Edisi 176

Page 1

1

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

Tabloid Mahasiswa UNM

Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi

Reportase Khusus LK UNM Semangatmu Kini

5

Hal. 23

Streaming: radioprofesi.com

Reportase Utama Kala Politisi Tunggangi Kampus

9

Profesiana Kalau Nekat, Saya Cegat

15

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

Urai data, ungkap fakta, saji berita


Persepsi

2

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

surat dari pembaca

F

Politik Jangan Masuk Kampus

enomena politik yang sedang mewabah di Indonesia bak buah musiman. Para kader politik geger tergelitik memperjuangkan setiap usungan politiknya. Tentu saja, kader-kader itu tumbuh dari berbagai kalangan, termasuk mencakup pula dari kalangan akademisi pendidikan. Yah, kita tidak bisa menampik, para politisi berkejaran meningkatkan rating di mata masyarakat. Karena masyarakat adalah demokrasi. Demokrasi ada di tangan rakyat. Rakyat adalah pemilih mutlak. Sementara itu, kampus menjanjikan “suara” yang begitu besar dalam pemilihan wakil rakyat. Maka, sembari menggalang massanya, maka para calon politikus itu bergerilya dengan jumawanya di setiap lingkungan akademisi. Setiap sudut ditelikung dengan memanfaatkan harta dan tahtanya. Tentu saja, ada usaha yang membuahkan hasil, ada pula yang nihil. Akan tetapi, bagaimanapun bentuk infiltrasi politik yang dilakukan oleh politisi-politisi bangsa itu, sejatinya kampus menjadi “rumah” yang nyaman bagi warganya. Sama halnya ketika mahasiswa yang berlindung di dalam kampus merasa aman dari kejaran polisi. Polisi, meskipun aparatur negara, toh tidak diperbolehkan menembus batas wilayah kampus. Sebagaimana peraturan kelembagaan sebagai institusi negara, kampus itu bak “negara” di dalam negara. Peraturan yang bergulir di dalamnya adalah anulir pejabat di dalamnya. Oleh karena itu, tak pantas rasanya ketika kampus begitu terbuka, sangat terbuka malah, terhadap segala bantuan dari para pelaku politik, para intelektual mengubah idealismenya (untuk sementara). Alih-alih mengambil keuntungan dari politikus yang mampir di kampus, orang-orang di kampus justru menjadi sasaran empuk “pencucian otak” secara tidak langsung. Ataukah memang UNM sebagai pencetak tenaga pendidik secara sengaja merangkul warna partai tertentu? Kampus dan mahasiswanya adalah pencetak basis massa suara pemilihan. Terlepas dari itu, kader-kader politik tak jarang datang dan muncul dari lingkungan. Mungkin ini pula yang menjadi benang merah kelegalan politik praktis melenggang dengan leluasa. Alibinya, kedekatan perimordial juga menjadi kunci membuka pintu “pertahanan” kampus. Namun, bagi orang-orang ternama yang tingkat popularitasnya sudah membumbung tinggi, tidak butuh lobi-lobi kedaerahan untuk bisa menyusup ke kampus. Indonesia adalah negara demokrasi. Mereka yang memperjuangkan demokrasi (katanya) melabeli diri mereka dengan politikus. Namun, sebagai mahasiswa, kita seyogyanya mampu menghalau kepentingan-kepentingan terselubung itu. Bukan mahasiswa saja, melainkan pejabat-pejabat penting di kampus juga perlu membentengi diri. Mendukung, boleh mendukung. Hanya saja, terang-terangan hanya akan mencoreng nama sebagai seorang akademisi kampus. Kalau semua elemen sudah membentuk sistem defense yang apik, yang diperlukan hanya mencegah politikus itu merasuk ke kampus. Kita tak ingin kampus berubah mampus hanya karena politikus (yang terlanjur berbau busuk) di Indonesia. (*)

t f

Apa yang Anda pertanyakan?

Nur Ulil Amri

Saya mau bertanya.. kenapa penyampaian beasiswa2 di UNM “seolah-olah” ditutup-tutupi dan ditunda-tunda penyampaiannya? Sebagian besar mahasiswa baru tahu ketika mendekati deadline pengumpulan berkas sehingga penyampaian mengenai beasiswa tersebut dan waktu terakhir mendaftar terasa sangat singkat! Bukannya tidak bersyukur, sdh dpt beasiswa tp masih bertanya hal2 seperti ini.. Saya hanya mewakili pertanyaan teman2 yg bertanya seperti itu.. Sampai-sampai banyak yg IPK nya tinggi dan melebihi IPK calon penerima beasiswa PPA namun tidak sempat lagi mendaftarkan diri karena deadline pengumpulan berkas!

Kepala BAAK, Ismail Muhtar

Tidak pernah kita menutup-nutupi setiap informasi beasiswa yang masuk. Setiap ada informasi terkait beasiswa, kita sebenarnya sudah menyampaikannya ke pihak fakultas. Dan selanjutnya fakultas yang menyampaikan ke prodi. Jadi, pihak prodi yang bertanggung jawab untuk menyampaikannya ke mahasiswa. Kalaupun pihak prodi terlambat menyampaikannya, seharusnya mahasiswalah yang aktif mencari informasi sendiri terkait beasiswa itu.

ILham Figlio Rasyid

Kapan ya, Pendaftaran program SM3T dibuka lagi dan Berkas Apa saja yang harus dipersiapkan?, Alangkah baiknya jika diketahui lebih cepat agar segala sesuatunya bisa dipersiapkan dan tidak mepet saat deadline diumumkan. Direktur P3G, Abdullah Pandang Pendaftaran SM-3T mulai terbuka biasanya pada pertengahan Maret. Untuk saat ini belum ada jadwal pastinya. Akan tetapi, untuk syarat-syarat dan informasi lainnya, silakan dicek pada situs resminya di sm-3t. dikti.go.id.

Instal aplikasi portal kami di gadget Anda!!

KARIKATUR-koe

Belum ada pendaftaran beasiswa, dek...

Scan

Temukan kemudahan dalam mengakses berita kami, dimanapun dan kapanpun juga.

barcodenya

disini Android

Blackberry

Redaksi menerima saran, dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim saran dan kritikan Anda ke: Telepon/ sms : 089655551135 / 085255927221 Email : redaksi@profesi-unm.com / profesi_unm@yahoo.com LPPM Profesi UNM

@Profesi_Online

www.profesi-unm.com

Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Nurdin Noni, Heri Tahir, Eko Hadi Sujiono, Ismail Muchtar Dewan ­Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Akbar Faisal, Mukhramal Azis, Uslimin, Ammas, ­Facharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Fitriani Rachman. Pemimpin Umum: ­Sutrisno Zulkifli, Sekretaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Divisi Penerbitan: Imam Rahmanto (Pemimpin Redaksi), Divisi Online: Muh. Yasir (Kepala Divisi), Divisi Penyiaran: Rizki Army Pratama (Station Manager), Divisi Penelitian dan Pengembangan: Yeni Febrianti (Kepala Litbang), Divisi Usaha: Nurlela (Pemimpin Perusahaan). Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Penanggung Jawab: Sutrisno Zulkifli, Pemimpin Redaksi: Imam Rahmanto, Sekertaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Kepala Penyiaran: Rizki Army Pratama, Kepala Online: Muh. Yasir, Kepala Litbang: Yeni Febrianti, Pemimpin Perusahaan: Nurlela, Redaktur: Khaerul Mustaan, Susi Amriani Reporter: Fadilah Dwi Octaviani, Syamsul Alam, Sulastri Khaer, Dian Indrasari, Dwi Pratiwi Aslam, Dian Febriani, Andi Sadriani, Nurlaela Basir, A. Sri Mardiyanti Syam, Asran, Andi Ajip Rosyidi, Samti Binti Talip, Aan Ariska Febriansyah Fotografer: Andi Baso Sofyan Layouter/ Desainer Grafis: Kasdar Kasau Manager Sirkulasi: Syamsul Alam Manager Iklan: Andi Sadriani. Redaksi LPPM Profesi UNM : Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1 Parangtambung Makassar, Telp. (0411) 887964, e-mail: redaksi@profesi-unm.com, website: www.profesi-unm.com

DESAIN SAMPUL: KASDAR-PROFESI

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Streaming: radioprofesi.com


Mozaik

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

3

www.profesi-unm.com

Dialog Pendidikan Kurikulum 2013

Semua Siswa Naik Kelas

KURIKULUM 2013 yang setahun lalu diluncurkan wacananya masih banyak menuai pro dan kontra. Hingga kini pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemedikbud) masih gencar melakukan sosialisasi terkait kurikulum baru tersebut. Salah satunya, dalam Dialog Pendidikan yang digelar di Hotel Aryaduta, Sabtu (15/2), Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Musliar Kasim menyampaikan penjelasannya terkait implementasi Kurikulum 2013 tersebut. Menurutnya, untuk pemberlakuan pertama Kurikulum 2013 itu lebih ditekankan pada pendidikan Sekolah Dasar (SD). Musliar memastikan, lewat kurikulum tersebut, semua siswa akan naik kelas. “Tidak ada siswa yang tidak naik kelas dan tidak lulus sekolah,” tekannya. Kalaupun ada yang tidak pantas dinaikkan, kata dia, maka menjadi tugas guru untuk mengembangkan potensi pada muridnya hingga mereka mencapai standar yang diharapkan. Selain itu, melalui pemberlakuan kurikulum 2013 ini, setiap SD juga tidak diperbolehkan untuk menerima siswa melalui tes tertentu, seperti tes baca, tulis, dan berhitung (calistung). Ia memperjelas, kurikulum yang baru itu tidak serta-merta mengajarkan siswa kelas 1 nantinya dengan pelajaran-pelajaran calistung. Akan tetapi, siswa ditekankan untuk mampu bersosialisasi dan menerapkan pembelajaran secara kreatif dan melakukannya secara langsung. Seperti dalam buku kurikulum 2013 yang diperlihatkannya, Musliar mencontohkan salah satu pelajaran perta-

manya, yakni “Berkenalan”. “Kita memang sudah buat surat edaran untuk sekolah tidak menerima siswa dengan tes calistung. Untuk kompetensi itu, ada waktunya sendiri mereka akan mempelajarinya di sekolah dasar. Kalau ada sekolah yang masih menerapkan tes untuk calon muridnya, maka laporkan saja. Biarpun itu adalah sekolah unggulan,” tegasnya. Sementara dalam kurikulum 2013, pemerintah tidak lagi memperkenankan sekolah untuk menetapkan ranking bagi setiap siswa. Tidak terkecuali pemberlakuan sekolah unggulan harus dihilangkan. Dalam dialog tersebut, salah seorang peserta juga menyarankan agar buku-buku yang menerapkan Kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran tematik dan kontekstual. Bahkan, ia pun berharap agar buku-buku yang dibuat oleh Kemendibud menyertakan ilmuwan-ilmuwan ataupun tokoh inspiratif dari dalam negeri sendiri. “Jangan selalu kita membanggakan penemu-penemu atau ilmuwan dari luar negeri. Anak-anak juga seharusnya diperkenalkan pula dengan negerinya sendiri,” harap Faisal Syam, Pemimpin Redaksi harian FAJAR. Dialog Pendidikan yang juga membahas tentang persiapan Ujian Nasional 2014 itu dihadiri pula oleh sejumlah praktisi pendidikan, termasuk rektor UNM Arismunandar, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Provinsi Sulsel Abdullah Djabbar, Ketua KPID Sulsel Rusdin Tompo, dan Kepala LPMP Sulsel Andi Qashas Rahman yang juga merangkap sebagai dosen FBS UNM. (imr)

Sampah Menggunung di Lautan Ilmu Oleh: Yeni Febrianti

Di antara kepungan detak kemajuan kampus orange, ironis melihat gunungan sampah menumpuk di atas tanah para calon pendidik. Rerintik hujan jatuh tak menentu. Terkadang menderas, menghambur kebumi dalam titik-titik besar, cepat. Terkadang melambat, jatuh dalam butiran kecil, sekehendak hatinya. Seputaran masjid Nurul Ilmi UNM sepintas terlihat sepi. Hanya tampak beberapa mahasiswa yang bertempat tinggal di Wisma UNM, asyik bermain bola sepak. Berolahraga sambil menikmati guyuran hujan. Beberapa yang lain, memilih bercengkrama di depan Wisma. Tepat di depan mereka, sejauh 3 meter dari pintu depan, nampak gundukan sampah yang membumbung hampir menyatu dengan dinding tempat bersuci masjid UNM. Gundukan sampah setinggi hampir 2 meter tersebut membukit tepat di samping plang besar bertuliskan Fakultas Ekonomi UNM. Suatu kemuskilan bila terlewatkan mata. Entah karena terbiasa, entah acuh, para calon pendidik berseliweran di dekatnya, tanpa memperlihatkan rasa terganggu. Sekitar 20 meter dari gundukan sampah tersebut, tepat di halaman belakang Fakultas Ekonomi, gundukan yang lain terlihat lagi. Lebih lucu terasa, karena terbagi dua gundukan, dibelah perlintasan mahasiswa yang hendak ke auditorium Amanagappa, masjid, atau gerbang depan UNM dari Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Bila hujan turun cukup deStreaming: radioprofesi.com

ras, kedua gundukan tersebut berubah seakan-akan menjadi pulau ditengah kepungan banjir. Dengan sebuah bak belakang truk tak terpakai dan berwarna hijau sebagai kapalnya. Universitas Negeri Makassar sedang mengejar target World Class University saat ini. Gedung Pinisi berdiri kokoh tepat di depan Jalan A.P Pettarani. Menjadi salah satu ikon di kota Makassar. Megah, berwarna-warni bila malam menjelang. Namun menengok beberapa langkah ke belakang, masih di dalam pagar kumpulan gedung yang salah satunya pernah menjadi rektorat UNM sebelum hijrah ke Pinisi, sanitasi terlihat tanpa regulasi yang baik. Beberapa tanah kosong yang cukup strategis, dijadikan tempat pembuangan sampah. Pelakunya? tak jelas jari hendak menuding kemana. Para Penghuni Wisma UNM, sebagai salah satu pengguna layanan tempat pembuangan sampah tersebut merasa sama sekali tidak terganggu dengan hal tersebut. Butuh dan biasa, sepertinya. ”Dari pertama datang sudah ada memang. Saya tidak merasa terganggu, kita kan setiap hari di kampus, jarang di wisma,” ujar salah satu penghuni wisma, mahasiswa program pertukaran Afirmasi Pendidikan untuk Papua (ADik Papua) yang enggan disebutkan namanya. Meski demikian, beberapa yang lain tentunya terganggu dengan hal tersebut.

FOTO: SOFYAN - PROFESI

RUSAK PAGAR. Gundukan sampah setinggi hampir 2 meter membukit dan merusak pagar, tepatnya di samping plang besar bertuliskan Fakultas Ekonomi UNM. Entah karena terbiasa, entah acuh, para calon pendidik berseliweran di dekatnya, tanpa memperlihatkan rasa terganggu.

Para pengunjung tetap masjid UNM, yang ketika shalat dan angin berhembus ke arah yang tepat tentunya menjadi korban. Bapak Basri, salah seorang warga sekitar yang kerap beribadah di Masjid tersebut mengaku sering tidak khusu’ karena terganggu aroma dari gundukan sampah tersebut. Apalagi letaknya yang tepat berada di samping ruangan tempat berwudhu, sangat menggangu pemandangan. Masyarakat serta penghuni wisma yang merasa terganggu akan keberadaan sampah yang membukit tersebut berharap

agar para pemangku kebijakan mampu membuat tempat penampungan sampah yang memadai. “Setiap mau ambil wudhu kan selalu kesitu. Jadi dilihat setiap hari. Kalau bisa, buat tempat pembuangan yang tidak akan menggangu sekitar. Apalagi tidak setiap hari sepertinya diangkut truk sampah,” ujar Basri. Menciptakan hal-hal besar demi mewujudkan target tentunya bukan sesuatu yang salah. Namun tentunya jangan sampai lupa dengan hal-hal kecil yang ada di “halaman belakang” sendiri. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita


4

Pariwara www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

Streaming: radioprofesi.com


Reportase Khusus

LK UNM Semangatmu

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

Lembaga kemahasiswaan (LK) Universitas Negeri Makassar (UNM) kian tergersus dari substansinya. Sangat kontras bila dibandingkan dengan kiprahnya beberapa tahun silam. Kemanakah arah LK UNM kini? Sebagai organisasi mahasiswa di internal kampus yang sarat sikap kritis dan daya nalar, hal itu nampaknya tak lagi tercermin di tubuh sebagian besar LK UNM dewasa ini. Mulai dari tataran jurusan, fakultas, hingga universitas. Analisis wacana atau kajian isu para aktivis kampus itu pun menjadi soratan karena dinilai sering kali tidak tuntas dan asal jadi. Akibatnya, data yang diperoleh pun minim untuk membuktikan tuntutannya. Bahkan demonstrasi

malah lebih banyak menyinggung isu nasional ketimbang kasus hangat yang tengah bergulir di kampus. Belum lagi persoalan konsolidasi yang semakin renggang antar LK. Beberapa diantaranya lebih memillih main sendiri. Demonstrasi yang dilakukan hanya memperjuangkan aspirasi mahasiswa di lingkup fakultas masing-masing. Padahal, tuntutan yang diteriakkan di setiap fakultas, sama saja. Kurangnya konsolidasi itu pun mengakibatkan aksi yang berulang-

ulang dengan jumlah massa yang sedikit dan berakhir sebagai angin lalu. Solidaritas mahasiswa yang dulunya sangat kental di kampus pencetak guru ini seolah tak pernah ada. Sembilan mata orange itu kini tak pernah terdengar lagi gaungnya. Gerakan mahasiswa UNM secara masif seolah telah mati. Terlebih, tidak mampunya lagi LK di setiap gerakannya menarik simpatik, baik civitas kampus, apalagi masyarakat pada umumnya. Ironinya, yang mereka perjuangkan justru berbalik mencibir. Imbasnya, menjadi seorang pengurus di LK bukan lagi menjadi hal menarik yang patut dibanggakan. LK yang dulu sebagai sarangnya mahasiswa-mahasiswa bernalar dan berintegritas tinggi dianggap tak mesti lagi disandangnya. Animo mahasiswa untuk bergelut di organisasi mahasiswa kampus orange ini pun semakin surut. Kebanyakan mahasiswa memilih untuk memperbaiki akademiknya ketimbang berkecimpung di dunia LK. Ditambah lagi, pepecahan dan bentrok sesama mahasiswa yang secara tidak langsung menyeret nama LK yang disandangnya hingga berujung pada perusakan sekretariat. Solidaritas mahasiswa UNM yang dulunya ditakuti malah menjadi bahan tertawaan birokrat kampus. Selain itu, LK juga tak mampu lagi berkutik terhadap kebijakan birokrat kampus yang tidak memihak. Para fungsionaris LK itu pun

kini jadi penurut sang tuan. Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM periode 20082009, Irfan Palippui, mengatakan, sikap dari para pengurus LK UNM yang dulunya sangat disegani sudah tidak ada lagi. Kepekaan sosial dan perlawanan terhadap ketidakadilan ia anggap telah hilang. “Perlawanan apa, mau ki nilai perlawanan tidak tampak juga. Miris saya kalau lihat LK sekarang,” sesalnya. Menurutnya, LK di UNM dulunya menjadi corong gerakan mahasiswa secara nasional. Mahasiswa UNM lebih cepat dalam melakukan analisis sehingga tak heran jika di UNM menjadi pelopor gerakan mahasiswa secara masif. “Cepat itu dulu, sekali kita rapat di sini, langsung tersebar secara nasional, kan kita punya kontak mahasiswa di luar Sulawesi. Kadang kita lebih duluan punya analisa ketimbang teman-teman di Jawa, kita yang kirimi data,” katanya. Lebih Jauh ia menyatakan, jika disinggung terkait semangat berlembaga, mahasiswa saat ini sangat jauh tertinggal ketimbang mahasiswa pada periode sebelumnya. LK hari ini, lebih banyak bersantai dari pada mengurusi masalah yang persoalan mestinya tak boleh didiamkan. Senada dengan Irfan, Ketua Presidium Lembaga Kemahasiswaan (PLK/ sekarang, BEM UNM) 1998-1999, Ridwan Tikollah, juga menilai, kritik LK terhadap birokrat cenderung tidak didasarkan pada sebuah hasil analisis lapangan. “Mereka lebih banyak menganalisis dari sisi logika saja, analisis rasional dan sebagainya. Bagi kami dulu, itu tidak cukup. Jadi kalau kita berdiskusi di dalam hal-hal seperti itu, selalu ada infor-

5

www.profesi-unm.com

Kini

masi yang bisa kita pertanggung jawabkan secara faktual,” kisahnya. Ridwan mengamati perbedaan orientasi penyampaian aspirasi mahasiswa yang berkecimpung LK sekarang. Ia mengungkapkan, demo di masa kepemimpinannya adalah langkah yang tidak digampangkan. “Demo itu menjadi sesuatu yang sakral. Jadi kalau kita turun demo itu menjadi sesuatu yang sudah kita anggap sudah langkah terakhir, sudah sesuatu yang ingin didengar,” kata Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) UNM ini. Sayangnya menurut Ridwan, sekarang demo malah menjadi hal yang sifatnya so power sehingga perubahan-perubahan yang diharapkan atau pengaruh dari demo itu tidak terlalu. Lanjut Kepala Tax Center UNM ini mengatakan, dulunya tidak perlu ratusan mahasiswa untuk mengubah pemikiran pimpinan kalau di kampus saja. Langkah awal yang biasa ia lakukan adalah mengumpulkan beberapa penggurus LK di setiap fakultas untuk menggunakan analisisnya kemudian bersama-sama berdiskusi dengan pimpinan. Cara tersebut menurutnya, lebih banyak diterima. Ia menambahkan, pengurus LK dulu punya konsep matang untuk dipertemukan dengan konsep birokrat kemudian bersama merundingkan yang terbaik dan memberikan fakta yang bertentangan dari perkataan pimpinan. “Kalau kami dulu sifatnya dialogis, tapi sekarang mahasiswa cenderung membawa konsep dan itulah yang harus dilakukan, padahal analisa dan datanya juga kurang,” pungkasnya. (tim)

Banyak Santai dan Main Sendiri PERMASALAHAN mendasar LK UNM sekarang ini dinilai karena lebih banyaknya waktu yang dihabiskan untuk bersantai dari pada memperbaiki kualitas pengurus dan kinerja kelembagaan. Konsolidasi untuk menyatukan pendapat dan analisis wacana yang mendalam dari setiap permasalah di institusi ini juga jauh dari kesan yang baik. Malah, LK baik antar himpunan maupun antar fakultas memilih untuk main sendiri secara sektoral. Presiden BEM FMIPA periode 2012-2013, Muhammad Taufik, mengungkapkan kecenderungan sektorial itu puncaknya terjadi pada akhir periode BEM UNM 20122013 sampai sekarang. “Banyak LK yang mau dirangkul tapi yang merangkulnya tidak ada. Saya mengakui, periode yang memiriskan bagi LK adalah pada akhir-akhir ini. Bukan membanding-bandingkan, tapi kondisi ini membuat kita seperti tidak bisa jalan,” ungkap mahasiswa Jurusan Biologi ini. Apalagi menurutnya gerStreaming: radioprofesi.com

akan atau kegiatan LK di setiap fakultas itu cenderung sektoral. “Sudah berkurang komunikasi antar fakultas,” singkatnya. Tak jauh beda dengan Budiman, Presiden BEM Fakultas Teknik (FT), Muhammad Irwan. Perpecahan di tingkat universitas sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan kelembagaan mahasiswa secara keseluruhan di UNM. “BEM, Aliansi Mahasiswa UNM, dan gerakan-gerakan berbeda, seharusnya kita solid kan. Perbedaan itu sebenarnya yang membuat kita bingung,” katanya. Ia mengatakan, pengambilan keputusan yang ditempuh sering kali politis dan aksinya hanya sekadar ingin ditahu. “Yang memprihatinkan jika aksi ditunggangi kepentingan tertentu,” ungkapnya. Sedangkan Presiden BEM Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) periode 2012-2013, Baso Irfan mengatakan yang melemahkan LK sekarang dan khususnya di FIK yakni adanya konflik di internal setiap LK, ketidaksepahaman dan memaksakan

ego masing-masing. Kurangnya data dalam menyuarakan aspirasi juga menjadi kendala yang tak boleh disepelekan selama kepengurusannya. “Di FIK ataupun di fakultas lainnya tidak boleh menyepelekan terkait investigasi. Pertama persoalan data, yang kedua adanya perpecahan persoalan gerakan,” tegasnya. Presiden Federasi Mahasiswa (Fema) Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Budiman pun juga mengambil kesimpulan aksi yang dilakukan LK saat ini sektorial. “Gerakan mahasiswa sekarang itu sektorial karena tidak ada induk dari gerakan yang dipelopori konsolidasi itu. Bukan perpecahan, tapi terjadi sektorial gerakan,” tuturnya. Namun menurutnya, yang menyebabkan degradasi LK itu terjadi karena BEM dan Maperwa Universitas saat ini yang tak mampu menyatukan semua LK di UNM. “Seandainya perannya baik, kita semua bisa menyatu. Tapi yang terjadi LK berpisah pada persoalan gerakan.

Kurang sekali peran LK tingkat universitas melakukan konsolidasi di fakultas masing-masing,” sesal mahasiswa Jurusan Sejarah FIS ini. Ia menganggap bentuk aksi yang dilakukan LK di fakultas bukannya tidak efektif, tetapi masih perlu mengalami perbaikan, mulai dari analisis wacana dan pengumpulan data yang selama ini kurang. “Apa yang ingin kita kembangkan belum begitu maksimal, tapi tetap berjalan pada koridornya,” terang Budiman. Lebih jauh, ia mengatakan, pengurus LK di fakultas telah berusaha yang terbaik untuk LK mereka masing-masing. Hanya saja, semua itu dalam tahapan proses untuk menuju idealnya LK dan ia menghargai semua penilaian orang-orang yang berada di luar lingkaran itu. Terkait hal itu, Presiden BEM UNM 2008-2009, Irfan Palippui mengisahkan kinerja LK khususnya BEM beberapa periode sebelumnya sebagai bahan pengalaman untuk LK saat ini. “Kegiatan yang dilaku-

kan dulu sangat padat, istirahat pun kita agak susah dapatnya karena malam pasti rapat, konsolidasi, dimana departemen ini harus diskusi, departemen ini rapat, departemen ini buat pelatihan, itu hampir berjalan bersamaan.” “Mana lagi mau pergi demonstrasi, tiga kali malah per minggu dalam periodeku itu dilakukan. Belum lagi turun cari data, kan tidak mungkin kita pergi demo kalau tidak ada data, dan itu mesti kita lakukan. Sekarang itu tidak ada,” nilai Irfan. Lanjut Irfan, begitu pula persoalan konsolidasi, yang sekarang malah konsolidasi di internal saja begitu susah, tapi konsolidasi bukan hanya kepada kalangan mahasiswa antar universitas tapi juga kepada masyarakat umum. (tim) TIM REPORTASE KHUSUS Khaerul Mustaan (Koordinator), Andi Sadriani, Nurlela, Fadilah Dwi Octaviani

Urai data, ungkap fakta, saji berita


6

Reportase Khusus

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

Harus Bangkit Kembali

LK Tak “Seksi” Lagi

FOTO: DOK. PROFESI

UNJUK RASA. sejumlah mahasiswa tampak sedang melakukan unjuk rasa di atas mobil container. Hal demikian cukup lumrah bagi aktivis kampus terkhusus di UNM. Namun kini sangat jarang kita jumpai aktivitas protes tersebut lantaran telah tergerus oleh zaman, bahkan diduga kebijakan birokrat salah satu penyebat matinya Lembaga Kemahaiswaan kampus Oemar Bakri sebesar UNM.

MENJADI organisasi yang diagungkan seluruh mahasiswa mestinya menjadi hal yang bisa dibanggakan bagi LK UNM. Namun sayangnya, hal itu tidak tampak lagi dibenak sebagian besar mahasiswa UNM saat ini. Animo mahasiswa untuk bergelut di dunia LK dari tahun ke tahun semakin menurun. Menjadi seorang pengurus LK bukan lagi jadi hal yang seksi dan menarik. Bahkan grafiknya semakin mengarah pada citra yang lebih buruk. “Saya tidak mau ji jadi pengurus kak. Banyak masalah bede,” kata Arniyati, Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Begitu pun dengan Kurniawan, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Ia menganggap tidak ada pengurus LK yang punya figur baik untuk membuatnya tertarik masuk di LK. “Biasa-biasa ji saya lihat orang-orangnya pengurus

LK, sama ji dengan yang tidak jadi pengurus. Malah lebih banyak rusak nilai kuliahnya,” tuturnya. Ketua Presidium LK UNM periode 1998-1999, Ridwan Tikollah, mengatakan, rendahnya animo mahasiswa berorganisasi di LK UNM itu harus ditelusuri. “Mengapa animo mahasiswa rendah? Pasti salah satunya karena dunia LK itu sudah tidak menarik lagi. Pertanyaan selanjutnya, apa yang bikin LK itu tidak menarik? Kalau dari pemikiran saya, mungkin saja LK bagi mereka sudah bukan lagi sesuatu yang bisa memberikan nilai tambah,” kritiknya. Baginya, bila sesuatu tidak bisa memberikan nilai tambah, maka itu tidak bisa dijadikan tempat untuk mengekspresikan diri. Ia mengungkapkan, di eranya dulu, banyak mahasiswa yang berlomba untuk jadi pengurus LK, padahal seleksinya tidak

gampang. Namun hal itu justru dijadikan tantangan bagi mahasiswa untuk bergabung di LK. “Pengurus LK dulu memang banyak hal yang patut diteladani, seperti hal yang bersifat etis itu dijaga, dan juga memang selalu ada yang menjadi panutan,” ungkap Presiden BEM di masa transisi IKIP ke UNM ini. Selain itu, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) menjadi syarat utama. “IPK itu menjadi syarat utama karena kita ini menjadi pengurus LK kan harus mengurus orang lain, tapi kalau tidak bisa urus dirinya sendiri, bagaimana mau mengurus orang lain,” imbuh Ridwan. Lain halnya dengan Presiden BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) 2012-2013, Taufik. Ia lebih menilai hal itu dikarenakan adanya pola yang keliru diterapkan secara ter-

us-menurus di tubuh LK. “Pengurus LK sekarang juga cenderung hanya melaksanakan event-event saja. Toh, yang mengarah ke masalah sosial itu justru terminimalisir,” katanya. Akibatnya, ketertarikan mahasiswa untuk berada di LK lambat laun semakin surut bila kondisi saat ini masih terus dipertahankan. “Orang yang kemarin punya minat itu hilang karena hilang kegiatankegiatan yang sering kita laksanakan dulu,” cemasnya. Selain itu, ia menilai, pengurus yang berada sturktural LK saat ini sangat minim pengetahuan dan wawasan. “Kalau mau dibandingkan dengan yang dulu, jelas saat ini LK mengalami penurunan. Dulu itu kita kenal; baca, kaji, dan aksi. Aksi tidak selamanya demo. Budaya itu yang hilang atau berada pada level terendahnya,” tutup Irfan. (tim)

Imbas Kebijakan Birokrat DEGRADASI lembaga kemahasiswaan (LK) saat ini dinilai sebagai imbas dari pengaruh kerasnya kebijakan birokrat kampus. Hal itu dianggap telah melumpuhkan secara perlahan aktivitas organisasi mahasiswa di kampus orange. Misalnya saja, pembekuan seluruh LK di Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) selama tiga tahun terakhir ini, pelarangan aktivitas malam, orientasi pengenalan kampus (ospek), dan berbagai aturan baru lainnya. Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM 20082009, Irfan Palippui, kesuksesan

Sudut

+ LK UNM, Semangatmu Kini - Jangan ditunggangi...! + Kala Politisi Tunggangi Kampus - Ini juga harus dicegat... + Kalau Nekat, Saya Cegat - Masih semangat gak yah...? Dg. Tata

Urai data, ungkap fakta, saji berita

FBS membekukan seluruh LKnya telah menciptakan phobia bagi mahasiswa. Menurutnya, birokrat sedang melakukan proses menggubah mindset mahasiswa, sehingga mengalami ketakutan untuk melakukan protes karena terancam. Akibatnya, nalar mahasiswa akan mati karena takut melangkah dan ruang untuk bertindak juga tertutup. Akhirnya, mahasiswa pun mampu disetir sesuka hati. “Makanya mati nalar orang-orang seperti itu karena dibunuh memang. Orang fobia takut mengambil keputusan, yang dia tahu hanya menurut saja atau setuju,” jelas Irfan. Padahal menurutnya, sebuah perguruan tinggi mestinya menciptakan ketajaman, persis seperti badik. “Mahasiswa seharusnya memiliki ketajaman, tapi sekarang ketajaman apa? Semuanya tumpul,” sesalnya. Ia menambahkan, kematian LK yang terjadi di FBS ini berimbas untuk semua fakultas karena ketika ada fakultas yang memperaktikkan pola kekerasaan seperti itu, otomatis fakultas lain bisa menerapkan hal yang sama. Namun sekarang bikrorat kebingungan sendiri untuk memulai lagi, karena ternyata itu dibutuhkan un-

tuk penilaian kelayakan akreditasi prodi. Sama halnya dengan Irfan, Presiden BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Muhammad Taufik, juga mengakui kelemahan LK saat ini karena pengaruh kebijakan yang tidak memihak dari birokrat kampus. Menurutnya, pola yang diterapkan membuat fungsionaris LK terkungkung sehingga tidak ada wadah di dalam dalam kampus yang baik untuk mengasah minat dan kreatifitas. Akibatnya, intensitas mahasiswa terhadap kegiatan-kegiatan kemahasiswaan semakin menurun. “Hubungan emosional antara pengurus juga semakin kurang karena jarang mi baku tahu. Karena kurangnya aktivitas mahasiswa itu, jadi sedikit saja gesekan bisa masalah,” jelasnya. Lebih lanjut, ia mengatakan, kondisi juga yang secara tidak langsung berpengaruh, seperti hilangnya ospek mengakibatkan mahasiswa mendapat pengetahuan tentang LK tidak gamblang. Kemudian yang lain adalah pengaruh pelarangan aktivitas malam. “Katanya itu untuk menghindari konflik dan nyatanya meski diberlakukan seperti itu ternyata masih ada

konflik. Artinya aktivitas malam bukan penyebabnya,” terang mahasiswa angkatan 2008 ini. Sementara itu pula, Presiden BEM Fakultas Teknik (FT), Muhammad Irwan, menuding kebijakan kampus terhadap LK-lah yang mengakibatkan krisis kader. “Banyaknya yang telah bergeser dari LK, kebijakan birokrasi mengungkung kegiatan dan kreatifitas mahasiswa,” pungkasnya. (tim)

KARUT-marut lembaga kemahasiswaan (LK) Universitas Negeri Makassar (UNM) menjadi keprihatian bagi para eks funsionaris LK di masa silam. Banyak hal yang tidak sejalan dengan cara yang dilakukan pada beberapa periode sebelumnya sehingga hal ini tak bisa terus berlarut-larut. Jati diri LK UNM kini tidak jelas bentuk dan arahnya. Perbedaan, berseberangan, dan berjalan sendiri secara individualis dinilai sangat jauh dari ciri LK seutuhnya. Presiden BEM FMIPA 20122013, Taufik, mengatakan, aksi yang terpecah selama ini sebenarnya sebuah sinyal bahwa kita harus menyatu. Menurutnya, yang pertama yang harus dilakukan semua pengurus LK yakni tudang sipulung untuk membicarakan krisis LK ini. “Harus ada orang di LK yang mau melihat LK lebih baik ke depan. Yang kedua kalaupun sektoral, minimal bisa memperbaiki semuanya yang berakar dari himpunan,” harapnya. Hal itu patutnya disadari agar LK dapat memulihkan diri dan menjadi sebuah organisasi intra kampus yang bisa dibanggakan oleh seluruh mahasiswa. “Betul juga bahwa bukan lagi hal yang membanggakan untuk bergabung di lembaga kemahasiswaan melihat animo mahasiswa yang saat ini menurun untuk berada di LK,” kata Presiden BEM FT, Muhammad Irwan. Namun ia menginginkan agar mahasiswa tidak menutup mata tentang LK karena sebenarnya agar melirik bagaimana perbaikan LK ke depannya. Sementara Ketua Presidium LK 1998-1999, Ridwan Tikollah, mengharapkan agar kemampuan untuk memahami orang lain juga harus ditingkatkan. “Meskipun itu hal-hal yang tidak mengenai saya tapi saya mampu merasakan itu sehingga kami ikut membantu mereka untuk mem-pressure atau meyakinkan pihak lain bahwa itu penting untuk ditindaklanjuti,” jelasnya. Ia juga menginginan para fungsionaris LK se-UNM bisa utuh, tidak saling menghalangi dan memasakan kehendak. “Ketika ada yang tidak sependapat, jangan menghalangi! Kerena pasti ketuhan itu tidak bisa dipertahankan, dan jika tidak utuh jangan bermimpi untuk bisa mendapatkan kekuatan!” pungkas Ridwan. (tim)

Streaming: radioprofesi.com


Info Akademik

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

AGENDA Pentas Seni Bestra BENGKEL Sastra (Bestra) akan menghelat pameran dengan label Write Lagaligo, yang dilaksanakan di Menara Pinisi, Jumat (28/2). Acara ini memamerkan karya para penyair dari beberapa komunitas di Makassar. Selain itu, ada pula Mario Pasalui yang dilaksanakan di Anjungan Losari, (3/3) dengan menampilkan tarian-tarian tradisional yang melibatkan mahasiswa FBS. Dilanjutkan di 6 Maret dengan teater dan musik di Gedung Kesenian Makassar. Istimewanya, personil Bestra akan meluncurkan album perdananya yang berjudul Beda Tapi Satu. (sam)

Training Advokasi BEM Psikologi BADAN Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi akan mengadakan Traning Advokasi. Peserta dari pelatihan tersebut terbuka bagi semua mahasiswa UNM. Pelatihan yang akan dimulai 28 Februari mendatang itu mewajibkan peserta untuk melampirkan essai bertemakan advokasi nasional. Training sendiri akan dilaksanakan di benteng SombaOpu. (sam)

Olimpiade PKn Se-Sulselbar HIMPUNAN Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mempersiapkan diri untuk menghimpun seluruh siswa SMA/ SMK sederajat dalam Olimpiade PKn IV se-Sulselbar yang bakal digelarnya di Theatre Room, 1-2 Maret mendatang. Item-item acara yang akan dilombakan diantaranya, Lomba Karya Tulis Ilmiah, Cerdas Cermat dan Debat Konstitusi. Pemenang dari setiap lomba bakal mendapatkan sertifikat, uang bimbingan, dan tropi bergilir. Akan tetapi, untuk bisa berpartisipasi, peserta harus membayar kontribusi Rp 75 ribu per item lomba. (sam)

Islamic Education Fair

SCRN Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) bakal menggelar Islamic Education Fair pada 8 Maret di Ruang Senat Rektorat UNM. Kegiatan yang bernapaskan Islam itu akan membahas tentang pembangunan nasional yang berlandaskan Islam melalui dakwah-dakwah dan tarbiyah. Menurut panitia, cakupan pesertanya direncanakan seluruh Makassar. (sam)

Kampus Pangkas Kuota Maba

JELANG pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SNMPTN) 17 Februari mendatang, Universitas Negeri Makassar (UNM) mulai berbenah dengan mengurangi kuota penerimaan mahasiswa baru. Sebanyak 2000-an kuota dipangkas hingga menyisakan kuota 3.930 saja untuk SNMPTN 2014. Hal itu disampaikan Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I) UNM, Sofyan Salam dalam Press Conference yang digelar di RM. Sukaku, (12/2). Ia menjelaskan, hal tersebut lantaran tahun-tahun sebelumnya kampus UNM sudah

terlalu banyak menerima maba. Penerimaan itu ternyata tidak sebanding dengan kualitas layanan akademik yang mampu diberikan. Oleh karenanya, diharapkan dengan pengurangan kuota tersebut mampu meningkatkan kualitas pelayanan akademik UNM di masa mendatang. Selain itu, Rektor UNM Arismunandar menambahkan, pengurangan kuota akan benar-benar berimbas pada seleksi kampus yang semakin ketat. Meskipun jalur SNMPTN hanya menampung 1965 maba, 50% kuota yang ditentukan dari pemerintah, namun pelayanan

Streaming: radioprofesi.com

akademik akan lebih ditingkatkan. “Dengan tidak terlalu banyak mahasiswa kan bisa semakin mengefektifkan perkuliahan,” ungkapnya. Selain itu, mahasiswa tidak akan lagi berebutan kelas ataupun menumpang ketika proses perkuliahan akan berlangsung. Arismunandar pun menjanjikan menggratiskan biaya pendaftaran SNMPTN, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah juga masih menyediakan Beasiswa Bidikmisi bagi mahasiswa yang tidak mampu. “Kami juga menyediakan UKT Nol bagi 250 maba yang tidak ke-

bagian Bidikmisi,” tukasnya. Meskipun jadwal penerimaan mahasiswa baru masih lama, namun UNM sudah mulai melakukan sosialisasi. Seperti tahun sebelumnya, untuk bisa mengenyam pendidikan di UNM, calon maba masih dapat melalui tiga jalur yang telah ditetapkan pemerintah, yakni SNMPTN, SBMPTN atau Ujian Tulis, dan Jalur Mandiri. Ada sebanyak 64 prodi yang bisa dipilih calon maba dalam pendaftaran SNMPTN nantinya. Proses seleksi sendiri baru akan dilaksanakan 1 April hingga 26 Mei mendatang. (sof)

Tampil Baru, Guru Bergelar “Gr” KINI, profesi guru tak lagi dianggap main-main. Kalau dokter profesional menyandang titel “dr”, maka guru profesional juga menyandang titel yang nyaris serupa, yakni “Gr.” Diawali tahun ini, penggunaan titel tersebut dikhususkan bagi calon pendidik yang telah lulus program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan memperoleh sertifikat pendidik. Direktur Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) UNM, Abdullah Pandang menegaskan, penggunaan gelar tersebut merupakan peraturan resmi dari Kementerian. Di samping untuk membedakan antara guru profesional dan guru-guru biasa, melalui penambahan gelar itu pula akan memperjelas kasta guru dalam bursa persaingan profesi berdasarkan keilmuannya. “Mereka yang mempunyai sertifikat pendidik, berhak dan layak diangkat sebagai guru dimana saja,” tutur Abdullah. Ia menambahkan, guru nantinya sudah harus mengikuti standar prosedur sesuai dengan profesinya. Mengekor jejak dokter, jika ditemukan kesalahan dalam pelaksanaan tugasnya, maka guru pun bisa digugat secara hukum. “Sekarang itu guru harus dikerjakan dengan standar profesi, bukan semau-maunya. Ada prosedurnya. Kalau ada yang tidak bekerja sesuai prosedur dan ada

sesuatu yang tidak beres terjadi, maka bisa diduga malapraktek,” ungkap pria yang telah banyak bersentuhan dengan dunia keguruan ini. “Kalau misalnya anaknya tidak naik kelas, orang tua juga bisa menuntut. Nah, guru silakan memperlihatkan bukti-bukti bahwa ia telah menjalankan tugasnya sesuai dengan standar profesinya sebagai guru profesional,” terang dosen fakultas Ilmu Pendidikan ini. Jadi, lanjutnya, semakin dinaikkannya derajat guru dalam “kasta profesi”, maka semakin besar pula tuntutan profesionalisme yang harus dipenuhinya. Menanggapi hal tersebut, De­ wi Anggriani Amir yang baru-baru ini dinyatakan lulus dalam PPG Angkatan I dan bersiap mendapatkan sertifikat pendidiknya, menyambut baik peraturan tersebut. Menurutnya, dengan digelarinya guru profesional dengan titel itu maka semakin mengukuhkan profesi guru sebagai pekerjaan menjanjikan dan tidak main-main. “Bagus juga, meskipun kedengarannya agak aneh. Tapi, mungkin karena kita baru menggunakannya pertama kali,” ujarnya. Meskipun serupa, namun penyematan titel pada nama setiap penyandangnya agak berbeda. Untuk titel “Gr”, disandang setiap pendidik profesional di belakang

nama pemiliknya, bersanding dengan gelar kependidikannya. Akan tetapi, belum dipastikan pula apakah guru-guru yang telah

mengajar di sekolah sebelum peraturan ini resmi dikeluarkan pantas menggunakannya atau tidak. (imr/dra)

Beasiswa PPs Hanya Untuk Dosen dan Guru

BEASISWA yang disediakan oleh Program Pascasarjana (PPs) UNM ternyata hanya dapat dirasakan oleh guru dan dosen yang melanjutkan studinya di PPs UNM. Ketiga jenis beasiswa yang disediakan diantaranya, Beasiswa dalam Negeri, Beasiswa Kepengawasan, dan Beasiswa Luar Negeri (Sandwich Program). Hal tersebut diungkapkan oleh Suradi Tahmir, selaku Asisten Direktur Bidang Akademik (Asdir I) PPs UNM. Ia mengatakan, beasiswa dalam negeri dan luar negeri ini diperuntukkan bagi guru dan dosen. “Beasiswa luar negeri yang merupakan kerja sama dengan Dikti, yang sandwich program itu diberikan kepada dosen yang ingin melanjutkan S3 di luar negeri,” terang dosen Matematika ini. Sedangkan Beasiswa Ke-

pengawasan dikhususkan bagi guru-guru yang disiapkan menjadi pengawas. “Mereka guru SMA yang melamar online secara nasional dan lulus di UNM dibiayai oleh PD2TK,” bebernya. Ia menambahkan, untuk jenis beasiswa ini, guru-guru yang menerimanya tidak perlu lagi membayar SPP disamping mendapatkan pula uang sewa rumah atau tempat tinggal selama menjalani masa studi. “Jika ada mahasiswa S1 yang berprestasi dan mau kuliah S2 itu, yang bisa dikejar adalah beasiswa unggulan,” terangnya. Namun, sangat disayangkan karena PPs UNM hingga saat ini belum diberikan kesempatan untuk menerima Beasiswa Unggulan. Menurutnya, universitas penerima beasiswa ini ditunjuk secara berkala oleh pemerintah. (tar)

KALENDER AKADEMIK UNM

Semester Genap Tahun Akademik 2013/2014

Seminar Hipnosis dan Hipnoterapi SEMINAR Nasional bertema Inovasi Pembelajaran Melalui Hipnosis dan Hipnoterapi akan digelar di Gedung FF103-104 FMIPA, pada 8 Maret mendatang. Seminar hipnosis ini akan menghadirkan pemateri dari pakar hipnolearning, Ja’faruddin dan Dekan Fakultas Psikologi UNM, Syamsul Bahri, serta Dekan FMIPA Hamzah Upu. Dalam seminar tersebut akan dibahas metode-metode penerapan hipnotis untuk meningkatkan pembelajaran siswa. (imr)

7

www.profesi-unm.com

ILUSTRASI MODEL : INKAYAN YANDRI PUTRI

1.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)

01-02-2014 s.d. 01-04-2014

2.

Kuliah Bagian Pertama

10-02-2014 s.d.

3.

Program Pengalaman Lapangan (PPL/PKL)

Februari

4.

Ujian Tengah Semester

14-04-2014 s.d. 17-04-2014

5.

Kuliah Bagian Kedua

21-04-2014 s.d.

6.

Wisuda Periode II

9 dan 10 April 2014

7.

Ujian Akhir Semester Genap

23-06-2014 s.d.

04-07-2014

8.

Penyerahan Nilai Akhir Semester Genap

30-06-2014 s.d.

11-07-2014

9.

Pengecekan Nilai Hasil Studi Secara Online

Setiap Saat

11-04-2014

s.d. Juni 2014 20-06-2014

10. Kegiatan Ekstra Kurikuler

31-06-2014 s.d.

11. Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2014/2015

Juni 2014

30-08-2014

12. Pengumuman Jadwal Kuliah Semester Ganjil 2014/2015

28 Juli 2014

13. Wisuda Periode III

13 dan 14 Agustus 2014

“Tetap Jaya Dalam Tantangan” GRAFIS: KASDAR KASAU-PROFESI

Urai data, ungkap fakta, saji berita


8

Pariwara www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

Streaming: radioprofesi.com


Reportase Utama

Kala Politisi Politisi Tunggangi Kampus

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

Riak-riak politik menjelang pemilihan anggota legislatif (pileg), 9 April mendatang dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, 9 Juli, sudah mulai memunculkan beragam aksi tarik-menarik. Lumrah, di sepanjang jalan, ratusan baliho berjejer apik bak pagar hidup mencoba merenggut hati masyarakat melalui slogan andalan mereka. Menjadi pemandangan yang umum pula, pohon-pohon harus dilukai dengan paku-paku yang mengiringi senyum poster mereka. Tidak hanya itu, melalui media, baik media elektronik, cetak hingga media online para simpatisan berlomba-lomba bergerilya. Upaya penyebaran poster dan stiker yang mengatasnamakan janji, juga melekat di fasilitas umum, seperti fasilitas transportasi hingga merebak ke berbagai merek dagang. Menjelang pemilihan, segala penjuru akan diramaikan oleh gelora perpolitikan. Bagi politisi, segala jalan menuju kursi empuk kekuasaannya adalah sama saja. Proses mencitrakan diri demi meraih popularitas yang tinggi tak kebas dilakukannya. Termasuk upaya pencitraan ke dalam kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) dengan berdalih sosialisasi yang sejatinya menyelubungkan intervensi persepsi dari politisi. Sebagai pemilih pemula, mahasiswa UNM yang berjumlah puluhan ribu itu tentu saja menjadi sasaran empuk bagi kader politik untuk mencaplok suara tertinggi di ajang pemilihan mendatang. Kegamangan sebagai pemula dimanfaatkan para pelaku politik menyuntikkan “warna” partainya. Infiltrasi perpolitikan negeri ke dalam kampus juga secara perlahan di”cuciotak”kan pada pejabat-pejabat lingkup kampus. Tak jarang, dalam beberapa kesempatan bertandang ke wilayah kampus, mereka berinisiatif menjalin kedekatan dengan pejabat-pejabat yang dianggap mampu meningkatkan elektabilitas suara partainya. Jikalau berhasil, para pejabatpejabat bakal merapat dan meneruskan suaranya ke dalam kampus. Sementara dalam peraturan pemerintah, partai politik dilarang melakukan aktivitas politik di dalam kampus. Sehingga, mengacu pada itu, kegiatan yang berbau politik sejatinya tidak dibenarkan dalam lingkungan kampus. Diberlakukannya peraturan terse-

Di tahun ini, kader politik dan simpatisannya berlombalomba meraup suara lebih banyak. Tak pelak, kampus sebagai lahan penyedia suara terbesar disasar. Berbagai cara pun dipapar, mulai dari sembunyi-sembunyi, terangterangan, sampai iming-iming. but bukan tanpa alasan. Salah satu strategi yang dijalankan oleh partai politik yakni membidik pemilih muda yang ada dalam lingkungan kampus. Besarnya persentase suara yang dapat didulang dari kalangan mahasiswa dan pejabat kampus menumbuhkan keyakinan para politisi bahwa suara tersebut dapat mengubah hasil pemilu secara signifikan. Rektor UNM Arismunandar, sebagai orang nomor satu kampus orange pun kerap kali menjadi objek rangkulan kaderkader politik. Menilik pemilihan walikota Makassar yang telah berlalu, beberapa calon walikota memanfaatkan momentum bertandang di UNM sebagai sosialisasi terselubung sekaligus pengklaiman suara. Meskipun demikian, Arismunandar mengaku tidak pernah mengkampanyekan warna-warna partai tertentu. Dirinya hanya bersifat membuka lebar pintu “rumah” universitasnya kepada siapa saja yang hendak berlaku baik dan memberikan bantuan. “Masuknya politisi di wilayah kampus tidak semerta-merta bisa dikatakan sebagai politisasi. Sivitas kampus dianggap sebagai sosok yang kritis. Kalau cocok menurut akademik ya kita ambil,” ungkap rektor dua periode ini. Hal tersebut disayangkan pula oleh Direktur Program Pengembangan Profesi guru (P3G) Abdullah Pandang. Ia melihat fenomena yang selama ini berkembang di dalam kampus memang kebanyakan memasukkan beberapa tokoh yang sebenarnya dianggap kader-kader partai tertentu. Hal ini, tentu saja, banyak kalangan men-

ganggapnya sebagai proses gerilya partai bersangkutan. “Namun yang menjadi masalahnya karena mereka yang merupakan pimpinanpimpinan partai politik juga merupakan pejabat negara ataupun tokoh itu sendiri. Sementara posisi mereka juga ada kaitannya dengan program-program di UNM. Jadi, kampus sendiri dilema untuk menerimanya atau tidak. Di satu sisi, mereka menawarkan kebaikan bagi UNM. Tapi di sisi lain, ada warna tertentu yang dibawanya,” tutur Abdullah Pandang. Ia mencontohkan, salah satunya yang paling anyar, kedatangan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Syariefuddin Hasan, Senin (20/1) lalu. Ketua Pelaksana Harian DPP Partai Demokrat itu memberikan kuliah umum di UNM. Hanya saja, anehnya, dari beberapa pendampingnya di kuliah umum tersebut, hampir semuanya berasal dari partai yang sama, ter-

9

www.profesi-unm.com

masuk Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin. Gerilya yang sama juga dilakukan oleh tokoh politik dari Partai Hanura, Hary Tanoesoedibjo ketika melaksanakan dialog di Menara Pinisi, November lalu. Bahkan dengan iming-iming acara lomba yang berhadiah puluhan juta rupiah. Abdullah melanjutkan, meskipun kehadiran beberapa tokoh politik itu bukan membawa nama partai, namun hal itu otomatis akan membangun paradigma masyarakat terhadap institusi kampus UNM. Padahal kampus UNM dikenal masyarakat sebagai kampus pencetak guru. Sivitas akademika, sadar atau tidak sadar, disusupi oleh persepsi-persepsi tertentu terkait “semangat” yang diusung oleh partai tertentu. “Memang ada banyak pihak yang memanfaatkan kesempatan untuk mencari momen supaya kelihatan meraup suara banyak,” kata dosen dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini. Bagaimanapun jua, di zaman serba modern ini, netralisasi kampus dari warna-warna politik tertentu amat sulit dikendalikan. Hal ini diakui Heri Tahir selaku Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III) UNM. Menurutnya, momenmomen tertentu dimanfaatkan oleh beberapa kalangan untuk menyusupkan ideologinya. “Padahal dulu itu, sedikit saja pihak menyeruakan politik di wilayah kampus sudah dipertanyakan dan tidak jarang mendapat pencekalan,” kenangnya. (tim)

UNDANG-UN DANG PERPO LITIKAN DI LINGKUP PNS MAUPU N INSTITUSI NEGARA

Ketentuan Pa sal 3 Undang-u ndang Nomor Kepegawaian 8 Tahun 1974 sebagaimana tentang Pokok-p telah diubah de Tahun 1999: okok ngan Undang-u ndang Nomor “Pegawai Nege 43 ri sebagai unsu r aparatur nega semua golonga ra harus netra n dan partai Po l dari pengaruh litik, tidak diskri pelayanan kepa minatif dalam da masyarakat, memberikan dan dilarang me Pengurus Parta njadi Anggota i Politik” dan/atau Penjelasan Um um Undang-un dang tersebut, wai Negeri ya antara lain dis ng menjadi An ebutkan bahw ggota dan/atau tikan sebagai a PegaPengurus Parta Pegawai i PoIitik harus diberhen-

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK IN 2004 TENTAN DONESIA NO G LARANGAN MOR 37 TAHU PEGAWAI NE N GERI SIPIL ME NJADI ANGG PARTAI POLIT OTA IK BAB II LARANGAN DA Pasal 2: N KEWAJIBAN (1) Pegawai Ne geri Sipil dilaran g menjadi angg politik. ota dan/atau pe ngurus partai (2) Pegawai Ne geri Sipil yang menjadi anggota politik diberhe dan/atau peng ntikan sebaga urus partai i Pegawai Nege mat atau tidak ri Sipil. Negeri, dengan horm baik dengan ho at; Peraturan terse rbut dipertegas dalam: *Surat Keputus an Menpan da n RB nomor 4 dalam Kegiatan tahun 2004: La Kampanye Pe rangan PNS milu 2004, *Peraturan Pe Sumber: int/Litb merintah Kepm ang Profesi endikbud no. 15 Organisasi Ke 5/U/1998: Pedo mahasiswaan man Umum di Perguruan Tin *SK Dirjen Dikti ggi, dan no. 26/DIKTI/K EP/2002 yang bentuk organis memuat: pelar asi ekstra kamp angan segala us dan partai politi atau melakukan k membuka se aktivitas politik kretariat dan praktis di kamp us.

Streaming: radioprofesi.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


10

Reportase Utama

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

Sikap Pragmatis Meracik Simbiosis demi

BUKAN tanpa alasan ketika kampus menerima dengan tangan terbuka beberapa tokoh-tokoh politik yang ingin “menularkan” warnanya di lingkungan kampus. Di samping berniat mencerdaskan sivitas akademika, pihak kampus juga berusaha mengambil keuntungan lewat bantuan-bantuan yang dijanjikan, baik bantuan pengadaan barang maupun bantuan dana. Melalui mekanisme saling menguntungkan itu, simbiosis mutualisme, dengan terbuka kampus menjalin kerja sama dengan siapa saja. Hal itu dianggap wajar oleh Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PD II) Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Andi Ima Kesuma. Ia beralasan, menerima bantuan dari tokoh-tokoh politik itu bukan berarti semacam intervensi. “Selama orang-orang yang masuk itu menguntungkan bagi UNM, kenapa tidak, kita terima saja,” ungkapnya. Soal mendukung atau mengusung politik yang dibawanya, katanya, itu adalah urusan belakangan. “Kita terima, tapi belum tentu kan kita mendukungnya,” jelas dosen yang yang juga banyak aktif dalam organisas-organisasi politik luar kampus. Senada, hal tersebut juga dianggap Abdullah Pandang, Direktur P3G sebagai kesempatan bagi perguruan tinggi untuk meminta sesuatu. “Dari begitu, kampus bisa memanfaatkan untuk meminta sesuatu, kalau ada. Terpenting, jangan perguruan tinggi menggiring komunitas. Kita harus personal dan independen,” bebernya. Seiring merembesnya warna-warna politik masuk ke dalam kampus, ideologi Lembaga Kemahasiswaan (LK) juga secara

perlahan berubah. LK, menurut Heri Tahir, cenderung pragmatis dalam berlembaga. “Sivitas akademika UNM saat ini lebih cenderung menganut paham pragmatis, tidak peduli kucing hitam ataupun putih, yang jelas bisa menangkap tikus,” perumpamaannya. Perlu diperhatikan, terangnya, penanaman ideologi partai kepada mahasiswa dapat melalui berbagai macam cara mulai dari mengatasnamakan kepentingan agama, bangsa, menumbuhkan rasa nasionalisme maupun dalih pendidikan politik sebagaimana yang digunakan oleh politisi untuk mengelabui mahasiswa utamanya ke dalam wilayah UNM. Alasan tersebut tentu tidak bisa menjadi pembenaran karena dibalik semua hal tersebut, parpol memiliki tujuan tertentu termasuk dengan melakukan cara-cara “kotor “yang dapat menghilangkan daya kritis mahasiswa menjadi sosok yang pragmatis. Hanya saja konsep “saling menguntungkan” itu juga benar-benar dimanfaatkan oleh beberapa tokoh politik tertentu. Syamsu Rizal contohnya, kader ternama asal partai “biru” ini menganggap politisi yang berani masuk kampus bukan politisi sembarangan. Pandangannya, mereka sudah tahu bagaimana suasana kampus yang bisa saja mengkritisi hal tersebut mungkin secara sangat ekstrim sesuai konteks akademik. “Ya, hal tersebut sah-sah saja. Yang jadi masalah jika politisi masuk kampus kemudian sivitas mengikuti keinginan politisi yang merupakan kepentingan politik praktis. Namun jika kepentingannya untuk kemaslahatan, kenapa tidak. Justru salah jika teman-teman mahasiswa tidak mengamini

FOTO: SOFYAN-PROFESI

SOSIALISASI. Rektor UNM Arismunandar dalam beberapa kesempatan dikunjungi oleh tokoh-tokoh politik, Abu Rizal Bakri dan Hary Tanoesudibjo. (Foto: Dok. Profesi)

dan tidak ikut berjuang,” dalihnya. Syamsu Rizal justru membalikkan, mahasiswa tidak hanya perlu kritis dan objektif. Justru mahasiswa mesti cerdas berbalik memanfaatkan kepopuleran para politisi untuk mengakses sumber daya guna peningkatan akademik, seperti yang banyak dilakukan lembaga kemahasiswaan guna menyukseskan kegiatannya. Ketua Himpunan Sosiologi, Novita Sari pun mengatakan, politik masuk kampus bukanlah hal tabu, karena jauh sebelumnya ini sudah ada sejak dulu. Meski persepsi yang tersebar menegaskan politik itu “lahan kotor”, namun bukanlah jadi masalah jika hal tersebut membawa angin segar dalam perkembangan edukasi

terkhusus bagi kampus UNM. “Saya rasa, jika itu tidak menggeser idealisme sebagai mahasiswa, tidak apa,” imbuh mahasiswa angkatan 2011 ini. Sejatinya, pendidikan politik bagi mahasiswa tidak harus melalui sosialisai parpol di dalam kampus, mengingat saat ini peran partai sebagai wadah pendidikan politik masyarakat sudah jauh dari harapan. Permasalahannya, jika pergerakan mahasiswa saat ini berdasarkan keinginan suatu parpol tertentu atau bahkan dimanfaatkan untuk mendapatkan kepentingan tertentu hanya dengan imbalan yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan ideologi mahasiswa pada hakikatnya, akan jadi apa negara ini ke depannya? (tim)

Suara Mahasiswa Punya Nyawa LAYAKNYA “negara” dalam negara, mahasiswa sebagai warga kampus memiliki peran besar dalam menentukan elektabilitas seorang politisi. Kampus merupakan “lahan basah” untuk mendulang suara. Melalui daya nalarnya, warga kampus pula yang mampu meneruskan suara ke pihak-pihak tertentu. Seperti yang diungkapkan Syamsu Rizal

saat ditemui dalam diskusi politik bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, Sabtu (15/2). Ia mengakui, mahasiswa memiliki peran besar dalam pelaksanaan pemilu legislatif mendatang. “Pengaruh mahasiswa pasti sangat besar, tidak hanya dari segi kuantitas suara, mahasiswa juga punya kapasitas untuk mempengaruhi rakyat,” katanya.

Mahasiswa Seharusnya Kritis dan Objektif TAK perlu diragukan lagi, berdasarkan pencapaian sejarah sejak masa pemerintahan pertama RI, mahasiswa merupakan agent of change, pembawa perubahan besar kehidupan menuju arah lebih baik. Namun apa jadinya jika salah satu sosok yang juga menyandang gelar “maha” ini tidak lagi mengatasnamakan kebenaran, keadilan, dan tidak pula mengkritik kebijakan pemerintah yang sewenang-wenang karena pergerakan mahasiswa telah berafiliasi dengan partai politik, bahkan menjadi organisasi sayap kanan partai politik. Hal ini tentu menciderai sosok mahasiswa dan seluruh sivitas akademika yang seharusnya independen, netral dan tidak mendukung kepentingan golongan. Tentu menjadi hal yang ironi, mahasiswa yang harusnya kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, menjadi diam dan bungkam ketika partai yang berkuasa bertindak sewenang-wenang karena penguasa tersebut merupakan afliasi dari organisasi mahasiswa itu sendiri. Olehnya itu, Rektor UNM, Arismunandar menilai bahwa sudah selayaknya sebagai mahasiswa memiliki pribadi yang kritis dan objektif terhadap segala permasalahan politik yang masuk ke dalam wilayah kampus. Karena tidak selamanya kampus akan menutup diri dari bentuk-bentuk kegiatan poltik mengingat Urai data, ungkap fakta, saji berita

hal tersebut juga dapat memberikan nilai positif terhadap nilai-nilai akademik. “Beberapa politikus membutuhkan masukan-masukan dari akademisi kampus untuk menyusun program kerja sehingga perlu adanya interaksi dengan sivitas kampus,” dalih rektor. Direktur P3G, Abdullah Pandang juga ikut menegaskan, pejabat-pejabat bisa berafiliasi tapi tidak boleh terang-terangan mengusung politik tertentu, atau partai tertentu. “Kita mendukungnya secara pribadi tidak apa-apa, tapi jangan sampai menggiring komunitas,” jelasnya. Apalagi secara kelembagaan orang-orang kampus, khususnya pimpinan tidak boleh mendukung golongan-golongan tertentu, bahkan mengkampanyekan. “Partainya juga sebenarnya tidak salah. Yang salah, ya perguruan tingginya sendiri yang betul-betul terkontaminasi dan terseret. Tidak bisa dilarang juga sih partai tertentu untuk menggalang dukungan. Mereka pasti akan melakukan banyak cara agar simbol-simbol kekuatannya melekat pada banyak orang,” tutupnya. Oleh karena itu, menjadi tugas perguruan tinggi pulalah membentengi diri dan seluruh warga yang mendiaminya dari pengaruhpengaruh negatif perpolitikan Indonesia, di tahun politik 2014 ini. (tim)

Senada, Hal yang sama diungkapkan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Selatan, Iqbal Latief. Menurutnya, mahasiswa sebagai generasi penerus harus memiliki pemahaman soal politik agar tidak salah dalam memilih pemimpin terlebih lagi dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. “Minimal 25 persen suara pada pemilu legislatif 2014 merupakan sumbangsih pemilih pemula dalam hal ini mahasiswa,” tutur Iqbal. Hanya saja, berdasarakan pengamatan di lapangan, tak jarang dari sivitas kampus terlibat dalam kampanye para calon pemangku jabatan di tataran politik. Salah satunya dengan menjadi tim sukses dari mereka. Ini juga yang menjadi momok tersendiri, kata Iqbal, dimana mahasiswa dikhawatirkan jatuh pada posisi “dimanfaatkan” akibat minim pemahaman. Hal ini juga diungkapkan Ketua KPU Provinsi Sulawesi Selatan, Iqbal Latief. “Sebenarnya, tidak jadi masalah jika mahasiswa dilibatkan dalam tim sukses atau apapun itu selama tidak melanggar batasan kampus, dalam artian di luar wilayah kampus,” jelas ketua KPU yang baru terpilih ini. Lanjutnya, dalam undang-undang pun diatur terkait wilayah mana saja yang tidak bisa dimasuki parpol untuk berkampanye. Salah satunya itu wilayah pendidikan, dimana lingkungan pendidikan harus bersih dari parpol. Namun, hal ini tidak menjadi batasan untuk sivitas akademika mengetahui dunia perpolitikan. “Kita itu tidak bisa lepas dari yang namanya politik, memilih kekasih pun juga politik,” candanya. Beberapa perilaku sivitas akademika UNM yang secara terang-terangan menunjukkan diri sebagai pelaku atau aktivis politik tersebut tentu telah menciderai aturan yang mewajibkan seluruh sivitas akademika kampus untuk menjaga kenetralan kampus dari masuknya kepentingan-kepentingan politik. “Dalam peraturannya, sivitas akademika tidak dibenarkan menjadi kandidat ataupun terdaftar sebagai tim sukses tokoh politik ter-

tentu,” tegas Dekan FIS, Hasnawi Haris. Belum lagi yang tidak nampak di permukaan, doktrin politisi kepada mahasiswa melalui organisasi ekstra kampus yang ternyata memiliki afiliasi dengan partai politik tertentu. Namun ironinya pihak birokrasi dan fungsionaris LK UNM seakan menutup mata dan menganggap lumrah hal tersebut. Menanggapinya, Ketua Himpunan PPKn, Syaiful Arsyad mengatakan, bukan hanya mahasiswa yang tumbuh cerdas, para pelaku parpol pun juga semakin cerdas. Ini dikarenakan mahasiswa selalu diperhadapkan pada dua kebijakan yang menuntut mahasiswa untuk memilih pro atau kontra. “Apapun pilihannya tetap dimanfaatkan sama partai,” terang mahasiswa angkatan 2011 ini. Namun ia juga menuturkan, sudah seharusnya mahasiswa dillibatkan dalam dunia perpolitikan, karena usia yang mengharuskan demikian. Akan tetapi, perlu dipahami makna dari politik praktis, dan perlu kembali dikaji karena tidak selamanya bersifat jelek. “Kalau mahasiswa cerdas di bagian itu, tidak apa tetap terlibat, tapi tetap tidak keluar dari idealisme sebagai mahasiswa,” pungkasnya. Akan tetapi, melihat perkembangan kemahasiswaan kini, PR III UNM, Heri Tahir pesimis jika masih ada mahasiswa yang tidak tergiur dengan kepentingan-kepentingan politik tertentu. Bahkan, menurut pengalamannya sendiri, banyak fungsionaris lembaga kemahasiswaan yang beralih menjadi tim sukses usai menamatkan studinya di kampus. “Banyak itu anak-anak LK yang menjadi tim sukses di daerah-daerah setelah tamat kuliah,” ungkapnya. (tim) TIM REPORTASE UTAMA: Andi Baso Sofyan (Koordinator), Dian Febriani, Aan Ariska, Muh. Yasir, Susi Amriani Streaming: radioprofesi.com


Suplemen

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

11

www.profesi-unm.com

Diklat Jurnalistik Abu-abu

Kampanye Lingkungan Lewat

Jurnalisme

Laporan: Susi Amriani

Perpisahan itu akan selalu ada karena kita pernah berjumpa. Jangan risau karenanya. Bukankah perpisahan diperlukan untuk dapat bertemu kembali. Kalian adalah jurnalis masa depan. Sampai jumpa di gerbang kesuksesan.

FOTO: SOFYAN - PROFESI

SELALU beda dengan yang sebelumnya, LPPM Profesi UNM selalu hadir dengan inovasi baru ditiap kegiatan DJAa yang digelar tiap tahunnya. Kali ini dengan mengusung tema “Be Creative, Be Natural as Journalist", Profesi mengajak siswa SMA/ MA/Sederajat seSul-Selbar mencoba memaknai lingkungan hidup dengan menggoreskannya dalam tulisan. Jika banyak pemerhati lingkungan yang menggunakan metode lain untuk mengajak khalayak mencintai lingkungan, Profesi dengan cara yang berbeda menggunakan kemampuan jurnalisnya mensosialisasikan cintanya terhadap lingkungan hidup. Tapi ada juga yang sama dengan tahun sebelumnya. Tahun ini, peserta yang hadir masih didominasi oleh siswa di luar daerah kota Makassar. Tentunya, ini membuat peserta yang hadir dengan berbagai suku dan budaya yang berbeda, dapat saling mengakrabkan diri dan bertukar pengetahuan tentang keanekaragaman kebudayaan di Indonesia terkhusus daerah asalnya

masing-masing. Bertempat di kompleks Sekolah Luar Biasa (SLB) binaan provinsi Sulawesi Selatan, diklat yang dilaksanakan pada 5 hingga 10 Februari ini diikuti 67 peserta dari 28 SMA/MA/Sederajat se-SulSelbar. Berbaga materi kejurnalistikan pun disuguhkan kepada peserta, seperti pengenalan jurnalistik, broadcasting dan presenting, pengenalan media online dan lain-lain. Ditambah lagi dengan berbagai item kegiatan yang membuat kegiatan ini semakin terasa nikmatnya, di antaranya, lomba membuat mading tiga dimensi, lomba fotografi, dan ada juga seminar lingkungan yang belum pernah ada di tahun sebelumnya. Belum lagi total hadiah yang dipersembahkan seperti tiket gratis bertamasya ke salah satu water boom terbesar d Makassar, tiket gratis mengikuti bimbingan belajar, dan masih banyak doorprize yang telah dipersiapkan panitia hanya untuk membuat peserta semakin semangat dan betah selama mengikuti diklat ini. Tak dirasa, pelaksanaan diklat yang

dihelat selama lima hari, kini berakhir dengan senyum perpisahan di wajah para peserta dan pantia DJAa 2014. Kerja keras panitia selama dua bulan persiapan hingga puncak kegiatan tentunya menguras stamina, tak lain hanya untuk memberikan yang terbaik bagi para peserta. Berbagai materi kejurnalistikan dan rangkaian kegiatan lainnya jadi harapan panitia penyelenggara mampu diserap secara matang agar dapat dipraktikkan para peserta di sekolah masing-masing. Selama itu pula, beragam kisah hadir mewarnainya. Semangat, canda tawa, keceriaan, kekompakan, rasa lelah dan kantuk bercampur menjadi cerita tersendiri yang akan mereka bawa pulang. Mendapatkan teman baru dan saling bertukar informasi seputar sekolah masing-masing pun jadi bingkai yang membalut jalannya diklat ini. Seuntai senyum para panitia pun hadir tatkala melihat mereka dengan semangatnya bersumpah untuk membawa jurnalisme ke sekolahnya. (*)

Kunjungan media yang menjadi salah satu rangkaian acara DJAa yang dihelat LPPM Profesi UNM ke salah satu media pertelivisian lokal, SUN TV Makassar, Sabtu (8/2). Berkenaan dengan itu, tiga peserta DJAa terlambat mengkuti kunjungan media dikarenakan ketinggalan bus. Mereka adalah Ardiyansyah, Abdul Rahman, dan Arif Maulana. Salah satu peserta terlambat, Ardiyansyah mengungkapkan keterlambatannya disebabkan karena mereka bekunjung ke salah satu pusat perbelanjaan AlfaMart yang ada di jalan Dg Tata Raya. “Telrmbat ki kak karena dari belanja di Alfamart,” katanya. Para peserta dalam lawatannya ke SUN TV disuguhkan dengan materi mengenai pertelevisian dan diajak untuk berkunjung ke studio televisi yang ada disana. (*)

Dikonfirmasi, Utiya mengemukakan bahwa maksud pemanggilan peserta tersebut adalah untuk pemotretan sebagai model di rubrik Keker FAJAR. “Mereka kita foto untuk jadi model di halaman depan Keker edisi Senin (10/2) dan Kamis (13/2),” ungkap mahasiswa Fakultas Hukum Unhas ini. Lanjutnya, ia juga mengatakan bahwa tidak secara sembarang dalam pemilihan model halaman Keker FAJAR. “Tadi kita sempat muter-muter dan akhirnya dapat mereka. Kita juga tidak bisa ambil secara asalasalan juga. Kita liat mereka dan mereka pas buat jadi model di halamannya kita,” pujinya. Salah seorang peserta, Ahmad mengaku senang karena terpilih sebagai model di rubrik Keker FAJAR. “Tentunya senang mi kak, kan jadi model meskipun dadakan. Makanya awalnya saya juga kaget karena tiba-tiba langsung dipanggil terus disuruh beradegan pegang buku,” pungkasnya. (*)

dengan beda sekolah sangat bagus karena memberikan kesempatan untuk mengenal peserta lain lebih dekat. “Meskipun kamarnya banyak orang. Tapi, disitumi bisa punya banyak teman baru karena saling kenal dari sekolah lain,” katanya. Sama halnya dengan Ahmad Arian-

Jadi Model Dadakan di Keker FAJAR

Peserta Puji Kinerja Panitia

Serba-serbi Tiga Peserta Terlambat

Dalam kunjungannya ke Graha Pena Fajar hari ini (7/2), peserta diterima oleh dewan redaksi Harian Fajar di ruang redaksi lt. 4 Graha Pena. Uniknya, tiga orang peserta mendadak dibawa oleh reporter Keker FAJAR, Utiya Ida menuju ruangan yang berbeda. Ketiga peserta tersebut adalah Ahmad Ariansyah dari SMA Negeri 1 Bajeng, Inkaya Yandri Putri dari SMA Negeri 3 Unggulan Pinrang, dan Hegyt Satyo S dari SMA Negeri 8 Mandai. Streaming: radioprofesi.com

Meskipun ada banyak kekurangan selama berlangsungnya DJAa, tapi ternyata dibalik semua itu, ternyata peserta kagum dengan kinerja kepanitiaan. Pasalnya panitia memberikan pelayanan yang lebih. Seperti yang diungkapkan salah satu peserta asal SMA Negeri 1 Watampone, Kiki Wulandari, menurutnya konsep acara khususnya tempat tinggal satu kamar

FOTO: RAJAB - PROFESI

syah, dirinya mengakui kelihaian panitia dalam mengatur acara sedemikian rupa. “Saya terheran-heran dengan kerja sama panitia, pernah ja juga bikin acara tapi tidak sebagus ini. Pas panitia diminta untuk menggelar karpet di dalam ruangan, belum cukup beberapa menit langsung adami,” akunya. (*)

FOTO: RAJAB - PROFESI

Bertandang ke Media Lokal PESERTA DJAa juga diajak mengikuti kunjungan media ke beberapa media yang ada di kota Makassar. Kunjungan ini terdiri dari media cetak, radio, hingga pertelevisian. Hal ini, diungkapkan oleh Ketua Panitia DJAa Andi Baso Sofyan. Dia mengatakan, pelatihan jurnalistik yang diikuti oleh Siswa SMA atau sederajat se-Sulselbar ini, tidak hanya sekedar pemberian materi kejurnalistikan. Akan tetapi juga dioptimalkan dengan kunjungan media sebagai pembekalan tambahan terkait media secara umum dan kejurnalistikan. “Peserta DJAa tidak hanya mengikuti pemberian materi yang dibawakan langsung oleh beberapa praktisi media yang diundang sebagai pemateri. Tapi juga, peserta diikutkan melakukan kunjungan ke berbagai media untuk menyaksikan langsung dapur keredaksionalan,” tutur mahasiwa eksponen 2011 ini. Sementara itu Sutrisno Zulkifli selaku Pemimpin Umum LPPM Profesi, mengatakan jika kunjungan bertujuan untuk mengenalkan secara langsung kepada siswa siswi SMA proses pemberitaan media massa, mulai dari perencanaan, penugasan, pembuatan berita hingga pemuatannya di media cetak. Tak hanya itu peserta juga akan diajak melihat proses percetakan surat kabar di beberapa media ternama Makassar ini.(*)

Urai data, ungkap fakta, saji berita


12

Pariwara www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

Streaming: radioprofesi.com


Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

Streaming: radioprofesi.com

Pariwara

13

www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


14

Opini

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

“Hilangkan” Saja Sertifikasi PREDIKAT sebagai­ seorang guru boleh­ dikata kini menjadi profesi primadona­ bagi se­bagi­an orang. Be­tapa ti­ dak,­ sejak adanya sertifikasi guru me­ mbuat profesi ini maSaturdi Hamid* kin menjanjikan. Guru yang telah tersertifikasi dan memenuhi kewajiban mengajar 24 jam berhak memperoleh tunjangan sebesar gaji pokok. Bahkan universitas pencetak guru pun, termasuk Universitas Negeri Makassar mendapatkan ‘berkah’ atas kehadiran sertifikasi guru ini. Hal itu bisa terlihat dari persentase jumlah pelamar yang meningkat signifikan dari tahun ke tahun. Padahal di kala saya kuliah di tahun 90an, saya sangat risih dengan teman sekampung bila ia menanyakan nama kampus saya. Kalau pun saya jawab pertanyaannya, volume suara sedikit saya kecilkan karena di mata saya UNM bukanlah sebuah perguruan tinggi yang populer kala itu. Begitu pula bila ada pertemuan antar kampus,saya yang dari UNM selalu mengambil tempat duduk paling belakang karena merasa risih. Intinya, saya tidak pernah merasa bahwa UNM itu adalah kampus terpandang. Tapi kini suasana itu mulai berbalik, karena adanya sertifikasi guru. Masyarakat beramai-ramai mendorong putra-putrinya untuk lanjut ke kampus pencetak guru karena profesi guru kian dipandang setara dengan profesi lainnya. Ini tentu saja menjadi kebanggaan bagi kami yang pernah berbaju almamater orange. Sekadar membandingkan kehidupan guru, di kampung saya, sebelum ada­nya sertifikasi, guru-guru tampil biasa-biasa saja. Bahkan cenderung tak­ ada yang istimewa. Namun begitu menerima tunjangan sertifikasi, kehidupan mereka mulai berubah. Simbolsimbol kelas borjuis pun ramai-ramai dimiliki. Dulu, kalau guru datang ke bank untuk mengambil kredit, nominalnya pastilah dibatasi. Dengan adanya sertifikasi, guru malah “dikejar-kejar” untuk ditawari kredit. Hanya saja, sebagian guru ada yang lupa kalau tujuan pemberian sertifikasi adalah untuk meningkatkan kualitas mereka sebagai seorang pendidik. Setelah beberapa tahun berlalu, evaluasi secara menyeluruh terhadap pemberian sertifikasi guru ini tidak lagi dianggap menyejahterakan, tapi malah sebagian guru menilai menggelisahkan. Betapa tidak, tuntutan mengajar 24 jam membuat guru kelimpungan. Ada guru yang dalam satu harinya mengajar tiga tingkatan kelas berbeda. Akibatnya persiapan guru sangat kurang ketika masuk kelas. Maka muncullah istilah ASMA (Asal Masuk), KUDIS (Kurang Disiplin) dan sejumlah idiom lain. Padahal untuk menghasilkan pembelajaran berkualitas di kelas tak boleh menafikan persiapan mengajar. Tidak hanya itu, di salah satu kabupaten, Badan Pengawas Keuangan (BPK) menemukan puluhan guru honor yang tak memegang SK Bupati menerima tunjangan sertifikasi. Mereka diperintahkan mengembalikan uang yang telah diterimanya, padahal jumlah yang harus mereka kembalikan mencapai ratusan juta. Bukan tidak mungkin suatu saat akan banyak guru yang masuk bui ketika BPK menemukan banyak penyimpangan. Maka sebaiknya sertifikasi ini dievaluasi. Kalau tidak dievaluasi sebaiknya dihilangkan saja. (*) *Penulis adalah Pemimpin Umum LPPM Profesi UNM periode 2002-2003 Urai data, ungkap fakta, saji berita

S

Caleg Masuk Kampus, Hati-hati…

ekarang kita tengah berada dalam tahun politik. Sekaitan dengan itu, fenomena yang menarik dan aktual untuk dicermati adalah semakin maraknya para calon anggota legislatif (caleg) yang berupaya masuk kampus untuk menyosialisasikan diri, mengekspresikan ide atau gagasan, dan tentu saja ideologi perjuangan mereka dan partainya. Mereka masuk kampus dengan alasan yang bermacam-macam, mulai dari memberi pembekalan, seminar, dialog kebangsaan, kiat-kiat berwirausaha, sepeda santai, senam aerobik, maupun temu alumni. Dengan dalih seperti itu, apa yang dilakukan oleh mereka tidak menimbulkan kecurigaan. Apapun alasan para caleg masuk kampus, realita menunjukkan bahwa sebagian warga kampus, terutama mahasiswa, menolak kehadiran mereka. Tentu saja, kenyataan ini bisa dimengerti. Idealnya, mestinya perguruan tinggi bersikap netral terhadap semua caleg dan parpol. Kenyataan di lapangan menunjukkan, caleg yang masuk ke kampus seringkali orangnya itu-itu saja dan dari kelompok itu-itu saja. Kehadirannya ke kampus di saat-saat musim pilkada dan musim pemilihan calon legislatif. Kenyataan lain, terkadang kedatangan para caleg di kampus sepi pengunjung sehingga ada pihak-pihak tertentu yang mengarahkan mahasiswa, termasuk himbauan halus kepada mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahan untuk mengikuti

Alimuddin Mahmud* pertemuan tatap muka dengan “sang caleg”. Keadaan seperti ini, berpotensi mencederai etika akademik dan merusak citra kampus. Bila kampus tidak netral, maka kampus bisa dicap milik golongan tertentu, dan besar kemungkinan sebagian orang akan enggan melakukan studi di kampus tertentu dengan alasan beda kepentingan politik. Penolakan atau penerimaan caleg dan partai politik (parpol) masuk kampus, apalagi untuk menggelar kampanye memerlukan pertimbangan yang matang. Sebagai insan akademik, tentu saja kita tidak bisa secara apriori menyatakan penolakan atau penerimaan terhadap fenomena maraknya caleg masuk kampus. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Pertama, kampus harus memberi peluang yang sama, bagi semua caleg untuk meyosialisasikan gagasan-gagasan politiknya. Kedua, penyosialisasian gagasan politik dilakukan secara ilmiah dan rasional. Ketiga, kedatangan para anggota parpol ke

kampus tidak hanya pada hari-hari menjelang pemilu namun sepanjang massa. Keempat, jadwal kunjungan ke kampus mesti di luar waktu-waktu perkuliahan. Meski kampus dilarang untuk dijadikan tempat kampanye namun para caleg ingin masuk kampus karena tempat ini sangat strategis untuk melakukan kampanye dengan cara-cara yang halus. Misalnya, mengajukan proposal, pemberian kuliah umum, dan kunjungan silaturahmi ke pimpinan perguruan tinggi atau ketua yayasan. Cara-cara halus yang demikian itulah membuat banyak tokoh politik bisa dengan leluasa memberi wejangan kepada civitas akademika. Karena itu, pihak perguruan tinggai harus ekstra hati-hati dan selektif. Bila pihak perguruan tinggi tidak selektif dan tidak hati-hati tentu mereka tidak akan menyadari bahwa kampusnya dijadikan tempat penggalangan massa. Atau jangan-jangan maraknya caleg masuk kampus karena diam-diam para birokrat kampus pun punya kepentingan pribadi dalam pengembangan karier, tetapi mengatasnamakan pengembangan kampus dan menambah wawasan mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air? Jika hal ini yang terjadi, maka kembalilah ke jalan yang benar. (*) *Penulis adalah Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat UNM

Gelorakan Perjuangan di Kampus

W

Ferdhiyadi. N*

aktu itu saya baru semester 2, salah seorang dari civitas akademika kampus memberi saya pesan. “Jangan ikuti seniormu yang suka demo, fokus kuliah saja”. Hal pertama yang terlintas di pikiran saya adalah tentang larangan untuk ikut berdemonstrasi? Kenapa? Dan apa sebabnya? Apakah perguruan tinggi berperan sebagai “rumah ilmu” ataukah perguruan tinggi merupakan sarana meningkatkan status sosial mahasiswa tersebut. Haruskah seseorang mahasiswa berkutat pada materi-materi kuliah saja? Bagaimana seharusnya menjadi seorang mahasiswa? Kita adalah bagian elemen dari masyarakat yang maju, yang sudah seharusnya menghilangkan mitos bahwa kampus sebagai “menara gedung” dimana penghuninya menjadi sekumpulan orang yang teralienasi (terasingkan) dari kehidupan masyarakat. Hidup menyatu dalam masyarakat dengan mengetahui bagaimana hak dan kewajiban rakyat terhadap negara dan bagaimana pula tanggung jawab negara terhadap rakyatnya yang selama ini belum terasa dalam kehidupan masyarakat. Dari sinilah kita mulai mencoba untuk membangunkan mereka dari “mimpi” yang selama ini meninabobokan mereka, dan mulai menyadarkan serta mengajak menghadapi realitas yang ada saat ini dan memperjuangkan hak-hak yang seharusnya diperoleh oleh mereka. Termasuk pula hak kita di kampus Perjuangan Hak Demokratis di Kampus Perjuangan selalu di identikkan dengan keinginan atau target yang ingin dicapai melalui sebuah proses. Perjuangan juga merupakan reaksi dari keadaan yang tidak sesuai

dengan harapan untuk menuju hal yang baik dan menghilangkan hal yang buruk atau menindas adalah impian nilai dari kemanusiaan. Di kampus pendefinisan tentang perjuangan juga beragam, namun yang mesti kita garis bawahi secara bersama bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan hak dasar mahasiswa yang tidak terpenuhi di kampus. Maka sewajarnyalah bagi kita mahasiswa untuk memperjuangkan hak dasar kita. Dan organisasi kampus adalah alat perjuangan mahasiswa di kampus. Perjuangan demokratisasi kampus (perjuangan menyangkut pemenuhan hakhak sosial ekonomi dan hak politik di kampus) merupakan tugas fundamental yang harus dilakukan organisasi mahasiswa. Artinya, setiap organisasi mahasiswa harus mampu menjalankan fungsinya sebagai pelayan massa mahasiswa untuk memenuhi hak-hak sosial ekonominya. Sejauh ini, secara objektif terkhusus di UNM masih kita temukan lembaga mahasiswa kampus memposisikan dirinya eksklusif khususnya dalam menyalurkan aspirasi perjuangan mahasiswa. Yang terjadi justru saling benturan antar organisasi di kampus hanya karena orientasi politik mahasiswa yang sangat pragmatis yang cenderung merapat dan tunduk kepada birokrasi kampus, elit politik lokal maupun nasional. Alhasil mereka hanya di jadikan kaki tangan untuk melancarkan kepentingan-kepentingan elit. Hal inilah yang menimbulkan efek massa mahasiswa tidak simpatik terhadap organisasi mahasiswa. 2014, Gelorakan Kembali! Profesi mencatat selama tahun 2013 sekitar seratus kali rentetan aksi di UNM dan tanpa reaksi yang kongkrit dari birokrasi universitas maupun fakultas yang terkesan anti kritik. Mulai dari soal transparansi anggaran keuangan, pengusutan tuntas kasus korupsi, fasilitas yang tidak layak, pembatasan ruang

demokrasi dalam berorganisasi sampai pada aksi penolakan penerapan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT). Maraknya aksi massa yang sering dilakukan oleh mahasiswa pada kisaran 2013 lalu membuktikan bahwa kampus UNM dalam kondisi yang jauh dari apa yang diharapkan oleh mahasiswa. Walaupun aksi yang sering dilakukan tidak terkonsolidasi dengan maksimal tetapi apresiasi patut kita berikan kepada Lembaga Kemahasiswaan (LK) yang terlibat langsung dalam setiap perjuangan atas hak di kampus. Budaya perjuangan adalah hal yang wajar terjadi ketika kondisi kampus tidak lagi demokratis dan ilmiah. Tahun ini telah menanti rentetan permasalahan mahasiswa yang haknya masih belum terpenuhi sampai saat ini. Mau tidak mau kita harus berjuang untuk mendapatkannya. Tapi sekali lagi, untuk memperjuangkan itu semua, mahasiswa membutuhkan alat yang tepat. Dan alat itu adalah organisasi. Hanya dengan berorganisasilah mahasiswa bisa menyampaikan aspirasi dan tuntutannya dengan bersama seluruh massa mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ataupun aliansi membangun perjuangan. Karena perubahan tidak bisa tercipta melalui segelintir orang. Tapi perubahan sangat ditentukan oleh kekuatan massa, karena perubahan sesungguhnya adalah karya massa. Kita bukanlah pahlawan, tetapi perjuangan lahir untuk diri kita pribadi dan orang lain agar kelak tercipta suasana kampus yang kondusif serta membuka ruang belajar yang tidak membatasi, ilmiah dan mendidik, sebagaimana orientasi pendidikan sejatinya untuk memanusiakan manusia. Mari gelorakan perjuangan di kampus agar hak kita dapat segera terpenuhi! Jadikan kampus sebagai benteng pertahanan perjuangan rakyat! Save UNM! (*) *Penulis adalah Pengurus Federasi Mahasiswa FIS UNM Periode 2012-2013 Streaming: radioprofesi.com


Info Profesiana Akademik 15

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

Mubes LK UNM XVI

Kalau Nekat, Saya Cegat

ULTIMATUM yang dimaklumatkan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III) UNM, Heri Tahir terkait larangan bagi mahasiswa angkatan 2009 untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tidak digubris oleh pengurus Lembaga Kemahasiswwan (LK) tersebut. Menjelang musyawarah besar (mubes), pengurus bersikeras tetap menjalankan hasil kesepakatan bersama dengan tidak memberikan batasan angkatan bagi bakal calon Presiden BEM. Ketua Maperwa, Indirwan megungkapkan, pihak panitia mubes hanya memberikan kriteriakriteria tertentu terkait pencalonan presiden BEM berikutnya, Namun persoalan angkatan tidak termasuk dalam kriteria tersebut. Hanya saja, menurutnya, LK harus didukung oleh kekuatan yang besar untuk melanggar aturan yang ditetapkan birokrasi. “Saya yakin ketika temanteman bersatu untuk memperjuangkannya, hal itu bisa diapresiasi oleh

mahasiswa UNM,” terangnya. Indirwan sendiri masih belum tahu secara pasti alasan PR III menolak mahasiswa angkatan 2009 untuk mencalonkan diri sebagai Presiden BEM. Pasalnya, persoalan tuntutan penyelesaian studi yang sering dilontarkan PR III dianggap tidak rasional. Oleh karena itu, pihak LK tidak bisa serta merta menerimanya. “Bagus juga ketika kita mempertemukan dan membahas apa sebenarnya alasan PR III untuk tetap mempertahankan ultimatumnya itu,” pungkasnya. Jikalaupun keputusan mubes nantinya menetapkan presiden yang baru berasal dari kalangan angkatan 2009, ia dan kawan-kawannya mengaku siap menerima konsekuensi yang disiapkan oleh PR III. “Teman-teman sudah siap menerima konsekuensi atas pernyataan sikap ini, karena setiap langkah pasti punya konsekuensi,” tegas mahasiswa Fakultas Ekonomi ini. Menanggapi hal tersebut, Heri

Tahir selaku PR III menganggap keputusan LK untuk tetap melaju dan memperjuangkan calonnya akan berbuah sia-sia. Pasalnya, ia sendiri sudah memastikan tidak akan melantik kepengurusan BEM jika presiden yang terpilih nantinya benar-benar melibatkan kalangan 2009. Ia berpendapat, angkatan tersebut sudah seharusnya fokus untuk urusan akademiknya. Tidak perlu lagi mengurusi lembaga yang seharusnya diserahkan kepada generasi berikutnya. “Masih banyak itu angkatan 2010, kenapa mau maksa 2009,” desaknya. Segala keputusan LK menjelang mubes dianggapnya seolah-olah berusaha “tabrak tembok”. Mubes yang seharusnya telah dilangsungkan menjelang pergantian tahun kemarin, justru beberapa kali harus ditunda. Penundaan-penundaan itu bahkan berbuntut pada menunggaknya dana anggaran persiapan pra-mubes yang mencapai kerugian puluhan juta rupiah. Penundaan-

Program PPL

Honor Belum Terbayar, Kita Malu Panggil

PENGUMUMAN penempatan lokasi program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) hingga kini belum dikeluarkan oleh pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPL. Padahal, program PPL yang dibuka pendaftarannya semenjak Januari lalu itu seyogyanya telah diumumkan terkait penempatan lokasi-lokasi sekolahnya. Diakui Muhammad Aris selaku Penyusun Program UPT PPL, hingga kini pihak UPT PPL belum melaksanakan rapat bersama para kepala sekolah untuk menentukan pelaksanaan PPL tersebut di sekolah masingmasing. “Sebabnya juga, kami juga hingga hari ini masih terkendala masalah dana,” keluhnya. Lebih jelasnya lagi, dana yang seharusnya digunakan untuk memfasilitasi dan membayar honor guru pamong semester lalu belum dibayarkan pihak universitas. “Makanya kita juga malu-malu panggil pihak sekolah untuk rapat bersama terkait PPL itu, karena honor yang dulu saja belum dibayarkan,” bebernya. Beberapa kali pula, diakuinya, ia dite-

mui oleh guru-guru pamong yang menanyakan masalah honornya di UPT PPL. Aris menaksirkan honor yang belum terbayarkan tersebut mencapai Rp 107 juta untuk 284 guru pamong dan 122 koordinator sekolah. Dikarenakan pelaksanaan PPL reguler berbeda dengan pelaksanaan PPL yang mengikut pada KKN Terpadu, maka pengalokasian dananya pun ditanggung sendiri oleh universitas. “Kalau KKN terpadu kan mahasiswa disuruh membayar untuk PPL-nya. Beda dengan PPL reguler ini, yang digratiskan, dan dikelola langsung oleh UPT PPL,” tambah Aris. Hal tersebut dibenarkan pula oleh Kepala UPT PPL, Ali Latief. Menurutnya, honor bagi guru pamong itu seharusnya telah dibayarkan November 2013 lalu. Hanya saja, beberapa kali ia menggagas pembayarannya ke pihak universitas, ia selalu dihadapkan pada persoalan administrasi penyaluran dana yang berbelit. “Dulu sebenarnya sudah mau

dibayarkan, secara manual. Tapi tidak jadi lagi, karena disuruh untuk setor lewat rekening saja semuanya. Tapi, karena rekeningnya bermacammacam, ya disuruh lagi untuk satukan rekening itu,” jelas dosen Pendidikan Luar Sekolah ini. Ia menambahkan, pengubahan kebijakan pengelolaan keuangan di universitas menyebabkan administrasi pembayaran honor sedikit terlambat dan terhambat. Akan tetapi, ia sendiri menjanjikan akan secepatnya mengumumkan penempatan lokasi PPL usai dilaksanakannya rapat koordinasi dengan kepala sekolah. “Kita maklumi saja karena kondisinya (UNM, red) sekarang memang tidak baik. Semoga minggu ini sudah bisa diundang semua kepala sekolah dan diadakan rapat,” harapnya. Sebanyak 17 sekolah menengah akan menjadi lahan kerja bagi mahasiswa PPL yang mencapai jumlah 734 orang. Setiap sekolah, dijelaskan Aris, akan menerima distribusi mahasiswa sebanyak 25-30 orang dengan pembagian jurusan masing-masing 4-5 orang. (imr)

Hanya Bale-bale Sekretariat Kami MENGKRITIK tak mesti dilakukan dengan demonstrasi, tetapi juga bisa dalam bentuk menyindir secara langsung. Hal inilah yang dilakukan lima Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Ilmu Sosial (FIS), di antaranya Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Sosiologi, Sosiologi, IPS, Antropologi, dan Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (Himagara). Karena tak kunjung dibuatkan sekretariat yang layak, kelima lembaga tersebut pun berinisiatif membuat sekretariat sendiri yang dibuat dalam bentuk bale-bale di samping gazebo kampus Gunung Sari. Bale-bale itu awalnya dipelopori HMPS Sosiologi pada Oktober 2013 lalu dan selanjutStreaming: radioprofesi.com

nya disusul empat LK lainnya. Meski HMPS Sosiologi sudah memiliki sekretariat namun karena alasan pelarangan beraktivitas lewat dari pukul 16.00 sore, akhirnya mereka memilih untuk membuat bale-bale sebagai pengganti sekretariat. “Bale-bale ini sengaja kita buat sebagai bentuk kritikan untuk menyindir birokrat fakultas yang hanya janji tapi belum juga membuatkan kami sekretariat,” ujar Ketua HMPS Pendidikan Sosiologi, Muhammad Yarfa. Bale-bale itupun dibuat dari sumbangsih pengurus untuk membeli bahan, seperti atap seng dan kayu. Sedikitnya, dana Rp 400ribu terkumpulkan dari para pengurus. Menurutnya mahasiswa ekspo-

nen 2012 ini, sejak dibuatnya, balebale tersebut sangat efektif mewadahi fungsionaris kelima HMPS dalam berdialektika. Setiap harinya balebale itu tak pernah sepi dari aktivitas para pengurus HMPS, kecuali pada hari libur. “Setiap ke kampus kami semua selalu menyempatkan untuk berkumpul di bale-bale membahas program kerja atau sekadar bersantai. Itu juga kami gunakan sebagai tempat menjalin komunikasi dengan maba,” tuturnya. Senada dengan Yarfa, Ketua HMPS IPS Terpadu, Saddam juga membeberkan, dibuatnya bale-bale itu karena pihak fakultas tak kunjung mewadahi mereka sekretariat yang kondusif. Ditanyai terkait izin mem-

penundaan tersebut, menurut Heri, semakin mengukuhkan ketidakbecusan anggota-anggota LK dalam mengurus lembaganya sendiri. Dijadwalkan, mubes LK baru akan dilangsungkan 21 Februari mendatang. “Silakan saja kalau mereka mau nekat tabrak tembok. Keputusan saya tidak akan berubah. Saya tidak akan melantik, dan kalau memang mereka masih mau dapat dana untuk kegiatan-kegiatannya, ya harus ikut dengan aturan yang berlaku,” ancamnya agak naik pitam. (tar/ imr)

Yudisium PPG-SM3T

Suka Berbalut Duka SEHARUSNYA, momen yudisium sebagai pengukuhan resmi kelulusan mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) angkatan I menjadi momen membahagiakan yang dipenuhi tawa-tawa sumringah. Akan tetapi, berbanding terbalik dengan kebahagiaan itu, isak tangis justru mewarnai jalannya prosesi pengukuhan para pendidik profesional yang resmi bergelar “Gr” itu, Selasa (11/2) di Theatre Room Menara Pinisi. Bagaimana tidak, para calon pendidik yang telah lulus itu harus rela memendam kesedihannya atas teman-temannya yang tidak lulus. Dua tahun waktu yang dihabiskan mengabdi bersama hanya untuk mengejar selembar sertifikat pendidik itu ternyata tidak membuahkan hasil yang manis. Dari 374 peserta PPG, sebanyak 114 orang dinyatakan tidak lulus. “Sedih tak bisa bersama-sama menikmati kelulusan ini,” ungkap Muhammad Ilyas, salah seorang peserta PPG yang dinyatakan lulus. Ilyas mengaku, hari yang seharusnya membanggakan baginya ini berubah menjadi suasana penuh duka sekaligus keprihatinan. “Bayangkan saja, dulu kami bersama-sama dilepas berangkat SM3T, seharusnya bersama-sama pula dilantik. Namun ternyata jauh dari harapan saya,” akunya. buat bale-bale karena dapat mengganggu tata ruang kampus, Saddam tidak memeprmasalahkannya. Lanjutnya, tujuannya memang sebagai sindiran agar mereka dibuatkan sekretariat. “Kalau dianggap melanggar, buatkan kami sekretariat,” pungkasnya. Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III) FIS, Najamuddin mengaku tidak diwadahinya sekretariat untuk empat HMPS tersebut bukan karena alasan kesengajaan birokrat fakultas, tetapi karena belum adanya anggaran yang diberikan dari universitas untuk itu. “Dana LK saja sebagian belum cair

Di tengah isak tangis yang mendera, Rektor UNM Arismunandar turut tenggelam ketika membawakan sambutannya. Ia prihatin melihat ada cukup banyak peserta PPG yang tidak lulus. “UNM yang sebagai pencetak guru justru malah banyak tidak lulus. Kednegarannya sangat miris,” tutur guru besar Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini. Lebih lanjut rektor menuturkan, proses menjadi Guru Profesional memang tak semudah yang dibayangkan. Perjalanan panjang dan berliku harus ditempuh bagi calon pendidik yang telah setahun mengabdikan dirinya di desa-desa terpencil. “Inilah bukti hasil perjalanan tak mudah. Banyak tak lulus karena memang tak mudah. Banyak yang gugur karena memang tak mudah,” tukasnya. Menanggapinya, Pembantu Dekan Bidang Akademik FIS (PD I), Firman Umar menganggap kegagalan itu lantaran selama ini UNM sangat menggebu-gebu menerima mahasiswa baru sementara jumlah dosennya hanya sedikit. “Terjadi ketimpangan sebenarnya. Dosen sedikit, mahasiswa banyak. Jadi wajar kalau banyak yang tak lulus,” katanya. Akibatnya, proses pelatihan akademik tidak berlangsung secara efektif. (sdr) dari dua tahun lalu, apalagi dana untuk dibuatkan sekretariat. Kita biasa kasih uang kalau ada proposal kegiatan itu bukan dari dana LK, tapi dana untuk fakultas dikasih atas inisiatif dekan,” terangnya. Lebih lanjut, ia mengungkapkan, dirinya pernah melarang kepada salah satu HMPS tersebut membuat bale-bale, tetapi tidak dihiraukan. “Jadi nanti kalau ada instruksi universitas untuk membongkar, siap-siap saja, saya tidak tanggung jawab karena saya sudah larang sebelumnya,” imbuh eksKetua Jurusan Sejarah ini. (mus) Urai data, ungkap fakta, saji berita


16

Persona

Profesi Edisi 176 Februari Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

Prof. Drs. H. M. Arif Tiro, B.A, M.Pd, M.Sc., Ph.D

Tiada Waktu Tanpa Berguru BELAJAR dan menulis adalah tujuan hidupnya. Berderet titel kependidikan, yakni B.A., Drs., M.Pd., M.Sc., Ph.D., sekaligus profesor telah diraihnya dalam kurun sisa hidupnya yang tidak muda lagi, 61 tahun. Sebanyak 29 buku juga telah diterbitkannya, yang kerap menjadi bahan rujukan bagi dosen-dosen lain. Tidak hanya di lingkungan UNM sendiri, melainkan merambah ke kampus-kampus lainnya. Semangatnya untuk terus belajar ternyata menghasilkan gelar dan sejumlah prestasi yang cemerlang Pria yang bernama lengkap Muhammad Arif Tiro ini mengungkapkan dirinya sejak dulu memang sangat senang belajar. baginya belajar adalah hal yang menyenangkan, setelah kita menemukan ilmunya maka jangan lupa untuk menuliskannya. “Saya selalu berpesan kepada seluruh mahasiswa agar jangan sampai putus sekolah, sampai sekarang pun

saya masih tetap belajar,” tuturnya. Setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengah di tanah kelahirannya, Ketua Prodi Statistika FMIPA ini hijrah ke tanah Makassar. Tidak hanya sekadar sekolah yang tinggi namun ia juga menjadi mahasiswa berprestasi. Salah satunya sebagai mahasiswa Statistika berprestasi di Amerika Serikat dengan mendapat kehormatan menjadi anggota Mu-Sigma-Rho, National Statistical Honor Fraternity. Selain berbagai prestasi tersebut, pria kelahiran 17 April ini telah menulis puluhan buku dan telah diterbitkan. “Saya memang sangat suka menulis. Buku pertama saya terbit tahun 1999 di penerbitan Hasanuddin University Press yang berjudul Analisis Data Frekuensi dengan Chi-Kuadrat, Terakhir, 2013, terbit dengan judul Metode Ellips dalam Analisis Data Kuantitatif,” jelasnya sumringah.

Bukan sekadar basa basi jika pria yang juga berkiprah di banyak kampus lainnya ini, tidak hanya di Makassar, mengatakan hingga sekarang masih sibuk belajar. Baginya menulis dan mengajar sudah menjadi media belajar. “Mengajar di berbagai tempat memberikan banyak pengalaman, selain diberbagai universitas dan perguruan tinggi, saya juga sempat mengajar di SMA Negeri 3, SMA Negeri, SMA Nasional, SMP dan SMA Ampera, SMP dan SMA Ahmad Yani di Makassar,” jelas pria yang juga mengajar di STAIN Watampone ini. Pria yang punya kegemaran menuliskan setiap perjalanan studinya ini mengungkapkan, lewat tulisan, orang lain dapat belajar dengan apa yang kita alami, apa yang kita rasakan dan apa yang seharusnya mereka lakukan juga bisa mereka temui. Dengan menuliskan apa yang telah kita pelajari juga menjadi tabungan ilmu

bagi kita. “Tulislah apa yang kau ketahui maka kau akan memberikan sesuatu untuk orang lain,” tutupnya. Keuletannya dalam mengejar ilmu se­ lalu membuahkan prestasi baginya, tahun 2006 silam Ia terpilih menjadi penguji luar (external examiner) Doctor of Philosophy Program, School/ Faculty of Behavioral Science, New Castle University, Australia. Hingga kini sejak 1999 silam Ia juga menjadi penguji untuk ujian doktor di Unhas, dan sejak 2011 lalu penguji untuk ujian doktor di Teknologi Sepuluh November Surabaya. (sul) FOTO: DOK. PRIBADI

Berprestasi Demi Jadi Kebanggaan BE thankful for the hard times and always study on prinsip inilah yang terus dipegang teguh oleh Ramli, salah satu mahasiswa International Class Program (ICP) Biologi yang mampu membawa nama UNM tidak dipandang sebelah mata di kancah nasional. Ramli berhasil menembus babak grand final Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang dihelat di penghujung tahun lalu di Universitas Indonesia (UI). Sayangnya harapan mahasiswa angkatan 2012 ini harus pupus di tengah jalan setelah gagal mempersembah-

kan gelar juara bagi kampus pencetak Oemar Bakrie di kancah nasional. Ramli hanya berhasil membawa pulang predikat juara keempat di bawah perwakilan Universitas Pelita Harapan (UPH), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Andalas (Unand). Meskipun tak berhasil bersaing di kancah nasional, mahasiswa yang berniat mengunjungi negeri Sakura, Jepang, ini sehari-harinya merupakan sosok yang sederhana. Outlooknya yang penuh optimisme menjadikan dia lebih menonjol dibanding mahasiswa lainnya. Kesenangannya terhadap Biologi semenjak SMP membuatnya ingin lebih mengkaji ilmu tentang makhluk hidup ini lebih dalam. Tak jarang ia mewakili sekolahnya dalam setiap kompetisi Biologi digelar. Kecintaannya terhadap Biologi semakin mantap melangkahkan kakinya ke Kota Daeng. “Terpaksa nekat ke Makassar sendirian karena sudah diterima disini (UNM, red),” ujarnya. Bahkan sebelum kuliah di UNM, ia mengaku tidak tahu-menahu tentang UNM itu sendiri. Akan tetapi, kemandirian dan dukungan dari keluarga kecilnya di Raha Sulawesi Tenggara ini menjadi satu spirit tersendiri bagi Ramli. “Ya kita maksimalkan saja setiap kesempatan yang ada dan jangan sampai mengecewakan orang tua,” katanya dengan senyum simpul. Dukungan dari orang tuanya terlebih ibunya membuat kini tetap berda di ICP Biologi. Sumbangan Penunjang Pendidikan (SPP) yang mahal ditambah lagi biaya praktikum yang tidak sedikit membuat Ramli yang berasal dari keluarga yang berkecupupan sempat berpikir untuk transfer ke Biologi reguler saja. “ICP

kan mahal ditambah lagi tidak ada perbedaan secara signifikan dengan Biologi yang biasa. Jadi, hampir saya transfer saja,” bebernya. Niatnya diluluhkan oleh Ibunya yang bersedia membiayai pendidikan putra sulungnya itu walaupun kuliah di prodi yang berlabel internasional itu. “Untungnya ibu masih mau mengupayakan biaya pendidikannya. Katanya kuliah baik-baik saja nak semoga rejeki lancar biar bisa bayar kebutuhanmu,” kenangnya. Kesediaan orang tuanya terus saja menjadi motivasi tersendiri bagi anak pertama dari empat bersaudara ini. Demi membanggakan kedua orang tuanya, terutama ibunya yang berprofesi sebagai penjual pakaian kios-kiosan, ia saban hari mengisi waktu luangnya denghan belajar dan membaca. Ia mengaku, dirinya kini dalam tahap persiapan untuk berkompetisi di Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pen-

getahuan Alam (ON-MIPA) 2014 yang akan dihelat bulan Mei nantinya. “Doakan saja bisa juara lagi nanti di ON-MIPA lagi,” katanya. Akan tetapi, mahasiswa kelahiran Kendari ini agak menyayangkan kurangnya dukungan dari pihak birokrasi terkait setiap kompetisi nasional yang melibatkan mahasiswa UNM. Hal itu tentu saja, diakuinya, membuat semangatnya sedikit kendor. “Kita sudah membawa nama kampus ke tingkat nasional namun tidak ada perhatian sama sekali,” sesalnya. Seperti OSN kemarin, untuk biaya transpor ke Jakarta Ramli justru mengaku harus rela menggunakan uang pribadinya. Beruntung, akomodasi dan perjalanan kembali ke Makassar ditanggung oleh pihak pelaksana OSN. “Lebih baik tidak usah juara juga sih kalau kampus tidak perhatian apalagi ini kan membawa nama baik universitas,” sesalnya. (aar)

FOTO: SOFYAN - PROFESI

Ramli, Grand Finalist OSN Biologi

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Streaming: radioprofesi.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.