microhouse kampung 200
devi kava // mentari hanifa // vinsensius ardhinan
Kondisi dan Analisis Pengguna
CIUMBULEUIT
Desain ini merupakan simulasi seandainya ITB memanfaatkan lahan Kampung 200 ini untuk dijadikan proyek rumah deret . Namun, pada eksekusinya masyarakat cenderung menolak penataan permukiman seperti ini. Hal ini dikarenakan pada kondisi ekonomi masyarakat yang cenderung ke bawah, terdapat berbagai cara untuk bertahan hidup. Masyarakat dapat dengan sendirinya memanfaatkan batasanbatasan yang ia miliki untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Penyelesaian masalah yang bebas seperti inilah yang tidak didapatkan dari pembangunan rusunawa dan rumah deret pada umumnya. Hal ini yang Kampung 200 membuat masyarakatnya enggan untuk pindah Jl. Sangkuriang, Kel. Dago, ke tempat yang ia tidak dapat menyelesaikan Kec. Coblong, Kota Bandung masalahnya sendiri di sana.
DAGO
Pemilihan Site Kampung 200 adalah perkampungan padat penduduk yang merupakan hasil penggusuran yang terjadi sekitar tahun 1998. Saat mahasiswa meriuhkan penurunan/peengseran Soeharto, kampong ini sendiri diriuhkan oleh aksi pembongkaran untuk pembangunan asrama ITB. Saat ini, warga kampong 200 menempati lahan yang juga masih milik ITB. Menurut Drs. Slamet Riyadi, cepat atau lambat ITB akan memanfaatkan lahan yang digunakan kampung 200 saat ini. Namun waktu, penggunaan, dan keberlanjutan warga masih menunggu rekomendasi dari Tim AD HOC yang sedang mengkaji penggunaan tanah ITB yang digunakan oleh pihak ketiga.
Kondisi pengguna 1. Keluarga dengan sepasang suami istri berusia di akhir kepala tiga dan dua anak yang masih bersekolah, sepasang suami istri ini keduanya bekerja. Sang ayah bekerja sebagai tulang punggung utama keluarga, dan sang ibu bekerja di rumah, entah membuka warung makanan, warung kopi, maupun warung kelontong. 2. Keluarga yang anggotnya adalah sepasang suami istri berusia lanjut dan dua anak yang telah bekerja sehingga lebih sering berada di luar rumah. 3. Selain itu lagi terdapat keluarga yang tinggal bersama dengan keluarga besar, berisi dua pasang suami istri dan empat anak, nantinya akan dibagi ke dalam dua rumah.
Desain Tapak Rumah Deret Microhouse, dilengkapi dengan area hijau setiap empat unit Microhouse
100
tangga
60
kamar tidur
240 300
240 300
A
ruang kosong
A’
Bebas
150
300
250 400
DENAH LANTAI I TAMPAK DEPAN C 60
B
Konsep Desain
POTONGAN A-A’
tangga
Karena masyarakat mengesankan alergi terhadap keseragaman, desain microhouse sebagai rumah deret yang akan dibahas berangkat dari kata kunci bebas. Kata bebas dalam konteks ini adalah pemerintah tidak menentukan apa yang harus mereka lakukan di dalam rumah tersebut.
“rumah milik saya adalah rumah yang di depannya terdapat warung kelontong.” “rumah saya adalah rumah yang di depannya terdapat bunga-bunga.”
Custom Rumah harus memiliki eksibilitas sendiri. Rumah yang eksibel adalah rumah-rumah yang memiliki tur-tur custom.
B’
240 300
kamar tidur
Partisipasi Masyarakat 400 C’
DENAH LANTAI II
Media Ekspresi Selain terkait dengan peningkatan sense of belonging melalui partisipasi, tur custom ini juga merupakan media ekspresi penghuninya kepada masyarakat. Sehingga rumah tersebut memiliki identitas. Pemilik rumah dapat mengatakan,
POTONGAN C-C’
POTONGAN B-B’
TAMPAK SAMPING
PERSPEKTIF INTERIOR PERSPEKTIF EKSTERIOR
Salah satu contoh rumah deret yang berhasil adalah rumah deret CODI di Bangkok, Thailand. Rumah deret tersebut berhasil karena terdapat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunannya. Di Indonesia, kondisi yang seideal itu sangat sulit tercipta, karenanya pada desain kali ini pemerintah bukannya mengajak masyarakat untuk bekerja bersamasama melainkan memberi kesempatan untuk masyarakat untuk menyelesaikan sendiri desain rumahnya.
Berkelanjutan Seiring Waktu Selain terkait dengan hal2 di atas, desain microhouse ini memiliki sifat berkelanjutan. Dalam kurun waktu yang cukup lama, misalnya lima tahun, akan tercipta dua kondisi: 1. Rumah tersebut ditinggalkan oleh pemiliknya sehingga harus digantikan dengan penghuni yang baru, atau 2. Penghuni yang lama telah bosan dengan penataan rumahnya sehingga ingin menata ulang ruang-ruangnya. Fitur-tur custom ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk memperbarui rumah mereka sehingga memberikan suasana yang baru bagi mereka.
Ruang Bawah Tangga Kami menangkap bahwa microhouse ini harus terdiri dari dua tingkat karena rumah yang kecil ini harus dapat ditinggali oleh empat orang. Karena terdapat penggunaan tangga dalam microhouse ini, maka yang harus menjadi concern utama adalah penggunaan ruang bawah tangga. Pada desain ini, ruang bawah tangga digunakan untuk fungsi penyimpanan (storage) yang juga dapat disusun secara custom oleh penghuninya.
Transformasi Desain Bentuk dasar Bentuk dasar dari susunan rumah deret ini adalah segi empat, karena segiempat adalah geometri yang paling hemat tempat dengan muatan yang maksimum (jika dibandingkan dengan lingkaran yang tidak hemat tempat dan segitiga yang lebih hemat tempat namun muatan tidak maksimum. Selain itu, mayoritas barang yang disusun dan disimpan bergeometri segiempat.
Ruang Kosong
20x20 cm
20x20 cm
20x25 cm
20x45 cm
Dari beragam kondisi ini tentu tidak dapat diberikan perlakuan yang sama dalam mendesain rumahnya. Oleh karena itu, keinginan untuk memberikan ď€ tur-ď€ tur custom pada masyarakat diwujudkan dengan satu ruang kosong yang masyarakat memiliki kebebasan untuk mengolahnya menjadi sesuai yang ia butuhkan atau inginkan. Oleh karena itu, geometri rumah ini cukup sederhana, yaitu hanyalah balok yang dicoak. Contoh penggunaan ruang ini adalah: 1. Pada keluarga dengan dua orang anak yang masih bersekolah adalah took kelontong.
40x20 cm
2. Pada sepasang orang tua lanjut usia, ruang ini digunakan untuk berkebun yang menenangkan. 3. Pada keluarga besar, rumah-rumah yang ruang kosongnya bersebelahan dapat dijadikan tempat untuk berkumpul bersama keluarga besar.
SUASANA