Citra Ilmu, Edisi 23 Vol. xii, April 2016
PEMBACAAN HERMENEUTIK PUISI UḤIBBUKA AKṠARU KARYA MAḤMŪD DARWĪSY: Kajian Semiotika Riffaterre Hidayatun Ulfa Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Temanggung Jalan Suwandi-Suwardi, Temanggung 56213, Jawa Tengah, Indonesia E-mail: hidayatunulfa@gmail.com
Abstrak Artikel ini meneliti tentang makna puisi Uḥibbuka Akṡaru dalam antologi puisi Al-Dīwān: Al-‘A’māl al-Ūlā I karya Maḥmūd Darwīsy dengan menggunakan kajian semiotika Riffaterre. Tujuan penelitian ini adalah menemukan keutuhan makna (signifikansi) dalam puisi tersebut. Untuk memproduksi makna puisi, dilakukan pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik termasuk di dalamnya terdapat matriks, model, varian, hipogram potensial, dan hipogram aktual. Dalam penelitian ini, penulis hanya berusaha memperoleh makna melalui pembacaan hermeneutik saja. Dari pembacaan hermeneutik tersebut dihasilkan sebuah makna puisi, yakni cinta tanah air.
Kata Kunci: Semiotika Riffaterre, Cinta Tanah Air, Al-Dīwān: Al-‘A’māl al-Ūlā I, Uḥibbuka Akṡaru. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni.1 Adapun karya sastra merupakan karya yang memiliki ciri khas yang mutlak, yakni keindahan dan keartistikan.2 Puisi merupakan salah satu genre sastra. Sebagai karya seni, puisi itu puitis, yakni membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, dan menimbulkan keharuan. 3 Pradopo menambahkan bahwa puisi merupakan ekspresi pikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan kesatuan yang direkam, diekspresikan dan dinyatakan dengan menarik sehingga memberi kesan.
1 Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, Terj. Melani Budianto (Jakarta: PT Gramedia, 1990), 3. 2 Akhmad Muzakki, Kesusastraan Arab Pengantar Teori dan Terapan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006), 35. 3 Rachmad Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), 13.
Penggunaan bahasa puisi berbeda dari bahasa sehari-hari. Sebagaimana Riffaterre4 menyebutkan bahwa “the language of poetry differs from common linguistic usage.” Dari penjelasan tersebut diperoleh keterangan bahwa bahasa sehari-hari berada pada tataran mimetic yang membangun meaning (arti) yang beraneka ragam dan terpecah sedangkan bahasa puisi berada pada tataran semiotik yang membangun significance (makna) yang tunggal dan memusat. Oleh karena itu, untuk memperoleh makna puisi harus melewati tataran di atas yang oleh Riffaterre disebut sebagai signifikansi (significance). Puisi Uḥibbuka Akṡaru adalah judul puisi yang termasuk dalam puisi Arab modern. Puisi tersebut terdapat dalam Al-Dīwān: Al-‘A’māl al-Ūlā I karya Maḥmūd Darwīsy. Dikatakan sebagai puisi Arab modern karena puisi-puisi tersebut merupakan puisi bebas (syi’run ḥurr). Sebagaimana Muzakki 5 4
Michael Riffaterre, Semiotics of Poetry (London: Indiana University Press, 1978), 1. 5 Ibid., 53.
59