Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
ISSN 2086 - 8421
Vol. II No. 2, OKTOBER 2011
1. Model Pembelajaran Integratif Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Asing Berdasarkan Pendekatan Komunikatif di Sekolah Dasar. Oleh Prof. Dr. A. Halim Majid, M.Pd. 2. The Communicative Language Teaching Oleh Putri Dini Meutia 3. Kajian Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Nagan Raya Oleh Irwan Safwadi, S.E. 4. Pengembangan Tanaman Kakao Rakyat di Kabupaten Pidie Jaya Oleh Ir. Syarifuddin, M.Si. 5. Perencanaan Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya Oleh Yusri, S.E. M.Si. 6. Permasalahan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Oleh Drs. Yusri, M.Pd. 7. Peningkatan Mutu Satuan Pendidikan Melalui Manajemen Berbasis Sekolah Oleh Drs. Zamzami, M.Si. 8. Analisis Perkembangan Ekspor dan Impor serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Oleh Yuliana, S.E. 9. The Contributions and Challenges for Educational Leaders Brought About by the Behavioral Science Approach, the Participatory Management Model and Deming’s Total Quality Management. Oleh Alfiatunnur, M.Ed. 10. Pengaruh Strategi Pembelejaran dan Kognitif Terhadap Hasil Belajar IPA Murid SD Negeri Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Oleh Drs. Razali, M.Pd. 11. Tinjauan Yuridis Pelaksanaan UU No. 22 Tahun 2007 dan Qanun No. 7 Tahun 2007 (Studi Kasus Pembentukan Panwaslu Aceh Tahun 2009) Muhammad Nur, S.H. M. Hum.
1
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
ISSN 2086 - 8421
JURNAL
ISSN 2086-8421
TASIMAK Media Sain dan Teknologi Abulyatama ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Volume II, No. 2 – Oktober 2011 Pelindung/Pembina Penanggung Jawab
: Rektor Universitas Abulyatama : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama
Pemimpin Redaksi
: Drs. Yusri, M.Pd.
Redaktur Ahli
: Prof. Dr. H. Warul Walidin, A.K. M.A. (IAIN) Prof.H. Burhanuddin Salim, M.Sc. Ph.D. (Unsyiah) Prof. Dr. A. Halim Majid, M.Pd. (Unaya) Drs. Azwar Thaib, M.Si. (Unaya)
Redaktur Pelaksana
: Drs. Zamzami A.R., M.Si. Yuliana, S.E. Yulinar, S.Pd.
Dewan Redaksi
: Muhammad Nur, S.H., M.Hum Ir. Mulyadi Ir. H. Firdaus, M.Si. Dewi Astini, S.H., M.Hum. Maryati B, S.H., M.Hum. Drs. Tamarli, M.Si. Yulfrita Adamy, S.E. M.Si. Drs. H.M. Hasan Yakob, M.M. Drs. Bukhari, M.Si.
Distributor/Komunikasi
: Drs. Akhyar, M.Si. Drs. Muhammad, M.Si.
Bendahara
: Drs. Nasruddin A.R., M.Si.
Desain Cover
: aSOKA Communications (www.asoka.web.id)
Website
: www.abulyatama.ac.id.
Alamat Redaksi
: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama, Jl. Blang Bintang Lama km 8,5 Lampoh Keude – Aceh Besar, Telepon 0651 21255
2
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
ISSN 2086 - 8421
DAFTAR ISI Halaman 1.
Model Pembelajaran Integratif Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Asing Berdasarkan Pendekatan Komunikatif di Sekolah Dasar. Oleh Prof. Dr. A. Halim Majid, M.Pd. ............................................................... 1–7 2. The Communicative Language Teaching Oleh Putri Dini Meutia ....................................................................................... 8 – 15 3. Kajian Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Nagan Raya Oleh Irwan Safwadi, S.E. .................................................................................... 16 – 29 4. Pengembangan Tanaman Kakao Rakyat di Kabupaten Pidie Jaya Oleh Ir. Syarifuddin, M.Si. ................................................................................. 30 – 46 5. Perencanaan Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya Oleh Yusri, S.E. M.Si. ........................................................................................ 47 – 57 6. Permasalahan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Oleh Drs. Yusri, M.Pd. ....................................................................................... 58 – 68 7. Peningkatan Mutu Satuan Pendidikan Melalui Manajemen Berbasis Sekolah Oleh Drs. Zamzami, M.Si. ................................................................................. 69 – 77 8. Analisis Perkembangan Ekspor dan Impor serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Oleh Yuliana, S.E. .............................................................................................. 78 – 87 9. The Contributions and Challenges for Educational Leaders Brought About by the Behavioral Science Approach, the Participatory Management Model and Deming’s Total Quality Management. Oleh Alfiatunnur, M.Ed. .................................................................................... 88 – 90 10. Pengaruh Strategi Pembelejaran dan Kognitif Terhadap Hasil Belajar IPA Murid SD Negeri Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Oleh Drs. Razali, M.Pd. ..................................................................................... 91 – 100 11. Tinjauan Yuridis Pelaksanaan UU No. 22 Tahun 2007 dan Qanun No. 7 Tahun 2007 (Studi Kasus Pembentukan Panwaslu Aceh Tahun 2009) Oleh Muhammad Nur, S.H. M. Hum. ................................................................. 101 – 109
3
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
ISSN 2086 - 8421
PENGEMBANGAN TANAMAN KAKAO RAKYAT DI KABUPATEN PIDIE JAYA Ir. Syarifuddin, M.Si Dosen Fakultas Pertanian Universitas Abulyatama Aceh ABSTRAK Kakao adalah salah satu tanaman yang bernilai ekonomis dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Kabupaten Pidie Jaya mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan tanaman kakao sehingga perlu dikaji. Penelitian dilakukan hanya pada masalah potensi luas lahan, potensi produksi dan tahapan pengembangan kakao. Data yang dianalisis adalah data sekunder dan publikasi resmi pemerintah, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, SKPD dan BPS. Data dianalisis dengan teknik kualitatif dan kuantitatif serta metode SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi iklim di Kabupaten Pidie Jaya cocok untuk ditanami tanaman kakao, dengan curah hujan rata-rata mencapai 1708 mm/tahun, suhu berkisar 17 – 74 0 C dan tipe iklim A (Schmidt dan Ferguson). Jenis tanah pada dataran tinggi PMK dan Latosol sedangkan dataran rendah umumnya Aluvial/Hidromof. Tanah pH berkisar 5,4 – 6,3, secara umum bahwa tingkat kesuburan tanah cukup mendukung untuk pengembangan tanaman kakao di Kabupaten Pidie Jaya. Produktivitas berkisar 400 – 800 kg per hektar, dan dapat ditingkatkan hingga 2000 kg per hektar. Luas lahan yang dimiliki masyarakat berkisar 0,56 – 0,89 hektar per KK. Analisis SWOT dilihat dari segi luas areal, aspek budidaya, aspek produksi, aspek panen dan pasca panen, aspek pengolahan hasil, aspek pemasaran, infrastruktur dan hak atas tanah, maka pengembangan tanaman kakao rakyat di Kabupaten Pidie Jaya layak dilaksanakan. Keywords : Tanaman, Kakao Rakyat, Pidie Jaya. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang. Kabupaten Pidie Jaya mempu-nyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan tanaman Kakao dimana Komoditi ini oleh Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dijadikan prioritas dalam upaya pemberdayaan ekonomi dan petani di pedesaan. Luas lahan tanaman kakao rakyat di 8 (delapan ) kecamatan sekarang ini mencapai 5.244 Ha terdiri dari Tanaman Belum Menghasilkan ( TBM ) seluas 1.531 Ha, Tanaman Rusak ( TR ) mencapai 955 Ha masih belum dilakukan perawatan yang optimal. Kakao dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya sejak tahun 1985, dimana bantuan ini disalurkan melalui proyek PRPTE, dan Swadaya murni 32
dan Swadaya Berbantuan, kondisi tanaman yang dikembangkan ini terdapat di 8 (delapan ) Kecamatan. Pertumbuhan tanaman Kakao yang ada sekarang ini kurang perawatan dan selama kurang tebih 3 (tiga ) tahun tidak mendapatkan perlakuan tehnis akibat konflik yang berkepanjangan sehingga pertumbuhan dan Produksi tanaman kakao yang ada sekarang ini memberikan hasil yang belum optimal. Ratarata produksi dicapai dalam luasan satu hektar areal antara 800 Kg/Ha sampai dengan 1.250 Kg/Ha, produkvitas rata-rata mencapai 861,70 Kg/Ha dan menurut standart produksi belum mencapai hasil yang optimal. Animo masyarakat dalam melakukan budidaya dan pengembangan tanaman kakao
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
sangat tinggi dan direspon, namun beberapa pertimbangan teknis perlu dilakukan pengkajian agar program pengembangan bisa mencapai sasaran seperti: infrastruktur, pelatihan, SDM , bibit unggul, perawatan, panen dan pasca panen dan konsep pembangunan yang ditetapkan hal ini menjadikan jaringan kerja yang terarah dan berdampak positif bagi pembangunan di segala bidang serta memberikan hasil yang optimal. Petani kakao yang terdata mencapai 9.366 jiwa jika diperhitung-kan dengan luas areal tanam yang ada sekarang ini rata-rata luas tanam mencapai 0.55 Ha/KK bila dilihat dari angka penyerapan tenaga kerja mencapai 6.7 % dari jumlah penduduk secara keseluruhan ( 139.779 Jiwa ). Angka diatas menunjukkan respon atau animo masyarakat sangat tinggi dan masih dimungkinkan untuk menekan angka kemiskinan , dimana tingkat kemiskinan yang terjadi sekarang ini mencapai 43,95 %, hal ini menjadikan sector perkebunan memegang peranan penting untuk menjadikan sector perkebunan sebagai solusi kedepan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya 2.
33
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut ; a. Bagaimana upaya peningkatan ekonomi masyarakat, khusus-nya masyarakat petani kakao, mengurangi pengang-guran dan menciptakan lapangan kerja dengan tetap menjaga fungsi ekosistem dalam pengembangan tanaman kakao di Kabupaten Pidie Jaya. b. Bagaimana membangun per-kebunan rakyat yang berkelan-jutan sehingga mampu terja-ganya konservasi tanah
ISSN 2086 - 8421
c.
d.
e.
3.
dan air yang berfungsi sebagai penyangga kawasan hutan lindung dalam pola pengem-bangan kawasan. Bagaimana potensi pengem-bangan tanaman kakao di Kabupaten Pidie Jaya dilihat dari segi luas lahan dan produksi yang dihasilkan. Bagaimana kebijakan yang ditempuh dalam pengem-bangan tanaman kakao di Kabupaten Pidie Jaya. Bagaimana tahapan pengem-bangan tanaman kakao, jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Tujuan a. Peningkatan ekonomi sosial budaya dan kelestarian fungsi ekosistem dengan melakukan peremajaan tanaman Kakao serta perluasan lahan agar terwujudnya perubahan ekono-mi rakyat serta mengurangi tingkat pengangguran untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang tebih terarah dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. b. Pembangunan perkebunan rakyat yang berkelanjutan mampu terjaganya konservasi tanah dan air berfungsi sebagai penyangga kawasan hutan lindung serta menciptakan pengembangan dengan pola kawasan. c. Untuk mengetahui potensi pengembangan kakao di kabupaten Pidie Jaya, dilihat dari segi luas lahan dan produksi yang dihasilkan. d. Untuk mengetahui kebijakan yang ditempuh dalam pengembangan tanaman kakao di Kabupaten Pidie Jaya. e. Untuk mengetahui tahapan pengembangan tanaman kakao, baik
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
ISSN 2086 - 8421
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
3.
II. METODOLOGI 1. Ruang Lingkup dan Lokasi Studi Ruang lingkup studi terbatas hanya pada masalah potensi luas lahan, potensi produksi, kebijakan, dan tahapan pengembangan tanaman kakao. Lokasi studi adalah Kabupaten Pidie Jaya. 2.
III.
Alat Analisis Data Data dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif serta metode SWOT. POTENSI PENGEMBANGAN DAN KEBIJAKAN
1. Potensi Pengembangan Lahan Kakao Kabupaten Pidie Jaya mempunyai potensi pengembangan lahan seluas 38.322 Ha , luasan tersebut terbagi dalam beberapa kategori, berupa hamparan seluas 10.265 Ha, Parsial seluas 17.358 Ha dan sisanya seluas 10.315 Ha merupakan rencana penggunaan tahun 2011 kondisi berupa gegas / semak belukar.
Sumber Data Data yang dikumpulkan adalah data Sekunder dari publikasi resmi pemerintah, Dinas Perkebunan dan Kehutanan , SKPD dan BPS.
Tabel 1. Data Potensi Lahan Perkebunan Di Kabupaten Pidie Jaya
N O 1 2 3 4 5 6 7 8 34
Kecamatan
Kec. Meureudu Kec. Trienggadeng Kec. Bandar Dua Kec. Ulim Kec. Pate Raja Kec. Jangka Buya Kec. Meurah Dua Kec. Bandar
9,700
Poten si Laha n Ha 8,900
4,714
Luas Wilayah Ha
Lahan Cadangan Existring Areal Ha
Hamparan Parsial Ha Ha
Rencana Penggunaan Ha
1,703
3,650
3,547
3,650
4,300
2,440
1,860
-
1,860
13,872
9,400
1,436
1,560
6,404
1,560
3,951 2,801 3,587
2,983 110 1,050
1,670 110 245
1,313 430
375
1,313 430
49,176
620
20
-
600
50
22,759
10,95
3,075
1,452
6,432
1,452
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
Baru Jumlah B
ISSN 2086 - 8421
9 110,56 38,32 10,699 10,265 17,358 2 Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pidie Jaya, 2010 Konsep pengembangan kakao di Kabupaten Pidie Jaya sudah dibuat oleh Lembaga LIPI melalui program kerja sama CIRAT dan Pemda kabupaten induk yang didalamnya termasuk Kabupaten Pidie Jaya. Faktor yang diteliti adalah analisa tanah, lklim, vegetasi, topografi, dan manusia. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Pengembangan tanaman kakao sangat sesuai di Kabupaten Pidie Jaya. Sebagaimana tercantum dalam Master Plan Pengembangan kakao Kabupaten Induk Pidie oleh Cirat. Masyarakat Kabupaten Pidie Jaya dalam penguasan tanah untuk dijadikan lahan usaha pengembangan kakao dimiliki secara adat dan penguasaan tanah secara turun temurun dan ditetapkan oleh ketua adat dalam hal ini kepala desa /mukim atau kejreun yang merupakan prangkat adat yang ada di Kabupaten Pidie Jaya. Status kepemilikan ini jarang ditemukan tanah tersebut bersertifikat sehingga kedepan terhadap legalitas hak sangat diperlukan agar lembaga pendamping seperti Bank bisa memberikan pinjaman lunak atau semacam bantuan dalam bentuk kerja kelompok bagi petani yang ada di Kabupaten Pidie Jaya. 1.1. Iklim/Hidrologi. Iklim di Kabupaten Pidie Jaya ratarata curah hujan tahunan data selama 36 tahun (Kutipan dari Masterplan Pengembangan Kakao di Kabupaten Pidie) mencapai 1.708 mm/tahun dengan rata-rata hujan 98 hari per tahun, Bulan Kering (curah Hujan < 60 mm/bulan) dan rata-rata 1,7 bulan dan Bulan 35
10,315
Basah ( curah hujan >100 mm/bln) rata-rata 6,8 bulan per tahun. Berdasarkan data diatas maka tipe iklim di wilayah Kabupaten Pidie Jaya adalah A (Schmidt dan Ferguson). Suhu berkisar atara 17 - 74 C. Kabupaten Pidie Jaya mempunyai areal konservasi air cukup luas dari hutan lindung. Hutan produksi berada pada sisi selatan pegunungan bukit barisan sedangkan areal pertanian di sebelah utara di dataran rendah. Umumnya topografi wilayah bergelombang dan berbukit serta dataran rendah oleh karenanya fungsi hutan sebagai penyangga alam dan sumber air bagi wilayah pemukiman dan pertanian memegang-peranan penting. Pemanfaatan lahan di sektor perkebunan merupakan daerah pinggiran bukit mempunyai arti penting, karena selain memberikan hasil produksi juga menyerap tenaga kerja dan memberikan nilai tambah berupa pendapatan daerah juga memberikan tambahan bahan baku eksport industri serta berperan dalam fungsi menjaga keadaan hidrologi wilayah. 1.2. Kesuburan Tanah. Jenis tanah yang ada di Kabupaten Pidie Jaya beragam, pada dataran tinggi umumnya PMK (Podsolik Merah Kuning) dan Latosol sedangkan daerah rendahan umumnya aluvial / Hidromorf. Beberapa penelitian sudah dilakukan umumnya pH berkisar antara 5,4 â&#x20AC;&#x201C; 6,3, nilai tukar kation bervariasi, secara umum dikatakan bahwa tingkat kesuburan tanah cukup mendukung
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
untuk pengembangan Kabupaten Pidie Jaya .
tanaman
1.3. Estimisi Produksi Ekonomi
kakao
Dengan
ISSN 2086 - 8421
di
Skala
Menurut prakiraan, produksi tanaman kakao yang berada dalam Wilayah Kabupaten Pidie Jaya, jika dikalkulasi berdasarkan angka perolehan hasil dengan harga maka nilai penjualan yang memungkinkan didapat dari tanaman kakao sebagai berikut :
Tabel. 2 Estimasi Produksi dan Nilai Jual Kakao Di Kabupaten Pidie Jaya
908
Estim asi Produ ksi Kg/H a 400
1.568
800
1.254.400
402
800
321.600
Kec. Ulim
352
600
211.200
5
Kec. Pante Raja
255
400
102.000
6
Kec. Jangka Buya Kec. Meurah Dua Kec. Bandar Baru
85
600
51.000
47
600
28.200
1.627
700
1.138.900
Total NO
KECAMATAN HA
1
Kec. Meureudu
2 3
Kec. Trienggadeng Kec. Bandar Dua
4
7 8
JUMLAH B
5.244
Total
Harga
Nilai
Produksi
Jual
Penjualan
Kg/Thn 363.200
3.470.500
Rp/K g 15.00 0 15.00 0 15.00 0 15.00 0 15.00 0 15.00 0 15.00 0 15.00 0 15.00 0
Rp 5.448.000.000 18.816.000.000 4.824.000.000 3.168.000.000 1.530.000.000 765.000.000 423.000.000 17.083.500.000 52.057.500.000
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pidie Jaya, 2010 Nilai penjualan dari luas lahan kakao yang ada di wilayah kabupaten Pidie Jaya Rp 52.057.500.000, diestimasi pada harga yang sering dijual oleh petani ke pedagang kakao yaitu Rp 15.000/Kg.
36
Bila dilihat dari angka diatas produksi per hektar merupakan estimasi yang belum mencapai optimal. Persoalan yang terjadi adalah setiap luasan yang ditanami, populasi tanaman tidak 100 % penuh , rata-rata dalam
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
satu hektar areal berkisar 600 - 700 batang dan yang produktif sekitar 400 batang kakao. Jika dikalkulasikan dengan angka standart terhadap perolehan hasil dari table 3 diatas semestinya produksi yang dihasilkan
ISSN 2086 - 8421
petani kakao di Kabupaten Pidie Jaya sangat memuaskan, pendapatan kotor (nilai penjualan) yang semestinya didapat dapat dilihat pada Table 3 berikut ini :
Tabel 3 Standart Produksi dan Nilai Penjualan Kakao Di Kabupaten Pidie jaya
N O 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
Estimasi Produksi
Total Produksi
Nilai Penjualan
1.816.000 3.136.000
Harga Jual Rp/ Kg 15.000 15.000
HA
Kg/Ha
Kg/Thn
908 1.568
2.000 2.000
402
2.000
804.000
15.000
12.060.000.000
352 255 85
2.000 2.000 2.000
704.000 510.000 170.000
15.000 15.000 15.000
10.560.000.000 7.650.000.000 2.550.000.000
47
2.000
94.000
15.000
1.410.000.000
1.627
2.000
3.254.000
15.000
48.810.000.000
3.470.500
15.000
157.320.000.000
KECAMATAN
Kec. Meureudu Kec. Treinggadeng Kec. Bandar Dua Kec. Ulim Kec. Pante Raja Kec. Jangka Buya Kec. Meurah Dua Kec. Bandar Baru JUMLAH B
5.244
Rp 27.240.000.000 47.040.000.000
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pidie Jaya, 2010
Perbedaan nilai penjualan (pendapatan kotor) yang didapat dengan standart produksi dari angka /pendapatan bruto selisih 33,09 % artinya petani mengalami kerugian yang sangat besar. Faktor kerugian yang dialami di sector kakao terhadap potensi produksi yang terjadi akibat beberapa factor yang tidak terpenuhi, atau factor lain yang diabaikan antara lain; Persiapan lahan usaha tidak/kurang memenuhi syarat teknis Cara /perlakuan Budidaya tidak mengikuti ketentuan. 37
Bibit yang disiapkan kemungkinan bukan bibit unggul dan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan setempat. Perawatan /pemupukan tanaman diabaikan. Panen dan Pasca panen tidak dilakukan dengan benar. Faktor serangan Hama dan Penyakit sangat tinggi dan tidak /kurang dilakukan upaya pemberantasan atau penanggulangan.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
Pengetahuan Petani masih kurang. Kelembagaan tidak/ kurang berfungsi. Sistem/pengarahan dari lembaga teknis tidak optimal. Luas lahan dengan populasi tanaman tidak berimbang atau jumlah tegakan tidak penuh dalam satu luasan. Harga yang terjadi berfkultuasi di tingkat petani, colektor dan supplier. Infrastruktur untuk mendukung kegiatan usaha tani belum memadai/jaringan jalan ke kantong produksi tidak/kurang memadai. Serangan Penyakit PBK mencapai 50 % dari produki yang diperoleh. Kematangan buah yang dipanen kurang baik Proses yang dilakukan tidak mencapai standart atau terlalu banyak jamur dan kotoran.
ISSN 2086 - 8421
Serta Kadar Air masih sangat tinggi dan kurang kering hal ini menyebabkan nilai jual sangat berpengaruh ditingkat pasar lokal dan luar. Harga dipasaran lokal berfluktuasi, dan hubungan antara pedagang dan petani tidak terbangun dalam aturan proses yang mengikat.
1.4. Data Potensi Petani Kakao Jumlah petani kakao yang berada dalam wilayah Kabupaten Pidie Jaya sampai dengan tahun 2008 mencapai 9.366 Jiwa. Sedangkan petani tambahan yang masuk dalam program pengambangan tahun 2011 adalah sebagai berikut.
Tabel .4 Data Rencana Pengembangan Lahan Tanaman Kakao Di Kabupaten Pidie Jaya
NO
Kecamatan
1 2
Kec. Meureudue Kec. Trieng Gadeng Kec. Bandar Dua Kec. Ulim Kec. Pante Raja Kec. Jangka Buya Kec. Meurah Dua Kec. Bandar
3 4 5 6 7 8
38
Data Tanaman Lama Luas Jlh HA/ HA Petani KK 908 1.250 0.73 1.568 2.450 0.64
Program Pengembangan Luas Jlh HA/KK HA Petani 28.00 25 1.12 669.00 743 0.90
402
705
0.57
-
-
-
352 255 85
985 672 130
0.36 0.38 0.65
127.00 199.00 -
182 284 -
0.70 0.70 -
47
93
0.51
1.627
3.081
0.53
986.50
1.012
0.97
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
ISSN 2086 - 8421
Dua Jumlah 5.244 9.366 0.56 2.009.5 2.246 Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pidie Jaya, 2008 Petani kakao yang terdata di Kabupaten Pidie Jaya sampai tahun 2008 adalah 9.366 petani dan pada program pengembangan tahun 2011 bertambah 2.246 petani. Sehingga total keseluruhan mencapai 11.612 petani, jika dibandingkan dengan luas usaha tanaman kakao berkisar antara 0.56 -0.89 Ha/KK menurut kondisi luasan yang ada belum memenuhi kebutuhan hidup untuk membangun perekonomian kebutuhan keluarga. Petani Kakao yang berada dalam wilayah kabupaten Pidie Jaya juga sudah membuat wadah yang diberi nama APKAI (Asosiasi Petani Kakao) yang mengikuti ketentuan yang berlaku di seluruh Indonesia. Nantinya juga akan membentuk Koperasi Petani Kakao sehingga menjadikan organisasi petani ini sebagai wadah untuk mempersatukan kekuatan dalam membangun serta membina dalam melakukan kegiatan pembangunan bersama pemerintah Kabupaten dalam memakmurkan petani kakao di setiap kecamatan dalam wilayah Kabupaten Pidie Jaya. 1.5. Pedagang Kakao Di Kabupaten Pidie Jaya Data yang dihimpun dari pedagang Kabupaten Pidie Jaya hampir mencapai 50 orang dan tergabung dalam sebuah wadah yang dinamakan Asosiasi Pedagang Kabupaten Pidie Jaya (APKAPIJA) yang ditetapkan dalam surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Pidie Jaya Nomor : 1.054 Tahun 2007 dan dari jaringan pedagang kakao tersebut sudah terbentuk Koperasi pedagang yang diberi nama Koperasi Serba Usaha ( KSU ) y ang 39
0.89
ditetapkan dalam bentuk Akta Notaris berbadan Hukum. Lembaga ini nantinya juga melakukan pengikatan Kontrak Kerja Sama dengan Perusahaan Swasta Nasional PT. Abba Ownar sebagai Ekportir yang bergerak di Bidang kakao untuk Ekport ke Luar Negeri dan perusahaan lain nantinya. 1.6. Beberapa Lembaga Pemerintah dan NGO yang Terlibat Dalam Pengembangan Tanaman Kakao di Kabupaten Pidie Jaya. Informasi yang didapat untuk Kabupaten Pidie Jaya beberapa lembaga pemerintah dan NGO yang ikut ambil bagian dalam pengembangan tanaman kakao dan bentuk kegiatan yang dilakukan serta tujuan dari rencana aksi dapat diuraikan sebagai berikut : Cirat, bentuk kegiatan pelatihan petani mulai dari pra-panen, Panen dan Pasca Panen. GTZ bentuk kegiatan program petani organic. BRR, bentuk kegiatan penyaluran bantuan bibit tanaman kakao. Yayasan Tunas Bangsa bentuk kegiatan pelatihan penggunaan pestisida dan insektisida organic. LSM Keumang, bentuk kegiatan penyaluran bantuan (beras) ke petani dan optimalisasi pembersihan lahan tanaman kakao. ADP, bentuk kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui bantuan bibit tanaman kakao bagi petani.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
ď&#x201A;ˇ
ď&#x201A;ˇ
Save Cildren, bentuk kegiatan pemberdayaan ekonomi bagi petani kakao. Disbun , bentuk kegiatan pelatihan dan bantuan bibit Kakao.
2. Kebijakan Pengembangan 2.1. Kebijakan Operasional Pengem-bangan Tanaman Dalam upaya menyelesaikan permasalahan ditingkat petani dan usahatani kakao dan untuk merealisasikan Program Pengembangan Pertanian sub sektor Perkebunan, maka perlu di ambil kebijakan yang tepat dalam bentuk operasional kegiatan di tingkat petani dan maka usahatani kakao baik kegiatan pengembangan tanaman maupun pemeliharaan tanaman. Pengembangan usaha bagi tanaman kakao masih dimungkinkan dimana luas lahan potensi mencapai 38.322 Ha merupakan hutan budidaya dan areal penggunaan lain. Seluas 10.315 Ha lahan yang layak ditanami dengan pertimbangan Topografi, Vegetasi dan daya dukung lahan yang ada. Diharapkan dengan pengembangan lahan di setiap kecamatan kedepan bisa merubah peningkatan ekonomi, sosial budaya dan kelestarian fungsi ekosistem dengan melakukan peremajaan tanaman kakao serta perluasan lahan. Sehingga bisa terwujudnya perubahan ekonomi rakyat serta mengurangi tingkat pengangguran dan dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih terarah dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi bagi rakyat. Selanjutnya mampu menjaga konservasi tanah dan air yang berfungsi sebagai penyangga kawasan hutan lindung serta menciptakan pengembangan dengan pola kawasan mampu memperbaiki pola hidup yang baik menyangkut hubungan antara individu 40
ISSN 2086 - 8421
perbaikan ekonomi keluarga sehingga diharapkan terwujudnya kesejahteraan disegenap lapisan masyarakat. 2.2. Kebijakan Operasional Pemeli-haraan Tanaman Dalam rangka kegiatan pemeliharaan tanaman langkah awal yang sangat penting adalah menginventarisasi luas kebun kakao yang memerlukan upaya pemeliharaan dan sudah lama ditelantarkan petani tanpa adanya perawatan karena kondisi konflik dan tidak adanya kemampuan modal. Dari pemeliharaan masalah yang urgen dan mendesak serta inventarisasi potensi (kekuatan) sumber daya yang ada, seperti SDM, SDA, maka ditetapkan skala penyelesaian atau skala prioritas penyelesaian masalah. Untuk hal tersebut disusun sebuah kerangka kerja (frame work) yang mencakup rencana pemeliharaan tanaman kakao. Kerangka kerja yang mencakup luas areal yang perlu rehabilitasi, jumlah petani dan biaya yang diperlukan serta jadwal kegiatan. Hal lain yang penting adalah pola pelaksanaan (shearing system), juklak dan juknis, sehingga dalam pelaksanaan dan dalam membina petani dapat dilaksanakan secara tertib, teratur dan berkesinambungan. Upaya lain yang sangat penting yaitu membuat hubungan (link give) dengan instansi dan dinas terkait, seperti Pemda dengan kebijakan yang dibuat berkenaan dengan Perkebunan, Disperindag, Dinas Koperasi dan Bappeda, dapat membuat program dan operasional yang sinergis. Sehingga akan melahirkan sebuah kegiatan yang optimal untuk menghasilkan nilai tambah produk yang dapat mendukung peningkatan dan kesejahteraan keluarga petani.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
2.3. Kebijakan Dalam Menekan Tingkat Kemiskinan Salah satu usaha menekan tingkat kemiskinan yang begitu tinggi (mencapai 43,93 % ) maka pemerintah Kabupaten Pidie Jaya sudah melakukan usaha - usaha penekan tingkat kemiskinan ini pada angka yang tebih kecil, sektor perkebunan diharapkan mampu menyerap tenaga kerja 30 % ini menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Pidie Jaya sangat serius dalam melakukan usaha pengembangan sektor perkebunan (kakao). Komplik yang berkepanjang di Provinsi NAD khusus di Kabupaten Pidie Jaya telah membawa dampak negatif yang begitu besar dan trauma yang sangat mendalam bagi kehidupan masyarakat terutama di pedesaan yang jauh dari pusat kabupaten. Untuk mempercepat pemulihan ekonomi khususnya pada komoditi kakao diperlukan langkah dan terobosan yang kongkrit, proses disorganisasi dan permasalahan yang menjadi dilema dikalangan petani harus segera terjawab, baik dilakukan oleh pemerintah maupun lembag lainnya. Sehingga arah kebijakan pemerintah khususnya Kabupaten Pidie Jaya memberi mamfaat bagi kehidupan rakyat didaerah terpencil dan membuka peluang kerja bagi kehidupan ekonomi masa depan. 3.
Tahapan Pengembangan Konsep pengembangan Kakao di Kabupaten Pidie Jaya lebih tepatnya dilakukan dalam 3 (tiga tahapan): Tahapan Jangka Pendek. Tahapan Jangka Menengah. Tahapan Jangka Panjang. 3.1.
41
Tahapan Jangka Pendek
ISSN 2086 - 8421
Tahapan jangka pendek merupakan tahapan yang akan dicapai pada periode 2010 hingga 2014. Pembangunan kakao pada periode ini dititik beratkan pada kegiatan: Perbaikan mutu produksi primer berupa biji kakao yang difermentasi dan diperdagangkan sesuai dengan SNI. 012323-2002. Rehabilitasi kebun untuk meningkatkan produktivitas. Pembinaan petani. Perluasan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pendanaan. Petani pada saat ini menghasilkan biji kakao yang tidak difermentasi dengan kadar air sekitar 30 % sehingga perlu diproses lebih lanjut untuk mendapatkan mutu ekspor. Kebutuhan pasar dunia maupun industri makanan cokelat dalam negeri adalah biji kakao yang difermentasi dengan kadar air 6 %. Sedangkan rehabilitasi kebun pada jangka pendek perlu ditindak lanjuti, karena hampir 80 % kebun petani memerlukan rehabilitasi. Tegakan tanaman yang ada dalam satu hektar hanya mencapai 50 % dari luas yang ada, sehingga produksi yang dihasilkan tidak berimbang dengan luas lahan yang ada. Di sisi lain akibat kebun tidak terurus selama kurang lebih 3 tahun pada masa konflik yang berkepanjangan yang mengakibatkan kebun terbengkalai, dengan kondisi ini kebun seperti hutan yang tumbuh secara alami tanpa pemangkasan dan perawatan. Kegiatan pengembangan pada jangka pendek sangat dibutuhkan, luas lahan kakao petani hanya berkisar 0.5 - 0.8 Ha/KK belum mencukupi bagi kebutuhan hidup yang layak bagi keluarga. Lahan yang tersedia masih memungkinkan dan animo masyarakat juga sangat tinggi dalam mengusahakan tanaman
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
kakao, serta pengangguran di desa banyak dan jalan untuk menekan kemiskinan salah satu upaya pengembangan lahan kakao sehingga pengangguran bisa diperkecil dan dengan pembinaan petani. 3.2.
sangat angka melalui tingkat diikuti
Tahapan Jangka Menengah Tahapan jangka menengah merupakan tahapan yang akan dicapai pada periode 2014 hingga 2018 periode ini dititik beratkan pada: Peningkatan Mutu Kegiatan rehabilitasi. Perluasan kebun. Pembinaan Petani. Sasaran yang ingin dicapai pada periode jangka menengah adalah : Petani telah melaksanakan Good Agriculture Practices (GAP) dengan baik sehingga produktivitas rata-rata petani kakao bisa mencapai 1.250 Kg/Ha/ Tahun. Sebagian besar petani kakao melakukan paska panen dengan baik sehingga 75 % produksi kakao sudah difermentasi dan dikeringkan dengan baik dan bisa menghasilkan produksi biji kakao memenuhi standar SNI 012323- 2002. Untuk meningkatkan pendapatan petani dan menjaga ketahanan kebun kakao maka diharapkan Deversivikasi horizontal antara kakao dengan tanaman tahunan baik holtikultura, buah-buahan maupun obat-obatan terwujud paling tidak 30 % dari luas areal kakao yang dikembangkan. 3.3.
42
Tahapan Jangka Panjang.
ISSN 2086 - 8421
Tahapan jangka panjang merupakan tahapan yang akan dicapai pada periode 2018 hingga 2022 pada periode ini semua kegiatan dititik beratkan pada: Kegiatan Perluasan Areal. Diversivikasi Horizontal. Pengembangan Industri Hilir. Kegiatan Perluasan Diversivikasi horizontal dan perbaikan mutu biji kakao mendapat perhatian yang seimbang dan apabila dimungkinkan dapat dikembangkan Industri hilir pengolahan biji kakao. Sasaran yang ingin dicapai dalam sasaran jangka panjang ini adalah: Produksi rata-rata bisa mencapai 1.500 Kg/Ha/Tahun. Sebagian besar petani kakao melakukan penanganan pasca panen dengan baik, sehingga 80 % produksi kakao sudah difermentasi dan dikeringkan secara baik dan benar sesuai anjuran. Areal kebun kakao berkembang sehingga total luas areal mencapai 15.000 Ha sehingga bisa ditumbuhkan industri hilir yang menjadi sentra pengolahan kakao di daerah tersebut. 4. Analisis SWOT Analisa SWOT (Strenght Weakness, Opportunitv dan Treatment) dilakukan untuk melihat kekuatan, kesempatan, kelemahan dan tantangan dalam rencana pengembangan kakao di Kabupaten Pidie Jaya, baik untuk sekarang maupun untuk masa depan dalam menetapkan komoditi ini sebagai komoditi unggulan Kabupaten Pidie Jaya. Analisa permasalahan yang terjadi terhadap petani , pedagang pengumpul dan pedagang besar yang ada di Kabupaten Pidie Jaya dapat kami uraikan sebagai berikut:
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
4.1. Pada Tingkatan Petani. Ketersediaan lahan masih sempit jika dilihat dari data luas lahan dengan jumlah petani yang melakukan usaha penanaman kakao dan pengembangan masih berada pada luasan antara 0.56 - 0.89 Ha/KK. Layaknya bagi petani melakukan usaha antara 1.5 - 2 Ha/KK sehingga kebutuhan ekonomi bisa membantu dari usahatani tersebut. Bibit yang disalurkan baik oleh pemerintah, NGO ataupun lembaga lain perlu kejelasan sertifikasi, agar bisa menjamin pertumbuhan tanaman akan bagus, dan memberikan nilai produksi yang optimal. Tingginya serangan hama dan penyakit sehingga banyak buah yang rusak sebelum dipanen dan berpengaruh pada rendahnya hasil yang diharapkan. Kurangnya perawatan tanaman akibat sarana seperti infrastruktur / jalan yang menuju ke daerah kantong produksi belum sempurna dikerjakan dan ada yang belum terbuka akibatnya masyarakat/petani kakao sulit untuk melakukan kegiatan atau membawa keperluan tanaman seperti pupuk atau buruh tani untuk melakukan perawatan tanaman. Kurangnya modal usaha, kemampuan petani untuk membiaya perawatan tanaman masih belum mendukung dengan kebutuhan ekonomi untuk kehidupan sehari-hari akibatnya kegiatan usahatani yang dikerjakan bertumpu pada kenyamanan kebutuhan rumah tangga. Penyuluhan dari lembaga tehnis masih sangat lemah, petani diperlukan pembekatan ilmu budidaya karena semua perlakuan yang dilaksanakan sekarang ini 43
ISSN 2086 - 8421
secara alamiah dan terjadi secara turun temurun sehingga untuk mencapai tingkat perawatan tanaman yang lebih mengarah pada kultur tehnis diperlukan bimbingan teknis atau penyuluhan yang dibekali melalui kelompok tani yang mandiri. Kualitas hasil dari biji yang diproses sebenarnya sudah mengarah kearah yang lebih bagus, namun akibat permintaan pasar mengarah pada kualiti yang standarisasi ekport tidak ada perbedaan harga. Terjadi kemalasan bagi petani secara umum untuk membuat kualiti sesuai permintaan pasar dengan harga yang sama.
4.2. Pada Tingkat Pedagang Pengumpul Belum terbentuknya semacam jaringan kerja yang terorganisasir sehingga terjadinya persaingan harga di setiap tingkatan akibatnya mutu yang dihasilkan kurang bagus. Antara pedagang pengumpul dan petani belum terbentuk tanggung jawab sosial responsibiliti yang mengarah pada hubungan langsung dalam bentuk pebinaan dan aturan proses yang mengikat pada setiap jaringan kerja tertentu. Belum terbentuknya hubungan pembinaan langsung antara petani sebagai pelaku dan pedagang pengumpul dan petani sebagai mitra pedagang. Lemahnya modal usaha yang didapat, dan jalur untuk mendapatkan bantuan modal usaha sangat rumit sehingga kaloborasi antara kepentingan tidak terbentuk karena persyaratan yang mengikat di lembaga seperti Bank sangat ketat dan nilai keyakinan belum terbangun secara utuh.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
ď&#x201A;ˇ
44
Lemahnya pembinaan dari Pemerintah Kabupaten disebabkan ketiadaan biaya operasional serta sedikitnya tenaga bantu seperti PPL lapangan serta belum adanya insentif bagi petugas dan minimnya sarana
ISSN 2086 - 8421
transportasi hal ini menyulitkan setiap kegiatan yang ditakukan. Analisis SWOT ini secara lengkap baik berupa kendala, kesempatan dan ancaman dari perlaku diatas dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
ISSN 2086 - 8421
Tabel 5. Analisis SWOT ( Strenght, Weakness, Opportunity dan Treatment) N O
ASPEK
KEKUATAN
KELEMAHAN
KESEMPATAN
TANTANGAN
01
Luas Areal
Kabupaten Pidie Jaya mempunyai potensi lahan seluas 38.322 Ha, eksisting 10.699 Ha (Hamparan 10.265, Parsial 17.358) dengan potensi cadangan areal 10.315 Ha
Banyak kebun kakao yang belum dirawat dan rusak semasa konflik dan insfrastruktur belum memadai terutama kekantong produksi sehingga produksi hasil belum mencapai maksimal
Dengan membaiknya kondisi / situasi keamanan sekarang ini kegiatan tani kakao sudah mulai pulih dan animo masyarakat sangat tinggi dalam upaya membersihkan lahan tanaman kakao
Pemerintah sekarang ini sedang melakukan upaya untuk rehabilitasi lahan dengan melakukan optimalisasi kearah kantong produksi dan menyalurkan bibit untuk pemadatan tanaman pada lahan yang ada.
02
Aspek Budidaya
Sarana produksi yang dimiliki belum memadai modal usaha masih kurang dan SDM masih lemah
Bantuan yang diterima sekarang ini berupa bibit, dan penyaluranbibitpun masih diragukan terutama varietas yang dikembangkan, perlakukan bibit masih belum memadai karena sistem kontrak dengan pihak lain.
Banyak bantuan yang diterima selama ini berupa bibit, yang bersumber dari lembaga NGO dan Pemda seperti BRR, ADB, Outsut, APBD-I serta SLHPT/ PHT dan pelatihan-pelatihan.
03
Aspek Produksi
Petani kakao belum memiliki keahlian/ kemampuan tentang budidaya tanaman kakao yang kultur tehnis, pola yang dilakukan masih budaya lama Produksi yang dihalkan masih lumayan, antara 600-800 Kg/Ha dengan kondisi tanaman yang kurang perawatan sekarang ini
Kualitas produksi yang dihasilkan masih rendah ,mutu, KA, Kotoran, Jamur akibat proses yang dilakukan masih menggunakan cara lama (tanpa Fermentasi) disisi lain tingkat serangan hama dan Penyakit PBK juga tinggi.
Pelatihan SLHYT/ PHT sudah dilakukan namun dilakukan namun belum keseluruhan kelompok tani dan pada titik-titik tertentu, hal ini masih dibutuhkan, serperti pelatihan sehingga tercipat petani yang mandiri
Belum terjamin aplikasi lapangan oleh petani kakao yang sudah mengikuti SLHTP/ PHT yang dilakukan oleh Disbun TK-I dan lembaga LSM. Hanya bagian terkecil baru dilakukan untuk usaha-usaha tersebut.
45
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
ISSN 2086 - 8421
04
Aspek Panen dan Pasca Panen
Petani kakao belum mengusai tehnis panen dan pasca panen yang bagus, sehingga buah belum masak sudah di panen, dan hasil panen belum dilakukan proses yang benar
Penanganan pasca panen masih sederhana, tehnologi masih minim serta penyerapan tehnologi panen masih rendah.
Bantuan pengeringan kakao masih belum ada hanya satu dua ditempat tetentu pelaku bisnisuntuk sentra di kelompok tani belum dimiliki
Biaya pengering kakao relatih tinggi tidak terjangkau oleh petani/ kelompok tani dan luas areal belum memadai sehingga jika alat tsb diberikan petani akan siasia kecuali bagi pelaku bisnis.
05
Aspek Pengolah an Hasil
Kontinuitas produksi-produksi sehingga nilai jual masih berupa biji kakao balum menjadi produksi olahan
Unit pengolahan kakao sudah ada di Pidi Jaya lokasi Pante Raya dan belum bisa beroperasi secara penuh, peralatan yang belum mencukupi. Dan kapasitas olah sangat kecil.
Kendala operasional dan management pengolahan belum terbentuk dan tenaga ahli dalam mengoperasikan masih tersebut.
06
Aspek Pemasara n
Biji yang dihasilkan oleh petani kakao 50% sudah memenuhi kualitas pemasaran lokal/ sumut tapi belum ke eksport. Di Kabupaten Pidi Jaya sudaj ada Asosiasi pedagang dan petani kakao dan pasar sumatra sudah dilakukan semacam MOU
Asosiasi pedagang kakao (Apkapija) dengan Apkai (Asosiasi Petani kakao) bekerja dalam wadah/ alur memiliki akses pasar Sumatra Utara belum ke pasar luar negeri.
Kekalahan pasar lokal atau pedagang lokal tidak adanya akses pasar keluar sehingga informasi harga masih dikuasai Sumatra dalam penjualan produksi.
07
Infra Struktur
Infrastruktur yang ada jaringan jalan sudah ada namun perlu perbaikan
Pada rencana anggaran tahun 2008 program pemerintah kabupaten sangat besar membuka infrastruktur terutama ke sektor perkebunan kakao
Arah kebijakan pemerintah melihat pada kemampuan dana yang memungkinkan dilakukan alokasi ke arah tersebut.
08
Hak Atas Tanah
Lahan yang dimiliki setiap KK sangat luas untuk dilakukan usaha pengembangn dan lahan pekarangan
Perlu ada Link Network semacam informasi pasar dan jaminan pasar jika bahan komoditi ini disiapkan unutk eksport sehingga alur tata niaga bisa diterapkan. Belum semua daerah kantong produksi jaringan jalan bisa dilalui dengan baik sehingga penyaluran barang/ bahan masih terhambat Belum adanya perhatian kearah tersebut agar pendayagunaan lahan mengarah pada sistem tanaman ganda yang
Animo masyarakat sangat tinggi yang menjadi kendala modal usaha masih sangat minim, pendapatan yang didapat masih mencukupi kebutuhan keluarga dan status
Bank bisa memberikan pinjaman usaha/ koperasi namun alas hak mesti setingkat sertipikat yang diakui oleh pemerintah sebagai anggunan, atau koperasi yang berbadan
46
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
yang belum digunakan secara maksimal
menghasilkan ekonomi lebih baik.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1.
2.
3.
4.
47
Kabupaten Pidie Jaya merupakan daerah potensi tanaman kakao yang tersebar pada 8 kecamatan. Luas areal tanaman kakao yang sudah ditanam sampai saat ini seluas 5.224 Ha kondisi tanaman kakao pada saat ini kurang dilakukan pemeliharaan oleh petani, berkaitan dengan upaya pemangkasan, hal ini karena kondisi yang tidak kondusif akibat konflik yang berkepanjangan. Pemeliharaan tanaman kakao sangat perlu dilaksanakan, untuk memperoleh kondisi tanaman yang sehat dan upaya pemangkasan cabang peng-ganggu perlu dilaksanakan pemupukan dan pengendalian hama penyakit, karena hal tersebut dapat menurunkan kemampuan produktivitas per hektar, berkurangnya produksi dan rendahnya pendapatan petani kakao. Perluasan atau pengembangan tanaman kakao perlu diupayakan, hal ini untuk menambah areal pada tingkat skala usahatani, dengan pola pengembangan kawasan perlu dilanjutkan pada tahun mendatang, karena banyak petani sudah membuka lahan untuk rencana pengembangan kakao, tetapi petani tidak mempunyai modal usaha tani untuk mengembang-kannya. Permohonan petani yang akan melaksanakan Pemeliharaan tanaman kakao seluas 2.000 Ha dengan jumlah
ISSN 2086 - 8421
kepemilihan hak masih berupa hak adat belum sertipikat
hukum yang perlu dibuat dan didalamnya ada kelompok-kelompok.
petani 2.246 KK, terdapat pada 7 Kecamatan, sedangkan untuk rencana penanaman baru atau perluasan areal pada tahun 2011 dilaksanakan seluas 3.400 Ha dengan petani 3.998 KK dan tersebar pada 7 kecamatan dalam kabupaten Pidie Jaya. 5. Rencana pengembangan pada tahun 2012 seluas 5.000 Ha, tersebar di 7 kecamatan dalam kabupaten Pidie Jaya dengan sumber dana diupayakan dari APBA Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 6. Dalam wilayah Pidie Jaya, kondisi rill dilapangan hampir secara menyeluruh pertum-buhan tanaman Kakao yang ada sekarang ini kurang perawatan dan selama kurang lebih 3 ( tiga ) tahun kurang mendapatkan perlakuan tehnis akibat konflik yang berke-panjangan sehingga pertum-buhan dan Produksi tanaman kakao yang ada belum memberikan hasil yang optimal. 7. Rata-rata produksi dicapai dalam luasan satu hektar areal antara 400-700 Kg/Ha/ Tahun dengan produktivitas masih sangat rendah dan belum mencapai standar yang diharapkan. Untuk meningkat-kan produktivitas terhadap tanaman yang sudah ada perlu dilakukan perlakuan tehnis yang memadai seperti pemangkasan, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit serta panen dan proses yang benar, dengan melakukan sedikit kepedulian akan memberikan peningkatan produktifitas
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
secara perlahan-lahan akan meningkatkan produksi. 8. Masyarakat petani kakao secara umum memiliki animo dalam melakukan budidaya dan pengembangan kakao, ada beberapa pertimbangan teknis perlu dilakukan pengkajian agar program pengembangan bisa mencapai sasaran seperti: infrastruktur, pelatihan, SDM, bibit unggul, perawatan, panen dan paska panen menjadi perhatian yang serius bagi pemangku kepentingan dalam hal ini lembaga teknis dapat memberikan bimbingan dan arahan langsung ke setiap kecamatan sehingga penge-tahuan yang tidak dimiliki petani bisa didapat melalui bimbingan tersebut. Agar pengembangan kakao bisa berdampak positif bagi pembangunan di setiap lokasi, pertu dibentuk Tim Terpadu dari setiap lapisan lembaga dan elemen masyarakat baik Keuchik, Mukim dan Camat serta Ketua Kelompok yang ikut ambil bagian dalam penerimaan bantuan, nantinya akan disalurkan oleh pemangku kepentingan dan PPL dalam wilayah Kecamatan bisa berperan aktif sehingga bibit yang disalurkan benar-benar ditanam memenuhi syarat teknis, dengan demikian hasil yang nantinya didapat pun memenuhi standar produksi (produksi maksimal). 2. Saran â&#x20AC;&#x201C; saran 1. Untuk meningkatkan produktivitas perhektar dan upaya peningkatan produksi kakao dan pendapatan petani, diharapkan program pemeliha-raan tanaman kakao yang direncanakan seluas 2.000 Ha untuk 2.246 KK petani dapat dialokasi dana 48
ISSN 2086 - 8421
2.
3.
4.
5.
6.
seperti yang diperlukan, karena petani tidak mempunyai modal untuk melaksanakannya. Pengembangan baru yang direncanakan seluas 5.000 Ha diharapkan dapat dibantu biaya untuk melaksankan program tersebut, karena petani sudah memper-siapkan lahan untuk pengembangan tanaman kakao, sedangkan modal untuk melak-sanakan usaha tani tidak ada. Pola pengembangan kawasan yang sudah dilaksanakan perlu dilanjutkan lagi, karena pola tersebut memudahkan pembinaan petani, disamping hal tersebut akan membangun suatu kawasan sentra produksi kakao dan suatu saat dapat terealisasi kawasan tempat tinggat petani yang baru untuk mempermudah dalam kegiatan pemeliharaan tanaman kakao. Rencana pemeliharaan tanaman kakao dan rencana pengembangan baru yang sudah disusun ini, diharapkan dapat dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2011. Apabila anggaran yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan tersebut terbatas, diharapkan kegiatan tersebut dapat dilaksana-kan secara bertahap untuk tahun- tahun berikutnya. Agar menjadikan subsektor perkebunan, khususnya tanaman kakao sebagai penggerak ekono-mi masyarakat untuk mening-katkan kesejahteraan masyarakat. Agar memanfaatkan usahatani komoditi unggulan seperti tanaman kakao dalam usaha pember-dayaan masyarakat sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran dan membuka lapangan kerja bagi daerah terpencil, mengurangi tingkat kemiskinan pember-dayaan pemuda dan wanita sebagai pemicu peningkatan ekonomi rumah tangga.
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011
7. Dalam bidang ekonomi, pembangunan perkebunan khu-susnya tanaman kakao diharap-kan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, penye-diaan bahan baku bagi industri dan dapat membuka lapangan kerja di pedesaan. 8. Diharapkan dengan pembangunan perkebunan rakyat yang berke-lanjutan mampu menjaga kon-servasi tanah dan air, berfungsi sebagai penyangka kawasan hutan lindung serta menciptakan pola pengembangan kawasan terpadu.
49
ISSN 2086 - 8421
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 2, Oktober 2011 ISSN 2086 - 8421
DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2010. Laporan Tahunan Tanaman Perkebunan Kabupaten Pidie, Dinas Perkebunan Kabupaten Pidie, Sigli, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. ---------------, 2010. Laporan Tahunan Tanaman Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya, Dinas Perkebunan Pidie Jaya, Meredu, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Barzaini, 2008. Konsep Pemangunan Sektor Perkebunan Kakao dan Analisa Ekonomi SWOT, Aped District, Kabupaten Pidie. Kanisius, 2008. Budidaya Tanaman Kakao, Penebar Swadaya, Jakarta. Razali Adami, 2008. Prospek Pembangunan Tanaman Kakao Rakyat Kabupaten Pidie Jaya, Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan, Kabupaten Pidie Jaya.
47