Citra Ilmu, Edisi 23 Vol. xii, April 2016
PENYEBAB ADAM DAN HAWA TURUN DARI SURGA DALAM ALQURAN DAN BIBLE DALAM PERSPERKTIF FEMINISME MUSLIM: Sebuah Telaah Ulang Moh. Syafi’ Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Temanggung Jalan Suwandi-Suwardi, Temanggung 56213, Jawa Tengah, Indonesia E-mail: syafi.muhammad77@yahoo.com
Abstraks Tulisan ini untuk membuktikan apakah kisah Adam dan Hawa turun dari surga dalam teks al-Qur’an dan Bible terdapat “bias gender” atau tidak, inilah yang menjadi kajian dalam tulisan ini. Untuk membutikan ada dan tidknya biasjender dlam kedua teks tersebut akan penulis deskripsikan persamaan dan perbedaan kisah tersebut, untuk kemudian dikaji melalui analisis komparatif, dalam rangka membuktikan ada dan tidaknya anggapan feminis Muslim tentang bias jender dari kisah tersebut dalam Bible. Dari analisi kedua teks secara komparatif tidak ditemukan adanya bias jender yaitu perempua sebagai peneyebab turun Adam dan Hawa dari surga. Dalam al-Qur’an disebutkan penyebabnya adalah Setan sementara dalam Bible adalah Ular, meskipun dalam Bible banyak mengandung muatan cerita israili yang tidak kredible.
Kata Kunci: Adam, Hawa, al-Qur’an, Bibel, penyebab
Pendahuluan Persoalan paling menarik untuk diperbincangkan dalam kisah turunnya Adam dan Hawa bagi kalangan Feminis Muslim adalah teks-teks “sensitif gender”, yaitu penyebab turunnya Adam dan Hawa dari Surga, baik yang terdapat dalam Alquran maupun Bible sebagai kajian komparasi teks. Hal ini juga didukung bahwa penuturan kisah dalam Alquran hanya bersifat global dan hanya sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral yang ada padanya. Maka tidak heran jika penyampaian kisah dalam Alquran tidak banyak menyebutkan tempat, nama, sejarah dan lain sebagainya. Berbeda dengan Perjanjian Lama dan Perjajian Baru yang termuat dalam Bible banyak menyebutkan kisah-kisah tersebut lebih detail.1 Hal inilah yang kadang menyebabkan pemaparan kisah1
Muhammad Husain al-Żahabī, al-Tafsīr wa al-Mufassirūn (Kairo: Dār al-Hadis, 2005), 147-148.
kisah terutama kisah tentang Adam dan Hawa terkesan “terpotong” karena kurang detailnya penturan kisahkisah tersebut dalam Alquran. Padahal penafsiran tersebut masih memerlukan komparasi antar kedua teks (Alquran dan Bible), untuk mendapatkan konfirmasi informasi yang komprehensif, tanpa mengenyampingkan aspek teologis. Feminis Muslim lahir di samping untuk menyuarakan hak-hak perempuan juga untuk menyuarakan kesetaraan gender melalui kritik teks. Ketika terdapat teks-teks yang terkesan bias gender, baik dalam Alquran maupun Bible akan dianggap sebagai teks yang patriarkis. Dengan “hermeneutika feminis”,2 feminis Muslim membangun paradigama bahwa Alquran adalah teks yang “mendukung kesetaran 2 Ahmad Baidhawi, “Prinsip Dasar dan Perbincangan Tafsir Feminisme” dalam Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin Esensia, Vol.11, No. II, 2010.
49