Organisasi mahasiswa pencetak kader bangsa

Page 1

Organisasi Mahasiswa Pencetak Kader Bangsa Yang Berkarakter Oleh : Eko Eddya Supriyanto, S.IP*

Bicara organisasi kemahasiswaan tentunya kita akan menyentuh topik kepemimpinan dan kepemudaan, bicara tentang kepemimpinan dan kepemudaan tentunya akan bermuara topiknya pada kader bangsa atau calon pemimpin bangsa. Asumsi ini setidaknya mewakili tiga hal, Pertama sebuah pengakuan eksistensi kaum muda intelektual, bahwa sudah saatnya pemuda berani menjadi pemimpin, karena kelompok tua dianggap terjebak konservativisme yang memilih mempertahankan tatanan sosial yang sudah ada serta berapologi pada masa lalu. Sifat ini bertolak belakang dengan kaum muda yang dianggap lebih steril dari dosa-dosa sosial sekaligus bergairah radikal. Kedua, pemuda adalah penerus kepemimpinan masa depan, konsep ini seperti di sitir banyak orang, bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin dimasa depan. Konsep ini memerlukan adanya kaderisasi sebagai jalan menuju regenerisasi kepemimpinan. Ketiga, pemuda adalah elemen penting dan strategis didalam kepemimpinan manapun. Dalam pandangan ini, Pemuda adalah bagian dari penopang yang berdaya dan mendukung kepemimpinan. Lalu apa kaitannya

Organisasi Mahasiswa atau Pemuda, dengan konsep

kepemimpinan dimasa depan? Sebelum menjawab pertanyaan itu, tentunya kita harus mengetahui tentang teori kepemimpinan, seperti yang di teorikan oleh George R. Terry, bahwa kepemimpinan sebagai hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Sementara itu, Bung Karno dalam kegiatan Kursus Pancasila Tahun 1958, pernah menyebut tiga syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin agar bisa menggerakkan rakyatnya, antara lain adalah : 1.

Seorang pemimpin harus pintar menggambarkan atau melukiskan cita-cita

kepada rakyatnya. Seorang pemimpin yang tidak bisa melukiskan cita-cita, tidak akan membangkitkan rakyat. Maka seorang pemimpin dianggap besar apabila memiliki mimpi dan visi yang besar pula. Dia mampu memberikan pengharapan bagi rakyatnya


atas kebaikan dimasa depan. Maka dia tidak disibukan dengan pencitraan diri belaka. Dalam hal ini Bung Karno menggaris bawahi, jangan sekali-kali memberikan imingiming bohong. 2.

Seorang pemimpin harus memberi dan membangkitkan tau membangkitkan

rasa mampu di kalangan rakyat. Ini sangat perlu, sebab iming-iming saja tidak cukup membuat orang bergerak. Karena itu, bagi Soekarno, perlu juga membangkitkan kehendak atau kemauan rakyat. Rakyat harus disadarkan akan kemampuannya, sehingga bangsa ini tumbuh menjadi bangsa yang percaya diri, tidak mudah didikte oleh kepentingan asing, seperti menggejala saat ini. 3.

Setelah memberi rasa mampu kepada rakyat itu, maka tiba saatnya seorang

pemimpin untuk memberi rakyat itu “de werkelijke kracht�,

kekuatan yang

sesungguhnya: organisasi. Ketiganya bisa dianggap sebagai sebuah bangunan di dalam upaya melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Mimpi dan cita-cita adalah ideologi, sebuah tujuan dan visi bagi sebuah bangsa. Sementara perasaan mampu atau kepercayaan diri adalah sebuah simpul keyakinan yang menggerakkan. Dan organisasi adalah perangkat operatif di dalam merealisasikan mimpi dan keyakinan. Dalam hal ini, kelompok pemuda dianggap memiliki energi yang lebih untuk bergerak melakukan perubahan. Menurut salah satu jargonnya yang populer, Bung Karno menyatakan; “Beri aku sepuluh orang pemuda, niscaya akan aku rubah dunia�. Pertanyaannya, pemuda seperti apakah yang bisa merubah dunia, yang bisa mengawal bangsanya ke arah kehidupan yang lebih baik. Kerangka Pikir dari tulisan ini adalah diharapkan dengan Organisasi Kemahasiswaan (ORMAWA),

dan

ORMAWA

menerapkan

strategi

pemantapan

Organisasi

akan

menghasilkan pemimpin yang ideal. (Input) ORMAWA

Strategi Pemantapan Organisasi

Pemimpin Yang Ideal


(Proses)

(Output)

1. Organisasi Kemahasiswaan

Ibarat sebuah negara, BEM adalah Lembaga Eksekutif atau Presiden, yang bertugas menjalankan roda-roda organisasi. DPM adalah Lembaga Legislatif, yang bertugas sebagai lembaga tertinggi yang mengawasi kerja dari BEM dan setiap HMPS. Serta HMPS Sebagai organisasi perkumpulan Program Studi yang menerapkan skill sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya. Idealnya bagaimana sih? Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) itu, misal BEM yang berkewajiban menangani dalam hal Softskill dan berkebalikan dengan HMPS yang lebih ditekankan dalam hal Hardskill yang sesuai dengan bidang masing-masing di Prodinya. 2. Strategi Pemantapan Organisasi

Strategi pemantapan Organisasi Mahasiswa yang dilakukan untuk penataan Kader bangsa harus berdasarkan prioritas secara sistematis dan berkelanjutan, sebagai berikut. a. Melakukan pemantapan konsolidasi

Dengan cara konsolidasi ideologis, yaitu membangun jati diri dan citra organisasi sebagai Agen of Change, Konsolidasi nilai, yaitu menumbuhkan, menjalankan dan mempertahankan nilai-nilai universal kemanusiaan dalam setiap tahapan kegiatan maupun individu. Setidaknya dimulai dari individu-individu Mahasiswa. Mahasiswa harus mampu menunjukkan perilaku yang bernuansa nilai-nilai universal kemanusiaan, seperti berkata jujur, dapat dipercaya, berlaku adil dan tidak semena-mena serta berbuat dengan ikhlas dan pendendam. Konsolidasi organisasi, yaitu membangun dan memperkuat kelembagaan organisasi dalam hal ini BEM, membangun jaringan dengan DPM serta HMPS. b. Pelatihan dijadikan ritual vital dan tradisi organisasi.

Pelatihan yang dilaksanakan tidak sekadar menyahuti progres program, melainkan lebih dari itu, dijadikan ritual dan tradisi organisasi. BEM harus menggagas pelatihan sesering mungkin di luar pelatihan resmi program, walau dilakukan dengan pola yang sederhana. Misalkan, pelaksanaan upgrading setiap bulannya dengan materi organisasi dan manajemen atau materi lainnya. Diskusi rutin yang


terjadwal, penyuluhan dan seminar juga merupakan bagian dari pelatihan itu. Diyakini pelatihan dapat memperkuat kemampuan berpikir dan analisis seseorang, sehingga menjadi modal mengembangkan organisasi. Pertanyaannya, bagaimana mungkin pengurus BEM mampu memberikan pemikiran dan pelayanan kepada mahasiswa, sementara sumberdaya manusianya tidak memadai? Itu sebabnya, pelatihan adalah upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang andal. c. Pertegas penerapan prinsip good governance.

Tuntutan reformasi oleh masyarakat luas adalah mewujudkan tata pemerintahan yang

baik.

Mustahil

suatu

pemerintahan

berjalan

baik

apabila

yang

menjalankannya memiliki moral dan kemampuan yang rendah serta tidak memperoleh dukungan masyarakat. Maka dalam hal ini organisasi kemahasiswaan harus menerapkan konsep tata pemerintahan yang baik agar sinkron dengan isu yang sedang digalakkan oleh pemerintah. 3. Pemimpin yang Ideal

Seperti apakah konsep kepemimpinan ideal bagi bangsa ini? Sosok pemimpin ideal macam apa pula yang dibutuhkan Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan? Perdebatan di sekitar kepemimpinan ideal ini tentu tak pernah selesai diperdebatkan. Sebagai bangsa baru yang masih terus penjadian diri (nation in making), Indonesia memerlukan pengembangan pikiran-pikiran mendasar tentang kebangsaan dan kenegaraan (Nurcholish Madjid, 2004). Karena itu, konsep kepemimpinan nasional pun dengan demikian harus mengakarkan dirinya secara kuat pada nilai-nilai pondasional bangsa ini, yang diwariskan oleh segenap founding fathers republik ini. Semua tentu sepakat, bahwa konsep kepemimpinan nasional yang ideal tersebut haruslah menjiwai karakter dan budaya bangsa. Nilai-nilai kearifan nusantara tersebut harus menjadi ruh yang menggarami tata laku dan kebijaksanaan seorang pemimpinan nasional. Sebagai bangsa yang kaya akan keragaman suku, ras dan agama, lengkap dengan aneka macam budaya, maka Pancasila telah sejak semula disepakati menjadi idelogi bangsa. Pancasila adalah sebuah common platform, kalimatun sawa, sebagai konsekuensi atas kemajemukan bangsa. Maka konsep kepemimpinan nasional pun dengan demikian menjadi


pengejawawantahan atas nilai-nilai Pancasila. Kepemimpinan nasional menjadi tak terpisahkan dengan landasan ideologis bangsa.

Mungkin bila di torehkan secara lugas bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang Inspiring, Strong Character, dan Risk Taker sebagaimana yang dimiliki oleh Gajahmada semasa membawa kejayaan Majapahit. Dalam kaitan inilah, energi dan cita-cita kaum muda akan menjadi sangat strategis, guna mengawal terciptanya kepemimpinan yang ideal di negeri ini. Sebuah kepemimpinan yang bercita-cita pada keadilan sosial dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman nilai dan tata kebijakan. Wallahu a’lam. ****

Sumber : Madjid, Nurcholish. 2004, Indonesia Kita, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

*Alumni FISIP Universitas Pancasakti Tegal


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.