Meta Kecerdasan dan Kesadaran Multikultural (Kajian Pemikiran Psikologi Sufistik al-Gazali)

Page 1

Citra Ilmu, Edisi 23 Vol. xii, April 2016

META KECERDASAN DAN KESADARAN MULTIKULTURAL (Kajian Pemikiran Psikologi Sufistik al-Gazālī) Abdullah Hadziq IAIN Walisongo, Semarang, Indonesia Jalan Walisongo No.3-5, Tambakaji, Ngaliyan, Kota Semarang, jawa Tengah 50185

Abstrak Dalam diskursus filsafat persoalan metafisika merupakan persoalan abadi yang tak lekang oleh zaman. Diantara diskursus yang masuk dalam metafisika adalah persoalan psikologi. Salah satu varian unik dari kajian kali ini adalah pemikiran psikologi sufistik al-Ghazali tentang meta kecerdasan dan kesadaran multikultural. Ia membahas tentang ruh sebagai substansi ruhani yang memiliki qudrah ilahiyyah yang tercipta dari alam al-amr, bukan dari alam al-khalq yang bersifat jasmaniah. Ruh sebagai substansi psikologi memiliki daya latifah yang berkemapuna cerdas dalam berfikir, mengingat dan mengetahui terhadap realitas obyek. Ruh ini dalam diri manusia terdapat potensi psikis yang bersifat ketuhanan (rabbaniyyah). Jika potensi rabbaniyyah dikembangkan secara maksimal, maka seseorang sangat mungkin memiliki kecerdasan spiritual, yang mampu membawa implikasi positif terhadap segala tingkah laku yang berbasis etika ketuhanan (mutakhalliq bi akhlaq Allah). Konsepsi al-Ghzali ini menurut penulis unik karena ruh sekalipun masuk dalam wilayah transendental, namun bisa dikaji pula dalam keterkaitannya dengan kenyataan empirik yang bersifat psikofisik. Karenanya, bila potensi ketuhanan ini terus menerus dikembangkan secara maksimal dalam diri manusia, maka tidak mustahil tingkah laku psikologis yang muncul cenderung cinta kebaikan, kasih sayang, dan kedamaian yang berbasis moral dan bersifat multikultural.

Kata Kunci: Meta kecerdasan, Kesadaran Multikulutal, Psikologi Sufistik

Pendahuluan Masalah yang melatarbelakangi penulis melakukan kajian pemikiran psikologi sufistik Al-Gazālī tentang meta kecerdasan dan kesadaran multikultural adalah karena keunikan pemikirannya. Ruh sebagai substansi ruhani, dalam pandangan Al-Gazālī, memiliki qudrah ilahiyyah1 yang tercipta dari ‘alam al-amr2 dan bukan dari ‘alam al-khalq, sehingga sifatnya bukan jasmaniah dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu3. Namun ruh sebagai substansi psikologis memiliki daya laṭīfah yang

berkemampuan cerdas dalam berfikir, mengingat, dan mengetahui4 terhadap realitas objek. Hal tersebut dalam teori psikologi sufistik dapat dibenarkan karena di dalam diri manusia terdapat potensi psikis yang bersifat ketuhanan (rabbāniyyah)5. Jika potensi rabbāniyyah ini dikembangkan secara maksimal maka seseorang sangat mungkin memiliki kecerdasan spiritual yang mampu membawa implikasi positif terhadap segala tingkah laku yang berbasis etika ketuhanan (mutakhalliq bi akhlāq Allāh)6. Pemikiran Al-Gazālī tersebut dapat dipandang sebagai pendapat yang unik karena ruh sekalipun

1

Al-Gazālī, “Kimiya’al Sa’adah” dalam Majmū’āt Rasā’il alImām al-Gazāli, (Bairut: Dār al-Fikr, 1996), 421 2 Firman Allah dalam al-Qur’an, surat al-Isrā’ ayat 85: “Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang ruh. Katakanlah ruh itu termasuk urusan khusus Tuhanmu”. 3 Al-Gazālī, “Al-Ajwibah Al-Gazālīyyah fi al-Masa’il alUkhrawiyyah”, dalam Majmu’at Rasa’il, 363

4

Al-Gazālī,”Al Risalah al Laduniyyah”, dalam Majmu’at , 364. Al-Gazālī, Ihyā’‘Ulūm al-Dīn, Jilid III, Edisi Zain al-Din Abi al-Faḍl Abd al-Rahim Ibn Husain al-Iraqy (Bairut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah , t.t.), 12 6 Al-Gazālī, “Rauḍat al Ṭālibīn wa ‘Umdat al-Sālikīn” dalam Majmu’āt, 147. 5

67


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.