Sejarah Kotatua dalam Goresan Warna

Sejarah Kotatua dalam Goresan Warna

Damarrumi RidhaGusti

Sejarah Kotatua dalam Goresan Warna

Copyright DamarrumiRidhaGusti, 2017 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang memperbanyak sebaian atau seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari pengarang.

Editor: Damarrumi RidhaGusti Ilustrator: Damarumi RidhaGusti Layouter: Damarrumi RidhaGusti

54 halaman, 21 cm x 21 cm Jl.Bendungan Wlingi no. 22 Lowokwaru, Kota Malang 65145 Telp : 081249698961 email : damarrumiridhagusti@gmail.com

01

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Daftar Isi Kata Pengantar

6

Sekilas Sejarah Jakarta

7

Peta Zona 2 (zona inti)

9

11

Museum Bank Indonesia

13

15

Bank Mandiri (ex- Bank Bumi Daya)

Museum Bank Mandiri

Indische Escomto maatschappij

17

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 02

19

Kantor Pelayanan Pajak

Toko Merah

21

23

Athena Discotheque (Gedung 1927)

Ex-Kantor Tjipta Niaga 25

27

Gedoeng Jasindo

29

31

02|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Dasaad Musin Concern

Cafe Batavia

Museum Wayang

33

35

Historia Cafe and Bar

Kedai Seni Djakarte 37

39

Museum Fatahillah

Kantor Pos Indonesia 41

43

Bank BNI 46

Museum Seni Rupa dan Keramik

45

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 04

47

Stasiun Jakarta Kota

Penutup

Daftar Pustaka

05|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

49

52

54

Bank Mandiri

Kata Pengantar

Sejarah bergambar menampakkan masa lalu dengan lebih hidup dan membantu membayangkan apa yang berlangsung ratusan tahun yang lalu. Gambar berbicara lain daripada huruf. Untuk zaman sebelum orang membuat foto di Batavia, kita tergantung pada lukisan. Buku katalog berbasis ilustrasi ini menyajikan beberapa gedung tua yang memiliki sejarah tersendiri, yang masih dapat kita lihat di Jakarta sekarang ini .

Dengan mengenal tempat bersejarah serta latar-belakangnya, ‘seribu wajah Jakarta’ tampak dari balik gedung-gedung modern, yang berwajah sama saja seperti gedung yang dibangun pada zaman sekarang di seluruh Asia Tenggara. Suatu kota yang hidup seyogyanya menampilkan proses perkembangannya dan berusaha supaya arsitektur lama tetap berperan aktif dan tetap berharga dalam masyarakat sekarang.

Walaupun Jakarta berkembang cepat dan berubah, kampung kumuh, gubuk di tepi kali dan rel kereta api masih ada. Daerah pecinan (Glodok), Condet, sebagai kampong orang Batavia, Tugu untuk Mardijker, kampong Arab dan orang Bombay (India) masih dapat kita jumpai. Beberapa gedung bersejarah—bahkan dari abad ke-17 —masuk dalam kategori cagar budaya dan semestinya jangan dibiarkan terbengkalai atau dibongkar.

Buku ini bertujuan untuk membantu pengoptimalan program revitalisasi bangunan cagar budaya Kotatua Jakarta yang dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI dan konsorsium swasta JOTRC (Jakarta Old Town Revitalization Corporation) dengan cara memberikan informasi sejarah yang tersusun secara terstruktur kepada pemilik bangunan tua atau bangunan cagar budaya, investor, dan masyarakat luas pada umumnya.

Pengarang berharap ilustrasi dalam buku ini dapat menyampaikan gambaran baik tentang masa lalu kota Jakarta, dan dapat disukai oleh pembaca.

Malang, 31 Mei 2017 Damarrumi RidhaGusti

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 06

Sekilas Sejarah Jakarta

Selama sejarahnya Jakarta dikenal dengan tiga nama berbada: Sejak abad ke-14 kota ini disebut Sunda Kalapa, “suatu Bandar bagus sekali dan paling penting� untuk Kerajaan Pajajaran.*tidak lama setelah Tome Pires mengunjungi Sunda Kelapa (1513), pasukan Sultan Demak merebut dan membumihanguskan kota itu (1526/7).

Di atas puingnya tumbuh kota baru, yaitu Jayakarta yang kemudian disebut Batavia (1619-1942). **

Uraian tentang berbagai monumen dan bangunan yang bersejarah berpangkal-tolak dari tempat bermulanya kota Jakarta. semua data sejarah menunjuk ke daaerah kota, yakni ke kawasan di tepi barat Sungai Ciliwung kurang lebih delapan ratus meter di sebelah selatan pasar ikan. Disitulah ditanam benih yang berkembang menjadi kota metropolitan Jakarta Raya, yang sekarang dihuni lebih dari sepuluh juta penduduk.

Prasasti Tugu dari abad ke-5 merupakan saksi tertua sejarah Jakarta. Hampir selama seribu empat ratus tahun prasasti ini tertanam di desa Batu Tumbuh dekat Tugu, Jarata Utara.

Sunda Kalapa dihancurkan oleh Fatahillah (1527). Nama Jakarta untuk tempat itu baru muncul k.l.

*

**

07|

banyak kapal layar besar di muka pelabuhan Jakarta, yang disiapkan untuk mengarungi lautan dari Jepang sampai Amsterdam ,lukisan A.D. Willaerts pada tahun 1649

Demikian Tome Pires, orang Portugis yang mengunjungi Sunda Kelapa pada tahun 1513; lih.Heu- ken, A., 1999, hkm. 40 dst.

Nama ‘Jacatra’ pertama kali disebut pada tahun 1560-an oleh J.de Barros; Bahwa Fatahillah men- gubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta tiada dokumen sejarah apa pun.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

tiga puluh tahun sesudahnya (1560). Ja(ya)karta (Xacatara) pertama kali disebut dalam buku Barros. Maka, tak mungkin Fatahillah mengganti nama Sunda Kalapa dengan Jakarta pada tahun 1527. Tak ada bukti sejarah apapun untuk mendukung teori ‘resmi’ ini.

Pada tahun 1621 VOC secara resmi menyebut kota yang tumbuh di sebelah selatan Kasteel ‘Batavia’. Disebelah timur dibangun tembok dan parit. Jalan-jalan dirancang sesuai ‘kota ideal’ rancangan Stevin. Kasteel baru yang lebih besar dibangun dengan batu yang diambil dari Pula Seribu (1927).

Sejak tahun 1733 empang ikan di pantai utara menjadi sarang nyamuk anopheles sundaicus, yang menyebarkan malaria. Penduduk Batavia mati dalam jumlah besar, sehingga orang berada pindah ke selatan. Perang Diponegoro pada awal pemerintahan Netherlandsch Indie (1825) menyebabkan pemerintah hampir bangkrut. Culturstelsel (1830/1870), yaitu kewajiban petani menanam apa yang ditentukan pemerintah, memiskinkan para petani. Di Batavia didirikan beberapa gedung dalam gaya bangunan neo-klasik dan Indische Wohnhuisen.

selama paruh pertama abad ke-20, Batavia perlahan-lahan berubah menjadi kota modern, sekurang-kurangnya di daerah Weltevreden yaitu wilayah sekitar Lapangan Banteng dan Medan Merdeka. Namun, kota tetap menjadi pusat usaha, dagang dan perbankan. Weltevreden yang lebih sehat menjadi pusat administrasi dan pemukiman kelas menengah serta atas.

Dari masa pendudukan Jepang (1942) sampai kembalinya pemerintah Indonesia dari Yogyakarta ke Jakarta (1-11950), kota tidak mengalami kemajuan.

Pada masa demokrasi terpimpin (1959/66) Soekarno melaksanakan berbagai proyek besar. Sebagian diteruskan Gubernur Ali Sadikin pada awal Orde Baru. Ali Sadiki ialah ‘hadiah terakhir’ soekarno pada Jakarta. Dengan pengangkatan ali Sadikin sebagai gubernur, Jakarta sangat beruntung. Dengan segera ia menanggulangi maslah gelandangan, yang sebagian ditransmigrasikan. Proyek Moh. Husni Thamrin (MHT) memperbaiki kampung kumuh. Planten-en Dierentuin dipindahkan ke Ragunan dan Taman Ismail Marzuki dibangun. Ali Sadikin menetapkan beberapa ‘Cagar Budaya’ dan rumah digolongkan menurut kategori A B C, dilihat dari segi sejarah (umur) dan mutu arsitektur.

Dan sampai sekarang Batavia lama (Oud Batavia) dikenal dengan sebutan Kotatua Jakarta.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 08

Zona 2 (zona inti)

Zona Fatahillah, yang batasnya adalah sekitar Taman Fatahillah, Kalibesar dan Taman Beos. Karakter asal zona ini adalah kota lama dengan populasi bangunan tua terbanyak. Visi pengembangannya adalah memori masa lalu, yang memberi fungsi baru sebagai museum, industri kreatif dan fungsi campuran. Pada zonasi ini dikenakan retriksi yang ketat demi pelestarian kawasan.

1. Museum Bank Mandiri

11. Cafe Batavia

2. Museum Bank Indonesia

12. Museum Wayang

3. Indische Escomto maatschappij

13. Historia Cafe and Bar

4. Bank Mandiri (ex- Bank Bumi Daya)

14. Kedai Seni Djakarte 15. Museum Fatahillah

5.TokoMerah

16. Kantor Pos Indonesia

6. Kantor Pelayanan Pajak

17. Museum Seni Rupa dan Keramik

7. Athena Discotheque (Gedung 1927)

18. Bank BNI 46

8. Ex-Kantor Tjipta Niaga 9. Dasaad Musin Concern 10. Gedoeng Jasindo

09|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

19. Bank Mandiri 20. Stasiun Jakarta Kota (BEOS)

*Penomoran mengikuti jalur satu arah yang berpangkal dari Museum Bank Mandiri

**QR Code lokasi Kotatua Jakarta dalam Google Maps

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 10

Museum Bank Mandiri

11|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Jl. Lapangan Stasiun No. 1, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari Jakarta Barat 11110 Pemilik

: Bank Mandiri

Info Sejarah

: Nederlansche Handel-Maatschappij

Pemanfaatan

: Museum

Tahun Pembangunan : 1929 Arsitek

Peringkat BCB

: J.J.J de Bruyn, A.P. Smits, dan C. Van de Linde

Luas Bangunan

: 21.509 m2

:A

Bangunan yang diresmikan tahun 1933 ini memiliki gaya arsitektur Art Deco Klasik yang dapat dikenali dengan adanya ornament berupa hiasan kaca patri (stained glass). Bangunan 4 lamtai dengan luas 21.509 m2 ini memiliki kondisi yang masih baik dengan tetap berusaha mempertahankan kondisi aslinya. Ruangan yang terlihat masih orisinil, lantainya sebagian besar dilapisi oleh tegel ubin (vloertegels) berwarna hitam, abu-abu dan merah.

Pintu utama akan mengarah ke Begane Grond (Lantai Dasar) sebagai ruang utama kegiatan perbankan. Di sini terdapat loket teller sepanjang 122 m, papan petunjuk, meja, kursi bahkan ada beberapa manekin (boneka seukuran manusia) yang menggambarkan suasana kerja di sini saat tempo dulu.

Museum Mandiri memiliki ornamen unik pada dinding hall sisi timur bangunan museum, ornamen tersebut berupa hiasan kaca patri (stained glass) yang dipisahkan oleh pilar.

Hiasan ornamen tersebut menggambarkan empat musim seperti musim yang terjadi pada kawasan Eropa dan tokoh nakhoda kapal Belanda, Cornelis de Houtman.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 12

Jl. Pintu Besar Utara No. 3, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari Jakarta Barat 11110 Pemilik

: BI

Info sejarah

: De Javashe Bank

Pemanfaatan

: Museum

Tahun Pembangunan

: 1828

Arsitek

: Eduard Cuypers & Hulswit

Peringkat BCB

:A

Luas Bangunan

: 24.396 m2

Bangunan 2 lantai yang dimanfaatkan untuk Museum Bank Indonesia ini beraliran neoklasikal, dipadu dengan pengaruh lokal. Gaya arsitekturnya merupakan perpaduan gaya klasik dan renaissance. Museum ini awalnya merupakan sebuah rumah sakit Binnen Hospital, kemudian digunakan menjadi De Javashe Bank (1962). Setelah kemerdekaan, dinasionalisasikan menjadi Bank Indonesia.

Bangunan ini telah mengalami 5 kali renovasi dalam waktu yang berbeda-beda. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1909 hingga 1912 yang dilakukan oleh biro arsitektur terkemuka dari Belanda saat itu, Biro Arsitek Ed Cuypers en Hulswit. Renovasi pertama ini menambahkan elemen dekoratif Neoklasik yang terpengaruh oleh arsitektur Beaux Arts yang sedang berkembang di Eropa.

Renovasi kedua dilakukan pada tahun 1922 oleh Biro Arsitek NV Architecten- Ingenieursbureau Fermont-Cuypers, dengan menambahkan ruang rapat berkeramik hijau dari Belanda yang disebut dengan Ruang Hijau. Renovasi tahap ketiga pada tahun 1924 hanya menyelesaikan pembangunan di sepanjang Javabank Straat (sekarang Jl. Bank) dan bangunan sayap belakang sepanjang kali. Tahap keempat (1933) dan tahap kelima (1935) hanya melakukan penambahan beberapa gedung dan merombak beberapa bagian gedung.

Interior mengalami sedikit perubahan yang disesuaikan dengan fungsi bangunan sebagai museum, dengan seminimal mungkin perubahan.

13|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Museum Bank Indonesia

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 14

15|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Indische Escomto Maatschappij Jl. Pintu Besar Utara No. 5, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: PT Bank Mandiri

Info Sejarah

: Indische Escomto maatschappij

Pemanfaatan

: Kantor arsip Bank Mandiri

Tahun Pembangunan

: 1910

Arsitek

: E.H.G.H Cuypers

Peringkat BCB

:A

Luas Bangunan

: 2696m2

Bangunan tua 3 lantai dipojok jalan Bank dan jalan Pintu Besar Utara ini usianya lebih muda dibandingkan dengan bangunan diutaranya. Bangunan ini, seperti bangunan diutaranya, dimiliki oleh Bank Mandiri. Kondisi bangunan relatif baik dan terpelihara. Saat ini dimanfaatkan untuk bangunan kantor arsip Bank Mandiri. Highlight dari bangunan ini adalah fasada bangunan yang menghadap kejalan serta ruang lobby dan tangga utama bangunan.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

|16

Bank Mandiri (ex-bank bumi daya) Jl. Kali Besar Barat No. 1-2, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: PT. Bank Mandiri

Info Sejarah

: Chartered Bank of India, Australia, and China

Tahun Pembangunan

: Abad ke-20

Arsitek

Peringkat BCB

: E.H.G.H Cuypers

Luas Bangunan

: 3 x 1836 m2

:A

Bangunan berada dipojok antara jalan Roa Malaka dengan jalan Kali Besar Barat serta jalan Roa Malaka Selatan. Jadi bangunan dikelilingi jalan diketiga sisinya. Pada ketiga sisi bangunan ini, dilantai dasar terdapat arkada. Bagunan menghadap ke selatan/ pintu utama bangunan berada di jalan Roa Malaka. Pada bagian belakang bangunan terdapa selasar dan koridor serta sedikit halaman (seperti sumur) tempat memasukkan udara dan sinar matahari. Bangunan terdiri dari 3 (tiga) lantai, lantai 1 s/d 3, dan loteng (ruang diantara plafond dan atap. Gaya arsitektur, terutama fasada bangunan yang menghadap kejalan, dipengaruhi era akhir High Renaissance di Eropah pada abad Neo classic dan Greek revival. Fasada bangunan sangat elaborated/ menarik dengan gaya arsitektur �empire�.

Sayangnya, banyak struktur beton ini yang sudah rusak, dimana tulangan besinya terekspose (concrete cancer). Bangunan dalam keadaan sedikit miring kearah selatan , ke arah jalan Roa Malaka, dengan kemiringan 15/2000. Mungkin diakibatkan oleh beratnya beban dari fasada bangunan. Bangunan dalam keadaan kosong.

17|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 18

19|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Toko Merah Jalan Kali Besar Barat No. 11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI)

Info Sejarah

: Hoofd Kantoor Jacobson van den Breg (Rumah Ganda)

Tahun Pembangunan

: 1730

Arsitek

: Gustaaf Williem Baron Van Imhoff

Peringkat BCB

:A

Luas Kavling

: 1498.5 m2

Luas Bangunan

: 1359 m2

Bangunan 2 lantai yang dulunya dimiliki pemerintah Belanda pernah digunakan sebagai bangunan ruko, rumah tinggal para gubernur jenderal, dan akademi maritime. Saat ini bangunan digunakan untuk berbagai fungsi (mix-use), walau begitu pada saat survey bangunan sedang dalam keadaan tertutup dan tidak diketahui akses masuknya. Nama toko merah muncul pertama kali saat gedung digunakan oleh warga TIonghoa pada tahun 1851. Struktur dinding pemikul dari tembok bata dan balok serta papan kayu untuk lantainya.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 20

Kantor Pelayanan Pajak Jl. Kali Besar Barat No. 14-15, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: Dirjen Pajak

Tahun Pembangunan

: Abad ke- 19

Arsitek

: Eduard Cuypers

Peringkat BCB

:A

Luas Kavling

: 3000 m2

Luas Bangunan

: 4000 m2

Bangunan dengan gaya arsitektur Dutch Closed ini bagian depannya masih asli. Sedangkan bagian belakangnya telah berubah akibat penambahan lantai atau pemanfaatan loteng/ attic bangunan untuk ruangan kantor. Struktur bangunan adalah dinding pemikul bata dan beton.

Bangunan yang sebelum dimiliki oleh Dirjen Pajak ini digunakan oleh Bank HSBC mulanya hanya terdiri dari 2 lantai. Perubahan kepemilikan bangunan dari Bank HSBC ke Dirjen Pajak dan digunakan sebagai Kantor Inspeksi Pajak Jakarta Barat 3 terjadi pada tahun 1964.

Akibat kebutuhan ruang yang bertambah, maka pada tahun 1970 terjadi penambahan lantai di bagian atas, sehingga total lantai bangunan menjadi 3 lantai. Kemudian ditambah lantai mezanin di bagian sayap belakang di lantai 2.

Kondisi lantai dasar bangunan saat ini masih tergolong cukup baik, tapi keadaan lantai 2 dan 3 agak berbahaya.

Akibat kondisi tersebut, pada tahun 2003 bangunan ini sudah tidak dipergunakan seba gai kantor lagi. Saat ini, hanya lantai dasar bangunan saja yang masih digunakan sebagai jalur untuk menuju kantor pelayanan pajak yang baru yang berada di belakang bangunan ini.

21|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 22

23|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Athena Descotheque (gedung 1927) Jl. Kali Besar Barat No. 21-23, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: PPI

Info Sejarah

: Gebouw van Het Nieuws van den Dag

Pemaanfaatan

: Diskotik dan kantor

Tahun Pembangunan

: 1925-1927

Arsitek

: Reyerse and W Selle

Peringkat BCB

:A

Bangunan 2 lantai yang bergaya arsitektur art deco dan menggunakan beton bertulang sebagai strukturnya ini sekarang dibagian depan digunakan sebagai diskotik dan karaoke, sedangkan dibagian belakang digunakan sebagai kantor. Pintu masuk utama bangunan simetris ini terletak di bagian tengah muka gedung.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 24

Ex-Kantor Tjipta Niaga Jl. Kali Besar Timur No. 14, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: PPI

Info Sejarah

: Internationale Credit en Handels Matschappij/ Kantor Tjipta Niaga

Tahun Pembangunan

: 1913

Arsitek

: E.H.G.H Cuypers

Peringkat BCB

:B

Bangunan tua ini adalah bangunan 2 lantai dengan dua menara yang berada disisi jalan Kali Besar Timur Selatan. Bangunan terdiri dari 2 lantai utama, sebuah attic dan ruang dipuncak menara. Struktur bangunan adalah beton bertulang. Pada bagian depan bangunan yang menghadap Kali Besar terdapat arkada. Pintu utama bangunan menghadap jalan Kali Besar Timur 4.

Bangunan dalam keadaan kosong serta tidak terawat.

25|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 26

27|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Dasaad Musin Concern Jl. Kali Besar Timur III No. Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

Info Sejarah

: Pak Nabil dan Pak Ubet (yayasan) : Mr Dasaad

Tahun Pembangunan

: Abad ke-17

Peringkat BCB

:B

Luas Bangunan

: 960m2

Dibangun sekitar abad ke-17, bangunan ini dimiliki oleh Dasaad Musin orang Indonesia kaya pada masa itu. Dia pemilik sebuah pabrik tekstil di Jawa Timur, yang bernama Kantjil Mas. Bangunan itu memiliki sebuah menara yang ditutupi kubah di sudutnya, dan barisan jendela-jendela tinggi.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 28

Gedoeng Jasindo Jl. Taman Fatahillah No 2/Jl. Cengkeh No. 1, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: PT Jasindo

Info Sejarah

: Kantoorgebouw ‘West Java (WEVA) Handel Maatschappij’

Tahun Pembangunan

: 1920

Arsitek

: E.H.G.H. Cuypers & Hulswit

Luas Kavling

: 816m2

Luas Bangunan

: 2448m2

Bangunan yang dulunya merupakan Kantoorgebouw ‘West Java (WEVA) Handel Maatschappij’ atau Kantor Dagang Belanda milik VOC ini memiliki gaya art deco dan terdiri dari 3 lantai dengan struktur beton bertulang. Saat ini, bangunan ini dimiliki oleh PT Asuransi Jasindo dan sempat digunakan sebagai kantor wilayah.

Bangunan yang menggunakan struktur beton bertulang ini saat ini dalam keadaan kosong, kecuali pada lantai 1 bagian selatan yang disewakan dan digunakan sebagai tempat bermain billiard dan sebagian lantai dua yang dimanfaatkan sebagai tempat tinggal. Kondisi bangunan sebenarnya masih baik seperti strukturnya yang masih kuat, akan tetapi atapnya dalam kondisi rawan. Detail-detail yang ada seperti kaca patri dan bentuk pintu masih ada walau tidak dalam kondisi benar-benar baik.

29|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 30

31|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Cafe Batavia Jl. Pintu Besar Utara No. 14, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: Mr. James Graham & Mr. Eka C.n Setiadi

Pemanfaatan

: Restoran

Tahun Pembangunan

: 1805-1850

Peringkat BCB

: diusulkan B

Luas Kavling

: 468 m2

Luas Bangunan

: 936m2

Bangunan 2 lantai ini pada awalnya merupakan bangunan rumah tinggal. Saat ini, bangunan difungsikan menjadi kafe dan restoran. Struktur asli bangunan adalah dinding bata pemikul dengan struktur lantainya balok dan papan kayu yang dibantu tumpuannya dengan tiang-tiang dari besi cor. Struktur bangunan telah diperkuat dengan struktur rangka, balok dan kolom, dari baja profil.

Bangunan masih mempertahankan kondisi asli bangunan, walaupun sudah ada perubahan suasana pada interiornya karena disesuaikan dengan fungsinya saat ini. Bagian arkada didepan bangunan ditutup dengan dinding kaca dan maenjadi bagian dari interior bangunan. Walau begitu, pengelola cafĂŠ melihat potensi dari bangunan ini sehingga tema dari cafĂŠ menjadi menyatu dengan suasana yang diciptakan oleh bangunan walaupun dengan penambahan di berbagai sisi.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 32

Museum W ayang Jl. Pintu Besar Utara No. 27-29, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: Pemda DKI

Info Sejarah

: Oude Bataviasche Museum/ Stedelijk Museum

Pemanfaatan

: Museum

Tahun Pembangunan

: 1912

Arsitek

: Eduard Cuypers & Hulswit

Peringkat BCB

:A

Bangunan 2 lantai dengan gaya Dutch Closed dibagian depan. Digunakan sebagai museum, Oude Bataviasche Museum/Stedelijk Museum/Museum Kota, ditahun 1939. Bangunan ini dibangun diatas tanah bekas gereja yang terbakar. Bangunan yang tampak sekarang adalah bangunan yang dibangun kembali pada tahun 1912. Pada tahun 2005 telah diperluas ke bangunan di Jl. Pintu Besar Utara No. 29. Dua bangunan tua yang disatukan dan dimanfaatkan untuk Museum Wayang. Bangunan yang berada diutara hanya fasadanya saja yang masih asli.

Bangunan yang diselatan relatip masih asl, dengan struktur bangunan dinding bata pemikul dan struktur lantainya dari balok dan papan kayu. Kondisi bangunan cukup baik.

33|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

|34

35|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Historia Cafe and Bar Jl. Pintu Besar Utara no.11, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: PPI

Info Sejarah

: Matschappij voor Uitvoer en Comisiehandel / Tjipta Niaga Kolo niale Zee en Brand Assurantie

Pemaanfaatan

: Cafe

Tahun Pembangunan

: 1914-1915

Arsitek

: Eduard Cuypers & Hulswit

Peringkat BCB

:A

Pada awal abad 20, Jalan Kali Besar menjadi salah satu kawasan bisnis di Batavia.

Banyak biro/perusahaan yang berkantor disitu, salah satunya adalah perusahaan dagang Matschappij voor Uitvoer en Comisiehandel (MUCH). Biro arsitek Eduard Cuypers n Hulswit ditunjuk untuk melakukan pembangunan gedung MUCH yang berlangsung sejak Mei 1914 hingga Februari 1915. Bangunan ini masih dipengaruhi langgam Neo-Klasik.

Kantor MUCH terdiri dari 2 bangunan yang dipisahkan innercourt. Bangunan inti menghadap Jalan Kali Besar Timur, dan bangunan belakang di Jalan Pintu Besar Utara.

Bangunan belakang MUCH berukuran 16x18m2 diperuntukkan sebagai gudang dan ruko, sedangkan lantai atas menjadi kantor kecil dan ruang arsip. Bagian ini kemudian sempat digunakan sebagai kantor N.V. Borneo Sumatra Handelmaatschappij (Borsumij).

Saat ini, Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) merupakan pemilik gedung ex MUCH dan Borsumij. PPI menyewakan bagian belakang bangunan yang menghadap Jalan Pintu Besar Utara menjadi cafĂŠ Historia.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 36

Kedai Seni Djak arte Jl. Pintu Besar Utara no.17, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: PPI

Info Sejarah

: Batavia Zee en Brand Assurantie Mij

Pemaanfaatan

: Cafe

Tahun Pembangunan : 1913 Arsitek

: P.A.J. Moojen

Peringkat BCB

:A

Kedai Seni Djakarte dulunya merupakan bagian dari kompleks bangunan kantor bernama Batavia Zee en Brand Assurantie Mij. Kantor Asuransi tersebut dibangun pada tahun 1913 oleh arsitek P.A.J. Moojen. Tampak muka yang menghadap Kali Besar dipengaruhi langgam Neo Klasik, sedangkan yang menghadap Jl. Pintu Besar merupakan tipikal bangunan Eropa dengan material bata. Bangunannya terletak memanjang dari arah Jalan Kali Besar Timur (tampak muka) hingga ke Jalan Pintu Besar Utara (tampak belakang).

Dari sumber Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, Dinsdag 28 October 1913 p.5, dapat diketahui bahwa lokasi Kedai Seni Djakarte saat ini adalah bekas bagian belakang kantor Batavia Zee en Brand Assurantie Mij yang dulu diperuntukkan sebagai garasi dan gudang.

36|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 37

Museum Fatahillah

39|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Jl. Taman Fatahillah No.1, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: Pemprov DKI Jakarta

Info Sejarah

: Stad Huis

Pemanfaatan

: Museum

Tahun Pembangunan

: 1620

Arsitek

: W.J. Van de Velde

Peringkat BCB

:A

Luas Bangunan

: 3925 m2

Gaya arsitektur Klasisisme dan Closed Dutch style.Bangunan ini dibangun pada 27 April 1626 oleh Gubernur Jenderal Pieter deCarpentier. Pada awalnya berfungsi sebagai Balaikota atau Stadhuis dan kemudian pada tahun 1974 diubah fungsinya sebagai museum.

Pada tahap awal bangunan ini hanya satu lantai dan mengalami renovasi penambahan lantai pada 25 Januari 1707, dan diresmikan pada 10 Januari 1710 setelah tiga tahun masa renovasi.

Sayap timur

Disayap timur terdapat kantor dilantai dasar (ex cafe), beserta toilet dan dapurnya.

Dilantai dua terdapat ruang museum dan perpustakaan. Beberapa tempat di dinding yang ditutup panil kayu dan trilex, terdapat dinding yang lembab/ basah. Sebahagian rangka panil beserta panilnya sudah ada yang dimakan rayap. Didalam ruang attic/ atap rayap sudah mulai memakan sebagian dari kayu struktur atap. Rayap bubuk juga sudah mulai memakan papan penutup lantai attic. Sebahagian kosen juga diduga telah dimakan oleh rayap bubuk dibagian dalamnya.

Sayap Utama (bagian tengah bangunan)

Beberapa bagian dari dinding didalam ruang-ruang utama musium terlihat basah.

Beberapa bagian dari langit-langit/ lantai kayu juga terlihat sudah mulai dimakan oleh rayap bubuk. Kelihatannya kayu-kayu yang dimakan rayap bubuk adalah yang sering basah akibat adanya air dari atap (bocor) maupun bagian yang bersentuhan dengan dinding yang basah. Begitu pula kondisi dari kosen-kosen jendela dan pintu, ada yang sudah dimakan rayap bubuk, terutama bagian yang sering basah.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 40

Kantor Pos Indonesia Jl. Taman Fatahillah No.3, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: PT Pos Indonesia

Info sejarah

: Post en Telegraaf kantoor

pemanfaatan

: Kantor pos

Tahun Pembangunan

: 1928

Arsitek

: Ir. R. Baumgartner

Peringkat BCB

:A

Luas Bangunan : 2327m2

Dahulu adalah bangunan kantor pos dan telegraf dan merupakan bentukan arsitektur bergaya art deco. Saat ini sayap bangunan sebelah kiri berubah fungsi menjadi diskotik. Pada bagian belakang bangunan menggunakan struktur bentang lebar dengan menggunakan sistem yang hampir sama dengan sistem struktur yang digunakan pada Stasiun Jakarta Kota. Pada bagian belakang terdapat sebuah mezanin penambahan lantai.

41|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 42

Museum Seni Rupa dan Keramik

43|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Jl. Pos Kota No.2, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: Pemda DKI

Info Sejarah

: Raad van Just it ie

Pemanfaatan

: Museum

Tahun Pembangunan

: 1866-1870

Arsitek

: W.H.F.H. Van Raders

Peringkat BCB

: A Nasional

Luas Bangunan

: 5759m2

Dahulunya merupakan Lembaga Peradilan Belanda/ Raad Van Justitie yang dibangun pada 1870. Pada tahun 1967 gedung ini pernah digunakan sebagai kantor walikota Jakarta Barat dan tahun 1968-1975 digunakan sebagai kantor Dinas Museum dan Sejarah D.K.I. Jakarta. Akhirnya pada tanggal 20 Agustus 1976 diubah fungsinya menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik. Bangunan ini juga dilindungi oleh SK. MenDikBud No. 0128/ M/1988.

Bangunan tua ini secara umum dalam kondisi cukup baik dan cukup terawat. Bangunan terdiri dari beberapa sayap dan pada bagian sayap kiri dan kanan didepan terdapat lantai dua yang diakses dengan tangga spiral dari besi cor. Highlight bangunan adalah fasadanya, terutama fasada depan, dan ruang masuk dan ruang utama ditengah-tengah bangunan tempat sidang utama yang memiliki akustik yang cukup baik. Skala pada ruang-ruang tersebut juga sangat baik dan megah dengan tinggi ruang sekitar 7-8 meter. Struktur bangunan adalah struktur dinding bata pemikul dan struktur lantai dua didepan bangunan adalah balok dan papan kayu. Sebagian struktur bangunan terutama struktur balok dibagian depan, tempat masuk, telah diganti dengan beton bertulang sewaktu bangunan dipugar ditahun 1970-an.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 44

Gedung Bank bni 46 Jl. Lada No. 1, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari Jakarta Barat 11110 Pemilik

: Bank BNI

Info sejarah

: Bank BNI 1946

Pemanfaatan

: kantor

Tahun Pembangunan

: 1960

Arsitek

: F.Silaban

Peringkat BCB

:A

Luas Bangunan : 31.356 m2

Bangunan 4 lantai ini masih dalam kondisi yang baik karena mendapatkan perawatan dan difungsikan. Sebelumnya bangunan ini dimanfaatkan sebagai kantor pusat Bank BNI 46.

45|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 46

47|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Bank Mandiri Jl. Taman Stasiun No.2, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora Jakarta Barat 11110 Pemilik

: Bank Mandiri

Info Sejarah

: Nederlands Indische Bank

Pemanfaatan

: Kantor

Tahun Pembangunan

:1938

Arsitek

: Ir. C.P. Wolff Schoemaker

Asisten arsitek

: J.F.L. Blankenberg.

Peringkat BCB

:A

Luas Bangunan

: 5430 m2

Bangunan ini sebagian besar dalam kondisi sangat baik dan masih berfungsi sebagai kantor bank. Sebahagian bangunan terdiri dari 2 lantai dan lainnya 1 lantai. Struktur bangunan adalah beton bertulang. Gaya arsitektur, peralihan Art Deco ke Arsitektur Modern.

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

| 48

Stasiun Jakarta Kota Jl. Kali Besar Timur III No. 3, Kelurahan Pekojan, Kecamatan TamboranJakarta Barat 11110 Pemilik

: PT KA

Info sejarah

: Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij / Batavia En Omstreken

Pemanfaatan

: Stasiun

Tahun Pembangunan

: 1870, lalu dipugar pada tahun 1926-1929

Arsitek

: Frans Johan Louwrens Ghijsels

Peringkat BCB

:A

Stasiun Beos merupakah karya besar Ghijsels dengan perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk tradisional setempat dalam balutan art deco. Stasiun Jakarta Kota ditetapkan sebagai cagar budaya melalui SK Gub DKI Jakarta No 475 Tahun 1993. Masih berfungsi sebagai perhentian terakhir namun terdapat sudut-sudut yang kurang terawat.

49|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

|50

Penutup

Identitas suatu kota membutuhkan simbol, yang dapat dilihat dan dipegang. Rasa bangga dan terlibat serta rasa memiliki para penduduk tidak tumbuh begitu saja. Mumbai memiliki Gate of India, Beijing ‘Kota terlarang’, London membanggakan Tower dan Paris Menara Eifel. Dan Jakarta?

Banyak gedung berbagai gaya arsitektur, yang memperlihatkan masa bangunan daerah tertentu di Jakarta, misalnya Kebayoran Baru (sejak 1950), sudah tidak ada lagi. Tanpa saksi nyata dari masa lalu suatu kota bagaikan orang tanpa daya ingat. Buku, Foto dan video tentang masa lampau tak sanggup menggantikan gedung yang berumur ratusan tahun lamanya.

Batavia pernah menjadi bandar paling ramai di seluruh Asia dan pusat perkembangan Nederlandsch Indie, dan karena itu menjadi ibukota Indonesia. Sisa rumah masa silam Jakarta, yang sudah tidak banyak lagi, semakin menghilang satu persatu, bahkan yang penting untuk sejarah nasional. Karena itu peran serta masyarakat dan pemerintah diperlukan untuk melestarikan peninggalan situs warisan yang berada di Kawasan Kotatua Jakarta.

51|

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

Daftar Pustaka Heuken, A. 2016. Tempat-tempat Bersjarah di Jakarta, Jakarta : Cipta Loka Caraka Heuken, A. 2017. Sejarah Jakarta dalam Lukisan dan Foto, Jakarta : Cipta Loka Caraka Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kotatua, 2010. Pendataan dan Kepemilikan Fungsi Bangunan Kotatua, Jakarta: Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kotatua Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kotatua, 2007. Data Bangunan Versi Guidline, Jakarta: Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kotatua Pilot Project: Conservation management plan; Cafe Historia. Diambil dari https://www.lestarikanbangunantua.info/cafe-historia (20 April 2017) Pilot Project: Conservation management plan; Kedai Seni Djakarte. Diambil dari https://www.lestarikanbangunantua.info/kedai-seni-djakarte (20 April 2017) Heritage of Jakarta: Heritage Data: History of Kotatua. Diambil dari https://www.lestarikanbangunantua.info/heritage-of-jakarta (Mei 2017)

Sejarah Kotatua dalam Ilustrasi

|52

Jakarta berubah amat cepat dan gedung-gedung bersejarah lenyap satu per satu. Namun demikian, kita masih dapat melihat lebih banyak daripada apa yang disangka oleh penduduk DKI. Jakarta merupakan ibukota negara yang tertua di seluruh Asia Tenggara, yang pernah menjadi bandar pusat seluruh jaringan perniagaan di antara Capetown (Afrika Selatan) dan Nagasaki (Jepang).

Buku katalog berbasis ilustrasi cat air ini menyajikan informasi berbagai gedung tua dan gedung cagar budaya yang masih ada dengan keterangan sejarah yang tersusun rapi.