VOLUME I, NO 2, OKTOBER 2010
1. Elektropating Perak pada Tembaga Oleh Ir. Amri Amin, M.Si. 2. Pengaruh PolaTanam Terhadap Pendapatan Usahatani di Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Oleh Ir. Syarifuddin, M.Si. 3. Pengaruh Garam dalam Pengawetan Daging Oleh Ir. Zahrul Fuadi 4. Perencanaan Pemilihan Lokasi Rekonstruksi Galangan-Galangan Kapal Tradisional Pascatsunami di Kawasan Kota Banda Aceh Oleh Ir. Rizwan,M.Si. 5. The Relationship Between Students’ Prior Knowledge of the Tex and Studens’ Reading Comprehension Oleh Putri Dini Meutia, S.Pd.I 6. Pengaruh Penggunaan Kohesi Antarkalimat dalam Penulisan Paragraf (Studi Kasus pada Siswa Kelas II SMP Negeri di Kabupaten Aceh Besar Oleh Drs. Djalaluddin A.Aziz 7. Studi Ketenagakerjaan dan Penganggaran di Kabupaten Aceh Selatan Oleh Irwan Safwadi, S.E. 8. Analisis Indeks Pembangunan ManusiaKabupaten Aceh Barat Daya Oleh Yusri, S.E. M.Si. 9. Peranan Pasar Tradisional dalam Rangka Pemberdayaan Kesejahteraan Sektor Informal di Kota Banda Aceh (Studi Kasus pada PegadangPasar Uleekareeng Oleh Yuliana, S.E. 10. Penyelenggaraan Pemerintah Gampong di Kabupaten Aceh Besar Oleh Muhammadr Nur, S.H., M.Hum. 11. Analisis Profit Margin Sistem Pemasaran Kakao (Theobroma cacao, L) di Kecamatan Babah Rot Kabupaten Aceh Barat Daya Oleh Ir. Firdaus, M.Si.
Jurnal TASIMAK Vol. I, No. 2 Oktober 2010
ISSN 2086 - 8421
TASIMAK Media Sain dan Teknologi Abulyatama ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Pelindung/Pembina Penanggung Jawab
: Rektor Universitas Abulyatama : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama
Pemimpin Redaksi Redaktur Ahli
: Drs. Yusri, M.Pd. : Prof. Dr. H. Warul Walidin, A.K. M.A. (IAIN) Prof.H. Burhanuddin Salim, M.Sc. Ph.D. (Unsyiah) R. Agung Efriyo Hadi, M.Sc. Ph.D (Unaya) Prof. Dr. A. Halim Majid, M.Pd. (Unaya) Drs. Azwar Thaib, M.Si. (Unaya)
Redaktur Pelaksana
: Drs. Zamzami A.R., M.Si. Yuliana, S.E. Yulinar, S.Pd.
Dewan Redaksi
: Muhammad Nur, S.H., M.Hum Ir. Mulyadi Ir. H. Firdaus, M.Si. Dewi Astini, S.H., M.Hum. Maryati B, S.H., M.Hum. Drs. Tamarli, M.Si. Yulfrita Adamy, S.E. M.Si. Drs. H.M. Hasan Yakob, M.M. Drs. Bukhari, M.Si. Fakhrurazi Abbas, S.E., M.Si.
Distributor/Komunikasi
: Drs. Akhyar, M.Si. Drs. Muhammad, M.Si.
Bendahara
: Drs. Nasruddin A.R., M.Si.
Desain Cover
: aSOKA Communications (www.asoka.web.id)
Website
: www.abulyatama.ac.id.
Alamat Redaksi
: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama, Jl. Blang Bintang Lama km 8,5 Lampoh Keude – Aceh Besar, Telepon 0651 21255
2
Jurnal TASIMAK Vol. I, No. 2 Oktober 2010
ISSN 2086 - 8421
PERANAN PASAR TRADISIONAL DALAM RANGKA PEMBERDAYAANKESEJAHTERAAN SEKTOR INFORMAL DI KOTA BANDA ACEH (Studi Kasus Pedagang Pasar Ulee Kareng) Oleh Yuliana, S.E* ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Peranan Pasar Tradisional Dalam Rangka Pemberdayaan Kesejahteraan Sektor Informal di Kota Banda Aceh ( Studi Kasus Pedagang Pasar Uleekareng). Jenis Penelitian yang digunakan adalah studi lapangan atau kuantitatif, di mana pendekatan kualitatif dilakukan untuk menjelaskan, menguraikan dan menganalisis secara mendalam hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawacara dengan para responden atau informan. Populasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah pedangan yang ada di Pasar Uleekareng. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Peranan Pasar tradisional dalam rangka pemberdayaan sektor informal merupakan salah satu sentra perekonomian yang sangat potensial dimana mampu menyerap jumlah tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran, sehingga dapat memperkecil tingkat kemiskinan di kota Banda Aceh. Oleh karena itu diharapkan kepada pihak Pemerintah Kota Banda Aceh dalam menentukan kebijakan ekonomi kota, memperhatikan keberadaan pelaku ekonomi sektor informal yang juga merupakan kontribusi dalam perekonomian kota. Salah satu kebijakan tersebut dapat berupa pemberian ijin usaha dan pengalokasian pedagang liar ke lokasi usaha baru seperti pasar tradisional. Dengan adanya kebijakan tersebut pemerintah dapat melakukan pendataan unit-unit usaha yang ada di Kota Banda Aceh, sekaligus dapat meminimalkan keberadaan system ekonomi bawah tanah (Underground Economy) Kata Kunci : Pasar Tradisional, Pemberdayaan, Sektor Informal. I. PENDAHULUAN Masyarakat ekonomi sektor informal merupakan komunitas masyarakat ekonomi lemah yang berjumlah masih tinggi dan mempunyai kecenderungan untuk maju. Komunitas ini juga menduduki stratum terendah dalam suatu konstelasi masyarakat ekonomi Indonesia. Bila komunitas ini dipetakan dalam struktur ekonomi Indonesia, belum sepenuhnya dapat dijelaskan keberadaannya terhadap Pendapatan
Domestik Bruto (PDB) dalam skala nasional maupun Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam skala daerah. Fenomena dan sektor informal merupakan aktivitas ekonomi legal “Good” bukan illegal “Buds” yang tidak terekam dalam pencatatan statistik, dengan kata lain komunitas ini diklasifikasikan sebagai ekonomi bawah tanah yang selanjutnya dikatakan sebagai “Underground Economy”. Meru-juk pada salah satu kategori tentang underground economy yang dibuat oleh feigi dalam Remi
108
Jurnal TASIMAK Vol. I, No. 2 Oktober 2010 (2005:2), yaitu para pelaku ekonomi yang berada pada sektor informal, yang kemungkinan tidak memiliki ijin komersial, perjanjian kerja atau kredit keuangan. Contohnya, pedagang kaki lima yang berada di pasar tradisional yang tidak melaporkan penda-patannya kepada dinas pajak untuk memperoleh Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP) ketika pedagang kaki lima tersebut memperoleh pendapatan dan hasil usahanya. Walaupun aktivitas dan sektor informal dapat diklasi-fikasikan sebagai underground economy, namun keberadaannya merupakan hal yang legal, berada dengan praktik-praktik ekonomi bawah tanah lainnya yang bersifat terselubung atau illegal (Brata, 2004:5) memaparkan bahwa sektor informal sebagai aktivitas ekonomi yang beroperasi di luar kerangka institusi dan peraturan resmi, namun tidak melakukan praktik criminal sehingga keberadaannya masih ditoleransi oleh kantor pemerintah. Suatu pembangunan eko-nomi tidak saja bergantung pada, pengembangan industria-lisasi dan program-program pemerintah,sektor formal namun juga tidak dapat lepas dalam peran sektor informal yang merupakan katup pengaman dalam pemba-ngunan ekonomi. Bagi lewis dalam Rachbini (2001:75), system, yang dualistik akan selalu menampilkan dua bentuk pola yang berbeda, yakni sektor kapitalis dan subsistem. Sektor kapitalis meru-pakan wajah modern, pemanfaatan modal dan tenaga kerja formal untuk mencari keuntungan dan semacamnya. Sedangkan sektor subsistem biasanya dicirikan oleh keadaan yang tradisionil dan bekerjanya suatu system informal. Dengan kondisi sektor formal yang mempunyai entri barrier dan tidak
ISSN 2086 - 8421 fleksibel, tentu menjadi faktor yang dominant dalam menciptakan pengangguran bila tidak diikuti dengan perkem-bangan sektor informal. Hal ini merupakan suatu sketa yang sangat menarik, dimana ketidakmampuan sektor formal dalam menyediakan lapangan kerja diisi sektor informal sebagai solusi akhir dan suatu komunitas masyarakat yang ingin bertahan hidup. Adapun sektor informal ini dibagi menjadi lima sub sektor yaitu perdagangan, jasa, angkutan, bagunan dan industri kecil. Dari beberapa sektor ekonomi yang ada, perdaganglah yang paling banyak menyerap pekerja di sector informal. Oleh karena manfaat dan kehadiran pedagang pada kawasan pasar tradisional, maka komunitas dan masyarakat kecil ini selayaknya mendapat penanganan yang serius guna menstimulus gairah dan sector ini. Berdasarkan atas latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai aktivitas yang terjadi pada kawasan pasar tradisional. Adapun judul yang diketengahkan adalah “ Peranan Pasar Tradisional Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Sektor Informal di Kota Banda Aceh (Studi Kasus Pedagang Pasar Uleekareng)�. 2. PERUMUSAN MASALAH Berpijak pada latar belakang di atas, maka dapat dibuat beberapa perumusan masalah. Adapun perumusan masalah pokok yang akan diteliti adalah: 1. Seberapa besar peranan pasar tradisional dalam peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi
109
Jurnal TASIMAK Vol. I, No. 2 Oktober 2010 komunitas sector infornal di Kota Banda Aceh. 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi komunitas sector informal di Kota Banda Aceh. 3. Upaya apa saja yang dapat dilakukan Pemerintah Kota Banda Aceh dalam me-ningkatkan potensi pasar tradisional. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang mengambil lokasi pada Pasar Uleekareng yang ada di Kota Banda Aceh. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sample sebanyak 25 orang yang ditetapkan sebagai responden, yaitu para Pedangan yang berada pada Pasar Uleekareng. Sementara teknik peng-ambilan responden dilakukan dengan cara acak sederhana (Random Sampling) yang diusahakan secara proporsional, yaitu dengan mewawancarai pedagang yang bersedia untuk dijadikan sebagai narasumber. Untuk pengumpulan data peneliti mempergunakan dua jenis metode yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Hal ini bertujuan sebagai parameter, untuk membuktikan hipotesis yang diajukan, menjelaskan masalah yang ditelitik dan untuk mencapai tujuan penelitian yang akan dilakukan. 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Peranan Pasar Tradisional Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat
ISSN 2086 - 8421 Untuk mengetahui gam-baran kesejahteraan pedagang peneliti melakukan penelusuran terhadap aspekaspek yang menjadi kesejahteraan pedagang tersebut. Dan pengamatan peneliti pada Para Pedagang Pasar Uleekareng. Peneliti memperoleh data yang selanjutnya peneliti ter-jemahkan kedalam tiga aspek yang berkenaan dengan pedagang tersebut: 1. Karakteristik Responden 2. Sosial Ekonomi Res-ponden 3. Persepsi Pedagang ter-hadap keadaan Pasar Tradisional. 4.1.1 Karakteristik Responden Sebelum melangkah lebih jauh peneliti mencoba untuk menggambarkan karakteristik responden yang keberadaannya mewakili para pedagang yang berada pada kawasan Pasar Uleekareng. Berdasarkan hasil angket dan wawacara, peneliti mendapati bahwa kelompok pedagang yang paling banyak berusia 31-40 tahun yaitu sebesar 40 persen atau sebanyak 10 orang. Kemudian diikuti oleh kelompok kedua yaitu pedagang yang berusia 41-50 tahun sebanyak 24 persen atau sebanyak 6 orang. Sedangkan responden yang paling sedikit adalah pedagang yang berusia diatas 60 tahun dengan jumlah 1 orang atau sebesar 4 persen dari jumlah keseluruhan responden. Untuk formasi selengkapnya dapat dilihat pada table 4.1 dibawah ini.
110
Jurnal TASIMAK Vol. I, No. 2 Oktober 2010
ISSN 2086 - 8421
Tabel 1 Usia Responden Pedagang Pasar Uleekareng Indeks
Kelompok Umur 1 10 – 20 Tahun 2 21 – 30 Tahun Umur 3 31 – 40 Tahun 4 41 – 50 Tahun 5 51 – 60 Tahun 6 > 60 Tahun Sumber : Data Primer (Diolah),2009
Berbicara tentang iden-tifikasi usaha, peneliti memperoleh status permodalan pedagang untuk Pasar Ulekareng tersebut sebagian besar merupakan modal sendiri, yaitu sebesar 84 persen, modal patungan sebesar 8 persen,
Frekuensi N = 25 0 4 10 6 4 1
Persentase 0 16 40 24 16 4
sedangkan modal orang lain dan kredit dari lembaga keuangan masing-masing berjumlah 4 persen. Untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada table 2 di bawah ini.
Tabel 2 Status Permodalan Pedagang pada Pasar Uleekareng Pasar Uleekareng Status Modal Pedagang
Frekuensi
Modal Sendiri Modal Patungan Modal Orang Lain Kredit Dari Lembaga Keuangan Jumlah Sumber : Data Primer (Diolah),2009 Peneliti memperoleh gambaran bahwa sebesar 88 persen pedagang pada Pasar Uleekareng mempunyai status menyewa tempat, sedangkan responden yang memiliki status tempat hak milik hanya sebesar 4. Untuk kelompok
Persentase
21 2 1 1
84 8 4 4
25
100
responden yang mempunyai status tempat illegal pada Pasar Uleekareng ada sebesar 8 persen dari jumlah keseluruhan responden. Penje-lasan lebih lanjut dapat dilihat pada table 3 di bawah ini.
111
Jurnal TASIMAK Vol. I, No. 2 Oktober 2010
ISSN 2086 - 8421
Tabel 3 Status Tempat Pedagang pada Pasar Uleekareng Status Tempat Pedagang
Pasar Uleekareng Frekuensi
Persentase
Milik Sendiri 1 Sewa 22 Ilegal 2 Jumlah 25 Sumber : Data Primer (Diolah),2009
4 88 8 100
4.2 Sosial Ekonomi Responden Untuk dapat menganalisa kesejahteraan pedagang melalui penelitian ini ada beberapa instrument yang telah disiapkan yang merupakan acuan bagi peneliti untuk menganalisa tingkat kesejahteraan pedagang tersebut. Adapun instrument tersebut adalah pendapatan dan kebutuhan pokok minimum yang berupa pengeluaran keluarga ataupun individu yang menjadi objek dalam penelitian ini. 4.2.1 Pendapatan Salah satu permasalahan pokok yang ditemui dalam rumah tangga adalah persoalan keuangan, dengan terbatasnya keuangan yang ada dalam keluarga tentu mempengaruhi pilihan kebutuhan hidup
sebuah keluarga. Hal tersebut merupakan salah satu indikator apakah keluarga pedagang tersebut sejahtera atau tidak. Dari hasil penelitian yang di dapati sebagian besar pedagang pada kedua pasar tradisional tersebut mempunyai pendapatan bersih di antara Rp 1.000.000 - < Rp 5.000.000 yaitu sebesar 56 persen. Kemudian pendapatan bersih diantara Rp 5.000.000 - < Rp 10.000.000 yaitu sebanyak 40 persen, sedangkan pendapatan yaitu kurang dan Rp 10.000.000 tidak ada. Untuk informasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 Distribusi Pendapatan Pedagang pada Pasar Uleekareng (perbulan)
Pendapatan Pedagang > Rp. 1.000.0000 Rp. 1 Juta â&#x20AC;&#x201C; Rp 5 Juta Rp. 5 Juta - Rp 10 Juta < Rp. 10.000.000
Pasar Uleekareng Frekuensi Persentase 1 14 10 0
4 56 40 0
112
Jurnal TASIMAK Vol. I, No. 2 Oktober 2010
ISSN 2086 - 8421
Jumlah Sumber : Data Primer (Diolah),2009
Selain dari distribusi pendapatan pedagang, keadaan ekonomi pedagang terlihat dari data-data yang tersaji pada table 4.5 yang merupakan gambaran umum dan pedagang Pasar Uleekareng. Jumlah responden yang dijumpai di pasar Uleekareng didapati bahwa rata-rata modal awal pedagang mempunyai Rp 2.478.000. Demikian juga rata-rata modal operasional
25
100
perbulan pedagang Pasar Uleekareng Rp 3.309.600. Ciri lain yang tampak dari penelitian ini adalah rata-rata waktu yang digunakan untuk Pasar uleekareng mempunyai rata-rata waktu berdagang selama 9,28 jam.Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5 Kondisi Usaha Pedagang pada Pasar Uleekareng Identitas Usaha Pedagang Rata-rata modal awal (Rp) Rata-rata modal operasional perbulan (Rp) Rata-rata omset penjualan perbulan (Rp) Rata-rata Pendapatan bersih perbulan (Rp) Rata-rata lama berusaha (tahun)) Rata-rata jam kerja (Jam) Rata-rata retribusi pedagang (Rp) Sumber : Data Primer (Diolah),2009 4.2.2 Kebutuhan Pokok Wie mendefinisikan bah-wa kebutuhan pokok sebagai suatu paket barang dan jasa yang oleh masyarakat dianggap perlu tersedia bagi setiap orang. Kebutuhan ini merupakan tingkat minimum yang dapat dinikmati oleh seseorang. Hal ini berarti bahwa kebutuhan pokok berbeda-beda dan suatu daerah ke daerah lain, serta dan suatu negeri ke negeri. Jadi suatu kebutuhan pokok merupakan hal yang spesifik (wie dalam Pitomo, 1982:3)
Pasar Uleekareng 2.478.000 3.309.600 6.728.400 2.744.400 9.82 9.28 115.926
Dengan menggunakan instrument yang telah disiapkan maka setiap pedagang yang berada di kawasan pasar tradisional ditanyai tentang pengeluarannya yaitu untuk pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, trans-fortasi, dan air serta listrik. 4.3 Persepsi Pedagang Terhadap Keadaan Pasar Tradisional Persepsi pedagang terha-dap peranan pasar tradisional bagi peningkatan kesejahteraan pe-dagang tidak lepas dari kondisi pasar tradisional itu sendiri. Untuk
113
Jurnal TASIMAK Vol. I, No. 2 Oktober 2010 melihat hal tersebut peneliti mencoba untuk merang-kum persepsi pedagang yang ada di daerah penelitian tersebut. Berdasarkan observasi peneliti yang tergambar dalam tabel 6 terlihat sebanyak 88 persen responden pedagang Pasar Uleekareng menyatakan bahwa
ISSN 2086 - 8421 mereka tidak berat untuk membayar retribusi resmi yang dikeluarkan oleh pihak pengelola pasar. Hanya sebesar 12 persen responden pedagang Pasar Uleekareng yang merasa berat untuk membayar retribusi resmi tersebut.
Tabel 6 Persepsi Pedagang Terhadap Tingkat Retribusi Yang dibebankan Oleh Pihak Pengelola Pasar
Persepsi Berat/Tidaknya Tingkat Beban Retribusi
Pasar Uleekareng Frekuensi
Persentase
Tidak
22
88
Ya
3
12
Jumlah
25
100
Sumber : Data Primer (Diolah),2009 5. PENUTUP Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap para pedagang pada Pasar Uleekareng dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Secara umum Sektor Informal merupakan salah satu sentra perekonomian potensial yang mampu menyerap jumlah tenaga kerja dan mampu me-ningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Karakteristik status modal sendiri yang dimiliki oleh sebagian besar responden pedagang Pasar Uleekareng yang memiliki masingmasing sebesar 84 persen dari keseluruhan jumlah responden peda-gang pada pasar tersebut,
merupakan tanda bahwa sebagian besar pedagang pada pasar tersebut belum mendapat perhatian baik dari pihak pemerintah maupun pihak swasta dari segi bantuan modal. 3. Jika dilihat dari segi rata-rata tingkat pendapatan bersih perbulan, maka peneliti telah mendapati bahwa pendapatan bersih perbulan pedagang Pasar Uleekareng sebesar Rp. 2.744.400. Tentu dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pedagang yang berada di Pasar Ulee-kareng dapat dikatego-rikan sejahtera, karena tingkat pendapatan terse-but berada diatas upah minimum
114
Jurnal TASIMAK Vol. I, No. 2 Oktober 2010 provinsi NAD tahun 2005 yang berada pada kisaran Rp.482.489. 4. Pendapatan bersih pedagang Pasar Ulee-kareng menurut cateris paribus, secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh factor modal, tenaga kerja, dan jam kerja yang dikeluarkan oleh peda-gang. 5. Berdasarkan hasil pene-litian bahwa sebagian besar responden pedagang pasar tradisional yaitu sebesar 88 persen menya-takan bahwa mereka tidak berat untuk membayar retribusi resmi yang dibebankan oleh pihak pengelola pasar. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang tersebut juga mempunyai kon-tribusi yang besar dalam pembangunan ekonomi daerah, yang dari sisi penerimaan daerah melalui pajak dan retribusi. Dari kesimpulan pene-litian ini, peneliti dapat memberikan saran untuk pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kesejahteraan sektor informal kedepan. 1. Hendaknya pemerintah Kota Banda Aceh dalam menentukan kebijakan ekonomi kota, memperhatikan keberadaan pela-ku ekonomi sektor infor-mal yang juga merupakan kontribusi dalam pereko-nomian kota. Salah satu kebijakan tersebut dapat berupa pemberian ijin usaha dan pengalokasian pedagang liar ke lokasi usaha baru seperti pasar tradisional. Dengan adanya kebijakan tersebut pemerintah dapat mela-kukan pendataan unitunit usaha yang ada di Kota Banda Aceh, sekaligus dapat memi-
ISSN 2086 - 8421 nimalkan keberadaan sistem ekonomi bawah tanah (Underground Economy) 2. Kepada Pemerintah Kota Banda Aceh selaku pihak pengelola pasar tradi-sional, Kota Banda Aceh hendaknya melakukan pembenahan-pembenahan agar pasar tradisional yang ada menjadi menarik, sehingga fungsi pasar tersebut tidak hanya sebagai tempat persing-gahan antara pembeli dan penjual namun bergeser menjadi salah satu alternative daerah tujuan rekreasi. Di satu sisi ini akan menjadi kontribusi bagi penerimaan daerah Kota Banda Aceh. 3. Kepada para akademisi dan lembaga swadaya masyarakat hendaknya membentuk sebuah lem-baga pendampingan bagi pedagang pasar yang fungsinya tidak hanya sebagai lembaga penja-min bagi pengusahaan bantuan modal, namun juga dari sisi strategi dan manajemen pemasaran. 4. Kepada para pedagang hendaknya mengfungsikan kembali wadah organisasi yang telah ada, karena wadah merupakan payung aspi-rasi pedagang dalam mengajukan masukan kepada pengelola pasar. Disamping itu juga wadah ini dapat menjadi sebuah koperasi bersama yang nantinya dapat menunjang kegiatan para pedagang dikemudian hari.
115
Jurnal TASIMAK Vol. I, No. 2 Oktober 2010
ISSN 2086 - 8421
DAFTAR PUSTAKA Remi.S.S,2005. Undergroung Economy di Indonesia, Tinjauan Kondisi Terkini dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Masyarakat, National Talk Show, Bandung,F.E UNPAD Schneider, F dan D. Enster, 2002, Shadow Economies Around the World: Size, Cause, and Consequences, Februari 2002, IMF Working Paper 00/26 Silitonga, E,2005. Underground Economy Pengaruhnya Terhadap Perpajakan, National Talk Show, Bandung, F.E.UNPAD Sjahrir, Masalah Kemiskinan dan Pengertian Kemiskinan Sudibyo,B., Model Akuarium Untuk Menganalisa Ekonomi Indonesia, Kompas, 26 September 2001 Tamnunan, T., 1999. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia, PT Mutiara Sumber Widya ------------- 2002, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting, Jakarta, Salemba Empat Usman, H. Dan R.P.S. Akbar,2002. Pengantar Statistika, Jakarta, Penerbit Bumi Aksara Yustika,A.E., 2000 Industrial Isasi pinggiran, Jakarta, Pustaka Pelajar.
116