36 minute read

GRAFFITI ARTIST

Next Article
ALL CREW

ALL CREW

GRAFFITI ARTISTTANGERANG

Advertisement

ROBOWOBO

Robowobo adalah ‘nama jalanan’ dia dalam berkarya, karakter Robot dengan teksnya membuat Robowobo memiliki karakter yang khas. Jumpa Tembok merupakan konsep dari Robowobo, yang menjadi acara khas graffiti di Tangerang. Robowobo juga salah satu termasuk pencetusnya forum di tangerang, TSAF (Tangerang Street Art Forum).

Pertama kali turun kejalan tahun 2001, mengikuti acara Jakart Festival, yang merupakan inisiasi dari Ruang Rupa dalam rangka ulang tahun Jakarta. Acara Jakarta tersebut yang menjadi daya tarik Robowobo untuk membuat karyanya dijalan. Pada tahun 2003 membuat propagraphic movement, yang sebelumnya dinamai Grabah (Grafis Bawah Tannah), saat itu Robowobo tertarik pada seni grafis atau seni cetak, seperti cukil, dan cetak saring. Masih di tahun yang sama dalam propagraphic movement, membuat PAT (Projek Akhir Tahun) berawal dari lingkup kampusnya. Acara tersebut berisi kegiatan bombing poster di daerah Rawamangun hingga Blok M. Pada proses PAT tersebut didokumentasikan proses, produksi, eksekusi, hingga diskusi pada karya-karya yang mengikuti PAT. Projek tersebut terus berjalan hingga berhenti pada tahun 2011.

Sebelum adanya nama Robowobo, pada tahun 2004 Robowobo turun kejalan sebagai street art dengan karya stiker, karena saat itu Robowobo lebih ke arah grafis. Stiker dan poster yang menjadi medium Robowobo di tahun tersebut. Karya stiker tersebut dibuat di Forum Jakarta 32, dengan karya tulisan “Hati Hati Ini Jakarta” yang membahas tentang pengeboman di kedutaan Australi, dan disebarkan di 3 terminal Jakarta. Terminal Blok M, Kalideres, dan Pulogadung merupakan tempat ditempelkannya karya tersebut. Yang menjadi target Robowobo saat itu adalah pendatang, seperti orang-orang yang datang ke Jakarta, yang saat berangkatnya diingatkan untuk hati hati di Jakarta, secara tidak langsung menjadi reminder pada orang pendatang tersebut. Dilain hal juga sebagai mengingatkan kehidupan jakarta yang keras, dengan segala macam konflik serta permasalahan yang ada.

Berjalannya waktu, karakter robowobo sudah terbentuk di tahun 2004 saat pameran residensi kampus. Poster berisi teks “Rasa Ini Seni” dengan karakter memegang molotov, itu merupakan karakter Robowobo pertama. Pada tahun 2005-2006 Robowobo tertarik dengan mural dan saat itu menjadi momentum adanya karakter Robowobo tersebut dan menjadi icon dalam berkaryanya, bentuknya serupa dengan robot berwajah besi, dan biasanya selalu ada teks yang disampaikan. Menurutnya, konten utama Robowobo adalah teks, dan karakter Robowobo tersebut hanya sebatas atraksi pada karyanya untuk menarik perhatian saja. Dalam karakter Robowobo dalam memainkan peran, si karakter Robowobo biasanya dengan pendekatan kostum pada karakternya, seperti issu apa yang sedang diangkat, lalu pendekatan pada issu tersebut melalui kostum yang dipakai pada karakter Robowobo tersebut. Namun saat waktu jenuhnya, Robowobo hanya bermain pada karakter dengan idiom visual seperti kendaraan. Dalam berkarya Robowobo selalu memposisikan karakternya untuk netral dan hanya menjadi reminder, tidak untuk berpihak layaknya pro dan kontra.

Di tahun 2005 Robowobo bersama teman-teman kampusnya, UNJ, IKJ, dan ISI Yogyakarta, membuat acara Rebelnation di Institut Kesenian Jakarta. Dari acara tersebut menghasilkan obrolan-obrolan yang menjadikan Robowobo main ke tempat Ruru, dan membuat acara Revolusi 300cc di Museum Bank Mandiri. Refrensi Robowobo dalam berkarya adalah dari teman-temannya sendiri, yang saat itu teman kumpul lainnya juga sedang mencari jati diri dan mengeksplore karyanya masing-masing. Pada tahun tersebut Robowobo pergerakannya lebih dominan di lintas kampus, dengan membuat acara street art dan lainnya, seperti pada propagraphic movement yang dikerjakan.

Propagraphic saat itu memiliki dua kegiatan, Projek Akhir Tahun, dan project HAH. Project HAH singkatnya sebagai projek untuk merespon issu yang sedang hype/terjadi, seperti saat itu sedang maraknya kenaikan BBM dengan lonjakan yang cukup pesat. Pada permasalahan tersebut Robowobo beserta teman di Propagraphic, berkolaborasi untuk membuat poster sablon sebesar satu plano secara bersama sebanyak 100 lembar. Pada tahun 2009 Karya bersama yang tergabung dalam Propagraphic Movement tersebut berhasil mengikuti Jakarta Biennale sebagai partisipan, dengan teks/judul “Yang Muda Yang Bertarung”.

REVOLT 2005 ROBOWOBO, CIKOKOL TANGERANG

Selepas dari dunia perkuliahan dan bergelut di Jakarta, Robowobo balik ke daerah asalnya, Tangerang. Tahun 2005 bisa dibilang piece graffiti pada awalnya muncul saat itu, Robowobo gambar di underpass cikokol bersama AHA crew, merupakan crewnya yang didalamnya berisikan teman-teman kompleknya. Berawal dari ajakan temannya Aguy, Acuy, dan Ipul, menyuruh Robowobo untuk gambar graffiti dan dimodalkan. Tidak berfikir panjang, Robowobo saat itu membuat graffiti bertuliskan Revolt, yang dimaksud semacam movement revolusi seni jalanan (graffiti), menurut pemikiran Robowobo saat itu. Gambar pada spot underpass Cikokol tersebut menjadi trigger awal graffiti di Tangerang. Dekat Pusat Pemerintah yang menjadi spot saat itu selain di Cikokol tersebut.

Selain refrensi dari teman-teman di lingkup kampusnya, Robowobo pada penggayaan karakter pertamanya adalah terinspirasi oleh pelukis, Heri Dono. Dengan karakter robot-robotannya pada pendekatan tradisionalnya, seperti wayang. Sudah itu warna-warnanya, warna deep/kusam, seperti warna-warna tanah serta instalasinya yang Robowobo kagumi.

Berbagai medium seperti stiker, poster, mural, wheatpaste, dan graffiti sudah dikerjakan oleh Robowobo. Sekarang ini (2021) sedang diajak membuat custom toys, dan juga sedang mendalami dunia hotrod custom culture, seperti enamel painting, pinstriping, dan sebagainya, Robowobo sedang menggali lebih luas culture tersebut.

“Graffiti, spiritnya adalah penandaan ruang”

ROBOWOBO 2021

Menurut Robowobo, graffiti sudah tidak ada batasan/limitannya, dulu pada awal pandangan Robowobo, graffiti harus menggunakan cat semprot/aerosol, tidak juga. Pakai marker-pun juga graffiti, tidak melulu aerosol, kalau membicarakan toolsnya. Graffiti, menurut gua spiritnya penandaan ruang, menandakan lu pernah hadir di ruang itu, selebihnya kalau itu menjadi perdebatan di wilayah vandalisme atau estetika itu terserah, karena tergantung pada pelakunya sendiri, ujar Robowobo.

Sebelum menggarap karyanya dijalan, Robowobo lebih memilih untuk observasi spot/tempatnya terlebih dahulu, dan mencocokan karya yang akan digarap pada tempat tersebut, Robowobo mengedepankan untuk menjadi karakter di tempat tersebut. Seperti pada cerita di awal Robowobo dalam berkaryanya selalu merespon tempat dan issu yang terjadi. Berbagai projek serta pameran yang telah diikutinya, hingga Robowobo membuat pameran tunggalnya dua kali. Pameran tunggal pertamanya pada tahun 2012 di mall Kelapa Gading, dengan merespon acara, yang tadinya di sediakan dua tenda untuk Serrum (studio dan kolektif seni tempat Robowobo dan teman-temannya), berhubung karya Robowobo yang siap, jadilah tempat tersebut jadi pameran tunggal Robowobo saat itu. Lalu pameran keduanya pada tahun 2018 bertempat di Gudskul Ekosistem, berbicara tentang proses Robowobo berkarya dengan konsep motor-motoran yang melekat pada diri Robowobo.

Yang menjadi target Robowobo sekarang adalah, bagaimana caranya agar karyanya terjual. Pada acara artfair beberapa karya Robowobo telah terjual, seperti pada Artmoment Jakarta, karyanya di tangki motor terjual oleh orang Singapore, karya di media piring kaleng terjual ke owner kamengski, dan karya Robowobo dengan gambar memegang sepeda sudah terjual, dan lainnya. Sekarang Robowobo sedang mengejar achievement bukan sekedar gambar, seperti ikut pameran apapun.

DPLUS

Deni a.k.a D.Plus dan awalnya nicknamenya adalah D+K. Belajar atau Awal mula graffiti 2005 setelah lulus dari sekolah, berasal dari kota Tangerang dan sekarang tinggal di Jakarta. Alasan D.Plus melakukan graffiti terlebih kepada menyukai eksplore gambar di media-media umum seperti tembok, pada media tersebut D.Plus dapat ekplorisasi bentuk, warna dan sesuka hati atau ekspresi diri saja. Sebelum ada di skena graffiti D.Plus sempat membuat mural di tembok rumahnya dengan menggambar wajah orang atau seperti penggayaan karikatur, lalu awal mula terjun dalam graffiti pada tahun 2005 D.Plus lebih memilih wildstyle, dan ngedust atau seperti gradasi yang halus, hingga yang runcing-runcing dan sedikit menyerupai karakter monster. Berjalannya waktu D.Plus merubah dan mengekplorisasi style graffiti tersebut pada tahun 2019 menjadi penggayaan pattern dan memainkan warna pada graffiti yang dibuatnya.

Pada awal tahun 2008 D.Plus mulai mengenal graffiti artist lainnya maupun team graffiti di kota Tangerang pada momentum bertemunya di acara graffiti dan gambar dijalan. Pada tahun tersebut D.Plus bertemu dengan crew Otak Kanan, dan RAM, serta crew dan kawan lainnya yang menjadikan teman pertama serta koneksi graffitinya di kota Tangerang. Setelah momentum 2008 tersebut D.Plus bertemu dengan Demusashi, Pickwick, Gula, Gaos, Robotof, dan lainnya lalu terbentuk crew UMK (Urat Malo Kuat). Menjadikan teman gambar serta teman ngobrol bareng mengenai graffiti pada tahun 2008 dan 2009 hingga sempat membuat pameran kecil-kecilan pada saat itu. Berjalannya waktu D.Plus pada tahun 2017 sempat vakum untuk gambar dijalanan, saat itu D.Plus memilih untuk fokus pada karirnya dan menjalani projek-projek serta gambar digital saja, hingga saat 2018 D.Plus membuat usaha cafe dan restoran besar di dua tempat yang berbeda, yakni Jakarta dan bogor, usaha terebut tidak lepas dari hasil karyanya dijalanan maupun media lain. Setelah usahanya terbilang sukses D.Plus tetap tidak meninggalkan passionnya dan mulai aktif kembali di jalanan maupun skena graffiti pada tahun 2019, karena basicnya D.Plus tidak bisa meninggalkan dunia seninya.

Dalam style graffiti yang dibuatnya D.Plus mendapat refrensi dari graffiti artist yang berasal dari Rusia yaitu Zmogk, dan Dust yang berasal dari Swiss, dan menjadi graffiti artist favorit D.Plus hingga saat ini. Dalam membuat graffiti D.Plus lebih menyukai cans atau cat semprot, walaupun awalnya pernah menggabungkan antara cat tembok dan cat semprot namun hasilnya kurang puas dan tidak sesuai ekspetasi seperti layaknya video-video graffiti di luar negri. Dalam menggunakan cat semprot D.Plus awalnya menggunakan caps japan dot merah dan caps skinny, dalam penggunaan cat semprot tersebut D.Plus mendapatkan warna-warna yang solid, efisien waktu, dan dapat bermain efek-efek pada gradasi yang halus. Metode yang dipakai D.Plus saat menggunakan cans pada awalnya menggunakan tekhnik dengan memiringkan cans tersebut atau biasa disebut dust dan itu menjadikan teknik favorit D.Plus pada saat itu, karena pada teknik tersebut D.Plus mendapatkan hasil cat semprot yang halus. Namun saat ini D.Plus lebih memilih ngeline atau narik garis berbeda dengan yang dulu membuat sketsapun dengan Teknik dust atau memiringkan cans tersebut. D.Plus lebih menyukai spot gambar yang tersembunyi dan spot abandoned atau bangunan-bangunan yang terbengkalai.

Media yang telah digarap oleh D.Plus selain tembok pada umumnya graffiti, D.Plus pernah membuat graffitinya di media digital, kanvas, kayu, rolling door, hingga media yang cukup besar yaitu lapangan basket di sekolah Kabupaten Tangerang. Pada awalnya D.Plus tidak mempunyai batasan gambar, alat atau bahan material yang dibawa maupun ukuran gambar saat gambar dijalan, cenderung bebas lepas dan lebih eksplore saat dijalan. Seiring waktu berjalan D.Plus dalam membuat karyanya yaitu dengan menentukkan konsep dan tema terlebih dahulu bersama team maupun teman-teman yang akan gambar bersamanya, lalu mendapat poin-poin tertentu setelah menentukan konsep dan tema yang akan digarap, dan juga tidak membuang-buang material, serta biar adanya estetika dalam karya yang akan digarapnya. Menurutnya graffiti adalah pasangan hidupnya, karena dalam mendapat rezekinyapun dari graffiti yang sudah dilakukannya sejak tahun 2005. Dalam graffiti D.Plus tidak terlalu memikirkan tentang cara mengenalkan nama D.Plus tersebut kepada pasar yang lebih luas. Menurutnya apa yang telah dibikin dari karyanya berjalan maupun mengalir begitu saja, dan sedikit adanya tanda pengenal seperti tagging sebagai identitas saja. Dalam hal tersebut D.Plus cenderung biar orang lain yang menilai saja dan melakukannya pure dengan senang hati.

WACKY

WACKY

Wacky adalah nickname 'jalanan' yang digunakan. seorang street artist dari Tangerang, yang sudah cukup lama dalam skena graffiti Tangerang. Background, visual binatang, dan warna-warna yang beragam menjadi ciri khas yang melekat pada karyanya. Otak Kanan, TFK, Aspaleho, dan Kandos Clan merupakan perkumpulan serta crew pada street artist tersebut.

Awal terjun sebagai street art pada saat masih dibangku sekolah pada tahun 2006, tepatnya kelas satu SMA. Yang menjadi ketertarikan Wacky adalah saat melihat beberapa gambar pada tembok-tembok kelas yang dilakukan oleh kaka kelasnya saat SMA. Nickname Destroyer adalah nama pada graffiti-nya di SMA, namun pada saat menggambar hanya Wacky yang menggambar saat itu, temain lainnya sekitar 30 orang hanya membantu untuk mengumpulkan uang.

Nama Wedhust adalah nama 'jalanan' yang dipakai setelah dari nama Destroyer sebelumnya. font/letter merupakan pilihan penggayaannya, dengan melihat berbagai refrensi graffiti artist di sekitarnya. Nama Wedhust tersebut berbarengan dengan nama crewnya saat itu, yaitu WTC (Wedhust, Tomshit, Cabal). Pada pertengahan 2007 bertemu dengan Tomshit, dan Cabal, lalu mereka membentuk perkumpulannya dari singkatan masing-masing nickname mereka. Wacky sangat beruntung bertemu dan kenal dengan Tomshit dan Cabal yang sudah lebih dewasa darinya.

Tidak sampai setahun setelah terbentuknya crew WTC, pada tahun 2008 Wacky dan teman lainnya, seperti Tomshit, Cabal, Ice Devil, Kupu Kupu Senja, dan Maxal berinisiasi untuk membuat sebuah crew graffiti di Tangerang, dengan nama OK (Otak Kanan). Namun anggota dari crew tersebut bertambah seiring bertambahnya umur crew tersebut.

WHEDUST 2006 WACKY, BAYUR TANGERANG

Karena masih ingin menggunakan awalan nickname huruf "W", Whedust berganti nama menjadi Wacky yang merupakan nickname graffitinya sebagai pergantian dari nama sebelumnya. Nama tersebut terinspirasi dari kartun jaman dahulu, yakni Wacky Races. Karakter dengan perawakan yang terbilang seram adalah karakter saat awal adanya nama Wacky. Tidak bermain pada karakter saja, realist, dan mural juga digarap oleh street artist tersebut.

Dalam menjalani pendidikan nya saat kuliah, Wacky banyak melawati eksplorisasi pada karya-karyanya dengan menggunakan cat sebagai media berkaryanya, saat tersebut Wacky sempat berhenti dan tidak terlalu tertarik pada graffiti terlebih untuk bermain dengan aerosol atau cat semprot. Namun di tahun 2014, Wacky bersama crew graffitinya Otak Kanan mengisi acara opening store Dazzle Angel, dengan live painting graffiti. Saat projek tersebut Wacky mencoba menggunakan aerosol seperti Montana, dan Rhema. Pada saat live painting acara opening store, Wacky merasa nyaman pada penggunaan aerosol yang terbilang sangat layak tersebut.

Beberapa acara serta projek sudah diikuti olehnya. Dari beberapa projek yang sudah digarap, Wacky mendapat sisa aerosol dengan warna yang cukup beragam. Sisa aerosol dengan warna yang beragam tersebut akhirnya dimanfaatkan oleh Wacky untuk menggambar di jalanan. Lalu dalam keterbatasan tersebut menjadi tonggak awal terbentuknya ciri khas pada Wacky hingga saat ini, dengan eksplorisasi pada warna-warna yang beragam. Berbeda dengan sebelumnya yang bermain pada realist, dengan turunan warna kulit saja.

Penggayaan pada style karyanya saat ini, Wacky cenderung mengangkat apa yang disukai dan dialaminya, seperti dirinya menyukai hiking. Dalam kegiatan tersebut, visual apapun yang berada di outdoor saat kegiatan hiking tersebut, menjadi inspirasi Wacky dalam berkaryanya. Karya Wacky dengan background, binatang, dan warna-warna yang melekat pada nama Wacky, menjadi terapi pada diri Wacky pribadi.

Yang menjadi alasan Wacky menggunakan visual binatang pada karyanya, karena binatang lebih mudah untuk dieksplore dibandingkan dengan realist objek muka. Menurutnya realis bentuk muka juga memakan waktu yang tidak sebentar. Karena street art dengan esensi di jalanan, membuat Wacky untuk mengambil langkah yang lebih efisien.

Dalam eksplorisasi style pada karyanya, Wacky sudah merasa cukup nyaman dan senang dalam melakukannya. Produktivitas dalam street art yang menjadi Wacky hingga saat ini.

CABAL RANDOM

CABAL RANDOM

Cabal adalah nickmane graffitinya dari awal tahun 2007. Beranjak dari 'boring' ngeband atau bermain alat musik, dan kebetulaan saat itu mendengar siaran radio trax fm, yang membicarakan pameran Medium Rare di Musium Gajah. Pada saat tersebut Cabal bertemu dengan Crew Artcoholic, dan Mase Crew, serta berkesempatan untuk tanya jawab mengenai graffiti dengan YEAH atau biasa dikenal dengan Ones, yang merupakan salah satu anggota crew dari Artcoholic.

Selepas dari pameran tersebut, Cabal mencari tau lebih dalam mengenai graffiti. Tembokbomber dan Artcrimes merupakan platform/website yang diakses Cabal saat itu. Ditengah Cabal sedang menggali lebih dalam mengenai graffiti tersebut, Cabal mulai sedikit untuk gambar di kertas maupun media dinding di jalanan. Saat momen tersebut pada pertengahan tahun 2007 bertemu dengan Abul (Tomshit) dan Dhado (Wacky) yang saat itu masih menggunakan nickname Whedust, lalu terbentuklah crew mereka, dengan nama WTC (Whedust Tomshit Cabal)

Ditahun 2008 Cabal dan teman-temannya berinisiasi untuk membentuk sebuah crew atau klan graffiti di Kota Tangerang dengan nama OK (Otak Kanan). Ditahun selanjutnya, pada tahun 2014 Cabal diajak untuk bergabung dengan crew graffiti internasional, yaitu TFK (Three Flare Krew) yang bermarkas di Singapore, lalu sebulan setelah diajak oleh crew internasional tersebut, Cabal diajak kembali untuk bergabung dengan crew TAC (Titan Aerosol Crew), merupakan sebuah crew graffiti internasional yang telah terbentuk sejak tahun 1998 di Singapore. Dengan represent dan tergabung di crew Internasional, dari mereka Cabal bisa belajar antar kultur, pengetahuan tentang skena graffiti di berbagai negara, serta style dan attitude sangat beruntung dan out of the box. Karena graffiti tidak selalu soal tiban-meniban, gengster, dan sok jagoan, bisa ambil hal positif untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari dan membawa nama baik di jalanan, menurut Cabal.

Beberapa style sudah dilakukan oleh Cabal, seperti Style 3D, wildstyle, karakter, wheatpaste dan mural. berangkat dari wildstyle-nya dan dikembangkan menjadi 3D Wildstyle, hingga style tersebut sangat melekat dan menjadi ciri khas pada nama Cabal. Nama Cabal sendiri, berasal dari pengartian dalam bahasa inggris. Menurutnya nama Cabal, artinya saat bombing di jalanan Cabal bisa 'nimbrung' di crew atau klan mana saja dan lebih membaur, karena di jalanan kita tidak bisa berdiri sendiri, ujar Cabal. Nama tersebut juga merupakan represent dari dari personal Cabal sendiri. Kalau sekarang (2021) Cabal, dalam karyanya harus bisa berkolaborasi dengan karya lainnya, dan menurutnya itu yang membuat nickname dan style menjadi semakin kuat.

Dalam penggayan style graffiti yang Cabal pakai, merupakan hasil dari beberapa refrensi, seperti Peeta, Odeith, dan Syco03 dari Singapore yang sekarang menjadi teman satu crewnya di TAC (Titan Aerosol Crew). Fine, ADR1, dan Nside1 juga merupakan refrensi lokal yang membentuk Cabal sampai saat ini. Pada awalnya Cabal memang sudah tertarik pada style 3D-nya, dan seperti refrensi dari luar yang Cabal adopsi saat itu. Menurut Cabal, dalam bermain style 3D selain pada detailnya, efek lightingnya kalau dilihat dari perspektif yang berbeda, dapat menciptakan dimensi imajinatif tersendiri.

Sebagai amunisi yang mempercepat dan mempermudah pergerakan dalam berkaryanya, Cabal menggunakan aerosol atau cat semprot dibandingkan dengan cat tembok. Karena dalam menggunakan aerosol, Cabal dapat membuat gradasi yang lebih soft. Media Blackbook, Tembok, Canvas, Sticker, Wheatpaste hingga Body Painting sudah digarap oleh Cabal dalam graffiti. Menurutnya dalam berkarya tidak ada batasannya seperti ukuran dan media, apa saja yang penting melakukan apa yang Cabal inginkan.

Pada graffiti dijalan, Cabal lebih tertarik untuk open spot, dan lebih menyukai untuk merespon tempat tersebut, dan menurutnya graffiti itu harus show off di ruang publik. Pada awalnya Cabal membuat sketsa terlebih dahulu sebelum merespon dan menyesuaikan tempat yang ingin digarap, berbeda dengan sekarang, yang langsung menggarapnya di tempat atau on the spot. Karena stye dan ciri khas yang sudah melekat pada dirinya, Cabal sudah jarang sekali untuk membuat sketsa dahulu, lebih kepada langsung turun ke jalanan.

Style juga merupakan cara Cabal mengenalkan dirinya ke graffiti artist lainnya. Selain pada style-nya, cabal telah berpartisipasi pada beberapa pameran, sebagai cara untuk mengenalkan karyanya. First Art (Tangerang), Berbeda & Merdeka (Jakarta), Glued Sticker Party 2 (Jakarta), Indonesia Creative Power (Jakarta), Muda Berkarya-Jakart (Jakarta), hingga Sticker Bomb di Philipina, merupakan pameran yang telah diikutinya selama berada di skena graffiti. Nama Cabal sampai saat ini cukup dikenal, khususnya pada skena graffiti di Tangerang.

Tidak sedikit orang di skena graffiti yang mempertanyakan ke-konsistenan Cabal. Yang menjadi alasan Cabal adalah karena kebebasan berkarya dan tidak terpaku oleh ruang gerak/galeri, serta banyak hal yang bisa Cabal lakukan dengan graffiti. Revolution Start On The Street, maklum sempet nge-Punk waktu itu, ujar Cabal. Hingga sampai saat ini Cabal masih tetap konsisten, dan karyanya banyak terlihat di ruang publik manapun, khususnya di Tangerang.

GAOS

GAOS URAT MALO KUAT

Berbeda dengan kebanyakan graffiti artist lainnya, Gaos pada awalnya lebih tertarik pada dunia seni kontemporer dibandingkan dengan street art. Namun visual graffiti sudah dirasakan oleh Gaos pada tahun 2004-2005 saat di bangku sekolah, dengan melihat visual graffiti; Ones (Yeah), Darbotz, dan gambar yang ada di daerah fatmawati, dan pondok indah, seperti Redwall.

Karya dari seniman lokal ternama, seperti Eko Nugroho, Wedhar Riyadi, Hendra HeHe, dan Eddie Hara yang menjadi ketertarikan Gaos pada dunia seni, ketertarikan pada seniman-seniman tersebut berawal dari Gaos yang beranjak ke daerah istimewa Yogyakarta pada tahun 2007-2008. Di tahun tersebut Gaos bermain ke studio Eko Nugroho, DGTMB (Daging Tumbuh). Saat itu juga karakter dari Gaos mulai terbentuk. Karya atau gambar karakter dari seniman Wedhar Riyadi jaman dulu sangat berpengaruh pada pembentukan karakter yang Gaos buat.

Karena memiliki ketertarikan yang sama dengan temannya saat di kampus, Gaos membuat zine bersama Dancok, Demus, Mubzy, dan Kezmen, yang diberi nama Majemuk Zine. Pada Zine tersebut berisi mengenai gambar-gambar yang telah mereka buat. Beberapa edisi telah tercetak oleh Majemuk Zine tersebut.

Pada tahun 2007, yang membuat Gaos gambar dijalan adalah saat Melihat DPlus dan Demushasi dengan stiker, gambar, dan tagging di kampusnya secara masive. Setelah momen tersebut, Gaos mulai mendalami graffiti dan karakter yang menjadi pilihan penggayaan pada graffitinya.

Karakter dengan memakai topeng merupakan ciri khas dari Gaos. Arti atau maksud dari visual karakter Gaos adalah seperti menutupi sifat asli dari karakter tersebut, seperti pencitraan saat orang mengeluh, lelah dan berusaha menutupinya. Adanya tanduk pada karakter Gaos, terinspirasi saat Gaos bermain sepeda ke Monas (Monumen Nasional), dan melihat hewan rusa yang tidak terawat, lalu saat itu Gaos berimajinasi bahwa hewan rusa tersebut menjadi monster, disitulah karakter dengan pendekatan hewan rusa terbentuk. Karakter rusa tersebut mengikuti pameran di Jakarta 32c yang bertempat di RURU (Ruang Rupa) Jakarta.

Di tahun 2009 saat di kampus, Gaos, D Plus, dan Demushasi memiliki pemikiran yang sama lalu membentuk crew, dengan nama UMK (Urat Malo Kuat). Yang mengawali untuk membuat crew saat itu ialah Demushasi, teman kampusnya. Urat Malo Kuat adalah nama yang dibuat oleh Gaos. Nama Urat Malo Kuat berawal dari mereka yang cenderung kurang percaya diri untuk memperlihatkan karya mereka kepada publik. Gaos berpendapat bahwa jika mereka tidak mencoba untuk menguatkan rasa malu mereka kepada publik, maka orang lain tidak akan mengetahui karya-karya yang mereka buat. Karakter Gaos mulai terlihat di daerah kampusnya dan di jalanan Tangerang saat tergabung dengan crewnya. Dalam penempatan graffitinya, Gaos lebih tertarik pada spot yang sepi, alasannya agar tidak dilihat orang saat melakukan aksinya. Dan yang menjadi alasan Gaos tetap manjalankan graffitinya hingga saat adalah karena melakukannya berdasarkan ketertarikannya, dan tidak terlalu mementingkan capaian-capaian yang akan didapat. Sebatas bertemu teman, bercanda, dan diskusi yang membuat Gaos tetap berada di skena graffiti, dan secara tidak langsng menjadi koneksi antar graffiti artist lainnya.

GAOS URAT MALO KUAT

THE CAT CAT KOTA | DEMON NIGHT SOLDIER TEAM

Zulfi, nickname dijalanan yaitu UHKZ, salah satu anggota dari crew TCCK (The Cat Cat Kota) dan DNS Team, daerah Tangerang kota. Awal mula terjun graffiti bersama coklat fams pada tahun 2008 dengan gambar orang bersama-sama pada saat itu, dan mulai graffiti di jalanan pada tahun 2009 serta tercetusnya nama UHKZ. Zulfi atau biasa disebut UHKZ membentuk dan tergabung dalam crew TCCK (The Cat Cat Kota) pada tahun 2011 pada momentum setelah adanya acara First Art bertempat di Anak Langit kota Tangerang, karena pada tahun tersebut jarang yang personal, cenderung kepada crew atau team. Setelah momen tersebut pada tahun 2012, Zulfi bermain ke kota Jakarta dan diajak oleh crew DNS Team dan tergabung pada crew tersebut, terakhir didalamnya yaitu NEMO31, NOSE, UHKZ, crew tersebut dari berbagai daerah, dari Tangerang, Jakarta maupun Bekasi.

Pertama mengenal dan mulai tertarik pada graffiti pada tahun 2006 saat masih di bangku sekolah, Zulfi menonton video clip peterpan yang berjudul Alexandria, sebelumnyapun Zulfi memang sudah menyukai dunia visual atau gambar-gambar. Alasan Zulfi membuat graffiti adalah sebagai menyalurkan ekspresi diri, dan mempunyai andrenalin tersendiri untuk gambar dijalanan sebagai graffiti writer.

Pada awalnya Zulfi atau UHKZ pada tahun 2008 mencoba membuat graffiti dengan mengeksplore karakter, seiring berjalannya waktu pada proses eksplore karakter tersebut, UHKZ mendapatkan karakter ayam pada tahun 2009 dan mulai konsisten pada karakter ayam tersebut hingga pada tahun 2015, perpindahan style karakter ayam tersebut sedikit demi sedikit berubah menjadi doodle mulai tahun 2014 walaupun masih ada karakter ayam tersebut sedikit. Alasan berubahnya penggayaan karakter tersebut ke penggayan doodle, menurutnya karena banyaknya karakter yang serupa dengannya, akhirnya UHKZ mulai bosan, karena sudah banyak yang berkecimbung di karakter tersebut. UHKZ juga pernah mencoba untuk menggunakan font dalam graffiti seperti wildstyle, namun tidak dapat feelnya.

Zulfi atau UHKZ melihat refrensi dalam menggambar pada awalnya melalui majalah-majalah lokal seperti babyboss. Semakin berkembangnya teknologi serta mudahnya informasi yang didapat, saat ini UHKZ mendapat refrensi dari visual artist luar negri yang bermain pada penggayaan pattern. Menurutnya media sosial sangat berpengaruh sekali pada penggayaan visual yang adaptasinya.

THE CAT CAT KOTA | DNS TEAM

UHKZ membuat graffitinya dijalan dengan menggunakan cat tembok, selain mendapatkan teksture dari cat tembok tersebut, menurutnya fillnya lebih dapat, dan dapat mengeksplore serta menggabungkan warna-warna berbeda dengan menggunakan cat semprot. Dari awal hingga sekarang UHKZ tetap menggunakan cat tembok sebagai media untuk membuat graffitinya, karena menurutnya lebih nyaman menggunakan cat tembok tersebut, walaupun UHKZ bisa sedikit-sedikit menggunakan cat semprot. Media yang telah digarap selain tembok pada umumnya graffiti, UHKZ sering menggunakan media kanvas, maupun kayu. Dalam menggambar UHKZ tidak membatasi ukuran dalam membuat karyanya, namun setelah bermain pada penggayaan pattern UHKZ ingin menggambar dengan media yang besar dan panjang.

Zulfi dalam membuat karyanya, terlebih dahulu menyiapkan cat tembok. Sebelum memakai cat dengan warna satuan, Zulfi pada awalnya menggunakan cat kiloan dan campuran pigmen atau pewarna untuk mendapatkan warna-warna yang akan dipakai dan dimasukan kedalam gelas plastik. Pada tahun 2009 saat masih menggunakan karakter, UHKZ menggunakan teknik dengan menggabungkan warna di tembok agar mendapatkan hasil warna yang bergradasi. Karena susahnya dalam membuat karakter ayam tersebut, UHKZ mulai mengganti karakter tersebut ke penggayaan pattern, karena lebih simple dan tidak memainkan gradasi seperti pada karakter ayam yang telah dibuatnya.

Spot yang menjadi inceran UHKZ yaitu pinggir jalan serta bangunan kosong yang sudah terbengkalai. Karena di kota Tangerang spot di jalanan atau ruang publik terbilang susah, dalam artian dengan open spot atau baru mulai menggambar pada tempat tersebut akan cepat di tutup kembali gambar yang telah dibuat pada ruang publik tersebut, dan mau tidak mau biasanya menjadi tiban-meniban antara graffiti artist lainnya di spot-spot yang sudah ada gambarnya sebelumnya dan itu menjadi hal yang lumrah namun tetap mementingkan tata krama serta saling respect antara satu sama lainnya, seperti meniban dengan full tidak tanggung-tanggung. Selain perebutan ruang antara graffiti artist lainnya, juga perebutan ruang antara spanduk iklan, dan lainnya.

“Segala sesuatu yang disenangi sudah berubah menjadi materi, tidak akan menjadi asik lagi.”

Yang menjadi alasan Zulfi tetap dalam skena graffiti, yaitu emang udah jalannya di dunia tersebut, walaupun ada fase dimana jenuh dan bosan, akan tetap kembali lagi pada dunia graffiti lagi. Menurutnya segala sesuatu yang disenangi sudah berubah menjadi materi akan tidak menjadi asik lagi, seperti disaat masih senang-senangnya menggambar dan melakukannya tanpa ada beban, akan berbeda dengan menggambar dengan komersil atau produktif untuk orang lain, akan timbul pertimbangan seperti menjual, ataupun disenangi oleh pasar atau tidak.

Gambar dijalanan, merupakan salah satu cara UHKZ mengenalkan karyanya, seperti layaknya beriklan dengan aktif dijalan dan dikenal oleh masyarakat maupun graffiti artist lainnya, karena mau tidak mau orang dapat melihat karya visual tersebut diajalanan. Selain dijalanan pada umumnya graffiti, UHKZ mengenalkan namanya dengan mengikuti event-event yang ada, seperti acara gambar maupun graffiti, dan juga media sosial menjadi cara UHKZ mengenalkan kepada graffiti artist lainnya.

THE CAT CAT KOTA | DNS TEAM Sebelum Zulfi ada di skena graffiti, sebelumnya sudah ada yang membuat graffiti dan crew-crew lain di kota Tangerang, sampai yang dulunya flyover cikokol penuh dengan graffiti. Zulfi bisa kenal dengan graffiti artist lainnya dengan datang dan mengikuti acara gambar. Menurutnya skena di Anak Langit sangat membantu bagi dirinya dalam dunia street art, lalu adanya pamumingsolam pada tahun 2012 yang menjadikan tempat bertemunya street art maupun graffiti yang ada di kota Tangerang, acara pamumingsolam tersebut berawal dari inisiasi dari Zulfi, Monos, Edi Bonetski, Yayat. Awalnya pamumingsolam tercetus saat berada di Anak Langit dengan pemikiran bagaimana caranya survive dengan keahlian sendiri dalam industri kreatif di kota Tangerang, lalu saat berada di Tiang Gallery, Monos menyebutkan “bagaimana kalau kita bikin acara, daripada kita nunggu acara yang akan ada?” kebetulan di daerah Tiang Gallery tersebut, toko-toko yang ada di daerah tersebut hari minggunya tutup, akhirnya manfaatin ruang tersebut untuk acara pamumingsolam.

Pada momen serta acara pamumingsolam tersebut, Zulfi pada tahun 2012 saat itu membuat suatu produk yang dinamainya Hey Hello. Yang pada awalnya Zulfi tertarik dan mulai untuk berjualan pada saat acara First Art, karena melihat teman-temannya berjualan produknya masing-masing seperti the gaos gaos, lapak urban, dan lainnya pada acara tersebut. Produk pertama Zulfi adalah sticker lembaran yang dipotong lalu digambar di atas kertas sticker tersebut yang laku pada saat itu dan menjadikan Zulfi untuk ingin membuat produk secara serius. Pada acara First Art tersebut Zulfi belum fokus untuk berjualan produknya, masih diimbangi dengan kerjaan lainnya. Lalu setelah produknya laku, saat itu Zulfi meyakini dan percaya untuk berjualan produknya dan mulai meninggalkan pekerjaan sebelumnya untuk terjun ke industri kreatif tersebut. Produk pertama masih menggunakan karakter UHKZ dan gambarnya masih secara manual pada produk yang dibuatnya, seperti pada totebag yang polos lalu digambar karakter UHKZ, dan barang-barang bekas yang polos lalu digambar manual menggunakan cat sablon.

Zulfi menemukan harga pada produknya saat di pamumingsolam, ada yang menanyakan harga, yang pada awalnya Zulfi membuat dan menjualnya karena senang saja, namun saat jadi komersil malah menjadi pertimbangan Zulfi saat itu, seperti adanya tuntutan laku atau tidak dan disenangi atau tidak. Produk yang dibuatnya ditawar dengan harga yang cukup murah, yang padahal dibuatnya secara manual diatas totebag, yang kalau dijual secara serius dalam produk bisa lebih dari harga tawaran tersebut, saat itu Zulfi mulai memahami biaya produksi yang telah dikeluarkan pada produk tersebut. Setelah memahami Zulfi akhirnya membuat produk dan meninggalkan produk awalnya yang handmade atau dibuatnya secara manual.

AKLG | NSF

AKLG | NSF

Saat AKLG masih belum mengenal graffiti, identitasnya masih disebut DMT pada tahun 2008, yang dimana singkatan dari namanya. AKLG pada masa itu masih menyebut graffiti sebagai bombing, karena belum mengenal kata graffiti. AKLG mulai tertarik pada graffiti saat melihat visual graffiti yang dibuat oleh crew Otak Kanan di jalanan pada tahun 2007 saat masih di bangku sekolah SMP. Visual graffiti di wilayah Tangerang bagian utara, seperti daerah Tomang, Kutabumi, Regency dan Greenapple juga yang menjadi ketertarikan AKLG pada graffiti.

Game getting up di playstation menambah wawasan AKLG dalam pemahamannya bahwa hal tersebut adalah graffiti. Pada akhirnya di tahun 2008, dengan menggunakan sepedanya AKLG mencoba untuk membuat tagging dengan tulisan DMT di tembok sekitaran Sabar Subur dan Kutabumi sendirian, saat itu membeli aerosol/cat semprot merk pylox dengan harga 8000. Hanya bombing dan bomber yang AKLG tahu pada apa yang dilakukan saat itu.

Ketertarikan semakin bertambah saat melihat acara LA Streetball di Plaza Sabar Subur Kutabumi, yang dimana acara tersebut diisi dengan live painting graffiti, streetball, dan musik. Crew Otak Kanan dan KIP (Key Idealist Project) yang mengisi live painting graffiti saat acara tersebut. Pada saat live painting berlangsung, AKLG memahami dan melihat jelas proses pembuatan graffiti yang dibuat oleh dua crew tersebut.

Selepas acara tersebut, AKLG beranjak ke warung internet untuk mengakses sebuah website perkumpulan serta informasi graffiti di seluruh penjuru indonesia, yakni Tembokbomber. Mendalami mengenai graffiti sudah mulai dipahami sedikit demi sedikit olehnya. Namun ketertarikan tersebut sempat berhenti serta dibarengi oleh meredupnya graffiti dijalanan kota Tangerang, membuat nickname DMT sudah tidak terlihat kembali.

DMT AKLG 2011 JL.SYEKH YUSUF, TANGERANG

Di tahun 2009-2010 graffiti mulai booming atau ramai kembali. Momentum tersebut membuat ketertarikan AKLG untuk kembali lagi, ditambah dengan pemahaman baru mengenai tools yang dikenalkan oleh Berto teman STM-nya saat itu. Bisa gambar dengan murah menggunakan cat dan pigmen sablon, membuat AKLG kembali turun ke jalan untuk melakukan aksinya.

Nickname Artkeolog menjadi nama graffiti di jalannya. Nama tersebut diambil dari headline news di televisi yang membahas mengenai penemuan arkeolog. Banyaknya yang menggunakan kata “art” sebagai bagian dari nicknamenya juga salah satu pemicu tercetusnya nickname Artkeolog. Setelah terbentuknya nama tersebut, AKLG mulai gambar kembali.

Blockbuster adalah pilihan penggayaan graffiti yang dilakukan pada awalnya, alasannya karena mudah. Selain blockbuster yang menjadi style saat itu, peralihan tahun 2010-2011 Artkeolog juga membuat karakternya dengan warna hitam dan putih. Karakter tersebut terbentuk saat melihat visual graffiti di Jogja, Lovehatelove (graffiti artist jogja) dengan penggayaan karakternya yang berwarna hitam dan putih. Saat tersebut Artkeolog merubah konsepnya dengan ciri khas berwarna hitam dan putih. Setelah terbentuknya karakter tersebut, visual graffiti Artkeolog mulai terlihat di berbagai ruang publik kota Tangerang.

Saat mendalami lebih jauh mengenai roots graffiti, AKLG mengakses blogspot dari graffiti artist asal jogja, yakni Muck dan Lovehatelove. Saat mengakses blog tersebut, musik rap berputar dengan sendirinya. Lirik graffiti dan rap menjadi ketertarikan AKLG pada skena hip hop dan mencari tahu lebih dalam, dan mendapatkan pemahaman bahwa graffiti adalah bagian dari hip hop.

Seiring berjalannya waktu, AKLG merasa janggal pada nickname Artkeolognya. Karena tidak mau ambil pusing, nama Artkeolog tersebut disingkat menjadi AKLG. Nama yang disingkat tersebut juga sebagai peralihan dari karakter ke penggayaan letter/font. Karena ketertarikan hip hop tersebut membuat AKLG beralih ke penggayaan letter/font.

Berawal dari simple piece pada nickname tersebut hingga penggayaan wildstyle sampai sekarang. Kultur pada daerah Bronx, New York yang membuat warna serta attitude AKLG terbentuk. Setelah melalui beberapa proses dan sketsa, Kota Kuningan merupakan tempat wildstyle pertama AKLG di ruang publik.

Selain tembok pada umumnya graffiti, asbes, seng, rolling door, billboard hingga mobil box sudah AKLG lakukan di jalan. Dalam pemilihan berbagai media, AKLG lebih tertarik pada ruang publik terbuka atau spot yang terlihat oleh orang yang melintas. Sebagai cara untuk mengenalkan dan memberi tahu nama AKLG tersebut, berangkat dari esensi penandaan ruang yang merupakan salah satu roots graffiti.

Dedikasi AKLG terhadap elemen hip hop adalah graffiti. Kecintaan terhadap kultur hip hop tersebut, membuat AKLG tetap konsisten pada graffiti, yang merupakan masih bagian dari hip hop. Dalam style graffiti yang dipakai, AKLG banyak mengadopsi pada dunia hip hop, seperti warna, font, karakter pendukung, hingga pakaian yang dipakai. Visual graffiti AKLG banyak dijumpai di ruang publik kota Tangerang hingga kini.

SHANO

SHANO

Shano adalah street artist, dengan karya-karyanya yang bergaya pop surealis. Berawal dari mural menggunakan cat sablon dengan pigmen pewarna tekstill, di tahun 2011 Shano mulai menggarap mural pertamanya, dengan warna hitam, putih, dan pink. Tidak bertahan lama, hanya dalam waktu sehari gambar tersebut hilang saat turun hujan, membuat gambar pengalaman Shano dengan media cukup besar tersebut luntur. Hal tersebut membuat Shano mencari tahu lebih dalam mengenai street art.

Pada tahun 2010 saat masih di bangkus sekolah, Shano dikenalkan dengan cat tembok ‘kiloan’ oleh Rakos yang merupakan teman bermain bandnya. Setelah mengenal tools barunya, Shano dan Rakos mulai menggambar, dua kali dalam seminggu. Karena pada dasarnya Shano suka menggambar di media kertas, dan mendapat pengalaman baru dalam media yang cukup besar, membuat dunia street art tersebut menjadi ketertarikan lebih pada street artist yang berangkat dari cat sablon tersebut.

Menggambar dengan penggayaan karakter adalah pilihan Shano dalam eksplorisasi karyanya. Berangkat dari sering menonton serta mengoleksi komik anime, dan terinspirasi dari boneka matryoshka, pada peralihan tahun 2011-2012 Shano mendapatkan karakter yang dinamainya dengan Little Clara. Perawakan anak kecil wanita adalah pilihan dalam karakter Shano, berawal dari melihat visual karakter wanita di anime serta pola pikir “ah cowomah lebih menyukai gambar cewe”, menjadi pilihan karakter dengan lawan jenis Shano. Dalam perwatakan wanita, Shano dapat lebih mudah dalam eksplorisasi dibandingkan dengan karakter cowo yang terkesan ‘kaku’. Pemilihan perawakan anak kecil adalah sebagai cara reminder Shano saat masih kecil yang sudah gemar menggambar. Dalam pemilihan warna, warna ‘adem’ serta warna yang warm, menjadi ciri khas yang melekat pada karakter Little Clara tersebut.

Karakter Little Clara tersebut semakin berkembang, seperti bermain anatomy, pewarnaan, dan visual-visual pendukungnnya. Didukung juga oleh refrensi yang sudah mudah untuk di akses di berbagai platform. Warna serta karakter Little Clara tersebut sudah melekat pada karyanya, dan cukup mudah dikenali oleh street artist lainnya, namun Eksplorisasi sebagai perkembangan masih terus dilakukan oleh Shano.

Dalam penggunaan tools yang dipakai, Shano probadi lebih menyukai cat tembok, karena dalam cat tembok selain dapat lebih detail, Shano dapat lebih mudah untuk mencampurkan warna dari yang muda hingga warna yang paling tua. Namun untuk sekarang (2021) Shano cenderung kepada aerosol atau cat semprot sebagai tools yang digunakan. Dalam cat semprot tersebut, Shano mendapatkan warna yang lebih tegas, dan menjadi lebih efisien dalam berkarya di jalanan, tidak menutup kemungkinan untuk mix media sebagai cara untuk berkaryanya. Spot yang menjadi ketertarikan lebih pada Pembuat karakter Little Clara tersebut adalah open spot, cenderung untuk merespon media apapun di jalanan, seperti runtuhan bangunan yang sudah kosong. Menurutnya jadi kebanggaan tersendiri, kalau spot tersebut Shano yang memulai lebih dahulu. Selain tembok pada unumnya, canvas, kayu, besi, mobil hingga bangkai pesawat telah digarap oleh Shano. Karena penggayaan Shano adalah katakter, Shano dalam berkarya lebih menyukai spot yang potrait. Visual karakter tersebut banyak dijumpai di berbagai jalanan Kota Tangerang dan beberapa kota lainnya.

Berbagai kota sudah di datangkan untuk mengenalkan karakter Little Clara. Selain teman skena dalam kota asalnya, teman-teman street artist lainnya di berbagai kota juga menjadi koneksi dan pertemanan di skenanya, hal tersebut juga menjadi salah satu alasan Shano tetap konsisten dalam skena street art.

SHANO

This article is from: