Penyebab Adam dan Hawa Turun dari Surga dalam Alquran dan Bible dalam Persperktif Feminisme Muslim S

Page 1

Citra Ilmu, Edisi 23 Vol. xii, April 2016

PENYEBAB ADAM DAN HAWA TURUN DARI SURGA DALAM ALQURAN DAN BIBLE DALAM PERSPERKTIF FEMINISME MUSLIM: Sebuah Telaah Ulang Moh. Syafi’ Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Temanggung Jalan Suwandi-Suwardi, Temanggung 56213, Jawa Tengah, Indonesia E-mail: syafi.muhammad77@yahoo.com

Abstraks Tulisan ini untuk membuktikan apakah kisah Adam dan Hawa turun dari surga dalam teks al-Qur’an dan Bible terdapat “bias gender” atau tidak, inilah yang menjadi kajian dalam tulisan ini. Untuk membutikan ada dan tidknya biasjender dlam kedua teks tersebut akan penulis deskripsikan persamaan dan perbedaan kisah tersebut, untuk kemudian dikaji melalui analisis komparatif, dalam rangka membuktikan ada dan tidaknya anggapan feminis Muslim tentang bias jender dari kisah tersebut dalam Bible. Dari analisi kedua teks secara komparatif tidak ditemukan adanya bias jender yaitu perempua sebagai peneyebab turun Adam dan Hawa dari surga. Dalam al-Qur’an disebutkan penyebabnya adalah Setan sementara dalam Bible adalah Ular, meskipun dalam Bible banyak mengandung muatan cerita israili yang tidak kredible.

Kata Kunci: Adam, Hawa, al-Qur’an, Bibel, penyebab

Pendahuluan Persoalan paling menarik untuk diperbincangkan dalam kisah turunnya Adam dan Hawa bagi kalangan Feminis Muslim adalah teks-teks “sensitif gender”, yaitu penyebab turunnya Adam dan Hawa dari Surga, baik yang terdapat dalam Alquran maupun Bible sebagai kajian komparasi teks. Hal ini juga didukung bahwa penuturan kisah dalam Alquran hanya bersifat global dan hanya sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral yang ada padanya. Maka tidak heran jika penyampaian kisah dalam Alquran tidak banyak menyebutkan tempat, nama, sejarah dan lain sebagainya. Berbeda dengan Perjanjian Lama dan Perjajian Baru yang termuat dalam Bible banyak menyebutkan kisah-kisah tersebut lebih detail.1 Hal inilah yang kadang menyebabkan pemaparan kisah1

Muhammad Husain al-Żahabī, al-Tafsīr wa al-Mufassirūn (Kairo: Dār al-Hadis, 2005), 147-148.

kisah terutama kisah tentang Adam dan Hawa terkesan “terpotong” karena kurang detailnya penturan kisahkisah tersebut dalam Alquran. Padahal penafsiran tersebut masih memerlukan komparasi antar kedua teks (Alquran dan Bible), untuk mendapatkan konfirmasi informasi yang komprehensif, tanpa mengenyampingkan aspek teologis. Feminis Muslim lahir di samping untuk menyuarakan hak-hak perempuan juga untuk menyuarakan kesetaraan gender melalui kritik teks. Ketika terdapat teks-teks yang terkesan bias gender, baik dalam Alquran maupun Bible akan dianggap sebagai teks yang patriarkis. Dengan “hermeneutika feminis”,2 feminis Muslim membangun paradigama bahwa Alquran adalah teks yang “mendukung kesetaran 2 Ahmad Baidhawi, “Prinsip Dasar dan Perbincangan Tafsir Feminisme” dalam Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin Esensia, Vol.11, No. II, 2010.

49


Penyebab Adam dan Hawa Turun dari Surga ... – Moh. Syafi’

gender,” kemudian digunakan untuk melakukan tafsir terhadap Bible, yang memuat teks “sensitif gender”, terutama penyebab turunnya Adam dan Hawa dari surga. Untuk membuktikan apakah kisah turunnya Adam dan Hawa dari surga dalam teks Bible terdapat “bias gender” atau tidak, inilah yang menjadi kajian dalam tulisan ini. Namun sebelum membicarakan bentuk penafsiran feminis muslim tentang kisah Adam dan Hawa dalam kedua teks tersebut, terlebih dahulu akan penulis deskripsikan persamaan dan perbedaan kisah tersebut, untuk kemudian dikaji melalui analisis komparatif dalam rangka membuktikan ada dan tidaknya anggapan feminis muslim tentang bias jender dari kisah tersebut dalam Alquran dan Bible.

Persamaan Kisah Adam dan Hawa/Eva dalam Teks Alquran dan Bible. Untuk mengkaji komparasi kisah turunnya Adam dan Hawa dalam Alquran dan Bible, terlebih dahulu penulis paparkan sisi persamaan kisah tersebut dan yang berkaitan dengannya sebagaimana berikut: Pertama, surga tempat Adam dan Hawa Dalam Alquran dan Bible disebutkan bahwa Adam dan Hawa tinggal di surga. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah: 35 dan Q.S. al-A’raf: 19:

َ َ ً َ‫َ �ُق ۡ نَ يََٰٓٔ َ ُ ٱ سۡ ُ نۡ أن تَ َ �زَ ۡ ُ َ ٱ�لۡ�َنّ�ةَ َُ َا نۡ َ َ غ‬ ‫كل �ِم����ه�ا ر��د ا‬ ‫و ��ل��ا ��ـ�ا د �م � �� ك‬ � ‫��� � �� و و ج��ك � �ج ��� و‬ َّٰ ‫َ �يۡ ُ �ئُۡ�ت َ َ َ ۡ َ َٰ ٱ َّ َ َ​َ​َ ُ َ ٱ‬ َ‫� � ش �َ�ة ف�ت ن � نَ � � ظ ل ن‬ � 35 ‫ي� ۝‬ ��ِ‫�و�اِم�� ل����ِ�م‬ ‫ح� � ث��شِ���� ���م�ا َولات���ق��َرب�ا�ه��ذِهِ ل����� ج ر �� ك‬ Artinya: Dan kami berfirman: {“Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orangorang yang zalim” (Q.S. al-baqarah: 35).

َ ۡ‫َيََٰٓٔ َ ُ ٱ سۡ ُ نۡ أَن تَ َ �زَ ۡ ُ َ ٱ �لَۡنَّ�ةَ فَ ُ َ ن‬ َ ‫� �يۡ ثُ ش �ئُۡ�ت‬ �‫��� � �� و و ج��ك � �ج���� � ك‬ ‫��لا �ِم��ح� �� �ِ���� ���م�ا‬ ‫و��ـ�ا د �م � �� ك‬ َّٰ ‫َ َ ۡ َ َٰ ٱ َّ َ َ َ​َ ُ َ ٱ‬ َ‫� � ش �َ�ة فت ن � نَ � � ظ ل ن‬ 19 ‫ي� ۝‬ ��ِ‫�و�ا ِم�� ل����ِ�م‬ ‫َولا ت���ق��َر ب�ا �ه��ذِهِ ل����� ج ر ��� ك‬ Artinya: (Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.” (Q.S. al-A’raf: 19). Surga sebagai tempat Adam dan hawa tinggal juga disebutkan dalam P.L: Kejadian: 2:8, 15 dan 3:2-3: “Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuknya itu.”(Kejadian, 2:8).3 “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kejadian, 2; 15). 4 “Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan.” (1). Tetapi tentang pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: ‘jangan kamu makan atau pun raba buah itu, nanti kamu mati’.” (kejadian, 3: 2-3).5 Kedua, larangan Tuhan bagi mereka memakan buah pohon di surge Dalam Alquran dan Bible terdapat persamaan larangan Tuhan untuk memakan buah “pohon” dalam surga, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah: 35 dan Q.S. al-A’raf: 19:

َ َ ً َ‫َ �ُق ۡ نَ يََٰٓٔ َ ُ ٱ سۡ ُ نۡ أن تَ َ �زَ ۡ ُ َ ٱ�لۡ�َنّ�ةَ َُ َا نۡ َ َ غ‬ ‫كل �ِم����ه�ا ر��د ا‬ ‫و ��ل��ا ��ـ�ا د �م � �� ك‬ � ‫��� � �� و و ج��ك � �ج ��� و‬ َّٰ ‫َ �يۡ ُ �ئُۡ�ت َ َ َ ۡ َ َٰ ٱ َّ َ َ​َ​َ ُ َ ٱ‬ َ‫� � ش �َ�ة ف�ت ن � نَ � � ظ ل ن‬ � 35 ‫ي� ۝‬ ��ِ‫�و�اِم�� ل����ِ�م‬ ‫ح� � ث��شِ���� ���م�ا َولات���ق��َرب�ا�ه��ذِهِ ل����� ج ر �� ك‬

Artinya: Dan kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah 3

Lembaga Al-Kitab Indonesia, Al-Kitab (Jakrata: Lembaga Al-Kitab Indonesia, 2005), 2. 4 Ibid., 3. 5 Ibid.,

50


Citra Ilmu, Edisi 23 Vol. xii, April 2016

makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orangorang yang zalim. (Q.S. al-Baqarah: 35).

َ ۡ‫َيََٰٓٔ َ ُ ٱ سۡ ُ نۡ أَن تَ َ �زَ ۡ ُ َ ٱ �لَۡنَّ�ةَ فَ ُ َ ن‬ َ ‫� �يۡ ثُ ش �ئُۡ�ت‬ �‫��� � �� و و ج��ك � �ج���� � ك‬ ‫��لا �ِم��ح� �� �ِ���� ���م�ا‬ ‫و��ـ�ا د �م � �� ك‬ ٰ َ َّ‫َ​َ تَ قۡ َ​َ َٰ ٱ ش‬ َ‫�َ�ةَ فَتَ ُ نَ � نَ �ٱ � ظَّ ل ن‬ � � ِ‫ولا �����ر ب�ا �ه��ذِه‬ 19 ‫ي� ۝‬ ��ِ‫�و�ا ِم�� ل����ِ�م‬ ‫ل����� ج ر ��� ك‬ Artinya: (Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.” (Q.S. al-A’raf: 19).

َ ُ َ َ ُ َ َ ۡ‫ف�َ َ سۡ َ��َ َ ُ َ ٱ شَّ يۡ َٰ نُ ُ ب‬ ‫� �َع نۡ����هُ� َ��م�ا �م� ن‬ ‫و�� و س ��ل�ه���م�ا � �ل���������ط�� لِ���ي���دِ �ي� ��ل�ه���م�ا �م�ا‬ �ِ ‫ۥر �ي‬ ِ‫و‬ َ َ َ َّ‫َ ۡ َٰ َ َ َق َ َ َن َ ٰ َُ َُّ َُ َ نۡ َٰ ٱ ش‬ َ َُ‫�َ ّ ٓ أ ن ت‬ ‫��م�ا ر� ك‬ ‫ك‬ � � ِ‫��م�ا �ع�� �ه��ذِه‬ ‫�ون�ا‬ ‫ل����� ج ر�ةِ لا � � � ك‬ ‫��سوء تِ���هِ���م�ا و��ا ل �م�ا ���ه�ى ب‬ ِ‫�إ‬ ٰ ۡ‫ٱ ل‬ َُ ّ ٓ ُ َ َُۡ َ‫َ َ َ ن أ‬ َ َ‫�خَ � ن‬ َ‫��مَ�ا�لَ���م� ن‬ َ ‫ن‬ ‫ن‬ � ‫ َوق��ا �َ�س� َ���م�ه� َ��م�ا �ن� �ل ك‬20 ‫�و�ا �ِم�� � ��ِل�دِي� ۝‬ ‫���يۡ� � وت� ك‬ ‫�م��ل �ك‬ �ِ ‫�إِ​ِي‬ ِ ٰ َ‫�ٱ �لنَّ � ن‬ 21 ‫ي�۝‬ �� ِ‫���ِ�ص��ح‬ Artinya: “Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: ‘Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).’ Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. ‘Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.’ (Q.S. al-A’raf: 20-21).

Sedangkan larangan Tuhan untuk memakan buah pohon terhadap mereka berdua juga disebutkan dalam Bible, kejadian, 2: 16-17 dan kejadian, 3:2-3:

Sedangkan dalam Bible disebutkan dalam Kejadian, 3:12-13:

“Lalu Tuhan memberi perintah ini kepada manusia: “semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas (16). Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (kejadian, 2:16-17).6

“Manusia itu menjawab: ‘Perempuan yang kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka ku makan.’ Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: ‘Apakah yang telah kau perbuat ini?’ jawab perempuan itu; ‘Ular itu yang memperdayakan aku, maka ku makan.’

“Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan.” (2). tetapi tentang pohon yang ad di tengah-tengah taman, Allah berfirman: janagn kamu makan atau pun raba buah itu, nanti kamu mati.”(3). (kejadian, 3: 2-3).7 Ketiga, objek godaan memakan buah pohon Dalam Alquran dan bible, ketika berbicara persoalan siapa yang menjadi objek godaan untuk memakan buah pohon memiliki kesamaan. Adam dan Hawa dalam kedua teks ini disebutkan sama-sama menjadi objek. Hanya saja subjek penggoda dalam Alquran adalah setan sedangkan dalam Bibel adalah ular. Sebagaiman Q.S. al-A’raf: 20-21; 6

Ibid., Ibid.,

7

Keempat, Adam dan Hawa telanjang Setelah Adam dan Hawa memakan buah pohon dalam surga, mereka berdua telanjang dan malu, kemudian keduanya memanfaatkan daun surga untuk mentupi bagian tubuh mereka. Sebagaiman disebutkan dalam Q.S. Thaha: 121

َ َ ۡ‫فَأَ َا نۡ َ فَ​َ َ تۡ �َ ُ َ �َ ۡ َُٰت ُ َ َ َ قَ َ�خۡ فَ ن َ َي‬ ‫كل �ِم����ه�ا � ب���د � �ل�ه���م�ا �سوء ���ه���م�ا وط��فِ�������ا ي���ِ�ص���ا ِ� ع��ل������م�ا‬ � �� ِ‫ه‬ َ ٰ َ َ ََّ ُ َ َ ٓ َ َ� َۚ ّ‫ن َ َ ق ٱ�لۡ�َن‬ 121 ‫ٰىء ا د �م رب��هُۥ �ف���غ� َو�ى۝‬ ‫�ِم�� ور ِ� � �ج ����ةِ وع���ص‬ Artinya: “Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.” (Q.S. Thaha: 121).

51


Penyebab Adam dan Hawa Turun dari Surga ... – Moh. Syafi’

Hal yang sama, bahwa ketika mereka berdua memakan buah pohon tersebut mereka kemudian malu dan menyematkan daun yang terdapat dalam surga. Sebagaimana disebutkan dalam Bible, kejadian, 3:6-10: “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya (6). Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat (7). Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap Tuhan Allah di antara pohonpohonan dala taman (8). Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ‘diamanakah engkau?’ (9). Ia menjawab: ‘Ketika aku mendengar, bahwa engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.’ (10).8

Artinya: “Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: ‘Bukankah Aku Telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: ‘Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?’” (Q.S. al-A’raf: 22).

Sedangkan dalam Bible, pernyataan bahwa Tuhan memanggil, sedang mereka sedang telanjang juga disebutkan dalam Kitab kejadian, 3:8-11: Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap Tuhan Allah di antara pohonpohonan dalam taman (8). Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ‘diamanakah engkau?’ (9). Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” (10). Firman-Nya: “Siapakah yang memberithukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang kularang engkau makan itu?” (11).9

Kelima, panggilan Tuhan dan peringatan-Nya terhadap Adam dan Hawa

Keenam, Adam dan Hawa turun dari surga dan terjadi permusuhan di antara keturunan mereka

Pada saat Tuhan memanggil mereka berdua, maka mereka sembunyi karena merasa malu ketika sedang telanjang. Terdapat persamaan dalam Alquran dan Bible dalam hal ini. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-A’raf: 22:

Setelah mereka berdua melanggar larangan Tuhan untuk tidak memakan buah pohon terlarang maka mereka diperintah Tuhan untuk turun dari surga dan mereka mendapatkan hukuman bahwa keturunan mereka akan menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Sebagaimana Q.S. Thaha: 123:

َ َّ‫فَ َ َّ ٰ ُ َ غُ​ُ ۚ فَ ََّ �ذَ َق ٱ ش‬ َ ُ ‫�َ ةَ َ َ تۡ �َ ُ َ �َ ۡ َٰ ُت‬ � ‫�س‬ ‫ء‬ ‫��د �ل�ى�ه���م�ا �بِ��رور ��ل�م�ا ا ��ا � �ل����� ج ر ب��د � �ل�ه���م�ا و ���ه���م�ا‬ ٖ َٓ ُ ُّ َ َ ُ ٰ َ َ‫َ َ قَ َ خۡ فَ ن َ َيۡ َ َ َ ق ٱ لَۡنََّۖن‬ �‫وط���������ا ي‬ ‫���ِ�ص���ا ِ� ع��ل������م�ا �ِم� ن� ور � � ��ج�����ةِ و�ا د �ى�ه���م�ا رب���ه���م�ا‬ ِ‫ف‬ ِ ِ‫ه‬ ّٞ ُ َ َ‫أَ َ ۡأَ ۡن َ ُكَ َ ن لۡ ُكَ ٱ شَّ َ َ َأَ�قُ َّ ُكَٓ نَّ ٱ شَّ يۡ َٰ نَ َ ُك‬ ‫� �ل�م� ���ه��م�ا �ع�� تِ�� ��م�ا � �ل����� ج�ر�ةِ و� �ل�ل��م�ا �إِ � � �ل���������ط�� �ل��م�ا ع�د و‬ ٞ ُّ 22 ‫�م بِ���� ني�۝‬ 8

Ibid., 3-4.

52

ۡ ّ‫ۖ ف�َ َّ َأ �َ نَّ كُ� ّ ن‬ّٞ ُ َ ۡ َ ۡ �ُ‫�َق َ ٱ ۡ َ نۡ َ َ� ۢۖ َ ۡ ُ ك‬ � � � � ‫�ا ل � �ه����ط�ا �ِم����ه�ا ج �مِ��يعَ�ا ب��ع���ض‬ �‫� �مِ�لب��ع����ضٍ ع�د و ��إِ �م�اي��تِ�ي م مِ​ِ�ي‬ ِ‫ب‬ َ َ ُ َ َ‫ُ ٗ ف‬ َ ّ َ ‫ٱ‬ َ ّ َ َ ُ َ ۡ َ َ َ ‫ف‬ ٰ 123 ‫� �ل َولا ي� ش����ق�ى ۝‬ ِ‫�ه�د �ى ��م� ن� � ��تب� �ه�د ا �ي� ��لا �ي���ض‬ ‫ِ ع‬

Artinya: Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu 9

Ibid., 4.


Citra Ilmu, Edisi 23 Vol. xii, April 2016

petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (Q.S. Thaha: 12).

Begitu pula dalam Bible, permusuhan antara keturunan meraka berdua juga disebutkan setelah mereka berdua diusir, sebagaimana disebutkan dalam Kejadian, 3:15: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”10

Perbedaan Kisah Adam dan Hawa/Eva dalam Teks Alquran dan Bible. Alquran dan Bible memang memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan tentang kisah-kisah tentang umat terdahulu sebagaimana dijelaskan dalam pendahuluan. Akan tetapi Alquran dilihat dari pemaparan kisah-kisah yang ada, terutama kisah tentang turunnysa Adam dan Hawa, memang tidak sedetail Bible mengenai nama tempat, nama orang dan sebagainya. Hal ini dikarenakan tujuan pemaparan kisah dalam Alquran adalah penyampaian ideal moral dari kisah yang disampaikan. Setelah diketahui persamaan-persamaan kisah turunnya Adam dan Hawa dari surga dalam teks al-Qu r’an dan Bible di atas, penulis akan paparkan beberapa perbedaan yang cukup mendasar antara keduanya. Berikut penjelasannya: Pertama, subjek penyebab Adam dan Hawa diusir dari surga Pembahasan mengenai penyebab turunnya Adam dan Hawa dari surga adalah pembahasan yang sangat signifikan, mengingat persoalan ini merupakan salah satu sejarah yang masing-masing dua Kitab ini 10

mempunyai rekaman masing-masing. Persoalan ini juga menjadi ajaran teologis masing-masing penganut Kitab ini. Dalam teologi kristen, dari persoalan ini muncul sebuah kepercayan ‘dosa asal’ (origin sin), sedangkan dalam Islam tidak mengenal ‘dosa asal’ (origin sin). Terlepas dari perdebatan apa yang disebut (origin sin) itu menjadi dogma yang bisa diyakini atau tidak pada masing-masing penganut kedua teks tersebut, yang jelas penyebab turunnya Adam dan Hawa dalam Alquran disebabkan oleh godaan syaitan yang menggoda keduanya memakan buah yang dilarang Tuhan dalam surga, sehingga pada akhirnya mereka berdua turun dari surga dan diberi hukuman. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-A’rāf: 20-21 dan Q.S. Ṭāhā: 120:

َ ُ َ َ ُ َ َ ۡ‫ف�َ َ سۡ َ��َ َ ُ َ ٱ شَّ يۡ َٰ نُ ُ ب‬ ‫� �َع نۡ����هُ� َ��م�ا �م� ن‬ ‫و�� و س ��ل�ه���م�ا � �ل���������ط�� لِ���ي���دِ �ي� ��ل�ه���م�ا �م�ا و‬ �ِ ‫ۥر �ي‬ ِ َ َ َّ‫َ ۡ َٰ َ َ َق َ َ َن َ ٰ َُ َُّ َُ َ نۡ َٰ ٱ ش‬ َ َُ‫�َ َّ ٓ أ ن ت‬ ‫��م�ا ر� ك‬ ‫ك‬ � � ِ‫��م�ا �ع�� �ه��ذِه‬ ‫�ون�ا‬ ‫ل����� ج ر�ةِ لا � � � ك‬ ‫��سوء تِ���هِ���م�ا و��ا ل �م�ا ���ه�ى ب‬ ِ‫�إ‬ َٰۡ‫ٱ ل‬ ُ َ ّ‫َ َق َ َ ُ َٓ ن‬ َُۡ َ‫َ َ َ ن أ‬ َ َ ‫�خ‬ َ‫��مَ�ا�لَ���م� ن‬ َ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ � ‫ك‬ ‫�و�ا �ِم�� � ��ِل�دِ�ي� ۝‬ ‫���يۡ� � وت� ك‬ ‫�م��ل �ك‬ � ِ ‫ و��ا ��س����م�ه���م�ا �إِ �ِي� �ل‬20 ِ ٰ َ‫�ٱ �لنَّ � ن‬ 21 ‫ي�۝‬ �� ِ‫���ِ�ص��ح‬

Artinya, “Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: ‘Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).’ 21. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. ‘Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.’ (Q.S. al-A'raf: 20-21).

ُۡۡ‫فَ سۡ َ َيۡ ٱ َّ يۡ َٰ َق َ يََٰٓٔ َ ُ َ ۡ أَ ُ ُّ َ َ​َ شَ​َ ٱ ل‬ ‫ٰ�� َ ��خ‬ ُ‫ش ن‬ َ َ� ِ‫و�� و��س �إِ �ل�ِ�ه � �ل���������ط�� ��ا ل ��ـ�ا د �م �ه�ل � د �ل�ك ع��لى ج�ر�ةِ � ��ل�د‬ َ ۡ‫َُ ۡ َّ َب‬ ٰ 120 ‫�ك لا ��ي���لى ۝‬ ٖ ‫و�م�ل‬

Artinya: “Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: ‘Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?’ (Q.S. Thaha: 120).

Ibid., 4.

53


Penyebab Adam dan Hawa Turun dari Surga ... – Moh. Syafi’

Sedangkan dalam Bible disebutkan bahwa penyebab Adam dan hawa memakan buah pohon larangan Tuhan adalah godaan ular. Hanya saja godaan tersebut pertama kali diarahkan kepada Hawa, kemudian Hawa memberikan buah pohon kepada Adam pula. Sebagaimana dalam Kejadian, 3:1, 4: “Adapun Ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: ‘Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?’ (Kejadian, 3:1). “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘sesekali kamu tidak akan mati.’ (Kejadian, 3:4). Dari pemaparan kisah yang ada dalam Alquran dan Bible, dapat dilihat perbedaan yang sangat mendasar. Dalam Alquran Setan diakui sebagai penyebab turunnya mereka berdua dari surga. Sementara dalam Bible dinyatakan bahwa ularlah penyebab turunnya Adam dan Hawa.

Ketiga, pengakuan Adam dan Hawa ketika tergoda makan buah terlarang Alquran menyatakan pengakuan ini secara langsung dan tidak ada saling berkelindan di antara keduanya, karena mereka telah dinyatakan sendiri oleh Tuhan dalam Alquran, bahwa keduanya tergoda oleh setan secara bersamaan. Sebagaimana dalam Q.S. alA’rāf:22. Akan tetapi dalam Bible, disebutkan bahwa terdapat semacam kelindan antara Adam dan Hawa. Bible manyatakan pengakuan Adam yang digoda oleh Hawa, maka Hawa pun menyatakan bahwa dirinya juga menjadi korban godaan ular sebelum ia “menggoda” Adam. Jadi dalam Bible, pada dasarnya yang menjadi penyebab keduanya tergoda adalah ular. Sebagaimana dalam Kejadian, 3:12-13: “Manusia itu menjawab: ‘Perempuan yang kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka ku makan.’ (12). Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: ‘Apakah yang telah kau perbuat ini?’ Jawab perempuan itu; ‘Ular itu yang memperdayakan aku, maka ku makan.’ (13).

Kedua, objek rayuan memakan buah terlarang Dalam Alquran, objek rayuan untuk memakan buah larangan adalah kedua-duanya (Adam dan Hawa) secara bersamaan, yang dilakukan oleh Setan. Sebagaimana dalam Q.S. al-A’rāf: 20-21, di atas. Sedangkan dalam Bible, disebutkan bahwa rayuan diarahkan kepad Hawa terlebih dahulu, yang dilakukan oleh ular. Sebagaimana dalam Kejadian, 3:1-2: “Adapun Ular ialah yang paling cerdik dari segala bintang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Tentulah Allah berfirman: semua pohon dalam taman ini janagn kamu makan buahnya, bukan?’ (Kejadian,3:1). “Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: ‘Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan.’ (Kejadian, 3:2).

54

Keempat, hukuman Tuhan kepada Adam dan Hawa, serta Ular Dalam Alquran hukuman Tuhan setelah mereka melanggar diberikan kepada Adam dan Hawa, berupa turun dari surga beserta setan pula dan terjadi permusuhan di antara anak keturunnya. Untuk hukuman yang berupa kutukan pada masingmasing Adam dan Hawa tidak ada dalam Alquran, sebagaimana dalam Q.S. al-Baqarah: 36. Sedangakan dalam Bible, permusuhan hanya terdapat pada Adam dan Hawa, serta keturunan mereka berdua, sebagaimana dalam Kejadian, 3:15. Selain hukuman berupa permusuhan pada Adam dan Hawa dan keturunannya, hukuman Tuhan dalam Bible juga bersifat individual. Masing-masing Adam, Hawa dan Ular mendapatkan kutukannya masing-


Citra Ilmu, Edisi 23 Vol. xii, April 2016

masing, sebagaimana disebutkan dalam Kejadian, 3:14, 16, 17, 18, 19.

Komparasi Kisah Adam dan Hawa dalam Alquran dan Bible Persperktif Feminisme Muslim Dari pemaparan persamaan dan perbedaan di atas, yang menjadi kajian menarik dan harus dikaji ulang adalah penafsiran yang selama ini dilakukan oleh feminisme muslim terhadap teks-teks yang mengandung ‘sensitif gender’. Dalam hal ini adalah subjek penyebab turunnya Adam dan Hawa dari surga. Tafsir Feminis tidak hanya terjadi dalam teks Alquran tetapi juga terjadi dalam teks-teks yang lain, seperti Bible, yang dianggap mendiskriminasikan kaum wanita dan bias gender sehingga digunakan oleh sebagian kelompok untuk melegitmasi pendapat dan kepentingan mereka. Pada satu sisi tafsir feminis memang sangat membantu menyuarakan dan mengkaji ulang produk pemikiran yang dianggap patriarkis, sehingga dengan pendekatan feminisme kaum wanita yang dianggap sebagai kaum yang lemah dan tidak setara hak-hak nya dengan kaum laki-laki di berbagai bidang mulai terangkat derajatnya sejajar dengan kalangan laki-laki. Akan tetapi terkadang kalangan feminis terkesan ‘memerkosa’ teks yang tidak sesuai dengan konteksnya untuk melegitimasi pendapatnya. Penyebab turunnya Adam dan Hawa dari surga di dalam Bible dianggap oleh kalangan feminisme disebabkan oleh Hawa. Paradigma yang dibangun oleh feminis itu merupakan paradigma tafsir yang didahului oleh free undestunding bahwa teks-teks yang mengandung persoalan gender harus ditafsirkan dengan ‘hermeneutika feminis’, meskipun itu bedasarkan paradigma ‘kesetaran gender’ yang diambil dari Alquran. Sehingga kesimpulan yang dihasilkan oleh mereka adalah adanya bias gender, yaitu wanita (Hawa) selalu menjadi penyebab Adam turun dari

surga dan mendapatkan kutukan sebagai dosa asal (origin sin). Terlepas dari ada dan tidaknya original sin dalam teologi kristen, yang jelas kalangan feminis manyatakan bahwa penyebab dosa asal adalah Hawa, sehingga nampak sekali dalam teks Bible menurut mereka adalah teks yang patriarki. Hal ini terjadi ketika feminis muslim melakukan komparasi tentang penyebab turunnya Adam dan Hawa dari surga dari bunyi teks Alquran dan Bible. Feminis muslim dengan paradigma ‘kesetaraan gender’ Alquran, meng-klaim bahwa penyebab turunnya Adam dan Hawa adalah karena godaan setan, bukan karena Hawa, sebagaimana dalam Q.S. al-A’rāf: 20-21 dan Q.S. Ṭāhā: 120 “Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: ‘Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).’ 21. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. ‘Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.’ (Q.S. alA’raf: 20-21). Ayat di atas kemudian digunakan untuk ‘membongkar’ nuansa bias gender dalam Bible, ketika menceritakan penyebab turunnya Adam dan Hawa adalah karena godaan Hawa, dalam kejadian, 3:12: “Manusia itu menjawab: ‘Perempuan yang kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka ku makan.’ Feminis muslim menyatakan bahwa Alquran menyatakan objek godaan adalah Adam dan Hawa secara bersamaan, sedangkan sebagai subjek adalah setan, karena Alquran selalu menggunakan kata ganti dua orang (huma) dan tidak pernah menggunakan kata ganti tunggal. Sedangkan dalam Bible, sebagaimana disebutkan dalam kejadian, 3:12, menyatakan sebaliknya, bahwa objek godaan adalah Adam dan

55


Penyebab Adam dan Hawa Turun dari Surga ... – Moh. Syafi’

yang menjadi subjek penggoda adalah Hawa.11 Dari sini kemudian feminis muslim mengklaim bahwa teks Bible dalam menceritakan penyebab turunnya Adam dan Hawa penuh dengan nuansa bias gender, yang pada akhirnya diyakini bahwa Hawa adalah penyebab terjadinya dosa asal (origin sin). Penafsiran feminis muslim, bahwa Hawa merupakan penyebab oroginal sin di atas, harus ditelaah ulang dengan cara analisis-komparatif antara teks Alquran yang dijadikan pegangan feminis muslim, dengan bunyi teks yang terdapat dalam Bible secara objektif-komprehensif dan dengan membuang mind set yang membawa free undestunding terhadap teks yang berbau miseogenis. Hal ini agar tidak terjadi pemaksaan dalam pemahaman terhadap suatu teks. Dalam Alquran memang dinyatakan bahwa penyebab turunnya mereka berdua adalah setan, sebagaimana dalam Q.S. al-A’rāf: 20-21 dan Q.S. Ṭāhā: 120. Sedangkan dalam Bibel penyebab pertama adalah ular. Terlepas apakah dalam teologi Islam, ular ini ditafsirkan sebagai setan atau bukan dan keberadaan ular dalam kisah ini dapat diakui keberadaannya dalam teologi Islam, tetapi dari sini terlihat jelas dalam teks Bible dan Alquran sama-sama memiliki kesamaan, bahwa Hawa bukan merupakan penyebab turunnya Adam dan bagi dirinya sendiri dari surga. Yang membedakan antara keduanya Kitab tersebut adalah dalam Alquran setan sebagai subjeknya, sebagaiman dalam Q.S. al-A’rāf: 20-21 dan Q.S. Ṭāhā: 120. Sedangkan dalam Bible ular adalah sebagai subjeknya, sebagaimana dalam Kejadian, 3:1-2: “Adapun Ular ialah yang paling cerdik dari segala bintang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam 11 Penafsiran semacam ini terdapat dalam sebuah artikel tentang kajian feminisme, dalam konteks pembicaraan tentang “teologi menstrusi” yang dikaji dari aspek mitologi dan kitab suci. Lihat: Nasaruddin Umar, “Teologi Menstruasi: Antara Mitologi dan Kitab Suci,” dalam Jurnal studi Gender dan Islam: Musawa, Vol. 5, No.1, Januari 2007.

56

taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?’ Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: ‘Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan.’ (Kejadian, 3:1-2). Akan tetapi kedua teks tersebut secara tekstual tidak pernah menyebutkan bahwa Hawa sebagai subjek penggoda. Dalam Alquran dan Bible pun keduanya bahkan sama-sama menjadi objek. Sebgaimana dalam Q.S. alA’rāf: 20-21 dan dalam Kejadian, 3:12-13. Hanya saja Hawa dalam Bible digoda oleh ular terlebih terlebih dahulu. Kalau pun dalam Bible Adam mengaku bahwa dirinya digoda oleh Hawa, itu bukan berarti Hawa sebagai penyebab, sebagaimana dalam Kejadian, 3:12, karena pada ayat yang lain dalam pasal Kejadian, 3:13: “Kemudian ber firmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: ‘Apakah yang telah kau perbuat ini?’ jawab perempuan itu; ‘Ular itu yang memperdayakan aku, maka ku makan.’ Hawa pun mengaku dirinya juga merupakan ‘korban’ godaan ular, kemudian ‘berkelindan’ atas ketidakbersalahannya, karena Hawa juga sama-sama menjadi objek godaan ular. Dilihat dari objek hukuman yang diberikan dalam Alquran dan Bible setelah mereka melanggar memakan buah pohon terlarang dalam surga pun memilki kesamaan. Objek hukuman tersebut juga diberikan tidak hanya pada Hawa, akan tetapi juga terhadap setan (dalam Alquran) dan kepada ular (dalam Bible) sebagaimana dijelaskan dari persamaan dan perbedaan objek hukuman Tuhan di atas. Hanya saja konten hukuman yag ada dalam Alquran dan Bible berbeda. Hal ini menujukkan bahwa Hawa bukan sebagai seseorang yang paling bersalah dan sebagai subjek penggoda, melainkan sebagai objek (korban). Kalau Hawa sebagai penyebab tentunya hukuman Tuhan tidak akan diberika kepada ketiga pihak, yaitu Adam, Hawa dan setan (dalam Alquran) atau ular (dalam Bible).


Citra Ilmu, Edisi 23 Vol. xii, April 2016

Dari pemaparan di atas, adanya anggapan bias gender oleh feminis muslim dalam Bible, melalui paradigma ‘kesetaraan gender’ Alquran terkesan memaksakan penafsiran. Karena sebetulnya setelah dikaji melaui analisis-komparatif, baik dalam Alquran dan Bible tidak pernah ada penyataan bahwa Adam dan Hawa sebagai penyebab turunnya Adam dan Hawa dari surga.12 Kajian ini bukan bermaksud meletakkan posisi penulis dalam posisi simpati dan antipati, melainkan penulis berusaha melihat persoalan ini lebih kepada posisi empati, untuk mendapatkan pemaknaan yang paling tidak intersubjektif, terlepas dari persoalan yang berkaitan dengan keyakinan.

Ular dalam Bible: Upaya Mencari Nilai Ideal Moral Kisah pemeran aktor sebagai ular dalam Bible, meskipun tidak dapat diakui ‘kebenarannya’ dalam teologi Islam dan feminisme muslim, karena kisah tersebut diangap sebgai kisah israili yang a histori. Akan tetapi dengan melihat kisah sang aktor yang berperan sebagai ular dalam Bible, dapat diambil sebuah nilai ideal moral-nya. Ular dalam Bible sebagai ‘simbol’ kelicikan, daya tipu dan kecerdikan retorika, sebetulnya menggambarkan akan kehidupan di dunia ini memang penuh dengan sesuatu yang menipu, yang dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam tipuan yang ada. Sipakah ular dalam kisah ini memang tidak pernah disebutkan dalam Alquran, akan tetapi itu merupakan ‘simbol’ yang masih dapat diambil nilai ideal moral-nya. Dalam kehidupan teologi keberagamaan baik dalam Islam maupun Kristen, selayaknya dilakukan kajian yang mendalam dan objektif terhadap persoalan 12 Sebaliknya dalam Alquran pun ayat-ayat yang berbicara soal dosa yang dilakukan Adam dan Hawa justru telah mengoreksi mitos yang berkembang, baik mitos tersebut berasal dari penafsiran yang berbau cerita israili maupun tafsir ‘sensitif gender.’ Koreksi yang terdapat dalam Alquran tersebut adalah bahwa Hawa bukanlah sumber “fitnah.” Lihat: Abdul Mustaqim, Pergeseran Epistemologi Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 125.

teologis agar kajian yang dilakukan tidak hanya berdasarkan keyakinan masing-masing. Meskipun persoalan tentang ‘dosa asal’ yang terdapat dalam Bible dan Alquran merupakan persoalan yang terbilang ‘kadaluarsa’, akan tetapi paling tidak kita dapat belajar bagaimana seharusnya nilai ideal-moral yang ada pada persoalan tersebut dapat ‘dibumikan’ menjadi sebuah kesadaran keberagamaan Islam dalam ruang publiknya yang sangat plural.

Simpulan Pemapran kisah turunnya Adam dan Hawa perspektif feminis muslim di atas menimbulkan implikasi terhadap cara pemahaman teks secara objektif-komprehensif, tidak berada dalam posisi pembaca yang simpati dan tidak pula antipati, malainkan empati, agar tidak terjadi penafsiran yang subjektif dan parsial karena memandang teks tertentu dengan free understandig terlebih dahulu, sehingga terkesan ‘memerkosa’ teks, terlepas dari persoalan yang menyangkut sebuah keyakinan. Dari pemaran tersebut di atas juga dapat diambil sebuah pelajaran tentang cara keberagamaan yang melihat suatu persoalan dengan cara minimal mengkonfirmasi untuk mandapatkan data yang bersumber dari data intersubjektif, sehingga Islam benar-benar mampu ‘membumi’ sebagai ajaran yang rahmatan li al-‘ālamin dan ṣalih li kulli zamān wa makān dalam ruang publik secara menyeluruh.

Daftar Pustaka Al-Zahabi, Muhammad Husain al-Tafsīr wa al-Mufasirūn. Kairo: Dār al-Ḥadīs, 2005. Baiḍawi, Ahmad. “Prinsip Dasar dan Perbincangan Tafsir Feminisme” dalam Jurnal Ilmu-ilmu Ushuluddin Esensia. Vol.11, No. II, 2010. Lembaga Al-Kitab Indonesia. Al-Kitab, Jakrata: Lembaga Al-Kitab Indonesia, 2005.

57


Penyebab Adam dan Hawa Turun dari Surga ... – Moh. Syafi’

Mustaqim, Abdul. Pergeseran Epistemologi Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

58

Umar, Nasaruddin “Teologi Menstruasi: Antara Mitologi dan Kitab Suci,” dalam Jurnal studi Gender dan Islam: Musawa, Vol. 5, No.1, Januari 2007.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.