Tabloid Profesi Edisi 233

Page 1

1 Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

www.profesi-unm.com

www.profesi-unm.com

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 233 Mei XLIII 2019 UraiTahun data, ungkap fakta, saji berita


2 PERSEPSI www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

EDITORIAL

Menjadi Pemimpin Perlu Mendengar

GENDANG pemilihan rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) sebentar lagi akan ditabuh, meski belum banyak nama yang mencuat dan menyatakan dirinya siap untuk mau dan bertarung merebutkan kursi nomor satu di kampus pencetak guru terbesar di Indonesia Timur ini. Sejauh ini hanya Hamzah Upu nama lawas yang me-

nyatakan dirinya siap untuk maju di pemilihan rektor 2020 mendatang. Peluang Husain Syam untuk terpilih pada periode selanjutnya memang terbuka lebar. Pasalnya, nama-nama besar yang digadanggadang akan menjadi lawan kuat dan mengganjal superioritas Husain, terkesan takut dan memutuskan mundur sejak awal. Sebagiannya lagi lebih memilih menjadi tim sukses ketimbang melawan mantan Dekan Fakultas Teknik tersebut. Segudang prestasi memang hadir di masa jabatan Guru Besar Fakultas Teknik ini. Tercatat, akreditasi A serta berubahnya status UNM menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Ini tentunya bisa menjadi modal awalnya untuk meraih suara senat dan menteri. Meski begitu, perjalanan Husain dalam memimpin di awal masa jabatannya tidak bisa dibilang mulus-mulus saja. Banyaknya kebijakan kontroversial yang pernah ia keluarkan tentunya mendapatkan penolakan keras dari mahasiswa. Sebut saja, subsidi 50 persen anak dosen, pelarangan organisasi bagi mahasiswa baru, dan yang baru-

surat dari pembaca Apa yang anda tanyakan?

baru ini berbayarnya Kuliah Kerja Nyata (KKN). Dalam mengambil kebijakan, Husain memang kerap tak berpihak kepada mahasiswa. Sikapnya yang terkesan otoriter dan dikenal sebagai pemimpin yang tidak dekat mahasiswa. Juga menjadi alasan bu-

ruknya citra Husain di mata mahasiswa. Tidak diragukan lagi, bahwa pemimpin yang hanya bila berbicara, dan tidak atau jarang mendengar, maka dipastikan ia akan gagal dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Karena pemimpin yang mau mendengar, pasti akan sangat dihormati dan dikagumi oleh bawahannya, atau mahasiswa yang dipimpinnya, oleh sebab kerendahan hati yang dimiliki dengan kesediaannya untuk menjadi pendengar yang baik. Pandangan mahasiswa terhadap Husain memang sudah terlanjur buruk, buktinya dari angket yang dikeluarkan tim Profesi sebanyak 55,32 persen mahasiswa dengan tegas menolak Husain untuk kembali menjabat di periode selanjutnya. Sebab, kesadaran diri menjadi salah satu elemen penting yang harus hadir di pribadi pemimpin untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Karena semakin hari mahasiswa semakin sadar atau tersadarkan oleh kondisi yang dialaminya, mereka semakin memberikan penilaian terhadap siapa yang layak untuk menjadi pemimpinnya kelak. (*)

1 Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

www.profesi-unm.com

Pelindung: Prof. Dr. H. Husain Syam, M.TP, Dewan Pembina: Hazairin Sitepu, Akbar Faizal, Syahrir Muhammad, Asia Ramli Prapanca, Ammas DR, Anshari, Muhiddin, Mukhramal Azis, Uslimin, Fachruddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Faisal Palapa, Rustan Bedmant, Abdul Rahman, Abdul Salam Malik, Supriadi, Mirwan.  Pemimpin Umum: Wahyudin, Sekretaris Umum: R. Ryan Subiakto S., Bendahara Umum: St. Reski Amalia, Pemimpin Redaksi: Muh. Sauki Maulana, Manajer Daring: Rara Astuti, Manager Broadcasting: Muh. Nur Taufik, Pimpinan Penelitian dan Pengembangan: Wahyu Riansyah. Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/ Ditjen PPG/1990. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Wahyudin, Pemimpin Redaksi: Muh. Sauki Maulana, Redaktur: Rara Astuti, Reporter: Andi Dela Irmawati, Nur Fazila, Muhammad Andika, Aulia Ayu Aprilia Zabir, Mutiara, Fikri Rahmat Utama, Arwinda Al Muntaz, Ratu Fathona Amalia, Mardikayanti B., Asra Qalbi, Andi Tenri Abeng, Citra Rosita Syarif, Nurul Istiqamah, Cici Novianti Achmad, Fotografer: Muh. Ilham Akbar B., Layouter/Desainer Grafis: Zulhijaya, Pemimpin Perusahaan: Dewan Ghiyats Yan Galistan, Manajer Sirkulasi dan Iklan: Supriadi Redaksi LPM Profesi UNM : Jl. Mallengkeri Luar No. 25 Kelurahan Mangasa, Kecamatan Tamalate, Makassar Telp. (0411) 8914674, ­E-mail: profesi.online@gmail.com, Website: www.profesi-unm.com

www.profesi-unm.com

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 233 Mei XLIII 2019 UraiTahun data, ungkap fakta, saji berita

Tata Letak : Fikri Rahmat Utama

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

Urai data, ungkap fakta, saji berita

www.profesi-unm.com


MOZAIK 3 Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

www.profesi-unm.com

Dies Natalis ke-58 UNM

Pasar Murah di Kampus UNM

DIES Natalis ke-58 Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali akan dirayakan. Pasar murah dan bazar pun menjadi agenda pembuka yang berlangsung di Pelataran Menara Pinisi UNM, Senin-Selasa (20-21/5). Ketua Panitia, Syukur Saud mengatakan, ada beberapa tujuan diadakannya pasar murah, pertama sebagai ajang promosi. Adapun yang di promosi yakni barang yang sudah diproduksi oleh mahasiswa UNM terutama kewirausahaan yang berbasis

pada bisnis. Kedua, menyediakan barang-barang yang murah kepada masyarakat khususnya pada pegawai, karyawan dan semua sivitas. “Dies natalis ini tentunya sebagai perayaan hari lahirnya kampus UNM. Selain itu, juga merupakan ajang untuk melakukan promosi terhadap barang yang sudah diproduksi oleh mahasiswa itu sendiri melalui pasar murah dan bazar,” tuturnya. Ia menambahkan, dalam kegiatan ini ada beberapa rangkaian acara. Pertama, saat masuk pada devisi pasar murah dan bazar panitia terlebih dahulu melakukan

rapat dan menentukan kira-kira proyeksi kedepannya. Pada rapat ini mememutuskan lembaga, sponsor, tenant yang akan masuk pada kegiatan ini. kedua, menyurati secara langsung dan mengisi formulir. “Setelah dari rangkaian itu sponsor atau tenant mengembalikan formulir tersebut sebagai kesiapannya untuk hadir meramaikan atau berpartisipasi atas kegiatan Dies Natalis ini. Adapun sponsor dalam kegiatan ini yakni, Bulog, Honda, Koperasi UNM, dan Masda,” katanya. Ia berharap, kedepannya terutama pada lembaga untuk mewu-

SNAPSHOT

Tidak Layak. Terlihat salah seorang mahasiswa sedang berada didalam asrama putra di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM nampak kondisi ruangan berantakan dan kumuh.

judkan visi UNM yakni mewujudkan kewiraushaan khususnya usaha mikro dan menengah. Menurutnya, usaha ini harus dikembangkan kemudian didukung oleh pihak lembaga. “Di usia yang semakin tua ini

semoga UNM mampu mewujudkan lembaga yang bisa menghidupkan usaha-usaha mikro dan menengah. Saya harap kerjasama antar segenap sivitas akademika dapat membuat lembaga ini mewujudkan visi yang diiinginkan,” harapnya. (*)

Jumlah Proposal PKM UNM Lolos Pendanaan Meningkat SEBANYAK 52 judul Proposal Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Negeri Makassar (UNM) lolos pendanaan. Hasil pengumuman keluar melalui laman resmi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Rabu (20/3). Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Arifuddin Usman mengungkapkan bahwa jumlah ini merupakan yang terbanyak daripada tahun-tahun sebelumnya. Ia menganggap ini sebagai kontribusi besar untuk UNM dan juga memberikan dampak positif

dari peningkatannya. pihak birokrasi UNM memberikan respon positif bagi mahasiswa yang PKM-nya dinyatakan lolos, untuk memacu mahasiswa lainnya tetap melakukan kajian-kajian sesuai dengan potensi yang dimiliki. Respon positif yang diberikan berupa beasiswa yang diprioritaskan bagi mahasiswa berprestasi, termasuk anggota dari 52 proposal PKM yang lolos. “Kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun ini yang terbanyak. Sebelumnya hanya 40, tahun ini 52. Kita tentu harus mem-

berikan mereka skala prioritas untuk mendapatkan beasiswa,” ungkapnya. Salah satu judul PKM yang dinyatakan lolos yaitu, Pemberdayaan Narapidana Wanita Melalui Metode Ekspressive Writing Untuk Mengatasi Masalah Trauma Psikologisoleh Astriyanti mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Alasan dirinya dan kawan-kawannya menyusun judul ini karena ia memang senang dengan dunia kepenulisan. Kepenulisan baginya adalah sebuah hobi untuk menuangkan ekspresi dirinya.

“Dengan menulis, rasa gundah, kecewa ataupun sedih bisa saya salurkan melalui tulisan, bagi saya tulisan itu adalah obat,” katanya. Kemudian munculnya ide ini karena Keprihatinan akan nasib narapidana wanita, sebab berdasarkan penelitian, gangguan trauma psikologi narapidana wanita jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Mahasiswa angkatan 2016 ini ingin hadir memberi solusi akan permasalahan itu. Tak ayal, hasilnya luar biasa karena ekspressive writing ini narapidana merasa rileks menjalani hari-

harinya di Rumah Tahanan (Rutan), bahkan mereka merasa terbantu trauma psikologisnya karena ekspressive writingini. Judul proposal PKM yang lolos pendanaan terbanyak dari Fakultas Teknik (FT) yaitu 19 Judul. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) 16 Judul, Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) 8 Judul, Fakultas Ilmu Sosial (FIS) 4 Judul, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) 3 Judul da Fakultas Seni dan Desain (FSD) 2 Judul. (ema)

“Cabut BLU, Cabut BLU, Cabut BLU” Mereka Melawan *Muh. Sauki Maulana

Aksi. Salah satu demonstran melakukan orasi saat aksi penolakan UNM menjadi BLU

Langit terlihat gelap siang itu. Asap mengepul di jalan raya A. P. Pettarani. Mereka membakar ban untuk memantik gelora penolakan. Ratusan pasang mata tajam menyorot ke arah kampus. Suara bising kendaraan yang dulunya tak banyak terdengar kini penuh di telinga, sudut kampus yang awalwww.profesi-unm.com

nya sepi lalu jadi sesak dipenuhi mahasiswa. Mereka datang dengan raut muka geram, wajah kelelahan sehabis

konsolidasi hampir samar dan tak terlihat, Kamis (2/5). Suara penolakan lantang diteriakan bersautan oleh para mahasiswa. Mereka ingin penetapan itu dicabut. Bukan tanpa sebab, hadirnya BLU ia anggap tidak menjawab solusi dari kenaikan Uang Kuliah Tunggal

(UKT). Malah bahkan, bisa menjadi masalah baru dan melunturkan citacita Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Peluh nampak meleleh di wajah mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) tersebut. Dengan napas tersengal, Dwi Rezki Hardianto Presiden Badan Eksekutif (BEM) UNM kembali menyerukan suara perlawanan. Menurutnya, penerapan BLU di kampus pencetak pendidik ini dinilai terlalu cepat. Apalagi, pengaturan sistem tata kelola keuangan UNM dinilai masih belum mampu mengelolanya. “Kami menilai penerapan BLU masih terlalu cepat dan berlangsung secara tiba-tiba. Padahal, tata kelola keuangan UNM masih belum mampu,” serunya. Tak berdiam diri lama, di pandu Dwi Rezki Hardianto presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM massa aksi beranjak kedepan gedung Menara Pinisi. Bangunan 17 lantai tersebut belum juga memberikan tanda-tanda kesunyian. Para pejabat-pejabat kampus yang sedari tadi mengamati jalannya aksi memilih mengisi lantai dasar gedung tersebut. Sesekali satu dua orang dari pimpinan berjalan mendekati gerombolan massa aksi di tepi jalan. Kelabu menutup langit pada aksi kali itu, awan seakan ikut menangisi

nasib para calon pendidik yang harus menelan pil pahit keputusan BLU tersebut. Namun semangat menyala ditiap sorot mata para massa aksi tetap terlihat, sebuah perubahan menjadi tujuan kala itu. Tak peduli basahnya hujan, pandangan cemooh masyarakat, atau penat di tiap inci tubuh mereka. Mentari merendah menuju peraduannya, masalah pun tak kunjung menemukan titik terangnya. Niat menemui orang nomor satu di UNM pun tak bisa dilakukan. Kebetulan atau memang disengaja, Husain Syam kala itu tak berada di tempat. Mendengar kabar tersebut, massa aksi tak bergeming lama. Puncaknya, mereka bersama-sama sepakat mengambil alih pelataran Pinisi. Lontaran teriakkan kini berganti menjadi yelyel, tentunya masih dengan masalah yang sama. “Cabut, cabut, cabut BLU, cabut BLU sekarang juga,” ucapnya. Tak banyak hasil yang bisa dicapai kala itu. Tidak munculnya Husain Syam menjadi kendala di aksi hari itu. Namun, pikiran dingin yang masih melekat di setiap pihak, tidak membiarkan aksi itu berujung kekacauan. Meski peraturan itu tak berubah saat hari berganti. Sorot haus akan perubahan itu tak kunjung berubah. BLU masih saja berdiri kukuh di tubuh kampus. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita


4 LAPORAN UTAMA www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

Pemilihan Rektor 2020

Menuju Dua Periode, Belum Ada Lawan Husain Memberi Kode

BELUM ada lawan setara untuk Husain Syam. Rektor UNM itu diakui begitu kuat. Kalau pun ada yang coba-coba, hampir dipastikan akan digilas. Ia diprediksi akan melenggang mulus menuju periode kedua. Jika tiada aral melintang, Universitas Negeri Makassar (UNM) akan melaksanakan proses pemilihan rektor (pilrek) beberapa bulan mendatang. Ajang empat tahunan ini memang patut diberi perhatian lebih. Pasalnya, rektor adalah poros roda kampus. Menduduki posisi orang nomor satu di kampus tidak hanya menjadi hiasan eksistensi belaka.

Ia harus memiliki kapasitas mumpuni untuk menjaga marwah kampus yang mengedepankan intelektualitas. Yang patut diketahui, perhelatan pemilihan rektor adalah proses politik kampus yang santun dan berbeda dengan pemilihan umum kepala daerah, kabupaten, maupun kota. Lantas bagaimana euforia kampus menyambut perhelatan

akbar ini? Hingga saat ini, UNM seperti adem-ayem saja. Tak ada riak-riak dan kebisingan. Padahal, tak sampai setahun lagi pesta itu akan tiba. Masih belum banyak terdengar siapa calon kuat bakal menjungkal posisi Husain Syam. Hasil penelusuran wartawan Profesi dengan mewancarai beberapa kader yang dinilai memenuhi segala persyaratan untuk maju jadi rektor justru terkesan ketakutan untuk melawan superioritas Husain. Ia dinilai susah untuk ditaklukkan. Akan tetapi, ketika disinggung perihal terkait hasratnya kelak un-

tuk maju pada periode selanjutnya. Husain Syam memilih tidak banyak bicara. Baginya, jabatan rektor yang dia emban sekarang baru memasuki tahun ketiganya tanggal 17 Mei lalu. Masih terlalu dini membicarakan pilrek. “Jabatan saya baru berusia tiga tahun per 17 Mei. Artinya belum momentumnya untuk di sounding,” jelasnya, Kamis (16/5). Selaku Ketua Senat UNM, Guru Besar Teknik Mesin itu mengungkapkan panitia pilrek 2020 baru akan dibentuk Desember mendatang. Jika merujuk pada

Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) No. 19 tahun 2017 tentang penjaringan bakal calon rektor pada Perguruan Tinggi Nasional (PTN), pasal 6 menjelaskan, Penjaringan dan penyaringan dilakukan paling lambat lima bulan sebelum berakhirnya masa jabatan rektor yang sedang menjabat. “Aturan menyatakan tahapan dimulai enam bulan sebelum masa akhir. Berarti nanti dimulai bulan Desember pembentukan panitianya. Masih terlalu jauh,” ungkapnya. (*)

Para Penantang Lawas Wartawan Profesi mencoba menemui beberapa pemain lama. Mereka yang punya pengalaman gagal dalam pilrek. Ada yang mengakui kehabisan energi, ada pula yang ogah bertarung lagi. Namun, ada yang diam-diam ingin maju kembali.

Kesal Pernah Kalah, Hamzah Upu Niat Maju Lagi SEMPAT tumbang dalam Pilrek 2016, Hamzah Upu ternyata masih menyimpan ambisi untuk menduduki kursi nomor wahid di UNM. Pernyataan mengenai kesiapan dirinya untuk maju diutarakan langsung saat ditemui di ruanganya, Pascasarjana UNM, Kamis (17/3). Dibalut dengan baju warna merah dengan songkok hitam, ia cukup yakin akan memenangkan pertarungan tahun mendatang. Apalagi ia mengaku bahwa kekalahan sebelumnya hanya disebabkan kebutaannya membaca peta politik kala itu. Bahkan Jebolan Universitas Deakin Australia begitu menyesali kegagalannya itu. Urai data, ungkap fakta, saji berita

“Kalau dulu jujur saya merasakan saya salah dalam membaca para pemilik suara, makanya saya kalah waktu itu,” tuturnya. Nama Hamzah memang tak asing lagi di kancah UNM. Sederet prestasi pernah beliau raih, misalnya pernah menjabat sebagai Ketua perhimpunan Dekan FMIPA se-Indonesia. Hal ini tentunya bisa menjadi bahan pertimbangan awal senat untuk memilihnya menjadi rektor kelak. Sore itu, Hamzah menuturkan bahwa maju atau tidaknya ia kembali menjadi bakal calon rektor UNM ditentukan dari adanya dukungan untuknya saat pilrek mendatang.

Prinsipnya, dirinya siap dan akan menjalankannya dengan baik jika diberikan amanah. “Kalau dipercaya kembali yah saya masih siap. Insyaallah itukan namanya amanah, kalau kita ditugaskan berarti kita harus menjalankan amanah itu dengan baik. Misalnya, sekarang kan saya diberikan amanah menjabat sebagai kaprodi jadi saya harus jalankan dengan baik,” ungkapnya. Namun, hasrat tersebut masih saja dibayang-bayangi keragu-raguan. Diakui peluang untuk menang masih sangat kecil jika harus head to head dengan petahana, Husain Syam.

“Lagian kan pak rektor bagus juga kinerjanya jadi masih bisa kita bantu supaya lebih baik lagi jadi saya rasa masih bagus pak rektor karena perubahannya itu mulai dari tatanan kampus itu bagus,” ungkap Guru Besar Matematika ini. Hanya saja, bagi Hamzah Upu walau Husain Syam dinilai telah berhasil periode pertamanya, tetapi pembangunan fisik masih kurang. “Intinya banyak hal yang telah beliau buat, mulai dari tatanan kampus itu bagus jadi wajar jika banyak yang mendukung beliau kembali. Artinya begini, dari pada kita mena-

nam baru dan belum tentu tumbuh, mendingan kita menyiram kembali tanaman yang sudah ada,” tambahnya. (*) www.profesi-unm.com


LAPORAN UTAMA 5 Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

www.profesi-unm.com

Jasruddin Tersandera Utang Budi ke Husain SOSOK. lain datang dari FMIPA, Jasruddin. Dirinya digadang-gadang menjadi kandidat ideal untuk maju pada Pemilihan rektor (Pilrek) 2020. Bukan tanpa sebab, jika melihat rekam jejaknya, pria kelahiran 1964 ini telah menjejal berbagai jabatan penting. Salah satunya sebagai Direktur Pascasarjana UNM. Dan barubaru ini, ia terpilih menjadi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) wilayah IX. Hal tersebut dianggap menjadi bekal kuat Jasruddin untuk maju menjadi orang nomor satu di UNM nanti. Peluru sebagai LL Dikti bisa menjadi hal yang patut ditakuti calon rektor lainnya. Pasalnya, LL Dikti Wilayah IX menaungi ratusan kampus swasta di Indonesia Timur, dengan begitu tidak menutup kemungkinan Guru Besar Fisika itu akan mendapat banyak legitimasi untuk bertarung dalam pesta demokrasi di kampus. Jika merujuk pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) No.

19 tahun 2017 pasal 4 bab 1 tentang persyaratan calon pemimpin Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa syarat untuk menjadi pemimpin PTN berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada saat berakhirnya masa jabatan Pemimpin PTN yang sedang menjabat. Adapun 5 tahun mendatang, usia Jasruddin sudah menginjak 61 tahun. Dengan begitu, tahun ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mencalonkan diri sebagai rektor. Menanggapi hal tersebut, alumnus ITB ini mengatakan, untuk saat ini ia belum pernah berpikir sampai kesana. Apalagi, ajang empat tahunan itu masih terlampau lama menurutnya.”Pilrek masih lama dek, saya juga tidak berambisi menjadi pejabat, termasuk rektor,” katanya. Ia menuturkan, amanah menjadi pejabat sekelas rektor adalah hal yang berat dan tanggung jawabnya sampai di akhirat. Ditambah lagi, faktor usia yang tak lagi muda menjadi salah satu pertimbangannya untuk mengurungkan niatnya menjadi orang

nomor satu di kampus eks Oemar Bakrie ini. “Untuk saya, saya kurang sehat lagi untuk berambisi menjadi pejabat. Saya juga menilai tanggung jawab menjadi seorang rektor itu belum mampu saya emban, tanggung jawabnya besar dunia wal akhirat,” tuturnya. Sekadar Informasi, nama Jasruddin sempat ikut meramaikan pilrek 2016. Kala itu, cukup diperhitungkan. Ia berlaga dengan Hamsah Upu, Syarifuddin Dolla, Wasir Thalib, Heri Tahir, dan Husain Syam yang terpilih menjadi rektor. Waktu itu Jasruddin merupakan pendaftar keempat yang mengusung program menciptakan iklim kampus akademik yang sehat dengan tidak mengesampingkan kegiatan kemahasiswaan. Namun apa daya, basis massa alumnus ITB itu yang tidak solid membuatnya harus jatuh di putaran pertama. Mantan Direktur Pascasarjana UNM itu jatuh diputaran pertama dengan mengatrol 12 suara. Ia tersungkur bersama dengan Hamsah

Kala itu. Tak mau berlama-lama dalam kejatuhan, Jasruddin bersama timnya malah membangun koalisi dengan mengarahkan massa ideologisnya untuk memberi dukungan penuh kepada Husain. Terpilih Husain saat itu, dengan menumbangkan Heri Tahir dan Wasir Thalib. Karena itulah, ambisi untuk menjadi pesaing Husain memang dilematis bagi Jasruddin. Pasalnya, selain takut dicap pengkhianat dalam koalisi, alumnus ITB itu dikabarkan berutang budi dengan Husain. Hal itu, dikuatkan dengan penuturan dari Abdul Rahman selaku koleganya di FMIPA. Mantan Dekan

FMIPA itu, mengatakan bahwa Jasruddin sampai merengkuh nomor wahid di LL Dikti wilayah IX karena peran Husain Syam selaku rektor. Prof Husain saya lihat sangat pintar melihat peluang. Buktinya saja, Prof Jas saja berhasil dia orbitkan di LL Dikti Wilayah IX,” cetusnya. (*)

Wasir Thalib: Ampunma, Saya Sudah Kapok FIGUR lain yang juga diprediksi menjadi lawan kuat Husain Syam dalam pemilihan rektor (pilrek) adalah Wasir Thalib. Ini dibuktikan kala ia mengantongi 47 suara senat

dan menteri persis dibawah Husain pada Pilrek 2016 lalu. Namun, tak terpilih pada dua kali Pilrek menjadi pertimbangan pria kelahiran Pinrang ini untuk bersaing kembali di perebutan kursi nomor satu Universitas Negeri Makassar (UNM). Bahkan, untuk tahun ini, dirinya mengatakan sudah kapok untuk mencalonkan dirinya kembali sebagai rektor. “Ampunma, saya sudah kapok, silahkan cari yang lain,” katanya.

Wajar saja Wasir Thalib memilih lempar handuk. Track recordnya dalam kancah perpolitikan kampus berulang kali keok. Sebelum dijungkal oleh Husain Syam, Wasir tercatat juga pernah kalah melawan Arismundar. Walau digadang-gadang untuk melawan petahana, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulawesi Selatan (Sulsel) malah berkomentar mengenai sederet prestasi yang terjadi selama Husain menjadi rektor. Namun, Ia menganggap,

semua perubahan yang terjadi setelah Husain memimpin tidak serta merta adalah buah hasil kerja kerasnya. Tentunya ada jasa dari rektor sebelumnya. “Sebenarnya itu semua kan tidak serta merta langsung jadi. Misalnya saja akreditasi UNM, itukan ada prosesnya. Artinya, yang buat akreditasi adalah rektor yang lama,” jelasnya. Guru Besar Fakultas Teknik (FT) UNM ini mengungkapkan, posisi Husain sebagai rektor saat ini masih susah untuk digoyah-

kan. Menurutnya, Husain dianggap mempunyai dana yang melimpah, dan akan menjadi faktor pendukung kuat untuk ia terpilih lagi di periode selanjutnya. “Beliau susah untuk dilawan, melihat juga faktor dana beliau yang pasti melimpah. Kecuali, ia terganjal oleh aturan baru bahwa calon rektor harus dilihat rekam jejak sejarahnya. Apalagi beliau punya rekam jejak sejarah yang buruk semasa ia menjadi Dekan Teknik,” ungkapnya. (*)

Ramai-Ramai Ingin Jadi Timses MESKI belum ditetapkan bakal calon Rektor UNM, Husain Syam justru mendapat legitimasi dari banyak pihak. Mereka ramai-ramai menyatakan diri siap untuk menjadi tim sukses (timses) periode 2020-2024. Pernyataan itu tidak hanya datang dari koalisi lawas, tetapi orang-orang yang dulu jadi “lawan” Husain ikut menyatakan sikap. Beberapa nama yang dianggap ideal dan pernah merasakan pencalonan rektor, malah menyatakan sikapnya untuk mendukung dan menjadi timses Husain Syam. Mereka adalah Jasruddin mantan Direktur Pascasarjana, Hasnawi Haris Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Makassar (UNM), Abdul Rahman, hingga Karta Jayadi Wakil Rektor bidang Administrasi Umum (WR II)

yang kita ketahui, pernah merasakan panasnya persaingan untuk menjadi orang nomor satu di UNM. Kepastian itu mereka ungkap saat reporter Profesi menanyakan niatnya untuk maju menjadi calon saat pemilihan rektor (pilrek) nanti 2020 nanti. Namun, mereka sama-sama kompak mendeklarasikan dirinya untuk menjadi timses Husain agar ia bisa terpilih lagi di periode berikutnya. Jasruddin, Guru Besar Bidang Fisika Material ini mengungkapkan kepemimpinan Husain Syam pada periode ini sangat layak untuk didukung ke periode keduanya. Melihat juga dari kinerjanya yang terbilang sangat produktif pada periode pertamanya. Bahkan kedepannya, ia siap untuk menjadi salah satu tim sukses Hu-

sain Syam. “Saat ini Husain sangat produktif dalam memimpin UNM dan sangat layak untuk didukung ke periode keduanya, bahkan saya akan menjadi salah satu tim suksesnya jika ia maju lagi,” ungkapnya. Senada dengan Jasruddin, Karta Jayadi pun mengatakan, prestasi Husain saat menjabat terbilang banyak dan dinilai masih memadai untuk memimpin UNM di periode selanjutnya. Mantan Dekan Fakultas Seni dan Desain (FSD) ini menambahkan, kebijakan Husain untuk mengangkat pedagang kaki lima di sekitaran kampus Parangtambung dan di depan Hotel Lamacca ia anggap adalah salah satu prestasi Husain, yang mantan rektor

sebelumnya tidak mampu menyelesaikannya. “Coba kalian lihat, hanya periode beliau yang bisa mengangkat pedagang kaki lima di Parangtambung dan depan Lamacca. Beberapa rektor sebelumnya belum bisa melakukannya, dan masih banyak lagi prestasi beliau. Dan saya angap beliau masih layak untuk maju di periode selanjutnya,” katanya. Sementara itu, Hasnawi Haris mengungkapkan peluang Husain terpilih di periode selanjutnya masih sangat kuat. Bahkan dengan tegas, menurutnya, Husain lah yang akan menjadi rektor di periode berikutnya. “Iya masih kuat, masih dia yang akan menjadi rektor periode selanjutnya. Ka-

Jelang Empat Tahun, Kinerja Husain Hanya Buat Pagar CITRA Husain dalam empat tahun kepemimpinannya memang berhasil mengangkat nama UNM di kancah nasional. Predikat Akreditasi A hingga pelaksaan BLU yang menyisahkan banyak polemik, banyak pihak mengacungi jempol. Hanya saja, prestasi itu masih abstrak, karena tidak dapat dilihat kasat mata. Sisi lain, Husain Syam bisa saja dianggap gagal perihal infrastruktur. Tak ada bangunan yang menjolok tinggi dan ruangan yang www.profesi-unm.com

berkualitas ‘A’. Kerapnya ditemukan kelas yang tak memiliki pendingin ruangan kalau pun itu ada, hanya sebatas aksesoris karena rusak. Jumlah kursi dan meja yang kurang, hingga baru-baru ini mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Bone yang tak memiliki proyektor di setiap kelasnya dianggap masalah kecil dan sering terlupakan. Tak hanya itu, masih banyaknya bangunan di beberapa

fakultas yang mangkrak, dan kurangnya pemerataan infrastruktur di kampus V Universitas Negeri Makassar (UNM) sektor Pare-pare serta kampus VI sektor Bone menambah bukti bobroknya pembangunan di masa jabatan guru besar teknologi pertanian tersebut. Menanggapi hal tersebut, Muh. Mahfud, Menteri Sosial dan Politik (Mensospol) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pendidikan

(FMIPA), mengatakan perkembangan infrastruktur kampus berakreditasi A ini dianggap masih minim akan pembangunan. Ini terlihat dari banyaknya ruang kelas yang tidak mencukupi untuk seluruh mahasiswa kampus Pare-pare. “Menurut saya, pembangunan di masa jabatan beliau masih sangat kurang. Coba kita lihat di kampus Pare-pare, sering kita mendengar

lau penantang beliau saya belum tau siapa nantinya. Kalau saya tidak ada kepikiran untuk mencalonkan, saya sama seperti Prof. Jasruddin sajalah sebagai timses beliau nantinya,” ungkapnya. Melihat kinerja Husain Syam yang bagus, Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) UNM, Syukur Saud juga tidak ragu-ragu untuk menawarkan diri untuk membantu beliau kembali ke kursinya sebagai rektor. “UNM masih butuh dia dinda,” singkatnya. Dosen Bahasa Jerman ini mengatkan kekuatan Husain tidak bisa dibendung. ia menilai Husain tidak bisa diganti oleh sia-

papun. “Beliau orangnya komitmen dan sangat tegas. Dia sangat ideal untuk memimpin kembali UNM,” tuturnya, Senin (13/5). (*)

SUDUT + Siapa berani lawan Husain? – Lawan masih takut beri kode ==================== + BLU: Buntung Atau Untung? – Awas Disorientasi Pendidikan

Bersambung ke Halaman 6 Urai data, ungkap fakta, saji berita


6 LAPORAN UTAMA www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

Sambungan halaman 5... mahasiswa mengeluh terkait ruang kelas yang tidak mencukupi untuk proses belajar mengajar,” katanya. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika ini menambahkan, pembaharuan pagar kampus di Gunung Sari dan Parangtambung

terkesan terburu-buru dan tanpa pertimbangan. Ia menganggap, pembaharuan pagar untuk saat ini tidak menjadi hal yang perlu diprioritaskan sehingga harus segera dikerjakan oleh pihak birokrasi. “Pembangunan pagar kampus

menurut saya tidak terlalu urgent, justru pembangunan prasarana ruang kelas yang harus didahulukan,” tandasnya. Protes tak hanya datang dari Mahfud, Khaidir Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

Fakultas Psikologi (FPsi) mengakui akan mandeknya infrastruktur di periode Husain. Mahasiswa angkatan 2016 ini mengatakan, pembangunan yang bisa terlihat satu-satunya ialah pagar di dua sektor kampus UNM.

“Kalau ditanya infrastruktur masih sangat minim capaiannya untuk empat tahun terakhir ini, betul hanya pagar yang nampak. Padahal masih banyak pembangunan di setiap fakultas yang mangkrak,” jelasnya. (*)

Arismunandar Kembali Jadi Idola Mahasiswa JELANG perhelatan pemilihan rektor (pilrek), tanda tanya seputar kandidat rektor periode 2020-2024 akan menjadi perbincangan seru di kalangan sivitas akademika. Sejumlah nama lawas coba disodorkan oleh kru Profesi melalui kuisioner yang dilakukan oleh Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) LPM Profesi. Melalui jajak pendapat tentang kandidat yang cocok untuk memimpin kampus oranye di usia yang ke-58 tahun ini. Dari 200 kuisioner yang dibagikan di sembilan fakultas secara acak, kembali menguak nama mantan orang nomor satu di UNM sebagai sosok yang paling diidolakan, Arismunandar. Empat nama yang dimunculkan dalam kuisioner tersebut, di antaranya Prof. Dr. Hasnawi Ha-

ris, M.Hum (Dekan FIS), Prof. Dr. Jasruddin, M.Si. (Kepala LL Dikti IX), Prof. Dr. Hamzah Upu, M.Ed (Mantan Dekan FMIPA) serta incumbent, Prof. Dr. Husain Syam, M.TP. Nama Arismunandarlah yang justru menempati posisi teratas. Sebanyak 27,6 persen mahasiswa memilih Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) kembali memimpin UNM. Data ini membuktikan bahwa sosok Arismunandar masih sangat dibutuhkan oleh para mahasiswa. Tingginya elektabillitas jebolan Universitas Negeri Malang (UM) itu bukan tanpa sebab. Serentetan prestasi pernah ditorehkan selama delapan tahun ini memimpin kampus oranye ini. Tahun 2015, ia berhasil membawa nama UNM masuk di uru-

tan ke-enam Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia dari aspek kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) berdasarkan klasifikasi dan Pemeringkatan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) klater pertama yang dilakukan oleh Kemenristek Dikti. Tak hanya itu, ia juga berhasil mengharumkan nama UNM dengan menempatkan UNM di deretan 10 besar PTN terbaik di Indonesia. Yang paling monumental, ketika Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan itu berhasil membangun gedung berlantai 17 yang dikenal dengan nama Pinisi. Gedung tersebut resmi berdiri megah pada tahun 2013 dan menambah daftar ikon di Kota Makassar. Selama ini, Arismunandar juga dikenal sebagai sosok yang kalem dan berwibawa selama ini menjadi

pucuk pimpinan. “Arismundar itu, kalau ia marah seharusnya memukul meja tapi itu tidak dilakukan, ia hanya membalas dengan senyum dan diam,” ungkap Sofyan Salam, yang menjadi PR I UNM kala itu. Sementara itu, kandidat terkuat kedua diduduki oleh Hasnawi Haris, yakni sebanyak 13.22 persen. Dosen PPKN ini, selain memiliki tampan rupawan, Dekan FIS itu pun dinilai sebagai sosok yang sangat dekat dengan mahasiswa. Gayanya yang komunikatif dan seperti tak ada jarak dengan sivitas membuat banyak dikagumi. Perolehan tersebut disusul oleh Hamzah Upu yang berhasil mengumpukan 10,91 persen mahasiswa yang menyatakan memilih dirinya. Begitu pula dengan Jasruddin,

hanya 9,2 persen mahasiswa yang mengaku memilih mantan Direktur Pascasarjana UNM itu. Yang mengherankan justru, sang petahana berada pada posisi paling buncit. Hanya 9,2 persen yang masih menginginkan Husain Syam kembali menjadi rektor. Meski banyak mahasiswa menilai Husain cukup berhasil meningkatkan infrastuktur UNM, tetapi dari 200 responden yang mengisi kouisiner mengakui Husain Syam gagal dalam pengambilan keputusan atau kebijakan. Hampir semua kebijakannya dianggap tidak memihak mahasiswa (lihat grafik). Selain itu, sebesar 65 persen responden menilai implementasi Uang Kuliah Tunggal (UKT) selama 4 tahun terakhir ini tidak sesuai dengan harapan mahasiswa. (*)

Mayoritas Mahasiswa Tolak Husain Jadi Rektor Lagi SEBANYAK 55,32 persen mahasiswa secara tegas menolak Husain Syam untuk melanjutkan lagi estafet kepemimpinannya. Hal itu dibuktikan dengan adanya kousioner yang dibagikan tim Profesi kepada mahasiswa di sembilan fakultas. Pertahanan kuat Husain sepertinya mulai goyah bahkan melemah. Pasalnya, respon penolakan dari mahasiswa cukup kuat untuk menggulingkan mantan Dekan Fakultas Teknik (FT) ini jatuh dari kursi kepemimpinannya. Meski

Urai data, ungkap fakta, saji berita

dijagokan kembali oleh senat dan para pesaing lamanya, sepak terjang Husain selama empat periode dinilai belum memuaskan hati para sivitas khususnya mahasiswa. Adanya ketidakpercayaan mahasiswa itu, dibarengi dengan beberapa permasalahan dari berbagai keputusan dan kebijakan yang diambilnya. Misalnya saja keputusannya untuk mengubah status Universitas Negeri Makassar (UNM) menjadi Badan Layanan Umum (BLU) yang sempat menuai penolakan keras dari mahasiswa.

Tercatat 66,67 persen mahasiswa menganggap berubahnya status UNM menjadi BLU bukan hal yang tepat untuk saat ini. Hadirnya BLU dianggap bukan solutif atas sekelumit permasalahan yang ada, malah bahkan bisa saja menjadi biang munculnya masalah baru. Belum lagi ketika kita melihat banyaknya kebijakan kontroversial yang pernah dikeluarkan Husain. Husain terekam pernah memberikan subsidi 50 persen untuk anak dosen, disusul lagi dengan penerapan Kuliah Kerja Nyata

(KKN). Jadi wajar saja 50,29 persen respon mahasiswa mengatakan kebijakan alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut tidak memihak kepada mahasiswa. Buruknya pandangan mahasiswa terhadap Husain tentunya patut menjadi perhatian khusus. Terutama, saat ini Husain dikenal sebagai pemimpin yang tidak dekat dengan mahasiswa. Sebab, kesadaran diri menjadi salah satu elemen penting yang harus hadir di pribadi pemimpin untuk melaksanakan tugas dan tanggung jaw-

abnya. Semakin hari mahasiswa semakin sadar atau disadarkan oleh kondisi yang dialaminya, mereka semakin memberikan penilaian terhadap siapa yang layak untuk menjadi pemimpinnya kelak. (*)

TIM Koordinator: Sauki Maulana Anggota: - Andi Dela - Rara Astuti - Istiqamah

www.profesi-unm.com


PROFESIANA 7

BLU: Buntung atau Untung?

Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

www.profesi-unm.com

Tepat 7 April lalu, menjadi momentum yang cukup membahagiakan para birokrat UNM. Pasalnya, Surat Keputusan (SK) Menteri Keuangan (Menkeu) nomor 321/KMK.05/2019 oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tentang legitimasi UNM berstatus Badan Layanan Umum (BLU) berada dalam genggaman. Ihwal itu telah lama didengungkan, tapi mahasiswa selalu memberi penolakan. Berubahnya status UNM dari Satuan Kerja (Satker) menjadi status BLU itu, memunculkan ragam polemik. UNM masih saja diperhadapkan terkait kelayakannya. Bahkan disinyalir hanya memanfaatkan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Komentar keras datang dari Dwi Rezki Hardianto, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM. Menurutnya, penerapan status BLU akan buruk terhadap orientasi pendidikan dan ujungnya bisa menjadi pemicu awal industrialisasi di bidang

pendidikan. “Kalau layak berarti kami pun menerima BLU kapan pun. Tapi secara sistem ini akan semakin membuka pintu industrialisasi pendidikan,” jelasnya. Lebih lanjut, Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) khawatir akan berefek pada kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa. Padahal, ia berharap implementasi BLU bisa menjadi solusi untuk mengurangi UKT mahasiswa kedepannya. “Kira-kira badan usaha UNM yang bisa menutupi UKT mahasiswa? Masih kurang kan? Kemungkinan besar juga UKT mahasiswa akan naik. Padahal sebenarnya ini bisa dijadikan solusi untuk mengurangi UKT karena adanya pemasukan dari badan usaha,”

Pura-pura Mubes ala LK UNM TARIK ulur pelaksanaan Musyawarah Besar (Mubes) BEM UNM belum juga menemui titik terang. Berbagai kendala dan masalah menerpa silih berganti dari sejak terpilihnya ketua BEM maupun Maperwa hingga akhir periode. Tak direstui oleh pimpinan kampus sejak awal, menjadi akar masalah yang membuntut hingga periode ini berakhir. Jelang Mubes pun, melalui Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang dilaksanakan oleh Maperwa UNM bersama sembilan ketua Maperwa dari masing-masing fakultas disepakati untuk menyeleggarakan Mubes tanpa agenda laporan pertanggungjawaban. Bukan tanpa sebab, keputusan tersebut diambil berdasarkan pertimbangan aturan organisasi kemahasiswaan yang telah disepakati. Pengurus lembaga elite kampus ini dinilai tidak menjalankan roda organisasi sebagaimana mestinya. Seperti tugas Maperwa untuk menyelenggarakan rapat evaluasi atau pleno tidak pernah diselenggarakan sama sekali. Selain itu pengurus Maperwa maupun BEM UNM hingga saat ini tidak diketahui pasti jumlahnya dikarenakan dokumen atau SK yang melegitimasi mereka tidak ada. Tidak direstui oleh Universitas harusnya tidak menjadi alasan SK anggota atau pengurus ditiadakan, Maperwa UNM bisa menerbitkan SK tersebut sebagai langkah taktis. “Kami menilai itu fatal, BEM dan Maperwa ini organisasi bukan komunitas,” kata Ketua Maperwa FIS UNM, Rahyudi Dwi Putra. Pria tersebut melanjutkan, bahwa legalitas dari birokrasi itu memang penting tetapi tanpanya roda organisasi bukan be-

www.profesi-unm.com

rarti tidak bisa berjalan. Sehingga menurutnya keputusan untuk meniadakan LPJ pada forum Mubes nantinya adalah keputusan yang tepat meskipun hal itu juga berarti periode BEM maupun Maperwa saat ini dianggap tidak ada. Senada dengan itu, Pimpinan universitas juga tak ingin ada laporan pertanggung jawaban dari LK tersebut karena menganggap pengurus sekarang ilegal. BEM dan Maperwa UNM sejak awal memang tidak direstui oleh pihak birokrasi, mereka dianggap melanggar aturan kemahasiswaan dikarenakan ketua BEM yang terpilih, Dwi Reski Hardianto memiliki IPK dibawah 3.0. Sebelumnya Rektor UNM, Husain Syam sendiri beberapa kali meminta agar LK tersebut melaksanakn pemilihan ketua ulang, untuk memilih ketua yang memenuhi aturan, namun hal tersebut tak diindahkan. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Arifuddin Usman mengatakan sangat mendukung pelaksanaan Mubes LK UNM ini. Menurutnya regenerasi harus terus bergulir, BEM maupun Maperwa merupakan bagian penting dari kampus sebagai payung aspirasi mahasiswa UNM. Meski begitu Arifuddin tidak menginginkan Maperwa UNM saat ini sebagai penyelenggara Mubes tetapi akan dibentuk carateker atau Maperwa sementara. “Maperwa yang sekarang kan tidak punya legalitas jadi kita bentuk carateker. Tapi anggota dari carateker ini nanti juga diambil dari perwakilan dari setiap fakultas atau pengurus Maperwa yang sekarang,” katanya. Namun disisi lain, Presiden BEM UNM Dwi Reski Hardianto bersikukuh agar LPJ tetap dipera-

"

Kami menilai itu fatal, BEM dan Maperwa ini organisasi bukan komunitas

Ketua Maperwa FIS UNM, Rahyudi Dwi Putra dakan. Menurutnya jika agenda LPJ dihilangkan maka itu sama saja priode BEM yang dipimpinya ini kinerjanya sama sekali tidak dihargai. LPJ Harus diperadakan sebagai bentuk evaluasi dan bukti bahwa tanpa legalitas ia masih mampu menyatukan sembilan mata oranye dan menjalankan fungsi advokasi sesuai rekomendasi. “Bagaimanpun kita ingin tetap ada LPJ entah itu pada forum Mubes atau pra-Mubes,” katanya. Sementara itu Ketua Maperwa UNM, Saddam megatakan akan mencari jalan tengah yang tidak merugikan pihak manapun. Menurutnya jika memungkinkan itu akan dilaksanakan pada praMubes agar pengurus sekarang tidak merasa dirugikan dan terbentuk pengurus kedepannya yang lebih baik lagi yang direstui oleh mahasiswa maupun birokrasi karena menurutnya bagaimanapun itu legalitas dari birokrasi penting untuk dalam menjalankan roda organisasi. Mengenai jadwal Mubes sendiri ia mengaku belum ada tanggal pelaksanan pasti karena pihaknya masih sementar melakukan proses komunikasi dengan sembilan fakultas dan pihak birokrasi. (Ian).

tambahnya. Hal itu juga pernah diwanti-wanti oleh perwakilian Kemenristekdikti, Joko, bahwa jangan sampai BLU dijadikan praktik bisnis yang tidak sehat dan membebani UKT mahasiswa. “Pelaksanaan BLU seharusnya bisa menguntungkan, karena sumber pendapatan bisa didapatkan oleh badan usaha milik UNM. Dan tidak dibenarkan membebankan mahasiswa dengan penaikan UKT,” bebernya. Karta Jayadi Wakil Rektor bidang Administrasi Umum dan Keuangan (WR II) saat di konfirmasi membantah tudingan itu. Menurutnya, dengan berubahnya status UNM menjadi BLU tidak ada kaitannya dengan ke-

naikan UKT. Mantan Dekan Fakultas Seni dan Desain (FSD) ini menuturkan bahwa kenaikan UKT karena faktor ekonomi juga yang semakin meningkat. “BLU tidak terkait sama sekali dengan naiknya UKT, kalaupun dia naik juga karena faktor ekonomi harga yang semakin naik juga,” t u - turnya. (Una)

Menanti Pasangan FIK dari Tetangga Sebelah WAKIL Rektor I UNM, Muharram hampir memastikan Fakultas Ilmu Olahraga (FIK) bakal meminang kampus yang notabenenya adalah tetangga sendiri. Kampus itu adalah Kampus Akademi Keperawatan (Akper) Anging Mammiri kini belum menemui titik terang. Setelah Kementerian Riset, Teknologi dan Dikti (Kemenristekdikti) melarang Pemerintah Provinsi mengelola perguruan tinggi, kini Akper Anging Mammiri akan diambil alih oleh Universitas Negeri Makassar (UNM). Sudah 3 tahun kampus itu diam-diam menarik perhatian pihak UNM. Dengan label kesehatan yang melekat, UNM seperti seorang pasien yang jatuh hati dengan perawatnya. “Untuk sementara mereka akan gabung dengan fakultas olahraga, kita kan belum punya fakultas kesehatan,” jelas Muharram. Tambahnya, proses merger sendiri kini sudah sampai di babak akhir, tinggal menunggu Surat Keputusan (SK) dari Kemenristekdikti. Mahasiswa dikampus tersebut akan berstatus sebagai mahasiswa angkatan pertama Program Studi (Prodi) Keperawatan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Saat ini, UNM masih menunggu restu dari Kemenristekdikti sebagai wujud legitimasi. Diakui, Guru Besar Kimia ini masih butuh proses lama. “Yah lama kan ada proses verifikasi dan uji kelayakan, yah lama lah prosesnya, kita sih berharap SK dari pusat cepat keluar biar kita bisa menerima mahasiswa baru di jurusan tersebut pada jalur mandiri nanti,” kata Muharram. Sebelumnya, proses peralihan kampus tersebut menjadi bagian dari UNM sempat mengalami penolakan dari beberapa pihak, termasuk salah satunya Syahrul Yasin Limpo saat masih menjabat sebagai Gubernur Sulsel. saat itu Ia tegaskan tak in-

gin melepaskan Akper Anging Mammiri. Menurutnya, keputusan tersebut mestinya harus dikaji kembali dan lebih dalam lagi. Ia menialai sangat disayangkan bila Akper Anging Mammiri dilepaskan. Sebab, fasilitas yang ada di Akper Anging Mammiri, mulai dari asrama dan laboratorium sangat baik. “Karena Anging Mammiri ini selama berada di bawah pemerintah daerah, telah berjalan secara efektif. Bahkan Akper Anging Mammiri konsisten memberi kontribusi besar untuk kebutuhan keperawatan di Sulsel,” ujar Syahrul Yasin Limpo. Namun, sesuai Undangundang nomor 22 tahun 2012, tentang Pemprov sudah tidak memiliki lagi kewenangan untuk mengelola Perguruan Tinggi (PT) kesehatan. Dan PT kesehatan tersebut, diberikan empat pilihan oleh Kemenristekdikti, Kemendagri, dan Kemenkes. Empat pilihan itu di antaranya, diambil alih oleh Kemenristekdikti, dialihkan ke PTN terdekat, tidak menerima mahasiswa baru hingga mahasiswanya habis, atau menutup akper tersebut. Sebelum akhirnya kampus keperawatan tersebut berlabuh di UNM. Sebelumnya Akper Anging Mammiri yang berada di bawah naungan Pemprov Sulsel, kampus itu membuka jenjang pendidikan D3 Keperawatan. Pertama kali berdiri pada tahun 1972 dengan nama SPK Labuang Baji sebelum berubah pada tahun 2000 menjadi Akper Anging Mamiri. Saat berada di bawah naungan Dinas Kesehatan Pemprov Sulsel, setiap tahun, Akper Anging Mammiri memberi kontribusi PAD Rp3,5 miliar. Kini, mahasiswa yang terdaftar dikampus tersebut sebanyak 600 orang. Sementara, staf pengajar berjumlah 89 orang, 43 diantaranya merupakan pegawai organik. (Ian). Urai data, ungkap fakta, saji berita


8 PROFESI 43 www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

www.profesi-unm.com


PROFESI 43 9 Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

www.profesi-unm.com

www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


10 PROFESI 43 www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

www.profesi-unm.com


PROFESI 43 11 Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

www.profesi-unm.com

www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


12 INFO AKADEMIK www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

Pendaftaran SBMPTN Dibuka Juli Pendaftaran Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 akan dibuka mulai tanggal (10-24/6) mendatang. Pendaftaran SBMPTN 2019 dilakukan secara daring melalui laman http://pendaftaran.sbmptn. ac.id. Namun, mulai tahun ini jalur SBMPTN melakukan seleksi penerimaan mahasiwa baru dengan menggunakan hasil Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK). Dan juga kriteria lain yang ditetapkan bersama oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Wakil Rektor Bidang Akademik, Muharram mengatakan, selama dua gelombang tes UTBK ini diikuti sebanyak 26.888 total peserta. Tes tersebut dilaksanakan di 14 titik di Kota Makassar, termasuk diantaranya UNM. “Di UNM ada enam fakultas yang akan menjadi lokasi tes UTBK SBMPTN 2019, termasuk juga di Menara Pinisi,” ka-

AGENDASIANA HMJ Matematika Bakal Helat Workshop PKM 5 Bidang HIMPUNAN Mahasiswa Jurusan (HMJ) Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar (UNM) akan helat workshop PKM 5 bidang. Acara ini akan dilaksanakan pada pekan kedua bulan September mendatang. Maksud dan tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengembangkan potensi dan kreatifitas nalar mahasiswa jurusan matematika. Selain itu untuk mempersiapkan cikal bakal mahasiswa matematika agar dapat melaju ke PIMNAS. Workshop ini diselenggarakan selama dua hari. Selama dua hari tersebut juga peserta akan menerima materi-materi seputar PKM 5 Bidang oleh pemateripemateri handal dan yang bergelut pada bidang tersebut. Adapun materi yang akan dibawakan yaitu PKMPenelitian, PKM-Teknologi, PKM-Karsa Cipta, PKM-Kewirausahaan, dan PKM-Pengabdian Kepada Masyarakat, serta ada satu materi tambahan. Info lebih lanjut hubungi 082290043691. (Ayu)

HMPS Sasindo Akan Gelar Sastra Masuk Sekolah Ujian. Peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer yang berlangsung di Fakultas Psiokologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar.

tanya. Ia menambahkan, tahun ini kuota SBMPTN masih tetap sama dengan tahun lalu. “Tahun ini tetap sama seperti tahun lalu yaitu sebanyak 2.475 orang,” Jelasnya. Tahapan pendaftaran SBMPTN yaitu: mendaftarkan diri untuk ikut tes UTBK, mengikuti ujian

Urai data, ungkap fakta, saji berita

UTBK, jika lulus UTBK, maka hasil UTBK bisa digunakan untuk mendaftar SBMPTN, melakukan pendaftaran SBMPTN, melihat hasil pengumuman SBMPTN sesuai jadwal, adapun UTBK dapat diikuti oleh siswa lulusan tahun 2017, 2018, dan 2019 dari pendidikan menengah

(SMA/MA/SMK) sederajat, serta lulusan paket C tahun 2017, 2018 dan 2019. Peserta yang memilih program studi bidang seni dan olahraga wajib mengunggah portofolio dan tidak lulus jalur SNMPTN 2019. Mereka juga dapat memilih program studi di PTN mana pun. (ara)

HIMPUNAN Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sastra Indonesia (Sasindo) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM), akan menggelar Sastra Masuk Sekolah (SMS). Kegiatan ini akan diselenggarakan di SMA 4 Polewali Mandar, pada 29 Juli hingga 3 Agustus mendatang. Ada delapan item kegiatan dalam SMS ini yakni, klinik literasi, pameran sastra, ladang baca, kelas sastra, lomba menulis, donasi buku, pelatihan visualisasi puisi dan drama, serta malam sastra. Info lebih lanjut mengenai kegiatan ini bisa menghubungi CP: Muh. Muchtasim (081355557961) atau Ayu Harsari (085230725576). (Dela)

www.profesi-unm.com


Life Style 13 Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

Waist Bag

www.profesi-unm.com

Waist Bag Kembali Populer *Rara Astuti

Sejatinya tas pinggang ini ternyata sudah ada sejak abad 15. Dulunya digunakan para asisten rumah tangga di Prancis untuk meletakkan berbagai keperluan seperti kunci, gunting, gembok dan semacamnya. Sebutannya adalah "chatelaine", dipakai dengan dikaitkan di ikat pinggang mereka menggunakan semacam strap. Seiring berjalannya waktu, waist bag kemudian banyak digunakan sebagai aksesoris dengan ragam fungsi. Seperti untuk bersepeda, main ski, dan naik gunung. Di tahun 80-an, tren ini menjadi populer. Tas tersebut berkembang jadi fashion item bergaya sporty dan dipakai ketika beraktivitas sehari-hari. Para selebriti pun mulai ban-

yak memakainya hingga membuat waist bag semakin populer. Tren ini berlangsung hingga tahun 90an di mana sejumlah rumah mode membuat desain waist bag sebagai bagian dari koleksinya. Dalam Fashion Week 2012-2013, Moschino menjadi salah satu rumah mode yang memunculkan kembali tren waist bag. Kemudian disusul sejumlah brand kenamaan dunia, seperti Chanel dan Gucci seolah berlomba-lomba mengeluarkan koleksi tas ‘multifungsi’ tersebut. Desainer legendaris, Karl Lagerfeld berhasil menarik perhatian para fashionista saat meluncurkan waist bag berukuran mungil. Tren tersebut semakin cepat merambah industri fashion internasional ketika supermodel, Kendall Jenner tertangkap kamera mengenakannya dengan memadukan military style jumpsuit. Di Indonesia sendiri, sudah banyak kalangan yang memakai tas tersebut dalam kesehariannya. Tak terkecuali, mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM). Selain sudah menjadi tren fashion yang populer saat ini, banyak mahasiswa yang menggunakan waist bag sebagai pengganti tas ransel ketika ke kampus. Andi Aisyah Tibrisi misalnya. Mahasiswa Program Studi (Prodi)

Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi (FE) ini mengaku telah memakai waist bag sejak awal tahun 2018. Menurutnya, tas tersebut lebih praktis ketika dibawa kemanakemana. Apalagi tas tersebut, kata dia, sudah bisa menampung banyak barang, misalnya handphone, pulpen, alat tulis kantor, dan aksesoris penunjang kuliah lainnya. “Simpel untuk dipakai dan agak muat banyak. Pengganti tas kalau tidak mau repot bawa tas besar tapi isinya sedikit dan unik juga modelnya,” akunya. Ketika memakai tas tersebut, dara asal Makassar ini tidak perlu khawatir bila ada pencuri yang mencoba merebut waist bag-nya. Sebab, tas ini memang ditaruh di bagian depan pinggang dan badan. “Kalau waist bag itu bisa dibilang anti copet karena di pakai dibagian depan pinggang dan bisa juga di kalungkan jadi crossbag di depan badan,” jelas mahasiswa yang akrab disapa Ate ini. Senada dengan Ate. Mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi), Andi Nur Ismail Budiman turut berkomentar soal tren fashion ini. Ia mengatakan, bahwa tas ini sangat minimalis dan terlihat menarik ketika digunakan. “Mungkin banyak yang menggunakan waist bag karena model

yang berbeda dan cara pakainya juga terlihat keren,” ujarnya. Sebagai tas multifungsi, menurutnya, waist bag bisa menjadi tas yang dapat digunakan untuk berkuliah. Ketimbang memakai ransel dan harus membawa beban yang berat, ia lebih memilih memakai tas tersebut. “Lebih simpel karna disisi lain untuk menyimpan barang lebih mudah,” kata mahasiswa angkatan 2015 ini. Sementra itu, Dosen Psikologi Sosial, Kurniati Zainuddin menjelaskan, bahwa tren ini wajar-wajar saja diikuti oleh semua orang terutama para mahasiswa. Hanya saja, bagi mahasiswa ketika mengikuti tren tersebut ada hal yang perlu diperhatikan. Ialah tidak merubah identitas mereka. “Sebenarnya mereka tidak cocok pakai tas itu karena aktivitasnya tidak cocok mungkin yah, misalnya mereka bawa laptop atau bawa apa. Nah itu yang menjadi masalah. Mereka ditawarkan model dibanding rutinitas atau kegunaannya,” katanya. (*)

FOTO: MUH AGUNG EKA. S – PROFESI

TREN di dunia fashion selalu berganti seiring berjalannya waktu. Waist bag atau fanny pack barubaru ini menjadi populer di berbagai kalangan. Padahal, tas tersebut pernah juga menjadi tren di tahun 80-an. Hanya saja, kali ini adalah pengulangan dan improvisasi dari tren tersebut.

Tips Memakai Waist Bag

Agar Terlihat Stylish TREN memakai waist bag atau fanny pack sudah merambah ke Indonesia sejak awal tahun 2018. Di Makassar, tas tersebut sudah banyak juga digandrungi oleh para mahasiswa. Selain sebagai sebatas gaya, rupanya waist bag dipakai juga ketika berkuliah. Meski begitu, ada yang perlu diperhatikan jika ingin mengikuti gaya ini. Untuk tampil stylish, ternyata terdapat beberapa tips dalam pemakaiannya. Berikut ini cara mengenakan Fanny Pack agar tampilan semakin kece.

www.profesi-unm.com

Cross Body atau Belt In

PERTAMA ialah mengenakan wasit bag layaknya menggunakan tas cross body. Posisi tas dapat dikalungkan ke depan atau ke belakang badan. Namun bisa juga dipakai dengan melingkarkannya seperti ikat pinggang di celana jeans atau yang biasa dikenal dengan sebutan Belt In. Ini cocok bila menginginkan tampilan yang lebih santai.

WAIST bag tidak melulu harus Memilih warna cerah berwarna netral, seperti hitam dan bahan yang baik atau putih. Tas ini juga punya banyak pilihan warna. Kemudian cobalah untuk memilih warna yang cerah. Fanny Pack yang cerah juga cocok dipadukan dengan baju berwarna cerah. Begitu juga dengan bahan tas. Carilah bahan yang menarik seperti satin, beludru, dan kain korduroi.

Sesuaikan Postur Tubuh

HAL yang juga terpenting ialah kenakan fanny pack dengan ukuran sedang. Tujuannya ialah agar terlihat pas dengan postur tubuh.

TERAKHIR, ialah usahakan menJangan Simpan gisi beberapa aksesoris dalam waist Terlalu Banyak Babag yang seperlunya saja. Menyimpan rang aksesoris atau barang lainnya ke dalam tas tersebut dapat mempengaruhi postur tubuh. Sebab, tubuh terkadang tidak mampu membawa beban yang berat. Apalagi, fanny pack bukan seperti ransel yang ruangnya besar. Sehingga, dianjurkan tidak membawa barang melebih kapasitas yang ada. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita


14 PROFESI 43 www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

Menjaga Idealisme, Menepis Pragmatisme * Wahyudin

SEHARI sebelum memasuki bulan suci ramadhan, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali merayakan hari lahir yang ke-43. Tepatnya 5 Mei 2019 di Redaksi LPM Profesi UNM. Malam itu suasana redaksi tampak berbeda dari biasanya. Kegiatan-kegiatan keredaksionalan seperti menulis berita sejenak ditinggalkan kemudian membuat acara sembari berkumpul bersama pengurus dan sejumlah alumni menunggu malam pergantian dari 4 Mei ke 5 Mei. Setelah jarum jam melewati angka 12, api di atas lilin berbentuk angka 43 itu ditiup sebagai penanda bahwa usia 42 telah berakhir. Pemotongan nasi tumpeng pun dilakukan dan saling suap nasi sebagai ungkapan rasa syukur dan kebersamaan

Urai data, ungkap fakta, saji berita

dalam kekeluargaan. Tak lupa juga pengelola memanjatkan dan mengirimkan doa buat almarhum Abdullah Dola yang telah berpulang ke rahmatullah 29 Agustus tahun lalu. Ia merupakan pendiri LPM Profesi UNM pada 5 Mei 1976. Perjalanan lembaga kuli tinta ini tidak terlepas dari obsesi ide dan rumusannya sehingga lembaga ini bisa terbentuk dan masih eksis hingga sekarang. Bersama tujuh orang rekannya, Ali Latif, Ismail Faisal, Andi Zainuddin M, Umar Labetubung, Arifah Sulaiman, Prafda Parawi, dan Haeruddin, buletin perdana profesi terbit pada tanggal 5 Mei 1976. Abdullah Dola berharap dengan terbitnya Buletin Profesi maka akan lahir penulis-penulis artikel dan wartawan kampus di UNM (dulu IKIP Ujung Pandang). Selain di dalam kampus, ia juga berobsesi agar wartawan profesi tidak hanya

hebat di kandang sendiri, tetapi juga bisa "Punya Nama" di luar kampus. Nama Profesi diambil dari kata Profesional dengan harapan mahasiswa yang bergelut di lembaga ini diharapkan agar dalam menekuni bidang pekerjaan dilandasi dengan pendidikan keahlian, keterampilan, dan kejujuran. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan bisa profesional dalam bidang studi yang digelutinya, terlebih lagi dalam bidang jurnalistik. Tiga bulan sebelum tutup usia, Abdullah Dola sempat menghadiri malam puncak Harla LPM Profesi yang digelar di Hotel La’riz 13 Mei 2018 lalu. Saat sambutan, hal yang selalu ia tekankan kepada para penerus pengelola LPM Profesi yakni tetap menjaga idealisme. Sebagai mahasiswa apalagi yang bergelut di bidang jurnalsitik harus memiliki idealisme dan ketajaman analaisis terhadap suatu kejadian

ataupun peristiwa baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Sejak awal profesi terbentuk hingga berusia 43 tahun ini, begitu banyak intervensi dan tantangan, tetapi dengan adanya idealisme bisa membuat lembaga kuli tinta ini masih bisa tetap eksis hingga sekarang. Bahkan Pendiri LPM Profesi Abdullah Dola pernah di penjarakan hanya karena berita. Bukan hanya itu, melainkan juga banyak tekanan pada generasi penerus yang juga berujung pada pemberedelan dan tak memiliki izin terbit dari birokrat. Sebagai lembaga pers kampus, profesi juga hadir sebagai kontrol sosial di kampus harus mengedepankan idealisme dalam mengawal kondisi dan situasi kampus. Tak boleh diintervensi oleh siapapun. LPM Profesi telah berdiri sejak 43 tahun lalu dan terbukti masih tetap eksis sehingga sekarang. Itu

karena masih memiliki idealisme. Jika pengurusnya berpikir secara pragmatis, mungkin saja lembaga ini telah rubuh seperti bangunan yang jika berumur seperti Profesi, banyak yang sudah rubuh. Namun karena pondasi yang dibangun sejak awal kuat, sehingga Profesi masih tetap eksis dan tidak goyah meskipun tantangan perkembaganan zaman semakin besar. Hadirnya berbagai macam platform media menjadi salah satu peluang sekaligus tantangan bagi profesi. Namun itu semua tidak boleh dilihat sebagai tantangan, melainkan kita harus dilihat sebagai peluang yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh pengurus. Dengan adanya platform youtube ini bisa membuat profesi bisa semakin eksis ke depannya. (*) *Penulis adalah Pemimpin Umum LPM Profesi UNM Periode 2019

www.profesi-unm.com


LAPORAN PERJALANAN 15 Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

www.profesi-unm.com

Media Daring dan Tantangan di Masa Depan 28 Oktober lalu menjadi salah satu pengalaman yang berkesan bagi saya sebagai jurnalis kampus. Bertolak ke kota Tanah Deli, Medan, saya berguru selama empat hari terkait perkembangan media daring sekaligus belajar budaya Sumater Utara (Sumut). Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut secara resmi mengundang saya untuk berpatisipasi dalam Pelatihan Nasional Pers Mahasiswa (Pena Persma) 2018. Mengangkat tema “Jurnalisme Daring”, tentu saja ini merupakan hal yang menarik untuk diketahui. Sebab, media ini terus berkembang sampai sekarang. Bahkan, eksistensinya sedikit mengalahkan media cetak. Ada delapan materi jurnalistik yang diberikan berfokus pada perkembangan jurnalisme media online. Ialah tantangan dan peluang media daring yang dibawakan oleh Pemimpin Redaksi Tribun Medan, Randhi P.F Hutagaol, Fotografi oleh Jurnalis Foto ANTARA,

Irsal Mulyadi, Pemberitaan Media Daring oleh Reporter Medan Talk, Ade Ardianta. Kemudian ada Manajemen Media Daring, Penulisan Media Daring, dan Etika Penulisan Media Daring yang dibawakan oleh Pemimpin Redaksi Suara.com. Terakhir, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan yang membawakan materi Teknik Reportase. Semua materi ini juga saya dapatkan di LPM Profesi. Namun, bedanya, konten pembelajarannya yang disajikan merupakan hal yang baru. Jujur saja, meski telah mengetahui media daring, saya baru tahu bahwa media ini memiliki peran terpenting di masa depan. Materi yang menarik ialah soal tantangan dan peluang media daring. Dis-

ajikan oleh Pemimpin Redaksi Tribun Medan, Randhi P.F Hutagaol, rupanya media ini begitu memiliki peluang yang besar dan menguntung bagi pemilik media. Belum lagi, zaman sekarang ini, internet sudah menjadi kebutuhan utama bagi hampir semua warga. Tak ayal, jika pembaca media ini semakin meningkat tiap tahunnya. Sebab, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain internet. Setidaknya di Indonesia, durasi penggunaan internet tiap pembaca yakni 8 jam 51 menit. Data tersebut merujuk dari Hootsuite per Januari 2018. “Jadi kita berada di posisi keempat. Yang pertama ini Thailand, jadi orang-orang disana banyak habiskan waktu sekitar 9 jam 38 menit hanya untuk bermain internet,” jelasnya saat memaparkan materinya didepan para peserta Pena Persma 2018. Selain pemberian materi, rupanya saya bersama peserta lainnya diajak untuk reportase lapangan. Tentu saja,

FOTO: DOK. PROFESI

*Dasrin

Penerimaan Materi. Suasana penerimaan materi di pelatihan nasional pers mahasiswa

agenda ini merupakan ajang praktik peliputan etelah kami mendapat materi. Terdapat dua lokasi yang menjadi pilihan, yakni Istana Maimun dan Masjid Raya Al-Mahsun. Kedua tempat ini menyimpan banyak sejarah kerajaaan

Deli. Kami pun melakukan reportase di kedua tempat itu. Saya pun bergegas untuk mencari informasi tentang dua tempat tersebut kemudian menulisnya di media daring. (*)

Jaga Budaya Leluhur dari Turun Temurun

FOTO: IST

ADA satu agenda menarik bagi saya, yang diadakan oleh para panitia Pena Persma ini. Ialah melakukan field trip ke Danau Toba. Sebagai danau vulkanik terbesar di dunia, Toba memiliki sejarah yang panjang dan menurutku sangat menarik untuk diulas. Termasuk budaya Batak yang mendiami pulau Samosir di tengah-tengah danau ini. Dalam perjalanan menuju ke Danau Toba, canda dan tawa peserta menjadi hiburan kami di dalam bus. Meski saya tak banyak bicara, namun teman-teman selalu mengajak untuk bercerita. Ada banyak hal yang kami ceritakan termasuk keindahan Sulawesi Selatan (Sulsel). Keasyikan bercerita hingga lupa bahwa kami ternyata sudah sampai di Danau Toba. Danau ini begitu luas membentang, dari kejauhan kami melihat pulau Samosir, satu-satunya pulau yang berada di tengah danau. Kami juga melihat aktivitas para nelayan dan para penyewa kapal untuk wisatawan tengah serius berkerja. Setibanya di dermaga, saya dan peserta Pena Persma bergegas menuju ke Kapal. Kami diajak ke tempat dimana suku Batak bermukim, yakni di Samosir. Jelas ingatan saya, ketika berada di kapal kala itu. Panitia menjelaskan sedikit bagaimana suku Batak tetap

menjaga budayanya ditengah gempuran teknologi yang maju. Sudah hampir seabad berlalu, orang asli Batak sangat menjunjung tinggi budaya mereka, dan merupakan harga mati yang mesti dijaga. Sesampainya di Samosir tepatnya di dermaga Tomok, kami menuju kampung bernama Huta Siallagan. Sepanjang perjalanan kami ke Huta Sillagan, kami menemukan para penjual souvenir berciri khas Batak. “Horas, Horass, Horas,” ucap salah satu pedagang yang mencoba menjajakan dagangannya ke kami. Ketika tiba di Huta Siallagan, teringat jelas bagaimana warisan budaya nenek suku Batak terjaga dengan sangat baik. Tersimpan deretan rumah adat Batak yang penuh dengan keunikan serta memiliki banyak nilai filosofis dibalik pembuatannya. Huta Siallagan dikelilingi oleh tembok pelindung setinggi 1,5 met e r

dengan pintu masuknya yang sangat kecil, sebuah patung batu dengan senyum datar sudah berdiri tegap menyambut kehadiran saya dan teman-teman peserta Namanya, Pangulubalang, sebuah patung penjaga yang melindungi warga dari serangan roh-roh jahat yang ingin memasuki wilayah Huta. Melewati Pangulubalang, di sebelah kiri dari arah masuk, deret a n

rumah yang didominasi warna coklat sudah berjajar rapi bak kumpulan pelajar yang sedang berbaris di tengah lapangan. Itulah rumah Rumah adat Batak atau yang biasa di sebut dengan Rumah Bolon. Pemandu Wisata yang juga merupakan orang asli Batak, yakni Saadin bercerita kepada kami mengenai rumah adat ini. Ia mengatakan, bahwa dulunya orangorang Batak merupakan arsitektur handal. Dalam membangun rumah, mereka memperhatikan tidak hanya segi estetika tetapi juga makna, nilai-nilai kehidupan serta kekuatan bangunan. “Salah satu

hal yang membuat Rumah Bolon istimewa adalah dibangun tanpa menggunakan paku sama sekali dan penuh dengan ukiran-ukiran yang memiliki makna,” katanya. Selain itu, ia juga menjelaskan, bentuk Rumah Bolon juga dibuat menyerupai bentuk kerbau dan terbagi atas 3 bagian. Punggung kerbau yakni atapnya yang melengkung, badan kerbau ialah bagian tengah rumah dan kaki kerbau merupakan tiang-tiang penyangga rumah. “Percaya atau tidak, Rumah Bolon selalu dibangun menghadap ke arah gunung. Orang dulu percaya kalau berkat akan selalu tercurah dari tempat yang lebih tinggi,” tambahnya. Orang-orang Batak sangat menjaga budaya dari leluhurnya. Tak Ayal, jika hingga kini Huta Siallagan masih sangat terjaga kearifan lokalnya. Kata Saadin, meski banyak orang Batak yang telah merantau namun mereka tidak pernah melupakan tempat lahirnya dan tetap menjaga budaya dan tradisi suku Batak. “Seperti itu, kita melihat banyak orang Batak yang sudah malang melintang di beberapa daerah di Indonesia. Tapi mereka selalu mengingat dan menjaga budaya kita,” tutupnya. (*)

Foto bersama. Foto bersama peserta pelatihan nasional pers mahasiswa di Medan. www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


16 PROFESI 43 www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi Edisi 233 Mei Tahun XLIII 2019

www.profesi-unm.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.