Dokumentasi Purna Agenda JMR 2014
Dokumentasi Purna Agenda
JAgongan Media Rakyat 2014
Dokumentasi Purna Agenda Jagongan Media Rakyat 2014 Editor Idha Saraswati Penulis Imung Yuniardi M Afandi Kontributor Maryani Grattiana Timur S Suprianto Fotografer Indra Yoga Adiarsa Lingga Pratama Uliantara Luthfi Jati Ramdani Rizka Himawan Tata letak M Safrinal Lubis
Diterbitkan Oleh COMBINE Resource Institution (CRI) Jl KH Ali Maksum RT 06 No 183 Pelemsewu, Panggungharjo, Sewon Bantul, DI Yogyakarta, Indonesia 55188 Tel/Fak: 0274 – 411123 Website: www.combine.or.id
I Daftar Isi Pengantar Jagongan Media Rakyat, Hajatan untuk Mengisi Daya Gerakan I Hal 6
Hal 9
Hal 15
Hal 27
Merintis Gerakan Besar Bersama untuk Literasi
Inovasi yang Merdeka?
Advokasi Komunitas Lewat Media Komunitas
Berkumpul dan Berbagi di JMR 2014........... 31 Dokumentasi Aksi Para Pengunjung........................................... 35 Aksi Para Narasumber.......................................... 38 Aksi Para Seniman.................................................. 40 Aksi Para Relawan.................................................. 42 Rupa-rupa JMR......................................................... 44 Tanda Informasi....................................................... 46
Publikasi JMR 2014 dalam Angka....................................... 49 Buletin............................................................................ 50 Website www.jmr2014.combine.or.id.......... 51 Lalu Lintas Informasi............................................. 52 Kliping Media............................................................. 54 Youtube......................................................................... 59 Jadwal Acara.............................................................. 60 Panitia............................................................................ 66
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 5
I P engantar
Jagongan Media Rakyat, Hajatan untuk Mengisi Daya Gerakan
Perhelatan Jagongan Media Rakyat (JMR) 2014 akhirnya terlewati sudah. Selama empat hari pada 23-26 Oktober 2014, beragam aktivitas di Jogja National Museum sebagai lokasi kegiatan nyaris tak pernah ber henti. Prinsip bertemu, saling berbagi informasi pengetahuan dan ke mudian berkomitmen melakukan sesuatu bersama-sama menjadi war na di seluruh kegiatan. Di balik kerumitan teknis khas kegiatan berskala besar, inilah roh sesungguhnya dalam setiap JMR. Bisa dibilang tidak ada yang menyangka JMR akan bisa dilaksana kan rutin dua tahunan selama tiga kali, dimulai 2010. Tidak sepenuhnya merupakan hal yang disengaja, by design, melainkan lebih merujuk pa da situasi. Ada kebutuhan para komunitas untuk kembali berkumpul, semacam "melaporkan" apa yang telah mereka lakukan sekaligus me ngampanyekan isu yang diusung. Mereka juga butuh tahu perkembang an komunitas atau lembaga lain, siapa tahu ada yang bisa disinergikan atau sekedar dipelajari. 6 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
Secara kuantitas, ada 51 diskusi dan workshop, 34 pemutaran dan diskusi film, 6 pertunjukkan seni, 30 stan pameran lembaga dan komunitas, 5 stan pameran seni dan 4 stan kuliner digelar se lama empat hari. Jumlah pengunjung mencapai lebih dari 2.500 orang. Belum lagi lebih dari 50 relawan yang membantu penuh selama pelak sanaan acara. Merekalah yang menjadi tulang punggung teknis pelaksanaan acara. Inilah yang membedakan JMR dengan acara besar lain yang cenderung menyerahkan sepenuhnya pada Event Organizer yang meniadakan ruang keterlibatan dan kerja bersama bagi publik. Tema besar tentang tata kelola informasi un tuk transparansi (desa) ternyata cukup menarik animo masyarakat. Kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui kehadiran Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dan Hu mas KPK Johan Budi, serta Bus Kampanye Anti korupsi yang saat itu baru diluncurkan juga men jadi magnet tersendiri. Meski isu yang diperbincangkan dalam JMR 2014 begitu beragam, mayoritas memiliki benang penjalin yang mirip yaitu pemanfaatan teknologi informasi. Konteks di 2014 terutama pada gerak an rakyat melawan korupsi.
Bagi gerakan masyarakat sipil, internet (baca: media sosial) mestinya memang dapat menjadi senjata ampuh mengonsolidasikan dukungan dan memperluas kampanye isu. Kemajuan teknologi informasi yang pesat di satu sisi memberi banyak ruang inovasi. Namun pekerjaan rumah menjaga idealisme pengelolaan suara rakyat melalui me dia tak pernah berakhir. Itulah titik penting setelah hajat JMR usai. Sa atnya bagi semua pihak yang telah memertemu kan pengalaman kolektifnya dan meramu bera gam gagasan untuk kembali menapak "jalan pe dang" pendampingan dan advokasi yang selama ini ditempuh. Tentu dengan kesegaran dan sema ngat baru dari "teman perjalanan". Keberhasilan JMR 2014 diukur tidak berhenti pada saat penyelenggaraan, melainkan saat ru ang kolaborasi antarkomunitas dan pegiat terja di saat dan usai perhelatan. Jadi pertanyaan yang tepat bukan apakah akan ada JMR berikutnya, me lainkan apakah komunitas yang berkepentingan dengan pengelolaan informasi butuh untuk ber kumpul lagi, bertukar pembelajaran dan meng gunakannya sebagai "baterai" penggerak yang ba ru. Kalau jawabannya butuh, maka sampai jumpa di Jagongan Media Rakyat berikutnya!
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 7
Merintis Gerakan Besar Bersama untuk Literasi Oleh Imung Yuniardi
Seperti lazimnya konsep, bicara literasi memang akan banyak definisi. Tapi setidaknya, secara umum literasi dipahami sebagai kemampuan untuk mengakses, memahami dan memproduksi. Kalau dipersempit menjadi literasi media, maka ada tujuh elemen utamanya (Art Silverblatt, 1995; Stanley J. Baran, 1999). Yaitu soal kesadaran tentang dampak me dia, pemahaman proses komunikasi massa, analisis pesan media, pe mahaman isi media terkait budaya di sekitar, kemampuan menikmati dan mengapresiasi isi media, pemahaman kewajiban moral dan etik para praktisi media serta kemampuan mengolah dan memproduksi pe san yang tepat dan efektif. Literasi (media) ini menjadi penting bila menilik perkembangan tek nologi informasi seperti sekarang. Badai terpaan informasi siap mener jang siapapun saat menyalakan televisi, radio, mengakses internet, membaca koran bahkan saat mengobrol sekalipun. Laksana makanan, jangankan untuk mengunyahnya satu-satu dan menikmati dengan ke B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 9
yakinan akan berguna bagi tubuh, belum juga sempat dicecap informasi lainnya sudah berlom ba menjejali mulut kita dan seakan memaksa un tuk ditelan. Dari 18 diskusi yang membicarakan ranah lite rasi, mayoritas masih membicarakan minimnya kesadaran tentang dampak media. Artinya jurang antara masyarakat konsumen media dengan ke mampuan dasar literasi masih sangat lebar. Padahal dalam kemajuan teknologi informa si yang mengglobal ini, kita harus sudah mulai melihat soal hegemoni, soal proses perang ideo logi atau oleh Huntington (1996) disebut dengan perang antarperadaban. Makna sebuah pesan di media tidak saja terletak pada teks, tetapi dalam interplay teks dan kondisi sosial budaya yang di pengaruhi oleh hegemoni. Juga oleh kondisi re lasi produksi, seperti kelas sosial. Hal tersebut juga muncul dalam diskusi yang digelar Remotivi dan Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG). Berawal dari tema uta ma "Menjadi Penonton yang Kritis", diskusi ber kembang antara lain sampai pada pembahasan siapa yang bertanggung jawab terhadap upaya literasi media. Pertanyaan ini lagi-lagi mencer minkan perkembangan literasi media di Indone sia yang masih sangat dasar. Pemerintah misalnya, mestinya mengambil peran dalam literasi ini dalam bentuk regulasi dan penegakannya. Namun, baik kebijakan maupun penerapannya tidak berpihak kepada publik. Me dia terus disalahgunakan karena mereka hanya terdorong untuk mengejar keuntungan. 10 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
Pesan yang dikemas justru tidak diperhatikan dan berdampak pada menguatnya stigma terten tu, misalnya mengenai kelompok-kelompok mi noritas yang tidak ditampilkan secara proporsio nal. Kelompok minoritas bisa dari segi geografis, ekonomi, keyakinan hingga preferensi seksual. Paling terdepan yang disorot memang media televisi. Contoh terakhir dan sering dikutip ada lah polarisasi stasiun televisi berdasarkan kepen tingan pemiliknya dan berdampak pada obyek tivitas hingga validitas informasi saat pemilihan presiden 2014 lalu. Sementara di sisi lain, masih banyak masyarakat yang mengandalkan televisi sebagai satu-satunya sumber informasi. Maka bi sa dibayangkan dampaknya pada pembentukan opini masyarakat dan potensi misinformasinya.
Adu Cepat Upaya mendorong kemampuan literasi me dia dalam arti produksi media sebenarnya ada, meski jarang dan sporadis. Kampung Halaman misalnya, saat diskusi bertajuk "Remaja, Warga Negara Aktif/Pasif?" berbagi cerita tentang prog ram Sekolah Remaja yang mereka lakukan. Re maja di beberapa tempat seperti Pulau Bungin, Sumbawa dan Surapandan, Cirebon diajak untuk berani berpendapat, menggali data untuk mem perkuat pendapatnya, belajar tentang pemanfa atan media dan kemudian memproduksi media untuk mengomunikasikan pendapat tersebut. Me dianya bisa film, foto maupun tulisan. Tantangannya memang dari sisi waktu ber proses. Mengenalkan media pada remaja, juga
Paling terdepan yang disorot memang media televisi. Contoh terakhir dan sering dikutip adalah, polarisasi stasiun televisi berdasarkan kepentingan pemiliknya dan berdampak pada obyektivitas hingga validitas informasi saat pemilihan presiden 2014 lalu.
masyarakat pada umumnya, hingga mengharap mereka mampu memproduksinya sendiri tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh proses yang tidak mudah, waktu yang tidak sesa at. Sementara kemajuan teknologi informasi men deru begitu cepat melalui internet di beragam gawai. Remaja menjadi begitu sibuk membaca dan memperbarui status di media sosial misalnya, hingga akhirnya lupa situasi diri dan sekitarnya yang lebih penting untuk dikritik dan diselesai kan bersama. Sekolah Remaja, maupun upaya li terasi media lain tidak akan, dan memang tidak bertujuan, untuk menang adu cepat dengan per kembangan teknologi informasi. Tapi mereka ber hasil membuktikan, pendekatan yang tepat ber
dampak pada peningkatan literasi media. Rema ja pun tidak mudah terseret arus informasi di du nia digital. Sebenarnya direncanakan juga sebuah pela tihan yang menyasar remaja di JMR 2014, untuk meningkatkan kemampuan analisis pesan di me dia sosial. Sayang pihak kepolisian tidak membe rikan ijin bagi LKiS untuk menyelenggarakannya.
Ada Harapan Media sosial memang sejak kemunculannya hingga meledak seperti sekarang membawa dua mata pedang yang sangat tajam dan ekstrem. Mu lai dari pembentukan opini publik hingga meng gerakkan massa bisa dilakukan dengan media sosial. Makin mudahnya mengakses media sosial B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 11
membuat penggunanya makin luas, dan bertam bah besar pula tantangan melakukan literasi. Beberapa diskusi di JMR 2014 menyoal ten tang ini, salah satunya yang digelar Joglo Abang dan Masyarakat Peduli Media berjudul "Bijak Me nyikapi Media Sosial". Masalah validitas infor masi menjadi pembahasan yang cukup ramai di diskusi ini. Bagaimana masyarakat begitu mudah percaya informasi yang terserak dan tersebar di media sosial, hingga munculnya kecenderungan media arus utama menyerap informasi yang ber edar di media sosial yang tak jarang berujung ke salahan besar (blunder). Peserta diskusi tersebut mayoritas memang pemilik akun media sosial dengan jumlah peng ikut banyak. Maka tak heran bila muncul gagas an menarik bahwa yang wajib dan mampu mela kukan literasi di saat situasi seakan tak terkenda li seperti sekarang adalah para admin akun itu. Selain melakukan verifikasi terhadap validitas informasi sebelum disebar, mereka bahkan di minta melakukan hegemoni tandingan terhadap upaya hegemoni yang dilakukan pihak tertentu melalui pembentukan opini publik. Bentuk self moral obligation para pemilik akun besar seperti ini menjadi harapan baru mengingat selama ini kecenderungannya adalah saling lempar tang gung jawab literasi termasuk oleh pemerintah. Rata-rata dalam semua diskusi tersebut, me reka sadar sebenarnya komunitas dan gerakan terkait literasi media sudah cukup banyak dan sudah lama berjalan. Ketika hasilnya masih jauh dari maksimal, bisa jadi akibat bentuknya yang 12 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
Masyarakat begitu mudah percaya informasi yang terserak dan tersebar di media sosial, hingga munculnya kecenderungan media arus utama menyerap informasi yang beredar di media sosial yang tak jarang berujung kesalahan besar.
masih sporadis. Perlu gerakan bersama dan ber kelanjutan dari semua elemen yang sudah ber gerak itu agar hasilnya efektif.
Literasi Lainnya Literasi dalam arti luas memang tidak sema ta di bidang media. Meski tidak banyak, ada juga tema diskusi lain di JMR 2014 yang terkait litera si. Misalnya tentang Jaminan Kesehatan Nasio nal. Pemahaman tentang regulasi hingga imple mentasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) belum dimiliki seluruh masyarakat teruta ma lapisan menengah bawah yang notabene jus tru menjadi sasaran utamanya. Akibatnya selain muncul banyak keluhan, di sisi lain juga muncul banyak permakluman karena ketidaktahuan ten tang hak peserta BPJS.
Ada juga tentang pelestarian cagar budaya, pembagian peran dalam pemberantasan korupsi hingga pengelolaan keuangan bagi kaum muda. Meski berbeda bidang, pengertian literasi relatif serupa. Literasi keuangan misalnya, mengacu pa da keterampilan dan pengetahuan yang memung kinan individu membuat keputusan yang efektif untuk mengingkatkan sumber daya keuangannya. Kondisinya di Indonesia pun nyaris sama dengan literasi media, masih minim. Munculnya rekomendasi tentang gerakan ber sama tentang literasi, sesuai dengan bidang ma sing-masing, sangatlah menarik dan mesti dirin tis. Semoga perjumpaan antarelemen di JMR 2014 menjadi pembuka jalan terjadinya rintisan terse but, demi manusia Indonesia yang lebih berkua litas dan berdaya.
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 13
Inovasi yang Merdeka? Oleh M Afandi
Di era awal abad 21 ini, kita bukan hanya diberi tontonan berupa per tunjukkan liberalisasi ekonomi yang menghasilkan kesengsaraan bagi rakyat marjinal oleh rejim pasar (kapitalisme) dan negara, terbukti de ngan meningkatnya privatisasi sektor-sektor milik publik yang dilaku kan aoleh negara dan pengurusnya. Kita juga disuguhkan sebuah per tunjukkan besar tentang liberalisasi di sektor arus informasi. Salah satu faktanya adalah terbentuknya konglomerasi media.1 Dengan demikian, liberalisasi sektor informasi ini semakin menam bah daftar kenyataan pahit perjalanan transisi demokrasi Indonesia. Se lain mengubah realitas menjadi komoditas dan memperbesar peram pokan terhadap ruang informasi publik, yang lebih mengkhawatirkan Untuk melihat bagaimana konglomerasi media di Indonesia, lihat riset Yanuar Nugroho, Mu hammad Fajri Siregar dan Shita Laksmi “Mapping Media Policy in Indonesia”, FF: 2012. Riset tersebut dilakukan oleh 3 lembaga, yaitu CIPG, Hivos dan Manchester Business School.
1
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 15
adalah para pemilik media saat ini adalah seke lompok orang yang terlibat dalam lingkar elit po litik Indonesia. Tidak berlebihan jika menyebut kan bahwa salah satu dampaknya adalah kepen tingan suara akar rumput akan semakin tersing kir di pemberitaan media yang mereka punyai. Fenomena ini sebenarnya memberikan gam baran tegas bagaimana posisi dan peran media di dua era terakhir perjalanan demokrasi di Indo nesia yang sebenarnya sama-sama tidak jauh berbeda. Jika pada Orde Baru media dikuasai ne gara sebagai alat sensor dan kontrol demi tercip tanya akumulasi kapital yang stabil bagi korpo rasi negara dan swasta, maka di era transisi de mokrasi media berpindah ke tangan korporasi swasta namun juga tetap berperan sebagai pen jaga akumulasi kapital dan rekayasa opini. Peristiwa tragis seperti ini sebenarnya bukan hanya terjadi di negara-negara dunia ketiga se perti Indonesia, melainkan juga terjadi di negaranegara dunia pertama, atau yang sering disebut sebagai aktor utama kapitalisme, seperti Ameri ka Serikat dan para sekutunya. Noam Chomsky (1999, 1986, 1988) menyebut bahwa untuk men capai kepentingannya baik di dalam maupun lu ar negeri, Amerika Serikat melakukan praktik “re kayasa persetujuan” yang disokong oleh media.2 Di negerinya sendiri, Amerika Serikat secara sis Lihat karya Noam Chomsky “Profit Over People”, Madhyam Book, 1999. Dan “Pirates and Emperors; International Terrorism in The Real World”, Amana Book, 1986. Juga baca: Edward S Herman and Noam Chomsky “Manufacturing Consent”, Pan theon Books, 1988.
2
16 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
Para pemilik media saat ini terlibat dalam lingkar elit politik Indonesia. Dampaknya, suara akar rumput akan semakin tersingkir dari pemberitaan.
tematis menggunakan media sebagai alat dok trin untuk melanggengkan operasi kapitalnya yang secara kejam dan brutal dipraktikkan di ne geri-negeri jajahannya. Media berperan sebagai mesin untuk menciptakan kesadaran status quo bagi rakyat Amerika yang selanjutnya berfungsi untuk melegitimasi kejahatan-kejahatan yang di lakukan. Untuk kepentingan luar negerinya, Ame rika Serikat menempatkan media sebagai alat propaganda untuk membunuh musuh-musuhnya dengan memberi cap “teroris”. Dengan merujuk apa yang disebut Louis Al thusser sebagai Ideological State Aparatusses, maka dalam contoh kasus Amerika Serikat dan Indonesia, media merupakan satu elemen pen ting dalam kelangsungan kapitalisme dan impe rialisme. Sekali lagi kesimpulan yang dapat dita rik dari situasi ini adalah kita sedang dihadapkan pada sebuah kenyataan demokrasi liberal, de mokrasi yang didiktekan untuk kepentingan ka pitalisme, bukan sebuah demokrasi langsung di mana rakyat memiliki hak mutlak terhadap kehi dupan yang dikehendaki.
Pertunjukkan tersebut jelas menjadi tanda bahwa semua rakyat akar rumput Indonesia ti dak lagi bisa berharap untuk terbentuk dan ter bangunnya negara adil dan sejahtera dari kon disi yang demikian. Lalu bagaimana caranya kita bisa mewujudkan cita-cita terbangunnya masya rakat sipil yang memiliki kehidupan lebih baik? Mau tidak mau, situasi ini membawa kita se bagai rakyat akar rumput harus terus berbenah diri, mengorganisir diri dan komunitas, dan mem bangun kekuatan masyarakat sipil marjinal se cara sistematis dan rapi agar segala sesuatu hal yang dimaksudkan sebagai kepentingan kolektif rakyat marjinal dapat tercapai dan terpenuhi de ngan baik. Alasan tersebut tentunya juga mem bawa konsekuensi logis yang lain, yaitu harus mendefinisikan diri kita sebagai subjek aktif da lam perubahan. Saat itulah kita perlu berimajinasi untuk mem buat inovasi, kreativitas, literasi tandingan dan mengadvokasi kepentingan kita sendiri. Salah sa tunya adalah dengan penggunaan Teknologi In formasi dan Komunikasi (TIK) sebagai alat untuk menuju kedaulatan masyarakat sipil. Kedaulat an yang benar-benar menciptakan keadilan eko nomi, politik, sosial, gender, dan lingkungan yang berkelanjutan. Atas semangat itulah, Combine Resource Ins titution (CRI) menggelar Jagongan Media Rakyat (JMR) yang ketiga. CRI meyakini dengan sema ngat dan kekuatan “berbagi dan berdaulat” ma ka jalan panjang dan berliku menuju masyarakat sipil yang dicita-citakan dapat segera tercapai.
Inovasi yang Berkekuatan Dalam perhelatan JMR ketiga yang digelar pada 23-26 Oktober 2014 lalu, terdapat 57 kegi atan workshop, diskusi dan seminar yang dibagi menjadi 3 klaster, yaitu advokasi, inovasi dan li terasi. Klaster inovasi ini memiliki 11 kegiatan dengan beragam tema yang dalam pengelolaan kegiatannya langsung difasilitasi oleh komuni tas-komunitas yang telah berpengalaman dalam bidangnya masing-masing. Walaupun tema-tema dalam klaster inovasi tersebut sangat beragam, namun tetap berfokus pada seputar pengguna an alat TIK sebagai alat penguatan komunitas warga. Para fasilitator meyakini dengan membagi pe ngetahuan dan pengalaman mereka di JMR 2014, setidaknya dunia yang lebih baik itu akan men jadi nyata. Selanjutnya artikel ini akan merang kum 11 kegiatan klaster inovasi dalam lima tema yang berbeda. Yaitu pemanfaatan TIK untuk ke bencanaan, ekonomi, keamanan data, teknologi kreatif dokumentasi dan pembangunan jaringan infrastruktur komunikasi berbasis komunitas.
1 I TIK dan Kebencanaan Penggunaan TIK ini salah satunya telah di praktikkan oleh CRI, Jalin Merapi dan FMYY-Je pang dalam pengelolaan sektor kebencanaan. Dalam slide presentasinya di JMR 2014, 3 lem baga ini menyatakan bahwa “jika semua warga memiliki pengetahuan dalam pengelolaan risiko bencana, maka banyak hal yang bisa terselamat kan”. Pernyataan ini sebenarnya lebih ditujukan B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 17
untuk daerah-daerah ataupun lokasi yang diang gap sebagai kawasan rawan bencana alam. Da lam pengalaman mereka selama beberapa tahun di kawasan merapi, TIK mereka gunakan sebagai salah satu alat pengorganisiran bersama warga di sekitar merapi untuk pengurangan resiko ben cana. Di antaranya adalah melalui pengembang an radio komunitas (rakom) dan Disaster Mana gement Audio Materials (DMAM). Radio-radio komunitas yang dikembangkan CRI dan Jalin Merapi bersama warga sekitar Gu nung Merapi digunakan sebagai alat yang ber fungsi sebagai media produksi informasi yang ber kaitan dengan segala hal kebencanaan: sistem peringatan dini untuk erupsi, diseminasi informa si, dan menjadi ruang dialog antarwarga. Begitu juga dengan DMAM. Selain berisi informasi ke bencanaan, produk audio ini juga berisi lagu-la
Radio-radio komunitas yang dikembangkan CRI dan Jalin Merapi bersama warga sekitar Gunung Merapi digunakan sebagai alat yang berfungsi sebagai media produksi informasi yang berkaitan dengan segala hal kebencanaan.
18 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
gu tradisional, cerita rakyat, drama dan komedi yang bermukim di sekitar rawan bencana. Sebelum dikembangkan di Indonesia, produk audio DMAM ini pada mulanya dikembangkan di Jepang. Junichi dan Kaori dari FMYY Jepang yang juga turut ambil bagian sebagai fasilitator dalam presentasi tersebut mengatakan bahwa DMAM adalah produk audio yang berfungsi untuk me ningkatkan kesadaran warga tentang penanggu langan risiko bencana dengan memuat ceritacerita rakyat yang ada di sekitar wilayah rawan bencana. Cerita dan pengetahuan tentang ke bencanaan yang sebenarnya sudah ada dan tu run temurun diwarisi lintas generasi kita rekam dan produksi dalam bentuk audio, selanjutnya ki ta perkaya dengan puisi dan lain-lain. Ini luma yan efektif sebagai media penciptaan kesadaran bagi warga Jepang untuk penanggulang risiko
bencana, khususnya bencana akibat gempa yang sering terjadi di Jepang. Pengalaman ini semakin diperkaya oleh penu turan Sukiman dari Jalin Merapi. Bersama rekanrekannya di wilayah Merapi, kini radio komuni tas yang mereka kelola tidak hanya berfungsi se bagai media distribusi informasi tentang keben canaan, namun juga mampu menciptakan ruang dialog dan gerakan swadaya bagi warga pasca bencana. Di antaranya adalah untuk penggalang an gerakan swadaya pascabencana yang dituju kan untuk membangun jalur evakuasi dan mem beli hewan ternak yang mati tanpa harus me nunggu bantuan dari pemerintah. Para fasilitator meyakini TIK bisa menjadi alat yang bermanfaat dalam pengurangan risiko bencana asal semua pihak mau belajar dan mempraktikkannya seca ra serius. Dan yang paling menarik dalam pre sentasi para fasilitator adalah, kekuatan sejarah lokal dan nilai-nilai yang yang hidup di masya rakat menjadi kekuatan utama untuk menjadi isi (konten) dari produksi yang diciptakan. Presentasi tiga lembaga tersebut sebenarnya sudah sangat cukup menarik untuk memperlihat kan bahwa TIK bisa bermanfaat bagi pengurang an resiko bencana dan pengorganisasian warga. Namun di sisi lain, akan menjadi lebih lengkap jika isu kebencanaan ini juga ditarik pada isu ke bencanaan yang terjadi akibat kejahatan manu sia dan korporasi sehingga penanggulangan risi ko bencana akan dipahami sebagai wilayah kerja gerakan sosial yang lebih luas. Dengan penger tian tersebut, kerja sama lebih luas bisa dilakukan
bersama dengan komunitas-komunitas lain yang sebenarnya juga berada pada kawasan-kawasan krisis lingkungan. Merujuk pada berbagai peris tiwa bencana yang sering muncul belakangan ini, seperti banjir, longsor, keracunan massal, peng gusuran, maka sekali lagi bencana yang ditim bulkan oleh kejahatan-kejahatan modal di sek tor pertambangan, illegal logging, industri pari wisata dan kawasan pabrik sebenarnya juga me rupakan bencana sosial ekologis yang sangat penting untuk dibicarakan.
2 I TIK dan Peningkatan Ekonomi Selain berfungsi dalam penanggulangan risiko bencana, TIK juga dimanfaatkan untuk pening katan ekonomi kaum perempuan. Terkait dengan isu ini, pada JMR 2014 lalu, Ambar Sari Dewi, se orang penerima beasiswa Google memaparkan hasil penelitiannya dengan tema “Perempuan Menggenggam Teknologi; Potret Pemanfaatan TIK oleh Perempuan Pelaku UKM di Jawa Tengah dan Yogyakarta”. Dalam slide presentasinya, Am bar mengungkapkan bahwa UKM telah menjadi tulang punggung perekonomian negara, dan me nyumbang 2,6 Triliun dari total pendapatan ne gara. Jumlah UKM saat ini menurutnya telah ber kembang mencapai 52 juta, dan 56 persennya dikelola oleh perempuan. Dari jumlah total selu ruh pelaku UKM tersebut, TIK telah dimanfaatkan sebagi media promosi, perluasan pasar, media komunikasi dan sumber inovasi produk. Dalam risetnya, Ambar menemukan bahwa pemanfaatan TIK oleh perempuan pelaku UKM B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 19
masih rendah. Ada sejumlah faktor yang menjadi pendorong rendahnya perempuan pelaku UKM dalam memanfaatkan TIK, antara lain pendidik an, sosial budaya, peralatan dan ekonomi. Ter kait dengan hal tersebut, ia mengajukan perta nyaan penelitian: bagaimana adopsi TIK oleh pe rempuan pelaku UKM? Dari riset kualitatif yang ia lakukan, Ambar menemukan beberapa faktor penghambat adop si TIK oleh perempuan pelaku UKM, diantaranya adalah: 1) tersitanya waktu dan tenaga untuk me layani konsumen karena ada peran ganda dari perempuan, sehingga para perempuan pelaku UKM tersebut tidak sempat belajar menggunakan TIK. 2) alat TIK yang digunakan tidak ramah bagi pengguna perempuan. 3) metode dan perangkat latihan TIK yang tidak sesuai kebutuhan dan ke mampuan. Dengan membagi empat pola, Ambar merinci adopsi TIK oleh perempuan pelaku UKM. Dalam pola 1, ia menyatakan bahwa bagi pelaku UKM yang tinggal di pedesaan, model bisnisnya masih sangat sederhana dan pengetahuan mengenai TIK juga masih terbatas, serta adopsi TIK dalam bentuk telepon seluler masih dipengaruhi oleh konsumen. Sementara dalam pola 2, terdapat se kelompok yang lain yang mengenal TIK melalui jaringan/kelompok namun dalam kesehariannya tidak memiliki perangkat TIK di rumah. Maka mes kipun mendapatkan pelatihan TIK, adopsi TIK te tap gagal. Pada pola 3, Ambar merinci karakteris tik yang lain, yaitu kelompok yang sudah melek IT, memiliki semangat belajar tinggi, sudah mem 20 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
buat blog namun orientasi bisnis masih bersifat lokal. Dan pola 4, ia merincikan karakteristik pe laku UKM di perkotaan yang memiliki pendidik an tinggi, melek TIK, inovasi produk tinggi dan su dah merancang bisnis berbasis TIK/internet. Pre sentasi ini menegaskan bahwa TIK dapat menja di alat untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Namun sekali lagi, membicarakan UKM ten tunya juga membicarakan sesuatu yang cukup luas. Dalam hal ini tentunya juga harus mendis kusikan secara mendalam dan melacak kembali
Ada beberapa penghambat adopsi TIK oleh perempuan pelaku UKM, salah satunya adalah metode dan perangkat latihan TIK yang tak sesuai kebutuhan dan kemampuan.
bagaimana sistem dan model pendanaan dari UKM yang dibicarakan sekaligus memeriksa se cara historis lahirnya UKM di Indonesia. Jika mo del dan pendanaannya berasal dari komunitas itu sendiri, mungkin akan kita sebut sebagai se buah kegiatan usaha mandiri komunitas. Namun akan berbeda jika UKM yang dimaksud menda patkan pendanaan yang berasal dari luar komu nitasnya. Dalam kasus ini misalnya terdapat ri buan UKM yang mendapatkan dana dari bank-
bank konvensional, yang jika dilacak secara se rius kita akan menemui sesuatu yang sangat kon tradiktif. Di satu sisi, bank dinilai membantu mening katkan pendapatan perekonomian, menciptakan lapangan kerja dan turut serta mengentaskan ke miskinan. Namun di pihak lain, bank juga meng gelontorkan kucuran dana dalam jumlah besar untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur pem bangunan, pertambangan, perkebunan, industri pariwisata yang dalam praktiknya juga mencip takan konflik sosial, penggusuran, bencana sosial ekologis, dan perampasan ruang hidup terhadap komunitas-komunitas warga di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam kajian kritis, fenomena lahirnya UKM dianggap sebagai bagian dari rekonstruksi kapi tal untuk mencegah terjadinya krisis dan gejolak sosial, serta mengurangi risiko krisis tenaga kerja dan sekaligus membantu kapital memelihara ja ringan pasar global. Terkait dengan hal ini, James Petras (2012) dalam tulisannya tentang “Imperi alisme dan NGO-NGO” mengatakan bahwa ter dapat sebuah hubungan langsung antara neo-li beralisme dan pertumbuhan-pertumbuhan pro yek-proyek mandiri, semacam UKM yang dalam hal ini dipasok oleh neo-liberalisme lewat NGO, sebagai strategi untuk menyerap kelompok-ke lompok kecil kaum miskin, untuk merontokkan perjuangan anti-sistem.3 3 Lihat James Petras. Imperialisme dan NGO-NGO dalam Mem bongkar Proyek-Proyek ORNOP, Jurnal Wacana, Insist, 2004.
Dengan strategi ini Petras menegaskan bah wa banyak pihak yang secara sadar ataupun tidak sadar lebih memilih untuk membicarakan usahausaha mikro, daripada bicara mengenai pengha pusan eksploitasi yang dilakukan oleh bank-bank asing. Maka tidak mengherankan, menurut Petras, banyak NGO yang hanya menitik beratkan pro yek, bukannya gerakan dan hanya sekedar me mobilisasi rakyat untuk berproduksi, namun tidak menggerakkan untuk berjuang demi mengontrol alat-alat produksi. Ringkasnya, selain untuk me nunda bangkitnya gerakan sosial, strategi ini di lakukan oleh neo-liberal untuk memungkinkan mereka memotong anggaran sosial dan selanjut nya memaksa negara untuk mengalihkannya pa da pembayaran-pembayaran hutang dan priva tisasi. Sekali lagi kita dihadapkan pada sebuah pertanyaan mendasar, masyarakat sipil seperti apakah yang hendak dibangun? Masyarakat sipil yang hanya sekedar dipimpin oleh sipil namun tetap melanggengkan kapitalisme atau masya rakat sipil yang anti-kapitalisme?
3 I TIK dan Keamanan Data Teknologi memang telah memberikan kemu dahan dalam hidup harian kita, baik dalam ko munikasi, pekerjaan, pendidikan, ekonomi, dsb. Namun di sisi lain ia juga menghadirkan sejum lah kerumitan dan kelemahan, apalagi kontrol terhadapnya tidak sepenuhnya di tangan peng guna. Sebut saja di antaranya faktor keamanan dan kerahasiaan data yang dimiliki. Pernyataan Eward Snowden, mantan pekerja NSA yang sem B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 21
pat menggemparkan publik dunia telah meluluh lantakkan apa yang kita sebut sebagai 'keaman an rahasia pribadi' setelah ia mengungkapkan bahwa pemerintah Amerika Serikat dengan se cara sengaja dan gampang mengcopy data-data pengguna jaringan media sosial dan data lainnya untuk kepentingan ekonomi politik mereka. Ter kait dengan hal ini, dalam JMR 2014, terdapat sa tu sesi yang secara khusus juga membahas ini. Sesi tersebut difasilitasi oleh KPLI Jogja, de ngan mengambil tema “Mobile Security”. Sesi ini mendiskusikan secara mendalam tentang bagai mana cara membangun sistem keamanan dalam penggunaaan alat komunikasi seperti smartphone untuk kepentingan pribadi ataupun komunitas. Apabila ditelusuri secara perlahan dari data pa nitia, para pengunjung dalam workshop ini ada lah orang-orang dari beragam komunitas yang merasa sangat berkepentingan dengan persoal an keamanan tersebut, khususnya karena mere ka terlibat aktif dalam gerakan sosial yang mung kin akan dianggap subversif oleh negara. Inah mi salnya, ia mengungkapkan bahwa ketertarikan nya mengikuti workshop KPLI ini dikarenakan ak tivitasnya sehari-hari berkaitan dengan proyek penyebarluasan informasi dan gerakan perbu ruhan di wilayah Banten. Dalam penyebarluasan informasi tersebut, ia dan kawan-kawan organisa sinya menggunakan media internet sebagai alat perjuangannya, dan oleh karena itu ia cukup an tusias mengikuti sesi yang difasilitasi oleh KPLI. Namun karena terbatasnya waktu dalam sesi ini, banyak catatan dari pengunjung agar sesi ini 22 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
dapat diorganisir ulang kembali. Mereka berha rap sesi dengan tema ini dapat digelar dengan waktu yang cukup agar substansi dan beberapa pengetahuan teknis terkait dengan “keamanan penggunaan mobile internet” dapat tercapai se cara maksimal.
4 I Teknologi Kreatif Dokumentasi Selain diisi oleh para fasilitator yang memiliki pengalaman dalam pemanfaatan TIK berbasis in ternet untuk pengorganisiran warga, hadir juga fasilitator lain dalam klaster inovasi ini dengan menawarkan sesuatu yang sedikit berbeda. Me reka menamai dirinya Komunitas Lubang Jarum Jogjakarta dan KOPPI. Komunitas ini menawar kan sebuah workshop dan diskusi bertemakan “Memotret dengan Kamera Kaleng Bekas”. Saat memulai presentasinya, para fasilitator mengajak para partisipan untuk melihat kembali sejarah lahirnya fotografi. Workshop ini menurut fasilita tor bertujuan untuk edukasi publik mencetak fo to dengan metode old print. Secara khusus work shop ini memberikan informasi bahwa kita bisa menggunakan bahan yang berasal dari barangbarang bekas di sekitar lingkungan kita untuk membuat kamera.
5 I Pembangunan Jaringan Infrastruktur Komunikasi Berbasis Komunitas Di tengah riuh gemuruh workshop dan diskusi klaster inovasi JMR 2014, rasanya tidak lengkap jika kita tidak melihat secara gamblang bagai
mana profil infrastruktur TIK di Indonesia. Ini se betulnya untuk memeriksa kembali apakah yang dimaksud dengan pemanfaatan TIK untuk peng organisasian warga sebanding dengan keterse diaan infrastuktur. Jikapun dengan asumsi dasar bahwa ketersediaan infrastuktur dianggap telah memenuhi apakah ia juga tergolong murah dan terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia? Pertanyaan sederhana tersebut hanya sekedar untuk menerangkan bahwa tidak bisa dimungkiri infrastruktur merupakan salah satu faktor pen ting dari suksesnya gerakan inovasi yang dari ta di telah diperbincangkan. Jika merujuk pada da ta Prof. Kallamulah Ramli (2013) tentang Profil TIK di Indonesia, didapatkan sebuah keterangan bahwa terdapat suatu kesenjangan infrastruktur yang cukup timpang, di mana dari total keselu ruhan infrastruktur yang ada, 56,5 persennya ter konsentrasi di pulau Jawa. Sementara seperti Pa pua hanya kecipratan 5 persen, Sumatera 25 per sen dan Kalimantan 12,5 persen. Data ini meng antarkan kita pada sebuah pertanyaan: bagaima na kesenjangan infratruktur tersebut akan mam pu menciptakan gerakan inovasi yang kuat di se mua wilayah Indonesia? Pertanyaan itu setidak nya sedikit terjawab oleh satu sesi dalam klaster inovasi JMR 2014, yaitu sesi yang difasilitasi oleh Komunitas OpenBTS. Fasilitator dalam sesi ini ter diri dari 2 orang, yakni Kurtis Heimerl yang telah mengembangkan OpenBTS di Papua, dan Andri Santoso dari Universitas Surya, Tangerang. OpenBTS adalah sebuah BTS GSM berbasis software open source, yang memungkinkan hand
Dari total keseluruhan infrastruktur TIK yang ada, 56,5 persennya terkonsentrasi di pulau Jawa. Sementara seperti Papua hanya kecipratan 5 persen, Sumatera 25 persen dan Kalimantan 12,5 persen.
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 23
phone GSM untuk menelepon tanpa mengguna kan jaringan operator seluler.4 Teknologi ini di kembangkan oleh Harvind Samra dan David Bur gess yang bertujuan untuk mengurangi biaya la yanan GSM di wilayah pinggiran, khususnya di negara-negara dunia ketiga. Ringkasnya Open BTS ini menurut praktisi telekomunikasi, Onno W Purbo, merupakan salah satu peluang bagi ma syarakat di daerah pedesaan agar tidak tergan tung pada operator seluler, sekaligus membantu wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh ja ringan seluler.5 Dalam paparan presentasinya, Kurtis menje laskan bahwa semakin ke Timur wilayah Indo nesia, ketimpangan infrastruktur komunikasi se makin kelihatan. Papua merupakan salah satu contoh dari kondisi tersebut. Menurutnya, masya rakat di Papua harus mengandalkan satelit agar bisa melakukan komunikasi. Kondisi inilah yang selanjutnya menghantarkan dirinya merintis dan mengembangkan OpenBTS di Papua dari sejak awal tahun 2013, sekaligus ia juga sedang ber usaha mendorong perbaikan regulasi agar pem bangunan dan kemudahan infrastruktur teleko munikasi di Papua dapat segera terbangun. Bagi nya OpenBTS ini selain telah membantu komuni 4 Diunduh dari: http://opensource.telkomspeedy.com. Lihat ju ga pengertian OpenBTS menurut Yayasan AirPutih, sebuah ap likasi yang berjalan pada platform linux yang merupakan dan perangkat lunak terbuka. 5 Lihat tulisan Aditya Panji: Onno W Purbo Pamer OpenBTS di Forum Internet Dunia, Diunduh dari http://tekno.kompas.com/ read/2013/10/22/.
24 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
Kendala yang sering datang dalam pengembangan OpenBTS adalah faktor keberlanjutan proyek, yang dalam hal ini termasuk pemeliharaan dan skill dasar yang harus dipunyai oleh komunitas pengelola.
tas lokal dalam akses informasi juga telah mem berikan manfaat serupa bagi para pendatang yang bertugas sebagai petugas pelayanan publik, se perti dokter, guru dan perawat. Walaupun demi kian, menurutnya, kendala yang sering datang dalam pengembangan OpenBTS ini adalah fak tor keberlanjutan proyek, yang dalam hal ini ter masuk pemeliharaan dan skill dasar yang harus dipunyai oleh komunitas pengelola. Saat sesi tanya-jawab dilakukan, ia mengata kan bahwa dana yang dibutuhkan untuk membu at OpenBTS ini berkisar dari 4000 dollar hingga 10.000 ribu dollar Amerika Serikat. Ia juga mena warkan suatu bantuan kepada para partisipan yang berminat untuk mengembangkan OpenBTS di wilayah-wilayah lain. Dirinya akan membantu mencarikan funding jika ada yang berminat me ngerjakan seperti yang ia lakukan, yang penting bisa membantu komunitas, ungkapnya. Dalam perkembangannya kini, ia tengah berusaha me naikkan koneksi yang ia bangun ke level 3G.
Pemaparan ini tentunya memberikan penge tahuan baru bagi siapapun yang berminat dalam inovasi TIK. Selain itu juga memperlihatkan bah wa terdapat suatu peluang untuk membangun sistem komunikasi komunitas yang bisa mengu rangi ketergantungan kita terhadap mata rantai kapitalisme komunikasi yang selama ini dikuasai oleh segelintir orang-kelompok yang bernaung di bawah korporasi-korporasi penyedia jasa la yanan komunikasi. Maka tidak ada salahnya jika untuk waktu kedepan, workshop ataupun diskusi OpenBTS ini bisa digelar kembali dengan melibat kan jaringan masyarakat sipil yang lebih luas. Di penghujung sesinya, Kurtis menjelaskan bahwa ia pernah mendapatkan satu pengalaman menarik di Papua. Dirinya sempat akan ditang kap oleh tentara saat pendirian OpenBTS, namun karena tentara merasakan manfaatnya berupa dapat menelpon murah kepada keluarga mereka di Jawa dan Sulawesi, akhirnya penangkapan itu
tidak terjadi, bahkan sebaliknya tentara melin dungi instalasi yang ia bangun. Pengalaman ini sebenarnya tidak seberuntung apa yang dialami oleh kawan-kawan Papua lainnya, yang selama ini kita ketahui bersama kerap jadi korban pe langgaran HAM oleh tentara terkait dengan ka pitalisme pertambangan raksasa di sana.
Tawaran Kerja Sama ke Depan Pertama, menciptakan ruang dialog dan bel ajar bersama antarkelompok masyarakat sipil untuk menggali ide dan gagasan dari bentuk, ka rakter serta landasan ideologis masyarakat sipil yang diinginkan. Kedua, membangun kerja sama pengetahuan dalam bidang pengelolaan TIK, khususnya komu nitas-komunitas yang melakukan kegiatan inova si TIK secara rutin. Poin ini bertujuan untuk mem pererat dan sekaligus menumbuh kembangkan gerakan solidaritas masyarakat sipil.
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 25
Advokasi Komunitas Lewat Media Komunitas Oleh Grattiana Timur, S Suprianto, Idha Saraswati
Advokasi menjadi kata kunci yang menggerakkan para pegiat komu nitas untuk berkumpul dalam Jagongan Media Rakyat 2014. Pengalam an serta upaya advokasi itu mereka bagikan lewat aneka media yang dipajang selama pelaksanaan JMR maupun melalui sejumlah diskusi. Ada berbagai isu yang diadvokasi oleh komunitas maupun lembaga peserta JMR 2014. Mulai dari isu eksploitasi sumber daya alam dan pe rusakan lingkungan yang merugikan warga, hak warga atas ruang pub lik, hak untuk mengakses dan memproduksi informasi, hak kelompok difabel, hak anak, kesetaraan gender, penyelamatan heritage dan waris an budaya, dan lain sebagainya. Komunitas Omah Kendeng, misalnya, menggelar diskusi bertema “Me lawan Kuasa Para Profesor: Politik Data, Praktik Media dan Skandal Pe nyusunan Amdal Pada Kasus Kendeng Utara”, Sabtu (25/10). Diskusi itu membedah rencana pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di dae rah sekitar Pegunungan Kendeng Utara yang dinilai tidak berdasarkan B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 27
Eksploitasi sumber daya alam dan konflik agraria saat ini tengah menjadi persoalan yang dihadapi banyak komunitas di berbagai wilayah di Indonesia.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang akurat. Untuk itu, warga di sekitar Pegunung an Kendeng telah menyiapkan data tandingan. Hingga kini, masyarakat di sekitar Kendeng Utara terus melakukan perlawanan terhadap ren cana pembangunan pabrik semen tersebut. Se bagai bentuk penolakan, bahkan kelompok pe rempuan di Desa Timbrangan dan Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Rembang telah tinggal di ten da seratus hari lebih. Tenda itu berlokasi di jalan masuk menuju lokasi pembangunan pabrik. “Mungkin tidak ada Amdal versi masyarakat? Sekarang ini kami sedang menyusun data-data tandingan. Nanti kalau sudah lengkap kami akan gugat PT Semen Indonesia di Pengadilan Tata Usa ha Negara (PTUN),” kata Gunretno, tokoh masya rakat Sedulur Sikep dari Pati yang menentang pembangunan pabrik semen. 28 I
Dokumentasi Pu rna Agenda J MR 2014
Menurut dia perlu ada keberanian dari masya rakat guna menghadang pengusaha yang mela kukan eksploitasi sumber daya alam di Pegunung an Kendeng Utara. ”Semen Indonesia yang me langgar saja berani, mosok kita yang tidak me langgar malah diam?” tegasnya. Sobirin dari Komunitas Omah Kendeng me ngatakan, banyak strategi yang dilakukan para pemilik modal untuk melegitimasi rencana pem bangunan pabrik. Misalnya dengan menyebut masyarakat di daerah Kendeng Utara miskin dan tertinggal. Itulah sebabnya beragam cara dilakukan war ga dan pihak yang mendukung untuk melakukan perlawanan atas cara-cara tersebut. Mulai dari upaya mendapatkan dukungan warga sebanyak mungkin, mengajukan gugatan di PTUN hingga mengampanyekan gerakan lewat media sosial.
Selain menggelar diskusi, Komunitas Omah Kendeng juga mengkampanyekan upaya advo kasinya melalui beragam jenis media. Stand Omah Kendeng di JMR 2014 dihias dengan aneka benda untuk mengungkapkan penolakan warga sekitar Pegunungan Kendeng terhadap rencana pendi rian pabrik semen. Ada tempelan kliping tulisan terkait penolakan terhadap rencana pendirian pabrik semen dari berbagai media cetak, ada de retan kendi (wadah air dari tanah liat) berisi air dari sejumlah mata air ada di Pegunungan Ken deng utara, juga ada aneka poster advokasi. Selain itu, stand Omah Kendeng juga membu ka lapak sablon kaus bertema penolakan terha dap pabrik semen. Dengan memberikan donasi sukarela, pengunjung bisa menyablonkan kaus nya di situ.
Perampasan Tanah Selain warga sekitar Pengunungan Kendeng yang tengah berjuang menolak rencana penam bangan bukit kapur untuk industri semen, ada banyak komunitas lain yang tengah menghadapi persoalan serupa. Ini menunjukkan bahwa eks ploitasi sumber daya alam dan konflik agraria saat ini tengah menjadi persoalan yang dihadapi banyak komunitas di berbagai wilayah di Indo nesia. Berbagai persoalan itu muncul antara lain karena perencanaan pembangunan yang hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi, namun abai pada kondisi masyarakat dan kelestarian lingkungan. Hal itulah yang dibahas dalam dis
kusi tentang Masterplan Percepatan Pembangun an Ekonomi Indonesia (MP3EI) dengan tema “Bu kan Desain Pembangunan, tetapi Skema Peram pasan Tanah Air Rakyat Indonesia”. Diskusi ini fo kus membahas kritik terhadap pola pembangun an Indonesia. Dalam diskusi yang dilaksanakan pada Kamis (23/10) ini, Dian Yanuardi selaku salah satu pe materi mengungkapkan bahwa desain pemba ngunan dalam MP3EI berujung pada perampasan tanah air. “Ini bukan desain, tetapi skema peram pasan tanah air. Praktik korporasi dijadikan de sain pembangunan,” ungkapnya. Hal ini bisa dilihat dari geliat pembangunan di Indonesia yang terkonsentrasi pada pemba ngunan infrastruktur berbasis industri. “Pemba ngunan infrastruktur selama ini bukan untuk rak yat, tetapi untuk menghubungkan pusat industri satu dengan pusat industri yang lain,” tegasnya. Proses perampasan tanah air terjadi melalui banyak mekanisme. Pertama, pulau-pulau dina mai dengan komoditas sumber daya andalan di pulau tersebut. Kedua, pembentukan dan pemang kasan regulasi yang memudahkan aliran modal, dan ketiga pembagian bok-blok produksi. Terkait dengan acara JMR yang mewadahi ba nyak komunitas media rakyat, Hendro Sangkoyo dari Sekolah Ekonomika Demokratik (SED) meng ingatkan agar suara komunitas tak menjadi per panjangan tangan aktor perampas hak rakyat. “Ja ngan gunakan kosakata lawan, jangan terjebak transmisi dari cerita para aktor saat bicara ten tang pembangunan kepada rakyat,” tegasnya. B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 29
Melalui diskusi ini, peserta diajak memahami alasan di balik lahirnya bebagai kebijakan dan progam pembangunan. Dengan menyadari ala san di balik semua itulah advokasi bisa dimulai.
Ruang Hidup Perampasan tanah dan perusakan lingkung an demi pembangunan telah menimbulkan dam pak buruk pada banyak orang. Aneka persoalan yang berhubungan dengan ruang hidup pun ber munculan. Tak hanya di wilayah pedalaman yang punya cadangan sumber daya alam dalam jum lah besar, persoalan ruang hidup akibat pemba ngunan juga dihadapi warga perkotaan. Hal itulah yang saat ini dihadapi warga Kota Yogyakarta. Derap pembangunan yang ditandai dengan bertambahnya jumlah hotel berbintang, pusat perbelanjaan, serta bertambahnya jumlah kendaraan bermotor ternyata menimbulkan ber bagai persoalan baru. Hak pejalan kaki, misalnya, menjadi terabai kan karena trotoar digunakan untuk berbagai ke pentingan. Hak kaum difabel bahkan tidak dipi kirkan. Begitu juga dengan beralifungsinya ruang publik menjadi ruang komersil. Selain itu, pem bangunan hotel di daerah resapan air yang ma rak di Kota Yogyakarta telah memicu menurun nya debit air. Akibatnya, sumur warga di sejum lah kampung mengering sehingga warga meng alami krisis air bersih. Berbagai persoalan itu mendorong gerakan “Warga Berdaya” di Kota Yogyakarta. Gerakan ini aktif mengadvokasi kepentingan publik melalui 30 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
Perampasan tanah dan perusakan lingkungan demi pemba ngunan telah menimbulkan dampak buruk pada banyak orang. Tak hanya di wilayah pedalaman yang punya cadangan sumber daya alam dalam jumlah besar, persoalan ruang hidup akibat pembangunan juga dihadapi warga perkotaan.
berbagai media, salah satunya film. Seri film ge rakan Warga Berdaya Yogyakarta itu diputar di JMR 2014 pada Minggu (26/10). Sejumlah judul film yang diputar antara lain Jogja Tetaplah Se derhana, Ora Masalah Har!, Sepeda Sunyi #RIDE inPEACE, Merthi Kutha Serangan Umum 1 Maret, Lindungi Pohon Perindang, Bocah Jogja Nagih Janji, Jogja untuk Kebhinnekaan, Global Street Project-Yogya, dan The Man Comes Around. Film-film tersebut memperlihatkan upaya war ga dalam memperjuangkan ruang publik secara mandiri, sementara di sisi lain para pembuat ke bijakan justru mengeluarkan berbagai program yang merugikan warga. Film tersebut juga me nunjukkan sisi lain Kota Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai kota pendidikan dan kota bu daya yang dikunjungi banyak wisatawan.
Berkumpul dan Berbagi di JMR 2014
Perhelatan Jagongan Media Rakyat 2014 yang berlangsung di Gedung Jogja National Museum, 23-26 Oktober lalu menjadi ajang bertemunya para pegiat dan pemerhati media komunitas. Ada banyak peristiwa dan cerita yang muncul dari pertemuan itu. Selain agenda utama seperti seminar nasional dan sejumlah diskusi maupun lokakarya, JMR 2014 juga diramaikan oleh sejumlah pegiat se ni yang menampilkan karya mereka. Selama pelaksanaan JMR, setiap sore hingga malam hari, peserta dan pengunjung JMR 2014 dihibur oleh pertunjukkan musik dan teater tradisional. Seni dengan segala bentuk nya adalah media untuk berekspresi. Itulah mengapa para pegiat seni selalu diundang untuk berpartisipasi dalam JMR 2014. Panggung pertunjukkan yang diberi nama “Panggung Tobong” ber ada di bagian tengah area JMR. Panggung tersebut dikelilingi sejumah gerai kuliner yang menjajakan aneka makanan dan minuman buatan sejumlah komunitas di Yogyakarta. Para peserta dan pengunjung JMR bisa menyantap makanan di gerai-gerai tersebut sambil menyaksikan pertunjukkan di panggung. B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 31
Secara umum, JMR 2014 mengusung prinsip terbuka, kolaboratif, ramah lingkungan dan ber kelanjutan. Meskipun tidak sempurna, prinsipprinsip tersebut coba diwujudkan dalam seluruh aspek pelaksanaan JMR 2014 mulai pemilihan tema seminar dan diskusi, tata artistik area JMR, hingga hal-hal teknis lainnya. Untuk tata artistik, prinsip itu diwujudkan de ngan menggandeng komunitas yang bergelut de ngan bahan-bahan lokal ramah lingkungan. Dari situlah muncul stand berbahan bambu dengan atap daun tebu. Penggunaan bahan-bahan sinte tis seperti plastik maupun vinil coba diminimal kan. Sebagai gantinya, tripleks dan bambu, ter masuk anyaman bambu (kreneng) digunakan un tuk membuat papan penunjuk arah, papan peng umuman, maupun aneka penghias ruangan. Untuk menghormati perokok dan non pero kok, tanda “dilarang merokok” pun dibuat berva riasi, misalnya dengan memilih kalimat “merokok boleh tapi di luar ruangan”. Hak kelompok difa bel juga diperhatikan, antara lain dengan mema sang jalur khusus kursi roda di sejumlah tangga. Jalur evakuasi beserta saran tentang hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi juga di pasang di sejumlah titik. Prinsip tersebut juga diterapkan dengan mem beri ruang pada anak-anak untuk terlibat dalam JMR 2014. Salah satunya melalui agenda lomba menulis dan menggambar kartu pos yang berte ma “Dari Anak Indoesia untuk Presiden” yang di gelar pada Minggu (26/10). Lomba tersebut diikuti tak kurang dari 70 anak, berusia 6-15 tahun. 32 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK juga menyambut kehadiran anak-anak tersebut de ngan membawa bus pembelajaran antikorupsi ke dalam area JMR. Di dalam bus terdapat media yang berisi mengenai perilaku korupsi dan nilainilai anti korupsi yang disesuikan dengan tingkat pemahaman anak-anak. Anak-anak juga dihibur oleh pembaca cerita yang menceritakan tema anti korupsi menggunakan boneka tangan.
Kejutan Pelaksanaan JMR 2014 juga menghadirkan se jumlah kejutan. Salah satunya adalah dibatalkan nya salah satu mataacara oleh pihak Kepolisian Resort Kota Yogyakarta (Lihat Polisi Batalkan Pe latihan Pembaca Kritis Media LKiS). Agenda yang dilarang kepolisian itu adalah pelatihan pemba ca kritis media bertema “Melek Media: Menang gulangi Konten Negatif Fundamentalisme Agama di Dunia Maya” yang sedianya akan diselenggara kan oleh Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) pada Jumat (24/10). Akibat pembatalan tersebut, agenda diskusi diganti dengan konferensi pers yang dihadiri se jumlah pihak, antara lain LKiS, Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta, serta Alissa Wahid dari Ko munitas Gusdurian. Pembatalan agenda diskusi yang dipandang sebagai bentuk inteloransi itu menarik perhatian media arus utama, sehingga pemberitaan tentang kejadian itu menyebar di berbagai media, termasuk media sosial. Kejutan lainnya datang pada hari ketiga, atau Sabtu (25/10) petang. Di tengah keramaian JMR
Polisi Batalkan Pelatihan Pembaca Kritis Media LKiS Oleh S Supriantho I Dimuat di Buletin JMR 2014, Sabtu 25 Oktober 2014 Pelatihan pembaca kritis media dengan tema “Melek Media: Me nanggulangi Konten Negatif Fun damentalisme Agama di Dunia Maya” yang rencananya disampai kan oleh Yayasan LKiS pada Ja gongan Media Rakyat, Jumat (24/ 10), dibatalkan. Keputusan itu di ambil setelah pihak Kepolisian Ko ta Yogyakarta menolak pelaksana an agenda tersebut. Dalam konferensi pers yang di adakan terkait pembatalan agen da tersebut, Imung Yuniardi yang mewakili panitia Jagongan Media Rakyat (JMR) menjelaskan krono logi penolakan. “Kamis (23/10), Polsek Wirobrajan meminta pani tia berkoordinasi dengan Kasat In tel Polresta Yogyakarta. Dalam ko ordinasi tersebut pihak kepolisian
menyatakan menolak pelaksanaan diskusi LKiS,” tuturnya. Penolakan pihak kepolisian tertuang dalam surat resmi yang ditandatangani oleh Kepala Satu an Intelkam Kepolisian Kota Yog yakarta Komisaris Polisi Sigit Hari adi. Di surat bertanggal 23 Okto ber itu, tertulis kepolisian meno lak pelaksanaan pelatihan LKiS karena telah beredar pesan broad cast penolakan acara tersebut oleh ormas Islam yang dianggap bisa menimbulkan konflik. Koordinator Program LKiS Ha fizen menjelaskan jika pelatihan tersebut dilakukan dalam rangka literasi media. Fokus pelatihan adalah memberi pemahaman ke pada anak muda agar mereka bisa memilih dan memilah informasi
2014, sutradara Nia Dinata beserta aktor Lukman Sardi tiba-tiba turut masuk ke dalam gedung. Me reka sengaja hadir untuk turut meramaikan pe mutaran film berjudul “Nyalon” karya sutradara Ima Puspita Sari yang diselenggarakan oleh Ko munitas Kampung Halaman.
yang ada di media online. Pelatih an semacam ini juga telah dilaku kan dengan banyak lembaga pen didikan, dan tidak pernah ada ma salah maupun penolakan. Alissa Wahid dari komunitas Gusdurian yang hadir dalam kon ferensi pers tersebut menyayang kan keputusan pihak kepolisian. Tindakan itu bertentangan dengan konstitusi negara, terutama jika merujuk pada Undang-undang Nomor 9 tahun 1998 tentang Ke merdekaan Menyampaikan Pen dapat di Muka Umum. Menurut dia, pembatalan ini menambah daftar kasus intoleran si di Yogyakarta. “Kepolisian seha rusnya bisa menjalankan misinya untuk melindungi, melayani, dan menegakkan hukum,” ujarnya.
Kehadiran dua figur publik itu menarik perha tian sejumlah peserta dan pengunjung JMR. Usai pemutaran film, sejumlah pengunjung meminta berfoto dengan keduanya. Foto selfie bersama Nia Dinata maupun Lukman Sardi pun menyebar di media sosial. B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 33
Dokumentasi
I A ksi Para Pengunjung
Sutradara Nia Dinata dan aktor Lukman Sardi menghadiri nonton bareng film "Nyalon" yang merupakan salah satu acara JMR 2014 (25 Oktober) di Yogyakarta.
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 35
I A ksi Para Pengunjung
36 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
I A ksi Para Pengunjung
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 37
I A ksi Para Narasumber
Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto menjadi pembicara utama dalam seminar nasional Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan Berbasis Komunitas.
38 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
I A ksi Para N arasumber
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 39
I A ksi Para Seniman
Pertunjukan seni tradisional Daduk Awuk dalam rangkaian acara JMR 2014 yang digelar pada 25 Oktober di Yogyakarta .
40 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
I A ksi Para S eniman
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 41
I A ksi Para Relawan
Para relawan yang bekerja bahu membahu dalam menyukseskan rangkaian acara Jagongan Media Rakyat 2014
42 I
Dokumentasi Pu rna Agenda J MR 2014
I A ksi Para Relawan
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 43
I Rupa-rupa J M R
Suasana lomba menggambar dan menulis kartu pos untuk anak di JMR 2014.
44 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
I Rupa-rupa J M R
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 45
I Tanda Informasi
Informasi dan penanda pada JMR 2014 dibuat dari bahan-bahan yang ramah lingkungan, termasuk denah seperti yang terlihat pada gambar ini.
46 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
I Tanda Informasi
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 47
Publikasi
JMR 2014 Dalam Angka
51
diskusi dan workshop
34
Sesi Pemutan dan Diskusi Film
5
Stan Pameran Seni
Sesi Pertunjukan Seni
4
Stan Kuliner
6
30
Stan Pameran Lembaga dan Komunitas
2500-an
50-an
70-an
Orang pengunjung
Relawan
Artikel Liputan Media
5.244
9.733
kicauan #JMR2014 (Oktober 2014)
pengakses jmr2014.combine.or.id (selama Oktober 2014)
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 49
Jurnalis Indonesia (AJI) Bambang Mu
berbicara dalam diskusi “Jurnalis Wa
Hukum“ yang diselenggarakan d
Jagongan Media Rakyat, Jumat (24/ National
Museum,
Yogyakarta
journalism dalam menyebarkan info
benar perlu melakukan verifikasi,” ka
Menurut dia, tujuan dar
warga adalah memberikan informasi
kepada warga. Untuk itu pelaksana boleh sembarangan, karena jika
I Buletin
disampaikan tidak benar dampakny
Hal tersebut juga diperlukan untuk m
adanya tuntutan hukum, terlebih la ada UU Nomor 11 Tahun 2008
(Informasi dan Transaksi Elektronik
menjerat penyebar informasi berbas kapan saja.
mr
2014
talan
ini
eransi
di
nya
kabar jmr 2014
Sabtu, 25 Oktober 2014
k abar jmr 2014
Edisi
(Sambungan dari halaman 1)
Sabtu, 25 Oktober 2014
berbeda
Diterbitkan dalam rangka
dengan
pengertian
jurnalisme
sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 40
Jagongan Media Rakyat
Tahun 1999 tentang Pers.
23 – 26 Oktober 2014.
sebagai
dampak
perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Jurnalisme
Tidak Ada Payung Hukum, Jurnalisme Warga Aman “Bermain” Etika (Halaman 1-2)
bisa
melindungi,
Pemilu, Politisi Kuasai Frekuensi Publik
Polisi Batalkan Pelatihan LKiS
(Halaman 3)
(Halaman 2)
ujarnya.
warga lebih unggul dibanding media cetak dari
Pemanfaatan TIK oleh Perempuan Pelaku Usaha Minim
segi aktualitas, meskipun konten yang dihasilkan belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Untuk menyiasati tidak adanya payung hukum, maka cara aman bagi jurnalis warga adalah “bermain” di ranah etika. Jika pers
(Halaman 4)
memiliki berbagai kode etik jurnalisme yang disusun oleh berbagai macam aliansi jurnalis dan Dewan Pers, maka jurnalis warga pun tidak boleh luput memperhatikan etika. Basri Andang, pegiat media komunitas yang menjadi peserta diskusi menilai media Meski saat ini belum ada komunitas lebih sampai berani memberitakan dibanding
ketentuan hukum yang media mainstrem. “Tetapimenaungi kami tidakjurnalisme dilindungi warga, aktivitas hukum,” ujarnya.jurnalisme warga tidak lantas
Tidak Ada Payung Hukum, Jurnalisme Warga Aman “Bermain” Etika
Minim
perempuan
menjadi
“haram” `Kondisi selama semacametika itu jurnalistik membuat diperhatikan. kebebasan dalam berekspresi terkekang. itu dipaparkan pengurus Aliansi Apalagi Hal kebebasan berekspresi itu tidak bisa Jurnalis Indonesia (AJI) Bambang diperjuangkan dengan UU HAM, Muryanto karena UUsaat Pers berbicara dalam diskusi “Jurnalis di Mata dan UU ITE memuat aturan yangWarga lebih mengikat Hukum“ diselenggarakan dalaminformasi acara terkait yang kegiatan jurnalisme dan Jagongan Media Rakyat, Jumat (24/10) di Jogja elektronik. Hal tersebut tak pelak mendatangkan National Museum, Yogyakarta. “Citizen pertanyaan terkait bagaiamana seharusnya journalism dalam menyebarkan informasi yang jurnalisme warga dilakukan. benar perlu melakukan verifikasi,” katanya.
Oleh : Eva Natalia
GM
Arie
pemateri
mberdayaan
diperhatikan.
sangatlah
Jurnalis Indonesia (AJI) Bambang Muryanto saat
kesetaraan,
berbicara dalam diskusi “Jurnalis Warga di Mata
mendukung
n negara.
gung Tobong
Hak
Asasi
Manusia,
mengungkapkan bahwa kampanye
“Kamis (23/10, Polsek Wirobrajan meminta
media televisi dilakukan di tiga
panitia berkoordinasi dengan Kasat Intel Polresta
pemberitaan, iklan politik dan pr
sebagai
dampak
perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Jurnalisme
(Bersambung halaman 2) segi aktualitas,ke meskipun konten yang dihasilkan belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Untuk menyiasati tidak adanya payung hukum, maka cara aman bagi jurnalis warga adalah “bermain” di ranah etika. Jika pers memiliki berbagai kode etik jurnalisme yang disusun oleh berbagai macam aliansi jurnalis dan Dewan Pers, maka jurnalis warga pun tidak
Menurut dia, tujuan dari jurnalisme
boleh luput memperhatikan etika. Basri Andang, pegiat media komunitas
warga adalah memberikan informasi yang benar
yang menjadi peserta diskusi menilai media
kepada warga. Untuk itu pelaksanaannya tidak
media mainstrem. “Tetapi kami tidak dilindungi
komunitas lebih berani memberitakan dibanding hukum,” ujarnya.
boleh sembarangan, karena jika berita yang
`Kondisi kebebasan
semacam
dalam
itu
berekspresi
membuat terkekang.
disampaikan tidak benar dampaknya bisa fatal.
Apalagi kebebasan berekspresi itu tidak bisa
Hal tersebut juga diperlukan untuk menghindari
dan UU ITE memuat aturan yang lebih mengikat
adanya tuntutan hukum, terlebih lagi sekarang
elektronik. Hal tersebut tak pelak mendatangkan
ada UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE
jurnalisme warga dilakukan.
diperjuangkan dengan UU HAM, karena UU Pers terkait
kegiatan
pertanyaan
terkait
jurnalisme
dan
bagaiamana
informasi seharusnya
Pelatihan
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
secara
Pilpres 2014. Penyebab fenomena itu adalah
pihak
Yayasan LKiS pada Jagongan Media Rakyat,
afiliasi partai politik dengan pemilik media
disajikan
Jumat (24/10), dibatalkan. Keputusan itu diambil
frekuensi
publik.
Namun
kepentingan
setelah
teknologi
informasi
dan
Kota
Yogyakarta
menolak pelaksanaan agenda tersebut. Dalam konferensi pers yang diadakan
perkembangan
dengan
MataMassa kecurangan
komunikasi
Hal itu jelas merugikan publik sebagai frekuensi.
media
tidak
publik
Sebab
apa
berorientasi
melainkan
yang untuk
kepentingan
bisa
partainya. Isu publik pun diabaikan karena
dimanfaatkan publik untuk membangun media
substansi berita lebih banyak untuk kepentingan
sendiri guna memantau jalannya pemilu.
kampanye. Hal ini jelas terlihat ketika sejumlah
Ria, salah satu peneliti Centre for
terkait pembatalan agenda tersebut, Imung
Policy
&
Governance
(CIPG)
stasiun televisi menayangkan berita tentang
Yuniardi yang mewakili panitia Jagongan Media
Innovation
Rakyat (JMR) menjelaskan kronologi penolakan.
mengungkapkan bahwa kampanye politik di
“Kamis (23/10, Polsek Wirobrajan meminta
media televisi dilakukan di tiga lini, yaitu
pemberitaan yang berimbang terkait Pemilu
panitia berkoordinasi dengan Kasat Intel Polresta
pemberitaan, iklan politik dan program non
telah merusak fungsi media massa sebagai
Yogyakarta. Dalam koordinasi tersebut pihak
berita. Menjelang pemilu, semua lini tersebut
medium pendidikan politik. Fungsi media untuk
kepolisian menyatakan menolak pelaksanaan
dimanfaatkan pemilik media untuk melakukan
mengawasi jalannya pemilu pun hilang.
pemilu. Kegagalan
televisi
menghadirkan
diskusi LKiS,” tuturnya. Penolakan pihak kepolisian tertuang dalam surat resmi yang ditandatangani oleh Kepala
Satuan
Intelkam
Kepolisian
surat bertanggal 23 Oktober itu tertulis bahwa kepolisian menolak pelaksanaan pelatihan LKiS karena telah beredar pesan broadcast penolakan acara tersebut oleh ormas Islam yang dianggap berpotensi menimbulkan konflik. Koordinator Program LKiS Hafizen
banyak lembaga pendidikan, dan tidak pernah ada masalah maupun penolakan. (Bersambung ke halaman 4)
1
Pemantauan oleh massa
Kota
Yogyakarta Komisaris Polisi Sigit Hariadi. Di
lain
para pemilih difabel ketika mereka melakukan
mendorong Aliansi Jurnalis Independen dan iLab
proses pemungutan suara. Ahmad menegaskan
mengembangkan “MataMassa”, sebuah aplikasi
bahwa penggunaan aplikasi ini cukup efektif
yang dapat diunduh di telepon selular berbasis
untuk meningkatkan pemantauan kecurangan
iOS,
pemilu.
Kondisi
ULASAN FILM
Android
itulah
maupun
yang
antara
Blackberry.
Ahmad
Suwandi dari iLab mengungkapkan, MataMassa
Rey, perwakilan dari Jaringan Radio
adalah aplikasi yang ditujukan untuk memantau
Komunitas Indonesia (JRKI) menyepakati hal
pemilihan legislatif dan presiden. “Matamassa
tersebut.
memverifikasi dan memvalidasi setiap laporan
menjadi
pemantauan
Menurutnya alat
untuk
Mata
Massa
menjawab
dapat
pertanyaan
pemilu,
“kemana saya harus melapor ketika mendapati
mempublikasikannya ke situs MataMassa, lalu
kecurangan dalam pemilu”. Tetapi yang masih
secara
menjadi ganjalan adalah kemudahan dalam
terhadap
sistematis
kecurangan
masuk
dalam
notifikasi
menggunakan sistem ini, terutama bagi pemilih
Bawaslu,” ungkapnya. MataMassa kecurangan
dalam
banyak pemilu.
Salah
memotret
kecuranga
masuk
dalam
dalam
banyak pemilu.
Sala
keterlibatan petugas pemilu untuk m
National Museum, Yogyakarta, Jumat (24/10). pemilik
sistematis
Bawaslu,” ungkapnya.
rangkaian Jagongan Media Rakyat di Jogja
Dunia Maya” yang rencananya disampaikan oleh
terhadap
mempublikasikannya ke situs Mata
ada masalah maupun penolakan.
massif dilakukan dalam Pemilu Legislatif dan
menjelaskan jika pelatihan tersebut dilakukan
2
pemantauan
(Bersambung ke halaman 4)
Konten Negatif Fundamentalisme Agama di
dalam rangka literasi media. Fokus pelatihan Foto 1 (Fotografer Indra) adalah memberi pemahaman kepada anak muda Suasana Workshop “Jurnalis Warga di Mata Hukum” oleh agar mereka bisa memilih dan memilah informasi COMBINE & Suara Komunitas dalam rangkayang Jagongan Media ada di media online. Pelatihan semacam ini Rakyat, Jumat (24/10). juga telah dilakukan bekerjasama dengan Foto 2 (fotografer Lingga) Alissa Wahid
media
Blackber
memverifikasi dan memvalidasi set
tentang politisasi media yang diadakan pada penggunaan
maupun
pemilihan legislatif dan presiden. “
dari undang-undang,” ujar Ria dalam diskusi
Fenomena
media
Android
adalah aplikasi yang ditujukan untuk
kampanye politik. “Mereka memanfaatkan celah
kritis
a
Suwandi dari iLab mengungkapkan,
Koordinator Program LKiS Hafizen
frekuensi publik untuk kampanye politik sangat
Kepolisian
iOS,
berpotensi menimbulkan konflik.
kabar jmr 2014
Oleh : Grattiana Timur
pembaca
yang
yang dapat diunduh di telepon selu
acara tersebut oleh ormas Islam yang dianggap
Sabtu, 25 Oktober 2014
itulah
mengembangkan “MataMassa”, seb
karena telah beredar pesan broadcast penolakan
dengan tema “Melek Media : Menanggulangi
pihak
Kondisi
ULASAN FILM
mendorong Aliansi Jurnalis Independ
surat bertanggal 23 Oktober itu tertulis bahwa dianggap sebagai jurnalisme yang tidak utuh, kepolisian menolak pelaksanaan pelatihan LKiS
bekerjasama
Governan
Pemantauan oleh
Kepala Satuan Intelkam Kepolisian Kota menyangkut kebebasan berekspresi. Kondisi Yogyakarta Komisaris Sigit Hariadi. tersebut membuat praktikPolisi jurnalisme warga Di
dilakukan
&
dimanfaatkan pemilik media untuk
Penolakan pihak dengan Undang-undang Nomorkepolisian 39 Tahun tertuang 1999 dalam surat ditandatangani tentang Hak resmi Asasi yang Manusia, terutamaoleh
telah
Policy
berita. Menjelang pemilu, semua
Yogyakarta. koordinasi tersebut pihak TerkaitDalam dengan aturan hukum, kepolisian menyatakan pelaksanaan Bambang menilai absennyamenolak ketentuan hukum diskusi LKiS,” Jurnalisme tuturnya. Warga kontradiktif yang menaungi
Pemilu, Politisi Kuasai Frekuensi Publik
Oleh : Spectrum Supriantho
dianggap sebagai jurnalisme Padahal jurnalisme warga kini semakinyang tidak utuh,
benar perlu melakukan verifikasi,” katanya.
50 I
kabar jmr 2014
terutama
tersebut membuat praktik jurnalisme warga sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Ria, salah satu peneliti Innovation
Rakyat (JMR) menjelaskan kronologi penolakan.
kapan saja.
Polisi Kondisi Batalkan menyangkut kebebasan berekspresi. Pelatihan LKiS berbeda dengan pengertian jurnalisme
journalism dalam menyebarkan informasi yang
kapan saja.
Alissa Wahid
ada UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE
(Sambungan dari halaman 1)
“Citizen
menjerat penyebar informasi berbasis elektronik
Dalam konferensi pers yang diadakan Yuniardi yang mewakili panitia Jagongan Media
(Informasi dan Transaksi Elektronik) yang bisa 2 menjerat penyebar informasi berbasis elektronik
aturan
sendiri guna memantau jalannya pem
terkait pembatalan agenda tersebut, Imung
hukum,
dengan
per
komun
dimanfaatkan publik untuk memba
menolak pelaksanaan agenda tersebut.
Bambang menilai absennya ketentuan hukum
Jagongan Media Rakyat, Jumat (24/10) di Jogja
(Informasi dan Transaksi Elektronik) yang bisa
Yogyakarta
banyak lembaga pendidikan, dan tidak pernah
warga lebih unggul dibanding media cetak dari
Yogyakarta.
dan
Kota
juga
Hukum“ yang diselenggarakan dalam acara Museum,
Namun
informasi
Kepolisian
(fotografer Lingga) hukum, terlebih lagi sekarang adanya tuntutan
populer
National
publik.
teknologi
pihak
Hal tersebut juga diperlukan untuk menghindari
Sabtu, 25 Oktober 2014
Hal itu dipaparkan pengurus Aliansi
frekuensi
setelah
yang ada di media online. Pelatihan semacam ini
tentang
Menurutnya,
afiliasi partai politik dengan pem
Jumat (24/10), dibatalkan. Keputusan itu diambil
disampaikan tidak benar dampaknya bisa fatal.
dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
jurnalistik
Yayasan LKiS pada Jagongan Media Rakyat,
agar mereka bisa memilih dan memilah informasi
yang menaungi Jurnalisme Warga kontradiktif
etika
Pilpres 2014. Penyebab fenomena
adalah memberi pemahaman kepada anak muda
menjadi
selama
massif dilakukan dalam Pemilu Le
Dunia Maya” yang rencananya disampaikan oleh
dalam rangka literasi media. Fokus pelatihan
Terkait
penggunaa
frekuensi publik untuk kampanye p
Konten Negatif Fundamentalisme Agama di
menjelaskan jika pelatihan tersebut dilakukan
Foto 2
Fenomena
media
Menurut dia, tujuan dari jurnalisme
warga, aktivitas jurnalisme warga tidak lantas “haram”
kritis
boleh sembarangan, karena jika berita yang
Meski sampai saat ini belum ada ketentuan hukum yang menaungi jurnalisme
pembaca
kepada warga. Untuk itu pelaksanaannya tidak
ngan, dan
i.
Pelatihan
dengan tema “Melek Media : Menanggulangi
warga adalah memberikan informasi yang benar
ah tangga,
at terbatas
Oleh : Grattiana Timur
Oleh : Spectrum Supriantho
Padahal jurnalisme warga kini semakin populer
Sabtu, 25 Oktober 2014
Pemilu, Politisi Ku Frekuensi Publik
Polisi Batalkan Pelatihan LKiS
yang tinggal di pedesaan.
satunya
keterlibatan petugas pemilu untuk menemani 3
I website www. jmr2 01 4 .combine .or .id
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 51
I Lalu Lintas I nformasi
Lalu lintas pengunjung web jmr2014. combine. or.id
Lalu lintas informasi #jmr 2014 di twitter
52 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
I Lalu Lintas I nformasi
Jangkauan twitter @combneri selama JMR 2014
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 53
I K liping M edia
54 I
Dokumentasi Pu rna Agenda J MR 2014
I K liping Media
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 55
I K liping M edia
56 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
I K liping Media
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 57
I K liping M edia
58 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
I Youtube
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 59
Jumat, 24 Oktober 2014
Kamis, 23 Oktober 2014
I Jadwal Acara
60 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
Cluste r D iskusi/ Wo r ksh op
Advokasi Kebijakan Inovasi Teknologi Pertunjukan Seni Seminar Nasional Literasi Media Pemutaran Film
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 61
Sabtu, 25 Oktober 2014
Jumat, 24 Oktober 2014
I Jadwal Acara
62 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
Cluste r D iskusi/ Wo r ksh op
Advokasi Kebijakan Inovasi Teknologi Pertunjukan Seni Seminar Nasional Literasi Media Pemutaran Film
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 63
Minggu, 26 Oktober 2014
Sabtu, 25 Okt
I Jadwal Acara
64 I
Dokumentasi Purna Agenda J MR 2014
Cluste r D iskusi/ Wo r ksh op
Advokasi Kebijakan Inovasi Teknologi Pertunjukan Seni Seminar Nasional Literasi Media Pemutaran Film
B e r ku mp u l , B e rbag i , B e r g e ra k
I 65
I Panitia Kegiatan ini diselenggarakan oleh Combine Resource Institution (CRI) bekerja sama dengan sejum足 lah organisasi dan komunitas yang aktif di ranah media rakyat. Sebuah tim kerja kepanitiaan diben足 tuk untuk mengkoordinasikan proses persiapan dan pelaksanaan acara JMR 2014. Tim ini terdiri atas kepanitiaan inti dari CRI dan kepanitiaan bersama dengan organisasi atau komunitas mitra penye足 lenggara dan para relawan. Pa n i t i a I n t i Penanggung Jawab: Akhmad Muharam Koordinator Pelaksana: Muhamad Amrun Sekretaris: Yustina Yuliani, Maryani Administrasi & Keuangan: Mary T. Prestiningsih, Anton Hadiyanto Acara: Elanto Wijoyono, Aris Harianto, M. Afandi Seminar Nasional: Hernindya Wisnuadji Relawan: Ferdhi Fachrudin Putra, Fatchur Rahman Pemasaran: Badrudin, Duala Oktoriani Konsumsi dan Akomodasi: Ulfah Hanani, Rosa Rosanti Artistik: Ichwan Harmanto, Irman Ariadi Media & Dokumentasi: Idha Saraswati, Andrew Dananjaya, Imung Yuniardi, Bagus T. Nugroho, Kadon Rizka Himawan Logistik: Totok Hartanto, Zani Noviansyah, Gandung Triono, Arif Fatchul Huda, Isnu Suntoro
66 I
Dokumentasi Pu rna Agenda J MR 2014
R e l awa n Sekretariat: Bayu Arif Septiawan, Wimpi Pardede (Sekretariat) Keuangan: Diyah Arini Lestari Konsumsi & Akomodasi: Angela Debora, Joko Sugiarto, Hastika Darmawati, Mahbub Arif, Manggala Pramuditya Artistik & Dekorasi: Siti Aminah Pemandu Acara: Gisela Bertiantari, Lusia Febriana Arumingtyas, Leo Agung Bayu Wijanarko, Veronika Shelvia, Dinar Retno Arsanti, Rio Paulus, Susanto Shidi Vhisatya, Treas Anhira, Yeni. Salma Durroh, Agus Saptono Reporter: Eva Natalia Rino K, Grattiana Timur, Ilham Bagus Prastiko, Irine Wardhanie, Suprianto Fotografer: Indra Yoga Adiarsa, Lingga Pratama Uliantara, Luth Santos Setiaji, Luthfi Jati Ramdani Videografer: Dama Yuninata, Ismail Logistik: Andrean Eka S, Pandu, Tirta Hardi P Admin Media Sosial: Aris Setyawan Pembawa Acara: Herni Putrianti, Maria Silvia Merry, Rere, Rizka PH, Sukma Hani Sekretariat Seminar Nasional: Ferry Wijayanto, Wiwit Notulis: Adriansyah M Puasa, Ayu Saraswati, Devy DC, Khalimatu Nisa, Luthfi Fauziah, Merti Dina Nisa, Ngalimin, Sandria Komalasari, Santa Monica, Yanti, Yuliyanti
T e r i ma Ka s i h K e pa d a Adriansyah M Puasa Ade Tanesia & Sitar Tambun Adriani Zulivan Agus Saptono (Mudrik) Agustian AJI Yogyakarta Aksara Aliansi Relawan untuk Penyelamatan Alam (AruPA) Ambar Sari Dewi Andra Project Andrean Eka S Angela Debora Angkringan ANSA – EAP Antok Suryaden Anton Raharja Arie Sujito Aris Setyawan ASPPUK Ayu Saraswati Bakmi Kopyok Code Bakso Wiwit Bambang Widjojanto Bank Mandiri Bayu Arif Septiawan Biyanto Rebin Bjong Blontank Poer Bosman Batubara BPR Swadarma Artha Nusa BPR Swadarma Bangun Artha Brilian Chrystelina GS CIPG Cipta Media Seluler Dadung Awuk Dama Yuninata Darmanto Dendang Kampungan Devy Dc Dhandy Laksono Dian Yanuardi Dinar Retno Arsanti Dinita Adriani Putri Diyah Arini Lestari Diyana Mufti Muhammad Donny BU Dr. Maria Silvia Merry M.Sc Dunia Tak Lagi Sunyi (DTLS)
Eko Teguh Paripurno Enda Nasution Esti Wijayanti Eva Natalia Rino Kusumaningrum Fahmi Prihantoro Fajri Siregar Fajri Siregar Family Tree Education and Counseling Center Development Ferry Wijayanto Firsta Ford Foundation Forum Masyarakat Sipil (FORMASI) Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) DIY Froghouse Frog Music Lab Gejog Lesung Gerombolan Pemburu Batu (Bol Brutu) Ginda Rahmita Sari Gisela Bertiantari Gladys Selosa Grattiana Timur Gunawan Gunretno Handicap International Handri Santoso Hastika Darmawati Heidi Arbuckle Hendro Sangkoyo Hendro Suparto Herni Putrianti Heru Tjatur HIVOS ICT Watch Ikatan Duta Museum Yogyakarta Ilab Ilalang Zaman Ilham Bagus Prastiko Inaya Rakhmani Indah Nurmasari Indonesian Heritage Inventory (IHI) Indra Yoga Adiarsa Innovative Youth Community Majalengka
INSIST Press Irine Wardhanie Ismail Isrol Triono Jaringan Informasi Lingkar Merapi (JALIN Merapi) Jaringan Perempuan Yogyakarta Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) JHPIEGO JINGGA Media (Pusat Ana lisis dan Pengembangan Media Komunitas) Jogja Family Radio Jogja National Museum Jogja Update Joglo Abang Johan Budi SP Joko Sugiarto Kali Code Fest Kampung Halaman Kanal KPK Kanisius Karim Kelompok Penggerak Linux Indonesia (KPLI) Yogyakarta Khalimatu Nisa Koalisi Perempuan Indonesia Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Komunitas Aman Komunitas Kamera Lubang Jarum (KLJ) Jogja Komunitas Penggerak Linux Indonesia (KPLI) Yogyakarta Kurtis Heimerl Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) Leo Agung Bayu Wijanarko Leonardus K. Nugraha Lingga Pratama Uliantara Lukman Sardi Lusia Febriana Arumingtyas Lutfi Avianto Lutfi Retno Luth Santos Setiaji Luthfi Fauziah Luthfi Jati Ramdani
Mahbub Arif Manggala Pramuditya Masduki Masyarakat Peduli Media (MPM) Mavaza Media Media Komunitas Angkringan Media Legal Menjangan travel Merti Dina Nisa Mitra Wacana Mokhammad Sobirin Nanang Syaifudin Ngaliman Nia Dinata OHHMAGGOD Omah Kendeng Omah Kodok Spesial Teh & Resto Open BTS Pandu Pemuda RW XI Gondolayu Lor Perkumpulan IDEA Perkumpulan Wikimedia Indonesia PKBI DIY (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) PNPM Support Facility (PSF) Priharsa Nugraha PT Sebangsa Putri Yunifa Putri Yunufa Qwords.com Radio Buku Radio Satunama 855 AM Rahmat Subiyakto Remotivi Rere Rio Paulus Rizka PH Roy Thaniago Rumah Blogger Indonesia Rumah Kartini Rumah Perubahan LPP Sahabat Kapas Salma Durroh Sandria Komalasari Sanggar Anak Kampung Indonesia (SAKI)
Santa Monica Satu Dunia SEATTI Sekolah Raya SEMPUGI Septriana Tangkary Shita Laksmi SIGAB (Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel) Sinam M. Sutarno Siska Doviana Siti Aminah Suara Komunitas Sukiman M. Pratomo Sukma Hani Sunarjo Suprianto SURVIVE! Garage Suryaden Susanto Shidi Vhisatya Suwandi Ahmad Swaragama FM Tala Mariam Taring Padi Tirta Hardi P Tlatah Bocah Travel Blogger Indonesia Treas Anhira UCP Roda Untuk Kemanusiaan (UCP RUK) UII NET UNDP – MRR Veronika Shelvia Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yogyakarta Wahyu Sulastomo Warga Berdaya Yogyakarta Warung kopi Watchdoc Widodo Wirawan Wikimedia Indonesia Wimpi Pardede Wiwit Yanti Yanuar Nugroho Yeni Yohannes Supramono Youth Finance Indonesia Yuliyanti Yusuf Murtiono.
Kami memohon maaf sebesar-besarnya jika ada nama lembaga/komunitas/perorangan pendukung JMR 2014 yang belum tercantum dalam daftar.