Geschiephoria magz
CONFLICT BIAS : PAST & FUTURE Ibn Khaldun pernah mengungkapkan bahwa gerak sejarah berbentuk spiral. Ar nya sejarah yang terjadi pada masa kini bias jadi adalah peris wa yang telah terjadi pada masa sebelumnya, meskipun pelakunya orang yang berbeda namun memiliki esensi serta kepen ngan yang sama. Menurut konsep ini pola sejarah disamping menunjukkan pengulangan juga terus bergerak maju, dak berputar di tempat. Disini doktrin kesinambungan dan perubahan bergabung menjadi satu dalam pola tersebut. dengan kata lain, menurut konsepsi ini, umat manusia cukup krea f dalam menciptakan halhal yang ada dalam perjalanan sejarah. Bias sendiri mempunyai ar e mologis pembelokan cahaya yang terkena suatu bidang (air), selain itu bias juga mempunyai penger an sebuah penyajian bahan yang dipenuhi prasangka dan juga dapat berar kesalahan yang konsisten dalam memberikan sebuah nilai. Bias berar satu sisi, atau kurang sudut pandang netral dan dak memiliki pikiran terbuka. Bias dapat da ng dalam berbagai bentuk dan sering dianggap iden k dengan prasangka atau kefana kan. P e r b e d a a n s u d u t p a n d a n g i n i ke m u d i a n menimbulkan bias informasi sehingga terjadi prasangka dan praduga yang dapat memicu terjadinya konflik. Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, secara umum terdapat empat factor penyebab terjadinya konflik, yaitu: perbedaan individual, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepen ngan, dan perubahan sosial. Perbedaan perspek f juga dapat menjadi akar-akar konflik, apalagi di Indonesia ini banyak sekali daerah yang dijuluki daerah dengan sumbu pendek yang dengan sedikit saja disulut pas akan terjadi kekacauan besar. Penyebab terjadinya bias konflik ini sifatnya lebih kompleks yang menyangkut dimensi social, ekonomi, poli k, budaya, hingga agama.
1
Untuk menghindari terjadinya bias konflik maka jangan percaya atau dak percaya hanya karena bias informasi saja, sebenarnya konflik itu rela f jika dapat dinilai benar atau salahnya. Benar apabila dinilai oleh sumber daya dalam kelompok (in group) dan salah bila dinilai oleh sumber daya luar kelompok (out group)-nya. Untuk itu, Geschiephoria edisi kedua ini mengangkat tema Bias-bias konflik yang terjadi di Indonesia. Karena ternyata pola sejarah yang berulang jika diaplikasikan dalam sebuah konflik akan menimbulkan suatu bias karena hasilnya mungkin akan berbeda atau dak sama dengan konflik yang sama di tempo dulu. Ada kebiasaan mengabaikan dokumen atau sumber karena bias yang kadang dapat memicu kesalahan. Misal: kerusuhan Malari atau Malam 15 Januari 1974 dan kerusuhan Mei 1998 sama-sama mempunyai pola yang sama dan sebab yang hampir sama yaitu ke dakpuasan dengan pemerintah yang berkuasa, namun hasil dari kedua peris wa tersebut benar-benar berbeda!. (redaksi)
“Homo Homini Lupus”, manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. - Plautus-
Geschiephoria magz
C o n t e n t kala atjeh menitikan air mata
KONFLIK VERTIKAL & RESISTENSI PRIBUMI
BENGKULU
KONFLIK = MULTIKULTURAL (?)
3
BANYAK ASAP DISANA Jalan Slamet Riyadi pada Mei 1998
24
AMBIVALENSI BIROKRASI :
BUDAYA (KAN) KORUPSI?
Peristiwa Lebak Banten
DIANGGAP MENGHINA NABI, DIBURU SELURUH UMAT Martodharsono, Sosok di Balik Polemik Djawi Hisworo
8
KONFLIK PERS ORDE BARU
Episode Kemarahan Massa Atas Bredel Tiga Media (Tempo, Detik dan Editor) Tahun 1994
30
12
16
20
Satu Kata
, YANG TERPINGGIRKAN DARI KONFLIK‘ 65
39
43
Sky Full Of Cloud :
Langit Makin Mendung dan Kontroversi
35
oposisi SWAPRAJA surakarta
OPINION
Museum Trowulan
RUMAH GEMILANG MAJAPAHIT
LEST WE FORGET :
PERISTIWA SAMPIT, 2001 ******* ****************
Mooi Salatiga
Berlakunya Politik Etis Sebagai Modal Penjajahan ?
Perjuangan Panjang Pergerakan Perempuan Pada Komite Aksi Perempuan Sekber Buruh Di Indonesia
47
55
59
62
70
Tim Redaksi Dewan Redaksi Ahli : Insiwi Febriary S, S.S M.A dan Sayid Mataram S.Sn, M.Sn Editor in Chief : Apriliandi Damar Editor : Retno Galih, Muhammad Aprianto, Ai San neu Redaktur Ar s k : Nino Basunindyo, Denny Se awan Ilustrator : Figi, Diandra Fotografer : Nugraovic Kontributor : Si Rahmana, Delta, Agilvi, Bryan, Zulfian, Basuni, Dipta, Evi, Reyzha, Pamungkas, Yasmin, Arif
2
Email : gphoriamagz@gmail.com FB : Geschiephoria Magazine
Geschiephoria magz
- Insiwi Febriary -
KONFLIK = MULTIKULTURAL (?)
Geschiephoria magz
Dekade terakhir ini sering sekali kita mendengar, melihat bahkan mengiku serangkaian kegiatan yang dikemas dengan kata kunci “konflik” dan “mul kulturalisme”. Memang diakui bahwa permasalahan pertentangan kepen ngan saat ini dak hanya berupa masalah perbedaan antara patron-klien yang lebih bersifat struktural seper halnya yang terjadi antara tuan tanah-buruh ataupun penjajah-pribumi atau negara-rakyat yang merupakan konflik struktural. Konflik yang terjadi pada awal abad 21 lebih didominasi oleh konflik horisontal yang disebabkan oleh sen men ras dan agama, meskipun juga ada faktor kesenjangan ekonomi yang turut memicu munculnya konflik.Tentu dak bisa kita lupakan peris wa Kerusuhan Mei 1998 di berbagai kota besar sebagai k tolak reformasi diwarnai dengan sen men an Cina yang sangat kuat. Disusul dengan berbagai peris wa yang hampir serupa di berbagai daerah, Sambas, Lampung, Tasikmalaya dan lain sebagainya. Dengan makin banyaknya potensi konflik horisontal di berbagai wilayah, para ilmuwan, budayawan dan pendidik menggagas solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengedepankan pemahaman “mul kulturalisme”. Solusi ini muncul dengan melihat kecenderungan masyarakat mudah disulut dengan isu-isu SARA, yang mempertentangkan perbedaan antara kelompok masyarakat. Pertanyaan yang perlu diajukan selanjutnya adalah apakah tawaran pemahaman konsep mul kulturalisme bisa meminimalisir potensi konflik horisontal khususnya sosial budaya? Bagaimana konsep tersebut bisa diinternalisasi dalam kehidupan masyarakat dan bukan sekedar imajinasi? Mari kita lihat berdasarkan beberapa hasil peneli an yang membahas pelaksanaan konsep mul kulturalisme ini dalam menghadapi potensi konflik horisontal.
4
ANATOMI KONFLIK Menurut Marvin Olsen dalam The Process of Social Organiza on (1968), konflik muncul berdasarkan dua pihak atau lebih yang memiliki kepen ngan sama terhadap sebuah masalah, atau kesatuan pelaku-pelaku konflik menginginkan tujuan yang sama, atau dalam njauan yang lebih dalam lagi, dalam sebuah organisasi atau kelompok terjadi perbedaan orientasi antar anggotanya. Pada in nya, konflik adalah pertentangan kepen ngan antara dua kelompok bahkan lebih, yang masing-masing memiliki tujuan berbeda. Konflik bisa berbentuk kompe si, agresi, permusuhan dan perpecahan. Konflik melibatkan dua pihak atau lebih, kelompok atau individu. Unsur-unsur dalam konflik salah satunya ada gerakan kolek f dari sebuah pihak untuk merespon sebuah ndakan dari pihak lain. Hal ini bisa kita lihat dari teori yang diberikan oleh Bert Klandermans dalam bukunya The Social Psychology of Protest (1997) tentang gerakan kolek f yang didorong oleh adanya berbagai faktor yang sama. Lihat pula teori Collec ve Behaviour dari Neil Smelser yang membagi tahapan-tahapan munculnya sebuah reaksi atau konflik dengan faktor-faktor sebagai berikut : 1. Structural Conduciveness, karakteris k lokasi yang mendukung adanya sebuah perilaku kolek f tertentu. 2. Structural Strain, sebuah faktor yang “salah” dalam masyarakat. Dalam bahasa yang lebih m u d a h , a d a ny a ke s e n j a n g a n a ta u perbedaan yang bisa menjadi faktor pendorong konflik. 3. Spread of belief, dimana masyarakat memiliki satu keyakinan tertentu terhadap suatu isu atau masalah yang tersebar secara cepat dan luas sehingga membentuk opini umum. 4. Precipita ng factors, kejadian pencetus yang menjadi perha an serius bagi massa atau masyarakat. 5. Mobilita on, yaitu bagaimana proses mobilisasi masyrakat dalam merespon
Geschiephoria magz
faktor-faktor di atas. Dalam hal ini tentu akan muncul peran pemimpin gerakan tersebut yang akan diyakini oleh massa atau masyarakat. 6. S o c i a l C o n t r o l , m e r u p a k a n t a h a p p e ny e l e s a i a n s e b e l u m d a n s e s u d a h terjadinya konflik. Lalu, dimanakah letak pemahaman mul kulturalisme itu bisa mencegah munculnya konflik yang lebih luas dan besar? .
Analisa Fakta KonFLik Sosial .Sebagai contoh pertama kita bisa melihat peneli an dari Jamal Wiwoho tahun 2007 tentang Studi Perekat Sosial Pada Etnik Berpotensi Konflik Sebagai Upaya Menciptakan Keharmonisan Lingkungan Sosial - Budaya Melalui Pendekatan Social Capital Di Kampung Balong, Kodya Surakarta. Potensi munculnya konflik sosial di Surakarta bisa dilihat dari ragam etnis di kampung tersebut yang kebetulan didominasi oleh etnis Cina. Faktor yang bisa dikategorikan sebagai pemicu antara lain : (1) Adanya tekanan ekonomi dan poli k dalam negeri Cina telah memaksa orang-orang Cina merantau ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kedatangan mereka membawa serta tradisi, tata kehidupan dan normanorma yang berlaku dalam masyarakat mereka serta sikap fana sme terhadap negara tradisi leluhur. Kedatangan orang Tionghoa secara besar-besaran terjadi pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Dengan latar belakang poli k dan ekonomi, orangorang Tionghoa sengaja didatangkan oleh pemerintah Belanda untuk menopang misi penjajahan. Sejarah Kota Surakarta ( Solo) dak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1745 oleh Pakubuwono II. Semakin bertambahnya warga etnis Cina di
5
Solo dan makin berperannya etnis tersebut d a l a m p e re ko n o m i a n m e nye b a b ka n munculnya pemikiran Pakubuwono IV (17881820) untuk menunjuk pemimpin dan lokasi pemukiman etnis tersebut. Orang-orang Cina kemudian diberi ijin menempa daerah Balong dan Sudiroprajan. Balong inilah yang kemudian menjadi "cikal bakalnya" orangorang Cina di Surakarta. (2) Konflik antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Surakarta terjadi pada tahun 1980 dan 1998. Konflik 1980 lingkupnya kecil, namun membuat orang-orang Tionghoa merasa trauma yang mendalam, sedangkan konflik tahun 1998 lingkupnya besar namun dak begitu terasa, sebab telah terjalin hubungan yang baik dan akrab antara etnis Tionghoa dan Cina. Bahkan di kampung Balong dak tersentuh kerusuhan, sebab antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa telah membaur baik dan keamanan kampung menjadi tanggung jawab bersama.
Menurut Jamal Wiwoho, kerusuhan sosial yang terjadi pada tanggal 14 dan 15 Mei 1998 di kota Surakarta, membuk kan bahwa model penawaran yang selama ini dilakukan oleh pemerintah Orde Baru melalui kampanye pembauran dan asimilasi pribumi dan non pribumi telah gagal. Menurut peneli an ini, faktor-faktor yang menjadi penghambat Integrasi, antara lain: (a) Faktor Sosial, etnis Tionghoa sering hidup berkelompok dan menetap dalam satu kampung yang disebut "Kampung Pecinan"; (b) Faktor Budaya, etnis Tionghoa datang ke Indonesia dengan membawa budaya, adat is adat dan tradisi yang bersumber dari ajaran Konfusius dan Budha. Mereka berusaha untuk mempertahakan budaya leluhur (c) Faktor Ekonomi, sejak zaman penjajahan Belanda, orang-orang Cina sering dipakai
Geschiephoria magz
sebagai tangan panjang Belanda untuk melakukan poli k memecah belah (devide et impera) dalam mengahadapi orang-orang pribumi khususnya di bidang ekonomi. Sebagai peris wa yang menjadi puncak konflik JawaCina di Surakarta, kerusuhan sosial pada pertengahan Mei 1998, juga telah menjadi precipita ng faktor yang menjadi perha an nasional sehing ga menimbulkan kesadaran bersama bahwa seja nya konflik horisontal itu bisa muncul kapan saja dengan beragam faktor pendorong yang sangat sensi f. Kontrol sosial yang kemudian muncul adalah dengan mengangkat isu keberagaman dalam ak vitas masyarakat, baik itu ekonomi, poli k, sosial dan budaya. Perha an terhadap etnis atau kelompok masyarakat minoritas juga semakin menguat. Mari kita lihat pula bentuk akulturasi sosial ekonomi di dalam kehidupan pasar di wilayah Surakarta, dalam peneli an Ai San neu dkk tahun 2012, Berdamai di Pasar : Pola Interaksi Mul etnis sebagai Upaya Mengatasi Konflik Horisontal di Surakarta. Peneli an ini melakukan Iden fikasi mengenai hubungan pedagang dari etnis Cina dengan etnis Jawa di Pasar Gede yang kompeten untuk menimbulkan konflik pada dasarnya sangat minim sekali. Hubungan yang dak hanya didasari mencari keuntungan sebesar-besarnya namun juga hubungan kekeluargaan yang erat telah banyak mempengaruhi interaksi pedagang yang berbeda kultur tersebut. Tuna sathak bathi sanak, salah satu filosofi yang banyak dipegang oleh orang-orang Jawa dalam kehidupannya khususnya dalam hal perdagangan. Filosofi yang memiliki maksud “dalam hal berdagang apabila dak mendapatkan untung yang besar bukan merupakan suatu masalah, namun yang terpen ng adalah mendapatkan saudara atau teman baru”. Hal ini dapat digunakan sebagai pemeliharan hubungan antar pedagang dalam lingkungan pasar walaupun dinamika persaingan di pasar yang sangat besar.
6
Pasca terbakarnya Pasar Gede pada tanggal 28 April 2000, wacana revitalisasi Pasar Gede mulai merebak ke permukaan publik. Konsep pembangunan kembali Pasar Gede yang dilontarkan pemerintah menyebutkan bahwa pasar dibangun dengan konsep modern (mall). Pernyataan tersebut mendapatkan respon nega ve dari mayoritas pedagang Pasar Gede karena dak menyetujui perombakan total pasar. Selain terkait dengan bangunan peninggalan dari Keraton, dibangunnya pasar dengan konsep modern akan semakin mempersulit pedagang-pedagang kecil. Hal tersebut menjadi pemicu konflik antara Dinas Pasar dengan para pedagang Pasar Gede. Pada dasarnya konflik berbau etnis/ras antara pedagang di Pasar Gede sangat minim terjadi. Konflik yang terjadi lebih didasarkan pada faktor di luar itu misalnya faktor ekonomi, masalah pribadi, maupun persaingan harga. Walaupun konflik tersebut hanya sekedar hanya berupa percikan api, namun apabila dibiarkan akan menjadi besar dan membakar hubungan harmonis yang selama ini telah terjalin antar kedua etnis. Dua etnis yang mempunyai dominasi yang sama kuat di Pasar Gede tentunya sangat riskan dengan konflik. Etnis Cina yang lihai dalam urusan perdagangan, dak menjadikan hubungan kedua etnis menjadi renggang. Kecemburuan sosial mengenai hal tersebut lebih dapat diredam dengan berbagai cara yang telah diupayakan oleh pengelola pasar. Pedagang dari kedua etnis tersebut disatukan ke dalam sebuah paguyuban pedagang antara lain paguyuban Komppag dan Paguyuban Rukun Makmur Sejahtera. Kedua paguyuban tersebut menghimpun para pedagang dari kedua etnis dak membedakan mereka dalam ras. Tidak hanya dari lembaga yang digunakan sebagai wadah untuk berkumpul dan bersilaturahmi, kebijakan pengelola pasar yang dak mengkotak-kotakan pedagang menurut etnis adalah salah satu langkah posi f. Pengelompokan hanya dilakukan berdasarkan komoditas perdagangan saja. Jika memasuki area pasar akan terlihat para
Geschiephoria magz
pedagang saling membaur. Dengan mudah dapat ditemui pedagang Cina dan Jawa yang berjualan saling berdampingan walaupun dengan komoditas sama. Memasuki tahun baru Cina, para pedagang J a wa j u ga m e nye d i a ka n b a ra n g d a ga n ga n perlengkapan perayaan imlek yang banyak dibutuhkan oleh penduduk Cina di daerah Sudiroprajan. Jalur kesenian adalah salah satu cara paling efek f untuk memelihara hubungan baik antar p e d a ga n g d i Pa s a r G e d e . Pe n ge l o l a p a s a r mengadakan la han karawitan se ap hari Selasa, Rabu, dan Jum'at yang bisa diiku oleh para pedagang dari berbagai etnis. Karawitan sangat kental dengan kultur Jawa, namun dak hanya para pedagang Jawa saja yang berantusias untuk mempelajarinya. Pela han tersebut bukan tanpa tujuan, karena makna dari gamelan adalah keselarasan. Keselarasan yang tercermin dalam alunan gamelan diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di pasar. La han karawitan juga dapat digunakan sebagai media refreshing bagi para pedagang di Pasar Gede. Selain itu ada pula kegiatan lain yang disebut dengan Grebeg Pasar Gede. Kegiatan ini menjadi salah satu cerminan akulturasi kebudayaan Jawa dengan Cina pada umunya. Tidak hanya warga Sudiroprajan yang mendominasi acara ini, namun kalangan akademisi, seniman dan pegawai pemerintahan juga turut serta dalam kegiatan tersebut. Para pedagang pasar Gede dak ke nggalan untuk memeriahkan perayaan tahun baru Imlek. Munculnya simbol-simbol jawa dalam perayaan tersebut menjadikan salah satu gambaran bahwa hubungan antar kedua etnis berjalan dengan seimbang. Tidak ada diskriminasi ras seper masa lalu. Dari peneli an tersebut, kita bisa melihat kontrol sosial yang dilakukan melalui interaksi budaya dan sosial yang berlaku cair dan dak ada aturan baku yang mengikat. Praktek mul kulturalisme dalam bentuk saling
7
bekerjasama, sebenarnya muncul secara alami dan dak terins tusionalisasi. Sehingga potensi konflik bisa diminimalisir.
Peran tokoh pemerintah secara konseptual disinggung Kusnadi dalam tulisannya di Jurnal Wacana UI tentang peran elite daerah untuk meminimalisir konflik.Pada dasarnya, konflik sosial berbasis etnisitas yang berlangsung secara masif dak ada yang semata-mata terjadi karena perbedaan-perbedaan sosial-budaya yang bersifat horisontal, seper agama, bahasa, tradisi dan adatis adat, sejarah sosial, gaya hidup, atau nilai-nilai budaya lainnya. Aspek-aspek ver kal-struktural, seper akses dan penguasaan sumber daya ekonomipoli k (kekuasaan) senan asa terlibat. Bahkan semakin nggi nilai sumber daya yang diperebutkan dan kondisinya terbatas, maka konflik sosial yang terjadi akan semakin intensif dan keras (Kusnadi dan Burhanuddin, 1997). Dalam situasi demikian, dampak konflik secara psikologis sangat mencekam masyarakat dan secara sosial-ekonomi memberatkan masa depan kehidupan mereka yang terlibat konflik. Upaya untuk meretas jalan menuju perdamaian abadi juga sangat sulit karena membutuhkan kesabaran, keseriusan, dan pengorbanan yang besar. .
Geschiephoria magz
kala atjeh menitikan air mata
o
tn e R -
h i l Ga
Geschiephoria magz
Hassan Tiro, pemimpin GAM bersama pasukan GAM. Sumber : Google
DOM ACEH 1989 - 1998 Aceh merupakan daerah yang berada di sebelah Barat Indonesia. Kekentalan pengaruh Islam sangat terasa dan menjadi suatu dasar kehidupan masyarakat di daerah yang sering disebut dengan Serambi Mekah tersebut. Kaya namun, memiliki beberapa catatan kelam tentang tragedi yang pernah menyelimu wilayah tersebut mulai dari perlawanan warga Aceh atas kekejaman Belanda di masa Kolonial, hingga dijadikannya Aceh sebagai Daerah Operasi Militer pada masa Orde Baru yang memberikan sebuah trauma tersendiri bagi para penduduknya. Menurut Neta S Pane, penulis buku Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka, Solusi, Harapan dan Impian, Aceh menjadi Daerah Operasi Militer berawal dari kekecewaan warga Aceh terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru yang sangat merugikan Aceh. Padahal melihat besarnya sumbangan rakyat Aceh, ke ka dahulu raktyat Aceh meminjamkan kekayaan yang mereka punya berupa emas kepada Republik ini agar dapat berdiri dan mempersiapkan diri terhadap perlawanan tentara Belanda lewat pembelian dua pesawat tempur buatan Rusia dengan pinjaman
9
dari Aceh dan Presiden Soekarno pun menjanjikan diterapkannya Syariat Islam di Aceh setelah perjuangan kemerdekaan berakhir. Akan tetapi janji tersebut dak dipenuhi, justru Aceh dimasukkan ke dalam Provinsi Sumatera Utara. Rakyat Aceh semakin jengkel tatkala kekayaan alam Aceh terus dikuras oleh pemerintah pusat dengan sistem kebijakan sentralis knya dan hanya menjadikan Aceh sebagai “sapi perah�. Hal ini menimbulkan niatan kepada rakyat Aceh untuk memisahkan diri serta berjuang mendapatkan keadilannya. Perjuangan rakyat Aceh telah didengungkan jauh sebelum tahun 1989 kala
Geschiephoria magz
Daerah Operasi Militer ini dicetuskan oleh Soeharto. Gerakan Aceh Merdeka dideklarasikan pada 4 Desember 1976 yang dipimpin oleh Hasan Muhammad Tiro melalui GAM (Gerakan Aceh Merdeka) atau ASNLF (Acheh Sumatra Na onal Libera on Front). Pada tahun-tahun setelah GAM mendeklarasikan dirinya, perlawanan rakyat Aceh kian Agresif dan hal ini tentu saja mendapatkan tanggapan dari pemerintah, pemerintah menempatkan pasukan RPKAD di Aceh. Pada Juni 1977 pemerintah meningkatkan perang psikologisnya (psy-war) terhadap rakyat Aceh. Ironisnya serangan ini ternyata bukan ditujukan untuk para pe nggi GAM, melainkan rakyat biasa. Mereka disiksa agar dak mendukung apa yang dilakukan oleh GAM. Begitu juga dalam mencari orang-orang yang telibat dalam GAM mereka dak segan menyiksa dan menjebloskan ke dalam penjara, dak peduli wanita maupun anak-anak. Pada kurun waktu 1976 hingga 1989 dalam upaya dan mendukung kampanye an pemberontakan, tentara Indonesia melakukan pengejaran serta serangan bersenjata dan pencarian dari rumah ke rumah (sweeping) terhadap anggota Gerakan Aceh Merdeka ke daerah-daerah yang diduga merupakan basis dari GAM. Amnesty Internasional melaporkan, pada saat tentara Indonesia melakukan pencarian ke rumah-rumah yang diduga sebagai daerah basis GAM, tentara Indonesia melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM seper melakukan pembakaran terhadap rumah-rumah penduduk, menyiksa penduduk, menangkap istri dan anak-anak yang dianggap sebagai anggota GAM, hingga ada yang diperkosa bahkan hingga membunuh di luar proses hukum orang-orang yang dianggap GAM.
10
Mereka Yang Jadi Korban
Di tengah krisis yang melanda Aceh ke ka itu, kaum perempuan Aceh dianggap menjadi korban yang paling mengenaskan. Mulai dari pelecehan, pemerkosaan hingga pembunuhan dilakukan oleh aparat yang dianggap berwenang yang seharusnya melin d u n gi ma sya ra kat . Wa rga Aceh ya n g memberontak tetap melakukan aksi seper berdemonstrasi dan angkat senjata dalam menghadapi krisis. Menurut Al-Chaidar dkk dalam bukunya Aceh Bersimbah Darah: Mengungkap Penerapan Status Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh 1989-1998, sebenarnya banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Aceh namun ada beberapa faktor yang menutupi kasus-kasus tersebut, salah satunya adanya intervensi dan ancaman terhadap para korban dari para pelaku dan pihak-pihak terkait lainnya. Menurut Anjte Missbach dalam bukunya yang berjudul Poli k Jarak Jauh Diaspora Aceh, ke ka Aceh menjadi Daerah Operasi Militer (DOM) banyak orang Aceh yang melarikan diri dari kebrutalan kampanye militer. Ratusan orang mengungsi ke negeri jiran Malaysia melalui jalur laut. Pada tahun 1989 ada sekitar 600 orang pengungsiyang mayoritas adalah keluarga anggota GAM yang di tahan pemerintah Malaysia dan didakwa menurut Undangundang Imigrasi 1959/1963 (UU 155) kaereka hanya beralhir di penjara. Ta h u n 1 9 9 0 - a n , b a nya k o ra n g ya n g meninggalkan Aceh karena situasi keamanan yang memburuk, terutama daerah pedesaan. Kondisi keamanan yang buruk juga mengurangi peluang kerja. Anjte Missbach mengatakan bahwa sangat lah sulit memas kan kepergian orang-orang Aceh yang mencari perlindungan di luar Aceh apakah memang dilatarbelakangi alasan poli k atau alasan ekonomi belaka. Meski begitu bagi warga Aceh yang lolos dari pemerintah Malaysia mereka bekerja di sana dengan menjadi buruh dan bekerja di sektor-sektor industri di Malaysia.
Geschiephoria magz
Aceh dan Repubilk Indonesia dak selalu hidup dalam keharmonisan karena ingatan masa lalu antara Aceh dan RI memang telah berbeda. Sejarawan Anthony Reid dalam buku Menuju Sejarah Sumatra menyebutkan, Indonesia lebih banyak dibentuk oleh penyesuaian dari pengaruh Belanda ke mbang perlawanan terhadap Belanda. Sebaliknya sejarah Aceh merupakan satu perjuangan panjang untuk menghindarkan diri dari penyatuan ke dalam koloni yang kemudian menjadi Indonesia. Memang ke ka perang kemerdekaan Aceh dan RI bekerja sama dan saling membantu dalam menghadapi Belanda. Namun, kenangan masa lalu yang berbeda ini tetap tak bisa ditutupi oleh apapun. Perjuangan Aceh terhadap kolonialisme dan kekaďŹ ran telah ada bahkan jauh sebelum negara ini lahir, oleh karena sejarah yang seper itulah maka wajarlah Aceh meminta haknya sebagai daerah yang telah berjuang terhadap kolonialisme di bumi per wi.
Dalam kasus yang terjadi di Aceh dan menjadikan Daerah Operasi Militer terhadap suatu wilayah yang memberontak tentunya dirasa perlu. Namun, ndakan- ndakan yang dilakukan pihak militer dalam melakukan sebuah operasi di DOM Aceh ini merupakan suatu penyimpangan yang terlalu berlebihan. Terlepas dari itu semua ndakan represif militer dalam menanggapi aksi sebagian masyarakat sipil di Aceh dak sepatutnya dilakukan. Karena tugas dari militer di Indonesia adalah melakukan pertahanan dan keamanan Negara yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Semoga dengan ini tak ada lagi air mata di tanah per wi yang dikarenakan sebuah konik, semoga.
Hassan Tiro, pemimpin GAM.
11
Sumber : Google
Geschiephoria magz
- M. Pamungkas -
AMBIVALENSI BIROKRASI :
BUDAYA ( KAN ) KORUPSI? Peristiwa Lebak Banten Bersih tanpa korupsi!!! Nampaknya slogan tersebut hanya menjadi wacana semata lantaran korupsi tumbuh subur bagai jamur di musim hujan. Sungguh ironi ke ka sebuah bangsa yang berdaulat, adil dan makmur digerogo oleh oknum-oknum tak bertanggung-jawab yang mencari keuntungan dari negara. Tidak dapat diragukan lagi korupsi di Bumi Per wi tanpa disadari telah membudaya. Budaya korupsi yang dimaksud mempunyai konotasi nega f, berdasarkan realita yang ada korupsi saat ini dilakukan secara berjamaah dan tanpa pandang usia. Akhir-akhir ini ramai dibicarakan dalam media massa maupun diskusi-diskusi publik, mengulas tentang pelaku koruptor baik dari kalangan umum hingga aparatur negara yang sudah kebal atau dak punya rasa malu terhadap norma-norma yang berkembang dalam masyarakat. Sebelum berbicara lebih lanjut, alangkah bijaknya kita menilik lembar sejarah perjalanan bangsa ini.
Geschiephoria magz
Sejarah mencatat bahwa ndakan kesewenang-wenangan, korupsi, kolusi, dan nepo sme para penguasa (patron) selalu iden k dengan birokrasi. Birokrasi pada hakikatnya secara pokok berfungsi mengatur dan melayani masyarakat. Sistem birokrasi pemerintah Indonesia sebagai bagian dari budaya poli k merupakan manifestasi dari sistem nilai dan kepercayaan budaya jawa, khususnya faham kekuasaannya. Dengan kata lain, kekuasaan otonom sangat beperan pen ng dalam menentukan arah birokrasi suatu rezim.
Peris wa Lebak adalah salah satu contoh dari banyaknya ambivalensi birokrasi kolonial, dimana pada tahun 1850-an terjadi konik besar antara Bupa Lebak PA Kartanegara dengan Asisten Residen Douwes Dekker. Lebak, digambarkan sebagai sebuah daerah pedalaman yang miskin di Jawa Barat, yang di dalamnya dak terdapat banyak orang Eropa. Untuk mencapai daerah tersebut pada waktu itu, harus melalui “jalan besarâ€? Daendles dan jalan yang berliku-liku, mendaki dan menurun, dengan jurangjurang yang dalam di pinggirnya, dengan kondisi jalan yang buruk, dan hanya bisa dilalui dengan jalan kaki atau kendaraan kereta kuda dan kuda. Wilayah Lebak masih penuh dengan hutan dan semak-semak sehingga banyak binatang buas hidup disana.
Pena sejarah dak hen -hen nya m e n g g o r e s ka n n t a . S a r t o n o Ka r t o d i r d j o menjelaskan bahwa gejala korupsi dewasa ini, khususnya birokrasi, berakar pada kebudayaan birokrasi kolonial. Ambivalensi yang inheren ada pada birokrasi kolonial, merupakan sumber pelbagai permasalahan korupsi terutama bila dipandang dari prespek f modern. Mengapa birokrasi kolonial (1800-1942) dak mampu memodernisasikannya? Dalam hal ini pemerintah kolonial berada pada posisi dilema s, pembenahan birokrasi modern sangat pen ng guna menopang proses indrustrialisasi, komersialisasi, dan modernisasi sosial-ekonomi lainnya, disisi lain pemerintah kolonial dalam mengakomodir rakyat masih membutuhkan bupa beserta bawahannya sebagai perantara.
Di Lebak, Havelaar dihadapkan masalah kema an mantan asisten residen terdahulu yang mencurigakan. Sumber diperoleh dari janda asisten residen, Nyonya Slotering, seorang bumiputera yang dak dapat berbahasa Belanda. Dengan sifatnya yang menyukai keadilan Havelaar mencoba mencari keterangan dan mendapatkan catatan ke dakadilan yang ditulis tuan Slotering, kemunduran rakyat Parangkujang hanya disebabkan karena penduduk disalahgunakan secara keterlaluan. Oleh sebab itu Havelaar ingin menolong penduduk dari berbagai macam bentuk ke dak adilan.
Dengan perkembangan administrasi kolonial maka jumlah pegawai Eropa bertambah banyak, mereka terpencar ke pedalaman, sehingga ada pengawasan oleh residen dan pembantunya, asistenresiden dan kontrolir, terhadap ngkah laku bupa dan bawahannya. Meskipun demikian struktur feodal masih kokoh menempatkan kepala desa tetap di bawah pengaruh para pamong praja, maka mereka dak dapat ber ndak secara bebas dan berhubungan langsung dengan atasannya. Pertengahan abad-19 ternyata kuat sekali ikatan feodal itu, seper yang terungkap oleh peris wa Lebak sebagai ledakan konik antara Bupa Kartanegara dan Douwes Dekker.
Dalam bertugas, seorang asisten residen akan didampingi oleh kepala Bumiputera berpangkat nggi yang bergelar Bupa . Karena Bupa kebanyakan berasal dari golongan bangsawan dan sering berkeluarga dengan raja-raja, meskipun sekarang hanya pejabat bayaran tetapi secara poli s pengaruh feodal masih dapat digunakan. Akibatnya, dak tertutup kemungkinan asisten residen yang mengepalai wilayah dalam prak knya dak memiliki kedudukan yang lebih nggi karena pengetahuan Bupa tentang tempat, karena kelahirannya, karena pengaruh dan juga cara hidupnya . Kehidupan Bupa membutuhkan biaya besar, Pemerintah Belanda mengetahui hal ini dan menaikkan penghasilannya
13
Geschiephoria magz
tetapi Bupa masih mengalami kesukaran keuangan dan harus menutupi kekurangannya yang besar. Keadaan ini terutama karena mereka masih hidup laksana raja , mau membeli segalanya dan diperparah dengan sikap orang Eropa yang menyalah gunakan s i fat- s i fat te rs e b u t . U nt u k m e nye l e s a i ka n masalahnya Bupa dak jarang dengan sewenangwenang mempergunakan tenaga dan barang kepunyaan rakyatnya meskipun mereka telah mendapat gaji tetap, disamping semacam hadiah yang sebanding dengan penghasilan daerahnya : kopi, gula, nila. Sifat pejabat pribumi yang ingin membeli segalanya sering disalah gunakan oleh orang Eropa. Konik pun mencuat, hal ini dikarenakan prak k pemerintahan Kartanegara yang penuh malversasi (is lah resmi yang dipakai pada waktu itu) atau is lah lainnya ndakan penggelapan, para rakyat dipekerjakan membersihkan kabupaten ke ka bupa akan membuat acara. Sumbangan pun harus diberikan seper hasil bumi, ternak dan lain-lain. Para perangkat Lurah desa “menyampaikanâ€? s e j u m l a h u a n g p a d a s a at p e m i l i h a n g u n a memperoleh dukungan Sang Bupa . Douwes Dekker menganggap ndakan tersebut dak sah dan mengecam ndakan Bupa Kartanegara bahkan mengusulkan pemecatannya. Tetapi disisi lain, Kartanegara dak merasa bersalah dan menganggap semua ndakan yang dilakukannya bersandar pada konsep kekuasaan feodal yang sudah berakar bertahun-tahun. Parakitri T. Simbolon, menggambarkan kerancuan konsep kekuasaan berawal ke ka Van Den Bosch memulihkan hak-hak is mewa penguasa Bumiputra, mereka tampak seolah-olah sebagai penguasa otonom (hoofden). Dalam kedudukan seper ini pejabat Belanda, apalagi Asisten Residen tak berhak mencegah penyelewengan mereka. Douwes Dekker tak nggal diam, ia mendesak agar residen segera ber ndak karena: (1) penduduk telah bertahun-tahun dinjak-injak dan dihisap
14
dan bahkan mengalami pemerasan-pemerasan (2) ia gagal berbicara dari ha ke ha dengan bupa , gagal membawa bupa ke jalan yang benar (3) ia merasa harus memberi teladan dan baginya berdiam diri lebih lama berar turut membantu kejahatan. Namun tuntutan tersebut sia-sia, residen berucap agar Douwes Dekker menangguhkan tuntutannya. Perlu dicerma kedekatan residen dengan Bupa Kartanegara sangat terjalin, kedua belah-pihak saling mencari keuntungan dalam sistem feodalisme Lebak, dan kebijakan sistem tanam paksa pun sedang berlangsung. Hingga akhirnya, perjuangan panjang Multaluli dalam memerangi ambivalensi birokrasi dan otoritarianisme berujung tragis dan ia terpaksa dipindah dan Bupa Kartanegara tetap dipertahankan. Perjuangan panjang Douwes Dekker dalam memberantas kesewanang-wenangan hingga malversasi, dapat di pahami sebagai sebuah gerakan an -kolonialisme pada saat itu dan memperjuangkan hak-hak rakyat di atas segala-segalanya. Kerancuan konsep birokrasi adalah musuh utama dirinya, hal ini dapat dilihat pada awal abad 19 dalam sistem kolonial yang mempertahankan struktur feodal masyarakat Indonesia, kedudukan para bupa sangat strategis. Mereka tetap mempunyai kedudukan sebagai penguasa teratas di daerahnya, di samping itu mereka berperan sebagai perantara antara penguasa kolonial dan rakyat, suatu kedudukan yang menambah kekuasaan poli k. Menurut sistem feodal yang telah berlaku berabad-abad para bupa di daerahnya mempunyai tanah kedudukan serta hak memungut hasil serta mengerahkan tenaga penduduknya untuk pelbagai keperluan jabatan dan rumah tangganya. Oleh sebab itu, apa yang di utarakan dirinya mengenai feodalisme dan otoritarianisme Kartanegara dak pernah di ndak lanju , saksi-saksi yang coba di hadirkan dak mampu bersuara lantaran takut akan ancaman dan in midasi dari
Geschiephoria magz
terdakwa. Hingga akhirnya dak ada ndakan real dari pemerintah Belanda terhadap bupa Lebak., bahkan yang mencengangkan ialah Douwes Dekker dipindah tugaskan. Dari peris wa Lebak tersebut memunculkan suatu genealogi kekuasaan kekinian. Mengu p perkataan Rosihan Anwar, kita sudah terlalu lama dijajah dak hanya oleh bangsa asing, tetapi juga oleh bangsa dewek sehingga menjadi dak berdaya dan hidup miskin. Kebanyakan kita ini dalam is lah Belanda adalah arme donders, ar nya orang-orang hina papa, kurang pendidikan, menderita sengsara. Begitu arme donders dapat kesempatan mencuri dan menjarah kekayaan negeri, terjadilah korupsi berjamaah di semua bidang. Terjadi di DPR,
pengadilan, kejaksaan, birokrasi dan pemerintah, sipil dan militer, perbankan, media dan sebagainya. Masyarakat Jawa mengenal is lah “aji mumpung�. Aji mumpung adalah salah satu pedoman pengendalian diri dari perbuatan serakah dan angkara murka apabila seseorang diberi kesempatan hidup. Dengan kata lain masyarakat Jawa percaya bahwa hidup manusia di dunia telah di atur oleh-Nya sedemikian rupa, sehingga kehidupan manusia seper halnya “roda kereta�. Namun kenyataannya, kala nurani mulai tergerus duniawi, kaidah-kaidah yang ada pun diacuhkan. Korupsi semakin merajalela, berbagai ndakan dilakukan tetapi belum menimbulkan efek jera. Jika dilihat
*************
15
Geschiephoria magz
- Zulyani Evi -
DIANGGAP MENGHINA NABI, DIBURU SELURUH UMAT Martodharsono, Sosok di Balik Polemik Djawi Hisworo
Geschiephoria magz
Dalam buku Sejarah Pers dan Wartawan di Surakarta Raden Martodharsono berasal dari kalangan ningrat rendahan Surakarta. Ia adalah anak dari keluarga abdi dalem Kraton Solo. Pekerjaan a w a l nya a d a l a h s e b a ga i a b d i d a l e m , d a n kedekatannya dengan dunia keba nan di Kraton merupakan penuntun kehidupan Martodharsono sebelum mengenal dunia jurnalis k.
Geliatnya di dunia pers sudah dak dapat diragukan lagi. Perjalanan Martodharsono dalam belajar di bawah asuhan Tirto Adi Soerjo, se daknya membuat Martodharsono dekat dengan dua tokoh yang juga ikut berguru kepada Tirto yaitu Marco Kartodikromo dan Raden Gunawan. Selepas keluar dari Medan Prijaji, ke ganya menggelu dunia jurnalis k masing-masing.
Sebagai seorang jurnalis, Martodharsono sangat mengenal dunia modern, tetapi ia juga seorang guru kultural yang ahli dan seorang pengajar ilmu kebal, lengkap dengan segala perabotan mantranya. Martodharsono memiliki ratusan murid dan berhubungan secara personal dengan dunia hitam di Surakarta. Ia juga berhubungan langsung dengan para pangeran serta pegawai dan bangsaan Kasunanan Surakarta juga Mangkunegaran. Dengan kata lain, kultur keba nan Martodharsono cukup kuat. Kitab-kitab Jawa seper Serat Darmogandul menjadi bahan pegangan wacananya.
Martodharsono ak f di Djawi Kando, Djawi Hisworo dan Sarotomo di Surakarta. Marco ak f di Djawi Kando, Djawi Hisworo, Sarotomo dan kemudian menerbitkan Doenia Bergerak di Surakarta. Sedangkan Raden Gunawan berhasil mendirikan ďŹ rma Sedijo Leksono dan diakui secara sah pada tanggal 4 Agustus 1913. Firma ini kemudian menerbitkan surat kabar Pantjaran Warta, Koran yang sebelumnya pernah diawaki Tirto Adi Soerjo.
Serat Darmogandul adalah salah satu teks Kraton Jawa yang sekaligus mewakili ideologi kaum priyayi, mengedepankan serangan terhadap Islam khususnya masyarakat santri. Serat Darmogandul menuliskan sejarah masuknya Islam ke tanah Jawa dengan pandangan yang berbeda dari fakta pada umumnya. Agama Islam yang tadinya digambarkan masuk ke tanah Jawa dengan jalan damai, dalam Serat Darmogandul dituliskan sebaliknya. Salah satunya adalah bagian penyerangan Majapahit oleh Demak dan penyebaran Islam oleh Sunan Bonang. Citra Islam yang tadinya damai berubah menjadi agama yang disebarkan dengan tetesan darah dan air mata. Martodharsono juga merupakan murid dari Raden Pandji Natarata alias Raden Sastrawidjaja, seorang aristokrat Kraton yang juga ahli sastra dari Yogyakarta. Raden Pandji Natarata dikenal sebagai penulis Serat Si Djenar.
Iklim jurnalis telah melekat pada ke ga ak vis ini. Demi menghidupkan iklim an kolonial, Martodharsono dan Mas Marco saling membantu dalam proses penerbitan. Bersama ak vis lainnya mereka tergabung dalam Indlandsche Journalis c Bond (IJB). Latar belakang terbitnya surat kabar Djawi Hisworo melalui sejarah penerbitan surat kabar di Surakarta yang signiďŹ kan pada akhir abad ke 18. Mulanya terbit mingguan pertama di Surakarta yang m e n g g u n a ka n b a h a s a J a wa ya i t u m a j a l a h Bromartani. Majalah ini melawan arus besar karena terbit diantara surat kabar yang didominasi berbahasa Belanda. Kemudian muncul surat kabar Djawi Kando (1891-1919) yang diterbitkan oleh percetakan dan penerbitan Albert Rusche & Co di Solo. Redakturnya adalah FL Winter, terbit dua kali seminggu pada hari Selasa dan Jumat dengan nomor pertama terbit pada hari Selasa Pahing tanggal 28 April 1819. Surat kabar berbahasa Jawa yang dimiliki oleh orang Belanda. Penerbit yang sama dalam tahun ini
17
Geschiephoria magz
menerbitkan juga surat kabar dengan nama Djawi Hisworo, yang terbit ga kali seminggu pada hari Selasa, Rabu, dan Jumat. Surat kabar ini awalnya berkantor di Kampung Mesen, lalu pindah ke sebelah selatan loji Karesidenan yang sekarang menjadi gedung Balai Kotapraja Surakarta, kemudian pindah lagi ke Kampung Loji Wurung yang sekarang menjadi kantor Jawatan Sosial. Adalah Suwardi atau yang lebih dikenal Ki Padmasusastra, pengikut pujangga Kraton, Raden Rang gawarsita, yang pada mulanya membantu redaksi Djawi kando dan Djawi Hisworo. Kemudian pada tahun 1902 Raden Dirja Atmaja menjadi pemimpin redaksi menggan kan Ki Padmasusastra. Namun Djawi Hisworo baru mengalami perubahan tendensi berita setelah Raden Martodharsono menjadi pimpinan redaksi menggan kan Raden Dirja Atmaja.
karakter Martodharsono yang menganut kejawen. Figurnya di Djawi Hisworo bermanfaat bagi perkembangan awal Sarekat Islam di Surakarta. Hal ini tak lepas dari dukungan Samanhoedi dan para anggota Rekso Roemekso, yang mendukung biaya penerbitan Djawi Hisworo. Selain Sarotomo dan majalah Doenia Bergerak, Djawi Hisworo menjadi salah satu pilar komunikasi yang turut serta mendukung panji-panji kebesaran SI hingga akhir 1917, saat dimana perselisihan antara Martodharsono dan Tjokroaminoto terjadi. Sebelumnya, ia juga sudah menerima tuduhan penghinaan lewat media cetak Djawi Kando, yang mengharuskannya membayar denda 100 Gulden
“Ah seper pegoeron (tempat beladjar ilmoe). Saja boekan goeroe, tjoemah bertjerita atau memberi nasehat, kebeoelan sekarang ada waktoenja. Maka baiklah sekarang sadja. Adapoen fatsal (selamatan) hoendjoek makanan itoe dak perlu pakai nasi woedoek dengan ajam tjengoek brendel. SEBAB GOESTI KANDJENG NABI RASOEL ITOE MINOEM TJIOE A.V.H DAN MINOEM MADAT, KADANG KLE'LE'T DJOEGA SOEKA. Perloe apakah mentjari barang jang dak ada. Maskipoen ada banjak nasi woedoek kalau dak ada tjioe dan tjandoe tentoelah pajah sekali.”( Djawi Hisworo, 11 Januari 1918)
Setelah meninggalnya Tirto Adi Soerjo, pada 1909, Martodharsono kembali ke Solo dan mengubah haluan Djawi Hisworo ke arah lebih an kolonialisme. Hal ini dak lepas dari pengaruh Tirto Adi Soerjo sebagai guru jurnalisnya. Di Bandung, Martodharsono dak hanya menjadi murid sekaligus bekerja di redaksi Medan Prijaji tetapi juga ikut ak f di Sarekat Dagang Islam. Tidak mengherankan apabila kemudian arah Djawi Hisworo meniru arah Gerak Medan Prijaji di Surakarta seper yang diungkapkan dalam Sejarah Pers dan Wartawan di Surakarta. Berita yang sering muncul antara lain mengenai orang Eropa yang diadili karena perbuatan melanggar hukum atau aturan pemerintah. Surat kabar ini muncul sebagai bentuk media baca dan pembelajaran bagi masyarakat Surakarta. Sama halnya seper Sin Po dan Djawi Kando, Djawi Hisworo merupakan surat kabar yang dak diterbitkan di bawah organisasi pergerakan melainkan milik perseorangan atau instansi non pergerakan.
Ar kel berjudul “Pertjakapan antara Marto dan Djojo” tersebut awalnya dak mengundang perdebatan dari kaum Islam Surakarta. Respon awal terhadap ar kel tersebut justru baru muncul pada 30 Januari 1918 di Surabaya. Kasus Djawi Hisworo yang berbuntut kemarahan massa dan kerusuhan di Surabaya ini bisa saja terjadi karena pengaruh Cokroaminoto. Cokroaminoto sendiri sudah lama berseberangan dengan Martodharsono. Padahal dak ada penyebutan nama Muhammad secara langsung dalam tulisan tersebut seper apa yang dimuat dalam Bataviaasch Nieuwsblad tanggal 8 Maret 1911.
Ideologi yang diusung Djawi Hisworo adalah Nasionalisme Jawa, sesuai dengan
Di akhir tulisannya, Martodharsono juga membubuhkan catatan kaki : “Toelisan ini dak
18
Geschiephoria magz
pantas diterbitkan dalam soerat kabar, sebab akan memboeat sakit ha kepada yang dak bisa menerima.� Meskipun demikian, catatan tersebut menjadi hambar karena ar kel yang bersangkutan tetap muncul mengisi rubrik Djawi Hisworo. Akibat tulisan tersebut, dibentuklah Tentara Kandjeng Nabi Muhammad (TKNM) pada 6 Februari 1918 dengan tujuan membangun kesatuan dan persatuan lahir dan ba n antar-Muslimin, serta menjaga dan melindungi kehormatan agama Islam, kehormatan Rasululah Muhammad SAW dan kehormatan kaum muslimin. Kaum muda Islam pun mulai bergerak untuk mendukung seruan tersebut. Di awal Februari 1918, Haji Misbach menyebarkan pamphlet yang menyerang Martodharsono dan Djojodikoro, serta meminta diorganisirnya rapat umum protes dan dibentuknya subkomite TKNM. Sebagai organisasi massa terbesar pada dasawarsa kedua tahun 1900, kasus polemik surat kabar Djawi Hosworo memiliki pengaruh besar dalam mengubah kondisi internal SI. SI Surakarta pun akhirnya menggelar pertemuan akbar sebagai sikap tegasnya terhadap ar kel Djawi Hisworo pada tanggal 24 Februari 1918 di Kebun Raya Sriwedari. Pertemuan itu dihadiri sekitar 4000 orang bumiputera dan bangsa Arab. Namun nyatanya TKNM dak melakukan apaapa untuk memerangi Martodharsono dan para misionaris Kristen. Pengurus TKNM justru sibuk mengumpulkan dana. Satu-satunya ndakan yang dilakukan hanyalah mengirim surat kepada Gubernur J e n d e ra l H i n d i a B e l a n d a d a n S u n a n a ga r Martodharsono derta Djojodikoro dijatuhi hukuman. Dukungan dari umat Islam dak seluruhnya murni digunakan untuk menyerang surat kabar tersebut, tetapi juga untuk memperkuat kedudukan beberapa tokoh SI di Volksraad. Semakin lama, ke dakjelasan penyelesaian dari SI pusat justru memancing reaksi dari mereka yang kri s.
19
Ko nt rove rs i i n i a k h i r nya d i b o n c e n g i kepen ngan-kepen ngan lain oleh sebagian ak vis pergerakan Hindia Belanda. Akibatnya kasus ini bergeser dari tuduhan penodaan terhadap agama menjadi kasus yang dimanfaatkan demi keuntungan poli k tertentu. Pemerintah kolonial sendiri dak memberikan perha an khusus terhadap kontroversi tersebut. Di satu sisi kasus ini membawa semangat persatuan umat Islam menguat, namun di sisi lain penyingkapan terhadap polemik ini juga memecah belah garis perlawanan kaum pribumi terhadap kolonial. Dalam penanganannya, banyak dijumpai penyelewengan dari gerakan yang pada awalnya ditujukan untuk menyelesaikan kasus Djawi Hisworo. Dampak yang muncul kemudian adalah konik antara cabang Sarekat Islam di Hindia Belanda. Kasus ini akhirnya berakhir tanpa penyelesaian yang jelas. Martodharsono dikabarkan menunjukkan surat dukungan dari K.H. Ahmad Dahlan (KITLV H 1083, 76 “De Zaan Djawi Hisworoâ€?). Asli atau dak surat itu, kiranya yang pen ng ialah se daknya hal itu mengindikasikan bahwa K.H. Ahmad Dahlan pas lah terkenal sebagai pribadi yang toleran pada Jawaisme. Akhirnya, redaktur dan penulisnya dak bisa diadili, sebab tulisan itu bukan penghinaan kepada agama lain karena keduanya beragama Islam. Lagi pula mereka ada di bawah yuridiksi Sunan Solo, dan bukan di bawah Pemerintah Hindia Belanda seper apa yang diungkap dalam buku Marhaenis Muhammadiyah.
Geschiephoria magz
- Siti Rahmana -
KONFLIK VERTIKAL & RESISTENSI PRIBUMI
BENGKULU Peralihan pemerintahan dari Kolonial Inggris ke Pemerintahan Hindia Belanda di Bengkulu pada tahun 1825, mendorong Pemerintah Hindia Belanda melaksanakan operasi perluasan kekuasaan ke wilayah pegunungan.
Menurut buku yang dibuat oleh Proyek Inventaris dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Sejarah Perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Daerah Bengkulu, wilayah pegunungan Rejang ternyata belum pernah dikuasai oleh perusahaan dagang Inggris bernama EIC maupun perusahaan dagang Belanda VOC hingga tahun 1825. Hal ini terkait belum ditemukannya buk -buk berupa peninggalan sejarah tentang ikatan perjanjian perdagangan atau bekas kantor dagang VOC maupun EIC di sana sebelum tahun 1825. Penyebabnya adalah EIC hanya melakukan monopoli perdagangan lada dan perdagangan laut ke ka berada di wilayah Bengkulu selama
20
139 tahun. Daerah pesisir menjadi satu-satunya fokus perha an utama EIC untuk menunjang keberlangsungan penguasaan lada pada saat itu, sehingga EIC belum melakukan ekspansi di wilayah pedalaman Bengkulu seper pegunungan Rejang. EIC datang ke Bengkulu pada tahun 1685 dan kemudian menjalin kerjasama perdagangan dengan Kerajaan Selebar melalui perjanjian pertamanya pada 16 Agustus 1695. Alasan keberadaan Kolonial Inggris di Bengkulu karena ingin mengetahui tentang asal lada yang dibeli dalam jumlah besar di dua bandar ternama saat itu, yakni Bandar Aceh dan Bandar Banten. Hal ini menyebabkan EIC belum melakukan eksplorasi terhadap wilayah pegunungan di Lebong, mengingat Kolonial Inggris lebih
Geschiephoria magz
berorientasi pada penguasaan laut dalam rangka memenuhi kebutuhan akan perdagangannya. Kondisi tersebut sehubungan dengan didirikannya bentengbenteng pertahanan laut yang kokoh di pesisir Bengkulu. Berbeda ke ka EIC berkuasa di Bengkulu, selama Pemerintahan Hindia Belanda berkuasa, keadaan sosial, ekonomi, dan kebudayaan belum berkembang dengan pesat. Hasil bumi seper lada, cengkeh, dan kopi semakin menurun. Kondisi yang seper ini mnegakibatkan terjadinya beberapa perlawanan di daerah yang dilakukan oleh rakyat pribumi. Perlawanan rakyat tersebut memuncak dan mengakibatkan terbunuhnya Asisten Residen Knoerle di Men ring pada tahun 1833, Asisten Residen van Amstel dan Kontroler Cartens di Dusun Bintunan pada tahun 1873. Sebelumnya, Asisten Residen Knoerle memberlakukan peraturan kewajiban tanam paksa atas lada dan kopi. Kebijakan tersebut mempersulit kehidupan rakyat pribumi. Pemerintahan Hindia Belanda juga mengubah hukum adat yang berlaku, melakukan adu domba antar rakyat pribumi, dan mulai menghapus satu per satu kekuasaan lembaga pemerintahan tradisional. Di sisi lain, melalui peradilan pengadilan negeri yang diadakan Pemerintahan Hindia Belanda, banyak rakyat dan ketua adat yang diadili. Menurut buku Sejarah Perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Daerah Bengkulu, sebagian dari mereka yang dihukum, dipindahkan keluar daerah, dan sebagiannya yang lain mendapatkan hukuman yang berat, bahkan hingga hukuman ma . Kebijakan lain yang mengawali masa Pemerintah Hindia Belanda di Bengkulu ialah sistem marga pada periode tahun 1861-1865. Asisten Residen J. Walland memaksakan pemberlakuan sistem pemerintahan daerah baru. Sistem tersebut diadopsi dari sistem pemerintahan daerah Palembang. Selain itu, ia ingin menerapkan
21
Undang-undang Simbur Cahaya sebagai penggan aturan adat yang dak tertulis. Undang-undang Simbur Cahaya diberlakukan atas sembilan onder afdeeling di Karesidenan Bengkulu seper Bengkulu, Seluma, Manna, Kaur, Kroi, Lais, Muko-muko, Rejang, termasuk Lebong. Undang-undang ini dak jauh berbeda dengan ciptaan Van den Bosch pada tahun 1854 yang diterapkan di wilayah Palembang. Peraturan tersebut mengintensiďŹ kasikan pelaksanaan pemungutan pajak kepala bagi se ap lelaki berusia lebih dari 18 tahun, dan sistem gotong royong “gawe rayaâ€?, yakni sistem gotong royong pembangunan jalan, siring dan jembatan, melakukan p e m e l i h a ra a n j a l a n s e r ta r u m a h p e j a b at , melaksanakan gotong royong antar jemput barangbarang dan pejabat gubernemen Belanda. Pemerintah Hindia Belanda menghapus hukum adat yang telah diberlakukan sejak lama, dipatuhi dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat, kemudian digan kan dengan menetapkan undang-undang adat baru Simbur Cahaya untuk semua pengadilan asli di Karesidenan Bengkulu. Isi Undang-undang Simbur Cahaya serupa dengan yang diberlakukan di Palembang. Terdapat bagian dari undang-undang tersebut yang bertentangan dengan hukum adat masyarakat Bengkulu. Para tokoh masyarakat menolak diberlakukannya Undangundang Simbur Cahaya. Namun Pemerintah Hindia Belanda tetap memaksakan pemberlakuan undangundang tersebut. Para pemimpin rakyat yang menolak penetapan kebijakan ini ditangkap dan dipenjara tanpa diperiksa. Rasa dendam dan kebencian rakyat pribumi terhadap Pemerintah Hindia Belanda belum mendorong mereka untuk mengadakan perlawanan secara radikal. Tindakan yang rakyat pribumi lakukan saat itu ialah dak mematuhi semua kebijakan Pemerintah Hindia Belanda. Kondisi yang dialami rakyat kemudian menjadi faktor penyebab munculnya perlawanan rakyat Bengkulu, seper perlawanan yang dikenal dengan Pahlawan Berniat terjadi pada tahun 1873.
Geschiephoria magz
Pengaruh peris wa perlawanan tersebut telah memyebar di wilayah Bengkulu. Para pesirah atau kepala marga mengadakan pertemuan rahasia. Seluruh pasirah membuat kesepakatan bahwa mereka menolak menjalankan semua aturan Asisten Residen H. van Amstel. Mereka juga merencanakan pembunuhan terhadap Asisten Residen H. van Amstel yang sedang melakukan peninjauan ke daerah Ketahun dan Lebong Tandai. Mengetahui peris wa tersebut, tentara Pemerintah Hindia Belanda menduduki area Bintunan. Perlawanan rakyat Bintunan memperoleh bantuan dari rakyat Tapai Kerinci, suku-suku bangsa Rejang dari Renah Pesisir, Renah Ketahun, maupun Ruak Lebong. Tentara Belanda berhasil menangkap para pasirah, kemudian mereka mengalami pengasingan di Pulau Jawa. Perlawanan rakyat di beberapa daerah Bengkulu merupakan bentuk ndakan penolakan sekaligus salah satu cara bertahan rakyat pribumi untuk menghadapi kesewenangan Pemerintah Hindia Belanda. Perlawanan tersebut merupakan bagian dari gerakan sosial. Gerakan sosial muncul di Indonesia pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Tindakan itu dilakukan oleh rakyat dalam rangka menolak perubahan yang diberlakukan secara struktural. Hal ini sehubungan dengan adanya sikap yang mendominasi dari Pemerintah Hindia Belanda, baik dalam bidang poli k, ekonomi, maupun kultural. Kondisi ini memicu adanya krisis fungsi struktur kemasyarakatan khususnya yang menjalankan sistem tradisional dan telah dijalankan secara turuntemurun. Adanya disorganisasi tersebut memunculkan sikap penolakan berupa pergolakan, perlawanan, dan kerusuhan sebagai bentuk dari munculnya gerakan sosial secara radikal. Gerakan sosial di atas merupakan wujud dari reaksi yang di mbulkan atas usaha penguasaan wilayah oleh Pemerintah Hindia Belanda di Lebong. Selain itu, didukung dengan intervensi Pemerintah Hindia Belanda yang semakin intensif terhadap tata kehidupan masyarakat di Lebong. Kegiatan poli k dan ekonomi lokal semakin mendapat
22
kontrol dari Pemerintah Hindia Belanda. Hal ini menjadi faktor terjadinya perubahan struktur penguasaan dalam bidang ekonomi, sehingga memicu terjadinya pergolakan. Berdasarkan hal tersebut, sebagian besar gerakan sosial hadir sebagai bentuk resistensi rakyat di Lebong terhadap eksploitasi, penindasan, ndakan kesewenangwenangan, serta pemerasan yang bersumber pada pungutan pajak yang nggi dan kerja wajib yang memberatkan penduduk seper yang berlaku dalam Undang-undang Simbur Cahaya. Di sisi lain, perlawanan dari rakyat menggambarkan bahwa, adanya kegagalan Pemerintah Hindia Belanda dalam hal melakukan pendekatan terhadap masyarakat lokal ke ka Pemerintah Hindia Belanda mulai menguasai Bengkulu. Pemerintah Hindia Belanda belum begitu memahami karakteris k sosiologi masyarakat setempat dan strategi pendekatan agar mendapatkan simpa dari rakyat pribumi pasca peralihan masa kepemimpinan dari Kolonial Inggris. Menurut M.Z. Ranni dalam bukunya Perlawanan terhadap Penjajahan dan Perjuangan Menegakkan Kemerdekaan Indonesia di Bumi Bengkulu (1990), pada zaman kekuasaan Kolonial Inggris, kekuasaan para pemimpin daerah dikurangi dan dibatasi dengan memberikan kedudukan dalam lingkungan pemerintahan jajahan Inggris, berbeda halnya dengan zaman Pemerintahan Hindia Belanda. Semua kedudukan pemimpin daerah berangsurangsur dihapuskan. Pemerintah Hindia Belanda benar-benar mengubah dan mengatur ulang model kekuasaannya. Semua peraturan yang menekan rakyat mengakibatkan ke daksukaan terhadap penjajah kembali memuncak dalam sebuah kemarahan yang berupa perlawanan. Dalam rangka menekan peluang terjadinya kembali perlawanan, pada masa Pemerintah Hindia Belanda selanjutnya menerapkan sistem yang bersifat pembagian teritorial dan desentralisasi. Hal i n i m e m b e r i ka n s e b u a h ga m b a ra n b a h wa Pemerintah Hindia melakukan upaya-upaya
Geschiephoria magz
penyesuaian kebijakan terhadap kondisi masyarakat Bengkulu. Usaha tersebut merupakan bagian dari proses pengalihan kekuasaan Pemerintahan Kolonial Inggris oleh Pemerintahan Hindia Belanda terkait dengan Traktat London tahun 1824.
Peta Karesidenan Bengkulu pada Masa Pemerintahan Kolonial Inggris Tahun 1760-1785 Sumber : Agus Se yanto, Orang-orang Besar Bengkulu : Riwayatmu Dulu, (Yogyakarta : Ombak, 2006), hlm. 29.
23
Geschiephoria magz
apriliandidamar & nino s. basunindyo
BANYAK ASAP DISANA Jalan Slamet Riyadi pada Mei 1998
Jalan raya bukan hanya sekedar sebagai tempat unjuk hegemoni kekuasaan dan urat nadi dari perkembangan suatu kota tetapi juga dapat menjadi sebuah tempat yang paling berbahaya dalam suatu kota. Berbahayanya jalan raya dapat ditemui di jalan Slamet Riyadi di Kota Solo pada akhir era orde baru, hampir mulai dari ujung barat jalan Slamet Riyadi hingga ujung mur di bundaran Gladak penuh dengan kepulan asap.
24
Geschiephoria magz
Suasana peris wa kerusuhan ‘98 di jalan Slamet Riyadi Solo. Sumber : Google
Memanasnya kondisi poli k dan perekonomian Indonesia pada akhir dekade orde baru membuat masyarakat semakin gusar. Para ak vis dan mahasiswa pun mulai tak segan untuk turun ke jalan, unjuk rasa untuk menuntut turunnya Soeharto yang telah berkuasa di Indonesia selama 32 tahun. Setelah kejadian kekerasan terhadap mahasiswa Trisak di Jakarta dan tewasnya Mozes Gathutkaca di Jogjakarta muncul berbagai aksi kepriha nan oleh mahasiswa-mahasiswa di daerah termasuk di Solo. Terdapat dua poros universitas besar di Solo yaitu UNS (Universitas Sebelas Maret) dan UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta). Peris wa tersebut menjadi awal kerusuhan Mei Kelabu 14-15 Mei 1998 di kota Solo. Selain akibat dari kasus kema an Mozes Gathutkaca dan tragedi Trisak di Jakarta, kerusuhan tersebut merupakan puncak akumulasi radikalisasi orang Solo tehadap tekanan sosial poli k selama Orde Baru.
25
Dalam buku Runtuhnya Kekuasaan Keraton Alit (1999), hal tersebut merupakan wujud perlawanan atas ke dakpuasan rakyat terhadap atas kebijakan dan pembangunan pemerintah. Seper contoh, pembangunan restoran Boga di Segaran Sriwedari tahun 1987 yang membuat upacara malem selikuran dipindah di Joglo Sriwedari. Lalu pada acara Sekaten tahun 1987 pengunjung dikenai biaya masuk sebesar Rp. 250,- dan tergesernya pasar tradisional Singosaren oleh Matahari Departement Store. Seper pendapat Peter Hall dalam bukunya yang sangat populer "Great Planning Disasters" (1982) telah menganalisis peran para aktor yang telah menimbulkan bencana dalam pembangunan kota. Ternyata yang kontribusinya paling besar adalah pada birokrat atau para penentu kebijakan, yang acap kali berwawasan jangka pendek karena masa jabatannya yang juga terbatas. Menurut Eko Budihardjo dalam Kolom Edisi 47/01 - 18/Jan/1997 mereka ingin menciptakan monumen dan kebijakan untuk dirinya
Geschiephoria magz
sendiri agar dinilai berhasil dan diharapkan kedudukannya terjamin. Awalnya pada tang gal 14 Mei 1998, mahasiswa dari kedua kampus tersebut ingin melakukan aksi kepriha nan di bundaran Gladak tetapi oleh aparat dihadang di depan kampus masingmasing. Ak vis dari kelompok mahasiswa kedua universitas tersebut hanya bisa melakukan aksi di kampus masing-masing. Pada saat aksi kepriha nan, mahasiswa UMS berniat untuk turun ke jalan dan menguasai Jalan Raya Solo-Kartasura yang kemudian terjadi insiden di tengah-tengah keramaian, para demonstran yang menjebol barikade aparat. Tibaba terjadi pelemparan batu yang tak jelas arah kedatangannya, kemudian memicu benturan antara aparat dengan demonstran yang berujung pelemparan gas air mata dan lemparan batu. Situasi semakin kacau oleh kemarahan massa saat terjadi insiden aparat yang menginjak-injak demonstran yang tergeletak dak berdaya di tengah jalan Raya Solo-Kartasura. Demonstran dan massa bergabung kemudian bentrok dengan aparat dan melakukan perusakan-perusakan fasilitas umum di sekitar lokasi di depan RSIS Yarsis. Kerumunan aksi massa di traďŹƒc light dekat kampus UMS yang dihadang oleh aparat keamanan dengan memasang 4 buah berikade kawat berduri persi di depan massa oleh barisan Brimob dan Kostrad. Dengan strategi mengepung lokasi kampus UMS oleh aparat dilakukan untuk menghalau datangnya massa tambahan dari kelompok mahasiswa kampus lainnya bahkan dari masyarakat. Massa diluar lokasi aksi mulai terpancing untuk melakukan perusakan dan pembakaran. Mereka juga memblokade jalan-jalan dengan membakar ban-ban dan barang-barang di toko terdekat. Kemudian massa semakin bergerak ke arah pusat kota sembari melakukan aksi-aksi anarkis merusak fasilitas umum di sepanjang jalan. Seke ka dari arah barat datang ribuan massa dan dihadang oleh aparat di bawah jembatan
26
penyeberangan Kerten. Tak lama kemudian mereka bergerak lagi ke arah mur dan utara. Sementara di ka m p u s U N S , ke l o m p o k m a h a s i s wa m u l a i membentuk aksi dalam bentuk sholat ghaib untuk menghorma para pahlawan reformasi akibat tewas ditembak apara dalam Tragedi Trisak . Kerumunan massa di tepi-tepi jalan mulai turun jalan dan bergabung juga dengan barisan massa dari barat. Lantaran toko-toko di sepanjang Jalan Slamet Riyadi sudah rusak, massa mulai melakukan penjarahan dan pembakaran sehingga merembet dengan cepat di Kota Solo. Gerakan massa ke arah kartosuro pun mulai melakukan perusakan dan pembakaran terhadap toko-toko, bank, dealer mobil dan sepeda motor, bangunan mewah, pos polisi dan lain-lain. Bangunan bangunan yang mengalami pengrusakan massa seper showroom Timor di Kleco yang notabene salah satu aset milik keluarga cendana, bank BHS Purwosari, Restoran Aquarius, Kentucky Fried Chicken, Gedung Graha Wisata Niaga, terus ke mur hingga swalayan Sami Luwes. Pengrusakan di Sami Luwes ini terjadi karena adanya kabar tentang massa yang sebelumnya hendak melakukan pengrusakan hotel Novotel kemudian mendapat penger an dari pihak hotel yang mampu meyakinkan massa dengan cara memberikan makanan dan uang serta memberitahukan bahwa hotel ini milik Se awan Jody, sehingga dihimbau untuk dak melakukan aksi pengrusakan di hotel Novotel. Namun hal itu dak menyurutkan emosi massa, sehingga massa mengalihkan perha an untuk melakukan aksi penjarahan dan penngrusakan di Sami Luwes yang lokasinya berseberangan dengan Novotel. Massa sempat diarahkan ke Kalitan (merupakan kampung yang terdapat rumah milik keluarga Cendana yakni Dalem Kalitan) tetapi kemudian digerakkan oleh koordinator massa untuk ke daerah pasar Legi yang berujung dengan pembakaran Luwes Pasar Legi.
Geschiephoria magz
Sasaran pengrusakan dan pembakaran sebagian besar mengarah pada pertokoan dan bank, seper Wisma Lippo, SUN Motor, BCA, Super Ekonomi (SE), Luwes, BHS, Matahari Dept. Store, dan restoran Diamond. Hampir sepanjang jalan Slamet Riyadi dak luput dari sasaran pengrusakan termasuk dengan kendaraan-kendaraan bermotor yang berada di sepanjang kawasan Slamet Riyadi. Anehnya justru bukan lokasi-lokasi perkantoran maupun instansi pemerintah yang menjadi sasaran amuk massa, padahal salah satu misi yang dikehendaki yaitu menggulingkan rezim Orde Baru. Keesokan harinya, pada hari Jum'at 15 Mei 1998 huru-hara semakin menjalar kemana-mana s e h i n g ga m e n g ga n g g u kete nt ra m a n d a n keseimbangan hidup sehari-hari di kota ini. Asap tebal masih menyelimu sepanjang jalan Slamet Riyadi, asap tersebut berasal dari Plasa Beteng yang telah dibakar massa. Aksi semakin menyebar ke seluruh penjuru Solo bahkan hingga daerah Solo Baru, diketahui dengan ludes terbakarnya Bioskop Atrium dan rumah ketua DPR/MPR Harmoko. Terhitung 307 bangunan rusak & terbakar, 261 mobil rusak & terbakar, 400 motor rusak & terbakar, 29 orang tewas, dan kerugian materi sebesar 457,5 milliar rupiah. Aksi anarkis pada peris wa kerusuhan ‘98 di Solo. Sumber : Google
27
Alasan dan pola kerusuhan yang terjadi di Solo merupakan buah dari kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin, yang kemudian merembet terhadap sen men rasial warga etnis Tionghoa. Amuk massa di Solo yang bernuansa rasialis poli s hingga berbumbu nasionalisme semuanya pernah terjadi. Etnis Tionghoa yang notabene sebagai pelaku ekonomi di kota Solo menjadi sasaran amuk massa, secara dak langsung ndakan amuk ini berdampak pada sektor ekonomi kota Solo yang melemah setelah terjadinya insiden Mei Kelabu. Bahkan ada etnis Tionghoa yang diancam dengan modus pemerasan oleh oknum-oknum yang menawarkan jaminan keamanan. Seke ka tragedi yang berlangsung selama dua hari itu mampu membuat Solo penuh dengan kepulan asap hitam. Sepanjang jalan Slamet Riyadi didapa banyak sekali bangunan yang terbakar serta bangkai bangkai kendaraan yang masih panas berserakan di pinggir jalan. Keganasan massa mampu menghen kan sejenak ak vitas kota Solo. Jalan menjadi saksi bisu bagaimana awal terjadinya kerusuhan di kota, yang dimulai dengan pembakaran ban serta teriakan orasi dapat menyulut emosi massa di sekitar. Bukan hanya massa yang terlibat orasi melainkan juga massa yang berada di sekitar lokasi
Geschiephoria magz
aksi yang terdiri dari gali, orang berpotongan cepak & tegak, orang berambut gondrong layaknya mahasiswa, orang yang memakai ikat kepala hitam dan pelajar SMU yang berkumpul di pinggir jalan. Dalam Harian Umum Solopos, 10 Tahun Kerusuhan Mei-Solo Bangkit mengungkapkan bahwa selain merusak massa juga melakukan aksi penjarahan di komplek pertokoan. Ribuan ak vis dari SMPR (Solidaritas Mahasiswa Peduli Rakyat) sempat berunjuk rasa di Balaikota yang menegaskan bahwa kerusuhan dak dilakukan oleh mahasiswa.
Solo Ma Suri Setelah peris wa 14-15 Mei 1998, kota Solo nampak ma suri dalam berbagai bidang terutama dalam perekonomian. Kehidupan perekonomian di Solo berhen sejenak dengan rusaknya bangunanbangunan pusat perekonomian seper Plasa Beteng, Matahari Singosaren, Luwes Group, dan bank-bank swasta. Bisnis restoran, hotel, dan otomo f menurun semakin tajam pasca tragedi tersebut. Meningkatnya angka pengangguran dan angka masyarakat yang mengalami depresi pasca kerusuhan Mei 1998. Harga kebutuhan pokok sehari-hari semakin melonjak dan hampir selama dua bulan terjadi kelangkaan barang kebutuhan pokok. Hal ini menggambarkan betapa terpuruknya sektor perekonomian kota Solo pasca peris wa Mei 1998. Konik dan kerusuhan Mei 1998 ini telah melahirkan sejumlah dampak buruk antara lain: perilaku kekerasan anak jalanan, membanjirnya pekerja seks komersial liar, pengamen jalanan meresahkan pengguna jalan, aneksasi tempat umum sebagai tempat usaha informal, dan hilangnya kesempatan kerja 50.000-70.000 orang yang menimbulkan stres berat. Di sisi lain, kota Solo yang dikenal dengan kota yang dak pernah dur seke ka mengalami malam-malam yang senyap pasca kerusuhan Mei Kelabu, padamnya listrik akibat pembakaran-pembakaran bangunan di sepanjang Jalan Slamet Riyadi membuat semain mencekamnya malam hari di kota Solo.
28
Kehidupan malam kota Solo yang beraneka ragam juga mulai redup, bioskop-bioskop seper Solo Theater, Studio 21 dan Atrium yang merupakan tempat favorit bagi pemuda-pemudi kota Solo hangus dibakar oleh massa. Jam malam mulai diberlakukan untuk menjamin keamanan, jam 8 malam pasca kerusuhan di Slamet Riyadi sudah terasa sepi dan hanya beberapa orang saja yang berlalu-lalang. Akibat dari kerusuhan Mei 1998 di kota Solo yang terjadi di sepanjang jalan Slamet Riyadi membuat masyarakat yang bermukim di sekitar jalan Slamet Riyadi resah. Untuk mengatasi permasalahan keamanan lingkungan tersebut, masyarakat sekitar berinisia f dengan membuat portal-portal kampung atau disebut juga Regol kampung dan melakukan ak vitas siskamling yang semakin intensif dengan dibantu oleh aparat keamanan untuk menjamin keamanan masyarakat. Orang luar yang ingin masuk kampung benar-benar dilarang bahkan dengan ancaman. Kampung Kauman sendiri dikenal sebagai kampung yang memiliki jumlah regol kampung cukup banyak. Terdapat sekitar delapan lawang yang berada di se ap mulut gang masuk kampung. Dari delapan regol itu, hanya satu pintu yang dibuka dan difungsikan sebagai gang keluar masuk orang setelah pukul sebelas malam. Satu-satunya pintu yang dibuka itu terletak persis berhadapan dengan Jalan Slamet Riyadi, sebuah jalan utama di Solo, dan di kanan-kiri lawang kampung ini terdapat kantor BCA dan sebuah toko. Di pintu utama ini terdapat sebuah pos penjagaan kecil dan terlihat dua orang berseragam Hansip berjaga di situ. Mereka merupakan petugas kampung yang se ap malam berjaga dan digaji se ap bulan oleh warga kampung setempat seper yang diungkapkan Y. Hermawan Trinugraha dalam Lawang Kampung : Siapa Mengancam Siapa ?.
Geschiephoria magz
Pasca kejadian Mei Kelabu tersebut kemudian juga memunculkan rumah-rumah yang mempunyai pagar rumah yang nggi untuk menjamin keamanan dari si-empunya rumah. Pembangunan rumah dengan pagar-pagar yang ng gi kemudian diaplikasikan oleh sebagian besar etnis Tionghoa untuk menjamin keamanan mereka pasca kerusuhan. Strategi lain untuk menjamin keamanan dari amukan massa adalah dengan menulisi bangunan-bangunan dengan jargon-jargon seper “pro reformasi”, “pribumi asli”, “kampung jawa”, dan “pro amien rais”. Keberadaan regol kampung ini juga menunjukkan sebuah ekslusifitas dari warga kampung tersebut dan mbulnya kecurigaan sosial terhadap ancaman dari orang luar.
Pose Kopral Subagyo di depan gedung Balaikota Surakarta pada kerusuhan ‘98. Sumber : Koleksi Probadi Yoyok Sunaryo/ Facebook
29
Suasana pasca kerusuhan ‘ 98 di sekitar Singosaren, Solo. Sumber : Google
Geschiephoria magz
KONFLIK PERS ORDE BARU
Episode Kemarahan Massa Atas Bredel Tiga Media (Tempo, Detik dan Editor) Tahun 1994
“Tentara memiliki senjata, lalu mengapa mereka harus takut pada kami?” Ku pan ucapan Goenawan Mohamad tersebut menjadi refleksi bagi kita. Apakah pemerintah yang otoriter sekalipun dak bisa membunuh nafas mediamedia yang melawan? Dari pertanyaan ini akan coba kita telusuri sejarah perlawanan baru, episode “kemarahan” massa tahun 1994.
- Zulyani Evi -
Geschiephoria magz
Janet Steele dalam buku Wars Within: Pergu latan Temp o sej ak j aman O rd e Baru menyebutkan Gunawawan Mohammad dalam pidatonya di acara makan siang Freedom Forum di Airlington, Virginia, AS, bercerita tentang demonstrasi besar di Indonesia menentang pembredelan dan bagaimana polisi menyambutnya dengan main pukul. Hal ini senada dengan keterangan yang diberikan oleh sumber-sumber lisan yang ditemui oleh penulis. Mereka menyaksikan dan berpar sipasi langsung dalam demonstrasi tersebut. “ Wa kt u i t u d i J o g j a , s aya te r l i b at demonstrasi,” aku Bambang yang saat itu masih berstatus mahasiswa. Ia menerangkan lokasi yang dipakai mahasiswa untuk melaksanakan mimbar bebas yaitu di sekitar bundaran UGM dan depan Graha Saba yang dulunya masih lapangan. Selain mimbar bebas, diadakan diskusi khususnya di Fisip, Sastra dan Filsafat. Tiga fakultas ini yang paling sering membuat diskusi-diskusi poli k. “Saya melihat kantor biro Tempo yang di Jalan Kaliurang itu dibalut kain pu h semua, sebagai bentuk protes terhadap pembredelan itu,” tambahnya. Ya, di tahun itu masyarakat memang sedang merasakan puncak dari pemerintahan otoriter Presiden Soeharto. Pembredelan Tempo, De k dan Editor memicu mahasiswa melakukan demonstrasi untuk mengkri k pemerintah.
Aksi pemukulan yang dilakukan polisi kepada massa yang berdemonstrasi. Sumber : Film Dokumenter 'Sebuah Catatan Perjuangan Kebebasan Pers' oleh Pani a th
HUT 10 AJI
31
Media-media yang dibredel ini merupakan saluran informasi alterna f dari media lain. Disaat media lainnya secara seragam menyuguhkan pemberitaan yang memihak ke pemerintah, mereka dengan berani mengeluarkan kri k pedasnya. Maka ke ka akhirnya dibredel oleh pemerintah, kesadaran masyarakat akan kebutuhannya dengan informasi yang berkualitas memunculkan aksi pertentangan. Mereka dak mendapat hak-hak informasi, karena medianya ditutup. “Masyarakat akhirnya sadar kalau ini ditutup, kami akan dirugikan,” ucap Muhammad Nur yang saat itu masih duduk di bangku SMP juga menyaksikan demonstrasi-demonstrasi yang terjadi di Yogyakarta. Bahkan menurut kesaksiannya, yang terjun dalam demonstrasi itu bukan hanya ak vis atau jurnalis, tapi pelajar dan masyarakat juga. Namun tak bisa kita pungkiri bahwa popularitas ke ga media ini saat itu sangat nggi. Khususnya Tempo yang menjadi leader majalah poli k, karena terdepan dalam memberikan kri k kepada pemerintah. “Saya kira Tempo itu kan memang memimpin dalam kategori majalah yang membuat berita-berita berkualitas. Tidak hanya kontrol terhadap pemerintah, tulisan-tulisan mereka juga bagus di banyak hal,” papar Bambang. Sedangkan Editor sendiri merupakan pecahan dari Tempo, wartawannya banyak yang eksTempo, sehingga wajar apabila kekri san mereka hampir sama. Kemudian De k yang saat itu adalah sebuah tabloid, bukan media online yang kini dikenal masyarakat luas. De k banyak dicari orang karena ia membicarakan persoalan-persoalan poli k di Indonesia yang lebih mendalam. Di ap edisi ada liputan mengenai persoalan-persoalan poli k. Berita seper ini dicari orang ke ka otoritarianisme kemudian membuat informasi seper itu dak bebas. Popularitas ke ga media ini juga dapat dilihat dari oplah atau penjualannya yang nggi. Sesuai dengan pengakuan Bambang, “Beberapa teman saya
Geschiephoria magz
Potret demonstrasi di berbagai daerah. Sumber: Film Dokumenter 'Sebuah Catatan Perjuangan Kebebasan Pers' oleh Pani a HUT 10th AJI
yang menjadi wartawan disana punya kesejahteraan yang bagus,� ucapnya. Namun yang paling utama adalah ke ga media ini memberikan sesuatu yang berbeda, yang dak bisa ditemukan di media lain, itulah yang membuat ra ngnya menjadi nggi. Media-media lain dak pernah membuat kri k keras, mereka memilih gaya bahasa yang lembut dan dak berani masuk ke ranah yang sensi f, seper keluarga Cendana, militer dan bisnis di sekitarnya.
Pada 11 Juni 1994, Tempo menurunkan laporan utama mengenai kontroversi pembelian 39 kapal bekas militer Jerman Timur oleh pemerintah. Laporan utama ini menyoro perihal harga kapal dan konik yang terjadi antara Menteri Riset dan Teknologi, B.J Habibie dan Menteri Keuangan, Mar'ie Muhammad. Beberapa pe nggi militer juga dikabarkan keberatan dengan pembelian
32
kapal perang bekas ini. Mereka menganggap Habibie telah melangkahi kesewenangan mereka. Beberapa hari setelah laporan ini muncul, Presiden Soeharto berpidato dalam acara peresmian fasilitas TNI AL di Teluk Ratai, Lampung. Ia mengkri k media yang telah mengangkat berita kontroversional itu karena dianggap mengancam stabilitas nasional. Menurut buku Aktor Demokrasi: Catatan tentang Gerakan Perlawanan di Indonesia (2001), yang ditulis oleh Arief Budiman dan Olle Tornquist setelah pidato yang disampaikan oleh Presiden ke ka itu, Tempo, Editor, dan tabloid De k ditutup. Faks membanjiri ruang redaksi Tempo. Banyak yang mengatakan situasi saat itu seper ke ka seseorang meninggal lalu teman dan keluarga datang melayat dan berduka sebelum pemakaman. Di Yogyakarta, Janet Steele menggambarkan bahwa mahasiswa jurusan seni melakukan aksi
Geschiephoria magz
membungkus kantor Tempo dengan kertas pu h, warna duka cita. Senada dengan kesaksian Bambang M u r ya n t o ya n g t e l a h d i p a p a r ka n d i a w a l pembahasan. Bagi wartawan muda, yang ada dak hanya kesedihan tapi juga kemarahan. Ke ka itu Persatuan W a r tawa n I n d o n e s i a ( P W I ) m e n ge l u a r ka n pernyataan yang menyatakan bahwa mereka dapat “memahami” keputusan membredel ga media. Hal ini diiyakan oleh Eddy Soetopo yang saat itu juga berstatus wartawan, dan turut merasakan kekecewaan. Pada 22 Juni, ke ka Menteri Harmoko meminta semua pihak melakukan “intropeksi”, ratusan wartawan dan ak vis turun ke jalan. Demonstrasi yang paling brutal terjadi pada 27 Juni, ke ka polisi an huru-hara membubarkan massa yang sedang melakukan demonstrasi damai di depan Departemen Penerangan. Banyak demonstran yang luka parah, diantaranya patah kaki yang dialami pelukis Semsar Siahaan. Sekitar 32 orang ditahan, salah satunya adalah penyair W.S Rendra. Kelanjutan nasib majalah Tempo dipaparkan melalui keterangan dari Eddy. “Tempo terpecah ke dalam dua kubu. Satunya yang dibeli oleh Bob Hasan dan satunya lagi groupnya Goenawan Muhammad. Demo-demo terus berlanjut. Kemudian yang paling menyebalkan adalah bukan hanya secara fisik dihen kan, tapi wartawan-wartawan juga sulit untuk memperoleh akses pemberitaan,” paparnya. Pembredelan tersebut melahirkan banyak pergerakan. Pembredelan itu telah melahirkan asosiasi jurnalis independen yang menggoyang industri pers di Indonesia, dan memberikan momentum bagi gerakan prodemokrasi yang ak vitasnya terus berpengaruh hingga sekarang. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) lahir sebagai perlawanan komunitas pers Indonesia
33
terhadap kesewenang-wenangan rejim Orde Baru. Sekitar 100 orang yang terdiri dari jurnalis dan kolumnis berkumpul di Sirnagalih, Bogor, 7 Agustus 1994. Pada hari itulah mereka menandatangani Deklarasi Sirnagalih. In deklarasi ini adalah menuntut dipenuhinya hak publik atas informasi, menentang pengekangan pers, menolak wadah tunggal untuk jurnalis, serta mengumumkan berdirinya AJI. Pada masa Orde Baru, AJI masuk dalam da ar organisasi terlarang. Karena itu, operasi organisasi ini di bawah tanah. Roda organisasi hanya dijalankan oleh dua puluhan jurnalis-ak vis. Untuk menghindari tekanan aparat keamanan, sistem manajemen dan pengorganisasian diselenggarakan secara tertutup. Sistem kerja organisasi semacam itu memang sangat efek f untuk menjalankan misi organisasi, apalagi pada saat itu AJI hanya memiliki anggota kurang dari 200 jurnalis. Selain demonstrasi dan mengecam ndakan represif terhadap media, organisasi yang dibidani oleh individu dan ak vis Forum Wartawan Independen (FOWI) Bandung, Forum Diskusi Wartawan Yogyakarta (FDWY), Surabaya Press Club (SPC) dan Solidaritas Jurnalis Independen (SJI) Jakarta ini juga menerbitkan majalah alterna f Independen, yang kemudian menjadi Suara Independen. “Waktu saya masih mahasiswa, saya mengiku berita tentang AJI majalahnya Suara Independen. Penyebaran majalah ini di kampus dengan difotokopi. Karena dicetaknya kan hanya beberapa ribu eksemplar untuk seluruh Indonesia. Jadi persebarannya semakin luas karena difotokopi oleh kawan-kawan ak vis. Persebarannya diam-diam dari tangan ke tangan,” tambah Bambang. Konsistensi dalam memperjuangkan misi inilah yang menempatkan AJI berada dalam barisan kelompok yang mendorong demokra sasi dan menentang otoritarianisme. Inilah yang
Geschiephoria magz
membuahkan pengakuan dari elemen gerakan prodemokrasi di Indonesia, sehingga AJI dikenal sebagai pembela kebebasan pers dan berekspresi.
“ I n i l a h s u a t u s e j a ra h b a r u , s e j a ra h perlawanan pertama oleh masyarakat poli k Indonesia terhadap pemerintah karena media massa dibunuh,” kata Daniel Dhakidas(?) dalam buku Bredel 1994. Saat itu wartawan memang sudah memperlihatkan adanya embrio-embrio perlawanan, karena kesewenang-wenangan Menteri Penerangan mencabut izin terbit. Ke ka ke ga media ini di bredel, masyarakat kehilangan informasi yang berkualitas, terutama yang berkaitan dengan kontrol terhadap pemerintah. Inilah yang memicu episode “kemarahan” massa. Pembredelan-pembredelan yang terjadi menandai bahwa pers merupakan situs yang signifikan dari perjuangan poli k. Dibanding dengan jenis media lain, sejarah pers memang memiliki pengaruh yang cukup besar dan berpengaruh dalam perpoli kkan di Indonesia. Di mana pemberitaan radio dan TV sudah lama menjadi pekerjaan jaringan media pemerintah, RRI dan TVRI. Surat kabar nasional besar dan majalah berita mingguan merupakan medium pemberitaan paling pen ng di Indonesia. Sehingga pembredelannya membangkitkan kesadaran masyarakat akan kebutuhannya untuk kebenaran. Media-media yang berani mengkri k, menyuguhkan sudut pandang yang berbeda dari sebuah peris wa, dak 'Asal Bapak Senang' saja. Pers sebagai pilar ke-empat demokrasi, sudah seharusnya menjaga pilar-pilar lain untuk se a pada tugasnya. Tapi nampaknya media massa selama era orde baru memang jauh dari fungsinya sebagai pilar penegakan suatu public sphere. Agus Sudibyo dalam buku Poli k Media dan Pertarungan Wacana (2001) mengemukakan bahwa pers dan berbagai
34
lembaga pendidikan dan publik lainnya, dibuat oleh penguasa agar sepenuhnya bisa berfungsi sebagai aparatur ideologi Negara, berpasangan dengan sejumlah aparatur represif Negara, seper militer dan kelompok-kelompok poli cal thugs (premanpreman poli k) yang dibina penguasa. Kenangan yang suram tentang risiko mengelola sebuah majalah berita pada era Soeharto jangan sampai menciutkan nyali para wartawan Indonesia di masa kini untuk mengungkapkan kebenaran. Justru kejadian di masa lalu hendaknya menjadi pembelajaran bagi para wartawan dalam mencari dan mengungkap berita secara benar dan jujur.
Geschiephoria magz
Sky Full Of Cloud :
Langit Makin Mendung dan Kontroversi Namun rakyat dak heran atau marah. Seakan sudah jamak seorang presiden harus bohong dan buka mulut seenaknya. Rakyat Indonesia rata-rata memang pemaaf dan baik ha . Kebohongan dan kesalahan pemimpin selalu disambut dengan dada lapang. Ha mereka bagai mencari, betapa pun langit makin mendung, sinarnya tetap ingin menyentuh bumi.
35
Geschiephoria magz
Kalimat di atas adalah cuplikan dari cerpen Langit Makin Mendung karangan Ki Panji Kusmin yang dimuat dalam majalah Sastra tahun ke VI no.8 edisi Agustus 1968. Majalah Sastra adalah majalah yang memuat karya-karya sastra seper cerpen, puisi, dan essai yang terbit bulanan. Majalah ini dipimpin oleh HB Jassin sebagai pemimpin redaksi. Majalah Sastra mulai menuai kecaman setelah memuat cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Panji Kusmin tersebut, dimana isi dari cerpen tersebut dianggap SARA dan menghina suatu agama tertent u d en ga n ca ra p en g ga mb a ra n ata u m e n a m p i l ka n t o ko h u t a m a d e n ga n n a m a “Muhammad dan Jibril” serta tokoh-tokoh lain seper “Adam, Sulaiman, dan Buroq” . Cerpen ini sendiri merupakan sebuah sindiran sa r mengenai kebobrokan poli k dan moral bangsa Indonesia, sehingga membuat cemas para nabi penghuni surga. Perasaan gelisah yang dirasakan Ki Panji Kusmin diwujudkan dengan cerita bahwa Muhammad dan Jibril turun ke Bumi, terutama Jakarta untuk melihat kemerosotan moral yang terjadi di negri yang hampir sebagian besar penduduknya adalah penganut Islam.
komunisnya sendiri! Bahkan dalam cerpen ini penulis seper kurang simpa dengan Soekarno dibuk kan dengan menuliskan bahwa Soekarno adalah nabi palsu. Soekarno sendiri bukan penganut komunis, ia terbawa suasana ke ka terjadi konfrontasi dengan Malaysia yang kemudian kita kenal dengan jargon Ganyang Malaysia. Tentara AD yang dibawah komando Jenderal Achmad Yani juga terlihat ogahogahan untuk mengganyang karena nan nya akan berbenturan langsung dengan Inggris yang menyokong Malaysia. Sementara Amerika Serikat juga enggan membantu seper yang diungkapkan oleh duta besarnya Howard Jones. Di sisi lain Jendral Nasu on mendukung gerakan tersebut dengan dalih adanya isu yang menyatakan bahwa Ganyang M a l ays i a a ka n d i j a d i ka n ke n d a ra a n u nt u k menjadikan PKI sebagai gerakan nasionalis yang melebihi TNI Angkatan Darat. Oleh karena keragu-raguan dari TNI AD untuk melakukan ganyang Malaysia, sehingga membuat Soekarno condong ke PKI. Kemudian muncullah wacana didirikannya “Angkatan Kelima” dimana buruh dan petani dipersenjatai.
Kritik pemerintah atau Penistaan agama? “Ada apa malam-malam panggil saya? Ada rejeki nih!” Duta Cina itu sudah pintar ngomong Indonesia.
Paginya Menteri Kesehatan yang tetap bungkem dipanggil menghadap Presiden alias PBR. “Zeg, Jenderal. Flu ini bikin ma orang apa dak?” “Tidak, Pak.” “Jadi dak berbahaya?” “Tidak Pak. Komunis yang berbahaya, Pak!” “Akh, kamu. Komunisto-phobi, ya!” Nyatanya Soekarno memang lebih condong ke Blok Timur, dengan pemikirannya seper Nasakom (Nasionalis Agama Komunis). Hal tersebut seper nya menjadi sebuah bumerang sendiri bagi Presiden Soekarno karena ada beberapa pihak yang dak setuju dengan Nasakom atau dengan
36
Dan PBR senang pada kepintarannya. “Betul, kawan. Malam ini juga kau harus pulang ke negeri leluhur. Dan jangan kembali kemari sebelum dibekali oleh-oleh dari Chen Yi. Nger tuh?” “Buat apa bom atom, sih?” Duta Cina mengingat kembali instruksi dari Peking, “tentaramu belum bisa merawatnya. Jangan-jangan malah terbengkalai jadi besi tua dan dijual ke Jepang. Akh, sahabat Ketua Mao; lebih baik kau bentuk angkatan kelima. Bambu runcing lebih cocok untuk rakyatmu.” Hal tersebut dipertegas dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Subandrio ke Tiongkok yang
Geschiephoria magz
menghasilkan bahwa PM Zhou Enlai menjanjikan 100.000 pucuk senjata gra s tanpa syarat ke Indonesia.
Nekropolitan Tak hanya mengkri si dan menceritakan mengenai gejolak poli k yang terjadi, cerpen Langit Makin Mendung juga menceritakan mengenai borok ibukota. Se ng cerita adalah di Jakarta pada pertengahan tahun 60-an, fakta-fakta mengenai dunia perlendiran di daerah Pasar Senen diceritakan secara detail oleh Ki Panji Kusmin. Mulai dari para tuna susila dan bahaya laten pros tusi yang mulai mengganas. Keberadaan copet-copet kelas teri juga menjadi salah satu cerita menarik tersendiri. Bahkan, Ki Panji Kusmin secara lantang berani menuliskan mengenai penyalahgunaan wewenang jabatan para pegawai-pegawai pemerintahan dalam cerpen Langit Makin Mendung ini. Di depan toko buku 'Remaja' suasana meriak kemelut, ada copet tertangkap basah. Tukang-tukang becak mimpin orang banyak menghajarnya ramai-
turun ke bumi untuk melihat secara langsung. Penggunaan kalimat-kalimat yang lugas dan penuh dengan sindiran sa r mengindikasikan bahwa sang penulis memang sudah mulai jengah dengan kondisi saat itu. Banyak tokoh-tokoh poli k kenamaan yang ditulis dalam cerpen Langit Makin Mendung ini: Soekarno digambarkan seolah sebagai nabi palsu yang pesakitan yang ingin menyegerakan ambisinya untuk menganyang negara tetangga yang telah menghina bangsa. Soebandrio, menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan pimpinan BPI dinilai sebagai Durna dan juga Togog oleh sang penulis karena ambisi besarnya dalam poli k setelah penemuan Dokumen Gilchrist. Ada juga Ahmad Yani yang dinilai Soekarno sebagai Jendral terbaiknya. Dalam cerpen ini juga ditunjukkan betapa beragam suku-suku bangsa yang menduduki jabatan menteri, Johannes Leimena berasal dari Ambon Maluku sebagai Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Frans Seda dari Flores NTT yang menjabat sebagai Menteri Pertanian.
ramai. Si copet jatuh bangun minta ampun meski ha geli menertawakan kebodohannya sendiri: hari naas,
“Itu Pak Leimena di sana (menunjuk seorang kurus
ia keliru jambret dompet kosong milik kopral
kering). Dia lebih suka makan sagu daripada nasi.
setengah preman. Hari naas selalu berar
nju- nju,
Lihat Pak Seda bertubuh tegap (menunjuk seorang
tendangan sepatu dan cacian tak menyenangkan
bertubuh kukuh mirip tukang becak), dia tak bisa
baginya. Tapi itu ru n–. Polisi-polisi Senen tak acuh
kerja kalau belum sarapan jagung.�
melihat tontonan sehari-hari: orang mengeroyok orang sebagai kesenangan. Mendadak sesosok baju hijau muncul, menyelak di tengah. Si copet diseret keluar dibawa entah kemana. Jika dilihat secara isi, cerpen dari Ki Panji Kusmin yang berjudul Langit Makin Mendung merupakan keluh kesah dari sang penulis mengenai realita intrik poli k dan kemerosotan moral bangsa Indonesia sehingga ia mengandaikan bahwa para penghuni surga sampai gelisah hingga
37
What If Namun, harga mahal harus dibayarkan. Penggunaan nama Muhammad dan Jibril dalam cerpen membuatnya tersangkut masalah penistaan agama. Sehingga membuat HB Jassin sebagai pemimpin redaksi dipanggil oleh Pengadilan untuk mengngkapkan siapa sebenarnya Ki Panji Kusmin. HB Jassin enggan untuk mengungkapkan siapa orang dibalik nama Ki Panji Kusmin. Hingga membuat HB Jassin harus mendekam di dalam
Geschiephoria magz
kurungan penjara selama satu tahun dengan masa percobaan dua tahun dan dilarang menerbitkan sesuatu yang berhubungan dengan sastra selama satu tahun. Dalam pledoinya, HB Jassin mengungkapkan bahwa “kami telah dilaintafsirkan dan karena perlainan tafsir itu orang mengira kami telah menghina mereka, menghina kepercayaan mereka yang adalah kepercayaan dan keyakinan kami juga. Kami dengan tulus ikhlas meminta maaf kepada mereka yang menganggap kami telah menghina, dan kami pun memohon maaf kepada Allah Maha Kuasa yang kamu tahu adalah Maha Pengampun dan Maha Pemaaf�. Upaya HB Jassin dak menguak siapa sosok dibalik Ki Panji Kusmin semata karena ia mengahargai karya imajinasi pengarang. Rasanya jika karya sastra hasil imajinasi seseorang dituntut secara hukum memang ada
sesuatu yang kurang relevan. Bayangkan jika cerpen Langit Makin Mendung ini terbit di era sekarang, mungkin akan diserbu oleh ormas-ormas Islam yang radikal. Atau bahkan juga bisa terjadi kasus penembakan seper yang menimpa kantor pusat majalah Charlie Hebdo di Prancis yang menyebabkan 12 orang tewas. Charlie Hebdo sendiri merupakan media yang memang an agamis serta menggunakan gaya bahasa yang cenderung formal. Tentunya kedua kasus ini sangat jelas berbeda, majalah Sastra memang memuat karyakarya sastra seper cerpen; essai; dan puisi, sedangkan Charlie Hebdo memang majalah sa r yang an agamis dan memojokkan agama-agama tertentu dalam ulasannya. Jika cerpen ditulis ulang dan disesuaikan dengan kondisi sekarang serta penggan an nama tokoh, apakah nan akan bergan judul menjadi Langit Sudah Tak Mendung atau Langit Makin Mendung Sekali? Ini masih menjadi sebuah misteri.
- A.D. -
38
Geschiephoria magz
Cerpen
Satu Kata
- YASMin Artyas -
39
Geschiephoria magz
Terdengar letusan dua kali. Aku menggigil takut saat mereka memaksa kami mundur dengan barikade rapat. Tapi kami tak gentar. Dari belakang, teman-teman yang lain ak f melempari mereka dengan apapun agar kami bisa menghancurkan formasi itu. Tapi itu saja dak cukup. Mereka terlalu kuat, sementara kami dak bersenjata, dan tentu dak siap dengan apa yang sekarang kami hadapi. Kami berpencar mencari perlindungan dari moncong senapan dan hujan gas air mata serta pukulan yang akan kami terima apabila dak segera bersembunyi. Beberapa dari kami masih memungut bebatuan dan membuat batu-batu tersebut melayang ke udara, mengincar kepala siapapun yang dak beruntung. Kejar-kejaran. Layaknya kucing dan kus. Kami kusnya. Padahal kami datang dengan damai. Tidak mengincar, apalagi membuat kerusuhan seper ini. Namun mereka mengingkari janji sendiri, untuk dak melukai sipil tanpa senjata. Padahal kami hanya mahasiswa, yang menuntut kebebasan setelah berpuluh tahun terkekang. *** Yang memaksa kami turun ke jalan dan mulai bersuara adalah pemimpi kami sendiri, pemimpin tanah air tercinta. Kekuasaan yang terlalu lama, korup, serta banyak lagi ndakan lain yang menyiksa itulah yang membuat kami jengah. Kami bosan dengan hasil pemilu yang dak berubah walau ru n dilaksanakan. Untuk apa ada pemilu bila yang b e r ku a s a te r u s - m e n e r u s s a m a ? D e m i k i a n puncaknya, dikhiana rakyatnya atas ulahnya sendiri. Menurutku ini ganjaran yang sepadan dengan penderitaan yang ia berikan kepada rakyatnya selama ga dekade terakhir. Dan angkatan bersenjata yang selalu membuat masalah itu juga bobrok!! “Ini kelewatan...�
40
Suara Anita tenggelam diantara suara penyiar di televisi, yang sedang menayangkan berita penembakan di depan Universitas Trisak , untuk kesekian kalinya. Lainnya hanya terpaku di depan televisi. Menatap benda berkaca cembung itu seakan itulah benda terakhir yang membuat kami hidup. Tapi bukankah memang begitu? Kehidupan kami, sebagai mahasiswa, hanya bicara tentang protes, dan mata kami hanya memantau perkembangan situasi melalui televisi dan media lainnya. Tak heran apabila kami lupa makan dan juga lupa kuliah. “Haruskah kita melakukan sesuatu, Jo?� seseorang bertanya padaku dan aku hanya bungkam. Siapapun yang melihat keadaanku pas menger bahwa aku adalah otak-nya mereka, para mahasiswa yang penuh aspirasi dan muak pada pemerintah. Aku mengerucutkan bibir dan menggeleng. Dan mereka dak bicara lagi setelah itu. Bukan aku ingin membiarkan saja semua kejadian yang terjadi selama bulan-bulan di tahun itu, tepat setelah presiden disumpah untuk menjadi kepala negara dan bersedia melakukan apapun demi kesejahteraan rakyatnya. Sumpah yang sudah sering diucapkan dan hanya sebatas ucap, bukan ikrar sesungguhnya. Sumpah yang berkali-kali dilanggar, d a n m e m i l i h ko t o r d i b a n d i n g d i p l o m a s i . Sesungguhnya peris wa makar yang terjadi dua dekade sebelumnya adalah awal mula dari peris wa yang akan terjadi dalam waktu dekat ini. Hanya menunggu waktu yang tepat, aku yakin itu. Tapi ini bukan berar aku dalangnya. Tidak ada dalang. Hanya sekelompok mahasiswa yang menuntut keadilan dan kebebasannya dikembalikan. Namun hari terlalu cepat bergan . Saat kami dihubungi dan dipersatukan oleh mahasiswa lain, menuntut tanggung jawab atas lenyapnya jiwa empat orang dari kejadian di depan kampus beralmamater biru tua, kami menyambutnya. Bukan ingin mencari huru-hara. Melainkan lebih menyerupai keinginan untuk menyadarkan pemerintah.
Geschiephoria magz
Aku menelengkan kepala dan menatap teman-temanku dengan kepala miring. Ingin sekali aku marah saat ini. Tapi marah pada siapa? Aku akhirnya menghela napas. Pendek. “Seper kata penyair itu kemarin...,” mulaiku. “Hanya satu kata: Lawan!!” Di depanku. Sekelompok mahasiswa yang saling bergantung satu sama lain, dalam naungan ruang sekretariat di dalam kampus. Mulai bergerak menjauhi televisi. Menemui realita. *** “Sial!” Mataku melihat sosok Satria yang bergerak cepat dari barisan depan ke arahku. Ada apa? Padahal ia sudah kutugaskan untuk berada di barisan depan bersama pemimpin yang lain. Namun ia berhen tepat di sampingku, menyejajarkan langkah mantap kami. “Bukan gue takut atau apa, Jo. Tapi mungkin kita bakal disuruh mundur.” Hanya sepenggal kalimat itu yang kudengar di tengah riuh rendah koor mahasiswa yang isinya adalah meminta presiden saat ini untuk keluar dari istana. Anita yang juga berada di depan pun kini telah bergabung denganku dan Satria.
jembatan tersebut.
Tidak ada yang memberi kami jalan, seper yang dikatakan Satria beberapa saat lalu. “Silakan bawa teman-teman kalian keluar dari jalanan.” Itu suara dari pengeras, dari arak-arakan mobil polisi dan sejenis barakuda yang bergerak mendeka kami. Bisa kusebut bahwa jumlah kami memang banyak. Mungkin lebih banyak daripada jumlah mereka yang memakai seragam hijau loreng dan coklat itu. Terdengar suara dari pengeras lagi. Kali ini bukan mengusir kami, namun memperinga orangorang yang bukan dari kelompok kami untuk keluar dari jalan. “Ini perang atau apa?” Salah seorang di sampingku bergumam, cukup keras di tengah gemuruh lagu nasional yang kami nyanyikan dengan kompak. Kurasa ia cukup benar. Ini bukan lagi jalan raya yang biasa kami lihat se ap harinya. Dengan mereka yang berbaris menantang kami di depan dengan mencekal senjata api dan perisai, serta berbagai kendaraan militer di depan sana.... Perang akan terjadi. ***
“Mereka dak memberi kita jalan!” ujarnya kesal. Siapapun bisa melihat matanya yang berkilatkilat karena marah. Kerumunan ini bergerak cepat ke arah bawah jembatan, dimana mataku menangkap banyak polisi berseragam rapat. Moncong senjata itu mengarah kepada kami. Kapanpun mereka siap menembak ma kami semua.
Aku bertemu dengannya beberapa waktu lalu. Seseorang yang membuat kami akhirnya tergerak untuk turun ke jalan. Seseorang yang dengan syair-syair yang menggugah. Aku dak ingat sebagian besar isi syairnya, namun aku mengingat salah satu kalimat itu. Yang diucapkannya dengan menggebugebu. Hanya satu kata: Lawan! Lawan otoriternya. Habisi kekuasannya.
“Jalan terus,” sahutku. Aku mengiku Satria kembali ke baris depan dan bersandingan dengan mereka hingga kami dihadang tepat di
41
Aku setuju pada seruannya. Bukan hanya aku, hampir seluruh lapisan masyarakat saat itu pun ikut
Geschiephoria magz
larut dalam perjuangan-perjuangan yang baru dilakukan dengan gerilya. Setuju pada ha nya yang dak pernah mau dikekang. Maka kini kami semua bergegas. Tidak ada yang bisa menghalangi tekad bulat kami. Bahkan si jenderal yang selalu tersenyum itu pu dak. Ia harus pergi. Negeriku tercinta bukanlah panggungnya. Sudah sekian lama pendahulu kami dibohongi. Kini giliran kami... Tubuh kami berbenturan dengan perisai panjang para polisi. Mendesaknya mundur. Yang berada dalam genggaman kami bukan lagi megafone maupun spanduk yang ditulisi aspirasi kami. Bukan lagi bendera maupun emblem lainnya. Namun jas almamater masih lekat di tubuh, beserta nyanyian kebangkitan dalam ha . Bukan lagi datang dengan niat berdamai. Melawan. Lawan. La-wan. Kata itu bergema dalam kepala, berulangulang, terus-menerus, tapi tak kunjung bosan untuk selalu melafalnya dengan lidah. Sebentar lagi kami menang. Aku bisa mengendus kemenangan itu, dari se ap layangan bebatuan atau ayunan tongkat besi. Se ap derap langkah kami menantang kekuatan militer dan aparat keamanan, serta se ap langkah mundur mereka yang tak menduga. Barangkali bukan aku saja yang bangga. Barangkali bukan aku saja yang tersenyum saat mengejar mereka yang terdidik dengan paham disipliner. Tak kuperha kan lagi sekelilingku. Telingaku tuli mendadak. Apa yang menyentuhku juga tak menyadarkan. Ini demi reformasi! “HIDUP MAHASISWA!!” “HIDUP MAHASISWA!!” “HIDUP MAHASISWA!!” “HIDUP MAHASISWA!!” Is lahnya menggulingkan. Entah berapa lama hal ini akan berulang. Sikap menantang, siap ma bukanlah yang terlintas di pikiranku selama menjadi m a h a s i s wa . J u ga d a k s i a p m e nta l u nt u k menghadapi kema an itu sendiri walau
42
dak secara langsung. Tidak juga siap menghadapi kema an saat ia datang kepada Satria, sahabatku, yang terjebak di tengah medan, diinjak, dipukuli, dan ma . Ma berakhir.
tanpa tahu bagaimana ini semua
Ma tanpa tahu rasanya mendaki puncak gedung agung yang melengkung. Ma tanpa sempat merasakan bahagian saat reformasi datang. Ma pahlawan.
dengan jiwa pahlawan walau bukan
Apabila usul ditolak tanpa di mbang Suara dibungkam kri k dilarang tanpa alasan Dituduh subversif dan mengganggu keamanan Maka hanya ada satu kata: LAWAN!
Geschiephoria magz
- Fadhiel Arif , dkk -
, YANG TERPINGGIRKAN DARI KONFLIK‘ 65
Geschiephoria magz
Walikota Solo pada saat itu juga terindikasi terlibat PKI yakni Utomo Ramlan. Anggota PKI diciduk ada yang langsung dieksekusi dan banyak yang ditahan. Salah satu tempat yang dijadikan tempat tahanan poli k (tapol) ialah Sasana Mulya.
Ndalem Sasana Mulya di dalam komplek Beteng Kraton Kasunanan Surakarta. Sumber : sejarahsosial.org
Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) adalah peris wa penculikan dan pembunuhan tujuh perwira militer Indonesia dengan latar belakang adanya isu kudeta yang akan dilakukan oleh Dewan Jenderal. Selain itu, latar belakang terjadinya peris wa tersebut adalah kedekatan antara Presiden Soekarno dengan PKI dan pemikiran-pemikiran Soekarno berupa Demokrasi Terpimpin dan NASAKOM-nya. Setelah meletusnya Gestapu, Mayjen Soeharto melakukan penumpasan terhadap gerakan yang dipimpin Letkol Untung tersebut. John Rossa menyebutkan bahwa Soeharto menuduh Partai Komunis Indonesia mendalangi Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) dan selanjutnya menyusun rencana pembasmian terhadap orang orang terkait partai itu. Tentara Soeharto menangkap 1,5 juta lebih orang dituduh terlibat dalam Gestapu. ratusan ribu orang dibantai Angkatan Darat dan milisi yang berafiliasi dengannya di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali dari akhir tahun 1965 sampai pertengahan 1966 dalam salah satu pertumpahan darah terburuk di abad ke-20. Seluruh anggota PKI ditagkap dan diadili oleh pemerintah di bawah pimpinan Mayjen Soeharto. S a l a h s a t u w i l aya h ya n g m e n j a d i gudangnya PKI adalah Solo, bahkan
44
Sasana Mulya merupakan bangunan yang berada di dalam komplek Kraton Kasunanan. Sasana Mulya merupakan rumah bagi putra-putri Sunan Pakubuwana VI-IX. Digunakan pula sebagai tempat untuk manten putra-putri raja atau tempat bermalamnya jenazah yang berasal dari trah keraton. Namun pada tahun 1965 kemudian berubah fungsi menjadi sebuah tempat tahanan poli k. Pemakaian Sasana Mulya sebagai tempat tahanan poli k dak lepas dari kedekatan Pakubuwono XII dengan TNI. Telah kita ketahui bersama bahwa Paku Buwono XII memiliki gelar kemiliteran sehingga sangat mungkin TNI meminta bantuan Sang Raja tersebut. Pada tulisan ini akan diulas mengenai Sasana Mulyo sebagai tempat penampungan tahanan poli k.
Sasana Mulya dan Tahanan Politik Peris wa tragedi nasional Gestapu 1965 di Jakara mengakibatkan munculnya permasalahan poli k bagi bangsa Indonesia. Selain tragedi saling membunuh di antara anak bangsa, juga mbul masalah baru bagi anggota PKI dan simpa sannya yaitu pasca pembubaran PKI dan onderbouw-nya, fase baru yang menyedihkan bagi orang orang yang dituduh terlibat dalam peris wa itu ikut menandai sejarah kelam kehidupan berbangsa di republik ini. Meletusnya peris wa Gestapu, para anggota PKI ditangkapi aparat rezim Orde Baru. Orang- orang PKI diklasifikasikan menjadi bagian A, B, C. Klasifikasi A langsung di eksekusi, klasifikasi B dipindahkan ke pulau Buru , dan klasifikasi C diasingkan ke Nusakambangan. Sedangkan orang yang dak masuk klasifikasi tersebut hanya ditahan maupun ditampung ditempat tempat yang telah ditentukan di daerah masing masing.
Geschiephoria magz
sekat dengan kawat pada pendopo Sasana Mulya. Di Kota Solo anggota-anggota PKI dan Gerwani atau dianggap PKI yang diciduk, awalnya ditahan di Balaikota Solo, tetapi karena terlalu banyaknya orang yang ditahan kemudian tahanan dipindahkan ke tempat lain. Sasana Mulya merupakan tempat yang menjadi salah satu tempat yang digunakan sebagai tempat tahanan sementara. Seper yang diungkapkan Suhardi seorang Purnawirawan TNI – AD Ribuan laki lakiyang terindikasi terlibat PKI atau dianggap sebagai oknum PKI ditahan di Sasana Mulyo. Tahanan poli k berasal dari berbagai umur dan kalangan baik pemerintah maupun sipil baik itu tentara, pegawai pemerintah maupun seniman. Mereka yang ditahan telah memiliki catatan khusus yang telah di pegang aparat yang berwenang. Catatan tersebut berisi data-data mengenai orang-orang yang terindikasi mengiku gerakan-gerakan makar, seper susunan organisasi dan agenda rapat-rapat yang mencurigakan, Data maupun informasi yang dikantongi aparat sebagian besar dak valid sehingga menyebabkan banyak orang yang dak terlibat ke dalam PKI menjadi korban. Sen men- sen men pribadi dapat menjadikan seseorang ditangkap ataupun orang yang sudah berada di dalam tahanan bisa didakwa terlibat PKI. Tidak ada perbedaan perlakuan yang diberikan kepada tahanan poli k yang ada di Sasana Mulyo. Tidak ada ruangan khusus yang diberikan untuk tahanan tertentu, semuamya ditempatkan pada temat yang sama yaitu di pendapa. Hanya saja tahanan yang didakwa kasus yang lebih berat lebih sering diverhul atau di introgasi. Tahanan di Sasana Mulyo ditempatkan di pendopo secara bersama sama tak ubahnya seper tempat pengungsian mereka berhimpit- himpitan ka re n a l u a s te m p at d a k m e m a d a i u nt u k menampung semua tahanan. Pembagian tempat untuk tahanan dengan cara pemberian
45
Is rahat dan dur para tahanan poli k hanya beralaskan kar, namun beberapa ada yang dak beralas langsung dilantai. Sedangkan bangunan yang berada di sebelah mur dijadikan untuk tempat interogasi. Kegiatan tahanan di Sasana Mulyo umumnya hanya berdiam diri menunggu sesuatu yang tak pas atau menunggu putuskan yang akan dijatuhkan pada mereka. Ada kalanya aparat menyuruh para tahanan poli k untuk berlari lari atau senam dan kadang juga disediakan hiburan tertentu seper wayang dan keroncong. Pertunjukkan wayang wong langsung didatangkan langsung dari Gedung Wayang Orang Sriwedari oleh TNI guna untuk sedikit mengurangi kesunyian dalam tahanan serta untuk menghindarkan para tahanan dari upaya bunuh diri karena terlalu depresi. Selain hiburan tersebut, para tahanan juga mengisi waktu luang dengan mengerjakan kerajinan tangan yang kemudian akan dijual. Menurut aparat, kesehatan tahanan sangat diperha kan apabila ada ang sakit dioba . Para tahanan yang sakit dikumpulkan kemudian dinaikan truk dibawa ke Rumah Sakit Jebres untuk dioba . Se ap kegitan tahanan senan asa dipantau dan dirawat . Untuk kebutuhan MCK para tahanan menggunakan fasilitas yang seadanya. Di Sasana Mulyo sendiri ada beberapa sumur dan kamar mandi namun juga dak sebanding dengan banyaknya tahanan, maka dibangunlah MCK yang dibuat oleh para tahanan Sasana Mulya berupa parit yang panjang untuk buang hajat sehingga dak perlu antri. Untuk makanan, tahanan sehari-hari menurut keterangan dari aparat sangat diperha kan dan teratur meski hanya nasi bungkus. Nasi bungkus tersebut dikirim oleh pemerintah daerah, kemudian
Geschiephoria magz
diseleksi kembali oleh pejaga Sasana Mulya. Namun berbeda dengan pengakuan para tahanan. Menurut Margono dan Karno mantan tapol di Sasono Mulyo, jatah makan yang diberikan dalam sehari biasanya cuma sekali dan itupun makanan yang dak layak untuk disajikan. Oleh karena itu, para tapol serinh mendapatkan makanan dari keluarga mereka yang datang untuk menjenguk. Tentu saja dengan penjagaan dan pengawasan dari petugas.
Sebagian Tapol di Sasana Mulya. Sumber : sejarahsosial.org
Diskriminasi Eks Tapol Tidak ada tahanan yang melarikan diri dari Sasana Mulyo. Para tahanan umumnya pasrah apalagi melihat kondisi situasi saat itu. Kalaupun melarikan diri dak ada gunanya. Apabila ada tahanan yang dak terbuk bersalah kemudian dipulangkan dari Sasana Mulyo. Sebaliknya apabila ada indikasi terliabat mereka ditahan lebih lama. Ada yang dieksekusi di Jembatan Bacem dan ada juga yang dipindahkan di Pulau Buru. Para tahanan yang keluar atau kembali ke rumah maupun yang luput dieksekusi masih diberi kewajiban untuk lapor secara ru n kepada ins tusi militer terdekat. Terkadang aparat mempersulit ke ka akan melapor masih harus disuruh-suruh, misalnya membersihkan kamar mandi baru laporannya diterima.
46
KTP para tapol juga dibibuhi tanda ET atau eks tapol, sehingga terjadi diskriminasi padahal sama sama merupakan Warga Negara Indonesia. Kehidupan mantan tapol dan keluarganya dipersulit dalam berbagai hal. Penggunaan Sasana Mulyo sebagai tempat tahanan poli k dipegang oleh Kolonel Yasir Hadi Broto sebagai PPKUPER. Untuk penjaga dari brigif 4 yang ditugaskan, untuk kesatuannya terdiri, 45, 406, 407. terus ditambah dengan komando brigadi. Yang menguasai penuh dan dibantu pasukan lain. Polisi dak dilibatkan karena kondisi saat itu darurat sehingga Tentaralah yang bertanggung jawab. Kodim yang merupakan kesatuan paling kecil dari TNI dak dilibatkan. Secara umum pasukan TNI Diponegoro dianggap terlibat dengan PKI. Untuk penangkapan dan intelejen penangkapan PKI dilakukan oleh RPKAD termasuk juga mengenai eksekusi tahanan. Petugas dak hanya berjaga di Sasana Mulyo mereka juga mendampingi tahanan apabila diintrogasi dari atasan. Pada saat digunakan untuk tahanan pol k Sasana Mulyo dijaga dengan ketat oleh aparat. Seseorang dak bisa seenaknya keluar masuk. Masyarakat sekitar Sasana Mulyo sebenarnya mengetahui apabila Sasana Mulyo digunakan untuk tahanan pol k. Mereka pada umumnya biasa saja dan dak mau ikut campur karena bisa runyam urusannya karena bias dianggap salah satu dari mereka (tapol). Tahun 1967 ataupun 1968 Sasana Mulyo dak lagi dugunakan untuk tahanan poli k.
Geschiephoria magz
OPINION ******* Perjuangan**************** Panjang Pergerakan Perempuan Pada Komite Aksi Perempuan Sekber Buruh Di Indonesia
Berlakunya Politik Etis Sebagai Modal Penjajahan ?
Geschiephoria magz
Berlakunya Politik Etis Sebagai Modal Penjajahan ? - R. Basuni Pemerintah Kolonial Belanda melakukan praktek penjajahan di Hindia Belanda dalam kurun waktu lebih dari ga abad. Sebenarnya dalam tempo yang cukup lama itu dak serta merta terus mengikis kehidupan pribumi. Banyak juga kebijakan-kebijakan yang secara dak langsung menguntungkan kelompok pribumi, terutama dalam masa ini. Te n t u nya k i ta b i s a m e ra s a ka n b a ga i m a n a pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintahan Belanda. Tidak banyak memang dan sebenarnya juga, Belanda membangun tanah diluar tanah air mereka dengan tujuan untuk merasa nyaman seper berada di tanah air mereka. Mengacu pada suatu sistem yang dicanangkan oleh van Deventer tentang poli k e s yang menyangkut 3 hal diantaranya : Edukasi, transmigrasi, dan irigasi. Ke ga bu r yang menjadi program poli k e s tersebut sempat mendapatkan penolakan dari pemerintahan kolonial. Namun pada akhirnya Belanda menerapkan sistem poli k tersebut. Edukasi yang tujuan utamanya adalah untuk membangun kemajuan pendidikan antara golongan Belanda, priyayi atau bangsawan, dan juga kelompok pribumi lain tujuannya agar mereka dak buta akan aksara dan lebih kaya akan ilmu pengetahuan. Maksud daripada pemerintah belanda memberikan program pendidikan bagi golongan pribumi adalah untuk mencari calon pekerja yang bisa dibayar dengan upah yang murah. Pada saat itu juga pemerintah Kolonial Belanda membuka kebebasan para investor untuk m a s u k . M a ka b a nya k s e ka l i b e r m u n c u l a n perusahaan-perusahaan swasta yang membutuhkan karyawan. Dengan alasan tersebut pemerintah kolonial harus merubah sistem edukasinya agar supaya lulusan dari sekolah-sekolah yang dibuat oleh kolonial mampu menempa posisi di
48
perusahaan-perusahaan swasta. Tentunya sasaran utamanya adalah golongan pribumi yang memilik kecakapan dan ilmu yang cukup serta upah yang akan dibayarkan sangatlah murah. Sementara orang Belanda sendiri mendapat jabatan lebih nggi dan upah yang lebih banyak tanpa ada potongan. Transmigrasi menjadi program berikutnya dalam poli k ethis. Transmigrasi pada umumnya merupakan perpindahan penduduk dari suatu desa ke daerah lain dengan tujuannya adalah pemerataan penduduk. Namun yang terjadi pada masa kolonial adalah pemindahan penduduk karena tanah yang mereka tempa akan dibangun perkebunan atau menjadi kawasan usaha baik dari pemerintahan kolonial maupun swasta. Penduduk yang dipindahkan pun bukan lagi untuk pemerataan penduduk, namun dikirim untuk menjadi tenaga perkebunan di kawasan perkebunan milik kolonial. Begitu disayangkan memang, karena sebagian besar penduduk yang ditransmigrasikan adalah penduduk dari golongan rendah. Selain itu ada juga penduduk yang ditransmigrasikan ke wilayah yang tandus atau tanah yang kurang dan bahkan dak layak untuk dilakukan sistem pertanian. Kebanyakan penduduk yang hanya mendedikasikan hidupnya untuk bertani, mereka harus bertahan hidup ditanah yang baru dan dak bisa ditanami apapun. Irigasi yang menjadi program selanjutnya merupakan rentetan dari dua program yang diterapkan dalam poli k ethis. Irigasi atau sistem pengairan baik itu untuk perkebunan maupun untuk kota. Pemerintah belanda melihat bagaimana kota dan perkebunan yang mereka bangun sangat membutuhkan sistem irigasi yang bagus. mereka melihat bagaimana kota yang tumbuh dengan pesat hingga menjadi kota yang modern haruslah memiliki saluran irigasi yang baik untuk penanggulangan banjir saat musim hujan dan juga untuk mengaliri sawah dan perkebunan pada musim kemarau.
Geschiephoria magz
Mengapa Harus Cina? Pada saat musim hujan, seper di Semarang. Kota bentukan belanda yang didapat dari perjanjian dengan penguasa Surakarta sering terendam banjir. Maka, mereka membangun kanal-kanal untuk menampung air air hujan agar dak merendam kota Semarang. Pembangunan tersebut memerlukan banyak tenaga dan memakan biaya yang cukup mahal. Dari sini terlihat bahwa peran dari dua program poli k ethis sangatlah diperlukan. Mereka membutuhkan asupan dana dari para pengusaha swasta dan juga perlu untuk menstransmigrasikan penduduk yang nan nya di bangun kanal-kanal penanggulangan banjir. Pekerjanya adalah para buruh-buruh dari golongan rendahan dengan upah yang murah dan bahkan dengan tuntutan yang berat para buruh-buruh tersebut dak mendapat upah.
Pada masa kependudukan Belanda di Hindia Belanda, orang-orang cina mendapatkan perlakuan khusus walaupun sebenarnya mereka di bebani dengan pajak-pajak yang lebih nggi di bandingkan dengan orang pribumi. Terhitung pula, ke ka diberlakukannya Passenstelsel yang merupakan peraturan yang mengharuskan orang Tionghoa membawa kartu pass jalan jika mengadakan perjalanan keluar daerah, yang berlaku sejak 1816. Bagi mereka yang dak menda arkan diri dan kedapatan dak membawa kartu tersebut dalam perjalanan dikenai sanksi hukuman atau denda f 10. Peraturan ini sangat merepotkan orang Tionghoa, terutama untuk mengembangkan usaha perdagangan mereka. Prosedur untuk mendapatkan sehelai kartu passenstelsel sulit dan membutuhkan waktu panjang. Praktek ini mengakibatkan distribusi barang-barang dagangan dan komoditas
49
pertanian dari daerah pinggiran ke kota atau sebaliknya jadi tersendat-sendat.
Peraturan tersebut juga mengikat orangorang Tionghoa ke ka diberlakukannya poli k ethis, dimana banyak sekali orang-orang onghoa dak dapat mendapatkan pengajaran atau menerima pendidikan di dalam sekolah-sekolah bentukan Belanda. Pada proses pembangunan kota kolonial dan pembukaan lahan perkebunan, banyak pula pemerintah kolonial memanfaatkan orang-orang onghoa untuk menjadi buruh dan pekerja perkebunan. Tentunya nasibnya tentu lebih bagus dibanding dengan orang-orang pribumi. Orang-orang onghoa mendapat semacam perlindungan dari penyedia jasa tenaga kerja, sedangkan orang-orang pribumi teruslah menjadi budak-budak dikarenakan banyak londho ireng yang terus dan dengan sengaja menghancurkan ras yang sama.
Menunggangi Kuda Yang Sama Poli k ethis yang sebenarnya untuk kemuliaan kelompok pribumi justru menjadi cambuk bagi kelompok pribumi. Belanda sebagai penguasa di wilayah hindia belanda memungkiri daripada bu rbu r janji poli k ethis. Kebijakan akan pendidikan yang dicangangkan oleh Belanda dalam poli k ethisnya dak berlaku bagi golongan bawah. Kelompok pribumi-pribumi miskin dak akan pernah menyentuh dunia pendidikan. Sebuah benteng diciptakan memang sebagai pembatas antara golongan atas dan golongan bawah. Hal tersebut
Geschiephoria magz
kemudian mendapatkan suatu pemikiran dari orangorang pribumi yang memiliki keuntungan ilmu pengetahuan yang lebih. Sarekat islam yang menjadi organisasi yang besar. SI mendapatkan begitu banyak anggota dikarenakan sistem perekrutan anggota begitu mudah. Berbeda dengan organisasi lainnya seper Budi Utomo yang anggotanya harus dari keturunan priyayi jawa. Di dalam SI anggotanya bebas dari berbagai ras dan latar belakang. Hal tersebutlah yang menjadikan SI menjadi organisasi yang paling banyak anggotanya. Perkembangan yang terus terjadi juga merasuki pada sistem-sistem pemikiran manusia. Seper bisa dicontohkan dalam SI dimana terdapat dua ragam pemikiran berbeda antara Samaun dengan Cokroaminoto. Samaun menanamkan benihbenih sosialis komunis di dalam SI, sementara Cokroaminoto menolak dengan tegas akan komunisme yang berlangsung di dalam SI. Sejak perbedaan pandangan tersebut memecah SI menjadi dua yang memiliki basis Merah dengan Samaun atau pu h dengan Cokroaminoto. Ke ka intelektualitas berkembang serta melihat banyak orang-orang pribumi yang begitu miskin akan ilmu pengetahuan, menyebabkan muncul beragam pemikiran untuk mengentaskan pendidikan untuk rakyat pribumi. Hal ini disadari oleh orang-orang yang memiliki pandangan untuk membuat rakyat kita menger akan kondisi negara yang sedang terjadi. Hal tersebut menjadikan banyak sekali dibukanya sekolah-sekolah rakyat yang d i k h u s u s ka n u nt u k ra k yat wa l a u p u n d a k sepenuhnya untuk rakyat melainkan untuk semua orang dari etnis manapun. Ke h a d i a ra n s e ko l a h ra k yat te rs e b u t mendapat dukungan dari banyak rakyat yang ingin merasakan nikmatnya bersekolah. Tenaga pengajar dari sekolah rakyat tersebut didapat dari
50
sekolah ongko loro atau HIS. Mereka yang telah lulus atau masih menempuh sekolah ongko loro di kelas V, VI, dan VII bisa mengajar di sekolah rakyat karena mereka dinyatakan sudah memiliki ilmu pengetahuan yang cukup. Sebenarnya pembukaan sekolah rakyat selain daripada mendapatkan keuntungan (walaupun pembayaran sekolah begitu murah dan kadang juga di gra skan), juga mempersenjatai rakyat dengan ilmu pengetahuan yang nan nya untuk kepen ngan poli k. Sadar ataupun dak sadar dengan terjadinya penyelewengan dengan maksud yang amat sangat baik yakni dengan membuka sekolah untuk kepen ngan rakyat yang dak diterima di HIS ditujukan untuk kepen ngan poli k. Terlihat banyak sekali suatu hal yang terjadi ke ka penguasa semakin berkuasa ditambah dengan gejolak pergerekan poli k nasional. orang pribumi yang memiliki keuntungan lebih dengan ngkat intelektualitasnya justru menunggangi rakyat dengan ras yang sama demi memenangkan suatu tatanan poli k untuk menghancurkan rezim kolonial.
- Risky Aryani -
Geschiephoria magz
PERJUANGAN PANJANG PERGERAKAN PEREMPUAN PADA KOMITE AKSI PEREMPUAN SEKBER BURUH DI INDONESIA Feminisme adalah suatu bentuk gerakan kaum perempuan untuk memperoleh persamaan derajat dengan dan kebebasan dari penindasan lelaki dan aturan-aturan yang mereka buat. Istilah feminisme sendiri pertama kali dipopulerkan oleh Charles Fourier, seorang sosialis Perancis yang banyak mempengaruhi perkembangan gerakan feminisme di seluruh dunia. Gerakan feminisme yang pertama kali muncul di Eropa dari abad ke-17 pada awalnya merupakan bentuk protes dari kaum perempuan terhadap gereja. Pada masa itu, gereja merupakan institusi tertinggi yang menguasai hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Pada dasarnya kekuasaan gereja yang terlalu besar dan aturan-aturannya yang bersifat mutlak memang dianggap sewenang-wenang dan membuat sulit masyarakat pada umumnya. Akan tetapi, kaum perempuan sebagai kelompok minoritas bahkan menerima perlakuan yang lebih tidak menyenangkan lagi karena mereka dianggap sebagai makhluk golongan kedua setelah lelaki. Salah satu tokoh feminis yang paling awal adalah seorang wanita bangsawan Perancis bernama Simone de Beauvoir yang menyuarakan aspirasinya melalui karya sastra. Di indonesia saat ini, sangat subur akan proses akumulasi modal kapitalis. Kepatuhan pemerintah Indonesia terhadap kebijakan neoliberal, sumber daya alam yang masih melimpah, tenaga kerja massal yang menjadi eksploitasi kapitalis di Indonesia. Kapitalis dalam tenaga kerja dimaknai dalam bentuk perampasan kepemilikan alat produksi yang dimiliki perempuan ini tidak hanya berupa pemisahan alam dan teknologi dari
51
perempuan, namun juga penundukan seksualitas atas dirinya sebagai sosok perempuan. Feminisme adalah suatu bentuk gerakan kaum perempuan untuk memperoleh persamaan derajat dengan dan kebebasan dari penindasan lelaki dan aturan-aturan yang mereka buat. Istilah feminisme sendiri pertama kali dipopulerkan oleh Charles Fourier, seorang sosialis Perancis yang banyak mempengaruhi perkembangan gerakan feminisme di seluruh dunia. Gerakan feminisme yang pertama kali muncul di Eropa dari abad ke-17 pada awalnya merupakan bentuk protes dari kaum perempuan terhadap gereja. Pada masa itu, gereja merupakan institusi tertinggi yang menguasai hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Pada dasarnya kekuasaan gereja yang terlalu besar dan aturan-aturannya yang bersifat mutlak memang dianggap sewenang-wenang dan membuat sulit masyarakat pada umumnya. Akan tetapi, kaum perempuan sebagai kelompok minoritas bahkan menerima perlakuan yang lebih tidak menyenangkan lagi karena mereka dianggap sebagai makhluk golongan kedua setelah lelaki. Salah satu tokoh feminis yang paling awal adalah seorang wanita bangsawan Perancis bernama Simone de Beauvoir yang menyuarakan aspirasinya melalui karya sastra. Di indonesia saat ini, sangat subur akan proses akumulasi modal kapitalis. Kepatuhan pemerintah Indonesia terhadap kebijakan neoliberal, sumber daya alam yang masih melimpah, tenaga kerja massal yang menjadi eksploitasi kapitalis di Indonesia. Kapitalis dalam
Geschiephoria magz
tenaga kerja dimaknai dalam bentuk perampasan kepemilikan alat produksi yang dimiliki perempuan ini tidak hanya berupa pemisahan alam dan teknologi dari perempuan, namun juga penundukan seksualitas atas dirinya sebagai sosok perempuan. Perubahan sosial menuju kapitalisme di Dunia Ketiga membawa dampak komoditasi dan industrialiasasi masyarakat yang dijajah. Dua proses ini dapat dianalisis secara lebih khusus untuk pedesaan dengan mengidentiďŹ kasi faktorfaktor eksternal dan internal, penyebabpenyebab, dan agen-agen perubahan agraris (Astuti, 38:2011). Untuk memaknai perubahan posisi perempuan dalam konteks sosial tertentu, perlu diketahui secara umum begaimana sosial masyarakat tersebut berubah. Perubahan sosial secara terkait dengan evolusi masyarakat, dari masyarakat substensi ke masyarakat prakapitalis, dan kemudian menjadi masyarakat kapitalis. Tahapan perubahan sosial terkait evolusi pada kaum perempuan menjadi perhatian khusus bagi negara. Masalah pemberdayaan perempuan atau bagaimana perempuan diletakkan dalam kehidupan bernegara kembali penting untuk dikupas, karena pada titik timpang. Komitmen negara atas pemberdayaan dan keseteraan gender belum cukup kuat. Negara dan kekuatan yang memihak perempuan dalam masyarakat belum mampu mengatasi masalah perempuan, seperti pemerkosaan, bentuk kekerasann perempuan, dan pelecehan seksual, ketidak adilan dalam ketenagakerjaan, keadilan dalam mendapatkan hak mereka. Salah satu hak yang saat ini yang disoroti adalah permasalahan buruh perempuan di Indonesia. Kepentingan kapitalis masuk dalam ketenagakerjaan buruh perempuan di Indonesia. Anggapan masyarakat yang telah mengakar bahwa perempuan bukan pencari nafkah utama, menyebabkan
52
posisi mereka yang tidak berhak atas tunjangan keluarga, dan posisi perempuan yang rentan akan PHK, dengan alih-alih atau alasan yang bias diskriminasi gender. Hampir sama yang terjadi pada pekerja perempuan Indonesia yang ada di luar negeri. Yang menjadi korban dari kapitalisme. Dengan latar belakang yang rendah pendidikan membuat posisi mereka semakin termarginalkan. Feminisme adalah suatu bentuk gerakan kaum perempuan untuk memperoleh persamaan derajat dengan dan kebebasan dari penindasan lelaki dan aturan-aturan yang mereka buat. Istilah feminisme sendiri pertama kali dipopulerkan oleh Charles Fourier, seorang sosialis Perancis yang banyak mempengaruhi perkembangan gerakan feminisme di seluruh dunia. Gerakan feminisme yang pertama kali muncul di Eropa dari abad ke-17 pada awalnya merupakan bentuk protes dari kaum perempuan terhadap gereja. Pada masa itu, gereja merupakan institusi tertinggi yang menguasai hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Pada dasarnya kekuasaan gereja yang terlalu besar dan aturan-aturannya yang bersifat mutlak memang dianggap sewenang-wenang dan membuat sulit masyarakat pada umumnya. Akan tetapi, kaum perempuan sebagai kelompok minoritas bahkan menerima perlakuan yang lebih tidak menyenangkan lagi karena mereka dianggap sebagai makhluk golongan kedua setelah lelaki. Salah satu tokoh feminis yang paling awal adalah seorang wanita bangsawan Perancis bernama Simone de Beauvoir yang menyuarakan aspirasinya melalui karya sastra. Di indonesia saat ini, sangat subur akan proses akumulasi modal kapitalis. Kepatuhan pemerintah Indonesia terhadap kebijakan neoliberal, sumber daya alam yang masih
Geschiephoria magz
melimpah, tenaga kerja massal yang menjadi eksploitasi kapitalis di Indonesia. Kapitalis dalam tenaga kerja dimaknai dalam bentuk perampasan kepemilikan alat produksi yang dimiliki perempuan ini tidak hanya berupa pemisahan alam dan teknologi dari perempuan, namun juga penundukan seksualitas atas dirinya sebagai sosok perempuan. Perubahan sosial menuju kapitalisme di Dunia Ketiga membawa dampak komoditasi dan industrialiasasi masyarakat yang dijajah. Dua proses ini dapat dianalisis secara lebih khusus untuk pedesaan dengan mengidentiďŹ kasi faktorfaktor eksternal dan internal, penyebabpenyebab, dan agen-agen perubahan agraris (Astuti, 38:2011). Untuk memaknai perubahan posisi perempuan dalam konteks sosial tertentu, perlu diketahui secara umum begaimana sosial masyarakat tersebut berubah. Perubahan sosial secara terkait dengan evolusi masyarakat, dari masyarakat substensi ke masyarakat prakapitalis, dan kemudian menjadi masyarakat kapitalis. Tahapan perubahan sosial terkait evolusi pada kaum perempuan menjadi perhatian khusus bagi negara. Masalah pemberdayaan perempuan atau bagaimana perempuan diletakkan dalam kehidupan bernegara kembali penting untuk dikupas, karena pada titik timpang. Komitmen negara atas pemberdayaan dan keseteraan gender belum cukup kuat. Negara dan kekuatan yang memihak perempuan dalam masyarakat belum mampu mengatasi masalah perempuan, seperti pemerkosaan, bentuk kekerasann perempuan, dan pelecehan seksual, ketidak adilan dalam ketenagakerjaan, keadilan dalam mendapatkan hak mereka. Salah satu hak yang saat ini yang disoroti adalah permasalahan buruh perempuan di Indonesia. Kepentingan kapitalis masuk dalam ketenagakerjaan buruh perempuan di Indonesia. Anggapan
53
masyarakat yang telah mengakar bahwa perempuan bukan pencari nafkah utama, menyebabkan posisi mereka yang tidak berhak atas tunjangan keluarga, dan posisi perempuan yang rentan akan PHK, dengan alih-alih atau alasan yang bias diskriminasi gender. Hampir sama yang terjadi pada pekerja perempuan Indonesia yang ada di luar negeri. Yang menjadi korban dari kapitalisme. Dengan latar belakang yang rendah pendidikan membuat posisi mereka semakin termarginalkan. Nilai tukar tenaga kerja wanita belum dihitung secara efektif; wanita juga tidak mendapatkan ganti kerugian atas kehilangan upah dan keuntungan, kesempatan-kesempatan pengembangan karier dan akses untuk waktu sengang (Moore, 264:1996). Perempuan tersubordinasi secara universal karena ada dikotomi yang diberlakukan dalam suatu masyarakat antara perempuan dan laki-laki. Jika perempuan bekerja di luar rumah selalu dikaitkan dengan kodrat perempuan yang tidak bisa maksimal ketika menjalani peran perempuan secara biologis. Terjadi tumpang tindih antara pemaknaan peran gender dan peran kodrati akhirnya membuat perempuan termarginalkan atas dirinya sendiri. Perempuan yang secara potensial dapat dilihat sebagai pelaku perubahan sosial dapat ditemui di semua kelompok sosial dan semua lapisan masyarakat. Dari kalangan elite sampai pada kalangan perempuan miskin. Pelaku perubahan dari kelompok perempuan kelas bawah yang mencoba menatasi kesulitan hidupnya dengan mencoba mencari pekerjaan di ranah publik, sebagai buruh. Perempuan-perempuan tersebut mempunyai peran strategis untuk perubahan sosial di desanya. Salah satu contoh selain buruh adalah perempuan yang masuk ke ranah publik dengan bekerja sebagai TKW di Negara orang lain. Disini
Geschiephoria magz
yang dilihat adalah sebuah gerakan perempuan pedesaan yang mencoba menembus batas nilai dan norma yang ada dimasyarakat tersebut. Disini perempuan yang dimaksud adalah perempuan yang masih kental dengan budaya patriarki. Dalam budaya patriarkhi yang selama ini berkembang di masyarakat akhirnya membagi gender secara diskriminatif. Pembatasan-pembatasan peran perempuan dalam budaya patriarkhi menunjukkan posisi perempuan yang pasif. Sering kita lihat, perempuan ditempatkan pada pekerjaan domestik. Sedangkan laki-laki pada sektor publik. Sosok perempuan pun yang menjadi TKW pun masih mendapat perlakuan diskrimasi gender, seperti pelecehan seksual, kekerasan secara ďŹ sik, dan lain-lain. Pada dasarnya kecenderungan perempuan untuk meninggalkan rumah (bekerja di luar rumah, luar desa, atau luar negeri) dapat dilihat sebagai sebuah tanda dari adanya proses dekonstruksi atas realitas sosial yang baku. Mereka juga menunjukkan bahwa sebenarnya mereka (TKW) memiliki eksistensi sebagai pelaku atau agen untuk transformasi sosial, meskipun mereka tidak menyadarinya, dan tidak disadari oleh orang lain. Perempuan yang menjadi TKW mencoba membangun identitas baru bagi eksistensinya dan dalam lingkup yang lebih luas adalah untuk masyarkat. Di Indonesia saat ini, bisa dikatakan bahwa belum ada gerakan perempuan yang massif. Massif dalam makna beranggotakan massa yang besar dan luas seta berspektif perubahan radikal pada tataran sistem sosial. Namun tidak berarti di Indonesia tidak mencapai kemajuan dalam melakukan sebuah perubahan sosial. Perubahan sosial tersebut terwujud dalam gerakan perempuan. berbagai kelompok perempuan saat ini selalu aktif dalam merespon semua isu kekerasan/pelecehan
54
seksual dan pemiskinan yang terjad pada perempuan.
Salah satu kelompok sosial yang melakukan gerakan sosial berupa komite aksi yang mendorong capaian besar yaitu Komite Aksi Perempuan Sekber Buruh dan Komite Aksi Hari Perempuan Sedunia. Dalam aksi tersebut diangkat isu perlawanan terhadap sistem kapitalisme, patriarkhi, dan militerisme. Disinilah perempuan mencoba melakukan perubahan sosial untuk dirinya sendiri. Mereka mencoba membela dan menuntut keadilan dari negara akan nasib mereka. Mereka mencoba membuat sistem tatanan sosial yang baru yaitu dengan tujuan jangka panjang, yaitu untuk mengubah atau mempertahankan keadaan tertentu atau institusi yang ada di dalam masyarakat. Dengan mereka membangun konstruksi yang capaiannya diluar dari kondisi sebelumnya. Kaum perempuan mencoba membuka peluang yang sama dengan laki-laki, m e n d a p a t k a n h a k y a n g s a m a . Ti d a k mendapatkan diskriminasi, kekerasan atau bahkan pelecehan seksual. Perempuan mendapatkan hak yang sama untuk menunjukkan eksistensinya dengan laki-laki, yaitu mampu bersaing dengan sehat pada ranah domestik. Itulah salah satu bentuk gerakan perempuan di Indonesia.
Geschiephoria magz
- ijul -
LEST WE FORGET :
PERISTIWA SAMPIT, 2001 “Saya melihatnya, semuanya. Mereka berkelahi di jembatan (sungai kapuas) dan terjadilah pertumpahan darah. Banyak tangan, kaki, kepala, putus dan terjatuh ke sungai dari tepi jembatan tol.�
Geschiephoria magz
Dermaga Mentaya Seberang, Sampit. Sumber : Kompasiana
Mandau dan Celurit Itulah sepenggal kesaksian dari paman saya ke ka peris wa Sampit terjadi, dan menyebar hingga ke Pon anak, Kalimantan Barat. Sampit adalah ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur di Kalimantan Tengah. Menurut Johannes Jacobus Ras, Sampit merupakan salah satu permukiman tertua di Kabupaten Kotawaringin Timur, nama kota ini sudah ada disebut di dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 maupun di dalam Hikayat Banjar yang bagian terakhirnya ditulis pada tahun 1663. Wilayah Sampit yang strategis yaitu berada di tengah-tengah jalur perjalanan dari seluruh penjuru Kalimantan menuju Jawa. Sehingga, Sampit dihuni oleh beberapa etnis antara lain Dayak, Melayu, Tionghoa, hingga Madura.
56
18 Februari 2001 menjadi awal kelam konik yang terjadi di Sampit. Mari kita njau dari kapan terjadinya konik antara Dayak dan Madura sebenarnya telah sering terjadi mulai dari awal 1970an hingga memuncak pada awal millennium 2000. Kedatangan orang-orang Madura adalah salah satu keputusan pemerintahan kolonial di Kalimantan. Orang Madura pertama ba di Ka l i m a n ta n ta h u n 1 9 3 0 d i b awa h p ro g ra m transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah Kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia. Hingga tahun 2000, transmigran di Sampit menyentuh angka 21% dari populasi masyarakat Kalimantan Tengah. z BBC mengungkapkan bahwa Suku Dayak merasa dak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif.
Geschiephoria magz
Hukum-hukum baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seper perkayuan, penambangan, dan perkebunan. Munculnya rasa iri tersebut ternyata bermuara kepada permasalahan yang lebih kompleks, atau mungkin lebih kejam, membunuh dan perang. Berbicara masalah penyebab dak akan habis dalam tulisan singkat ini. Ada banyak cerita yang membuat peris wa Sampit ini cukup semu dan abuabu. Terdapat sejumlah cerita yang menjelaskan insiden ini. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura. Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000. Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan antara murid dari berbagai ras di sekolah yang sama. Dan berbagai macam versi cerita lainnya. Belum ada penyebab pas mengapa perang diantara keduanya ini terjadi. Satu peris wa dengan banyak penyebab yang kebenarannya cukup meragukan. Namun, mengapa menyebar hingga ke seluruh provinsi? Logikanya, konflik ini adalah konflik intern masyarakat Dayak Sampit dengan Madura, klimaksnya adalah masyarakat Dayak berhasil menguasai Sampit dan mengusir Madura dari tanah itu. Tetapi, bulan-bulan selanjutnya setelah Februari, hingga sepanjang tahun, konflik DayakMadura ini menyebar hingga ke seluruh provinsi. Konflik antar etnis ini sendiri memakan korban cukup banyak, baik korban jiwa maupun korban materi dari kedua belah pihak.
57
Dimanakah Aparat? Skala kerusuhan antar etnis yang masif membuat militer dan polisi sulit mengontrol situasi di Sampit. Pasukan bantuan dikirim untuk membantu pasukan yang sudah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menguasai Sampit. Polisi menahan dua pejabat lokal yang diyakini sebagai dalang kerusuhan etnis di Sampit. Kapolri Jenderal Surojo Bimantoro mengatakan bahwa dua pejabat yang diduga membayar enam orang total Rp 20 juta (US $ 2.083) untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Situasi di Sampit masih tegang, dengan kantor-kantor pemerintah dan toko-toko ditutup. Untuk mengan sipasi kerusuhan lebih lanjut, Bupa Ko tawarin gin T imu r Wahyu d i K. Anwar memerintahkan kantor-kantor pemerintah dan sekolah untuk menangguhkan kegiatan mereka. Aparat yang terdiri dari Brimob dari Polda Kalimantan Selatan dan pasukan dari Yonif 631/ATG sebenarnya telah melakukan sweeping sejak tanggal 18-20 Februari
Hasil? Konflik antar etnis di Sampit kemudian menjalar hingga ke segala penjuru kalimantan tengah benar-benar berakhir sekitar bulan Maret pertengahan. Untuk memperinga akhir konflik ini dibuatlah perjanjian damai antar suku dayak dan madura. Perjanjian itu tertulis dalam sebuah buku yang berisi beberapa persyaratan dan hal-hal lainnya. Selain itu untuk memperinga perjanjian damai itu, dibangun sebuah tugu perdamaian di Sampit.
Geschiephoria magz
Jika kita analisa mengenai teori konflik, dapat diiden fikasi bahwa terdapat dua hasil dari Konflik konstruk f dan destruk f. Konflik konstruk f adalah ketegangan yang menciptakan sesuatu tatanan baru yang bersifat posi f. Sedangkan destruk f bersifat sebaliknya, konflik yang meluluhkan suatu tatanan. Studi kasus peris wa sampit memiliki keduanya. Letak Konstruk f peris wa Sampit adalah kini Sampit menjadi kota yang perekonomiannya telah maju pesat, bahkan satu tahun setelah konflik antar etnis terjadi warga Madura mulai berdatangan kembali ke Sampit untuk membangun hubungan yang lebih baik lagi. Destruk f di dalam kasus ini mbul dari kebencian masyarakat Dayak Sampit terhadap masyarakat Madura, yang kemudian kebencian ini menyebar ke seluruh provinsi di Kalimantan. Stereo p tersebut kemudian yang masih akan menjadi memori menyedihkan bagi kedua belah pihak yang berkonflik.
Suasana memanas di Sampit Sumber : Unknown
Kemudian nilai konflik destruk f-nya ada pada kerusakan masif dalam kerukunan etnis DayakMadura di Indonesia. Masyarakat Dayak di seluruh Kalimantan bangkit melawan populasi Madura yang hidup di tanah mereka, menebar teror hingga ancaman untuk mengusir mereka keluar dari Kalimantan. Di Pon anak, kampung halaman saya, pertumpahan darah yang terjadi menyebabkan ketakutan yang luar biasa bagi siapapun. Masyarakat Dayak mengendus orang-orang Madura dise ap sudut, relung kota, dan seisi kota. Bahkan mereka mengancam akan membunuh siapa yang ketahuan menyembunyikan orang Madura di rumah mereka.
Tugu Perdamaian Tragedi Sampit. Sumber : Dok. Kelana Nusantara
58
Geschiephoria magz
Museum Trowulan
RUMAH GEMILANG MAJAPAHIT
59
Geschiephoria magz
Perkembangan suatu daerah banyak dibentuk berdasarkan warisan sejarah masa sebelumnya. Keberadaan Mojokerto, tak bisa dilepaskan dengan nama besar bekas kerajaan Majapahit, bekas ibu kota kerajaan yang termasuk wilayahnya, yakni Trowulan (Bambang Dianto, 1986). Obyek kepurbakalaan di Trowulan merupakan potensi wisata yang bisa diandalkan untuk daerah ini. Tidak lengkap rasanya apabila ke mojokerto tanpa berkunjung ke situs Trowulan. Salah satu yang menarik dan wajib dikunjungi di situs Trowulan adalah Museum Majapahit yang terletak di Jl. Pendopo Agung, Kec. Trowulan, Kab. Mojokerto. Jumlah kunjungan wisatawan ke tempat ini selalu meningkat dari tahun ke tahun, baik asing maupun lokal. Walaupun sempat terjadi perdebatan karena kasus perusakan oleh negara atas nggalan Majapahit, yang terjadi ke ka pembangunan Balai Penyelamatan Arca pada awal 1980-an yang kelak diresmikan sebagai Museum Trowulan tetapi eksistensinya tetap meningkat sebagai pusat informasi dan edukasi.
Sejarah Museum Trowulan? Pada tang gah 24 April 1924 R. A. A Kromodjojo Adinegoro, Mantan Bupa Mojokerto bekerjasama dengan Ir. Henry Maclaine Pont, seorang arsitek Belanda mendirikan Oudheidkundige Vereeneging Majapahit (OVM) yaitu suatu Yayasan yang bertujuan untuk meneli peninggalanpeninggalan Majapahit. OVM memakai tanah di situs Majapahit yang terletak di tepi jalan raya jurusan Mojokerto-Jombang KM 13 untuk menyimpan artefak-artefak yang diperoleh melalui penggalian arkeologis maupun dari penemuan secara tak sengaja oleh penduduk. Mengingat ternyata banyak artefak yang layak untuk dipamerkan maka direncanakan untuk membangun museum, yang kemudian terealisasi pada tahun 1926 dan dikenal dengan nama Museum Purbakala
60
Trowulan. Museum tersebut terdiri dari ga bangunan utama yaitu bangunan A, B dan C serta bangunan kecil. Namun pada tangga 17 Juli 1966 bangunan C runtuh. Pada tahun 1942, museum ditutup untuk umum karena Maclaine Pont ditawan oleh Jepang. Sejak itu museum berpindah-pindah tangan dan yang terakhir dikelola oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur. Dengan demikian kantor tersebut dak hanya mengelola peninggalanpeninggalan Kerajaan Majapahit saja, tetapi seluruh peninggalan kuna di wilayah Jawa Timur. Oleh karena itu koleksinya semakin banyak sehingga dak tertampung lagi. Untuk mengatasi hal tersebut pada 1987 museum dipindahkan ketempat yang lebih luas, berjarak 2 Km dari tempat semula namun masih dalam situs Majapahit. Museum baru tersebut dikenal dengan nama Balai Penyelamatan Trowulan s e s u a i d e n ga n f u n g s i ny a s e b a ga i t e m p a t menyelamatkan benda-benda kuna. Sejak tanggal 1 Januari 2997 diubah dengan nama Pusat Informasi Majapahit.
Vacation and Education Museum Trowulan koleksinya didominasi oleh benda-benda cagar budaya yang ditemukan di sekitar situs Trowulan atau peninggalan pada zaman Majapahit. Melalui peninggalan tersebut kita dapat mengetahui aspek budaya yang pernah terjadi pada zaman Majapahit seper bidang pertanian, irigasi, arsitektur, perdagangan, perindustrian, agama dan kesenian. Koleksi tersebut dipajang di gedung atau ruang terbuka berbentuk pendopo atau halaman museum. Memasuki ruangan pertama pengunjung diajak untuk menikma berbagai koleksi logam, koleksi tanah liat dan koleksi batu. Koleksi paling terkenal dari Museum Trowulan adalah Arca Raja Airlangga yang digambarkan sebagai Dewa Wisnu
Geschiephoria magz
yang sedang mengendarai Garuda. Kemudian di luar bangunan museum juga terdapat situs pemukiman penduduk jaman Majapahit.
Tak kalah menariknya, Kolam Segaran juga menjadi salah satu atraksi menarik bagi turis, karena tempatnya yang pas untuk berfoto-foto.
Yang menjadi ikon dari situs Majapahit ini adalah Candi Tikus. Bentuk bangunan ini makin ke atas makin kecil dan dikelilingi oleh delapan menara yang lebih kecil bagaikan puncak gunung yang dikelilingi delapan puncak yang lebih kecil. Secara horizontal bangunan induk dibagi menjadi ga bagian, yaitu: kaki, tubuh dan atap. Kaki bangunan berbentuk segi empat dengan proďŹ l berpelipit. Pada lantai atas kaki bangunan terdapat saluran air dengan ukuran 17 cm dan nggi 54 cm serta mengelilingi tubuh. Sedangkan, pada sisi luar terdapat jaladwara. Selain itu, terdapat pula menara-menara yang disebut menara kaki bangunan karena adanya bagian kaki bangunan. Menurut peneli an, Candi Tikus ini berfungsi sebagai pengatur debit air majapahit
Oleh karena alasan-alasan di atas, museum Trowulan selain untuk berekreasi juga dapat dijadikan sarana edukasi mengenalkan Majapahit kepada anak-anak. Museum ini buka se ap hari mulai pukul 07.30 – 16.00. iku terus info terbarunya lewat twi er mereka @museummajapahit atau facebook museum.majapahi b.
(evi)
Candi Tikus
Kolam Segaran
Sumber : Dokumentasi Pribadi Zulyani Evi
Sumber : Dokumentasi Pribadi Zulyani Evi
61
Geschiephoria magz
oposisi SWAPRAJA surakarta - Delta -
Geschiephoria magz
Surakarta pada periode awal-awal kemerdekaan Indonesia atau bertepatan dengan perubahan tata pemerintahan di Nusantara, dipimpin oleh Paku Buwono XII. Beliau naik takhta sebagai Pakubuwana XII pada tanggal 11 Juni 1945 dan mangkat pada 11 Juni 2004. Pasca kemerdekaan Republik Indonesia, Surakarta mengalami berbagai periode, khususnya semasa pemerintahan Pakubuwono XII tersebut. Salah satu periode yang paling pen ng adalah Periode Daerah Is mewa. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, terdapat daerah-daerah yang masuk kategori indirect rule (indirect bestuur gebied). Daerah tersebut adalah daerah bekas kerajaan Mataram Islam yang disebut Swapraja atau Vorstenlanden. Wilayah itu terdiri dari dua wilayah khusus yaitu Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran. Perjanjian utk menjadi daerah is mewa itu ditanda tangani dengan Plakat Panjang (Lange Verklaring) dimana swapraja-swapraja itu berhak mengurus rumah tangga pemerintahan dan daerahnya sendiri. Perjanjian lain adalah Plakat Pendek (Korte Verklaring) yang memuat perjanjian bahwa daerahdaerah tersebut mengakui dan mentaa peraturan Pemerintah Hindia Belanda. Kasunanan Surakarta diikat dengan Plakat Pendek berdasarkan Zel estuuregelen 1938 dan Plakat Panjang dari Staatsblad 1939 No.614. Kadipaten Mangkunegaran diikat dengan Staatsblad 1940 No.543. Ke ka masa pendudukan Jepang pun, Surakarta tetap dipertahankan sebagai daerah is mewa dengan sebutan Kochi. Hak-hak is mewa tersebut dak diubah. Semua pemerintahan swapraja diakui sah asalkan dak bertentangan dengan aturan Pemerintah Militer Jepang. Saat persiapkan kemerdekaan, dalam rapat PPKI, pasca Indonesia merdeka Surakarta tetap dijadikan sebagai Daerah Is mewa. Rapat PPKI tanggal 19 Agustus 1945 menetapkan bahwa wilayah Republik
63
Indonesia dibagi atas delapan provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, dan Sumatera serta dua Daerah Is mewa, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Daerah Is mewa Surakarta atau DIS berlaku sejak Agustus 1945 hingga 16 Juni 1946. DIS merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia yang terdiri atas Daerah Is mewa Kasunanan dan Daerah Is mewa Mangkunegaran dan diperintah secara bersama oleh KNI Daerah Surakarta, Susuhunan dan Mangkunegara. Pasca proklamasi Indonesia, Surakarta dengan sukarela ikut bergabung dalam NKRI lewat maklumatnya pada tanggal 1 September 1945. Padahal sebenarnya Surakarta berhak untuk menjadi negara sendiri yang berdaulat. Maklumat yang dikeluarkan oleh Pakubuwono XII dan Mangkunegara VIII adalah sebagai berikut: Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran adalah daerah is mewa dari Negara Kesatuan Republik Indonesia; Semua urusan pemerintahan Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran ditetapkan dan dipimpin oleh Pemerintah Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran dengan mengingat Peraturan Pemerintah RI; Hubungan pemerintah Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran dengan Pemerintah RI bersifat langsung; Memerintahkan semua penduduk Kasunanan dan Mangkunegaran untuk memperha kan dan mengindahkan semua peraturan yang ditetapkan. Dengan status sebagai Daerah Is mewa maka di Surakarta ditempatkan Kantor Daerah Pemerintah Republik Indonesia (sering disebut kantor KNI). Pimpinannya adalah R. Panji Soeroso yg diangkat oleh pemerintah pusat dan berlaku sebagai Komisaris Tinggi di Daerah Is mewa Surakarta dan Daerah Is mewa Yogyakarta. Di Yogyakarta, perubahan ini dapat diterima tanpa banyak gejolak. Sementara di Surakarta memunculkan gejolak besar yg berujung pada pencabutan status Daerah Is mewa.
di bawah Tan Malaka Perubahan dalam struktur pemerintahan menyebabkan gejolak di ngkat masyarakat di Surakarta. Oktober 1945, muncul Gerakan An Swapraja atau an monarki atau an feodal di Surakarta. Latar belakang gerakan ini yaitu menuntut dihapusnya status Daerah Is mewa, melepaskan status sebagai kerajaan dan keinginan untuk bergabung dengan Republik Indonesia. Misi lain dari gerakan ini adalah perampasan tanah-tanah pertanian yang dikuasai Mangkunegara dan Susuhunan untuk dibagi-bagikan sesuai dengan kegiatan land reform oleh golongan komunis. Salah seorang pimpinan dari gerakan ini adalah Tan Malaka. 4 Januari 1946, Yogyakarta yang dijadikan sebagai ibukota sementara Indonesia oleh Presiden Soekarno cukup menarik kelompok opsisi untuk
Geschiephoria magz
mendekat dengan pemerintah pusat. Pihak oposisi berhaluan kiri ini terpecah menjadi dua, yaitu pihak Sutan Syahrir dan pihak Tan Malaka. Kelompok Syahrir lebih ke arah diplomasi sedangkan Tan Malaka lebih ke arah perjuangan dan dia memilih Surakarta sebagai basis pergerakannya.
Revolusi total yang dicetuskan Tan Malaka bermaksud dak hanya terbebas dari imperialisme dan kolonialisme semata tetapi terhapusnya feodalisme. Revolusi sosial di Surakarta merupakan pertemuan antara kebencian rakyat atas pemimpinpemimpin tradisional dengan kepen ngan kekuatan poli k yang ingin menggoyang pemimpin-pemimpin nasional. Kekuatan poli k dan kekuatan bersenjata berhasil menciptakan dan melakukan kekerasan di Surakarta dengan memanfaatkan Gerakan An Swapraja. Tan Malaka dan kelompok yang mendukung visinya, Persatuan Perjuangan berhasil menghimpun 141 laskar dan organisasi poli k lainnya. Kemudian menjadikan gerakan-gerakan an swapraja di Surakarta sebagai strategi untuk mengganggu pemerintahan Syahrir di Yogyakarta. Kekuatan an swapraja semakin kuat dan semakin sering melakukan konsolidasi dan tuntutan-tuntutan yang menginginkan hapusnya swapraja Surakarta ditandai dengan Gerakan Kelompok Radikal Divisi Banteng yang menahan Susuhunan di keraton agar bersedia menyerahkan wewenangnya kepada rakyat pada 18 April 1946.
Tan Malaka di Amsterdam, Belanda. Sumber : KITLV
64
Gerakan An Swapraja menjadikan kedudukan kraton melemah sehingga status s w a p ra j a S u ra ka r t a d a p a t d e n ga n m u d a h diruntuhkan. Aksi-aksi kekerasan yang menghebohkan masyarakat Surakarta adalah pencopotan Bupa -bupa yang umumnya kerabat raja dan digan orang-orang yang pro-Gerakan An Swapraja. Diiku dengan banyaknya kerusuhan, penculikan dan pembunuhan atas pembesarpembesar kraton Kasunanan dan Mangkunegara,
Geschiephoria magz
seper Pepa h Dalem (perdana menteri) Kasunanan KRMH Sosrodiningrat, penggan nya Pepa h Dalem yang baru KRMT Yudonagoro, 9 pejabat Kepa han mengalami hal yang sama. Kondisi yang semakin buruk dan dukungan terhadap kraton Surakarta yang semakin melemah berujung pada menyerahnya Susuhunan Pakubuwono XII. Tanggal 30 April 1946, Pakubuwono XII mengeluarkan pengumuman yang berisi kerelaan akan hilangnya swapraja Surakarta dan menyerahkan semua urusan ini kepada pemerintah pusat. Ketegangan kemudian diredam melalui Peraturan Pemerintah No. 16/SD/1946 pada 16 Juni 1946 yang berisi akhir dari pemerintahan Daerah I s m e w a S u ra k a r t a d a n M a n g k u n e g a ra n , menetapkan bentuk pemerintahan sementara sebagai Karesidenan dengan dipimpin residen sampai dikeluarkan UU resmi, dalam Karesidenan Surakarta dipimpin oleh Mr. Iskaq Cokroadisuryo merangkap sebagai Walikota Surakarta. Residen Surakarta ber ndak selaku Pembantu bendahara Negara untuk seluruh wilayah karesidenan, dan pemerintah Karesidenan Surakarta berada langsung di bawah pemerintah pusat. Peraturan pemerintah tersebut sekaligus menandai runtuhnya pemerintah swapraja Surakarta. (Dlt)
65
Resensi Buku
“Benih� Nasionalis Seorang Nyai - Ai Santineu -
Geschiephoria magz
oleh pria-pria kebangsaan Belanda pada masa kolonial untuk dijadikan gundik. Sebagai pemenuh kebutuhan seks para pria Belanda, ialah salah satu mengapa mereka dijadikan njai. Ia dak diperistri, dak pula dinikahi secara sah. Sebuah karya sastra yang ditulis ulang oleh S.M. Ardan dengan judul Nyai Dasima. Karya tersebut sebenarnya merupakan gubahan dari karya sastra yang memiliki judul asli Tjerita Njai Dasima tulisan G.Francis. Dalam buku yang berjudul Nyai Dasima ini, pembaca bakal mampu membandingkan perbedaan antara tulisan versi S.M. Ardan dan G.Francis. Dua tulisan yang memiliki latar belakang cerita sejarah yang sama namun, memiliki sudut pandang yang kontradik f.
Judul Buku : Nyai Dasima Penulis: S.M. Ardan & G. Francis Penerbit: Masup Jakarta (Kelompok Komunitas Bambu) Halaman: xix, 138 ISBN: 978-602-96256-1-5
Membicarakan tentang tema sejarah perempuan memang masih lekat dengan ke dakberdayaan, kepasrahan dan dak sedikit mengaitkannya dengan penyimpangan seks. Njai misalnya, sebagian kecil dari kisah sejarah perempuan pribumi yang kelabu namun membumi. Nasibnya tak semujur R.A. Kar ni, perempuan pribumi yang masyhur di Hindia Belanda, hingga kini. Seorang wanita dengan talenta yang luar biasa hingga sebagai sosok yang tak perlu diragukan lagi rasa kecintaannya kepada bumi per wi. Lewat berbagai gagasan penanya, Kar ni dikenal dan dikenang. Berbeda dengan Njai, seorang perempuan pribumi yang dieksploitasi
66
Pada era kolonial dak jarang seorang nyai akan dihubungkan dengan hal-hal yang nega ve, seper wanita yang gila harta dengan birahi nggi serta bermoral rendah. Konstruksi kolonial tersebut masih menjadi ingatan kolek f hingga saat ini. Ke ka membicarakan perihal sejarah nyai atau gundik akan terjebak pada ingatan yang penuh aib. Nyai Dasima adalah seorang istri piara Tuan Edward Williams di Pejambon, Batavia. Cerita tentang Nyai Dasima mungkin sudah cukup kesohor ditelinga pencinta sastra dan sejarah di Indoensia. Dalam versi G. Francis, Nyai Dasima beserta orang pribumi digambarkan seper memberikan kesan aslinya. Seper watak dan se ng kehidupan seharihari. Samioen, Haja , Mak Leha, Wak Lihun, dan Mak B u y u n g s e o ra n g p r i b u m i m u s l i m . N a m u n , penggambaran watak mereka dalam cerita tersebut dak mencerminkan seorang muslim “yang benar�. Berbeda dengan Nyai Dasima versi S.M. Ardan. Wak Lihun sebagai seorang ahli agama (ulama) menolak keras permintaan Samioen untuk mengirim jampi-jampi kepada Nyai Dasima. Dari penggambaran sosok Nyai Dasima, muncul anggapan bahwa nyai seorang yang nasionalis. Nyai Dasima
Geschiephoria magz
yang telah menjadi bagian dari hidup Tuan Edward seorang Eropa, dengan kehidupan yang lebih layak namun memiliki kerinduan mendalam terhadap kehidupannya sebagai pribumi. Menjadi nyai atau gundik akan menjadikan seorang wanita pribumi terangkat status ekonominya. Tak jarang, jarak kelas membuat seorang nyai menjadi semakin jauh dengan kehidupan pribumi. Tidak digelapkan dengan kehidupan yang lebih mapan, bergelimang harta, Nyai Dasima kembali “menjadi� pribumi walaupun dengan takdir yang pilu. Pendeskripsian tentang nyai, juga dapat ditemukan dalam buku Bumi Manusia, salah satu masterpiece karya Pramoedya Ananta Toer. Sosok Nyai Ontosoroh alias Sanikem seorang gundik dari Herman Mellema. Ia diserahkan oleh ayahnya sendiri untuk jadi gundik seorang toewan Eropa dengan imbalan 25 gulden. Kehidupan mewah, harta berlimpah diterima nyai semenjak hidupnya dengan Sang Tuan Eropa tersebut. Tiba masanya kemewahan tersebut pudar, ke ka anak dari perkawinan Herman Mellema di Belanda menuntut harta kekayaan ayah kandungnya. Kondisi sulit yang dijalani memberikan kesadaran bagi Nyai Ontosoroh untuk bangkit demi anak-anaknya. Permasalahan yang muncul membuatnya berjuang dengan kepercayaan dirinya dan kembali pada iden tas sebelumnya, yakni pribumi.
- Agilvi -
Review Film
Bang Bang Club Film karya Steven Silver yang meceritakan tentang 4 fotografer di Afrika Selatan pada masa transisi
Dua sosok Nyai dalam kisah sejarah, memberikan pelajaran berharga bagi kita di masa kini. Dalam kehidupannya yang kelabu, benih nasionalis itu dak penah gugur. Ia dak begitu cerdas, namanya pun tak seharum Kar ni, namun kesadaran akan kecintaan terhadap bangsanya sendiri mengembalikannya pada sosok pribumi yang kuat. Ternyata, nasionalisme dak hanya dimiliki oleh bangsawan, intelektual, atau seorang prajurit saja. Benih nasionalisme lekat di ha seluruh rakyat dan tersebar di seluruh Nusantara. Tak terkecuali seorang nyai dan para pribumi negeri.
67
p e m e r i n t a h a n y a n g b e r p a h a m a p a r t h e i d ke pemerintahan yang demokra s. Pada masa ini banyak sekali insiden kekerasan utamanya antara ANC dan loyalis Inkhata setelah pencabutan pencekalan terhadap kedua para tersebut. Nama Bang Bang Club merupakan nama populer
yang terkait dengan empat fotografer Afrika
Selatan antara periode 1990 hingga 1994, yaitu Kevin Carter, Greg Marinovich, Ken Oosterbroek, dan JoĂŁo Silva adalah anggota dari klub ini. Film ini dibintangi oleh Frank Rautenbach, Malin Ă…kerman, Neels Van Jaarsved, Patrick Lyster, Russel Savadier, Ryan Phillippe, Steven Silver, dan Taylor Kitsch.
Geschiephoria magz
12 Year A Slave
Karena kejahatan sudah menjadi budaya dan sangat wajar bagi penduduknya. Tokoh utama film ini adalah Rocket
Film drama sejarah yang berlatarkan tahun 1841,
(William Rodriguez), adik dari anggota geng tender trio.
diadaptasi dari memoar tahun 1853 berjudul sama yang
Dia adalah orang yang baik dan dak suka kekerasan yang
bercerita mengenai Solomon Northup, seorang negro
sangat berbeda dengan kakaknya, Rocket juga suka
merdeka kelahiran New York yang diculik di Washington,
fotografi. Semua kejadian di kota ini bisa terungkap berkat
D.C. pada tahun 1841 dan dijual sebagai budak. Ia bekerja
jasanya setelah dia remaja. Geng Tender Trio bubar
di perkebunan di negara bagian Louisiana selama dua
setelah kejadian perampokan di motel yang melibatkan
belas tahun sebelum dibebaskan. Film ini adalah film
Li'l'Dice. Li'l'Dice menjadi in masalah dalam fim ini yang
ke ga yang disutradarai oleh Steve McQueen, dan
merupakan Bandar Narkoba yang ditaku . Film ini
diskenarioi oleh John Ridley. Chiwetel Ejiofor berperan
memang lekat banget sama pembunuhan, narko ka dan
sebagai Solomon Northup, yang telah menerima banyak
seks.
pujian atas ak ngnya dalam film ini. Film ini menerima beragam pujian kri s, dinobatkan sebagai "film terbaik tahun ini" oleh beberapa media, dan menerima sejumlah
The Railways Man
penghargaan dan nominasi, termasuk Film Drama Terbaik
Sebuah film perang dunia II yang disutradarai
Golden Globe 2014, Film Terbaik Academy Award, dan
oleh Jonathan Teplitzky . Ini merupakan adaptasi dari buku
Film Terbaik BAFTA.
laris otobiografi dengan nama yang sama oleh Eric Lomax , dan dibintangi Colin Firth , Nicole Kidman , Jeremy Irvine dan Stellan Skarsgård. Film ini menceritakan kisah Eric
42
Lomax seorang perwira Inggris yang ditanggkap oleh 42 adalah biografi olahraga film yang ditulis dan
Jepang dan dibawa ke kamp tahanan Jepang di Singapura
disutradarai oleh Brian Helgeland tentang integrasi rasial
menjadi pekerja paksa untuk membangun jalur Kereta
dari Amerika bisbol profesional oleh pemain Jackie
Api. Selama menjadi tahanan dan pekerja paksa Lomax
Robinson , yang mengenakan jersey nomor 42 melalui
mendapatkan penyiksaan oleh Kempetai hingga Perang
karirnya di Major League. Bintang film Chadwick Boseman
Dunia berakhir. Hingga bertahun-tahun setelah perang
sebagai Robinson, dan Harrison Ford sebagai Branch
dunia berakhir dia masih trauma psikologis. Lomax
Rickey . Alan Tudyk , Nicole Beharie , Christopher Meloni ,
akhirnya berniat untuk membalas dendam dan bertemu
Andre Holland , Lucas Black, Hamish Linklater , dan Ryan
dengan seorang Kampetai bernama Takashi Nagase yang
Merriman muncul sebagai peran pendukung. Film ini
merupakan penjahat perang dunia yang kabur kembali ke
bercerita tentang Jackie Robinson yang berada di bawah
tempat penyiksaan di Utara Semenanjung Melayu dan
bimbingan ekseku f pela h m Branch Rickey. Robinson
menjadi pengelola Museum. Namun, akhirnya Lomax
menandatangani kontrak dengan Brooklyn Dodgers untuk
memaa an Takashi Nagase atas segala perbuatannya
menjadi pemain Afrika-Amerika pertama untuk
yang membuat Lomax disiksa dalam kamp penyiksaan.
memecahkan hambatan rasial pada bisbol yang pada saat itu sedang gencar-gencarnya terjadi rasisme di Amerika.
City Of God
As One Film berdasarkan kisah nyata ini karya Moon Hyun Sung, yang menceritakan seorang pemain tenis meja
Film berdasarkan kisah William Rodriguez yang
Korea Selatan bernama Hyun Jung Hwa (Ha Ji Won) yang
nggal di kota sebelah barat Rio De Janeiro yang disebut
memenangkan medali perak dalam sebuah pertandingan
Kota Tuhan (City Of God). Disebut City of God karena kota
melawan China yang selalu memenangkan medali emas.
ini terkesan rusuh dan terlampau bebas.
Sebenarnya cerita film ini sangat complicated, yaitu
68
Geschiephoria magz
disatukannya Korea Utara dan Korea Selatan dalam pertandingan Tenis Meja pada tahun 1991 di Jepang. Dengan di gabungnya Korea Utara dan Selatan ini pemain Korea Selatan dak setuju dan sebaliknya pun seper itu. Selama berada di Jepang, keributan dan pertengkaran mewarnai kedua m Korea Selatan dan Korea Utara. Untuk membuat kedua m bisa bersahabat pela h Lee (Park Cheol Min) membuat la han2 yang bertujuan untuk mengakrabkan kedua m. Kebersamaan akhrinya membuat kedua m menjadi bersatu dan berhasil masuk ke ďŹ nal untuk melawan China. Akan tetapi, disaat kedua
m merasakan kebersamaan dan
persahabatan, pihak Korea Utara
dak mengijinkan para
pemainnya melanjutkan pertandingan karena mereka menganggap pemain Korea Utara telah terpengaruh sikap dan sifat pemain Korea Selatan. Hal ini tentu saja membuat para pemain merasa terpukul karena ďŹ nal akan segera dilaksanakan.
69
Geschiephoria magz
Mooi Salatiga
Geschiephoria magz
Jika bepergian ke Solo melalui Semarang atau sebaliknya pas melewa kota Sala ga. Kota yang berada di 49 km sebelah selatan Kota Semarang dan 52 km sebelah utara Kota Solo dan Sala ga sendiri terletak di ke nggian 750-850 mdpl ini memiliki luas 17,87 km persegi di kaki Gunung Merbabu. Suasana sejuk dan menyenangkan langsung terasa begitu menjajakinya. Salah satu hal yang membuat kota Sala ga terasa sejuk karena terletak di lereng mur Gunung Merbabu. Selain itu pemandangan Gunung Merbabu, Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, dan Rawa Pening yang membuat kota Sala ga terlihat sejuk serta indah. Cikal bakal nama kota Sala ga sendiri berasal dari prasas yang ditemukan di dukuh Plumpungan yang tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dengan garis lingkar 5 meter yang selanjutnya disebut Prasas Plumpungan. Sala ga sudah ada sejak tahun 750 Masehi. Menurut sejarahnya, prasas Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Dengan demikian daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasas itu adalah daerah Sala ga sekarang ini. Disisi lain, ada juga cerita turun temurun dari masyarakat setempat. Waktu itu di daerah pedalaman ada Bupa yang memerintah dengan cara memeras uang rakyat dan menarik pajak yang berlebihan. Bupa itu bernama Ki Ageng Pandan Arang (Pandanaran). Pada suatu hari, Ki Ageng Pandan Arang dan istrinya melakukan perjalanan, kemudian mereka dicegat kawanan perampok karena sang istri ketahuan membawa harta padahal sebelumnya telah dinaseha oleh Sunan Kalijaga untuk menanggalkan hartanya. Perampok itu mengambil harta yang dibawa istri Ki Ageng, kemudian Sunan Kalijaga berkata “Aku akan menamakan tempat ini Sala ga karena
71
kalian telah membuat ga kesalahan. Pertama, kalian sangat kikir. Kedua kalian sombong. Ke ga kalian telah menyengsarakan rakyat�. Walaupun kota Sala ga dianggap sebagai kota kecil, Sala ga tetap merupakan tempat yang strategis karena berada di persimpangan Semarang, Surakarta, dan Magelang hingga orang Eropa datang kesini sebagai untuk berwisata hingga untuk keperluan ekonomi perkebunan. Sehingga untuk menjamin kelancaran lalu-lintas perdagangan dari pedalaman Jawa Tengah hingga pantai utara untuk dikapalkan, oleh karena itu VOC membangun sebuah Benteng bernama Fort De Hersteller pada 1746. Pada tahun 1917, pemerintah kolonial menetapkan Sala ga sebagai gemeente (kotapraja). Kota kecil ini dipilih karena beberapa faktor yaitu, faktor penduduk, keadaan setempat dan keuangan tentunya. Hingga kota yang pernah dapat julukan “kota terindah di Jawa Tengah� pada zaman p e m e r i n t a h a n B e l a n d a b a ny a k b a n g u n a n peninggalan Eropa masih berdiri. Dalam kunjungan kami kesana, kami sempat singgah di beberapa tempat yang memiliki beberapa bangunan bersejarah.
Geschiephoria magz
1. Gedung Papak Pertama, di dekat alun alun Sala ga terdapat sebuah bangunan bersejarah yaitu rumah Bupa . Rumah yang dulunya milik Baron van der Schoot-of Heeckeren ini bernama “bangunan datar” atau “gedung papak” karena atapnya datar. Menurut cerita, pada tahun 1950, gedung ini disewa Pemda Sala ga dan akhirnya dibeli dengan harga Rp 300.000,00. Sekarang Gedung Papak masih digunakan sebagai kantor walikota Sala ga. Halaman yang asri dengan pohon-pohon besar seolah tak mengubah suasana masa lalu.
Gedung Papak, Sala ga pada tahun 1910. Sumber : KITLV
2. Gedung Pakuwon Disamping kantor walikota sala ga terdapat sebuah bangunan yang menjadi saksi bisu perjanjian bersejarah, yaitu Perjanjian Sala ga. Perjanjian Sala ga merupakan perjanjian pembagian Mataram menjadi Kraton Kasunanan yang dipimpin Pakubuwono dengan Pura Mangkunegaran dipimpin oleh Mangkunegara I (Raden Mas Said). Mengapa dipilih Sala ga, hal ini karena keberadaan Benteng De Hersteller di Sala ga dengan dukungan pasukan infantri, kavaleri serta ar leri membuat keamanan di Sala ga benar-benar mantap.Namun, gedung yang berperan
72
Geschiephoria magz
Gedung Pakuwon Sumber : Dokumentasi pribadi Nugraovic
3. GPIB Taman Sari Kemudian berpindah ke pusat kota, juga terdapat bangunan kuno yaitu sebuah Gereja yang didirikan pada tahun 1823. Pada saat pertama kali didikan, bangunan ini adalah gudang mesiu. Keberadaan gudang amunisi itu sendiri tak lepas dari predikat Sala ga yang notabene sebagai kota militer. Tapi sekarang gudang amunisi ini dijadikan tempat ibadah yaitu, GPIB Taman Sari.
GPIB Taman Sari pada sekarang. Sumber : Kompasiana
GPIB Taman Sari pada tahun 1920. Sumber : KITLV
73
Geschiephoria magz
4. Benteng Hock Benteng Hock awalnya dibangun untuk menggan kan Fort De Hersteller yang terbengkalai. Fungsi awal dari Benteng Hock ini adalah sebagai tempat nggal para tentara, karena saat itu Sala ga dijadikan sebagai kota Militer dalam menghadapi Perang Jawa (1825-1830). Usai kemerdekaan semua aset peninggalan Belanda jatuh di tangan TNI termasuk Benteng Hock. Benteng tersebut dinamakan benteng Hock, karena benteng tersebut dibangun oleh arsitek belanda bernama Mr. Hock yang dibangun pada abad 19. Benteng yang Luasnya 1000m2 diatas tanah 20.000m2. Tahun 1947 benteng tersebut dipakai sebagai kantor kepolisian dan kini sebagai Kantor Polantas Sala ga.
Walaupun bukan digadang-gadang sebagai kota des nasi wisata budaya, tapi Sala ga juga bisa menjadi salah satu pilihan tempat wisata budaya juga. Biarpun kotanya kecil, Sala ga dak kalah kok dengan kota lain yang punya banyak tempat bersejarah. Selain itu masih banyak bangunan maupun tempat di Sala ga yang layak kamu jajaki sebagai penambah wawasan sejarah.
Benteng Hock Sumber : Google
74
Rukun agawe santosa, Crah agawe bubrah... Geschiephoria magz