Studi biodiversiti bentos di krueng daroy kecamatan darul imarah kabupaten aceh besar

Page 1

Volume : 5 No. 1 MARET 2012

ISSN : 1412-7709

Jurnal RONA LINGKUNGAN HIDUP (Journal of Environment)

BAP EDAL

PEMERINTAH ACEH BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

BAPEDAL


Volume : 5 No. 1 MARET 2012

ISSN : 1412-7709

Jurnal RONA LINGKUNGAN HIDUP (Journal of Environment) Dalam rangka meningkatkan peran

Dewan Redaksi : Pengarah : Kepala BAPEDAL Aceh Penanggung jawab : Mountie Syurga, ST, MM (Kepala Bidang Program Informasi dan Tata Ruang Lingkungan) Sekretaris : Safrida Afriana, ST, MEM

serta masyarakat di dalam pengelolaan lingkungan hidup dan penyebarluasan informasi

lingkungan

Pengendalian

hidup,

Dampak

Badan

Lingkungan

(BAPEDAL) Aceh menerbitkan sebuah jurnal

sebagai

media

Ketua Redaksi : M. Daud, S.Hut, M.Si

pengembangan

Staf Redaksi : Badriah Hasballah, S.Hut Dewi Erawati Utami, SP Cut Intan Mutia, S.Kep Muhammad Yusuf, SE Elva Rahmi, MT Afrianti, S.Si Hery Yanto, S.Hut Yuli Hartati, A.Md TM. Fahrizal, SP Rr. Chandra T. Ratih, A.Md Dedi Satria, ST, M.Si Sri Hartini,SE Saifuddin, SP Rostina, SP Jusman, SE Syarifah Maulidya, SP Abdul Munir

informasi. Jurnal

Rona

Lingkungan

Hidup

merupakan salah satu media bagi peneliti dan pemerhati lingkungan hidup untuk penyebarluasan hasil penelitian atau ulasan kebijakan

yang

berhubungan

dengan

permasalahan lingkungan hidup. Jurnal

Rona

Lingkungan

Hidup

merupakan jurnal enam bulanan yang diterbitkan

setiap

bulan

Maret

dan

September.

Bendahara Alvan Ade Reza, ST

Redaksi

Staf Ahli Redaksi : Sekretaris/Kabid BAPEDAL ACEH Staf Ahli BAPEDAL ACEH Jurnal Rona Lingkungan Hidup ini diterbitkan enam bulan sekali Bagi yang ingin mengirimkan naskah Jurnal Lingkungan Hidup, dapat menghubungi bidang Program, Informasi dan Tata Ruang Lingkungan Bapedal Aceh. Untuk surat menyurat harap menghubungi Sdri Yuli pada Bidang Program, Informasi dan Tata Ruang Lingkungan dengan alamat seperti tercantum di bawah ini: BAPEDAL ACEH Jl. Tgk. Malem No.2 Banda Aceh 23121 Telp. (0651) 635722 Faks.: (0651) 32456 Website:www.bapedal.acehprov.go.id

Â

Â


Volume : 5 No. 1 MARET 2012

ISSN : 1412 - 7709

Jurnal

RONA LINGKUNGAN HIDUP (Journal of Environment) Daftar Isi Daftar Isi ………………………………………………………………………………

i

HIDROLISIS PATI SUKUN DENGAN KATALISATOR HCL UNTUK PEMBUATAN PEREKAT RAMAH LINGKUNGAN Mirna Rahmah Lubis1, Cut Meurah Rosnelly2 .....................................................

1

STUDI BIODIVERSITI BENTOS DI KRUENG DAROY KECAMATAN DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR Jailani1, M. Nur2 ......................................................................................................

8

SCREENING OF WELL IN BANDA ACEH DISTRICTS AND ACEH BESAR DISTRICTS FOR CONTAMINATION WITH FAECAL COLIFORM BACTERIA Cut Yulvizar ...........................................................................................................

16

PERUBAHAN TUTUPAN KARANG DI MEDIA CORAL RUBBLE UNTUK TUJUAN REHABILITASI TERUMBU KARANG DI PULAU ACEH Edi Rudi 1, Sayyid Afdhal Elrahimi2 ....................................................................

25

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU PIERIDAE DI KAWASAN WISATA SUNGAI SARAH ACEH BESAR PASCA TERJADINYA BENCANA TSUNAMI Suwarno1, Syibral Fuadi2, Abdul Hadi Mahmud3 .................................................

31

PERENCANAAN LANDSKAP KAWASAN WISATA SEJARAH PUSAT KOTA BANDA ACEH, PROVINSI ACEH Syarifah Maulidya, SP ……………………………...................................................

37

STUDI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL). STUDI KASUS DESA AGUSAN KECAMATAN BLANGKEJEREN KABUPATEN GAYO LUES Tasliati Djafar ……………………………............................................................

49

i


ii

KAJIAN KUALITAS AIR PADA JARINGAN PERPIPAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA DAROY KOTA BANDA ACEH A. Muis ...................................................................................................................

55

PENGARUH KETEBALAN MULSA AMPAS SAGU (Metroxylon sp) TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL KEDELAI Gina Erida, M. Abduh Ulim, Jamaluddin ............................................................

63


STUDI BIODIVERSITI BENTOS DI KRUENG DAROY KECAMATAN DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR Jailani1, M. Nur2 Staf Pengajar FKIP Universitas Serambi Mekkah

Abstract - The aims of this research was to understand the diversity of benthos in the Krueng Daroy Darul Imarah Aceh Besar. The research was conducted from October to November 2011. Sampling location consisted of four stations that were the station I (upstream) with low community activities, station II (used for public toilets). Stations III ( community rice fields) and station IV ( industrial sewage household). The result showed that a high similarity index values were found between stations I and II (72.72%), the station I and IV (51.80%), and station III to IV (63.68%), whereas a low index of similarity was found between the station I and III (48.72%), station II and III (49.89%), as well as station II and IV (47.83%). Bentos found in the Krueng Daroy, Aceh Besar was comprised four classes: Gastropoda, bivalves, Oligochaeta, and crustaceans. The most dominant benthos found at each station was Goniobasis virginica of the gastropod class, and the lowest was marmatus Turbo gastropods , found at station I. Keywords : Biodiversity, benthos

I. PENDAHULUAN Bentos adalah organisme yang selalu mendiami dan menetap di dasar perairan. Bentos mencakup biota yang menempel, merayap, atau meliang di dasar perairan. Bentos tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri yang disebut biota heterotrof (heterotrofic) (Sriwijana, 2005:51). Komunitas bentos di dasar perairan lebih banyak diketahui karena hidup menetap atau melekat di suatu tempat atau merayap, sehingga dapat menghindar dari mangsa. Komposisi spesies bentos di suatu perairan bervariasi sesuai kedalaman air, perubahan jarak dari pantai dan komposisi bagian dasarnya (James, W, 1992:192). Bentos terutama makrozoobentos memegang peranan penting di perairan yang ditempatinya. Diantaranya dapat membantu mempercepat dekomposisi materi organik sebagai makanan alami bagi ikan-ikan pemakan di dasar dan dapat juga digunakan sebagai indikator kualitas air (Zulmahdi, 1995:5). Sifat bentos yang khas yaitu memiliki toleransi terhadap perubahan lingkungan dan hidupnya yang relatif menetap. Adanya pencemaran

8

perairan dapat dikenali dan dapat menurun kan keragaman spesies makarobenthos salah satunya di Krueng Daroy. Krueng Daroy adalah salah satu anak sungai yang ada di Kabupaten Aceh Besar dan juga Kota Banda Aceh yang memanjang ke arah utara kurang lebih 12 Km, yang berasal dari daerah hulu yaitu pemandian Mata Ie. Sebagian daerah aliran Krueng Daroy, berada di daerah pemukiman penduduk yang padat dan dimanfaatkan sebagai tempat mandi dan mencuci pakaian, di samping itu juga dijadikan tempat membuang kotoran (Anonimous, 2003). Krueng Daroy juga memiliki lebar yang berbeda-beda antara bagian hulu, tengah, dan hilir. Bagian hulu memiliki lebar 12,75 m, tengah lebarnya 14,25 m dan bagian hilir 15 m. Dewasa ini seiring dengan bertambahnya jumlah dan aktifitas penduduk di sekitar aliran krueng daroi, menyebabkan semakin tinggi tingkat pencemaran, yang berdampak pada keberadaan flora dan fauna di sungai krueng daroi. Dengan demikian indikator pencemaran air juga dapat dilihat dari menurunnya tingkat kehadiran bentos di suatu habitat. Berdasarkan pengamatan


penulis kenyataan tersebut dialami oleh lingkungan krueng daroi, sehingga penulis tertarik untuk meneliti secara khusus tentang “Studi Biodiversity Bentos di Krueng Daroy Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar� Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keragaman bentos yang terdapat di Krueng Daroy Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. II. KAJIAN TEORITIS Komunitas Bentos Nama bentos diberikan pada semua organisme penghuni dasar perairan, istilah dasar ini mencakup substrat pada garis pantai, danau, demikian juga kedalaman tertentu dari setiap badan air (Michael, P. 1994:137). Keberadaan fauna bentos di suatu tempat tertentu terutama dikendalikan oleh sifat fisik dari substratnya. Substrat itu dapat dibagi atas dua rangkaian yang amat berbeda yaitu substrat batu karang keras dan substrat lunak seperti pasir dan lumpur. Berdasarkan ukurannya, bentos dibagi dalam tiga katagori yaitu mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna. Mikrofauna adalah organisme bentos yang berukuran lebih kecil dari 0,1 mm, protozoa termasuk dalam golongan ini. Mesofauna merupakan organisme bentos yang berukuran antara 0,1 mm – 1,0 mm, yang termasuk golongan ini adalah Cnidana dan beberapa Crustaceae kecil. Makrofauna yaitu organisme bentos yang berukuran lebih besar dari 1,0 mm, termasuk golongan ini adalah Crustaceae, Annelida, Molusca dan lain-lain (Hutabarat, 1985:124). Berdasarkan cara makannya, hewan bentos dibagi menjadi dua, yaitu bentos penyaring (Filter feeders) contohnya kerang dan pemakan deposit (Deposite feeders) contohnya siput (Eguine P. 1996:373). Berdasarkan hubungan tempat hidup, hewan dasar (Bentic Animals)

terbagi atas epifauna dan infauna. Epifauna adalah organisme yang hidup pada permukaan dasar baik melekat maupun bergerak. Termasuk kelompok ini adalah tiram, ketam, keong, dan kepiting. Infauna merupakan organisme menggali ke dalam endapan dan hidup dalam liang. Kelompok ini meliputi ganggang, molusca, cacing, crustacae dan flagellata penghuni dasar perairan. Menurut batasan ekologis bentos dapat digolongkan ke dalam fitobentos dan zoobentos. Fitobentos merupakan bentos yang tergolong ke dalam tumbuhan, sedangkan yang termasuk hewan disebut zoobentos. Berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik, bentos khususnya makrozoobentos dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok intoleran, fakultatif dan toleran. Organisme intoleran yaitu organisme yang tidak dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang banyak bahan organik, namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan. Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kondisi lingkungan yang luas yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme toleran tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan organik (Ardi, 2002:3). Faktor Fisik dan Kimia Lingkungan Perairan Kehidupan organisme air yang akan berlangsung terus jika air mengandung unsur yang dibutuhkan dalam kondisi

9


seimbang, seperti halnya kehidupan organisme lain, maka penyebaran dan kehidupan komunitas bentos juga dipengaruhi oleh kualitas lingkungannya. Kelarutan Oksigen kurang dari 1 (satu) ppm akan mengakibatkan kematian bagi organisme perairan. Konsentrasi Oksigen terlarut mencapai nilai terendah pada waktu subuh dan kemudian meningkat pada waktu siang, akhirnya mencapai nilai tertinggi pada waktu siang hari. Sebenarnya tiap spesies hewan itu harus ada di mana-mana, oleh karena faktor-faktor tertentu, maka keberadaan hewan di suatu daerah tidak memungkinkan. Faktor-faktor itu antara lain tidak adanya adaptasi, yaitu: karena iklim di suatu region menghambat adanya suatu spesies hewan di daerah itu. Namun demikian, mungkin saja di suatu habitat yang baik sekali, serasi dan cocok untuk hidup suatu spesies hewan, ternyata habitat itu tidak memungkinkan ia datang ke tempat tersebut, (Mukayat, 1989:277). Variasi suhu dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama karena organisme akuatik sering kali mempunyai toleransi yang sempit. Perubahan suhu menyebabkan pola sirkulasi yang khas dan stratifikasi yang amat mempengaruhi kehidupan akuatik (Odum, P.1971:370). Kondisi air yang keruh juga kurang disukai oleh komunitas bentos. Kekeruhan air biasanya disebabkan oleh bahan tersuspensi dan koloid yang terdapat di dalam air, misalnya partikel-partikel, lumpur, bahan organik, plankton, dan mikroorganisme. Peranan Bentos Dalam Ekosistem Air Dalam komunitas perairan zoobentos memegang peranan penting di perairan yang ditempatinya yaitu dalam proses pendaurulang material organik, menduduki beberapa tingkatan tropik dalam rantai makanan serta dapat digunakan untuk memantau perubahan kualitas air sungai. 10

Peranan bentos dalam ekosistem perairan yaitu dapat menguraikan material organik yang jatuh ke dasar perairan, selain itu bentos dapat mentransper energi dari produsen primer ke tingkat tropik berikutnya. Bagi manusia manfaat bentos juga dapat diperoleh dengan memanfaatkan berbagai jenis bentos seperti tiram / lokan dan kerang mutiara yang mempunyai nilai ekonomis cukup penting. Zoobentos juga dapat dipakai sebagai indikator ekologi dari suatu perairan, hal ini disebabkan oleh habitatnya di dasar perairan serta pergerakannya yang relatif lambat. Bila ada berbagai perubahan lingkungan akuatik akibat masuknya substansi yang diangkut oleh aliran perairan maka secara terus menerus ia akan mendapat pengaruh dari perubahan tersebut. Salah satu jenis zoobentos yang digunakan sebagai indikator perairan yang terpolusi berat material organik dan mampu hidup pada perairan dengan pH di bawah 4,5 adalah larva Chironomus. Jenis kerang juga merupakan bioindikator yang paling tepat untuk pencemaran logam berat, contohnya kijing Taiwan (Anodonta trapesialis). Beberapa alasan yang mendukung kerang sebagai bioindikator tersebut adalah kemampuannya yang tinggi untuk mengakumulasi bahan tercemar tanpa mati terbunuh, terdapat dalam jumlah yang banyak, terikat pada suatu tempat yang keras, dan hidup pada jangka waktu lama. Selain itu, ada juga jenis molusca yang keberadaannya sangat merugikan seperti karang (Teredo.sp). Molusca ini dikenal sebagai pemakan kayu seperti tiang-tiang pelabuhan dan lunas perahu (Nontji, 1003:174. III. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, pH meter, thermometer Hg, piringan secchi, hand refragtometer, pengeruk Echmand Grab, kantong plastik, karet pengikat, kertas lebel, foto digital. Bahan yang digunakan adalah formalin 10%. Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Lingkungan Pengukuran faktor fisik dan kimia perairan seperti suhu, kecerahan, salinitas dan derajat keasaman dilakukan in situ. a. Suhu, Pengukuran suhu dilakukan dengan mencelupkan thermometer ke dalam air. Pembacaan skala dilakukan sewaktu thermometer masih di dalam air. b. Kecerahan, Pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan piringan secchi ke dalam perairan hingga tidak terlihat batas hitam putih, kemudian dicatat kedalamannya. Lalu ditenggelamkan lebih dalam dan dicatat kedalamannya. Nilai rata-rata kedua jeluk tadi diambil sebagai nilai kecerahan. c. Salinitas, Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan hand refragtometer yaitu dengan cara memasukkan satu atau dua tetes aquadest pada lubang ujung refragtometer setelah garis putih atau biru tepat pada titik nol, maka teteskan satu atau dua tetes air sample pada tempat yang sama dengan aquadest. d. Derajat keasaman, Pengukuran derajat keasaman dilakukan dengan menggunakan pH meter dengan mencelupkan bagian bawah atau bagian tertentu dari pH meter ke dalam aquadest selama 2-5 menit. setelah angka berada pada angka 7 maka masukkan bagian tertentu dari pH meter ke dalam air sampel.

Prosedur Kerja Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan membuat 4 (empat) stasiun pengamatan yang masing-masing terletak: Stasiun I (satu) mewakili daerah hulu Krueng Daroy (daerah pemandian Mata Ie) karena daerah tersebut aktifitas masyarakat masih rendah, stasiun II (dua) di Desa Gendring karena aliran sungai di daerah ini sering dipakai masyarakat untuk MCK (mandi, cuci, kakus), stasiun III (tiga) di daerah persawahan di desa Gugajah karena aliran airnya lebih deras dan Stasiun IV (empat) dibelakang pasar Ketapang yang dipakai sebagai saluran pembuangan limbah industri rumah tangga. Dalam setiap stasiun tersebut terdapat 9 (sembilan) titik sampling yang terbagi antara lain 3 (tiga) titik di bagian ke dua tepi dan 3 (tiga) titik di bagian tengah. Jarak antara ke tiga titik tersebut adalah 10 m. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengambil bentos pada 36 titik sampling yang terbagi dalam 4 (empat) stasiun, kemudian masing-masing stasiun dijumlahkan dan diidentifikasi. Analisis Data a. Indeks Keragaman H’ = − ∑ pi ln pi H’ = Indeks Keragaman ni pi = N ni = Jumlah Individu Spesies ke-i N = Total Individu Populasi (Barbour et all,1987) b. Indeks Kemerataan Indeks kemerataan menunjukkan banyaknya jenis yang sama yang dijumpai pada setiap stasiun.

11


H log S Keterangan e = Indeks Kemerataan H = Indeks Keragaman S = jumlah spesies yang dijumpai

e=

c. Indeks Similaritas 2W IS = x 100 % A+ B Keterangan: IS = Indeks Similaritas (Kesamaan) A = Jumlah Spesies pada stasiun A B = Jumlah Spesies pada stasiun B W = Jumlah Spesies yang sama yang ditemukan pada kedua stasiun namun yang diambil ialah nilai yang terendah (Krebs,1978) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman dan Kelimpahan Bentos di Perairan Krueng Daroy Dari hasil pengamatan terhadap keragaman dan kelimpahan bentos di perairan Krueng Daroy, didapatkan empat kelas bentos pada bulan Oktober dan November 2010. Bentos yang ditemukan pada musim hujan yaitu bulan Oktober dan November tersebut adalah kelas Gastropoda, Bivalvia, Oligochaeta, dan Crustecea. Bentos yang ditemukan pada bulan Oktober dan November di keempat stasiun pengbambilan terdiri dari enam jenis Gastropoda, dua jenis Bivalvia, satu jenis Oligochaeta, dan satu jenis Crustacea. Jumlah jenis bentos terbanyak pada bulan oktober didapatkan di stasiun I yaitu Sembilan jenis, yang terdiri dari enam jenis dari kelas Gastropoda, dua jenis dari kelas Bivalvia, satu jenis dari kelas Oligochaeta, dan satu jenis Crustacea. Jumlah jenis terendah didapatkan pada stasiun II yaitu lima jenis, yang terdiri dari empat jenis dari kelas Gastropoda dan satu jenis dari kelas Oligochaeta. Pada bulan November jumlah jenis yang ditemukan di stasiun III

12

dan IV delapan jenis, stasiun I tujuh jenis dan stasiun II enam jenis (Tabel 2). Banyaknya jumlah jenis yang ditemukan di stasiun I diperkirakan karena didukung oleh kualitas air yang relatif baik untuk kehidupan bentos seperti suhu, pH, kecerahan dan salinitas. Parameter Fisik dan kimia Perairan Krueng Daroy Hasil pengukuran dan pencacatan kondisi fisik dan kimia perairan pada pengambilan sampel di semua stasiun ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Parameter Fisik dan kimia Perairan Krueng Daroy No Parameter Stasiun 1 Suhu I II III IV

Rata-rata 29,9 31,9 32,3 32,5

2

Salinitas

I II III IV

0,3 1,1 1,9 2,4

3

Ph

I II III IV

7.4 7,2 7,2 7,3

4

Kecerahan

I II III IV

0,50 0,97 0,93 0,65

Tabel di atas menunjukkan bahwa suhu air berkisar antara 29,90C sampai 32,50C dengan tingkat kecerahan antara 0,50 m sampai 0,97 m. pH air berkisar antara 7,2 sampai 7,4 dengan salinitas antara 0,3 permil sampai 2,4 permil. Kepadatan rata-rata Kepadatan rata-rata bentos masingmasing spesies di setiap stasiun tidak jauh berbeda, kepadatan rata-rata bentos


tertinggi pada bulan Oktober ditemukan di stasiun IV, sedangkan pada bulan November ditemukan di stasiun III. Kepadatan rata-rata masing-masing spesies bentos di setiap stasiun ditampilkan pada tabel 2. Tabel 2. Kepadatan rata-rata (individu/m2) bentos yang terdapat di perairan Krueng Daroy Oktober No

November

Taksa I

II

III

IV

I

II

III

IV

A. Gastropoda 1 Pomacea paludosa 2 Goniobasis virginica 3 Batilliria attramentaria 4 Trayoria cathrata 5 Helix pomata 6 Turbo marmathus B. Oligochaeta

500

275 1425 700

325

350 3325 4550 1375 700 2800 5375

525

600

725 3700 2050 2400 2550 1425

175

450

125

275

375

0

175

0

0

0

450

0

0

0

25

0

0

0

0

0

0

0

7 Lumbricus terrestris C. Bivalvia

375

50

250

75

50

375

300

425

8 Psidium dubium 9 Actinonatus carinata D. Cructacea

200

0

450

25

0

300 1125

50

50

0

100

25

0

225

550

125

0

0

125

250

200

0

275

500

9

5

8

8

7

6

8

8

10 Parathelposa sp Jumlah jenis/spesies Jumlah total

950

500 1125 625

1375 200

2350 1725 6525 9600 5450 4500 10100 8725

Keterangan: Stasiun I : Daerah pemandian Mata Ie Stasiun II : Desa Gendring Stasiun III : Persawahan di Desa Gugajah Stasiun IV : Belakang pasar Ketapang Kepadatan rata-rata bentos di setiap stasiun pada bulan Oktober dan November dapat dilihat pada tabel 1. Pada bulan Oktober kepadatan rata-rata tertinggi terdapat pada stasiun IV yaitu 9600 individu/m2 dan terendah pada stasiun II yaitu 1725 individu/m2. Untuk bulan November kepadatan rata-rata tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 10100

individu/m2 dan kepadatan rata-rata terendah terdapat pada stasiun II yaitu 450 individu/m2. Kepadatan rata-rata bentos yang relatif tinggi di stasiun III dan IV baik pada bulan oktober ataupun bulan November disebabkan oleh kelas Gastropoda yang mendominasi di stasiun ini. Jenis-jenis Gastropoda yang banyak dijumpai di stasiun ini adalah Pomacea paludosa, Goniobasis virginica, Batilliria attramentaria, Trayoria cathrata, Helix pomata, Turbo marmathus. Kepadatan Gastropoda yang ditemukan di stasiun III dan IV baik pada bulan Oktober ataupun bulan November disebabakan oleh kondisi lingkungan yang mendukung seperti tekstur substrat dan kandungan bahan organik yang relatif tinggi serta kemampuan adaptasi yang baik untuk hidup diberbagai tempat dibandingkan bentos kelas yang lain. Tingginya jumlah kepadatan bentos di stasiun IV diduga karena kondisi fisik dan kimia yang mendukung yaitu suhu 32,5oC, salinitas 2,4 permil, pH 7,3 dan kecerahan 0,65 m. Stasiun III juga memiliki suhu 32,3oC, salinitas 1,9 permil, pH 7,2 dan kecerahan 0,91 m. Dharma (1988) menyatakan bahwa molusca termasuk binatang yang sangat berhasil menyesuaikan diri untuk hidup di berbagai tempat dan cuaca pada berbagai kisaran suhu. Menurut Soetjipta (1993) menyatakan suhu yang dapat ditolerir oleh organisme pada suatu perairan berkisar antara 200C sampai dengan 300C (Soetirta, 1993:39). Hasil menunjukkan bentos yang sedikit ditemukan adalah kelas Oligochaeta, Bivalvia dan Crustacea, yaitu masing-masing satu spesies. Kelompok bentos yang terbesar yang hidup di Krueng Daroy adalah dari kelas Gastropoda yaitu Sembilan jenis. Menurut Sanitta Trisna (2001), Gastropoda merupakan organisme yang mempunyai kisaran penyebaran yang luas di substrat berbatu, berpasir, maupun berlumpur, tetapi organisme ini cenderung

13


menyukai substrat Trisna,2001:35).

berpasir

(Sanita

4 5 6

II dan III II dan IV III dan IV

49,89 47,83 63,68

Indeks Kemerataan (e) Indeks Kemerataan diperoleh dengan analisis pada lampiran 4, dan diperoleh data seperti pada tabel 4. Tabel 3. Indeks Kemerataan bentos yang terdapat di Krueng Daroy No Stasiun Indeks Keseragaman 1 I 0,774 2 II 1,793 3 III 0,835 4 IV 0,598 Indeks Kemerataan digunakan untuk mengetahui kemerataan masing-masing jenis dalam satu ekosistem. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa indeks kemerataan bentos di empat stasiun penelitian berkisar antara 0,598 sampai 1,793, berarti nilainya cenderung mendekati satu. Menurut Krebs (1989) apabila nilai kemerataan nol atau mendekati nol artinya kemerataannya rendah. Kemerataan mendekati satu atau satu maka nilai kemerataannya tinggi dan jumlah individu tiap jenis merata atau seragam. Dari indeks kemerataan dapat diketahui bahwa bentos yang terdapat di Krueng Daroy memiliki jumlah individu tiap jenis merata atau seragam. Indeks Similaritas (IS) Indeks Similaritas diperoleh dengan pembagian jumlah spesies yang sering dijumpai dengan jumlah spesies yang sama pada kedua stasiun yang dibandingkan, dan diperoleh data seperti pada tabel 4. Tabel 4. Indeks Similaritas bentos yang terdapat di Krueng Daroy Stasiun Indeks Similaritas No (%) 1 I dan II 72,72 2 I dan III 48,72 3 I dan IV 51,80

14

Indeks Similaritas (kesamaan) digunakan untuk melihat kesamaan jenis antar stasiun. Indeks kesamaan yang tertinggi dijumpai pada stasiun I dan II yaitu 72,72 % dan yang terendah pada stasiun II dan III yaitu 47,83 %. Menurut Odum (1993) jika nilai indeks kesamaan lebih besar dari 50 % berarti adanya persamaan antara dua komunitas dan jika nilai indeks kesamaannya lebih kecil dari 50 % berarti adanya perbedaan antar dua komunitas. Tingginya kesamaan antara stasiun I dan II menunjukkan bahwa secara umum kondisi fisik dan kimia perairan relatif sama. Hal ini dapat dilihat dari nilai faktor fisik dan kimia perairan yang tidak jauh berbeda. V. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang keragaman bentos di Krueng Daroy dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat 10 jenis bentos yang dikelompokkan kedalam 4 kelas yaitu Gastropoda, Bivalvia, Oligochaeta, dan Crustacea. 2. Indeks keragaman bentos yang ditemukan berkisar antara 1,245 sampai 3,488, hal ini menunjukkan bahwa tingkat keragaman bentos antara satu stasiun dengan stasiun lain tinggi. 3. Indeks keseragaman berkisar antara 0,598 sampai 1,793 yang berarti bahwa jumlah individu tiap jenis merata atau seragam. 4. Indeks similaritas menunjukkan bahwa bentos di Krueng Daroy relatif sama dengan nilai antara 47,83 % sampai 72,72 %.


DAFTAR PUSTAKA Ardi. 2002. Pemanfaatan Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Pesisir. ITB: Bogor. Boyd dan Lichtkoppler dalam Yustina, Keanekaragaman Ikan di Krueng Daroy Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar, NAD (Skripsi) (Banda Aceh Unsyiah, 2004), hal. 4. Brotowidjoyo dalam Yustiana, Keanekaragaman Ikan di Krueng Daroy Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar, NAD (Skripsi) (Banda Aceh: Unsyiah,2004), hal.3. DPPW-DJSDA, Laporan Pendahuluan Penanggulangan Bankir Krueng Daroy, Krueng Neng dan Krueng Lung Panga (Tahap II) Kabupaten Aceh Besar ,(NAD: Wahana Adya Konsultan, 2001), hal.21. DPPW-DJSDA, Laporan Nota Penjelasan Penanggulangan Bankir Krueng Daroy, Krueng Neng dan Krueng Lung Panga (Tahap II) Kabupaten Aceh Besar, (NAD: Wahana Adya Konsultan, 2001), hal.1.

Hutabarat,S dan S.M Evans, 1993. Pengantar Oceonografi. Djambatan: Jakarta. James dalam Evi Ranggayani, Keragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Perairan Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah (skripsi) (Banda Aceh: UNSYIAH, 2001), hal.5. McConnaugheu, B.H dan R.Zattoli, 1993 Pengantar biologi Laut, IKIP Semarang. Michael,P, 1994. Metode Ekologi Untuk Ladang dan Laboratorium. UI: Jakarta Mukayat Djarubito Brotowidjoyo. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta. Nontji. 1993. Laut Nusantara, Djambatan: Jakarta. Suin dalam Herfiyusni,Studi Biodiversity Makrozoobentos di Vegetasi Mangrove Peukan Bada Aceh Besar, (Skripsi) (Banda Aceh: UNSYIAH, 2001), hal. 4.

DPPW-DJSDA, Laporan Pendahuluan Penanggulangan Bankir Krueng Daroy, Krueng Neng dan Krueng Lung Panga Kabupaten Aceh Besar, (NAD: Wahana Adya Konsultan, 2001), hal.1. Eugene.P.Odum dalam Huslidar. 2006. Keanekaragaman Ikan di Sungai Alue Tho Desa Alue Tho Nagan Raya Sebagai Media Praktikum Zoologi Vertebrata,NAD (Skripsi) (Banda Aceh: IAIN,2006), hal. 8. Eugene P. Odum. 1971. Dasar-dasar Ekologi Edisi ke 3. UGM. Yogyakarta.

15


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.