IN COLLABORATION WITH
COVID-19 VACCINE 101 February 13th – 25th, 2021
IN COLLABORATION WITH
INFORMASI MENGENAI
CORVETTE (COVID-19 Prevention with Vaccine Education) adalah aktivitas dari CIMSA UGM dengan rangkaian kegiatan yang terdiri atas social experiment dan
campaign series untuk masyarakat umum dengan topik vaksin COVID-19. Tujuan CORVETTE 1. Mengedukasi dan menyajikan data kepada masyarakat umum seputar vaksin COVID-19. 2. Memberikan daftar sumber informasi yang dapat dipercaya seputar vaksin COVID-19. 3. Menunjukkan posisi CIMSA sebagai organisasi mahasiswa kedokteran yang peduli terhadap isu ini dengan melakukan kampanye melalui media sosial. 4. Mengajak alumni CIMSA UGM dengan berkontribusi sebagai narasumber pada Instagram Live dan Volunteers Chat Meeting.
Target 1. Member CIMSA UGM
Member perlu dilatih untuk peduli dan menjadi agent of change terhadap isu kesehatan di masyarakat. 2. Masyarakat umum Hingga saat ini, masyarakat umum yang berasal dari berbagai latar belakang memiliki miskonsepsi terkait vaksinasi COVID-19.
IN COLLABORATION WITH
COVID-19 VACCINE 101 Apa Itu Vaksin? Menurut CDC, vaksin adalah zat yang berfungsi untuk merangsang terbentuknya antibodi atau kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin berisi bagian dari bakteri atau virus penyebab penyakit itu sendiri. Namun, bakteri atau virus tersebut telah dimatikan atau dilemahkan sehingga tidak membuat penerima vaksin tertular penyakit dari bakteri atau virus tersebut. Menurut Permenkes RI No. 84 tahun 2020, “vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.”
Apa Tujuannya? Vaksin berfungsi untuk membentuk kekebalan jangka panjang terhadap virus dengan membentuk sel B memori dan sel T memori. Hal tersebut dinamakan
immunological memory. Immunological memory adalah memori yang terbentuk saat tubuh berhasil merespons dan memusnahkan patogen (primary immune
response). Lalu memori tersebut disimpan oleh sel B dan T memori (cellula B memoriae dan cellula T memoriae). Vaksin memicu respons imun adaptif dan membentuk immunological memory. Sehingga saat tubuh terinfeksi virus yang sama, respons imun (secondary immune
response) akan lebih cepat teraktivasi dan mencegah virus yang menyebabkan penyakit. Respons imun yang lebih cepat disebabkan oleh sel B dan T memori mentransfer immunological memory ke naive recipients sel B dan T saat terjadi infeksi ulang (Carter dan Saunders, 2013; Murphy, et al., 2017).
IN COLLABORATION WITH
Vaksinasi merupakan proses pemberian vaksin kepada makhluk hidup. Vaksinasi bertujuan agar manusia terlindungi saat virus menginfeksi tubuh. Hal yang penting untuk diperhatikan mengenai vaksin adalah ia tidak seperti obat pada umumnya. Vaksin tidak hanya berdampak pada pribadi, tetapi juga pada lingkungan/masyarakat. Dengan kata lain, tujuan lain dari vaksinasi adalah menciptakan herd immunity (Doherty, et al., 2016).
Herd immunity adalah imunitas yang terbentuk saat jumlah manusia yang sudah kebal terhadap suatu virus lebih banyak dibandingkan dengan individu yang tidak kebal. Sehingga, risiko infeksi rendah dan bukan sepenuhnya hilang (Riedel dkk., 2019). Dengan itu, inang/reservoir suatu virus akan berkurang sehingga transmisi virus dapat dihambat (Murphy, et al., 2017). Ketika banyak orang di suatu komunitas telah tervaksinasi, patogen yang bersirkulasi dapat diatasi dan dicegah penyebarannya sehingga dapat memutus rantai penyebaran penyakit. Semakin banyak orang yang tervaksinasi, semakin sedikit pula orang yang terpapar penyakit tersebut. Dengan demikian, vaksin tidak hanya melindungi diri, tetapi juga orang-orang yang ada di sekitar kita.
Namun, menurut Murphy, et al. (2017), tujuan vaksinasi perlu mempertimbangkan berbagai kriteria dari vaksin yang efektif, yaitu: •
Vaksin harus aman dan tidak menimbulkan penyakit atau kematian.
•
Vaksin dapat memberi perlindungan secara menyeluruh.
•
Vaksin
dapat
memberi
perlindungan
jangka
panjang/membentuk
immunological memory yang lama, terutama kepada negara yang kurang mampu sebab vaksinasi ulang/booster tidak memungkinkan untuk dilakukan. •
Vaksin harus sangat murah/gratis jika vaksin hendak diberikan kepada populasi yang besar.
IN COLLABORATION WITH
Isi Vaksin Itu Apa, Sih? Berdasarkan Oxford Vaccine Group of Oxford University, suatu vaksin mengandung beberapa jenis material. Masing-masing material yang ditambahkan memiliki peran penting untuk mempertahankan kualitas, reaktivitas, dan fungsi utama vaksin itu sendiri. Secara umum, bahan-bahan yang dikandung dalam vaksin dibagi menjadi dua: bahan aktif dan bahan tambahan.
Bahan Aktif Bahan aktif yang ditambahkan ke dalam vaksin adalah bahan yang berfungsi untuk menjalankan fungsi utama vaksin, yaitu menstimulasi sistem pertahanan tubuh manusia
dalam menghadapi patogen
(virus/bakteri) yang memasuki tubuh. Bahan aktif yang dimasukkan ke dalam vaksin dapat berupa virus/bakteri utuh secara langsung ataupun bagian-bagian tertentu dari virus/bakteri (Oxford Vaccine Group, 2021). •
Apabila vaksin menggunakan virus/bakteri utuh sebagai materi aktifnya, virus/bakteri harus dilemahkan/dinonaktifkan terlebih dahulu agar tidak menginfeksi subjek. Apabila bahan aktif vaksin berupa bagian tertentu dari virus/bakteri, yang dimasukkan hanyalah protein atau gula penyusun tubuh patogen. Keberadaan dari bahan-bahan ini dapat mengaktifkan sistem pertahanan tubuh, tetapi tidak dapat mengakibatkan infeksi secara utuh (Oxford Vaccine Group, 2021).
Bahan Tambahan Bahan tambahan adalah material-material yang ditambahkan ke dalam vaksin untuk mempertahankan/meningkatkan fungsi, kualitas, maupun efektivitas dari vaksin tersebut. Beberapa bahan tambahan yang sering ditemukan dalam vaksin adalah adjuvan, thiomersal/thiomerosal, stabilisator, agen emulsi, dll.
IN COLLABORATION WITH
Adjuvan Adjuvan
adalah bahan tambahan vaksin yang berfungsi untuk
memperkuat dan memperpanjang durasi dari respon imun tubuh subjek terhadap virus/bakteri. Salah satu jenis adjuvan yang sering digunakan adalah garam aluminium (aluminium fosfat, hidroksida, dll.). Garam aluminium juga berfungsi untuk menyerap protein yang terdapat dalam vaksin untuk mencegah protein-protein tersebut menempel di dinding wadah (Oxford Vaccine Group, 2021).
Thiomersal Thiomersal berfungsi untuk melindungi vaksin dari kontaminasi faktorfaktor lingkungan, salah satunya jamur. Thiomersal banyak digunakan dalam vaksin-vaksin multidose, dan biasanya tidak ditemukan dalam vaksin sekali pakai (Oxford Vaccine Group, 2021).
Stabilisator Stabilisator berfungsi untuk menjaga kestabilan material-material penyusun vaksin agar fungsi, kualitas, dan efektivitas vaksin tersebut dapat dipertahankan. Ada dua jenis stabilisator yang umum digunakan dalam vaksin, yakni gelatin dan sorbitol. Gelatin umumnya digunakan dalam vaksin dengan virus yang dilemahkan sebagai bahan aktifnya. Fungsinya adalah melindungi virus tersebut dari kerusakan akibat temperatur yang sangat tinggi (Oxford Vaccine Group, 2021). •
Sorbitol sendiri biasanya terdapat pada vaksin MMR (gondong, campak, dan rubela) sekitar 15 miligram. Selain pada vaksin MMR, sorbitol juga terdapat pada vaksin cacar air (Varilrix). Sorbitol tidak berbahaya, tetapi orang yang memiliki alergi pada sorbitol atau intoleransi fruktosa disarankan untuk tidak menerima vaksin yang mengandung sorbitol (Vaccine Ingredients | Vaccine Knowledge, 2021).
IN COLLABORATION WITH
Agen Emulsi Fungsi dari bahan tambahan ini adalah mencampur/menghubungkan satu material dengan material vaksin yang lain. Agen emulsi yang paling sering digunakan adalah polisorbat 80 (Oxford Vaccine Group, 2021).
Antibiotik Antibiotik biasa digunakan pada proses pembuatan vaksin untuk mencegah kontaminasi dari bakteri-bakteri yang tidak digunakan dalam vaksin. Jenis antibiotik yang digunakan biasanya termasuk ke dalam grup non-alergen yang aman untuk semua kalangan, seperti neomisin, streptomisin, polymiksin B, gentamisin, kanamisin (Vaccine Ingredients | Vaccine Knowledge, 2021).
Ovalbumin dan Ragi Ovalbumin dan ragi biasa digunakan sebagai media pertumbuhan virus/bakteri yang menjadi bahan aktif dalam vaksin. Pada proses pengambilan virus/bakteri (antigen), antigen akan dipindahkan dari media tumbuh menuju media penyusunan vaksin yang terdiri dari lateks, formaldehid, glutaraldehid, serta bahan-bahan pengatur keasaman. •
Lateks biasa digunakan pada pengepakan vaksin. Aplikasi paling umum ialah digunakan untuk menutup jarum suntik yang digunakan dalam proses vaksinasi.
•
Formaldehid dan glutaraldehid berfungsi untuk menetralisasi racun yang dihasilkan oleh antigen/bahan aktif virus.
•
Bahan-bahan
pengatur
keasaman
berfungsi
untuk
mempertahankan pH di level optimal (sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan) agar vaksin tidak rusak.
IN COLLABORATION WITH
Bahan-bahan Lain Beberapa bahan lainnya yang terdapat dalam vaksin: • • • • •
Kalium/natrium fosfat (K3PO4/Na3PO4) Dinatrium adipat Natrium hidroksida/asam klorida (NaOH/HCl) Histidin Trometamol
Tahap Pembuatan Vaksin Sebelum digunakan dalam program vaksin suatu negara, pengujian ketat, dan ekstensif harus dilakukan untuk memastikan keamanannya. Tahapan pertama dalam pengembangan vaksin yaitu pre-clinical stage atau tahap preklinik, dibagi menjadi 3 fase: 1. Eksplorasi Identifikasi antigen natural atau sintetis yang memperingatkan tubuh dari patogen berbahaya. 2. Pengujian pada hewan Subjek berupa hewan diberi vaksin, kemudian secara sengaja diinjeksikan dengan patogen target untuk menguji keefektifan vaksin. 3. Pengajuan aplikasi Investigational New Drug (IND) ke FDA Bertujuan
untuk mendeskripsikan proses
pembuatan dan pengujian,
meringkas laporan laboratorium, dan secara rinci mendeskripsikan studi klinis yang diusulkan yang akan memvalidasi keamanan dan kemanjuran vaksin. Protokol klinis vaksin tersebut juga harus disetujui oleh dewan ahli peninjau kelembagaan dan FDA dalam rentang waktu 30 hari sejak pengajuan aplikasi. Apabila vaksin memicu respon imun setelah diuji pada hewan, maka vaksin akan melewati tahap selanjutnya, yaitu human clinical trial (uji klinis pada manusia) yang terdiri dari tiga fase.
IN COLLABORATION WITH
Fase 1 Vaksin diberikan kepada sejumlah kecil sukarelawan untuk menilai keamanannya, kemampuan untuk menghasilkan respon imun, dan menentukan dosis yang tepat. Pada fase ini, umumnya vaksin diujikan pada sukarelawan dewasa muda yang sehat.
Fase 2 Vaksin diberikan kepada beberapa ratus sukarelawan untuk menilai lebih lanjut keamanan dan kemampuannya untuk menghasilkan kekebalan. Partisipan fase ini memiliki karakteristik sama, seperti usia dan jenis kelamin, dengan orang yang akan divaksin. Biasanya, beberapa uji coba pada fase ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai kelompok usia dan formulasi vaksin yang berbeda. Partisipan yang tidak mendapat vaksin ini digunakan sebagai pembanding untuk menentukan apakah perubahan yang terjadi pada suatu kelompok yang divaksin tersebut disebabkan oleh vaksin atau terjadi secara kebetulan.
Fase 3 Vaksin diberikan kepada ribuan sukarelawan dan dibandingkan dengan kelompok serupa yang tidak mendapatkan vaksin, tetapi menerima produk pembanding untuk menentukan efektivitas vaksin dalam melawan penyakit. Sebagian besar uji coba fase ketiga dilakukan di berbagai negara dan beberapa lokasi dalam suatu negara untuk memastikan temuan kinerja vaksin berlaku untuk populasi yang luas dan beragam.
IN COLLABORATION WITH
Pada fase pengujian 2 dan 3, sukarelawan dan ilmuwan penelitian tidak diberitahu relawan vaksin mana yang sedang diuji ataupun yang berperan sebagai pembanding. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa baik sukarelawan maupun ilmuwan tidak terpengaruh terhadap penilaian keamanan atau efektivitas vaksin. Relawan dan ilmuwan akan diberitahu setelah semua uji coba dan hasil telah diselesaikan.
Setelah semua hasil dari uji klinis tersedia, langkah selanjutnya adalah peninjauan tingkat kemanjuran dan keamanan untuk persetujuan peraturan dan kebijakan kesehatan masyarakat. Pemerintah melalui BPOM perlu meninjau dengan cermat data studi sebelum mengesahkan vaksin untuk digunakan. Pemantauan ini dilakukan dengan pertimbangan yang berbeda di tiap negara. Vaksin harus terbukti aman dan efektif di seluruh populasi sebelum mendapat persetujuan untuk dimasukkan ke dalam program imunisasi nasional.
Pemantauan lebih lanjut perlu dilakukan secara berkelanjutan setelah vaksin diperkenalkan. Terdapat sistem untuk memantau efektivitas dan keamanan dari semua vakin yang memungkinan ilmuwan untuk dapat melacak dampak dan keamanan dari vaksin bahkan setelah jangka waktu yang lama. Data ini juga berpengaruh dalam pengambilan kebijakan penggunaan vaksin untuk mengoptimalkan dampaknya.
IN COLLABORATION WITH
Cara Kerja Vaksin Sebelum memahami bagaimana vaksin bekerja, kita harus memahami bagaimana tubuh kita bekerja dalam melawan suatu penyakit. Ketika suatu patogen menginvasi tubuh, patogen akan menyerang dan memperbanyak diri. Hal ini dapat disebut sebagai infeksi dan dapat menyebabkan penyakit. Setiap patogen terbentuk dari bagian-bagian yang unik dan spesifik. Bagian dari patogen yang dapat menyebabkan pembentukan antibodi disebut sebagai antigen. Antibodi dapat kita asumsikan sebagai tentara yang terlatih untuk mengenali antigen yang spesifik. Ketika tubuh kita pertama kali terpapar antigen, dibutuhkan waktu bagi sistem imun untuk dapat merespons dan memproduksi antibodi yang spesifik terhadap antigen tersebut. Karena pembentukan antibodi ini memerlukan waktu, seseorang yang terpapar patogen rentan sakit.
Ketika antigen yang spesifik telah diproduksi, antigen akan bekerja dengan sistem imun untuk menghancurkan patogen dan berusaha menghentikan penyakit. Pertama kali ketika tubuh kita bertemu dengan suatu patogen, diperlukan beberapa hari untuk mengatasi infeksi. Setelah terjadi infeksi, sistem kekebalan tubuh akan mengingat dan mempelajari cara tubuh dalam mengatasi patogen tersebut. Hal ini dapat dilakukan melalui sel T yang disimpan dan dapat disebut sebagai sel memori. Sel memori ini akan bekerja dengan lebih cepat dan efektif apabila bertemu dengan patogen yang sama. Ketika antigen yang sudah dikenali dapat terdeteksi, sel B akan menghasilkan antibodi untuk menyerang patogen tersebut.
IN COLLABORATION WITH
Vaksin biasanya mengandung patogen yang dilemahkan atau bagian dari antigen yang dapat menstimulasi sistem imun untuk merespons pertahanan tubuh. Meskipun berisi antigen, vaksin tidak akan menyebabkan penyakit kepada orang yang menerima vaksin tersebut. Beberapa vaksin memerlukan banyak dosis yang diberikan dengan jeda beberapa minggu hingga bulan. Hal ini diperlukan untuk memungkinkan produksi antibodi yang berumur panjang dan memberikan waktu untuk perkembangan dari sel memori. Dengan cara ini, tubuh akan terlatih untuk melawan organisme atau penyebab dari penyakit tertentu dan membangun memori patogen sehingga dapat dengan cepat melawan penyakit yang ditimbulkan apabila terpapar patogen yang sama di masa yang akan datang. Akan tetapi, tidak semua orang dapat divaksinasi. Orang yang mempunyai gangguan kesehatan dan sistem imun yang lemah seperti penyakit kanker, HIV, atau beberapa alergi lainnya tidak dapat menerima vaksin.
IN COLLABORATION WITH
Viral Vector Vaccines Vaksin mengandung virus tidak berbahaya yang tidak terkait viral vector untuk menyampaikan materi genetik dari SARS-Cov-2 ke tubuh. Vaksin ini harus disimpan di ruangan suhu rendah yang spesifik untuk menghasilkan respon imun yang kuat. Contoh: ▪
COVID-19 Vaccine University of Oxford/AstraZeneca (dose x2, 62-90% effectivity) (Covid: What do we know about China's coronavirus vaccines?, 2021)
▪
Vaksin Ebola
Uji Klinis untuk COVID-19: •
Janssen
•
CanSino
•
Gamaleya (dose x2, 92% effectivity) (Covid: What do we know about China's coronavirus vaccines?, 2021)
Genetic Vaccines Vaksin mengandung bagian dari materi genetik SARS-CoV-2 virus yang menyebabkan COVID-19. Materi genetik tersebut bisa berupa RNA/DNA. Vaksin ini membutuhkan biaya yang sedikit dan cepat untuk diproduksi. Namun, harus disimpan di ruangan suhu rendah yang spesifik. Contoh: ▪
Pzifer/BioNTech COVID-19 Vaccines (dose x2, 95% effectivity)
▪
Moderna COVID-19 Vaccines (dose x2 28 days apart, 95% effectivity) (Covid: What do we know about China's coronavirus vaccines?, 2021)
Uji Klinis untuk COVID-19: Imperial College London
Inactivated Vaccines Vaksin mengandung virus SARS-CoV-2 yang telah dibunuh. Vaksin ini memicu respons sistem imun manusia tanpa menyebabkan penyakit. Vaksin ini dibantu dengan adjuvan untuk meningkatkan respons imun. Contoh: ▪
Vaksin Influenza
Uji Klinis untuk COVID-19 •
Sinovac
•
Sinopharm
IN COLLABORATION WITH
Attenuated vaccines Vaksin mengandung virus SARS-CoV-2 yang telah dilemahkan. Vaksin ini memicu respons sistem imun manusia tanpa menyebabkan penyakit. Vaksin ini memerlukan waktu penelitian dan percobaan yang lama dengan respon imun yang menyerupai infeksi virus Contoh: ▪
Vaksin Polio Oral
Uji Klinis untuk COVID-19 •
Codagenix
Protein vaccines Vaksin ini mengandung protein dari virus SARS-CoV-2. Vaksin dikenali oleh sistem imun manusia dan memicu respons. Tingkat keamanan vaksin ini baik. Vaksin ini dibantu dengan adjuvan untuk meningkatkan respons imun. Contoh: •
Vaksin Hepatitis B
Uji Klinis untuk COVID-19 ▪
Novavax
▪
Sanofi/GSK
Viral Vector Vaccines
Genetic Vaccines
Attenuated Vaccines
Inactivated Vaccines
Protein Vaccines
IN COLLABORATION WITH
Penerima Vaksin Prioritas penerima vaksin menurut Roadmap WHO Strategic Advisory Group of
Experts on Immunization (SAGE): •
Petugas kesehatan yang berisiko tinggi hingga sangat tinggi untuk terinfeksi SARS-CoV-2 saat bertugas di masyarakat.
•
Kelompok dengan risiko kematian atau penyakit yang berat (komorbid). Indikasi pemberian disesuaikan dengan profil keamanan masing-masing vaksin.
•
Kelompok sosial/pekerjaan yang berisiko tinggi tertular dan menularkan infeksi karena mereka tidak dapat melakukan protocol jaga jarak secara efektif.
Tidak Bisa Divaksin? Kriteria apa yang membuat seseorang tidak bisa divaksin? •
Berusia selain 18-59 tahun (tanggal 5 Februari, BPOM sudah menyetujui penggunaan vaksin Sinovac untuk lansia >59 tahun dalam keadaan darurat. Akan tetapi, vaksin harus diberikan dengan hati-hati karena lansia cenderung memiliki komorbiditas (disertai pemeriksaan kebugaran, berat badan, serta riwayat komorbiditas).
•
Perempuan hamil dan menyusui (bila memiliki riwayat penyakit yang membahayakan).
•
Tekanan darah di atas 180/110 mmHg.
•
Pernah terjangkit virus COVID-19 dalam 3 bulan terakhir.
•
Mengalami gejala ISPA dalam seminggu terakhir (akut).
•
Serumah dengan orang yang diduga/terkonfirmasi/pernah kontak erat/sedang dalam perawatan COVID-19.
•
Penderita kanker (di beberapa kondisi tetap bisa menerima vaksin apabila riwayat kontrol medis memungkinkan dan tetap dalam pengawasan).
•
Penderita penyakit ginjal (akut + tanpa rekomendasi dokter penanggung jawab).
•
Penderita diabetes mellitus (akut + tanpa rekomendasi dokter penanggung jawab).
•
Penderita HIV (akut + tanpa rekomendasi dokter penanggung jawab).
IN COLLABORATION WITH
•
Penderita penyakit jantung (akut + tanpa rekomendasi dokter penanggung jawab).
•
Penderita penyakit saluran pencernaan kronis (akut + tanpa rekomendasi dokter penanggung jawab).
•
Penderita penyakit autoimun (akut + tanpa rekomendasi dokter penanggung jawab).
•
Sedang menjalankan terapi aktif jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah.
Prioritas Pemberian Vaksin Karena jumlah vaksin terbatas, pemberian vaksin akan dilakukan secara bertahap mulai dari golongan prioritas. Menurut Permenkes RI No. 84 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pasal 8 ayat 4, kelompok prioritas penerima vaksin adalah: a. Tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya. b. Tokoh masyarakat/agama, pelaku perekonomian strategis, perangkat daerah kecamatan, perangkat desa, dan perangkat rukun tetangga/rukun warga. c. Guru/tenaga pendidik dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA, atau setingkat/sederajat, dan perguruan tinggi. d. Aparatur kementerian/lembaga, aparatur organisasi perangkat pemerintah daerah, dan anggota lembaga legislatif. e. Masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi. f. Masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya.
Tahap 1 Tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang serta mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan.
IN COLLABORATION WITH
Tahap 2 Petugas pelayanan publik (TNI/POLRI, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya yang meliputi petugas di bandara/pelabuhan/stasiun/terminal, perbankan, perusahaan listrik negara, dan perusahaan daerah air minum, serta petugas lain yang terlibat secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat), dan kelompok lansia (≥ 60 tahun).
Tahap 3 Masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi.
Tahap 4 Masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya.
Setelah memastikan bahwa diri kita adalah penerima vaksin, akan timbul pertanyaan bagaimana cara tahu kapan waktu vaksinasi kita tiba. Pemberian vaksin dimulai dengan adanya SMS pemberitahuan yang merupakan mekanisme verifikasi sasaran penerima vaksinasi. Menurut Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit nomor HK. 02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19, mekanisme registrasi dan verifikasi adalah sebagai berikut:
1
Sasaran penerima vaksinasi menerima notifikasi pemberitahuan melalui SMS blast dengan ID pengirim: PEDULI COVID.
Penerima vaksin melakukan registrasi ulang untuk memilih tempat dan jadwal layanan, dengan melakukan verifikasi melalui: SMS 1199, USSD Menu Browser (UMB) *119# lewat ponsel, Aplikasi PeduliLindungi dengan mengakses laman http://pedulilindungi.id atau melalui Babinsa/Babinkamtibmas setempat.
2
IN COLLABORATION WITH
Layanan via SMS dan UMB tidak dikenakan biaya atau gratis. Sedangkan, bagi sasaran penerima vaksin yang tidak memiliki ponsel akan dikompilasi datanya untuk kemudian dilakukan verifikasi oleh Babinsa/Babinkamtibmas dengan melibatkan lurah, kepala dusun, ketua RT/RW, serta puskesmas setempat.
Nantinya, masyarakat akan diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk mengonfirmasi domisili serta penapisan diri (self-screening) sederhana terhadap penyakit penyerta. Sasaran dengan komorbid tertentu tidak dapat diberikan vaksinasi.
Setelah verifikasi, penerima memilih lokasi pelaksanaan dan jadwal. Selanjutnya,
3
Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19 akan mengirimkan tiket elektronik sebagai undangan sasaran penerima vaksin COVID-19 yang telah terverifikasi.
Pengingat jadwal layanan akan dikirimkan oleh sistem melalui SMS atau aplikasi PeduliLindungi kepada penerima vaksin. Data penerima vaksin COVID-19 yang telah terverifikasi beserta penjadwalan vaksinasi masing-masing dapat diakses oleh petugas
fasilitas
pelayanan
kesehatan
melalui
https://pcare.bpjs-kesehatan.go.id/vaksin/login/.
aplikasi
Pcare
Vaksinasi
4
IN COLLABORATION WITH
Efek Samping Efek samping adalah hal yang lumrah terjadi dan biasanya tidak dianggap berbahaya karena vaksin-vaksin yang diakui telah melakukan berbagai peninjauan. Vaksin bekerja dengan memicu sistem kekebalan untuk menghasilkan reaksi. Efek samping yang terjadi biasanya mirip dengan infeksi sebenarnya. Umumnya, efek samping vaksin-vaksin tersebut adalah gejala flu. Efek samping yang ditimbulkan menunjukkan bahwa sistem kekebalan seseorang bekerja dengan semestinya. Jadi, kita tidak perlu takut bila timbul gejala efek samping yang bersifat umum. Gejala biasanya hanya timbul pada satu hingga dua hari pertama.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/ Menkes/12758/2020, ada 7 vaksin yang akan beredar di Indonesia, yaitu vaksin yang diproduksi PT Bio Farma, Oxford-AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavax, Pfizer-BioNTech, dan Sinovac. Dari ke-7 vaksin tersebut, tidak semua vaksin telah beredar di Indonesia. Ada vaksin yang masih berada dalam tahap pengembangan.
1
Vaksin PT. Bio Farma "Kalau misalnya paling cepat masing-masing 3 bulan selesai, maka bisa di awal kuartal 2-2022 baru bisa diproduksi. Dalam rencana kami ini akan jadi vaksin berikutnya, karena diperkirakan vaksin yang sekarang akan mulai habis kekebalannya 2022," kata Budi di Komisi IX DPR RI, Rabu (13/01/2020). Dari potongan pernyataan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi, dapat disimpulkan bahwa vaksin PT. Bio Farma masih dalam tahap pengembangan sehingga belum diketahui efek sampingnya.
IN COLLABORATION WITH
2
Vaksin Oxford-AstraZeneca Budi Gunadi telah mengonfirmasi pembelian lima puluh juta dosis vaksin AstraZeneca ini. Beliau mengharapkan vaksin ini datang pada bulan Maret hingga April 2021. Efek samping vaksin Oxford-AstraZeneca yang telah diketahui:
Sangat umum (terjadi pada >1 dari 10 orang): •
nyeri tekan, nyeri, hangat, kemerahan, gatal, bengkak atau memar di tempat suntikan diberikan
•
merasa tidak sehat
•
lelah
•
menggigil atau merasa demam
•
sakit kepala
•
mual
•
nyeri sendi atau nyeri otot
Umum (terjadi pada hingga 1 dari 10 orang): •
benjolan di tempat suntikan
•
demam
•
muntah
•
gejala mirip flu, seperti demam tinggi, radang tenggorokan, pilek, batuk dan menggigil
Jarang (terjadi pada 1 dari 100 orang): •
pusing
•
nafsu makan menurun
•
sakit perut
•
pembesaran kelenjar getah bening
•
keringat berlebihan, kulit gatal atau ruam
Pada saat uji klinis, ada laporan kejadian yang sangat jarang, yaitu adanya peradangan sistem saraf yang dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, dan/atau kehilangan rasa.
IN COLLABORATION WITH
3
Vaksin Sinophram Vaksin Sinophram mendapatkan banyak penolakan dari Tiongkok yang merupakan produsen vaksin itu sendiri. Penolakan tersebut disebabkan adanya berbagai efek samping yang ditemukan:
Reaksi lokal Pada daerah di lokasi vaksinasi terjadi efek samping seperti kemerahan, bengkak, skleroma (jaringan yang mengeras di kulit atau selaput lendir), ruam, dan gatal.
Reaksi sistemik yang merugikan Pada reaksi sistemik, umumnya menunjukkan reaksi sakit kepala, demam, kelelahan, sakit otot, nyeri sendi, batuk, kesulitan bernafas, mual, diare, dan gatal. Pada kasus yang jarang terjadi, dilaporkan efek samping seperti pusing, kehilangan nafsu makan, muntah, nyeri orofaring, kesulitan menelan, pilek, sembelit, hipersensitivitas, reaksi alergi akut, lesu, mengantuk, sulit tidur, bersin, nasofaringitis, hidung tersumbat, tenggorokan kering, influenza, hipoestesia, nyeri tungkai, jantung berdebar, sakit perut, ruam, kelainan kulit dan selaput lendir, jerawat, sakit mata, ketidaknyamanan telinga, dan limfadenopati. Pada kasus yang sangat jarang, telah dilaporkan efek samping berupa menggigil, disgeusia (hilangnya kemampuan mengecap/merasa), perasaan tidak normal, gemetar, kesulitan memperhatikan, mimisan, asma, iritasi tenggorokan, tonsilitis (radang amandel), ketidaknyamanan anggota tubuh, nyeri leher, rahang nyeri, benjolan leher, sariawan, sakit gigi, penyakit kerongkongan, gastritis, perubahan warna feses, sakit mata, penglihatan kabur, iritasi mata, kehilangan penglihatan, sakit telinga, gugup, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah, inkontinensia urin (sulit menahan buang air kecil), dan keterlambatan menstruasi.
IN COLLABORATION WITH
4
Vaksin Moderna Reaksi lokal Nyeri, nyeri tekan, pembengkakan kelenjar getah bening di lengan yang sama dari suntikan, bengkak, dan kemerahan.
Efek samping umum Kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, menggigil, mual, muntah, dan demam.
Reaksi alergi parah Kesulitan bernafas, detak jantung cepat, pusing, lemas, pembengkakan di wajah dan tenggorokan, serta ruam di seluruh tubuh.
5
Vaksin Novavax Pada tanggal 28 Januari 2021 lalu, vaksin Novavax baru saja menyelesaikan uji tahap 3. Vaksin Novavax memerlukan uji tahap terakhir untuk menentukan kinerja dari vaksin ini sepenuhnya. Dilansir dari verywellhealth.com, yang telah diverifikasi oleh seorang dokter, pada tahap 3 pengujian vaksin Novavax, terjadi efek samping pada tingkat rendah yang tidak disebutkan.
6
Vaksin Sinovac Menurut Medshadow, vaksin Sinovac tidak memiliki efek samping yang serius. Pada penelitian yang dilakukan di Brazil dan China, vaksin Sinovac hanya memberikan efek samping seperti nyeri, demam, mual, pembengkakan, kemerahan, dan sakit kepala.
IN COLLABORATION WITH
7
Vaksin Pfizer-BioNTech Sangat umum (terjadi pada >1 dari 10 orang): •
nyeri di tempat suntikan
•
kelelahan
•
sakit kepala
•
nyeri otot
•
menggigil
•
nyeri sendi
•
demam
Kadang-kadang (terjadi pada 1 dari 100 orang): •
pembengkakan kelenjar getah bening
•
kurang enak badan
Jarang (terjadi pada 1 dari 1000 orang): •
kelumpuhan pada salah satu sisi wajah
Ada laporan mengenai reaksi alergi yang parah, tetapi belum ada data yang kuat dan tervalidasi.
Apakah Setelah Vaksinasi Perlu Mengikuti Protokol Kesehatan Lagi? Setelah vaksinasi, kita tetap perlu mematuhi protokol kesehatan dengan 5M: • • • • •
Memakai masker dengan benar. Mencuci tangan memakai sabun selama 40 detik atau handrub dengan alkohol 60% selama 20 detik. Menjaga jarak minimal 1 meter. Menghindari kerumunan. Membatasi mobilitas dan interaksi.
Selain itu, kita perlu menjaga kebugaran tubuh dengan mengonsumsi nutrisi seimbang dan menjalankan aktivitas fisik secara rutin.
IN COLLABORATION WITH
Risiko Vaksinasi untuk Pasien dengan Komorbiditas Berdasarkan informasi yang telah dibahas, vaksin COVID-19 yang beredar di masyarakat hanya menggunakan virus yang dilemahkan/dinonaktifkan ataupun
spike protein/gen pembentuk spike protein sebagai bahan aktifnya. Penggunaan bahan-bahan aktif ini dapat menginduksi respon pertahanan tubuh tanpa harus melibatkan replikasi virus SARS-CoV2 seperti pada proses patogenesis COVID-19.
Perlu diketahui bahwa dalam tubuh manusia, terdapat suatu sistem pengontrol homeostasis dalam tubuh yang disebut sebagai sistem Renin-AngiotensinAldosteron (RAA-system). Salah satu hormon penting dalam sistem ini adalah angiotensin II yang memiliki fungsi untuk meningkatkan penyerapan ion, meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan efek saraf simpatis pada tubuh. Pembentukan hormon ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan angiotensin
converting enzyme (ACE-II) yang berperan untuk mengaktifkan hormon tersebut. Dari informasi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa peningkatan aktivitas ACE-II akan meningkatkan jumlah angiotensin II dalam darah. Selain itu, hormon ini juga memiliki peran untuk meregulasi keseimbangan angiotensin II dalam darah.
IN COLLABORATION WITH
Peningkatan jumlah angiotensin II dalam darah akan menginduksi proses
“shedding” dari ACE yang terdapat pada membran sel (mACE), dibantu oleh enzim ADAM17. Proses ini akan menghasilkan soluble ACE-II (sACE) yang dilepaskan ke plasma, dengan tujuan untuk mengimbangi efek yang dihasilkan dari peningkatan angiotensin II di darah. Melalui respons ini, peningkatan angiotensin II yang berlebihan akan dikembalikan ke level normal oleh sACE yang terdapat di plasma. Berdasarkan 2 studi cohort yang dilakukan pada lebih dari 5000 orang pasien dengan fibrilasi atrium jantung, peningkatan angiotensin II berlebih (ditandai dengan jumlah sACE yang tinggi di plasma) banyak ditemukan pada pasien-pasien berusia lanjut, pria, dan memiliki komorbiditas seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular (Ahmed, Hasan, dan Rahman, 2020).
Sistem regulasi angiotensin II yang telah dijelaskan diatas dapat terganggu oleh kehadiran komponen virus dalam tubuh, meskipun hanya dalam bentuk protein S, gen protein S, ataupun virus yang dinonaktifkan. Bahan-bahan aktif vaksin ini, apabila berikatan dengan mACE, dapat mengurangi kemampuan sACE dalam menangani kenaikan angiotensin II lewat proses internalisasi maupun penghancuran enzim ADAM17. Proses penghancuran ADAM17 akan menghambat shedding mACE menjadi sACE, sehingga mengurangi jumlahnya di darah. Proses internalisasi sendiri terjadi lewat stimulasi makropinositosis (salah satu jenis endositosis) pada sel-sel tubuh. Proses endositosis ini akan memasukan mACE dan komponen penting vaksin lainnya ke dalam sel, menghambat proses pembentukan sACE. Akibatnya, efek angiotensin II (vasokonstriksi dan fibrosis) menjadi berlebih dan dapat memperparah penyakit yang telah diderita oleh pasien sebelumnya (Ahmed, Hasan, dan Rahman, 2020).
Dalam tubuh manusia, terdapat suatu sistem yang disebut RAAS (Renin Angiotensin Aldosterone System). Renin, angiotensin, dan aldosteron adalah hormon-hormon yang ada dalam tubuh. Fungsi ketiga hormon tersebut berbeda. Hormon angiotensin pada sistem ini berkaitan dengan risiko pemberian vaksin pada orang dengan komorbid.
IN COLLABORATION WITH
Secara umum, hormon angiotensin berguna sebagai vasokonstriktor untuk mempersempit lumen pembuluh darah, melepaskan aldosteron (dalam RAAS), dan meningkatkan rasa haus. Untuk membentuk angiotensin yang aktif dalam tubuh, diperlukan suatu enzim yang disebut angiotensin converting enzyme (ACE-II). Disebut ACE II karena angiotensin aktif biasa juga disebut angiotensin II.
Ketika angiotensin II diproduksi dalam tubuh, secara tidak langsung akan terjadi mekanisme umpan balik negatif yang berguna untuk menghentikan kinerja dari angiotensin II. Normalnya, umpan balik negatif yang dilakukan tubuh adalah dengan meluruhkan angiotensin II pada membran sel dengan dibantu enzim ADAM17. Akhirnya, terbentuklah angiotensin II yang larut dalam plasma darah (sACE) untuk mencegah terjadinya vasokonstriksi yang terus menerus.
Adanya suatu virus atau bahan aktif virus yang berikatan dengan reseptor pada membran sel akan menghancurkan ADAM17 dan mengurangi kemampuan sACE. Akibatnya, terjadi efek angiotensin II yang berlebih seperti vasokonstriksi yang terus menerus dan fibrosis (pengerasan pada jaringan). Oleh karena itu, orang dengan komorbid diabetes, penyakit kardiovaskuler, ataupun gangguan pernapasan, tidak disarankan untuk menerima vaksin.
Menurut suatu studi, pasien dengan penyakit kardiovaskular ataupun gangguan sistem pernapasan memiliki jumlah angiotensin II yang lebih tinggi daripada normal. Hal ini menunjukkan, jika sACE mereka berkurang. Pemberian vaksin ditakutkan akan memperparah kondisi orang dengan komorbid. Tentu akan sulit bagi masyarakat untuk menentukan apakah penyakit yang dideritanya dapat menjadi risiko untuk menerima vaksin. Oleh karena itu, proses screening akan dilakukan oleh tenaga medis kepada calon penerima vaksin.
IN COLLABORATION WITH
Hoaks tentang Vaksinasi
1
Sebagai Kelinci Percobaan Hoaks vaksin Sinovac yang pertama adalah tulisan “only for clinical trial" pada kemasan vaksin Sinovac. Maksud dari tulisan itu disebut-sebut masyarakat akan dijadikan kelinci percobaan dari vaksin tersebut. Sekretaris Perusahaan Bio Farma, Bambang Heriyanto menjelaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. Ia mengatakan bahwa kemasan yang berlabel "only
for clinical trial" digunakan untuk uji klinis fase ketiga dan bukan untuk didistribusikan.
2
Mengandung Sel Vero Hoaks vaksin Sinovac yang beredar lainnya adalah adanya sel vero yang berasal dari kera hijau Afrika dalam vaksin Sinovac sehingga tidak teruji kehalalannya. Bambang menyatakan bahwa informasi tersebut juga tidak benar adanya. "Dapat juga kami sampaikan bahwa vaksin Sinovac tidak mengandung vero cell. Sel vero hanya digunakan untuk pengembangan kultur virus dalam proses perbanyakan virus. Kalau tidak ada media kultur maka virus akan mati dan tidak bisa digunakan untuk pembuatan vaksin," ungkapnya.
3
Kandungan Boraks dan Formalin dalam Sinovac Boraks dan formalin disebut menjadi kandungan dalam vaksin Sinovac. Informasi tersebut dipastikan merupakan hoaks. "Vaksin COVID-19 Sinovac diproduksi tidak menggunakan pengawet dan tidak mengandung bahan lain seperti boraks, formalin, ataupun merkuri," ujar Bambang dalam konferensi pers daring (3/1/2021). Dalam proses produksinya, vaksin Sinovac menggunakan metode
inactivated untuk mematikan virus sehingga vaksin tersebut tidak mengandung virus hidup yang dilemahkan.
IN COLLABORATION WITH
4
Merupakan Vaksin yang Paling Lemah Hoaks ke-4 yang sempat membuat geger masyarakat adalah adanya isu WHO menyatakan bahwa vaksin Sinovac merupakan vaksin paling lemah dan tidak efektif dalam menghadapi virus SARS-CoV-2. Isu ini disebarkan oleh sebuah akun Instagram yang mengaku memperoleh informasi tersebut dari situs resmi WHO. Isu ini lagi-lagi merupakan hoaks yang tidak didasarkan bukti kuat dan informasi valid. Hal ini dikemukakan oleh juru bicara vaksinasi COVID-19 BPOM, Lucia Rizka Andalusia. Beliau menyatakan bahwa informasi tersebut tidak benar karena tidak terdapat dokumen maupun unggahan resmi dari WHO yang menyatakan vaksin Sinovac memiliki kualitas dan efektivitas paling rendah diantara vaksin-vaksin lainnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari uji klinis yang dilakukan di Bandung, Indonesia, efikasi dari vaksin sinovac adalah 65.3%. Angka ini sudah melebihi batas efikasi minimum yang ditetapkan oleh WHO untuk Emergency Use
Authorization (EUA), yaitu 50%. Berdasarkan informasi ini, vaksin Sinovac aman, efektif, dan layak untuk digunakan masyarakat (Nugroho, 2021).
IN COLLABORATION WITH
Demikian beberapa contoh misinformasi yang sempat beredar mengenai isu vaksinasi COVID-19. Walaupun pemerintah telah turun tangan untuk memberikan klarifikasi melalui berbagai platform, penyebaran berita hoaks tetap sulit untuk dikendalikan. Terbukti dari angka berita hoaks yang terus meningkat setiap harinya. Oleh karena itu, kita perlu berpikir kritis dalam menerima informasi dan bersikap proaktif untuk memastikan kebenaran berita yang kita dapatkan.
REFERENSI BBC News. 2021. Covid: What do we know about China's coronavirus vaccines?. [online] Available at: https://www.bbc.com/news/world-asia-china-55212787 [Accessed 8 February 2021]. British Society for Immunology. 2021. Types of Vaccine for COVID-19. [online] Available at: https://www.immunology.org/coronavirus/connect-coronavirus-publicengagement-resources/types-vaccines-for-covid-19 [Accessed 8 February 2021]. Ahmed, A., Hasan, M. and Rahman, M., 2020. COVID-19 vaccine safety in comorbid patients: are we missing some critical points?. COVID-19 and Public Health. [online] ResearchGate, pp.2 4. Available at: <https://www.researchgate.net/publication/346718911_COVID19_vaccine_safety_in_comorbid_patients_are_we_missing_some_critical_points> [Accessed 7 February 2021]. Carter, J. dan Saunders, V., 2013. Virology: Principles and Applications. 2nd ed. Chichester: John Wiley & Sons. Centers for Disease Control and Prevention. 2021. COVID-19 and Your Health. [online] Available at: <https://www.cdc.gov/coronavirus/2019ncov/vaccines/different-vaccines/how -they-work.html> [Accessed 8 February 2021]. Doherty, M., Buchy, P., Standaert, B., Giaquinto, C., & Cohrs, D. P. (2016). Vaccine impact: Benefits for human health. Vaccine, 34(52), 6707-6714. Everington, K., 2021. Full list of adverse reactions from China's Sinopharm vaccine
revealed | Taiwan News | 2021/01/11. [online] Taiwan News. Available at: <https://www.taiwannews.com.tw/en/news/4098913> [Accessed 8 February 2021].
IN COLLABORATION WITH
GOV.UK. 2020. Information for UK recipients on COVID 19 Vaccine AstraZeneca. [online] Available at: <https://www.gov.uk/government/publications/regulatoryapproval-of-covid-19-vaccine-astrazeneca/information-for-uk-recipients-on-covid19-vaccine-astrazeneca> [Accessed 8 February 2021]. GOV.UK. 2021. Information for UK recipients on Pfizer/BioNTech COVID-19 vaccine. [online] Available at: <https://www.gov.uk/government/publications/regulatoryapproval-of-pfizer-biontech-vaccine-for-covid-19/information-for-uk-recipients-onterpfizerbiontech-covid-19-vaccine> [Accessed 8 February 2021]. Kementerian Kesehatan. 2021. SK Dirjen Nomor HK.02.02/4/1/2021 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19. Kementerian Kesehatan. 2021. Surat edaran (SE) nomor HK.02.02/I/368/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 pada Kelompok Sasaran Lansia, Komorbid dan Penyintas COVID-19, serta Sasaran Tunda. Marco,F., 2021. Sinopharm vaccine explainer: Everything you need to know after UAE approval. [online] english.alarabiya.net. Available at: <https://english.alarabiya.net/coronavirus/2020/12/10/Coronavirus-ExplainerEverything-you-need-to-know-about-Sinopharm-s-vaccine-after-UAE-approval> [Accessed 8 February 2021]. Murphy, K., Weaver, C., Mowat, A., Berg, L., Chaplin, D., Janeway, C., Travers, P. dan Walport, M., 2017. Janeway's Immunobiology. 9th ed. New York: Garland Science. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2020 TENTANG PELAKSANAAN VAKSINASI DALAM RANGKA PENANGGULANGAN PANDEMI CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) Riedel, S., Mitchell, T., Hobden, J., Sakanari, J., Miller, S., Hotez, P., Morse, S., Mejia, R., Mietzner, T. dan Detrick, B., 2019. Jawetz, Melnick & Adelberg's Medical microbiology. 28th ed. United States: McGraw-Hill Education. U.S. Food and Drug Administration. 2021. Moderna COVID-19 Vaccine. [online] Available at: <https://www.fda.gov/emergency-preparedness-andresponse/coronavirus-disease-2019-covid-19/moderna-covid-19-vaccine> [Accessed 8 February 2021]. Vk.ovg.ox.ac.uk. 2021. Vaccine ingredients | Vaccine Knowledge. [online] Available at: <https://vk.ovg.ox.ac.uk/vk/vaccine-ingredients#manufacturing> [Accessed 14 February 2021]. Who.int.
2021.
How
do
vaccines
work?.
[online]
Available
<https://www.who.int/news-room/feature-stories/detail/how-do-vaccines-work> [Accessed 8 February 2021].
at:
IN COLLABORATION WITH
Who.int. 2021. [online] Available at: <https://www.who.int/influenza_vaccines_plan/resources/Session4_VEfficacy_VEffec tiveness.PDF> [Accessed 8 February 2021]. Zimlich, R., 2021. Novavax's COVID-19 Vaccine: What You Need to Know. [online] Verywell Health. Available at: <https://www.verywellhealth.com/novavax-covid-19vaccine-5093292> [Accessed 8 February 2021].
Terima Kasih Penulis | Nicholas Faustin, Raissa Almira, Jessica Vivian, Sophie Romzia, Tiara Agma, Scholastica Clio, Vidre Surya, Patricia Aline, Firza Salim, Septeswa Mulatarum Penyunting | Sarah Salsabila, Raina Said, Aufa Fathya, Ivan Zain Penata Letak | Andreas Niko