05 100314

Page 1

KOTA BANDUNG Kepedulian Caleg Terhadap Lingkungan Hidup Rendah

GN-BANDUNG, Kepedulian Para Calon Anggota Legislatif (Caleg) Terhadap Lingkungan Hidup sangat rendah. Masyarakat pecinta lingkungan hidup yang tergabung dalam wahana lingkungan hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat merasa kecewa. Pada pemilu 2014 ini tidak ada seorang pun calon legislatif yang memiliki perhatian terhadap isu lingkungan hidup. “Ini sangat memprihatinkan karena tidak ada satupun calon legislatif pemilu 2014 ini yang peduli dan tidak ada satupun yang mengangkat isu lingkungan. Seperti calon legislatif di kabupaten Bandung Barat tidak ada satupun yang mengangkat isu itu, padahal tingkat kerusakan lingkungan disana sangat parah, bahkan tidak ada satupun calon yang berkomitment akan membereskan satu masalah terkait lingkungan. Contohnya masalah kasus Citarum, Pasir Besi, KBU dan lainnya,” jelas Deputy Direktur Walhi Jawa Barat Dedi Kurniawan. Hal tersebut merupakan hal yang sangat mengecewakan, padahal calon legislatif perlu memiliki perhatian terhadap lingkungan hidup. “Mungkin isu lingkungan tidak menarik, karena isu lingkungan tidak bisa dirasakan langsung dan tingkat kerusakan hanya dirasakan oleh masyarakat kecil. Beda

dengan isu HAM ataupun kesehatan yang selalu digembar gemborkan. Isu lingkungan memang selalu dikesampingkan, mereka menilai isu lingkungan tidak seksi. Justru hal itu sangat penting bagi masyarakat banyak,” katanya. Malah sebaliknya, lanjut Dedi, para calon legislatif ada yang tega merusak lingkungan. Salah satunya dengan cara menempel poster kampanye mereka di pohon pohon. “Karena ketidakpahaman mereka terhadap lingkungan, mereka melakukan kampanye kampanye yang tidak ramah lingkungan dan estetikanya juga tidak baik,” katanya. Memang, lanjutnya, selama lima tahun kebelakang peran partai politik dan fungsi anggota legislatif di tingkat pusat dan daerah tidak signifikan berkontribusi dalam memperbaiki kebijakan politik yang pro lingkungan hidup (ekologi) dan tata kelola sumber daya alam yang berkeadilan. Kinerja parlemen dalam menjalankan fungsi legislasi, budjeting dan pengawasan tidak dijalankan dalam kerangka mendorong agenda kebijakan untuk memulihkan krisis dan bencana ekologi di jawa barat yang semakin meluas. Bagi parlemen krisis ekologi dan bencana yang menimpa seperti masalah biasa dan tidak penting jadi prioritas kebijakan untuk di dorong ke pemerintah pusat dan daerah. (net)

SENIN 10 MARET 2014

GARANSI NEWS

5

Lima Solusi untuk Emil Benahi Kota Bandung! BANDUNG, GN — Menciptakan sebuah kota yang nyaman (livable city) bagi warganya tidak bisa hanya sebatas kosmetik, cantik di luar tetapi bobrok secara struktural dan kultural. Demikian halnya dengan Kota Bandung. Memperbaiki «Parijs van Java» ini butuh kecerdasan, ketangkasan, dan menyentuh akar persoalan dari seorang pemimpinnya. Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro mengutarakan pendapatnya terkait lima bulan usia kepemimpinan Ridwan Kamil selaku Wali Kota Bandung kepada Kompas.com, Rabu (5/3/2014). Menurut Bernardus, untuk menyelesaikan persoalan akut yang dihadapi Kota Bandung, Ridwan Kamil harus melakukan lima hal mendasar berikut ini. Pertama, jadikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang dijabarkan secara terperinci dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai «panglima». «Sebagaipolitisidanmanajer kota, Ridwan Kamil harus tegas dan lugas melaksanakan RTRW dan RDTR yang sudah dibuat. Kinerja seorang wali kota bisa dilihat dari apakah terdapat penyimpangan RTRW dan RDTR atau tidak? Selain itu, dia juga harus menyusun RDTR untuk seluruh kecamatan. RDTR ini vital karena mengatur zonasi pembangunan di setiap persil lahan agar tidak dikonversi sembarangan,» jelas Bernardus. RDTR tersebut, imbuhnya, harus mengekspresikan Bandung sebagai kota dunia. Di dalamnya harus memuat aspek

bisnis, sosiologis, lingkungan, budaya, dan sebagainya. Pendek kata, RDTR harus mampu secara struktural menjadikan kota ini lebih baik sehingga kualitas hidup warganya meningkat. «Wali kota jangan cuma ngurusin Braga, juga harus memberikanatensidanpemikiran s eriusmengantisipasi pertumbuhan kota. Solusi untuk Bandung tidak bisa hanya dari satu segmen, melainkan seluruhnya dengan mengembangkan pola ruang (pemakaian ruang) kota dengan benar. Karena Kota Bandung adalahbagianpentingdari Bandung Raya yang mencakup Kota dan Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi. Jangan lupa pula, banyak warga kota lainnya seperti dari Garut, Subang, dan Sumedang yang berkegiatan di kota ini. Bandung

adalah pusat pertumbuhan yang menarik banyak penglaju kawasan disekitarnya,»uraiBernardus. Solusi kedua adalah menjalin komunikasi efektif dengan para pebisnis untuk bersamasama menjadikan Bandung sebagai kota ramah investasi sekaligus juga dapat menjaga kearifan lokal dan identitas kota. Komunikasi tersebut adalah untuk memberikan batasan tegas dan jelas mengenai ruangruang bisnis sesuai regulasi. «Alih fungsi lahan adalah masalah akut di kota ini. Bagaimana solusinya? Dekati dan arahkan pebisnis untuk mengalihkan orientasinya ke Bandung Timur yang merupakan zonapertumbuhan baru,» ujar Bernardus. Solusi ketiga, mengatasi kemacetan dan lalu lintas

yang buruk adalah dengan menciptakan manajemen lalu lintas dan sistem transportasi terintegrasi dan terstruktur. Ciptakankejelasanjalur,kepastian kedatangan dan keberangkatan, jumlah moda, serta beban bangkitan. Selain itu, jalan yang ada, terutama jalur utama dan lingkungan dimanfaatkan untuk menciptakan arus lalu lintas yang efektif dan efisien. «Maksimalkan bus-bus DAMRIyangsekarangberoperasi, ciptakan rute lalu lintas yang betul-betul memudahkan warga beraktivitas. Perbaiki marka dan rambu lalu lintas serta tegakkan disiplin berlalu lintas. Bangun fasilitas park and ride di pinggiran agar para komuter tidak membawa kendaraannya dan memenuhi lalu lintas dalam kota,» katanya.

Solusikeempat,jalinkerjasama saling menguntungkan dengan pemangku kota dan kabupaten dalam wilayah Bandung Raya. Pasalnya, pertumbuhan Kota Bandung didominasi oleh properti komersial dan tren ini akan terus berlanjut sehingga daya dukung lingkunganmenjaditidakmemadai. Stop pembangunan di utara dan selatan. Sebaliknya, arahkan pengembangan properti komersial kewilayahlainditimurataubarat «Hal tersebut juga terkait dengan solusi kelima mengenai perekonomian yang korelasinya dengan migrasi urban sangat erat. Nah, agar pertumbuhan merata, bangun semacam klaster-klaster ekonomi sesuai dengan potensi masing-masing wilayah. Sehingga pertumbuhan ekonomi dan bisnis tidak hanya terkonsentrasi di pusat Kota Bandung,» tandas


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.