“Rong” Ruang, diciptakan atau terciptakan?
“Rong”
oleh Firdha Amalia
Hak cipta tidak dilindungi siapa-siapa. Silakan memperbanyak dan sebarkan pada kolega supaya kita sama-sama “oiya�.
Zine ini ditulis sebagai bentuk terimakasih penulis kepada orang tua, keluarga, para pengajar, rekan, dan siapapun yang telah memperkenalkannya pada indahnya arsitektur nusantara
Ruang keluarga Ruang tunggu Ruang makan
Ruang tamu Ruang rapat Ruang tidur Ruang Ruang
Ruang
Adalah kodrat manusia bila ia membutuhkan
tempat tinggal karena perlunya
pernaungan yang melindungi dirinya dari hujan yang turun dan terik matahari
Salah satunya,
ruang
Apa itu
?
Ruang
KBBI: Rongga yang terbatas oleh bidang tunggu, kenapa rongga?
Ruang
Rongga
“Rong�
Berdasar penelusuran awal drs. Mohammad Ngajenan pada Kamus Etimologi Bahasa Indonesia, terlihat akar dari kata ruang. Ruang, rong; Jw: 1. liang, 2. lubang, 3. kamar
Dikutip dari Rong: Wacana Ruang Arsitektur Jawa (Josef Prijotomo & Galih Widjil Pangarsa
tunggu,
kenapa rong?
Rong (lubang) dan ruang memiliki berbagai kesamaan, terlepas itu manusia kah, atau serangga kah yang menghuni. Rong dan ruang sama-sama dibutuhkan sebagai tempat bernaung, bersembunyi, dari hujan dan terik matahari
Namun ada yang membedakan. yang akhirnya membuat adanya perbedaan penggunaan kata antara rong dan ruang.
Rong itu dibuat, dari tidak ada menjadi ada. Sementara ruang telah disediakan oleh alam.
Membuat bisa suka-suka, tapi menghadirkan tidak bisa suka-suka
Konteks membuat, berarti dapat mewujudkan apapun sesuai keinginan, kebutuhan, dan imajinasi manusia. Tapi menghadirkan, tidak sesembarang itu. Ada tuan rumah dalam sebuah penghadiran.
Dan dalam konteks ini,
Alam adalah tuan rumah dan manusia adalah tamu.
Foto: Gede Kresna (facebook)
Bahkan alam tidak hanya menghadirkan ruang hidup tapi juga ruang mati kita
Sudahkah berterima kasih pada yang merelakan nyawanya untuk kita “membuat� tempat memanja kehidupan?
Sudahkah berterima kasih pada yang merelakan tubuhnya dikoyak demi tempat mati kita?
Banda Neira – Sampai Jadi Debu (Menampilkan Gardika Gigih)
Badai Tuan telah berlalu Salahkah ku menuntut mesra? Tiap pagi menjelang Kau di sampingku Ku aman ada bersamamu Selamanya Sampai kita tua Sampai jadi debu Ku di liang yang satu Ku di sebelahmu Badai Puan telah berlalu Salahkah ku menuntut mesra? Tiap taufan menyerang Kau di sampingku Kau aman ada bersamaku
Selamanya Sampai kita tua Sampai jadi debu Ku di liang yang satu Ku di sebelahmu
Sebuah zine tentang ruang. Sudah, gitu saja.