31 Januari 2014 路
MBAH GAUL Text : Kumbo Adiguno
Kendaraan daripada para leluhur
Moyange kita bangsa bahari di wilayah perlintasan kepulauan Nusantara ini, nasibe kok seperti menempati istana lawang sewu (berpintu seribu). Terbuka berdinding samudra jalur sliwar sliwernya berbagai bangsa, etnis dan budayanya. Akibate moyang kita para pelaut dengan kapal besarnya itu jadi lebih terbiasa menemui keragaman.
Mbah Gaul (berdiri sedjak dulu)
Pengalaman srawung global itu mbikin moyange kita arif dan trampil
mengelola perbedaan. Resiko interaksi ajur-ajer multicolor macam itu melengkapi pondasi karakterya njukbernasib sumeh, pinter dan gaul. Moyange kita ternyata pelaut ‘andap asoy’ secara kodrati. Nek melawan kodrat jarene bakal kuwalat.. piye jal? ‘Mbah Gaul’ leluhur kita itu rupanya diberkahi nasib berbudaya terbuka cenderung egaliter, pluralis, saling menghormati dan menerima secara apa adanya. Ora pilih2 konco/bolo, prasojo, ora neko-neko masio soro. Ora minderan ora gengsian.. Elek Yoben.. Watak pembawaan macam itu mbikin blioune mudah diterima mudah dipercaya dan lebih dihargai sesamanya. Lebih kajen, terhormat atawa ‘elegance’ istilahe. Pribadi bangsa yg gitu itu rumongso sa telah menjadi jatidiri moyang kita, jauh sebelum akhirnya diformulasikan menjadi standart internasional sikap politik semua negara demi terciptanya kerukunan dunia
dan perdamaian abadi.
'Brajat Elek Joben', arahan daripada Babahe Ong Hariwahyu
Penerimaan dan penghormatan bangsa2 lain terhadap bangsa ‘elek yoben’ itu, secara fanatic sa yakini sebagai kemenangan kodrati moyang kita. Sehingga bliou2ne punyak banyak sekutu ndik mana-mana, ndak pernah hadir sebagai ancaman bagi siapa saja, dimana saja. Kemerdekaan dan kejayaan pun bersama mereka.
‘Jalesveva Jayamahe’ itulah maknanya. Merdeka adalah kodrat. Elek Yoben, harus dipertahankan.. Ayo lawan