Kelompok 3_Flipbook Praktikum Ekper Benthos

Page 1

efiW repuS

EKOLOGI PERAIRAN

Benthos

moM repuS

Kelompok 3


efiW repuS

Our Member. Vanya Asdiqaputri Nugraha 140410190009 Denia Zalfaa M.E 140410190023 Muhammad Daffa Nasrullah 140410190031 Fasya Nadhifa Azzahra 140410190037 Qurrotu Ainun Nisa 140410190053 Muhammad Fahmi Alfachri 140410190067 Probowati Isworo Giansiswi 140410190073 Qamar Ramadhina S 140410190101 Shofi Siti Farhaniah 140410190115

3A kelompok


Cara Pengambilan Sampel Benthos Berdasarkan Sasekumar (1974) dan Jenis Alat yang Digunakan dalam Proses Pengambilan Benthos

Menurut (Sasekumar, 1974), sampel benthos dapat diambil dengan beberapa metode, yaitu: 1. Kualitatif Dilakukan secara langsung menggunakan tangan, disebut juga dengan hand picking. Metode ini dilakukan pada plot yang memiliki ukuran 5x5 m2, kemudian dasar perairan digali secara langsung menggunakan peralatan pengambilan benthos. 2.Kuantitatif Dilakukan pada plot sampel berukuran 1x1 m2di dalam plot ukuran 5x5 m2sedalam 10 cm. Setelah itu sampel diayak pada saringan berukuran 0,5 mm. Sampel benthos yang tersaring kemudian dimasukkan ke dalam plastik berisi formalin 10% dan dibawa ke laboratorium (Sasekumar, 1974 dalam Ulum dkk, 2012).


Jenis Alat yang Digunakan untuk Mengambil Benthos

Eickman Grab

https://aquaticbiotechnology.com/en/sedi ment-sampling/ekman-grab

Smith McIntyre Grab

https://osil.com/product/smith-mcintyregrab/

Petersen Grab

http://www.envirotools.hu/fenekuledek_m intavevok_aljzat_markolok.html

Surber Square Foot Sampler https://sites.google.com/site/ottonenuccis s/where-to-buy-watermark-surber-typestream-bottom-sampler


Kelompok Benthos Berdasarkan Ukuran Menurut vernberg (1981) dalam Fachrul (2007) berdasarkan ukurannya bentos dibedakan menjadi: 1) Makrobentos Organisme yang hidup di dasar perairan dan tersaring oleh saringan yang berukuran matasaring 1,0 x 1,0 milimeter atau 2,0x2,0 mm, yang pada pertumbuhan dewasanya berukuran 3-5 milimeter. Berdasarkan letaknya dibedakan menjadi infauna dan epifauna, di bawah lumpur, sedangkan epifauna adalah kelompok makrobentos yang hidup di permukaan substrat. Contoh spesies makrobentos biasanya meliputi Insekta, Moluska, Oligochaeta, Crustacea-amphipoda, Isopoda, Decapoda, dan Nematoda. 2) Mesobenthos Organisme yang mempunyai ukuran 0,1 - 1,0 mm, milimer, misalnya golongan protozoa yang merupakan besar (cnidaria), cacing yang berukuran kecil dan crustacea yang sangat kecil. Contoh spesiesnya mesobenthos meliputi nematoda, foraminiferans, waterbears, copepoda, dan ostracod. 3) Mikrobentos Organisme yang mempunyai ukuran kurang dari 0,1mm, misalnya protozoa. Daya tahan dan adaptasi bentos berbeda-beda antar jenis yang satu dengan yang lainnya, yaitu ada yang tahan terhadap keadaan perairan setempat, tetapi ada pula yang tidak tahan sehingga keberadaan bentos tertentu dapat dijadikan petunjuk dalam menilai kualitas perairan tersebut. Contoh spesies mikrobentos yaitu protozoa dan bakteri.


Kelompok Benthos Berdasarkan Cara Makannya Menurut Darojah (2005), berdasarkan cara makannya bentos dibagi menjadi dua kelompok yaitu : Filter feeder Merupakan hewan bentos yang mengambil makanan dengan menyaring partikel-partikel detritus yang masih melayang-layang di perairan. Kelompok pemakan bahan tersuspensi (filter feeder) umumnya terdapat dominan pada substrat berpasir misalnya moluskabivalvia, beberapa jenis echinodermata dan crustacea. Contoh spesiesnya ada cacing perkamen (Chaetopterus sp.). Deposit feeder Merupakan hewan bentos yang mengambil makanan dalam substrat dasar, mengumpulkan detritus yang telah mengendap di dasar perairan. Pemakan deposit banyak terdapat pada substrat berlumpur seperti jenis polychaeta. Contoh spesiesnya ada siput (Littorina scabra).


Kelompok Famili yang Dapat Menggambarkan Kondisi Suatu Perairan (Tercemar Berat, Tercemar Agak Berat, Tercemar, Tercemar Sedang, Tercemar Ringan, Tidak Tercemar) Makrozoobentos adalah organisme yang hidup pada dasar perairan, dan merupakan bagian dari rantai makanan yang keberadaannya bergantung pada populasi organisme yang tingkatnya lebih rendah (Noortiningsih dan Handayani,2008; Pelealu dkk,2018). Kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobentos sangat bergantung pada toleransi dan tingkat sensitifnya terhadap kondisi lingkungannya. Kisaran toleransi dari makrozoobentos terhadap lingkungan berbeda-beda. Sebagai organisme yang hidup di perairan, hewan makrozoobentos sangat pekaterhadap perubahan kondisi lingkungan tempat hidupnya, sehingga akan berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahannya. Indeks keanekaragaman makrozoobentos menunjukkan kondisi perairan sungai tersebut (Angelier, 2003; Pelealu dkk,2018). Penggunaan makrozoobentos sebagai bioindikator ini memiliki beberapa keuntungan yaitu mampu merefleksikan kondisi lokal suatu ekosistem sungai, mempunyai siklus hidup yang relatif panjang (lebih dari 1 tahun), mudah disampling, tingkat sensitivitas yang beragam terhadap polutan, dan keberadaannya relatif melimpah (Zulkifli dkk,2011).


Menurut Gauffin (1958) dalam Fachrul (2007), berdasarkan kepekaan terhadap bahan pencemar, makrobentos dapat di klasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Jenis intoleran Jenis bentos ini hanya dapat hidup di wilayah perairan yang belum tercemar atau tercemar ringan, karena memiliki toleransi rendah terhadap bahan-bahan yang masuk ke dasar air. 2. Jenis toleran Jenis bentos ini pada dasarnya mampu hidup di perairan yang tercemar berat dengan kepadatan yang tinggi karena memiliki daya toleran yang tinggi terhadap bahan-bahan pencemar. 3. Jenis Fakultatif Jenis bentos ini mampu hidup dengan daya toleran yang sedang terhadap bahan pencemar sehingga bentos dapat hidup dan berkembang dalam kondisi air tercemar sedang hingga berat sekalipun.



Parameter Fisik dan Kimia Parameter Fisik dan Kimia yang Berpengaruh terhadap Kehidupan Komunitas Benthos Sebagai hewan akuatik, kehidupan benthos, baik itu zoobenthos maupun phytobenthos amat bergantung pada perairan yang ada di lingkungannya. Mereka sangat dipengaruhi oleh aspek fisik dan kimia dari perairan itu sendiri. Aspek fisik dari air perairan yang amat berpengaruh terhadap benthos adalah suhu, intensitas cahaya (kejernihan), kedalaman, tingkat kekentalan air, tipe substrat, berat jenis air, tekanan hidrostatis, tekanan hidrodinamik air (arus dan gelombang), dan daya hantar listrik air. Sedangkan aspek kimia yang berpengaruh terhadap benthos adalah kadar garam (salinitas), derajat keasaman (pH) air laut, kadar gas oksigen terlarut (DO), dan kadar bahan pencemar (polutan) (Swasta, 2018).

Parameter Fisik 1.Suhu Parameter fisik pertama yang berpengaruh terhadap kehidupan benthos adalah suhu. Selisih suhu yang kecil pun dapat mempengaruhi keadaan komunitas benthos. Suhu perairan yang lebih tinggi cenderung mengurangi jumlah dan keanekaragaman jenis organisme. Pada suhu di atas 30°C terjadi penurunan keanekaragaman jenis benthos (Purnami dan Sunarto, 2010). 2. Intensitas Cahaya Aspek fisik selanjutnya adalah intensitas cahaya (kejernihan) menunjukkan semakin tinggi tingkat kejernihan perairan indeks keanekaragaman semakin menurun. Hal ini karena keterkaitan antara banyaknya intensitas cahaya yang mampu lolos jatuh di badan air dengan material unsur muatan sedimen yang saling berbanding terbalik (Purnami dan Sunarto, 2010).


Parameter Fisik dan Kimia 3. Kedalaman Kedalaman perairan mempengaruhi jumlah jenis makrozoobenthos. Semakin dalam dasar suatu perairan, semakin sedikit jumlah jenis makrozoobenthos. Hal ini karena beberapa jenis makrozoobenthos yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan tersebut. Semakin dalam suatu perairan maka semakin rendah penetrasi cahaya sehingga salah satu makanan dari benthos, yaitu mikroalga bentik akan sulit berfotosintesis karena kekurangan cahaya (Odum, 1996). 4. Tekanan Hidrodinamik Air (Arus dan Gelombang) Pergerakan massa air membawa nutrien pada massa air yang terangkut dari suatu daerah ke daerah yang lain. Pergerakan air yang cukup besar dapat menunjang proses difusi dan absorpsi unsur dalam proses fotosintesis serta keluarnya hasil-hasil metabolisme organisme (Koesoebiono, 1981). Menurut Husnayati, et al., (2015), kecepatan arus mempengaruhi tipe substrat, dimana pada kecepatan arus yang tinggi maka tipe substrat yang dominan adalah substrat berpasir, karena hanya partikel besar seperti pasir yang mampu diendapkan di dasar perairan, sedangkan partikel halus akan terbawa oleh arus yang kuat. Sedangkan pada arus yang lemah, tipe substrat yang dominan adalah substrat berlumpur atau lempung. 5. Tipe Substrat Tipe substrat berpengaruh pada struktur komunitas dari makrozoobenthos. Apabila tipe substrat berubah, maka struktur komunitas dari makrozoobenthos pun akan berubah. Yunitawati et al. (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengamatan terhadap kondisi fisik (tipe substrat) dan kimiawi (bahan organik) sedimen dalam hubungannya terhadap struktur komunitas makrozoobenthos sangat penting untuk dilakukan, karena sedimen merupakan habitat bagi makrozoobentos tersebut.


Parameter Kimia 1. Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) yang sangat penting mendukung kelangsungan hidup organisme akuatik karena pH dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam lingkungan perairan dan tersedianya unsur hara serta toksisitas unsur renik. Organisme bentos menyukai nilai pH sekitar 7–8,5 pada lingkungan hidupnya, jika pH < 7 maka telah terjadi penurunan populasi hewan-hewan bentos. Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuh- tumbuhan dan hewan air sehingga sering dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan bagi lingkungan hidup, walaupun baik buruknya suatu perairan tergantung pula pada faktorfaktor lain (Asmawi, 1986 dalam Narulita, 2011). 2. Gas Oksigen Terlarut (DO) Selanjutnya adalah kadar gas oksigen terlarut. Perubahan kandungan oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan air karena oksigen merupakan gas yang sangat penting. Kebutuhan oksigen bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia, dan aktivitas. Semakin tinggi kadar oksigen terlarut maka jumlah bentos pun semakin besar (Darojah, 2005). DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Selain itu juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).


3. Kadar Bahan Pencemar (Polutan) Terkait kadar bahan pencemar, daya toleransi benthos terhadap pencemaran bahan organik dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu jenis intoleran, jenis fakultatif, dan jenis toleran. Jenis Intoleran merupakan organisme yang tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas. Jenis fakultatif merupakan organisme yang dapat bertahan hidup di perairan yang banyak bahan organik, namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan. Jenis toleran merupakan organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas buruk (Meisaroh, dkk, 2019). 4. Salinitas Salinitas merupakan faktor penting bagi penyebaran organisme perairan laut dan oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air (Patty, 2013). Pada umumnya nilai salinitas wilayah laut Indonesia berkisar antara 28-33 ‰ (Nontji, 2002). Menurut Wijayanti (2007), benthos umumnya dapat mentoleransi salinitas air dengan kisaran antara 25‰ sampai 40‰.


Tabel Identifikasi


Interpretasi Benthos merupakan organisme yang biasanya berdiam di dasar perairan dan tinggal di dalam atau melekat pada sedimen dasar perairan. Berdasarkan ukuran tubuhnya benthos dapat dibagi atas makrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran >2 mm, meiobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran 0,2–2 mm, dan mikrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran <0,2 mm (Barus, 2004). Indeks Dominansi pada titik pengambilan sampel adalah 0,40. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan indeks dominansi berkisar antara 0 sampai 1, dimana semakin kecil nilai indeks dominansi maka menunjukan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi, sebaliknya semakin besar dominansi maka menunjukkan ada spesies tertentu yang mendominasi di wilayah tersebut (Odum, 1993). Indeks kemerataan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penyebaran organisme merata atau tidak (Pratami, et al., 2018). Nilai indeks kemerataan Evenness berkisar dari 0-1. Dengan kisaran nilai kemerataan ≥ 0,75 penyebaran jenis merata, nilai kemerataan ≥ 0,50 sampai mendekati ≤ 0,75 penyebaran jenis cukup merata, nilai kemerataan ≤ 0,50 penyebaran jenis tidak merata. Indeks kemerataan Shannon-Evennes (E) yang didapatkan dari hasil temuan bentos di perairan adalah 0.595. Berdasarkan data lapangan, spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah Hydropsyche sp. Menurut Barus (2004)jenis Ephemeroptera seperti Hydropsyche sp. Merupakan bioindikator untuk perairan yang berkualitas air baik


DAFTAR PUSTAKA Darojah, Y. (2005). Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Ekosistem Perairan Rawapening Kabupaten Semarang. (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang). Fachrul, M. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Hayashi, I., Sugino N. 1993. Some Observations on The Sampling Efficiency of The Smith-McIntyre Grab. Bulletin of the Japanese Society of Scientific Fisheries. 59(7): 1201-1207. Husnayati, H., Arthana, I. W., & Wiryatno, J. (2015). Struktur komunitas makrozoobenthos pada tiga muara sungai sebagai bioindikator kualitas perairan di pesisir pantai Ampenan dan pantai Tanjung Karang Kota Mataram Lombok. Ecotropic, 7(2), 116-125. Koesoebiono. (1981). Biologi Laut. Bogor: Fakultas Perikanan, IPB. Mackie, G.L., Bailey, R.C. (2011). An Inexpensive Stream Bottom Sampler. Journal of Freshwater Ecology. 1(1): 61-69. Meisaroh, Y., Restu, I. W., & Pebriani, D. A. A. (2019). Struktur Komunitas Makrozoobenthos sebagai Indikator Kualitas Perairan di Pantai Serangan Provinsi Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences. 5(1), 36-43. Mudroch, A., MacKnight, S.D. (1994). Handbook of Techniques for Aquatic Sediments Sampling. Florida: CRC Press. Narulita, D. S. (2011). Analisis Tingkat Pencemaran Bakteri Coliform Dan Kaitannya Dengan Parameter Oseanografi Pada Perairan Pantai Kabupaten Maros [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Nontji, A. (2002). Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan. 59-67. Odum, E. P. and P. Eugene. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Odum, E. P. (1996). Dasar-Dasar Ekologi (Trans. T. Samingan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Patty, S. I. (2013). Distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut di Perairan Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 1(3). Pratami, V. A. Y, Setyono, P. dan Sunarto S. (2018). Keanekaragaman, Zonasi Serta Overlay Persebaran Bentos di Sungai Keyang, Ponorogo, Jawa Timur. DEPIK. 7(2): 127-138.


Purnami, A. T., & Sunarto, S. P. (2010). Study of bentos community based on diversity and similarity index in Cengklik DAM Boyolali. Ekosains, 2(2), 50-65. Rumhayati, B., Retnaningdyah, C., Anitra N., Setiadi, A.D. (2016). The Effect of Physico-Chemical Properties of Aquatic sediment to the Distribution of Geochemical Fractions of Heavy Metals in the Sediment. Proceeding The 1st International Basic Science Conference. 262-265. Salmin. (2000). Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang (Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI hal 42 - 46. Sasekumar, A. (1974). Distribution of Macrofauna on Malaya Mangrove Shore. The Journal of Animal Ecology. 43: 51 – 69. Swasta, I.B.J. (2018). Bioekologi Ekosistem Laut dan Estuaria. Depok: Rajawali Pers. Ulum, M.M., Widianingsih, Hartati, R. (2012). Komposisi dan Kelimpahan Makrozoobenthos Krustasea di Kawasan Vegetasi Mangrove Kel. Tugurejo, Kec. Tugu, Kota Semarang. Journal of Marine Research. 1(2): 243-251. Wijayanti, H. (2007). Kajian Kualitas Perairan Di Pantai Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Yunitawati, Sunarto, & Hasan, Z. (2012). Hubungan antara karakteristik substrat dengan struktur komunitas makrozoobenthos di Sungai Cantigi, Kabupaten Indramayu. Jurnal Perikanan Kelautan, 3(3), 221-227.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.