CATHOLIC INDO NEWS FIRST YEAR N 0004 (2008) 12 Oktober 2008
WEEKLY PRINTED EDITION
ongkos ganti cetak $ 0.00 UNTUK KALANGAN SENDIRI
MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI CATHOLIC INDONESIA COMMUNITY E D I T O R I A L O F F I C E : P O B O X 8 4 0 M A R R I C K V I L L E , N S W 1 4 7 5 , A U S T R A L I A | P H O N E + 6 1 ( 0 ) 4 0 5 3 4 4 0 8 8 | I N T E R N E T : W W W. V I A V E R I TA S . C O M | E M A I L : A D M I N @ V I A V E R I TA S . C O M
Injil Minggu Biasa XXVIII tahun A tgl. 12 Okt 2008 (Mat 22:114)
Dipersimpangan Jalan, Terdengarlah AjakanNya! Rekanrekan yang budiman! Dalam Mat 22:114 ditampilkan perumpamaan mengenai siapa yang akhirnya masuk ke dalam Kerajaan Surga dan bagaimana mereka sampai ke sana. Ada orangorang yang sebenarnya sejak awal beruntung karena "diundang ke perjamuan" tetapi malah meremehkannya. Karena itulah keberuntungan yang sebenarnya akan mereka nikmati kemudian beralih kepada orangorang lain yang tadinya tak masuk hitungan. Apa artinya semua ini bagi kehidupan kini? DUA MACAM PENYAMPAIAN Selain dalam Mat 22:114, perumpamaan tentang undangan yang menolak datang itu didapati juga dalam Luk 14:1524. (Untuk penjelasan versi Lukas, lihat _Langkahnya...Langkahku!_ [Kanisius, Yogyakarta 2005], hlm. 155156.) Namun ada tiga hal yang khas pada versi Matius. 1. Dalam Injil Matius, undangan itu ke perjamuan makan siang (Yunani "ariston", Latin "prandium") dalam pesta nikah seorang anak raja. Lukas menyebut perjamuan makan malam (Yunani "deipnon", Latin "coena") yang besar yang sudah disanggupi para undangan. Seperti kebiasaan kita, pada zaman itu jamuan meriah untuk membangun keakraban biasanya diadakan pada malam hari. Lebih relaks, lebih membangun suasana. Kesempatan seperti itu tidak diadakan siang hari kecuali peristiwanya amat penting dan resmi seperti halnya pesta nikah. Inilah yang lebih ditonjolkan Matius. Perjamuan dalam pesta nikah lebih resmi daripada perjamuan untuk membangun keakraban. Hadirin diajak ikut menjadi saksi peristiwa itu. Apalagi pesta nikah anak raja. 2. Dalam perumpamaan Matius, sang raja sampai dua kali mengundang. Yang kedua kalinya bahkan nadanya memohon. Tetapi orangorang yang diundang tetap tidak mau datang. Matius
menggarisbawahi penolakan yang makin keras. Ada yang tak peduli, ada yang meremehkan undangan, malah menyiksa dan membunuh suruhan raja. Ini sama dengan memutuskan hubungan. Lukas lain. Ia lebih menekankan pengingkaran janji dan dalih para undangan yang sudah bersedia datang ketika diundang. 3. Matius dan Lukas samasama mengatakan bahwa akhirnya orangorang lain yang tadinya tidak diundang kini didatangkan ke perjamuan. Tetapi Matius masih menceritakan bahwa sang raja mendapati orang yang datang tanpa pakaian pesta. Orang itu kemudian tidak diperbolehkan ikut pesta dan dikeluarkan. Lukas tidak menyinggung adanya orang yang tak pantas ikut perjamuan malam. Tetapi ia meneruskan perumpamaan itu dengan menyampaikan pengajaran Yesus mengenai perlunya komitmen utuh di dalam mengikutinya. Matius berbicara kepada umat yang berasal dari lingkungan Yahudi. Bagi mereka "perjamuan nikah" dan datang dengan "pakaian pesta" memiliki arti yang khusus yang tidak segera ditangkap oleh orang dari kalangan lebih luas seperti halnya umat Lukas. Marilah kita lihat dari dekat kedua gambaran yang dipakai Matius itu PERJAMUAN NIKAH Disebutkan "Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya". Bagi pembaca Matius, "perjamuan nikah" membangkitkan gagasan yang lebih dari pada sekedar hadir dalam resepsi, melainkan mengikuti upacara religiusnya dan berbagi dalam hikmatnya. Dalam kesempatan seperti itu dulu kerap didendangkan lagulagu kasih antara mempelai lelaki dan mempelai perempuan. Lagulagu itu dapat amat erotik, tapi sekaligus juga amat religius. Salah satu bentuk yang paling dikenal dan sudah menjadi bagian Kitab Suci ialah Kidung Agung. Ada saling pujian antar mempelai mengenai keelokan masingmasing (Kid 1:9:2:7), mengenai
ingin tahu lebih dalam tentang Ajaran Sosial Gereja?
kerinduan untuk semakin dekat satu sama lain (Kid 3:15; 5:28), mengenai nikmatnya kasih antara keduanya (Kid 7:68:4). Di dalam kidungkidung itu kasih antara kedua mempelai tampil sebagai tempat kehadiran yang ilahi tanpa perlu mengatakannya demikian. KehadiranNya memanusia dalam ujud yang paling bisa dirasakan. Bagi orang Yahudi, ikut serta dalam upacara dan perjamuan nikah dalam arti ini dapat mendekatkan orang pada kemanusiaan dan keilahian sekaligus. Karena itu juga penolakan ikut serta perjamuan lebih daripada sekedar tidak hadir dalam pesta. Menolak ajakan untuk menyaksikan pesta nikah juga membuat pesta menjadi sepi dan hambar. Panggilan pertama tidak dipenuhi. Raja yang sebetulnya penuh wibawa kemudian bersikap menghimbau. Ia merendah. Satu kali tidak digubris, ia berusaha lagi. Malah seakanakan memohon belas kasihan para undangan: jangan biarkan pesta jadi rusak, hidangan sudah siap, lembu dan ternak piaraan sendiri telah dipotong. Tetapi yang diundang semakin meninggikan diri, dan menjadi takabur, dan akhirnya malah membunuh pesuruh sang raja. Mereka tidak mau diganggu lagi. Mereka memutus hubungan. Terlihat betapa kerasnya penolakan terhadap ajakan untuk ikut serta dalam kesempatan yang sebenarnya bakal membuat siapa saja yang ikut semakin utuh hidupnya, semakin memasuki Kerajaan Surga! Mereka yang menolak kehilangan dua hal. Pertama rusaklah hubungan dengan raja yang bisa melindungi mereka. Kedua mereka kehilangan kesempatan ikut pesta nikah yang meriah yang memiliki arti khusus tadi. Jadi mereka itu semakin menjauhkan diri dari yang bakal membuat hidup mereka berarti. Mereka menjauh dari Kerajaan Surga. Inilah yang hendak ditunjukkan dalam perumpamaan ini. ORANGORANG DI PERSIMPANGAN JALAN Kerap dijelaskan bahwa para undangan yang menolak datang itu ialah orang
[ www.viaveritas.com ] 1