Edisi 177

Page 1

1

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

Tabloid Mahasiswa UNM

Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi

Beringas Pangkas Kuota Hal. 4 Kebat-kebut Kualitas Guru Hal. 8 Dosen Genit Ngajak Nikah Hal. 15

Kampus Guru-guruan

Hal. 23

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014 Streaming: radioprofesi.com

Sajikan informasi terhangat UNM

Disini

Android

Blackberry


Persepsi

2

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

G

surat dari pembaca

Untuk Apa Jadi Guru?

uru bukan lagi profesi yang dipandang sebelah mata. Semenjak dikeluarkannya peraturan Kemendikbud, bak durian runtuh, profesi guru sangat menjanjikan. Berbekal sertifikat pendidik, guru berhak memperoleh tunjangan dalam jumlah yang tidak sedikit. Tak pelak hal itu mendorong banyak orang berbondong-bondong ingin menjadi guru. Hanya saja, untuk menjadi guru profesional bergelar “Gr” alumni masih butuh waktu 2 tahun lebih lama lagi. Dengan kata lain, gelar “S.Pd” hanya sebagai syarat untuk bisa mengikuti SM3T maupun PPG. Karena dalam hal ini, pemerintah memang baru menyediakan pendidikan profesi bagi alumni kependidikan. Lantas, bagaimana seandainya pemerintah juga membuka pendidikan profesi bagi alumni non-kependidikan yang ingin jadi guru? Sayangnya, keinginan untuk menjadi guru tidak sebanding dengan kuota yang disediakan oleh pemerintah. Alhasil, pemerintah harus mengadakan seleksi untuk menyaring guru-guru yang tergiur dengan aroma-aroma tunjangan itu. Alihalih menyaring guru-guru yang berkompeten, pemerintah hanya akan mencetak guru-guru pintar namun tak cerdas. Sama halnya dengan wakil rakyat di negeri kita, mereka orang-orang pintar namun minus moral. Mereka dicetak dari guru-guru yang hanya menekankan pada cara mengajar, bukan dari cara mendidik. Ingat, antara “mendidik” dan “mengajar” itu sangatlah berbeda. Mendidik, lebih menekankan pada kualitas moral dan akademik. Sementara mengajar, guru hanya menyalurkan ilmunya tanpa diselingi dengan perbaikan moral kepada anak didiknya. Pun, guru seakan-akan hanya mengejar kepentingan pribadinya, menggugurkan kewajiban. Nah, ketika pemerintah membuka proses seleksi guru

t f

Apa yang Anda pertanyakan?

profesional melalui tes semacam Ujian Tulis, apakah itu menjamin guru yang mereka loloskan adalah yang mampu membawa perubahan bagi bangsa? Kita mesti skeptis, jangan-jangan, guru-guru yang lulus lewat jenjang tes itu hanyalah mereka yang hebat dalam hal keilmuan, tapi dangkal dalam paedagogik atau bahkan moral. Kita membutuhkan pendidik yang tidak mementingkan urusan perutnya saja. Sama halnya melihat pengabdian guru yang di daerah-daerah 3T. Seharusnya, pemerintah mengapresiasi perjuangan para guru itu. Setahun mengabdi demi pendidikan yang cemerlang nyatanya tidak bisa menjamin mereka untuk menjadi seorang guru yang diakui pemerintah. Setahun mengabdi demi gelar “guru”, nyatanya harus mereka telan mentah-mentah jikalau tak lulus dalam ujian tulis nasional. Pihak kampus pun seyogyanya turut berperan dalam menggembleng calon guru. Peran P3G secara khusus dalam mencetak guru-guru profesional pun mesti dipertanyakan. Materi dan kurikulumnya nampaknya perlu dikaji ulang. Materi yang diajarkan sama saja dengan materi yang didapatkan mahasiswa kependidikan saat menjalani kuliahnya. Kalau sudah begitu, apa gunanya PPG berasrama selama setahun? Sementara pengalaman mendidik, sedikit atau banyak sudah diapatkan para calon guru itu ketika mengabdikan diri daerah 3T. Maka harapan rektor UNM dengan memangkas kuota penerimaan mahasiswa semoga menjadi kenyataan. Kampus hendak meningkatkan output dari segi kualitas, tidak semata-mata dari segi kuantitas. Mahasiswa sedikit, semoga berimbas pula pada proses perkuliahan yang maksimal. Kita berharap saja bahwa keputusan ini ternyata berdampak luas dan sistemik terhadap perbaikan lulusan UNM di masa mendatang. Semoga. (*)

Fatjri Nur Tajuddin koleksi buku diperpustakaan sangat sedikit khususnya buku-buku sosial budaya. sangat kurang buku-buku edisi terbaru. disisi lain, ada baiknya jika birokrat menyediakan taman baca disetiap sudut kampus sehingga mahasiswa tidak menghabiskan waktunya menunggu dosen hanya untuk bergosip tetapi bisa belajar dengan konsep fun learning. trmksh.

Kepala UPT Perpustakaan. Dr. Asniar Khumas, S.Psi, M.Si

Kami belum bisa menambah buku-buku di perpustakaan ini, semenjak 2 tahun ini anggaran dari universitas tidak ada, dan kami telah berluang kali mengirim proposal ke universitas namun belum ada tanggapannya.

Ninink Ekawati Hafid

ruang kuliah untuk mahasiswa desain komunikasi visual FSD kekurangan kelas. Bayangkan saja untuk 3 angkatan (5 kelas) cuman disediakan 2 ruangan. Suka terlantar kalo ruangan terpakai !!

PD II FSD. Drs. Alimuddin, M.Sn Terima kasih atas perhatiannya, memang sudah sepuluh tahun tidak ada penambahan gedung/ruang kelas, meski FSD sudah memprogramkannya tiap tahun melalui RKA-KL FSD. Namun, tidak ada realisasi dari kantor pusat, meskipun demikian, selama ini kuliah tetap berjalan. Wassalam

KARIKATURkokeoe KARIKATUR-

Walaaa.... tidak updatenya ­ erpus. Buku jadul ji, haaa... p malasku....

Ilustrasi: Febriawan Djalil

Redaksi menerima saran, dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim saran dan kritikan Anda ke:

Telepon/ sms : 089655551135 / 085255927221 Email : redaksi@profesi-unm.com / profesi_unm@yahoo.com

Nama yang tercantum di bawah ini, tidak lagi tercatat sebagai pengelola LPPM Profesi UNM Periode 2013-2014:

LPPM Profesi UNM STUDIO PRAMBORS FM. Kru LPPM Profesi UNM foto bersama setelah kunjungan media di Studio Prambors 105.1 FM di Lt. 4 Mall Ratu Indah (MARI) Makassar. Kegiatan tersebut merupakan ajang silaturahmi sekaligus pe­m­belajaran bagi amunisi baru LPPM Profesi UNM khususnya Divisi Penyiaran. FOTO: RAJAB-PROFESI

@Profesi_Online www.profesi-unm.com

ASRAN

Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Nurdin Noni, Heri Tahir, Eko Hadi Sujiono, Ismail Muchtar Dewan ­Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Akbar Faisal, Mukhramal Azis, Uslimin, Ammas, ­Facharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Fitriani Rachman. Pemimpin Umum: ­Sutrisno Zulkifli, Sekretaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Divisi Penerbitan: Imam Rahmanto (Pemimpin Redaksi), Divisi Online: Muh. Yasir (Kepala Divisi), Divisi Penyiaran: Rizki Army Pratama (Station Manager), Divisi Penelitian dan Pengembangan: Yeni Febrianti (Kepala Litbang), Divisi Usaha: Nurlela (Pemimpin Perusahaan). Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Penanggung Jawab: Sutrisno Zulkifli, Pemimpin Redaksi: Imam Rahmanto, Sekretaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Kepala Penyiaran: Rizki Army Pratama, Kepala Online: Muh. Yasir, Kepala Litbang: Yeni Febrianti, Pemimpin Perusahaan: Nurlela, Redaktur: Khaerul Mustaan, Susi Amriani Reporter: Fadilah Dwi Octaviani, Syamsul Alam, Sulastri Khaer, Dian Indrasari, Dwi Pratiwi Aslam, Dian Febriani, Andi Sadriani, Nurlaela Basir, A. Sri Mardiyanti Syam, Andi Ajip Rosyidi, Samti Binti Talip, Aan Ariska Febriansyah Fotografer: Andi Baso Sofyan Layouter/ Desainer Grafis: Kasdar Kasau Manager Sirkulasi: Syamsul Alam Manager Iklan: Andi Sadriani. Redaksi LPPM Profesi UNM : Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1 Parangtambung Makassar, Telp. (0411) 887964, e-mail: redaksi@profesi-unm.com, website: www.profesi-unm.com

DESAIN SAMPUL: KASDAR

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Streaming: radioprofesi.com


Mozaik

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

SCRN FIP UNM

Pemuda Kerap Berbuat Negatif

REALITAS sekarang remaja lebih dominan membentuk suatu kelompok atau komunitas yang merugikan masyarakat seperti geng motor dan sebagainya. “Padahal Sukarno pernah bilang, berikan saya 10 pemuda untuk menguncang dunia. Tapi sekarang kita lihat, 10 pemuda berkumpul malah jadi boyband yang mengguncang panggung. Sungguh memprihatinkan,” ungkap Ketua Umum Studi Club Raudatun Ni;ma (SCRN) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Makassar (UNM) Saat memberi sambutan Seminar Kepemudaan di Aula Pascasarjana (PPs) Lt.5 UNM. Sabtu (8/3) Ketua Panitia, Saharuddin, mengungkapkan, kegiatan yang dirangkaikan dengan Muktamar SCRN FIP UNM XVI ini bertujuan memberikan pencerahan kepada masyarakat. Dalam seminar yang bertemankan “Pemuda Harapan” ini di hadir Wakil Walikota Makassar Syamsul Rizal dan Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar M. Ikhwan Abd. Jalil. (asa) LPM BIOMA

Kurang Sosialisasi, Peserta Minim LEMBAGA Penerbitan Mahasiswa (LPM) Bioma Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) FMIPA UNM menyelenggarakan Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD), dimulai 8 sampai 9 Maret 2014 lalu. Kegiatan yang dihelat di Benteng Sombaopu, Art Gallery itu diikuti oleh 21 mahasiswa. Diantaranya, 19 mahasiswa berasal dari jurusan Biologi dan 2 orang berasal dari jurusan Fisika. Ketua Panitia pelaksana, Rizal, menyayangkan minimnya peserta yang mengikuti pelatihan jurnalistik dasar tersebut. Padahal seharusnya setiap jurusan punya utusan. “Ini dikarenakan kurangnya sosialisasi,” beber Rizal. Ainul Fuad, Pemimpin Umum LPM Bioma membenarkan pelaksanaan diklat ini tidak semaksimal apa yang diharapkan. Di samping peserta yang tidak begitu banyak, juga terkendala pada waktu pelaksanaan karena Himabio juga ada kegiatan Spora. Wajar kami undur pelaksanaannya di bulan Maret,” pungkas mahasiswa pendidikan Biologi 2012 ini. Kegiatan bertema “Mencetak Insan Pers Mahasiswa Kritis, Kreatif dan Berwawasan Global” tersebut dikhususkan bagi mahasiswa Biologi agar dapat termotivasi menjadi jurnalis kampus. (pr33)

3

www.profesi-unm.com

Pendidikan Antropologi

SNAPSHOT

Sampah ­Harumkan Nama UNM TAK selamanya sampah adalah benda yang tak lagi bermanfaat. Jika dikelola dengan baik, sampah bisa saja memiliki nilai guna lebih. Tak jarang dengan berinovasi, sampah dapat membawamu untuk meraih prestasi. Lihat saja tiga mahasiswa program studi (prodi) Pendidikan Antropologi yang berhasil mengharumkan nama UNM di kancah nasional dengan menjuarai Lomba ECO-Kreatif “Mengolah Sampah dengan Kreatif” diajang kejuaraan U-Green Tea (U Read’s Grand Event of Technology Application) yang dilaksanakan di Universitas Sriwijaya, Palembang pada 20-22 Februari lalu. Dalam event yang diikuti seluruh universitas di Indonesia tersebut, Fatjrin Nur Tajuddin, Nur Ulfawati Hadi, dan Fadillah Anjarwati Ali bersama-sama berhasil menyabet juara pertama mengungguli tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Sebelas Maret. Fatjrin mengungkapkan, idenya untuk mengelola sampah koran menjadi media pembelajaran Torso bermula dari sampah koran yang umumnya tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Karenanya, ia mencoba memanfaatkan sisi lain dari barang daur ulang tersebut. “Biasanya,

FOTO:SOFYAN-PROFESI

PARKIR. Sejumlah kendaraan nampak terparkir di salah satu ruas jalan gerbang UNM Parangtambung. Meski sudah terdepat rambu larangan berhenti, sejumlah pengendara ngotot parkir akibat kurangnya lahan parkir khususnya di area FMIPA

setelah membaca koran, hanya disimpan bahkan dibuang. Maka kami berpikir bagaimana mengolahnya menjadi sesuatu yang bermamfaat,” jelasnya. Selain itu, media pembelajaran Torso berupa model patung bagian organ-organ tubuh manusia memang belum banyak digunakan oleh sekolah-sekolah di daerah pedesaan. “Jadi kami berinisiatif bagaimana sampah koran ini bisa diolah media pembelajaran yang murah dan tidak menuntut banyak biaya,” lanjutnya. Kelak, Fatjrin berharap, hasil karyanya bisa diterapkan di sekolah-sekolah

yang kekurangan media pembelajaran, sehingga sekolah yang ada di pedesaan tak perlu lagi merasa ketinggalan dengan fasilitas laboratorium di perkotaan. “Kami akan mengimplementasikan karya kami agar bisa membantu sekolah- sekolah yang tidak memiliki torso,” yakinnya. Pembuatan Torso tersebut, menurut Fatjrin, tidaklah begitu sulit. “Awalnya koran cukup diberikan air dan dibuat menjadi bubur, setelah menjadi bubur kemudian dicampurkan dengan tepung kanji dan dikeringkan selama 4 hingga 6 hari,” jelas Fatjrin. (pr26)

Inaugurasi Samurai FSD 2012

Lakon Kesenian dari Samurai

ACARA yang digelar mahasiswa Fakultas Seni dan Desain (FSD) UNM angkatan 2012, dijuluki Samurai, cukup menarik perhatian. Kegiatan yang mengambil lakon di Baruga Collie Pujie, Rabu (12/3) malam itu menampilan 10 segmen tampilan di hadapan ratusan penonton. Pembawaan host yang kocak berhasil mengocok perut penonton saat itu. Jumardin (host pria, red) berlakon layaknya Hudson, salah satu karakter dwimuka yang terkenal di ajang pencarian bakat Indonesia. Peran yang kemayu darinya mengundang gelak tawa penonton.”Penonton maaf nah, tambah seksi ka,” sedikit kutipan canda saat ia berlakon. Dengan mengusung tema Maret Berkarya, mahasiswa Samurai 2012 berharap akan menghasilkan banyak karya.

“Pelaku seluruhnya itu berasal dari angkatan 2012, kami ingin menunjukkan hasil karya yang selama ini kami miliki dan tentunya kami bagikan kepada seluruh mahasiswa yang lainnya juga,” tutur Dihya Al Qalby selaku ketua panitia. Selain itu, hari jadi Samurai 2012 tersebut juga diisi dengan berbagai penampilan. Selain musik, ada juga tarian 4 Etnis Sulawesi, tampilan band, dan lakon drama. “Kami menampilkan semuanya dari pagi,” tutur Zulfikar yang juga mengisi acara musik malam itu. Tembang lagu Laskar Pelangi yang ia bawakan semakin memperkuat tema “Maret Berkarya” yang merupakan pelesetan “Mari Berkarya”. Laskar pelangi takkan terikat waktu | Bebaskan mimpimu di ang-

kasa | Warnai bintang di jiwa. Fikar mengatakan, lagu soudtrack film Laskar Pelangi ini memiliki makna yang dalam, yang berceritra tentang cita-cita. Pentingnya memiliki impian menjadi kunci meraih kemenangan dunia akhirat. “Pesan motivasinya lebih dapat, apalagi anak-anak banyak yang suka lagu ini,” jelas mahasiswa angkatan 2012 ini. Menurutnya, apa yang mereka sembahkan di anniversary pertama itu merupakan pesan untuk generasi selanjutnya (2013, red). Masih terkait dengan lirik lagu yang dianggap bisa mewakili apa yang mereka harap. “Intinya di peringatan ini pastinya harus tetap berkarya dan ini juga sebagai pesan buat adik-adik kedepannya,” harap putra Selayar ini. (dnf)

Hingga 32 Tahun Melanglang Buana Usang namun berguna. Selama empat windu bus ini telah dimanfaatkan. Ia yang dulunya berwarna hijau memilih untuk enggan “diistirahatkan” Oleh: Andi Ajip Rosyidi* Dengan pertimbangan kondisi yang masih memungkinkan untuk menempuh radius hingga kurang lebih 200 kilometer. Selain itu,bentuk perawatan yang dilakukan rutin setiap selesai digunakan dan pengecekan kondisi mesin yang dijadwalkan secara berkala juga menjadi alasan mengapa bus ini masih layak pakai. “Setiap selesai dipakai itu harus dicuci dan dicek kondisi mesinnya,” ujar Jafar, salah seorang supir bus UNM. Diperoleh sejak 1982, bus yang saat ini sudah berevolusi meenjadi warna kebanggaan yang khas dan berlabel Universitas Negeri Makassar di kedua sisinya. Berbagai kunjungan lintas daerah yang dilakukan mahasiswa, perjalanan dinas Streaming: radioprofesi.com

pegawai UNM hingga menemani mahasiswa mengabdikan diri hingga pelosok desa yang tersebar di Sulsel. Ketika pertama kali diperoleh, Jafar berkisah, bus pemberian dari Pemprov ini sebanyak dua unit namun seiring dengan berjalannya waktu dan pertimbangan kondisi sudah kalah duluan maka bus tersebut tidak terpakai lagi. “Dulunya kita punya dua tapi karena sudah tidak memungkinkan untuk dipakai sehingga bus itu dimuseumkan,” kenang Jafar. Untuk waktu-waktu sibuk penggunaan kendaraan dinas berkapasitas lebih dari 20 orang ini, biasanya akhir pekan Sabtu-Minggu digunakan mahasiswa terutama lembaga kemahasiswaan untuk

kegiatan kemahasiswaan. “Biasanya mahasiswa berebutan menggunakannya bus di hari Sabtu sama Minggu,” ungkap pegawai Subbagian Rumah Tangga yang membidangi pemakaian kendaraan dinas. Penggunaan bus bagi LK ini pun sering dibatasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari monopoli penggunaan oleh satu pihak saja. “Sebaik mungkin kami atur peminjamannya setiap ada mahasiswa yang mau pakai,” ujar pria berkacamata ini. Pengunaan bus juga di UNM juga titik berat pengoperasionalannya diserahkan kepada masing-masing supir. Ia mengungkapkan, masing-masing supir sudah diserahi tanggung jawab untuk merawat bus itu hingga pelaporan kerusakannya.

FOTO: SOFYAN-PROFESI

TAK TERURUS. Minimnya anggaran, mengakibatkan sedikitnya kendaraan dinas tak kunjung diperbaiki.

Sampai saat ini, UNM hanya memiliki 10 unit Bus yang aktif beroperasi. Namun, sesuai kebijakan birokrasi, 6 unit diantaranya leluasa digunakan mahasiswa dan 4 unit sisanya hanya diperuntukkan bagi kalangan atas, kaum dosen dan para pejabat kampus. Kesepuluh bus ini pula tidak ada satu pun yang diperadakan UNM sendiri. Sebanyak 5 unit merupakan bantuan dari Pemprov, 1 unit dari pemerintah kota, 1 unit dari Dinas Perhubungan, dan 3 unit sisanya merupakan hibah dari Bank Mandiri. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita


4

Reportase Khusus

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

DAFTAR KUOTA SNMPTN 2014 UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.

Program Studi

IPS

ADMINISTRASI NEGARA ADMINISTRASI PENDIDIKAN AKUNTANSI BIMBINGAN DAN KONSELING EKONOMI PEMBANGUNAN MANAJEMEN PEND. ADMINISTRASI PERKANTORAN PEND. AKUNTANSI PEND. GEOGRAFI KLS INTERNAS. (BILINGUAL) 1PEND. GURU SEK. DASAR (KAMPUS MAKASSAR) 1PEND. GURU SEK. DASAR (KAMPUS PARE-PARE) PEND. GURU SEKOLAH DASAR (KAMPUS BONE) PENDIDIKAAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS PENDIDIKAN BAHASA JERMAN PENDIDIKAN EKONOMI PENDIDIKAN GEOGRAFI PENDIDIKAN GURU PAUD PENDIDIKAN IPS PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN & REKREASI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PENDIDIKAN LUAR BIASA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN SEJARAH PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI, DAN MUSIK PENDIDIKAN SENI RUPA PEND. KOPERASI P. GURU SEK DASAR BILINGUAL (KAMP MAKASSAR) PSIKOLOGI SASTRA INDONESIA SASTRA INGGRIS SENI TARI SOSIOLOGI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

No. Program Studi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

IPA

BIOLOGI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FISIKA GEOGRAFI ILMU KEOLAHRAGAAN KIMIA MATEMATIKA PEND. BIOLOGI KLS INTERNASIONAL (BILINGUAL) PEND. FISIKA KLS INTERNASIONAL (BILINGUAL) PENDIDIKAN BIOLOGI PENDIDIKAN FISIKA PENDIDIKAN IPA PENDIDIKAN IPA KLS INTERNASIONAL (BILINGUAL) PENDIDIKAN KIMIA PENDIDIKAN MATEMATIKA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA & KOMPUTER PENDIDIKAN TEKNIK MESIN PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN PEND. KIMIA KLS INTERNASIONAL (BILINGUAL) PEND. MATEMATIKA KLS INTERNAS. (BILINGUAL) PEND. TEKNIK ELEKTRONIKA PEND. TEKNIK OTOMOTIF

D.T. Persyaratan Portofolio 30 1,2,3,4 15 1,2,3,4,5 15 1,2,3,4 45 1,2,3,4,5 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4,6 60 1,2,3,4,5 60 1,2,3,4,5 60 1,2,3,4,5 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4 45 1,2,3,4 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4 15 1,2,3,4,6 45 1,2,3,4,5 30 1,2,3,4 60 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,6 45 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,5 15 1,2,3,4,5 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4,5 30 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4,5 75 1,2,3,5 30 1,2,3,4 30 1,2,3,4 15 1,2,3,4,5 30 1,2,3,4 15 1,2,3,4,5

Beringas Pangkas Kuota Berdalih menjadikan kualitas akademik yang lebih baik, Universitas Negeri Makassar (UNM) melakukan pemangkasan kuota mahasiswa baru (maba) hingga 2000 kursi lebih. Akankah dilanggar lagi?

Olahraga Olahraga

Sendratasik Seni Rupa

Seni Tari

D.T. Persyaratan Portofolio 15 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,6 Seni Rupa 15 1,2,3,4,6 15 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,6 Olahraga 15 1,2,3,4,6 15 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,6 15 1,2,3,4,6 15 1,2,3,4,6 15 1,2,3,4,6 15 1,2,3,4,6 15 1,2,3,4,6 15 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,6 105 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,6 45 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,6 30 1,2,3,4,6 45 1,2,3,4,6

Kode Keterangan Persyaratan: 1. Tidak tuna netra 2. Tidak tuna rungu 3. Tidak tuna wicara 4. Tidak tuna daksa 5. Tidak buta warna keseluruhan, boleh buta warna sebagian 6. Tidak buta warna keseluruhan maupun sebagian

SUMBER: www.snmptn.ac.id

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Penerimaan Mahasiswa Baru

FOTO: SOFYAN-PROFESI

Tahun ajaran 2013-2014 tak lama lagi berakhir. Seluruh Sekolah Menengah Atas (SMA) pun kini tengah mempersiapkan siswa-siswinya menembus Ujian Nasional (UN) yang telah di depan mata. Seiring itu pula, pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) sebagai syarat sekolah mendaftarkan siswa-siswinya pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) telah ditutup 6 Maret lalu. Ekspektasi para siswa mampu duduk di kursi perkuliahan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pun semakin besar. Khususnya Universitas Negeri Makassar (UNM) yang menempati peringkat kedua perguruan tinggi terfavorit di Sulawesi Selatan setelah Universitas Hasanuddin (Unhas). Saling berlomba meraih pendaftar terbanyak merupakan impian setiap universitas, tak terkecuali UNM. Tahun ini saja, UNM menargetkan pelamar SNMPTN melebihi 10.000 pendaftar. Padahal tahun sebelumnya, kampus ini hanya mencapai angka pendaftar di kisaran 6.000. Tak tanggung-tanggung, eks Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ujungpandang (IKIP-UP) ini bahkan bersedia menerjunkan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Internet Communication Technology (ICT) Centre miliknya. ICT Center berperan membantu para siswa dan sekolah bagi yang telah mengisi PDSS untuk memuluskan langkah terdaftar sebagai calon maba di UNM saat melakukan pendaftaran dan verifikasi data, 17 Februari hingga 31 Maret mendatang. “Pasca pengisian PDSS ditutup,

sebanyak 367 SMA di Sulsel tidak melakukan registrasi SNMPTN. Otomatis, pihak sekolah mesti bertanggung jawab atas hal ini,” terang Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I), Sofyan Salam. Sayangnya, ambisi itu tak berbanding lurus dengan jumlah kuota maba yang ditetapkannya tahun ini. Kampus pencetak tenaga pendidik ini malah memangkas kuotanya hingga 2.000 maba. Bila tahun lalu UNM menerima 6.000 maba, kini hanya menyiapkan kuota 3.960 saja. Itu sudah termasuk kuota SNMPTN 50 persen, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 30 persen, dan Penerimaan Mahasiswa Baru Mandiri (PMBM) 20 persen. Alasannya, kampus ini telah menyadari selama ini lebih mementingkan kuantitas mahasiswa ketimbang kemampuannya menampung. Peningkatan mutu dan kualitas akademik juga menjadi pertimbangan. “Kuota dikurangi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan demi kualitas akademik mahasiswa,” kata Sofyan Salam. Padahal, kualitas akademik tidak hanya berpacu pada banyak atau tidaknya maba, tapi aspek terpenting ialah proses transfer informasi dari pendidik ke peserta didik. Kualitas dan kuantitas dosen pun patutnya menjadi soratan kampus sebelum menetapkan pengurangan kuotanya. Di samping itu, mutu pendidikan di kampus ini juga mestinya ditunjang infrastruktur yang memadai dan jumlahnya. Alih-alih meningkatkan kualitas akademiknya dengan cara pengurangan kuota, keputusan

tersebut justru dianggap meragukan. Pasalnya, petinggi kampus ini sering kali tidak konsisten dengan standar yang telah ditetapkannya sendiri. Terbukti, pada 2013 lalu, kuota yang dinyatakann 5000 maba malah menggelembung hingga lebih 6000 maba dari jalur “siluman”. Terkait hal itu, Sofyan Salam menjelaskan semua mahasiswa itu sudah dinyatakan legal berdasarkan hasil keputusan bersama di birokrasi kampus dan diakui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). “Mahasiswa lulus karena mereka berhasil melalui ujian. Tidak ada namanya jalur pendekatan,” kilahnya. Padahal teringat jelas, dirinya pernah menegaskan maba UNM yang akan diterima saat itu hanya 5000 orang. Kemudian dipertegas lagi akan tetap dengan kuota seperti itu meskipun di akhir ada penggelumbungan di jalur mandiri. (tim)

Sudut

+ Beringas Pangkas Kuota - Dikit-dikit, lama-lama jadi bukit + Kebat-Kebut Kualitas Guru - Terlalu genit, belum cukup kompeten + Dosen Genit Ngajak Nikah - Asalkan sama-sama suka Dg Tata

GRAFIS: KASDAR-PROFESI

Streaming: radioprofesi.com


Reportase Khusus

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

5

www.profesi-unm.com

Tumbal D-3 untuk S1

APA KATA MEREKA?

Wwaayyuu harapannya Badan Eksekutif Mahasiswa dan LK bisa lebih meningkatkan kualitas perannya sebagai wadah aktualisasi dirinya tmn2 maba nantinya dan semoga proses PMB dikembalikan ke BEM & LK sbg pelaksananya Ardhisya Nurfadhilah Raghielya II Kualitas kelas & pengajarnya ditingkatkan terutama di PTIK. Cukup seniornya saja yg menderita karena kelas sempit & panas, jadwal tdk teratur, dosen yg semaunya, dan kursi kurang. Sekian & terima nasib.

Amdar Zmogaus Zebenkstis senyum lebar buat PHINISI

FOTO: SOFYAN-PROFESI

BERSAP. Sejumlah mahasiswi mengambil posisi sap dalam penyambutan mahasiswa baru tahun 2013 lalu.

Akibat kebijakan pemangkasan kuota tersebut, akhirnya berdampak pada satu Fakultas di UNM, seperti Fakultas Teknik (FT) yang harus mengorbankan Program Studi (Prodi) Diploma Tiga (D3) agar tidak terjadi pemotongan kuota maba yang lebih pada Program Sarjana. Kuota maba Program Sarjana bisa ditutupi dengan menutup sementara D3. Dekan FT, Husain Syam mengungkapkan, senat lebih memilih untuk menutup D3 dari agar Program Sarjana tidak terganggu menyeluruh. “Dari pada S-1 yang dikurangi banyak, mendingan D3

Streaming: radioprofesi.com

dulu yang disetop sementara,” ungkapnya. Lebih lanjut ia menjelaskan, tidak masuknya D3 dalam jalur SNMPTN dan SBMPTN juga menjadi pertimbangan. Alasannya, formulasi penerimaan mahasiswa yang masih bobrok juga menjadi pemicu penutupan sementara ini. “Pertimbangannya bahwa rekrutnya yang kurang bagus, kita coba mencari formulasi penerimaan yang lebih bagus,” terangnya. Di sisi lain, ia berharap, dengan penutupan sementara tersebut, kendala pembinaan mahasiswa bisa teratasi mengingat kasus

tawuran yang kerap dialami. “Kalau ternyata pengurangan mahasiswa ini belum bisa kami kelola dengan baik, berarti bukan itu masalahnya,” imbuhnya. Ketua Prodi D3 Jurusan Teknik Mesin FT , Djuanda membenarkan hal tersebut. Sistem penerimaan mahasiswa D3 dianggap kurang efektif karena penyaringan yang tidak begitu ketat. “Akhirnya mahasiswa yang masuk itu tidak tersaring dengan baik,” terangnya. Namun, hal ini tidak sepenuhnya mendapat respon positif. Salah satu dosen D3 Teknik Mesin,

Nur Ulil Amri mengurangi kuota hingga 2000 kursi di SNMPTN Semoga di JALUR MANDIRI juga begitu! Bukannya mengurangi kursi di SNMPTN hanyalah modus untuk menambah kuota di MANDIRI u/komersialisasi pendidikan! #no offense SUMBER: FAN PAGE LPPM Profesi UNM GRAFIS: KASDAR-PROFESI

Amiruddin, dengan tegas tidak setuju terkait penutupan sementara tersebut. Menurutnya, alasan regulasi penerimaan yang dianggap kurang bagus bukanlah alasan yang jelas. “Sampai hari ini belum ada alasan yang jelas dikalangan mahasiswa dan dosen,” tegasnya. Amiruddin menambahkan, birokrasi fakultas tidak seharusnya menutup D3, karena hanya problem rekrutmen yang belum cocok. Sebaliknya, birokrasi lebih meningkat-

kan mutu D3 sebagai pendidikan advokasi sebagai jalur terapan yang siap kerja. “Seharusnya di-update grade-nya jadi D4, bukan ditutup sementara,” sesalnya. Hal yang sama juga dituturkan ketua prodi D3 Teknik Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Srikandi. Ia mengatakan, keputusan fakultas dianggap merugikan karena mereka harus kena dampak isu yang stigma dari mahasiswa D3 lainnya. (tim)

Urai data, ungkap fakta, saji berita


6

Reportase Khusus www.profesi-unm.com

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

EDOM Tak Berkutik

FOTO: RAJAB-PROFESI

Barru Bone Bulukumba Enrekang Gowa Jeneponto Luwu Luwu Timur Luwu Utara Makassar Maros Palopo Pangkep Pare-pare Pinrang Selayar Sidrap Sinjai Soppeng Takalar Tana Toraja Toraja Utara Wajo

10 11 11 11 4

MEMPERBAIKI mutu pendidikan yang dianggap kurang efektif , UNM memilih untuk mengurangi kuota kursi maba 2014. Padahal hal tersebut hanya salah satu aspek yang memepengaruhi, nyatanya peningkatan mutu pendidikan bukan hanya stuck pada kuantitas, tapi juga kualitas pengajar. Dimana, dalam dunia kurikulum termaktub adanya hubungan timbal-balik antara pengajar dan yang diajar. Dalam hal ini, peran Evaluasi Dosen oleh Mahasiswa (EDOM) menjadi rujukan. Namun sayang,transformasi EDOM yang dianggap bisa menggait minta mahasiswa untuk lebih aktif ternayata nihil. Usaha yang dilakukan Pusat Penjamin Mutu (PPM) melakukan kerja sama dengan dengan pihak Internet Communication Technology (ICT) Center tidak begitu memberi hasil. misalnya salah satu mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris men-

18

23

15

10 8 11 9 12 11 7 14 9 7

20

gaku jika ia tidak pernah mengisi Sub EDOM tersebut. Saat dimintai jawaban, ia mengatakan kejelasan EDOM sangatlah kurang, jadi wajar kalau mahasiswa ogah-ogahan untuk mengisi. “Maksudku saya, tidak jelas arahnya ini barang, sudah ngisi di dunia maya nda jelas kualifikasinya bagaimana,” kritik mahasiswa angkatan 2012 ini. Ditemui di ruangannya, ketua PPM, Fachri mengaku tidak tahu harus berbuat apa. Bentuk kerja sama yang dilakukannya yang diharap memberi sumbangsi ternyata hanya isapan jempol belaka. Saya juga tidak tahu harus bagaimana lagi biar mahasiswa mau isi itu EDOM,” kesalnya. Sempat, kekecewaan menghampiri PPM ini ketika dalam suatu waktu, saat ia memerintahkan salah satu stafnya untuk mengecek data EDOM , ternyata tidak ada satu pun mahassiwa UNM yang membuka sub pengi-

sian EDOM. “Loh kok seperti itu, padahal ini juga dampaknya kembali ke kita,” ceritanya saat itu. Lanjutnya, semua hasil pengisian EDOM diserahkan ke Rektor dan kemudian diteruskan ke Fakultas masing-masing. “Nanti di fakultas baru dieksekusi, kami hanya memfasilitasi saja,” jelasnya. Meski demikian, besar harapan PPM agar semua elemen yang ada di UNM turut berpartisipasi meningkatkan kualitas pendidikan di kampus pencetak guru ini. Terlebih hal kecil seperti pengisian EDOM juga berperan dalam peningkatan akreditasi UNM di mata dunia.(tim) TIM REPORTASE UTAMA

Dian Febriani (Koordinator), Andi Ajip Rosidi, Kasdar Kasau, Khaerul Mustaan.

Jumlah ­Sekolah Tidak Mengisi PDSS di Kabupaten/Kota 35

26

58 Program Studi Favorit di UNM Bimbingan Konseling (BK) Akuntansi

Pendidikan Matematika

Pendidikan Biologi

992

913

802

Administrasi Perkantoran

2512 PGSD Makassar 1992

1114

PTIK

1223 1727

1276 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

19

Manajemen

1478

Pendidikan Bahasa Inggris

SUMBER: BAAK UNM GRAFIS: KASDAR-PROFESI

Diklat jurnalistik tingkat lanjut 2014

ANCAMAN MEDIA SOSIAL TERHADAP VERIFIKASI MEDIA MASSA Redaksi LPPM Profesi UNM: Jl. Dg Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Block AB No. 1

Telp. 887964 I website: www.profesi-unm.com I FB: LPPM Profesi UNM I Twitter: @profesi_online | live streaming radio: www.radioprofesi.com Urai data, ungkap fakta, saji berita

COMING SOON Streaming: radioprofesi.com


Info Akademik

Gara-gara Pemilu, Wisuda Dipercepat

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

JADWAL pemungutan suara Pemilihan Umum anggota legislatif ternyata berdampak pada proses wisuda yang akan berlangsung di Universitas Negeri Makassar (UNM). Prosesi wisuda yang seharusnya dilangsungkan bertepatan dengan Pemilu legislatif, 9 April mendatang, terpaksa harus dimajukan menjadi 2-3 April 2014. Hal tersebut menurut Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Ismail Muhtar dilakukan agar seluruh sivitas akademika bisa menggunakan hak pilihnya di Pemilu. “Wisuda tetap harus dilangsungkan. Oleh karena itu, jadwalnya kita hindari yang bertabrakan dengan Pemilu Legislatif,” ujar Ismail Muhtar. Lanjutnya lagi, pelaksanaan wisuda masih tetap mengambil tempat yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni Auditorium Amanagappa. Pihaknya masih belum terpikirkan untuk memanfaatkan Ruang Teater, seperti yang banyak diharapkan orang. “Apalagi dengan jumlah kursi Ruang Teater yang sangat tidak memadai untuk menampung lulusan dan keluarganya,” imbuhnya. Pada periode 2014 ini, kampus orange akan menelurkan 1139 alumni. Rencananya, tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, wisuda gelombang I akan diikuti oleh wisudawan dari Program Pascasarjana (PPs), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), dan Fakultas Psikologi, sedangkan gelombang II adalah

GELOMBANG I

GELOMBANG II

PPs

160

WISUDAWAN

FMIPA

FT

146

WISUDAWAN

FIP

FIK

211

WISUDAWAN

FIS

Fakultas MIPA, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), Fakultas Seni dan Desain (FSD). Sementara itu, bagi alumni strata satu (S-1) yang memiliki IPK tertinggi akan diberi piagam penghargaan serta dihadiahi program Bebas Tes mendaftar ke PPs UNM. Setelah menjadi alumni UNM, Ismail berharap cetakan UNM mampu berkompetisi dengan alumni lainnya sehingga mampu meningkatkan citra positif kampus di kalangan masyarakat. Serta bagi alumni yang

FBS

FSD

89 261 87 118 40

WISUDAWAN

WISUDAWAN

WISUDAWAN

WISUDAWAN

WISUDAWAN

SUMBER: BAAK UNM GRAFIS: KASDAR-PROFESI

berprestasi dapat mempertanggungjawabkan IPK yang diembannya, hingga berpeluang mendapat kerja yang diinginkan. (nrl)

2015, PPG Non SM-3T Dibuka

BILA saat ini Pendidikan Profesi Guru (PPG) hanya dikhususkan bagi peserta yang lulus dalam program Sarjana Mendidik di daerah Terpencil, Terdepan, dan Tertinggal (SM-3T) saja, di tahun 2015 mendatang, PPG non SM-3T juga akan dibuka. Namun, perbedaannya terdapat pada pembiayaannya yang dibayarkan secara mandiri oleh setiap peserta bila menempuh jalur non SM3T tersebut. “Sarjana yang lulus SM-3T itu tidak lagi membiayai program PPG karena secara otomatis menerima beasiswa, beda dengan peserta reguler dari prodi non-kependidikan

yang harus membayar bahkan hingga melebihi biaya studi Program Pascasarjana,” ungkap Direktur Program Pengembangan Profesi Guru (P3G) Universitas Negeri Makassar (UNM), Abdullah Pandang. Ia juga membantah, program SM-3T hanya berakhir di angkatan III. Menurutnya, pendaftaran SM-3T untuk angkatan selanjutnya akan dibuka kembali di pertengahan Maret ataupun awal April nanti meskipun saat ini merupakan masa transisi dalam penerapan kebijakan tersebut. “Kita terus berbenah supaya tahun 2016 nanti, semua guru benarbenar sudah memiliki sertifikat pendidik.

Logo Biasa Tidak Perlu Dibingkai CIVITAS akademika ternyata masih banyak salah kaprah atas penggunaan logo UNM terkait peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang mengharuskan logo UNM dibingkai segilima. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahpahaman penggunaan logo, maka pihak universitas mengeluarkan surat edaran yang menegaskan secara gamblang bahwa tidak ada perubahan logo, Selasa (4/3). Menurut Kepala Bagian Tata Usaha UNM, Abdul Wasis Wahab, penggunaan bingkai segilima hanya dikhususkan untuk keperluan kop surat maupun amplop. Di luar penggunaan surat, maka logo UNM tidak mengalami perubahan. “Seperti untuk skripsi, PDH, jaket, laporan dan lainnya yang memanfaatkan logo, sebenarnya tidak perlu pakai bingkai segilima,” ungkapnya. Untuk mahasiswa yang telah terlanjur menggunakan bingkai segilima pada logo di sampul skripsi maupun tugas bukanlah suatu masalah. Hanya saja, hal itu ditentukan pula oleh dosen maupun fakultas dalam memberi kebijakan. “Untuk Lembaga Kemahasiswaan yang menggunakan Streaming: radioprofesi.com

logo UNM sebagai kop surat, sekiranya mengikuti aturan yang telah ditetapkan, yakni berbingkai segilima. Karena semua tata penulisan surat itu sudah diatur dalam Permendiknas, sehingga kita tinggal menjalankan,” terang Wasis. Meskipun demikian, masih banyak pihak di lingkup fakultas yang bandel menggunakan logo lama tanpa bingkai untuk kop surat. Alhasil surat tersebut harus diproses kembali agar seusai aturan. “Bagi surat yang menyalahi aturan, konsekuensinya tentu akan ditolak dan tidak diproses oleh Kemendikbud,” cetusnya. Untuk di internal UNM sendiri, tambahnya lagi, memang masih dimaklumkan penggunaan kop surat dengan logo tanpa bingkai segilima. Salah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Aisyah mengaku acap kali menggunakan logo UNM berbingkai segi lima disetiap tugas yang dikerjakannya. Hal ini ia lakukan lantaran mahasiswa lainnya melakukan hal yang serupa. “Saya hanya mengikuti teman-teman, saya kira aturan baru yang diterapkan itu,” polosnya. (nrl)

Jadi bagi sarjana pendidikan yang baru lulus, silahkan segera mengikuti PPG,” imbaunya. Bahkan Abdullah Pandang mengungkapkan akan ada penambahan jumlah peserta yang akan diterima selanjutnya, mengingat ada begitu banyak daerah 3T yang mengajukan permintaan. Disamping itu pemerintah juga merasa program ini betul-betul mampu menyelesaikan masalah kekurangan guru serta masalah pemerataan guru di Indonesia. “Dalam beberapa pertemuan, menteri inginnya semakin banyak peserta yang diterima, kalau bisa 8000 tapi bergantung anggaran juga,” imbuhnya. Mengenai guru yang telah terangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Abdullah mengemukakan bahwa guru tersebut tetap harus mengikuti PPG dalam jabatan untuk mendapatkan sertifikat pendidik. “Untuk guru yang telah mengabdi sebelum dikeluarkannya UUGD (Undangundang Guru dan Dosen), hanya perlu lulus sertifikasi untuk kemudian bersertifikat pendidik,” tambahnya. Untuk itu, kedepannya UNM tidak akan lagi menerbitkan ijazah Akta IV karena yang berhak mendidik siswa di sekolah haruslah bersertifikat pendidik. “Untuk mendaftar sebagai guru PNS harus dilampirkan sertifikat pendidik dari PPG-nya, tidak lagi dengan Akta IV,” terangnya. Meskipun demikian, salah satu mahasiswa Jurusan Teknik Otomotif, Dedi tidak begitu menyetujui adanya PPG. “Itu akan memakan waktu yang lebih banyak lagi, seharusnya kita sudah bisa melamar kerja tapi itu lagi yang harus ditunggu selama dua tahun, untuk SM-3T dan PPG,” keluh mahasiswa angkatan 2010 ini. Lain halnya dengan Nurul Inayah, salah seorang mahasiswa Jurusan Biologi angkatan 2012 mengaku terkesan dengan konsep perekrutan guru melalui PPG. “Menurut saya, ini akan seru. walaupun agak ribet untuk jadi guru, tapi mudah-mudahan dari program itu dapat dihasilkan tenaga pendidik yang betulbetul profesional dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan,” harap mahasiswa program kelas Internasional ini. (pr03/pr32)

7

www.profesi-unm.com

AGENDA Seminar dan Workshop Bahasa Bugis Pusat Bahasa UNM akan menghadirkan salah satu peserta program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dari Amerika Serikat, Douglas Laskawske dalam seminar dan workshop bahasa Bugis. Dalam seminar akan dipresentasikan makalah dengan judul Perbandingan Bahasa Bugis antar Daerah, kemudian dirangkaikan workshop pembuatan kamus denganmenggunakan software. Seminar dan workshop yang akan berlokasi di Gedung Pinisi ini dilaksanakan pada Sabtu, (22/3). Peserta dapat melakukan registrasi pada tanggal 3-20 Maret di Pusat Bahasa UNM, Gedung Pinisi Lantai 4 Sayap C dengan kontribusi Rp 50 ribu bagi mahasiswa dan Rp75 ribu untuk umum. (pr03)

Tes Potensi A ­ kademik (TPA) Individual Unit Training dan Job Center Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar (UNM) bekerjasama dengan Unit Usaha Otonom Penyelenggara Tes (UUO PT) Bappenas Jakarta akan menyelenggarakan Tes Potensi Akademik (TPA) individual pada Sabtu (22/3) di Gedung FF 103-104 UNM Parangtambung. Namun sebelumnya, Peserta yang ingin mengikuti TPA individual diwajibkan mengisi formulir pendaftaran di Kantor Kersbang Fakultas MIPA paling lambat pada Sabtu, (15/3) dan membayar uang pendaftaran senilai Rp 500 ribu. (sam)

Perekrutan Anggota Baru UKM Seni UNM UKM Seni UNM kembali melakukan perekrutan anggota baru. Pendaftaran dimulai pada tanggal 3 hingga 21 Maret. Technical meeting akan diadakan pada Senin, (24/3). Selanjutnya, opening ceremony diselenggarakan pada Sabtu, (12/4). Kegiatan indoor digelar pada 19 hingga 20 April, dan kemudian disusul oleh kegiatan outdoor pada tanggal 1 hingga 4 Mei mendatang. (sam)

SINCAN CUP IX Himpunan Mahasiswa Sipil dan Perencanaan (HMSP) Fakultas Teknik (FT) bakal menggelar perlombaan olahraga. Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tanggal 31 Maret-14 April mendatang ini bertujuan untuk mengembalikan semangat berkarya dan berkompetisi dalam menjalin hubungan silatuhrahmi. Dalam Sincan Cup IX, akan dipertandingkan cabang futsal, sepak takraw, voli, catur, dan design maker. Pendaftaran dibuka pada tanggal 5-18 Maret dengan membayar kontribusi peserta berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 150 ribu per item lomba. (sam)

Urai data, ungkap fakta, saji berita


8

Reportase Utama Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

Kebat-Kebut Kualitas Guru

Mengabdikan diri selama setahun di daerah terpencil nyatanya tidak menjamin para calon guru dijanjikan gelar guru profesional. Jalan yang berbelit kerap kali memupuskan harapan untuk memperoleh selembar ­sertifikat pendidik.

FOTO: NUR FADLY-PROFESI

Sebut saja namanya Firman, pria yang terbersit hatinya mengabdi di pelosok negeri untuk pendidikan bangsa yang cemerlang. Sakit selama dua minggu setibanya di Manggarai Timur, membuat kondisi fisiknya semakin menurun. Cuaca yang sangat berbeda dengan daerah asalnya membuat tubuhnya harus kerja ekstra untuk bertahan. Daerah yang minim fasilitas membuat Firman harus bertahan dengan segala bentuk kekurangan. Untuk berangkat menuju sekolah saja, Ia harus menunggu truk yang dimodifikasi menyerupai mobil penumpang. Tak banyak pilihan alat transportasi, penduduk yang punya motor saja masih terbilang hitungan jari. Sebagai pendatang, Firman harus bertahan dengan seluruh keterbatasan itu. Tak sampai disitu saja, akses jalan yang rusak membuat perjalanan tidak menyenangkan dan setiap harinya Firman harus rela menempuhnya. Belum lagi daerah mayoritas non muslim ini seakan membuat Firman terasingkan jika ingin sekadar menjalankan ibadahnya. “Hanya berbekal niat tulus mengabdi demi pendidikan bangsa yang cemerlang, Urai data, ungkap fakta, saji berita

cerita saya ini semoga bisa menjadi pelajaran berharga untuk pembaca” ujar Firman menutup sedikit ceritanya, seorang peserta program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, Tertinggal, dan Terdepan (SM-3T). Kini, peserta PPG prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) ini harus mengubur impiannya menjadi guru karena didaulat tak lulus dari PPG-SM-3T berasrama yang sudah ia ikuti selama 6 bulan. Padahal, ia bersama teman-temannya sempat diiming-imingi impian akan memperoleh gelar guru profesional dengan sertifikat pendidik selepas mengabdi di daerah terpencil itu. Mereka rela mengabdi, bahkan mengadu nasib di daerah yang selama ini belum pernah dikenalnya. Tujuan mereka hanya satu, memberikan pendidikan yang layak bagi semua anak Indonesia. “Perjuangan selama dua tahun, melalui tahap demi tahap tersebut dan akhirnya tidak lulus, pastilah merasa sedih juga,” ratapnya. Sembari sesekali menghela napasnya, terasa berat, ia menceritakan tentang kekecewaannya tidak lulus dari “jalan emas” menjadi guru itu. Firman hanyalah salah satu dari “tumbal” proyek pendidikan pemerintah. Masih ada ribuan alumni kependidikan yang akhirnya harus rela mengurut dada karena tak lulus dalam ujian yang diselenggarakan pemerintah untuk menyaring calon guru profesional. Lain halnya dengan Muhammad Ilyas yang merupakan alumni dari Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNM. Meski telah dinyatakan lulus dari PPG-SM-3T kemarin, ia juga sangat kecewa dengan keputusan Ditjen Dikti yang seolah-olah “menjegal” banyak impian menjadi guru. “Bagaimana tidak, saya dan temanteman sudah menghabiskan waktu setahun lamanya di daerah 3T, merasakan sedikit pengasingan disana, namun ternyata tibatiba ada tes lagi untuk menentukan kelulusan kami menjadi seorang guru,” ujar Ilyas yang kini siap mengabdikan dirinya untuk mengajar anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Saba, Malaysia.

Ia menambahkan, mengajar di daerah 3T tidak sama dengan mengajar anakanak di daerah yang sudah maju dari segi teknologi serta industri. Segala bentuk keterbatasan dan perjuangan mengajar serta mendidik sebenarnya sudah dianggap lulus sekembalinya mereka dari pengabdian. Sementara, menurutnya, kegiatan keasramaan serta beberapa ujian dilewati terkhusus Ujian Tulis Nasional (UTN) tidak mutlak mampu mengukur kemampuan yang diperoleh dari daerah 3T. “UTN yang hanya berdurasi 90 menit ditambah lagi psikologis tiap

Tidak menjadi jaminan jika sudah mengabdi selama setahun di daerah 3T dan PPG selama setahun pula maka secara klasifikasi bisa dinyatakan lulus sebagai guru Direktur P3G, Abdullah Pandang

orang berbeda jika dalam keadaan terdesak. Saya rasa kenyataan yang ada tidak adil,” bebernya sedikit tertekan menahan luapan emosi saat mengingat banyak temannya yang tidak lulus. (tim)

Jumlah Sarjana Kependidikan yang lolos mengikuti PPG dalam periode pelaksanaannya: 2011

5508 Orang

2012

6705 Orang

2013

6616 Orang

2014

372 Orang

260 ORANG LULUS SERTIFIKASI

352 Orang

DALAM PROSES PPG ANGKATAN II

284 Orang

MASIH MENJALANI SM-3T

Belum dibuka Ket:

PESERTA PPG/SM-3T UNM

WISUDAWAN UNM

Catatan : * UNM hanya bertindak sebagai salah satu LPTK yang diamanahi untuk mengelola PPG. Oleh karena itu, alumni kependidikan yang dinyatakan berhak mengikuti PPG tidak terbatas pada alumni UNM saja. *Kuota yang disediakan pemerintah untuk PPG hanyalah bagi mereka yang mengikuti SM-3T SUMBER: P3G UNM, BAAK UNM DAN LITBANG PROFESI GRAFIS: KASDAR-PROFESI

Streaming: radioprofesi.com


Reportase Utama Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

SM-3T Bukan Jaminan

SEBUAH fakta menyeruak bahwa perjalanan menjadi guru semakin panjang, sulit, dan melelahkan. Hal ini tentu berbeda jika kita melihat sepintas lalu ke belakang. Asalkan lulus kuliah dengan gelar “S.Pd”, memperoleh akta IV, kita akan didaulat menjadi guru. Akan tetapi, semenjak dikeluarkannya Undang-undang tentang Guru dan Dosen, Akta IV tidak lagi menjadi syarat untuk pengangkatan guru. Untuk menjadi seornag guru, yang dibutuhkan adalah sertifikat pendidik yang bisa diperoleh melalui PPG. “UNM juga sudah menghapuskan akta IV, jadi lulusannya sudah seharusnya memang mengikuti PPG untuk bisa menjadi guru,” ungkap Sofyan singkat. Meskipun pada kenyataannya, masih banyak kampus, termasuk UNM. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh menambahkan, “SPd” adalah gelar akademik, bukan gelar profesi. Hal ini sama dengan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked.) yang belum menunjukkan kualifikasi seseorang sebagai dokter. “Begitu juga halnya dengan sarjana farmasi, tidak identik dengan apoteker. Karena itu, seorang lulusan bergelar S.Pd baru dapat disebut sebagai guru setelah mereka mengikuti PPG,” papar Nuh, seperti dikutip dari situs Kemendikbud, Rabu (12/2). Meskipun banyak kabar yang beredar bahwa sarjana kependidikan tidak akan menjadi guru, Nuh mengimbuhkan, PPG bukan bermaksud menghapus gelar sarjana pendidikan yang melekat pada seseorang. PPG merupakan tahapan pendidikan yang harus diikuti seseorang yang ingin menjadi guru. “Dengan berprofesi sebagai guru maka mereka akan mendapatkan tunjangan profesi,” janjinya. Oleh karena itu, Direktur Program Pengembangan Profesi Guru (P3G), Abdullah Pandang menjelaskan fakta bahwa banyaknya peserta PPG-SM3T dinyatakan tidak lulus hanyalah merupakan sebuah dinamika. Karena program tersebut merupakan program standarisasi untuk menjadi tenaga pendidik profesional. Sehingga hasil akhirnya pasti akan beragam. “Tidak menjadi jaminan jika sudah mengabdi selama setahun di daerah 3T dan PPG selama setahun pula maka secara klasifikasi bisa dinyatakan lulus sebagai guru,” tegasnya. Menurutnya, ada standarisasi yang harus dilewati untuk menjadi guru profesional, mulai dari SM-3T, proses selama PPG dan Ujian Tulis Nasional (UTN) yang akan diklasifikasikan untuk menentukan pantas tidaknya menerima gelar “Gr”, gelar baru bagi guru profesional. “Kami juga tidak bisa berbuat banyak jika memang hasil dari penilaian pusat telah menyatakan mereka tidak lulus, karena kita tidak boleh hanya melihat bentuk pengabdian mereka di masyarakat namun ada pemahaman keilmuan yang harus mereka miliki, dan jika sudah tidak memenuhi standar maka mereka tidak akan lulus,” terang dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNM ini. (tim)

9

www.profesi-unm.com

P3G: Bukan Salah Kami

FOTO: NUR FADLY-PROFESI

CARI SERTIFIKAT. Seorang guru sedang mencari sertifikat pendidik di Ruang Teatre Gedung Pinisi Lt. 3.

PROGRAM Pengembangan Profesi Guru (P3G) UNM yang merupakan penyelenggara sertifikasi pendidik tentu saja merasa kecolongan atas banyaknya peserta PPG yang tidak lulus mengikuti UTN. Padahal, seyogyanya sudah menjadi tugas dasar pihak P3G bersama tenaga pengajarnya untuk menempa para calon guru yang diasramakan selama satu dan dua semester itu. Pasalnya, pembekalan yang diberikan selama berasrama dan menjalani pendidikan profesi itu hanyalah sebatas teknik-teknik mengajar, paedagogik pendidikan, dan segala hal di luar materi pokok keilmuan bagi peserta. Seperti yang diakui Ketua Prodi PGSD, Muhammad Syawal, ia mengungkapkan, salah satu alasan mengapa paling banyak peserta PPG dari PGSD yang tidak lulus dikarenakan gagal dalam UTN. Soal yang diujikan dalam UTN ternyata berisikan konten materi pelajaran. Padahal selama enam bulan masa PPG bagi prodi PGSD, materi pembekalan hanya seputar perangkat pembelajaran seperti silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). “Peserta PPG untuk prodi PGSD angkatan I kemarin merasa kelimpungan karena apa yang selama ini dipelajari malah tidak masuk dalam daftar evaluasi atau ujian,” ungkapnya. Meskipun demikian, Abdullah Pandang justru seakan tak ingin disalahkan. Ia mengklarifikasi jika memang selama PPG, pembekalan yang diberikan berupa perangkat pembelajaran sebagai bekal dalam mengajar nantinya. Hal ini sesuai dengan kurikulum program PPG.

“Sebenarnya tidak ada masalah jika konten materi yang diujikan di UTN, dikarenakan kualifikasi peserta PPG sudah dianggap matang dalam penguasaan dalam keilmuannya sebagai sarjana sehingga tidak perlu gerah dengan hal tersebut. Dan menurut saya, mereka sudah seharusnya menguasai keilmuan mereka sehingga tidak perlu dibekali di PPG, dan jika diujikan harusnya mereka tidak perlu protes,” bantahnya. Selain itu, ia mengaku sudah melaksanakan PPG SM3T berasrama tersebut sesuai prosedur pelaksanaan. Dengan keluarnya surat keputusan atas lulusnya UNM sebagai salah satu LPTK sudah menandakan kualitas yang UNM miliki. Jikapun pada pelaksanaan atau jalannya PPG SM3T berasrama tersebut terdapat celah maka hal lumrah sebagai pengalaman awal. Menakar soal kualitas, wajah PPGSM3T angkatan II pun mulai tergambar. Generasi pelanjut ini akan menjadi “benih” yang selanjutnya dibina oleh tim P3G UNM. Sejak diasramakan bulan Februari lalu kini mereka masih dalam tahap penjajakan. Namun sudah sejak awal memang rintangan sudah datang. Rumah Susun Sederhana dan Bersewa (Rusunawa) yang terletak di belakang kampus UNM Tidung kini tidak bisa dihuni lagi. Imbasnya, bak penampungan, peserta harus rela diasramakan di gedung bekas kantor Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UNM. Koordinator peserta perempuan di asrama tersebut, Kurniawati mengungkapkan saat ini jumlah kamar yang ada bahkan tidak

Dua cara untuk memperoleh sertifikat pendidik agar diakui sebagai guru profesional PLPG (Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru)

PPG (Program Pengembangan Guru)

*Dikhususkan bagi guru dalam jabatan, atau mereka yang sudah bekerja sebagai guru di sekolah sebelum Undang-undang Guru dan Dosen dikeluarkan

*Dihapuskan bagi alumnus kependidikan setelah Undangundang guru dan dosen diberlakukan

TIM REPORTASE UTAMA: Sulastri Khaer (Koordinator) Andi Sadriani, Andi Baso Sofyan

*Harus melalui proses SM-3T

mencukupi dan bisa dikatakan jauh dari kata layak. Satu kamar biasanya menampung hingga 15 orang bahkan bisa lebih. Selain itu kelayakan fasilitas tidak bisa dikatakan layak untuk dipakai secara bergantian. Dengan keadaan tersebut maka secara tidak langsung mempengaruhi kenyamanan mereka dalam belajar. “Tidak ada kata nyaman yang kami rasakan. Disini sumpek, namun kami tetap bersyukur dengan semua itu, mungkin kini saatnya jika kami yang harus beradaptasi,” ungkapnya. Dikarenakan tidak memadainya kantor BAAK sebagai asrama PPG-SM3T berasrama, maka berdampak pula pada program keasramaan yang belum dilaksanakan juga. Kurniawati mengimbuhkan, masih belum ada program keasramaan yang jalan. Mereka masih menanti kepindahan ke Rusunawa. (tim) LPPM Profesi UNM

12 hours ago

Herwin Bandoeng pend. profesi guru tidak ada bedanya dengan sertifikasi cm beda bentuk dan nama, aturan normatif saja tdk ada perbedaan subtantif guru yang meleawti itu dengan yang ­ tidak, indikatornya bukan mendorong kualiatas tapi administrasi saja. demkian analisa singkat dari saya .terima kasih Evhy Muaniezt Ekskale Sangat tidak setuju. Karena kalau ada PPG apa bedanya jurusan pendidikan dengan non pendidikan? Buat apa kita kuliah susah-susah di jurusan keguruan kalau toh ujung-ujungnya ijasah kita tidak ada bedanya dengan yang non pendidikn. Ardiansyah Hajir Saya tidak setuju ini. Krna sangat banyak mereka yg telah lulus yg tdk bisa lagi mengikuti ini. Kalo mau lihat Kualitas, Mahasiswa PPG dan Mahasiswa reguler bisa beradu. Kemarin gabung dengan kelas Reguler. Kualitasnya biasa” saja, mungkin krna baru ikut SM3T jadi perkembangannya kurang. Moses Ferdi Manaya Artinya akta kita akan jadi pembungkus kacang dong,mending berlakukan akta untuk mahasiswa baru saja, akta tetap jadi prioritas bagi kami-kami yg telah lulus,krn tidak mungkn bagi temanteman kita yg di pelosok yg sudh me­ ngabdi mw mengambil PPG lagi Lishma Watkccky Art DiTolak, tolak, tolak,,,.!

SUMBER: PPG UNM GRAFIS: KASDAR-PROFESI

Sumber: fan page LPPM Profesi UNM GRAFIS: KASDAR-PROFESI

Streaming: radioprofesi.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


10

Reportase Utama Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

“S.Pd” Bukan Guru

TIDAK bisa dinafikan, alumni kependidikan saat ini tidak lagi didapuk untuk menjadi guru. Sebelum mengikuti alur PPG, alumni kependidikan belum pantas disebut sebagai guru. Berdasarkan regulasi peraturan Kemendibud yang baru, di tahun 2015 mendatang, seluruh lulusan sarjana kependidikan tak bisa didaulat sebagai guru profesional, ketika tidak memiliki sertifikat pendidik. Salah satu Pengamat Pendidikan yang juga merupakan dosen Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), Abdul Salam menjelaskan standarisasi untuk menjadi tenaga profesional memang seharusnya sudah lama ditetapkan. Dalam peraturan menteri tersebut juga dijelaskan mengenai tiga poin penting standarisasi pengelolaan. Poin-poin yang dikelola adalah mengelola komponen pendidik dan tenaga kependidikan. “Nah jika seluruh standarisasi tersebut berjalan sesuai semestinya maka kompetensi kelulusan akan terwujud,” jelasnya. Akan tetapi, lagi-lagi peraturan menteri ini banyak menuai kritikan dari para alumni kependidikan. Pasalnya, dalam peraturan

tersebut menegaskan bahwa jasa Sarjana Pendidikan kini bukan lagi jaminan untuk menjadi guru. Sementara dalam pelamaran CPNS guru formasi baru tidak bakal mudah. Gelar S.Pd. (sarjana pendidikan) tidak lagi berlaku. Pelamaran CPNS guru wajib bergelar guru profesi (Gr) yang. Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Muhammad Asmin menilai pendidikan profesi memang penting untuk keterampilan mengajar. Ia menemukan, muatan-muatan yang diberikan saat PPG maupun PLPG adalah materi-materi yang tidak pernah didapatkan saat pendidik duduk di bangku perkuliahan sarjana. “Saya harus katakan PPG/PLPG hanyalah pembodohan yang sia-sia jika tidak mampu memberikan muatan-muatan lain selain yang telah didapatkan tenaga pendidik selama proses pendidikannya di bangku sarjana,” tegasnya. Terlepas dari itu pula ia mengharapkan agar pihak panitia yang ditugaskan sebagai penyelenggara tentu harus memiliki kompetensi yang lebih dibandingkan peserta PPG nantinya. “Bagaimana mau membekali jika panitia sendiri tidak memiliki bekal,” cetusnya. Dengan kata lain S.Pd kini hanya menjadi tiket masuk PPG tanpa matrikulasi. Dijelaskan pula dalam peraturan menteri yakni peluang sarjana non kependidikan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sama besarnya dengan Sarjana kependidikan.

Dua PPG

Direktur

P3G,

Abdullah

Pandang

Saya Hanya Seorang Ibu

menguraikan perbedaan besar antara PPGSM-3T berasrama dengan PPG berbayar. Perbedaannya terlihat dari latar belakang akademik pesertanya. PPG-SM-3T berasrama hanya menerima peserta khusus dari sarjana kependidikan dikarenakan sebelum PPG mereka harus mengajar terlebih dahulu di daerah 3T, dan kemampuan mengajar sesuai dengan asas kependidikan hanya dimiliki oleh mereka sarjana kependidikan.

Setelah mengabdi di daerah 3T, maka PPG yang mereka jalani dibebasbiayakan. Sedangkan untuk PPG biasa tanpa SM-3T, seluruh sarjana apapun berhak mendaftarkan diri. “Akan tetapi, untuk PPG non kependidikan masih belum dibuka. “Kita tidak tahu kapan dibukanya, karena pemerintah baru menyediakan PPG khusus melalui jalur SM-3T. Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa dibuka,” ungkap Abdullah Pandang. (tim)

Tak Lulus, Menganggur Lagi? MERUJUK pada jumlah peserta PPG tiap tahunnya, dibandingkan dengan jumlah lulusan sarjana tiap tahunnya di perguruan tinggi ataupun universitas, maka dapat disimpulkan jika ratusan bahkan ribuan sarjana harus mengurungkan niatnya untuk menjadi guru. Tahun 2013, UNM mencatat 4812 lulusannya dalam tiga kali wisuda, dan jika peluang lulus SM-3T ataupun PPG hanya 200 hingga 300 sarjana maka 4000-an sarjana muda harus mengurungkan niat menjadi guru. Meskipun demikian, bagi peserta yang telah dinyatakan lulus PPG pun tidak menjamin bakal mendapatkan pekerjaan sebagai seorang tenaga pendidik. Mereka juga harus bersaing untuk memenuhi kuota penerimaan yang disediakan oleh daerah kabupaten/ wilayah masing-masing. Mengenai fakta tersebut, Abdullah Pandang berdalih jika memang untuk menjadi guru profesional pemerintah tidak mencari nilai kuantitas namun kualitasnya. Peraturan tersebut juga mengarahkan wisudawan agar kreatif mencari lapangan pekerjaan tanpa bergantung kepada pemerintah. “Standarisasi ini untuk mencari kualitas sebagai perwujudan pendidikan yang cemerlang, bukan

untuk menjamurkan guru,” kilahnya. Tak hanya itu, bahkan tidak ada jaminan pula bagi mereka yang telah ikut PPG selama setahun akan dinyatakan lulus dan berhak mendaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), sebagaimana yang banyak diidamkan para calon pendidik. Dikarenakan terdapat banyak penilaian yang harus dilulusi para peserta. Oleh karena itu, bagi peserta PPG yang benar-benar sudah dinyatakan tidak lulus, maka pihak UNM mengusahakan agar mereka tetap terwadahi dalam penerimaan profesi manapun, khususnya guru. Abdullah Pandang sendiri masih belum bisa memastikan, apakah peserta yang tidak lulus itu bisa ikut lagi dalam penerimaan PPG di tahun berikutnya. “Belum ada peraturan baru yang keluar terkait itu. Yang jelasnya, kita juga tidak mau merugikan mereka yang tidak lulus dalam PPG itu. Kita usahakan akan membuat semacam surat keterangan bagi peserta yang tidak lulus bahwa mereka pernah mengikuti SM-3T dan PPG, namun bukan sertifikat pendidik. Semacam surat keterangan saja,” janjinya. Bagi yang membutuhkan, Direktur P3G ini mengimbau agar para peserta yang telah dinyatakan tidak lulus bisa mengambilnya di P3G. (tim)

Maju bersama mencerdaskan indonesia

Luthfiyah Nurlaela* Saya memulai pagi ini dengan perasaan yang gundah gulana. Tidur saya semalam adalah tidur yang gelisah. Beban pikiran usai rapat penentuan kelulusan PPG Prajabatan Pasca SM-3T tadi malam membuat benak saya dipenuhi dengan kepedihan. Tapi saya memacu pagi dengan semangat yang masih tersisa. Menghimpunnya untuk menerobos dinginnya Jakarta yang diliputi mendung pekat. Di bawah guyuran gerimis rapat, saya menumpang taksi menuju Cengkareng, meninggalkan Hotel Atlet Century. Pagi ini saya akan menumpang Garuda pulang menuju Surabaya. Mendung gelap dan gerimis pekat seperti mewakili suasana hati saya. Begitu mendarat di Bandara Juanda, belasan SMS masuk ke ponsel saya. Sudah saya duga sebelumnya. Tadi malam, pengumuman kelulusan PPG Prajabatan Pasca SM-3T sudah diunggah di website SM-3T Dikti, dan pagi ini adalah reaksi para peserta PPG atas informasi itu. Sejak tadi malam juga, saya sudah menginformasikan ke beberapa orang kunci PPG Unesa, pimpinan dan para peserta, bahwa ada 22 peserta yang dinyatakan belum lulus. Saya meminta kepada Pembantu Direktur I, Dr. Sulaiman, untuk mengundang 22 peserta tersebut bertemu saya di ruang Direktur PPG. “Ibu...” Ini salah satu SMS. Tidak ada kalimat selanjutnya. Entah dari mana, karena yang terbaca di layar ponsel hanya nomor telepon. Saya tidak mungkin menyimpan nomor telepon seluruh peserta PPG dan SM-3T. Memori ponsel saya tidak mungkin cukup. Tapi kata “Ibu...” itu, meski hanya satu kata, serasa pisau yang menghunjam ulu hati saya. Saya membacanya bukan sebagai sebuah sapaan, tapi lebih sebagai erangan kesakitan. Sepanjang perjalanan dari Bandara Juanda menuju kampus, perasaan saya semakin pedih. Kesedihan seperti meningkat di setiap detik yang saya lalui. Sambil terus menghimpun kekuatan, saya membalas puluhan email itu satu per satu. Saya juga mengirim sebuah SMS yang khusus saya tujukan kepada semua peserta yang belum lulus. “Teman-teman yang baik, kalian yang BELUM LULUS, pasti sedih, kecewa, marah. Mohon tenangkan, endapkan kesedihan dan kekecewaan kalian. Jangan mengambil keputusan apa pun, jgn mengambil tindakan apa pun. Ini kesedihan dan kekecewaan kita semua, mari hadapi bersama-sama. Masih ada kesempatan utk kalian. Yakinlah TUHAN selalu mempunyai rencana yang indah utk menata perjalanan hidup kita. Yakin, tetap tenang, jaga kesabaran,

Urai data, ungkap fakta, saji berita

jaga optimisme. Doa kami selalu utk kalian.... (Luthfiyah N)” Mata saya nanar melihat keluar melalui kaca mobil. Wajah-wajah itu memenuhi pandangan saya. Wajah-wajah ceria mereka....yang saat ini pasti sedang bersedih dan berurai air mata. Pedih sekali perasaan saya membayangkannya. Anak-anak itu, sudah menjadi bagian dalam hidup saya. Setidaknya selama satu sampai dua tahun saya bersama mereka. Hari-hari saya dipenuhi dengan suka duka, canda-tawa, kekonyolan, bahkan kejengkelan dan kemarahan mereka. Saya mencintai mereka semua. Kebahagiaan saya untuk mereka yang berhasil lulus, seperti tertutup dengan kenyataan yang harus saya terima, bahwa masih ada yang belum lulus. Sebanyak 22 dari 276 peserta. Sedih, kecewa, tapi inilah yang harus saya hadapi. Sesampainya di Gedung W1, gedung PPG, saya langsung menuju lantai dua. Langkah kaki seperti menyeret diri ini memasuki lorong waktu. Flash back ke masa-masa ketika gedung ini masih porak poranda. Debu di mana-mana, mebeler kotor bertumpuk-tumpuk, material bangunan memenuhi setiap sudutnya. Lantas sejengkal demi sejengkal kami membersihkannya, menatanya, memberinya nyawa, menghidupkannya. Bersama anak-anak itu. Anak-anak yang setiap kali memasuki gedung ini harus mengenakan masker. Sampai akhirnya tibalah pada titik ini. Hampir semuanya sudah tertata rapi. Tapi mereka harus meninggalkan segala kenangan di gedung ini dengan segunung kekecewaan. Oh Tuhan.... Saya setengah berlari naik tangga menuju lantai dua. Sepi. Semua seperti menyiratkan duka. Bahkan kelengangan ini adalah lengang yang penuh duka. Saya memasuki ruangan PUMK, hanya menemukan Juliar. “Di mana yang lain, Jul?” “Mbak Evi ke Keuangan Ketintang, Andra tidak masuk, Prof.” “Jul....” “Ya Prof?” “Anak-anak tadi ke sini?” “Ya Prof.” “Bagaimana keadaan mereka?” “Satu pingsan, Prof. Beberapa mendesak minta tiket pulang hari ini. Katanya buat apa saya lama-lama di sini. Begitu, Prof.” Saya menelan ludah. Tenggorokan saya sakit. Dada saya sesak. “Thanks, Jul...” Saya tinggalkan Juliar, bergegas menuju ruangan saya. Di ruangan yang besar dan sepi itu, saya terpekur, berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan hati kosong.

Berkali-kali menghela nafas panjang. Mata saya basah. Tangis saya pecah. Anak-anak itu, setahun sudah mengabdikan diri mereka mengajar di daerah 3T. Dengan berbagai suka dukanya. Dalam kondisi serba terbatas, serba kekurangan, serba memprihatinkan. Meninggalkan kehidupannya yang menyenangkan, meninggalkan kehangatan keluarga, bahkan melepaskan kekasih tercinta. Demi sebuah perjuangan membangun Indonesia. Dalam wujudnya yang mungkin kecil, namun betapa dalam maknanya bagi anak-anak negeri di pelosok Bumi Pertiwi. Mereka bersakit-sakit, berdarah-darah, berjuang memberi warna indah pada negeri ini meski diri mereka sendiri harus beberapa kali jatuh dan terhempas-hempas, berdiri, berjuang lagi, jatuh, bangkit, begitu terus berulang. Sampai akhirnya kaki mereka menjadi kuat, jiwa mereka tegar, dan semangat mereka membara. Malaria, swanggi, nai, dicemooh, dihinakan, semua sudah mereka alami. Lantas, selama setahun pula mereka mengikuti Program PPG berasrama dan berbeasiswa. Mengisi hampir sepanjang waktunya dengan workshop, mengembangkan perangkat pembelajaran, peer teaching, microteaching, PPL, PTK, ujian kinerja, ujian tulis lokal, dan ujian tulis nasional. Kehidupan mereka di asrama dipantau dari sejak bangun tidur sampai tidur lagi. Kedisiplinan mereka terbentuk, kesetiakawanan mereka terbangun, dan kejujuran, ketangguhan, kecerdasan mereka terasah. Tapi kenyataan yang terjadi saat ini seperti telah memporak-porandakan semuanya. Bangunan yang ditata bata demi bata itu ambruk. Keringat dan air mata yang menyertai kerja keras mereka seperti tak ada guna. Semuanya itu ternyata tidak menjamin mereka otomatis mendapatkan apa yang mereka mimpikan selama ini: selembar sertifikat. Selembar sertifikat yang bernama sertifikat guru profesional. Sertifikat yang akan membuat mereka pulang kembali ke kampung halaman masing-masing dengan rasa bangga. Sertifikat yang akan mereka persembahkan pada ayah ibu, saudara, kerabat, kekasih tercinta. Hanya sekedar selembar kertas. Namun untuk selembar kertas itulah mereka rela melalui serangkaian proses panjang, selain demi memberikan sumbangsihnya, memajukan pembangunan pendidikan di ujung-ujung negeri. Saya mengangkat ponsel. Menelepon beberapa peserta yang belum lulus, yang kebetulan nomornya saya simpan. Suara mereka parau. “Saya tidak lulus lagi, Bunda...” Suara di seberang begitu parau dan bergetar.

“Ya....saya tahu....” Suara saya mungkin sama paraunya. “Tapi kamu harus sabar. Masih ada satu kesempatan lagi. Insyaallah kesempatan itu milik kamu.” Lantas saya panggil namanya. “Kamu harus kuat ya. Saya ingin, kamu bisa menguatkan teman-teman yang lain.” “Iya, Bunda...” “Nanti ketemu saya ya?” “Insyaallah, Bunda.” “Sekarang kamu lagi ngapain?” “Mau salat, Bunda...” “Baik, ingat pesan saya ya? Kamu harus kuat, dan harus bisa menguatkan teman-teman yang lain. Sampai ketemu nanti jam satu ya?” “Ya, Bunda.” Suaranya semakin parau. “Terima kasih...” Ada beberapa peserta yang saya telepon tapi tidak mau mengangkat. Ada juga yang nomornya tidak aktif. Sebagai gantinya, saya menerima SMS. “Bunda ku yg sya hormati, btpa phitnya ku mengingat pengorbnan ku utk glar s.pd ku bu... Bahkn jdi pumulung dsaat ku kuliah sudah prnah sya lakukan apa lg bruh kuli dah mendarah dging bu. Mhn maf ku ga bisa trma tlpon.” Saya semakin merasa terluka. Saya juga menelepon beberapa peserta yang menjadi pengurus PPG. Kebetulan sebagian besar dari mereka lulus. Ternyata mereka sudah berniat untuk mendampingi temantemannya tanpa saya minta. Mereka sedang berada di antara teman-teman yang kurang beruntung itu. Dan akan bersama-sama menemui saya pada pukul 13.00 nanti. Saya mengambil air wudhu. Membenamkan diri saya dalam sujud yang dalam dan panjang. Membiarkan air mata meleleh membasahi sajadah. Saya merasa sangat rapuh. Saya tidak tahan melihat kesedihan anak-anak saya. Tapi saya harus menguatkan diri. Beberapa saat lagi anak-anak itu akan datang menemui saya. Tangis akan pecah di ruangan ini. Wajah-wajah yang biasanya ceria itu akan layu. Ungkapan kesedihan, kekecewaan dan kemarahan, pasti akan berhamburan. Ya Allah, saya hanyalah seorang ibu. Saya hanyalah seorang ibu, yang sedang menghayati kepedihan dan kekecewaan hati anak-anak saya. Beri mereka ketabahan dan kekuatan. Mudahkan urusan mereka. Lapangkan jalan mereka untuk mencapai cita-cita luhur mereka... Mudahkan, ya Allah. Kuatkan mereka, Ya Tuhan.... *Penulis adalah Direktur Program PPG dan Guru Besar Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Streaming: radioprofesi.com


Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

FOTO: SOFYAN-PROFESI

Ja’faruddin

Inovasi

11

www.profesi-unm.com

Hipnoteaching , Jalan Singkat Mengajar Hebat HIPNOTIS yang selalu dikaitkan dengan hal-hal magis ternyata bisa dimanfaatkan pula dalam pengajaran di kelas. Ja’faruddin, dosen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini pertama kali memperkenalkan temuannya dalam Seminar International di hotel Grand Clarion tahun 2009 silam. Temuannya itu dituliskannya dalam tesis yang berjudul Aplikasi Hipnosis dalam Pembelajaran. Jafar menjabarkan, hypnoteaching merupakan komunikasi bawah sadar yang dilakukan pengajar untuk membuat siswa mudah menerima informasi. “Karena sebenarnya ada berbagai faktor yang bisa menghalangi siswa untuk menerima materi dengan baik. Diantaranya kurang fokus, maupun tidak bisa termotivasi karena terhalang oleh pikiran kritis,” bebernya. Model yang marak menjadi bahan pelatihan para pengajar adalah metode induksi. Proses pengajaran hipnotis seperti yang sering dilihat di layar kaca. Diawali dengan menguji sugestifitas murid atau yang dikenal dengan tahap pra-induksi, pada tahap induksi murid akan dibuat tidak sadar dengan membuatnya tertidur hipnotik (Trend). Kemudian Tahap sugesti,

Semuanya harus serba positif, menanggapi hal negatif harus dengan cara yang baik jangan sampai membatalkan sugesti inilah tahap dimana pengajar harus memberikan sugesti positif dengan menggunakan prinsip sugesti yakni bersifat sekarang, simple, mengandung bahasa emosi, tujuan jelas, kaya dengan bahasa indrawi dan harus menyediakan tombol emosi atau anchor dengan tujuan agar pertemuan-pertemuan

berikutnya proses menginduksi tidak membutuhkan waktu yang lama lagi. Selanjutnya proses termination/ penutup, lalu murid dibangunkan untuk memulai pemberian materi. “Yang paling utama dalam pembelajaran hipnosis adalah pada saat pertama kali melakukan hipnosis pada sekelompok murid, harus memang menyediakan kata jebakan agar pertemuan selanjutnya hanya dengan mengucapkan kata jebakan tersebut maka mereka akan terinduksi secara sendiri tanpa membutuhkan waktu yang panjang lagi untu menginduksi,”paparnya. Lebih Lanjut, pria yang sejak kecil telah diperkenalkan dunia hipnosis ala Bugis ini menekankan bahwa selama pembelajaran hypnosis, pengajar harus mengangkat kelebihan dari siswa dan jangan melihat titik kelemahannya. “Gunakan kelebihan itu menjadi alat untuk melatih dan meminimalisir kekurangan murid. Semuanya harus serba positif, menanggapi hal negatif harus dengan cara yang baik jangan sampai membatalkan sugesti,” saran dosen asal Bone ini. Ja’faruddin menambahkan, semua guru bisa menerapkan model ini dan bisa menguasai hypnosis dengan baik dengan syarat guru itu harus berprinsip seperti lebah yang selalu mencari yang baik, bukan seperti lalat yang yang terus mencari kesalahan murid. Melihat semua murid sebagai orang yang hebat dan tidak melihat murid dari satu sisi saja. (sms)

Biskuit Tulang Ikan Cegah Live Streaming, Osteoporosis Cara Mematahkan ­Jarak MUNGKIN tepat jika disebut secercah harapan di tengah kehimpitan. Seperti itulah saat Universitas Negeri Makassar (UNM) memanfaatkan teknologi video Live Streaming. Ini terjadi saat UNM merayakan Dies Natalis yang ke-52 di Ruang Theater Pinisi, 2013 silam. Kepala Information and Communication Technology (ICT) Center, Rusli berkisah jika awal mula pengadaan video live streaming bermula saat tidak adanya kabel untuk menguhubungkan kamera dengan Liquid Crystal Display (LCD) di ruangan itu. Alhasil, ditengah kebingungan yang melanda, live streaming menjadi solusi jitu saat itu. “Sebenarnya bukan live streamingnya, tapi itu lebih ke solusi,” terang dosen Matematika ini. Untuk live streaming UNM sendiri dapat digunakan jika memenuhi dua klasifikasi yang diperlukan, yakni adanya Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga yang mau kerja dan kelayakan moment tersebut untuk ditampilkan. Menurutnya, kerja sama sangat dibutuhkan untuk mengaplikasikan hal seperti ini. “Kalau ini kan lebih banyak tenaga manusia yang dibutuhkan.,” tutur pria berkulit putih ini. Secara teknis, hasil gambar yang diperoleh kamera tersebut diteruskan ke komputer yang ditangani langsung oleh Rusli. Lalu, dari situ diteruskan pula ke LCD yang ada di Ruang Teater di lantai 3 Menara Pinisi. Namun sebelumnya, LCD tersebut dipasangi wifi sehingga gambar dari komputer tadi langsung dilempar ke LCD. Sehingga, acara Dies Natalis saat itu bisa disaksikan seluruh jutaan mata di dunia, terkhusus bagi sivitas akademika UNM yang berada di berbagai sektor. Meski sekadar solusi, ia berharap

Streaming: radioprofesi.com

Sebenarnya bukan live streamingnya, tapi itu lebih ke solusi ke depannya ada transformasi di universitas dan khusus ICT sendiri. Terlebih live streaming ini memiliki keuntungan sendiri bagi civitas UNM. Apalagi saat UNM menggelar kegiatan akbar seperti Dies Natalis, pun kegiatan lainnya. “Di moment tersebut recorder memang jadi hal penting bagi sivitas,” tambahnya. Tercatat beberapa kali UNM pernah menggelar pertemuan yang berbasis video live streaming agar bisa dihubungkan ke banyak kampus UNM. Seperti halnya ketika rektor memberikan sambutannya dalam penerimaan mahasiswa baru untuk kampus UPP PGSD Parepare maupun Bone. Jarak bukan lagi menjadi masalah penerapan teknologi dunia maya itu. Penggunaan live streaming merupakan satu contoh dari sekian upaya yang telah dilakukan ICT, sebagai bentuk dedikasi untuk kampus pencetak Oemar Bakrie tersebut. Ia juga menambahkan, persoalan live streaming bukanlah hal utama dalam hal ini. Yang menjadi pokok penting itu, seberapa berani kita mengambil keputusan untuk memulai. Terlebih, saat itu persoalan kabal mejadi pemicu UNM melakukan live streaming. “Tidak ada tali, apapun juga bisa menjadi tali.,” analoginya. (dnf)

Int.

LIMBAH tulang ikan yang sering disiasiakan ternyata berpotensi unggul dalam mencegah penyakit pengeroposan tulang atau osteoroporosis. Di tangan Yusri, St. Aflahah, dan Mardianto Barumbun limbah tulang ikan yang tak ini disulap menjadi olahan cemilan biskuit tulang ikan (bitul) yang mampu mencegah osteoroporosis. Mereka terinspirasi dari kreativitas orangorang di Negeri Sakura. “Mulanya kami terinspirasi dari orang Jepang tentang olahan tulang ikannya menjadi sebuah bahan makanan, sehingga dari sanalah kami ikut berpikir, mengapa tidak kami membuat sebuah inovasi yang lain lagi yang tidak hanya bermanfaat sebagai bahan makanan tapi juga dalam dunia kesehatan,” tutur Yusri yang baru-baru ini telah menyelesaikan studinya. Pemilihan tulang ikan yang akan dijadikan bahan didasarkan pada kandungan kalsiumnya yang tinggi. Mereka lebih banyak memanfaatkan tulang ikan Bandeng yang merupakan salah satu jenis ikan penghasil kalsium paling tinggi, selain ikan Tuna. “Kami biasa menjumpai banyak limbah tulang ikan di Pulau Laelae, karena memang penduduknya yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan,” papar Yusri lagi. Proses pengolahan limbah tulang ikan

yang digunakan pun masih secara manual. Seperti yang dijelaskan St. Aflahah, pertama-tama, limbah tulang ikan tersebut direndam dengan air garam. Tujuannya, mengangkat semua kotoran yang menempel pada tulang ikan. Kemudian dilanjutkan dengan proses penjemuran. “Setelah benar-benar kering, barulah ditumbuk agar menjadi bubuk dan dijadikan bahan dasar olahan makanan,” jelas alumni jurusan Bahasa Jerman ini. Ditambahkan oleh Mardianto, mereka termotivasi membuat bitul demi menjadikan masyarakat mandiri sehingga mampu membuat obat buatan mereka sendiri dari bahan rumahan. Sementara, seperti yang diketahui, osteoporosis merupakan penyakit yang sangat sulit ditemui obatnya. “Setiap orang juga berpotensi terkena penyakit ini,” ungkap mahasiswa jurusan Matematika ini. Bitul ini pulalah yang sempat mengantarkan mereka meraih gelar sebagai juara terfavorit dalam ajang Pekan Kreatif Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dalam kategori Pengabdian Masyarakat. PKM tersebut selanjutnya dipresentasikan di Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang akhir November tahun lalu. (lam) Urai data, ungkap fakta, saji berita


12

Lensa Orange www.profesi-unm.com

J

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

Di Masjid, 足Tunadaksa Menanti Derma

amaah baru saja menunaikan ibadah shalatnya. Satu demi satu bergegas meninggalkan masjid Nurul Ilmi demi menjalankan rutinitas. Satu-dua jamaah berlalu berlalu saja melintas tanpa peduli ada beberapa orang yang duduk sembari menengadahkan tangannya berharap derma sepeser rupiah. Hampir setiap hari masjid kampus kebanggaan UNM sektor Gunung Sari itu menjadi lahan tersendiri bagi para tunadaksa untuk mengais rezeki, utamanya di waktu Jumat. Sembari berteduh dari teriknya sinar matahari, mereka mengadu nasib dari kemurahan hati para jamaah. Di tengah kekurangan fisik yang dimiliki, memang kecil harapan bisa mencari pekerjaan lain ketimbang mengharapkan uluran tangan orang lain. Dg. Kalling salah satunya, pria

berusia 51 tahun ini mengaku berat hati terus-terusan mengharapkan sedekah. Namun apa mau dikata, besarnya tuntutan tanggungjawab sebagai tulang punggung keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup menjadi dorongan utamanya menyusuri jalan setiap harinya mengendarai gerobak roda miliknya. Tidak semata urusan perut, sadar akan pentingnya pendidikan, bapak dari lima orang anak ini juga harus berjuang membiayai anaknya yang sedang bersekolah dan dua di antaranya yang saat ini sedang menempuh perkuliahan. Perhatian pemerintah dalam membantu kaum tunadaksa juga dianggapnya sangat minim. Setiap bulan, bantuan yang diberikan hanya sebesar Rp. 125 ribu. Hal itu tentu saja memaksa mereka membanting malu menengadahkan tangan menanti para dermawan yang peduli. (*)

SUSURI JALAN

MENANTI DERMA SHALAT

BERBAGI Urai data, ungkap fakta, saji berita

BERGEGAS Streaming: radioprofesi.com


Life Style

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

13

www.profesi-unm.com

Info Singkat: Selfie terlahir dari sebuah forum Internet Australia (ABC Online) pada 13 September 2002 dan resmi tercatat sebagai kata baku pada kamus Oxford English Dictionary di tahun 2013 lalu. Kata Selfie dianugrahkan sebagai ‘Word of The Year’ empat bulan yang lalu, tepat dibulan noverber 2013 kemarin.

Unjuk Diri Lewat Selfie D

ewasa ini, tren selfie alias memotret diri sendiri dengan bergaya narsis bukanlah foto yang hanya digandrungi para remaja, melainkan banyak beredar di kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Selfie sebenarnya bukan hal baru. Karena jauh beberapa tahun sebelumnya, semenjak perangkat handphone berkembang, banyak orang yang memanfaatkan kamera di handphone-nya itu untuk berfoto narsis. Hanya saja, seiring dengan perkembangan gadget, android maupun blackberry yang semakin mewabah turut mendorong kecanggihan penggunaan kamera untuk Selfie. Selca yang lebih dikenal dengan Self Camera di dunia hiburan Korea bahkan sudah memenuhi setiap sudut jejaring sosial. Di kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) pun tren Selfie sudah mulai marak diperbincangkan banyak sivitas akademika. Seperti yang kerap kali dilakukan Nurlela, ia mengaku sering mengambil foto dirinya secara Selfie. “Kadang-kadang kalau sedang sendirian saya berfoto Selfie,” ujar mahasiswi Psikologi ini. Akan tetapi, tidak jarang pula ia justru ber-Selfie dengan teman lainnya, baik berpasangan maupun berkelompok. Tidak jauh berbeda, salah seorang mahasiswa Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), Rizki Army Pratama juga senang mengekspresikan dirinya dengan foto Selfie. Apalagi, menu-

Tips Membuat foto selfie yang menarik Objek FOTO: SOFYAN-PROFESI

rutnya, aplikasi untuk android sekarang cukup canggih untuk mengolah wajah para Selfier (sebutan untuk orang yang melakukan Selfie, red). “Seperti Camera360, yang sangat disukai banyak orang karena tiba-tiba bisa menghilangkan jerawat,” candanya. Akan tetapi tidak sedikit pula mahasiswa yang menganggap bahwa berfoto narsis hanya untuk orang-orang yang alay. Aristyo Rahadian Akbar, salah seorang mahasiswa Teknik mengungkapkan dirinya juga pernah menggandrungi foto Selfie. Hanya saja, semenjak memasuki kehidupan kuliah, ia tak lagi doyan Selfie. “Foto Selfie itu cuma untuk kaum alay saja. Apalagi kalau cowok yang foto Selfie,” ujarnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh pun, Selfie dikategorikan atas foto selfie individu (foto narsis diri) dan foto Selfie kelompok atau foto narsis yang diambil secara beramai-ramai. Ditinjau dari sisi psikologi, foto Selfie bisa dilakukan oleh siapapun dan kapanpun. Salah seorang dosen Psikologi UNM, Dian Novitasiswanti juga membenarkan tentang tren yang sementara digandrungi anak muda itu. Menurutnya, dari segi perkembangannya, Selfie bisa saja dilakukan oleh anakanak, remaja, dan orang dewasa. Ia kemudian memaparkan, perkembangan psikologi anak, dilakukan dengan cara meniru orang-orang di sekitarnya. “Disini anak-anak akan cenderung mencobanya sendiri tanpa melihat hasil dari foto itu, me-

lainkan keinginannya hanya untuk bermain dan merasakan hal baru,” terangnya. Tentu saja hal tersebut sangat berbeda dengan perilaku remaja yang condong ingin lebih terlihat menarik, dan berbeda dari biasanya. “Lain lagi dengan perkembangan orang dewasa, dimana selfie dipandang sebagai hal yang sederhana, sekedar kepantasan, untuk tampil lebih menarik,” tukas dosen Psikologi Perkembangan ini. Lebih jauh, Dian juga menjelaskan, ada tiga hal yang menyebabkan foto selfie ini booming di kalangan masyarakat. Pertama, disebabkan oleh kebiasaan mengunggah foto, yang kerap kali dilakukan sebagian besar remaja. Kebiasaan foto ini cenderung dilakukan secara individu, jarang bersama dengan orang lain. Sehingga kebiasaan ini rentan dengan perubahan gaya remaja. Selanjutnya, kedua, dorongan lingkungan. Hal ini dilakukan dengan dalih ingin menampilkan jadi diri ke hadapan orang banyak. Melalui aktivitas di dunia online, karakter serta kepribadian dapat terukur lewat foto. “Terakhir, soal identitas, yang dimanfaatkan kebanyakan orang untuk menunjukkan jati dirinya,” pungkasnya. Tidak sedikit masyarakat menganggap bahwa Selfie identik dengan narsis. “Narsis itu sah-sah saja,” tegas Dian saat ditemui di ruang kerjanya. Sikap itu justru sangat penting untuk kepribadian, karena menunjukkan siapa dia sebenarnya, mengembangkan dirinya. (dir/smt)

Hal pertama yang harus digambil foto adalah wujud men perhatikan saat diri, pertama harus otret mem lum diri. Sebe terlihat memperhatikan apakah penampilan kita saat foto bil gam men menarik. Seperti, tidak kak. beng h waja an deng baru bangun tidur

Pose Alami Tidak memperlihatkan mimik at-buat. Dianjurkan agar dibu g erun cend wajah pan tidak memaksakan wajah terlihat imut dide foto ciri Pada . cara kamera dengan berbagai kepada tkan bera itik men lebih yang satu ini pose an hatk perli mem yang h waja foto aslian bahagia dan ceria.

Posisi Kamera Posisi kamera sangat berilan foto. Tidak membiaramb peran pada peng lu dekat dengan kamera. terla h waja si kan posi kurang Hal tersebut hanya membuat hasil potret foto pada h waja uk menarik dikarenakan bent . bung yang telihat cem

Latar belakang

Sangat banyak pemilik akun jejaring social yang menguploud latar fotonya tanpa melihat sisi keindahan pada n paka meru juga d roun back rnya foto. Pada dasa a Tanp . pemeran penting dalam tips foto selfie akan foto l hasi , percikan keindahan dari latar pakkurang menarik. Sebut saja ada tumpukan mar dika yam ema bers ci tercu m belu aian yang ri lema pintu saat mengambil foto dan deretan ri lema isi an hatk perli yang terbuka. semakin mem yang kurang terurus.

Pencahayaan

Jika membahas permasalahan foto, diwajibkan bagi para fotopada obgrafer/selfier melihat intensitas cahaya at tidak sang selfie foto hal m jek potretannya. Dala yang ya caha ulan pant a erim men diperbolehkan mem a hany agak terang. Dikondisi seperti ini akan Usah arik. men buat hasil foto tidak juga cahaya tidak terlalu kurang, dengan kata lain ‘sedang-sedang’ saja. (int)

Streaming: radioprofesi.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


14

Opini

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

Almamater

Pemilih C ­ erdas, Peserta UN ­Cerdas 2014

WARGA Negara Indonesia yang sudah berusia 17 tahun ke atas, atau sudah berkeluarga sudah memiliki hak pilih, untuk menentukan wakilnya di DPRD Kab/Kota, DPRD Pripinsi, DPRI dan DPD. Berarti seorang warga negara memiliki Syamsud, S. Pd* empat wakil untuk masingmasing peruntukannya. Untuk mewakili dirinya dalam menentukan nasib bangsa ini selama 5 tahun ke depan. Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, izinkan saya untuk menyampaikan bahwa periode 20092014 diawali dengan musibah besar, ketika itu tahun 2009 banyak calon legislatif menjadi gila, dirawat di rumah sakit, lantaran suara tidak cukup dan tak bisa beli suara. Malah beberapa di antaranya mengakhiri hidupnya karena malu dan tak dapat bayar utang biaya suksesi. Sementara yang dapat kursi, ada yang tertidur di kursi putarnya di saat sidang baru saja dimulai. Asam lambungnya mulai naik, gula mulai tinggi. Jantung berdetak kencang di setiap saat. Apalagi ketika berhembus angin membawa nama seorang aktivis daerah yang telah mewarnai bangsa dengan rompi orange yakni Abraham Samad dengan lembaganya KPK. Ternyata KPK saat ini nyaris mampu membuka semua kasus Korupsi yang melanda bangsa Indonesia. Jika ternyata dibelakang hari Kasus Century juga terbongkar, maka kado kejujuran untuk bangsa ini, sebagai pembuktian bahwa yang salah, itu salah dan tidak ada orang yang kebal hukum. Tidak ada pilihan lain di tahun 2014 ini bagi seseorang yang telah memilih dan menetapkan dirinya untuk terjun di dunia politik, menjadi seorang caleg adalah untuk meraih sebanyak-banyaknya suara supaya bisa dapat kursi. Namun, saat ini karena banyaknya partai politik dan caleg, lalu siapakah yang tidak punya keluarga, sahabat, teman bisnis yang berharap untuk dipilih? Ingat, ingat, ingat pemilih cerdas dan pemilih pemula, pelajar yang sudah berusia 17 tahun, yang kemungkinan juga duduk di kelas XII, tentunya pada tanggal 9 April 2014 sebagai pemegang kunci untuk bisa menjadi anggota DPR. Pemilih pemula yang sebagian besar adalah pelajar SMA/MA/SMK kelas XII berselang 5 hari ke depan juga akan mengikuti Ujian Nasional (UN) yang akan menentukan masa depannya ke depan, bukan hanya 5 tahun seperti yang dibebankan kepada wakil rakyat. Ujian Nasional sejak menggunakan peran dan keterlibatan Komputer dalam menentukan kelulusan seorang siswa. Tanpa mengetahui apakah seorang anak rajin, pandai, malas, bodoh. Mana siswa yang memiliki akal budi yang mampu berpikir cerdas. Malahan dengan sistem komputer menempatkan semua peserta UN sama di mata komputer. Beruntunglah siswa-siswi yang cerdas memilih choice yang tersedia, antara pilihan A, B, C, D, dan E. Selain itu, kesempurnaan akal budinya dalam mengarsir pilihan jawaban tanpa keluar dari bulatan jawaban yang tersedia. Lembaran jawaban komputer harus dijaga agar tetap bersih tidak kotor, tidak terlipat dan tidak basa karena keringat saat ujian berlangsung. Sepanjang tak ada masalah itu jawaban tak akan ERROR saat scan berlangsung. Apatah lagi ketika peserta UN mendapat bantuan dari Dewa Penolong, tentu saja siswa harus terampil dan siswalah yang menentukan kelulusannya sendiri. Kalau begitu, Pendidikan dengan sistem Ujian Nasional menjadi kegiatan yang menakutkan dan penuh ancaman. Tak lagi menumbuhkan kesempurnaan perkembangan akal budipekerti, sehingga kadang pikiran dan pengertian tak lagi dibutuhkan. UN bukan lagi kegiatan yang mencerahkan malah sebaliknya membuat dunia pendidikan menjadi sebuah lorong yang gelap dan buntu. Untuk mengenal mana siswa yang benar-benar cerdas di sekolah sudah sangat susah kalau berpedoman pada hasil UJian Nasional. Sehingga berutunglah belakangan ini, penentuan kelulusan sudah dikembalikan ke sekolah masing-masing. Sekolahlah yang menentukan siswanya berhak lulus (L) atau tidak lulus (TL). (*) *Penulis adalah Pimpinan Usaha LPPM Profesi periode 2006-2007 Urai data, ungkap fakta, saji berita

“Tellu Cappa” sebagai Simpul Teori Motivasi dan Image Organisasi

T

ellu cappa sebagai simpul teori motivasi dan image organisasi sejatinya merupakan “proposisi” yang dibangun dari nilai-nilai budaya atau kearifan lokal masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya dalam kehidupan masyarakat Bugis-Makassar. Kearifan lokal ini didasarkan pada filosofi tiga “ujung” atau unsur dalam mengembangkan image diri dan organisasi, yaitu ujung lidah, ujung laki-laki, dan ujung badik. Filosofi tiga ujung ini kemudian dijadikan sebagai sumber motivasi dan inspirasi segala aktivitas individu warga masyarakat yang memahami jati dinya selaku anak Sulawesi Selatan, baik ketika bermukim di daerahnya sendiri maupun ketika berada di perantauan. Terdapat empat perspektif motivasi menurut Angelo Kinicki dan Brian K. Williams (Management, 2012: 372) yang diwakili oleh para pakar pengajurnya, yaitu: 1) perspektif isi (content) oleh Abraham Maslow, Clayton Alderfer, David McClelland, dan Frederick Herberg; 2) perspektif proses yang meliputi teori keadilan (J. Stacy Adams), teori pengharapan (Victor Vroom), dan teori penetapan tujuan (Edwin Locke dan Gary Latham); 3) perspektif disain tugas (J Richard Hackman dan Greg Oldham; dan 4) perspektif penguatan (Edward L Throndike dan B.F. Skinner). Berdasarkan perspektif teori interpretative-simbolik, perspektif ketiga teori organisasi menurut Mary Jo Hatch (Organization Theory, 1987), bahwa makna simbolik tellu cappa atau tiga ujung sebagai simpul teori motivasi ini didasarkan pada pemahaman bahwa,

T

Prof. Dr. Haedar Akib, M.Si. pertama, ujung lidah yakni kemampuan diplomasi bermakna minimal sama dengan kebutuhan berprestasi menurut McClelland, kebutuhan sosial dan penghargaan menurut Maslow, kebutuhan akan penguatan menurut Throndike dan Skinner. Kedua, ujung laki-laki untuk membangun kekerabatan melalui perkawinan, minimal bermakna kebutuhan fisiologis menurut Maslow, kebutuhan membangun relasi atau afiliasi menurut McClelland. Ketiga, ujung badik yang bermakna persamaan hak dan penegakan hukum akan meneguhkan kebutuhan aktualisasi diri menurut Maslow, kebutuhan akan kekuasaan menurut McClelland, esensi dari teori keadilan menurut Adams,. Singkatnya, esensi dan eksistensi bangunan teori motivasi dari para pakarnya yang berkembang dari dahulu hingga saat ini dapat dirangkai berdasarkan makna simbolik motivasi tellu cappa atau tiga ujung, sehingga sederhananya membentuk akronim ARE (achievement = ujung lidah, relatedness = ujung lakilaki, dan equality = ujung badik). Tellu cappa sebagai image organisasi, meminjam istilah Gareth Morgan yang bukunya berjudul Images of Organization (1986: 12), bermakna bahwa

filosofi tiga ujung bukan hanya sebagai alpha dan omega yang memotivasi dan menginspirasi perilaku orang BugisMakassar di perantauan, melainkan pula filosofi tiga ujung merupakan kearifan lokal dalam cara berpikir dan melihat sesuatu, atau menurut Morgan, tentang metafora image organisasi, merupakan a way of thinking dan a way of seeing. Jadi, jika dicermati pandangan Morgan dan mengacu pada proposisi bahwa tellu cappa sebagai simpul teori motivasi dan image organisasi, dapat dimaknai bahwa UNM sebagai sebuah institusi pendidikan yang memberi nomenklatur bangunan perkantorannya tellu cappa – gedung utama Program Pascasarjana nanti – tentu saja akan menjadi sebuah ikon penting yang juga akan meneguhkan kembali image UNM tercinta di mata civitas akademika dan di mata publik. Artinya, ketika orang selama ini menyebut UNM maka yang teringat adalah pinisi dan tellu cappa, demikian pula ketika menyebut pinisi atau tellu cappa maka yang teringat adalah UNM beserta civitas akademikanya, dan bukan lagi aksi-aksi demontrasi mahasiswanya yang destruktif, karena akan merusak image diri dan institusinya. Dengan demikian, filosofi tiga ujung atau tellu cappa pun akan menjadi a way of thinking dan a way of seeing bagi segenap civitas akademika UNM dalam beraktivitas di kampus dan di masyarakat dengan mottonya “tetap jaya dalam tantangan”, semoga. *Penulis adalah Ketua Program Doktor (S-3) Ilmu Administrasi Publik PPS UNM

SM-3T Gerbang Menuju Guru Profesional

epat pada 15 November 2011 silam, untuk kali pertama saya harus naik pesawat dari Makassar ke Biak dengan jarak tempuh dua jam. Tangisan ibu tercinta di Bandara Sultan Hasanuddin melepas kepergian saya ke daerah yang santer mengabarkan konflik dan penembakan. Namun, hal itu tidak membuat saya mundur. Komitmen saya adalah di manapun kita berada tetaplah mempertahankan nilai agama yang ada pada diri, jika itu dilakukan Allah akan menjaga hambanya dari berbagai mara bahaya. Setiba di Biak, ternyata Biak adalah daerah yang begitu potensial dibanding daerah-daerah lain yang ada di Papua. Tak heran jika Biak disebut oleh Bupati Biak sebagai “Biak kota Jasa”. Biak juga kota yang penduduknya multi suku, agama, budaya bahkan warna kulit sekali pun. Selama November 2011 hingga November 2012, pengabdian saya sebagai guru di daerah 3T telah memberikan banyak pelajaran. Di antaranya semangat pantang menyerah, kedisiplinan, dan ketangguhan menghadapi semua situasi dengan sabar, kemampuan beradaptasi untuk dapat diterima dengan baik dan mampu hidup di manapun kami akan berada pada waktu berikutnya. Kreativitas perlu dimiliki seorang pendidik untuk dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang terbatas guna mencapai hasil yang optimal. Proses tersebut menjadi modal diri saya setelah program tersebut selesai diakhir tahun 2012. Namun, program ini tidak terhenti hanya sampai di situ. Di awal tahun 2013, pematangan kompetensi profesional, sosial, dan kepribadian terus berlanjut melalui program Pendidikan Profesi Guru (PPG). PPG

*Muh.Ilyas. S.Pd, Gr adalah pintu untuk melahirkan guru profesional sebagai bentuk dari aturan pemerintah yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S-1 kependidikan dan non kependidikan serta D-IV non kependidikan agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan Permendiknas No. 8 Tahun 2009 tentang PPG. Berdasarkan permendiknas tersebut, kini profesi guru tidak hanya diperuntukkan untuk sarjana pendidikan tapi juga sarjana non pendidikan, para sarjana pendidikan harus menunjukakan kepamampuan dalam seleksi masuk pendidikan profesi guru. Pernyataan itu didukung Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. selaku Ketua Asosiasi Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Indonesia (ALPTKI) yang mengatakan guru yang profesional adalah lulusan LPTK yang telah mengikuti proses seleksi untuk mengikuti pengembangan personal dan sosial dengan mengikuti program SM-3T. Tidak semua perguruan boleh mendidik guru. LPTK pun harus yang memiliki standar mutu dan standar kewarasan sebagai lembaga yang mendidik pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan menyelenggarakan SM-3T, persoalan pemerataan guru secara nasional dapat diatasi. Sebab, daerah 3T mendapatkan pasokan guru. Para peserta SM-3T dapat menjadi penggerak pembangunan.

Setelah mengalami pengembangan personal dan sosial, peserta baru mengikuti PPG yang diasramakan. Soal asrama ini sangat penting untuk mendidik perilaku dan kebiasaan serta kepribadian mereka sebagai guru yang akan menjadi teladan bagi siswanya. Sebab, PPG berasrama lahir berbagai program untuk membentuk kompotensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. PPG secara khusus berdampak terhadap tuntutan akan kualitas pendidikan secara umum dan pada kualitas pendidikan guru secara khusus untuk menghasilkan guru yang profesional. Olehnya, program ini harus terus berlanjut dan satu hal yang kita nantikan bersama bahwa rekruitmen calon guru di daerah tidak hanya berkualifikasi S1 namun harus manyandang gelar guru profesional dengan mengikuti program PPG. Niat pemerintah menyelenggarakan pendidikan profesi guru tentu positif meski hasilnya belum tentu optimal. Peningkatan kesejahteraan guru adalah penting. Tetapi lebih penting meningkatkan profesionalisme dan pelayanan guru kepada peserta didik. Pelayanan harus diwujudnyatakan dengan tulus dan ikhlas sesuai kompetensinya. Jika semua ini mampu dilaksanakan, maka PPG ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Pendidikan profesi guru terhusus kepada alumni SM-3T adalah sebuah keharusan karena PPG berasrama yang kami rasakan selama ini di UNM itu merupakan sarana untuk membentuk pribadi berperestasi, mandiri, disiplin, sekaligus peka dan mampu beradaptasi dengan lingkungan yang majemuk. *Penulis adalah PPG SM-3T ­Sejarah UNM Streaming: radioprofesi.com


Info Profesiana Akademik 15

Dosen Genit Ngajak Nikah

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

ADA-ada saja ulah SD, salah seorang dosen jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Setelah tahun kemarin pernah mengunggah video kampanye pencalonan dirinya sebagai presiden Indonesia di Youtube, ia kini berulah dengan mengakali mahasiswinya agar mau dinikahi sekaligus dipoligami. Awal Maret lalu, SD yang juga mengajar di Fakultas Teknik (FT) mengirimkan pesan singkat kepada kedua orang mahasiswi jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Pesan tersebut berisi instruksi agar mereka datang ke Masjid Al-Markas. Mengetahui itu adalah perintah dosennya, Mawar (samaran), salah seorang dari kedua mahasiswi itu tanpa banyak berpikir segera memenuhi permintaan SD. Sesampainya di Masjid AlMarkas, Mawar diberikan pilihan untuk berbincang di dalam mobil atau di luar. Hanya saja Mawar menolak berbicara di dalam mobil dan memilih untuk mengobrol di luar saja lantaran merasa tidak enak jika harus berduaan di dalam mobil. Sembari mengitari pekaran-

gan hingga masuk ke dalam masjid, ada banyak topik yang dibahas oleh SD, termasuk permasalahan poligami. Entah angin apa, SD tiba-tiba saja mengajak Mawar untuk menikah. Ia meyakinkan Mawar bahwa pernikahan seorang anak perempuan tidak mesti dihadiri oleh wali nikahnya. Merasa ada yang tidak beres dengan dosennya, Mawar bergegas saja pergi menjauh hendak pulang ke rumah kostnya. Akan tetapi, karena terbawa kegugupannya, ia baru sadar di pertengahan jalan kalau dirinya menumpang

INT

angkutan umum yang salah. Seperti itulah yang dikisahkan salah seorang rekan korban yang enggan disebutkan namanya kepada Profesi. Bahkan kisah tersebut diakuinya telah beredar luas di kalangan mahasiswa jurusan PKK. Semenjak kejadian itu, pihak birokrasi FT mencabut izin mengajar dosen tersebut. Ia kemudian digantikan oleh dosen lainnya dari FMIPA. Menurut salah seorang mahasiswi jurusan PKK, Andi Ahlia, tingkah SD semenjak pertama kali mengajar di kelasnya memang agak aneh. Ia tergolong orang

yang sangat mudah mengambil hati orang lain, khususnya temanteman perempuannya. Tak ayal, teman-temannya di jurusan terkadang mengaku kerap kali menjadi sasaran keisengan dosen itu. Tak hanya itu, timpal Akmal, mahasiswa PKK lainnya, SD bahkan mengajak mahasiswa-mahasiswa yang diajarnya untuk membentuk fansclub atas namanya. Fansclub itu, menurut SD, akan menjadi forum bisnis. “Salah seorang teman saya bahkan nyaris rumahnya dijadikan sekret, karena dianggap Pak SD paling sepi ,” bebernya. Akan tetapi, Ketua Jurusan PKK Sukarsih A Pangki justru membantah rumor yang menyudutkan dosen tersebut. Menurutnya, pencabutan izin mengajar SD di jurusannya berdasarkan keinginan mahasiswa yang tidak menyukai cara mengajarnya. “Mahasiswa melapor ke Ketua Prodi katanya dosen itu kalau mengajar sambil bercerita hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan mata kuliah,” ungkapnya. Hingga saat ini, Mawar masih memilih bungkam jika ditanyai terkait ulah dosen genit itu. “Biarlah itu menjadi rahasia saya,” tutupnya singkat. (tar/pr58)

Status Dahlan ENTAH apa pasal, Kepala Satuan Pengamanan (Satpam) UNM, Dahlan mengunggah status di facebook yang bernada nyinyir. Isinya banyak menyindir birokrasi-birokrasi kampus. Salah satunya yang berbunyi “Koruptor yang baik bagi-bagi jauh lebih terhormat dan lebih terpandang daripada jujur tapi miskin”. Anehnya lagi, bersama dengan itu, ia juga mengunggah foto Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I), Sofyan Salam bersama status “tak biasa” itu. Status yang diunggah jum’at (7/3) itu seolah-olah hendak ditujukan untuk PR I. Akan tetapi, Dahlan menampik jika salah satu bentuk curhatannya itu ditujukan untuk orang-orang tertentu, khususnya PR I. Dahlan menganggapnya hal yang lumrah saja. Unggahan foto itu hanya untuk kesenangan tanpa ada maksud lain. “Saya cuma suka lihat fotonya karena lucu, Pak PR I pakai helm di tengah-tengah tawurannya mahasiswa. Seolaholah dia jenderal lapangan,” canda Dahlan yang juga merangkap seb-

agai dosen di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) itu. Sebagai seorang dosen, ia juga mengaku banyak mengkaji isu-isu kritis masalah korupsi bersama anak didiknya lewat status facebook yang sering diupdate-nya. Tak jarang, media sosial itu ia jadikan pula sebagai lahan untuk mengkritik kebijakan kampus. Sama halnya ketika gaji satpam telat dibayar, dalam beberapa status nampak kekesalan dirinya. “Seharusnya kita ini bisa menyikapi segala situasi dan kondisi yang ada di depan kita dengan hal yang sebenarnya. Kalau memang itu suatu kebenaran, katakanlah. Kita ini harus kritis dalam menyikapi fenomena yang ada,” ungkapnya menggebugebu. Apalagi aktivitas akademiknya yang banyak mengampu mata kuliah Filsafat Ilmu, ia mengaku

cenderung senang menghabiskan waktu dengan membuat status kontroversi di facebook agar mahasiswa-

mahasiswa saya dapat mengkajinya. “Jadi bukan tanpa sebab saya itu buat status-status seperti itu, terlebih hanya agar mahasiswa saya itu dapat berpikir dengan nalar dan menyampaikan sebuah kebenaran saja,” dalihnya. (pr13)

INT

Duitnya ke Mana Pak??

ADA-ada saja cara dosen untuk meraup keuntungan dari mahasiswanya. Seolah tak pernah kenyang dengan “jatah makan”nya. Tak puas, 1001 macam alasan pun dibuat untuk membuncitkan perut dari “anaknya” sendiri. Misalnya di jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar (UNM) yang telah lama memberlakukan program pembayaran uji validasi bagi mahasiswanya. Serasa tak kompak, saat ditanya di mana dana tersebut dialokasikan, jawaban berbeda pun diungkapkan oleh dua sosok berpengaruh di jurusan tersebut. Streaming: radioprofesi.com

Menurut Ketua Jurusan Matematika, Djadir, membenarkan adanya pembayaran uji validasi itu sudah berlangsung sangat lama, bahkan telah berulang kali berganti orang yang menanganinya. Sementara, kontribusi yang diberikan kepada mahasiswa sebesar Rp 25ribu untuk tiap validatornya. Menurutnya, dana tersebut digunakan untuk membayar jasa validatornya. “Yah, setahu saya uang tersebut diberikan kepada validator bersangkutan untuk pembayaran jasa mereka,” ungkapnya. Mengaku tak tahu banyak perihal tersebut, Djadir pun melimpahkannya kepada Ketua Pusat Pengkajian dan Pengemban-

gan Matematika dan Pembelajarannya (P3MP), Usman Mulbar. Ditemui di ruangannya, Usman Mulbar, selaku ketua P3MP, enggan untuk berkomentar. Dirinya malah berlalu dan enggan memberikan keterangan perihal tersebut. Berbeda dengan Dekan FMIPA, Hamzah Upu. Ia mengakui adanya pungutan tersebut. Namun, menurutnya dana tersebut tidak ada yang masuk di kantong para dosen. Melainkan dipergunakan untuk pembenahan perpustakaan di jurusan Matematika. “Wah, tidak ada itu yang masuk di kantong dosen. Terlalu kecil rasanya kalau untuk bayar honornya mereka. Memang secara

administrasi pengelolaannya diserahkan kepada pihak jurusan. Tapi itu untuk pengelolaan perpustakaan. Coba lihat perpustakaan kami sekarang,” seru Hamzah seraya bangga dengan ruang perpustakaan jurusan Matematika tersebut. Entah siapa yang harusnya dipercaya?. Mereka sepertinya harus berunding dulu sebelum berkomentar. Jika dihitung-hitung, tak sedikit dana yang diperoleh pihak jurusan Matematika yang bersumber dari uji validasi tersebut. Apalagi sudah dilakukan sejak bertahun-tahun hingga bergonta ganti kepengelolaannya. Contohnya, salah seorang mahasiswa jurusan Matematika yang mera-

www.profesi-unm.com

Olah Tangga ala Pejabat MESKI Menara Pinisi sudah dilengkapi fasilitas lift yang memadai, namun tak semua pejabat maupun sivitas akademika memanfaatkannya. Seperti yang dibiasakan dalam keseharian Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III) UNM, Heri Tahir setiap menyambangi “singgasana”nya di lantai 6 menara kebanggaan UNM itu. Heri di setiap kesempatannya mengaku lebih senang menggunakan tangga untuk mencapai ruangannya itu. Dibandingkan lift, menapaki setiap anak tangga dari basement dianggapnya lebih menyehatkan. “Saya lebih suka naik tangga, apalagi kalau masih pagi, karena menyehatkan, melatih otot-otot tubuh kita biar bergerak,” ungkap guru besar Ilmu Hukum ini berseri-seri. Disamping menyehatkan, tangga yang menghubungkan tiap lantai di Menara Pinisi juga cukup efisien menghemat waktu. Untuk lantailantai yang tidak berjarak begitu jauh, orang-orang akan memilih menaiki tangga. Selain cepat, tambah Heri, para pengunjung Pinisi juga tak perlu menunggu lama hingga berdesak-desakan di dalam lift yang hanya bisa menampung maksimal 7 orang itu. “Kalau naik lift terkadang kita harus nunggu lama. Belum lagi lift-nya sesak dan penuh orang,” keluh Heri. Bahkan, eks Asisten Direktur II PPs UNM ini bercerita pernah menantang mahasiswa untuk turun ke lantai bawah. Mahasiswanya disuruh naik lift dan ternyata masih kalah cepat dibanding ia yang hanya menuruni tangga. Tak jauh berbeda, Kepala BAAK, Ismail Muhtar pun kerap kali harus naik-turun tangga menuju ruangannya di lantai 2. Ia mengaku tidak menggunakan lift karena efisiensi waktu. “Karena ruangan saya cuma di lantai 2 ini, jadi tidak terlalu butuh lift,” ujarnya ringan, meskipun ia sesekali tetap menggunakan lift untuk naik ke lantai ruangan para pimpinan yang berada di lantai atas. “Pejabat lain juga banyak yang lebih senang menggunakan tangga, seperti PR I,” beber Ismail. (imr) sa takut untuk protes karena aturan tersebut sudah membudaya dan berlangsung sejak dulu. Menurutnya, uji validasi sebenarnya mahasiswa sendiri mampu, apalagi didukung dengan Information Technology (IT) yang kini sudah canggih. “Kita kan dari jurusan Matematika, saya yakin temanteman bisa sendiri kok. Tapi yah apa boleh buat, teman-teman yang lain juga sudah pasrah dan ikut saja,” ungkap mahasiswa prodi Bilingual ini. (sus) Urai data, ungkap fakta, saji berita


Persona

16

Profesi Edisi 177 Maret Tahun XXXVII 2014

www.profesi-unm.com

Bangun Komunikasi ­Lewat Jejaring Path

DATA DIRI: Nama Lengkap : Prof. Dr. Andi Ima Kesuma, M.Pd TTL

: Wajo, 13 Maret 1964

Pekerjaan : - Dosen tetap Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNM - Pembantu Dekan Bidang Sarana dan Prasarana (PD III) FIS UNM Karya Buku: - Migrasi dan Orang Bugis (2004) - Mengapa Aku Memilih SBY (2004) - Perspektif Arkeologi: Sejarah dan Antropologi Luwu (2006) - World View Masyarakat Sulawesi Selatan Terhadap ­Pendidikan (2009) FOTO: RAJAB-PROFESI

D

i UNM, tak banyak dosen yang mampu membangun hubungan kedekatan yang cukup baik dengan mahasiswanya, apalagi sampai memanfaatkan perkembangan teknologi kekinian yang ada. Beragam fasilitas untuk berjejaring sosial padahal sudah disediakan di dunia maya, seperti Facebook, Twitter, maupun Path. Akan tetapi, hanya segelintir

dosen saja yang memanfaatkannya untuk berinteraksi dengan mahasiswanya. Berbeda dengan yang dilakukan oleh Andi Ima Kesuma selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PD II) FIS. Ia mengembangkan role model melalui akun jejaring sosial Path yang dimilikinya. Lewat Path, dosen eks Ketua Prodi

Pendidikan Antropologi ini membangun komunikasi simbolik yang mampu mendekatkannya dengan mahasiswa-mahasiswa Antropologi khususnya. “Dunia maya meskipun saya tidak ketemu, tapi masih bisa berkomunikasi. Komunikasi simbolik yang dimainkan di dunia maya. Ini yang harus diterima sebagai salah satu jalan komunikasi masa kini,” cetus wanita yang pernah menduduki jabatan sebagai Kepala Museum Kota Makassar. Kebiasaannya mengunggah aktivitas keseharian di Path memberikan respon yang cukup baik dari para mahasiswa. Baru aktif selama setahun, ia sudah memiliki 150 teman. Jumlah inipun sudah

merupakan jumlah maksimal yang disediakan oleh jejaring sosial yang baru trending belakangan ini . Sebanyak 1295 moments juga sudah dipostingnya. Tak heran jika mahasiswa merasa enjoy berinteraksi dengan penyuka warna ungu ini. “Saya kan berteman dengan beberapa mahasiswa, jadi saya juga bisa berkomunikasi mengenai kegiatan perkuliahan dan tugastugas lainnya. Selain itu saya juga biasa menegur mahasiswa lewat Path,” ujarnya mencontohkan. Selain berteman, tentu saja Ima mengaku mampu mengukur karakter mahasiswanya lewat dunia jejaring itu, khususnya bagaimana perhatian mereka terhadap dunia pendidikannya. “Dosen itu perlu mengetahui seperti apa karakter dari setiap mahasiswanya, sehingga antara mahasiswa dan dosen terlihat harmonis dan rasa kekeluargaan bisa tetap terjalin,” beber wanita yang sudah tiga kali mendapatkan penghargaan Inspiring Woman ini.

Wanita kelahiran Wajo ini juga menolak jika media sosial Path yang digandrunginya dianggap sebagai media pencitraan. Selama ini, ia mengunggah gambargambar dirinya maupun kegiatan yang digelar mahasiswa untuk memberikan motivasi dan contoh keteladanan yang baik. “Ini bukan pencitraan, tapi media pemberitahuan kepada publik seperti mahasiswa dan dosen,” tangkis penulis buku Migrasi dan Orang Bugis ini. Selain aktif mengajar sebagai dosen tetap di Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNM, Guru Besar Bidang Antropologi ini juga aktif sebagai Dewan Penasehat Pementasan I Lagaligo Internasional, Dewan Pakar Sejarah dan Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Wakil Ketua Forum Kerajaan dan Kelembagaan Adat Sulawesi, dan pernah sebagai pemateri Internasional Symposium Traditional Textiles di Trengganu Malaysia. (yas/pr33)

Hawa Pertama Membanding Kepala Penerbitan Studi di Negeri dengan berjualan kue. Berprestasi menjadi harga mati baginya untuk mendapatkan beasiswa hingga di perguruan tinggi. Sejak SMA, berbagai organisasi telah dirambahnya. Diantaranya Pramuka, Palang Merah Remaja, Karya Tulis Ilmiah Remaja dan lainnya. Awal memasuki kampus di 2007, ia langsung aktif di himpunan jurusan. Keaktifannya tersebutlah yang membawanya mewakiil UNM pada Kongres Bahasa Jerman di UNIMED Medan tahun 2010. “Organisasilah yang mebentuk saya menjadi manusia, DATA DIRI: organisasi mengaNama Lengkap : Isnaeni Dahlan, S.Pd jari saya banyak hal, TTL : Sinjai, 28 November 1990 bagaimana memanage Pekerjaan : Penyiar Suara Celebes waktu, bagaimana Pengalaman organisasi membawa diri dan 1. Kepala Bidang Bakat dan Minat HIMABARA FBS UNM (2008-2009) 2. Anggota HMI komisariat UNM(2008) sebagainya,” un3. Ketua Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Jerman se-Indonesia gkapnya. Merasa (IMBJSI) cabang UNM (2009-2010) perlu mengasah minat 4. Menteri Keuangan Federasi mahasiswa (FEMA) FBS UNM (2010-2011) di bidang jurnalistik, dia 5. Pemimpin Redaksi LPPM Profesi UNM (2011-2012) pun memasuki gerbang FOTO: DOK-PROFESI redaksi. Penyiar Profesi SIAPA sangka jabatan Pemimpin FM pun telah dirambahnRedaksi (pemred) LPPM Profesi ya hingga ia mencetak rekor seUNM pernah disandang perem- bagai perempuan pertama dalam puan. Alumni 2012 UNM ini ber- sejarah pemred Profesi. hasil tercatat sebagai pemred pada Tak pernah terbersit sedikitperiode 2011-2012. Ia menjadi pun di benak perempuan berdasatu-satunya kepala devisi pener- rah Sinjai ini bahwa dirinya bitan dari kaum hawa hingga di akan menjadi pemred lembaga usia Profesi jelang 38 tahun ini. kuli tinta UNM ini. Seakan telah Terlahir sebagai anak yatim menjadi adat semenjak berdirinya sejak masih di bangku sekolah profesi, posisi pemred akan jatuh dasar membuat anak kedua dari ke tangan kaum adam. Hal itulah empat bersaudara ini tumbuh yang membuatnya sangat terkejut mandiri. Bahkan untuk soal seko- saat dirinya diputuskan mengelah, dirinya tak membebani ibun- palai devisi yang merupakan janya yang hanya seorang ibu rumah tung lembaga itu. “Tiga hari tiga tangga yang menafkahi anaknya malam saya tidak menginjakkan Urai data, ungkap fakta, saji berita

kaki di redaksi membayangkan peliknya mengawal penerbitan,” kisahnya.Namun dukungan dan dorongan dari senior dan temantemannya yang kemudian membuatnya optimis menjalankan amanah yang telah dipercayakan kepadanya. Tegas, itulah kata yang disematkan untuk perempuan yang disapa Neni ini. Kala jadi pemred, kedisiplinannya pada deadline membuat magang dan reporter takut memunculkan batang hidungnya di redaksi jika tidak membawa hasil liputannya. Selama mengawal penerbitan, sering pula ia mendapat kritik keras bahkan terror. “Saya pernah mendapat sms teror setelah di salah satu terbitan yang memuat berita kontradiktif,” kenangnya. Keterampilan jurnalistik yang telah diasahnya selama di profesi, menjadikannya begitu mulus mendapatkan pekerjaan. Bahkan sebelum diwisuda, dirinya telah bekerja di salah satu radio swasta di Makassar. Ia juga kerap menjadi pemateri di berbagai kegiatan dan pelatihan. Hingga saat ini, alumnus Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut di Universitas Sumatera Utara tahun 2011 ini mengaku akan segera melanjutkan pendidikannya ke jenjang pascasarjana. Tawaran kerja di berbagai tempat pernah menyambanginya, namun pecinta warna ungu ini merasa masih ingin terus belajar dan mengasah bakatnya. “Dunia kerja membutuhkan keterampilan, jangan sampai selesai kuliah malah jadi pengangguran, makanya masa kuliah jangan disia-siakan dengan tanpa memiliki keterampilan,” pesannya. (sms)

Kanguru

VICTOR Matanggaran, mahasiswa Psikologi UNM, tak pernah menyangka jika dirinya berhasil lolos sebagai satu-satunya ma- DATA DIRI: hasiswa UNM yang mewakili Nama : VICTOR MATANGGARAN Indonesia dalam program Aus- TTL : 24 Oktober 1992 tralia Indonesia Youth Ex- Prestasi yang telah dicapai : change Program (AIYEP) 1. Juara 1 Lomba Debat Psikologi Pendidikan Nasional di Malang, 2013. Program pertukaran 2. Medali Perak Musica Sacra Bali International Choir pemuda tersebut memberikan Competition, Denpasar Bali. kesempatan bagi mahasiswa 3. Juara 3 Lomba MC (Master of Ceremony) Tingkat UNM 4. Juara 1 Cerdas Cermat Psikologi, Fakultas Psikologi angkatan 2011 ini untuk lebih UNM 2013. banyak belajar tentang sistem 5. Kader Anti Narkoba Badan Narkotika Nasional untuk UNM 2013 pendidikan yang membeda6. Youth Ambassador, Australia Indonesia Youth Exchange kan Indonesia dan Australia. Program Diantaranya, Victor menFOTO: SOFYAN-PROFESI gungkapkan, perbedaanya tampak melalui kuantitas mata pela- student engagement, sebuah kaljaran maupun mata kuliah yang wa- ender yang menjadwalkan setiap jib dibebankan pada siswa sekolah kegiatan akademik mahasiswa. menengah dan mahasiswanya. Jika Selain itu, ia juga membuat assesdi Indonesia, mahasiswa mempro- ment tentang minat pelajar asing gram enam hingga sembilan mata yang melamar kuliah di Australia. kuliah tiap semesternya, maka mahaSelain bekerja di UNSW, lakisiswa Australia hanya perlu diwajib- laki yang gemar bernyanyi ini juga kan mengambil empat mata kuliah. menjadi pengajar di salah satu Sistem itulah yang kemu- public school. Pun dengan latar bedian menjadi begitu berkesan bagi lakang ilmu psikologi yang sedang ­Victor. “Artinya, pendidikan di In- digelutinya di UNM, ia juga cukup donesia sudah sangat baik, namun sering mengikuti kuliah umum dan sayang karena kita terlalu terkesan seminar-seminar psikologi yang memaksa dan menuntut lebih ban- diadakan di Sydney. yak,” terang mahasiswa angkatan Namun terlepas dari semua ke2010 ini lebih jauh. giatan akademik yang digelutinya Victor dipercayakan menjadi selama program pertukaran pemuda staf internship atau magang divisi di Australia, Victor bersama 17 delinternational service di University egasi Indonesia lainnya melakuNew South Wales (UNSW), Sydney kan cultural show. Dengan tujuan dalam paket kegiatan work place- untuk saling mengharagai budaya ment. Ia pun kerap memfasilitasi ma- dan cara hidup masing-masing, hasiswa internasional dari berbagai tiap dua pekan sekali peserta AInegara. “Khusus untuk mahasiswa YEP melakukan pertunjukan kebudari Indonesia, kita juga membantu dayaan yang dimiliki dari Sabang yang masih belum lancar Bahasa In- sampai Merauke. “Untuk region ggrisnya, supaya mereka bisa lebih Sulawesi, kita memperkenalkan tarmengerti,” tambah mahasiswa yang ian poco-poco dari Manado,” kisah bermimpi keliling dunia ini. mahasiswa yang pernah aktif dalam Ia juga sempat merancang Pinisi Choir ini. (pr03) Streaming: radioprofesi.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.