Karya ilmilah karil pgsm endar sudarjat ppkn s1 2013 2

Page 1

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PPKn DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ELEKTRONIK FACEBOOK GUNA MEMAHAMI SEJARAH DAN SEMANGAT KOMITMEN PARA PENDIRI NEGARA DALAM MERUMUSKAN DAN MENETAPKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA ( Pelitian Tindakan Kelas di Kelas VII SMP Negeri 5 Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2013-2014 ) Oleh: Endar Sudarjat NIM: 018476592 Alamat email: endarsudarjat@gmail.com Abstrak Media pembelajaran banyak berserak di sekeliling kita namun tak begitu hirau.Padahalguru sebagai fasilitator punya kewajiban agar peserta didiknya bisa mendapatkan cara mudah untuk dapat memahami pelajarannaya,seperti misalnya PPKn materinya banyak memuat konsep nilai-norma dan moral, tak cukup hanya dengan banyak bercerita maka dibutuhkan sebuah media belajar yang kreatif dan inovatifsebagai penguatimajinasi serta informasi bagi peserta didik. Pada pembelajaran PPKn yang dialami penulis didapati masih banyak peserta didik yang motivasi belajarnya rendah dan hal ini tentunya signifikan dengan prestasi belajarnya. Solusiatas hal tersebut, dengan mencoba menggunakan media elektronik offline dan online, dengan harapan agar dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajarannya. Media pembelajaran seperti media online facebook yang telah dicoba diterapkan oleh penulis dalam pembelajaran PPKn di kelas lewat 2siklus saja hasilnya sudah cukup baik dan memberi harapan berdampak terhadap motivasi belajar peserta didik. Pembelajarandi kelas terasa lebih bernas dan hidup karena interaksi antara peserta didik dan juga guru tidak berjalan kaku lagi, sekat-sekat yang biasanya tertutup menjadi terbuka serta lewat media online facebook semua peserta didik bisa mengenal dan memanfaatkan secara langsung fasilitas multi medianya dan hal tersebut menjadikan mata pelajaran PPKn bisa lebih menarik. Studi ini dilaksanakan pada siswa kelas tujuh SMP Negeri 5 Majalengka, menemukan ada perbedaan signifikan antara media pembelajaran offline dengan pembelajaran online yang interaktif. Secara sepintas lalu saja sudah umum para pelajar menggunakan jejaring social facebook, disayangkan bila aktifitas mereka tersebut tidak ditautkan dan dimanfaatkan untuk fasilitas belajarnya. Oleh karena itu penulis merekomendasikan pada para pendidik, cobalah jadikan facebook sebagai media pembelajaran karena kenyataannya pembelajaran di era digital ini akan bisa efektif bila siswa mendafatkan infomasinya dengan “enjoy�, mudah didapati, dan dapatdiakses dengan murah. Kata kunci: media pembelajaran, media jejaring sosial facebook, motivasi belajar siswa


I.

Pendahuluan

A.

Latar Belakang Masalah

1.Identifikasi Masalah Gema keraguan akan mutu pendidikan di kita khususnya di tingkat pendidikan dasar dan menengah belakangan ini begitu masif, terus disorot oleh berbagai kalangan masyarakat. Hal ini bisa jadi terkait erat dengan berbagai fenomena ketidakpuasan masyarakat secara umum pada berbagai permasalahan yang muncul di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Profesi Guru yang dipandang sebagai garda terdepan guna mencerdasan kehidupan bangsa, dituntut harus dapat berbuat banyak, terkait hal tersebut maka resistensi profesi guru semakin tinggi. Tantangan lainnya sebagai pendidik semakin bertambah konsekwensi dari kinerja guru yang dianggap belakangan ini belum menunjukan hasil yang signifikan terkait dengan pembinaan dan pembentukan karakter sikap prilaku, sosial skils siswa, dan juga kemampuan dalam penguasaan materi dari siswa rata-rata tidak begitu menggembirakan. Disinyalir semangat belajar siswa sekarang ini seperti tidak mencerminkan harapan yang lebih baik maka tidak bisa dipungkiri berbagai tuntutan masyarakat ini sudah selayaknya ditanggapi oleh para gurudengan denganwajar, justru dengan kritikan masyarakat yang demikian bisa kita

jadikan sebagai

momentum perubahan sesuai tuntutan professional di bidang pendidikan. Mencermati (Dokumen Rembug Nasional Pendidikan dan Kebudayaan,10-12 Pebruari 2013) yang disampaikan Mendikbud M.Nuh,nampak pada paparannya bahwa pemerintah pusat tengah melakukan upaya serius untuk memperbaiki kekurangan pada Kurikulum KTSP 2006 dalam sebuah format baru Kurikulum 2013. Hal ini sebagaimana dimaksudkan Kemdikbud, revisi kurikulum yang terus berlangsung tersebut sebagai perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan produk undang-undang pendidikan pertama pada awal abad ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, undang-undang tentang sistem pendidikan nasional telah mengalami beberapa kali perubahan. Dipaparkan pula bahwa Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:


“manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter.” Guna mencapai harapan di atas sistem pembelajaran modern khususnya yang berbentuk kelompok (klasikal) dituntut mampu memberikan suasana penuh gairah

belajar lewat

pembelajaran yang terpusat pada siswa (child centered curriculum). Penerapannya ini berlandaskan pada teori belajar yang menekankan pentingnya”… belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman atau insight [teori gestalt]( Sumiati& Asra, 2008: 84). Berikutnya guna mengimbangi keberagaman dan kebutuhan hidup anak-anak generasi era digital (digital native), Wijaya & Dedi (2012) mengemukakan bahwa: “…anak-anak generasi digital native adalah anak-anak yang hidup dan terlahir sudah mengenal dunia digital.” Peserta didik saat ini perlu disadari pada dasarnya sudah mengenal dan memanfaatkan berbagai media elektronik baik secara pribadi atau pun dalam bentuk komunitas di keluarga dan lingkungan masing-masing, sehingga bisa dikategorikan mereka telah melek iptek atau melek IT (Information and Communication Technologi). Mereka begitu terbiasa menggunakan alat-alat digital tanpa harus diajari lagi seperti kita para orang tua yang lahir dari generasi gagap teknologi (gaptek), yakni orang-orang yang baru saja belajar dalam dunia digital, dalam hal ini kebanyakan para guru kita saat ini pun termasuk dalam kelompok yang baru melek IT (digital immigrant). Anak-anak digital native jelas memiliki gaya hidup berbeda dengan kita sebagai generasi tua, karena keadaan perubahan dan tuntutan hidup yang demikian berubah maka kita sebagai pendidik dari kalangan generasi digital immigrant semestinya peka dan proaktif jangan membiarkan anakanak kita melaju berdasarkan cara dan kehendaknya sendiri tanpa arah yang jelas. Saat ini tentu ana-anak didik di tingkat sekolah menengah pada umumnya lebih berkuasa dalam hal pemanfaatan IT daripada kita kaum digital immigrant, maka sudah sewajarnya bila proses pembelajaran di sekolah saat ini dirancang untuk secepatnya bisa memanfaatkan IT khususnya dalam implementasi Kurikulum 2013. Kurikulum 2013, sepintas regulasinya diluncurkan dengan telah dilengkapi oleh paket buku siswa dan buku panduan guru yang telah disetting oleh Kemdikbud agar agar KBM pada setiap mata pelajaran mampu memberikan kualitas pembelajaran yang lebih baik dengan memanfaatkan berbagai media, secara khusus pendayagunaan media elektronik berbasis IT. Diharapkan dengan media berbasis IT ini nantinya KBM bisa merangsang, memancing dan memotivasi peserta didik sehingga motivasi dan kreatifitas belajar siswa berkembang secara progresif selaras konsep PAIKEM melalui kreatifitas guru dengan memaksimalkan pengunaan media pembelajaran dan model-model pebelajaran


mutakhir. Tantangan ini sebenarnya sudah lama sebagaimana telah diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19, bahwa: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif , menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk bermotivasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19). Berbagai variasi penerapan metode, pendekatan, model dan media pembelajaran dapat dilakukan guru dan sekaligus guru dalam hal ini dapat berfungsi sebagai peneliti dalam setiap pembelajarannya di kelas. Pembelajaran berkualitas dapat dicapai apabila guru mau melakukan berbagai eksperimen penerapan strategi, pendekatan, model dan media pembelajaran. Dengan menerapkan berbagai variasi multi model dan media pembelajaran, guru lewat tindakannya dimungkinkan mampu mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara optimal, berhasil meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa. Menurut pengamatan penulis, pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan berbasiskan media elektronik masih sangat rendah dan guru cenderung lebih memilih untuk menggunakan media dan model –model pembelajaran konvensional pada setiap pembelajarannya. Hal ini mungkin akibat kurangnya penguasaan guru terhadap media-media alternatif pembelajaran yang ada, sebagaimana dirasakan juga oleh penulis. Penguasaan media pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru saat ini dan hal ini sejalan dengan tuntutan kurikulum yang berbasiskan kompetensi. Harapan

pada

Kurikulum

2013

untuk

pembelajaran

Pendidikan

Pancasila

dan

Kewarganegaraan (PPKn) SMP/MTs di Kelas VII, terpapar pada Kompetensi Inti (KI) sebagai berikut: a. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya b. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya c. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata d. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,

dan

membuat)

dan

ranahabstrak(menulis,

membaca,

menghitung,

menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang


sama dalam sudut pandang/teori. Kenyataan yang pasti dan dirasakan oleh penulis ketika dalam kelas cukup berat, misalnya saja: 1) Ketersediaan media pembelajaran, berbagai multi media audiovisual saat ini kurang cukup tersedia di sekolah sehingga menuntut kreatifitas guru untuk bisa menyesuaikan agar materi dan karakter pembelajaran yang semestinya dibawakan bisa terpenuhi. 2)

Keterampilan guru dalam pembelajaran belum selaras dengan tuntutan guru sebagai seorang pendidik professional

3) Sering terjadi banyak gangguan pada konsentrasi belajar dan motivasi belajar siswa

Maka atas dasar pertimbangan atas keadaan tersebut diatas, perlu ada tindakan untuk mencoba beberapa media pembelajaran, diantaranya tindakan untuk mengoptimalkan penggunaan media suara (audio) dan gambar (visual) melalui pemanfaatan teknologi informasi (TI) lewat office power point dan jejaring social Facebook. Facebook sebagaimana diketahui bersama selama ini menyediakan full multi media dan hampir bisa dikatakan cuma-cuma atau gratis bagi penggunanya. Untuk kalangan pelajar facebook merupakan sarana media sosial kreatif yang bisa memberikan peluang tak terbatas sehingga keterlibatannya dapat dimanfaatkan berbagai pihak untuk kepentingan apa pun. Sangat disayangkan bila peluang ketersediaan layanan media elektronik global ini luput dari perhatian para guru, padahal Facebook bisa jadi sudah menjadi bagian dari kehidupan anak didik kita sejak lama. Dimana belakangan ini malah dikatakan sebagian guru dan juga sebagian orang tua keberadaan Facebook telah merusak mentalitas dan semangat belajar siswa, bisa jadi demikian karena Facebook belum banyak dimanfaatkan sebagai media pebelajaran padahal berfungsi sangat interaktif, full multimedia dan bisa digunakan tanpa dipengaruhi batasan ruang dan waktu. Seiring dengan keberadaan dan juga amanat Kurikulum 2013 maka perlu sekali sebuah terobosan baru dalam hal pembaharuan media pembelajaran ini, salah satu upaya yang dilakukan penulis yakni menggunakan facebook sebagai media pebelajaran PPKn, dengan nama grup pada facebook “PKn SMP N 5 Majalengka�melalaui link: https://www.facebook.com/groups/pkn.smpn5majalengka/ Lewat pembuatan Media Pembelajaran pada Facebook ini kami anggap penting bagi para pelajar karena pada umumnya anak pelajar di hampir di semua lapisan masyarakat sudah


memiliki akun Facebook. Bila keberadaan yang sekarang tengah digandrungi kalangan anak muda ini tidak terarah maka dipastikan akan sangat berbahaya dan bahkan akan mengancam generasi muda kita menjadi Lost Generations (generasi yang hilang) yang terlelap serta melupakan sejarah dan semangat komitmen para pendiri Negara pendahulunya. Apalagi belakangan ini kita dapati dari berbagai informasi di media massa seringkali diberitakan bahwa negeri ini miskin figur tauladan, yang ada hanya berita tentang beberapa oknum dari tokoh politik, aparat hukum, para birokrat dan juga dari kaum akademisi terlibat dalam berbagai skandal korupsi dan narkoba yang mengesankan makin akut. Keadaannya ini berbanding terbalik

dengan harapan dari para

pendidik, orang tua siwa dan masyarakat pada umumnya yang mengharapkan warganya menjadi warga Negara yang baik dan cerdas ( a good and smart citizenship). Kejadian belakangan ini bagaikan mimpi buruk dan tentu perlu segera ada solusi yang tepat guna mengeliminasi atas kebokbrokan mentalitas sebagian warga bangsa kita ini. Korupsi dan maraknya narkoba serta kejahatan lainnnya saat ini bagian dari kelemahan komitmen semua pihak dan ini memerlukan upaya serius yang tentunya guru sebagai pendidik harus bisa berbuat nyata membawakan sesuatu perubahan baru di dalam kelas pembelajarannya. Secara khusus ada upaya untuk memperbaiki input sistem dan berpikir bagaimana caranya memanfaatkan berbagai media informasi agar pembinaan sikap mental dan spiritualitas generasi muda kita ke depan bisa berjalan terarah, efektif dan tepat sasaran. Inilah yang menjadi tantangan bagi guru, khususnya guru PPKn saat ini. Perubahan gaya hidup masyarakat kita yang cenderung hedonism dan materialistik belakangan ini telah menggerogoti mentalitas kalangan siswa sehingga sering ditemukan banyak prilaku siswa yang menyimpang atau berprilaku tidak terpuji seperti; kurangnya menghayati perilaku jujur, kurang disiplin, tidak tanggungjawab, kurang peduli, hilangnya semangat gotong royong, tidak santun, kurang percaya diri, dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Hal di atas ini menjadi momok yang menakutkan bagi berbagai kalangan masyarakat terdidik karena bisa jadi keadaan ini akan semakin meluas dan bisa merusak suasana kehidupan masyarakat kita pada umumnya. Padahal sejarah bangsa ini telah mencatat, telah sejak lama masyarakat kita dikenal oleh bangsa lain di dunia sebagai bangsa pejuang, bangsa yang penuh semangat kekeluargaan, gotong royong, toleransi, memiliki nasionalisme dan patriotisme yang tinggi dan senantiasa ikut serta dalam menciptakan perdamaian dunia. Ikon penting yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia ini yang seharusnya bisa kita pertahankan, utamanya agar bangsa kita ini bisa tetap mandiri, maslahat dan dipandang bermartabat tinggi di mata dunia Internasional.


2. Analisis Masalah Data yang diperoleh sementara sebagai pijakan PTK ini menunjukkan bahwa hasil prestasi belajar siswa di kelas VII-C SMP N 5 Majalengka masih belum memuaskan dan perlu segera ada tindakan karena target pencapaian hasil belajar yang diharapkan masih dibawah KKM PPKn Kelas VII yang dicanangkan sebesar 7,50. Adapun gambaran singkat masalah ini bisa terlihat pada table berikut: Tabel 1: Nilai Rerata Evaluasi Harian ke-1 PPKn Kelas VII-C SMPN 5 Majalengka 2013 Ulangan Harian 1

Jumlah Siswa

Jumlah Siswa

Nilai Rerata

Siklus 1

Kelompok Atas 11 orang

Kelompok Bawah 13 orang

Kelas 67,08

3 Sepetember 2013

(45,8%) Parameter KKM PPKn Semester 1

(54,2%)

(100%) 7,50

Tahun 2013-2014 Sumbe data: Daftar Analisis Nilai Harian PPKn Tanggal 03 Sepetember 2013

Tabel 2: Motivasi Belajar Siswa di Kelas VII-C Periode 28 Agustus s.d 3 September 2013 Jumlah Siswa

Aktif Bertanya dan

Hanya Aktif

Tidak Aktif Bertanya

Kelas VII-C 24 siswa

Menjawab (ABM) 3 siswa

Bertanya (AB) 5 siswa

dan Menjawab (TABM) 16 siswa

(100%)

(12,5%)

( 20,8%)

(66,7%) 75 %

Target Partisipasi / Motivasi Aktif Belajar Siswa

AB/ABM ( 18 siswa )

Sumber data: Data Hasil Pengamatan Supervisor II tanggal 03 September 2013 Untuk materi pembelajaran terkait masalah di atas, disiapkan bahan ajar berbentuk paparan dan peta konsep, video materi pembelajaran, photo gambar para tokoh nasional atau para pahlawan yang terlibat dalam persiapan kemerdekaan Indonesia dan penyusunan Pancasila sebagai Dasar Negara. 3.

Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah Permasalahan masih kurangnya motivasi aktif siswa dalam belajar PPKn di SMPN

Majalengka memerlukan penanggulangan dari guru oleh karena itu perlu melakukan refleksi atas kinerjanya. Hasil belajar PPKn sangat signifikan terkait dengan motivasi aktif dan kreativitas


peserta didik dalam pembelajaran melalui berbagai media dan bahan ajar yang menarik. Sebuah tantangan baru bagi guru sebagai pekerja professional,

jangan sampai setiap masalah yang

ditemukan dalam pembelajaran berlalu begitu saja, apalagi dengan diberlakukannya Kurikulum baru 2013 yang tetap berbasis kompetensi, mengisyaratkan agar pembelajaran pada setiap matpel termasuk juga mata pelajaran PPKn dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta didik, bisa membina serta menumbuhkembangkan hard skills, soft skills siswa dan juga social skills para siswa . Hal ini optimis bisa tercapai apabila kinerja belajar peserta didik ditingkatkan lagi melalui optimalisasi peran guru sebagai fasiltator, motivator, dan organisator. Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan aktifitas belajar siswa pada pembelajaran PPKn di tingkat SMP memelukan sebuah langkah terobosan baru dengan mendayagunakan jejaring social facebook sebagai media elektronik global yang kehadirannya fenomenal mampu menghadirkan bahan informasi (bahan ajar) yang efesien, model pembelajaran yang interaktif via chatting inbox dan pembelajaran yang menyenangkan sesuai konsep PAIKEM. Sehingga pada gilirannya diharapkan mampu merangsang minat motivasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan perolehan hasil pembelajaran yang lebih baik lagi, khususnya pada prestasi mata pelajaran PPKn. B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

sebagai berikut: 1.

Apakah penggunaan media pembelajaran melalu media audio visual office power point dan media facebook dapat meningkatkan motivasi belajar PPKn siawa Kelas VII SMPN 5 Majalengka? Bila dapat, seberapa efektif peningkatan tersebut?

2.

Bagaimana intensitas motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PPKn dengan memanfaatkan media audio visual office power point dan media facebook?

3.

Apa kelebihan dan kelemahan penggunaan media elektronik audio visual office power point dan media facebook dalam pembelajaran PPKn?

C.

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dibahas dalam karya tulis ini maka

tujuan penelitian perbaikan pembelajaran yang ingin dicapai adalah: 1. Terciptanya media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakter pembelajaran


PPKn sehingga motivasi belajar siswa meningkat danhasi belajar siswa lebih baik terutama dalam pemahaman siswa terhadap materi KD.3.1 : Memahami Sejarah dan Semangat Komitmen Para Pendiri Negara Dalam Merumuskan dan Menetapkan Pancasila Sebagai Dasar Negara 2. Memberikan bentuk baru tentang cara memperlajari pelajaran PPKn yang menarik sehingga PPKn tidak dipandang sebagai mata pelajaran yang membosankan bagi siswa dan sekaligus bisa memberikan solusi dalam memperkaya media pembelajaran alternatif yang berbasis IT bagi guru PPKn 3. Memperkenalkan kepada siswa tentang peran media pembelajaran elektronik berbasis IT seperti facebook dapat berdaya guna untuk meningkatkan hasil kinerja belajar siswa (motivasi dan hasil belajar siswa)

D.

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pendayagunakan facebook sebagai global

berbasiskan IT dalam pembelajaran PPKn adalah: 1. Bagi siswa bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar dan memudahkan pemahaman terhadap Kompetensi Dasar 3.1 : Memahami Sejarah dan Semangat Komitmen Para Pendiri Negara Dalam Merumuskan dan Menetapkan Pancasila Sebagai Dasar Negara 2. Bagi guru dapat bermanfaat utamanya dalam hal efisiensi waktu, tenaga serta pikiran lewat pengembangan multimedia pembelajaran alternatif yang berbasiskan IT seperti facebook dan sekaligus bisa memancing kreatifitas baru dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan proses perbaikan pembelajaran PPKn pada tahapan berikutnya. 3. Bagi manajemen sekolah, dengan dimanfaatkannya facebook sebagai media pembelajaran diharapkan dapat mengubah paradigma yang selama ini terbentuk bahwa facebook bisa merusak akhlak generasi muda, menumbuhkan prilaku sia-sia sehingga membuat siswa malas belajar dan hanya sedikit sekali manfaatnya lebih banyak mudaratntnya. Nampaknya pandangan semacam ini harus segera berubah karena facebook bisa dimanfaatkan sebagai multimedia pembelajaran yang familier bisa menggugah hasrat membaca dan motivasi belajar siswa sehingga bisa

memberi manfaat yang cukup besar karena efisien dan

memenuhi syarat sebagai sarana multimedia pembelajaran dengan sangat lengkap, selalu ter-update serta semakin mejangkau para penggunanya dimanapun berada, bergantung bagaimana pihak manajemen memberi kesempatan pada para guru dan siswanya dalam memanfaatkan facebook dan sekaligus dimaksimalkan secara terukur melalui kebijakan perencanaan sekolah.


II.Kajian Pustaka A.

Penelitian Tindakan Kelas Dalam modul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari Pusat Penerbitan UT dikupas tentang

pengertian PTK. Ditegaskan bahwa, penelitian tindakan kelas itu adalahpenelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan unfuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. (Wardani, 2004: 13). Awalnya penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Action research, sesuai dengan arti katanya, diterjemahkan menjadi penelitian tindakan; yang oleh Carr dan Kemmis (McNiff, J,1991, p.2) didefinisikan; Action research is a form of self-reftective enquiry undertaken by participants (teachers, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (2) their understanding of these practices, and the situations (and intitutions) in which the practices are carried out. Penelitian tindakan (action research) menurut Carr dan Kemmis sebagaimana dirangkum dari Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (Wijaya&Dedi,2012:8) adalahsuatu bentuk penelitian refleksi diri (selfreflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran: 1. Praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri 2. Pengertian mengenai praktik-praktik sosial atau pendidikan tersebut 3. Situasi-situasi di mana praktik-praktik sosial atau pendidikan tersebut dilaksanakan Ini artinya bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) itu merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meringkat. Jadi yang punya kepentingan utama terhadap PTK ini adalah guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran atau kegiatan praktek belajar dan mengajar kelas pada sekolah dengan satu tujuan pokok untuk meningkatkan mutu pendidikan berkelanjutan. B.

Motivasi Belajar Siswa


Berbagai kajian dari para ahli tentang motivasi selalu terkait erat dengan proses aktifitas prilaku dan bimbingan pada seseorang,sebagaimana dikutif dari (Baron, 1992:Schunk,1990 dalam (Nur, 2003:2). “Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses internal (dari dalam diri seseorang ) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentuâ€?. Dalam hal ini maka motivasi itu juga dapat menentukan penyerapan informasi dalam pembelajaran sebagaimana pendapat Graham & Golan, (1991) dalam (Dasim, 2008: 3) yang menyatakan bahwa : “Motivasi penting dalam menetukan seberapa banyak siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa banyak menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baikâ€?. 1. Motivasi Belajar Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi belajar siswa penentu kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dialami siswa,sebagaimanadirangkum dari pendapat Djamarah S.B, dkk, (1995) “Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaranyang dimiliki oleh sisya yang bersangkutan â€?(Djamarah S.B, dkk, 1995:70) Maka sebagai kesimpulannya, bahwa motivasi belajar siswa tersebut merupakan proses internal yang merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai energy atau bahan bakar untuk menggerakkan sebuah mesin, motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan. ‌.“Motivasi ada dua macam yaitu motivasi yang datang dari dalam diri anak, disebut motivasi intrinsik, dan motivasi yang diakibatkan dari luar, disebut motivasi ekstrinsik â€?(Djamarah S.B, 1997:223). Adapun fungsi dari motivasi dalam pembelajaran diantaranya : a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar. b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.


c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai dalam pembelajaran sebagai berikut: a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. b. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa. c. Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memeliharan motivasi belajar siswa. d. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakn motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas. Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran. Dececco & Grwford, 1974 dalam (Slameto, 2003:175) menyatakan bahwa “dalam pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa ada 4 fungsi pengajar, yaitu: menggairahkan siswa, memberikan harapan realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan�. Cony Semiawan mengatakan bahwa minat (interest), adalah keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada sesuatu, situasi atau obyek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan kepadanya (statisfiers). Demikian juga minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulasi sesuai dengan keadaan tersebut. Slameto, (2003:180) menyatakan bahwa: Minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu objek dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang tidak akan mencapai tujuan yang dicita-citakan apabila di dalam diri orang tersebut tidak terdapat minat atau keinginan jiwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya itu. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa dengan minat, tujuan belajar tidak akan tercapai. Penulis dalam hal ini bisa simpulkan bahwa minat belajar adalah keadaan mental atau kondisi jiwa yang menjadi motor penggerak dalam mencapai suatu tujuan tertentu.


Menyimpulkan pendapat dari Zakiah Darajat dalam (Slameto,2003:176) mengatakan bahwa titik permulaan dalam mengajar yang berhasil adalah membangkitkan minat belajar anak didik karena rangsangan melalui media pembelajaran. Rangsangan tersebut, membawa kepada senangnya anak didik terhadap pelajaran dan membangkitkan semangat belajar mereka. “Selain itu, guru harus mampu memelihara minat belajar siswa dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk pindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. Berbicara mengenai faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, dapat ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi minat siswa itu sendiri. Namun pada dasarnya faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam faktor intern (dalam diri) siswa yang belajar. Faktor ekstern (dari luar diri) siswa yang belajar dan faktor teknik atau pendekatan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar kalau disarikan, yaitu : a.Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar dan ini masih dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : Faktor non sosial dan faktor sosial. b.Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar dan ini pun dapat digolongkan dua golongan yaitu : faktor fisiologis dan faktor psikologis. c.Mengembangkan motivasi dan minat belajar siswa yang pada dasarnya adalah membantu siswa memilih bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. d.Bahwa untuk membangkitkan minat siswa dapat dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu media atau berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa maka media yang full multidimetional sebagai mana facebook saat ini merupakan hal yang menarik. C. 1.

Media Pembelajaran Pengertian Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “medium� yang secara harfiah

berarti “perantara� atau “pengantar� yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti:buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa; Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandangdengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat


merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual.

Sekitar pertengahan abad Ke–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan

digunakannya alat audio-vidio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, didorong oleh semakin berkembangnya teknologi di bidang informasi lewat kombinasi perangkat komputer dan internet. 2.

Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran Manfaat dan manfaat media pembelajaran berdasarkan identifikasi penulis, memiliki

berbagai manfaat mengacu pada telaah Kemp Dan Dayton (1985)dalam (Badruli,2010:42), diantaranya sebagai berikut: a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. Setiap guru mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan media ini, setiap siswa dapat melihat atau mendengar uraian konsep materi/ informasi yang persis sama seperti yang diterima siswa-siswa lainya. b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas daan menarik. Materi pelajaran yang dikemas melalui program media ini, akan lebih jelas, lengkap, menarik siswa. Suasana pembelajaran dapat menjadi lebih hidup dan tidak monoton. c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Guru dapat melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran. Karena guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapijuga siswanya. d. Efesiensi dalam waktu dan tenaga. Tujuan belajar dapat tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan secara berulangulang, sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan media.ini, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran. e. Meningkaatkan kualitas hasil belajar siswa. Menggunakan media ini, siswa dapat menyerap materi pelajaran secara mendalam dan utuh. Karena siswa dapat melihat, menyentuh dan merasakan sendiri. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukaan dimana saja dan kapan saja. Siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa,kapanpun dan dimanapun tanpa tergantung pada adanya guru. f. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Dengan media ini, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong


siswa untuk mencintai mencari ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri dari sumbersumber ilmu pengetahuan. g. Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif. Dengan memanfaatkan media ini peran guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Guru tidak lagi harus menjelaskan seluruh materi pelajaran karena dapat berbagi peran dengan media ini. Sehingga guru dapat lebih member perhatian misalnya: membantu siswa yang mengalami kesulitan, memotivasi siswa dan membentuk kepribadian. h. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (1) obyek terlalu besar; (2) obyek terlalu kecil; (3) obyek yang bergerak terlalu lambat; (4) obyek yang bergerak terlalu cepat; (5) obyek yang terlalu kompleks; (6) obyek yang bunyinya terlalu halus; (7) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. i. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. Dengan media memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. Media juga dapat menghasilkan keseragaman pengamatan dan dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. j. Media membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan merangsang

anak

untuk

belajar

sehingga

memberikan

pengalaman

yang

integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak. 3.

Media Elektronik Dalam Pembelajaran Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) penggunaan

media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media saat ini bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja lewat sebuah Gadget Multi Media via Internet Media Elektronik berbasis Internet (Online) dalam pembelajaran terus mengalami perkembangan yang sangat pesat dan sejauh ini kalau kita rinci akan kita temukan banyak istilah baru yang kemungkinannya tiap saat terus bertambah. sebagai berikut,diantaranya saja yang sudah sangat umum di dunia pendidikan diantaranya saja; E-Learning,e-Book, dan Social Network (Jejaring Sosial), Contohnya; Facebook, dewasa ini ini mampu meramu semua jenis multi media elektronik dan bersifat interaktif, multitasking dan paling trend digemari hampir semua lapisan masyarakat, tak luput sampai ke pelosok daerah adalah Facebook, selainnya ada juga Twitter, Skype,Whatapps, dll. 4.

Media Pembelajaran PPKn Berbasis Network Facebook

1.

Network Facebook


Facebook menurut vensiklopedia Wikipedia (2013), sebagaimana penulis rangkum bahwa yang dimaksud facebook adalah sebuah layanan yang diluncurkan pada bulan Februari 2004, dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook, Inc. Pada September 2012, Facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif,dan lebih dari separuhnya menggunakan telepon genggam. Pengguna harus mendaftar sebelum dapat menggunakan situs ini. Setelah itu, pengguna dapat membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman, dan bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain itu, pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna dengan ketertarikan yang sama, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah atau perguruan tinggi, atau ciri khas lainnya, dan mengelompokkan temanteman mereka ke dalam daftar seperti "Rekan Kerja" atau "Teman Dekat". Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan sesama mahasiswa Universitas

Harvard, Eduardo

Saverin, Andrew

McCollum

,

Dustin

Moskovitz dan Chris Hughes. Keanggotaan situs web ini awalnya terbatas untuk mahasiswa Harvard saja, kemudian diperluas ke perguruan lain di Boston, Ivy League, dan Universitas Stanford. Situs ini secara perlahan membuka diri kepada mahasiswa di universitas lain sebelum dibuka untuk siswa sekolah menengah atas, dan akhirnya untuk setiap orang yang berusia minimal 13 tahun. Meski begitu, menurut survei Consumer Reports bulan Mei 2011, ada 7,5 juta anak di bawah usia 13 tahun yang memiliki akun Facebook dan 5 juta lainnya di bawah 10 tahun, sehingga

melanggar

persyaratan

layanan

situs

ini.Studi Compete

(dot)

com

pada

bulan Januari 2009 menempatkan Facebook sebagai layanan yang paling banyak digunakan menurut jumlah pengguna aktif bulanan di seluruh dunia. Nama layanan ini berasal dari nama buku yang diberikan kepada mahasiswa pada tahun akademik pertama oleh beberapa pihak administrasi universitas di Amerika Serikat dengan tujuan membantu mahasiswa mengenal satu sama lain. Facebook memungkinkan setiap orang berusia minimal 13 tahun menjadi pengguna terdaftar di situs ini. 2.

Pemanfaatan social network Facebook sebagai Media Pembelajaran PPKn Pemanfaatan social network atau ini sebenarnya menjadi peluang yang cukup menarik

untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan sebagai salah satu media pembelajaran,khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan(PKn). Dalam facebook kita sebagai pelajar atau siswa tidak hanya dapat bertegur sapa di chat facebook tapi juga bisa bertukar informasi. Atau bisa juga membuat grup perkumpulan sekolah untuk sekedar bertukar ilmu dan berkomunikasi secara luas dengan anggota lainnya. Jadi media social facebook tidak hanya berfungsi untuk forum berkomunikasi saja tapi juga bisa bermanfaat menjadi media dalam bertukar informasi antar anggota penggunanya dalam


hal ini termasuk pengguna dari kalangan pelajar. (http:/edukasi.kompasiana.com/2012/09/26/pemanfaatan-media-teknologi-dalam-pembelajaran - diunduh 9 Sepetember 2013) Hal-hal yang bisa dimanfaatkan lewat media elektronik

facebook sebagai media

pembelajaran kreatif dan interaktif, misalnya : a.

Membuat forum diskusi dengan anak didik kita dan memberikan umpan materi diskusi yang berkaitan dengan materi pelajaran di sekolah.

b.

Sebagai tempat tukar pendapat antara siswa dan guru dengan memberikan suatu masalah yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah.

c.

Memberikan paparan materi pelajaran dan tugas pekerjaan rumah (PR) melalui facebook, sehingga siswa tidak hanya menggunakan facebook untuk hal-hal yang kurang bermanfaat tetapi sebagai wadah komukasi intensif, kreatif dan interaktif antara guru dan siswa di luar jam sekolah.

d.

Masih banyak ide-ide lain yanog bisa dikembangkan lewat Facebook dan bisa sharing dengan komunitas pendidik sehingga ide lebih baik lagi bisa bermunculan di pikiran kita. Yang pasti, kita tentunya tidak ingin anak-anak peserta didik kita disesatkan oleh keberadaan facebook yang bukan mustahil bisa saja memerosotkan mental anak bangsa,bila tidak dibimbing dan diarahkan ke hal positif. Hal yang demikian tentu perlu kita hindari maka dengan turut serta memanfaatkan facebook sebagai media pembelajaran bersama peserta didik, guru bisa sekaligus mengontrol dan mengawasi keselamatan mereka dari pengaruh arus globalisasi informasi yang negatif.

5.

Hasil Belajar

1.

Pengertian Hasil Belajar Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut: a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku. b. Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari. c. Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.


d. Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan , terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik . 2.

Tipe Hasil Belajar

Menyimpulakan dari pendapat Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Selanjutanya dipaparkan Nana Sudjana (1988;50-54) dalam tulisannya mengemukakan unsur-unsur penting dalam aspek pengajaran, ringkasannya adalah sebagai berikut : a.Tipe hasil belajar bidang kognitif b.Tipe hasil belajar afektif c.Tipe hasil belajar bidang psikomotor 3.

Kompetensi Multi Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Disandarkan pada kajian Dasim Budimansyah tentang Pembelajaran Kewarganegaraan

Multidimensional (2010: 2-6) dikatakannya bahwa “pendidikan kewarganegaraan abad ke-21 membutuhkan satu pendekatan yang lebih holistic yang ditandai kesempurnaan dan konsistensi pada isi dan cakupannya.� Para peneliti yang tergabung dalam Civic Education Policy Study (CEPS) merumuskan satu model konseptualisasi pendidikan kewarganegaraan yang kompleks guna mengatasi tantangan-tantangan yang akan dihadapi pada dekade abad ke-21 yang dinamakan Multi Domentional Citizenship (MDC) atau kewarganegaraan multidimensi. Karenanya, mengenalkan dimensi-dimensi tersebut merupakan satu kebutuhan yang penting saat ini. Maka dimensi-dimensi tersebut agar dipahami dan disajikan secara konseptual untuk dianalisis dan jadi bahan rekomendasi kebijakan setidaknya harus ditekankan pada pembentukan karakter kewarganegaraan berikut ini. Ada 8 karakteristik penting pendidikan kewarganegaraan yang membutuhkan perhatian penting dari para pendidik dan pembuat kebijakan ke depan agar PKn sebagaimana menurut Cogan &Derricott (1998) dalam (Budimansyah,2010:4-5) adalah: 1) kemampuan untuk melihat dan mendekati masalah sebagai anggota masyarakat global; 2) kemampuan bekerja sama dengan yang lain dengan cara yang kooperatif dan menerima tanggung jawab atas peran/tugasnya di dalam masyarakat; 3) kemampuan memahami, menerima, menghargai dan dapat menerima perbedaanperbedaan budaya; 4) kapasitas berpikir dengan cara yang kritis dan sistematis; 5) keinginan untuk menyelesaikan konflik dengan cara tanpa kekerasan; 6) keinginan untuk mengubah gaya hidup dan kebiasaan konsumtifnya untuk melindungi lingkungan;


7) 8) 9)

kemampuan bersikap sensitif dan melindung hak asasi manusia (misalnya, hak wanita, hak etnis minoritas, dan lain-lain);dan keinginan dan kemampuan untuk ikut serta dalam politik pada tingkat lokal, nasional dan internasional.

III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran A.

Subyek Tindakan Subyek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 5 Majalengka kelas VII-C dengan jumlah

siswa sebanyak 24 orang, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Pemilihan kelas VII-C ini sengaja dipilih bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan karena setelah diamati para siswanya cenderung pasif, kurang bergairah atau memiliki motivasi belajar yang baik pada pembelajaran PPKn. Salah satu kendalanya karena kurang kreatifnya guru dalam mengolah bahan ajar di tengah ketersediaan bahan ajar buku siswa yang masih terbatas (belum tersedia secara lengkap di perpustakaan sekolah) , bila pun ada hanya bisa didapat dari sumber belajar lain melalui internet. Sehingga memerlukan kreatifitas guru untuk mensiasatinya yakni dengan menyediakan sumber belajar alternatif dengan memanfaatkan media audio visual elektronik lewat pemanfaatan office power point dan media jejaring social facebook. Mengacu pada uraian diatas yang menjadi subjek tindakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 unsur pokok, antara lain : 1. Unsur Siswa: dalam hal ini yang diamati adalah motivasi belajar belajar siswa selama proses KBM masih rendah dan hasil belajar siswa kurang memuaskan. 2. Unsur Guru: hal yang diamati adalah masih minimnya keterampilan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan melakukan refleksi dalam pembelajaran. 3. Unsur Media pembelajaran: hal yang diamati belum ada kesesuaian antara penyusunan bahan ajar dengan media pembelajaran yang dipergunakan dengan standar KI/KD/SKL Kurikulum 2013. B.

Prosedur Perbaikan Pembelajaran Penelitian pada laporan PKP-PGSM ini merupakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis dan Toggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan


cara berkolaborasi dengan rekan sejawat yang sekaligus sebagai observer dan supervisor melalui prosedur penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Majalengka dengan alamat sekolah di Jl. Raya Cibodas No.8 Desa Cibodas Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Adapun kurun waktu penelitian berlangsung selama kurang lebih 3 bulan, yaitu mulai akhir bulan Agustus s.d Okttober 2013, dengan 2 siklus. Pengaturan waktu penelitian berpedoman pada kalender akademik dan jadwal KBM di sekolah peneliti,denganskema sebagai berikut: Secara keseluruhan alur penelitian dipetakan dengan diagram Perencanaan awal

Pelaksanaan siklus 1

1. menghubungi Kepala Sekolah 2. menetukan kelas subyek penelitian 3. menyiapkan rencana pembelajaran PPKn melalui RPP Kurikulum 2013 4. menentukan fokus observasi dan aspek-aspek yang diamati 5. menetukan jenis data 6. menetukan pelaku observasi (observer), alat bantu observasi, pedoman observasi, pedoman observasi, dan cara pelaksanaan observasi 7. menetapkan cara pelaksanaan dan pelaku refleksi 8. menyusun instrumen penelitian 9. menetapkan kriteria keberhasilan Pembelajaran Pembelajaran denganRPP denganRPP 11 dengan dengan Materi Materi KD.3.1 KD.3.1 Memahami Memahami Sejarah Sejarah Dasar Dasar Negara Negara dengan dengan media media offline offline power power point point

dilaksanakan dilaksanakan 22 kali kali tatap tatap muka muka Observasi Observasi motivasi motivasi belajar belajar siswa siswa dalam dalam pembelajaran pembelajaran Menilai Menilai kemampuan kemampuan siswa siswa melalui melalui pre-test pre-test dan dan post post test test

Perencanaan tindakan siklus 2

Pelaksanaan siklus 2

Refleksi siklus 1 analisis hasil dan saran

1. mendiskusikan dengan supervisor 2 tentang kendala/masalah yang ditemui pada siklus 1 dan menentukan solusinya 1. Pembelajaran dengan Materi KD.3.1 Memahami Sejarah Dasar Negaradengan tindakn mengunakan media online facebook dilaksanakan 2 kali tatap muka 2. Observasi minat dan motivasi belajar siswa dalam belajar 3. Menilai kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas kerja

Refleksi siklus 2 analisis hasil dan penyimpulan Perencanaan tindak lanjut siklus 3

Menarik kesimpulan dan saran


C.

Metode dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi hasilnya

dipergunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa dengan menggunakan media elektronik offline dan online. Sedangkan alat pengumpul data lainnya berupa lembar tes evaluasi harian dan lembar kerja siswa serta data observasi dari supervisor 2 untuk mengukur tingkat efektifitas

media

pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Kelas VII melalui media elektronik offline power poin dan media online facebook. D. Teknik Analisis Data Data yang diperoreh pada setiap kegiatan observasi dari setiap siklus dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam proses pemberajaran. Kegiatan ini analisis meliputi: 1. Tingkat motivasi belajar belajar siswa atau partisipasi belajar belajar siswa dalam proses pembelajaran,dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. 2. Hasil belajar siswa berupa nilai tes atau evaluasi proses harian untuk KD 3.1.(terlampir) 3. Tingkat keberhasilan pemanfaatan media elektronik audio visual offline power point dan media online jejaring social facebook, dengan kategori berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil. Adapun dalam hal pengambilan kesimpuran pada peneritian tindakan ini yaitu dengan merangkum hasil tes, hasil penyebaran angket, dan hasir observasi siklus I dan siklus II. Selanjutnya menyusun, mengolah, dan menyajikannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah sehingga menjadi data yang bermakna. Berdasarkan data yang sudah bermakna tersebut tentunya bisa mudah untuk ditelaah dan selanjutnya dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penelitian tindakan tersebut berhasil atau tidak berhasil dengan mengacu kepada berbagai indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya. IV. A.

Hasil dan Pembahasan Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Pada tahap perencanaan perbaikan pembelajaran guru mengidentifikasi masalah-masalah

PPKn yang berkaitan dengan topik bahasan pada KD. 3.1 “ Memahami Sejarah dan Semangat Komitmen Para Pendiri Negara dalam Merumuskan dan Menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara�. Pada saat menganalisis dan merumuskan masalah, guru melakukan diskusi dengan


pembimbing dan atau observer untuk memperoleh persamaan persepsi tentang topik, sehingga konsep/materi yang akan dibahas dalam pembelajaran menjadi lebih mantap. Setelah selesai menganalisis dan merumuskan masalah, dan berdikusi lalu guru yang sekaligus sebagai peneliti, fokus pada rancangan media pembelajaran interaktif dengan power point dan media elektronik facebook yang akan diterapkan pada pembelajaran PPKn pada RPP siklus 1 dan RPP Silus 2 di kelas VII-C. Dalam rangka mempersiapkan rancangan media pembelajaran guru menyusun kelompok belajar peserta didik dan merencanakan beberapa tugas kelompok. Guru juga menyiapkan instrumen berupa angket, pedoman observasi, dan tes akhir. Dalam mendesain media pembelajaran interaktif dalam mata pelajaran PPKn pada awalnya guru sebagai peneliti masih ragu apakah media pembelajaran yang dirancang akan tepat sesuai mendukung teori tentang media pembelajaran yang dikehendaki. Peneliti kurang percaya diri ketika membuat desain pembelajaran tersebut untuk pertama kali dilakukan. Biasanya pada setiap pembelajaran peneliti tidak membuat persiapan mengajar secara rinci,cukup dengan membaca topik atau masalah yang akan diajarkan, setelah itu mengajarkannya kepada peserta didik dengan metode ceramah dan pemberian tugas saja, dan pada akhir pembelajaran memberikan pekerjaan rumah ataupun mengadakan ulangan untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan. Dalam membuat rancangan/persiapan media pembelajaran yang interaktif, guru beberapa kali berkonsultasi kepada pembimbing untuk memastikan

dan

memantapkan

langkah-langkah

kegiatan

dalam

penggunaan

media

pembelajaran yang akan dilakukan dalam pembelajaran PPKn di kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Pada saat melakukan tindakan, guru sebagai peneliti berupaya untuk melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai perencanaan. Namun karena kegiatan tersebut belum biasa dilakukan peneliti, maka masih ada beberapa kendala yang dihadapi seperti kurangnya dalam pengguasaan manajemen waktu dan terbatasnya referensi terhadap pemanfaatan media pembelajaran yang akan digunakan. Untuk mengatasi kendala tersebut peneliti mencoba berkolaborasi dengan teman sejawat dan lebih giat lagi menggali informasi tentang media pembelajaran PPKn guna diuji cobakan di kelas. Dari rasa ingin tahu dan kepenasaran guru/peneliti maka didapati beberapa media, mulai diseleksi dan kemudian dipilihlah 2 media yang akan diujicobakan di kelas, pertama menggunakan power point dan kedua disiapkan alternatif lainnya berbasis IT dengan media elektronik facebook. sebagai pijakan awal merakit materi pada office power point untuk siklus ke-1 dan persiapan lainnya media facebook bila siklus ke-1 (kesatu) kurang memuaskan dan harus berlanjut ke siklus ke-2 (kedua) atau pun ke-3 (ketiga).


Sebagai bahan pembanding peneliti pada awalnya menggunakan media gambar dan audio video dengan media offline menggunakan office power point pada pembelajaran siklus 1 dan selanjutnya setelah melakukan refleksi dengan kajian melalui input data dari observer dan hasil tes evaluasi dan proses KBM maka mulailah membuat kajian lanjutan terhadap bahan ajar dari sumber lain melalui postingan guru PPKn di internet, setelah mempelajari dan membuka beberapa laporan tentang penggunaan media elektronik dan buku-buku petunjuk tentang cara pembuatan dan penggunaan media pembelajaran berbasis elektronik untuk matpel PPKn maka diputuskan untuk siklus ke 2 menggunakan media pembelajaran online jejaring social facebook. Hal lainnya tentu sebagai rujukan utama tetap pada pada buku paket PPKn pegangan siswa dan buku pedoman guru PPKn dari Kemdikbud. Hal itu semua dimaksudkan untuk memperkaya pengetahuan sehingga peneliti dapat menemukan apa tindakan yang tepat guna meningkatkan motivasi belajar siswas dalam pembelajaran PPKn disamping tentunya guna membangkitakan rasa percaya diri peneliti dalam menghadapi tantangan ke depan, dengan harapan bisa menjadi guru professional bersertifikat pendidik. Peneliti selain sebagai pengajar juga berperan sebagai nara sumber dan sekaligus sebagai fasilitator saat proses pembelajaran. Agar lebih mantap dalam mengelola kelas, peneliti membuka diri menerima masukan dari para pembimbing dan observer guna memudahkan peneliti menggali lebih dalam lagi sampai didapati pengetahuan dalam mengolah data penelitian. Sejauh ini komunikasi antara peneliti dengan pembimbing,dan observer bisa terjalin secara harmonis dan produktif. Dalam menerapkan media pembelajaran interaktif dengan power point pada pada siklus ke-1 dirasakan peneliti begitu cukup beratnya dalam hal ini tentu terkait bagaimana mengeksplorasi, mengelaborasi sampai ke tahap konfirmasi pada pelaksanaan pembelajaran PPKn. Mendorong, memancing motivasi belajar peserta didik pada awalnya begitu sulit apalagi bisa sampai pada mendayagunakan pengetahuan lebih lanjut dari sumber yang terpecaya untuk lebih menguatkan penguasaan kompetensi belajar agar lebih bermakna dalam bentuk kerja kelompok, tentunya dikarenakan peserta didik dan guru masih memiliki keterbatasan dalam hal komunikasi, mungkin karena pembelajaran yang disampaikan terlalu formal. Untuk dapat menyatukan peserta didik agar bermotivasi belajar aktif dalam kelompok dan mampu bekerja sama, guru berusaha memberi penjelasan tentang pentingnya berbagi (sharing), bekerja sama, dan ikatan bathin penuh persahabatan tanpa perlu mempertimbangkan kepintaran atau kemampuan pihak lain. Dalam hal ini diharapkan peserta didik yang memiliki kelebihan daripada teman-temannya dapat membantunya dengan memberikan penjelasan tentang materi pelajaran yang belum dipahami dan dimengerti. Setelah diberi penjelasan oleh guru tentang arti pentingnya persahabatan dan manfaat bekerja sama dalam memanfaatkan berbagai media


belajar, akhirnya peserta didik mau membentuk kelompok, melakukan diskusi, dan parrtisipasinya lebih baik dari sebelumnya. Ada upaya dari guru mengkondisikan peserta didik untuk memahami materi pelajaran minggu lalu dengan cara sharing (berbagi) informasi lewat paparan masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok pada pertemuan kedua si siklus ke-1 (kesatu) lebih dititik beratkan pada keterampilan membuat pertanyaan dan mengemukakan pendapat , menanggapinya serta mencatat point-point penting sebagai resume dari hasil paparan tugas kelompok lainnya sampai semua kelompok bisa tuntas menyampaikan dan menjawab pertanyaan. Pada siklus ke-1 (kesatu) waktu yang digunakan cukup lama, terutama pada saat paparan guru, itu terjadi pada pertemuan pertama siklus ke-1 (kesatu). Kemudian pada pertemuan kedua siklus ke-1 (kesatu) yang difokuskan pada diskusi kelompok untuk mengeksplorasi, mengelaborasi sampai ke tahap konfirmasi pada pelaksanaan pembelajaran PPKn dirasakan masih tidak cukup waktu dan hasil belajar siswa belum memuaskan sehingga diperlukan menggunakan jam pelajaran berikutnya. Peserta didik belum terbiasa mengalami pembelajaran interaktif lewat media elektronik yang juga disertai tugas kelompok sampai analisis masalah, sehingga ada beberapa kejadian-kejadian yang cukup mengejutkan. Seorang peserta didik menyatakan bahwa Pancasila lahir dan menjadi sakti karena adanya peristiwa pemberontakan PKI. Catatan lain dari hasil pengamatan adalah bahwa guru masih terbatas dalam membuat paparan menggunakan media power point sehinga belum begitu menarik minat siswa bermotivasi belajar lebih jauh apalagi dalam penjelaskan materi bahasannya sangat terbukti lewat tampilan paparannya dengan kalimat yang terlalu bertumpuk. Guru kurang merata dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada peserta didik karena secara teknis masih melayani kelompok per kelompok. B. Pembahasan dari Setiap Siklus PELAKSANAAN SIKLUS 1 1.

RencanaSiklus 1

:

2.

Pelaksanaan Siklus 1 :

Sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran 1

a. Tatap muka ke-1 membelajarkan konsep dengan tayangan gambar offline di power point, meliputi bahasan tentang: 1)

Suasana penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang menjelang Indonesia merdeka.

2)

Tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia.

3)

Pembentukan BPUPKI sebagai badan yang mempersiapkan dasar negara Indonesia merdeka.


b. Tatap muka ke-2 membelajarkan siswa dengan menggunakan mengunakan tayangan media audio visual offline melalui tayangan slide power point dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok dengan bahasan lanjutan: 1)

Usulan dasar negara oleh perumus dasar negara.

2)

Perumusan dasar negara dalam Piagam Jakarta.

3)

Peran

masing-masing

tokohparapendirinegaradalammerumuskanPancasila

sebagai dasar negara. 3.

Pengamatan Siklus 1 : Guru tidak dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana, diamati dari

penggunaan waktu dalam menjelaskan materi dan permasalahanya, pembagian tugas kelompok berikut langkah-langkah kegiatannya berikut mengajak siswa untuk sampai pada menganalisis konsep, terkesan tidak cukup hanya dengan waktu 90 menit. Kendalanya pada paparan guru yang begitu panjang lebar dibantu media power point sehingga pembelajaran terkesan mengambang sehingga siswa masih terlihat kebingungan dengan begitu banyaknya konsep-konsep sejarah yang demikian panjangnya. Nampak siswa baru dipuaskan hanya dari tayangan video sejarah, sementara esensi dari apa yang diharapkan yakni mengajak siswa telibat aktif belajar secara kritis dalam memahami alur sejarah Pancasila sebagai dasar negara belum terlihat secara pasti. Hal ini mungkin bisa terjadi karena guru tidak memberitahu terhadap siswa dari awal tentang alokasi waktu kegiatan sampai ke tahap menganalisis tugastugas kelompok siswa tersebut. Sedangkan pengamatan terhadap minat siswa dalam proses pembelajaran sudah cukup tinggi yakni 69,10%, walaupun masih ditemukan sekitar 30,90% siswa konsentrasinya masih di luar kegiatan pembelajaran seperti melamun, usil sama temannya dan membaca serta mengerjakan tugas pelajaran lain. Untuk kemampuan siswa dalam bermotivasi belajar atau menyatakan pendapat melalui media power pont pada materi KD. 3.1 Memahami Sejarah dan Semangat Komitmen Para Pendiri Negara dalam Merumuskan dan Menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara masa periode siklus ke-1 ini dilihat dari pencapaian hasil belajar berdasarkan analisis pencapaian ketuntasan IPK (Indikator Pembelajaran Kelas) masih ditemukan ada 14 siswa yang belum tuntas, ada pun raihan ratarata nilai secara klasikal baru didapat pada angka 67,08 4.

Refleksi Siklus 1 : Berdasarkan temuan-temuan pada siklus ke-1 (kesatu) setelah menganalisis triangulasi

antara guru sebagai peneliti, pembimbing sekaligus observer, serta berdasar pada analisis hasil belajar dan angket siswa, semua data bahan masukan tersebut dijadikan bahan refleksi pada


akhir siklus ke-1. Selanjutnya didiskusikan dengan observer sekaligus rekan berkolaborasi dan didapatkan sebuah keputusan untuk melanjutkan kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus ke-2, dengan diawalai pada revisi terhadap rencana perbaikan pembelajaran (RPP), dengan mencoba menggunakan media pembelajaran alternatif lainnya yakni menggunakan media elektronik Facebook. Diharapkan dengan pengunaan media pembelajaran yang baru pada siklus ke-2 (kedua) pada pertemuan berikutnya bisa lebih baik dan diperbaiki yaitu dalam penggunaan media dan manajemen waktu harus tepat dengan memperjelas langkahlangkah siswa dalam menganalisis tentang membaca tanda waktu jam setengah jam pada jarum jam. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dan nilai hasil belajar yakni dengan cara guru mengubah media pembelajaran yang bisa memancing lebih reaktif dan aktif lagi sehingga tidak ada kesempatan lagi bagi siswa untuk membuang waktu dengan ngobrol, usil, atau mengerjakan kegiatan lain, maka disimpulakan sementara akan mengunakan media pembelajaran yang berbasis multi media dan pilihannya pada pemanfaatan facebook. Dengan harapan peserta didik lebih terkesan sehingga hasil belajar bisa optimal artinya siswa tuntas mencapai batas nilai sesuai rencana KKM minimal 75,00(standar kurikulum baru 2,66). PELAKSANAAN SIKLUS 2 1.

Rencana Siklus 2

2.

PelaksanaanSiklus 2

: Rencana pembelajaran yang sudah diperbaiki. :

a. Tatap muka ke-1 membelajarkan konsep: 1)

Peran PPKI dalam penetapan Pancasila sebagai dasar negara.

2)

Perbandingan rumusan sila-sila Pancasila dalam Piagam Jakarta dan dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3)

Lambang-lambang dari tiap sila Pancasila.

4)

Membuat ikrar mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara.

b. Tatap muka ke-2 membelajarkan sikap dan semangat terkait bahasan: 1)

Peran PPKI dalam penetapan Pancasila sebagai dasar negara.

2)

Perbandingan rumusan sila-sila Pancasila dalam Piagam Jakarta dan dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3)

Lambang-lambang dari tiap sila Pancasila.

4)

Membuat ikrar mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara.

3. Pengamatan Siklus 2 : Hal-hal yang ditemukan pada siklus 2 ini : (1) Motivasi belajar aktif belajar siswa dalam proses pembelajaran meningkat pada TM 3 = 84,50%, pada TM 4 = 99,10% semua dalam kondisi siap belajar. Pada kegiatan analisis tentang perbandingan rumusan sila-sila


Pancasila dalam Piagam Jakarta dan dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melalui media pembelajaran elektronik facebook siswa nampak sangat antusias sampai dengan masing-masing siswa membuat ikrar untuk ikut mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara

. Keterampilan guru dalam mengembangkan Pendekatan Sistem

(System Approach) media pembelajaran elektronik facebook dengan diskusi dan kerja kelompok meningkat sebesar 16,80 %, yang semula pada siklus ke-1 rata-rata 75,00% menjadi rata-rata 91,80% pada siklus ke-2.

4.

Refleksi Siklus 2 : Pemanfaatan media elektronik facebook sudah terbiasa dalam keseharian para siswa

kita tapi masih didapati ada beberapa peserta didik yang tidak mau bergabung dan membantu peserta didik lainnya yang kurang mahir untuk berbagi pengetahuan. Ditenggarai peserta didik yang merasa dirinya mahir pada media facebook lebih suka menggunakan media sendirisendiri atau bekerja sendiri, dan umumnya tidak mau diganggu maupun mengganggu orang lain, maka yang dilakukan guru untuk mendorong peserta didik agar sama-sama bermotivasi belajar dalam pembelajaran PPKn

dengan memotivasi peserta didik yang mau member

bantuan ke temannya untuk sama-sama berusaha memahami topik-topik PPKn

dan

mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat membaca postingan dan ikut berkomentar sesuai yang diharapkan guru sehingga topik-topik permasalahan PPKn bisa tergali lebih dalam lagi . Selanjutnya saat guru memberikan ulangan / tes kepada peserta didik, nilai rata-rata peserta didik pada tahap ini sudah mencapai 78,83 (masih pakai skala nilai KTSP). Selain kemampuan peserta didik dalam materi PPKn yang dinilai, penilaian juga dilakukan oleh guru saat proses belajar, yaitu terkait motivasi belajar peserta didik dalam melaksanakan tugas kerja kelompok, diskusi kelompok, dan hasil-hasil diskusi kelompok. Penilaian guru meliputi aktifitas bertanya dan menjawab, kekompakkan, kerja sama, kepemimpinan, pembagian tugas, dan kemampuan mengemukakan ide/pendapat saat diskusi. Pada awalnya peserta didik sulit untuk bekerja sama dan mengemukakan pendapatnya maupun memahami topik dan bagaimana merumuskan pertanyaan yang muncul saat diskusi dan kerja kelompok dengan media elektronik facebook pada Grup FB PKn SMPN 5 Majalengka. Namun setelah beberapa kali dicontohkan guru,akhirnya siswa berani melakukan uji coba mengirimkan postingan dan melaksanakan tugas kerja kelompok dan diskusi interaktif antar peserta didik dengan berani mengemukakan pendapatnya tanpa malu-malu lagi. Setelah beberapa kali peserta didik mengalami pembelajaran dengan media pembelajaran interaktif facebook, peserta didik dapat memilih sendiri topik yang akan dibahas lewat postingan masing-masing peserta didik pada group facebook dan berusaha mengemukakan pendapatnya


tentang topik tersebut serta membuat pertanyaan-pertanyaan dengan kalimat bebas namun masih tertaut dengan topik bahasan KD.3.1 tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis peneliti bersama observer dan pembimbing telah didapatkan data cukup signifikan, semua aspek yang ditelaah sudah menunjukkan tercapainya

kriteria keberhasilan belajar siswa sebagaimana yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni kemampuan siswa bermotivasi belajar aktif melalui penggunaan media elektronik facebook efektif dan signifikan dengan hasil belajar siswa, terbukti peningkatanya cukup tajam hingga mencapai rata-rata 77,92 dan telah mencapai target ketuntasan belajar sebagaimana direncanakan yaitu diatas 75%, malah capaiannya akhirnya sebesar 92,00%. Untuk itu maka guru peneliti dan observer sekaligus supervisor bersepakat tidak melanjutkan pada siklus ke tiga (penelitian sementara dianggap cukup tidak berlanjut). Setelah melakukan berbagai upaya lewat tindakan selama dua siklus peneliti bersama rekan sejawat guru yang bertindak sebagai pengamat / observer melakukan diskusi dan refleksi kemudian didapat data hasil penelitaian, seperti terlihat pada tabel 4.3 dan diagram 4.3

Tabel 4.3 Hasil Tiap Aspek PTK Selama Dua Siklus No

1

2

Aspek Penelitian

Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Keterampilan guru dalam mengembangkan media pembelajaran interaktif offline dan

Siklus

Peningkatan

ke-1

ke-2

%

%

%

67.08

77.92

10,84

75.00

91,80

16,80

63.67

78.83

15,16

online facebook Motivasi belajar / partisipasi aktif belajar siswa dengan memanfaatkan media

3

Siklus

elektronik offline tayangan power point dan online facebook

V.

Simpulan dan Saran Tindak Lanjut

A. Simpulan Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran PPKn duna meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan media elektronik Facebook dalam memahami Kompetensi Dasar 3.1 “Sejarah dan Semangat Komitmen Para Pendiri Negara Dalam Merumuskan dan menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara� di Kelas VII C SMPN 5 Majalengka, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :


1. Motivasi belajar siswa mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan hasil belajar,hal ini ditunjukkan oleh adanya perbaikan hasil pembelajaran PPKn untuk KD.3.1, melalui perbaikan media pembelajaran, baik pada saat menggunakan media audio dan gambar secara offline melalui tayangan office power point pada siklus 1 mau pun setelah dilakukan beberapa perbaikan pada siklus 2, terutama setelah menggunakan media online jejaring social facebook ternyata melalui media tersebut mampu meningkatkan gairah, semangat dan motivasi belajar PPKn siswa, sehingga hasil belajar pada akhir siklus 2 mencapai rata-rata nilai 77,92. 2. Kelengkapan dan pemanfaatan media pembelajaran secara intens merupakan hal yang sangat penting dalam medorong motivasi belajar siswa, ketuntasan serta optimalisasi proses kegiatan pembelajaran bisa tercapai. Melalui pemanfaatan media Facebook intensitas partisipasi-motivasi belajar siswa meningkat berawal dari angka partisipasi 63,67 % kemudian pada akhir siklus 2 angka partisipasi ini menjadi 78.83%, artinya telah terjadi intensitas angka partisipasi belajar siswa sebesar 15,16%. Sesuai parameter angka prosentase peningkatan tersebut, baik. 3. Terkait kelebihann dan kelemahan dari media elektronik dan juga media yang berbasiskan IT memang menuntut kejelian dari para pendidik atau guru, apalagi bila media pembelajaran tersebut punya akses langsung secara global (online), salah-salah peserta didik bila tidak diarahkan bisa terjebak ke hal-hal negatif. Untuk itu maka media pembelajaran online seperti facebook harus dimanajemen dengan hati-hati dan penuh kesungguhan, agar pembelajaran PPKn bisa berjalan secara harmonis, menarik dan saling melengkapi. B. Saran dan tindak lanjut. Ada beberapa saran yang penulis perlu sampaikan diantaranya: 1. Untuk rekan guru a)Guru sebaiknnya berkolaborasi agar dapat memilih dan menerapkan media pembelajaran yang tepat, akurat, simple dan sesuai untuk membahas suatu topik masalah materi pelajaran sehingga siswa dapat dengan mudah menerima dan menyerap materi pelajaran yang disampaikan. b)Guru harus dapat memanfaatkan media pembelajaran yang ada seoptimal mungkin, sehingga dengan media yang telah ada dan familier dengan kehidupan para pelajar seperti facebook dapat dimanfaatkan maksimal sehingga mampu menghasilkan hasil belajar yang optimal. Keberanian inisiatif, kreatifitas dan keberanian guru dalam membuat terobosan baru dalam pemanfaatan media pembelajaran yang berbasiskan IT saat ini sangat dibutuhkan, agar hasil kelas pembelajarannya bisa lebih hidup, menantang, dan penuh gairah belajar. c)Guru harus memiliki wawasan yang luas dengan selalu berkolaborasi dengan teman sejawat guna menghadapi berbagai tantangan dan selalku guru professional kebiasaan serta latar


belakang sosial siswa yang berbeda-beda harus dipahami dengan baik pembelajaran bisa berjalan secara harmonis, kondusif dan sebagaimana prinsip-prinsip PAIKEM. 2. Untuk siswa Dalam proses kegiatan pembelajaran melalui media elektronik baik offline mau pun online semacam facebook, siswa diharapkan dapat tergali potensinya secara maksimal, dapat berkonsentrasi penuh pada tujuan tiap materi pelajaran yang disampaikan. sehingga segala hal yang disampaikan oleh guru dapat dipahami, diindahkan dan diserap secara optimal. 3. Untuk sekolah Untuk meningkatkan proses kegiatan pembelajaran, sebaiknya sekolah berusaha melengkapi media pembelajaran yang masih kurang atau yang masih diperlukan, baik oleh guru maupun oleh siswa, sehingga proses kegiatan pembelajaran akan terlaksna dengan lebih sempurna. (ndr-mjl) Daftar Pustaka Dasim Budimansyah, 2010. Pembelajaran Pembudayaan Nilai Pancasila. Bandung: PT Genesindo Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Petunjuk Pembuatan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran, Untuk SMP. Jakarta: Dirjen Dikdasmen-Proyek Sarana Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar- Depdiknas. Iva Afianty, 2009. Facebook On Love. Jakarta : PT Linkaran Pena Kreativa Kagan, Spencer, 1992. Cooperative Learning. San Juan Capistrano, Kagan Cooperative Learning. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Standar Opresional Prosedur-Suvervisi Pembelajaran Pada Kurikulum 2013. Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan,- Kemdikbud Kemis,S. dan Toggart,R, 1988. The Actions Research Planner. Deakin: Deakin University Mulyana, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Permbelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda Karya Sabrony Rachmadie, H. Drs. MA, Andi Muchtar,Drs. MA, Much. Sudja’I, Drs. MA, TEFL IV (Test English Foreign Language). Sardiman,A.M, 1987, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers Sumiati & Asra, 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima Tim Pelatih PGSM, 1999. Penelitian Tindakan Kelas. proyek PGSM Jakarta: Depdikbud. Wardani, I.G.A.K, Wihardit, K dan Nasution, N (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.


Wijaya Kusumah dan Dedi, (2012). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.