Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
Tabloid Mahasiswa UNM
www.profesi-unm.org
1
Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi
Lika-liku Jadi Guru
Profesi FM - 107.9 MHz
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
2 Persepsi www.profesi-unm.org
Jadi Guru Makin Susah
BAKAL berakhirnya “proyek” sertifikasi guru di tahun 2014 melahirkan kembali jalur-jalur untuk membuka peluang bagi sarjana untuk menjadi guru yang “bergaji tinggi”. Dengan dibukanya Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan diberlakukannya di tahun 2013, maka para calon guru tidak perlu lagi berurusan dengan sertifikasi usai pengangkatan mereka menjadi guru. Pasalnya, lulus PPG sudah dijamin akan memperoleh sertifikat pendidik. Otomatis, Tunjangan Profesi Guru (TPP) yang selama ini didam-idamkan oleh para pendidik akan terkucur keluar dengan sendirinya. Hal ini pulalah yang membuat profesi sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” semakin banyak diminati beberapa tahun belakangan. Bagaimana tidak, gajinya dapat “double”. Hanya saja, untuk menjadi seorang guru itu tidak lantas semudah membalikkan telapak tangan. Nyatanya, pemberlakuan PPG semakin memperpanjang jalan sarjana untuk menjadi seorang pendidik professional. Masih ada tambahan waktu lebih dari dua tahun lagi bagi
lulusan S.Pd yang ingin meraih “SIM” mengajarnya. Bahkan, bagi lulusan nonkependidikan mereka masih harus menempuh waktu lebih lama lagi melalui proses matrikulasi. Jika zaman dulu guru susah karena gajinya yang kurang, maka sekarang guru susah karena proses mencapai “title”nya yang sangat lama. Zaman demi zaman guru dipersulit. Metode untuk mempersulitnya saja yang berbeda. Katanya, guru mesti mengikuti perkembangan zaman. Toh, nyatanya zaman tak selalu berpihak pada mereka. Ditambah lagi, mereka mesti “mengabdi” di daerah-daerah yang terpencil selama setahun lamanya. Benar-benar mentransformasikan seorang “Oemar Bakrie” yang dulunya mengajar tanpa fasilitas apapun. Jika kita mau berpikir, lamanya waktu yang dbutuhkan untuk menjadi guru ternyata nyaris sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang dosen. Pemberlakuan PPG tak ayal mematri pikiran beberapa sarjana bahwa adalah lebih baik mereka melanjutkan
Profesi 107.9 FM Tabloid Profesi dapat juga dibaca di:
www.profesi-unm.org Redaksi menerima saran, dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim saran dan kritikan Anda ke: SMS Email Twitter Facebook
: 0852 9938 5780 | 0852 5592 7221 : profesi_unm@yahoo.com : @Profesi_Online : LPPM Profesi UNM
kuliah mereka ke jenjang S2. “Masalahnya, jadi guru kita mesti menunggu waktu dua tahun lagi,” Kesejahteraan guru bakal meningkat dengan gajinya yang digandakana oleh pemerintah. Guru tak perlu lagi menuntut pemerintah persoalan uang dan sejenisnya. Pada kenyataanya, jasa guru semakin bernilai. Dengan begitu, masih layakkah guru diberi julukan pahlawan “tanpa ta nda jasa”? Sementara selama ini kebanyakan guru mengajar dengan mengejar gaji yang tinggi. Degradasi julukan itu terjadi karena tingkah laku guru yang tidak lagi punya rasa Ikhlas untuk bekerja sesuai job kerjanya. Ironi, di tengah banyaknya Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang bermunculan, mosi tidak percaya akan output dari lembaga itu semakin nampak. Bagaimana tidak, buktinya semakin banyaknya programprogram yang katanya bertujuan untuk menjadikan guru profesional, mengiindikasikan hal itu.
Padahal, sebelumnya guru-guru yang terlahir dari rahim LPTK yang sama malah jauh lebih profesional dibanding yang ada saat ini. Lantas, tak ada salahnya jika dicurigai bahwa ini hanyalah sebuah “proyek pendidikan” yang berguna memperkaya golongan tertentu. Belum lagi, sejumlah aturan yang malah memberatkan peserta disetiap program yang ada. Bahkan, ada aturan yang tidak memperbolehkan menikah terlebih dahulu. Terlalu mudah UNM dimasuki dengan aturan-aturan yang seharusnya dikaji terlebih dahulu. Ataukah memang kampus pencetak generasi Oemar Bakrie ini adalah kampus labil? yang kapan saja bisa berubah. Begitu susahnya menjadi guru sekarang, awalnya terpikir setelah selesai 4 tahun di kampus, sudah bisa diakui jadi guru. Namun, miris masih banyak deretan-deretan waktu yang mesti dilewati. Bahkan, hampir menyamai waktu perkuliahan. Semoga, sivitas UNM bisa berpikir lagi mengenai aturan pemerintah ini. (*)
?
SMS Pembaca
?
s m s
085341582xxx Salam...kawan2 profesi. Tolg tanyakan di perpustakaan unm. kenapa pengaturan bukunya berantakan? Pusing mahasiswa cari buku. Jawaban: Drs. Subair, M.Phil., Ph.D. (Kepala Perpustakaan UNM) Itu karena ulah sebagian pemustaka yang sering memindahkan buku sembarangan. Selain itu perpus unm belum memiliki sistem informasi perpus berbasis komputer. Selebihnya kecepatan pegawai mengatur ulang buku lambat karena usia mereka yang sudah lanjut. Mudah2an bisa diantisipasi dlm waktu singkat.
Nama yang tercantum berikut sudah tidak lagi terdaftar sebagai anggota LPPM Profesi UNM.
Muh. Ilham Nur
Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Nurdin Noni, Heri Tahir, Eko Hadi Sujiono, Kamaruddin, Baliana Dewan Pembina: Abdullah Dola,Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu,Anshari,Akbar Faisal, MukhramalAzis, Uslimin,Ammas D R, Fachrudiin Palapa,Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, SyamsuddinYoko, Rusli Siri, MakmurAbdullah, Fitriani Rachman. Pemimpin Umum: SahrulAlim Sekretaris: Fajrianto Jalil Bendahara: Nurjanna Jamaluddin Divisi Penerbitan: Asri Ismail (Pemimpin Redaksi) Divisi Online: Imam Rahmanto (Kepala Divisi) Divisi Penyiaran: Andini Ristyaningrum (Station Manager) Divisi Penelitian dan Pengembangan: Fahrizal Syam (Kepala Litbang) Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Penanggung Jawab: Sahrul Alim, Pemimpin Redaksi : Asri Ismail, Sekertaris : Fajrianto Jalil, Bendahara : Nurjanna Jamaluddin, Kepala Penyiaran: Andini Ristyaningrum, Kepala Online: Imam Rahmanto, Kepala Litbang: Fahrizal Syam, Redaktur: Sutrisno Zulkifli, Rukmana Mansyur, Muhammad Ilham, Sudarmi Reporter: Azhar Fadhil, Muhammad Yasir, Ary Utary Nur, Susi Amriani, Nur Lela, Yeni Febrianti, Hessi Kumalasari, Muhammad Ilham Nur, Syamsul Alam, Fatma Husni, Fadillah Dwi Octaviani, Fotografer: Rizki Army Pratama, Layouter/Grafis: Khaerul Mustaan, Manager Sirkulasi dan Iklan: Sugianto Redaksi LPPM Profesi UNM : Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt I Rektorat Lama, Gunung Sari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Kompleks Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp. (0411) 887964, e-mail: profesi_unm@yahoo.com, website: www.profesi-unm.org
Desain Sampul: Imam Rahmanto
editorial
Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Profesi FM - 107.9 MHz
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
34 Atlit FIK Harumkan Nama UNM UNM patut bangga, pasalnya sebanyak 34 atlit dan 4 pelatih perwakilan Sulawesi Selatan yang mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII di Riau berasal dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Ini menjadi bukti bahwa kampus eks IKIP ini masih menjadi kepercayaan Sulsel dalam berbagai cabang olahraga. Selain mahasiswa yang tercatat sebagai atlit dalam pertandingan olahraga bergengsi ini. Ada beberapa dosen FIK juga ikut mengambil bagian. PON yang dibuka pada tanggal 12 September lalu, menjadi ajang bagi mahasiswa FIK dari berbagai jurusan untuk menampilkan bakat mereka di kancah nasional. Para atlit tersebut berlaga pada 13 cabang olahraga (Cabor). Diantaranya futsal, gulat, judo, karate, bola basket, dayung, panjat tebing, polo air, renang, senam, kempo, dan sepaktakraw. Hal ini dibenarkan Dahlan salah satu dosen FIK yang ikut dalam PON XVIII ini. Menurutnya, atlit yang dari Sulsel didominasi mahasiswa dari fakultas pencetak Olahrgawan ini. “Hampir delapan 80 persen mahasiwa dari Olahraga ikut, mereka banyak menyumbang medali untuk Sulsel, saya lupa berapa banyak itu medali yang diperoleh” ungkap dosen jurusan Pendidikan Kepelatihan ini. Lanjut Dahlan, disana ia berstatus sebagai pelatih yang mendampingi atlit dari UNM saat berlaga. Sekitar 20 hari, ia bersama rekannya tinggal untuk mengikuti kegiatan akbar ini. “Saya sendiri 24 hari disana (Riau, red) kalau lainnya hanya sampai 20 hari,” ungkapnya. Dekan FIK, Arifuddin Usman mengaku sangat bangga atas prestasi ini, apalagi telah banyak yang berhasil mengharumkan nama Sulsel terutama nama UNM. “Saya sangat bangga kepada mereka,”singkatnya. Mantan PD III FIK ini, berharap universitas juga bisa memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang berprestasi dan berhasil mengharumkan nama baik UNM. “Pak rektor seharusnya memperhatikan mahasiswanya yang berprestasi yang lebih mengucurkan keringat,” pintanya. Arifuddin menambahkan, banyaknya atlet yang berstatus sebagai mahasiswa dalam pertandingan olahraga multicabang itu, sudah dipastikan ada kompetisi intelektual yang berbalut spirit sportivitas bergulat disana. (Yas/Rma)
Mozaik 3 www.profesi-unm.org
Snapshot
Seminar Nasional Fisika UNM
Menakar Alumni yang Berkompeten PEMBANGUNAN ekonomi Indonesia harus harus didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkompeten. SDM yang berkompeten memiliki kualifikasi untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan baik. Demikian yang disampaikan Richardus Eko Indrajid. Dosen lulusan Harvard University yang sekarang ini menjabat sebagai sekretaris BSNP dan BNSP dalam acara Seminar Nasional Fisika yang dilaksanakan oleh Jurusan Fisika yang bekerja sama dengan prodi Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana UNM, (22/9). Seminar yang mengangkat tema “Arah Pengembangan Pendidikan Fisika di Indonesia dan Kontribusi pada Pembangunan Daerah” ini merupakan rangkaian dari pelepasan purnabakti Rahmi Hustin salah satu dosen fisika UNM yang digelar di gedung pascasarjana UNM lantai 5. Mohamad Nur, dosen Univesitas Negeri Surabaya (UNESA) juga turut hadir. Materi yang disajikan bersama pengembangan pendidikan karakter yang dibawakan oleh Agus Martawijaya itu juga memperkenalkan penelitian geopelimer yang menjadi hasil penelitian terbaik pada Dies Natalis UNM yang ke-50 dan juga mendapat penghargaan sebagai 104 penelitian terinovatif se-Indonesia. Selain pemateri-pemateri dari luar UNM, seminar juga menghadirkan pemateri dari intern UNM sendiri, seperti
FOTO: RIZKI-PROFESI
SALAH Mobil salah satu dosen jurusan Geografi yang didesain untuk TEMPAT mengkampanyekan salah satu calon Gubernur Sulawesi
Selatan. Disinyalir salah satu dosen itu menjadi pendukung parpol. Padahal tidak seharusnya unsur-unsur politik masuk ke dalam kampus.
Subaer sebagai pembimbing penelitian Fisika Material dan Jasruddin selaku dosen Fisika UNM. Kaharuddin selaku ketua panitia kegiatan tersebut mengatakan bahwa semua materi yang disajikan dalam seminar tersebut merupakan buah pemikiran dari panitia seminar. Materi-materi tersebut mendukung keberadaan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Ia yang menjabat sebagai Pembantu Dekan III FMIPA juga menegaskan bahwa kurikulum Fisika yang akan datang harus mempunyai hubungan dengan dunia kerja yang selalu berkembang. (Tar)
Cerita Dibalik Sukses 3 Tokoh UNM LANTUNAN akustik mengalun syahdu di ikuti suara seorang pria baya dan gemuruh tepuk tangan para hadirin pada saat pembukaan talkshow yang diadakan oleh Layanan Konseling dan Psikologi Mahasiswa (LKPM) Universitas Negeri Makassar (UNM), minggu (23/9). Pria pemilik suara yang mengiring alunan gitar itu adalah Direktur Program Pascasarjana (PPs) UNM Jasruddin. Direktur PPs tersebut diundang sebagai salah satu tokoh yang dinilai inspiratif. Terdapat pula Superintend Regional Goverment Relation PT. KPC, Bahdrunsyah beserta Manajer SUN TV sekaligus kepala biro harian Seputar Indonesia (Sindo), Mukhramal Azis, yang juga menjadi narasumber dalam acara talkshow tersebut. Selain ke tiga orang tersebut, rektor UNM Arismunandar juga menjadi narasumber. Hanya saja, Rektor UNM ini tidak bisa hadir dalam talkshow tersebut. Semua tokoh inspiratif yang menjadi narasumber dalam acara tersebut merupakan mahasiswa alumni yang berasal dari UNM.
Acara talkshow yang berlangsung selama kurang lebih empat jam itu membincangkan kisah hidup ketiga tokoh inspiratif tersebut. Jasruddin bercerita, salah satu cara untuk sukses adalah dengan bermimpi, “bila seseorang bisa bermimpi, maka dia bisa melakukan sesuatu untuk meraih mimpinya itu,”tuturnya. Dia pun menambahkan, untuk suskses tidak hanya sekedar bermimpi namun butuh aksi untuk mewujudkan mimpi itu. Hal ini senada, juga menjadi pertanyaan manager SUN TV, Mukhramal Azis, kepada audiens. “Bagaimana seorang pemimpin mewujudkan mimpi?,”tanyanya. Seorang audiens pun maju dan menjawab dengan santai pertanyaan yang dilontarkan oleh manager SUN TV itu, “untuk mewujudkan mimpi itu seorang pemimpin haruslah bangun,”jawabnya singkat. Meski, jawabannya sangat filosofis, Mukhramal membenarkan jawaban dari audiens tersebut. Selain itu Mukhramal juga menambahkan.“Untuk sukses maka kita harus belajar dari orang yang sukses pula,”terangnya.
Beda halnya dengan Badrunsyah, ia mengatakan, seseorang mahasiswa harus memanfaatkan peluang. “Dulu kalau saya mau makan buah, saya berteman dengan penjual buah, maka saya bisa makan buah, kalau saya mau makan kue, saya membantu teman saya yang berjualan kue, maka saya bisa makan kue juga,” tuturnya. Selain itu ia menyarankan, seorang mahasiswa harus memiliki banyak bidang ilmu. “Saya mengikuti pelatihan jurnalistik bukan saya ingin menjadi jurnalistik, saya ikut pelatihan menulis karya ilmiah bukan saya ingin menjadi seorang penulis, melainkan ingin memanfaatkan semua bidang ilmu itu, karena saya yakin itu akan bermanfaat untuk saya,” paparnya. Selain kisah-kisah inspiratif dari ke tiga tokoh tersebut , banyak pula kejutankejutan yang diberikan panitia baik kepada para narasumber maupun para audiens. Talkshow pun ditutup dengan iringan gitar akustik dan nyanyian dari band lokal yang turut diundang memeriahkan talkshow dengan tema tantangan dan peluang meraih impian. (Rap)
Kala Masjid Tak Hanya Jadi Tempat Ibadah *Yeni Febrianti
Terik matahari menyengat, sayup-sayup adzan berkumandang. Beberapa orang dengan tas ransel dan buku dalam pelukan mempercepat langkah menuju asal suara. Beberapa yang lain, yang tengah asyik bercengkrama dengan kelompok masing-masing bergegas membubarkan diri dan bergabung dengan yang lain menuju masjid. Beberapa kendaraan pribadi yang lalu lalang turut berbelok memasuki pelataran masjid. RIZKI-PROFESI
Di dalam halaman masjid yang cukup lapang, mahasiswa-mahasiswa bertebaran dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang asyik mengobrol dengan temannya di parkiran, beberapa yang lain menikmati makanan dan minuman yang mereka peroleh dari beberapa konter penjual makanan dan minuman yang banyak bertebaran di dalam area masjid. Beberapa pula lainnya, yang entah malamnya lupa untuk mengerjakan tugas, ataupun sedang dikejar deadline, dengan laptop di pangkuan mojok di sudut-sudut masjid dengan kerutan tanda konsentrasi di keningnya. Adapula beberapa mahasiswa yang sekedar berdiskusi dengan teman-teman kuliahnya, turut menambah Profesi FM - 107.9 MHz
TEDUH. Suasana rindang di sekitar masjid Ulil Albab seringkali dijadikan mahasiswa sebagai tempat bersantai.
ramai suasana saat itu di masjid Ulul Albab. Halaman masjid yang rindang, diteduhi oleh beberapa batang pohon, menjadi salah satu faktor pendukung yang membuat mahasiswa gemar berlama-lama disana, entah untuk sekedar melepaskan penat sambil menikmati dawet yang dijual, ataupun untuk bercengkrama dengan teman-teman kampus sambil mendiskusikan tugas perkuliahan. Tidak hanya dihalaman masjid. Pelataran depan pagar masjid menjadi sasaran beberapa penjual untuk memamerkan aksesori-aksesori dagangannya. Tidak pelak hal ini mengundang mahasiswa-mahasiswa
yang usai mengerjakan shalat untuk singgah, walaupun hanya sekedar melihat-lihat dagangan yang dipamerkan. Seperti itulah suasana siang di Masjid Ulul Albab, kampus UNM Parang tambung. Ketika adzan zuhur berkumandang mahasiswa-mahasiswa muslim bergegas menuju masjid. Tidak hanya untuk melaksanakan kewajiban sebagai muslim, masjid Ulul Albab telah pula berfungsi ganda sebagai tempat mahasiswa sedikit melepaskan penat, dan mengonsumsi makanan untuk mengisi kembali energi sebelum kembali bertempur dalam kelaskelas perkuliahan. Saat waktu menunjukkan pukul 14.00 Wita, halaman masjid berangsur-angsur mulai sepi. Mahasiswa yang berkerumun, secara berkelompok ataupun perseorangan mulai beranjak meninggalkan pelataran masjid untuk kembali melanjutkan aktifitas akademisnya. Mungkin karena suasananya yang adem, beberapa mahasiswa yang berkelompok ataupun perseorangan memilih untuk sedikit berleha-leha di masjid sambil menunggu waktu perkuliahan berikutnya, ataupun untuk mengerjakan tugas dengan teman-teman kelompoknya. “tenangki disini,
jadi bisa fokus kerjakan tugas. Ada juga penjual makanan, jadi kalau lapar, bisa langsung beli saja makanan. Maba (Mahasiswa baru, red) ka juga kak, jadi belum terlalu ditau tempat-tempat lain untuk kerjakan tugas,” demikian papar salah satu mahasiswa yang sedang sibuk mengetik dengan teman-teman kelompoknya di bawah salah satu pohon di depan masjid Ulul Albab. Tanpa sadar suasana di masjid Ulul Albab terbangun seperti atmosfir masjid zaman Rasullullah SAW, dimana masjid tidak hanya sekedar menjadi tempat peribadatan. Masjid zaman rasulullah merupakan pusat institusi sosial umat yang turut berperan dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Masjid Ulul Albab, sebagai tempat beribadah mahasiswa-mahasiswa kampus UNM Parang tambung dengan kederhanaannya, telah mewakili hal tersebut. Mahasiswa tak hanya menginjakkan kaki disana untuk beribadah, beberapa malah bertujuan utama untuk mengganjal perut setelah sesiangan penuh menerima materi perkuliahan, yang lain memilih duduk-duduk dibawah pohon sambil bercerita dengan temannya, entah itu masalah akademis ataupun sekedar bersilaturahmi membangun keakraban. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
4 Suplemen
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
?
www.profesi-unm.org
DJMTD 2012 LPPM Profesi UNM
Profesi Rintis Jurnalis Kritis dan Analitis
KATA MEREKA
DJMTD 2012 menurut saya sangat baik, karena pematerinya sangat kompeten di bidang jurnalistik. Sukses Profesi..!!!
Ardiansyah - LPM RED LINE STAIN Pare-pare
DJMTD sangat membantu saya dalam menambah pengetahuan saya tentang dunia jurnalistik. Saya jadi bisa percaya diri berbicara di depan forum. Terima kasih profesi. Nur Hijrayanti Habil - FSD
MINAT untuk bergelut di bidang jurnalistik saat ini memang telah berkembang. Tidak hanya media umum saja yang dapat mencetak dan menjadi wadah untuk seorang jurnalis handal, namun kampus pun bisa dijadikan tempat untuk menempa dan mengasah bakat menjadi seorang jurnalis. Melihat kondisi yang demikian maka Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) FOTO: RIZKI mengadakan Diklat jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) 2012. DJMTD 2012 merupakan bentuk apresiasi LPPM Profesi terhadap semangat mahasiswa yang ingin menjadi jurnalis. Agenda tahunan ini nyatanya memang menjadi wadah mahasiswa yang benar-benar ingin merasakan “atmosfir” jurnalistik. Itu terlihat dari peningkatan jumlah peserta DJMTD, dari tahun sebelumnya yang berjumlah 71 peserta menjadi 100 peserta pada tahun ini. Dengan mengusung tema “Merintis Jurnalis Kritis dan Analitis” pelatihan yang yang berlangsung selama empat hari yakni 4–7 Oktober 2012 ini menjadi momen yang sangat berharga bagi para peserta. Berbagai materi seputar jurnalistik disuguhkan secara menarik dalam Diklat ini. Menurut ketua panitia, Rizk Army Pratamai, digelarnya DJMTD 2012 LPPM Profesi UNM
gan losari dan benteng roterdam guna mempraktekan hasil pemberian materi yang mereka dapatkan didalam ruangan. Selain pemberian materi dan investigasi, peserta juga diajak mengunjungi berbagai media guna menambah wawasan. Setelah tiga hari melakukan aktifitas kini saatnya peserta di ajak menikmati sejuknya udara bantimurung. Namun tidak hanya berwisata ria, di lokasi wisata peserta melakukan presentasi buletin yang dibua. Walaupun harus rela begadang sampai larut, hal tersebut tidak menyurutkan semangat peserta mengikuti rangkaian kegiatan DJMTD. Selama empat hari para peserta telah di tempa dalam DJMTD, berbagai pengetahuan mengenai jurnalistik telah mereka dapatkan. Selaku Pemimpin Umum LPPM Profesi, Sahrul Alim pun berharap generasi Profesi bisa menjadi bibit unggul di bidang jurnalistik. “Harapan besar saya semoga dengan DJMTD citacita LPPM Profesi merintis jurnalis kritis dan analitis dapat terealisasi, sehingga profesi memiliki bibit unggul dalam bidang jurnalistik,” terangnya. (*) IST.
Secara konsep keseluruhan, kegiatan DJMTD sangat baik dan menarik dari segi materi dan panitia pelaksananya.
Wahyu Tri Prawira - FIS Banyak ilmu mendalam tentang jurnalistik yang saya dapatkan. Saya tidak menyesal meluangkan waktu empat hari full untuk DJMTD, karena banyak hal yang bermanfaat terlebih lagi bisa menambah teman. Nina Hafidza - FPsi Sangat bagus. DJMTD telah memperkenalkan aku pada keluarga baru yang sangat kompak. Terima kasih kepada panitia yang telah menggelar kegiatan sebaik ini. Andi Abdul Rahman - FIK
Laporan DJMTD: Rizki Army Pratama, Ary Utary Nur.
SERBA-SERBI DJMTD 2012
FOTO: RIZKI
mengharapkan adanya penerus tongkat estafet lembaga yang memiliki pemikiran kritis dan analitis dalam mengelola isu-isu kisaran kampus UNM sesuai dengan tema yang di usung dalam DJMTD tahun ini,” tuturnya. Sejalan dengan tema yang di usung pada pelatihan DJMTD 2012, untuk membentuk nalar berfikir yang kritis dan analitis maka para peserta DJMTD tidak hanya dibekali materi dalam ruangan, namun mereka juga diberikan tambahan materi luar ruangan dengan melakukan kegiatan invstigasi. Dalam investigasi peserta ditempatkan dibeberapa lokasi seperti, monument mandala, jalan nusantara, anjunUrai data, ungkap fakta, saji berita
Kunjungi Kantor Polisi
Pejabat Bayangan
TERJADI kesalahpahaman dari pendamping yang bertugas mengawal peserta DJMTD saat melakukan tugas Investigasinya. Pendamping, Yeni Febrianti kelimpungan mencari tiga orang anggotanya yang belum kembali di lokasi tempat mereka berkumpul. Setelah melakukan pencarian, pendamping menemukan ketiga peserta berada di kantor polisi. Yeni mengira ke tiga pesertanya ini kesasar lalu mengunjungi kantor polisi. Ternyata dugaan Yeni salah, peserta tersebut mengunjungi kantor polisi bukan karena kesasar, namun karena mereka melakukan wawancara dengan pihak kepolisian guna melengkapi pernyataan pada tugas investigasinya. (*)
BEBERAPA panitia dan steering committe didaulat menjadi pejabat sehari. Ada yang bertindak sebagai Rektor, PR I, Kepala BAAK, Ketua Jurusan, dan Kepolisian. Hal itu dimaksudkan untuk menambah keterampilan wawancara dan menulis berita sebelum terjun langsung menemui pejabat yang asli kelak. (*)
SAAT melakukan kunjungan media di Radio Venus FM, terdapat kepanikan dari panitia khususnya ketua panitia, Rizki dan pendamping panitia, Andini. Udara yang pengap saat kunjungan di radio venus membuat
Panik
penyakit asma yang di derita salah satu peserta kambuh. Sontak Rizki dan andini panik menghadapi peserta tersebut. Pasalnya mereka berdua tidak tahu harus berbuat apa, untung terdapat peserta DJMTD yang meru-
pakan sepupu dari peserta yang asma tersebut. Ia pun menjelaskan bahwa sepupunya memang sering mengalami hal seperti itu. Akhirnya, mau tidak mau demi kesehatannya panitia memulangkan peserta tersebut. (*) Profesi FM - 107.9 MHz
Reportase Utama 5
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
Jalan
“Oemar Bakrie”
Makin Panjang
Profesi guru semakin diburu. Kedudukan para sarjana kependidikan kemudian terancam dengan kehadiran program PPG yang membebaskan sarjana non-kependidikan menjadi seorang guru. Melaluinya, semua prodi bakal bersiap-siap merengkuh “keuntungan” melalui profesinya sebagai guru.
GURU memperoleh sertifikat pendidik memperoleh sertifikat pendidik PPG SM-3T (syarat awal untuk PPG) Lulus sarjana Profesi FM - 107.9 MHz
KEPENDIDIKAN
GRAFIS: IMAM RAHMANTO
PPG SM-3T (syarat awal untuk PPG) Matrikulasi (penyetaraan pengetahuan) Lulus sarjana
NON-KEPENDIDIKAN
Dengan begitu, untuk menjadi guru tidak cukup dengan ijazah S.Pd saja, melainkan harus dilengkapi dengan ijazah kelulusan PPG yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK). Universitas Negeri Makasar (UNM) sebagai salah satu dari LPTK yang ada di Indonesia dipastikan akan menjalankan program tersebut di tahun 2013. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Prinsip tersebut mengadopsi seleksi dokter untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) . Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama, Eko Hadi Sujiono menjelaskan, agar diterima menjadi dokter PNS, pelamar atau pendaftar tes CPNS tak bisa hanya bermodalkan ijazah sarjana kedokteran (S. Ked). Namun, mereka juga harus mengikuti pendidikan profesi dokter selama satu tahun baru bisa menjalani profesinya sebagai seorang dokter. Tidak berbeda dengan PPG, sarjana yang telah bergelar S.Pd usai menjalani masa PPG akan mengantongi sertifikat sebagai guru PNS dan menerima Tunjangan Profesi Pendidik (TPP) sebagai guru bersertifikasi. Seperti yang ditegaskannya, maka dimungkinkan alumni S1 kependidikan maupun non-kependidikan untuk mengikuti PPG. “Hanya saja perlakuan PPG antara kependidikan dan non-kependidikan itu dibuat berbeda,” tuturnya. Ia melanjutkan, sarjana nonkependidikan yang akan melanjutkan ke PPG nantinya harus menjalani matrikulasi terlebih dahulu sebelum bisa menjalani masa-masa pendidikan profesi. Matrikulasi dimaksudkan untuk menyetarakan pengetahuan mengenai paedagogik pendidikan yang dimiliki sarjana non-kependidikan dengan jurusan kependidikan. Matrikulasi sendiri dilangsungkan selama setahun. “Setelah lulus matrikulasi itulah nanti baru dia (non-kependidikan, red) bisa ikut PPG,” tambah Eko yang juga merupakan Ketua P3G UNM. Akan tetapi, menurut pakar pendidikan dari UNM, Suparlan Suhartono, waktu yang dibutuhkan untuk sarjana non-kependidikan mempelajari paedagogik pendidikan dan kompetensi guru tidak cukup selama satu tahun. “Mengajarkan kompetensi-kompetensi guru itu tidak cukup hanya setahun.
Sedangkan bagi mahasiswa kependidikan sendiri, mereka butuh waktu sampai 4 tahun lamanya agar bisa lulus sebagai S.Pd,” tukasnya. Ia menganggap, jika alumni non-kependidikan juga ingin menjadi guru di bidang studi yang ditekuni oleh alumni kependidikan, maka buat apa kependidikan diadakan. “Kalau begitu dihapuskan saja prodi kependidikan!” tegasnya. Hal serupa disampaikan pula oleh dekan FMIPA UNM selaku pengamat pendidikan, Hamzah Upu. Ia menegaskan tidak pas sebenarnya jika dari non-kependidikan hanya setahun saja mempelajari sudah mau jadi guru. Segala hal yang dibutuhkan mengenai kependidikan tidak cukup hanya dijalani satu tahun. “Banyak hal yang mesti dipelajari; masalah perkembangan anak, cara mengajar, metode mengajar, termasuk pula beberapa kompetensi guru yang mesti dimiliki oleh calon pendidik,” paparnya. Tiga tahun lalu, menurutnya, malah sempat diwacanakan bahwa semua prodi kependidikan dihapuskan dan diganti dengan prodi ilmu murni dan ditambah dengan pendidikan satu tahun untuk mengajar. Akan tetapi, tentu saja usulan tersebut ditolak mentah-mentah. “Tidak mungkin kalau yang seperti itu diberlakukan di kampus eks IKIP ini,” sanggahnya. Jika dilihat sepintas lalu, ini sebenarnya merupakan tamparan bagi LPTK. Mereka ditantang untuk menghasilkan guru yang lebih profesional. Melihat hasil uji Kompetensi Guru (UKG) yang anjlok baru-baru ini mengindikasikan bahwa lulusan dari kependidikan pun ternyata masih belum mumpuni di bidangnya masing-masing. LPTK dianggap gagal mencetak tenaga-tenaga pendidik yang kompeten. “Ini tamparan bagi universitas yang mengeluarkan sertifikat pendidik, seperti UNM,” tutur Salam yang merupakan salah seorang dosen Bahasa Indonesia, praktisi dunia sertifikasi guru.
PPG Kolaboratif
Jalan lain bagi sarjana non-kependidikan untuk bisa menjadi guru adalah melalui PPG Kolaboratif yang akan dijalankan di bulan oktober ini. Melaluinya, pemerintah membuka jalan untuk menjadi guru di sekolah-sekolah kejuruan. Prodi-prodi yang di luar LPTK yang relevan dengan bidang studi yang dibutuhkan itu diwajibkan untuk menjalani matrikulasi terlebih dahulu sebelum bisa “disetarakan” dengan prodi-prodi yang dibutuhkan, yang kemudian baru bisa menjalani PPG untuk dipersiapkan menjadi guru. (tim) Urai Urai data, data, ungkap ungkap fakta, fakta, saji saji berita berita
6 Reportase Utama
Pesaing “S.Pd” Kian Beragam
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
DIKARENAKAN beberapa jurusan non-kependidikan juga bisa mendaftarkan diri sebagai guru melalui PPG kolaboratif, maka dikhawatirkan persaingan untuk menduduki tahta sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” di Indonesia semakin tajam. Tidak menutup kemungkinan, sarjanasarjana non-kependidikan bakal lebih berkompeten menjadi seorang guru ketimbang sarjana berlabel S.Pd. Menurut Suparlan, bisa dibayangkan apabila program PPG dijalankan, akan banyak menghasilkan guru-guru “instan” yang sebelumnya tidak dipersiapkan menjadi guru. Lulusannya pun belum tentu profesional dalam mendidik. Apabila hal ini dibiarkan berlarut dunia pendidikan, Indonesia tidak akan pernah berkembang. “Kalau soal mengajar, mungkin non-kependidikan malah lebih hebat. Akan tetapi, yang dibutuhkan dalam perkembangan pendidikan kan bukan hanya kemampuan mengajar, namun juga menekankan pada kemampuan mendidik,” jelas dosen Fakulltas Ilmu Pendidikan ini. Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Sulsel, Ramli Rahim malah
merasa tidak khawatir dengan pola “pencetakan guru” melalui PPG itu. Ia mengungkapkan, para calon pendidik sudah seyogyanya tidak perlu minder untuk bersaing dengan jurusan-jurusan lainnnya. “Memang mesti dibuka ruang seluas-luasnya bagi mereka yang di luar kependidikan agar terbangun suasana kompetitif. Kalau kependidikan merasa bagus, kenapa mesti takut bersaing dengan yang lain?” ujarnya. Selain itu, lanjutnya, pencarian tenaga pendidik atau guru tidak semestinya hanya berdasarkan ijazahnya, melainkan kualitasnya. Salah seorang mahasiswa dari fakultas MIPA, Rafli mengungkapkan kecemasannya akan program PPG itu. Ia khawatir di tengah maraknya pengangguran di indonesia tidak akan mendapatkan lapangan pekerjaan sebagai guru karena begitu banyaknya pesaing dari prodi lain non-kependidikan. Menurutnya, seorang sarjana pendidikan harus menempuh 4 tahun untuk menguasai 4 kompetensi guru, itu saja masih perlu diasah dan belajar. “Bagaimana
mungkin hanya dengan 1 tahun matrikulasi dan PPG, para sarjana ilmu murni “pantas” dibandingkan dengan sarjana pendidikan? Ini bukan soal sarjana pendidikan tidak mampu bersaing, tapi lebih pada hakekat pendidikan. Seorang guru tidak hanya dituntut bisa mengajar tapi juga mendidik karena keduanya adalah hal yang berbeda,” keluh mahasiswa yang sebentar lagi menamatkan pendidikannya ini. Yang menjadi permasalahan lainnya juga adalah pesaing-pesaing dari sarjana kependidikan LPTK yang masih mengeluarkan akta. Lamanya waktu yang mereka butuhkan untuk merengkuh jabatan guru relatif bakal lebih singkat dibandingkan sarjana yang melalui PPG. “Pemerintah tidak tegas. Sementara PPG jalan, masih saja ada LPTK lainnya yang mengeluarkan akta. Ini kan terkesan tidak serius,” kritisi Hamzah Upu menanggapi persaingan yang akan didapati oleh alumni-alumni kependidikan. Lanjutnya, seharusnya kalau PPG jalan, maka sisi lain harus dihentikan. (tim)
Calon Guru Wajib SM-3T SARJANA S1 kependidikan pun lantas tidak akan bisa lagi berlehaleha menanti pengangkatannya sebagai guru usai meluluskan kuliahnya selama empat tahun. Karena berdasarkan peraturan PPG yang baru, alumni prodi kependidikan yang akan menjadi seorang guru harus melalui program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T). Melalui program tersebut, mereka akan ditempatkan di daerah-daerah terpencil selama setahun dan mempraktekkan keahlian mengajar mereka disana. Otomatis, waktu yang dibutuhkan oleh mahasiswa kependidikan sejak memasuki bangku kuliah hingga menjadi seorang guru tidak kurang dari enam tahun. Dan mau tidak mau, mahasiswa yang ingin menjadi guru harus rela digembleng bertahan hidup di daerahdaerah terpencil. Eko Hadi Sujiono menjelaskan, SM-3T merupakan salah satu proses seleksi sebelum melalui PPG. Untuk tahun ini, sejumlah 480 alumni dari UNM yang lulus dan bakal menjalani SM-3T. “Semua sekarang kalau mau jadi guru harus melalui SM-3T. Kalau tidak mau, ya tidak jadi guru,” tukasnya. Akan tetapi, menurutnya lagi, pesertanya masih dibatasi khusus untuk alumni kependidikan saja. Selain itu, selama masa menjalani SM-3T sampai menyelesaikan PPG, alumni kependidikan disyaratkan
untuk tidak menikah. Eko menganggap, alumni-alumni yang telah menikah ketika mengikuti program SM-3T nantinya hanya akan menimbulkan masalah. “Kita tidak ingin repot mengurusi kalau ada yang hamil,” canda dosen Fisika ini. Suparlan kemudian sangat mengapresiasi pelaksanaan SM-3T seperti itu dibandingkan dengan memaksakan non-kependidikan untuk menjadi guru. Ia menganggap, guru memang sudah seharusnya mampu mendidik sumber daya manusia dimanapun dan kapanpun. “Kalau sarjana kependidikan yang mengajar dan di-PPG-kan, itu wajar. Tapi kalau non-kependidikan, itu tampaknya butuh waktu yang tidak sebentar,” aku salah satu guru besar Fakultas Ilmu Pendidikan ini. Setelah para calon guru itu selesai “mengabdikan diri” selama setahun di daerah-daerah terpencil, maka mereka sudah siap untuk mengikuti PPG selama satu tahun. (tim)
Titel Profesi Masih Tidak Jelas DI samping akan menjadi “penanda” bagi profesi guru ke depannya, PPG juga ternyata masih mengandung beberapa kekurangan. Menurut Dekan FMIPA, Hamzah Upu, pelaksanaan PPG sebenarnya masih mengandung beberapa masalah. Ia mengungkapkan, dalam hal titel saja masih menjadi masalah. Contoh, sarjana kedokteran (S.Ked) setelah pendidikan profesi satu tahun menjadi dokter. Kemudian sarjana hukum, setelah menjalani pendidikan profesi menjadi notaris. Begitu juga dengan sarjana ekonomi, setelah pendidikan profesi satu tahun menjadi akuntan. “Sekarang, setelah sarjana pendidikan mengikuti pendidikan profesi selama setahun, apa titelnya itu guru?” Ia menegaskan seharusnya ada titel khusus bagi sarjana yang telah menyelesaikan PPG kalau pemerintah memang mau pendidikan profesi yang distandarkan sebagaimana bidang-bidang lain. (tim)
PROSES SELEKSI SM-3T
AR
M OE
I
KR
BA
•
Lulus persyaratan/ administrasi
•
Alumni kependidikan dari prodi terakreditasi
•
Tes TPA, Tes Akademik, Tes Kemampuan Bhs. Inggris (secara nasional)
•
Tes wawancara, bakat minat keguruan/ motivasi • Pra-kondisi •
Penugasan 1 tahunke daerah 3T
Daftar program studi yang dibutuhkan untuk guru-guru SMK dan prodi yang relevan untuk matrikulasi penyetaraan ke bidang studi tersebut. (PPG Kolaboratif) No.
Bidang studi
Lulusan Prodi S1/ D4
1.
Teknik pendingin dan Tata Udara
• • • • • • • •
Teknik Pendingin Teknik Mesin/ Otomotif Teknik Elektro Teknik Perpipaan Teknik Energi/ Konversi Energi Pendidikan Teknik Mesin Pendidikan Teknik Elektro Pendidikan Teknik Otomotif
2.
Teknologi Peswat Udara
• • • • •
Teknik Pesawat Udara/ Aeronautika Teknik Mesin Teknik elektro/ Elektronika Pendidikan Teknik Mesin Pendidikan Teknik Elektro/ Elektronika
3.
Teknik Perkapalan
• • • • • • • • •
Perkapalan Teknik Mesin Teknik Elektro/ Elektronika Teknik Sipil/ bangunan Teknik Arsitektur Pendidikan Teknik Mesin Pendidikan Teknik Elektro/ Elektronika Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan Power Plant
4.
Teknologi Tekstil
• • • • • •
Tekstil Kimia Teknik Kimia Pendidikan Teknik kimia Pendidikan Tata Busana/ Teknik Busana Pendidikan Kesejahteraan keluarga/ Tata busana
5.
Teknik Grafika
• • • • • • • • • •
Grafika Teknik Informatika Desain Product (Khususnya Komunikasi Visual) Teknik Multimedia Teknologi Game Pendidikan teknik elektronika konsentrasi Multimedia Pendidikan Teknik Elektro konsentrasi PTIK Pendidikan Teknologi Informasi (PTI) Teknik elektro Pendidikan Teknik Elektro/ Elektronika
6.
Geologi Pertambangan
• • • • • • •
Teknik Pertambangan Teknik sipil Teknik Geologi Teknik Perminyakan Teknik Kimia Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan Konservasi Energi
7.
Pariwisata
• • • •
Pariwisata Manajemen Perhotelan Usaha Perjalanan Wisata Pendidikan Kesejahteraan Keluarga/ tata Boga
8.
Agribisnis Produksi Sumber daya Perairan
• • • • •
Peternakan Kedokteran Hewan Reproduksi Ternak Agribisnis Peternakan Nutrisi Makanan Ternak
9.
Agribisnis Produk Ternak
• • • • •
Peternakan Kedokteran Hewan Reproduksi Ternak Agribisnis Peternakan Nutrisi Makanan Ternak
10.
Teknik Otomotif
• • • • • • • • •
Teknik Otomotif Pendidikan Teknik Otomotif Pendidikan Teknik Mesin Pendidikan Teknik Mesin konsentrasi Otomotif Taknik Mesin Teknik Mesin konsentrasi Otomotif Teknik Mesin konsentrasi Produksi Teknik Mesin konsentrasi Perawatan Teknik konservasi Energi
11.
TIK
• • • • • • • • • •
Teknik Informatika/ Komputer Pendidikan Teknik Informasi (PTI) Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK) Pendidikan Elektronika konsentrasi TKJ Pendidikan Teknik Elektro/ Elektronika Teknik elektro Ilmu Komputer Teknik Broadcasting Animasi Multimedia
• • • • • • • •
Teknologi Penangkapan Ikan Perikanan Mesin Kapal Perikanan Perkapalan Teknik Mesin Pendidikan Teknik Mesin Teknik Kelautan Kemaritiman
12.
GRAFIS: IMAM RAHMANTO
Tim Reportase Utama Kordinator: Imam Rahmanto Anggota: - Hesikumalasari
GRAFIS: IMAM RAHMANTO
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Profesi FM - 107.9 MHz
Info Akademik 7
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
Ikut KKN Pendampingan Digaji Tiap Bulan
KABAR gembira bagi mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM), terkhusus bagi mahasiswa yang sudah semester akhir alias sudah tidak ada mata kuliah lagi. Pasalnya, pusat Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNM kembali dipercayakan untuk menerima sebanyak 120 mahasiswa untuk terjun langsung mengikuti kegiatan KKN Pendampingan. Tak tanggung-tanggung mahasiswa yang mengikuti program ini akan digaji tiap bulannya. Hal ini dibenarkan Rusyadi selaku ketua pusat KKN. Menurutnya, program ini merupakan intruksi langsung dari kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) untuk mahasiswa mengikuti kegiatan profesi sebagai calon guru di setiap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). “Memberikan peluang kepada mahasiswa tingkat akhir untuk melaksanakan kegiatan profesi disetiap SMK, ini dikhusus memang untuk SMK sesuai kompetensinya,” ucap Dosen Jurusan Teknik Otomotif ini. Selain itu, pendampingan ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih mengembangkan ilmunya. Apalagi, guru SMK sekarang masih kurang. “Mahasiswa itu kesekolah sama PPL tapi waktu yang lama dan lebih serius,dan ini gratis sama sekali tidak dipungut biaya” ujarnya. Lanjut Rusyadi, untuk tahun ini merupakan yang ketiga kalinya dilaksanakan. Adapun mahasiswa yang dibutuhkan semua keahlian keteknikan, dan beberapa jurusan yang adaftif seperti matematika, biologi, akuntansi, dan ekonomi serta bahasa Inggris. Meski pendaftaran sudah ditutup pada tanggal 30 September lalu.
UNM Terpilih i Sebaga
Mitra USAID
IST.
MENGAJAR. Salah seorang mahasiswi KKN Terpadu mengajar di dalam kelas. Ke depannya, akan diadakan KKN Pendampingan bagi SMK yang memberikan gaji bagi mahasiswa-mahasiswa pesertanya.
Namun, pria yang baru beberapa bulan menjabat ketua pusat KKN ini kembali menawarkan bagi siapa saja mahasiswa yang mau ikut termasuk yang baru saja menyelesaikan studinya akan diberikan kesempatan lagi. Langkah ini diambil karena adanya penambahan wilayah untuk kegiatan ini. “Sebelumnya kan hanya Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Tapi, ada tambahan wilayah yakni Sulawesi Tengah. Kalau sekiranya ada sarjana baru yang selesai ini yang berminat sesuai bidang studi itu bisa ikut. Insya Allah Oktober ini sudah berangkat,” terang alumnus doktor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini.
UNM Terima 16 Dosen Baru BARU-baru ini Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali melakukan perekrutan dosen baru. Tercatat sebanyak 16 dosen berhasil lolos sebagai tenaga pendidik di kampus pencetak Oemar Bakrie ini. Dari 16 dosen tersebut tersebar di empat fakultas. Diantaranya, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) sebanyak 7 orang. 2 untuk jurusan Fisika dan Kimia serta 3 orang untuk jurusan Matematika. Untuk Fakultas Teknik (FT), mendapat jatah 5 orang, yakni 2 orang di Jurusan Teknik Mesin dan 3 orang untuk jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan. Sementara, di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ada 3 orang pengajar baru, 2 orang untuk jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan 1 orang untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sedangkan di Fakultas Seni dan Desain (FSD) hanya memeroleh jatah 1 orang yang ditempatkan di jurusan Pendidikan Seni, Drama, Tari dan Musik (Sendratasik). Dalam proses seleksi penerimaan dosen baru ini, diakui Ani sebagai salah satu panitia penerimaan pegawai baru UNM, bahwa kendala utama kali ini adanya peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar dosen yang diterima memiliki disiplin ilmu yang sama antara S1 dan S2-nya. Hal ini dimaksudkan supaya tenaga pendidik Indonesia profesional di bidangnya masing-masing. Sementara itu, menurut Syatir selaku sekertaris panitia, Pembagian jatah dosen baru ini didasarkan pangkalan data yang ada. Syatir menambahkan, saat ini kebutuhan akan tenaga pendidik sangat banyak. Hanya saja, negara berpatokan pada skala prioritas yakni dengan melihat perbandingan jumlah dosen dengan jumlah mahasiswa yang ada di UNM. “Hanya itu yang dibutuhkan yang lain belum,” tutupnya. (Tar/ Fat) Profesi FM - 107.9 MHz
www.profesi-unm.org
Senada dengan Rusyadi, ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM), Muhammad Ardi juga membenarkan. Ardi mengatakan mahasiswa yang mengikuti kegiatan pendampingan ini akan mengabdi selama lima bulan di tiap sekolah nantinya. Tak hanya itu, untuk dana insentif juga akan dibagikan tiap bulannya. Hanya saja, untuk jumlahnya gajinya ditentukan berdasarkan tempatnya. “ ya untuk Sulsel Rp750 ribu perbulan, untuk Mamuju Rp900 ribu dan untuk Sulawesi Tengah Rp1,2 juta perbulan, itu rencananya,” ungkap guru besar Fakultas Teknik (FT) ini. (Asr)
UNM patut berbamgga, pasalnya dari 25 universitas yang ada di Indonesia nama kampus eks IKIP Ujung Pandang ini berhasil mencatatkan namanya sebagai mitra universitas Amerika Serikat dalam Program HELM untuk Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Tinggi dari Badan Pembangunan International Amerika Serikat bersama dengan Asia, dan Timur Tengah dalam suatu ikatan yang disebut USINTEC bi-national consortium. Sekadar diketahui, USAID PRI ORITAS merupakan program lima tahun yang dikembangkan United State Agency for International Development (USAID) menyusul program Deconsentralized Basic Education (DBE) untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas. 25 mitra ini terpilih setelah melewati seleksi yang kompetitif. Ini membuktikan, UNM tidak boleh lagi dipandang sebelah mata. Hal ini dibenarkan Rektor UNM, Arismunandar. Menurutnya, ada beberapa acuan program perguruan tinggi Amerika yang dianggap penting dan baik akan diadopsi nantinya dalam kerjasama ini. “Ya nanti ada pertukaran dosen ataupun pimpinan untuk diberikan pelatihan,” ujar rektor dua periode ini. Lanjut dosen Administrasi Pendidikan ini, adapun empat bidang kerjasama yang akan dijalankan nanti dalam kemitraan ini. “Ya ada empat bidang diantaranya bidang administrasi dan Infrastruktur, manajemen keuangan, serta penjaminan mutu,” terangnya. Hanya saja, untuk program paling prioritas yang segera dilaksanakan yakni pengembangan pendidikan Sulawesi Selatan. “Jadi kita tidak jelekjelek amat, meski di koran UNM tidak masuk dalam 50 terbaik,” celotehnya. (Asr)
S2 di Parepare dan Bone Diminati UNIVERSITAS Negeri Makassar (UNM) semakin melebarkan sayapnya. Pasalnya, Program Pascasarjana (PPs) untuk Strata 2 (S2) sudah dapat dinikmati di kampus Bone dan Pare-pare sejak dua tahun terakhir ini. Dan rencananya tahun ini akan mewisuda beberapa mahasiswa S2-nya. Di kampus ini, semua kegiatan akademik telah dilaksanakan, tanpa harus repot-repot lagi ke Makassar. Mulai dari tes, kuliah, ujian proposal, hingga ujian meja. Hingga sekarang, di Kampus Parepare telah ada PPs untuk
jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Manajemen Pendidikan serta Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sementara di Kampus Bone, baru membuka jurusan Manajemen Pendidikan. Menurut Direktur PPs, Jasruddin, animo mahasiswa untuk melanjutkan program S2 di dua kampus cabang UNM ini tergolong tinggi. Hal ini bisa dilihat banyak mahasiswa yang terdaftar di kampus tersebut. Tercatat, sebanyak 43 mahasiswa program S2 yang terbagi di tiga jurusan di Kampus Parepare. Sedangkan di Bone ada 29 maha-
siswa S2 yang saat ini mengikuti proses perkuliahan. Dosen Fisika ini mengatakan meski baru rencana, UNM akan membangun gedung perkuliahan yang representatif untuk mahasiswa program S2 di kampus tersebut. Begitu pula sejumlah prodi akan dibuka lagi jika terbukti banyak yang minati. “Kami punya niat membesarkan kampus 5 dan 6 sehingga Pascasarjana dibuka, nantinya semua program S1 dan S2 akan kami buka sepanjang banyak peminatnya,” tambahnya. (Dwi)
12 November Pendaftaran Wisuda Ditutup PERGELARAN wisuda untuk ke-3 kalinya tahun ini, dipastikan akan ditutup pada tanggal 12 November mendatang. Hal ini dikarenakan tanggal 12 Desember nanti, momentum ini akan dilaksanakan. Selang satu bulan sebelum hari H. Hal ini sudah menjadi kesepakatan para birokarasi kampus. Agar, mahasiswa jauh lebih awal mempersiapkan diri, begitupula para pegawai tidak terlalu kerepotan mengurusi semua persiapan menjelang wisuda. Selain itu, ketetapan ini dimaksudkan agar nantinya, tidak ada lagi mahasiswa yang datanya salah diinput, apabila rentang pendaftaran dengan pengukuhan sebagai sarjana berdekatan. Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Kamaruddin membenarkan hal itu.
Apalagi, ia perkirakan sebanyak 2 ribu mahasiswa untuk bulan desember ini akan diwisuda. Bertempat di Auditorium Amanagappa. “Wisudanya nanti tanggal 12 Desember, jadi untuk pendaftarannya selang satu bulan sebelum wisuda,” ungkapnya. Senada dengan Kamaruddin, Sofyan Salam juga mengatakan hal yang sama. Namun, angin segar bagi para alumni yang mengantongi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang cumlaude terutama bagi lulusan terbaik , pasalnya Pembantu Rektor bidang Akademik ini menjanjikan akan memberikan sebuah hadiah berupa bebas tes kepada mereka untuk masuk di Program Pascasarjana UNM.“Iya, kalau nilainya cumlaud akan bebas tes masuk di PPs,” singkatnya. (Har/ Nja) Urai data, ungkap fakta, saji berita
Wawancara Khusus 8 Pengumuman
Tabloid Mahasiswa Mahasiswa UNM UNM Tabloid Profesi Edisi 161 Profesi Edisi 159 Spesial Pengumuman PMBM September 2012 JuliTahun TahunXXXVI XXXV 2012
Persma Tak Boleh Terintervensi www.profesi-unm.org
PENGGUNAAN media sebagai alat politik praktis kini jadi tren para elit. Bukan hanya sekadar isu, ini terlihat dari mediamedia nasional yang banyak dipegang oleh pemegang saham yang ternyata dari kaum elit birokrat itu, terutama di media
BIODATA Nama : Suryopratomo Panggilan : Tommy TTL : Bandung, 12 Mei 1961 Pendidikan: S1 – IPB S2 – IPB Pekerjaan`: • Wartawan harian Kompas (1987) • Wakil kepala desk olahraga harian Kompas (1991) • Wakil kepala desk ekonomi harian Kompas (1992) • Kepala desk olahraga (1995) • Wakil redaktur pelaksana (1998) • Redaktur pelaksana (1999) • Pimred kompas (2000) • Direktur pemberitaan Metro TV (sekarang)
televisi. Hal ini pun menjadi pertanyaan bagaimana media tetap mengedepankan indenpensinya terhadap masyarakat atau malah tercemari oleh kepentingan pemilik media. Suryopratomo, sebagai Direktur Utama Pemberitaan Metro TV, menjawab krisis yang dialami media saat ini. Berikut kutipan wawancara wartawan Profesi, Asri Ismail dengan beliau.
Menurut Anda, bagaimana indenpendensi media saat ini terhadap pemberitaan? Fungsi media itu melakukan kontrol dan koreksi. Yang dikontrol itu apa? Sesuatu yang berjalan tidak pada tatanan. Kita melihat berdasarkan fakta atau kita belajar dari yang berhasil dan tidak berhasil. Dari yang berhasil kita angkat semangatnya untuk menginspirasi banyak orang, dari hal-hal yang kurang baik kita koreksi untuk jadi lebih baik. Itulah sesungguhnya peran dari media. Media itu tinggal menjalankan sesuatu yang dia lihat ditambah pengetahuan yang ia miliki. Wartawan harus bekerja tak hanya pada pikiran tapi juga hati ini yang harus diseimbangkan.
FOTO: IMAM-PROFESI
Bagaimana misalnya, jika isi berita tidak diterima oleh pihak pemilik perusahaan? Perusahaan
juga tidak bisa serta merta menolak berita tanpa pertimbangan yang matang. Karena sekali lagi proses pemberitaan itu bukan kerja satu orang, kerja di media itu kerja tim dari mulai perencanaan dan peliputan di lapangan kemudian mengirim berita itu adalah proses yang panjang. Tidak ada persoalan yang tidak pernah dijawab. Di media itu dialog menjadi kunci. Demokrasi dalam media menjawab mana berita yang perlu diangkat dan tak perlu diangkat.
dari asumsi. Karena ketika di lapangan asumsi tidak berlaku lagi. Fakta yang akan melawan asumsi yang ada, ketika itu bertolak belakang. Nah, saat berita disiarkan tinggal masyarakat yang menilai, tergantung taraf intelektual yang mereka miliki. Juga ini dilihat dari wartawan yang mampu menganalisis. Itulah fungsinya, wartawan harus paham benar kejadian dan punya pengetahuan yang jauh lebih tinggi. Apalagi informasi yang ia terima yakni pesan yang akan disampaikan ke masyarakat.
Kalau ternyata pemberitaan yang diangkat sarat akan politik, bagaimana? Kepentingan politik dalam media pasti ada. Tapi kalau dia menggunakan politik dengan cara yang praktis, itu tidak. Politik yang dilakukan media adalah politik demi kepentingan masyarakat besar yakni politik negara. Jadi media itu bukan milik kelompok melainkan milik masyarakat. Jadi yang ingin bertahan, dia harus mementingkan kepentingan masyarakat.
Lalu, bagaimana berita yang telah diatur alurnya? Tidak, berita itu layaknya penelitian. Dia punya hipotesis yang patut kita teliti kebenarannya. Hipotesis itu apa? Yakni inspirasi gerakan. Nah, untuk menentukan hipotesis itu benar atau salah, dimana? Jelas di penelitian.
Lalu bagaimana pandangan Anda, ketika media itu dipegang oleh para politikus yang tak dipungkiri punya kepentingan? Itu hal yang wajar, tapi kembali lagi, media punya proses panjang dalam hal memuat berita atau hal-hal yang disiarkan, seringan apapun itu. Benarkah dalam pemberitaan media, frame berita telah dibentuk dan diantar ke lapangan hingga fakta yang hadir sesuai yang diinginkan media? Media itu proses, dia tidak berangkat
Dalam lingkup mahasiswa, pers kampus kadang mengalami proses seperti ini, menurut Anda solusi yang tepat itu apa? Yah makanya, kembali lagi itulah fungsinya dialog. Harus dibicarakan karena segala sesuatu tidak pernah luput dari solusi. Sekali lagi fungsi dari media pers kampus bukan menberitakan sesuatu benar atau salah atau mencari siapa benar dan salah. Melainkan melatih bagaimana pers mahasiswa itu mengatasi persoalan dan menemukan jawaban dari hak veto. Ketika itu bisa, pers mahasiswa bisa berdiri sesuai garis yang mereka miliki. Tak harus terintervensi oleh kepentingan apapun.(*)
Potensi Perempuan Jadi Pemimpin TAK dapat dinafikkan, peran perempuan dalam perkembangan Indonesia memiliki andil cukup besar. Sebagai buktinya, sejumlah perusahaan besar Indonesia saat ini berada dikendali seorang perempuan. Kapasistasnya tidak perlu diragukan lagi, para Kartini ini memegang peran penting di era globalisasi ini. Berikut Petikan wawancara reporter Profesi, Susi Amriani dengan Rieke Diah Pitaloka yang saat ini menjabat sebagai anggota DPR RI. Bagaimana pandangan Anda mengenai perempuan di Indonesia ini? Negara Indonesia merupakan negara yang multikultural, seringkali stigma yang muncul dikalangan masyarakat adalah tentang keraguan akan kemampuan perempuan selalu dikaitkan dengan patriakisme, yang mana peran laki-laki adalah memimpin, dan peran perempuan hanya terbatas di dalam lingkungan rumah (keluarga). Kebanyakan masyarakat Indonesia rata-rata masih menganut patriakisme, budaya patriakisme di Indonesia yang telah berkembang dari masa ke masa sulit dihilangkan, persepsi yang mengatakan perempuan merupakan kaum laki-laki masih melekat di sebagian besar masyarakat Indonesia, hal tersebut mungkin menjadi salah satu sebab minimnya perempuan dalam perpolitikan Indonesia, Bercermin pada era Kartini, menurut Anda apakah nasib perempuan kini sudah mulai berubah? Memang, belum semua perempuan berkesempatan memperoleh pendidikan. Tetapi, juga harus diakui, kini tak sedikit perempuan dapat menikmati pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi. Sebagian perempuan juga menempati jabatan-jabatan penting. Tidak hanya itu, sejumlah profesi yang pada era Kartini hanya menjadi miliki kaum lelaki kini sudah digeluti kaum perempuan. Urai data, ungkap fakta, saji berita
Bagaimana kondisi perempuan dalam kancah perpolitikan seperti yang Anda geluti? Peran perempuan dalam dunia perpolitikan di indonesia terkadang hanya sebagai pelengkap saja, dan tidak memegang peranan penting. Peran perempuan saat ini memang sudah maju, dan sudah berani terjun ke dunia politik. Meski kini porsi politisi perempuan di legislatif yang tertuang dalam UU 10/2008 mencapai 30 persen, namun tidak mendapat posisi strategis dalam parlamen. Sehingga, politisi perempuan dalam partai politik cukup memprihatinkan, karena meski ada, namun yang berkualitas jumlahnya masih minim. Seperti apa potensi perempuan dalam dunia perpolitikan saat ini? Keterlibatan perempuan dalam dunia perpolitikan adalah suatu keharusan, namun ada beberapa hal yang mesti dimiliki oleh perempuan sebelum terjun dalam kancah perpolitikan, misalnya saja ilmuilmu dasar seperti ilmu politik. Perempuan sebenarnya memiliki beberapa kelebihan yang justru tidak memiliki oleh kaum laki-laki. Misalnya saja, perempuan itu lebih teliti, olehnya dalam keperluan administrasi andil perempuan sangat dibutuhkan. Selanjutnya, perempuan itu lebih cepat tanggap dan peka terhadap berbagai situasi. Kepekaan perempuan akan semakin memudahkan dalam menanggapi berbagai wacana-wacana yang ada. Perempuan sebenarnya memiliki berbagai potensi, hanya saja seringkali hal itu terpendam lantaran merasa bahwa masih ada laki-laki yang dinilai lebih memiliki kapabilitas, Sebagai wakil dari perempuan Indonesia di DPR RI, bagaimana usaha Anda memperjuangkan nasib perempuan?
Yah, dengan memperjuangkan peningkatan kualitas kaum perempuan. Baik itu melalui peningkatan kualitas pendidikan, jaminan sosial dan kesehatan. Saya berusaha agar kualitas pendidikan dan kesehatan kaum perempuan meningkat. Kaum perempuan dapat lebih mengembangkan potensi yang ada di dirinya, sehingga eksistensinya dapat diakui dan disejajarkan dengan kaum laki-laki,
kalian yang tak sekadar prihatin dan berduka dan memilih jadi bagian dari perjuangan mereka yang mati untuk pertahankan republik, terima kasih untuk tak lelah terus berjuang, kita ada dalam satu barisan yang sama dengan satu bara, juga teriakan yang sama, rakyat tak boleh melarat di tanahnya sendiri! (*)
Sebagai perempuan yang memiliki peran ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan anggota DPR, bagaimanakah manajemen waktu yang ibu gunakan? Sebagai seorang ibu dan juga sebagai istri ada kewajiban yang tidak bisa saya tinggalkan. Saya memang ada pengasuh di rumah, tapi tidak bisa diserahkan sepenuhnya sama pengasuh. Boleh kita sibuk tapi ini tantangan cara strategi membagi waktu, saya punya kehidupan yang besar bekerja buat rakyat namun saya juga harus bisa tetap sebagai seorang istri yang saya jalankan, saya harus membuat satu strategi dengan suami, betul-betul menjadi satu tim dengan suami dan orang yang di rumah, Apakah kesibukan anda di luar mendapat dukungan dari suami? Saya bersyukur diberikan pasangan yang bertindak sebagai suami tapi dia menjadi motivasi, nggak hanya men-support tapi dia juga bekerja,
BIODATA Nama : Rieke Diah Pitaloka Lahir : Garut, Jawa Barat, 8 Januari 1974 Karir pendidikan: • S-1 di Fakultas Sastra Belanda UI • S-1 di Filsafat STF Driyakara, Jakarta • S-2 Jurusan Filsafat Universitas Indonesia Karir Pekerjaan: Dosen Filsafat Universitas Indonesia (UI) • Anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) • Anggota Komisi IX DPR RI • Pemilik Yayasan Pitaloka yang bergerak di bidang Sastra dan Sosial
Pesan Anda terhadap generasi masa kini? Untuk kawan-kawan yang dengan ketulusan hati tak sekadar pura-pura berduka atas duka matinya kawan-kawan martir, buat INT.
Profesi FM - 107.9 MHz
Laporan Khusus 9
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
BEM-Maperwa UNM Dinilai
TAK BECUS
Karut-marut kinerja BEM-Maperwa UNM dalam periode ini, mengindikasi banyaknya “lubang” yang menenggelamkan kepengurusannya. Sejumlah spekulasi pun bermunculan dan menyudutkan keberadaanya, hingga banyak yang menilai lembaga kemahasiswaan tertinggi di UNM ini tak layak diakui keberadaannya. KARUT-marut kinerja BEM-Maperwa UNM dalam periode ini, mengindikasi banyaknya “lubang” yang menenggelamkan kepengurusannya. Sejumlah spekulasi pun bermunculan dan menyudutkan keberadaanya, hingga banyak yang menilai lembaga kemahasiswaan tertinggi di UNM ini tak layak diakui. Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) Universitas Negeri Makassar (UNM) periode 2011-2012 segera berakhir dengan akan digelarnya Musyawarah Besar (Mubes) kedua Lembaga Kemahasiswaan (LK) itu November mendatang. Akan tetapi, jika menilik kinerja dari LK tertinggi di kampus orange ini sungguh amat memprihatinkan. Banyaknya kasus kemahasiswaan dan kebijakan birokrat kampus yang tak memihak pada mahasiswa dan Lembaga Kemahasiswaan (LK) tak mampu diselesaikannya menjadi bukti bobroknya kinerja BEM-Maperwa UNM. Pemecatan 19 mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) misalnya. Mereka seakan “tutup mata” terhadap penindasan yang dilakukan birokrat. Dari awal kasus hingga didepaknya 19 mahasiswa FBS itu, BEM sama sekali tak terjun menjadi mediator apalagi melakukan perlawanan terhadap kebijakan birokrat FBS. “Tak ada usaha membela kami, padahal dia yang kami harap,” ungkap mantan Wakil Presiden FEMA FBS, Sudarsono. Parahnya lagi, Presiden BEM UNM sendiri, Ahmad Jamir adalah notabenenya mahasiswa FBS yang mestinya punya kepedulian lebih terhadap sejawatnya. Ahyar (sapaan Ahmad Jamir) sepertinya lupa siapa penyokongnya menduduki jabatannya saat ini. “Yang usung kan dari FBS, harusnya dia bisa memperjuangkan kami untuk meringankan sanksi temanteman,” kesal Sudarsono. Lanjut, Sudarsono, ia mengakui kekecewaannya terhadap BEM UNM. Ia mengatakan BEM tak mampu mengambil sikap dari setiap permasalah yang ada utamanya di FBS. “Persoalan ambil sikapnya ini, dia lebih tega melihat kami ditindas,” ungkap mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ini. Ia pun menyikapi kinerja BEM dan Maperwa UNM periode ini tidak sesuai ekspektasi ProfesiFM FM- -107.9 107.9MHz MHz Profesi
yang diharapkan. “Tak ada eksen yang bisa diharap,” tutupnya. Pantas saja, selama ini BEM UNM sulit menggalang konsolidasi Sembilan Mata Orange. Hal ini disebabkan kurangnya kepercayaan LK fakultas terhadap BEM Universitas saat ini. Misalnya saja Presiden BEM Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Harun Rasyid. Ia mengungkapkan, BEM UNM kurang berempati terhadap LK di bawahnya. “BEM Kurang melakukan rapat konsolidasi dengan tiap BEM Fakultas,” beber Harun. Lebih lanjut, ia mengatakan BEM Universitas saat ini sedang mati suri. “Ini kondisi yang kami lihat,” pungkasnya. Harun menambahkan, BEM Universitas harusnya sebagai fasilitator mengawal isu-isu internal. “Misalnya pelantikan FEMA FIS yang sampai sekarang belum jelas atau nasib FEMA FBS yang terkatung-katung,” harap mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ini. Belum lagi hak untuk melakukan Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) masih berada di “tangan” birokrat hingga kini tak mampu direbutnya. BEM seolah tak berdaya menunjukkan eksistensinya sebagai LK yang patutnya disegani di institusi ini. Parahnya lagi, bukannya terus “menggila” dengan penolakannya, BEM bersama Maperwa justru telah “mengibarkan bendera putih.” Buktinya, saat PMB Universitas yang dinamai Rapat Senat Luar Biasa di Celebes Convention Center (CCC), 29 Agustus lalu, mereka andil menyukseskan acara tersebut mengikuti alur birokrat. Padahal, teriakan perjuangan mengembaikan hak PMB ke tangan LK masih bergema di beberapa fakultas. Semisal di Fakutlas Teknik (FT), perlawanan atas penindasan birokrat itu masih belum jua padam. Saat prosesi PMB di FT digelar, 3 September lalu, funsionaris LK FT masih terus menunjukkan sikap perlawanannya. Bahkan, di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), dengan menjalin kesepakatan dengan birokrat fakultas, LK di fakultas tersebut berhasil mengambil alih PMB. Ironi, melihat LK tertinggi yang notabene sebagai motor pergerakan mahasiswa secara massif di kampus orange ini namun justru telah ciut dengan ketidakberdayaan
birokrat. Tunduknya BEM Universitas dengan regulasi birokrasi sungguh amat memalukan. Citra BEM Universitas yang dulu sangat disegani itu kini telah luntur. Ditambah lagi persoalan BEM dan Maperwa UNM dalam mengawal isu-isu besar. Transparansi dana kemahasiswaan, IJazah palsu, pembelian nilai dan skripsi di FIK, tidak dilantinya pengurus Federasi Mahasiswa (FEMA) periode 2012-2013 Fakultas Ilmu Sosial (FIS), pungutan liar tenaga administrasi di beberapa fakultas, adalah sedikit contoh dari deretan problema kampus orange yang hingga kini masih saja belum dikawalnya dengan baik, bahkan tak pernah dijamahnya. PR III: Demo BEM Untuk Lepas Tanggung Jawab Terkait transparansi dana kemahasiswaan dan dana Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB), BEM bersama MAPERWA memang pernah melakukan aksi demonstrasi akan hal ini, … September lalu. Namun perlu diketahui juga, sebelum itu BEM sudah melakukan pertemuan dengan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III), Heri tahir membahas hal tersebut. Pertemuan itu diakui Heri Tahir telah menemui titik temu dimana BEM telah memahami dan menyetujui penjelasan darinya. Alangkah herannya Heri Tahir saat BEM dan MAPERWA menggalang massa dan berdemonstrasi di depan Rektorat. Heri Tahir mengakui tak menduga BEM akan melakukan demo tersebut mengingat pertemuan sebelumnya berlangsung secara damai dan tak ada lagi keraguan lagi dari BEM. Maka tak salah jika Heri Tahir mengungkapkan kekecewaannya dengan berujar, aksi demonstrasi transparansi dana kemahasiswaan BEM dan MAPERWA tempo hari itu hanya untuk melepas tanggung jawab. “Demonya itu cuma untuk melepaskan tanggung jawab saja,” sesal eks Asisten Direktur II Program Pascasarjana (PPs) UNM ini. Turunnya DPP Hanya Klaim Semata Sebuah pernyataan “menggelitik” Ahmad Jamir saat membacakan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) BEM UNM pada
Pleno II Maperwa UNM di Aula Kolam Renang Bantimurung, Selasa, 25 September lalu. Dana Penunjang Pendidikan (DPP) yang dipungut dari mahasiswa sejak lima tahun silam mengalami penurunan dari Rp3 Juta menjadi Rp2 Juta tahun ini diakuinya adalah hasil jerih payah BEM. BEM UNM memang pernah mempelopori LK se-UNM melakukan aksi penolakan DPP. Sayangnya, itu hanya sekali saja yakni pada 4 Juni lalu. Selebihnya tak pernah lagi ada tekanan terhadap birokrat untuk menyetop pungutan yang tiap tahun disedot dari para mahasiswa baru kampus eks IKIP Ujung Pandang ini. Berikut Petikan Pernyataan Ahyar tersebut. “Namun ditengah gelombang ketidakpastian, di tengah amukan badai yang menghampar-hampar, kami bersama dengan kawan-kawan fakultas tetap mencoba menunaikan amanah konstitusi terhadap beberapa regulasi yang terlahir diantaranya aksi penolakan DPP dan berujung pada pengurangan kuota pembayaran mahasiswa baru dari tiga juga menjadi dua juta.” Padahal, penurunan tersebut dikarenakan adanya stimulus dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dalam bentuk Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) sebesar Rp1,5 Triliun untuk 73 PTN. UNM mendapat Rp5,8 Miliar. Dana tersebut memang digelontorkan Kemendikbud untuk mengurangi beban pembayaran mahasiswa. Dana Miliaran tersebut oleh UNM disubsidi ke DPP sebesar Rp1 Juta per mahasiswa. Artinya, UNM tetap mematok DPP Rp3 juta. Hanya saja ditutupi dengan subsidi tersebut sehingga menjadi Rp2 Juta. “Tarif DPP diratakan Rp3 Juta semua fakultas disubsidi Rp1 juta menjadi Rp2 Juta saja,” ungkap Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I), Sofyan Salam. (baca; Tabloid Profesi Edisi 158 Spesial Pengumuman SNMPTN 2012). Hingga saat ini, tak ada sama sekali kebijakan birokrat menurunkan besaran DPP tersebut seperti yang diklaim BEM sebagai akibat dari aksi penolakannya. Dapat dikatakan pernyataan Ahyar dalam LPJ BEM UNM itu hanyalah bualan belaka.(Tim) Urai Uraidata, data,ungkap ungkapfakta, fakta,saji sajiberita berita
10 Laporan Khusus
Irfan: BEM-Maperwa Kader Prematur
www.profesi-unm.org
SEONGGOK problema yang menandai karut-marutnya kepemiminan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM membuat sejumlah Lembaga Kemahasiswaan (LK) kini mempertanyakan eksistensinya. Pengawalan dan kinerja yang tidak terlakasana dengan baik menjadikan BEM UNM kini dipandang sebelah mata. Layakkah BEM UNM tetap ada? Ketua UKM Maphan Rastamu Mustar menyatakan BEM seharusnya lebih memperhatikan masalah internal dulu baru meraba masalah eksternal. Terbukti kegagalan BEM dalam mengawal berberapa kasus yang terjadi di UNM, hingga saat ini belum juga terselesaikan. “Kasus pelantikan LK yang di Fakultas Ilmu Sosial saja belum tuntas,” beber mahasiswa eksponen 09. Terkait hal tersebut Ahmad Afandi selaku Ketua UKM Seni juga mengakui agak kecewa terhadap BEM peiode 2011-2012 dikarenakan tidak ada prestasi yang dilakukan, bahkan ia menilai kinerja BEM hanya beberapa persen saja. “Tidak ada prestasi sama sekali, kinerjanya saja hanya 30 persen, ” ungkap Cila sapaan akrabnya. Cila hanya berharap agar lembaga eksekutif ini kedepannya dapat sejalan dan sepaham dengan LK tingkat Universitas maupun tingkat Fakultas dan Jurusan terhusus terhadap UKM. Ahmad juga menambahkan, selama kepengurusan BEM periode ini secara umum tidak menunjukkan kinerja yang baik dalam mengawal berbagai persoalan di institusi ini. “Yang saya lihat belum ada tindak lanjut dari bem univ mengenai aksi yg kmarin dilakukan (transparansi dana pmb), padahal seharusnya ada pengawalan lagi setelah aksi.Kekurangan ketua BEM sekarang, belum bisa menyatukan 9 mata orange, karena masih kurangnya konsolidasi,” terangnya.
Pendahulu Angkat Bicara Eksistensi BEM dan MAPERWA UNM yang jadi sorotan mengundang Presiden BEM dan MAPERWA terdahulu ikut angkat bicara. Kurniawan Sabar, Mantan Presiden BEM UNM Periode 2007-2008. Ia memertanyakan adanya dua faktor lemahnya BEM UNM periode ini. “Penyebabnya apakah mereka tidak bekerja dengan baik
atau basis kekuatannya yang sudah rapuh,” terangnya. Ia memandang BEM Universitas adalah pemimpin dari semua LK yang ada di sebuah universitas yang harusnya memecahkan masalah-masalah kemahasiswaan. Ia beranggapan pengurus BEM Universitas tak bisa sepenuhnya bisa disalahkan karena mereka punya BEM atau FEMA tingkat fakultas yang berada di bawahnya. Akan tetapi, keefektivitasannya dilihat dari sejauh mana konsolidasi itu dibangun oleh BEM UNM. “Kalau mereka tidak bisa memecahkan masalah mereka mestinya membangun konsolidasi yang baik,” tegasnya. Lebih jauh, Sabar menambahkan dalam kondisi apapun BEM Universitas harus tetap bekerja dengan menggalang konsolidasi untuk menyelesaikan setiap persoalan. “Sebagai LK Eksekutif ia harus bekerja untuk memecahkan masalah kemahasiswaan,” tutup Sabar. Lain halnya dengan, Mantan MAPERWA UNM Periode 2007-2008, Andi Karman. Menurutnya Fungsionaris BEM saat ini tidak punya bargening lagi. Ia melihat BEM maupun Maperwa mulai kehilangan arah. “Belakangan memang teman-teman mulai kehilangan arah. Saya melihat konteksnya mereka berbeda dengan kami,” sesalnya. Akar memandang kegagalah BEM dalam sebuah universitas adalah termasuk juga kegagalan Maperwanya di sisi lain sebab Maperwa memiliki fungsi kontrol terhadap BEM. Maperwa saat ini dinilai tidak mampu membantu BEM untuk melahirkan gagasan yang baik untuk dijalankan. “Kalau ada gagasan bersama dan dijalankan dengan baik oleh keduanya, itu asik,” ujarnya. Lebih lanjut, mantan ketua Himpunan Pendidikan Bahasa Indonesia memertanyakan desakan yang dilakukan BEM terhadap birokrasi. Menurutnya, mereka telah kalah dari birokrasi dan tidak mampu keluar dari permasalahan itu. Sayangnya ia tidak bisa mengukur kegagalan BEM itu sendiri karena menurutnya tidak ada indikator untuk menilai hal itu. “Apakah ini bentuk kegagalan?” tanyanya. Terlepas dari itu, menurutnya, tak dapat dipungkiri BEM dan Maperwa memang sudah tidak peka lagi. Tak ketinggalan, mantan Presiden
BEM UNM Periode 2008-2009, Irfan Palippui turut angkat bicara. Ia mengaku sangat kecewa dengan kepengurusan BEM UNM kali ini. Tak mampunya BEM melawan kebijakan birokrat menjadi bukti kelemahannya. “Ia tak berdaya pada dirinya dan kekuasaan sehingga ia tak bisa berjuang,” sesalnya. Kekecewaan alumnus Jurusan Bahasa Indonesia ini juga lebih pada citra BEM UNM di mata siviitas yang telah hilang. “Sikap yang perrnah dibangun sejak dulu dimusnahkan begitu saja oleh kawan-kawan,” geram Irfan. Menurutnya, BEM saat ini menganggap remeh hal itu. Irfan menambahkan ia juga mengomentari kinerja Maperwa. Ia menyatakan Maperwa harus pandai membaca kompleksitas permasalahan yang ada di UNM. Cerdas dalam menggali wacana. Menurutnya, persoalan kaderisasi mesti dianggap serius. Jangan sampai melahirkan kader prematur seperti buah yang dipaksakan untuk masak seperti kader BEM dan Maperwa sekarang ini. Irfan menambahkan, BEM dan Maperwa harus peka pada diri. “Malu dong! Atau jangan-jangan tujuannya hanya untuk narsis foto agar fotonya terpampang bahwa pernah menjabat di periode ini?” pungkasnya. Menanggapi kritikan itu, Presiden BEM, Ahmad Jamir, mengakui memang terdapat kekurangan pada periode kepengurusannya ini. Ia mengungkapkan setiap periode memiliki sejarah dan kisahnya masing-masing. “Memang seperti itulah kondisi LK saat ini,” katanya. Terkait pemecatan 19 mahasiswa dan pembekuan LK di FBS, Ahyar menyatakan tak dapat melakukan pembelaan pada mereka lantaran BEM berada pada posisi yang sulit saat itu. Ia mengatakan BEM saat itu belum mendapat legitimasi karena Maperwa UNM yang belum juga dilantik. Sulitnya menggalang massa juga diakui Ahyar. Ia menyayangkan LK tingkat fakultas yang susah untuk bergabung menjadikan kosolidasi sia-sia. “Kami juga tidak mampu menyelesaikan suatu masalah kalau teman-teman di fakultas-fakultas tidak mau membantu,” keluh mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris ini. (Tim)
Jambore LK, Bukan Program Kerja BEM PENGURUS Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) se-UNM tiba-tiba dikejutkan dengan rencana mendadak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM untuk menggelar Jambore Lembaga Kemahasiswaan (LK) akhir bulan ini. BEM pun menggelar rapat perdana di ruang rapat BEM-Maperwa, Jumat, (28/9) lalu. Tak jelas tujuan dari BEM itu, sebab tak pernah ada kabar sebelumnya dari BEM terhadap UKM bahwa akan ada kegiatan tersebut di bulan ini. Terlebih, saat Pleno II Maperwa UNM, di Bantimurung lalu, tak ada pembahasan mengenai hal ini dan rekomendasi pleno untuk menggelar acara tersebut pasca pleno. Disinyalir rencana BEM UNM untuk menggelar Jambore LK itu hanya sebagai ajang cari muka BEM terhadap UKM yang telah lama ditelantarkannya. Lebih parahnya lagi, tak ada pembicaraan awal kepada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III) UNM, Heri Tahir akan rencana menyelengarakan kegiatan ini. Pasca rapat bersama UKM, dan mendapat lampu hijau, BEM pun menemuni PR III membicarakan hal ini. Sontak saja, PR III, Heri Tahir tak setuju. Ia pun langsung menolak rencana BEM tersebut. Pasalnya, BEM dan Maperwa sudah harus Mubes bulan mendatang. Terlebih lagi, Heri Tahir tak pernah tahumenahu bahwa akan ada agenda BEM seperti ini. Heri Tahir Urai data, ungkap fakta, saji berita
mengatakan, sangat tidak masuk akal jika mengadakan kegiatan lagi karena mubes bulan depan. Heri yakin, rencana Jambore LK BEM tesebut tak pernah ada dalam Program kerja BEM. Pasalnya, sejak awal menjabat, ia tak pernah disuguhi oleh BEM terkait jambore LK tersebut. Heri menginginkan tak ada halangan lagi BEM dan Maperwa untuk melangsungkan Mubes sebab jangan sampai kegiatan itu menjadi alasan untuk menunda Mubes. Alhasil, BEM hanya bisa menahan malu pada UKM lantaran tak akan terlaksanannya rencana yang telah disiapkannya itu. Presiden BEM UNM, Ahmad Jamir pun tak dapat berkomentar banyak. Ditanya perihal penolakan PR III, ia malah kebingungan. “Bagaimana ya?,” tanyanya balik. Mantan Ketua Umum, Korp Suka Rela, Aminuddin menyesalkan sikap BEM yang semaunya saja dalam menentukan kegiatan. “Kenapa BEM punya inisiatif seperti itu. Tidak semestinya sebagai lembaga kemahasiswaan tertinggi di kampus melakukan kegiatan seperti semau gue,” sesalnya. Menurut Amin, semua sudah ada aturannya saat Mubes terkait pelaksanaan program kerja. Lebih lanjut, Amin mengingatkan kepada BEM agar selayaknya dewasa dalam berlembaga. “Dewasa sedikitlah dalam berlembaga. Ingat sebagai lembaga tertinggi BEM mesti hati-hati melangkah, citra loh,” harap Amin. (Tim)
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
Kecewa, FEMA FIS Tak Utus Delegasi KRITIKAN tajam juga hadir dari presiden Federasi Mahasiswa Fakutas Ilmu Sosial terpilih, Budiman, terhadap kinerja BEM dan Maperwa UNM saat ini. Ia menilai, tak ada hasil yang mampu untuk diperlihatkan oleh lembaga tertinggi di UNM sekarang ini. Mulai dari mengawal kebijakan institusi hingga pesoalanpersoalan yang dialami oleh lembaga kemasiswaan. Mahasiswa Jurusan Sejarah ini merasa sangat kecewa, lantaran BEM UNM tak mampu merangkul semua elemem yang ada di UNM. “Tidak ada kerja yang jelas yang diperliahatkan,” terangnya. Ia juga menyayangkan kinerja BEM dan Maperwa yang tidak jelas. “Maksimalisasi dari kinerjanya pun itu tidak nampak,” ungkapnya. Menurut mahasiswa eksponen ’08 ini, hal yang paling terlihat dari tidak maksimalnya gerakan BEM dan Maperwa Universitas lebih pada komunikasi yang juga tidak berjalan di tiap fakultas menjadikan BEM dan Maperwa sulit menggalang basis massa di fakultas. “Komunikasi yang sebenarnya tidak jalan, tidak maksimal,” ujar Budi. Karena kekecewaannya itu, ia menyatakan tidak akan mengutus delegasinya untuk bertarung di Mubes BEM-Maperwa November mendatang. Ia berniat untuk menarik tiga orang delegasinya dari Maperwa UNM akan tetapi hal itu dianggapnya sudah terlambat. “Ada tiga orang sebenarnya saya mau tarik delegasi tapi sudah mepet juga ya,” ungkapnya. Selain itu, masalah di internal FEMA FIS juga menjadi alasan Budiman tak berniat mngutus delegasi. “Masih banyak masalah internal yang ingin diselesaikan,” terangnya. (Tim)
BEM Lupakan UKM SEJUMLAH pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) mengungkapkan kekecewaannya terhadap Badan Eksekutif Mahasiswa (UKM) Universitas Negeri Makassar (UNM) periode 2011-2012. Mereka mengakui BEM telah melupakan 12 UKM. Hal tersebut dikarenakan kurangnya komunikasi yang dibangun BEM terhadap 12 UKM tersebut. Ketua UKM Seni, Ahmad Afandi, mengungkapkan kinerja BEM terhadap UKM tak ada sama sekali. Ia mengatakan meskipun terjadi komuikasi BEM terhadap UKM Seni yang membahas perkembangan UKM, itu hanya sekedar formalitas saja dan tidak pernah membahas hal yang serius. “Masalah komunikasi itu pernah dan hanya kebetulan itu pun paling hanya sekadar basa basi,” ungkap mahasiswa Jurusan Sosiologi ini. Ketua UKM Mahasiswa Peduli HIV/Aids dan Napsa (MAPHAN) Rastamu Mustar juga berkomentar. Ia menyatakan, selama kepengurusannya, BEM tidak pernah sama sekali menanyakan perkembangan serta kendala yang dialami UKM. Ia mengatakan, setidaknya ada kepedulain yang dilakukan terhadap seluruh UKM dan LK, namun hal itu tak pernah ditunjukkan. “Tidak ada perhatian selama ini khususnya kepada MAPHAN,” sesal mahasisnya Jurusan pend. Sejarah. Senada dengan Rastamu, Ketua UKM SAR, Abdul Rahman, mengungkapkan, Kontribusi BEM UNM terhadap UKM adalah nihil. “Kontribusinya kita liat sendirimi, adakah? NOL kinerja BEM bagi saya,” tegas yang akrab disapa Borang ini. Tak mau ketinggalan, dari UKM Korps Suka Relawan (KSR), Akbar, juga menilai bahwa BEM tak jelas dalam menyikapi status UKM yang notabene berada dibawah koordinasinya. (Tim)
SUDUT + Jalan “Oemar Bakrie” Makin Panjang - Banyak proyek pendidikan di dalamnya + BEM-Maperwa UNM Dinilai Tak Becus - Jaga citra dong...! + “Badai” Bidik Misi
- Wajar di sana banyak dosa... + Awas Polisi Bebas Masuk Kampus - Berikutnya mungkin giliran tentara... Dg. Tata’ Profesi FM - 107.9 MHz
Laporan Khusus 11
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
Kurang Di Segala Aspek *Fahrizal Syam
TAK lama lagi, masa kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM akan mencapai titik akhir dimana mereka harus melepas tahta mereka dan menyerahkan kepada generasi penerusnya. BEM di bawah komando Ahmad Jamir tentunya telah menjalankan berbagai program kerja sesuai dengan porsi tugas mereka, namun tetap saja banyak celah yang muncul di sana-sini. Berdasarkan poling yang dilakukan terhadap dua ratus orang sivitas akademika UNM yang terdiri dari para fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan (LK) di Sembilan fakultas yang ada di UNM, menunjukkan bahwa persentase keberhasilan Ahmad Jamir dan kawan-kawannya dalam melaksanakan tugas mereka terbilang rendah atau dapat dikatakan kurang berhasil. Dari 200 orang responden, 56 persen menganggap BEM belum berhasil melaksanakan tugasnya untuk mewadahi aspirasi sivitas UNM. Hanya 13 persen yang menganggap BEM telah berhasil menjalankan tugasnya sebagai wakil dari mahasiswa, dan sisanya 31 persen menjawab tidak tahu. Persentase angkaangka tersebut tentunya menjadi bukti bahwa BEM di bawah komando Ahmad Jamir telah gagal menjalankan tugas mereka untuk mewadahi aspirasi sivitas UNM yang notabene merupakan tugas utama mereka. Bobroknya kinerja BEM dinilai oleh sivitas UNM sebagai akibat dari sang presiden yang tak dapat memimpin anggotanya di lembaga tertinggi UNM ini dalam menjalankan roda kelembagaan. Terbukti dari hasil poling, 39 persen responden menganggap kinerja pria yang akrab disapa
Ahyar ini biasa saja, yang artinya Ahyar tak mampu menunjukkan aksi terbaiknya sebagai presiden BEM. Selain itu 30 persen responden menjawab tidak tahu, ini menunjukkan para sivitas UNM khususnya LK kurang mendapat koordinasi dari Ahyar. Dari keseluruhan responden hanya 11 persen yang menganggap kinerja Ahyar baik. Sisanya menganggap Ahyar mengecewakan bahkan 6 persen di antaranya menganggap sangat mengecewakan. Tak sampai di situ, kinerja BEM juga dinilai oleh para sivitas UNM atau LK dalam mengawal dan menyelesaikan isu-isu internal maupun eksternal kampus. 45 persen responden menganggap BEM kurang baik dalam menyelesaikan isu-isu atau masalah yang timbul di internal maupun eksternal UNM. kasus Drop Out 19 mahasiswa Fakultas bahasa dan sastra UNM yang hingga saat ini belum menemui titik kejelasan menjadi poin penilaian pertama para sivitas UNM. BEM dianggap gagal dalam melindungi para sivitas UNM yang notabene merupakan rakyatnya. Masih di FBS, dibekukannya semua LK di fakultas sastrawati tersebut tentunya menjadi tamparan keras bagi BEM UNM, namun hingga saat ini BEM seolah tak berdaya melawan kekuatan birokrasi kampus oranye ini. Suara-suara teriakan perlawanan sudah sangat langka di UNM. Untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan BEM semisal Advance Training rupanya masih dinilai kurang maksimal oleh mahasiswa. 31 persen responden mengaku tak tahu dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakn oleh BEM. Kurangnya sosialisasi menjadi penyebab utama
kurangnya informasi yang didapat oleh mahasiswa. Padahal kegiatan sekelas Advance Training merupakan kegiatan besar yang tentunya menelan biaya yang tak sedikit. Namun jika kegiatan yang sebenarnya ditujukan untuk sivitas UNM ini tidak disosialisasikan secara maksimal dan hanya sebatas pamflet dan baliho tentunya membuat mahasiswa tak mendapat informasi yang cukup jelas. Meskipun begitu 26 persen responden tetap menganggap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh BEM sudah baik. 27 persen menganggap biasa saja, 8 persen menganggap kurang, dan sisanya hanya 9 persen yang menganggap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sangat baik. Salah satu hal yang selalu menjadi perhatian tiap tahunnya yaitu adanya tarik ulur antara birokrasi UNM dan para fungsionaris LK terkait pelaksanaan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). Birokrasi tak pernah memberi izin bagi LK yang selalu ngotot ingin mengambil alih pelaksanaan PMB yang dulunya lebih dikenal dengan nama ospek. Hasilnya, tiga tahun terakhir birokrasi selalu menjadi pemenang dan berhak mengadakan PMB tanpa melibatkan LK. Hal ini dinilai oleh LK tak lepas dari peran BEM yang sangat minim. Dari persentase, tampak 37 persen tak tahu menahu dengan kontribusi BEM dalam PMB tahun ini, 15 persen yang menjawab sangat mengecewakan, bahkan 14 persen mengatakan kontribusi BEM sangatlah mengecewakan. Namun ada 26 persen yang menganggap BEM lumayan berkontribusi jika berdasar pada fakta bahwa telah ada beberapa LK tingkat fakultas yang berhasil melaksanakan
ospek di fakultasnya masing-masing. Namun jika dirata-ratakan tentunya BEM masih dianggap gagal dalam mengawal kegiatn PMB tahun ini. Kegagalan BEM dalam menjalankan kinerja mereka dinilai sivitas UNM disebabkan oleh kurangnya komunikasi dengan LK tingkat fakultas maupun jurusan. 32 persen responden dari LK merasa komunikasi dengan BEM kurang. BEM dianggap hanya sibuk dengan urusan mereka sendiri tanpa memperhatikan LK fakultas atau jurusan yang merupakan lembaga di bawah naungan BEM itu sendiri. Hanya 17 persen responden yang merasa komunikasi BEM dengan LK sudah baik. 18 persen menjawab sangat kurang dan selebihnya tidak tahu. Kurangnya komunikasi itulah yang menyebabkan BEM gagal menghimpun semua LK yang ada di UNM. dari 200 responden, hampir setengahnya menjawab BEM belum berhasil menghimpun LK. BEM dianggap tak memperhatikan nasib LK dibeberapa fakultas yang masih terkatungkatung, bahkan berujung pada pembekuan lembaga. LK yang notabene berada di bawah naungan BEM itu sendiri merasa tak diwadahi oleh BEM. Hanya 27 persen yang merasa BEM telah melaksanakan tugasnya untuk menghimpun LK yang ada di UNM dan sisanya menjawab tidak tahu. Berdasarkan persentase angka-angka di atas tentunya dapat ditarik kesimpulan, BEM dinilai gagal menjalankan tugas mereka sebagai lembaga kemahasiswaan tertinggi di kampus pencetak guru ini. Maka tak heran jika belakangan ini muncul mosi tak percaya dari beberapa LK tingkat fakultas
maupun jurusan terhadap BEM. LK fakultas maupun jurusan yang seharusnya diwadahi oleh BEM justru merasa kurang mendapat perhatian. Hal ini tentunya dapat menjadi cerminan bagi para pengurus BEM yang tak lama lagi akan menanggalkan jabatan mereka. Di sisa waktu kepengurusan mereka, LK menaruh harapan besar kepada BEM untuk melakukan yang terbaik bagi seluruh sivitas UNM khususnya LK yang ada di UNM. Sivitas UNM tentunya tak mengharapkan Ahmad Jamir selaku presiden BEM dicap sebagai pemimpin gagal dalam melaksanakan tugasnya. Mereka terus berharap akan adanya sebuah gebrakan besar yang dapat dilakukan oleh BEM untuk membuat sesuatu yang lebih baik dari hari ini. Dan pastinya. Eksistensi BEM UNM mungkin kita dapat untuk ragukan. Tak optimalnya kerja dan pengawalan kebijakan yang dilakukan selama ini seakan membentuk spekulasi dini kita untuk “membekukan� juga lembaga tertinggi di kampus Oemar Bakri ini. hal ini juga dapat mengindikasikan bahwa BEM UNM hanya hadir untuk mendongkrak popularitas para pengurusnya, walau tanpa mengetahui esensi dari keberadaan mereka. Keresahan mahasiswa seakan tak mampu untuk diakomodir, terkhusus lembaga kemahasiswaan yang ada di tingkat fakultas, jurusan, dan juga Unit Kegiatan Mahasiswa. Justru yang tidak resah yakni BEM UNM. Berperilaku elegan, tapi tak menunjukkan keresahan. Tak tampil dalam gerakan, juga tak terampil dalam keseriusan kebijakan. Bukti nyatanya telah terurai dari hasil jajak pendapat yang dilakukan ini.
Tim Reportase Khusus
SUMBER: Litbang LPPM Profesi UNM. Sampel diambil tanggal 1-2 Oktober 2012 dari 200 mahasiswa seluruh fakultas yang ada di UNM. Sampel diambil secara acak. Profesi FM - 107.9 MHz
Kordinator: Sutrisno Zulkifli Anggota: - Khaerul Mustaan - Nurlela - Fatma Husni Urai data, ungkap fakta, saji berita
12 Inovasi
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
Olah Tangkai Enau Jadi Kursi www.profesi-unm.org
Bakhrani A. Rauf
JIKA sebelumnya tangkai buah Enau hanya dibuang begitu saja setelah diambil isinya. Sekarang mesti diubah pola pikir kita, soalnya ada penemuan baru tentang manfaat tangkai buah Enau. Penemuan ini justru bisa menambah ekonomi keluarga. Selain unik juga mengadung nilai-nilai kearifan lokal. Tangkai Enau ternyata bisa dibuat menjadi kursi antik. Hal ini pertama kali ditemukan Bahkrani A Rauf pada tahun 1985. Saat itu, dosen jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan ini merasa risau melihat tangkai Enau itu hanya terbuang percuma menjadi limbah. Akhirnya ia berinisiasi menjadikan tangkai yang buahnya biasa menjadi salah satu bahan untuk buat es cendol diolah menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomi. “Saya kan dulu melihat tangkai Enau
itu hanya terbuang percuma setelah diambil nilanya maksudku tuaknya itu, sehingga tangkainya dibuang dan berserahkan disekitar pohonnya itu,” tutur mantan Ketua UPT Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNM ini. Awalnya ia hanya melihat tangkai buah Enau itu hanya digunakan warga untuk mengikat pagar atau barang-barang lainnya. Sehingga, ia berpikiran bahwa tangkai ini bisa dijadikan kursi karena fungsinya mirip dengan rotan. Cara pembuatannya pun terbilang mudah, hanya membuat rangka dari kayu sesuai dengan model kursi yang diinginkan lalu kemudian dililitkan dengan tangkai buah Enau itu yang sudah kering, kalau pun sudah terlalu kering tinggal direndam di air panas agar elastis. Tentunya, tidak memerlukan modal yang besar, cukup sediakan kayu, paku, dan tangkai buah Enau itu sendiri. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, ia menyarankan agar kiranya kursi yang dibuat tersebut dioles dengan lem Fox. Hal ini dimaksudkan, selain kelihatan menarik juga bisa menjadi perekat antar tangkai Enau. “Pertama itu dibuat rangkanya dulu dari kayu, kemudian dililitkan, sudah dililit penuh, lalu diolesi dengan lem fox supaya mengkilat, itu kan juga bisa menutupi jika ada cela-celanya. Silahkan gunakan kayu apa saja, yang paling bagus itu kayu Uru’ namanya,” tandasnya. Hingga saat ini, pria yang menjabat
sebagai Pembantu Dekan III FT ini, sudah sering menyolisasikan produk temuannya itu di beberapa daerah yang ada di Sulawesi Selatan. “Ya sudah sering sosialisasikan, di Soppeng, Bone, saya sudah terapkan waktu KKN di Desa Mattampawalie kecamatan Lamuru,kabupaten Bone. Dan respon masyarakat sangat tinggi, karena selain bahannya menggunakan bahan lokal
SELAMA ini, untuk memberi pengawetan pada ikan, nelayan atau pengusaha menggunakan es. Bahkan, ada pula yang sampai menggunakan formalin dan boraks. Namun kini, telah ada pengawet alami yang bisa menjadi alternatif yang berasal dari bahan organik, yakni pengawet alami dari asap cair bambu. Wijaya, dosen jurusan Kimia penemu pengawet ini, melakukan penelitian pada bambu yang mampu menghasilkan asap cair yang bisa dijadikan pengawet alami. Asap cair ini dihasilkan dari proses pembakaran dengan bantuan udara. Asap cair ini teridentifikasi mengandung senyawa kimia potensial, seperti asam asetat, keton, aldehid, serta asam karboksilat. Setelah teridentifikasi, dilakukan uji anti jamur. “Dari hasil pengujian ini dilakukan pengujian untuk membandingkan beberapa sampel.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
DOK. PRIBADI
MEMBUAT. Bakhrani melatih masyarakat mengkreasikan enau menjadi kursi yang ramah lingkungan. Pelatihan IPTEKS bagi masyarakat tersebut dilaksanakan olehnya ketika KKN di beberapa desa.
Pengawet Alami Asap Cair Bambu
Wijaya
juga mudah dikerja,” ungkapnya. Saat ini, di daerah asalnya sudah banyak yang memesan untuk dibuatkan. Sementara dari pihaknya sendiri, diakuinya memiliki teknisi pribadi jika sewaktu-waktu ada yang memesan kepadanya. Terlebih, ternyata tangkai buah Enau itu tidak hanya bisa dibuat menjadi kursi juga bisa dibuat menjadi tempat sampah, atau pas bunga. (Asr/ Tar)
Salah satunya bambu. Alhasil, bambu yang paling tepat yang mampu menghasilkan asap cair. Salah satu senyawa yang paling berperan di sini adalah senyawa asam,” terangnya. Selain itu, dosen yang pernah memperoleh Hibah Bersaing tahun 2008-2009 ini juga melakukan penelitian kandungan hemiselulosa dan lignin pada bambu. Sehingga, bahan lignin pada bambu lebih baik karena komposisi suhunya. Di dalam lignin terkandung pula asam, fenol, serta karboksilat . Cara kerjanya pun terbilang mudah, untuk menghasilkan pengawet alami, mula-mula, serbuk bambu dipotong hingga ukuran 40-60 Mesh. Kemudian dikeringkan hingga kadar air 10-20 persen. Suhu pirolisis yang terbaik untuk pembuatan pengawet ini adalah 400˚C selama 5 jam. Hingga dihasilkan asap cair dari larutan kondensat. Selain itu, pengawetan ini dilakukan dengan cara perendaman atau penyemprotan. Bisa juga menaruh aluminium foil di bawahnya untuk menstabilkan suhunya. Selain diaplikasikan pada ikan, pengawetan ini bisa juga dilakukan pada tahu. Ikan dan tahu yang sudah diberi pengawet alami ini mampu bertahan 3-10 hari dan dalam wadah yang terbuka. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, Wijaya tercatat sebagai pemilik hak paten pengawet alami asap cair bambu. Bukan hanya itu, dia juga dinobatkan sebagai Peneliti Terbaik pada Dies Natalis UNM Tahun 2011 serta peneliti terbaik tingkat nasional tahun 2012. (Dwi)
Peserta SM-3T Luncurkan Buku Motivasi
SEBAGAI bukti pengabdiannya kepada sekolah yang menjadi tempat mereka mengaplikasikan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah. Beberapa peserta Sarjana Mengajar di Daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (SM-3T) berinisiatif membuat buku yang berisikan kisah-kisah perjuangan mereka (peserta SM3T, red) selama di daerah yang mereka tempati. Sebuah buku yang berjudul ‘Pertaruhan Siri’ Kami untuk Bumi Sirih Pinang’ menjadi persembahan akbar dari peserta SM3T UNM yang berdomisili di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Akhiruddin, sebagai Inisiator utama dalam pembuatan buku ini mengatakan motivasi ini dihadirkan untuk mengajak kepada seluruh warga Indonesia terutama sivitas UNM agar peduli pada kondisi sekaligus bahan referensi untuk upaya penanganannya. “Buku ini berisikan perjalanan dan proses SM-3T UNM Sumba Timur dalam mengakselerasikan pendidikan di daerah tertinggal Indonesia,” tutur alumnus Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ini. Untuk para penulis buku itu, ada sebanyak 60 peserta SM-3T Sumba
Timur yang ikut campur tangan dalam hal ini. “Untuk buku itu, saya untuk pengantar tiap Babnya berikut isinya. Dan 60 peserta SM-3T UNM Sumba Timur jilid pertama,” tandas pria yang pernah menjabat sebagai ketua Himpunan di Bahasa Indonesia ini. Sementara untuk rencana launching bukunya, baru akan dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober mendatang. Dan akan melakukan deklarasi program pada 28 Oktober. “Untuk lauchingnya sendiri, akan dilakukan bersamaan dengan acara penyambutan peserta SM-3T UNM Sumba Timur jilid II,” ungkapnya. Hanya saja, diakui Haru panggilan akrabnya, kendala yang selama ini dihadapi untuk menyuseskan acara ini ada pada persoalan dana yang relatif kurang. Sehingga, ia bersama temantemannya harus pulang balik ke luar kota hanya untuk mengurusi tebitnya buku ini tepat waktu. “Kendala sebenarnya ada pada biaya penerbitan dan percetakannya sekaligus. Sampai kami harus mengantarkannya langsung ke Jogyakarta untuk menjaga keaslian naskah yang terbit,” keluhnya. (Asr/ Art)
Profesi FM - 107.9 MHz
TabloidMahasiswa MahasiswaUNM UNM Tabloid ProfesiEdisi Edisi161 161 Profesi SeptemberTahun TahunXXXVI XXXVI2012 2012 September
Pantaskah Mereka
?
Kabupaten Barru
FOTO: TARI-PROFESI
Lensa Orange 13 www.profesi-unm.org www.profesi-unm.org
Bukan wacana lagi, hasil penelusuran tim Verifikasi Bidik Misi di beberapa daerah di Sulawesi Selatan ditemukan sejumlah kejanggalan bagi penerima beasiswa Miskin dan Berprestasi ini. Manipulasi data yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan menjadi indikator utama adanya kebohongan besar di balik pencatutan nama-nama penerima beasiswa tersebut. Setelah diverifikasi, ditemukan beberapa tempat tinggal dari sampel terpilih yang secara faktual tidak pantas menerima beasiswa “Tuhan� ini. Alhasil, 10 penerima Bidik Misi terpaksa dicabut dari daftar selanjutnya. Berikut beberapa temuan tim verifikasi terhadap tempat tinggal penerima beasiswa yang ternyata terbilang mewah dibeberapa kabupaten.
Kabupaten Bantaeng
FOTO: IMAM-PROFESI
Kabupaten Bantaeng Kabupaten Sidrap
FOTO: NURLELA-PROFESI Profesi FM - 107.9 MHz
Kabupaten Bulukumba
FOTO: RIZAL-PROFESI
Kabupaten Bone
FOTO: ASRI-PROFESI
Urai data, ungkap fakta, saji berita
14 Indepth Report
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
Kini tidak lagi sekadar wacana, isu yang semula menduga adanya kongkalikong dalam penerimaan beasiswa dari keluarga miskin dan berprestasi (Bidik Misi) ini, akhirnya terungkap.
“Badai” Bidik Misi
FOTO: FAJRIANTO-PROFESI
DIPERIKSA. Sejumlah mahasiswa penerima Bidik Misi disurvei hingga ke tempat tinggalnya di daerah masingmasing karena disinyalir ada yang tak pantas menerima beasiswa tersebut.
Bermula dari kecurigaan sejumlah pihak akan adanya salah bidik terhadap penerima bidik misi ini, Pembantu Rektor III, Heri Tahir berinisiasi melakukan penelusuran kepada seluruh penerima beasiswa “Tuhan” itu. Sebanyak 30 orang dari 10 tim yang dibentuk menjadi tim verifikasi Bidik
Misi diterjunkan langsung ke daerah untuk melakukan survei. Hanya saja, sebagai langkah perdana 10 tim tersebut cuma memantau angkatan 2012 dan mengambil sampel sebanyak 100 dari 750 mahasiswa sebagai perwakilan refrensentatif dari semua daerah. Dalam rapat tertutup yang dilakukan
Orang Tua Anggota Parpol SALAH satu orang tua penerima beasiswa bidik misi belakangan diketahui seorang anggota salah satu partai politik di ranting kelurahan Limbung kabupaten Gowa. Amiruddin, nama orang tua dari mahasiswa penerima beasiswa bidik misi yang bernama Ana Mediana yang merupakan mahasiswa jurusan Biologi dengan program studi (prodi) pendidikan Biologi. Selain berkarir di dunia politik, Amiruddin juga bekerja sebagai seorang wirausaha. Menanggapi hal tersebut,
Sofyan yang merupakan salah satu anggota tim verifikasi yang ditugaskan di kabupaten Gowa dan Takalar mengatakan bahwa dengan melihat keadaan hunian dan pekerjaan orang tua mahasiswa tersebut bisa dikatakan tidak layak untuk menerima beasiswa bidikmisi yang notabene merupakan beasiswa untuk mahasiswa yang memiliki perekonomian yang kurang baik.” Orang tuanya kan seorang politisi dan juga seorang wirausaha, jadi tidak layak lah.” Terangnya. (ugi)
Numpang di Rumah Dokter NURMIATI mahasiswa berdarah Enrekang yang juga merupakan salah satu penerima bidik misi. Selama menempuh pendidikan di bangku SMP dan SMA, dia tinggal di rumah seorang dokter yang juga menjabat sebagai kepala dinas kesehatan kabupaten Sidrap. Meskipun begitu, ia sama sekali tak memiliki hubungan darah atau keluarga dengan dokter yang bernama Irwansyah tersebut. Ia hanya menumpang disana sekaligus membantu pekerjaan sang kepala dinas. Nurmiati menceritakan bahwa ia dipanggil oleh sepupunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah Irwansyah. Irwansyah yang sudah ditinggal oleh istinya membutuhkan seseorang untuk menemani anaknya, sehingga ia memanggil Nurmiati. Nurmiati yang hanya seorang anak petani berstatus duda pun akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama dokter tersebut Urai data, ungkap fakta, saji berita
dan melanjutkan sekolahnya dengan di bantu oleh Irwansyah. Menurut salah seorang guru SMA tempat Nurmiati bersekolah. Nurmiati adalah sosok siswa yang cerdas. Akademiknya pun terbilang cukup bagus dengan sering meraih prestasi di sekolahnya. ”Pintar itu anak, berprestasi” tutur Guru bimbingan dan Konseling Nurmiati. Ia juga membenarkan perihal Nurmi yang yang hanya menumpan di rumah Irwansyah, “Menumpang jie itu” lanjutnya. Setelah tamat di bangku SMA, gadis yang akrab dipanggil Nurmi ini kini melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah dengan mengandalkan beasiswa bidik misi yang di dapatkannya. Ia mengaku tak lagi mendapatkan bantuan dari sang dokter sehingga ia hanya berharap pada beasiswa bidik misi. “Tidak dibantu meka kak, waktu sekolah jie dulu” ungkapnya. (Iza)
tim, menentukan sebuah istrumen tertulis yang mengatur beberapa indikator penilaian untuk menentukan layak tidak layaknya mahasiswa itu menerima beasiswa yang sudah ada sejak tahun 2010 itu. Alhasil, hasil penelusuran tim verifikasi ditemukan yang dilakukan pada tanggal 28-30 September lalu. Ditemukan beberapa nama yang dinyatakan tidak layak. Dari 100 nama yang ditelusuri, sebanyak 10 mahasiswa penerima Bidik Misi dipastikan akan dicabut haknya sebagai penerima. Hal ini dipaparkan pada saat monitoring hasil penemuan tim verifikasi di ruang senat (2/10). Menanggapi persoalan ini, Heri Tahir menilai langkah ini sudah menjadi salah satu langkah solutif dalam memecahkan permasalahan ini. “Ini adalah dosa besar jika ada penerima bidik misi yang sebenarnya tidak berhak menerimanya, apalagi mengambil hak orang lain,” tandas mantan assisten II PPs ini. “Ini sebenarnya modal bagi kita untuk prekrutan penerima bidik misi tahun depan, sehingga tidak ada lagi orang yang mau berani mendaftar jika dia membohongi dirinya, maksud saya sebenarnya tidak berhak untuk itu,” ungkapnya saat rapat.
Ada Campur Tangan “Orang Dalam” Ada yang mengagetkan kala tim
verifikasi bekerja di lapangan dalam melihat kondisi rill yang ada. Dari sejumlah pernyataan yang dilontarkan beberapa penerima bidik misi yang diintrogasi, mayoritas mengatakan keberhasilannya menembus bidik misi disebabkan adanya campur tangan birokrat UNM. “Dosen UNM dia Pak, dia yang bantu saya masuk,” ungkap Army (inisial) jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) ini. Tak hanya Army, berbagai mahasiswa lain yang dimonitoring juga mengungkapkan hal yang sama. Hanya saja, pejabat tersebut dengan nama dan asal fakultas yang berbeda. Keterlibatan beberapa petinggi UNM ini dalam menyelundupkan mahasiswa agar berstatus penerima beasiswa ini, tentu punya alas an yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan karena keluarganya, atau hanya kedekatan semata dengan orang tua si anak. Parahnya, hasil penelusuran salah satu tim Verifikasi yang bertugas di daerah Makassar, ditemukan dua pegawai UNM yang nama anaknya tercatat sebagai penerima bidik misi. Disebutkan, kedua pegawai negeri sipil (PNS) ini, bekerja di Puskesmas dan di Fakultas Ekonomi (FE). Terungkapnya hal ini, sebagai bukti “bobrok”nya mekanisme penerima beasiswa yang saat ini masih ditangani mantan PR III UNM, Hamsu Ghani. (tim)
Serba-serbi Verifikasi Bidik Misi
Dibongkar Sang Ibu CERITA lain muncul ketika anggota tim mencurigai biodata salah seorang mahasiswa penerima bidik misi asal Barru yang berinisial TN yang tidak masuk dalam sampel mahasiswa penerima bidik misi yang akan dikunjungi. Pada biodata tersebut tertulis bahwa pekerjaan Ibu adalah seorang PNS dan ayah wiraswasta dengan 2 orang tanggungan. Informasi tentang TN ini selanjutnya digali dari siswa SMA yang ikut membantu tersebut dan Ia mengatakan bahwa TN mempunyai rumah yang masuk dalam kategori mewah. Tim kembali memutar arah dan mencari alamat mahasiswa yang bersangkutan. Sampai pada sasaran, ternyata informasi yang diberikan siswa SMA tersebut tidak salah. Saat melakukan
wawancara dengan Ibu TN, Ia sempat menyembunyikan dan blak-blakan menyebutkan penghasilan yang diperoleh suaminya. Tetapi, pengusutan tidak berhenti sampai pada titik itu. Pertanyaan yang sama kembali ditujukan ke salah seorang guru TN. Dengan nada pelan guru tersebut mengatakan bahwa dirinya tidak tau menahu mengapa anak tersebut masuk sebagai penerima bidik misi. Ia menganggap bahwa TN adalah anak yang mampu yang di-backup oleh Ibu yang seorang Guru senior dan Ayah seorang pegawai di perusahaan Semen Tonasa. Alasan inilah yang kemudian menguatkan para anggota tim untuk memutuskan bahwa TN tidak layak menerima beasiswa bidik misi. (Tar)
Tak Kabari Orang Tua SEBAGAI orang yang beruntung menerima beasiswa, ternyata tidak lantas membuat kedua orang tua S, salah satu mahasiswa penerima Bidik Misi asal Kab. Bantaeng berbahagia. Pasalnya, sejak awal masuk kuliah hingga sekarang, kedua orang tua mahasiswa yang kuliah di prodi Pendidikan IPA ini tidak tahu-menahu persoalan beasiswa yang didapatkan anaknya. Mereka mengaku tidak pernah dikabari S bahwa ia telah tercantum sebagai penerima Bidik Misi. “Sejak awal masuk kuliah, dia (S, red) sendiri yang mengurus semuanya. Kami hanya sekali mengantarkannya ke Makassar,” tutur ayah S. Lanjutnya, ia juga tidak tahu beasiswa sejenis apa Bidik Misi itu, karena selama ini hanya berhubungan dengan S sesekali saja dan itupun hanya membahas soal kost-kostannya saja. Dilihat dari kondisi keluarga S, ia memang sudah sepantasnya memperoleh beasiswa Bidik Misi. Namun disayangkan, kedua orang tuanya tak pernah dikabari mengenai beasiswanya tersebut. Alhasil, orang tuanya masih tetap membiayai keperluan S tiap bulannya. (Imr)
Ditinggal Ayah Sejak di Kandungan SEJAK umur satu bulan dalam kandungan ia ditinggal pergi ayahnya. Kini dia hidup bersama dengan ibu dan seorang tantenya, sebut saja Mita (samaran). Gadis ini tinggal di kecamatan Cina, kabupaten Bone. Saat ini ia kuliah di jurusan Administrasi Negara. Dengan rumah kayu yang sudah hampir peyok dan dindingnya ditutupi dengan
pembungkus semen dan berada paling ujung berbatasan dengan kebun . Ketika ditemui tantenya, ia membenarkan perihal keadaan yang dialami kemakanakannya itu. “Iya sejak umur satu bulan itu ditinggal sama bapaknya, informasinya bapaknya itu sudah menikah yang ke-9 kalinya. Sekarang ibunya, bekerja jadi tukang masak di
setiap pesta yang ada disekitar kampung,” tuturnya. Melihat kondisi ini, Arfah salah satu anggota tim mengatakan untuk anak ini (Mita, red) tidak ada alas an untuk menonaktifkan beasiswa Mita. “Saya pikir sudah sangat layak anak ini dapat,” singkat Kepala Sub Bagian (Kasubag) Umum UNM ini. (Asr) Profesi FM - 107.9 MHz
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
Awas Polisi Bebas Masuk Kampus
BERBEDA dengan tahun-tahun sebelumnya, polisi kini tidak lagi memerlukan izin khusus untuk menangani tindak pidana yang terjadi di lingkungan kampus UNM. Mereka (Polisi, red) sudah dibebaskan untuk masuk ke wilayah UNM jika terjadi tindak pidana yang memerlukan proses penyelesaian dari pihak kepolisian. Hal tersebut sesuai dengan Nota kesepahaman (Memorandum of Understanding atau MoU) yang telah ditekennya bersama Pembantu Dekan 9 Fakultas UNM di Polwiltabes Makassar (10/9). Ia menambahkan, penandatanganan MoU "Penanganan Tindak Pidana di Dalam Kampus" tersebut sebagai tindak lanjut atas kekerasan yang sering terjadi di UNM. "Seperti halnya jika tawuran terjadi, maka mereka bisa langsung masuk ke dalam tanpa meminta izin dulu ke kita," papar Heri Tahir selaku Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. Selain itu, Heri Tahir mengatakan kesepakatan UNM dengan pihak kepolisian hanya menjadi penguatan dari peraturan kampus yang sudah ada. MoU, menurut Heri Tahir dapat menjadi pegangan bagi pihak kepolisian untuk bertindak cepat di dalam kampus tanpa menunggu izin dari universitas. “MoU itu, intinya hanya penguatan dari peraturan
MASUK! LANGSUNG MASUK!!
INT.
kampus. Nanti jika terjadi tindak pidana polisi bisa cepat-cepat bergerak masuk. Kita mendorong agar polisi itu proaktif, jangan lamban,” ungkapnya. Heri Tahir menambahkan, selain penanganan tindak pidana di dalam kampus, MoU
Hanya Menunggu Hasil, Auditorium Tak Dilirik TAMPAKNYA birokrat UNM hanya senang menerima hasil ketimbang memperbaikinya. Perlakuan inilah yang terjadi terhadap salah satu bangunan yang ada di UNM, Auditorium Amanagappa. Bangunan tersebut nampaknya sudah memudar termakan usia, namun hingga kini belum jua ada inisiasi dari mereka (birokrat, red) untuk melakukan pembenahan. Padahal, sudah ribuan generasi Oemar Bakrie dilahirkan secara sakral di gedung ini. Jika ditelisik dari fungsi gedung ini, ternyata tidak hanya digunakan pada saat wisuda. Namun, sejumlah acaraacara lain juga biasanya memakai gedung tersebut. Bahkan, acara di luar kegiatan internal UNM. Misalnya saja, acara pernikahan ataukah acara seminar. Tentunya, biaya pemakaian gedung itu tidak didapat secara cuma-cuma. Berdasarkan beberapa pengakuan yang mengurusi gedung ini, mereka memasang tarif tertentu bagi para pengguna. Tak tanggung-tanggung mereka memasang harga terbilang mahal. Nada kecewa terlontar dari mulut Amat Afandi selaku ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni. Ia mengeluhkan perihal pengelolaan gedung tersebut yang tidak maksimal. Belum lagi, di lantai dua gedung itu berdebu dan banyak sampah yang berserakan, termasuk catnya yang sudah memudar. Menurut Wasis selaku kepala sub bagian (Kasubag) Rumah Tangga UNM. Ia mengatakan Auditorium tersebut memang disewakan untuk umum dan hal itu sudah menjadi ketetapan bersama. “Tarif untuk umum biasanya Rp4 juta sudah termasuk biaya kebersihan dan fasilitas pernikahan, dan ada diskon 5 persen bagi orang UNM yang mengadakan resepsi,” terangnya. Senada dengan Wasis, Nurdin Noni selaku Pembantu Rektor II UNM, juga membenarkan hal itu. Alasannya, gedung bekas Gedung Olahraga (Gor) ini disewakan untuk menambah pundi-pundi keuangan universitas. “Iya Auditorium disewakan hal itulah yang digunakan untuk pemeliharaan, dana ini juga bisa menambah penghasilan karena dana dari pemerintah tidak cukup,” jelasnya. Noni menambahkan, pihaknya tidak setuju jika dana pemeliharaan untuk itu menggunakan dana dari SPP mahasiswa. “Dana yang digunakan untuk pemeliharaan tentu berbeda dengan pembiayaan operasional pendidikan,” ungkap mantan Pembantu Rektor IV UNM ini. (Rma) Profesi FM - 107.9 MHz
itu berisikan sanksi berat bagi mahasiswa yang melakukan tindak pidana. “Sebenarnya di dalam peraturan kemahasiswaan kita, kalau ada mahasiswa dinyatakan sebagai tersangka langsung DO. Nah di MoU itu begitu juga, bila jadi tersangka langsung DO, jadi hanya penguat peraturan kampus, itu MoU,” kata Heri Tahir. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulsel Komisaris Besar Caevy Achmad Sopari mengatakan kesepakatan di dalam MoU dengan UNM yaitu untuk menindak tegas mahasiswa yang melanggar hukum, baik di dalam ataupun di luar kampus. “Apabila ada mahasiswa yang melanggar hukum di dalam area kampus, pihak UNM harus cepat melapor kepada pihak berwajib, dalam hal ini kami sebagai polisi,” bebernya. “Kami tidak perlu lagi menunggu instruksi atau izin dari pihak universitas untuk masuk ke dalam kampus, apabila terjadi tawuran dan sebagainya yang melanggar hukum,” tambah Caevy. (Yas/ Sam)
Polisi dan Birokrasi Jualan Janji JANJI birokrasi untuk membantu korban pertikaian antara Fakultas Seni dan Desain (FSD) dengan Fakultas Teknik (FT) yang mengakibatkan delapan motor terbakar milik mahasiswa hanya bualan belaka. Termasuk menemukan pelaku pembakaran tersebut. Birokrasi kampus dan pihak kepolisian seolah-olah mengabaikan kasus ini. Padahal, mereka pernah berjanji dalam durasi waktu satu bulan akan menemukan pelaku sekaligus membantu pendaan untuk pemilik motor tersebut. Namun, ironis hingga kini janji itu belum juga teralisasi. Ketua Keluarga Mahasiswa Fakultas Seni dan Desain (KEMA FSD) Hasriawal mengatakan sempat menanyakan kasus ini kepada birokrasi UNM, namun tidak menemukan kejelasan. "Kemarin saya ketemu dengan PR III (Heri Tahir, Red) menanyakan kasus ini, namun ia mengaku tidak tahu apa-apa karena masalah itu ditangani oleh PRIII sebelumnya (Hamsu Gani, Red). Saya hanya disuruh bertemu dengan pak rektor (Arismunandar, red). Namun, Hasri tampaknya harus lebih bersabar. Pasalnya, Rektor UNM, Arismunandar ternyata tidak menyiapkan anggaran untuk menganti kerugian delapan motor itu. "Pak Rektor bilang, tidak ada anggaran universitas untuk mengganti rugi delapan motor yang rusak" Tambah Choky, sapaan akrab Hasriawal. Choky mengungkapkan, pernah menanyakan kasus ini di polsek tamalate untuk meminta kejelasan. "Katanya kasus ini dijanjikan akan
diusut tuntas, tapi di sana (Polsek Tamalate, Red) mereka bilang kasus ini sudah tertutupi dengan kasus-kasus lain," keluhnya. Menanggapi hal ini, Pembantu Rektor III, Heri Tahir menuding, pihak kepolisian yang lamban dalam mengidentifikasi pelaku pembakaran. “Coba tanya polisi sudah ada tersangka tidak? Tidak ada! Apakah tidak frustasi kalau begitu, masa tidak satupun yang teridentifikasi bahwa ini pelakunya? Ini kan tidak masuk akal,” keluhnya. Heri Tahir menambahkan, seharusnya pihak kepolisian tidak tanggung – tanggung untuk bertindak dan bergerak cepat. Menurutnya, lambatnya aparat hukum yang melakukan tindakan merupakan faktor sulitnya ditemukan pelaku pembakaran. “Namanya juga pengamanan, nanti aman baru datang. Kayak Polisi India,” Candanya. “Saya datang itu malam – malam , Saya tanya itu polisi, kenapa ini tidak dikasih police line, inikan tindak pidana. Seharusnya itu police line kan sebagai tanda bahwa itu tindak pidana, tapi ini seolah – olah itu motor terbakar bukan tindak pidana dan dibiarkan begitu saja, kan tidak boleh,” paparnya. Di lain tempat, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulsel, Komisaris Besar Caevy Achmad Sopari mengatakan Polda belum mendapatkan perkembangan mengenai kasus ini. "Kami akan menghubungi pihak Polrestabes dan menanyakan kasus ini," kata Caevy (24/9) kepada Profesi. (Yas)
Profesiana 15 www.profesi-unm.org
HIMAFI Punya Dua Ketua Umum SEPERTI halnya nasib Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang saat ini memiliki tandingan yakni KPSSI. Kasus yang sama juga terjadi pada Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI). Pasca Sidang Istimewa
INT.
(SI) yang dilakukan HIMAFI, memastikan Ketua Umum HIMAFI, Fajar, terdepak dari jabatannya. Namun, keputusan tersebut menuai kontroversi. Disatu sisi, Fajar dinyatakan bukan lagi ketua HIMAFI, ia diganti dengan Sekretarisnya, Wilson . Tapi, di sisi lain, Ketua Jurusan Fisika, Nurhayati, malah menganggap Fajar masih pantas untuk menduduki posisi tersebut, dengan mengabaikan keputusan yang ada. Alhasil, ada dua ketua HIMAFI yang saat ini berjalan dengan dua versi yang berbeda. Dalam SI tersebut, Fajar dinyatakan diberhentikan dari jabatannya sebagai ketua umum HIMAFI. Hanya saja, Fajar menilai, sidang tersebut cacat prosedural lantaran hanya dihadiri oleh sebagian kecil warga Fisika. “ Saya dipilih oleh warga, jadi harusnya pada saat SI tersebut seharusnya banyak warga yang ikut,” katanya membela. Hal ini sebenarnya ditengarai adanya isu yang berkembang, yang menuding Fajar telah melecehkan organisasi daerah yang ada di Pinrang. Ia dianggap telah mencemarkan nama baik lembaga yang dipimpinnya. Namun Fajar mengatakan tidak ada bukti yang konkret yang mengatakan dirinya telah melakukan hal itu.“ Seharusnya ada bukti administratif yang dapat membuktikan kalau saya telah mencemarkan nama lembaga,” terang Fajar. Menanggapi hal tersebut, Sudirman selaku anggota dari Pengawas Organisasi (PO) dari HIMAFI membenarkan hal tersebut. Menurutnya, ketua umum HIMAFI memang telah disidang istimewakan. “Benar, baru-baru ini dia (Fajar, red) sudah disidang istimewakan,” tutur pria yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua MAPERWA FMIPA ini. Berbeda dengan Fajar, Sudirman mengatakan bahwa Sidang Istimewa tersebut sudah sesuai dengan prosedural yang ada. “ Sidang Istimewa tersebut sudah memenuhi syarat untuk dilaksanakan,” ungkapnya. Iya juga menambahkan, bahwa dalam waktu dekat ini ia bersama dengan PO yang lain akan mengadakan rapat untuk membicarakan apakah akan diadakan Musyawarah Luar biasa (MUSLUB) atau diadakan Peninjauan Kembali terhadap sidang istimewa tersebut. “Saya bersama PO yang lain akan mengadakan rapat dalam waktu dekat ini,” katanya. (Ugi) Urai data, ungkap fakta, saji berita
16 Persona
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 161 September Tahun XXXVI 2012
www.profesi-unm.org
Sitti Marlina, S.Pd. - Station Manager profesi FM periode 2011-2012
Profesi Ajarkan Bertanggung Jawab HIDUP itu harus bermanfaat buat orang lain. Jika ingin bermanfaat bagi orang lain, maka kita harus berinteraksi dengan orang banyak, karena dari sanalah kita bisa tahu bermanfaat atau tidak kita bagi orang lain. Hal ini yang terus didengungkan Sitti Marlina dalam menjalani kesehariannya. Tidak heran, untuk dapat berinteraksi dengan banyak orang, wanita yang senang dipanggil Lina ini memiliki seabrek kesibukan yang memungkinkannya turun lapangan langsung. Sebut saja kepengurusannya di LPPM Profesi UNM. Selama bergelut di organisasi jurnalistik kampus, Wanita bertubuh mungil ini, tak hanya membatasi kesibukannya di situ saja. Meski LPPM Profesi menuntut perhatian yang cukup banyak bagi para pengurusnya, namun tak menyurutkan semangatnya untuk terus aktif di berbagai kegiatan-kegiatan lain. Berbagai macam kesibukan mengisi kesehariannya, mulai dari berburu berita untuk keperluan Profesi, mengikuti berbagai seminar untuk menambah wawasan, hingga urusan akademis yang tetap menjadi prioritas utamanya. Mantan Station Manager Profesi FM ini, menapaki dunia jurnalistik sejak 2009 silam. Awalnya dia memutuskan bergabung di Profesi karena tertarik pada bidang broadcasting. Namun tak disangka setelah bergabung, bakatnya di dunia tulis-menulis lebih menonjol, sampai akhirnya dia lebih banyak diarahkan ke bagian Penerbitan Profesi. Hal ini tak menyurutkan niat awalnya. Dia terus memperdalam ilmunya di bidang penyiaran, hingga akhirnya di akhir periode kepengurusannya di LPPM Profesi UNM, Lina dipercayakan
untuk memangku jabatan Station Manager Profesi FM. Diakuinya, Profesi telah mengajarkannya untuk bertanggungjawab.Selama bergelut di lembaga kuli tinta ini, meski terbilang berat dengan pelbagai kesibukannya dan terkadang harus mengorbankan kuliahnya. Namun, ia mengaku bangga bisa menjadi salah satu alumni LPPM Profesi UNM, pasalnya disanalah ia belajar bagaimana menjadi militan dan memertanggungjawabkan setiap kinerja yang telah dilakukan. Tak ada yang pernah mengira bahwa wanita kelahiran Desa Bontole ini pernah mengeyam pendidikan di Universitas lain sebelum memutuskan untuk hijrah ke UNM. Selama empat semester, Lina pernah tercatat sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Dirgantara jurusan Aeronautika. Namun ketika dinyatakan lulus di UNM, dia memutuskan untuk fokus pada kuliahnya di UNM dan melepaskan statusnya sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Dirgantara. Begitulah prinsip hidup wanita yang satu ini. Ketika dia sudah memutuskan untuk fokus pada sesuatu, maka hal tersebutlah yang kan terus dikejarnya. Meski saat ini telah menyelesaikan studinya dan telah menyandang gelar Sarjana Pendidikan, wanita kelahiran 10 Oktober 1988 ini masih terus berniat untuk memperdalam ilmunya, “Sejauh ini saya masih berusaha untuk melanjutkan studi dan sementara mencari program beasiswa yang bisa saya dapatkan”. Cita-citanya untuk menjadi Dosen, Penulis, dan seorang Pengamat ekonomilah yang membuatnya dengan gigih mencari jalan untuk terus memperluas ilmunya agar dapat bermanfat bagi orang lain. (Feb)
Optimis dan Bersahaja Kunci Suksesnya SOSOK pria yang satu ini mungkin sudah tidak asing lagi di mata sivitas akademika UNM. Apalagi, bagi mahasiswa yang bergelut di Jurusan Teknik Elektro. Bagaimana tidak, ia adalah dosen sekaligus ketua Jurusan Teknik Elekto saat ini. Namanya, Alimudin Sa’ban Miru. Mungkin karena sifatnya yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja, sehingga membuat Ayah 3 anak ini dikenal akrab dengan mahasiswanya. Makanya untuk mudah menemuinya, biasanya mahasiswa yang punya keperluan dengan dia, cukup mendatanginya di tengah “kerumunan” mahasiswa. Baginya, mahasiswa adalah bagian penting dari hidupnya. “Kita ini kan orang tua mahasiswa, jadi apapun yang terjadi pada mahasiswa itu tanggungjawab kita,” singkat pria berdarah Pinrang ini. Meski lahir di Pinrang, ia tidak mampu banyak bercerita tentang kehidupan masa kecilnya disana. Pasalnya, sejak umur 9 tahun ia harus berpindah domisili di Palopo mengikuti langkah orang tuanya. “Pindah karena mengikuti orang tua kerja, waktu itu bapak saya kerja sebagai kepala penerangan,” ujar pria kelahiran 23 Juli 1964 ini. Alimuddin sapaan akrabnya, kala kecil pernah bercita-cita menjadi Sarjana Hukum, itulah yang kemudian memotivasinya mendaftar di UNHAS Jurusan Hukum. Namun, nasib berkata lain meski sudah dua kali mendaftar ia belum jua lulus. Akhirnya, ia mencoba kesuksesannya di kampus IKIP Ujung Pandang (UNM, red) dan berhasil lolos di Jurusan Teknik Elektro. Alumnus magister Universitas Negeri Yogyakarta ini, selain jago di akademik ia juga hebat di lapangan, dirinya dikenal multi talent. Hampir seluruh bidang Urai data, ungkap fakta, saji berita
olahraga ia kuasainya. Seperti, sepakbola, volley, tennis, ingat Tuhan kapan dan dimana pun ia berada. Sementara dan bulu tangkis serta ilmu bela diri. itu, ia juga berpesan kepada semua sivitas akademika Hal itu pulalah yang mengantarkannya mengikuti terutama mahasiswa UNM, agar kiranya semua mahaberbagai ajang lomba olahraga baik lokal maupun siswa yang saat ini berasal dari berbagai daerah saling tingkat nasional untuk mewakili universitas. Terkhusus bahu-membahu tanpa ada sekat kedaerahan yang pada lomba Tennis dan Bulu tangkis. ditonjolkan tiap mahasiswa. Saat sekolah maupun kuliah ia banyak mengenyam “Kita ini kan berasal dari pengalaman berorganisasi. Anak dari pasangan Dr. daerah yang berbeda-beda, Am. Sa’ban Mirun dan Hj. Dahniah ini tercatat sering ada Bone, Pinrang, Palopo dan menduduki posisi strategis di organisasi yang ia masuki. lainnya seharusnya Mulai SMP hingga SMA ia pernah menjadi orang kita bersama memnomor satu di sekolahnya, saat itu ia menjabat sebagai bangun UNM,” ketua OSIS. Kalau waktu kuliah ia juga aktif di HMI, tandas Sekertaris Himpunan dan pernah menjabat Ketua Remaja Masjid. Senat Fakultas Ia selalu optimis dalam menjalani hidupnya. Teknik (FT) Prinsipnya, jika orang lain saja bisa melakukannya, ini. (Asr/ maka tidak ada kata tidak bisa untuk melakukan hal Iza) yang sama. Terbukti, di angkatannya hanya dirinyalah yang berhasil menjadi dosen.“Saya dulu melihat guru saya mengajar saya selalu berpikir masa saya tidak bisa, begitu pula saat saya melihat dosen saya, saya bilang berarti saya juga bisa seperti itu,” ujar lelaki yang juga menjabat sebagai ketua RW BIODATA 14 Biringkanaya, Makassar. Nama : Drs. Alimuddin Sa’ban Miru, M.Pd. Ada satu pesan Karier Pendidikan : dari Ayahnya yang -SDN 136 Pinrang selalu menjadi -SDN 4 Palopo pegangan dalam -SMPN 2 Palopo dirinya. Ayahnya -SMAN 158 Palopo (Sekarang SMAN 1 Palopo) pernah berpesan - S1 UNM tahun 1983 agar ia selalu meng-S2 Universitas Negeri Yogyakarta 1 Profesi FM - 107.9 MHz