1
Sekali lagi terucap syukur dari mulut mungil ini atas selesainya booklet Inspirasi #2 dari blog simfoninegeri.com. Dengan segala kerendahan hati aku menyatakan bahwa aku bukan siapa-siapa. Aku sengaja menulis karena aku ingin menulis. Mengungkapkan suatu hal yang mengganjal dalam akal dan hati. Pun guna menyampaikan gagasangagasan yang sebagian orang menganggapnya omong kosong. Pemahaman dapat lahir melalui tulisan. Kata Mas Aditya Phoenix, Kahim HIMATIKA ITB angkatan 2012, kalao tulisan itu perlu diarsip. Aku pun meniru langkah itu. Setelah beberapa booklet diproduksinya, kini giliranku mengabadikan „usiaâ€&#x;-ku melalui tulisan-tulisan ini. Kesederahanaan penyajian dan objektvitas yang rendah menjadi kelemahanku, tapi semoga saja tidak mengurangi minat para pembaca untuk menikmati enaknya „secangkirâ€&#x; Inspirasi #2. Selamat menikmati!
2
Konten Manusia Hidup Kekal (?) Mari Tersenyum Mau Jadi Penulis? Lakukan Ini. Memelihara Rasa Cinta Memperluas Zona Nyaman Menerima Apa Adanya Meninggalkan Masa Lalu Mentari Merombak Makna Nasionalisme Nikmatilah Karena Hidup Memang Nikmat. Nomophobia Optimisme Untuk Menjadi Negeri Bebas Rokok Palasari dan Turbulensi Pemulung Lebih Ulung Perut dan Lika-Liku Hidup Pikiran Sangat Liar Saat Semua Terbatas oleh Uang Sahabat itu... Salah Jurusan Sebelum Malam Datang Menjelang Selamat Datang Mahasiswa Baru Substansi Bendungan Tentang Karya Nur Novilina Arifianingsih The Power of Merantau
3
4
Manusia Hidup Kekal?
5
Percayakah teman-teman dengan afterlife? Yakinkah bahwa temanteman akan dihidupkan lagi setelah mati? Pertanyaan mendasar ini harus teman-teman yakini benar bahwa jawaban mutlak hanya „percaya‟. Ya, memang karena kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk mengimani segala sesuatu yang gaib dan tidak masuk akal. Benar kan tidak masuk akal? Percayakah teman-teman dengan judul di atas bahwa manusia pasti akan hidup kekal? Kalau saya percaya. Kita mendefinsikan kekal bukan hanya kehidupan di dunia. Status „hidup‟ bukan hanya dipegang di dunia. Dunia hanyalah sepersekian bagian dalam hidup kita. Dunia hanya sebagai prasyarat untuk menentukan tempat kita hidup kekal di alam akhirat. Kalau kita banyak beramal baik, maka surga balasannya. Kalau kita banyak bermaksiat bahkan sampai tidak mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan, maka neraka adalah tempat kita. Dalam pandangan saya, berhubungan dengan kehidupan yang kekal ini, saya berasumsi bahwa „kematian‟ itu tidak ada. Istilah yang tepat adalah transisi kehidupan dari alam empat dimensi yaitu dunia menuju alam dengan dimensi yang lebih kompleks yaitu alam kubur, barzah, hingga akhirat. Nah, yang membuat kita takut adalah proses transisi itu tidak selamanya mudah karena ibarat kita naik pesawat, maka akan ada goncangan ketika lepas landas dari darat ke udara, menuju dua medium yang berbeda. Pun sama halnya dengan proses transisi yang biasa disebut kematian ini. Akan ada guncangan, baik itu banyak ataupun sedikit. Kembali lagi, kalau amal baik kita banyak, maka guncangan akan tidak terasa. Kalau maksiat kita lebih banyak, maka guncangan akan dahsyat. Guncangan ini bukan sembarang guncangan. Kita akan berpisah dengan diri kita yang lain (jasad). Kita akan melaju dengan kecepatan yang
6
bisa jadi lebih cepat dari 300 juta kilometer per detik atau melebihi kecepatan cahaya. Lho bagaimana saya tahu? Kata siapa saya tahu. Itu hanya asumsi sementara karena seorang dosen fisika pernah mengatakan bahwa manusia bisa bergerak dengan kecepatan sepadan dengan cahaya, tapi dengan syarat kita tidak membawa material apapun, dengan kata lain mati. Satu hal yang masih menjadi pertanyaan adalah apakah kita di “alam sana� akan sama dengan kita di dunia. Dalam artian, apakah kita masih memiliki akal dan perasaan yang sama dengan kehidupan di dunia? wallahu alam. Jadi, saya hanya dapat berpesan bahwa kita sudah sangat beruntung dilahirkan ke dunia dan telah mengalahkan jutaan pesaing lain. Terlebih lagi bagi kita yang Islam, kita berkesempatan untuk mendapat tiket surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan dipenuhi bidadari yang cantik lagi sebaya. Maka dari itu, beribadahlah yang banyak dan jangan lupa ikhlas. Salam. [] Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/05/manusia-hidup-
kekal.html
7
Mari Tersenyum
8
Kau tahu, kawan? Menulis dengan melakukan apa-apa saja yang kita tulis rasanya sangat susah. Orang Jawa bilang “jarkoni�—ngujar ora nglakoni. Berkata tapi tidak melakukan. Aku berulang kali menulis tentang ikhlas. Tentang berdamai. Damai dengan orang lain, diri sendiri. Berdamai dengan masa lalu. Tapi kini aku rasakan itu teramat susah dilakukan. Ketika kita bicara teknis, ada banyak sekali cara untuk bisa mengurangi rasa sakit hati. Sayangnya, ini namanya hati. Kita tidak bisa serta merta memakai cara akal untuk menyembuhkan hati. Kita perlu trik khusus. Tapi apa? Bagaimana? Jika kita sakit hati terhadap sesorang, kita pasti akan bersikeras untuk melupakannya. Lihat saja bekas pasangan pacaran. Setelah mereka putus, mereka berlomba-lomba untuk menghapus kontak, memori, foto, hadiah, dan segalanya tentang mantan pacaranya. Siapa cepat dia menang. Namun begitukah caranya? Aku pikir agak aneh. Ketika pacaran kita belabelakan bertemu walau hujan deras-panas terik. Hanya gara-gara putus, semua perjuangan itu sirna. Segala pernghargaan seakan musnah. Kita menjadi saling menjelekan.
Kalau aku agak berbeda. Aku tidak berusaha menghilangkan segala memori tentang seseorang itu. Toh saat kita berusaha menghapus semuanya, berusaha menjauh darinya, bersusah payah menghilang dari peradaban, tapi hati masih berkolak, itu semua sia-sia. Sejauh apapun kita pergi, pikiran tentang dia akan selalu menggelayut. Terbawa hingga ujung dunia. Aku pikir, cara yang ampuh adalah berusaha ikhlas.
9
Sayangnya, ikhlas tak semudah yang kita duga. Bagaimana agar kita ikhlas? Mari mencoba meniru sifat surat Al Ikhlas. Judulnya memang ada kata ikhlas, tapi isinya? Sama sekali kosong. Tidak ada kata-kata ikhlas. Jadi, ikhlas itu ada tapi tiada. Kita tidak akan pernah bisa ikhlas ketika kita berusaha ikhlas. Kita akan menjadi ikhlas ketika pikiran tentang ikhlas sudah hilang. Tidak lagi memikirkan dan memaksa diri sendiri untuk ikhlas. Semua harus dilepas. Ketakutan itu perlu ditinggalkan. Kegelisahan itu hendaknya tidak lagi dibawa. Sakit hati itu tidak perlu kita risaukan. Biarkan. Masih banyak sekali hal yang jauh lebih menarik untuk dipikirkan, untuk dilakukan. Dunia ini masih terlalu luas untuk membuat kita bersedih. Masih banyak potongan langit lain yang penuh kebahagiaan di bawahnya. Bahkan kebahagiaan sesungguhnya. Aku tidak mau terhanyut dengan perasaan ini. Kita akan selalu bisa tersenyum untuk setiap hal-hal menyakitkan yang kita alami. Sumber: http://www.simfoninegeri.com/2016/02/mari-tersenyum.html
10
Mau Jadi Penulis? Lakukan Ini
11
Hari ini aku mencoba untuk menulis secara rutin setiap hari. Aku kemarin baru saja membaca artikel tentang tips dan trik menulis secar produktif. Kalau Tere Liye bilang untuk menjadi seorang penulis, setiap hari menulis minimal 1000 kata. Hal ini sejalan dengan artikel yang aku baca kemarin. Artikel ini menyebutkan menulis 3 lembar sehari. Dan kedua angka ini kalau dikonversi memang memiliki kuantitas yang sama. Dalam blog yang sama, aku juga menjumpai beberapa bacaan menarik seputar menulis. Salah satunya adalah menulis 3 lembar per hari di pagi hari membuat kita lebih produktif. Di samping itu juga akan mentrigger agar bisa fokus selama seharian. Ternyata aku masih bukan apa-apa, belum menjadi siapa-siapa. Semakin banyak aku membaca, semakin kutahu bahwa aku masih bodoh. Banyak sekali hal yang belum aku pahami. Masih dalam blog yang sama, salah satu langkah agar tulisan kita menjadi viral atau banyak disebar oleh orang adalah dengan memudahkan pembaca menemukan tombol share di blog kita. Tapi kalau kita tidak menulis di blog, maka ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan (tips ini general baik untuk blog atau media lain) adalah sebagai berikut. Pertama, cari topik yang sedang hangat akhir-akhir ini. Hal ini akan mengundang pembaca untuk membaca lebih jauh dan lebih dalam terhadap tulisan kita. Kedua, berikan judul yang membahana dan kreatif. Ada pepatah bilang, kalau tidak menjadi yang terbaik, maka jadilah lain daripada yang lain. Kalau kita tidak mampu menjadi lebih unggul dibandingkan orang lain terhadap satu hal, maka carilah hal lain dan pikirkanlah bagaimana untuk menjadi berbeda.
12
Ketiga, kita tidak diperkenankan ambisius. Tips awal berupa menulis 3 lembar perhari adalah sebuah sarana membiasakan agar pikiran dan tangan kita terlatih merangkai kata. Bukan agar kita bernafsu dalam menulis. Teknik menulis yang indah jauh lebih baik dan berharga daripada terburu-buru mengejar feedback, balasan, imbalan, atau uang. Ini yang baru aku sadari. Selama ini ternyata aku masih bernafsu dan bergejolak dalam menulis. Aku masih belum membiarkan proses menuntunku. Rasa perjuangan
belum
dapat
kuterima.
Berlelah-lelahan
belum
bisa
kutoleransi. Lantas beginilah akhirnya. Aku jarang menulis. Keempat, teruslah menulis meski tidak ada ide. Sebenarnya beberapa tips yang saya tulis ini tidak semua berasal dari satu sumber yang sama. Ada yang dari tokoh terkenal, ada juga karena pengalaman. Aku punya seorang teman yang menjadi jurnalis. Katanya, kita memang perlu memaksa diri menulis setiap hari. Dulu dia pernah melakukan ini. Sayangnya hanya bisa bertahan seminggu. Lalu aku berapa lama? Belum lagi ditambah musim ujian selama seminggu ke depan. Pasti akan sangat susah mencari waktu. Aku pernah memegang prinsip ini: jangan menunggu ide untuk menulis, tapi menulislah agar ide itu segera keluar. Kata-kata ini cukup manjur dalam meningkatkan produktivitas menulis. Hanya saja aku terlalu malas untuk konsisten melakukannya. Kelima,
menjaga,
mengatur,
dan
memanajemen
segalanya.
Manajemen sangat penting terutama bagi kita para pemuda usia produktif. Manajemen akan sangat membantu dalam memplot ruang dan waktu agar kita dapat melakukan aktivitas secara optimal. Manajemen dapat dilakukan terhadpa apa saja. Biasanya uang dan waktu adalah dua hal yang perlu dimanajemen dengan baik. Bagiku, inti dari manajemen waktu
13
adalah surat Al Ashr. Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Aku pikir waktu adalah senjata paling mematikan yang tak kasat mata. Lalu kalau substansi manajemen uang adalah kebutuhan mutlak manusia di dunia. Aku tidak bisa menafikkan bahwa aku butuh uang. Semakin aku bersikap keras dan ideal bahwa uang bukan segalanya, aku semakin dibayang-bayangi uang. Maka akupun memutuskan berdamai dengan uang. Tidak terlalu keras, tidak juga terlalu lemah. Keenam, ada satu hal yang aku rasa unik dan menggelitik. Aku terpikirkan tips ini sudah lama. Aku rasa dulu ada yang pernah memberi tips ini kepadaku. Tips itu adalah: kita tetap harus menulis. Jangan berhenti di tengah jalan. Meskipun typo, salah-salah, atau apapun, kita harus tetap melangkah ke depan. Hal ini agar ide yang ada tetap bisa mengalir tanpa gangguan. Tapi aku masih sulit melakukannya. Pasti ketika ada kesalahan akan aku hapus terlebih dahulu dan diperbaikai. Termasuk sekarang. Ini adalah tulisan hasil perbaikan di tengah jalan. Jangan-jangan
sikap
perfeksionisku
yang
menghambat
semua
ini.
Mungkin. Intinya agar sebisa mungkin ide-ide segar tidak terbengkalai di dalam otak dan pikiran kita. Nah, aku sebenarnya masih agak bingung dengan tips awal berupa menulis 3 lembar per hari. Ini juga sebenarnya sudah rada mentok dan belum terpikir mau menulis apa lagi. Maksud dari 3 lembar itu harus dalam 1 topik atau berbeda-beda boleh? Entahlah. Yang jelas aku menulis karena aku punya ide dan ingin kuungkapkan dalam tulisan agar tidak lupa dan tidak mudah hilang. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2016/03/mau-jadi-penulis-
lakukan-ini.html
14
Memelihara Rasa Cinta
15
Kenapa kita tidak dianjurkan untuk pacaran? Aku tidak membahas implikasi pacaran dapat mengakibatkan hubungan di luar nikah, zina, dan sejenisnya. Itu terlalu jauh. Hal yang ingin aku tulis jauh lebih sederhana dan simpel yang mungkin saja akan menjadi muara segala mara bahaya jika tidak dibereskan dengan benar. Pacaran adalah suatu tindakan yang timbul dari sebuah perasaan kagum terhadap orang lain. Bisa sejenis, bisa juga lawan jenis. Kalau lawan jenis masih wajar. Kalau sejenis, perlu dipertanyakan. Dua-duanya berbahaya sebenarnya, tapi aku akan mengulas yang lawan jenis saja karena untuk sejenis, ilmu aku belum cukup. Perasaan kagum itu perlahan menjadi rasa suka. Nah rasa suka ini yang menimbulkan sikap ingin memiliki, tapi dalam konteks yang berlebihan. Untuk kalangan remaja sampai menjelang dewasa, definisi rasa suka ini agaknya berbeda dengan orang berusia dewasa yang sudah pro. Rasa suka dan ingin memiliki orang-orang muda ini masih dibumbui dengan berbagai hawa nafsu sehingga mereka tidak bisa membedakan mana rasa kagum, suka, akung, dan cinta dengan benar. Definisi yang mereka miliki masih cenderung berubah pada waktu, situasi, dan kondisi. Maka dari itu, hal ini cenderung disebut cinta monyet karena selalu berubah-ubah dan dibarengi nafsu yang tidak pada tempatnya. Nah, parahnya lagi, ketika perasaan-perasaan itu tidak dijaga dengan benar, para pencinta muda ini lebih gelap mata dan menganggap bahwa mereka telah matang dan siap untuk benar-benar memiliki “cinta�. Implikasinya, mereka dibutakan dan tidak bisa membedakan mana perasaan kagum, suka, akung, cinta, atau rasa ingin kawin. Ketika hal ini berlanjut dan tidak ada sistem pengawasan dari diri sendiri yang kuat,
16
maka jebollah semua benteng keimanan dan rusak sudah kehidupan percintaan mereka. Maka dari itu, ketika ada sebuah perasaan “aneh� muncul antara kita dan dia, peliharalah itu dengan baik. Periksa terlebih dahulu apakah itu memang benar-benar perasaan yang sesungguhnya atau hanya hasrat ingin kawin semata. Anjuran yang paling tepat adalah segeralah menikah. Tapi apa boleh buat ketika kita masih terlalu muda dan belum punya cukup bekal menikah, kita harus mati-matian menekan perasaan itu agar tidak tumbuh subur. Lebih baik menyakiti hati sendiri atau disakiti orang lain? Tenanglah, kawan. Jatuh cinta itu jauh lebih mudah daripada melupakan. Berfokus pada belajar dan karier itu lebih baik. Bukankah akan lebih enak jika cinta itu bersemi di saat yang pas dan di usia produktif kita? Semoga kita semua bisa menjadi manusia-manusia yang pandai memelihara rasa cinta. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2016/01/memelihara-rasa-
cinta.html
17
Memperluas Zona Nyaman
18
Ada sebuah paradigma yang menurut saya agak keliru. Apa itu? Kebayakan orang-orang dengan sifat persuasif tinggi alias motivator selalu mengatakan “keluarlah dari zona nyaman�. Begitu, kan? Termasuk saya juga sering mengatakan seperti itu. Nah, ada sesuatu yang perlu diulik lebih jauh mengenai kata-kata ini. Kata-kata yang lebih tepat adalah “memperluas zona nyaman�. Artinya apa? Jadi seperti ini. Manusia hidup di dunia tujuannya adalah beribadah kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Dalam segala segi kehidupan, kita diwajibkan menghadirkan Tuhan di dalamnya. Alasannya agar hidup kita yang sesaat ini tidak sia-sia. Nah, untuk bisa mencapai kekhusuan yang maksimal, manusia membutuhkan satu hal yang disebut rasa nyaman. Maka dari itu, rasa nyaman itu penting untuk kelangsungan hidup kita dalam rangka beribadah kepada Tuhan. Betul? Selain itu, kehidupan manusia itu kan sifatnya bertingkat-tingkat. Artinya, semakin umur kita berkurang, justru cobaan semakin besar menghadang. Dengan adanya cobaan ini, manusia sedang dididik langsung oleh Tuhan agar menjadi manusia seutuhnya. Otomatis, agar dapat mencapai tingkat selanjutnya, manusia harus lulus ujian tersebut. Di dalam ujian itu, manusia diharuskan melaksanakan perintah-perintah Sang Pencipta dengan sebaik-baiknya. Apabila diberikan rezeki harus bersyukur. Pun bila mendapat musibah wajib bersabar. Untuk menghadapi semua itu, manusia membutuhkan satu hal yang disebut kenyamanan karena tidak ada satu orang pun yang tahu mau seperti apa ujian yang akan dialaminya. Ketika kita memiliki rasa nyaman, semua ujian insya Allah bisa dihadapi dengan baik.
19
Nah, di sinilah esensi dari kenyamanan. Ketika kita sudah bisa melewati ujian dan sudah merasa nyaman, kita dianjurkan untuk memperluas zona nyaman kita agar kehidupan kita tidak melulu di lingkaran yang sama. Caranya bagaimana? Cobalah pergi sejenak dari arus utama kehidupanmu dan carilah masalah sebanyak-banyaknya. Ketika masalah sudah kita dapatkan, kita terapkan metode yang sama ketika menghadapi masalah di tingkat sebelumnya yaitu dengan merasakan nyaman di dalamnya. Merasa nyaman bisa juga diartikan sebagai menikmati, membiarkan mesalah berlalu, mengikuti aliran masalah itu untuk dilihat dari sisi mana kita bisa mengambil pelajaran. Inilah salah satu resep orang-orang besar. Mereka selalu merasa nyaman dengan masalah-masalah yang ada. Tidak pernah menyalahkan siapapun, apalagi menyalahkan Tuhan dan nasib. Semakin banyak masalah yang kau hadapi dan kau semakin bisa memosisikan rasa nyamanmu, ketika itu pula kau bisa disebut sebagai orang besar. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/05/memperluas-zona-
nyaman.html
20
Menerima Apa Adanya
21
Apa bedanya kebenaran relatif dengan mutlak? Kebenaran relatif itu muncul akibat persepsi orang. Misalnya, kita tahu Kota Bandung itu indah, bersih, someah. Namun, kita hanya tahu itu dari koran, televisi, internet, perkataan orang lain, dan kita sama sekali belum pernah ke Bandung. Kalau kebenaran mutlak, ya kita harus mengalaminya sendiri. Merasakan apa yang sesungguhnya terjadi. Lalu, bagaimana dengan konsep agama? Dimanakah letak kebanaran relatif dan mutlaknya? Jika kebenaran mutlak dinilai seperti apa yang tersebut di atas, bagaimana dengan ritual-ritual kita dalam beribadah. Contohnya
Islam.
Kita
sama
sekali
tidak
bertemu dengan Nabi
Muhammad saw, lalu bagaimana kita bisa meniru apa yang beliau lakukan padahal interval kita sudah empat belas abad lebih. Kita punya sahabat yang menjadi murid-murid Nabi Muhammad saw. Dari sahabat, kita punya hadist-hadist yang kemudian ditafsirkan oleh ahli tafsir. Nah, akhirnya kita tahu sebuah ritual keagamaan dilakukan seperti itu karena ada ahli tafsir yang bisa menafsirkan bahwa ritual itu memang cocok dengan Nabi Muhammad saw. Lalu muncul pertanyaan, apakah itu benar? Iya, itu benar, selama ahli tafsir tersebut mumpuni. Apakah itu kebenaran relatif atau mutlak? Itu kebenaran relatif. Kalau relatif, berarti setiap orang bisa berbeda-beda dalam penafsiran? Iya, memang tergantung ahli tafsirnya. Terus, dimanakah letak kebenaran mutlak? Kebenaran mutlak letaknya hanya di Tuhan. Bagaimana kita bisa tahu bahwa Tuhan menilai kita benar atau tidak? Tidak perlu dicari tahu, karena kebenaran mutlak adalah kebenaran yang apa adanya. Kalau kita memercayai
tersebut,
ya
lakukanlah.
Kalau
tidak
percaya,
ya
tinggalkanlah dan tidak perlu menyalahkan yang lain.
22
Banyak dari kita terlalu membenarkan diri sendiri, padahal belum tentu benar. Jadi, bagaimana langkah yang tepat untuk menyikapi masalah ini? Ya toleransi. Ketika mekanisme toleransi berjalan, maka keadaan “apa adanya� pun muncul. Dengan kemunculan ini, maka kebenaran pun ada. Kebenaran yang mana? Kebenaran yang apa adanya. Mari menikmati indahnya kedamaian. [] Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/06/menerima-apa-
adanya.html
23
Meninggalkan Masa Lalu
24
Petang ini gerimis mengguyur kota kembang. Tidak deras. Kecil tapi lama. Merintik menjadi butir-butir keseburan bagi tanah. Kebahagiaan bagi petani. Keberkahan untuk anak-anak yang berlarian di tengah guyuran hujan. Pun sama halnya denganku. Gerimis ini tak membawaku berlari mengitari kampung. Hanya saja ingtanku yang berlari. Melesat menyeberangi waktu menuju sepuluh tahun lalu. Gerimis sore ini bersama anak-anak mengaji rutin pekanan. Seperti biasa, layaknya anak-anak lain, meski sedang mengaji, pikiran mereka hanyalah bermain. Kata orang cerdas, salah sat teknik belajar efektif adalah sembari bermain. Ini karena pikiran berada pada kondisi senang dan rileks. Pemahaman bisa lekas menjalar pada hati dan pikiran mereka. Anak-anak in imengaji dari bada maghrib menuju isya. Tak lama memang. Pagi mereka sekolah. Petang menimba ilmu akhirat. Pun tidak setiap hari pengajian digelar. Hanya sampai seminggu sekitar dua sampai tiga kali. Yang penting hati senang. Tak perlulah berlama-lama. Teringat pula dulu, saat aku masih menginjak usia sekolah dasar. Aku masih mengingatknya dengan jelas. Ada TPQ atau Taman Pendidikan Al Quran di madrasah depan rumah. Seminggu tiga kali. Selasa, Kamis, Sabtu. Hingga kini pengajian anak-anak itu masiih lestari. Sama waktunya. Seminggu tiga kali. Hanya harinya yang berbeda. Aku senang, aktivitas ini masih ada. Karena mau tidak mau aku harus mengakui, inilah momen yang sangat mengesankan selama masa kecilku. Meskipun alasan mengaji, bermain adalah nomor wahid. Dengan aku mengaji dulu, aku menjadi suka belajar. Dulu ketika kecil. Mungkin karena sistem mengaji tadi yang menyenangkan dan terbawa sampai sekolah dasar. Pengajian ini tidak dilakukan di masjid seperti kebanyakan.
25
Sekolah mungil tampatku menimba ilmu dunialah yang digunakan. Tapi tak apalah yang penting senang. Banyak sekali kesan-kesan mendalam semasa itu. Aku pun jadi senang ketika sepuluh tahun setelahnya masih ada aktivitas mengaji ini. Kendati yang ikut sedikit. Meski gurunya tak bergaji besar. Walau tidak banyak pihak yang mendukung. Pengajian semacam ini adalah senjata pamungkas mendidik akhlak dan sikap, menurutku. Apalagi pengajian anak-anak ini masih ada di tanah jauh dari tempat kelahiranku. Di tanah perantauan ini aku masih merasakan aura masa kecil melekan di sekeliling rumah kontrakan ini. Ketika kita mengenang masa kecil, banyak sekali hal-hal yang kembali membuat kita senyum-senyum sendiri. Ditambah ketik akita melihat lagi kenangan-kenang yang pernah hadir di masa kecil kita. Aku masih sangat ingat ayahku sering membelikan aku majalah Bobo bekas. Aku begitu riang. Tak sama sekali aku pikir bahwa itu bekas. Itu adalah harta karun paling menakjubkan yang pernah kumiliki. Dari itulah aku menjadi senang membaca. Jika mengingat ini rasanya ingin menitikan air mata. Semoga ayah sehat di kampung. Beliau adalah orang yang selalu bisa memberi kebijaksanaan. Entah mengapa itu bisa terjadi. Ingatan lain pun masih sangat kuat dalam memori. Saat dulu zaman byeblade (entah tulisannya benar atau tidak), intinya yang gasing itu sedang marak, aku juga ingin dibelikan. Hanya saja yang ayahku beli adalah gasing aneh yang bisa dibilang tidak ada kerenkerennya sama sekali. Seperti mainan bayi. Sayangnya, sampai saat ini belum pernah aku temui mainan paling istimewa selain gasing bayi itu. Gasing bayi yang bisa menyala.
26
Ayahku selalu kreatif. Ketika aku beranjak dewasa, beliau dengan telaten dan sabar membereskan kamar yang kini kutinggalkan di rumah. Dulu banyak sekali mainan yang tersebar dimana-mana. Mainan-mainan tersebut untungnya masih disimpan dengan baik oleh ayahku. Jika aku pulang kampung aku bisa menengoknya lagi untuk mengenang masa lalu itu. Sayangnya, masa lalu hanyalah waktu yang telah kita lewati di belakang. Kita tidak pernah bisa mengulang. Pun kalau kita ingin mengulang, kita tidak akan pernah bisa mendapatkan hal yang sama. Berbeda rasa. Aku hanya
ingin bilang,
ketika kita mengenang masa lalu,
mengenang orang-orang yang selalu baik kepada kita, yang bisa dilakukan hanya mendoakan dan kalau bisa membalasnya. Kita tidak pernah bisa lagi bertemu untuk beranjak ke masa lalu. Itulah mengapa kita sama sekali tidak diperbolehkan pergi ke menjelajahi waktu. Siklus waktu akan rusak. Kepada kawan-kawan yang masih memiliki masa kecil atau masa lalu bahagia, kenanglah dengan baik dan lakukan yang lebih baik agar kita tidak menyesal telah meninggalkan masa lalu. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2016/02/meninggalkan-masa-
lalu.html
27
Merombak Makna Nasionalisme
28
Dulu sebelum menjadi bangsa yang utuh, Nusantara masih diduduki oleh berbagai kerajaan yang bersifat parsial dan kedaerahan. Setelah lama perang berkobar, akhirnya Hayam Wuruk dan Patih Gadjah Mada berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan tersebut, kendati tidak semua wilayah dapat tercakup di dalamnya. Para penjajah akhirnya datang untuk menyebarkan ideologi dan agama mereka dengan dalih mencari rempah-rempah dan sumber daya guna mengahdapi perang dunia kedua. Perjuangan lintas generasi tidaklah mudah. Belum lagi menyatukan semangat kebangsaan yang masih bersifat kedaerahan pada saat itu. Hingga tibalah tokoh-tokoh perjuangan seperti Ir. Soekarno, Bung Hatta, Jendral Soedirman, dan para pejuang lain yang akhirnya bisa menyatukan Indonesia dan bersama-sama mengusir para kompeni dan mengikrarkan kemerdekaan secara de facto dan de jure. Para tokoh ini sangat kental dan terkenal karena rasa nasionalisme yang mereka miliki. Dengan semangat berkobar dan menggebu, mereka rela mengorbankan apa saja demi berkibarnya Merah Putih di angkasa. Sudah tidak diragukan lagi tingkat kecintaan mereka terhadap negeri ini. Dengan kecerdasan yang mereka miliki, seharusnya mereka bisa hidup nyaman di negeri penjajah yang mau mempekerjakan mereka dengan gaji tinggi. Namun, sayangnya tidak. Mereka mau menikah di usia tua, meninggalkan keluarga, berkorban jiwa, raga, harta, bahkan nyawa. Terkadang semua pengorbanan itu rasanya belum cukup untuk bisa menjadikan kemerdekaan ini benar-benar memiliki makna. Butuh lebih dari itu. Segala doa, daya, upaya, waktu, ideologi, keyakinan, tangisan, rasa sakit, mereka tumbukkan menjadi satu hingga menggumpallah rasa nasionalisme yang bulat dan utuh. Bahkan
29
untuk saat ini, menemukan spirit mereka sangat susah. Boleh jadi, kini figur-figur seperti mereka hampir “punah�. Nasionalisme yang mereka miliki adalah nasionalisme dalam definisi perjuangan di dalam. Cara-cara yang mereka lakukan semata-mata hanya ingin mendirikan Indonesia. Belum lebih dari itu. Mereka berjuang untuk menyatukan masyarakat yang heterogen. Seharusnya, langkah-langkah penyatuan bangsa ini sudah tidak dilakukan saat ini mengingat Indonesia sudah dipandang cukup umur untuk lebih dari sekadar memaknai arti toleransi. Sayangnya, manusia sekarang sungguh memiliki hawa nafsu yang besar. Bahkan untuk membuat masyarakat mengantri dengan tertib saja susahnya minta ampun. Itu nasionalisme konservatif. Jika mindset nasionalisme itu tetap kita gunakan saat ini, agaknya Indonesia tidak akan kunjung maju, paling tidak menyamai negara tetangga. Nasionalisme yang seharusnya kita gunakan sekarang adalah nasionalisme bentuk modern. Sayangnya untuk mengimplementasikannya butuh pengendaliaan diri yang sangat tinggi. Menghindari kerakusan dan ketamakan adalah hal utama dalam menjalankan nasionalsme modern ini karena kita akan berhadapan dengan kemewahan dan kenyamana yang ditawarkan oleh bangsa lain. Mari kita simak contohnya. Baru-baru ini, salah satu pemegang imperium bisnis teknologi paling kaya di dunia bukanlah orang Eropa, Amerika, Australia, ataupun Afrika. Dia adalah orang Asia, di India tepatnya. Ya, Sundar Pichai adalah CEO baru perusahaan raksasa Google menggantikan Larry Page. Bahkan negara yang namanya hampir mirip dengan negeri ini memiliki warga negara yang bisa berdiri di puncak tertinggi dunia teknologi. Betapa bangganya rakyat India memiliki saudara yang begitu hebat. Bayangkan saja jika ada orang Indonesia yang seperti
30
dia. Mungkin suatu saat nanti orang Sumatera menjadi bos Facebook, atau orang Kalimantan pemegang kekuasaan Microsoft, atau orang Sulawesi menjabat CEO Apple, atau mungkin orang Papua berdiri gagah di puncak kepemilikan Walt Disney. Tentu saja dengan syarat bahwa orang tersebut tidak boleh lupa pada negeri sendiri. Nasionalisme modern ini agaknya menjadi konsep yang menarik bagi para pemuda agar mau berlomba-lomba untuk memperbaiki diri dan kualitas agar nanti di ulang tahun yang ke satu abad, rakyat Indonesia bisa benar-benar tersenyum bangga di hadapan negara lain. Perbaikan itu salah satunya dengan meningkatkan kualitas etos, baik itu etos kerja atau etos belajar. Etos inilah yang akan menjaga kita tetap di jalur perjuangan. Semoga, kita selalu diselamatkan dari gangguan hawa nafsu yang menuntun kita menjadi tidak produktif. Salam perubahan! Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/08/merombak-makna-
nasionalisme.html
31
Mentari
32
"Mentari Bernyala di Sini
Di Sini di Dalam Hatiku
Gemuruh Apinya di Sini
Di Sini di Urat Darahku
Meskipun Tembok yang Tinggi Mengurungku
Berlapis Pagar Duri Sekitarku
Tak Satu pun yang Sanggup Menghalangimu
Bernyala di Dalam Hatiku
33
Hari Ini Hari Milikmu
Juga Esok Masih Terbentang
Dan Mentari Kan Tetap Menyala
Di Sini di Urat Darahku"
Lirik di atas adalah lagu Mentari karya Abah Iwan. Dulu, lagi ini menemani para mahasiswa menegakkan keadilan di negeri. Lagu dengan semangat menggebu yang mampu menggerakan semua insan akademia untuk terus bersatu dan berkarya dalam membangun negeri. Sumber: http://www.simfoninegeri.com/2015/05/mentari.html
34
Nikmatilah Karena Hidup Memang Nikmat
35
Banyak yang tidak setuju dengan judul di atas. Hidup tidaklah nikmat. Hidup penuh ujian. Benar? Nah, kalau ini sudah disadari maka masalah selesai. Hidup memang banyak ujian, maka nikmatilah. Kalau kita mudah tertekan, mau bagaimana hidup kita selanjutnya? Mau seterusnya hidup dalam ketertekanan? Tidak, kan? Menikmati setiap detik keadaan justru membuat diri kita semakin hidup. Banyak orang yang tidak bisa menyelesaikan masalah kecil karena dia tidak menikmati masalah itu. Sebaliknya, orang yang menikmati masalah yang besar, masalah itu akan menjadi temannya. Nimatilah hidupmu, saat belajar, saat tidur, saat makan, saat istirahat. Rasakanlah saat patah hati. Nikmatilah saat jatuh cinta. Resapilah kerinduan kepada kekasih. Hanya dengan menikmati, hidup kita akan terasa lebih panjang. Susah memang memberikan nasihat ini kepada orang-orang yang sedang dilandar stress, tapi biarlah, toh lama-kelamaan juga akan sembuh sendiri. Nikmatilah stress itu. Kapan lagi bisa merasakan stress? Siapa tahu, di masa depan kita tidak bisa menikmatinya. Banyak
orang
terlalu
mengkhawatirkan
masa
depannya
dan
melupakan masa sekarang. Nyatanya, kita hidup di masa sekarang, bukan di masa depan. Lalu, apakah tidak boleh membuat visi-misi jauh ke depan? Jawabnya, siapa yang melarang? Itu sangat dianjurkan agar jalan kita lebih terarah. Namun ingat, setelah kita melempar pandangan jaug ke depan, kita harus bergegas kembali dan mulai menikmati perjalanan itu saat ini. Kebiasaan
dalam
menikmati
hidup
akan
membawa
banyak
perubahan dalam diri. Pun sama halnya dengan ibadah. Kalau ibadah saja
36
tidak bisa menikmati, jangan-jangan ibadah kita selama ini sia-sia karena tidak bisa khusuk dan menikmati haridnya Tuhan di ibadah kita. Sama halnya kalau kita sedang mangalami banyak kesusahan, cobalah untuk menarik nafas dan anggap saya tidak ada. Maksudnya, boleh saja menganggap saya omong kosong, tapi jangan pada tulisan ini. Masih banyak manusia di luar sana yang perlu menikmati tulisan ini. Semoga bermanfaat. [] Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/06/nikmatilah-karena-
hidup-memang-nikmat.html
37
Nomophobia
38
Hai. Saat ini komunikasi adalah hal paling urgent yang dibutuhkan manusia. Tidak hanya dengan orang lain, komunikasi juga perlu kita lakukan terhadap diri sendiri dan Tuhan. Dalam konteks ini aku aka menulis salah satu hal yang dapat mengganggu komunikasi kita dengan orang lain. Kehidupan ini berputar. Kita ingat sekali dulu ketika masih zaman purba, manusia belum mengenal sistem komunikasi verbal yang jelas. Perilaku manusia dalam berkomunikasi hanya memanfaatkan gerakan tubuh dan kadang-kadang hal ini membuat miskomunikasi. Zaman terus berkembang. Mulailah ditemukan bahasa. Dengan ini manusia mulai terpaut satu sama lain dengan jelas. Kendati setiap daratan memiliki pola dan penggunaan bahasa yang berbeda, kita telah membuat kesepakatan bahwa bahasa adalah komunikasi universal yang digunakan semua orang di dunia. Ketika para ilmuwan turun tangan dalam membuat benda-benda mutakhir, Graham Bell secara menakjubkan menemukan alat komunikasi jarak jauh disebut telepon. Pertama kali ditemukan, telepon ini masih sangat konvensional dan berbentuk mirip wartel (warung telepon). Paten yang ia buat selalu ditolak pemerintah dengan alasan tidak lebih efektif daripada sandi Morse. Dia tidak menyerah. Dan hingga saat ini, penemuannya menjadikan dunia kian mengecil dan telah membantu banyak orang “bertemu� walau di ujung dunia. Dengan kesuksesan penemuan telepon Bell, perkembangan teknologi sungguh pesat. Komputer saja yang awalnya sebesar kamar kosanku dengan kapasitas dan kinerja sangat minim, kini bisa disulap menjadi ukuran sangat kecil dengan kapasitas luar biasa. Pun sama halnya dengan telepon. Para ilmuwan dan cendekiawan rela tidak tidur berhari-hari
39
hanya untuk mengembangkannya menjadi ponsel. Kini ponsel itu telah bersekolah. Buktinya ada ponsel pintar. Nah, sebuah gap terjadi di sini. Ketika ponsel menjadi sangat pintar, manusia justru sebaliknya. Intelegensia kita menurun gegara ponsel pintar ini. Sebenarnya aku sama sekali tidak bisa menyalahkan ponsel ini, karena jelas-jelas yang salah adalah penggunanya. Tidak mampu melakukan manajerial waktu. Ponsel ini kini berubah fungsi yang awalnya mendekatkan yang jauh menjadi menjauhkan yang dekat. Kita sering menjumpai orang-orang di kota besar ketika berjalan lihat ponsel, ketika mengantri lihat ponsel, ketika duduk liat ponsel, ketika makan lihat ponsel, bahkan kita menghabiskan sampai setengah jam sebelum tidur untuk melihat ponsel. Parahnya penyakit ini mulai menjangkit orang-orang di desa. Sungguh waktu produktif kita sangat banyak tereduksi. Nah, ada satu sindrom yang tengah tenar hari ini, yaitu Nomophobia. Pertama kali kutahu hal ini ketika masih di SMA. Kebetulan sedang membaca buletin sekolah, tiba-tiba saja kutemukan artikel ini. Meranik. Kupikir waktu itu. Nomophobia memiliki kepanjang yaitu “No Mobilephone Phobia�. Artinya kurang lebih adalah sebuah ketakutan tidak memiliki atau tidak bersama atau tidak memegang ponsel. Intinya tidak beraktifitas dengan ponsel. Awal kukira hanya sebuah guyon renyah tak berbumbu. Nyatanya tidak. beberapa waktu yang lalu aku baca lagi sebuah artikel di internet ternyata sindrom ini akan menjadi sebuah penyakit benaran. Bukan sekadar isapan jempol.
40
Bagiku yang masih remaja, tidak memiliki ponsel adalah hal yang kurang pas. Pasalnya aku harus tahu informasi seputar kuliah. Kalau diakses lewat laptop akan tidak efektif. Maka aku perlu ponsel dan segala jajarannya (termasuk aplikasi chatting). Hanya saja akhir-akhir ini aku merasakan hal yang aneh. Aku merasa menjadi tidak produktif jika terlalu banyak memegang, mengecek, atau bermain ponsel. Awalnya memang hanya sebentar. Niatku begitu. Namun, lamakelamaan, waktu yang sebentar itu aku sering sia-siakan. Ibaratnya sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Waktuku jika diakumulasi akan hilang hampir setengah. Diriku menjadi tidak produktif. Di sini aku akan membagi tips (meski aku memang masih susah pergi dari ponsel), tapi setidaknya tulisan ini menjadi cambuk dan pengingat buatku. 1.
Buat waktu khusus membuka ponsel, mengecek pesan, atau
bermain game dengan ponsel. Misalnya kita memplot waktu sebelum kuliah, ketika transisi kuliah, makan siang, pulang kuliah, dan sebelum tidur. Spare waktu juga diusahakan tidak terlalu lama. Sekali buka ponsel, habiskan dan balas semua pesan yang ada. Bila perlu tulis status di profil kita dengan kata-kata “slow respon�, “off�, atau kata-kata lain yang membuat orang lain memaklumi kalau kita jarang membuka ponsel. 2.
Kalau tidak bisa membuat waktu khusus, buatlah perjanjian
dengan diri sendiri. Tips ini mirip dengan yang pertama. Misal kalau aku berusaha membuka ponsel hanya sejam sekali. Ini lebih baik daripada yang pertama dengan margin waktu yang terlalu lebar. Tapi kita harus benar-benar mau mengendalikan diri agar tidak terus-menerus membuka
41
ponsel. Kendati perjanjian kita hanya sejam sekali, sebisa mungkin dapat lebih baik menjadi dua jam sekali. 3.
Fokus pada apa yang kita kerjakan. Sering kali ponsel
mendistraksi atau mengganggu fokus dan konsentrasi terhadap pekerjaan kita. Nah agar kita bisa tetap fokus dengan pekerjaan, kita perlu mencari kenikmatan terhadap pekerajaan itu sendiri. Aku sering membuang waktu hanya gegara “ingin� saja dalam membuka ponsel, bukan “butuh�. Pun kalau butuh kita juga harus mengatur waktu dengan baik. Kalau sedang tidak fokus aku memang masih sering membuka ponsel, tapi aku mencoba mengalihkannya dengan membuka hal lain, misalnya video atau lagu melalui laptop. Usahakan tidak membuka internet lewat pc atau laptop karena itu akan sama saja. 4.
Langkah ini agak ekstrem yaitu dengan menonaktifkan
kemampuan paket data. Ini bukan sekadar mematikan paket data, melainkan mematikan fungsi on-off paket data. Namun tidak semua ponsel bisa melakukan ini. Alih-alih memberi solusi, ponsel kita sendiri akan rusak. 5.
Matikan ponsel. Ini cara paling mantap dari semua cara. No
phone, no internet, no chatting, no distraction. Menurut sebuah riset psikologi, cara menghilangkan ketakutan adalah dengan melakukan ketakutan itu sendiri. Kalau tidak terlalu berat, maka lakukan ketakutan terhadap hal lain. Misal, kita takut dengan penolakan, maka lakukan halhal yang berkaitan dengan penolakan seperti meminta uang jutaan kepada orang tua, meminta digratiskan makanan, meminta dosen berkunjung ke kos kita, bahkan melamar seorang gadis (terlalu berlebihan) pun bisa menjadi alternatif.
42
Aku pikir itu hal-hal simpel yang bisa kita lakukan agar hidup kita tetap produktif. Waktu kita hanya sebentar. Kasihan orang tua kita yang telah
membiayai
sekolah
tapi
hasilnya
tidak
memuaskan.
Tidak
memuaskan gegara ponsel, bukan gegara tidak mau berusaha. Kalau nilai kita tetap saja tidak bagus misalnya, tapi kita telah berusaha belajar seoptimal mungkin (tanpa distraksi ponsel), itu hal lain. Aku sadar bahwa diri ini juga masih terikat dengan ponsel. Di sisi lain aku juga menyadari bahwa aku tidak bisa terus-menerus seperti ini. Aku harus move on dari ponsel. Yeeah. Sumber: http://www.simfoninegeri.com/2016/03/nomophobia.html
43
Optimisme Untuk Menjadi Negeri Bebas Rokok
44
Prolog Saya selalu bangga dengan Indonesia. Segala prestasi telah tertoreh hingga warga dunia berdecak kagum. Saya selalu punya harapan untuk masa depan negeri yang lebih baik. Tidak tanggung-tanggung, saya mau mengkritisi dan mencoba bersolusi bagi ibu pertiwi.
Saya salut dengan negeri ini karena telah menjadi negara ketiga di dunia yang paling banyak mengonsumsi rokok setelah Cina dan India (WHO, 2008). Di tahun 2009 saja, sudah 260,8 milyar puntung rokok masuk mulut saudara-saudara kita. Tidakkah kita kasihan terhadap mereka? Adakah muncul rasa iba terhadap anak dan keturunan mereka? Hanya demi kenikmatan sesaat, kelangsungan hidup orang-orang yang mereka cintai luluh lantah. Belakangan ini, masyarakat sudah mulai tersadarkan tentang risikorisiko yang muncul akibat rokok. Menurut survei Swisscontact Indonesia Foundation dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta pada tahun 2013, 80% dari 820 responden mengaku tidak mau terpapar asap rokok, 55% bersedia menegur orang merokok di dalam gedung, 86% tahu peraturan larangan merokok, 84% responden sudah taat peraturan, dan 73% mendukung serta setuju ditetapkannya perluasan kawasan dilarang merokok menjadi Kawasan Tanpa Rokok termasuk promosi, beriklan, menjual, dan/atau membeli. Faktor dan latar belakang Ada banyak faktor yang melatarbelakangi banyak masyarakat kita yang menjadi perokok aktif. Salah satu penyebab utamanya adalah
45
menjamurnya industri rokok yang menjadi backing perputaran ekonomi masyarakat. Iklan yang mereka angkat sangat kuat. Argumen-argumen mereka sulit dipatahkan. Contohnya penayangan iklan di media massa. Kendati sudah muncul pembatasan iklan rokok di media elektronik dengan hanya memberikan izin siaran TV mulai pukul 21.30—05.00, mereka masih punya jurus andalan. Media konvensiolan akhirnya menjadi lahan empuk promosi. Survei membuktikan bahwa 92,9% pelajar terpapar iklan rokok di billboards, sedangkan 82,8% pelajar terpapar iklan rokok melalui majalan dan koran (Komnas Anak, 2007). Selain iklan, ada beberapa penyebab orang menjadi perokok aktif. Riset yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas
Muhammadiyah
Aceh
menunjukkan bahwa 51,8% siswa di SMPN 1 Simeulu Timur kelas VIII dan IX sejumlah 110 siswa menjadi perokok, 46,4% berpengetahuan kurang baik, 54,4% terpengaruh teman sebaya, 47,3% terpengaruh iklan, 50,9% guru kurang berperan, dan 38,2% orang tua kurang berperan. Hal ini menunjukkan tingakt edukasi masyarakat terutama yang berada di wilayah perbatasan masih rendah. Ada beberapa hal yang selayaknya perlu diketahui bahwa kualitas udara Indonesia sudah buruk akibat banyaknya terpapar asap rokok. Sudah 97 juta orang Indonesia nonperokok terpapar asap rokok orang lain. Tempat yang seharusnya tidak boleh ada orang yang merokok kini memiliki paparan udara sebesar 34,6 mikrogram/m3, tempat yang boleh untuk merokok udaranya terpapar 94,76 mikrogram/m3, cafe sebanyak 164,84 mikrogram/m3, dan restoran sebanyak 72,6 mikrogram/m3. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan ambang batas yang ditetapkan WHO sebesar 25 mikrogram/m3.
46
Setelah itu, jelas sekali implikasi merokok apa saja. Statistik WHO tahun 2008 menunjukkan bahwa 63% dari 57 juta kematian di dunia disebabkan oleh NCD (Non-Communicable Diseas). Parahnya, 40% NCD disebabkan oleh PJK (Penyakit Jantung Koroner) yang takk lain dan tak bukan adalah implikasi dari merokok. Konklusi yang solutif Maka dari itu, kita perlu langkah pencegahan, perbaikan, dan pemulihan. Upaya berhenti merokok yang dilakukan secara individu hanya berhasil sekitar 3-5% dari jumlah perokok. Oleh sebab itu dibutuhkan pihak-pihak di luar diri untuk membantunya. Salah satu tindakan yang sudah diterapkan dan memberikan dampak efektif adalah dengan adanya konseling dan farmakoterapi. Klinik konseling merokok di Jogjakarta telah membuktikan di tahun 2010 memiliki pasien sebanyak 323 orang, sedangkan di tahun 2012 meningkat menjadi 507 orang. Pun sama halnya yang dilakukan oleh RS Persahabatan Jakarta yang membuka jasa konseling dan farmakoterapi. Setelah 12 minggu terapi 55% pasien berhenti merokok dan 50% pasien mangalami nafsu makan yang menigkat. Edukasi dari pihak independen seperti perguruan tinggi juga menjadi salah satu kunci penting mengingat mahasiswa adalah agen perubahan dan perpanjangan tangan masyarakat. Memberikan apresiasi terhadap orang-orang yang membantu pemulihan perokok aktif atau yang menjadi pelopor gerakan antirokok pun akan menularkan kesadaran secara masif. Dengan ini diharapkan di tahun 2045 Indonesia bisa menjadi negera bebes rokok.[]
47
Pustaka TCSC IAKMI. 2014. Proceeding 1st ICTOH 2014. Jakarta. IAKMI.
Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/09/optimisme-untuk-
menjadi-negeri-bebas.html
48
Palasari dan Turbulensi
49
Hari ini tanggal merah. Benar merah. Bukan karena aku coret pakai spidol merah di kalender. Hari ini tahun baru Imlek. Aku tidak tahu yang ke berapa karena tidak ada kalender di kosan. Kamerad-kameradku ada yang pulang kampung. Lumayan libur dari Sabtu sampai Senin. Ada tiga hari
kosong.
Aku tidak
pulang kampung.
Pekan lalu aku baru
melakukannya. Pun ditambah tiga laporan praktikum yang harus kumakan. Menyela waktu mengerjakan praktikum, aku pergi ke Palasari. Orang bilang ini surganya buku-buku di Bandung. Palasari adalah nama sebuah jalan. Di pinggir jalan ini ada sebuah kawasan agak luas yang digunakan sebagai pasar. Bukan pasar seperti biasa, isinya buku yang melimpah ruah. Tidak baru memang, tapi koleksinya cukup lengkap. Banyak yang bekas di sini. Bukan masalah bagi seorang mahasiswa macam saya. Di sini banyak dijumpai buku teks panduan kuliah mulai dari manajemen, akuntansi, teknik, kedokteran, dll. Mulai dari buku anak sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi. Aku juga jumpai beberapa ibu guru cantik yang tengah belanja didamping seorang lelaki. Pun para mahasiswa yang rela membawa banyak buku demi seorang mahasiswi. Aku berniat membeli empat buku. Sayangnya aku hanya memperoleh tiga. Aku salah dengar harga. Aku pikir harganya kepala satu, ternyata kepala dua. Bukan kepala satu puluhan, tapi ratusan. Memang dimaklumi, buku teks kuliah harganya rata-rata seratusan, seratus ke bawah atau seratus ke atas. Waktu menunjukkan pukul satu lebih seperempat siang. Hujan rintik agak deras. Aku memutuskan pulang. Seperti biasa, aku naik mobil pribadi berplat kuning. Jalan cukup macet mengingat hari ini libur nasional. Aku juga maniki kendaraan umum yang sama dengan rombongan ibu-ibu muda
50
bersama anaknya. Nampaknya mereka baru saja jalan-jalan cantik sembari membawa tas-tas besar mewah isi sesuatu. Perjalanan lancar seperti biasa. Gerimis juga sudah reda. Langit cerah mulai nampak. Aku melewati taman Cikapayang a.k.a taman D.A.G.O. yang terletak di sebuah perempatan. Karena kendaraan yang penuh, lampu lalu lintas tidak bisa mengurai macet. Dari arahku lampu sudah menunjukkan warna kuning, tanda pelan-pelan akan berhenti. Eh, pak sopir dan beberapa kendaraan lain nekad menerobos. Alhasil ketika dari arah kiri sudah hijau, beberapa kendaraan arah kami tertahan dengan lajunya aliran kendaraan arah kiri.
Klakson berdenging. Kerena ada distraksi dari arahku dan arah kiri, akhirnya dari arah depanku juga sudah lampu hijau. Keruwetan bertambah. Setelah beberapa saat kendaraan melaju pelan dan ditambah waktu yang sudah menunjukan lampu merah dari arah kiri, luapan kendaraan arah kiri jadi terhenti. Aku bisa melaju lagi. Terbayangkah penggambaranku? Karena hal ini, aku teringat materi kuliah mekanika fluida. Laju kemajetan dan distraksi di perempatan ini mirip dengan aliran turbulensi. Aliran turbulensi adalah aliran yang tidak tenang, bergejolak, dengan bilangan Reynold lebih dari 4000. Aku pikir, semua peristiwa sehari-hari bisa dianalogikan dengan ilmu-ilmu yang pernah kita dapat. Teori aliran fluida ini juga dipakai orang-orang teknik sipil untuk membuat sebuah jalur lalu lintas. Mereka memperhitungkan agar dalam sebuah sistem jalan raya, jumlah kendaraan, lebar jalan, waktu pembagian lampu lalu lintas terbagi dengan baik.
51
Aku pikir, ketika kita bisa sedikit meluangkan waktu untuk merenungkan sesuatu, semua ilmu yang pernah kita peroleh khususnya di bangku sekolah bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selamat belajar. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2016/02/palasari-dan-
turbulensi.html
52
Pemulung Lebih Ulung
53
Hari ini tidak seperti biasanya. Hari ini tidak ada kuliah. Memang setiap Sabtu kosong. Tapi sore tadi aku dan beberapa teman diundang mentoring. Bagi aktivis rohis sekolah atau kampus tahu artinya. Mentoring ini semacam aktivitas mengaji dan mengingat kebesaran Allah. Sudah lama
sekali
aku tidak
mentoring.
Setelah hampir satu semester
terbengkalai. Mau diakui atau tidak, mentoring sedikit banyak membantu membuat jiwa fresh. Iman kita serasa diisi ulang agar penuh. Pun bisa menjadi media curhat dengan mentor. Selesai mentoring sore ini, aku dan beberapa teman lain berencana pergi ke Bukit Moko. Kata orang, sunset di sana cukup bagus. Sayangnya, karena sudah terlalu sore dan hanya beberapa orang saja yang mau ikut, pendakian ini dibatalkan. Pun karena di grup banyak alasan. Hampir pukul enam petang kami masih diskusi. Mau jadi naik atau tidak. Akhirnya pupus. Waktu adzan maghrib masih setengah jam. Aku memutuskan pulang. Hari sudah mendung. Tinggal menunggu rintik hujan. Pun malam ini, air itu benar-benar jatuh dari langit. Sabtu malam yang sendu. Pokok tulisan ini belum sampai. Setelah pulang dan menyeberang di pertigaan rumah sakit Boromeus, aku menjumpai seorang pemulung. Seperti kebanyakan pemulung lain, penampilannya kusut. Dia pria. Jarang sekali aku menjumpai pemulung wanita. Dengan membawa barang-barang „temuannyaâ€&#x;, dia berjalan menyusuri trotoar jalan Dago dengan mata awas ke bawah. Siapa tahu ada rezeki berserakan. Saat dia tengah mengambil bekas gelas bekas produk air teh, suatu ilham turun dari langit. Ilham itu bukan berupa uang, emas, atau jabatan. Ilham itu adalah pemahaman. Turun untukku.
54
Aku baru saja menyadari betapa keren profesi pemulung. Setelah dipikir-pikir, merekalah the real super hero. Kita tahu masalah lingkungan adalah hal yang sangat krusial. Hitz dan ngetren sekarang. Banyak pihak gembar-gembor masalah lingkungan. Harus hemat air, kantong plastik, energi, atau apalah. Aku pikir pemulung tanpa menyuarakan hal-hal semacam itu sudah bertindak nyata. Di samaping mungkin karena tuntutan hidup, aku sangat mengapresiasi mereka. Andai saja pemulung, tukang bersih-bersih, penyapu jalan digaji besar, maka negeri ini akan terbebas dari masalah lingkungan. Bisa jadi kalau mereka disekolahkan di teknik lingkungan itb, mereka akan menjadi lebih terampil dalam mengurusi persampahan. Aku memang tidak bisa berkata apa-apa. Semoga kelak, masyarakat yang peduli lingkungan semakin banyak dan menjamur. Tidak ada seorang pun
yang
ingin
menghargai
memiliki
lingkungan,
lingkungan
menghargai
kotor. sesama
Mari dengan
bersama-sama cara
terus
mengurangi penggunaan produk yang berpotensi menghasilkan limbah. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2016/02/pemulung-lebih-
ulung.html
55
Perut dan LikaLiku Hidup
56
Bagiku, perut adalah anugerah sekaligus sumber masalah. Perut penuh adalah nikamt sangat berharga yang bisa kita miliki. Perut lapar, derita tiada tara. Perut bisa berfungsi apa saja. Fungsi biologis, sosial, pekerjaan, dan status sosial. Secara alamiah, Tuhan menciptakan perut sebagi sistem pencernaan. Ya kita semua sudah tahu ini dari SD. Makanan yang masuk ke mulut akan diproses secara fisik dan kimia dalam perut. Komponen perut jugasangat banyak. Ada hati, usus halus, usus buntu, usus besar, usus dua belas jari, ginjal, dan komponen lain. Tanpa perut, perkembangan biologis manusia bisa terganggu. Selain itu, fungsi berfungsi sebagai pekerjaan. Ini yang paling banyak menjadi masalah. Semua berlomba-lomba meraih dunia demi perut. Ketakutan manusia akan kekosongan perut membuatnya melakukan segala hal. Tindakan-tindakan bahkan sampai melebihi batas. Bagi kalangan yang terlalu takut perut tidak terisi padahal dirinya bos perusaah besar, ini perlu menjadi sorotan. Aku tak menyorot perut para pengemis yang memang tengah kelaparan. Bagi para pejabat, kecukupan atau bahkan kelebihan perut adalah hal mutlak yang dijunjung tinggi atas nama individualisme. Tidak sedikit pejabat korup karena mereka khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan perut anak istrinya. Padahal mobilnya tiga. Ferari semua. Perut yang besar bagi laki-laki adalah status simbol kemakmuran. Tidak ada yang melarangnya. Ada berbagai alasan perut besar. Tidak semua karena rakus. Bisa saja memang susah diet dan karena sakit. Aku pikir perut buncit yang dibawa kesana-kemari tapi tidak pernah mengindahkan orang lain yang membutuhkan, itu adalah manusia yang tidak tahu malul kurasa
57
Ini bukan soal kita harus diet dan menjadi six pack yang katanya termasuk sunnah Nabi. Ini hanya tentang kesetaraan. Yang kaya makin kaya, yang miskin tambah mlarat. Maka Tuhan selalu menunjukkan rahmatNya dengan cara bersedekah, memberi makan orang miskin, berpuasa, mewakafkan hartanya, dan segala bentuk thanks giving lain. Ini semata-mata agar perut buncit kita menjadi organ yang berkah dan menyenangkan bagi orang lain. Dalam beberapa literatur agama juga dijelaskan bahwa perut adalah sumber penyakit, selain hati. Ketika perut kita tidak dijaga, baik untuk kesehatan fisik maupun batin, maka berhati-hatilah. Keegoisan dan setan bisa dengan nyaman masuk ke perut dan mengganggu sistem kerja rohani. Agak berlebihan memang. Kok bisa setan masuk perut. Ya, memang. Setan bisa masuk lewat mana saja. Maka dari itu, menerapkan tuntunan Tuhan adalah langkah paling barokah untuk menjaga perut dari godaan setan dan dunia. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2016/02/perut-dan-lika-liku-
hidup.html
58
Pikiran Sangat Liar
59
Pikiran itu sangat liar. Ketika kita tidak kuasa menahan arah pikiran itu pergi, kita akan kerepotan dibuatnya. Inilah alasan kita tidak boleh terlalu banyak melamun karena khawatir pikiran kita terlampau jauh berangan-angan. Berangan-angan
atau
berandai-andai
itu
berbeda
dengan
berimajinasi. Kalau berangan-angan itu pikiran kita yang tidak terarah, sedangkan
berimajinasi
adalah
pikiran
yang
terarah,
kita
akan
membayangkan sesuatu. Sudah ada deskripsinya terlebih dahulu. Kalau saya sendiri, masih terlalu banyak berangan-angan sehingga pikiran sering melompat ke sana-ke mari sehingga saya sering galau sendiri, hati mudah dirasuki setan. Setan dalam hal ini adalah nafsu, bukan setan yang menyeramkan. Lebih baik berimajinasi yang terarah untuk kemajuan diri kita dan orang lain. Namun, hati-hati pula jika imajinasi kita tidak terkontrol, kita bisa juga kebablasan. Pikiran yang terlalu acak membuat hidup kita ikut acak. Semua serba tidak teratur. Keinginan yang selalu berubah. Satu belum selesai, sudah ingin yang lain. Alhasil, semua berantakan. Bagi saya dan laki-laki lain pada umumnya tidak bisa melakukan multi-tasking. Artinya, tidak bisa melakukan banyak tugas dalam satu waktu. Saya tidak tahu bagaimana mekanisme yang terjadi pada wanita sehingga mereka bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu. Para pria hanya bisa melakukan satu hal tapi fokus, baru beranjak ke hal lain, sehingga semakin cepat satu hal dikerjakan, semakin banyak pula hal lain yang bisa dikerjakan selanjutnya.
60
Berbicara mengenai pikiran, kita memang harus selalu waspada. Kadang-kadang, pikiran kita sendiri tidak bisa kita atur. Terkadang ia jalan sendiri. Kalau jalannya ke arah yang benar, itâ€&#x;s okay. Namun, kalau sebaliknya, nanti kalau memikirkan hal-hal yang “anehâ€? bagaimana? Namun, kadang terlalu banyak memikirkan sesuatu justru menjadi penghalang kemajuan. Karena terlalu banyak dipikirkan, kita menjadi tidak kunjung bergerak. Langkang terbaik untuk berpindah adalah bergerak. Nah, untuk bergerak ini, kita harus memulai. Tidak perlu terlalu banyak mikir. Intinya, peliharalah pikiran kita. Jangan biarkan pikiran kita berlari tanpa arah dan jagalah dari godaan setan sehingga pikiran terjaga dan tetap bisa berpikir dengan baik. Salam. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/05/pikiran-sangat-
liar.html
61
Saat Semua Terbatas oleh Uang
62
Kata siapa definisi sukses itu berbeda-beda? Itu hanyalah omongan para motivator di depan para peserta training. Mau tidak mau, sukses itu bermuara pada uang. Orang kaya pasti dikatakan sukses dan orang miskin disebut tidak sukses. Sukses berbeda dengan bahagia. Sukses adalah konsekuensi logis dari kerja keras. Dengan kata lain, sukses berarti sebagai buah atau hasil panen terhadap segala benih yang ditanam di masa lalu. Lain halnya dengan bahagia. Bahagia adalah hak asasi setiap manusia yang sengaja Tuhan berikan cuma-cuma kepada
manusia. Tanpa
perlu adanya
pengorbanan berarti, kebahagiaan bisa kapan saja muncul. Untuk bahagia begitu sederhana. Hanya mengingat nikmat apa saja yang sudah kita dapat, maka selesai perkara. Titik. Sukses yang bisa didefinisikan secara relatif dan berbeda-beda tergantung masing-masing orang adalah penghiburan semata para trainer motivasi di atas panggung. Hal ini serta-merta agar para pesertanya mau mendengarkan apa yang disampaikan. Di manapun, ketika sukses berbicara, maka nilai finansial adalah ekor yang harus dibawa. Sadar atau tidak sadar. Sejak kecil, kita sudah dipengaruhi mindset untuk sekolah setinggi mungkin. Tujuannya agar mudah mencari kerja. Nah, bukankah kerja untuk mencari uang? Lama-kelamaan uang menjadi salah satu tujuan dasar yang harus terpenuhi. Lihatlah tetangga-tetangga kita ketika membicarakan hasil jerih payah seseorang. Apa parameternya? Mobil, rumah, pakaian, hidup enak. Benar, kan? Pun sama halnya ketika reuni. Mayoritas dari kita pasti akan memperbincangkan masalah „sudah jadi apaâ€&#x;, „kerja di manaâ€&#x;, dan aneka janji kehidupan lainnya.
63
Apakah dengan tulisan ini saya bersikap idealis dan membenci uang? Sama sekali tidak. Saya justru sebaliknya. Saya ingin punya uang banyak, mobil mewah, rumah megah, keluarga bahagia, sehat, punya istri cantik, anak-anak soleh-solehah, dan keindahan surgawi lain. Saya bosan bersikap idealis. Itu sungguh menyengsarakan. Saya ingin membuktikan bahwa indikator kesuksesan memanglah uang. Basi-basi ini-itu hanyalah omong belaka. Masalahnya adalah sejauh mana usaha baik kita dalam mencapai sukses tersebut. Apakah ada koridor yang kita tabrak? Apakah segala usaha kita memang halal? Sepanjang kita tidak keluar dari aturan dan norma yang berlaku, maka bersikap realistislah. Berhentilah menganggap bahwa kesuksesan itu berbeda-beda tergantung penafsiran. Permainan dunia memang seperti ini. Sama halnya bila kita tidak ingin menafsirkan sukses sebagai batasan pada nilai materi, itu sah-sah saja. Ini justru jauh lebih baik. Namun, jangan menangis kalau nanti dalam hal finansial kita tertinggal jauh. Orang-orang yang senantiasa menjunjung kebijaksanaan inilah yang jarang ditemui. Dengan cara hidup yang sederhana dan yang penting bahagia, mereka bisa hidup sesuka yang mereka mau. Ini luar biasa. Sayangnya hanys sedikit. Hanya sedikit orang yang mengenyam bangku sekolah untuk benar-benar belajar. Belajar dalam arti sesungguhnya yaitu mencari kebijaksanaan, bukan sekolah untuk mencari harta dan uang. Satu hal terpenting ialah tetaplah berprinsip. Prinsip bukan semata idealitas. Prinsip lebih mengarah kepada nilai hidup yang dipegang, sedangkan idealitas lebih cenderung pegangan yang dipaksakan. Dalam artian, seseorang belum tentu tahu benar apakah dia memang idelis atau
64
hanya ikut-ikutan saja. Maka, dengan memiliki prinsip, seseorang tidak akan terombang ambing meski sendiri. Akhirnya, menjadikan uang sebagi budak kita adalah langkah yang bijaksana. Tidak ambisius dalam mencari kehidupan dunia, tetapi seimbang dalam memenuhinya. Sekali lagi kita juga harus berhati-hati dengan sikap kita sendiri yang awal mulanya mungkin sangat idealis, tibatiba berubah seratus delapan puluh derajat. Untuk itu, tetaplah berdoa dan mendekat pada Yang Kuasa karena Dialah yang Yang Maha Membolakbalikan hati manusia. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/07/saat-semua-terbatas-
oleh-uang.html
65
Sahabat itu...
66
Seperti katalisator yang siap mempercepat reaksi kehidupan agar tujuan hidup lebih mudah untuk digapai. Membuat jalur-jalur reaksi yang baru. Reaksi yang sama sekali tidak pernah diduga sebelumnya. Ibarat kapasitor dengan kapasitansi sangat besar dalam menyimpan semangat. Selalu mempunyai suplai motivasi ketika kita dalam keadaan terpuruk. Senantiasa membakar kayu bakar yang telah padam di dalam dada kita. Bagaikan resistor yang mau menghambat setiap rencana-rencana maksiat yang dibisikkan oleh setan. Setiap saat mau mengingatkan untuk segera bertaubat bila berdosa. Membendung keinginan dan hasrat keduniaan yang terlampau besar. Semacam generator yang senantiasa memberikan dorongan moral dan moril. Tidak pernah bosan untuk menolong. Pun ketika mereka juga samasama susah. Dengan semboyan “makan ngga makan yang penting ngumpul�, mereka selalu merajut kesetiaan. Sahabat, aku sangat menyayangi kalian. Meski kita dipisahkan oleh jarak dan waktu, semoga pada akhirnya kita semua dipertemukan di surga sana.
Bermain
bersama
mengenang
kebersamaan
kita
di
dunia.
Kebersamaan dalam iman. Mau atau tidak, kita tidak bisa memungkiri bahwa sahabat itu ibarat perpanjangan kehidupan kita. Mereka seakan wakil Tuhan di bumi agar kita tidak pernah merasa kesusahan.
67
Seharusnya kita yang perlu introspeksi. Sudah berapa banyak kita memberikan sesuatu kepada sahabat kita, baik itu dorongan, semangat, ide, motivasi, bahkan hal-hal berbau material? Hargai selalu sahabat-sahabat kita sebelum semuanya terlambat. Sebelum semuanya menjauh tanpa kita sadari. Bukan mereka yang menjauh, juga buka kita. Namun, Tuhan yang benar-benar “menjauhkan� kita sejauh-jauhnya. Ini surat kecil untuk sahabat-sahabatku. Aku ucapkan terima kasih karena kalian telah membuat hidupku menjadi benar-benar berwarna. Untuk semua sahabat-sahabatku yang baik sudah aku kenal sejak lebih dari belasan tahun yang lalu atau baru beberapa minggu lalu, aku sampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada kalian. Kalian telah bisa membuat jalur hidupku tidak statis. Semoga Tuhan selalu melindungi kita. Amin. Sumber: http://www.simfoninegeri.com/2015/05/sahabat-itu.html
68
Salah Jurusan
69
Tahu nggak, kalo 87% mahasiswa salah jurusan? Sruvey ini diambil dari situs okezone.com pada tanggal 25 Februari 2014. Masih segar, kan? Baru satu tahun. Tipe pekerjaan orang saat ini bisa dibagi menjadi tiga. Mayoritas atau sekitar 70%—80%
orang bekerja
karena
bayarannya
yang
guede.
Alasannya karena untuk mencukupi kebutuhan hidup. orang-orang seperti ini tidak memiliki harapan akan pekerjaannya dan kecenderungan memiliki tingkat kebahagiaan maksimal pada hari Jumat sore. Ya karena mau weekend. Sama seperti kita, jika Jumat sore datang dan kita sudah sangat senang, maka kita bisa dikategorikan sebagai orang yang tidak menikmati hidup. Tipe yang kedua adalah orang karier. Mereka memiliki motivasi tinggi akan uang dan kemajuan. Orang-orang seperti ini menganggap bahwa bekerja adalah perlombaan. Siapa cepat, dia dapat. Hap. Mereka punya harapan yang luar biasa yaitu kekuasaan dan kebanggaan. Satu hal yang sangat sering mereka incar adalah promosi. Mereka selalu bekerja atas nama promosi alias untuk naik jabatan. Ngambis. Nah, tipe yang terakhir bisa dibilang tipe paling woles. Orang-orang tipe terakhir ini adalah orang yang menganggap pekerjaan sebagai sebuah panggilan. Motivasi mereka sangat mulia yaitu untuk menjalankan amanah dari Allah. Posisi mereka bekerja adalah sebagai khalifah, artinya mereka adalah pengganti “Tuhan� di bumi. Mereka punya misi untuk menyebar kebaikan sebanyak mungkin. Harapan yang mereka selalu idamidamkan ialah bisa memberi lebih banyak kepada orang lain dan mereka cenderung mencari lebih banyak tugas agar bisa membantu orang lain. Prosentasi orang tipe ini bisa dibilang sangat sedikit.
70
Perlu teman-teman ketahui bahwa 90% orang di dunia menganggap bakat itu tidak penting. Padahal untuk hidup nyaman kita perlu mendapat sebuah pekerjaan yang cocok dengan bakat kita. Kalau tidak cocok, kenyamanan itu mau datang darimana? Analoginya seperti ini. Misal ada seorang desainer atau perancang, pasti mereka punya tujuan dalam setiap rancangannya. Baik itu kursi, meja, rak, lemari, bis, motor, atau yang lain. Semua barang bisa ketahuan tujuan pembuatannya hanya dilihat dari segi fisik saja. Misal bis, pasti untuk mengangkut orang, kursi pasti untuk duduk, piring pasti untuk alas makan, dan sebagainya. Nah, bagaimana dengan manusia? Apakah tujuan diciptakan manusia bisa dilihat dari fisiknya? Banyak kok yang wajahnya pas-pasan, tapi punya suara emas. Tidak sedikit orang yang berkulit hitam tapi jago menulis hingga berbuku-buku. Jadi, tujuan diciptakannya manusia bukan tergantung pada kondisi fisik dan luarnya, tetapi berdasarkan pada apa yang ada di dalam diri yang kita sebut sebagai bakat. Tujuan manusia diciptakan oleh Tuhan untuk memberi manfaat kepada orang lain, bukan? Setiap ciptaan yang ada di dunia ini memiliki fitur unik masing-masing. Misalnya ada jam tangan mahal yang dilapisi emas yang dicetak hanya 100 biji di seluruh dunia. Itu pasti disebut sebagai barang limited edition. Nah, kalau barang yang diciptakan hanya ada 1 di dunia namanya apa? Namanya very limited edition, yaitu manusia. Satu hal yang membuat manusia unik adalah karena adanya kepribadian yang berbeda-beda. Kita sudah hafal bahwa orang yang kembar, sama persis sekalipun masih ada satu hal yang berbeda. Fitur unik ini yang kalau dikembangkan secara maksimal dan memiliki manfaat disebut bakat.
71
Manusia memiliki tiga komponen dasar yang ada dalam diri yaitu cipta, rasa, dan karsa. Cipta adalah kemampuan menggunakan otak kanan dan kiri. Rasa ialah kemampuan relasi dengan orang lain. Terakhir karsa yaitu semangat yang selalu ada di dalam diri. Manusia dikarunia kenikmatan yang luar biasa yaitu nikmat iman, sehat, dan potensi. Nah, sebagai langkah mensyukuri nikmat yang telah diberikan, maka sebaiknya kita mengembangkan potensi yang kita miliki. Marilah membangun mindset baru yaitu dengan memaksimalkan potensi agar bisa menjadi kekuatan yang bisa menuai hasil yang bermanfaat bagi sesama. Tinggalkan mindset lama yang cenderung menutupi keterbatasan. Kebanyakan dari kita sekarang ini fokus pada keterbatasan. Kita selalu berusaha keras agar keterbatasan itu bisa tertutup dengan rapat dan melupakan potensi yang dimiliki sehingga lama kelamaan potensi itu terkubur jauh dan akhirnya kita semakin tidak paham tujuan penciptaan diri kita sendiri. Memang, Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu tanpa cacat, tapi Tuhan selalu memberi kesempatan agar kelebihan yang Dia berikan, kita optimalkan sebaik mungkin. Yang namanya tidak mampu, mau dipompa sedemikian rupa, ya tetap saja hasilnya itu-itu saja. Pun kalau maksimal, itu hanya sesekali, di waktu yang lain akan kembali lagi. Jadi, mari fokus pada kekuatan yang kita miliki dan menyiasati keterbatasan. Keterbatasan ini cukup disiasati. Tidak perlu ditutup-tutupi atau dipaksa agar maksimal. Misalnya, keterbatasan adalah harga minus, sedangkan potensi adalah harga plus. Kita cukup memberi siasat agar keterbatasan itu sampai di titik nol saja, tidak perlu lebih. Nah, untuk kelebihan, silakan maksimalkan hingga ke ujung nilai tertinggi.
72
Jangan buang-buang waktu, maksimalkan apa yang ada. Kalau ada kata-kata practice makes perfect, itu sebenarnya agak keliru. Menurut saya, yang benar adalah practice your potential makes perfect. Salam. Tulisan ini disarikan dari Acara Temu Bakat pada hari Sabtu, 21 Maret 2015 di Gedung Serba Guna (GSG) Masjid Salman ITB. (Info: temubakat.com) Sumber: http://www.simfoninegeri.com/2015/05/salah-jurusan.html
73
Sebelum Malam Datang Menjelang
74
Manusia adalah makhluk paling luar biasa yang telah Tuhan ciptakan di muka bumi ini. Bayangkan saja bila kita tidak diciptakan sebagai manusia, misalnya diciptakan sebagai kucing atau ayam. Apakah kita masih bisa merasakan apa yang sedang kita alami sekarang, detik ini? Apakah kita masih bisa berpikir, melihat, mendengar, merasa, bahkan mencintai? Bersyukurlah kita diciptakan sebagai insan bertuhan. Bukan atheis. Kita selalu punya “teman� yang bisa diajak curhat kapan saja, mendengar keluh-kesah kita di mana saja, menjadi “bahu� untuk kita ketika ujian yang sangat berat menimpa. Bayangkan bila kita menjadi seorang atheis. Menuhankan logika dan ilmu pengetahuan. Tidak ada sesuatu yang bisa menjadi sandaran hidup ketika mendapat musibah. Kita boleh berilmu, bahkan sangat wajib. Namun, janganlah kita menjadikan ilmu terutama ilmu dunia sebagai Tuhan. Apalagi sampai meninggalkan kewajiban hanya dengan dalih menuntut ilmu, misalnya salat. Tidak bisa. Kehidupan manusia yang penuh liku seperti labirin kadang membuat manusia pusing dan stres sendiri mengenai cara menghadapinya. Banyak sekali masalah yang datang dan pergi secara bergantian menyapa kita setiap hari. Namun, apakah kita sadar bahwa masalah yang ada hanya sebagian kecil dari rasa sayang Tuhan kepada kita? Dahulu, ada sahabat Rasul yang justru stres dan takut karena sudah seminggu hidupnya tenang-tenang saja, tidak ada masalah. Dia khawatir kalau Tuhan telah melupakan hidupnya. Hingga seperti itulah pentingnya masalah di kehidupan kita.
75
Kunci utama dalam menghadapi masalah itu sangat sederhana. Bertaubat. Ya, kalau kita merasa sangat terbebani dengan berbagai masalah yang menimpa, maka lihatlah ke dalam diri kita sudah berapa banyak dosa yang kita lakukan. Hitung pula sudah berapa banyak kita bertaubat atas dosa-dosa kita. As simple as that. Bertaubat adalah rumus paling mujarab untuk memberi ketenangan. Pun menjadi formula paling mutakhir untuk memohon kepada Tuhan agar semua beban yang ada di pundak kita dihilangkan. Mumpung masih muda, ayo banyak-banyak merenungi kesalahan yang telah lalu. Kesalahan terhadap teman, orang tua, keluarga, orang lain, diri sendiri, hingga Tuhan.
Mari
bersama-sama
membersihkan
hati
dengan
meminta
ampuanan atas kekhilafan kita. Saya bukan orang suci. Saya yakin dosa saya juga masih sangat banyak, tapi apa salahnya saling mengingatkan untuk bersama-sama mengingat bahwa kita di dunia hanya “mampir ngombe�. Insya allah dengan pemahaman seperti ini, kita akan selalu tenang menghadapi apapun di dalam kehidupan kita. Intinya teruslah bertaubat, mau sudah melakukan seribu kebaikan sekalipun, tetaplah bertaubat. Sebelum “malam� datang menjelang. Semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya. Amin. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/05/sebelum-malam-
datang-menjelang.html
76
Selamat Datang Mahasiswa Baru
77
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Baru kemarin lulus SD, sekarang sudah mau kuliah aja. Bagaimana rasanya menjadi calon mahasiswa? Sudah merasa bahagia? Sudah merasa menjadi orang keren karena menyendang gelar „kuliahâ€&#x;? Bagaimana tes masuk kemarin? Lewat SNMPTN, SBMPTN, atau tes Ujian Masuk? Apapaun jalurnya, saya ucapkan selamat. Selamat menjadi pemuda-pemudi paling depan untuk memikirkan masyarakat. Menjadi mahasiswa bukan sekadar kita sudah tidak berseragam. Masih banyak sekolah kedinasan yang berseragam dan jauh kebih keren daripada
kampus-kampus
kita.
Mereka
juga
memiliki
semangat,
kedisiplinan, dan daya juang yang tinggi. Mahasiswa bukan kumpulan orang-orang yang suka demonstrasi. Tapi kalau mau demo juga tidak ada yang melarang. Untuk memikirkan nasib rakyat tidak harus dengan berdemo. Menjalani kehidupan yang beranjak dewasa adalah hal yang cukup melelahkan. Bagi yang merantau, kalian sudah jauh dari orang tua. Dengan segala keterbatasan yang kita miliki, bertahan hidup agaknya sedikit menakutkan, tapi tidak selalu demikian. Merantau menjadikan kita memiliki pola pikir yang semakin matang. Bukan sekadar merantau yang menjadikan kata „mahasiswaâ€&#x; begitu mulia bagi saya. Fase mahasiswa adalah fase ketika sakit hati, kerja keras, tawa, tangis, akan melebur menjadi sesuatu yang sangat berharga. Tidak ada lagi yang namanya cinta monyet karena di usia kita sekarang, cinta bukan hal yang bisa dipermainkan.
78
Terkadang, menghadapi cinta ketika usia ini justru membingungkan. Di satu sisi kita memang masih terbawa masa-masa remaja yang selalu ingin bersama. Di lain sisi, kita juga mulai serius memikirkan masa depan. Memikirkan bagaimana menghasilkan cinta yang benar-benar suci, tulus, bertanggung jawab, sungguh-sungguh,
dan tidak main umbar di media
sosial. Memiliki cinta yang rahasia kiranya menjadi alternatif paling bijak bagi mahasiswa. Menjadi mahasiswa akan mengingatkan kita kalau 6—7 tahun lagi kita akan menghidupi anak orang (bagi laki-laki) dan akan menjadi wanita paling setia untuk suaminya kelak (untuk perempuan). Sudah bukan zamannya lagi untuk berfoya-foya. Bersikap prihatin nampaknya akan membuahkan sesuatu yang manis. Dengan segala doa, cinta, dan pikiran rasional, mahasiswa selalu memiliki kisah paling heroik selama hidupnya. Di sini, kita akan belajar memegang erat prinsip-prinsip hidup, bukan semata sebuah idealitas. Prinsip hidup inilah yang akan membawa kita ke masa depan yang baik. Masa depan dengan hasil doa dan usaha kita di masa sekarang. Milikilah prinsip-prinsip hidup yang benar, tidak melanggar norma, dan sesuai ketentuan Tuhan. Satu hal lagi yang perlu diingat bahwa ketika kalian kuliah, maka akan banyak sekali organisasi dan pergerakan. Nah, tugas kita adalah memiliih dengan bijak oraganisasi mana yang memang membawa kita ke arah yang lebih baik. Tidak terlalu banyak memilih adalah langkah tepat. Kalau pun tidak ingin mengikuti satu organisasi juga tidak apa-apa. Masih banyak cara untuk berkarya.
79
Akhirnya, mahasiswa adalah posisi puncak mendewasakan diri. Dengan menjalaninya secara baik, Insya Allah akan membuat kita memahami mekanisme kehidupan itu seperti apa. Ingat terus kepada Yang Maha Kuasa karena arus pergaluan selama menjadi mahasiswa tidak mudah. Sekali lagi selamat. Semoga sukses menjadi mahasiswa. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/07/selamat-datang-
mahasiswa-baru.html
80
Substansi Bendungan
81
Sebenarnya, kehidupan manusia itu analog. Dalam artian, semua saling terhubung dan memiliki beberapa kemiripan. Misalnya saja ada orang yang lulus dari kampus teknik, eh kok tiba-tiba kerja di bank. Lalu, sarjana di teknik elektro misalnya, lanjut magister dan doktor ekonomipolitik. Nah, sebenarnya, pola penyelesaian masalah teknik dan ekonomi itu hampir sama. Masalah sains dan sosial itu hampir mirip. Inilah alasan BJ Habibie bisa menyelamatkan perekonomian Indonesia saat krisis â€&#x;98. Beliau sudah sangat pandai menjadi insinyur dan pola pemecahan ekonomi hampir sama dengan menyelesaikan perkara keinsinyuran. Maka dari itu, banyak orang yang mengatakan bahwa alam semesta dan kita ini satu. Percaya atau tidak itu terserah Anda. Pun masa lalu, kini, dan masa depan itu satu. Entah bagaimana untuk menjelaskan, tapi ini adalah keniscayaan. Pernah menonton film Interstelar? Film ini menerangkan Teori Relativitas Einsten. Film ini menceritakan tentang seorang ayah yang pergi ke luar angkasa nun jauh di sana untuk sebuah misi. Berdasarkan prinsip Einsten ini, waktu di sana jauh lebih sebentar dengan waktu di bumi. Ketika si ayah ini masuk pada “lubang cacingâ€? dimensi di sana menjadi acak. Dimensi waktu berubah. Dimensi tempat dan ruang tidak ada. Saya menangkap dari film ini yang muncul terakhir adalah dimensi pikiran. Bingung kan? Initinya semua di alam semesta ini satu. Ketika kita ramai menyalahkan orang lain, menyalahkan pemerintah, kita lupa bahwa kita sedang memperparah situasi. Cara terbaik menyelesaikan masalah di luar diri kita adalah dengan menyelesaikan masalah di dalam diri kita terlebih dahulu. Melihat ke dalam diri apakah kita sudah benar-benar suci sehingga bisa dengan mudah menyalahkan orang lain. Dengan melihat ke
82
dalam diri, kita secara tidak langsung melihat adanya “Tuhan� di dalam diri kita. Maka, ketika kita berhasil memperbaiki diri, biarkan Tuhan menjalankan mekanisme-Nya. Sebenarnya, tulisan ini tidak bermaksud membahas sejauh itu. Tulisan ini berniat hanya membahas sebatas bangunan sipil berupa pemecah gelombang. Wkwk. Apa yang ada di benak kita ketika mendengar istilah pemecah gelombang? Pasti pantai yang ada di bayangan kita, kan? Yap betul. Tanggul pemecah gelombang adalah bangunan unik penuh filosofi. Ketika bangunan sipil lain berlomba-lomba untuk kuat dan tebal, tanggul ini justru dibuat ala kadarnya. Tanggul pemecah gelombang dibuat sengaja tidak rapat agar ombak yang datang bisa masuk dan lenyap di dalamnya. Ketika tanggul pemecah gelombang dibuat sangat rapat dan keras, justru tanggul ini akan jebol. Lubang-lubang dalam tanggul sama analognya dengan keikhlasan kita. Ketika gelombang masalah datang menerpa, lalu kita membiarkan masalah menghantam kita, keikhlasan ini justru yang akan melenyapkan gelombang masalah secara perlahan. Sebaliknya, ketika kita memasang tanggul yang sangat rapat di dalam diri, justru hati kita sendiri yang akan jebol. Maka dari itu, membiarkan dan mengikhlaskan masalah adalah langkah terbaik menjaga hati agar tidak jebol. Ini refleksi bagi saya. Salam. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/05/substansi-
bendungan.html
83
Tentang Karya Nur Novilina Arifianingsih
84
Ada sebuah berita yang menurutku sedang hits di kalangan mahasiswa kampusku. Ada seorang mahasiswa S2 yang membuat tulisan di jejaring sosial mengenai kuliahnya di kampus ini. Pertama kali aku tahu tulisan ini dari kawan lama asramaku. Aku baca sekilah, ternyata sangat menarik. Isi dari tulisan itu adalah ungkapan dan pengalamannya setelah satu semester kuliah di kampus ini. Sebelumnya dia kuliah di salah satu PTN di Semarang. Dia dengan gembira dan ekspresif membandingkan kehidupan kuliahnya dulu dengan sekarang. Dia bilang banyak sekali keanehan yang dialami mulai dari para mahasiswa yang memakai kutang dan jalan-jalan di kampus, guyonan Hukum Newton, dan hardikan para dosen tentang ketidakberdayaan mahasiswa. Sungguh menarik aku simak. Mungkin gegara dia sudah sangat sering
menulis.
Indra
kepenulisannya
terasa
sekali.
Dia
mampu
menertawakan kemalangan nasib. Gaya bahasa yang dia pakai adalah menghubungkan setiap kejadian-kejadian aneh, unik, dan tak habis pikir dengan beberapa bait lagu. Menurutku itulah yang membuat tulisannya begitu renyah. Tadi pagi aku cek ternyata sudah lebih dari lima ratus orang yang membagikan postingan itu dan hampir seribu orang menyukai hanya dalam tempo tiga hari. Untuk seorang tipe yang biasa-biasa saja tapi punya skill menulis seperti itu bisa menjadi modal untuk melakukan sesuatu yang besar. Aku pikir itu sesuatu yang keren. Mungkin dia akan menjadi mahasiswa hits meski hanya di kalangan kampus. Tapi itu tidak mengapa. Tulisan itu juga sebagai hiburan bagi kami yang memang lelah dengan hal
85
kampus yang itu-itu saja. Hanya saja, aku melihat isi tulisan itu berlebihan. Aku memang dulu pernah merasakan hal yang sama ketika semester awal masuk kampus ini. Rasanya luar biasa. Menyebalkan. Hanya saja, saya tidak menemukan apa yang ditulis olehnya. Namun aku sungguh mengapresiasi atas tulisan yang tiba-tiba membuka mata para mahasiswa sarjana kampusku bahkan tentang halhal yang jarang sekali mereka temui di kehidupan kampus. Semoga saja tulisan-tulisan lain bisa
menyusul
untuk
memberi
aroma
kepada
pengalaman-pengalaman unik pada mahasiswa. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2016/01/ilustrasi-ada-sebuah-
berita-yang.html
86
The Power of Merantau
87
Tulisan ini sudah bisa ditebak isinya hanya dengan membaca judulnya. Ya, benar. Ini tentang merantau. Meratau adalah salah satu langkah pamungkas untuk membuat kita menjadi dewasa. Hanya dengan merantau, kita bisa merasakan arti kehilangan dan memiliki. Merantau juga mengajari kita mengenai artinya mensyukuri segala yang kita miliki saat ini. Bagi teman-teman yang belum pernah merantau, saya akan menuliskan bagaimana rasanya merantau. Ketika teman-teman sedang di rumah karena liburan, teman-teman pasti cenderung malas untuk dimintai bantuan oleh orang tua, terutama ibu kita. Benar tidak? Banyak alasannya mulai dari mengganggu liburan, malas, masih ada kakak atau adik yang bisa menggantikan tugas kita, atau apapun itu. Namun, pada saat temanteman sedang merantau, justru inilah hal-hal kecil yang bisa membuat kita menangis di perantauan. Kita akan menyesal karena tidak mau menuruti permintaan orang tua kita. Kita akan sangat merindukan orang tua kita, merindukan omelan orang tua kita, dan berjanji akan melakukan apa saja agar rasa rindu itu bisa terobati. Pun akan melakukan apapun ketika kita ada kesempatan untuk pulang kampung. Alhasil, ketika kita sedang liburan dari perantauan kita, apapun perintah orang tua pasti akan dilakukan. Itu pasti. Mengingat di perantauan, kita tidak memiliki siapapun kecuali teman seperjuangan dan tidak memiliki apapun kecuali uang saku ala kadarnya dari orang tua di kampung. Ketika kita pulang kampung untuk pertama kalinya, kita pasti akan menangis bertemu orang tua kita karena saking rindunya. Minimal kita itu „mrebes miliâ€&#x;. Namun, di perantauan inilah kita menjadi belajar banyak hal. Belajar menghargai apapun yang kita miliki, menghargai siapapun yang ada
88
dalam hidup kita, dan menghargai waktu yang masih melekat pada diri kita. Menurut saya, justru hidup yang sesungguhnya adalah ketika kita di perantauan. Kita dituntut untuk bisa survive di tanah seberang. Sebaliknya, ketika kita belum pernah merantau dan masih hidup bersama orang tua, itu masih disebut „latihanâ€&#x; hidup. Saya merasa, ketika saya hidup di perantauan, hidup saya berubah 180 derajat. Saya merasa lebih prihatin atas hidup saya sendiri. Implikasinya saya justru berusaha untuk lebih dekat kepada Yang Mahakuasa. Inilah dampak paling positif dari merantau. Lebih sering ingat kepada Tuhan dan berhenti melakukan hal-hal negatif karena di tanah sana, kita tidak punya apapun selain Tuhan kita. Hanya Tuhan yang benar-benar menjadi pegangan. Dan inilah konsep yang sama dengan yang diajarkan oleh Rasululloh yaitu berhijrah. Hijrahlah yang membawa Islam menjadi dewasa. Merantau pulalah yang menjadikan kita menjadi semakin dewasa. Sumber:
http://www.simfoninegeri.com/2015/05/the-power-of-
merantau.html
89