9 minute read

12 Biogas, Alternatif Mencapai Ketahanan Energi Deden Hilga Safari

12

BIOGAS, ALTERNATIF MENCAPAI KETAHANAN ENERGI

Advertisement

Deden Hilga Safari

Ketua Divisi Ketahanan Energi DPKLTS

Merupakan anugerah yang sangat besar dari Yang Maha Kuasa ketika kita sebagai manusiamemiliki rasa dan visi yang berselingkupan dengan kepedulian dan kecintaan terhadap lingkungan. Kita mempunyai kesadar-tahuan bahwa kita adalah bagian dari alam, kita salah satu variabel dari begitu banyaknya variablel pengisi semesta alam, sehingga mewujudkan kelestarian dan keseimbangan alam menjadi pilihan bagi kita, demi keamanan dan kenyamanan hidup kita sendiri, makhluk lain, dan pengisi alam lainnya.

Kepedulian dan kecintaan terhadap alam ini kemudian kita wujudkan dengan hidup yang salingbergantung dengan alam. Artinya kita hidup di level tertinggi dari perkembangan kedewasaan kita sebagai manusia.

Menurut sebuah teori, perkembangan kedewasaan manusia itu berurutan dari tergantung, terus mandiri, dan yang tertinggi adalah saling bergantung. Betapa indahnya, kita manusia, sebagai mahluk yang mandiri, bekerja sama dengan alam, yang juga mandiri, secara sinergis untuk mendapatkan keseimbangan dan keuntungan bersama.

Visi pribadiakan bermakna jika bisa mempengaruhi visi orang lain, visi publik, atau visi organisasi, sehingga akan banyak pihak yang sejalan dengan visi kita, dan menjadi gerakan massa yang masif. Bukankah

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 73

keberhasilan sebuah pendidikan, terutama pendidikan lingkungan, adalahaksi massa yang masif?

Ketergantungan masyarakat kita terhadap energi fosil yang tidak dapat diperbaharui, sangat rentan mengganggu stabilitas ketahanan energi nasionalkita. Diperlukan energi lain yang baru dan terbarukan sehingga ketahanan energi dapat terjaga.

Biogas merupakan salah satu sumber energi terbarukan tersebut. Biogas mudah diterima dan dipahami masyarakat awam. Biogas, yang merupakan gas campuran yang sebagian besar berupa metana hasil penguraian massa organik, bisa menjadi sumber energi bakar rumah tangga menggantikan konsumsi elpiji, minyak tanah, atau kayu bakar, yang biasa digunakan masyarakat saat ini.

Bahkan dalam jumlah besar, biogas juga bisa digunakan sebagai sumber bahan bakar penghasil listrik. Oleh karena itu, pengembangan teknologi energi biogas, untuk mencapai kondisi ketahanan energi, adalah hal yang harus dilakukan, termasuk oleh lembaga Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda atau DPKLTS.

Apa itu Biogas?

Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik anaerob (bakteri penghasil gas metan yang hanya dapat hidup dalam kondisi anaerob atau tanpa oksigen) dari proses perombakan bahan-bahan organik, seperti sampah biomassa, kotoran manusia, dan kotoran hewan.

Sifat gas metan yang mudah terbakar, merupakan sumber energi alternatif yang biayanya murah serta ramah lingkungan. Selain itu, teknologi ini juga dapat bermanfaat dalam aksi pengendalian lingkungan dan penghasil pupuk organik yang sangat baik.

Biogas memang merupakan energi alternatif yang dianjurkan untuk mengantisipasi perubahan iklim, karena pengelolaan limbah ternak menjadi biogas terbukti menurunkan emisi Gas Rumah Kacaatau GRK.

Berdasarkan laporan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca atau RAN-GRK oleh Kementerian Pertanian, maka setelah program ini dilaksanakan akan terjadi serapan karbon sebesar

74 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021

2.044.395 CO2-e. Hal ini dapat dipastikan karena penggunaan biogas mencegah pelepasan gas CH4 yang dihasilkan oleh limbah ternak ke atmosfer.

Selain itu, biogas tidak menghasilkan sampah seperti pada pembakaran bahan bakar fosil. Mengingat biogas berasal dari limbah, maka sangat membantu dalam pengelolaan limbah dan sampah untuk mewujudkan lingkungan yang bersih.

Biogas, khususnya skala rumah tangga, merupakan salah satu teknologi penyediaan energi terbarukan yang dikembangkan pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), termasuk di dalamnya Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat.

Program yangsudahdilaksanakan beberapa tahun ini adalah penerapan teknologi biogas, khususnya bagi para peternak sapi di Jawa Barat, melaui program hibah. Selain itu, juga dilaksanaan program subsidi pengadaan reaktor biogas melalui program nasional Biogas Rumah yang dijalankan oleh Hivos, salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat dari Belanda, di 10 provinsi di Indonesia termasuk Jawa Barat.

Terdapat pula beberapa progam dan pembangunan reaktor biogas secara sporadis oleh berbagai elemen masyarakat secara swadaya maupun melaluiprogram CSR (Corporate Social Responsibility).

Bagaimana Biogas Terbentuk?

Biogas secara fisik merupakan gas, karena itu pada proses pembentukannya membutuhkan ruangan dalam kondisi kedap atau tertutup (dikenal sebagai reaktor/digester/biodigester) agar stabil.

Prinsipnya, biogas terbentuk melalui beberapa proses yang berlangsung dalam ruang yang anaerob (tanpa oksigen). Proses pembentukan biogas secara biologis meliputi tiga tahap, yaitu: tahap hidrolisis (tahap pelarutan), tahap asidogenesis (tahap pengasaman), dan tahap metanogenesis (tahap pembentukan gas metana).

Pertama, Tahap Hidrolisis(Tahap Pelarutan). Pada tahap ini, bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida, dan lemak diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti glukosa. Bakteri berperan mendekomposisi rantai panjang karbohidrat, protein, dan lemak

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 75

menjadi bagian yang lebih pendek. Contohnya: polisakarida diubah menjadi monosakarida. Tahap pelarutan berlangsung pada suhu 25oC di dalam digester.

Kedua, Tahap Asidogenesis(Tahap Pengasaman). Pada tahap ini, bakteri asam menghasilkan asam asetat dalam suasana anaerob. Tahap ini berlangsung pada suhu 25oC. Bakteri akan menghasilkan asam yang akan berfungsi untuk mengubah senyawa pendek hasil hidrolisis menjadi asam-asam organik sederhana, seperti asam asetat, H2, dan CO2.

Mengingat itu, bakteri ini disebut pula bakteri penghasil asam (ecidogen). Bakteri ini merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan.

Ketiga, Tahap Metanogenesis (Tahap Pembentukan Gas Metana). Pada tahap ini, bakteri metana membentuk gas metana secara perlahan dan secara anaerob. Proses ini berlangsung selama 14 hari dengan suhu 25oC. Pada proses ini akan dihasilkan 70% CH4 (metana), 30% CO2, serta sedikit H2 dan H2S.

Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus kimia CH4. Sebagai komponen utama gas alam, metana adalah sumber bahan bakar yang utama.

Mengapa Biogas?

Ketergantungan konsumsi energi masyarakatterpusat terutama kepada energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini sangat rentan mengganggu stabilitas pondasi ketahanan energi nasional. Maka, diperlukan sumber energi baru terbarukan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan, sehingga bisa memutus ketergantungan terhadap energi fosil,dan menciptakan kemandirian energi.

Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan bauran penggunaan energi terbarukan dalam skema konsumsi energi nasional. Diperlukan kerja keras dan terobosan-terobosan untuk dapat mencapai target 23% “energi baru terbarukan” dalam bauran energi di tahun 2025, dan tahun-tahun mendatang.

76 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021

Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi emisi GRK yang sudah menjadi permasalahan bersama masyarakat di bumi ini, yaitu timbulnya fenomena pemanasan global (global warming).

Selama ini Provinsi Jawa Barat sudah menjadi provinsi terdepan dalam pengembangan energi terbarukan. Jawa Barat memiliki potensi energi biogas yang cukup besar, karena memiliki populasi ternak sapi yang banyakdi berbagai tempat.

Potensi energi biogas akan mampu menjadi sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) berbasis fosil. Berdasar data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2013, total populasi ternak besar (sapi perah, sapi potong, dan kerbau) di Jawa Barat mencapai 577.899 ekor.

Perhitungan Dinas ESDM Jawa Barat tahun 2013, setiap satu ekor ternak besar dapat menghasilkan kotoran 25-30 kg/hari, atau rata-rata sekitar 9 ton/tahun. Dari hasil perhitungan tersebut, diketahui bahwa potensi kotoran ternak dari populasi ternak besar yang ada sekitar 5,20 ton/tahun, atau sekitar 52,01 juta m3/tahun, atau setara kebutuhan minyak sekitar 32.246,76 KL/tahun.

Selain potensi kotoran ternak, peternak potensialpun harus diperhitungkan dalam menentukan pengguna reaktor biogas agar berkelanjutan.

Biogas dan Sampah

Manfaat biogas, setidaknya ada5(lima)secara umum, yaitu (1)sebagai pengganti gas LPG, (2) sebagai bahan bakar kendaraan, (3) menghasilkan pupuk organik, (4) memanfaatkan sampah organik sehingga dapat mengurangi sampah yang tersebar di lingkungan, dan (5) dapat menjadi pembangkit listrik.

Setiap orang di Indonesia rata-rata setiap harinya menghasilkan 0,5 kg sampah, yang terdiri dari sampah organik dan anorganik. Sampah yang dihasilkan ini biasanya selalu menjadi masalah hampir di setiap daerah di Indonesia.

Penyebabnya sama, yaitu karena umumnya masyarakat tidak peduli akan sampah yang dihasilkannya, sehingga menganggap sampah bukan

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 77

urusannya. Setiap daerah mempunyai dinas khusus untuk mengurusi sampah, tetapi itu tidaklah cukup dan menghabiskan banyak dana APBD, APBN, bahkan loan dari luar negeri. Sedangkan hasil akhirnya, pada umumnya hanyalah gunungan-gunungan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yangkemudian menjadisumber polusi.

Hampir semua Pemda melakukan teknik yang sama dalam mengelola sampah, yaitu mengumpulkan sampah di area terbuka. Teknik ini berbiaya mahal, terutama untuk transportasi dan sumber daya manusia.

Teknik ini juga tidak memberi pembelajaran apapun, terutama dalam mengubah paradigma pengelolaan sampah, kepada masyarakat. Selain menimbulkan masalah kesehatan warga, teknik ini juga menimbulkan masalah lingkungan dan sosial.

Paradigma masyarakat dan pemerintah seperti ini harus diubah menjadi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan menguntungkan.

Masalah utama sampah, kalau dikatakan dengan bahasa yang sederhana, adalah belum adanya sistem pengelolaan dan pengelola yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip alam. Hal ini diperparah dengan keengganan berbagai pihak untuk turut serta mengelola sampah.

Sikap “asal gak kelihatan oleh mata saya” adalah paradigma yang buruk. Masyarakat tidak peduli dengan sampah yang dihasilkan selama sampah bisa disingkirkan dari mukanya. Gaya hidup berparadigma buruk ini harus diganti dengan sikap “saya turut bertanggung jawab, dan saya bahagia dengan tanggung jawab saya”.

Di Indonesia, umumnya volume sampah organik adalah 55% dari total seluruh sampah yang dihasilkan. Jika sampah organik ini bercampur dengan sampah non-organik, atau bertumpuk-tumpuk seperti di TPA, maka sampah yang tertutup oleh sampah anorganik dan/atau sampah pada tumpukan bagian bawah akan terdekomposisi secara anaerob.

Fermentasi sampah organik secara anaerob ini akan menghasilkan gas metana (CH4)yang bila sampai ke atmosfer akan berperan sebagai GRK yang memicu pemanasan global, dan zat yang tersisa sebagai hasil dari penguraian protein sampah organik NH3 (gugus amin) dan hidrogen sulfida (H2S)akan sangat mengganggu lingkungan karena berbau busuk.

78 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021

Oleh karena itu, perlu dicari teknologi penanganan sampah yang lebih baik, yang bisa mengurangi emisi gas rumah kaca dan bau secara signifikan. Teknologi biogas adalah salah satu pilihan itu. Teknologi ini bisa mengatasi masalah sampah dan ketersediaan bahan bakar sekaligus.

DPKLTS dan Biogas

DKLTS sebagai lembaga yang bergerak di bidang lingkungan hidup, dan mempunyai visi terciptanya hubungan kesaling-bergantungan antara manusia dan alam, sangat mendukung program pengembangan biogas untuk mencapai ketahanan energi.

Berikut adalah Rencana Kerja Divisi Ketahanan Energi DPKLTS Tahun 2021-2025, yaitu:

Pertama: Pemetaan Kondisi Sosial Budaya Masyarakat, untuk mengetahui potensi dan semangat masyarakat dalam kegiatan pengembangan biogas.

Kedua: Sosialisasi, Promosi, dan Kampanye Program Ketahanan Energi, terutama dalam kegiatan npengembangan biogas.

Ketiga: Program Pengembangan dan Penyebaran Biodigester BSO-15. Perlu diketahui BSO-15 atau Biodigester Sampah Organik 15 Kg adalah alat berbentuk tabung untuk memproses bahan-bahan organik menjadi Biogas dan Pupuk Organik Cair (POC). BSO dikembangkan oleh MABI, bekerjasama dengan YSBB, didukung oleh Ridwan Kamil, dan didanai oleh PT. MEDCO,tahun 2015,

Keempat: Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Organik dengan Teknologi Biogas,dengan tujuan akan mengurangi sampah yang hingga sampai sekarang masih menjadi masalah besar.

Kelima: Pengembangan Bank Sampah, Pengembangan Desain dan Prototipe Reaktor Biogas, sekalian menggali inovasi dan kreativitas warga dalam bidang teknologi biogas.

Keenam: Pelatihan Pembangunan Biogas Secara Umum dan Reaktor Biogas, dengan tujuan bahwa teknologi biogas ini lebih tersebar merakyat.

Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021 79

Ketujuh: Pembangunan Reaktor Biogas, sebagai pilot project yang bisa dicontoh dan diterapkan di tempat-tempat lain.

Kedelapan: Pembentukan dan Pengembangan Organisasi Lokal (antara lain Bank Sampah), Pemanfaatan Produk-Produk Biogas dan Kegiatan Usahayang terkait.

Kesembilan: Kegiatan Peningkatan Eksistensi dan Kinerja Organisasi Lokaldalam hal pengembangan teknologi biogas, termasuk di dalamnya adalah aspek manajemen, fungsi manajemen, dan unsur-unsur manajemen yang terkait.

Kesepuluh: Membangun Jaringan antara Organisasi Lokal dengan Swasta, Birokrasi,Media, bahkan dengan para Akademisi.

Kesebelas: Membangun Desa Mandiri Energi, termasuk di dakamnya adalah Koperasi Biogas, dalam rangka merealisasikan misi DPKLTS, yaitu “Desa Kuat, Negara Kuat”

Sangat diyakini bahwa dengan dukunga regulasi, sinergi antar sektor, kemitraan dunia usaha, partisipasi masyarakat, dan teknologi ramah lingkungan, makabiogas sebagai alternatif mencapai ketahanan energi nasional akan menjadi keniscayaan.***

80 Bunga Rampai - 20 TAHUN DPKLTS - 10 September 2021

This article is from: