Edisi 181

Page 1

1

Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi

Masih Bandel Sanksi Titah Menteri Hal. 5

Streaming: radioprofesi.com

Hal. 23

Ladang Polemik Akademik Hal. 10

Yudisium Ulang Biar Ramai Hal. 15

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014


2

Persepsi Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

surat dari pembaca

Buka Diri, Buka Hati, Sanksi Bukan Prestasi

U

Mari Sucikan Hati di Bulan yang Penuh Berkah Marhaban ya Ramadhan

niversitas Negeri Makassar (UNM) merupakan salah satu kampus terbesar di kawasan timur Indonesia yang mencetak tenaga pendidik. Namun ironisnya, saat ini UNM sebagai kampus yang berbasis keguruan dan seharusnya memberikan gambaran positif kepada ma­ syarakat malah berlaku seba­ liknya. Bukan karena selama ini tidak ada prestasi yang di­ raih, namun rentetan kelakuan buruk UNM belakangan ini seakan memburamkan segala pencitraan UNM yang diban­ gun lebih dari setengah abad. Menilik ke belakang, kita pasti dingatkan dengan serentetan ke­ jadian yang mengakumulasi stigma UNM. Diawali pada 2012 silam, ben­ trok mahasiswa antara Fakultas Seni dan Desain (FSD) dan Fakultas Teknik (FT) berujung pada meregangnya nyawa dua orang mahasiswa FT. Lanjut pada november 2013, terjadi pembakaran ge­ dung pusat kegiatan mahasiswa (PKM) dan kemudian selang dua minggu hal sama juga terjadi pada panggung Beng­ kel Sastra (Bestra). Jelas kejadian di atas menjadi tolok ukur dan alasan kementerian Pendidi­ kan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjatuhkan sanksi terhadap UNM. Tak tanggung-tanggung, Kemendikbud pun mengancam akan memberikan sanksi penutupan Fakultas bahkan Universitas jika kejadian borok sampai terulang lagi. Tak sampai disitu, sanksi kembali harus diterima UNM. Dianggap karena kurang mapannya mengelola program studi (Prodi) yang ada, kampus yang su­ dah berusia 52 tahun ini harus kembali menerima “kartu kuning” dari Kemen­ dikbud. Sanksi tersebut mengakibatkan pelarangan untuk membuka prodi baru, dan pelaknya lagi tidak diketahui kapan sanksi tersebut berakir. Ya, sesuai isi prib­ ahasa, sudah jatuh tertimpa tangga. Tidak hanya sanksi tertulis yang mesti diterima oleh institusi pendidikan dengan julukan kampus orange ini. Jelas karena melekatnya stigma di masyar­ kat, maka secara tidak langsung UNM pun juga terkena sanksi sosial. Semisal, ini menjadi rahasia umum, kebanyakan orang – orang diluar hanya mengenal UNM dengan tawuran dan berbagai hal negatif lainnya. Tak hanya itu, tak se­

dikit alumni kita ditolak oleh beberapa instansi lantaran berasal dari UNM. Sekali lagi, kenakalan UNM belakan­ gan ini masih berdampak besar terhadap kemajuan kampus sendiri. Ini terlihat dari penyusutan kuota calon mahasiswa baru, yang berkurang hingga hampir 50 persen. Jika ditahun sebelumnya UNM mampu menampung hingga 6 ribuan mahasiswa baru, kini hanya bisa mengakomodir 3.930 mahasiswa saja. Fatalnya lagi, FT ditahun 2014 ini ha­ rus menutup program Diploma Tiga (D3) dengan alasan dengan hal itu mampu meminimalisir tawuran. Dalam hal ini tidak bisa pungkiri, jatuhnya sanksi berdampak besar terha­ dap segala bentuk pembangunan di UNM. Sekiranya kita, sivitas UNM telah sadar, selama ini banyak hal yang mesti diper­ baiki dan dibenahi. Jelas ini bukan kerja individual sebab ini sebuah lembaga. Ke­ majuan UNM tidak bisa dilakukan hanya oleh satu orang saja namun perlu adanya sinergitas antara semua pihak terkait. Megahnya gedung pencakar lan­ git, Pinisi, tak mampu mengubah cara pandang mahasiswa untuk lebih mod­ ern atau meninggalkan tradisi kolosal tersebut. Tawuran bukanlah wadah un­ tuk mengaktulisasikan diri. Banyak hal di luar sana yang mampu untuk dikom­ petisikan. Bukan justru menjadikan tawuran sebagai prestasi semu. Setali tiga uang, perilaku birokrat pun tak menggambarkan tingkah laku pendidik. Ratusan hingga ribuan teori mendidik yang baik bak simbol belaka. Nyatanya, untuk pertama kali dalam se­ jarah UNM, salah satu pejabat divonis tersangka korupsi oleh Kepolisian Dae­ rah Sulawesi Selatan-Barat. Sungguh miris kampus Oemar Bakri ini. “Acara” tawuran yang telah ada se­ jak orde baru itu tak kunjung menuai ti­ tik temu hingga zaman digitalisasi ini. Lebih dahsyatnya lagi, LK yang selama ini menjadi wadah bagi mereka yang in­ gin mengembangkan bakat minat, serta mengembangkan potensinya, malah se­ cara perlahan dimatikan. Larang sana, la­ rang sini, tapi menggerogoti uang maha­ siswa tak dilarang-larang. Berperilakulah sebagai pendidik, jikalau tak mampu lagi, berikan pada mereka yang peduli dan ber­ pikir maju. Salam dua jari.(*)

t f

Apa yang Anda pertanyakan?

Rudiyanto Sahareng

Kapan selesainya renovasi Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) di belakang rektorat baru gunung sari ??

Pembantu Rektor III UNM, Heri Tahir

Kita tidak bisa pastikan kapan waktunya akan selesai. Namun yang jelasnya, gedung PKM itu sementara dalam tahap pengerjaan. Atapnya baru saja diganti. Bahkan kami sudah bisa memastikan PKM nanti akan dilengkapi dengan gazebo maupun panggung kecil sebagai tempat berkegiatan mahasiswa nantinya. Itu sudah dibicarakan dengan pimpinan, dan anggarannya sudah dipersiapkan.

Anna Nurjannah Az-Zahra

KTM kapan dtngnya, min? skrng sdh semester 2, sbntr lagi semester 3. tak satupun identitas yg kami punya. #Angkatan2013

Kasubag Bakat Penalaran dan Informasi Akademik BAAK, Andi Ihsan

Pihak UNM dan bank BNI, disebabkan karena kendala teknis oleh bank, maka kerja samanya telah berakhir di Juni ini. Namun proses pencetakan yang belum rampung tetap akan diselesaikan hingga Desember tahun ini. Untuk sekarang, kalau mau mengurus KTM lebih baik tunggu tahun akademik baru lagi. Karena akan diterapkan KTM baru yang dicetak langsung ICT UNM.

KARIKATUR-koe

Ilustrasi: Samti Binti Talip

Redaksi menerima saran dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim saran dan kritikan Anda ke:

089655551135 / 085255927221

redaksi@profesi-unm.com l profesi_unm@yahoo.com

Dapatkan berita terhangat seputar kampus Universtias Negeri Makassar dalam satu genggaman f

LPPM Profesi UNM

@profesi_online

www.profesi-unm.com

Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Nurdin Noni, Heri Tahir, Eko Hadi Sujiono, Ismail Muchtar Dewan ­Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Ammas, Syahrir Muhammmad, Akbar Faisal, Mukhramal Azis, Uslimin, ­Facharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Fitriani Rachman. Pemimpin Umum: ­Sutrisno Zulkifli, Sekretaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Divisi Penerbitan: Imam Rahmanto (Pemimpin Redaksi), Divisi Online: Muh. Yasir (Kepala Divisi), Divisi Penyiaran: Rizki Army Pratama (Station Manager), Divisi Penelitian dan Pengembangan: Yeni Febrianti (Kepala Litbang), Divisi Usaha: Nurlela (Pemimpin Perusahaan). Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Penanggung Jawab: Sutrisno Zulkifli, Pemimpin Redaksi: Imam Rahmanto, Sekertaris: Azhar Fadhil, Bendahara: Ary Utary Nur, Redaktur: Khaerul Mustaan, Susi Amriani, Reporter: Fadilah Dwi Octaviani, Syamsul Alam, Sulastri Khaer, Dwi Pratiwi Aslam, Dian Febriani, Andi Sadriani, Nurlaela Basir, A. Sri Mardiyanti Syam, Andi Ajip Rosyidi, Samti Binti Talip, Fotografer: Andi Baso Sofyan, Layouter/ Desainer Grafis: Kasdar Kasau, Manajer Sirkulasi: Syamsul Alam, Manajer Iklan: Andi Sadriani. Redaksi LPPM Profesi UNM : Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1 Parangtambung Makassar, Telp. (0411) 887964, ­e-mail: redaksi@profesi-unm.com, website: www.profesi-unm.com

DESAIN SAMPUL : KASDAR-PROFESI

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Streaming: radioprofesi.com


Mozaik

Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

Hima PGSD Helat Worksop Jurnalistik HIMPUNAN Mahasiswa Program Studi (Himaprodi) Unit Pelaksanan Program (UPP) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNM menggelar Workshop Jurnalistik Mahasiswa Pendidikan di Ruang Senat FIP UNM, Sabtu (7/6). Kegiatan yang diikuti oleh 63 peserta dari PGSD ini dibuka langsung oleh Ketua UPP PGSD Makassar, Patta Bundu. Dalam sambutannya, Patta Bundu mengapresiasi kegiatan yang dapat memacu potensi ma­ hasiswa dalam dunia tulis menulis itu. Me­nurutnya, kegiatan tersebut sangat baik untuk mengembang­ kan bakat dan minat mahasiswa dalam hal menulis. “Semoga ke depannya kegiatan seperti ini dapat di­selenggarakan secara rutin,” harapnya. Kegiatan yang hanya ber­ langsung sehari itu, menurut Ketua Umum Himaprodi UPP PGSD Makassar, Syamsul Alam, memang dimaksudkan untuk mengasah bakat dalam berna­ lar. “Kita juga se­kaligus ingin memperkenalkan dunia jurnalistik dasar. Semoga setelah ini, tumbuh bakat-bakat mahasiswa khusus­ nya mahasiswa PGSD dalam hal jurnalistik dengan tetap me­­ng­ embangkan kompetensi pen­ getahuan dalam hal pendidikan khusus me­ngajar,” tuturnya. Salah Satu peserta, Nurul ­Annisa Fitrah mengaku sangat senang mengikuti kegiatan ini. “Selain menambah pengetahuan tentang dunia jurnalistik juga dapat me­motivasi diri untuk lebih giat lagi belajar ke de­ pannya,” tutur mahasiswi asal Kendari ini. (asa)

3

www.profesi-unm.com

Karst MarosPangkep Terluas Kedua di Dunia MEMPERINGATI hari ling­ kungan hidup sedunia, Unit Ke­ giatan Mahasiswa (UKM) Ma­ hasiswa Pencinta Lingkungan Hidup Selaras (Sintalaras) UNM menggelar seminar nasional. Ber­ beda dengan tema lingkungan hidup yang ditetapkan oleh Ke­ menterian Lingkungan Hidup RI yaitu daerah pesisir, UKM Sinta­ laras dengan pertimbangan wa­ wasan kedaerahaan lebih memil­ ih tema “Selamatkan Karst Untuk Masa Depan” yang berfokus pada Karst Maros-Pangkep. Seminar karst nasional tersebut digelar di Ruang Senat lantai 3 eks rektorat, Jumat (5/6). Diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai instansi pencinta alam, seminar karst dipandu langsung oleh pembina UKM Sintalaras, Nur

Makassar Career Expo

Zakaria Leo. Seorang pembicara dalam seminar ini, Hasbi Nur selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), mengungkapkan patutnya pelestarian karst Maros-Pangkep. “Karst Maros-Pangkep adalah ter­ luas kedua di dunia setelah di Cina, dan terindah kedua di dunia setelah Halong Bay, Vietnam. Dunia sudah mengakuinya,” serunya. Dalam promosi karst MarosPangkep, pihak terkait akan segera menggelar konferensi internasional yang dilaksanakan tahun depan. “Memodifikasi upaya pemerintah Sulawesi Utara dalam memperke­ nalkan baharinya, kita juga akan menggelar konferensi internasional, tetapi seputar karst,” katanya. Turut hadir pula sebagai pembicara dari Dinas Energi dan

SNAPSHOT

FOTO: SOFYAN-PROFESI

PROMOSI. Seorang sales Multi Level Marketing (MLM) sedang me­ngajak salah satu mahasiswa UNM di Pinisi. MLM mewabah sampai ke dunia kampus.

Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulsel, Slamet Nuhung. Ia menu­ turkan bahwa masalah berat yang dihadapi pelestarian karst yaitu faktor geologis dan pertamban­ gan. “Kalau di Maros cenderung lebih banyak karena gangguan tangan manusia,” ungkapnya. Slamet juga mengiyakan upa­ ya pemerintah dalam melestarikan karst Maros-Pangkep, meskipun terhalang kendala beberapa perusa­ haan pertambangan. “Karst mutlak

harus dilindungi, tetapi karst telah terlebih dahulu dikuasai pertam­ bangan sebelum ditetapkannya per­ aturan pemerintah. Jadi kita tidak bisa melakukan pembatasan bagi perusahaan tersebut,” tuturnya. Dalam seminar ini diharapkan konsistensi pemerintah dan seluruh stakeholder dalam upaya pence­ gahan kerusakan karst MarosPangkep. Sehingga julukan “the kingdom of butterfly” dari Wallace tetap melekat. (pr03/pr26)

Job Fair Perdana di UNM

UNTUK kali pertama, Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Hima Aksi) Fakultas Ekonomi (FE) UNM, menggelar bursa kerja yang diper­ untuhkan bagi masyarakat umum dan mahasiswa-mahasiswa yang sedang mencari pekerjaan. Acara yang dihelat di gedung Auditorium Amanagappa pada 4 dan 5 Juni lalu ini, berhasil bekerja sama 16 Instan­ si perusahaan kenamaan. Tak pelak, acara ini sukses diramaikan oleh ratusan pengunjung yang menyerbu stand-stand pameran pengisi acara.

Ketua panitia, Ilham Hidayat mengaku acara ini tidak akan berjalan lancar, tanpa adanya ker­ jasama yang baik antar panitia dan perusahaan-perusahaan yang telah mau bekerja sama dengan kami. “Apalagi ini yang pertama kalinya mahasiswa UNM adakan kegiatan seperti ini dan langsung kami dari mahasiswa jurusan Akuntansi yang adakan. Kalau sebelum­ nya memang pernah diadakan di UNM, tapi bukan mahasiswa yang bikin,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa persiapan mereka untuk mengadakan kegiatan tersebut me­ mang sangat lama, hampir sekitar dua bulan lamanya. Tapi komplek­ sitas persiapan terbayarkan dengan antusiame pengunjung yang mema­ dati acara, dari dibuka hingga bera­ khirnya. ”Kami malah menargetkan pengunjung itu sekitar lima ribuan, meskipun tidak tercapai. Tapi seti­ daknya sudah hampir memenuhi dari target lah,” tambah Ilham. Sementara itu, Pembantu

Dekan Bidang Kemahasiswaan, Tuti Supatminingsih menerangkan bahwa kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa tersebut patut dia­ presiasi dan dijadikan ajang yang terus berlanjut hingga ke depan­ nya nanti. ”Sangat membanggakan yah, kegiatan-kegiatan seperti ini yang harus di acungi jempol karena banyak hal positif yang bisa kita dapat. Saya sangat berbangga kalau mahasiswa lainnya juga bisa mem­ buat acara yang jauh lebih baik dari acara ini,” sanjungnya. (pr13)

Poliklinik Kesejahteraan UNM

Tiada Obat, Pasien Segan Bertandang *Awal Hidayat “Kalau sudah sakit, baru disadari bahwa menjadi sehat adalah mahal,” lirih Usroh, asisten apoteker Poliklinik kesejahteraan UNM yang sedang mengaso di bangku panjang di ruang tunggu pasien Pagi itu, klinik yang diapit oleh gedung Lanto Daeng Pasewang dan lapangan Tenis UNM itu hanya diisi oleh Usroh dan seorang temannya yang juga seorang staf poliklinik. Tak banyak yang tahu tentang poliklinik ini. Sedari pagi, pintunya sudah dibuka lebar, mengajak civitas akademika yang hendak menagih pelayanan kesehatannya. Di buku tamu yang disediakan, telah tercatat dua nama yang menandakan bahwa klinik yang berusia lebih dari 40 tahun itu telah disam­ bangi pasiennya. Serupa ruang kesehatan pada umum­ nya, dinding poliklinik ini pun lebih domi­ nan bercat putih. Dalam ruang penerimaan Streaming: radioprofesi.com

pasien, terdapat pula sejumlah kursi tunggu dan tiga meja kayu berwarna hi­ tam, sebagai meja administrasi dan pen­ gukuran tekanan darah. Namun, memasuki poliklinik ini pen­ gunjung harus memupuskan harapannya untuk berobat. Pasalnya, obat yang dise­ diakan poliklinik ini jauh lebih minim dari standar pelayanan kesehatan pada umum­ nya. Bahkan, untuk aroma khas kimia obatobatan saja, pengunjung takkan bisa mem­ bauinya. Usroh, seorang staf poliklinik, mengung­ kapkan bahwa stok obat hanya tersisa sedikit, dikalkulasikan pula dengan obat-obatan di poliklinik yang tidak lagi diperadakan se­ jak pertengahan tahun lalu. “Memang sejak 2010 sudah mulai muncul masalah dengan pengadaan obat di poliklinik. Pengadaan­ nya selalu terlambat. Terakhir itu dapat obat pertengahan tahun lalu,” kesahnya. Padahal tiap hari kerjanya, poliklinik tidak pernah sekali pun kehilangan pasien. Karenanya, poliklinik tidak mampu ber­ buat lebih banyak dalam melayani pasien tersebut. Apabila persediaan obat sama

sekali tidak tersedia bagi pasien, maka pelayanan secara terpaksa harus terhenti pada pemberian resep. Selanjutnya pasien harus menebus sendiri obatnya di apotek eksternal kampus. Padahal berobat di po­ liklinik tidak dikenakan biaya sepeser pun. Usroh mengaku, pihaknya telah berkali-kali melapor ke birokrasi kam­ pus terkait persediaan obat yang sema­ kin berkurang. Beribu sayang, pelaporan tersebut berkali-kali pula tak pernah di­ tanggapi serius. “Ya kita tahu sendiri saja seperti apa keuangan di UNM,” sentil pegawai yang telah bekerja di poliklinik selama kurun tiga setengah dasawarsa ini. Tak hanya soal pengadaan obat, pihak intern poliklinik pun menemui jalan buntu dalam alat kesehatannya. Misalnya, barubaru ini alat pemeriksaan jantung milik poliklinik sudah rusak. Karena tak punya cukup dana untuk pembelian alat yang baru, pihak poliklinik dengan ikhlas berinisiatif merogoh kocek demi pebaikan alat tersebut. Selama empat puluh tiga tahun men­ gabdi agar selalu tercipta kesejahtaraan dalam kesehatan civitas, pihak birokrasi

FOTO: FEBRIAWAN-PROFESI

MELINTAS. Seorang wanita sedang melintas di depan Poliklinik Kesejahteraan UNM.

justru bergeming. Bangunan kecil yang berdomisili di area Program Pascasarjana (PPs) UNM ini justru terasing dari guy­ uran dana yang dialokasikan kampus. Ia kalah pamor dari megahnya Menara Pinisi yang saat ini diberondong dana miliaran rupiah hanya untuk perawatannya. Mak­ lum saja jika kepala poliklinik maupun dokter yang bertugas jarang berlama-lama di tempat yang nyaris usang itu. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita


4

Lensa Orange

Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Semoga Beruntung !

Berkebutuhan Khusus

SELEKSI Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) Tahun 2014 yang merupakan salah satu jalur peneri­ maan mahasiswa baru secara nasional digelar (17/6). Sebanyak 20.156 orang peserta yang mendaftarkan dirinya mela­ lui Panitia Lokal 80 (Panlok) UNM-UIN. Tak hanya peserta dengan fisik normal, pun peserta yang tidak sempurna dari segi fisik harus bersaing memperebutkan kursi agar dapat mengenyam pendidikan di universitas. Meminimalisir kekurangan maupun kecurangan yang terjadi dalam pelak­ sanaannya, tak ketinggalan pimpinan universitas turun tangan ke lokasi-lokasi tes untuk meninjau secara langsung. Sejak pagi, peninjauan lokasi tes telah dimulai

dari UNM Sektor Gunung Sari dan dilan­ jutkan kebeberapa lokasi lain yakni SMK Telkom, SMKN 3 Makassar, Kampus UNM Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Banta-bantaeng, SMAN 2 Makassar dan pelaksanaan konferensi pers di STIEM Bongaya. Kemudian dilanjutkan penin­ jauan lokasi tes di Kampus I UIN Alaud­ din hingga berakhir di kampus Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Tidung. Tak hanya meninjau pelaksanaan uji­ an tulis, tak luput rektor beserta jajarann­ ya meninjau pelaksanaan tes keterampilan yang berpusat di Fakultas Seni dan Desain (FSD) kampus UNM Parangtambung dan kampus FIK Banta-bantaeng (18/6) bagi mahasiswa yang memilih program studi tertentu.(*)

*Fotografer : Andi Baso Sofyan

Meninjau

Uji Keterampilan Urai data, ungkap fakta, saji berita

Serius Streaming: radioprofesi.com


Reportase Utama

Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

5

www.profesi-unm.com

Sanksi Titah Menteri Universitas Negeri Makassar terkena musibah. Gegara kerap bentrok, hingga batas waktu yang tidak ditentukan, UNM dilarang membuka program studi baru. Belum lagi, sanksi lain yang menyusul kampus pencetak guru ini lantaran dituding “nakal” oleh Kemendikbud.

ILUSTRASI : DOK.-PROFESI

Kata Mereka Sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang didedikasikan bekerja membantu negara dalam pen­ ingkatan kulitas pendidikan di Indo­ nesia, UNM juga berusaha agar tetap menjadi PTN yang diminati, terutama dari segi kualitas. Salah satunya dengan meng-upgrade akreditasi prodi hingga universitas dan perbaikan-perbaikan fasilitas kampus demi menunjung proses pembelajaran. Saat ini saja UNM sedang melakukan beberapa renovasi bangunan, juga mendirikan beberap icon bangunan di tiap Fakultas. Namun sayang, di balik proses pem­ bangunan tersebut UNM malah dijatuhi sanksi dari Kementrian Pendidikan, salah satunya karena dianggap belum mampu mengelolah program studi (prodi) yang ada. “Bahasa kasarnya itu, kita diberi sanksi dari kementrian pendidikan,” ung­ kap Firman Umar, Pembantu Dekan (PD I) Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial

(FIS) ini. Dari apa yang ia ketahui, UNM dikatakan belum mampu dalam penge­ lolaan prodi secara baik. “Masih ada be­ berapa prodi yang tidak sehat,” terangnya saat bersantai di lobi fakultasnya. Rektor UNM, Arismunandar tidak setuju jika hal tersebut dikatakan sebagai sanksi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terhadap UNM. “Menurut saya itu bukanlah sanksi,” sangkalnya namun tanpa ban­ tahan apapun. Terlepas dari manajemen prodi yang dianggap bobrok, sebelumnya UNM juga pernah mendapat teguran langsung dari Mendikbud, Muhammad Nuh, akibat bentrok yang berulang kali terjadi. Ia secara tegas memberikan kecaman terhadapa UNM atas kejadian tersebut. Saat mengikuti konferensi pers di aula markas Kepolisian Resor kota besar Makassar (12/10/12) ia mengatakan, akan memberikan sanksi terhadap rektor,

wakil rektor hingga ketua program studi yang terbukti lalai dan akan dilakukan penurunan akreditasi institusi, juga pelarangan penerimaan mahasiswa baru hingga jangka waktu tak tertentu. “Jika perlu program studi dan kampusnya akan ditutup,” kata Nuh (dilansir dari pemberi­ taan TEMPO.co). Masih segar di ingatan kita tahun 2012 silam, pecahnya tawuran antara dua tetangga, Fakultas Seni dan Desain (FSD) dan Fakultas Teknik (FT). Santer, hampir media massa menayangkan berita panas tersebut yang mengakibat­ kan dua mahasiswa FT, Rezki Munandar dan Harianto (2008) akhirnya meregang nyawa. Belum lagi di tahun 2013 (No­ vember), pembakaran gedung Pusat Ke­ giatan Mahasiswa (PKM) dan panggung Bengkel Sastra (Bestra) saat itu yang hanya berselang dua minggu. Alhasil, image sebagai kampus yang hobby bentrok acap kali melekat pada UNM. (tim)

Hukuman Tak Berbatas Waktu ENTAH pelanggaran macam apa di­ lakukan kampus pencetak Oemar Bakrie ini, sehingga pihak Kemendikbud tidak memberikan tenggang waktu sanksi. Aki­ batnya, UNM harus ekstra berusaha agar sanksi tersebut luntur. Menurut Firman, PD I FIS, banyak faktor yang mendu­ kung jatuhnya sanksi tersebut. Manaje­ men lembaga bukan hanya salah satunya, tapi juga kualitas dosen yang mumpuni, fasilitas kampus yang menunjang, serta mahasiswa itu sendiri. Kendati demikian, ia menyesalkan hal tersebut karena pemerintah tidak memberi batas waktu penghukumannya berakhir. “Yang paling

Streaming: radioprofesi.com

Yang paling sakit itu karena tidak ada

"

­batasan waktu sanksinya Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I) FIS, Firman

sakit itu karena tidak ada batasan waktu sanksinya,” resahnya saat itu. Untuk saat ini, ia dan jajaran lainnya tidak ada niat untuk membuka prodi baru.

Kalaupun nantinya akan dibuka prodi baru, hal itu tentu jadi pertimbangan den­ gan melihat kebutuhan masyarakat. “Saya sama teman-teman moratorium dulu, jangan terlalu nafsu buka prodi,” katanya. Hal yang sama juga diungkapkan PD I Fakultas Ekonomi, Muh. Jufri. Saat ini UNM tidak diberi kesempatan untuk me­ nambah prodi baru, dengan alasan mem­ perbaiki fungsional prodi yang diampuh UNM sekarang. “Untuk saat ini didiam­ kan, yang berarti UNM baiknya memper­ baiki dulu prodi yang ada,” tuturnya saat profesi bertandang ke ruangannya. Menurutnya, mengelola yang ada

Nur Ulil Amri memangnya UNM mau buka prodi apa lagi? PTIK? sdh.. statistika, sudah... mau buka geofisika? atau bahkan pendidikan dokter? #okeinibercanda.. Sebaiknya benahi dulu prodi yg sdh ada... Kasian yg sdh bayar spp dan UKT mahal2, tapi fasilitas seadanya

Triadi Febie Petta Puang terlalu naif UNM kalau mau membuka prodi baru.. prodi yang sudah ada saja tidak terdaftar di dikti..

Iskandar Sulle Alasannya apa sehingga dilarang buka prodi baru? Sepanjang layak, biarkan saja. Yang perlu dipikirkan adalah penutupan program studi yg tidak prospektif lagi. Ada beberapa prodi yg menurut saya sdh layak ditutup. Sebut nggak ya?

Adriansyah Arif istilahnya, UNM berusaha membuat lapangan baru dilahan yang sempit dan tidak terurus.

jauh lebih baik ketimbang menambah prodi yang nantinya bahkan tidak teror­ ganisir secara baik. “Kita fokus saja dulu di prodi yang sudah ada,” ucapnya. Dalam hal ini Kepala Pusat Penjamin Mutu, Fahri Kahar mengungkapkan, Ke­ pala Prodi (Kaprodi) setuhnya tidak bisa menangani prodi secara total. Lantaran tugas kaprodi bukan hanya mengurus prodi, tapi juga melayani mahasiswa hingga hal-hal administratif pun kadangkadang harus dikerjakan. “Terlalu banyak yang ditangani, hingga akhirnya tidak fokus menjalankan tugasnya (mengontrol prodi),” jelasnya ketika ditemui. (tim)

Urai data, ungkap fakta, saji berita


6

Reportase Utama

Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Fakultas Teknik Tutup D3

FOTO: DOK-PROFESI

TEKNIK. Fakultas Teknik yang dipimpin oleh Husain Syam tiap tahunnya menjadi fakultas dengan peminat tertinggi, namun tahun ini tidak membuka jalur Diploma (D3). Sarana dan prasarana yang tidak memadai menjadi alasan utama ditutupnya Ilmu murni itu.

BERAWAL dari niat untuk melakukan pengurangan kuota calon mahasiswa baru UNM, pihak birokrasi dalam hasil rapat­ nya memutuskan untuk menutup Diploma Tiga (D3) hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Namun dalam hal ini, birokrasi universitas memberikan hak penuh kepada pihak fakultas terkait penutupan tersebut. Di UNM sendiri terdapat empat fakultas yang memiliki D3, diantaranya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), FT, Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) dan FE. Namun dari keempat fakultas

tersebut, hanya Fakultas Teknik yang memilih untuk memnutup D3-nya. Seperti pengakuan Dekan FT saat itu, Husain Syam menutur­ kan , penutupan sementara tersebut dijadikan alternatif guna menghindari pengurangan kuota mahasiswa di Fakultas. Akhirnya, D3 Teknik menjadi hasil dari rapat para petinggi Fakultas Rajawali tersebut. “Daripada S1 yang dikurangi banyak, mendingan D3 dulu yang distop sementara,” ungkapnya. Alasan lainnya,mereka (birokrasi FT, red) tidak mampu mengelola banyak maha­ siswa hingga bermunculan rentet kejadian

di luar harapan mereka, menjadi salah satu dasar penutupan tersebut. Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III), Bakhrani Rauf juga membenarkan hal itu, banyaknya mahasiswa FT berdampak terjadinya tawuran yang terjadi dari tahun ke tahun. Untuk itu, FT menutup D3 guna meng­ hindari perseteruan mahasiswa. Namun tanjpa sadar, birokrasi FT yang secara tidak langsung menyudutkan mahasiswa D3. “Tahun ini di FT, D3 ditiadakan karena untuk menghindari adanya gesekan- gesekan yang tidak di ingink­ an,“ jelas dosen yang aktif menyumbangkan inovasi terbaru ini. Menanggapi penutupan D3, Muhammad Zakarialeo, Ketua Jurusan Geografi FMIPA angkat bicara. Bentrok yang terjadi memang manghasilkan dampak yang sangat banyak tapi tidak termasuk pada penutupan program D3 tersebut. Menurutnya,penutupan program D3 yang terjadi di UNM merupakan langkah tegas yang diambil DIKTI untuk menggurangi jumlah pengangguran yang dihasilkan Perguru­ anTinggi (PT), baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Tambahnya lagi penutupan program studi tersebut merupakan langkah awal men­ gurangi kuota mahasiswa yang membludak ditiap tahunnya yang mengakibatkan ket­ impangan antara tenaga pelajar dan pelajar itu sendiri. Dengan banyaknya mahasiswa dan dosen yang kurang memadai membuat proses belajar mengajar kurang nyaman. Namun Pembantu Rektor Bidang Aka­ demik (PRI), Sofyan Salam mencoba melurus­ kan bahwa penutupan program D3 bukanlah keputusan DIKTI. Ini diambil berdasarkan pre­ sentasi bentrok yang terjadi belakangan terka­ hir. Ia menjelaskan pemotongan kuota hingga mencapai 2000 pelajar harus dilakukan untuk mencegah tingginya konsentrasi mahasiswa di kampus. “Sekarang kan kampus itu penuh, sesak, jadi untuk meminimalisir kesesakan mau tidak mau harus mengorbankan sesuatu. Dan D3 merupakan korban dari keputusan tersebut,”jelasnya. (tim)

Maba Dipangkas Tegas SEJALAN dengan itu, di tahun 2014 ini penerimaan mahasiswa baru UNM mengalami penurunan signifikan. Jika pada tahun sebelumnya, UNM meneri­ ma 6 ribuan mahasiswa, tahun ini UNM hanya menerima 3.930 mahasiswa saja. Dekan Fakultas Seni dan Desain (FSD), Karta Jayadi mengatakan, pe­ nyebab pengurangan maba tahun ini akibat tawuran mahasiwa yang sering mewarnai UNM. Nyatanya, setiap tahun ada saja pereseteruan yang terjadi tanpa penyebab dan solusi yang jelas. Secara tidak langsung, hal ini berdampak pada alumni UNM yang lambat laun akan berkurang. “Bentrokan UNM mengakibatkan berkurangnya jumlah mahasiswa baru yang diterima dan di FSD ada beberapa prodi yang dulunya kita membuka dua kelas sekarang tinggal satu kelas,” ungkapnya. Menanggapi hal tersebut, Aan Ariska, mahasiswa Pendidikan Teknik Informasi dan Komputer (PTIK) FT ini menuturkan pengurangan kuota yang terjadi di fakultasnya sangat membantu dalam proses belajar mengajar dikelas­ nya. Ia menjelaskan, keadaan didalam kelasnya sangat kurang memadai, dit­ ambah lagi dengan jumlah mahasiswa yang menerima mata kuliah di atas standarisasi. “Pengurangan mahasiswa sangat membantu, kerna tiap maha­ siswa yang mengikuti proses mata kuliah sangat banyak hingga keadaan kelas tersebut sangat tidak nyaman, standar pelajar didalam kelas harusnya 25 bukan 60,” curhat mahasiswa teknik informatika ini. (tim)

LK Tak Dibutuhkan di PMB STAF DAN PEGAWAI P3G

Direktur P3G Abdullah Pandang

Urai data, ungkap fakta, saji berita

TIDAK jauh beda dari tahun sebelumnya, pada penerimaan mahasiswa baru (maba) kali ini, Lembaga Kemahasiswaan (LK) tidak turut andil dalam pengawalan maba tersebut. Kembali, LK dikhawatrikan memberi efek yang tidak diharapakan. “Di FT juga, LK tidak memberikan konstri­ businya dalam pengawalan, akan tetapi diberikan kesempatan cuman perkenalan saja, “ papar Bakhrani. Hal ini disayangkan Ketua Maperwa FT, Muhammad Alim, menurutnya LK harusnya mengambil alih PMB Fakultas hingga mengawal ke Jurusan. Ia dan anak lembaga lainnya tetap akan berusaha agar tahun ini LK bisa berperan andil dalam proses sacral penyambutan maba tersebut. “Pihak Maperwa/BEM FT UNM siap am­ bil alih partisipasi PMB tahun ini, karena saya kira dalam ruang lingkup Teknik tetap mempertahankan, begitu juga dengan fakultas lain,” terang mahasiswa angakatan 2010 ini . Dalam hal ini, LK FT akan berpartisi­ pasi sesuai dengan porsi yang seharusnya. Dan tentunya, komitmen teman-teman menjadi hal penting dalam pengawalan PMB nantinya. “Saya kira harus berja­ lan sesuai dengan konstitusi yang ada

dan teman-teman siap mengawal sampai tingkat jurusan,” harapnya. Lain Teknik, lain pula Psikologi. Sungguh jauh berbeda, di Psikologi malah birokrasi fakultas melibatkan secara penuh LK-nya. Dalam artian LK masuk dalam susunan kelembagaan. Seperti yang diung­ kapkan PD III Psikologi, Muhammad Ah­ kam mengatakan, selama ini memang kita melibatkan semuanya mulai dari Maperwa. Malah ada kegiatan tertentu yang mereka tangani tapi tetap terlibat di dalamnya. “Biasanya yang jadi ketua panitia itu PD III dan ketua BEM yg jadi wakil ketua,” ceritanya. Ia menambahkan, bukan cuman anak lembaga saja yang dilibatkan, tetapi selu­ ruh aspek penghidupan di Psikologi, seperti pegawai misalnya turut pengawal dalam PMB nantinya. “Pokonya civitas akademik dalam lingkup fakultas kita libatkan, pega­ wai juga,” tutupnya. (tim) Tim Reportase Khusus Koordinator : Samti Binti Talip Anggota : Sutrisno Zulkifli |Dian Febriani | Rachmad Wajo | Febriawan Djalil | Ary Maryadi Streaming: radioprofesi.com


Info Akademik

Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

7

www.profesi-unm.com

Peminat UNM Capai 45.748

Bayar SPP Dimulai 21 Juli MENJELANG pergantian tahun akademik, pembayaran Sumbangan Penunjang Pendidikan (SPP) UNM juga tak lama lagi akan dibuka. Pembayaran SPP rencananya akan dimulai pada 21 Juli hingga 19 Agustus mendatang. Tak berbeda, mahasiswa yang telat mem­ bayar akan dikenai sanksi cuti akademik. “Seperti sebelumnya, mahasiswa yang terlambat membayar akan dikenakan cuti. Namun hanya yang mengurus administrasi lah yang bisa disebut cuti akademik. Mahasiswa yang tidak mengurus administrasi akan cuti tanpa terdaftar dan terancam akan membayar dua kali,” ancam Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UNM, Ismail Muchtar. Ismail menyayangkan mahasiswa yang kurang perhatian dengan jadwal pembayaran SPP dan memunculkan alasan bermacam-macam yang tidak ra­ sional, termasuk dengan mengatakan tidak tahu tentang jadwal pembayaran SPP. “Padahal seorang mahasiswa har­ usnya aktif mencari informasi menge­ nai urusan akademiknya. Terlebih lagi, pemberitahuan jadwal pembayaran SPP telah keluar sebulan sebelum tang­ gal mulainya. Dan alasan lain seperti belum ada kiriman uang tidak mungkin kami maklumi melihat rata-rata dari mereka sudah memiliki gadget yang canggih-canggih,” pungkasnya. Bercermin dari pengalaman tahun lalu, Ismail berharap tahun ini tidak ada lagi mahasiswa yang terlambat membayar. (pr20) KILAS AGENDA

Harlah ke-37, Menwa Gelar “Open Party” UKM Resimen Mahasiswa (Men­ wa) UNM akan menggelar kegiatan untuk memperingati hari lahirnya yang ke-37 tahun pada Sabtu malam pukul 19:00 (21/06) di depan Rektorat Lama. Mengambil tema “Kita Bisa Jika Kita Bersama”, kegiatan tersebut rencananya akan dilaksanakan di depan gedung rektorat lama. Pihak panitia pelaksana sengaja menggelar acara dengan konsep “open party” karena untuk memberi suasana berbeda pada peringatan rutin ini.(pr58)

Streaming: radioprofesi.com

34.51%

Pilihan 3 15.787

30.64%

Pilihan 2 = 15.944

34.85%

Pilihan 1 14.017

MESKI UNM hanya menyediakan kuota lebih sedikit ketimbang tahun sebelumnya, namun tercatat sebanyak 45.748 orang yang menjadikan UNM sebagai pilihan kampusnya. Hal tersebut berdasarkan pen­ dataan yang diterima pihak Information and Communication Technology (ICT) Center UNM usai berakhirnya pendaftaran lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Pergu­ ruan Negeri (SBMPTN), Jumat (6/6) lalu. Menurut Kepala ICT Center UNM, Rusli, data yang dikirimkan dari panitia pusat SBMPTN itu menunjukkan bahwa kampus orange masih cukup diminati oleh para calon mahasiswa baru. “Secara rincinya, ada 14.017 yang memilih UNM sebagai pilihan pertamanya, 15.944 yang memilih UNM sebagai pilihan kedua,

DESAIN : KASDAR-PROFESI SUMBER : BAAK-UNM

dan pilihan ketiga ada sebanyak 15.787 orang,” paparnya. Hal tersebut dibenarkan pula Pemban­

BBM dan PPA

tu Rektor Bidang Akademik (PR I) Sofyan Salam. Ia menganggap kampus UNM memang masih dalam taraf diminati oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, segala stigma negatif terkait kampus tidak begitu mempengaruhi animo mahasiswa untuk tetap kuliah di perguruan tinggi. Selain itu, pelaksanaan ujian tulis SBMPTN 2014 kali ini hanya dilangsung­ kan selama sehari untuk masing-masing kategori. Pelaksanaan ujian yang telah dilangsungkan sejak Selasa (17/6) lalu ini terhitung lebih singkat dibanding tahun sebelumnya yang dilaksanakan hingga dua hari. Dalam penjelasannya, Sofyan Salam selaku ketua Panitia Lokal (Panlok) 80 mengungkapkan bahwa dengan dilak­

sanakan ujian selama satu hari agar terjadi efisiensi dengan memadatkan materi ujian. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa lokasi ujian SBMPTN 2014 sendiri dilaksanakan di seluruh sektor kampus UNM, kecuali sektor Parangtambung, dengan memanfaatkan ruang sekolah dan perguruan tinggi. Tercatat, ada 81 titik yang dijadikan lokasi pelaksanaan ujian tulis tersebut. Setelah, pendaftaran melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN dilangsungkan, para calon maba yang tidak beruntung di kedua jalur itu masih bisa mencoba perun­ tungannya lewat Jalur Mandiri. Sebanyak 786 kursi disediakan untuk maba yang lulus pada jalur pandaftaran yang akan dibuka Agustus mendatang ini. (pr02)

Beasiswa Cair Akhir Juni

MESKIPUN sempat tersendat, namun beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) yang dinantikan mahasiswa sejak April lalu akhirnya akan dibayarkan. Ke­ pala Bagian (Kabag) Kemahasiswaan, Jufri memastikan, beasiswa tersebut akan segera dikeluarkan pada akhir Juni ini. “Mudahmudahan akhir Juni ini sudah bisa cair,” tekannya. Ia menerangkan, mekanisme pencai­ ran beasiswa PPA dan BBM untuk tahun ini memang berbeda dari tahun sebelum­ nya lantaran sistem pengelolaan keuangan yang sudah banyak berubah. “Tahun lalu, setelah kita merampungkan data dan berkas penerima beasiswa dan melakukan proses seleksi, nama-namanya dikirim ke Dikti, proses pencairannya langsung oleh Dikti. Akan tetapi sekarang tidak lagi,” ujarnya. Ia menambahkan, saat ini dana beasiswa masuk ke rekening rektor kemudian masuk di keuangan, setelah itu bagian keuangan yang cairkan. Jufri mengungkapkan, sebanyak 1820 orang tercatat akan menerima beasiswa. Ia bahkan merincikan, 606 mahasiswa akan menerima beasiswa PPA, sementara 1214 lainnya akan menerima beasiswa BBM. Selain beasiswa BBM dan PPA, ma­ hasiswa pun bisa mengusahakan beasiswa lainnya yang dikelola oleh universitas. “Ada beberapa beasiswa yang saat ini ada di UNM dan semua terbuka untuk maha­ siswa yang masuk dalam kriteria yang ditentukan masing-masing beasiswa,” ujarnya. Karena fakultas masing-masing juga berperan, maka ia pun mengimbau kepada tiap fakultas agar benar-benar men­ gevaluasi mahasiswa yang diusulkannya

untuk penerimaan beasiswa. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman, Mustafaenal Akhyar mengungkapkan agar pencairan yang akan dilakukan akhir Juni

mendatang benar-benar terjadi dan tidak DESAIN : KASDAR-PROFESI ada lagi penundaan. “Kalo cair nanti akhir bulan Juni ini, bisa langsung dipakai bayar SPP,” ujarnya. (pr56)

Jumlah Penerima Beasiswa BBM dan PPA di UNM

SUMBER: BAAK-UNM GRAFIS: KASDAR-PROFESI

1214 Orang

606 Orang PPA

BBM • • • • • • • • •

Fakultas Ilmu Pendidikan 208 orang Fakultas Psikologi 40 orang Fakultas Bahasa dan Sastra 116 orang Fakultas Seni dan Desain 50 orang Fakultas Ilmu Sosial 132 orang Fakultas Ekonomi 103 orang Fakultas MIPA 250 orang Fakultas Teknik 200 orang Fakultas Ilmu Keolahragaan 115 orang

Fakultas Ilmu Pendidikan 71 orang

Fakultas Psikologi 32 orang

Fakultas Bahasa dan Sastra 72 orang

Fakultas Seni dan Desain 20 orang

Fakultas Ilmu Sosial 53 orang

Fakultas Ekonomi 32 orang

Fakultas MIPA 143 orang

Fakultas Teknik 108 orang

Fakultas Ilmu Keolahragaan 62 orang

dikelola UNM Beasiswa yang PPA 1. Beasiswa BBM 2. Beasiswa Bidik Misi 3. Beasiswa Bank Indonesia 4. Beasiswa ADik Papua 5. Beasiswa Supersemar a 6. Beasisw

DESAIN : KASDAR-PROFESI

SP Bagi Mahasiswa Istimewa LANTARAN banyaknya permintaan un­ tuk memperadakan Semester Pendek (SP), maka pihak universitas akhirnya me­nyetujui membukakan jalan bagi mahasiswa yang ingin menyelesaikan kuliahnya lebih awal. Namun sayangnya, pemberlakuan SP ter­ sebut hanya berlaku bagi mahasiswa yang berstatus angkatan 2007. “Pihak universitas meminta kepada pi­ hak fakultas untuk membukakan jalan kepada maha­siswa angkatan 2007 yang sementara urus skripsi,” tegasnya. Oleh karena itu, pihaknya sendiri sudah mengirimkan surat ke fakultas masing-masing terkait imbauan tersebut. Akan tetapi, Ismail mewanti-wanti, seu­ tuhnya kebijakan mengenai SP yang nantinya diperadakan atau tidak diatur sendiri oleh pihak fakultas. Pihak fakultas lah yang akan menge­

lola SP bagi mahasiswanya, baik mahasiswa yang terancam Drop Out (DO) maupun maha­ siswa yang hanya ingin memperbaiki nilainya. “Seluruhnya itu diberikan kewenangan kepada pihak fakultas. Jadi semua kebi­ jakannya mereka yang tentukan sendiri juga mengenai pembayaran, mau atau tidaknya, mereka juga yang punya wewenang. Tapi, kami dari kampus sudah memohon agar an­ gkatan 2007 yang sisa skripsi bisa diberi ke­ mudahan agar tidak kena DO,” terangnya. Menanggapi surat permohonan yang dkirimkan tersebut, Pembantu Dekan Bi­ dang Akademik Fakultas Ekonomi (FE) Muhammad Jufri merasa senang lantaran hal tersebut sangat membantu bagi maha­ siswa yang terancam D.O. Apalagi maha­ siswa angkatan 2007 hanya diberi batas

waktu untuk menyelesaikan urusan aka­ demiknya sebelum Agustus. “Kami dari fakultas sendiri mengambil kebijakan dengan membukakan jalan bagi me­ reka yang ingin mendaftar Semester Pendek. Tapi, kami hanya membatasi mahasiswa yang angkatan 2007 saja. Yang boleh ikut itu pun minus skripsi. Jika ada yang ingin SP murni itu kami tidak peradakan,” jelas Jufri. Menurut Jufri, menjadi seorang lulusan, tentunya harus memiliki kerja keras yang baik dan juga ditopang dengan semangat dari berbagi aspek. “Tentunya orang tua ti­ dak ingin melihat anaknya gagal, begitu pun dengan kami selaku orang tua disini (kam­ pus, red) bagi mahasiswa. Jika hanya perma­ salahan skripsi maka kami membukakan me­ reka jalan dengan SP itu,” harapnya. (lam) Urai data, ungkap fakta, saji berita


8

Suplem

Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIIIProfesi 2014 Edisi 181 Juni

www.profesi-unm.com

Nurul Irsal Amalia

Ingin Jadi ­Penulis Lulu, begitu ia disapa. Ia senang disapa Lulu kare­ na menurutnya bisa menggambarkan wajahnya yang manis, semanis gula Jawa (gula merah, red). Kadang kala, anak-anak memanggilnya “Lulur”, lantaran, ku­ litnya yang agak kecokelatan, jarang luluran. Orang-orang yang mengenal Lulu dalam sekejap mata akan menganggapnya sebagai cewek jutek. Pasal­ nya, dalam berkomentar, ia ceplas-ceplos. Sekali-kali, ia akan cuek dan tersenyum seadanya. Jangan biarkan ia sendirian. Karena sendiri akan membuatnya berubah menjadi manusia manyun. Namun jika dihadapkan pada teman-teman perempuannya, ia akan beralih menjadi sos­ ok dewasa. Mungkin hal itu pula yang akhirnya membuat salah seorang teman magang tergila-gila padanya. Sebagai perempuan tertua diangkatannya, pola pikir perempuan yang bermimpi menjadi penulis ini cukup dewasa, bahkan lebih dari senior-senior lainnya. Disaat ia terhanyut dalam kegalauan, ia akan mengede­ pankan logikanya dari pada perasaannya, sesakit apa­ pun perasaannya saat itu. Termasuk dalam kisah asma­ ranya beberapa bulan silam yang kandas. “Itu hanya bagian dari kehidupan masa lalu, Kak,” akunya ketika ditanyai tentang perasaannya. Gadis asal Bulukumba ini cukup berkompeten dalam menulis berita. Meski pernah dikucilkan temanteman kampusnya lantaran berita yang dibuatnya, ia tak pernah patah arang. Baginya, jalan untuk menca­ pai impian memang agak terjal. Namun dengan sedikit kegigihan dan bantuan dari teman-temannya, ia ya­ kin akan mencapai jalan yang diinginkannya. “Setiap orang punya jalannya masing-masing,” ungkapnya se­ dikit berlagak bijak. (*)

Nurfadly

Wanita adalah Hidupnya Kumis, merupakan kebanggaan mahasiswa antrop­ ologi angkatan 2011 ini. Memiliki kumis, menurut ma­ gang yang bernama lengkap Nurfadly ini, bisamenjadi­ kannya lebih maco. "Kalau kumis saya tidak ada, saya seperti bencong saja," curhatnya. Dengan dalih bermuka baby face, ia memilih memelihara kumis menyerupai al­ marhum pelawak Jojon. Fadly pun mengaku memiliki banyak fans wanita. Acap kali ia begitu senang jika diberi amanah membagi­ kan angket maupun meliput di fakultas Psikologi. Pas­ alnya, banyak wanita cantik yang menjadi sasarannya disana. Dengan modus membagikan angket, tak jarang ia akan meminta Pin BBM mahasiswi disana. Soal percintaan, ia cukup gigih. Meski berkali-kali ditolak, ia tak pernah menyerah mengejar banyak wani­ ta dalam hidupnya. Ia mengaku pernah melakukan pen­ embakan paling romantis di sebuah kafe. Berbekal suara pas-pasan, ia menyanyikan sebuah lagu yang dihafalnya dengan lirik melankolis di hadapan sang wanita. Usai bernyanyi, ia pun berlutut di depan sang wanita dengan berbekal bunga dan langsung menyatakan cintanya. Hasilnya, mengenaskan. Ia ditolak tanpa ampun. Soal teman karib, magang satu ini sering menjahili Rajab teman seperjuangannya di Profesi, bagaikan film Tom and Jerry. Mereka sering bertengkar mulut. Namun jika salah satunya tak ada, mereka akan saling mencari dan menanyakan kabar. So sweet. Demi mengukuhkan kecintaannya pada dunia jur­ nalistik, ia senang mengekor pada Pemimpin Redaksi. Meskipun sekadar menjadi “obat nyamuk”, namun lakilaki penyuka John Mayer ini mengaku sudah banyak memperoleh pelajaran dari mondar-mandirnya bersama pemimpin redaksi. (*)

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Kesebelasan Baru S Siap Berlaga

etiap ge beda, L nyiaran kini telah me runya untuk b kabar baru se telah mereka kampus UNM saja, titel jurn ta hanya disa “benih baru”

Awal Hidayat

Galau Tingkat Akut Semenjak bertemu pujaan hati yang dinamakannya “Imajiner”, laki-laki asal Prodi Pendidikan Matematika ICP ini seringkali merenung. Teman-teman Profesi melabelinya sebagai orang yang memasuki galau stadium akut. Sekalidua kali, ia pernah berjalan pulang ten­ gah malam sendirian di kala kegalauan­ nya itu. Bagi teman-teman redaksinya, di jidatnya besar-besar tertulis “I’m GALAU, don’t disturb!” Soal perempuan, anak yang satu ini sudah mengkhatamkan banyak nama. Perempuan-perempuan itu ia raha­ siakan dengan nama-nama Matematika seperti Imajiner, Geometri, Kalkulus, dan sebagainya. Bukan karena jadian, tapi karena ia hanya mampu memen­ dam perasaannya, hingga sulit move on. Beberapa kegalauannya itu ia tuang­ kan menjadi tulisan-tulisan indah nan melankolis di blog pribadinya. Mungkin karena terkurung dalam kegundahan hatinya, ia baru-baru ini menjadi salah seorang korban pencurian bermodus hipnotis. Tasnya yang berisi barang-barang berharga, termasuk buku diari raib digondol sang maling. Berita tentangnya pun sempat menjadi trend­ ing di kalangan teman-teman redaksi. “Mau mi diapa. Ndak ditahu kalau di­ hipnotis ki,” sesalnya muram. Dalam segi produktivitas, magang berbadan kecil ini boleh dibilang baik. Mungkin dampak dari hobi menulisnya. Akan tetapi, selain menulis, ia punya target lainnya masuk Profesi. Magang yang pernah menjalani cuti akademik satu semester ini ingin sekali pandai mengendarai motor, demi membonceng pujaan hatinya keliling kampus. (*)

Ari Maryadi

Sok Lugu Terbilang masih hijau menimba ilmu di UNM, tidak mengurungkan niat Ari untuk bergabung di organisasi kuli tinta ini. Padahal, akunya, ia hanya “ke­ sasar” setelah gusar melangkahkan kaki kemana saat dinyatakan gugur dalam tes penerimaan sekolah Kepolisian. Semenjak hadir sebagai magang, dirinya sempat menimbulkan kecurigaan.

Febriawan Djalil

Ar

Si Dompala’

Be d ­L

Laki-laki satu ini punya cara tersendiri dalam meluluhkan hati wanita. Ala Kahlil Gibran, ia gemar menyu­ sun kata-kata indah menjadi syair, yang menurutnya mampu membuai wanita. “Itu cewek bisa luluh hanya dengan katakata, apalagi kalau menyentuh sekali mi na rasa,” ujar cowok yang selalu men­ gaku romantis ini. Saking romantisnya, ia pernah secara blak-blakan mengirimkan video musik Indie yang menggambarkan perasaannya kepada kekasihnya. Di tengah jalan menapaki karir jurnal­ istiknya, ia berkeinginan menjadi seorang fotografer. Hanya saja, ia masih belum dipercayai oleh pengelola lantaran lebih sering memotret dirinya sendiri dengan gaya-gaya alay dan mulut dimiring-mir­ ingkan. Ialah yang kemudian menularkan virus selfie di redaksi. Ditanya soal berita, lelaki yang lebih akrab disapa dompala’ ini justru punya seribu alasan untuk mengelak. Ia bahkan kerap kali menebarkan janji-janji kosong mengenai berita-berita yang sebena­ rnya telah ia liput. Imbasnya, ia sering mendapatkan omelan dari pimpinannya. Gara-gara itu pula, ia menjadi paranoid untuk datang ke redaksi. Jikalau hen­ dak ke redaksi, ia selalu menyetel alarm waspada di kepalanya sembari mengir­ imkan pesan BBM menanyakan detail keberadaan redakturnya di redaksi. “Ada di depan teras? Ada di dalam kamar? Siapa-siapa saja disana?” cerocosnya via BBM lantaran takut bertemu dengan re­ dakturnya. Sepertinya tak cukup jika hanya mengenal dunia fotografi, pertengahan perjalanan magangnya saat audisi penyiar baru dibuka, dengan suara pas-pasan dan kepercayaan diri yang tinggi ia membera­ nikan diri mendaftar. “Penyiar itu banyak fansnya. Biar ndak mandi bisa ji juga me­ nyiar,” akunya. Berkat suaranya itulah ia pernah dipercaya menjadi host pada event yang digelar Profesi. (*)

Dengan pakaian kaos polisi yang kerap ia gunakan saat ke redaksi dan sikapnya yang banyak pendiam menatap kosong ke berbagai arah, dirinya nyaris dianggap sebagai intelijen kepolisian yang sengaja menyamar untuk memata-matai manaje­ men keredaksionalan di Profesi. Belakangan diketahui, sikapnya justru bertolak belakang dengan tubuh tegap dan tingginya itu. Saking lugu­ nya, mahasiswa satu ini kerap men­ jadi bulan-bulanan keisengan temantemannya. Apalagi ketika mendapat omelan dari seniornya di redaksi, tak

Karena selalu “d pulang tak diantar", ny prodi Pendidikan Ant sebagai anak jelangku rius. Kehadirannya terk gempal dengan muka b tengah teman-teman Pr amnya. Ia memang pri namun menghabiskan b Sebelum masuk merupakan pembaca yang diterbitkan Profe Karena kecintaannya fesi, khususnya setela bangan portalnya, ia pu magang di tahun keti masuk Profesi karena berita dan bikin websit Karena kegemara ita-berita Profesi, ia ja sendiri beritanya. Jika d berdalih. "Saya kan le yang lain, jadi saya ber magang yang muda-m dalihnya kebapak-bap kebapak-bapakan cend gayom bagi sebagian m basnya, ketika diaman ia diam-diam akan me magang lainnya yang l Ari pun jadi bulan-bula Kini laki-laki peci ini lebih tertarik mene Kemana-mana, ia past laptop silver kesayan jika laptopnya jatuh k Ia mengaku lebih sena pacaran dengan laptop ketimbang bertemu Pa apa yang membuatnya sendiri dalam gelap pengedar, Kak. Banyak nya,” ujar salah seor turut menjadi penadah diedarkan Arnawan. O

jarang ia menampilkan mim asnya sembari menunduk ampun. Kalaupun dipuji l kerjaannya yang bagus, ia tingkah karena tersipu-sipu aknya seorang perempuan. Beredar cerita, ia pernah mohon kepada polisi saat dit melanggar aturan lalu lintas. " kodong om, belum ada kirima pung," mohonnya dengan mi asnya. Karena tak tahan ingin lihat wajah lugunya, sang po welas asih membebaskannya.

Streaming: radioprofesi.com


9

men

i Tahun XXXVIIIProfesi 2014 Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Agung Rinaldi Malik

enerasi ada masanya. Tak ber­ Lembaga Penerbitan dan Pe­ n Mahasiswa (LPPM) Profesi enyiapkan tim kesebelasan ba­ bekerja mengumpulkan kabareputar kampus. Beragam bekal a persiapkan demi menyusuri M dan seluk-beluknya. Tentu nalis kampus tidak semata-ma­ andang sia-sia oleh kesebelas ini.

Delapan bulan lamanya, mereka harus bertahan dengan status magang. Selama itu pula, mereka harus beradaptasi dengan ritme yang dipatok oleh lembaga kuli tinta ini. Tak main-main, ancaman pemecatan senantiasa menghantui setiap magang jika ditengarai tak becus menjalankan tugasnya di lembaga kuli tinta ini. Mengabaikan dampak yang senantiasa mengancamnya, nyaris setiap hari mereka ha­ rus berhadapan dengan tugas-tugas kejurnalis­

tikan kampus yang menyita waktu. Pun di re­ daksi mereka harus siap memenuhi tugas dan tanggung jawab yang senantiasa mengintai di kala mereka hanya menyempatkan diri untuk berleha-leha melepas penat. Hingga penghu­ jung siklus magang, hanya 11 orang yang akh­ irnya bertahan dan didapuk menjadi pengelola LPPM Profesi. Dengan demikian, resmilah mereka sebagai seorang jurnalis kampus, yang akan membawakan kabar nyata ke kalangan civitas UNM. (*)

rnawan Arief

Rachmat Wajo

Rajab

erpacaran dengan Laptop

Tukang Servis

Suka Modus

datang tak diundang yaris saja laki-laki dari tropologi ini disebut ung. Sosoknya miste­ kesan mistis. Bertubuh bulat, ia selalu hadir di rofesi dengan sikap di­ ia yang sedikit bicara, banyak makanan. k Profesi, Arnawan a tetap berita-berita esi selama dua tahun. terhadap karya Pro­ lah melihat perkem­ un mendaftar sebagai iga kuliahnya. “Saya ingin belajar menulis te,” katanya. annya membaca ber­ jadi lupa menuliskan ditagih, ia akan selalu ebih tua dari magang ri kesempatan kepada muda itu berkarya," pakan. Sifatnya yang derung menjadi pen­ magang lainnya. Im­ nahi suatu pekerjaan, enindas teman-teman lebih muda. Tak ayal, anannya. cinta Boyband Smash ekuni dunia website. ti selalu menggotong ngannya. Ia khawatir ke tangan orang lain. ang jika diminta ber­ p 24 jam di kamarnya ak Rektor. Entah film a betah berlama-lama kamarnya. “Dia itu ak stok film-film 3gprang temannya yang h atas film-film yang Ohh…pantesan. (*)

Dua kata yang membentuk nama­ nya memang diakui sering mengun­ dang dugaan yang klise dari setiap yang mendengarnya. Berkat embel-embel “Wajo”, orang-orang sering menyim­ pulkan dia dilahirkan di daerah Wajo. Namun ia selalu menampik hal terse­ but. “Bukanka orang Wajo atau lahir di Wajo tapi namanya bapakku,”kilahnya. Soal nama sapaannya, dia punya kisah sendiri. Konon kabarnya, Bayo kecil sangat suka dan hanya ingin memakan telur. Alhasil, orang tuanya memanggilnya dengan Bayao (Bahasa Makassar) yang artinya “telur”. Meskipun berlabel mahasiswa Teknik yang katanya sangar, Bayo ternyata tak tahan bepergian dengan kendaraan mobil. Ia selalu mabuk da­ rat saat harus bepergian dengan mobil, apalagi dilengkapi dengan AC. Tak se­ gan, Bayo bisa mengeluarkan seluruh isi perutnya meskipun jaraknya dekat dan hanya ditempuh dengan pete-pete. Selain itu, Bayo juga ternyata meng­ gandrungi Girlband JKT48. Memasuki semester empat diju­ rusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Bayo semakin matang dengan berbagai keahlian yang dimiliki. Salah satunya, bidang panjat memanjat. Mulai dari memanjat pagar, pemancar penyiaran, hingga manjat pohon jambu milik tet­ angga redaksi. Keahliannya melompat dari dahan yang satu ke dahan yang lain bak pertunjukkan sirkus menuai decak kagum dari teman-teman ma­ gangnya. Tidak hanya itu, Bayo juga lihai mengerjakan segala bentuk per­ tukangan. Genteng yang bocor, kursi yang patah, dan kerusakan meubel lainnya mampu diselesaikan dengan sekedipan mata. Oleh karena itu, jika anda mengalami hal-hal seperti tadi di kost atau di rumah, tak perlu ragu men­ ghubungi Bayo. (*)

mik memel­ k memohon antaran pe­ bakal salah u malu lay­

h memohontahan karena "Om, jangan an dari kam­ imik memel­ n muntah me­ polisi dengan . (*)

Mentari Jati Pratiwi

Berbekal nama hanya 5 huruf, Rajab, bertekad men­ jadi seorang fotografer. Segala cara ia tempuh untuk mengukuhkan hasratnya. Termasuk dengan kegemarannya diamdiam menggondol kamera redaksi. Tak heran ketika kamera redaksi sedang di­ cari, maka Rajab-lah yang pertama kali akan diinterogasi. Ia juga suka memakai kamera reda­ ksi untuk modus gaya-gayaan ke setiap perempuan yang didekatinya. Pernah suatu kali ia ditugaskan memotret acara Profesi. Namun ternyata ia lebih ban­ yak menjepretkan kameranya ke salah seorang sosok perempuan SMA dengan angle yang berbeda-beda. Sifat genitnya itu lantas diakui temanteman sejurusannya. Sama halnya dengan beragam modus yang ia lancarkan ketika menjabat sebagai salah seorang pengu­ rus himpunan di jurusannya. Sayangnya, ia bagaikan peribahasa pungguk merin­ dukan bulan, kisah kasihnya tak pernah kesampaian. Perilakunya yang sok cool dan ber­ bicara sok bijak layaknya anggota dewan membuatnya kelihatan lebih tua diband­ ing teman-temannya. Alhasil, ia kerap di-bully teman-teman redaksinya sebagai orang tua. "Mukanya tidak sesuai dengan umurnya kak," tukas salah seorang te­ mannya blak-blakan. Akan tetapi soal liputan, ia bisa dia­ du. Karena semangatnya yang meletupletup ingin naik daun, ia bersemangat me­ liput berita. Bahkan, karena menganggap dirinya sudah mumpuni, ia pun terkadang melipat muka ketika diserahi tugas lipu­ tan seremoni. "Jangan berita seremoni terus, berita kontrol yang lebih menant­ ang," tuturnya sok bijak. (*)

ia selalu mupeng dian­ tar jika berada di depan pintu redaksi. Karena kecanduan dibonceng temannya, perempuan satu ini selalu menunggu te­ mannya yang lain jika ingin meliput. Oleh karena itu, bisa dipastikan alasan utamanya ketika mangkir dari tugas liputan. “Tidak ada anak-anak kutemani, Kak,” ujarnya dengan memasang muka manyun.

Selalu Cari ­Tumpangan Perempuan Soppeng satu ini meru­ pakan primadona bagi sebagian magang di redaksi. Setiap kali ingin diantar pulang, te­ man-temannya berebutan ingin membon­ cengnya. Ia tak pernah kekurangan satupun tumpangan untuk pulang ke rumah. Jadilah

Streaming: radioprofesi.com

Galau Ditinggal Kekasih Pria gelap satu ini terbilang gesit dalam menger­ jakan tugas yang diamanahkan padanya. Terbukti, ia pernah mampu membanjiri portal online dengan 5 berita sehari. Ilmu yang dituntutnya di Jurusan Ko­ munikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin turut membantunya dalam mengembangkan bakat kejurnalistikannya di Profesi. Kecintaannya pada du­ nia jurnalistik seiring membawanya jatuh cinta pada salah seorang teman magangnya. Sebuah awal yang menarik. Profesi ibarat gu­ buk yang mempertemukannya dengan sang bidadari hatinya. Namun sayang, belum genap setengah ta­ hun menjalani kisah romantismenya, cowok yang memiliki mantan pacar lebih dari dua lusin ini harus merelakan sang bidadari pergi. Pujaan hati itu me­ milih pergi meninggalkannya. Akibatnya, hampir sebulan ia terpuruk dalam kegalauan akut. Statusstatus rintihan kesakitan tak jarang menghiasi akun pribadinya di dunia maya. Karena tidak tahan, ia pernah curhat ke salah satu seniornya terkait kisahnya yang kandas itu. Ia mengaku sangat sulit untuk melepas sang kekasih hati, hingga ia harus jatuh sakit demam malarindu. Sepotong lantunan lagu dangdut, “Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini....” nampaknya memang benar dialamatkan bagi cowok berambut ikal ini. Selain itu, salah satu kebiasaan anehnya saat ia galau memutar lagu-lagu melow dan tenggelam dalam kesedihannya hingga bercucuran air mata. Satu hal yang perlu diacungi jempol, Agung berpotensi men­ jadi artis dangdut karena suaranya yang pas. (*)

Rosni Armin

Lebih Suka Menggelinding

Kecil tapi besar. Begitulah kenyataan yang tergam­ bar pada mahasiswi prodi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ini. Memiliki tubuh yang kecil, dengan bobot yang ber­ lebih. Tak ayal jika teman-teman sering sering menyindirnya dengan iklan televisi, “Tumbuh itu ke atas, bukan ke samping”. Meskipun demikian, perempuan yang hobi menangis ini ternyata sudah memiliki pujaan hati. Saban hari ia memandangi wallpaper kekasihnya itu di ponselnya. Di tengah karirnya menapaki dunia Profesi, panggilan say­ ang yang mencuat untuknya adalah “Ubi Jalar”. Apa pasal? Usut punya usut, ia pernah membeli ubi dan pulang ke re­ daksi dengan senyum sumringah hanya dikarenakan mendapat­ kan diskon (yang nyatanya masih tetap mahal). “Karena sering ada dimana-mana, makanya disebut “jalar”. Dalam sehari bisa di beberapa tempat dengan selisih waktu yang singkat. Pergi ka meliput di Teknik ada ki. 30 menit setelahnya di Bahasa ka, ada tongki. 15 menit kemudian meliput ka di Seni, eh ada ki lagi,” aku pengelola yang pernah berkali-kali mendapatinya dalam ku­ run sehari. Soal liputan, magang satu ini patut diacungi jempol. Saking rajinnya, ia menjadi spesialis salah satu sub rubrik di tabloid Profesi. Selain itu, beritanya bahkan pernah membuat geger seisi kampus, dari mahasiswa hingga dosen-dosen yang mem­ bacanya. Gara-gara beritanya, selama kurun waktu yang tak di­ tentukan, ia sempat menjadi buronan oknum dosen yang merasa namanya dicemarkan tersebut. (*)

Sayangnya, ia sudah mengukuhkan diri untuk tidak terpaut pada siapapun teman-teman magang yang menaruh hati padanya. Pasalnya, ia sudah terlanjur jatuh hati pada seorang temannya meski tak berbalas dan hanya berujung pada php alias “pemberi harapan palsu”. Bahkan, ia menceritakan, pujaan hatinya itu kini su­ dah punya kekasih. Patah hatilah dirinya, apalagi kerap kali melihat mereka bermes­ ra-mesraan. “Susah ka move on, Kak,”

curhatnya sambil cengar-cengir. Meski beberapa temannya sudah memilih untuk hengkang dari Profesi, ga­ dis yang senang memasang muka-muka manyun ini, tetap memutuskan bertahan di Profesi. Entah apa pasal, padahal ia tidak seproduktif teman-teman lainnya dalam mengelola berita. Namun loyalitasnya dalam mencuci piring patut diacungi jem­ pol. Jadilah ia, di setiap kepanitiaan seksi konsumsi, khusus bagian cuci piring. (*)

Urai data, ungkap fakta, saji berita


10

Reportase Khusus Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Ladang Polemik Akademik

Selangkah lagi Universitas Negeri Makassar (UNM) beranjak ke tahun ajaran baru 2014-2015 dengan ribuan mahasiswa barunya. Akan tetapi, FIK masih saja belum berbenah diri. Berbagai permasalahan yang menandai buruknya iklim akademik di fakultas tersebut seolah menjadi pembiaran para petingginya.

Polemik akademik yang sudah berlang­ sung bertahun-tahun itu hingga kini masih saja terus terjadi. Padahal, tak jarang pula hal itu mendapat kritikan bahkan kecaman berbagai pihak. Misalnya saja, sorotan tajam terhadap tin­ dak kejahatan akademik berupa jual beli nilai dan skripsi. Pungutan liar semakin tak bisa di­ hindari. Kasus ini bahkan pernah diangkat pada terbitan Tabloid Profesi 2012 silam. Namun hingga kini praktik kotor ini masih saja berlaku. Bahkan, sudah menjadi rahasia umum di lingkungan civitas akademika fakultas itu. Parahnya, meski telah mengetahui, pimpinan fakultas seolah menutup mata dan telinga. Tak ada perhatian atau sanksi yang dijatuhkan kepada para dosen tersebut.

Belum lagi persoalan Kelas Jauh. Mes­ ki telah ada larangan yang ditetapkan Di­ rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) terkait hal ini, tetapi program lama yang ini masih dijalankan. Hal tersebut mengacu pada Surat Edaran Direktorat Pendidikan Tinggi yang melarang pelaksanaan pendidikan model Kelas Jauh ataupun kelas Sabtu-Minggu sejak 1997 lalu ditegaskan lagi pada 2007. Hanya saja, kini program tersebut berkedok nama lain dan melegalkan hal itu karena adanya pihak penyelenggara yang memfasilitasi. Berbicara tentang program Kelas Jauh ini, tak cukup jika tidak menguak program penyetaran yang diselenggarakan fakultas

Akali Nilai dan Skripsi SALAH seorang mahasiswa FIK berinisial IR mengungkapkan permasalahan terkait pengurusan skripsi oleh para dosen sudah sejak lama menjamur di FIK. Hal tersebut juga diakui salah satu dosen FIK, sebut saja DL. Ia mengungkapkan praktik pengurusan skripsi oleh dosen sulit dihapuskan. “Olah data saja itu bisa hingga Rp750 ribu, kalau lengkap bisa mencapai jutaan,” ungkapnya. Praktik semacam itu malah berjalan sistemik dan prosedural. “Awalnya hasil pengerjaan langsung berupa cetakan, seka­ rang ini mahasiswa mendapatkannya dalam bentuk soft file agar tidak begitu kentara. DL bahkan berani menggaransi praktikpraktik licik yang dipermainkan rekannya sesama dosen. “Potong jari-jariku baru ja­ dikan kalung-kalung kalau tidak benar yang saya bilang,” kata DL. Lebih lanjut DL menambahkan, be­ berapa oknum dosen pun kerap kali mem­ persulit mahasiswa jika mengerjakan skripsi sendiri. “Tergantung pembimbingnya itu, kalau dapat yang benar-benar tidak baik, ti­ dak hanya dipersulit dalam hal konsultasi, bahkan bisa ditunda,” lanjutnya. Urai data, ungkap fakta, saji berita

Bukan hanya dalam hal pengurusan skripsi, praktek jual nilai oleh beberapa orang dosen pun kerap terjadi. “Bahkan bisa dinegosiasikan nilai bermasalah dengan uang puluhan ribu itu,” akunya. Namun Sekretaris Jurusan PGSD Dik­ jas FIK, Irfan membantah hal itu. Menurut­ nya, memang ada kemungkinan beberapa oknum dosen yang memanfaatkan maha­ siswa dalam hal penyelesaian skripsi. Akan tetapi, terdapat juga mahasiswa yang tidak bisa mengerjakan sendiri. ”Jadi kita selaku pembimbing, kalau sudah berlarut-larut dalam membimbing kita carikan solusi un­ tuk cari orang yang mampu mengerjakan, misalnya teman. Tapi dengan catatan tidak diperbolehkan adanya intervensi dari dosen yang bersangkutan apalagi sampai meminta konpensasi,” ujarnya Ketua Prodi PGSD Dikjas, Indrawa­ nsyah, sebelumnya ditemukan beberapa dosen yang mengambil alih anak bimbingan dosen lain. “Itukan ada data di simpadu ter­ kait pembimbing dan mahasiswa, kita sudah kembalikan semua kepada pembimbing yang berhak sesuai dengan SK mahasiswa

yang bersangkutan,” jelasnya. Irfan menyatakan, ketika membimbing mahasiswa, otomatis dosen yang bersang­ kutan akan mempengaruhi proses kenai­ kan pangkat. Bisa jadi juga oknum dosen tersebut memanfaatkan hal tersebut untuk proyek pengerjaan proposal mahasiswa. “Hanya saja saat saya menguji dan bertanya pada mahasiswa, tidak ada sama sekali yang mengaku dibikinkan, jadi saya anggap tidak ada oknum dosen yang demikian,” ungkap Irfan Lain halnya dengan Ketua Jurusan Pen­ didikan Kepelatihan FIK, Nadwi Syam. Ia mengatakan, tidak mengetahui adanya praktek pengurusan skripsi oleh oknum dosen tersebut. Ia berdalih, jika pembimb­ ing membantu mahasiswa dalam melaku­ kan pengolahan data, itu masih dianggap sebagai hal wajar selama dosen yang ber­ sangkutan tidak menuntut bayaran. “Tapi kalau sudah dibayar, tentu itu pelanggaran,” tuturnya. Namun Pembantu Rektor Bidang Aka­ demik (PR I) Sofyan Salam, menegaskan, terkait proyek pengerjaan sendiri, seringkali

ini beberapa tahun terakhir. Walaupun kini penyetaraan tak ada lagi, tetapi program ini salah satu borok yang pernah dilakukan FIK. Pasalnya, mahasiswa penyetaraan yang mestinya menyelesaikan masa studi seperti mahasiswa reguler, tetapi justru selesai dalam jangka waktu yang jauh lebih cepat. Dari data yang dihimpun Profesi, bahkan ada maha­ siswa penyetaraan yang menyelesaikan studi­ nya hanya dalam jangka satu tahun. Ironis, padahal mahasiswa penyetaraan itupun bahkan sangat jarang mendapatkan kuliah langsung oleh dosennya lantaran jauhnya jarak yang ditempuh untuk men­ gajar di Kelas Jauh. Namun, mahasiswa penyetaraan itu mampu lulus lebih cepat ketimbang mahasiswa reguler. (tim)

"

Jadi kita selaku pembimbing, kalau sudah berlarut-larut dalam membimbing kita carikan solusi untuk cari orang yang mampu mengerjakan, misalnya teman Sekretaris Jurusan PGSD Dikjas FIK, Irfan

mahasiswa dipersulit oleh dosen pembimb­ ingan jika ingin melakukan konsultasi. Hal tersebut tentunya harus diberi sanksi. "Jika ada hal seperti itu, tolong diungkap karena jelas itu kejadian memalukan,"tegasnya. (tim)

Tim Reportase Utama Koordinator : Andi Ajip Rosyidi Anggota : Nurul Irsal Amalia l Andi Baso Sofyan l Khaerul Mustaan

Streaming: radioprofesi.com


Reportase Khusus Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

Kelas Jauh­­Masih Marak

TERKAIT pelaksanaan peny­ etaraan Kelas Jauh, DL juga mengatakan, praktek penyetaraan Kelas Jauh masih berjalan. Ke­ curangan pun kerap terjadi melalui beberapa oknum yang mendesain administrasi akademik. “Jadi ada oknum yang mengatur seakanakan yang bersangkutan masuk tahun sekian sehingga cepat sele­ sai,” terangnya. Senada dengan DL, seorang dosen sebut saja AR membenarkan terkait keberadaan Kelas Jauh. “Ke­ las Jauh itu masih ada. Ada 21 titik pengoperasionalan,” singkatnya. Sementara itu, Sekretaris Prodi Irfan menerangkan, aturan penyetaraan Kelas Jauh itu sama dengan penyetaraan pada umum­ nya, hanya tempatnya yang ber­ beda. Pelaksanaannya dapat dilak­ sanakan jika terdapat permohonan dari dinas pendidikan daerah yang akan menjadi tempat penyeleng­ garaan dengan jurusan yang ber­ sangkutan menjadi fasilitator, jadi memang ada proses dan aturanaturan yang diberlakukan. “Per­ syaratan tersebut misalnya yang bersangkutan adalah PNS ataupun honorer,” tuturnya. Sedangkan, Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I) FIK, Ba­

Tersangkut Ijazah Palsu TEMUAN ijazah palsu men­ gatasnamakan alumni FIK juga pernah menyerat fakultas ini dalam penyelidikan kepolisian. Puncaknya pada 2010 silam dengan jumlah pengguna ijazah palsu sampai 11 orang. Sedang­ kan pada 2011, ditemukan lagi 1 orang pengguna ijazah serupa. Itu berhasil dikuak Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) saat para pemakai ijazah palsu itu mengurus sertifikasi guru. Na­ mun dugaan keterlibatan pihak dalam kampus tidak dibukti­ kan, bahkan hingga kini pelaku pembuatnya pun tak bisa di­ tangkap karena cara yang di­ lakukan cukup rapi dan aman. Namun lambat laun, temuan lainnya sudah tidak ada lagi se­ lama dua tahun terakhir. Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I) FIK, Baha­ ruddin, mengatakan, setelah perubahan sistem pembuatan ijazah, pihak fakultas tidak lagi pernah menemukan ijazah palsu yang beredar. “Sudah tidak ada ditemukan lagi. Sistem baru diterapkan oleh pemerintah yai­ tu penggunaan stempel yang ti­ dak mampu dilihat secara kasat mata. Ini sudah bagus, tinggal bagaimana itu tetap dijaga dan dikontrol,” ungkapnya. Lain halnya dengan Dekan FIK, Arifuddin Usman. Ia men­ egaskan pihak UNM harus an­ dil besar dalam menindaklanjuti temuan ijazah palsu itu. “Pihak pimpinan di UNM harus men­ gawal ini, berperan cukup ban­ yak bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk menemukan pelakunya. Tapi itu tidak dilaku­ kan,” tegasnya. (tim)

Streaming: radioprofesi.com

haruddin. mengatakan, program itu sudah tidak ada lagi. “Secara administrasi sudah tidak ada Kelas Jauh namun, biasanya ada yang belum selesai dan diselesaikan. Orang langsung bilang itu masih ada,” ung­kapnya. Menurutnya, sekarang yang masih berlaku ialah kelas ker­ jasama seperti yang ada di Balik­ papan. Namuan secara meny­ eluruh, program kelas kerjasama hampir sama dengan Kelas Jauh. Hal yang membedakannya adalah kelas kerjasama merupakan ker­ jasama pihak pemerintah daerah dan fakultas untuk menuntaskan sistem penye­taraan. Disinggung mengenai efekti­ fitas kelas kerjasama, Baharuddin lebih lanjut menyatakan akan ber­ pengaruh dengan sistem kelas reg­ uler. “Masalah seperti itu, jelas ada pengaruhnya, tinggal bagaimana dosen pintar-pintar mengatur dan menyiasatinya,” ungkapnya. Tuai Kecaman Suparlan Suhartono salah seorang dosen Fakultas Ilmu Pen­ didikan (FIP) yang juga pemerhati pendidikan mengecam penyeleng­ garaan Kelas Jauh. “Sudah dila­ rang kok nekad,” ujarnya. Dosen berdarah Solo ini juga mempertanyakan soal kinerja dosen yang berani menerima ta­

waran mengajar di Kelas Jauh. “ Efektifitas dan Efisiensi dari Ke­ las Jauh itu patut dipertanyakan,” tegasnya. Suparlan kemudian mengung­ kapkan sebaiknya UNM memper­ baiki swakelola di internal kampus dulu. “Internal dulu yang harus solid baru bisa kembangkan sayap dimana-mana,” ungkapnya. Dosen yang mengajar di Kelas Jauh juga dituntut harus mampu menjaga ritme kerja di kelas reg­ uler. Risiko yang dialami ketika ke daerah mengajar untuk Kelas Jauh dianggap terlalu besar. Fokus dan stabil fisik dan psikis harus dijaga. “Kalau saja dosen mengajar pada kelas reguler mulai Senin hingga Jumat lalu dilanjutkan dengan me­ maksakan diri mengambil Kelas Jauh pada hari Sabtu dan Minggu. Bagaimana bisa tetap fit dan stabil kondisinya,” paparnya saat dite­ mui. Selanjutnya Suparlan meng­ kritisi dosen yang berani men­ gambil resiko mengajar pada Kelas Jauh. Hal ini dianggapnya terlalu mengejar “isi kantong” dengan mengesampingkan kuali­ tas. “Dosen-dosen yang menerima tawaran di Kelas Jauh itu sebagian besar berpikir how much they can earn money. Secara tidak lang­ sung, itu komersialisasi pendidi­ kan,” kritiknya.(*)

11

www.profesi-unm.com

Penyetaraan ­ Tapi Tak Setara BERCERMIN dari Program Penyetaraan Ijazah Sarjana yang pernah digalakkan FIK UNM. Terbukti fakultas ini memang doy­ an bermain manipulasi akademik. Tak tanggung-tanggung selama pengelenggaraannya dulu, ma­ hasiswa biasanya rela membayar sejumlah uang hingga mencapai Rp40 juta. Diduga beberapa Pega­ wai Negeri Sipil (PNS) maupun non PNS yang berasal Bantaeng, Toraja, Pare-Pare, Bone, sampai Kalimantan Timur memainkan praktik kotor ini. Mantan Ketua Majelis Permusyawaraan Mahasiswa (Maperwa) FIK, Baso Irfan angkat bicara terkait hal ini. Ia mengatakan, sebenarnya berita ini kedengarannya cukup sim­ pang siur juga melihat belum lengkapnya bukti-bukti yang dibutuhkan, sebab peny­ etaraan ini terlihat disembunyikan proses-prosesnya. “Saya punya guru yang juga ikut penyetaraan ijazah. Menyangkut masalah biaya, saya pernah tanya ke dia tapi

sama sekali tidak mau kasi lihat kuitansinya,” paparnya Ia juga berpendapat bahwa proses penyetaraan yang me­ makan waktu singkat itu jelas merugikan mahasiswa kelas regular. “Kami mahasiswa regular setengah mati kuliah sampai empat tahun, malah kelas penyetaraan cuma satu tahun,” protesnya. Sementara itu Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIK, Irfan Pratama Putra men­ gatakan kasus ini memang harus diusut mengingat jumlah biaya yang kedengarannya tidak lazim. “Ini fenomenal. Kemana lagi semua larinya itu biaya, banyak sekali sampai-sampai empat puluh juta,” tuturnya. Dengan biaya SPP Rp2,2 juta per semester untuk kelas regular dan Rp2,5 juta per semesternya untuk Kelas Jauh. “Begitulah biay­ anya per semester, dan kalau dihitung-dihitung biayanya melebihi tiga puluh juta rupiah,” ungkap­ nya.(tim)

Pungli ­Persulit Jadi Alumni SUNGGUH memiriskan meli­ hat keadaan FIK. Fakultas yang semestinya aktor penting dibalik mencetak atlit malah leluasa men­ gadakan praktik pungutan liar atau pungli. Banyaknya pembayaran yang dilegalkan pun begitu mem­ beratkan mahasiswa. Misalnya saja mahasiswa yang ingin melak­ sanakan uang meja harus mem­ bayar uang sebesar Rp. 750 ribu untuk konsumsi saat pelaksanaan. “Ada beberapa mahasiswa bimb­ ingan saya yang harus menunda ujian meja karena belum punya uang membayar,” aku DL. Secara hitung-hitungan, jika

dalam sehari saja ada empat orang mahasiswa yang sedang ujian meja dan setiap orang mesti mem­ bayar sekitar Rp750 ribu. Maka uang yang dihasilkan tidaklah se­ dikit bahkan cukup utnuk menyan­ tuni anak yatim dalam satu panti asuhan. DL pun menyayangkan begitu banyak ketimpangan akademik di FIK dan merasa berdosa tidak bisa berbuat banyak atas hal tersebut. Ia pun hanya bisa mencoba mel­ aporkan kepada pihak pimpinan untuk melakukan investigasi ter­ kait hal tersebut, hanya saja hingga saat ini hasilnya nihil dan praktek

tersebut masih saja ada. “Mau apalagi, tidak bisa ki kritisi secara langsung. Bisanya kritikankritikan hanya saya tulis di media sosial. Bukannya takut berha­ dapan langsung, hanya saja jika terjadi hanya dua kemungkinan yang terjadi kalau bukan saya jadi abu yang bersangku­ tan jadi arang atau­ pun sebaliknya,” kelakarnya. (tim)

Tarik Ulur Yudisium SEKRETARIS Jurusan PGSD Dikjas, Irfan mengatakan, pi­ hak jurusan memang berinisiatif mengusulkan prosesi yudisium di tingkat jurusan kepada pihak fakultas dan telah disetujui den­ gan beberapa pertimbangan dian­ taranya, dalam momen tersebut, seluruh dosen dapat meninjau kembali mahasiswa, dalam hal ini apakah mahasiswa yang bersang­ kutan sudah betul-betul memenuhi seluruh persyaratan untuk menjadi sarjana. Mengingat cukup besar pula kesempatan mahasiswa men­ cari jalan pintas agar bisa sarjana secara instan dengan melanggar aturan-aturan yang berlaku. Sebagai contoh menurutnya, pernah ditemukan mahasiswa yang belum melaksanakan Pengenalan Pengalaman Lapangan (PPL), na­ mun sudah ikut yudisium karena telah mendapatkan nilai jalan pin­

tas. “Bahkan tanda tangan saya pernah dipalsukan oleh mahasiswa dalam proposal, ketahuannya saat yudisium di jurusan karena seingat saya mahasiswa yang bersangkutan belum memperbaiki skripsinya, se­ hingga dianggap belum memenuhi syarat dan diputuskan penundaan yudisium,” jelasnya. Irfan menambahkan, selain momentum meminimalisir maha­ siswa yang melakukan kecurangan dengan pantauan seluruh dosen saat prosesi yudisium, hal tersebut juga dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi dengan seluruh dosen dan mahasiswa. “Biasanya pun dikelola oleh bagian kepegawaian dan keuangan sehingga jurusan ti­ dak mengambil keuntungan sepe­ ser pun,” imbuhnya. Lain halnya dengan jurusan PGSD Dikjas, Ketua Jurusan Pen­ didikan Kepelatihan, Nadwi Syam

mengatakan, pihaknya tidak melak­ sanakan prosesi wisuda di tingkat ju­ rusan dengan pertimbangan surat eda­ ran yang dikeluarkan oleh pimpinan fakultas bukanlah tuntutan wajib yang perlu dilaksanakan. Ia pun menilai se­ lama pelaksanaan yudisium tersebut adalah kebijakan pimpinan, bukanlah ketimpangan jika dilaksanakan. Senada, Ketua Prodi Ilmu Olahraga, Ichsani menganggap tidak perlu melakukan yudisium di tingkat prodi mengingat jumlah mahasiswanya yang tidak begitu banyak. “Kebetulan saya juga ti­ dak ikut rapatnya karena setahu saya PD I mengatakan boleh di­ lakukan boleh juga tidak,” akunya. Selain itu, menururt Ichsani pelaksanaan yudisium membu­ tuhkan waktu sehingga meny­ ita waktu mahasiswa yang telah melaksanakan ujian akhir. “Setahu saya kan butuh waktu sekitar 45

hari untuk menunggu beberapa mahasiswa yang akan di yudisium sehingga kasihan beberapa orang mahasiswa yang harus menunggu dulu,” terangnya.(tim) SUDUT

+ Sanksi Titah Menteri - Jangan ulangi kesalahan lagi...! + Peminat UNM Capai 45.748 Meski bukan titah menteri... + Yudisium Ulang Biar Ramai - Cara yang tak diminati....

DG. TATA

Urai data, ungkap fakta, saji berita


12

Wawancara Khusus

Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Semua Orang Bisa Jadi Jurnalis B

erprofesi sebagai wartawan profesional tidak mesti memiliki latar belakang pendidikan jurnal­ istik ataupun Ilmu Komunikasi. Berbagai disiplin ilmu dapat menunjang kerja-kerja jurnalistik, tanpa terkecuali seseorang yang berlatar pendidikan eksakta, ataupun seseorang yang berlatar ilmu keguruan dan pendidikan. Lalu, seperti apa peluang tersebut? Proses apa yang mesti dilalui? Hingga tantangan apa saja yang akan dihadapi? Berikut petikan wawancara salah seorang reporter Profesi, Andi Baso Sofyan den­ gan Wisnu Nugroho, Editor Desk Politik sekaligus wartawan senior harian Kompas yang ditemui saat mengisi pelatihan penu­ lisan Journalist Days 2014 di Universitas Indonesia (UI), Depok. Bagaimana anda melihat peluang seseorang yang tidak berlatar pendidikan jurnalistik mampu menjadi wartawan profesional ?

Peluangnya sangat besar sekali, di Kompas sendiri sebagai salah satu media terbesar di Indonesia misalnya, kalau boleh disebut tidak sampai 50 % yang berlatar ilmu jurnalistik atau­ pun komunikasi. Jadi menurut saya, latar belakang pendidi­ kan apapun, berguna dalam memperkaya sumber ataupun bahan liputan. Seseorang yang berlatar belakang pen­ didikan eksakta misalnya akan lebih teliti dengan masalah-masalah yang bentuknya kualitatif. Contoh lain, seseorang yang berlatar ilmu peternakan juga akan lebih paham dalam membahas kemampuan swasembada negara akan kebutuhan daging dari kemampuan menalar dan pengalamannya mem­

pelajari masalah hewan. Artinya, latar belakang apapun terbuka peluang menjadi wartawan profesional tanpa terkecuali sesorang yang berlatar ilmu pendidikan dan keguruan. Seperti apa proses yang mesti dilalui?

Kalau di media sendiri, ketika seseorang mulai menjajaki dunia jur­ nalistik, terlebih dahulu akan menjalani proses yang bisa dikatakan pemrograman ulang, guna memberikan ilmu mengenai masalah teknis dan penanaman nilai-nilai kerja jurnalistik agar sesuai dengan latar belakang disiplin ilmu yang dimiliki sebelumnya.Dengan demikian, kemam­ puan menulis dari waktu ke waktu bisa berkembang dengan sendirinya.

Bagaimana agar kemampuan tersebut dapat berkembang lebih cepat?

Menggeluti profesi sebagai wartawan memerlukan sikap adaptif dari ses­ eorang dan mau terbuka dengan semua nilai sehingga pengalaman, kemampuan dan wawasan terus berkembang dalam menghadapi tantangan sebagai wartawan yang terus berganti. Jika kita tidak cukup adaptif, tamatlah kita sebagai wartawan. Tantangannya seperti apa?

Tantangan yang tak jarang dijumpai wartawan bisa jadi mengenai kurangnya jaminan keselamatan saat menjalankan tugas, banyaknya intervensi dari pihak luar maupun pemilik media yang kerap kali menggoyahkan idealisme hingga tantangan rendahnya kesejahteraan hidup sebagai wartawan. Perlu ditegaskan, hakikat wartawan adalah menyuarakan kebenaran dan loyal­ itas utamanya kepada warga masyarakat. Jadi kalau cita-citanya ingin menjadi kaya dan bersenang-senang, saya sarankan untuk mengurungkan niat secepatnya. Apa nilai plus wartawan yang memang berlatar pendidikan jurnalistik?

Sebenarnya menurut saya, se­ seorang yang berlatar pendidikan jurnalistik hanya lebih dulu tau mengenai kerja-kerja jurnalis, tapi itukan sesuatu yang bisa di­ pelajari dan ditanamkan kepada seseorang yang berlatar pendidikan lain. Selain itu, hanya terkait minat. Dimana orang yang berlatar pendidikan jurnalistik memang memiliki minat di bidang jurnalistik sejak awal. Saat seseorang yang baru memiliki minat meng­ geluti dunia jurnalistik, selama sepenuh hati menjalani profesi wartawan, maka minat tersebut dengan sendirinya akan terasah dan memiliki karakter yang lebih kuat dibandingkan sebelumnya.

Kalau menurut Anda, apa enaknya menjadi wartawan?

Enaknya itu, kita bisa berkenalan dengan banyak orang dari segala lapisan. Hari ini misalnya kita bertemu dengan orang yang paling tidak berdaya, tidak lama kemudian kita bertemu dengan orang yang berkuasa. Bagi yang senang traveling, bisa jalan-jalan ke berbagai tempat, dibiayai kantor sambil mengerjakan tugas liputan. Kita juga bisa mendapatkan hal-hal baru dari konteks yang tidak kita duga-duga Hal yang tidak kalah berarti yakni saat kita menulis dan tulisan tersebut dibaca oleh orang lain. Bahkan mampu memperbaiki kehidupan orang lain. Hal tersebut kegembiraanya tak Terlukiskan. Pokoknya begitu banyak kejutan-kejutan jika berprofesi sebagai wartawan. Bagaimana penilaiannya terkait minat generasi muda saat ini di bidang jurnalistik?

Saya melihat, semangat generasi muda di bidang jurnalistik saat ini cukup menggembirakan. Hal tersebut dapat dini­ lai dari terbitan-terbitan buku yang ditulis oleh anak-anak muda. Antusias anak-anak muda dalam mengikuti latihan-latihan penulisan juga nampak cukup besar. Saat ini, langkah apa saja yang dilakukan media untuk lebih meningkatkan kegemaran menulis generasi muda?

Jangan berkecil hati ketika tulisan anda tidak dimuat di media. Sekarang begitu banyak sarana yang bisa digunakan oleh anak muda untuk menyalurkan mau­ pun mengembangkan semangat menulis­ nya. Paling populer dan dominan adalah melalui blog yang saat ini cukup mudah diakses. Jika tulisan anda diminati dan memiliki pembaca yang loyal terhadap tulisan anda,hal tersebut juga bisa menjadi sumber penghasilan. Tidak hanya itu, saat ini media juga melaksanakan program citizen journalism dimana semua orang memiliki kesempatan untuk menjalankan kerja-kerja jurnalis walaupun anda tidak berprofesi sebagai wartawan.

Wisnu Nugroho Lahir : Jakarta, 6 Mei 1976 Pendidikan * Lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (2000) * Pascasarjana Ilmu Komunikasi UI (2012) * iij/giz on journalism (berlin 2011 dan 2012) Pengalaman karir di Harian Kompas: 2001-2002: Pendidikan di Jakarta 2002-2004: Penugasan di Surabaya 2004-2005: Politik dan Hukum di Jakarta 2005-2009: Istana Kepresidenan Jakarta 2010-2011: Wakil Kepala Biro di Yogyakarta 2011-2013: Wakil Kepala Desk Politik di Jakarta Karya : *Tetralogi Pak Beye - Pak Beye dan Istananya (2010) - Pak Beye dan Politiknya (2010) - Pak Beye dan Kerabatnya (2010) - Pak Beye dan Keluarganya (2011) *Pak Kalla dan Presidennya (2011)

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Streaming: radioprofesi.com


Seni Budaya Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

coffee

13

www.profesi-unm.com

Si Hitam yang Bikin Candu

S

iapa yang tidak mengenal minuman Kopi? Jenis minuman ini paling diminati tatkala tubuh terasa dingin, atau hanya sekedar untuk melepas rasa kantuk dan relaksasi. Pertama kali, kopi hanya ada di Ethiopia. Biji-biji kopi asli yang ditanam oleh orang Ethiopia di dataran tinggi. Bangsa Arablah, yang pertama kali memperkenalkan kopi ke mata dunia, pertama kali ke Afrika Utara lalu ke­ mudian menyebar sampai ke Asia dan Eropa dengan proses perdagangan. Kopi pertama kali mulai diriwayatkan pada abad ke-9. Seiring perkembangan, kopi saat ini telah menjadi “kekasih” yang paling setia menemani semua “kasta” kalangan, baik masyarakat biasa maupun kaum-kaum intelektual kampus. Salah satu mahasiswa penikmat kopi, Muhammad Noor Hidayat, mahasiswa Fakultas Psikologi me­ngaku telah candu pada jenis minuman berwarna hitam ini. “Saya biasanya minum kopi 3-4 cangkir perhari, kalau tidak minum kopi saya

FOTO : SOFYAN-PROFESI

biasanya sakit kepala,” akunya. Tak hanya itu, Yayat, sapaan akrabnya, menambahkan bahwa dengan menikmati kopi, ia bisa lebih rileks dan semangat saat mengerjakan banyak tugas. “Biasanya saya kalau kerja tugas tengah malam, yah harus ada kopi. Biar bisa tahan begadang untuk selesaikan tu­ gas. Setiap sudah minum kopi biasanya makin semangat kerja tugasnya karena mungkin adrenalin makin meningkat juga dan tentunya lebih rileks,” tambah mahasiswa angkatan 2010 ini. Ketika kehabisan ide, biasanya orang meminum kopi agar muncul gagasan baru mengalir. Mengapa kopi berdampak bagi tubuh, khususnya membuat segar pada otak manu­ sia. Menurut peneliti, minum sedikit kopi dari 14 ons dalam cangkir merupakan awal. Setelah sering minum kopi, maka tubuh semakin bertoleransi.

Dengan konsumsi yang sama maka tubuh tidak memberikan dampak lalu orang akan meningkat mengkonsumsi dari satu cangkir ke dua cangkir perhari dan seterusnya. Tidak jauh berbeda, mahasiswa Fakultas Seni dan Desain (FSD), Luki Ahmadi Hari Wardoyo juga menyukai jenis minuman yang satu ini. Menurutnya, meskipun ia belum termasuk kategori candu pada kopi namun ia cukup suka meminum kopi saat ia lagi susah berpikir kreatif untuk mengerjakan tugas di bidang seni. “Suka iya, tapi saya bukan pecandu kopi, biasanya minum kopi kalau lagi buntu berpikir dan begadang atau pas nongkrong sama anak-anak di kampus baru juga minum kopi,” papar penyuka kopi jenis torabika. Saking gemarnya mahasiswa meng­ habiskan waktu dengan begadang sembari menyeruput kopi, lapak-lapak pedagang kaki lima yang berada di depan eks gedung BAAK UNM kerap kali menjadi tempat nongkrong di kala malam tiba. Tak jarang beberapa fungsionaris lembaga kampus mendiskusikan program kerjanya maupun kebijakan-kebijakan kampus yang diang­ gap tak sejalan dengan suara mahasiswa. Lapak pinggir jalan protokol yang buka hingga dini hari itu pun menjadi saksi bisu mahasiswa-mahasiswa yang menumpahkan ide-ide cemerlangnya.

INT

I Gede Roby Supriyanto atau sering disebut Robi Navicula adalah seorang mu­ sisi band rock asal Bali, menurutnya kopi ibarat morfin disaat lagi penat dengan ker­ jaan yang banyak. selain menjadi seorang musisi ia juga aktif di bidang sosial yang tak jauh dari kreativitas. “Bagi aku pribadi, kopi itu jadi morfin buat aku pas lagi penat banget dengan ker­ jaan yang banyak. Buat lagu dan sebagain­ ya. Biasanya setiap lagi buat lagu pokoknya harus bersanding dengan secangkir kopi, biar memori aku berfungsi lebih cepat dibanding biasanya,” beber vokalis dan gitaris band Navicula ini. Semakin populernya minuman kopi, menarik minat para ahli kesehatan untuk menelitinya. Mereka mendapati bahwa kopi miliki lebih dari 500 senyawa kimia, yang salah satunya dinamakan sebagai kafestol. Robi juga menambahkan dari banyaknya hasil peneliatan pun membuktikan bah­ wasanya banyak efek yang dihasilkan dari kopi itu sendiri. Yah salah satunya dengan meminum kopi dapat mencegah salah satu penyakit alzheimer yaitu penyakit lupa. “Makanya aku suka banget minum kopi apalagi kopi dari hasil kebun aku sendiri yang aku tanam di kebun halaman belakang rumah,” tambah direktur Akarumput.com ini sambil tertawa lebar. (lel/ yen)

Sejarah Singkat Kopi di Dunia MENURUT sejarah kata kopi berasal dari bahasa Turki kahveh, yang kemu­ dian dikenal dalam bahasa Belanda sebagai kaffie, diikuti dengan bahasa In­ ggris dengan sebutan coffie. Bangsa Arab mengenalnya dengan qahwah, artinya kekuatan. Kemudian bahasa Indonesia membakukannya menjadi kata kopi. Dari berbagai catatan sejarah Tana­ man Kopi, kopi pertama kali ditemukan di dataran Ethiopia, sebagai tanaman liar kala itu. Baru pada pertengahan abad 15, kopi dikembangkan di semenan­ jung Arab, yang kemudian kita kenal dengan istilah Kopi Arabica. Legenda kopi di negeri Arab ini, memiliki cerita ­tersendiri. Menurut mereka, kopi ditemu­ kan oleh seorang penggembala kambing muda bernama Kaldi. Dia melihat kamb­ ingnya menunjukkan gejala gembira saat memakan biji atau daun hijau dari tana­ man kopi tersebut. Penasaran akan hal tersebut, maka Kaldi turut memakan biji kopi tersebut dan mendapati perasaan gembira pula. Sejak saat itu, cerita ini menyebar ke seluruh negeri Arab. Baru

Streaming: radioprofesi.com

pada tahun 1610, kopi ditanam di India dan kemudian Belanda mulai belajar mengembangbiakkan pada tahun 1614. Tahun 1699, Belanda mengembangkan tanaman kopi di Srilangka dan tanah Jawa (Indonesia). Kopi mulai terkenal di Indonesia semanjak tahun 1696 ketika Walikota Asterdam, Nicholas Witsen memerin­ tahkan komandan pasukan Belanda di Pantai Malabar, Adrian Van Ommen, untuk membawa biji kopi ke Batavia. Kopi arabika pertama-tama ditanam dan dikembangkan di sebuah tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan tanah pertikelir Kedaung yang kini lebih dikenal dengan Pondok Kopi. Beberapa waktu kemudian kopi arabika menyebar ke berbagai daerah di Jawa barat, seperti Bogor, Sukabumi, Banten dan Priangan, hingga kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera, Sulawasi, Bali dan Timor. Semakin populernya minuman kopi, menarik minat para ahli kesehatan untuk menelitinya. Banyak orang yang

masih berpendapat bahwa kopi buruk bagi kesehatan. Sebenarnya hal itu tidak sepenuhnya benar. Kopi, asalkan dikon­ sumsi secara bijak, sebenarnya justru bermanfaat bagi kesehatan. Apa pun, bukan hanya kopi, bila dikonsumsi berlebihan pasti tidak baik. Namun demiki­ an, kopi juga memiliki efek negatif. Kafein sebagai kand­ ungan utama kopi bersifat stimu­ lan yang mencandu. Kafein mem­ pengaruhi sistem kardiovaskuler seperti

peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Dampak negatif itu muncul bila Anda mengkonsumsinya secara berlebi­ han. (lel/int)

INT

Urai data, ungkap fakta, saji berita


14

Opini Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Kampanye yang Mendidik

P

olitik, istilah berakar dari bahasa Yunani politikos menunjuk persoalan tentang warga Negara. Jadi, masalah hubungan setiap individu dengan Negara sebagai sistem kehidupan sosial politik. Terkait dengan kelangsungan Negara, diperlukan pemerintahan sebagai sistem pengelolaan kekuasaan agar setiap warga Negara mendapatkan hak sesuai kewa­ jibannya. Oleh karena itu, hakikat Negara adalah terselenggaranya harmonisasi hak dan kewajiban warga Negara. Agar hakikat Negara itu terwujud, diperlukan sistem pemerintahan yang dikelola oleh individuindividu yang kompeten dan bertanggung­ jawab. Untuk itu, demokrasi menjadi suatu sistem terpilih di kebanyakan Negara. Melalui jalan demokratis, pilpres dis­ elenggarakan untuk menyeleksi seorang presiden yang memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai kerakyatan. Jadi, yang dinilai mampu dan mau mempertanggung­ jawabkan segala kepentingan rakyat.

M

*Suparlan Suhartono Sebagai konsekuensinya, kegiatan kampanye dalam rangka merebut kekua­ saan harus berbasis kepentingan rakyat. Untuk itu, bukan kebenaran jika propa­ ganda politik itu berisi “kebohongan”. Jadi harus berisi sikap dan perilaku mendidik bersubstansi nilai “kejujuran”. Sudah menjadi kebiasaan, kampa­ nye calon presiden dan wakilnya, selalu berbentuk NEGATIVE CAMPAIGN dan BLACK CAMPAIGN. Yang pertama,

adalah suatu kewajaran jika bersifat kritik berdasarkan fakta actual. Karena dengan demikian bersifat saling mendi­ dik di antara pihak-pihak terkait. Setiap pihak saling menerima kritikan-kritikan, berarti terjadi proses pembelajaran yang mendorong perbaikan-perbaikan. Dalam keadaan demikian, kampanye berlang­ sung demokratis, mendidik dan mem­ belajarkan bagi semua competitor yang berkonsekuensi pencerdasan bagi rakyat sebagai voter dalam menentukan pilihan­ nya. Kampanye negative dalam bentuk seperti itu, selanjutnya bisa mendorong efektivitas kehidupan bernegara menuju tujuan. Tetapi, ketika black campaign mewar­ nai seluruh perilaku kampanye, maka akan membuahkan sikap dan perilaku benci dan dendam. Dunia perpolitikan menjadi biad­ ab, karena merusak budaya demokratisasi. Mengapa black campaign dilakukan? Satu factor yang pasti adalah menutupi banyak

kelemahan yang ada di dalam kubunya. Atau, sesungguhnya bisa diartikan kubu tersebut mengakui kelebihan yang ada di dalam kubu pesaingnya, sehingga tidak tumbuh percaya diri. Akibatnya, Jadi, merupakan cerminan bahwa kubu terse­ but Selanjutnya, perilaku tersebut akan menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup kenegaraan. Oleh sebab itu, kampanye negatif lebih bermanfaat bagi pihak-pihak yang sedang berkampanye. Sedangkan kampanye hitam, perlu disikapi secara arif dan tidak perlu di­ tanggapi secara berlebihan. Idealnya, setiap kubu perlu saling mengembangkan kampa­ nye dialogus saling menunjukkan kelema­ han visi, misi dan program-programnya. Buah hasil dari kampanye dialogus adalah pencerdasan baik bagi para pesaing maupun bagi seluruh rakyat pemilih. (*) Penulis adalah pemerhati politik pendidikan

Antara Pemuda, Sejarah, Dan Budaya Literasi

asa muda adalah sebuah masa emas bagi manusia untuk me­ nentukan cita dan membulatkan tekad untuk menggapainya. Sejuta mimpi boleh jadi telah terpampang di depan mata. Masa muda pula adalah berpadunya fisik yang kuat, mental yang perkasa, serta semangat yang membara untuk menggapai cita dan mimpi itu. Itulah sosok muda ideal yang begitu dirindukan bangsa ini. Namun, bagaimanakah dengan kondisi realitas pemuda saat ini? Komnas Pendidikan Anak menyatakan sebanyak 62,7 persen remaj adi Indonesia pernah melakukan hubungan layaknya suami istri. Sementara data dari BKKBN menyatakan sebanyak 51 persen remaja pernah melakukan seks bebas (jpnn.com). Selain itu, pengguna narkoba pada masa remaja yang berusia 12-21 tahun pada tahun 2013 ditaksir sekitar 14.000 orang dari jumlah remaja di Indonesia sekitar 70 juta orang (kompas.com). Menurut data dari BNN dari tahun 2003 sampai 2010 terjadi kenaikan transaksi narkoba sebanyak 300 persen. Permasalahan ini belum termasuk tawuran antarpelajar, pembunuhan, dan kasus negatif lainnya pada kalangan pemuda. Sekumpulan masalah pemuda tersebut tentu didalangi oleh beberapa penyebab penentu. Dako (2012, kenakalan remaja) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada empat hal yang bisa menyebabkan sehingga anak menjadi/cenderung na­ kal, yaitu: pertama, karena kurangnya pengawasan orang tua (keluarga) dalam mendidik dan mengawasi perkembangan anak; kedua, teman bermain; ketiga, ling­ kungan sekolah/ masyarakat; dan terakhir media massa. Media massa adalah salah satu dari penyebab penentu tersebut. Salah satu me­ dia elektronik sebagai penentu kebenaran bagi para pemuda itu adalah televise (tivi). Tivi saat ini menjadi media kegemaran masyarakat yang susah dicari pesaingnya. Namun, tentu hal-hal yang berlebihan

*Murdani Tulqadri akan membawa dampak negatif bagi para pelakunya, tidak terkecuali dengan menonton tivi secara berlebihan. Apalagi kalau yang ditampilkan hanya sekadar hiburan saja tanpa mengimbangi dengan informasi dan berita yang lebih berman­ faat dan membuat si penonton menjadi produktif untuk berkarya. Namun, apakah benar itu yang terjadi? Sang Generasi Pembeo Budaya pop adalah sesuatu yang diproduksi dengan sangat massif dan dipandang sebagai komoditi. Budaya pop adalah budaya yang disukai banyak orang, budaya massa yang komersial dan membodohi orang banyak (Budiman dalam Rahayu, 2009). Wujud budaya pop berupa bahasa, busana, musik, tata cara, dan sebagainya walaupun tidak sesuai budaya,tuntunan agama, dan adat ketimuran akan ditiru habis-habisan oleh pemuda Indonesia. Pemuda saat ini seakan telah bertransformasi menjadi generasi pembeo budaya-budaya asing yang masuk begitu deras seiring dengan derasnya arus globalisasi. Kondisi pemuda adalah sebuah kondi­ si pencarian jati diri sebagai pelampiasan terhadap keingintahuan akan banyak hal. Namun, yang terjadi ialah begitu banyak pemuda yang melakukan pencarian jati diri namun tidak disertai dengan referensi pencarian yang benar. Segala apa yang ia lihat baik di media elektronik dan cetak serta lingkungannya kemudian ditiru dan

ia aplikasikan dalam kehidupannya. Na­ mun, peniruan itu dilakukan tanpa sebuah saringan dan pengontrolan yang baik akan yang benar dan salah. Maka terjadilah apa yang terjadi pada kehidupan pemuda, dewasa ini. Sejarah Sebagai Referensi Hidup Membuka sejarah seakan kita men­ arik anak panah, semakin kita menggali sejarah itu, semakin dalam pula anak panah itu tertarik ke dalam. Anak panah itu akan deras menghujam sasaran, begitu pula sejarah yang di dalami, akan banyak hikmah yang akan terkuak. Membuka lembaran sejarah Indonesia, maka kita akan mendapatkan segudang referensi yang baik itu. Lembaran-lembaran sejarah Islam ada baiknya juga dibuka untuk mendapat­ kan referensi tersebut. Seorang pemuda bernama Usamah bin Zaid di usia 18 belas tahun telah menjadi panglima perang yang menyejarah bagi kaum muslimin. Iyas Alqadhi di umur 16 tahun telah menjadi seorang hakim yang cerdas. Adapula seorang pemuda bernama Sulatan Muham­ mad Alfatih menjadi pemimpin perang menaklukkan Kota Konstantinopel yang terkenal dengan bentengnya yang sulit sekali untuk di tembus, dan banyak lagi pemuda dalam lembaran sejarah Islam yang begitu luar biasa serta hanya menjadi semacam dongeng ketika diceritakan. Mereka adalah contoh-contoh pemuda yang nyata yang menjadikan hidupnya benar-benar berkualitas dan menyejarah. Mereka adalah orang-orang yang menaruh mimpinya dekat dengan tubuhnya seakan sebagai sebuah bayangan dan mengelu­ arkan usaha yang begitu maksimal untuk mewujudkan mimpi itu. Dan mereka bukanlah orang-orang yang menghabis­ kan banyak waktunya untuk menonton tanyangan tak berkualitas dan melakukan aktivitas nonproduktif lainnya. Budaya Literasi Sebagai Proses Taaruf Sekumpulan sejarah yang dijadikan referensi hidup umat manusia hanya

akan menjadi lembaran-lemabaran usang apabila tidak dikenali dan dikupas secara mendalam. Bukankah ada sebuah pepa­ tah yang menyatakan bahwa tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Begitu pula sejarah itu, sayang dan cinta akan tumbuh kepadanya apabila ada proses taaruf yang mendahuluinya. Untuk mengenal dan mengambil hikmah di balik sejarah yang telah terjadi maka perlu ditumbuhkembangkan melalui budaya literasi dalam kehidupan pemuda. Budaya literasi seperti membaca, diskusi, dan menulis dengan tema sejarah dan tema-tema solutif lainnya harus terus digalakkan di kalangan pemuda. Ketika budaya literasi itu muncul, maka budaya pop sebagai cikal bekal generasi pembeo akan pudar bahkan terhapus dalam kamus kepemudaan. Perilaku-perilaku negatif lainnya juga akan semakin berkurang karena pemuda telah tahu bagaimana menghabiskan waktunya dalam kegiatan yang lebih bemanfaat dalam lingkungan literasi. Pemuda, sejarah, dan budaya literasi adalah kata-kata kunci referensi yang baik itu. Andai kita (baca pemuda) mau belajar dari sejarah maka tak akan pernah kita jatuh dalam lubang yang sama. Andai kita berkaca dari cermin sejarah maka begitu banyak kebaikan yang akan kita tuai sebagai bekal hidup yang berkualitas. Dan pertanyaan terakhir itu ialah maukah kita terus belajar dari sejarah sebagai sebuah sumber yang memberikan semangat hidup dan pustaka yang benar dalam menerus­ kan dan mewujudkan cita dan mimpi yang indah itu? Ataukah kita tetap bersikap apatis dan masa bodoh akan kondisi realitas sehingga tetap menghabiskan waktu sekadar hanya menjadi penonton bagi kebobrokan di negeri kita? Wallahu a’alam. (*) Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra, Jurusan Bahasa dan Sastra, Prodi Pendidikan.

RALAT: Pada tabloid Profesi Edisi 180, rubrik Opini, terdapat kesalahan pemasangan foto atas nama penulis Yunasri Ridhoh. Foto yang terpasang tersebut bukan merupakan foto dari penulis, melainkan foto mahasiswa lain yang juga pada kesempatan sama mengirimkan opini ke redaksi LPPM Profesi UNM. Atas kesalahan tersebut, kami memohon maaf.

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Streaming: radioprofesi.com


Profesiana Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

15

www.profesi-unm.com

Yudisium Ulang Biar Ramai

SEYOGYANYA dalam penyelesaian studi hanya dibutuhkan satu kali yudisium. Akan tetapi, tidak bagi Andi (samaran) dan ketiga temannya di jurusan Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar (Dikjas SD) Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNM. Kronologinya berawal pada akhir Ma­ ret lalu. Keempat mahasiswa tersebut telah tercatat melaksanakan ujian meja dan yudi­ sium di ruang seminar Jurusan Dikjas SD. Saat itu, ketua jurusan yang masih menjabat ialah Kasman, sekarang diposisikan sebagai PD III FIK. Kasman kemudian digantikan In­ drawansyah sebagai ketua jurusan. Suksesi kepemimpinan di jurusan tersebut juga me­ nyepakati peraturan baru yang diterapkan se-fakultas. Peraturan tersebut diantaranya mensyaratkan, sekali yudisium harus diikuti minimal 20 mahasiswa. Di awal April lalu, hanya terdapat 16 ma­ hasiswa yang siap diyudisium. Ketua Jurusan Dikjas SD terpilih, Indrawansyah justru me­ minta Andi dan ketiga temannya untuk yudi­ sium ulang guna menutupi kekurangan yang tersisa. Sontak, pemanggilan tersebut mem­ beratkan Andi dan ketiga temannya. Menurut Andi, yudisium telah dilaku­ kan sebelum keluarnya peraturan baru, se­

"

Di mana memangnya dia (Kajur Dikjas SD,

red) dapat S-2, masa

urusan yudisium sampai tidak tahu

Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I) UNM. Sofyan Salam

hingga ia dan teman-temannya tidak lagi wajib mematuhi peraturan yang dimaksud. “Kita sudah yudisium sebelum dibuat per­ aturan, harusnya sudah tidak kena lagi per­ aturan itu,” keluhnya. Naas, mereka malah diancam oleh pi­ hak jurusan akan ditangguhkan ijazah dan transkrip nilainya jika tak ingin menurut. Parahnya lagi, mereka kembali harus dibe­ bankan pembiayaan senilai Rp150 ribu untuk mengikuti yudisium. “Kalaupun penggu­ naan biayanya bisa transparan, tidak terlalu masalah, tapi selalunya cuma buat makanan yang standar saja juga,” kritik Andi.

Menanggapi hal tersebut, ketika Andi beserta ketiga temannya meminta konfir­ masi pada ketua jurusannya, Indrawansyah dengan enteng mengatakan bahwa yudisium sama-sama adalah hal yang berkesan bagi mahasiswa. “Bagus itu kalau yudisium ra­ mai-ramai. Capek juga kalau menghadap sa­ tu-satu yang mau diyudisium,” ungkapnya. Kecewa dengan pernyataan bernada mengejek tersebut, Andi bersama tiga te­ man lainnya meminta penjelasan kepada eks-Ketua Jurusan Dikjas SD, Kasman. Ia memang menolak yudisium ulang tersebut, tetapi juga tidak mampu berbuat banyak. “Sudah bukan urusan saya jadi tidak bisa apa-apa,” dalihnya. Karenanya, Andi kemudian melapor­ kan terkait yudisium ulangnya kepada So­ fyan Salam selaku Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I) UNM. Menanggapi hal tersebut, Sofyan Salam mempertanyakan gelar master yang diperoleh ketua jurusan Dikjas SD. “Di mana memangnya dia (Ka­ jur Dikjas SD, red) dapat S-2, masa urusan yudisium sampai tidak tahu,” geramnya. Se­ lanjutnya, Sofyan Salam memberikan dua opsi terkait yudisium ulang tersebut. “Hadir tapi tidak bayar, atau tidak hadir dan tidak bayar,” tegasnya.

Susah Naik Turunnya… NYARIS setengah tahun semenjak kepin­ dahan Rektor UNM beserta seluruh jajaran­ nya ke Menara Pinisi meninggalkan gedung rektorat lama. Kabar peresmian menara pinisi yang masih simpang siur, bukan men­ jadi halangan pihak birokrasi untuk segera berkantor di gedung megah kebanggaan milik UNM itu. Akan tetapi, Bagian Keuan­ gan UNM, yang dikepalai bendahara, masih betah berlama-lama di gedung rektorat yang rencananya akan diambil alih oleh pihak UPT Perpustakaan UNM. Bukannya enggan berpindah ke Pinisi, namun menurut Bendahara UNM, Nasri, pihaknya masih harus menjaga kelangsun­ gan dokumen-dokumen penting UNM ter­ kait keuangan. Apalagi dokumen-dokumen tersebut bersifat rahasia negara dan tidak

mudah untuk memindahruangkannya begitu saja. Selain itu, ruangan yang diperuntukkan buat Bagian Keuangan tidak sesuai dengan yang diinginkan Nasri. “Saya sudah mau pindah sebenarnya, cuman saya ditempatkan di lantai 8. Tapi saya sudah bicara ke PR II untuk ditem­ patkan di lantai 3 saja, karena susah naik turunnya kalau di lantai 8,” terang Nasri. Sementara itu, Pembantu Rektor bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PR II) bersama Pembantu Rektor Bidang Kerjasa­ ma (PR IV) telah lama menempati lantai 8. Lebih lanjut, ia menambahkan, setiap sore dirinya harus berurusan dengan dekan-dekan tiap fakultas dan akan sangat susah jika dirinya ditempatkan di lantai yang sangat jauh dari ak­ ses utama. “Saya sudah cek yang di lantai 8,

aduh susah betul karena tinggi sekali. Baru kita ini yang di keuangan sibuk aktivitasnya. Kalau sore-sore itu dekan bahkan mahasiswa banyak yang berurusan dengan keuangan. Jadi saya minta lantai 2 atau 3 saja,” dalihnya. Ichwan Suwahab, selaku Kepala Ba­ gian Rumah Tangga UNM menyayangkan masih ada beberapa lantai di Menara Pinisi yang hanya dibiarkan kosong. Akibatnya ruangan tersebut terkesan kotor dan berde­ bu lantaran tidak dihuni atau dimanfaatkan oleh pihak kampus. “Saya juga tidak tahu kenapa keuangan belum pindah kesini (Pinisi, red) padahal masih banyak ruangan yang kosong,” ungkapnya ketika dikon­ firmasi terkait ruangan yang akan menjadi bakal “kamar” Bendahara UNM, Nasri be­ serta stafnya. (pr13)

Dua Pos Satpam Kena Busur DUA pos pengamanan UNM diserang oleh orang tak dikenal. Kepala Satuan Penga­ manan, Dahlan, merincikan, Pos keamanan Menara Pinisi diserang menggunakan busur, disusul kemudian pos kemanan di pintu utama Kampus Gunung Sari yang dilempari batu pada hari yang sama, Senin (9/6) malam. Kepala Keamanan UNM, Dahlan ber­ cerita, kejadiannya bermula dari pukul 9 malam. Empat orang yang masing-masing berboncengan dengan dua motor menda­ dak menyerang dua pos keamanan dengan menggunakan busur lalu kabur. “Mereka sempat meneriaki kami pakai bahasa kotor,” kata Dahlan.

Streaming: radioprofesi.com

Akan tetapi, beberapa saat kemudian ba­ rulah dilanjutkan dengan ulah mereka yang melempari pos keamanan utama yang terletak di samping pintu masuk kampus Gunung Sari. “Mungkin saja setelah membusur, mereka singgah mengambil batu dulu, baru langsung menyerang pos keamanan utama yang samp­ ing baru kabur,” reka Dahlan. Tidak ada korban dalam peristiwa yang berlangsung malam hari itu. Namun, pagar besi Menara Pinisi rusak akibat terkena hantaman batu. Sementara itu, busur yang digunakan pelaku, diamankan pihak satuan keamanan UNM sebagai barang bukti. Dahlan mensinyalir ada oknum yang

tidak senang dengan pemberlakuan sistem keamanan baru di UNM, apalagi peraturan baru tentang pemeriksaan STNK. “Memang sistem wajib periksa STNK masih dalam tahapan sosialisasi, namun curiganya me­ mang ada orang yang tidak senang dengan rencana tersebut,” terkanya. Seperti yang diketahui, spanduk ber­ tuliskan “Motor Tanpa STNK Dilarang Masuk” terpampang dengan jelas di pintu masuk basement Menara Pinisi semenjak Senin (9/6) lalu. Menurut Dahlan, hal terse­ but dilakukan pihaknya demi menghindari kejadian-kejadian pencurian motor yang marak terjadi di UNM. (yas)

Hingga saat ini, Andi dan ketiga te­ mannya yang dipanggil melaksanakan yudisium ulang tidak memenuhi panggi­ lan tersebut. Sementara 16 mahasiswa lain tetap diyudisium meskipun telah menyalahi sendiri peraturan yang telah dibuat sebelum­ nya. (pr03/pr26)

Kampus Kami Tanpa "Presiden" BAGAI sayur tanpa garam, itulah pepatah yang tepat menggambarkan kondisi mahasiswa UNM sekarang yang terkatung-katung tanpa pe­ mimpinnya. Ketika rakyat Indonesia berlomba-lomba menelaah, dari kampanye hingga debat calon pres­ idennya, mahasiswa UNM justru mengalami “krisis kepemimpinan” lantaran hingga kini masih belum punya seorang presiden pilihan­ nya. Tentunya, hal tersebut bakal berimbas pula pada Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). PMB yang rencananya akan digelar di minggu keempat bulan Agustus mendatang, tampaknya harus meniada­ kan kemasyhuran seorang “presiden” di kalangan mahasiswa untuk sekadar mengucapkan salam “selamat datang”. Hal tersebut banyak mengundang kegundahan dari para fungsionaris LK di tingkat fakultas. Bagaimana mungkin Ketua BEM yang seyogyanya menyatu­ kan Sembilan fakultas hingga hari ini masih belum jelas wujudnya? Ketua BEM Fakultas Teknik (FT), Akbar Falaq yang baru saja terpilih di fakultasnya menyarankan agar pelan­ tikan BEM universitas harus segera dipercepat sebelum PMB. Jikalau tidak, dikhawatirkan pelaksanaan PMB tanpa LK akan semakin melemahkan animo berlembaga mahasiswa. BEM univer­ sitas yang menjadi pengayom BEM di fakultas adalah kekuatan dari sembilan mata orange ini. “Tanpa adanya kes­ atuan, maka LK tidak akan kuat,” tutur mahasiswa angkatan 2010 ini. Pendapat berbeda dilontarkan Ket­ ua BEM Fakultas Psikologi, Mudatzir. Menurutnya, ada atau tidak adanya BEM universitas tidak akan mempen­ garuhi pelaksanaan PMB. Namun, ka­ caunya lembaga tingkat universitas ini justru memungkinkan adanya indikasi campur tangan pihak birokrat agar dana kemahasiswaan tidak diketahui oleh LK. “Ini membuktikan bahwa adanya distorsi sistem dan rapuhnya koordinasi antara LK dan pihak birokrasi UNM,” analisisnya. Pembantu Rektor Bidang Kema­ hasiswaan (PR III) UNM, Heri Tahir kesengajaan itu mahasiswa sendiri karena pihak kampus sudah memberi­ kan ruang dan menyuntikkan dana demi menyukseskan mubes lalu. Tetapi sampai sekarang ternyata hasilnya nihil. “Kalau tetap calon yang dulu, tidak mungkin bisa dan hati-hati karena kalau sampai menjelang September harus angkatan 2011 yang masuk,” ancamnya geram melihat LK universitas hingga kini masih bergeming. Ia pun mengatakan PMB tanpa ada BEM tidak jadi masalah karena mahasiswa baru pun tidak tahu apa itu BEM. (tar)

Urai data, ungkap fakta, saji berita


16

Persona

Profesi Edisi 181 Juni Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

P

Mereka yang Setia Menanti

intu itu sesekali terbuka, rasa sejuk pendingin udara yang terpasang di ruangan para pimpinan langsung menyapa tamu yang memasuki ruan­ gan itu. Kesunyian pun mulai terasa, hanya ada asisten dengan meja dan kursi putarnya menunggui tamu yang akan men­ emui pimpinannya. Mereka dengan setia menyambut sia­ pa saja yang datang, menyodorkan buku tamu dan mengantarkannya menuju ruang pimpinan. Terkadang pula mereka harus mengarahkannya terlebih dahulu ke kursi yang telah disediakan untuk menunggu, jika tuannya sedang ada tamu. Namun, tak jarang pula ada yang masuk tanpa mempedulikan keberadaan mereka, dan langsung memasuki ruang yang dituju. Terkadang harus berdebat dengan tamu yang tidak ingin menunggu, Namun bagi mereka itu adalah resiko pekerjaan yang digelutinya. Mereka tetap memegang teguh aturan, dengan mendahulukan “pri­ oritas” dalam tugas kedinasannya. Beruntung bagi mereka, tidak harus menunggui tuannya hingga pulang kantor. Mereka hanya dituntut untuk siaga dari hingga petang hari. Kalaupun diminta untuk tetap tinggal di agenda-agenda ter­ tentu, mereka dengan setianya menemani pimpinan hingga mereka diberi izin untuk pulang bersua bersama anak istrinya.

MUSTAFA

Ismail

JUMASANG

Bakri Yunus

Staf ­Rektor UNM

Staf Pembantu ­Rektor Bidang ­Akademik (PR I) & Staf Pembantu ­Rektor Bidang ­Kemahasiswaan (PR III)

Staf Pembantu ­Rektor Bidang ­Administrasi Umum dan ­Keuangan (PR II)

Staf Pembantu ­Rektor Bidang ­ erjasama (PR IV) K

Selalu Cari Teman Baru SOSOK berwibawa, begitu melekat me­ macunya untuk terus bekerja dengan rasa penuh tanggung jawab, penuh kesabaran, dan ulet. Mulai dari mengagendakan jadwal rector UNM, menyortir berkasberkas, hingga menghadapi sikap-sikap para tamu yang ingin bertemu rektor dijalaninya dengan lebih sabar. Ia berujar setiap harinya tamu yang datang tidak hanya dari kalangan mahasiswa, tentu­ nya ada dosen, pegawai dan tamu dari kampus. “Biasanya itu dari kalangan maha­ siswa, misalnya mau pinjam ruangan ataupun masalah mobil. Bukannya melarang, sebenarnya tidak sulit bertemu pimpinan, saya memahami keinginan para mahasiswa itu, hanya saja terkadang mereka bersikeras jadi yah saya yang harus lebih bersabar hadapi moodnya mereka,”ungkapnya. Dua puluh dua tahun menjadi staf pimpinan rektor, Mustafa tentunya me­ miliki banyak pengalaman mendampingi rektor. Sejak tahun 1992 hingga sekarang telah hampir menghabiskan 3 periode rek­ tor. “Iya, jadi pegawai mestilah lebih awal datangnya, sebab harus melayani pimpi­ nan,” tukasnya. Sejak menempati ruang kerja barunya di lantai tujuh Pinisi, ia mengaku senang sebab dengan suasana baru ini ia juga jadi memiliki partner kerja. “Alhamduli­ lah disini nyaman tentunya, senang juga rasanya karena di tempat ini saya jadi punya teman. Beda dengan rektorat lama saya selalu sendiri,” ungkapnya. Ialah sosok yang juga sangat senang mencari kawan baru. Motto yang selalu dipegangnya seribu teman terlalu sedikit dan satu musuh terlalu banyak ini mema­ cunya untuk mempertahankan keramahan terhadap tamu-tamu rektor. “Tidak boleh perlihatkan wajah murung kepada orang lain. Suasana hati yang buruk tidak perlu kita bagikan kepada semua orang. Tapi jika sedang ber­ bahagia, itu patut untuk dibagi,” tutupnya ramah. (pr30) Urai data, ungkap fakta, saji berita

DESAIN: KASDAR-PROFESI FOTO: SOFYAN-PROFESI

Tidak Suka Cuti BERAWAL dari Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III) Amir Sakiman, hingga kini, Heri Tahir, Ismail selalu menjadi pilihan utama untuk dipersunting menjadi staf. Hanya bermodal kepercayaan diri, serta penampilan apa adanya, menjadikannya so­ sok yang banyak digemari oleh pimpinan di UNM. “Saya tidak tahu kenapa banyak orang yang suka sama saya, tapi biarlah orang yang menilai saya,” klaimnya. Karena ketelatenannya dalam mengatur jadwal pimpinan, ia tak pernah dilengserkan sebagai “resepsionis” di ruangan PR III. Ia bahkan mengaku selalu memenuhi jadwal standby yang disampaikan tuannya. Meski berdomisili di kabupaten gowa te­ patnya di Kalaserena yang jaraknya lumayan jauh dari tempat kerjanya, tak membuatnya ogah-ogahan untuk melaksanakan kewajiban­ nya.Tak ada kata cuti dalam kamus kehidu­ pannya. Padahal ayah tiga anak ini, hanya mengandalkan jasa supir pete-pete setiap harinya. “Mungkin karena kebiasaan sibuk dikantor, maka enggan ambil cuti dan bosan tinggal di rumah, “ katanya. Bermodal kejujuran, kepercayaan, kesabaran dan ketekunan menjadikannya bertahan sampai saat ini. Apalagi banyaknya mahasiswa yang terkadang ngotot ingin men­ emui pimpinan kemahasiswaan, membutuh­ kan kesabaran yang lebih untuk menghadap­ inya. Namun, berbekal sedikit keteguhan dan wajah cueknya, ia mampu menjaga privasi pimpinannya. Ia sejenak bisa menghalau beberapa mahasiswa usil itu. “Ada biasa malah mahasiswa yang tidak

mau dibilangi dan diatur untuk menunggu,” ungkap pria yang telah mengabdikan dirinya kepada UNM sejak 1988 silam. (nrl)

Banyak Tamu Suka Menerobos JUMASANG staf Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuan­ gan (PR II). Ia mengabdikan dirinya di UNM dari tahun 1989 sebagai pegawai staf rumah tangga. Kemudian hijrah menjadi staf kepala Biro dan sekarang menjadi orang kepercayaan PR II. Sampai saat ini, dirinya telah mendampingi empat orang yang telah menduduki jabatan sebagai pembantu rektor bidang yang sama. Baginya, pekerjaan adalah sebuah amanah dan siap menanggung resiko apapun dari pekerjaan tersebut, termasuk mendapatkan omelan dari sang pimpinan. Tak jarang dirinya harus bersabar menghadapi tamu-tamu yang datang, apa­ lagi tamu pejabat-pejabat yang tidak mau menunggu. Belum lagi mahasiswa yang juga berperilaku sama, menerobos dan langsung masuk ke ruangan tuannya. “Biasa saya kena batunya kalau ada yang seperti itu,” keluhnya. Ia pun ber­ kata, terkadang pimpinannya sendiri yang memintanya untuk tidak megizinkan tamu untuk masuk ke ruangannya jika sedang ada kerjaan yang tidak bisa diganggu. Namun, jika tamu yang datang tidak bisa bersabar menunggu maka dirinya lagi-lagi yang harus menanggung resiko. (tar)

Bergaul dengan Bule CERITA berbeda datang dari staf Pembantu Rektor Bidang Kerjasama (PR IV), Bakri Yunus. Menurutnya, menerima tamu-tamu dari PR IV dan sekaligus menungguinya adalah hal yang cukup menyenangkan. Alasannya sederhana, ia berkesempatan bertemu dengan tamu-tamu PR IV yang berasal dari mancaneg­ ara. Dengan begitu, ia bisa curi-curi kesempatan untuk berkomunikasi langsung dengan tamutamu tersebut, yang kebanyakan menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi. “Pernah lucu dulu waktu ada tamu dari Australia yang fasih bahasa Indonesia, temanteman yang melihat saya bercakap dengan si Bule pada heran. Mereka mengira saya pintar bahasa Inggris padahal saya berbicara pake bahasa Indonesia,” candanya. Ia merasa bersyukur bisa mendapat peker­ jaan itu. Namun satu hal yang disayangkannya, karena dirinya tidak bisa berbahasa Inggris. Jadi ketika ada tamu dari luar negeri, dirinya hanya berperan mengarahkannya ke kantor International Office yang tidak jauh berdampingan dengan ruangan PR IV. Ia melakukannya, mau tak mau, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Sebelum mengabdikan diri di ruangan PR IV, Bakri pernah bekerja di Bagian Hukum dan Tata Laksana (Kumtala) UNM. Ia mengaku sudah mendampingi orang-orang yang me­ mangku jabatan Pembantu Rektor Bidang Kerja Sama itu semenjak 18 tahun silam. “Dari orang pertama yang menjabat PR IV sampai bapak yang sekarang, yang keempat, saya sudah sem­ pat mendampinginya,” jelasnya. (tar) Streaming: radioprofesi.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.