Selatan dalam dunia kita sekarang: 34


“Dalam terang Sabda Tuhan, orang miskin dari Selatan akan mengadili Selatan. Masyarakat dan negara miskin dalam berbagai bentuk, tidak hanya kekurangan makanan tetapi juga kebebasan dan hakhak manusia, akan mengadili mereka yang mengambil kekayaan, menumpuknya dengan sistem monopoli ekonomi dan politik”19. C.- Teks ketiga yang mengagumkan adalah parabola tentang orang Samaria yang murah hati(Lk. 10, 29-37), dimana kita menggarisbawahi orang Lewi dan imam. Orang Samaria tidak bertanya apa yang sedang terjadi tetapi hatinya tergerak oleh belaskasihan untuk membantu orang yang jatuh di pinggir jalan. Berkaitan dengan parabola ini, sewaktu membuka Sinode di Puebla Paus Yohanes Paulus II mengatakan: “ Tuhan memberi arahan pada parabola orang Samaraia yang baik hati sebagai model perhatian terhadap seluruh kebutuhan manusia dan menerangkan adanya perhatian terhadap orang yang sekarat, yang dipenjarakan, lapar, sepi dan siapa saja untuk memberi bantuan. Belajar dari parabola orang Samaria yang baik hati, Gereja disadarkan bahwa misinya dalam evangelisasi adalah bertindak demi keadilan dan bekerja dalam mempromosikan kemanusiaan”. Kepekaan terhadap orang miskin merupakan bagian penting dari iman kristiani dan itulah yang mendorong gereja untuk melakukan karya sosial. Dari teks Paus Yohanes Paulus II di atas, dapat dipahami dengan baik terhadap pernyataan Sinode tahun 1987 yang menegaskan: “Roh Kudus membawa kita pada pemahaman lebih jelas bahwa dewasa ini kesucian tidak bisa tercapai tanpa terlibat dalam persoalan keadilan”. “Berbahagialah mereka yang lapar dan haus akan keadilan”.

3.4.- Cinta akan keadilan Tema keadilan sesungguhnya merupakan salah satu prioritas tindakan pastoral gereja dan dari sana akan diputuskan validitas sejarah dan otentisitas kristiani dalam dalam tindakan pastoral”20. Mewartakam iman dan hidup dalam ketidakadilan merupakan sebuah skandal dan kontradiksi (Puebla n° 28).

35


Ada dasar teologis keterlibatan dalam soal keadilan dan perdamaian. Jadi tidak sekedar pilihan atau kehendak baik atau mengikuti mode terkini atau dari ideologi bukan kristiani tetapi bertumbuh dalam iman akan Allah biblis, dalam Tuhan Yesus Kristus. Jadi misi kristiani apapun panggilannya dalam karya perdamaian, keadilan dan hak-hak asasi manusia mengambil bagian dalam misi Yesus Kristus. “Bagi Yesus, manusia yang benar adalah dia yang tidak hanya melakukan apa yang baik dan benar tetapi dia yang melakukannya karena didorong oleh cinta akan keadilan”21. Pada titik ini, cinta akan keadilan, mewujudkan sebuah bentuk istimewa dalam mengamini Tuhan dalam saat sekarang. Dalam terang kitab suci, cinta akan keadilan merupakan cinta untuk mencari sebab-sebab adanya kemiskinan”22. “Praktek keadilan diarahkan pada sebuah hermeneutika makna kebangkitan: di satu pihak Kristus dipahami sebagai keadilan Allah…diganti dengan keadilan manusiawi yang menyebabkan realitas ketidakadilan. Di satu pihak, hidup yang berkorban karena keadilan, diubah dalam suatu tempat yang membawa kebangkitan”23. Karya historis untuk keadilan dan rekonsiliasi menyatukan Gereja Amerika Latin dalam kata solidaritas dan memiliki karakter sakramental”24. Kekhasan kristiani tidak hanya perjuangan untuk keadilan karena kekhasan ini dimiliki oleh semua orang tetapi kemampuan untuk membuat keterlibatan dalam soal perdamaian dan keadilan sebagai pengalaman akan Allah. “Akhirnya tidak ada pemisahan antara praktek kontemplasi dengan praktek keadilan, sebagai bentuk solidaritas dengan mereka yang miskin”25. Bentuk baru spiritualitas ini, dalam konteks Amerika Latin disebut sebagai “mistik dan pembebasan”. Atau dalam Taizé disebut “kontemplasi dan perjuangan”. Dan Bonhoeffer menyebutnya sebagai: “resistensa atau ketahanan dan penyerahan diri”26. Saya yakin, setiap benua, ada istilah khusus yang menggambarkan apa yang dikatakan di atas. Walaupun istilahnya berbeda tetapi isi atau maksudnya sama.

36


3.5.- Solidaritas dan keadilan (Bertindak) Tidak bisa berbicara tentang keadilan sejati jika tidak muncul dari solidaritas. Persoalannya, apakah itu solidaritas? Solidaritas merupakan sikap empati terhadap para korban dan memulai mengakuinya sebagai subyek, karena memiliki hak dan martabat yang tidak boleh diganggu gugat27. Solidaritas sejati didasarkan pada prinsip kesamaan universal yang menyatukan seluruh umat manusia. Solidaritas melampaui seluruh batas politik, agama, wilayah, budaya dan sebagainya. Mengapa? Karena solidaritas didasarkan pada pribadi manusia, apapun agama dan warna kulitnya, merasakan apa yang ada dalam kesadaran kita sebagai satu keluarga besar umat manusia. Solidaritas diwujudkan dalam banyak cara terutama dengan keterlibatan dalam berbagai kelompok. Hal ini perlu diatur tanpa ada yang diabaikan tetapi tetap dengan menjaga martabat pribadi manusia yang paling dalam, kerahasiaan yang menjadi miliknya. Dalam solidaritas juga dibicarakan soal pembagian menurut kebutuhan tanpa diskriminasi. Bentuk keadilan dalam mendistribusikan kebaikan perlu mengikuti kaidah solidaritas: kebaikan semua dan untuk semua. Terkadang, solidaritas memuncak dalam sikap yang lebih manusiawi. Dalam tataran ini, yang lain bukan sebagai saingan, bukan pula sebagai sarana tetapi sama-sama manusia di tengah pesta ketidakadilan hidup. Sekarang kita berjumpa dengan kondisi kemiskinan yang mencemaskan. Karena itu, meminta organisasi keuangan agar semua masyarakat yang hidup di bumi mendapat hidup yang layak, paling tidak kebutuhan dasar mereka untuk mempertahankan kehidupan. Pembagian yang sama atas sumbersumber kekayaan tidak bisa direalisasikan tanpa perubahan struktur dan model baru ekonomi dunia. Bersama dengan perubahan struktur, maka memberikan garis besar sebuah budaya ekonomi baru yang mengarah pada hidup sederhana, sebuah etika berkecukupan, sebuah perdagangan yang sehat dan sebuah masyarakat konsumen yang bertanggung jawab 28. Empat kata kerja solidaritas adalah sebagai berikut: 1. Melihat 2. Menderita bersama (berbela rasa) 3. Mendekati dan 4. Mewujudkan/bertindak.

37


Dalam ungkapan Abbè Pierre “Ketika kamu menderita, saya merasa sakit dan tidak berhenti sampai kamu sembuh”. Ungkapan ini mau menekankan kebersamaan dua sikap dalam hidup bersama: ketenangan dan daya pikat. Kadang-kadang dalam pelayanan pastoral yang kita berikan, kita dikritik karena terlalu keras dan tidak memberi kedamaian kepada umat, terutama soal yang kedua yaitu terlalu banyak berbicara tetapi hanya sedikit pengaruhnya bagi umat. Akibatnya pelayanan kita menjadi kurang relevan. Oleh karena itu, Gereja perlu “memiliki mata yang terbuka, hati yang tergerak dan tangan yang bergerak”29. Untuk memahami ungkapan yang padat ini, berikut akan diuraikan secara terperinci. A.- Mata terbuka, berarti kemampuan untuk melihat dan menganalisa realitas yang terjadi dalam dunia. Juga telinga yang terbuka terhadap dunia agar mampu tinggal dan hadir di dunia. Jadi dibicarakan soal menaruh perhatian pada kehidupan yaitu apa yang sedang terjadi, untuk melihat dan mendengarkan teriakan dunia yang kita hidupi, untuk melihat kehidupan dengan mata Ilahi, untuk memberi sumbangan pada tindakan dituntun oleh Roh dan mendengarkan panggilan yang kita terima dari realitas keseharian dan bekerja sama dengan tindakan Roh. Penuh perhatian, mendengar dan melihat, cara Allah terhadap apa yang sedang terjadi dalam dunia keseharian, di sekeliling kita, apa yang sedang terjadi dalam sejarah. Tuhan orang kristiani yang dijumpai secara khusus dalam Sabda yang menjadi daging, Yesus Putera ( Bdk Ibr 1:1-4). Perlu menjumpaiNya di kandang (bdk. Gal 4,4; Rom 1, 3; Lc 2, 6-7), dalam roti yang dipecahkan , dalam salib (bdk. Yoh 6; Lc 22, 14.20; Yoh 13). Semua tahu tipe masyarakat macam apa yang didekati oleh Yesus: yang kecil, yang terpinggirkan, yang diinjak-injak, dan yang tidak punya kuasa. B. - Hati yang peka terhadap realitas kemiskinan. Mengenal dan mengetahui realitas penderitaan yang ada dunia orang miskin. Pengenalan akan realitas mendorong kita bergerak untuk bertindak/bekerja demi perubahan, dengan hati penuh sesal dan belas kasih. Bagi orang kristiani, pengetahuan unik yang perlu dikembangkan adalah yang membawa pada belas kasih (compassione) sebagaimana dikemukakan I. Ellacurià, orang yang berbelas kasih adalah “dia yang memikul penderitaan orang lain”.

38


Akan tetapi perlu memiliki hati yang peduli, agar mengembangkan hidup yang berbelas kasih, saya pikir sangat penting untuk masuk dalam persoalan-persoalan dan pribadi-pribadi yang sedang menderita. C. - Oleh karena itu, tangan yang tergerak untuk bertindak mengubah struktur dosa30 yang menghancurkan eksistensi manusia. Kasih merupakan cinta Allah yang perlu diwujudkan dalam dunia. Karena itu, penerimaan terhadap yang lain merupakan wujud pengalaman akan Allah yang merupakan cinta, yang mengantar kita pada pusat kehidupan kristiana yaitu cinta akan Allah dan cinta akan sesama. Akan tetapi kasih atau cinta dipahami sebagai relasi persaudaraan antara pribadi yang selalu mencari yang lain atau sesama untuk mencapai kepenuhan. Jadi kepenuhan hidup manusia dijumpai dalam persahabatan dengan yang lain. “ Dalam komunitas beriman tidak boleh menegasi bentuk kemiskinan karena itu berarti menegasi yang lain yang perlu hidup karena terus dilanda derita”31…… .” secara khusus dalam gereja sendiri sebagai keluarga , tidak ada anggotanya yang menderita secara sengaja”32 . KPKC harus menjadi “sakramen” perjumpaan dan kesetiaan Allah dan Gereja akan dunia. Dengan demikian, mereka yang berkecimpung dalam KPKC bukan sebagai birokrat tetapi sebagai pribadi yang ditopang oleh sebuah spiritualitas kristiana yang mengantar pada cara hidup dan metode bertindak . Sekedar mengingatkan bawa banyak saudara kita di Afrika Selatan ketika akhir 1980-an berjuang menentang politik apartheid atau ketika delapan tahun lalu sekitar ribuan lembaga pemberdayaan masyarakat meminta kepada pemerintah untuk mendatangani Kongres di Ottawa untuk menentang kebijakan yang menghancurkan ribuan manusia tak bersalah atau ketika kami bekerja sama dengan Amnesty International untuk menulis kepada otoritas negara yang tidak menghargai hak-hak asasi manusia dan meminta mereka untuk membebaskan para tahanan yang tidak bersalah atau ketika kita bersatu untuk menghapus utang luar negari dari negara-negara miskin atau mengatakan tidak pada perang irak. Secara khusus bentuk kasih politik semacam inilah yang diharapkan dari mereka yang bergerak dalam KPKC.

39


40


4.CINTA AKAN PERDAMAIAN 4.1.- Panorama aktual umat manusia (Melihat)

D

alam dunia yang kita hidupi selalu ada ketegangan antara budaya kehidupan dan budaya perdamaian. Berikut akan di-uraikan beberapa contoh tentang budaya kematian dan budaya perdamaian. Budaya kematian - Persenjataan: biaya yang besar untuk membeli senjata yang tidak dipakai demi perkembangan manusia. Pada tahun 1995, anggaran belanja untuk militer mencapai 1,5 miliar dollar setiap menitnya. Perang yang dirancang dan sampai saat ini terdapat 40 konflik persenjataan: • 16 di Afrika, • 14 di Asia, • 6 di Timur tengah, • 2 di Europa, • 2 di America33 - 10 miliar manusia yang mengungsi dan mencari tempat perlindungan. 41


- Anak di bawah umur menjadi tentara : terdapat 300.000 anakanak di bawah umur (18 tahun) di 50 negara direkrut sebagai tentara reguler. - Kekerasan yang dipraktekan sekarang ini dikendalikan oleh uang. - Masyarakat yang mengalami krisis moral: tanpa nilai dan tanpa visi. Budaya Perdamaian - Gerakan perdamaian. - Tanpa kekerasan aktif “gerakan tanpa kekerasan merupakan kekuatan besar kemanusiaan. Semakin kuat persenjataan maka kehancurannya akan semakin besar”34. “Oleh karena itu gerakan tanpa kekerasan merupakan kekuatan besar dan benar karena tanpa luka dan mulia terutama kepada mereka yang suka memakai pedang kesucian”35. Bertitik tolak dari kekuatan tanpa kekerasan aktif, maka hal yang perlu dilakukan adalah sarana strategis untuk mewujudkan prinsip ini yaitu lewat pendidikan perdamaian. - Pendidikan perdamaian: merupakan kunci yang mengantar masyarakat pada budaya damai, yang diwujudkan baik secara formal maupun informal, di sekolah atau dalam keluarga yang diwartakan lewat media komunikasi atau sarana-sarana komunikasi sosial lainnya. - Mempejuangkan perdamaian. Damai muncul ketika diperjuangkan atau diwujudkan. - Dialog. - Mengurangi peran militer. Kurangi jumlah militer dan tambahkan jumlah sarana pendidikan dan kesehatan seperti rumah sakit atau balai pengobatan.

4.2. – Damai dalam Kitab Suci (Menilai) Damai mendapat tempat sentral dalam Kitab Suci. Kata shalom dalam bahasa Ibrani merupakan ungkapan yang digunakan kehidupan sehari-hari, yang berarti dalam keadaan baik, kesejahteraan lahir batin, baik secara material maupun spiritual (Kel 18:23). Sama artinya dengan kepenuhan hidup atau hidup dalam kelimpahan. Ketika orang Ibrani mengucapkan shalom kepada sesamanya itu berarti Tuhan memberkatimu atau melindungimu, agar mem42


peroleh keuntungan dalam segala apa yang dilakukan sehingga membawa seseorang pada kebahagiaan sempurna. Sejak zaman dulu kita melihat kesatuan antara keadilan dan perdamaian: “buah dari keadilan adalah perdamaian (Yes. 32, 17; Bdk Yes. 60, 17). “Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman tetapi keadilan dan perdamaian dan kegembiraan dalam Roh Kudus” (Rm. 14, 17). “Damai beserta kalian” merupakan salam kunci dari Yesus yang bangkit (Lk. 24,36; Yoh. 20,19.21,26). Salam dari para murid Yesus juga merupakan salam damai (Mt. 10,13). Yesus memberi damai kepada para murid: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahterahKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti apa yang diberikan dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yoh. 14, 27). Dan teks kunci: ”berbahagialah mereka yang mengusahakan perdamaian” ( Mat. 5;9), damai merupakan bagian penting untuk mewujudkan kasih akan sesama. Dalam Kitab Suci, damai nampak sebagai anugerah sekaligus sebagai tugas manusia dan sama artinya dengan keselamatan. Tuhan dipanggil sebagai Tuhan perdamaian (Rm. 15, 33; 16, 20;, Fil. 4, 9; 1 Tes. 5, 23; Ibr. 13, 20). Juga Kitab Suci disebut sebagai Injil perdamaian (Ef. 6, 15) dan Kristus adalah damai kita (Ef. 2, 14).

4.3. Spiritualitas perdamaian Spiritualitas Kristiani sebagai perdamaian merupakan jantung Kitab suci dan dipandang sebagai buah dari keadilan. -

Perdamaian/keadilan menurut Konsili Vatikan II:

Banyak yang mengatakan bahwa : «jika ingin damai bersiaplah untuk perang». Akan tetapi, dalam kedalaman diri kita terdapat afermasi lebih otentik: «jika ingin damai, bersiaplah untuk damai». Jika ingin damai, membantu untuk mewujudkannya lewat sikap dan tindakan sehari-sehari. Jika ingin damai, tunjukan rasa solider, sikap berbagi, siapakan waktu, siapkan tenaga dan pengetahuan yang ada padamu demi perdamaian. Konsili Vatikan II menegaskan: “ damai bukanlah soal tanpa perang, juga bukan soal keseimbangan kekuatan, bukan juga soal pengusaan. Oleh karena itu, perdamaian bukan sesuatu yang sekali jadi tetapi bagaimana sesuatu dilakukan” (G.S. 78).

43


Dalam Ajaran Sosial Gereja tema perdamaian mendapat tempat yang banyak dibicarakan. Secara khusus dalam ensiklik Pacem in terris (damai di bumi)nya Paus Yohanes XXIII dan ensiklik-ensiklik lainnya. “ Perkembangan baru bernama perdamaian â€? (Populorum Prog. 87) “ Solidaritas merupakan jalan baru untuk perkembanganâ€? (Sollic. Rei soc. 39). Sayang sekali, konsep positif tentang perdamaan yang disandingkan dengan keadilan, kebebasan dan kasih dimaknai secara negatif sebagai absensi atau tidak adanya perang. Salah satu contoh, ketika perdamaian dirumuskan dengan sangat baik dalam relasi dengan menghindari perang (doktrin tentang perang adil) daripada makna positif membangun perdamaian. Jika dalam diriku penuh dengan prasangka, tidak toleran, benci dan kekerasan maka dalam relasi dengan yang diriku sendiri, dengan yang lain dan dengan alam selalu diwarnai oleh hal yang ada dalam diriku. Sebaliknya mempraktekan spiritualitas dengan memakai akal budi dan kehendak dengan penuh kesadaran akan martabatku, relasiku dengan diri sendiri dengan yang lain, dengan alam akan dituntun oleh kebebasan sebagai anak-anak Allah. Hanya dengan spiritualitas perdamaian membuat segala sesuatu ditempatkan dalam martbat manusia sebagai dasar. Spiritualitas yang benar adalah melakukan segala sesuatu dengan hati. Setiap saat mampu untuk berjumpa dengan yang suci dimana menginginkan sesuatu yang baik dengan respek terhadap kehidupan. Spiritualitas perdamaian mengubah hati manusia, membebaskannya dari ketegangan antara komunitas dan pribadi. Karya pendidikan diawali dengan pendidikan pada doa untuk perdamaian, pada liturgi sakramental dan pada spiritalitas perdamaian. Doa untuk perdamaian merupakan sesuatu yang mulia dan kuno dalam gereja karena berkembang mulai dari zaman para rasul. Budaya damai perlu muncul dari perkembangan dasar martabat manusia dan dari rahmat: kasih akan Allah dan sesama, keterbukaan terhadap Allah kepada sesama, dialog, kerja sama dan partisipasi, tanpa kekerasan, pengampunan, kesediaan untuk menderita demi kasih aĂŹakan allah dan sesama, harmoni dengan alam. Hanya dalam perspektif inilah maka kita boleh hidup dalam berkat menjadi pembawa perdamaian. Spiritualitas perdamaian menjadi mungkin jika menerima tugas profetis untuk solidaritas dan persatuan antara pribadi terutama terhadap yang menjadi korban ketidakadilan sosial. Untuk hal ini, spiritualitas perdamaian

44


mengingatkan kita akan martir-martir di Amerika Latin dan banyak pejuang kemanusiaan yang berjuang demi pemerdekaan masyarakat. Spiritualitas perdamaian baik secara interior maupun eskterior yang mencakup keseluruhan hidupku, bukan pada gagasanku tetapi dalam relasi penuh kasih dengan sesama termasuk mereka yang berlawanan dengan gagasanku. Spiritualitas perdamaian merupakan dimensi penyembuhan dari gerakan tanpa kekerasan. Tidak cukup percaya, membuat ceramah atau mengadakan tindakan perdamaian tetapi perlu menghidupi perdamaian, merasakan, dihadapakan kekuasaan duniawi sehingga damai menyembuh luka terdalam kemanusiaan. Maka perlulah tanpa kekerasan menghilangkan rasa sakit dan frustrasi karena ada kedamaian-kecerdasan intelektual atau kecerdasan spiritual atau kecerdasaran untuk mengenal rasa damai terutama dalam menghadapi budaya kematian dan kekerasan. Adalah penting mengikuti spiritualitas perdamaian yang menggerakan seluruh diri kita demi kedamaian di hati, yang tidak bergantung pada ideologi yang sedang berkuasa tetapi terpusat pada martabat pribadi yang tidak bisa dihancurkan dan dihilangkan dalam hidup manusia. Untuk menjadi damai, diperlukan tiga hal: sebuah sikap etis, disiplin mental dan sebuah kebijaksanaan yang muncul dalam diri dan berjuang untuk mertabat pribadi manusia yang menjalin keharmonisan dengan segenap ciptaan. Semuanya ini, muncul dari spiritualitas yang mengandaikan pengenalakan akan diri, dalam keheningan mengkontemplasikan realitas ketidakadilan dan kekerasan, bertindak memperjuangkan martabat kemanusiaan. Sesungguhnya damai dengan diri sendiri memiliki karakter spiritual yang selalu tergerak untuk bertindak adil, tidak agresif. 4.4 . Pendidikan Perdamaian (Bertindak) Pendidikan perdamaian perlu dilandasi oleh sikap solider dan realistik. Perlu di pandang sebagai acuan untuk mewujudkan harapan tetapi perlu berpijak pada realitas. Sebab jika tidak berdasarkan kenyataan maka pendidikan perdamaian akan menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, pendidikan perdamaian perlu berpijak pada realitas dan dari sana terdorong untuk memahami dan mengubah realitas. Namun dari realitas keseharian, perlu dihindari dua 45


kecendrungan dasar dalam mengembangkan budaya perdamaian. Pertama, kehilangan semangat juang sebelum memulai karena didasari oleh paradigma yang mengatakan : hanya dengan adanya damai maka akan ada suatu pengenalan umum akan sesama dan akan dengan mudah menolak kekerasan. Dalam banyak kasus ini merupakan tujuan akhir dari sebuah mimpi, sulit untuk diikuti karena selalu ada pribadi, kelompok atau negara yang dikendalikan dengan kekerasan. Dalam kenyataan, perang diadakan demi alasan kemanusiaan tetapi kerap mempengaruhi relasi internasional. Kedua, kecendrungan mengembangkan ide yang mengatakan bahwa kalau ingin mengubah realitas politik, ekonomi dan politik maka perdamaian akan terwujud. Ini tentu sangat penting, akan tetapi struktur menanggapi model masyarakat dan ini berkaitan dengan skala nilai. Karena itu, perlu adanya kesadaran sosial dan perubahan dalam melihat nilai-nilai . Dalam banyak kasus, jelas bahwa jika mencari cara untuk mengubah struktur secara demokratis dan sosial, itu sama halnya kita telah membangun perdamaian. Proses pendidikan perdamaian merupakan perpaduan antara proses pengenalan akan pribadi, sosial, bersama dengan perubahan stuktur sosial, ekonomi, politik dan budaya untuk membangun budaya perdamaian.

Prinsip-prinsip pendidikan perdamaian Sebagaiman dijelaskan di atas, pendidikan perdamaian merupakan sesuatu yang mendasar untuk mengasah kepekaan sosial. Karena itu, berikut akan diuraikan beberapa prinsip pendidikan perdamaian: •Pendidikan perdamaian perlu mengajarkan dan memahami bagaimana memecahkan konflik. Konflik muncul terus menerus dalam masyarakat sebagai bentuk perbedaan kepentingan dan visi terhadap masyarakat. Konflik biasanya disebabkan oleh berbagai hal: teritorial, budaya, ekonomi, kerja dan sebagainya. Secara sederhana dapat dipecahkan lewat kekuatan militer dan lewat kekuatan mereka yang berkuasa. Tidak ada solusi yang sekali jadi, akan tetapi ada beberapa bentuk pembelaan diri untuk memecahkan konflik yang menjadi bagian dari budaya perdamaian: o Menghapus faktor sosial ekonomi yang dapat menjadi pemicu konflik o Perkembangan keadilan nasional dan internasional. o Mengantisipasi konflik lewat pengamatan terhadap situasi sosial politik. 46


o Kontrol dan autokonrol dari agresivitas. o Dialog negosiasi o mediasi tanpa wajib menentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang. o Strategi dan teknik pengajaran di aula. • Pendidikan perdamaian merupakan bentuk khusus pendidikan nilai. Ketika mendidik, kita mentransfer nilai-nilai seturut tingkat-tingkat nilai. Jadi pendidikan untuk perdamaian bertujuan membantu membentuk nilai-nilai dan sikap-sikap yang terwujud adalam keadilan, kebebasan, kerja sama, saling menghargai, solidaritas, sikap kritis, kemandirian, dialog dan partisipasi. Dalam waktu yang sama juga mendiskusikan nilai-nilai yang bertentangan dengan perdamaian seperi diskriminasi, tidak toleran, kekerasan, etnosentris, indiferen dan kompromisme. Dengan demikian, membangun budaya perdamaian yang berlandaskan nilai-nilai interior perlu diwujudkan dalam keterlibatan sosial , dalam segala bidang kehidupan baik sosial maupun politik. • Pendidikan perdamaian merupakan sebuah pendidikan dari dan untuk bertindak. Jadi tidak dididik untuk ikut arus atau demi kesenangan pribadi tetapi perlu diwujudkan dalam membangun perdamaian. • Pendidikan perdamaian merupakan sebuah proses yang terus menerus atau katakanlah sebagai proses pendidikan sepanjang hidup manusia. Karena itu, perlu dimasukan dan direncanakan dalam proses pendidikan. Juga perlu muncul dalam program pendidikan non formal seperti media komunikasi, orgasasi sosial, administrasi lokal dan sebagainya. • Pendidikan perdamaian perlu mengembangan ide damai positif. Artinya membangun dan mendorong proses pemahaman dalam relasi yang dilandasi oleh perdamaian antara peserta didik, orang tua, guru, antara warga negara dan pemegang kekuasaan. Dari sini perlu mengatasi konflik dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak ada kekerasan. • Pendidikan perdamaian dalam kurikulum sekolah dengan memberi dimensi yang menarik para siswa untuk bertindak sebagaimana dipakai dalam pelatihan-pelatihan yang digunakan oleh pusat pendidikan perdamaian. 47


• Akhirnya dapat dikatakan bahwa secara metodologis pendidikan perdamaian perlu diwujudkan dalam berbagai situasi yang mendorong (sekolah, media komunikasi, lembaga pemberdayaan masyarakat, gerakan asosiasi, keluarga dan lain-lain) untuk: o Mempromosikan situasi saling menghargai sebagai landasan dalam menjalin relasi pribadi dan sosial. o Mempromosikan komunikasi dan hidup bersama baik secara interior maupun eksterior. o Partisipasi pada perayaan atau gerakan-gerakan perdamaian dan solidaritas. o Menciptakan suasana demokratis dalam aula, pusat pendidikan dan konteks-konteks pendidikan lainnya. o Membiasakan diri untuk mengadakan refleksi, pertukaran pendapat atau argumetasi. o Memahami cara pandang orang lain. o Membagikan dan menjunjung tinggi norma kehidupan bersama. o Mempromosikan kerja dalam kelompok atau proyek bersama. o Menggunakan teknik refleksi dan perkembangan moral: perdebatan atas pengalaman, menjelaskan nilai-nilainya, diskusi persoalan, resolusi konflik, dramatisasi dan permainan simulasi dan sebagainya.

48


5.- Cinta akan Lingkungan hidup 5.1.- Panorama aktual planet kita (MELIHAT)

S

uatu saat kita lebih sadar dengan apa yang dinyatakan oleh Atlas Bumi: ÂŤKita sedang berada dihadapan saat kritis dalam sejarah bumi, sebuah momen di mana kemanusiaan harus memilih masa depannya: atau membentuk sebuah kekuatan global untuk merawat bumi dan merawatnya bersama atau jatuh dalam resiko kehancuran diri kita sendiri dan keanekaragaman makhluk hidupÂť. -

Panasnya iklim atau pemanasan global. Pembesaran lubang ozon. Tanah semakin gersang. Berkurangnya hutan. Penurunan air laut atau samudra. Polusi kimia. Berkurangnya makhluk hidup. Tidak meratanya distribusi air yang meminta budaya dan etika air.

Kekerasan terhadap alam membawa konsekuensi sangat berat bagi semua, secara khusus bagi mereka yang lebih miskin dan terhadap mereka yang tidak memiliki perlindungan. Beberepa statistik yang membantu untuk melihat lebih baik situasi lingkungan hidup yang rusak dalam planet kita : 49


DEMOGRAFI: Setelah 150.000 tahun, umat manusia bertambah: ¿ 1939: 1.500 miliar. ¿

1969: 3.000 miliar.

¿

1999: 6.000 miliar.

¿

2028: 8.000 miliar.

¿

2039: 12.000 miliar.

BUMI: Setiap tahun 60.000 Km2 tanah produktif berubah menjadi padang gurun (gersang). - Sejak 1950 lebih dari separoh hutan lindung musnah. - Lampu kuning di wilayah Amazon. - Menyerang keanekaragaman makhluk hidup: setiap hari musnah satu spesies. - Pada tahun 2030 persediaan minyak bumi akan habis. AIR: - 1/3 dari negara berkembang tidak memperoleh air bersih. - 2/3 tidak akan memperolehnya pada tahun 2025. Ketersediaan air berkurang dari 17.000 m3 per orang dalam tahun 1950, sekarang mencapai 7.000 m3. - sejak 1950 hingga hari ini berkurang 1/4 hasil penangkapan ikan dunia. - 70% persediaan ikan telah sampai pada ambang batas (17 zona). Menurut penemuan baru-baru ini, perubahan iklim bisa menyebabkan kehancuran miliaran spesies makhluk hidup. UDARA: - Selama abad XX konsumsi energi 17 kali lebih banyak dari abad XIX. - Setiap tahun 6.000.000.000 ton karbon dioksida (CO2) menyebar di atmosfir. - Sampah meningkat 400% dibandingkan tahun 1950. - Zat pelapis ozon, yang melindungi bumi terhadap sinar ultraviolet menipis. EFEK RUMAH KACA - Selama abad XX suhu terus meningkat. - Dalam abad ini akan meningkat 5° C, 8° C. 50


- Selimut salju meleleh atau mencair sebesar 42%. - Sebagai konsekuensinya, permukaan laut naik 88 cm. - Terus bertambah badai, kekeringan, angin topan, banjir, dll. Eksploitasi sumber-sumber alami - Perlunya membatasi dalam mengkonsumsi jika kita tidak menginginkan berhentinya sumber-sumber alam dan habisnya persediaan yang tidak dapat diperbaharui. - Kekerasan terhadap alam mengakibatkan konsekuensi berat bagi semua, terutama bagai kaum miskin dan yang tidak mendapat perlindungan. - Tingkat konsumsi dari para negara kaya tidak mendukung masa depan. - Jika tetap meningkatkan konsumsi (pemanfaatan), sebelum tahun 2100 dunia dunia akan kolaps karena kekurangan sumber alam yang tidak dapat diperbaharui.

Ekologi Ekologi (οικολογία) (dari bahasa Yunani oikos (“oikóϛ”, “οίκου”), yang berarti rumah, tempat, keluarga, kampung dan logos (“λογοϛ”, “λογου”, yang berarti sabda, pengajaran dan akal) maka dapat dimaknai sebagai “memahami logika” atau “memahami aturan atau prinsip” dari sebuah rumah. Dari akar kata tersebut lantas muncul kata ekumenisme dan ekonomi. Ekonomi () (“oikonoméu, “oikóϛ” dan “νόμοϛ”, “νόμου”, yang berarti hukum, prinsip, aturan) dalam makna etimologis Yunani berarti “pengaturan atau administrasi sebuah rumah, misi dan tanggung jawab. Ekumenisme berasal dari kata Oikoumene, artinya tanah tempat tinggal, dunia yang dikenal dan berbudaya, semesta; berasal dari akar kata Yunani Oikos, yang berkaitan dengan Oikia, yang merujuk pada tempat di mana berkembang kehidupan dalam keluarga, ruang di mana memungkinkan untuk membangun sebuah komunitas. Dalam bahasa Yunani tindakan membangun ruang (), mempunyai rumah (ίϛ) menyatakan dengan konsep Oikodomèo (οίκοδομεω). Dalam Perjanjian Baru kata ini digunakan untuk menunjukkan bangunan Gereja (Mat 16: 18) atau untuk menunjukkan poses pengerjaannya atau pembangunannya (Kis 9: 31). Kita sekarang dapat mengatakan “membuat atau membangun komunitas”. 51


Jika kita membaca dan menimbang tiga konsep ini, kita dapat mencoba mencari satu definisi yang saling terkait: “Ekologi adalah upaya, komitmen keberadaan manusia untuk mengerti logika (realitas) rumah, dunia, demi menyelesaikan misi dan tanggungjawab menjadikan dunia sebagai komunitas manusiawi�. Alam bukanlah sebuah mesin tanpa jiwa, dia adalah satu sistem yang kompleks di mana manusia secara intim terlibat dan dari relasi dengannya menjadikan stabil di planet. Mengenalnya sebagai ruang kita, karena kita tidak mempunyai tempat lain di mana dapat hidup, menghormati keterbatasannya, prinsipi-prinsipnya dan mekanisme hidupnya: memahami karena merupakan sesuatu yang hidup di mana kita menjadi bagiannya dan lebih-lebih mengerti jika kita merusaknya, sama artinya merusak diri kita sendiri; memahami bahwa jika kita menghancurkan sumber-sumber alam, kita menghabiskan sumber-sumber kita dan juga hidup kedua belah pihak, dengan sendirinya pentingya kesatuan, asumsi konsep yang anteriormente tidak dikenal dan yang membentuk dasar pemikiran educati baru yang harus dimiliki agar menyadarkan generasi sekarang dan yang akan datang tentang pentingnya untuk melindungi sumber-sumber alam, karena pada akhirnya ha lini menyangkut ketahanan hidup mereka. Tidak hanya bumi yang sedang berada dalam situasi darurat, tetapi juga kita bersamanya.

5.2.- Sabda Tuhan soal Ciptaan (MENILAI) Hal yang pertama perlu diperhatikan adalah : “ Tuhan melihat segala sesuatu baik adanya (Kej. 1: 2). Ciptaan merupakan rumah dan taman yang disediakan Tuhan untuk manusia, yang menciptakan menurut gambar dan rupaNya (Kej 2: 15). Ini adalah tantangan manusia. Manusia bergantung pada taman dan taman bergantung pada manusia. Taman melindungi kita, dan seperti air susu ibu: memberikan kepada kita perlindungan dan marana, kehindahan dan hidup. Dan manusia harus merawat taman, melayaninya, melindunginya dan mengusahakannya. Kita bukan tuan besar atas taman. Kita tidak dapat memanipulasi menurut sesuka hati tanpa memperhatikan baik dan buruknya. Karena keburukan moral kita, kita dapat membunuhnya dan membunuh diri kita sendiri. 52


“Berkembangbiaklah dan bertambahlah banyak”. “Kamu dapat makan”, atau itu yang yang sama:  Jadilah dirimu sendiri,  Menerima resiko dalam hidup ( otonomi pencipta). “Janganlah makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat” Larangan ini menandai keterbatasan keinginan, mengingatkan manusia kepada tujuannya:  Bukan Allah  Dan menunjukkan kepadanya resiko kehancuran: “Nanti kamu mati”. Resiko kebebasan: Di sana di mana manusia bernafsu untuk makan semua dan menjadi tuan bagi dunia tanpa batas.  Melewati batas-batas ekologis,  Perubahan dalam perusak kehidupan bersama,  Mengakhiri perusakan diri sendiri. Kej 3: (Ular) Kehadiran kejahatan yang mengancam rumah dan taman hidup. Ular dalam kedalaman keberadaan manusia terus bertumbuh.  Kecurigaan berhadapan dengan Allah dan sesama,  Nafsu keserakahan,  Kehendak untuk menguasai dengan kekuatan (kekerasan) segala sesuatu.  Pencobaan: “ Kalian akan menjadi seperti Allah”  Kondisi untuk menolak Pencipta.  Gelap mata  Menanggalkan pakaian dan telanjang. Kemanusiaan, yang diwakili oleh Adam dan Hawa, menghendaki untuk mengganti Allah melalui pengetahuan/pengertian penuh akan kebaikan dan kejahatan (manipulasi).  Mampu memiliki pohon tentang yang baik dan yang jahat:  Untuk menjadi tuhan atas hidup,  Menaggalkan status ilahi diri sendiri,  Dan tidak bisa mati (keabadian), tanpa mempertimbangkan lingkaran kekerasan dan kehancuran yang akan lahir. Manusia, laki-laki dan perempuan makan bersama buah dari pohon tentang pengetahuan tertinggi, menolak dunia Allah, keharmonisan kosmis 53


dan manusia. Mereka dapat membangun dunianya hanya dengan perjuangan keirihatian dan dengan dominasi manusia dengan manusia lain. Pengetahuan adalah sesuatu yang baik; bahayanya adalah digambarkan oleh pengetahuan yang baik dan yang jahat, menguasai, untuk memuaskan keinginan egois. Hanya Allah, Tuhan akan yang baik dan yang jahat, yang mengantar kepada sumber hidup dengan sikap kebersamaan dan cinta kasih. Penting memahami fakta bahwa dominasi seseorang di atas ciptaan lain, yang rujukannya dapat ditemukan dalam Kitab Kejadian, “bukan merupakan kekuatan absolut”; harus direalisasikan dengan kesucian dan keadilan (Keb 9: 1-4). Bersama dengan Kej 1: 28, orang harus menyadari tentang hubungan tradisi yahwist dalam kisah penciptaan (Kej 2-3), yang merupakan kisah paling kuno. Di dalam teks tersebut berbicara tentang “taman Eden” dan mengatakan bahwa Allah menempatkan manusia di taman itu untuk “mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kej 2: 15). Sebagai manusia tidak mempunyai hak untuk merampas alam karena bumi adalah milik Allah (Kej 22: 19; Hos 9: 3; Yer 16: 18; Mzm 85: 2; Yeh 36: 5). Orang-orang Israel tinggal di bumi sebagai pengurus rumah atau penyewa, atau bahkan seperti orang asing dan pendatang (Im 25: 23).

5.3. – Spiritualitas ekologis Ciptaan dalam proyek Allah. Merealisasikan sebuah spritualitas ekologis36 Berangkat dari Kitab Kejadian kita dapat menarik beberapa kesimpulan teologis-spiritual: a) Proyek awali Allah terhadap umat manusia adalah adanya satu esistensi yang harmonis dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan Penciptanya. b) Bahkan jika seadainya pribadi manusia mempunyai kelebihan tertentu di atas ciptaan lain, kelebihan tersebut tetap berada di bawah kondisinya akan gambar dan rupa, akan pengatur dan peziarah di bumi. Allah tetap menjadi yang pertama dan Tuhan absolut atas ciptaanNya. c) Dosa adalah itu semua yang telah merusak seluruh keseimbangan dan menutup perwujudan tahap penciptaan otentik Allah, yang meliputi semua kosmos, untuk kebaikan bumi. d) Karena itu, bab-bab awal Kitab Kejadian juga dikutip oleh Rm 8: “Ciptaan menunggu dengan sedih pewayuan anank-anak Allah….Dia sedang mengerang karena sakit melahirkan”. 54


Berikutnya kita melihat beberapa ide yang dapat kita sebut sebuah spiritualitas kristen dalam kunci ekologis. Spiritualitas ini harus mempunyai paling tidak tiga kriteria sebagai titik berangkat: 1. Ciptaan sebagai sakramen dan karya Allah dan pribadi manusia, dalam Kristus, sebagai gambar dan rupa Allah. 2. Ciptaan tergelincir karena dosa, seperti panggilan, seperti panggilan dan tantangan terhadap ciptaan baru dan Adam baru. 3. Ciptaan dan kemuliaan eskatologis. Untuk menterjemahkan secara esistensial spiritualitas ini sebelumnya perlu kembali kepada dimensi-dimensi ini:   



Penemuan kembali pengalaman biblis: memoria keharmonisan, kebaikan dan keindahan ciptaan, dan manusia sebagai partner dan rekan kerja ilahi Pentingnya etos kristiani, yang selalu berpusat pada pribadi ,misteri dan keselamatan Yesu Kristus, Tuhan atas sejarah; Hidup berdampingan dan solid demi perkembangan pribadi dan sosial. Kesempatan untuk berpikir dalam terang universalitas dan totalitas. Ciptaan adalah milik semua dan keselamatan untuk semua pribadi Pentingnya sebuah spiritualitas solider, cinta dan kehidupan, yang perlu diwujudkan dalam tindakan baik dalam sekala besar maupun sekala kecil. Mereka harus merawat tindakan asketik dan keterlibatan, penolakan dan alternatif, sadar akan akar ter-akhir dan mendalam dari kehancuran yakni dosa dan bahwa kebaikan ekologi secara menyeluruh dimasukkan dalam misteri paskah Kristus. Kita semua terpanggil untuk menjawab realitas ini. Spiritualitas dialog dengan semua orang, budaya dan agama. Masa depan adalah tanggung jawab bersama. Terus menerus untuk mewujudkan dialog ekumenis, antar budaya dan antar agama sebagai dasar dan jaminan akan adanya tatanan etika global; Rangkuman: sebuah spiritualitas yang tidak boleh menjadi ekslusif dan mendua, yang menguatkan dimensi sosial dan personal, yang harus berada dalam relasi dengan ciptaan, kreatif dan menyatu. 55


Sebuah spiritualitas ekologi melihat pribadi manusia sebagai bagian integral dari ciptaan, dengan panggilan untuk merawat dan menjaganya dengan baik. Manusia bukanlah tuan atas ciptaan, tetapi Allah yang memberi tanggung jawab merawatnya dengan baik dan memanfaatkannya untuk melindungi dan meneruskan kehidupan. Kesadaran akan tanggung jawab ini mengundang untuk menciptakan sebuah relasi yang benar antara manusia dan ciptaan, dengan semangat doa, dengan penghargaan dan mengagumi ciptaan yang merupakan ungkapan kehadiran Allah. Kepekaan terhadap lingkungan hidup adalah penting untuk membangkitkan kembali dimensi spiritual manusia dan kosmos. Spiritualitas ekologi menunjukkan kepada kita bahwa “ciptaan merupakan pewahyuan pertama yang Ilahi”37. Jadi kesadaran ekologis adalah kesadaran spiritual. Kita temukan jejak Allah dalam alam. Buku yang ada di tanganmu, sebelumnya adalah sebuah pohon dan sekarang berisi campuran molekul sinar matahari, hujan dan tanah yang menyatu. SEMUA SALING BERKAITAN, SALING BERELASI , SALING BERGANTUNG. Kita semua merupakan bagian dari kosmos dan kita dalam relasi yang harmonis dengan kosmos. Tubuh kita terbuat dari substansi-substansi yang sama dengan gunung, samudera, bintang-bintang dan tanah (perbedaan antara jenis manusia dan babi sangat sedikit). Dalam Hari Perdamaian Dunia ditandai bahwa . “persoalan ekologis merupakan tanggung jawab kita semua” dan adalah penting untuk menstabilkan “upaya yang stabil untuk menghormati kewajiban dan tugas dari tiap negara, setiap pemerintah dan komunitas internasional”. -

56

Paradigma adalah “seni penafsiran”, yang menampilkan sebuah model atau skema, untuk memahami dan menjelaskan realitas secara spesifik. Ketika ada perubahan paradigma, dihasilkan sebuah bantu baru berpikir terhadap problem-problem lama dan atas berbagai realitas. Secara efektif, keprihatinan ekologis sedang menciptakan kesadaran sekitar fakta bahwa kita harus melihat dunia dari sudut yang lain. Manusia harus mulai mengenal yang berhubungan dengan lingkungan, yang bergantung darinya dan yang tidak bisa membebaskan darinya tanpa menderita rusak. Dia tidak di luar dunia dan di luar alam, tetapi menyatu dan hal itu membawa pemahamn baru tentang alam, tentang


dirinya sendiri dan seluruh lingkungan hidup manusia, termasuk konsekrasi dan kaul-kaul. Paradigma baru ini dapat disebut sebagai “kesadaran ekologis�. Beberapa profil konsep dari paradigma baru ini adalah: o Manusia harus peduli dengan tema-tema alam secara kompleks, global, dan menyeluruh. o Harus mengutamakan keyakinan akan hubungan yang hidup dalam proses alam. Intervensi dalam ekosistem mempunyai gaung di tempat-tempat lain. Dari sana: “Berpikirlah secara global, bertindaklah secara lokal�. o Harus melewati visi yang secara eklusif antroposentris dunia kepada sebuah konsep yang menekankan dimensi biosentris. Manusia bersatu dengan alam dan menjadi pusat kesadaran ekologis baru dan visi kristiani membela sentralitas manusia dalam kebersamaan dengan makhluk hidup. o Kesadaran ekologis yang baru harus mencakup pada persoalan evolusi. Manusia, dalam saat sejarah evolusi berada dalam tangannya tanggung jawab juga dalam evolusi berikutnya. Kita, mau atau tidak, menjadi pengelola proses evolusi di atas muka bumi, dalam kebaikan maupun keburukan. o Banyak agen kesadaran baru ekologis memikirkan alam dan kosmos tidak hanya manusia – didorong oleh “roh�. Prospektif spiritual ini hadir dalam kebijaksanaan agama-agama, harus juga menyatu dalam memahami manusia aktual dalam relasi dengan alam. Kesadaran ekologis menekankan dalam kesatuan semua fenomen, dan kesadaran kesatuan ini adalah secara esensial satu kesadaran religius atau spiritual dalam inti paling dalam. Visi ekologis ini merenungkan dunia sebagai jaringan relasi yang komplek di mana, semua bersatu dan dalam kesalingbergantungan satu sama lain. Manusia tidak di luar alam, melainkan menjadi bagian dari alam; dan tunduk di hadapan alam dan bersatu erat dalam evolusi.

57


5. 4.- Realitas ekologis ditrasformasikan oleh spiritualitas kristen (BERTINDAK) “Pengakuan iman dalam ciptaan, dari pihak kristen sekarang merupakan tindakan atau sikap berlawanan di depan kehancuran alam dan penghancuran manusia modern”38. “Kita akan sampai untuk hidup dalam keselarasan dengan alam” hari di mana kita akan menemukan Allah dalam ciptaan dan belajar menghargai alam dalam Allah”39. “Hidup dalam keselarasan dengan alam” berarti keharmonisan dan mengatur perkembangan terkini dari kebudayaan manusia pada kondisi organisme bumi yang lengkap. Kebudayaann kita tidak mengharmoniskan secara baik budaya dan alam, karena hanya mementingkan “kepemilikan”40.

Kita dapat mempraktekkan 3-R: recycle (mendaur ulang), reduce (menghemat, mengurangi), remember (mengingat), baik secara pribadi maupun komuniter!

Recycle…

Recycle…

o Memperbaharui kebiasaan kita mengkonsumsi dan membeli produk yang tidak mempunyai bungkus yang baik. Gunakan detergen dan alat-alat pembersih yang ramah lingkungan. o Manfaatkan lagi barang-barang yang dapat digunakan: plastik, sisa-sisa buah dan sayuran, kertas dan karton, kaca dan kaleng. o Pencampuran sampah. Jika menambah jumlah pasti dari cacing tanah, kertas-kertas, rumput dan sisa-sisa rumput kebun, hasilnya akan menyuburkan secara alami dan baik untuk tanah (membuat kompos). o Minta kepada pabrik agar bertanggungjawab untuk mengumpulkan barang-barang bekas dan rusak, misalnya tele-

58


o

visi dan komputer yang bisa diproses daur ulang. Yang lain…????

Reduce… Kurangi pemborosan Reduce… dalam menggunakan air. o Kurangi memakai mesin. o Mengurangi penggunaan bahan yang tidak dapat di daur ulang. o Mengurangi emisi korban dan penggantinya, menghindari pengguaan spray dan gunakan perlengkapan elektronik rumah tangga yang hemat energi. o Mengurangi konsumsi listrik dengan lampu neon. o Yang lain…???? o

Remember… o MengingatRemember… kan pemerintah setempat akan tanggung jawab mereka dengan pendauran ulang dan membuang sampah, dengan demikian ada kewajiban mempertahankan aktualisasi hukum-hukum tentang daur ulang dan pembuangan sambah. o Mengingatkan dengan keras kepada industri lokal yang harus membungkus rapi produk-produk mereka. o Mengingatkan kepada otorina lokal yangharus menghemat listrik dan menggunakan sistem kelistrikan yang efisien. o Mengingatkan pemerintah nasional tugas mereka dengan pernyataan dan persetujuan yang mendukung lingkungan hidup. o Mengingatkan semua yang mempunyai hubungan dengan Anda setiap hari tentang pentingnya penghargaan terhadap bumi dan melakukan prinnsip: mengurangi, mendaur ulang, menggunakan lagi, mengingat” arah untuk diikuti konsumen. o Yang lain…???? 59


Sambil merangkum, sekarang ini kita harus sadar akan perlunya melindungi oikos…(rumah)  TANAMLAH SEBATANG POHON  Perlunya mengkontemplasikan ciptaan, terutama di negara-negara maju, lebih tertekan.  Mengaitkan persoalan-persoalan ekologis dengan persoalanpersoalan Keadilan dan Perdamaian.  Hidup kita sebagai passionis sedang mengarah pada soal integritas ciptaan. Di sini kita mengingat rujukan terkenal dari Kitab Ulangan: “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan. Jika kamu mengindahkan perintah Tuhan, Allahmu,… kamu akan hidup dan berkembang; Tuhan Allahmu, akan memberkatimu dalam bumi di mana kamu akan pergi untuk hidup… Akan tetapi jika hatimu menjauh dan tidak taat…. aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa engkau akan binasa tanpa pembalasan….Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu…” (bdk.Ul 30: 15-20). Dalam kaitannya dengan tema yang kita bicarakan, ditekankan soal jalan yang mengarah kepada kehidupan yaitu jalan yang menghindari kerusakan ekologis. Untuk mewujudkan hal ini, kita perlu memupuk sikap optimis, sehingga mengantar kita memilih jalan untuk mengatasi krisis lingkungan hidup yang kita jumpai dalam keseharian. Oleh karena itu, akan sangat penting mewujudkannya secara kolektif, terutama dalam hal kemampuan untuk memberi bentuk pada logika ekonomi dan politik yang dibangun dalam semangat kebersamaan atau oleh sikap solider. Mengikuti kutipan dari Kitab Ulangan di atas, menurut saya kristianisme dapat menyumbangkan sesuatu yang berarti di tengah dunia kematian dan kejahatan dan membawanya kepada kehidupan dan kebaikan. Keyakinan saya pribadi bahwa kristianisme dapat memberi sumbangan 60


penting, meski sederhana, untuk memodifikasi kecenderungan-kecenderungan negatif tersebut yang mengantar kepada “kematian dan kejahatan� dan untuk menunjukkan perjalanan yang membawa kepada “hidup dan kebaikan� dengan menggunakan bahasa dari Kitab-kitab Pentateukh, yang telah dikutip di atas.

Untuk refleksi, diskusi dan saran untuk bertindak: 1.- Sebagai religius bagaimana caranya untuk terlibat dalam gerakan ekologis? 2.- Apa yang harus kita lakukan untuk memperdalam spiritualitas yang berpusat pada ciptaan? 3.- Apakah kita menyadari bahwa dosa memutuskan keharmonisan manusia dengan alam dan kekuatan perusak mengantar kepada sebuah krisis ekologis? Sejauh mana kita menyadari pengaruh dimensi kosmis dosa bersama dengan dosa pribadi dan dosa struktur? 4.- Bertitik tolak dari apa yang Anda baca dalam bagian ini, cobalah untuk menulis sebuah doa atau mazmur syukur, ratapan, minta pengampunan.

Untuk refleksi, dialog dan bertindak: 1.- Dari pengalaman hidup Anda perubahan paradigma apa yang sedang Anda catat? 2.- Menurut pendapat Anda mana nilai penting dari paradigma baru ini? 3.- Apakah ada dalam diri Anda dan dalam komunitas Anda ketahanan untuk merangkul paradigma baru itu atau sebaliknya tindakan-tindakan bertentangan dengan apa yang ada dihati Anda?

61


62


6. Metode kerja KPKC

P

aus Paulus VI mengatakan : ÂŤtidak ada misi yang tidak membuka mata gereja, hati yang tergerak dan tangan yang selalu siap untuk karya kasih dan terpanggil untuk mewujudkannya dalam duniaÂť. Apa yang dikatakan Paus Paulus VI dapat diringkas menjadi: melihat, menilai dan bertindak. Jadi metode kerja KPKC mengikuti skema: Melihat, menilai dan bertindak. Semua aktivitas KPKC perlu diwujudkan dengan mengikuti tiga momen: a) Melihat:mendengar, mengumpulkan dan menganalisa data dan informasi. Jadi lebih pada mendengarkan dan menganalisa realitas. Penting juga tahu menganalisa realitas agar mengetahui sebab-sebab dan dimensi-dimensi masalah atau persoalan. b) Menilai: realitas dipelajari dalam terang Injil, Ajaran sosial Gereja, dan dalam terang spiritualitas Pasionis. Tetapi perlu juga diperhatikan soal ilmu-ilmu sosial. Refleksi dan studi ini berfungsi untuk memberi masukan terutama tindakan dari ang gota komunitas kristiani. c)

Mengaktualkan atau bertindak: memberi usulan dan masukan untuk bertindak. Tindakan bukan pada dirinya sendiri tetapi menjawab tujuan untuk mengubah kenyataan yang sedang kita lakukan. Karena itu, perlu memberi dorongan untuk bertindak. 63


Tugas-tugas atau karya-karya dalam KPKC MERASAKAN DAN MENYADARKAN :  Atas realitas sosial dan umat manusia di dunia, baik dekat maupun jauh: diskursus, orasi, konferensi, publikasi dan sebagainya  Mengingat pentingnya tema ini, munculkanlah dasar-dasar Kitab Suci, memprakarsai pengenalan akan doktrin Sosial Gereja, integrasikan program ini dalam dimensi misioner Pasionis dan sebagainya.  Penting untuk mengubah cara pikir dan cara bermisi terutama dalam dunia yang ditandai dengan jurang ketidakadilan yang besar dan kemiskinan, ketidaksamaan dan kemiskinan, searah dengan apa yang kita percayai.  Berpartisipasi dalam berbagai forum untuk mendalami tema ini, agar pelayanan kita sebagai pasionis semakin banyak diminati.  Memberi kesadaran agar pusat perbelanjaan diatur secara benar dan solider, mengikuti kaidah-kaidah etika perdagangan. INFORMASI DAN FORMASI:  Atas situasi hak-hak dasar manusia dan perjuangan untuk keadilan dan perdamaian di dunia. Situasi konflik, ketidakadilan sosial dan ekononomi, problem lingkungan hidup dan sebagainya.  Atas problem aktual yang sedang muncul atau hangat dibicarakan.  Atas sebab-sebab, pelaku dan realitas yang menyebabkan konflik dan situasi ketidakadilan dan kekerasan. ANIMASI  Seminar dan mengusahan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada tema perdamaian dan keadilan.  Membagikan bakat-bakat kita pada pelayanan dan perlindungan terhadap mereka yang miskin.

64


MENGKORDINIR  Mengusahakan dialog dan kerja sama.  Pendampingan untuk mendorong komunitas kristiani.  Mengkoordinir dan mengadakan pertemuan dengan religius yang bekerja dalam wilayah yang sama untuk saling berbagi dalam membicarakan masalah keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.  Menyatukan kekuatan dengan kelompok lain yang berkerja sama dalam jalur yang sama : Komisi perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan Konferensi Wali Gereja/dioses/ordo/kongregasi, Karitas, pastoral perantau dan migran. Dan grup lain : Amnesty International, Greenpeace, 0,7%, Medis tanpa batas. MEWUJUDKAN DALAM TINDAKAN  Menolak segala sikap dan tindakan yang bertentangan dengan hak-hak asasi manusia, keadilan dan perdamaian.  Bersatu dalam unjuk rasa dan pernyataan bersama atau pernyataan keprihatinan.  Membuat tekanan lewat jaringan internet atau media komunikasi lainnya.  Partisipasi dalam kampanye dengan organisasi gerejawi lainnya.  Membangun solidaritas global yang sedang berkembang terutama dengan sesama aktivis dan lembaga pemberdayaan masyarakat. Semuanya itu kita lakukan karena keberpihakan kita terhadap masyarakat.  Mengusahakan proyek dalam wilayah kita dalam kerja sama dengan sekretariat misi sehingga proyek tidak hanya mengumpulkna dana tetapi perlu masuk dalam hidup umat sebagai elemen kesadaran dan panggilan untuk mengubah masyarakat.  Banyak hal yang dilakukan. Setiap orang dapat menentukan apa yang perlu dilakukan. Karena itu, apa yang kami uraikan di atas hanya berupa usulan.

65


Bidang Kerja dalam Perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan. Bidang pelayanan atau fokus tindakan perdamaian, keadilaan dan keutuhan ciptaan merupakan sebuah dimensi yang perlu diwujudkan dalam aneka realitas kerasulan : • Misi •

Paroki

Katekese

Pastoral kaum muda

Pendidikan kaum awam

Seminari atau rumah pembinaan

Hak-hak asasi manusia.

Karitas atau lembaga sosial kemasyarakat.

Bekerja dengan imigran

Misi populer

Media komunikasi.

Bekerja dengan kaum marginal dan pinggiran

Lembaga pemberdayaan masyarakat dan kelompok kepedulian

Terutama perlu berkarya dalam komunitas-komunitas kita.

Kita sedang berbicara sebuah pusat pembinaan yang perlu terwujud dan hadir dalam seluruh karya kerasulan dan dalam seluruh kegiatan kongregasi. Secara logis hal ini perlu diwujudakan dalam aksi dan proyek.

66


M e t ode K PK C METODE PELAKSANA PARTISIPASI DARI MASYABanyak Pribadi atau metode untuk masyarakat RAKAT membantu yang dibantu. Peran masyarakat masyarakat. ketika di bantu. T u n j a n g a n Negara sosial

Sosial Karitatif

Pasif. Ketergantungan. Tidak atau sedikit Masyarakat tergantung ruang konsultasi pada si pemberi atau donatur.

Gereja, Cari- Pasif tas, Tidak atau sedikit lembaga pem- ruang konsultasi berdayaan masyarakat

Pemberdayaan Lembaga Terkadang aktif pemberdayaan dan pasif. Terganmasyarakat tung pada masyarakat dan bagaimana membantu perkembangan. Umumnya diminta keahlian. Perdamaian dan keadilan

Anggota atau kelompok KPKC

HASIL Apa yang terjadi ketika menggunakan sebuah metode

Aktif

Terbatas. Sosial karitatif tidak membantu memecahkan problem. Membantu masyarakat hanya untuk jangkat waktu tertentu atau darurat Tidak bertahan lama. Hidup dari masyarakat akan mengalami kemajuan sejauh proyek dijalankan tetapi ketika proyek berhenti, kualitas kehidupan masyarakat terabaikan. Sarana penunjang tercukupi. JPIC bertanya siapa yang bertanggung jawab. JPIC bertanggung jawab atas pribadi dan struktur dan menjamin kelangsungannya 67


68


7.- Materi-materi : (Bdk DVD ). 8.- Informasi Alamat WEBSITE JPIC 1.- http://www.utopia.pcn.net/jpic.html Pagina web di JPIC dei Claretianos. Eccellente. Corso di JPIC molto buono in http://www.utopia.pcn.net/taller.html Ha perfino un bollettino in http://www.gratisweb.com/justicia_paz/boletin.htm pena che non a continuato. La pagina più aggiornata è questa: http://www.utopia.pcn.net/es/modules/news/ 2.- http://www.ofm-jpic.org/index_es.html Pagina web di JPIC dei Francescani. Molto buona. 3.- http://www.marianistas.org/justiciaypaz/ Pagina web di JPIC dei Marianisti 4.- http://www.ofm-jpic.org/ofmjpic/congress2006/index.html Secondo Congresso di JPIC dei Francescani. 5.- http://www.oala.villanova.edu/nnuu/just_paz.html Pagina di JPIC degli Agostiniani 6.- http://www.dominicos.org/jyp/ Website JPIC Domenican 69


7.http://www.cgfmanet.org/Default.asp?sez=0&sotsez=0&detSotSez=0&doc= 0&Lingua=3 Salesiane di Don Bosco. 8.- http://www.consolata.org/imc/spagnolo/Giustizia/manuale/Content.htm Corso sulla JPIC della Consolata. 9.- http://www.jpic-assumpta.org/rubrique.php3?id_rubrique=2 Religiose dell’Assunzione, pagina affezionata a JPIC 10.- http://www.juspaxes.org/enlaces.php?opcion=Justicia%20y%20Paz%20de%20los%20institutos%20religiosos Web di Giustizia e Pace (di Spagna) con molti links ad altre webs dei religiosi. 11.- http://www.combonianos.com/comboni/combonianos/justica_y_paz/justiciapaz_presentacion.htm Missionarii comboniani. 12.- http://www.religiosasdelasuncion.org/jpic.htm Religiose dell’Assunzione, provincia spagnola. 13.- http://www.confer.es/dptos/JyP/default.htm La pagina della CONFER della Spagna su JPIC. Ha buoni materiali. 14.- http://www.jpic.com.ar/index.html Dei claretianos, religiosi e laici, dell’Argentina ed Uruguay. È raccomandabile. 15.- http://www.planalfa.es/CONFER/justicia_y_paz.htm#menu Dipartimento di Giustizia e pace della CONFER. Con materiali. 16.- http://www.confer.es/dptos/JyP/Taller_Promotores/index.htm . È un’officina di JPIC. È lo stesso che il numero 1, ma completo. Eccellente.

70


Daftar Pustaka - MARROQUIN, Enrique: Otro mundo es posible. Justicia, paz, integridad de la creación y vida consagrada. Publicaciones claretianas, Madrid, 2006 - AIZPURUA DONAZAR, Fidel: El sueño de Dios. Justicia, paz, integridad de la Creación y vida religiosa. Cuadernos CONFER, 35. Madrid, 2006. - ORBEGOZO, José Agustín: Vida religiosa: Pasión por Cristo, Pasión por la vida. Cuadernos CONFER 18. Madrid, 2000. - BALLESTEROS, Carlos y DEL RÍO, Nuria: Consumo y ahorro responsables en la vida religiosa. Cuadernos CONFER 33. Madrid, 2005. - AA.VV.: Espiritualidad pasionista. Centro forum, reflexiones sobre la Memoria Passionis. Roma, 2004. - MOLTMANN, Jürgen: La justicia crea futuro. Política de paz y ética de la creación en un mundo amenazado. Sal Terrae, Santander, 1992. - BRADLEY, Ian: Dios es “verde”. Cristianismo y medio ambiente. Sal Terrae, Santander, 1993. - CASALDALIGA, Pedro y VIGIL, José Mª: Espiritualidad de la Liberación. Sal Terrae, Santander, 1992. - SOBRINO, Jon: “Espiritualidad y seguimiento de Jesús”, en Mysterium Liberationis, t. II. Ed. Trotta, Madrid, 1990. pp. 449-476. - AGUIRRE, Rafael y VITORIA, Francisco J.: Justicia. En Mysterium Liberationis II. Ed. Trotta, Madrid, 1990. pp. 539-577. - GARRIDO, Javier: Proceso humano y gracia de Dios. Apuntes de espiritualidad cristiana. Sal Terrae, Santander, 1996.

71


2.- Pubblikasi di Internet, mencakup apa yang ada dalam DVD: 1.- NOLAN, Albert: Espiritualidad Bíblica. Espiritualidad de la Justicia y el Amor. 2.- Espiritualidad de JPIC. 3.- MARROQUIN, Enrique: Espiritualidad en clave de Justicia, paz e integridad de la creación. 4.- TAMAYO, Juan José: Espiritualidad y respeto de la diversidad. Conferencia pronunciada en el II Foro Mundial de Teología y Liberación. Nairobi, Enero de 2007. (cf. www.eclesalia.net ) 5.- PIKAZA, Xabier: Una espiritualidad ecológica cristiana. Ecología, justicia y solidaridad. 6.- SOLER, Juan. Justicia, paz e integridad de la creación: Vivencia desde la espiritualidad. 7.- O’CONAIRE, Gearoid Francisco: Hacia una espiritualidad de la animación de JPIC. 8.- LOIS, Julio: Pasión por la justicia. En Misión Joven. 9.- GONZALEZ-CARVAJAL SANTABÁRBAR, Luis: El compromiso por la paz y la justicia de los seguidores de Jesús”.

72


Catatan kaki Untuk selanjutnya, kami akan menggunakan singkatan KPKC, sebuah istilah dalam bahasa Indonesia dan sering digunakan dalam pelatihan tentang keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. 2 Roh tidak bertentangan dengan apa yang material dan yang korporal (roh-materi, roh-tubuh). - Roh (ruah) berarti angin, hembusan nafas, nafas. Roh sama seperti angin ribut, kuat. Karena itu, Roh sebagai daya kehidupan dan sebagai nafas untuk kehidupan. -Roh adalah kehidupan, dialah yang membuat sesuatu ada sebagaimana adanya (Bdk. CASADALIGA, Pedro y VIGIL, Josè Ma; Espiritualitad del liberaciòn. Sal Terrae, Madrid, 1992, pp. 23-41. 3 Jon Sobrino: Espiritualidad y seguimiento de Jesùs (Spiritualitas Mengikuti Yesus) , dalam Mysterium Liberationes, t.II. Ed. Trotta, Madrid 1990, p.468 4 Ibid, p.471. 5 Ibd. P. 475 6 Processi I,572. 7 Benedetto XVI, Deus caritas est, n° 15 8 Revolusi ilmu pengetahuan yang digagas Thomas S Kuhn dalam buku, “The Structure of Scientific Revolutions ” (Thomjas Kuhn, The Structure of Revolutions, University of Chicago Press, 1962. Prima edizione in spagnolo, F.C.E., Mexico, 1971), menjadi sebuah topik yang kerap digunakan kalau berbicara soal perubahan paradigma. Penulis menegaskan bahwa perkembangan ilmu tidak selalu berjalan mulus tetapi selalu ada ketidaksambungan atau terputus. Perkembangan ilmu pengetahuan, tegas Khun, diwujudkan dalam realitas yang terbatas, yang dikenal sebagai paradigma, dalam mana ilmu diuji perkembangannya tetapi setelah melewati pengujian akhirnya sampai pada sebuah titik dimana perkembangan menjadi langkah dan menciptakan sebuah ruang atau tempat. Hal ini menunjukkan tidak ada model yang mampu menjelaskan semua realitas. Mengapa? Karena realitas selalu melampaui apa yang nampak, apa yang kelihatan. Karena itu, selalu ada yang disembunyikan, yang tidak bisa diungkap tuntas. Karena itu, perlu perubahan paradigma dalam mendekati realitas. Penemuan Khun ini menjelaskan banyak fenomena kontemporer yang tidak bisa diungkap secara tuntas. MARROQUIN, Enrique: “ Un altro mondo é possibile” (dunia yang lain adalah mungkin), p. 197. 1

73


AGUIRRE, Rafael e VITORIA, Francisco J.: Justicia (keadilan), dalam Mysterium Liberationis II. Ed. Totta,Madrid 1990. p. 572 Cf. BOFF, L, Pasión de Cristo, pasión del mundo (Sengsara Kristus, Sengsara dunia), Bogotà, 1978. 9

Metz, J. B.: La fede, nella storia e nella società (Iman, dalam sejarah dan masyarakat), Queriniana, Brescia, 1979, p. 107 ss. 11 Metz berbicara soal apa yang kami sebut sebagai “sejarah para pemenang” (La fede nella storia….p.128). Dalam gereja, kenangan akan martir merupakan benih-benih untuk kekristenan. Untuk itu, diktator selalu ingin menyembunyikan atau menghilangkan ingatan akan para martir. Untuk itu, Metz menyebutnya sebagai kenangan subversif, yang memperhatikan kondisi para korban dalam perjuangan melawan penguasa atau melawan mereka yang membuat orang lain disalibkan. Berkaitan dengan apa yang digagas Metz, Gutierrez, G. mengatakan: “Sejarah kekristenan ditulis dengan tangan putih, barat dan kelas borjuis. Karena itu, perlu menggantikan kenangan “Cristos azotados nelle Indie”, sebagaimana dikatakan Bartolomeo de las Casas…, mereka semua miskin, korban kekerasan dunia ini”. Kekuatan sejarah dari orang-orang miskin. Sìgueme, Salamanca, 1982, p. 370 Cf. pp. 31 e 249), adalah penting untuk mengenangkan rakyat yang di tindas: “Falsare la memoria d’un popolo oppresso è come mutilare la sua capacità di rivelarsi e dare una efficace arma per sostenerlo. La manipolazione della storia é stata, ed è ancora, una risorsa importata dai gruppi dominanti per mantenere il potere… Nel nostro continente soffriamo una versione signorile della storia”. Gutiérrez, G.: Alla ricerca dei poveri di Gesù Cristo, Queriniana, Brescia, 1995, p. 535. 12 Monsignor Juan José Gerardi Conedera (1922-1988), martir perdamaian dan pelindung hakhak asasi manusia . Dipresentasikan pada tanggal 24 april tahun 1988, diumumkan untuk mengenangkan memori sejarah, (Remhi) dan dua hari kemudian yaitu pada tanggal 26 april tahun 1998, Monsignor Juan Gerardi mati ditembak, setelah menolak militer. 13 Pendiri kita dan para pendiri keluarga Passionis menunjukkan perhatian besar terhadap mereka yang miskin dan yang sangat memerlukan bantuan: Paulus dari Salib melihat tulisan nama Yesus di muka orang-orang miskin. Ibu Maria José: pelayanan kerasulan yang ia lakukan berhadapan langsung dengan anakanak imigran Irlandia yang miskin .(Suster dari Salib dan Sengsara Yesus Kristus) María Magdalena Frescobaldi: berjumpa dengan banyak wanita prostitusi dan ingin mengubah hidup mereka dan membawanya pada penampungan para korban kekerasan seksual dengan tujuan mulia yaitu mengembalikan martabat wanita malang tersebut. ( Suster Pasionis dari Santo Paulus dari Salib). Dolores Medina, dengan anak-anak di tempat kumuh. “Panggilan kita punya makna karena ada penderitaan yang perlu ditangani” (Cont. 65). (Figlie della Passione) Dan Teresa Galifa, dengan ibu-ibu muda dan anak-anak terlantar. “Hatinya selalu tertuju pada mereka yang membutuhkannya “. (Serve della Passione). 14 Leonardo Boff, diambil dari halaman web : www.leonardoboff.com 15 Yohanes Paulus II , Discorso inaugurale di Puebla (Diskursus pembukaan Sinode di Puebla), III,4; dan bdk juga Puebla, n. 1.264. 16 Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir, orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap 10

74


orang-orang yang menindas orang upahan, janda dan anak yatim piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing, dengan tidak takut kepadaKu, firman Tuhan semesta alam (Mal. 3, 5) 17 Cf. Deus caritas est, nº 15. e al nº 20 menegaskan: “Cinta akan sesama berakar dalam kasih akan Allah dan itu merupakan untuk setiap orang beriman tetapi juga tugas antara komunitas gerejawi, dalam hal ini semua sederajat”. Bdk. Gutiérrez, G.: Alla ricerca dei poveri di Gesù Cristo, Queriniana, Brescia, 1995, pp. 87, 88-89, 106, 126, 423, 587 y 590. Cf. Ellacuria, I.: Op. Cit, p. 80. 18 Cf. Populorum Progressio, 47 e Sollicitudo Rei socialis, 33g 19 Giovanni Paolo II, di Namao, Canadá, pada tanggal 7 september tahun 1984, n.º 4. 20 AGUIRRE, Rafael y VITORIA, Francisco J.: Justicia. En Mysterium Liberationis II. Ed. Trotta, Madrid, 1990. p. 566. 21 NOLAN, Albert: “Espiritualidad bíblica. Espiritualidad de la Justicia y el Amor” 22 LOIS, Julio: Pasión por la justicia 23 AGUIRRE, Rafael e VITORIA, Francisco J. Op. Cit.p. 573 24 Ibid. p. 574 25 Ibid. p.572. 26 Bdk. MOLTMANN, Jürgen: La Giustizia crea futuro. Una politica ispirata alla pace e un’etica fondata sulla creazione in un mondo minacciato. Queriniana, Brescia, 1990. (p. 67). 27 Bdk. AGUIRRE, Rafael y VITORIA, Francisco J.: Op. cit. p.574 28 Bdk. MARROQUIN, Enrique: Otro mundo es posible. Justicia, paz, integridad de la creación y vida consagrada. Publicaciones claretianas, Madrid, 2006. pp. 194-241. 29 Paolo VI: Allocuzione alla recente nominata Commissione di Giustizia e Pace.. 30 Bdk. SRS 36ª, 36b, 36c, 36f, 37c, 37d, 38f, 39g, 40d, 46e 31 Deus caritas est, nº 20 32 Deus caritas est, nº 25 33 Kofi Annan en “I obbiettivi del Millennio”. Sett. 2000 34 Pada tanggal 20 Juli tahun 1925 35 Martin Luther King: “Why we can’t wait” (Mengapa kita tidak bias menunggu) 36 Pada titik ini benar yang dikatakan R. BERZOSA, Para comprender LA CREACIÓN EN CLAVE CRISTIANA, EVD, Estella 1991, pp. 43 y 46 37 Allah ada dalam Ciptaan, tampak dalam Ciptaan dan Ciptaan berbicara kepada kita tentang Allah. Allah ada di dunia dan dunia ada di dalam Allah. Dalam hal ini, Ian Bradley berkata: Allah itu hijau, sangat terkesan dengan ciptaan dan kita diundang untuk membagikan kesan tersebut. Karena itu Injil itu hijau, Kristianisme itu hijau dan Gereja kita harus menjadi hijau… Bdk. BRADLEY, Ian: Dios es “verde”. Cristianismo y medio ambiente. Sal Terrae, Santander, 1993. 38 MOLTMANN, Jürgen. Op. cit. (p. 97). 39 Ib. p. 110. 40 Ib. pp. 113-122.

75


76


DAFTAR ISI Kata pengantar ..........................................................................

5

Pengantar ……………………………………………................

11

1. Spiritualitas KPKC ……………………….............................

13

2. KPKC dalam Karisma Pasionis …………………...............

19

2.1. KPKC dari perspektif spiritualitas Pasionis: Memoria Pasionis (Dimensi kontemplatif) ………........

20

2.2. KPKC dari perspektif Spiritualitas Pasionis: Dimensi yang mengubah realitas ……................….........

23

2.3. Cinta akan kehidupan ………....................................

23

2.4. Kekhasan Spiritualitas Pasionis.…....................….....

25

2.5. Solidaritas: dari kehidupan kepada cinta (Bertindak)... 27 3. Cinta akan Keadilan ………................................................... 3.1. Panorama aktual umat manusia ……........................

29 29

3.2. Sistem ekonomi yang tidak adil dan bentuk baru solidaritas .........................................................................

31

3.3. Sabda Allah yang mendukung orang-orang tersalib (Menilai)...........................................................................

33

3.4. Cinta akan keadilan …..............................................

35

3.5. Solidaritas dan Keadilan (Bertindak) …...................

37 77


4. Cinta akan Perdamaian …......................................................

41

4.1. Panorama aktual umat manusia (Melihat) ….............

41

4.2. Perdamaian dalam Kitab Suci (Menilai) …...............

42

4.3. Spiritualits perdamaian …..........................................

43

4.4. Pendidikan perdamaian (Bertindak) ….....................

45

5. Cinta akan lingkungan hidup ................................................. 49 5.1. Panorama aktual dalam bumi kita (Melihat) ……….

49

5.2. Sabda Allah tentang ciptaan (Menilai) ………….....

52

5.3. Spiritualitas ekologis …………………………….....

54

5.4. Realitas ekologi yang tranformatif dari spiritualitas kristiani (Bertindak) ……………………………….........

58

6. Metode kerja KPKC ………………………………………...

63

7. Bahan-bahan (DVD)………………………………………....

69

8. Apendiks …………………………………………………......

69

Halaman Web JPIC …………………………………………......

69

Daftar Pustaka…………………………………………………..

71

Catatan kaki ……………………………………………….........

73

Daftar Isi …………………………………………………..........

77

78


30.- GIORGINI F., Le Suore pas. Messicane. 1) I Passionisti nel Messico, 2) La Congr. Figlie della Passione e di Maria SS. Addolorata, Roma 1983, pp. IV - 66. 31.- DIEZ MERINO L., Fondamenti biblici della dottrina sopra la Morte Mistica in S. Paolo d.+, Roma 1984, pp. 57. 32.- La Bulgaria negli scritti dei Missionari Passionisti fino al 1841, a cura di Ivan Sofranov,cp, Roma 1985, pp. IV - 146. 33.- GIORGINI F., La Missione Pop. Pas. in Italia. Saggio storico, Roma 1986, pp. IV-69. 34.- SPINOZZI B., La catechesi di S. Vincenzo M. Strambi, vescovo di Mac. e Tol., Roma 1986, pp. 80. 35.- AA. VV., Commenti alle costituzioni gen. cp, cap. I-II, Roma 1987, pp. 123. 36.- IDEM, " " " " " " III-IV, Roma 1986, pp. 71. 37.- BARBERI B. D., Scritti spir.: I, Autobiografia e propositi dei suoi esercizi spir. Roma 1986, pp.136. 38.- AA.VV., Aspetti pastorali della Memoria Passionis. Riflessioni personali, Roma 1986, pp. 53. 39.- IDEM, La Memoria Passionis nelle cost., Roma 1986, pp. 62. 40.- IDEM, Commenti alle cost. gen., cap. V, Roma 1987, pp. 56. 41.- BARBERI B. D., Scritti spir.: II, Commento al Cantico dei Cantici, Gemito della Colomba, Roma 1987, pp. 206. 42.- ALONSO B. P., I Passionisti e le sfide del mondo secondo le cost. e i regolamenti 1984, Roma 1988, pp. 48. 43.- SOFRANOV I., Maria Ciociova (1811-1836) e Mirjam Grunceva (1909-1935). Due Passiflora della Miss.pas. di Bulgaria, Roma 1988, pp. 38. 44.- ALONSO B.P., La pastorale mariana nella Congr. d. Pas. verso la metà del sec. XIX. Il P. Antonio Testa ((1787-1862), predicatore della Madonna, Roma 1990, pp. 68. 45.- BARBERI D., Lettera ai Professori di Oxford. Relazioni con Newman e amici, Roma 1990, pp. 110. 46.- ARTOLA A., P. Benito Arrieta, apostolo di Cristo nella Repubblica dominicana, Roma 1991, pp. 67. 47.- PELÀ G., La spiritualità ecumenica del B. Domenico Barberi, cp, apostolo dell'unità (17921849), Roma 1991, pp. 206. 48.- SCARONGELLA C., S.Vincenzo Strambi direttore spirituale, Roma 1991, pp.121. 49.- ARTOLA M. A., Alleluia sulla croce. Profilo biografico d. M. Soledad , Roma 1992, pp. 123. 50.- ZECCA T. P., Il Ven. P.Giovanni Battista Danei, fratello di S. Paolo della Croce, Roma 1995, pp. 54. 51.- ARTOLA M. A., La Morte Mistica secondo S. Paolo d. + con testo critico , Roma 1996, pp. 136. 52.- IDEM, La Passione di Cristo nel cuore nuovo secondo S. Paolo della Croce, Roma 1998, pp. 55. 53.- F. GIORGINI, I Passionisti nella Chiesa di Bulgaria e di Valachia (Romania), Roma 1998, pp.119. 54.- M. DE SANCTIS, Elementi di teologia mariana in S. Paolo della Croce, Roma 1998, pp. 47. 55.- D. BARBERI, Breve trattato sulla carità fraterna per le Religiose della Carità, Roma 1998, p.63. 56.- D. BARBERI, A Pacific Discussion upon Controversial Subjects between a Catholic and an English Protestant, Roma 2000, pp. XII-196. 57.- F. GIORGINI, Organizzazione e Ristrutturazione nella storia della Congregazione Passionista, Appunti storici, Roma 2005, pp. 68 58.- C. ALBINI, Le Lettere di S. Paolo della Croce ad Agnese Grazi. Un esempio di direzione spirituale del settecento, Roma 2007, pp. 177. 59.- E. SEBASTIANO, Immagini di Cristo negli scritti di S. Paolo della Croce, Roma 2007, pp. 118. 60.- ARISTIN, Jesús Mª, JPIC Passionista, Roma 2007, pp. 80.


80


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.