水
儒 家
Confucianism Architecture.
Tugas IV RA141312
Pengantar Arsitektur Kelas A
Departemen Arsitektur. Fakultas Arsitektur, Desain, dan Perencanaan. Elang Farizka Wirakusumah 08111740000046
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Desember 2017.
水
儒 家
Confucianism Architecture.
Daftar isi... Fragmen pertama. 5 Pengertian dan Definisi Arsitektur 8 Hakekat dan Alasan Berarsitektur 11 Arsitektur / Bangunan Fragmen kedua. 16 Confusianisme Fragmen ketiga. 21 Studi Kasus : Bangunan Pertama 28 Studi Kasus : Bangunan Kedua 34 35
Penutup Daftar Pustaka
Fragmen pertama.
Pengertian dan Definisi Arsitektur
Arsitektur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : n seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan sebagainya; ilmu bangunan. n metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan. Arsitektur menurut Kamus Oxford : n art and science of building; design or style of building(s). Pengertian ini bisa lebih luas lagi, arsitektur melingkupi semua proses analisis dan perencanaan semua kebutuhan fisik bangunan, misalnya pengorganisasian perancangan bangunan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu rancang interior / eksterior, rancang asesoris dan pernik-pernik produk pelengkap. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Pada buku De Architectura, yang diimani merupakan karya tulis rujukan arsitektur paling tua yang ditulis oleh Vitruvius, menjabarkan bahwa bangunan yang baik harus memiliki aspek-aspek : Venustas (Keindahan/Estetika) Firmitas (Kekuatan/Durabilitas) Utilitas (Kegunaan/Fungsi) Arsitektur adalah penyeimbang dan pengatur antara ketiga unsur tersebut, semua aspek memiliki porsi yang sama sehingga tidak boleh ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Arsitektur adalah bidang multi-disiplin ilmu, di dalamnya ada beberapa bidang ilmu seperti matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, ekonomi, sosial, politik, sejarah, filsafat, dan lain sebagainya. Diperlukan kemampuan untuk menyerap berbagai disiplin ilmu ini dan mengaplikasikannya dalam suatu sistematika yang terpadu.
Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi berarti kepala, dan techton yang berarti tukang, maka architecture adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan, media tersebut bisa kita katakan bangunan. Menurut Vitruvius: Bangunan yang baik harus memiliki tiga aspek yaitu keindahan/estetika (Venustas), kekuatan (Firmitas), dan kegunaan/fungsi (Utilitas). Menurut Brinckmann: Arsitektur merupakan kesatuan antara ruang dan bentuk. Arsitektur adalah penciptaan ruang dan bentuk. Menurut Djauhari Sumintardja: Arsitektur merupakan sesuatu yang dibangun manusia untuk kepentingan badannya (melindungi diri dari gangguan) dan kepentingan jiwanya (kenyamanan, ketenangan, dll). Menurut Benjamin Handler: Arsitek adalah seniman struktur yang menggunakan struktur secara estetis berdasarkan prinsip-prinsip struktur itu sendiri. Menurut Banhart CL. Dan Jess Stein: Arsitektur adalah seni dalam mendirikan bangunan termasuk didalamnya segi perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian dekorasinya; sifat atau bentuk bangunan; proses membangun; bangunan dan kumpulan bangunan. Menurut Van Romondt : Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia. Ruang berarti menunjuk pada semua ruang yang terjadi karena dibuat oleh manusia atau juga ruang yang terjadi karena proses alam seperti gua, naungan pohon dan lain-lain Menurut JB. Mangunwijaya (1992) : Arsitektur sebagai vastuvidya (wastuwidya) yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung pula tata bumi, tata gedung, tata lalu lintas (dhara, harsya, yana) Menurut Amos Rappoport (1981 ) : Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga menyangkut pranata-pranata budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur kehidupan sosial dan budaya masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus
memperngaruhi arsitektur Menurut Francis DK Ching (1979) : Arsitektur membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi. Dunia timur dengan segala kearifannya juga memiliki akar arsitektur yg berbeda, di india dikenal istilah Vasthu (Vidya) yg dapat disetarakan dgn (Ilmu) Arsitektur di belahan barat. Sedangkan pelakunya yaitu arsiteknya punya beberapa sebutan yang artinya relatif sama artinya yaitu : sthapati, achariya, atau sutradhara. Arsitektur bukan lagi sekedar membangun fisik untuk keperluan manusia, tapi melibatkan aspek budaya yang terlibat didalamnya sehingga apabila kita pada saat ini masih melihat peninggalan berbagai bangsa kuno dari masa lampau masih berdiri tegar sampai dengan saat ini. Hal ini merupakan petunjuk bahwa bangsa tersebut telah memiliki peradaban yang tinggi pada saat itu, karena arsitektur yg telah dicapai berbanding lurus dgn tinggat peradaban suatu bangsa. Hal ini masih dapat kita lihat bagaimana bangsa yunani, romawi, mesir, china, india, nusantara, maya, dan lain sebagainya yang peninggalan arsitekturnya masi banyak yg berdiri kokoh sampai dengan saat ini. Jadi singkat kata bagi masyarakat awam, arsitektur bisa dimaknai sebagai bangunan buatan manusia yg telah "ditiupkan jiwa kedalamnya". Dari semua pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa arsitektur merupakan sesuatu yang kompleks, mulai dari asal mulanya, prosesnya sampai dengan definisi akhirnya. Dalam arsitektur subjektifitas memang menjadi sesuatu yang sering terjadi. Bahkan dalam pendefinisian mengenai arsitektur itu sendiri, pandangan subjektif dari tiap orang menjadi penting, maka dari itu sulit untuk dapat benar-benar mendefinsikan arsitektur jika tidak mendasarkan cara pandang atau paradigma dengan tepat
Hakikat dan Alasan Berarsitektur
Mengapa manusia berarsitektur? Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktik-praktik, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia. Permukiman manusia pada masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek. Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur.
Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum. Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, École des Beaux-Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya. Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi. Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi objek-objek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesis seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi massal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi. Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern. Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat di tempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan, arsitektur menjadi ilmu yang lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya.
Jembatan di daerah Tiongkok. Sumber : http://hdw.eweb4.com/ (kiri) http://architectureimg.com/chinese-bridge-jungle-river-chin a-tree-nature-wide-screen/ (kanan)
Bangunan atau Arsitektur?
Bangunan sebagai produk manusia yang paling kasat mata, khusus di negara-negara berkembang kebanyakan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya atau politis yang penting. Kondisi inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Pada masyarakat awam, mereka lebih memahami arsitektur sebagai sesuatu yang berhubungan dengan merancang bangunan. Oleh karena itu seringkali mereka mengaitkan arsitektur dengan bangunan dan tempat tinggal. Sebenarnya pemahaman mereka tidak salah, hanya saja masih belum tepat, karena arsitektur mencakup banyak hal tidak hanya pada seputar merancang bangunan. Arsitektur meliputi cakupan materi dan imateri yang luas dan arsitektur pun dapat dimanifestasikan dalam berbagai hal, seperti arsitektur
sebagai sebuah simbol, arsitektur sebagai sebuah ruang, dan sebagainya. Akan sulit memang bagi masyarakat untuk dapat memahami arsitektur dengan benar-benar tepat, karena selain arsitektur merupakan sesuatu yang kompleks untuk didalami juga adanya pengalaman empirik masyarakat pada umumnya yang kesehariannya dekat dengan materi arsitektur berbentuk bangunan. Dalam pengalaman keseharian mereka ada kesan-kesan yang mungkin sebelumnya telah berakar sugestif ataupun dogmatis jika berbicara tentang bangunan. Pada kenyataannya, bahkan bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur itu sendiri pun belum tentu dapat mendefinisikan arsitektur dengan tepat, terutama bila dikaitkan dengan kata bangunan. Kondisi ini juga mungkin yang kurang mendukung komunikasi dan pemahaman tentang arsitektur kepada masyarakat awam. Pandangan Rob Krier (1982) tentang arsitektur dan bangunan menyatakan bahwa bila bangunan merupakan perwujudan dari karya arsitektur maka elemen dasar yang berkaitan dengannya ialah bagaimana cara kita membuat atau merancangnya. Bangunan yang dihasilkan dari suatu gubahan arsitek menjadi karya arsitektur tidak lepas dari unsur fungsi akibat adanya kegiatan dan pengguna yaitu manusia. Louis I. Khan menjelaskan konsep ini dengan suatu teori berupa ‘form follow function‘. Ini diartikan bukan sekedar pengertian dangkal bahwa bentuk bangunan terwujud dari fungsi semata. Ini menjelaskan bahwa hasil akhir dari suatu ‘bentuk‘ itu keluar akibat analisis dari suatu proses berpikir dan penguraiannya kembali. Berkaitan dengan program pembentuknya, baru jalinan penguraian tersebut disinergikan kembali dan disintesiskan untuk menentukan wujudnya atau ‘shape‘–nya.
Sumber : http://hdw.eweb4.com/out/797357.html
Demikian pula dengan kapasitas ‘bentuk’ sebagai unsur dari bangunan. ‘Bentuk‘ ( form ) disini tidak membicarakan tentang suatu hasil tiga dimensi yang terlihat sebagai karya arsitektur tetapi menjelaskan tentang rangkaian proses yang disebabkan oleh fungsi pembuatnya. Oleh sebab itu Krier memberi kemungkinan lain pada teori ini bahwa untuk menjadikan rangkaian proses itu menuju wujud akhir dari pemahaman ‘form follow function‘, maka pada arsitektur diperlukan kontruksi untuk membuat itu terjadi. Kontruksi juga membicarakan proses pembentukan yang berkaitan dengan cara dan metode tertentu dalam arsitektur, sehingga bangunan tersebut dapat tercapai. Karena itu Krier menambahkan bahwa di dalam proses itu nilai–nilai pembentuk arsitektur tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tidak saling menonjol, dan tidak bisa ditempatkan secara sendiri –sendiri melainkan harus merupakan suatu rangkaian untuk dapat menjelaskan dan membuat arsitektur terjadi.
Berikut adalah perbedaan antara Bangunan dan Arsitektur (Prof. Dr. Ir Josef Prijotomo, M.Arch, 1989) Kelompok Daya Guna Pada dasarnya adalah apa yang dalam arsitektur modern disebut sebagai fungsi bangunan dalam ruang lingkup terbatas. Dalam kelompok daya guna ini sudah termasuk biaya yang harus disediakan, peraturan yang berlaku maupun perhitungan untung rugi dalam menghadirkan bentuk Kelompok Jaminan Keselamatan Hidup Pada dasarnya adalah segenap hasil upaya manusia yang harus dilakukan dengan bentukan yang dibuat tersebut tidak mencelakakan keselamatan hidupnya. Bentukan yang sewaktuwaktu dapat roboh pastilah bentukan yang dihindari. Guna menjamin hal ini harus anti roboh maka perlu diupayakan segala sesuatu berkaitan dengan material, cara membentuk/struktur yang dipakai termasuk kondisi alam setempat. Juga termasuk jaminan keselamatan dari bahaya kebakaran, gempa dan bahaya lainnya. Kedua kelompok diatas belumlah “arsitektur�. Jadi andaikata kita dihadapkan pada permintaan untuk membuat arsitektur tapi uraian yang disampaikan pada kita baru hanya mencakup kedua kelompok diatas maka bentukan yang hadir janganlah dulu disebut arsitektur. Kelompok Daya Guna Batiniah Pada dasarnya disinilah estetika, simbolisme, kekhasan batiniah lokal, citra dan cita arsitektur, dan tak kalah pentingnya berkaitan dengan sejarah dengan lokalitas serta arsitektur. Kesemua ini (belum keseluruhan) dapatlah digolongkan ke dalam kelompok yang memungkinkan hadirnya arsitektur – bukan sekedar bangunan Setiap bangunan tersusun dari berbagai unsur ragawi seperti tiang, dinding, jendela, atap dan sebagainya, yang dengan komposisi tertentu membentuk suatu kesatuan yang tunggal dan utuh. Dengan adanya
komposisi ini hadir pula berbagai wujud dengan berbagai kesan yang ditimbulkan. Komposisi ini pula yang memungkinkan hadirnya bangunan yang estetis, agung, monumental, berwibawa, akrab dengan lingkungan dan lain-lain. Juga, komposisi ini pula yang membuat sebuah bangunan menjadi khas atau berkarakteristik., mencitrakan kedaerahan, dan bahkan mampu menjadi bangunan yang simbolik dan syarat makna. Dengan kata lain, dengan membuat komposisi atas segenap unsur-unsur ragawi, sebuah bangunan mempunyai kemampuan untuk menimbulkan kontak-kontak batin di dalam diri pengamat dan penggunanya. Di dalam keadaan seperti inilah sebuah bangunan layak disebut Arsitektur
Fragmen kedua.
The architecture of China is as old as Chinese civilization. From every source of information—literary, graphic, exemplary—there is strong evidence testifying to the fact that the Chinese have always enjoyed an indigenous system of construction that has retained its principal characteristics from prehistoric times to the present day. Over the vast area from Chinese Turkistan to Japan, from Manchuria to the northern half of French Indochina, the same system of construction is prevalent; and this was the area of Chinese cultural influence. That this system of construction could perpetuate itself for more than four thousand years over such a vast territory and still remain a living architecture, retaining its principal characteristics in spite of repeated foreign invasions—military, intellectual, and spiritual—is a phenomenon comparable only to the continuity of the civilization of which it is an integral part. — Liang, Ssu-ch'eng, 1984
Sumber : https://pxhere.com/en/photo/641722
Arsitektur adalah salah satu dari kesatuan karakter budaya tiongkok, sedikit bervariasi walau jarak yang jauh dan perbedaan besar dalam iklim dan kondisi alam di seluruh negri, sebuah stabilitas yang sebagian berasal dari pengajaran Konghuchu pada tantanan sosial dan moral. Konghuchu menghargai tatanan dan hirarki di atas semua hal lainnya, dan pengaruhnya yang meluas pada budaya cina selama beberapa ribu tahun membantu mempertahankan homogenitas yang luar biasa di wilayah yang luas dan berbagai bangsa. Efeknya terhadap arsitektur terungkap dalam kontinuitas kuat antara bangunan dengan usia yang sangat berbeda, yang mencerminkan sistem kepercayaan yang statis, dan bagaimana bentuk bangunan dan perencanaan kota menyampaikan kosmologi konghuchu. Kosmologi dan hierarki konghuchu bergabung dalam keyakinan bahwa kaisar adalah putra surga dan layak mendapat loyalitas yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Jadi, konfusianisme sangat mengagungkan kuil dan istana,yang merupakan struktur yang melambangkan hubungan kekaisaran antara langit dan bumi. Bangunan individual di seluruh kota memiliki prinsip perencanaan dan keteraturan yang sama. Di luar perkotaan, pemandangannya dramatis dan bervariasi, namun jembatan di atas banyak jalur air, yang seringkali merupakan konstruksi yang menantang, adalah bukti adanya komunikasi yang terjadi antara berbagai bagian kekaisaran.
Sumber : https://pxhere.com/en/photo /641722
Sumber : http://www.daydreamingan ddecor.com/dreaming/differ ent_architectural_roof_style s1005581064.jpg
Atap adalah elemen terpenting dalam arsitektur cina, seringkali ditampilkan dengan atap miring yang khas. Bingkai atap dibangun terlebih dahulu, dan ini menentukan posisi kolomnya. Kayu adalah bahan bangunan yang paling umum, dilengkapi dengan batu bata, ubin dan, material yang paling mudah ditemui di area, batu. Pada abad ke-18, ketika pelancong Eropa mulai mengunjungi Tiongkok, kombinasi bangunan yang eksotis dengan pemandangan lanskap yang dramatis menjadi sumber inspirasi yang tak terduga untuk gagasan estetika baru. Kestabilan sosial dan politik memungkinkan China menyerap pengaruh dari luar, yang mana ajaran Buddha adalah yang paling penting. Tapi sejak awal perdagangan, terutama dalam sutra, perdagangan dengan Eropa. Apa pun yang tidak bisa diserap dianggap barbar, dan membiarkan orang-orang barbar di teluk menstimulasi konstruksi proyek tunggal terbesar Tiongkok, Great Wall sepanjang 2.260 kilometer, yang dibangun dalam fase berturut-turut dari 214 SM untuk melindungi perbatasan utara Tiongkok dari serangan barbar.
The Great Wall of China Sumber : https://asiatourism.news/w p-content/uploads/2015/11 /great-wall.jpg
Arsitektur Tiongkok juga memiliki beberapa karakter lain selain kekhasan pada bagian atap dan dekorasi bangunan, beberapa karakter tersebut ialah kompleks bangunan kuil/istana yang memiliki simetri bilateral, memiliki taman yang tertutup (”courtyard” dan “skywell”), hierarki, tekanan horizontal, dan konsep kosmologi seperti feng-shui dan Taoism. Semua karakter tadi akan saya coba kupas dalam studi kasus pada fragmen ketiga.
Fragmen ketiga.
Studi Kasus I :
Taizhou Hig h School Arsitek : Architectural Design & Research Institute of SCUT Lokasi : Taizhou, Jiangsu, Tiongkok Kepala Desain : Jingtang He, Weihong Gou Tahun Proyek : 2016 Fotografi : Li Yao, Chengheng Zhang Taizhou sudah dihuni oleh banyak sekolah dan akademi sejak zaman kuno. Akademi Anding yang terkenal dibangun tepat di kampus tua Taizhou High School, yang juga merupakan sekolah bergengsi abad ke-17 di China yang berasal dari Akademi Taizhou yang didirikan di tempat di mana Hu Yuan, seorang pendidik terkenal di dinasti Song, mengajar murid-muridnya. Masih ada aula di kampus tua untuk mengenang Hu Yuan, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan suasana budaya sekolah.
Elemen Utama Titik menandakan sebuah posisi di dalam ruang. Secara konseptual, titik tidak memiliki panjang, lebar, maupun kedalaman, dan oleh sebab itu sifatnya statis, memusat dan tak berarah. Sebuah garis yang diperpanjang akan menjadi garis. Garis mampu mengekspresikan arah, pergerakan, dan pertumbuhan secara visual. Dua buah garis yang sejajar mampu menggambarkan sebuah bidang secara visual. Sebuah membran spasial yang tembus pandang dapat direntangkan di antara garis-garis tersebut untuk mengukuhkan hubungan bisual mereka. Semakin rapat jaraknya satu sama lain, semakin kuat pulalah kesan bidang yang dibawakannya. Bidang di dalam arsitektur mendefinisikan volume tiga dimensional massa dan tuang. Sidat dan karakter setiap bidang--ukuran, bentuk, warna, tekstur--serta hubungan spasialnya satu sama lain sangat menentukan atribut-atribut visual dari bentuk yang didefinisikan. serta kualitas ruang yang dibentuknya Bidang yang diperpanjang ke arah selain arah naturalnya akan menjadi sebuah vikume. Secara konseptual, volume memiliki tiga dimensi.
Bentuk Mayoritas bangunan pada kampus ini terdiri dari bangun rektilinear, dengan bentuk regular maupun irregular.
Transformasi Bentuk transformasi yang terjadi pada bagunan ini termasuk kedalam transformasi yang sederhana, yang mempertahankan kesan rektilinear. Bentuk dan Ruang "... Kita membuat pintu dan jendela untuk membangun rumah; Dan rumah terletak di dalam ruang dimana tak satupun kegunaaan rumah tersebut bergantung padanya. Oleh karenanya, ketika kita mengambil keuntungan dari apa yang ada, kita harus mengenali kegunaan dari sesuatu yang tidak ada.� Lao-tzu Tao Te Ching Abad VI S.M.
Ruang secara konstan melingkupi keberadaan kita. Memalui volume ruang, kita bergerak, melihat bentuk, mendengar suara, merasakan angin, mencium aroma taman bunga dikala mekar. Ia adalah suatu unsur material seperti halnya kayu atau batu. Namun ia merupakan hawa yang pada hakekatnya adalah tak berbentuk. Bentuk visualnya, dimensi dan skalanya, kualitas pencahayaan--semua kualitas ini tergantung pada persepsi kita terhadap batas-batas spasial yang didefinisikan oleh elemen-elemen bentuk. Ketika ruang mulai ditangkap, dibungkus, dibentuk, dan diatur oleh elemen-elemen massa, arsitektur pun hadir menjadi nyata.
Sirkulasi Pintu utama pada kampus (gambar pada halaman sebelumnya) ini dapat dilihat dari jauh dengan bentuk gapura sederhana dan tulisan jelas dan dapat terbaca dari jarak jauh. Setelah melawati pintu utama kita akan secara langsung menghadap dan menatap Gedung Graphic dan Information Center dan pada bagian kanan dan kiri kita akan disuguhi gerbang selanjutnya menuju kawasan akademik. Kampus ini memiliki tiga pintu dan setiap pintu memiliki klimaks masing-masing.
Secara keseluruhan, kampus ini menggunakan skala natural dimana ukuran bangunan dan ukuran manusia berparalel.
Prinsip-prinsip Kampus ini memiliki dua sumbu utama, yaitu horizontal (timur-barat) yang menunjukan sumbu kebudayaan, dan vertikal (utara-selatan) menunjukan sumbu pendidikan. Dalam perencanaannya, sekolah ini menyatukan kawasan pembelajaran dan perkantoran yang dihubungkan dengan taman-taman. Hal ini tidak terpisahkan dari perencanaan yang menggunakan prinsip-prinsip konfusainisme dan taoisme. Dengan perencanaan ini, terciptalah kesan syukur, perasaan dihargai, kebudayaan leluhur, dengan hierarki dan kemaknaan yang dalam. Setelah melewati pintu utama, anda akan digiring oleh tiga pilihan rute yang masing-masing memiliki objek klimas masing-masing. Jika anda berjalan ke barat, pada klimaksnya anda akan disuguhkan kepada kolam yang dikelilingi oleh laboratorium yang memberikan rasa ketenangan. Kearah timur anda akan dibawa kedalam sebuah taman dengan kolam ikan yang memiliki kesan natural, tempat ini cocok untuk pelarian sesaat melepas penat tugas yang pengumpulannya beberapan jam lagi..
Tepat di utara, anda akan menemukan Pusat Student Exchange yang menghadap langsung kearah kolam terbesar.
Sumber gambar studi kasus pertama : https://www.archda ily.com/873721/ne w-campus-of-taizho u-high-school-archit ectural-design-and-r esearch-institute-ofscut
Taizhou terkenal dengan budaya air, dan air dianggap sebagai jiwa dalam desain kampus baru Taizhou High School. Tiga kolam yang sebelumnya saya sebutkan, yaitu Sinyuan yard, Chinese Classics Quadrangle, dan Danau Ginkgo. Tiga kolam berbeda dalam gaya tetapi sama di atmosfer - atmosfir budaya yang kuat. Pemandangan laut Siyuan Yard yang biasa dan modern dengan suasana yang tenang, menciptakan lingkungan untuk meditasi; Pemandangan laut dari Chinese Classics Quadrangle yang tradisional dan indah, menciptakan lingkungan yang anggun; Pemandangan danau Ginkgo murah hati, menciptakan lingkungan yang dalam. Refleksi diciptakan oleh air, yang membuat kampus terasa terbuka dan hidup. Air adalah asal mula kehidupan. Ruang spiritual karena pengenalan air.
Studi Kasus II :
Renovasi Nanjing Confucius Temple Arsitek : DC ALLIANCE Lokasi : Nanjing, Jiangsu, Tiongkok Tim Desain : Dong Yi, Cheng Jiujun, Zhao Wei, Jin Yuan, Wang Bin Client : Pemerintah Daerah Distrik Qinhuai Luas Site : 42.000 sqm Tahun Proyek : 2013 Fotografi : Lyu Hengzhong Bangunan sepanjang jalan menuju Nanjing Confucius Temple dibangun pada 1980an dengan gaya dinasti Ming dan Qing. Kondisi fasad saat sebelum renovasi sangat buruk dan tidak cocok dengan fungsi modern. Hubungan yang kompleks antara pengembang dengan pemilik juga mempersulit rencana renovasi. Pengembang mencoba memberikan pertimbangan kepada pemilik dengan desain yang baik untuk komersial sekaligus untuk peningkatan pada model bisnis yang ada. Inovasi dan tradisi dilakukan untuk mempertahankan akar kebudayaan sekaligus meningkatkan suasana kommersial di kawasan ini.
Fungsi, Ruang dan Tempat (Utilitas) Kompleks komersial ini memiliki fungsi sebagai sarana wisata komersil kepada pengikut ajaran Konfusius yang telah/akan bersembahyang ke kuil. Namun dengan renovasi yang menambah daya tarik wilayah ini, tidak jarang warga lokal maupun wisatawan asing datang hanya untuk berbelanja saja tanpa bersembahyang. Komplek ini memiliki banyak pertokoan, yang beberapa memiliki desain khusus yang berinteraksi dengan objek yang dijualnya.
Bahan, Struktur, dan Teknologi (Firmitas) Walau nampak luarnya terlihat tradisional, namun bangunan-bangunan ini dibangun menggunakan teknologi pada zaman ini. Mereka tidak menggunakan tiang-tiang besar sebagai tumpuan utama seperti yang biasa kita lihat di kuil-kuil. Dari observasi dapat disimpulkan bahwa bangunan ini mayoritas menggunakan bahan kayu, kaca, keramik, beton dan plester sebagai komponen-komponen utama pada bangunan- bangunan ini.
Seperti bangunan di tiongkok lainnya, FengShui dan ajaran Konfusius sangat berpengaruh dalam perencanaan. Komplek bangunan di tepi sungai memberikan pemandangan yang indah jika sungainya bersih dari sampah dan kota yang bebas dari polusi, sungai yang mengalir akan memotivasi para penjual agar menghasilkan uang yang mengalir pula.
Atap merupakan salah satu ciri dari aliran gaya konfusianisme, dimana setiap atap memiliki fungsi dan filosofi masing-masing. Penggunaan atap yang beragam mencerminkan kebudayaan Tiongkok yang kaya.
Sumber gambar studi kasus kedua : https://www.archdaily.co m/780142/renovation-o f-nanjing-confucius-temp le-plus-dc-alliance
Penutup Terima kasih kepada Ibu Murni dan Ibu Arina yang sudah mengajarkan kita tentang apa itu arsitektur serta seluk beluknya, estetika serta turunan-turunannya, isms dengan kawanannya. Terima kasih sudah menjadi pengajar yang komunikatif. Alhamdulillah tugas ke 4 ini saya anggap selesai (13 Desember 2017, Pukul 7:01 am). Memang tidak dipungkiri bahwa saya sendiri kurang puas dengan hasil tugas saya ini, banyaknya waktu yang saya buang untuk memenuhi kebutuhan alami manusia yaitu tidur membuat waktu saya yang tersisa untuk mencari bahan sangat sedikit dan hasilnya yang terkesan apa adanya. Sangat banyak poin yang ingin saya sampaikan, namun karena terbatasnya waktu dan informasi yang saya dapatkan. Inilah yang terbaik yang bisa saya kerjakan untuk saat ini. Sekali lagi terima kasih telah menjaga motivasi, menjawab pertanyaan, dan merangkul mahasiswa-mahasiswa seperti kami. Saya pribadi memohon ampunan jika saya memiliki kesalahan kepada baik Ibu Murni maupun Ibu Arlina, ataupun kepada kawan-kawan mahasiswa Pengantar Arsitektur Kelas A, dan barisan patah hati. Semoga di masa depan, saya menemukan solusi untuk mengatasi dan mencegah masalah-masalah yang sama pada saat ini dan menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. Surabaya, 13 Desember 2017 Elang Farizka Wirakusumah
Daftar Pustaka DE SYOUFA,ST.,MT. Isi Buku Pengantar Arsitektur. http://syoufa.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/2154/BAB _isi_buku_Pengantar_Arsitektur.pdf Syahbilal Meinanda. Pengertian Arsitektur serta definisi menurut ahlinya. http://syahbilal10.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-arsitekturserta-definisi.html Qmal Group. HAKIKAT BANGUNAN DAN ARSITEKTUR. http://qmalmt.blogspot.co.id/2011/08/hakikat-bangunan-dan-ar sitektur.html https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur#Sejarah https://repository.unikom.ac.id/40330/1/Definisi%20Desain.ppt Liang Ssu-ch'eng, year 12, A pictorial history of Chinese architecture : a study of the development of its structural system and the evolution of its types, ed. by Wilma Fairbank, Cambridge (Mass.): MIT Press. Ching, D.K.. Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Erlangga. Jakarta, 2008. https://www.archdaily.com/780142/renovation-of-nanjing-confu cius-temple-plus-dc-alliance https://www.archdaily.com/873721/new-campus-of-taizhou-high -school-architectural-design-and-research-institute-of-scut