DINAS KEBUDAYAAN KABUPATEN TABANAN
SUBAK ROUTINES, RITES AND LANDSCAPES PAMERAN FOTO, 19 - 23 AGUSTUS 2019 DI MUSEUM SUBAK SANGGULAN TABANAN ABU HASAN ADI ADNYANA ANINDYA KRISNA WIDARMA MADE ASTIKA ARIK SATYA KENCANA, ARI YUDIANA BAGUS ANOM
NENGAH JANUARTHA NYOMAN MARTAWAN WAYAN NAYA MADE NAYA GUNADHI GEDE SETIAWAN SUKA ADNYANA
WAYAN SUMATIKA WAYAN SUPARIADA WIDIA WIDANA MADE WIRADANA WIGUNA NEGARA YUDHA WARDANA
DINAS KEBUDAYAAN KABUPATEN TABANAN
DILARANG
MENGGUNAKAN FOTO FOTO DALAM BUKU INI TANPA IJIN. HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG - UNDANG
SUBAK ROUTINES, RITES AND LANDSCAPES PAMERAN FOTO, 19 - 23 AGUSTUS 2019 DI MUSEUM SUBAK SANGGULAN TABANAN ABU HASAN ADI ADNYANA ANINDYA KRISNA WIDARMA MADE ASTIKA ARIK SATYA KENCANA, ARI YUDIANA BAGUS ANOM
NENGAH JANUARTHA NYOMAN MARTAWAN WAYAN NAYA MADE NAYA GUNADHI GEDE SETIAWAN SUKA ADNYANA
WAYAN SUMATIKA WAYAN SUPARIADA WIDIA WIDANA MADE WIRADANA WIGUNA NEGARA YUDHA WARDANA
Om Swastyastu, Foto adalah bukti abadi sebuah kisah. Di tangan fotografer, semua keindahan itu bisa tersaji menjadi lebih menarik. Pameran Foto Subak adalah bukti bahwa Subak tetap eksis hingga kini. Melalui foto, masyarakat bisa berimaji dan melihat subak dalam sisi yang lain, sisi yang tidak biasa. Foto-foto yang ditampilkan ini hanyalah sebagian kecil dari keindahan yang ditampilkan dalam Subak. Masih banyak lagi keindahan subak yang belum ditampilkan. Subak dengan segala dinamika dan kesan hidupnya, hadir sebagai entitas yang istimewa di dalam kehidupan masyarakat. Banyak kebÄłaksanaan dan daya hidup yang akan membuat kita terpukau. Mata-kamera fotografer Tabanan merekam jejak dan daya hidupnya. Subak dengan segala pengalamannya, menjadi symbol keberdayaan menghadapi hidup itu sendiri. Bagi petani di Bali, bertani tidak hanya tentang cara memproduksi hasil pertanian seperti padi atau tanaman palawÄła, tetapi juga wujud bakti kepada alam. Subak, sistem irigasi tradisional Bali, adalah salah satu buktinya. Keindahan berbalut tradisi ini tentulah akan sangat menarik. Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan berharap pameran ini dapat menginformasikan kondisi subak dilihat dari segi artsistik yang merupakan bukti kecintaan warga Tabanan akan subak karena keindahan Tabanan yang terwakili dalam subak tersirat dalam karya-karya yang ditampilkan di sini. Om Santih, Santih, Santih, Om
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan
Drs. I Gusti Ngurah Supanji, M.Si
i
Om Swastyastu, Pameran Foto Subak dengan tema Subak: Routines, Rites and Landscape merupakan kerjasama antara UPTD. Museum Subak dengan Tabanan Photographers Forum (TPF), diselenggarakan di Museum Subak dari tanggal 19 – 23 Agustus 2019. Tema ini tampil sebagai cara untuk melihat keseharian subak dari sisi yang berbeda dengan menampilkan bidikan cantik dari fotografer yang ada di Tabanan. Tidak hanya pameran foto, dalam kegiatan ini juga dilaksanakan hunting foto dan juga pemutaran film Bali 1928 dari Tim Arsip Bali 1928. Foto memiliki kandungan makna yang sangat besar, karena dapat mengungkapkan banyak hal dalam suatu peristiwa. Foto - foto subak dalam pameran ini akan mengajak kita melihat secara visual keindahan alam serta budaya subak yang ada di Tabanan melalui foto - foto indah yang berkualitas dan bernilai seni tinggi. Foto yang ditampilkan hanyalah sebagian kecil dari keindahan yang ditampilkan dalam subak. Masih ada banyak lagi keindahan - keindahan subak yang belum ditampilkan. Kepedulian fotografer Tabanan untuk menguak dan menampilkan sisi dinamis subak melalui keindahan visual tentunya akan dapat memperkaya dokumentasi akan subak. Terima kasih pada Tabanan Photographers Forum atas kerjasamanya, semoga kerjasama yang baik ini bisa berlanjut di masa mendatang. Om Santih, Santih, Santih, Om
Kepala UPTD Museum Subak
Ida Ayu Nyoman Ratna Pawitrani, S.Sos., M.Si
ii
Om Swastyastu, Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah (irigasi) yang digunakan dalam bercocok tanam di Bali. Subak pada umumnya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan dan petani. Pura tersebut diperuntukkan bagi Dewi Sri, yaitu dewi kemakmuran dan kesuburan menurut kepercayaan masyarakat Bali. Sistem irigasi ini diatur oleh seorang pemuka adat (Pekaseh) yang juga adalah seorang petani di Bali. Sistem irigasi yang rumit telah dibuat untuk memanfaatkan air semaksimal mungkin. Dalam wujud rasa syukur terhadap air yang memungkinkan kegiatan pertanian masyarakat Bali membuat ritual pada sistem irigasi. Sistem irigasi ini juga memungkinkan koordinasi antar petani yang dikenal sebagai sistem organisasi subak. Kabupaten Tabanan telah dikenal oleh seluruh masyarakat Bali khususnya sebagai Lumbung Padi, maka dari itu hendaknya kita sebagai masyarakat Tabanan dapat menjaga predikat tersebut agar tidak hilang di kemudian hari. Akan tetapi semakin hari warisan budaya Bali ini semakin berkurang, dikarenakan generasi muda saat ini lebih memilih pekerjaan di bidang lain. Oleh karena itu pihak UPTD Museum Subak Tabanan yang berada di bawah Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan berupaya untuk menumbuhkan kembali rasa kecintaan generasi muda terhadap sistem irigasi air ini agar tidak hilang ditelan jaman. Untuk mewujudkan hal tersebut pihak UPTD Museum Subak Tabanan beserta Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan mengundang Tabanan Photographers Forum (TPF) untuk mengadakan pameran foto dengan tema Subak, dan tentunya kami Tabanan Photographers Forum menyambut baik undangan ini dan berharap apa yang dicita citakan oleh pihak UPTD Museum Subak dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan dapat terwujud. Serangkaian kegiatan juga telah dilakukan oleh TPF untuk mengisi kegiatan pameran ini, seperti pementasan Tari Clepuk oleh Komunitas Tuwut, foto hunting pada saat pembukaan pameran dan juga pemutaran film dokumenter tentang Bali era 1930-an dari koleksi Colin McPhee, Miguel Covarrubias dan Rolf de Mare yang dipresentasikan oleh Marlowe Bandem dari Tim Arsip Bali 1928 pada saat penutupan pameran. Dengan diterbitkannya katalog pameran ini dapat menjadi referensi dan edukasi bagi banyak orang. Kedepannya kami berharap kerjasama antara instansi pemerintah dan komunitas fotografer terus dapat terlaksana. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, jika ada kekurangan dalam penyelenggaraan acara ini kami mohon maaf, dan semoga pameran foto ini dapat bermanfaat. Om, Santih, Santih, Santih, Om Ketua Panitia I Made Wiradana, SE
iii
iv
Magpag Toya Fotografer: Gede Setiawan (1), I Nengah Januartha (2) Setiap subak bergantung pada mata air (hulu air) karena itu krama subak selalu menjaganya agar tetap menghasilkan debit yang mencukupi untuk mengaliri persawahan. Di Bali hubungan subak dengan mata air bisa dilihat dari kegiatan magpag toya, dimana krama subak akan melakukan upacara adat keagamaan untuk meminta Äłin kepada-Nya sebelum siklus tanam dimulai. Masing - masing daerah memiliki caranya sendiri, ada yang hanya melakukan persembahyangan bersama, ada pula yang menghaturkan aneka persembahan termasuk lewat tarian - tarian sakral.
1
Pengolahan Tanah Dengan Traktor Fotografer: Made Astika (1), Yudha Wardana (2), I Wayan Supariada (3)
2
Matekap / Ngelampit Fotografer: Yudha Wardana (1), Gede Setiawan (2) Di beberapa tempat petani masih menggunakan sapi maupun kerbau untuk mebajak sawah, Pemilihan sapi atau kerbau selain karena faktor ekonomis juga karena faktor ekologis dan kontur persawahan. Umumnya petani menghindari penggunaan traktor pada sawah yang berada di tempat kemiringan lebih dari 45 derajat serta dengan petak memanjang sehingga tidak mencukupi traktor untuk berbelok. Selain itu rentan merusak pematang yang rawan longsor jika dilewati traktor.
3
Nampadin Fotografer: Ari Yudiana Kegiatan nampadin, membersihkan pematang sawah. Pada kegiatan nampadin terkadang diikuti dengan perbaikan saluran air.
4
Nulud / Melasah / Nyasahan / Meratakan Fotografer: I Made Naya Gunadhi Sebelum prosesi nandur atau menanam padi dimulai, petani meratakan tanah sawah yang sudah digemburkan dengan traktor ataupun sapi. Prosesi ini dikenal dengan istilah nulud, melasah ataupun nyasahan. Alat untuk nulud disebut Tulud.
5
Nandur / Menanam Padi Fotografer: Made Astika (1, 3), Suka Adnyana (2), Wayan Naya (4, 5) Proses nandur atau menanam padi diawali dengan prosesi ngurit yaitu upacara pembibitan pada sepetak tanah sawah yang sudah dipilih terlebih dahulu. Selanjutnya adalah prosesi ngerasakin atau membersihkan sawah dari kotoran sisa pembajakan. Setelah mendapat hari baik petani melakukan upacara nuwasen sebagai pertanda padi sudah boleh ditanam.
6
Areal View Fotografer: Bagus Anom (1), Made Wiradana (2) Keindahan sawah di seputaran kabupaten Tabanan. Lekukan - lekukan yang terlihat rapi menujukan level terasering sekaligus kontur tanah yang cenderung tidak rata. Di Bali sistem terasering selain bermanfaat agar sawah tidak rawan longsor, juga agar air terbagi merata.
7
Ngaben Tikus Fotografer: I Nengah Januartha (1, 3, 5), Arik Satya Kencana (2, 4) Tidak seperti upacara ngaben umumnya yang berkaitan dengan upacara pitera yadnya yaitu upacara kepada leluhur, upacara ngaben tikus termasuk upacara nangkluk merana. Tujuannya tikus - tikus yang telah diburu pada waktu pengopyokan tidak kembali mengganggu tanaman petani khususnya padi. Upacara dilaksanakan dengan menghadirkan Cokorda Tabanan serta dipusatkan di Pura Desa Beda dan Pantai Yeh Gangga.
8
Lelakut Fotografer: Wiguna Negara (1), Gede Setiawan (2), Nyoman Martawan (3) Orang - orangan sawah atau lelakut dibuat dari barang - barang bekas kemudian dikreasikan sedemikian rupa untuk menakuti burung. Biasanya mulai dipasang disaat padi sudah mulai berisi dan menjadi incaran burung.
9
Pelepasliaran Tyto Alba Fotografer: I Nengah Januartha Secara rutin Komunitas Tuwut sebagai kelompok pelestari burung Tyto Alba, sejenis burung hantu melepas liarkan dari pusat penangkaran di banjar Pagi desa Senganan. Tyto Alba dikenal sebagai predator alami yang hanya memakan tikus sehingga tepat sebagai dianggap pilihan tepat untuk mengendalikan hama tikus di sawah secara alami. Jika ada kekurangan dari burung predator ini adalah karena tidak bisa membuat sarang sendiri, karena itu Kelompok Tuwut bersama - sama krama subak terkat mendirikan Rubuha - Rumah Burung Hantu.
10
Tradisi Mabiasa Fotografer: Nyoman Martawan Tradisi mengarak Jempana melalui sawah dan tegalan di seputaran desa Tiying Tali. Sawah - sawah yang dilewati iringan Ida Betara dipercaya akan lebih subur dan menghasilkan panen lebih banyak.
11
Sanghyang Sampat Fotografer: Nengah Januartha (1, 2, 3, 5), Gede Setiawan (4) Di saat padi Bali di wilayah desa Puluk - puluk mulai berisi, krama subak sekaligus desa setempat membangkitkan Sanghyang Sampat. Di mulai dari pura Puseh Sanghyang dengan diiringi warga desa menyusuri setiap petak sawah selama 3 hari berturut-turut. Warga desa pun menghaturkan persembahan agar sawahnya dilewati Sanghyang dan diberkati agar bulir - bulir padi semua berisi dan tanaman bebas hama sehingga bisa panen berlimpah.
12
Cokorda Tabanan, Nangluk Merana Fotografer: Nengah Januartha Warga Subak Pumahan mengusung Cokorda Tabanan mengitari subak yang terserang hama. Ritual ini termasuk upacara nangluk merana yang bertujuan menghalau hama dan penyakit.
Bukakak Fotografer: Nyoman Martawan Tradisi Bukakak desa Giri Emas, Sangsit digotong beramai - ramai menuju desa Menyali. Selama perjalanan bukakak melintasi sawah dan warga yang sawahnya dilewati bergemira karena dipercaya akan meberikan kesuburan dan panen yang berlimpah. 13
Mebiukukung Fotografer: Suka Adnyana Upacara mebiukukung dilaksanakan pada saat bulir - bulir padi mulai terisi. Lewat upacara ini warga berharap seluruh bulir padi terisi tidak ada yang kosong sehingga panen bisa berlimpah. Upacara ini dilakukan dekat dengan saluran air, warga biasanya mendirikan penjor biukukung lengkap dengan sanggahnya.
14
Nangluk Merana Fotografer: Gede Setiawan (1), I Nengah Januartha (2, 3, 4, 5) Subak di Bali sangat erak kaitannya dengan ritual adat keagamaan salah satunya bila berkaitan dengan masalah hama dan penyakit pada tanaman. Krama subak biasanya melakukan upacara nangluk merana yang dipimpin oleh seorang pemangku. Setelah persembahyangan krama subak akan berkeliling memercikan air suci ke seluruh tanaman padi harapannya bisa terbebas dari hama dan penyakit serta hasil panen bisa berlimpah.
15
Mapaice di Batukau Fotografer: Wayan Naya Ritual khas dikawasan kaki Gunung Batukau yang dimanifestasi sebagai Hyang Tumuwuh adalah ritual mapaice. Tokoh serta pengiring terpilih dalam posisi trance akan berkeliling membawa segengam padi Bali. Sambil menarinari mereka berkeliling membagikan padi kepada warga yang bersembahyang. Bagi warga setempat, padi tersebut dianggap sebagai berkah (paice). Bagi petani bulir padi yang didapatkan akan bibit padi yang diberkahi sehingga akan menghasilkan panen yang selalu bagus. Tradisi ini secara tidak langsung juga membuat komuditas padi Bali di desa setempat tetap lestari karena tidak bisa digantikan dengan padi lain.
16
Sanghyang Dedari Fotografer: I Nengah Januartha Dalam buku Trance in Bali, Jane Belo menyebutkan bersama Walter Spies sekitar tahun 1933 - 1936 melakukan penelitian setidaknya kepada 19 tari sanghyang di desa Selat dan sekitarnya. Salah satu tarian sanghyang yang masih bertahan adalah tari Sanghyang Dedari di desa Geriana Kauh. Tarian sakral ini ditarikan sebagai bagian dari ritual pemujaan terhadap Dewi Sri tepatnya menjelang panen padi Bali / lokal. Warga desa setempat melaksanakan serangkaian upacara di sawah terlebih dahulu sebelum tarian Sanghyang yangditarikan oleh anak - anak yang belum akil balik dipentaskan pada malam hari.
17
Nyangketin Fotografer: Anindya Krisna Widarma Nyangketin atau disebut pula Ngadegan Bhatara Nini / Bhatari Sri dilakukan menjelang panen. Bulir - bulir padi dimuliakan dalam wujud sepasang Cili yang merupakan simbol Bhatari Sri. Pada saat selesai panen sepasang cili tadi akan diusung untuk dibawa pulang dan ditaruh pelangkiran jineng atau lumbung beras
18
Mesaba / Ngusaba Subak Fotografer: Nyoman Martawan Beberapa hari sebelum panen krama subak melaksanakan upacara mesaba atau ngusaba di Pura Subak setempat. Dengan dipimpin oleh seorang pemangku krama subak menghaturkan aneka persembahan. Dan setelah persembahyangan krama dibagikan air suci untuk dipercikan pada sanggah atau pelinggih pengalapan yang ada di sawah masing - masing yang umumnya meraka dirikan mulai upacara mebiukukung dan nyangketin.
19
Manyi / Panen Fotografer: I Nengah Januartha (1) Komang Widia Widana (2, 3) Wiguna Negara (4) Abu Hasan (5)
20
Nigtigan Fotografer: Ari Yudiana (1, 3) I Wayan Supariada (2)
21
Permainan di sawah pada masa panen Fotografer: I Nengah Januartha (1), Suka Adnyana (2) Ada aneka permainan yang biasanya dilakukan anak - anak dan kadang pula orang dewasa sebagai hiburan di masa panen yang umumnya memanfaatkan tenaga angin, misalnya: bermain layangan, membuat kincir angin, membuat terompet batang padi, dll.
22
Permainan di sawah menjelang masa tanam Fotografer: Wayan Sumatika (1), Gede Setiawan (2), Adi Adnyana (3), Nengah Januartha (4) Menjelang masa tanah kondisi sawah relatif basah baik karena sudah ditraktor ataupun mejelang ditraktor. Kondisi tanah yang berlumpur dimanfaatkan anak - anak untuk bermain - main dengan air dan umpur seperti: sampi sampian, menangkap bebek, balapan lumpur, main bola lumpur ataupun bermain prosotan.
23
Tabanan Photographers Forum J. KS Tubun 12 (Timur Polres) Tabanan 82113 Bali - Indonesia @fotografer.tabanan http://issuu.com/fotografer.tabanan Produksi Tahun 2019 Dilarang menggunakan foto - foto dalam buku ini tanpa Äłin. Hak cipta dilindungi oleh undang - undang
DINAS KEBUDAYAAN KABUPATEN TABANAN
SUBAK ROUTINES, RITES AND LANDSCAPES
PAMERAN FOTO, 19 - 23 AGUSTUS 2019 DI MUSEUM SUBAK SANGGULAN TABANAN ABU HASAN ADI ADNYANA ANINDYA KRISNA WIDARMA MADE ASTIKA ARIK SATYA KENCANA, ARI YUDIANA BAGUS ANOM
NENGAH JANUARTHA NYOMAN MARTAWAN WAYAN NAYA MADE NAYA GUNADHI GEDE SETIAWAN SUKA ADNYANA
WAYAN SUMATIKA WAYAN SUPARIADA WIDIA WIDANA MADE WIRADANA WIGUNA NEGARA YUDHA WARDANA