Manggarai Vertical Kampung

Page 1



LEMBAR PENGESAHAN t ʼn◘Ŧś╫Akhir ! ╫╙╜ʼnSarjana { Ăʼn╨Ă■Ăberjudul: Proyek Bachelor Final Project entitled: Kampung Vertikal di Manggarai Jakarta Selatan berbasis Konsep Arsitektur Fleksibel (Vertical Kampung in Manggarai South Jakarta Based on Flexible Architectural Concepts.

Oleh / By: Nama Lengkap Mahasiswa: Dini Agumsari Students’ Full Name Nomor Mahasiswa: 12512134 Student Identification Number Telah diuji dan disetujui pada: Has been evaluated and agreed on: Yogyakarta, tanggal: Yogyakarta, date:

Pembimbing: Supervisor:

Penguji: Jury:

Dr. Yulianto P. Prihatmaji, IPM, IAI

Dr. -Ing Ilya Fadjar Maharika, IAI

Diketahui oleh: Acknowledged by:

Ketua Jurusan Arsitektur: Head of Department :

Noor Cholis Idham, M.Arch, Ph.D., IAI

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

iii.



CATATAN DOSEN PEMBIMBING Berikut adalah penilaian buku laporan akhir Proyek Akhir Sarjana :

Nama Mahasiswa: Dini Agumsari

Nomor Mahasiswa: 12512134

Judul Proyek Akhir Sarjana: Kampung Vertikal di Manggarai, Jakarta Selatan Berbasis Konsep Arsitektur Fleksibel (Vertical Kampung in Manggarai, South Jakarta Based on Flexible Architectural Concepts).

Kualitas Buku Laporan Akhir PAS : Kurang, Sedang, Baik, Baik Sekali *

Sehingga Direkomendasikan / Tidak Direkomendasikan * untuk menjadi acuan produk Proyek Akhir Sarjana.

*) Mohon dilingkari

Yogyakarta, 28 September 2016 Dosen Pembimbing

Dr. Yulianto P. Prihatmaji, IPM, IAI

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

v.



PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan bahwa seluruh bagian karya ini adalah karya sendiri kecuali karya yang disebut referensinya dan tidak ada bantuan dari pihak lain baik seluruhnya ataupun sebagian dalam proses pembuatannya. Saya juga menyatakan tidak ada konflik hak kepemilikan intelektual atas karya ini dan menyerahkan kepada Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia untuk digunakan bagi kepentingan pendidikan dan publikasi.

Yogyakarta, 28 Septemeber 2016

Dini Agumsari

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

vii.



KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Kampung Ver kal di Manggarai Jakarta Selatan Berbasis Konsep Arsitektur Fleksibel”, dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Strata 1 di Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini dak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orangtua, Bapak Teguh Muchtar dan Ibu Sulastri atas dukungan dan segalanya. 2. Dr. Yulianto P. Prihatmaji, IPM, IAI selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, waktu, nasehat, arahan dan analogi-analogi nya yang bermanfaat dalam membimbing kami. 3. Dr. -Ing Ilya Fadjar Maharika, IAI selaku dosen penguji yang telah memberikan wawasan, kri k, dan saran yang membangun demi hasil terbaik.

4. Noor Cholis Idham, M.Arch, Ph.D., selaku ketua jurusan dan Ir. Rini Darmawa , M.T. selaku sekretaris jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia. 5. Saudaraku, Prisia Anantama dan Akmalsyah Putra atas pertanyaan klasiknya “tugas akhir sampai mana?” 6. Sahabatku, di Grup Line dan Whatsapp # A p a r te m e n G K , # S S , # J u b e l e rs , #Traveling, #Regu Manjaaaahhhh, dan #Tim Pak Aji. Untuk dukungan dan inspirasi yang diberikan kepada Penulis. 7. Warga Kampung Manggarai RW 04, Jakarta Selatan yang telah memberikan informasi kepada penulis, cerita suka dukanya, dan mengajarkan pelajaran hidup untuk Penulis. 8. Laptop dan backup hardisk ku yang telah kuat menemani dari awal semester hingga penyusunan laporan tugas akhir ini, dengan lantunan album monokrom. 9. Dan terakhir untuk teman-teman Arsitektur 2012, atas kenangan mulai awal hingga sekarang. Akhirnya, semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Yogyakarta, 28 September 2016

Dini Agumsari

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

ix.



ABSTRAK Kepadatan penduduk merupakan fenomena yang terjadi saat ini di Kota Jakarta. Terlihat dari banyaknya permukiman kumuh yang terletak di atas lahan marjinal. Permasalahan keterbatasan lahan pada permukiman membuat warga harus menghemat ruang secara eďŹ sien. Sehingga, dibutuhkan perencanaan kampung ver kal yang dapat menyelesaikan permasalahan keterbatasan lahan. Dalam mengatasi masalah keterbatasan lahan, teori oleh Carmona dalam teori temporal dimension dan Toekio dalam konsep eksibilitas ruang menjadi acuan dalam mendesain. Diantaranya con nuity and stability dimana bangunan harus dapat berkelanjutan dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya; expandibility dan implemented over me yaitu bangunan harus dapat menyesuaikan kebutuhan penghuni dalam kurun waktu yang lama. Cover bility yaitu bangunan tetap dapat berubah tanpa harus dirombak secara besar-besaran. Serta Versa lity dan me cycle and me management dimana ak vitas ruang diperlihatkan secara dinamis, sesuai ru nitas pengguna. Con nuity and stability diterapkan pada orientasi massa bangunan, sesuai dengan kondisi site sehingga berkelanjutan. Struktur modular yang memungkinkan ekspansi internal dan pemisahan ruang, mengadaptasi dari konsep expandibility dan implemented over me. Conver bility terdapat pada rekomendasi desain fasad, dengan material non permanen. Serta versa lity dan me cycle and management diwujudkan dalam desain furnitur mul fungsi dan layout ruang yang terus bergan sesuai ru nitas penghuni. Kata Kunci: hunian ver kal, eksibilitas, kampung

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

xi.



ABSTRACT The popula on density is a phenomenon that occurs today in Jakarta. Visible from many slums located on marginal land. The problem of limited land in the se lement to make the ci zens should save space efficiently. Thus, it takes a ver cal village planning to resolve the problem of limited land. In addressing the problem of limited land, the theory by Carmona in temporal dimension and Toekio in the concept of flexibility space, be a reference to solve the problems. Among them, con nuity and stability on which the building must be sustainable and able to adapt to their environment; expandibility and implemented over me that the building should be able to adapt to the needs of residents in a long me. Conver bility means buildings remain subject to change without massively overhauled. Versa lity and me as well as cycle and me management which space ac vi es are shown dynamically, as the user rou ne. Con nuity and stability are applied to the orienta on of the building mass, according to the site condi ons through sustainable. A modular structure which allows the internal expansion and separa on of space, adap ng from concept expandibility and implemented over me. Conver bility applied on the recommenda on of the facade design, with a non-permanent material. As well as the versa lity and the me cycle and management embodied in the design of mul func onal furniture and dynamic space layout corresponding to rou nes occupants. Keywords: ver cal housing, flexibility, village

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

xiii.



/iii /v /vii /ix /xiv /xv /xvi

/6

/11 /13 /14 /14 /16 /21 /22 /24 /25 /25 /25 /26 /32 /33 /33 /33 /34 /34 /35 /36 4.3 Property Size, KDB, KLB /36 /36 /37 /39 /39 /41 /42 /42 /43 /44

BAGIAN VI. DAFTAR PUSTAKA /45

/44

/46

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

xiv.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Foto Sudut-sudut Ruang /1 Gambar 1.2 Peta Site Terpilih Rw 04 Kampung Manggarai /2 Gambar 1.3 Rusunawa Ja negara /4 Gambar 1.4 Design Hypothesis /7 Gambar 1.5 Kerangka BerďŹ kir /8 Gambar 2.1 Peta Dan Foto Kondisi Batas Site /9 Gambar 2.2 Peta Pembagian Wilayah Rw 04 Kampung Manggarai /10 Gambar 2.3 Arsitektur Sekitar Site /11 Gambar 2.4 Peta Zonasi Kec. Tebet /12 Gambar 2.5 Analisa Luas Tapak Dan Sempadan Jalan, Bangunan /14 Gambar 2.6 Data Sta s k Warga /15 Gambar Referensi 2.7 Re-draw Building Layers /18 Gambar 2.8 Tianzifang District China /19 Gambar 2.9 Kampung Karya Arsitek Yu-sing /20 Gambar 2.10 Kampung Deret Petogongan /20 Gambar 2.11 Konsep Fungsi Bangunan /21 Gambar 2.13 Konsep Bentuk Massa /22 Gambar 2.14 Hal Unik Pada Kampung /23 Gambar 2.15 Konsep Tipe Bangunan /23 Gambar 2.16 Konsep Kepemilikan Bangunan /23 Gambar 3.1 Zoning Masa Bangunan /25 Gambar 3.2 Transformasi Masa Bangunan /26 Gambar 3.3 Skema k Struktur Bangunan /27 Gambar 3.4 Skema k Plo ng Ruang Bangunan /28 Gambar 3.5 Skema k Interior Ruang Bangunan /27 Gambar 3.6 Konsep Variasi Fasad /31 Gambar 3.7 Rekomendasi Pintu dan Jendela Fasad /31 Gambar 3.8 Alterna f Material Fasad /31 Gambar 3.9 Skema k Sistem U litas Bangunan /33 Gambar 3.10 Skema k Sistem Difabel Dan Keselamatan /33 Gambar 3.11 Skema k Detail Arsitektural Khusus /34 Gambar 4.1 Skenario Kepemilikan Bangunan /35 Gambar 4.2 Skenario Pemindahan Warga ke Tipe- pe Unit /35 Gambar 4.3 Program Kedekatan Ruang /36 Gambar 4.4 Property Size, Kdb, Klb /36 Gambar 4.5 Rancangan Kawasan Tapak /36 Gambar 4.6 Situasi Sekitar Tapak /37 Gambar 4.7 Aksonometri Bangunan /37 Gambar 4.8 Rancangan Selubung Bangunan /39 Gambar 4.9 Rancangan Interior Bangunan /39 Gambar 4.10 Transformasi Interior Bangunan /40 Gambar 4.11 Skenario Penambahan Anggota Keluarga pada Unit /41 Gambar 4.12 Rancangan Sistem Struktur Bangunan /41 Gambar 4.13 Rancangan Sistem U litas Bangunan /42 Gambar 4.14 Rancangan Sistem Akses Diabel Dan Keselamatan Bangunan /42 Gambar 4.15 Rancangan Detail Arsitektural Khusus /43 Gambar Lampiran 7.1 Tampak Utara Maket /46 Gambar Lampiran 7.2 Tampak Selatan Maket /46 Gambar Lampiran 7.3 Tampak Timur Maket /46 Gambar Lampiran 7.4 Tampak Atas Maket /47 Gambar Lampiran 7.5 Aerial View 1 Maket /47 Gambar Lampiran 7.6 Aerial View 2 Maket/ 47

xv.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ak vitas Pengguna Ruang /15 Tabel 2.2 Analisa Perletakkan Ruang /22 Tabel 3.1 Matriks Hubungan Teori Dan Konsep Dengan Program Ruang /25 Tabel 3.2 Analisis Kebutuhan Ruang Pada Unit /30 Tabel 3.3 Perencanaan Furnitur Fleksibel /31 Tabel 3.4 Tabel Responden /34 Tabel Lampiran 1. Analisa Ruang Gerak Manusia / 51 Tabel Lampiran 2. Analisa Kebutuhan Ruang /52 Tabel Lampiran 3. Analisa Hasil Kuesioner /53

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

xvi.



1.1. Latar Belakang GAMBAR 1.1/ FOTO SUDUT-SUDUT RUANG DI KAMPUNG MANGGARAI SUMBER: DOKUMENTASI PENULIS (2016)

GAMBAR 1.1/ FOTO SUDUT-SUDUT RUANG DI KAMPUNG MANGGARAI

1.1.1 Permukiman Padat Penduduk dan Rencana Relokasi REFERENSI 1/ SUMBER: EKO & SUDANTRI “KOTA BERWAWASAN LINGKUNGAN” (1993) REFERENSI 2/ SUMBER: DARRUNDONO “PERMASALAHAN PERUMAHAN KATA, FAKTA, JAKARTA” (2011) REFERENSI 3/ SUMBER: DIALOG KOTA DIKUTIP DARI WEBSITE RUJAK.ORG (2012) REFERENSI 4/ SUMBER: SEKRETARIAT RW 04 KAMPUNG MANGGARAI (2016)

Kepadatan penduduk merupakan fenomena yang terjadi di Kota Jakarta saat ini. Tingginya tingkat perpindahan penduduk serta keinginan masyarakat pendatang yang ingin bekerja di kota-kota besar merupakan permasalahan yang telah lama ada. Tidak adanya bekal pendidikan dan materi yang cukup, memaksa masyarakat pendatang yang ingin mencari kerja memanfaatkan lahan yang lengah diawasi oleh pemerintah untuk dijadikan tempat tinggal.1/ Di kota besar, fenomena itu tercermin dari banyaknya permukiman kumuh, yang letaknya di atas lahan marjinal, seperti bantaran sungai, rel kereta api bahkan kuburan. Pada 2008, permukiman kumuh bertambah banyak dengan jumlah 416 RW, meliputi 1.493,27ha, dengan penduduk sebesar 567.413 jiwa. Jumlah ini diperkirakan terus meningkat, karena migrasi merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari.2/

Pada 2012, pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar diskusi normalisasi sungai Ci Liwung. Diketahui bahwa salah satu penyebab bencana banjir adalah permukiman bantaran sungai yang tidak terkontrol. Terdapat 34.000 kepala keluarga yang hidup di bantaran Sungai Ci Liwung, yang menyebabkan DAS Ci Liwung menjadi terganggu. Sehingga dibutuhkannya normalisasi sungai, yang akan memindahkan warga di sepanjang bantaran Sungai Ci Liwung. Kelurahan Manggarai RW 04, merupakan salah satu daerah permukiman bantaran Sungai Ci Liwung yang terkena dampak relokasi.3/ K a m p u n g M a n g g a r a i RW 0 4 merupakan kampung yang terbagi menjadi empat wilayah. Dengan jumlah 4213 jiwa dalam 1188 KK.4/ Dimana luas wilayah kampung adalah 4,65ha dengan kepadatan 1m 2 per orang. Masalah mendasar adalah tingginya kepadatan permukiman dan beragamnya tingkat perekonomian warga mulai dari rendah hingga menengah.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

01.


182kk

LEGENDA: MANGGARAI KAPUK (RT 01-03) MANGGARAI KOMPLEK AL (RT 04-05) MANGGARAI STASIUN (RT 06-13) MANGGARAI PASAR (RT 15-17) KOMPLEK PERKANTORAN TNI AL KOMPLEK SEKOLAH RUANG TERBUKA HIJAU

GAMBAR 1.2/ PETA SITE TERPILIH RW 04 KAMPUNG MANGGARAI

1.1.2 Keterbatasan Lahan dan Site Terpilih GAMBAR 1.2/ PETA SITE TERPILIH RW 04 KAMPUNG MANGGARAI SUMBER: RE-DRAW SEKRETARIAT RW 04 (2016), ANALISIS DAN HASIL WAWANCARA PENULIS (2016) REFERENSI 5/ SUMBER: SEKRETARIAT RW 04 (2016), ANALISIS DAN HASIL WAWANCARA PENULIS (2016)

02.

Kampung Manggarai terdiri dari 4 wilayah yaitu Manggarai P a s a r, M a n g g a r a i S t a s i u n , Manggarai Angkatan Laut, dan 5/ Manggarai Kapuk (gambar 1.2). Permasalahan yang paling krusial terdapat pada wilayah Manggarai Kapuk, dengan kepadatan tertinggi,

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

dengan warga yang memiliki tingkat perekonomian yang rendah. Namun, perencanaan wilayah tersebut tidak dapat dilakukan karena termasuk dalam zonasi tata ruang terbuka hijau (lebih rinci pada bab 2.3.2). Sedangkan, pada Manggarai


Stasiun tingkat perekonomiannya lebih baik dari Manggarai Kapuk dengan penduduk paling padat di RW 04. Selanjutnya, Wilayah Manggarai Komplek Angkatan Laut yang merupakan wilayah dengan kualitas hidup yang paling baik diantara wilayah lain.

Dimana penduduk yang tinggal di permukiman tersebut memiliki tingkat ekonomi menengah. Dengan permasalahan banjir yang minim dan RTH yang luas. Sehingga, site yang terplih adalah Manggarai Pasar dimana kepadatan permukiman tinggi

dimana permasalahan utama yaitu keterbatasan ruang dengan luas 7503m dan jumlah 182KK, serta tingkat perekonomian warga yang masih tergolong lemah. Dan masih terdapat rumah bantaran sungai yang memiliki sanitasi dan akses yang tidak tertata.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

03.


GAMBAR 1.3/ RUSUNAWA JATINEGARA

1.1.3 Kampung Vertikal dan Konsep Arsitektur Fleksibel GAMBAR 1.3/ RUSUNAWA JATINEGARA SUMBER: KOMPAS.COM (2015) REFERENSI 6/ SUMBER: DARRUNDONO “PERMASALAHAN PERUMAHAN: KATA, FAKTA, JAKARTA” (2011)

04.

Di Kota Jakarta pengembangan permukiman vertikal sangat dibutuhkan, mengingat Jakarta merupakan kota dengan tingkat kepadatan paling tinggi di Indonesia. Pengembangan hunian vertikal tersebut diperuntukkan untuk masyarakat miskin hingga kaya. Pemerintah merelokasi ribuan kepala keluarga untuk tinggal di rusunawa. Pada kenyataannya, ribuan unit Rusun yang telah dibangun untuk MBR kosong, dimana hanya terdapat sekitar 20% yang terhuni, dan sebagian besar ditempati oleh masyarakat berpenghasilan menengah. Sedangkan, lebih dari 20.000 unit rumah susun telah dibangun oleh Dinas Perumahan. Dan sebanyak 10.649 unit rumah susun belum ditempati oleh 6/ masyarakat yang berhak.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

Kegagalan Rusun di Jakarta, diakibatkan oleh kurangnya studi dan pandangan akan Rusun akan menyejahterahkan warga. Penghuni Rusun harus membayar biaya sewa, dan 6/ jauhnya mereka dari tempat kerja. Sehingga dibutuhkannya perencanaan hunian vertikal yang mampu mengakomodasi perilaku warga, serta dapat mendorong kemajuan ekonomi para penghuninya. Tantangan yang dihadapi adalah keterbatasan lahan dan tingginya jumlah kepala keluarga. Perencanaan kampung vertikal yang dapat mengatasi tingkat kepadatan penduduk dibutuhkan, dan dapat diatasi dengan konsep arsitektur fleksibel. Dimana konsep tersebut dapat mengoptimalkan penggunaan ruang pada hunian sesuai dengan perilaku dan gerak penghuni.


1.2. Pernyataan Persoalan Rancangan

1.2.1. Permasalahan Umum Bagaimana desain kampung vertikal di Manggarai Pasar yang dapat menjawab permasalahan keterbatasan lahan dan tingginya kepadatan penduduk dengan konsep arsitektur fleksibel? 1.2.2.Permasalahan Khusus 1.Bagaimana merancang massa bangunan yang dapat merespon permasalahan keterbatasan lahan pada site? 2.Bagaimana merancang pola ruang fleksibel untuk aktivitas komersial dan residensial berdasarkan aktvitas penghuni? 3.Bagaimana merespon lanskap site yang berada di bantaran sungai, agar dapat menyelesaikan permasalahan kekurangan RTH dan banjir? 1.2.3. Tujuan dan Sasaran 1.Tujuan Merancang kampung vertikal yang dapat menyelesaikan masalah keterbatasan ruang dengan konsep arsitektur fleksibel. 2.Sasaran i.)Merancang gubahan massa yang mengatasi permasalahan lahan terbatas. ii.) Merancang pola ruang yang fleksibel untuk aktivitas komersial dan reseidensial penghuni. iii.)Merancanag lanskap area bantaran sungai.

1.2.4. Batasan Internal (Praktis) 1. Arsitek i.) Struktur dirancang untuk dapat memperluas bangunan secara vertikal. ii.) Unit dirancang dengan konsep fleksibel, dimana terdapat space dalam unit untuk menambah anggota keluarga. iii.) Ruang komunal dimanfaatkan untuk sarana mencuci, menjemur, serta aktivitas berkumpul bagi warga. iv.) Sirkulasi saling terkoneksi antar satu blok massa ke blok lainnya. Dengan lebar yang dapat diakses oleh gerobak dan sepeda. 2. Klien Klien adalah warga Manggarai Pasar RW 04. Aktivitas sosial warga kampung Manggarai Pasar, seperti ruang baca yang telah ada (KAAB). Serta ruang untuk fasilitas kesehatan, pendidikan dan ibadah. 3. Pengguna i.) Warga pada kampung Manggarai Pasar terdiri dari warga tetap dan musiman yang sebagian besar bekerja sebagai pedagang. Sehingga lantai dasar digunakan untuk area komersial. ii.) Warga memiliki hak milik atas unit rumah (terdiri dari modularmodular), apabila dikemudian hari anggota keluarga berkurang modular hanya dapat disewakan dan tidak dapat dijual kepada siapapun. 4. Legislator Desain kampung sesuai dengan peraturan mengenai Rusunawa oleh Pemerintah DKI Jakarta Tahun 2009.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

05.


1.3 Metoda Pemecahan Persoalan Perancangan yang Diajukan 1.4 Keaslian Penulisan REFERENSI 7/ SUMBER: TANOYO, JOYO “KAMPUNG VERTIKAL BANTARAN SUNGAI CODE YOGYAKARTA”, UGM 2013. REFERENSI 8/ SUMBER: ABDUL, GHOFUR “RUMAH SUSUN BIONIK DI BACIRO, YOGYAKARTA”, UII 2015. REFERENSI 9/ SUMBER: OVINDA, EL RACHMALISA “KAMPUNG MANDIRI VERTIKAL DI KAWASAN CBD, SURABAYA”, ITS 2010. REFERENSI 10/ SUMBER: FAHMI, AFRIZAL “RUSUNAWA JAKARTA, APLIKASI EKO DESAIN PADA BANGUNAN TINGGI”, UMB JAKARTA 2007 REFERENSI 11/ SUMBER: BUDI, FARIS “RUMAH SUSUN SEWA DI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN KARANGANYAR” UM SURAKARTA 2008

06.

1.3.1. Metode Penelusuran Masalah 1. Observasi, dilakukan dengan pengamatan secara visual terhadap keadaan site di Manggarai, Jakarta Selatan untuk menambah pemahaman mengenai keadaan site. 2. Studi literatur, dilakukan dengan membaca referensi dari buku dan internet serta menggabungkan fenomena yang terjadi dengan acuan ilmu mengenai permukiman padat penduduk kota, banjir, serta teori arsitektur fleksibel. 1.3.1. Metode Pengumpulan Data 1. Survey, dengan melakukan survey lanjutan yang berhubungan dengan aspek kelanjutan desain nantinya. Survey dilakukan di kantor atau lembaga terkait dengan cara wawancara. 2. Kajian Literatur, mengutip dan mengumpulkan referensi mengenai keterkaitan dengan bangunan. 1.3.2. Metode Perumusan Konsep Menggunakan cara analisis deskriptif yaitu membandingkan data dengan referensi yang telah dikutip. 1.3.1. Metode Pengujian Rancangan Dilakukan dengan cara pengujian software sebagai simulasi tingkat ekologi.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

1.4 Keaslian Penulisan Berikut tugas akhir mahasiswa arsitektur yang memiliki fungsi dan pendekatan ke arah yang sama. Tanoyo Joyo dalam tugas akhirnya yang berjudul Kampung Vertikal Bantaran Sungai Code, Yogyakarta (2013). Pendekatan yang diterapkan adalah arsitektur organik dalam perencanaan kampung vertikal bantaran sungai.7/ Abdul Ghofur dalam tugas akhirnya yang berjudul Rumah Susun Bionik di Baciro, Yogyakarta (2015). Pendekatan arsitektur ekologis yang diterapkan dapat menghasilkan keuntungan sendiri bagi bangunan, site dan penghuni bangunan.8/ Ovinda El Rachmalisa dalam tugas akhirnya Kampung Mandiri Vertikal di Kawasan CBD, Surabaya (2010). Diamana penulis merancang kampung vertikal dengan prinsip pengembangan kampung kota di kawasan bisnis Kota Surabaya.9/ Fahmi Afrizal dalam tugas akhirnya Rusunawa Di Jakarta, Aplikasi Eko-desain pada Bangunan Tinggi (2007). Rusunawa menerapkan pendekatan ekodesain yang dihuni oleh masyarakat menengah ke bawah.10/ Budi Faris dalam tugas akhirnya Rumah Susun Sewa di Kawasan Industri Kabupaten Karanganyar (2008). Dimana Rusunwa dirancang sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial pekerja/karyawan pabrik di Kabupaten Karanganyar.11/


1.5 Prediksi Pemecahan Persoalan Perancangan (DesignHypothesis) GAMBAR 1.4/ DESIGN HYPOTHESIS SUMBER: ANALISIS PENULIS (2016)

GAMBAR 1.4/ DESIGN HYPOTHESIS

Pemecahan masalah dilihat dari permasalahan dan latar belakang pemilihan site. Dimana permasalahan utamanya adalah kepadatan penduduk yang tinggi serta keterbatasan lahan. Dalam hal ini referensi mengacu pada teori mengenai eksibilitas ruang

sehingga startegi yang dibutuhkan adalah perencanaan kampung yang eksibel terhadap pertumbuhan jumlah penduduk. Permasalahan lain adalah ekonomi warga yang lemah. Strategi yang diterapkan adalah dengan merencanakan ruang

komersial pada kampung untuk dapat dimanfaatkan secara optimal. Dan pada akhirnya akan merujuk pada permasalahan terakhir yaitu banjir, dengan startegi teknologi konstruksi bangunan yang dipakai untuk bangunan bantaran sungai.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

07.


1.6 Peta Pemecahan Persoalan (Kerangka BerямБkir) GAMBAR 1.5/ KERANGKA BERFIKIR SUMBER: ANALISIS PENULIS (2016)

GAMBAR 1.5/ KERANGKA BERFIKIR

08.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


PENELUSURAN PERSOALAN PERANCANGAN DAN PEMECAHANNYA

2.

2.1 Narasi Konteks Lokasi, Site, dan Arsitektur 2.2 Peta Kondisi Fisik 2.3 Data Lokasi dan Peraturan Bangunan Terkait 2.4 Data Ukuran Lahan dan Bangunan 2.5 Data Klien dan Pengguna 2.6 Kajian Tema Perancangan 2.7 Kajian dan konsep fungsi bangunan yang diajukan 2.8 Kajian dan konsep ďŹ gura f rancangan (penemuan bentuk dan ruang) 2.9 Program Arsitektural yang Relevan


manggarai stasiun

manggarai komplek AL

manggarai kapuk

GAMBAR 2.1/ PETA DAN FOTO KONDISI BATAS SITE

2.1 Narasi Konteks Lokasi, Site, dan Arsitektur GAMBAR 2.1/ PETA DAN FOTO KONDISI BATAS SITE SUMBER: MODIFIKASI GOOGLE EARTH (2016) DAN DOKUMENTASI PENULIS (2015)

09.

2.1.1. Lokasi Lokasi perancangan terletak di utara kota Jakarta Selatan, tepatnya di Kecamatan Tebet, Kelurahan Manggarai, RW 04. Lokasi merupakan lahan milik negara yang terabaikan, sehingga warga yang telah lama menetap menjadikan lahan tersebut untuk bermukim turun menurun dari keluarga. Terletak tepat berada di area bantaran sungai Ci Liwung, dengan kontur yang semakin rendah menghadap sungai. Dan akses strategis, yaitu terletak di Jalan

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

Manggarai Utara 2 yang dekat dengan salah satu stasiun transit commuter line terbesar Jakarta (gambar 2.1). Lokasi terbagi menjadi empat wilayah yaitu, Manggarai Pasar, Manggarai Stasiun, Manggarai Komplek Angkatan Laut, dan Manggarai Kapuk. Pada area Manggarai Pasar dan Manggarai Stasiun, terdapat banyak PKL dan kioskios yang dibuka untuk memenuhi kebutuhan pengunjung stasiun. Sehingga, lokasi-lokasi tersebut menjadi area bagi warga sekitar untuk berjualan.


LEGENDA: MANGGARAI KAPUK (RT 01-03) MANGGARAI KOMPLEK AL (RT 04-05) MANGGARAI STASIUN (RT 06-13) MANGGARAI PASAR (RT 15-17) KOMPLEK PERKANTORAN TNI AL KOMPLEK SEKOLAH RUANG TERBUKA HIJAU GAMBAR 2.2/ PETA PEMBAGIAN WILAYAH RW 04 KAMPUNG MANGGARAI

GAMBAR 2.2/ PETA PEMBAGIAN WILAYAH RW 04 KAMPUNG MANGGARAI SUMBER: RE-DRAW SEKRETARIAT RW 04 (2015)

2.1.2. Site Terpilih Lahan pada wilayah RW 04 merupakan tanah milik negara. Peruntukkan pada lahan ini dimungkinkan untuk dibangun permukiman, kecuali di area manggarai kapuk yang peruntukkan lahan untuk ruang terbuka hijau kota. Padahal area manggarai kapuk memiliki kondisi ďŹ sik permukiman yang masih semi permanen dengan material papan dan seng pada dinding (gambar 2.1). Pada area manggarai pasar dan kapuk masih terdapat banyak pengangguran dan sebagian besar

warga bekerja sebagai buruh dan pedagang, yang berpenghasilan rendah. Ruang terbuka hijau masih sangat minim terdapat di area manggarai pasar dan stasiun. Hal tersebut membuat air tergenang yang menyebabkan banjir. Permukiman wilayah manggarai pasar paling banyak terkena banjir, yang juga dikarenakan mengambil DAS. Karena itu, dibutuhkan perencanaan kampung untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada di RW 04 Kampung Manggarai. Dengan studi kasus area Manggarai Pasar.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

10.


2.1.2. Arsitektur Sekitar Site Tipologi bangunan yang berada di sekitar site adalah permukiman, komersial dan sarana transportasi. Pada permukiman terdapat beberapa bangunan yang mengadopsi bentuk arsitektur kolonial. Area komersial pada pasar masih asli dengan bentuk pasar tradisional di Indonesia, dan sebagian merupakan arsitektur bangunan modern. Sedangkan, Stasiun Manggarai merupakan bangunan lama dalam bentuk arsitektur

kolonial dengan penambahan shelter modern untuk pembelian tiket pengunjung. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa arsitektur sekitar site merupakan bangunan modern. Sedangkan arsitektur pada site banyak mengadopsi bentuk arsitektur modern, dengan material sederhana pada beberapa rumah.

GAMBAR 2.3/ ARSITEKTUR SEKITAR SITE SUMBER: FOTO GOOGLE STREET VIEW (2015)

GAMBAR 2.3/ ARSITEKTUR SEKITAR SITE

2.2 Peta Kondisi Fisik REFERENSI 12/ PERATURAN GUBERNUR PROV. DKI JAKARTA NO. 27 TAHUN 2009

Peraturan pembangunan kampung vertikal memiliki 12/ persyaratan diantaranya; (1) Rencana jalan eksisting minimal 8 meter, pada site jalan merupakan jalur searah dengan tiap lajur jalan dengan total 12 meter. (2) Saluran air dengan sistem drainase baik, dimana pada site 74% warga telah menggunakan PDAM. (3) Dekat dengan fasilitas transportasi, dimana site berada sangat dekat dengan Stasiun Manggarai.

11.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

P a d a w i l a y a h RW 0 4 Manggarai, beberapa kriteria telah dipehuhi. Sehingga, site memungkinkan untuk perencanaan pembangunan kampung vertikal, yaitu pada area Kampung Manggarai Pasar, yang merupakan pusat kegiatan ekonomi dari empat wilayah kampung manggarai RW 04. Area manggarai pasar merupakan permukiman, dengan mayoritas warga yang memanfaatkan rumahnya sekaligus tempat berjualan. Dimana kondisi ďŹ sik rumah mereka menjadi tidak tertata rapi.


GAMBAR 2.4/ PETA ZONASI KEC. TEBET

2.3 Data Lokasi dan Peraturan Bangunan Terkait GAMBAR 2.4/ PETA ZONASI KEC. TEBET SUMBER: PETA DETAIL TATA RUANG DKI JAKARTA

2.3.1 ProďŹ l Lokasi Terletak berdekatan dengan Stasiun Manggarai, Kampung Manggarai menjadi temapat persinggahan penduduk kota baru. Diamana laju pertumbuhan di kampung ini sangat pesat disamping angka kematian dan kelahiran. Tempat yang strategis memicu penduduk untuk tinggal dan bekerja. 1. Sebelah Utara: Sungai Ci Liwung (merupakan batas Provinsi Jakarta Selatan dengan Jakarta Timur) 2. Sebelah Timur: Sungai Ci Liwung dan permukiman padat RW 01 3. Sebelah Selatan: Kodam Jayaraya, Stasiun Manggarai dan sekolah. 4. Sebelah Barat: Stasiun Manggarai dan area komersial.

2.3.2 Peraturan Terkait Lahan RW 04 Kampung Manggarai termasuk kedalam pengembangan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa serta ruang terbuka hijau di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Hal tersebut meliputi, peremajaan kawasan, pembangunan rumah susun sederhana dan perbaikan lingkungan. Perencanaan kampung vertikal merupakan salah satu alternatif dari penataan kawasan kumuh dan menjadi solusi penyediaan permukiman layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Fungsi kampung vertikal tidak hanya diperuntukkan untuk tempat tinggal, dikarenakan warga memiliki kegiatan ekonomi perdagangan dan jasa yang

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

12.


REFERENSI 13/ RTRW 2030 DKI JAKARTA REFERENSI 14/ PERDA DKI JAKARTA NO. 1 TAHUN 2014 REFERENSI 15/ PERATURAN GUBERNUR PROV. DKI JAKARTA NO. 27 TAHUN 2009, PASAL 4 (1)DAN(2)

dilakukan di sekitar permukiman mereka. Sehingga, perencanaan bangunan merupakan penggabungan antara fungsi residensial dan komersial. Peruntukkan lahan pada site adalah zona perdagangan dan jasa,13 sedangkan fungsi utama yang direncanakan adalah permukiman. Hal tersebut dapat terlaksana pada semua jenis lahan terkecuali pada peruntukkan lahan terbuka hijau, fasilitas umum dan kawasan pemugaran. Sehingga diperlukan proses penyesuaian peruntukkan dengan perizinan dari pemerintah setempat.14/ 2.3.3 Peraturan Terkait Area Sungai Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28 tahun 2015 Pasal 4 ayat 1 bahwa, “Paling sedikit berjarak 10 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 meter�. Pada site, bantaran sungai harus dapat direspon dengan cara membuat tanggul berundak yang menjadi strategi perencanaan desain Sungai Ci Liwung. Dalam hal ini, untuk membuka akses menuju sungai sebagai vocal point, dan membuat orientasi permukiman bantaran sungai menghadap ke Ci Liwung.

13.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

2.3.4 Peraturan Terkait Bangunan (i) Berdasarkan SNI 03-1013-2004 persentase luas lahan untuk lingkungan rusunawa adalah maksimum 50% hunian, 10% fasilitas, dengan minimum 20% sarana lingkungan, 20% ruang terbuka hijau.

HUNIAN 50% FASILITAS 10% SARANA LINGKUNGAN 20% RTH 20% (ii). Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 28 Tahun 2009 15/ tentang Rumah Susun sederhana bahwa: a.Pasal 3 (9) Perencanaan pada lantai dasar hanya untuk fasilitas umum dan sosial sebesar 50%, dan sisanya merupakan ruang kosong tanpa dinding. b. Pasal 3 (11) Perhitungan jumlah penghuni 2 berdasarkan luas lantai (45m untuk 4 penghuni rusunawa) c. Pasal 3 (12) Permukaan atap bangunan difungsikan sebagai roof garden, yang digunakan sebagfai ruang publik. d. Pasal 5 (5) Penentuan KLB tipologi 1 (PSL Padat) paling tinggi KLB 4. Diizinkan membangun rusunawa dengan lokasi yang berdekatan dengan teriminal/stasiun/halte dalam radius 400 meter.


10m

5m SEMPADAN JALAN JALAN INSPEKSI TANGGUL SUNGAI A ARE GUN N A B TER

GAMBAR 2.5/ ANALISA LUAS TAPAK DAN SEMPADAN JALAN, BANGUNAN

2.4 Data Ukuran Lahan dan Bangunan GAMBAR 2.5/ ANALISA LUAS TAPAK DAN SEMPADAN JALAN, BANGUNAN SUMBER ANALISA PENULIS DENGAN PENGUKURAN LAHAN DARI GOOGLE ACME PLANIMETER

2.4.1 Data Ukuran Lahan Ukuran luas lahan keseluruhan adalah 7503 m2. Dengan total luas wilayah yang dapat terbangun adalah 6700m2, dan total lantai yang dapat bangunan 4 lantai (gambar 2.5). 2.4.2 Data Analisa Sempadan Sempadan jalan pada wilayah Kampung Manggarai menurut peraturan adalah 5 meter dari muka jalan. Dimana, dalam hal tersebut akan disediakan trotoar untuk pejalan khaki, serta layout berjualan yang baru untuk pedagang khaki lima. Sedangkan sempadan sungai adalah 10 meter, yang telah termasuk jalan inspeksi untuk jalur evakuasi bencana (gambar 2.5).

2.5.1 Data Klien dan Pengguna Klien dalam perencanaan kampung vertikal Manggarai adalah pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang juga sebagai pemegang kebijakan. Lahan perencanaan merupakan lahan milik negara, dan direncankan menurut regulasi yang berlaku di lokasi perencanaan dan standar pembangunan rusunawa yang ada di Indonesia. Pengguna adalah warga RW 04 Kampung Manggarai Pasar. Dimana warga menempati tanah negara, dengan beberapa yang memiliki izin mendirikan bangunan. Dengan sebagaian besar profesi warga adalah buruh.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

14.


2.5.2 Data Statistik Warga GAMBAR 2.6/ DATA STATISTIK WARGA SUMBER SEKRETARIAT RW O4 KAMPUNG MANGGARAI

DEWASA

LANSIA

ANAK-ANAK

REMAJA

GAMBAR 2.6/ DATA STATISTIK WARGA

TABEL 2.1 AKTIVITAS PENGGUNA RUANG


2.6 Kajian Tema Perancangan REFERENSI 16/ UU NO 27 TAHUN 2009, TENTANG RUSUNAWA SUMBER: PP GUBERNUR DKI JAKARTA REFERENSI 17/ ATRIBUT-ATRIBUT RUANG BERSAMA PADA HUNIAN VERTIKAL SUMBER: WIESMAN, 1991 DALAM CITRA (KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SURAKARTA, 2014) REFERENSI 18/ KARAKTERISTIK RUMAH BANTARAN SUNGAI SUMBER: CURTIS, KIRAN DALAM GHOFUR (RUMAH SUSUN BIONIK, 2016)

2.6.1 Narasi Problematika Tematis Permasalahan pada site yang sangat krusial adalah kepadatan penduduk serta lokasi yang dekat dengan sungai yang seringkali t e r k e n a b a n j i r. S e h i n g g a diperlukannya respon terhadap permasalahn tersbeut. Sedangkan permasalahan non arsitektural pada site adalah interaksi warga yang kurang karena keterbatasan ruang, dan sarana sanitasi yang tidak sehat. 2.6.2 Paparan Teori yang Dirujuk 1. Rumah Vertikal sebagai solusi dari Keterbatasan Lahan di Perkotaan. Rumah vertikal adalah bangunan gdeung bertingkat yang dibangun dalam satu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal dan vertikal dan merupakan satuan-satuan yang amsing-maisng dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian , yang dilengkapi dengan bagian bersama, 16/ benda bersama dan tanah bersama. Pada kesimpulannya, diperuntukkan untuk rumah susun diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Dimana pada setiap unit terhubung dengan akses ke selesar/ koridor/ lobi dan lantai lainnya di lingkungan serta jalan umum.

Berdasarkan macam dan pola interaksi yang ada dalam lingkungan Rusunawa, maka dibutuhkan beragam ruang bersama untuk menampung setiap pola interaksi yang terjadi. Dari beragamnya ruang bersama dalam Rusunawa, atributatribut yang terjadi di ruang bersama tersebut adalah:17/ a. Kenyamanan Suatu ruang yang memberi kenyamanan bagi penghuni Rusunawa, baik merasa nyaman saat melakukan kegiatan, atau merasa nyaman berada di ruang tersebut. b. Sosialitas Suatu ruang yang mampu memfasilitasi interaksi sosial. Selain tata perabot, pembentukan ruang pun akan sangat berperan dalam keberhasilan membentuk ruang sosiopetal. c. Aksesbilitas Suatu ruang yang mudah untuk dicapai oleh penghuni, memberi kemudahan aksesbilitas menuju ruang yang dituju penghuni, serta tidak terpotong arus sirkulasi. d. Adaptabilitas Suatu ruang yang mampu menampung kegiatan berbeda akibat perubahan aktivitas penghuni Rusunawa meliputi susunan, letak, pengurangan, atau penambahan komponen ďŹ sik pada ruang.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

16.


e. Visibilitas Suatu ruang yang memberikan visibilitas yang menarik sehingga menciptakan pola interaksi yang dinamis antar penghuni Rusunawa maupun masyarakat luar. f. Keamanan Suatu ruang yang memberi rasa aman serta dapat saling mengawasi pada tiaptiap ruang bersama.

rumah lebih dari satu lantai, sederhananya ketika banjir maka lantai satu di baiarkan tidak berfungsi dan lantai kedua menjadi ruang fungsional. Pada permasalahan banjir yang ada di Kampung Manggarai karakteristik yang cocok adalah rumah dengan wet flood proofing. Dimana pada ruang lantai dasar merupakan fungsi sebagai ruang 2. Karakteristik Rumah Bantaran bersama, dan lantai 2 merupakan Sungai hunian sekaligus tempat Adapun karakteristik metode mengevakuasi diri. sistem rumah tanggap banjir berdasarkan solusi dan teknologi 3 . K o n s e r v a s i A i r d e n g a n y a n g d i j a b a r k a n d a l a m Menabung Air Hujan. penelitiannya tentang rumah tanggap Menurut Skinner (2004, 18 banjir , yakni : disebutkan dalam Pudyastuti, 2006) a. Rumah dengan rekayasa elevasi, beberapa komunitas di dunia telah prinsip struktur yang digunakan sama mempraktekkan penampungan air dengan rumah panggung hujan secara tradisional. b. Rumah apung atau amphibious, Selain itu penampungan air mengunakan prinsip sifat apung dari hujan bukan hanya teknologi yang teknologi kapal,dan perahu/rakit- sesuai untuk negara berkembang rakit sederhana saja namun juga dipromosikan c. Rumah dengan dry flood proofing, di negara maju seperti Australia. atau dengan pertahanan terhadap Penerapan penampungan air hujan dampak banjir. Pada dasarnya, sesuai ketika : bagian luar rumah difungsikan sebagi 1. Adanya pola hujan yang cocok. penahan aliran air agar tidak masuk 2 . K e p a l a k e l u a r g a m a u p u n kebagian fungsional rumah. Aspek komunitas mau menggunakan air stuktur dan material hujan. sangat ditekankan. 3. Sumber air yang lain tidak tersedia d. Rumah dengan wet flood proofing, atau hanya tersedia musiman, terkena yang tidak bermasalah walaupun polusi, berada di lokasi yang cukup terkena dampak banjir. Ini skema jauh, atau tidak bisa diandalkan.

17.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

4. Teori Arsitektur Fleksibel19 Carmona, et al (2003) mengemukakan teori bahwa fleksibilitas ruang dapat dikajipada sifat temporer dimana dianalisis pada tiga aspek temporal dimension sebagaiberikut: a. Time cycle and time management Ruang yang fleksibel dapat berubah menyesuaikan dengan aktivitas pengguna yang selalu berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Jadi fleksibilitas ruang dapat dicapai dengan memperhatikan aspek aktivitas dalam waktu, sebuah ruang dapat berubahubah sesuai kebutuhan menurut waktunya. b. Continuity and stability Wa l a u p u n l i n g k u n g a n s e l a l u berubah dari waktu ke waktu, sebuah keberadaan desain seharusnya mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan tersebut sehingga sebuah desain yang fleksibel dapat memiliki fungsi optimal yang stabil dan berkelanjutan dalam reaksi pada lingkungannya. c. Implemented over time Sebuah desain fleksibilitas ruang yang baik seharusnya dapat diimplementasikan dengan tak lekang oleh waktu berkaitan dengan kemungkinan perubahan yang terjadi didalamnya. Sehingga pemikiran-pemikiran yang inovatif harus terus


REFERENSI 19/ TEORI FLEKSIBEL DAN FLEKSIBILITAS RUANG SUMBER: CARMONA ET ALA (2003) & TOEKIO (2000) DALAM JURNAL FLEKSIBILITAS INTERIOR UNIT HUNIAN PADA RUMAH SUSUN DI KOTA MALANG OLEH: AHSANA, RINAWATI, AGUNG (2014) REFERENSI 20/ BUILDING LAYERS DALAM EBOOK ADAPTABLE ARCHITECTURE “THEORY AND PRACTICE” OLEH: SCHMIDT III, AUSTIN (2004). GAMBAR REFERENSI 2.7/ TABEL REFERENSI 2.2 RE-DRAW BUILDING LAYERS SUMBER: EBOOK ADAPTABLE ARCHITECTURE “THEORY AND PRACTICE” OLEH: SCHMIDT III, AUSTIN (2004).

dihadirkan untuk menghadirkan strategi yang dapat mengatasi segala perubahan akan lingkungan.

SKIN STRUCTURE SERVICE SOCIAL

Sedangkan penerapan elemen ruang fleksibel, menurut Toekio (2000) terdapat tiga konsep fleksibilitas ruang, sebagai berikut: a. Ekspansibilitas (Expandibility) Konsep ini memungkinkan perancangan ruang menampung pertumbuhan melalui perluasan, serta dapat berkembang terus sesuai kebutuhan penghuninya. b. Konvertibilitas (Convertibility) Konsep ini memungkinkan adanya perubahan orientasi dan suasana dengan keinginan pelaku tanpa melakukan perombakan besar-besaran terhadap ruang yang sudah ada. c. Versatilitas (Versatility) Fleksibilitas suatu ruang dapat dilakukan melalui penggunaan ruang yang multifungsi yang mampu mewadahi beberapa kegiatan atau fungsi pada waktu yang berbeda, atau dapat mewadahi kegiatan sesuai waktu kebutuhannya dalam sebuah ruang yang sama. 5. Teori Building Decomposition20 Brand, (1994), mengemukakan teori bahwa bangunan terdiri dari lapisanlapisan yang tersusun. Mulai dari site, skin, structure, service, space plan dan stuff. Dimana terdapat rentan waktu yang berbeda-beda.

SPACE PLAN STUFF

SURROUNDING SITE

GAMBAR REFERENSI 2.7/ RE-DRAW BUILDING LAYERS

Berkaitan dengan teori arsitektur fleksibel yang menyatakan bahwa desain harus lekang oleh waktu (implemented over time). Sehingga perencanaan ruang dan struktur merupakan elemen yang sangat diperhatikan. TABEL 2.2 MATRIKS HUBUNGAN BUILDING LAYERS

Pemisahan antara elemen jangka paling pendek (stuff and space plan) dan yang paling panjang (structure), yaitu dalam jangka waktu elemen tersebut memungkinkan pengguna untuk mekonfigurasi ruang mereka sendiri. Sehingga perencanaan ruangan yang dapat dikonfigurasi dalam unit rumah sangat dibutuhkan dalam kasus lahan terbatas. Dimana furnitur (stuff) harus dapat memungkinkan pengguna memperluas dan mengatur ruangan secara optimal.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

18.


GAMBAR 2.8/ TIANZIFANG DISTRICT CHINA

2.6.3 Kajian Karya Arsitektural yang Relevan GAMBAR 2.8/ TIANZIFANG DISTRICT CHINA SUMBER IMPERIALTOURS.NET GAMBAR 2.9/ KAMPUNG KARYA ARSITEK YU-SING SUMBER RUMAH-YUSING.BLOGSPOT.CO.ID GAMBAR 2.10/ KAMPUNG DERET PETOGONGAN SUMBER SATUHARAPAN.COM

19.

1. Tianzifang City, China. Tianzifang merupakan kampung bekas penjajahan dengan model rumah berkonsep Eropa di China. Pada masa itu, pemerintah hampir menggusur bangunanbanguanan tersebut, akibat terlalu kumuh. Penduduk kota yang padat, sanitasi dan drainase yang tidak berfungsi dengan baik, membuat wajah Tianzifang menjadi semakin kumuh. N a m u n , w a rg a s e t e m p a t bersatu untuk memprebaiki kerusakan-kerusakan tersebut, hingga pada akhirnya kampung tersebut diresmikan, menjadi kampung distrik komersial di China

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

dimana banyak turis yang berdagang untuk dapat menikmati suasana atau berbelanja (gambar 2.8). Sirkulasi yang digunakan masih merupakan jalan eksisting yang dapat dilewati oleh sepeda dan pejalan khaki, dengan nyaman. 2. Kampung Vertikal karya Arsitek Yusing. Kampung didesain untuk dapat memanfaatkan potensi lokal, mengembangkan konsep ekonomi dan meningkatkan kreativitas warga. Suasana yang ada pada kampung, harus dapat tergambar jelas dimana menjadi tolak ukur kenyamanan penghuninya (gambar 2.9).


GAMBAR 2.9/ (atas) KAMPUNG VERTIKAL KARYA ARSITEK YU-SING GAMBAR 2.10/ (bawah) KAMPUNG DERET PETOGONGAN

Sehingga fungsi kampung tidak hanya sebagai tempat untuk bermukim namun juga sebagai sarana untuk mengembangkan potensi warganya. Pada kampung terdapat banyak ruang bersama seperti, ruang cuci jemur, bak penampungan bersama, kamar mandi bersama, tempat bercocok tanam, dan sebagainya. Dan disesuaikan dengan karakteristik kampung sebelum. Pada denah terdapat beberpa tipe dalam satu lantai. Sehingga, warga dari berbagai golongan pekerjaan dapat berinteraksi dengan tetangganya. Sirkulasi yang digunakan adalah single loaded,yang mengadaptasi jalan kampung yang sempit pada kampung sebelumnya.

3. Kampung Deret Petogongan, Jakarta Kampung Deret merupakan sttrategi penyelesaian masalah yang cukup baik. Dimana warga tidak pindah pada lokasi mereka tinggal, sehingga pekerjaan mereka tetap berada di dekat permukiman. Sirkulasi yang tadinya kecil, diperlebar dengan adanya jalan baru, ditambah dengan fasilitas ruang bermain untuk anak-anak, dan ruang interaksi untuk warga. Ruang terbuka hijau yang tadinya sedikit, lamakelamaan makin bertambah dikarenakan permukiman yang telah bertambah dengan perluasan vertikal (gambar 2.10). KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

20.


GAMBAR 2.11/ KONSEP FUNGSI BANGUNAN

2.7 Kajian dan Konsep Fungsi Bangunan yang Diajukan GAMBAR 2.11/ KONSEP FUNGSI BANGUNAN SUMBER: ANALISIS PENULIS

Kampung vertikal memiliki fungsi utama sebagai hunian untuk MBR. Dimana mengubah wajah permukiman kumuh menjadi lebih tertata rapi. Karena keterbatasan lahan hunian menjadi diperluas keatas. Yang terbagi menjadi 4 tipe kamar, sesuai dengan jumlah anggota keluarga pada KK. Sehingga, ruang yang berfungsi menjadi optimal.

KAMPUNG VERTIKAL

Fungsi kampung yang lain sebagai ruang komersial bagi warga, dimana fungsi Kampung yang lama terdapat juga pasar dadakan. Sehingga, diperlukannya ruang komersial yang tertata rapi untuk kios dan PKL (gambar 2.11). Ruang interaksi yang ada pada bangunan terdiri dari ruang komunal dan ruang terbuka hijau. Seperti ruang cuci jemur, kebun bersama, dan sirkulasi terhubung.

RUANG KOMERSIAL

ARSITEKTUR FLEKSIBEL

21.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

RUANG KOMUNAL


TABEL 2.3 ANALISA PERLETAKKAN RUANG

KK

PENDAPATAN

JAM KERJA

USIA

JARAK KE TEMPAT KERJA

91

1.5JUTA3JUTA

05.0022.00

19-60

100M

SERING BERSOSIALISASI DENGAN TANGGA

MCK SENDIRI

9

750RIBU900RIBU

19.0015.00

19-50

1KM

JARANG BERSOSIALISASI DENGAN TANGGA

MCK KOMUNAL

LT.2,3,4

55

2JUTA3JUTA

07.0017.00

19-50

500M

JARANG BERSOSIALISASI DENGAN TANGGA

MCK SENDIRI

LT.2,3,4

TAHUN

27

TIDAK DIKETAHUI

16.0024.00

19-50

100M

SERING BERSOSIALISASI DENGAN TANGGA

MCK KOMUNAL

LT.2,3,4

TAHUN

SOSIALISASI

SANITASI

LT.2

PEDAGANG& KARYAWAN

TAHUN

PEMULUNG

BURUH

TAHUN

LAINNYA

2.8 Kajian dan konsep ямБguratif rancangan (penemuan bentuk dan ruang) TABEL 2.3/ ANALISA PERLETAKKAN RUANG SUMBER: ANALISIS PENULIS (2016) GAMBAR 2.13/ KONSEP BENTUK MASSA SUMBER: ANALISIS PENULIS (2016)

Bentuk ruang terinspirasi dari bentuk pazel. Dengan berbagai macam bentuk dan ukuran unit. Sirkulasi yang dipakai adalah sistem single loaded dua jalur dengan void, dimana sirkulasi tersebut memungkinkan interakasi yang terjadi antar warga.

Konsep perletakkan ruang juga berdasarkan aktivitas pekerjaan penghuni, sehingga setiap anggota keluarga dapat berinteraksi dengan baik di lingkungannya. Konsep rumah panggung juga dipakai untuk mencegah banjir.

CORE UNTUK MEMPERMUDAH EKSPANSI DAN UTILITAS DALAM SATU KLASTER TERDAPAT VARIASI PEKERJAAN WARGA

LUAS UNIT BERDASARKAN JUMLAH PENGHUNI

GAMBAR 2.13/ KONSEP BENTUK MASSA

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

22.


HAL UNIK YANG TERDAPAT DI KAMPUNG

GAMBAR 2.14/ HAL UNIK PADA KAMPUNG

KONSEP TIPE BANGUNAN 2

KDB 50% = 3751.15 M

KK 1 = TIPE 9

56

KK 2-5 = TIPE 18

KLB = 4 LANTAI

108

KK 6-9 = TIPE 27

GAMBAR 2.15/ KONSEP TIPE BANGUNAN

KONSEP KEPEMILIKAN BANGUNAN

GAMBAR 2.16/ KONSEP KEPEMILIKAN BANGUNAN

23.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

18


2.9 Program Arsitektural yang Relevan GAMBAR 2.14/ HAL UNIK PADA KAMPUNG SUMBER: ANALISIS PENULIS (2016) GAMBAR 2.15/ KONSEP TIPE BANGUNAN SUMBER: ANALISIS PENULIS (2016) GAMBAR 2.16/ KONSEP KEPEMILIKAN BANGUNAN SUMBER: ANALISIS PENULIS (2016)

2.9.1 Konsep Semangat pada Kampung Konsep semangat dari kampung diterapakan dalam perencanaan kampung vertikal. Dimana hal tersebut menjadi pembeda antara Kampung Vertikal dengan Rusunawa yang menjadi rencana pemerintah sekitar. Konsep tersebut memepertahankan semangat dari kampung yang telah melekat sejak lama (gambar 2.14). Hal-hal yang tidak dapat dilakukan di rumah mereka, ketika mereka di relokasi ke rusunawa seperti, menggelar hajatan di depan rumah, parkir kendaraan depan rumah, menanam tanaman, merenovasi rumah, menambah anggota keluarga, dan sirkulasi untuk roda dua seperti sepeda, motor, dan gerobak PKL.

Tipe sangat kecil adalah untuk warga yang tinggal sendiri atau warga musiman yang menetap sementara. Selanjutnya, tipe kecil merupakan unit untuk keluarga yang baru menikah atau hanya memiliki 2 anggota keluarga. Pada rumah tipe sedang diperuntukkan bagi warga yang memiliki jumlah anggota keluarga 2-5. Dikarenakan kelompok ini merupakan orang yang baru menikah atau baru memiliki anggota keluarga baru. Sehingga dibutuhkan unit rumah yang cukup besar untuk ekspansi. Pada tipe besar, diperuntukkan bagi warga yang memiliki jumlah anggota keluarga paling banyak, yaitu 6-9 anggota keluarga. Dimana biasanya terdapat generasi yang tinggal dalam satu atap.

2.9.2 Konsep Tipe Bangunan

2.9.3 Konsep Kepemilikan Rumah

Tipe unit rumah pada bangunan dikelompokkan berdasarkan jumlah anggota keluarga pada Kampung Manggarai Pasar, dimana diketahui baha jumlah anggota keluarga paling banyak yaitu 12 anggota keluaraga. Sehingga terdapat 4 tipe unit rumah yaitu tipe sangat kecil, kecil, s e d a n g d a n b e s a r . Ya n g dikelompokkan berdasarkan jumlah anggota keluarga (gambar 2.15).

Kepemilikan rumah berdasrkan jumlah anggota keluarga. Dimana warga yang memiliki satu unit rumah dipindahkan dalam satu unit rumah baru (gambar 2.16). Pada warga yang memiliki rumah serta tempat usaha (toko), maka akan dipindahkan ke satu unit rumah dan sebagai pengganti warga dapat menyewa satu retail toko, di bagian muka jalan.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

24.


HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

3.

3.1 Narasi dan Ilustrasi Skema k Hasil Rancangan 3.1.1 Rancangan Skema k Kawasan Tapak 3.1.2 Rancangan Skema k Bangunan 3.1.3 Rancangan Skema k Selubung Bangunan 3.1.4 Rancangan Skema k Interior Bangunan 3.1.5 Rancangan Skema k Sistem Struktur 3.1.6 Rancangan Skema k Sistem U litas 3.1.7 Rancangan Skema k Sistem Akses Diabel dan Keselamatan Bangunan 3.1.8 Rancangan Skema k Detail Arsitektural Khusus 3.2 Hasil Pembuk an atau Evaluasi Rancangan Berbasis Metode yang Relevan


3.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan

sempadan sungai sempadan sungai selebar 10 meter dari sungai ke bangunan. jalan inspeksi jalan inspeksi dengan lebar 2 meter, untuk jalur evakuasi bencana banjir. ruang terbuka hijau berfungsi sebagai daerah resapan air serta wadah rekreasi warga kampung untuk berinteraksi. ruang terbangun terdiri dari fungsi utama berbagai unit rumah, komersial, dan prasarana. sirkulasi akses terkoneksi ke semua fungsi bangunan. sempadan jalan sempadan bangunan dari jalan selebar 5 meter.

GAMBAR 3.1/ ZONING MASA BANGUNAN

3.1.1 Rancangan Skematik Kawasan Tapak GAMBAR 3.1/ ZONING MASA BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

3.1.2 Rancangan Skematik Bangunan TABEL 3.1/ MATRIKS HUBUNGAN TEORI DAN KONSEP DENGAN PROGRAM RUANG SUMBER: PENULIS (2016)

Perletakan masa bangunan berdasarkan kebutuhan ruang. Yang berpusat pada plaza tengah, yang merupakan jalur sirkulasi utama warga Manggarai Pasar. Fasilitas ibadah dan

rekreasi terdapat disekeliling unit, sehingga memunculkan interaksi warga. Ruang terbuka hijau sekaligus berfungsi sebagai daerah resapan air, terdapat disekeliling bangunan.

TABEL 3.1 MATRIKS HUBUNGAN TEORI DAN KONSEP DENGAN PROGRAM RUANG THEORY

PROGRAM

GUIDELINE

XS

S

M

L

NORTH

1. CONTINUITY AND STABILITY

BUILDING ORIENTATION

VO ID

CORE

CORE STRUCTURE

COMMUNAL SHAFT

XS - 1 MODUL S - 1.5 MODUL

EXTRA BEAM-

SPLIT LEVEL

M - 2 MODUL L - 3 MODUL

INTERNAL EXPAND

EXPANDIBILITY

FURNITURE MODIFICATION when family L - 3 MODUL M - 2 MODUL CURRENTLY LEAVING

2. IMPLEMENTED OVER TIME

FOR SALE OR RENT

max 2m

max 1.7m material: eq. wood, bamboo

CONVERTIBILITY

3. TIME CYCLE AND MANAGEMENT

VERSATILITY

SPLIT A MODUL OR HALF

SPLIT HOUSE

FACADE MATERIAL RECOMMENDATIONS

MULTIFUNCTION ROOM

TRANSFORMATION ROOM

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

25.


2. Konsep Fleksibilitas Bangunan Konsep eksibilitas bangunan diterapkan dalam perancangan kampung vertikal. Konsep tersebut masuk kedalam elemenelemen bangunan seperti struktur, utilitas, perencanaan ruang dan sebagainya. Terdapat enam poin dalam teori arsitektur eksibel dimana dalam penerapannya

dikaitkan dengan ide-ide perancangan bangunan. Namun, tidak semua program ruang berkaitan dengan teori dan aplikasi perancangan (lihat gambar 2.26), dikarenakan konsep tersebut disesuaikan dengan analisis kebutuhan penghuni, sesuai dengan besaran unit rumah.

Bangunan yang berkelanjutan dan a. Skematik Massa Bangunan memiliki performa stabil (continuity and stability) berkaitan dengan konsep massa (Continuity and bangunan yang dirancang. Sehingga Stability) GAMBAR 3.2/ transformasi bentuk bangunan, merupakan TRANSFORMASI MASA BANGUNAN SUMBER: desain dengan fungsi optimal yang stabil dan PENULIS (2016) mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya (gambar 3.2). Dengan KDB 50% dan jumlah lantai 4, lantai dasar merupkan area yang dapat diakses untuk masyarakat umum atau area publik. Lantai 2-4, merupakan unit rumahrumah yang bersifat privasi. Sedangkan rooftop merupakan area yang hanya dapat diakses oleh penghuni

kampung vertikal. Selanjutnya, bentukan masa ramping dengan void, untuk menghindari jalur matahari kritis dan untuk jalur pergantian udara, sehingga udara dapat masuk ke unit rumah-rumah. Struktur dan utilitas vertikal dirancang untuk penambahan luas lahan dan eďŹ siensi utilitas. Rooftop dirancang untuk dapat menangkap air hujan, yang secara langsung terkoneksi dengan jalur utilitas. Transportasi pada bangunan kampung vertikal menggunakan ram yang dirancang dengan standar lebar jalan dua jalur manusia, yang terkoneksi ke massa-massa bangunan lain. 4 3 2 1

26.

1. KoeďŹ sien dasar bangunan yang diperbolehkan adalah 50%.

2. Jumlah lantai bangunan yang diperbolehkan adalah 4 lantai dengan tambahan roo op.

3. Bentuk massa yang terdiri dari area publik di lantai dasar, privat untuk hunian, dan semi privat di roo op.

4. Massa bangunan ramping pada sisi mur dan barat, untuk menghindari matahari kri s, dengan void diantara blok massanya untuk memasukkan cahaya dan udara.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


TRANSPORTASI SIRKULASI UTILITAS

STRUKTUR

5. Penambahan ruang secara ver kal, dengan membuat struktur modular serta core untuk mempermudah ekspansi dan u litas.

6. Transportasi dan sirkulasi dibuat secara ver kal dengan ram, untuk mewadahi ak vitas pergerakan warga.

GAMBAR 3.2/ TRANSFORMASI MASA BANGUNAN

b. Skematik Struktur Bangunan (Expandibility& Implemented Over Time) GAMBAR 3.3/ SKEMATIK STRUKTUR BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

Sistem struktur yang dipakai adalah wet dan dry ood prooďŹ ng, dimana pada lantai bawah merupakan ruang tanpa sekat yang digunakan untuk melakukakan aktivitas produktif seperti berjualan. Sedangkan lantai-lantai diatasnya merupakan unit rumah tinggal warga. Kebutuhan luas unit ditentukan oleh jumlah penghuni yang ditentukan dengan banyaknya jumlah modular (gambar 3.3).

Balok tambahan membagi satu unit rumah menjadi dua lantai (split level). Sehingga, ruang mengahsilkan ekspansi secara vertikal, dan menyelesaikan permasalahan ruang terbatas pada site. Desain struktur yang dapat beradaptasi dengan perubahan terlihat pada skema split house. Dimana, ketika jumlah anggota keluarga berkurang, maka satu modular atau setengah modular dapat disewakan (implemented over time).

STRUKTUR MODULAR & CORE

MODULAR PADA UNIT modul 3 x 3 9m2 merupakan standar ruang gerak yang paling mendeka hasil luas orang per m2 (lihat lampiran 1)

XS

core terdapat ditengah, untuk mempermudah ekspansi ruang.

M

S

1 modular

1.5 modular

L

3 modular

SKEMA SPLIT HOUSE

SISTEM KONSTRUKSI STRUKTUR

balok tambahan untuk ekspansi ruang ke atas (membagi ke nggian menjadi ruang tambahan)

2 modular

struktur panggung struktur panggung untuk ak vitas produk f warga

desain yang tak lekang oleh waktu (implemented over me) dapat menyesuaikan kebutuhan pengguna.

1 modular dapat disewakan.

GAMBAR 3.3/ SKEMATIK STRUKTUR BANGUNAN

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

27.


c. Skematik Plotting Ruang Bangunan

Manggarai Pasar. Selanjutnya, rooftop merupakan area yang memiliki fungsi komunal yaitu ruang cuci dan jemur, serta kamar mandi. Berdasarkan kebutuhan ruang dan konsep asritektur eksibel maka plotting ruang adalah sebagai berikut:

U

GAMBAR 3.4/ SKEMATIK PLOTTING RUANG BANGUNAN SUMBER: PEMIKIRAN PENULIS (2016)

Lantai dasar memiliki fungsi sebagai area komersial. Sedangkan pada lantai tipikal diperuntukkan untuk unit rumah-rumah. Plotting unit rumah-rumah pada setiap lantai memiliki keragaman dari berbagai macam tipe luas bangunan dan tipe pekerjaan warga

XS

S

pe unit XS dan S (1-2 keluarga) Terdapat dua variasi pada unit S yang diperuntukkan untuk 1 hingga 2 orang. Sedangkan unit XS khusus untuk warga musiman yang nggal sendiri.

M

pe unit M Terdapat dua variasi untuk unit M yang dikhusukan untuk jumlah keluarga 3 hingga 5 orang.

L

pe unit L Merupakan pe paling luas di akmpung ver kal yang terdiri dari 3 modular, dan dapat ditempa oleh 6 hingga 9 anggota keluarga.

variasi pe unit rumah terdapat variasi pe unit dalam satu blok kampung, sehingga memunculkan interaksi antar warga dengan jumalah anggota keluarga dari berbagai macam pekerjaan. core sha komunal yang digunakan oleh 4 hingga 6 unit rumah untuk eďŹ siensi u litas.

U

transportasi ram menjadi transporatsi ver kal untuk mengakomodasi warga menuju unit-unit rumah.

28.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


ruang komunal terdiri dari ruang cuci dan kamar mandi komunal.

rainwater catcher atap dapat menangkap air hujan untuk keperluan flush kamar mandi, penyiram tanaman dan sebagainya.

GAMBAR 3.4/ SKEMATIK PLOTTING RUANG BANGUNAN

d. Skematik Unit pada Bangunan (Time Cycle & Management, Versatility and Implemented Over Time) REFERENSI 20/ STANDAR KEBUTUHAN RUANG SUMBER: PUSAT LITBANG PERMUKIMAN (2010) GAMBAR 3.5/ SKEMATIK INTERIOR RUANG BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

Pada kampung vertikal, penghuni memiliki hak milik sepenuhnya atas unit, yang luasnya dirancang sesuai dengan kebutuhan peghuni. Dalam hal ini, penghuni tidak dapat menjual, unit rumah kepada pihak manapun, kecuali menyewakan modular dan merubah hunian sesuai dengan kebutuhan keluarga. Dalam standar kebutuhan ruang, Pusat Litbang Permukiman (2010)20, menyebutkan bahwa satu orang membutukan luas 9m. Sedangkan

permasalahan pada site adalah keterbatasan lahan. Dimana luas yang dapat terbangun adalah 3250m dengan koefisien lantai bangunan adalah 4. Oleh karena itu, luas ruang dihitung berdasarkan standar gerak manusia (lihat lampiran 1), dan didapatkan hasil luas gerak per orang adalah 5m. Sehingga terdapat 4 tipe unit rumah untuk 2-9 keluarga. Berikut merupakan skema unit rumah yang menggunakan pendekatan arsitektur fleksibel:

1. Analisis Kebutuhan Ruang Unit Kebutuhan ruang pada unit dibuat berdasarkan aktivitas warga pada kampung Manggarai Pasar (lihat poin 2.5.3). Dengan hasil bahwa sebagian besar aktivitas warga dilakukan berada pada ruang duduk dan ruang tidur (tabel 3.2). Split level pada ruang membagi zona privat dan publik (gambar 3.5).

Sehingga peregerakan aktivitas berdasarkan waktu, dibutuhkan untuk menentukan transformasi layout ruang. Dalam hal ini, layout ruang dirancang untuk terus dapat bergerak dari waktu ke waktu, sesuai dengan kebutuhan penghuni (time cycle and time management), terkecuali pada ruang tetap seperti kamar mandi dan dapur.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

29.


TABEL 3.2

GAMBAR 3.5/ SKEMATIK INTERIOR RUANG BANGUNAN

30.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


desain funitur yang multifungsi, untuk menghemat ketersediaan ruang. Dalam hal ini, funitur yang sangat krusial untuk dirancang adalah tempat tidur, meja kerja, meja makan. Berikut alternatif desain furnitur yang dapat diterapkan pada unit rumah:

2. Kebutuhan Ruang dan Furnitur Multifungsi Fleksibilitas juga masuk ke dalam ruang yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas, dengan waktu yang berbeda-beda (versatlility). dalam ruang yang sama, Sehingga dibutuhkannya

TABEL 3.3 PERENCANAAN FURNITUR FLEKSIBEL Jenis Furnitur

Bentuk Dasar

Transformasi 1

Transformasi 2

-Transformasi 1 Menggeser tangga untuk bisa menjangkau tempat dur atas. -Transformasi 2 Menekan papan, agar tempat dur terlihat.

1. Tempat Tidur

2. Tempat Tidur, Meja Kerja

Meja Kerja

Tempat Tidur

3. Meja makan, meja duduk, meja kerja Meja duduk

Meja kerja

5. Furnitur Dapur

-Transformasi 2 Menggeser papan, untuk dapat menggunakan sink Memasak, meracik

GAMBAR 3.6-3.8/ SKEMATIK FASAD BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

-Transformasi 1 Menarik papan hingga penuh, serta menurunkan khaki meja -Transformasi 2 Menarik papan hingga penuh, serta menurunkan khaki tempat dur -Transformasi 2 Menarik papan meja hingga naik ke atas.

Meja makan

e. Skematik Fasad Bangunan (Convertibility)

Teknis Transformasi Furnitur

Memasak, meracik, mencuci

Fasad pada bangunan kampung vertikal mengadapatasi bentuk kampung eksisting. Dimana terdapat keberagaman fasad dari setiap rumah. Sehingga material dari rumah tinggal dapat dimanfaatkan lagi di kampung yang baru. Dimana pemerintah menyediakan struktur dan sekat dinding pada permanen yang membatasi tipe-tipe unit rumah (gambar 3.6).

Sedangkan, dalam kriteriaemasangan fasad tinggi pintu dan jendela ditentukan (gambar 3.7), untuk dapat mengekspansi ruang vertikal secara internal. Hal tersebut, ditambah dengan pemilihan material semi permanen sehingga perubahan dapat terjadi tanpa banyak melakukan perombakan besar-besaran, dengan alternatif material yang murah dan mudah

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

31.


KONSEP VARIASI FASAD pemerintah menyediakan struktur dan dinding penyekat permanen sesuai pe unit rumah.

warga menentukan material fasad sendiri, sehingga ciri khas kampung yang beragam tercermin dari variasi fasad.

GAMBAR 3.6/ SKEMA FASAD BANGUNAN

REKOMENDASI TINGGI PINTU DAN JENDELA

variasi pintu dan jendela material dari rumah lama dapat digunakan kembali untuk variasi fasad pada kampung.

max 2m nggi maksimal pintu adalah 2.1m, agar ekspansi ruang dimungkinkan.

GAMBAR 3.7/ REKOMENDASI PINTU DAN JENDELA FASAD

ALTERNATIF MATERIAL FASAD

bambu

kayu

botol kaca

GAMBAR 3.8/ ALTERNATIF MATERIAL FASAD

32.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

as

max 1.7m nggi maksimal jendela untuk un M dan L adalah 1.7 m untuk menghemat ke nggian ruang atas.


f. Skematik Sistem Utilitas Bangunan GAMBAR 3.9/ SKEMATIK SISTEM UTILITAS BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

Sistem utilitas pada bangunan, terpusat pada core komunal. Sehingga air bersih dapat terdistribusi dengan baik ke unit rumah-rumah. Sistem pendistribusian air menggunakan sistem up feet. Dalam core juga terdapat saluran

air hujan yang disimpan di ground water tank. Air hujan ditampung lewat desain atap penangkap air hujan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk keperluan ush kamar mandi, menyiram tanaman, dan sebagianya.

saluran air bersih saluran air kotor

saluran air bersih saluran air kotor saluran pipa air hujan

GAMBAR 3.9/ SKEMATIK SISTEM UTILITAS BANGUNAN

g. Skematik Sistem Difabel dan Keselamatan GAMBAR 3.10/ SKEMATIK SISTEM DIFABEL DAN KESELAMATAN SUMBER: PEMIKIRAN PENULIS (2016)

Seluruh sistem transportasi vertikal pada banguanan menggunakan ram. Sehingga, penyandang disabilitas dapat menempuh seluruh akses jalan pada bangunan tersebut. Untuk askses

keselamatan kebakaran maka desain jalan diantara dua bangunan kampung dibuat lebar sehingga mobil pemadam kebakaran dapat masuk, dan menjangkau bangunan hingga ke belakang.

jalur evakuasi ram

GAMBAR 3.10/ SKEMATIK SISTEM DIFABEL DAN KESELAMATAN

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

33.


g. Skematik Detail Arsitektural Khusus GAMBAR 3.11/ SKEMATIK DETAIL ARSITEKTURAL KHUSUS SUMBER: PENULIS (2016)

Bangunan memiliki sistem pemanen air hujan (rain water harvesting), yang memiliki dampak positif terhadap bangunan dan pengguna. Dalam hal ini, AIR HUJAN

RAIN WATER CATCHER

DISALURKAN KE PIPA PVC

DITAMPUNG GROUND WATER TANK

DI FILTER

DISTRIBUSI

TABEL 3.4 TABEL RESPONDEN

h. Hasil pembuktian rancangan dengan metode khsusus

Bangunan dirancang untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada pada Kampung Manggarai Pasar diantaranya: bangunan memeliki strategi untuk memperluas ruang dalam keadaan site terbatas (penerapan konsep arsitektur fleksibel), bangunan berdasarkan aktivitas dan perilaku penghuni, serta bangunan merepon kondisi site pinggiran sungai. Metode pengujian dilakukan dengan kuesioner dengan responden adalah warga Kampung Manggarai sebanyak 20 orang, Jakarta Selatan. Sistem penilaian dari penghuni sangat diperlukan untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan desain bangunan kampung vertikal. Dalam hal ini, Penulis telah memaparkan secara langsung kepada warga megenai desain kampung yang diajukan. Berikut adalah hasil pengujian desain dengan kuesioner: Respon 1: Bangunan memeliki strategi untuk memperluas ruang dalam keadaan site terbatas (penerapan konsep arsitektur fleksibel) Respon 2: Bangunan berdasarkan aktivitas dan

34.

air hujan ditampung untuk kemudian digunakan kembali, untuk kamar mandi dan sebagainya. Berikut skema dari rain water harvesting:

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

perilaku penghuni Respon 3: Bangunan merepon kondisi site pinggiran sungai. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa penilian warga terhadap desain Kampung Vertikal adalah baik. Dimana penilaian terbaik adalah pada respon penerapan konsep fleksibilitas pada bangunan, dalam menanggapi masalah kepadatan penduduk dengan lahan yang sangat terbatas di Kampung Manggarai Pasar.


DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

4.

4.1 Skenario Kepemilikan Bangunan 4.2 Program Ruang 4.3 Property Size, KDB, KLB 4.4 Rancangan Kawasan Tapak 4.5 Rancangan Kawasan Bangunan 4.6 Rancangan Selubung Bangunan 4.7 Rancangan Interior Bangunan 4.8 Rancangan Sistem Struktur 4.9 Rancangan Sistem U litas 4.10 Rancangan Sistem Akses Diffabel dan Keselamatan Bangunan 4.11 Rancangan Detail Arsitektural Khusus

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

37.


Skenario Kepemilikan Bangunan 1. Hanya diperbolehkan “menyewa” unit 2. Menempa Unit sesuai jumlah KK 3. Warga tetap “ dak dapat” menjual unit/modular 4. Warga tetap hanya bisa menyewakan modular 1. Menempa Unit sesuai jumlah KK 2. Menyewa Retail di Ground Floor

GAMBAR 4.1/ SKENARIO KEPEMILIKAN BANGUNAN

Skenario Pemindahan Warga ke Tipe-Tipe Unit 1 ORANG WARGA MUSIMAN

WARGA MUSIMAN

1-2 ORANG WARGA TETAP

KK TETAP

3-5 ORANG WARGA TETAP

6-9 ORANG WARGA TETAP

XS

1 MODULAR + K.MANDI

9m +2.25m

EKSPANSI FURNITUR

S

1.5 MODULAR + K.MANDI

1 MODULAR

13.5m +2.25m

9m

KK TETAP

M

2 MODULAR + K.MANDI

1 MODULAR

KK TETAP

L

18m +2.25m 2 MODULAR + K.MANDI

27m +2.25m

9m

=11.25m =25m =29.25m

2 MODULAR

18m

=47.25m

GAMBAR 4.2/ SKENARIO PEMINDAHAN KK KE UNIT

4.1 Skenario Kepemilikan Bangunan GAMBAR 4.1/ SKENARIO KEPEMILIKAN BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016) GAMBAR 4.2/ SKENARIO PEMINDAHAN KK KE UNIT SUMBER: PENULIS (2016)

35.

Pada kampung Manggarai Pasar terdapat dua tipe warga, yaitu warga tetap dimana sudah menetap dalam kurun waktu cukup lama, dan memiliki identitas sebagai warga kota Jakarta. Sedangkan, warga musiman merupakan warga yang biasanya tinggal sendiri, untuk berjualan di sekitar wilayah Manggarai, dan menyewa rumah untuk tinggal sementara di Kota Jakarta.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

Warga pindah ke unit dengan luas yang sesuai dengan jumlah KK, pada warga musiman hanya diperbolehkan untuk menyewa rumah, dikarenakan warga harus dapat bertanggung jawab atas tempat tinggal mereka (gambar 4.1). Sehingga, dalam hal ini penghuni kampung tidak dapat menjual unit mereka kepada siapapun. Terdapat 4 tipe unit hunian untuk warga tetap dan musiman


4.2 Program Ruang GAMBAR 4.3/ PROGRAM KEDEKATAN RUANG SUMBER: PENULIS (2016)

4.3 Property Size, KDB, KLB GAMBAR 4.4/ PROPERTY SIZE, KDB, KLB SUMBER: PENULIS (2016)

18 unit

kebutuhan 11

48 unit

kebutuhan 45

120 unit

kebutuhan 108

18 unit kebutuhan 8 GAMBAR 4.4/ PROPERTY SIZE, KDB, KLB

GAMBAR 4.3/ PROGRAM KEDEKATAN RUANG

4.1 Program Kedekatan Ruang Kedekatan ruang didesain berdasarkan analisis kebutuhan ruang yang terdapat pada lampiran (lihat lampiran 2). Program ruang terbagi menjadi zona publik yang dapat diakses oleh pengunjung, zona privat yaitu untuk penghuni, dan zona servis untuk kebutuhan yang bersifat mekanis (lihat gambar 4.3).

4.2 Property Size, KDB, KLB Perhitungan standar ruang didasarkan pada analisis ruang gerak manusia yang terdapat pada lampiran (lihat lampiran 3) dan prinsip pembangunan kampung vertikal oleh arsitek Dipl. Ing Han Awal. Sehingga didapatkan standar ruang gerak yang sesuai kebutuhan MBR dalam keterbatasan lahan (lihat gambar 4.4)

4.4 Rancangan Kawasan Tapak GAMBAR 4.5/ RANCANGAN KAWASAN TAPAK SUMBER: PENULIS (2016)

U

POHON KETAPANG

GAMBAR 4.5/ RANCANGAN KAWASAN TAPAK

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

36.


U

LEGENDA: KOMPLEK TNI BERLAND MANGGARAI STASIUN PERTOKOAN STASIUN MANGGARAI GAMBAR 4.6/ SITUASI SEKITAR TAPAK GAMBAR 4.6/ SITUASI SEKITAR TAPAK SUMBER: PENULIS (2016)

4.4 Rancangan Kawasan Tapak Kawasan tapak dirancang dengan tidak mengubah kondisi kontur tanah (cut and ďŹ ll). Pada area pinggiran sungai dibuat jalan inspeksi selebar 2 meter yang bebas banjir. Jalan inspeksi terkoneksi ke jalan utama yang melewati jalan setapak pada bangunan. Vegetasi yang terdapat pada site adalah pohon

peneduh disekitar jalan-jalan. Terdapat juga, area kebun warga, yang dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman bermanfaat seperti buah dan tanaman obat. Pada pinggir sungai terdapat, vegetasi penahanan tanah seperti pohon ketapang. Pada bagian timur site dibuat jalan, yang terkoneksi ke kampung Manggarai Stasiun (gambar 4.6).

4.5 Rancangan Kawasan Bangunan

Rancangan bangunan terdiri dari 2 komplek massa bangunan, dan terbagi lagi menjadi 8 massa bangunan. Diantara massamassa bangunan terdapat void yang berfungsi untuk memasukkan cahaya dan udara kedalam unit-unit rumah. Area bahwa yaitu lantai dasar bersifat publik yang terdiri dari retail dan fasilitas warga. Sedangkan lantai tipikal merupakan area privat yaitu hunian

warga. Pada rooftop, difungsikan sebagai ruang komunal yaitu ruang cuci jemur, kamar mandi, dan ruang interaksi bersama. Konsep eksibilitas terdapat pada desain massa bangunan, struktur, serta layout ruang pada unit-unit rumah. Dimana hal tersbeut dapat menyelesaikan masalah keterbatasan lahan di Kampung Manggarai Pasar.

GAMBAR 4.7/ AKSONOMETRI BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

37.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


ROOFTOP

Merupakan area komunal bersifat semi privat yang hanya dapat diakses oleh penghuni kampung ver kal. Terdiri dari ruang cuci jemur, kamar mandi, dan ruang interaksi antar warga. R a i n w a te r h a r v e s n g , terdapat pada bagian atap ruang cuci dan kamar mandi.

implemented over me - Desain dapat mengalami penyesuaian di masa depan. Apabila, jumlah anggota keluarga berkurang karena perpindahan atau kema an, maka satu modular penuh / satu modular atas saja dapat dijual atau disewakan. expandibility - Core menjadi area in untuk sistem u litas, dan terletak di tengah. Sehingga mempermudah ekspansi ruang. - Ekspansi ruang dimungkinkan secara ver kal dalam ruangan. Sehingga struktur balok tambahan diperlukan, untuk membagi ke nggian lantai.

LANTAI TIPIKAL 1-3

Merupakan unit-unit rumah warga, yang terdiri dari 204 unit dari berbagai pe. Dan terkoneksi secara ver kal degan ram.

conver bility - Desain eksibel adalah yang dapat berubah tanpa harus merombak secara besarbesaran. Pada fasad, direkomendasikan untuk menggunakan material semi permanen, seper kayu, bambu, dan sebagainya. Sehingga apabila penghuni menghendaki perubahan maka dak terjadi perombakan yang besar.

LANTAI DASAR Lantai dasar digunakan untuk ak vitas produk f warga, yang terdiri dari retail-retail. Serta ruang bebas untuk mewadahi pedagang khaki lima yang berada disekitar stasiun.

con nuity & stability - Massa bangunan yang ramping, dimana menghindari sinar matahari kri s. - Void yang berguna untuk tetap memasukkan udara dan sinar matahari, dalam skala bangunan ber ngkat.

GAMBAR 4.7/ AKSONOMETRI BANGUNAN

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

40. 38.


4.6 Rancangan Selubung Bangunan GAMBAR 4.8/ RANCANGAN SELUBUNG BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

GAMBAR 4.8/ RANCANGAN SELUBUNG BANGUNAN

Fasad pada setiap unit rumah memiliki shading untuk matahari panas yang masuk variasi berbeda dari pintu, jendela, serta k e d a l a m b a n g u a n a n . M a t e r i a l y a n g warna. Sedangkan railing sekaligus dijadikan digunakan adalah kayu.

TIPE M

GAMBAR 4.11/ SKENARIO PENAMBAH ANGGOTA KELUARGA PADA UNIT SUMBER: PENULIS (2016)

TIPE S

GAMBAR 4.10/ TRANSFORMASI RUANG INTERIOR BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

dalam beraktivitas. Furnitur penyusun ruang yang dirancang terutama adalah tempat tidur, meja lipat, dan furnitur dapur. Dikarenakan furnitur-furnitur tersebut merupakan hal-hal yang paling krusial atau paling sering digunakan dalam beraktivitas di ruangan. Berikut transformasi ruang unit:

TIPE L

GAMBAR 4.9/ RANCANGAN INTERIOR BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

Furnitur pada ruang menggunakan sistem versatilitas yaitu, furnitur yang dapat bertransformasi menjadi lebih dari satu fungsi. Dalam perancangan furnitur-furnitur (gambar 4.9) tersebut, telah disesuaikan dengan standar ukuran vertikal dan horizonatal manusia dalam beraktivitas. TIPE XS

4.7 Rancangan Interior Bangunan

GAMBAR 4.9/ RANCANGAN INTERIOR BANGUNAN

39.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


05.00- -Dapur 06.00 -Ruang dur

07.00- -Ruang Duduk 09.00 -Ruang Kerja

06.00- -Ruang Duduk 07.00 -Ruang Makan

B’

B’

B’

A’

B’

A’

B’

B’

A’

B’

A

A’

A’

B A

A’

B

B

A

B

A

A

A’

A’

B’

B

B

B

A

09.00- -Dapur 10.00 -Ruang Duduk

B

A

A

potongan b’b

potongan b’b

potongan b’b

potongan b’b

potongan a’a

potongan a’a

potongan a’a

potongan a’a

10.00- -Ruang Duduk 12.00 -Ruang Makan

17.00- -Dapur 18.00

13.00- -Ruang Duduk -Ruang Kerja

B’

B’

B’

A’

B’

22.00- -Ruang dur 05.00 B’

A’

B’

A’

B’

A’

B’

A

A

B

B

A

A’

A’

A’

A

B

B

B A

A’ B

B

A

B

A

A

potongan b’b

potongan b’b

potongan b’b

potongan a’a

potongan a’a

potongan a’a

potongan b’b

potongan a’a

GAMBAR 4.10/ TRANSFORMASI RUANG INTERIOR BANGUNAN

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

40.


GAMBAR 4.11/ SKENARIO PENAMBAH ANGGOTA KELUARGA PADA UNIT

Fleksibilitas ruang yang tak lekang oleh waktu (implemented over time) ditujukkan dengan modifikasi furnituR (gambar 4.11) Dimana penghuni dapat bertambah sesuai dengan pertumbuhan. Pada unit XS penghuni dapat menambah satu keluarga. Dikarenakan

unit tersebut khusus untuk warga musiman yang tidak membawa keluarganya datang ke Kampung. Sedangkan, unit S, M, dan L dapat menambah hingga tiga penghuni baru, dengan cara memodifikasi furnitur untuk menjadi tempat tidur.

4.8 Rancangan Sistem Struktur Bangunan

kolom beton 300x300 balok beton 300x400

GAMBAR 4.12/ RANCANGAN SISTEM STRKTUR BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

ekstra balok beton 200x200

struktur flood proofing area lantai dasar dak dihuni, dimanfaatkan untuk ak vitas produk f warga

GAMBAR 4.12/ RANCANGAN SISTEM STRUKTUR BANGUNAN

41.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


Sistem struktur yang digunakan adalah sistem flood proofing. Dengan kolom dan balok bermaterial beton. Terdapat ekstra balok pada setiap unit yang berfungsi untuk menambah ruang

secara vertikal (gambar 4.12). Pada rooftop struktur untuk ruang komunal diamanfaatkan juga sebagai penangkap air hujan, untuk kebutuhan kamar mandi di unit-unit.

4.9 Rancangan Sistem Utilitas GAMBAR 4.13/ RANCANGAN SISTEM UTILITAS BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

KETERANGAN: SEPTICTANK GROUND WATER TANK SUMUR RESAPAN PDAM PIPA AIR BERSIH PIPA AIR HUJAN PIPA AIR KOTOR

UPPER TANK

UPPER TANK

PIPA AIR BERSIH PIPA AIR HUJAN PIPA AIR KOTOR PAM SUMUR RESAPAN

GROUND WATER TANK

GAMBAR 4.13/ RANCANGAN SISTEM UTILITAS BANGUNAN

4.10 Rancangan Sistem Akses Diffabel dan Keselamatan Bangunan GAMBAR 4.14/ RANCANGAN SISTEM AKSES DIFFABEL DAN KESELAMATAN BANGUNAN SUMBER: PENULIS (2016)

Air bersih didapat dari PAM, dikarenakan air tanah Kota Jakarta yang semakin kering. Sistem pendistribusian air menggunakan sistem up feet, lalu didistribusikan ke kamar mandi yang ada pada unit (gambar 4.13) Air kotor

melewati sumur resapan lalu berakhir di septictank. Pada rooftop juga terdapat rain water harvesting, yang berfugsi untuk menangkap air hujan untuk kebutuhan kamar mandi yang akan didistirbusikan ke unit-unit.

Akses jalan untuk diffabel adalah dengan menggunakan ram, dibantu dengan sistem sirkulasi yang sederhana. Penghuni dapat mengakses jalan lewat koridor koridor yang mengarahkan menuju ram yang terletak ditengah site. Untuk akses keselamatan kebakaran,

mobil pemadam kebakaran dapat masuk melalui jalur tengah dengan lebar 3m. Sehingga, dapat menjangkau letak bangunan yang berada di belakang site. Ramp yang berpusat ditengah blok massa, sekaligus berfungsi sebagai jalur darurat evakuasi bencana (gambar 4.14).

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

42.


RAM JALUR EVAKUASI DARURAT JALUR MOBIL PEMADAM KEBAKARAN GAMBAR 4.14/ RANCANGAN SISTEM AKSES DIFFABEL DAN KESELAMATAN BANGUNAN

4.11 Rancangan Detail Arsitektural Khusus

rain water harves ng atap penangkap air hujan yang berbentuk corong, menangkap air hujan masuk kedalam ground water tank.

GAMBAR 4.15/ RANCANGAN DETAIL ARSITEKTURAL KHUSUS SUMBER: PENULIS (2016)

GAMBAR 4.15/ RANCANGAN DETAIL ARSITEKTURAL KHUSUS

Sistem penangkap air hujan adalah air di ground water tank. Selanjutnya akan hujan masuk ke dalam corong penangkap lalu disitribusikan ke kamar mandi yang diteruskan oleh pipa pvc yang berakhir dimanfaatkan untuk flush dna sebagianya.

43.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


DESKRIPSI HASIL RANCANGAN 5.1 Kesimpulan Review Evalua f Klien atau Pengguna 5.2 Kesimpulan Review Evalua f Pembimbing dan Penguji

5.


5.1 Kesimpulan Review Evaluatif Klien atau Pengguna

Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan kuesioner yang diajukan kepada pengguna. Pengguna merespon positif perencanaan Kampung Vertikal yang menekankan pada konsep eksibilitas ruang, dimana keterbatasan

ruang menjadi masalah utama pada tapak. Selain itu, respon terhadap ruang komersial yang dijadikan tempat berdagang oleh pengguna baik. Sehingga diharapkan pengguna dapat memperoleh hal positif dari rancangan tersebut.

5.2 Kesimpulan Review Evaluatif Pembimbing dan Penguji

5.2.1 Dosen Pembimbing: 1. Ide desain seharusnya masih dapat dikembangkan lagi, masih terlihat safely landed 2. Skenario eksekusi warga harus jelas ditampilkan Respon: Ditambahkan pada halaman 37

5.2.2 Dosen Penguji: 1. Konsep teori telah diterjemahkan dengan baik, namun eksekusi pada desain masih dapat dikembangkan lagi. 2. Skenario yang melibatkan warga, harus dijelaskan dengan baik Respon: Ditambahkan pada halaman 37 3. Penyelasaian tipe unit secara horizontal sudah baik, namun secara vertikal tidak ditampilkan Respon: Pada halaman 29 dan 32. 4. Fleksibilitas layout ruang harus dapat ditampilkan Respon: Ditambahkan pada halaman 41

44.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


DAFTAR ISI Referensi Buku: Carmona, Heath, Oc, Tiesdell. 2003. Public places – urban spaces, the dimension of urban design. Oxford: Architectural press. Eko B. 1997. Tata Ruang Perkotaan. Bandung: Penerbit Alumni. Eko & Sudantri. 1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Bandung: Penerbit Alumni. Khomarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman. Jakarta: Yayasan Real Estate Indonesia, PT. Rakasindo, Jakarta. Pusat Litbang Permukiman. 2010. Perencanaan & Perancangan Arsitektur Rumah Susun Sederhana. Jakarta: Pusat Litbang Permukiman. Rujak Center for Urban Studies. 2011. Kata Fakta Jakarta. Jakarta: Rujak Center for Urban Studies Schmidt III, Austin. 2004. Adaptable Architecture Theory and Practice. Ebook. Toekio. 2000. Dimensi Ruang dan Waktu. Bandung: Intermatra Referensi Jurnal dan Internet: Ahsana, dkk. 2014. Fleksibilitas Interior Unit Hunian pada Rumah Susun di Kota Malang. Teknik Arsitektur Universitas Brawijaya. Christy, Fransisca. 2015. Program Kampung Deret Harus Diteruskan. http://www.satuharapan.com/readdetail/read/djarot-program-kampung-deret-jokowi-harus-diteruskan. Diakses pada 18 April 2016. Imperials Tour. 2015. Shopping in Tianzifang China. http://imperialtours.net/blog/shopping-shanghais-tianzifang. Diakses pada tanggal 18 April 2016. Lim, Yusing. 2014. Keberagaman Kampung Vertikal. http://rumah-yusing.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 18 April 2016. Socki, B.S. 1993. The potential of Aerial Photos for Slum and Squatter Settlement Detection and Mapping, dalam Ringkasan Desertasi Permukiman Kumuh Mohammad Gamal, 2010. Turner, J.F.C. 1982. Housing by People Towards Autonomy in Building Environment, dalam Ringkasan Desertasi Permukiman Kumuh Mohammad Gamal, 2010. Referensi Tugas Akhir / Skripsi: Abdul, Ghofur. 2015. Rumah Susun Bionik di Baciro Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia. Budi, Faris. 2008. Rumah Susun Sewa di Kawasan Industri Kabupaten Karanganyar. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fahmi, Afrizal. 2007. Rusunawa Jakarta, Aplikasi Eko Desain pada Bangunan Tinggi. Universitas Mercu Buana. Ovinda, El. 2010. Kampung Mandiri Vertikal di Kawasan CBD Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh November. Tanoyo, Joyo. 2013. Kampung Vertikal Bantaran Sungai Code Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

45.


LAMPIRAN 1 TABEL LAMPIRAN 1. ANALISA RUANG BERDASARKAN LUAS GERAK MANUSIA

REFERENSI RUANG GERAK MANUSIA: Pusat Litbang Permukiman, Jakarta

46.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


LAMPIRAN 2 TABEL LAMPIRAN 2. ANALISA KEBUTUHAN RUANG

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

47.


LAMPIRAN FOTO MAKET GAMBAR 7.1 TAMPAK UTARA MAKET

GAMBAR 7.2 TAMPAK SELATAN MAKET

GAMBAR 7.3 TAMPAK TIMUR MAKET

48.

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN


LAMPIRAN FOTO MAKET GAMBAR 7.4 TAMPAK ATAS MAKET

GAMBAR 7.5 AERIAL VIEW MAKET

GAMBAR 7.6 AERIAL VIEW MAKET

KAMPUNG VERTIKAL, MANGGARAI JAKARTA SELATAN

49.



SITUASI



SITE PLAN


TAMPAK TIMUR

TAMPAK BARAT


TAMPAK SELATAN

TAMPAK UTARA



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.