Citra Ilmu, Edisi 23 Vol. xii, April 2016
TRADISI SURAN MASYARAKAT TRAJI: Sebuah Kajian Antropologi Linguistik Nur Alfi Mu’anayah Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Temanggung Jalan Suwandi-Suwardi, Temanggung 56213, Jawa Tengah, Indonesia
Abstract This research discusses Suran tradition by Traji society in Temanggung, Central Java. It aims at finding linguistic units, determining their meaning, and identifying cultural background that influences the tradition. Data in this research are linguistic units found on Suran. The analysis showed that names of serving are Traji’s cultural symbols, and the Javanese song lyric describes their culture. Then, there are two cultural systems that influence the tradition intensively, they are agriculture and religion & belief.
Keywords: anthropological linguistic, ethnography, symbol, culture.
Pendahuluan Bahasa dan budaya merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Sebagai alat komunikasi bahasa tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan suatu masyarakat. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Perkembangan kebudayaan selalu selaras dengan perkembangan bahasa karena bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pemikiran manusia. Ide dan hasil pemikiran manusia itu berupa kebudayaan, sehingga bahasa yang berkembang dapat mencerminkan kebudayaan masyarakat penggunanya. Bahasa juga penting bagi kelestarian suatu kebudayaan, karena melalui bahasa inilah kebudayaan dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Hubungan antara bahasa dan budaya dalam linguistik dapat kita pelajari salah satunya melalui teori relativitas bahasa. Secara umum teori ini menyatakan bahwa bahasa tidak bersifat universal melainkan sangat relatif dan berbeda satu sama lain meskipun memiliki pola dan fungsi utama yang sama, yaitu sebagai alat komunikasi. Perbedaan ini antara lain
dipengaruhi oleh faktor budaya dan kondisi alam sekitar. Relativitas bahasa pertama kali dikemukakan oleh Wilhelm van Humboldt yang berpendapat bahwa terdapat hubungan erat antara masyarakat, bahasa, dan budaya. Menurutnya bahasa adalah alat berpikir yang berpengaruh terhadap pola pikir. Teori relativitas bahasa mengalami perkembangan dari para ahli bahasa baik di benua Eropa maupun di Amerika. Diantara para ahli yang mengembangkan teori tersebut adalah Edward Sapir yang menyatakan pentingnya bahasa untuk dapat mempelajari budaya dari suatu masyarakat. Pemikirannya mengenai relativitas bahasa sangat mempengaruhi muridnya Benjamin Lee Whorf. Keduanya menyatakan bahwa struktur bahasa suatu bahasa menggambarkan bagaimana penuturnya memandang dunianya, dan bagaimana budaya mempunyai hubungan dengan bahasa. Pemikiran Sapir dan Whorf mengenai kaitan antara bahasa dan budaya yang sejalan dengan pandangan relativitas bahasa lebih dikenal sebagai Hipotesis Sapir-Whorf.1
1 Kadarisman, A. Effendi. 2005. “Relativitas Bahasa dan Relativitas Budaya” Dalam Linguistik Indonesia. Nomor: 2., (Agustus 2005), 2-3.
79