Tabloid Mahasiswa UNM
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
1 www.profesi-unm.com
Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi
Rebut Kembali Tanah Kita!
Tuan Tanah Tuai Masalah l Hal. 4 Kebagian Bonus 79 Kursi l Hal. 7 Politik Balas Jasa ala Arismunandar l Hal. 15
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 180 Mei Tahun XXXVIII 2014 Streaming: radioprofesi.com
Persepsi
2
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
www.profesi-unm.com
surat dari pembaca
K
Apa yang Anda pertanyakan?
Gagap Garap Tanah
ampus lagi-lagi harus berhadapan dengan kelakar para tuan tanah. Lewat antek-anteknya, UNM dibuat kerepotan membebaskan sejumlah tanahnya yang dikekang sejumlah klaim liar. Sebenarnya itu bukan hal yang luar biasa, mengingat UNM memang kerap kali terlibat dalam urusan “pe rebutan” tanah miliknya sendiri. Menurut Ketua Manajemen Aset, tanah-tanah UNM yang tersebar di banyak tempat di Makassar maupun luar kota telah mempunyai ser tifikat resmi. Hanya saja, pihak-pihak yang bandel terkadang “panjang akal” memperkarakan pihak UNM. Meskipun berkali-kali memenangkan perkara, namun ada saja yang ber usaha merebut tanah-tanah bersertifikat itu. Pasalnya, pihak UNM sendiri abai mengelola tanah yang dimilikinya. Mereka cenderung membiarkan lahannya tanpa digarap. Padahal jika tanah-tanah tersebut dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, kemungkinan banyak pe masukan yang akan diperoleh kampus. Komersialisasi terhadap kepentingankepentingan akademik setidaknya bisa teralihkan lewat pemanfaatan lahan-lahan tidur tersebut. Selain abai, UNM nampaknya tidak banyak ambil pusing terkait tanahnya yang tersebar di berbagai tempat. Sertifikat yang dimiliki atas tanah itu menjadi tameng atas pengakuan “aspal” dari pihak lain. Meskipun begitu, pihak kampus seharusnya berjaga-jaga akan segala kemungkinan, bahkan hingga yang terburuk sekali-
pun. Bisa saja, di kemudian hari, muncul orang-orang yang mampu mementahkan segala kepemilikan resmi yang dimiliki UNM. Pelan tapi pasti, aset UNM mulai diusik dan diobrak-abrik oleh para tuan tanah. Lihat saja, sepanjang Jl. Raya Pendidikan, patok yang menandakan tanah itu milik seseorang yang bernama Mannauma telah lama terpasang dengan gagahnya. Patok itu seakan tak ingin diganggu. Ketika diamdiam (mungkin) orang suruhan kampus berusaha menandai pagar pembatas yang terbuat dari seng dengan tulisan “Tanah Milik UNM”, Mannauma justru terlihat menantang pihak Kampus Orange dengan menyuruh orang suruhannya untuk mengecat ulang pagar dan menutup tulisan. Sama halnya dengan aset tanah yang berada di Jl. Masjid Raya. Disana, terpasang patok yang menandakan bahwa tanah itu milik UNM. Namun di sebelahnya terpasang pula patok lainnya yang bermaksud membantah klaim itu. Kita tak lagi bisa memastikan, beberapa tahun ke depan, UNM masih kuat menjalani proses hukum atas asetaset yang diklaim bebas oleh beberapa tuan tanah itu. Apakah UNM masih punya banya uang demi membebaskan tanahnya di kemudian hari. Kita hanya tak menginginkan, barang berharga yang telah dimiliki dan terbukti kepemilikannya direbut oleh orang lain. Apalagi aset-aset tanah tersebut bisa menjadi pendukung pertumbuhan akademik yang baik di kampus kita, jika dikelola. (*)
t f
Fathir Al Ahzam
Mewakili bidik misi angkatan 010 bertanya kepada pihak yg terkait.apakah ada perpanjangan beasiswa bidik misi?berhubung masih banyak teman2 ada program ulangnya.? Terimah kasih tolong d jawab ya pak
Pembantu Rektor III UNM, Heri Tahir
Sudah pasti tidak ada, karena sejak awal Bidik Misi menstimulasi mahasiswa agar selesai pada waktunya. Jadi hanya berlaku untuk delapan semester. Kita mau dapat dari mana dananya, Bidik Misi langsung dari Dikti.
Asri Ismail Napoleon
Katanya mendaftar di ICT gratis, eh malah disuruh bayar Rp10 ribu/kepala. Kata pegawainya sih untuk biaya kertas. Bagaimana itu admin?
Kepala ICT Center UNM, Rusli
Pelayanan pendampingan pendaftaran online SBMPTN di Ict Center gratis. Kita cuma dampingi sampai pencetakan kartu peserta. Kita tidak paksa untuk laminating kartu, tapi kalau mereka mau, kita layani, dengan biaya Rp 5 ribu.
Muhammad Rustam
Salam.. Kapan pembukaan pendaftaran KKN-PPL terpadu ? Berapa estimasi dana yang dibutuhkan ? Dan daerah mana saja yang menjadi target penempatan KKN-PPL terpadu untuk tahun 2014 ?
Kepala LPM UNM, Alimuddin
Pembukaan pendaftaran kkn-ppl terpadu sejak 19 mei 2014, dengan biaya pendaftaran seperti sebelumnya, 750 ribu. Terkait lokasi penempatan masih belum pasti, namun enam daerah yang sedang disurvei, yaitu Bone, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar.
Keluarga besar LPPM Profesi UNM mengucapkan
Selamat Menempuh Hidup Baru
&
Muhammad Aking, S.Pd
Nurhasni, S.Pd
Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah Pemimpin Umum Sutrisno Zulkifli
KARIKATUR: FEBRIAWAN - PROFESI
Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Nurdin Noni, Heri Tahir, Eko Hadi Sujiono, Ismail Muchtar Dewan Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Ammas, Syahrir Muhammmad, Akbar Faisal, Mukhramal Azis, Uslimin, Facharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Fitriani Rachman. Pemimpin Umum: Sutrisno Zulkifli, Sekretaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Divisi Penerbitan: Imam Rahmanto (Pemimpin Redaksi), Divisi Online: Muh. Yasir (Kepala Divisi), Divisi Penyiaran: Rizki Army Pratama (Station Manager), Divisi Penelitian dan Pengembangan: Yeni Febrianti (Kepala Litbang), Divisi Usaha: Nurlela (Pemimpin Perusahaan). Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Penanggung Jawab: Sutrisno Zulkifli, Pemimpin Redaksi: Imam Rahmanto, Sekertaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Redaktur: Khaerul Mustaan, Susi Amriani, Reporter: Fadilah Dwi Octaviani, Syamsul Alam, Sulastri Khaer, Dwi Pratiwi Aslam, Dian Febriani, Andi Sadriani, Nurlaela Basir, A. Sri Mardiyanti Syam, Andi Ajip Rosyidi, Samti Binti Talip, Fotografer: Andi Baso Sofyan, Layouter/ Desainer Grafis: Kasdar Kasau, Manajer Sirkulasi: Syamsul Alam, Manajer Iklan: Andi Sadriani. Redaksi LPPM Profesi UNM : Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1 Parangtambung Makassar, Telp. (0411) 887964, e-mail: redaksi@profesi-unm.com, website: www.profesi-unm.com
FOTO SAMPUL: SOFYAN-PROFESI
Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.
SCAN HERE
f
Tampilan baru!
www.profesi-unm.com
t
@Profesi_Online LPPM Profesi UNM Urai data, ungkap fakta, saji berita
Portal berita ter-update UNM Streaming: radioprofesi.com
Mozaik
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
PPs Rayakan Sweet Seventeen MEMPERINGATI hari lahirnya yang ke-17 tahun, Program Pascasarjana (PPs) UNM me ngadakan berbagai macam lomba olahraga dan seni. Lomba yang diperlombakan mulai dari cabang olahraga Tenis Meja, Tarik Tambang, Futsal,Hadang, Voli, Joged Balon dan Terompah. Sedangkan cabang seni diantaranya lomba Menyanyi Solo dan Tari Kelompok serta Vocal Group. Beragam jenis perlombaan ter sebut dibuka dari 26 Mei hingga 30 Mei mendatang. Ketua Panitia Dies Natalis PPs, Abdullah Sinring mengatakan, mekipun diramaikan oleh banyak lomba, peringatan tahun ini ber beda dibanding tahun kemarin. Tidak hanya pegawai maupun mahasiswa PPs yang terlibat, melainkan seluruh alumni juga turut serta. “31 Mei kemarin ada pameran masakan kuliner dari setiap daerah, sepeda santai, dana pembagian door prize,” tuturnya. Lebih lanjut, ia menambahkan, pada hari itu juga akan menjadi puncak perayaan Dies Natalis, yang akan dihadiri Walikota Makassar, Danny Pomanto. Sementara itu, Direktur PPs UNM, Jasruddin mengungkapkan, proses peningkatan mutu pen didikan perlu ditunjang pendekatan emosinal antara dosen dan mahasiswa. Oleh karena itu, pihaknya terus mengagas kegiatan perlombaan seperti ini. “Kita perlu bentuk hubungan silaturahim antar sesama mahasiswa bahkan dosen agar tetap harmonis,” ungkapnya. Selama euforia perayaan hari lahir itu, PPs UNM juga meliburkan aktivitas perkuliahannya hingga 30 Mei. Jasruddin menekankan, satu minggu tersebut tidak ada proses perkuliahan. “Adapun jadwal untuk minggu ini nanti akan d iganti satu minggu juga,” pungkasnya. (pr33)
3
www.profesi-unm.com
Puncak Hari Pendidikan Nasional
SNAPSHOT
UNM Pelopor Rekor MURI
PROGRAM Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) raih rekor penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyumbang sarjana pendidik ke daerah dengan 8 ribu sarjana. Direktur Program Pengembangan Profesi Guru (P3G), Abdullah Pandang mengakui rekor program SM-3T tersebut awalnya dipelopori oleh salah satu lulusan SM-3T UNM, Khaeruddin. “Memang benar jika Khaeruddin yang memiliki ide kreatif ini,” ungkapnya.
Alumnus Pendidikan Bahasa Indonesia FBS UNM berinisiatif mengirimkan pihak MURI beberapa prestasi program SM3T. Data jumlah mahasiswa yang mengabdikan dirinya lewat SM3T, ternyata jauh lebih banyak dibandingkan salah satu program pendahulunya, yakni Indonesia Mengajar. “Pengelola di Jakarta ingin kalau program ini lebih terlihat, makanya Khaeruddin, duta SM3T sekaligus angkatan pertama diminta untuk melihat bagian-bagian mana yang bisa memecahkan rekor,” terang Abdullah Pandang. Pencapaian rekor MURI ini dimaksudkan demi mempublikasikan lebih jauh program pemerintah tersebut lantaran, menurutnya, harus lebih dilebarkan lagi sayapnya. Menurut dosen dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini, se-
FOTO: SOFYAN-PROFESI
DINNER. Rektor UNM, Arismunandar menghadiri acara makan malam sekaligus silaturahmi di kediaman Jusuf Kalla selaku calon Wakil Presiden RI periode 2014-2019, Jl. Hj. Bau Makassar Kamis malam (29/05). Pada acara tersebut turut serta beberapa kepala daerah juga politisi lokal dan nasional.
benarnya UNM juga bisa meraih rekor. Dikarenakan, UNM merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri yang mengirim sarjana terbanyak. “Hanya saja Program SM-3T lebih dulu terdaftar di rekor ini,” imbuhnya. Lebih lanjut, Abdullah Pandang berharap rekor MURI ter sebut mampu kembali dipecahkan oleh program SM-3T sendiri.
“Di jilid keempat nanti, yang dibuka mulai 21 Mei lalu, program SM-3T sudah menargetkan akan kembali memecahkan rekor MURI,” sasarnya. Oleh karena itu, ia mengimbau kepada semua alumni kependidikan UNM untuk segera mendaftarkan diri melalui situs onlinenya. (sul/ sdr)
Bengkel Mime Jogja Bertandang ke Kampus KALI pertama, Bengkel Mime Theatre Yogyakarta menggelar pementasan pantomim bekerjasama dengan Komunitas Lentera UNM di gedung Ikatan Alumni (IKA) Sao Panrita, Senin (26/5). Makassar menjadi perlabuhan ke14 yang dikunjungi setelah kota Yogyakarta, Solo, Purwokerto, Semarang, Bandung, Tanggerang, Jakarta, Malang, Mbatu, Denpasar, Padang Panjang, Mataram dan Lombok Utara. Salah satu kru Bengkel Mime Theatre, Andy SW mengungkapkan, program perjalanan dari kota ke kota awalnya dinamai “Pesiar Karya” yang dilaksanakan sejak 2011 dengan maksud saling bera-
presiasi karya pantomim sembari berpesiar. Hingga tahun 2012 program ini diubah menjadi Indonesia Cinta. “Dengan konsep berbeda, kami mengajak teman-teman disetiap kota yang kami datangi berbagi cerita dan berapresiasi seni pantomim,” jelasnya. Lebih lanjut, ia berharap, dengan tajuk mandala pantomim Makassar yang dipentaskan bisa bermanfaat bagi yang menyaksikan. “Mandala artinya bulatan atau lingkaran yang diharapkan ada dinamika kerja bersama sehingga terus bergerak seperti pusaran, membentuk dunia kecil dari unsurunsur pantomim,” terang koordi-
nator perjalanan sekaligus aktor pantomim ini. Dalam pementasan tersebut, beranggotakan 4 orang kru, Bengkel Mime Theatre mementaskan tiga buah cerita pantomim yang masingmasing berjudul Potret Terakhir, Pintalan dan Dilarang Berburu. Sementara itu, sutradara cerita yang juga sekaligus aktor, Ari Dwianto menambahkan, selain di UNM, Bengkel Mime Theatre akan tampil di beberapa tempat lain di kota Makassar yakni di Gedung Kesenian, Kedai Buku Jenny dan Sekolah Islam Athirah. “Masing-masing akan dilaksanakan 27, 28 dan 31 Mei,” tandasnya. (sof)
FOTO: SOFYAN - PROFESI
Harlah V Aksara FIP
Dzikir dan Musik Berpadu Syahdu *Oleh: Rizki Army Pratama
Sepotong ayat suci dilantun kan syahdu. Seketika hening menyergap kuping. Seorang gadis berhijab tengah duduk bersimpuh bersimbah doa. Malam itu, berkumpullah ratusan mahasiswa memadati pelataran Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNM. Di bawah temaram bulan purnama yang membasuh ubunubun, seni panggung dipertunjukkan. Layaknya pertunjukan akbar, kedap-kedip lampu sorot bergantian mewarnai panggung. Seakan tak ingin menanggalkan momen keramat bulan penuh, doa-doa ayat suci mengawali pentas. Seorang gadis membacakannya khusuk di tengah panggung. Tercipta hening diantara reriuhan mahasiswa yang tak ingin ketinggalan momen langka di kampusnya. Namun tak berselang lama, tunduk khusuk sontak berubah tegang usai pelantun memanjatkan ayat suci. Seseorang berjalan perStreaming: radioprofesi.com
FOTO: SOFYAN- PROFESI
MENARI. Sekelompok mahasiswi menampilkan tarian ala Timur Tengah. Di tengah temaram lampu panggung, nuansa negeri padang pasir semakin terasa.
lahan membawa kursi ke arah tengah panggung. Disusul seorang pria yang berlagak angkuh menduduki kursi tersebut, hingga akhirnya masuk seorang pria berbusana gamis memegang cambuk dan menyeret seorang pria dengan busana compang-camping sembari
tak lepas menyiksanya. Pentas itu, mempertontonkan drama kehidupan manusia. Selepas beberapa adegan pembuka, suasana tegang sedikit merenggang. Dengan iringan lagu padang pasir, 12 penari menarikan Jeppeng. Tarian khas Timur Tengah
tersebut biasa dilakukan oleh warga Pare-pare, Sulawesi Selatan untuk menyambut tamu dan mempererat silahturahmi. Sorak sorai kembali meredam saat penampilan berikutnya yang berjudul dendang Istighfar berlangsung. Dendang Istighfar, jelas Widiani, Ketua Biro Kegiatan Mahasiswa Fakultas (BKMF) Ap resiasi Komuitas Seni dan Sastra (Aksara) FIP, mengajak kita untuk sejenak mengingat seberapa banyak dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. Mengangkat Tema Islam, BKMF Aksara menampilkan pertunjukan seni bernuansa Timur Tengah. Sembilan pertunjukan yang ditampilkan tak lepas dari kesan adat dan budaya dari negeri padang pasir itu. Bertemakan “Dzikir dari Negeri Timur”, pertunjukan meriah tersebut dipentaskan dengan maksud memperingati Hari Lahir ke-5 BKMF Aksara. “Aksara di tahun ke-5 ini in-
gin mengajak teman - teman untuk mengubah pandangan seseorang terhadap seni dan selalu mengingat dan bersyukur kepada sang pencipta,” ungkapnya. Widiani juga menambahkan, tema dizikir memang dimaksudkan untuk mendorong semua orang senantiasa bersyukur kepada Sang Pencipta. Widiani mengatakan, pertunjukan yang berlangsung sampai tiga jam ini menjadi salah satu ajang warga baru Aksara berkreasi, sekaligus sebagai salah satu bentuk pengaderan terhadap anggota baru. “Pelaksanaan pementasan ini adalah salah satu syarat menjadi warga Aksara tahun ke-5,“ terangnya. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III), Heri Tahir, yang menyempatkan hadir dalam pagelaran pentas Timur Tengah itu sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. “Acara seperti itu bagus, sarat dengan nilai positif yang harus terus dirangsang dan diekspose,” ujarnya. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
4
Reportase Khusus
Tuan Tanah
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
www.profesi-unm.com
Tuai Masalah
SEJARAH GUGATAN
atas tanah milik UNM n
Selama 52 tahun UNM berdiri, banyak aset tanah yang tak produktif dan terus dibiarkan terlelap pulas di mana-mana. Bukannya menghasilkan dana malah menuai banyak masalah.
ika
Jl. Raya Pendid
FOTO: SOFYAN - PROFESI
Sejak berdiri tahun 1961, hingga resmi menjadi universitas, UNM memiliki aset yang tersebar di mana-mana tak terkecuali “terdampar” hingga ke kabupaten lain di Sulawesi Selatan (Sulsel) khususnya wilayah Pare-pare dan Bone. Bertebarannya aset tersebut menjadi masalah tersendiri bagi pihak birokrasi dalam hal pengelolaan dan pemanfaatannya sehingga terus menuai polemik. Tidak hanya aset yang tersebar jauh di kabupaten lain, bahkan tanah yang nyata-nyata tepat berada di sekitar wilayah pusat akademik UNM pun masih saja berpolemik dengan masyarakat sekitar yang ngaku-ngaku memiliki hak kepemilikan atas tanah tersebut. Aset UNM di Jl. Raya Pendidikan misalnya. Tanah kosong yang kini tepat bertetangga dengan menara Pinisi tersebut sudah beberapa kali digugat oleh pihak luar hingga berproses di meja hijau. Berdasarkan data yang dihimpun oleh reporter Profesi, tanah tersebut telah disengketakan sejak 2004 silam. Sampai-sampai pihak birokrasi harus banting tulang mengajukan permohonan pemeriksaan kasasi ke Mahkamah Agung (MA) Republik Indonesia (RI) demi memenangkan sengketa berkepanjangan tersebut. Beruntung, MA membenarkan alasan kasasi UNM t ersebut. Tak berselang lama, tepatnya tahun 2008 tanah tersebut kembali disengketakan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) hingga pengajuan banding oleh penggugat ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN). Beruntung hak kepemilikan lahan tersebut tetap diberikan kepada UNM. Ironinya, tak lama berselang pada Juli 2009 tanah dengan luas 4000 meter persegi tersebut kembali dicaplok oleh Mannauma. Seakan mempecundangi pihak UNM, tanah tersebut telah dipagari rapi dengan seng, tak luput di beberapa titik tanah ditancapkan papan bertuliskan keterangan “Tanah Milik Manaumma KOHIR 479 CIP 2A” yang jelas terpampang ketika melintasi Jl. Raya Pendidikan. Ketua Unit Manajemen Aset (UMA), Urai data, ungkap fakta, saji berita
M. Hasrul mengungkapkan, pihak UNM tetap optimis atas hak kepemilikan tanah yang dicaplok Manaumma tersebut karena sejak tahun 2008 pihak UNM telah memenangkan beberapa perkara. Namun, kasus persengketaan dengan Manaumma hingga saat ini belum bergulir ke pengadilan. Entah kenapa, pihak UNM pun hingga saat ini tak memberikan respon dan membiarkan tindakan orang tak dikenal tersebut.
Sekadar Dimanfaatkan Bersama
Tidak hanya itu, UNM juga memiliki rumah dinas di wilayah kampus Parangtambung, hanya saja saat ini ditinggali oleh dosen-dosen yang telah pensiun. Karena prinsip kekeluargaan, pihak UNM merasa tidak tega mengambil alih bangunan itu. “Kami menginginkan penghuni yang dis ana bisa legowo dan secepatnya me ninggalkan rumah dinas tersebut manakala punya rumah sendiri diluar agar bisa digunakan dosen UNM yang masih aktif,” harap Hasrul. Jika ditelusuri, begitu banyak aset UNM yang hanya dimanfaatkan oleh pihak luar tanpa ada kontribusi yang dit erima bahkan hanya berujung pada sengketa dan masalah. Contohnya lagi tanah hak milik UNM yang berlokasi di Jl. Bungaya, di atasnya berdiri bangunan SMP Negeri 24 dan SMA Negeri 11 Makassar. Dulunya, sekolah tersebut adalah SMP dan SMA Pembangunan binaan IKIP (sekarang UNM) yang menjalankan Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) dengan memanfaatkan tanah yang dihibahkan Andi Pangeran Pettarani kepada IKIP yang saat itu memiliki kedekatan dengan Edi Mokonompit, Rektor IKIP saat itu. Namun, keluarnya peraturan pe merintah mengenai larangan perguruan tinggi mengelola pendidikan menengah, di masa kepemimpinan Rektor Paturungi Parawansyah, pengelolaan sekolah pembangunan tersebut diserahkan kepada Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Digugat oleh Kombes A. Hamrad Pakki, tahun 2004 pada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Makassar dengan nomor perkara 44. Gugatan tersebut oleh PTUN dinyatakan dikabulkan berdasar putusan perkara no. 44/G/ TUN/2004, 3 Maret 2005. UNM dianggap kalah. Pihak UNM dimohonkan pemeriksaan banding pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) dan melalui putusannya no. 58/Bdg. TUN/2005/ PTTUN Makassar tetap menguatkan putusan PTUN no. 44/G/TUN/2004 dimaksud. UNM dianggap tetap kalah. Kuasa hukum UNM mengajukan pemeriksaan kasasi ke Mahkamah Agung (MA) RI dan oleh MA melalui putusannya no. 160K/TUN/2006 membatalkan putusan PTUN no. 44/G/TUN/2004 dan PTTUNno. 58/Bdg. TUN/2005/PTTUN Makassar dan membenarkan alasan kasasi UNM. UNM dianggap menang. Digugat oleh A. Bau Ferdi Pallaka pada tahun 2008 pada PTUN Makassar dengan nomor perkara 02. Gugatan tersebut oleh PTUN dinyatakan tidak diterima berdasar putusan perkara no. 02/G.TUN/2008/PTUN Makassar tanggal 18 Desember 2008. UNM dianggap menang. Pihak penggugat A. Bau Ferdi Palakki tidak puas dengan putusan PTUN Makassar, maka melakukan banding ke PTTUN. Permohonan banding tersebut diperiksa dan diputuskan tidak menerima banding pembanding dan pengadilan tinggi menguatkan putusan no. 58/Bdg. TUN/2008/PT.TUN Makassar. UNM dianggap menang. Diduduki oleh Manaumma dan proses laporan ke Polisi oleh UNM masih berjalan. Sengketanya belum bergulir ke pengadilan. Tahun 2009 pihak Kombes Hamrad Pakki menggugat kembali tanah dimaksud ke Pengadilan Negeri Makassar (perkara sengketa hak) akan tetapi gugatannya ditolak sampai Pengadilan Tinggi. UNM dianggap menang. SUMBER: UNIT MANAJEMEN ASET (UMA) UNM
Kebudayaan Provinsi (Kanwil DPK) yang kini menjadi Dinas Pendidikan Provinsi. Berlakunya peraturan tersebut secara otomatis merubah sekolah pembangunan menjadi SMP Negeri 24 dan SMA Negeri 11 Makassar. Pun demikian, lahan dan bangunan eks. Sekolah Pembangunan masih digunakan oleh pihak sekolah tanpa ada timbal balik kepada pihak UNM. Tidak jauh berbeda, di wilayah Kabupaten Bone, UNM memiliki tanah bekas asrama mahasiswa Kampus Bone. Namun, saat ini digunakan oleh Pemda Bone. Hasrul mengeluhkan, banyak yang meminjam tanah UNM tanpa kontribusi sedikitpun. Padahal tanah tersebut secara hukum milik UNM. “Walaupun demikian, jika dilihat kembali kita memiliki tujuan bersama, yakni meningkatkan pendidikan
RI,” kata Hasrul positif. Sungguh sayang, UNM hanya “mengoleksi” sejumlah aset tersebut tanpa ada usaha pengelolaan serta pemanfaatan. Terlihat tak terurus, sejumlah pihak tertarik mencaplok lahan tersebut, menambah daftar masalah bagi UNM yang cukup menguras dana untuk pengamanannya, padahal jika sungguh-sungguh menjaga, maka tanah-tanah tersebut justru bisa meningkatkan pemenuhan sarana di UNM. (tim)
TIM REPORTASE KHUSUS Andi Baso Sofyan (Koordinator), Nurlaela Basir, Nur Fadly, Awal Hidayat, Khaerul Mustaan
Streaming: radioprofesi.com
Reportase Khusus Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
Sejumlah Tanah Belum
Bersertifikat
Salah satu aset tanah UNM yang kini dihuni para pegawai UNM dan keluarganya. Kini, tanah tersebut juga diklaim oleh pihak lain. FOTO: SOFYAN - PROFESI
SEMAKIN maraknya kasus persengketaan tanah harus menjadi perhatian tersendiri bagi UNM. Pasalnya tidak hanya lemah dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan, bebe rapa tanah juga diakui lemah bukti kepemilikannnya karena belum bersertifikat. Tak usah jauh-jauh, tanah yang dulunya telah berada dalam pagar pembatas UNM tepat berdirinya gedung perpustakaan dan saat ini menjadi gedung perkuliahan Fakultas Psikologi (FPsi). Menurut M. Hasrul, tanah tersebut merupakan tanah sengketa yang pernah digugat beberapa pihak hingga ditetapkan hak kepemilikannya kepada UNM melalui persidangan 7 Maret 2001 silam. “Dulunya ada tiga pihak yang menggugat tanah tersebut yaitu Hj. Daimah, Dg. Mis ompa dan PT Taruma. Sampai saat ini yang menjadi alas dasar tanah tersebut berdasarkan hasil putusan, UNM membayar semua yang telah menggugat sementara sertifikatnya sedang dibuat,” aku Hasrul. Aset UNM lain yang juga bermasalah yakni tanah bekas berdirinya rumah dinas IKIP Ujung Pandang. Berlokasi di Jl. Masjid Raya. Tanah tersebut dulunya dihuni oleh tiga orang pegawai yakni Amir Hamzah, Dominggus dan Bunga Rampeallo. Rumah dinas yang seharusnya diperuntukkan bagi pegawai yang masih aktif bekerja di UNM itu malah dijadikan warisan turun temurun oleh keluarga pegawai tersebut. Kurangnya pengawasan dari pihak birokrasi menyebabkan salah seorang keluarga mantan pegawai membuat sertifikat atas nama pribadi hingga nyaris mendirikan ruko di atas tanah seluas 701 meter persegi tersebut. Lebih celaka lagi pihak UNM tidak mengetahui hal itu hingga salah seorang warga yang mengetahui hak kepemilikan tanah tersebut melaporkannya kepada pihak UNM. Hasrul melanjutkan, aset-aset yang dimiliki UNM saat ini juga kerap dipertanyakan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Bahkan karena begitu banyak masalah dan tak kunjung selesai, masalah aset tersebut menyebabkan laporan keuangan UNM juga ikut bermasalah. “Kami menginginkan tanah yang dipinjamkan oleh negara selama ini tidak ada yang lepas. Olehnya itu, semua komponen di UNM bisa ikut bekerjasama dalam mengatur aset UNM, karena manajemen UNM tergolong bobrok,” akunya Menanggapi hal tersebut Arismunandar mengatakan, pihak UNM saat ini berupaya menjaga aset yang menjadi milik UNM agar tidak terjadi kembali persengketaan dengan pihak luar. ”Setiap tahun UNM membuat sertifikat tanah yang beStreaming: radioprofesi.com
5
www.profesi-unm.com
aset
NM
hU tana
Luas (m2)
Tahun perolehan
Keterangan sertifikat
1
Tanah Kampus UNM Gunungsari Baru
93.780
1965-1967
Sertifikat No. 1 Tgl 7-8-1974 Gambar Situasi No. 112 Tgl 10-6-1971
2
Tanah Kampus UNM Gunungsari Baru
21.502
1977
Sertifikat No. 103 Tgl 30-5-1978 Gambar Situasi No. 550 Tgl 14-6-1977
3
Tanah Kampus UNM Gunungsari Baru
28.500
1977
Sertifikat No. 99 Tgl 25-7-1977 Gambar Situasi No. 551 Tgl 14-6-1977
4
Tanah Kampus UNM Parang Tambung
96.212
1965
Sertifikat No. 35 Tgl 14-8-1989 Gambar Situasi No. 2086 Tgl 6-8-1983
5
Tanah Kampus UNM Parang Tambung
29.494
1965
Sertifikat No. 52 Tgl 14-8-1989 Gambar Situasi No. 2085 Tgl 6-8-1983
6
Tanah Kampus UNM FIK Bantabantaeng
58.352
1976
Sertifikat No. 190 Tgl 5-12-1996 Gambar Situasi No. 6757 Tgl 10-10-1994
7
Tanah Kampus UNM Bantabantaeng
2.518
1993-1994
Sertifikat No. 189 Tgl 17-9-1996 Gambar Situasi No. 6756 Tgl 10-10-1994
8
Tanah Kampus UNM Bantabantaeng
9.873
9
Tanah Kampus UPP PGSD Parepare (FIP UNM) Kec. Bacukkki
36.328
1979
Sertifikat No. 6 Tgl 20-8-1999 Surat Ukur No. 01244 Tgl 27-12-1997
10
Tanah Kampus UPP PGSD Bone FIP UNM
37.570
1976
Surat Ukur No. 702 Tgl. 26-5-1997 Sertifikat No. 15 Tgl 22-7-1998
11
Tanah Asrama Mahasiswa UPP PGSD Bone FIP UNM
8.312
1976
Sertifikat No. 14 Tgl 27-10-1994 Surat Ukur No. 368 Tgl 20-2-1993
12
Tanah Kompleks PPSP Jl. Bungaya No. 66
10.000
1970-1971
Sertifikat No. 11 Tgl 30-12-1970 Gambar Situasi No. 1 Tgl 2-1-1971
13
Tanah Kompleks PPSP Jl. Bungaya No. 68
9.760
1970-1971
Sertifikat No. 11 Tgl 30-12-1970 Gambar Situasi No. 256 Tgl 19-6-1972
14
Tanah Perumahan Pegawai UNM, Masjid Raya
701
1965
Sertifikat No. 55 Tgl 28-2-1995 Gambar Situasi 6573 Tgl 26-9-1994
15
Tanah Kampus UNM Gunungsari Baru
4.000
1979
-
16
Tanah Kampus UNM Gunungsari Baru
359
1979
-
Sertifikat No. 106 Tgl 17-9-1996 Gambar Situasi No. 517 Tgl 4-4-1978
Tanah Kampus UNM Parang Tambung Tanah Kampus UPP 18 PGSD Tidung FIP UNM
40.000
1986-1987
-
31.664
1979
-
Tanah Pekuburan Limbung
10.000
17
19
lum memiliki sertifikat, contohnya tahun ini UNM mensertifikatkan 2 tanah, jadi yang belum memiliki alas hak sementara dalam proses,” terangnya. Lebih lanjut, rektor dua periode ini menerangkan, aturan pemerintah yang baru mengharuskan sertifikat atas nama UNM diganti menjadi Pemerintah Republik Indonesia. Hal tersebut dianggapnya tepat karena tanah tersebut memang merupakan milik negara. “Jadi semua transaksi yang berkaitan dengan negara, semuanya di atas namakan milik negara,” katanya. Dengan demikian aset negara tersebut tidak mudah diperjual belikan. Sehingga kebijakan saat ini, pihak institusi tidak bisa menjual aset tanpa izin dari menteri keuangan. “Aset UNM semuanya di bawah perlindungan negara RI,” tandasnya. (tim)
SUMBER: UNIT MANAJEMEN ASET (UMA) UNM
-
FOTO: SUTRISNO - PROFESI
HAPUS. Seseorang berusaha menghapus tulisan “Tanah Milik UNM” yang ada di sepanjang pagar pembatas tanah UNM di Jl. Raya Pendidikan. Setelah beberapa kali melalui proses pengadilan, tanah tersebut masih diklaim pihak lain.
Model masterplan yang direncanakan pihak UNM untuk dibangun di kampus Gunung Sari.
SUMBER: IST
Area dalam materplan pembangunan kampus Gunung Sari, yang merupakan tanah milik UNM di Jl. Raya Pendidikan, namun kini sedang dalam proses sengketa dengan pihak lain. Pihak UNM harus berurusan dengan “tuan tanah” Mannauma beserta bodyguard-nya yang senantiasa mematok dan mengkalim tanah tersebut.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
6
Reportase Khusus
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
www.profesi-unm.com
Kampus Enggan Menggugat MENANGGAPI karut marut permasalahan aset yang menimpa UNM, pihak Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Hasan Basri menegaskan, penataan aset-aset UNM saat ini sudah mulai membaik. Walaupun tidak dapat dipungkiri, ada beberapa titik tanah yang bermasalah dan sebagian besarnya belum bisa dimanfaatkan. Selain itu, untuk beberapa tanah yang bermasalah, pihak UNM memiliki bukti hak milik yang kuat baik dari segi a dministrasi maupun pengakuan warga sekitar. Hanya saja pihak UNM tidak ingin mengg ugat klaim tanah oleh pihak tertentu karena dalam waktu dekat belum ada perencanaan pemanfaatan tanah tersebut. “Jika UNM memulai penggugatan, tentu akan kembali menghabiskan dana jadi baiknya biarkan saja dulu. Lagian pihak yang melakukan pengklaiman terhadap tanah UNM juga tidak bisa berbuat jauh apa-
“
Jika UNM memulai penggugatan, tentu akan kembali menghabiskan dana jadi baiknya biarkan saja dulu. Lagian pihak yang melakukan pengklaiman terhadap tanah UNM juga tidak bisa berbuat jauh apalagi melakukan pembangunan Hasan Basri, LBH Makassar
lagi melakukan pembangunan,” terangnya. Namun Dekan Fakultas Seni dan Desain, Karta Jayadi menilai, tidak hanya aset milik UNM yang tidak bergerak berupa tanah saja yang menjadi masalah. Bahkan aset-aset produktif lain seperti hotel dan mini market La Macca, badan penerbit, inkubator kewirausahaan, gedung Ikatan Alumni (IKA) Sao Panrita, Audito-
rium, air minum Guari dan berbagai aset produktif kewirausahaan lain begitu minim terkait transparansi pengelolaan serta ke untungannya baik pada Rapat Kerja Daerah (Rakerda) yang dilaksanakan setiap tahun maupun pada pelaksanaan rapat senat. Kekhawatiran lain, aset negara yang dipinjamkan kepada perguruan tinggi, apabila tidak bisa dimanfaatkan secara
optimal, maka kepemilikannya wajib di serahkan kepada Kementerian Keuangan. Namun, seakan meanggap hal biasa ter sebut, Rektor UNM, Arismunandar me ragukan hal tersebut. “UNM yang mengelola saja sudah keteteran, apalagi mau diserahkan untuk diurus langsung oleh negara, pengelolaannya pasti lebih sulit,” tutupnya. (tim)
Janji Optimalisasi Hanya Basa-basi BERTEBARANNYA aset UNM di mana-mana tak serta merta membawa angin segar dalam menunjang kemajuan kampus pencetak tenaga pendidik ini. Pasalnya, sejumlah aset , khususnya tanah hanya dibiarkan terlelap pulas. Padahal jika se jumlah aset tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal, masalah finansial yang kerap menjadi keluhan dan menggerogoti institusi “plat merah” ini bisa sedikit berkurang. Minimnya pengelolaan dan pe manfaatan tanah ini menjadi akar per masalahan sekaligus mengundang oknum “nakal” mengambil alih hak milik UNM, bahkan rela memperkarakannya hingga ke meja hijau. Alih-alih aset tersebut berm anfaat bagi institusi, birokrat justru merogoh kocek guna menyelesaikan per kara tuntutan berulang-ulang. Contohnya, tanah di Jl. Raya Pendidikan yang telah diklaim oleh berbagai pihak. Namun demikian, M. Hasrul menegas-
kan, kiranya UNM bisa memaksimalkan tanah yang dimiliki dengan memanfaatkannya. Menurutnya, kampus belum memiliki master plan yang jelas dalam mengelola berbagai aset. “Harusnya tanah tersebut bisa digunakan untuk kegiatan-kegiatan mahasiswa seperti pembuatan lapangan, kegiatan kemahasiswaan atau pemanfaatan lainnya,” keluhnya. Kenyataannya, upaya birokrasi dalam meningkatkan pemanfaatan aset hanya sebatas janji. Tengok saja tanah yang saat ini berdiri SMP Negeri 24 dan SMA Negeri 11. Menurut Rektor UNM, Arismunandar dulunya berencana mengelola sekolah tersebut secara bersama dan menjadikannya sekolah laboratorium UNM, namun hingga kini realisasinya nihil. Tanah yang saat ini dimanfaatkan Pemda Bone yang juga direncanakan sebagai pusat kewirausahaan PGSD Bone juga belum terlaksana. Ditambah lagi aset lain seperti Rumah Susun Sewa Sederhana (Ru-
sunawa) yang terletak di kampus Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) juga asrama mahasiswa yang berada di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Banta-bantaeng belum sesuai pemanfaatannya. Bangunan semestinya dinikmati juga meringankan beban mahasiswa malah diperuntukan bagi peserta sertifikasi guru. “UNM akan tetap mengupayakan pembangunan di tanah yang saat ini masih kosong,” janji Arismunandar. Buruknya pengelolaan aset UNM juga menuai kritik keras dari Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) UNM terpilih periode 2014-2015, Rezki. Ia mengungkapkan sengketa tanah yang sering dialami UNM karena ketidakmampuan birokrasi mengatur asetnya. Ia merasa ada ketidakefektifan dalam penanganan aset tanah di UNM. Olehnya perlu ada perhatian dan penanganan khusus guna menyelesaikannya. “Biarpun secara de facto UNM memiliki aset tanah di mana-mana, tapi kalau tidak dimanfaatkan sama saja di kali nol,” tuturnya. (tim)
Andi Asiah Caya, Istri Almarhum Mantan Pegawai IKIP-UP
Sebatang Kara di Tanah Berperkara Kulitnya keriput. Rambutnya pun seluruhnya telah memutih. Begitu jelas wanita itu telah dimakan usia. Dialah Andi Asiah Caya alias Petta Caya (78), istri mantan pegawai Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ujung Pandang (IKIPUP/sekarang UNM), almarhum Amir Hamzah. Kini, ia hidup sebatang kara di rumah yang dibangun suaminya di atas tanah UNM, Jl Masjid Raya. Tanah tersebut saat ini tengah berperkara hak milik antara anak tirinya dengan UNM. Suaminya telah lama wafat di tahun 80-an. Namun Petta Caya baru hidup seorang diri setelah anak tirinya, Sri Irmayanti, anak Amir Hamzah dari istri pertamanya, Andi Norma Kanang yang tak lain adalah adik Petta Caya, juga meninggal karena sakit, pertengahan tahun lalu. Sri Irmayanti lah yang bertahuntahun menemaninya tinggal di rumah tua itu. Ia tak bisa menahan air matanya menetes ketika menceritakan masa-masa bersama Anti (nama panggilan Sri Irmayanti) yang telah ia anggap anaknya sendiri. “Dia (Anti, red) mi itu yang dulu temani ka. Rawat ka kalau sakit. Antar ka ke Masjid kalau bulan puasa dan siapkan pappabuka. Kuingat sekali itu anakku,” isaknya saat ditemui reporter Profesi, Kamis siang (27/3) lalu. Sementara dua kakak Anti, Arma Amir Hamzah dan Irham Amir Hamzah tak kunjung membesuk nenek kelahiran 1936 itu. Terakhir kali, ia bertemu Irham saat pemakaman Anti. Nenek berdarah Bone itu mengaku sudah lupa kapan terakhir kali Arma menjenguknya. Sebab pada hari pemakaman Anti saja, ia tidak datang ke Makassar lantaran masih menyelesaikan kuliah doktoralnya di salah satu universitas Program Pascasarjana di Jakarta. Sedangkan Irham diakuinya sangat liar, tidak tamat SMP, dan doyan nikah.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Menurut sepengetahuannya, Irham sudah memiliki tiga orang istri. Anak kedua Amir Hamzah itu masih menggunakan kamarnya di rumah tersebut. Namun Petta Caya kerap tidak tahu bila Irham datang karena pintu masuk rumahnya terpisah dengan pintu masuk kamar Irham. Pun jika ia mendengar suara kedatangan Irham, anak tirinya itu tidak jua menemuinya untuk melihat kondisinya atau sekadar menanyakan kabar. Setelah hidup sendiri, kedua anak tirinya juga tidak memanggilnya untuk tinggal bersama. Walau Arma punya rumah yang terbilang memadai di Kelurahan Bongaya. Ia hanya ingin mendengar ajakan itu, meski jika ia ditawari tinggal di rumah Arma, ia akan tetap memilih untuk menghabiskan sisa hidupnya di rumah tuanya itu. Padahal, penyakit yang dialami orang tua seusianya telah lama ia rasakan. Asam urat dan Rematik, seolah sudah menjadi hal yang biasa baginya. Belum lagi mata rabun, dan pendengaran yang kurang peka. Meski ia berdarah Bone, ia lahir dan dibesarkan di Sinjai sebelum dipersunting Amir Hamzah, pria asal Gowa. Sudah berpuluh tahun ia tak pernah menginjakkan kaki lagi di kampung halamannya. Tak ada pilihan lain selain hidup sebatang kara di rumah yang ia cintainya. Rumah tempat segala kenangan
FOTO: KHAERUL - PROFESI
SENDIRI. Petta Caya sedang menunggui rumahnya sendirian. Rumahnya yang merupakan peninggalan suaminya dibangun di atas tanah milik UNM.
manis masa lalunya tersisa. Kenangannya dengan Amir Hamzah bersama tiga anaknya yang kini meninggalkannya. Sayangnya, rumah itu tidak lagi bisa dikatakan layak untuk wanita seusianya. Menghampiri rumah itu saja, sudah jelas bolong yang sangat lebar di dinding depannya. Selama berbincang-bincang, kami hanya berdiri. Sebab di rumah itu tak ada satu pun kursi. Perabot di dalamnya nampak berdebu. Mungkin ia tak lagi punya kekuatan untuk membersihkannya setiap hari. “Tidak ada kursiku nak, cerita sambil berdiri mi saja,” singkatnya dengan suara yang keluar terputus-putus. Kondisi rumahnya itu kian diperparah bila hujan mengguyur. Banyak sekali titik-titik bocor di atap rumah yang berbahan seng itu. Ia pun mengaku dibuat kewalahan mengatasi air yang menetes. Apalagi rangka atapnya yang terbuat dari
kayu juga sudah terlihat lapuk. “Banyak sekali bocornya. Kalau hujan, menetes semua mi itu air,” ceritanya. Tak cukup uang untuk merenovasi rumah. Untuk biaya hidup sehari-hari saja, Petta Caya hanya mengandalkan gaji pensiun almarhum suaminya yang hanya berkisar Rp 800 ribu perbulan. Belum lagi, membayar tagihan listrik dan air tiap bulannya. Menurutnya, gaji pensiun itu sudah cukup jika hanya sekadar membeli beras dan bahan lauk pauk di pasar. Namun, bila untuk membeli cemilan dan panganan kue sebagai pemanis tenggorokannya, ia tak punya uang lagi untuk itu. “Tidak ada yang bisa dipakai untuk yang lain nak. Cuma bayar listrik, air, beli beras, sayur sama ikan. Tidak ada untuk pemanis di sini,” katanya sambil mengusap leher. (tim)
Streaming: radioprofesi.com
Info Akademik
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
KILAS AGENDA
Festival Teater Mahasiswa Indonesia X TIGA lembaga kesenian mahasiswa di UNM diantaranya Teater Titik Dua UKM Seni, Bengkel Sastra (Bestra), Teater Kampus (Terkam), Kingdom Lab Art Himbio FMIPA, bakal mengikuti Festival Teater Mahasiswa Indonesia (FTMI) ke10 se-Sulselbar. Kegiatan yang akan digelar oleh UKM Teater Kampus Unhas sebagai tuan rumah ini akan dilangsungkan pada 1-10 Juni mendatang. Acara tersebut akan mempersembahkan rangkaian acara Parade kampus Unhas, yang dilanjutkan Pertunjukan Teater di Baruga A.P Pettarani Unhas. Selain itu, ada pula Dialog Teater, Workshop dan Rembug. Tak hanya itu, akan ada Malam anugerah yaitu acara puncak dari penyelenggaraan FTMI. (pr58)
Penulis se-Indonesia Ramaikan MIWF 2014 FESTIVAL penulis internasional Makassar International Writers Festival (MIWF) kembali bakal digelar oleh Rumata’ Artspace di Benteng Fort Rotterdam, Makassar. Mengusung tema Finding Sincerity kegiatan ini akan dilangsungkan 4-7 Juni 2014 mendatang. Ada banyak rangkaian kegiatan free yang akan dipersembahkan bagi peserta yang tertarik berpartisipasi selama 3 hari kegiatan mengangkat literasi Makassar itu, seperti Discussion, Workshop, Reading, Music, dan Book Sales. Workshop kepenulisannya juga akan menghadirkan pembicara dari penulis-penulis kawakan Indonesia maupun luar negeri. Diantaranya, Linda Christianty, Eka Kurniawan, Janet Steele dan masih banyak lagi. Di setiap malam, selama periode pelaksanaan MIWF, peserta bisa menikmati sajian kesenian budaya maupun sastra di Fort Rotterdam dari para penyair maupun sastrawan yang berkolaborasi dalam acara internasional tersebut. (pr30)
Inaugurasi Fisika 2013 HIMPUNAN Mahasiswa Fisika (Himafi) FMIPA bakal menggelar Inaugurasi. Kegiatan yang akan dilaksanakan pada Jumat (13/06) di Auditorium Amanagappa ini akan menyajikan beberapa pementasan diantaranya, tari tradisional, band, choir, stand up comedy. Selain akan dihadiri seluruh mahasiswa angkatan 2013, inaugurasi tersebut juga direncanakan dihadiri oleh pimpinan jurusan bahkan pimpinan fakultas. (pr58)
Streaming: radioprofesi.com
7
www.profesi-unm.com
SBMPTN UNM
Kebagian Bonus 79 Kursi
PENGUMUMAN Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) telah dilangsungkan, Selasa (27/5). Sebanyak 1886 orang dinyatakan lulus di UNM. Sementara, seperti yang disampaikan Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I) UNM Sofyan Salam, ada 1965 jatah yang disediakan UNM melalui jalur SNMPTN. Artinya, masih ada sebanyak 79 kursi kosong. Oleh karena itu, kekosongan kursi tersebut, dinyatakan Sofyan Salam, akan menjadi tambahan di jalur pendaftaran berikutnya, yakni jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Sofyan Salam menambahkan, kuota mahasiswa baru yang disediakan UNM untuk tahun ini adalah 3930 orang. Oleh karena itu, kuota total itu mesti terpenuhi melalui tiga jalur pendaftaran yang dibuka UNM. “Kalau jalur yang satu kuotanya tidak terpenuhi, maka kita alihkan ke jalur berikutnya. Begitupun kalau ada yang tidak mendaftar ulang. Sam-
pai kuota total maba UNM benarbenar terpenuhi,” ungkapnya. Kendati demikian, ia memastikan bahwa kuota masingmasing jalur tidak akan membengkak. Hanya penambahan dari jalur sebelumnya, dan kelulusan disesuaikan dengan kuota yang disediakan. Apalagi proses penentuan kelulusan jalur masuk nasional ditentukan oleh pihak pusat, Dikti. “Jumlah SBMPTN dapat bertambah, tapi tidak untuk jalur Mandiri,” tuturnya. Ia meyakinkan, kuota 20 persen dari pemerintah bagi Jalur Mandiri tidak bisa diubah. Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan seleksi secara ketat di jalur terakhir penerimaan maba itu. Rektor UNM, Arismunadar di lain kesempatan menambahkan bahwa jumlah mahasiswa yang diterima kampus UNM tahun ini sudah menurun dibandingkan tahun lalu. Sebanyak 2000-an lebih kuota mahasiswa dipangkas demi memenuhi kualitas perkuliahan yang lebih baik dan layak.
FOTO: SOFYAN - PROFESI
DAFTAR. Sejumlah calon mahasiswa baru mendaftar SBMPTN di ruang laboratorium ICT Center lt. 4 Menara Pinisi UNM. Mereka mendaftar dengan dibantu oleh staf-staf ICT Center, dari penginputan hingga pencetakan kartu, tanpa dipungut bayaran.
“Tapi, tetap saja, tidak menutup kemungkinan banyak yang mau mendaftar ke UNM,” ungkap Arismunandar. Arismunandar mengimbau, bagi mahasiswa yang tidak lulus di jalur SNMPTN, masih ada jalur lain untuk bisa masuk ke UNM. Salah satunya dengan mendaftarkan diri melalui jalur SBMPTN yang akan dibuka hingga 6 Juni
mendatang. “Untuk mahasiswa yang mau kuliah, silakan mendaftarkan diri lewat SBMPTN,” petuahnya dalam press conference yang digelar untuk menyosialisasikan SBMPTN, Senin (19/5) lalu. Jalur yang menyertakan tes ujian tulis itu akan menampung sebanyak 1179 orang, ditambah dengan bonus 79 kursi kosong dari SNMPTN. (pr45/ imr)
KKN Terpadu Tak Boleh Dimadu PENDAFTARAN program Kuliah Kerja Nyata (KKN) sudah dibuka sejak 19 Mei lalu. Seperti tahun sebelumnya, pihak Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UNM kembali membuka dua jalur pengabdian, yakni KKN reguler dan KKN Terpadu. Hanya saja, ditekankan Kepala LPM, Alimuddin Machmud, mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah wajib tersebut tidak diperbolehkan memprogramkan mata kuliah lainnya. “Selama pelaksanaan, ma-
hasiswa tidak boleh program mata kuliah lain, apalagi untuk KKN Terpadu,” tegasnya. Apalagi dengan semakin banyaknya mahasiswa yang mendaftarkan diri pada KKN Terpadu. Hanya skripsi, tambahnya, yang boleh diprogramkan mahasiswa bersamaan dengan KKN Terpadu. Alimuddin Machmud menerangkan, ada beberapa syarat lain yang harus dipenuhi mahasiswa, diantaranya lulus mata kuliah minimal 120 SKS, mencantumkan KKN di Kartu Rencana Studi
Penarikan PPL
Jadwal Bisa Dimajukan SETELAH nyaris 4 bulan menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah masing-masing, mahasiswa UNM yang memprogramkan mata kuliah PPL bakal segera ditarik. Penarikan tersebut akan berlangsung pada 16 – 18 Juni mendatang. Kepala UPT PPL, Ali Latief mengungkapkan, penarikan tersebut disesuaikan dengan jadwal batas waktu pelaksanaan PPL mahasiswa di sekolah yang hanya berlangsung hingga 14 Juni. “Kalaupun masih ada mahasiswa yang bermasalah frekuensi mengajarnya, atau ada pelaporan lain yang belum dirampungkan, maka diberikan kelonggaran hingga satu minggu berikutnya,” tegas Ali. Lewat dari itu, tambahnya lagi, pelaksanaannya tidak ditolerir lagi. Meskipun, menurut Ali, penarikan bisa dilakukan di luar dari jadwal yang telah di-
patenkan. Hal itu dikarenakan penambahan waktu satu minggu yang dimaksudkan sudah termasuk sampai rentang tiga hari penarikan. Seperti yang diakui dosen dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini, bahkan ada sekolah yang meminta jadwal penarikannya dimajukan. Baginya, hal itu tidaklah menjadi masalah. Persoalan jadwal penarikan bisa dinegosiasikan dengan koordinator penarikan dan pihak sekolah. “Selama sudah tidak ada lagi bengkalai disana, mahasis wa bisa mengkoordinasikan ke pembimbingnya masing-masing untuk segera ditarik,” ungkapnya. Khusus prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Pendidikan Jasmani (Dikjas), jadwalnya tidak dipatenkan. Waktu penarikannya tergantung dari negosiasi masing-masing koordinator atau guru pamong di sekolah masing-masing. (imr)
(KRS), serta memperoleh persetujuan dari penasehat akademik. Hal yang berbeda justru berlaku di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Fakultas yang banyak menampung calon pendidik itu tidak memprio ritaskan KKN Terpadu bagi mahasiswanya. Pasalnya, menurut Ketua Prodi Pedidikan Guru Sekolah Da sar (PGSD), Ahmad Syawaluddin, KKN terpadu berdasarkan pengalaman sebelumnya, dalam pelaksana annya tidak membuahkan hasil yang memuaskan. ”Mahasiswa cuma banyak menghabiskan waktunya berma sya rakat namun tidak lagi aktif menjalankan tugasnya di sekolah,” bebernya. Ia menambahkan, KKN terpadu sepatutnya mengharuskan mahasiswa menyeimbangkan antara pengabdian masyarakat dengan menjadi seorang pendidik. Hanya saja, mahasiswa kesulitan membagi waktu dan prioritasnya. Karena itu, di FIP, para penasehat
“
Mahasiswa cuma banyak menghabiskan waktunya bermasyarakat namun tidak lagi aktif menjalankan tugasnya di sekolah” Kaprodi PGSD, Ahmad Syawaluddin
akademik menginstruksikan agar anak bimbingannya tidak memprogramkan KKN Terpadu. Hal ini pun membuat mahasiswa PGSD, Asriadi, kecewa tak diprioritaskannya KKN Terpadu. “Saya kecewa tidak bisa mengambil KKN Terpadu, karena se-
harusnya saya bisa mempercepat studi. Tetapi kalau memang ini merupakan kebijakan fakultas, kita mau apa lagi,” keluhnya.
UPT Kewirausahaan Usulkan KKN Tematik
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kewirausahaan pun tak mau kalah dengan mengusulkan format KKN yang baru, yakni KKN Tematik atau KKN Kewirausahaan. Sekretaris UPT Kewirausahaan, Ihsan Sahid memaparkan, program pengabdian tersebut nantinya akan mengambil tempat di laboratorium kewirausahaan UNM, La Macca. “Tujuannya untuk menum buhkembangkan karakter entre preneurship dan jiwa mandiri pada mahasiswa serta memotivasi mahasiswa untuk mencoba berwirausaha,” tutur Ihsan. Syaratnya, mahasiswa yang akan memprogramkan mata kuliah baru itu belum pernah ikut Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Ada 3 tahapan yang harus dilakukan, yang pertama tahap persiapan dan pendaftaran yang akan juga melalui proses seleksi. Selanjutnya, peserta KKN yang lulus akan memperoleh pembelajaran didampingi supervisor. “Terakhir nanti kita akan evaluasi kinerjanya selama menjalankan KKN Kewirausahaan,” tambah Ihsan dalam rapat pengusulan program KKN itu di ruang rapat senat, lantai 6 Menara Pinisi. Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I), Sofyan Salam menanggapi, usulan KKN Tematik tersebut akan diterima jika memang sesuai dengan rambu-rambu yang dikoordinatori Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UNM. “Bagi kami tidak ada masalah jika syarat syaratnya itu terpenuhi,” pungkasnya. (pr32/ pr26) Urai data, ungkap fakta, saji berita
8
Suplemen Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
www.profesi-unm.com
Harlah 38 LPPM Profesi UNM
Merangkai Fakta dengan Kebersamaan *Oleh: Ary Utary Nur & Khaerul Mustaan ALUNAN gendang mulai terdengar, diikuti penari yang senantiasa bergerak kompak seirama. Perlahan tamu undangan mulai memasuki ruangan, tari Toraja kreasi oleh Teater Kampus (Terkam) FSD menjadi suguhan pembuka dimulainya malam puncak peringatan Hari lahir (Harlah) ke-38 Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi UNM. Berbeda dengan sebelumnya, peringatan Harlah yang dihelat di gedung Mulo, Sabtu (10/5) tidak hanya dihadiri oleh keluarga besar LPPM Profesi dan civitas akademika UNM. Namun, turut hadir utusan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) peserta Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut (DJTL) dari seluruh Indonesia. Mengawali sambutan, alumni LPPM Profesi yang juga Chief Executive Officer (CEO) Radar Bogor Group,
Hazairin Sitepu mengungkapkan, sebagai salah satu lembaga pers di UNM, Profesi telah menjadi bagian dari Tri Darma Perguruan tinggi. Olehnya itu LPPM Profesi harus terus menjadi kekuatan bagi seluruh civitas akademika. “Rasa bangga pula kepada jajaran pemimpin yang tetap memberikan perhatian dan memilih LPPM Profesi sebagai salah satu UKM yang penting,” terangnya. Setelah sebelumnya mengucapkan selamat ulang tahun, ia juga menyatakan harapannya agar LPPM Profesi terus bertahan, menghasilkan orang-orang yang terampil dan hebat. Bukan hanya berkerja di dunia jurnalistik, tetapi bagaimana memberi peran meningkatkan kualitas kampus dalam mencetak produknya. “Mudah-mudahan Profesi terus berperan dan menjadi lembaga yang benar-benar bisa mencer-
minkan idealismenya,” harapnya Tak ketinggalan pula, salah satu pendiri Profesi, Ismail Faisal yang turut hadir malam itu menyampaikan wejangannya. Ia menghimbau selalu mengingat dua falsafah kuno orang Sulawesi Selatan. Pertama, jangan katakan kalau tidak mampu laksanakan. “Mudahmudahan ada kaitannya dengan Profesi. Tidak perlu saya jelaskan, silahkan dianalisis,” pesannya. Kedua, falsafah menuntut ilmu utamanya yang berkecimpung dalam dunia pendidikan “Siapa yang rajin belajar sejak dini akan mendapatkan hasil. Sebaliknya, malas belajar sejak dini tidak akan mendapat apa-apa kelak,” kata dosen Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) UNM ini. Wajar saja menurutnya, lulusan perguruan tinggi saat ini memang banyak yang tak mampu berkompetisi, sehingga kebanyakan berbalik arah dan menjadi pekerja kasar meskipun bergelar sarjana. “Seandainya dia rajin pada masa kecilnya belajar, dia tidak akan memikul karung, menjinjing karung, menenteng karung,” sesalnya. Ia juga mengaitkan falsafah kedua itu dengan para pengelola LPPM Profesi UNM. “Begitu juga dengan adindaku yang ada di Profesi. Jika rajin dari sekarang, nanti tidak akan hanya mengutakatik 5W + 1H, minimal bisa seperti Pak Hazairin Sitepu,” harapnya. (*) BAHAGIA. Keluarga besar LPPM Profesi UNM meluapkan kegembiraannya dengan berfoto bersama usai pemotongan kue. Turut serta, peserta Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut (DJTL) yang berasal dari Lembaga Pers Mahasiswa se-Indonesia.
FOTO: FEBRI - PROFESI
Tonjolkan Budaya Sulsel
FOTO: SOFYAN - PROFESI
JEPRET. Salah seorang tokoh jurnalistik nasional, Andreas Harsono tampak serius memotret para penari yang sedang menghibur hadirin.
DI hari lahirnya, LPPM Profesi UNM yang mengangkat tema “Together in Togetherness”, diisi dengan pertunjukan kebudayaan Sulawesi Selatan diantaranya, Sinrili oleh Arif Rahman, Mahasiswa FBS UNM. Tari Toraja kreasi, tari empat etnis dan lagu daerah oleh Terkam FSD UNM. Pertunjukan ini diberikan dengan maksud memperkenalkan kebudayaan Sulawasi Selatan, khususnya kepada pada peserta DJTL Nasional 2014 yang hadir malam itu. Tari empat etnis dan nyanyian lagu daerah Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar yang digabung menjadi satu lagu dipilih, agar para peserta DJTL mengetahui bahwa terdapat empat suku yang ada di Sulawesi Selatan. Tiap suku mempunyai ciri khas dan keunikan masingmasing. (*)
Melahirkan Beri Apresiasi Mereka yang Berdedikasi SejarahKarya
MALAM puncak harlah LPPM Profesi UNM ke-38 juga memberikan penghargaan ke civitas akademika UNM dalam ajang Profesi award. Penghargaan tersebut bagi fakultas terbaik, dosen inspiratif dan mahasiswa terbaik. Tak luput penghargaan internal Profesi yang dibagi dalam dua kategori, pengelola terbaik dan magang terbaik. Profesi Award diberikan sebagai motivasi bagi civitas akademika dan terkhusus bagi pengelola LPPM Profesi agar terus berkarya. FMIPA pada tahun ini terpilih sebagai fakultas terbaik. Bukan hanya itu dosen FMIUrai data, ungkap fakta, saji berita
FOTO: SOFYAN - PROFESI
PLAKAT. Salah seorang peserta DJTL menerima plakat secara simbolis dari salah seorang penggagas Profesi, Ismail Faisal.
PA, Arif Tiro yang merupakan Ketua Program Studi Statistika meraih ge-
lar sebagai dosen terinspiratif. Untuk Mahasiswa terbaik diraih oleh Ika Indahyani, mahasiswa Fakultas Psikologi dan juga tercatat sebagai mahasiswa salah satu universitas lain yang ada di Makassar. Sedangkan untuk kategori internal, Andi Baso Sofyan berhasil meraih penghargaan sebagai pengelola terbaik dan magang terbaik di raih oleh Rachmad Wajo. Untuk tahun ini, Profesi juga memberikan life time achievement kepada Abdullah Dola, sebagai tokoh yang telah berdedikasi tinggi menghadirkan LPPM Profesi UNM sebagai lembaga pers di UNM. (*)
MENGINJAK usia yang tak lagi muda, Profesi telah melahirkan berbagai karya baik dalam bentuk tabloid, buletin, radio maupun portal berita online yang senantiasa menyapa civitas akademika UNM dan menjadi salah satu sumber informasi terpercaya. Perjalanan tersebut terangkum dalam suatu film dokumenter yang diputar di malam puncak harlah Profesi dengan judul “Jejak Sejarah LPPM Profesi UNM”. Bukan hanya film dokumenter sejarah perjalanan panjangnya, panitia juga menyuguhkan tontonan kepada audience tentang aktivitas keredaksionalan LPPM Profesi, mulai dari rapat perencanaan liputan, proses peliputan, menulis berita, menyiar, proses layout, pencetakan, hingga distribusi tabloid ke civitas akademika UNM. (*) Streaming: radioprofesi.com
Reportase Utama Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
9
www.profesi-unm.com
Uang Kuliah Tunggal (UKT)
NONSENS!
Setahun sudah Universitas Negeri Makassar (UNM) menerapkan UKT. Sistem pembayaran baru bagi mahasiswa yang diklaim mampu menjawab ketimpangan biaya pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) itu nyatanya justru berbanding terbalik dengan realitas. Sumbangan Penunjang Pendidikan (SPP) dan berbagai iuran pembayaran lainnya yang telah tergantikan dengan UKT selama setahun ini malah membuat sistem pembayaran mahasiswa di kampus ini semakin ruwet dan menyulitkan. Misalnya, jas almamater yang setiap tahunnya diberikan kepada
mahasiswa baru (maba) malah tidak ada lagi. Terlebih, hal itu tidak disosialisasikan sejak awal kepada para mahasiswa baru. Bahkan pada semester awal, birokrat fakultaspun tidak mengetahui hal itu. Pantas saja, setahun ini mahasiswa angkatan 2013 kebingungan dengan penyediaan jas almama-
Alokasi Golongan Uang Kuliah Tunggal
Golongan I
Rp 0 - Rp 500 ribu
Golongan II Rp 850 ribu - Rp 1 juta Golongan III Rp 1,75 juta - Rp 2 juta
10% 8%
2%
5%
Golongan IV Rp 3 juta - Rp 7 juta Golongan V Rp 4 juta - Rp 10 juta
75% Sumber: BAAK UNM
ter itu. Apalagi, saat Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) di lantai 1 Menara Pinisi, Agustus 2013 silam, Rektor UNM, Arismunandar menyatakan kepada seluruh maba bahwa jas tersebut akan diberikan ketika kembali ke fakultas masing-masing. Saat itu, rektor bahkan menyematkan jas oranye itu kepada salah satu maba sebagai perwakilan. Belum lagi pada persoalan penggolongan pembayarannya. Justru UKT yang dinyatakan dirancang untuk menjawab harapan pendidikan murah bagi kalangan ekonomi lemah di perguruan tinggi terkesan diskriminatif dan salah sasaran. Diketahui, terdapat lima kelasifikasi UKT. Golongan pertama menampung 5 persen keseluruhan jumlah maba dengan UKT berkisar Rp0 sampai Rp500 ribu. Golongan kedua, 75 persen dengan UKT Rp850ribu sampai Rp1 juta. Golongan ketiga, 10 persen dengan UKT Rp1,75 juta sampai
Rp2 juta. Golongan keempat, 8 persen, dengan UKTRp3 juta sampai Rp7 juta. Golongan kelima, 2 persen dengan UKT Rp4juta sampai Rp10 juta. Subsidi silang berdasarkan perincian tersebutlah birokrat kebanyakan salah sasaran dalam menetapkan golongan yang tepat bagi mahasiswa. Sebab, presentase pembayaran tidak bisa dijadikan patokan menempatkan golongan mahasiswa berdasarkan kemampuan finansialnya. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi, Ahmad mengaku, sangat kecewa dengan kebijakan yang ada di kampus pencetak guru ini. Ia mengatakan, terlalu banyak ketidakjelasandi setiap kebijakan yang ditetapkan. Bahkan birkorat dinilainya terkadang menelan ludah sendiri. “Saya melihatnya justru lebih dari 10 persen mahasiswa angkatan 2013 yang masuk golongan 3 dan 4, begitupun mahasiswa yang masuk lewat jalur mandiri. Padahal kebijakan di UNM, awalnya tidak seperti ini,” ungkapnya. Bahkan menurutnya, ada keterbalikan nasib. Mahasiswa yang kurang mampu dan semestinya masuk
golongan 1 dan 2, malah masuk di golongan 3 dan 4. Ia mengungkapkan, hanya 10 dari 48 temannya yang masuk pada golongan 1 dan 2, selebihnya adalah mahasiswa yang lulus lewat mandiri. “Bahkan kasihan, tidak ada di kelasku yang dapat UKT nol,” katanya. Lanjutnya, kontradiksi itu berlanjut apalagi dengan adanya program pemerintah yang membatasi penerimaan mahasiswa baru. Hal ini jelas lebih menghalangi masyarakat kurang mampu untuk mengenyam pendidikan tinggi. Sementara itu, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Salman menilai penerapan UKT saat ini tidak sesuai dengan kapasitasnya. Padahal, dalam penentuan golongan UKT harus adil dan subjektif. Lihat saja Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP, terdapat 200 mahasiswa yang masuk melalui jalur mandiri, melebihi kuota yang disediakan. bahkan banyak mahasiswa baru, yang mengeluh terkait UKT yang mahal. “Setiap tahunnya PGSD menambah kuota penerimaan mahasiswa baru, padahal fasilitas yang ada tak menunjang,” ungkapnya. (tim)
Aktivis Janji Jungkal UKT SEJAK awal diterapkannya hingga kini, lembaga kemahasiswaan (LK) di seluruh fakultas telah berulang kali berujuk rasa terkait penerapaan sistem baru pembayaran mahasiswa ini. UKT dengan konsep yang idealnya dituntut mampu memecahkan sengkarut pungutan yang selama ini memberatkan mahasiswa, realitasnya tak menjawab sesuai ekspektasinya. Ketua Maperwa UNM, Resky dengan tegas menyatakan menolak kebijakan UKT di UNM. Ia mengungkapkan, sistem yang katanya mampu meringankan beban ekonomi bagi kelas bawah itu faktanya malah bertolak belakang dari idealitasnya. "Penerapan UKT tidak efektif, toh masih banyak biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa selain UKT," cecarnya. Pendapat lainnya, Presiden BEM FIP, Abdul Salman, menjelaskan mahalnya pembayaran UKT tak sesuai dengan fasilitas yang disediakan di FIP. Buktinya, penggunaan laboratorium setiap jurusan tidak optimal. Bahkan mahasiswa baru di Prodi PGSD terpaksa patungan untuk pengadaan fasilitas untuk menunjang kenyamanan belajar. "Bahkan di FIP masih banyak bangku dari tahun 80-an, serta ruangan yang tidak layak," tuturnya. Hal yang sama juga diungkapkan Presiden BEM Fakultas Teknik (FT) periode 2013-2014, Muhammad Irwan. Ia menyayangkan mereka yang masuk ke dalam golongan UKT tinggi tapi tidak mendapatkan fasilitas yang Streaming: radioprofesi.com radioprofesi.com Streaming:
semestinya. "Karena mereka telah membayar mahal maka seharusnya fasilitas yang didapatkan itu harus sepadan dengan apa yang telah dibayarkan," tuntut mahasiswa Jurusan Teknik Mesin ini. Irwan menambahkan, pihak birokrat harusnya ikut melibatkan LK dalam mengawal proses wawancara serta mekanisme lainnya selaku representasi mahasiswa. "Apa salahnya jika kemudian mengikutkan mahasiswa mengawasi tes wawancara tersebut. Walaupun tidak ikut mewawancarai, setidaknya kami ada pada saat itu sebagai pemerhati," harapnya. Presiden BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Andi Ade Aqsa tak terima dengan berlakunya UKT. Apalagi dengan membeludaknya mahasiswa yang masuk melalui jalur mandiri dan notabene bayarannya selangit. Bahkan sesi wawancara yang menjadi penentu penetapan golongan, yang tidak jelas kriterianya. "Semestinya harus ada revisi golongan tiap tahunnya," asanya. Mahasiswa Jurusan Kimia ini berharap pungutan liar (pungli) yang ada di FMIPA bisa dihilangkan. Bahkan pelaku pemungutan baik dosen atau siapapun harus dilaporkan ke pihak UNM, serta harus ditindak hukum. Pungli bagi maba yang sering terjadi, seperti pembelian baju laboratorium dan buku penunjang, serta pungutan langsung untuk praktik lapangan. Padahal semua itu merupakan hal wajib yang harus terpenuhi. “Semisal baju laboratorium dan buku penun-
jang praktikum yang harus dibawa, jika tidak maka mahasiswa terpaksa bolos. Hal-hal semacam itulah yang harus dianggarkan, karena behubungan dengan persoalan akademik. Alokasi UKT harus jelas, serta menganggarkan yang wajib dianggarkan," beber Ade Aqsa. Sementara itu, Presiden Mahasiswa Fakultas Psikologi (Fpsi), Mudassir Hasri Gani, dengan tegas menginginkan adanya transparasi dana. Ia sendiri tidak mempermasalahkan seberapa besar UKT tersebut, namun ia menyayangkan tindak birokrasi yang seolah menutupi detil UKT. "Kita cuma minta satu, transparansi dana. seperti tahun lalu, ada pembayaran tapi di UNM tidak ada jas almamater untuk angkatan 2013. Sebenarnya kalau transparansi dana jelas, tidak akan ada masalah, berapa pun mahalnya, asal transparan. Semoga Permendikbud yang mengatur UKT bisa direvisi, kemudian adanya transparansi dari pihak birokrasi," harapnya. (tim)
TIM REPORTASE UTAMA Kasdar Kasau (Koordinator), Nurlaela Basir, Dwi Pratiwi Aslam, Arnawan Arief, Agung Rinaldy Malik, Muh. Yasir
Urai data, ungkap fakta, saji berita
10
Reportase Utama
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
www.profesi-unm.com
Mahal Tak Bertuah KONSEP Uang Kuliah Tuggal yang dianggap sebagai solusi terkait pembayaran mahasiswa agar nyaman dalam menjalani aktivitas perkuliahan nyata nya hanya omong kosong belaka. Harapan mahasiswa akan mendapatkan pelayanan yang layak bak mimpi di siang bolong. Contohnya, hingga saat ini, mahasiswa angkatan 2013 belum memegang jas almamater. Lain halnya dengan mahasiswa yang menjalani praktik lapangan, masih dikenakan pembayaran. Sedangkan jika ditinjau dari fasilitas yang diberikan, tak lebih dari yang dirasakan oleh mahasiswa lama. Masih menggunakan “artefak” kampus yang masih terpelihara. Padahal, cita-cita untuk menjadi World Class University telah lama didengungkan. Masihkan UNM bermimpi menjadi kampus yang bertaraf internasional jika masih bersikukuh menggunakan barang-barang tradisional? Eka, salah seorang mahasiswa baru masih menagih janji para birokrat kala PMB tahun lalu. Masih teringat, katanya, Rektor UNM pada saat itu akan segera membagikan jas almamater sebagai simbol kebesaran kampus UNM. Namun nyatanya, memasuki tahun ajaran 2014-2015, barang tersebut tak kunjung datang. “Memang tidak ada gunanya itu jas almamater kah?,” tanya Eka terlihat kesal. Bahkan parahnya, kala dikonfirmasi terkait ikhwal tersebut, Pembatu Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Nurdin Noni malah menganggap, jas almamater tak masuk dalam pembiayaan para mahasiswa baru. “UKT yang dibayarkan ke mahasiswa itu hanya mencakup pelayanan akademik saja dan tidak termasuk peningkatan sarana dan prasarana. Yang masuk dalam UKT yaitu biaya KKN, biaya laboratorium, seminar, dan wisuda,”
terang dosen Bahasa Inggris ini.
Abaikan Aturan
Berdasarkan Permendikbud pasal 5 tentang UKT, PTN tidak boleh memungut uang pangkal dan pungutan lain selain UKT dari mahasiswa baru program sarjana dan program diploma mulai tahun akademik 2013-2014. Namun kenyataannya, mahasiswa angkatan 2013 masih kena biaya diluar UKT, seperti biaya pembuatan KTM, pembuatan kartu perpustakaan, serta jas almamater yang telah ditiadakan. Keganjalan itu tak hanya sampai pada jas almamater. Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) juga mendapat getahnya. Pada awal semester berjalan, mahasiswa MIPA yang biasanya melakukan praktik laboratorium tak mengenakan pakaian resmi mereka. Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PD II) FMIPA, Abdul Rahman beberapa waktu lalu pernah mengeluarkan komentar miring. Menurutnya, cukup atau tidaknya dana yang diberikan menjadi bergantung dari kepala laboratoriumnya dalam mengatur dana sehingga mencukupi. “Di FMIPA ini bukan hanya laboratorium yang membutuhkan dana, tapi masih banyak yang lainya,” katanya. Ironinya, mahasiswa yang tak mengenakan baju praktik dilarang mengikuti mata kuliah tersebut. Jadi, mau tak mau mahasiswa harus merogoh kocek lagi demi menunaikan tugas akademik mereka. Sama halnya Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Salah satu identitas kemahasiswaan tersebut tak masuk dalam penganggaran UKT. Staf Kasubag Bakat dan Informasi Mahasiswa, Haddang Lao, mengatakan untuk pembuatan KTM baik mahasiswa baru ataupun mahasiswa lama dikenakan biaya sebesar Rp20 ribu. (tim)
Tumbal Proyek Gagal
MEMASUKI tahun kedua, penerapan UKT di tahun pertama masih terdapat banyak keganjalan yang mesti menjadi perhatian untuk segera dibenahi. Wajar saja bila sistem pembayaran baru mahasiswa untuk seluruh PTN ini dituding seperti masih disimulasikan atau diuji coba. Kebijakan yang ditetapkan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Ditjen Dikti) yang merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 55 tahun 2013 itu harus dievaluasi pada tahun ini untuk membuat formulasi baru yang tepat. Sebab, sistem ini memang tak pernah diuji coba sebelumnya, hanya tiba-tiba langsung pukul rata ke seluruh PTN. Pada pasal 1 ayat 2 Peraturan Menteri tersebut berbunyi, UKT merupakan sebagian biaya kuliah tunggal yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya. Namun realitasnya, banyak mahasiswa yang mestinya ditempatkan pada golongan 1 UKT tetapi dikenai UKT dengan tarif tertinggi. Salah satu mahasiswa Jurusan Akuntansi angkatan 2013, Fahri, mengaku orang tuanya kewalahan membayar UKT tiap semesternya. Lelaki yang memiliki lima saudara itu menuturkan, meskipun pekerjaan orang tuanya pegawai, tak menampik mampu menutupi seluruh kebutuhannya selama kuliah yang membutuhkan biaya Rp4 juta per semesternya. “Sanggup tak sanggup, ya harus dibayar UKT itu, meskipun cukup sulit,” keluhnya. Maghfirah Usman menuai hal sama. Mahasiswa yang dinyatakan lulus pada Program Studi (prodi) Ilmu Administrasi Negara melalui jalus SNMPTN itu punya cerita menarik. Mahasiswa yang akrab disapa Ira itu mengatakan, pertanyaan wawancara pada hari itu berkisar mengenai jumlah penghasilan orang tua, pekerjaan orang tua, dan kondisi tempat tinggal di Makassar seperti kos atau rumah. “Pertanyaannya umum-umum saja waktu itu,” tuturnya. Saat itu, Ira disodorkan beberapa lembar kertas yang wajib untuk diisi. “Waktu itu saya tulis lima ratus ribu perbulan penghasilan orang tuaku. Pekerjaan Ibu tidak ada karena tidak bekerja memang, dan wiraswasta untuk pekerjaan bapak. Tanggungan bapak saya itu ada 5 orang. Saya dengan 2 saudaraku, ibu, dan satu sepupuku karena menginggal mi orang tuanya jadi ditanggung sama bapak sekarang,” ungkap Ira. Menurut Ira, setelah mengisi lembaran dan menjawab beberapa pertanyaan saat itu, Ia dinyatakan akan membayar UKT sebesar Rp1,75 juta.
“Bapak yang wawancarai saya waktu itu melingkari nominal satu juta tujuh ratus lima puluh ribu untuk UKT pada lembaran yang sudah saya isi itu,” kata Ira. Lanjutnya, pada hari itu dirinya cukup lega karena menganggap UKT yang akan dibayarnya nanti tidak terlalu mahal. “Setelah beberapa hari menunggu, keluar pengumuman yang bisa dilihat di website. Tetapi ternyata di situ UKT saya Rp4 juta. Saya sempat kaget, tapi mau apa lagi, saya juga mau kuliah,” keluh Ira. Setelah aktif berkuliah, Ira mempertanyakan kepada pihak prodi. Namun, tidak direspon begitu baik. “Berulang kali saya pertanyakan itu di prodi. Tapi ada dosen bilang begitu memang. Begitu terus jawabannya ‘begitu memang’ dan katanya sudah tidak bisa diubah,” ungkap Ira. “Jujur sangat membebani sekali. Sepupu dan dua saudara saya juga masih dibiayai sama orang tua. Sedangkan penghasilannya tidak seberapa perbulannya,” keluhnya. Selain itu, Ira mengatakan pernah membayar Rp50 ribu untuk bisa mengikuti ujian final salah satu mata kuliahnya. “Memang sedikit heran kenapa bisa ada pembayaran lain lagi, tetapi terpaksa juga saya harus bayar dari pada saya tidak dapat nilai nanti,” kata Ira.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
saat pemungutan pembayaran mahasiswanya. Fakultas justru dibuat kelimpungan dengan dana yang tak kunjung cair dari pihak universitas. Ironis, padahal sistem baru ini diharapkan mampu mengubah permasalahan keuangan yang terjadi di PTN, khususnya UNM. Dekan Fakultas Seni dan Desain (FSD) UNM, Karta Jayadi menganggap persoalan keuangan di UNM sudah sejak dulu menjadi masalah tersendiri yang hingga saat ini tak kunjung terselesaikan. Buktinya pihak fakultas selalu terkendala
dalam pencairan anggaran fakultas. “Kita pertanyakan sebenaranya, kalau mahasiswa tidak tahu keuangan UNM. Itu kalau kita minta pencairan anggaran di universitas kita seperti bertengkar sesama fakultas karena memang sistem keuangan UNM tidak beres,” ujarnya. Ia menambahkan, hingga saat ini pula tidak ada kejelasan mengenai nominal BOPTN yang ke fakultas. “Seperti ada oknum yang sengaja menutup-nutupi dan memanipulasi mengenai persoalan anggaran,” ujarnya.
Selain Maghfirah Usman, Putri yang juga tercatat sebagai mahasiswa Prodi yang sama dikabarkan cuti akademik semester genap akibat tidak mampu membayar UKT. Kabar tersebut sempat terdengar oleh beberapa teman kelasnya. Diketahui, Putri yang lulus melalui jalur SBMPTN harus membayar UKT sekitar Rp4 juta. Sedangkan orang tua Putri hanya seorang pensiunan yang pernah bekerja di bank. Diawal semester ganjil lalu, Putri memang sudah mengadukan keluhannya kepada pihak prodi. Setelah mendengar cerita Putri, pihak prodi menemani Putri untuk bertemu pihak fakultas dan universitas. Namun, setelah itu tidak ada lagi kabar tentang UKT yang harus dibayar Putri. Menurut Ketua Tingkat Kelas A Prodi Ilmu Admnistrasi Negara angkatan 2013, Achmadi Abidin mengatakan, Putri memang dikabarkan cuti karena tidak mampu bayar UKT. “Saya dengar karena orang tuanya tidak sanggup bayar katanya. Lantas mahal sekali yang harus dia bayar, sedangkan orang tuanya sudah tidak kerja lagi,” tuturnya. Hingga saat ini, Putri tak pernah lagi muncul di kampus lantaran tak sanggup membiayai kuliahnya. (tim)
Perbandingan UKT dan Non-UKT Berdasarkan Permendikbud Pasal 5 tentang UKT, PTN dilarang memungut pembayaran lain pada semester berjalan selain UKT. Berikut beberapa hal yang danggap timpang. UKT Pembayaran bervariatif. Disubsidi silang antara kaya dengan miskin. Kaya menutupi sebagian pembayaran miskin. Tidak ada biaya lab. Namun realitasnya, masih saja ada pungutan untuk keperluan praktikum di beberapa lab. Tidak ada biaya praktik lapang. Namun realitasnya, tetap masih ada prodi yang mematok pembayaran itu pada semester berjalan. Masih banyak dosen yang memaksa mahasiswa untuk membeli diktat. Jas almamater tidak disediakan. Hal ini membingungka mahasiswa selama setahun ini karena informasi yang tidak jelas.
Non-UKT Pembayaran sama rata. Tidak disubsidi silang, kaya dengan miskin pembayaraannya disamakan. Ada DPP. Transparasi penggunaan dananya tidak jelas sampai sekarang. Ada biaya lab. Ada biaya praktik lapang. Biaya ini dianggap memberatkan mahasiswa. Ada biaya wisuda. Jas almamater disediakan. Mahasiswa merasa diakui dengan adanya jas ini sebagai identitas mahasiswa UNM.
SUMBER: LITBANG-PROFESI
Anggaran Fakultas Tetap Mandek SISTEM pembayaran UKT merupakan paduan dari Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan Bantuan Operasional Perguruan Negeri Tinggi (BOPTN), serta subsidi dari pemerintah sebanyak 20 persen dari APBN setiap tahunnya dan subsidi silang dari mahasiswa borjuis. Selain itu, UNM juga banyak meraup untung saat menerima mahasiswa dari Jalur Mandiri yang notabene UKT golongan 3 ke atas. Dengan banyaknya aliran dana tersebut, tak menjadikan pencairan dana di UNM mengalir deras sepeti
Terpaksa Cuti
SUDUT Senada dengan Karta Jayadi, Dekan Faklutas Bahasa dan Sastra (FBS), Kisman Salija, juga telah berulang kali mengungkapkan kekesalannya dengan sistem keuangan di UNM. Berkali-kali pihaknya meminta anggaran fakultas, namun tak juga bisa dicairkan. “Ini juga yang saya sesalkan di universitas, apa mau kita pakai untuk jalankan administrasi dan operasional di fakultas kalau tidak ada uang. Sekalian hentikan saja akademik di semua faklutas,” kesalnya. (tim)
+ Tuan Tanah Tuai Masalah - Karena tak kebagian bonus + Kebagian Bonus 79 Kursi - Imbalan politik balas jasa + Politik Balas Jasa ala Arismunandar - Biar tak tuai masalah
DG. TATA Streaming: radioprofesi.com
Laporan Perjalanan
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
11
www.profesi-unm.com
Journalist Days BOE FE UI
Menyusur Rimba Ibukota Di ibukota tanah air, kami menjejakkan kaki demi hasrat atas dahaga ilmu. Satu per satu, mengejar napas kota metropolitan, menyongsong wawasan dan pengalaman.
*Oleh: Susi Amriani, Andi Baso Sofyan, & Dian Febriani KAMI tiba di bandara Soekarno-Hatta menjelang waktu Ashar. Dengan menenteng koper masing-masing, kami membeli tiket bus Damri dengan tujuan terminal Pasar Minggu guna bertemu panitia yang akan menjemput kami hingga ke lokasi kegiatan. Sesampainya di sana, datanglah seorang panitia berniat menjemput kami. “Maaf yah, mobil yang mestinya digunakan untuk menjemput peserta lagi dipakai panitia lain. Jadi kita pakai’ Taksi aja. Nggak apa-apa kan?” tanya panitia tersebut dengan logat khas ibukota Indonesia Mencoba untuk menjawab dengan dialek serupa, kami pun serempak berkata, “Oh iya nggak apa-apa kok, mas.” Taksi pun segera tancap gas menembus kota yang dijuluki hutan beton ini. Dikarenakan waktu perjalanan yang bertepatan dengan jam pulang kantor di Jakarta, mau tak mau kami pun harus rela terjebak macet. Butuh waktu dua jam untuk bisa tiba di lokasi penginapan, yakni asrama mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Mengawali pagi di keesokan harinya, Rabu (21/4), kami mengawali rangkaian pertama dari event Journalist Days di UI, yakni media visit. Kali ini, lokasi media yang dikunjungi adalah
kantor media nasional terkemuka, Kompas TV dan The Jakarta Post. Kegiatan ini memungkinkan peserta Journalist Days untuk mempelajari secara langsung proses pengolahan berita di kantor media massa, baik media elektronik maupun media cetak. Sehari setelahnya, bertempat di gedung Pusat Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI, peserta Journalist Days tiba saatnya mengikuti training. Terdapat dua kelas training yang dilangsungkan, yakni Training News Anchor dan Training Penulisan Jurnalistik. Di hari berikutnya, peserta diboyong menuju kantor Dewan Pers yang berdiam di Jakarta Pusat. Jika dua hari sebelumnya kegiatan dibuka untuk umum, maka hari ini kegiatannya dilangsungkan hanya untuk peserta yang telah lulus seleksi paper nasional. Peserta hanya terdiri dari sembilan tim yang berasal dari Pers Mahasiswa se-Indonesia. Bersama pengurus pusat Dewan Pers, kami tak melewatkan kesempatan untuk menggelar diskusi. Dalam hal ini, Peserta diberikan case study kemudian didiskusikan bersama panelis-panelis yang telah disediakan oleh Dewan Pers dan Tim FDN Journalist Days. (*)
Bergabung dalam Rapat Redaksi DI Kompas TV, kurang dari dua jam kami memperoleh materi liputan investigasi dari Odit Praseno Hadi yaang merupakan wartawan investigasi dari Kompas TV yang baru saja menerima penghargaan Central News Network (CNN) Television Journalist Award 2013 sebagai Winner of the Environment Award. Selain itu, rombongan juga diberi kesempatan oleh Inneke selaku Kepala Bagian (Kabag) Humas Kompas TV untuk melihat ruang kendali siaran televisi yang disebut dengan Master Control Room (MCR). MCR yang berada di lantai empat tersebut merupakan ruangan yang berisikan perangkat teknis utama penyiaran dalam mengontrol segala proses siaran stasiun televisi. MCR menjadi pusat dari segala kegiatan produksi siaran yang ada di stasiun penyiaran televisi. Usai di Kompas TV, tak jauh dari kantor tersebut, peserta langsung mengunjungi salah satu media harian berbahasa Inggris di Indonesia, yakni harian The Jakarta Post yang ditempuh dengan berjalan kaki saja.
FOTO: SOFYAN - PROFESI
Sebab, jarak antara keduanya tidaklah lebih dari 50 meter. Editor Harian The Jakarta Post Ahmad Junaedi berkisah mengenai The Jakarta Post ternyata sangat mengandalkan para koresponden yang berada di di berbagai daerah hingga luar negeri. Tak heran jika tulisan dalam hariannya sedikit banyak dipenuhi tulisan si koresponden tersebut. Tak hanya sekadar materi tentang profil tentang The Jakarta Post dan lainnya, rombongan juga diajak untuk nimbrung dalam rapat redaksinya mereka yang dihadiri oleh Pemimpin Redaksi beserta jajaran tinggi lainnya. Ternyata, meski terbitannya menggunakan bahasa Inggris, rupanya percakapan dalam rapat tersebut tetaplah menggunakan bahasa Indonesia. Rapat mereka tidaklah seserius yang dibayangkan, terdapat selingan candaan yang mampu mencairkan suasana. (*)
Mengelola Jurnalisme Kursi Panas
SEMINAR. Peserta sedang mengikuti salah satu rangkaian Journalist Days, yakni Seminar Nasional. FOTO: SOFYAN - PROFESI
Streaming: radioprofesi.com
BERTEMPAT di Auditorium Fakultas Ekonomi (FE) UI, Jumat (23/4), kami para peserta Forum Diskusi Nasional (FDN) mengikuti seminar yang dibuka untuk umum. Ratusan peserta memadati ruangan yang terletak di lantai 2 gedung dekanat FE tersebut. Seminar ini pun terbagi atas dua sesi panas. Seminar sesi pertama dengan tema “Politik Sebagai Komoditas Jurnalistik” ini membahas peran media dalam menurunkan pemberitaan tentang politik. Secara singkat, sesi-1 ini menerangkan bahwa media saat ini dianggap menjadi alat yang efektif dalam menyebarluaskan berbagai ide dan membentuk opini di masyarakat, sehingga saat ini kerap kali kita temukan materi pemberitaan yang terasa membawa kepentingan politik di dalamnya. Terlebih pasca reformasi pers seakan bebas dari kekangan rezim yang otoriter.
Olehnya itu, seminar sesi-1 membahas media massa yang melakukan pemberitaan tentang aktivitas politik. Dibahas pula kaitan antara jurnalisme dan politik dari dahulu hingga sekarang. Adapun pengisi acara di seminar sesi-1, yakni Wimar Witoelar (Political Analyst & Former Presidential Spokesman), Budiarto Shambazy (Jurnalis Senior KOMPAS), Budi Setyarso (Redaktur Eksekutif TEMPO), dan Phillips J. Vermonte (CSIS). Beberapa jam berikutnya, seminar sesi ke-2 berlangsung dengan tema “Jurnalisme Kursi Panas”. Secara umum, dibahas tentang keberpihakan dan netralitas media dalam pesta demokrasi. Saat ini, seperti yang diketahui masyarakat bahwa terdapat beberapa pemilik media yang tak lepas dari kepentingan politik. Media yang mereka miliki seakan digunakan menjadi sarana untuk mempromosikan kepentingannya kepada publik. Padahal media
menjadi sorotan agar selalu menjaga independensi, netral dan bebas dari intervensi. Tak berbeda, sejumlah nama jurnalisjurnalis tanah air juga menjadi narasumber dalam seminar sesi-2 ini. Diantaranya, Suryo Pratomo (Presenter Economic Challenges Metro TV), Bony Hargens (Pengamat Politik), dan Eko Maryadi (Ketua Aliansi Jurnalis Independen). Penghujung kegiatan, Jumat (25/4). Bertempat di Perpustakaan FE UI, peserta FDN yang lolos seleksi paper menggelar diskusi mengenai subtema yang telah diperoleh pada hari pertama. Detailnya, tiap tim persma pertama-tama mendiskusikan terlebih dahulu topik yang telah dibawa oleh juri, berkaitan dengan subtema dan tema besar Journalist Days. Secara bergiliran, satu per satu tim mempresentasikan temanya serta merangkum sesi tanya jawab dengan seluruh peserta. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
12
Wawancara Khusus Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
www.profesi-unm.com
Jaring Manfaat Lewat Media Sosial PERKEMBANGAN teknologi di dunia turut membawa perubahan besar bagi perkembangan informasi di tanah air. Pun, kebutuhan untuk bersosialisasi di jejaring maya mengubah gaya hidup bagi sebagian besar masyarakat. Tak perlu heran, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo), Indonesia ternyata menempati urutan keempat sebagai pengguna facebook terbesar di dunia, dan peringkat kelima sebagai pengguna twitter terbanyak. Media sosial jelas-jelas telah melesat bak roket menyentuh sendi-sendi kehidupan dalam bermasyarakat. Tak pelak, seiring perkembangannya di Indonesia, banyak manfaat maupun kerugian yang kemudian dirasakan penggunanya. Hal itulah yang kemudian diuraikan Nukman Luthfie, seorang Technopreneur dan Online Strategist yang juga disebut-sebut sebagai bapak media sosial di Indonesia, saat diwawancarai oleh reporter Profesi Imam Rahmanto dalam kesempatannya mengunjungi dan membagikan ilmunya di Makassar.
Diihat dari latar belakang pendidikannya, Teknik Nuklir, Mas Nukman bukanlah pakar dalam bidang IT. Selain itu, pernah juga menjadi jurnalis. Lantas, kenapa justru lebih dikenal sebagai konsultan IT?
Sebenarnya, lulus kuliah dulu saya berangkat ke Jakarta untuk mencari kerja. Tapi ternyata mencari pekerjaan yang sesuai dengan lulusan saya itu sangat sulit. Akhirnya saya memilih menjadi jurnalis, karena memang saya suka menulis. Sebagai jurnalis, saya belajar banyak di lapangan mengenai Teknologi Informasi, Komunikasi, dan Public Relations. Saya senang dengan perpaduan teknologi dan komunikasi, yang berkaitan langsung dengan manusia. Saya kira, karir berbasis hobi akan lebih bisa dinikmati dan berhasil ketimbang faktor lain. Beberapa tahun berikutnya, akhirnya ada teman yang menawari untuk gabung di bisnis digital marketingnya. Kenapa lebih enjoy di bidang IT ketimbang jurnalistik?
Sebenarnya bukan IT murni. Saya lebih menjurus pada virtual consulting. Ini gabungan antara IT dan komunikasi. Karena kalau IT saja, berarti kita fokusnya pada aplikasi-aplikasi. Sementara pasaran utama di banyak negara, banyak perusahaan yang tidak paham bagaimana memanfaatkan teknologi sebagai media komunikasi massa. Bagaimana pandangan Anda melihat perkembangan media sosial di Indonesia?
Kita lebih banyak sebagai konsumen. Sekarang Indonesia itu dikenal sebagai pengguna media sosial cukup terpandang di dunia. Peringkatnya termasuk yang keempat. Memang pasar kita besar sekali. Karena ya di negara-negara penduduk tertinggi, seperti Cina, penggunaan media sosial dibatasi.
Apa saja media sosial yang menjadi
Terkait penyediaan informasi untuk publik, mana yang lebih update, media sosial atau media massa?
Kalau di kota-kota besar yang sudah menjadikan media sosial sebagai gaya hidupnya, teramat jelas perkembangan politik lewat media sosial itu. kesukaan orang Indonesia?
Dalam perkembangannya dewasa ini, ada 4 media sosial yang menjadi kesukaan orang Indonesia, yakni Facebook, Twitter, Google Plus, dan Instagram. Seiring dengan kepopulerannya, bagaimana dengan pemanfaatannya? Jauh lebih banyak dampak positif atau dampak negatifnya?
Setiap efek positif selalu berpasangan dengan efek negatif. Saya menganggap jauh lebih banyak efek positifnya. Secara umum, orang-orang menggunakannya untuk komunikasi, terutama anak muda. Kalau tidak punya twitter, tidak bisa ngobrol dengan teman-teman lain. Sederhananya, untuk melakukan komunikasi. Dulu, kalau lewat telepon atau sms kita hanya bisa berkomunikasi dua arah. Namun dengan kehadiran media sosial, kita bisa berkomunikasi banyak arah. Kita bisa mengobrol dengan banyak orang sekaligus. Itu sebenarnya membuat penggunanya itu mendapatkan lebih banyak manfaat dalam hal komunikasi. Selain itu, apa ada manfaat lainnya lagi?
Satu, lewat komunikasi yang terjalin baik, kita bisa semakin terbuka kepada siapa saja, memperbanyak teman. Kedua, di twitter, facebook, atau media sosial manapun, ada saja orang-orang yang ingin berbagi ilmu, membagi wawasannya. Kita bisa saling memperkaya pengetahuan lewat mereka. Ketiga, sebenarnya tidak sedikit dari pengguna media sosial itu mampu menggalang gerakan-gerakan sosial yang menggerakkan banyak orang dan membentuk komunitas. Banyak sekali yang kemudian mengedukasi publik agar hidup lebih baik. Seperti soal pemilu, masyarakat dibelajarkan lewat media sosial agar aktif berpartisipasi dalam media sosial. Apakah memang ada hubungan siginifikan antara kontribusi di media sosial terhadap partisipasi masyarakat dalam pemilu?
Ada. Kalau di kota-kota besar yang sudah menjadikan media sosial sebagai gaya hidupnya, teramat jelas perkembangan politik lewat media sosial itu. Sangat jelas kelihatan. Tak tanggung-tanggung, media sosial juga turut menjadi penentu siapa yang akan menjadi pemimpin. Diskusi di jejarUrai data, ungkap fakta, saji berita
ing sosial mengenai pemilu banyak sekali. Oleh karena itu, saya berani mengklaim bahwa kontribusinya sebagian besar adalah lewat media sosial.
Kita harus bedakan informasi dari media sosial dengan media massa. Contohnya saja, ketika orang-orang di media sosial memotret kondisi jalanan, itu bisa menjadi informasi bagi publik. Akan tetapi, memang, informasi-informasi itu tidak memenuhi standar jurnalistik yang baku. Olehnya itu, jurnalis tetap dibutuhkan karena mereka lah yang kemudian mengemasnya menjadi informasi yang mampu dipercaya. Jadi, mana yang lebih efektif dalam menyediakan informasi?
Kalau soal kecepatan, pasti lebih cepat di media sosial. Tapi kalau namanya informasi kan tidak sekadar cepat saja. Informasi juga harus tepat, akurat, dan terpercaya. Kalau tidak, bisa-bisa menjadi bualan kosong atau hoax. Apa ada hukum yang mengatur tentang kebijakan penggunaan media sosial?
Hukumnya tidak ada, tapi secara umum lebih mengarah pada hukum Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Sebagai penutup, mungkin Mas Nukman punya pesan-pesan untuk mahasiswa dalam memanfaatkan media sosialnya?
Sebaiknya mahasiwa aktif di semua media sosial. Aktif itu berarti tidak hanya punya akunnnya, melainkan juga betul-betul menggunakannya untuk berbagi. Tidak sebatas konsumen saja, namun kita juga harus aktif memproduksi konten. Apalagi sebagai mahasiswa yang notabene ilmunya banyak, media sosial bisa dijadikan lahan berbagi pengetahuan. Selain itu, media sosial bisa mengasah kemampuan kita untuk berlogika. Jadi mending berantem di media sosial dibanding demo anarkis di dunia nyata. Jadi, ada tempat dimana generasi muda bisa bertarung mengenai ideologinya. (*)
NUKMAN LUTHFIE Lahir: Semarang, 24 September 1964 Pendidikan: • SMA Negeri 3 Semarang (1981) • Teknik nuklir Universitas Gadjah Mada (1983) Istri: Nurul Akhatik Anak: • Hanani Marha Luthfina • Salsabila Salma Haniva • Fannan Nayotama Karir: • Jurnalis harian Bisnis Indonesia. • Reporter Senior Majalah Prospek • Direktur Internet Service Agrakom • Direktur Pemasaran dan Direktur I Agrakom • CEO Virtual Consulting • Online Strategist Virtual Consulting
Streaming: radioprofesi.com
Life Style
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
I
www.profesi-unm.com
13
Sifon Bikin Gaya Tak Monoton
ngin terlihat cantik dalam berbusana merupakan dambaan setiap wanita, apalagi jika busana yang digunakan menguti mode atau perkembangan zaman. Berbagai busana pun dipadu-padankan agar gaya terlihat trendi dan tak monoton. Seiring dengan perkembangan teknologi, busana dalam berpakaian juga mengalami perubahan yang cukup pesat. Berbagai perkembangan baik dari segi model sampai bahan yang digunakan menjadi tren tersendiri didunia busana, tak terkecuali dalam berbusana muslim. Salah satu mode yang kini tengah digemari oleh kaum hawa adalah busana dengan bahan chiffon atau lebih dikenal dengan Sifon.
Baju yang terbuat dari bahan sifon kini semakin marak digunakan. Bahan yang lembut dan transparan ini memiliki kelebihan serat yang lebih kuat dan juga harga yang relatif terjangkau jika dibandingkan dengan sutra murni. Menariknya, bahan Sifon ini bisa dimodifikasi dengan berbagai gaya. Dalam pakaian resmi, kain Sifon sering digunakan sebagai lapisan atas kain yang lebih buram. Kain sifon ini juga digunakan untuk atasan, rok, dan gaun serta syal, ikat pinggang, dan aksen. Sifon sutera ini tentunya butuh perhatian khusus karena mudah sobek atau rusak. Bahan jenis ini bisa dijumpai pada busana muslim karena sering digunakan
untuk busana model longgar. Di kampus, tak jarang banyak mahasiswi yang menggunakannya sebagai busana formal ke kampus. Mutmainnah, salah seorang mahasiswa dari Fakultas Psikologi (FPsi), menurutnya pakaian yang berbahan sifon ini nyaman digunakan karena berbahan tipis dan juga harganya yang terjangkau. “Bagus karena kainnya tipis dan ringan. Apalagi harganya murah,” tutur mahasiswa angkatan 2010 ini. Sementara itu, Ketua Program Studi (Prodi) Tata Busana, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) Fakultas Teknik (FT), Kurniati menjelaskan, Sifon merupakan bahan yang telah lama dig u -
nakan, namun dikarenakan adanya siklus mode, sifon pernah ditinggalkan karena bukan musimnya lagi. “Saya kira itu merupakan hal wajar dalam sebuah mode, mungkin pada saat itu terkenal kemudian ditinggalkan dan sekarang kembali digunakan,” tuturnya. Menurut Kurniati, saat ini, penggunaan bahan Sifon yang memiliki ciri tipis dengan kilau samar karena cara menenunnya itu sudah dikombinasikan dengan bahan lain sehingga terlihat lebih kekinian. “Saat ini sifon sudah dipadu-padankan dengan bahan lain seperti sutra, brokat, atau mungkin ada renda-renda, sehingga modelnya mengikuti perkembangan zaman,” ungkapnya. (pr58/ lam)
Jenis-jenis Sifon SECARA terminologi, Sifon atau Chiffon berarti memiliki arti teknik pembuatan kain, namun dalam bahasa Perancis sendiri bahan pakaian yang ditemukan pada tahun 1938 ini memiliki arti pakaian atau busana. Ada beberapa jenis sifon, secara umum diantaranya: Silk Chiffon Jenis sifon yang paling sering dipakai untuk gaun pesta, gaun pengantin, juga kerudung atau scarf. Bahan ini dikagumi karena penampilannya ringan, lembut, dan luwes dalam mengikuti gerak tubuh. Selembar sifon sutra ini dapat hadir dalam tenunan polos atau silk crape yang menutupi lekuk tubuh yang tidak ingin ditonjolkan. Pada busana muslim sering digunakan untuk busana bersiluet loose atau longgar. Poly Chiffon Bahan ini adalah serat poliester atau rayon. Bahan ini memiliki kekuatan yang lebih baik daripada sifon. Permukaan kain ini lebih licin dan memiliki kilau yang lebih terang. Blend Chiffon Kombinasi serat campuran sutra dan poliester. Sebagai perpaduan silk chiffon dan poly chiffon, bahan ini menjadi lebih elastis, lebih kuat, dan berkilau meskipun tidak seindah kilau Sifon sutra. Beberapa bahan sifon campuran antara lain hycon chiffon, cerruti chiffon, dan crepe chiffon. (lam/int) ILUSTRASI DIPERANKAN OLEH MODEL: HUSNAENI SYAMSUL
Tips Merawat Pakaian Berbahan Sifon
FOTOGRAFER : KASDAR-PROFESI
Sifat kain sifon yang halus, jatuh dan tipis terkadang susah untuk perawatannya. Karenanya, dibutuhkan kiat-kiat khusus dalam merawatnya. Jika ingin dicuci di mesin, gunakan air dingin. Pencuciannya jangan dijadikan satu atau dicampur dengan pakaian dengan bahan lain, karena kain sifon mudah terkena luntur. Gunakan detergen yang lembut. Jika kain Sifon terkena noda, siapkan kain katun atau kaos polos kemudian letakkan kain sifon yang kena noda di atas kain kaos, lalu digosok atau diusap perlahan, maka noda yang diusapkan perlahan pindah ke kain kaos. Jika noda susah dihilangkan, bisa dibantu dengan menaburkan sedikit bedak, yang dilanjutkan proses pembersihan/ pencucian Sifon seperti biasa. Untuk pengeringannya, bisa digantung atau digelar karena bahannya yang ringan tak akan terlalu berpengaruh dengan gravitasi jadi tidak akan gampang melar. Dalam penyeterikaan, gunakan panas sedang. (rap/ int)
Tidak Cocok untuk Perkuliahan
SEBAGAI seorang dosen, Kaprodi PKK, Kurniati beranggapan bahwa pakaian jenis Sifon itu tidak cocok digunakan untuk kegiatan perkuliahan. Menurutnya, pakaian yang tergolong stylist itu hanya cocok digunakan dalam acara pesta. Mengenai banyaknya mahasiswi yang mengenakannya ke kampus, ia beranggapan mereka tidak tahu kondisi Streaming: radioprofesi.com
dan mode. Dalam ruang-ruang formal kuliah, tidak sepatutnya mahasiswa berpakaian layaknya akan pergi ke acara-acara pesta. “Kalau ada mahasiswa menggunakan pakaian dengan bahan Sifon ke kampus, itu karena dia yang tidak tahu mode saja,” cecarnya. Imbuhnya, busana perkuliahan sebaiknya yang tidak terlalu banyak
gaya dan sederhana. Senada, Ana Fauzian mahasiswa PKK, berpendapat pakaian yang berbahan Sifon itu tidak cocok untuk dipakai ke kampus. Pasalnya, kain berbahan Sifon lebih pantas dipakai saat jalan-jalan. “Tidak sesuai kalau dipakai ke kampus, cocoknya di pakai jalan atau ke pesta,” ucapnya dengan tegas. (rap/pr58)
ILUSTRASI MODEL: ANA FAUZIANA FOTOGRAPER : KASDAR-PROFESI
Urai data, ungkap fakta, saji berita
14
Opini
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
www.profesi-unm.com
Almamater
Benarkah Sistem Pendidikan Berevolusi? Ridwan, S.Pd* DI era globalisasi sekarang ini, dunia pendidikan Indonesia lagi berontak dan berupaya keras mereformasi sistem pendidikan yang dari fakta terungkap selama ini tidak berhasil mewujudkan impian rakyat. Apakah itu? Yahh...harapan agar pendidikan kita jauh dari proses penciptaan boneka-boneka kaum kapitalis yang punya otak buruh. Ada pertanyaan menarik yang terkadang dilontarkan masyarakat khususnya pengamat pendidikan dan tokoh pendidikan yang juga berperan di institusi pendidikan. Apa benar kita sebagai bangsa selama ini telah menjalani pendidikan dalam arti sebenarnya? Secara umum, kita mesti maklum bahwa proses penciptaan pendidikan yang penuh nilai-nilai kearifan dan idealisme itu sebenarnya telah ada dan berjalan. Kita telah berusaha mendidik anak-anak bangsa sekalipun dengan bentuk dan cara yang belum menggiring untuk menjadi “singa terbang”. Maksudnya, kaum intelegensia berani, cepat, kuat, dan cerdas. Fakta ini setidaknya bisa dijadikan titik tolak untuk merevolusi sistem pendidikan nasional, termasuk sistem pendidikan dasar. Menurut pemerintah, perubahan Sisdiknas untuk siap menghadapi tantangan pemerataan kesempatan, relevansi, mutu dan efisiensi itu dilakoni karena perkembangan kondisi sosial politik bangsa. Perubahan di segala bidang mulai dilakukan sejak pertama kali reformasi disuarakan pada 1998. Bidang pendidikan tak pelak juga tersentuh atmosfer perubahan itu. Namun cukup mengecewakan, Sisdiknas di awal-awal perubahannya dipolitisir menjadi alat pemerintah. Akibatnya kreativitas dan daya inovasi anak didik tersumbat. Di era IPTEK yang semakin hebat kini, reformasi Sisdiknas memang lagi berjalan nyaman. Contohnya, diwujudkannya harapan para tuan guru untuk menikmati gaji sertifikasi (agenda mensejahterakan guru bukan lagi teori) dan konsep Kurikulum 2013. Akan tetapi, pengamat pendidikan dan masyarakat terkadang menyindir, apa hal itu bentuk kearogansian terselubung? Dan apa hal itu, tidak menjadi jembatan para birokrat lebih bebas mencekoki dengan doktrin agar patuh pada pemerintah. Apalagi sistem pendidikan Indonesia masih terkooptasi oleh gaya pendidikan Amerika yang kapitalisme sentris. Semoga tidak. Agenda perombakan kurikulum pendidikan agaknya sudah menjadi kultur pemerintah tiap edisi. Bisa dilihat dari KBK lalu KTSP dan sekarang ini kurikulum 2013. Penekanan pada penguasaan keterampilan dan kesadaran untuk hidup bersama adalah proses pemahaman terhadap realitas paling mendasar. Keberhasilan sistem pendidikan bergantung pada kemampuan lulusannya menggunakan hasil pendidikan untuk hidup. Karena itu, sistem pendidikan yang baik layaknya mampu memberikan bekal bagi lulusannya untuk menghadapi kehidupan. Pentingnya keterampilan atau keahlian bagi seorang peserta didik berkorelasi dengan globalisasi. Faktanya memang untuk meminimalisir korban-korban pendidikan, reformasi gaya pendidikan wajib dilakoni. Searah dengan itu, pengembangan kurikulum 2013 yang akan dikibarkan ke depan, memiliki materi-materi penting yang akan menjadi credit point bagi daerah bersangkutan. Reformasi, entah melalui evolusi atau bahkan revolusi, bukanlah hal mudah. Diperlukan kerja keras dan dukungan semua pihak untuk mencapainya. Tapi bagaimanapun, reformasi tidak butuh sabda-sabda dan mantra-mantra. Ia hanya butuh pekerja sukarela untuk kemajuan pendidikan nasional kita. Sebaliknya, bagaimana mungkin kita memperoleh pemahaman tentang pendidikan yang utuh jika pondasinya rapuh. Karenanya, wajar jika kita tergugah memperbaiki sistem pendidikan. Tak lain dan tak bukan demi masa depan generasi bangsa. Jangan sampai reformasi menyeret ke arah yang berbahaya dan merugikan. (*) *Pengelola LPPM Profesi UNM Periode 1998-2002
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Pembelajaran Karakter Bagi Saintis Muda UNM H andphone (HP) yang dimiliki sekarang, apakah sudah pernah berganti? Diganti karena rusak, ingin model baru ataukah diganti dengan alasan lain? Kalau toh, anda menggantinya, juga bukan masalah buat penulis. Kira-kira itulah jawaban terpendek yang bisa diberikan, pada saat ditanyakan hal tersebut? Tapi, tahukan kita bahwa menggonti-ganti ponsel adalah indikasi pola hidup konsumerisme yang tinggi? Ternyata ujung-ujungnya pola hidup seperti itu dipengaruhi oleh tingkat berpikir dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat berpikir dipengaruhi secara langsung dengan pola pembelajaran yang selama ini, mungkin tanpa sadar terekam di bawah sadar dan dianggap biasa-biasa saja. Tingkat berpikir seperti ini yang masih melingkungi sebagian mahasiswa pada hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2014 ini. Tingkat berpikir jelas akan mempengaruhi pembiasaan dalam mengambil keputusan dalam mengatasi hidup dan kehidupan. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5,78%, tahun 2012 pertumbuhan sekitar 6,23%, dan tahun 2011 sekitar 6,5%. Prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sekitar 5,3-5,6%. Melihat angka-angka ini, maka seharusnya Indonesia dapat menjadi kekuatan ekonomi baru dunia, seperti Korea Selatan, China, dan India. Namun, kenyataannya Indonesia hanya mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa investasi, berbeda dengan ketiga Negara di Asia tadi. Ternyata
H
Dr. Muhammad Arsyad, MT* ujung-ujungnya, karena kita mempunyai tingkat konsumerisme yang lebih tinggi daripada investasi. Penulis teringat dengan Puisi “Teratai” yang ditulis Sanusi Pane (1957): di kebun tanah airku// tumbuh sekuntum bunga teratai// tiada terlihat orang yang lalu. Puisi ini ditujukan kepada Ki Hajar Dewantara sebagai penghargaan atas jasa-jasanya dalam membangun pendidikan di Indonesia dengan sekolah Taman Siswa-nya. Tumbuh sekuntum, seharusnya dimaknai kekinian, sebagai warga (mahasiswa) yang berbeda dengan warga (mahasiswa) yang lain. Berani berbeda untuk benar, dan bukan berbeda asal berbeda apalagi dalam hal yang negatif. Bukankah sekarang fasilitas jauh lebih tersedia, jika dibandingkan 25-30 tahun yang lalu? Mesin fotocopy memudahkan segala-galanya. “Om Google” dapat memberikan informasi dalam hitungan detik. Tetapi, mesin fotocopy dan “Om Google” tidak akan menumbuhkan karakter mahasiswa untuk bekerja keras (petarung), tekun (dalam men-
golah informasi), disiplin dalam mengatur diri, dan jujur dalam prinsip-prinsip keilmuan. Karakter ini tidak akan terlihat orang yang lalu (orang lain, meminjam istilah Sanusi Pane), tetapi karakter ini akan tumbuh berseri di hati dunia, akan mengukir selaksa puisi kehidupan yang lebih indah daripada apa yang ditulis Sanusi Pane, dan akan terus ikut menjaga jaman. Jaman keemasan untuk Indonesia, diri pribadi dan keluarga. Jika karakter seperti di atas sudah terbentuk, maka pertanyaan berupa apa, mengapa, bagaimana, dan untuk apa, akan mudah terjawab lengkap dengan karakter yang menyertainya. Pertanyaan apa, terkait dengan pengembangan pandangan mahasiswa untuk mengeksplore pengetahuan. Pertanyaan mengapa, terkait pembentukan konsep, biasanya diperoleh dalam proses pembelajaran. Pertanyaan bagaimana, terkait dengan metodologi, yang hanya dapat ditransfer dengan melakukannya sendiri, dan pertanyaan untuk apa, terkait dengan moral, di mana mahasiswa akan mendedikasikan hidupnya dalam mencari kebenaran. Sebenarnya karakter tidak mudah berubah dan bukan hanya untuk dipelajari di bangku kuliah, tetapi tumbuh dan berkembang seiring perkembangan manusia. Butuh waktu untuk menunjukkannya, tetapi penulis yakin, bahwa karakter yang berbeda akan memerkaya kehidupan mahasiswa di kampus yang tercinta ini. Semoga Tetap Jaya dalam Tantangan. Selamat hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2014. (*) Dosen Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA UNM.
Liberalisasi Pendidikan Menghasilkan Komersialisasi
ari ini praktek pendidikan di Indonesia telah mengalami kegagalan. Pendidikan justru kemudian melahirkan banyak problematika. Satu di antaranya biaya kuliah di perguruan tinggi semakin tinggi dan mahal. Tahun ini, misalnya, UNM mematok biaya masuk kepada calon mahasiswa baru sebesar Rp 850 ribu hingga Rp 4 juta tiap semesternya. Praktek ini semakin membuktikan bahwa di republik ini hanya orang yang berduit lah yang berhak mengenyam pendidikan. Sedangkan masyarakat miskin tidak akan mampu mengenyam yang namanya pendidikan utamanya pendidikan tinggi. Problem ini tidak terlepas dari bergabungnya Indonesia ke dalam keanggotaan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO, red) tahun 1994 dan menandatangani perjanjian General Agreement on Trade in Services (GATS) pada tahun 2004. Sehingga menjadikan pendidikan nasional sebagai salah satu bagian sektor jasa. Pendidikan yang kemudian oleh para penguasa dan antek-anteknya dijadikan sebagai komoditas yang tata perdagangannya diatur oleh lembaga internasional, bukan oleh otoritas sebuah negara. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam konteks liberalisasi pendidikan, peran negara dibuat seminimal mungkin. Dengan cara mensyaratkan sebuah otonomi kepada setiap lembaga pendidikan, termasuk di perguruan tinggi. Regulasi mengubah perguruan tinggi negeri menjadi perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) adalah wujud otonomi pendidikan itu sendiri. Kebijakan tersebut kemudian sejalan dengan perjanjian GATS yang kemudian berdampak pada bi-
Oleh: M.Yunasri Ridhoh* aya kuliah yang semakin mahal. Dalam prakteknya, regulasi ini memaksa perguruan tinggi untuk menaikkan biaya masuk kuliah, inilah yang kemudian menciptakan sebuah kesenjangan sosial yang semakin berjarak di masyarakat. Kondisi ini tak pelak memunculkan sebuah stigma bahwa yang dapat mengenyam yang namanya pendidikan tinggi adalah mereka yang memiliki dana dan status sosial yang lebih tinggi. Sedang masyarakat yang kurang mampu secara finansial akan sulit mengakses pendidikan di perguruan tinggi karena biaya masuknya yang sangat mahal. Padahal, jelas ketika kita mengkaji dan menelusuri lebih jauh secara komprehensif dan mendalam maka kita akan menemukan sebuah kontradiksi atau ketidaklinieran dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab III Pasal 4 mengenai Prinsip Dasar Penyelenggaraan Pendidikan Nasional yang mana menjelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Praktek liberalisasi, privatisasi, dan
komersialisasi di perguruan tinggi telah mengubah perguruan tinggi menjadi lembaga yang berorientasi pada keuntungan (profit). Prinsip-prinsip ekonomi (liberal) berlaku di perguruan tinggi. Kondisi perguruan tinggi yang mengejar keuntungan akan menegasikan fungsi perguruan tinggi sebagai produsen dan penyalur pengetahuan. Ini berbanding terbalik dengan spirit hakikat pendidikan dan amanah suci konstitusi yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses mulia yang berorientasi pada humanisasi (memanusiakan manusia) tetapi malah berubah menjadi proses dehumanisasi. Spirit dan amanah itu justru terganti oleh upaya mencari untung dan rugi (nilai ekonomis) di institusi pendidikan. Hal lain yang mesti kita ketahui juga adalah bahwa kini perguruan tinggi menyumbangkan banyak lulusan yang menjadi pengangguran. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2011, jumlah pengangguran terdidik mencapai 1.275.100 orang. Liberalisasi pendidikan di perguruan tinggi telah melahirkan komersialisasi pendidikan dan menghasilkan pengangguran terdidik. Oleh karena itu, atas dasar fakta dan data tersebut, sudah sepatutnya segala hal yang sifatnya liberalisasi, privatisasi yang kemudian berujung pada hal yang namanya komersialisasi pendidikan di perguruan tinggi mesti harus dievaluasi, diperbaiki, bahkan dikaji ulang oleh pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). (*) Pengurus HMJ PPKn FIS UNM Periode 2013/2014
Streaming: radioprofesi.com
Profesiana
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
Politik Balas Jasa ala Arismunandar REKTOR UNM, Arismunadar datang sendiri tanpa pejabat lain menuju Jalan Haji Bau No 6, kediaman Calon Wakil Presiden Jusuf Kalla (29/5). Setelah sedikit bercakap dengan undangan lain. Arismunandar mengambil sajian makan malam. Tak lama menempelkan badannya di kursi, JK menghampiri. JK pun mulai komunikasi dengan membisikan sesuatu kepada Arismunandar. Entah apa yang JK bisikan sehingga keduanya tertawa cekikikan. Sesekali juga Aris memberikan senyum dan tepuk tangan ketika JK menceritakan masa-masa menjadi menteri dan wakil presiden. Tak segan juga Aris berfoto bersama dengan pemilik perusahaan Kalla Grup ini sembari menerima hadiah buku “Jejak Rekam JK.” Saat berjabat tangan pun Aris membungkukan badan dan sembari saling
menjauhkan ujung bibirnya. Arismunandar berada di samping kanan JK. Di depan JK, ada mantan Rektor Unhas Idrus Paturusi sedangkan samping kiri ada Prof WIM Poli, penulis buku “Jejak Rekam JK.” Ia mengenakan baju batik coklat. JK juga mengenakan baju sama dengan warna berbeda. Buru-buru setelah bertemu, Aris pun meninggalkan kediaman JK. Arismunandar pun dengan jelas memberi dukungan untuk JK karena banyak berjasa kepada UNM. “Saya mendukung beliau karena banyak berjasa untuk UNM, saat akhir periode Wakil Presiden, JK menyetujui dan membantu pembangunan Pinisi UNM, bahkan beliau yang menghitungkan, saya tak bisa mengajak orang lain tapi beliau selalu mendukung UNM,”ujarnya. Ia pun telah menganggap dirinya memiliki banyak keterkaitan dengan JK
utamanya hubungan senioritas di berbagai organisasi eksternal. "JK adalah tokoh yang memiliki banyak kontribusi besar dalam perkembangan organisasi, misalnya saja di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ataupun Pelajar Islam Indonesia (PII)," jelas Ketua Umum Keluarga Besar PII Sulsel ini. Ketua Umum PII pusat, Soetrisni Bachir memang sudah menyatakan dukungan kepada Jokowi-JK. Aris adalah satu-satunya rektor yang menyatakan diri mendukung pasangan calon tertentu. Rektor lain tak ada yang mau terbuka. Ada yang menghindar tapi ada juga yang malu-malu tak terkecuali Ipar JK, Rektor Unhas Dwia Aries Tina. Selain Arismunandar, nampak pula beberapa akedemisi dari universitas lain di Makassar, ada juga beberapa Kepala Daerah wilayah Sulawesi Selatan. (sof)
Fakultas Ilmu Sosial
Karena Usang, Dihuni Anjing SEJAK proses pembangunan mandek karena penganggarannya yang terhenti selama dua tahun terakhir, bakal gedung baru Faklutas Ilmu Sosial (FIS) kini jadi sarang anjing. Setiap harinya, belasan anjing terlihat ramai lalu-lalang di bawah rangka dasar gedung yang rencananya dibangun tujuh lantai itu. Anjing-anjing tersebut paling banyak terlihat saat tengah hari. Padahal, bakal gedung yang mulai dibangun pertengahan 2012 itu dulunya adalah area terlarang untuk dimasuki dengan adanya pagar seng yang mengelilinginya. Sejak pembangunannya terhenti akhir 2012, pagar tersebut masih terpasang. Namun, lambat laun pagar seng itu roboh dengan sendirinya dan tidak dipasang lagi.
Parahnya lagi, bangunan fondasi bakal gedung FIS itu malah dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah. Alhasil, tumbuhan liar juga kian menjalar menutupi setiap pondasi yang sudah using itu. Salah satu mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Sejarah, Fajrin, menilai, buruknya kondisi bakal gedung baru FIS itu karena tidak adanya perhatian dari pemimpin fakultas. Ia melihat, kondisi bakal gedung tersebut semakin lama terlihat buruk. Tumbuhan liar semakin tinggi dan melilit rangka bangunan itu. “Sejak saya masuk di UNM sampai sekarang begitu memang mi kondisinya, tidak ada pagarnya, dan semakin lama semakin jelek kelihatan,” kata mahasiswa angkatan 2013 ini.
Ia juga mengungkapkan, salah satu pelaku pembuang sampah di tempat itu adalah penjual penjual jajanan di sekitar FIS. “Saya pernah lihat orang yang jualan di FIS buang sampahnya di situ,” ungkapnya. Dimaklumi Dekan FIS, Hasnawi Haris, pembangunan calon gedung baru memang masih belum bisa dilanjutkan mengingat dana yang dianggarkan teralihkan untuk pembangunan fakultas lain. “Kita menunggu saja lagi anggaran sampai di kita, baru kita bisa langsung percepat lagi pembangunan yang mandek itu,” tuturnya. Untuk itu, ia mengharapkan kepada mahasiswa-mahasiswa FIS agar bersabar menantikan anggaran yang dikucurkan demi gedung barunya. (mus)
Rektor Suka Intip Facebook Temannya DI tengah himpitan rutinitasnya sebagai rektor UNM, Arismunandar sesekali menyempatkan diri bermain media sosial layaknya anak gaul zaman sekarang. Hanya saja, akun Facebook yang berlabel Aris Munandar itu sudah jarang diperbaharuinya. Ia membantah jika ada yang menganggap bahwa akunnya dihapus lantaran kesibukannya sebagai orang nomor satu UNM. “Masih aktif kok. Cuma saya jarang update status, tapi kalau baca punya orang lebih sering,” akunya ketika ditanya soal facebook-nya yang telah mencapai batas pertemanan di dunia maya. Tak heran, ketika ada yang menitipkan tautan di dinding facebooknya, ia sesekali mengintipnya. Arismunandar menambahkan, sekarang ini ia jarang bermain-main dengan facebook karena menurutnya, jejaring sosial yang satu itu terlalu publik untuk digunakan. Apalagi dengan banyaknya jumlah teman yang dimilikinya sekarang. “Saya punya banyak teman, sampai 4 ribuan itu. Itu pun karena sudah dibatasi,” tekannya. Ia was-was saja jikalau kelak meng-update status dan banyak orang yang akan menimpali, khususnya kalau ada kaitannya dengan kebijakan kampus. Streaming: radioprofesi.com
15
www.profesi-unm.com
Untuk sekarang, bapak dua anak ini lebih sering aktif di linegroup Simpadu guna memantau jika ada hal-hal yang dianggap butuh penanganan. “Saya gabung di group line Simpadu untuk melihat sejauh mana layanan akademik di kampus kita. Supaya saya tahu apa masalah dalam aspek publik,” ungkapnya. Selain Facebook, Arismunandar mengaku juga memiliki banyak akun media sosial lainnya, seperti Twitter, WeChat, maupun Blacberry Messenger (BBM). Baginya, peran media sosial sangat membantu kerja-kerjanya dalam pemantauan di kampus. Salah satunya mempermudah akses informasi, baik yang terkait
kampus dan lainnya. ”Lebih lihat percaturan di dunia maya, jadi koordinasi bisa lebih mudah. Sambil memantaulah,” terangnya. (dnf)
Black Campaign Susur Kampus AWAL Mei ini Presiden BEM UNM menerima kiriman amplop putih dengan prangko yang tak punya alamat pengirim. Setelah dibuka terdapat ada 5 buku berwarna hitam dan berjudul “Tolak dan Adili Prabowo.” Tak hanya itu terdapat karikatur Prabowo pada sampul buku yang digambarkan sedang berkuda dan menarik lelaki. Amplop itu dititipkan kepada staf Tata Usaha lalu diteruskan pada Kepala Bagian Kemahasiswaan, Jufri. “Saya dapat ini tadi dari Tata Usaha dan sempat saya baca-baca,” ungkapnya sambil menunjukkan buku tersebut. Jufri menceritakan buku ini menyinggung tindak kerusuhan yang melibatkan salah seorang perwira dituntut agar diadili sesuai peraturan perundang-undangan. “Buku ini juga menggambarkan bentuk kekecewaan korban penculikan, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan kekerasan rasial yang membentuk forum untuk mem-publish beberapa artikel tersebut,” ujarnya. Ketua Maperwa UNM, Reski Rahman mengungkapkan tidak ada masalah kalau Maperwa dikirimi buku karena mengandung informasi penting mengenai Prabowo Subianto. Akan tetapi, mahasiswa angkatan 2010 ini enggan terpengaruh dengan hal-hal demikian, apalagi informasi yang jelas-jelas merupakan black campaign di masa-masa kampanye capres seperti sekarang ini. “Secara konstitusi LK, Lembaga Kemahasiswaan memang dilarang terlibat dalam politik praktis,” ungkapnya. Mahasiswa Fakultas Ekonomi ini menegaskan akan mematuhi atur main yang ada. “Kami di Maperwa akan mengikuti jalur-jalur yang berlaku. Jadi tidak bakalan kami memihak apalagi berpolitik praktis,” tegasnya. Selain itu, identitas pengirim paket buku ini tidak tertera dengan jelas. Pada bagian sampul hanya dicantumkan instansi penerima. Mendekati hari pencoblosan, 9 Juli mendatang, mahasiswa memang cenderung menjadi sasaran empuk untuk mendoktrinisasi kepentingan-kepentingan para unsur politik terkait. Terlebih mahasiswa sebagai pemilih muda juga memiliki kredit tersendiri dari aspek kuantitas. Namun, cara-cara licik seperti kampanye hitam ini tidak pantas dipertontonkan kepada kaum akademisi. (aar)
Psst... Ada Hantu di Pinisi SIAPA sangka di balik kemegahannya, Menara Pinisi UNM konon mernyimpan banyak cerita misterius. Sederet cerita yang bisa membuat bulu kuduk merinding berulang-ulang diungkapkan beberapa pegawai dan pekerja yang sehari-harinya menghuni gedung berlantai 17 itu. Kepala Sub Bagian Rumah Tangga, Ichwan Suwahab sendiri mengakui hal tersebut. Kabar-kabar miring itu kerap kali didengarnya dari pegawaipegawai di Pinisi, yang bahkan mengalami langsung kejadian-kejadian mistis itu. “Banyak cleaning service yang sering melihat kejadian menyeramkan di Pinisi,” ujarnya. Lebih jauh ia bercerita, yang kerap kali menjadi tempat penampakan adalah lantai 4. “Di WC lantai empat itu, yang sering dilihat adalah seorang perempuan pakai baju merah
dan berambut panjang,” tuturnya mencontohkan sembari menunjuk kamar mandi yang berada di ujung lorong, berdekatan dengan ruangan Sertifikasi guru. Akibatnya, ia seringkali mendapatkan laporan tentang pegawai Cleaning Service yang mangkir dari tugasnya gara-gara takut bekerja sendirian. “Itu petugas cleaning service sekarang sudah takut-takut naik sendiri di lantai atas. Biasa kalau mau naik, mereka panggil temannya juga untuk naik, karena takut sendiri,” ujarnya. Hal yang sama juga diungkapkan petugas keamanan Pinisi. Menurutnya, kejadian seperti itu memang kerap kali terjadi. Para pegawai hingga cleaning service sudah pernah mengalaminya. “Bahkan ada dulu cleaning service keserupan dibawa ke pos satpam untuk diobati,” tambahnya. (pr56)
Urai data, ungkap fakta, saji berita
16
Persona
Profesi Edisi 180 Juni Tahun XXXVIII 2014
www.profesi-unm.com
Mengayom Mahasiswa dengan Sisi Keibuan
TUTI SUPATMININGSIH, S.E, M.Si Lahir
: Masamba, 2 April 1961
Jabatan : Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III) Fakultas Ekonomi UNM Pendidikan : • SDN 2 Masamba • SMPN 1 Masamba • SMAN 1 Masamba • S1 Ilmu Ekonomi Unhas • S2 Ekonomi Agribisnis Unhas • S3 Eknomi Islam UIN Alauddin
JIKA pemangku jabatan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III) identik dengan muka garang dan raut tegas, maka lain halnya di Fakultas Ekonomi (FE). Dengan wajah keibu-ibuan dan sikap lemah lembutnya, Tuti Supatminingsih mengelola segala urusan kemahasiswaan yang berlangsung di fakultasnya. Di kalangan petinggi kampus, ia pun menjadi satu-satunya wanita yang menjabat sebagai PD III di UNM. “Saya tidak merasa minder dengan PD III lainnya,” tuturnya bersemangat. Diantara PD III lainnya, ia tetap dianggap setara dan bersama-sama mengerjakan urusan kemahasiswaan yang diinstruksikan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III). Seperti saat kericuhan mewarnai kampus UNM, tak segansegan ia segera turun ke lapangan. Ia memang terbilang dekat dengan mahasiswa, khususnya penggiat Lembaga Kemahasiswaan (LK), baik tingkat fakultas maupun tingkat prodi. Tak jarang, dalam setiap kesempatannya di kampus, di sela-
Tuntut Ilmu di Dua Kampus Sekaligus
munitas Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Pinisi Choir telah membawanya ke berbagai ajang paduan suara tingkat nasional hingga internasional. Diantaranya Bali International Choir Fest (2012) dan Asean Pacific Choir di Manado (2013). Kini ia didaulat sebagai conductor dan coreografer oleh salah satu komunitas kampus tersebut. “Dari kecil saya suka seni tapi tidak pernah bercita-cita masuk seni, dulu rencananya mau ambil Matematika, atau Ilmu Hukum. Tapi karena saya sudah tidak punya orang tua saat itu, makanya setelah diiming-imingi sama guru Seni Budaya dengan mengatasnamakan beasiswa Bidikmisi,” kenangnya.. Menurutnya, seni tidak hanya mengandalkan otak kanan seperti yang dikatakan kebanyakan orang, tapi justru bagaimana menyeimbangkan antara otak kanan dan kiri. “Jujur, saya dulu menganggap remeh kesenian waktu SMA, tapi setelah saya masuk disini ternyata saya salah, tidak semua orang berbakat mampu berkesenian,”ungkapnya. Koordinator Mahasiswa Bidik Misi Wilayah Fakultas Seni dan Desain (FSD) ini mengaku sejak awal kuat pada tangkai seni tari dan vocal. “Seni itu sudah menjadi bagian dari hidup saya, mungkin kalau saya di jurusan lain saya tidak akan mungkin jadi begini,” cetus mahasiswa yang pernah menjadi perwakilan Sulsel dalam Gelar Tari nasional di Lombok. (sms)
MENTERENG dalam urusan akademik serta terampil dalam berorganisasi melekat pada diri seorang mahasiswi Psikologi UNM, Ika Indahyani. Selain mengenyam pendidikannya di kampus Orange, tak disangka perempuan yang sehari-harinya lebih banyak bergelut di bidang kesenian ini juga sedang menjalani pendidikannya di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas). Dara 20 tahun ini pertama mengenyam bangku perkuliahan di UNM jurusan psikologi pada 2010 silam. Namun, setahun berselang, Ika memutuskan kembali mencoba peruntungannya dengan mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi dengan sasaran Fakultas Hukum. “Pas diterima di Hukum, saya coba untuk jalani kedua-duanya saja,” tuturnya. Keinginannya untuk berkonsentrasi di bidang Psikologi Klinis dan ditunjang Ilmu Hukum terkhusus pada forensik menurutnya bisa disatupadukan. Keluh-kesah tentu tak jarang mewarnai hari-harinya. Ia harus mondar-mandir menyesuaikan waktu belajarnya. Jaraknya yang terbilang jauh menjadi penguji militansinya dalam berproses sebagai mahasiswa. “Kadang-kadang saya pulang balik UNM kesana, 3 kali sehari. Pagi di Unhas dan siang di UNM. Sore kesana lagi. Terus disana cuma 5 menit sementara jarak tempuhnya kurang lebih setengah jam,” runutnya. Perkuliahan yang padat ternyata tidak menghalangi kreativitas Ika dalam berorganisasi. Jiwa seni yang mengalir dalam dirinya membuatnya menasbihkan
YANDI PRATAMA
IKA INDAHYANI
Lahir
Lahir
: Waempubbu, 17 November 1992
Organisasi: • Ketua OSIS SMPN 1 Amali • Ketua OSIS SMAN 1 Amali • Sekretaris Jenderal Humas HMPS Sendratasik • Kabid 2 Pengembangan dan Penalaran PSM PC UNM (2013) FOTO: DOK. PRIBADI
Urai data, ungkap fakta, saji berita
kan ekspansi menjadi seorang Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan di FE. Meskipun demikian, menjadi seorang pengayom kemahasiswaan tak selamanya berjalan mulus. Terkadang ia harus mengurut dada melihat kelakuan mahasiswa-mahasiswanya yang cenderung terkesan di luar batas kesopanan. Sebagai seorang wanita yang berlatar lemah lembut, ia pun tak jarang meneteskan air mata. Akan tetapi, hal tersebut tetap tidak menghalanginya untuk berlaku tegas bagi mahasiswa yang dianggap melakukan pelanggaran. “Kelemahan saya, memang sebagai wanita, suka menangis. Tapi ada kalanya kita harus berani,” lirih wanita yang juga banyak berkecimpung di organisasi Badan Komunikasi Wanita Koperasi (BKWK) ini. Oleh karena itu, ia menjalani jabatannya sebagai PD III dengan legowo sembari berharap mahasiswanya bisa menjadi seorang aktivis berprestasi yang mampu mengharumkan nama kampusnya, khususnya Fakultas Ekonomi. (imr)
FOTO: FEBRIAWAN - PROFESI
Simfoni Membawanya Melintas Negeri
IA tak pernah menyangka, passion-nya di bidang tarik suara akan membawanya ke banyak tempat melintas negara. Yandi Pratama, mahasiswa Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik) angkatan 2011 ini telah melancong ke Jepang pada Juni setahun silam. Rasa bangga dan syukur akan keterampilan yang dimilki tidak membuatnya berpuas diri. Rasa ingin selalu lebih dari apa yang ia telah capai membuat keinginannya untuk keluar negeri tidak terpuaskan hanya dengan perjalannnya ke Jepang. Yandi memang beruntung, keinginan itupun segera terwujud dengan terpilihnya ia sebagai salah satu peserta rombongan muhibah Seni Internasional ke London, Inggris akhir semester ini. Tidak hanya itu, ia bersama teman-temannya akan kembali membawa komunitas paduan suaranya terbang ke Riga Latvia untuk mengikuti Worlds Choir Games, Agustus mendatang. Bergabung dengan salah satu ko-
sela kesibukannya sebagai dosen, sesekali ia blusukan ke sekretariat LK. “Saya harus dekat, karena mereka anak saya,” ungkap Tuti, yang juga masih bergaris darah Jawa. Selain itu, ia juga sudah sering mewadahi mahasiswa yang melakukan protes ataupun demo terkait masalah-masalah yang berlangsung di kampus. “Saya tidak suka pasang-pasang wibawa. Bagi saya, Tuti ya tetap Tuti, yang ingin berteman dengan siapa saja. Karena teman adalah asset,” ujar wanita yang akrab disapa Bunda oleh mahasiswa-mahasiswanya ini. Wajar saja jika nyaris saban hari rumahnya dikunjungi mahasiswa-mahasiswa untuk berkonsultasi terkait masalah-masalah lembaga di FE. Lebih jauh, eks Ketua Prodi Pendidikan Ekonomi Koperasi ini menuturkan, ia sebenarnya suka dengan mahasiswa yang aktif berorganisasi, asalkan dibarengi dengan prestasi akademik yang baik. Hal itulah yang sebenarnya menjadi impian Tuti, yang turut mendorongnya mengembang-
diri bergabung di UKM Seni dan kini memangku jabatan sebagai sekretaris umum. Sementara di Unhas, Ika tercatat sebagai anggota di Asean Law Students Accosiation Fakultas Hukum. Sebelumnya, ia pun pernah aktif di lembaga pers mahasiswa Fakultas Psikologi. Ika pernah menjuarai lomba debat Psikologi tingkat nasional serta menjadi best speaker di Universitas Negeri Malang. Mahasiswa eksponen 2010 ini juga pernah ambil bagian dalam festival sastra Indonesia dan diberi predikat penulis cerpen terbaik. Tak hanya sampai disitu, di kancah internasional gadis berlesung pipi ini pernah berkompetisi dalam World Human Right Mootcourt yang pesertanya melibatkan pelajar se-Asia Pasifik . Cina atau India di awal 2015 mendatang bakal dijajal oleh the most inspiring student peraih Profesi Award ini. Bertukar pengetahuan serta pengalaman di salah satu negara maju itu selama dua bulan akan menjadi kesibukannya. Ika bersama 11 temannya yang lain menjadi delegasi untuk memperkenalkan budaya nusantara di negeri tersebut. (pr26)
: Pinrang, 3 Desember 1993
Organisasi: • Sekretaris Umum LPM Psikogenesis Fakultas Psikologi UNM 2011-2012 • Sekretaris Umum UKM Seni UNM (20132014) • Anggota Asean Law Students Accosiation Fakultas Hukum Unhas FOTO: SOFYAN - PROFESI
Streaming: radioprofesi.com