Modul Agronomi Tanaman Jagung

Page 1

MODUL MODUL AGRONOMI AGRONOMI

PADA TANAMAN JAGUNG

CV. MITRA TANI UNGGUL

DAFTAR ISI

Survey Area.................................................................................. 1 Tanam.......................................................................................... 2 Gulma & Pengendaliannya........................................................ 3 Pemupukan................................................................................. 4 Pengendalian Hama & Penyakit Utama.................................. 6 Pengairan.................................................................................... 12

SURVEY AREA

Digunakan sebagai panduan dalam menentukan area pembenihan yang tepat

Untuk mendapatkan informasi tentang :

1. Area yang cocok untuk peningkatan produktifitas

2. Potensial masalah isolasi

3. Karakter dari petani dan budaya perawatan tanaman di daerah tersebut

4. Cekaman hama dan penyakit yang dominan di daerah tersebut

5. Sumber air dan kecukupan air selama musim tanaman berlangsung

6. Ketersediaan tenaga kerja (tanam,dettaseling,panen)

7. Petani mudah menerima teknologi

1

TTANAM ANAM

Pentingnya jarak tanam dan Populasi

Tanam merupakan kegiatan penting di fase awal produksi benih. Jika kegiatan tanam dilakukan secara benar akan memudahkan proses selanjutnya.

Jarak tanam adalah luas area yang dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimum.

Jarak tanam optimum untuk jagung pembenihan 65 x 18 cm.

Jarak tanam terlalu rapat menyebabkan persaingan unsur hara, udara dan cahaya, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimum.

Jarak tanam terlalu lebar menyebabkan rendahnya populasi sehingga tidak efisien dalam pemanfaatan lahan.

Populasi tanam yang ideal adalah 96,000 tanaman/ha (jantan dan betina).

1. 2. 3. 4. 5.
2
6.

Persiapan Tanam Persiapan Tanam

1. Material Tanam

a. Benih sesuai luasan lahan

b. Alat tanam : Planter, Hole Maker, Krenthil, Tugal

2. Tenaga Kerja

a. Diinformasikan 1-2 hari sebelum tanam

b. Menyiapkan APD tanam

3. Perlakuan benih (treatment) tambahan 1-2 ml/kg fungisida/insektisida bila perlu.

Kedalaman dan Tutup Tanam Kedalaman dan Tutup Tanam

Kedalaman tanam yang ideal 3-5 cm (menyusuaikan dengan cuaca sekitar)

Jika terlalu dalam akan menyulitkan pertumbuhan benih mencapai permukaan tanah.

Gunakan stopper (pengatur kedalaman) pada alat tanam (tugal, planter atau hole maker).

Gunakan tutup tanam yang gembur dan mudah ditembus oleh benih ketika tumbuh, contoh: tanah yang gembur, pasir, abu, pupuk organik, dll.

Pasir dan abu sebaiknya tidak digunakan pada saat cuaca panas disebabkan bahan tersebut tidak dapat menyimpan air, sehingga benih kering dan daya tumbuh terhambat.

1. 2. 3. 4. 5.
3

GULMA & PENGENDALIANNYA

Secara Umum gulma adalah :

Tanaman yang belum diketahui manfaatnya

Tanaman yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki

3.

Tanaman yang tidak dikehendaki dan perpotensi merugikan tanaman yang diusahakan

Kerugian akibat gulma

Dalam Bidang Pertanian :

Kualitas tanaman menurun (tanaman telah tercampur dengan biji gulma)

Kuantitas tanaman menurun (kalah bersaing dengan gulma)

Mempersulit praktek pertanian

Menjadi inang hama dan penyakit tanaman

Mekanik/Fisik : Mengendalikan gulma menggunakan alat, baik manual maupun mesin. Contoh Cangkul, weeder machine, mulsa dll.

Hayati : Mengendalikan gulma dengan memanfaatkan musuh alami dari spesifik gulma tersebut. Misal serangga (kepik) yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma eceng gondok.

Kimiawi (Kontak & Sistemik) : Pengendalian gulma menggunakan bahan kimia. Pengendalian gulma secara kimiawi mudah digunakan dan dapat menekan biaya tenaga kerja.

Pre-planting : Penyemprotan pra tanam/pra semai

Pre-emergence : Penyemprotan sebelum tanaman pokok muncul diatas tanah

Post-emergence : Penyemprotan setelah tanaman muncul

1. 2. 1. 2. 3. 4. Pengendalian Gulma 1. 2. 3. Waktu Aplikasi Herbisida 1. 2.
4
3.

PEMUPUKAN PEMUPUKAN

Pemupukan adalah usaha memeberikan pupuk ke dalam tanah atau media tumbuh tanaman lainnya.

Pada tanah usaha pemupukan selain diperhatikan sifat tanah dan kebutuhan tanaman akan jenis unsur hara, juga perlu diperhatikan efisiensi dan efektifitas pemupukan.

Efisiensi dan efektifitas pemupukan akan tinggi jika disamping diperhatikan tanah dan tanaman, perlu diperhatikan macam pupuk, dosis pemupukan waktu dan cara memberikan pupuk.

Unsur Makro (Primer)

Dibutuhkan dalam jumlah yang

relatif banyak oleh tanaman

C, H, O, N, P, K

C, H, O – melimpah di alam, diambil langsung oleh

tanaman.

Unsur Makro (Sekunder)

Jarang dibutuhkan

Ca, Mg dan S

Nitrogen (N)

Fungsi utama N:

Unsur Mikro

• Dibutuhkan dalam jumlah sedikit

• Jika terlalu banyak dapat bersifat

racun bagi tanaman

• Fe, Zn, Mo, B, Mn etc

1. Penyusun utama klorofil, protoplasma, protein, asam nukleat

2. Pertumbuhan dan perkembangan sel

3. Meningkatkan kualitas sayuran daun, silase, dan protein pada biji-bijian (grain)

4

Phosphor (P)

Fungsi Utama P:

1. 2. 3.

Penyusun asam amino

Penting untuk pembelahan sel

Berperah dalam proses

pembentukan bunga dan buah

Potassium (K)

Fungsi Kalium:

1. 2.

Aktivator enzym, fotosintesis, protein, dan metabolisme karbohidrat

Meningkatkan ketahanan

terhadap penyakit, Memperbesar ukuran biji dan meningkatkan kualitas Buah

dan Biji.

5

PENGENDALIAN HAMA & PENYAKIT UTAMA

Pengendalian Hama Bundel

Penyebab dan Gejala Serangan

Bundel adalah salah satu hama utama jagung. Bundel disebabkan oleh lalat bibit yang menyerang tanaman muda berumur 6-18 HST. Lalat bibit menaruh telurnya di bagian tunas. Beberapa hari kemudian telur tersebut menetas menjadi larva dan memakan bagian titik tumbuh tanaman.

Gejala bundel ditandai dengan tunas atau titik tumbuhan tanaman menjadi layu dan mati, sehingga tidak muncul tunas baru.

Cara Pengendalian

Pengendalian bundel bisa dilakukan dengan beberapa metode :

Hayati : Memanfaatkan predator alami seperti Tricogamma spp.

Mekanis :

Pengaturan pola tanam terutama di musim hujan

Tanam serempak

Rutin melakukan monitoring gejala serangan sejak tanaman berumur 1 minggu.

Kimia :

Memasang perangkap lalat bibit di pinggir lahan agar lalat-lalat jantan terperangkap dan mati.

Aplikasi Fertera 8-10 kg/Ha pada umur 10-20 HST bergantian dengan insektisida semprot Prevathone/Confidor dengan dosis 400 ml/Ha.

6
1. 2. 3.

Pengendalian DMI

Penyebab:

Cendawan

Perenosclreopora

maydis; P. sorghii; P. Philipinensis.

Cendawan ini bertahan

hidup di tanah atau

jaringan tanaman yang terinfeksi.

Penyebaran:

Infeksi dikembangkan melalui stomata dan merusak jaringan

tanaman

Infeksi melalui titik tumbuh yang terendam irigasi

Infeksi melalui pelukaan pada jaringan tanaman

Gejala Infeksi :

Kondisi yang mendukung

Penyebaran DMI: 1. 2. 3.

Temperatur/suhu udara yang

rendah 21 – 33 oC

Kelembaban udara tinggi (90%) dan ber embun

Tanaman masih muda

Terjadi pemudaran warna hijau pada daun menjadi putih mengikuti tulang daun

Pada bagian bawah daun terdapat spora berwarna putih seperti tepung

Tanaman yang terserang tidak dapat berkembang dengan nomal sehingga sering kali menjadi lebih pendek

Pengendalian Hayati

Memanfaatkan

Rhizobacteria antagonis

yaitu Bacillus subtilis & Pseudomonas

fluorescens

Pengendaluan Kimiawi

Gunakan seed treatment

IM (1-2 cc/Kg benih)

Aplikasi fungisida IM (2 ml/l) pada umur 15 DAP

dan 30 DAP

Pengendalian Teknis

Menghindari tanam di daerah

endemis DMI

Menghindari tanam berdekatan

dengan tanaman yang terinfeksi & tanaman inang lainnya (Tebu, Rumput Gajah)

Membersihkan lahan dari gulma

Pengaturan pola tanam (ajak petani untuk merotasi tanaman setelah

kemitraan selesai)

Kurangi Urea dan perbanyak KCL/NPK

sebelum 30 DAP

1. 2. 3. 1. 2. 3.
7

Pengendalian Penyakit Busuk Batang Bakteri (BSR)

Definisi Tanaman Sakit

Secara Sederhana :

Tanaman yang tidak

tumbuh dengan normal

Secara Bahasa :

Tanaman yang tidak

tumbuh dengan normal

diakibatkan oleh aktifitas

Bakteri, Jamur, Virus dll

yang mengakibatkan

kehilangan hasil yang

diharapkan.

BSR (Bacterial Stalk Rot atau Busuk Batang)

Disebabkan oleh bakteri Erwinia chrysanthemi, berkembang di daerah curah hujan tinggi. Koloni bakteri berwarna putih keabuan. Bertahan secara saprofit dari sisa tanaman yg telah mati, menginfeksi jagung melalui stomata, hydatoda, atau luka pada batang dan daun.

Gejala infeksi

Batang menjadi lunak, berlendir, berwarna coklat tua dan berbau busuk. Sampai akhirnya layu dan mati

8

Pengendalian Penyakit

Penyebab : Jamur Helmintusporium

turcicum

Nama lokal: Hawar daun, Kresek/nglaras

Gejala Infeksi : Muncul bercak kecil, kemudian membesar agak

memanjang, bagian tengah agak

melebar, makin ke pinggir makin

kecil, berwarna cokelat keabuan, semakin lama nampak bercak

berwarna hitam. Daun nampak

kering seperti terbakar.

Pengendalian NLB

Pengedalian Hayati

Penggunaan bakteri Pseudomonas

cepacia

Menggunakan fungisida nabati

ekstrak daun sirih

Pengendalian secara Kimia

Pengendalian secara Teknis

Pengaturan pola tanam

Eradikasi tanaman yang terinfeksi

Membersihkan lahan dari gulma

Pengaturan jarak tanam

Babat jantan tepat waktu

Aplikasi fungisida berbahan aktif Azoksistrobin dan Difenokonazol seperti

AmistarTop 1 ml/L pada umur 30 & 45 HST

NLB dan SLB
9

Penyebab dan Gejala SLB

Penyebab : Jamur

Cochliobolus heterostrophu

(dikenal dengan nama

Bipolaris maydis)

Nama lokal: Hawar

daun/Kresek/nglaras

Penggunaan bakteri Pseudomonas cepacia

Menggunakan fungisida nabati ekstrak daun sirih

Pengaturan pola tanam

Eradikasi tanaman yang terinfeksi

Membersihkan lahan dari gulma

Pengaturan jarak tanam

Babat jantan tepat waktu

Aplikasi fungisida berbahan aktif Difenokonazol seperti Score atau

AmistarTop 1 ml/L pada umur 30 & 45 HST

1. Pengedalian Hayati 2. Pengendalian secara Teknis 3. Pengendalian secara Kimia
10
Pengendalian SLB

Pengendalian Penyakit BLSB

Penyebab : Jamur Rhizoctonia solanii

Nama lokal : Busuk Pelepah Daun Ngompol

Gejala Infeksi : Infeksi biasanya dimulai dari pelepah daun terbawah

dengan miselia berwarna putih, dan seterusnya bergerak ke atas.

Gejala berupa bercak-bercak konsentrik yang menutupi areal yang luas pada daun, pelepah daun, dan tongkol.

Pengendalian BLSB

1. Pengedalian Hayati

Perlakuan benih menggunakan Bacillus subtilis

Membuang sisa tanaman yang lalu

Membuang small plant

Babat jantan tepat waktu

Drainase lahan

Melakukan defoliasi (selembret) di ruas pelepah daun yang terkena

Aplikasi fungisida berbahan aktif klorotalonil atau mankozeb sesuai dosis di label pada bagian tanaman yang terinfeksi

3. Pengendalian secara Kimia
11
2. Pengendalian secara Teknis

PENGAIRAN

Waktu Pengairan

Dalam satu musim tanam jagung setidaknya memerlukan 7 kali

pengairan: Pengairan saat tanam dilakukan sesuai split planting. Air harus tersedia (kondisi tanah lembab) baik pada saat tanam awal maupun saat tanam lengkap.

Saat Tanam

Jika salah satu split tidak mendapatkan cukup pengairan, maka dapat menyebabkan terganggunya sinkronisasi pembungaan.

Saat Pemupukan

Pengairan di waktu pemupukan berfungsi untuk membantu penyerapan pupuk oleh perakaran tanaman.

I. 10-15 HST

II. 20-25 HST

III. 35-40 HST Pengairan saat fase ini membantu proses penyerbukan tanaman. Kekeringan pada fase pembungaan menyebabkan polen dan silking kering, sehingga proses penyerbukan terganggu.

Saat Pembungaan

Saat Pengisian Biji

Agar proses pengisian berjalan secara optimal, diperlukan pengairan yang cukup.

Saat Menjelang Panen

Pada saat menjelang panen dilakukan sekitar 2 minggu sebelum panen. Pada fase-fase penting pertumbuhan, kelebihan atau kekurangan air

bisa menimbulkan dampak negatif sebagai berikut:

12

A. Kekeringan

Fase perkecambahan : Benih tidak tumbuh atau terlambat

tumbuh

Fase pemupukan : Pupuk tidak dapat diserap oleh tanaman

sehingga pertumbuhan terhambat/kerdil.

Fase pembungaan dan pengisian : Proses penyerbukan

terhambat sehingga pengisian tongkol sedikit.

Fase menjelang panen : Pada fase ini kekurangan air

menyebabkan proses pematangan biji terlalu cepat, sehingga

bobotnya tidak maksimal.

B. Kelebihan Air (Banjir atau Tergenang)

Fase perkecambahan : Jika lahan tergenang/banjir pada fase ini, maka biji akan membusuk dan mati.

Fase vegetatif : Pada fase ini tanaman sebagian roboh atau hanyut, perakaran sulit bernafas, dan proses pengambilan

unsur hara juga terganggu. Sehingga pertumbuhan menjadi terhambat. Jika terjadi dalam jangka waktu lama menyebabkan tanaman mati.

Fase generatif : Menyebabkan peningkatan serangan penyakit

seperti busuk batang, tanaman roboh, dan terganggunya proses pengisian dan pematangan biji. Jika terjadi dalam jangka

waktu lama dapat meyebabkan gagal panen.

13

Memastikan Pengairan yang Cukup

Seleksi lahan dengan pengairan minimal 7-10 kali dalam

satu musim.

Hindari tanam di area rawan banjir.

Hindari tanam di area non-irigasi atau daerah yang

mengalami kekurangan air karena perbaikan saluran

irigasi dalam jangka waktu lama.

Membuat saluran drainase (got, pedotan, saluran

pembuangan) agar saat pengairan atau hujan tanaman

tidak tergenang.

Gunakan alternatif pengairan lain, misalkan sumur

pompa di daerah seperti Jember dan Nganjuk.

Menambahkan pupuk kandang/organik di tanah berpasir

untuk meningkatkan daya jerap air.

Pengairan tanpa digenangi, hanya sampai bibir bedeng.

14

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.