Edisi 173

Page 1

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

1 www.profesi-unm.com

Tabloid Mahasiswa UNM

Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi

Ce-Pe-eN-eS

D

E REJECT

Luntang-lantung

Calon Guru

Akta IV

Reportase Utama Akta Buta-buta | Hal. 6

Profesiana Sudir Punya Jubir | Hal. 15

Reportase Khusus

Sudir Punya Jubir | Hal. 15 Setengah Konstruksi, Rampung atau Usang | Hal. 4 Profesi FM - 107.9 MHz

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 Urai NovemberTahun XXXVII data, ungkap fakta, saji 2013 berita


Persepsi

2

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

surat dari pembaca

Kampus Gagal Administrasi

L

agi, kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) abai terhadap persoalan administrasi. Parahnya, pihak kampus seolah-olah baru tersadar ketika kekeliruan itu datang langsung dari penolakan Badan Kepegawaian Diklat Daerah (BKDD) yang menolak alumni UNM untuk jadi guru. Alasannya sederhana, akta IV kampus pencetak Oemar Bakrie ini ditolak hanya gara-gara tulisan yang termuat pada akta tidak sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan oleh pihak daerah. Alhasil, ratusan alumni ditolak kelulusan berkasnya. Kita pun baru tersadar, ternyata perubahan iklim akademik yang berlaku di UNM tidak diiringi dengan perbaikan sistem administrasi yang baik. Seharusnya berlaku pepatah, lain bolu lain cakalang, lain dulu lain sekarang. Sistem administrasi yang diterapkan dahulu seyogyanya diperbaharui sistem dan tata laksananya di masa sekarang, ketika Menara Pinisi (katanya) siap berlayar menuju World Class University. Seharusnya pihak kampus malu, tidak hanya dosen-dosennya atau mahasiswanya yang senang ber-copy paste ria, namun pengelolaan administrasi pun masih memanfaatkan fasilitas instan itu. Akta yang dulu berlaku bagi Diploma, masih saja digunakan dan digandakan untuk alumni-alumni yang kini diwajibkan Sarjana. Dan lagi, mungkin, kita lupa menggantikan “tulisan” yang seharusnya berubah zamannya itu. Lucu, kata pak Rektor kita. Kebobolan administrasi juga terjadi pada diloloskannya lima mahasiswi ilegal

Oktober lalu. Pelaku penipuan yang juga berhasil mencuri-curi masuk untuk lolos dari sistem administrasi yang diterapkan pada pengelolaan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN). Berujung dengan ngikut-nya mahasiswi tersebut menjalani KKN selama dua bulan. Bahkan, proses cetak-mencetak data mahasiswa Bidik Misi yang akan diverifikasi pun tak luput dari kesalahan. Kesemuanya itu menjadi sampel berharga bagi kampus dalam mengelola administrasi seadanya. Korban-korban berjatuhan, tentu sebagian besar dari pihak UNM, terkhusus pada mereka yang menjalani situasi akademik di UNM. Termasuk para alumni yang dipupuskan harapannya untuk bisa menjadi pegawai pemerintah. Mereka tak tahu apa-apa, hanya terima-jadi akta yang diterbitkan oleh UNM. Barulah (sama-sama) tersadar ketika berkasnya ditolak sama-sama pula. Kalau kampus tak ingin sadar sendiri, maka kampus akan disadarkan oleh beragam fenomena yang menggusur langsung kesadarannya yang keras kepala. Siapapun yang bertanggung jawab, harus segera melakukan perbaikan diri. Apalagi pengelolaan administrasi itu membawa nama dan citra UNM sebagai kampus yang menghasilkan calon pendidik yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Adalah hal percuma ketika berkompeten namun administrasinya impoten. Kalau sudah sadar dan berjanji memperbaiki diri, maka kewajiban selanjutnya adalah ya…menunaikan janji itu. Semoga pihak birokrasi tidak sekadar janji, selayaknya politikus yang pandai menebar janji. (*)

Bagaimana tanggapan kalian tentang peristiwa yang baru-baru saja terjadi di UNM, terkait pengrusakan sekretariat LK dan pembakaran gedung PKM?

t f

Itha Andriani

katanya mahasiswa, tetapi kelakuan tdk selayaknya mahasiswa, mana jiwa kemahasiswaan kalian, inikah ????inikah jiwa penerus bangsa yg sesungguhnya ????

Ardiansyah Hajir

Sudah pasti kah Mahasiswa pelakunya? Terlalu BODOH, sudah teriak" Demo minta fasilitas justru bakar fasilitas yang ada..

Annisa Miftahul Jannah

Menyita waktu kuliah saya </3.

Akmhaellecturer Internationaltourism

Sadisx mamo tawwa . . . . Tdk bskah diselesaikan dngn jalan damai

Ekha Rebecca Poetry Angel

berikan hukuman sesuai perbuatanx yg bxk merugikan.identitasx mhasiswa tpii pemikirnx lbh dr pemkiran ank kcil...bdohhh

Amal Jaya

saya tidak tau mau bilang ap.yang ad dipikiran mahasiswa ap??? lebih rasional pemikiranx tukang becak, karena kalau tukang becak marah tidak bakalan na bakar becaknx, tapi ini parah mahasisswa marah mala na bakar kampsunx tempatx menuntut ilmu

KARIKATUR-koe

Keluarga besar LPPM Profesi UNM mengucapkan:

Selamat Menempuh Hidup Baru

Ilustrasi: Samti Binti Talip

Tabloid Profesi dapat juga dibaca di:

io Ada Rad gnya! n Streami

www.profesi-unm.com

Redaksi menerima saran, dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim saran dan kritikan Anda ke:

Kanda Ishak, S.Pd

&

Anna Oktavia Putri

Semoga menjalani bahtera rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah

SMS Email Twitter Facebook

: 089 655 551 135 | 0852 5592 7221 : profesi_unm@yahoo.com : @Profesi_Online : LPPM Profesi UNM

Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Nurdin Noni, Heri Tahir, Eko Hadi Sujiono, Ismail Muchtar Dewan ­Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Akbar Faisal, Mukhramal Azis, Uslimin, Ammas, ­Facharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Fitriani Rachman. Pemimpin Umum: ­Sutrisno Zulkifli, Sekretaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Divisi Penerbitan: Imam Rahmanto (Pemimpin Redaksi), Divisi Online: Muh. Yasir (Kepala Divisi), Divisi Penyiaran: Rizki Army Pratama (Station Manager), Divisi Penelitian dan Pengembangan: Yeni Febrianti (Kepala Litbang), Divisi Usaha: Nurlela (Pemimpin Perusahaan). Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Penanggung Jawab: Sutrisno Zulkifli, Pemimpin Redaksi: Imam Rahmanto, Sekertaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Kepala Penyiaran: Rizki Army Pratama, Kepala Online: Muh. Yasir, Kepala Litbang: Yeni Febrianti, Pemimpin Perusahaan: Nurlela, Redaktur: Khaerul Mustaan, Susi Amriani Reporter: Fadilah Dwi Octaviani, Syamsul Alam, Sulastri Khaer, Dian Indrasari, Dwi Pratiwi Aslam, Dian Febriani, Hasnaini, Andi Sadriani, Nurlaela Basir, A. Sri Mardiyanti Syam, Asran, Andi Ajip Rosyidi, Samti Binti Talip, Aan Ariska Febriansyah Fotografer: Andi Baso Sofyan Layouter/ Desainer Grafis: Kasdar Kasau Manager Sirkulasi: Syamsul Alam Manager Iklan: Andi Sadriani. Redaksi LPPM Profesi UNM : Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt II Gedung PSB, Gunung Sari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp. (0411) 887964, e-mail: profesi_unm@yahoo.com, website: www.profesi-unm.com

Desain Sampul: Imam Rahmanto

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi FM - 107.9 MHz


Mozaik 3

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

Snapshot

MNC TV Campus Fest 2013

Hary Tanoe dan Mahfud MD Berbicara Kepahlawanan

CHIEF Executive Officer (CEO) Mitra Nusantara Citra (MNC) Group, Hary Tanoe Soedibyo berbicara tentang kepahlawanan di UNM, Senin (11/11). Dalam Seminar Nasional bertemakan Etos Kepahlawanan Untuk Kemaslahatan yang digelar di Menara PInisi UNM itu, hadir pula Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Ketua Badan Anti Coruption Committe Abdul Muttalib, dan Rektor UNM Arismunandar yang juga turut menjadi pembicara. Di gedung teater Pinisi UNM, Hary Tanoe berkisah tentang seorang pemimpin yang ideal yakni mereka yang memiliki integritas kejujuran, ketulusan dan motivasi menjadi pelayan masyarakat. Ia menegaskan, pemimpin mesti memiliki kompetensi dalam mengelola potensi di Indonesia baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya, dan bahkan harus tegas dalam mengurus negara yang sedang dipimpinnya. “Saya ingin melihat Indonesia memiliki pemimpin yang tepat. Kalau ada orang yang memiliki karakterkarakter terbaik, tak ada salahnya untuk didukung,” ujarnya. Di samping itu, kondisi realita yang dihadapi bangsa saat ini adalah masyarakat yang tidak mampu mengelola sumber daya dengan baik. “Bagaimana kita sebagai bangsa menciptakan nilai tambah dan memberikan konstribusi yang positif sesuai dengan profesi kita masing-masing,” tutur CEO MNC TV ini. Lanjut orang nomor satu di MNC Group itu, semisal pengusaha diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja yang banyak bagi masyarakat luas atau tenaga pendidik yang seyogyanya menjadikan siswanya sebagai pelaajar yang

produktif. Mahfud MD juga menyampaikan bahwa kata pahlawan agaknya perlu diredefinisi. Menurutnya, arti pahlawan saat ini tidak sebatas orang yang terlibat dalam perang membela negaranya. Melainkan pahlawan saat ini adalah mereka yang mampu mewujudkan pe­ negakan hukum serta kedaulatan ekonomi. “Pemerintah saat ini seakan memberikan penghargaan kepahlawanan tidak tepat sasaran. Seharusnya gelar tersebut diberikan bagi mereka yang memberikan sumbangsih nyata bagi Indonesia,” kritiknya. Sementara itu, di tengahtengah gempuran berbagai definisi tentang pahlawan, Rektor UNM Arismundar memilih definisi pahlawannya sendiri. Baginya, seorang pendidik adalah seorang pahlawan,namun tidak lagi terbatas sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Menurutnya, label tersebut harus diubah dan salah satu upayanya yakni pemberian tunjangan sertifikasi untuk mensejahterakan para pendidik di Indonesia. “Apalagi mereka yang rela mengabdi di wilatah 3T yakni daerah Terdepan, Terluar dan Terpencil, adalah benar-benar pahlawan pencerdas bangsa,” ujarnya setelah di awal acara menunjukkan beberapa mahasiswanya yang telah merampungkan tugas di daerah 3T. Seminar Nasional tersebut dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari perguruan tinggi se-Makassar. Batas maksimum peserta yang dipatok panitia, 450 orang, tidak mampu membendung antusiasme peserta untuk mengikuti talkshow dengan salah seorang bakal calon wakil Presiden Republik Indonesia itu. Bahkan, Walikota Ilham Arief Sirajuddin juga turut

hadir memberikan sambutan dalam pembukaan acara akbar tersebut. Selain Seminar, MNC TV Campus Fest juga ­meng­­­­a­dakan beberapa lomba seperti, lomba film pendek dan lomba ­present­­­­­­er berita. Untuk lomba presenter berita sendiri diikuti oleh peserta-peserta yang berasal dari pelbagai perguruan tinggi di Makassar. (dra)

FOTO: SOFYAN PROFESI

PACARAN, Tiadanya pagar dan tidak ketatnya penjagaan malam di area gedung ­ Pinisi, kerap kali dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk nongkrong bahkan pacaran.

Dosen dan Mahasiswa Berlatih Wawasan Kebangsaan

WORKSHOP Penguatan Wawasan Dosen dan Mahasiswa adalah agenda tahunan yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Diktendik) dan Universitas Negeri Makassar menjadi penyelenggara workshop se-kota Makassar pada tahun ini. Kegiatan ini diselenggarakan di M. Royal Regency Hotel (24/10). Workshop ini diikuti oleh 12 Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta yang ada di Makassar dengan jumlah peserta mencapai 93 orang. Selain di adakan di kota Makassar, kegiatan serupa juga dilaksanakan di enam kota lainnya. Diantaranya, Universitas Muhammadiyah Banda Aceh kota Banda Aceh, Universitas Riau kota Pekanbaru, Universitas Mataram kota Mataram, Universitas Tadulako kota Palu, Universitas Pattimura kota Ambon, dan Universitas Papua di kota Manokwari. Workshop penguatan wawasan kebangsaan Dosen dan Mahasiswa terdiri dari dua rangkaian acara, yiatu pemberian materi dan diskusi. Rangkain acara pertama penyajian materi dan Tanya jawab tentang

konsep,dan strategi penguatan wawasan kebangsaan dalam konteks perwujudan nilai moral pancasila, pelaksaaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, dan semangat Bhinneka Tunggal Ika dengan titik berat pada pengelolaan konflik, baik potensial maupun aktual. Selanjutnya pada sesi kedua dilaksanakan diskusi yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari kelompok Dosen dan kelompok kedua terdiri dari kelompok Mahasiswa, yang membahasa tentang materi yang disajikan pada sesi acara pertama. “Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan memori kecintaan terhadap kebangsaan. Sedikit-demi sedikit memori kita akan bertambah tentang kecintaan kebangsaan,” Hal ini diungkapkan oleh Endang Daryono sebagai Kasubdit Diktendik Dikti. Ia menambahkan sasaran kegiatan ini untuk membuat sinergi antara Dosen dan Mahasiswa untuk meningkatkan citra kebangsaan. “Mahasiswa berharap pendidikan digratiskan, karena semua permasalahan ekonomi, sosial budaya, politik itu bersumber dari kurangnya pemahaman orang tentang hal tersebut. Jadi agar orang-orang pa-

ham, mereka harus berpendidikan. Caranya agar semua orang berpendidikan ya pendidikan harus gratis,” papar salah seorang Mahasiswa yang memberikan kesimpulan atas diskusi yang telah dilaksanakan tersebut. Dilain pihak, perwakilan dari tim dosen menyimpulkan bahwa pelatihan-pelatihan penguatan wawasan kebangsaan seperti workshop tersebut dilaksanakan di semua jurusan. Selan itu, menurutnya harus ada penambahab pendidikan karakter bagi setiap mahasiswa. Rektor UNM dalam sambutannya saat membuka acara mengatakan bahwa untuk meningkatkan rasa kebangsaan harus dilihat dari dua sudut pandang yaitu internal dan eksternalnya. Menurutnya dari sudut pandang internal harus dilihat dari pelaksanaan empat pilar kebangsaan itu. Sedangkan untuk eksternal dapat dilihat dari keunggulan bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lain. “Bangsa yang besar bukan hanya untuk diri sendiri tetapi bagaimana kita mampu mengungguli yang lain,” terangnya. Dirinya menganggap bahwa di kegiatan seperti inilah PTN/PTS dapat membuat kerja sama untuk peningkatan rasa cinta kebangsaan. (tar)

Peringatan Hari Sumpah Pemuda

Sumpah,Bukan Sekadar Kata *Samti Binti Talip

Sumpah Pemuda bukan sekadar seremonial. Tapi bagaimana kita mengembalikan semangat, tekad dan komitmen berbuat untuk bangsa. “Selamat Hari Sumpah Pemuda!” sapa salah seorang mahasiswa sembari menyodorkan bendera mini merah putih kepada puluhan mahasiswa yang sedang menanti jam pelajaran kuliahnya. Kebingungan sempat terpancar pada sebagian kecil wajah-wajah penuntut ilmu yang tidak mengetahui akan sejarah perjuangan kemerdekaan yang jatuh pada hari tersebut. Ironi, sebuah kesedihan lagi tergambar pada mimik pelukis sejarah. Apakah benar sejarah sudah terlupakan? Apakah tempat berpijak ini akan tetap bercerita jika rakyat Indonesia sendiri sudah tidak peduli pada sejarah perjuanProfesi FM - 107.9 MHz

gannya? Pertanyaan yang cukup menguras emosi. Di bawah teriknya matahari, tak menumpahkan semangat mahasiswa yang mengaku berbangsa Indonesia ini. Dengan melabrak siraman terik matahari, Arif, salah seorang anggota Lembaga Kemahasiswaan (LK) Lentera, menyuguhkan kelihaiannya dalam berteaterikal, dengan tema “Sumpah Pemuda”. Di permukaan lapangan basket itu, mahasiswa angkatan 2011 ini seakan meluapkan rasa keprihatinan. Keprihatinan terhadap bangsa yang sudah lupa pada perjuangan pemuda di zaman penjajah ratusan tahun yang lalu. Mahasiswa yang akrab disapa Igor

ini juga mengungkapkan rasa nasionalisme sudah tertanam pada dirinya dan mengajak para pemuda negeri agar tetap memperingati, memahami dan mengaplikasikan dalam bentuk nyata arti sesungguhnya dari sumpah pemuda, dan menambahkan jika sumpah pemuda tidak sebatas kata. “Aksi ini sebagai tindak nyata, untuk mengapresiasi bahwa kita masih ingat tentang sumpah pemuda, sebuah peristiwa sakral yang tidak patut untuk dilupakan oleh generasi muda,” ujar anak pertama dari tiga bersaudara ini. “Sumpah pemuda bukan sebatas untaian kata, bukan hitam di atas putih, tapi sumpah pemuda merupakan sesuatu yang sarat akan makna yang seharusnya direalisasikan atau diaplikasikan di kehidupan kita,” sambungnya. Di awal hingga akhir pertunju-

kan, banyak mahasiswa bertanyatanya. Akan tetapi, seolah tak ingin ketinggalan satu babak, pandangan para mahasiswa pun terus berfokus pasa aksi mahasiswa prodi sastra ini. Satu persatu mahasiswa yang melintas terus mendekat, memenuhi lepengan semen yang terpoles rapi pada tanah tempat mahasiswa bernama Igor menegakkan diri. Pemilik nama lengkap Muhammad Arif ini kembali memberikan pesonanya dengan menyerukan Sumpah Pemuda. Kelantangan suara pada penyebutan kata per kata kembali me­ ngorek perhatian layaknya Soegondo 85 tahun yang lalu. Karangan bait bak melodi pelipur lara seorang pahlawan bangsa sekali lagi kembali dikenang. Riuh disesaki semangat 80 mahasiswa. “Sumpah Pemuda bukan hanya sekedar seremonial

ataupun meromantisir sejarah. Buat saya lebih kepada bagaimana mengembalikan semangat, tekad dan komitmen kita untuk berbuat banyak terhadap bangsa di tengah gempuran pengaruh asing di kapitalisme global,” tukas Rizal, ketua Himpunan Bahasa Inggris periode 2011-2012. Mahasiswa angkatan 2009 ini mengekpresikan bahwa bangsa Indonesia sekarang tidak akan mencicipi kenikmatan dari sebuah kemerdekaan jika pejuanganpejuangan masa lalu tidak melalukan perlawanan dan sekarang waktunya bagi pelanjut kehidupan bangsa meresapi perjuangan tersebut. “Sumpah Pemuda, momentum dimana kader baru anak bangsa merefleksi kembali perjuangan pemuda Indonesia sebagai garda terdepan dalam mengawal bangsa,” tuturnya. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita


4 Reportase Khusus

Tabloid Mahasiswa Mahasiswa UNM UNM Tabloid Profesi Edisi Edisi 173 173 Profesi November Tahun Tahun XXXVII XXXVII 2013 2013 November

www.profesi-unm.com FOTO: SOFYAN - PROFESI

Setengah Konstruksi, Rampung atau Usang

Setelah rampungnya pembangunan menara Pinisi yang terkenal sebagai ikon Universitas Negeri Makassar (UNM), kini UNM kembali mengajak civitas untuk memandang arah ke Parang Tambung terkait pembangunan gedung International Class Program (ICP) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Tanpa ba-bi-bu civitas harus merasakan berbagai dampak pembagunan gedung berlantai 13 tersebut.

Namun sayang, pembangunan yang katanya akan menelan dana hingga 100 M tersebut malah merefleksi pikiran civitas melirik satu per satu bangunan-bangunan yang dijanjikan akan selesai, namun berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan. Akhirnya bangunan tersebut harus tergolek tidak tersentuh sedikitpun. Lagi dan lagi, anggaran dana pembangunan jadi alasan keterbengkalaian itu. Seperti yang diketahui, UNM saat ini gencar-gencarnya merenovasi hingga mendirikan bangunan yang berstandar ikon tertinggi. Misalnya saja Tellu Cappa, Gedung Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Gedung Fakultas Ekonomi (FE) dan saat ini giliran FMIPA yang berkesempatan bersaing, berdiri sejengkal di bawah Pinisi. Tapi siapa yang tahu, bagaimana nasib gedung “setengah jadi” tersebut. Anggaran dana seolah jadi kunci, selesai tidaknya gedung itu. Tellu cappa misalnya, gedung Program Pascasarjana (PPs) yang dibangun sejak tahun 2011 mau tak mau harus menemui kebuntuannya. Anggaran proyek yang cair hanya 30 M akhirnya mengantarkan gedung tiga pucuk ini ke titik setengah jadi. Bagimana tidak, anggaran proyek yang diharapakan cair di tahun 2013, jatuh di proyek pembangunan UNM lainnya. Padahal, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dibutuhkan proyek tersebut secara keseluruhan sebesar 200 M. Tapi apadaya kali ini tellu cappa tidak beruntung. ”Untuk saat ini tidak ada proses, karena tidak dapat anggaran untuk tahun ini tapi kami sudah ajukan untuk tahun 2014,” jelas Asisten Direktur II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (Asdir II) PPs UNM, Andi Ichsan.

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Ia mengatakan untuk tahun ini, semua Faklutas yang dalam proses pembangunan proyek termasuk PPs sendiri kembali mengajukan permintaan anggaran pembangunan. Akan tetapi, pemerintah secara bergiliran memberikan dana ke proyek tersebut, mengingat bukan hanya UNM yang punya perencanaan pembangunan karena masih banyak Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lainnya di Indonesia yang dalam proses konstruksi. “Pemerintah juga lebih memproritaskan bangunan yang sudah ada rangkanya jadi bukan baru proposal,” terangnya. Terkait kostruksi pembangunan gedung kupu-kupu FMIPA yang awalnya sama sekali belum memiliki rangka dan berhasil meraup dana APBN tersebut merupakan suatu kesyukuran, melihat FIS dan FE juga bernasib sama dengan Tellu Cappa. “Ini rejekinya FMIPA, tidak mungkin pemerintah kasih keduanya,” imbuhnya. Hal yang sama juga diungkapakan Dekan FIS, Hasnawi Haris. Menurutnya FMIPA patut berbangga. Pasalnya FMIPA tidak membutuhkam waktu yang lama untuk mendapatkan gedung baru. FIS yang notabenenya sejak tahun 2011 sudah mulai membangun gedung barunya hingga kini belum rampung, bahkan terbengkalai. Hasnawi Haris mengatakan mendapatkan dana APBN itu terbilang susah sehingga FMIPA patut berbangga dengan adanya gedung baru yang sedang dibangun di area FMIPA. Banyaknya persaingan pengajuan proposal pengadaan gedung baru dari berbagai perguruan tinggi membuat FIS hingga kini belum bisa melanjutkan pembangunan gedungnya. “Kemarin itu tidak dapat karena bersaing dengan yang lainnya di Jakarta dan

mereka menganggap FIS belum bisa,” ungkap Guru Besar PKn ini. Menanggapi hal tersebut, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangann (PD II) FMIPA mengatakan jika rencana pembangunan gedung lantai 13 itu jauh sebelum periode jabatannya sudah ada namun ia tidak tahu jika proyek tersebut akan terealisasi di masa jabatannya. “Dari dulu sebenarnya ini cuman saya juga tidak tahu kenapa baru sekarang jadinya,” akunya. Lanjutnya, Pembangunan gedung baru di kawasan FMIPA ini diperkirakan akan rampung pada tahun 2015. Proses pengerjaannya pun melewati dua tahap

pembangunan. “Tahap awal menghabiskan dana sekitar Rp 20 M, dan tahap kedua menghabiskan dana sebesar Rp 75 M,” bebernya. Perlu diketahui pengerjaan basement gedung FMIPA tersebut mengabiskan dana sebesar 4M, sementara tiap lantai dari gedung itu membutuhkan dana sebesar Rp 2,5 M. Namun, berdasarkan tender yang dimenangkan oleh Hutama Karya (HK), pengerjaan tahap awal yang direncanakan Rp 20M, disanggupi dengan Rp 18 M. Pada saat dilemparkan ke tender, penawaran paling rendah Rp 18 M, sisanya tetap disimpan, “ ungkap Hamzah Upu, Dekan FMIPA. (tim)

Gedung ICP Hanya Merek INTERNATIONAL Class Program (ICP) nampaknya harus gigit jari. Pasalnya pembangunan gedung baru dalam wilayah FMIPA yang mengatasnamakan Pembangunan Gedung ICP FMIPA hanyalah alasan belaka. Gedung tersebut bukan hanya milik ICP semata, melainkan milik FMIPA secara keseluruhan. “Gedung itu bukan ICP saja yang pakai, ICP kan kecil,” ungkap Hamzah Upu, Dekan FMIPA. Lebih lanjut, dosen Jurusan Matematika ini menambahkan, jika tidak mengambil alasan International Class Program (ICP) maka tidak mungkin FMIPA mendapat gedung baru karena tidak ada yang istimewa. Olehnya itu, dirinya memakai label ICP. “ICP itu hanya nama karena kita tidak bisa diberi bangunan kalo tidak ada merek khusus, makanya kita jual ICP,” ungkap Hamzah Upu. Dari informaswi yang diperoleh di lapangan, gedung FMIPA tersebut

akan diberi nama “Sciene Square” yang nantinya akan menjadi pusata pelayaanan akademik di FMIPA. Dan di sisi lain gedung ini juga akan dilengakapi dengan laboratorium sebagai pusat pengembangan kreativitas. Mendengar informasi tersebut, Andi Mardiana berharap itu bukanlah anganangan semata, meski dirinya bukan anak ICP namun ia tetap berharap gedung icon Parangtambung tersebut bisa segera rampung dan berdiri kokoh menebar pesonanya. “Bangga pasti kalau punya gedung tinggi, tapi yang penting itu cepat selesai dan bisa ditempati,” harap mahasiswa Jurusan Kimia ini. (tim)

TIM REPORTASE KHUSUS Fadilah Dwi Octaviani (Koordinator) Susi Amriani | Dian Febriani

Profesi FM - 107.9 MHz


Reportase Khusus 5

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

Bangun Gedung, Kuliah Tersandung PASCA peletakan tiang pertama oleh Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Arismunandar beberapa waktu lalu, kampus Pa­ rangtambung mau tak mau harus diguncang gempa dadakan. Hal ini dikarenakan aktivitas penum­ bukan tiang di area pembangunan itu. Tak ayal civitas yang ada di area sekitar terganggu dengan dentuman kerasnya. Tapi itu han­ ya satu dampak dari sekian dam­ pak yang ditimbulkan. Dampak lain yang ditumbul­ kan yakni mahasiswa kehilan­ gan beberapa kelasnya. Misalnya saja Jurusan Geografi yang harus beralih tempat dari gedung FE ke halaman depan Jurusan mereka sendiri. Secara lapang dada me­ reka harus menerima hal tersebut, meski kelas di area terbuka itu meyelipkan ketidakefektifan aki­ bat lalu lalang kendaraaan yang memecah konsentrasi. Ini dibenarkan Muh. Asfar, mahasiswa yang juga kuliah di “kelas alam” tersebut. Menurut­ nya, dampak pembangunan ge­ dung lantai 13 tersebut sangat menganggu hingga ada beberapa dosen yang tak ingin masuk men­ gajar jika tidak disediakan ruan­ gan. “Ada dosen yang tidak mau masuk, karena kalau menjelaskan tidak kedengaran sampai bang­ ku belakang,” tutur mahasiswa eksponen 2013 ini. Untuk mentaktisi, agar perku­ liahan tetap berjalan lancar meski

Profesi FM - 107.9 MHz

tidak seefektif sebelum pemban­ gunan, Asfar dan rekannya harus pandai-pandai mengatur jadwal kuliahnya dengan mahasiswa Ju­ rusan Geografi lainnya agar bisa menempati satu kelas di dalam ge­ dung. “Dicocokkan jadwal biasan­ ya, jadi kadang masuk, kadang ti­ dak,” imbuhnya. Mendengar hal tersebut, Ketua Jurusan Geografi Zakaria Leo memiliki pandangan lain. Ia mengatakan segala dampak yang ditimbulkan bukanlah perkara yang perlu dipermasalahkan, karena hal itu sudah jadi kes­ epakatan besama antara pihak fakultas dengan dengan pihak Ju­ rusan sebelumnya. Tidak begitu dipermasalahkan. “Itu resiko dari hasil kesepakatan bersama,” jelas dosen Geografi ini. Lebih lanjut ia menambah­ kan, peralihan kelas dari dalam keluar itu merupakan dampak awal pembangunan. Tapi dari situ, ruangan kosong yang tidak memiliki fasilitas lengkap sep­ erti kursi akhirnya dalam proses pembenahan. Ia mengakui jika beberapa mahasiswa mungkin merasa tidak nyaman berkelas di luar ruangan, namun itu hanya sementara. “Insya Allah Geografi aman-aman saja, kami sekarang lagi membagi-bagi kelas untuk digunakan dan sampai saat ini belum ada kendala yang berarti,” ujar Leo, sapaan akrabnya. Hamzah Upu, Dekan FMIPA

mengatakan, dirinya sudah men­ taktisi kelas yang menjadi dampak dari pembangunan gedung baru tersebut dengan memakai dua ru­ ang kuliah yang baru saja diban­ gun. Ketua Badan Eksekutif Mah­ siswa (BEM) FMIPA, Andi Ade Angsa menilai pembangunan ge­ dung tersebut sangat berefek pada lingkungan. Utamanya meng­ ganggu proses perkuliahan. “Biar laboratorium jadi kelas mi juga, menumpuk orang mau pakai ru­ angan,” keluh mahasiswa Jurusan Kimia ini. Ia berharap, birokrasi FMIPA setidaknya selama dalam proses pembangunan yang cukup memakan waktu lama tersebut, menyediakan ruangan agar membantu proses perkuliahan. Mengingat FMIPA merupakan fakultas besar dengan jumlah mahasiswa yang banyak pula. “Kalau perlu itu ruang senat dipakai kuliah juga,” sarannya. Gedung mewah dengan be­ lasan lantai menjulang dengan fasilitas bertaraf Internasional yang katanya akan menghiasi gedung tersebut diharapkan bisa berjalan seiring dengan naman­ ya, Gedung ICP FMIPA yang diperuntukkan buat proses ku­ liah. Seperti yang diungkapkan Ketua Maperwa FMIPA, Su­ ­ priadi, “Pembangunan tersebut sah-sah saja asal kembali ke tu­ juan pe­mbangunannya dan tidak dikomersialisasikan. (tim)

FOTO: SOFYAN - PROFESI

PERTAMA. Beberapa pekerja memancang tiang pertama bakal calon gedung MIPA ber­lantai 13 pada 1 Oktober lalu. Diperkirakan gedung tersebut akan rampung 2015 mendatang.

Urai data, ungkap fakta, saji berita


6 Reportase Utama www.profesi-unm.com

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

Akta Buta-buta

Nyaris semua alumni kependidikan Universitas Negeri Makassar (UNM) tak lolos administrasi dalam seleksi berkas Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di kabupaten Bantaeng. Alasannya sederhana, Akta IV yang menjadi persyaratan administrasi tidak “lolos uji” oleh pihak Badan Kepegawaian Diklat Daerah (BKDD) Bantaeng.

Akta IV yang diterbitkan UNM dianggap tidak relevan dengan format CPNS guru SMP. Pasalnya, redaksi kata yang termuat di dalam akta tersebut hanya menyiratkan bahwa lulusan UNM hanya bisa mengajar di sekolah tingkat menengah atas, alias SMA. Meskipun baru dipermasalahkan tahun ini, namun hal ini sudah menunjukkan kelalaian sistem adminitrasi UNM terkait penerbitan akta. Seperti yang dialami oleh Ferawati , alumni program studi (prodi) Pendidikan Bahasa Indonesia ini mengaku, tidak lulus berkas karena akta tidak relevan dengan formasi yang diambil, yakni SMP. “Kalau kita ambil format SMP, itu tidak berlaku. Barusan ada yang tidak diterima seperti ini. Kalau dulu-dulu itu selalu diterima. Saya beberapa kali mendaftar dan lolos berkas terus kok,” kata guru yang mengabdikan diri di SMK 8 Jeneponto ini. Ia sudah pernah tiga kali mendaftar formasi pegawai pemerintah untuk guru di Kabupaten Jeneponto dan berkasnya selalu diterima. Untuk kali ini, ia merasa kecewa. Beberapa temannya yang lain yang berasal dari perguruan tinggi swasta diterima dan lulus berkas. “Kalau saya mending tidak usah dipakaikan strata jenjang kayak begitu, langsung saja tulisan berhak mengajar sesuai bidang studi, sama dengan kampus lain. Masa dari negeri seperti itu, gara-gara tulisan saja

tidak diterima. Sementara swasta saja diterima,” keluh mahasiswi yang menamatkan pendidikannya di tahun 2008 ini. Menyikapi hal tersebut, Ketua Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) Abdullah Pandang, membenarkan bahwa sistem administrasi di UNM memang bermasalah. Menurutnya, redaksi kata pada Akta IV itu memang sudah seharusnya diubah. Oleh karena itu, wajar, katanya, kalau memang dipermasalahkan oleh pihak pemerintah daerah, karena memang tulisan yang tercantum di Akta IV menyiratkan kewenangan mengajar hanya untuk SMA. “Seandainya tidak tertulis jenjang manapun, tentu akan dianggap layak Akta IV-nya,” tuturnya. Seperti yang diberlakukan di kampus-kampus swasata, lanjutnya, mereka tidak mencantumkan jenjang pendidikannya secara mengkhusus. Selain itu, Abdullah Pandang menjelaskan, Akta IV yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) seperti UNM seharusnya memberikan kewenangan mengajar pada program studi apapun, bagaimanapun jenjangnya, bukan kewenangan mengajar di jenjang sekolah. “Semisal PGSD, memiliki kewenangan mengajar guru kelas, bukan di SD,” terang dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini. Akan tetapi lain halnya dengan Pembantu Rektor Bidang

Akademik (PRI), Sofyan Salam. Ia berpendapat jika Akta IV yang dikeluarkan UNM sudah sebagaimana mestinya. Aturan tulisan memang diperuntukkan untuk mengajar di Sekolah Menengah Atas (SMA), namun tidak menutup kemungkinan bisa mengajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Yang punya Akta III berarti diperuntukkan mengajar di SMP. Akta IV untuk SMA, dan Akta V untuk dosen. Tapi Akta V bisa mengajar di SMA atau SMP, dan Akta IV bisa mengajar di SMP,” paparnya. Sehubungan dengan kesalahan tersebut, maka pihak Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) telah menyurati pemerintah daerah bersangkutan. Surat yang ditandatangani oleh PR I itu berisi tentang permohonan penerimaan alumni UNM yang mendaftar CPNS di Bantaeng kepada Bupati Bantaeng untuk bisa dipertimbangkan. Selain itu, berisi pula kejelasan Akta IV UNM yang menerangkan bahwa penggunaanya tidak hanya diperuntukkan pada format SMA saja. Melainkan bisa juga digunakan untuk format SMP. “Kami sudah kirim suratnya, tapi tidak ada tanggapan dari sana,” terang Ismail muchtar, Kepala BAAK UNM.

Khilaf Warisan

Perbedaan pemahaman atas redaksi kata yang tercantum

pada Akta IV UNM sebenarnya bukan hal baru. Sejak IKIP Ujung Pandang berdiri hingga berubah menjadi universitas, Akta IV yang diproduksi tetaplah produk yang sama. Jika menilik sejarahnya, Mantan Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Kamaruddin menjelaskan, sejak dibukanya UNM dan belum diberlakukannya UU Guru dan Dosen, akta mengajar diproduksi seiring dengan strata lulusan yang ditelurkan UNM. Seperti yang disampaikan Kamaruddin, adanya lulusan Diploma II atau Diploma III yang dikhususkan III yang dikhususkan mengajar di SMP, dan Diploma IV atau setara S1 yang dikhususkan untuk mengajar di tingkat menengah atas. Oleh karena itu, menurut Kamaruddin, Akta IV yang beredar sekarang merupakan copy-paste dari Akta IV yang dulu diterbitkan mengkhusus pada jenjang SMA. “Ketika D2 atau D3 sudah dihilangkan Aktanya, sebenarnya redaksi penulisannya pun tidak pernah dipersoalkan. Makanya tidak pernah kita ubah,” aku pria yang sudah dua bulan lepas dari jabatannya ini. Selain itu, menurutnya, yang juga berhak mengeluarkan

izin terkait kewenangan mengajar itu termasuk Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), karena disanalah bermuara semua alumni kependidikan UNM. Akan tetapi, ketika dikonfirmasi, Dekan FIP Ismail Tolla enggan menanggapi terlalu jauh Akta IV yang dipermasalahkan oleh sejumlah alumni tersebut. Ia justru menyalahkan pihak BKDD Bantaeng. “Tidak usah dipermasalahklan lagi. Dari dulu juga sudah begitu aktanya. Kan memang Bantaeng yang ngotot tidak ditahu apa maunya,” cetusnya tanpa basa-basi meninggalkan ruangannya ketika dikonfirmasi. Kampus yang berdiri sejak tahun 1961 memang agak lalai melihat perkembangan akta yang diterbitkannya sendiri. Beruntung, menurut Abdullah Pandang, baru tahun ini dipersoalkan oleh pihak pemerintah daerah. Tentu saja, hal ini sekaligus menjadi semacam teguran halus bagi pihak kampus. “Kita juga harus melihat bahwa ada administrasi yang dulu memang oke, tapi sekarang pola yang ada tidak baik bagi perkembangan UNM sebagai pencetak tenaga pendidik ke depannya,” ungkapnya. (tim)

TIM REPORTASE UTAMA FOTO: KASDAR-PROFESI

AKTA IV. Tampak Akta IV yang dimiliki oleh tiap alumni UNM yang menyelesaikan studinya di prodi kependidikan. Akta IV tersebut ditolak oleh pihak BKDD Bantaeng dengan alasan penggunaan redaksi katanya yang tidak sesuai untuk penerimaan format SMP.

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Imam Rahmanto (Koordinator) Asran | Kasdar | Hasnaini

Profesi FM - 107.9 MHz


Reportase Utama 7

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

Sertifikat Pendidik Belum Dibidik SEMENJAK tahun 2009, pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) sudah mulai dicanangkan. Dengan berlakunya PPG, seharusnya Akta IV yang menjadi syarat mengajar tak diperlukan lagi. Sertifikat sebagai guru profesional diterima melalui PPG dan langsung mendapatkan tunjangan profesi. Meskipun Akta IV UNM sudah dinyatakan tidak berlaku lagi sebagai syarat mendaftar sebagai pendidik, akan tetapi pada kenyataannya kampus telah “mengibuli” mahasiswanya sendiri. Sejak tahun 2009 hingga terakhir di tahun 2013 ini, akta IV masih saja terus bergerilya di UNM. Penerimaan guru di berbagai daerah pun masih mengandalkan Akta IV sebagai kelengkapan utamanya. Rektor UNM Arismunandar membenarkan, di tahun 2009, secara teknis Akta memang sudah tidak ada lagi. Akan tetapi, penggantinya belum ada. Adapun sertifikat pendidik sebagai keluaran PPG masih sangat minim dan dibatasi oleh Dikti. Oleh karena itu, guru besar Administrasi Pendidikan ini menjelaskan, penerbitan Akta IV di UNM selepas tahun 2009 itu hanya untuk keperluan pendaftaran alumninya saja menjadi guru. Karena pada dasarnya, menurutnya, sejak dikeluarkannya UU Guru dan Dosen, Akta IV tidak berlaku lagi di seluruh Indonesia. “Cuma karena pemerintah daerah masih belum paham soal itu, dan masih saja meminta Akta IV, makanya kita masih terbitkan. Jangan sampai kalau tidak ada,

REFLEKSI LK

guru. Ia mewanti-wanti, setiap alumni yang berniat jadi guru harus mengikuti PPG untuk bisa diakui profesinya sebagai guru. Sementara itu, Ketua P3G Abullah Pandang sedikit menyayangkan penghapusan Akta IV yang tidak disosialisasikan secara merata kepada BKDD di Indonesia. “Seharusnya tugas Dikti

memang menyosialisasikan kewenangan-kewenangan tentang penghapusan Akta itu. Sehingga tidak ada lagi yang menerima rekrutmen guru mengandalkan Akta IV. Dan tidak ada lagi kampuskampus yang menerbitkan Akta IV,” jelas guru besar yang banyak menangani sertifikasi guru ini. (tim)

Arismunandar Pastikan Ralat PERSURATAN yang dilayangkan pihak kampus kepada pemerintah daerah terkait kejelasan Akta IV yang diterbitkan UNM tidak lantas bisa meralat kewenangan maupun keputusan yang telah dikeluarkan pihak BKDD. Tetap saja, alumni-alumni kampus berakreditasi B ini telah kehilangan kesempatannya menjadi guru hanya gara-gara persoalan sepele. Ferawati, yang juga tertolak Akta IVnya berharap agar persoalan ini bisa diperbaiki secepatnya. “Mungkin bisa dengan mengubah isinya agar sasaran yang diinginkan bisa jelas dan tidak ambigu lagi,” harap alumnus yang telah menjalani program

Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T). Untuk itu, Kepala BAAK Ismail muchtar bersama jajaran universitas akan mengambil langkah antisipatif dengan mengganti setiap ijazah yang akan digunakan para alumni UNM. “Kami bersedia mengganti ijazah yang telah dikeluarkan UNM terkait kekeliruan ini,” tandas Alumnus IKIP Ujung Pandang ini. Dengan kata lain, ucapnya, bisa saja seluruh akta yang telah dikeluarkan kampus Oemar Bakrie ini akan ditarik peredarannya dan diganti dengan akta yang lebih update. Lebih lanjut, Ismail menerangkan akan mengubah redaksi kata yang keliru itu dengan menggantinya menjadi Sekolah Menengah Tingkat Lanjut. Hal itu dibenarkan oleh rektor UNM Arismunandar. Ia berjanji akan melakukan perbaikan atas kesalahan tersebut. Dirinya sendiri merasa kecewa dengan bermunculannya spekulasi terkait pemahaman penggunaan Akta IV terse-

but. Terlepas dari kewenangan pihak pemerintah daerah dalam menetapkan syarat penerimaan CPNS guru, kasus ini menurutnya bisa menjadi bahan refleksi untuk lulusan selanjutnya, mengingat prosesi pelulusan ribuan alumni sebentar lagi dihelat (Desember, red). “Kalau memang mau diubah, ya kita akan ubah saja. Kita juga kasihan melihat alumni-alumni kita tidak diterima hanya gara-gara persoalan redaksi kata yang termuat di Akta IV-nya,” tegasnya. Bahkan, jika diperlukan, ia akan menarik semua Akta IV yang mengalami kesalahan serupa pada redaksi penulisannya. Akan tetapi, rektor yang telah menjabat dua periode ini sejatinya heran juga dengan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam rekrutmen CPNS guru. Pasalnya, di tempat lain, Akta IV yang dimiliki UNM tidak dipermasalahkan sama sekali. “Saya sendiri berpikir, sebenarnya ada apa disana? Lucu, kan?” tukas Arismunandar usai menerima tamu dari Jakarta. (tim)

Kami Bukan Musuh Pak….!

EMPAT tahun silam, di penghujung 2009, merupakan titik tolak keterpenjaraan Lembaga Kemahasiswaan (LK). Bagaimana tidak, atas alasan tidak kondusifnya kampus Parangtambung, membuat gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) digusur paksa oleh pihak birokrat. Alih-alih menjanjikan tempat yang lebih representatif, justru yang terjadi pada penghuni PKM, yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) terlunta-lunta demi melanjutkan pengembangan bakat dan minat mereka. “Rumah” yang dihuni sejak 1996 itu sekarang rusak tanpa perhatian. Ibarat artefak bersejarah yang saat ini menjadi kenangan kemahasiswaan. Terpatri dalam benak kita, sumpah Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III) UNM kala itu yang masih dijabat Hamsu Abdul Gani, rela turun dari jabatannya jika tidak memperjuangkan PKM. Surat edaran Rektor UNM bernomor 4288/H/ KM/2009 serta MoU bersama yang ditandatangi oleh PR III dan 12 ketua UKM menjadi bukti otentik. Bersamaan dengan itu, terbit jua surat edaran yang persis, tentang pelarangan aktivitas malam bagi fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan. Lagi-lagi, konflik sesama mahasiswa menjadi senjata untuk mengusir para penggiat organisatoris. Namun, apa yang terjadi? Jurus yang diambil oleh pihak birokrat tak tepat sasaran. Tak ada penurunan tensi bentrok yang menghiasi kampus di Parangtambung. Bahkan malah menjadi-jadi, dan meregang nyawa. Konflik horizontal seakan dipelihara oleh orang-orang yang memiliki kepentingan besar. Perang saudara masih saja terjadi, dan tudingan birokrat kepada LK sebagai muara pertikaian, meleset. Muncullah beragam asumsi, bahwa Profesi FM - 107.9 MHz

dipermasalahkan lagi alumni kita,” lanjutnya. Selain itu, ia menambahkan, masih ada banyak perguruan tinggi lainnya yang leluasa menerbitkan Akta. Di tahun 2015 nanti, papar Arismunandar, rekrutmen guru sudah mensyaratkan sertifikat pendidik (pengganti Akta IV) sebagai kelengkapan menjalani profesi

konflik ini tak akan ada habisnya karena dibalik itu, ada “udang besar” yang siap untuk ditimang. Selain itu, kebijakan pimpinan universitas memang direncanakan untuk mematikan Lembaga Kemahasiswaan. Bagaimana tidak, protes dari Lembaga Kemahasiswaan kadang kala menjadi batu sandungan dalam keputusan yang diambil, yang dianggap menzalimi hak-hak mahasiswa.

Hegemoni Birokrasi

19 mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra bisa menjadi bukti riil, birokrat sangat phobia terhadap perlawanan mahasiswa. Tak tanggung-tanggung, hanya instruksi rektor yang dilanggar, maka mereka harus memupus impiannya menggenggam ijazah UNM. Terlebih parah, lantaran berkomentar di media massa, salah satu mahasiswa baru yang belum mencicipi iklim akademik di kampus orange ini juga terdepak. Mulai saat itu, pemecatan tidak terhormat dan tidak sesuai prosedural itu menjadi kemenangan terbesar birokrat untuk mengancam setiap mahasiswa. Hingga kini, lebih dari 20 lembaga kemahasiswaan FBS di-”PHK”. Kini, birokrat FBS dibawah kepemimpinan Kismal Salija menjadi patron birokrat “tetangga” untuk menebar intimidasi-intimidasi, untuk “membunuh” kreativitas lembaga kemahasiswaan. LK kini terlihat sibuk untuk menjadi event organiser dibanding mengkaji setiap persolan-persoalan pelik yang ada di sekitar, dan secara perlahan mengikis fitrahnya, social of control. Yang terjadi adalah, para pimpinan duduk empuk di singgasanya tanpa ada usikan-usikan dari mahasiswa. Palu tanpa beban untuk diketuk demi memu-

luskan setiap kebijakan yang disepakati, terlepas dari benar-salahnya keputusan itu. Contohnya saja, dua tahun lebih LK di FBS ditiadakan, namun dana kemahasiswaan masih tetap saja kucur di kampus ungu.

Timbang atau Timpang?

Sungguh malang nasib LK kini. Sudah diusir dari kampus, dihambat pula beraktivitas. Yang lebih mengenaskan, untuk berkumpul pun dan berdiskusi telah mendapatkan pembatasan. Di FMIPA salah satunya. Tak ada lagi kata kajian di luar kelas. Rumput yang ditanam lebih berharga dibanding para mahasiswa berserikat untuk menambah wawasan dan mengembangkan kreativitas mereka. Yang justru sangat menggajal adalah, mengapa dosen ataupun tenaga pendidik tak pernah diberi hukuman ketika ia tak berlaku sebagai “orang tua” di kampus? Kasus dosen FIP, masih membekas diingatan. Dengan modus menyuruh membawa tugas mahasiswanya sendiri, yang notabene perempuan, dosen tersebut melakukan tindakan amoral terhadap mahasiswi tersebut. Tak tanggung-tanggung, nilai jadi ancamannya. Begitupun yang terjadi di Fakultas Ekonomi, hanya kesal terhadap mahasiswanya, dengan tega memukul wajahnya hingga lebam. Belum lagi pelecehan akademik yang dilakukan, dengan mengungsikan para mahasiswa untuk melakukan pembelajaran di mesjid, dikarenakan ruang kuliah yang sesak dengan jumlah mahasiswa yang berjumlah ratusan orang. Potret buram itu semua adalah gambaran kecil atas ketimpangan para pejabat universitas dalam menelurkan keputusan.

Terbitnya Sejarah Baru

Awal November 2013 bisa disematkan sebagai sejarah baru bagi lembaga kemahasiswaan. Untuk pertama kalinya kampus Gunung Sari diguncang pertikaian hebat yang berbuntut pembakaran sekretariat di FIS, FE, dan juga PKM (baca: Profesi Online). Ratusan juta raib dilahap api, dan rekam jejak sejarah LK masing-masing musnah diamukan si jago merah. Kembali lagi, bervariasinya spekulasi miring terkait terbakarnya 11 sekretariat, menjadi warna di tengah “kesedihan” para pengurus LK. Ada yang menganggap, pembakaran gedung PKM (7/11) merupakan kesengajaan untuk menjadikan alasan mematikan eksistensi UKM, dan ada juga bersaumsi, kejadian ini murni kesalahan mahasiswa. Sebelum PKM, 1 sekretariat di FIS dan 3 di FE hangus terbakar pada Minggu pagi (3/11). Sembari birokrat mencari awal-mula sehingga terjadi hal seperti ini, ada hal yang secara cepat dan tanggap mesti harus diambil. Seluruh LK yang menjadi korban, sementara ini tak memiliki sekretariat. Menelisik kebelakang, selama ini solusi yang diambil oleh birokrat selalu berakhir buntu. Pengosongan kampus dan DO tak pernah ampuh dalam menyelesaikan problem. Mirisnya, pelarangan aktivitas malam hanya mengakibatkan terbakarnya gedung yang mestinya dijaga oleh pengurus LK. Kalau pengosongan kampus serta belum adanya alternatif sekretariat bagi para korban ini tidak mendapat perlakuan khusus. Sudah saatnya Arismunandar membubarkan seluruh lembaga kemahasiswaan yang tersebar di enam area kampus. Agar “mereka” tahu, UNM tidak lagi membutuhkan LK demi memajukan institusi yang berumur 52 tahun ini. Amin….. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita


8 Lensa Orange

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

November Art

DEPRESI//UKM SENI UNM

ANGGUN//UKM SENI UNM

FOTOGRAFER: ANDI BASO SOFYAN

B

ulan November nampaknya menjadi bulan kesenian bagi Universitas Negeri Makassar ditahun 2013 ini. Bagaimana tidak, pasalnya beberapa pagelaran seni baik nasional maupun lokal digelar dalam waktu yang berdekatan. Beberapa pagelaran seni tersebut diantaranya Festival Tari Nasional (Variasi) UKM Seni UNM dan Makassar Art Moments yang digelar oleh Fakultas Seni dan Desain UNM. Sempat ragu terlaksananya kegiatan Variasi yang merupakan festival tari perdana seIndonesia, Rektor UNM memberikan apresiasi yang sangat besar bagi panitia pelaksana karena berhasil menjawab keraguannnya tersebut. Selain diikuti oleh berbagai perguruan tinggi dari luar dan dalam pulau Sulawesi, konsep dan rangkaian acara kegiatan juga dikemas secara kreatif. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan Universitas Andalas Padang sebagai tuan rumah Variasi kedua, tahun mendatang dengan mengusung konsep yang tidak jauh berbeda seperti yang diselenggarakan oleh UKM Seni UNM. Tidak hanya itu, Apresiasi juga seakan membanjiri pegelaran Makassar Art Moment yang digelar oleh FSD UNM bekerjasama dengan pemerintah kota Makassar di Benteng Fort Rotterdam Makassar. Tidak hanya dari kalangan petinggi kampus, apresiasi juga datang dari pemimpin daerah kota Makassar. Mengusung tema Spirit to Manurung, FSD UNM menyuguhkan berbagai penampilan kesenian mulai dari tari teatrical, pegelaran musik dan pertunjukan-pertujukan seni dan kebudayaan lain yang siap memanjakan penikmat seni.

DUEL//ART MOMENT FSD UNM

KEDATANGAN//ART MOMENT FSD UNM KERAGAMAN//ART MOMENT FSD UNM

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi FM - 107.9 MHz


Wawancara Khusus 9

Tabloid Mahasiswa Mahasiswa UNM UNM Tabloid Profesi Edisi Edisi 173 173 Profesi November Tahun Tahun XXXVII XXXVII 2013 2013 November

www.profesi-unm.com

Pendidikan Harus Menjadi Sentra Kebudayaan SEMANGAT kebudayaan dan kecintaan terhadap bangsa dan negara harus ditanamkan sejak awal anak mengenal bangku sekolah hingga Perguruan Tinggi. Mengapa Pendidikan harus menjadi jalan utama membangun kebudayaan. Berikut ini petikan wawancara Budayawan Nasional, Agus Hadi Sudjiwo atau yang lebih akrab disapa Sujiwo Tejo dengan reporter Profesi Ary Utary Nur usai memberikan materi pada kegiatan Parade Bahasa yang dilaksanakan di Gedung Amanagappa UNM. Menurut Anda Budaya itu seperti apa sih? Orang itu sesuatu yang alami, manusia sesuatu yang alami, dia menjadi tidak sekedar alami tapi menjadi budaya setelah timbul pertanyaan-pertanyaan how dan why. Ketika dulu dia makan, itu cuma pertanyaan apa. Tiba-tiba dia bercocok tanam, dia membuat sawah, bagi aku itu kebudayaan. Jadi menurut Aku kebudayaan adalah bagaimana manusia menghadapi alam ini dengan akal budinya. Kalau dihadapi dengan pikiran itu kebudayaan. Pada pertanyaan how dan why itu dari pendidikan. Bagaimana hubungan antara kebudayaan dan pendidikan? Hubunga antara keduanya adalah pendidikan itu inti kebudayaan. Bagaimana tanggapan Anda tentang kementrian kebudayaan dan pendidikan? Tidak usah ada kebudayaan, pendidikan saja karena kebudayaan itu melingkupi semuanya. Ada kedokteran, ada pertanian, ada kemiliteran, ada pangan, ada peternaka, ada perbintangan, segala sesuatu yang sudah gak alami lagi itu kebudayaan. Ini pakaian kita juga kebudayaan. Sehingga bagi saya lebih tepat kementrian pendidikan. Bagaimana Anda melihat penomena budaya anak muda sekarang yang kebaratbaratan? Hal paling dasar dari budaya bukan baju atau bukan apa, tapi Inti dari kebudayaan itu adalah bahasa. Tapi karena budaya itu tidak dipelihara dipelihara, sekarang anak bugis yang tidak bisa bahasa bugis banyak. Mungkin dia ada di Jakarta, ngomong sama bapak ibunya pake bahasa Indonesia, orang tuanya ke kantor dia ngomong sama pembantunya pake bahasa jawa. Banyak kejadian begitu di jakarta. Mungkin pendidikan perlu diajarkan dalam beberapa cara, misalnya bahasa indonesia dan bahasa daerah 30%. Hal yang paling dasar dari masyarakat bugis makassar adalah bahasa daerah yaitu bahasa bugis. Bagaimana kurikulum pendidikan yang tidak lagi mewajibkan pelajaran bahasa daerah di tingkat SMP dan SMA? Itu kesalahan dari beberapa orang tua yang keberatan, misalnya ada orang jawa yang tinggal di daerah bugis dan anaknya belajar bahasa bugis, mereka menganggap bahwa hal itu tidak ada hubungannya. Padahal apa salahnya coba orang jawa belajar bahasa bugis atau orang bugis belajar bahasa jawa, lagian mereka tinggal di daerah bugis.

Profesi FM - 107.9 MHz

Apakah bahasa daerah ini perlu diwajibkan sampai tingkat SMA? Kalau Aku sih perlu. Aku ini dalang, anakku sendiri tidak bagus bahasa jawanya, istriku orang sunda. Ditambah lagi di sekolah tidak ada pelajaran bahasa jawa jadi dia tidak tau bahasa daerah. Bahkan belajar bahasa daerah sampai perguruan tinggi pun tidak jadi masalah. Bagaimana Anda melihat pemuda Indonesia dalam membangun kebudayaan? Karena tidak dikasi dasar untuk mengenal budayanya sendiri jadi mereka galau. Misalnya korea bisa digandrungi, gandrung itu jatuh cinta, kalau mereka gandrung pada budaya lokal mereka tidak akan setermehek-mehek ini dengan kipop. Aku seneng, tapi aku tetap dalang, Aku tetap lebih bangga sama wayang.

book dan twitteran, dan itu adalah pendidikan untuk anak-anak. Kita tidak bisa berharap kepada sekolah, anak-anak itu diajarkan proses. Tapi TV Indonesia tidak ngajarin itu, badan sensor d Indonesia terlalu terfokus pada masalah ciuman, sex, pdhal ada banyak yang perlu disensor. Jika kita melihat sistem yang ada Jerman sinetron yang ditonton pada saat anak masih melek dan ada uang berjejeran itu disensor, kalau di Indonesia tidak. Di beberapa Negara lain hadiah kuis itu disensor. Itu dilakukan agar anak-anak tahu kalau cari duit itu susah. Solusi anda buat kami para Mahasiswa? Pendidikan sekarang, generasi mahasiswa Ayo kita berubah. Pendidikan

yang dicampurkan dengan kebudayaan, kebudayaan puncak dari semuanya tapi pendidikan harus sentral. Ingat waktu habis perang dunia kedua saat Jepang kalah, pertanyaan kaisar Jepang bukan berapa yang tentara yang masih ada dan bukan pula berapa persediaan makanan yang masih ada, tapi beberapa guru yang masih hidup. Bagaimana Anda melihat budaya Mahasiswa yang sering demo dan berakhir tawuran? Kalau mereka mengalami banyak ke­kecewaan di rumah dan di masyarakat, agak wajar mereka melampiaskannya di dalam demo. saya kira mereka rusuh bukan karena tema demonya itu sendiri tapi karena ada faktor lain. (*)

Jadi menurut Anda apakah mereka salah? Mereka tidak salah, menurutku yang salah adalah pendidikan. Gak ngasih kesempatan agar generasi muda bangga dengan budaya sendiri. Siapa yang berperan penting untuk membangun kebudayaan? Masyarakat, Orang tua, dan Sekolah, yang salah sekarang banyak yang mengatakan bahwa itu tugasnya sekolah. Sekolah mengajarkan A tentang berlalu lintas, orang tua mengajarkan A tentang lalu lintas, faktanya di masyarakat B. Misalnya orang tua mengatakan kalau lampu merah berhentilah, tapi di masyarakat anak melihat bahwa kalau lampu merah banyak nyelonong, dan itu berpengaruh. Bahaya dari anak2 sekarang adalah, anak itu terbelah perhatiannya. Jadi yang berbahaya bukan anak diajari B tapi ketika sekolah mengajarkan A dan faktanya B, ketika anak diajarkan agama begini-begini, tapi mereka melihat di TV ternyata yang menjadi koruptor banyak yang bersimbol agama. Berapa besar persentasi pengaruh dari ketiga faktor ini? Kalau tinjauan kuantitatif dari segi waktu, sekolah itu pendek, selebihnya sama orang tua dan teman-temannya dalam hal ini masyarakat. Pemerintah Cina misalnya yang sangat mengawasi anak-anaknya untuk bermain faceNama Lengkap NamaPopuler Lahir Profesi

:Agus Hadi Sudjiwo :Sudjiwo Tejo :Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962 :Budayawan Indonesia, Aktor film

Karier Sebagai Aktor: • Telegram (2001) • Kafir (2002) • Kanibal Sumanto (2004) • Detik Terakhir (2005) • Janji Joni (2005) • Kala (2007) • Hantu Aborsi (2008) • Barbi3 (2008) • Kawin Laris (2009) • Capres (CaloPresiden) (2009) • Sang Pencerah (2010) • Tendangan dari Langit (2011) • Semesta Mendukung (2011) • Sampai Ujung Dunia (2012)

Data diri

Sebagai Sutradara: • Bahwa Cinta Itu Ada (2010) Sinetron: • Dari Sujud Kesujud (2011) Buku: • Kelakar Madura buat Gus Dur (Yogyakarta, Lotus, 2001) • Dalang Edan (Aksara Karunia, 2002) • The Sax (Eksotika Karmawi bhangga Indonesia, 2003) • Ngawur Karena Benar (Penerbit Imania, Februari, 2012) • Jiwo J#ncuk (Gagas Media, Juni 2012) • Lupa Endonesa (Bentang, September 2012) • Republik Jancukers (Kompas,Desember 2012) Urai data, ungkap fakta, saji berita


10 Laporan Perjalanan

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

Bali Journalist Week 2013

Berguru di Pulau Dewa *Azhar Fadhil & Nurlela

TEPAT pukul 11.00 WITA pesawat yang kami tumpangilanding di bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Suasana bandara yang dipadati wisatawan mancanegara se­ mpat membuat kami berpikir, bahwa kami sedang tidak berada di wilayah Indonesia. Kami kesasar ya, itulah yang tertanam dibenak kami saat itu. Selepas mencari tas-tas yang kami simpan di bagasi , kami lalu mencari tempat strategis untuk beristirahat sejenak sembari menghubungi panitia pelaksana yang sedianya akan menjemput dan membawa kami ke tempat kegiatan berlangsung. Setelah berhasil berkomunikasi dengan panitia yang akan menjemput, kami pun tak hentihentinya melirik kiri dan kanan. Memperhatikan turis-turis lalu lalang didepan kami dengan menenteng tas carel yang tingginya melampaui kepala dan menenteng papan selancar. Kurang lebih 30 menit lamanya kami menunggu akhirnya kami pun bertemu dengan kedua panitia penjemput.Meski-

pun pada mulanya kami tak yakin bahwa itu adalah panitia karena tak menggunakan ID card. Dengan ramah kedua panitia menyapa kami dengan senyum lebar dari kejauhan dan melambaikan tangan.“Kamu Azhar dan Ela peserta dari Makassar yah?” tanyanya dengan dialeg Bali.Jarak dari bandara ke Denpasar lokasi pelaksanaanBali Journalist Week 2013 (BJW) kurang lebih 50 menit lamanya dengan menggunakan kendaraan roda dua. Kedua panitia yang ditugaskan menjemput kami sempat kebingungan bagaimana cara mengangkut barang kami yang kapasitasnya lumayan besar. “Mau tinggal di Bali yah? Kopernya gede banget,” candanya sembari mengakrabkan diri.“Selamat datang di Bali yang cukup panas,” sapa salah satu panitia yang baru saja kami berkenalan di Bandara.Tanpa basa basi lebih lama kedua panitia tersebut langsung mengangkat barang bawaan untuk bekal kami selama seminggu. (*)

Budaya Lokal Bercitra Nasional SEBELUM penutupan di hari terakhir, kami dihadapkan pada magibung. Magibung adalah makan bersama dalam satu wadah atau nampan yang di dalam nampan itu sudah ada lauk pauknya dan terdiri dari beberapa orang secara bersamasama menyantap hidangan tersebut. Tidak sekadar itu, ada aturan dalam magibung, peserta tidak boleh meninggalkan tempat makannya apabila temannya belum selesai makan, selain itu makanannya pun harus dihabiskan dan masih banyak lagi.“Inti dari magibung sebenarnya adalah untuk mengakrabkan diri,” kata Ary, salah satu panitia. Setelah penutupan adalah acara bebas.Kami diajak oleh panitia untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di pulau dewata itu. Diantaranya, GWK, yang merupakan tempat wisata budaya dan kesenian. Disana kami ditakjubkan dengan drama dan tarian kecak khas Bali. Selain itu, pantai kuta dan legian, tempat yang banyak dipadati oleh wisatawan asing menghabiskan

Wartawan Harus Berani HARI pertama, kami mengikuti Akademika National Talk Show yang diselenggarakan oleh LPM Akademika Universitas Udayana (Unud) yang juga merupakan acara pertama sekaligus pembukaan.Acara ini adalah rangkaian dari kegiatan BJW 2013 yang kami ikuti. Mengusung tema Ini Kisahku, Jurnalis Indonesia Seminar yang dihelat di Ruang Theater Widya Sabha lt. 4 FK Unud itu dihadiri oleh 2 pembicara. Andreas Harsono, (Jurnalis, dan pendiri Yayasan Pantau) dan Mpu Jayaprema Ananda (dahulu Putu Setia, saat ini merupakan redaktur senior Tempo).Yang menarik pada saat itu bagi kami adalah tarian pada saat pembukaan, tarian yang berdurasi sekitar 5 menit itu seakan menghipnotis kami saat menyaksikannya.Gemuruh tepuk tangan pun tak bisa dihindari. Di hari kedua, di tempat yang berbeda, di gedung Graha Pertiwi Badung sekitar 30 menit dari lokasi pembukaan. Kegiatan utama pun dilangsungkan, yakni Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) kegiatan bagi penggiat pers mahasiswa. Selain kami, ada 28 peserta dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) di Indonesia yang turut andil dikegiatan tersebut. Sebut saja, Badan Otonom Economica FE UI, UKM Pers Detak Unsyiah

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Aceh, LPM Dimensi Politeknik Negeri Semarang , LPM Teropong UMSU, LPM Gema Keadilan, Fakultas Hukum UNDIP, LPM Arena UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, LPM Washilah UIN Alauddin Makassar, LPM Manunggal Universitas Diponegoro Semarang, LPM MimbarUniversitas Tanjungpura Pontianak, UKMP Unhas, LPM Kreatif Unimed, LPM SUARA USU, dan LPM Dinamika IAIN Sumatera Utara. Pemateri pertama dibawakan oleh Andreas Harsono,pendiri dari Yayasan Pantau yang bergerak dalam pelatihan jurnalis Indonesia.Kami disuguhkan materi Jurnalistik Investigasi Umum dan Teknik Investigasidi gedung Graha Pertiwi, Badung. Andreas Harsono dengan lugas memaparkan pengalaman pibadi dan pengetahuan yang ia miliki kepada seluruh peserta termasuk kami. Dalam liputan investigasi yang utama dan terpenting adalah data.Data tersebut dapat diperoleh dari manapun.Dapat diperoleh dari korban, instansi terkait, dan google adalah search paling awal dilakukan untuk memperkuat data.Tak hanya itu internetlah sumber data raksasa. “Pembentukan hipotesis dalam jurnalisme investigasi harus berdasarkan undang-undang. Pencarian dan pendalaman literature dapat di-

waktu untuk liburan.Lebih dominan warga asing dibandingkan warga domestik di pantai tersebut.Keindahan panorama Ubud juga tak bisa kami lepaskan. Pemandangan yang indah, udara segar, pepohonan yang berjejer, pebukitan yang ditata, jalan yang sempit namun tak macet menjadikan penikmat wisata merasakan nuansa perbedaan tersendiri. Masih banyak lagi tempat yang kami kunjungi selain itu. Menurut kami, tak salah memang jika Bali tempat kunjungan wisata terbaik di Indonesia dan banyak yang mengagendakan untuk berwisata di sana. Mengapa tidak? Begitu banyak hal yang ditawarkan, mulai dari budaya, kesenian, keindahan alam, pantai yang menawan, serta toleransi antar sesama. Hal yang menggugah bagi kami adalah masyarakat asli Bali masih mempertahankan betul kebudayaan lokalnya.Buktinya, hasil karya seni mereka, pakaian-pakaian mereka, meskipun telah disusupi dengan budaya barat, mereka tetap konsisten dengan budaya

lakukan dengan membaca makalah akademisi dan tulisan-tulisan sebelumnya,”beber Andreas Harsono yang juga merupakan penulis buku Agamaku adalah jurnalisme. Tak hanya itu, anggota International Consortium for Investigative Journalist inimenyatakan, hal yang terpenting bagi wartawan investigasi yaitu harus tahu dan berani. “Tahu, mengetahui semua unsur dari sudut pandang manapun kasus atau berita yang ingin dituliskan, sehingga dapat mengukur dampak yang akan ditimbulkan dari pemberitaan yang dilakukan.Berani, setelah tahu keberanianlah yang terpenting untuk melanjutkan kasus yang telah diketahui sebelumnya,”ungkap pria penerima Niewman Fellowship on Journalism dari Harvard University 1999 ini. Berlanjut di hari berikutnya, kami diberi materi pencucian uang dan korupsi dan dibimbing oleh pemateri Metta Dharmasaputra, yang memuat laporan investigasi penggelapan pajak PT. Asian Agri dalam majalah Tempo yang merugikan negara sekitar 2,5 triliun rupiah. Dia mengungkapkan, liputan yang dibuatnya membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya. “yah, perampungannya butuh waktu bertahuntahun untuk menyelesaikannya. Mesti men-

mereka sendiri. Selain itu, bangunan di kota tersebut tidak ada satupun yang menjulang tinggi ke atas bagaikan pencakar langit.Bahkan bangunan yang mewah pun kebanyakan tidak terlepas dari ciri khas daerahnya. “Memang seperti itu bro, aturan pemerintah di sini yang tidak memperbolehkan ada bangunan tinggi, maksimal 4 lantai, ” ungkap Asykur Anam, Pemimpin Umum LPMAkademika Unud. Tak sedikit yang kami dapatkan selama sepekan mengikuti kegiatan BJW 2013 di salah satu kota yang terkenal dengan destinasi wisata terbaik di Indonesia itu. Ilmu pengetahuan serta pengalaman yang tak kami dapatkan di bangku perkuliahan. Disuguhkannya berbagai materimateri yang menurut kami sangat cocok dengan dunia jurnalistik yang kami geluti di UKM, ditambah lagi dengan pemateri yang telah khatam dibidangnya serta pengalaman selama kegiatan menjadikan kami lebih bersemangat menatap masa depan. Semoga!!! (*)

gumpulkan dokumen-dokumen dari saksi,” tutur pria yang akrab disapa Mas Metta ini. Peserta sontak terkejut saat dia memperlihatkan slide presentasinya yang menunjukkan bahwa dokumen yang harus dia analisa untuk menyelesaikan liputannya tersebut. “soft copy dukumen dari saksi yang saya temukan itu 15 Giga byte. Kalau itu di print out bisa sampai ber truk-truk,” terangpenerima Journalist of the Year 2007 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) dan Udin Award dari AJI (Aliansi Jurnalis Independen) ini. Namun, hal terpenting katanya, jurnalis itu harus berani mengungkapakan kebenaran yang sesungguhnya. Setelah pemberian materi oleh Mas Metta, kami selanjutnya melakukan diskusi yang dibagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas pararel. Peserta diberikan hak untuk memilih kelas pararel.Kami pun memilih kelas yang terpisah. Kelas pararel I dikhususkan bagi peserta yang ingin diskusi terkait kekerasan yang banyak terjadi di Indonesia bersama Andreas Harsono. Kelas pararel II diskusi bersama Metta Dharmasaputra yang topiknya membahas tentang pengalaman Mas Metta sehingga bisa membuat liputan investigasi yang merugikan negara sekitar 2,5 triliun itu. (*) Profesi FM - 107.9 MHz


Special Report 11

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

Verifikasi Bidik Misi

selengkapnya, baca di www.profesi-unm.com

101 Mahasiswa Bidik Misi Diverifikasi SEBANYAK 775 mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) telah dinyatakan bakal menerima Beasiswa Pendidikan untuk Mahasiswa Miskin dan Berprestasi (Bidik Misi). Akan tetapi, menurut Kepala Bagian (Kabag) Kemahasiswaan Muh. Jufri, ada 101 mahasiswa yang harus melalui proses verifikasi faktual sebelum benar-benar bisa dinyatakan lolos memperoleh kucuran dana Bidik Misi. “Mereka adalah penerima Bidik Misi yang dinyatakan lulus namun meragukan ketika proses wawancara dulu,” ungkapnya. Dalam verifikasi faktual tersebut, kediaman masing-masing mahasiswa penerima Bidik Misi dikunjungi satu persatu guna menyesuaikan kebenaran data yang diinputnya. Seluruh kabupaten atau kota yang berada dalam lingkup Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi sasaran 12 tim verifikasi dari UNM. Setiap tim

dibentuk dan oleh Pembantu Dekan III dari semua fakultas yang ada di UNM. “Kalau memang ada ditemukan kejanggalan yang tidak layak setelah terjun ke lapangan, maka namanya akan dicoret dari daftar penerima Bidik Misi,” tegas Pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaan (PR III), Heri Tahir, selaku inisiator Verifikasi Bidik Misi selama dua tahun terakhir ini. Heri tidak menginginkan ada mahasiswa yang mengambil keuntungan dari beasiswa yang disubsidi oleh pemerintah ini. Terlebih lagi, ia menduga, ada banyak kongkalikong yang melibatkan “orang-orang dalam” untuk meloloskan para mahasiswa penerima Bidik Misi ini. Untuk mengecek kebenaran itu, verifikasi dilaksanakan dengan terjun ke lapangan melihat kondisi relitas keluarga mahasiswa. (imr)

Alamat Palsu Bikin Galau BERKAS yang di print out oleh BAAK untuk verifikasi mahasiswa calon penerima Bidik Misi di Kabupaten Barru, ternyata ada yang mengganjal. Buktinya, salah satu calon penerima beasiswa, Hasniah, didapatkan data yang tidak sesuai dengan yang semestinya. Di berkas yang diberikan kepada tim verifikasi tertulis alamat calon penerima menunjukkan bukan alamat tempat tinggalnya, melainkan alamat salah satu SMAN di Kabupaten Barru. Selain itu, asal sekolah mahasiswa tersebut bertempat di salah satu SMAN di Enrekang. Alhasil, tim verifikasi untuk wilayah Kabupaten Barru-Pangkep kelimpungan untuk mencari alamat calon penerima Bidik Misi tersebut. Beberapa orang yang disinggahi untuk bertanya sekitar alamat yang tertera di berkas, tak satu pun yang tahu. Menurut ketua tim verifikasi untuk wilayah Kabupaten Barru, Andi Iksan, pihaknya hanya diberikan berkas dari universitas. Adapun terkait ke validannya Ia tak tahu menahu. “Kita hanya

menerima berkas dari atas (universitas), yah kita hanya langsung verifakasi alamat yg tertera di berkas”, jelasnya. Jadi kalau memang data palsu yang dituliskan oleh mahasiwa calon penerima Bidik Misi ini, maka harus dicabut. “Saya sudah tandai di sini (berkas verifikasi) data palsu, adapun kelanjutannya kita tunggu panggilan rapat dulu”, ungkap PD III FSD ini. Setelah Profesi melakukan penelusuran di website www.bidikmisi.dikti .go.id memang ditemukan fakta berbeda. Ternyata, nama Hasniah bukan hanya satu nama. Ada dua nama Hasniah. Yang satunya memang bersekolah di SMAN 1 Pasui Kabupaten Enrekang, dan yang satunya lagi bersekolah di SMAN 1 Mallusettasi Kabupaten Barru. Data yang lain, Hasniah yang bersekolah di SMAN 1 Mallusettasi mempunyai alamat tinggal yang berbeda dan tidak sesuai dengan data di berkas yang diberikan kepada tim verifikasi. Menurut Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III) UNM, Heri Tahir, Ia menjelaskan

bahwa berkas yang diserahkan kepada tim verifikasi itu sudah valid. “Mahasiswanya sendiri yang isi itu form datanya. Jadi kalau ada kesalahan data yang menanggung itu mahasiswanya sendiri”, ungkapnya. Pendapat berbeda yang dilontarkan oleh orang tua Hasniah, Hasni, saat dihubungi profesi via telepon. Menurutnya, data yang diisi oleh anaknya bukan data palsu. “Tidak tahu itu pak, kenapa bisa di berkasnya anakku sekolah di Enrekang baru alamatnya di Mallusettasi, saya tinggal di Cilellang bukan di Mallusettasi, sekolahnya anakku itu di Mallusettasi. Perasaan cocokji yang na isi Hasniah,” ungkapnya dengan nada cemas. Ia pun merasa heran saat ditanyakan nama yang tertera diberkas anaknya. Diberkas tersebut tertulis nama Ibu Halimah dan nama Ayah Sahali. “Ah, bukan namaku Halimah pak. Hj. Hasni namaku. Namanya bapaknya Hasniah itu Lagana, mungkin salah itu pak”, tegas wanita yang mengaku sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) ini. (har)

Arfah (Hampir) Kuliah... MALANG nian nasib Muh. Arfah. Pemuda asal Takalar ini sempat dikabarkan lulus verifikasi Bidik Misi UNM. Sesuai dengan data yang menjadi pegangan tim verifikasi Bidik Misi UNM, rumah Arfah menjadi salah satu destinasi pemeriksaan faktual tentang kondisi keluarga para penerima Bidik Misi. Akan tetapi, setelah Arfah dihubungi langsung dari kediamannya via telepon, ia mengaku tidak sedang kuliah di UNM. Ia saat ini sedang bekerja sebagai resepsionis di salah satu hotel di Makassar setelah beberapa kali mendaftar kuliah namun tidak diterima. “Ada tiga-empat kali dia mendaftar, termasuk SNMPTN, SBMPTBN, dan Jalur Mandiri. Tapi setahu saya memang tidak lulus,” papar Erna, mahasiswi Pendidikan Sejarah yang juga merupakan tetangga rumahnya. Pun, ia merasa heran bercampur gembira ketika Arfah dinyatakan lulus dan dinyatakan berhak memperoleh Beasiswa Bidik Misi. Ditambah lagi, ketika via telepon tim verifikasi ngotot menyatakan bahwa Arfah memang lulus di UNM dan berhak mendapatkan Beasiswa Bidik Misi. Dikarenakan telah lama memimpikan bisa kuliah di UNM, ia pun merasa senang dan percaya saja meskipun hatinya sedikit meragu. Ia dijanjikan bertemu di kampus dengan tim verifikasi guna memperbaiki track record kuliahnya yang telah dua bulan ia lewatkan. Akan tetapi, ia kembali dibuat terkejut ketika tahu bahwa mahasiswa yang dimaksudkan untuk diverifikasi sebelumnya bukanlah dirinya. Namanya persis dengan mahasiswa penerima beasiswa yang sesungguhnya, Muh. Arfah Basri, mahasiswa baru dari program studi (prodi) Pendidikan Akuntansi. Nama persis itulah yang mem-

buat pegawai administrasi teledor mencetak data-data mahasiswa verifikasi Bidik Misi dari situs Dikti. “Makanya waktu diprint, biar namanya yang tidak dapat Bidik Misi ternyata ikut tercetak. Apalagi namanya hampir sama. Jadi kita tidak sempat mencocokkannya dengan data mahasiswa verifikasi yang sesungguhnya,” ungkap Syamsiah selaku staff Sub Bagian Bakat Penalaran dan Informasi Mahasiswa yang juga merangkap sebagai Tim verifikasi Bidik Misi di jalur Gowa-Takalar. Ia mengaku telah melakukan verifikasi ulang ke rumah Muh. Arfah Basri yang “asli”. Menurut pengamatannya, faktanya memang benar dan sesuai dengan data yang dicetak ulang. “Saya juga menyesalkan kesalahan itu. Tapi, setidaknya tahun depan masih ada kesempatan buat kuliah di UNM. Cobalah mendaftar disana,” ujar Syamsiah menghibur Arfah yang menjadi korban keteledoran pegawai administrasi Verifikasi Bidik Misi. Arfah secara langsung, atas permintaan via telepon sehari sebelumnya, memenuhi panggilan Syamsiah untuk bertemu guna membicarakan kelanjutannya kuliahnya. Namun, sebelum Arfah benar-benar bisa mencicipi kuliahnya di UNM, ia hanya bisa menggapi harapan palsu yang dijanjikan oleh UNM. “Bagaimanapun tentunya saya kecewa. Saya sudah mengira mahasiswa yang dimaksudkan itu saya. Apalagi waktu datang di rumah, saya diitelepon dan diyakinkan bahwa saya katanya lulus Bidik Misi dan masuk UNM,” sesalnya. Apalagi, tambahnya, orang tuanya sudah sangat senang menyangka Arfah akan menjalani kuliahnya di UNM. “Entah bagaimana saya akan menjelaskannya pada orang tua saya,” tuturnya bersedih. (imr)

Ada Rumah Mewah dan Mobil DUA di antara lima mahasiswa penerima Bidik Misi sempat membingungkan Tim Luwu. Mahasiswa Bidik Misi tersebut yakni Anis Muniroh dan Yayan Hastari. Saat menyambangi kediaman Anis Muniroh, tim dibuat kaget dengan rumahnya yang sangat bagus. Bahkan perabot yang terdapat di dalamnya terkesan mewah. Hal ini sontak mengundang kecurigaan Anis tidak layak sebagai penerima beasiswa. Namun, setelah melakukan wawancara langsung dengan tetangga dan ibunya, Khaerani, tim mengorek fakta, orang tua Anis Muniroh memang pernah dalam mapan saat ayahnya masih sebagai punawirawan TNI dan hasil perkebunan coklat ayahnya sangat baik. Rumah itu dibangunnya di awal 1990-an sebelum pensiun. Kebunnya pun kini tidak berproduksi Profesi FM - 107.9 MHz

lagi. Adapun mobil yang selalu digunakan ayahnya adalah mobil milik komunitas yang diketuainya. “Kalau lihat ki rumahnya memang bagus karena itu dulu waktu masih bagus-bagusnya penjualan coklat,” terang Muhammad Sahid, tetangga Anis. Ditambah lagi, ayahnya yang kini berusia 82 tahun menunjang dua istri dan 15 anak hanya dari gaji pensiun tentaranya. Data inilah yang menguatkan kelayakan Anis sebagai penerima Bidik Misi. “Memang bagus rumahnya tapi tunjangan bapaknya banyak, jadi bisa kita katakan layak,” kata Ketua Tim, Muhammad Ahkam. Lain halnya dengan Yayan Hastari. Saat tim mendatangi kediamannya, orang tuanya justru tidak berada di rumah. Inilah yang menyulitkan tim untuk memperoleh keterangan lengkap

terkait kondisi finansialnya. Yang membingungkan, di depan rumah terparkir mobil Isuzu Panther Sport yang diakui adik Yayan adalah FOTO: IMAM-PROFESI mobil ayahnya dalam kondisi MEGAH. Rumah salah seorang mahasiswi penerima beasiswa Bidik Misi yang menjadi target bekas yang dibeli sejak tiga verifikasi lapangan di Kabupaten Sungguminasa. bulan lalu. Namun mobil tersebut sampai saat ini maji penghasilannya perbulan itu- mobilnya, Yayan pun dipanggil sih dicicil Rp 3juta perbulan. Orang tuanya juga memiliki satu pun tidak menentu,” ungkapnya. untuk dimintai keterangan dan Namun Jumirah mengakui mo- untuk mengontak orang tuanya. unit motor F1ZR. Anehnya, rumah Yayan amat bil tersebut adalah milik orang Mobil itu pun diketahui milik sederhana berdinding papan dan tua Yayan yang dibelinya dalam paman Yayan yang bekerja di kaberatapkan daun nipa. Dan lagi, kondisi rusak mesin. Jumirah pal laut. Orang tuanya hanya seSalah satu tetangganya, Jumirah, menambahkan, Yayan tergolong bagai perantara untuk membayar mengungkapkan, kondisi kelu- anak yang cerdas dengan selalu cicilan dan supir jika digunakan arga Yayan tidak berkecukupan. menyabet peringkat pertama di untuk angkutan umum. “Ternyata bukan dia yang punya itu mobil. Ayahnya hanya bekerja sebagai sekolah sejak SD hingga SMA. Alhasil, karena orang tua Tadi saya sudah telepon,” jelas penggarap sawah milik iparnya. Sementara ibunya hanya sebagai Yayan yang tidak bisa ditemui Muhammad Ahkam, Ketua Tim pengkredit barang-barang rumah saat itu membuat tim memutuskan yang juga Pembantu Dekan III tangga. “Rendah penghasilannya pulang ke Makassar. Masih mem- Bidang Kemahasiswaan Fakultas itu kasihan. Dibawah satu juta buat bingung dengan kepemilikan Psikologi (FPsi) ini. (mus) Urai data, ungkap fakta, saji berita


12 Seni & Budaya

Tabloid Mahasiswa Mahasiswa UNM UNM Tabloid Profesi Edisi Edisi 173 173 Profesi November Tahun Tahun XXXVII XXXVII 2013 2013 November

www.profesi-unm.com

Chino Jadi Gaya Formal Mahasiswa Tampil menarik adalah hal yang didambakan setiap orang. Terkhusus generasi muda atau mahasiswa yang karena hal itu, terus memperbarui gaya berpakaian sesuai gaya yang sedang populer agar selalu terlihat trendi. Salah satunya adalah penggunaan celana. Chino mungkin tidak asing lagi di telinga mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM). Celana berbahan dasar katun twill ini memang beberapa waktu terakhir ini tengah digandrungi, khususnya mahasiswa. Bebeda dengan Jeans, jenis celana yang satu ini kaya ragam warna. Bahkan, produsen berani menggunakan warna yang mencolok atau ngejreng. Maka tidak salah jika Chino memang diperuntukkan untuk kaum muda yang ekspresif. Padahal, penggunaan warna yang terlihat terang atau mencolok, dulunya dihindari. Busana yang menggunakan warna cerah dianggap terkesan norak. Apalagi jika digunakan untuk celana. Namun, gaya bepakaian dewasa ini mendobrak semua anggapan itu. Terlebih lagi, model Chino dengan kantong belakangnya yang ke dalam dan kantong sampingnya memberikan kesan formal di kampus. Kini, Chino hadir dan sebagai pilihan berbusana yang modern baik mahasiswa ataupun mahasiswi. Ahmad Amran, mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial (FIS) ini membenarkan hal itu. Ia menyatakan menggunakan celana Chino karena alasan modis dan sedang diminati. “Ini sekarang yang bagus, keren ki,” katanya. Sementara, Hariyaty Salam, mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi) mengakui menggunakan celana berbahan katun itu karena punya banyak jenis warna yang dapat dikombinasikan dengan bajunya. “Selain nyaman dipakai, cocok dipadukan dengan baju apapun karena warnanya banyak,” tuturnya. Namun, lain halnya dengan Ferdiawan, Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini justru mamakai Chino karena bahan yang digunakan terbuat dari kain. Menurutnya, celana Chino lebih ringan dan nyaman ketimbang Jeans. “Kalau Chino kan kain, jadi ringan dipakai karena lancar sirkulasi udaranya,” terang mahasiswa angkatan 2011 ini. Melihat minat pembelian celana ini, Reporter Profesi mencoba menyambangi distributor store (distro) di Makassar. Salah satunya, Chambers. Manajer SDM Chambers, Abong mengungkapkan, celana Chino sebenarnya sudah ada di Chambers sejak 2008 tetapi dengan jumlah yang sedikit. Chino baru diminati pada 2012. Selanjutnya terus mengalami peningkatan pembelian tiap bulannya. Puncaknya saat menjelang lebaran Idul Fitri, Agustus lalu. “Sebenarnya Chino itu sudah lama, tapi baru populer awal tahun lalu,” ungkap pria berdarah Toraja ini. Manajer sejak 2009 ini menambahkan, untuk saat ini penjualannya sudah mengalami penurunan. “Dulunya itu, baru datang langsung habis,” katanya. Senada dengan Abong, Manajer SDM Immortal, Fitra Marsandi juga mengungkapkan penjualan celana Chino di Immortal menurun dari bulan-bulan sebelumnya dan stagnan untuk saat ini. “Bisa dibilang sekarang penjualannya sudah datar, tidak seperti pertengahan tahun yang tinggi,” katanya. Pria yang akrab disapa Oji ini, mengatakan pembeli Chino dari kalangan remaja dan dewasa. Namun, remaja jauh mendominasi pembeliannya. Ia menambahkan hampir semua merek celana di Immortal mempunyai jenis Chino. “Saya tidak tahu pastinya, yang jelas ada lebih dari 50 merek Chino. Hampir semua merek celana seperti punya Chino selain ia punya jenis Jeans,” ungkap pria berdarah Pangkajene ini. (mus) Urai data, ungkap fakta, saji berita

Berawal dari Pakaian Militer DIKUTIP dari Wikipedia, kata Chino untuk celana berbahan twill berasal dari bahasa Cina karena celana ini pertama kali diproduksi di negara tersebut. Celana jenis ini awalnya dirancang untuk keperluan militer negeri Tirai Bambu pada abad 19. Bahannya yang simpel dan kuat membuatnya dapat digunakan di medan yang keras dan nyaman digunakan untuk para tentara. Sedangkan warna khaki (kuning kecoklatan) berfungsi menyamarkannya di medan perang. Kepopulerannya dimulai pasca perang dimana bekas prajurit menggunakan celana ini di kesehariannya. Kemudian tentara Inggeris dan Amerika

mengikuti dan akhirnya menjadikan celana Chino sebagai standar pakaian perang mereka pada pertengahan 1800-an. Alami Pergeseran Budaya Celana Chino memiliki beberapa pergeseran budaya, dari awalnya dipakai pada acara kemiliteran, lalu beralih masuk ke masyarakat hingga dipakai dalam keseharian. Terakhir merambah ke budaya pop anak muda. Banyak artis, aktor, musisi menggunakan celana Chino dalam daftar wardrobe tampil mereka. Hingga pada akhirnya celana Chino lebih populer dewasa ini sebagai trend dari pada fungsi kesehariannya. (mus/int)

Tips Memilih Chino KEBANYAKAN orang hanya tahu celana Chino punya beragam warna, baik pastel ataupun warna yang lebih lembut. Tapi tahukah Anda, bila Chino sebenarnya punya ragam jenis dan potongan yang berbeda? Inilah yang menentukan celana Chino yang anda pakai, sesuai dipadukan dengan setelan formal atau kasual. Biar tidak salah pilih, berikut adalah jenisjenis celana Chino yang harus anda ketahui.

celana ini juga pas untuk anda kenakan ketika beraktivitas di luar ruangan. Padukan dengan polo shirt dan anda pun siap menghadiri event-event kasual. Relaxed Fit Chinos Jika anda mencari pilihan alternatif pengganti Jeans anda, Relaxed Fit Chinos adalah jawabannya. Dengan tampilannya yang kasual, desainnya yang pas di kaki anda, Chino jenis ini dapat anda kenakan dengan sepatu-sepatu kasual seperti Loafers. Sepasang saku di kedua sisinya dan potongannya yang sedikit longgar membuat Chino ini sempurna untuk dikenakan menghadiri event-event olahraga.

Straight Dress Chino Chino dengan desain lurus sangat cocok digunakan untuk aktivitas anda sehari-hari, baik bekerja di kantor, kuliah atau untuk sekadar dinner dan hangout. Chino jenis ini, dengan modelnya yang lurus ke bawah dapat anda padukan dengan sepatu formal maupun kasual. Padukan dengan kemeja dan blazer maka anda pun siap untuk menghadiri acara-acara formal.

Pilihan Warna Istilah khaki saat ini mungkin tidak lagi relevan lagi digunakan karena celana Chino kini tersedia dalam banyak warna. Warna-warna seperti biru, abuabu, cokelat, hijau dan berbagai pilihan warna lainnya kini banyak tersedia. Dalam memilih warna Chino, ada baiknya memiliki koleksi warna-warna netral agar Chino anda dapat dipadukan dengan berbagai atasan. Selain variasi warna, Chino juga mewawarkan variasivariasi detail seperti lipatan di bagian depan dan ujung celana.

Boot Cut Chinos Celana Chino jenis ini menawarkan penampilan yang sedikit lebih santai dibandingkan dengan straight dress Chino. Dengan potongan kaki yang lebih lebar di bagian bawah menyediakan anda ILUSTRASI DIPERANKAN MODEL: SABRINA HUNALIKA ruang untuk FOTOGRAFER: ANDI BASO SOFYAN sepatu bot. Dengan saku di bagian samping dan belakang, Boot Cut Chino masih layak anda gunakan untuk pergi ke kantor, di saat yang bersamaan

Karet Pinggang Pada umunya Chino hanya menggunakan kancing di bagian depan, namun beberapa brand menawarkan Chino dengan lebar pinggang yang dapat disesuaikan. Biasanya Chino jenis ini menggunakan karet elastis yang tersembunyi di bagian lingkar pinggang, sehingga penggunanya dapat menyesuaikan sesuai ukuran lingkar pinggul mereka. Brand-brand seperti Cabelas menawarkan Chino baik dengan lingkar pinggang reguler, karet pinggang full atau karet pinggang di bagian sisinya saja. (mus/int) Profesi FM - 107.9 MHz


Suplemen 13

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

Menempa Bibit Baru Calon Jurnalis MENULIS merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh sebagian besar dari penghuni kehidupan, tapi tak semua penulis dapat merangkai kata layaknya jurnalis diluar sana. Jurnalis, kata yang mengandung sebuah arti pada sebuah makna coretan cerita kehidupan. Penulis dari warna kisah yang nyata. Wartawan, pekerjaan yang menuntut sebuah kemilitanan. Menulis laporan objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu dalam melayani masyarakat, prinsip dari sang kuli tinta. Menempa, bagai wadah. Hal ini yang mengundang tiap tahunnya dari Lembaga Kemahasiswaan, Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) melaksanakan kegiatan diklat tersebut. Dengan menyandangkan tema “Asah Minat kembangkan Bakat” pada kegiatan Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) 2013 yang berlangsung pada empat hari tersebut, panitia lebih menitikberatkan pada konsep mahasiswa yang memiliki minat dan ingin mengembangkannya di lembaga sang jurnalis ­kampus. Selain kegiatan tersebut sebagai meretas karier calon insan pers, diklat ini juga bertujuan

untuk memperkenalkan LPPM Profesi kepada mahasiswa, juga kepada lembaga pers kampus lainnya. Kegiatan tahunan ini juga sebagai ajang perekrutan anggota baru yang bersiap melanjutkan perputaran pada rotasi pertanggungjawaban. Pelatihan jurnalistik yang diadakan pada 3-6 Oktober tersebut mengundang sebanyaknya 98 peserta dari sembilan fakultas yang dinanungi oleh UNM, dan juga peserta dari lembaga pers lainnya seperti Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) Corong, Universitas Muhammadiyah (Unismuh). Selain menerima materi di ruang diklat dari pemateri (media) handal, peserta juga dibawa berkeliling dengan mengunjungi beberapa lokasi media lokal di Makassar. Tak hanya itu, peserta juga disunguhkan akan investigasi yang cukup menguras tenaga pada mengolah isu. Sutrisno Zulkifli, Pemimpin Umum LPPM Profesi mengungkapkan, kegiatan ini merupakan pelatihan yang dikhususkan pada mahasiswa yang memiliki bakat dan ingin mengembangkannya pada lembaga pers kampus. “Kami berharap melalui diklat ini kami bisa melihat bibit baru yang ingin menjadi pewaris dari estafet perjalan kisah Profesi,” ungkapnya. (*)

Penanggung Jawab:

Asran, Samti Binti Talip FOTO: RiIZKI - PROFESI

Peserta Berbagi Narasi dengan Andhika

SALAH satu pemateri yang dihadirkan pada acara Diklat Jurbnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) 2013 Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar yakni Andhika Mappasomba untuk memberikan materi menulis narasi (4/10). Dia adalah salah satu budayawan sekaligus penulis muda sulsel. Pada saat memberikan materi terhadap sejumlah peserta DJMTD, ia sempat mengajak peserta untuk mengenang kepergian salah satu dosen UNM, almarhum Ahyar Anwar yang mening-

gal pada 27 Agustus lalu. Ditengah materinya, Andhika sapaan akrabnya sempat menceritakan kedekatannya dengan kritikus seni sulsel tersebut yang juga sekaligus mantan Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PD II) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) UNM. “Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang merasa kehilangan atas kepergian teman (Ahyar, red) sekaligus guru saya ini. Beliau adalah sosok inspirasi yang sangat kritis dan layak menjadi contoh bagi kawan-

kawan (peserta, red) untuk mengembangkan kemampuan dalam bernalar anda khususnya dalam sastra,” tutur pria kelahiran Bulukumba ini. Betapa tidak, lanjut Andhika, Ahyar Anwar adalah salah satu kritikus sastra yang paling unggul di Sulawesi Selatan. Hal tersebut, menjadikan beliau penulis sekaligus sastrawan yang sangat disegani dalam lingkup sulsel. “Kemampuan beliau sulit dicari tandingannya karena memang beliau saya akui sangat kritis dalam menanggap sesuatu apalagi hal-hal yang berbau sastra” bebernya. (*)

Terjun Menyimak Produksi Berita TIDAK hanya belajar tentang tentang teknik wawancara dan penulisan berita. Akan tetapi, peserta DJMTD juga dibekali dengan pengalaman menyimak langsung proses produksi berita, baik media massa (cetak) maupun media elektronik. Peserta pun berkesempatan mengunjungi Sindo TV dan Harian Fajar secara langsung. Di Sindo TV, sekira 96 orang peserta yang berkunjung diberikan pengenalan secara umum mengenai pertelevisian sekaligus melakukan peninjauan secara langsung proses pembuatan berita televisi. Di studio siar, peserta diberikan gambaran tentang pembuatan berita televisi dimulai dari proses perencanaan, penyusunan hingga penayangan berita televisi. Pada hari selanjutnya, agenda kunjungan media beralih ke Fajar. Disana, peserta disambut hangat oleh Redaktur Keker, Arsyad Hakim. Dalam kesempatan itu, Arsyad bercerita jika sebuah perusahaan itu tidak

ada yang melalui proses singkat.Ada hal yang harus dilalui, tepatnya belajar dari tegarnya karang yang dihempas pecahan ombak hingga bisa menjadi perusahaan global. “Mendirikan perusahan itu tak semudah membalikkan telapak tangan, Fajar sendiri sudah tiga kali pindah kantor” ceritanya pada peserta. Mendengar cerita singkat tersebut, salah satu peserta DJMTD Lembaga Penerbitan dan Penyiaran (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) Andi Irsyal Amaliah mengaku senang dengan kunjungan media tersebut. Terlebih hal itu merupakan kali pertama baginya yang tidak hanya mendengar pemaparan, tapi juga diberikan moment untuk sharing dengan para penghuni dapur redaksi Fajar. “Keren, barusanka’ kunjungan yang begini, jadi lebih tertantang jadi wartawan,” akunya sembari mengabadikan potret temannya. (*)

“Menciptakan output krea f yang sekaligus ar s K ”

photography design graphic painting printing event organizer clothing @RuangProduction 2897272A

Profesi FM - 107.9 MHz

Ruang Production

085 233 493 996 / 089 694 817 614

ruangproduction123@gmail.com ruangproduction.iwopop.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


14 Opini www.profesi-unm.com

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

Sampah Pemuda Mengenang ­ Sumpah Pemuda tentang bagaimana mereka mengguanakan segenap potensi dirinya untuk berjuang demi Indonesia. Mereka memiliki tujuan luhur untuk memajukan bangsa di atas kepentingan pribadinya sehingga terlahirlah gebrakan-gebrakan yang harus merelakan cucuran darahnya sampai nyawanya untuk perjuangannya itu.

Pemuda sekarang tentang Sumpah Pemuda? Nurfajri Mursalim*

D

alam sejarah Panjang Indonesia, Pemuda dari tiap generasi selalu menjadi poros penting dalam agenda perubahan Bangsa. Hampir seluruh peristiwa yang menyangkut negara ini dipelopori oleh semangat dari Para Pemuda. Dan yang tak kalah penting adalah sejarah Sumpah Pemuda yang menjadi salah satu tonggak sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Dimana pada Kongres Pemuda I kala itu menjadi awal sejarah persatuan Bangsa Indonesia. Kita bisa memahami bagaimana semangat Pemuda yang rela melepaskan ego kesukuan, daerah dan agamanya untuk bersama-sama berikrar menyatakan sumpahnya demi masyarakat Indonesia. Namun, yang menarik menurut saya dari setiap peristiwa itu adalah integrasi perjuangan yang mereka lakukan. Sedikit berasumsi bahwa Semangat Sumpah Pemuda adalah kobaran semangat keIndonesiaan; semangat bersatu meletakkan ego masingmasing dan semangat tentang cita-cita jangka panjang masa depan bangsa yang mereka impikan. Inilah yang menjadi roh perjuangan Pemuda sehingga tercatat dalam sejarah Bangsa sebagai cerita yang patut dibanggakan oleh Pemuda. Cerita itu adalah

Kehidupan pemuda kita saat ini lebih banyak yang apatis, pragmatis, hedonis bahkan sampai anarkis. Dan ini malah terlihat dari Pemuda Mahasiswa yang ada di kampus-kampus. Tengok saja yang akan kita dapati adalah mereka disibukkan hanya untuk mendiskusikan tugas-tugas kuliahnya saja tanpa berusaha meluangkan waktu untuk berfikir bagi masyarakat sekitarnya, mereka sibuk mengkritisi pribadi artis, temannya atau orang lain untuk dipojokkan dan mereka lebih antusisme untuk ikut dalam agenda hura-hura, konser artis dan agenda hedon lainnya. Lalu apakah mereka harus disalahkan? Bahkan jika kita kembali melihat tentang bagaimana sebenarnya roh Sumpah Pemuda itu yang dimaksudkan untuk mampu melepas ego pemuda dari suku, agama dan apapun itu untuk keindonesiaan. Maka yang terjadi hari ini adalah kita sebagai Pemuda yang harusnya memiliki intelektual yang baik telah dikenal sebagai bagian dari manusia yang suka berkelahi, suka cari masalah, anarkis dan tawuran satu sama lain. Dan akhirnya, masyarakat kadangkala antipati terhadap pemuda mahasiswa. Sehingga melihat kondisi Pemuda di sekitar kita hari ini, barangkali kita menjadi pemuda yang telah menghianati semangat sumpah pemuda. Semangat bersatu, semangat untuk memajukan Indonesia.

Ditambah lagi dengan kondisi saat ini dimana pasar mengambil alih segala aspek kehidupan. Kita bertumbuh dari produk pasar dan bahkan minat, kebutuhan sampai pola fikir kita diarahkan oleh pasar. Ini akibat dari liberalisasi dan kapitalisasi yang merongrong indonesia. Pola pikir pun membentuk kita bertumbuh untuk saling bersaing satu sama lain. Namanya saja bersaing, maka kita dituntut untuk bisa mengalahkan yang lain. Akhirnya dari pola pikir ini kebanyakan pemuda bertumbuh dalam sebuah sistem kompetisi yang mengatur hidupnya dan bagaimana mengalahkan yang lain. Dan secara tidak sadar kita menjadi pemuda yang mementingkan diri sendiri karena kita ingi mengalahkan yang lain dengan kekuatan sendiri, bagaimanapun caranya. Akhirnya kita menjadi pemuda yang cenderung apatis karena hanya memikirkan kepentingan untuk bersaing, terus maju di atas yang lain, kita menjadi pragmatis karena kita akan mulai berkarakter memamfaatkan semua kondisi untuk kepentingan diri sendiri dalam mengalahkan lainnya, kita hedonis karena kita beranggapan bahwa hidup ini adalah perjuangan kita sendiri dan kita sendiri yang mengaturnya dan kecendrungan kita selau ingin bersenang-senang dan kita menjadi anarkis karena kita sejak kecil diajarkan untuk bersaing, mengalahkan lawan sehingga kita kadang menggunakan cara apapun untuk memenangkan keinginan itu. Lalu bagaimana bagi mereka para pemuda yang tak mampu bersaing? Tentu akan memandang dirinya sebagai pecundang saja dan akhirnya menjadi malas dan terdiskriminasi dari lingkungan pemuda (yang katanya memiliki daya saing) yang tidak mau membantu pemuda lainnya. Terjadilah sekat baru, kesenjangan dan akhirnya sekali lagi semangat dari Sumpah Pemuda

terkikis dari sana bahkan dilupakan.

Bagaimana Harusnya Pemuda Tentang Sumpah Pemuda?

Pemuda seharusnya mampu memaknai tentang sejarah sumpah pemuda sebagai sebuah roh yang mampu menajadi semangat dalam kehidupannya dalam bingkai keindonesiaan. Sebagaimana semangat sumpah pemuda yang memiliki semangat keindonesiaan; semangat bersatu dan semangat tentang cita-cita untuk memajukan bangsa indonesia. Dan bagi saya, semua itu hanya akan dicapai oleh kesadaran pemuda saat ini. Kesadaran yang harus dimulai sejak dini dengan mengubah pola fikir untuk “bersaingâ€? dengan pola fikir untuk “berelasiâ€? atau dalam istilah biologi simbiosis mutualisme. Karena dengan tekad berelasi, maka tentu saja kita akan berkeinginan untuk maju bersama tanpa sekat untuk mengalahkan, merangkul yang lain untuk bisa bersinergi dan menjungjung semangat sumpah pemuda itu sendiri. Karena, Pemuda adalah semangat pembaharu dan masa depan bangsa. Sebagaiman Ir. Soekarno katakan “Beri saya sepuluh pemuda, maka saya akan menggoncang duniaâ€?. Nah, sekarang berapa banyak Pemuda Indonesia? Jika sepuluh saja menurut bung karno bisa mengguncang dunia, bagaimana dengan jutaan pemuda? tentu bung karno punya alasan dan salah satunya adalah semangat sumpah pemuda yang telah benarbenar menggetarkan dunia. Membuat dunia mengakui kemerdekaan indonesia. Hanya saja, di hari sumpah pemuda adalah kembali kita yang memaknainya. Apakah akan menjadikan kita sampah pemuda atau pemuda dengan roh sumpah pemuda? Penulis adalah Mahasiswa Jurusan ­Matema­­tika UNM angkatan 2009

Almamater

Pemuda dan Eksistensi Bahasa Indonesia

M

Supriadi*

omentum ikrar sumpah pemuda telah mengantar bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan di negera ini. Berdasarkan fungsinya sebagai bahasa persatuan, maka secara resmi pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam undangundang pasal 36 pemerintah menetapkan bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Setelah undang-undang diamandemen, pemerintah menetapkan undang-undang nomor 24 tahun 2009 tentang bahasa. Berdasarkan hal tersebut, bisa dikatakan bahwa posisi bahasa Indonesia di republik sudah mendapat legalitas karena sudah berkekuatan hukum. Adanya hukum yang mengatur bahasa Indonesia , membuat penutur bahasa Indonesia semestinya taat asas dan mematuhi rambu-rambu dalam aturan dan mekanaisme kapan sebenarnya bahasa Indonesia Urai data, ungkap fakta, saji berita

digunakan. Namun sampai saat ini masih terjadi inkonsistensi terhadap kesalahan berbahasa di Indonesia belum ditegakkan secara penuh oleh pemerintah. Sebenarnya, bahasa Indonesia ditempatkan sebagai jatidiri bangsa yang lahir dengan semangat persatuan dan kesatuan. Posisi tersebut sama dengan harapan dari para pendahulu bangsa ini yang mencetuskan Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia lahir dalam sejarah kebangsaan yang panjang melewati beragam peristiwa yang menempatkannya sebagai pemersatu bangsa. Lahir dari sebuah perenungan dan semangat kebangsaan yang diwariskan secara turun-temurun kontribusi bahasa bagi kehidupan bangsa ini nampak nyata dalam berbagai bidang kehidupan. Ketika Bahasa Indonesia ditempatkan sebagai bagian dari jatidiri bangsa maka beragam persoalan bisa diatasi. Bahasa Indonesia memiliki sejarah terbentuknya yang mewarisi semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Revitalisasi pengajaran Bahasa Indonesia saat ini nampaknya sudah menjadi kebutuhan mendesak. Mereka yang belajar Bahasa Indonesia semestinya tidak hanya dajari aspek ketrampilan tetapi harus memahami sejarah terbentuknya bahasa ini. Hal ini menjadi penting agar manfaat bahasa tidak sekedar menjadi ketrampilan semata. Namun kenyataan tersebut belum terwujud sampai saat ini.

Kekeliruan dalam penerapan bahasa Indonesia masih sering ditemui baik dikalangan masyarakat awam. Ironisnya lagi ketika kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terjadi di lingkup pemerintah dalam acara-acara resmi kenegeraan padahal kebiajakan-kebijakan tentang penggunaan bahasa sudah ditetapkan dalam politik bahasa nasional yang memuat aturan-aturan tentang mekanisme atau cara-cara dalam penerapan bahasa Indonesia. Eksistensi bahasa Indonesia sekarang bisa dikatakan sudah mulai memudar, adanya kecendrungan petutur senang menggunakan bahasa asing membuat jati diri penutur bahasa Indonesia sudah mulai terkikis oleh pengaruh globaliasisi dan modernisasi. Fakta tersebut semestinya menjadi perhatian semua pihak agar bahasa Indonesia yang merupakan cermin jatidiri bangsa Indonesia tetap eksis selamanya. Modernisasi bahasa yang telah memodifikasi bahasa Indonesia tentu mendapat tanggapan dari masyarakat selama ini. Ada yang cuek, ada juga yang peduli. Namun sebagai pemuda yang memiliki jiwa nasionalis tentu adanya modernisasi bahasa perlu mendapat perhatian serius dari pemuda sebagai pelopor bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Usaha pemertahanan bahasa semestinya menjadi perhatian pemuda saat ini ditengah pengaruh bahasa-bahasa asing yang menjangkiti

kalangan remaja dan pemuda saat ini. Pengaruh globalisasi tentu menciptakan fenomena baru yang lebih kompleks. Kesenangan remaja masa kini dengan budaya negara lain, berkomunikasi dengan bahasa asing. akan melunturkan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatuan bangsa. Namun pada kenyataannya, aksi yang dilakukan oleh pemuda medio lalu dalam rangka memperingati hari sumpah masih mengalami kontra dikalangan masyarakat, sebut saja aksi tutup jalan yang dilakukan mahasiswa dalam meperingati hari sumpah pemuda yang membuat pengguna jalan merasa terganggu dan tentu tidak mendapat simpati dikalangan masyarakat. Semestinya hari sumpah pemuda diperingati dengan mengisi kegiatan yang bermanfaat sehingga rasa cinta terhadap bangsa Indonesia dan bahasa Indonesia bisa terpatri di hati seluruh masyarakat Indonesia. Mari kita membanggakan diri menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Jayalah Bahasa Indonesia, Jayalah Negeriku Indonesia. Selamat hari sumpah pemuda 28 Oktober 2013. Penulis adalah Stasion Manager LPPM Profesi periode 2005-2006 Profesi FM - 107.9 MHz


Profesiana 15

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

Sudir Punya Jubir BAK Presiden Republik Indonesia, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM, Sudirman nampaknya juga tak mau ketinggalan tren. Ia dalam berbagai kesempatan wawancara juga mulai menggunakan juru bicara. Lelaki yang akrab disapa Sudir ini berdalih, kesibukannya yang terlalu padat mengharuskannya mengangkat salah seorang anggota BEM UNM, Nasruddin untuk menjadi juru bicaranya. “Saya ambil juru bicara karena terlalu sibuk dan harus fokus pada kegiatan-kegiatan BEM, Apalagi kemarin ada acara Advance Training se-Indonesia, sehingga tidak bisa meladeni semua pertanyaan,” elaknya. Lanjutnya lagi, memperadakan juru bicara bukanlah hal yang semestinya disoroti. Menurutnya meskipun juru bicara tidak ada dalam kelembagaan akan tetapi jikalau seorang ketua ataupun presiden membutuhkan, maka itu menjadi kewenangannya. “Itu hak-hak saya,” pungkasnya. Akan tetapi alasan Sudirman memperadakan Juru bicara menuai kritikan dari pihak Lembaga Kemahasiswaan (LK)

lainnya. Faisal misalnya, Ketua Sintalaras ini malah menertawakan tindakan Presma memperadakan jubir. Menurut Faisal, kebijakan tersebut tak sepatutnya ia keluarkan. “Ada-ada saja itu Sudirman. Mau sesibuk apapun ketua harus dia yang ladeni atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pihak luar. Bagaimana misalnya kalau ada pertanyaan yang mesti mengambil keputusan? Jubir kan tidak punya andil dalam mengambil keputusan,” terang mahasiswa angkatan 2009 ini. Senada, Baihaqi, Ketua LKIMB juga ikut berkomentar. “Kayak Presiden Indonesia saja. Pak Rektor saja dia yang langsung turun tangan menjawab pertanyaanpertanyaan yang terlontarkan dari pihak luar,” sindirnya. Selain para Ketua UKM, Firman Ari Subekti, Ketua Keluarga Mahasiswa (Kema) Fakultas Seni dan Desain (FSD) juga angkat bicara. Mahasiswa yang akrab disapa Ari ini merasa geli mendengar Presma BEM punya Jubir. “Tidak Gentlemen namanya kalau begitu. Masa pertanyaan-pertanyaan dari pihak luar dilimpahkan ke jubir. Seharusnya

PR III Saja Kena Tipu IALAH Darnisa Putri, pelaku penipuan mahasiswa baru Universitas Negeri Makassar (UNM) 2013 dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) palsu kepada lima orang korbannya (baca: Tabloid Profesi, edisi 172, Setop Tipu-tipu). Saat diinterogasi Heri Tahir, Darnisa mengaku sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi (FE). Saat itu, Darnisa, oknum pegawai yang terlibat, dan kelima korbannya sedang dikonfrontir di Ruang Rapat Pimpinan Lantai 2 Rektorat, Senin, (13/10) lalu. Dengan meyakinkan, Darnisa menuliskan nama dan NIMnya pada daftar hadir. Hal itulah yang kemudian ditindaklanjuti Heri Tahir untuk melayangkan surat ke Komisi Disiplin (Komdis) FE untuk dijatuhi sanksi. Namun saat hendak melayangkan surat tersebut, Ketua Jurusan Manajemen, Anwar Ramli mengonfirmasi nama yang disebutkan tidak terdapat pada daftar mahasiswanya. Surat kepada Komdis FE pun dibatalkan. Sebelumnya, Darnisa diketahui adalah mahasiswa pindahan ke Prodi Manajemen dari Program Studi (Prodi) Tata Boga Diploma tiga (D3) Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Fakultas Teknik (FT). Namun kepada Profesi, Anwar Ramli mengungkapkan tidak pernah ada data perpindahan tersebut ke jurusan yang dipimpinnya. “Saya sudah periksa dan sama sekali tidak ada nama Darnisa Putri di sini (Jurusan Manajemen, red) dan data perpindahannya dari FT,” terangnya. Dari penelurusan Profesi, Darnisa memang pernah tercatat Profesi FM - 107.9 MHz

sebagai mahasiswa Prodi Tata Boga D3 sejak 2010. Namun di tahun kedua, setelah melewati semester tiga, Darnisa tidak lagi aktif mengikuti perkuliahan di prodi tersebut. “Saya kenal itu anak, tapi setelah semester tiga dia tidak pernah lagi datang kuliah,” ungkap Mantan Ketua Prodi Tata Boga D3, Sitti Maryam. Maryam mengungkapkan, selama tiga semester itu Darnisa merupakan mahasiswa yang aktif dan tidak cacat akademik sehingga alasan tidak aktif kuliah bukan karena Drop Out (DO). Ia juga membantah Darnisa melakukan perpindahan antar fakultas ke Jurusan Manajemen sebab prodi tersebut tidak pernah tercatat melakukun izin transfer, apalagi antar fakultas. Ditambahkan Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Ismail muchtar, jika mahasiswa selama tiga semester tidak menyelesaikan proses administrasi pembayaran Sumbangan Penunjang Pendidikan (SPP), maka mahasiswa yang bersangkutan dikeluarkan dari UNM. Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan (PR III), Heri Tahir mengakui dirinya pun kena tipu. Ia tidak menyangka data yang diberikan Darnisa ternyata palsu. “Itulah, kita juga ini ditipu. Saya tidak sangka itu anak, kecil-kecil begitu pintar sekali mengelabui,” katanya sambil tertawa. Alhasil, menurutnya, pelaku penipuan mahasiswa ilegal itu tidak dapat dikenai sanksi dari UNM karena bukan mahasiswa UNM. “Tidak bisa kita beri sanksi karena ternyata bukan mahasiswa UNM,” jelas Mantan Ketua Komisi Disiplin ini. (mus)

Ketua yang pertama kali harus menanggapinya. Di situlah tanggung jawab seorang ketua,” tuturnya sembari tertawa. Tak hanya itu, bahkan Ketua Majelis Perwakilan Mahasiswa (Maperwa), Indirwan merasa tak setuju mengenai tindakan Presma BEM. Indirwan menegaskan, pengangkatan juru bicara tidak pernah ada dalam kelembagaan mahasiswa. Kebijakan seperti itu, menurutnya, sebetulnya cukup memalukan. “Apalagi karena juru bicara itu tidak pernah di SK-kan. Kalau seorang ketua memperadakan jubir berarti, ia melempar tanggung jawabnya,” ungkap mahasiswa Manajemen tersebut. (sdr)

Sampah Sampai

Pinisi

MENARA Pinisi, sebagai icon Universitas Negeri Makassar (UNM) memang benar-benar nampak megah jika dipandang selintas dari luar. Akan tetapi, ibarat buku dengan covernya yang mencolok, isi Pinisi tak sedap dipandang mata. Serakan sampah dan berbagai bekas cemilan yang tersuruk di atas lantai dasar Pinisi. Bahkan, di permukaan kolamnya tak jarang bekas-bekas sampah tergenang tak karuan. Hal ini dibenarkan Wawan, salah satu siswa SMK yang baru kali pertama mampir di Pinisi. Ia mengakui keindahan Pinisi namun kebersihan di area tersebut kurang terjaga. “Keren sih, tapi kotor,” tutur siswa kelas tiga SMK ini. Menurutnya, pihak universitas kurang memperhatikan kebersihan di sekitar bangunan itu, padahal arsitektur bangunannnya menggambarkan kemewahan dengan ragam fasilitas yang disediakan. Namun nyatanya, tempat sampah yang disediakan tidak sebanding dengan luas pelataran lantai dasar pinisi. Alhasil,orang-orang yang duduk sembari menikmati deruan angin Pinisi lebih memilih meletakkan sampahnya di area tempat mereka duduk ketimbang menghampiri tiga tempat sampah yang disediakan. “Terlalu jauh jarak tempat sampahnya, baru cuma tiga, jadi saya rasa masih kurang,” tutur bocah kelas tiga SMK ini. Senada, Syamsul Alam, mahasiswa UNM mengatakan jika pihak birokrasi seolah acuh dengan kebersihan Pinisi. Mereka kurang tegas memperingati oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab menyisakan bungkusan sampahnya di hamparan lantai satu Pinisi. “Seharusnya ada sanksi untuk orang yang melanggar,” jelas mahasiswa angkatan 2010 ini. Tak ingin disalahkan, Kepala Sub Bagian (Kasubag) Rumah Tangga (RT) Haikal mengelak jika pihaknya yang diberi tanggungjawab menjaga kebersihan di Pinisi tidak tegas dalam menindaki oknum tidak bertanggungjawab itu. Menurutnya, seorang mahasiswa semestinya tidak perlu lagi untuk diperingati tentang larangan buang sampah sembarangan. “Mereka mahasiswa, pasti tahu mana yang benar,” tegasnya. Ia menganggap, sampah yang berserakan itu tidak lain adalah hasil kerjaan mahasiswa. Ia menghimbau agar mahasiswa yang sering nongkrong di bawah lebih sadar akan pentingnya kebersihan yang merupakan kewajiban kita bersama. “Apa susahnya sih jalan sedikit lalu sampahnya di buang ke tempat sampah yang tersedia,” keluhnya. Ia sendiri pun bingung, apalagi belum ada serah terima antar pihak birokrasi kampus dengan pemegang proyek pembangunan gedung Pinisi, PT Waskita. Dampaknya, kebersihan untuk area Pinisi belum terlalu kondusif. “Akan ada nanti petugas kebersihannya kalau Pinisi sudah diresmikan,” bebernya. (dnf)

www.profesi-unm.com

Setor Skripsi Bayar Sampu’ BUKANNYA menambah jumlah buku dan literatur yang dimilikinya, Perpustakaan Negeri Makassar (UNM) justru memungut bayaran dari mahasiswa yang berniat untuk menyumbangkan skripsinya. Untuk setiap skripsi yang ingin disimpan dan menjadi pajangan di salah satu rak perpustakaan universitas, setiap mahasiswa dianjurkan membayar Rp 10ribu alias Sampu’ (dialek Makassar, red). Meski nominal tersebut bukanlah harga yang cukup menguras kantong mahasiswa, namun jika dikalikan dengan jumlah mahasiswa yang menyetor tiap akhir masa studinya, maka itu bukanlah uang yang sedikit. Hal ini menjadi kegelisahan di kalangan mahasiswa yang sudah menyetor skripsinya. Salah satunya, Nurkhedah (samaran) yang baru saja menyelesaikan studinya di Fakultas Ilmu Sosial. Dirinya mengaku baru tahu ada pembayaran seperti ini saat akan menyetor skripsinya di Perpustakaan UNM. “Ya saya baru tahu itu, karena katanya temanku yang dulu, tidak ada ji pembayaran yang semacam itu,” ungkapnya. Sementara, menurut sepengetahuannya, perpustakaan lah yang seharusnya membayar karena telah diberikan tambahan referensi kepustakaan. Asniar Khumas selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) mengakui jika memang ada setoran seperti itu. “Iya, memang kita membuat kebijakan sendiri tentang pembayaran sebesar Rp10ribu bagi mahasiswa yang menyetor skripsinya ke Perpustakaan,” ujar Asniar menegaskan. Akan tetapi, ia menolak jika hal demikian dikatakan pungli. Bahkan, ia berani mempertanggungjawabkan jikalau ada mahasiswa yang merasa tidak percaya. “Lima rupiah pun saya berani pertanggungjawabkan kalau ada mahasiswa yang tidak percaya,” tegasnya. Asniar berdalih jika selama ini Perpustakaan UNM tidak pernah mendapat anggaran dari uiversitas sejak 1990. Sementara, lanjutnya, Peraturan Pemerintah (PP) menyoal perpustakaan menyatakan jika lima persen dari seluruh anggaran universtitas semestinya diperuntukkan bagi perpustakaan. “Sudah berapa kali meminta dana operasinal ke bendahara UNM, tapi nyatanya tidak pernah ditanggapi. Makanya kami berinisiasi untuk membuat kebijakan ini. Yah apalah artinya uang sepuluh ribu jika dibandingkan dengan ongkos pulsanya selama sebulan,” tukasnya. Menanggapi hal itu, Pembantu Rektor Bidang Akademik (PRI), Sofyan Salam, dengan tegas menolak kebijakan semacam itu. “Tidak boleh ada pembayaran yang seperti itu, justru Perpustakaan yang mestinya berterimakasih karena mendapat sumbangan literatur,” tegur Sofyan. (sus)

Sudut + Setengah Konstruksi, Rampung atau Usang - Birokrasi rampungkan uang dulu + Akta Buta-buta - Yang penting punya sendiri + Sudir Punya Jubir - Bibir di Jubir

Dg Tata

Urai data, ungkap fakta, saji berita


16 Persona

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 173 November Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

Drs. Ismail Muchtar, M.Si

Manfaatkan Peluang Jadi Pemenang

“MENGUSAHAKAN yang terbaik dalam mengemban tugas adalah prinsip saya.” Ya, demikian kalimat awal yang terucap dari bibir Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Universitas Negeri Makassar (UNM), Ismail Muchtar. Mulanya, Ismail hanyalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang namanya terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) biasa sejak Februari 1979 di kampus yang dulunya bernama Institut Kejuruan Ilmu Pendidikan

(IKIP) Ujungpandang. Namun berkat dukungan rekan kerjanya, Ismail yang menjabat sebagai Tata Usaha (TU) di Fakultas Teknik (FT) saat i t u memutuskan untuk melanjutkan studinya di bangku perkuliahan pada tahun yang sama di jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Tentu tidaklah mudah jika harus menjalankan pekerjaan dan studi di saat yang bersamaan. “Yah, dalam posisi yang seperti ini pastinya sulit untuk

FOTO: KASDAR PROFESI

Suriawati, S.Pd

TEMUKAN dirimu di Profesi! Demikian pesan yang disampaikan oleh wanita berpenampilan tinggi dan anggun ini kepada anggota Profesi yang masih menggeluti dunia kuli tinta yang bernaung dibawah kampus orange Universitas Negeri Makassar (UNM) ini. Perempuan berdarah Barru ini mengaku banyak hal yang ia temukan selama ia memilih Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi. Salah satunya ia banyak bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang dalam berbagai macam karakter. “Belajar menulis dan berinteraksi dengan bermacam-macam karakter,” tuturnya. Tak hanya mampu meramu berita, ia juga sangat lihai mengoceh dibalik bilik siar Radio Profesi FM, sehingga dengan kemampuannya itulah yang kemudian pernah membawanya bekarir di salah satu Lem-

Urai data, ungkap fakta, saji berita

membagi waktu antara dua bidang yang berbeda dalam waktu bersamaan. Apalagi saat itu kuliah saya ada pagi, siang, dan tak jarang kuliah malam, otomatis pekerjaan saya pasti terganggu,” ungkap Pria yang lahir di kota Butta Toa ini. Meski demikian, Ismail mengaku hal itu tidaklah rumit jika kita mampu melihat peluang disekitar kita. Olehnya, Ismail yang saat itu berstatus Quo dalam satu instansi kelembagaan memilih bekerja di bagian persuratan di kantornya. Padahal saat itu menjadi pengantar surat ke jurusan, fakultas hingga ke universitas tidaklah mudah. Sebab fasilitas motor yang diberikan universitas tidak dapat digunakan dikarenakan beberapa hal. Salah satunya adalah tidak adanya anggaran pembelian bensin. Menjalani bidang di bagian persuratan justru membuatnya kelebihan untung. Buktinya dirinya bisa menyelesaikan studinya hanya empat tahun. “Kemampuan melihat peluang ketimbang teman-teman yang lain membuat saya menjadi seorang pemenang. Saat itu, jika ada surat yang akan dibawa, maka saya yang mengambilnya. Tapi saya tidak langsung mengantarkannya ke tempat tujuan. Contohnya saya ambil surat itu pagi-pagi sekali, setelah itu saya selesaikan kuliah dulu, nanti setelah kuliah selesai, sorenya baru saya antarkan ke tem-

pat tujuannya. Dan karena ini saya mendapatkan kesan yang bagus dari pimpinan saya. Itu karena saya tidak pernah mangkir dari tugas saya selaku pegawai namun dapat menjalankan kuliah saya dengan kedisiplinan,” ujar mantan bendahara FT periode 1986 hingga 1991. Keberhasilan ini dibuktikan dengan tercapainya nilai Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 2.86 di akhir studinya. “Di zaman saya, IPK 2,86 itu sudah sangat tinggi. Apalagi kalau IPK 3 yang saat itu masih sulit dan jarang orang yang bisa meraihnya,” kata Pria yang besar di tanah daeng Makassar ini. Tahun 1991, Ismail memilih mundur dari jabatan bendahara FT dengan alasan akan melanjutkan jenjang studi Magister (S2) jurusan Administrasi Pembangunan di Universitas Hasanuddin (Unhas) selama dua tahun. Kebanggaan lain pria yang telah memiliki empat orang anak ini ialah di tahun 2004, Ismail pernah dipilih oleh Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan (PR3) untuk mengkordinir Pemantuan Independen Pemilihan Presiden (Pilpres) yang diikuti 500 mahasiswa UNM di Kabutapen Barru. Hingga kini, Ismail meyakini jika karir itu adalah ketentuan Tuhan. “Sesuatu itu tidak dapat berdiri sendiri, pasti akan ada intervensi Tuhan,” tutupnya. (sus)

Temukan Jati Dirimu baga Penyiaran Pemerintah Nasional. Tidak hanya terdaftar sebagai reporter di dalam lembaga pers mahasiswa yang ia geluti namun juga jabatan sebagai news & music diretornya selama kurang lebih satu periode. Wanita berhijab ini juga sering mengikuti seminar-seminar yang berbau Jurnalistik yang salah satunya pernah terdaftar sebagai Peserta Seminar radio yang diselenggarakan oleh Aliansi Wartawan Radio (Alwari). Suri, begitulah sapaan akrab wanita yang telah menyelesaikan studinya pada tahun 2012 di bidang Program Sarjana Strata 1 (S1) Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Makassar. Wanita yang pernah memegang jabatan sebagai Bendahara Umum di LPPM Profesi UNM ini mengungkapkan kegemarannya dalam hal menulis berita feature. “Penerbitan kan pasti dari sejak

lahir di Profesi sampai selesai tapi semakin kesini saya lebih tertarik kepenulisan feature,” tandasnya. Ia juga sempat tercatat sebagai salah satu Peserta Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Lanjut (PJMTL), Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra yang berlangsung di Universitas Lampung. Selain kepiawaiannya dalam melambungkan suaranya melalui saluran udara radio kampus, ia juga sempat menjadi pembicara pada kegiatan Latihan Kepemimpinan Siswa (Latpinwa) Osis yang berlangsung di SMAN 1 Watansoppeng dua tahun silam. Selian itu, ia juga dikenal sebagai wanita yang sangat tertib dan teratur. Meskipun dirinya menggeluti lembaga ini sejak ia masih berstatus mahasiswa baru, namun ia tak pernah ketinggalan dalam hal urusan akademik. “Itu hanya persolan manajemen waktu. Kuliah dan berorganisasi itu ibaratnya dua sisi

mata uang yang tidak bisa dipisahkan,” tutur yang wanita gemar berfoto ini. Dirinya melanjutkan, mahasiswa mestinya tidak terlena oleh “euforia” berlembaga di internal ataupun eksternal kampus. Ia juga mengakui, pekerjaan yang ia geluti saat ini tak terlepas dari pengalaman yang ia dapati sejak berlembaga. “Profesi telah memberikan saya pengalaman dan keterampilan yang lebih. Pengalaman ini yang menjadi bekal sehingga saya mampu malang-melintang di berbagai dunia kerja yang sempat saya geluti, walau tak dipungkiri pembelajaran di kelas (kuliah, red) juga sangat menunjang,” jelasnya. (lam)

Profesi FM - 107.9 MHz


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.