Kombinasi Ed 56 juni 2014

Page 1

Edisi ke-56 Juni 2014 ď Ź kombinasi.net


D

a r i Re r E d a kK s i

B BB S

ilusTrasi: dani YuniarTo ilusTrasi: dani YuniarTo ilustrasi: vienna-wv.com ilusTrasi: dani YuniarTo

D Da rai rri ErdEadKa sK is i

ila ingin lebih banyak meli­ Itulah mengapa kami memutuskan hat tayangan berita tentang untuk sekali lagi membahas tentang kejadian daerah meli­ Anda di­ Itulah revisi UU Penyiaran edisi kali ini. ila ingin lebihdibanyak mengapa kamidimemutuskan bandingkan aksi Olga Syah­ Meski telah banyak pembahasan pro hat tayangan berita tentang untuk sekali lagi membahas tentang putra, pendam dahulu mimpi Anda dan kontra mengenai revisi, terutama kejadian di daerah Anda di­ revisiItulah UU Penyiaran di edisi kali ini. ila ingin lebih kelompok banyak meli­ mengapa menyerahkan kami memutuskan itu. Jika ingin melihat ke­ sejak pemerintah Daf­ bandingkan aksi Olga Syah­ Meski telah banyak pembahasan pro hat tayangan berita tentang untuk sekali lagi membahas senian anak tradisional lebih sering tar Isian Masalah (DIM) yangtentang isinya dimimpi daerah Super Anda Ju­ di­danbegitu revisi UU Penyiaranrevisi, di kaliten­ ini. putra,tampil pendam dahulu Anda kontra mengenai terutama dikejadian televisi dibanding kontroversial itu,edisi diskusi bandingkan aksi Olga Syah­ Meski telah banyak pembahasan pro itu. Jika ingin melihat kelompok ke­ sejak pemerintah menyerahkan Daf­ nior atau grup band ala Korea, catat tang ini wajib terus dikumandangkan. putra, dahulu mimpi Andatar Kita dan kontra mengenai revisi, terutama seniansaja anak tradisional lebih sering Isian Masalah (DIM) yang isinya itupendam dalam daftar keinginan Anda. tentu tak lupa sepak terjang De­ itu. Jika ingin melihat kelompok ke­ sejak pemerintah menyerahkan Daf­ tampilKeberagaman di televisi dibanding kontroversial itu, yang diskusi ten­ isi siaranSuper bukanJu­ salah begitu partemen Penerangan otoriter senian tradisional lebih sering tarini Masalah (DIM) yang isinya nior atau grup band alabesar, Korea, catat wajib terusKita dikumandangkan. ecara garis film Holly­ tang me­ rIsian u­ sak lingkungan terusingat dilakukan. satu halanak yang diprioritaskan pemerin­ saat Orde Baru. juga bagai­ tampil di televisi dibanding Super Ju­ begitu kontroversial itu, diskusi wood berjudul Promise Land Kitamana Upa­ yajaringan ini selalu dibarengi pe­nye­ bten­ ar­ tah melalui revisi UU Penyiaran. televisi bera­ saja itu dalam daftar keinginan Anda. tentu tak lupa sepaknasional terjang De­ nior atau grup band ala Korea, catat tang ini wajib terus dikumandangkan. mengisahkan upaya se­bu­ah partemen an informasi sepihak yang dari per­ ure­vi­e­w sa­ha­ Terpaan yang dikendali­ mai­ramai mengajukan ju­di­ci­al Keberagaman isiinformasi siaran bukan salah Penerangan otoriter saja media itu dalam daftar keinginan Anda. Kita tentusemuanya tak pada lupa sepak terjang De­ usahaan gas alam mem­ bu­ saat an bahwa aman, se­sbagai­ uai hu­ kan arus utama memang sede­ UU Penyiaran Mahkamah Kons­ satu hal yang per­ diprioritaskan pemerin­ Orde Baru. Kita juga ingat Keberagaman isi siaran bukan salah partemen Penerangan yang otoriter juk warga di sebuah de­ s a kecil di Ame­ kum dan akan membawa ke­ s e­ j ah­ te­ mikian dahsyat sehingga kerap mem­ titusi yang berujung pada pengemba­ tah melalui revisi UU Penyiaran.pemerin­mana jaringan televisi nasional bera­ satu Serikat hal yangagar diprioritaskan saat Orde Baru. Kita serta juga ingat bagai­ rika meng­ i jinkan eks­ p lo­ ra­ a n bagi komunitas setem­ p at. buat masyarakat lupa pada masalah lian wewenang izin sanksi dari Terpaan informasi yang dikendali­ mai­ramai mengajukan ju­di­ci­al re­vi­e­w tah melalui revisi UU Penyiaran. mana televisi nasional bera­ itasi gas di la­ han Masyarakat Inilah ujian bagi komunitas terse­ yang penting danmereka. dampaknya di de­ UUKPI kejaringan pemerintah. kan media arus utama memang sede­ Penyiaran pada Mahkamah Kons­ Terpaan informasi yang dikendali­ mai­ramai mengajukan ju­di­ci­al re­vi­e­w di desa ituseperti digambarkan gitu mis­ but. Saat mereka memiliki informasi pan mata, revisi UUbe­ Penyiaran Sudah lebih dari 10 tahun usia UU mikiankan dahsyat sehingga kerap mem­ titusi berujung pada pengemba­ media arus utama memang sede­ UUyang Penyiaran pada Mahkamah Kons­ kin dan mi­ nimberganti akses informasi. Aki­ Penyiaran, yang berbeda tentang dampak peng­ tersebut. Silih ruang obrol­ tapi banyak hal yang be­ buat masyarakat lupa pada masalah lian wewenang izin serta sanksi dari mikian dahsyat sehingga kerap mem­ titusi yang berujung pada pengemba­ bat­kita nya dipenuhi se­ba­gi­an oleh di an­kehebohan ta­ra­nya setuju hi­sap­ an tersebut, me­re­kswasta a mes­tiserta ber­ an so­ lum ditaati oleh televisi yang penting dan dampaknya dimasalah de­ ke pemerintah. buat masyarakat lupa pada lian wewenang izin sanksi dari un­ tuk menandatangani kontrak ka­ re­ KPIpemerintah, ta­ rung untukmisalnya me­ nye­serta barkan­ nyakewa­ pada sok misterius Bunda Putri hingga pro tentang yang penting dan dampaknya di de­ KPI ke pemerintah. pan mata, seperti revisi UU Penyiaran Sudah lebih dari 10 tahun usia UU na iming-iming uang besar, ser­ jiban publik. Tentu berjaringan. bu­kan per­ta­rDan ung­aitu n yang kontra Gubernur DKIyang Jokowi. Pada­ televisi tan­ pan mata, seperti revisi UU Penyiaran Sudah lebih dari 10 tahun usia UU tersebut. Silih berganti ruang obrol­ Penyiaran, tapi banyak hal yang be­ ta ling pen­ per­usa­ pa seimbang dan ideal, meng­ ingatklau­ per­ hal,yang ada pa­ banyak halting, yangjanji dampaknya sanksi sama sekali. Padahal tersebut. Silih berganti ruang obrol­ Penyiaran, tapi banyak hal yang be­ an kitaha­ dipenuhi oleh so­ ditaati oleh swasta anlebih bahwa pro­ skehebohan esmasyarakat eks­ploitasi akan usa­ haan kor­ po­televisi rsatu asi dengan da­naserta tidak jauh riil bagi di se­ lumsul itulah salah yang menjadi pra­ an kitapelosok dipenuhi oleh kehebohan so­pemerintah, lum ditaati oleh televisi swasta serta sok misterius Bunda Putri pro UU misalnya kewa­ berjalan aman dan ti­dhingga ak menggang­ terbatas akan meng­ gtentang u­na­ kanisi ba­ nyak luruh negeri, termasuk syarat adanya keberagaman serta sok misterius Bunda pemerintah, misalnya tentang gu ke­ hi­dup­ini. anDKI ma­sya­ rPutri akat.hingga cara termasuk mem­ben­penyiaran. tuk opi­itu nikewa­ le­ wat kontraPenyiaran Gubernur Jokowi. Pada­projiban televisi berjaringan. Dan tan­ kepemilikan lembaga kontra Gubernur DKI Jokowi. Pada­ jiban televisi berjaringan. Dan ituyang tan­ Ternyata di kemudian hari muncul pa media arus utama yang le­ bih massif. penting ini sengaja Masih sangat banyak amanat hal, ada Entah banyakhal­hal hal yang dampaknya sanksi sama sekali. Padahal klau­ hal, ada banyak hal yang dampaknya pa Akan sanksi sama sekali.yang Padahal klau­ informasi yang bertolak bela­ kdi ang. tetapi, ketika edisi dijauhkan ataumasyarakat disembunyikan dari sul baik disalah UU Penyiaran belum di­ jauh lebih riil bagi se­Pro­ itulah satu yangmembaca menjadi pra­ jauh lebih riil bagi masyarakat di se­ sul itulah salah satu yang menjadi pra­ ses eksploitasi yang akan dilakukan ini, kita ta­ h u bahwa komunitas di Rem­ mata masyarakat, yang jelas dengan lakukan. Kolaborasi pemerintah dan luruh luruh pelosok negeri, termasuk UU UUsyarat adanya keberagaman isi serta pelosok negeri, termasuk syaratdiadanya keberagaman itu ternyata dampaknya sa­ngat ber­ kepemilikan bang, Kulonprogo, dikuat Sido­sehingga aisi rjoserta dan minimnya daya kritis seluruh elemen pemilik modal begitu Penyiaran ini. lembaga penyiaran. Penyiaran ini. kepemilikan lembaga penyiaran. ba­ h aya, tidak saja un­ t uk ter­ n ak tapi mung­ k in di banyak tem­ p at lain me­ masyarakat maka kelak bila akhirnya kontribusi UU Penyiaran bagi demo­ EntahEntah hal­hal penting ini sengaja Masih sangat banyak amanat yang hal­hal penting inimasyara­ sengaja sangat banyak yang bah­kan untuk ma­ nu­sia.saja, Informasi ini kratisasi mi­lMasih iki ca­rapenyiaran guna mem­ per­amanat ta­hminim. an­kan ke­ lolos disahkan begitu masih Ki­ dijauhkan atau disembunyikan dari baik di UU Penyiaran yang belum di­ dijauhkan atau disembunyikan dari baik di UU Penyiaran yang belum di­ disebarkan ke terlongong­longong ko­mu­ni­tas melalui pam­ dau­ lat­an wilayahnya. Mereka pan­tang kat cuma bisa me­ ta bertugas untuk terus meluaskan mata masyarakat, yangyang jelasjelas dengan lakukan. Kolaborasi pemerintah dan mata masyarakat, dengan lakukan. Kolaborasi pemerintah dan flet se­ hing­ga men­dan do­rong warga mo­ un­ pemahaman me­nye­rah menyebarkan a­si se­ lihat pemerintah penguasa tentang ini infor­ padammasya­ minimnya daya kritis seluruh elemen begitu kuat sehingga minimnya kritis elemenpemilik pemilik modal begitu kuat sehingga tuk men­ dis­daya kbersama usikan­ nya, dan ujungnya sung­ gmodal uh­ n yakita pada bah­ kan bila dal menari diseluruh atas frekuensi rakat. Agar takpublik, mudah dibuat lu­ masyarakat maka kelak bila akhirnya kontribusi Penyiaran bagi masyarakat maka kelak bila akhirnya UUUU Penyiaran bagi demo­ kemudian adalah war­ ga menolak ren­ kontribusi perlu melakukan ak­s i.demo­ Men­ yang notabene milik publik. pa, dandengan menjadi tak berdaya. lolos perusahaan disahkan begitu saja, masyara­kratisasi kratisasi penyiaran masihminim. minim. Ki­ lolos disahkan begitu saja,tersebut. masyara­ penyiaran masih cana gas ja­ di tugas kita membantu mere­ kaKi­ de­ kat cuma bisa terlongong­longong me­ ta bertugas untuk terus meluaskan kat cuma bisa terlongong­longong me­ untuk meluaskan Indonesia, jauh dari Hol­ ly­ ta bertugas ngan cara yang kitaterus bisa, ter­ masuk ikut Kombinasinun  Edisi ke-48 Tahun 2013 Di lihat pemerintah dan penguasa mo­pemahaman pemahaman tentang pada masya­ lihat pemerintah dan kurang penguasa tentang iniini pada wood, situasinya lebihmo­ seper­ menyebarkan infor­m asi da­rimasya­ mereka dal menari bersama di atas frekuensi rakat. Agar kita tak mudah dibuat lu­ dal menari bersama di atas frekuensi kita tak lu­ ti itu. Upaya penghisapan sumber da­ rakat. agarAgar publik tak ha­mudah nya di­su­dibuat guhi infor­ yang notabene milik publik. pa, dan menjadi tak berdaya.  ya alam melalui penambangan yang pa, masi ciptaan korporasi.   yang notabene milik publik. dan menjadi tak berdaya.

Kombinasi  Edisi ke-48 Tahun 2013 Kombinasi Edisi ke-56 Juni 2014 2 Kombinasi  Edisike-48 Tahun2013

Pemimpin Redaksi Imung Yuniardi Pemimpin Redaksi Redaktur Pelaksana Imung Yuniardi Yuliyanti Redaktur Pelaksana Kontributor Pemimpin Redaksi Yuliyanti Pemimpin Redaksi Imung Yuniardi, Lisistrata, Lia Imung Yuniardi Kontributor Imung Yuniardi Syafitri Yuniar, Caecilia Mediana, Redaktur Pelaksana Redaktur Pelaksana Imung Yuniardi, Lia Idha Saraswati Annisa Faza, MuliaLisistrata, Bahagia Putri Yuliyanti Syafitri Yuniar, Caecilia Mediana, Kontributor Arie Sujito, Iman Abda, Mooduto, Kontributor Ming Ming Lukiarti, FerdyBahagia S Putra, Putri Annisa Faza, Mulia Yeti Chotimah Maryani, Fatchur Rahman, M Afandi Imung Yuniardi, Lisistrata, LiaAbda, Mooduto, Arie Sujito, Iman Ilustrasi Ilustrasi Syafitri Yuniar, Caecilia Mediana, Yeti Chotimah Dani Yuniarto Dani Yuniarto Annisa Faza, Mulia Bahagia Putri Sampul Tata Letak Ilustrasi Mooduto, Arie Sujito, Iman Abda, DaniLubis Yuniarto MS Dani Yuniarto Yeti Letak Chotimah Tata Tata Letak MS Lubis Ilustrasi Alamat Redaksi MS Lubis Dani Yuniarto Jalan KH Ali Maksum RT 06 No. Alamat Redaksi Tata KH Letak JalanPelemsewu, Ali MaksumPanggungharjo, RT 06 No. 183 183 Alamat Redaksi MS LubisBantul, Pelemsewu, Panggungharjo, Sewon, Sewon, Daerah Istimewa

Jalan Ali Istimewa Maksum RT 06 No. Bantul, KH Daerah Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia 55188 Indonesia 55188 183 Pelemsewu, Panggungharjo, Alamat Redaksi Telp/Fax: 0274-411123 Telp/Fax: 0274-411123 Jalan KH Ali Maksum RT 06 No. Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Email: office@combine.or.id Email: redaksikombinasi@combine.or.id 183 Pelemsewu, Panggungharjo, Yogyakarta, Indonesia 55188 Website: http://kombinasi.net Website: http://kombinasi.net Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Telp/Fax: 0274-411123 Yogyakarta, Indonesia 55188 Email: office@combine.or.id Telp/Fax: 0274-411123 Website: http://kombinasi.net Email: office@combine.or.id Website: http://kombinasi.net Kombinasi adalah majalah dua bulanan KOMBINASI diterbitkan oleh

yang diterbitkan oleh Combine COMBINE Resource Institution Resource Institution atas dukungan (CRI) atas dukungan Ford dari Ford Foundation. Foundation. diterbitkan oleh KOMBINASI Combine Resorce Institution COMBINE Resource Institution KOMBINASI diterbitkan oleh adalah lembaga yang mendukung COMBINE Resource Institution (CRI) atas dukungan Ford COMBINE Resource Institution pengembangan jaringan adalah lembaga yanginformasi Foundation. (CRI) atas dukungan Ford berbasis komunitas.

mendukung pengembangan Foundation. jaringan informasi berbasis Redaksi Majalah Kombinasi menerima COMBINE Resource Institution komunitas. Komunitas opini, resensi, maupun tulisan berbasis COMBINE Resource Institution adalah yang peliputanlembaga seputar tema media menggali, mengolah, dan komuni­ adalah lembaga yang tas. Panjang tulisan sekitar 6.000 mendukung pengembangan mengkomunikasikan informasi mendukung pengembangan karakter (with spaces), dengan men­ jaringan informasi berbasis demi penguatan masyarakat can­ tum­kaninformasi foto untuk berbasis tulisan non opini, jaringan komunitas. Komunitas sipil di Indonesia. dan dikirim keKomunitas redaksikombinasi@ komunitas. menggali, mengolah, dan combine.or.id. Redaksi berhak memilih menggali, mengolah, danmasuk dan menyun­ t ing tulisan yang mengkomunikasikan informasi mengkomunikasikan informasi ke maja­lah Kombinasi. Penulis yang demi penguatan masyarakat deminpenguatan masyarakat karya­ ya dimuat akan mendapat sipil di Indonesia. honor sepantasnya. sipil di Indonesia.


I

n f o Sek i l a s

LIMAPULUH KOTA

P

ada Minggu (25/5), tiga Ke­ lompok Informasi Masyara­ kat (KIM) dari Malaysia dan Brunai Darussalam me­ngun­ jungi KIM VII Koto Talago, Kecamatan Guguak, Kabupaten Li­ma­pu­luh Kota, Sumatera Barat. KIM ter­se­but adalah KIM Selangor, KIM Ne­ge­ri Sembilan, dan KIM Per­se­ku­tu­an Tanah Melayu. Mereka datang didampingi Direk­ tur Layanan Luar Negeri Kementerian Komunikasi dan Informasi, serta Ke­ pala Dinas Perhubungan Kominfo Ka­ bupaten Limapuluh Kota. Salah sa­tu KIM yang dikunjungi ialah Ke­lom­pok Senior Ganepo UP3HP Padang Kan­ di, Nagari VII Koto Talago, yang me­ ru­pakan binaan KIM VII Koto Talago. Sesampainya di lokasi acara, delegasi KIM negara Malaysia dan Brunai Da­ russalam disambut dengan Tari Pa­ sam­bahan oleh anak nagari VII Koto Ta­lago. Dalam sambutannya, Wali Nagari VII Koto Ta­lago Jon Hen­dri menutur­ kan, keberadaan KIM VII Koto Talago

diawali lewat kegiat­an Prog­ram Pem­ berdayaan Petani me­la­lui Tek­no­logi In­formasi Pertanian (P3TIP) yang di­ mulai pada 2008. Ke­ti­ka prog­ram ter­ se­but ber­akhir pa­da 2012, kelompok peser­ta program tersebut te­tap eksis me­la­ku­kan kegiat­an di bi­dang pem­ ber­da­yaan Sum­ber Daya Manusia me­ lalui pe­man­faatan teknolo­gi infor­ma­ si per­ta­ni­an. Inilah awal mula ber­di­ ri­nya KIM VII Koto Talago. Sampai saat ini KIM VII Koto Ta­la­ go terus melakukan kegiatan seper­ti pelatihan pengenalan serta apli­ka­si me­dia internet sebagai media pema­ saran, toko online, dan work­shop UM­ KM untuk pelaku usaha. Pelatihan ini merupakan kerjasama an­ta­ra Pe­me­ rin­tah Nagari VII Koto Ta­la­go, KIM VII Koto Talago, dan tim pengab­di­an ma­ syarakat dari Uni­ver­si­tas Ne­ge­ri Pa­ dang (UNP). Adapun untuk sosialisasi program PNPM, tim sosialisasi KIM VII Koto Ta­lago bekerja sama dengan Radio Ko­ munitas Taratak FM. Acara kun­jung­

an ini juga diliput serta di­si­ar­kan se­ ca­ra langsung oleh Radio Komunitas Taratak FM. KIM VII Koto Talago be­ ker­ja sama dengan pemerintah setem­ pat dan SMKN 2 Guguak ju­ga sudah memiliki media online www. 7kotota lago.limapuluhkota.org. Heri Niz­war, Ketua KIM VII Koto Ta­ lago, dalam presentasinya menje­­las­ kan, KIM ini bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan dan kese­ jah­teraan masyarakat, serta menjadi mitra kerja pemerintah da­lam me­nye­ barluaskan informasi pem­ba­ngunan kepada masyarakat sesuai de­ngan si­ tuasi dan ke­bu­tuh­an ma­sya­ra­kat. KIM juga menjadi jembatan in­for­masi da­ ri pemerintah ke­pada ma­sya­ra­kat dan sebaliknya. Salah satu delegasi KIM Sela­ngor, Malaysia, mengaku amat se­nang dan berterima kasih atas sambutan yang diberikan. Pihaknya juga kagum ter­ ha­dap produk-produk yang di­ha­sil­ kan mitra binaan KIM VII Ko­to Ta­la­ go.  www.suarakomunitas.net

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

3

suarakomunitas.net

KIM Malaysia dan Brunai Darussalam Kunjungi KIM VII Koto Talago


n f o Sek i l a s

Foto-foto: suarakomunitas.net

I

rembang

Semen Indonesia Siap Diskusi dengan Kelompok Penolak

R

encana pembangunan pab­ rik semen baru di Kabu­paten Rembang oleh PT Se­men In­ donesia akan direa­li­sa­si­kan pada 2014 ini. Hanya saja, pele­takan batu pertama sebagai penanda di­mu­ lainya bangunan pabrik yang dijad­wal­ kan dilakukan pada medio Ju­ni di­pas­ ti­kan molor dari rencana awal. Demi­ kian kata staf Biro Hu­mas Se­men In­ donesia Faiq Ni­ya­zi, Ming­gu (8/6). “Pembangunan pabrik akan dila­ku­ kan tahun ini. Memang untuk ren­ca­

na peletakan batu pertama yang ka­mi jadwalkan pada Juni ini, mun­dur da­ ri rencana awal,” terang­nya. Sementara itu, tentang munculnya penolakan dari se­bagian ele­men ma­ sya­ra­kat terkait dengan ren­cana pem­ ba­ngun­an pabrik, pihaknya mengaku telah berupaya meng­ajak mereka ber­ diskusi, ter­uta­ma yang terkait de­ngan alasan keberatan mereka yang menye­ but ka­wasan rencana pab­rik terletak pada kawasan karst Pe­gu­nung­an Ken­ deng Utara yang di­lin­dungi.

“Belum lama ini, perusahaan telah mengundang kelompok warga yang menentang rencana pendirian pabrik semen untuk diskusi bersama de­ngan mendatangkan para ahli karst dari be­ berapa universitas di Yog­yakarta. Ta­ pi mereka urung datang dengan ala­ san mereka menghendaki da­­tang da­ lam jumlah besar bukan ha­nya per­wa­ kilan,” katanya. Faiq juga menegaskan bahwa ren­ cana pem­bangunan pabrik semen di Rem­bang tak menabrak regulasi. Hal itu bisa dilihan dengan terbitnya Ke­ pu­tus­an Menteri ESDM No. 2641K/ 40/MEM/2014 Tentang Pe­ne­tap­an Ka­ wasan Bentang Alam Karst Su­ko­li­lo. “Kementerian Energi dan Sumber Da­ya Mineral (ESDM) telah menerbit­ kan serta memberlakukan keputusan Menteri ESDM Nomor 2641K/40/ME M/2014. Peraturan ter­se­but men­jadi dasar perlindungan kawasan karst Pe­ gunungan Kendeng Utara yang mem­ bentang dari Kabupaten Grobogan, Blora, dan Pati. Sedangkan Rembang tidak termasuk dalam ke­pu­tus­an ter­ sebut sehingga tidak per­lu lagi diper­ debatkan,” tegasnya. Meskipun demikian Manajemen PT Se­men Indonesia membuka diri bagi pihak-pihak yang kontra untuk disku­ si dalam koridor ilmiah. “Kita siap un­ tuk berdiskusi dengan kawan-ka­wan yang tidak setuju sepanjang di­ser­tai dengan agumentasi ilmiah,” pung­kas­ nya.  www.suarakomunitas.net

Lombok Utara

Media Harus Berimbang Beritakan Capres-Cawapres Beberapa media televisi nasional, online, dan media cetak hampir setiap saat menyuguhkan berita terkait pemilihan calon presiden beserta wakilnya. Tetapi ka­ dang-kadang berita yang disuguhkan membuat pemi­ lih tambah bingung karena tidak berimbang. Demi­ki­ an ungkap Jaelani dalam Forum Warga III yang digelar Radia Komunitas Primadona, Sabtu (7/6) malam. Sebuah stasiun televisi, lanjut Jaelani, pernah me­ nam­pilkan hasil survei kedua pasangan capres-ca­wa­ pres. Namun, survei tersebut dinilai sebagai hasil re­ ka­yasa karena sering memojokkan salah satu pa­sang­ 4

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

an capres. “Hasil survei yang ditampilkan oleh sa­tu te­ levisi nasional saya rasa hanya buatan be­la­ka,” ujar Jae­ lani. Seharusnya, lanjut Jaelani, berita yang di­sampai­ kan media adalah berita yang tepat, aku­rat dan terper­ caya, bukan opini yang tidak jelas sum­ber­nya. Sementara Taufiq dari Kecamatan Sembalun Kabu­ paten Lombok Timur menilai, visi-misi kedua pasang­ an capres-cawapres sudah cukup baik. Hanya saja, ma­ sing-masing pendukung perlu menyampaikan isi dan misi itu dengan bahasa yang santun sehingga ti­dak sa­ ling menyalahkan.  www.suarakomunitas.net


Buton

Ibu Pekka Berkarya dengan Sampah Sampah tak selamanya menjijikkan. Hal ini dibuktikan Ibu PEKKA Ke­ lompok Kuncup Mekar Desa Wajahjaya, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara yang membuat kerajian tangan be­ rupa tas keranjang dari bahan bekas. Proses pembuatan satu tas keranjang itu membutuhkan waktu dua minggu. Bahan dasarnya menggunakan gelas bekas minuman siap saji dan tali tambang kecil berwarna biru sebagai penyatunya, serta pipa elas­tis bening berukuran kecil sebagai pegangannya. Tas keranjang ini mampu memuat beban hingga lima kilogram. “Yang penting mau melakukannya, sampah pun bisa menjadi karya yang bagus dan memiliki kegunaan. Tetapi kami belum memasarkanya karena masih membutuhkan bahan lain agar terlihat lebih cantik lagi,” tutur Yuliatin ketua kelompok tersebut.  www.suarakomunitas.net

Bantaeng

Petani Kopi Butuh Pelatihan Budidaya Kelompok petani kopi di Kabupa­ ten Bantaeg, Sulawesi Selatan, men­ da­pat kunjungan dari Ford Found­a­ tion. Kunjungan tersebut me­rupakan bentuk evaluasi Project Bawakara­eng Coffee tahap I yang dilakukan oleh Ya­ yasan Pensa Agro Man­di­ri (Ya­pen­sa) yang didanai Ford Foun­da­tion. Kunjungan itu dimulai dari kebun pembibitan yang berlokasi di Dusun Panjang Utara, dilanjutkan ke Sekre­ tariat Kelompok Tani Baji Ati 2 untuk melihat cara pengolahan kopi arabi­ ka, mulai dari penggilingan buah ge­ lon­dongan hingga masuk dalam me­ sin Pulper untuk menjadi Kopi Gabah yang disebut dengan pulping. Lalu rombongan menuju Sanggar Tani yang berada di Kebun Percontoh­ an Dusun Bawa', kemudian ke sek­re­ tariat Kelompok Tani Baji Am­pe. Haji

Jumali, Ketua Kelompok Tani Bum­des Labbo, mengaku amat ber­syu­kur de­ ngan adanya Yapensa dan Ford Foun­ da­tion di Desa Labbo. Ia ber­ha­rap ke depan Yapensa bisa mem­be­ri­kan pe­ la­tihan budidaya, karena Dinas Per­ kebunan se­tem­pat ti­dak lagi me­nye­ diakan tenaga pe­nyu­luh un­tuk bu­di­ da­ya kopi. Selain itu, ia berharap subsidi un­ tuk petani, misalnya berbentuk pupuk. Harapan senada diungkapkan se­jum­ lah petani yang men­da­pat kesem­pat­ an untuk bicara. Se­la­in itu, pe­ta­ni ju­ ga berharap ada ban­tu­an ak­ses ja­lan ke kebun kopi yang jarak­nya ja­uh. Menanggapi hal tersebut, Ketua Ya­ pen­sa Hermansyah Gafur menjelas­ kan bah­wa ke depan Ya­pensa su­dah me­ren­ca­na­kan ada­nya perubah­an po­ la da­ri per­te­mu­an kelom­pok yang ada pada tahap I men­jadi kegiatan seko­ lah lapang. Se­dang­kan Pimpinan Ford Foun­dation menjelaskan bahwa ban­ tuan akan disesuaikan ke­bu­tuhan dan kemampuan, karena ada hal yang bi­ sa dibantu dan ada yang ti­dak. Ford Foundation, misal­nya, tak bisa mem­ buat jalan karena itu tugas Pe­merin­ tah Dae­rah yang bi­sa dilaku­kan lewat PNPM.  www.suarakomunitas.net

Sleman

Lestarikan Tradisi Dandan Kali Tidak hanya Pulau Dewata yang memiliki air suci, masyarakat Du­ sun Petung, Desa Kepuharjo, Cang­ kringan, Sleman, DI Yog­ya­karta ju­ ga memiliki air suci. War­ga se­ki­ tar menyebutnya dengan na­ma Ka­ li Batur, kali yang berasal da­ri se­ buah mata air yang sampai ki­ni ti­­ dak pernah habis. Ketika ada pernikahan ataupun sunatan, warga yang punya hajat selalu mengambil air di mata air Kali Batur yang digunakan untuk masak dan mandi. Hal ini dilan­ dasi kepercayaan bahwa air dari Kali Batur memberikan berkah. Setiap bulan Ruwah dalam pe­ nanggalan jawa, warga sekitar me­ miliki tradisi Dandan Kali. Tradisi ini sudah ada sejak za­man nenek moyang, dan terus dilakukan se­ca­ ra turun temurun hingga saat ini. Dandan kali ada­lah sebuah tradi­ si untuk mem­ber­sih­kan mata air, yang diakhiri kenduri de­ngan me­ nyembelih seekor kam­bing. Meski kondisi Kali Batur tidak seperti dulu akibat Erupsi Merapi, warga masih melestarikan tradisi ini, yang tahun ini berlang­sung pa­ da Sabtu (8/6) dan Ming­gu (9/6). Pada hari ter­akhir, war­ga meng­ ungkapkan syu­kur atas rah­mat Tu­ han beru­pa air yang tidak pernah ha­bis de­ngan me­nyem­belih kam­ bing. Untuk kenduri, warga biasa­ nya memba­wa am­beng, yakni nasi yang ditem­patkan di wadah besi, leng­kap dengan lauk, jajan pasar, dan buah yang di­bung­kus ules atau kain.  www.suarakomunitas.net

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

5


U

tama

Tenda Perjuangan Menolak Pabrik Semen Selasa (17/6) pagi, jalan menuju desa itu begitu sunyi. Tak banyak aktivitas warga yang tampak. Pada rentang jarak sekitar empat kilometer dari jalan utama, hanya tiga sampai empat kerumunan petani yang tampak tengah beristirahat di tepi jalan tak beraspal. Mata kami sesekali mawas terhadap ge­ rak-gerik orang berseragam, atau yang tidak berseragam, namun terlihat asing. Kemawasan kami bu­ kan tanpa alasan mengingat tempat yang akan kami datangi adalah lokasi konflik antara war­ga Keca­ matan Gunem, Rembang, Jawa Tengah dengan PT Semen Indonesia yang pecah sehari sebe­lum­nya. Aparat keamanan tampak berjaga memantau siapa saja yang masuk ke area tersebut. Oleh Ferdhi S Putra, M Afandi, dan Fatchur Rahman

6

S

enin (16/6) pagi, media sosial (med­ sos) riuh oleh informasi menge­nai ben­trok antara ibu-ibu dengan apa­ rat keamanan di sela acara bertema 'Doa Persiapan Pembangunan Pabrik Se­men di Rembang'. Informasi yang beredar sim­ pang siur. Berbagai akun di medsos meng­ amini bahwa bentrokan tersebut be­nar ter­ jadi. Namun tidak demikian di me­dia massa arus utama. Ka­bar itu se­per­ti luput dari per­ hatian para jur­na­lis yang ha­dir di acara itu. Fakta tentang bentrokan tersebut nyaris tidak ada di media massa pada hari kejadian. Kabar itu hanya tersebar di medsos yang me­ nampilkan foto-foto keja­di­­an di lapang­an se­ bagai bukti. Bahkan Gu­ber­nur Ja­wa Te­ngah Gan­jar Pranowo pun tak ta­hu apa yang se­ benarnya terjadi. Da­lam cuit­nya di Twitter pada 16 Ju­ni 2014, Gan­jar me­nga­ta­kan, “Ra­ tusan SMS ke saya so­al se­men Rem­bang. Ada yg me­nga­ta­kan ter­ja­di ben­trok. Ada yg bi­ lang tdk. Ada yg bs ksh in­fo la­pang­an?” Sesampainya di lokasi, terlihat dua tenda yang tampaknya dipasang seadanya. Tenda itu didirikan Senin malam oleh warga seba­ gai respons lanjutan terhasap acara yang di­ gelar siang sebelumnya. Namanya tenda per­ juangan. Tenda beratap terpal biru itu di­tem­ pati 80-100 warga, mayoritas pe­rem­pu­an, yang menolak pendirian pabrik se­men. Mereka memutuskan untuk menduduki area tersebut dan mendirikan tenda daru­ rat hingga alat berat tambang ditarik kelu­ar dari lokasi. Dengan kata lain, mereka akan berada di tenda tersebut hingga batas wak­ tu yang tidak ditentukan. Membantah Terkait dengan informasi bentrokan anta­ ra aparat dengan warga yang beredar di med­ sos, pihak keamanan membantah. Di sejum­

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

lah media, polisi dan sejumlah pejabat dae­ rah menyatakan tak ada bentrokan de­ngan ibu-ibu. Kepala Kepolisian Resort (Kapol­res) Rembang AKBP M Kurniawan, se­per­ti di­ku­ tip humas.polri.go.id, menolak bah­wa te­lah terjadi bentrokan antara pihak ke­po­li­si­an de­ ngan ibu-ibu. Hal senada diungkapkan salah satu ang­ gota DPRD Rembang, A'ang Maskur. Selama mengikuti prosesi acara doa bersama ter­se­ but, ia mengaku tidak melihat adanya keri­ but­an, terlebih bentrokan. Kami pun mencoba mengecek kesim­pang­ siur­an tersebut ke sejumlah pihak. Kepala ke­aman­an sipil PT Semen Indonesia proyek Rem­bang Sutikno, berpendapat serupa. “Ti­­ dak ada bentrokan, hanya ibu-ibu kami ping­ girkan karena menghalangi jalan ma­suk ta­ mu undangan,” ujarnya. Di pihak lain, warga mengakui ada tindak­ an represif aparat terhadap aksi damai ibuibu yang menolak pembangunan pabrik se­ men di daerahnya. Yani (25), salah satu war­ ga Desa Timbrangan, Kecamatan Gu­nem me­ ngatakan bahwa ketika aksi da­mai berlang­ sung, beberapa polisi memeganginya agar ti­ dak menerobos ba­ris­an aparat yang sedang mengawal ke­da­tang­an tamu undang­an. Selain Yani, beberapa rekannya pun men­ dapatkan perlakuan serupa. Ibu Mur­ti­ni, mi­ salnya. Setelah bertahan dengan ber­ba­ring di tengah jalan, tiba-tiba tubuhnya diangkat oleh beberapa polisi yang kemudian me­lem­ parkannya ke semak-semak. Aki­bat­nya Mur­ tini jatuh pingsan dan segera di­to­long oleh rekan-rekan lainnya. Tak hanya kaum perempuan yang mem­ peroleh perlakuan kasar aparat. Kaum pria yang ikut mengawal aksi mendapatkan per­ la­ku­an serupa, khususnya mereka yang ber­ pe­ran sebagai dokumentator aksi. Sedikitnya


kombinasi

empat warga yang memegang ka­me­ra pe­re­ kam ditangkap aparat dan di­in­te­ro­ga­si. Su­ silo, salah seorang warga yang di­tangkap me­ ngatakan bahwa saat sedang me­re­kam ak­ si aparat, ia diringkus dan lang­sung di­bawa ke mobil patroli. Saat coba me­ne­rus­kan pe­ rekaman dari dalam mobil, se­orang po­lisi me­ngancamnya. “Matikan, mas, atau kame­ ra­nya saya banting!” Jumlah warga yang ditahan polisi ketika kejadian adalah tujuh orang, yang terdiri da­ ri enam laki-laki dan satu perempuan. Me­ re­ka ditahan tanpa alasan yang jelas, kecua­ li dituduh sebagai provokator, dan tidak me­ miliki kartu pers.

Klarifikasi Sulit Setelah berhasil mengumpulkan informa­ si dari warga, kami beranjak ke bebe­rapa institusi guna meminta klarifikasi ten­tang apa yang terjadi di area sekitar ta­pak pab­ rik semen di Kecamatan Bulu, Rembang. Be­ berapa di antaranya adalah Pe­rum Perhuta­ ni, PT Semen Gresik proyek Rem­bang, Pelak­ sana Tugas Bupati Rembang, Bap­pe­da, Dinas ESDM wilayah Rembang, Ba­dan Ling­kung­

an Hidup (BLH) wilayah Rem­bang dan Pol­ res Rembang. Tujuan pertama adalah Perhutani. Lem­ baga pemerintah ini dipilih karena dianggap bertanggungjawab dalam perluasan area pab­ rik semen di daerah tersebut. Per­hu­tani dan PT Semen Indonesia telah menyepakati tu­ kar guling hutan untuk dijadikan areal tam­ bang seluas 57 Hektar. Itu ke­mu­di­an menja­ di pintu masuk bagi PT Se­men Indo­ne­sia un­ tuk membuka per­tam­bang­an di Bulu. Pihak Perhutani Mantingan yang diwakili Ismartoyo dari bagian Humas mengatakan bahwa tukar guling hutan tersebut bukanlah kebijakan mereka, melainkan kebijakan Ke­ menterian Kehutanan. Penelusuran berlanjut ke Kantor PT Se­ men Gresik proyek Rembang. Sebagai infor­ masi, sebelum berganti nama menjadi PT Se­ men Indonesia pada 2012, perusahaan ter­ sebut bernama PT Semen Gresik. Sementa­ra Semen Indonesia Group adalah Ba­dan Usaha Milik Negara (BUMN) yang me­na­ungi be­be­ rapa perusahaan semen besar se­per­ti PT Se­ men Gresik, PT Semen Tonasa, PT Se­men Pa­ dang dan Thang Long Cement (Vietnam).

Ibu-ibu membawa poster berisi penolak­ an terhadap pabrik semen di Rembang.

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

7


U

tama Di kantor tersebut, tak ada satu pun per­ wakilan yang mau memberikan penjelasan. Pihak perwakilan malah mengimbau kami untuk mendatangi kantor pusatnya di Gre­ sik, Jawa Timur. Hal serupa terjadi di lokasilokasi berikutnya: Kantor Bupati, Bappeda, Dinas ESDM dan BLH. Tapi tak satu pun ber­ sedia memberikan klarifkasi soal ben­trok, maupun memberikan data dan fak­ta terkait keberadaan pabrik semen di Rem­bang. Begitu juga ketika kami mendatangi Pol­ res Rembang. Wakapolres Rembang yang ber­hasil ditemui tidak berani memberikan kla­rfikasi dengan alasan tidak ingin me­lang­ kahi Kapolres yang pada saat itu sedang ti­ dak berada di kantor.

Pergerakan ini ada­lah per­ge­rak­ an masyarakat yang ha­rus digerakkan oleh hati masyarakat itu sendiri, bu­kan per­gerakan elit yang hanya me­ mas­rah­kan se­ga­ la urusan pada aktivis. 8

Sikap Ulama Beberapa ulama juga bersikap atas pen­ dirian pabrik semen di Rembang. KH Ubai­ dil­lah Achmad, misalnya. Dia adalah to­koh ula­ma yang selama ini cukup intens berko­ mu­ni­kasi dengan warga perihal kon­flik pab­ rik semen. Di hari ketika warga meng­alami represi, ulama yang akrab dipanggil Gus Uba­ id ini adalah orang yang melobi apa­rat agar mau memberi ruang pada warga untuk men­ dirikan tenda protes di de­kat ta­pak pabrik. Mengenai keberadaan pabrik semen, Gus Ubaid secara terang-terangan menolak. Ia khawatir pendirian pabrik semen akan meng­ ubah kultur keagamaan atau spiritual ma­ sya­ra­kat. “Sebab, tiap industri masuk desa selalu dibarengi dengan adanya ko­mer­si­a­li­ sasi yang berdampak buruk pada perubahan gaya hidup dan pergaulan ma­sya­ra­kat. Apa­ lagi industri yang datang ka­te­gori high ca­pi­ tal (bermodal be­sar),” katanya. Namun dalam sebuah konferensi pers 27 Juni 2014, Gus Ubaid menyatakan mundur da­ri aktivitas pendampingan warga. Alasan­ nya, warga sudah tak mengindahkan tra­disi norma kemasyarakatan dan agama yang di­ tetapkannya, misalnya dengan te­tap ber­ta­ han menggelar demo di tenda men­je­lang da­ tangnya Ramadhan. Selain itu, Gus Ubaid ju­ ga menengarai penolakan warga un­tuk pu­ lang dipicu adanya pihak lain yang ber­ma­in di belakangnya. Di pihak lain, Ming Ming Lukiarti, pegiat Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Ken­ deng (JMPPK) Rembang, membantah hal itu. “Tidak ada intervensi dari aktivis yang di­ mak­sudkan (...) Pergerakan ini ada­lah per­ ge­rak­an masyarakat yang ha­rus digerakkan oleh hati masyarakat itu sendiri, bu­kan per­

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

gerakan elit yang hanya me­mas­rah­kan se­ga­ la urusan kepada aktivis,” te­rang­nya. Selain Gus Ubaid, ulama yang juga me­nya­ takan diri berpihak pada perjuangan war­ ga adalah KH Yahya Cholil Staquf, Peng­asuh Pondok Pesantren Rudlatul Tholibien Rem­ bang. Gus Yahya menyatakan dengan te­gas keberpihakannya kepada warga. Alas­annya cukup berbeda dengan Gus Ubaid yang le­bih memperhatikan faktor kultural. Gus Yahya menekankan bahwa perjuangan warga me­ lawan pendirian pabrik semen tidak se­ma­ ta-mata urusan ekonomi, tetapi juga ke­les­ ta­rian alam dan pemanfaatan sumber da­ya alam yang melimpah di Rembang. Salah satu alasan warga dan aliansi ma­ sya­rakat Rembang menolak pabrik semen ada­lah karena di areal proyek tersebut terda­ pat banyak sumber mata air berupa su­ngai bawah tanah, dan gua karst yang me­ru­pa­kan pilar keseimbangan ekosistem di Rembang dan Pegunungan Kendeng. Apa­bila semua itu hancur, ekosistem pun akan terganggu. Im­ basnya tidak hanya terdampak pada keru­ sak­an lingkungan, melainkan ju­ga pada ben­ ca­na yang lebih besar, yakni kemanusiaan— akibat kekeringan dan paceklik.

Solidaritas Hingga berita ini ditulis, sudah lebih dari tiga pekan warga melakukan aksi pen­du­duk­ an. Berbagai bentuk solidaritas pun dilaku­ kan oleh individu maupun kelompok di ber­ bagai daerah—Jakarta, Yogyakarta, Sema­rang, Bandung, Surabaya, Palembang, Ma­lang, Ma­ kassar, Ternate, Karawang, Lam­pung, bahkan Australia dan Hong Kong—yang pe­duli ter­ hadap perjuangan warga. Sejumlah tokoh baik lokal maupun na­si­o­ nal juga menyambangi mereka un­tuk seka­ dar memberi semangat, atau meng­im­bau me­ reka untuk menghentikan aksinya. Ibu-ibu itu bergeming. Mereka bersikukuh bertahan di tenda perjuangan. Mereka meng­aku tak akan mundur meski ula­ma menyuruh mere­ ka kem­bali ke rumah. Me­re­ka tak akan me­ nye­rah meski kepolisian meng­an­cam de­ngan penjara, pun tidak mau ber­kom­­pro­mi keti­ka gubernur meminta me­re­ka me­la­ku­kan ak­si dengan cara yang le­bih 'elegan'. Namun, masih ada yang mampu membu­ at me­reka mau menghentikan aksinya dan kem­bali ke rumah, menjalani kehidupan se­ per­ti sedia kala: berhentinya operasi pendi­ rian pabrik semen dan ditarik keluarnya alatalat berat dari kampung mereka. 


Tambang Semen Ancam Karst Gunung Watuputih Rembang Tidak banyak yang tahu ada banyak fakta di balik gerakan penolakan pendirian pabrik semen di Rembang. Maklum, sebagian besar isi berita di media arus utama hanya mengulas sisi permukaan yang tampak, yaitu aksi masyarakat melawan rencana pemerintah dan pengusaha. Padahal di balik itu, banyak fenomena sosial masyarakat dan kajian geologi yang penting diketahui khalayak.

Bentuk Protes warga atas keberadaan tambang Semen Indo­ nesia di Rembang.

P

erbukitan batu gamping di Gunung Watuputih terletak di tenggara Ka­ bupaten Rembang. Gunung ini ma­ suk wilayah Kecamatan Sale dan Ke­ camatan Gunem di Rembang, serta sebagian kecil termasuk wilayah Kabupaten Blora. Menurut hasil penelitian oleh Dinas ES­ DM Provinsi Jawa Tengah dan Direktorat Jen­ de­ral Geologi dan Sumber Daya Mineral pa­ da 1998, perbukitan Gunung Watuputih me­ ru­pa­kan bentang alam karst yang terbentuk pada zaman pliosen. Secara hidrogeologis, pada tempat tertentu akan terben­tuk salur­ an bawah permukaan yang me­mung­kin­kan terbentuknya mata air berdebit besar. Hasil survei lapangan Semarang Ca­ver As­ sociation dan Jaringan Masya­ra­kat Peduli Pe­ gunungan Kendeng Rem­bang ditemukan 49 goa dan 109 sum­ber mata air alami.

Ancaman Tambang Semen Namun, penelitian tersebut seolah men­ ja­di dokumen bisu tak berarti lantaran ren­ ca­na pendirian serta penambangan pabrik se­men di Rembang terus berjalan bahkan di­ du­kung Pemkab Rembang. Perusahaan ter­ se­but antara lain PT Semen Indonesia, PT Gu­ nung Mas Mineral, dan kemudian akan me­ nyu­sul Bo­sowa. Padahal secara hukum, setidaknya ada ti­ ga regulasi yang menegaskan cekungan air tanah Watuputih adalah kawasan lin­dung. Mu­lai dari Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011, Perda Provinsi Jateng No. 6 Tahun 2010 yang semuanya tentang Tata Ru­ ang Wilayah, hingga Keputusan Pre­si­den Re­ pub­lik Indonesia No. 26 Tahun 2011. Aksi perusahaan-perusahaan semen yang terus melanjutkan proses pendirian pabrik foto-foto: dokumen Ming Ming Lukiarti

Oleh Ming Ming Lukiarti

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

9


U

tama

Salah satu sungai bawah tanah di dalam goa di Gu­nung Watu­ putih, Kabu­pa­ten Rem­bang.

jelas mengancam kerusakan ekologi. Selain membabat lahan hutan, penambangan kawa­ san karst akan merusak sumber mata air. Se­ la­in dimanfaatkan oleh petani, sum­ber ma­ ta air di Gunung Watuputih juga dimanfaat­ kan PDAM Rembang untuk melayani ma­sya­ ra­kat Rembang dan Lasem. Masyarakat di sekitar yang mayoritas pe­ tani merasa resah. Bukan hanya kebutuhan air yang terancam, tapi sebagian lahan per­ tanian produktif pun bakal hilang lantaran pabrik semen membutuhkan lahan yang sa­ ngat luas. Pada ujungnya, semua hal ini akan melemahkan ketahanan pangan dae­rah dan nasional. Menurut Ketua Program Studi Teknik Geo­ logi ITB Budi Bramantyo, kawasan karst me­ nyimpan air tanah dengan sangat ba­ik, se­ la­in menjadi habitat fauna penjaga ke­se­im­ bangan ekologi. Karena itu, kawasan karst, terutama yang di dekat area pertanian dan permukiman penduduk mutlak perlu di­lin­ dungi (Kompas, 13/5/2014). Di samping secara ekologi dan ekonomi, an­cam­an yang tak kalah mengerikan adalah ten­tang meluasnya penyebaran virus HIV/ AIDS. Sekarang di Rembang angka tertinggi penderita HIV/AIDS terdapat di Ke­ca­matan Sale yang merupakan kawasan per­tambang­ an. Di sana kerap terjadi protes warga ka­re­ na menjamurnya kafe dan warung re­mangremang yang diduga sebagai awal mu­la pe­ nye­baran virus HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS di wilayah Kabupaten Rembang da­ri tahun 2004-2013 mencapai angka 149 ka­sus, 80 di antaranya berakhir dengan meninggal­nya penderita.

Penolakan Warga Warga Rembang baik yang dekat maupun jauh dengan calon lokasi tambang dan tapak pabrik sejak awal telah mela­ku­kan penolak­ an. Beberapa saat ter­akhir ge­rakan ini ju­ga di­ dukung sejumlah pe­san­tren. Gerakan masyarakat ini antara lain beru­ pa kegiatan belajar bersama dan menguat­ kan jaringan. Mereka selalu berswadaya un­ tuk menghidupi gerakan. Mi­sal­nya de­ngan iuran sesuai kemampuan, membentuk ke­ lom­pok yang menawarkan jasa te­na­ga untuk mendirikan rumah, memproduksi perak-per­ nik terkait ge­rak­an yang ke­mudian dijual dan keuntungannya ma­suk ke kas kelompok. Faktanya di lapangan belum semua lahan dibebaskan, masih banyak warga yang me­ no­lak menjual untuk dijadikan lo­ka­si pabrik atau pertambangan. Sebagian be­sar warga yang telah menjual pun se­betul­nya ti­dak me­ miliki informasi akurat dan leng­kap, misal­ nya ada yang dijanjikan tanahnya dibeli un­ tuk ditanami pohon jarak. Ini membuktikan minimnya sosialisasi yang tran­s­pa­ran pada seluruh masyarakat ten­tang rencana terse­ but. Tapi tetap saja in­ti­mi­dasi sering di­alami oleh warga yang me­no­lak, ba­ik ber­asal dari perangkat desa, apa­rat mau­pun orang yang mengaku dari per­usa­ha­an se­men.

Dampak bagi Perekonomian Warga Dalam berbagai kesempatan, pemerintah baik daerah maupun pusat selalu menyata­ kan penambangan dan pendirian pabrik se­ men akan meningkatkan perekonomian da­ e­rah melalui peningkatan PAD. Tapi se­mua itu belum tentu benar. Data BPS Rembang menyebutkan catatan pertumbuhan ekono­ mi tahun 2011 di Rembang adalah 4,4%. Sum­ bangan sektor pertanian adalah 44,75%, sek­ tor perdagangan 17,38% dan paling kecil ada­ lah sektor pertambangan sebesar 1,6 7%. Bayangkan saja jika sektor pertanian ma­ ti, maka separuh PAD akan hilang. Da­ri po­ tensi yang ada, pemerintah justru ha­rusnya fokus memajukan pertanian. Pe­nam­bang­­an hanya akan menimbulkan ke­ru­sak­an alam, apalagi jika dilakukan di kawasan lindung. Umur ekonomis perusahaan tam­bang amat terbatas, beda dengan umur eko­no­mis la­han produktif pertanian yang tak ter­ba­tas.  Ming Ming Lukiarti Aktivis Lingkungan, Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang

10

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014


kombinasi

Gemuruh Ingatan Lumpur Lapindo Sekitar enam bulan terakhir, Purwaningsih (55) sudah bisa berdiri dan berjalan kaki tanpa bantuan orang lain. Ini adalah perkembangan yang baik, mengingat sebelumnya selama tak kurang dari tiga tahun ia hanya bisa tergolek di ranjang sambil merintih kesakitan. Oleh Idha Saraswati

Foto: karya instalasi berjudul “survivor” karya Dadang Cristan­ to, Jumat (29/5), yang dipasang di atas lumpur Lapindo guna memperingati 8 tahun Lumpur Lapindo.

P

urwaningsih adalah korban ledakan gas metan di rumahnya sendiri yang berada di seberang tang­gul lumpur Lapindo, tepatnya di De­sa Si­ring Ba­ rat, Porong, Kabupaten Si­do­ar­jo, Ja­wa Timur. Waktu itu tahun 2010. Ge­lem­bung gas me­ tan yang gampang ter­ba­kar ber­mun­cul­an di are­al sekitar tanggul lum­pur La­pino. En­tah dari mana, pada 7 Sep­tem­ber menje­lang ma­ lam, api tiba-tiba mun­cul di ru­mah­nya dan menjalar dengan ce­pat. Purwaningsih yang sedang berada di da­ lam rumah tidak kuasa menghindar. Api pun menyambar tubuhnya. Anaknya juga mende­ ri­ta luka bakar meski tidak separah diri­nya. Rumahnya turut terbakar. Sejak hari itu, ia dan keluarganya harus pindah rumah. Me­ re­ka kemudian menempati rumah pe­ning­ gal­an keluarga yang lokasinya tak ter­lalu ja­ uh dari rumah yang terbakar. Di da­lam ru­

mah itu, Purwaningsih hanya bisa ter­ba­ring. Semua aktivitas dari ma­kan sampai buang air dilakukan di atas tem­pat tidur. Hampir seluruh kulit tubuhnya melepuh se­hingga dokter memvonisnya akan cacat se­ umur hidup. Ia harus melalui prosedur ope­ rasi berkali-kali untuk mengatasi luka ba­kar­ nya. Daging di perutnya diambil un­tuk me­ nam­bal daging di tangan dan kaki. Se­dang­ kan suami dan anaknya harus pon­tang-pan­ ting mencari biaya. Hingga akhirnya pada hari itu, Jumat 29 Mei 2014 pagi, Purwaningsih sudah bisa du­ duk manis dalam warung yang ber­ada di ba­ wah tanggul lumpur Lapindo. Wa­jah­nya tam­ pak segar. “Saya sangat bersyukur sudah bi­ sa jalan lagi, pelan-pelan, meskipun ka­lau un­ tuk berdiri masih sangat sakit,” ujar­nya. Pagi itu, Purwaningsih menjadi satu dari ribuan warga yang muncul di tanggul un­tuk mem­peringati delapan tahun tragedi benca­ na Lumpur Lapindo. Warga yang menjadi kor­ ban maupun warga yang tinggal di seki­tar tanggul lumpur memang senantiasa mem­ per­ingati bencana itu setiap tahun. Bencana yang telah membuat mereka kehilangan ru­ mah, harta benda, kampung, tetangga, juga ma­kam leluhur mereka. Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

11


tama

Antologi puisi (foto atas) dan penampilan anak-anak korban lumpur di panggung Malam Budaya (foto bawah) dalam mem­ peringati 8 tahun tra­ gedi Lapindo.

12

Puncak peringatan selalu diadakan pada 29 Mei, karena pada tanggal itulah untuk per­ tama kalinya, delapan tahun silam, lum­pur panas menyembur dari su­mur gas mi­lik PT Lapindo Brantas. Sejak saat itu, lum­pur pa­ nas terus menyembur hingga me­ne­lan ru­ mah-rumah di 16 desa yang ada di Kecama­ tan Porong, Jabon serta Tang­gul­angin. Total ada tak kurang dari 1.600 rumah tenggelam dan rusak. Seba­nyak 25.000 jiwa mengungsi karena kehi­lang­an tanah dan ba­ngun­an (Ra­ dar Sido­arjo). Di luar kerusakan bangunan, semburan lum­pur juga berdampak pada menurunnya ku­alitas air tanah sehingga tak layak di­kon­ sumsi. Warga yang masih bertahan di se­ki­tar tanggul juga harus menghirup bau gas yang keluar bersama lumpur. Peringatan dilakukan warga untuk meng­ ingat bencana ini dan dampaknya, sekaligus mengingatkan pihak lain agar tragedi se­ru­ pa tak terulang. Apalagi sampai hari ini ma­ sih ada sekitar 3.000 berkas tanah dan ba­ ngun­an milik warga yang belum me­ne­rima pelunasan ganti rugi dari PT Minarak La­pin­ do Jaya. Mereka dibiarkan hidup ter­ka­tungkatung selama delapan tahun. Pagi itu pun mereka hadir untuk menun­ tut agar pembayaran ganti rugi bagi korban segera dilunasi. Jika Lapindo tidak sanggup me­lunasi, mereka meminta komitmen nega­ ra untuk mengeluarkan dana talangan gu­na

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

melunasi ganti rugi, sehingga nasib kor­ban tak perlu terkatung-katung lebih la­ma lagi. Acara peringatan itu juga ditandai de­ngan penandatanganan kontrak politik mengenai pe­nyelesaian ganti rugi bagi korban lumpur oleh salah seorang calon presiden. Di tahun politik, tragedi yang merugikan puluhan ri­ bu orang ini memang menjadi sa­lah satu isu penting yang berulangkali di­se­but dalam hi­ ruk pikuk jelang pemilihan presiden. Apa­la­ gi sosok yang dianggap bertanggung jawab atas terjadinya tragedi ini ada­lah ketua umum partai politik besar yang sempat men­ca­lon­ kan diri menjadi pre­si­den.

Ingatan dalam Puisi Namun di luar acara peringatan yang sa­ rat nuansa politik, ada hal-hal lain yang dila­ kukan tanpa mempedulikan po­li­tik. Sejak be­ berapa bulan menjelang peringatan, Korban Lumpur Menggugat (KLM) ber­sa­ma Ur­ban Poor Consortium (UPC) telah merencana­kan penerbitan buku puisi un­tuk me­nam­pung ingatan tentang Lumpur La­pin­do. Koordinator KLM Muhammad Nur Hida­ yat mengatakan, semburan lumpur Lapindo pada 29 Mei 2006 selalu diperingati warga korban lumpur setiap tahun. Dalam se­tiap peringatan korban lumpur selalu meneriak­ kan tuntutan pelunasan ganti rugi, pemulih­ an lingkungan, serta tanggung jawab pi­hak Lapindo untuk membereskan semua per­so­

foto-foto: istimewa

U


al­an yang muncul akibat pemboran yang te­ lah ia lakukan. Isi tuntutuan warga nyaris sama selama delapan tahun, karena persoalan yang me­ reka hadapi tak kunjung diselesaikan baik oleh Lapindo maupun pemerintah. Dan kini saat berbagai tuntutan belum dipenuhi, La­ pindo malah berencana membuka sumur gas baru di Tanggulangin yang jaraknya tak le­bih dari 2 kilo meter dari pusat semburan. Oleh karena itu, lanjut Muhammad, mo­ men delapan tahun lumpur lapindo digu­na­ kan untuk menjaring keprihatinan berbagai kalangan melalui puisi. Kumpulan puisi ini diharapkan bisa menjaga akal sehat atas tra­ gedi kemanusiaan tersebut. Buku puisi itu disusun dengan mengun­ dang para penyair dari berbagai wilayah yang ingin bersolidaritas. Ternyata sambutannya baik. Para penyair dari berbagai daerah mu­ lai dari Sidoarjo, Denpasar, hing­ga Australia berpartisipasi dengan me­ngi­rim­kan puisi­ nya. Mereka berempati melalui puisi. Raudal Tanjung Banua, penyair yang me­ nye­leksi dan mengedit puisi-puisi tersebut kemudian mengumpulkannya dalam sebuah buku antologi puisi yang diberi judul “Ge­ mu­ruh Ingatan”. “Total ada 88 puisi dari 72 pe­nyair. Karya-karya yang masuk tetap me­ la­lui proses seleksi,” jelasnya. Menurut Raudal, bencana semburan lum­ pur telah melenyapkan banyak hal. Maka se­ mua yang dibuat sengsara dan mende­rita la­ yak dikenang, dan peristiwa yang menghan­ cur­kan segalanya tersebut harus dicatat da­ lam ingatan kolektif, personal maupun me­ mo­ri sejarah. Puisi menjadi salah satu me­dia yang bisa digunakan untuk itu. Sejumlah penyair yang puisinya masuk da­ lam buku tersebut lantas membacakannya di atas panggung Malam Budaya Peringatan 8 Tahun Lumpur Lapindo yang digelar di atas tanggul lumpur pada Kamis (28/5) ma­lam. Acara tersebut dihadiri ratusan warga kor­ ban lumpur, termasuk mereka yang sudah pin­dah ke wilayah lain yang jauh dari area tang­gul. “Saya sudah pindah ke rumah baru da­ri tahun kemarin, ya sejak dilunasi oleh BP­LS saya serta tetangga lainnya langsung men­ca­ri rumah baru,” ujar Salam, salah sa­tu korban lumpur. Salam masuk ke dalam kelompok korban lum­pur yang ditangani oleh Badan Pe­nang­ gulang­an Lumpur Sidoarjo (BPLS). Pemba­ yar­an ganti rugi oleh BPLS menggunakan da­ na dari anggaran belanja dan pendapatan ne­

Peringatan dilakukan warga untuk meng­ingat bencana ini dan dampaknya, sekaligus mengingatkan pihak lain agar tragedi serupa tak terulang

Ogoh-ogoh di atas danau lumpur Lapindo kar­ya Taring Padi.

ga­ra (APBN) sehingga lebih cepat selesai. Si­ tuasi Salam ini berbeda dengan nasib ribu­ an warga yang harus berhadapan dengan PT MLJ. Meski rumahnya sudah ditelan lumpur, selama delapan tahun mereka tak kun­jung mendapatkan pelunasan ganti rugi. Sejumlah anak yang menjadi korban lum­ pur juga membacakan puisi buatan mere­ka sen­diri di atas panggung. Selain itu, pang­ gung budaya juga diisi dengan berbagai aca­ ra. Musisi rock Roy Jecovox (eks vokalis Boo­ me­rang), misalnya, menyempatkan hadir un­ tuk menyanyikan sejumlah lagu untuk me­ nya­ta­kan dukungannya bagi korban lum­pur. Begitu juga dengan pemain ludruk terkenal di Jawa Timur, Cak Kartolo, dan ang­gota Slan­ ker Fans Club (SFC) Surabaya yang ikut tam­ pil di atas panggung. Di samping mengingat dengan puisi, se­ jum­lah perupa juga membuat karya untuk memper­ingati delapan tahun lumpur Lapin­ do. Da­dang Cristanto menghadirkan in­sta­la­ si pa­tung ber­judul “survivor” yang dipasang di da­nau lumpur. Patung-patung de­ngan ta­ ngan te­nga­dah itu membawa ber­ba­gai pe­ ra­botan da­pur mulai dari kompor gas, ki­pas angin, peng­go­rengan, hingga panci dan ma­ in­an anak-anak. Proses pembuatan pa­tung itu me­li­bat­kan warga, begitu juga de­ngan pe­ ma­sang­annya. Kelompok seni Taring Padi dari Yogyakar­ ta bersama warga juga menciptakan karya in­sta­lasi berupa tangan-tangan kardus yang muncul dari danau lumpur. Mereka ju­ga mem­ buat ogoh-ogoh raksasa. Dengan begi­tu, aca­ ra peringatan tersebut telah me­li­bat­kan se­ ni sastra, musik, dan seni rupa se­ka­li­gus. Karya-karya tersebut mendapat sambut­ an hangat dari para pengunjung tanggul lum­ pur. Mereka mengambil foto berlatar karyakarya tersebut. Tidak sedikit yang kemudian mengunggah foto-foto tersebut ke me­dia so­ sial seperti facebook dan twitter, sehingga pesan tentang peringatan delapan ta­hun lum­ pur Lapindo semakin meluas. Warga yang jadi korban lumpur pun tak mau ketinggalan. Mereka aktif mendokumen­ tasikan proses pemasangan karya dan meng­ unggah foto-foto tersebut di me­dia so­si­al. Bersama-sama, warga serta mereka yang bersimpati pada korban lumpur Lapindo ber­ upaya untuk terus merawat ingatan tentang bencana yang telah terjadi. Sedangkan ba­ gi Purwaningsih, kenangan akan tragedi itu abadi di keloid tebal yang membungkus ta­ ngan dan kakinya.  Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

13


U

tama

Kelas Belajar Agraria FKMA: Perkuat Gagasan, Pertahankan Lingkungan Fajar belum lama meninggi, namun ruangan kecil itu sudah penuh sesak oleh orang-orang. Pemandangan itu tak seperti biasanya, karena memang ruangan itu hanya bagian kecil dari bangunan serupa penginapan 'sesaat' yang terletak di pesisir selatan Yogyakarta. Oleh Ferdhi S Putra

14

A

da sekitar 30 orang di ruangan yang berlokasi tak jauh dari bibir Pantai Parangkusumo, Bantul, Se­lasa (27/ 5) pagi itu. Mereka ber­asal da­ri be­ ragam tempat, antara lain Ku­lon­pro­go, Ban­ tul, Sleman, Blora, Jepara, In­dramayu, dan Ja­ karta. Pun latar belakang me­re­ka. Keba­nyak­ an adalah petani, atau masyara­kat de­sa yang masih akrab dengan kegiat­an meng­olah ta­ nah. Selain itu ada bu­ruh, mahasis­wa, pe­da­ gang kecil, dan sebagainya. Mereka da­tang untuk mengikuti Ke­las Bel­ajar FK­MA. FKMA atau Forum Komunikasi Masya­ra­ kat Agraris merupakan wadah komunikasi ba­gi komunitas-komunitas yang kini ham­ pir, sedang, atau telah menjadi kor­ban eks­ pan­si kapital korporasi maupun ne­ga­ra. Fo­ rum ini dideklarasikan pada 22 Desember 2011 di Yogyakarta. Selama hampir tiga ta­ hun berproses, anggota FKMA sudah men­ ca­pai 13 komunitas dari 12 kabupaten di Pu­ lau Jawa dan Sumatera. Dalam rentang wak­ tu itu pula, FKMA sudah mengadakan kong­ res sebanyak dua kali, yakni pada 2011 dan 2013. Pascakongres ke dua, ko­mu­ni­tas-ko­ mu­ni­tas yang tergabung bersepakat un­tuk mengadakan pertemuan lanjutan. Me­li­hat ke­ butuhan dan misi FKMA ke depan, ma­ka di­ se­pakati bahwa agenda selanjutnya ada­lah sekolah atau kelas belajar. Mengapa Kelas Belajar Setahun lebih sejak kongres ke dua dige­ lar, rencana kelas belajar kian dimatangkan. Berawal dari obrolan santai para anggota dan relawan FKMA, rencana untuk mengadakan sekolah tani terus digodok. Sekolah tani, atau disebut juga kelas belajar, tidak semata-ma­ ta diperuntukkan bagi para pe­ta­ni, me­la­in­ kan bagi seluruh komunitas yang ter­ga­bung dalam FKMA; yakni pe­ta­ni, nelayan, pe­da­ gang kecil ataupun ma­sya­ra­kat yang selama ini ditindas oleh per­usa­ha­an dan ne­ga­ra. Su­

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

dah menjadi rahasia umum bahwa perusa­ haan dan negara kerap ber­tin­dak sewe­nangwenang terhadap rak­yat kecil, dan se­ba­lik­ nya selalu membela ke­lom­pok ber­du­it. Semula, sekolah ini diagendakan sebagai sekolah anak tani, yakni sekolah yang di­tu­ jukan bagi generasi muda di komunitas-ko­ mu­nitas yang tergabung dalam FKMA. Me­ nga­pa anak tani menjadi sasarannya? Kare­ na jika melihat jauh ke depan, konflik saat ini mungkin akan jadi konflik berkepanjang­an yang tidak terselesaikan hanya pa­da satu ge­ nerasi saja. Ini dikarenakan korporasi ham­ pir pasti tidak akan me­ning­gal­kan la­han po­ tensial sampai sum­ber daya alam yang di­ kan­dungnya di­keruk ha­bis. Ma­ka, para ge­ne­ rasi muda, yang di­ang­gap sebagai pene­rus perjuangan, per­lu me­ma­hami sega­la se­luk beluk konflik yang ter­ja­di di dae­rah­nya. Selain itu, gagasan ini juga berangkat dari kegelisahan umum terhadap semakin berku­ rangnya generasi muda yang bercita-cita men­ jadi petani. Padahal, petani, nelayan dan pa­ ra peda­gang yang memproduksi bahan pa­ ngan se­ca­ra langsung, adalah tulang pung­ gung ke­­lang­sungan per­adab­an ma­nu­sia. Berangkat dari gagasan itulah, upaya re­ a­lisasi agenda kelas belajar dilakukan. Lang­ kah awal yang dilakukan adalah menggalang dana untuk keberlangsungan kelas bel­ajar. Hal ini dilakukan mengingat FKMA adalah wadah otonom, sehingga swadaya da­na men­ jadi keniscayaan. Pada 27-29 Maret 2014, individu-individu yang tergabung dalam Relawan FKMA meng­ adakan fundraising (penggalangan da­na) di Jakarta, yakni di galeri milik pema­tung Do­ lo­rosa Sinaga, markas KontraS dan Kantor Change.org. Agenda serupa juga dilakukan di Yogyakarta pada 12 April 2014 di kawasan Nol Kilometer. Berbekal dana yang ter­kum­ pul dari penggalangan itu, akhirnya pada 2729 Mei 2014 ke­las belajar FKMA digelar.


foto-foto: kombinasi

Foto-foto: suasana diskusi Forum Komuni­ kasi Masyarakat Ag­ra­ ris di Pantai Parang­ku­ sumo, Yogyakarta.

MP3EI: Benang Merah Konflik Agraria Indonesia Kontemporer Kelas yang digelar selama tiga hari terse­ but disusun agar para peserta bisa memetik pelajaran dari komunitas lainnya. Da­lam ke­ giatan ini, dibangun semangat bel­ajar yang sifatnya horisontal. Setiap ko­mu­ni­tas yang dipercaya untuk membagi peng­alam­an­nya mendapat ruang untuk bercerita ten­tang apa pun yang mereka alami, baik ke­ber­ha­sil­an maupun kegagalan. Tema besar kelas belajar ini adalah ten­ tang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pem­bangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Sebuah skema besar pembangunan yang da­ lam praktiknya akan menghancurkan ling­ kung­an dan manusia serta ruang hidup­nya. Hendro Sangkoyo, pendiri Sekolah De­mo­kra­ tik Ekonomi, menjadi pemateri sesi ini. Dalam pemaparannya, pria yang kerap di­ sapa Yoyok ini menjelaskan relasi antara kon­ flik-konflik agraria dengan agenda MP3EI. Ia menjelaskan bahwa konflik yang tengah dihadapi komunitas-komunitas ta­ni tak lain adalah dampak dari progres implementasi agenda tersebut. Selama ini isu kon­flik ber­ usaha dilokalisasi oleh pe­ngu­a­sa, se­hing­ga

terlihat seolah-olah tidak per­nah ada kait­an antara konflik petani di Ku­lon­pro­go de­ngan perusahaan tambang pa­sir besi, misal­nya, dengan konflik petani Ba­tang, Jateng de­ngan PLTU (Pembangkit Lis­trik Tenaga Uap). Dampak dari isolasi konflik ini membuat konflik di daerah-daerah tersebut hanya ter­ li­hat sebagai riak-riak kecil dari se­ge­lin­tir orang yang menolak digusur. Pa­da­hal kon­ flik itu adalah sebuah skema be­sar eksploi­ta­ si sumber daya alam—dan pe­ram­pasan ta­ nah-tanah warga—berkedok pem­ba­ngun­an. Hingga hari terakhir, rasa kebersamaan antarkomunitas semakin menguat. Ratusan orang dari beberapa daerah konflik, seperti Kulonprogo dan Bantul, datang berbondongbondong untuk mengikuti penutupan kelas belajar yang disertai dengan gelaran ritual larung di Pantai Selatan. Para peserta kelas belajar silih berganti melakukan orasi untuk menyemangati warga yang datang. Mereka berbagi cerita tentang apa yang me­re­ka da­ patkan di kelas belajar. Pekikan so­li­da­ri­tas terus berseru sebelum akhirnya gu­nungan larung diarak menuju tepi pantai, yang me­ nandai akhir dari rangkaian kelas bel­a­jar ag­ raria FKMA.  Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

15


P

Ortal

Kampanye Hitam di Media Sosial Meskipun Komisi Pemilihan Umum atau KPU belum memulai jadwal kampanye pemilihan presiden 2014, tim sukses dari kedua kubu kandidat presiden dan wakil presiden sudah bergerilya di dunia maya sejak jauh-jauh hari. Tak hanya menginformasikan keunggulan pasangan yang didukungnya, keburukan dan kejelekan lawan juga disebar ke media sosial kerapkali tanpa disertai verifikasi dan sumber data yang bisa dipertanggungjawabkan. Inilah era kampanye hitam di media sosial. Oleh Idha Saraswati

F

enomena kampanye hitam je­ lang Pilpres ini dirasa sangat meresahkan, sehingga tema itu dibahas pada dis­kusi pub­ lik “Media Sosial untuk Pil­pres yang Ber­ku­a­li­tas dan Ber­adab”, Jum­at (6/6) di kantor KPUD Da­e­rah Is­ti­me­wa Yog­ yakarta. Acara ini di­ha­diri oleh per­wa­ kilan KPUD DIY, perwakilan tim suk­ ses dari ke­dua calon pasang­an pre­si­ den, jur­na­lis, pegiat media ko­mu­ni­tas, dan pe­mer­hati me­dia. Budi Hermanto dari Masyarakat Pe­ duli Media (MPM) selaku mo­de­rator diskusi menyebutkan, jelang Pil­pres me­dia sosial berubah menjadi media yang membodohi. Tidak ada lagi dia­ log yang mencerahkan. Be­gitu ber­be­ da pendapat, caci maki akan dengan mudah muncul di me­dia so­si­al. Tidak sedikit orang yang akhir­nya memu­ tus­kan hubungan per­te­man­an garaga­ra temannya me­ma­jang status ber­ bau pilpres di me­dia sosial. “Ini aneh ka­rena toh sa­lah satu dari pa­sang­an itu nanti akan ­ja­di pre­si­den ki­ta, dan kita harus me­ne­ri­ma itu,” ujar­nya. Di samping itu, banyak akun ano­ nim yang bermunculan dan diguna­ kan untuk menyerang pasangan la­wan dengan isu-isu sensitif macam agama, suku dan ras. Kondisi ini dikhawa­tir­ kan bakal menjauhkan Pil­pres 2014 dari pemilu yang ber­in­te­gri­tas. Diskusi dimulai dengan membahas definisi kampanye hitam. Kesimpul­ an­nya, sebuah informasi ter­ka­it tokoh politik/partai politik disebut sebagai kampanye hitam jika dise­bar­kan tan­ pa disertai verifikasi atau­pun sumber data yang bisa di­per­tang­gung­ja­wab­ 16

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

kan dari pihak yang se­dang dibicara­ kan. Prinsip ini mirip ca­ra kerja jur­ na­lis yang ha­rus memberitakan sesu­ atu secara ber­im­bang atau cover both side. “Tak hanya di me­dia sosial, me­ dia umum pun kerap me­la­ku­kan kam­ pa­nye hitam karena ti­dak meng­kon­ firmasi pihak yang ber­sang­kut­an,” ka­ ta Faried Bambang Sis­wan­to­ro, komi­ sioner KPUD DIY. Media sosial menjadi arena baru dalam kampanye pemilihan umum ta­ hun ini. Kondisi ini berbeda dengan pemilu sebelumnya ketika me­dia so­ sial belum semarak sa­at ini. Pa­paran tentang profil ca­pres bisa di­tu­lis pan­ jang di blog mau­pun web­site, un­tuk kemudian di­se­bar­lu­as­kan me­la­lui me­ dia sosial. Dari total jumlah pemilih sebanyak 185 juta jiwa, 30 persen di antaranya adalah pemilih pemula dengan usia antara 17-30 tahun. Bagi generasi ini, internet menjadi salah satu sum­ber in­ formasi utama. Maka tidak heran ji­ka media sosial dan media berbasis in­ ter­net lainnya menjadi lahan em­puk untuk berkampanye. Celah regulasi yang terkait kampa­ nye dan internet membuat siapa pun dapat menggunggah beragam infor­ ma­si tentang pemilu di internet. Ba­ dan Pengawasan Pemilihan Umum (Ba­ was­lu), Komisi Penyiaran In­do­nesia (KPI), hingga Kementerian Ko­mu­ni­ ka­si dan Informasi (Ke­men­ko­min­fo) tak punya wewenang menye­ret akun anonim mem­per­tang­gung­ja­wabkan informasi yang di­se­bar­kan. Di sisi lain, tidak semua pengguna internet dan media sosial bisa kritis

sa­at membaca aneka informasi yang disajikan di internet. Tak sedikit orang yang percaya begitu saja pa­da infor­ ma­si yang tersaji karena mereka tak mempunyai metode untuk menya­ring mana informasi yang dapat diper­ca­ ya dan mana yang tidak. Literasi Media Melihat kondisi tersebut, sejumlah peserta diskusi menyampaikan pen­ tingnya literasi media berbasis inter­ net bagi warga. Literasi media menja­ di jalan keluar alternatif untuk meng­ atasi dampak kampanye hitam pada warga, setelah jalur regulasi tak mem­ berikan celah. Literasi media sangat penting di­la­ kukan agar warga bisa memilah ma­ na informasi yang benar, serta mana in­formasi yang ternyata hanyalah isu untuk menjatuhkan maupun mena­ik­ kan citra seseorang. Dengan be­gi­tu, mereka dapat mengumpulkan infor­ ma­si yang benar tentang para kandi­ dat yang sedang bertarung. In­for­ma­ si itu menjadi referensi pen­ting yang menggiring mereka dalam me­ne­tap­ kan pilihan. Dasar-dasar jurnalistik sebetulnya bisa dipakai untuk memilah informa­ si. Prinsip cover both side dapat di­gu­ na­kan untuk melihat apakah se­bu­ah informasi layak dipercaya atau ti­dak. Apabula sebuah media me­nye­bar­kan in­formasi salah satu kan­didat tanpa menyebut sumber yang jelas, media ter­se­but ti­dak dapat di­per­caya. Suatu sumber bisa disebut jelas ji­ ka datanya bisa diverifikasi. Krite­ria tentang sumber menjadi penting, se­


pemilikan media massa mainstream semacam itu perlu diatur de­ngan te­ gas karena informasi yang disajikan media mainstream mem­pe­ngaruhi media sosial. Sebagian besar infor­ma­ si yang tersebar di media so­sial ber­ asal dari media maistream. Untuk itu, salah satu solusi yang bi­sa di­la­ku­kan adalah memperkuat lem­ba­ga pe­nyi­ ar­an publik. Terkait dengan itu, Budi mengata­ kan bahwa dalam catatan MPM seti­ dak­nya ada dua stasiun televisi swas­ ta nasional yang me­nye­barkan infor­ masi tidak berimbang ter­kait Capres. “Dua televisi nasional itu akan kami laporkan ke Dewan Pers,” ujarnya. Usulan lainnya adalah dengan me­ nyebarkan kampanye tandingan gu­ na menghadang kampanye hitam. KPU bersama lembaga terkait sebenarnya bisa mendesakkan agenda kampanye damai di media dengan mengajak ke­ dua tim pendukung. Salah satu peser­ ta diskusi bahkan mengusulkan per­ lunya semacam kam­pa­nye pu­tih, yang dapat dilakukan an­ta­ra lain de­ngan mengajak para peng­gu­na media sosi­ al untuk lebih kri­tis memilah dan me­ nyebarkan in­for­masi.

Orang-orang dengan jumlah peng­ ikut banyak di twitter, atau jamak di­ se­but sebagai selebtwit, bisa dirang­ kul agar ikut serta menye­barkan ajak­ an kampanye putih tersebut. Ca­ra ini dipandang cukup relevan meng­ingat dari 100 juta pengguna in­ter­net di In­ donesia, sekitar 40 juta di an­ta­ra­nya adalah pengguna twit­ter. Cara ini juga perlu dilakukan meng­ ingat demi kebutuhan kampanye, di media sosial bermunculan akun-akun anonim yang digunakan untuk meng­ kam­panyekan keunggulan se­orang ca­ lon sembari menyebarkan kampanye hitam untuk lawan. Budi me­nye­but bahwa sekarang ada sekitar 130.000 akun twitter anonim. Partai po­li­tik be­ rani memberikan bayaran be­sar ke­ pa­da aktivis media sosial un­tuk me­ la­kukan kampanye. Faried Bambang Siswantoro menu­ turkan, ada banyak hal terkait kampa­ nye yang berada di luar KPU, ter­le­bih KPU di daerah. Pa­da pil­pres 2014 ini, KPUD hanya bisa se­ba­tas mengajak para tim sukses ke­dua pasangan un­ tuk ber­kumpul me­nye­pa­kati dekla­ra­ si kam­panye damai meng­ikuti agen­da KPU pu­sat. 

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

17

jakpro.id

bab tak sedikit media yang mengaku sedang melaporkan hasil investigasi tetapi ternyata investigasi itu dibuat dengan merekayasa sumber dan na­ ra­sumer. Mengenali pemilik media juga bi­ sa menjadi salah satu cara untuk me­ milah informasi. Di Indonesia, terpu­ satnya kepemilikan media di tangan para petinggi partai politik memang sudah lama menjadi sorotan. Media yang memakai frekuensi milik pub­lik rentan disalahgunakan untuk ke­pen­ tingan partai dan kelompok ter­ten­tu sehingga merugikan publik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan MPP untuk Dewan Pers ter­hadap tiga stasiun televisi dan dua me­dia cetak, disimpulkan bahwa di tingkat jurnalis dan pemimpin redak­ si, profesionalisme dan in­de­pen­den­ si masih terjaga. Kode etik jurnalistik, termasuk prinsip cover both side ma­ sih dipegang. Akan tetapi, pa­ra pe­mi­ lik me­dia ternyata kerap me­la­ku­kan in­ter­vensi. Akibatnya, ruang re­daksi me­dia pada masa kampanye ber­ubah men­jadi ruang tim sukses. Sinam dari Jaringan Radio Ko­mu­ni­ tas Indonesia (JRKI) menga­takan, ke­


M edia Jurnalisme Sehat untuk Penanggulangan Bencana Tahap-tahap penanggulangan bencana membutuhkan keterlibatan media yang menyebarkan informasi terkait bencana kepada masyarakat. Namun informasi mengenai penanggulangan bencana ha­ nya akan berguna bagi warga jika media menerapkan jurnalisme sehat. Oleh Fatchur Rahman satuharapan.com

H

al itu terungkap dalam dis­ kusi bertema “Jurnalisme Se­hat dalam Penanggu­lang­ an Bencana Erupsi Me­rapi” yang diprakarsai Ba­dan Pengkajian dan Penerapan Teknolo­gi Geo­logi (BP­ PTKG) dan Jalin Merapi, Selasa (10/6) di Kantor BPP­TKG Yog­ya­kar­ta. Disku­ si yang di­bu­ka Kepala BPP­T­KG Suban­ driyo itu meng­ha­dirkan Je­nar­to, pe­ nyi­ar Ra­dio Ko­muni­tas Lin­tas Mera­ pi FM dan Ah­mad Arif, jur­na­lis Ha­ri­ an Kompas se­ba­gai na­ra­sum­ber. Dalam diskusi yang diikuti oleh jur­ nalis media arus utama, media ko­mu­ nitas, serta admin media so­sial ini, Su­ bandriyo menuturkan bah­wa sela­ma ini pihaknya cukup ke­wa­lahan ketika menghadapi munculnya bera­gam in­ for­masi terkait kondisi Gu­nung Me­ ra­pi. Banyak berita yang ternyata tak sesuai fak­ta se­hing­ga membuat ma­ sya­rakat bi­ngung. Oleh karena itu jur­ nalisme se­hat sangat dibutuhkan. Bagi Subandriyo, jurnalisme sehat adalah jurnalisme yang menghasilkan informasi menyehatkan bagi psikolo­ gi masyarakat. Artinya, informasi itu 18

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

tidak membingungkan, dan bisa men­ dorong masyarakat untuk ber­si­kap te­nang namun tetap siaga dan an­ti­si­ pa­tif dalam merespons ben­ca­na. “Se­ hingga masyarakat dapat merespons aktivitas gunung Merapi se­ca­ra lebih efektif dan terukur tanpa ada kepanik­ an, meskipun badan pe­me­rin­tah tak bisa menjamin ma­sya­ra­kat un­tuk ti­ dak panik,” ujarnya. Terkait dengan aktivitas kegunung­ apian, lanjut dia, perbedaan persepsi dalam menginterpretasikan aktivitas gunung api adalah hal biasa. Interpre­ tasi tidak tunggal karena setiap ahli mempunyai pendapat yang ber­beda. Perbedaan interpretasi ini menjadi ba­ han berita yang menarik bagi me­dia. Namun jika tidak hati-ha­ti, infor­masi mengenai perbedaan pen­da­pat di ka­ langan ahli gunung api bisa mem­bu­ at masyarakat kebi­ngung­an. Oleh karena itu, ke depan ia berha­ rap informasi yang berkaitan dengan peringatan dini status Merapi berasal dari satu sumber. Adapun sum­ber in­ formasi resmi terkait aktivitas gu­nung api di Indonesia ada di Badan Geo­logi

Kementerian Energi dan Sum­ber Da­ ya Mineral, dan BPPTKG un­tuk in­for­ masi lokal terkait Merapi.

Gagap Bencana Ahmad Arif berpendapat, salah sa­ tu ma­salah paling serius dalam peli­ put­an bencana di Indonesia adalah mi­ nim­nya pengetahuan jurnalis ten­tang bencana. Banyak media arus uta­ma yang tak punya standar pro­se­dur ope­ rasional dalam meliput ben­ca­na. Arif mencontohkan adanya jur­na­ lis televisi yang tidak dapat mem­be­ da­kan antara awan panas dengan abu vul­kanik. Selain itu, banyak lembaga media yang menggunakan lokasi ben­ cana sebagai tempat magang bagi war­ ta­wan baru, sehingga akhirnya sa­lah dalam memberitakan bencana. Padahal jurnalis juga menjadi ke­ lompok rentan dalam bencana. Ke­ti­ ka meliput tsunami Aceh, ada jurna­ lis foto yang kehilangan keluarganya ke­tika sedang meliput bencana yang se­mu­la dikiranya hanya banjir be­sar. Sebagai jurnalis, ia memang men­da­ pat kepuasan batin lantaran berhasil


meng­aba­di­kan momen bencana. Na­ mun ia tidak menyadari bahaya yang meng­ancam nyawanya saat bertugas. Bencana juga menjadi komoditi, ti­ dak hanya bagi media massa, ­tapi ju­ ga media sosial. Kesedihan ma­sya­ra­ kat dieksploitasi. Prak­tik itu se­makin marak ter­uta­ma di me­dia yang sarat ke­pen­ting­an po­li­tik pemiliknya. Kini ada kecenderungan me­dia di Indonesia dimiliki pengu­asa tunggal atau pemegang saham mayo­ritas. Ka­ rena itu, ada prak­tik-prak­tik tang­gung jawab sosial per­usa­ha­an (CSR) terse­ lubung saat me­dia menyalurkan ban­ tuan. Ben­ca­na didra­ma­ti­sasi lantaran pihak media terlibat da­lam pe­ngum­ pulan ser­ta penyaluran ban­tuan. Media massa pun tak selalu meng­ awal proses pemulihan pascabenca­ na yang sebenarnya vital. Se­la­in itu, ada bias desentralisasi da­lam pembe­ ritaan, seperti ketika ben­cana di Men­ ta­wai ber­lang­sung ham­pir bersama­ an dengan Me­ra­pi. Li­put­an me­dia yang terfokus pada Me­ra­pi membuat ben­ cana Mentawai ham­­pir ter­lu­pakan. Situasi pascabencana juga berpo­ tensi jadi bencana ba­ru. Sembi­lan bu­ lan usai erupsi Sina­bung menjadi pun­ cak kri­sis bagi war­ga penyintas. Pu­ sat Vulka­nologi dan Mitigasi Benca­na Geologi sudah mem­per­si­­la­kan warga untuk pulang, ta­pi warga tak be­ra­ni. Selain itu, se­­la­lu ada po­tensi kon­flik dan kejahat­an korupsi pas­caben­cana yang se­ba­ik­nya dika­wal media. Arif menambahkan, seharusnya li­ putan bencana diawali dengan mem­ pelajari informasi dari bencana sebe­ lumnya. Ada tiga tahap yang harus di­ lakukan. Pertama meliput pra benca­ na untuk mendorong kesiapsiagaan, kedua meliput tahap tanggap darurat sewaktu terjadi ben­ca­na, dan ketiga mengawal proses re­kon­struksi dan re­ habilitasi pas­ca­ben­cana untuk men­ cegah munculnya ben­ca­na baru. Dia lantas membandingkan media di Indonesia dengan media di Jepang da­lam memberitakan tahap tanggap darurat bencana. Jepang mempunyai lem­baga penyiaran publik NHK yang me­mang diwajibkan oleh undang-un­ dang untuk menyampaikan in­for­ma­ si tanggap darurat.

Pendokumentasian terbaik tentang tsunami dilakukan oleh me­dia di Je­ pang karena sebelum tsunami da­tang, stasiun televisi di sana sudah si­ap me­ nyorot gelombang yang da­tang. Se­ dangkan berita pertama ten­tang tsu­ nami Aceh baru muncul 12 jam pas­ cakejadian, itu pun tidak akurat. Di Jepang, hampir tak ada jeda da­ lam pemberitaan bencana. Media Je­ pang berhubungan langsung de­ngan institusi pemantau bencana dan lem­ baga ber­we­nang. Di Indonesia, jur­na­ lis terpaksa mengandalkan te­bengan untuk mencapai lo­ka­si ben­cana di pe­ losok. Aki­bat­nya, antara lain, pe­nyam­ paian in­for­ma­si bencana di Ke­pu­lau­ an Men­ta­wai terlambat satu hari. Di samping itu, media-media di Je­ pang cenderung memberi infor­masi yang bisa mengangkat semangat un­ tuk bang­kit. “Substansi pem­be­ritaan­ nya di­de­sain untuk mendorong kor­ ban tetap bersemangat,” ka­ta Arif.

Alternatif Kegagapan media arus utama da­ lam meliput bencana itu meng­ha­dir­ kan tantangan sekaligus peluang ba­ gi media-media alternatif, utamanya me­dia komunitas. Untuk itu, ke­mam­ pu­an media komunitas dalam meng­ ha­dirkan informasi akurat ter­ka­it ben­ cana di wilayahnya perlu di­per­kuat se­ hingga warga punya sum­ber infor­ma­ si alternatif yang bisa di­per­caya. Terlebih lagi pada kondisi bencana, ba­nyak media arus utama yang lum­ puh karena ikut terkena bencana. Ra­ dio dan media sosial semacam twit­ ter yang lebih tahan bencana menja­ di media yang efektif. Ketika terjadi tsu­nami, media sosial di Jepang juga me­miliki peran besar. Banyak korban yang terselamatkan berkat informasi yang beredar di twitter. Penggunaan radio dan media sosi­ al juga sudah lama dipraktikkan di Me­ rapi. Salah satu contoh keberhasilan penggunaan radio dan media sosial un­tuk meliput bencana di se­putar ka­ wasan Merapi dilakukan oleh Ra­dio Komunitas Lintas Merapi FM. Jenarto mengungkapkan, pada awal kip­rah­nya menyediakan informasi se­ pu­tar Merapi bagi warga, Lintas Me­

ra­pi FM kerap dicap sebagai provoka­ tor dan pembangkang oleh pe­merin­ tah. Cap itu justru muncul ke­ti­ka pa­ ra pe­giatnya berupaya me­nyam­pai­kan in­formasi yang benar bagi war­ga. Contohnya terjadi men­jelang erup­ si Merapi 2006. Sewaktu Merapi ber­ sta­tus “waspada”, pe­merintah setem­ pat me­me­rin­tahkan warga me­ngung­ si. Pe­giat Lintas Merapi FM yang su­ dah bel­ajar bahwa evakuasi mestinya ba­ru dila­ku­kan ketika sta­tus “awas” pun me­no­lak pe­rintah itu, se­hing­ga di­ cap se­ba­gai pem­­bang­­kang. Namun, radio komunitas itu terus konsisten pada upayanya sehingga ja­ di rujukan penting bagi warga. Pada erupsi Merapi 2010, Lintas Me­rapi FM dapat menunjukkan bahwa ra­dio ko­ munitas bisa berperan baik di ra­nah onair maupun offair. Menurut Jenarto, media arus utama ter­utama televisi masih sering salah da­lam memahami istilah-istilah ke­ ben­ca­naan sehingga memberi infor­ masi yang membingungkan bagi war­ ga. Guna mengatasi hal itu, Lintas Me­ rapi FM pernah sampai ha­rus men­ da­tangkan petugas BP­P­T­KG guna me­ luruskan informasi dan mem­berikan penjelasan lang­sung ke­pada warga. Terkait fenomena media sosial, Je­ narto mengatakan saat ini ma­kin ba­ nyak komunitas yang meng­gu­na­kan media sosial untuk menye­bar­kan in­ formasi tentang Merapi. Na­mun, ba­ nyak di antaranya yang menyebarkan opini ketimbang fakta. Kondisi tersebut membuat pegiat Lin­tas Merapi FM khawatir. “Mun­cul­ nya komunitas-komunitas itu mem­ buat masyarakat terkotak-ko­tak, se­ hingga nanti jika terjadi le­tus­an, ma­ syarakat bingung harus ber­gan­tung pada in­formasi siapa,” ung­kapnya. Melihat kondisi tersebut, para pe­ giat radio komunitas pun aktif men­ da­tangi warga untuk mengajak mere­ ka lebih kritis atas informasi di te­le­ visi dan me­dia la­in. “Ka­mi bukannya anti TV, te­tapi ingin mem­be­ri pe­ma­ haman ten­tang pem­be­ri­taan yang ti­ dak be­nar, ba­gai­­ma­na meng­an­ti­sipa­ si an­cam­an, me­ne­nang­kan warga, ser­ ta me­re­dam ke­pa­nik­an jika ben­ca­na Me­ra­pi ter­ja­di lagi,” te­rang­nya.  Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

19


R

adio

Mengurangi Risiko Bencana dengan Radio Komunitas Berdasarkan pengalaman di berbagai daerah rawan bencana, beredarnya informasi tidak akurat yang disertai dengan isu-isu negatif terkait bencana kerap membuat warga bingung dan ketakutan. Oleh karena itu informasi yang akurat merupakan kebutuhan utama bagi warga yang tinggal di daerah rawan bencana, termasuk bagi warga di daerah sekitar Gunung Sinabung, Provinsi Sumatera Utara. Oleh Maryani

S

eperti diungkapkan Frida Br. Bangun, relawan pemantau la­ har hujan Gunung Sinabung di Jembatan Titi­kam­bing Pa­ yung, Kabupaten Karo, ketika ditemui awal Mei silam. Menurut dia, Erupsi Sinabung pada 2010 tak di­awali de­ ngan tanda-tanda pe­ning­katan ak­ti­ vi­tas sehingga tidak ada per­ingatan di­ni dari pihak manapun. Akibatnya, ketika terjadi erupsi in­for­ma­si yang di­terima warga sim­pang si­ur. Banyak war­ga yang berlari ke­ta­kut­an sehing­ ga terpisah dari ke­lu­ar­ga­nya. Sebelum kembali erupsi pada ta­ hun 2010, Gunung Sinabung telah ber­ isti­rahat selama tak kurang dari 400 ta­hun. Melihat kondisi gunung yang aman, permukiman penduduk te­rus ber­kem­bang di sekitar gunung ter­se­ but. Maka ketika Sinabung erupsi pa­ da 7 September 2010, tak kurang da­ ri 25.000 penduduk yang tinggal di se­ ki­tar gunung harus dievakuasi. Tiga tahun kemudian, tepatnya pa­ da tanggal 17 September 2013, Sina­ bung kem­bali bergejolak. Aktivitas­ nya te­rus me­ningkat hingga akhirnya terjadi erupsi de­ngan mengeluarkan awan pa­nas dan abu vulkanik. Akibat pe­­ningkat­an ak­tivitas tersebut, war­ ga desa yang berada di radius 5 kilo­ meter me­ter da­ri puncak Sinabung di­ ung­si­kan. Menghadapi ancaman erupsi yang memaksa mereka meninggalkan ru­ mah, warga sangat membutuhkan in­ for­masi akurat terkait kondisi benca­ na. Guna menjawab kebutuhan itu, di­ 20

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

per­lukan sebuah media yang meng­hu­ bungkan masyarakat ter­dam­pak, pe­ merintah, organisasi ke­ma­nu­sia­an dan para relawan. Melihat kondisi tersebut, Combine Resource Institution bekerjasama de­ ngan Jaringan Radio Komunitas Indo­ nesia (JRKI), Radio Komunitas Lintas Merapi FM Klaten, dan Radio FMYY Jepang mendirikan radio darurat un­ tuk membantu penguatan sis­tem ko­ munikasi serta informasi untuk me­ ngu­rangi risiko bencana. Radio yang meng­udara di frekuensi 107,8 FM itu di­be­ri nama Sora Sinabung. Sora Sinabung didirikan agar ma­ syarakat dapat mengakses informasi yang lebih akurat terkait situasi ben­ cana erupsi Gunung Sinabung. Selain menyiarkan berbagai informasi ter­ ba­ru terkait kondisi Sinabung, radio ini juga kerap menggelar program bin­ cang-bincang dengan para pihak yang berkepentingan, memutar iklan la­yan­ an masyarakat, dan musik. Ra­dio da­ rurat ini beroperasi singkat, yak­ni pa­ da Maret hingga April 2014. Sistem Peringatan Dini Informasi ternyata tidak hanya di­ butuhkan saat erupsi tengah berlang­ sung. Pascaerupsi, masih ada ben­ca­ na sekunder yang mengancam. Se­la­ in itu, informasi juga dibutuhkan ba­­ gi warga yang sedang berupaya me­ mu­­lihkan kehidupannya. Bencana sekunder yang dapat ter­ jadi di Gunung Sinabung adalah ban­ jir lahar hujan. Sewaktu terjadi erup­

si, banyak material vulkanik yang ter­ ta­han di kawasan puncak gunung se­ hing­ga menumpuk dan menjadi se­ di­men. Menurut perkiraan Pos Peng­ amat­an Gunung Api (PGA) Gunung Si­­ na­bung, material yang menumpuk su­ dah mencapai hampir 30 juta me­ter kubik. “Sudah kelewat banyak tumpukan yang ada di lereng gunung. Kami kha­ watir material tersebut terbawa me­ la­lui aliran sungai dan mengancam de­ sa yang dilalui sungai Labuborus ini,” ungkap Hikmat Surbakti, Kepala Tek­ nis Seksi Informasi, Media Center Ka­ bu­paten Karo. Untuk mengurangi risiko bencana lahar hujan, perlu dikembangkan sis­ tem peringatan dini. Combine kemba­ li bekerjasama dengan Radio FMYY, Pemerintah Kabupaten Ka­ro, dan ma­ syarakat sekitar guna mem­ba­ngun sis­ tem peringatan dini berbasis ma­sya­ rakat. Dikatakan berbasis masyarakat karena sebagian besar pe­la­kunya ada­ lah masyarakat, re­la­wan pe­man­tau, Pos Pengamatan Gu­nung Api (PGA), dan Badan Pe­nang­gu­lang­an Bencana Daerah (BPBD). Untuk mendukung suksesnya sis­ tem peringatan itu, perlu ada media yang menyampaikan informasi per­ ingat­an dini kepada masyarakat di se­ ki­tar Sinabung, khususnya yang ting­ gal di bantaran sungai. Radio komu­ nitas (rakom) kembali menjadi ja­wab­ an­nya. Tapi mengapa harus rakom? Ber­ da­sarkan hasil wawancara dengan se­


kombinasi

jum­lah warga, keberadaan radio da­ ru­rat Sora Sinabung ter­nya­ta dirasa­ kan berguna bagi war­ga sehingga me­ re­ka kerap men­de­ngar­kan ra­dio ter­ sebut. Melalui radio, in­for­masi yang disampaikan dapat langsung sam­pai ke warga. Mereka ju­ga sering da­tang langsung ke stu­dio un­tuk menanya­kan langsung in­for­masi yang sebelumnya telah di­si­ar­kan. Rakom untuk mendukung sistem per­ingatan dini tersebut didiri­kan di Desa Batukarang dan Desa Per­te­gu­ hen. Didirikan pada 14-20 April, ra­ kom di Desa Perteguhen diberi nama Ke­ke­lengan FM, sedangkan rakom di De­sa Batukarang disebut Dia Erme­ di­at­ e FM. Dua desa tersebut dipilih sebagai lokasi radio karena berada di radius aman bencana erupsi Sinabung. Pan­ caran siaran radio Perteguhen dapat menjangkau sisi ti­mur, se­latan, sam­ pai barat daya Gu­nung Sina­bung, an­ tara lain Desa Pin­tube­si, Je­ra­ya, Bera­ sitepu, Suka Meriah, Si­ga­rang-garang, dan desa-de­sa la­in­nya yang terletak dalam zo­na ba­ha­ya. Se­dang­kan Radio Ba­tu­ka­rang sanggup men­jang­kau de­­ sa-desa di sekitar Ba­tu­ka­rang se­per­ ti Perbaji, Mar­­din­ding, Tiganderket, Tanjung­me­rawa, Jan­di­me­riah, dan de­ sa-desa la­innya. Selain membangun peralatan tek­ nis pendukung siaran, warga juga di­ latih untuk menjadi penyiar radio. Ke depan, rakom tersebut diharapkan bi­ sa berperan dalam menyampaikan in­ for­masi yang berasal dari hasil pan­ tau­an relawan di lapangan mau­pun da­ ri Pos PGA, BPBD dan lem­ba­ga yang berkompeten, menyosialisasikan pe­ nge­tahuan kebencanaan serta risiko bencana gunung berapi, dan me­nyam­ paikan kondisi terkini gu­nung api. Agar informasi yang disampaikan kedua radio tersebut bisa menjang­ kau warga, pendirian stasiun peman­ car rakom Perteguhen dan Ba­tuka­rang kemudian diimbangi de­ngan pemba­ gian radio penerima ke ma­sya­ra­kat Foto: Pendirian antena Kekelengan FM di Desa Perteguhen, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

21


R

adio

di desa-desa sekitar, khu­sus­nya yang tinggal di bantaran Su­ngai Lauborus dan zona bahaya. De­ngan demikian, ma­syarakat dapat men­de­ngar­kan si­ ar­­an dua rakom itu di ma­na pun dan ka­pan pun.

Dukungan Warga Pendirian rakom di kedua desa itu mendapat sambutan positif dari pe­ merintah desa maupun dari masya­ra­ kat. Dukungan kepala desa di­wu­jud­ kan dengan menyediakan ruang­an di kantor kepala desa. Selain dukungan positif dari pihak Pemerintah Desa, masyarakat juga tu­ rut terlibat langsung dalam pendiri­ an­nya. Hendrik Junanta Ba­ngun, pe­ nge­lola Kekelengen FM, mence­ri­takan masyarakat se­ki­tar turut mem­ban­tu pendirian rakom. Mereka ikut mendi­ rikan antena, setting alat, dan bel­ajar mengoperasikan alat. Hal serupa ju­ ga terjadi di Dia Ermediate FM. Pengurus rakom ditentukan mela­ lui diskusi warga. Meski begitu, ti­dak mudah mengajak para remaja un­tuk terlibat dalam aktivitas penyi­ar­an di Kekelengan FM. Kondisi di Dia Er­me­

kombinasi

Foto: Pemasangan peralatan radio Kekelengan FM di Desa Perteguhen, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

22

Kombinasi  Edisi ke-56  Juni 2014

Pe­mi­lihan radio sebagai media pe­nyam­paian informasi tentang ak­tivi­tas Gu­ nung Sinabung dinilai sa­ngat tepat karena in­ for­masi bisa langsung diterima oleh warga. diate FM lebih baik ka­re­na pe­nge­lola dan penyiarnya me­li­bat­kan warga da­ ri beragam usia. Informasi yang disampaikan kepa­ da pendengar dua radio terse­but me­ li­puti aktivitas gunung, kemungkinan adanya lahar hujan, dan ke­si­ap­siaga­ an. Informasi tersebut diperoleh dari relawan pemantau, ke­pa­la desa, mau­ pun dari Pos PGA dan BPBD. Antusiasme masyarakat yang ter­ jang­kau oleh pancaran siaran kedua radio ini dapat dikatakan ting­gi. Dari delapan warga yang di­wa­wan­carai, se­ luruhnya mengaku senantiasa men­ dengar­kan kedua radio tersebut kare­ na in­for­masi yang disampaikan radio tak didapatkan dari media lain. Pen­ de­ngar­nya tidak terbatas pada warga yang mendapat bantuan radio pene­ ri­ma, tapi juga warga lain. Ada yang

membeli radio baru, namun ada ju­ga yang men­dengarkan siarannya lewat pon­sel. “Saya membawa radio ke la­ dang, jadi kalau ada per­ingat­an ba­ha­ ya saya langsung bisa de­ngar,” kata Pi­ nalti Sitepu, warga Pin­tu­be­si. Di samping mendengarkan siaran­ nya, warga juga aktif merespons in­for­ masi yang disajikan. Dalam satu kali siaran, Kekelengen FM bisa meneri­ma setidaknya 30 pesan pendek (SMS) un­ tuk menanyakan informasi yang di­si­ arkan maupun sekadar un­tuk ki­rim sa­ lam ke pendengar radio la­in­nya. Sedangkan pada Dia Ermediate FM, pesan pendek yang masuk dalam sa­tu kali siaran mencapai 150. Selain itu, ada saja warga yang datang meng­an­ tar makanan ke studio untuk penyiar yang bertugas malam hari. Antusias­ me warga untuk belajar si­ar­an di stu­ dio juga tinggi. Mereka ikut bel­ajar dan siaran didampingi oleh pe­nyiar. Tingginya antusiasme dan ha­rap­ an masyarakat harus diimbangi de­ ngan rencana keberlanjutan rakom ke depan. Arsatma Ba­ngun, salah seorang pengelola Dia Erme­diate FM, meng­ aku akan terus melan­jut­kan dan men­ cari inovasi demi keber­lan­jut­an ra­kom tersebut. Bebera­pa gambaran prog­ ram acara ke depan su­dah disu­sun, misalnya dengan mem­bu­at talk­show tentang kebenca­naan, per­ta­ni­an, ke­ ro­hanian, dan kese­nian. Sebelum ada rakom, warga meng­ akses informasi dari televisi. Namun setelah didirikan rakom untuk men­ dukung sistem peringatan dini guna me­ngurangi resiko bencana, antusi­as­ me warga ternyata sangat tinggi. Pe­ mi­lihan radio sebagai media dalam me­nyam­paikan informasi mengenai ak­ti­vi­tas Gunung Sinabung dinilai sa­ ngat tepat lantaran melalui radio in­ for­masi bisa langsung diterima oleh warga. Supaya tujuan didirikannya rakom itu bisa tercapai, dukungan dari pe­ merintah daerah terutama BPBD dan Pos PGA sangat diperlukan. Komuni­ kasi antara rakom, Pos PGA dan BPBD harus terjalin dengan baik agar fung­ sinya dalam mendukung sis­tem per­ ingatan dini bencana dapat berjalan mak­si­mal. 


Majalah Kombinasi (Komunitas Membangun Jaringan Informasi) adalah majalah yang diterbitkan Combine Resource Institution (CRI) sebagai media untuk menyebarkan gagasan, inspirasi, dan pengetahuan tentang media komunitas. Majalah ini diterbitkan sebagai salah satu upaya Combine untuk membantu pelaku media komunitas dalam mengembangkan medianya, baik dalam hal teknis pengelolaan, keredaksian, maupun isu.

Tertarik Menulis di Majalah Kombinasi? Redaksi Majalah Kombinasi menerima tulisan berupa opini, feature hasil liputan, dan resensi (buku dan film dokumenter) dengan tema-tema yang berhubungan dengan komunitas maupun media komunitas.

Ketentuan tulisan l Ditulis menggunakan bahasa Indonesia dengan mengikuti kaidah penulisan yang benar. l Ditulis dengan font times new roman, ukuran 12, panjang tulisan sekitar 6.000 karakter (with spaces). l Untuk tulisan feature dan resensi, harap sertakan foto dengan resolusi standard (minimal 1.000 x 800 pixel). l Mencantumkan nama terang penulis dan aktivitas penulis l Mencantumkan nomor rekening penulis. l Redaksi berhak menyeleksi tulisan yang sesuai dengan Majalah Kombinasi. l Untuk tulisan yang terpilih, redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah maksud tulisan. l Penulis yang tulisan diterbitkan akan mendapatkan honor sepantasnya.

Tulisan bisa dikirim ke redaksi Majalah Kombinasi di Jalan KH Ali Maksum RT 06 No.183, Pelemsewu, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia (kode pos 55188) atau melalui surat eletronik di redaksikombinasi@combine.or.id


Segenap keluarga besar Combine Resource Institution Mengucapkan

Selamat Idul Fitri 1435 H Mohon Maaf Lahir dan Batin


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.