Edisi 174

Page 1

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

1 www.profesi-unm.com

Tabloid Mahasiswa UNM

Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi

BEM-Maperwa Payah

| Hal. 4

“Kampus” Kecil Berdikari | Hal. 6 Berantas “Tikus” Kampus | Hal. 9 Sudir Punya Jubir | Hal. 15

Tikus-tikus Kampus

Profesi FM streaming on radioprofesi.com

Abby Sa

mti

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahunfakta, XXXVII Urai data, ungkap saji 2013 berita


2

Persepsi

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

surat dari pembaca Apa yang Anda tanyakan?

Antara Pejabat dan Penjahat

S

edikit demi sedikit, borok kampus UNM terangkat ke permukaan. Bentrokan yang selalu menghiasi nama UNM di kancah nasional perlahan berganti dengan “borok” korupsi. Meskipun penetapan tersangka di lingkup pejabat kampus baru pertama kalinya terjadi, namun kita diyakinkan oleh para penyidik bahwa bakal ada tersangka berikutnya yang akan dimintai pertanggungjawabannya. Layaknya institusi negara, kampus merupakan cerminan pemerintahan negara itu sendiri. Kampus diibaratkan sebagai “negara kecil”. Oleh karena itu, polemik yang terjadi beserta setting-setting-nya pun tidak jauh dari cerminan sebuah negara itu sendiri. Kalau di pemerintahan negara kita melihat pejabat-pejabat yang dijerat kasus korupsi dan saling menuding pejabat-pejabat lainnya, maka tunggu saja di kampus kita pun akan berlaku hal demikian. Kasus korupsi di “negara kecil” kita ini sudah menggurita. Satu kasus yang hari ini ditemukan dan menjerumuskan beberapa pihak baru permulaan kecil dari langkah besar yang akan diambil penyidik. Ini baru cabang kecilnya. Banyak orang mengkhawatirkan, Menara Pinisi juga bakal roboh diterpa “angin” korupsi ini. Bisa saja, kasus yang telah lama dirintis oleh Corruption Watch Movement (CWM) Makassar bakal muncul lagi ke permukaan setelah tenggelam karena tidak menemukan titik solusinya. Percikan kasus korupsi yang menjerat Kepala biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK) kita nampaknya bakal memantik kasus yang baru. Di lingkup mahasiswa, orang sekaliber presiden pun bisa terjerat kasus serupa meski baru sekadar pernyataan dari anggota-anggotanya. Akan tetapi, menurut hemat kita, keterangan mereka sebagai saksi di lingkup intern lembaga kemahasiswaan itu sendiri sudah cukup mem-

berikan petunjuk yang cukup kuat untuk meminta pertanggungjawaban seorang Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM. Sisanya, kita hanya butuh bukti-bukti kuat atas penggelapan dana yang dibeberkan anggotanya sendiri. Sejauh ini, dirinya yang sebentar lagi melengserkan jabatannya mungkin masih bisa bernapas lega karena belum sampai pada pelaporan hukum seperti “Syatir”. Bagi penggiat lembaga kemahasiswaan tentu paham betul tentang anggaran-anggaran dana yang digunakan untuk kepentingan berbagai kegiatan. Advanced Training, sebagai salah satu kegiatan yang memakan dana paling besar di tingkat LK universitas menjadi “celah” tersendiri untuk pihak-pihak tertentu menilap dananya. Acaranya hanya biasa-biasa saja, tapi kok menghabiskan dana yang luar biasa banyaknya? Kampus dan negara. Pada titik ini bisa menjadi pembelajaran tersendiri. Pejabat-pejabatnya, rektorat maupun LK seyogyanya mampu mengayomi rakyatrakyatnya. Aspirasi dan keresahan rakyat menjadi tolok ukur keefektifan kekuasaan. Bukan malah menilap dana rakyat untuk kepentingan sendiri. Mentang-mentang menjabat,berselang menjadi penjahat. Rakyat butuh ketenangan, kedamaian. Negara yang aman dan tenteram selalu menjadi idaman setiap rakyat “negara kecil”. Kerancuan yang terjadi seharusnya menjadi penyelesaian bersama, bukan pemanfaatan bersama. Entah benar atau salah mengakarnya, namun yakin saja, jabatan yang diperoleh dengan cara yang tidak baik ternyata akan menuai hal-hal yang tidak baik pula. Mengutip perkataan seorang fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan (LK), “Sama halnya dengan orang yang belum siap naik pentas, dipaksa untuk naik panggung. Maka hancurlah penampilannya.” Hm…ada benarnya juga. (*)

t f

Itha Andriani

katanya Internasional Class Program, yg lain dripd yg lain tpi ruangannya saja panas, nyalakan AC tegangan tdk mncukupi, kipas 1 yg bfungsi, tdk ad LCD, palvonnya rusak, yg mbedakan hanya kursi, meja n pa2n tulis, inikah ICP yg sebenarnya??? Dr. Abd. Rahman, M.Pd - Pembantu Dekan Bidang Administrasi (PD II) FMIPA UNM Mahasiswa yang tidak bisa merawat, saya tidak tau fikir mereka semua sudah diberi wadah namun mereka sendiri yang tidak menjaga dan juga tidak ada pemeliharaan, kalau ada kerusakan dilaporkan segera jangan malah di diami saja dan dibiarkan semakin rusak, saya tidak bisa tolerir jika tidak bertanggungjawab

‫ظفاحيدناسرون‬

Mengapa Gedung PKM yang ada di Parangtambung di biarkan saja tanpa adanya renovasi? Prof. Heri Tahir - Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III) UNM Sudah diserahkan ke Fakultas dan yang menerimanya itu dari FT, kalau menegenai pembiayaannya saya kurang tahu apakah ini dimasukkan dalam daftar anggaran tahun depan atau bagaimana

Andy Dwie

Buat kartu mahasiswanya rumit. Kenapa tidak mudahkan, jdix kami mals urus. Drs. Ismail Mukhtar _ Kepala BAAK UNM Sementara dibicarakan dgn pihak Bank yang biasa mencetak KTM, yang sekaligus berfungsi sebagai ATM

KARIKATUR-koe Ilustrasi: Samti Binti Talip

Dapatkan informasi terbaru tentang kampus UNM di situs resmi kami Ada streamingnya juga!

scan your barcode

profesi-unm.com

Redaksi menerima saran, dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim saran dan kritikan Anda ke:

SMS Email Twitter Facebook

: 089655551135 | 085255927221 : profesi_unm@yahoo.com : @Profesi_Online : LPPM Profesi UNM

Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Nurdin Noni, Heri Tahir, Eko Hadi Sujiono, Ismail Muchtar Dewan ­Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Akbar Faisal, Mukhramal Azis, Uslimin, Ammas, ­Facharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Fitriani Rachman. Pemimpin Umum: ­Sutrisno Zulkifli, Sekretaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Divisi Penerbitan: Imam Rahmanto (Pemimpin Redaksi), Divisi Online: Muh. Yasir (Kepala Divisi), Divisi Penyiaran: Rizki Army Pratama (Station Manager), Divisi Penelitian dan Pengembangan: Yeni Febrianti (Kepala Litbang), Divisi Usaha: Nurlela (Pemimpin Perusahaan). Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Penanggung Jawab: Sutrisno Zulkifli, Pemimpin Redaksi: Imam Rahmanto, Sekertaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Kepala Penyiaran: Rizki Army Pratama, Kepala Online: Muh. Yasir, Kepala Litbang: Yeni Febrianti, Pemimpin Perusahaan: Nurlela, Redaktur: Khaerul Mustaan, Susi Amriani Reporter: Fadilah Dwi Octaviani, Sulastri Khaer, Dian Indrasari, Dwi Pratiwi Aslam, Dian Febriani, Hasnaini, Nurlaela Basir, A. Sri Mardiyanti Syam, Asran, Andi Ajip Rosyidi, Samti Binti Talip, Aan Ariska Febriansyah Fotografer: Andi Baso Sofyan Layouter/ Desainer Grafis: Kasdar Kasau Manager Sirkulasi: Syamsul Alam Manager Iklan: Andi Sadriani. Redaksi LPPM Profesi UNM : Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt II Gedung PSB, Gunung Sari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp. (0411) 887964, e-mail: profesi_unm@yahoo.com, website: www.profesi-unm.com

DESAIN SAMPUL: KHAERUL MUSTAAN

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi FM streaming on radioprofesi.com


Mozaik 3

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

Stand Up Comedy on Campus

Snapshot

Arie Kriting Kocok Perut Penonton

FOTO: SOFYAN-PROFESI

KOTOR. Salah satu WC yang ada di LT.1 Gedung Pinisi tak terurus, kertas tisu berserakan dimana-mana menyebabkan saluran air tersumbat.

Seminar Internasional ICOLE

Berbagi Informasi di ­Bidang Bahasa

Forum diskusi internasional International Conference On Language Education (I COLE) digelar untuk yang ketiga kalinya di Universitas Negeri Makassar (UNM), Jumat (6/12). Acara yang diikuti oleh 170 peserta dari beragam daerah itu untuk pertama kalinya mengambil tempat di Teathre Room Menara Pinisi. Kegiatan yang diprakarsai oleh Pusat Bahasa UNM ini bertujuan untuk memberi kesempatan kepada peneliti, akademisi, dan mahasiswa yang bergerak di bidang bahasa untuk berbagi informasi dan mengembangkan wawasan pada pendidikan Bahasa. Ketua panitia, Chairil Anwar Korompot mengungkapkan, pihaknya mengusung tema “Information and Communication Technolgy (ICT) and Language Education” karena hasil yang ingin dicapai dari seminar I COLE, yakni pengefektifan pembelajaran bahasa. “Agar pembelajaran bahasa di ke-

hidupan sehari-hari itu lebih efektif,” lanjutnya. Dalam kegiatan tersebut dijelaskan bahwa teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan proses belajar-mengajar bahasa. “ICT manfaatnya bisa sangat luas, tapi yang lebih menarik dari itu adalah aplikasi dari ICT tersebut. Oleh karena itu dalam konferensi ini kita padukan bahasa dengan ICT,” ujarnya. Sebanyak 48 pemateri dari berbagai perguruan tinggi ambil andil dalam kegiatan ini, diantaranya UNM, Institut Teknologi Sepuluh November Surbaya (ITS), Universitas National Chiayi China serta beberapa perguruan tinggi lainnya. Peserta seminar I COLE, Nurfatwasari mengungkapkan kegembirannya mengikuti seminar I COLE yang lebih banyak menggunakan Bahasa Internasional ini. “Saya sangat senang mengikuti seminar ini, ber-

Siapa yang tak kenal sosok Arie Kriting. comic asal Wakatobi ini mementaskan lawakan yang dilakonkan seorang diri alias Stand up Comedy di hadapan penikmatnya. Stand up Comedy (SUC) on Campus ini dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual (HMDKV) FSD berkolaborasi dengan Stand Up Comedy Makassar. Ratusan penonton yang didominasi oleh mahasiswa UNM memadati di Hotel Lamacca, Rabu (20/11). Penampilan Arie Kriting yang didapuk sebagai guest star betul-betul mengocok perut penonton. Lawakan khas orang timur dengan suara yang melengking serta menyajikan materi-materi yang menyentil para pelaku kehidupan layak mendapatkan “kompor gas” dari para penikmat stand up comedy. Selain itu, candaan comic yang populer karena hitam, kriting dan mata menyalanya itu berhasil mengusir kepenatan para mahasiswa dari aktivitas perkuliahannya. Hadirnya comic sekelas Arie Kriting yang pernah menjadi juara III di ajang Stand Up Comedy Indonesia Season 3 (SUCI 3) menjadi alternatif hiburan bagi mahasiswa yang penat akan aktivitas kuliahnya. “Kan bisa mengusir kejenuhan perkuliahan,” ungkap Dewi mahasiswa jurusan Bahasa Inggris. Berbeda dengan Dewi, Achmad Sabagi pengetahuan tentang pembelajaran bahasa menggunakan teknologi. Saya juga pertama kalinya ikut serta,” ungkapnya. Nurfatwasari berharap Kegiatan ICOLE bisa berlanjut di tahun berikutnya. Menurut mahasiswa jurusan Bahasa Inggris ini, mahasiswa bisa mengetahui informasi pengetahuan tentang pembelajaran bahasa yang efektif lewat seminar-seminar internasional seperti ini. Pada konferensi ini ada lima Keynote Speaker ICOLE 2013 diantaranya Dr. Willy

putra mengungkapkan kehadirannya pada acara Stand Up Comedy on Campus karena keinginannya untuk menghabiskan waktu dengan teman. “Tadi dipanggil sama teman kesini, jadi langsung ma kesini,” ujar mahasiswa angkatan 2012 ini. Ketua Himpunan Desain Komunikasi Visual (HMDKV) periode 2013 - 2014, Nur A. Fandi mengaku kelabakan menghadapi antusiasme penonton yang ingin melihat langsung sosok Arie Kriting. “Kami sempat kewalahan, melihat antusiasme teman-teman,” akunya. Selain itu, lokasi pelaksanaan sempat menjadi kendala bagi panitia. Hal ini disebabkan karena keadaan kampus yang tidak kondusif dan tidak adanya lokasi cadangan yang sempat dipersiapkan lebih awal. “Terpaksa kami menyewa tempat ini karena tidak mau juga membuat penonton kecewa,” ujar Fandi. Selain Arie Kriting, turut hadir pula 3 comic lokal dari UNM lainnya, yaitu Rifwan (Mahasiswa Administrasi Negara), Sri Rahayu (Mahasiswa FIP) dan Fachrul Amrozy (Eks-mahasiswa UNM). Keempat comic ini berhasil mengundang gelak tawa 168 penonton yang mengikuti Stand Up Comedy on Campus. Disajikan pula accoustic perform dari Teater Kampus (Terkam) FSD UNM. (aar) A. Renandya dosen senior dari Singapura di National Institute of Education-Nanyang Technological University, Dr. Zirdaus Adnan dosen di School of Arts University of England Australia, Mark Garner dari Withelands College di University of Roehampton London UK, Prof. M. Asfah Rahman dari UNM, dan Dr. Nurdin Noni dosen senior di Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) yang juga merupakan Pembantu Rektor Bidang administrasi Umum dan Keuangan (PR II) di UNM. (pr30/pr32/pr13)

PKM Tinggal Sejarah... *Samti Binti Talip

Sejarah dan peninggalannya sangat berperan penting dalam menyempurnakan kisah di masa sekarang dan masa yang akan datang. Tanpa adanya bukti, sejarah hanya dinilai sebagai cerita rakyat. Peristiwa terbakarnya gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) beberapa waktu lalu ternyata tak hanya meninggalkan luka bakar pada dinding yang berdiri kokoh. Akan tetapi, kebakaran itu menggoreskan cerita perih bagi ketujuh Lembaga Kemahasiswaan (LK) yang bernaung di bawah atap yang berubah ‘bolong’. Bagaimana tidak, segala inventaris yang seharusnya menjadi bukti sejarah keProfesi FM streaming on radioprofesi.com

beradaan lembaga mereka nyaris tak berbekas lagi. “Hampir tak meninggalkan bekas,” begitulah kalimat yang menyatukan antara rasa kaget, kekecewaan, dan kesedihan hati Ashar, ketua UKM Pramuka periode 2012-2013. Kejadian yang mengundang sembilan mobil pemadam kebakaran tersebut hanya menyisakan puing bangunan yang menghitam dan menciptakan kisah pada daftar baru sejarah UNM. “Artefak” peninggalan kisah ketujuh UKM habis dijilat si jago merah. “Data diawal tahun 1978, dimana bukti sejarah Pramuka yang tersusun apit habis terbakar,” tukas pemilik nama lengkap Andi Ahmad Ashar Haris ini. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolaragaan (FIK) ini juga mengisahkan, kebakaran yang telah terjadi merupakan peristiwa pertama yang dialami sepanjang sejarah UKM Pramuka, dan menaburkan beban moral baik pada dirinya

maupun teman sepengurusannya. Tak hanya UKM Pramuka yang menyenandungkan lara, begitu pula UKM Seni. LK yang bergelut di bidang seni ini lebih mengiramakan nada-nada hampa. Api yang berdurasi 90 menit tersebut hanya menyisakan dua bongkahan tropi rusak yang terkena paparan api. “Saksi sejarah UKM Seni habis hangus, yang tersisa cuma sebagian kecil foto kegiatan dan dua tropi yang terbuat dari logam yang agak sedikit rusak terkena api,” kesah Ilman Indra Ansyari, ketua UKM Seni ini. Turut bersemedi di liang kesedihan. Lembaga Kajian Ilmiah Mahasiswa Bertakwa (LKIMB), lembaga yang berusia 19 tahun ini juga ikut larut dalam kesedihannya. Bagaimana tidak, bukti cerita dari sejarah terbentuknya LK yang bergelut pada kajian ilmiah ini berubah menjadi abu. “Bukti deklarasi pada 1994 LKIMB ikut terbakar,” jelas Baihaqi, ketua LKIMB periode 2012-2013 ini.

FOTO: YASIR-PROFESI

Melintas. Salah satu mahasiswa melintas di tengah-tengah puing sisa amukan si jago

merah yang melahap habis Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Rabu 7 November lalu.

Baihaqi juga sedikit mengungkapkan kekecewaan. Kekecewaannya yang tidak dapat menyelamatkan peninggalan dari kepengurusan sebelumnya. “Kebutuhan inventaris bisa diperadakan kambali, tapi bukti dari berdirinya lembaga ini tidak bisa diperadakan lagi,” sambungnya dengan raut sedikit memelas. Kejadian yang merugikan ra-

tusan juta rupiah tersebut hanya bisa diratapi para mahasiswa ini. “Mau diapakan lagi? Kejadian itu bukan kehandak kita, ini sebuah cobaan,” tutup Baihaqi dengan nada tabah. Meskipun demikian, ia masih berharap agar pihak kampus bisa segera membenahi sekretariat-sekretariat Lembaga Kemahasiswaan (LK) yang hingga kini tak kunjung diperbaiki. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita


4 Reportase Khusus

Tabloid Mahasiswa Mahasiswa UNM UNM Tabloid Profesi Edisi Edisi 174 174 Profesi Desember Tahun Tahun XXXVII XXXVII 2013 2013 Desember

BEM - Maperwa Payah www.profesi-unm.com

Polemik BEM dan Maperwa sepertinya tak ada habisnya. Tak sedikitpun prestasi yang diukir. Malah, sensasi demi sensasi seolah menjadi bahan tontonan yang klasik. Satu sisi BEM dinilai tak becus mengawal masalah internal kampus. Di sisi lain, BEM seolah lepas dari pengawasan Maperwa. Alhasil, BEM dan Maperwa seakan menjadi aksesoris tanpa pengaruh namun “bermandikan” uang. Berkaca, di awal kepengurusan Lembaga Kemahasiswaan (LK) tertinggi yang dipimpin Sudirman selaku presiden ini banyak diwarnai kontroversi. Terpilihnya Sudirman saat itu, dianggap tidak memenuhi proses pemilihan yang prosedural. Belum lagi kegagalannya mengakomodasi sembilan fakultas yang ada di UNM. Menjelang akhir periodenya, BEM layaknya lembaga eksklusif. Hanya saja seolah tak tahu diri, lembaga itu tak mampu mencatutkan prestasi. Bahkan tak ada sedikitpun masalah yang mampu dicovernya dengan baik. Padahal BEM selayaknya menjadi corong

mahasiswa untuk menyuarakan aspirasi mereka. Hadirnya Maperwa yang seharusnya menjadi pengawal akan kinerja BEM juga turut tergerus arus. Pengurus Maperwa yang seyogyanya melakukan audit kinerja, namun semata-mata menggugurkan tanggung jawab. Nyaris di setiap rapat pleno yang digelar, mereka tak mampu melakukan evaluasi secara total. Pun ketika rekomendasi yang diberikan tidak pernah ditanggapi serius. Satu persatu titah Maperwa dipatahkan oleh pengurus BEM. Hal ini mengindikasikan kelemahan Maperwa dalam menjalankan tugasnya. Nyali

Ibarat orang yang tidak biasa naik panggung tapi dipaksa naik panggung. Tentu hancur penampilannya. Pre­siden BEM FPsi, Laode Irfan Ferdiansyah

Tampaknya Sudirman bersama para pengurusnya tidak henti-hentinya mendapat kecaman di berbagai lini. Hampir setiap kejadian yang terjadi di UNM menjadi bukti kegagalannya. Seperti yang diungkapkan oleh Pre­ siden BEM Fakultas Psikologi (FPsi), Laode Irfan Ferdiansyah. Menurutnya, BEM yang sejatinya menjadi payung untuk merangkul sembilan mata orange, seakan stagnan di tempat. Pengurus cenderung membiarkan hal tersebut terjadi, padahal hal tersebut merupakan langkah awal yang mesti dilakukan. “Bahkan sampai saat akhir periode, jangankan rangkulan, genggamanpun tidak nampak,” tuturnya. Ia menambahkan, forum pergerakan mahasiswa yang awalnya berpusat di UNM, kini seakan mulai luntur. Adanya forum yang menamakan dirinya Aliansi Mahasiswa menunjukkan tidak dipercayanya BEM dalam mengawal aspirasiUrai data, ungkap fakta, saji berita

para pengurus ciut menghadapi setiap pelanggaran yang dibuat sejumlah pengurus lembaga eksekutif itu. Seperti yang diutarakan Irfan Palippui selaku mantan pengurus BEM, kedua lembaga tertinggi tersebut dinilai telah gagal menciptakan hubungan-hubungan terbaik. “Ngapain jadi ketua BEM kalau tidak dicintai orang? Hanya haus kekuasaan,” terang eks-Presiden BEM periode 20082009 ini. Menurutnya, Maperwa seharusnya berani “memecat” Presma yang kedapatan selalu menyalahi aturan. Lanjutnya, LK Fakultas pun harus berani memperlihatkan sikap tegasnya un-

FOTO: RIZKY-PROFESI

tuk memberikan tekanan kepada Maperwa. Sementara itu, ia menganggap secara moril Sudirman bisa dianggap tidak ada lagi karena telah mendapatkan sanksi sosial. Hal itu dianggap memalukan hanya saja presma hari ini tidak tahu malu. “Orang yang tidak tahu malu itu akhirnya bebal, bebal terhadap apa yang dihadapinya,” imbuhnya.

Kegagalan Maperwa mengawal BEM ini juga disaksikan sendiri oleh Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III), Heri Tahir. Menurut guru besar Ilmu Hukum ini, Maperwa harus betul-betul dapat melakukan pengawasan dan penilaian kinerja yang dilakukan oleh BEM, Selain itu, idealnya, Maperwa juga harus mampu melakukan auditaudit keuangan. (tim)

Tak Punya Kuasa dan Massa aspirasi mahasiswa. “Bargaining kampus, seperti aksi dan pengawalan isu seakan pudar di BEM UNM saat ini,” kata Laode. Lebih parah, menurutnya kesalahan BEM saat ini bukan karena lembaganya, melainkan kesalahan orang yang menduduki lembaga tersebut. Ia menuding Presiden BEM tidak punya kapabilitas namun dipaksakan untuk naik menjabat selaku pemimpin. “Ibarat orang yang tidak biasa naik panggung tapi dipaksa naik panggung. Tentu hancur penampilannya,” ungkap Laode. Sudirman yang berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ternyata tidak sepenuhnya mendapat dukungan dari rekan-rekan se”atap”nya. Andi Ade Agsa yang merupakan Presiden BEM FMIPA mengaku tidak percaya lagi dengan BEM universitas. “Bubarkan saja. Biarkan UKM yang eksis di tingkat universitas,” cecarnya. Berdasarkan pengawasan Maperwa, untuk program kerja tahunan memang telah dilaksanakan. Akan tetapi. hal tersebut harus kembali dievaluasi. Ditanyakannya, apakah program kerja tersebut mampu meretas semua permasalahan yang ada? “Saya melihat secara subyektif, BEM seperti EO (event Organizer), padahal BEM itu kan lembaga perjuangan,” sesal mahasiswa jurusan Kimia ini. Ia menambahkan, BEM terlalu sibuk dengan program kerja sehingga melupak-

an hal-hal yang mau diperjuangkan. Untuk itu, ia menginginkan agar BEM universitas dapat mempercepat periodenya. “Tidak usahlah diperpanjang. Karena ini kan sudah hampir satu tahun, tapi tidak ada sesuatu yang real dihasilkan,” cemoohnya. Tak tanggung-tanggung, veteran BEM UNM, Irfan Palippui memberikan penilaian yang serupa. Ia menunjukkan kegagalan seorang presiden BEM ketika di puncak pimpinan tidak mampu mengakomodasi semua fakultas yang berada di bawahnya. “Wibawa sebagai Presiden BEM tidak ada, integritasnya tidak ada. Buktinya, spanduk yang pernah saya lihat di Psikologi. Itu peristiwa yang sangat memalukan selama perjalanan LK di universitas. Malu-maluin gitu,” tegasnya. Di samping itu, tambahnya lagi, massa BEM universitas seharusnya lebih banyak karena diharuskan mampu membangun relasi. Akan tetapi, pada kenyataannya hanya segelintir mahasiswa atau fakultas yang mau tergabung dalam beberapa aksi BEM. “Saya pernah lihat mereka aksi dan saya pikir itu hanya prodi yang turun ternyata itu adalah BEM,” kelakarnya. Itulah bukti bahwa Presiden BEM tidak mempunyai koordinasi dengan LK tingkat fakultas dan prodi. “Kalau kita dulu aksi, massa bisa sampai 3000 orang, karena kita punya koalisi, dengan miskin kota, tani, dan buruh tani,” bandingnya. Selain itu, komunitas harus diperkuat

dengan tidak berkoalisi dengan pejabat. Menanggapi semua tudingan-tudingan yang ditujukan padanya, Presiden BEM Sudirman menepis bahwa penyelesaian masalah di kampus tidak mesti dilakukan dalam bentuk advokasi. Karena menurutnya, itu adalah jalan terakhir dalam penyelesaian masalah. Selama ini, ia telah banyak mencoba menyelesaikan masalah yang terjadi secara litigasi. Presma UNM menegaskan, jangan menilai keberhasilan BEM UNM dari seberapa banyaknya mereka turun aksi, karena ditanggapinya hal itu merupakan penilaian yang fatal. Terkait dengan beberapa kasus yang ada di UNM, dirinya mengaku bahwa tidak ada yang dilupakannya. Hanya saja, BEM memiliki skala prioritas, dimana masih ada yang mesti di kedepankannya. Apapun masalah yang terjadi, baik dari skala universitas maupun fakultas BEM, UNM selalu hadir. Menurutnya ia selama ini selalu melakukan proses diplomasi meskipun tidak berhasil. Dalam mengatasi konflik yang ada di UNM, seharusnya LK fakultas tidak boleh mengedepankan ego masingmasing. “Konflik yang terjadi ini adalah tanggung jawab semua elemen yang ada di UNM, bukan hanya BEM,” kilahnya. Begitupun, imbuhnya, dalam menganggapi kasus pembakaran, masih tetap menunggu solusi dari birokrasi yang entah kapan akan dikeluarkan. (tim) Profesi FM streaming on radioprofesi.com


Reportase Khusus 5

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

Pengurus Hengkang Satu-satu

Pengurus yang mundur:

Sengkarut BEM: • • • •

Kegagalan BEM bukan hanya dalam hal melakukan koordinasi dengan “cabangcabang”nya di tingkat fakultas. Akan tetapi koordinasinya pun amburadul di tingkat para pengurusnya sendiri. Di internal lembaga, kisruh sesama pengurus kerap kali terjadi. Hal tersebut semakin diperkuat dengan tidak representatifnya jumlah pengurus yang menduduki jabatannya di lembaga tertinggi tingkat universitas ini. Tercatat, hanya ada 4 fakultas yang mengisi roda kelembagaan BEM UNM, yakni Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), FMIPA, Fakultas Ekonomi (FE), dan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Problematika tersebut kemudian diperparah dengan penarikan beberapa delegasi yang sempat menjadi penghuni tetap di BEM universitas. Selain ditarik, beberapa dari pengurus berinisiatif untuk hengkang dari jabatannya. Diantaranya, Heri Asriadi, Aisyah, Muh. Rifai, Fahriani Eka Putri, Suparman, Sudirman, Rayandi, Amri, Nur Hikmah Tenripada, dan Wakil Presiden (Wapres) BEM sendiri, Andi Lukman Ismail. Menurut Andi ismail Lukman, eks Wapres BEM, pengunduran dirinya lantaran menganggap BEM UNM sudah tidak kondusif lagi. Tidak adanya koordinasi antar Presma dan para pengurusnya menjadikan BEM terasa hampa. “Terlalu politis disana. Main sembunyi-sembunyi orang. Presma, mau semua dia ambil alih. Makanya saya lebih memilih keluar dan menyelesaikan studi,” aku mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ini. Bahkan ia menambahkan, secara keseluruhan Presma tidak mampu merangkul teman-teman pengurus yang ada di internal BEM UNM itu sendiri. “Jadi logikanya, bagaimana dia bisa menjalin komunikasi yang baik antar fakultas sementara anggotanya sendiri tidak mampu ia rangkul,” ungkapnya terang-terangan. Hal ini juga dibenarkan oleh salah satu pengurus BEM yang enggan disebutkan namanya. Menurutnya, untuk merangkul para pengurus, Sudirman tidak punya kuasa lagi. Apalagi untuk menyatukan sembilan mata orange, baginya akan sangat sulit. “Internal BEM karut-marut dan terkotak-kotak” celanya. Bahkan, hingga kini, pengurus yang aktif saja tidak sampai 20 orang lagi. (tim)

Tidak adanya pergerakan mengenai DPP, BOP, dan UKT Pembakaran PKM yang mengikutkan sekretariat BEM tidak mampu diusut tuntas oleh BEM. Bentrok antar mahasiswa tidak mampu diwadahi untuk diredam ataupun dicarikan penyelesaiannya. Larangan kajian di kampus tidak menjadi kegelisahan BEM BEM dicekal di 2 fakultas, FPsi dan FIS, karena tindak tanduknya yang dianggap kurang menyenangkan oleh LK. Hal ini ditunjukkan terang-terangan dengan spanduk yang melarangnya memasuki area kampus. Hanya 4 fakultas yang berada di naungan BEM, yakni FIP, FIK, FMIPA, FE

• • • • • • • • • •

Andi Ismail Lukman (Wakil Ketua Presiden ) Aisyah (Menteri Keuangan) Amri (Staf Keuangan) Heri Asriadi (Staf Sospol) Suparman (Staf Sospol) Fahriani Eka putrid (Staf Diklat) Sudirman (Staf Diklat) Rayandi (Staf Diklat) Nur Hikmah Tenripada (Staf PTK) Muhammad Rifai (Staf PTK)

Pemasukan Anggaran Advanced Training Rp 58 juta dari Pembantu Rektor III Rp 3 juta dari Polda Rp 10 juta dari Walikota Makassar Rp 10 juta dari Isran Nur Rp. tidak diketahui dari Kapolrestabes

Dana Advance Training

SUMBER: LITBANG PROFESI DAN PENUTURAN ANGGOTA BEM

Sejumlah isu beredar pasca diselenggarakannya Advanced Training Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM). Termasuk dugaan penyalahgunaan anggaran yang menyeret nama Presiden Mahasiswa (Presma) UNM sendiri, Sudirman. Hal ini terkuak setelah adanya pengakuan dari Ketua Panitia Advanced Training BEM, Marsuki sendiri. Dirinya mengaku ada beberapa anggaran yang tidak jelas peruntukannya dan beberapa anggaran lainnya tidak masuk dalam kas panitia untuk digunakan dalam kegiatan kepanitiaan sebagaimana mestinya. Misalnya saja, dana hibah dari Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) yang informasinya sebesar Rp 3 juta. Pada kenyataannya, hanya Rp 800 ribu yang dimasukkan di kas panitia. Itu-

Ditilap

pun ditarik kembali sebanyak Rp300 ribu. Jadi, menurut Marsuki, sisanya tinggal Rp 500 ribu yang masuk di kas panitia. “Siapa yang tidak kecewa kalau seperti itu,” geramnya. Tak hanya itu, lanjut Marsuki, sumbangan dari Ketua advokasi Bupati Se-Indonesia, Isran Nur sebesar Rp 10 juta yang dimasukkan dalam kas panitia oleh Presma, hanya Rp 8juta dan sumbangan dari Polrestabes juga tidak ditahu kemana. “Yah, serba tidak jelaslah, banyak sekali yang tidak jelas khususnya terkait anggaran serasa ada memang yang timpang,” bebernya. Imbasnya, kegiatan yang dilaksanakannya harus berhutang beberapa item. Hingga kini hutang-hutang tersebut belum terbayarkan. Diantaranya, plakat, rental mobil dan ganti rugi kendaraan yang digadaikan. Jika diakumulasi, semuanya lebih dari Rp 5 juta.

Itu semua, menurutnya, karena banyak dana yang ditarik oleh Presma sendiri yang tidak diketahui mengalir kemana. “Saya pusing karena kepanitiaan sekarang lagi mengutang. Bahkan sampai-sampai motor saya sendiri digadaikan Rp 900 ribu,” keluhnya. Anehnya Presma selalu berdalih bahwa BEM sekarang sedang tidak ada anggaran untuk menutupi hutang yang ditanggung di internal kepanitiaan dan selalu berjanji bahwa hal tersebut akan segera ditutupi. Alasannya, masih ada dana BEM UNM yang belum dicairkan di rektorat. Namun, kenyataannya sampai saat ini belum ada jalan keluar dari Presma terkait hal tersebut. “Dia (Sudirman, red) selalu beralasan, hutang kepanitiaan akan ditanggulangi dan segera dibayarkan namun nihil hasilnya. Janji terus. Kurang ajar itu Presma!” tantangnya.

Menanggapi tudingan tersebut, Sudirman tidak ingin berkomentar banyak karena menurutnya ketua panitia yang harus memberikan penjelasan terkait hal tersebut. Ia hanya mengatakan bahwa tidak ada mark up yang terjadi saat Advance Training. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Heri Tahir pun ikut menanggapi penggunaan dana Advance Training yang dilaksanakan oleh BEM. Menurutnya, LPJ tersebut akan tetap diminta pertanggungjawaban oleh pihak rektorat. Walaupun pengurus BEM berkilah bahwa untuk mentranparansikan dana tersebut dirasa sulit karena semua data LPJ ikut terbakar bersama gedung PKM UNM. “Janganlah menghilangkan jejak dengan mengambil alasan kebakaran, kejujuran yang paling murni adalah kejujuran pada diri sendiri,” tegasnya. (tim)

Maperwa Gagal Mengawal Kegagalan BEM tak terlepas dari pengawalan Maperwa selaku badan legislatif yang lemah. Di saat BEM memelihara penyakit, Maperwa seharusnya hadir membantu menyembuhkan penyakit itu. Maperwa seolah kehilangan arah dan tak mampu berbuat apa-apa. Cari narasumber lain selain Laode. Sebagaimana yang diungkapkan Laode Irfan Ferdiansyah, ia membeberkan, Maperwa pernah mengancam jikalau Sudirman tidak berhasil merangkul lebih dari lima fakultas, maka dia harus mengundurkan diri sebagai Presiden BEM. Akan tetapi, kenyataannya, Maperwa tidak mampu menunjukkan taringnya.”Toh hanya beberapa fakultas saja yang bersedia dinaungi BEM,” ungkap Laode. Beberapa kali pihak Laode berupaya membantu menyampaikan pengawasannya, hanya saja aspirasi dari fakultasnya ditanggapi acuh tak acuh oleh Maperwa. Ia menduga, seakan BEM dan Maperwa UNM menjalin kerja sama untuk saling menutupi satu sama lain. “Saya kecewa sama Maperwa tidak berhasil Profesi FM streaming on radioprofesi.com

menurunkan Presma UNM,” kata mahasiswa angkatan 2010 ini. Penarikan delegasi yang terjadi di Maperwa bukannya tanpa sebab. Pasalnya, respon Maperwa Universitas yang dianggap kurang. seperti yang terjadi saat penarikan delegasi FMIPA. Maperwa FMIPA melakukan penarikan delegasi dari Maperwa dengan berlandaskan pada surat paripurna yang dilayangkan Maperwa FMIPA ke Maperwa UNM yang berisi, PMB harus diambil alih oleh LK seperti PMB 2009 ke bawah dan LK FBS harus menjadi persoalan tingkat universitas untuk bersamasama diselesaikan. Jika kedua hal tersebut tidak diselesaikan atau direspon maka Maperwa FMIPA akan menarik delegasinya. Namun dalam menanggapi hal tersebut Maperwa hanya setengah-setengah, format PMB yang seharusnya disusun jauh hari sebelum PMB namun barus jadi setelah minus 3 hari pelaksanaan PMB. Sementara permasalahan LK FBS tidak terlihatnya usaha Maperwa untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Ketua Maperwa FMIPA Supri-

adi mengatakan, masalah kecil saja menurutnya tidak dapat diselesaikan. Seperti Sidang Istimewa (SI) untuk delegasinya sebagai komisi keuangan yang hingga saat ini belum juga dilaksanakan, padahal dia resmi mengundurkan diri menjelang PMB. “Kalau ada anggaran yang cair tidak pernah disentuh oleh delegasi saya sebagai komisi keuangan. bikin malu-malu saja kalau dicuekin,” celanya. Menurutnya, Maperwa harus memperbanyak rutinitas seperti kajian, tidak hanya kerja pleno. “Itupun dekat-dekat pleno baru turun reses, pasca plenno I tidak adami lagi reses ke fakultas di pleno-pleno selanjutnya. Hal ini menandakan bahwa kegagalan BEM tidak lepas dari kegagalan maperwa karena mereka sistem dua lembaga,” tuturnya. Terkait dengan permasalahan Maperwa yang dianggap kurang merespon pendapat-pendapat dari fakultas, Indirwan selaku Ketua Maperwa mengatakan bahwa penyampaian aspirasi itu mempunyai mekanisme. Mekanismenya itu dari mahasiswa ke HMJ lalu ke LK Fakultas. Namun hal itu ada yang

melaksanakan ada pula yang tidak. Seperti pada kegiatan PMB yang pernah didiskuasikan untuk dikembalikan ke LK. Namun hanya beberapa yang datang padahal undangan sudah disebar, sehingga Maperwa tidak dapat mengambil keputusan. Permasalahan delegasi fakultas yang ada di Maperwa yang hingga kini tersisa empat fakultas saja yaitu FIK, FT, FE, dan FIP, menurutnya, tiap fakultas punya pandangan dan punya kebijakan untuk bergabung atau tidak. Hal ini pernah dipertemukan dalam dengar pendapat dan yang muncul adalah persoalan kultural, dan menurutnya persoalan cultural itu tida ada dalam konsitusi. “kultural itu seperti sifat tidak disukai, sifat itu tidak ada dalam konsitusi. bersatu itu menyangkut dua belah pihak, kita menginginkan untuk bersatu dan orang itu juga mau bersatu”. Hingga akhir kepengurusan ini, menurutnya tidak ada yang mencoba menyampaikan secara kelembagaan atau dalam persuratan bahwa BEM tidak menampakkan kinerja apa-apa. Yang ada hanya sorotan mengenai sikap-

sikapnya. “Saya melihat tidak ada riak-riak bahwa BEM seperti yang mereka selalu katakan. Tidak ada yang menyampaikannya secara konsitusional,” tegasnya. Menurutnya, gagal tidaknya BEM harus dibicarakan melalui forum. Selain itu, pengawalan Maperwa terkait rekomendasi Pleno I yang dianggap tidak berhasil dilaksanakan oleh BEM malah dibantah olehnya. Walaupun secara bukti fisik hanya satu fakultas yang memberikan tanda tangan namun ia melihat lebih dari lima fakultas yang sering mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh BEM dan seperti itulah rekomendasi yang diberikan di Pleno I. “Pandangan saya terhadap BEM tidak secara tertulis. Beberapa teman dari fakultas ikut dalam kegiatan BEM dan itu yang menjadi keinginan kita,” dalihnya. (tim) Tim Reportase Khusus Ary Utary Nur (Koordinator), Nurlaela Basir, Asran, Kasdar Kasau Urai data, ungkap fakta, saji berita


6 Reportase Utama

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

PROGRAM PASCASARJANA

“Kampus” Kecil Berdikari Aturan tentang program studi (prodi) pada Program Pascasarjana (PPs) setiap universitas harus disatukan dengan fakultas yang menaungi prodi yang linear telah diberlakukan. Akan tetapi PPs Universitas Negeri Makassar (UNM) masih saja tak bergeming. Seolah tak menghiraukan, PPs UNM malah terus berbenah soal sarana penunjang pembelajaran dengan makin melengkapi infrastruktur akademiknya. Padahal, mestinya infrastruktur akademik untuk mahasiswa PPs itu sudah saatnya dibangun di fakultas bukan lagi di PPs untuk mempersiapkan perpindahan proses tersebut ke fakultas. Justru, PPs UNM dengan eksistensinya sekarang yang tak menyatu dengan fakultas hampir dapat disebut sebuah institusi yang bediri sendiri, layaknya negara dalam sebuah negara. Lihat saja, sistem penerimaan mahasiswanya dan penyelenggaraan akademiknya yang mandiri. Belum lagi persoalan promosi doktor yang juga diselenggarakan sendiri. Hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan program sarjana. Penerimaan dan penyambutan mahasiswa melalui universitas, pelaksanaan akademik di fakultas dan wisuda secara universitas. Padahal, PPs juga merupakan perangkat di institusi pencetak tenaga pendidik ini. Apalagi PPs hanyalah sebuah program yang mestinya berada di bawah fakultas. Namun, meski begitu, PPs justru tampak jauh lebih besar ketimbang setiap fakultas yang ada di eks Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ujung Pandang (IKIP-UP) ini. Sebagai perguruan tinggi yang telah menerapkan penyatuan PPs dengan fakultas, Asisten Direktur Bidang Akademik (Asdir I), PPs Universitas Hasanuddin (Unhas), Ambo Tuwo mengatakan, sebagian universitas memiliki program pascasarjana yang berdiri sendiri. Menerima mahasiswa sendiri, pengelolaan akademik sendiri, ujian sendiri, serta promosi doktor sendiri. Ia menilai penerapan seperti itu seakan menjadikan PPs institusi dalam institusi. “Selama UNM kalau PPs-nya yang menerima mahasiswa, tanyakan, yang menerima S1 itu siapa? Universitas kan. Kalau yang menerima S-1 saja universitas, masa S-2 yang lebih tinggi diterima oleh PPs,” tegasnya. Guru Besar Fakultas Kelautan dan Urai data, ungkap fakta, saji berita

Perikanan Unhas ini mengungkapkan, justru kedepannya, program magister dan doctoral akan diseleksi nasional seperti program sarjana. “Jadi kalau ada PPs yang mau tes sendiri, pakai otak lah. S-1 saja itu diterima lewat universitas. Masa kau S-2 dan S-3 tes sendiri, iya kan? Adakah fakultas yang menerima S-1, tidak ada toh. Jadi kalau di fakultas mau menerima S-1, yang menerima mahasiswa kan Unhas. Seperti itu juga di UNM, jadi yang menerima mahasiswa adalah UNM” katanya Menurutnya, di Unhas yang dilakukan adalah desentralisasi kegiatan akademik bukan PPs. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 60 menjelaskan tugas PPs ialah untuk mengendalikan mutu. “Jadi semua kendali itu di pascasarjana, yang dilakukan di fakultas seperti perkuliahan, tugas akhir, seminar, ujian, promosi doktor, dan lain-

lainnya,” ungkapnya. Selain itu, tak menyatunya tiga strata perguruan tinggi menjadikan kurikulum semuanya saling terpisah dan tidak terkait. Hal itu mengakibatkan kurikulum sulit disesuaikan. Sebab, mengacu pada Kualifikasi Kompetensi Nasional (KKN), maka semua strata perguruan tinggi wajib disingkronkan. Hal itu diungkapkan Ketua Prodi Sosiologi Doktoral, Andi Agustang. Ia mengatakan, yang dibutuhkan untuk mengelola pendidikan tinggi hari ini adalah singkronisasi kurikulum yang ada pada program sarjana dengan magister dan doktoral. “Contohnya, saya mengelola S-1, maka saya harus mengacu pada KKN untuk S-1,” terangnya. Oleh karena itu, menurut Guru Besar Bidang Sosiologi dan Antropologi ini, jika mengacu pada KKN, maka PPs memang sudah dari awal harus menyingkronkan kuri-

kulum dengan program sarjana yang berada di fakultas. Untuk itu, ia menilai memang lebih baik jika PPs berada di fakultas. Hanya saja, realitanya masih jauh api dari panggang. Keseriusan pemimpin institusi ini untuk mewujudkan hal itu, nihil. Malah Rektor UNM, Arismunandar, seolah pesimis. Ia mengatakan pusat administrasi antara prodi di PPs dengan faklutas yang linier terbilang cukup sulit karena keduanya belum memenuhi standarisasi yang ada. “Belum ada gambaran target kapan administrasi PPs akan melebur, karena PPs akan seutuhnya melebur jikalau sarana dan pengajarnya sudah sesuai yang diharapkan,” jelas Rektor dua periode ini. Sementara itu, Direktur PPs UNM, Jasruddin malah memilih bungkam. Ia tidak ingin berkomentar terkait penyatuan prodi-prodi liner yang dipimpinnya itu ke fakultas. (tim)

Profesor Ogah Ajar Program Sarjana Berdirinya PPs tanpa dinaungi fakultas menyebabkan keduanya mengatur sistem administrasi akademik sendiri-sendiri. Imbasnya, jadwal mengajar para profesor yang sekaligus dosen pengampu mata kuliah di program sarjana tak jarang bertepatan dengan jadwal mengajar di PPs. Akibatnya, salah satu pun dikorbankan. Akan tetapi lazimnya, sebagian besar penyandang gelar maha guru itu malah lebih mementingkan untuk mengajar di PPs. Padahal membawakan perkulihan di program sarjana adalah prioritas bagi setiap dosen, apalagi sebagai dosen pengampu. Berbagai keluhan terkait dosen pengampu mata kuliah yang jarang masuk sering kali jadi perbincangan mahasiswa program sarjana. Pasalnya, beberapa dosen pengampu hanya datang ketika membuka mata kuliah di awal semester. Salah satunya diutarakan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Muh. Salman. Menurutnya, fenomena saat ini, sang profesor lebih banyak meluangkan waktunya untuk mengajar di prodi pascasarjana dan menyerahkan tugas mengajar di program sarjana kepada mitra ataupun asisten yang diangkatnya. Gelar Profesor yang didapatkan oleh guru besar merupakan gelar pada bidang sarjana. “Sudah seharusnya kewajiban mengajar guru besar adalah pada program sarjana, bukannya di tempat lain,” harapnya. Senada, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Andi Nugraha berpendapat, perilaku guru besar yang mementingkan jadwal mengajar di luar ketimbang di fakultas bisa dikatakan tidak disiplin. Mengingat tugas utama profesor adalah mengejar pada program sarjana sesuai SK yang dikeluarkan sehingga hal ini perlu ditindak lanjuti. “Ka-

lau SK-nya di program sarjana, fokus mengajar di sarjana sajalah!” keluhnya. Ketua Prodi Sosiologi Doktoral PPs, Andi Agustang, menanggapi, memang tidak boleh seorang dosen meninggalkan pengajaran untuk program sarjana karena hal itu yang pokok. Namun menurutnya, dosen pengampu juga punya mitra untuk memudahkan pengajaran dan melatih tenaga pendidik baru. “Satu mata kuliah di S-1 biasanya dilaksanakan oleh tiga orang,” ujarnya. Senada dengan Agustang, Dosen PPs, Hamsu Abdul Gani menjelaskan, peran dosen mitra sebagai pengganti dosen. “Kita punya mitra di kampus yang menjadi pengganti kita kalau kita berhalangan untuk datang,” tuturnya. Sementara itu, Asisten Direktur Bidang Akademik (Asdir II), Ambo Tuwo, menilai, hal seperti ini kerap terjadi. Makanya namanya program PPs, program karena tidak punya sumber daya manusia (SDM). “Dulu namanya fakultas pascasarjana. Kalau fakultas dia bisa menerima dosen, maka pemerintah hapus, tidak ada lagi namanya fakultas. Jadilah program pascasarjana,” jelasnya. Menanggapi hal itu, Rektor UNM, Arismunandar mengakui kewajiban guru besar memang mengajar di program sarjana. Tugas mengajar pada program pascasarjana bukan merupakan kewajiban, melainkan sebagai tugas tambahan. Namun menurutnya terkadang tugas-tugas lain seperti penelitian dan jabatan struktural di kampus menjadi penyebab guru besar berhalangan untuk mengisi perkuliahan. Terlebih guru besar dengan jabatan struktural di kampus sering kali memiliki agenda yang tidak terjadwal. “Jabatan Rektor sendiri sudah setara dengan 12 Sistem Kredit Semester (SKS), sisanya harus pintar-pintar mencari

waktu untuk mengisi perkuliahan di sela-sela kewajiban lain,” bebernya. Senada dengan itu, Ketua Prodi Bahasa Inggris PPs, Hariyanto mengungkapkan, pada umumnya guru besar tentu mengutamakan kewajiban mengajar pada program sarjana dan sama sekali tidak mengutamakan jadwal tambahan di luar apalagi berorientasi pada penghasilan yang didapatkan ketika memberikan kuliah di pascasarjana.

Profesor UNM Minim Penelitian

Arismunandar mengungkapkan, kewajiban penelitian, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, serta tugas jabatan tidak dapat dipungkiri terkadang menghambat waktu mengajar, namun selama itu masih bisa dikomunikasikan dengan mahasiswa maka hal tersebut bukan menjadi masalah yang serius. “Yang penting komunikasi antar dosen dengan mahasiswa tetap dijaga agar waktu-waktu luang lain bisa dimanfaatkan untuk mengganti kewajiban sebelumnya,” katanya. Meski begitu, alasan tersebut justru membuka aib sang maha guru. Menghasilkan produk penelitian, membuat buku, hingga penerbitan jurnal internasional sepertinya tak diwujudkan. Pasalnya, dari data yang ditemukan, sebanyak 63 profesor di kampus orange ini tak satu pun yang mampu membuat jurnal yang diakui secara internasional. Alasan itupun tidak dapat dijadikan acuan kealfaan dosen mengajar. (tim) Tim Reportase Utama Andi Baso Sofyan (Koordinator), Khaerul Mustaan, Dian Febriani, Andi Sadriani

Profesi FM streaming on radioprofesi.com


Reportase Utama 7

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

PPs IKIP-UP berdiri sendiri

nama resmi menjadi PPs UNM

1999

Kegiatan Pengumpulan Kredit (KPK) dibawah naungan IKIP Jakarta

1997

1985

SEJARAH

www.profesi-unm.com

Daftar Prodi Magister:

Penghasilan Profesor • • • • • • • • •

Gaji Pokok (Tergantung golongan) Tunjangan Istri, 10 % gaji pokok Tunjangan Anak 2% gaji pokok (Tanggungan Maksimal 2 orang) Tunjangan Beras, 10 Kg/Kepala (Maksmimal 4 Orang) Tunjangan Lauk Pauk, Rp. 25.000 x 22 hari Tunjangan Fungsional Tunjangan Profesi/Sertifikasi, 1 x Gaji Pokok Tunjangan Kehormatan Professor, 2 x Gaji Pokok Tunjangan Jabatan (Jika terima, Tunjangan fungsional tidak diterima lagi)

• Pend. IPS • Pend. Bahasa • Pend. Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) • Pend. Jasmani dan Olahraga • Pend. Matematika • Pend. Fisika • Pend. Kimia • Pend. Biologi • Pend. Seni Rupa • Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) • Administrasi Pendidikan • Pend. Bimbingan Konseling • Pend. Teknologi dan Kejuruan Daftar Prodi Doktoral: • • • • • • •

Sosiologi AdministrasiPublik Ilmu Pendidikan Pend. Bahasa Inggris Pend. Bahasa Indonesia Pend. Ekonomi Pend. Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) SUMBER: LITBANG PROFESI/ BAGIAN KEPEGAWAIAN UNM

Fakultas Belum Siap Dibebani PPs Wacana terkait pengusulan PPs dilebur kedalam fakultas yang lineardiketahui memang sudah lama bergulir.Namun yang menjadi pertimbangan birokrat kampus dalam menjalankan usulan tersebut yakni ketidaksiapan fakultas dalam mengasuh prodi untuk jenjang magister dan doktoral. Hal ini diungkapkan Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Hasnawi Haris.Ia membenarkan sudah sejak lama prodi yang ada di PPs ingin diasuhdi fakultas seperti yang diterapkan beberapa perguruan tinggi negeridi tanah air. “Banyak pertimbangan untuk merealisasikan usulan tersebut salahsatunya masalah ketidaksiapan fakultas dari segi fasilitas juga tenaga dosen yang rata-rata masih berstatus magister,” beber Hasnawi. Peleburan PPs kedalam fakultas yang linear saat ini pun dianggap hanya akan menurunkan kualitas pada pengelolaan program sarjana karena ketidakmampuan fakultas mengelola tiga jenjang pendidikan sekaligus. Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), Kisman Salija mengakui, seluruh fakultas di UNM termasuk fakultas yang dipimpinnya tidak mampu memenuhi ekspektasi itu. Ia meragukan SDM serta sarana dan prasarana di fakultas tidak bisa mewadahi PPs. “Mungkin saat ini lebih baik terpisah saja dulu,” singkatnya.

Sudut

+ BEM - Maperwa Payah - Berantas dari kampus + “Kampus” Kecil Berdikari - Semoga tak disusupi “tikus” + Berantas “Tikus” Kampus - Pejabat-pejabatnya payah Dg Tata Profesi FM streaming on radioprofesi.com

Sementara itu, Ketua Prodi Sosiologi PPs, Andi Agustang, menyatakan setuju jika prodi di PPs ditarik ke fakultas yang linier. Hanya saja, ia menolak apabila fakultas masih belum mampu. “Kalau memang mau prodi di sini mau dibawa ke fakultas, pertanyaan kritisnya adalah apakah fakultas sudah mampu. Siapkan dulu perangkatperangkatnya, kalau tidak siap nanti kewalahan,” tegasnya. Menurutnya, banyak yang perlu dibenahi di UNM bila akan menyatukan PPs dengan fakultas, seperti ketersediaan sarana dan prasarana di fakultas yang belum memadai. Ditambah lagi dengan kurangnya dosen yang mampu mengajar untuk PPs. “Seperti Sosiologi dan Administrasi Publik, itu lebih banyak dosen dari luar,” ungkap Agustang. Lebih jauh, ia menegaskan, institusi ini mesti mempersiapkan tata kelola akademik yang baik di fakultas untuk menarik prodi di PPs. “Kalau tidak mampu fakultas, jangan dulu. Siapa tahu jadi bumerang? Harus kita duduk bersama mempertimbangkan. Mengelola kelembagaan itu bukan urusan yang mudah. Yang penting siap sarana, siap prasarana, siap dosen, dan kemampuan tata kelola akademik, oke, tidak ada persoalan,” pungkasnya. Ia menambahkan, PPs hanyalah sebuah program dan yang memilikinya adalah fakultas. Namun sayangnya, pemimpin universitas ini terkesan acuh. Padahal perguruan tinggi negeri (PTN) lainnya telah berhasil melakukannya, dan kini dibarengi dengan universitas lainnya yang sudah pasang kuda-kuda. Lihat saja, Universitas Indonesia (UI) dalam skala nasional dan Unhas dalam skala lokal yang telah menyatuka pascasarjananya di fakultas. Keseriusan pimpinan untuk mengarah pada manajemen universitas yang sempurna hingga kini tidak ditunjukkan. Mimpi untuk mewujudkan UNM sebagai World

Class University pun nampaknya kian jauh dari asa. Simak saja komentar Rektor UNM, Arismunandar yang terkesan pesimis perguruan tinggi yang dipimpinnya ini tidak mampu mewujudkan hal itu. “Saat ini kan kita sudah mengupayakan agar administrasi mahasiswa bisa terpusat, upayanya dapat dilihat dengan berdirinya gedung Pinisi sebagai pusat administrasi mahasiswa,” ucapnya. Rektor dua periode ini juga mengakui sarana dan prasarana di fakultas saat ini belum maksimal ketimbang fasilitas yang ada di PPs. Hal ini juga tidak terlepas dari pembayaran mahasiswa PPs yang tergolong cukup tinggi dibandingkan program sarjana. Jika PPs ingin dilebur ke fakultas, hendaknya sarana dan prasarana serta efisiensi pengajaran yang saat ini ada di program sarjana bisa setara dengan kualitas PPs. “Walaupun saat ini sistem administrasi program sarjana dengan pascasarjana belum terpusat dalam di tiap-tiap fakultas karena belum memungkinkannya sarana dan prasarana, kita harapakan PPs bisa menjadi benteng pertahanan terakhir dari UNM yang bisa kita banggakan,” tandas Guru Besar Administrasi Pendidikan ini. Lain halnya dengan Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I), Sofyan Salam. Ia lebih memprioritaskan peningkatan kualitas, baik fasilitas dan tenaga pengajar pada program sarjana sehingga usulan mengenai peleburan program pascasarjana ke dalam fakultas bisa kembali dipertimbangkan. “Saat ini proses akademik di UNM baik program sarjana maupun pascasarjana sudah berjalan sesuai prosedur. Jika usulan peleburan PPs tetap dipaksakan, dikhawatirkan bukannya terjadi peningkatan kualitas seperti yang diharapkan melainkan sebaliknya,” pungkasnya. (tim)

Tellu Cappa Jadi Ikon Menara Tellu Cappa yang kini masih dalam proses pembangunan dinilai jadi penghambat penyatuan prodi di PPs dengan fakultas. Pasalnya, gedung yang direncanakan berlantai 12 itu semakin menjadikan PPs berkembang pada infrastruktur akademiknya. Sementara PPs seluruh universitas di Indonesia telah diatur untuk menyatu dengan fakultas. Maka Penambahan jumlah infrastruktur mestinya digalakkan di fakultas untuk memersiapkan proses akademik. PPs dianggap berkembang sendiri tanpa adanya upaya untuk kedepannya menyatu dengan fakultas. Terlebih Tellu Cappa dibangun lebih awal dari semua pembangunan gedung tinggi di semua fakultas. Meski pembangunannya tertunda karena tidak cairnya anggaran 2012 untuk gedung tersebut, menara yang diperkirakan bakal menghabiskan Rp 200 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) itu pun dinilai terlalu istimewa oleh civitas sebab masih banyak fasilitas pada sarjana yang perlu dibenahi, utamanya sarana perkuliahan. “Yang saya lihat, itu Tellu Cappa bagian dari politis,” terang Muhammad Thamrin yang sebentar lagi memboyong gelarnya ini. Thamrin menganggap telalu banyak persaingan dalam pengajuan pembangunan yang ada di UNM kepada pemerintah, termasuk pembangunan dibeberapa fakultas lainnya. “Kayak Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang mesti bersaing juga untuk mendapatkan APBN,” jelasnya. Menanggapi hal tersebut, Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I), Sofyan Salam menghimbau agar tidak terlalu memusingkan pembangunan yang ada di UNM. Menurutnya, pembangunan tersebut termasuk tellu cappa merupakan hasil perjuangan dalam mengajukan anggaran kepada pemerintah pusat. “Kalau mau ada gedungmu, pergi juga berjuang, karena itu bukan anggaran pembayarannmu yang dipakai,” tegasnya Guru Besar Fakultas Seni dan Desain ini. Sementara itu Asisten Direktur (Asdir II) PPs UNM, Andi Ihsan menuturkan, Tellu Cappa akan dijadikan pusat administrasi PPs, tetapi seiring perkembangannya tidak menutup kemungkinan terjadi penambahan fungsional. “Saya rasa untuk urusan administrasi di gedung setinggi itu sudah cukup besar jadi kedepannya mungkin akan ada fungsi lainnya,” jelas mantan Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PR II) ini. Rektor UNM, Arismunandar juga angakat bicara. Ia mengatakan, pembangunan yang ada di UNM merupakan bentuk ataupun cara menyetarakan standar kualitas pendidikan di UNM, terlebih Tellu Cappa yang katanya over exclusive. “Sebenarnya tidak juga, kita mau seluruh bangunan di UNM itu seperti tellu cappa, FMIPA sudah pembangunan, biar semuanya memiliki standar yang sama,” tegasnya. Tambahnya, keuntungan tersendiri dengan adanya bangunan tinggi tersebut, seluruh pelayanan administrasi kampus jadi terpusat pada satu titik, seperti Pinisi. “Kenapa membuat tempat tinggi agar pusat administrasi terpusat pada satu layanan, jadi kita juga bisa mengunjungi pekerja lainnya,” imbuhnya. Padahal, PPs hanyalah sebuah program, karena itu ia tak dapat disetarakan dengan fakultas. Ironinya di UNM, PPs jauh lebih besar dari sebuah fakultas. Sehingga semakin besarnya infrastruktur PPs maka semakin sulit disatukan dengan fakultas. Asisten Direktur Bidang Akademik (Asdir I) PPs Universitas Hasanuddin (Unhas), Ambo Tuwo menjelaskan, salah satu alasan menarik prodi di PPs ke fakultas adalah untuk mendekatkan proses pendidikan sarjana, magister dan doktoral. Yang kedua yaitu ekstensi pendidikan sehingga pendidikan tinggi dari jejang sarjana sampai doktoral tidak terputus dan dapat diraih dalam waktu yang singkat. “Hal itu yang sulit dilakukan di UNM karena terpisah,” bebernya. Lebih jauh, ia mengungkapkan, desentralisasi akademik meringankan beban administrasi PPs. Semua administrasi akademik dikelola PD I tiap fakultas dan diawasi oleh PPs terkait mutu pendidikannya. “Ini adalah proses penyederhanaan persoalan yang berbelit-belit. Bahaya bagi sistem kendali pendidikan tinggi kalau tidak seperti ini,” tegasnya. (tim) Urai data, ungkap fakta, saji berita


8 Wawancara Khusus

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

Kembalikan K ­ redibilitas Hakim

www.profesi-unm.com

K

omisi Yudisial (KY) merupakan lembaga negara hasil amandemen ketiga UUD 1945 yang dibentuk untuk mengawasi perilaku korps kehakiman dan menyeleksi hakim agung. KY berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Banyaknya kasus korupsi, penyelewengan, perselingkuhan dan berbagai kasus yang dilakukan para hakim turut andil dalam menambah catatan panjang karut marutnya penegakan hukum serta berhasil meruntuhkan kepercayaan masyarakat terhadap eksistensi penegakan hukum di republik ini. Hingga saat ini terdapat 8500 akim di bawah pengawasan KY, Bagaimanakah KY menjalankan perannya, berikut petikan wawancara wartawan Profesi A. Sri Mardiyanti Syam dengan Wakil Ketua Komisi Yudisial Eman Suparman usai memberikan materi pada kuliah umum yang dihelat oleh BEM FMIPA UNM di gedung Pinisi UNM lantai 3. Apa pendapat anda tentang kinerja hakim di Indonesia saat ini? Kinerja mereka sudah semakin bagus, terkhusus kinerja para hakim Tipikor yang dibebani batas waktu penyelasaian 180 hari per kasus. Sehingga mereka akan keteteran sendiri jika masih sempat melakukan penyelewengan. Hanya yang biasa menodai kinerja hakim kita biasanya hakim-hakim di daerah yang suka “main-main” dengan uang, itu jelas diakui. Mereka tidak dikejar waktu dan tidak ada perkara yang besar, akhirnya mereka melakukan hal-hal yang tidak seharusnya. Misalnya kalau mau bebas silahkan bayar 5 juta, seperti itu. Bagaimana dengan kinerja hakim di Makassar ? Kinerja para hakim utamanya di Tipikor di Makassar itu sudah baik. Memang Dari Makassar banyak pengaduan, tapi yang bisa ditindak lanjuti di Makassar juga tidak banyak, karena umumnya yang diadukan ke kita ini, berhubungan putusan yang tidak memuaskan mereka. Kalau sudah menyangkut putusa, ya…susah. Apa pendapat anda tentang kepercayaan masyarakat yang luntur terhadap penegak hukum ? Saya akui kini kepercayaan masyarakat telah memudar, makanya saya selalu mengingatkan para hakim, kalau anda ingin dipercaya masyarakat tunjukkan kinerja yang professional dan perilaku yang baik. Jangan membuat perilaku yang akan mencoreng nama anda, karena meskipun hanya satu yang berbuat tidak baik namun semuanya akan kena dampaknya, salah satunya hilangnya kepercayaan dari masyarakat. Kalau saya liat laporan-laporan masyarakat, hakim yang sering bermasalah itu bukan di tipikor bukan di pengadilan negeri ibu kota provinsi, tapi di daerahdaerah.

Apa yang bisa dilakukan mahasiswa dalam mengawal pengawasan penegak hukum ? Kalian bisa melakukan sagala hal untuk membantu, salah satunya dengan menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menyuap hakim, polisi dan penegak hukum lainnya. Kalau di masyarakat terdapat perilaku penegak hukum yang bertentangan dengan etika, moral dan hukum, maka laporkan kepada kami, penegak etika atau penegak –penegak hukum lainnya. Apa sebenarnya Inti dari karut marutnya penegakan hukum saat ini? Sebenarnya yang jadi permasalahan akar permasalahan adalah sisa-sisa karakter tabiat masa lalu mereka. Hakim di masa lalu itu berpuluh-puluh tahun gaji mereka kecil, nah ketika itu mereka terpaksa main-main, celakanya tradisi mereka yang suka minta uang itu berlanjut. Makanya dengan menaikkan gajinya, kami berharap tidak ada lagi yang suka “minta-minta” lagi. Langkah apa saja yang mesti ditempuh KY untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat? KY hanya bisa mengingatkan hakimnya, karena masyarakat tidak bisa percaya kalau hakimnya masih suka minta uang, perilakunya masih bermasalah, jadi yang harus mengembalikan citra hakim, ya…mereka sendiri. KY hanya bisa menasehati, terpulang apakah mau dinasehati atau tidak ya kembali kepada hakimnya sendiri. Tapi pada umumnya hakim sekarang sudah lebih baik semenjak KY berusaha menaikkan gaji mereka. Apa pesan Anda kepada mahasiswa sebagai agen perubahan melihat kondisi penegakan hukum saat ini? Ya….seperti yang saya katakan sebelumnya, kami sangat butuh bantuan dari seluruh lapisan masyarakat untuk membantu melakukan pengawasan terhadap hakim. Bayangkan jumlah hakim dibawah pengawasan kami itu ada 8500 seIndonesia, sedangan kami tidak memilki kantor cabang. Kami hanya memiliki kantor penghubung di 6 kota yakni, Makassar, Samarinda, Semarang, Surabaya, Medan dan Mataram. Nah, tanpa bantuan dari seluruh masyarakat kami tidak mampu mengawasi semuanya dengan baik. (*)

FOTO: SOFYAN - PROFESI

Nama Lengkap : Prof. Dr. H. Eman Suparman, S.H., M.H. Tempat/Tanggal Lahir : Kuningan, 23 April 1959 Jabatan : Wakil Ketua Komisi Yudisial RI / Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi Riwayat pendidikan : • • • •

BIODATA

S1 Fakultas Hukum Unpad (1982) S2 Fakultas Pascasarjana Universitas Gajah mada (1988) S3 Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro (2004) Guru Besar Unpad (2009)

program Sulawesi Economic Development Strategic (SEDS) Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi FM streaming on radioprofesi.com


Indepth Report 9

Tabloid Mahasiswa Mahasiswa UNM UNM Tabloid Profesi Edisi Edisi 174 174 Profesi Desember Tahun Tahun XXXVII XXXVII 2013 2013 Desember

www.profesi-unm.com

KASUS KORUPSI PENGADAAN PERALATAN LABORATORIUM PENDIDIKAN FIK

Berantas “Tikus” Kampus

Terkuaknya korupsi mark up pengadaan peralatan laboratorium Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) senilai Rp 13 miliar makin manambah bobrok dan rusaknya citra Universitas Negeri Makassar (UNM). Kini, Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK), Syatir Mahmud sebagai Pejabat Pembuat Komitemen (PPK) telah ditetapkan sebagai tersangka, Jumat (29/11). Penyidikan Polda Sulselbar pun masih terus berlanjut dan diduga bakal menjadi “bola liar” bagi pejabat UNM lainnya. Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sulselbar telah memanggil delapan pejabat yang diduga terlibat dalam kasus ini untuk memberikan kesaksian di Markas Polda Sulselbar, Rabu hingga Kamis, (4-5/12) lalu. Delapan pejabat tersebut yakni, Arifuddin (Dekan FIK), Ians Aprilio (Staf Dekan FIK), Muhammad Idrus (Ketua Panitia Lelang), Ismail (Ketua Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi/BAPSI), Asmulyadi Asri dan Syamsu Yusuf (anggota Panitia Lelang), serta Armiwati dan Yetty (Staf BAPSI) Dana sejumlah Rp 38,45 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 tersebut berawal saat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meminta UNM membuat lima prioritas yang di antaranya pembangunan fisik dan pengadaan peralatan. Lima proposal pun dikirim ke Kemendikbud untuk permintaan dana. Tiga di antaranya proposal milik FIK, Fakultas Teknik (FT), dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahan Alam. Sedangkan dua proposal lainnya milik Program Pascasarjana (PPs) dan Menara Pinisi untuk tahap penyelesaian. Dari lima proposal tersebut disetujui tiga proposal, yakni FIK, FT dan Pinisi. Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PD II) kedua fakultas tersebut pun membuat daftar kelengkapan peralatan yang ingin dibeli. Setelah Rencana Anggaran Belanja (RAB) disetujui terkucurlah Rp 40 miliar untuk FIK, Rp 50 miliar untuk FT, dan Pinisi Rp 44 miliar, sehingga total anggaran yang diperoleh UNM sebanyak Rp 134 miliar. Kemudian, Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PR II), Nurdin Noni pun menyerahkan pengelolaan dana tersebut kepada Kepala BAUK, Syatir Mahmud selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Hal ini diungkapkan Kepala BAPSI, Ismail. Ia mengaku setelah uang dari penganggaran itu cair, ia tidak lagi terlibat. Ismail menyatakan “Saya hanya sampai pencairan saja, jadi setelahnya yang tangani itu PR II dan Pak Syatir,” katanya. Ismail menambahkan, PPK yang membuat Harga Perhitungan Sendiri (HPS) dan pelelangannya diurus Ketua Panitia Lelang, Profesi FM streaming on radioprofesi.com

Pengadaan Alat Laboratorium

Pendidikan FIK

Surat dari Kemendikbud turun untuk meminta membuat semua perguruan tinggi seluruh Indonesia untuk 5 prioritas dalam hal pengadaan peralatan dan pembangunan fisik

Dilakukan rapat untuk menentukan fakultas mana saja yang memenuhi syarat untuk mengajukan proposal

5 proposal dikirim ke Jakarta, yakni FMIPA, FIK, FT, PPs, dan Pinisi

Disetujui 3 proposal, yakni FIK, FT, dan Pinisi (1 bangunan dan 2 pengadaan peralatan) Setelah dilengkapi proposalnya dan RAB, baru dibawa ke perencanaan anggaran Setelah disetujui, turun dana: Rp 40 M (FIK), Rp 50 M (FT), dan Rp 44 M (Pinisi). Total Rp 134 M.

Mereka yang terkait dengan Syatir dan diperiksa sebagai saksi: • • • •

Arifuddin (Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan) Ians Aprilio (Staf Dekan sekaligus Dosen) Ismail (Kepala BAPSI UNM) Muh. Idrus (Ketua Panitia Lelang) *diperiksa Rabu (4/12)

• • • •

Asmulyadi Asri (Anggota Keanitiaan lelang) Syamsu Yusuf (Anggota Keanitiaan lelang) Armiwati (Staf BAPSI UNM) Yetty (Staf BAPSI UNM) *diperiksa Kamis (5/12)

SUMBER: CWM, LPSE, BAPSI UNM, DAN LITBANG PROFESI

Muhammad Idrus. “PR II yang mendelegasikan kepada PPK. PPK-lah yang memproses sampai terjadi kontrak, makanya tidak terlalu panjang saya punya pekerjaan,” ujarnya. Menurut data yang diperoleh dari Corruption Watch Movement (CWM), indikasi pelanggaran pelanggaran dengan modus mark up terjadi sejak proses lelang berlangsung yang diumumkan melalui Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) pascakualifikasi lelang dengan kode 437030 pada 3 Oktober 2012 lalu. Sebanyak 35 perusahaan ikut serta dan hanya enam diantaranya yang lolos evaluasi dokumen kualifikasi yang diumumkan 15 Oktober 2012. Enam perusahaan tersebut adalah PT Mitra Bina Medika, PT Fayadh Ciptakarya Kencana, CV Aura Utama, PT Multi Centra Alkesindo, PT Rizky Putra Perdana, dan PT Pancamaya Buana. Selang tiga hari, Panitia Lelang menetapkan PT Bina Mitra Medika sebagai pemenang dengan harga penawaran dan harga terkoreksi sejumlah Rp 38,45 miliar dengan jenis kontrak melalui cara pembayaran lumsum dan pembebanan tahun anggaran tahun tunggal. Berdasarkan temuan CWM, pemenang lelang selaku penyedia jasa pengadaan barang tersebut adalah perusahaan nasional yang tersangkut masalah dalam kasus proyek pengadaan alat kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batam, Kepulauan Riau dari APBD senilai Rp 7 miliar. Pemerintah Batam membatalkan perusahaan tersebut sebagai pemenang lelang karena terbukti melakukan pelanggaran pemalsuan dokumen dan masuk daftar hitam. Kasus ini tepat tiga bulan sebelum UNM mengumumkan lelang. Koordinator Umum CWM, Fadli Herman mengatakan, perusahaan yang dikenakan sanksi daftar hitam, haram hukumnya untuk menggarap proyek. Itu sesuai dengan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Operasional Daftar Hitam. “Dari LPSE UNM, panitia hanya memfokuskan kualifikasi

pada rekaman pajak perusahaan penyedia untuk tiga tahun terakhir dan tender yang sama yang digarap penyedia dalam masa empat tahun terakhir,” ungkapnya. Alumnus Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) UNM ini menegaskan, fakta temuannya cukup menggambarkan kinerja Panitia Lelang UNM dalam menangani proyek yang menelan uang negara senilai Rp 38,45 miliar itu. Ia mempertanyakan mengapa sebuah perusahaan black list bisa memenangkan proyek. “Apakah betul panitia luput terhadap track record PT. Bina Mitra Medika?” singkatnya. Sementara itu, Kepala Bidang Penerangan Masyarakat, Hubungan Masyarakat (Penmas Humas) Polda Sulselbar, AKBP Muh. Siswa mengungkapkan spesifikasi peralatan olahraga dalam proposal yang diajukan sangat berbeda dengan yang diadakan. “Artinya, barak dan spek yang telah ditetapkan di kontrak itu beda, tentu kualitasnya juga beda,” ungkapnya. Lebih lanjut, ia mengatakan penetapan Syatir sebagai tersangka berdasarkan keterangan saksi-saksi yang telah dipanggil saat penyelidikan. “Kita memeriksa sejauh mana mereka mengetahui proyek ini. Kalau keterangan masih dibutuhkan dan dianggap masih belum lengkap, maka kita bisa panggil kembali tersangka dan saksi untuk melengkapi berkas,” jelasnya. Muh. Siswa mengungkapkan dokumen-dokumen pengadaan barangnya sudah disita dan berdasarkan laporan dari pelapor. Selain itu untuk menguatkan bukti kerugian negara Polda Sulselbar meminta hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Saat ini pihak kepolisian masih mengumpulkan bukti tambahan untuk memberatkannya. “Kalau nanti sudah dianggap berkas sudah cukup, maka kita tinggal limpahkan ke kejaksaan atau pengadilan,” katanya. Ia pun menyayangkan kasus korupsi yang menimpa kampus pencetak guru yang mestinya menjadi kiblat pendidikan dan pemberantasan korupsi. “Kasihan ini dunia pendidikan, kampus pencetak guru tapi orang-

Selanjutnya disampaikan ke PD II masing-masing fakultas untuk proses pelelangannya

KRONOLOGI PELELANGAN 3 Oktober 2012 Pengumuman lelang pengadaan peralatan laboratorium pendidikan FIK. Diikuti oleh 35 perusahaan 15 Oktober 2012 Pengumuman 6 perusahaan yang lolos evaluasi dokumen dan pembuktian kualifikasi PT Mitra Bina Medika PT Fayadh Ciptakarya Kencana CV Aura Utama PT Multi Centra Alkesindo PT Rizky Putra Perdana PT Pancamaya Buana

18 Oktober 2012 PT Mitra Bina Medika ditetapkan sebagai pemenang lelang, dengan tawaran terendah mencapai Rp 38 Miliar 22 Oktober 2012 Penandatangan kontrak dengan pembayaran lump sum dan pembebanan tahun anggaran tunggal

orangn y a bobrok,” sindirnya. Dikonfirmasi terkait statusnya sebagai tersangka, Kepala BAUK, Syatir Mahmud enggan untuk ditanyai. Ia menghindar dengan mengalihkan semua pertanyaan kepada Rektor atau Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PR II). “Jangan tanya itu sama saya, konfirmasinya sama Pak Rektor atau PR II saja,” kilahnya. Menjawab hal itu, PR II, Nurdin Noni mengatakan, penetapan Syatir sebagai tersangka disebabkan karena ia bertanggung jawab penuh terkait lelang itu. “Kenapa Pak Syatir jadi tersangka karena dia kan dalam hal ini sebagai PPK. Cuma karena Pak Syatir yang buat surat kontraknya jadi ditatapkanlah jadi tersangka karena ia dinilai paling bertanggung jawab di kontrak itu,” terang Mantan Pembantu Rektor Bidang Kerjasama (PR IV) ini. (tim) Urai data, ungkap fakta, saji berita


10 Indepth Report

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

Syatir Bukan Pelaku Tunggal

www.profesi-unm.com

“Bola liar” korupsi penggelembungan anggaran peralatan olahraga Laboratorium FIK nampaknya balak segera menggelinding. Pasalnya, dalam kasus yang memberatkan Kepala BAUK, Syatir Mahmud terdapat keterlibatan beberapa pejabat yang andil menentukan pemenangan lelang yang jatuh ke PT Bina Mitra Medika. Padahal perusahaan tersebut memiliki track record buruk yang memungkinkan kesengajaan panitia lelang. Hal ini diutarakan Koordinator CWM, Fadli Herman. Ia menduga Syatir bukan pelaku tunggal dalam kasus penggelembungan

dana ini. “Ditetapkannya Syatir sebagai tersangka mengindikasikan adanya kolusi antara panitia lelang dan rekanan,” terangnya. Ditambah lagi dengan keterangan Kepala Bidang Penerangan Masyarakat, Humas Polda Sulselbar, AKBP Muh. Siswa. Menurutnya, setiap kasus korupsi biasanya tidak dilakukan oleh satu orang saja. “Kita pelajari bahwa tidak ada kasus korupsi yang berdiri sendiri. Biasanya kasus itu dilakukan oleh lebih dari satu orang. Makanya kita katakan ada kemungkinan masih ada tabahan tersangka, nanti melihat berdasarkan hasil penyelidikan,” terangnya.

Lebih lanjut, Siswa mengatakan meskipun seandainya tersangka-tersangka nantinya yang ditetapkan tidak menerima uang, tetap oknum dinyatakan sebagai tersangka karena lalai dalam mengawasi dan menguntungkan orang lain. Ia menuturkan pengembangan tahap penyelidikan akan menetapkan tersangka baru. ”Nanti dari tahap pengembangan penyidikan ini, bakal ada penambahan tersangka baru, berdasarkan bukti yang kita pegang dan keterangan saksisaksi,” ungkapnya. Sama halnya dengan Kepala Sub Auditorial Sulawesi Selatan (Sulsel), Badan Pemeri-

kasaan Keuangan (BPK), Mirsa Akbar, saat ditemui di ruangannya, Rabu (27/11) menerangkan, dalam kasus mark up atau penggelembungan dana tidak mungkin dilakukan oleh satu orang saja, pasti ada beberapa orang yang terlibat. “Dalam kasus penggelembungan dana seperti ini, akan melibatkan lebih dari satu orang, jadi sangat tidak mungkin untuk dilakukan sendiri,” katanya. Mirsa Akbar juga menuturkan, pada pemeriksaan awal ini mungkin baru satu yang ditetapkan sebagai tersangka, namun akan ada pemeriksaan selanjutnya. “Ini kan baru proses awal, jadi mungkin baru satu yang ditetapkan sebagai tersangka, tapi nanti akan ada pemeriksaan

selanjutnya dan bisa ada tersangka baru yang ditetapkan oleh penyidik,” tuturnya. Lelaki yang sudah tiga tahun bekerja di BPK Sulsel ini juga mengungkapkan, untuk kasus korupsi yang menyeret Kepala BAUK UNM tidak ditangani langsung oleh BPK Sulsel. “Langsung ditangani oleh Polda Sulsel, karena mereka yang menetapkan tersangka dalam kasus tersebut,” ungkapnya. BPK Sulsel, menurut Mirza, akan siap sedia jika ada permintan bantuan untuk mengungkapan kasus tersebut. “Ya kita menunggu saja perintah dari BPK Pusat, kalau memang membutuhkan personil, kami siap turun juga untuk kasus ini,” terangnnya. (tim)

Fakultas Teknik Bakal Dibidik

FOTO: SOFYAN - PROFESI

ALAT. Beberapa orang sedang melakukan pelatihan di Sports Center UNM, Menara Pinisi lantai 4. Sejumlah alat-alat olahraga di tempat ini disinyalir berbeda spesifikasi dengan pengajuan pada proposalnya. Hal inilah menyebabkan terseretnya Kepala BAUK UNM sebagai tersangka pengadaan alat-alat laboratorium pendidikan FIK.

Rektor dan PR II Bisa Terseret Berdasarkan keterangan yang dihimpun dari pihak kepolisian juga bakal memeriksa Rektor beserta jajarannya bila bukti dan kesaksian mengarah pada petinggi kampus. “Seandainya keterangan saksi-saksi mengarah kepada rektor atau jajarannya, maka kita panggil juga,” terang Kabid Penmas Humas Polda, AKBP Muh. Siswa. Saat ini, Ditreskrimsus Polda Sulsel tengan menyelidiki keterlibatan pejabat-pejabat lainnya. Ia pun menegaskan yang paling bertanggung jawab di UNM pun bisa saja nantinya dimintai per-

tanggungjawaban. “Meskipun Pak Rektor itu adalah Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Paling tidak dia harusnya memahami ada anggaran yang akan diloloskan,” katanya. Selain itu, Dekan FIK Arifuddin mengaku tidak tahu menahu tentang pengadaan itu. Ia hanya mengajukan proposal meskipun yang menandatanganinya adalah dirinya dan rektor selaku KPA. “Yang bertanda tangan itu cuma saya dan Pak Rektor. Saya sebagai pengusul, Pak Rektor sebagai penanggung jawab,” ungkapnya. Beda lagi dengan Kepala BAPSI, Ismail yang menunjuk-

nunjuk PR II dan Kapala BAUK sebagai pelaksana perencanaan itu. “Sampai batas keuangan, yang tangani kemudian PR II dan Pak Syatir. Jadi, setelah uang masuk, saya tidak pernah dipanggil lagi, entah itu proses lelangnya maupun yang lainnya,” bebernya.Ia pun menambahkan PR II-lah yang kemudian mendelegasikannya. Menanggapi hal itu, Rektor UNM, Arismunandar mengatakan kesiapannya jika dipanggil ke Mapolda. “Kita ikuti saja perkembangan dan proses hukum yang berlaku,” singkat Rektor dua periode ini. (tim)

Tidak hanya Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) yang bakal kena getah penyidikan pihak berwajib.. Akan tetapi, di meja kantor Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan – Barat (Sulselbar) telah dicatut pula nama Fakultas Teknik (FT) dalam daftar penyelidikan pengadaan alat-alat laboratorium pendidikan. Berdasarkan informasi yang dihimpun Profesi, alat-alat laboratorium pendidikan yang diperadakan oleh FT berakar dari sumber dana serupa dengan kasus alat-alat olahraga FIK. “Dulu, bersamaan dengan FIK, memang FT juga mengusulkan peralatan laboratorium, dengan dana yang disetujui sekitar Rp 50 Miliar,” jelas Kepala BAPSI, Ismail. Ia yang juga dipanggil sebagai saksi atas kasus korupsi pengadaan alat-alat olahraga FIK menuturkan, pengadaan peralatan dan pembangunan fisik yang diprioritaskan oleh pihak pusat (Kemendikbud, red) itu jatuh kepada proposal yang diajukan oleh FIK, FT, dan Pinisi. Pembantu dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PD II) FT, Syahrul,

KORUPSI

KORUPTOR?

Jangan biarkan basah terlalu lama

Urai data, ungkap fakta, saji berita

BERANI

JUJUR HEBAT

NEPOTISME

DIGANTUNG AJA! biar cepat kering....

KOLUSI

membenarkan tentang pengadaan alat-alat laboratorium yang dulu diperadakan untuk fakultasnya. Hanya saja, ia menolak memberikan komentar terlalu jauh terkait hal itu karena saat itu ia belum menjabat sebagai PD II. “Bukan saya yang urus, karena saya kan juga baru sebagai PD II,” tuturnya. Meskipun demikian, Kabid Penmas Humas Polda Sulselbar AKBP Siswo memastikan fakultas yang dipimpin oleh Husain Syam itu juga akan dibidik untuk proses penyelidikan. Alasannya, sama dengan kasus yang menjerat Syatir sebagai tersangka, ada pelaporan. “Tapi itu masih dalam tahap penyelidikan. Kita masih belum bisa banyak berkomentar terkait itu. Yang jelas, kita melakukannya karena memang ada pelapor,” bebernya. Sejauh ini, pihak kepolisian masih belum melakukan pemanggilan terkait hal tersebut. Pemanggilan terhadap saksi baru akan dilakukan setelah ditemukan bukti yang betul menyatakan ada kerugian negara dan keterlibatan orang-orang tertentu. (tim)

LPPM Profesi UNM memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia 9 Desember 2013 Profesi FM streaming on radioprofesi.com


Info Akademik 11

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

www.profesi-unm.com

Pelaksanaan Wisuda

Pinisi Tidak Layak Pakai

FOTO: SOFYAN-PROFESI

WISUDA. Sejumlah wisudawan tengah menyimak sambutan Arismunandar Rektor UNM pada pengukuhan Wisuda III Agustus lalu. Untuk prosesi wisuda tahun ini, gedung Teater (Theatre Room) masih belum bisa diberdayakan.

Menara Pinisi yang sejak perampungan pembangunannya bermetamorfosis menjadi salah satu ikon di UNM bahkan menjadi ikon pendidikan di Kota Makassar. Tak

salah jika orang – orang yang berasal dari luar kota Makassar memendam harap untuk menginjakkan kaki di gedung pencakar langit ini. Tak terkecuali bagi orang tua ma-

hasiswa yang anaknya menempuh pendidikan di Kampus eks IKIP ini. Sebagian besar sivitas akademika pun menginginkan agar gedung Pinisi bisa dijadikan sebagai lokasi Wisuda tahap pertama tahun akademik 2013-2014. Akan tetapi, Kepala BAAK, Ismail Muchtar menilai Pinisi belum bisa dipakai untuk prosesi wisuda. “Pinisi itu belum bisa ditempati untuk wisuda,” ungkapnya. Tak pelak, Auditorium yang beberapa tahun terakhir ini bakal tetap difungsikan dalam menggelar prosesi penamatan studi ini. Meninjau dari tata ruangnya, di Menara Pinisi sendiri memang tidak ada ruangan yang mampu menampung ribuan orang. Selain itu, birokrasi juga dinilai agak parno dalam hal penggunaan tipa ruangan di gedung berlantai tujuh belas ini, khususnya Ruang Teater (Theatre Roomi). Ruangan yang berkapasitas sekitar 360 orang ini hanya digunakan untuk event-event besar. Sesuai dengan jadwal pada kalender akademik, wisuda akan digelar 11 dan 12 Desember mendatang. Jumlah pembayaran untuk wisuda pun tidak mengalami peningkatan. Pembayaran masih statis di angka Rp

Hati-hati DO Dini ! Mahasiswa baru saat ini patut was-was. Pihak universitas kini akan memperketat peraturan akademik bagi mahasiswa baru. Hal ini ditandai dengan pembuatan akun Simpadu untuk Pembantu Dekan bidang Akademik (PD I). Dengan dibuatnya akun simpadu ini oleh pihak Information and Communication Technology (ICT) Center UNM, masing-masing PD I nantinya akan memantau bagaimana perkembangan akademik masingmasing mahasiswanya, khususnya maba.

“Setiap PD I dibuatkan akun Simpadu untuk mengontrol perkembangan akademik mahasiswa,” papar Anshari selaku operator akun Simpadu. Menurut peraturan akademik, maba yang dalam semester satu dan dua tidak mampu melulusi minimal 30 SKS akan “diselamatkan” secepatnya. Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I) Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Firman Umar mengungkapkan, akun Simpadu yang dikhususkan untu PD I itu

sebenarnya sudah ada semenjak dua bulan lalu. “Tujuannya, supaya tidak mudah dimanipulasi dan diubah oleh orang makanya dibutuhkan akun ini sekaligus sebagai pengaman,” tuturnya. Akun Simpadu yang dipantau langsung oleh masing-masing PD I juga akan melindungi sekuritas nilai-nilai mahasiswa. Selain itu, menurut Ketua ICT Center UNM, Rusli, pengintegrasian akun Simpadu tersebut dimaksudkan pula agar fungsi kontrol dapat ber-

jalan di masing-masing fakultas tanpa perlu secara langsung ditangani oleh pihak ICT. Misalnya saja melihat sejauh mana perkembangan untuk data yang diinput. Jika ada prodi yang terlambat memasukkan data bisa ditegur secara langsung dan akan dibuatkan juga akun untuk setiap prodi sebagai tindak lanjut. “Kalau soal sistem dan teknisnya, kita memang yang menangani. Tapi kalau persoalan isi akademiknya, jangan pula kami dibebani soal itu,” keluhnya. (aar)

Beasiswa SPP Gratis Pemprov

SPP Gratis Alakadarnya

Beasiswa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) yang jauh hari digadanggadang sebagai Sumbangan Penunjang Pendidikan (SPP) gratis bagi mahasiswa-mahasiswa baru di seluruh perguruan tinggi telah melenceng dari tujuan awalnya. Bantuan yang bermaksud menggratiskan uang kuliah itu pada kenyataaannya berubah haluan menjadi ala kadar-nya untuk mahasiswa. Menurut Kepala Bagian Kemahasiswaan BAAK Jufri, beasiswa yang dikucurkan Pemprov Sulsel itu memang tidak sesuai dengan apa yang selama ini diharapkan oleh pihak kampus. Ia selama ini mengira, beasiswa yang telah dipersiapkan oleh Pemprov Sulsel bisa mewadahi pembayaran SPP semua mahasiswa baru yang saat ini menerapkan sistem uang Kuliah Tunggal (UKT). Namun pada kenyataanProfesi FM streaming on radioprofesi.com

nya tidak demikian. Lebih jauh ia menjelaskan, setiap mahasiswa tidak akan secara merata memperoleh kucuran dana Rp 1 juta. Jumlah tersebut hanyalah dana maksimal yang akan diterima mahasiswa per semester dalam kurun satu tahun didasarkan pada nominal UKT yang dibayarkannya ke kampus UNM. “Kalau UKT-nya Rp 800ribu, maka mahasiswanya hanya mendapatkan beasiswa Rp 800 ribu. Kalau UKT-nya lebih dari Rp 1 juta, semisal Rp 4,5juta, maka mahasiswanya cuma memperoleh beasiswa Rp 1 juta,” jelas Jufri. Ia menambahkan, dari kuota 2194 yang disediakan bagi UNM, hanya 1406 mahasiswa yang telah mendaftarkan dirinya untuk memperoleh beasiswa SPP gratis tersebut. Hal tersebut mengundang kekecewaan mahasiswa yang telah mendaftarkan dirinya un-

tuk memperoleh beasiswa. Ihsan, mahasiswa jurusan Matematika ini mengeluhkan, beasiswa SPP Gratis itu tentu saja tidak akan mampu menutupi UKT-nya. “Kalau begini, sebenarnya tidak bisa dinamakan SPP Gratis. Karena toh tidak semuanya mahasiswa yang digratiskan. Mana janji gubernur yang katanya aka nada kuliah gratis di tahun 2013?” keluh mahasiswa angkatan 2013 ini. Terlepas dari itu, ia bersyukur masih bisa mendapatkan bantuan untuk meringankan pembayaran kuliahnya. Untuk pencairan dana beasiswa sendiri masih belum bisa dipastikan waktunya. Setelah mahasiswa menyelesaikan tahap pengisian blanko pembuatan rekening bank yang dibatasi hingga 2 Desember, pihak Pemprov masih menunggu kelengkapan data dari perguruan-perguruan tinggi di luar kota Makassar. (imr)

375ribu. Untuk biaya lain-lain seperti ramahtamah diatur pada masing-masing fakultas. Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Ismail Muchtar, mengungkapkan jika prosesi wisuda akan dibagi menjadi dua gelombang seperti pada tahun-tahun sebelumnya yakni 4 fakultas di hari pertama, yang terdiri dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Fakultas Seni dan Desain (FSD), dan Fakultas Psikologi (FPsi) ditambah Program Pascasarjana (PPs). Sementara di hari kedua, terdapat 5 fakultas lainnya, diantaranya, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), Fakultas Ilmu dan Sosial (FIS), dan Fakultas Teknik (FT). Berdasarkan data yang telah dihimpun, jumlah wisudawan tahap pertama tahun akademik 2013-2014 sebanyak 1.250 orang belum termasuk program magister dan doktoral. Dengan rinciannya, FIP 336 mahasiswa, FMIPA 188 mahasiswa, FIK 159 mahasiswa, FT 152 mahasiswa, FBS 126 mahasiswa, FIS 107 mahasiswa, FE 92 mahasiswa, FSD 52 mahasiswa, FPSi 36 mahasiswa. (aar)

SEDS Sulawesi

Benahi ­Pro­gram Ke­wirausahaan Rabu (20/11) lalu, Universitas Negeri Makassar (UNM) kedatangan tamu agung, yakni Duta Besar Kanada, Donald Bobiash. Donald Bobiash secara langsung diterima olah Rektor UNM, Arismunandar dan Pembantu Rektor bidang Kerjasama, Eko Hadi Soedjiono di Hotel Lamacca kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di Gedung Pinisi lantai 3. Kunjungan Dubes negara kutub ini ke kampus orange dalam rangka menjalin kerjasama antara Pemerintah Kanada dan UNM melalui program Sulawesi Economic Development Strategic (SEDS) bersama Humber Business School Canada. Penandatanganan Surat Persetujuan antara kedua belah pihak yang telah dilangsungkan Januari lalu. Dalam Proyek Strategi Pengembangan Sulawesi ini, dana sebesar $4,6 juta atau lebih dari Rp 54 Miliar akan ditanggung oleh Canada International Development Agency (CIDA) selama kurun waktu 5 tahun. Beberapa universitas di Sulawesi seperti UNM, Unhas, dan Unismuh untuk wilayah Sulsel dan Unika De La Sale, Unklab, Unima, Unsrat pada regional Sulut. Ketujuh universitas ini akan menjadi objek pengembangan program-program akademik kewirausahaan terapan. Sehingga nantinya pertumbuhan ekonomi di Sulawesi meningkat serta mampu

menghasilkan tenaga kerja yang lebih banyak serta tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Pembantu Rektor Bidang Kerjasama (PR IV) UNM, Eko Hadi Soedjiono sangat mengapresiasi kepedulian Pemerintah Kanada melalui SEDS. “UNM tidak boleh menyianyiakan kerjasama ini karena dengan pembelajaran kewirausahaan tingkat kesejahteraan mahasiswa bisa meningkat,” ujarnya. Melalui kegiatan proyek perencanaan strategi seperti Lokakarya TTT (Train-theTrainer) akan dikembangkan pembuatan kurikulum wirausaha terapan dan penyampaian layanan-layanan pendukung Usaha-usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pada awalnya, diadakan workshop selama beberapa hari yang pesertanya berasal dari setiap fakultas yang ada di UNM. Selanjutnya, perwakilan dosen akan diberangkatkan ke Kanada. “Dua dosen yang berkompeten di bidang kewirausahaan nantinya akan diberi lokakarya lebih lanjut di Kanada,” ungkap Dosen Fisika ini. Project Coordinator SEDS, Muh, Jasri Jangi mengungkapakan, Program SEDS ini cocok untuk UNM karena di UNM sudah ada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kewirausahaan. “Memang sesuai untuk dikembangkan di UNM karena UNM punya Inkubator dan Lamacca Hotel and Mart,” terangnya. (aar)

Urai data, ungkap fakta, saji berita


12 Inovasi

Tabloid Mahasiswa Mahasiswa UNM UNM Tabloid Profesi Edisi Edisi 174 174 Profesi Desember Tahun Tahun XXXVII XXXVII 2013 2013 Desember

www.profesi-unm.com

Kreasi Baru Pakkerri’ Kelapa Memarut kelapa kini tak perlu lagi repotrepot. Bakharani, dosen Fakultas Tekik (FT) UNM, merombak parutan kelapa tradisional itu menjadi sesuatu yang lebih modern untuk memudahkan pekerjaan. Dinamakan “Pakkerri Baharani”, sebuah alat transformasi dari parutan tradisional yang dibuat untuk memudahkan pekerjaan masyarakat terkhusus yang bergelut dengan alat itu. Bermodalkan bahanbahan yang sederhana, seperti paku, kayu, baskom, dinamo, dan meja bekas, Bakharani mampu menyulapnya menjadi lebih efisien. Tak hanya alat dan bahannya

DOK. PRIBADI

Wujud pakkeri’ (pemarut) kelapa yang diciptakan oleh Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM)

yang sederhana, cara pembuatannya pun sederhana. Hal pertama yang harus dilakukan ialah dengan melubangi tengah baskom tersebut lalu direkatkan pada kayu yang sudah di tempeli dengan paku. “Merangkai alat dan bahannya juga sangat gampang. Cukup rangkaikan saja alatalat tersebut,” ungkap pak baharani. Cara penggunaannya tak perlu repot-repot. Cukup dengan menyalakan mesin. Kelapa yang telah dibelah dua kemdian ditekankan pada kepala mesin yang berputar. Dengan bantuan mesin, kayu tersebut akan berputar dan mencungkil daging kelapa tersebut hingga tak bersisa. Tak perlu khawatir dengan serakan-serakan hasil kerikan mesin itu, kerena di sepanjang bibir baskom akan menadah hasil kerikan tersebut. “Tidak usah khawatir, hasil parutannya juga tidak akan kemanamana karena telah dirancang sedemilian rupa,” tandasnya. Dua tahun terakhir, alat ini sudah digunakan oleh beberapa orang, khususnya pedagang jajanan Dange yang banyak bermukim di sepan-

jang Kabupaten Pangkep. Beberapa dari pedagang tersebut mengakui kemudahan menggunakan alat tersebut dengan hasil maksimal. “Kata mereka, hasil parutannya itu lebih bertekstur dan baik. Tidak sama kalau menggunakan parutan biasa karena hasilnya kurang tekstur,” klaim dosen yang juga merupakan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III) FT ini. Bakharani berharap, berangkat dari beberapa pedagang yang menggunakan Pakkerri itu akan mengundang pengguna yang lebih banyak memanfaatkan inovasinya itu. “Mudahan-mudahan Pakerri ini lebih banyaklah memberikan manfaat dan keringanan kerja kepada orang-orang atau pedagang yang butuh memarut kelapa,” harapnya. Perlu diketahui bahwa hasil parutan pakkeri ini, hanya digunakan pada olahan makanan seperti kue saja, tidak dapat di digunakan untuk pembuatan minyak kelapa karena hasil parutan begitu halus dan lembut sehingga sulit untuk diperas menjadi santan. (sdr)

Melenggok dengan Busana Kaca Kalau di cerita-cerita dongeng ada sepatu kaca, maka mahasiswi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Fakultas Teknik (FT), Ratni Oktobrani berani mencetuskan ide busana dari kaca. Tidak hanya sekadar dibalut dengan juntaian lembut kain shifon, busana yang didesain khusus sebagai gaun malam ini dibalut oleh serpihan halus kaca atau beling. Sebagai perancang sekaligus pencetus ide dari busana gaun malam ini, Ratni mengaku terinspirasi dari limbahlimbah kaca yang selama ini dilihatnya. Di sekitar rumahnya, ada banyak “sampah” kaca yang nampak sia-sia jika tidak dimanfaatkan. “Kebetulan di dekat rumah di Bulukumba ada tempat produksi furniture. FOTO: SOFYAN-PROFESI Ada banyak limbah kaca yang Rani Oktobrani bersama busana kaca untuk pesta malam ciptaannya dibuang begitu saja hingga menumpuk. Jadi, saya bersiswi angkatan 2009 ini. pikir kenapa tidak, limbah kaca itu saya Meskipun terbilang ekonomis, jadikan sebagai garniture buat busana namun pengerjaan busana tersepesta malam,” terangnya. Garniture but memakan waktu selama sebulan dalam hal ini, dijelaskannya, merupakan dalam pengadaan bahan. Mahasiswi bahan hiasan berupa renda-renda atau yang bergelut pada konsentrasi tata pita pada busana. busana ini juga mengharapkan agar Dara yang juga sempat menjuarai mahasiswa saat ini harus lihai dalam acara fashion show kategori busana si- memandang lingkungan sekitarnya. luet Y ini menambahkan, bahan serpi- Menurutnya, ada banyak hal-hal yang han kaca ditambahkan guna memberi bisa dimanfaatkan. kesan indah dan glamor pada gaun Ketua Jurusan PKK, Sukarsih AP malamnya yang didominasi warna merasa bangga terhadap hasil karya pink. Selain itu, dengan memanfaatkan yang diciptakan oleh anak didiknya itu. limbah, ia bisa menghemat dan mem- “Saya bangga terhadap hasil karya merberikan kesan ekonomis pada busana eka yang tentunya bukan hasil dari asal karyanya itu. “Potongan-potongan kaca jadi. Namun hasil dari pola pikir yang beragam bentuk ini akan memberikan kreatif,” tuturnya saat ditemui di depan kesan yang indah dan rapi,” jelas maha- jurusannya. (lam)

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi FM streaming on radioprofesi.com


Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

Pariwara 13 www.profesi-unm.com

Profesi FM streaming on radioprofesi.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


14 Opini www.profesi-unm.com

Almamater

*Syahrir Muhammad

R

uang pendidikan semakin terbuka, orientasinya mempermudah mendapatkan ilmu, korelasi kedua item tersebut melahirkan sejumlah tuntutan, diantaranya mutu, tanggung jawab, kecerdasan dan kesejahteraan. Ketika memiliki pengetahuan, lalu kemudian tidak maksimal, muranya terjadi keterbelakangan, keterpurkan, dan ketidakmampuan berkompetitif. Contoh dari asumsi tersebut, diantaranya, hadirnya sejumlah pemegang gelar pendidikan (baca sarjana), tetapi kemudian menganggur dan tidak bekerja dalam menapak penghidupan layak. Kondisi riil ini banyak dijumpai disejumlah tempat, baik di kota maupun di daerah. Ketika membaca kondisi tersebut, banyak item berinteraksi didalamnya, diantaranya, ilmu pengetahuan dianjarkan disejumlah kampus-kampus di seluruh Indonesia tidak membumi, dalam konotasi,

Urai data, ungkap fakta, saji berita

terjadi pembalikan kebutuhan. Muaranya, gelar pengetahuan tertolak oleh kebutuhan realitas. Dalam bahasa paling minim, ilmu kesarjanaan tidak dapat menguntungkan pemiliknya. Bahkan terjadi sebaliknya, pemilik ilmu, justru merugikan pemiliknya. Masalah ini menjadi dilematis, dan terjadi disejumlah kampus di seluruh Indonesia. Rembesan problematikanya merambah masuk kedalam seluruh sektor kehidupan, terutama dalam sektor ekonomi, termasuk ekonomi personal, ekonomi daerah dan ekonomi nasional. Bahwa ketika kaum intlektual mendapatkan keterpurukan ekonomi, maka stabilitas tidak pernah terjamin dan keadaan akan terus memburuk. Potret realitas tersebut, kondisi riilnya hadir di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogyakarta dan Sulawesi Selatan. Konsennya, kami pernah berkunjung beberapa kabupaten kota di Sulawesi Selatan, termasuk di Kota Makassar, Bone, di Wajo dan Soppeng, disana, kami bertemu beberapa pemegang gelar sarana migister, ikut menganggur, mereka tidak memiliki aktivitas rutinitas dalam mentransaksikan knowledge-nya. Potret sama juga terjadi di sejumlah daerah di Jawa seperti Di Sukabumi, Jawa Barat, di Malang, Jawa Tengah, Kab. Sleman, Yogyakarta, di Sampang, Madura Jawa Timur, juga terdapat, sejumlah pemegang sarjana Strata satu hingga magister mengangur

,

dan tidak bekerja. Sebagian lainnya, gelar sarjana hanya untuk memenuhi kriteria jejang karir dan kepangkatan bagi Pegawai Negeri Sipil. Dua sampel, Jawa dan Sulawesi itu menunjukkan gelar kesarjanaan tidak banyak memberikan pengaruh keterlibatan dalam mendapatkan atau memperoleh pekerjaan. Jika dicermati dari dua parameter, justru pemegang gelar sarjana paling banyak meganggur. Parameter pembandingnya, adalah Bill Gates, pemilik Microsoft, membuktikan itu, bukan sarjana justru terkaya di dunia, bahkan Bill pernah tertolak masuk perguruan tinggi di Harvard University. Di Indonesia terdapat sejumlah pengusaha sukses dan bahkan diantaranya jadi penemu ilmu pengetahuan tetapi mereka bukan sarjana. Mereka bergelar sarjana setelah jadi sukses di bidang pekerjaannya. Lagi-lagi, gelar sarjana di Indonesia hanya sekadar memenuhi gengsi. Logika pembenaran lainnya dapat disebutkan, bahwa pemilik institusi sarjana jelas memiliki emosional gengsi, sehingga untuk bekerja di bawah terik matahari, jadi petani, pekebun, tukang, mereka abaikan. Justru dibalik itu, sejumlah pekerjaan tersebut paling banyak terbuka dan dibutuhkan dalam membangun daerah dan bangsa. Dalam pertemuan dua arus, atara lapangan kerja dan gelar institusi, mengindikasikan jika tidak selamanya

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

pemegang gelar sarjana baik S1 hingga S3, harus jadi konseptor, manajemen dan atau inisiator. Namun lebih dibutuhkan ketika pemegang gelar sarjana bekerja sesuai dengan bidang ilmunya lalu mengabaikan sejumlah emosional dan gengsi. Dari sudut pandang tersebut, tercirikan sebuah daerah atau bangsa maju, ketika rata-rata penduduknya bekerja sesuai dengan bidang ilmunya, dan saat itu pula ditemukan sarjana jadi petani, sarjana jadi tukang, sarjana jadi peternak dan seterusnya. Dalam bahasan penutup, kembali saya tunjukkan slide realitas, misalnya alumni IPB (Institut Pertanian Bogor) lebih banyak kerja di bank daripada kerja sebagai patani (dapat dilihat di statistik alumni IPB). Berdasarkan fakta tersebut, lahir anonim, IPB bukan lagi Institut Pertanian Bogor akan tetapi Institut Per_Banka Bogor. Kini kondisi perguruan tinggi kita masih terus sama seperti terjdi di IPB itu, dengan kondisi itu pula out putnya, pemegang gelar magister mengangur. Antara perguruan tinggi sebagai pengelola ilmu dan pemegang gelar institusi, masing-masing tak ingin dipersalahkan, karena memang semuanya masih koma. *Penulis adalah Alumnus IKIP-UP (sekarang UNM), Pemimpin Redaksi Profesi 1993-1994.

Profesi FM streaming on radioprofesi.com


Profesiana 15

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

PD III MIPA Doyan Berantem www.profesi-unm.com

Masih ingat dengan kasus Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Kaharruddin, yang dianggap telah melakukan kontak fisik dengan salah satu mahasiswa jurusan Fisika saat melakukan unjuk rasa di pelataran fakultas. Kali ini dengan kasus yang lain, Kaharuddin, dinilai telah melontarkan kalimat-kalimat yang tak seharusnya diutarakan sebagai seorang pendidik. Ketua HMJ Kimia, Ardianto Hakim, berujar disaat malam sebelum kegiatan Gebyar Atom 2013 dimulai, Kaharuddin seolah menyambar bagai kerasukan setan menghampiri kepanitiaan bermaksud untuk yang sementara sibuk mempersiapkan perlengkapan kegiatan. “Malam itu langsung tiba-tiba datang bapak, kayak orang kesurupan, merah matanya, mukanya juga merah, datang langsung marah-marah,” ujarnya. Ardianto mengaku tahu tentang ada larangan untuk beraktifitas di kampus malam hari, Namun, keg-

Seandainya saya memukul, pasti tidak akan tanggung-tanggung. Kalau bukan kuburan ya rumah sakit iatan tinggal sehari sementara kelengkapan acara belum fix, jadi mau tidak mau kepantiaan harus tinggal di kampus bahkan kalau perlu nginap karena masih banyak yang mau diurus. “Toh juga kegiatan ini sifatnya positif,” belanya. Ardianto yang dikenal dengan sapaan Anto ini mengaku sangat kecewa dengan kelakuan dosennya tersebut. Pasalnya, terdapat beberapa kalimat Kaharuddin yang dinilai tidak etis selaku seorang PDIII. “Yang paling menyakitkan itu, waktu bapak bilang kalau kalian belum

keluar dari kampus dalam waktu 30 menit dari sekarang, kubakar panggungmu. Belum lagi karena saking terburu-burunya temanku untuk berkemas-kemas, langsung tertusuk paku kakinya. Jadi malam itu segera dibawa ke rumah sakit sama ketua panitiaku,” terangnya. Sementara, Kahar tak dapat berkomentar banyak. Dirinya beralasan jika melarang mahasiswa beraktivitas malam di kampus merupakan instruksi rektor yang harus diikuti. “Kita kan hanya menjalankan instruksi rektor, siapa yang mau bertanggungjawab kalau terjadi apa-apa. Apalagi ada perempuan yang juga ikut beraktivitas malam. Ditambah dengan kondisi kampus Parangtambung yang akhir-akhir ini sangat tidak kondusif,” ujarnya. Kahar juga memperjelas jika malam itu tidak ada yang dilakukan di luar batas kewajaran apalagi dengan melakukan kontak fisik. “Seandainya saya memukul, pasti tidak akan tanggung-tanggung. Kalau bukan kuburan ya rumah sakit,” ancamnya. (sus)

Ahyar Ditolak di “Rumahnya” Risma Niswaty sudah kehabisan akal membujuk rektor UNM, Arismunandar. Guru besar yang telah menjabat dua periode ini bersikukuh menolak untuk membukakan izin penggunaan gedung teater. Padahal, Risma telah menggadang-gadang ruangan baru itu sebagai lokasi puncak acara Mengenang 110 Hari kepergian suaminya, Ahyar Anwar. Bukan tanpa alasan jika Risma menganggap ruang Teater Pinisi merupakan tempat yang tepat untuk melangsungkan pementasan seni yang akan mendatangkan banyak komunitas sastra dan budaya dari kota Makassar. Pihaknya selaku pantia telah beberapa kali melakukan penelusuran tempat dan menjatuhkan pilihannya di gedung yang terletak di lantai 3 Menara Pinisi itu. “Kita butuh ruang pementasan yang bagus dan memadai, serta cocok untuk dijadikan tempat ajang pementasan karya seni,” ujar

Risma. Selain itu, ia menargetkan peserta sebanyak 250 orang akan hadir dalam acara tersebut. Risma mengaku kecewa tidak bisa mengambil lokasi di kampusnya sendiri. Pihak kampus seakan-akan memang urung memfasilitasi kegiatan yang bertujuan untuk mengenang kembali Ahyar Anwar selaku dosen yang telah banyak berkontribusi bagi UNM. “Nampaknya memang UNM tidak begitu mendukung orangorang di dalamnya untuk bisa bertumbuh,” sesalnya Olehnya itu, acara yang bertajuk Antara Skandal Realitas dan Relasitas Karya Ahyar Anwar ini mau tak mau harus “angkat kaki” dari kampus Orange karena ditolak di “rumah sendiri”. Alhasil, pihak panitia memindahkan lokasi kegiatan di Auditorium Al-Amin, Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Rektor UNM Arismunandar beralasan, Menara Pinisi masih belum bisa digunakan

karena belum ada proses serah terima dari PT Waskita selaku pengembang ke pihak UNM. Ia, lanjutnya lagi, sebelumnya sudah memberikan alternatif tempat kegiatan yang lain. “Saya sudah menawarkan opsi lain untuk menggunakan lantai 1 Pinisi, tapi ya tetap tidak mau,” elak Arismunandar. Menurutnya, lantai 1 Pinisi merupakan ruang terbuka yang patut dijadikan dan diujicobakan untuk kegiatankegiatan pementasan seni. Hanya saja, pihak panitia lebih memilih auditorium kampus tetangga, Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar sebagai lokasi alternatifnya. Meskipun demikian, menurut sekretaris panitia, Sri Ulfanita, alasan yang dikemukakan rektor bernada tidak masuk akal. Seperti yang diketahui, selama ini ruangan Teater Pinisi sudah sering digunakan. Beberapa kegiatan kemahasiswaan, promosi doktor,

dan juga pengukuhan guru besar selalu diberi kesemptaan menyicipi kenikmatan ruangan berkapasitas 360 kursi itu. (imr)

Ijazah Mahal Mungkin benar jika masuk dan mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Makassar (UNM) itu lebih mudah, ketimbang harus menjalani prosesi penyelesaian akhir studi yang penuh dengan nilai ekonomis. Pasalnya, dana yang harus dikucurkan untuk tercatat sebagai mahasiswa di kampus pencetak Oemar Bakrie ini nyatanya lebih sedikit dibanding dengan dana yang digelontorkan didetik-detik terakhir akan menyandang predikat sarjana. Salah satunya adalah pembayaran ijazah bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Pasalnya beban biaya yang harus dibayar mahasiswa yudisium hanya untuk pembuatan ijazah sejumlah Rp 150 ribu Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Abdul Rahman, mengakui tentang adanya biaya pembuatan ijazah ini. “Sudah hasil rapat pimpinan fakultas dan perwakilan dari mahasiswa yang menyetujui diperadakannya beban biaya seperti itu, di luar dari uang wisuda dan ramah tamah. Daripada mahasiswa yang urus sendiri kan pasti lebih repot lagi dia,” ujarnya. Rahman juga menam-

bahkan jika biaya pembuatan ijazah yang disetor mahasiswa adalah biaya administrasinya. Di antaranya fotocopy dan legalisir. “Kalau ada mahasiswa yang keberatan dengan biaya seperti itu, ya silahkan urus sendiri ijazahnya,” ketusnya. Sementara itu, Kepala Biro Administrasi Akademik dan Keuangan (BAAK), Ismail Muchtar, manyanggah jika ada pembayaran khusus untuk pembuatan ijazah. Bahkan, dirinya mengatakan jika uang wisuda yang dibayar sejumlah Rp 375 ribu sudah mencakup semuanya. Termasuk pembuatan ijazah. “Kalau di BAAK, ndak ada aturan yang begitu. Sebenarnya, uang wisuda itu sudah all in. Dalam artian uang buat ijazah juga sudah ada di dalamnya. Kalau di BAAk asal lengkap berkasnya yang telah yudisium, ya langsung dibuat ijazahnya. Tidak ada lagi yang lain-lain,” ujar Ismail. Satu sisi, Syahrul selaku Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan Fakultas Teknik (FT), mengatakan jika di fakultasnya sendiri tak ada yang seperti itu. “Kalau kami yang dibayar hanya uang wisuda dan ramah tamah,” singkatnya. (sus)

Rp10 Juta per Kepala Seakan tidak mau kehabisan akal, Pembantu Rektor bidang kemahasiswaan (PR III) UNM, Heri Tahir, memiliki solusi jitu untuk menangkap pelaku pembakaran gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) dan panggung Bengkel Sastra (Bestra) FBS. Kali ini Heri Tahir mengadakan sayembara dengan memberikan uang Rp10 juta untuk satu kepala dari para pelaku pembakaran. Ia menantang setiap mahasiswa untuk mencari pelaku pembakaran sekretariat Lembaga Kemahasiswaan (LK) itu. Tidak dibatasi angkatan maupun gender. “Pokoknya siapapun yang mau Profesi FM streaming on radioprofesi.com

bersaksi atau yang menemukan pelaku pembakaran PKM dan Bestra, saya akan kasih reward,” janjinya. Tak tanggungtanggung, dia akan memberikan uang Rp 10juta bagi setiap orang yang mendapatkan para pelaku. “Jadi kalau dia dapat pelaku pembakaran PKM dan Bestra sekaligus, dia akan dapat 20 jt,” lanjutnya. Heri menambahkan, dia akan menjamin kerahasiaan identitas para pelapor atau yang menemukan pelaku. “Tidak usah takut, saya akan rahasiakan dan menjamin kerahasiaan data diri setiap pelapor,” ungkapnya seakan menjawab ketakutan-ketakutan para saksi. (rap) Urai data, ungkap fakta, saji berita


16 Persona www.profesi-unm.com

Rahmat Fadhli, S.Pd

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 174 Desember Tahun XXXVII 2013

Jangan “Lahir” Tanpa Softskill

Dunia “luar” adalah lahan persaingan untuk mencari kerja. Siapa pun yang tak memiliki softskill akan tergerus dan tak memperoleh apapun. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi tidak menjamin seseorang akan dimudahkan dalam memperoleh pekerjaan. Beruntung bagi Rahmat Fadhli, pria kelahiran Luwu Utara ini menemukan keterampilan khususnya di Profesi, lima tahun silam. “Profesi mengajarkan banyak hal dalam hidup,” akunya. Baginya, lembaga kuli tinta yang digeluti selama kurang lebih empat tahun tersebut telah menjadikannya sebagai seseorang yang berharga dan penuh rasa tanggung jawab. Ia banyak belajar tentang dunia jurnalistik dan seluk-beluknya. Oleh karena itu,

menurut alumni jurusan Fisika ini, tidak sia-sia ia menyelesaikan studinya di UNM setelah bergabung dan berkarya bersama Profesi. “Saya tidak pernah menyesal masuk dan bergabung dengan lembaga ini (Profesi). Saya banyak belajar keterampilan-keterampilan yang tidak pernah saya dapati di bangku kuliah. Kalau kuliah mengajarkan saya tentang teori, maka saya mempelajari keterampilan dan prakteknya langsung di kehidupan organisasi,” ungkapnya. Keterampilan-keterampilan yang pernah didalaminya di Profesi lah yang kini membawanya untuk tidak kesulitan dalam mencari kerja. Uniknya, keinginannya bergabung dengan lembaga kuli tinta ini diakui didasari oleh kejadian yang sempat membuatnya frustasi. Pernah suatu kali ia kehilangan motornya dan sangat terpukul akan kejadian tersebut. “Saya sampai bertekad

untuk menemukan pelakunya,” kenangnya. Tanpa pikir panjang lagi, dengan harapan bisa menemukan pelaku pencurian motor itu, ia bergabung dan bergelut di Profesi. Tak tanggung-tanggung mulai dari reporter, fotografer, Station Manager (SM), Pemimpin Redaksi hingga jabatan Pimpinan Umum (PU) pernah disandangnya. Alhasil, ia pun pernah menjuarai Lomba Foto yang dihelat oleh media umum sekaliber Kompas. Keterampilannya di bidang fotografi pun ternyata banyak membawanya untuk menyicipi kesan sebagai seorang fotografer profesional. Olehnya itu, tak heran pula ketika ia banyak ditawari beberapa media untuk menjadi seorang fotografer. “Saya masih ingin menikmati keadaan saya dulu. Nanti kalau memang sudah waktunya, saya bakal kerja yang serius juga kok,” ungkapnya saat menanggapi

tentang dirinya yang hingga kini belum memiliki pekerjaan tetap. Meskipun demikian, beberapa pekerjaan lepas yang digelutinya ternyata telah mampu mencukupi hidupnya. Bahkan, pria yang pernah menjuarai lomba tenis meja tingkat jurusan hingga enam kali berturut-turut ini mendedikasikan dirinya sebagai wartawan lepas di Program Pascasarjana (PPs) UNM. Paddo, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa semua ketentuan sudah diatur oleh Tuhan. Akan tetapi, kalau bukan kita sebagai makhluk-Nya yang berusaha, maka kita tidak akan mendapatkan hasilnya. “Maka dari itu kita harus terus berusaha mengasah keterampilan, tidak perlu di dalam kampus saja. Kalau perlu jangan lahir dulu ke dunia kerja jika belum memiliki keterampilan khusus di luar gelar yang kita sandang,” pesannya. (smt/imr)

Ruang Teater Pinisi

Terbatas untuk Kalangan Atas

satu lagi ruangan serbaguna yang kini dimiliki UNM. Ruangan yang mengadopsi gaya arsitektur modern dan dikhususkan untuk kegiatankegiatan besar berkaliber nasional ini jauh lebih mempesona dibanding Auditorium Amanagappa. Ruangan modern dengan interior mewah tentu bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik perhatian publik. Ruang Teater (Theatre Room) yang terletak di lantai 3 Menara Pinisi ini dapat menampung peserta hingga 471 orang. Dilengkapi dengan puluhan lampu penerang, model panggung yang elegan, dan nuansa merah membuat Ruang Teater ini menjadi suatu daya tarik untuk “memanasmanasi” kreativitas mahasiswa.

Tak hanya itu, ruangan yang mengadopsi konstruksi bioskop tersebut tentunya dapat memudahkan penonton dalam melihat pementasan. Apalagi ditunjang dengan soundsystem yang cukup lengkap, sehingga memperlancar jalannya suatu acara. Ruangan yang disetel kedap suara itu memang amat baik digunakan untuk pementasan drama. Bahkan nampaknya untuk pemutaran film pun cukup mumpuni. Seperangkat proyektor ikut menambah pesona gedung yang biasanya digunakan dalam berbagai acara seminar, promosi doktor, maupun pengukuhan guru besar. “Ruangan ini biasa digunakan dalam acara nasional maupun in-

ternasional. Seperti baru-baru ini digunakan untuk pengukuhan guru besar,” terang Haikal selaku Kepala Sub bagian Rumah Tangga. Akan tetapi, penggunaan Ruang Teater ini tidak dibebaskan bagi siapa saja. Bagi mahasiswa yang berkeinginan menggunakannya harus mengajukan surat perizinan. Hanya saja, tidak dengan mudahnya bisa dilepaskan untuk penggunaan kegiatan kemahasiswaan begitu saja. Haikal menambahkan, aturan main Ruang Teater belum ada kejelasan. Pasalnya, gedung Pinisi sendiri tak kunjung diresmikan sehingga berdampak terhadap ruangan yang ada di dalamnya. “Jikalaupun Ruang Teater digunakan, itu menjadi pilihan

FOTO: SOFYAN-PROFESI

MEGAH. Bak bioskop ruangan ini tampak megah, mewah serta elegan berpadu merah orange. Inilah ruang terater yang bertengger di lt. 3 Gedung Pinisi, tempat tersebut digadanggadang sebagai tempat perdana bagi wisudawan-wisudawati UNM tahun ini.

terakhir karena ketiadaan ruang untuk membuat acara formal, “ujarnya. Senada, Rektor UNM Arismunandar pun berdalih, penggunaan Ruang Teater masih dibatasi,

karena untuk membayar listrik dan perawatannya sangat mahal. “Kalau seandainya rusak sebelum diresmikan, butuh biaya mahal untuk merenovasinya lagi,” pungkas Aris. (nrl)

“Menciptakan output krea f yang sekaligus ar s K ”

photography design graphic painting printing event organizer clothing @RuangProduction 2897272A

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Ruang Production

085 233 493 996 / 089 694 817 614

ruangproduction123@gmail.com ruangproduction.iwopop.com

Profesi FM streaming on radioprofesi.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.