ISSN: 2355-8415
METAMORFOSIS ? E D I S I
36 2016
FISIPERS #36 JULI 2016
DAFTAR ISI
4
10
16
DARI REDAKSI
SOSIAL POLITIK
LENSA
5
12
18
KOMIK
PROFIL
OPINI
6
14
LAPORAN UTAMA
KABAR MAHASISWA
Tim FISIPERS Pemimpin Umum Peri Andrian / Sekretaris Umum Sarah Mustika Putri Adhitya / Pemimpin Perusahaan Ayu Larasati / Wakil Pemimpin Perusahaan Tama Sintaria Sihotang / Pemimpin Redaksi Hilary Pasulu / Bendahara I Intan Sri Setyowati / Bendahara II Eraria Rahmatillah
STRUKTUR REDAKSI Redaktur Pelaksana Muammarafi Thufail, Nur Qolbi / Editor Teks Audrey Sarah Kristina, Shinta Rosita Said / Editor Foto Wildan Nugroho / Editor Artistik Andri / Editor Penyiaran Digital dan Kreatif Amelia Febriandini/ Divisi Reportase dan Kajian Raveena Fiarani, Nur Haliza, Muhammad Ihsan Indra Fadhillah, Muhammad Abi Mulya, Indryan Swarandaru Djamin, Andi Atissa Puti Chaniago, Dianita Catriningrum / Divisi Fotografer Elvryda Feronica, Shafina Janani Wiryastuti, Aqila Mazi, Triasa Nitorizki H, Arya Bhaswara Sutoyo / Divisi Artistik Dimas Dwi Nugraha, Muhamad Ervirdi Rahmat, Mecca Yumna Ning Prisie, Sarah Aprilia Faizah, Jaya Wina Santiya / Divisi Penyiaran Digital dan Kreatif Putri Alya Ramadhani, Dena Trisieyuni, Shintia Dwi Savitri, Aditama
STRUKTUR PERUSAHAAN Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia Ira Nurdewita Siregar, Kharin Qhairi, Nabil Abdurrahman, Kenny Hutomo/ Divisi Hubungan Masyarakat Fakhrana Nadia R., Adelia Torina Tobing, Adelia Dinda Sani, Zhafira Athifah Sandi, Yunita Permata Fitri / Divisi Iklan, Media Partner, dan Sponsorship Elga Theresia,Vanesya Yustriandita, Khadijah Shahnaz, Khairunnisa Nirmala / Divisi Sirkulasi dan Proyek Okta Riani, Novita Arlika Rahmayanti, Pentri Siantia, Putu Intan Raka Cinti
FISIPERS #36 JULI 2016
DARI REDAKSI
KATA PENGANTAR Fasilitas kampus merupakan salah satu pilar utama yang menyokong proses belajar mengajar dalam lingkungan sivitas akademika. Kita yang adalah penghuni Universitas Indonesia sebagai rumah, dan FISIP sebagai kamar, mengetahui dengan jelas terdapat beberapa fasilitas utama kampus yang tampaknya tidak layak, namun tidak kunjung dibenahi hingga detik ini. Ada apa sebenarnya ? Tim redaksi mengucap syukur atas terbitnya buletin edisi ke 36 dengan tema besar tentang fasilitas kampus, bermula dari kebingungan di seputar lingkungan kampus perihal beberapa fasilitas yang sudah cukup lama tidak dibenahi.
Hilary Pasulu Pemimpin Redaksi
BO Pers FISIPERS periode ini berusaha untuk menjadi wadah penyalur aspirasi yang lebih dekat dan hangat bagi warga FISIP, maka jangan pernah ragu untuk menyampaikan aspirasi pada BO Pers FISIPERS. Selamat membaca!
FISIPERS UI 2016 Elevatif, Kontributif, Kritis Ilustrasi: Mecca Yumna Penyelaras Akhir: Dimas Dwi Nugraha
4
KOMIK
FISIPERS #36 JULI 2016
5
FISIPERS #36 JULI 2016
LAPORAN UTAMA
KETIMPANGAN FASILITAS FAKULTAS
P
Oleh : Ihsan Indra restasi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI dari tahun ke tahun selalu membanggakan. dilihat dari prestasi akademik, kontingen FISIP untuk Olimpiade Ilmiah Mahasiswa (OIM) tingkat universitas tahun 2015 kemarin memperoleh juara umum. Selain OIM, mahasiswa FISIP selama dua tahun terakhir selalu menjadi 2 besar dalam ajang mahasiswa berprestasi tingkat universitas yang diperoleh Derry Fahrizal Ulum (Kesejahteraan Sosial 2012) pada tahun 2015 dan Badai Yuda Pratama (Administrasi Fiskal 2012) pada tahun 2016. Untuk prestasi dalam bidang kesenian, kontingen FISIP dalam ajang UI Art War menjadi juara umum pada tahun 2015. Prestasi FISIP dalam bidang keolahragaan juga tak kalah membanggakan. FISIP menjadi juara umum Olimpiade UI pada tahun 2015. Hal ini membuat FISIP menggenapkan keberhasilannya menjadi juara umum dalam ajang ini sebanyak 10 kali dari 12 kali penyelenggaraan. Prestasi – prestasi yang telah diraih mahasiswa FISIP memberikan sumbangsih dalam mengharumkan nama FISIP bahkan UI. Aktivitas-aktivitas dari mahasiswa FISIP membuahkan hasil positif. Hal tersebut tidak terlepas dari sikap mahasiswa FISIP yang aktif dan kritis. Dari sikap kritis tersebut, banyak dari kalangan mahasiswa yang mulai mengkritisi pihak fakultas dalam hal kondisi fasilitas FISIP yang dianggap kurang baik apabila dibandingkan dengan fakultas lain. Sebut saja Fakutas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Teknik (FT), dan beberapa fakultas lainnya. Departemen Kastrat (Kajian dan Aksi Strategis) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UI beberapa kali mengeluarkan propaganda untuk mengkritisi pihak fakultas dalam hal kondisi fasilitas kampus. Permasalahan pertama tertuju kepada perpustakaan FISIP yakni Miriam Budiardjo Resource Center (MBRC) yang berdiri sejak 2007. Sempat tidak beroperasi karena direnovasi, MBRC mulai digunakan kembali setelah peresmian penyelesaian renovasin-
6
ya pada 1 Februari lalu. Masalah yang timbul yaitu mahasiswa tidak setuju dengan jam operasi MBRC yang hanya sampai 16.00. kritik atas jam operasi ini membuat MBRC menambah jam operasionalnya hingga pukul 18.00. Akan tetapi, masih banyak kalangan mahasiswa yang tidak setuju dengan penambahan jam operasional hanya sampai pukul 18.00 dengan pertimbangan tugas kuliah yang banyak dan fasilitas pun terpusat di MBRC, seperti fasilitas internet dan peminjaman buku. Selain itu, banyak keluhan yang muncul dari kalangan mahasiswa tentang fasiltas kelas yang ada. Keluhan tersebut seperti banyaknya kursi rusak di kelas. Hal tersebut mempersulit kelancaran kegiatan belajar mahasiswa. Sedangkan fasilitas penunjang non-akademis FISIP dapat dikatakan kurang. Lapangan futsal dan basket FISIP sekarang tidak bisa digunakan sehingga komunitas pun harus menumpang latihan di PNJ (Politeknik Negri Jakarta). Padahal, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) futsal dan basket FISIP telah banyak meraih prestasi. Apabila dibandingkan dengan FEB atau FH, fasilitas non-akademis ini dapat dikatakan sangatlah timpang, FEB dan FH memiliki lapangan futsal yang terintegrasi dengan lapangan basket yang sangat memadai. Untuk masalah kantin kampus, yang bernama Taman Korea (Takor), memang bisa dikatakan Takor ini jarang sepi dari mahasiswa. Bagaimana tidak, Takor bisa bukan hanya menjadi tempat makan, namun juga untuk bercengkrama, dan berdiskusi. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadikan Takor bebas dari keluhan. Keluhan yang bermunculan adalah masalah kebersihan dari Takor sendiri. Selain itu juga mahasiwa mengeluhkan masalah tidak disediakannya wi-fi di Takor. Apabila kita lihat kembali kantin di FEB atau FH, wi-fi disediakan oleh pihak fakultas untuk keperluan mahasiswa dalam mengakses Internet “Ruang Student Center sangat dibutuhkan demi kelancaran aktivitas mahasiswa, baik itu akademis, non-akademis, maupun akti-
FISIPERS #36 JULI 2016
FISIPERS//T Shafina Janani W.
LAPORAN UTAMA
Perbaikan toilet di gedung H lantai 1 FISIP UI yang tidak kunjung selesai. Perbaikan toilet ini telah dilaksanakan dari tiga bulan yang lalu (8/5).
vitas organisasi,� kata Ferdian Astrino Pratama, mahasiswa Ilmu Politik angkatan 2013 yang menjabat sebagai Ketua Badan Perwakilan Mahasiwa (BPM) FISIP UI. Menurutnya, untuk skala Indonesia, FISIP memang masih bisa dikatakan lumayan baik, tetapi untuk skala internasional, FISIP bisa dikatakan kurang. Menurut Ferdi, ketimpangan fasilitas antarfakultas ini disebabkan oleh masalah dana. Bagi FISIP sendiri, penyebab tekendalanya dana ialah pengelolaan ventura yang kurang maksimal dan ikatan alumni yang kurang berperan. Seperti yang kita ketahui, ikatan alumni di FEB atau FT memang sangat kuat. Mereka banyak memberikan sumbangan berupa dana maupun fasilitas. Pada tanggal 19 Mei, 2016 lalu, diadakan Rapat Koordinasi Temu Lembaga di Ruang Nurani Gedung A FISIP UI. Rapat tersebut dihadiri oleh beberapa petinggi fakultas termasuk Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura & Administasi, Dr. Titi Muswati Putranti, M.Si.. Dalam rapat tersebut, dibahas beberapa masalah tentang fasilitas di antaranya lapangan FISIP, MBRC, dan lapangan parkir. Untuk lapangan olahraga sendiri, prosesnya sudah sampai tahap satu. Tahap selanjutnya ialah tahap lelang yang akan memakan waktu selama satu bulan. Proses lelang tersebut yaitu dengan memilih vendor mana yang memberikan penawaran terbaik. Untuk perbaikan Teko (Teater Kolam) sendiri sudah direncanakan agar kesenian mahasiswa dapat lebih berkembang. Dalam rapat tersebut juga disinggung tentang pembangunan fisik di FISIP yang sangat minim. Pembangunan tersebut hanya berupa renovasi. Seperti yang telah kita
ketahui, renovasi yang telah berjalan seperti pembaharuan toilet di beberapa gedung FISIP. Pada dasarnya, pembangunan fasilitas di setiap fakultas yang dibangun memiliki standar yang sama. Yang membedakan adalah beberapa hal eksternal atau sumber dana sendiri, seperti ikatan alumni yang kuat (seperti di FH, FEB, dan FT). Selain itu pengelolaan ventura yang besar juga mempengaruhi adanya perbedaan pembangunan fasilitas di tiap-tiap fakultas. Saat ditemui di kantornya, salah satu alumni FEB 2011 yang aktif di PBKM FEB (Pusat Bimbingan dan Karir), Aland Diknas Tanada mengatakan bahwa fakultas harus memprioritaskan pembangunan fasilitas agar semua kegiatan mahasiswa baik di segi akademis maupun non-akademis dapat berkembang. “Ikatan alumni memang sangat berperan dalam pembangunan fasiltas di FEB, fakultas lain harus memperkuat hal tersebut apabila terkendala di masalah biaya.� Ujar Aland. Memang tidak bisa kita menyalahkan semua masalah-masalah tersebut kepada pihak fakultas. Fakultas sudah berusaha demi pembangunan fisik di FISIP, tetapi kembali lagi kepada kendala pendanaan yang memang sulit diselesaikan. Pada Rapat Koordinasi tersebut pula, disinggung tentang hambatan birokrasi yang dialami oleh pihak fakultas, dan apabila meminta dana dari pusat, hal tersebut sulit untuk proses pencairannya. Ikatan alumni dan ventura harus dioptimalkan. Mahasiswa diminta untuk saling mengerti tentang keadaan yang seperti ini. Jangan sampai karena masalah-masalah keadaan fasilitas di fakultas menghambat kegiatan-kegiatan mahasiswa
7
FISIPERS #36 JULI 2016
LAPORAN UTAMA
PERPUSAT, APA
K ABAR?
Oleh : Atissa Puti
“Kerusakannya bukan cukup parah, tapi sangat parah” -Kepala DPPF UI-
P
erpustakaan Pusat Universitas Indonesia (UI) atau lebih dikenal dengan Perpusat UI juga menjadi simbol kebanggaan Universitas Indonesia. Perpusat UI yang dibuka sejak 2012 merupakan elemen yang penting dalam menunjang kegiatan akademis di Universitas Indonesia. UI yang merupakan universitas dengan predikat World Class University dan yang gencar mempromosikan dirinya sebagai research campus sangat memperhatikan pembangunan dan pengelolaan perpustakaannya. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya perpustaakan senilai 120 miliar yang rampung pada akhir 2012 lalu. Selain itu, berdasarkan keterangan Fuad Gani, S.S.,M.A selaku Kepala Perpustakaan UI, Universitas Indonesia menganggarkan dana sebesar 20 miliar per tahunnya untuk menambah kolektivitas buku dan jurnal. Sebagai research campus, UI memiliki langganan jurnal internasional terbanyak dan terakreditasi se-Indonesia. Perpusat UI juga menyediakan fasilitas lainnya untuk menunjang kegiatan akademis seperti unit-unit komputer iMac yang berada di Kebun Apple dan kafe-kafe sebagai student corner. Walaupun demikian, ketika pengunjung memasuki ruang baca, terlihat ember dan terpal yang sengaja dibentangkan untuk menampung air jika hujan. Hal ini bukan pemandangan yang aneh bagi mahasiswa UI yang menggunakan fasilitas Perpusat UI. Plafon yang lapuk juga menyebabkan adanya lubang yang menampakkan struktur atap bangunan di beberapa sisi perpustakaan. Kerusakan juga dapat dilihat pada buku-buku yang berada di ujung ruang perpustakaan yang disebabkan oleh cucuran air dari atap yang bocor. Akibatnya, petugas harus memindahkan buku-buku tersebut dari rak buku sebelumnya. Se-
8
lain itu, ruang pertemuan dan auditorium yang berada di lantai lima dan enam tidak dapat digunakan. Padahal, jika ruang auditorium dan pertemuan dalam kondisi baik, kedua hal ini dapat menjadi sumber dana tambahan jika disewakan kepada pihak luar. Jika dihitung kembali, umur gedung Perpusat UI sendiri masih kurang dari empat tahun. Akan tetapi, kerusakan yang terjadi dapat digolongkan parah. “Iya, waktu 2013, ketika saya masih mahasiswa baru, kerusakannya gak separah ini. Ini makin parah, kesannya tidak ada niat untuk perbaikan,” kata Maria, mahasiswa Vokasi angkatan 2013. Menurut pengakuan Aris, salah satu office boy Perpusat UI, ia kecewa terhadap tempat ia bekerja karena tidak sesuai dengan ekspetasinya saat pertama kali bekerja. Menurutnya, selama ini office boy hanya ditugaskan untuk menaggulangi kebocoran jika hujan dengan ember dan terpal. “Repot sih, apalagi jika hujan deras,” kata Aris kepada FISIPERS saat diwawancarai. Saat dikonfirmasi ke Direktorat Pengelolaan
LAPORAN UTAMA
FISIPERS #36 JULI 2016
FISIPERS//Triasa Nitorizki H.
Rak buku yang terpaksa ditutup akibat kondisi langit-langit dan lantai yang tidak aman (2/5).
dan Pemeliharan Fasilitas (DPPF) UI, Dr. Ir. Gandjar Kiswanto, M.Eng selaku kepala DPPF UI dengan terbuka mengatakan bahwa kerusakan Perpusat UI bukan cukup parah tapi sangat parah. Ia mengakui bahwa pada perencanaan desain Perpusat UI yang dilakasanakan oleh tim arsitektur yang berasal dari Australia memang kurang detail. Saat ditanyai mengapa hal ini dapat lepas dari pengawasan pihak UI, beliau menjelaskan bahwa beliau kurang tahu mengenai pengawasan pembangunan perpustakaan kala itu karena ia belum menjabat sebagai Kepala DPFF UI. Akan tetapi, beliau mengkonfirmasi bahwa rancangan yang kurang detail mungkin disebabkan pengerjaannya yang cukup singkat yaitu satu tahun. Mengenai kerusakan yang terjadi, pihak UI pun tidak berdiam diri. Selama ini, DPFF UI telah melakukakan evaluasi metode perbaikan yang akan dimulai pada Juli atau Agustus tahun 2016 ini. “Pihak yang akan melaksanakan perbaikan ini telah dipilih melalui Beauty Contest oleh tim ahli. Nanti,
siapa yang terpilih kita lihat saja ya,� kata Pak Gandjar kepada FISIPERS. UI sendiri telah menganggarkan dana sebesar 15 miliar untuk perbaikan Perpusat UI yang diperkirakan selesai akhir tahun ini. Bukan hanya memperbaiki kerusakan yang ada, UI juga berusaha untuk meningkatkan fasilitas yang ada. Selain dari itu, Beliau menjelaskan DPPF akan melakukan evaluasi atas sistem penyewaan ventura yang terletak di lantai 1 gedung perpusat UI dan berencana membuka toko pernak –pernik di lantai gedung 1 sebagai pusat suvenir UI. Semoga saja, perencanaan perbaikan perpustkaan segera terealisasikan dan mahasiswa pun dapat menikmati kegiatannya di perpustakaan tanpa takut kecipratan air. .
9
FISIPERS #36 JULI 2016
SOSIAL POLITIK
FISIPERS//Elvryda Feronica S.
MEMBONGKAR KONFLIK MASYARAKAT SAMIN DENGAN PEMERINTAH
Oleh : Muammarafi Thufail dan Indryan Swarandaru
K
aki-kaki kecil penuh kerut terbenam dalam lumpur yang mengeras. Puluhan aktivis menyuarakan hak pemilik kaki-kaki tersebut didepan “istana� rakyat. Menunggu sang kepala Negara untuk dapat bertemu dengan mereka. inilah aksi yang dilakukan oleh para kaum wanita yang merupakan warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Mereka menuntut agar pemerintah secara arif dan bijaksana untuk menghentikan pembangunan pabrik oleh PT. Semen Indonesia di area Pegunungan Kendeng, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Aksi tersebut merupakan bentuk protes masyarakat yang tidak setuju dengan pembangunan pabrik dan pertambangan semen karena alasan perusakan lingkungan . Pembagunan pabrik ini menjadi momok permasalahan yang menimbulkan konflik antara warga yang mendiami wilayah sekitar lokasi dengan pihak perusahaan yang memiliki motif ekonomi untuk memperdayakan sumber daya alam yang tersedia. Pemerintah,
10
Ilustrasi dampak pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan.
dalam hal ini memiliki kuasa sebagai regulator yang mengeluarkan perizinina penggunaan lahan dan pembangunan pabrik serta menjadi mediator antara kedua belah pihak dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.
Dualisme Kebijakan Pembangunan Pabrik. Ikut yang mana? Pemerintah sebagai regulator mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan proses pembangunan pabrik semen. Pada tahun 2000, Pemerintah melalui keputusan menteri sumber daya dan mineral No. 1456 K/20/MBM/2000 menjelaskan pedoman mengenai pengelolaan kawasan karst Keputusan ini membagi kawasan karst kedalam 3 kelas, dimana pegunungan kendeng masuk kedalam kelas pertama yang merupakan pegunungan karst yang menjadi kawasan lindung karena memiliki sumber mata air. Yang digunakan
SOSIAL POLITIK untuk mengairi pertanian warga sekitar. Kebijakan ini diperkuat dengan peraturan pemerintah tahun Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang menjelaskan bahwa kawasan karst merupakan kawasan lindung nasional. Tetapi, ironisnya kebijakan yang dikeluarkan oleh gubernur jawa tengah nomor 660.1/27/2008 berisi dukungan terhadap pembangunan pabrik semen tersebut.. Padahal, Mahkamah Agung melalui putusan Nomor 103 K/TUN/2010 yang mencabut izin pendirian pabrik PT. Semen Gresik pada tahun 2010 karena belum memenuhi prosedur AMDAL sehingga harus dibatalkan Adanya dualisme kebijakan ini mengesankan pemerintah daerah mendukung pembangunan pabrik dan pertambangan yang dapat memberikan keuntungan finansial. Namun, di sisi lain, pemerintah terkesan lupa bahwa ada kepentingan dan kebutuhan hidup masyarakat adat samin yang tak boleh luput dari perhatian.
Penolakan Masyarakat dan kepentingan pemerintah Masyarakat adat Samin yang mendiami wilayah itu menolak keberadaan pabrik dan tambang semen karena alasan ekologis. Menurut salah satu tetua adat masyarakat Samin, alasan utama warga melakukan penolakan karena khawatir akan adanya kerusakan sumber mata air akibat penambangan. Sumber air tersebut merupakan sarana penghidupan pertanian masyarakat di kawasan Pegunungan Kendeng. Menurut Nanu Sundjaya, Dosen Sosiologi Pedesaan FISIP UI, pembangunan pabrik yang menyebabkan konflik karena pembangunan tersebut tidak disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal. Pemerintah menerapkan pembangunan terpusat dari atas ke bawah (Top to bottom) sehingga kebutuhan dan aspirasi masyarakat dinomorduakan. Kondisi ini sudah terjadi sejak masa penjajahan Belanda hingga saat ini.dimana masih terjadi marginalisasi masyarakat adat di beberapa daerah di Indonesia. Padahal, masyarakat samin merupakan komunitas yang masih mempertahankan nilai-nilai luhur yang dibawa oleh tokoh adat setempat. Samin Surosentiko, selaku pelopor ajaran amin menanamkan nilai- nilai
FISIPERS #36 JULI 2016
kejujuran nurani, yaitu paham yang menganggap masyarakat merupakan bagian dari keluarga dan larangan untuk berbisnis karena mengandung nilai yang cenderung curang. Penolakan tersebut karena nilai-nilai diatas tidak sesuai dengan nilai yang dibawa dalam pembangunan pabrik yaitu cenderung mementingkan keuntungan bisnis. Penolakan masyarakat adat samin terhadap pembangunan pabrik semen tersebut akhirnya berujung pada aksi demonstrasi yang dilakukan dengan cara membentangkan spanduk di jalan-jalan desa. Langkah demonstrasi yang mereka pilih dilatar belakangi oleh anggapan mereka bahwa PT Semen Indonesia tidak memberikan sosialisasi yang terkait dengan pembangunan pabrik semen tersebut kepada mereka. Pada tanggal 25 November 2014 terdapat pemblokiran jalan pabrik utama menuju tapak pabrik yang biasa dilewati oleh truk pemuat material. Pemblokiran jalan ini dilakukan sebagian besar oleh kalangan ibuibu. Penduduk Rembang mengaku sering mendapat intimidasi dari aparat keamanan. Aparat keamanan sering melakukan tindakan-tindakan yang brutal dalam bentuk kekerasan dan intimidasi oleh pihak TNI dan Kepolisian serta pamong desa setempat.
Bagaimana seharusnya? Nanu Sundjaya menjelaskan, pemerintah sebagai regulator harus bisa menjalankan fungsi sosialisasi dan pendampingan terhadap masyarakat adat yang menghadapi proses modernism dalam bentuk pembangunan. “Negara saat ini belum secara maksimal menjalankan peran sosialisasi terhadap pembangunan karena masyarakat adat dianggap tidak akan menerima segala penjelasan. Masyarakat adat masih dianggap sebagai komunitas yang tradisional dan menolak nilai-nilai modernism� padahal, menurutnya, masyarakat adat saat ini semakin terbuka. ‘salah satu contoh keterbukaan yaitu masyarakat adat menerima bantuan dari lembaga advokasi yang membantu perjuangan mereka dalam menolak pembangunan.� Hal ini menggambarkan masyarakat adat sudah mulai berpikir secara moderat, menurut beliau�. Pembangunan berdasarkan perspektif ekologis dan menyesuaikan dengan masyarakat sekitar dibutuhkan sehingga keseimbangan alam bisa tetap terjaga dan kerusakan lingkungan yang ditakutkan tidak terjadi.
11
FISIPERS #36 JULI 2016
PROFIL
Badai Yuda Pratama Oleh : Abi Mulya & Nur Haliza “Sedangkan sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah yang lebih penting daripada hasil sendiri.”
D
iambil dari buku Tan Malaka yang berjudul Madilog (1943), kutipan di atas agaknya dapat menggambarkan sosok Badai Yuda Pratama (23), mahasiswa Ilmu Administrasi Fiskal angkatan 2012 peraih gelar Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Utama FISIP UI 2016 yang penganugerahannya diselenggarakan pada tanggal 19 April lalu di AJS FISIP UI. Ajang pemilihan mahasiswa berprestasi memang dikenal sebagai suatu hal yang bergengsi. Pasalnya, dalam proses penyeleksian tidak hanya rekam akademis yang dinilai, melainkan juga pengalaman organisasi dan soft skill lainnya seperti kemampuan berbahasa Inggris dan berdebat. Badai, begitu ia kerap dipanggil, memaknai gelar Mapres dan seluruh proses untuk mendapatkannya sebagai proses belajar. “Kalau tujuan gue menang, segala sesuatu yang gue lakuin bakal pragmatis. Selama perjalanan gue bakal enggak enjoy,” ujarnya kepada FISIPERS dalam perbincangan yang dilakukan di Perpustakaan Pusat UI. Pria kelahiran Surabaya, 7 Februari 1993 ini bahkan mengaku kurang percaya diri ketika memutuskan untuk ikut dalam seleksi Mapres FISIP UI 2016. Menurutnya, hal ini dikarenakan kurangnya persiapannya jika dibandingkan dengan mahasiswa lain yang juga mengikuti seleksi. Badai mengungkapkan bahwa ia bahkan
12
FISIPERS//Aqila Mazi menjadi Mapres. “Waktu PSAK, Iman Usman (Mapres Utama UI 2012) mengisi salah satu sesi. Menurut gue, beliau sangat inspiring, kayak Mapres itu adalah mahasiswa yang ideal. Jadi saat itu gue ingin banget jadi Mapres, tapi seiring berjalannya waktu, niat itu udah enggak ada. Gue sibuk dengan kegiatan lain, dan untuk menjadi mahasiswa yang ideal, menurut gue, Mapres bukan jalannya. Ada banyak jalan lain. Gue sempat berpikiran begitu,” kenangnya. Pemikiran itu masih ia pegang hingga deadline pendaftaran seleksi tiba. Akan tetapi, jika memang sudah digariskan oleh takdir, segala sesuatu pasti akan terjadi. Batas waktu pendaftaran seleksi diperpanjang. Kesempatan bagi Badai untuk meninggalkan pemikiran yang ia pegang dan kembali pada niat yang ia tinggalkan masih terbuka. Wisamodro Jati, Ketua Prodi Ilmu Administrasi Fiskal, adalah orang yang bertanggung jawab atas kembalinya niat Badai untuk mengikuti seleksi Mapres. Beliau meyakinkan Badai untuk menutup masa akhir kuliahnya dengan suatu yang luar biasa: Mapres. Badai akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar. Ia dan mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti seleksi harus melewati beberapa tahap untuk dapat memakai mahkota dan duduk di singgasana Mapres, di antaranya seleksi Curriculum Vitae (CV), Presentasi Karya Tulis, dan Debat Bahasa Inggris. Di balik kemenangannya sebagai Mapres, Badai tetap menemukan adanya kesulitan dalam pencapaiannya itu. Ia mengaku
PROFIL bahwa dirinya sempat kesulitan dalam pembuatan karya tulisnya, karena ia tidak begitu menyukai tulis menulis seperti ia menyukai berdebat. Ia juga mengaku ada hal yang membuatnya sedih di balik kebahagiannya meraih gelar Mapres. Untuk mengikuti ajang Mapres, ia diharuskan untuk meninggalkan skripsinya untuk sementara waktu agar fokus dalam ajang tersebut. Selesai Mapres FISIP, Badai masih harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ajang yang lebih besar lagi, yaitu Mahasiswa Beprestasi tingkat Universitas Indonesia. Persiapan yang ia lakukan adalah latihan persentasi dengan bantuan dosen-dosen. Tak lupa ia juga meminta tips dari mapres-mapres sebelumnya, seperti Derry Fahrizal Ulum, Mapres Utama FISIP UI 2015 dan Mapres ke-2 tingkat UI pada tahun yang sama, yang juga merupakan rekannya dalam project Buku Kami.
Seni Berdebat Gelar Mapres memang tidak sembarangan. Gelar yang merupakan puncak pencapaian akademis dan non-akademis mahasiswa ini hanya bisa diraih oleh mereka yang memiliki segudang prestasi dan mampu bersaing dengan mahasiswa lainnya. Badai telah mengukir banyak prestasi, terutama di bidang debat dan juga public speaking. Ia berhasil meraih juara satu lomba debat tingkat nasional yang diadakan oleh PolcoMM Institute dan Kemenpora pada April 2015, Best Speaker pada Perbanas Debate Marketing Competition XI Tahun 2015, dan prestasi-prestasi lainnya. Rasa cintanya pada seni berdebat sudah terasa sejak duduk di bangku SMA, berawal dari kecenderungannya untuk belajar dengan mendengarkan orang lain dibanding membaca sendiri. “Gue dari SMA senang banget ngedengerin orang ngomong dan ngedengerin ide-ide lewat omongan, gue suka baca tapi lebih suka dibacain dibandingkan baca sendiri,” ujarnya. Selain itu, dengan debat ia dapat mendengar berbagai perspektif yang berbeda. Kecintaan terhadap debat dibawa Badai hingga ke bangku kuliah. Ia sempat bergabung dalam UI Model United Nations
FISIPERS #36 JULI 2016
Club (UI MUN Club) dan masih aktif di English Debating Society UI (EDS UI) sebagai fund raiser. Ia juga membagi cinta dan ilmunya dalam kegiatan debat dengan menjadi pelatih ekstrakulikuler debat dan cara berpikir kritis di salah satu SMP di Tangerang Selatan dan satu SMA di bilangan Bogor. Selain mengikuti organisasi yang berfokus pada kegiatan debat, Badai juga mengikuti beragam kegiatan dengan fokus yang berbeda-beda. 9cm, komunitas yang berfokus pada isu kesehatan publik dan gerakan antirokok, dan proyek Buku Kami yang berfokus pada pemberdayaan PSK, adalah dua contohnya. Keberhasilannya dalam memenangkan berbagai lomba dan pengalamannya dalam berorganisasi ini juga yang menjadi modalnya dalam mengikuti seleksi Mapres.
Pencarian Passion Diri Bagi Badai, Mapres bukanlah suatu ajang utama maupun final goals bagi setiap orang. Ia berpendapat bawa Mapres juga bukan suatu standar yang semua mahasiswa harus berlomba-lomba untuk capai. “Ajang Mapres kebetulan sesuai dengan passion gue karena involves sesuatu yang saat ini menjadi passion gue. Gue suka public speaking dan menemukan ide-ide dan Mapres ini adalah kompetisi yang mengakomodasi passion-passion tersebut.” Di mata Badai, untuk berprestasi tidak harus dalam bidang akademis semata. Badai juga mengatakan bahwa setiap orang adalah unik dan memiliki passion berbeda. Apabila belum menemukan passion yang sesuai, ia menyarankan untuk explore berbagai kegiatan atau ekskul yang ada dan tentukan kegiatan yang membuat bahagia tanpa keterpaksaan. Cari juga kegiatan dan kompetisi yang membantu dalam perkembangan diri masing-masing. Badai juga berpesan bahwa setiap mengikuti kompetisi janganlah terlalu menjadi result oriented atau terpaku untuk menang karena hanya akan memberikan tekanan selama proses ajang tersebut. Usaha tidak akan mengkhianati hasil, apabila gagal pun pasti ada hal yang dapat dipelajari . “Don’t aim to be the best, but aim to give the best,” tutupnya.
13
FISIPERS #36 JULI 2016
KABAR MAHASISWA
Sepuluh Mahasiswa UI Berdiplomasi di Ajang Harvard World Model United Nations Oleh : Elga Theresia
U
niversitas Indonesia (UI) kembali mengirimkan delegasinya untuk mengikuti Harvard World Model United Nation (World MUN) 2016 di Roma, Italia, pada 14—18 Maret 2016. Setelah pada 2015 berhasil memenangi 2 diplomacy awards, tahun ini UI kembali mengirimkan sepuluh delegates, satu assistance chair dan satu faculty advisor dalam salah satu kompetisi simulasi PBB terbesar di dunia ini. Sepuluh delegates tersebut adalah Andrew Ebeneizer (FKM 2013), Antoni Aliarto (FIB 2013), Made Deninta Ayu (FISIP 2014), Delbert Lim (FEB 2014), Satria Afif (FH 2015), Neta Cynara Anggina (FISIP 2014), Regina Anjani (FISIP 2013), Malikah Ambarani (FISIP 2013), M. Radhiyan Pasopati Pribadi (FISIP 2014), dan Muhammad Habib (FISIP 2014). Selain itu, Chandra Anwar (FH 2012) juga terpilih menjadi assistant director di komite Organization of Islamic Cooperation (OIC). Pada WorldMUN ke-25 ini, UI akan mewakili Negara Bulgaria dalam beberapa komite, seperti World Conference on Women (WCW), European Union (EU), Comission on Science and Technology for Development (CSTD), United Nations Human Rights Council (UNHRC), Disarmament and International Security (DISEC), dan High-Level Political Forum on Sustainable Development (HLPFSD). “Kami diseleksi pada tingkat UI tahun lalu, dan kebetulan kali ini banyak anak FISIP yang diterima. WorldMUN menjadi tantangan tersendiri, sih, karena ada dua ribu peserta dari seluruh negara dan salah satu MUN yang prestisius. Tapi, coaches kami merupakan peraih award dari kompetisi ini tahun lalu, sehingga kami mendapatkan latihan yang sangat berkualitas selama setahun ini,” ujar Neta.
14
“Persiapan kami dimulai sejak Juni tahun lalu. Setiap minggunya, kami diberikan latihan speech, debat, negoisasi, dan simulasi secara berkala. Tujuan latihan ini hanya satu, yaitu agar dapat memberikan hasil yang terbaik untuk pelatih kami, UI, dan Indonesia,” Eizer menambahkan. Keberangkatan delegasi UI tidak terlepas dari dukungan para sponsor, seperti Bank BRI, JNE, JanSport, dan Indonesia Stock Exchange (BEI). Mereka mendukung dari awal dimulainya kegiatan hingga akhir kompetisi. Selain berdiplomasi dan bernegoisasi dalam berbagai sidang komite di WorldMUN, dua delegasi UI juga berhasil menjadi semifinalis dalam lomba Social Venture Challenge (SVC), yang juga diadakan oleh WorldMUN. Dua delegasi UI yang berhasil menjadi semifinalis adalah Andrew Ebeneizer Timanta (FKM 2013) dan Antoni Aliarto Setiadji (FIB 2013). Mereka membawa social project yang berjudul “Voices of The Homeless.” Tujuan social project mereka adalah memfasilitasi aspirasi anak jalanan dengan cara menulis dan menuangkannya dalam buku, sehingga aspirasi anak jalanan dapat didengar dan dikenal. WorldMUN tahun ini merupakan tahun yang spesial karena adanya kehadiran Pope Francis (Paus Fransiskus) di Vatikan yang khusus hadir untuk delegates WorldMUN dan memberikan pidato mengenai hak asasi manusia, solidaritas dunia, dan perdamaian. Tak hanya Paus, dalam opening ceremony juga dihadirkan Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, dan beberapa menteri lainnya.
KABAR MAHASISWA
FISIPERS #36 JULI 2016
FISIPERS//Tim IMS Salah satu pelatih, Chandra, menilai ajang ini dapat mengasah kemampuan dan mendorong kita untuk melewati batas ilmu di perkuliahan. Chandra mendorong para delegasi untuk tidak hanya berpartisipasi, tetapi juga meraih penghargaan seperti tahun lalu.
15
FISIPERS #36 JULI 2016
LENSA
FISIPERS//Triasa Nito
YANG
FISIPERS//Triasa Nitorizki H.
TERBENGKALAI
Salah satu pembangunan di dekat Stasiun Pondok Cina yang belum jelas fungsinya. (5/11) FISIPERS//Arya B. Sutoyo
Keadaan kolam di depan Stadion UI yang kini menjadi tempat penampungan dedaunan rontok (13/5).
16
FISIPERS//Arya B. Sutoyo
Makara UI dan tulisan yang menjadi tampak depan Stadion UI (13/5).
LENSA
FISIPERS #36 JULI 2016
orizki H.
o
Langit-langit yang rusak parah di ruang koleksi Perpustakaan Pusat UI (10/5).
FISIPERS//Arya B. Sutoyo
FISIPERS//Triasa Nitorizki H.
Pos keamanan yang tidak terawat di jalan yang menghubungkan FISIP dengan Stasiun UI (5/11)
Kondisi salah satu halte di UI (13/5) sebagai “World Class University”.
17
FISIPERS #36 JULI 2016
OPINI
Sumber: https://ww
Sejenak Mencicipi Kualitas dan Gaya Hidup Ala Nordik Oleh : Vanda Situmeang
P
ernahkah terlintas di pikiran kita sebuah pertanyaan iseng, bagaimana rasanya terlahir sebagai warga negara asing, terutama negara yang kita kagumi? Tentu bukan keinginan yang salah mengingat diversitas yang hadir di tengah dunia hingga sekarang ini. Ada kalanya komparasi relatif antara negara kita dengan sesama asing dalam beberapa aspek mengundang hasrat untuk sekali waktu menginjakkan kaki ke negeri orang dan merasakan langsung perbedaan hidup temporer sebagai bagian dari lingkungan baru. Swedia dan Norwegia, bagian negara Nordik, menjadi pilihan yang layak dipertimbangkan untuk dikunjungi bagi mereka yang ingin meningkatkan kualitas hidup dengan gaya baru. Secara keseluruhan, model negara Nordik seperti yang sering disebut orang Skandinavia merupakan sistem cerdas dan sederhana yang memulai komitmen penuh pada kesetaraan dan demokrasi. Negara Nordik memberi kebebasan pada penduduk melalui penggunaan kapitalisme untuk menguntungkan siapapun. Jadi, kapitalisme justru melayani orang banyak. Meskipun wilayahnya luas sekitar 407,000 km2 dan diakui sebagai negara terluas ke-5 di Eropa, Swedia berpenduduk sedikit sekitar 9,8 juta jiwa. Lingkungan seperti ini memberi hawa baru dan ruang bernapas lebih maksimal, mendorong pemahaman kita akan bagaimana seharusnya kita menciptakan kualitas hidup yang layak. Sejalan dengan itu, fakta mencengangkan lain bahwa 97% lahan di Swedia belum berpenduduk, terdapat 29 taman nasional dan sekitar 4,000 cagar alam, serta lingkun\ Negara Swedia berpenduduk heterogen dipandang dari aspek gender, etnik, orientasi seksual, keyakinan politik dan agama, kondisi fisik, mental, atau intelektual. Atas semua aspek yang heterogen tersebut, tidak ada kata diskriminasi namun kesamaan
18
hak yang direpresentasikan oleh The Equality Ombudsman. Tidak ada ketakutan menjadi turis asing yang sekadar ingin mencicip hari-hari di Swedia karena perbedaan itu dihargai. Dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan, bukan tidak mungkin masih ada perjuangan untuk menempuh pendidikan lebih tinggi lagi setelah lulus kuliah S-1. Swedia kelihatannya sesuai menjadi tujuan menimba ilmu dan dipastikan tidak mengecewakan. Sangat menyenangkan. Norwegia, tepat bersebelahan dengan Swedia, terbentuk ribuan tahun lalu dengan melelehnya es yang mengisi perairan.
OPINI
FISIPERS #36 JULI 2016
ww.interdependence.org/events/browse/programs/nordic-economic-model/
Sumber: https://sweden.se/society/education-in-sweden/ Menarik bahwa di Norwegia sendiri, orang Norwegia dikatakan lahir dengan ski di kakinya. Anak-anak mulai berski dari umur tiga tahun dan sudah menjadi aktivitas keluarga. Hal menarik lain adalah betapa banyaknya aktivitas menyenangkan yang bisa kita lakukan disini dan bersentuhan langsung dengan alam, seperti mengeksplor alam, main ski, bersepeda, menyelam, main golf, berenang, berkendara, masuk gua, tradisi panen hasil alam dengan berburu, memancing, atau sekadar memetik buah alam.
19
FISIPERS #36 JULI 2016
OPINI
Aku salah. Salahku Oleh : Muhammad Rofii Mustajab Aku seorang, bukan dua orang Atau tiga Namun, aku rasai kehadiranku bagaikan sebuah keramaian bagi keluarga ini Aku + Papa = Aku + Papa Dan Aku + Mama = Aku + Mama Ketika Aku + Papa + Mama = Keluarga Papa dengan jas nya yang selalu berwarna tegas Memiliki aroma khas Dengan keringat yang ia sembunyikan di depan Mama Ia lakukan setiap hal Untuk kami Mama? Ia tahan tidak berdansa selama 9 bulan Hanya untuk menebus buah cintanya Hadiah Tuhan Bagi mereka, aku adalah mereka Bagi aku, mereka adalah aku Suatu hari Papa menghampiri Mama Aku ingin menyambut mereka yang kelelahan Namun, aku ringkih Saat “Ya, Pengadilan memenangkanku” Dan “plak” Mama berlari berlumuran air duka Yang tak kutahu untuk apa Maka aku berdiam diri Aku selalu berdiam diri sejak itu Waktu bagaikan masa pubertas Saat tidak diingat Ya, bertumbuh dan berlalu begitu cepat Kini titik perkara meletakkan ku pada ketiak Mama Yang telah menginjak usia perkawinan dua buah bulan purnama Dengan Bapak Tua yang berwibawa Ia tentu menyayangiku Aku tahu itu Aku tahu ia menyayangiku Dan bahkan kini ku tahu ia menyayangiku Tidak sekadar laksana darah daging Melainkan sebagai sahabat Sahabat bercumbu. Aku biarkan ia menghentakkan kaki ku yang putih ketika ia telah mereguk kepuasan dariku Yang hanya menyimpan tai hati
20
OPINI
FISIPERS #36 JULI 2016
Berhari-hari kulalui Diawali sentuhan halus yang kurasai ketika ku terlelap “Mau wanita tua itu hidup?” Kalimat Tanya yang akhirnya merenggut jiwa kewanitaanku Aku lelah, lelah, lelah Akhirnya Ku akhiri rengekanku, setelah mama merelakan Aku pergi bersama Paman Pamanku yang baik, menghargai setiap perempuan layaknya seorang istri 98 hari berlalu Selalu kulalui dengan perbuatan-perbuatan menyenangkan Hingga angka hari bersentuhan dengan angka 113 Kenapa? Paman kan selalu menghargai setiap perempuan layaknya seorang istri Pada akhirnya aku menjadi regukan kenikmatan Lagi Paman pun menjadikan setiap perempuan Dan aku adalah sebuah dari barisan perempuan itu Yang dilayakkan oleh nya sebagai Istri Kau tahu? Kakiku yang putih kembali tertindih Setiap malam Diiringi kehikmatan bulu-bulu yang kalian tahu Adalah milik siapa Hingga hari 222 datang Setelah hari 221 Pertambahan semalam yang selalu menemaniku Ketika kakiku yang putih kembali ditindih Kembali, kembali, dan selalu kembali “Papa” Harapan terakhirku merasa aman Ia adalah sumber awal aku terbentuk Aku selalu berbagi bersama Papa Ku ceritakan setiap aktifitasku Setiap hari Kini aku tak dapat menghitung hari Karena aku telah hidup bersama Papa dan Mama baruku Di sini Hingga dua kali pergantian tahun Dan malam itu Keterbatasanku untuk melawan Hanya kembali membuat tangisku tertahan dalam serbuan bibir Papa di atas bibirku Aku tak kenal siapa kini yang mampu menjagaku Bahkan Papa kandungku Aku hanya mampu bersandiwara Demi keutuhan perasaan manusia-manusia di sekelilingku “Papa, papa adalah Papa aku” “Dan Papa kandunganku” Suatu ketika aku berkata itu Tanpa cerita lain yang mengiringi perkataan itu Papa memberikan hadiah perpisahan bagiku dan anak ini Ketika aku hampir tidak sadar lagi Aku sadar leherku sudah setengah terlepas dari kepalaku Melihat Papa yang dengan mata menyala-nyala sembari tertawa puas
21