Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
1 www.profesi-unm.com
Tabloid Mahasiswa UNM
Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi
Kedok Baru Tradisi Lama Reportase Utama
Reportase Khusus
Profesiana
Kelas Jauh Ganti Kostum Hal. 4
Motif Fakultas Ilmu Budaya Hal. 9
Ternyata Hanya Harapan Palsu Hal. 15
Profesi FM - 107.9 MHz
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013 Urai data, ungkap fakta, saji berita
Persepsi
2
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
www.profesi-unm.com
editorial
Jangan Ada Mahasiswa yang Terendapkan
K
isruh adanya kelas yang berlabel “kelas kerjasama” memicu munculnya kembali sejumlah kelas jauh yang dibangun oleh oknum tertentu. Hanya saja, mereka yang ikut dalam “komoditas pendidikan” ini mengelak dan mengelasankan dengan nama kelas kerjasama. UNM, sebuah kampus yang notabene sebagai penghasil guru profesional bakal tercoreng namanya dengan ulah beberapa pejabat kampus. Bagaimana tidak, semua tahu bahwa sarjana yang lahir dari program ilegal ini bisa dikatakan sarjana “abal-abal” alias tidak siap pakai. Hanya kuliah dua hari dalam sepekan, yakni sabtu-minggu. Mahasiswa sudah bisa memeroleh ijazah yang sama dengan mahasiswa kelas regular yang kuliahnya senin-jumat. Belum lagi, mahasiswa tersebut bisa melakukan lompatan, jika saja mahasiswa mau mengocek isi dompetnya sebanyakbanyaknya. Sehingga, cepat tidaknya mahasiswa tersebut kuliah bergantung dari uang yang dimilikinya. Sementara itu, mahasiswa tersebut juga nantinya akan menjadi rival mahasiswa regular dalam dunia kerja. Pasalnya, ijazah yang ditentengnya tak ada bedanya, semua menggunakan atas nama UNM. Padahal, di kelas jauh itu, nilai bisa
diperjualbelikan. Alhasil, perihal kualitas mahasiswa kelas jauh jangan ditanya lagi. Sebab, mereka lahir dari tumpukan uang bukan dari tumpukan buku. Ironis, di tengah kondisi UNM yang sementara terseok-seok membangun sistem administrasi yang baik dan memperbaiki keuangan universitas. Kampus pencetak guru ini, malah diperhadapkan dengan masalah penjualan “sarjana”. Mahasiswa sepertinya diendapkan, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tidak pernah sama sekali dipulikasikan di tempat umum. Hanya orang tertentu yang mengetahuinya. Ingat, ini bukan barang komoditas, kita menjual nama UNM dengan kegiatan “haram” ini. Semestinya, pihak universitas melakukan kroscek mengenai masalah ini. Sebab, kasus-kasus seperti ini sudah lama terjadi di UNM. Kasihan mahasiswa regular jika harus menjadi saingan mereka. Alasan penyetaraan, ternyata ada juga mahasiswa yang berijazah SMA. Lantas, penyetaraan seperti apa yang dimaksud. Bukankah ini membuktikan adanya tujuan lain dari program tersebut. Kita hanya mampu mendoakan, semoga birokrasi UNM tersadar. Jangan sampai ini tercium oleh pihak Dikti. Maka kata malu akan jadi kado terindah lagi. (*)
SMS Pembaca
?
085710537xxx Profesi tolong tanyakan, kenapa sampai sekarang dana LK sangat susah cair padahal sudah berapa bulan ini kami mau berkegiatan tapi terganganggu masalah finansial? Jawab: Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Heri Tahir Kita juga semenatara menunggu kejelasan dari pusat ini. Karena itu semua dari dana DIPA. Jangankan mahasiswa, dosen dan pegawai juga mengeluh terkait anggaran, honor mereka belum dibayar.
089694602xxx Saya dengar-dengar ini mau ada perombakan kurikulum untuk tahun ajaran berikutnya. Mohon profesi untuk cari tahu itu karena kami butuh perkembangan informasi persolan yang seperti itu. Terima kasih sebelumnya. Jawab: Ketua Pusat Penjaminan Mutu, Fakhri Kahar Sekarang memang ada draf penyusunan kurikulum, yang nantinya diberlakukan di seluruh prodi. Tapi, masih dalam tahap legalitas agar bisa berlaku di UNM secara menyeluruh. Apalagi, hal ini harus melibatkan seluruh komponen. Baik itu penyedia layanan maupun pengguna laya nan, termasuk lulusan agar ini bisa lebih baik lagi.
Tabloid Profesi dapat juga dibaca di:
www.profesi-unm.com
Profesi FM 107.9 MHz Redaksi menerima saran, dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim saran dan kritikan Anda ke: : 0852 9938 5780 | 0852 5592 7221 : profesi_unm@yahoo.com : @Profesi_Online : LPPM Profesi UNM
Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Nurdin Noni, Heri Tahir, Eko Hadi Sujiono, Kamaruddin, Baliana Dewan Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Akbar Faisal, Mukhramal Azis, Uslimin, Ammas, F acharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah, Fitriani Rachman. Pemimpin Umum: Sahrul Alim Sekretaris: Fajrianto Jalil Bendahara: Nurjanna Jamaluddin Divisi Penerbitan: Asri Ismail (Pemimpin Redaksi) Divisi Online: Imam Rahmanto (Kepala Divisi) Divisi Penyiaran: Andini Ristyaningrum (Station Manager) Divisi Penelitian dan Pengembangan: Fahrizal Syam (Kepala Litbang) Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Penanggung Jawab: Sahrul Alim, Pemimpin Redaksi : Asri Ismail, Sekertaris : Fajrianto Jalil, Bendahara : Nurjanna Jamaluddin, Kepala Penyiaran: Andini Ristyaningrum, Kepala Online: Imam Rahmanto, Kepala Litbang: Fahrizal Syam, Redaktur: Sutrisno Zulkifli, Rukmana Mansyur, Muhammad Ilham, Reporter: Azhar Fadhil, Muhammad Yasir, Ary Utary Nur, Susi Amriani, Nur Lela, Yeni Febrianti, Syamsul Alam, Fadillah Dwi Octaviani, Fotografer: Rizki Army Pratama, Layouter/Grafis: Khaerul Mustaan, Manager Sirkulasi dan Iklan: Sugianto Rusli.
Desain Sampul: Khaerul Mustaan
Keluarga Besar LPPM Profesi UNM mengucapkan selamat menempuh hidup baru kepada Kanda Fitriyani Rahman dan Andi Nur Alam. Semoga menjadi Keluarga yang Sakinah Mawaddah Warahmah.
SMS Email Twitter Facebook
Redaksi LPPM Profesi UNM : Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt I Rektorat Lama, Gunung Sari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Kompleks Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp. (0411) 887964, e-mail: profesi_unm@yahoo.com, website: www.profesi-unm.org Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Profesi FM - 107.9 MHz
Mozaik
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
3
www.profesi-unm.com
PPs Hadirkan Software Anti-Duplikat BARU-BARU ini Program Pascasarjana Universitas Nege ri Makassar (UNM) membeli sebuah software yang nantinya akan digunakan untuk melihat tingkat kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam membuat skripsi maupun tesis. Software yang semula hanya untuk digunakan untuk PPs tersebut juga digunakan untuk UNM. “Awalnya software tersebut cuma mau digunakan di PPs, tapi ternyata bisa juga digunakan untuk mahasiswa S-1,” jelas Jasruddin selaku Direktur PPs. Nantinya software tersebut dapat digunakan oleh 3 ribu
akun pengguna dan rencananya software tersebut akan digunakan oleh setiap tenaga pengajar yang ada di UNM. “Sofware yang berharga sekitar 90 jutaan tersebut nantinya dapat digunakan oleh tenaga pengajar yang ada di UNM,” jelas pria asal Bone tersebut. Tak hanya itu, Jasruddin juga mengatakan bahwa apabila memungkinkan, satu akun akan diberikan ke setiap angkatan mahasiswa agar mahasiswa dapat melihat kesalahan pada skripsi atau tesisnya. ”Rencananya satu akun akan diberikan kepada setiap angkatan mahasiswa,”
terangnya. Dan ia juga berharap kepada Lembaga Kemahasiswaan sebagai mediator dalam mengatur penggunaan software tersebut di kalangan mahasiswa. Saat ini tenaga-tenaga pengajar yang nantinya menggunakan software tersebut sudah diberikan petunjuk penggunaan oleh pengemban software. Salah satu mahasiswa UNM yang bernama Iqbal menyambut baik dengan adanya software tersebut. Ia mengatakan, dengan adanya software tersebut mahasiswa dapat mengetahui apabila skripsinya mengandung unsurunsur plagiat. (*)
Snapshot
FOTO : RIZKI ARMY PRATAMA
SETOR. Aturan baru yang dikeluarkan Kepala Unit Pustakawan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Mahasiswa yang tengah mengurus skripsinya dan hendak meminjam menggunakan bebas perpustakaan diwajibkan untuk menyetor satu buah buku sesuai bidang studinya guna penambahan koleksi pustaka. Tentunya, hal ini menjadi beban tambahan bagi mahasiswa yang bakal menjadi wisudawan. Padahal, anggaran perpustakaan tetap ada.
UKM Pramuka Go International International Scout Peace Camp yang diadakan di Cibubur, Jawa Timur (25-31/03) dihadiri oleh 591 peserta dari 31 negara yang terdiri dari pramuka penegak, pendega, serta pendamping. UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Pramuka UNM adalah salah satu dari delapan perwakilan dari Sulawesi Selatan yang mengikuti event internasional tersebut. Ahmad Azhar selaku per-
wakilan UKM Pramuka menuturkan, kegiatan yang pertama kali digelar ini akan menjadi kegiatan rutin gerakan pramuka internasional yang akan diadakan tiap lima tahun sekali. Inti dari perkemahan ini adalah bagaimana seorang anggota pramuka bisa menjadi seseorang yang membawakan pesan perdamaian ke seluruh dunia. Ahmad Azhar yang juga selaku Ketua UKM Pramuka UNM,
Istana Anak Ceria
dalam kegiatan tersebut ditekankan pada empat ranah perkembangan, yaitu pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan budaya. Keempat sektor ini dianggap dapat membuat ikatan emosional antar negara sehingga dapat tercipta suatu perdamaian dunia. Peserta yang ikut dalam kegiatan harus saling berbagi dan mempelajari keempat bidang tersebut. “Tuan rumah pelaksana keg-
iatan akan bergilir, karena tahun ini Indonesia yang tuan rumah jadi peserta lebih banyak mempelajari hal-hal yang ada di Indonesia begitupun nanti jika negara lain yang jadi tuan rumah,” tuturnya. Menindak lanjuti kegiatan tersebut, Humas Kwartir daerah cabang Sul-Sel, Safwan berencana akan membentuk suatu komunitas pramuka perdamaian. “Salah satu kegiatan yang akan
dilakukan oleh komunitas ini adalah melakukan kunjungan ke tiap kegiatan kepramukaan, yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah atau pun kampus-kampus dan anggota pramuka lainnya,” jelasnya. Delapan orang perwakilan Sul-Sel yang mengikuti event internasional ini akan menjadi pemateri terkait keempat bidang yang diperoleh selama kegiatan International Scout Peace Camp ini. (tar)
Prihatin Terhadap Pendidikan Indonesia *Oleh: Fahrizal Syam
FOTO: RIZKI ARMY PRATAMA
BERSAMA. Foto bersama para pembimbing dan peserta bimbingan belajar istana anak ceria.
Pagi yang cerah, di bawah pepohonan rindang areal kampus FMIPA, belasan anak dengan wajah lugu mereka tampak begitu ceria. Ada yang sedang sibuk menggambar dan mewarnai, ada yang bernyanyi bersama dan ada pula yang tampak asik bermain, berlarian dan kejar-kejaran di tempat yang cukup hijau itu. Semuanya tampak sangat bahagia pagi itu. Di sanalah mereka berkumpul setiap minggu untuk belajar dan bermain bersama, sebuah tempat yang mereka sebut sebagai sebuah istana. Mungkin tak banyak sivitas UNM yang mengenal Istana Anak Ceria (IAC). Hanya segelintir orang dari mereka yang pernah menyaksikan sekelompok mahasiswa yang dengan tekun membimbing belasan anak-anak di sekitar areal kampus Fakultas MIPA UNM. Merekalah mahasiswa dan siswa-siswi didikan yang tergabung dalam IAC, sebuah komunitas yang lahir tahun 2011 silam tepatnya tanggal 11 Nopember 2011. Komunitas Profesi FM - 107.9 MHz
yang dibentuk atas inisiatif beberapa mahasiswa ini, telah mengabdikan tenaga dan waktu mereka untuk menjadi guru di sekolah dalam kampus bagi anak-anak kurang beruntung yang tak bisa mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar. Menurut salah satu pengajar, ide membentuk IAC berawal dari sekelompok mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahan. Waktu itu mereka melihat beberapa anak-anak berkeli-
aran di sekitar kampus mencari sampah-sampah plastik yang bisa mereka jual. Dari situlah hati mereka tersentuh untuk membuat sebuah komunitas yang nantinya bisa mewadahi anak-anak kurang mampu maupun yang putus sekolah untuk mendapatkan ilmu. Syari Ahmad Syamsu, pengajar sekaligus ketua IAC saat ini, menceritakan perjuangan mereka dalam mendidik anakanak tersebut. Karena siswa IAC tidaklah bersifat tetap dan jumlahnya yang selalu berubah, membuat para pengajar tiap minggu harus terjun ke lapangan mencari anak-anak yang berusia 5-14 tahun yang akan dididik. “Disitulah salah satu kendalanya, terkadang minggu ini siswanya banyak, minggu selanjutnya bisa berkurang, bahkan pernah hanya 6 orang, jadi tiap hari Sabtu kami harus ke tempat anak yang akan kami ajar untuk mengajak mereka.” Tutur pria yang akrab disapa Ari ini. Niat baik dari para mahasiswa yang ingin melihat pendidikan di Indonesia maju, rupanya mendapat dukungan dari orang tua para anak didikan. Ari menceritakan, ia sangat terkejut ketika mendapati seorang anak yang tidak sekolah hanya karena tak memiliki akta kelahiran.
“Masa ada anak yang tak bisa sekolah hanya karena tak ada akta kelahiran, ini kan kasihan.” Ungkap Ari. Kesempatan itu pun tak dilewatkan begitu saja oleh orang tua sang anak yang langsung “menitipkan” anaknya pada komunitas IAC agar meraka juga bisa merasakan manisnya mengenyam pendidikan. Menjalankan IAC tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak kendala yang dihadapi para pengajar. Mulai dari tempat mengajar yang tak tetap, dana yang minim, jarak antara tempat tinggal siswa yang kebanyakan berasal dari daerah Bontoduri dan Parangtambung yang cukup jauh, hingga mood siswa yang terkadang tak begitu tertarik mengikuti pelajaran. Namun itu tak menjadi masalah, para pengajar di IAC tak kehabisan akal untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut Ari, metode pengajaran yang bersifat belajar praktis sedikit banyak dapat membantu mereka. “Terkadang kalau siswa tidak mood belajar, kami adakan lomba menggambar dengan imingiming hadiah.” Lanjut Ari, menurutnya IAC kini semakin berkembang seiring banyaknya mahasiswa yang merelakan waktunya untuk ikut mengajar. Tak hanya dari UNM, IAC bahkan memiliki pengajar
dari beberapa perguruan tinggi seperti STIMIK dan Akbid (Akademi Kebidanan). “Jumlahnya ada sekitar 30-an dan mereka bergabung karena diajak oleh teman dan juga tersentuh melihat nasib malang sebagian anak-anak tersebut.” Ungkap mahasiswa eksponen 2011 ini. IAC kini hanya bertumpu pada semangat pengajar dan juga siswanya. Untuk pendanaan mereka mengandalkan sumbangan dari dermawan dan juga dari keikhlasan para anggota pengajar. IAC memilki cara mengumpulkan dana dari anggota pengajar yang cukup unik. Mereka menyebutnya helm ceria. Ketika para pengajar mengadakan pertemuan, sebuah helm disebar dan diisi uang seikhlas mereka. IAC juga berharap suatu saat nanti bisa memiliki sebuah sekretariat tetap dan tak bergantung lagi pada dermawan. “Kita harap bisa mandiri dan memiliki sekret tetap.” Ari dan para pengajar juga berpesan agar kita semua turut memperhatikan pendidikan di Indonesia yang hanya dirasakan kaum berada saja. “Masih banyak anak di luar sana yang mungkin bernasib lebih buruk, mari kita bantu mereka, karena pendidikan itu penting. Apalagi yang bisa kita berikan untuk negeri kita ini?,” tutup Ari. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita
4
Reportase Utama
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
www.profesi-unm.com
Kelas Jauh Ganti Kostum
FOTO: FAHRIZAL SYAM - PROFESI
GEDUNG KELAS JAUH. Inilah salah gedung yang dijadikan ruang kelas para mahasiswa UNM kelas kerja sama, yang terletak di Pesantren Emas Tiga Dimensi, Kab Pangkep. Tampak segerombolan anak-anak yang sedang ber aktivitas, lantaran kelas ini hanya digunakan pada Sabtu dan Minggu.
Hanya kuliah beberapa kali dalam satu semester. Mahasiswa kelas jauh bisa mendapatkan ijazah UNM dengan mudahnya. Tentunya, dengan merogohkan kocek lebih besar dibanding mahasiswa kelas regular. Lantas, bagaimana dengan nasib mahasiswa yang kuliah minimal empat tahun, kemudian mesti bersaing dengan mereka yang kuliah “semau gue” di dunia kerja nantinya? Tak tanggung-tanggung, mahasiswa kelas jauh ini mampu melakukan lompatan tingkat, bergantung dari besarnya isi dompet mereka. Berdasarkan pengakuan sejumlah mahasiswa kelas jauh menurutnya, jika ingin cepat selesai maka harus berbanding lurus besarnya pembayaran. Padahal, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) telah berulang kali mengeluarkan surat edaran mengenai larangan kepada Perguruan Tinggi Negeri/Swasta (PTN/S) untuk tidak membuka jalur kelas jauh ataupun kelas Sabtu-Minggu, nyatanya imbauan tersebut hanya menjadi angin lalu bagi beberapa oknum yang tidak mau mendengar. Bisa saja dengan alasan penerimaan mahasiswa melalui jalur kelas jauh yang notabene dilarang, hingga kini masih menjadi bisnis yang menggiurkan bagi oknum yang tidak bertanggungjawab. Selain itu kurangnya pengawasan membuat kelas yang telah lama beroprasi secara ilegal ini kian melenggang lebih jauh meninggalkan aturan yang berlaku. Dimulai pada tahun 1988, Dikti membuat surat edaran no 016/D/T/1988 yang berisi pelarangan membuat kelas khusus atau kelas jauh yang dikhususUrai data, ungkap fakta, saji berita
kan untuk PTS. Dalam surat tersebut dikatakan, PTS dilarang menyelenggarakan program yang terpenggal-penggal dalam artian Jumat-Sabtu atau Sabtu-Minggu. Masih maraknya penyelenggaraan kelas jauh, membuat Dikti harus kembali membuat surat edaran bernomor 2559/D/T/1997, yang menyatakan, hanya universitas terbuka dan perguruan tinggi yang diberikan tugas yang bisa melaksanakan program kelas jauh. Hal ini juga sesuai dengan pasal 56 Peraturan pemerintah (PP) nomor 30 tahun 1990 yang berisi pelaksanaan kelas jauh hanya bias dilakukan oleh Universitas Terbuka (UT) dan universitas yang diberikan wewenang. Surat edaran oleh Dikti pada tahun 2007, juga menyinggung larangan pembukaan kelas jauh atau kelas Sabtu-Minggu, nyatanya belum ditaati sepenuhnya oleh PTN terkhusus UNM sebagai salah satu universitas terbesar di Indonesia Timur. Hal ini terlihat dari ditemukannya beberapa mahasiswa yang mengaku mengikuti program kelas jauh atau yang sering disebut dengan kelas kerjasama yang diselenggarakan oleh UNM. Hanya saja, tampaknya himbauan Dikti tersebut sudah tidak mempan lagi untuk melarang mereka yang terlibat sebagai oknum penyalahgunaan dunia pendidikan. Pendidikan dijadikan sebagai lahan komoditi untuk meraup untung sebanyak-banyaknya.
Asal Bayar, Cepat Selesai
Hasil penelusuran wartawan Profesi, ditemukan sejumlah kejanggalan yang menjadi bukti bahwa UNM saat ini telah berani melanggar aturan. Seperti pengakuan Andi (Samaran), salah satu alumni kelas kerjasama FIK jurusan Pendidikan Kesejahteraan Olahraga dan Rekreasi (Penjaskesrek) menjelaskan bahwa saat dirinya melakukan pendaftaran kelas kerjasama UNM, Ia langsung mendaftarkan dirinya di kampus FIK UNM Makassar. Adapun pembayaran yang diberatkan pada mahasiswa saat pendaftaran sebesar Rp250 ribu. Sedangkan pembayaran SPP per semesternya sebesar Rp700
“
Di sana itu sistem cepat, kalau rejeki kita bisa sele sai satu tahun saja lebih. Tergantung pembayaran yang dilakukan, kalau ba gus nilai dan bagus pengu rusan urus-urus nilainya. Andi, Alumni Kelas Jauh FIK
ribu. Proses perkuliahan yang dijalaninya hanya berlangsung pada hari Sabtu dan Minggu. Masih menurut Andi, Ia menyebutkan bahwa tidak ada batasan usia untuk kuliah di kelas kerjasama ini. Ia mengakui, jika mahasiswa rajin dan pembayaran lancar, mahasiswa kelas
kerjasama bisa cepat selesai. “Di sana itu sistem cepat, kalau rejeki kita bisa selesai 1 tahun saja lebih. Tergantung pembayaran yang dilakukan, kalau bagus nilai dan bagus pengurusan urusurus nilainya,” ungkapnya. Rekan Andi yang juga merupakan mahasiswa kelas kerja sama pindahan dari UT (Universitas Terbuka), Adjie (samaran) juga menuturkan bahwa kelas kerjasama yang Ia ikuti termasuk kelas penyetaraan jadi Ia tidak perlu mengambil seluruh mata kuliah yang ada pada kurikulum. Ia hanya diwajibkan memperbaiki nilai yang masih kosong atau dianggap buruk. “Tidak ada tes, langsung kutransfer nilaiku dari UT, jadi langsung masuk saja kuliah,” terangnya. Ia menambahkan bahwa persyaratan kepemilikan NUPTK bukanlah menjadi hal yang wajib, karena dirinya sendiri sampai detik ini belum mempunyai NUPTK. Selain itu, walaupun dirinya telah menjadi seorang guru tapi menurutnya masih banyak diantara mahasiswa yang kuliah disana belum terdaftar sebagai guru. “Tidak perlu ngajar baru kuliah di sana, karena banyak dulu yang selesai kuliah di sana baru cari tempat untuk ngajar,” jelasnya. Mahasiswa pindahan dari UT ini juga membeberkan bahwa untuk mengikuti penyetaraan UNM, harus belanja nilai terlebih dahulu. “Banyak nilaiku dari UT dulu yang error dan banyak juga
mata pelajaran di UNM yang tidak ada dipelajari di UT waktu kuliah,” ujarnya. Sementara itu proses perbaikan nilai ini sama seperti mahasiswa pada umunya dengan mengikuti kembali proses perkuliahan namun menurutnya ada beberapa yang dibayar. “Bukan saya yang langsung bayarki, tapi dikumpulkan sama bendahara kelas untuk perbaikan nilai,” ungkap alumni kelas kerjasama ini. Terlihat apa yang mereka katakan sangat jauh dari peraturan yang berlaku mengenai kelas jauh. Pengakuan beberapa narasumber di atas mengindikasikan bisnis gelap kelas jauh masih berjalan hingga kini. Salah satu Dosen Fakultas Ilmu Keolahrgaan (FIK), sebut saja Rubi, mengakui hal itu. Menurutnya hingga kini fakultas yang paling banyak melakukan program kelas jauh adalah FIK. Hampir seluruh di kabupaten yang ada di Sulsel terdapat kelas jauh dengan mengatasnamakan UNM. “Olahraga itu paling banyak, seperti di Bone, Pinrang, Parepare, Jeneponto bahkan ada yang di Kalimantan,” tuturnya. Belum lagi, dalam kegiatan penyelenggaraan kelas jauh ini, katanya prodi PGSD Olahraga dan Penjaskesraklah yang digandrungi para mahasiswa kelas jauh itu. Parahnya, menurut keterangan Rubi, ada mahasiswa yang dari Kalimantan rela membayar Rp40 juta demi membeli Ijazah dari Olahraga. (tim) Profesi FM - 107.9 MHz
Reportase Utama
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
5
www.profesi-unm.com
Suparlan Suhartono, Pemerhati Pendidikan.
UNM Mesti Evaluasi Diri
FOTO: ANDI SRI MARDIYANTI SYAM - PROFESI
Profesi FM - 107.9 MHz
PENINGKATAN kualitas pendidikan yang ada Indonesia, terkhusus di UNM memang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh pihak institusi perguruan tinggi. Terlebih bagi kampus Oemar Bakri ini, bahkan berani untuk melebarkan sayapnya dengan membuka kelas kerja sama dengan beberapa daerah yang bertujuan untuk membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan yang ada sekarang ini. Program pemerintah yang mewajibkan para guru di tahun 2015 harus menyandang gelar sarjana, itu dimanfaatkan oleh UNM. Lembaga pendidikan tinggi yang memang tercatat sebagai pencetak guru atau tenaga pendidik ini, membuka peluang demi membantu serta mendukung peningkatan kualifikasi dan kompetensi pengajar. Namun, hal ini yang mesti untuk lebih dicermati, apakah UNM sekarang sudah layak untuk membuka kelas kerja sama ini? Memang, perihal kerja sama ini dibenarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2008. Hanya saja, apa benar UNM telah mapan untuk membuka kelas kerja sama? Pemerhati pendidikan UNM, Suparlan Suhartono angkat bicara terkait merebaknya kelas kerja sama yang telah meluas hingga luar pulau Sulawesi. Ia menilai, untuk saat ini, UNM belum bisa untuk menggelar kelas kerja sama. Mengingat, begitu
banyak hal yang semestinya untuk diperbaiki di kampus yang tahun 2000 silam berubah menjadi universitas. “Untuk kondisi seperti UNM masih berat mengadakan kelas jauh dimana-mana. Pelan-pelan yang penting berbasis kualitas,” katanya. Ia juga mengharapkan, agar kelas kerja sama yang terjalin juga tidak justru menyusahkan dosen atau mahasiswa. “Memang kita harus mengembangkan sayap tapi yang induk tugas pokoknya jangan sampai jadi korban. Makanya fasilitas harus memadai, antusiasme dosen ke daerah juga mesti dipertanyakan jangan sampai hanya karena faktor lain. Kesungguhan penyelenggara UNM, bisa kita takar kalau hanya cari uang. Tapi kalau dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, saya setuju. Cuma pengorganisasiannya harus apik,” ungkapnya. Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan ini juga menyangsikan kuantitas pendidik yang ada di UNM, terkhusus program studi yang melaksanakan itu. Ia juga mengkhawatirkan kualitas pendidikan yang akan dicapai oleh dosen, ketika harus di setiap minggunya keluar daerah mengajar. “Penyelenggaraan perkualiahan di daerah kan biasanya tiap akhir pekan, kira-kira controlling-nya seperti apa? Saya khawatir, dosen tidak bisa tampil secara optimal,” sebutnya. Dosen Administrasi Pendidikan ini juga mengakui pernah mengajar di daerah. Namun, dirinya sangat
kelimpungan untuk mengatur jadwal yang diberikan. Belum lagi, jarak tempuh untuk mengajar di daerah terbilang jauh, dan sangat menguras tenaga. Lanjutnya, ia berusaha untuk memenuhi kewajiban yang diberikan, namun sulit untuk optimal dalam mengajar. “Pengalaman saya yang namanya ke daerah, perjalannnya membuat capek. Saya khawatir karena jangkauan tangannya terlalu panajang justru kewajban pokok di kampus induk terlunta sehingga perlu dipersiapkan,” tandasnya. Ia juga menyarankan, untuk kampus sebelum melakukan kelas kerja sama, penting untuk melakukan evaluasi terlebih dahulu. Lebih baiknya, kata Suparlan, pemerataan pendidikan antara kampus induk dengan kelas yang ada di daerah idealnya sama. Dirinya juga berasusmsi, perlu ada evaluasi dalam setiap pembelajaran yang telah terlaksana. “Memang perlu dipersiapkan namun bukan berarti dihentikan, tetapi harus dipersiapkan dengan matang. Di lapangan sendiri bagaimana, jangan sampai datang tapi fasilitas di sana juga tidak memadai,” anggapnya. Di akhir, ia mengungkapkan, program ini memang harus dipersiapkan namun bukan berarti dihentikan, hanya saja pengelolaannya harus diperketat khusunya sumber daya pengajarnya. (tim)
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Reportase Utama
6
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
Bantah Ada Kelas Jauh Perihal Larangan Kelas Jauh
SURAT EDARAN DIKTI
www.profesi-unm.com
Larangan Penyelenggaraan Program Khusus Bagi PTS Setiap PTS tidak dibenarkan menyelenggarakan program S1 sebagai program khusus yang penyelenggaraannya dilakukan menurut waktu tang terpenggal-penggal, dalam penyelenggaraan hari Minggu, hari libur SLTA/SLTP, dan lain kesempatan dengan program pemadatan kurikulum.
Larangan Kelas Jauh Untuk PTN dan PTK
Penyelenggaraan Kelas Jauh 1. Kelas jauh dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan. 2. Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (bukan kelas jauh) selama ini ditangani oleh universitas terbuka dan dalam waktu mendatang PTN lain dan PTS dapat melakukan pendidikan jarak jauh dengan menggunakan pola seperti universitas terbuka atau menggunakan media informasi yang saat ini sudah sangat berkembang. 3. Evaluasi akan dilakukan secara cermat terhadap usulan tersebut sebelum dikeluarkan izin penyelenggaraan oleh Dirjen Dikti.
Keinginan masyarakat untuk studi lanjut ke S1 di daerah lain, daerah yang jauh dari tempat perguruan tinggi berada terbuka dan dapat ditampung melalui program universitas terbuka. Sedangkan untuk studi lanjut S2 dan S3 untuk sementara ini masih harus ditampung perguruan tinggi penyelenggara program dimaksud di tempat perguruan tinggi yang bersangkutan itu berada.
Larangan Kelas Jauh Dirjen Dikti sejak tahun 1997 telah melarang penyelenggaraan pendidikan model kelas jauh dan Sabtu Minggu dan menetapkan bahwa ijazah yang dikeluarkan tidak sah dan tidak dapat digunakan terhadap pengangkatan maupun pembinaan jenjang karir/penyetaraan bagi p e gawa i negeri.
Keabsahan gelar ijazah jarak jauh/kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif untuk dapat dihargai dalam pembinaan karier PNS.
DESAIN GRAFIS: IMAM - PROFESI
1. Kelas jauh dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan. 2. Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh (bukan kelas jauh) selama ini ditangani oleh universitas terbuka dan dalam waktu mendatang PTN lain dan PTS dapat melakukan pendidikan jarak jauh dengan menggunakan pola seperti universitas terbuka atau menggunakan media informasi yang saat ini sudah sangat berkembang. 3. Evaluasi akan dilakukan secara cermat terhadap usulan tersebut sebelum dikeluarkan ijin penyeenggaraan oleh Dirjen Dikti.
Tak Sesuai, Jalan Terus BEBERAPA daerah yang teridentifikasi melakukan kelas kerja sama dengan UNM ternyata ada yang illegal. Hanya daerah Balikpapan dan Tenggarong yang terbilang sah secara prosedural. Pengelolaan kelas kerja sama ini seyogyanya dikelola oleh Pusat Penjaminan Mutu atau bagian kerja sama, sebelum diambil alih oleh program studi. Kepala Pusat Penjaminan Mutu (PPM) UNM, Fahri Kahar mengaku sejauh ini kelas jauh UNM hanya ada di Balikpapan dan Tenggarong. “Setahu saya yang ada itu kelas kerjasama di Balikpapan dan Tenggarong. Hanya saja, kalau di Tenggarong, yang ada hanya jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB),” ungkapnya. Sementara untuk kelas kerja sama yang ada di daerah Bone, Palopo, Pangkep, dan Maros ia katakan tidak tahu sama sekali. Padahal, jika menilik aturan semestinya, PPM lah yang tahu secara keseluruhan posisi tempat kelas jauh diselenggarakan. Sebab, tanggung jawab untuk melakukan supervise berada di tangan PPM. Urai data, ungkap fakta, saji berita
“Saya tidak tahu kalau ada di Bone, Pangkep, saya tidak tahu itu nak,” ucap Guru Besar FIS ini. Lanjut Fakhri, kalau memang itu legal pasti dirinya tahu perihal keberadaan sejumlah kelas kerjasama tersebut. Hal yang sama diungkapakan oleh Dilma, selaku Kepala Sub Bagian Kerja Sama BAAK. Ia juga merasa heran ketika mengetahui kelas kerja sama yang dijalin UNM tanpa sepengetahuan pihaknya. “Harusnya itu, ada MoU yang kami pegang sebelum itu sampai ke setiap program studi yang ditujukan,” ujarnya. Alumni jurusan Bahasa Inggris ini juga menyayangkan sikap birokrat fakultas maupun prodi yang secara langsung mengelola kelas kerja sama dengan daerah. “Kan itu ada prosedurnya. Paling tidak pihak kami mengetahui, lalu setelah itu diserahkan kepada program studi yang ingin diajak kerja sama. Agar kami juga mengetahui itu, karena kami yang berurusan dengan kerja sama UNM dari luar negeri maupun lokal,” jelasnya.
Dari data yang dihimpun oleh wartawan Profesi, hal tersebut menguatkan bahwa beberapa daerah yang melakukan kelas kerja sama tersebut cacat prosedural. Hal itu dibuktikan dengan pengakuan bagian kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pendidikan yang tidak tahu menahu persoalan kelas jauh yang ada di fakultas tersebut. Juga, di bagian registrasi BAAK, tak mampu memberikan data-data mahasiswa yang sedang menunaikan kelas kerja sama yang ada di daerah. Karta Jayadi, selaku Dekan FSD juga mengaku bahwa memang ada kelas kerja sama hanya saja sepengetahuannya, sekarang kelas kerja sama ada di Balikpapan. “Yang ada di sana itu jurusan Sendratasik, Bahasa Inggris, PTIK, Olahraga,” terang Karta. Diakui Karta, tenaga pengajar tersebut juga berasal dari dosendosen prodi masing-masing. Untuk transportasi, setiap kali berangkat ke sana (Balikpapan, red) para dosen diberi uang saku Rp1,7 juta. “Tiap semester, 4 kali masuk baru ujian,” tambahnya. (tim)
ISU yang menghujat sejumlah prodi yang namanya tercantum sebagai pilihan di kelas jauh, dibantah oleh beberapa pihak. Menurut mereka, hal itu merupakan kelas kerja sama dengan pihak Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, bukan kelas jauh. Pembantu Dekan (PD I) Bidang Akademik, Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Baharuddin, mengatakan hanya guru yang mendapat rekomendasi dari sekolah yang bisa ikut program kelas kerja sama. “Kelas kerja sama itu guru-guru dan harus mendapat rekomendasi dari sekolah tempat mengajarnya. Seleksinya hanyalah administrasi , mereka diseleksi berdasarkan berkas yang masuk dan kelengkapan lainnya,” paparnya. Hal yang sama juga diungkapkan, Kamaruddin kepala BAAK. Ia berujar sepengetahuannya yang ada saat ini bukan kelas jauh, melainkan kelas kerjasama. “Itu kelas kerja sama pemerintah daerah yang khusus untuk guru,” tuturnya. Kamaruddin menambahkan program yang bernama kelas kerjasama diperuntukan untuk guru yang belum S-1. “Jadi namanya itu bukan kelas jauh tapi kelas kerja sama, banyak guru yang belum S-1 dan syarat menjadi guru itu harus selesai S-1, sehingga Pemda berinisiatif untuk melakukan kerja sama dengan UNM,” tambahnya. Kamaruddin juga mengungkapkan, saat ini kelas kerja sama terdapat di beberapa daerah. “Kelas kerja sama ada dibeberapa lokasi seperti, di Pinrang, Pangkep, Palopo, Bone, Maros, dan paling jauh Balikpapan,” ungkapnya. Sementara itu, Dekan FIK, Arifuddin Usman juga tak membenarkan
wacana itu. Dosen Penjaskesrek ini mengatakan UNM memiliki izin tertulis dari Dikti untuk melakukan kerja sama kemitraan. Saat ini, ada 30 prodi yang diperbolehkan membukan kelas dan salah satunya prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek). Kerja sama kemitraan ini dibuka dengan syarat dapat memberikan keuntungan kepada guru yang berjarak jauh dari Makassar tanpa harus meninggalkan tugasnya. “Kita ini menyelenggarakan tidak semau gue, itu ada izin Dikti,” tegasnya. Walaupun tidak ada kerja sama seperti Bone dan Pare-pare tetapi UNM punya kampus induk di kedua wilayah tersebut. Menanggapi masalah lokasi perkuliahan menurutnya hal ini tidak menjadi persoalan, dimana ada lokasi yang bagus dan cocok di situ mereka bisa melaksanakan proses perkuliahan, fakultas tidak pernah memaksa harus kuliah di suatu tempat. “Jika memang ada yang kuliah di kecamatan itu tidak jadi masalah kalau memang itu permintaan mahasiswa dan lebih kondusif,” terangnya. Hal ini dibenarkan selama itu adalah permintaan pemerintah daerah, jika tidak diminta oleh Pemda, fakultas tidak akan melakukannya. Untuk kualitas mahasiswa kelas kerja sama dapat dianggap sama dengan mahasiswa kelas reguler karena menurutnya pelayanan yang diberikan sama seperti reguler tidak seperti UT yang hanya memberikan tugas dan jalan. Selain itu, guru-guru yang diajar di kelas kerja sama sudah mempunyai pengalaman mengajar. “Mereka bisa saja lebih pintar dari mahasiswa reguler karena mempunyai pengalaman mengajar,” cetus mantan PD III FIK ini. (tim)
DAERAH YANG TERIDENTIFIKASI BEKERJA SAMA DENGAN UNM MELAKSANAKAN KELAS JARAK JAUH 1. 2. 3. 4. 5.
Balikpapan Tenggarong Belopa Pangkep Barru
6. Polewali Mandar 7. Bulukumba 8. Toraja 9. Sinjai 10. Pinrang
PROGRAM STUDI YANG MEMBUKA KELAS JARAK JAUH DI DAERAH 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Pendidikan Bahasa Inggris Pendidikan Luar Biasa Pendidikan Seni, Tari Drama dan Musik
Sumber: BAAK UNM DESAIN GRAFIS: IMAM - PROFESI
TIM REPORTASE UTAMA
Koordinator: Rezki Army Pratama Anggota: - Ary Utary Nur - Sutrisno Zulkifli - Kasdar Kasau - A. Sri Mardiyanti Syam Profesi FM - 107.9 MHz
Info Akademik
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
KRS Manual Bakal Dihapuskan SUDAH dua tahun Universitas Negeri Makassar (UNM) menerapkan sistem pengisisan Kartu Rencana Studi (KRS) berbasis Information Technology (IT). Idealnya, dengan berlakunya sistem KRS Online maka mahasiswa menjadi lebih mudah dan cepat dalam melakukan pengisian KRS. Namun bukannya memudahkan, melainkan menambah beban mahasiswa. Hal ini karena KRS manual juga masih diterapkan. Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Kamaruddin mengatakan dirinya mendukung jika KRS manual dihapuskan. “Kalau saya KRS manual ditiadakan saja. Ngapain susah-susah mau kerja dua kali kalau sudah ada yang instan. Sekarang kan sudah ada sistem online, jadi mahasiswa tidak perlu repot-repot lagi mengisi yang manualnya,” ungkapnya. Meski Kamaruddin mendukung penuh penghapusan KRS manual tapi keputusan ini harus melalui rapat dengan para pimpinan fakultas. “Kita harus rapat dulu dengan dekan dan PD I baru bisa diputuskan,” ujarnya.
FOTO: IMAM - PROFESI
KRS MANUAL. Kartu Rencana Studi (KRS) tulis yang bertahun-tahun digunakan mahasiswa UNM ini, kabarnya tak digunakan lagi periode mendatang. KRS online menggeser kevalidasiannya.
Sementara itu Pembantu Dekan bidang Akademik (PD1) Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Hasnawi Haris, mengatakan dirinya setuju dengan dihapuskannya sistem KRS
manual. “Saya setuju dengan dihapuskannya sistem KRS manual, asal bisa dijamin bahwa semua mahasiswa sudah familiar dengan sistem Online,” tutupnya. (sus)
Lagi, FIP Wisudawan Terbanyak SEPERTI tahun-tahun sebelumnya, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) kembali menelurkan wisudawan terbanyak dari delapan fakultas lain yang akan mengikuti wisuda April ini. Sebanyak 607 nama terdaftar yang mengikuti wisuda di gedung auditorium Amanagappa(11/4). Setelah sempat mengalami penundaan, jadwal wisuda yang sebelumnya ditentukan pada 4 Maret 2013 akhirnya dilaksanakan pada 10 dan 11 Maret 2013 lalu. Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Ka-
maruddin mengatakan jumlah wisudawan kali ini sebanyak 1781. Itu sudah mencakup dari 9 fakultas ditambah Program Pascasarjana (PPs). Dengan terbaginya jadwal wisuda menjadi 2 hari maka prosesi sakral ini juga dilaksanakan menjadi 2 gelombang. Gelombang pertama diikuti oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), dan Program Pascasarjana (PPs). Sementara gelombang kedua
diikuti oleh Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Psikologi (FPsi), Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), Fakultas seni dan Desain (FSD), dan Fakultas Ekonomi (FE). Kamaruddin juga menambahkan untuk wisudawan terbanyak diperoleh dari FIP dengan jumlah kurang lebih 607 peserta. “Tidak ada beda dengan yang sebelum-sebelumnya, dengan melihat jumlah mahasiswanya maka wajar jika FIP selalu meluluskan wisuda terbanyak,” ujarnya. Hal ini juga diakui oleh
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Ismail Tolla. Ia menyatakan, bahwa seperti biasanya, fakultas yang dipimpimnnya saat ini menjadi fakultas terproduktif dalam hal penyematan gelar. “Kami memang paling produktif di UNM. Tapi, persoalan kualitas, itu nantinya dibukitkan sendiri oleh alumni mahasiswa itu,” ungkapnya. Mahasiswa FIP yang terdaftar dalam tahun akademik 20122013 diperkirakan mencapai 6000 orang. (sus)
Pendaftaran Mahasiswa Baru
PPs Buka Gelombang Kedua
FOTO: IMAM - PROFESI
PPs. Pendaftaran mahasiswa baru PPs gelombang kedua dibuka karena animo pendaftar yang cukup besar.
ANGIN segar buat calon mahasiswa baru yang ingin kuliah di PPs UNM. Pasalnya, PPs UNM kembali membuka kesempatan untuk mendaftarkan diri pada gelombang kedua. Pada gelombang kedua ini dipastikan semua prodi tetap membuka peluang untuk mengambil tiket masuk kuliah di kampus tersebut. Profesi FM - 107.9 MHz
Ketua panitia pelaksana penyambutan mahasiswa baru Nurdin mengungkapkan, berdasarkan keputusan bersama pihak PPs akhirnya menetapkan untuk membuka pendaftaran pada gelombang kedua melihat animo pendaftar yang cukup besar. Pendaftaran gelombang
kedua sendiri akan membuka peluang baru bagi dua prodi dengan kategori kekhususan. “Prodi tersebut adalah olahraga dengan kekhususan pendidikan pelatihan untuk Program Magister dan Prodi Administrasi Pendidikan dengan kekhususan pendidikan dasar untuk Program Magister,” terang Nurdin usai pengumuman gelombang pertama di kampus PPs UNM, (8/04). Professor di bidang Matematika ini pun mengimbau bagi calon mahasiswa baru yang belum lulus pada gelombang pertama dapat mendaftarkan diri pada gelombang kedua. Keuntungannya karena pendaftar pada gelombang pertama tak lagi melengkapi syarat adminstratif yang diminta di PPs UNM. Sementara itu bagi calon mahasiswa baru yang din-
yatakan lulus, Nurdin mengungkapkan agar segera mengikuti mekanisme selanjutnya. “Yang dinyatakan lulus tes tertulis selanjutnya dapat mengikuti tes wawancara,” tambahnya. Meski demikian Nurdin menyampaikan buat calon mahasiswa yang belum merampungkan pemeriksaan kesehatan sebelumnya dapat mengikuti pada 12-13 April sekaligus dirangkaikan dengan tes wawancara. Pengumuman tes wawancara akan diumumkan pada 15 April sekaligus pembukaan pendaftaran untuk gelombang kedua. Adapaun pendaftaran gelombang kedua bakal ditutup pada 7 Mei. “Calon mahasiswa selanjutnya akan mengikuti tes TOEFL dan TPA pada 18-19 Mei mendatang,” tutup Nurdin. (har)
7
www.profesi-unm.com
Komunitas Seni dan Olahraga FMIPA Segera Dibuka KABAR gembira bagi para pencinta seni dan olahraga mahasiswa FMIPA UNM. Pasalnya pihak fakultas MIPA yang menerima bantuan dari Kemeterian Sosial (kemensos) saat melaksanakan seminar nasional (25/3), akan dimanfaatkan dengan membuka perkumpulan mahasiswa seni dan olahraga. Hal ini rencananya akan direalisasikan di tahun 2013 ini setelah proposal disetujui oleh kemensos. Pembantu Dekan bidang kemahasiswaan FMIPA, Kaharudin menjelaskan bahwa dana yang disumbangkan oleh kemensos sebesar 50 juta rupiah, diperuntuhkan untuk kegiatan seni dan olahraga. Oleh karena itu, pihak fakultas berencana membuka komunitas seni dan perkumpulan bela diri di kalangan mahasiswa FMIPA. Tambahnya, saat melakukan diskusi bersama pihak kemensos, pihak kemensos mengatakan bahwa inti dari peruntukkan dana ini adalah bagaimana kita berkesenian dan berolahraga yang berlocal wisdom. Olehnya itu, dirinya berencana jika ingin melestarikan kesenian-kesenian lokal seperti tari-tarian maka kita harus membeli peralatan musik tari, kostum, dan soud system jika diperlukan serta diberikan pelatihan. Sedangkan cabang ilmu bela diri dipilih sebagai salah satu cabang ilmu olahraga yang mengandung unsur kearifan lokal tersebut. Masih menurut Kaharudin, dana tersebut baru akan cair jika ada pengusulan proposal dan saat sekarang ini, proposal yang akan dikirim ke kemensos tersebut masih dalam tahap penggarapan dan jika rampung akan segera dikirim ke kemensos. Dalam proposal tersebut semua barang dan jasa yang dibutuhkan akan didaftarkan. “Dana tersebut tidak langsung cair, kita harus terlebih dahulu mengajukan proposal dan jika disetujui, maka dana ini akan digunakan sebagaimana mekanisme yang diberikan oleh kemensos,” ungkapnya. Komunitas baru yang akan dibuka di FMIPA ini akan diwadahi oleh BEM (Badan Eksekutif mahasiswa) agar semua HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) dapat tercover. Untuk kegiatan bela dirinya, dirinya akan ikut berpartisipasi langsung dan bertindak sebagai pelatih. “Jika ada yang berminat boleh langsung mendaftar di BEM nantinya,” terang dosen fisika ini. (tar)
UT
D SU
+ Kelas Jauh Ganti Kostum - Modus Baru ini... + Motif Baru Fakultas Ilmu Budaya - Barangkali hanya harapan palsu... + Ternyata Hanya Harapan Palsu - Ganti kostum lagi...
Dg. Tata
Urai data, ungkap fakta, saji berita
8
Seni Budaya
Tabloid Mahasiswa Mahasiswa UNM UNM Tabloid Profesi Edisi Edisi 166 166 Profesi April Tahun Tahun XXXVI XXXVI 2013 2013 April
www.profesi-unm.com
Cerpen
Jangan lupa baca doa sebelum tidur supaya kamu selalu ingat Allah di kala ajal menjemputmu nanti. (Anas Regandhi) “Nak, jangan lupa baca doa sebelum tidur!” Entah mengapa malam ini kata-kata itu kembali terngiang di telingaku. Setelah sekian tahun aku berpisah dengan ibuku. Ibu berpesan seperti itu ketika aku akan berangkat ke Makassar melanjutkan studi. Lima tahun lalu kata-kata ini melewati telingaku dan entah mengapa malam ini baru terngiang lagi dengan jelas. Begitu jelas seakanakan beliau ada di dekatku. Aku berhenti mengetik surat lamaran kerja untuk menyadarkan diriku akan kata-kata itu. Ketika itu, setelah shalat isya, aku menyalakan laptop acerku yang sudah lima tahun menjadi sahabat setiaku di kota Daeng. Kujalankan program AIMP2, instrument dari Kitaro yang berjudul Caravansary II mengalun memenuhi kamar kostku. Gerimis di luar menambah damai hatiku malam itu. Aku terbawa alunan musiknya. Damai. Kujalankan lagi MS Word lalu memulai mengetik surat lamaran kerja yang akan kutujukan pada salah satu perusahaan swasta yang ada di Makassar. Ketikanku hampir selesai, gerimis di luar sudah berubah jadi hujan namun tidak begitu deras. Instrument Kitaro yang menemaniku mengetik berpindah ke judul yang lain. Perasaan damai tidak mau pergi dari sanubariku. Damai di kalbu. Sejuk. Kadang menciptakan kerinduan akan kampung halaman yang telah lama tak kuinjak lagi. Tiba-tiba…. “Nak, jangan lupa baca doa sebelum tidur!” Suara lembut itu membunyarkan kedamaianku. Aku ingat ibu. Napasku sesak, ada rasa pedih tapi tak tahu tempatnya di mana. Suara itu membuat air mataku jatuh karena rindu ibu dan kampung halaman. Instrument Kitaro tergantikan oleh petikan gitar klasik yang berjudul Romeo & Juliet Love Theme disambung lagi dengan Instrument Kitaro dengan judul Matsuri, aku berusaha mengendalikan suasana yang dari tadi mengendalikanku. Kutarik napas dalam-dalam, lalu kembali fokus menyelesaikan surat lamaranku yang tertunda oleh suara aneh pesan ibu. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WITA, rasa ngantuk menyerang pertahanan jiwa mudaku. Kuselesaikan surat lamaran kerjaku, kumatikan laptop dan kusimpan di lemari kayu kecil buatan ayahku lima tahun lalu. Kunyalakan obat nyamuk bakar lalu kusimpan di bawah kakiku. kumatikan lampu kamar kemudian merebahkan tubuh yang agak sedikit capek di kasur pemberian pacarku tahun lalu. Mata sudah setengah tidur, aku teringat kata-kata aneh tadi. Akupun kembali tersadar. Aku ingat ibu lagi. Ingat kampung halaman lagi. Rindu ingin pulang terasa menjadi beban berat di dalam hati. Kutarik napas panjang berkali-kali
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Pesan Alam
lalu baca doa tidur yang diajarkan ibu ketika kecil. Kemudian aku mencoba untuk tidur. Malam yang sepi. Belum terlalu larut namun suara dari kamar sebelah pun sudah tidak ada. Biasanya jam-jam begini mereka masih ribut main play station. Aku merasa sendiri di kost yang berisi tujuh kamar ini. Sepi dan sunyi sekali. Hanya suara air hujan yang menemaniku malam ini. Sangat nikmat untuk tidur kalau cuaca sepeti ini. Tak terasa mataku telah tertutup. Tidur dalam kesepian yang sejuk. Tiba-tiba aku mendengar suara perempuan menyanyi seperti sinden Jawa. Kini hujan mulai deras, akan tetapi suara perempuan menyanyi itu kedengaran lebih merdu dan terasa begitu dekat. Membuat bulu kudukku merinding. Perasaan takut menggerogoti tubuhku. Kututupi telingaku dengan bantal guling pemberian pacarku pula. Tapi suara perempuan itu tambah jelas seakan-akan ingin menyentuhku. Aku gemetaran dan tak bisa menguasai diri. Kukeluarkan segala kemampuanku membaca ayat-ayat suci yang diajarkan oleh guru agama ketika aku masih sekolah di sekolah dasar. Lama-lama suara itu mulai mengecil, kuberanikan diri melepas bantal guling yang menutupi telingku. Kucari sumber suara. Entah dari mana keberanian menyelimutiku. Aku penasaran ingin mengetahui dari mana dan siapa perempuan yang menyanyi mirip sinden Jawa itu. Aku berjalan meninggalkan kasur. Kreeeeeeeeeeeeekkkk…..! Pintu kamarku berbunyi setelah kubuka. Aku menuju pintu utama kost kemudian membukanya. Kreeeeeeeeeeeeekkkk…..! Setelah pintu kubuka, aku memandang keluar menembus hujan yang berubah lagi menjadi gerimis. Tampaklah di mataku warna putih bersih. Kugosok-gosok mataku kemudian kembali melihat warna putih yang tadi. Tampak lebih bersih dan bersinar terang menyilaukan mataku. Aku melihat warna putih tadi berubah menjadi seorang gadis cantik berbaju putih bersih tersenyum kepadaku. Seperti di film horor yang sering kunonton di kala punya waktu luang. Gadis itu melambaikan tangan ke arahku pertanda dia memanggilku. Kulangkahkan kaki dengan sedikit ragu namun tetap terarah. Kudekati ia, tapi dia melangkah pergi entah mau ke mana. Aku berhenti, namun dia berbalik, tersenyum memikat dan kembali melambaikan tangannya ke arahku pertanda dia menyuruhku mengikutinya. Akupun ikut dia entah ke mana dia membawaku. Aromanya begitu memanjakan indra penciumanku. Dia berjalan ke sebuah rumah. Aku mengikutinya. Dia masuk, aku masuk pula. Rumah yang begitu indah. Tidak pernah sekalipun aku melihat rumah seindah ini. Luas tak berbatas, terang benderang. “Apakah tempat ini adalah surga?” Batinku dalam hati. “Tutuplah pintu itu.” gadis itu berkata padaku. aku berbalik mem-
belakangi gadis itu. Kreeeeeeeeekkkkk….! Aku menutup pintu sesuai permintaan gadis itu. Kembali kubalikkan badan untuk mengahadap gadis yang dari tadi buat aku penasaran. Kuraih tangannya, aku bermaksud ingin tahu dari mana asalnya. Tapi tiba-tiba suasana rumah jadi gelap gulita. Mataku tak mampu menangkap sesuatu benda pun yang ada di dalamnya. Gelap segelap pikiranku kala itu yang mulai diserang rasa aneh. Dari jauh kudengar kembali perempuan menyanyi melantunkan lagu seperti sinden Jawa. Aku merasakan tangan gadis itu terangkat. Tanganku yang menggenggamnya ikut terangkat. Perlahan-lahan, tangan gadis itu menghilang dari genggamanku. Nyanyiannya makin merdu di telingaku. Udara makin dingin menembus pertahanan daya tahan tubuhku. Kucoba mencari sumber suaranya, namun apa daya mataku dibatasi oleh kegelapan yang begitu menakutkan. Aku gemetar. Jatuh. Tak tahu lagi apa yang terjadi. Aku tersadar dan mendapati diri tengah bersandar di sebuah batu nisan salah satu kuburan. Aku baru menyadari kalau aku berada di pemakaman umum dekat kostku. Tengah malam berada di tengahtengah orang mati, aku sangat ketakutan. Aku berteriak di atas normal karena dirasuki oleh rasa takut yang tidak bisa kutampung dalam dada. “Aaaaaaaaaaaaaaaakkkkh.” Teriakku tak jelas kepada siapa. Aku memberontak, aku ingin berlari tapi kedua kakiku seperti ada yang menariknya dari dalam tanah. Aku rasakan kaki kananku panas sekali. Serasa terbakar api, lebih panas dari api yang ada di dunia. Aku kembali berteriak histeris, “Aaaaaaaaaaaaaaaakkkkh.” Aku terbangun. Kaget dan sangat kaget. Aku berlari ke WC yang ada di dalam kamar kostku untuk mengambil air. Lalu menyiram api obat nyamuk yang membakar seprai kasur pemberian pacarku. Apinya telah membakar kaki kananku. Untunglah aku cepat terbangun. Kostku hampir kebakaran garagara obat nyamuk bakar yang kunyalakan sebelum tidur. Jantungku terasa mau lepas, dadaku sesak. Aku mengambil air putih lalu meminumnya untuk menenangkan pikiranku yang kalut. Malam ini aku bermimpi buruk. Perasaan kagetlah yang menyelamatkan aku dari mimpi itu. Aku melihat jam tanganku, waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 WITA. Adzan shubuh di masjid telah berkumandang membangunkan orang-orang beriman untuk ibadah. Kuambil air wudhu, lalu shalat shubuh. Sementara aku shalat, hpku berdering dengan nada pendek, artinya aku menerima sebuah pesan singkat. Setelah shalat, aku membuka hp lalu membaca SMS yang masuk tadi. Aneh, sungguh aneh SMS yang kudapat dari nomor yang tersembunyi, “Nak, jangan lupa baca doa sebelum tidur!” Aku bingung, dari mana asal SMS ini. Aku ingat ibuku lagi, lima
tahun silam aku berpisah dengannya. Pagi-pagi HPku kembali berdering. Kriiiiiiiiing…. Kriiiiiiing…! Telepon dari saudaraku di kampung. Rasa kaget dan sedih bersekongkol memasuki hati kecilku. Aku di panggil pulang ke Ambesea karena ibu kecelakaan subuh-subuh buta tadi. Dia tabrakan ketika mengantar barang dagangannya ke pasar shubuh tadi. Kata saudaraku, ibu tabrakan dengan seorang perempuan muda pendatang dari Jawa yang baru pulang dari masjid. Perempuan itu meninggal di tempat kata saudaraku. Aku sangat heran. Ada apa semua ini? Perempuan itukah yang datang dalam mimpiku tadi malam? Yang menyanyikan lagu seperti sinden Jawa? Ada apa dengan pesen ibu yang kembali terngiang di telingaku setelah lima tahun lalu? Beribu tanda tanya memenuhi kepalaku. Sekitar jam 16.00, aku telah sampai di Ambesea, desa tempatku lahir. Desa kecil di Sulawesi Tenggara. Perjalanan dari Makassar aku tempuh lewat udara sehingga cepat sampai di Ambesea. Butuh dua hari kalau perjalanan lewat darat. Dari jauh aku melihat rumahku ramai di datangi warga. Aku sangat bersedih, sangat kehilangan setelah mengetahui ibu telah tiada. Ibu mengikuti perempuan yang hadir dalam mimpiku. Aku seperti terkena petir tepat di tenggorokanku. Sakit seka-
li. Lima tahun tak bertemu sekali bertemu tinggallah jasad beliau. Aku melihat ayah menangis terseduh, aku mendatanginya. Dia memelukku sambil menangis sedih membuat tangisanku meledakledak tak bisa tertahan. “Ibumu meninggalkan ini untukmu nak.” Kata ayah sambil menyerahan sebuah kotak yang berisi kertas. Aku tidak berani membukanya. Nanti setelah jasad ibu di kubur baru aku berani membuka kotak itu. Perlahan kuraih kertas yang ada di dalamnnya. Kulihat ada tulisan ibu. Kubaca tulisan itu, lagi-lagi pesannya lima tahun lalu yang ibu tulis untukku. Tapi masih ada sambungannya, “Nak, jangan lupa baca doa sebelum tidur supaya kamu selalu ingat Allah di kala ajal menjemputmu nanti!” Hingga sekarang, setelah dua puluh lima tahun sejak kepergian ibu, kotak pemberiannya masih kusimpan rapi dalam rak bukuku. Andaikan ibu masih hidup, dia bisa melihat keberhasilanku sebagai seorang rektor di salah satu universitas swata di Kendari. Hanya ayah yang sempat merasakan sedikit keberhasilanku sebelum dia ikut ibu ke alam baqa. “Ayah sampaikan salam rinduku sama ibu, suatu saat aku ikut kalian dan kita bisa berkumpul lagi.” *Penulis adalah kepala suku Bengkel Sastra FBS UNM periode 2009/2010
Puisi
Kalender Pencitraan
Oktober di kalender kota Daeng Dan beberapa tahun bulan berderet Terselimuti panas Berkelambu debu Ditidurkan janji Yang didongengkan sampai kita lelap Dan dikampanyekan di setiap sudut jalan Inilah Daeng keseharianmu Dalam setiap embun yang cepat kering Badanmu penuh dengan tonggak Yang meminta ditunjuki Di segi empat pinggir jalan Bahwa mereka yang mesti duduk Entah di hati atau otak banyak orang Inilah Daeng pagi petangmu Kota seribu pencitraan
(untuk seribu bentangan baliho di setiap jalan di makassar dan seribu janji bahwa baliho itu akan membawa kesejahteraan, pun bagi pengemis, anak jalanan yang berdidri meringis pada kejamnya Kota tepat di bawah baliho-baliho itu, entah janji apa lagi yang akan “dibalihokan”, entah citra baik apa lagi yang diobral sementara sejahtera tak jua menjadi nyata atau hanya pelengkap rasa jelang pilkada, pilgub, pil apapun namanya. Wahai potret yg tersenyum di baliho, kuharap bukan dusta yang kau janjikan) AR. Al Kajaniy Parangtambung, 17 Oktober 2011 Ralat:
Puisi pada tabloid profesi edisi 165 dengan judul “aku masih belum berani menyebut diriku mahasiswa” adalah karya Anhar Dana Putra.
Profesi FM - 107.9 MHz
Reportase Khusus
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
9
www.profesi-unm.com
Motif Fakultas Ilmu Budaya Setelah dua tahun menanti, akhirnya pendirian Fakultas Ilmu Budaya (FIB) selangkah lagi bakal terwujud. Meski telah disetujui 99 senator UNM, namun fakultas ini masih saja berharap cemas, pasalnya sejumlah tantangan menghalangi kehadiran fakultas ini yang notabenenya dipelopori oleh sembilan dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Masih teringat jelas, kala tahun 2011 Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) menobatkan Kisman Salija sebagai dekan mengalahkan Rapi Tang, Guru Besar Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI). Pada hari itu pula, tiba-tiba saja, di kantor Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) terpampang spanduk yang bertuliskan Cikal Bakal Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Sejumlah kalangan pun menilai, munculnya wacana pendirian fakultas tersebut disinyalir sebagai bentuk kekecewaan sejumlah tenaga pendidik BSI yang sudah dua kali dilibas dalam hal pemilihan dekan oleh calon dari Jurusan Bahasa Inggris. Hanya saja hal itu dibantah Rapi Tang, mantan ketua jurusan ini menganggap pendirian
fakultas tersebut tidak ada sama sekali sangkut paut dengan kejadian tersebut. Menurutnya, tujuan dibentuknya fakultas ini semata-mata hanya untuk membuka akses seluas-luasnya kepada mahasiswa baru. Sebab, tiga prodi yang dinaungi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia saat ini tidak mampu meraup mahasiswa baru sebanyak mungkin. “Kan beda jurusan dengan fakultas. Seperti Jurusan Bahasa Indonesia ini sedikit saja yang diterima padahal yang mendaftar mencapai ribuan karena jurusan dibatasi, nantikan kalau sudah jadi fakultas bisa menerima banyak,” ungkapnya. Namun, Rapi Tang berharap fakultas ini menjadi perhatian utama untuk kebudayaan. Menanggapi hal itu, Dekan
FBS, Kisman Salija menganggap, jika hanya bertujuan untuk menerima mahasiswa banyak FIB yang merupakan hasil pemekaran dari FBS mendingan niat untuk itu diurungkan. Dosen Bahasa Inggris ini mengatakan tidak usah ada penambahan jumlah fakultas jika hanya karena memburu kuantitas. “Kita harapkan jangan ada penambahan jumlah fakultas, kecuali menambah karena memang kebutuhan,” harapnya. Kini, FIB tinggal menunggu ketukan palu dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) dan Penertiban Aparat Negara (PAN) menyetujui statuta dan Organisasi Tata Kelola (OTK) hasil keputusan rapat senat universitas terkait pembentukan fakultas baru ini. Dalam statuta dan OTK tersebut, diusulkan FIB dengan tiga Program Studi (Prodi). Antara lain, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Prodi Sastra Indonesia dan Prodi Pendidikan Bahasa Daerah. Semua prodi tersebut saat ini milik Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS). Maka tak salah, jika FIB disebut-sebut adalah peme karan dari FBS.
Namun Kisman menganggap, Proposal FIB itu sulit disetujui. Alasannya, Pemerintah Provinsi Sulsel bersama Kemendikbud telah mencanangkan untuk mendirikan institusi yang terkhusus juga pada kebudayaan. “Saya rasa sulit disetujui karena Pemprov dan Kemendikbud juga mendirikan institut budaya,” tegasnya.
“
Kita harapkan jangan ada penambahan jumlah fakultas, kecuali menambah karena memang kebutuhan. Dekan FBS, Kisman Salija
Sementara itu, Ketua Majelis Guru Besar UNM, Amin Rasyid menyatakan dukungan secara penuh terhadap rencana pendirian FIB. “Tentu ada perkembangan yang kita lihat positifnya. Kita sebagai anggota senat mempersilahkan sebagai pengembangan,” ujarnya. Senada dengan hal itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Amiruddin turut menyetujui ad-
anya rencana untuk membuat fakultas baru tersebut. “Hal ini merupakan pemikiran yang merupakan ide brilian. Dengan adanya fakultas baru akan lebih meningkatkan kualitas universitas, selain itu universitas pun akan semakin berkembang dan semakin bagus tentunya”, ungkapnya. Namun, Pembantu Rektor Bidang Sarana dan Prasarana (PR II), Nurdin Noni memandang, membentuk sebuah fakultas baru itu menitikberatkan pada tujuannya untuk pengembangan yang lebih dalam pada disiplin ilmunya. “Tergantung dari tujuannya. Kalau itu memang untuk pengembangan ilmu budaya, mengapa tidak,” katanya. Senada dengan Nurdin, Dekan Fakultas Teknik (FT), Husain Syam, mengatakan, fakultas dibentuk untuk mewadahi prodi atau jurusan yang serumpun tapi lebih spesifik seperti FIB ini. “Selama bisa mewadahi, itu bagus,” tuturnya. Hingga saat ini, seluruh berkas kelayakan pendirian fakultas itu sudah dikirim ke pusat untuk dinilai. “Berkasnya sudah dikirim ke Jakarta dan semoga disetujui secepatnya,” harap Rektor UNM, Arismunandar. (tim)
FIB Seolah Dipaksakan KETIKA nanti Dikti mengeluarkan izin pembentukkan fakultas ini, maka UNM akan mengasuh 10 fakultas. Namun, sudah pantaskah kampus orange ini mendirikan fakultas yang berlabel budaya? Parahnya, FIB dianggap seolah dipaksakan, apalagi melihat prodi yang diasuhnya sama saja apa yang ada di FBS. Jika hanya diisi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Sastra Indonesia dan Pendidikan Bahasa Daerah sebagai embrio dari FBS. Tentunya, kalau seperti itu output yang dihasilkan sama saja. Namun, apabila membentuk fakultas baru lantas keluarannya sama saja dengan ketika di FBS, maka tak salah jika Kisman mengatakan tidak perlu menambah jumlah fakultas di FBS kecuali hal itu memang Profesi FM - 107.9 MHz
benar-benar dibutuhkan. Nyatanya ketiga prodi itu diakui Kisman terakomodasi dengan baik di FBS. Menurutnya, FIB terkesan rancu sebab berlatarbelakang budaya namun hanya memfokuskan diri pada bahasa dan kependidikannya. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia pun jadi korban yang mestinya tetap di FBS. Padahal nyatanya masih ada prodi yang lebih layak ditarik ke FIB seperti Prodi Antropologi dan Sejarah. Kedua prodi tersebut saat ini dinaungi Fakultas Ilmu Sosial (FIS). “Saya justru melihatnya rancu karena kenapa bahasa saja yang diambil. Padahal ada prodi lain seperti Antropologi dan Sejarah. Tapi, mungkin FIS tidak mau menyerahkan begitu saja prodinya,” terang Kisman.
Belum lagi, jika kita mengok dari FIB yang ada di PTN di Indonesia. Semestinya, Jurusan Atropologi dan Sejarah yang ada di FIS juga ikut nebeng di bawah naungan fakultas itu. Hanya saja, itu tidak mungkin terjadi. Birokrasi FIS dengan terang-terangan menolak prodinya ikut ditarik. Hal itu dibenarkan Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I) FIS, Hasnawi Haris. Menurutnya, FIB tidak akan mengambil jurusan yang ada di FIS. Dan itu memang tidak mungkin terjadi. “Pernah ada isu akan adanya jurusan/prodi yang akan dialihkan ke FIB yang muncul di rapat senat, namun sudah dibicarakan dan disepakati untuk tidak mengambil jurusan lain untuk dimasukkan di FIB nantinya,” ujar Profesor Hukum ini.
Senada dengan Hasnawi Haris, Amiruddin selaku Dekan FIS juga menyatakan hal yang sama. Ia berharap, FIB membuat jurusan yang belum pernah ada di UNM. Tidak mencoba mengalihkan jurusan yang sudah ada di fakultas lain untuk ditarik masuk ke fakultas yang baru. Tambah Dosen Sejarah ini, kalau mengambil jurusan atau prodi yang sudah ada, itu berarti bukan mendirikan namanya, tetapi mengambil jurusan fakultas lain. “Jangan mengambil jurusan yang sudah ada. Kalau memang seperti itu, lebih baik kita gabungan saja FIS dengan FIB menjadi satu fakultas yaitu Fakultas Ilmu Sosial Budaya. Semakin banyak jurusan di UNM akan semakin bagus untuk perkembangan UNM sendiri,” tutupnya. (tim) Urai data, ungkap fakta, saji berita
10
Reportase Khusus
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
www.profesi-unm.com
FBS Bakal Ganti Nama LEPASNYA beberapa Prodi FBS ke FIB nantinya bakal mempengaruhi nama fakultas ungu ini. Kemungkinan terjadi perubahan nama seperti yang dialaminya dulu sewaktu FBS masih satu dengan FSD. Kala itu, FBS dengan singkatan yang sama namun kepanjangan yang berbeda yakni, Fakultas Bahasa dan Seni. Sama halnya yang dialami Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS) yang saat ini berpisah dan berdiri dengan nama Fakultas Ekonomi (FE) dan Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Dikonfirmasi terkait hal ini, PR II, Nurdin Noni, membenarkan kemungkinan terjadinya perubahan nama FBS seperti sebelumnya. “Sama seperti waktu pisah sama FSD,” ungkapnya. Sementara itu, Dekan FBS, Kisman Salija mengatakan, belum dapat memastikan fakultas yang dibinanya bakal berubah nama atau tidak. Sebab, fakultas ungu itu masih memiliki beberapa prodi bahasa dan pendidikan bahasa. “Belum pasti. Kita tunggu saja keputusan dari pusat baru kita mempertimbangkan,” terangnya. Ia mengakui belum ada kejelasan nama pengganti untuk FBS jika FIB benarbenar terbentuk. Lebih lanjut, Kisman mengungkapkan, kedepannya FBS lebih memfokuskan diri pada program studi bahasa asing. “Kini kita telah siapkan prodi Bahasa Arab dan Bahasa Mandarin. Saat ini proposalnya masih ditinjau ulang di pusat,” jelasnya.
Jumlah Prodi Akan Ditambah UNM kini tengah menunggu keputusan Dikti dan PAN menyetujui proposal mendirikan fakultas baru FIB. Pada berkas tersebut UNM hanya mencantumkan tiga program studi. Nantinya, jika FIB terwujudkan, fakultas itu akan menambah prodinya menjadi enam. Hal ini diungkapkan Rapi Tang selaku anggota Tim Sembilan. Prodi Pendidikan Bahasa Daerah yang salah satu dari tiga prodi yang diusulkan rencananya akan dibagi dua, yakni Pendidikan Bahasa Daerah Bugis dan Prodi Pendidikan Bahasa Daerah Makassar. Sehingga ada empat prodi. Selanjutnya, masih akan ada dua prodi lagi yang diajukan yaitu Kajian Budaya Lokal dan Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Advokasi. “Jika prodi yang dua ini diterima maka ada enam prodi sehingga fakultas ini nantinya menjadi fakultas yang besar,” pungkas Rapi Tang. (tim)
TIM REPORTASE KHUSUS Koordinator: Khaerul Mustaan Anggota: - Fadillah Dwi Oktaviani - Nurjanna Jamaluddin - Rukmana Mansyur Urai data, ungkap fakta, saji berita
FIB Tak Miliki Kejelasan Tempat SEOLAH hanya matang dikonsep, usulan lahirnya fakultas tersebut ternyata belum jua mendapat kejelasan tempat. Terkait infrastruktur yang bakal digunakan FIB nantinya masih sebatas angan-angan. Hingga saat ini pihak universitas pun belum mampu memberikan jawaban pasti perihal lokasinya. Guru Besar di Bidang Sastra Indonesia, Rapi Tang
malah berencana untuk sementara masih akan memakai gedung FBS. Alasannya, sambil menunggu keputusan dari DIKTI mengenai izin pendirian fakultas yang dibentuknya itu. “Untuk sementara tetap di sini dulu (FBS) sambil melihat dimana lokasi atau gedung yang memungkinkan jadi belum ada. Tentu kedepannya tentu akan diusahakan untuk
mendapatkan gedung-gedung yang memang layak ditempati sebuah fakultas,” tuturnya. Belum adanya gedung yang disediakan untuk FIB juga dibeberkan Pembantu Rektor Bidang Sarana dan Prasarana (PR II) Nurdin Noni. Alasannya, karena fakultas ini masih butuh waktu lama untuk resmi. “Tunggu dulu keputusan dari pusat. Kalau disetujui baru kita ren-
canakan lagi gedungnya,” jelas dosen FBS ini. Alhasil, jika belum ada tempat yang didapatkan sementara proposal untuk membentuk fakultas baru itu telah disetujui, FIB akan meminjam gedung FBS. “Sama dulu dengan FBS dan FSD ketika pisah gedungnya dibagi. Begitupun FBS dan FIB nantinya,” kata mantan PR IV ini. (tim)
Data Penambahan Jumlah Fakultas UNM - Tahun 2003: Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS). - 11 Juni 2008-sekarang: Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dengan SK Rektor No. 4219/H36/KL/2008. - Fakultas Ekonomi berdiri sendiri terpisah dari FEIS maka diterbitkanlah Surat Dikti Depdiknas No. 2875/D/T/2007 tanggal 27 September 2007. - Fakultas Seni dan Desain (FSD) berdiri sendiri dengan terbitnya surat persetujuan Depdiknas melalui SK Dikti Nomor 2874/D/T/2007 tanggal 27 September 2007. - Tahun 2008: FBS membawahi 3 jurusan: Bahasa & sastra Indonesia, bahasa Inggris, Bahasa Asing/Jerman. Sumber: BAAK UNM
Desain Grafis: Khaerul Mustaan
Kisman Ogah Berikan Gedung FBS FIB nampaknya harus gigit jari. Pasalnya, rencana meminjam gedung FBS untuk sementara waktu tidak bakalan terwujud. Itu lantaran Dekan FBS, Kisman Salija dengan tegas menyatakan tidak akan membiarkan gedungnya dipakai oleh FIB. Orang nomor satu di FBS ini mengatakan, fasilitas yang dipakai Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia adalah milik jurusan tersebut, namun gedungnya adalah kepunyaan FBS. “Silahkan bawa alatnya, bawa fasilitasnya, tapi kalau gedungnya tidak bisa,” tegas Kisman. Kisman berkilah, dirinya bukannya tidak mau memberikan gedung kuliahnya, hanya saja situasinya tidak kondusif bila ruang kuliah digunakan tiga fakultas, yakni FBS, FSD dan FIB. “Bagaimana caranya mahasiswa FIB kuliah di sini? ruangannya sudah kecil masa mau dipakai tiga fakultas lagi, mau berkelahi lagi? Ruangannya sudh kecil masa mau dipakai 3 fakultas lagi. Itu yang kami perjuangkan ”celotehnya. Ia malah menambahkan, FIB tidak usah ditempatkan di Kampus Parang Tambung. Misalnya gedung milik Lembaga Penelitian (Lemlit, red) yang ada di Gunung Sari.
Dekan FBS, Kisman Salija Profesi FM - 107.9 MHz
Inovasi
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
11
www.profesi-unm.com
Sulap Bongkot Lontar Jadi Kursi KETIKA Bakharani Rauf, melintasi daerah penghasil batang lontar seperti Wajo, Sidrap bagian Pancalautan, dan Jeneponto. Kebanyakan masyarakat daerah setempat mengunakan batang pohon lontar yang sudah tidak produtif lagi ditebang dan kayunya diambil sebagai balok untuk rumah panggung. Memanfaatkan peluang yang ada, alumni doktor pendidikan lingkungan ini menyulap bongkot pohon lontar ini menjadi Kursi Antik dari Bongkot Lontar yang memiliki nilai seni dan ekonomis . Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik (PD III FT) menjelaskan, biasanya masyarakat hanya memanfaatkan batang lontar untuk dijadikan bahan bangunan rumah adat, bongkotnya tidak diambil karena merupakan pangkal pohon lontar yang bentuknya tidak lurus, sehinggah bongkot tersebut tidak layak dijadikan bahan untuk rumah panggung dan dibiarkan saja membusuk. Sebenarnya jika dimanfaatkan, bongkot lontar memiliki
nilai seni dan ekonomis, sebagai kerajinan tangan berupa kursi. Cara pembuat kursi dari bongkot lontar, potongan bongkot lontar itu di balik dengan tujuannya bagian bawahnya yang lebar digunakan sebagai sandaran nantinya. “Jika tidak dikeluarkan isi dari bongkot lontar maka akan melapuk dengan sendirinya, lagi pula jika isi dari kayunya dikeluarkan kursinya menjadi ringan,” tuturnya. Potongan bongkot lontar yang sudah di balik itu, dibelah guna mempermudah untuk mengeluarkan isi dari bongkot lontar tersebut. Setelah isi bongkot lontar sudah bersih, maka ditambahkan papan sebagai jok sandarannya dengan ketinggian mencapai 50 cm dari bundaran atau dudukannya lalu dilapisi karet busa, begitu pula dengan bagian bawahnya yang berbentuk bundar diberikan jok berdiameter sekitar 50-70 cm kemudian dilapisi dengan karet busa sebagai dudukan nya. Jadi pada saat bongkot lontar dibalik semua isi bongkot tersebut dikeluarkan dengan cara bagian tengahnya dilubangi karena bagian
IST.
yang paling kuat dari bongkot ini bagian luarnya saja dengan ketebalan 20 cm dari luar kulit bongkot lontar bagian dalamnya itu sangat rapuh dan cepat lapuk,” katanya.
Waktu yang dibutuhkan untuk membuat empat kursi dan satu meja dibutuhkan waktu enam hari. Bentuk dari kursi dari bongkot lontar ini ada dua macam, ada
Mi Lela (Mie Lele Labu)
BEGITU banyaknya jenis mie yang ada di Indonesia dan memiliki cita rasa yang bervariasi, memicu sekelompok mahasiwa Universitas Negeri Makassar melakukan sebuah penelitian inovatif, untuk memberikan rasa berbeda bagi pecinta kuliner terkhusus mie. Mie Lele Labu (Mie lela) yang sementara masih dalam tahap percobaan, itu dicetuskan oleh Nuraini Yusuf (ketua), Reski Ramadani, Sriwidayani Syam, Sri Wahyuni, A. Nurul Virninda, merupakan mahasiswa jurusan Kimia angkatan 2012, serta pendamping Ilham Baharuddin. Selain itu, para peneliti muda tersebut ingin mencoba menggantikan makanan pokok masyarakat, yang dulunya beras menjadi mie. Penggabungan antara cita rasa dan nilai gizi dalam penelitian tersebut tetap menjadi poin penting seProfesi FM - 107.9 MHz
belum masuk pada tahap promosi. Proses pencampuran bahan baku dari Mie lela ini terbilang cukup terjangkau. Terdiri dari terigu, ikan lele dan labu. Nuraini, selaku ketua mengatakan, makanan pokok ini nantinya selain memiliki rasa yang unik, juga memiliki keunggulan gizi yang lebih. “Kandungan gizi yang terkadung dalam Mie Lele Labu itu berupa vitamin C, vitamin A dan beta karoten. Zat besi dan kalium pada labu kuning, protein pada tepung terigu, sedangkan pada ikan lele gizi yang di kandung berupa sumber energi, protein, kalsium, lemak posfor, zat besi, natrium, tinamin, riboflavin dan nasin,” jelasnya. Ia menambahkan, cara pembuatan makanan ini juga tak rumit. Bahanbahan yang disediakan adalah tepung terigu, daging ikan lele yang sudah dihalusakan, labu
yang sudah dikukus kemudian dihaluskan juga lalu ditambahkan sedikit garam secukupnya dan baking powder. Setelah bahan-bahan telah siap maka semua bahan-bahan tersebut dicampur jadi satu sehingga menghasilkan adonan mie yang berbentuk bulat. Adonan-adonan yang bulat tersebut kemudian dipipihkan dan dimasukkan ke dalam mesin cetak khusus untuk olahan mie. Langkah selanjutnya, mengukus mie hingga matang, selama proses pengukusan mie dilapisi dengan daun pisang. Daun pisang ini bertujuan untuk memberikan aroma harum pada mie tersebut, saat mienya dihidangkan. Reski Ramadani juga mengutarakan, pembuatan masakan inovatif ini terhitung sederhana, karena bahan bakunya sangat terjangkau dan mudah didapatkan oleh masyarakat. “Sebenarnya komposisi dari Mie Lele Labu ini sangat sederhana karena bahanbahannya menggunakan bahan bumbu dan bahan masakan dapur. Untuk campuran ikannya biasa menggunakan ikan lain
selain lele,” ungkap anggota LPM Penalaran ini. Sedangkan, Ilham Baharuddin menyatakan, penelitian ini didasarkan pada krisis pangan yang terjadi. Efek global warming membuat jumlah produksi bahan pangan terutama beras itu tidak menentu. Lanjutnya, melihat fenomena yang terjadi, untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya inovasi yang dapat digunakan sebagai alternatif baru. Salah satunya dengan cara mengatasinya dengan mengunakan mie sebagai pengganti beras. “Karena menurut survei yang ada, masyarakat Indonesia menduduki peringkat kedua pengkomsumsi mie terbesar di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC),” cap alumni LPM Penalaran ini. Hanya saja, yang masih menjadi kendala pada pembuatan Mie Lela ini karena belum mempunyai hak paten dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Karena jika belum mendapat hak paten maka penelitian tidak bisa dilanjutkan berdasakan peraturan Dikti tahun 2013. (sam)
yang tidak memakai sandaran dan memakai sandaran. Kebanyakan kursi bongkot pohon lontar yang dibuat biasanya tidak menggunakan sandaran. (sam)
Bio Massa Sebagai Alternatif Bahan Bakar MELIHAT fakta yang ada sekarang ini, kelangkaan sumber daya alam (SDA) akibat eksploitasi manusia secara besar-besaran, khususnya minyak bumi sudah sangat meresahkan. Bahkan para peneliti menaksirkan, pada tahun 2025 minyak bumi yang biasa dijadikan bahan bakar ini akan habis, dan diketahui bahwa bahan bakar minyak merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Untuk mengurangi pengunaan bahan bakar dengan mebuat sebuah inovasi yang mana bisa dijadikan altrnatif untuk menghemat pengunaan minyak bumi sebagai bahan baku utama dari bahan bakar. Olehnya, Wijaya mencoba untuk melakukan penelitian ilmiah untuk tidak menjadikan bahan bakar sebagai prioritas dalam menunjang efektifitas kerja masyarakat secara umum. Dosen Jurusan Kimia ini melakukan inovasi di bidang lingkungan hidup, sebagai pengganti bahan bakar, dengan memanfaatkan limbah bio massa dari serbuk bambu dan tempurung kemiri. Dalam penelitiannya, ia menggunakan teknologi pirolisis. Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, dimana material mentah akan mengalami pemeca-
han struktur kimia menjadi fase gas. Melalui teknologi ini, akan menghasilkan bahan bakar industri rumahan, seperti tungku listrik berupa asap cair. Di dalam prosesnya, tungku ini menggunakan arang sebagai bahannya, lalu hasilnya bisa dijadikan sebagai bahan bakar pengganti bensin. Wijaya mengatakan, hal ini juga bisa digunakan bagi pengguna angkutan angkutan umum untuk lebih menghemat uang. Dengan mencampurkan 10 persen asap cair bahan bakar nabati dari 100 persen bensin, dikatakan Wijaya mampu untuk mengurangi polusi udara, ataupun pecemaran lingkungan. Penelitian ini juga dianggap mampu untuk membantu pemerintah dalam menyukseskan peningkatan emisi karbon, yang dinilai tujuh tahun ke depan akan mencapai 26 persen, dan saat ini emisi karbon tersebut sudah mencapai 17 persen. Hanya saja, Wijaya mengakui masih terkendala pada anggaran. Di penelitiaannya yang sejak 2012 lalu telah dikerjakan, ditaksirnya memerlukan biaya sebesar 80 jutaan rupiah. Setelah itu, baru Wijaya akan melakukan jurnal akreditasi nasional, untuk mempunyai hak paten sebagai syarat untuk lebih mengembangkan penelitiaanya tersebut. (sam)
Urai data, ungkap fakta, saji berita
12
Pariwara
Tabloid Mahasiswa Mahasiswa UNM UNM Tabloid Profesi Edisi Edisi 166 166 Profesi April Tahun Tahun XXXVI XXXVI 2013 2013 April
www.profesi-unm.com
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Profesi FM - 107.9 MHz
Lensa Orange
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
13
www.profesi-unm.com
Prosesi pengukuhan para sarjana atau yang biasa disebut dengan wisuda, kembali digelar oleh UNM, pada Rabu-Kamis, 10-11 April 2013. Acara sakral satu ini, selalu menjadi sesuatu yang dinanti oleh setiap mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studinya. Tidak hanya wisudawan atau wisudawati , orang tua, saudara, dan kerabat juga merasakan kebahagiaan atas dikukuhkannya keluarga mereka sebagai seorang sarjana. Inilah serba-serbi wisuda yang sempat tertangkap oleh kamera fotografer LPPM Profesi UNM, Rizki Army Pratama.
Lempar Toga Menuggu
Suami Isteri Dipotret
Lepas Toga
Profesi FM - 107.9 MHz
Disiarkan
Urai data, ungkap fakta, saji berita
14
Opini
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
www.profesi-unm.com
LK dan Birokrat Bersinergilah!
*Arwin Sanjaya “DAHULUKAN kuliah utamakan organisasi.” Sebuah ungkapan yang sering dilontarkan kaum aktivis sebagai keselarasan yang harus terpenuhi oleh mahasiswa yang sesungguhnya. Akademik dan organisasi merupakan dua komponen yang idealnya bersinergi dalam dunia kemahasiswaan. Pemenuhan akademik sebuah keniscayaan yang mesti terselesaikan dalam pergulatan kuliah, sedangkan organisasi merupakan penunjang akademik dan wadah mengolah dan mengasah krearivitas serta peningktan Soft Skill. Refleksi tentang kondisi lembaga kemahasiswaan khususnya di UNM hanya terjebak pada kebanggaan sejarah para pendahulu fungsionaris kita, dimana telah banyak mengantarkan Lembaga Kemahasiswaan pada masa kejayaan dan
menempatkannya sebagaimana fungsinya. Namun pada persoalan akademik tidak kalah saing dengan mahasiswa akademisi. Hal yang pasti bahwa kondisi dulu dan sekarang jauh berbeda merupakan alibi yang sering dilontarkan pengurus Lembaga Kemahasiswaan (Saya sendiri sebagai mantan pengurus LK). Sebuah kenyataan yang harus dielakkan bagi pengurus LK agar tidak terkondisikan dan terjerembak pada determinisme zaman. Bahwasannya setiap zaman memiliki entitas tersendiri. Begitupun dengan periodeisasi kepengurusan lembaga kemahasiswaan. Menilik kondisi kemahasiswaan dan lembaga kemahasiswaan hari ini telah terjadi ambivalensi antara organisasi dan akademik yang sulit diretas oleh mahasiswa dan telah memperjelas identitas mahasiswa akademisi dan organisatoris. Mahasiswa akademisi hanya sibuk pada kuliahnya sedangkan organisatoris berkutat pada organisasinya sehingga terabaikan kuliahnya. Maka terjadilah ungkapan pamungkasnya PR III UNM “Jangan sampai organisasi menjadi bomerang bagi akademik.”
Menurut Dr. Sabri (dosen filsafat UIN ) bahwasannya dunia kampus telah terjebak dalam pandangan Post Positivisme yang menyandarkan segala sesuatu pada indeks (angka-angka). Mahasiswa dikatakan cerdas atau ideal ketika memilik IPK yang tinggi. Padahal dalam realitasanya angka-angka itu tidak memiliki entitas objektif dan hanya tergambar dalam konsep atau pahaman manusia. Maka wajarlah manusia hanya diarahkan yang sifatnya meterialis yang berorientasi pada angka-angka. Semestinya ada sesuatu hal yang membutuhkan perhatian lebih dari indeks itu yaitu penanaman nilai kedirian manusia, akhlak ,dan rasa cinta dalam dunia kampus. Dalam Pepatah Inggris: ada perbedaan arti antara kata House dan Home. House adalah bangunan yang disusun dari pasir dan batu-bata sedangkan Home adalah sebuah bangunan yang disusun atas dasar cinta. Maka tak heran kalau mahasiswa sering merusak dan membakar kampus sendiri karena pandangannya kampus itu adalah rumah (House) bukan Home. Olehnya itu kesadaran akan akhlak dan kecintan juga yang mesti disemayamkan dalam dunia kampus.
Lembaga kemahasiswaan hari ini telah mengalami pergeseran nilai-nilai dan ruh perjuangan sehingga melemahkan segala cita-cita bersama. Hantaman yang sering melanda LK yaitu citra LK mata civitas akademika telah terkebirikan dan minimnya karya serta selalu dianggap rival dan berita tak menyenangkan bagi birokrat. Ditambah lagi aturan kemahasiswaan yang ketat dan kaku yang tak mampu diejawantahkan kalangan penggiat organisasi. Hal ini membuat animo berlembaga mahasiswa saat ini berkurang dan memilih berorganisasi eksternal dan yang lebih miris mahasiswa memilih tak berorganisasi. Maka menjamurlah mahasiswa akademisi paten. Bercerita tentang pengalaman Study Komparatif yang saya lakukan bersama pengurus Himpunan lainya tahun lalu di beberapa universitas Pulau Jawa membuat kami iri melihat antusias dan kultur berlembaganya. Tergambar jelas konsolidasi potensi yang begitu apik dan harmonis antara birokrsi kampus dan pengurus lembaga. Sebagai contoh Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dalam hal penentuan kebijakan kampus melibatkan pengurus lembaga untuk
meminta pandangan terlebih dahulu sebelum disahkan. Dana LK nya pun untuk tingkat jurusan senilai 40juta dalam satu periode pengurusan. Jadi tingkat fakultas dan universitas silahkan pembaca sendiri yang taksirkan. Kalau di UNM?? Tentunya pandangan yang berbeda. Selain dana LK minim, pencairannya pun tersendat-sendat sehingga LK terpaksa pinjam uang. Kegiatan yang sifatnya mendesak mengharuskan turun ke lampu merah untuk penggalangan dana bak pengamen jalanan. Ada sebuah keterikatan posisi dan emosional yang telah luntur.Semestinya Birokrasi dan Lembaga Kemahasiswaan harus bersinergi untuk kemajuan UNM. Kiranya Birokrat UNM menempatkan dirinya sebagai orang tua dan mahasiswa/ pengurus LK sebagai anak dimana eksitensi birokrat (orang tua) terjelaskan ketika eksistensi mahasiswa (anak) terjelaskan pula. Birokrasi dan LK sudah selayaknya bersinergi dan menempatkan diri sebagai mana posisi, tugas dan tanggungjawabnya.!! Ketika itu telah terjalin ku yakin UNM akan lebih baik ke depan. *Penulis adalah Ketua HMPS AP FIS Periode 2011-2012.
Tenaga “Bimbingan dan Konseling” Akan Tetap Terpakai di Sekolah ? Oleh: M. Amirullah KONSELOR sekolah atau yang lebih akrab di telinga kita sebagai guru BK saat ini boleh jadi mengalami kegelisahan terkait dengan digodoknya kurikulum baru 2013. Betapa tidak, keberadaan layanan bimbingan dan konseling yang selalu menjadi bagian integral dalam kurikulum pendidikan di negeri ini selama kurang lebih 52 tahun, tercatat sejak tahun 1960an, kini seolah tak lagi diakui keberadaanya oleh kurikulum yang baru. Kerisauan yang lebih boleh jadi juga dialami oleh para calon tenaga bimbingan dan konseling di sekolah. Jika kurikulum baru 2013 ini benar-benar direalisasikan, tanpa adanya lagi perubahan, maka bisa saja para mahasiswa yang saat ini menjalani pendidikan sebagai calon guru BK akan berpikir ribuan kali untuk melanjutkan pendidikan di program studi tersebut. Keberadaan konselor sebagai salah satu bagian dari pendidikan di sekolah sebenarnya telah ditegaskan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU sisdiknas tersebut disampaikan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan menegaskan bahwa konselor adalah pendidik. Rencana penerapan kurikulum baru 2013 ini sontak menimUrai data, ungkap fakta, saji berita
bulkan pro dan kontra, terutama di kalangan para pakar dan praktisi pendidikan karena beberapa kebijakan-kebijakan baru. Salah satu dari kebijakan tersebut adalah tidak disinggungnya pelayanan bimbingan dan konseling. Secara tersurat memang layanan Bimbingan dan Konseling tidak ada lagi dalam kurikulum baru tersebut. Tapi salah satu dasar adanya pengembangan kurikulum baru ini yang penulis lihat pada draft uji publik adalah makin maraknya fenomena negatif yang mengemuka di kalangan para pelajar seperti perkelahian antar pelajar, narkoba, korupsi, kecurangan dalam ujian. Pengembangan kurikulum 2013 yang juga berorientasi pada persiapan kompetensi masa depan siswa yang salah satunya agar memiliki kesiapan untuk berkarir di dunia kerja. Nyatanya semua itu adalah tugas yang dibebankan kepada konselor sekolah. Salah satu masalah yang mendasar pada pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah penggunaan tenaga konselor yang ada di sekolah itu sendiri. Saat ini banyak guru BK yang menjadi konselor sekolah, namun tidak berasal dari latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling. Alhasil, implikasinya berimbas pada bagaimana ia memberikan layananya. Guru Bimbingan dan Konseling yang diharapkan mampu membantu siswa dari aspek psikologis, pengembangan diri, masalah pribadi, masalah belajar, masalah
sosial, dan masalah karir justru malah menjadi polisi sekolah, satpam sekolah, atau bahkan tukang cukur sekolah, yang kerjaannya menghukum siswa yang terlambat, menggunting rambut siswa yang terlalu panjang, dan banyak lagi tugas-tugas guru BK yang sangat jauh dari apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru BK/ Konselor. Permasalahan tersebut tidak hanya dari kualitas tenaga bimbingan dan konseling, namun juga dari segi sarana dan prasarana bimbingan dan konseling yang disiapkan oleh sekolah. Ruangan bimbingan dan konseling acap kali hanyalah ruangan-ruangan parasit yang menumpang pada ruang guru atau ruang tata usaha. Bahkan juga kadang gudang-gudang yang tidak terpakailah yang kemudian disulap menjadi ruangan BK tanpa memperhatikan lagi standar ruang bimbingan dan konseling yang seharusnya. Dengan adanya Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor maka guru Bimbingan dan konseling yang ada di sekolah harus berlatarbelakang pendidikan bimbingan dan konseling. Artinya, di tahun 2013 ini guru yang bertugas sebagai konselor sekolah di seluruh Indonesia harus benar-benar mempunyai kualifikasi akademik yang dibuktikan dengan latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling. Tahun 2013 ini seharusnya menjadi momentum kebangkitan dunia bimbingan dan konseling In-
donesia. Namun, hal itu mendapatkan sedikit tantangan lewat rencana pemerintah memberlakukan kurikulum baru yang di dalamnya tidak ada lagi pelayanan bimbingan dan konseling secara tersurat. Pengembangan kepribadian siswa, dan juga masalah kesiapan untuk terjun kemasyarakat dan dunia kerja yang seharusnya menjadi tugas konselor sekolah rencananya akan dilimpahkan kepada guru mata pelajaran masing-masing. Bagaimana para calon konselor menyikapi hal ini? Saya pribadi melihat bahwa kurikulum 2013 ini sebenarnya bisa menjadi momentum kebangkitan bimbingan dan konseling di Indonesia ataupun malah sebaliknya. Alasannya bahwa secara tersurat memang layanan bimbingan dan konseling tidak disinggung lagi dalam rencana kurikulum ini, namun secara tersirat sebenarnya pelayanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan untuk tetap menjadi bagian yang integral dalam kurikulum yang baru ini. Hal itu terlihat dari orientasi tujuan
pengembangan karakter siswa dan kesiapan untuk terjun ke masyarkat yang ditekankan pada kurikulum yang baru ini. Dan kedua hal itu adalah hal yang sangat linear dengan tugas dan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah. Secara hukum juga bimbingan dan konseling cukup kuat dengan terbitnya peraturan pemerintah tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Permendiknas tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik Konselor. Dengan demikian, para calon konselor tidak perlu risau dan gusar apalagi sampai berpikir untuk segera meninggalkan perkuliahan yang sedang dijalani saat ini. Yang paling penting untuk dilakukan saat ini oleh para calon konselor sekolah adalah senantiasa meningkatkan kualitas pribadi sebagai calon konselor yang diharapkan bisa berimplikasi pada peningkatan kualitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. *Penulis adalah mahasiswa jurusan PPB prodi BK FIP UNM angkatan 2010.
LPPM Profesi UNM menerima tulisan dalam bentuk opini dari civitas akademika UNM. Tulisan dibatasi maksimal 3000 karakter. Redaksi berhak mengedit atau memotong tulisan anda tanpa mengubah maknanya.
Profesi FM - 107.9 MHz
Profesiana
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
15
www.profesi-unm.com
Ternyata Hanya Harapan Palsu MALANG nian nasib Aktur Ryank Pratama dan Khalisatunnisa, Finalis Duta Entrepreneur UNM 2012 yang terpilih Agustus silam. Sudah delapan bulan sejak diputuskan sebagai pemenang, sampai hari ini keduanya belum memperoleh hadiah yang dijanjikan panitia penyelenggara. Kebahagiaan yang awalnya dirasakan oleh Aktur dan Khalisha berbuah kecewa. Harusnya mereka telah membawa pulang sertifikat dan uang tunai 10 juta rupiah atas keberhasilannya menjuarai ajang tersebut. Setelah pengumuman, keduanya pun mempertanyakan hadiah yang berhasil diperolehnya. “Saya tanya penanggung jawab kapan hadiah ini bisa dicairkan, panitia bilang, nanti setelah pulang. Tapi satu minggu pertama belum ada kabar sampai satu bulan,” ujar Ryan. Merasa tidak ada kejelasan perihal hadiah itu, keduanya meminta langsung kepada panitia penyelenggara. Namun, bukan kejelasan yang mereka peroleh, justru keduanya merasa dipersulit dengan berbagai syarat yang diajukan guna pencairan uang yang menjadi hak mereka. Menurut Khalisha, mereka diperintahkan untuk membuat proposal. Namun, setelah membuat proposal dan menyerahkannya kepada panitia, mereka malah tak mendapat tanggapan. “Setiap kali dikonfirmasi selalu ada alasan yang seolah-olah ingin mengalihkan pembicaraan kami tentang hadiah itu,” ungkap mahasiswi jurusan
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik itu. Sementara itu menurut Ryan, pada saat mencoba meminta kejelasan proposal dirinya mengaku mendapat tanggapan yang tidak bersahabat. “Begitu proposal jadi, asistennya terus yang balas. Bapak emosi katanya, kamu kayak apa saja minta-minta. Lah itukan hak kita, lucu kan kalau kita menang malah disuruh bikin proposal dan sekarang malah membingungkan,” kesal mahasiswa jurusan PGSD itu. Ia juga menambahkan, hadiah tersebut secara simbolis telah diserahkan pada saat pengumuman pemenang di depan peserta yang lain dan dewan juri. Toh, sampai hari ini hadiah tersebut hanya sebatas harapan palsu belaka. Merasa ditipu, keduanya terus mencari titik terang bahkan Khalisha sempat mengadu kepada Dekan FT, Husain Syam agar kiranya dibantu. Ajang pemilihan duta entrepreneur UNM yang diselenggarakan sebagai salah satu rangkaian dies natalis UNM ke-5O itu, sebenarnya secara khusus disponsori oleh Klinik Olahraga UNM yang diketuai Muhammad Najib Bustan. Najib lah yang sejak awal menjanjikan dan mengimingimingi penghargaan serta hadiah bagi peserta yang berhasil menjadi pemenang. “Jangankan uang tunai, hingga saat ini sertifikat untuk semua peserta saja belum ada kejelasan,” beber Ryank. Setelah dikonfirmasi di ruangannya,
Najib membantah jika pihaknya sengaja mempersulit keduanya. Guru Besar Fakultas Imu Keolahragaan ini menuturkan bahwa masalah ini hanya kesalahpahaman antara dirinya dengan peserta. Penghargaan kepada duta entrepreneur terpilih bukanlah dalam bentuk hadiah yang diberikan secara cuma-cuma, tapi itu akan diberikan sebagai modal pengembangan bakat entrepreneur mereka. Ia membenarkan kalau hadiah itu sebesar 10juta rupiah dan diambil dari dana DIPA untuk pengembangan Klinik Olahraga. “Saya tidak mau dipenjara gara-gara sembarangan mengeluarkan uang negara, makanya saya suruh untuk membuat proposal yang menunjang pengembangan klinik”, elaknya. Ia juga menambahkan bahwa ia berniat untuk mengajak mereka bekerjasama mengembangkan klinik dengan hadiah berupa modal tersebut, tetapi keduanya selalu sibuk sehingga ia mengambil alih sendiri. Hadiah tersebut menurut Najib kini telah ia kelola menjadi pusat layanan massage di kampus pascasarjana UNM. Namun, apapun yang terjadi, janji tetaplah utang dan utang harus dibayar. Perlu diketahui, ajang
tersebut diikuti 30an peserta dari seluruh fakultas di UNM. Selama satu minggu peserta mengikuti serangkaian ujian sebelum akhirnya diputuskan siapa yang berhak menjadi pemenang dan dinobatkan sebagai duta entrepreneur sekaligus untuk memperebutkan hadiah yang telah dijanjikan. (faj/rul)
INT.
Bilang Dulu Dong Kalau Mau Potong...
“
Kalaupun ada pemotongan beasiswa tiap semester semestinya ditransparansikan ke mahasiswa. Ani (Samaran) Mahasiswa Penerima BPPs
MAHASISWA Program Pascasarjana UNM mengkritisi Beasiswa Program Pascasarjana (BPPs) oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti). Beasiswa yang diberikan kepada dosen ini dinilai tidak transparan dalam pengelolaannya. Salah satu mahasiswa penerima beasiswa ini, Ani (samaran) mengatakan informasi pengelolaan beasiswa ini tidak jelas, bahkan pemotongan BBPS tidak jelas dasar hukumnya. Termasuk besarnya presentase pemotongan beasiswa. “Saya rasa pengelolaan beasiswa ini harus jelas dan transparan
dengan rincian yang jelas,” ungkap mahasiswa eksponen 2010 ini. Lanjut Ani, pembayaran tiap semester juga sangat mahal. Ia juga mempertanyakan pemotongan yang dilakukan PPs tiap semesternya yang mencapai 7,5 juta atau hampir dua kali lipat mahasiswa reguler yang tidak menerima beasiswa yakni hanya membayar 4,25 juta persemester. “Kalaupun ada pemotongan beasiswa tiap semester semestinya ditransparansikan ke mahasiswa,” harapnya. Menanggapi keluhan mahasiswanya, Direktur PPs, Jasrud-
din, mengatakan mungkin ada miss komunikasi bagi sebagian mahasiswa terkait BPPs itu. Karena menurut Jasruddin, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada seluruh mahasiswa penerima beasiswa tersebut. “Tiap tahun selalu dikumpulkan dan dijelaskan secara rinci pengalokasian BPPs itu, biasanya tiga kali satu tahun, mungkin yang tidak hadir pada saat sosialisasi yang tidak mengerti,” ungkapnya. Sementara terkait besarnya pembayaran mahasiswa penerima beasiswa tersebut, lanjut jasrud-
din, sudah sesuai permintaan UNM yang disetujui Dikti. “Dikti membolehkan mengusulkan PPs mengusulkan komponen biaya hidup untuk penerima beasiswa dan dikti menyetujui dengan jumlah yang diusulkan PPS dan semua rinciannya jelas,” jelasnya. Dia juga memaklumi jika ada protes seperti itu dari mahasiswanya dan berjanji akan lebih mentransparansikan pengelolaan beasiswa di PPs. Hingga berita ini diturunkan PPs telah mengumumkan info BPPs 2013 di website resminya. (rul/pr20)
Bukan Salah Saya, Kok Saya yang Kena! BAGAIMANA rasanya diberi sanksi untuk kesalahan yang tidak diperbuat? Parahnya tidak ada peninjauan kembali meski fakta tentang kebenaran sebenarnya sudah jelas. Kejadian serupalah yang menimpa Sardi Selle dan Rini (Samaran), mahasiswa penerima Beasiswa Pendidikan Bagi Mahasiswa berprestasi (Bidik Misi). Keduanya sempat shock mendengar kabar bahwa beasiswa yang diterimanya sejak menjadi mahasiswa baru 2011 silam telah dicabut. Nama Sardi Selle dan Rini terselip diantara daftar 70 mahasiswa penerima bidik misi yang yang digugurkan. Daftar nama-nama tersebut adalah edaran dari bidang kemahasiswaan UNM tentang pencabutan bidik misi kepada mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tidak mencapai 2.75 selama Profesi FM - 107.9 MHz
tiga semester. Hal tersebutlah yang membuat Sardi Selle kecewa, beasiswanya dicabut tanpa konfirmasi terlebih dahulu terlebih tidak akuratnya data yang dimiliki pihak bidang kemahasiswaan sehingga membuat dirinya merasa dirugikan. Dalam edaran tersebut dicantumkan nilai Sardi Selle yang tak memiliki nilai semester 3 padahal sebenarnya IPK yang ia miliki di atas 3. “Nilai saya tidak pernah anjlok, saya selalu menaati aturan akademik yang berlaku dan tidak pernah melanggar aturan perkuliahan,” ujarnya. Sama halnya juga yang menimpa Rini. Ia mengaku IPK yang dimiliknya masih di atas standar yang disyaratkan untuk penerima bidik misi. “Bahkan nilaiku sebagai yang tertinggi di kelas,” ungkapnya. Merasa tidak puas atas keputusan tersebut, Rini melakukan
klarifikasi ke bagian kemahasiswaan di BAAK UNM dengan membawa transkip nilai dari program studi yang membuktikan dirinya masih berhak menerima beasiswa. Akan tetapi, jawaban dari pihak kemahasiswaan waktu itu menurut Rini tidak memuaskan, dirinya hanya mendapatkan keterangan bahwa IPK yang menjadi penilaian diambil dari website resmi UNM. Padahal sistem online tersebut belum sepenuhnya sempurna, terkadang nilai-nilai yang seharusnya sudah masuk sebelum memasuki semester berikutnya masih terlihat kosong. Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNM, Heri Tahir selaku penanggung jawab bidik misi menjelaskan, saat itu Dikti sudah mendesak untuk mengirimkan Surat Keputusan (SK) penerima beasiswa bidik misi angkatan 2010, 2011 dan 2012 agar danan-
ya bisa dicairkan, sehingga untuk memverifikasi nilai diambil dari website resmi UNM (Simpadu, red). “Kalau SK-nya tidak dikirim segera, kemungkinan dana untuk bidik misi UNM tidak akan dicairkan,” elaknya. Selain itu, ia juga membenarkan kalau sistem online yang ia jadikan rujukan sebagai bahan verifikasi belum maksimal, makanya ia beberapa kali telah menyurat kepihak fakultas agar segera memasukkan nilai-nilai mahasiswa. “Tapi tidak mungkin kita mau menunggu beberapa orang dan menundamenunda pengiriman sedangkan di sisi lain kita didesak Dikti, seandainya dosen tidak ada yang telat memasukkan nilai tentu hal seperti ini tidak akan terjadi,” terangnya. Mantan Ketuan Komisi Disiplin UNM ini juga mengakui verifikasi nilai yang pertama kali dilakukan tersebut masih banyak
kesalahan. Ke depan ia berjanji akan membuat sebuah sistem yang khusus mengurusi mahasiswa penerima bidik misi yang tiap tahun bertambah sehingga kesalahan bisa diminimalisir. Ia juga berjanji akan memprioritaskan mahasiswa yang merasa dirugikan dengan kebijakannya tersebut dengan memprioritaskan dalam pergantian beasiswa jalur lain, pada pergantian bidik misi selanjutnya. “Suatu saat setelah verifikasi kalau ada yang anjlok nilainya akan kita prioritaskan mereka, saya sudah suruh agar nama-nama mereka dicatat” tegasnya. Mantan Asisten Direktur I Pascasarjana UNM ini juga berharap agar hal ini menjadi pelajaran terutama kepada dosen yang sering kali menunda-nunda pemasukan nilai mahasiswa, karena menurutnya keteledoran seperti itu mengganggu semua sistem. (faj) Urai data, ungkap fakta, saji berita
16 Persona
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 166 April Tahun XXXVI 2013
www.profesi-unm.com
Prof. Dr. Fakhri Kahar, M.Si.
Harus Lebih Mampu Bersinergis
“MASA depan UNM tidak hanya terletak di tangan lembaganya. Kalau mau bagus, harus timbal balik. Bukan hanya lembaganya, sumber daya manusianya juga harus bagus. Itulah menjadi tantangan bagaimana menciptakan, mengkondisikan sumber daya manusia yang bagus”. Demikian sekilas komentar Prof Fakhri Kahar, Ketua Pusat Penjamin Mutu (PPM) Universitas Negeri Makassar. Tak banyak yang tak mengenal pria yang satu ini. Utamanya mahasiswa UNM yang berkecimpung di Jurusan Administrasi. Bagaimana tidak, dosen yang satu ini terkenal dengan kedekatannya terhadap mahasiswa. Ketika para mahasiswanya diminta berkomentar mengenai dosen satu ini, rata-rata mengatakan bahwa Fahkri merupakan sosok yang tegas namun sangat dekat dengan mahasiswa. Tak jarang ia menegur mahasiswa bila dianggapnya mahasiswa tersebut melanggar aturan. Namun, caranya menegur yang dibuatnya sedemikian rupa, malah membuat mahasiswa semakin akrab dengannya. Ayah dua putri ini beberapa kali menyabet gelar sebagai Dosen Teladan untuk berbagai kategori. Selain itu pada tahun 2005 Ia meraih Satya Lencana Karya Satya XX tahun dari Presiden RI. Berbagai penelitian pernah pula dilakukannya untuk mengimplementasikan ilmunya kepada masyarakat. Beberapa penelitian yang pernah dilakukannya sangat membantu masyarakat umum, seperti contohnya salah satu penelitiaannya mengenai Pengaruh Informasi Pasar Ter-
hadap Sikap Petani Dalam Penetapan Harga Jual Produk Petani, dapat membantu petani Sulawesi Selatan untuk menetapkan harga jual hasil pertaniaanya, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. “Di kampungnya orang saya lihat tidak ada mahasiswa yang sama dengan di kampung kita. Begitu selesai pertemuan di kelas, tempatnya hanya dua yaitu laboratorium atau perpustakaan. Di kita, katakanlah dosennya berhalangan untuk datang, gembira, ngobrol yang tidak perlu, gosip-gosipan, paling tidak tempatnya di tempat jual bakso”, terangnya menyayangkan. Meski demikian, Ketua PPM UNM ini tak sekedar mengkritisi tanpa mencari jalan keluar. Melalui lembaga yang dipimpinnya, Fakhri beserta stafnya berupaya sedemikian rupa untuk meningkatkan mutu SDM yang ada di Universitas Negeri Makassar (UNM). Salah satu program yang saat ini sedang di garap PPM adalah panduan Penyusunan Kurikulum yang nantinya akan diterapkan oleh seluruh Fakultas, Jurusan, serta prodi seUNM. Selain peningkatan mutu mahasiswa, melalui program lain PPM, yaitu Evaluasi dosen Oleh Mahasiswa (EDOM) lelaki yang pernah menjabat sebagai ketua Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran ini, berharap agar mutu staf pengajar di UNM dapat terjaga, dan akan lebih baik bila meningkat. Berbicara mengenai pengalaman berorganisasi, suami dari Dra. Hj. Sitti Nur ini sangat aktif berorganisasi saat masih menduduki bangku kuliah. Berbagai jabatan tingkat fakultas, universitas, sampai provinsi pernah diembannya. Sebut saja, pada tahun 1980 ia menjabat sebagai Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP Ujung Pandang. Selain itu, pria berkacamata ini pernah pula menjabat sebagai Ketua Wirakarya Sulawesi Selatan pada tahun 1985. Dengan berbagai pengalamannya berorganisasi, Fakhri sangat menyayangkan apabila ada mahasiswanya ada yang tidak bergelut ataupun tergabung dalam suatu organisasi apa saja. Menurutnya akan sangat disayangkan apabila menjadi mahasiswa namun tidak pernah berorganisasi. Namun Ia juga tetap berpesan pada para mahasiswanya yang berorganisasi agar tidak mengenyampingkan akademisnya. “Saya selalu mengatakan kepada mahasiswa saya, rugi seorang mahasiswa kalau tidak pernah berorganisasi. Rugi, hidupnya seorang mahasiswa kalau tidak pernah berorganisasi. Karena dunia organisasi kemahasiswaan itulah tempat kita mengaplikasikan bagaimana ilmu pengetahuan yang kita dapat. Ada ilmu yang kita dapat di lembaga-lembaga kemahasiswaan yang tidak pernah kita dapat dibangku kuliah. Banyak. Dan mungkin tidak dirasakan saat kuliah, tetapi begitu selesai, kembali ke masyarakat, manfaat itu akan terasa. Tetapi, jangan menjadikan organisasi, kegiatan-kegiatan ini menjadi utama. Tetapi bagaimana menjadikan kegiatan organisasinya menjadi pendukung kesuksesannya dan keberhasilan diri. (Feb)
FOTO: NURJANNA JAMALUDDIN - PROFESI
Nama : Prof. Dr. Fakhri Kahar, M.Si. Tempat dan Tgl. Lahir : Bone, Tahun 1957 Agama : Islam Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Instansi/Lembaga : Fakultas Ilmu Sosial UNM Riwayat Pendidikan - Sarjana Muda, Pendidikan Administrasi Umum IKIP Ujung Pandang, 1979 - S1 Pendidikan Administrasi & Keterampilan Jasa, IKIP Ujung Pandang, 1981 - S2 Administrasi Pembangunan Universitas Hasanuddin, 1997 - Visiting Scholar Doctoral Sandwich Program, The Ohio State University, Colombus, Ohio, USA, 2008/2009. - S3 Program Studi Administrasi Publik Universitas Negeri Makassar, 2010
Urai data, ungkap fakta, saji berita
Duta Museum Sul-Sel 2012-2014, Besse Fatimah Almira
Kuliah Tetap Jadi Prioritas BESSE Fatimah Almira tak pernah berniat untuk terjun ke dunia modelling. Perlombaan modeling yang diikutinya dengan iseng saat kecil mengantarkannya memasuki dunia Showbizt. Awalnya, Almi, demikian nama panggilannya mengikuti pertandingan modelling saat masih kecil. Kemenangan yang diraihnya membuatnya kecanduan untuk mengikuti lomba-lomba selanjutnya. Hingga saat ini Almi telah menjuarai berbagai macam perlombaan, baik tingkat provinsi hingga nasional. Antara lain, pada tahun 2010 wanita asal Bulukumba ini terpilih menjadi juara pertama dalam pemilihan Dara Bulukumba. Kemenangannya tersebut mengantarkannnya mengikuti lomba tingkat nasional. Pada tahun yang sama, usai kemenangannya menjadi Dara Bulukumba, Pemerintan Kota Bulukumba mengutusnya untuk mengikuti pemilihan Duta Museum tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Namun sayang, bungsudari tiga bersaudara ini hanya mampu meraih Runner Up. Pada tahun 2012, Ia memutuskan untuk kembali menjajaki pemilihan Duta Museum. Seleksi awal berhasil dilaluinya dengan baik, hingga mencapai tingkat nasional. Seleksi tingkat nasional yang diadakan di Jakarta, membawa namanya beserta satu orang yang lain menjadi Duta Museum Nasional, mewakili Provinsi Sulawesi Selatan. Tak puas hanya di situ, wanita berjilbab ini terus mengikuti berbagai lomba modelling tingkat provinsi maupun nasional. Hingga yang terakhir ini, dalam perlombaan yang diadakan Hijabers Makassar, Ia terpilih menang dalam salah satu kategori yang diperlombakan, yakni The Best Dress. Tak hanya di dunia modelling, belakangan ini, Almi mulai mencoba memasuki dunia acting. Setelah mengikuti berbagai casting, ia terpilih untuk membintangi salah satu film dokumenter yang menjadi program terbaru salah satu
Data Diri :
stasiun televisi nasional yang akan tayang 2013 ini. Dengan seabrek kegiatan tersebut, tak membuat mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Makassar ini mengabaikan studinya. meski harus berusaha keras membagi waktu, Ia selalu berupaya agar studi menjadi prioritas utama. Mengikuti pesan kedua orang tuanya yang tak ingin studinya terganggu, Almi mesti pintar membagi waktu antara kewajibannya sebagai mahasiswa maupun tugasnya sebagai Duta Museum. Bagaimana tidak, sebagai duta Museum, Ia memiliki kewajiban untuk mengubah animo masyarakat umum, khususnya di Sulawesi Selatan yang salah mengenai museum. Tempat yang identik dengan kesuraman dan masa lalu tersebut, harus diperkenalkan sedemikian rupa oleh Almi, agar dapat lebih mendapat tempat di hati orang awam. Untuk itu, Duta Museum Sulawesi Selatan periode 2012-2014 ini meski mengunjungi museum sedikitnya seminggu sekali. Di sana, Almi ikut memberikan sumbangsih pemikiran untuk program-program museum ke depannya. (Feb)
IST.
Nama : Besse Fatimah Almirah Riwayat Pendidikan TK Pertiwi Makassar SDN Komp. IKIP Makassar SMPN 33 Makassar MAN 2 Model Makassar Prestasi Juara 1 Dara bulukumba Tahun 2010 Runner up II Duta Museum Sul-Sel 2011 Duta Museum Sul-Sel 2012-2014
Profesi FM - 107.9 MHz