1 Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
www.profesi-unm.com
Tabloid Mahasiswa UNM
Pengemban Tridharma Perguruan Tinggi
Runyam BEM UNM www.profesi-unm.com
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 230 November XLII 2018 Urai Tahun data, ungkap fakta, saji berita
2 PERSEPSI www.profesi-unm.com
w
Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
EDITORIAL
Kembali Mengulang "Dosa" Tiga Tahun Lalu Lembaga Kemahasiswaan tertinggi di Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali mengulang "dosa" tiga tahun lalu. Di tahun 2015, BEM dan Maperwa UNM tidak diakui hingga berujung kevakuman selama dua tahun hanya karena persoalan IPK yang tidak mencapai 3.00. Tanpa legalitas, BEM dan Maperwa UNM seolah tak berdaya menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga kemahasiswaan yang patutnya disegani di institusi ini. Presiden BEM UNM Dwi Rezky Hardianto dan Ketua Maperwa Nur Saddam tidak diakui secara kelembagaan yang ada di UNM. Mereka terpaksa melanjutkan kepemimpinannya hanya berdasarkan kesepakatan peserta Musyawarah Besar (Mubes) meskipun tanpa legalitas. Akan tetapi BEM dan Maperwa UNM tampaknya sulit melakukan pergerakan tanpa legalitas. Beberapa haknya pun tak diberikan oleh birokrasi. PKKMB yang seharusnya BEM dan Maperwa turut andil untuk memperkenalkan LK kepada mahasiswa baru pun tidak diberikan. Ironi melihat LK tertinggi yang notabene sebagai motor pergerakan mahasiswa secara masif di kampus oranye ini justru ciut dengan ketidakberdayaan kebijakan birokrat. Citra BEM Universitas yang dulu disegani itu kini telah luntur. Beberapa kali BEM melakukan demonstrasi, tapi pimpinan tidak peduli. Bahkan aksi Tolak KKN Berbayar yang diikuti ratusan mahasiswa dan menutup satu ruas Jalan AP Pettarani pun tidak menggoyahkan hati para pimpinan kampus untuk menemui apa-
surat dari pembaca Apa yang anda tanyakan?
lagi memenuhi tuntutan mereka. Aksi yang dilakukan tidak menemui hasil. Demonstran hanya secara bergantian melakukan orasi yang tidak dihiraukan. Hingga aksi berakhir, tidak satupun jajaran pimpinan menanggapi tuntutan mereka. Hanya kemacetan panjang yang dihasilkan. Karena tidak memiliki perkembangan pergerakan, beberapa BEM fakultas pun menarik diri. Mereka mengaku sudah tak sejalan lagi dengan BEM UNM. Ini menandakan bahwa BEM dan Maperwa UNM sudah tidak memiliki kepercayaan dari sejumlah kalangan mahasiswa untuk memimpin lembaga yang sakral di kalangan mahasiswa tersebut. Apalagi saat ini, Maperwa Universitas yang bertugas mengawasi dan mengevaluasi BEM justru dikabarkan mengundurkan diri dari jabatannya. Sekretariat Maperwa di PKM pun beberapa bulan terakhir sangat jarang terbuka. Melihat kondisi seperti ini, LK di semua fakultas tidak boleh diam apalagi membiarkan BEM dan Maperwa universitas dalam kondisi lemah. LK fakultas harus mengambil sikap tegas. Ingin bersatu dibawah kepemimpinan Dwi Resky Hardianto atau melakukan Muslub. Jangan sampai BEM Maperwa terus menerus dibiarkan berjalan pincang hingga satu persatu pengurusnya menggugurkan diri, LK-LK fakultas menarik diri dan tidak menutup kemungkinan bisa berujung pada kevakuman BEM Maperwa UNM seperti tahun 2015 lalu. Tentunya bukan itu yang kita harapkan dari lembaga yang memayungi semua mahasiswa UNM. (*)
Ulfiayahaugustriani16: Cabut SK Skorsing.
Dekan FE, Muhammad Azis: Etika mahasiswa telah melanggar aturan lembaga kemahasiswaan, dan kami sudah keluarkan SK Skorsingnya. Jadi tidak mungkin kami cabut. Jadikan ini pembelajaran bagi mereka agar bisa berubah. Ahmadfahrir: AC di FIP kebanyakan pajangan.
PD II FIP, Muslimin: Memang banyak AC di FIP yang tidak berfungsi. Hal tersebut karena daya listrik yang tidak mampu. Perlu penambahan daya listrik, karena yang ada di FIP tidak cukup. risal0599: Yang ingin kami inginkan di UNM yaitu bagaimana perlengkapan yang ada di kampus semuanya berstandar nasional.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (WR II) UNM, Karta Jayadi: Kita sementara dalam proses pemenuhan perlengkapan yang berstandar nasional. Sudah berjalan beberapa, misalnya pemenuhan kursi standar bagi semua fakultas. Utomoputras: Tempat sampah di sekitaran kampus diperbanyak. Jalan masuk kampus juga diperbaiki.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (WR II) UNM, Karta Jayadi: Tempat sampah seharusnya masing-masing unit yang menyiapkan.Kemudian terkait jalan yang rusak, memang masih dalam tahap perbaikan semua. Misalnya di FT dan FSD, kemudian menyusul FMIPA dan yang lainnya di semua sektor.
1 Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
Pelindung: Prof. Dr. H. Husain Syam, M.TP, Dewan Pembina: Abdullah Dola, Hazairin Sitepu, Akbar Faizal, Syahrir Muhammad, Asia Ramli Prapanca, Ammas DR, Anshari, Muhiddin, Mukhramal Azis, Uslimin, Fachruddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Faisal Palapa, Rustan Bedmant, Abdul Rahman, Abdul Salam Malik, Supriadi, Mirwan. Â Pemimpin Umum: Muh. Agung Eka S, Sekretaris Umum: Dasrin, Bendahara Umum: Anggi Prakasi, Pemimpin Redaksi: Wahyudin, Manajer Daring: Nurul Atika, Manajer Penyiaran: Masturi, Pimpinan Penelitian dan Pengembangan: Dasrin.
www.profesi-unm.com
Tabloid Mahasiswa UNM
Pengemban Tridharma Perguruan Tinggi
Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/ SK/Ditjen PPG/1990. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Muh. Agung Eka S, Pemimpin Redaksi: Wahyudin, Redaktur: M. Sauki Maulana, Reporter: Rara Astuti, R. Ryan Subiakto S, Wahyu Riansyah, Ulil Afiah Az-zakiyah, St. Reski Amalia, Kurnia, M. Nur Taufik, Irham Nur, Fotografer: Syahru Ramadhan, Layouter/Desainer Grafis: Zulhijaya, Syahru Ramadhan, Manajer Sirkulasi dan Iklan: R. Ryan Subiakto Redaksi LPM Profesi UNM : Jl. Mallengkeri Luar No. 25 Kelurahan Mangasa, Kecamatan Tamalate, Makassar Telp. (0411) 8914674, ÂE-mail: profesi.online@gmail.com, Website: www.profesi-unm.com
Runyam BEM UNM www.profesi-unm.com
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 230 November XLII 2018 Urai Tahun data, ungkap fakta, saji berita
Tata Letak : Zulhijaya, Masturi
Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
www.profesi-unm.com
MOZAIK 3 Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
www.profesi-unm.com
SNAPSHOT
Mahasiswa FIK Rebut 15 Medali di KRAMSI
FOTO: WAHYU RIANSYAH-PROFESI
Bahagia Sekaligus Kecewa
RUSAK. Jalan akses menuju Fakultas Ilmu Sosial dan Fakultas Psikologi di area kampus Gunung Sari berlubang. Kondisi ini tentunya mengganggu aktivitas mahasiswa karena jalan ini merupakan akses utama menuju kedua fakultas tersebut.
Tim UNM Wakili Sulsel Persentase Robot di Yogyakarta MAHASISWA Universitas Negeri Makassar (UNM) satu-satunya perwakilan dari Sulawesi dalam Presentasi Riset Edukasi Roket. Acara tersebut di gelar oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di Universitas Muhammadiah Yogyakarta (UMY), Selasa (30/10). Ketua Tim Srikandi V2 (kategori muatan balon atmosfer), Nirwana menjelaskan bahwa ada dua tim yang lolos untuk mewakili Sulawesi dalam kompetisi nasional yakni tim muatan balon dan muatan roket yang bersaing dengan 64 tim dari seluruh perguruan tinggi (PT) di Indonesia. Kedua tim tersebut berasal dari mahasiswa UNM. “Saya sangat bersyukur dan bangga karena menjadi satu-satunya mahasiswa UNM dari pulau Sulawesi yang mengikuti kegiatan nasional dalam peningkatan riset Indonesia,” jelasnya. Ia juga mengungkapkan, cara kerja muatan balon yang ia buat yaitu, ada muatan yang dilengkapi dengan beberapa sensor di dalamnya, kemudian payload tersebut diterbangkan menggunakan balon. Dimana Pay-
load akan mengirim data ke ground station berupa data ketinggian, temperatur, humadity, preassure, arah dan kecepatan angin. “Adapun pembimbing tim kami yaitu, Satria Gunawan Zain dan Abdul Rahman Patta yang telah membimbing kami mulai dari awal sampai tahap presentasi kali ini,” ungkapnya. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (PTE) ini berharap dengan adanya kegiatan tersebut mampu memberikan peningkatan kemampuan dalam menuangkan ide dan kreasi terhadap teknologi roket. “Semoga kami mampu melakukan penelitian terhadap teknologi roket dan muatan untuk menyambut revolusi industri 4.0 dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas riset,” harapnya. Adapun tim anggota kategori muatan balon atmosfer yaitu Nirwana, Mutiara Mutmainnah, dan Wanda Rahmawati. Sementara untuk Rheostat Space Team (kategori muatan roket) beranggotakan Mudarris, Andi Alpian, dan Syutriadi. (lia)
Sebanyak 10 mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) kembali mengharumkan nama baik Universitas Negeri Makassar (UNM). Mereka berhasil mendapatkan lima medali emas, lima perak, dan lima perunggu dalam Kejuaraan Renang Antar Mahasiswa Indonesia (KRAMSI) VIII di Universitas Hasanuddin (Unhas) pada tanggal 26 dan 27 Oktober lalu. Siti Nurhaliza mendapat dua emas dan satu perak, Syamsinar Mustafa satu perak dan dua perunggu, Natasya Scotia satu perunggu, Wanda Agustina tiga perak, Abu Rizal bakri satu emas dan dua perunggu, serta estafet putri mendapatkan dua emas. Sebanyak 16 kontingen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mengikuti KRAMSI VIII ini. Ajang ini merupakan wadah bagi mahasiswa untuk berkompetisi melalui olahraga renang. Kejuaraan Nasional ini juga memperebutkan 84 medali, 28 medali emas, 28 perunggu, dan 28 perak. Salah satu mahasiswa Jurusan Pendidikan dan Kepelatihan Olahraga, Syamsinar Mustafa merasa kecewa dengan birokrasi kampus. Karena menurutnya, dosen
maupun pimpinan memiliki peran yang cukup besar dalam memotivasi mahasiswa baik dalam bentuk dukungan maupun bantuan berupa kontribusi. Namun yang terjadi, mereka bertanding dengan biaya sendiri. “Antara bahagia dan kecewa. Bahagianya bisa juara 1 dan kecewanya UNM tidak ada partisipasinya. Kami kecewa tapi kita buktikan di sini kalau kita mampu memperoleh medali emas tanpa partisipasi UNM sedikitpun,” kata Syamsinar Mustafa saat dihubungi melalui pesan WhatsApp, Sabtu (27/10). Ia berharap pimpinan bisa lebih aktif untuk mencari informasi seperti kejuaraan ataupun lomba yang bisa diikuti oleh mahasiswa UNM. Sehingga mahasiswa bisa lebih semangat dalam mengikuti lomba apalagi jika didukung dan ada partisipasi dari pimpinan. “Semoga tahun berikutnya pimpinan bisa berpartisipasi dan kita sebagai mahasiswa juga bangga dan bisa bicara di depan universitas lain bahwa UNM itu bagus,” harap Sinar. Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan (WD III) FIK, Adnan Hudain mengaku tidak mengetahui jika ada mahasiswanya yang mengikuti kejuaraan ini. Biasanya, kata Adnan, jika ada lomba seperti itu, apalagi membawa nama UNM, terlebih dahulu suratnya ke dia lalu ditin-
dak lanjuti untuk difasilitasi. “Saya juga tidak tahu kalau ada mahasiswa olahraga yang ikut KRAMSI,” katanya saat ditemui di ruangannya, Rabu (31/10). Dosen Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi ini turut merasa bangga karena ada mahasiswanya yang bisa membawa nama baik UNM . Apalagi mendapatkan medali emas. Ia mengatakan bahwa pimpinan kampus sangat mendukung jika mahasiswa mengikuti kegiatan ataupun lomba yang sangat bermanfaat seperti ini. Adnan juga mengatakan bahwa tetap akan menindak lanjuti prestasi yang telah diraih oleh 10 mahasiswanya. “Nanti saya akan ketemu sama dosen yang membimbingnya ke sana, kemudian meminta surat bahwa mereka mengikuti kejuaraan tersebut. Nanti kami akan tindak lanjuti terkait apa yang akan kita berikan untuk mereka,” ujarnya. Adapun sepuluh mahasiswa yang ikut, tujuh dari Pendidikan Kepelatihan Olahraga yakni Siti Nurhaliza, Syamsinar Mustafa, Natasya Scotia Ramadhani, Wanda Agustina, Aburisal Bakri, Istiqomah Ramadhani, dan Renaldi. Kemudian dari Jurusan Ilmu Keolahragaan ada dua orang yakni Putri Jelita Mansyur dan Aldi Syam Jaya serta satu dari Jurusan Penjaskesrek yakni Imam Gozzaly. (win)
Semangat di Tengah Pilu Palu
FOTO: IST.
* Wahyu Riansyah
Imran, Mahasiswa Universitas Tadulako yang sit in ke Universitas Negeri Makassar (UNM).
www.profesi-unm.com
BENCANA alam selalu menyisakan duka dan nestapa, tak terkecuali gempa, tsunami dan likuifaksi yang melanda Provinsi Sulawesi Tengah pada 28 September lalu. Peristiwa yang merenggut ribuan korban itu kini menyisakan pilu bahkan trauma bagi setiap korban yang berhasil menyelamatkan diri. Imran, salah satu mahasiswa Universitas Tudalako (Untad) tak mampu menyembunyikan kegetirannya saat berusaha menceritakan kisah yang ia alami kepada awak Profesi. Dengan kepala menunduk ia berupaya mengingat bagaimana peristiwa mencekam itu memporak porandakan Kota Palu. Sesaat sebelum gempa hebat itu datang, Imran tengah sibuk berdiskusi dan mengkoordinasi temantemannya untuk memaksimalkan persiapan menuju acara pengkaderan mahasiswa yang baru bergabung pada jurusannya. Sebagai Ketua Panitia dirinya memiliki tanggung jawab penuh terhadap jalannya acara itu. Waktu itu posisi mereka masih di dalam kampus. Tak lama berselang bahkan diskusi pun belum menuai kesimpulan.
Suasana tenang dan penuh kehangatan yang menyelimuti ruangan itu berubah menjadi gaduh. Satu persatu mahasiswa yang berada di ruang yang sama tak terkecuali dirinya berhambur menuju ke lapangan. Gempa berkekuatan 7,8 SR mengguncang Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi. Peristiwa mencekam itu dengan cepat meluluh lantahkan Kota Palu dan sekitarnya, termasuk kampus tempatnya menimba ilmu. Mahasiswa angkatan 2017 Jurusan Pendidikan Sejarah ini menyaksikan langsung bagaimana fenomena alam itu meruntuhkan gedung-gedung perkuliahannya. Menyaksikan itu dirinya tidak percaya akan keluar dari tempat itu dalam keadaan bernyawa. “Saya kan berada di ruang terbuka, jadi saya lihat betul bagaimana gedung kampus saya ambruk. Saya kira saya akan mati,” kata dia. Di kampus yang sebagian telah roboh itu hati Imran remuk redam tatkala ia mendengar kabar, salah satu temannya meninggal tersapu badai tsunami. Ia adalah Fitri teman seangkatannya yang ia kenal sebagai pribadi yang humo-
ris. Saat bencana itu terjadi Fitri sedang dalam perjalanan menuju kerumahnya. “Sedih aja, apalagi kalau sama dia aku sering bercanda,” ungkap Imran lirih. Letak geografis Untad yang berada di pegunungan menjadikannya bebas dari dampak tsunami. Berbeda dengan wilayah pantai kota itu, tempat Fitri berada saat peristiwa ganas itu terjadi. Pasca kejadian itu, Imran bersama teman seangkatannya pun bertekad mencari keberadaan Fitri sebelum dinyatakan hilang dan meninggal. Setelah bencana alam itu memporak porandakan Palu, kegiatan perkuliahan lumpuh total. Tenaga pengajar serta sarana kampus tidak menunjang diperadaknnya proses perkuliahan. Para mahasiswa yang berhasil menyelamatkan diri, termasuk juga Imran mengisi waktu dengan menjadi relawan bencana bersama tim relawan Peduli Palu. Peristiwa naas itu juga berdampak pada putusnya akses jalan, listrik, maupun telekomunikasi. Butuh waktu empat hari pasca kejadian itu bagi Imran untuk bisa memberikan kabar kepada kedua orangtuanya yang berada di Pasangkayu bahwa
dirinya selamat. Saat ini Imran tengah melanjutkan studinya di Universitas Negeri Makassar (UNM) sebagai mahasiswa sit in, sembari menunggu kampus asalnya kembali pulih. Butuh perjuangan yang amat keras bagi remaja 19 tahun ini untuk hadir dan melanjutkan pendidikannya di UNM. Mengingat kondisi daerahnya yang porak-poranda seusai dilanda gempa dan tsunami. Apalagi ini kali pertama dirinya menginjakkan kaki di Kota Daeng. "Orangtua sempat melarang saya ke Makassar. Tapi aku berusaha menjelaskan ke mereka," kata dia. Bermodalkan sepeda motornya, ia menempuh perjalanan selama lebih dari 20 jam dari Kota Palu menuju Makassar. Ia sangat berharap kesempatannya belajar di UNM mampu menghilangkan luka trauma yang menimpanya. "Aku bersikukuh ingin kuliah sit in di UNM, kotaku boleh luluh lantah tapi tidak dengan pendidikanku," katanya. Hingga sekarang ia terkadang masih trauma jika berada di dalam gedung. Apalagi tempat kuliahnya kadang di lantai 2 gedung Flamboyan FIS. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
4 REPORTASE UTAMA www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
Paham Radikalisme Rambah Kampus
ILUSTRASI: ZULHIJAYA - PROFESI
Bibit Pencetak Pendidik Jangan Salah Arah
Radikalisme - Paham radikal kini telah merambah ke dunia kampus. Pihak Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) pun mengungkapkan bahwa Perguruan Tinggi (PT) di pulau Jawa dan Sulawesi sekarang sudah terpapar. Menilik kasus ini, Universitas Negeri Makassar (UNM) sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan patut waspada menyikapi persoalan radikalisme tersebut.
SEJATINYA perguruan tinggi hadir sebagai pusat ilmu dan kajian kritis bagi mahasiswa. Apalagi PT dengan status LPTK, tentunya calon pendidik tidak boleh salah arah. Namun, nyatanya, radikalisme justru masuk dan memberi pemahamannya kepada mahasiswa. Yang paling marak ialah paham radikal berkedok dogma agama. Hal tersebut diungkapkan Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Pemuda Forum Koordonasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Su-
lawesi Selatan (Sulsel), Majdah Muhyiddin Zain. Ia mengatakan jika saat ini para pelaku berusaha mendoktrin mahasiswa melalui kajian yang digelar tertutup. Mereka bakal memberi pemahaman seputar agama yang menjurus untuk melawan ideologi negara dan intoleransi. “Dia menggunakan ayat-ayat AlQuran untuk mendoktrin,” katanya. Rektor Universitas Islam Makassar (UIM) ini juga menjelaskan, bahwa pelaku mudah menghasut para mahasiswa ketika ia berusa-
ha menjelaskan dan mengaitkannya dengan permasalahan yang ada di Indonesia. Misalnya, pada bidang ekonomi, mereka dengan kemampuan finansial yang rendah diajak pelaku untuk menyalahkan pemerintahan atas persoalan tersebut. “Kajian agama murni dibuat untuk mendoktrin mereka yang sudah frustasi faktor ekonomi, frustasi dari keadaan bangsa ini,” jelas dara asal Yogyakarta ini. Sementara itu, Pengamat Pendidikan, Suparlan Suhartono men-
ganggap ini menjadi ancaman jika mahasiswa telah berpaham radikal dengan maksud menentang ideologi negara. Menurutnya, pemikir kritis seperti mahasiswa bisa saja menghancurkan negara ketika bertindak sesuai pemahamannya itu. “Kekuatan mahasiswa itu luar biasa. Mengerikan. Ditarik ke paham radikalisme itu suatu musibah,” nilainya. Guru Besar Filsafat Pendidikan ini menegaskan, pihak birokrasi sudah harus mampu mencegah ma-
suknya paham seperti ini. Lantas, para pimpinan kampus punya peran penting dalam mengelola perkuliahan yang baik. Dosen pun memiliki kurikulum pembelajaran yang jelas. Apalagi, UNM merupakan lembaga pencetak pendidik. Mahasiswanya pun tidak boleh salah arah. “Yang penting dilakukan pimpinan kampus, yakni menata dan mengelola perkuliahan supaya budaya belajar, berdiskusi dimana-mana. Dosen punya stand point yang jelas,” tegasnya. (*)
Kampus di Sulsel Rawan Terpapar Radikalisme DALAM tiga tahun terakhir, Pihak Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah menemukan bahwa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di dua daerah telah terpapar paham radikalisme. Dua daerah yang dimaksud ialah Jawa dan Sulawesi. Seperti yang dikatakan oleh Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Pemuda Forum Koordonasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Selatan (Sulsel), Majdah Muhyiddin Zain. Ia mengungkapkan, Sulawesi Selatan (Sulsel) sendiri sudah memasuki Urai data, ungkap fakta, saji berita
zona merah. Artinya, termasuk daerah yang tingkat kerawanan yang tinggi untuk disusupi paham radikalisme. “Sulsel termasuk zona merah, tempat lalu lintasnya,” ungkapnya. Ia juga tak menampik bahwa temuannya hingga saat ini, paham radikalisme telah banyak terpapar di kalangan mahasiswa khususnya. Masuknya paham ini pun melalui kajian berkedok dogma agama yang dilakukan secara tertutup. Sayangnya, saat ditanya soal kampus yang telah terdekteksi memiliki mahasiswa berpaham radikal, ia
pun enggan menyebutnya. “Tapi rata-rata yang menjadi pelaku radikalisme memang berasal dari pemuda,” ungkapnya. Senada dengan Majdah, Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Kajian Ilimiah Mahasiswa Bertaqwa (LKIMB) UNM, Achwar Nazar juga mengaku bahwa mahasiswa Sulsel telah terpapar paham radikal. Meski begitu, ia belum tahu mereka berasal dari kampus yang mana saja. “Saya tidak bisa tahu di kampus mana. Karena susah sekali diidentifikasi yang begitu agak haluski,”
katanya. Pria asal Barru ini bahkan menduga jika beberapa mahasiswa UNM kemungkinan besar telah terpapar paham itu. “Bisa jadi ada di UNM kemungkinan bisa dimasuki,” jelasnya. (*)
TIM Kordinator : Muh. Sauki. Anggota : 1. Muh. Agung Eka 2. Nurul Atika 3. Anggi Prakasi
SUDUT + Bibit Pencetak Pendidik Jangan Salah Arah - Asal pimpinan jangan malas mengawas + Elegi BEM Maperwa dalam Belenggu Birokrasi - Jangan sampai bibit selanjutnya salah arah + Baru Pimpin Prodi, Sudah Malas - Sepertinya harus benar-benar dibelenggu
Dg. Tata
www.profesi-unm.com
REPORTASE UTAMA 5 Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
www.profesi-unm.com
Mahasiswa di Doktrin Via Sosial Media SOSIAL media rupanya menjadi media kajian alternatif yang dibuat para pelaku berpaham radikal. Untuk memberikan pemahamannya, mereka memakai aplikasi pesan, WhatsApp (WA) dan Facebook. Haekal, salah satu mahasiswa yang sempat ikut grup kajian tersebut di WA pun bercerita pengalamannya. Ia mengatakan, hanya orang tertentu yang bisa bergabung dengan grup tersebut. "Menyamar jadi cewek," akunya. Usai bergabung, ia menjelaskan, para pelaku tiap kali membuka pembahasan dalam grup, para mahasiswa dilarang untuk bertanya. Kajian ini dilakukan hampir tiap hari dan memaksa mahasiswa untuk membacanya. "Ada yang share kajian tiap saat. Di-
Ciri Utama Mahasiswa Berpaham Radikal
suruh baca dan dilarang bertanya kecuali sama orang yang kirim," jelas mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin ini. Melalui WA, para pelaku selalu membahas berbagai macam topik yang berhubungan dengan masalah di Indonesia. Khususnya yang berbau melawan ideologi negara. Selanjutnya dikaitkan dengan agama untuk memperkuat pernyataannya tersebut. "Persoalan akhirat biasanya dibahas baru sering menggunakan tafsir dari ayat suci," katanya. Sayangnya, saat dimintai informasi lebih lanjut mengenai grup tersebut, ternyata ia telah keluar dari grup. "Tahun lalu ji ikut. Karena tugas ji memang itu dulu," tambahnya. (*)
ADANYA indikasi bahwa paham radikal telah masuk di kampus, membuat pihak birokrasi patut waspada terkait persoalan ini. Celakanya, BNPT telah menemukan perguruan tinggi (PT) di Jawa dan Sulawesi terpapar. Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas), Nasrullah pun mengungkapkan ciri-ciri mahasiswa yang telah terpapar paham radikal. Ia menjelaskan bahwa, biasanya mereka menutup diri dan kurang berinteraksi dengan orang sekitar. Namun, apabila ketika, ia berbicara patut diwaspadai.
Apalagi, jika sudah menjurus kepada pembicaraan soal masalah yang ada di Indonesia. “Narasinya, perhatikan caranya menyampaikan. Dia itu berusaha ingin merusak harmonis bangsa dan mencoba cari celah. Kalau ada orang seperti itu patut kita bersikap,” jelasnya. Selain itu, kata Nasrullah, ketika mulai membahas seputar permasalahan di Indonesia, biasanya mereka tidak lupa mengaitkannya dengan agama. Bahkan, dilengkapi penjelasannya itu ditambahkan dengan data yang didapatnya. “Isu SARA yang paling
mereka bahas kemudian dikaitkan dengan agama. Biasanya memakai data ketika menyampaikan agar mahasiswa lebih tertarik. Tapi datanya itu tidak aktual,” tambahnya. Ia mengaku sering mendapat mahasiswa yang terindikasi berpaham radikal. Akan tetapi, ia menyampaikan agar tidak mudah menerimanya begitu saja. “Berpikir positif, berusaha dulu cerna apa yang mereka bilang, kalau dirasa ada yang menyimpang dan ingin merusak keharmonisan bangsa dan negara, patut bersikap,” akuinya. (*)
Upaya Merinstekdikti Melalui UKM PIB MENTERI Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Muhammad Nasir menerbitkan Permensristekdikti No. 55 Tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Bangsa dalam Kegiatan Mahasiswa di Lingkungan Kampus. Peraturan tersebut mewajibkan setiap kampus untuk membentuk Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pengawal Ideologi Bangsa (PIB). Dikutip dari rilis Kemenristekdikti, melalui peraturan ini, Mohamad Nasir menegaskan bahwa itu merupakan upaya Kemenristekdikti dalam menekan paham radikalisme dan intoleran di dalam kampus.
Maraknya paham radikal, kata dia, mesti dicegah juga agar tidak masuk mendoktrin para mahasiswa. “Diterbitkan sebagai upaya Kemenristekdikti untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa akan Ideologi bangsa,” jelasnya pada jumpa pers Sosialisasi Permenristekdikti No. 55 Tahun
WR III Tegaskan UNM Bersih dari Paham Radikal (16/11). Namun, apabila ada upaya paham radikal masuk, kata Arifuddin, perlu ada usaha yang dilakukan agar calon pendidik ini tidak terjerumus. Misalnya saja, membuat kegiatan kemahasiswaan yang dapat meningkatkan prestasi mahasiswa. “Tentu sebagai lembaga akademik atau lembaga besar tentu tidak dibiarkan. Namanya paham radikalisme yah pasti bertentangan dengan Pancasila,” tambahnya. Untuk mengetahui maha-
siswa yang telah berpaham radikal, mantan Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) ini hanya melihat dari cara berorasi. Salah satunya apabila ada maksud untuk provokasi, maka pihaknya langsung mengambil tindakan. “Datang untuk merusak yang sudah terbangun di Universitas. Kan gampang terindikasi misalnya aksi, unjuk rasa setelah ditelurusi adalah buntut dari provokasi, otomatis tidak akan diterima,” kata pria asal Sinjai ini (*)
Pihaknya juga mesti selektif dan terlebih dahulu melihat orientasi dari lembaga kemahasiswaan yang bakal dibentuk. “Beda dengan UKM yang tentu untuk minat dan bakat. Kalau itu mereka mau ke ranah apa, harus jelas dulu,” katanya saat ditemui di Lantai 6 Menara Pinisi, Jumat (16/11). (*)
Kata Mereka Presiden BEM FPsi UNM, Khaidir: Kalau memang berujung ke terorisme, pasti kita sama-sama tidak menginginkan hal tersebut. Kita akan cegah hal itu.
Ketua UKM LKIMB UNM, Achwar Nazar: Wah, paham radikalisme saja sudah bahaya apalagi kalau terorisme pasti akan berantakan dan kacau.
GRAFIS: ZULHIJAYA-PROFESI
GRAFIS: ZULHIJAYA-PROFESI
WAKIL Rektor Bidang Kemahasiswaan (WR III) Universitas Negeri Makassar (UNM), Arifuddin Usman menegaskan, mahasiswanya belum ada yang terpapar paham radikal. Meski telah terindikasi bahwa telah masuk di kampus Jawa dan Sulsel, namun hal tersebut tidak ada di UNM. “Saya bersama Wakil Dekan III di Universitas Hasanuddin (Unhas) membahas ini dan hasilnya yang paling bersih,” tegasnya saat ditemui di lantai 6 Menara Pinisi, Jumat
2018 di Auditorium Gedung D Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta (29/10). Terkait peraturan tersebut, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan (WR III) Universitas Negeri Makassar (UNM), Arifuddin Usman justru menjelaskan, bahwa tidak semudah itu untuk membentuk UKM baru.
www.profesi-unm.com
Urai data, ungkap fakta, saji berita
6 WAWANCARA KHUSUS www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
Bersatu di Tengah Keberagaman Keberagaman adalah suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Indonesia termasuk negara yang kaya akan keberagaman. Indonesia dikenal dengan bangsa yang majemuk, dimana semua suku, ras, agama, dan budaya ada di Indonesia. Namun perbedaan bukan menjadi penghalang terciptanya masyarakat yang harmonis dan rukun.
rang lebih baik. Dulu itu apa-apa serba dilarang, mahasiswa dilarang mengkritik, masa awal reformasi lebih buruk dengan ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Presiden Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Setidaknya di zaman milenial ini kebebasan lebih dirasakan.
Negeri ini kaya raya akan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) dari sabang hingga merauke. Persatuan di tengah perbedaan menjadi ciri khas bangsa Indonesia sejak dahulu. "Bhineka Tunggal Ika", itulah semboyan Indonesia yang bermakna meskipun beranekaragam tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Meskipun saat ini Indonesia baik-baik saja dalam merawat keberagaman, tetapi tampaknya prinsip kebebasan belum dimiliki seutuhnya. Faktanya, masih banyak sekelompok minoritas masyarakat yang kerap kali mendapat tindakan diskriminatif dari aparat negara. Untuk itu, mahasiswa sebagai agent of change harus menjadi motor penggerak dalam membuat pergerakan yang lebih baik dan mewujudkan esensi dari kebebasan itu. Berikut kutipan wawancara khusus Reporter Profesi, Rara Astuti dengan Saidiman Ahmad, salah satu peneliti dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dan Salah satu Founder SEJUK, usai memberikan materi dalam Workshop Pers Mahasiswa “Jurnalisme Keberagaman di Tahun Politik� di Makassar, 7 September lalu. Menurut anda, bagaimana situasi keberagaman dan kebebasan di Indonesia sekarang?
Melihat kondisi sekarang, bagaimana kebebasan itu? Zaman sekarang yah memang kebebasan itu lebih baik dari zaman dahulu, tapi bukan berarti kondisi kebebasan sekarang sudah sebebas-bebasnya. Persekusi masih ada dimana-mana. Salah satu contoh persekusi yaitu masyarakat atau penganut jemaah Ahmadiyah. Mereka sering kali mendapat tekanan baik dari aparat negara maupun kelompok masyarakat tertentu. Penganut jemaat ini acap kali disebut sebagai pembawa aliran sesat dan kafir. Bukankah ini adalah kebebasan untuk memeluk agama, konstitusinya juga jelas, kok. Kalau aturan yang mengatur tentang kebebasan? Yah konstitusi kita, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pancasila itu s i l a
Secara umum, sampai sekarang ini masih ok. Kalau kita bandingkan dengan kondisi kebebasan zaman orde baru d u l u . Tentu zaman seka-
pertama yang mengatur kebebasan beragama, yang dulu kerap menuai pertentangan di berbagai kalangan. UUD 1945 Pasal 28 E Ayat 3 yang berbunyi "setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengemukakan pendapat� dan UU Republik Indonesia (RI) Nomor 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Kemudian, kalau di Makassar sendiri, bagaimana situasi keberagaman itu? Kalau di Makassar, kan saya tidak berdomisili di sini juga, tapi melihat dari hasil penelitian, sikap anti keberagaman itu muncul dengan sikap intoleransi. Biasanya ditunjukkan dengan bom ditempat ibadah seperti gereja dan masjid yang menelan korban yang tidak berdosa. Dan kadang orang masih takut untuk mengemukakan pendapatnya.
Untuk mahasiswa, apa saja tips untuk mencegah sikap intoleran ini? Mahasiswa sebagai agent of change harus bisa menjadi penggerak dan mengajak seluruh masyarakat untuk dapat bergerak dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, dengan pertimbangan berbagai ilmu, gagasan, serta pengetahuan yang mereka miliki. Mahasiswa harus berani memperjuangkan pendapat masyarakat, harus kritis apalagi dengan Tri Darma Perguruan Tinggi (PT) yang ketiga, yaitu pengabdian kepada masyarakat.
Kalian yah menulis aja, kekuatan jurnalis yang selalu berkutat dengan tulisan itu sangat luar biasa. Tulisan itu tak lekang oleh waktu, dia akan abadi. Seperti kata Napoleon Bonaparte seribu meriam tidak akan membuat aku mundur dari peperangan, tetapi satu ujung pena membuatku berpikir seribu kali untuk melawan. Jurnalis kampus itu harus berani dan kritis. Jadi lawan saja ketika ada hak yang sudah tidak sesuai lagi dengan koridornya harus dilawan. Jangan juga membatasi diri, perluas pergaulan dan pastinya jurnalis juga harus rajin membaca. (*)
Kemudian, saran untuk aktivis pers mahasiswa sebagai media komunikasi mahasiswa dengan birokrasi yang harus lebih kritis?
Lalu, bagaimana dengan kasus di UIN Yogyakarta kemarin, yang melarang mahasiswanya mengenakan cadar? Apakah itu melanggar sebuah kebebasan berekspresi menurut perintah agama? Kalau saya itu bukan soal agama, kalaupun saya jadi rektornya, saya tidak izinkan. Bagaimana pun, identitas di ruang publik itu harus jelas, bisa diidentifikasi. Kita kan tidak tahu siapa dia, mungkin saja orang lain dan ada saja oknum yang memanfaatkannya untuk menyebarluaskan keinginannya, sebut saja bagi kaum radikal. Tapi bagaimana pun, kita harus menghargai kebebasan dia. Tapi kemarin, sempat juga dicurigai bahwa orang yang bercadar itu terindikasi radikal? Jadi bibit radikal itu muncul mulai dari sikap intoleran. Menurut penelitian itu, pernah ditemukan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menolak Pancasila dan ingin mendirikan khilafah dan atau negara Islam. Untuk itu, negara harus bertindak tegas dan hadir untuk menjaga dan melindungi warga negaranya dengan baik dan adil. Jadi harus ada ketegasan aparat, negara kita kan demokrasi.
BIODATA Nama: Saidiman Tempat dan tanggal lahir: Mamuju, 4 Maret 1980
4. The State Islamic University (2000-2006) 5. Australian National University, Australia (2013-2014)
Pendidikan 1. SD No 010 Palece Polmas (1988-1994) 2. Darud Dakwah Wa Al-Irsyad (DDI) Mangkoso (1994-1997) 3. Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN) Makassar (1997-2000)
Pengalaman Kerja 1. 2008-sekarang: Salah satu pendiri Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) 2. 2004-sekarang: Anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)
Urai data, ungkap fakta, saji berita
www.profesi-unm.com
SENI BUDAYA 7 Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
www.profesi-unm.com
Kota dalam Kepala *Nurinas Dzakiyah Firman
Namaku Layla dan, kurasa, usiaku sekitar lima belas tahun. Aku tinggal di sebuah kamar tidur dengan sedikit perabotan, tempat tidur berselimut tebal, lemari pakaian, keranjang baju, dan meja kecil untuk meletakkan beberapa benda. Ah, ya, dan aku juga punya sebuah jendela. Hanya jendela kecil, yang boleh kubuka tirainya pada tengah malam. Sehari-hari, aku membaca buku. Ibu tidak memberiku banyak buku, jadi aku membaca buku yang sama berulangkali. Pulp Fiction adalah buku yang paling sering kubaca– mungkin setidaknya empat puluh kali, aku tidak begitu yakin. Kadangkadang, aku menggambarkan di kanvas hal-hal yang pernah kulihat. Tidak begitu banyak– kamar tidurku, wajah Ibu, lampu di seberang jalan yang tidak lagi menyala sejak beberapa malam lalu, atau mobil-mobil yang sesekali berseliweran di jalan dengan terlalu cepat. Sisanya, aku nyaris tidak melakukan apa-apa. Suatu kali, aku pernah bertanya pada Ibu, kenapa? Maksudku, aku hanya melakukan beberapa aktivitas menjemukan di dalam kamar tidur, sambil mendengarkan anak-anak lain berlarian menertawakan entah apa di sepanjang koridor setelah makan malam– kenapa? Ibu bilang, “Karena kau sakit. Dan saudaramu tidak.” “Kapan aku boleh menemui mereka?” “Suatu saat. Mungkin tidak akan lama lagi.” Setelah itu, Ibu memberiku selembar kertas tebal berisi banyak angka. Ini adalah kalender– katanya. Ibu mengajariku melingkari satu angka secara berurutan setiap kali aku
bangun di pagi hari. Aku menyukai aktivitas baruku itu, dan sebentuk gambar di sisi atas kalender. Gambar itu merupakan sebuah kota dengan gedunggedung tinggi. Gedunggedung tersebut berdiri di sepanjang jalan, dengan lampu-lampu berpendar di sisinya. Semakin jauh, gedung-gedung dan lampu-lampu tersebut semakin kecil, menyerupai titik-titik. Malam ini, pukul dua, aku membuka jendela kamar yang muram. Aku melihat sebuah gedung tinggi, dan pendar lampu di sekitarnya. Kota di gambar itu adalah kotaku. *** Kotaku ternyata tidak hanya memiliki banyak gedung dan lampu-lampu. Banyak orang memiliki mobil untuk berkendara– beberapa telah kulihat melalui jendela selepas tengah malam. Mereka berkendara ke gedung tinggi pada pagi hari, lalu menepikannya di depan sebuah bar pada malam hari. Mereka kemudian berkendara pulang menjelang subuh, setelah menyingkirkan piring makan yang bersisa banyak, dan mengucapkan selamat tinggal di bibir orang-orang dengan wajah berbeda setiap harinya. Beberapa hari kemudian, aku menemukan bahwa kotaku tak selalu tentang lagu berdentum menyenangkan dan makanan lezat. Kotaku juga dihuni oleh mereka yang tak punya apa-apa. Mereka tinggal di rumah kardus yang nyaris roboh. Mereka menunduk dengan mata bergetar dan tangan terulur di depan kaca mobil, di pinggir jalan– Mereka menunggu karyawan restoran membuang semua
sisa makanan yang entah milik siapa di tempat sampah. Mereka makan bersama-sama– bersama keluarga, bersama tetangga, bersama lalat. “Mengapa kalian tidak meng-
endarai mobil dan tidak pergi menari mengikuti musik-musik seperti yang orang lain lakukan?” Di dalam kepalaku, aku mengunjungi Ato. Ato mengenakan kaus hitam pudar yang sama setiap hari, dengan bau tak sedap menyeruak. Ia mengunyah makanan yang juga beraroma tak sedap– sampah makanan dari restoran besar di seberang jalan. Ketika aku bertanya, ia tak repot-repot menyelesaikan kunyahannya demi menjaga tata krama. Ia hanya berujar pendek di sela kunyahannya, “Karena kami orang miskin. Dan mereka orang kaya.” Hari itu, aku menemukan kota dalam kepalaku menjadi berbeda. *** Seperti biasanya, Ibu kembali ke kamarku untuk mengambil piring dan gelas sehabis sarapan. Tapi, pagi ILUSTRASI: MASTURI – PROFESI
itu, isi piring dan gelasku masih utuh. “Kau tidak sarapan?” “Mereka juga tidak.” Ibu mengerutkan alis. “Siapa?” “Orang-orang miskin. Mereka tidak punya makanan. Mereka makan sampah. Aku punya makanan. Tapi tidak akan cukup untuk mereka semua.” Tampaknya, Ibu enggan mendengarkan. “Kau bahkan belum berganti pakaian.” “Mereka memakai pakaian yang sama setiap harinya.” “Apa yang kau bicarakan?” “Bisakah Ibu membeli beberapa pakaian bagus? Aku ingin memberikannya untuk mereka.” Ibu memegangi kedua bahuku dan menatapku. “Dengar, Ayah akan pulang. Kau harus menghabiskan sarapanmu dan berganti pakaian. Ayah akan datang ke sini, ke kamar ini, jadi aku harus membersihkan kamar ini sebelum Ayah datang. Jangan membuang-buang waktuku dengan omong kosong itu. Kau mengerti?” Aku tidak kunjung menganggukkan kepala, jadi Ibu bergegas menghampiri jendela kecilku. Ibu menyibak tirai, dan membuka jendela. Udara pagi menerobos masuk– sesuatu yang jarang terjadi. Kulihat Ibu mengelap bingkai jendela dengan kain. Aku memiringkan kepala untuk melihat lebih jelas– Di seberang jalan, seorang laki-laki berkaus hitam pudar berdiri mengantungi tangan di kedua saku celana, mengamati jendela kami. Aku bergegas melambaikan tangan dengan riang. Tidak kusangka Ato berhasil menemukan rumahku. ***
Pemuda: Dimana dan Kemana
28 Oktober Pemuda Berikrar Meretas ego dan perbedaan Atasnama persatuan Bertanah air, berbangsa, dan berbahasa Demi identitas yang satu Yang mereka sebut Indonesia itu
Persatuan demi tujuan Menjemput kemerdekaan seperti itulah kata mereka Kemerdekaan yang jadi simbol semata Sampai di tahun 45 saja Setelah 45 hingga sekarang Kemerdekaan seperti apa yang diperjuangkan pemuda? Dimana janji mereka? Kemana mereka? dan Dimana mereka? Pemuda, Kemana janji yang telah kau ucap? Hei kau yang mengaku sebagai Pemuda: Dimana kau saat tanah-tanah petani dirampas? Kemana kau saat petani dipukuli dan dipenjarakan? www.profesi-unm.com
Hei kau yang mengaku sebagai pemuda Dimana kau saat buruh diberi upah murah? Kemana kau saat buruh dipecat seenaknya? Hei kau yang mengaku sebagai pemuda: Dimana kau saat orang miskin disingkirkan dari tanahnya? Kemana kau saat rumah orang miskin digusur begitu saja?
Hei kau yang menyebut dirimu pemuda: Dimana kau saat korupsi di negeri ini semakin membabi buta? Kemana kau saat perusakan lingkungan terjadi dimana-mana? Dimana kau saat hukum di negeri ini berlaku tidak adil bagi yang tak berpunya? Kemana kau saat kekerasan di negeri ini semakin menjadi-jadi? Dimana kau saat pembungkaman demokrasi terus terjadi? Kemana kau saat umat beragama saling membenci? Dimana kau saat penembakan warga sipil terus berkecamuk di
negeri ini? Kemana kau saat buruh migran disiksa, diperkosa bahkan dieksekusi mati di luar negeri?
Hei kau yang menyebut dirimu pemuda: Dimana kau saat harga bahan pokok melambung tinggi tak terkira? Kemana kau saat harga bahan bakar naik tiba-tiba? Dimana kau saat harga listrik naik tak terduga? Kemana kau saat biaya pendidikan semakin mahal? Dimana kau saat lapak pedagang kecil dibongkar paksa? Kemana kau saat pasien miskin diusir dari rumah sakit? Hei kau yang bersumpah sebagai Pemuda: Dimana lagi janjimu itu? Apakah janjimu itu lari ke mall bersama tiket film di bioskop itu? Apakah janjimu itu pergi ke kafe bersama minuman mahal itu? Apakah janjimu itu pergi ke rumah makan milik Amerika bersama makanan mahal itu?
Hei kau yang bersumpah sebagai Pemuda: Kemana lagi janjimu itu? Apakah janjimu itu ada di kamar hotel bersama orang yang kau sewa itu? Apakah janjimu itu ada bersama calon wakil rakyat yang kau jadikan panutan itu? Apakah janjimu itu telah dibayar dengan uang ratusan juta? Hingga kau begitu lupa dan menutup mata? Ataukah janjimu itu sedang kau lakukan lewat pekerjaanmu bersama idealisme yang hingga kini kau pertahankan? Ataukah janjimu itu sedang kau perjuangkan bersama mereka di jalan raya? Hei kau yang mengakui diri sebagai pemuda: dimana dan kemana janji itu akan kau bawa! (*)
*Vivin Nugrika, Mahasiswa Prodi Sosiologi Angkatan 2015, FIS-UNM)
Malam ini, aku sengaja tidak tidur. Aku mematikan lampu, merangkak ke balik selimut, menekuk lutut, mengamati jendela yang terbuka– menunggu. Lalu, seorang laki-laki memanjati jendela yang terbuka. Kausnya berwarna gelap, dan bau –yang seketika saja memenuhi ruangan. “Ato.” Kusebutkan namanya, seperti biasa ketika kami bertemu di depan rumah kardusnya. Tapi, ia tak menyahut. Ia hanya melangkah menghampiriku. Pelan, dan terlalu hati-hati. “Aku punya beberapa kaus bersih. Kau bisa berganti pakaian di sudut.” “Aku akan membeli kaus bersih untuk diriku sendiri.” Akhirnya, ia mengatakan sesuatu. Suaranya persis seperti yang kuingat. “Berikan saja aku uang.” “Tapi aku tidak punya uang.” Ia menyorongkan sebentuk benda dengan tangan kanannya. Benda itu berbentuk unik dengan warna hitam mengilap– samar-samar terlihat ditimpa seberkas cahaya yang menyelusup melalui ventilasi. Aku tahu benda itu. Butch menodongkan benda itu pada Vincent di akhir hidupnya –di tengah cerita Pulp Fiction. Mataku mengerjap. “Hei, kau tidak boleh bermain-main dengan benda itu. Berbahaya.” “Kau mau mati?” Aku tidak mengerti. “Kenapa aku harus mati?” “Karena aku orang miskin. Dan kau orang kaya.” Ato menyentakkan sesuatu pada pistolnya. Sebentuk peluru melesat keluar dari sana– sesuatu yang bergerak sangat cepat, mendesing, dan berakhir di kepalaku. Tidak satu pun lampu yang menyala. Kota dalam kepalaku gelap gulita. (*)
Bangsaku Kini
Dulu kau turun ke medan perang Dulu kau mandi berlumuran darah Dulu kau tersusuk pisau belati penjajah Demi memperjuangkan sebuah kemerdekaan untuk Indonesia Tapi ... Kini generasi bangsa ini berperang, berperang melawan saudaranya sendiri Kini generasi bangsa ini juga mandi dengan darah, darah saudara mereka sendiri Kini generasi bangsa ini saling menikam saudaranya sendiri Kini kita hidup dalam dunia ironi. Generasi bangsa saling menghina di tempat yang bernama media sosial Tanpa khawatir, hilangnya moral. Kini kita hidup dalam dunia ironi Generasi yang katanya berkeadilan sosial Tapi apa yang terjadi Keadilan hanya milik mereka yang punya materi dan kekuasaan Sangat menyedihkan Indonesia yang katanya berbangsa satu dan berkeadilan sosial Tak lebih dari bahasa kebohongan Yang terlalu di-istimewakan seorang pemuja-nya. * Irnawati, Pengurus LKIMB UNM Urai data, ungkap fakta, saji berita
8 REPORTASE KHUSUS www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
FOTO: WAHYU RIANSYAH-PROFESI
FOTO: WAHYU RIANSYAH-PROFESI
Elegi BEM Maperwa dalam Belenggu Birokrasi
ORASI - Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM), Dwi Resky Hardianto berorasi pada saat melakukan aksi penolakan naiknya harga BBM di Jalan AP Pettarani Makassasar.
Badai terus menerjang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) Universitas Negeri Makssar (UNM). Bukan hanya Rektor yang enggan memberi restu kepada Presiden BEM dan Ketua Maperwa terpilih, sejumlah Lembaga Kemahasiswaan (LK) tingkat fakultas juga seperti kehilangan asa dan memilih menarik diri. Sejak awal, Rektor UNM, Husain Syam tidak memberi lampu hijau untuk penyelenggaraan Musyawarah Besar (Mubes) XVII LK UNM di Maros 25 Maret lalu. Hal tersebut dikarenakan prosedur yang ditempuh pengurus LK UNM tidak sesuai dengan keinginan Rektor. Husain Syam menginginkan staf Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan (WR III) UNM dan seluruh WD III fakultas turut andil sebagai pengarah dalam Mubes ini. Seperti pada Mubes BEM-Maperwa tahun lalu, pihak birokrasi mengambil alih proses penunjukkan Steering Commitee. Birokrasi dianggap sudah terlalu jauh campur tangan. Tak ingin menjadi preseden buruk, Maperwa UNM yang kala itu menjabat memutuskan mengangkat Steering
Committee tanpa melibatkan pihak birokrasi. Semua rangkaian Mubes dirumuskan oleh Maperwa kemudian diserahkan ke SC untuk menjadi pengarah jalannya Mubes. Meski Mubes tersebut harus melewati proses yang cukup pelik, pada akhirnya peserta Mubes menyepakati Nur Saddam sebagai Ketua Maperwa dan Dwi Resky Hardianto sebagai Presiden BEM UNM. Belakangan, pihak birokrasi tidak mengakui hasil Mubes. Apalagi IPK Dwi Resky Hardianto dibawah 3.00 yang tidak sesuai dengan aturan lembaga kemahasiswaan. Saat pengumpulan berkas, Dwi Resky Hardianto hanya mengumpulkan transkrip nilai yang ia lulusi. Saat SC juga merasa tertipu dengan berkas yang diterimanya. “Transkrip nilai yang dikumpulkan
sama kandidat itu semua memenuhi ji. Waktu itu kita hanya lihat yang mereka kumpul. Kami tidak menulusuri sampai di jurusannya. Ternyata belakangan diketahui yang diprint itu hanya mata kuliah yang dia lulusi. Nilai yang eror dia tidak kasi masuk,” kata Koordinator Steering Mubes, Nur Taufik Hidayat. Disisi lain, Yunasri Ridho yang sementara menjabat sebagai Ketua Maperwa waktu itu mengatakan bahwa dirinya memiliki kekuasaan dalam membentuk dan menentukan steering Mubes. Menurutnya, pimpinan tidak memiliki hak dalam menentukan panitia pengarah karena ini merupakan musyawarah lembaga kemahasiswaan. Yunasri juga menjelaskan bahwa konteks Mubes tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Sebelumnya BEM Maperwa UNM sempat vakum, jadi WR III yang
mengambil alih dalam menentukan SK untuk steering Mubes. “Sekarang kan ada Maperwa. Jadi kami yang memiliki kewenangan untuk membentuk SC,” kata mahasiswa Jurusan PPKn itu. Presiden BEM UNM terpilih, Dwi Resky Hardianto mengaku bahwa dirinya layak menjadi orang nomor satu di lembaga kemahasiswaan. Karena ia terpilih dengan kesepakatan semua mahasiswa UNM melalui perwakilan setiap fakultas saat Mubes lalu. Ia juga telah mendapat restu dari sembilan fakultas pada saat Mubes. Ia optimis mengawal setiap masalah dalam lingkup pendidikan meski tanpa adanya legalitas. Menurutnya, pengakuan dan pelantikan itu hanya sekadar formalitas. “Lembaga kemahasiswaan itu adalah kelengkapan struktural terhadap
birokrasi kampus. Jadi birokrasi tidak bisa mengintervensi kita lebih jauh. Ngapain buang-buang waktu bahas ini,” katanya saat ditemui di ruangannya, Kamis (1/11) Sementara itu, WR III UNM, Arifuddin Usman mengatakan bahwa dirinya tidak bisa mengakui BEM saat ini dengan alasan cacat prosedural. Selain itu, IPK Dwi Resky Hardianto juga memiliki akademik yang tidak bagus. IPKnya di bawah 3.00. “Ini BEM sekarang tidak pantas. Kita melanggar kalau melantik mereka. Karena mereka melanggar peraturan dan terpilih tidak sesuai dengan prosedur,” katanya. Ia pun sempat menyarankan untuk dilakukan Mubes ulang. Namun saran tersebut tidak di indahkan oleh mahasiswa. (*)
BADAN Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali hidup di tahun 2017 setelah vakum selama lebih dua tahun. Namun lembaga kemahasiswaan tertinggi ini hanya bisa berjalan normal selama satu periode. Di awal tahun 2018, BEM dan Maperwa tingkat universitas kembali terbentur dengan aturan. Rektor UNM, Husain Syam enggan mengakui Presiden BEM dan Ketua Maperwa saat ini lantaran dianggap cacat prosedural. Husain Syam ingin membatalkan Mubes karena steering saat itu hanya dipilih langsung oleh Ketua Maperwa UNM periode 2017/2018, Yunasri Ridho. Sementara menurutnya, yang mengangkat steering seharusnya Wakil Rektor Bidang KemaUrai data, ungkap fakta, saji berita
hasiswaan (WR III) UNM, Arifuddin Usman. Bukan dari Maperwa. Selain itu, Husain Syam juga menginginkan staf WR III dan semua Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan (WD III) semua fakultas menjadi panitia pengarah. Eks Dekan Fakultas Teknik dua periode itu dengan tegas mengatakan tidak akan mengakui dan memberikan SK kepada BEM dan Maperwa UNM saat ini. Hal tersebut bermula saat LK ingin melakukan Mubes. Apalagi Presiden BEM UNM terpilih, Dwi Reski Hardianto memiliki IPK dibawah 3.0. “Kalau misalnya dia tidak mau mengikuti aturan, saya tidak akan akui. Bukan saya mau bekukan,” katanya saat ditemui di lantai 2 Menara Pinisi usai melantik pejabat baru,
Senin (5/11). Ia juga mengatakan bahwa BEM dan Maperwa UNM itu merupakan organisasi dibawah naungan pimpinan universitas. Sehingga pihaknya turut andil dalam mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa. “Kalau kau mau buat aturan sendiri, jangan. Ini bukan organisasimu kau bikin-bikin semaumu. Jadi lebih baik kita bertengkar terus sepanjang masa daripada melegalkan lembaga yang tidak mau ikut aturan. Kalau kau tidak mau diatur-atur, lebih baik janganmeko ada,” tegasnya. Disisi lain, Yunasri Ridho yang sementara menjabat sebagai Ketua Maperwa waktu itu mengatakan bahwa dirinya memiliki kekuasaan dalam membentuk dan menentukan steering Mubes. Menurutnya, pimpinan tidak
memiliki hak dalam menentukan panitia pengarah karena ini merupakan musyawarah lembaga kemahasiswaan. Yunasri juga menjelaskan bahwa konteks Mubes tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Karena sebelumnya BEM Maperwa sempat vakum, jadi PR III yang mengambil alih dalam menentukan SK untuk steering Mubes. “Sekarang kan ada Maperwa. Jadi kami yang memiliki kewenangan untuk membentuk SC,” kata mahasiswa Jurusan PPKn itu. Sementara itu, Dwi Resky Hardianto mengatakan bahwa Rektor seakan menjadi pemimpin yang otoriter. Ia hanya membuat aturan dan mengambil keputusan secara sepihak. Aturan yang ia buat tidak secara demokrasi. “Memang Rektor yang menjadi pusat masalah,” katanya. (*)
FOTO: DOK. PROFESI
Rektor Ogah Lirik BEM
Rektor UNM, Husain Syam.
www.profesi-unm.com
REPORTASE KHUSUS 9 Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
www.profesi-unm.com
Minta Mubes Ulang Tiga lembaga kemahasiswaan (LK) tingkat fakultas lepas tangan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) Universitas Negeri Makassar (UNM). Ketiga lembaga tersebut yakni FMIPA, FSD, dan FIS.
kasi. “Kami memandang BEM UNM saat ini sangat minim kinerja dan kurang optimalisasi fungsi Maperwa dan BEM,” katanya. Sementara itu, mantan Ketua Maperwa UNM, Yunasri Ridho juga menginginkan hal yang sama yaitu Muslub. Menurutnya, BEM Maperwa UNM saat ini tidak memiliki legalitas dari lembaga kemahasiswaan begitupun dengan birokrasi. Jika tidak mendapat legalitas dari birokrasi, kata Yunasri, minimal mereka mampu mendapatkan legalitas dari semua maperwa fakultas karena dengan adanya legalitas saja sulit melakukan pengawalan apalagi jika tidak. Ia juga mengatakan bahwa jika kepengurusan ini terus dilanjutkan, akan lebih banyak lagi yang keluar dari BEM UNM. Sementara bukan hal tersebut yang diinginkan dari lembaga kemahasiswaan. “Hadirnya ini LK Universitas sebagai payung bagi mahasiswa. Tapi yang saya lihat sekarang ini semakin tidak jelas,” katanya. “Nah di sini juga maperwa fakultas harus mengambil keputusan tegas jika melihat LK universitas lemah,” tambahnya. Lupakan UKM Sejumlah pengurus Unit Keg-
iatan Mahasiswa (UKM) mengungkapkan kekecewaannya terhadap BEM dan Maperwa UNM terpilih. Nihilnya komunikasi dengan para pengurus UKM membuat sebagian tidak mengenalnya. Bahkan Ketua UKM Search And Rescue (SAR), Rizky tidak mengenal Presiden BEM UNM terpilih, Dwi Resky Hardianto. Rizky mengatakan bahwa semenjak Ari terpilih menjadi Presiden BEM UNM, ia tidak pernah berkomunikasi. Pada periode lalu, ia merasa akrab dengan Presiden BEM dan Ketua Maperwa. Menurutnya, hal ini terjadi karena BEM Maperwa sekarang kurang sosialisasi. “Saya tidak pernah komunikasi dan saya tidak mengenal ketuanya karena tidak pernah berinteraksi,” katanya. Ketua UKM LKIMB Achwar Nazar juga mengatakan hal yang sama. Ia bahkan tidak pernah berhubungan dengan lembaga tertinggi di universitas ini. “Kalau komunikasi BEM sama LKIMB tidak pernah ada. Kita juga sebenarnya berharap bisa membantu mengawal seperti periode lalu tapi pusing juga kalau begini kita tidak terlibat,” katanya. Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum Pinisi Choir, Nurul Fauziyah bahwa selama ini tidak pernah ada interaksi dengan BEM dan Maperwa UNM. Ia menganggap BEM dan Maperwa UNM saat
ini seakan tak bernyawa. “Kalau menurutku BEM sama Maperwa kayak mati. Mereka seperti jalan masing-masing,” katanya. Mahasiswa Fakultas Psikologi ini berharap kedepannya BEM Maperwa bisa lebih mengakrabkan diri dengan semua UKM. “Semoga BEM Maperwa bisa lebih baik lagi. Lebih peka sama masalah yang ada di UKM dan membangun komunikasi dengan semua UKM,” harapnya. Sementara Presiden BEM UNM, Dwi Reski Hardianto acuh tak acuh dengan statusnya apakah diakui atau tidak. Ia tidak lagi ingin berbicara masalah pelantikan. Biarpun pimpinan ingin melantiknya, Ari tetap tidak mau. Karena kepengurusannya telah berjalan delapan bulan. “Buat apa lagi mau membahas soal pelantikan. Karena gerakan sosial itu tidak butuh legalitas,” katanya. Ari juga mengaku bahwa saat ini semua fakultas masih berafiliasi di BEM. Pengurusnya pun ada 30 orang. Cuman kata dia, ada beberapa yang sudah tidak aktif dan sekarang sisa 15 orang yang aktif. “Semua fakultas bergabungji. Kalaupun ada yang mau menarik diri saya tidak tahu. Itu kan keputusan mereka. Begitupun dengan UKM. Sampai saat ini alhamdulillah baikji,” ujarnya. (*)
GRAFIS: ZULHIJAYA-PROFESI
Bukan hanya LK tingkat fakultas, tetapi sejumlah Unit Kegiatan Mahasiswa (UNM) merasa tidak sejalan dengan kepengurusan BEM Maperwa periode ini. Apalagi selama ini tidak terjalin komunikasi yang baik. Niswar Abrar selaku Presiden BEM KEMA FSD mengaku bahwa awalnya ia masih sependapat dengan Dwi Resky Hardianto. Namun setelah berjalan beberapa bulan, Niswar menganggap kinerja Ari tidak memiliki perkembangan karena isu yang selalu diangkat tidak ada berhasil. “Keadaan Maperwa dan BEM itu pincang. Dilain sisi Maperwa memenuhi persyaratan, tetapi tidak ada kinerjanya, dan BEM itu tidak memenuhi persyaratan tapi kinerjanya hanya sedikit,” kata Niswar. Niswar juga mengungkapkan bahwa pihaknya tidak pernah lagi bergabung dengan BEM UNM baik itu pada saat konsolidasi maupun saat unjuk rasa. Hal tersebut dilaku-
kan karena ia menganggap bahwa BEM UNM saat ini tidak memiliki badan hukum sebab ilegal. Kalau misalnya ikut aksi dilapangan di bawah koordinasi BEM UNM ilegal, kata Niswar, BEM UNM tidak memiliki power dalam melindungi massanya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. “Saat ini kami melihat kinerjanya BEM UNM jelang beberapa bulan ini masih seperti itu, masih mengawal isu yang tidak tahu kapan golnya. Dan kemarin itu saya anggap lucu, karena 833 massa, dan saya tanya Ari apa targetnya? jawabannya hanya untuk berteriak dan saya rasa itu konyol sekali,” ujarnya. Ia berharap BEM Maperwa UNM segera melakukan musyawarah luar biasa untuk membahas permasalahan lembaga kemahasiswaan. “Kalau memang tidak mau mengurus surat legalitasnya kami minta diadakan Mubes Luar Biasa. Kalau pun Ari bersi keras di jabatan itu kami harap di bulan 12 mereka sudah Mubes. Itu harapannya kami,”. Hal serupa juga terjadi di BEM FIS yang telah menarik diri dari BEM UNM. Bahrul selaku Presiden BEM FIS merasa kecewa dengan pimpinan LK tertinggi di universitas itu. Beberapa pengawalan yang telah berjalan tidak di follow up. Selain itu, juga telah terjadi mis komuni-
www.profesi-unm.com
Urai data, ungkap fakta, saji berita
10 REPORTASE KHUSUS www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
Kata Mereka
Menanti Nyali Sang Pres
Mantan Ketua Maperwa UNM, M Yunasri Ridho: Sebaiknya dilakukan Muslub karena saya melihat sekarang BEM UNM sulit melakukan pengawalan. Karena risikonya tanpa legalitas itu sulit. Jika terus dilanjutkan akan ada yang keluar dari BEM UNM. Nah bukan itu yang kita inginkan.
Mantan Presiden BEM UNM, Mudabbir: Harusnya LK fakultas benar-benar mengevaluasi bagaimana keberlanjutan BEM UNM. Efektif tidaknya BEM UNM, itu turut berperan LK fakultas yang sekaligus menentukan sikap.
Presiden BEM FIS, Bahrul: Kami memandang BEM UNM saat ini sangat minim kinerja dan kurang optimalisasi fungsi Maperwa. Sejauh ini isu yang dikawal masih sama dengan periode sebelumnya dan tidak ada kemajuan yang berarti.
Presiden BEM FMIPA, Ahmad Muwafiq Abdillah: Kami tidak bergabung di BEM UNM baik secara struktural maupun dari segi gerakan. Melihat kondisi sekarang, sebaiknya dilakukan Muslub. Karena belum adanya pelantikan sampai saat ini, dan kalau dibiarkan saja seperti ini, kita tidak tahu bagaimana kejelasan proses kaderisasi dari LK UNM kedepannya.
Presiden BEM FIP, Ramli Ely: Kondisi BEM dan Maperwa UNM sekarang stagnan. Banyak pengawalan isu yang selama ini dikawal tidak pernah tercapai karena tidak adanya legalitas.
Presiden BEM FE, Andri Chandriawan: BEM UNM bagus. Masih ada pengurusnya yang mau bekerja meskipun sedikit. Kalau lembaga yang kami soroti itu Ketua Maperwanya. Karena sudah menyampaikan untuk mengundurkan diri tapi sampai hari ini sudah tidak ada komunikasinya lagi.
Presiden BEM FBS, Muhammad Youri Anugrah: Kami tidak pernah mempersoalkan legalitas. Selama BEM UNM bergerak dan kami sepemikiran ya kenapa tidak. Yang jelas kami akan turun membantu dan mendukung beliau. Saya pribadi menolak kalau Mubes ulang dilakukan. Karena ini amanah yang kami sepakati kemarin waktu Mubes.
Presiden BEM FT, Muhammad Akhyar: Apa yang dilakukan BEM UNM masih sejalan dengan kami seperti isu dan tuntutannya. Terkait legalitas, kami tidak mau campuri dapurnya mereka. Selama ini kami masih selalu ikut konsolidasi dan ikut bergerak dalam aksi yang dilakukan BEM UNM.
Presiden BEM FIK, Muh. Resky: Saya turut apresiasi kerja-kerja BEM UNM. Untuk mempersatukan semua pihak memang tidak mudah. Persoalan tidak dilayani pimpinan itu wajar-wajar saja karena sudah menjadi konsekuensi dari sebuah perjuangan.
Presiden BEM KEMA FPsi, Khaidir: Meskipun tidak ada legalitasnya dari universitas, tapi selaluji terlihat jalan mengenai pengawalan-pengawalan isu. Kami juga pasti bakalan bergabung jika memang hal tersebut baik untuk UNM kedepannya. Urai data, ungkap fakta, saji berita
FOTO: IRHAM NUR – PROFESI
Presiden BEM KEMA FSD, Niswar: Sebelumnya kami sependapat dengan BEM UNM. Namun melihat kinerjanya yang tidak ada pengembangan, tidak ada isu yang gol, tidak bisa membangun komunikasi dengan baik, dan tidak tahu manajemen diri dalam konflik. Jadi kami menarik diri. Intinya kalau tidak bisa Muslub, bulan Desember harus siap garap pergantian.
Aksi - Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM), Dwi Rezky Hardianto saat orasi dalam aksi tolak KKN Berbayar di Jalan A.P. Pettaranim Makassar, 15 Oktober lalu.
Diawal terpilihnya menjadi Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM), Dwi Resky Hardianto telah dihadapkan dengan masalah besar. Ia tidak diakui oleh Rektor karena dianggap cacat dalam prosedural pemilihan. Berjalan tanpa legalitas berdampak besar dengan kepengurusan BEM UNM. Bukan hanya haknya sebagai lembaga kemahasiswaan tak diberikan, tetapi juga berdampak terhadap pergerakan hingga masalah internal pengurus BEM itu sendiri. Haknya untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa baru terkait lembaga kemahasiswaan saat PKKMB kala itu tidak diberikan. Begitupun dengan dana lembaga
kemahasiswaan yang tidak ia dapatkan. Di tengah perjalanan kepengurusannya, beberapa BEM fakultas pun menarik diri. Cara kepemimpinan Dwi Resky Hardianto dianggap tidak memiliki pergerakan yang berarti dalam melakukan perubahan. Bukan hanya masalah di luar lembaga tersebut. Sejumlah pengurus BEM yang awalnya bersedia dan siap untuk berproses dan mengawal masalah di kampus bersama Presiden yang akrab disapa Ari, pun mengundurkan diri. "Pengurus BEM semuanya ada 30 orang. Cuman yang aktif sekarang sisa 15 orang," katanya saat ditemui di ruangannya, (1/11) lalu. Meskipun berbagai ma-
salah menempanya, Ari tetap optimis melanjutkan kepemimpinannya. Semua persoalan di kampus akan dikawalnya dengan maksimal. Apalagi beberapa BEM fakultas masih setia dan siap berjuang melakukan pengawalan bersama BEM UNM. Ia pun berjanji akan terus mengawal setiap persoalan yang ada di kampus ini, utamanya KKN Berbayar yang menurutnya sangat urgen. Meskipun beberapa kali aksi yang dilakukan dan belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Ia tak mengatakan secara jelas strategi apa yang akan dilakukan. "Tunggu saja, bakalan ada yang akan kami lakukan nanti. Kami sementara susun strategi," tegasnya. (*)
Ketua Maperwa UNM Kabur SEJUMLAH lembaga kemahasiswaan mengatakan bahwa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM) seakan berjalan sendiri tanpa pengawalan dari Ketua Maperwa. Semenjak terpilih menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan (Maperwa) Universitas Negeri Makassar (UNM) pada 25 Maret lalu, Nur Saddam sangat jarang kelihatan di sekretariat Maperwa. Padahal jabatan ini memiliki peran sentral dalam mengontrol pergerakan kemahasiswaan. Namun ia tidak pernah muncul bahkan informasi yang tersebar bahwa Nur Saddam mengundurkan diri. Yunasri Ridho mengatakan bahwa keberadaan Ketua Maperwa UNM saat
ini tidak jelas lagi masih menjabat atau tidak. Ia menuturkan bahwa Nur Saddam tidak secara langsung mengundurkan diri. Tapi, kata Yunasri, Ketua Maperwa sempat bilang bahwa jika lembaga di semua fakultas sudah tidak memberikan kepercayaan kepadanya, lebih baik ia mundur dari jabatannya. “Ketua Maperwa sekarang sudah tidak ada,� katanya. Presiden BEM FE, Andri Chandriawan juga menyoroti kinerja Ketua Maperwa UNM yang tidak jelas hingga saat ini. Lembaga yang seharusnya bergerak untuk mengawal BEM UNM tak pernah muncul di permukaan. "Dia sudah menyampaikan untuk mengundurkan diri dan
sampai hari ini tidak ada lagi komunikasi," katanya. Hingga berita ini diterbitkan, belum ada konfirmasi dari Nur Saddam. Beberapa bulan ini, ia tidak pernah muncul di sekretariat Maperwa, begitupun saat kru Profesi ke fakultasnya, tidak pernah bertemu dengannya. Kru Profesi juga telah mencoba menghubungi melalui telepon dan sosial media tetapi juga tidak direspon. (*)
TIM Kordinator : Rara Astuti Anggota : 1. Wahyudin 2. St. Reski Amalia 3. Kurnia Hasan 4. Ulil Afiah Az Zakiah
www.profesi-unm.com
INFO AKADEMIK 11 Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
www.profesi-unm.com
Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2018
Tahun ini Universitas Negeri Makassar (UNM) menyiapkan 157 formasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). 152 tenaga pendidik dan lima tenaga kependidikan. Dari 19 jurusan yang ada, hanya dua yang tidak membuka formasi yakni Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan (PTSP). Padahal dua jurusan tersebut masih sangat membutuhkan tenaga pendidik. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Ketua Jurusan PTSP, Muhammad Nur Taufiq. Ia mengatakan bahwa di jurusan tersebut masih sangat kekurangan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Pria yang biasa disapa Taufiq itu juga mengatakan bahwa dirinya telah mengajukan formasi CPNS di jurusannya. Namun pihak universitas tidak mengabulkan usulannya. Sementara itu, kata Taufiq, jurusannya sangat membutuhkan tenaga pendidik dan kependidikan.
Misalnya penanggung jawab untuk peralatan yang ada di laboratorium, pengurus administrasi, dan dosen. "Setiap tahun kita bermohon. Saya tidak tahu bagaimana pertimbangannya di sana sampai PTSP tidak dapat bagian penerimaan CPNS," katanya. Ia berharap agar kedepannya PTSP juga mendapatkan jatah untuk CPNS. Menurutnya, semakin banyak penerimaan tenaga pendidik, itu mampu mengurangi pengangguran yang ada. "Sangat minim sekali tenaga pendidik di sipil, kita masih membutuhkan beberapa tenaga pendidik khusus di Sipil, kalau arsitek mungkin sudah cukup," harapnya. Hal senada juga diucapkan oleh Ketua Jurusan PPKn, Imam Suyitno. “Sebenarnya di Jurusan PPKn masih sangat kekurangan dosen. Apalagi ada empat yang sudah purnabakti. Jadi kami masih sangat membutuhkan dosen,” ucapnya saat ditemui di ruangannya, Rabu (31/10). Ia menduga bahwa kemungkinan jurusan ini tidak diberikan formasi CPNS karena sebelumnya
FOTO: KURNIA-PROFESI
Dua Jurusan Tidak Buka Formasi
Papan pengenal di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar
telah menerima dua tenaga pendidik. Ia pun tidak mampu berbuat banyak, karena yang menentukan ialah pihak universitas. "Kemungkinan besar karena untuk Jurusan PPKn tahun lalu sudah dapat dua dosen. Hingga saat ini dari pihak pengambil kebijakan tidak memberi jatah untuk Jurusan PPKn," tambahnya. Imam juga menuturkan bahwa terkait tenaga pendidik, pihak jurusan yang lebih tahu segala kekurangan yang ada. Lagi pula, perihal ini belum ada alasan yang jelas.
UNM Resmi Bentuk Prodi PPG REKTOR Universitas Negeri Makassar (UNM), Husain Syam telah membentuk secara resmi sebuah program studi baru yakni Pendidikan Profesi Guru (PPG). Ketua Prodi PPG, Darmawang juga telah resmi dilantik di Ballrom Menara Pinisi, Senin (5/11). Husain Syam mengatakan bahwa PPG telah lama ada di UNM. Namun Prodinya baru dibentuk tahun ini. Ia mengatakan bahwa Prodi ini memiliki tingkatan yang sama dengan fakultas yang memiliki berbagai jurusan dan Prodi. “Ini merupakan sesuatu yang baru. Jadi Ketua Prodinya ini sama levelnya dengan dekan,” katanya. Eks Dekan FT dua periode ini juga menjelaskan bahwa mahasiswa yang ada di Prodi ini memiliki tingkatan yang
lebih tinggi dibanding mahasiswa S1. Karena yang bisa masuk di Prodi ini ialah mahasiswa yang telah lulus S1. “Karena mahasiwa PPG ini semuanya sudah sarjana. Mereka disini dibina untuk mengembangkan potensinya dan dikoordinasi oleh Ketua Prodi PPG,” jelasnya. Sementara itu, Ketua Prodi PPG, Darmawan mengatakan bahwa pembaharuan hanyalah jabatan. Struktur pengelolanya yang baru dibentuk seperti Ketua Prodi, Sekretaris, dan staf. Prodi ini, kata Darmawang telah memiliki banyak bidang studi di dalamnya. Untuk PPG dalam jabatan ada 13 bidang studi, Prajabatan ada enam bidang studi, SM3T ada delapan bidang studi, dan PPG 3T ada tujuh bidang studi. (win)
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik (WR I) UNM, Muharram tidak mengetahui banyak persoalan penerimaan CPNS. Ia hanya mengatakan bahwa kemungkinan dua jurusan yang tidak buka formasi tersebut karena jumlah dosennya sudah banyak. Ia juga mengatakan bahwa yang mengusulkan itu juga dari bawah. “Mungkin saja dosennya di sana banyakji,” katanya saat ditemui di ruangannya lantai 6 Menara Pinisi, Senin (5/11). (ria)
Nama Pembantu Berubah Jadi Wakil REKTOR Universitas Negeri Makassar (UNM) secara resmi mengumumkan perubahan nama Pembantu Rektor menjadi Wakil Rektor. Perubahan nama ini juga berlaku di semua fakultas yang ada di UNM. Dari Pembantu Dekan berubah jadi Wakil Dekan. Husain Syam mengatakan bahwa perubahan nama ini telah diajukan di Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Dan pengajuan itu telah diterima. “Peristilahan yang kita pakai sekarang itu bukan lagi Pembantu Rektor, tetapi wakil rektor,” katanya saat memberi sambutan dalam acara pel-
antikan pejabat di Ballroom lantai 2 Menara Pinisi, Senin (5/11). Pria kelahiran Polewali Mandar ini menjelaskan bahwa perubahan nama ini dilakukan hanya karena bahasanya yang kurang bagus didengar. Menurutnya, kata wakil lebih sopan. “Kita ganti jadi wakil karena kalau pembantu itu tidak nyaman didengar,” ujarnya. Kedepannya, dalam setiap kegiatan ataupun administrasi yang dilakukan, harus merubah namanya. Baik dalam kegiatan kemahasiswaan maupun dalam persuratan. (win)
Kebijakan Baru SBMPTN KEMENTERIAN Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) telah menetapkan kebijakan baru terkait Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri tahun 2019. Dilansir dari Kompas.com, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir dalam konferensi pers Seleksi Masuk Perguruan Tinggi negeri 2019 di Jakarta, Senin (22/10/2018) menyatakan terdapat sejumlah ketentuan baru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Mulai tahun 2019, Kemenristekdikti akan memberlakukan kebijakan di bidang seleksi penerimaan mahasiswa baru yang dilaksanakan oleh institusi bernama Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). LTMPT merupakan lembaga nirlaba penyelenggara tes masuk perguruan tinggi bagi calon mahasiswa baru. Selain pewww.profesi-unm.com
nyelenggara, sistem pelaksanaannya pun berbeda. “Kalau tahun sebelumnya peserta daftar dulu baru tes, maka ketentuan di tahun 2019 adalah tes dulu kemudian dapat nilai. Nah nilai tersebut dipakai untuk mendaftar ke perguruan tinggi negeri,” ujar Nasir. Mohamad Nasir juga mengatakan bahwa pelaksanaan SBMPTN 2019 hanya ada satu metode tes, yaitu Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Jadi mulai tahun depan, metode Ujian Tulis Berbasis Cetak (UTBC) ditiadakan dan UTBK berbasis Android sementara belum diterapkan. Selain itu, pola seleksi masuk PTN tahun 2019 tetap akan dilaksanakan melalui dua materi tes, yakni Tes Potensi Skolastik (TPS) dan Tes Kompetensi Akademik (TKA). Untuk soal
TKA, tetap akan menggunakan pilihan Ujian Sains dan Teknologi (Saintek) serta Sosial Humaniora (Soshum). Pada tes seleksi SBMPTN 2019 nanti, peserta dapat mengikuti UTBK maksimal sebanyak dua kali dengan membayar uang pendaftaran sebanyak Rp200.000 pada setiap tes. Peserta juga dapat menggunakan nilai tertingginya dalam mendaftar program studi yang diinginkan, pada dua kali UTBK, dengan jenis soal akan sama, namun pertanyaannya akan berbeda. UTBK akan dilakukan sebanyak 24 kali setahun dalam waktu 12 hari yakni Sabtu dan Minggu. Untuk pelaksanaan SBMPTN akan dilaksanakan pada Maret 2019 dan serentak dimulai pukul 08.00 dan pukul 13.00. Hal tersebut juga diakui oleh
Wakil Rektor Bidang Akademik (WR I) Universitas Negeri Makassar (UNM), Muharram. Ia mengatakan bahwa UNM juga akan menerapkan kebijakan tersebut dalam penerimaan mahasiswa baru nantinya. Untuk pola penerimaan mahasiswa baru, UNM tetap akan dilaksanakan melalui tiga jalur yakni SNMPTN, SBMPTN, dan Mandiri. “Kalau kuotanya masih samaji tahun lalu. SNMPTN minimal 30 persen, SBMPTN minimal 40 persen, dan Mandiri maksimal 30 persen,” kata Guru Besar Kimia Organik itu saat ditemui di ruangannya, Senin (5/11). Ia berharap dengan sistem yang baru ini, bisa menjaring calon mahasiswa yang berkualitas sesuai perkembangan teknologi informasi di era digital. (win)
Studi Club Al-Furqan BEM FIS UNM Bakal Gelar SIN LEMBAGA Dakwah Studi Club Al-Furqan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM), akan menggelar Seminar Islam Nasional (SIN). Kegiatan ini mengusung tema "Mungkinkah Eksistensi Islam akan Tetap Bertahan di Indonesia". Seminar ini akan berlangsung pada 24 November 2018, di Ballroom Menara Pinisi UNM. Adapun yang akan menjadi pembicara dalam kegiatan ini yakni, Irjen. Pol. Drs. Umar Septono, M.H, Dr. Tiar Anwar Bachtiar, M.Hum., dan H. Ardian Kamal Bakhtiar, S.pd. Pendaftaran dapat dilakukan secara daring melalui via whatsapp dengan menghubungi cp: (0823 4911 6705) atau (0852 2226 2339).(una)
Hima Manajemen FE UNM Akan Gelar MACRO 2018 HIMPUNAN Mahasiswa (Hima) Manajemen Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Makassar (UNM), siap gelar Management Art And Economic Creativity On (MACRO) 2018. Kegiatan ini akan diselenggarakan pada 2429 November mendatang dengan mengsusung tema "Kreatif di Era Digital". Seminar ini akan digelar di Gedung Menara Pinisi UNM dan Pelataran Menara Pinisi. Dengan beberapa item kegiatan seperti seminar entrepreneurship, economic debate, acoustic competition, dan poster design competition. Info lebih lanjut mengenai kegiatan ini bisa menghubungi cp: Syam (0852 4720 1764) dan Arya (0823 4646 8681) atau bisa menghubungi akun sosial media Ig: macro_2018.(una)
Ikbim UNM Siap Gelar Stars Competition IKATAN Mahasiswa Bidikmsi (Ikbim) Universitas Negeri Makassar (UNM) akan menggelar kegiatan Stars, Art, and, Islamic Competition. Kegiatan ini akan diselenggarakan di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNM, pada 23-25 November 2018. Stars Competition ini sendiri terdiri dari beberapa item lomba. Adapum lomba yang dipertandingkan yakni, futsal, takraw, catur, badminton, akustik, musikalisasi puisi, tari kreasi, desain poster, stand up comedy, hifdzil qur'an, dan tilawatil qur'an. Peserta nantinya akan mendapatkan sertifikat dan bagi pemenang tiap item lomba akan mendapatkan mendali dan sertifikat.(una) Urai data, ungkap fakta, saji berita
12 PARIWARA www.profesi-unm.com
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
www.profesi-unm.com
SUPLEMEN 13 Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
www.profesi-unm.com
FOTO: IRHAM NUR -PROFESI
Kader Baru Jurnalisme Era Ketiga
Foto Bersama - Peserta Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) saat foto bersama di lokasi Widyawisata, Malino Kabupaten Gowa, Minggu (28/10) lalu. Ini merupakan akhir dari rangkaian DJMTD LPM Profesi UNM.
LEMBAGA Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) baru saja melewati tahap awal proses regenerasi dalam kegiatan Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD). Kegiatan ini pun telah mencetak pelanjut estafet lembaga kuli tinta itu yang berlangsung pada 24-28 Oktober lalu. DJMTD dihelat dalam waktu 4 hari itu menyuguhkan sensasi menjadi jurnalis kampus yang sesungguhnya. Kegiatan yang bertema 'Cerdas, Militan dan Profesional' ini hadir sebagai wadah pengembangan minat dan bakat mahasiswa dalam bidang jurnalistik. Diklat ini pun memiliki berbagai item kegiatan, diantaranya: penerimaan materi, kunjungan media, simulasi peliputan, hunting fotografi, investigasi, hingga
presentasi liputan yang telah dipublikasikan melalui platform blogspot. Dua materi baru pun diberikan sebagai terobosan baru dalam menghadapi perkembangan jurnalisme generasi ketiga yaitu media internet. Yakni manajemen media sosial dan dasar-dasar website dengan tidak menghilangkan materi lama seperti; mengenal dunia jurnalistik, pers mahasiswa, perencanaan peliputan dan teknik wawancara, teknik menulis berita, foto jurnalistik, video jurnalistik hingga layout dan desain grafis. Ketua Panitia, Irham Nur menjelaskan, kegiatan ini sedikit memiliki orientasi materi yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumya. Perkembangan teknologi yang semakin canggih menuntut kita harus mengolah informasi se-kreatif dan se-
inovatif mungkin. Internet yang semakin mempermudah mengakses informasi membuat kita tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. "Dengan bermodalkan smartphone saja kan semua orang bisa mengakses informasi yang tidak terbatas, media sosial seperti instagram, youtube dan portal daring menjadi sumber informasi paling praktis dan diminati masyarakat," katanya. Untuk menyeimbangkan penerimaan materi, peserta juga diberikan praktek langsung. Mulai dari perencanaan, wawancara, menulis berita hingga berita itu siap dipublikasikan. Irham beranggapan bahwa investigasi dapat meningkatkan kemampuan peserta sekaligus mempraktekkan apa yang telah mereka dapatkan. "Kalau sekadar teori
Media Generasi Ketiga di Zaman Now NUANSA berbeda kembali diterapkan dalam helatan Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) Lembaga Pers Mahasiswa Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM). Perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat telah melahirkan jurnalisme daring. Jurnalisme ini muncul dari penggabungan media cetak dan media elektronik. Hal itu tentu menuntut kita sebagai media informasi harus menjadi garda terdepan sebagai penyedia informasi bagi sivitas akademik. Dengan mengganti dua materi baru yaitu dasar-dasar website dan manajemen media sosial diharapkan mampu menyeimbangi perkembangan pesat media jaman sekarang. Akhirnya, pembutan buletin pun sebagai tugas akhir peserta dari diklat kini diganti dengan pembuatan website. Menghadirkan pemateri dari konten Director Miralab Instagram, Syaief Husain dan Chief Executive Officer dari Alagraph.com, Ilham Mangenre. Diklat ini bertujuan memberikan edukasi kepada peserta tentang penggunaan, pemanfaatan media online yang baik dan tepat. www.profesi-unm.com
Ketua Panitia, Irham Nur menjelaskan, di zaman yang serba canggih ini membuat keberadaan media daring harus menjadi media yang paling diminati dan menjadi favorit bagi seluruh masyarakat. melalui media daring, masyarakat tak hanya bisa mengakses informasi, mereka pun juga bisa menjadi sumber informasi. "Di zaman sekarang, ada banyak sekali jenis website yang tersedia, diantaranya ialah Company Profile, E-Commerce, Archive, Dating, Personal, Entertainment, News Portal, Blog, Community, Educational, Search Engine, Gallery, Social Media, Social Bookmarking, Social News. Situs online tiap hari tambah banyak," jelasnya. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin ini menambahkan, output dari dua materi baru ini yakni divisi daring yang dapat menunjukkan eksistensinya sebagai sumber informasi paling diminati oleh sivitas akademik. Tak hanya itu, media sosial seperti instagram dan youtube pun diharapkan bisa menjadi wadah kreatifitas bagi calon jurnalis muda dalam
menuangkan karyanya. "Oleh karena itu, portal berita profesi-unm.com ini harus dikelola dengan baik, media sosial yang sering digunakan untuk menyalurkan berita pun harus dipergunakan dengan tepat dan sebagaimana mestinya," tuturnya. Sementara itu, dalam materinya, Syaief mengatakan, pengguna Instagram dan sosial media secara umum untuk tidak menggunakan akun Fake. Akun Fake berdampak negatif terhadap personal maupun orang lain. “Akun Fake memiliki dampak negatif, Ia menyebarkan kebohongan pada publik,” katanya. Pria yang akrab disapa Ai ini pun menuturkan, sosial media merupakan wadah menuangkan ide kreatif seseorang melalui konten. Dalam sosial media konten adalah raja, konten yang menarik pasti akan mengundang banyak followers. “Konten itu meliputi caption, foto dan video,” jelasnya. Pembuatan website tersebut dipertanggungjawabkan untuk mengevaluasi kinerja peserta selama diklat ini berlangsung. Kegiatan pun dihelat di Malino, (28/11) sebagai penutup kegiatan. (ara)
bisa saja dilupa, dengan adanya investigasi dapat memberikan kesan yang lebih mendalam kepada peserta," jelasnya. Mahasiswa yang berasal dari Luwu ini menuturkan bahwa kunjungan media juga bertujuan untuk membekali peserta dengan pengalaman menyimak langsung produksi berita di media elektronik. Peserta pun berkesempatan mengunjungi Prambors FM dan TVRI Makassar. Gambaran tentang proses perencanaan, penyusunan hingga penayangan berita disuguhkan selama kunjungan yang berlangsung selama beberapa jam tersebut di stasiun televisi TVRI. Pada kunjungan sebelumnya di Prambors, peserta diberikan kiatkiat menyiar dengan baik. Tak hanya itu dua perwakilan peserta diberi kesempatan mencoba siaran dan didampigi oleh salah
satu penyiar di Prambors. "Jadi penyiar yah santai aja gitu, supaya pesannya bisa tersampaikan," ceritanya kepada peserta. Sebagai penutup dari DJMTD ini, peserta dimanjakan dengan fasilitas widyawisata. Jika selama dua hari ini peserta disibukkan untuk menepati deadline liputan mereka kendati tidak memiliki waktu yang banyak, kini saatnya peserta untuk bersantai menikmati wisata di Malino. Tak ada lagi pemberian materi dan tugas seperti pada hari-hari sebelumnya, malah peserta diberikan agenda showtime. Agenda ini diharapkan dapat membangkitkan jiwa kreativitas peserta. “Sebagai ajang seruseruan. Setelah kemarin penat menerima materi selama dua hari,” kata pria yang akrab disapa Irham ini. (ara)
Kata Mereka Nur Holis Madjid Menurut saya DJMTD kemarin selain untuk memperbanyak teman tentu juga sangat membantu saya mengembangkan keinginan atau bakat memperbanyak pengetahuan lebih lagi di bidang jurnalistik. Safana Mustafani Pendapat saya tentang DJMTD kemarin, makanannya enak, banyak materi yang asik tapi ada juga beberapa yang membosankan sekali, tapi asik sewaktu kunjungan media, tapi saat harus begadang hingga jam 6 pagi, saya merasa sangat pusing. Dibalik semua itu, kakak-kakak panitianya peduli dan baik sekali. Tapi kamar mandi yang di Gedung Balai Diklat Desa yang buat saya tidak betah. Kemudian ada banyak teman baru yang saya temui namun saya belum bisa berbaur dengan baik. Erwin Irnandi DJMTD merupakan kegiatan yang sangat baik menurut saya, disana kita betul-betul dibekali dengan berbagai ilmu mengenai jurnalistik serta disana kita juga dapat mengenal banyak saudara kita yang sebenarnya satu universitas cuman beda kampus, dengan adanya kegiatan ini saya harap dapat menambah relasi kawan-kawan yang ikut didalamnya dan semoga semua ilmu yang didapatkan dapat berguna bagi seluruh masyarakat terutama diri saya sendiri.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
14 OPINI www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
Merawat Indonesia dengan Persatuan TANGGAL 28 Oktober 1928 merupakan suatu hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, hari itu merupakan tonggak lahirnya suatu sumpah yang sakral dan sarat makna yang kemudian dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Kalau ditelaah lebih mendalam, bahwa ikrar yang diucapkan oleh para pemuda di tahun 1928 tersebut menunjukkan suatu jiwa ksatria untuk melahirkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Menurut hemat penulis, semangat persatuan dan kesatuan yang terwariskan dari sumpah pemuda inilah yang perlu dijaga dan selalu digelorakan demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada hari Minggu, perlu dimaknai sebagai refleksi untuk bangkit dari keterpurukan, ketertinggalan, ketidakadilan, kemiskinan dan kebodohan. Sumpah pemuda seharusnya dijadikan sumber inspirasi dan motivasi bagi rakyat Indonesia tanpa terkecuali untuk berkiprah diberbagai bidang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang. Di era sekarang ini yang disebut sebagai era globalisasi membutuhkan persaingan yang cukup ketat, untuk itu Indonesia sebagai negara yang dikatakan berkembang untuk bersaing di era sekarang ini perlu bangkit dari keterpurukan dan meningkatkan kualitas manusianya.
Lahirnya Sumpah Pemuda Sumpah pemuda yang dicetuskan 28 Oktober 1928 berawal
dari peranan Perhimpunan Pelajar Indonesia yang mengemukakan gagasannya untuk menyatukan pandangan, ide, pikiran dan seluruh raganya untuk kepentingan bangsa, yakni bangsa Indonesia. Secara kronologis lahirnya sumpah pemuda melalui proses panjang dan rumit. Sejak tahun 1926 rentetan pertemuan-pertemuan organisasi pemuda dari berbagai daerah terus dilakukan. Sekitar tanggal 12 Agustus 1928 para pemuda dari berbagai daerah melakukan pertemuan dengan mengambil keputusan, bahwa akan mengadakan suatu kongres pada bulan oktober mendatang, dimana kongres tersebut nantinya melahirkan suatu gagasan atau ikrar yang disebut dengan sumpah pemuda. Secara kronologis, terdapat tiga pertemuan penting yang mengawali hari lahirnya sumpah pemuda. Petemuan pertama, dilaksanakan di Gedung Katholik, ketua pemuda Sugondo Djojopuspito dalam sambutannya mengharapkan, bahwa pertemuan yang dilaksanakan bertujuan untuk memperkuat semangat persatuan dan kesatuan. Selanjutnya Momammad Yamin memperkuat, bahwa yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan yakni sejarah, bahasa, hukum, pendidikan, dan kemauan. Pertemuan kedua, dilaksanakan di Gedung Java Bioskop. Pada pertemuan ini membahas masalah pendidikan yang pada kesimpulannya perlu ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Begitupula sistem pendidikan perlu dilakukan secara demokratis. Dari ha-
sil pertemuan kedua ini, kita bisa mengatakan jauh sebelum kemerdekaan diproklamirkan para pemuda atau anak bangsa sudah memikirkan, bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental untuk merubah nasib bangsa. Berkaitan dengan hal itu kita bisa merefleksikan kondisi pendidikan kita yang dikatakan masih tertinggal dan tentunya kualitas yang masih rendah menjadi problema yang harus dihadapi dan dicarikan solusinya. Untuk itu, diperlukan kerja keras dan sinergitas diberbagai elemen, sebut saja keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pertemuan ketiga, dilaksanakan di gedung Indonesische Club Jalan Kramat Raya. Pada pertemuan ini, mengambil keputusan yakni pentingnya nasionalisme. Di era reformasi ini, jati diri bangsa Indonesia seakan hilang seiring dengan semakin pudarnya rasa nasionalisme yang ditandai dengan sikap etnosentrisme yang lebih mengedepankan kesukuan atau etnisitas daripada kecintaan terhadap bangsa dan negara. Untuk itu, diperlukan rasa kebangsaan yang tinggi agar Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya semboyan belaka, tetapi benar-benar menjadi pemersatu pada masyarakat Indonesia yang multikultural. Mengokohkan Semangat Persatuan Peristiwa sumpah pemuda merupakan bentuk pengakuan para pemuda Indonesia dari berbagai daerah tanpa memandang identitas dalam hal ini adalah suku, agama dan ras kemudian
Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNM, Bustan menyatu menjadi suatu kesatuan dengan mengucap ikrar yang menurut hemat penulis sangat sakral. Bunyi dari ikrar yang diucapkan oleh para pemuda tersebut lebih kurang bernada bahwa; bertumpah darah satu yakni tanah air Indonesia, berbangsa satu yakni bangsa Indonesia dan menjunjung tinggi bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia. Hasil ketetapan kongres pemuda tersebut tanggal 28 Oktober 1928 dijadikan sebagai acuan untuk memperingati hari sumpah pemuda. Bila mencermati sumpah yang diucapkan oleh para pemuda Indonesia di tahun 1928 kita bisa mengatakan, bahwa apa yang mereka lakukan bukan untuk dirinya sendiri akan tetapi untuk semua orang yang mendiami wilayah ini yang kita sebut Indonesia. Sekaitan dengan itu, kalau kita membaca sejarah tentang riwayat perjuangan Soekarno dan Moh. Hatta di zaman penjajahan
Belanda. Kedua tokoh ini rela keluar masuk penjara demi memperjuangkan rakyat Indonesia terbebas dari penjajahan. Beberapa kali ditawari pekerjaan yang istimewa dengan catatan harus bekerjasama dengan Belanda, tetapi ia tidak pernah menerima tawaran tersebut, karena ia tidak memikirkan dirinya sendiri, melainkan kepentingan rakyat Indonesia masa itu. Tindakan kedua tokoh tersebut, merupakan cerminan pemimpin yang cerdas dan tercerahkan kata Anhar Gonggong. Peringatan Sumpah Pemuda bukan sekadar wujud penghargaan atas jasa para pemuda terdahulu, tetapi mestinya kita maknai sebagai motivasi yang tinggi di tengah kondisi bangsa kekinian untuk mengokohkan identitas bangsa. Olehnya itu, masyarakat Indonesia harus memelihara dan mempertahankan ideologi pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai penguat jati diri bangsa. Selain itu, perlu menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bangsa dengan menggolarakan nasionalisme dalam diri masyarakat Indonesia serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang merata. Perlu juga didukung oleh jiwa patriotisme sebagai wujud kesetiaan bangsa dan negara. Apabila jiwa nasionalisme dan patriotisme tertanam dalam diri bangsa Indonesia, maka Indonesia akan menjadi negara dengan identitas diri yang kuat (*). Catatan Hari Lahir Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 *Bustan, Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNM
Rumput dan Kemunduran Gerakan Mahasiswa Bumi memiliki kulit dan kulit yang memiliki penyakit salah satu penyakit adalah manusia Nietzche adalah seorang filsuf asal Jerman yang lahir pada 15 Oktober 1844, Terlahir dengan nama lengkap Friedrich Wilhelm Nietzche dan dibesarkan dalam khasana keluarga agamawis justru terkenal dengan tulisan kontroversinya “ Tuhan Telah Mati”. Teori lain yang tak kalah menarik dari Tuhan telah mati adalah teori kehendak bebas yang menyatakan bahwa manusia bebas melakukan yang dianggap benar dan berpotensi menjadi manusia unggul Berkaitan dengan kehendak bebas teori Nietzche penulis kemudian menghubungkannya dengan tata ruang kampus di Universitas Negeri Makassar, sadar atau tidak warna hijau mulai berkurang di kampus kita tercinta ,bukan warna hiUrai data, ungkap fakta, saji berita
Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Besse Mapparimeng A.Lauce
jau dalam hal cat dinding atau sarana apalah itu yang penulis maksud disini adalah pohon dan rumput. Fenomena ini bukan hanya berdampak pada udara segar dari tumbuhan
hijau namun juga pada aspek lainnya seperti gerakan mahasiswa. Loh apa hubungannya dengan gerakan ? Berkurangnya lahan hijau seperti rerumputan dan pohon dapat berpengaruh pada jalannya diskusi mahasiswa, mahasiswa yang biasanya diskusi dengan merumput kini mulai kesulitan mencari tempat kalaupun ada sudah dipakai oleh organ lain untuk kajian dan sekedar rapat. Meskipun kajian atau diskusi tak harus dilahan berumput namun lihatlah bagaimana kajian dalam kelas yang terkesan membosankan sekira perkuliahan. Atau lihat saja pelataran yang bising oleh mereka yang sibuk latihan untuk Inagurasi atau sekedar pertunjukan kalaupun mau diwarkop ini lebih parah lagi bayangkan kalau kita harus kajian di warkop akan semakin tidak efektif. Kurangnya lahan rerumpu-
tan membuat kajian kajian menjadi minim jika mendengar cerita para tetua dahulu kala taman yang sekarang telah berparas beton adalah padang rumput yang indah berhias mahasiswa yang sibuk berdialegtika tapi semua berubah saat tangan tangan yang merasa kreatif mengubahnya menjadi beton beton yang dikontruksikan sebagai keindahan dan keteraturan. Akibat minimnya diskusi maka pengajian isu menjadi hal hal yang hanya digeluti beberapa orang itupun kalau bukan BEM dan Himpunan yah simpatisan yang berujung pada menjamurnya massa reaksionis yang sekedar datang meramaikan gerakan tapi tak tahu tuntutan, coba saja tanya mereka satu satu pasti tak banyak yang tau apa dan kenapa mereka menuntut, paling bantet mereka hanya teriak “betul” atau “ hidup” dan hanya mendapat rasa panas Mari tetap membangun ke-
warasan jangan terlena pada satu hal saja sebab hal hal kecil mampu membawa perubahan yang besar, lihatlah gerakan Mahasiswa sekarang yang semakin mundur akibat kurangnya kapasitas epistimologi massa aksi padahal seyogianya gerakan intektual adalah gerakan dengan basis massa dan epistimologi ,jika ruang ruang diskusi mulai dikurangi maka yakin dan percaya gerak langkah mahasiswapun akan semakin terbatas oleh sekat sekat kebodohan tanpa keilmuan. Jangan sampai kita hanya jadi budak yang disekolahkan tanpa pernah dimerdekakan. Bangkit berjuang,menjemput perubahan MERDEKA (*) *Penulis adalah Besse Mapparimeng A.Lauce, Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), angkatan 2016 www.profesi-unm.com
PROFESIANA 15 Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
www.profesi-unm.com
LKIMB Terbentur Mazhab Di usia yang ke 34, Lembaga Kajian Ilmiah Mahasiswa Bertakwa (LKIMB) Universitas Negeri Makassar (UNM) di benturkan dengan mazhab. Rektor UNM, Husain Syam sebagai pembuat kebijakan enggan mengakui UKM yang bergelut dibidang pengkajian ini lantaran ideologi. Tujuh bulan lebih pasca muktamar. Namun Ketua Umum terpilih Achwal Nazar belum juga bisa bertemu dengan Husain Syam untuk memperjelas statusnya di kampus eks IKIP Ujung Pandang itu. Hanya melalui Arifuddin Usman sebagai tangan kanan Rektor di bidang kemahasiswaan ia berharap mendapat bantuan untuk dipertemukan dengan Husain Syam. Pengakuan dalam bentuk surat ketetapan (SK) sangat berharga bagi sebuah lembaga yang ada di bawah naungan UNM. Pasalnya dengan SK tersebut sebuah lembaga baru bisa dinyatakan legal di dalam kampus. Namun apa jadinya jika tidak legal? Achwal Nazar menjelaskan bahwa dirinya susah dalam
melakukan sebuah kegiatan. Baik itu perekrutan anggota baru ataupun kegiatan yang mengikut sertakan pihak lain di luar UNM. “Susah kalau kita mau buat kegiatan baru tidak ada legalitas seperti ini. Misalnya saja kemarin kita mau sosialisasi tapi PR III tidak kasih surat izin,” katan-
ya saat ditemui di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) 23 Oktober lalu. Ia juga mengatakan bahwa sempat keluar dari mulut rektor bahwa UKM ini belum mendapat kejelasan karena dianggap memiliki ideologi sama dengan lembaga dakwah kampus. Hal itu dibantah oleh Kim. Ia menjelaskan bahwa LKIMB itu berbeda dengan lem-
baga dakwah kampus. Ia juga bahkan telah memenuhi semua permintaan rektor termasuk membuatkan narasi tentang LKIMB. “Kalau kita basisnya humaniora. Jadi bukan hanya kajian terkait keagamaan saja. Kita juga mengkaji terkait kebudayaan, politik, dan sebagainya,” jelasnya. Ia pun berharap secepatnya bisa bertemu dengan rektor untuk membahas jalan keluar lembaga yang ia pimpin sejak bulan Maret lalu. Karena pihaknya juga kadang kebingungan dalam membuat kegiatan jika tidak memiliki legalitas. “Kita mau cari tahu jalan keluarnya,” harapnya. Saat dikonfirmasi, Rektor UNM, Husain Syam menegaskan bahwa dirinya tidak akan mengakui LKIMB sebagai UKM. Karena menurutnya, yang dimaksud dengan UKM jika semua komunitas bisa bergabung di dalamnya. Sementara LKIMB, kata Husain, hanya sekelompok yang bisa bergabung. “Itu LKIMB bukan UKM. Karena tidak semua komunitas bisa masuk. Dia bisa tetap jalan tapi bukan sebagai UKM,” katanya saat ditemui di lantai 2 Menara Pinisi, Senin (5/11) lalu. (win)
Baru Pimpin Prodi, Sudah Malas KATA pepatah, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memberikan contoh teladan bagi bawahannya. Akan tetapi malang bagi sejumlah pimpinan yang ada di Universitas Negeri Makassar (UNM). Mulai dari pimpinan program studi, jurusan, wakil dekan bidang akademik, dekan, hingga WR I mendapat omelan dari Rektor UNM, Husain Syam. Dari 102 Prodi yang ada di UNM, hanya 26 orang yang hadir dalam acara pembukaan Workshop Pengembangan Akademik yang diadakan oleh WR I, Muharram. Padahal mereka semua telah diundang secara resmi dalam rangka membahas kebijakan akademik yang didalamnya terdapat pembahasan sangat penting. Amarah Husain Syam tiba-tiba meledak saat membuka acara yang digelar di Ballroom lantai 2 Menara Pinisi, Senin (5/11) ini. Kaprodi yang hadir hanya dapat dihitung dengan jari. Alhasil, semua dekan, direktur pascasarjana, hingga WR I pun mendapat cercaan pedis dari Rektor yang telah menjabat tiga tahun ini. "Kalau begini saya anggap tidak ada koordinasi antara WR I dengan dekan dan WD I untuk menghadirkan ini Kaprodi. Jadi saya katakan WR I gagal. Begitulah cara saya menilai," katanya. Guru Besar Teknologi Pertanian ini merasa khawatir dengan kinerja bawahannya selama ini. Karena saat semua dekan dan direktur PPs masuk dan melihat peserta Workshop, tidak ada yang merasa gelisah mencari bawahannya. Semua biasabiasa saja masuk langsung duduk. "Kita harus gelisah dengan kejadian seperti ini. Kalau kita tidak gelisah, bahaya. Bisa-bisa UNM ini berubah dari proses percepatan menjadi proses perlambatan,"
tegasnya. Direktur PPs UNM, Hamsu Gani yang duduk tepat di depan mimbar Husain, hanya tersenyum-senyum pahit sembari mendengarkan khidmat nasihat yang dilontarkan. Sesekali ia mengacungkan jempol atas ketegasan pimpinannya. "Siap prof. Langsung saya hubungi semua sekarang ini Kaprodiku di Pasca," katanya saat amarah Husain jeda. Husain pun mengimbau kepada bawahannya, jika membuat sebuah kegiatan, harus ada target yang ingin dicapai. Kalau hanya sekadar menggugurkan kewajiban, lebih baik tidak usah melakukan kegiatan. Sama halnya dengan program workshop yang diadakan oleh WR I. Menurutnya ini sangat bagus. Ia berharap dalam pengambilan kebijakan akademik ini merupakan penggabungan dari hasil pemikiran semua Kaprodi. Karena keputusan yang diambil lebih tepat jika semua berkontribusi. "Semua Kaprodi harus hadir karena yang lebih banyak mengoperasikan kebijakan akademik ini adalah Kaprodi," ujarnya. Sementara itu, WR I UNM, Muharram menjelaskan bahwa Kaprodi banyak hadir sesuai jadwal yakni pukul 09.00 Wita. Hanya saja pembukaannya molor hingga tiga jam sehingga banyak yang pulang. Tapi menurutnya kritikan pedas rektor sangat baik dalam memperbaiki tingkat kedisiplinan semua bawahannya. "Maksud pak Rektor itu sebenarnya bagus. Bisa jadi terapi buat semuanya. Cuman kasihan juga karena mereka telah lama menunggu," ucapnya. (win)
IKLAN BERSAMA
www.profesi-unm.com
Urai data, ungkap fakta, saji berita
16 PARIWARA www.profesi-unm.com
Profesi Edisi 230 November Tahun XLII 2018
FOTO: IRHAM NUR – PROFESI
Dari Hobi Hingga Raih Skor SINTA Tertinggi
Sekretaris ICT Center UNM, Anshari Saleh Ahmar.
"
Rajin-rajinlah menulis dan mengkolaborasikan antar bidang ilmu serta tidak takut untuk mempublikasikannya, jika selalu ditolak buatlah itu menjadi cambuk untuk motivasi
Urai data, ungkap fakta, saji berita
SEJAK tahun 2015, Ansari Saleh Ahmar mulai aktif menulis artikel ilmiah di google scholoar. Selama kurang lebih dua tahun, hobbynya dalam menulis mengantarkannya meraih dua prestasi sekaligus pada ajang SINTA Awards 2018 di Jakarta Juli lalu. Dosen Program Studi (Prodi) Statistika ini mendapat penghargaan Penulis Artikel Ilmiah dengan Sinta Score Tertinggi Kategori PTN Satker. Selain itu, penghargaan sebagai
penulis dengan kolaborasi riset terbanyak ia juga dapatkan pada acara pemberian penghargaan Sinta oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Nasir. Penulis dengan kolaborasi riset terbanyak ia dapatkan berdasarkan pada data publikasi terdaftar sinta tahun 2016-2018. Suatu kebanggaan bagi dirinya bisa menjadi yang terbaik dari sekian banyak penulis, dosen, dan guru besar yang ada di Indonesia. Ia bisa
ke Jakarta memenuhi undangan Menristekdikti sekaligus membawa nama almamater UNM ke Ibu Kota. “Perasaan saya saat terima informasi lewat email, saya tidak menyangka dan tidak yakin karena sebetulnya hanya menargetkan sekadar menulis dan menulis,” ungkapnya. Awal cerita ia mulai menulis pada akhir tahun 2015, pada saat itu ia menghasilkan dua artikel ilmiah yang terindeks scopus. Adapun jumlah jurnal yang berhasil ia tulis dengan proses kolaborasi sejak tahun 2016-2018 sekitar 80 telah terindeks scopus. Jurnal-jurnal yang ia tulis adalah berasal dari kolaborasi dari penulis dari penjuru negeri. Penulis yang berhasil ia gandeng dalam tulisan artikel ilmiahnya berasal dari Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Surabaya, Malang, Ambon, dan Papua tidak sia-sia. “Jumlah artikel yang saya hasilkan bersama teman-teman sekitar 80 dengan bidang ilmu computer, statistic, pendidikan matematika dan ekonomi,” ujarnya. Sebelum mendapatkan kedua
penghargaan tersebut, Ansari ini juga telah mengeluarkan beberapa buku tentang ilmu computer dan pengaplikasian statistika. Selain itu juga, ia menjadi dosen pembantu dibeberapa universitas di Makassar, seperti di Univesitas Muhamadiyah, Universitas Islam Negeri Alauddin, STIMIK Kharisma, dan STIMIK Handayani. Adapun pesan yang disampaikan dari dosen statistika ini untuk bisa mengikuti jejaknya dengan jangan takut untuk mempublikasi di Scopus. Jika ditolak dan terus ditolak, kencangkan sabuk dan jangan putus asa. Dengan harapan para dosen lain dapat juga berkolaborasi antar bidang ilmu seperti dirinya. Hal ini akan membawa banyak manfaat, baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain. “Untuk para dosen yang lain, rajin-rajinlah untuk menulis dan mengkolaborasinya antar bidang ilmu serta tidak takut untuk mempublikasikannya, jika selalu ditolak buatlah hal itu menjadi cambuk dan motivasi untuk selalu nulis,” harapnya. (*)
BIODATA Nama: Ansari Saleh Ahmar TTL: Takalar, 16 April 1988 Riwayat Pendidikan: SD Negeri No. 89 Center Galesong II (2000) SLTP Negeri 2 Galesong Selatan (2003) SMA Negeri 1 Galesong Utara (2006) S1 Matematika UNM (2006-2009)
S2 Matematika UGM (2010-2012) Pekerjaan: 1.Dosen tetap Prodi Statistika UNM 2. Dosen di GCS kerjasama UNM-Singapura 3. Sekretaris ICT Center UNM 4. Tim Pengembang CMS Balitbang Kemdikbud RI
www.profesi-unm.com