7 minute read

DALAM SOROTAN

Next Article
LIHATLAH SESAMAKU

LIHATLAH SESAMAKU

FRATER WOUT VAN DEN HOUT

Di masa lalu dan kini terdapat sejumlah frater yang memiliki kreativitas ketrampilan. Mereka membuat lukisan, gambar, patung atau kerajinan tangan yang indah. Bermacam-macam dan seringkali tak diketahui siapa pembuatnya. Hasil seleksi dari kreativitas ini dimuat dalam kolom sorotan. Bagian ke-14 dari rubrik ini, kami menemui Frater Wout van den Hout.

Advertisement

Frater Wout van den Hout senang melukis sejak duduk di kelas enam sekolah St. Thomas, Goirle dan terutama pada saat kujungan Santo Nikolaus tanggal 5 Desember. Ketika Orang Saleh mengunjungi kelasnya, Wout segera menyadari bahwa ia adalah Frater Justus van den Boom. Sejak saat itu Wout ingin menjdi seorang frater. “Apabila engkau ingin menjadi frater, engkau harus mengembangkan ketrampilan melukis. ” Wout menjadikan ini sebagai sebuah dorongan dan tantangan untuk mengikuti ini sesuai kemampuannya. Frater Justus mengajarnya melukis dan kemudian di Sekolah Pendidikan Guru St. Stanislaus ia diajari oleh Frater Meinulphus van Grootel. Wout seorang berbakat dan cita-citanya ialah ingin mengembangkan karya yang indah.

Tahun 1963 – ia telah menjadi frater kala itu – Wout berangkat menjalankan misi di Namibia. Ketika di sana ia membaca sebuah artikel dalam majalah mingguan Elsevier tentang pembelajaran jarak jauh di Sekolah Seni Terkenal. Sekolah ini mempunyai cabang di New York, London, Paris dan Amsterdam-Osdorp. Inilah yang dikembangkannya; dan Frater Walter memdapat izin dari pemimpinnya untuk mendaftar. Ia harus menyerahkan tugas setiap enam minggu selama tiga tahun ke kantor di Amsterdam-Osdorp. Pada waktu itu tugasnya dikirim melalui “snail-mail” bukan email.

Frater Wout suka melukis dan telah banyak yang dihasilkannya. Meskipun demikian, ia menggabungkan dengan profesinya sebagai guru, yang mengakibatkan ia harus melukis sampai larut malam di kelas. Siswa sering memintanya melukis sesuatu untuk mereka. Banyak buku puisi pribadi dilengkapi dengan lukisan dari Frater Wout. “Mereka sering meminta saya melukis binatang”, kata Frater Wout kepada kami. “dan saya juga menyukai binatang, dan yang paling indah menurut saya adalah kuda.” Orang lain juga melihat bakat dari Frater Wout. Pemimpin redaksi Kamar Frater Wout van den Hout di rumah perawatan Joannes Zwijsen.

surat kabar keuskupan ‘Angelus’ di Namibia meminta untuk memakai lukisannya sebagai ilustrasi dan ia meresponnya dengan penuh gembira.

Tiada waktu dan uang untuk mendapatkan model asli, jadi Frater Wout mencari gambar di majalah untuk dicopy. Seri potret Wanita Namibia dengan pakaian tradisional dihasilkan dengan cara ini. Frater Wout lebih senang mengerjakannya dengan pastel minyak. Ia juga melukis gambar sketsa mosaik jalan salib di Dȍbra, Namibia. Artikel panjang tentang karya ini bisa ditemukan dalam majalah Frater CMM no. 1/2014. Ia terlibat dua kali dalam kelompok eksebisi di Windhoek dan di Walvis Bay.

Bagi Frater Wout, melukis adalah sebuah bentuk pelayanan. Oleh karena itu, ia sering memberi lukisan secara gratis kepada teman-teman dan kenalannya. “Untuk menciptakan sesuatu yang indah itu bermanfaat dan memberi sesuatu yang indah kepada seseorang itu juga bermanfaat.”

Wanita Herero (pastel minyak). Wanita Himba (pastel minyak). Wanita Himba (pastel minyak).

Kuda (pastel minyak). Kartu dengan kupu-kupu. Dibuat Frater Wout untuk saudarinya (pastel minyak).

Mantel Madonna (sebuah seri lukisan pena).

Anjing gembala (lukisan minyak). Salah satu stasi dari mosaik di Döbra, Namibia.

Orang Samaria yang Baik Hati (kolase dari sobekan kertas berwarna). Kartu pada acara yubileum (lukisan pensil). Halaman depan ‘Angelus’, surat kabar keuskupan Windhoek dengan sebuah ilustrasi dari Frater Wout (lukisan pena).

DARI PADANG MENJADI PROVINSI INDONESIA

Yubileum (100 tahun)Frater CMM di Indonesia secara resmi dibuka pada tanggal 21 Mei 2022. Hal ini tentu tidak bisa dilihat secara terpisah dengan para pendahulu yang terinspirasi oleh spiritualitas belas kasih dan persaudaraan ketika mereka menginjakkan kaki di bumi nusantara.

Padang

Semua berawal dari kota Padang, Sumatra Barat. Pada tanggal 21 Mei 1923, Frater Paulus Jacobs, Frater Severinus Aarts, Frater Hermenigildus Fromm, Frater Theodatus van Oers, dan Frater Claudius Kok mereka mengawali misi di Indonesia. Mereka membuka dua Sekolah Dasar: SD untuk anak-anak Eropa dan SD untuk anak-anak Tionghoa. Pengaruh para Frater CMM sangat besar, terutama dalam bidang pendidikan dan kegiatan untuk orang muda. Ada kelompok liturgi, drama, koor, musik band, tim olahraga, perpustakaan dan bahasa Inggris. Sekolah frater menerima bantuan pemerintah pada tahun 1924 dan dikenal sebagai sekolah unggul pada masa itu.

Frater CMM membuka MULO (Sekolah Menengah Pertama) pada tahun 1928 di Padang. Setelah Perang Dunia II sekolah ini dikembangkan menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA) Don Bosco Padang. Situasi Indonesia kala itu tidaklah mudah. Sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk kota Padang terjadi pergolakan. Kehadiran frater-frater Belanda di Padang semakin berkurang, sementara hampir tidak ada panggilan yang berasal dari anak muda pribumi. Komunitas CMM Padang dialihkan ke keuskupan pada bulan Desember 1976.

Dari Padang menuju ke Manado, Tomohon, Medan…

Sementara itu, karya Kongregasi diperluas ke wilayah lain di Indonesia. Pada tanggal 4 September 1924, Frater Ernest Adriaanse dan Frater Radulf Bax menginjakkan kaki di Manado dan Tomohon. Di Manado mereka mengambil alih sekolah China Belanda. Para frater memulai karya di Medan pada tahun 1927, dan sebagai pemimpin Sekolah China Belanda adalah Frater Hermenigild Mimpen. Lima frater pertama di Indonesia, Padang 1923.

… Dan selanjutnya

Secara bertahap semakin banyak komunitas didirikan ke berbagai wilayah di Indonesia dan semakin banyak anak muda bergabung. Saat ini ada sekitar 120 frater di Indonesia. Para frater tinggal dan berkarya di beberapa keuskupan antara lain Keuskupan Agung Medan, Semarang, Makassar dan Kupang serta di keuskupan Manado, Sibolga, Banjarmasin, Tanjung Selor, Amboina dan Larantuka.

Ada harapan baik bahwa Kongregasi di Indonesia akan terus berkembang sesuai dengan cita-cita pemdiri, Uskup Joannes Zwijsen. “Oleh karena itu kita turut serta dalam kegembiraan dan harapan, kesukaan dan kecemasan gereja setempat, gereja universal dan umat manusia seluruhnya” (Konstitusi I, 177).

Frater Yonas Paso CMM, Indonesia

Sumber: Frater CMM di Indonesia. Sebuah Sejarah dari Tahun 1923 sampai Tahun 1997, oleh Frater Pieter-Jan van Lierop CMM, 1997.

BANTUAN UNTUK SEKOLAH DI BRASIL

Frater Rosario de Jesus Martins dengan beberapa siswa.

Sebelum Covid-19 Casa de Apoio selalu ramai.

Kongregasi secara keseluruhan dihadapkan dengan pelbagai macam kebutuhan, baik dalam bentuk material maupun spiritual. Para frater dalam kerja sama dengan pihak lain berusaha untuk mengatasi situasi ini. Bagian kedua puluh satu dari terbitan ini, kami menhadirkan salah satu aktivitas dari para frater di Brasil.

Salah satu inti dari tugas Frater CMM adalah bekerja untuk kaum muda melalui pendidikan, terutama untuk anak-anak dan orang muda yang kurang mampu. ‘Casa de Apoio ao Estudante’ (Rumah untuk Mendukung Para Siswa) di Belo Horizonte yang didirikan oleh frater-frater kita dari Regio Brasil dimaksudkan untuk kepentingan anak-anak yang sekolah di Sekolah Dasar negeri, dimana kualitas pendidikan ‘terintegrasi’ - lebih mahal - dari sekolah-sekolah swasta. Di Casa de Apoio, anak-anak ini mendapatkan ‘bantuan atau bimbingan’ belajar.

Pengawasan terhadap anak-anak dilakukan oleh beberapa orang professional yang digaji Kongregasi dan beberapa di antaranya merupakan relawan. Selain bimbingan belajar untuk mata pelajaran reguler, juga ditawarkan aktivitas lain seperti les computer, game edukasi, olahraga dan lukisan.

Hal ini menarik bahwa ‘Kampanye Persaudaraan’ yang dipromosikan oleh Gereja Katolik Brasil tahun ini bertemakan “Persaudaraan dan Pendidikan” dengan moto: ‘Berbicara dengan Hikmat dan Mengajar dengan Lemah Lembut’ (Amsal 31, 26). Moto ini merupakan sebuah undangan dan inspirasi bagi sekolah-sekolah milik kongregasi maupun bentuk kerasulan lainnya agar kita bisa mendampingi dan mengajar anak-anak muda.

Lompat tali. Les komputer.

Permainan catur. Bimbingan dan tugas rumah.

This article is from: