Buletin Ceria Edisi 4

Page 1

Cerdas Merawat Indonesia Edisi 4 | Agustus 2016

DARI

K

OH D O B E

AN



Keterangan: KBM di SDN 12 Sokop

Perjuangan Perbaikan Kulaitas Oleh: Guru Agung

K

ualitas pendidikan adalah pilar pembentuk bangsa yang maju dan beradab. Nasib bangsa ini tentu bisa diubah jika kualitas pendidikannya berhasil diperbaiki. Tapi ironisnya, jangankan upaya perbaikan kualitas, untuk mewujudkan akses pendidikan yang berkeadilan saja masih belum tuntas. Bila ingin membangun negara yang kuat di masa depan, maka pendidikan sudah selayaknya ditempatkan sebagai prioritas utama dalam pembangunan jangka panjang. Jangankan bicara tentang

1

pemerataan kualitas pendidikan bagi seluruh m a sya ra kat , s u d a h 7 1 tahun bangsa ini merdeka, belum semua k kecamatan bisa mendapat akses pendidikan yang memadai hingga jenjang sekolah menengah. Baru jenjang sekolah dasar sederajat saja yang hampir menuntaskan Angka Par sipasi Kasar (APK) hingga kian mendeka nilai 100%. Namun untuk jenjang sekolah menengah masih di bawah angka 80 %. Melihat persentase penduduk miskin di Indonesia yang dikeluarkan oleh BPS bulan September

2013, maka penduduk miskin di desa lebih besar ke mbang penduduk miskin kota. Persentase kemiskinan di wilayah desa berada pada angka 14,42%, sedangkan di perkotaan sebesar 8,52%. Bila menggunakan asumsi bahwa terdapat korelasi antara angka kemiskinan dengan ngkat pendidikan masyarakat, berar kondisi pendidikan di desa dak lebih baik dibandingkan dengan pendidikan di kota. Sekolah di wilayah kota tentu jumlahnya mencukupi, fasilitasnya memadai, serta didukung oleh ketersediaan tenaga pendidik.


Data terakhir dari UNESCO tentang indeks pembangunan pendidikan a t a u E d u c a o n Development Index (EDI) menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi ke-69 dari 127 negara. Indeks yang dikeluarkan pada 2011 ini jauh menurun dari tahun sebelumnya, dan lebih rendah dibandingkan Brunei Darussalam (34), serta terpaut empat peringkat dari Malaysia (65). Sedangkan bila mengacu kepada hasil survei PISA (Programme for Interna onal Study Assessment) tahun 2012, Indonesia pada rangking 64 dari 65 negara. Ini

menandakan bahwa dalam satu dekade terakhir, ke ka negara-negara lain terus melangkah maju, p e n d i d i ka n I n d o n e s i a justru masih saja jalan di tempat. Jika kita menengok lembaran sejarah, pemerintah kolonial Belanda sejak pertengahan abad ke-19 telah memulai m e m b a n g u n s e ko l a h sekolah formal di beberapa kota di Indonesia. Dengan membangun basis-basis infrastruktur pendidikan bagi rakyat jajahan, justru Belanda berkeyakinan akan semakin bisa memperbesar investasi dan memperkuat eksistensi sistem

kolonialismenya. Ini membuk kan bahwa pendidikan bagaimanapun juga selalu menjadi kebutuhan. Melalui sekolah, kebutuhan akan tenaga terdidik dan terampil bisa terpenuhi. Pada zaman awal kemerdekaan, dibentuklah Pani a Penyelidik Pengajaran untuk mengubah sistem pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Jika pendidikan saja telah menjadi sebuah kebutuhan pada zaman penjajahan, pada era kemerdekaan dan saat pembangunan sekarang ini pendidikan

2


tentu semakin dibutuhkan. Pendidikan adalah kebutuhan se ap masa, dan kerja untuk pendidikan adalah kerja sepanjang zaman. Kerja ini dak mungkin bisa berhen pada suatu k yang ajeg. Se ap pergan an waktu memiliki tantangan, kebutuhan, serta jiwa zaman yang selalu berubah-ubah. Oleh karena itu, kerja pendidikan, dalam ap- ap alur dan lajurnya, akan selalu bertemu dengan serangkaian permasalahan dan kesenjangan. Satu masalah terurai, masalah-masalah baru lalu datang bergan . Kata-kata “mencerdaskan kehidupan bangsa� yang termaktub dalam pembukaan kons tusi kita

3

bukan sekadar cita-cita kemerdekaan, tapi juga j a n j i n e ga ra te r h a d a p seluruh rakyat Indonesia. Kalimat ini merupakan bentuk kesadaran abadi akan pen ngnya peran negara dalam membangun jiwa dan raga segenap generasi bangsa. Pendiri bangsa kita tentu sangat memahami bahwa pendidikan adalah bagian yang dak mungkin terpisahkan dari proses pembangunan sebuah bangsa dan republik. Bagaimanapun juga mereka sendiri merupakan hasil bentukan dari sekolah-sekolah di zamannya, pada era kolonial Belanda. Pendidikanlah yang membuat ha dan akal

mereka terbuka tentang konsep Indonesia merdeka. Tentu aneh bila di zaman digital sekarang ini jika masih ada yang bertanya: “Buat apa bersekolah?�. Pertanyaan semacam ini dak hanya banyak terlontar dari kaum tradisional yang masih awam tentang pendidikan, namun juga dari kelompokke l o m p o k ke c i l ke l a s menengah. Memang tak bisa dipungkiri bahwa hari ini bermunculan banyak kri k terhadap kualitas sekolah-sekolah formalkonvensional. Betapa dak, kondisi sekolah kita, sekitar 75% belum memenuhi standar layanan minimal pendidikan yang ditetapkan oleh Kemdikbud. Inilah yang


menjadi salah satu penyebab kondisi p e n d i d i ka n I n d o n e s i a dalam satu dasawarsa terakhir dinilai oleh beberapa lembaga survey internasional hanya bisa jalan ditempat. Sebagian kecil orang tua kemudian memilih jalur homeschooling buat buah ha mereka. Tentu sama sekali ini dak ada yang salah dan tak perlu dipermasalahkan, karena homeschooling toh 'sekolah' juga. Hanya saja sekolahnya dilakukan di rumah-rumah. Selain itu, muncul pula alterna falterna f baru pilihan bersekolah formal, tapi dengan genre-genre kekinian. Sebut saja Sekolah Alam, Sekolah AlQur'an, Sekolah Islam Terpadu, Ku ab, sekolahsekolah komunitas, atau juga Sekolah Montessori, hanyalah contoh kecilnya s a j a . I n i m e n a n d a ka n bahwa bagaimanapun, d e n g a n s e g a l a kekecewaannya, masyarakat tetap membutuhkan sekolah.

tersebut terus meningkat d a r i t a h u n ke t a h u n . Bahkan ini menjadi peluang b i s n i s ya n g menguntungkan. Banyak kelas menengah ke atas rela berebut untuk bisa mendapatkan kursinya. Padahal biaya yang harus dikeluarkan di awal terbilang sangat mahal atau fantas s. Bahkan ada orang tua yang berani memesan dua tahun lebih awal dari waktu penda aran yang sebenarnya. Membaca hal ini di satu sisi tentu menggembirakan. Antusiasme dan kepedulian masyarakat akan pen ngnya pendidikan berkualitas ternyata terus meningkat, dan di saat yang sama juga terjadi angka peningkatan jumlah angka kelas menengah di Indonesia. Namun di sisi lain, masyarakat bawah masih tetap gigit jari. Wa l a u p u n a n a k- a n a k miskin sudah banyak yang bisa bersekolah secara gra s dengan adanya BOS, tapi kondisi sekolahya sebagian besar dak memenuhi jaminan kualitas.

Walaupun cukup mahal ke mbang sekolah-sekolah negeri pada umumnya, namun trend peminat dari sekolah-sekolah alterna f

Masalah kualitas pendidikan selalu menjadi pekerjaan rumah yang belum pernah bisa diselesaikan hingga hari ini.

Pergan an kurikulum yang berulang kali terjadi sering menjadi ajang perdebatan y a n g d a k p r o d u k f. A k i b at nya , p e rga n a n kurikulum sukar untuk mendorong munculnya perbaikan kualitas p e n d i d i k a n . Kecenderungan yang berlangsung di Indonesia pasca-gerakan Reformasi 1998 adalah mencoba menggalakkan model desentralisasi pendidikan. Agus ar Syah Nur (2001), memaparkan bahwa di tengah masa transisi demokrasi, gerakan otonomi pendidikan terus menguat, walaupun s aya n g nya b e l u m a d a keyakinan bahwa kebijakan ini akan dapat memberi dampak yang lebih signiďŹ kan terhadap perbaikan kualitas pendidikan. Dengan cara-cara konvensional, pendidikan Indonesia se daknya memerlukan waktu lebih dari 30 untuk bisa dibenahi. Ini tentu terlalu lama, padahal pada ga dasawarsa ke depan kita sedang memeroleh bonus demograďŹ , dimana angka usia produk f akan tumbuh lebih banyak. Ini kesempatan, bila dak dimanfaatkan justru

4


kondisi ini malah akan menjadi bumerang. Untuk itu pemerintah dak bisa bekerja sendirian. Wa l a u p u n p e n d i d i ka n merupakan tugas negara, namun se ap kelompokke l o m p o k m a sya ra ka t berperan untuk dapat memberi kontribusi yang t e r b a i k . M a ka j a n ga n pernah berdiam diri! Mari singsingkan lengan baju dan turun ke lapang-lapang perjuangan! Masih banyak k di bumi per wi masih yang membutuhkan uluran tangan dalam kerja-kerja perbaikan pendidikan. Pendidikan memang bukan hanya tentang sekolah. Pendidikan melekat pada seluruh ak vitas manusia, mulai dari lahir hingga hembusan nafas terakhir. Namun dak berar sekolah itu dak pen ng. Justru sebaliknya, dak bersekolah malah akan mengurangi sempurnanya pendidikan, yang juga berar mengurangi sempurnanya kehidupan. Sebab pendidikan adalah hakikat kehidupan itu sendiri.

Pendidikan memang bukan hanya tentang sekolah. Pendidikan melekat pada seluruh ak vitas manusia,

5

mulai dari lahir hingga hembusan nafas terakhir. Namun dak berar sekolah itu dak pen ng. Justru sebaliknya, dak bersekolah malah akan mengurangi sempurnanya pendidikan, yang juga berar mengurangi sempurnanya kehidupan. Sebab pendidikan adalah hakikat kehidupan itu sendiri. Sumber: h p://news.okezone.com/read/2 012/10/24/373/708654/kemendi kbud-indeks-pendidikan-takturun-tapi-stagnan (Rabu, 24 Oktober 2012 - 15:24 wib)

h p://www.republika.co.id/berit a/pendidikan/eduac on/14/12/0 1/nf w9ur-mendikbud-sebutpendidikan-indonesia-gawat (Senin, 01 Desember 2014, 15:20 WIB)

Badan Peneli an dan Pengembangan Pendidikan dan ke b u d aya a n . Pe n d i d i ka n d i Indonesia dari Jaman ke Jaman. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979) h.

Prof. Dr. Drs. H. Agus ar Syah Nur, MA. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara (Bandung: Penerbit Lubuk Agung, 2001) h. 6.


Keterangan: Kegiatan upacara di SDN 12 Sokop

di pelosok Meran Oleh: Andriani Surya

Ibu,hari rabu kita jadi ke desa-kan?”tanya para siswa kelas jauh SDN 12 Sokop Kepulauan M e r a n .” I y a j a d i nak,”jawab Si guru konsultan Dompet Dhuafa Pendidikan. “ Kami boleh pakai tas baru kan, bu,”tanya siswa lagi. Dan dijawab dengan anggukan dan senyum yang lebar oleh para guru konsultan. Iya rabu ini adalah rabu yang dak biasa bagi para siswa karena mereka pertama kalinya ikut serta dalam upacara 17 Agustus di desa. Sebelumnya mereka hanya tau ada keramaian di desa setahun sekali. S u k u a k i t D e s a

Sokop,Kepulauan Meran Riau ini hidup di hutanhutan pedalaman jadi mengenal keseruan dan keramaian perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus adalah sesuatu yang baru. Karena untuk sampai ke lokasi dari pusat kota Riau dibutuhkan waktu minimal 8 jam perjalanan dengan m e n g g u n a k a n transportasi, darat dan laut. Sebelumnya bahkan mereka dak mengenal lagu Indonesia Raya dan apalagi nama Presiden RI. Ironis tapi begitulah warga suku akit yang memang h id u p d i d a la m h u ta n ataupun hutan yang sudah dibuka mereka baru

mengenal sejak Ki y dan Si diamanahkan sebagai re l a wa n g u r u s e ko l a h mereka mendampingi Ibu Rian , yang merupakan bagian dari program Inisiasi Sekolah Literasi Indonesia Dompet Dhuafa Pendidikan. Ironis tapi begitulah adanya masalahmasalah yang dihadapi oleh rakyat indonesia yang hidup di daerah terpencil dan terluar digaris kepulauan Indonesia. Suku akit ini hidup di kepulauan meran Riau, namun yang menjadi fokus program inisiasi Sekolah Literasi Indonesia Dompet Dhuafa Pendidikan adalah suku akit di Pulau Rangsang Kecamatan Rangsang

6


Pesisir Desa Sokop Dusun Bandaraya. Sebagian besar mata pencaharian mereka adalah buruh di kebun kelapa sawit milik non pribumi. Alhamdulillah tahun 2012 masyarakat dapat bantuan perumahan dari kementerian sosial sehingga mereka dapat menikma hunian yang layak.

menggunakan sepatu atau alas kaki seadanya, bulan februari kami ba mereka belum menggunakan sepatu ataupun alas kaki lainnya. Sementara dari sisi usia banyak dari mereka dak lagi berada pada usia sekolah dasar. Banyak anak yang berusia 12 tahun misalnya tetapi masih duduk di kelas dua dengan

Kab. Kep. Meran . Hasil ke s e p a ka t a n t e rs e b u t adalah akan dibentuk dua bentuk yaitu sekolah ďŹ lial SDN 12 Sokop dan sekolah non-formal. Anak-anak yang masih berada pada usia sekolah akan tetap bersekolah di sekolah formal yaitu sekolah ďŹ lial SDN 12 Sokop sedangkan anak-anak yang usianya

Keterangan: Alat transportasi di Meranti

Memang masyarakat disini masih berada pada kondisi yang ter nggal khususnya pendidikan. Anak-anak mereka bersekolah dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 10 km. Untuk itu dibuat kegiatan belajar mengajar di sebuah balai pertemuan warga sebagai lokal jauh dari SDN 12 Sokop sebagai induknya. “ S e ka ra n g m a h s u d a h a l h a m d u l i l l a h m e re ka bersekolah sudah

7

kemampuan baca tulis yang masih sangat minim. Anakanak yang duduk di kelas satu juga banyak yang s u d a h b e r u s i a d i ata s delapan tahun. Dengan kemampuan baca tulis yang masih berada pada level 0. Sekolah Inisiasi ini dibuat karena melihat ke dakberdayaan p e n d i d i ka n d i d a e ra h pemukiman suku akit tersebut, bekerjasama dengan Kadis Pendidikan

dak lagi dalam usia sekolah dasar akan bersekolah di sekolah nonformal untuk kemudian bisa mengambil paket A, B dan C. Alhamdulillah berkat kerjasama dengan banyak pihak dan donatur bangunan sekolah inisiasi sekarang dalam tahap pembangunan. Bangunan sekolah yang akan dibuat rencananya terdiri dari empat ruang kelas dan dua MCK. insyAllah jika ada


rezeki lagi kita akan bangun dua ruang kelas, satu ruang perpustakaan dan dua MCK. Harapannya jika ada ruang perpustakaan, masyarakat dapat mudah mengakses informasi serta hiburan karena keterbatasan akses penerangan. Iya penerangan di daerah ini hanya ada jam 18.00 – 23.00 wib se ap harinya. Melihat dari dekat kehidupan suku akit membuat kita bertanya dalam ha ,�ternyata masih banyak masyarakat yang hidup sangat jauh dari standard kelayakan. Rumah mereka memang sudah layak namun sanitasi dan sarana air bersihnya sangat jauh dari standard kelayakan apalagi jernih airnya. Iya air di daerah ini terkenal merah seper air teh karena tanahnya m e n ga n d u n g ga m b u t . Uniknya lagi masyarakat suku akit lebih menyukai air

gambut tersebut dibanding air hujan yang sengaja di tampung bila hujan datang. “Air merah ini lebih sehat dan hemat dibanding air h u j a n , ka m i ta k p erlu memasaknya dan bisa l a n g s u n g d i ko n s u m s i karena jika dimasak rasa airnya akan asam,�tutur ka evi istri ketua RT tempat sekolah literasi indonesia berada. Air merah tersebut memang mengandung besi yang nggi karena jika kita endapkan akan terlihat endapan coklat dan baunya seper besi. Dan memang masyarakat suku akit yang sudah berumur mengalami masalah di giginya. Sementara sarana MCK dan sumur juga masih jauh dari kelayakan, yang menyedihkan adalah ke ka hujan datang dan meng genangi dataran, otoma s sumur ataupun MCK akan tertutup oleh genangan air hujan seakan

dak ada sekat antara MCK dan sumur. Sesuatu yang l u m ra h t e r j a d i dimasyarakat suku akit dan m e r e k a t e t a p mengkonsumsi air dari sumur tersebut. Bisa dibayangkan air yang sudah bercampur tersebut tetap dikonsumsi oleh masyarakat meski menunggu surut. Memang se ap wilayah di Indonesia memiliki masalahnya sesuai dengan karakteris knya masingmasing , namun bukan berar kita berpangku tangan dan menyerahkan semua masalah ini kepada pemerintah. Akan tetapi disinilah kontribusi kita diharapkan, untuk dapat saling bergandengan tangan membantu saudara-sauadara kita yang sangat terbatas akses dan fasilitasnya.

Keterangan: Kegiatan SDN 12 Sokop

8


Keterangan: Gathering Alumni 2016

Menanamkan Semangat Berkontribusi untuk Negeri

S

abtu, 6 Agustus 2016 bertempat di Gedung P4TK Penjas dan BK, Parung-Bogor sejumlah 153 orang Alumni Beasiswa Dompet Dhuafa Pendidikan dan 269 penerima manfaat Beastudi Etos 2014 terkoneksi untuk b erko la b o ra s i d a la m perhelatan Gathering Alumni 2016. Mereka dari berbagai latar belakang profesi ini tersebar dibeberapa kabupaten/

9

Oleh: Hassan AďŹ f kota se-Indonesia hingga luar negeri. Para Alumni Beasiswa Dompet Dhuafa Pendidikan berasal dari berbagai macam Beasiswa Dompet Dhuafa, yaitu Beastudi Etos, Beasiswa Ak vis Nusantara, Beasiswa Kemitraan, Sekolah Guru Indonesia, dan Smart Ekselensia Indonesia. Tema Gathering Alumni 2016 adalah “Connec onC o l l a b o r a o n Contribu onâ€?. Perhelatan

i n i d i awa l i #KelasAlumniBerbagi yang diisi oleh Ivan Ahda (Alumni Beastudi Etos), Andreas Sejaya (Alumni Beasiswa Ak vis Nusantara), dan R i s k y I ra w a n ( A l u m n i Sekolah Guru Indonesia). Mereka ber ga masingmasing mengisi tema tentang pengembangan karir, digital start up, dan e n t r e p r e n e u r. K e g a alumni tersebut berbagi ilmu kepada 153 alumni dan 269 penerima manfaat Beastudi Etos 2014.


Keterangan: Ivan Ahda

Keterangan: Risky Irawan

S e t e l a h #KelasAlumniBer bagi, dilanjutkan dengan proses pengkoneksian peserta yaitu G a l a D i n n e r. Semua peserta Keterangan: Andreas Senjaya m a ka n m a l a m bersama di ruang Yayasan Dompet Dhuafa yang sama. Diharapkan Pendidikan, Rina Fa mah. dalam fase Gala Dinner, Setelah itu 6 pembicara peserta Gathering bisa b e r t u r u t- t u r u t s e c a ra mengenal satu sama lain bergan an memaparkan d a n ke d e p a n n y a b i s a potensi kolaborasi sesui b e r k o l a b o r a s i s e s u a i dengan keahliannya. dengan keahliannya. Selanjutnya setelah Gala D i n n e r, d i l a n j u t k a n kegiatan Malam Kolaborasi. Malam Kolaborasi diawali dengan hiburan Ansambel Mini dari Smart Ekselensia Indonesia dan penayangan v i d e o D o m p et D h u afa Pendidikan dan Pengelolaan Alumni Beasiswa Dompet Dhuafa Pendidikan. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur

Diawali dengan Sri Nurhidayah memaparkan value-value Dompet Dhuafa Pendidikan. Dilanjutkan dengan Risky Irawan (Alumni Sekolah G u r u I n d o n e s i a ) ya n g memaparkan potensi kolaborasi para entrepreneur di Indonesia dan Andreas Senjaya (Alumni Beasiswa Ak vis Nusantara) dengan potensi para Digital Start Up di Indonesia. Pemaparan

selanjutnya oleh Ridwan Aan (Pusat Belajar An Korupsi) tentang kolaborasi dalam memberantas korupsi dan Ivan Ahda (Alumni Beastudi Etos) dengan potensi para Profesional di Indonesia untuk berkolaborasi. Acara Gathering Alumni 2016 ditutup dengan pemaparan oleh Bambang Suherman (Direktur Mobilisasi ZIS Dompet Dhuafa) tentang reeksi kontribusi Alumni Beasiswa Dompet Dhuafa Pendidikan dan foto bersama peserta Gathering Alumni 2016. Sampai jumpa di Gathering Alumni Beasiswa Dompet Dhuafa Pendidikan 2017!

10


Keterangan: Andreas Senjaya

Menjadi Ti k Balik Oleh: Hassan AďŹ f

N

ama pemuda yang satu ini harusnya akrab di telinga penggiat perusahaan rin san digital di Indonesia. Nama lengkapnya Andreas Senjaya (26). Ia lebih akrab disapa Jay. Pembawaannya kalem dan terkesan p e m a l u . N a m u n ka l a u sudah membicarakan soal startup digital, ia bisa sangat bersemangat dan berapi-api. Ti k balik kehidupan Jay adalah pada masa diterima dan menjalani kehidupan di UI. Sebelum kuliah, Jay

11

dak pernah ikut organisasi, lomba, ataupun suka berinteraksi intensif dengan berbagai macam o ra n g . Na m u n ke ka masuk ke UI, Jay menemukan banyak sekali teman-teman dan kakak senior yang inspira f, yang akhirnya menginspirasi Jay untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan m e l a k u k a n a k s e l e ra s i kapasitas lebih cepat. Jay mulai mencoba belajar ikut organisasi, lomba, dan ikut serta dalam gerakan mahasiswa. Alhamdulillah hal-hal tersebut menjadi sebuah bekal berar untuk

pengembangan pribadi maupun perjalanan pasca kampus Jay. Pemuda kelahiran 4 September 1989 ini tercatat sebagai lulusan Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Indonesia angkatan 2007. Selama masa kuliah ak f b e ro rga n i s a s i d i l eve l fakultas maupun UI, baik di organisasi dakwah maupun organisasi kemahasiswaan. Amanah organisasi terakhir yang saya jalani adalah m e n j a d i M a j e l i s Wa l i Amanah Unsur Mahasiswa tahun 2011.


Jay beserta beserta 2 orang rekannya (Mohamad Sani dan Yuwono Mujahidin) mendirikan Badr Interac ve pada tanggal 15 Mei 2011. Badr Interac ve merupakan perusahaan IT yang termasuk dalam salah satu dari 20 perusahaan IT terbesar di Indonesia. Badr Interac ve dimulai dengan modal yang minim, karyawan, maupun kantor. Kantor pertama Badr Interac ve adalah rumah kontrakan tempat Jay dan salah satu cofounder Badr Interac ve. B a d r Interac ve mem-branding perusahaanny a sebagai perusahaan yang Berdakwah Melalui Teknologi dan mempunyai 3 visi perusahaan, yaitu: meninggikan Islam dengan keterampilan yang dimiliki, menjadi inkubator generasi muda muslim bidang IT di Indonesia, dan m e m b e r i k a n kebermanfaatan untuk masyarakat. Saat ini, Badr Interac ve fokus mengembangkan aplikasi di pla orm Android, BlackBerry, iOS, dan Java

ME. Produk yang dihasilkan jenisnya bermacammacam dan cenderung dak ada yang sama, misalnya Complete Quran (Android), Ramadhan Guide (Android), dan Evaluasi Ibadah (Android, BlackBerry, iOS). J ay y a n g j u ga A l u m n i Penerima Manfaat Bak Nusa 1 UI sekarang sedang berjibaku mengiku kelas

pengembangan startup bersama 52 perusahaan terpilih lainnya dari seluruh dunia. Sejak Januari 2016 ke m a r i n , i a m e n g i ku p ro g ra m i n ku b a s i d a n akselerasi 500accelerator yang diselenggarakan oleh 5 0 0 sta r t u p s s e l a m a 4 hingga 5 bulan di Silicon Valley. Jay mendapatkan undangan di Silicon Valley setelah mendapatkan juara 2 Kompe si Startup Internasional di Istanbul Turki.

Jay dikenal sebagai pemuda yang gemar berbagi. Jay juga merupakan inisiator gerakan StartupDPK (Startup Depok) bersama dengan penggerak startup lainnya di Depok seper Lahandi Baskoro, Tommy Herdiansyah dan Firman Nugraha. Jay memiliki kebiasaan unik. Pemuda yang mengidolakan Nabi Muhammad & ayahnya sebagai idola ini se ap hari minggu pulang ke rumah orang t u a n y a d i Tan g geran g. Jay pulang ke rumah untuk membantu ibunya memasak. Jay mendapatkan p e l a j a r a n ke h i d u p a n d a r i proses memasak. Dalam memasak, melalui proses menggoreng, menumis, mengukus, dan lain sebagainya. Sama dengan kehidupan se ap orang punya jalannya masingmasing untuk berproses menuju kesuksesannya, namun kesabaran dan kerja keras adalah kunci dalam memenangkan se ap proses kehidupan.

12


Berkah Bersama

Selama Al Quran itu masih terpatri diha mu, Allah Swt dak akan membiarkanmu hidup menderita Rio “ ujar Buya Mahmud Pulungan, guru tahfiz di Pesantren Modren Daar al Uluum (PMDU) Kisaran. petuah ini masih terngiang – ngiang di telinga ini sampai saat ini. Pada tahun 2001, setelah menda ar di Madarasah Tsanawiyah PMDU, jauh dari tempat nggal orangtua. Saya memulai menghafal Al Quran d i b awa h a s u h a n B u ya Mahmud, Buya Mahmud

13

s e n d i r i s u d a h menghasilkan Hafiz-hafiz handal, beberapa murid beliau berhasil menjuarai Musabaqah Hifzil Quran Nasional dan Internasional. Buya dikenal sangat disiplin dan ikhlas, beliau akan marah jika murid-muridnya bermalas-malasan menghafal Al Quran, beliau juga sangat ikhlas belaiau hanya digaji empat hari dalam seminggu, namun beliau bersedia mendengarkan hafalan al Quran se ap hari. Ke ka masih duduk

Oleh: Rio Gunawan dibangku kelas I Madrasah Tsanawiyah, Suatu hari saya mengaji Al Quran dengan pengeras suara di Mesjid PMDU, seorang kakak kelas mendatangi saya seraya berkata “kenapa kamu yang membaca Al Quran? bacaan kamu kan belum bagus ”. ucapan ini saya jadikan mo vasi supaya lebih giat lagi mempelajari dan menghafal Al Quran, alhasil dengan izin Allah Swt, dak sampai dua tahun, saya telah menghafal Al Quran sebanyak 18 juz, kemudian


B u y a M a h m u d memberikan kepercayaan kepada saya sebagai Imam tetap Mesjid PMDU, biasanya seorang Imam harus mempunyai hafalan yang banyak dan minimal beerada di kelas I Madarasah Aliyah, karena surah yang kami baca dalam shalat jahar (magrib, isya, subuh) berurut dari Surah Al Baqarah hingga An Naas, namun berbekal hafalan tadi saya dipercaya sebagai Imam meski masih duduk di kelas II Ts a n a w i y a h . S a m p a i akhirnya ke ka saya sudah mengkhatamkan Al Quran saya dipercaya menjadi asisten Buya Mahmud mendengarkan setoran hafalan Al Quran, ke ka itu saya masih kelas I Aliyah sebagian santri yang setoran waktu itu adalah

kakak kelas saya . PMDU bukanlah Pondok khusus menghafal Al Quran, layaknya pesantren M o d r e n , P M D U mempunyai seabrek ak fitas santri dari pagi hingga malam hari, Kegiatan belajar mengajar (KMB) dimulai pukul 7.00 pagi hingga pukul 12.00 siang. Kemudian shalat Zuhur dan makan siang, pukul 2.00-3.00 diisi dengan ketrampilan agama selain menghafal Al Quran. Selepas ashar santri bebas b e ra k fi t a s ke m u d i a n dimalam hari pukul 8.0010.00 semua santri kembali ke lokal masiing- masing tuk mengulangi pelajaran (muraja'ah). Meski ak fitas santri padat, kami yang terda ar

sebagai murid tahfiz, harus menyetorkan hafalan Al Quran se ap harinya, kami mengop malkan se ap waktu yang ada, dalam benak kami se ap ada kesempatan kami harus pergunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya untuk menghafal Al Quran, karena kami dak mempunyai waktu yang banyak, kami sendiri mengis lahkannya dengan “curi-curi waktu”, namun dengan keuletan Buya Mahmud dan kegigihan santri-santrinya banyak d i a nta ra m e re ka ya n g khatam mengafal al Quran 30 juz dalam waktu empat, ga bahkan dua tahun. Dalam jangka dua setengah tahun, alhamdulilah saya mengkhatamkan Al Quran

14


pada Bulan Maret 2014, ke k a i t u s a y a m a s i h berumur 14 tahun, seteleah itu saya sering mengiku even-even Musabaqah Hifzil Quran dan Musabaqah Tafsir Al Quran. Dan alhamduliilah saya sering kali menjuarai Kategori 20 dan 30 juz Al Quran. Atau kategori 30 juz beserta tafsirannya. Dari Musabaqah ini saya semakin tertarik mendalami tafsir Al Quran dan ilmu –ilmu yang mendukung tafsir itu itu sendiri, Ditambah lagi nasehat-nasehat guru di Pondok agar saya mengambil Jurusan tafsir jika sudah masuk Perguruan Tinggi Tibalah saatnya, tahun 2007 kami resmi menjadi wisudawan PMDU, saya dan beberapa teman menda arkan diri tes ke Timur Tengah. Tes pertama diadakan di UIN SUMUT sedangkan tes kedua di Kedutaan Besar Mesir tahun depannya. Ke ka mengiku tes lisan (syafawi) di Kedubes, salah satu syeikh bertanya berapa jumlah hafalan Al Quran saya, “30 juz syeikh” mpalku spontan. Setelah itu dia memuji saya dan

15

memanggil Duta Besar Mesir di Indonesia dan b e b e ra p a sye i k h ya n g bertugas pada hari itu. Mereka menanya saya beberapa pertanyaan diluar materi ujian seper pekerjaan ayah dan ibu, pendapat saya tentang Ahmadiyah dan lain lain. Setelah menunggu beberapa bulan, akhirnya calon mahasiswa yang lulus diumumkan dan saya termasuk salah satu darinya. 28 Desember 2008, saya ba di Kairo dan resmi menjadi Mahasiswa Al Azhar, Ramadhan 2009 saya dipercaya menjadi Imam Mesjid di Daerah Damardays, Kairo. Dan pada tahun 2013-2014 menjadi Imam tetap di daerah Roksi. Mengenai perkuliahan, saya sangat tebantu dengan hafalan Al Quran, karena beberapa mata kuliah di Fakultas Ushuluddin sangat banyak membutuhkan dalil Al Quran. Pada tahun 2011 saya mendapat predikat Jayyid jiddan, lagi- lagi perolehan ini dak bisa dipisahkan dar nilai mata kuliah Al Quran dan tajwid keduanya sama

–sama mendapat nilai 100 (Mumtaz). Pada tahun 2012 saya mengiku Musabaqah Intenasional antar pelajar Al Azhar dan saya mendapat predikat ke VII waktu itu. Ditahun yang sama saya mengkhatamkan Qiraat Asyrah (varian qiraat yang sepuluh) dan wisuda Universitas Al Azhar bulan September 2012. 2013 -2014 saya dan beberapa teman dipercaya sebagai imam tetap dan guru tahfiz di masjid At At Taqwa Roksi. Pada tahun ini (2016) insyallah saya diberi amanah untuk menjadi Imam selama ramadhan di Negeri Johor malaysia. Ini semua tetunya berkat hafalan Al Quran. “ Sesungguhnya orangorang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan mena ahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang dak akan merugi”. (Q S Faathir : 39) “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Quran dan mengajarkannya ” (H.R Muslim).


Keterangan: Endro Suliyanto

Menuju Ranah Pengabdian

A

ku terlahir di Lunang, sebuah kampung kecil di Pesisir Selatan Sumatera Barat. Ayah orang Bengkulu, dan ibu asli dari Banjarnegara Jawa Tengah transmigrasi ke Lunang. Tapi, “Nak, ayahmu sudah pergi meninggalkan ibu semenjak engkau dalam kandungan berusia 2 bulan�, ucap ibuku. Ya, sejak aku terlahir dak bertemu ayahku. Katanya ia d a k m e n i n g ga l , t a p i 'minggat' dari rumah meninggalkan ibu. Tak tahu alasan pas nya. Tak ada kabar. Aku belum punya rumah h i n g ga s e ka ra n g . J a d i

Oleh: Endro Suliyanto

menumpang hidup dengan kakek nenek, serumah juga dengan paman dan bibi. Alhamdulillah, masih ada tempat berteduh. Namun kehidupan dirumahku dak harmonis. Sering kudengar cekcok. Ada saja suara sumbang terdengar disanasini. Jauh dari kata bahagia. “Duarr!�, pagi itu kudengar suara pintu diban ng. Diiku piring yang pecah berserakan. Ibu menangis. Paman pergi. Nenek duduk termenung. Kakek marah. Sering terjadi, dan itu biasa. Aku mulai terbiasa dengan k e a d a a n i n i . S a b a r. Terkadang juga sedih. Bingung.

Aku dak bisa fokus belajar dengan keadaan seper ini. Juga dikeluargaku; ibu yang seorang pembantu rumah tangga dak pernah sekolah, pamanku tamat Sekolah Dasar (SD), kakek n e n e k d a k ta m at S D zaman penjajahan dulu (jepang), hanya bibi yang tamat Madrasah Tsanawiyah (MTs) se ngkat SLTP. Alhamdulillah masih ada anggota keluarga besarku yang mencicipi pendidikan. Namun, bibiku yang tamat MTs itu se ap hari sibuk membantu kakek nenek ke ladang, dak bisa m e l a n j u t ka n s e ko l a h

16


karena dak ada biaya. Paman juga. Apalagi pada masa kecil ibuku, kakek nenek dak mampu untuk menyekolahkannya. Jangankan untuk sekolah, makan sehari-hari saja dak cukup. Zaman itu serba susah. Sekitar tahun 1970-1980-an.

ladang. Dan menanaminya dengan padi, palawija, buah-buahan. Baru bisa sedikit menikma hasil panen. Namun dak semua panen bisa dikonsumsi sendiri karena lebih banyak untuk dijual. Digunakan membeli peralatan rumah dan keperluan yang lain.

Dan saat aku terlahir 1993, ke ka itu Indonesia terkena dampak krisis keuangan Asia yang bermula dari krisis Thailand yang dikenal krisis Tom Yam Gung. Krisis ini dimulai ke ka aku lahir, dari 1993 dan puncaknya tahun 1997. Krisis moneter yang menimpa Indonesia terasa dampaknya oleh seluruh penduduk, tapi bagi keluarga kami hal ini sudah biasa. Kami terbiasa hidup serba kekurangan. Dimulai dari saat transmigrasi yang diadakan bapak Soeharto ke ka itu. Kakek nenek datang menginjakkan kaki di bumi Andalas (Sumatera) pada tahun 1980. Saat itu ibuku berusia 9 tahun. Keadaan ini berlangsung hingga aku menginjak usia remaja, dan belum baik hingga sekarang. Makan ubi rebus, sayur pucuk ubi, atau makan talas rebus. Kadang pakai nasi, kadang dak. Sehari-hari. Hingga kakek membuka

Begitu keadaanku. Bagiku ini adalah perjuangan yang berat. Sedari kecil, belajar s e n d i r i . H a ny a terkadang—jika ada waktu luang—paman atau bibi mengajariku selepas b e ke r j a . Ke a d a a n i n i berlangsung lama. Namun dak menyurutkan perjuangan dan pengorbananku. Saat di sekolah aku belajar dengan sungguh-sungguh, karena saat itu ada guru yang mengajari dan menjelaskan p e l a j a ra n . A ku s i m a k . Serius. Fokus. Aku terus berusaha menjadi yang terbaik.

17

Bagiku bisa sekolah adalah karunia yang maha dahsyat dari Tuhan. Kesempatan ini aku gunakan dengan sebaik-baiknya. Dari mulai SD hingga SLTA aku selalu mendapatkan beasiswa dan mendapat juara kelas. Namun pernah sekali di kelas 3 SD dak mendapat juara kelas meski masih

ranking 5 besar. Karena saat itu aku terkena pengaruh teman yang dak baik; mengajak bolos, mencuri, melawan guru. Itu kisah kelam yang semoga dak akan terulang lagi. Hingga masa kuliah, keadaan finansial ke l u a rga k u j u ga d a k membaik. Aku harus berjuang untuk tes masuk PTN. Setelah dinyatakan lulus di Unand, terkendala uang penda aran ulang. 100.000,00. Ya, aku masih ingat uang itu. Awalnya aku harus bersabar dengan komentar pahit asisten Wakil Rektor 1 Unand “(dengan uang 100.000,00) untuk ongkosmu pulang ke lunang saja dak cukup dek”. Tapi dengan uang itu aku masuk Unand. Sebagai jaminan keseriusan untuk kuliah. Tapi Allah masih sayang padaku. Dia memeberikan jalan dengan lulusnya aku pada Beastudi Etos yang memberikan pembiayaan uang kuliah; uang masuk, uang saku, tempat nggal, dan yang lebih pen ng adalah program pembinaan.


“Man jadda wajjadda! Where there is a will there is a way� 2 mantera ini yang aku gigit erat telah m e m b u k k a n ke a m p u h a n nya . T i d a k terbayangkan akan bisa terus melanjutkan pendidikan hingga perguruan nggi. Aku akan menjadi sarjana pertama di keluargaku. Ini perjuangan berat, tapi aku yakin bisa! Aku membagi hidupku menjadi 3 fase pen ng; masa menerima (saat balita hingga SLTA), masa belajar memberi (saat kuliah), masa berbak dan mengabdi (pasca kuliah, terjun di masyarakat). Dan kini 'masa menerima' sudah aku lewa . Semua pemberian; kasih sayang, bantuan, ketulusan telah aku dapatkan. Masa kedua aku harus bisa membalas pemberian itu, meski baru hal kecil. 'Masa belajar memberi' ini aku isi dengan berbagai ak vitas yang bermanfaat bagi diri dan orang lain; membina sekolah desa produk Beastudi Etos Padang di Desa Jawa Gadut tahun 2011-2014, menjadi mentor pembinaan agama islam di kampus tahun 2012-2016, mendampingi program wirausaha

mandiri Dompet Dhuafa Singgalang tahun 2014, membina Mahasiswa Baru Unand di asrama mahasiswa unand dari tahun 2014-2016. Untuk menghadapi masa ke gaku—masa berbak dan mengabdi pada masyarakat—aku harus banyak belajar di masa keduaku; ak f di komunitas penulis Lembaga Kajian Ilmiah Mahasiswa (LKIM) Fakultas Peternakan Unand tahun 2011-2014, ak f di badan ekseku f etos padang tahun 2011-2014, ak f di organisasi forum studi islam fakultas peternakan tahun 20112014, ak f di lembaga mentoring Unand tahun 2012-2016, ak f di Forum Kajian Islam Rabbani Unand tahun 2013-2015, ak f di Forum Komunikasi Silaturahim Islam Mahasiswa Pesisir Selatan (FKSI MPS) tahun 20132016. Selain itu aku menjadi pencetus berdirinya Ikatan Pemuda Pelajar Islam Lunang dan Silaut (IKAPPI LUSI) tahun 2013. Dan sekarang aku sedang merancang Komunitas Cinta Membaca D a n M e n u l i s ( KC M 2 ) .

Semua ini aku lakukan demi masa depanku, masa depan keluargaku, dan masa depan bangsaku. Menjadikan pribadi unggul u nt u k I n d o n e s i a ya n g gemilang.

18


Dompet Dhuafa Pendidikan

19


Dompet Dhuafa Pendidikan

20


21


Dompet Dhuafa Pendidikan Jalan Raya Parung - Bogor KM 42 Jampang Kemang, Bogor, Jawa Barat, Indonesia 16310 Phone: +62 251 8610817, 8610818, 8162044

www.pendidikandd.org


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.