Citra Ilmu, Edisi 31 Vol. XVI, April 2020
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam Prespektif Progresivisme Mukh Nursikin State Islamic Institute (IAIN) Salatiga email: ayahnursikin@gmail.com Abstract The consept of islam abaout liberation education indicates that every child owns elmentary potency and freedom as khalifah and ‘abid to explore the potency owned in solving life’s probelm. This research emphasizes on the methodological aspect of the development of Islamic education curriculum with in perspective progressivism. The aim of this research in to develop an islamic education curriculum by methodological design and approach in learning of islamic education concerming in perspective progressivism. To attain which is that aim, this research uses progressivism approach by learned contered design givingb a special place to the students. This study is a research, it is qualitative approach wit descriptive analysis as its method. The findings indicate that in practice, islamic education should refer to human being wxistence forming a democratic education mechanismn, opened, transformative, an interative, on the purpose of humanizing human beings, meaning that education is students to be able to develop their potency as Allah’s creation which funcition as khalifah mission and run the devation as intact person.
Keywords: Progressivism, Islamic education, Curriculum
Abstrak Konsep pendidikan Islam tentang kurikulum pendidikan islam dalam prespeftif progresivisme menunjukkan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi atau kemampuan dasar dan kebebasan sebagai khalifah sekaligus sebagai ‘abid untuk mengeksplorasi potensi yang dimilikinya dalam memecahkan problema dalam hidupnya.Setiap satuan pendidikan diberi kebebasan untuk mengembangkan dan menetapkan kurikulum sesuai kebutuhannya. Akan tetapi dalam praktiknya masih banyak menimbulkan problem terutama pada pengembangan dan implementasinya, maka hal ini akan sangat berpengaruh pada kualitas pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitativenaturalistic dengan pengumpulan data baik dari penelitian literatur maupun penelitian lapangan. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa pada praksisnya pendidikan islam harus mengacu kepada eksistensi manusia yang membentuk mekanisme pendidikan yang demokratis, terbuka, transformatif dan juga interaktif yang berorientasi pada memanusiakan manusia, dalam artian pendidikan bukan hanya merupakan pengalihan atau transfer pengetahuan saja, melainkan membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensi sebagai mahluk Allah yang mengemban misi sebagai khalifah dan menjalankan fungsi sebagai pribadi yang utuh. Kata kunci: Progresivisme, Pendidikan Islam, kurikulum
51
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam Prespektif Progresivisme ... – Mukh Nursikin
Pendahuluan
dalam pandangan Fazlurrahman sebagai akibat surutnya
Pendidikan mempunyai peran sangat penting
intelektual Islam sebagai akibat kemandulan pendidikan
dalam keselurahan aspek kehidupan manusia. Manusia
Islam.4 Kerapuhan ini mencuat keluar sebagai protes
dilahirkan telah memiliki kemampuan yang bersifat
atas kegagalannya selama ini dan kerapuhan dimaksud
laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan
dalam protes atas kegagalan dilukiskan dalam bentuk
melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap.
dualisme dikhotomik yaitu apa yang dikategorikan
Manusia diciptakan Allah SWT dalam struktur
ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum atau sekuler,
yang paling sempurna di antara makhluk yang lain.
yang mana ilmu umum tersebut paling tinggi berada
Struktur manusia terdiri dari aspek jasmaniah dan aspek
pada posisi fardhu kifayah, dalam realitasnya kemudian,
rohaniah/unsur filosofis dan unsur psikologis, dalam
ilmu-ilmu umum itu merupakan prasyarat yang harus
unsur-unsur ini manusia memiliki kecenderungan
diselidiki.5 Dalam upaya reformasi sistem pendidikan Islam,
berkarya yang disebut potensialitasyang dalam Islam disebut fitrah.1
rekonstruksi kurikulum pendidikan Islam menjadi
Potensi atau fitrah ini para ahli memberikan
bagian yang paling penting untuk dilakukan. Dalam
pandangan diantaranya al-Syaibani memandang
dunia pendidikan, kurikulum sebagai rancangan
manusia memiliki potensi yang meliputi badan, akal
pembelajaran mempunyai kedudukan yang cukup
dan ruh segi tiga yang sama panjang sisinya (al-Syaibani;
sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan
1979: 130).Attiyah al-Abrasyi berpendapat bahwa dalam
proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Mengingat
diri manusia itu terdapat berbagai kemampuan antara
pentingnya kurikulum dalam dunia pendidikan,
lain kemampuan untuk membedakan dan memikirkan,
maka pengembangan kurikulum sangat dibutuhkan
unsur-unsur kemarahan yang mencakup sifat-sifat
karena kurikulum memegang kedudukan kunci
marah, agresif, gila kekuasaan dan penonjolan diri,
dalam pendidikan, sebab berkaitan langsung dengan
unsur-unsur syahwat (hawa nafsu) yang mencakup nafsu
penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang
mencari nafkah dan hubungan panca indera, kekuatan-
pada akhirnya menentukan macam dan kualitas/
kekuatan tersebut akan berkembang sesuai dengan
kompetensi lulusan suatu lembaga pendidikan, begitu
kesempatan pendidikan yang diberikan kepadanya.2
juga kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan
Pendidikan Islam yang dikembangkan selama ini, juga dinilai dari beberapa pihak bahwa dalam realitasnya
pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun Nasional.
terlihat sangat jauh dari idealisme yang diharapkan,
Kurikulum memiliki andil yang cukup besar
karena sedemikian banyak persoalan yang menderanya
dalam melahirkan harapan tersebut.Suatu kurikulum
sehingga memunculkan beragam krisis3. Krisis tersebut
disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum, dan suatu kurikulum diturunkan atau dijabarkan dari teori pendidikan tertentu.
Omar Muhammad At-Taumy Al-Syaibani, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta: bulan bitang, 2000), hlm. 130 2 Athiyah al – Abrasyi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falsafatuha, (Isa albababi wa stirkahu, mesir, 1990) hlm. 47. 3 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori Dan Pratik (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 232. 1
52
Ibid, hlm, 108 Abdurahmanansyah, Prinsip-prinsip Filosofis kurikulum pendidikan Islam (Telaah atas Pemikiran Ismail Ra’ji al faruqi), (Yogyakarta, Rosdakarya 2018), hlm, 212. 4 5
Citra Ilmu, Edisi 31 Vol. XVI, April 2020
Kurikulum dipandang sebagai rencana konkret dari
masyarakat untuk mensekolahkan putra/putri mereka
suatu Pendidikan. Dalam diskursus pengembangan
dimadrasah semakin rendah. Masyarakat seolah tak
kurikulum pendidikan Islam selama ini, telah muncul
lagi menaruh harapan dari institusi Pendidikan Islam
beberapa konsep yang dipandang dapat memberikan
ini, ironisnya lembaga pendidikan Islam baik dijenjang
solusi atas kelemahan pengembangan kurikulum selama
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs)
ini. Athiyah al-Abrasyi mengemukakan ada enam prinsip
maupun Madrasah Aliyah (MA) umumnya masyarakat
dalam pembuatan kurikulum pendidikan Islam, yaitu,
mengidentikkan dengan sekolah nomor dua setelah
(1) bahwa kajian Islam harus mempunyai pengaruh atas
sekolah umum.
6
kejiwaan siswa, agar memiliki kesadaran ke-Tuhanan, (2)
Di Yogyakarta Madrasah Aliyah kurang lebih
materi Pendidikan Islam harus berimplikasi terhadap
ada 23 Madrasah Aliyah Negeri dan 19 Madrasah
perilaku hidup Muslim dalam berinteraksi sosial
Aliyah Swasta.Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III
dengan lingkungannya, (3) kurikulum Islam idealnya
berada di Jl. Magelang KM 4 Yogyakarta, sejak tahun
juga dapat sisi ilmiah, (4) unsur seni dan dimensi
1950 Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III ini telah
terlezat dari kemanusiaan juga tidak diabaikan dalam
menghasilkan banyak alumni.Banyak dari alumni
kurikulum pendidikan Islam; (5) kurikulum Islam harus
yang telah berhasil, mereka telah menempuh studi di
memiliki korelasi dengan tuntutan industrialisasi bagi
Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III ini, termasuk
penghidupan siswa dimasa depan; (6) kajian dasar ke-
mantan Mendiknas Malik Fadjar alumni pada tahun
Islaman seperti ilmu bahasa arab dan tafsir sesungguhnya
1952.Pada tahun 1998 Madrasah Aliyah Negeri
bagian yang perlu dicermati dalam membuat kurikulum
Yogyakarta III ditetapkan sebagai sekolah/madrasah
pendidikan Islam yang utuh.
7
model atau sekolah percontohan dengan SK Dirjen
Madrasah dan sekolah Islam sebagai lembaga
Binbaga Islam Departemen Agama RI No. E.IV/
pendidikan dasar dan menengah sangatlah penting bagi
PP.00.6/KEP/17.A/98, bahkan dari predikat tersebut
masa depan umat Islam di Indonesia, kalau melihat
Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III atau lebih
data statistik dari Kementerian agama jumlahnya
dikenal dengan sebutan “MAYOGA” kerap menjadi
mencapai ribuan, harapan sebagian besar umat Islam
kunjungan (studi banding) dari sekolah-sekolah baik
masih tetap menginginkan putra/putrinya dimadrasah.
negeri maupun swasta.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa, dalam
Peneliti menfokuskan Madrasah Aliyah Negeri
berbagai hal banyak madrasah kalah saing dalam bidang
Yogyakarta III, sebagai lembaga pendidikan Islam,
kualitas dengan sekolah umum.Kondisi madrasah
sekolah ini memiliki karakteristik yakni program
pada umumnya lemah dalam struktur dan juga
responsif. Responsif ini dikemas dalam bentuk struktur
infrastrukturnya, terlebih lagi kalau madrasah ditangani
program yang menitik beratkan pada penguasaan
secara tradisional (salaf).Indikasi keterpurukan madrasah
basic knowledge of science and technology.Dalam konteks
dapat dilihat dengan jelas, dari tahun ketahun partisipasi
Kurikulum responsif termasuk dalam struktur kurikulum dan bagian dari komponen pengembangan
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori Dan Pratik (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 200. 7 Athiyah al – Abrasyi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falsafatuha, (Isa albababi wa stirkahu, mesir, 1990) hlm. 121. 6
diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, minat,
53
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam Prespektif Progresivisme ... – Mukh Nursikin
bakat peserta didik yang pelaksanaanya disesuaikan
Kebebasan dalam Islam
dengan kondisi sekolah.Struktur kurikulum tersebut
Kebebsan dalam islam mendapat tempat yang
juga diperkaya dengan pendidikan yang mengarah
khusus dalam sejarah pemikiran islam dan dianggap
pada ketrampilan hidup (life skiil) dan menggunakan
masalah-masalah intelektual yang pertama menarik
pendekatan intelektual, kegiatan keteladanan dan
perhatian kaum muslimin. Perdebatan mengenai
laboratorium. Dengandemikian fokus penelitian
kebebsan manusia ini melahirkan berbagai mazhab
ini adalah akan meneliti aspek metodologis dari
pemikiran. Persolan kebebasan ini merupakan tajuk
pengembangan kurikulum pendidikan Islam dengan
yang penting dalam berbagai ilmu keislam seperti ilmun
pendekatan progresivisme yang memiliki paradigma
kalam, ilmu tasawuf, ilmu fiqh dan filsafat.
pembebasan di Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian kualitatif-naturalistik. Pertimbangan pemilihan jenis penelitian kualitatif berdasarkan pada karakteristik penelitian kualitatif, yakni (1) dilakukan pada kondisi alamiah, langsung kepada sumber data peneliti sebagai instrumen kunci, (2) penelitian kualitatif bersifat deskriptif, (3) penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses di samping produk (out come), (4) penelitian kualitatif melakukan analisa secara induktif dan (5) penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna8 Pendekatan kualitative-naturalisticdengan pengumpulan data baik dari penelitian literatur maupun penelitian lapangan. Penelitian literatur bersumber dari penelitian terhadap disertasi, jurnal, media cetak, tesis, skripisi, internet, dan dokumen-dokumen lainnya. Pengumpulan data lapangan melalui (1) observasi, (2) wawancara mendalam, dan (3) dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian diikuti tahapan deskripsi, reduksi, seleksi, pembahasan, analisis dan kesimpulan.
Fakta dalam islam lebih dari sekedar sebuah agama formal, tetapi juga risalah agung bagi transformasi sosial dan tangantan bagi kepentingan kepentingan pribadi, dibuktikan poleh penekanannya pada shalat, zakat dan juga ibadah lainya. Ini tidak berarti bahwa dalam ajaran agama islam tidak ditemukan gagasan-gagasan yang radikalrevosioner untuk kerja mengubah wahjah kenyataan, ajaran ini banyak dijumpai tetapi belum mampu dirumuskan secara sistematis atau canggih menurut bahasa dunia.9 Diantara para pemikir yang visioner yang bicara tentang pendidikan pembebasan adalah paulo freire, seorang cendekianawan katholik dari brazilia. Bagi freire pendidikan yang dibutuhkan sekarang adalah pendidikan yang mampu menempatkan manusia pada posisi sentral dalam setiap perubahan yang terjadi dan mampu untuk mengarahkan dan mengendalikan perubahan itu. Dia ,mencela jenis pendidikan yang memaksakan manusia menyerah kepada keputusan -keputusan orang lain. Pendidikan yang diusulkan adalah pendidikan yang dapat menolong manusia berbuat kritis terhadap dunia dan dengan demikian mengubaahnya.10  Abdurahmanansyah, Prinsip-prinsip Filosofis kurikulum pendidikan Islam (Telaah atas Pemikiran Ismail Ra’ji al faruqi), (Yogyakarta, Rosdakarya 2018), hlm, 200. 10  Muhammad hanif dhakiri, paulo freire, islam dan pembebasan, (Jakarta, Penerbit Djambata, 2009), hlm 98. 9
  Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yagyakarta, Rosdakarya, 2000), hlm 50. 8
54
Citra Ilmu, Edisi 31 Vol. XVI, April 2020
Menurut mansur fakih secara historis, pendidikan
Tujuan Pendidikan Islam
pembebasan yang dilontarkan oleh Paulo freire
Tujuan pendidkan islam termasuk masalah yang
telah diterapkan oleh nabi Muhammad SAW dalam
penting dan sentral dalam pendidikan, sebab tanpa
strategi gerakan dakwah menuju trasformasi sosial.
perumusan tujuan yang jelas maka perbuatan mendidik
Gerakan fdakwah nabi masa itu merupakan gerakan
bisa menjadi tidak jelas dan tidak terarah dan bahkan
pembebasan dari eksploitasi, penindasan, dominasi dan
bisa tersesat atau salah langkah. Oleh karena itu
ketidakadilan dalam segala aspek.
masalah tujuan menjadi inti dan sangat penting dalam
Sejalan pemikiran diatas kuntowijoyo berpendapat,
menentukan isi dan arah pendidkan yang diberikan.14
sebagai agama pembebasann tentu saja islam memuat atau
Tujuan ialah suatu yang diharapakan tercapai
melandaskan dirinya pada konsep-konseppembebasan
sesuatu usaha atau kegiatan telah selesai, kerena
yang bersumber dari nilai-nilai transcendental artinya
merupakan sesuatu usaha atau kegiatan yang berproses
telah tersurat dalam alquran , meskipun alquran tidak
melaui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan tujuannya
merinci konsep-konsep tersebut, tapi petunjuk dan
bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah
pelaksanaanya dari nabi muhammad SAW.11
suatu benda yang berbetuk dan tetap dan statis, tapi ia
Perwujudan darikonsepsi pembebasan islam ini adalah sebagaimana yang dicontohkan nabi muhammad
adalah suatau keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan aspek kehidupanya.
dalam praktik pembebasan kaum quraisy dari kaum merkantilis mekkah. Dalam dakwahnya, nabi tidak langsung menawarkan islam sebagai ideologi yang normatif melainkan sebagai pengakuan terhadap perlunya memperjuangkan secara serius problem
Muhammad at-Toumy al-Syaibani , tujuan pendidikan islam memiliki empat ciri pokok, yakni: a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak b. Sifat menyeluruhnya yang mencakup segala aspek pribadi belajar (subyek didik) dan semua aspek
bipolariotas spritual-materisla kehidupan manusia
perkembangan dalam masyarakat
dengan menyususn kembali tatanan yang telah ada menjadi yang tidak eksploitasi, adil dan egaliter.12
c. Sifat keseimbangan, kejelasan tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara
Al-abrasyi mengakui bahwa pendidikan islam
pelaksanaannya.
sangat dipengarui oleh prinsip-prinsip persamaan dan demokrasi. Islam telah menyerukan prinsip-prinsip
d. Sifat realistik dan dapat dilaksanaknnya, pnekennya
persamaan dan kesempatan yang sama dalam belajar
pada perubahan yang dikehendaki apada tingkah
tanpa ada perbedaan status sosial, kecua;i taqwa.13
laku dan pada kehidupan, mempertimbangkan perbedaan perseorangan diantara individu, masyarakat dan kebudayaan dimana-mana dan kesangguapannya untuk berubah dan berkembang bila diperlukan.
  Ibid, hlm, 212 12   Barnadib, Imam, Ke Arah Perspektif Baru Pendidikan, Jakarta: Proyek Pengembangan lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Ditjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), hlm 46. 13   Ibid, hlm, 98. 11
 Maksum, Madrasah:Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) hlm, 26. 14
55
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam Prespektif Progresivisme ... – Mukh Nursikin
Al-abrasyi merumuskan tunuan pendidikan islam
pengetahuan yang terampil kesehatan jasmani dan
secara umum ada lilam tujuan pokok yakni:
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
a. Untuk membentuk akhlak mulia, bahawa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.16
pendidikna akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya
Mandrasah Aliyah Negeri III Yogyakarta adalah terbentuknya tim khusus untuk membahas kurikulum
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat,
yang akan digunakan satu tahun kedepan meliputi
pendidkan islam bukan menitikberatkan pada
semester 1 dan semester 2. Tim ini terdiri dari Kepala
lkehidupan agama atau keduniaan saja. Melainkan
Madrasah dan Wakil Kepala Madrasah sebagai
memndanag kesiapan keduanya sebagai tujuan
Pembina dan supervisi, Ketua tim kurikulum adalah
yang asasi
Kepala Urusan kurikulum dibantu staf-staf penting
c. Persiapan untuk mencari kesempurnaan kehidupan, atau yang lebih dikenal dengan tujuan vokasional dan profesional. d. Menumbuhkan semnagat ilmiah (scientific spirit), memuaskan rasa ingin tahu (curiosity), serta memungkinkan untuk menkaji berbagai macam ilmu. e. Menyiapakn pelajar dari segi profesi, teknik dan perusahaan supaya dapat menguasai profesi tertentu dan terampil dalam bindang pekerjaan tertentu.15 Dari beberapa pendapat yang telah disam[aikan diatas oleh ahli dapat dilihat bahawa tujuan pendidkan islam sejlan dengan tujuan nasional yakni meletakkan keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan yang maha
dalam sekolah. Lebih spesifiknya tim kurikulum ini terdiri dari Pembina, ketua Tim kurikulum, Sekretaris tim, bendahara tim dan bidang-bidang rumpum, bidang rumpun ini adalah bidang Rumpun Agama, bidang Rumpun Kesiswaan, bidang Rumpun Bahasa, bidang Rumpun IPS, bidang Rumpun IPA, bidang Rumpun Korsen (Ketrampilan & Kesenian). Barnadib mengemukan, oleh karena itu islam bersifat universal dan berlaku bagi seluruh umat, maka ajaran-ajarannya memberikan landasan konseptual bagi pendidikan nasional, lebih-lebih bagi indonesia, yang dalam gerak pelaksanaan pembangunan menhendaki ridha allah yang maha kuasa, dapatlah dikembangkan konsep pendidikan nasional menurut islam.17
Pendidikan Demokrasi dan Pembebasan
esa sebagai tujuan utamanya, sebagaimana yang
Democracy and education (1916) merupakan karya
tertuang dalam undang-undang RI nomor 2 tahun
filsafat pendidikan john dewey, menurutnya pendidkan
1989 tentang tentang sistem pendidikan nasional,
yang sejati dimuali secara efektif dalam lingkungan
pasal 4 yang berbunyi;Pendidikan nasioanal bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriiman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekertyi yang luhur, memiliki
  Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori Dan Pratik (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 200 15
56
  Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 (Tentang Sistem Pendidikan Nasional;2008:21), hlm 211. 17   Barnadib, Imam, Ke Arah Perspektif Baru Pendidikan, Jakarta: Proyek Pengembangan lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Ditjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), hlm. 34. 16
Citra Ilmu, Edisi 31 Vol. XVI, April 2020
terbukadan demokratis yang bebas dari hal yang mutlak
tanpanya tidak ada jaminan apapun bagi pertembuhan
(absolut) serta kebebasan dalam penelitian.
normal sejati terus berkelanjutan.
18
Selama karirnya yang panjang (1890-1952)
Menurut dewey satu-satunya kebebasan yang tetap
dewey berusaha merumuskan suatu filsafat yang
penting adalah kebebasan intelegensi yaitu kebebasan
mengandaikankesatuan antara teori dan praktik contoh
observasi dan pertimbangan yang dilakukan atasnama
dari keterpaduan ini tercermin dalam posisinya sendiri
sejumlah tujuan yang dapat hakikatnya yang berharga,
sebagai intelektual dan aktiivis pollitik pemikirannya
ide kebebasan dalam demokrasi bukan berarti hak bagi
didasarkan pada sikap moral bahwa,�demokrasi
individu untuk membuat sekehendak hatinya, dasar
adalah kebebasan dan ia membaktikan hidupnya
demokrasi adalah kebiasaan kebebasan pilihan dalam
untuk membangun suatu argumem filosofis yang
perbuatan (serta pengalaman) yang sangat penting untuk
persuasif� Komitmen dewey terhadap demokrasi
menghasilkan kemerdekaan intelegensinya. Bentuk-
dan terhadap suatu bentuk integrasi antara teori dan
bentuk kebebasan adalah kebebasan dalam kepercaaayn
praktik paling jelas tercermin dalam perannya sebagai
mengeksplorasikan pendapat dan lain-lain, kebebasan
seorangpembaharu dibindang pendidikan.
tersebut harus dijamin sebab tanpa kebebasan setiap
Dewey menentang berbagai metode pengajaran
individu tidak dapat berkembang. Menurut dewey
yang bersifat dogmatik dan otoriter sebab menurutnya
demokrasi bukan sekedar menyangkut pemerintahan,
hidup manusia bersifat dogmatis tidak stastis, dewey
melainkan yang utama adalah suatu bentuk kehidupan
tidak menghendaki adanya norma atau kaidah yang
bersama dalamm kehidupan bermasyarakat, berbangsa
tetap dan terlebih dahulu ditentukan sejarah atau
dan bernegara.20
ajaran agama, menurutnya, kaidah harus timbul dari masyarakat itu sendiri yang selalu berubah dari kezaman kezaman. Demikian pula tujuan hidup yang berkaitan
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Berbasis Pogresivisme Dalam pandangan Progresivisme, manusia harus
dengan kaidah tersebut harus pula mengalami proses perubahan menurut masanya.19 Berdasarkan ini dewey mengkritik sistem pendidikan nasional yang menurutnya bertujuan agar anak dapat mendudukijabatan intelektual, bahan pelajaran menjadi pusat keseluruhan kegiatan sekolah. Material sentris bahan pelajaran disikapkan lebih dahulu dan memecahakan kesulitan anaka-anak yaitu hanya tinggal mendengarkan. percaya danmenghafal saja, hal ini dihilangka apabila kita menginginkan
selalu maju (progress) bertindak konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab manusia mempunyai naluri selalu menginginkan perubahanperubahan. Menurut Imam Barnadib, Progresivismeve menghendaki pendidikan yang progresif (maju), semua itu dilakukan oleh pendidikan agar manusia dapat mengalami kemajuan (Progress), sehingga orang akan bertindak dengan intelegensinya sesuai dengan tuntutan dan lingkungan(Imam Barnadib;1994:234)
sesuatu kesempatan baik bagi pertumbuhanpribadi
Progresivisme telah memberikan sumbangan
dalam seluruh sumber intelektual dari kebebasan dan
yang besar, aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik.
  Jhon dewey dan Evelyn Dewey, school of Tamorrow, (New York. E.P. Dutton, 1927). Katherani, C. Croftssm 1949, hlm, 213. 19   Ibid, hlm 121. 18
20
  Ibid, hlm 59.
57
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam Prespektif Progresivisme ... – Mukh Nursikin
Peserta didik diberikan kebebasan baik secara fisik
dari kebudayaan. Ciri utama yang menjadi identitas
maupun cara berpikir, untuk mengembangkan bakat dan
progresif dalam mistion filsafat pendidikan tercermin
kemampuan yang terpendam dalam diri peserta didik
dalam;
tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang
a. Pendidikan dalam kebudayaan liberal
lain. Oleh karena itu Progresivisme tidak menyetujui 21
pendidikan yang bersifat otoriter. Dalam bidang
b. Menjadi pelopor pembaharuan ide-ide lama menuju asas-asas baru menyongsong kebudayaan
kurikulum Progresivisme menghendaki kurikulum yang bersifat luwes dan terbuka. Kurikulum dapat dirubah dan dibentuk, dikembangkan sesuai dengan
dan zaman baru c. Peralihan menuju kebudayaan baru.23
perkembangan zaman dan Iptek. Aliran Progresivisme
Progresif menghendaki pendidikan yang membina
biasanya dihubungkan dengan pandangan hidup yang
dan berdasarkan minat belajar yang mencakup seluruh
mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :“Fleksibel (tidak
pengalaman sosial anak dan orang dewasa sekaligus
kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu
menaruh perhatian kepada minat anak secara
doktrin tertentu), curious (ingin mengetahui, ingin
individual. Aliran ini lebih memusatkan perhatian pada
menyelidiki), toleran dan open-minded (mempunyai
proses yang continue dari pada interaksi antar pribadi
hati terbuka).
dengan masyarakat dibandingkan dengan ketentuan –
22
Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi masalahmasalah yang bersifat menekan atau mengancam
ketentuan normatif yang sesungguhnya adalah produk interaksi itu sendiri.
Prinsip-prinsip Kurikulum Menurut Aliran Progresivisme Prinsip-prinsip kurikulum yang didasarkan pada
adanya manusia itu sendiri. Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan
aliran antara lain:
untuk mencapai tujuan-tujuan (yang baik), karena
1) Kurikulum adalah hidup itu sendiri, bukan
kurang menghargai dan memberikan tempat semestinya
persiapan untuk hidup. Kehidupan yang baik
kepada kemampuan-kemampuan tersebut dalam proses
adalah kehidupan yang intelegen yaitu kehidupan
pendidikan. Padahal semuanya itu adalah ibarat motor
yang mencakup interpretasi dan rekonstruksi
penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami
pengalaman.
kemajuan atau progres.
2) Kurikulum harus berhubungan secara langsung
Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi
dengan minat anak yang dijadikan sebagai dasar
perhatian Progresivisme, maka beberapa ilmu
motivasi belajar, sekolah menjadi child centered
pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan
dimana proses belajar ditentukan terutama oleh
dipandang oleh progresivisme merupakan bagian utama
anak.
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori Dan Pratik (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 211. 22 Jhon dewey dan Evelyn Dewey, school of Tamorrow, (New York. E.P. Dutton, 1927). Katherani, C. Croftssm 1949, hlm, 200. 21
58
Barnadib, Imam, Ke Arah Perspektif Baru Pendidikan, Jakarta: Proyek Pengembangan lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, (Ditjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), hlm 216. 23
Citra Ilmu, Edisi 31 Vol. XVI, April 2020
3) Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi
2) Korelasi antara dua atau lebih subject-matter,
preseden pemberian subjek materi. Jadi belajar
misalnya antara bahasa nasional dengan social-
harus dapat memecahkan masalah yang penting
studies
dan bermanfaat bagi kehidupan anak. 4) Peranan guru tidak langsung, melainkan memberikan petunjuk kepada peserta didik.
3) Pengelompokan dan hubungan integratif dalam satu bidang pengetahuan, misalnya: “pendidikan umum” dalam ilmu pengetahuan alam.
Peserta didik hendaknya diberi kebebasan
4) “Core-curriculum” suatu kelompok mata pelajaran
merencanakan perkembangan diri mereka, dan
yang memberi pengalaman dasar dan sebagai
pendidik hendaknya membimbing kegiatan mereka
kebutuhan umum yang utama.
5) Sekolah harus memberikan semangat untuk
5) “Experience-centered curriculum” yakni kurikulum yang
bekerja sama, bukan mengembangkan persaingan.
mengutamakan pengalaman dengan menekankan
Progresif berpandangan bahwa kasih sayang dan
pada unit-unit tertentu (Imam Barnadib;1994:234)
persaudaraan lebih berharga bagi kehidupan dari pada persaingan dan usaha pribadi. 6) Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi
Ciri-ciri Utama Progresivisme 1. Pendidikan dianggap mampu merubah dalam
yang diperlukan bagi pertumbuhan. Demokrasi,
arti membina kebudayaan
pertumbuhan, dan pendidikan saling berhubungan.
menyelamatkan manusia bagi masa depan.
Untuk mengajar demokrasi, sekolah itu sendiri harus demokratis.
24
Para pendidik aliran ini sangat menentang praktik
baru yang dapat
2. Percaya bahwa manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dengan skill dan kekuatan mandiri.
sekolah tradisional, khususnya dalam lima hal: (1) guru
3. Progress yang menjadi inti perhatiannya, maka ilmu
yang otoriter, (2) terlampau mengandalkan metode
pengetahuan yang dapat menumbuhkan kemajuan
berbasis buku teks, (3) pembelajaran pasif dengan
dipandang merupakan bagian-bagian utama
mengingat fakta, (4) filsafat empat tembok, yakni
dari kebudayaan, yaitu ilmu hayat, antropologi,
terisolasinya pendidikan dari kehidupan nyata, dan (5)
psikologi dan ilmu alam.
penggunaan rasa takut atau hukuman badan sebagai alat untuk menanamkan disiplin pada siswa
4. Progresivisme adalah satu filsafat transisi antara dua konfigurasi kebudayaan yang besar. Progresivisme adalah rasionalisasi mayor daripada
Aliran Progresivisme dan Kurikulum Ada lima aspek kurikulum dalam aliran
suatu kebudayaan yakni, (1) perubahan yang cepat dari pola-pola kebudayaan Barat yang diwarisi dan
Progresivisme, yaitu:
dicapai dari masa ke masa, (2) perubahan yang cepat
1) Reorganisasi di dalam suatu subyek khusus sebagai
menuju pola-pola kebudayaan baru yang sedang
langkah pertama mencari pola dan design yang baru
dalam proses pembinaan untuk masa depan. 5. Progresivisme sebagai ajaran filsafat merupakan watak yang dapat digolongkan ke (1) negative
24
Ibid, hlm 211.
and diagnostic yakni bersikap anti terhadap
59
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam Prespektif Progresivisme ... – Mukh Nursikin
otoritarialisme dan absolutisme dalam segala
sesuai dengan satuan pendidikan potensi daerah dan
bentuk, seperti agama, moral, sosial, politik
peserta didik.
dan ilmu pengetahuan, (2) positive and remedial
Perubahan adalah suatu bentuk yang wajar terjadi,
yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas
bahkan para filosof berpendapat  bahwa tidak ada
kemampuan manusia sebagai subyek yang memiliki
satupun di dunia ini yang abadi kecuali perubahan.
potensi alamiah, terutama kekuatan-kekuatan
Tampaknya perubahan ini merupakan sesuatu yang
self-regenarative (diperbaharui sendiri) untuk
harus terjadi tetapi tidak jarang dihindari oleh manusia.
menghadapi dan mengatasi semua problem hidup.25
Semua perubahan akan membawa resiko, tetapi strategi
Aliran Progresivisme adalah salah satu aliran dalam filsafat pendidikan yang memandang bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan masalah. Kurikulum dalam pendidikan menurut aliran ini adalah kurikulum pendidikan yang membina dan mengembangkan minat belajar yang mencakup seluruh pengalaman sosial anak maupun orang dewasa. Aliran ini tidak menghendaki pendidikan yang otoriter dan absolut dalam segala bentuk seperti yang terdapat dalam agama, moral, dan ilmu pengetahuan.
mempertahankan struktur suatu kurikulum tanpa perubahan akan membawa bencana dan malapetaka, sebab mengkondisikan kurikulum dalam posisi status quo menyebabkan pendidikan tertinggal dan generasi bangsa tersebut tidak dapat mengejar kemajuan yang diperoleh melalui perubahan.26 Dengan demikian, inovasi dan juga pengembangan selalu dibutuhkan, terutama dalam bidang pendidikan, untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak hanya terbatas masalah pendidikan tetapi juga masalah-masalah yang mempengaruhi kelancaran proses pendidikan. Salah satu aspek penting dalam konteks pendidikan
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
di manapun adalah kurikulum, karena kurikulum
Pengembangan kurikulum merupakan proses
merupakan komponen pendidikan, baik oleh pengelola
dinamik sehingga dapat merespons tuntutan perubahan
maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala
perkembangan ilmu dan teknologi ataupun globalisasi.
sekolah. Setiap satuan pendidikan diharuskan untuk
Oleh karena itu, kurikulum harus sejalan dengan visi
melaksanakan dan mengimplementasikan kurikulum
dan misi serta strategi lembaga pendidikan tersebut dan
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
pembangunan pendidikan nasional yang dituangkan
yang disusun oleh pemerintah pusat.Namun Seringkali
dalam kebijakan-kebijakan angka partisipasi, mutu,
kurikulum dijadikan objek penderita, dalam pengertian
relevansi, dan juga efisiensi pendidikan. Hal ini sesuai
bahwa ketidakberhasilan suatu pendidikan diakibatkan
dengan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
terlalu seringnya kurikulum tersebut berubah. Padahal,
Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan
seharusnya dipahami bahwa kurikulum seyogyanya
bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis
dinamis, harus berubah mengikuti perubahan yang
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diverifikasi
terjadi dalam masyarakatnya. Kurikulum tidak ada begitu saja dan kemudian keberadaannya juga dibiarkan begitu saja. Kurikulum
 Maksum, Madrasah:Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) hlm, 112. 25
60
  Ibid, hlm 111.
26
Citra Ilmu, Edisi 31 Vol. XVI, April 2020
hadir dikarenakan adanya permasalahan dan dijadikan
inovasi kurikulum pendidikan dalam berbagai sektor.
solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Bukan hanya pendidikan intelektual, ketrampilan,
Peneliti dapat mengilustrasinya sebagai berikut;
juga pendidikan keagamaan serta pengamalan nilai-
Seseorang yang melakukan perjalanan tetapi tidak
nilai Islam dalam lingkungan sekolah selalu mewarnai
mengetahui tujuannya, maka orang tersebut akan
dilingkungan sekolah tersebut.
bingung harus kemana ia harus melangkah dan alat
Pengembangan-pengembangan
dalam
transportasi apa yang seharusnya digunakan mencapai
kurikulum yang dikembangkan antara lain, Pelajaran
tujuan tersebut. Begitu pula dengan sekolah yang
PPMB, Perbengkelan dan pertukangan, Penalaran
melakukan proses kegiatan pembelajaran tanpa
dan Minat Baca (conversation muhadatsah,) Pendidikan
mengetahui tujuan yang ingin dicapai. Guru, kepala
aplikasi/teknisi komputer, tata busana. Selain itu mata
sekolah dan pengawasnya tidak mengetahui secara pasti
pelajaran olah raga di MAN Yogyakarta III ini tidak
apa yang seharusnya diberikan kepada peserta didiknya,
diberikan pada pagi hari, tetapi diberikan pada sore
dan bagaimana cara menyampaikannya sebab tidak
hari sesuai dengan minat bakat siswa mengikuti cabang
ada tujuan pasti atau target yang seharusnya dicapai.
olah raga tertentu. Para siswa disini bisa memilih cabang
Karenanya lahirlah kurikulum yang diartikan sebagai
olah raga apa yang diminatinya, tidak diwajibkannya
jarak yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal
dalam satu kelas mengikuti satu cabang olah raga, tetapi
ia masuk sekolah hingga akhir program pelajaran selesai.
dalam satu kelas bisa pecah-pecah atau bervariasi dalam
Aspek-aspek pegembangan yang terkandung dalam
mengikuti cabang olahraga tersebut.
kurikulum pendidikan di antaranya diterapkannya
Sebagai contoh untuk menghasilkan siswa-siswi
pendidikan kecakapan hidup, dikembangkannya
yang unggul Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III
keunggulan lokal sesuai karakteristik, kebutuhan, dan
ini terus mengembangkan kurikulum yang inovatif,
tuntutan setempat, kurikulum berbasis sekolah, dalam
bahkan kurikulum yang dikembangkan oleh Madrasah
pengertian meskipun kerangka dasar dan struktur
Aliyah Negeri Yogyakarta III ini disebut oleh mantan
kurikulum dikembangkan secara sentralistik, tetapi
Mendiknas Malik Fadjar sebagai kurikulum yang berani
pengembangan perencanaan pembelajaran (silabus
dan briliyan Bagaimana tidak, disekolah ini dapat
&RPP) dan kegiatan belajar mengajar dikembangkan
dijumpai mata pelajaran yang beda yang justru ditekuni
secara desentralistik, dan disertakan peran serta
para siswa.
masyarakat.Â
Mata pelajaran yang inovatif tersebut misalnya
Pertanyaan pertama yang muncul dalam benak
adalah pelajaran pengembangan penalaran dan minat
peneliti adalah, apakah pantas predikat sekolah
baca (PPMB) conversation muhadatsah, pendidikan
model atau sekolah percontohan disandang oleh
aplikasi komputer, dan beberapa mata pelajaran lain.
MAN Yogyakarta III?. Jawabannya adalah adalah
Selain itu mata pelajaran olah raga di Madrasah Aliyah
memang pantas, MAN Yogyakarta III menyandang
Negeri Yogyakarta III ini tidak diberikan pada pagi hari,
sebagai sekolah/madrasah model atau sekolah
tetapi diberikan pada sore hari sesuai dengan minat
percontohan, karena bukan saja prestasi akademik yang
bakat siswa mengikuti cabang olah raga tertentu. Para
membanggakan yang mampu dipersembahkan para
siswa disini bisa memilih cabang olah raga apa yang
siswa-siswinya, tetapi MAN Yogyakarta III penuh dengan
61
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam Prespektif Progresivisme ... – Mukh Nursikin
diminatinya, tidak diwajibkannya dalam satu kelas
industri, baik dari dalam Yogyakarta sendiri maupun
mengikuti satu cabang olah raga, tetapi dalam satu
dari luar daerah Yogyakarta. Untuk mengembangkan
kelas bisa pecah-pecah atau bervariasi dalam mengikuti
pendidikan dan keterampilan Madrasah Aliyah Negeri
cabang olah raga tersebut.Progresivisme adalah salah
Yogyakarta III ini tidak segan-segan menggandeng
satu aliran dalam filsafat pendidikan yang memandang
para praktisi maupun wiraswata, wirausaha terkenal di
bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk
Yogyakarta sebagai konsultan.
menghadapi dan memecahkan masalah.
27
Begitu pula dalam pendidikan agama serta dalam
Bukan mata pelajaran itu saja yang dikatakan
pengamalan nilai-nilai Islam, para siswa-siswa begitu
inovatif dari Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III, ada
antusias untuk mengamalkannya, motivasi siswa-siswa
satu inovasi baru justru lebih aneh lagi di sekolah ini.
begitu besar dalam pembelajaran agama Islam, begitu
Inovasi dan pengembangan kurikulum tersebut adalah
juga dalam mengamalkan nilai-nilai Islam dilingkungan
pemisahan antara siswa yang ingin hidup mandiri
sekolah, sebagai contoh mayoritas siswa berpeci,
dengan siswa yang ingin melanjutkan kuliah. Siswa yang
sedangkan para siswi seluruhnya memakai jilbab, pada
ingin hidup mandiri setelah ia lulus diberikan pelajaran
jam-jam istirahat mayoritas siswa-siswi sholat dhuha,
tambahan berupa ketrampilan yaitu program persiapan
sholat dhuhur dengan berjama’ah, membaca al-Quran
hidup mandiri (PPHM) selama 16 jam perminggu.
dilingkungan sekolah, begitu juga membiasakan
Bagi siswa yang ingin melanjutkan keperguruan tinggi
mengucapkan salam dan berjabat tangan ketika bertemu
juga dibekali dengan pelajaran khusus yaitu, program
siswa-siswi lain, para guru/civitas akademik yang lain
pengembangan potensi akademik (P3A) Progresivisme
Siswa di kelas ini diberikan mata pelajaran
menghendaki kurikulum yang bersifat luwes dan
ketrampilan berupa ketrampilan menjahit, bengkel,
terbuka. Kurikulum dapat dirubah dan dibentuk,
komputer, elektronik, mebeler bahkan ketrampilan
dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman
membatik. Untuk melengkapi ketrampilan para siswa
dan Iptek. Aliran Progresivisme biasanya dihubungkan
yang ingin mandiri tersebut MAYOGA kini telah
dengan pandangan hidup yang mempunyai sifat – sifat
memiliki fasilitas sanggar latihan kerja yang cukup
sebagai berikut :“Fleksibel (tidak kaku, tidak menolak
lengkap. Bagi siswa yang ingin melanjutkan keperguruan
perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu),
tinggi juga dibekali dengan pelajaran khusus yaitu,
curious (ingin mengetahui, ingin menyelidiki), toleran
program pengembangan potensi akademik (P3A) akan
dan open-minded (mempunyai hati terbuka).28
tetapi porsi atau jamnya tidak sama dengan yang akan
Pendidikan ketrampilan juga diberikannya, akan
hidup mandiri (tidak ingin melanjutkan kuliah)menurut
tetapi porsi atau jamnya tidak sama dengan yang akan
Sekretaris Eksekutif Tim Konsulatan MAYOGA RUA
hidup mandiri (tidak ingin melanjutkan kuliah).
Zainal Fanani.Bahkan beberapa kegiatan ketrampilan
Dengan diberlakukannya kurikulum P3A dan PPHM
siswa tersebut akhirnya menjadi unit-unit usaha yang
tersebut, Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III ini
produk-produknya diminati masyarakat sekitar, misalnya
kuwalahan menerima pesanan barang dari berbagai
servis dan penjualan komputer, konveksi dan produksi mebel. “Konsultan kami di bidang ketrampilan ini adalah
Jhon dewey dan Evelyn Dewey, school of Tamorrow, (New York. E.P. Dutton, 1927). Katherani, C. Croftssm 1949, hlm, 203. 28 Ibid, hlm,211. 27
62
para pengusaha yang telah sukses di bidangnya, misalnya
Citra Ilmu, Edisi 31 Vol. XVI, April 2020
konsultan mebel adalah salah satu eksportir mebel terbesar
2. Pembekalan penguasaan Bahasa Asing secara aktif
di Yogyakarta sehingga insya Allah suatu saat MAYOGA
:
juga akan melakukan ekspor mebel�.
a. Pada bahasa Inggris, ditambahkan materi
Dengan diberlakukannya kurikulum P3A dan
khusus (mata pelajaran) Conversation 12 jam
PPHM tersebut, MAN Yogyakarta III kuwalahan
pelajaran untuk semester 1 kelas 1 dan 4 jam
menerima pesanan barang dari berbagai industri,
pelajaran pada semester berikutnya.
baik dari dalam Yogyakarta sendiri maupun dari luar
b. Pada  bahasa Arab, ditambahkan materi
daerah Yogyakarta. Untuk mengembangkan pendidikan
khusus (mata pelajaran) Muhadatsah 10 jam
dan ketrampilan MAN Yogyakarta III tidak segan-
pelajaran untuk semester1 kelas 2 dan 2 jam
segan menggandeng para praktisi maupun wiraswata,
pelajaran pada semester berikutnya.
wirausaha terkenal di Yogyakarta sebagai konsultan. Lebih spesifiknya pengembangankrikulum yang diberlakukan di MAN Yogyakarta III sebagai berikut; 1. Mulai kelas 2 dibuka dua program yang masingmasing terdiri dari jurusan IPA dan IPS: a. P3A (Program Pengembangan Potensi Akademik) Terdiri dari dua jurusan: P3A jurusan IPA dan P3A jurusan IPS. Program ini disediakan untuk siswa yang berminat dan memiliki kemampuan untuk melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi. b. PPHM (Program Persiapan Hidup Mandiri)
3. Pendidikan Apresiasi dan Aplikasi Komputer menjadi mata pelajaran intrakurikuler untuk semua kelas 2 jam pelajaran perminggu. 4. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjakes / Olah raga) diarahkan pada Olah Raga prestasi. Intrakurikuler Olah Raga ini ditangani pelatih profesional dan dilaksanakan sore hari. 5. Ada tambahan mata pelajaran baru: Pendidikan Penalaran dan Minat Baca (PPMB) 6. Jumlah jam mata pelajaran perminggu pada setiap semester tidak selalu sama, sebagian mata pelajaran tidak ditatap mukakan secara penuh (ada reduksi jumlah jam tatap muka kelas).
Terdiri dari dua jurusan: PPHM jurusan IPA
7. Jumlah data siswa-siswi kelas 3 baik IPA, IPS dan
dan PPHM jurusan IPS, PPHM IPA memiliki
Bahasa dari 359 siswa- siswi yang terdiri dari 11
spesifikasi: ketrampilan teknisi komputer dan
kelas yang masing-masing perkelas kurang lebih
industri mebelair. Sedangkan PPHM IPS
34 siswa-siswi, yang masuk dalam perguruan tinggi
memiliki spesifikasi ketrampilan tata busana
terkemuka di Indonesia dan luar negeri baik negeri
dan kerajinan batik. Program PPHM ini
maupun swasta dalam tahun pelajaran 2018/2019
disediakan untuk siswa yang tidak berminat
sebal sebagaimana tabel berikut:
untuk melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi tetapi menginginkan bekal hidup mandiri (ketrampilan/ persiapan kerja).
63
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam Prespektif Progresivisme ... – Mukh Nursikin
Data siswa-siswi yang diterima di Perguruan Tinggi
perubahan zaman dan juga perkembangan masyarakat
Tahun Pelajaran 2018/2019
dan negara. Ketiga, pengembangan kurikulum
No
Nama PT
Jumlah
1. Univesitas gajah mada
39 siswa-siswi
2. Universitas Indonesia
19 siswa-siswi
3. Universitas Negeri Yogyakarta
39 siswa- siswi
4. Universitas Islam Negeri
49 siswa - siswi
5. ITB
17 siswa siswi
6. IPB
9 siswa -siswi
Universitas Sebelas Maret 7. Surakarta
15 siswa siswi
8. UNDIP Semarang
27 siswa siswi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
37 siswa siswi
10. Universitas Islam Indonesia
35 siswa siswi
Univeritas Ahmad Dahlan 11. Yogyakarta
27 siswa - siswi
9.
12. Universitas Al-azhar Jumlah
pendidikan islam harus didukung semua pihak sehingga dalam pengembangannya benar-benar dapat direalisasikan dengan optimal. Keempat, pengembangan kurikulum pendidikan islam dalam prosesnya harus mengarah pada pengembangan segala aspek potensi yang dimiliki oleh peserta didik yang membebaskan, dengan tetap bersendikan pada ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-quran dan Sunah Nabi dengan semangat perubahan dan selalu progresif dalam segala bidang untuk kemaslahatan.
Daftar Pustaka Abdurrahman, Prinpip-Prinsip filosofis Kurikulum Pendidikan Islam Telaah Atas Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi, yogyakarta, UII MSI 2001
5 siswa - siswi
Abbas, Hafid, “Reformasi Filosofis Pendidikan Islam”,
318 siswa- siswi
dalam A. Syafi’i Ma’arif, Islam dan Pengembangan Disiplin Ilmu: Sebuah Transformasi Ilmu, Yogyakarta:
Berdasarkan data-data diatas hampir 80% para siswa-siswa Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III diterima diperguruan tinggi terkemuka di Indonesa baik negeri maupun swasta. Data ini menunjukan bahwa keterserapan lulusan Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta III diperguruan tinggi baik negeri maupun swasta sangat tinggi.
LPPI UMY, 2003. Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007. Agama RI, Departemen, Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003, Jakarta: Depag 2003. al-Attas, Syeh Muhammad al-Naquib, Aims and Objektives of Islamic Education, Jeddah: Kind Abdul Azizi
Simpulan
University, 1979.
Kurikulum adalah sesuatu yang hidup, dinamis,oleh
Ali, Mukti, Meninjau Kembali Pesantren Sebagai Lembaga
karena itu kurikulum pendidikan Islam yang baik dan
Pendidikan Ulama, Jakarta: no. 2/Vol. IV/P3M,
progresif memiliki beberapa aspek. Pertama, kurikulum
1987.
pendidikan Islam yang beorentasi pada kebutuhan peserta didik, memberikan kebebasankepada peserta
al-Sayyid, Sulthah Mahmud, Mafahim Tarbawiyah filIslam, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1987.
didik untuk berkreasi, beraktivitas dan berkembang
al-Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy, Falsafah
sebagai pribadi mandiri. Kedua, kurikulum pendidikan
Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Jakarta:
Islam selalu disesuaikan dengan kebutuhan dan
Bulan Bintang, 1979.
64
Citra Ilmu, Edisi 31 Vol. XVI, April 2020
an-Nahlawi, Abdurahman, Ushul al-Tarbiyah al Islamiyah
Gunawan,“Dasar-dasar dalam Pengembangan Kurikulum
wa Asalabiha fi al Baiti wa al-Madrasah wa al-
Sekolah”, dalam http//pengembangankursek.com,
Mujtama’, terj. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani
diakses tanggal 5 September 2012.
Press, 1996. Arkoun, Muhammad, al-Islam: Al-akhlaq wa al-Siyasah, Beirut: Markaz al Inma’alqaumi, 1990. Asrof, Ali, Horison Baru Pendidikan Islam, terj. Sori Siregar, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989. Athiyah, Muhammad al-Abrasyi, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falsafatuha, Mesir: Isa Albabi al Halabi wa Syirkahu, 1975.
Haedari, Amin,etal, Masa depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Modernitas Global, Jakarta: IRD Press, 2005. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, cet. I, Jakarta: Bumi Akasara, 1995. Has, Glen, Curriculum Plainning: a New Approach, Boston: Ally Ang Bacon, Inc., 1976. Hilda, Taba, Curriculum Development: Theory and Practice,
Azra, Azyumardi, Esei-esei Intelektual Muslim dan
San Francissco: Harcout, Brace and World, 1962.
Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
Jhon Wiles dan A. Djaja Janjuri,Curriculum Development:a
1998. Barnadib, Imam, Ke Arah Perspektif Baru Pendidikan,
Guide to Practive, Ohia Merryi Publishing Company, 1989.
Jakarta: Proyek Pengembangan lembaga Pendidikan
Jhon dewey dan Evelyn Dewey, school of Tamorrow, (New
Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikti Departemen
York. E.P. Dutton, 1927). Katherani, C. Croftssm
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988.
1949.
Bloom, Bejamin S., Taxonomy of Education Objektibves,
Khudhori, Sholeh A. danM. Abid al-Jabiri,Model
the Classification of Aducational Goals Handbook
Epistimologi Islam: Pemikiran Islam Kontemporer,
I: Cognive Domain, New York: David McKAY
Yogyakarta: Jendela, 2003.
Company, Inc, 1974. Buchori, Mochtar, Ilmu Pendidikan dan Pratek Pendidikan dalam Renungan, Yogyakarta: Tiara Wacana kerjasama dengan IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, 1994. Dhakiri, Muhammad hanif, Poulo Freire, Islam dan Pembebasan, Jakarta: Penerbit Djambatan, 2000 Fajar, Malik, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung: Mizan, 1999. Furkhan, Arif, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia: Antomi Keberadaan Madrasah dan PTAI, Yogyakarta: Gama Media, 2004.
Maksum, Madrasah:Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Mangun, Hardjana, Kepemimpinan: Teori dan Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius, 1986. Masidjo, Ign,Tugas Kepala Sekolah Sebagai Administrator Tingkah Laku dan Proses di Sekolah, Yogyakarta: USD, 1997. Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999. Moleong, Lexy J., Methodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1999. Muhadjir, Noeng, Metodalogi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: RakeSarasin, 1989.
65
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam Prespektif Progresivisme ... – Mukh Nursikin
Muhaimin,Konsep Pendidikan Islam: Sebuah Telaah
Sudrajat,Akhmad, Kurikulum dan Pembelajaran dalam
Komponen Dasar Kurikulum, Solo: Ramadhani,
Paradigma Baru, Yogyakarta: Paramitra Publishing,
1991.
2001.
Mulkhan, Abdul Munir, “Humanisasi Pendidikan Islam”,dalam Taswhirul Afkar, Edisi No. 11 Tahun 2011. Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos. 1997. Neil Jhon D. Mc. Curriculum A Comprehensive Introduction. London: Foresman/ Littlelem Brorwn Higher Education, 1989. Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Rahman, Fazlur, Islam and Modernity, Chicago: University of Chicago Press, 1979. Rida, Muhammad Jawad, al-Fikr al-Tarbawi al-Islam, Kuwait: Dar al-Fikr al-Arabi, 1980. Sagala, Syaiful,Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Penerbit Alfabet, 2010. Sahertian, Piet A.,Profil Pendidik Profesional, Yogyakarta: Andi Offset, 1994. Sanaky, Hujair A.H., Peradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyakarat Islam Madani, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003.
66
Suparno, Paul, Filsafat Kontruktivesme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Filsafat, 1998. __________, Teori Pengembangan Kognisi Jean Peagete, Yogyakarta: Kanisius, 1996. Sutrisno, Pendidikan yang Menghidupkan, Yogyakarta: Kota Kembang, 2008. Tadjab, Posisi Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional, Tesis, Program Pascasarjana IAIN Sunan KalijagaYogyakarta, 1987. Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Tyler, Ralp,Basic Principles of Currilum and Intruction, London: The University of Chicago Press, 1949. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2008. Wahyudi, Jarot, Menyatukan Kembali Ilmu Agama dan Umum, Yogyakarta: IAIN Suka Press, 2003. Wan Daud, Wan Mohd Nor, Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam Syekh M. Naquib al-Attas, Bandung: Mizan 2003.