I NTERI OR ARCHI TECTURAL UNI VERSI I NDONESI DESITY GNOF STU DI O 5 A
RUMA JENGKI H
SITE ANALYSIS
Adriansyah H/ Chandrawati H/ Maharhanie S/ Mega Parlintara/ Mella Setyowati/ Millatina/ Nur Hasanah/ Nur Mala Sari/ Rizki Dwika/ Tifanny F/
Ker angka ber pi ki r Rumah Jengki: Karakter dan Status cagar budaya Kawasan Kebayoran Baru: Dulu, Kini, Nanti Konteks Keterhubungan Site dan Surrounding Menemukan SWOT dan Potensi Site Analisis Bangunan secara Spasial Menarik kesimpulan SWOT pada Site dan Bangunan
Rumah j engki
[Fig1]
Berkembang di Indonesia sekitar 1950-1960’an 1) Merujuk istilah Yankee, sebutan penduduk New England yang tinggal di utara Amerika Serikat 2) Masuknya tren dari Amerika ke Indonesia: celana jengki, sepeda jengki, perabot jengki (berbentuk miring) Fig1. Rumah jengki Jalan Sinabung, Kebayoran Baru, Sumber foto: Dokumentasi Pribadi
Sebagai pemberontakan para aannemer terhadap bentukan arsitektur kolonial, [Fig2] mencerminkan kemerdekaan dari penjajahan. -Josef Prijatomo dalam Identifikasi Tipologi dan Bentuk Arsitektur Jengki di Indonesia melalui Kajian Sejarah, oleh Kemas Ridwan
Fig2. bangunan rumah masa kolonial, Sumber foto: Dokumentasi Pribadi
KARAKTERI STI K UMUM RUMAH JENGKI dalam Identifikasi Tipologi dan Bentuk Arsitektur Jengki di Indonesia melalui Kajian Sejarah, oleh Kemas Ridwan, 1999
A
Memiliki bentuk atap pelana, dengan kemiringan 35 derajat Memiliki tembok depan yang miring, seolah-olah akan rubuh. Menggunakan kerawang/rooster sebagai pengatur udara Memiliki portico/beranda dan bangunan sayap selain bangunan utama. Tidak ada aturan khusus terhadap bentuk bangunan tambahan, tergantung kebutuhan pemilik
A B
B
C
C D
D
D Fig3. Bagian-bagian rumah jengki Sumber foto: Dokumentasi Pribadi
RUMAH JENGKI SEBAGAI CAGAR BUDAYA berdasarkan Perda DKI no. 9 Tahun 1999 pasal 8, rumah jengki termasuk ke dalam kategori bangunan cagar budaya, dengan kriteria: TOLAK UKUR PERISTIWA SEJARAH Pada tingkat Nasional atau Jakarta
TOLAK UKUR KELANGKAAN Jumlah terbatas dalam skala lokal
TOLAK UKUR UMUR Sekurang-kurangnya 50 tahun
TOLAK UKUR LANDMARK Menjadi simbolis suatu lingkungan
TOLAK UKUR KEASLIAN Keutuhan bangunan dan sekitarnya
TOLAK UKUR ARSITEKTUR Menggambarkan zaman tertentu
Rumah Jengki memenuhi empat kriteria dari kategori bangunan cagar budaya Pemprov DKI, sehingga, termasuk dalam bangunan cagar budaya kelas B PERLAKUAN YANG DIIZINKAN:
-Tidak boleh dilakukan pembongkaran secara sengaja -Pemeliharaan tidak boleh mengubah tampak depan, atap, warna, dan ornamen/ detail bangunan yang penting -Perubahan tata ruang dapat dilakukan asal tidak mengubah struktur utama -Dimungkinkan adanya penambahan bangunan asalkan memiliki kesatuan
PENGEMBANGAN KAWASAN KEBAYORAN BARU SI TE TERPI LI H
SEMANGGI
Pengembangan awal
SENAYAN
Akses kawasan awal
SEMANGGI
SENAYAN SI MPRUG
Bat as bar u kawasan
KUNI NGAN
AREA HUNI AN
KUNI NGAN
DAERAH KOMERSI L, PERKANTORAN
KEBAYORAN LAMA
MAMPANG
KEBAYORAN LAMA
MAMPANG
CI PUTAT
KEBAYORAN BARU, Jaksel
PD. I NDAH
1949 ( Rancangan awal ) Menjadi kawasan permukiman rakyat yang dirancang dengan konsep Garden City (memiliki RTH lebih dari 30 persen) yang jauh dari pusat kota.
-Budi A. Sukada (2012) dalam bahan mata ajar Sejarah Arsitektur 1, Universitas Indonesia
20 Perluasan batas Kecamatan Kebayoran 14 Baru.
Maraknya kawasan baru di pinggiran Kebayoran. Akibat terdesak perkembangan Jakarta yang pesat, akhirnya daerah yang semula area hunian justru banyak yang dikomersialisasikan
PROYEKSI PENGEMBANGAN KEBAYORAN dalam Rencana Detail Tata Ruang DKI Jakarta 2030
SEMANGGI
SENAYAN SI MPRUG KUNI NGAN
KEBAYORAN LAMA
MAMPANG
Menurut Perda No 1 tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Pasal 68 ayat (2), Kecamatan Kebayoran Baru termasuk dalam zonasi Kawasan Pemugaran Bangunan dan Objek Bersejarah, termasuk deretan rumah jengki yang ditemui di Jl Pakubuwono VI (Kelurahan Gunung) Peruntukan Kawasan: Dipertahankan sebagai residensial, dengan kelonggaran peruntukan untuk area perdagangan dan jasa yang menunjang pariwisata masa depan.
CI PUTAT
PD. I NDAH
2030 RDTR Kel. Gunung, Kec. Kebayoran Baru 2030 Sumber foto: RDTR2030 DKI
SITE TERPILIH JALAN PAKUBUWONO VI
DERETAN RUMAH JENGKI JALAN PAKUBUWONO VI PENEMUAN: EMPAT DARI DELAPAN deret rumah jengki di Jl. Pakubuwono VI beralih fungsi sebagai area komersial, baik menjadi rumah kantor maupun klinik ALASAN PERUBAHAN FUNGSI: Jalan yang semula merupakan jalan perumahan dijadikan jalan arteri, sehingga daerah tersebut strategis untuk menjadi daerah komersil.
KLI NI K DOKTER GI GI
KANTOR pr oper t i
RUMAH JENGKI FUNGSI HUNI AN
RUMAH JENGKI TERPI LIKH ANTOR ( RENCANA)
J al an PAKUB UWONO VI
U
Fig4. Diagram blockplan site terpilih
Kl i ni k kecant i kan
Lahan kosong
Kepadat an akses JALAN PAKUBUWONO VI Menjadi jalan pintas bagi pengguna jalan dari arah pinggir kota (Ciledug/ Gandaria/Pondok Indah) yang ingin menuju pusat kota maupun sebaliknya. Sehingga, pada jam istirahat dan pulang kantor, kerap terjadi kemacetan yang menimbulkan kebisingan [Fig5-6]
Fig.5 Tabel Kepadatan Akses Jalan Pakubuwono VI per menit sumber: data counting pribadi
PI NGGI R KOTA
O PUSAT KOTA ON W BU KU PA
Sudi r man, senayan
PI NGGI R KOTA PI NGGI R KOTA
I OV N O W UBU PAK RUMAH JENGKI TERPI LI H RUMAH JENGKI FUNGSI HUNI AN RUMAH JENGKI FUNGSI KOMERSI L
GANDARI A, CI LEDUG, PONDOK I NDAH
AREA KOMERSI L
U
SEKOLAH RUANG HI JAU ( TAMAN) BI SI NG KENDARAAN
Fig6. diagram konektivitas site dengan kota
KEPADATAN VOLUME JALAN
TI NGGI
Anal i si s si t e
kebi si ngan
Pada jam istirahat dan pulang kantor, jalan ini kerap terjadi kemacetan yang menimbulkan kebisingan. Walaupun disepanjang jalan dipenuhi vegetasi alami tetap tidak sepenuhnya menyerap suara dari luar, sehingga sebagian lagi tetap masuk kedalam dan mengganggu user. [Fig 7]
Sudi r man, senayan
GANDARI A, CI LEDUG
NOI SE
Vegetasi yang cukup pada bangunan tersebut membantu menyerap suara dari luar. Sehingga tidak semua suara masuk kedalam rumah
U
NOI SE
Jarak antara rumah – jalan raya yaitu 5 meter. Halaman yang luas menyebabkan kebisingan tidak terdengan hingga kedalam hunian.
Fig7. Diagram kebisingan Lingkungan terhadap site. (atas: siteplan dan kebisingan jalan, kanan: potongan lingkungan)
5m
Anal i si s si t e
cahaya
Fig8. Diagram pergerakan matahari terhadap site. (atas kanan: pukul 08.00, Bawah kanan: pukul 12.00, Atas kiri: pukul 16.00)
U
Orientasi bangunan menghadap barat laut mengakibatkan bukaan sebagian besar menghadap utara dan selatan. Sehingga rumah jengki tidak mendapatkan sinar matahari langsung. Fig9. Diagram pencahayaan
[Fig8-9]
FASI LI TAS UMUM DI SEKI TAR SI TE Awalnya, taman di setiap blok difungsikan sebagai ruang hijau dan fasilitas untuk interaksi antarwarga. Sekarang, ruang hijau tersebut minim digunakan warga setempat, disebabkan kelas sosial masyarakat yang meningkat dan memilih untuk beraktivitas di dalam rumahnya masing-masing. Hanya berfungsi sebagai paru-paru kota, bahkan menjadi lapak pedagang kaki lima.
k o nd i s i : TIDAK DIFUNGSIKAN OLEH W ARGA SETEMPAT HANYA MENJADI RUANG HIJAU YANG DINIKMATI SECARA VISUAL
Taman PAKUBUWONO
k o nd i s i : me nj a d i TEMPAT PANGKALAN TAKSI
k o nd i s i : me nj a d i TEMPAT PANGKALAN TAKSI DAN LAPAK 5 - 6 TENDA PKL YANG BERJUALAN HINGGA 2 0 TAHUN.
Taman MARTI MBANG
Ruang hi j au ex pom bensi n
J al an PAKUB UWONO VI
U
Kami melihat bahwa matinya fasum di Pakubuwono VI terjadi akibat kecenderungan interaksi para neighbourhoodnya, atau justru disebabkan belum adanya pemicu yang menarik mereka untuk menggunakan ruang tsb.
Anal i si s si t e view dari Jl. Pakubuwono VI
Rumah jengki pada site ini bersebrangan dengan ruang terbuka hijau. Sehingga ketika kita berada dilantai 2 view kita akan mengarah ke taman tersebut. Dengan view mengarah ke taman, Seharusnya akan membuat View menjadi luas dan user merasa nyaman karena terasa jauh dari hiruk pikuk kota jakarta yang identik dengan panas dan macet. Namun, pada kenyataannya kehadiran pedagang kaki lima sedikit menanggu view dari tempat ini. [Fig 10]
view dari site
U
VIEW
Selain menyaring kebisingan, barisan pohon di depan site juga menimbulkan rasa privasi orangorang yang berada di dalam rumah, sehingga merasa terlindungi dari luar
Fig10. Diagram keterhubungan visual antara lingkungan dengan site. (atas: secara siteplan, kanan: potongan lingkungan)
terhalang
VI EW
SWOT ANTARA SI TE DAN KAWASAN Orientasi menghadap barat laut, sehingga bangunan tidak merasakan terik matahari secara langsung (bukaan besar pada fasad tidak mempengaruhi kenyamanan di dalamnya)
St r e ng t h
Sebagian besar penduduk setempat adalah masyarakat menengah atas yang jarang berinteraksi antar warga, mengakibatkan taman-taman di area permukiman tidak lagi digunakan dengan baik sebagai tempat berinteraksi.
W EAKNES S
Akses yang mudah dan strategis membuat nilai kawasan meningkat. Besarnya halaman serta banyaknya vegetasi pada bangunan mampu mengurangi kebisingan dari jalan raya.
Besarnya potensi site untuk dijadikan tempat komersil mengakibatkan identitas rumah jengki sebagai tempat tinggal semakin berkurang akibat beralihnya fungsi.
OPPORTUNIT Y
POTENSI SI TE 1. Kemungkinan dikembangkan sebagai area komersial: kantor, perdagangan, maupun jasa 2. Pengembangan site sebagai tempat pelestarian hunian dan budaya : museum, Galeri.
THREA
RUMAH Jalan Pakubuwono VI No. 3, JENGKI Kebayoran Baru
RUMAH JENGKI TERPI LI H
U
DI AGRAM KEBUTUHAN RUANG & konekt i vi t as ant ar RUANG Fungsi Bangunan: rumah hunian AREA PRIVATE 2
AREA SERVICE AREA PRIVATE 1
membutuhkan cahaya alami
membutuhkan view
konekt i vi t as ant ar ar ea & kebut uhan r uang Terdapat keistimewaan pada kamar
ini berupa kamar mandi dalam, diperuntukkan untuk anak pertama. Letaknya yang jauh dari tangga membuat ia harus melewati koridor sehingga dapat memantau keadaan anak kedua dan ketiga.
Balkon utama sebagai area sosial untuk anak-anak. Terdapat bukaan agar masa pertumbuhan anak-anak dapat melihat berbagai hal, sehingga tidak hanya terpaku pada satu sudut pandang/pendapat.
Denah lantai 2
lk Ba
Area service–area private 1–area private 2 Terpisah oleh sekat-sekat (dinding), namun antar area saling terhubung, melalui: 1.bukaan (pintu) yang menghubungkan area service dengan area private 1 2.akses (tangga) yang menghubungkan area private 1 dengan area private 2 3.Bukaan (pintu) dan akses (tangga) menghubungkan area service dengan area private 2
o
ta nu
ma
Denah lantai 1 r ma Ka ur Ti d
Ket : Bukaan ( pi nt
akses ( t angga Ar ea ser vi ce Ar ea pr i vat e Ar ea pr i vat e Akses
FLOORPLAN LANTAI 1 PEMBAGI AN ZONA AREA OWNER AREA SERVI S
Fig11. Denah dan Zonasi Rumah Jengki Terpilih
[Fig11]
FLOW PERGERAKAN LANTAI 1
KETERANGAN PERGERAKAN FLOW OWNER FLOW SERVI S
POLA GERAK DAN RUANG
ENTRANCE
ENTRANCE SERVI S
ENTRANCE UTAMA
Fig12. Flow pergerakan dan diagram akses dalam rumah
Akibat banyaknya sekat pada area servis membuat pola akses yang terjadi adalah percabangan, sesuai dengan program fungsinya yaitu memaintenance bangunan. [Fig12]
st r ukt ur
POTONGAN B-B’
POTONGAN A-A’
B
A’
A
B’
Denah Lt. 2
Bearing Wall merupakan penopang utama struktur bangunan dari rumah jengki sehingga tidak dapat diintervensi lebih. Dinding biasa (biru) dapat diintervensi atau dihilangkan sekalipun karena tidak menopang beban bangunan. Dinding – dinding ini dapat dihilangkan untuk membentuk opening yang lebih besar sehingga ruangan terasa lebih luas dan dapat memasukkan cahaya lebih banyak sehingga ruang menjadi lebih terang.
Denah Lt. 1
Regular Wall (can be interfered) Bearing Wall
KUALI TAS RUANG ENTRANCE SAMPI NG
Referensi: Re-reading pg 22, Graeme
Fig13. Keadaan ruang di garasi gelap karena hanya Mengandalkan daylight dengan bukaan sedikit. Efek gelap dihadirkan terkait dengan fungsi garasi sebagai tempat penyimpanan mobil Sumber foto: dokumentasi pribadi
Sekat- sekat menghasilkan space kecil
Bukaan menjadi semakin kecil
Cahaya yang masuk ke dalam ruang menjadi semakin sedikit/kecil
KEYPLAN LANTAI 1
KEADAAN BUKAAN AREA SERVI S
Fig14. Keadaan pencahayaan di ruang servis. Sumber foto: dokumentasi pribadi Kualitas ruang yang serupa dapat ditemui di area service. Meskipun terdapat artificial light, kesan gelap masih terasa karena cahaya lampu yang tidak bisa menjangkau seluruh ruang [Fig14]
KUALI TAS RUANG AREA SERVI S ( BELAKANG RUMAH )
cahaya matahari menerus melalui atap
X
X
X
material tegel tidak bersifat Memantulkan kembali cahaya yang masuk
Fig15. KIRI: Foto eksisting penutup atas bagian belakang area servis. Fig16. KANAN: Potongan prinsip masuknya cahaya ke dalam area servis Sumber foto: dokumentasi pribadi
Pencahayaan pada area cuci mengandalkan pencahayaan alami, tetapi pencahayaan di ruang tersebut tidak terlalu terang karena penggunaan material tegel yang kurang dapat memantulkan cahaya.
[Fig15]
[Fig16] KEYPLAN LANTAI 1
AREA OWNER
Fig17. pembatas antara ruang servis dengan ruang owner menunjukan konektivitas antar ruang yang terputus.
Padatnya sekat yang terdapat di area servis memungkinkan terbentuknya ruang yang lebih lapang di area owner, serta memungkinkan dibuatnya bukaan lebar sebagai jalan masuknya cahaya alami. Keberadaan sekat di antara ruang servis dan owner membuat cahaya alami tidak dapat terdistribusi ke ruang servis, sehingga memutus konektivitas ruang servis dan owner. [Fig17]
KEADAAN BUKAAN PADA AREA OWNER Bukaan jendela
[Fig8]
Karena orientasi bangunan dan cahaya matahari yang jatuh terhalangi vegetasi dan panasya diredam oleh tanah, terik matahari tidak masuk secara langsung ke dalam bangunan.
Fig18. KIRI: Foto eksisting bukaan pada fasad rumah. Orientasi bangunan: barat laut. Fig19. KANAN: Potongan prinsip masuknya cahaya ke dalam area owner sumber foto: dokumentasi pribadi
Space yang dihasilkan luas
Bukaan menjadi luas
Cahaya yang masuk ke dalam ruang menjadi banyak
KEYPLAN LANTAI 1
KONTEKSTUALI TAS BUKAAN PADA AREA OWNER
210 cm
320 cm
Fig20. diagram perbandingan antara skala manusia dengan ketinggian pintu yang berbeda
Jendela dan pintu besar membuat tensi ruang menjadi rendah, sehingga manusia merasa ukuran ruang menjadi terasa luas. Terlebih penggunaan cat putih polos pada dinding membantu memantulkan cahaya sehingga menekankan kesan luas pada ruang.[Fig20] Referensi: Re-reading pg 184, Graeme
FLOORPLAN LANTAI 2 PEMBAGI AN ZONA AREA pr i vat e s har i ng T
AREA pr i vat AKSES
Fig21. Denah dan Zonasi Rumah Jengki Terpilih
FLOW PERGERAKAN LANTAI 2 Layout ruang pada lantai 2 seolah-olah tidak menceritakan hubungan keseluruhan antar-ruang karena adanya akses tersembunyi dari koridor menuju balkon (harus melalui kamar terlebih dahulu). [Fig22]
T
Bal kon
Fig22. Diagram pergerakan di lantai dua, dari tangga menuju balkon
Tidak adanya koneksi antar kamar, sehingga kehadiran balkon menjadi koneksi/akses [Fig23] ketiga kamar tersebut
POLA GERAK DAN RUANG
t angga
r uangan
BALKON
TANGGA
Fig23. Skema diagram pergerakan di lantai dua, dari tangga menuju balkon secara potongan
Di ndi ng pemi sah LANTAI 2 T
Ket : Dinding sebagai furnitur built in
Fig24. ATAS: lokasi cerukan dinding BAWAH: dokumentasi cerukan pada dinding sumber foto: dokumentasi pribadi
Pada rumah jengki, ditemukan bahwa dinding tidak hanya menjadi elemen ruang yang membagi/ membatasi space, tetapi dinding juga dapat mengomunikasikan ide alternatif berupa furnitur built in yang dapat ditambahkan ke dalam sesuai dengan ukurannya. [Fig24] Referensi: Re-reading pg 184, Graeme
FASAD MI RI NG DAN KUALI TAS RUANG
terbentuknya sudut mati jangkauan pandang makin luas
Keadaan atap rumah jengki yang lebih besar di atas menyebabkan ruang terasa lebih luas jika dibandingkan dengan sebelah kanan. Hal ini berkaitan dengan jangkauan penglihatan/ titik mata manusia yang berada di bagian atas [Fig25] Fig25. diagram perbandingan antara kemiringan fasad eksisting (kiri) dan alternatif lainnya (kanan) terhadap manusia
Fig26. potongan perspektif (kemiringan fasad eksisting)
KEYPLAN LANTAI 2
BUKAAN LANTAI 2
Fig27. jangkauan penglihatan yang meluas membuat keterhubungan antara inside-outside secara visual
Pada balkon terdapat kaca lebar yang menimbulkan keterhubungan luar dan dalam, ruang sebagai space as continuum, Sehingga, meski dihalangi pembatas, manusia masih dapat merasakan kualitas ruang yang lebih besar dibanding [Fig26] dimensi sebenarnya Referensi: Re-reading pg 147, Graeme KEYPLAN LANTAI 2
BUKAAN LANTAI 2
Fig27. Diagram cahaya pada pagi dan siang hari menyebabkan space as continuum
Fig28. diagram ketiadaan cahaya pada malam hari memutus ekstensi space yang terjadi pada siang hari
Cahaya dapat memberikan kualitas ruang yang berbeda berdasarkan waktu. Ketika siang, Semakin tinggi intensitasnya maka warna cahayanya semakin putih. Hal ini menyebabkan elemen [Fig27] ruang di dalam dan di luar balkon menjadi semakin terlihat dan menyebabkan ekstensi space. Ketika malam intensitas cahaya menurun, sehingga penurunan intensitas cahaya di dalam maupun di luar balkon menyebabkan ekstensi space tidak terjadi.[Fig28] Kualitas ruang pagi dan malam menjadi sangat berbeda.
SWOT BANGUNAN RUMAH JENGKI Karena aksebilitasnya dari Memiliki fasad dengan bukaan melebar di lantai dua, yang menyebabkan terhubungnya luardalam bangunan tanpa terpapar sinar matahari secara langsung
St r e ng t h
Pada area servis memiliki banyak sekat struktural, sehingga intervensi yang dilakukan harus memerhatikan struktur eksisting
W EAKNES S
berbagai penjuru Jakarta memungkinkan bangunan tersebut menjadi tempat usaha dan jasa
Didukung Rencana Tata Ruang Wilayah DKI 2030 yang memproyeksikan kawasan Kebayoran Baru sebagai kawasan pemugaran bersejarah dan area komersial penunjang wisata
OPPORTUNIT Y
Bertahan atau tidaknya rumah jengki tergantung penuh pada pemilik rumahnya, meski Pemprov telah mengategorikannya sebagai bangunan cagar budaya kelas B.
THREA
SWOT ANTARA SI TE DAN KAWASAN SWOT BANGUNAN RUMAH JENGKI KESI MPULAN AWAL Rumah-rumah Jengki di Kebayoran Baru memiliki kecenderungan untuk beralih fungsi dari hunian ke tempat bisnis, usaha, maupun jasa. Meski fungsinya akan berubah, identitas fasad miring dan bukaan lebar yang menjadi ciri khas Rumah Jengki akan tetap dipertahankan, mengingat statusnya sebagai bangunan cagar budaya kelas B oleh Pemprov DKI Jakarta serta keunikan dari bangunan itu sendiri.