Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
1
Tabloid Mahasiswa UNM
www.profesi-unm.org
Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi
Profesi FM - 107.9 MHz
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Tahunfakta, XXXVIsaji 2012 UraiOktober data, ungkap berita
2
Persepsi
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
editorial
SMS Pembaca
Tak Mampu, Mundur Saja!
D
isaat universitas lain sudah membicarakan prestasi, UNM masih saja bergelut tentang antisipasi. Miris, namun inilah bukti institusi yang dibanggakan ini. Masih teringat jelas tawuran mahasiswa beberapa waktu yang lalu yang melibatkan Fakutas Seni dan Desain (FSD) dan Fakultas Teknik (FT). Bentrokan yang pada akhirnya tak ada satu pihak pun yang diuntungkan. FSD, fasilitas kampus yang dirusak, beberapa motor dan ruangan dibakar dan memiriskan yakni ditemukannya ganja yang berdomisili di salah satu sekretariat lembaga kemahasiswaan. Namun yang paling parah tentu saja dari pihak FT, salah seorang mahasiswa dari Fakultas Rajawali harus meregang nyawa. Dan apapun alasannya, UNM pastinya terpukul akan kejadian ini. Pastinya, mesti ada yang bertanggung jawab dalam hal ini. Tak ada hal yang membenarkan tawuran yang terjadi di kampus eks IKIP ini. Merupakan bukti ketidakmampuan para pimpinan untuk menyudahi “luka lama” yang terus hadir dalam torehan sejarah UNM. Mulai dari mahasiswa sampai dosen harusnya sadar bahwa perilaku tersebut sangat dipandang buruk oleh semua kalangan di luar sana. Bukti kegagalan pimpinan yang tidak mampu mengawal fakultasnya dengan baik. Dekan FSD dan FT yang memasuki periode keduanya ini masih tidak berhasil menghentikan kasus yang setiap tahunnya hadir ini. Padahal, pengakuan para kedua dekan tersebut, dirinya telah melakukan yang terbaik untuk sektor yang dipimpinnya. Hanya saja, Dekan FSD justru menyalahkan pimpinan universitas yang tidak becus dalam menanggapi hal ini. Lain halnya Dekan FT, ia justru menjamin bahwa perubahan telah dilakukan di fakultas selama dirinnya menjabat sebagai orang nomor wahid di fakultas rajawali itu. Pertanyaannya kemudian, benarkah dekan tersebut telah berhasil menanggulangi masalah ini ? Spekulasi yang muncul pastinya beragam. Ada yang mengatakan berhasil, dan tentunya tidak. Terlepas dari itu spekulasi yang
ada, pastinya kejadian kemarin adalah yang terparah dan memalukan bagi institusi. Selain jatuh korban, juga didapatkannya barang haram merupakan bukti bahwa pimpinan fakultas tak beroperasi dengan baik. Kehadiran Menteri Pendidikan dan Kemendikbud di UNM merupakan yang pertama kalinya. Bukan untuk menghadiri seremoni, tapi mengancam UNM terhadap perilaku nakal mahasiswanya. Tidak berjalannya fungsi kordinasi dengan mahasiswa, menjadikan mahasiswa bagaikan “raja” untuk seenaknya menjadikan kampus sebagai tempat prostitusi barang haram. Apakah tepat, pengusiran UKM dari PKM, dan pelarangan aktivitas malam di dalam kampus mampu meredam peperangan ala mahasiswa ini. Perlu untuk dipikirkan oleh pimpinan secara matang, dan jangan justru merugikan pihak yang tidak bersalah. Tentunya, fungsionaris LK bukanlah biang kerok atas kejadian ini. Sejak kebijakan birokrat yang mengekang kreativitas mahasiswa itu, LK hingga saat ini sangat minim prestasi. Sedikit karya yang mampu untuk dikompetisikan. Patut untuk diketahui, malam hari adalah waktu dimana para fungsionaris LK untuk membincang program kelembagaan mereka, karena siang hari mereka sibuk untuk menunaikan tugas akademiknya. Kalau seperti ini kejadiannya, LK makin terpuruk dan kondisi kampus masih mencekam, masihkan pimpinan dibiarkan untuk duduk manis di takhta kerajaannya. Langkah taktis dan strategis perlu untuk ditelurkan dengan tepat. Jangan hanya menyalahkan oknum atau sistem, tapi cobalah untuk menjadi pemimpin yang baik, yakni dekat dengan “rakyat”, bukan menjadi “penguasa” yang tak lagi menoleh ke bawah untuk tetap memperhatikan nasib para mahasiswanya. Mayoritas sivitas akademika berharap para mahasiswa yang sering bertikai, agar sadar eksistensi dirinya sebagai kaum intelektual. Sekarang bukan lagi zaman kerajaan yang segalanya diselesaikan secara kasar untuk bertahan hidup. Begitu juga dengan birokrat, jangan mengacuhkan para mahasiswa. Mereka merupakan orang yang ingin dididik, bukan sebatas diajar. (*)
Keluarga Besar LPPM Profesi UNM mengucapkan selamat menempuh hidup baru kepada kanda Supriadi, S.Pd., M.Pd. dan Nyonya
? ?
?
085342303xxx Salam kawan2 profesi, mnta tolong sampaikan, ac dan listrik di beberapa ruangan FBS UNM tdk berfungsi, harusnya dibenahi. Terima kasih
s sm
Jawaban: Dekan FBS, Kisman Salija Hal itu sudah kami bicarakan dengan bagian perlengkapan. Selama ini kami juga sudah mengevaluasi dan mendatangkan pihak PLN untuk mengatasi permasalah itu. 089670734xxx Salam.. kawan profesi, tolong tanyakan BAAK, saya sudah masuk semester 3 tpi kartu mahasiswaku belum ada? Padahal kami butuh itu.. Jawaban: Staf Kemahasiswaan, Syamsiah Keterlambatan keluarnya kartu mahasiswa dikarenakan beberapa mahasiswa tidak mengisi formulir secara lengkap dan foto closeup yang disetor tidak memenuhi syarat sehingga di tolak pihak Bank BNI. Sebaiknya mahasiswa yang merasa belum mendapatkan kartu mahasiswa mengurus kembali berkas-berkasnya di BAAK.
s sm
081355689xxx Assalamu’alaikum Profesi, saya komplain dengan pelayanan di BAAK mereka seakan cuekin kami yang mahasiswa sudah mau selesai. Belum lagi, pegawai yang main domino saat jam kerja. Jawaban: Kepala BAAK UNM, Kamaruddin Mereka akan langsung saya panggil dan tindaki. Kalau ada keluhan lain mengenai pelayanan langsung saja beritahu saya.
Redaksi menerima saran, dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim saran dan kritikan Anda ke: SMS Email Twitter Facebook
: 0852 9938 5780 | 0852 5592 7221 : profesi_unm@yahoo.com : @Profesi_Online : LPPM Profesi UNM
Profesi 107.9 FM Tabloid Profesi dapat juga dibaca di:
www.profesi-unm.com Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Nurdin Noni, Heri Tahir, Eko Hadi Sujiono, Kamaruddin, Baliana Dewan Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Akbar Faisal, Mukhramal Azis, Uslimin, Ammas, F acharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Fitriani Rachman. Pemimpin Umum: Sahrul Alim Sekretaris: Fajrianto Jalil Bendahara: Nurjanna Jamaluddin Divisi Penerbitan: Asri Ismail (Pemimpin Redaksi) Divisi Online: Imam Rahmanto (Kepala Divisi) Divisi Penyiaran: Andini Ristyaningrum (Station Manager) Divisi Penelitian dan Pengembangan: Fahrizal Syam (Kepala Litbang) Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Penanggung Jawab: Sahrul Alim, Pemimpin Redaksi : Asri Ismail, Sekertaris : Fajrianto Jalil, Bendahara : Nurjanna Jamaluddin, Kepala Penyiaran: Andini Ristyaningrum, Kepala Online: Imam Rahmanto, Kepala Litbang: Fahrizal Syam, Redaktur: Sutrisno Zulkifli, Rukmana Mansyur, Muhammad Ilham, Sudarmi Reporter: Azhar Fadhil, Muhammad Yasir, Ary Utary Nur, Susi Amriani, Nur Lela, Yeni Febrianti, Hessi Kumalasari, Syamsul Alam, Fatma Husni, Fadillah Dwi Octaviani, Fotografer: Rizki Army Pratama, Layouter/Grafis: Khaerul Mustaan, Manager Sirkulasi dan Iklan: Sugianto Rusli. Redaksi LPPM Profesi UNM : Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt I Rektorat Lama, Gunung Sari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Kompleks Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp. (0411) 887964, e-mail: profesi_unm@yahoo.com, website: www.profesi-unm.org
Desain Sampul: Khaerul Mustaan
Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Profesi FM - 107.9 MHz
Mozaik
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
SM-3T JilidSnapshot II Rekrut 440 Sarjana SEBANYAK 440 sarjana Universitas Negeri Makassar (UNM) mengikuti Prog ram Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T) yang merupakan bagian dari program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. Acara pelepasan peserta SM-3T yang dilaksanakan di gedung Auditorium Amanagappa (16/10) diresmikan oleh Rektor UNM, Arismunandar. Dalam sambutannya, Arismunandar mengharapkan agar peserta SM-3T dapat menjadi guru yang tangguh, mandiri dan profesional dibidangnya. Arismunandar juga menghimbau kepada seluruh peserta agar dapat betah dan kuat dimana mereka ditempatkan. Untuk tahun ini, peserta SM-3T UNM ditempatkan di delapan kabupaten dari tiga provinsi, yakni provinsi Papua, Papua Barat dan NTT serta kabupaten Biak Numfor, Sumba Timur, Raja Ampat, Manokwari, Sorong, Teluk Bintuni, Waropen dan Manggarai Timur. Seperti yang diketahui, sarjana pendidikan yang ingin menjadi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) diwajibkan terlebih dahulu mengikuti Program Pendidikan Guru Terintegrasi (PPGT) sesuai SK Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Namun sebelumnya, para sarjana pendidikan disarankan menempuh program SM-3T. Direktur Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) UNM, Eko Hadi Sujiono mengatakan lulusan program studi (Prodi) kependidikan S1 empat tahun terakhir (2009-2012, red) dari prodi yang terakreditasi kecuali PGPAUD dan PGSD minimal sudah memiliki izin oprasional yang sesuai dengan mata pelajaran atau bidang keahlian yang dibutuhkan dapat mengikuti program SM-3T. “Tahun lalu, peserta SM-3T dari UNM yang lolos seleksi sebanyak 339 orang dari 1.450 kuota nasional. Tahun ini, meningkat sebanyak 440 orang dari 2.950 kuota nasional. Alhamdulillah, dalam seleksi nasional
itu, peserta yang lolos dalam seleksi SM-3T, UNM yang terbesar karena memenuhi standar ujian dari kemdikbud,” papar pembantu rektor IV UNM itu. Profesor lulusan ITB itu mengungkapkan sarjana pendidikan SM-3T, biaya hidup dan fasilitas selama penugasan akan ditanggung Kemdikbud. “Setelah lulus SM3T akan mendapatkan beasiswa mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pra-jabatan selama satu tahun. Lulus dari PPG, dapat mengantongi sertifikat sebagai guru profesional dan akan diutamakan untuk direkrut sebagai tenaga guru PNS,” ungkap pria kelahiran Jawa Timur ini. (Yas)
3 www.profesi-unm.org
Snapshot
FOTO: RIZKI ARMY PRATAMA - PROFESI
KOREKSI. Imbauan Pembantu Dekan III tentang ajakan mengikuti program dikti mendapat koreksi dari salah seorang dosen di fakultas tersebut karena dinilai salah secara kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar.
Tiga Mahasiswa ICP Juara OSN OLIMPIADE Sains Nasional (OSN) Pertamina tahun ini menobatkan 3 Mahasiswa International Class Program (ICP) FMIPA UNM sebagai juara OSN Wilayah Sulsel. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Sri Yunita Jurusan Matematika, Andi Citra Pratiwi Jurusan Biologi, dan Irfan Ashari Hisyara Jurusan Kimia.Sementara Jurusan Fisika hanya meraih peringkat ke-3 yaitu Wahyudi yang juga merupakan mahasiswa ICP angkatan 2011. Hal ini mendapat respon positif dari Dekan FMIPA, Hamzah Opu. Menurutnya, selama ini banyak orang yang memberikan cercahan untuk ICP, namun kali ini berhasil dibuktikan bahwa input ICP yang bagus sehingga hasilnya dapat terlihat seperti ini. Ia menambahkan bahwa untuk mahasiswa yang mengikuti
OSN akan diberikan kebijakan khusus. “Pimpinan fakultas akan membantu berupa pemberitahuan kepada ketua jurusan untuk memberikan izin khusus kepada mahasiswa yang mengikuti OSN,” tegasnya. Hal ini sebagai bentuk penghargaan terhadap mahasiswa yang berprestasi. Selain itu, Profesor Matematika ini juga berjanji memberikan reward tersendiri jika mahasiswa-mahasiswa yang mewakili Sulsel ini kembali berprestasi di tingkat nasional. “Untuk OSN setingkat regional ini kami baru memberikan tambahan uang jalan kepada mahasiswa dan pendamping,” ungkapnya. Dua orang pendamping akan bersama ketiga mahasiswa tersebut untuk mempersiapkan presentasi yang
akan ditampilkan di Jakarta. Diantaranya, satu orang dari dosen Matematikan dan satu orang lainnya mewakili dosen IPA yaitu kimia dan biologi. “Kedepannya kegiatan pembimbingan olimpiade akan dikoordinir agar ada kekuatan yang lebih kuat,” janjinya. Alasannya, selama ini kegiatan pembimbingan olimpiade hanyalah sekadar anjuran di setiap fakultas belum dilakukan secara formal. Namun selalu ada dosen pembimbing yang disiapkan untuk setiap jurusan. Sementara itu Sri Yunita, juara OSN Matematika mengungkapkan, menjadi juara bukanlah hal yang mudah, karena hal ini menjadi beban tersendiri dan tantangan baru untuk lebih giat belajar. Kedepannya Ia mengaharapkan agar minat mahasiswa minat
mahasiswa untuk mengikuti ajang ini ditingkatkan agar peluang UNM untuk kembali menjadi juara lebih besar. “Semoga pihak universitas memberikan perhatian lebih untuk kegiatan ini, seperti mengadakan pembimbingan,” pintanya. Lanjut Sri, salah satu cara yang Ia lakukan sehingga menjadi juara adalah aktif bertanya kepada senior yang dianggapnya memiliki pengalaman yang lebih untuk ajang seperti ini. Senada dengan Sri, Wahyudi yang meraih juara III juga berharap agar diadakan pembimbingan yang kontinyu oleh pihak universitas untuk meraih prestasi yang lebih banyak lagi. Apalagi prestasi ini muncul saat sebagian orang sibuk berbicara tentang buruknya citra universitas. (Tar)
32 Tahun Mengabdi dengan Sepeda Butut Oleh: Andini Ristyaningrum Selama tiga puluh dua tahun ia mengabdi di kampus pencetak Oemar Bakrie ini. Setiap harinya ia mengayuh sepeda antiknya dari kediamannya menuju rektorat UNM. Gedung rektorat siang itu masih saja ramai, sesekali terlihat pejabat-pejabat kampus yang sibuk berlalu lalang keluar masuk gedung yang diduduki oleh para pejabat tertinggi universitas. Angin berhembus sepoi, waktu menindih pukul 13.50 WITA gedung itu masih belum menampakkan kesunyian. Di sebelah kanan pintu masuk berdiri seorang pria berseragam putih biru, badannya tegap dan berisi, ia orang yang selalu setia menyambut para tamu yang hendak memasuki gedung rektorat. Tak pernah ia lupa untuk menyunggingkan satu senyuman untuk para pengunjung yang datang.Ia adalah salah satu satpam gedung rektorat yang bertugas menjaga di pintu masuk. Namanya Palle, nama yang cukup unik di zaman sekarang Profesi FM - 107.9 MHz
FOTO: RIZKI ARMY PRATAMA - PROFESI
ini. Namun, ia tak pernah merasa aneh dengan nama itu, baginya nama itulah yang membuat orang selalu ingat dengan-
nya. “Nama ku ini memang pendek, tapi gampang diingat sama orang, “ujarnya sembari tersenyum. Selama 32 tahun ayah dari lima orang anak ini telah mengabdi di kampus pencetak umar bakri ini. Banyak suka duka yang ia lalui selama pengabdiannya. Ia hendak melanjutkan ceritanya, dengan menarik sebuah kursi yang ada di sudut sebelah kanan pintu masuk. Kursi itu tempat ia melepas lelah, kala rektorat tak lagi ramai dikunjungi. “ Kalau saya mau cerita dari awal saya di sini nak, uu..panjang ceritanya tidak selesai satu hari,hehe...” ungkapnya sedikit bercanda. Setiap harinya pria kelahiran Jeneponto ini harus mengayuh sepeda antiknya dari kediamannya yang terletak di Jl. Andi Tonro II menuju rektorat UNM. “Kalau saya kesini itu naik sepeda nak. Itu sepeda ku saya parkir dibawah pohon di dekat gerbang, biar pencuri tidak ada yang mau ambil,” ungkapnya sambil menunjuk ke arah sepedanya terparkir. Ia juga mengaku bahwa ia pandai mngendarai sepeda motor, tetapi ia belum mampu
untuk membelinya. “Saya pintar ji naik motor sebenarnya, tapi kan yang ada cuma sepeda, kita juga mampunya cuma bisa beli sepeda,” lanjutnya. Pria yang tercatat sudah dua kali menikah ini dulunya merupakan lulusan Pendidikan Guru Agama, keinginannya untuk melanjutkan sekolah ternyata belum bisa terwujud. Takdir berkata lain, di tahun 1979 ia akhirnya dipertemukan dengan sebuah tawaran kerja di universitas yang pencetak generasi pendidik ini yaitu menjadi seorang satuan penjaga keamanan (satpam). Selang beberapa bulan ia bekerja akhirnya ia terangkat dan tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tak pernah ia lupa mengucap rasa syukur, karena kelima anaknya mampu ia sekolahkan, bahkan dua diantaranya sudah meraih gelar sarjana. Istri yang selalu setia mendampinginya adalah kekuatan tersendiri baginya. Sebelumnya pria bertubuh tambung ini sudah pernah berumah tangga, namun di tahun 2006 istrinya harus mengakhiri hidupnya akibat terserang penyakit diabetes. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
4 4
Reportase Utama
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
Buntut Kegagalan Dekan Untuk ke sekian kalinya perang saudara antar Fakultas Seni dan Desain (FSD) dan Fakultas Teknik (FT) kembali pecah. Selama itu pula kedua pucuk pimpinan fakultas tersebut menjabat sebagai dekan. Ini menjadi indikasi bentuk ketidak becusan para punggawa fakultas itu mengawal orang-orang yang dipimpinnya. FOTO: RIZKI - PROFESI
Sejak tahun 2007, Karta Jayadi dekan FSD dan Husain Syam dekan FT memulai karirnya sebagai orang nomor satu di fakultasnya. Tak ada torehan prestasi yang jelas yang mampu dihasilkan. Buktinya, perang yang sudah menjadi “lagu lama” sering didendangkan para mahasiswa “bengal” itu tak mampu ia redam. Padahal, kedua “raja” itu telah memasuki periode keduanya. Terakhir, adu jotos yang melibatkan kedua kubu ini kembali memperlihatkan kekuatannnya pada kamis (11/10). Bak semut yang sedang diganggu sarangnya, mereka (mahasiswa, red) langsung saling serang tanpa kenal muka yang akhirnya berujung pada hilangnya nyawa dua mahasiswa. Belum lagi, puluhan lainnya luka-luka dan beberapa motor yang hangus terbakar sebagai efek dari perang ini. Ironinya, saat kejadian kedua dekan itu malah tak berada di tempat. Diketahui, dekan FT, Husain Syam saat itu sedang melakukan perjalanan ke Jakarta. Sementara, Dekan FSD, Karta Jayadi, yang semula memang berada di fakultasnya pada saat bentrok pecah. Namun, tak lama kemudian alumnus doktor Universitas Indonesia (UI) “berlari” keluar bersama mobil dinasnya dan meninggalkan mahasiswanya. Indikasi yang muncul ia pulang ke kediamannya. Sebab, ia baru datang kembali ke lokasi kejadian ketika “hujan batu” itu usai dan terlihat dosen Seni Rupa ini habis ganti baju. Sejumlah spekulasi pun bermunculan, tentang kapasitas pimpinan masingmasing fakultas yang bertikai itu. Mereka dinilai telah gagal menjadi pemimpin. Sebab, telah berkali-kali kecolongan, hingga masalah klasik ini masih saja berlaga di arena perang yang nyatanya adalah tempat berkumpulnya para kaum intelektual. Anehnya, Karta Jayadi selaku pimpinan FSD malah menyalahkan pihak universitas atas kejadian ini. Ia menilai pimpinan universitas belum melakukan kerja-kerja yang begitu maksimal. Alumnus magister Institut Teknologi Bandung (ITB) ini merasakan kekecewaaan yang begitu berat kepada pihak universitas. Ia mengatakan birokrasi secara menyeluruh tidak secara serius untuk menanggulangi permasalahan yang setiap tahun berlangsung ini. “Saya kecewa berat, karena hingga saat ini belum juga ada hasil yang diberikan,” sesalnya. Dirinya juga mempertanyakan kesungguhan pimpinan universitas untuk segera melakukan langkah yang konkrit agar kejadian yang mengamcam eksistensi lembaga ini tidak berulang kembali. Bahkan, Rektor UNM, Arismunandar dinilainUrai data, ungkap fakta, saji berita
ya begitu lambat untuk meredam tindak kekerasan yang sering terjadi ini. “Seandainya yang bertikai adalah prodi saya, maka saya jamin dalam 10 hari akan saya berikan hasinya. Tapi, ini lintas fakultas jadi yang bertanggung jawab adalah pimpinan universitas,” ujar mantan Ketua Jurusan Seni Rupa ini. Walau begitu, dirinya tetap merasa bertanggung jawab terhadap mahasiswanya. Akan tetapi, untuk secara menyeluruh, pimpinan universtas dan fakultas yang semestinya mengawal para mahasiswa agar kejadian yang serupa tak muncul lagi. “Saya bertanggung jawab di FSD,” ungkapnya. “Saya siap untuk keluarkan mahasiswa jika terbukti bersalah,” ancamnya.
”
Itu omong kosong, rektorat itu hanya menjalankan fungsi koordinasi, dekan itu adalah pelaksana. Dekan FIP, Ismail Tolla Hanya saja, lanjutnya, dirinya hingga sekarang ini belum mendapat laporan terkait para pelaku yang dengan benar melakukan tindak kriminal. Ia justru meragukan kapasitas pimpinan yang mengawal kasus yang sementara masih dalam proses ini. “Apa yang dilakukan PR III ?,” tanyanya. Sementara itu, Dekan FT, Husain Syam, menepis semua tudingan yang dialamatkannya. Menurutnya, ukuran kepemimpinan tidak boleh dilihat dari satu aspek saja. Sejauh ini diakuinya, telah melakukan usaha preventif secara maksimal. “Bisa bung lihat fortopolio atau rekam jejak saya dalam mengawal proses tata kelola yang lebih baik. Bagaimana bisa lebih parah dari sebelumnya. Teknik sebelumnya tidak berwujud kampus. Nuansa atmosfir akademik jauh lebih baik dengan berbagai indikator yang bisa digunakan sebagai alat ukur. Frekuensi tawuran lebih sedikit,” tegas mantan Ketua Jurusan Teknik Mesin ini. Guru besar Fukultas Rajawali ini, menganggap, perang yang menyebabkan dua nyawa mahasiswanya hilang ini, terjadi sebagai akibat dari kelalaian kepolisian dalam mengawal titik-titik yang rawan. Terlebih, kejadian lembaga yang bernama UNM ini tidak pernah ada upaya penyelesaian tuntas dengan mencari tau siapa penyebab awal. Hingga saat ini, Husain melihat pimpinan secara kolektif sudah bekerja sesuai prosedur. “Ibarat orang mengendarai
kendaraan di jalan sudah taat pada aturan lalu lintas dan selalu berhati-hati, pengendara dan pengguna jalan yang lain tidak hati-hati atau karena mabuk oleh narkoba akhirnya kita yang hati-hati dan taat aturan tadi di tabrak oleh yang mabuk karena kehilangan akal oleh narkoba, hehe..,” terangnya via sms Menanggapi hal itu, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Ismail Tolla, menilai kejadian ini tidak hanya semata-mata kesalahan mahasiswa tapi juga kesalahan Pimpinan Fakultas. Ia melihat ada jalinan koordinasi antar mahasiswa dengan pimpinan yang kurang baik. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan ini, menganggap perang ini murni menjadi tanggung jawab penuh dekan yang bersangkutan, tidak ada kaitannya dengan kesalahan pihak universitas yang selalu dijadikan bulan-bulanan ketika ada pertikaian. “Itu omong kosong, rektorat itu hanya menjalankan fungsi koordinasi, dekan itu adalah pelaksana. Sama dengan pang lima dengan kapolri, masa’ kapolri yang disalahkan kalau makassar yang bersamasalah, pasti panglima dong, saya bisa katakan itu cerita mate’ itu” tuntutnya. Dekan dua periode ini, meminta agar pihak fakultas jangan terlalu sering me nyalahkan pihak universitas jika terjadi kejadian seperti itu. Seharusnya semua pejabat yang ada di fakultas bekerja maksimal “ PR III itu tidak ada mahasiswanya, dekan yang punya mahasiswa, masa’ PR III yang harus datang keliling setiap fakultas, apa gunanya itu PD III? ” tegasnya. Guru besar FIP ini, menilai kejadian ini terjadi karena koordinasi tiap fakultas tidak berjalan baik dengan pihak universitas. Menurutnya, pihak fakultas tidak memahami fungsi organisasi dengan baik. “Tidak paham itu, kan struktur orga nisasinya seperti itu,” ungkapnya. Lanjut Ismail, hal perlu dilakukan sekarang adalah koordinasi yang paling penting terutama dengan mahasiswa. Sebab, semua pencitraan-pencitaran itu ada di tangan dekan. “Jangan selalu membuat susah mahasiswa, apalagi kalau tidak terjalin hubungan dengan baik,” harapannya.
Pimpinan Lost Control
Ketua majelis Guru Besar UNM pun angkat bicara terkait hal ini. Amin Rasyid menilai, kejadian yang sering berulang ini terjadi karena kurangnya kontrol yang dilakukan oleh setiap pimpinan terhadap mahasiswanya. Terlebih kejadian itu, tak pernah disigapi secara bersama-sama. “Perlu ada pencerahan terhadap mereka secara persuasif, dan juga menggunakan waktu belajar semaksimal mungkin karena
terkadang mahasiswa yang tidak kuliah, mereka tidak punya kesibukan. Pada akhirnya mereka melakukan hal-hal yang bisa mengundang perkelahian,” ungkapnya. Sementara itu Dekan FMIPA, Hamsa Upu, mengatakan,pemimpin saat ini harus jeli untuk melihat keadaan yang ada di dalam kampus. Ia beralasan, mahasiswa sekarang ini merupakan orang-orang yang susah untuk dikontrol. “Pemimpin itu memang harus lebih intens karena orang-orang yang dipimpin itu adalah orang-orang yang tidak mau disiplin. Berbeda waktu saat pemerintahan Abu Bakar seorang sahabat nabi yang memerintah, karena yang diperintah adalah orang-orang baik sehingga kondisi kondusif,” jelasnya. Selain itu, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Arifuddin, mengatakan, tawuran yang kerap terjadi ini dikarenakan pihak fakultas begitu leluasa memberikan ruang kepada mahasiswa tanpa memberikan pengawalan dan pengawasan yang ketat. “Harus ada pengawasan yang benarbenar melekat oleh dosen dan secara individu. Dan juga bergantung atas kesadaran mahasiswa itu sendiri,” ujarnya Mantan PD III FIK ini menambahkan, bahwa kepemimpinan Arismunandar saat ini dianggapnya sudah baik. Langkah antisipasi yang dilakukan dinilainya sudah benar dengan melarang mahasiswa untuk beraktivitas malam di dalam kampus. Tambahnya, jadwal akademik yang kurang jalan di fakultas tersebut menyebabkan mahasiswa banyak menggunakan waktu lowong di kampus untuk melakukan hal-hal yang sifatnya negatif. “Mungkin karena kurang padatnya perkuliahan jadi banyak yang memanfaatkan waktu kosong mereka dengan nongkrong. Dan biasanya di tempat nongkrong itulah terkadang mereka melakukan hal-hal yang di luar kewajaran,” jelasnya Lain halnya dengan Rektor UNM, Arismunandar. Mantan Pembantu Rektor bidang Administrasi dan Sarana Prasarana (PR II) ini, malah ogah menanggapi kritikan yang dialamatkan kepadanya. Dirinya hanya berpikir bagaimana untuk meredam dan memberhentikan konflik yang sering terjadi ini. “Saya no comment terkait itu,” kilahnya. (Tim)
Tim Reportase Utama Kordinator: Sutrisno Zulkifli Anggota : - Nurjanna Jamaluddin - Ary Utary Nur - Fadillah Dwi Oktaviani
Profesi FM - 107.9 MHz
Reportase Utama 5
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
Kinerja Dekan Lamban Jika kita melihat kebelakang, tercatat bentrokan yang melibatkan kedua fakultas ini telah terjadi beberapa kali dan memakan korban baik materil hingga korban jiwa. Bentrokan demi bentrokan terus terjadi, meskipun hanya diawali oleh masalah sepele. Kedua dekan, Karta Jayadi dan Husain Syam seperti tak mampu menemukan solusi tepat untuk mengakhiri tradisi negatif tersebut.
B
anyak kalangan menilai, kedua dekan bersangkutan tak dapat menunjukkan jiwa kepemimpinan sebagaimana mestinya. Ini terbukti dari hasil jejak pendapat yang dilakukan beberapa waktu lalu. Di FT misalnya, dari 100 mahasiswa responden yang dipilih secara acak, 65 persen yang menganggap kepemimpinan dekannya dalam hal ini Husain Syam kurang baik, sedangkan di FSD, 63 persen yang meragukan kinerja Karta Jayadi. Persentase angka yang cukup besar tersebut cukup menjelaskan bahwa kedua dekan tak menunjukkan kepemimpinan yang baik terhadap mahasiswanya. Hanya 29 persen untuk FSD dan 23 persen untuk FT yang menganggap baik kinerja kedua dekan. Bahkan responden menilai, kedua pimpinan tersebut (FT dan FSD, red) hanya berlagak sebagai “penguasa”, bukan menjadi pemimpin yang baik kepada sivitas kampus mereka. Kurangnya kepercayaan mahasiswa kepada dekan tak lepas dari penilaian para mahasiswa yang menganggap dekan-dekan tersebut tak mam-
pu menyelesaikan konflik yang terjadi. Dari seluruh rentetan kasus tawuran yang pernah terjadi, 54 persen responden dari FSD menganggap Karta tidak mampu menyelesaikan masalah tawuran tersebut, sedangkan di FT, 47 persen yang menilai Husain juga tidak mampu. Hanya 7 persen dari FSD dan 12 persen dari FT yang memberi penilaian positif kepada keduanya, sisanya tidak tahu. Sivitas mahasiswa FT dan FSD juga menyalahkan penerapan aturan di fakultas yang kurang tegas sehingga tawuran selalu terjadi. Sebanyak 68 per sen responden dari kedua fakultas merasa aturan di kampus kurang tegas, ini tercermin dari banyaknya pelaku tawuran yang lolos dari sanksi. Meskipun beberapa di antara oknum pelaku tawuran juga ada yang mendapat sanksi seperti Drop Out (DO) atau skorsing, tetapi itu sama sekali tidak memberi efek jera. Dibutuhkan ketegasan dari dekan untuk masalah seperti ini, tak hanya aturan setengah hati yang diterapkan. Pemberian sanksi tegas juga sangat diharapkan oleh sivitas kedua fakultas. 63 persen dari FSD dan 50 persen dar FT yang mengatakan sanksi DO atau skorsing sangat diperlukan untuk mengatasi masalah tawuran yang tak kunjunga ada habisnya ini. Banyak faktor yang menyebabkan tawuran selalu terjadi, salah satunya yaitu iklim akademik di kampus yang kurang terasa. Dari persentase, terlihat mahasiswa kedua fakultas merasa iklim akademik di fakultas mereka kurang baik. Di FSD
Data diambil Tanggal 9 November 2012 di FSD dan FT. Responden melibatkan 100 mahasiswa masing-masing fakultas dan dipilih secara acak.
Grafis : Khaerul Mustaan
misalnya 62 persen sedangkan di FT 54 persen. Penilaian sivitas ini tak lepas dari apa yang mereka rasakan di kampus. Pemalakan, tindak kekerasan oleh mahasiswa lain dan beberapa kejadian lain yang merugikan mahasiswa masih kerap ditemukan di kedua fakultas, bahkan di seluruh UNM. Siapa pihak yang harus di salahkan dalam bentrokan yang sering terjadi? Tentunya banyak jawaban dan alasan yang bisa muncul. Di FSD, 56 persen responden menyalahkan pimpinan fakultas sebagai biang dari segala kasus tawuran yang selalu terjadi. begitupun di FT, kebanyakan responden juga menyalah-
kan pimpinan fakultas mereka. Meskipun begitu, semua pihak harus bertanggung jawab atas hal ini. Pimpinan universitas, pimpinan fakultas, dan mahasiswa semua harus bertanggung jawab, jangan hanya menyalahkan mahasiswa sebagai dalang seperti yang selalu diutarakan beberapa pihak. Apapun alasannya, kasus seperti ini tak boleh lagi terjadi di kampus pencetak guru ini. harus ada langkah solutif yang ditempuh guna menghentikan aksi primitif yang selalu merugikan sivitas UNM. banyak suara yang mengharapkan kedua fakultas yang selalu bertikai dipisahkan
saja. Tak salah mendengar saran mereka jika melihat keadaan di lapangan. Bagaimanapun cara nya, pimpinan universitas harus memeras otak mencari solusi terbaik. Sivitas UNM tentunya tak menginginkan kampus mereka di black list oleh pemerintah se perti ancaman menteri pendidikan beberapa waktu yang lalu. Harapan ribuan mahasiswa UNM kini berada di pundak rektor dan seluruh jajarannya yang bertanggung jawab. Mereka berharap UNM benar-benar menjadi world class university dan terkenal di luar, bukan hanya terkenal karena aksi mahasiswanya yang brutal. Semoga saja. (*)
Sejumlah Sanksi Menanti MALANG nasib kampus pencetak Oemar Bakrie ini, sebab imbas dari perang para “begundal” kampus itu, malah membuat citra universitas jadi anjlok. Kedatangan Mohammad Nuh selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) di Makassar beberapa waktu lalu menjadi salah bukti bentuk keprihatinan akan budaya perang yang ada di UNM. Apalagi, kejadian ini hingga menelan korban. Mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) ini, secara tegas akan memberikans sanksi bagi institusi, pimpinan, maupun mahasiswa yang terlibat tawuram. “Tidak ada toleransi,” tegasnya. Beberapa opsi yang akan menjadi pukulan berat bagi UNM nantinya. Diantaranya, penutupan jurusan atau program studi. Penutupan jurusan ini bisa sifatnya sementara bisa juga permanen. Sementara untuk opsi lainnya, seperti penurunan akreditasi prodi atau jurusan dan perguruan tinggi. Kemudian, Mendikbud juga berjanji memberikan sanksi kepada pejabat kampus yang disesuaikan dengan tingkat kesalahannya. Rektor sampai Ketua Program Studi pun akan mendapatkan sanksi, sesuai dengan tingkat kesalahannya. “Ini merupakan reward untuk para pejabat yang tidak mampu menjaga tanggungjawabnya,” terangnya. Nuh juga mengancam akan menyetop sumbangan dana ke universitas. Termasuk, perbaikan fasilitas
Profesi FM - 107.9 MHz
gedung akibat tawuran. “Biarkan mereka cari sendiri dana,” tandasnya. Sementara untuk mahasiswa yang terindikasi ikut pada perang tersebut, Nuh memerintahkan kepada pihak birokrat untuk tidak tebang pilih. Ia meminta agar mahasiswa tersebut diberikan sanksi setimpal. Menangggapi layangan ancaman yang sempat diutarakan oleh Kemendikbud, Dekan FT, Husain Syam, mengaku tidak setuju jika yang terkena sanksi itu adalah institusi. Menurutnya, kejadian tersebut bukanlah kesalahan universitas, maka salah ketika yang mendapatkan dampak negatif dalam hal ini adalah UNM. “Ini kan yang melakukan adalah oknum, jadi institusi jangan dikenakan sanksi. Kalau hanya sebagian orang yang salah, masa yang lain juga kena imbasnya. Jadi, oknum yang terlibat itu mestinya diberikan sanksi sesusai dengan aturan yang berlaku, bukan UNM yang harusnya diturunkan akreditasinya” tegasnya. Namun, Rektor UNM, Arismunandar, menyatakan, pihaknya siap bertanggung jawab dan menanggung resiko yang akan dikeluarkan oleh kemendikbud. “Kita harus siap mental dan siap menerima sanksi yang akan diberikan oleh Kementrian jika terbukti UNM bersalah, baik itu secara pribadi maupun institusi” katanya. (Tim)
Urai data, ungkap fakta, saji berita
6 Reportase Utama
Opsi Terakhir, Pindahkan Fakultas
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
LANGKAH antisipasi yang dilakukan oleh pihak birokrat UNM dengan melakukan pemecatan terhadap mahasiswa yang terlibat tawuran, dinilai beberapa kalangan bukanlah merupakan langkah yang solutif. Tercatat, sudah ratusan mahasiswa yang di Drop-Out oleh pimpinan fakultas belum bisa untuk menyelesaikan masalah yang sudah sejak lama ada ini. Bahkan, kejadian yang kerap terjadi ini lebih parah dibanding dengan tawuran sebelumnya. Lihat saja, salah satu yang menjadi korban pada tawuran yang lalu itu merenggut nyawa salah satu mahasiswa yang sudah tidak terdaftar lagi sebagai mahasiswa UNM. Dekan Fakultas Teknik, Husain Syam mengakui, dirinya tengah melakukan langkah preventif yang baik. Menurutnya, selama dirinya menjabat selaku pimpinan di fakultas rajawali tersebut, ia telah memecat ratusan mahasiswa yang sering terlibat tawuran. Senada dengan hal itu, Karta Jayadi mengatakan, solusi yang paling mutakhir untuk sekarang ini yaitu mengeluarkan semua mahasiswa yang ikut terlibat dalam tawuran. Ia juga tak segan untuk memecat ratusan mahasiswa jika para mahasiswa yang ikut dalam bentrok terbukti bersalah. ”Kami akan mengeluarkan mahasiswa. Semua yang dinyatakan ikut berkelahi saya akan keluarkan,” tegasnya. Asalkan, lan- jut Karta, para mahasiswa tersebut dengan sah dinyatakan telah melakukan tidak kriminal oleh pihak kepolisian. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Pendidikan (PD I FIP), Muh Ali menganggap, bahwa kebijakan birokrasi universitas hingga sekarang ini belum juga menuai hasil. Pasalnya, beberapa langkah antisipasi yang dikeluarkan untuk menghindari pertikaian kedua fakultas yang sering tawuran tersebut tidak berujung redam, malahan tambah menjadi-jadi. “Pemicunya itu dendam lama, maka harus diputus mata rantainya,” ungkapnya. Menurutnya, kebijakan yang dilakukan oleh pihak universitas ini hanyalah penyelesaian jangka pendek. Lebih lanjut, peniadaan aktivitas malam, pengusiran UKM dari Pusat Kegiatan Mahasiswa, serta polisi yang dengan bebas keluar masuk kampus dianggap belum efektif.
Ia menyarankan, untuk lebih mengatasi masalah ini dalam jangka panjang, dirinya mengungkapkan, sebaiknya salah satu dari fakultas yang sering tawuran tersebut justru dipindahkan lokasinya. Namun, untuk saat ini yang dapat dilakukan oleh universitas yakni pengawasan yang ketat, penegakan terhadap aturan dan konsistensi dengan kebijakan. “Ini yang luput dari pengawasan, mahasiswa DO masuk kampus,” ujarnya. Senada dengan PD I FMIPA, Muharram juga setuju jika salah satu dari fakultas yang sering tawuran tersebut dipindahkan lokasinya. Hal ini, lanjutnya, merupakan salah satu langkah konkret yang mampu ditempuh oleh universitas untuk menghindari pertikaian yang sering terjadi di area kampus UNM Parangtambung. “Lebih baik kalau ada yang dipindahkan,” katanya. Ia juga menganggap, bukan hanya sering bertikai. Sering mahasiswa dari fakultas Teknik mengganggu mahasiswanya di FMIPA. Hanya saja dirinya telah menyerukan kepada para mahasiswa untuk tidak merespon tindakan-tindakan yang mampu untuk menyulut pertikaian. Menanggapi hal tersebut, Karta Jayadi, Dekan Fakultas Seni dan Desain bersiap untuk “angkat koper” dari area parangtambung jika pihak universitas memberikan lahan untuk melakukan aktivitas perkuliahan yang layak. “Kami siap untuk pindah,” tegasnya. Namun, Rektor UNM, Arismunandar berasumsi langkah untuk memindahkan salah satu fakultas dari kampus parang tambung merupakan solusi paling terakhir. Lanjutnya, solusi tersebut bukanlah persoalan yang gampang, melainkan sesuatu yang cukup perlu untuk dipertimbangkan sebelum direalisasikan. “Bukan hanya memindahkan barang, tapi orangorangnya juga harus pindah. Sekarang saja banyak fakultas yang mengalalmi kekurangan ruangan, apalagi kalau salah satu dari fakultas itu pindah tempat. Mau kemana pindahnya?,” jelas alumnus Universitas Negeri Malang (UM) ini. Ia juga menjelaskan, butuh waktu yang cukup lama untuk dengan benar melakukan hal tersebut. Misalnya, lanjutnya, Fakultas Ilmu Pendidikan yang berpindah tempat dari kampus Gunung Sari ke kampus Tidung pada 2007 lalu membutuhkan waktu selama tiga tahun dengan perencanaan dan ketersediaan yang memadai. (Tim)
Husain Sebut Ini Sarat Spekulasi HUSAIN Syam menilai kejadian yang melibatkan mahasiswanya ini, sarat dengan spekulasi yang cenderung menyudutkan dirinya sebagai pimpinan. Ia bahkan berani mengatakan kejadian ini bersifat by desain alias sudah di-setting. “Ini luka lama yang sudah ditunggangi oleh pihak yang tak bertanggungjawab,” jelasnya. Tak hanya itu, Ia juga berpikiran, peristiwa ini salah satu bentuk ketidakterimaan beberapa oknum yang terkena sanksi DO. “Buktinya, 1 orang yang meninggal itu sudah kita DO Maret 2010 lalu masih menjadi bagian dari mahasisaw aktif. Berikut setiap kejadian lembaga yang bernama UNM ini tidak pernah ada upaya penyelesaian tuntas Urai data, ungkap fakta, saji berita
dengan mencari tau siapa penyebab awal,” ungkapnya. Alumnus Doktor Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, merasa kurang yakin awal mula kejadian ini dilakukan oleh mahasiswa UNM. “Siapa dua orang yang bertengkar? betulkah itu mahasiswa Teknik dan Seni?. Betulkah murni bersentuhan tanpa pura-pura atau rekayasa? Coba saja, katanya satpam yang melerai, tapi kenapa tidak bisa tau orangnnya. Jangan-jangan bukan mahasiwa UNM yang memulai peristiwa itu. Mestinya satpam amankan dua orang yang berkelahi tadi, coba?,” tanyanya. Ia berharap agar pihak luar tidak terlalu sering terprovokasi oleh sejumlah spekulasi yang menyudutkan dirinya. “Karena boleh jadi, orang
itu “sakit gigi” karena tidak mampu memenangi atau bahkan tidak berani ikut bertarung, ‘pengecut’ mungkin namanya itu,” candanya. Lanjut Husain, menurutnya masalah ini kompleks dan sarat dengan intervensi pilitik. Ia menganggap tensi universitas internal yang belum membaik, ini juga bisa jadi pemicu. “Negeri ini memang lagi galau. Apakah bung tau kalau delapan tahun lalu satu gedung fakultas tiga lantai habis dibakar mahasiswa FBS. Pesan saya, cermati sumber baik-baik karena banyak orang bebas perpolemik karena sakit gigi. Hehehe. Salam ya,” ucapnya lewat pesan singkat yang dikirimnya. (Tim)
Lagi, LK Jadi Kambing Hitam SERING terjadinya pertikaian antara Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Seni dan Desain (FSD) di kampus parang tambung, dianggap oleh beberapa kalangan merupakan dendam lama yang secara turun-menurun diwariskan kepada para mahasiswa atau junior mereka. Implikasinya, keberadaan lembaga kemahasiswaan dianggaap salah satu faktor yang membuat tawuran ini terus berlanjut. Diusirnya Unit Kegiatan Mahasiswa dari PKM pada tahun 2009 dan pelarangan aktivitas malam di dalam kampus oleh LK, merupakan bukti nyata, bahwa birokrat UNM menilai LK disinyalir menjadi salah satu pemicu tawuran ini. Bahkan diperkuat oleh temuan beberapa kilogram Ganja yang dilakukan oleh pihak kepolisian, sehari setelah bentrok (11/10) beberapa waktu lalu di sekretariat Mimesis FSD. Dengan alasan tersebut, birokrat menganggap bahwa lembaga kemahasiswaan harus ditata dengan baik. Arismunandar, Rektor UNM menyatakan, dengan tidak diberlakukannya aktivitas malam di kampus bagi lembaga kemahasiswaan, mampu untuk mengurangi intensitas tawuran yang sering terjadi di kampus parang tambung. “Coba kamu lihat sekarang, sudah tidak seperti dulu lagi,” ungkap guru besar Fakultas Ilmu Pendidikan ini. Walau dirinya mengakui, solusi yang ada sekarang belum mampu untuk meredam sepenuhnya kasus pertikaian yang sering terjadi. Menurutnya, yang mesti untuk dilakukan yakni, solusi yang mampu untuk memberhentikan tawuran tersebut. Sedangkan, Karta Jayadi, Dekan FSD berasumsi, perlu adanya penataan lembaga kemahasiswaan yang baik. Menurutnya, lemabaga kemahasiswaan yang ada sekarang ini sudah keluar dari jalur aturan yang sebenarnya. “Biro-biro LK itu dipertanyakan darimana munculnya,” pungkas Karta. Lanjutnya, lembaga kemahasiswaan yang ada sekarang ini seharusnya bersinergi dengan aturan LK yang dikeluarkan oleh universitas. Dengan kata lain, dirinya mengharapkan biro LK harus jelas keberadaannya. Yang sah, tambahnya, di dalam aturan LK adalah Badan Eksekutif Mahasiswa, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa, Himpunan Jurusan, dan Himpunan Program Studi. Dengan ditemukannya ganja yang berdomisili di FSD, Karta juga telah melakukan pembersihan setiap sekretariat LK yang ada. Dirinya juga telah melakukan menutup sementara sekretariat Memesis FSD UNM. “Jadi saya sudah bongkar semua LK yang ada di fakultas ini untuk memeriksa setiap sekretariat yang ada,” katanya. Menanggapi terhadap penyudutan LK terkait kasus tawuran, Presiden BEM FT, Hasriadi, sangat tidak setuju atas tudingan tersebut. Menurutnya, selama ini LK telah berusaha untuk menghapuskan aksi kekerasan yang kerap terjadi di dalam kampus. Ia juga beralasan, LK juga berusaha memberikan pemahaman kepada teman-teman mahasiswa terkhusus kepada mahasiswa baru tentang bagaimana kondisi ideal kampus yang mereka hadapi sekarang ini. “Selama ini jika ada permasalahan, selalu LK yang ditunjuk sebagai biang kerusuhan. Kita juga dalam LK mempertanyakan apa yang sudah dilakukan birokrasi?,” kesal mahasiswa eksponen ’08 ini. Ia justru menuding, dosen yang dianggapnya tidak becus untuk mendidik para mahasiswa yang ada. “Mereka seolah-olah ingin lepas dari tanggung jawab. Padahal, idealnya sebagai pendidik, dosen, sebelum memberikan sanksi kepada mahasiswa yang bermasalah, harus ada proses pembinaan,” katanya. Dirinya sangat menyesalkan ketika LK dinilai oleh pihak birokrasi sebagai salah satu biang kerok terhadap kasus tawuran yang sering terjadi ini. Hasri Awal, Ketua Kema FSD, juga menampik asumsi birokrat terhadap tudingan itu. Menurutnya, birokrat semestinya evaluasi diri terhadap kasus yang tidak kunjung surut ini. Langkah solusi yang diambil oleh birokrasi seperti pelarangan aktivitas malam ternyata bukan jaminan konflik horizontal ini ada. Lanjutnya, peranan semua elemen yang ada di dalam kampus semestinya berjalan dengan maksimal. “Permasalahan ganja, perngawasan di birokrasi itu kurang. Kenapa sampai ada ganja. Karena semua elemen kurang maksimal, ketika ada hal-hal negatif, birokrasi harus meng-cover terlebih dahulu,” ungkapnya. Ia menyatakan, langkah yang dilakukan oleh birokrasi saat ini, justru hanya mempersempit ruang kreativitas lembaga kemahasiswaan untuk berkembang. LK malahan terlihat tak memiliki aktivitas yang mampu untuk memberikan prestasi buat institusi. Terkait hal itu, Pembantu Rektor III, Heri Tahir mengaku tidak memiliki kemampuan untuk mengintervensi persoalan LK. “Begini, kan kalau persolan LK, itu adalah otoritas fakultas,” tandasnya. (Tim)
Profesi FM - 107.9 MHz
Laporan Perjalanan 7
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
Bernarasi di Tanah Deli Oleh: Sutrisno Zulkifli dan Fajrianto Jalil
S
enja itu, udara dingin langsung menerpa wajah peserta Pelatian Jurnalistik Tingkat lanjut Salam Ulos 2012 yang baru saja turun dari bus. Perjalanan selama 6 jam dari pusat kota Medan, provinsi Sumatera Utara tak membuat sekitar 30 orang mahasiswa dari berbagai sudut nusantara ini kelelahan. Harga yang pantas untuk menikmati suasana sore di Parapat, Danau Toba. Warna lembayung langit diantara bukit-bukit yang mengelilingi danau Toba seperti mengucapkan selamat datang membalas decak kagum dari sebagian besar peserta yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tempat itu. Delapan belas jam sebelumnya, tepatnya pukul 23.50 WIB, 23 September 2012, bersama salah seorang teman dari Lembaga Pers Mahasiswa yang sama, Sutrisno Zulkifli, kami tiba dibandara Internasional Polonia yang berjarak 4 Km dari kota Medan. Meski dini hari, suasana bandara tetap sesak tak ubahnya siang hari. Kami menumpang pesawat
milik maskapai penerbangan Lion Air yang di“setir” Kapten Sigit Hermawan. Pesawat yang membawa 220 orang ini menempuh perjalanan selama 2 jam dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin melintasi Laut Jawa sampai di Bandara SoekarnoHatta. Kemudian melanjutkan perjalanan selama 2 jam juga menuju Medan, Sumatera Utara. Kondisi diluar bandara Polonia cukup basah, beberapa jalan aspal yang bolong berubah menjadi kolam-kolam kecil pertanda hujan baru saja reda, kami rehat sejenak sambil menunggu panitia penyelenggara Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) datang menjemput. Waktu 15 menit kami habiskan untuk menostalgiakan pengalaman terbang kami yang pertama itu. Tidak hanya pertama kali naik pesawat, itu juga pertama kalinya kami keluar dari batas provinsi Sulawesi Selatan. Selang beberapa saat menunggu, 2 orang panitia datang menjemput. Kami mengendarai motor sambil berboncengan meninggal-
Samosir Jadi Tempat Peliputan KAPAL itu berukuran sedang, panjangnya 13 meter dengan lebar 5 meter. Kapal bermotor itu digunakan untuk menyeberang ke Pulau Samosir, pulau yang berada di tengah-tengah danau Toba. Tujuannya untuk melakukan liputan langsung mengenai pulau Samosir dan budayanya. Kamis, 27 September 2012, pukul 12.30 kapal meraungraung membunyikan alarm tanda akan berangkat meninggalkan dermaga Parapat. Alarmnya seperti sirene ambulans. Sekira 30 orang berada diatas kapal 2 lantai yang didominasi warna hijau ini. Lantai pertama berisi bangku kayu yang disejajarkan dengan panjang kapal. Lantai kedua berisi jejeran kursi besi yang di paku melekat dengan papan dibawahnya melintang dengan lebar kapal. Separuh badan kapal diberi atap dan separuhnya lagi di biarkan terbuka. Kami memilih berkumpul di Dek kedua bagian belakang kapal yang tidak memiliki atap. Danau Toba memliki panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer, wajar jika danau Toba menjadi yang terluas di Asia Tenggara. Danau Toba terbentuk karena aktivitas vulkanologi 73.000-75.000 tahun yang lalu. Letusan supervulcano menciptakan kawah yang lebar dan setelah ribuan tahun menjadi penampungan air hujan dan air tanah hingga menciptakan danau seperti saat ini. Menyeberang dari Parapat ke pulau Samosir melewati danau Toba memerlukan waktu 45 menit dengan perahu motor, sejam menggunakan Ferry, 15 menit menggunakan jetski dan berjamjam bahkan seharian jika menggunakan perahu dayung. Kapal motor yang ditumpangi Peserta Salam Ulos tiba di dermaga desa Tomok. Dermaga tomok sebenarnya hanya tepian danau yang dipondasi. Tinggi pondasi disejajarkan agar pas dengan ujung kapal untuk memudahkan penumpang turun. Selain itu juga untuk mencegah abrasi oleh terjangan ombak danau. Di dermaga ini pula telah banyak menanti anak-anak kecil desa Tomok. Sudah menjadi kebiasaan, wisatawan yang berkunjung ke Samosir sebelum merapat dan meninggalkan dermaga terlebih dahulu membagi-bagikan uang receh ke anak-anak itu. Caranya, uang tersebut dilemparkan kedalam danau dan akan diperebutkan anak-anak yang telah lebih dulu menceburkan dirinya. Setibanya di desa Tomok, peserta langsung disambut dengan tarian Sigale-gale. Sigale-gale sendiri adalah tarian khas batak yang dulunya dimaksudkan utuk menghibur raja Batak yang yang bersedih karena ditinggal mati anak semata wayangnya. Selain tarian Sigale-gale, desa tomok juga memiliki meseum yang berisi ratusan benda-benda peninggalan suku asli Batak. Meseum tersebut milik kolektor lokal Merlep Sidabutar. Awalnya Sidabutar prihatin akan kondisi pusaka-pusaka peninggalan nenek moyangnya yang tersebar kemana-mana, kemudian dia berinisiatif untuk mengumpulkan kembali peninggalan tersebut dan membuat sebuah meseum di desa Tomok. (*)
Profesi FM - 107.9 MHz
kan Polonia, sekira 10 menit kami tiba di sekretariat Lembaga Pers Mahasiswa(LPM) Suara Universitas Sumatera Utara, panitia penyelenggara Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) Salam Ulos 2012. Kami disambut beberapa peserta laki-laki dari daerah lain yang lebih dulu tiba. Momen sing-
kat itupun kami manfaatkan dengan saling berkenalan. Peserta perempuan tiba dan menginap salah rumah panitia, sengaja dipisahkan kata panitia yang menjemput kami. Kegiatan dengan Tema “Bernarasi di Tanah Deli” ini diikuti 21 Orang peserta perwakilan LPM dari berbagai uni-
versitas dan perguruan tinggi di Indonesia. Misalnya saja LPM Balairung dari Universitas Gajah Mada, LPM Ganto dari Universitas Negeri Padang, LPM Arena IST. dari Universitas Islam Negeri Yogyakarta, LPM Akademika dari Universitas Udayana Bali dan masih banyak lagi. (*)
Seminggu di Danau Toba SETELAH turun dari bus yang kami tumpangi dari sekretariat Suara Usu, peserta yang terdiri dari 9 perempuan dan 11 laki-laki diarahkan ke penginapan masing-masing. Peserta perempuan menempati Mess yang dikelola pemerintah provinsi Sumut, berada 200 meter dari tepi danau Toba. Sedangkan yang laki-laki menempati Mess yang berada dibukit persis di pinggir Danau Toba. Kegiatan PJTL yang diberi nama Salam Ulos 2012 ini dibuka pada malam harinya, tepat ba’da Isya. Sesi pembukaan diisi dengan perkenalan dari masing-masing peserta PJTL dari berbagai provinsi dan universitas. Selain itu, juga dijelaskan tema dari kegiatan ini yakni “Benarasi di Tanah Deli”. Tanah Deli adalah nama awal dari kota Medan dengan masyarakat asli melayu Deli. Kegiatan di Parapat, Danau Toba ini berlangsung selama satu minggu yakni mulai tanggal 24 sampai 30 September 2012 yang dikemas secara santai. Pemateri yang dihadirkan selama 1 minggu itupun tidak main-main, Andreas Harsono, wartawan dan jurnalis profesional yang tidak hanya dikenal dalam negeri bahkan media internasional sekelas The New Yorker bahkan New York Times
sering memuat tulisannya. Andreas juga salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI), ISAI dan Yayasan Pantau. Selain itu, hadir Chik Rini juga salah seorang jurnalis yang pernah berkiprah di Majalah Pantau bersama Andreas, juga seorang aktivis lingkungan dan saat ini bekerja di WWF, organisasi pelestarian global yang bekerja lebih dari 100 negara di dunia. Kedua pemateri ini menemani peserta selama 1 minggu, tidak hanya dalam forum, diwaktu rehat pun mereka terbuka untuk sekedar berdiskusi mengenai materi dan sharing pengalaman selama menjadi jurnalis, ngopi bareng menjadi rutinitas yang hampir tiap malam dilakukan peserta bersama Andreas. “Yuk, kita ngopi lagi”, ajak Andreas suatu malam pada kami selepas pemberian materi. Materi pembuatan berita dalam bentuk narasi adalah sajian utama, Jurnalisme Sastrawi adalah kiblat dalam arah penulisan berita ini. Transformasi ilmu ini dikemas dengan santai dan membuka ruang diskusi seluas-luasnya kepada peserta. Sambil makan siang atau malam pun Andreas dan Chik Rini tak pernah lepas dari peserta yang tiap saat mengekori. (*)
Diskusi dengan Petinggi Ahmadiyah SATU hal yang juga paling menarik dari kegiatan Salam Ulos. selain membahas materi penulisan berita narasi, para peserta juga disuguhkan dengan diskusi mengenai permasalahan-permasalahan dalam hal keagamaan yang banyak terjadi di Indonesia saat ini. sebut saja kasus antara Islam aliran Sunni dan Syiah, Ahmadiyah dan beberapa aliran agama yang dinilai menyimpang dari kodratnya. Panitia salam ulos 2012 dalam diskusinya kala itu menghadirkan salah seorang penggiat Ahmadiyah, Murtiyono. Tujuannya, para peserta dilatih untuk memposisikan diri sebagai orang yang netral jika meliput isu-isu SARA atau isu tentang keagamaan. Background agama dan keyakinan tidak boleh mempengaruhi tulisan wartawan sehingga pemberitaan tidak bermaksud menjatuhkan seseorang atau kelompok tertentu.
Diskusi itu juga membahas bagaimana seharusnya masyarakat menanggapi tentang keberagaman agama yang ada di Indonesia. tanpa melalui tindakan kekerasan ataupun sentuhan fisik yang sering kali menghilangkan nayawa orang lain. Menurut Murtiyono, apa yang di sangkakan masyarakat selama ini mengenai Ahmadiyah terlalu berlebihan. “tidak ada yang berbeda dari kami, termasuk keyakinan dan cara beribadah”, ujar pria yang pernah beberapa tahun berdiam di Sulawesi ini. Perbedaan Ahmadiyah dengan Islam pada umumnya yakni Ahmadiyah menganggap bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi telah datang ke dunia seperti yang telah “wasiatkan” Nabi Muhammad SAW, sedangkan umat Islam pada umumnya mempercayai bahwa Isa al Masih dan Imam Mahdi belum turun ke dunia. (*)
Urai data, ungkap fakta, saji berita
8 8 Pengumuman Wawancara Khusus
Tabloid Mahasiswa UNM Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Profesi Edisi 159 Spesial Pengumuman PMBM Oktober Tahun XXXVI 2012 Juli Tahun XXXV 2012
www.profesi-unm.org
Tawuran Itu Budaya Primitif
SEBAGAI generasi penerus bangsa, generasi muda harus sadar akan tanggung jawabnya sebagai kaum intelektual. Mereka dituntut untuk senantiasa menjaga harga diri dan kehormatan bangsa. Karena merekalah yang akan menjadi generasi pelanjut estafet bangsa. Jika bukan mereka, siapa lagi yang akan memeprtahankan negeri ini. Tapi, hingga saat ini masih banyak pemuda yang merasa tidak peduli dengan nasib bangsa. Banyak di antara generasi muda yang dengan sengaja mencoreng nama baik negeri ini. Budaya tawuran selalu menjadi sorotan utama media tentang generasi muda saat ini. Kaum intelektual yang seharusnya menuangkan kreatifitas mereka dengan otak, justru lebih senang unjuk kebolehan dengan mengadalkan otot mereka. Bagaimana tanggapan penulis Dahlan Iskan saat berkunjung ke Makassar? Berikut kutipan wawancara wartawan Profesi, Nurjanna Jamaluddin dengan Menteri BUMN RI, usai memberikan kuliah umum di Pascasarjana UNM. Bagaimana Anda melihat eksistensi pemuda saat ini? Yang jelasnya inilah generasi muda yang tumbuh pada masa demokrasi murni dan juga tumbuh pada masa reformasi. Jadi jangan juga disamakan dengan generari muda 20 tahun yang lalu atau 30 tahun yang lalu dimana mereka tumbuh pada masa orde baru yang totaliter. Jadi, generasi muda sekarang jauh lebih kreatif. Bagaimana dari sisi positifnya? Jadi melihat dari sisi positifnya generasi muda saat ini memiliki kreativitasnya yang luar biasa, punya keberanian untuk mencoba yang luar biasa, lebih independen dan lebih berjiwa swasta. Jadi, generasi muda saat ini jauh lebih kreatif, , lebih independen, lebih berani dan lebih enterprenuer. Apa langkah yang harus diambil oleh pemerintah Sulsel untuk menjadikan pemudanya sebagai ikon di Tingkat Nasional
maupun Internasional? Saya kira tidak hanya hanya pemerintah SulSel, pemerintah mana pun saya kira sudah harus mulai mempercayai anak muda. Karena masa depan, jika mau hebat, itu hanya dua. Pertama anak muda dan yang kedua adalah wanita.
Kenapa bisa pak? Begitulah dunia, ada orang yang baik dan juga ada orang yang jelek. Ada orang yang kreatif, ada orang yang hanya mengandalkan otot, itulah kelengkapan dunia. Asal jangan terlalu banyak yang seperti itu (tawuran, red).
Mengapa seperti itu? Barang siapa yang mengabaikan anak muda dan barang siapa yang mengabaikan wanita ia akan tergilas oleh zaman, dia akan kalah bersaing di masa depan.
Apakah Anda punya tawaran solusi untuk menghentikan premanisme yang ada di kampus? Saya tidak ahli dalam memberikan tawaran solusi. Yang jelas itu bagian dari kebebasan dan menjadi bagian Independen UNM. Yang jelas itu negatif. Namun, jangan sampai mereka ditekan-tekan. Karena ditakutkan, jangan sampai aspek baik mereka yang lebih kreatif, lebih independen, lebih berani dan berjiwa enterprenuer hilang juga.
Bagaimana pendapat Anda mengenai tawuran yang melibatkan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa ini? Di Makassar kan sering terjadi tawuran. Saya sangat kaget melihat tawuran yang terjadi di Makassar. Kok tidak berhentiberhenti ya? Kok tidak capek-capek ya? Padahal tawuran itu kan tidak mencerminkan intelektual. Tawuran itu adalah budaya yang primitif sekali.
kan bahwa ke depan pendidikan itu yang menentukan kompetitif atau tidaknya adalah negara. Semoga UNM bisa melahirkan tenaga-tenaga pendidik yang terbaik di Indonesia dan menyiapkan generasi berikutnya. (*)
Apa harapan Anda terhadap UNM ke depan? Seperti yang saya sampai-
Data Diri Nama Lahir
: Dahlan Iskan.
- CEO surat kabar Jawa Pos, 1982 sampai seka-
- Pendiri stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang
Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya.
: Magetan Jawa Timur, 17 Agustus 1951.
rang.
kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di
- Penulis Buku : Dua Tangis dan Ribuan Tawa, Men-
- Pendiri dan CEO Jawa Pos News Network (JPNN),
Pekanbaru, 2002.
egakkan Akal Sehat, Habis Gelap Terbitlah Terang,
1987 sampai sekarang.
- Komisaris PT. Fangbian Iskan Corporindo (FIC),
Ganti Hati.
- Pendiri Graha Pena, salah satu gedung pencakar
2009 sampai sekarang.
- Direktur Utama PLN, 23 Desember 2009 sampai
langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di
- Presiden Direktur dua perusahaan pembangkit
19 Oktober 2011.
Jakarta Pada tahun 1997.
listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan
- Menteri BUMN, 19 Oktober sampai sekarang.
Karir dan jabatan : - Calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur, Tahun 1975. - Wartawan Majalah Tempo, 1976.
FOTO: MUHAMMAD ILHAM - PROFESI
Ini “Lampu Merah” Untuk UNM Tawuran yang terjadi antara mahasiswa dari Fakultas Seni Desain (FSD) dan Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM) membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh, bertandang ke Makassar. Kedatangannya tersebut guna mengadakan dialog dengan para civitas kampus yang ada di Makassar. Menanggapi konflik yang terjadi antar mahasiswa kemarin, selaku Mendikbud merasa semua pihak terlibat dan bertanggung jawab penuh dalam hal ini. Berikut kutipan wawancara reporter Profesi, Rizki Army Pratama dengan Beliau. Bagaimana pandangan anda terhadap pendidikan di Indonesia? Saat ini pendidikan di Indonesia, kita pilah yang tawuran itu tidak baik, dan jumlah yang tidak tawuran jauh lebih banyak dibandingkan yang tawuran. Untuk itu yang tidak baik kita akan benahi. Untuk pendidikan di makassar sendiri, bagaimana anda melihat frekuensi tawurannya? Untuk Sulawesi Selatan frekuensi tawuran paling banyak. Itu tanggung jawab kita sebagai orang Sulawesi Selatan untuk mengurangi frekuensi itu, kan kita malu sendiri kalau kita kena cap memiliki frekuensi tawuran yang tinggi. Apa tanggapan anda tentang bentrok kemarin
yang melibatkan mahasiswa dari dua fakultas di UNM? Ini merupakan lampu merah kita semua, seharusnya pimpinan lebih sering turun ke bawah dan hidup bersama-sama dengan mahasiswa. Detik denyut kegiatan mahasiswa di kampus pimpinan universitas harus terlibat. Mata dan telinga pimpinan kampus, dosen harus mulai dipasang Siapa pihak yang patut disalah pada kejadian ini? Kita tidak boleh memberikan satu keputusan atas dasar-dasar yang belum sahih dan falid. Kita akan menurunkan tim independen untuk mengupas hal ini. Apakah pelanggaran yang dilakukan itu tingkat universitas, fakultas, jurusan atau prodi. Apakah sanksi yang diberikan berupa pemberhentian sela-
manya atau hanya penurunan agreditasi dan sanksi yang lainnya. Kalau anda sendiri, sejauh ini apa langkah taktis yang segera dilakukan untuk mengatasi budaya tawuran yang ada di UNM ini? Kita harus konsentrasi dalam pengembangan akademik. Tawuran merupakan energi, energi yang lebih itu lebih baik kita gunakan untuk mengembangkan pendidikan. Pesan bapak untuk sivitas akademikan UNM ? Universitas harus membuat lebih banyak kanal-kanal untuk menyalurkan energi yang dimiliki oleh para mahasiswa. Mahasiswa jangan di kotak-kotakan, ideologi fakultas jangan lebih besar dari pada ideologi universitas dan kebangsaan. (*)
Data Diri Nama
: Prof Dr Ir Muhammad Noeh.
Pranci, 1987.
Negeri Surabaya ITS, 1992-1993.
Lahir
: Surabaya, 17 Juni 1959.
- S3 Jurusan Signaux et System, Universite.
- Direktur Politeknik Negeri Surabaya ITS, 1997-
Science et Technique du Languedoc Montpellier
2003.
Prancis, 1990.
- Guru Besar ITS, 2004.
Pendidikan : - S1 Fakultas Teknik Elektro ITS, 1983.
- Rektor ITS, 2003-2006.
- S2 Jurusan Signaux et System, Universite
Karir :
- Menkominfo, 2007-2009.
Science et Technique du Languedoc Montpellier
- Ketua Jurusan Teknik Elekronika, Politeknik
- Mendiknas, 2009 sampai sekarang. FOTO: RIZKI ARMY PRATAMA - PROFESI
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Profesi FM - 107.9 MHz
Reportase Khusus 9
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
Tunggang-langgang Laju Phinisi Hall Serba Guna Lantai 17 Lantai 16
Hall Serba Guna
Lantai 15 Lantai 14
Lantai 12
ICT (Pusat Komunikasi, Pusat Sumber Belajar)
Lembaga Penelitian dan Pengembagan Mahasiswa (LPPM)
Lantai 9
Lembaga Penelitian (Lemlit)
Lantai 8
Ruang Rektorat, Rapat Pimpinan, dan Staf
Lantai 7 Lantai 6
Ruang Duduk dan Lobby
Ruang Rapat Senat Ruang Pembantu Rektor (Ruang Kerja, Staf Khusus, Administrari, dan Rapat)
Lantai 5
UPPL & Microteaching
BAUK & PSG
Lantai 4
BAPSI, Satgas Pel Brg & Jasa
Ruang Teater
Lembaga Kerjasama, Pengembangan, Penjaminan Mutu
Lantai 11 Lantai 10
Ruang Kuliah & Seminar
Hall Serba Guna
Lantai 13
UPT (P2SE, LKPM, P. Ham/LBH, MKU)
Auditorium
Hall Serba Guna
Lantai 3
BAAK & Humas
Lantai 2
Plyn ICT, Pusat & Plyn Bhs, Multi Media
Sertifikasi Guru & Pusdik
R. Kuliah, Perpustakaan, & Pendidikan Profesi Ruang Kuliah & Pendidikan Profesi Ruang Kuliah & Pendidikan Profesi
Lantai 1
Ruang Publik Terbuka
Ruang Publik Semi Tertutup (Counter untuk Toko Buku, Bank, Swalayan, dll
Ruang Publik Terbuka Grafis: Khaerul Mustaan
Setelah sekian lama berlayar, Phinisi tak jua berlabuh. Ironi, meski tinggal selangkah lagi, namun pembangunan gedung berlantai 17 itu kembali dihantam badai. Isu tentang tidak adanya dana cair untuk gedung raksasa itu disinyalir jadi penyebab mandeknya. Sudah tiga tahun gedung yang menjadi ikon kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) ini di bangun. Namun, belum jua kelar. Padahal, saat peletakan batu pertama pada 16 September 2009, pihak birokrasi menjanjikan phinisi akan rampung pada akhir 2011. Tak pikir panjang, si “punggawa” kampus kembali umbar janji, bangunan kebanggaan ini dipastikan akan terselesaikan akhir tahun ini (2012, red). Semrawutnya pembangunan ini, mengindikasikan seenggok masalah yang sedang menggerogoti Phinisi. Dimulai dari masalah isu penyelewengan dana hingga masalah dana yang selalu lambat cair. Hingga saat ini, pihak Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulselbar masih menyelidiki dugaan adanya mark up pada pemban-
Profesi FM - 107.9 MHz
gunannya. Sekadar diketahui, dalam pengerjaannya, dana gedung ini dikucurkan dalam beberapa tahap. Pada tahun 2009, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dikucurkan sebesar Rp55 miliar, 2010 sebesar Rp100 miliar, 2011 sebesar Rp50 miliar, dan terakhir pada tahun 2012, UNM kembali memperoleh dana Rp44 miliar yang merupakan dana terakhir dari pemerintah untuk pembangunan gedung ini. Alhasil, jika dikalkulasikan Phinisi hingga rampung nantinya memakan dana senilai Rp249 miliar, jumlah yang terbilang fantastik. Pembantu Rektor bidang Sarana dan Prasarana (PR II), Nurdin Noni saat ditemui di kantornya, mengatakan pembangunan Menara Phinisi sekarang ini masih dalam pengurusan doku-
men tendernya. Sehingga, bangunan itu saat ini kelihatan mandek. “Ya memang begitu, sekarang baru proses tender,” terang Mantan Pembantu Rektor IV ini. Dosen Bahasa Inggris ini, memperkirakan proses tender tersebut akan berlangsung beberapa minggu. Setelah itu, baru pula akan diketahui pemenang dari tender tersebut. “Setelah selesai semua itu, baru bisa dikerja kembali, itupun kalau turun dananya, kan belum juga turun uangnya,” ungkapnya. Dipastikan Rampung Tahun Ini Berdasarkan pengakuannya, untuk tahap ini (Tahun 2012, red) Phinisi akan diberikan biaya pembangunan sebesar Rp44 Mi liar. Hanya saja, hingga saat ini dana tersebut belum juga dicairkan. Hal ini disebabkan, adanya
keterlambatan dana dari pusat. Ia berjanji, bulan Desember nanti. Bangunan super megah ini sudah bisa selesai dan di tempati. Hal ini dimaksudkan, agar uang yang tidak ditarik kembali. “Kalau menunggu uang turun baru mulai, pasti terlambatki, kalau terlambat berarti dikembalikan uang,” terangnya. “Sebenarnya, tinggal interior dan landscape-nya,” tambahnya. Hal ini dibenarkan Satir Mahmud selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Menurutnya, UNM saat ini masih menunggu dana tersebut untuk segera cair. Sementara untuk proses tendernya, saat ini penawaran untuk tender itu dilakukan secara elektronik. Hanya saja, Kepala BAUK ini enggan untuk mengekspos terkait orang-orang yang akan
menempati Phinisi nantinya. “Nanti kalau sudah disepakati, saya beritahu iya,” janjinya. Sementara itu, Asisten Direktur II Pascasarjana, Andi Ihsan, malah menurutnya dana senilai Rp44 miliar tersebut sudah ada. “Setahu saya dana itu sudah ada, tapi untuk lebih pastinya PR II yang tahu itu,” ungkap mantan PR II ini. Kepala BAAK, Kamaruddin, mengaku sudah tidak sabar lagi untuk segera menempati ruang yang disediakan di Phinisi nantinya. Hal ini dikarenakan, ia merasa kerepotan jika harus bolak-balik ke rektorat. “Kendala saat ini, kita harus bolak-balik kalau punya urusan di BAAK dan rektorat. Kalau di Phinisi, koordinasi dengan pimpinan lebih mudah, lebih lancar dan lebih efektif,” terangnya. (Tim)
Urai data, ungkap fakta, saji berita
10 Reportase Khusus www.profesi-unm.org
Paturungi : Jangan Asal Bongkar
Prof. Dr. Paturungi Parawansa (Rektor IKIP-UP Periode 1982-1990)
DI tengah hingar bingar kemegahan Phinisi yang menjadi kebanggaan sivitas akademika UNM. Namun, ada hal yang mengganjal dibenak Mantan Rektor IKIP UP (sekarang UNM) Periode 19821990, Paturungi Parawansa. Pasalnya, sejumlah gedung pada saat ia menjabat sebagai rektor malah dirobohkan.Tentu, dengan alasan gedung-gedung tersebut dinilai merusak pemandangan. Guru Besar Bahasa Indonesia ini mengaku kecewa atas pengerusakan atas beberapa gedung yang dibangunnya saat ia menjadi orang nomor satu UNM selama dua periode. Ia meminta pihak UNM mempertanggungjawabkan
Urai data, ungkap fakta, saji berita
atas penghancuran gedung-gedung yang dulunya dihuni mahasiswa sebagai ruang perkuliahan. “Siapa yang bertanggungjawab itu, ratusan juta itu biayanya. Kalau tidak salah ada sekitar tujuh atau delapan bangunan yang dihancurkan, siapa kira-kira yang mau bertanggungjawab? Tidak ada kan?,” ungkapnya. Lanjut Paturungi, gedunggedung itu dianggapnya masih punya nilai jual, misalnya kayu-kayu atap atau dindingnya, belum lagi besi-besi bangunan itu. “Jangan sampai sudah ada yang pakai itu untuk membangun rumahnya,” celotehnya. Menanggapi hal itu, Rektor UNM, Arismunandar, mengatakan barang-barang yang dipertanyakan itu dijual. “Ya itu dijual dong, dan itu ada pembeliannya. Untuk uangnya sendiri masuk di universitas,” ungkap rektor dua periode ini. (Tim)
Tim Reportase Khusus Kordinator: Rukmana Mansyur Anggota : - Fajrianto Jalil - Yeni Febrianti - Hesi Kumalasari
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
Phinisi
Tak Kantongi IMB Ironi nasib gedung Phinisi, pasalnya bangunan mewah ini ternyata hingga menjelang penyelesaian pekerjaannya, diketahui gedung yang bakal menjadi ikon universitas ini, belum juga memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari provinsi. Hal ini, bisa dilihat dari tidak adanya, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dikantongi UNM. Padahal semestinya, sebuah bangunan idealnya sebelum dibangun, harus memiliki Izin Kelayakan Lingkungan Hidup (AMDAL). Sehingga, tanpa dokumen AMDAL secara otomatis pembangunan tersebut belum bisa dilaksanakan. Termasuk, memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Hal ini tentunya sudah melanggar Undang-undang Lingkungan Hidup Tahun 1997 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006. Berdasarkan pengakuan pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), Yohana, sampai saat ini gedung monumental tersebut belum juga diberikan AMDAL untuk pembangunannya. Kepala bidang tata dan pena-
taan lingkungan hidup ini, diakui sebelumnya sudah melakukan pertemuan dengan pihak terkait yang mengurusi masalah gedung tersebut. Hanya saja, UNM ternyata belum mampu membayar biaya administrasi untuk memeroleh izin tersebut. “Katanya mereka (UNM, red) masih menunggu dana cair dari pusat hal inilah yang membuat kami belum memberikan izin kelayakan lingkungan hidup untuk Phinisi,” ungkap Yohana. Ini tentu bertolak belakang dengan pengakuan Nurdin Noni terkait AMDAL Phinisi yang katanya sudah ada. “Kalau AMDAL,
tidak ada masalah,” singkatnya. Sementara itu, Andi Ihsan membenarkan, hingga saat ini memang Phinisi belum memilki AMDAL. Alasannya, untuk mengurusi AMDAL diperlukan waktu yang cukup lama. Belum lagi, biaya untuk mendapatkannya terbilang mahal. “AMDAL itu diurusnya kan juga lama, sudah pernah dulu sosialisasinya. Kalau tidak salah sebelum saya tinggalkan sudah mau selesai. Mungkin tunggu dulu dana, apalagi biayanya kan juga cukup mahal, sekitar ratusan juta itu,” ujar Guru Besar FIK ini. (Tim)
Sudut + Buntut Kegagalan Dekan - Makanya jangan mahasiswa terus yang disalahkan... + Tunggang-langang Laju Phinisi - Waspada kongkalikong... + Keplet Kepeleset - Lantas mau mengadu ke siapa lagi, PR I saja angkat tangan... Dg. Tata’
Profesi FM - 107.9 MHz
Info Akademik
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
11
www.profesi-unm.org
DIKTI Buka Peluang Mahasiswa Berkreativitas PROGRAM Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang merupakan salah satu program tahunan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) sejak tahun 1988 itu, memberikan kesempatan bagi mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) untuk mengajukan usulan proposal, yang nantinya akan didanai setelah proposal itu lolos seleksi. Soma Salim, selaku ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penalaran, yang diberikan tanggung jawab oleh universitas untuk mengurusi hal ini, mengatakan, dana yang disediakan oleh DIKTI bagi mahasiswa yang proposalnya lolos, maksimal 12,5 juta pertim, yang dimana setiap tim terdiri dari 3 sampai 5 orang. “12,5 juta itu adalah dana kegiatan sesuai dengan proposal yang diajukan,” tuturnya. Dalam hal ini, mahasiswa dituntut untuk mengajukan proposal kegiatan terkait PKM, yang meliputi 5 aspek, PKM-Penelitian (PKMP), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM-Kewirausahaan (PKMK), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKMM) dan PKM-Penulisan Artikel Ilmiah (PKM-I). “Yah terserah propo-salnya menjurus kemana, yang penting ada yang masuk kedalam lima itu,” ungkap mahasiswa jurusan matematika ini. Setelah PKM dinyatakan lolos seleksi, pihak DIKTI akan mendanai kegiatannya, kemudian melakukan peninjauan. Selanjutnya, inti dari kegiatan ini adalah Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), yang rencananya pada tahun 2013 akan dilaksanakan di Banjarmasin pada bulan Juli. Melalui PIMNAS, karya-karya kreatif mahasiswa dipertemukan, dibahas sesama mahasiswa dan juga juri, sekaligus disampaikan kepada masyarakat. Sejauh ini, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung program ini, diantaranya, workshop, sosialisasi, dan pembimbingan kepada mahasiswa yang memiliki kemauan untuk membuat proposal. “Sudah berbagai usaha yang kita lakukan, semuanya untuk UNM, kalau banyak yang lolos mengharumkan nama UNM juga,” kata mahasiswa eksponen 09 ini. Salah seorang peserta PKM, Andi Opo, menuturkan, selain menyalurkan hobi ia juga ingin memberi sumbangsih pada masyarakat melalui kegiatan ini.“Mengapa tidak disalurkan kepada masyarakat, terlebih kepada negara dan perlu untuk orang banyak mengetahui nya,” tutup mahasiswa jurusan PPB ini. (Har)
Sarjana Bakal Lompat Kelas
FOTO: RIZKI-PROFESI
UJIAN. Sejumlah mahasiswa sedang mengikuti ujian mata kuliah.
DOKTOR di usia muda? Kenapa tidak. Menjelang tahun 2013 nanti, Universitas Negeri Makassar (UNM) bakal menerapkan Program Percepatan Doktor untuk Sarjana Unggulan. Lulusan S1 yang dianggap unggul dan berprestasi tidak lagi harus melalui program magister (S2) untuk bisa memperoleh gelar doktor (S3). Melalui program tersebut, mahasiswa akan menempuh pendidikan khusus selama kurang lebih empat tahun lamanya.
Direktur Program Pascasarjana (PPs) UNM, Jasruddin menjelaskan, hal tersebut mengacu pada kualitas lulusan-lulusan doktor di Indonesia yang masih sedikit dibandingkan ne- gara-negara maju di dunia, termasuk China. “Jadi, Dikti membuka kesempatan pelaksanaan program tersebut kepada 15 universitas yang ada di Indonesia, termasuk UNM,” paparnya. Lebih lanjut ia menjelaskan, mahasiswa yang terpilih
SATU lagi kemudahan yang bakal dienyam oleh mahasiswa-mahasiswa alumni Universitas Negeri Makassar (UNM). Pemerintah Perancis dipastikan telah memberikan sinyal positif terkait hubungan kerja sama yang akan dijalin pihak UNM dengan perguruan-perguruan tinggi di sana. Hal tersebut berdasarkan hasil pertemuan Join Working Group yang digelar oleh pihak kampus Orange dengan pemerintah dan Perguruan Tinggi (PT) di Perancis beberapa waktu yang lalu. Rektor UNM, Arismunandar mengungProfesi FM - 107.9 MHz
universitas bersangkutan yang telah mempunyai publikasi internasional dan berasal dari program studi yang minimal memiliki akreditasi B. Tiap promotor akan membimbing empat mahasiswa unggulan,” jelas dosen jurusan Fisika ini. Menurutnya, yang kemudian menjadi kendala adalah hanya ada dua program studi di PPs yang memboyong akreditasi B, sehingga cukup sulit untuk mencari promotor yang tepat untuk diajukan ke Dikti. Jasruddin juga menambahkan, melalui program ini diharapkan jumlah doktor di UNM bisa bertambah secara signifikan, apalagi dalam usahanya menuju World Class University. “Kita memang mencetak secara instan, namun kualitasnya bukan instan. Kita benar-benar akan melakukan penjaringan secara ketat untuk mendapatkan kualitas lulusan unggulan,” terangnya. (Imr)
Kekurangan Guru SMK, FT Diminta “Turun Tangan” KABAR gembira untuk sivitas akademika Fakultas Teknik (FT), pasalnya sebanyak 40 mahasiswa dibutuhkan untuk mengikuti program pendampingan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hanya saja, yang dibutuhkan mahasiswa semester akhir dan alumni 2011-2012 (lebih diutamakan alumni fresh grauduate). Hal ini menjadi salah satu program kerjasama FT dengan Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P2TK). Nantinya mahasiswa tersebut akan disebar di lima wilayah, seperti Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Program ini sedikit berbeda dengan program KKN Pendampingan sebelumnya. Program sebelumnya merekrut mahasiswa dari berbagai jurusan, namun untuk program kali ini hanya un-
Perancis Restui Beasiswa UNM
Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd. (Rektor UNM)
untuk mengikuti program ini tidak hanya berdasar pada rekomendasi dosen ataupun pimpinan. Akan tetapi, mereka diwajibkan memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan, seperti Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) harus di atas 3.50, mengikuti tes kemampuan Bahasa Inggris , dan tes Potensi Akademik (TPA). “Kita tidak akan menerima rekomendasi-rekomendasi dari dosen, kecuali jika memang mahasiswanya memenuhi syarat,” ungkapnya melihat fenomena-fenomena nepotisme yang banyak berkembang di UNM. Di samping itu, jumlah mahasiswa yang bisa mengikuti program ini dibatasi sampai hanya 20 orang. Dikti hanya merestui sebanyak 5 promotor di UNM yang akan menjadi pembimbing mahasiswa-mahasiswa ini. “Promotor ini adalah profesor di
kapkan, rekomendasi yang disepakati dalam pertemuan yang berlangsung selama tiga hari itu adalah sehubungan dengan persiapan pengiriman dosen atau alumni baru yang mendapatkan beasiswa. Sebagai langkah awal, diharapkan para penerima beasiswa sudah bisa diberikan kursus bahasa Perancis untuk semester 6. “Oleh karena itu, kita meminta dosen-dosen bahasa Perancis di sana untuk dikirim ke semua pusat-pusat bahasa di Indonesia,” ujarnya. Hal tersebut, untuk mempercepat penguasaan Bahasa Perancis. Arismunandar melanjutkan, di antara banyaknya Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang ada di Indonesia, hanya dua yang berkesempatan untuk memenuhi program dari Dikti bekerjasama dengan Atase Pendidikan Perancis dan Kedutaan Perancis di Indonesia. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah kebanggaan bagi UNM. Ristya, salah satu mahasiswa yang sebentar lagi menyelesaikan studinya, berharap agar program yang direncanakan tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Selama ini, ia menganggap ada banyak program dari UNM yang tidak berjalan di tahun-tahun sebelumnya. (Imr)
tuk jurusan di FT saja dan hanya akan merekrut mahasiswa yang benar-benar produktif terkhusus jurusan kependidikan. Selain itu, mahasiswa dan alumni yang nantinya dinyatakan lulus, selain mengikuti pembekalan di kampus UNM, juga akan mengikuti pembekalan di Jakarta bersama dengan pesertapeserta di seluruh Indonesia. Pembantu Dekan I FT, Muhammad Yahya, mengungkapkan program tersebut didasarkan berawal dengan melihat SMK apa saja yang sangat membutuhkan guru produktif. “Kita tidak asal merekrut mahasiswa atau alumni untuk menempatkan di sembarang tempat. Kami akan menempatkan mereka di SMK baru yang memang sangat membutuhkan guru,” ungkap dosen Teknik Otomotif ini. Sementara itu, Dekan FT, Husain Syam mengatakan program ini bertu-
juan mengantisipasi “teriakan” SMK yang kekurangan guru. Menurutnya, saat ini banyak sekolah kejuruan yang masih minim gurunya. “Ada baiknya kita merekrut mahasiswa semester akhir dan alumni untuk bisa mengajar di SMK yang membutuhkan tenaga pendidik,” tegas mantan Ketua Jurusan Teknik Mesin ini. Lanjut Husain, peserta nantinya akan mengabdi selama lima sampai enam bulan di sekolah dan diberi biaya hidup tiap bulannya di luar gaji yang akan mereka dapatkan. Selain itu, mereka juga mendapatkan sertifikat. Persyaratannya sangat mudah yakni mahasiswa S1 semester akhir dengan IPK minimal 2,75, alumni tahun 1 tahun lalu (2011-2012), mengisi formulir yang tersedia dan paling penting membuat surat pernyataan untuk tidak meninggalkan lokasi selama dalam proses mengajar. (Nja)
Tahun 2012, Supersemar Dihapuskan KABAR yang kurang baik bagi mahasiswa penerima beasiswa Supersemar. Pasalnya, untuk tahun ini Univesitas Negeri Makassar (UNM) tidak lagi memiliki jatah untuk menerima beasiswa yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang berprestasi di bidang akademik ini. Hal ini dibenarkan Baliana, selaku Kepala Sub Bagian (Kasubag) Kemahasiswaan. Menurutnya, beasiswa ini sudah dipastikan tidak ada tahun 2012 dengan melihat kondisi yang ada saat ini. “Tidak ada, karena sudah akhir tahun 2012 tapi belum juga ada kabar. Padahal kan tahun lalu, bulan Agustus sudah cair dananya,” terangnya. Hanya saja, mahasiswa tidak perlu berkecil hati. Sebab, menurut pengakuan Baliana di UNM masih banyak beasiswa yang bisa diperoleh mahasiswa. Diantaranya, beasiswa PPA, BBM, Toyota, dan Bidik Misi. Asisten Pembantu Rektor III, Pangeran, membenarkan hal itu. Dosen Fakultas Seni dan Desain (FSD) ini mengatakan, setiap tahunnya maha-
siswa yang memenuhi syarat untuk menerima beasiswa dapat mengajukan dirinya untuk mendapatkan beasiswa. “ Minimal IPKnya 2,75 dan mendapat surat rekomendasi dari Pembantu Dekan III setelah itu berkasnya akan diseleksi,” ungkapnya. Pangeran menambahkan bahwa saat ini pihak universitas berusaha untuk menjalin kerjasama dengan Pemerintah Provinsi untuk memberi untuk memberikan beasiswa kepada mahasiswa UNM. “Saat ini kami menunggu jawaban dari Pemprov terkait pemberian beasiswa untuk mahasiswa UNM,” tambah Pangeran. Namun, salah satu mahasiswa yang enggan disebutkan namanya menyesali sikap dari pihak universitas maupun dari fakultas dikarenakan kurangnya informasi terkait beasiswa yang diberikan. “ Kurang sekali info yang diberikan kalau ada beasiswa, itu juga kalau ada mau mi habis waktu pendaftarannya baru ditahu,” Sesal mahasiswa eksponen 2010 tersebut. (Ugi) Urai data, ungkap fakta, saji berita
12 12
www.profesi-unm.org
Iklan
Tabloid MahasiswaUNM UNM Tabloid Mahasiswa Profesi Profesi Edisi Edisi 162 162 Oktober TahunXXXVI XXXVI 2012 Oktober Tahun 2012
259,334
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Profesi FM - 107.9 MHz
Lensa Orange
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
13
www.profesi-unm.org
UNM Dalam Balutan Warna
S
ejumlah peristiwa yang mewarnai perjalanan UNM dalam satu bulan terakhir. Mulai dari peristiwa yang mengangkat citra sampai yang merusak eksistensi UNM. Dalam bidikan lensa, potret kampus pencetak tenaga pendidik ini mengalami pasang surut. Sivitas Akademika UNM semestinya berbenah, ribuan pasang mata mulai menyoroti perjalanan kampus oranye ini ke depan. Apakah dia benar-benar pencetak aktor intelektual ataukah hanya mampu melahirkan si jagoan dalam arena laga. Benarkah UNM sedang terseok-seok untuk menghapus stigma negatif yang disandangnya saat ini melalui kegiatan yang mencitrakan diri.Misalnya dengan menghadirkan sejumlah tokoh-tokoh nasional dan melakukan kegiatan yang tak hanya melibatkan masyarakat UNM.
Penari dan Gendang (Makassar Art Moment)
3 Nopember 2012
Pemberian Cindera Mata
11 Oktober 2012
Di Tengah Bentrok FSD Vs FT
21 Oktober 2012
Kuliah Umum Bersama Dahlan Iskan
26 Oktober 2012
Penyembelihan Qurban
Foto-foto oleh Rizki Army Pratama 12 Oktober 2012
Dialog bersama Mendikbud dan Dirjen Dikti Profesi FM - 107.9 MHz
Urai data, ungkap fakta, saji berita
14
Opini www.profesi-unm.org
Prof. Dr. Andi Agustang., M,Si. (Guru Besar Sosiologi FIS UNM)
U
ntuk kali kesekian, mahasiswa dari dua fakultas bertetangga di kampus Parangtambung UNM terlibat konflik. Prilaku saling menyalahkan muncul dari kita yang juga adalah bagian dari nafas UNM, ada menganggap dilakukan pembiaran (Cermati Fajar Jumat, 12 Oktober 2012 | 01:26:06 WITA | 911 HITS) dan adapula yang beranggapan bahwa perhatian pimpinan hanya berfokus pada pembangunan fisik (Baca Fajar Sabtu, 13 Oktober 2012 | 19:44:40 WITA | 1066 HITS). Menurutku anggapan tersebut terlalu subjektif dan tidak holistic. Realitas hari ini adalah merupakan hasil dari sebuah proses yang panjang. Kalau kita menyepakati bahwa Pendidikan merupakan hal fundamental untuk membangun bangsa dan melalui pendidikan terjadi suatu proses transformasi nilai, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, maka sesungguhnya potret mahasiswa yang terlibat konflik itu adalah merupakan hasil dari sebuah proses pendidikan dimana itu merupakan bagian tanggungjawab kita semua artinya “kita semualah yang salah” karena implementasi sistem pendidikan nasional yang dilakukan di Indonesia pada setiap level kualifikasi mencakup proses yang me-
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
Mencermati Konflik Mahasiswa dan Alternatif Solusinya numbuhkembangkan afeksi diantaranya adalah memiliki moral, etika, dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas. dan seterusnya inilah yang tidak terlaksana dengan baik (baca dengan seksama penjelasan standar KKNI). Pertanyaan kritis yang perlu kita ajukan adalah mengapa transformasi sosial yang kita harapkan dalam proses pendidikan dan merupakan tanggung jawab kita ini diwarnai ketidak teraturan (konflik)? Yang ingin saya sampaikan disini adalah, kekacauan besar pada tatanan sosial kemahasiswaan bisa semakin besar pada masa datang manakala kita hanya saling menuding tanpa menjadikan fenomena ini sebagai suatu yang perlu kita gelisahkan dan mencari tau jawaban serta mencarikan solusi terbaik. Dari sudut pandang sosiologis mengenai dua fakultas bertetangga di kampus Parangtambung UNM sering kali terlibat konflik dapat diketahui melalui dua pendekatan yaitu pendekatan individual dianalisis dalam perspektif defenisi sosial dan dalam perspektif prilaku sosial sedangkan pendekatan ke dua adalah pendekatan sistem dianalisa dalam perspektif fakta sosial. Dalam pendekatan individual sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah. Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem sebagai sumber
masalah. Berdasarkan pencermatan dilakukan diperoleh hasil bahwa ternyata ada hubungan negatif antara konflik mahasiswa dengan keberfungsian sistem akademik. Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sistem akademik dalam sebuah kampus dalam melaksanakan proses pendidikan maka akan semakin rendah tingkat kebrutalan mahasiswa (hasil pendekatan sistem). Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak terarah juga merupakan salah satu sebab bagi mahasiswa untuk melakukan tindakan brutal. Disinilah pentingnya pelaksanaan secara konsisten sistim kredit semester dalam proses pembelajaran agar waktu luang tidak terarah bisa tertepis. Misalnya bagi mahasiswa yang memprogramkan 21 SKS maka idealnya mahasiswa mempunyai kewajiban waktu belajar yakni 21 x 45 menit bentuk tatap muka dalam kelas ditambah 21 x 45 menit pangkat 2 di luar kelas perminggu. Dari jumlah total waktu yang harus di manfaatkan oleh mahasiswa dalam belajar perminggu bagi yang memprogramkan 21 SKS adalah 21 x 45 menit = 945 menit (+) 21 x 45 menit = 945 menit pangkat 2 = 1.890 menit = 2.835 menit atau 47. 25 jam perminggu atau 7,9 jam per hari kerja. Dengan jumlah waktu 24 jam perhari dikurangi dengan jumlah kewajiban mahasiswa untuk belajar setiap hari : 24 - 7,9 maka waktu yang tersisa = 16.1 jam. Dari jumlah waktu yang tersisa diluar waktu belajar perhari dikurangi den-
gan waktu tidur (6,5 jam dan 7,5 jam) maka yang tinggal antara 8,6 -- 9,6 perhari. Antara 8,6 -- 9,6 inilah yang terbagi untuk makan, mandi kegiatan social lainnya dan juga untuk bersantai. Dengan perhitungan tersebut maka secara otomatis mengurangi rentang waktu luang yang tidak terarah sebagai salah satu penyebab mahasiswa melakukan tindakan brutal. Disinilah perlunya dosen konsisten melaksanakan pembelajaran sistim kredit semester dengan tepat melalui strategi-strategi agar waktu belajar yang diwajibkan diluar tatap muka betul betul dimanfaatkan oleh mahasiswa. Penerapan strategi ini dapat mengantar dosen melakukan evaluasi secara bertahap yang selama ini dilakukan di ujung semester, juga sekaligus dapat menumbuhkembangkan afeksi sebagaimana yang diharapkan dalam implementasi sistim pendidikan nasional akhirnya penilaian terhadap sukses belajar itu bukan hanya kepada otak tapi juga pada watak. Dengan pendekatan individual sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma kemahasiswaan yang dalam kondisi semakin melemah. Norma norma kemahasiswaan yang semakin melemah ini tidak mampu menciptakan tata hubungan sehingga tidak dapat menciptakan suasana yang harmonis. Norma dapat dipandang sebagai suatu standar atau skala yang terdiri
dari berbagai kategori perilaku yang berisikan suatu keharusan, larangan ataupun kebolehan. norma itu dielaborasikan dalam interaksi sosial kemahasiswaan. Interaksi sosial kemahasiswaan tidak saja berkorelasi dengan norma kemahasiswaan sebagai korelasi searah, tetapi melalui nilai-nilai interaksi sosial kemahasiwaan itu mewujudkan normanorma kemahasiswaan. Nilai-nilai merupakan ukuran terhadap sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk, sesuatu yang pantas dan hal-hal yang tidak pantas, inilah yang melemah. Disinilah pentingnya pendidikan karakter melalui kampus bagi para mahasiswa, yang tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tatapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya sehingga dituntut dosen untuk mengaktualisasikan tidak hanya kompetensi professional akan teapi juga kompetensi pedagogiknya. Pemberian penghargaan (prizing) kepada yang berprestasi, dan hukuman kepada yang melanggar, menumbuhsuburkan (cherising) nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discowaging) berlakunya nilai-nilai yang buruk. Selanjutnya menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (characterbase education) dengan menerapkan ke dalam setiap mata kuliah yang ada di samping mata kuliah khusus untuk mendidik karakter, seperti; pelajaran Agama, Sejarah, Moral dan sebagainya. (*)
Berpikirlah dengan Perasaaan dan Berasalah dengan Pikiran!
Afdal Kusumanegara (Mahasiswa FBS) “INGATLAH bahwa dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”. Muhammad saw. “Tampaknya hanya ada sebuah jalan sempit yang kita tempuh dengan selamat untuk mencapai tujuan akhir perjalanan kita, dengan akal pikiran sebagai penuntun”. Socrates Hati merupakan organ metabolik terpenting dan terbesar dalam tubuh. Dengan berbobot sekitar 2 kg, ia dipandang sebagai pabrik utama biokimia dalam jasad manusia. Selain melancarkan pencernaan dan mendetoksifikasi senyawa asing, hati juga mengeluarkan bakteri dan sel darah merah tua dari dalam tubuh. Hati mampu menyingkirkan racun dari darah. Zat makanan yang diserap melalui usus hampir semuanya diproses dalam hati, ada yang dihasilkan berupa vitamin, ada juga yang berbentuk kolesterol, protein hingga zat pembeku darah. Tanpa hati, tubuh manusia tak bisa menjalankan fungsi-fungsinya dengan sempurna. Sejalan dengan itu, dalam pengetahuan konvensional, kata ‘hati’ tidak hanya diartikan dari segi fisik, namun juga dari segi nonfisik (batin manusia). Dalam artian, hati merupakan tempat menyimpan segala perasaan dan pengertian yang dialami manusia. Hati adalah sumber energi dan rasa, mengaktifkan nilainilai kemanusiaan yang terdalam, dan mampu Urai data, ungkap fakta, saji berita
mengetahui hal mana yang tidak boleh atau tidak dapat diketahui dan dijangkau oleh pikiran. Sedangkan pikiran diproduksi dari dalam otak. Otak sendiri merupakan organ yang terdiri dari 100 juta sel saraf. Ukuran otak hanya sekitar 2% dari keseluruhan berat manusia, tapi sebagian besar gerakan dan fungsi tubuh manusia dikontrol oleh gumpalan daging yang bernama otak ini, seperti detak jantung dan tekanan darah. Otaklah yang mengendalikan pengaturan badan & pemikiran manusia. Dari pemikiran manusia ini, terbentuk respon mental yang senantiasa menciptakan tindakan dan kegiatan manusia.
Konsep dan Praksis Pendidikan; Tinjauan Histori
Peradaban merupakan penemuan manusia yang berlangsung dari abad ke abad, baik dari segi fisik, batin, penggunaan alam, teknologi, dan lainnya, kesemuanya melalui sebuah proses. Proses itulah disebut dengan pendidikan. Pendidikan ini yang memberikan pengetahuan, baik positif maupun negatif dan membentuk manusia menjadi manusia seutuhnya untuk memahami idealitas dan mengaplikasikannya pada realitas sosial, politik, budaya, dll. Pendidikan kemudian harus dipahami sebagai proses memanusiakan manusia (humanisasi). Berangkat dari konsep Freire, bahwa manusia adalah incomplete and unfinished beings. Maka manusia adalah makhluk yang punya kapasitas sendiri untuk berkembang dan memenuhi dirinya, serta dipandang sebagai subjek yang otonom. Dengan demikian, dalam pendidikan, manusia dalam hal ini pelajar maupun pendidik, keduanya adalah subjek. Tidak ada istilah objek, yang hanya bisa menerima pengetahuan. Ketika keduanya adalah subjek, maka masing-masing bisa
menghasilkan dan mengkritisi pengetahuan. Dengan melihat realitas proses pembelajaran sekarang pada umumnya, baik di sekolah-sekolah maupun di institusi pendidikan tinggi, realita subjek-objek masih menjadi arah yang dijalani. Akibatnya, peserta didik yang hanya menjadi objek, hanya akan mampu menerima dan menerima. Sebaliknya, pengajar sebagai subjek tunggal, hanya akan menyampaikan pengetahuan apa adanya, serta cenderung memaksakan kehendak dalam proses pembelajaran, dalam artian menindas. Sehingga, tak heran jika hasil didikan juga pintar menindas sesamanya, maupun dirinya sendiri. Apatah lagi ketika kekuasaan diperkenalkan pada mereka, dimana kegiatan menindasnya punya tempat yang aman dan strategis. Sangat disayangkan pula pendidikan di Negara dari segi sistem. Seperti yang terlihat pada kurikulum-kurikulum yang secara bergantian telah diterapkan. Mata pelajaran yang berorientasi pada pengetahuan moral seperti agama dan kewarganegaraan, hanya mendapat porsi sekitar 10% dari keseluruhan mata pelajaran. Sangat tidak seimbang, dan ini berakibat pada hasil didikan yang tidak matang dalam bersikap dan bertindak. Padahal, dengan adanya pengetahuan moral, peserta didik diharapkan tidak hanya cerdas pada intelegensi yang mengandalkan pikiran, tapi juga cerdas pada moral yang mengandalkan perasaan. Hal yang sama juga terjadi di institusi pendidikan tinggi, kemampuan mahasiswa hanya diorientasikan melalui materi kuliah, tanpa memberikan tempat yang luas pada jalur ekstrakurikuler sebagai tempat menempa pribadi mahasiswa. Sehingga, sarjana-sarjana yang dihasilkan hanya bersifat materialistik dan tidak lagi peka terhadap konteks sosialnya.
Kombinasi Hati dan Pikiran
Karena adanya perasaan yang dimiliki manusia, bukan cuma difungsikan untuk mencinta sang pujaan. Tapi lebih dalam, bisa melihat apa yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran. Sebaliknya, karena adanya pikiran yang dimiliki manusia, bukan cuma difungsikan untuk memenuhi kebutuhan hidup semata dengan kompetisi dan kompetensi yang dimiliki, tapi lebih jauh, bisa memahami realita orang-orang yang tertindas, orang-orang yang memiliki hak yang sama dengan mereka. Seperti fungsi otak yang mampu mengendalikan tindakan manusia dan fungsi hati yang bisa menyingkirkan racun dari darah. Mengombinasikan hati dan pikiran ini sangat penting. Memberikan peluang kepada perasaan dan pikiran berjalan sejajar dan bukan menuruti salah satunya. Demi menciptakan equilibrium human of minds and feelings dalam bersikap dan bertindak pada konteks vertikal maupun horizontal, dan menghindari terbentuknya manusia yang full seculer dan over fanatic. Untuk itu, konsep dan praksis pendidikan pun harus dipahami dan dijalankan dengan baik. Masihkah hati dan pikiran kita seimbang?! Jika iya, mengapa tidak dipergunakan sebagaimana mestinya untuk kelangsungan hidup manusia yang lebih manusiawi?! Seyogianya segala sesuatu yang dipikirkan manusia harus dibarengi dengan perasaannya. Sebaliknya ketika manusia merasakan sesuatu, harus pula disertai dengan pikiran yang matang. Itu semua agar perjalanan kehidupan manusia tetap seimbang, walaupun kondisi dan tantangan senantiasa mempengaruhi pikiran dan perasaan manusia itu sendiri. Maka, berpikirlah dengan perasaan dan berasalah dengan pikiran! (*) Profesi FM - 107.9 MHz
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
Keplet Kepeleset
BAK anak tiri dalam keluarga, mungkin seperti itulah anekdok untuk Program Studi (Prodi) Pendidikan Kepelatihan (Keplet) Olahraga. Isu tentang adanya pencabutan status kepelatihan dari pendidikan menjadi non-pendidikan bakal terwujud juga. Namun, anehnya kata Pendidikan masih saja melekat dibelakang jurusan ini. Alhasil, meski tidak berstatus pendidikan namun gelar mahasiswa keplet nantinya tetap S.Pd. Hal ini juga didukung dengan tidak adanya kuota yang disediakan untuk alumni jurusan ini pada program Sarjana Mengajar di Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (SM3T) jilid II ini. Padahal, saat ini untuk menjadi PNS calon guru harus mengikuti program ini. Belum lagi, adanya surat edaran yang berisikan tentang pelarangan bagi alumninya untuk mengikuti SM-3T yang merupakan intruksi dari Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti). Keputusan tersebut sontak saja membuat sejumlah sivitas prodi ini kalang kabut. Sejumlah spekulasi pun mun-
cul dengan adanya kebijakan tersebut. Sebut saja Fanir (Samaran), ia salah satu mahasiswa yang saat ini bergelut di prodi tersebut. Menurutnya, jika ini benar terjadi maka ini adalah bentuk penipuan. Pasalnya, diawal masuk kuliah ia menilai jurusan ini akan sama dengan Jurusan Pendidikan Jasmani, kesehatan dan rekreasi (penjaskesrek) yang berorientasi jadi tenaga pengajar di sekolah nantinya. “Kan keplet pendidikan juga, kenapa mesti dibatasi. Saya pikir ini ada adalah bentuk diskriminasi terhadap jurusan kami, saya yakin ada orang dalam yang bermain untuk mengebiri kami,” ujarnya. Ironinya, Pembantu Rektor I, Sofyan INT. Salam mengaku tak bisa berbuat apa-apa. Alasannya, keputusan ini dinilai sudah mutlak sebab langsung dari perintah Dikti. “Itu adalah kebijakan Dikti dan berlaku di seluruh Indonesia, tak hanya UNM, jadi kita tidak bisa berbuat apa-apa, kita hanya bisa menerima,” ujarnya saat dialog dengan mahasiswa keplet di ruang senat Rektorat UNM. Bahkan, tindakan lucu dan dinilai tidak masuk akal juga sempat ditawarkan dosen Seni Rupa ini. Ia malah menyarankan agar mahasiswa kepelatihan kuliah lagi. Dengan artian mengambil S1 untuk kedua kalinya. Jadi jika ini benar dilakukan nantinya, mahasiswa tersebut akan meraih titel yang sama. “Kalau ingin menjadi guru PNS, silahkan ambil S1 kedua, jadi nanti gelar kalian S.Pd, S.Pd.,” pinta Guru Besar FSD ini. Sementara itu, Dekan FIK, Arifuddin Usman, membenarkan perihal itu. Menurutnya, di sekolah manapun tak ada guru dari alumni keplet. “Kan di sekolah-sekolah itu yang ada hanyalah guru Penjas, bukan guru kepelatihan,” terangnya. (Riz)
ICP Tak Bertaraf Bertaraf Internasional
SEKILAS mendengar namanya, tak ayal jika banyak calon mahasiswa yang mengidam-idamkan program bergengsi ini. Bahkan tak tanggungtanggung setiap mahasiswa ICP bersedia mengucurkan biaya sebesar 2,2 juta rupiah per semesternya. Sayangnya, ICP yang berada di bawah naungan FMIPA ini tak seindah nama yang dimilikinya. Sejumlah mahasiswa merasa tertipu dengan kelas khusus yang notabene bertaraf internasional ini. Seolah ingin mengikuti tuntutan zaman, prodi yang terbentuk sejak tahun 2007 ini dibentuk sebagai salah satu program andalan di kampus eks Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP), sementara Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana prasarananya belum memadai. Salah satu mahasiswa ICP, Sudirman, mengatakan lahirnya ICP cenderung dipaksakan. “ICP bagai embrio yang tak diinginkan kelahirannya di FMIPA,” tegasnya. Sudirman mengatakan sejak awal dibukanya ICP hingga sekarang tidak ada perubahan yang signifikan. “Tidak ada yang bagus di ICP, tidak ada keistimewaan yang dimilikinya. Dari dulu sampai sekarang tidak ada yang berubah. Semuanya buruk, baik dari segi tenaga pendidiknya, fasilitas, dan pelayanannya,” tukas mahasiswa yang akrab disapa Sudi ini. “Menurut saya yang paling parah itu adalah segi pelayanannya, kalau di jurusan ruang pegawainya itu sudah buka jam 8 pagi. Sementara di ICP itu bukanya siang hari. Urus Kartu Rencana Studi (KRS) dipersulit, urus transkrip nilai juga sangat lama sekali, dan masih banyak masalah-masalah yang tak bisa disebutkan satu persatu,” Profesi FM - 107.9 MHz
keluh mahasiswa eksponen 09 ini. Sudi yang juga selaku ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) FMIPA ini mengaku pernah mengadakan dialog kelembagaan dengan pihak fakultas menyoal kasus tersebut. Pihak fakultas pun berjanji akan menyelesaikan persoalan tersebut. Namun, janji hanya sekadar janji, hingga kini tidak ada realisasi dari apa yang dijanjikan oleh pihak fakultas terkait ICP. Senada, Taufik, yang juga mahasiswa ICP mengeluhkan hal yang sama. “Katanya, ICP mempunyai 3 tenaga pendidik yang berasal dari luar negeri, nyatanya cuma satu orang, kemudian pegawai ICP yang jumlahnya hanya 2
orang dan itu pun mereka datangnya selalu jam 11, ditambah lagi hampir tenaga pendidik yang mengajar di ICP menggunakan bahasa Indonesia terus selama perkuliahan,” ujarnya.“Katanya International Class, tapi nyatanya tidak seperti itu,” tutup Taufik. Menanggapi hal itu, Muharram, selaku Pembantu Dekan Akademik (PD1) FMIPA memandang apa yang telah dikerjakan oleh pihak ICP telah maksimal. “Sejauh ini saya memandangnya sudah bagus. Namanya saja manusia ya punya tingkatan kepuasan yang berbeda-beda. Orang yang tidak puas itu yang mengeluh. Dan memang ini semua kan butuh proses,” kunci dosen ICP ini. (Sus)
Profesiana
15
www.profesi-unm.org
Kok Prodiku Begitu.. MUNGKIN kalau salah tulis alamat itu hal biasa. Namun, bagaimana jadinya kalau malah salah tulis nama. Hal inilah yang menimpa sejumlah mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Administrasi Perkantoran, ijazah yang semestinya sudah ditangan, malah ditarik kembali lantaran pada ijazah tersebut tertulis prodi Administrasi Perkantoran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu. Artinya, prodi sama saja dengan jurusan IPS Terpadu. Sebut saja Ira, alumni prodi ini mengaku kecewa dengan ketidakjelian pihak yang menangani ijazahnya. Kekecewaannya pun bertambah saat dia mengetahui, lulusan Administrasi Perkantoran tidak bisa mendaftar di program pemerintah Sarjana Mengajar di daerah Tertinggal, Terluar, dan Terpencil (SM-3T). “Pas saya mau mendaftar SM3T, tidak ada nama prodi ku tertera, jadi error pendaftarannya,” akunya. Lanjut Ira, polemik yang menimpa prodinya saat ini, disebabkan adanya proses pemindahan prodinya yang semula berada di bawah naungan Fakultas Ekomomi (FE) lalu beralih ke Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Tak hanya Ira, Nawar (samaran) juga mengaku hingga saat ini mengaku kecewa berat dengan posisi prodinya yang masuk di FIS. Menurutnya, berdasarkan pengalaman studi banding yang telah dilakukan, ternyata hanya prodi ini yang menjadi bagian dari FIS. “Dari 18 LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, red) cuma UNM ji yang prodi Administrasi perkantorannnya bukan di bawah naungan fakultas ekonomi,”paparnya. Menanggapi hal itu Ketua Prodi Administrasi Perkantoran, Hafid,membenarkan perihal kesalahan pada penulisan nama prodi tersebut. Menurutnya kesalahan itu terjadi lantaran pembuat ijazah takut dalam menentukan nama prodi. “Ada kemungkinan pembuat ijazah tidak berani berani membuat ijazah karena pada saat itu perkantoran sedang ada masalah,” tuturnya. Hafid juga berpendapat bahwa ketidaklulusan mahasiswa angkatan 2008 dalam mengikuti SM3T dikarenakan adanya beberapa faktor penilaian yang tidak dipenuhi. “Kebetulan itu yang angkatan 2008 tidak lulus, jadi mereka merasa kalau ketidaklulusan mereka karena ijazah, padahal tidak begitu,”paparnya. Lanjut Hafid,mengenai perpindahan Prodinya Ke FIS itu berdasarkan rapat senat yang berlangsung pada tahun 2007 ketika FE terbentuk. “Jadi saat Fakultas Ekonomi terbentuk hasil keputusan rapat senat saat itu Prodi Administrasi Perkantoran dipindahkan ke Fakultas Ilmu Sosial,”tuturnya. Namun hal lain terjadi saat prodi administrasi perkantoran akan mengeluarkan ijazah, “Terjadi kebingungan ketika terdapat mahasiswa yang hendak lulus, berhubung Administrasi Perkantoran merupakan prodi baru di FIS maka terjadi passing out, mahasiswa yang hendak lulus dikembalikan lagi ke Fakultas Ekonomi,”paparnya. Hal itu terjadi karena ketidakmungkinan prodi yang baru terbentuk memiliki mahasiswa yang akan wisuda. “Tidak mungkin prodi kami yang baru, sudah mengeluarkan ijazah,”ungkapnya. Selaku ketua prodi, Hafid, mengharapkan mahasiswa tidak perlu khawatir terhadap ijazah yang akan mereka dapatkan, hal ini karena prodi Administrasi Perkantoran telah memiliki akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). “Masalah perkantoran telah diselesaikan, mahasiswa tidak perlu khawatir lagi,” pintanya. (Rap)
Sopir Minta Uang Makan BERPENGHASILAN jutaan rupiah, untuk tetap bertahan hidup dengan membiayai keluarga mungkin tidaklah susah. Tapi, apa jadinya jika kebutuhan pokok yang sudah serba mahal, namun penghasilan yang masih ratusan ribu, tentu sangat sulit untuk dijalani. Nasib ya nasib, sejumlah supir bus Universitas Negeri Makassar (UNM), yang selama ini mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan sivitas akademika UNM, mulai dari kepentingan mahasiswa, dosen, pegawai, dan tak jarang untuk kepentingan di luar kampus. Supir yang tidak pernah mengenal lelah, sehingga tak heran, kalau kendaraan bus milik universitas pencetak guru ini masih saja beroprasi pada jam-jam tengah malam, yang bukan lagi jam kerja. Menjadi supir yang hanya berpenghasilan 750.000 dan status honor yang masih disandang beberapa supir bus UNM ini, sehingga wajar saja kalau para supir bus
ini masih terkadang meminta “upeti” dari mahasiswa. Begitulah nasib sebagian besar supir UNM. Sebut saja Mamat (samaran), salah satu supir bus UNM yang sampai sekarang ini belum tercatat sebagai pegawai negeri sipil (PNS), padahal menurut Mamat dirinya mengabdi di UNM ini sudah hampir sepuluh tahun. Namun, satu kesukuran menurut Mamat dirinya sudah di masukkan dalam “daftar tunggu,” untuk menjadi seorang PNS. Belum lagi kebijakan birokrat yang selama ini berlaku, yang tidak berpihak terhadap mahasiswa. “Masa kita punya mobil, kita lagi bayar ki,” kata Amrin salah satu mahasiswa yang sangat kecewa dengan kebijakan yang berlaku di Universitas ini. Menurut kepala bagian rumah tangga UNM, Wasis, dalam penggunaan bus, bila ingin digunakan untuk kepentingan mahasiswa, sejumlah biaya-biaya mesti
ditanggung oleh mahasiswa. “Penggunaan bus disini kalau dari fakultas mereka harus bayar bahan bakar dan menanggung ongkos capek sopir, kalau untuk kepentingan lembaga kemahasiswaan tingkat universitas mereka bayar seperdua,” papar Wasis, sewaktu ditemui diruangan kerjanya. Ia juga menambahkan bahwa kebijakan ini intruksi dari atasannya, dan ini menurutnya sudah lama berlaku. Tak jauh beda, nasib sopir pimpinan juga demikian, kadang mereka harus kerja hingga larut malam, menunggu sang ‘majikan’. Namun miris, mereka tidak pernah diberi gaji lembur. “Kadang saya menunggu sampai larut malam, sementara dalam aturan tidak ada gaji tambahan jika kami kerja hingga larut malam,” ungkap salah satu sopir pimpinan yang enggan di sebutkan namanya. “Harapan kami, mudah-mudahan akan di buat aturan mengenai tamabahan honor jika kami kerja lembur,” tutupnya.(Ham) Urai data, ungkap fakta, saji berita
16 16
Persona
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 162 Oktober Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
Manfaatkan Waktu Tidur Untuk Belajar MEMBACA adalah jendela dunia. Hal ini dibuktikan oleh salah seorang dosen Jurusan Fisika Fakultas MIPA UNM, Subaer Junaedi. Ia mulai menjelajahi dunia-dunia luar karena kecintaannya pada buku-buku tebal untuk dijadikan bahan bacaan. Kecintaannya pada dunia membaca membuat Ia mampu menguasai bidang ilmu yang digelutinya lebih cepat dibanding dengan teman sebayanya kala Ia duduk di bangku perkuliahan, dan tak heran jika Ia diangkat sebagai ketua UPT Perpustakaan UNM. Pria asal Bone ini menghabiskan masa kecilnya dengan segudang prestasi. Walaupun sempat terkendala di 2 Tahun awal mulanya bersekolah di bangku kelas 1 dan 2 SD. Kala itu tak dapat membaca dan menulis, sampai guru yang mengajarinya dibuat sangat khawatir akan masa depannya yang buram melihat nilai rapor yang diperolehnya tak ada yang lolos dari warna merah. Kondisi ini terasa mengekang di dirinya, sehingga Ia mencoba untuk mulai jatuh cinta dan melatih sendiri kemampuan yang dimilikinya. Ia memulai belajar membaca dan menulis dengan memperhatikan gerakan-gerakan tangan gurunya saat menulis di papan tulis. Selain itu Ia selalu merasa tertantang untuk membaca bukubuku tebal yang biasa menghabiskan waktunya hingga pukul satu dini hari. Alhasil ia pun dinobatkan sebagai juara kelas sejak kelas 3 SD sampai Ia lulus SMA. Tak hanya itu, sewaktu duduk di bangku SMP, Ia mampu menjadi juara pada lomba gambar internasional anak. Namun bakat yang dimilikinya itu terpendam karena rentetan pekerjaan yang mesti Ia lakukan sementara proses penciptaan gambar yang baik membutuhkan konsentrasi yang tinggi. “Waktu sekolah S2 di Australia saya sempat membuat gambar yang dijadikan plakat dan dibubuhi tanda tangan oleh teman-teman disana,” ujar pria kelahiran Pamala, Sulawesi Tenggara ini. Ia pun sempat diundang ke Bogor di Sekolah menengah Pertanian, setelah lulus dari SMP dan merupakan sekolah tunggal yang mendapatkan undangan tersebut. Namun restu orang tua menghalangnya untuk memenuhi undangan tersebut. Profesinya sebagai seorang dosen bukanlah cita-cita
Urai data, ungkap fakta, saji berita
utamanya saat kuliah di jurusan fisika. Ia hanya bercita-cita untuk dapat menguasai fisika dengan baik. Ia pun memilih jurusan fisika atas saran dari guru SMA-nya kala itu melihat nilai fisika yang diperolehnya selalu lebih tinggi dari nilai mata pelajaran lainnya. Saat aktif di bangku kuliah, Ia pun tidak menyia-nyiakan waktunya untuk aktif di berbagai organisasi kampus. Salah satu organisasi yang pernah dijabatnya sebagai ketua adalah HMJ Fisika. Saat menduduki posisi strategis tersebut, Ia berhasil membawa rekan-rekan semahasiswanya sebanyak 30 orang untuk study banding ke pulau Jawa dan diterima di hampir selua IKIP yang ada di Jawa. “Itu adalah study banding yang pertama dan terakhir sampai saat ini, yang dilakukan oleh HMJ Fisika,” terang lelaki yang juga pernah bekerja di konsultasn mozaik USAID sebagai mitra UNM di tahun 2006-2011. Menuntut Ilmu di negeri kanguru, adalah impiannya saat menjadi seorang dosen yang saat itu diharuskan untuk melanjutkan sekolah S2. Saat mendapatkan kesempatan mengikuti tes kuliah S2 di Australia, hal itu tidak disia-siakannya. Ia adalah satu-satunya dosen dari IKIP yang lulus sampai di titik akhir penyeleksian. Pasca S2 Ia mengikuti tes peneliti di Belanda dan dinyatakan lulus. Namun tidak lama Ia di Belanda, dirinya harus kembali ke Australia atas permintaan supervisor dan melanjutkan kuliahnya disana. Penelitian Geopolymer yang masih dikembangkannya saat ini yang merupakan kelanjutannya dari Data Diri penelitian saat S3, hal ini membawanya menjadi peneliti terbaik UNM pada Dies natalis ke-50 UNM. Nama : Drs. Subaer., M.Phil., Ph.D. Bukan hanya itu, penelitian geopolimer yang dikembangkannya ini dinobatkan sebagai penelitian TTL : Pomalaa, 14 April 1964 terinovatif 104 se-Indonesia tahun 2012. Jabatan : Penata / Lektor Kesuksesan yang diraihnya ini tidak terjadi begitu Riwayat Pendidikan: saja. Dosen Fisika ini selalu menekankan kepada mahasiswanya bahwa kurangi jam tidur untuk menjadi suk• Sarjana di IKIP Ujung Pandang (1988) • Magister di Murdoch University, Perth Australia (1995) ses. Sampai saat ini, Ia tetap mempertahankan kebiasaan semasa kecilnya yang menggunakan waktu tidur hanya • Doktor di Curtin University of Technology, Perth Astralia tiga sampai lima jam per hari. Selebihnya digunakan (2005) untuk beribadah dan hal positif lainnya. (Tar)
Profesi FM - 107.9 MHz