Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah

Page 1

TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH (MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE 46) Yogyakarta, 20-25 Rajab 1431 H / 3-8 Juli 2010 M

Diterbitkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah September 2010



DAFTAR ISI

Instruksi PP Muhammadiyah tentang Pelaksanaan Keputusan PP Muhammadiyah tentang Tanfidz Muktamar Satu Abad Muhammadiyah •1 SK PP Muhammadiyah tentang Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah •3 Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah •5 Lampiran I Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke 46 tentang Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2005-2010 •8 Lampiran II Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke 46 tentang Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua •11 Lampiran III Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke 46 tentang Program Muhammadiyah 2010-2015 •24

Bab I

Muqaddimah •24

Bab II

Kerangka Kebijakan Program Muhammadiyah Jangka Panjang (Visi Muhammadiyah 2025) •43

Bab III

Program Muhammadiyah 2010-2015 (Visi Muhammadiyah 2015) •57

Bab IV

Pengorganisasian dan Pelaksanaan Program •85

Bab V

Khatimah •90

Lampiran IV-a Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke 46 tentang Pedoman Revitalisasi Cabang Muhammadiyah •91 Lampiran IV-b Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke 46 tentang Pedoman Revitalisasi Ranting Muhammadiyah •101 Lampiran V Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke 46 tentang Revitalisasi Kader dan Anggota Muhammadiyah •107

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

iii


Lampiran VI Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke 46 tentang Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah •126

Bab I

Muqaddimah •126

Bab II

Rumusan Filsafat Pendidikan Muhammadiyah •128

Bab III

Konsep Pendidikan Muhammadiyah •130

Bab IV

Rencana Strategi Pendidik Muhammadiyah •136

Lampiran VII Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke 46 tentang Muhammadiyah dan Isu-Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal •138

iv

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


PIMPINAN PUSAT MUHAMMADYAH

INTRUKSI PIMPINAN PUSAT MUHAMMADYAH Nomor: 07/INS/I.0/B/2010 Tentang: PELAKSANAAN KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH NOMOR : 177/KEP/I.0/B/2010 TENTANG TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH (MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-46) Bismillahirrahmanirrahim Pimpinan Pusat Muhammadiyah: Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor 177/KEP/I.0/B/2010 tentang Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah Ke-46), dipandang perlu mengeluarkan instruksi pelaksanaannya; Mengingat : 1. Anggaran Dasar Pasal 11 ayat (1); 2. Anggaran Rumah Tangga Pasal 10 ayat (1); MENGINSTRUKSIKAN Kepada

: 1. Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah di seluruh Indonesia; 2. Pimpinan Majelis dan Lembaga tingkat Pusat; 3. Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat; UNTUK Pertama

: Melaksanakan Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah Ke-46) yang sudah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Surat Keputusan nomor 177/KEP/I.0/B/2010 tanggal 29 Ramadhan 1431 H / 08 September 2010 M sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

1


Kedua

Ketiga

: Memberikan bimbingan, petunjuk, melakukan koordinasi dan monitoring terhadap pelaksanaan instruksi ini serta melaporkan hasilnya, sesuai dengan jalur hierarchis masing-masing yang telah ditentukan. : Melaksanakan instruksi ini mulai tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Yogyakarta Pada tanggal : 29 Ramadhan 1431 H 08 September 2010 M Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ketua Umum,

Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, M.A. NBM. 563653

2

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

Sekretaris Umum,

Dr. H. Agung Danarto, M.Ag. NBM. 608658


PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH Nomor: 177/KEP/I.0/B/2010 Tentang: TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH (MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-46) Bismillahirrahmanirrahim Pimpinan Pusat Muhammadiyah: Membaca

: Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah ke-46); Menimbang : 1. bahwa Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-46 telah diambil secara sah sesuai ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah; 2. bahwa oleh karena itu perlu segera ditanfidzkan dengan surat keputusan agar dapat segera dilaksanakan; Mengingat : 1. Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal 11, 22, 34, dan 41; 2. Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah Pasal 10, 15, 21, dan 30; M E M U T US K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAM-MADIYAH TENTANG TANFIDZ KEPUTUSAN MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH (MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-46) Pertama : Menanfidzkan Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah ke-46) yang dilangsungkan pada tanggal 20 - 25 Rajab 1431 H bertepatan tanggal 3 – 8 Juli 2010 di Yogyakarta seperti tersebut dalam lampiran surat keputusan ini. Kedua : Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah ke-46) tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dan rujukan dalam pengambilan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di tingkat Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting, kecuali keputusan yang memerlukan tindak lanjut akan disusun dalam aturan tersendiri.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

3


Ketiga

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Yogyakarta Pada tanggal : 29 Ramadhan 1431 H 08 September 2010 M Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ketua Umum,

Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, M.A. NBM. 563653

4

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

Sekretaris Umum,

Dr. H. Agung Danarto, M.Ag. NBM. 608658


Lampiran Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : 177/KEP/I.0/B/2010 Tentang : Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah Ke-46)

KEPUTUSAN MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH (MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-46) Bismillahirrahmanirrahim Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah ke-46) yang diselenggarakan pada tanggal 20-25 Rajab 1431 H bertepatan dengan tanggal 3-8 Juli 2010 bertempat di Yogyakarta, setelah menyimak dan mencermati dengan seksama: 1. Sambutan Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudoyono pada upacara Pembukaan Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Stadion Mandala Krida Yogyakarta; 2. Sambutan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X; 3. Pidato Iftitah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin, MA; 4. Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 yang disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Drs. H.A. Rosyad Sholeh; 5. Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua yang disampaikan oleh Dr. H. Haedar Nashir, M.Si.; 6. Program Muhammadiyah Periode 2010-2015 dan Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah yang disampaikan oleh H. M. Muchlas Abror; 7. Muhammadiyah dan Isu-isu Strategis Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal yang disampaikan oleh Prof. Drs. H. A. Malik Fadjar, M.Sc.; 8. Hasil pemilihan Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2010 - 2015; 9. Tanggapan, pendapat, pembahasan, saran dan usul-usul peserta Muktamar yang disampaikan dalam Sidang Pleno dan Sidang Komisi; MEMUTUSKAN: I.

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PERIODE 2010 - 2015 A. Mengesahkan hasil pemilihan Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2010 - 2015 sebanyak 13 orang dari hasil pemilihan 39 calon yang diajukan oleh Tanwir, sesuai urutan perolehan suara, sebagai berikut: TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

5


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin, M.A. Drs. H. Muhammad Muqoddas, Lc., M.A. Prof. Drs. H. A. Malik Fadjar, M.Sc. Drs. H. A. Dahlan Rais, M.Hum. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si. Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag. Dr. H. Abdul Mu`ti, M.Ed. Dr. H. Agung Danarto, M.Ag. Prof. Dr. H. Syafiq A. Mughni Dr. H. A. Fattah Wibisono, M.A. Drs. H. M. Goodwill Zubir Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA. Drs. H. Sukriyanto AR., M.Hum.

B. Menetapkan Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin, M.A. dan Dr. H. Agung Danarto, M.Ag. masing-masing sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2010 - 2015. II. LAPORAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PERIODE 2005-2010

Menerima Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dengan beberapa catatan sebagaimana tersebut pada lampiran 1.

III. PERNYATAAN PIKIRAN MUHAMMADIYAH ABAD KEDUA

Menerima Draf Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua sebagaimana tersebut pada lampiran 2.

IV. PROGRAM MUHAMMADIYAH PERIODE 2010-2015

Mengesahkan Rancangan Program Muhammadiyah Periode 2010-2015 sebagai PROGRAM MUHAMMADIYAH PERIODE 2010-2015 sebagaimana tersebut pada lampiran 3.

V. PEDOMAN REVITALISASI CABANG DAN RANTING MUHAMMADIYAH

6

Menerima Rancangan Pikiran tentang Pedoman Revitalisasi Cabang dan Ranting Muhammadiyah sebagaimana tersebut pada lampiran 4.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


VI. REVITALISASI KADER DAN ANGGOTA MUHAMMADIYAH

Menerima Rancangan tentang Revitalisasi Kader dan Anggota Muhammadiyah sebagaimana tersebut pada lampiran 5.

VII. REVITALISASI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH

Menerima Rancangan tentang Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah sebagaimana tersebut pada lampiran 6.

VIII. MUHAMMADIYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS

Menerima Rancangan tentang Muhammadiyah dan Isu-isu Strategis Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal sebagaimana tersebut pada lampiran 7. Yogyakarta , 25 Rajab 1431 H 08 Juli 2010 M Pimpinan Sidang,

Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin, M.A.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

7


Lampiran I

KEPUTUSAN MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE 46 TENTANG LAPORAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PERIODE 2005-2010

A. Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menerima Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan catatan-catatan sebagai berikut : 1. Laporan keuangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang disampaikan dalam Muktamar hendaknya menyeluruh dengan memasukan pendapatan/pengeluaran baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar Persyarikatan, termasuk laporan keuangan Lazis Muhammadiyah. 2. Perlu melakukan sensus (pendataan) yang menyeluruh tentang anggota, amal usaha, asset, dan kekayaan Muhammadiyah. 3. Pimpinan Pusat Muhammadiyah perlu membuat model evaluasi dan monitoring program serta pelaporan kegiatan. 4. Meminta Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2010-2015 menjadwalkan kenjungan/pembinaan PWM secara periodik (tidak sebatas memenuhi undangan), menyusun standarisasi format laporan, melakukan revitaslisasi Perguruan Tinggi dan Amal Usaha lainnya di daerah. 5. Pimpinan Pusat Muhammadiyah hasil Muktamar 46 perlu segera melakukan langkah- langkah untuk memperbaiki hubungan yang harmonis dengan pemerintah, serta lebih bijak dan netral dalam mengambil sikap politik. 6. Pimpinan Pusat Muhammadiyah perlu melakukan sosialisasi dan tindak lanjut kerjasama-kerjasama (MoU) dengan pihak luar, baik dengan pemerintah pusat, BUMN maupun Swasta, agar terealisasi sampai ke daerah. 7. Dalam mengaktifkan HW maupun penggantian Pramuka menjadi HW, baik di dalam maupun di luar Persyarikatan, perlu diperhatikan aspek dan misi dakwah Muhammadiyah. 8. Pimpinan Pusat Muhammadiyah perlu lebih meningkatkan usaha dan memfasilitasi kerjasama dengan lembaga-lembaga donor dari negara-negara Timur Tengah.

8

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


9. Dalam memberikan masukan kepada Pimpinan Persyarikatan, Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik hendaknya lebih mengedepankan aspirasi dan sikap Persyarikatan. 10. Sesuai ketentuan AD / ART, Pimpinan Pusat Muhammadiyah perlu mengatur lebih lanjut tentang tugas dan fungsi Penasehat Pimpinan Persyarikatan. B. Umum dan Organisasi 1. Pimpinan Pusat Muhammadiyah perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kemandirian agar menjadi sikap dan kepribadian bagi individu, organisasi, serta amal usaha Muhammadiyah. 2. Pimpinan Pusat Muhammadiyah perlu meningkatkan konsolidasi organisasi termasuk registrasi anggota Muhammadiyah. 3. Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar memberi perhatian khusus untuk memberdayakan dan mengembangkan Muhammadiyah di daerah-daerah minoritas muslim. 4. Ketentuan tentang calon pimpinan Ortom yang diatur dalam qaidah termasuk rekomendasi dari Pimpinan Persyarikatan setingkat harus ditaati dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. 5. Pimpinan Pusat Muhammadiyah hendaknya mengusahakan Muhammadiyah Incorporated disertai kajian dan ketentuan yang seksama. 6. Pimpinan Pusat Muhammadiyah perlu menyusun ketentuan/aturan tentang kerja sama Persyarikatan, Majelis/Lembaga, amal usaha, dan Ortom dengan pihak ketiga. 7. Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar mengintensifkan gerakan iuran dan infaq anggota. 8. Pimpinan Pusat Muhammadiyah perlu menyusun kebijakan yang lebih komprehensif terhadap tata kelola kekayaan persyarikatan termasuk wakaf dan kehartabendaan. 9. Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar lebih meningkatkan koordinasi dengan PWM dan PDM dalam pemanfaatan fungsi tanah-tanah yang terlantar. 10. Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam menyempurnakan peraturan PTM untuk menentukan pimpinan AUM dan/atau BPH agar memperhatikan/ mempertimbangkan Pimpinan Persyarikatan yang mendirikan. 11. Majelis Pendidikan Tinggi yang dibentuk di tingkat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah sesuai ketentuan perlu diperjelas tugas dan fungsinya.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

9


12. Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar menyusun/menentukan transformasi kader dalam kepemimpinan persyarikatan dan AUM.

regulasi

13. Lembaga Hukum dan HAM perlu meningkatkan perhatian dan peran aktif dalam penyelesaian sengketa-sengketa hukum dan pertanahan. C. USUL-USUL: 1. Meminta kepada Pimpinan Persyarikatan yang terpilih untuk mengkhidmatkan diri guna melaksanakan amanah Persyarikatan. 2. Mengusulkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mempertimbangkan berlakunya seragam nasional Muhammadiyah seperti halnya 窶連isyiyah. 3. Pimpinan Pusat Muhammadiyah perlu meningkatkan sosialisasi fatwa tentang tukar guling tanah wakaf Muhammadiyah menjadi tanah produktif.

10

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


Lampiran II

KEPUTUSAN MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE 46 TENTANG PERNYATAAN PIKIRAN MUHAMMADIYAH ABAD KEDUA ZHAWÂHIR AL-AFKÂR AL-MUHAMMADIYYAH LI AL-QARNI AL-TSÂNI BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

I.

KESYUKURAN

Satu abad merupakan tonggak sejarah yang penting bagi Muhammadiyah dalam ikhtiar mengemban misi dakwah dan tajdid di tengah lintasan zaman yang penuh gelora. Dalam rentang seratus tahun Muhammadiyah telah berjuang mencerahkan kehidupan umat, bangsa, dan peradaban manusia semesta. Perjuangan Muhammadiyah akhirnya memperoleh pengakuan masyarakat luas sebagai gerakan Islam yang menorehkan tinta emas pembaruan di Indonesia. Keberhasilan perjuangan satu abad merupakan anugerah Allah SWT yang harus disyukuri berdasarkan firman Allah SWT Q.S. Ibrahim ayat 7 dan menjadi modal ruhaniah paling berharga untuk melangkah ke depan dengan optimis. Kesyukuran itu disertai kesadaran bermuhasabah diri atas kekurangan dan kelemahan yang harus diperbarui dengan seksama guna mengukir kisah sukses yang lebih utama di abad kedua. Dengan senantiasa mengharap ridha Allah SWT disertai ikhtiar pembaruan yang berkesinambungan guna memasuki abad baru maka Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid mendeklarasikan Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua yang mengandung manifesto gerakan pencerahan yang berkemajuan, berkeadaban, dan berkeadilan bagi kehidupan warga Persyarikatan, umat, bangsa, dan kemanusiaan universal. II. REFLEKSI SATU ABAD Muhammadiyah sejak berdiri tahun 1912 menegaskan diri sebagai gerakan Islam yang berjuang menyebarluaskan dan memajukan ajaran Islam di Indonesia yang diilhami oleh firman Allah SWT dalam surat Ali Imran 104. Misi Muhammadiyah tersebut dikenal dengan gerakan dakwah dan tajdid yang diwujudkan melalui kepeloporan dalam pembaruan pemahaman agama, reformasi sistem pendidikan Islam, pengembangan pranata pelayananpelayanan sosial dan pemberdayaan masyarakat berbasis Penolong Kesengsaraan Oemoem TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

11


(PKO), memajukan peran perempuan muslim (Aisyiyah) di ruang publik, pengorganisasian zakat dan haji, merintis taman pustaka dan publikasi, tabligh yang mencerdaskan, dan mengembangkan amaliah Islami yang memajukan kehidupan. Dalam kehidupan kebangsaan Muhammadiyah telah berkiprah melewati berbagai fase zaman yang sarat dinamika yang dihadapi dengan penuh keikhlasan dan perjuangan tanpa kenal lelah. Di era kolonial Muhammadiyah berperan dalam pergerakan kebangkitan kebangsaan menuju kemerdekaan Indonesia. Menjelang dan pada awal kemerdekaan, Muhammadiyah berperan aktif dalam meletakkan fondasi negara-bangsa yang berlandaskan Pancasila dan UUD 19945. Pada masa Orde Lama Muhammadiyah istiqamah dalam menegakkan Negara Republik Indonesia agar tetap berada dalam koridor konstitusi dan cita-cita kemerdekaan, disertai usaha-usaha modernisasi sosial untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Di era Orde Baru, Muhammadiyah terus berkiprah dengan kerjakerja kemasyarakatan untuk memajukan kehidupan bangsa, disertai sikap hikmah dalam menghadapi situasi politik nasional. Pada era Reformasi, Muhammadiyah menjadi pilar penting masyarakat madani (civil society) dan memelopori era baru Indonesia yang demokratis, menghargai hak asasi manusia, berwawasan kemajemukan, serta bersikap responsif dan kritis kepada pemerintah sesuai dengan Kepribadian Muhammadiyah. Pergerakan Muhammadiyah dalam lintasan satu abad itu merupakan perwujudan dari pembaruan (tajdid) yang dipelopori Kyai Haji Ahmad Dahlan selaku pendiri gerakan Islam ini. Spirit pembaruan telah menjadi kesadaran yang melekat dalam gerakan Muhammadiyah genarasi awal untuk memahami dan menerjemahkan kembali ajaran Islam ke dalam kerjakerja kemanusiaan dan kemasyarakatan yang mencerahkan. Setiap babakan sejarah telah dilalui Muhammadiyah dengan sikap optimis untuk terus berjuang mewujudkan Islam dalam pencerahan kehidupan. Muhammadiyah dalam lintasan satu abad telah memantapkan proses modernisasi sosial berbasis pembaruan Islam. Pemahaman agama dan metode dakwah yang dikembangkan Muhammadiyah telah menjadi cetak biru modernisme Islam di Indonesia. Islam yang ditampilkan Muhammadiyah berkarakter tengahan (wasithiyah) dan menyejarah sehingga melahirkan format Indonesia yang Islami (Islamic Indonesia). Alam pikiran yang maju disertai sikap kokoh dalam prinsip mampu membuahkan tradisi amaliah yang melembaga untuk kepentingan hajat hidup orang banyak. Pandangan dan cita-cita hidup Islam yang berkarakter pembaruan menjadi berbobot dan implementatif karena dilembagakan ke dalam bentuk organisasi (Persyarikatan) yang didukung sumber daya manusia yang berideologi kemajuan dan pranata-pranata sosial baru yang modern, sehingga terbentuk sistem sosial Indonesia yang bercorak Islami. Dalam kiprah kebangsaan yang penuh dinamika perjuangan Muhammadiyah bersama elemen umat Islam yang lainnya ikut meletakkan dasar konstitusi dan orientasi politik Islam yang berbasis moral dan berwawasan kebangsaan. Pada saat yang sama karya nyata

12

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


Muhammadiyah di bidang pemikiran, pendidikan dan kepedulian sosial juga menjadi persemaian budaya madani dan nilai-nilai demokrasi untuk tegaknya keadaban dan kemajuan masyarakat. Dengan ideologi pembaruan yang melahirkan modernisasi itulah Muhammadiyah sesungguhnya terlah berkiprah sepanjang masa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa secara utuh dan luas sebagaimana terkandung dalam cita-cita kemerdekaan. Kini Muhammadiyah menghadapi kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan univerasl yang berada dalam pertaruhan yang krusial karena dilanda berbagai persoalan yang dilematik. Bahwa Umat Islam Indonesia sebagai penduduk terbesar masih menghadapi masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia, kemiskinan, ketertinggalan, dan keterbelakangan dalam banyak aspek kehidupan. Kendati di tingkat dunia jumlah dan perkembangan umat Islam terutama di negara-negara Barat cukup menggembirakan dan menjanjikan harapan, tetapi masih dihadapkan pada sejumlah masalah keterpinggiran, konflik, dan pandangan negatif dari luar. Di tengah kecenderungan baru kesemarakan Islam di ruang publik terdapat masalah keumatan menyeruak ke permukaan seperti kemiskinan kepemimpinan, komoditisasi agama, konservatifisme dan formalisasi agama yang mengabaikan kemajuan dan substansi, bias pandangan dalam memaknai kemajemukan, dan belum terciptanya relasi sosial yang berkadilan gender. Dalam kehidupan kebangsaan, di tengah harapan baru reformasi dan tumbuhnya demokrasi yang dihargai dunia, bangsa Indonesia masih dihadapkan pada banyak masalah krusial. Di bidang politik terdapat masalah kerancuan dalam sistem ketatanegaraan antara sistem presidensial dan parlementer yang menimbulkan banyak masalah, kelembgaan negara yang tidak efektif antar lembaga-lembaga negara yang permanen dan ad-hoc, sistem kepartaian yang bercorak multipartai yang tidak produktif dan rawan masalah, dan berkembangnya pragmatisme politik yang dilakukan elit maupun partai politik. Dalam bidang hukum terdapat krisis kepercayaan terhadap lembaga-lembaga penegakan hukum, lemahnya pemberantasan korupsi, mekarnya mafia hukum, dan erosi moral para penegak hukum. Di bidang ekonomi berkisar pada paradigma ekonomi yang tidak konsisten, struktur ekonomi yang dualistis, kebijakan fiskal yang tidak mandiri, sistem keuangan dan perbankan yang tidak memihak rakyat, kebijakan perdagangan dan industri yang liberal, dan cengkeraman ekonomi neoliberal yang melahirkan banyak dilema dalam membangun perekenomian konstitusional dan memihak rakyat. Sedangkan dalam aspek sosial-budaya tumbuh masalah memudarnya rasa dan ikatan kebangsaan, disorientasi nilai keagamaan, memudarnya kohesi dan integrasi sosial, dan melemahnya karakter dan mentalitas positif bangsa. Dalam ranah kemanusiaan universal masih terdapat sejumlah masalah yang meniscayakan keprihatinan seluruh kekuatan dunia. Masalah-masalah krusial yang bersifat mondial adalah krisis kemanusiaan modern, kemiskinan sejumlah negara sedang

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

13


berkembang di tengah melimpahruahnya kemakmuran negara-negara maju, krisis pangan dan energi, krisis ekonomi khususnya keuangan dan fiskal, krisis lingkungan dan perubahan iklim, migrasi global, dan yang berkaitan dengan relasi antarperadaban. Masalah lain ialah terorisme internasional, ketidakadilan politik dan standar ganda yang dilakukan negaranegara maju terhadap negara-negara sedang berkembang, dan secara khusus masalah Islamofobia yang dihadapi umat Islam di negara-negara Barat yang berlangsung masif dan sistematik. Dalam gerak melintasi zaman dari abad kesatu ke abad kedua dan dalam menghadapi masalah-masalah keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal yang sangat kompleks itu Muhammadiyah berkomitmen kuat untuk menjadi bagian dari penyelesai masalah (problem solver) dengan mengambil prakarsa, partisipasi, dan langkah-langkah yang proaktif dan strategis. Muhammadiyah pada abad kedua meneguhkan komitmen gerakannya untuk berperan lebih proaktif dalam melakukan pencerahan bagi kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal yang sarat tantangan. III. PANDANGAN KEISLAMAN Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan misi dakwah dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Bagi Muhammadiyah Islam merupakan nilai utama sebagai fondasi dan pusat inspirasi yang menyatu dalam seluruh denyut-nadi gerakan. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam sebagai risalah yang dibawa para Nabi hingga Nabi akhir zaman Muhammad s.a.w. adalah agama Allah yang lengkap dan sempurna. Islam selain mengandung ajaran berupa perintah-perintah dan larangan-larangan tetapi juga petunjuk-petunjuk untuk keselamatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat. Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang mengandung nilainilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Adapun da’wah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan (din al-hadlarah), yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan. Islam yang berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi sebagaimana terkandung dalam pesan Al-Quran Surat Ali Imran ayat 104 dan 110 yang menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah. Secara ideologis Islam yang berkemajuan untuk pencerahan merupakan bentuk transformasi Al-Ma’un untuk menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual dalam 14

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


pergulatan hidup keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. Transformasi Islam bercorak kemajuan dan pencerahan itu merupakan wujud dari ikhtiar meneguhkan dan memperluas pandangan keagamaan yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah dengan mengembangkan ijtihad di tengah tantangan kehidupan modern abad ke-21 yang sangat kompleks. Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang menjunjungtinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diksriminasi. Islam yang mengelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi. Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal kelahirannya tahun 1912. Pandangan Islam yang berkemajuan yang diperkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah telah melahirkan ideologi kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi reformisme dan modernisme Islam, yang muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan. Pencerahan (tanwir) sebagai wujud dari Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan, dan ketidakadilan hidup umat manusia. Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan, maka Muhammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan makna tentang ajaran akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam mu’amalat dunyawiyah yang membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam. Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah (al-ruju’ ila al-Quran wa al-Sunnah) untuk menghadapi perkembangan zaman. Karakter Islam yang berkemajuan untuk pencerahan peradaban telah memberikan kekuatan yang dinamis dalam menghadapkan Islam dengan perkembangan zaman. Dalam penghadapan Islam atas realitas zaman itu dikembangkan ijtihad dengan penggunaan akal pikiran dan ilmu pengetahuan sebagai instrumen kemajuan, sehingga Islam benar-benar menjadi agama bagi kehidupan yang bersifat kontekstual tanpa kehilangan pijakannya yang autentik pada sumber ajaran. Ijtihad dan tajdid dalam gerakan Muhammadiyah sejak awal menemukan ruang artikulasi dalam kontekstualisasi ajaran Islam sebagaimana

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

15


dikembangkan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Adapun rasionalisasi memperoleh bingkai yang kokoh sebagaimana disebut pendiri Muhammadiyah sebagai “akal pikiran yang yang suci”, sedangkan dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah disebut “akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam”. Muhammadiyah memandang bahwa Islam dalam pergumulan dengan kehidupan sepanjang zaman harus diwujudkan dalam amal. Islam sangat menjunjung tinggi amal sejajar dengan iman dan ilmu, sehingga Islam hadir dalam paham keseimbangan sekaligus membumi dalam kehidupan. Dalam kehidupan yang konkret tidak ada manifestasi lain dari Islam kecuali dalam amal. Kyai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang dididirikannya memelopori penafsirkan ulang doktrin Islam secara nyata untuk perubahan sebagaimana tercermin dalam teologi Al-Ma’un. Dari teologi Al-Ma’un lahir transformasi Islam untuk mengubah kehidupan yang bercorak membebaskan, memberdayakan, dan memajukan. Model pemahaman doktrin Islam dan penafsirannya yang implementatif itu menunjukkan daya hidup dan kemampuan Muhammadiyah dalam merumuskan ulang pesan-pesan dan nilai-nilai Islam yang responsif dengan problematika kemanusiaan, serta berdialog dengan realitas zaman secara cerdas dan mencerahkan. Muhammadiyah memahami bahwa Islam memiliki pandangan tentang masyarakat yang dicita-citakan, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam pesan AlQuran (QS. Ali Imran ayat 110; Al Baqarah ayat 143), masyarakat Islam yang diidealisasikan merupakan perwujudan khaira ummah (umat terbaik) yang memiliki posisi dan peran ummatan wasatha (umat tengahan), dan syuhada ‘ala al-nas (pelaku sejarah) dalam kehidupan manusia. Masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang di dalamnya ajaran Islam berlaku dan menjiwai seluruh bidang kehidupan yang dicirikan oleh ber-Tuhan dan beragama, berpersaudaraan, berakhlak dan beradab, berhukum syar’i, berkesejahteraan, bermusyawarah, berihsan, berkemajuan, berkepemimpinan, dan berketertiban. Dengan demikian masyarakat Islam menampilkan corak yang bersifat tengahan, yang melahirkan format kebudayaan dan peradaban yang berkeseimbangan. Masyarakat Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat madani (civil-society) yang maju, adil, makmur, demokratis, mandiri, bermartabat, berdaulat, dan berakhlak-mulia (al-akhlaq al-karimah) yang dijiwai nilainilai Ilahiah. Masyarakat Islam sebagai kekuatan madaniyah (masyarakat madani) menjunjungtinggi kemajemukan agama dan pemihakan terhadap kepentingan seluruh elemen masyarakat, perdamaian dan nir-kekerasan, serta menjadi tenda besar bagi golongan dan kelompok masyarakat tanpa diskriminasi. Masyarakat Islam yang dicitacitakan Muhammadiyah merupakan masyarakat yang terbaik yang mampu melahirkan peradaban yang utama sebagai alternatif yang membawa pencerahan hidup umat manusia di tengah pergulatan zaman.

16

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


IV. WAWASAN KEBANGSAAN DAN KEMANUSIAAN Muhammadiyah dalam melintasi zaman dari abad kesatu ke abad kedua menegaskan pandangan tentang wawasan kebangsaan dan kemanusiaan universal sebagai komitmen yang menyatu dalam gerakannya. Bahwa bangsa Indonesia dan dunia kemanusiaan universal merupakan ranah sosio-historis bagi Muhammadiyah dalam menyebarkan misi dakwah dan tajdid. Misi dakwah dan tajdid dalam konteks kebangsaan dan kemanusiaan merupakan aktualisasi dari fungsi kerisalahan dan kerahmatan Islam untuk pencerahan peradaban. Dalam kehidupan kebangsaan Muhammadiyah sejak awal berjuang untuk pengintegrasian keislaman dan keindonesiaan. Bahwa Muhammadiyah dan umat Islam merupakan bagian integral dari bangsa dan telah berkiprah dalam membangun Indonesia sejak pergerakan kebangkitan nasional hingga era kemerdekaan. Muhammadiyah terlibat aktif dalam peletakan dan penentuan fondasi negara-bangsa yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Muhammadiyah berkonstribusi dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa serta memelihara politik Islam yang berwawasan kebangsaaan di tengah pertarungan berbagai ideologi dunia. Sejak awal Muhammadiyah memiliki wawasan kebangsaan yang jelas bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 merupakan konsensus nasional yang final dan mengikat seluruh komponen bangsa dengan menjadikan Muhammadiyah sebagai perekat dan pemersatu bangsa, sesuai dengan ayat Al Qur’an Surat Al Hujurat ayat 13. Muhammadiyah memandang bahwa proklamasi 1945 merupakan fase baru bagi Indonesia menjadi bangsa merdeka. Dengan kemerdekaan itu bangsa Indonesia secara berdaulat menentukan nasib dan masa depannya sendiri yang dimanifestasikan dalam rumusan cita-cita nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu terwujudnya (1) Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur; (2) Perikehidupan kebangsaan yang bebas; dan (3) Pemerintahan Negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita nasional yang luhur itu merupakan pengejawantahan semangat kebangsaan dan kemerdekaan, sekaligus sebagai nilai dan arah utama perjalanan bangsa dan negara. Pembentukan Negara Indonesia selain menentukan cita-cita nasional juga untuk menegaskan kepribadian bangsa sebagaimana tercermin dalam Pancasila. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan perjanjian luhur dan konsensus nasional yang mengikat seluruh bangsa. Dalam falsafah dan ideologi negara terkandung ciri keindonesiaan yang memadukan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan (humanisme religius). Nilai-nilai tersebut

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

17


tercermin dalam hubungan individu dan masyarakat, kerakyatan dan permusyawaratan, serta keadilan dan kemakmuran. Cita-cita nasional dan falsafah bangsa yang ideal itu perlu ditransformasikan ke dalam seluruh sistem kehidupan nasional sehingga terwujud Indonesia sebagai bangsa dan negara yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat di hadapan bangsa-bangsa lain. Paham nasionalisme serta segala bentuk pemikiran dan usaha yang dikembangkan dalam membangun Indonesia haruslah berada dalam kerangka negara-bangsa dan diproyeksikan secara dinamis untuk terwujudnya cita-cita nasional yang luhur itu. Nasionalisme bukanlah doktrin mati sebatas slogan cinta tanah air tetapi harus dimaknai dan difungsikan sebagai energi positif untuk membangun Indonesia secara dinamis dan transformasif dalam mewujudkan cita-cita nasional di tengah badai masalah dan tantangan zaman. Bahwa segala bentuk separatisme yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mencitacitakan bentuk negara yang lain sesungguhnya bertentangan dengan komitmen nasional dan cita-cita proklamasi kemerdekaan. Demikian pula setiap bentuk penyelewengan dalam mengurus negara, korupsi, kolusi, nepotisme, penjualan aset-aset negara, pengrusakan sumberdaya alam dan lingkungan, penindasan terhadap rakyat, otoritanisme, pelanggaran hak asasi manusia, tunduk pada kekuasaan asing, serta berbagai tindakan yang merugikan hajat hidup bangsa dan negara merupakan penghianatan terhadap cita-cita kemerdekaan. Bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki nilai-nilai keutamaan yang mengkristal menjadi modal sosial dan budaya penting. Di antara nilai-nilai itu adalah daya juang, tahan menderita, mengutamakan harmoni, dan gotong royong. Nilai-nilai keutamaan tersebut masih relevan, namun memerlukan penyesuaian dan pengembangan sejalan dengan dinamika dan tantangan zaman. Tantangan globalisasi yang meniscayakan orientasi kepada kualitas, persaingan dan daya saing menuntut bangsa Indonesia memiliki karakter yang bersifat kompetitif, dinamis, berkemajuan, dan berkeunggulan disertai ketangguhan dalam menunjukkan jatidiri bangsa. Dalam menghadapi perkembangan kemanusiaan universal Muhammadiyah mengembangkan wawasan keislaman yang bersifat kosmopilitan. Kosmopolitanisme merupakan kesadaran tentang kesatuan masyarakat seluruh dunia dan umat manusia yang melampaui sekat-sekat etnik, golongan, kebangsaan, dan agama. Kosmopolitanisme secara moral mengimplikasikan adanya rasa solidaritas kemanusiaan universal dan rasa tanggungjawab universal kepada sesama manusia tanpa memandang perbedaan dan pemisahan jarak yang bersifat primordial dan konvensional. Muhammadiyah memiliki akar sejarah kosmopolitan yang cukup kuat. Secara sosiohistoris, Muhammadiyah lahir di era kolonialisme dengan interaksi antar-bangsa baik pribumi, Eropa, Cina, dan Arab, yang membentuk persatuan nasional. Para perintis Muhammadiyah generasi awal memiliki wawasan dan pergaulan budaya yang bersifat kosmopolit yang berinteraksi dengan orang-orang asing dari Eropa, Turki, Arab, Cina, India,

18

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


dan lain-lain. Secara intelektual pendiri dan tokoh Muhammadiyah berinteraksi dengan pikiran-pikiran maju dari Timur Tengah dan Barat, yang membentuk dan memperluas cakrawala kosmopolitan. Secara ideologis Muhammadiyah merupakan gerakan Islam modernis yang banyak mengadopsi perangkat, metode, dan unsur-unsur modernisme Barat sebagai embrio sikap kosmopolitan tanpa terjebak pada pembaratan. Kosmopolitanisme Islam yang dikembangkan Muhammadiyah dapat menjadi jembatan bagi kepentingan pengembangan dialog Islam dan Barat serta dialog antar peradaban. Dalam perspektif baru konflik antar peradaban merupakan pandangan yang kadaluwarsa dan dapat menjadi pemicu benturan yang sesungguhnya. Tatanan dunia baru memerlukan dialog, kerjasama, aliansi, dan koeksistensi antar peradaban. Dalam kaitan relasi antar peradaban dan perkembangan kemanusiaan universal saat ini sungguh diperlukan global ethic (etika global) dan global wisdom (kearifan global) yang dapat membimbing, mengarahkan, dan memimpin dunia menuju peradaban yang lebih tercerahkan. Bersamaan dengan itu Muhammadiyah memandang bahwa peradaban global dituntut untuk terus berdialog dengan kebudayaan-kebudayaan setempat agar peradaban umat manusia semesta tidak terjebak pada kolonisasi budaya sebagaimana pernah terjadi dalam sejarah kolonialisme masa lampau yang menyengserakan kehidupan bangsabangsa. Globalisasi dan multikulturalisme tidak membawa hegemoni kolonialisme baru yang membunuh potensi kebudayaan lokal, tetapi sebaliknya mau berdialog dan mampu memberikan ruang kebudayaan untuk tumbuhnya local genius (kecerdasan lokal) dan local wisdom (kearifan lokal) yang menjadi pilar penting bagi kelangsungan peradaban semesta. V. AGENDA ABAD KEDUA Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan gerakan pencerahan. Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kultural. Gerakan pencerahan menampilkan Islam untuk menjawab masalah kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan. Gerakan pencerahan berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan, menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan, dan membangun pranata sosial yang utama. Dengan gerakan pencerahan Muhammadiyah terus bergerak dalam mengemban misi dakwah dan tajdid untuk menghadirkan Islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap tengahan (wasithiyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat martabat kemanusiaan laki-laki maupun perempuan, mencerdaskan kehidupan TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

19


bangsa, menjunjungtinggi akhlak mulia, dan memajukan kehidupan umat manusia. Komitmen Muhammadiyah tersebut menunjukkan karakter gerakan Islam yang dinamis dan progresif dalam menjawab tantangan zaman, tanpa harus kehilangan identitas dan rujukan Islam yang autentik. Muhammadiyah dalam melakukan gerakan pencerahan berikhtiar mengembangkan strategi dari revitalisasi (penguatan kembali) ke transformasi (perubahan dinamis) untuk melahirkan amal usaha dan aksi-aksi sosial kemasyarakatan yang memihak kaum dhu’afa dan mustadh’afin serta memperkuat civil society (masyarakat madani) bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Dalam pengembangan pemikiran Muhammadiyah berpijak pada koridor tajdid yang bersifat purifikasi dan dinamisaai, serta mengembangkan orientasi praksis untuk pemecahan masalah kehidupan. Muhammadiyah mengembangkan pendidikan sebagai strategi dan ruang kebudayaan bagi pengembangan potensi dan akalbudi manusia secara utuh. Sementara pembinaan keagamaan semakin dikembangkan pada pengayaan nilai-nilai aqidah, ibadah, akhlak, dan mu’amalat-dunyawiyah yang membangun keshalehan individu dan sosial yang melahirkan tatanan sosial baru yang lebih relijius dan humanistik. Dalam gerakan pencerahan, Muhammadiyah memaknai dan mengaktualisasikan jihad sebagai ikhtiar mengerahkan segala kemampuan (badlul-juhdi) untuk mewujudkan kehidupan seluruh umat manusia yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat. Jihad dalam pandangan Muhammadiyah bukanlah perjuangan dengan kekerasan, konflik, dan permusuhan. Umat Islam dalam berhadapan dengan berbagai permasalahan dan tantangan kehidupan yang kompleks dituntut untuk melakukan perubahan strategi dari perjuangan melawan sesuatu (al-jihad li-al-muaradhah) kepada perjuangan menghadapi sesuatu (al-jihad li-al-muwajahah) dalam wujud memberikan jawaban-jawaban alternatif yang terbaik untuk mewujudkan kehidupan yang lebih utama. Dalam kehidupan kebangsaan Muhammadiyah mengagendakan revitalisasi visi dan karakter bangsa, serta semakin mendorong gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa yang lebih luas sebagaimana cita-cita kemerdekaan. Dalam menghadapi berbagai persaingan peradaban yang tinggi dengan bangsa-bangsa lain dan demi masa depan Indonesia yang lebih maju maka diperlukan transformasi mentalitas bangsa ke arah pembentukan manusia Indonesia yang berkarakter kuat. Manusia yang berkarakter kuat dicirikan oleh kapsitas mental yang membedakan dari orang lain seperti keterpercayaan, ketulusan, kejujuran, keberanian, ketegasan, ketegaran, kuat dalam memegang prinsip, dan sifat-sifat khusus lainnya yang melekat dalam dirinya. Sementara nilai-nilai kebangsaan lainnya yang harus terus dikembangkan adalah nilai-nilai spiritualitas, solidaritas, kedisiplinan, kemandirian, kemajuan, dan keunggulan. Pada abad kedua Muhammadiyah menghadapi perkembangan dunia yang semakin kosmopolit. Dalam perspektif kosmopolitanisme yang melahirkan relasi umat manusia yang

20

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


semakin mendunia, Muhammadiyah sebagai bagian integral dari warga semesta dituntut komitmennya untuk menyebarluaskan gerakan pencerahan bagi terbentuknya wawasan kemanusiaan universal yang menjunjungtinggi perdamaian, toleransi, kemajemukan, kebajikan, keadaban, dan nilai-nilai yang utama. Orientasi gerakan yang kosmopolitan tidak sertamerta menjadikan Muhammadiyah kehilangan pijakan yang kokoh dalam ranah keindonesiaan dan lokalitas kebudayaan setempat, serta mencerabut dirinya dari kepribadian Muhammadiyah. VI. PENUTUP Muhammadiyah setelah melewati abad pertama memasuki abad kedua senantiasa memohon pertolongan Allah SWT untuk terus menguatkan tekad dan langkah yang sungguh-sungguh dalam menjalankan gerakan dakwah dan tajdid yang bersifat pencerahan. Gerakan pencerahan dilakukan melalui proses transformasi yang bersifat membebaskan, mencerahkan, dan memajukan kehidupan. Karena itu Muhammadiyah menyeru kepada semua elemen umat, bangsa, dan masyarakat luas untuk bekerjasama dalam gerakan pencerahan menuju terciptanya tatanan kehidupan yang lebih utama. Gerakan pencarahan Muhammadiyah diproyeksikan bagi terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan tersebarluaskannya Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (QS. Al Anbiya’ ayat 107) yang melahirkan peradaban utama.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

21


Rujukan Ayat Al Quran: 1. Surat Ibrahim ayat 7:

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

2. Surat Ali Imran ayat 104:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orangorang yang beruntung.

3. Surat Ali Imran ayat 110:

22

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


4. Surat Al Baqarah ayat 143:

Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

5. Surat Al Hujuraat ayat ayat 13:

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

6. Surat Al Anbiya’ ayat 107:

Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

23


Lampiran III

KEPUTUSAN MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE 46 TENTANG PROGRAM MUHAMMADIYAH 2010-2015 BAB I MUQADDIMAH

Z Alhamdulillah bahwa dengan limpahan ridha, karunia, hidayah, dan taufik Allah SWT maka Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dalam rentang satu abad dapat menjalankan dakwah dan tajdid untuk membawa keselamatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat. Gerakan dakwah dan tajdid yang dijalankan oleh Muhammadiyah diwujudkan melalui berbagai usaha yang kemudian diterjemahkan ke dalam program dan kegiatan yang tujuan utamanya menuju tercapainya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam jangkauan yang lebih luas misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah itu tidak lain sebagai perwujudan mengemban risalah Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang menjadi tujuan Muhammadiyah memang merupakan cita-cita luhur yang mungkin tidak akan terwujud secara ideal, tetapi sebagai suatu perjuangan gerakan Islam hal itu harus terus diusahakan sehingga setidaktidaknya mendekati pencapaian masyarakat yang diidam-idamkan itu. Secara bertahap, terus menerus, dan tersistem sebenarya kehidupan umat Islam khususnya Muhammadiyah dalam rentang satu abad perjalananya telah berusaha menampilkan diri sebagai masyarakat Islam yang diinginkan, sehingga jamaah Muhammadiyah secara keseluruhan sampai batas tertentu merupkan wujud nyata dari masyarakat Islam kendati masih jauh dari ideal sebagaimana idealisme masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Tugas utama Muhammadiyah ialah tidak kenal berhenti dalam berusaha untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, baik dalam kehidupan masyarakat Muhammadiyah maupun umat Islam dan masyarakat luas pada umumnya, sehingga pada setiap tahapan perkembangan dicapai kondisi yang semakin lebih baik dalam menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah dalam mencapai tujuan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenarbenarnya melakukan perjuangan melalui usaha yang diwujudkan ke dalam program, amal

24

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


usaha, dan kegiatan. Dalam menjalankan usahanya itu Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang menjalankan misi dakwah dan tajdid senantiasa dilandasai, dijiwai, dan diarahkan oleh ajaran Islam yang antara lain menyuruh mengajak kepada kebaikan, mengajak kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, menunaikan risalah Tuhan, dan berjihad di jalanNya, sebagaimana pesan Allah SWT dalam al-Quran di bawah ini:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orangorang yang beruntung (QS Ali Imran: 104)

(Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan (QS Al-Hajj: 41)

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka (QS AsSyura: 38)

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (QS Al-Ankabut: 69)

A. Latar Belakang Muhammadiyah didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menegakkan dan menjunjungtinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam mewujudkan tujuan atau visi idealnya itu Muhammadiyah melakukan usaha-usaha TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

25


yang dilaksanakan secara tersistem. Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan yang meilputi: (1) Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan; (2) Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya; (3) Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya; (4) Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia; (5) Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian; (6) Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas; (7) Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; (8) Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan; (9) Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri; (10) Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; (11) Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan; (12) Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan; (13) Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat; dan (14) Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah (ART Muhammadiyah pasal 3.). Perwujudan usaha dalam mencapai tujuan Muhammadiyah dilaksanakan melalui program yang dirumuskan pada setiap Muktamar, sebagai suatu rancangan kegiatan yang harus dilaksanakan pada setiap tahapan baik yang bersifat jangka menengah (pada setiap periode lima tahunan) maupun dalam jangka panjang sesuai dengan visi dan misi pengembangan yang ditetapkan organisasi. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam baik dalam melaksanakan program maupun keberadaan, peran, dan kiprahnya tidak lepas dari kondisi atau konteks keberadaan gerakan Islam ini dalam berbagai lingkungan. Kondisi yang dihadapi Muhammadiyah tersebut mempengaruhi dinamika gerakan, khususnya dalam melaksanakan program untuk mencapai tujuan utamanya yakni mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Secara umum pasca Muktamar Malang yakni pada kurun waktu 2005-2010 terlah terjadi perkembangan kehidupan yang relatif dinamik, baik dalam kehidupan nasional maupun global. Dalam kehidupan bangsa terjadi dinamika kehidupan nasional yang ditandai munculnya masalah-masalah politik, ekonomi, dan sosial-budaya yang memerlukan prioritas yang harus dipecahkan. Sedangkan dalam konteks kehidupan global pada kurun lima tahun tersebut ditandai oleh fenomena internasional yang dinamik seperti disahkannya ASEAN Charter oleh sepuluh negara; serta pergeseran yang cepat titik gravitasi geo-politik, geo-ekonomi, dan geo-sosial-budaya dari Eropa dan Amerika Utara ke Asia dengan pusat utamanya China. Demikian pula dinamika dan permasalahan yang dihadapi umat Islam 26

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


baik pada ranah nasional maupun internasional. Adapun faktor kondisional yang dihadapi Muhammadiyah sekaligus menjadi latarbelakang dirumuskannya program Muhammadiyah secara rinci dapat dijelaskan dan digambarkan sebagai berikut. 1. Kehidupan Nasional Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa dan negara yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta positif yang dimiliki bangsa ini. Pertama, posisi geopolitik yang sangat strategis. Kedua, kekayaan alam dan keanekaragaman hayati. Ketiga, jumlah penduduk yang besar. Keempat, kemajemukan sosial budaya. Namun modal dasar dan potensi yang besar itu tidak dikelola dengan optimal dan sering disia-siakan sehingga bangsa ini kehilangan banyak momentum untuk maju dengan cepat, sekaligus menimbulkan masalah yang kompleks. Dengan menghargai sejumlah kisah sukses di sejumlah bidang kehidupan seperti keberhasilan dalam demokrasi, pemulihan krisis ekonomi, dan resolusi konflik di sejumlah daerah; diiakui bahwa Indonesia hingga saat ini masih menghadapi berbagai masalah nasional yang kompleks. Di antaranya masalah politik, ekonomi, dan sosial-budaya yang memerlukan prioritas dan perhatian untuk dipecahkan yang dapat mempengaruhi perjalanan bangsa ke depan. Kini, setelah reformasi tahun 1998 perjalanan bangsa dan negara Indonesia menunjukkan dinamika antara keberhasilan dan masalah yang harus dihadapi, yang seringkali tidak mudah untuk dikelola karena berbagai kendala dan kelemahan termasuk dalam hal kepemimpinan dan cara mengurus negara. Reformasi tahun 1998 merupakan pilihan yang niscaya dan telah menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia sebagai jalan keluar dari kondisi dan era otoritarian rezim Orde Baru pada masa sebelumnya. Era baru ini diharapkan dapat membawa perubahan ke arah perbaikan sistem politik dan ekonomi negara yang sedang dilanda krisis multidimensi, yang dalam sejumlah hal telah menunjukkan prestasi atau perkembangan yang positif terutama dalam demokratisasi. Dengan reformasi Indonesia menjadi negara demokrasi ketgiga setelah Amerika Serikat dan India yang diakui prestasinya di dunia internasional, di samping perkembangan lainnya seperti mulai tumbuhnya pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak warga negara yang di masa sebelumnya mengalami pengekangan yang luar biasa. Namun perkembangan bangsa di era reformasi yang telah berjalan satu dasawarsa ini masih ditandai oleh sejumlah masalah yang serius. Perkembangan politik nasional relatif menggembirakan terutama di bidang stabilitas-keamanan dan demokrasi. Hal ini ditandai oleh peningkatan partisipasi politik, kebebasan pers dan berekspresi, serta penegakan hukum dan hak asasi manusia. Kenyataan ini telah menempatkan Indonesia sebagai negara demokratis terbesar setelah India dan Amerika Serikat. Meskipun demikian, capaian-capaian di atas masih disertai sejumlah masalah yang memerlukan penyelesaian secara sungguh-

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

27


sungguh. Di antara masalah politik yang krusial ialah kerancuan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, kelembagaan negara yang tidak efektif, sistem kepartaian yang tidak mendukung, dan pragmatisme politik yang meluas. Penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) masih belum menyentuh aspekaspek yang mendasar dan masih terkesan diskriminatif, yang ditunjukkan dengan sejumlah kasus yang besar yang belum diusut tuntas. Pemberantasan korupsi juga terkesan masih tebang pilih, yang ditandai dengan tidak ditanganinya kasus-kasus korupsi-korupsi kelas kakap, masih ringannya hukuman terhadap koruptor-koruptor besar, berkembangnya mafia kasus dan mafia hukum, perlakuan yang istimewa di penjara terhadap narapidana korupsi, dan masih lemahnya peranan institusi-institusi penegakan humum dalam pemberantasan korupsi. Kecenderungan nepotisme baru juga bermunculan dengan keterlibatan anggota keluarga dalam kancah politik tanpa didasarkan pada profesionalitas dan karir politik yang memadai, yang melahirkan politik dinasti. Dalam kehidupan demokrasi memang mengalami kemajuan yang pesat, tetapi terjadi kecenderungan demokrasi prosedural tidak diimbangi dengan demokrasi subtantif, sehingga kualitas dan perilaku berdemokrasi cenderung serba pragmatis dan mengalami penggerusan nilai-nilai termasuk nilai moral. Bangsa Indonesia dalam berdemokrasi cenderung menganut paham demokrasi liberal, yang dalam jangka panjang menimbulkan persoalan termasuk dalam hubungan dengan moral dan agama. Pancasila seolah kehilangan dasar orientasi nilai dalam membingkai demokrasi. Demikian pula kecenderungan demokrasi liberal tampak menguat dalam mengembangkan praktik otonomi daaerah dan melaksanakan pemilihan kepala daerah. Sememntara sistem politik multipartai di Indonesia semakin menunjukkan kerancuan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, disertai dengan prilaku elite politik dan partai politik yang semakin pragmatis, yakni orientasi politik yang berpusat pada mengejar kekuasaan semata-mata dan sampai batas tertentu menghalalkan segala cara. Kekisruhan dalam Pemilihan Umum 2009 antara lain menunjukkan kecenderungan politik yang pragmatis seperti itu. Sementara harapan-harapan rakyat terutama kalangan bawah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang lebih berkecukupan dan untuk meraih kehidupan yang lebih adil dan makmur masih jauh dari kenyataan. Pemerintahan tidak dikelola dengan sistem tatakelola yang semestinya sehingga tidak mewujudkan keadilan, kemakmuran, dan pemenuhan hajat hidup bagi sebesar-besarnya kepentingan rakyat sebagaimana amanat UUD 1945 dan cita-cita kemerdekaan. Dalam pembangunan ekonomi banyak kemajuan yang telah diraih bangsa ini. Pertumbuhan ekonomi dan rata-rata pendapatan perkapita terus meningkat. Stabilitas makro ekonomi pun semakin terpelihara. Perhatian pemerintah terhadap persoalan ekonomi masyarakat semakin nyata dengan banyak dan beragamnya skema program ekonomi yang ditujukan untuk masyarakat terutama golongan menengah-bawah.

28

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


Namun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa berbagai kemajuan ekonomi yang tercermin dari pertumbuhan dan stabilitas indikator makroekonomi sesungguhnya masih jauh dari memadai dan bias terhadap fakta-fakta ekonomi yang ada. Fondasi dan ketahanan ekonomi Indonesia masih lemah dan rentan. Hal ini disebabkan orientasi pembangunan ekonomi yang lebih menekankan aspek pertumbuhan, bertumpu pada investasi asing, utang luar negeri, dan konglomerasi. Kondisi demikian mengakibatkan hasil pembangunan hanya dikuasai dan dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat, kesenjangan melebar, dan sendi-sendi kehidupan sosial-ekonomi nasional tumbuh tanpa akar yang kuat. Beberapa persoalan ekonomi nasional yang mendasar dan bersifat struktural adalah paradigma ekonomi yang tidak konsisten, struktur ekonomi yang dualistik, kebijakan fiskal yang belum mandiri, sistem keuangan dan perbankan yang tidak memihak rakyat, serta kebijakan perdagangan dan industri yang liberal. Paradigma dan kebijakan ekonomi yang cenderung liberal atau neoliberal menjadikan perekonomian mikro, kecil, dan menengah tidak berkembang sehat dan memperoleh prioritas utama, bahkan terkalahkan. Bangsa ini masih dihadapkan pada kesenjangan ekonomi masyarakat yang semakin lama justru semakin melebar. Masyarakat yang kaya semakin kaya dan masyarakat yang miskin semakin miskin. Kondisi ini membuat Indonesia sangat rentan terhadap gejolak sosial. Praktik korupsi yang mengakar sangat kuat juga menjadi masalah tersendiri bagi upaya pemulihan krisis ekonomi yang tidak berangsur pulih, sehingga menambah berat beban dan masalah ekonomi terutama bagi rakyat kecil. Dalam bidang sosial-budaya Indonesia telah mencapai beberapa keberhasilan. Di bidang pendidikan terdapat peningkatan anggaran pendidikan, peningkatan dan pemerataan kesempatan belajar, dan peningkatan prestasi anak-anak Indonesia di tingkat regional dan internasional. Di bidang penegakan hukum terdapat keseriusan usaha pemberantasan korupsi yang membawa implikasi pada moralitas publik, disertai lahirnya produk perundangundangan yang berpihak pada hak asasi manusia, perlindungan perempuan dan anak, serta penegakan moral. Di bidang kehidupan beragama semakin meluas iklim dan kesadaran untuk hidup rukun dalam kemajemukan. Dalam hubungan sosial masih cukup kuat budaya gotong royong dan semangat kebersamaan sebagaimana ditunjukkan ketika menghadapi bencana alam. Namun demikian masih terdapat permasalahan sosial-budaya yang perlu mendapatkan pemecahan yang serius, di antaranya memudarnya rasa dan ikatan kebangsaan, disorientasi nilai keagamaan, memudarnya kohesi sosial, dan melemahnya mentalitas yang positif. Di bidang pendidikan, negeri ini sulit menghindar dari kecenderungan komersialisasi pendidikan karena keterbatasan pemerintah dalam membiayai dan memberikan pelayanan pendidikan yang memadai bagi anak-anak usia sekolah, kendati anggaran pendidikan telah dinaikkan. Biaya pendidikan yang semakin sulit dijangkau oleh rakyat miskin mengakibatkan kesenjangan sosial yang semakin menganga dan menimbulkan masalah-masalah baru dalam kehidupan sosial. TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

29


Masalah lain yang juga tampak mencolok ialah kecenderungan kian melemahnya karakter bangsa dan meluasnya penyakit-penyakit sosial dalam masyarakat seperti kekerasan termasuk kekerasan terhadap anak-anak dan perempuan, kriminalitas, perjudian, pornografi dan pornoaksi, dan perilaku-perilaku menyimpang lainnya yang merusak nilainilai agama dan moral bangsa. Lemahnya karakter bangsa juga dapat ditunjukkan dalam praktik kehidupan politik dan perilaku para politisi maupun pejabat negara/pemerintahan, yang terlibat dalam korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan memanfaatkan peluang untuk ajimungpung. Wajah politik dan kehidupan nasional menunjukkan kecenderungan pada pragmatisme dan oportunisme, sehingga banyak masalah tidak terselesaikan, amanat rakyat terabaikan, dan agenda-agenda strategis bangsa tidak memperoleh perhatian yang serius. Persoalan penggerusan watak dan kepribadian bangsa ini menjadi agenda besar yang harus dicarikan penyelasaian dan cara mengatasinya karena menyangkut pertaruhan masa depan bangsa. Dalam kurun waktu spuluh hingga duapuluh tahun ke depan Indonesia diproyeksikan masih akan mengalami berbagai perubahan yang penuh dinamika dan permasalahan yang kompleks. Secara politik, Indonesia akan berkembang semakin demokratis, meski belum tentu akan mengalami stabilitas politik yang permanen. Secara ekonomi, Indonesia akan kembali mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil dan menjadi salah satu “macan asia�, tetapi belum menjamin adanya pemerataan dan keadilan untuk kemakmuran rakyat. Sementara itu, Indonesia juga akan semakin menghadapi berbagai masalah sosial yang tidak mudah untuk diselesaikan di bidang pertahanan dan keamanan, mengatasi kerusakan lingkungan, dan menjaga martabat serta kedaulatan bangsa dan negara. Sementara budaya populer akan semakin menjadi kecenderungan yang luas dalam masyarakat seiring dengan perkembangan media elektronik yang sangat pesat, yang memungkinkan terjadinya kebudayaan Indonesia berada di persimpanan jalan dalam dinamika globalisasi yang semakin menggurita. Bangsa Indonesia juga memerlukan strategi kebudayaan baik dalam menghadapi globalisasi maupun menghadapi dinamika masyarakat Indonesia yang majemuk yang sering menghadapi banyak konflik sosial. Selain itu keragaman bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian, cenderung menguat dengan semakin efektifnya proses demokrasi dan otonomi daerah, yang dapat membawa konsekuensi luas dalam sistem kebudayaan masyarakat Indonesia. Hal tersebut akan menjadi tantangan besar bagi organisasi Muhammadiyah yang telah berkembang semakin besar dan kompleks, dengan jangkauan wilayah yang sangat luas untuk menghadirkan gerakan Islam yang berwawasan kebangsaan dan kebudayaan yang mampu memberikan jawaban-jawaban alternatif yang mencerahkan, membebaskan, dan memberdayakan bagi kepentingan kejayaan masa depan bangsa. Lima tahun ke depan bangsa Indonesia memerlukan revitalisasi visi dan karakter bangsa sebagai titik tolak melakukan konsolidasi reformasi. Dengan menyadari nilai positif yang 30

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


dihasilkan reformasi dan kesadaran adanya masalah dan tantangan yang cukup berat, maka kini diperlukan penajaman-penajaman terhadap visi reformasi maupun pembangunan nasional di tubuh bangsa ini. Reformasi perlu dirancang-bangun dan diintegrasikan ke dalam pembangunan nasional yang bersifat menyeluruh dan berkesinambungan, sehingga reformasi berada dalam arah dan jalur yang benar. Pembangunan nasional dalam berbagai bidang kehidupan perlu dikembangkan dalam bingkai paradigma pembangunan berkelanjutan yang bermakna (sustainable development with meaning). Paradigma ini bertumpu pada prinsip pengembangan sumber daya manusia sebagai subjek pembangunan, pemanfaatan sumberdaya alam secara produktif dengan menjaga kelestarian, kebijakan ekonomi dan politik yang berpihak kepada kepentingan rakyat, serta menjunjung tinggi moralitas dan menjaga martabat bangsa. Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan yang bermakna merupakan upaya perbaikan dalam kehidupan manusia dengan menjaga keseimbangan antara material dan spiritual, individu dan masyarakat. Dalam lima tahun ke depan diperlukan revitalisasi politik, ekonomi, dan sosial-budaya sebagai matarantai dari revitalisasi visi dan karakter bangsa, yakni sebagai berikut: (1) Dalam kehidupan politik diperlukan penguatan nilai dan budaya demokrasi ke arah pemantapan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan presidensial, efektivitas fungsi kelembagaan negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), rasionalisasi sistem kepartaian, dan penegakan etika politik; (2) Dalam kehidupan ekonomi diperlukan penguatan ekonomi nasional yang dicirikan dengan terciptanya struktur ekonomi yang adil, mandiri, berdaya saing, dan memihak kepada rakyat demi tercapainya kemakmuran bangsa; dan (3) Dalam kehidupan sosial budaya diperlukan penguatan rasa kebangsaan, keber-agama-an yang transformatif, integrasi sosial, dan penanaman nilai-nilai kepribadian yang kuat dan berkarakter. 2. Kehidupan Global Dalam beberapa dekade mendatang umat manusia dan realitas kehidupan global masih akan menghadapi dunia yang ditandai oleh lima realitas besar (great reality), yakni pertama, hegemoni Amerika Serikat (AS); kedua, berlanjutnya dominasi peradaban Barat; ketiga, kekuasaan pasar (market forces) dan globalisasi; keempat, pergeseran teknologi industri ke teknologi digital, berikut kesenjangan digital (digital divide), dan kelima, terhimpitnya peradaban Islam di tengah dinamika peradaban global yang bercorak postmodern. Globalisasi yang menjadi kekuatan dominan dalam dunia abad ke-21 di satu pihak membuka ruang dunia baru yang semakin bebas dari sekat-sekat negara dan primordialisme lama, tetapi pada saat yang sama membawa hegemoni ekonomi dan politik negara-negara maju yang tidak bebas dari kepentingan ekonomi-politik sepihak serta membawa muatan infiltrasi kebudayaan globalisme yang berbasis neoliberalisme dan neokapitalisme.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

31


Perkembangan global tersebut diwarnai beberapa paradoks. Bahwa proses modernisasi dan industrialisasi tingkat lanjut telah menghadirkan realitas-realitas baru, namun pada saat yang sama mengikis kearifan-kearifan lama yang sesungguhnya dibutuhkan oleh manusia, seperti keberagamaan atau relijiusitas, kebersamaan atau komunalitas, dan kearifan budaya lokal. Globalisasi informasi di satu sisi telah mampu meleburkan sekatsekat geografis antarnegara karena kita dapat mengikuti perkembangan mengenai apa yang terjadi di belahan dunia lain dalam waktu yang sangat singkat. Akan tetapi di sisi lain sekat-sekat budaya terasa semakin mengkristal dengan semakin meluasnya konflik yang dilatarbelakangi oleh perbedaan keyakinan serta kepentingan politik dan ekonomi. Sementara itu, dampak buruk dari globalisme atau globalisasi ekonomi yang didesakkan dari atas, dari pusat ke pinggiran (periferi), mulai memperlihatkan sosoknya sebagai ancaman baru bagi perkembangan masyarakat, khususnya di negara-negara Dunia Ketiga. Paling sedikit dapat ditemukan sembilan ancaman globalisasi yang menghantui dunia saat ini dan di masa-masa yang akan datang. Pertama, pengaburan batas-batas kultural dan geografis/ekologis sehingga kemampuan menyesuaikan diri dan daya tahan menurun, terutama bagi masyarakat atau bangsa yang lemah. Kedua, terbaginya ekonomi dunia menjadi dua bagian, yaitu negara-negara yang kaya tenaga otot serta negara-negara yang kaya tenaga otak. Ketiga, gaya pikir dipengaruhi oleh produsen informasi dan penyebarnya yang dominan, sehingga menimbulkan gangguan yang tidak dapat diadaptasi di belahan Selatan. Keempat, sepintas lalu uang dipikat dan mengalir dengan gegap-gempita ke Selatan, tetapi kenyataannya uang diam-diam lebih banyak mengalir ke Utara. Sedang arus barang dan tenaga kerja juga tidak seimbang. Kelima, hak-hak manusia yang dipropagandakan adalah versi Barat dengan bersandar pada individualisme. Hak-hak kelompok banyak terlanggar dan diabaikan, serta hak-hak manusia dikalahkan oleh hak-hak modal. Keenam, terancamnya demokrasi oleh globalisme. Demokrasi berarti banyak pilihan, multiopsional, tiap-tiap manusia dan negara bebas memilih yang terbaik untuk dirinya. Sedangkan globalisme mengurangi penganekaragaman di dunia yang sangat bervariasi. Ketujuh, konsumsi dirangsang oleh iklan dapat dilihat setiap waktu dalam media massa, kebutuhan didikte oleh nagara ekonomi kuat sesuai dengan gagasan mereka dan internasionalisasi pertanian dan pangan menentukan pemenang dan pekalah dalam persaingan yang disanjung-sanjung melebihi kerjasama. Kedelapan, globalisasi sistem pangan menambah kesenjangan negara kaya dan miskin, serta merangsang konsumerisme yang hampir tak terbatas. Kesembilan, kontak budaya terjadi dalam skala besar, cepat, multidimensional dan serempak, sehingga tidak dapat dielakkan terjadinya peniadaan budaya, kesalahan adaptasi, dan kegoncangan budaya. Pengaruh mencolok terlihat dalam kultur pop, baik dalam musik, informasi, bahasan, film, makanan, pakaian, gaya hidup, administrasi publik dan usaha, mode dan kegemaran, arsitektur, rekreasi, sikap mental, pertanian, maupun pendidikan. Hal yang harus diwaspadai adalah lunturnya identitas dan kesalahan asimilasi, yang mengancam masa depan peradaban. 32

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


Meluasnya peradaban global dalam konteks dunia Islam juga memunculkan beragam pemikiran Islam dan paham keagamaan seperti konservatisme, fundamentalisme, radikalisme, dan tradisionalisme, yang berhadapan dengan kecenderungan liberalisme dan sekularisme yang serba ekstrem; yang masing-masing cenderung melakukan klaim kebenaran sepihak dan menafikan pihak lain. Selain tidak produktif bagi kemajuan dunia Islam, kecenderungan demikian tidak menyelesaikan problem kemiskinan, keterbelakangan, dan rendahnya mutu pendidikan dan kualitas hidup umat yang dihadapi Dunia Islam. Pada saat yang sama paradoks besar juga terjadi dalam kehidupan umat Islam ketika umat Islam saat ini sedang mendapat sorotan negatif dengan label teroris dan lekat dengan citra keterbelakangan, sedangkan populasi umat Islam dan kegairahan untuk mengenal Islam di negara-negara Barat semakin meningkat. Kecenderungan global tersebut menjadi sebuah tantangan besar bagi umat Islam, khususnya Muhammadiyah, untuk menunjukkan wajah Islam yang rahmatan lil-alamin dan mampu menjadi bagian dari pemecahan atas berbagai problematika masyarakat modern. Perkembangan global yang mutakhir menunjukkan perkembangan dunia internasional yang menarik. Pertama disahkannya ASEAN Charter oleh sepuluh negara anggota ASEAN yang berkomitmen untuk menjadi satu komunitas ekonomi, satu komunitas keamanan, dan satu komunitas sosial-budaya. Kedua, bergesernya pusat titik berat gravitasi geo-politik, geo-ekonomi, dan geo-sosial-budaya dari Eropa dan Amerika Utara ke Asia dengan pusat utamanya China. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam mau tidak mau harus menghadapi dan beradaptasi dengan perkembangan global tersebut. 3. Kehidupan Umat Islam Umat Islam di Indonesia merupakan penduduk terbesar, sedangkan pada tingkat dunia menunjukkan kecenderungan yang terus menaik sehingga total jumlah muslim di dunia saat ini sekitar 1,5 miliar orang. Jumlah umat Islam yang cukup besar itu merupakan potensi yang dapat menjadi kekuatan baik dalam kehidupan nasional maupun internasional. Kesadaran umat Islam sejak tumbuhnya era kebangkitan pada era tahun 1980-an telah memacu kemajuan negara-negara muslim maupun komunitas umat Islam di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, sehingga memberikan harapan positif bagi perkembangan ke depan. Namun diakui bahwa masalah dan tantangan umat Islam sangatlah berat seperti masalah kemiskinan, ketertinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, marjinalisasi politik, dan secara umum masih terbilang sebagai bangsa dan negara yang sedang berkembang atau tertinggal dari bangsa dan negara maju. Dalam sejumlah umat Islam di sejumlah negara masih menghadapi kegamangan seperti dalam menghadapi isu-isu hak asasi manusia, demokrasi, pengakuan terhadap hak-hak perempuan, perkembangan pemikiran kontemporer, dan masalah-masalah struktural yang bersifat aktual di era post-modern.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

33


Fenomena meningkatnya populasi umat Islam dan kegairahan untuk mengenal Islam di negara-negara Barat merupakan sebuah indikasi positif bagi perkembangan dunia Islam. Perkembangan positif Islam di Eropa dan Amerika Serikat maupun di negara maju lainnya seperti di Jepang dan Cina, menunjukan fenomena baru tentang eksistensi umat Islam di setiap kawasan negara maju dengan daya adaptasi, akulturasi, dan integrasi yang memberikan harapan bagi masa depan Islam di dunia. Hanya saja perkembangan tersebut tidak akan banyak berarti tanpa diiringi kebangkitan umat Islam di negara-negara Islam sendiri untuk mengejar ketertinggalannya dari negara-negara Barat dan membangun konstruksi baru dalam kaitan Islam dan Barat. Era kebangkitan Islam hanya akan benar-benar terwujud jika umat Islam mau melakukan introspeksi diri terhadap sebab-sebab ketertinggalan dan keterbelakangannya dan tidak larut dalam kebencian terhadap hegemoni dunia Barat dan kecenderungan untuk menyalahkan pengaruh nilai-nilai Barat sebagai ancaman bagi umat Islam. Dialog antara Islam dan Barat maupun dengan bangsa-bangsa lain di muka bumi merupakan jalan baru untuk meminimalisasi saling permusuhan dan konflik sekaligus dalam upaya membangun tatanan dunia baru yang lebih damai, adil, demokratis, bermartabat, dan beradab. Kondisi yang positif itu bahkan dapat dimanfaatkan oleh negara-negara Islam dan umat Islam sedunia untuk membangun tatanan dunia muslim yang lebih maju, makmur, adil, bermartabat, dan berdaulat sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Dengan demikian umat Islam baik pada setiap negara maupun dunia mampu menjadi kekuatan baru dan dalam jangka panjang mampu menampilkan peradaban utama sebagaimana pengalaman sejarah di era kejayaan Islam di masa lampau. Keberadaan umat Islam di Indonesia menunjukkan dua kondisi antara kemajuan dan masalah atau tantangan. Perkembangan mutakhir menunjukkan partisipasi umat Islam dalam dinamika kehidupan kebangsaan cenderung positif, yang ditandai dengan masuknya elite dan kader umat ke dalam berbagai struktur pemerintahan, sekaligus terjadinya penguatan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi Islam dalam peran-peran politik kebangsaan. Penguatan partisipasi ini dimulai sejak era reformasi dengan merebaknya politik santri yang ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh santri dalam pentas politik nasional serta berperannya kembali sejumlah partai politik Islam. Dalam bidang ekonomi ditandai dengan tumbuhnya sistem ekonomi syariah yang memberikan harapan lebih adil dan sampai kini menunjukkan kecenderungan yang positif dengan semakin mendapat tempat di hati masyarakat. Pertumbuhan bank-bank syariah serta lembaga keuangan lain seperti asuransi atau pegadaian syariah masih akan mewarnai denyut nadi perekonomian Indonesia ke depan. Harapan ke depan baik dalam dunia politik maupun ekonomi syariah ialah semakin terujinya politik dan ekonomi Islam sebagai kekuatan baru yang lebih bersih, adil, maju, dan benar-benar teruji menjadi suatu alternatif yang lebih unggul atau utama dari yang lainnya, sehingga bukan sekadar formalitas dan pengakuan normatif belaka. Namun umat Islam Indonesia juga tidak lepas dari masalah dan tantangan yang berat. Pertumbuhan secara kuantitas tidak sepadan dengan kualitas. Umat Islam masih 34

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


menghadapi masalah kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan dan kesahatan, tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan rendahnya kualitas hidup. Peran organisasi dan partai politik Islam belum maksimal dalam meningkatkan kualitas kehidupan umat Islam di sejumlah bidang, sehingga masih dituntut untuk meningkatkan peranannya secara lebih optimal. Kekuatan-kekuatan umat Islam dituntut untuk menyusun agenda dan langkah-langkah strategis di bidang dakwah, pendidikan, ekonomi, politik, dan sosialbudaya secara tersistem sehingga dapat melakukan transformasi kehidupan umat menuju pada keunggulan di semua bidang kehidupan. Dalam pembinaan spiritualitas dan akhlaq umat Islam memerlukan transformasi yang bersifat fungsional, sehingga melahirkan kesalihan yang dinamis. Fenomena kekeringan spiritualitas yang dialami masyarakat modern telah melahirkan respons berbagai bentuk majlis taklim, kelompok pengajian, majelis zikir, serta kelompok-kelompok kajian keagamaan lain. Fenomena merupakan hal yang positif, tetapi harus disikapi secara kritis oleh umat Islam agar kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya terjebak pada kecenderungan eskapisme (pelarian spiritual) yang melahirkan kesalihan pasif atas masalah-masalah sosial yang berat tanpa mampu memberikan solusi yang memadai bagi persoalan-persoalan nyata yang dihadapi umat. Pengembangan spiritualitas dalam Islam haruslah melahirkan kesalehan individual dan kesalehan sosial, peduli dan mampu memberikan pemecahan-pemecahan atas persoalan nyata umat dan masyarakat, serta melahirkan muslim sebagai pelaku perubahan sebagaimana pesan Islam sebagai agama bagi rahmatan lil-‘alamin. Khusus di bidang pendidikan umat Islam semakin memerlukan lembaga pendidikan Islam yang inovatif dan berkualitas unggul seiring dengan pertumbuhan kelompok kelas menengah muslim yang semakin luas. Jika kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi secara sepadan, maka fenomena larinya generasi muda muslim ke lembaga pendidikan non-muslim yang dinilai lebih berkualitas masih akan terus terjadi, sehingga dalam jangka panjang akan merugikan umat Islam sendiri. Pendidikan Islam yang lebih inovatif, unggul, dan sejalan dengan kepentingan umat dan perkembangan zaman yang semakin kompetititf. Transformasi pendidikan tersebut perlu sejalan dan disertai dengan usahausaha membangun kekuatan dan kemandirian di bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya secara terpadu sehingga menjadi suatu keniscayaan bagi kepentingan kejayaan masa depan Islam. Perkembangan dunia Islam ke depan sebenarnya memberikan harapan, termasuk perkembangan Islam di negeri-negeri Barat, tetapi memerlukan usaha-usaha terobosan, kerjasama, pembaruan, dan proyeksi yang lebih penting lagi pemikiran dan mentalitas yang lebih unggul. Sindrom rendah diri (inferiority complex) yang selama ini melanda umat Islam sampai batas tertentu masih mewarnai perjalanan umat Islam di berbagai belahan dunia dengan ditandai kegamangan dan sikap reaktif dalam merespon berbagai persoalan yang menimpa umat Islam, termasuk dalam menghadapi Barat. Umat Islam perlu mengubah

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

35


orientasi perjuangan dari sikap serba menentang (jihad li’l-mu’aradhah) ke sikap berani menghadapi tantangan (jihad li’l-muwajahah), sehingga tampil menjadi warga dunia yang bermental unggul atau memiliki tradisi besar (great tradition) sebagaimana era kejayaan Islam di masa keemasan. B. PROYEKSI DAN KONDISI MUHAMMADIYAH Persyarikatan Muhammadiyah yang melintasi perjalanan usia satu abad senantiasa bersinggungan dan memiliki kaitan dengan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh umat manusia saat ini, baik dalam lingkup nasional maupun global, termasuk di dalamnya dinamika kehidupan umat Islam. Posisi Muhammadiyah dalam dinamika dan permasalahan kehidupan nasional, global, dan dunia Islam sebagaimana digambarkan di atas dibingkai dan ditandai dengan lima peran yang secara umum menggambarkan misi Persyarikatan. Kelima peran tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid terus mendorong tumbuhnya gerakan pemurnian ajaran Islam dalam masalah yang baku (al-tsawabit) dan pengembangan pemikiran dalam masalah-masalah ijtihadiyah yang menitikberatkan aktivitasnya pada dakwah amar makruf nahi munkar. Muhammadiyah bertanggung jawab atas berkembangnya syiar Islam di Indonesia, dalam bentuk: 1) makin dipahami dan diamalkannya ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, 2) kehidupan umat yang makin bermutu, yaitu umat yang cerdas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Kedua, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan semangat tajdid yang dimilikinya terus mendorong tumbuhnya pemikiran Islam secara sehat dalam berbagai bidang kehidupan. Pengembangan pemikiran Islam yang berwatak tajdid tersebut sebagai realisasi dari ikhtiar mewujudkan risalah Islam sebagai rahmatan lil-alamin yang berguna dan fungsional bagi pemecahan permasalahan umat, bangsa, negara, dan kemanusiaan dalam tataran peradaban global. Ketiga, sebagai salah satu komponen bangsa, Muhammadiyah bertanggung jawab atas berbagai upaya untuk tercapainya cita-cita bangsa dan Negara Indonesia, sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Konstitusi Negara. Upaya-upaya tersebut melalui: 1) penegakan hukum dan pemerintahan yang bersih, 2) perluasan kesempatan kerja, hidup sehat dan berpendidikan yang bebas dari kemiskinan, 3) peneguhan etika demokrasi dalam kehidupan ekonomi dan politik, 4) pembebasan kehidupan berbangsa dan bernegara dari praktek kemunkaran dan kemaksiatan; Keempat, sebagai warga Dunia Islam, Muhammadiyah bertanggung jawab atas terwujudnya kemajuan umat Islam di segala bidang kehidupan, bebas dari ketertinggalan, keterasingan, dan keteraniayaan dalam percaturan dan peradaban global. Dengan peran di dunia Islam yang demikian itu Muhammadiyah berkiprah dalam membangun peradaban

36

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


dunia Islam yang semakin maju sekaligus dapat mempengaruhi perkembangan dunia yang semakin adil, tercerahkan, dan manusiawi. Kelima, sebagai warga dunia, Muhammadiyah senantiasa bertanggungjawab atas terciptanya tatanan dunia yang adil, sejahtera, dan berperadaban tinggi sesuai dengan misi membawa pesan Islam sebagai rahmatan lil-alamin. Peran global tersebut merupakan keniscayaan karena di satu pihak Muhammadiyah merupakan bagian dari dunia global, di pihak lain perkembangan dunia di tingkat global tersebut masih ditandai oleh berbagai persoalan dan krisis yang mengancam kelangsungan hidup umat manusia dan peradabannya karena keserakahan negara-negara maju yang melakukan eksploitasi di banyak aspek kehidupan. Dalam merealisasikan peran-peran tersebut, Muhammadiyah perlu merumuskan strategi gerakannya, yang diwujudkan dalam Program Persyarikatan. Program tersebut bersifat realistis dan antisipatif guna menjawab berbagai persoalan umat Islam, bangsa, dan dunia kemanusiaan, dengan berpijak pada capaian program Muhammadiyah sampai saat ini Di sisi lain, mengingat eksistensi Muhammadiyah sebagai gerakan yang berada langsung dalam puasaran dinamika umat dan masyarakat, maka Program Persyarikatan dirumuskan secara terintegrasi, baik secara vertikal maupun horisontal, serta berkesinambungan dalam perencanaan dan pelaksanaannya di semua tingkatan, organisasi otonom, dan amal usaha Muhammadiyah. Sejarah menunjukkan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam rentang usia satu abad telah berkhiprah optimal untuk memajukan kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia, yang memberi makna bagi kehidupan umat manusia pada umumnya. Muhammadiyah telah berjuang melalui gerakan dakwah dan tajdid dalam usaha pembinaan kehidupan beragama sejalan dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi serta melakukan usahausaha pembaruan kemasyarakatan melalui pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, peran politik kebangsaan, dan sebagainya, yang merupakan perwujudan untuk membentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan menghadirkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Dalam bidang pendidikan hingga tahun 2010 Muhammadiyah memiliki 4.623 Taman Kanak-Kanak; 6.723 Pendidikan Anak Usia Dini; 15 Sekolah Luar Biasa; 1.137 Sekolah Dasar; 1.079 Madrasah Ibtidaiyah; 347 Madrasah Diniyah; 1.178 Sekolah Menengah Pertama; 507 Madrasah Tsanawiyah; 158 Madrasah Aliyah; 589 Sekolah Menengah Atas; 396 Sekolah Menengah Kejuruan; 7 Muallimin/Muallimat; 101 Pondok Pesantren; serta 3 Sekolah Menengah Farmasi. Dalam bidang pendidikan tinggi, sampai tahun 2010, Muhammadiyah memiliki 40 Universitas, 93 Sekolah Tinggi, 32 Akademi, serta 7 Politeknik. Dalam bidang kesehatan, hingga tahun 2010 Muhammadiyah memiliki 71 Rumah Sakit Umum; 49 Rumah Sakit Bersalin/Rumah Bersalin; 117 Balai Pengobatan/Balai Kesehatan Ibu dan Anak; 47 Poliklinik, Balkesmas, dan layanan kesehatan lain. Lalu, dalam bidang kesejahteraan sosial,

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

37


hingga tahun 2010 Muhammadiyah telah memiliki 421 panti asuhan yatim, 9 panti jompo, 78 Asuhan Keluarga, 1 panti cacat netra, 38 santunan kematian, serta 15 BPKM. Dalam bidang ekonomi, hingga tahun 2010 Muhammadiyah memiliki 6 Bank Perkreditan Rakyat, 256 Baitu Tamwil, 303 Koperasi. Peningkatan jumlah amal usaha tersebut tidak dapat menutup kenyataan lain yaitu masalah kualitas amal usaha Muhammadiyah. Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua masalah sekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam beberapa hal kalah bersaing dengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya pengembangan mutu lembaga pendidikan. Dalam sejumlah aspek banyak disoroti kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan, pelayanan sosial dan kesehatan, yang belum mampu menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagi internasional. Amal usaja Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang merata dan signifikan, sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan kualitas dan keberadaan amal usaha Muhammadiyah. Ke depan diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, sehingga amal usaha Muhammadiyah unggul di bidangnya masing-masing, serta mampu mengemban misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah. Dalam bidang aksi kemasyarakatan seperti dalam pemberdayaan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat secara luas, kendati dalam periode 2005-2010 sudah dirintis dengan sungguh-sungguh, tampaknya masih memerlukan langkah yang semakin terfokus, teristem, dan langsung menembus jantung persoalan masyarakat luas terutama di akarrumput (grass roots). Program dan kegiatan sosial-kemasyarakatan yang dilakukan Muhammadiyah sesuai dengan spirit Al-Ma’un, dituntut semakin tajam dan dirasakan langsung oleh masyarakat, sehingga gerakan Islam ini benar-benar menjadi pilar utama dan strategis dinamika kehidupan masyarakat di akar-rumut yang memberikan bimbingan, pencerahan, pembebasan, dan pemberdayaan. Dengan orientasi gerakan kemasyarakatan yang demikian diharapkan Muhammadiyah semakin nyata, kokoh, dan memberikan manfaat yang sebesar-sebasarnya sebagai kekuatan Masyarakat Madani (Civil Society) yang berada di jantung kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam bidang teologi atau pemikiran Islam, banyak kalangan menilai bahwa organisasi dan gerakan Islam Muhammadiyah termasuk dalam kelompok Islam yang menginginkan berlakunya ajaran Islam otentik dan murni, yakni dengan menyerukan doktrin kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah. Implikasi negatifnya Muhammadiyah seringkali dianggap cenderung mengabaikan dan karena itu tidak terlalu menguasai tradisi; baik tradisi keilmuan Islam klasik maupun tradisi dan budaya lokal. Di samping itu, banyak kalangan yang menganggap bahwa salafisme Muhammadiyah sekarang ini memiliki kecenderungan konservatif (dalam pemahaman keagamaan) dan fundamentalis (dalam sikap politik). Kecenderungan ini

38

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


menyebabkan Muhammadiyah tidak lagi responsif terhadap perkembangan pemikiran keislaman yang bersifat aktual dan kontekstual, serta terjebak pada aktivisme yang “sempit� dalam kancah dinamika kebangsaan di Indonesia. Ke depan sayap atau pilar dinamisasi (pengembangan) harus semakin dikembangkan menyertai purifikasi (pemurnian) disertai pengayaan pada masing-masing aspek tajdid (pembaruan) Muhammadiyah, sehingga gerakan Islam mampu menampilkan Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit al-ruju’ ila al-Quran wa al-Sunnah dengan mengembangkan ijtihad. Dalam perkembangan Muhammadiyah saat ini dapat digambarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan sebagai berikut. a. Kekuatan Muhammadiyah Sebagai sebuah organisasi yang telah berusiasatu abad kekuatan Muhammadiyah terletak pada: 1) Fondasi Islam yang berlandaskan pada Al-Quran dan Al-Sunnah yang disertai pengembangan ijtihad, merupkan kekuatan Muhammadiyah sehingga menjadi gerakan Islam modern yang terbesar, sekaligus memperoleh kepercayaan luas dari umat Islam pada khususnya maupun bangsa Indonesia dan masyarakat dunia pada umumnya. 2) Reputasi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modern yang terbesar telah dikenal luas secara nasional maupun internasional, sehingga berdampak pada berbagai kemudahan dan dukungan yang diperoleh oleh Muhammadiyah dalam menyelenggarakan kegiatan di tingkat lokal maupun nasional, termasuk dalam mengembangkan program kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional. 3) Jaringan organisasi yang sudah tersebar di seluruh penjuru tanah air dan beberapa negara ASEAN maupun di sejumlah negara lain yang membuat Muhammadiyah lebih mudah dan memberikan kekuatan kelembagaan dalam mengembangkan aktivitas di tingkat akar rumput yang membutuhkan koordinasi berjenjang dan melibatkan partisipasi masyarakat luas di berbagai daerah. 4) Perkembangan amal usaha yang sangat besar secara kuantitatif juga menjadi aset sumber daya, fasilitas, dan insfrastruktur yang sangat penting bagi persyarikatan Muhammadiyah selain dalam mempertahankan diri dari berbagai situasi krisis, sekaligus berkiprah luas dalam memajukan kehidupan bangsa dan umat manusia. 5) Muhammadiyah sebagai kekuatan organisasi sosial-keagamaan atau organisasi kemasyarakatan yang telah berkiprah lama dan luas di Indinesia sejak pra hingga setelah kemerdekaan, telah menjadikan gerakan Islam ini memiliki modal sosial dan modal moral sehingga menjadi kekuatan politik kebangsaan yang diperhitungkan di negeri ini.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

39


b. Kelemahan Muhammadiyah Di samping kekuatan, Muhammadiyah masih memiliki kelemahan yang harus terus dikoreksi, diperbaiki, dan diperbarui, di antaranya: 1) Kecenderungan kuat Muhammadiyah sebagai gerakan aksi (amaliah) menjadikan gerakan pemikiran kurang berkembang dengan baik, sehingga kurang memberikan kontribusi bagi pengembangan pemikiran Islam dan kebangsaan di Indonesia, maupun dalam mengembangkan pemikiran-pemikiran bagi peradaban dunia. 2) Perkembangan amal usaha yang sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi peningkatan kualitas yang sepadan, sehingga sampai batas tertentu kurang memiliki daya saing yang tinggi, serta kurang memberikan sumbangan yang lebih luas dan inovatif bagi pengembangan kemajuan umat dan bangsa. 3) Pertumbuhan organisasi yang telah semakin besar membuat Muhammadiyah cenderung birokratis dan lamban dalam menghadapi persoalan-persoalan yang berkembang dalam masyarakat, terutama dalam mennyikapi masalah-masalah sosial baru seperti isu-isu pelanggaran hak asasi manusia, kemiskinan struktural, dampak buruk globalisasi, perdagangan manusia, pengursakan lingkungan, korupsi dan kejahatan kerah putih, dan masalah-masalah demoralisasi yang meluas dalam kehidupan bangsa. 4) Organisasi Muhammadiyah yang demikian besar juga dinilai belum secara optimal menyentuh persoalan-persoalan masyarakat/rakyat di akar rumput (grass-roots) terutama yang mengalami marjinalisasi seperti buruh, petani, nelayan, dan kaum dhu’afa (lemah) serta mustadh’afin (tertindas) lainnya, sehingga menimbulkan kesan gerakan Islam ini hanya bergerak di lingkungan atas dan perkotaan. c. Peluang Muhammadiyah 1) Keterbukaan masyarakat Indonesia yang semakin baik dan demokratis sebagai kondisi objektif yang menguntungkan bagi Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern yang telah berkiprah lama dan nyata di negeri ini untuk terus mengembangkan gerakannya secara lebih luas dalam berbagai bidang kehidupan. 2) Era otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri menjadi peluang bagi Muhammadiyah di daerahdaerah untuk lebih berperan dalam pengambilan keputusan publik dan pembangunan daerah, sehingga keberadaan dan peran gerakan Islam ini semakin meluas dalam kehidupan masyarakat Indonesia. 3) Pengakuan masyarakat internasional terhadap Muhammadiyah sebagai salah satu pilar masyarakat madani di Indonesia membuka peluang kerjasama yang sangat luas dengan pemerintah di berbagai negara maupun dengan lembaga-lembaga Internasional,

40

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


sehingga jika peluang posotif ini dapat dimanfaatkan dengan baik dapat mendorong kiprah organisasi di berbagai bidang khususnya dalam meningkatkan kualitas amal usaha-amal usaha dan kegiatan Muhammadiyah. 4) ASEAN Charter memberikan peluang terbuka bagi Muhammadiyah untuk memperluas gerakannya menembus batas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan memasuki ke sepuluh negara ASEAN terutama Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Philipina, dan Thailand. 5) Momentum bergesernya titik berat gravitasi geo-politik, geo-ekonomi, dan geo-sosialbudaya dari Eropa dan Amerika Utara ke Asia khususnya China dapat dimanfaatkan untuk lebih memperkuat, memodernisasi, dan merekontekstualisasi gerakan Muhammadiyah. d. Tantangan/Ancaman Muhammadiyah 1) Arus sekularisme-materialisme yang tengah melanda dunia menjadi godaan sekaligus tantangan yang besar bagi warga Muhammadiyah untuk dapat tetap memegang teguh komitmennya dalam bermuhammadiyah dan menjadikan Islam sebagai agama rahmatan lil-‘alamin. 2) Kecenderungan-kecenderungan radikal dalam gerakan sosial-politik dan keagamaan yang melahirkan konflik dan kekerasan, menjadi tantangan bagi Muhammadiyah dalam menawarkan gerakan Islam yang membawa pada perdamaian, pencerahan, dan rahmat bagi alam semesta. 3) Cengkeraman kapitalisme global yang berdampak pada pembangunan dan orientasi kehidupan yang serba berlandaskan profit, eksploitasi, dan memuja materi serta kesenangan duniawi dalam kehidupan masyarakat dunia, sehingga berpengaruh pula terhadap pengembangan amal usaha Muhammadiyah yang cenderung berorientasi profit dan menjauh dari teologi/ideologi Al-Ma’un sebagaimana gerakan awal “Penolong Kesengsaraan Oemoem” (PKO). 4) ASEAN Charter dan bergesernya titik berat gravitasi geo-politik, geo-ekonomi, dan geososial-budaya dari Eropa dan Amerika Utara ke Asia khususnya China dapat menjadi ancaman sekaligus tantangan bagi Muhammadiyah apabila tidak ditanggapi oleh Muhammadiyah secara konret, dalam hal ini ada ancaman Muhammadiyah dapat menjadi organisasi yang out-dated.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

41


C. Sistematika Dengan latarbelakang kondisi dan masalah sebagaimana digambarkan di atas maka disusun Program Muhammadiyah pada Muktamar ke-46 atau Muktamar Satu Abad sebagai berikut: Bab I

Bab II

Bab III

Bab IV

Bab V

42

: Muqaddimah berisi latar belakang yang disertai gambaran kondisi bangsa, perkembangan global, umat Islam, dan perkembangan global; kondisi dan proyeksi Muhammadiyah; serta sistematika naskah Program Muhammadiyah : Kerangka Kebijakan Program Muhammadiyah Jangka Panjang (Visi Muhammadiyah 2025) yang memaparkan visi/tujuan dan misi program, landasan program, prinsip-prinsip penyusunan program, dan pentahapan program jangka panjang Muhammadiyah yang dimulai pada periode 20052010 sampai 2020-2025. : Program Muhammadiyah 2010-2015 (Visi Muhammadiyah 2015) yang memaparkan rincian Program Muhammadiyah dalam berbagai bidang yang akan dilaksanakan pada periode lima tahun yang akan datang, meliputi Bidang Tarjih, Tajdid, dan Pemikiran Islam; Bidang Tabligh; Bidang Pendidikan, Iptek, dan Litbang; Bidang Perkaderan; Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat; Bidang Wakaf; Bidang Pemberdayaan Ekonomi dan ZIS; Bidang Pemberdayaan Masyarakat; Bidang Lingkungan Hidup; Bidang Seni Budaya dan Olah Raga; Bidang Pustaka dan Informasi; Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia; Bidang Hikmah dan Kebijakan Publik; Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; Bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri. : Pengorganisasian dan Pelaksanaan Program yang berisi mekanisme penjabaran program di tingkat Wilayah sampai Ranting serta pembagian kewenangan pelaksanaan program pada masing-masing jenjang kepemimpinan. : Khatimah yang memaparkan tentang perlunya tekad yang bulat serta mobilisasi segenap kekuatan untuk diarahkan bagi terlaksananya program Muhammadiyah.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


BAB II KERANGKA KEBIJAKAN PROGRAM MUHAMMADIYAH JANGKA PANJANG (VISI MUHAMMADIYAH 2025) Program Muhammadiyah adalah rencana kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan visi yang ditetapkan dan ingin dicapai oleh organisasi. Program Muhammadiyah merupakan perwujudan dari usaha persyarikatan untuk mencapai tujuan Muhammadiyah. Program merupakan serangkaian langkah berencana dan berkesinambungan dalam rangka merealisasikan misi Muhammdiyah, baik sebagai gerakan Islam yang menjalankan misi dakwah dan tajdid, sebagai bagian dari umat Islam dan komponen bangsa Indonesia. Dengan demikian program disusun selain berpedoman pada acuan dasar organisasi juga pada realitas permasalahan yang dihadapi umat, bangsa, dan dunia Islam pada umumnya serta visi ideal atau kondisi yang ingin diciptakan yang terkait dengan terciptanya tujuan Muhammadiyah yaitu terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sesuai dengan pentahapannya. A. Visi dan Misi Ideal serta Usaha Muhammadiyah Program Muhammadiyah bukan semata-mata rencana dan pelaksanaan seperangkat kegiatan yang praktis, tetapi merupakan aktualisasi atau perwujudan dari misi utama Muhammadiyah yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Misi utama atau misi ideal Muhammadiyah tersebut merupakan gerak berkelanjutan yang tidak pernah berhenti sejak Muhammadiyah berdiri hingga saat ini dan masa-masa ke depan sebagai perjuangan kolektif melalui organisasi. Capaian utamanya ialah terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Format masyarakat Islam yang sebenar-benarnya diaktualisasikan dalam gerakan yang multivariasi melalui Amal Usaha Muhammadiyah, Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah, Keluarga Sakinah, Qoryah Thoyyibah, dan secara inklusif dalam format Islamic Civil Society (Masyarakat Civil Islam), di samping melalui berbagai langkah pembentukan jamaahjamaah di akar rumput atau Ranting yang mencerminkan kualitas masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Adapun visi ideal (tujuan utama), misi ideal (misi utama), dan usaha Muhammadiyah yang harus diwujudkan melalui program Muhammadiyah ialah sebagai berikut.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

43


1.1. Visi Ideal Muhammadiyah Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. 1.2. Misi Ideal Muhammadiyah (1) Menegakkan Tauhid yang murni berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. (2) Menyebarluaskan dan memajukan Ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah yang shahihah/maqbulah. (3) Mewujudkan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. 1.3. Usaha Muhammadiyah (1) Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. (2) Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya. (3) Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya. (4) Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia. (5) Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian. (6) Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas (7) Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. (8) Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan. (9) Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri. (10) Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (11) Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan. (12) Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan.

44

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


(13) Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat. (14) Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah. B. Landasan Yuridis Bahwa program Muhammadiyah dengan rangkaian kebijakan dan kegiatannya senantiasa berpijak pada: (1) Al Quran dan As Sunnah sebagai sumber ajaran dan hukum Islam. (2) Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan-peraturan yang berlaku dalam Persyarikatan. (3) Mengindahkan falsafah dan dan dasar negara serta hukum yang sah dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. C. Prinsip Pelaksanaan Program Program Muhammadiyah dirumuskan dan dilaksanakan dengan mempedomani prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip Ketauhidan; maksudnya program Muhammadiyah hendaknya merupakan perwujudan dari iman, tauhid dan ibadah kepada Allah; 2. Prinsip Kerahmatan; maksudnya program Muhammadiyah hendaknya merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kerahmatan ajaran Islam; 3. Prinsip Kekhalifahan; maksudnya program Muhammadiyah hendaknya merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kekhalifahan umat Islam dalam mengelola kehidupan; 4. Prinsip Kerisalahan; maksudnya program Muhammadiyah hendaknya merupakan penjabaran dan pelaksanaan dari fungsi kerisalahan umat Islam, yaitu dakwah amar makruf nahi munkar dalam arti yang luas; 5. Prinsip Kemaslahatan; maksudnya memperhatikan kemaslahatan umum;

program

Muhammadiyah

hendaknya

6. Prinsip Kemajuan; maksudnya program Muhammadiyah merupakan rangkaian kegiatan yang membawa pada pencapaian keberhasilan usaha dalam mencapai tujuan gerakan. 7. Prinsip Rasionalitas dan Keilmuan; maksudnya program Muhammadiyah direncanakan dan dilaksanakan secara rasional dengan memperhatian dan memanfaatkan secara proporsional ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan; 8. Prinsip Kreatifitas Lokal dan Desentralisasi Proporsional; maksudnya perencanaan dan pelaksanaan program Muhammadiyah di tiap tingkatan pimpinan serta organisasi TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

45


otonom dan amal usaha, di samping mengacu pada program Muhammadiyah hasil keputusan Muktamar, hendaknya disusun dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan permasalahan dan potensi sumberdaya lokal, dengan memadukan secara seimbang dan proporsional antara pendekatan sentralistik (top-down) dan pendekatan desentralistik (bottom-up); 9. Prinsip Fleksibilitas, Efektivitas dan Efisiensi; maksudnya pelaksanaan program Muhammadiyah hendaknya fleksibel, tepat sasaran dan memanfaatkan sumber daya dengan efisien. 10. Prinsip Hukum dan Keadilan, maksudnya pelaksanaan program Muhammadiyah hendaknya mempertimbangkan/mengindahkan hukum yang berlaku dan berorientasi pada penciptaan keadilan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. D. Tujuan Program Jangka Panjang (Visi Muhammadiyah 2025) Program Muhammadiyah Jangka Panjang yang disusun sejak Muktamar ke-45 tahun 2005 sampai tahun 2025 adalah suatu tahapan pencapaian tujuan persyarikatan itu sendiri, yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Secara spesifik rumusan tujuan Program Jangka Panjang sebagai Visi Muhammadiyah 2015 adalah: “Menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang utama serta terciptanya kondisi dan faktor-faktor pendukung bagi terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”, yang ditandai dengan: 1. Terciptanya perkembangan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berkualitas utama (unggul) di bandingkan gerakan-gerakan keagamaan lain dalam melaksanakan misi dakwah dan tajdid yang ditunjukkan oleh keunggulan pelaku gerakan, sistem gerakan, organisasi dan kepemimpinan, jaringan, infrastruktur, amal usaha, dan aksi gerakan sebagai faktor penting dan strategis bagi terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya serta peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan percaturan global. 2. Terlaksananya ajaran Islam dan tumbuhnya kesadaran masyarakat yang lebih luas akan keutamaan kehidupan Islami, yang menjamin terciptanya tatanan kehidupan (sistem sosial) yang lebih baik/unggul (utama) di segala bidang kehidupan sebagai wujud kehadiran Islam yang bersisifat rahmatan lil’’alamin dan membawa keutamaan hidup umat manusia meraih keselamatan/kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat (khasanah fiddun-ya wa a- akhirah). 3. Tumbuhkembangnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang semakin berkualitas (utama) yang tercermin dengan meningkatnya kehidupan keagamaan, moralitas, intelektualitas, dan kapasitas sosial masyarakat; serta mendorong berkembangnya fungsi-fungsi kekuatan sosial dan kelembagaankelembagaan pemerintahan yang menjamin terwujudnya kehidupan bangsa dan 46

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


negara yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat di bawah naungan ridha Alah SWT (baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur). 4. Berkembangnya tatanan kehidupan global yang adil, damai, dan bermartabat serta semakin proporsional peran dan tanggungjawab umat Islam (dunia Islam) di antara komunitas dunia yang lain sebagai perwujudan kehadiran Islam sebagai rahmatan lil‘alamin dalam dinamika peradaban dunia. E. Tahapan Kebijakan Program Pokok kebijakan program jangka panjang merupakan pedoman dan arah gerak Persyarikatan yang dilaksanakan secara bertahap melalui program lima tahunan selama 20 tahun. Tahapan-tahapan program jangka panjang tersebut adalah sebagai berikut. a. Tahapan pertama (2005-2010), kebijakan program Muhammadiyah pada lima tahun pertama difokuskan pada: (1) penataan dan pembinaan organisasi dan jaringan agar mampu dan efektif untuk menjadi gerakan Islam yang maju, profesional, dan modern; serta (2) penataan dan pembinaan sistem gerakan dan amal usaha yang berkualitas bagi terciptanya kondisi dan faktor-faktor pendukung terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya; serta (3) meningkatnya peran Muhammadiyah dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global. b. Tahapan kedua (2010-2015), kebijakan program Muhammadiyah pada lima tahun kedua difokuskan pada: (1) peningkatan dan pengembangan organisasi dan jaringan untuk menjadi gerakan Islam yang maju, profesional, dan modern; (2) peningkatan dan pengembangan sistem gerakan, sumberdaya manusia, dan amal usaha yang unggul dan mandiri bagi terciptanya kondisi dan faktor-faktor pendukung terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya; serta (3) peningkatan peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global. c. Tahapan ketiga (2015-2020), kebijakan program Muhammadiyah pada lima tahun ketiga difokuskan pada (1) transformasi (perubahan cepat ke arah kemajuan) sistem organisasi dan jaringan yang maju, profesional, dan modern; (2) berkembangnya sistem gerakan dan amal usaha yang berkualitas utama dan mandiri bagi terciptanya kondisi dan faktor-faktor pendukung terwujudnya masyarakat Islam yang sebenarbenarnya; serta (3) peningkatan dan pengembangan peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global. d. Tahapan keempat (2020-2025), kebijakan program Muhammadiyah pada lima tahun keempat (terakhir) difokuskan pada: (1) terciptanya seluruh elemen sistem gerakan Muhammadiyah yang unggul; (2) terciptanya kondisi dan faktor-faktor pendukung terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya; serta (3) berkembangluasnya peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

47


F.

Garis Besar Program Muhammadiyah

1. Program Bidang Tarjih, Tajdid, dan Pemikiran Islam a. Rencana Strategis:

Menghidupkan tarjih, tajdid, dan pemikiran Islam dalam Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan yang kritis-dinamis dalam kehidupan masyarakat dan proaktif dalam menjawab problem dan tantangan perkembangan sosial budaya dan kehidupan pada umumnya sehingga Islam selalu menjadi sumber pemikiran, moral, dan praksis sosial di tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sangat kompleks.

b. Garis Besar Program: 1) Mengembangkan dan menyegarkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat yang multikultural dan kompleks. 2) Mensistematisasi metodologi pemikiran dan pengamalan Islam sebagai prinsip gerakan tajdid dalam gerakan Muhammadiyah 3) Mengoptimalkan peran kelembagaan bidang tajdid, tarjih dan pemikiran Islam untuk selalu proaktif dalam menjawab masalah riil masyarakat yang sedang berkembang 4) Mensosialisasikan produk-produk tajdid, tarjih dan pemikiran ke-Islaman Muhammadiyah ke seluruh lapisan masyarakat 5) Membentuk dan mengembangkan pusat penelitan, kajian, dan informasi bidang tajdid dan pemikiran Islam yang terpadu dengan bidang lainnya. 2. Program Bidang Tabligh a. Rencana strategis:

Peningkatan kuantitatif dan kualitatif peran Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah kemasyarakatan yang berpengaruh langsung dalam menciptakan masyarakat Islami sebagai perwujudan dari partisipasi aktif Muhammadiyah dalam pembangunan umat dan bangsa untuk mencapai tujuan Muhammadiyah.

b. Garis besar program: 1. Peningkatan kuantitas dan kualitas dakwah dalam segala dimensi kehidupan sesuai dengan prinsip gerakan Muhammadiyah. 2. Peningkatan mutu dan kompetensi muballigh Muhammadiyah 3. Perluasan jangkauan dakwah agar mampu menyentuh berbagai level dan jenis kelompok masyarakat 4. Pengembangan dan implementasi dakwah multimedia baik media lokal, maupun media dengan muatan teknologi baru

48

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


5. Mengevaluasi dan memperbaiki konsep dan implementasi proyek-proyek dakwah Muhammadiyah, seperti dakwah jamaah, dakwah kultural dan sebagainya, agar kembali berjalan secara efektif. 6. Mengembangkan metode dan praktek pembinaan kehidupan Islami dalam masyarakat. 3. Program Bidang Pendidikan, Iptek, dan Litbang a. Rencana Strategis:

Membangun kekuatan Muhammadiyah dalam bidang Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Insani, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dan eksplorasi aspek-aspek kehidupan yang bercirikan Islam, sehingga mampu menjadi alternatif kemajuan dan keunggulan di tingkat Nasional atau Regional.

b. Garis Besar Program: 1) Membangun sistem informasi kekuatan Sumber Daya Insani (SDI) Muhammadiyah dalam bidang Iptek 2) Menyusun Roadmap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Muhammadiyah 3) Memobilisasi kekuatan Muhammadiyah dalam bidang Iptek melalui pusatpusat keunggulan yang berbasis lembaga pendidikan Muhammadiyah 4) Membangun cetak biru (blue print) pendidikan Muhammadiyah untuk menjawab ketertinggalan pendidikan Muhammadiyah selama ini, dan sebagai langkah antisipasi bagi masa depan pendidikan yang lebih kompleks 5) Menegaskan posisi dan implementasi nilai Islam, Kemuhammadiyahan, dan kaderisasi dalam seluruh sistem pendidikan Muhammadiyah 6) Mempercepat proses pengembangan institusi pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat keunggulan dengan menyusun standar mutu 7) Menjadikan mutu sebagai tujuan utama bagi seluruh usaha pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah 8) Mengintegrasikan pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah dengan program pengembangan masyarakat 9) Menyusun sistem pendidikan Muhammadiyah yang berbasis Al-Qur’an dan Sunnah 10) Mengembangkan program-program penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berbagai aspek kehidupan yang penting dan strategis sebagai basis bagi pengambilan kebijakan dan pengembangan kemajuan Persyarikatan.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

49


11) Mengembangkan jaringan dan kerjasama lembaga-lembaga serta pusatpusat penelitian dan pengembangan di lingkungan Persyarikatan. 4. Program Bidang Kaderisasi a. Rencana Strategis

Membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan.

b. Garis Besar program: 1) Meningkatkan kualitas perkaderan dalam segala aspek, meliputi materi, pengelolaan, metode, strategi, dan orientasi perkaderan agar lebih relevan dan kompatible dengan kepentingan dan kebutuhan para kader 2) Meningkatkan kompetensi kader yang meliputi kompetensi akademis dan intelektual, kompetensi keberagamaan, dan kompetensi sosial-kemanusiaan guna menghadapi tantangan organisasi masa depan 3) Transformasi kader secara terarah dan kontinyu guna memberi peluang bagi kader dalam mengaktualisasikan potensi dan kompetensinya di Muhammadiyah, serta memperluas akses ke berbagai bidang dan profesi di luar Persyarikatan 4) Pemberdayaan AMM yang terdiri dari tiga unsur, yaitu anggota organisasiorganisasi otonom angkatan muda Muhammadiyah, anggota keluarga warga Muhammadiyah dan pelajar/mahasiswa serta lulusan lembaga pendidikan Muhammadiyah 5) Penguatan sekolah-sekolah kader Muhammadiyah seperti Madrasah Mualllimin/ Muallimat Muhammadiyah, Pondok Hj. Nuriyah Shobron, PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah), Pondok Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah, dan lain-lain dengan pengawasan yang intensif. 6) Pemantapan dan peningkatan pembinaan ideologi gerakan di kalangan kader, pimpinan, dan anggota Persyarikatan sebagai basis solidaritas dan kekuatan perjuangan dalam mewujudkan tujuan Muhammadiyah. 5. Program Bidang Kesehatan, Kesejahteraan, dan Pemberdayaan Masyarakat b. Rencana Strategis

50

Mengembangkan dan memperluas kekuatan basis gerakan Muhammadiyah yang terletak pada pusat “Penolong Kesengsaraan Oemoem“ sehingga menjadi tenda besar bagi pelayanan dan keberpihakan sosial Muhammadiyah secara terpadu dan lebih luas. TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


b. Garis Besar Program: 1) Mendorong pelayanan terpadu bidang kesehatan yang menekankan pada kesehatan fisik, jiwa, iman, hukum dan sosial 2) Mengembangkan konsep jalinan dan keterpaduan antara pelayanan sosial kesehatan Muhammadiyah dengan masyarakat dalam rangka mengembangkan misi Islam dan Muhammadiyah. 3) Membangun jaringan pelayanan sosial dan kesehatan Muhammadiyah yang mendorong bagi terciptanya daya dukung kekuatan pelayanan yang kuat, strategis dan cepat kepada masyarakat akar rumput 4) Membuat dan mengembangkan pusat penelitian, pengembangan, data, informasi dan crisis center kesejahteraan masyarakat sebagai peta dasar dan tindakan strategis dalam memberikan pelayanan sosial Muhammadiyah di masyarakat. 5) Menghidupkan suasana ke-Islaman dan dakwah dalam setiap memberikan pelayanan kepada masyarakat. 6) Membuat prioritas penanganan masalah dalam memberikan pelayanan kesejahteraan masyarakat berdasarkan kebutuhan masyarakat. 7) Mengembangkan alternatif-alternatif baru program pengembangan masyarakat untuk berbagai level dan jenis kelompok masyarakat. 8) Mengintegrasikan kerja persyarikatan dan amal usaha dalam program pengembangan masyarakat. 9) Mendorong, mengembangkan, dan mengoptimalkan terus menerus kekuatan Muhammadiyah sebagai elemen pemberantasan serta penyalahgunaan NAPZA. 10) Meningkatkan dan memperluas jangkauan program pemberdayaan masyarakat di lingkungan komunitas petani, buruh, nelayan, dan mereka yang mengalami marjinalisasi sosial di perkotaan maupun pedesaan. 6. Program Bidang Wakaf, ZIS (Zakat, Infak, dan Shadaqah), dan Ekonomi

Pemberdayaan

a. Rencana Strategis: Terciptanya kehidupan sosial ekonomi umat yang berkualitas sebagai benteng atas problem kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan pada masyarakat bawah melalui berbagai program yang dikembangkan Muhammadiyah. b. Garis Besar Program: 1) Menciptakan cetak biru (blue print) pengembangan ekonomi sebagai usaha

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

51


untuk mengevaluasi dan merancang program pemberdayaan ekonomi ummat yang efektif. 2) Mengembangkan model pemberdayaan ekonomi yang didasarkan atas kekuatan sendiri sebagai wujud cita-cita kemandirian ekonomi ummat 3) Menegaskan keberpihakan Muhammadiyah terhadap usaha-usaha ekonomi dalam membangun kekuatan masyarakat kecil (akar rumput) yang dhu’afa dan musatdh’afin melalui kegiatan-kegiatan ekonomi alternatif. 4) Peningkatan pengelolaan ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) dan akuntabilitasnya sehingga menjadi penyangga kekuatan gerakan pemberdayaan umat. 5) Mengupayakan terlaksananya ekonomi syariah yang lebih kuat dan terorganisasi dengan tersistem. 6) Peningkatan mutu pengelolaan wakaf dan perkuasan gerakan sertifikasi tanah-tanah wakaf di lingkungan Persyarikatan. 7) Pengembangan bentuk wakaf dalam bentuk wakaf tunai dan wakaf produktif 7. Program Bidang Partisipasi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara a. Rencana Strategis

Membangun dan mengembangkan partisipasi-kritis dan strategis bagi warga Muhammadiyah untuk terlibat dalam dinamika kehidupan kenegaraan dan kebangsaan yang didasari oleh akhlaqul karimah dan Khittah Perjuangan.

b. Garis Besar Program: 1) Mengembangkan Jaringan persyarikatan Muhammadiyah untuk dioptimalkan pemanfaatannya guna mempengaruhi kebijakan nasional yang sesuai dengan aspirasi masyarakat umum terutama umat Islam 2) Mengoptimalkan peran kelembagaan, dalam hal ini Majelis Hikmah, untuk memfasilitasi, mendorong, dan mengkoordinasikan para politisi Muhammadiyah untuk berperan aktif dan berpihak pada kepentingan umat Islam dan rakyat secara umum maupun kepentingan Muhammadiyah secara khusus. 3) Merumuskan dan mengembangkan kaidah etika politik bagi warga Muhammadiyah yang akan duduk di lembaga-lembaga kenegaraan dan atau yang akan menempati jabatan politik maupun jabatan publik. 4) Mengembangkan Jaringan dengan berbagai partai politik, LSM, lembaga sosial lainnya, dan organisasi profesi untuk membangun misi politik yang didasarkan pada kemashlahatan umum terutama umat Islam. 5) Bersikap proaktif dalam membahas dan memberi masukan mengenai isu-

52

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


isu nasional dan legal drafting, baik yang berlaku secara nasional maupun daerah 6) Mengembangkan model pendidikan politik bagi warga Muhammadiyah dan masyarakat umum sehingga masyarakat mampu bersikap kritis dan konstruktif dalam memberikan aspirasi politiknya 7) Membangun dan mengembangan kekuatan kontrol terhadap pemerintah dalam pengambilan kebijakan publik, transparansi, dan akuntabilitas publik. 8) Mendorong, mengembangkan, dan mengoptimalkan terus menerus kekuatan Muhammadiyah sebagai elemen pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta penegak nilai-nilai moral dan karakter bangsa. 8. Program Bidang Konsolidasi Organisasi a. Rencana Strategis:

Membangun kembali pengelolaan organisasi dalam membawa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam terdepan (leading) dalam manajemen organisasi keIslaman maupun dalam menjalankan perannya di tengah dinamika umat, bangsa, dan perkembangan global..

b. Garis Besar Program: 1) Membangun manajemen organisasi Muhammadiyah agar berjalan efektif, efisien, profesional, akuntabel, dan kuat dalam memobilisasi seluruh jaringan dan kekuatan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan Muhammadiyah. 2) Mengembangkan budaya kerja organisasi yang amanah dan terukur (measurable) di seluruh jenjang organisasi dan amal usaha Muhammadiyah. 3) Mengembangkan instrumen-instrumen penilaian kinerja organisasi sebagai wujud pengelolaan organisasi yang amanah. 4) Memperluas jaringan persyarikatan di seluruh Indonesia, termasuk di luar negeri. 5) Meningkatan perhatian dan kesungguhan Muhammadiyah dalam mempersiapkan kadernya baik untuk kepentingan organisasi, umat, maupun bangsa. 6) Pemberdayaan Ranting Muhammadiyah dalam usaha membangun masyarakat akar rumput yang berbasis Ranting serta membangkitkan kembali gerakan Muhammadiyah di tingkat jama’ah. 7) Mengembangkan model pemberdayaan warga Muhammadiyah untuk terlibat dalam proses penataan otonomi daerah dan pengembangan masyarakat madani.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

53


8) Peningkatan kualitas dan fungsi-fungsi kepemimpinan organisasi di seluruh tingkatan agar mampu menjalankan misi Persyarikatan. 9. Program Bidang Lingkungan Hidup a) Rencana Strategis

Membangun dan mengembangkan model-model praksis gerakan lingkungan dan etika lingkungan hidup yang bersumber pada nilai-nilai Islam yang terpadu dengan bidang lainnya.

b. Garis Besar Program: 1) Merumuskan dan mengembangkan etika lingkungan hidup yang sesuai dengan ajaran Islam. 2) Membangun, mendorong, dan mengembangkan simpul-simpul masyarakat untuk peduli melakukan pemecahan konkrit terhadap persoalan lingkungan hidup dan kemiskinan. 3) Mengembangkan pola dakwah lingkungan hidup dan konsep pendidikan lingkungan di lembaga pendidikan Muhammadiyah. 4) Proaktif dan responsif terhadap masalah-masalah lingkungan hidup yang ada di tengah masyarakat 5) Melakukan advokasi masyarakat korban pencemaran lingkungan hidup. 6) Mengembangkan panduan praktis pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup bagi masyarakat luas. 7) Membangun Jaringan dengan NGO, pemerintah, dan organisasi sosial lain dalam rangka pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. 8) Melakukan pengembangan kemitraan dengan lembaga atau institusi yang selama ini mempunyai komitmen, persepsi, dan reputasi baik di bidang lingkungan hidup. 9) Mensosialisasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup bagi masyarakat. 10. Program Bidang Pustaka dan Informasi a. Rencana Strategis

54

Membangun kemampuan dan keluasan jaringan kekuatan informasi serta pustaka Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern di tengah era kehidupan masyarakat informasi.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


b. Garis Besar Program 1) Mengorganisasi dan memperluas kelengkapan perpustakaan dan fungsifungsi pustaka sebagai sumber pengembangan pengetahuan dan informasi bagi kemajuan Persyarikatan. 2) Meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi informasi dan media publikasi sebagai instrumen bagi pengembangan peran-peran Persyarikatan dalam menjalankan misi di tengah kehidupan. 3) Pengembangan kerjasama dalam pengelolaan pustaka dan publikasi secara lebih terorganisasi. 11. Program Bidang Seni Budaya dan Olahraga a. Rencana Strategis

Mengembangkan seni-budaya yang bernapaskan Islam dan mencerahkan peradaban manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan berakhlak mulia.

b. Garis Besar Program 1) Mengembangkan potensi seni dan budaya Islami yang menghidupkan fitrah kemanusiaan yang halus, indah, dan berakhlak mulia sebagai basis pembentukan peradaban mulsim yang menjadi rahmat bagi alam semesta. 2) Mengapresiasi dan melakukan seleksi terhadap perkembangan seni dan budaya masyarakat sebagai bagian dari ikhtiar membangun peradaban umat manusia yang sesuai dengan tujuan Muhammadiyah. 3) Mengembangkan kerjasama dalam memproduksi hasil-hasil kreativitas seni dan budaya yang mengarah pada terbentuknya peradaban umat dan manusia yang sesuai dengan fitrah selaku makhluk Allah yang mulia. 4) Mengembangkan gerakan kesadaran dan pemasyarakatan olahraga di lingkungan warga Muhammadiyah. 12. Program Bidang Ukhuwah dan Kerjasama Kelembagaan a. Rencana strategis:

Membangun kekuatan Muhammadiyah yang berperan sebagai tenda besar bagi umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya, dalam rangka mengemban misi kerahmatan.

b. Garis besar program: 1) Membangun jaringan dengan berbagai elemen masyarakat, bangsa, dan negara dalam rangka mendukung tercapainya tujuan Muhammadiyah

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

55


2) Membentuk dan mengembangkan simpul-simpul aksi kepedulian terhadap berbagai persoalan umat, bangsa, negara, dan dunia internasional 3) Menjaring kerjasama dengan berbagai lembaga nasional dan internasional dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya kader Muhammadiyah 4) Proaktif membangun dan mengembangkan solidaritas umat dan manusia terhadap berbagai persoalan nasional dan internasional yang menyangkut ketidakadilan, HAM, dan kemanusiaan.

56

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


BAB III PROGRAM MUHAMMADIYAH 2010-2015 (VISI MUHAMMADIYAH 2015) A. Gambaran Umum Program Program Muhammadiyah 2005-2010 merupakan penjabaran dan pemfokusan program jangka panjang untuk lima tahun pertama masa berlakunya program jangka panjang ke dalam program jangka menengah dalam periode dimaksud. Dengan demikian, Program Muhammadiyah 2005-2010 disesuaikan dengan penahapan program sebagaimana dicantumkan dalam program jangka panjang. Pada program lima tahunan sebagaimana program jangka panjang ditetapkan dua aspek yaitu visi pengembangan dan program pengembangan. Visi pengembangan adalah kondisi/keadaan yang ingin diwujudkan sebagai tujuan dari setiap program Muhammadiyah. Adapun program pengembangan yakni rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yang pelaksanaannya dijabarkan kemudian dalam bentuk jenis-jenis kegiatan dari program Muhammadiyah tersebut. Program Muhammadiyah dikategorisasikan ke dalam dua aspek yaitu program umum dan program perbidang. Program umum merupakan rangkaian kegiatan yang bersifat lintas aspek dan lintas majelis/lembaga yang koordinasinya langsung oleh Persyarikatan atau Majelis/Lembaga tertentu atau badan lain yang dimandati Pimpinan Persyarikatan untuk menjadi koordinator dalam pelaksanaan program tersebut. Adapun program perbidang merupakan rencana kegiatan yang bersifat aspek tertentu yang pelaksanaannya di bawah Majelis/Lembaga tertentu. Dalam kerangka kebijakan program jangka panjang disebutkan bahwa kebijakan program Muhammadiyah pada lima tahun kedua (2010-2015) difokuskan pada sasaran yaitu peningkatan dan pengembangan (1) organisasi dan jaringan untuk menjadi gerakan Islam yang maju, profesional, dan modern; (2) sistem gerakan dan amal usaha yang unggul dan mandiri bagi terciptanya kondisi dan faktor-faktor pendukung terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya; serta (3) peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global. Berdasar pada kerangka kebijakan program Muhammadiyah tersebut maka disusun kerangka program periode 2010-2015. Dalam periode lima tahun ke depan sebagaimana pada periode 2005-2010 program perbidang mengalami perubahan atau pengembangan, sehingga jenis program perbidang tidak persis sama dengan bidang-bidang program jangka panjang. Adapun kerangka kebijakan program periode 2010-2015 adalah sebagai berikut:

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

57


B. Tujuan 1. Meningkat dan berkembangnya organisasi dan jaringan untuk menjadi gerakan Islam yang maju, profesional, dan modern. 2. Meningkat dan berkembangnya sistem gerakan dan amal usaha yang unggul dan mandiri bagi terciptanya kondisi dan faktor-faktor pendukung terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. 3. Meningkat dan berkembangnya peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan umat, bangsa, dan dinamika global. C. Prioritas Pengembangan Pada periode lima tahun ke depan (2010-2015) beberapa program dijadikan prioritas sebagai program pengembangan sebagai bagian dari strategi pengembangan untuk mencapai visi Muhammadiyah 2015, yakni sebagai berikut: 1. Peningkatan dan pengembangan kuantitas dan kualitas Cabang dan Ranting sebagai basis penguatan, pemberdayaan, dan perluasan gerakan Muhammadiyah di akarrumput sebagai bagian penting dan strategis dalam mengembangkan kekuatan civil Islam (masyarakat madani, civil society) di masyarakat. 2. Peningkatan dan pengembangan sistem gerakan yang ditekankan pada pengayaan kualitas ideologi dan pemikiran yang menjadi basis bagi pengembangan nilai-nilai keagamaan, intelektualitas, dan praksis gerakan yang bersifat pembaruan sebagai bagian penting dan strategis bagi pengembangan tajdid Muhammadiyah untuk pencerahan masyarakat. 3. Peningkatan dan pengembangan kualitas sumberdaya anggota dan kader sebagai pelaku gerakan yang mampu memperluas peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan percaturan global. 4. Peningkatan dan pengembangan amal usaha dan praksis sosial Muhammadiyah yang unggul dengan memperluas program ekonomi dan pemberdayaan masyararakat sebagai basis kekuatan kemandirian. 5. Peningkatan dan pengembangan peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan bangsa dan negara serta percaturan global yang berbasis pada kualitas kepribadian, kemandirian, pencerahan, pembebasan, dan pencerahan. D. Ciri Pengembangan Dalam penyusunan program periode 2010-2015 ditetepkan ciri pengembangan yang mengandung aspek-aspek tertentu yang penting, strategis, dan memiliki pengaruh yang menentukan serta harus diwujudkan secara terukur dalam gerakan Muhammadiyah. Ciri pengembangan tersebut harus tercermin dalam setiap program, baik program umum 58

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


maupun perbidang, yang penjabarannya disusun dalam kerangka kebijakan program dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dapat diukur keberhasilannya. Adapun ciri-ciri pengembangan program Muhammadiyah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sistem Gerakan

Hal yang berkaitan dengan aspek-aspek nilai dan konsep, yang berkaitan dengan halhal mendasar dalam gerakan Muhammadiyah. (a) Menguatnya sistem gerakan Muhammadiyah yang maju, profesional, dan modern. (b) Meninguatnya sistem gerakan Muhammadiyah yang dilandasi keikhlasan dan komitmen dari seluruh anggotanya.

(c) Menguatnya pemahaman ideologi dan visi gerakan Muhammadiyah. 2. Organisasi dan Kepemimpinan

Hal yang berkaitan dengan kelembagaan dan kekuatan penggerak dalam Muhammadiyah. (a) Menguatnya sistem manajemen organisasi Muhammadiyah yang dinamis dan produktif. (b) Menguatnya sistem kepemimpinan kolektif-kolegial yang transformatif yang mampu memberikan keteladanan, memobilisasi potensi, memproyeksikan masa depan, dan mengagendakan perubahan. (c) Perluasan organisasi dan kepemimpinan Daerah, Cabang, dan Ranting sebagai basis gerakan di tingkat bawah.

(d) Tersusunnya rancangan dan terlaksananya perintisan restrukturisasi organisasi yang bercorak gerakan antara lain beraasas potensial, responsif, dan desentralisasi sejalan dengan prinsip gerakan Muhammadiyah. 3. Jaringan

Hal yang berkaitan dengan hubungan internal dan eksternal Muhammadiyah. (a) Menguatnya peran dan jaringan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. (b) Menguat dan meluasnya jaringan amal usaha, kegiatan, dan perangkat Persyarikatan.

(c) Menguatnya hubungan dan kerjasama internasional. 4. Sumberdaya

Hal yang berkaitan dengan aspek pendukung dan pelaku gerakan Muhammadiyah. (a) Terlaksananya pembinaan, pengembangan, dan pemberdayaan anggota Muhammadiyah sebagai subjek gerakan secara konsisten dan berkelanjutan. (b) Terlaksananya sistem kaderisasi dan regenerasi dalam Muhammadiyah secara konsisten dan berkelanjutan. TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

59


(c) Meningkatnya jumlah Muhammadiyah.

simpatisan

sebagai

basis

rekrutmen

anggota

(d) Terlaksananya sistem pengelolaan sumber-sumber dana, harta kekayaan, dan aset Persyarikatan secara transparan, akuntabel, dan konsisten. 5. Aksi dan Pelayanan

Hal yang berkaitan dengan aktivitas secara langsung dan dapat dinikmati hasilnya oleh anggota Muhammadiyah dan masyarakat luas. (a) Terbangunnya sinergi pelayanan publik menumbuhkembangkan Islamic Civil Society.

sebagai

wahana

untuk

(b) Terlaksananya pelayanan publik melalui amal usaha, program, dan kegiatan Muhammadiyah yang berkualitas. (c) Terlaksananya fungsi advokasi dalam pelayanan dan kebijakan publik dari gerakan Muhammadiyah. E. Program Umum Persyarikatan 1. Program Konsolidasi Ideologis a. Visi Pengembangan

Teraktualisasikannya prinsip-prinsip, idealisme, dan konsep-konsep dasar gerakan yang menunjukkan keunggulan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang maju/ modern serta berperan aktif-strategis dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan perkembangan global.

b. Program Pengembangan 1) Mengintensifkan pembinaan ideologi di seluruh lingkungan organisasi termasuk di amal usaha, majelis/lembaga, dan organisasi otonom Muhammadiyah melalui berbagai usaha yang terintegrasi sehingga prinsip, visi, dan misi Muhammadiyah teraktualisasi dalam aktivitas gerakan. 2) Mengintensifkan dan memasyarakatkan Manhaj Gerakan Muhammadiyah (Muqaddimah, Kepribadian, Khittah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup, Pedoman Hidup Islami, dan lain-lain) sebagai sumber inspirasi, acuan, dan tuntunan dalam seluruh lingkungan organisasi dan anggota Persyarikatan. 3) Meningkatkan posisi dan fungsi Persyarikatan sebagai sumber inspirasi dan rujukan pemikiran baik ke dalam maupun ke luar lingkungan Persyarikatan sehingga Muhammadiyah menjadi kekuatan strategis serta tenda besar umat dan bangsa. 4) Mengembangkan Ideopolitor (ideologi, politik, dan organisasi), up-grading, refreshing, dan pengajian-pengajian atau kajian-kajian pimpinan yang diselenggarakan di semua lini organisasi untuk meningkatkan komitmen, 60

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


wawasan, dan aksi gerakan Muhammadiyah dalam menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. 5) Memprioritaskan pembinaan dan pengembangan sekolah-sekolah kader (Madrasah Mu’allimin, Mu’allimat, Pondok Pesantren), organisasi otonom, dan lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat pembibitan kader Muhammadiyah bekerjasama dengan Majelis/Lembaga/Badan terkait di seluruh lingkungan Persyarikatan. 6) Meningkatkan dan mengembangkan model-model pembinaan jama’ah dan peran Muhammadiyah di akar-rumput. 7) Meningkatkan upaya-upaya pengorganisasian dan penyebaran kader Muhammadiyah dalam lembaga-lembaga strategis nasional dan internasional untuk memerankan fungsi pencerahan, pembebasan, pemberdayaan, dan pengembangan tatanan kehidupan yang utama. 8) Menyusun dan memproduksi konsep-konsep/pemikiran-pemikiran strategis dalam menghadapi isu-isu, masalah, dan tantangan umat, bangsa, dan perkembangan global sebagai bingkai dan acuan konseptual bagi seluruh institusi dan anggota Muhammadiyah dalam menghadapi perkembangan zaman. 2. Program Konsolidasi Kelembagaan a. Visi Pengembangan

Berkembangnya kualitas institusi organisasi yang menunjukkan keunggulan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang maju/modern serta berperan aktifstrategis dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan perkembangan global.

b. Program Pengembangan 1) Meningkatkan kapasitas organisasi dan kepemimpinan yang lebih efektif sehingga organisasi dan kepemimpinan tidak bertumpu pada figur tetapi lebih berbasis sistem. 2) Membangun kinerja organisasi yang efektif efisien dan akuntabel, dengan menitikberatkan perhatian pada upaya fungsionalisasi seluruh jajaran organisasi, sehingga Muhammadiyah menjadi organisasi yang maju/modern dan melaksanakan prinsip-prinsip good governance (tata kelola yang baik). 3) Memperkuat organisasi Muhammadiyah sebagai basis gerakan kultural yang menjangkau segenap lapisan masyarakat dengan komitmen keumatan/ kemasyarakatan yang kuat dan konsisten. 4) Mengintensifkan pembinaan Cabang dan Ranting yang lebih tersistem disertai pemetaan yang akurat serta mengembangkan Cabang dan Ranting TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

61


Muhammadiyah sebagai prioritas penting sehingga dalam masa kerja 20102015 minimal tercapai 40% desa telah berdiri Ranting Muhammadiyah dan 70% kecamatan telah berdiri Cabang Muhammadiyah. 5) Mengembangkan percontohan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah yang dipadukan dengan program Keluarga Sakinah dan Qoryah Thayyibah yang diselenggarakan ‘Aisyiyah. 6) Menyusun kembali peta dakwah yang lengkap untuk memudahkan penentuan sasaran, pemilihan pendekatan, dan metode dalam mengembangkan tabligh yang tepat. 7) Penyusunan data base Persyarikatan yang lengkap dan menyeluruh untuk berbagai kepentingan dan pengembangan organisasi. 8) Meningkatkan kordinasi dan komunikasi pimpinan Persyarikatan dengan organisasi otonom di berbagai tingkatan yang bersifat reguler. 9) Mengefektifkan manajemen masjid dan mushalla yang dikelola Muhammadiyah sebagai basis gerakan Persyarikatan di akar-rumput. 10) Meningkatkan, mengembangkan, dan menerapkan sistem tatakelola organisasi dan tatakelola keuangan di seluruh tingkatan pimpinan dan amal usaha yang berdasarkan pada prinsip amanah, kejujuran, keterbukaan, dan tersistem. 11) Meningkatkan, mengembangkan, dan menerapkan pengawasan dan pembinaan keuangan termasuk pelaporan yang terstandar dan reguler di seluruh tingkatan pimpinan persyarikatan, amal usaha, dan institusi-institusi Muhammadiyah dengan regulasi yang tersistem. 12) Menyempurnakan konsep-konsep/pedoman/tuntunan sistem tatakelola organisasi dan keuangan yang terpadu di seluruh lingkungan organisasi Muhammadiyah. 13) Meningkatkan koordinasi, komunikasi, dan kunjungan ke wilayah/daerah/ cabang/ranting; termasuk dan perlu menjadi prioritas kepada tingkat pimpinan Persyarikatan yang sangat memerlukan pembinaan. 14) Meningkatkan pembentukan Cabang Istimewa Muhammadiyah yang berbasis perhimpunan dan tanpa harus terikat dalam lingkup negara (yang berarti dalam satu negara terutama negara besar dapat dibentuk sejumlah Cabang Istimewa Muhammadiyah), sehingga memberi peluang bagi Muhammadiyah untuk menyebarluaskan pandangan dan peranannya di negara-negara lain.

62

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


3. Program Pengembangan Kemitraan a. Visi Pengembangan

Berkembangnya kualitas dan intensitas hubungan organisasi yang menunjukkan peran strategis dan keterlibatan proaktif Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang maju/modern dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan perkembangan global.

b. Program Pengembangan 1) Meningkatkan partisipasi aktif Muhammadiyah dalam berbagai forum regional maupun internasional, termasuk dengan Cabang Istimewa Muhammadiyah dan mengembangkan jaringan dengan organisasi sepaham/serumpun di luar negeri sebagai media mengembangkan Islam yang berkemajuan. 2) Meningkatkan komunikasi, jaringan, dan kerjasama dengan organsasiorganisasi Islam, organisasi kemasyarakatan, dan kekuatan-kekuatan strategis baik nasional maupun dunia internasional dalam ikhtiar membangun tatanan kehidupan yang damai, maju, adil, makmur, bermartabat, dan berperadaban utama. 3) Mengembangkan kerjasama yang proaktif dan harmonis yang saling menguntungkan dengan berbagai instansi, baik pemerintah, maupun swasta, serta dalam maupun luar negeri, untuk mendukung gerak Persyarikatan. 4) Mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri sesuai dengan prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan umat Islam guna mengejar ketertinggalan dalam berbagai bidang serta untuk meningkatkan peran Muhammadiyah dan umat Islam secara lebih luas. 5) Mengembangkan peran dan kemitraan lembaga-lembaga Muhammadiyah dengan ASEAN di berbagai bidang strategis seperti pengembangan pemikiran Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain dalam menghadapi ASEAN Charter dan pergesran pusat geopolitik, geo-ekonomi, dan geo-sosial-budaya ke Asia khususnya China. 4. Program Pemberdayaan Anggota dan Kader a. Visi Pengembangan

Berkembangnya kuantitas, kualitas, dan kapasitas anggota serta kader Muhammadiyah sebagai sumberdaya pelaku gerakan dalam upaya mewujudkan terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

63


b. Program Pengembangan 1) Mengembangkan model-model pengembangan jumlah anggota secara proaktif sebagai bagian penting dari strategi gerakan yang bersifat ekspansif untuk mewujudkan tujuan Muhammadiyah. 2) Meningkatkan model-model pengembangan kualitas anggota yang terintegrasi dengan pembinaan keluarga sakinah, pendidikan, kesehatan, dan amal usaha Muhammadiyah. 3) Melaksanakan program pengiriman kader Muhammadiyah ke lembagalembaga pendidikan di dalam dan luar negeri secara terorganisasi dengan melibatkan dukungan amal usaha terkait dengan target yang ditentukan secara terukur. 4) Meningkatkan perhatian dan usaha secara serius yang berkaitan kesejahteraan dan masa depan kader sebagai bagian penting dari transformasi peran kader dalam lingkup persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa. 5) Menggalang potensi kader Muhammadiyah yang tersebar di berbagai lembaga pemerintahan (eksekutif, legislatif, yudikatif, dan institusi-institusi negara lainnya) dan lembaga-lembaga profesi serta institusi-institusi strategis lainnya untuk pengembangan visi dan misi Persyarikatan. 6) Meningkatkan dan mengembangkan ikatan persaudaraan di kalangan aktivis/kader persyarikatan dari berbagai profesi dan lingkungan dengan mengefektifkan forum-forum pengajian, pertemuan, dialog, ideopolitor, dan lain-lain. 5. Program Pemberdayaan Keluarga a. Visi Pengembangan

Berkembangnya kualitas keluaarga yang berbasis kehidupan keluarga sakinah dalam kehidupan masyarakat sebagai wujud keberhasilan dakwah Muhammadiyah.

b. Program Pengembangan 1) Meningkatkan usaha-usaha pembinaan keluarga sakinah disertai penyebarluasan tuntunan-tuntunan praktis di linkungan keluarga-keluarga Muhammadiyah maupun masyarakat sebagaimana dituntunkan oleh Tarjih dan pengembangan model keluarga sakinah yang disusun Aisyiyah sebagai bentuk keteladanan yang baik (uswah hasanah) dari model kehidupan keluarga dalam masyarakat. 2) Meningkatkan model-model bimbingan-konseling, advokasi, dan crisiscenter dalam memecahkan masalah-masalah keluarga, baik di lingkungan Muhammadiyah maupun masyarakat, yang menggunakan pendekatan dakwah. 64

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


3) Meningkatkan gerakan TV-sehat sebagaimana dikembangkan oleh Aisyiyah sebagai salah satu bentuk pembelajaran dan pencegahan atas dampak negatif televisi dan bentuk-bentuk perluasan pengaruh teknologi sejenis lainnya yang dapat merusak masa depan generasi umat dan bangsa. 4) Meningkatkan pembinaan kualitas kesehatan dsan kesejahteraan keluarga termasuk kesehatan reproduksi terutama di lingkungan masyarakat yang dhu’afa melalui berbagai kegiatan sebagai bagian terpadu dari pengembangan kehidupan Keluarga Sakinah, Qoryah Thayyibah, serta Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah. 5) Meningkatkan gerakan budaya membaca di lingkungan keluarga sebagai basis dari masyarakat pembelajaran menuju kehidupan keluarga yang cerdas menuju pencerdasan kehidupan bangsa. 6. Program Partisipasi Kebangsaan a. Visi Pengembangan

Berkembangnya peran-peran strategis Muhammadiyah sebagai kekuatan Islam modernis terbesar dalam mempengerahui kebijakan-kebijakan negara/ pemerintahan dan proses dinamika politik-kebangsaan sebagai perwujudan dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai Khittah dan Kepribadian Muhammadiyah.

b. Program Pengembangan 1) Meningkatkan komunikasi, hubungan, dan kerjasama secara proaktif dengan berbagai lembaga negara/pemerintahan baik dengan eksekutif, legislatif, yudikatif maupun institusi-institusi negara/pemerintahan lainnya dalam usaha mengembangkan misi Muhammadiyah. 2) Meningkatkan perhatian, kepedulian, dan penyikapan terhadap persoalanpersoalan aktual dan krusial yang menyangkut hajat hidup publik, termasuk kepentingan umat Islam, sebagai bentuk keterlibatan aktif Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3) Meningkatkan prakarsa dan forum lintas dengan komponen bangsa yang lain dalam usaha memperkuat posisi kekuatan masyarakat madani (civil society) untuk memperjuangkan aspirasi rakyat terhadap pemerintah atau lembagalembaga negara lainnya sesuai dengan prinsip dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar yang dilaksanakan Muhammadiyah. 4) Meningkatkan prakarsa dan komunikasi khusus dengan organisasi-organisasi Islam dalam usaha memperkuat ukhuwah dan kepemimpinan umat Islam, menyelesaikan masalah-masalah krusial dan strategis, serta untuk TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

65


memperjuangkan aspirasi umat Islam sebagai penduduk mayoritas dalam peran kehidupan berbangsa dan negara. 5) Memperkuat posisi dan peran Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern terbesar dalam dinamika nasional dan global melalui berbegai keterlibatan yang strategis, selektif, dan produktif dengan tetap mengindahkan prinsip kemandirian dan sejalan Khittah serta Kepribadian Muhammadiyah. F.

Program Perbidang Persyarikatan

1. Program Bidang Tarjih, Tajdid, dan Pemikiran Islam a. Visi Pengembangan

Berkembangnya fungsi tarjih, tajdid, dan pemikiran Islam yang mendorong peran Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan yang kritis, dinamis, dan proaktif dalam menjawab problem dan tantangan aktual sehingga Islam menjadi sumber pemikiran, moral, dan praksis sosial kehidupan umat, bangsa, dan perkembangan global yang kompleks.

a. Program Pengembangan 1. Menyegarkan dan mengembangkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat yang multikultural dan kompleks disertai dengan permusan Risalah Islamiyah, tafsir Al-Quran, dan pemikiran-pemikiran keislaman lainnya yang komprehensif. 2. Memulai menyusun Tafsir Al Quran yang dapat menjadi rujukan dan panduan/pedoman bagi seluruh warga Muhammadiyah dalam memahami dan mengimplementasikan Al Quran dan As Sunah yang shahihah dalam kehidupan. 3. Mengoptimalkan peran kelembagaan dan pusat-pusat kajian bidang tajdid, tarjih, dan pemikiran Islam yang bersifat proaktif dalam menjawab masalahmasalah aktual masyarakat dan meningkatkan peran-peran strategis bidang keagamaan di tengah dinamika kehidupan kontemporer. 4. Memperluas dan mensosialisasikan Konsep Islami dan produk-produk pemikiran di bidang tarjih, tajdid, dan pemikiran Islam yang menjadi pandangan, pedoman, bimbingan, acuan, dan tuntunan dalam kehidupan masyarakat seperti Himpunan Putusan Tarjih, Fatwa Agama, Keluarga Sakinah, Fikih Tata Kelola, Fiqif Ikhtilaf dan hasil-hasil Musyawarah Tarjih. 5. Mengembangkan kapasitas/kompetensi kelembagaan dan kader ulama bidang tarjih, tajdid, dan pemikiran Islam termauk pembinaan kader hisab dan falak serta kelompok pemikir Islam untuk memperkokoh dan mengembangkan Muhammadiyah sebagai gerakan pembaruan dan kepentingan menghadapi 66

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


perkembangan yang kompleks dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan tantangan global misalnya melalui program memperbanyak ulama hadits dan ushul fiqh, disamping ulama pada umumnya. 6. Memperluas, mensosialisasikan, dan mendorong penerapan/aktualisasi pandangan keislaman Muhammadiyah tentang perempuan yang mengarah pada keadilan dan kesetaraan relasi laki-laki dan perempuan yang mencerminkan tatanan kehidupan yang bersifat rahmatan lil-‘alamin. 7. Mengembangkan pandangan dan pedoman hisab yang menjadi rujukan bagi masyarakat luas dan terus mengusahakan berlakunya kalender Islam internasional. 8. Mengintensifkan kajian-kajian pemikiran Islam dalam merespon isu-isu dan masalah-masalah penting dan strategis di berbagai bidang yang berkembang dalam kehidupan umat dan masyarakat luas. 9. Meningkatkan kepustakaan dan pendayagunaan koleksi keputusan tarjih serta kitab-kitab/buku-buku/sumber-sumber rujukan utama baik klasik maupun kontemporer serta cetak dan elektronik di bidang tarjih, tajdid, dan pemikiran Islam. 10. Meningkatkan usaha penyebaran pemikiran Islam yang berkemajuan khususnya di lingkungan ASEAN dalam mengantisipasi ASEAN Charter dan pergeseran pusat geo-politik, geo-ekonomi, dan geo-sosial-budaya ke China maupun pada ranah global sehingga pandangan keislaman Muhammadiyah dikenal, dipahami, dan mempengaruhi dinamika pemikiran dunia. 2. Program Bidang Tabligh a. Visi Pengembangan

Berkembang gerakan tabligh Muhammadiyah dalam pembinaan keagamaan yang bersifat meneguhkan dan mencerahkan pada berbagai kelompok sosial yang luas sehingga Islam dihayati, dipahami, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari serta menjadi rahmatan lil-alamin di tengah dinamika masyarakat Indonesia yang kompleks.

b. Program Pengembangan 1) Menyusun pedoman-pedoman / tuntunan-tuntunan dan materi tabligh yang bersifat praktis dan menjadi acuan bagi para mubaligh serta semakin tumbuhkembangnya kehidupan keagamaan/keislaman dalam masyarakat seperti tuntunan/pedoman tabligh, kurikulum/materi tabligh, materi khutbah, dan pedoman/tuntunan kehidupan beragama sehari-hari. 2) Menghidupkan dan mengembangkan berbagai jenis pengajian di lingkungan Persyarikatan dan umat Islam disertai pengembangan materi, pendekatan, TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

67


metode yang menarik dan tepat sasaran, serta meningkatkan keyakinan, pemahaman, dan pengamalan Islam yang lebih mendalam/substantif yang menghadirkan Islam berwajah rahmatan lil-‘alamin. 3) Mengoptimalkan pengelolaan masjid dan musholla sebagai sarana pembinaan keislaman dan aktivitas keumatan yang sensitif terhadap masalah serta dinamika kehidupan masyarakat setempat. 4) Meningkatkan kuantitas dan kualitas muballigh yang dapat menjangkau multistrata, multietnis, dan multimedia di berbagai lingkungan kehidupan masyarakat termasuk di televisi melalui berbagai kursus, pelatihan, dan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kapasitas mubaligh di tengah tuntutan kehidupan yang semakin memerlukan acuan Islam. 5) Mengoptimalkan pengadaan dan pengiriman mubaligh untuk masyarakat suku terasing dan daerah tertinggal disertai usaha-usaha pembinaan dan pengorganisasiannya yang lebih tersistem. 6) Mengusahakan peningkatan sarana dan sumber dana untuk mempermudah pengembangan fungsi tabligh dan peran mubaligh dalam kehidupan masyarakat. 7) Peningkatan fungsi media tabligh seperti buletin, leaflet, website, tabligh seluler, dan media lainnya yang menyajikan materi/pesan tabligh yang bersifat membimbing, meneguhkan, menggembirakan, dan mencerahkan yang mencerminkan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid sehingga ajaran Islam semakin diterima oleh dan menjadi pedoman seharihari dalam kehidupan masyarakat luas. 8) Mengembangkan tabligh yang memberikan pemahaman Islam yang luas tentang kemulian dan keadilan relasi antara laki-laki dan perempuan, perdamaian dan antikekerasan, dan hubungan antargolongan yang berwawasan rahmatan lil-‘alamin. 9) Pelatihan kristologi bagi muballigh dalam satu paket dengan pelatihan mubaligh lainnya diserta pemahaman peta dakwah secara menyeluruh. 10) Melakukan pembinaan berkelanjutan dalam aspek-aspek keagamaan secara terprogram bagi jamaah haji binaan Muhammadiyah/’Aisyiyah. 3. Program Bidang Pendidikan, Iptek, dan Litbang a. Visi Pengembangan

68

Berkembangnya kualitas dan ciri khas pendidikan Muhammadiyah yang unggul, holistik, dan bertatakelola baik yang didukung oleh pengembangan iptek dan

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


litbang sebagai wujud aktualisasi gerakan dakwah dan tajdid dalam membentuk manusia yang utuh sebagaimana tujuan pendididikan Muhammadiyah. b. Program Pengembangan 1) Mengembangkan sistem pendidikan Muhammadiyah yang holistik atau menyeluruh sebagai kelanjutan dari konsep blueprint pendidikan Muhammadiyah menuju pada pencapaian pendidikan yang unggul/utama di masa depan. 2) Menyusun Roadmap keunggulan pendidikan Muhammadiyah baik tingkat dasar dan menengah maupun perguruan tinggi dalam berbagai aspeknya, termasuk pemetaan sumberdaya insani, pusat-pusat keunggulan, fasilitas, tata kelola, kepemimpinan, dan lain-lain yang mendukung pengembangan kualitas/keunggulan pendidikan Muhammadiyah di tengah persaingan yang tinggi. 3) Meningkatkan peran dan fungsi pendidikan Muhammadiyah sebagai lembaga pelayanan masyarakat dengan membuka dan memperluas akses dan kesempatan bagi seluruh masyarakat tanpa memandang suku, bangsa, agama dan kelas sosial untuk memperoleh pendidikan yang bermakna bagi diri, keluarga dan masyarakat. 4) Meningkatkan peran dan fungsi lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat pembelajaran yang mencerahkan, mencerdaskan dan memberdayakan peserta didik sehingga menjadi manusia yang bertaqwa, berilmu pengetahuan, terampil, berkepribadian kuat, mandiri, berorientasi ke masa depan dan bertanggung jawab terhadap kehidupan masyarakat, umat dan bangsa. 5) Mengoptimalkan peran dan fungsi lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat dakwah Islam melalui usaha-usaha memperluas dan memperdalam pemahaman Agama, mengamalkan ibadah berdasarkan tuntunan Rasulullah SAW, mengembangkan interaksi yang sesuai dengan akhlak mulia dan menata lingkungan fisik yang mencerminkan nilai-nilai Islam yang berkemajuan. 6) Mengembangkan model-model pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di seluruh jenjang pendidikan yang memberikan pencerahan paham Islam dan komitmen gerakan Muhammadiyah yang berkemajuan. 7) Meningkatkan dan memperkuat peran dan fungsi pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat perkaderan dengan pembinaan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Kepanduan Hizbul Wathan (HW), Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TS), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi intra

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

69


kurikuler melalui pengembangan kegiatan-kegiatan intra dan ekstra kulikuler yang meningkatkan wawasan dan kemampuan kepemimpinan, memperkuat jatidiri pelajar dan mahasiswa sebagai kader persyarikatan, umat dan bangsa. 8) Memperkuat dan memperteguh identitas pendidikan Muhammadiyah dengan membangun filosofi pendidikan yang khas berdasarkan Alquran dan Sunnah serta dengan mempertimbangkan pengalaman-pengalaman yang berasal dari tradisi pendidikan Islam, ajaran dan pemikiran KHA Dahlan dan para tokoh Muhammadiyah serta nilai-nilai sosial-budaya masyarakat yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. 9) Mengembangkan jenis, jenjang dan jalur pendidikan baru sebagai alternatif dan solusi atas tuntunan dan kebutuhan masyarakat melalui berbagai usaha memperluas dan memperkuat pelayanan pendidikan sebagai agen perubahan sosial berdasarkan spirit tajdid dan amal shalih. 10) Mengembangkan sistem kurikulum yang mengintegrasikan iman, ilmu pengetahuan dan akhlak sebagai usaha membangun dan mengembangkan pendidikan holistik dan pendidikan nilai untuk terwujudnya manusia seutuhnya. 11) Meningkatkan mutu pendidikan Muhammadiyah sehingga memenuhi delapan standar pendidikan nasional dan mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan yang berstatus mandiri menjadi lembaga pendidikan berstandar internasional dengan keunggulan khusus dalam bidang Agama, akhlak mulia, kepemimpinan dan kecakapan hidup. 12) Meningkatkan kemampuan profesional pendidik melalui peningkatan jenjang pendidikan (studi lanjut), pelatihan-pelatihan formal kependidikan, penyelenggaraan forum-forum akademik dan pengembangan lembagalembaga profesi yang memungkinkan terjadinya transfer keahlian di antara sesama pendidik seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan lain-lain. 13) Meningkatkan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai kemampuan Persyarikatan dan satuan pendidikan setempat berdasarkan sistem kinerja dan meritokrasi dengan mempertimbangkan tingkat kebutuhan hidup masyarakat setempat, loyalitas, lama pengabdian, kreativitas dan profesionalisme kerja. 14) Mengembangkan budaya good governance, hidup sehat, anti korupsi dan hemat energi sebagai gerakan kebudayaan yang merupakan perwujudan, pengamalan dan internalisasi nilai-nilai al-Islam dan Kemuhammadiyah dalam lembaga pendidikan.

70

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


15) Mengembangkan dan memperkuat kemandirian pendidikan Muhammadiyah melalui pengembangan dan optimalisasi tradisi filantropi pendidikan, partisipasi masyarakat, unit-unit usaha ekonomi dan kerjasama dengan berbagai pihak yang tidak mengikat baik secara ideologis maupun politik. 16) Meningkatkan, memperluas dan memperkuat kerjasama dan kemitraan dalam berbagai bidang antara lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah, Persyarikatan, Majelis, Pemerintah, masyarakat dan lembaga-lembaga sosial baik di dalam maupun luar negeri sebagai usaha meningkatkan mutu pendidikan. 17) Merintis usaha-usaha membuka atau mengembangkan sister school antara sekolah, madrasah atau perguruan tinggi Muhammadiyah dengan lembaga pendidikan di luar negeri sebagai usaha meningkatkan mutu dan mengembangkan gerakan dan menyebarluaskan paham Muhammadiyah di dunia internasional. 18) Memperkuat ukhuwah dan silaturrahim antar lembaga pendidikan melalui penyelenggaran kegiatan musabaqah, olimpiade, turnamen olah raga, festival kesenian dan kegiatan lain yang menumbuhkan semangat, kebanggaan dan persatuan di antara warga Muhammadiyah. 19) Menyusun peta pendidikan, pusat data dan informasi pendidikan Muhammadiyah sebagai bahan pengkajian ilmiah dan dasar pengambilan kebijakan dan pengembangan pendidikan Muhammadiyah. 20) Memfasilitasi dan membantu kegiatan penelitian dan usaha-usaha kreatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kerjasama dan pengembangan jaringan penelitian di dalam dan di luar negeri. 21) Mendorong inovasi, kreativitas dan penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni-budaya yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, pembangunan peradaban dan kemanusiaan bermartabat dan penciptaan tata dunia yang damai. 22) Mendorong dan melaksanakan penelitian tentang Muhammadiyah sebagai usaha pemetaan dan pengembangan gerakan Muhammadiyah secara lebih sistematis, sistemik dan berkesinambungan untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. 23) Memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi untuk menumbuhkan semangat ber-Muhammadiyah dan mendorong kepeloporan dan keteladanan di kalangan warga Muhammadiyah.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

71


24) Mengintegrasikan aktivitas lembaga pendidikan Muhammadiyah dengan program pengembangan masyarakat dan kegiatan Persyarikatan di lingkungan setempat. 25) Mengingintensifkan pembinaan akhlak Islami, ideologi Muhammadiyah, dan penekanan pada pendidikan karakter di seluruh jenjang pendidikan Muhammadiyah sebagai satu kesatuan utuh dengan pengembangan intelektualitas/kecerdasan, keahlian, dan aspek-asek penting lainnya yang menunjukkan keunggulan kualitas dan ciri khas pendidikan Muhammadiyah. 26) Mengembangkan kualitas kepemimpinan, tatakelola termasuk tatakelola keuangan, peraturan-peraturan yang terpadu dan standar, pemanfaatan IT (Information Tecknology), penjaminan mutu, dan bebagai aspek/perangkat penting lainnya yang mendukung pengembangan keunggulan pendidikan Muhammadiyah di tingkat perguruan tinggi maupun dasar dan menengah. 27) Meningkatkan kualitas, jaringan, dan kerjasama antar lembaga pendidikan Muhammadiyah di semua jenjang pendidikan sehingga dapat saling memberdayakan dan menjadi pusat keunggulan bersama dalam satu kesatuan lembaga pendidikan Muhammadiyah terutama untuk daerah tertinggal. 28) Mengorganisasi kerjasama, jaringan, dan fungsi-fungsi lembaga-lembaga/ pusat-pusat penelitian dan pengembangan di lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah. 29) Pengembangan pusat-pusat kaderisasi khusus yang dipadukan secara tersistem dalam lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah tertentu seperti untuk kepentingan kader tarjih/tajdid/pemikiran Islam, kader mubaligh, dan kader persyarikatan lainnya. 30) Menjadikan pusat-pusat kajian dan perpustakaan di lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah terutama di perguruan tingginya sebagai penyuplai, penyangga, pendukung, dan sumber-seumber pengembangan bagi kepentingan-kepentingan strategis Persyarikatan, termasuk dalam hal kepentingan penyusunan konsep-konsep atau pemikiran-pemikiran strategis Muhammadiyah. 31) Meningkatkan kemitraan lembaga pendidikan dengan lembaga-lembaga pendidikan di ASEAN dalam mengantisipasi ASEAN Charter dan pergeseran pusat geo-politik, geo-ekonomi, dan geo-sosial-budaya ke China, yang dilaksanakan secara tersistem dengan kebijakan Persyarikatan.

72

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


4. Program Bidang Perkaderan a. Visi Pengembangan

Berkembangnya kualitas anggota dan kader Muhammadiyah sebagai pelaku gerakan yang memiliki keunggulan kapasitas, komitmen ideologis, dan mampu memajukan serta menyebaruaskan peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan umat, bangsa, dan perkembangan global.

b. Program Pengembangan 1) Mengintensifkan pelaksanaan Sistem Perkaderan Muhammadiyah dan menjadikan prkaderan sebagai budaya organisasi di seluruh tingkatan pimpinan, amal usaha, dan institusi-institusi yang berada dalam struktur Persyarikatan. 2) Mengoptimalkan pendayagunaan pilar-pilar perkaderan di lingkungan Persyarikatan yakni di keluarga, organisasi otonom, lembaga pendidikan, dan amal usaha Muhammadiyah. 3) Mengintensifkan dan mendesain pembinaan anggota di lingkungan Persyarikatan dan Amal Usaha dan kelompok-kelompok jama’ah melalui Darul Arqam, Baitul Arqam, pengajian khusus, dan berbagai model perkaderan lainnya yang bersifat spesifik. 4) Melaksanakan Ideopolitor (Ideologi, Politik, dan Organisasi) bagi pimpinan di lingkungan pimpinan Persyarikatan dan Amal Usaha untuk meneguhkan komitmen ideologis, memperluas visi dan pemikiran, dan mengembangkan organisasi sebagai instrumen gerakan Islam. 5) Menyusun materi perkaderan dan materi ideologi yang terkandung dalam Muqaddimah Anngoaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. 6) Menyelenggarakan Latihan Instruktur disertai pembentukan Korp Instruktur di masing-masing tingkatan sesuai dengan Sistem Perkaderan Muhammadiyah. 7) Menyusun dan melaksanakan perkaderan fungsional untuk mewadahi dan menyalurkan potensi anggota dan kader yang tersebarluas di berbagai lingkungan profesi dan lembaga di luar Muhammadiyah. 8) Meningkatkan proses transformasi kader dengan banyak melibatkan dan memberi peran yang proporsional kepada kader Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) dalam berbagai aktifitas Persyarikatan.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

73


9) Bekerjasama dengan Majlis Tarjih dan Tabligh membentuk forum kajian tafaqquh fiddin (seperti kajian tafsir Quran dan Hadits) di semua tingkat pimpinan. 10) Bekerjasama dengan Majelis/Lembaga/Amal Usaha terkait menyelenggarakan Daru Arqam/Baitul Arqam dan pengkajian Pedoman Hidup Islami warga Muhamamdiyah, baik secara teori maupun praktek. 11) Melakukan koordinasi kaderisasi dengan organisasi otonom pada setiap jenjang pimpinan Muhammadiyah. 12) Identifikasi, penyusunan data base, dan pemetaan sumberdaya kader yang dimiliki Muhammadiyah di semua lini organisasi. 13) Melaksanakan sertifikasi bekerjasama dengan Majelis Diktilitbang dan Majelis Dikdasmen untuk pengajar Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di lembaga perguruan tinggi serta pendidikan dasar dan menengah. 14) Meningkatkan kajian-kajian perkaderan untuk pengembangan konsep, model, pendekatan, dan metode yang lebih berkualitas dalam pelaksanaan perkaderan Muhammadiyah. 5. Program Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat a. Visi Pengembangan

Berkembangnya fungsi pelayanan kesehatan dan kesejahteraan yang unggul dan berbasis Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kemajuan hidup masyarakat khususnya kaum dhu’afa sebagai wujud aktualisasi dakwah Muhammadiyah.

b. Program Pengembangan 1) Meningkatkan sistem penyelenggaraan/pengelolaan amal usaha bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat (AUMKESSOS) yang unggul dan berbasis PKO (Penolong Kesengsaraan Omoeom) / Al-Ma’un dengan manajmen terpadu, tatakelola, pengawasan standar pelayanan dan mutu, dan pengelolaan IPO (Input-Proses-Output) yang berkualitas utama sehingga mampu bersaing dan menjangkau masyarakat luas. 2) Mengoptimalkan jaringan amal usaha bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat (AUMKESOS) melalui berbagai model pengembangan konsorsium, kerjasama internal dan eksternal, teknologi informasi, pengembangan koperasi, konsep satelit klinik, konsep Central Purchasing, dan bentuk-bentuk jejaring lainnya yang membawa pada keungulan secara kolektif. 3) Meningkatkan kualitas sumberdaya amal usaha bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat (AMKUESOS) melalui peningkatan kapasitas tenaga 74

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


AUMKESSOS, pendidikan, promosi, dayadukung fasilitas, dan berbagai skill yang mengembangkan keunggulan. 4) Mengoptimalkan standar pelayanan kesehatan melalui standarisasi pelayanan AUMKES, pengembangan rumah sakit dengan layanan unggulan di setiap daerah, optimalisasi pelayanan AUMKES terhadap permasalahan kesahatan masyarakat dan penanggulangan bencana, dan peningkatan jumlah AUMKES sebagai Satelit Klinik Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah di daerah pedalaman/terpencil. 5) Mengoptimalkan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat (Flu Burung, Flu Babi, Malaria, TBC, HIV/AIDS, dan sebagainya) , kampanye kesadaran hidup sehat dan bersih, kampanye dan penyuluhan kesehatan reproduksi, serta kampanye dan penyuluhan antinarkoba. 6) Meningkatkan standarisasi pelayanan warga asuh di lingkungan AUMKES, jumlah AUMSOS di daerah terpencil, perlindungan anak dan korban kekerasan, pengembangan konsep asuhan keluarga, pengembangan pusat perlindungan anak, dan pendidikan di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Anak. 7) Meningkatkan dan mengoptimalkan sistem penanggulangan bencana dalam bentuk jejaring simpul-simpul tanggap darurat, rehabilitasi bencana di lingkungan Muhammadiyah dalam penanggulangan bencana; peningkatan kapasitas kader, relawan, dan pengelola penanggulangan bencana 8) Meningkatkan keterpaduan dan kesiapan AUMKESOS dan Rumah Sakit dalam penanggulangan bencana, peningkatan kualitas tanggap darurat (response time dan mobilisasi), peningkatan kualitas manajemen dan pengadaan logistik tanggap darurat, serta advokasi dan reabilitasi pasca bencana. 9) Mengembangkan kesadaran bencana di lingkungan Muhammadiyah, kampanye kesadaran menghadapi bencana di masyarakat, advokasi sistem penanggulangan bencana, dan usaha-usaha lain dalam program rehabilitasi pasca tanggap darurat yang tersistem dengan program dan prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah. 10) Mengoptimalkan lembaga panti asuhan Muhammadiyah menjadi tempat penyemaian kader Muhammadiyah. 11) Mengembangkan jenis-jenis/model-model pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial baru yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat di akar-rumput yang bersinergi dengan Rumah Sakit dan Panti Asuhan serta AUMKESOS Muhammadiyah sebagai wujud gerakan Al-Ma’un/PKO. 12) Meningkatkan kemitraan program kesehatan dengan lembaga-lembaga kesehatan di ASEAN dalam mengantisipasi ASEAN Charter dan pergeseran

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

75


pusat geo-politik, geo-ekonomi, dan geo-sosial-budaya ke China; yang dilaksanakan secara tersistem dengan kebijakan Persyarikatan. 6. Program Bidang Wakaf a. Visi Pengembangan

Berkembangnya kemampuan dan pengorganisasian umat untuk berwakaf, berzakat, berinfaq, dan bershadaqah serta meningkatnya sistem pengelolaan, jalinan kepedulian, dan pelayanan bagi kaum dhu’afa yang menumbuhkan keberdayaan dan kesejahteraan masyarakat.

b. Program Pengembangan 1) Inventarisasi dan arbitrase harta benda Persyarikatan yang diperoleh dari wakaf serta mengintensifkan pelaksanaan, penertiban, dan pengelolaan sertifikasi tanah-tanah wakaf Muhammadiyah. 2) Memasyarakatkan wakaf uang dan wakaf yang tidak bergerak yang terpadu dengan pengorganisasian dan pemanfaatan ZIS menuju pemberdayaan umat. 3) Memanfaatkan tanah wakaf kosong untuk hal-hal produktif dan kegiatankegiatan lain sesuai fungsinya. 7. Program Bidang Ekonomi dan ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) a. Visi Pengembangan

Berkembangnya kapasitas dan bangkitnya kembali etos ekonomi Muhammadiyah untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan umat.

b. Program Pengembangan 1) Mengembangkan lembaga keuangan mikro, koperasi, dan BTM/BMT sebagai wadah kerjasama dan pemberdayaan antar pelaku usaha ekonomi di lingkungan Persyarikatan menuju pada kekuatan dan kemandirian Muhammadiyah sebagai gerakan ekonomi. 2) Meningkatkan pembinaan kualitas sumberdaya manusia pelaku usaha ekonomi umat melalui kegiatan pelatihan, pendampingan, dan konsultasi bisnis yang intensif dan sistematik. 3) Mengembangkan usaha/bisnis ritel barang konsumsi dan usaha-usaha unggulan yang memiliki nilai tambah yang tinggi disertai dengan dukungan permodalan, sumberdaya manusia, dan jaringan yang kuat di seluruh lingkungan Persyarikatan.

76

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


4) Mengembangkan model pemberdayaan ekonomi yang berskala mikro, kecil, dan menengah yang didasarkan atas kekuatan sendiri sebagai wujud cita-cita kemandirian ekonomi umat. 5) Mengembangkan jaringan dan kerjasama dengan pemerintah, swasta, dan lembaga-lembaga lain dalam program-program pemberdayaan ekonomi khususnya ekonomi mikro, kecil, dan menengah yang berdampak langsung dalam membangun kekuatan masyarakat kecil (akar rumput) yang dhu’afa dan musatdh’afin melalui model-model kegiatan ekonomi alternatif. 6) Mengembangkan jumlah dan kualitas BMT (Baitul Mal wa Tanwil) Muhammadiyah disertai peningkatan mutu sumberdaya manusia, tata kelola, jaringan, dan kerjasama untuk mencapai tingkat keunggulan sebagai sarana pemberdayaan ekonomi umat/masyarakat. 7) Peningkatan gerakan ekonomi di kalangan warga Muhammadiyah disertai pembentukan mentalitas dan budaya kewirausahaan serta berbagai pelatihan sehingga terbangun kondisi dan infrastruktur Muhammadiyah sebagai kekuatan ekonomi. 8) Mengembangkan jaringan lembaga keuangan mikro (syari’ah) di lingkungan Persyarikatan untuk memperkuat kemampuan BTM/BMT melalui suatu wadah kerjasama yang mampu berperan meningkatkan akses kepada sumberdaya ekonomi khususnya pendanaan, selain meningkatkan kemampuan manajemen BTM/BMT dan pengorganisasiannya dalam sistem organisasi Muhammadiyah. 9) Meningkatkan pengentasan kemiskinan dengan instrumen ZIS dan usahausaha ekonomi yang memiliki nilai tambah yang tinggi khsusnya yang berskala kecil, mikro, dan menengah dengan memanfaatkan berbagai jaringan yang dimiliki Muhammadiyah termasuk yang berbasis di cabang dan Ranting. 10) Meningkatkan kualitas sumberdaya, organisasi dan manajemen, administrasi, sinergi, dan pelayanan dalam menggerakkan, pengelolaan, dan pemanfaatan wakaf dan ZIS (zakat, infaq, dan shadaqah) dengan memobilisasi seluruh potensi. 11) Optimalisasi usaha-usaha penggalian, pencarian, dan pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah secara lebih proaktif, terorganisasi, dan terkelola dengan prinsip tatakelola yang baik melalui Lembaga ZIS Muhammadiyah. 12) Pengembangan pemanfaatan fungsi pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah ke hal-hal yang lebih produktif selain yang bersifat kedermawanan. 13) Meningkatkan pembinaan dan jaringan lembaga-lembaga ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) sehingga memiliki fungsi yang efektif, produktif, dan akuntabel dalam menjalankan kegiatannya. TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

77


14) Meningkatkan kemitraan ekonomi dengan lembaga-lembaga ekonomi di ASEAN dalam mengantisipasi ASEAN Charter dan pergeseran pusat geopolitik, geo-ekonomi, dan geo-sosial-budaya ke China, yang dilaksanakan secara tersistem dengan kebijakan Persyarikatan. 8. Program Bidang Pemberdayaan Masyarakat a. Visi Pengembangan

Meningatnya kapasitas, daya saing, posisi tawar, dan intensitas pemberdayaan masyarakat berbasis misi Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) dan gerakan AlMa’un menuju kehidupan masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan berkeadaban.

b. Program Pengembangan 1) Mengaplikasikan konsep-konsep gerakan seperti implementasi Teologi/Fikih Al-Ma’un dan model pemberdayaan masyarakat lainnya yang terpadu dengan sistem gerakan Muhammadiyah. 2) Mengembangkan model-model pemberdayaan masyarakat yang bersifat bottom-up dan partisipatif untuk komunitas buruh, tani, nelayan, dan kaum marjinal di perkotaan maupun pedesaan. 3) Mengembangkan potensi sumberdaya manusia untuk pemberdayaan masyarakat disertai peningkatan kualitas pengelola, optimalisasi multimedia dan teknologi informasi, dan mobilisasi sumber dana dari berbagai pihak yang sah dan tidak mengikat. 4) Meningkatkan kapasitas pengorganisasian dan pengembangan program pemberdayaan masyarakat dengan meanfaatkan berbagai dayadukung yang dimiliki Persyarikatan. 5) Meningkatkan jaringan hubungan dan kerjasama baik di lingkungan Persyarikatan maupun lembaga-lembaga lain yang memiliki kepedulian pada pengembangan civil society atau masyarakat madani sejalan dengan prinsip gerakan Muhammadiyah. 6) Mengembangkan model-model pertanian, peternakan, dan perikanan yang terintegrasi dari hulu sampai hilir menuju pemberdayaan kelompok petani, nelayan, dan peternak yang kuat dan mandiri. 7) Meningkatkan advokasi dan pendampingan terhadap kelompok miskin, buruh, dan kelompok dhua’afa/mustadh’afin lainnya untuk memiliki akses, usaha, dan kekuatan kemandirian. 8) Meningkatkan perhatian, kepedulian, dan advokasi kepada kelompok difabel untuk memperoleh hak-hak dasar dan kesejahteraan dalam kehidupannya.

78

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


9) Mengupayakan advokasi kebijakan publik yang tidak sensitif dan tidak memihak kepada kaum miskin, dhu’afa, dan mustadh’afin. 10) Mengembangkan pusat penanganan krisis (crisis center) di pusat dan wilayah sebagai wahana penanggulangan krisis yang dihadapi masyarakat terutama masyarakat miskin, dhu’afa, dan mustadh’afin. 11) Meningkatkan kapasitas keahlian, modal, produksi, dan distribusi usahausaha di bidang pertanian, perikanan, peternakan, dan usaha-usaha lainnya yang mampu meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. 9. Program Bidang Lingkungan Hidup a. Visi Pengembangan

Berkembangnya kesadaran dan perilaku ramah lingkungan di kalangan masyarakat serta warga Muhammadiyah sebagai wujud dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar dalam penyelamatan lingkungan hidup.

b. Program Pengembangan 1) Menyusun pedoman/tuntunan baik prinsip maupun teknis yang menjadi acuan bagi usaha-usaha penyelematan lingkungan sebagai wujud dakwah Islam di bidang lingkungan. 2) Mengintensifkan sosialisasi sadar dan perilaku ramah lingkungan dalam berbagai model aksi penyelematan lingkungan. 3) Mengembangkan pendidikan lingkungan hidup guna membangun kesadaran dan perilaku ramah lingkungan di seluruh tingkatan dan lini organisasi sehingga Muhammadiyah menjadi pioner dalam gerakan lingkungan. 4) Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia, kelembagaan, dan jaringan Muhammadiyah dalam gerakan pendampingan, advokasi, dan penyelamatan lingkungan. 5) Mengintensifkan kerjasama dengan berbagai lembaga, baik pemerintah maupun swasta dan komunitas-komintas masyarakat, dalam penyelematan lingkungan dan mengembangan pembangunan berkelanjutan. 10. Program Bidang Seni Budaya dan Olahraga a. Visi Pengembangan

Berkembangnya seni budaya yang bernapaskan Islam dan mencerahkan akal budi manusia sebagai makhluk yang berperadaban mulia.

b. Program Pengembangan 1) Mengembangkan apresiasi kesenian, kesusastraan, dan pariwisata yang

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

79


Islami dan memberikan nuansa kehalusan budi dan spiritual Islami dalam kehidupan warga persyarikatan, umat, dan masyarakat luas. 2) Memproduksi film, buku, dan seni pertunjukan yang membawa pesan kerisalahan dan peradaban Islami. 3) Mengembangkan dan mengapresiasi seni budaya lokal yang dipadukan dengan dakwah kultural Muhammadiyah. 4) Mengembangkan pendidikan seni budaya Islami melalui lembaga pendidikan, keluarga, dan komunitas jama’ah. 5) Melakukan kajian dan kritik terhadap praktik-praktik kesenian dan berbagai publikasi yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma ajaran Islam serta merusak akhlak dan peradaban manusia. 6) Meningkatkan pengadaan dan pengelolaan sarana, prasarana, pendidikan, produksi, dan pengembangan kesenian di lingkungan persyarikatan. 7) Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam pengembangan senibudaya Islami. 8) Memanfaatkan media massa cetak dan elektronik sebagai sarana dalam pengembangan program seni budaya dalam Muhammadiyah. 9) Mengembangkan kesadaran dan pemasyarakatan olahraga untuk menumbuhkan fisik dan jiwa yang sehat di lingkungan warga Muhammadiyah melalui berbagai macam kegiatan yang terprogram. 11. Program Bidang Pustaka dan Informasi a. Visi Pengembangan

Terbangunnya budaya pustaka dan informasi sebagai organisasi Islam modern di tengah dinamika perkembangan masyarakat yang kompleks.

b. Program Pengembangan 1) Mengembangkan dokumentasi sejarah, karya intelektual, dan sistem pustaka termasuk di dalamnya mengembangkan E-Library (perpustakaan digital) dan distribusi kepustakaan di seluruh jenjang pimpinan Muhammadiyah. 2) Peningkatan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan yang berfungsi untuk pengembangan pengetahuan dan informasi warga persyarikatan dan masyarakat luas. 3) Melaksanakan pelatihan pustakawan dan public relations dalam menunjang pelayanan dan fungsi-fungsi tugas persyarikatan. 4) Mengembangkan sistem informasi Muhammadiyah yang unggul dan lengkap disertai pemanfaatan multimedia dan teknologi informasi untuk menopang

80

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


aktivitas persyarikatan meliputi media elektronik, dalam hal ini radio dan televisi, media internet dan mobile devices, media cetak, integrasi database personal/kader, kantor maya, sistem aplikasi profil Muhammadiyah, digitalisasi dokumen, Distro Linux Muhammadiyah, dan lain-lain. 5) Menyusun database profil, kegiatan, amal usaha, dan pendataan multimedia di lingkungan Muhammadiyah. 6) Mengelola website Muhammadiyah, pengembangan aplikasi KTAM, pengembangan aplikasi SiMajelis, radio komunitas, dan jaringan antar media di lingkungan Muhammadiyah. 7) Meningkatkan pelayanan publikasi baik yang bersifat cetak maupun elektronik sebagai bagian penting dalam pengembangan syi’ar persyarikatan. 8) Menerapkan pengendalian dan penjaminan mutu penerbitan di lingkungan Muhammadiyah. 12. Program Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia a. Visi Pengembangan

Berkembangnya kesadaran dan advokasi di lingkungan Persyarikatan atas persoalan-persoalan hukum dan hak asasi manusia yang dihadapi masyarakat sebagai wujud dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar.

b. Program Pengembangan 1) Memperluas jaringan dan usaha peningkatan kesadaran di lembaga Muhammadiyah dalam melakukan advokasi dan pemberdayaan atas persoalan-persoalan hukum dan hak asasi manusia yang dihadapi masyarakat khususnya kaum dhu’afa. 2) Melakukan penyadaran kepada masyarakat tentang kesadaran hukum dan hak asasi manusia melalui berbagai lembaga sosial termasuk lewat jalur pendidikan. 3) Mengemangkan kerjasama dengan pemerintah dan berbagai lembaga untuk kepentingan penegakkah hukum dan hak asasi manusia, termasuk dalam pemberatasan korupsi. 13. Program Bidang Hikmah dan Kebijakan Publik a. Visi Pengembangan

Berkembangnya partisipasi dan peran warga Muhammadiyah dalam dinamika kebangsaan yang didasari oleh prinsip akhlaqul karimah dan Khittah Perjuangan menuju terwujudnya kehidupan bangsa dan negara yang lebih maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat. TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

81


b. Program Pengembangan 1) Mengintensifkan kajian-kajian khusus tentang isu-isu strategis serta kebijakan nasional yang menyangkut hajat hidup rakyat dan menjadi bahan bagi penyikapan Muhammadiyah dalam menghadapi persoalan-persoalan bangsa dan negara. 2) Berpartisipasi secara aktif dan kreatif dalam upaya penguatan masyarakat sipil (civil society, masyarakat madani) serta penegakan demokrasi yang lebih substantif dan berperadaban mulia. 3) Mengintensifkan gerakan aksi antikorupsi dengan mengembangkan jaringan dan kerjasama berbagai lembaga pemerintah, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, swasta, dan komunitas-komunitas dalam masyarakat. 4) Membangun jalinan dan jaringan yang sinergis antar kader dan simpatisan Muhammadiyah yang berada di lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif, dan lembaga-lembaga strategis lainnya guna meningkatkan peran strategis Muhammadiyah dalam kehidupan bangsa dan negara. 5) Meluaskan pendidikan kewarganegaraan (civic education) yang selama ini telah dikembangkan di berbagai Universitas Muhammadiyah bagi semua lembaga pendidikan milik Muhammadiyah, yang terarah pada pembangunan masyarakat yang demokratis dan berkeadaban. 6) Menyelenggarakan pendidikan kader politik dan menyusun panduan tentang politik yang Islami disertai pengembangan forum dan jaringan kader. 14. Program Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak a. Visi Pengembangan

Berkembangnya relasi dan budaya yang menghargai perempuan berbasis ajaran Islam yang berkeadilan gender dan terlindunginya anak-anak dari berbagai ancaman menuju kehidupan yang berkeadaban utama.

b. Program Pengembangan 1) Meningkatkan usaha-usaha advokasi terhadap kekerasan anak dan perempuan serta human trafficking yang merusak kehidupan keluarga dan masa depan bangsa. 2) Meningkatkan usaha dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam mencegah dan mengadvokasi kejahatan human trafficking (penjualan manusia) yang pada umumnya menimpa anak-anak dan perempuan.

82

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


3) Meningkatkan usaha dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam melakukan perlindungan terhadap tenaga kerja perempuan dan anak-anak dari berbagai bentuk eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia. 4) Menyusun dan menyebarluaskan pandangan Islam yang berpihak pada keadilan gender disertai tuntunan-tuntunan produk Majelis Tarjih dan sosialisasinya yang bersifat luas dan praktis. 5) Mengembangkan model advokasi berbasis dakwah dalam menghadapi berbagai bentuk ekploitasi terhadap perempuan dan anak di ruang publik yang tidak kondusif seperti di penjara, pabrik, dan tempat-tempat yang dipandang rawan lainnya. 6) Mengembangkan pendidikan informal dan no-formal selain formal yang berbasis pada pendidikan antikekerasan dan pendidikan perdamaian yang pro-perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak. 15. Program Bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri a. Visi Pengembangan

Berkembangnya hubungan dan kerjasama Muhammadiyah dengan lembagalembaga di luar negeri baik pemerintah maupun non-pemerintah untuk mewujudkan dakwah yang membawa misi Islam berkemajuan di dunia internasional.

b. Program Pengembangan 1) Meningkatkan networking, dialog perdamaian dan counter terorism, pembentukan core networking, serta human resources dan capacity building untuk memperkuat jaringan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal yang diperankan Muhammadiyah. 2) Meningkatkan sosialisasi pemikiran dan peran persyarikatan serta membangun solidaritas dunia Islam di dunia internasional melalui berbagai kegiatan yang mendukung dinamika Muhammadiyah di tengah perkembangan global. 3) Mengembangkan forum-forum kajian khusus tentang berbagai isu internasional yang strategis, termasuk di dalamnya Ambassador Lecture berupa seminar/public lecture mengenai situasi dunia, untuk menjadi bahan penyikapan dan langkah Muhammadiyah dalam menghadapi perkembangan dunia internasional. 4) Meningkatkan kajian dan perhatian untuk kepentingan advokasi dan dukungan proaktif dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dunia Islam.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

83


5) Memfasilitasi, menjalin hubungan, dan mengembangkan jaringan untuk pengembangan pendidikan kader dan sumberdaya insani Muhammadiyah ke luar negeri yang melibatkan majelis/lembaga terkait. 6) Memfasilitasi dan membuka jalur bagi peningkatkan hubungan, jaringan, dan kerjasama Persyarikatan dengan lembaga-lembaga internasional untuk kepentingan pengembangan berbagai aspek yang menjadi perhatian dan aksi gerakan Muhammadiyah, termasuk dalam menangani konflik, bencana, dan hal-hal penting lainnya yang menjadi perhatian dunia internasional.

84

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


BAB IV PENGORGANISASIAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM A. Prinsip Pengorganisasian dan Pelaksanaan Program Muhammadiyah jangka panjang dua puluh tahun (2005-2025) dan program lima tahun ke depan (2010-2015) dikembangkan berdasarkan beberapa prinsip pengorganisasian dan pelaksanaan sebagai berikut: 1. Program Muhammadiyah hasil Muktamar ke-46 / Muktamar satu abad merupakan program nasional/pusat (keseluruhan) yang menjadi acuan umum bagi perumusan dan pelaksanaan program di tingkat wilayah, daerah, cabang, ranting, organisasi otonom, dan amal usaha Persyarikatan sesuai dengan kewenangan, kepentingan, dan kondisi masing-masing. 2. Program Muhammadiyah 2010-2015 secara umum dan keseluruhan berada dalam tanggung jawab Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sedangkan pelaksanaan serta penjabaran program berada di tingkat daerah sebagai pusat adminstrasi pelaksanaan program. Artinya bahwa Pimpinan Muhammadiyah Daerah menjadi tempat konsentrasi administrasi dan pelaksanaan program dengan pertimbangan lebih dekat ke arus bawah yakni cabang dan ranting serta lebih realistis dalam melakukan pengorganisasian dan pelaksanaan program Muhammadiyah sesuai dengan orientasi otonomi dan opersional program dari bawah (bottom-up). 3. Kebijakan pengorganisasian dan pelaksanaan program di tingkat wilayah meliputi tiga aspek/fungsi, pertama sebagai pelaksana kebijakan Pimpinan Pusat dalam melaksanakan program umum menyeluruh/nasional, kedua bertanggung jawab dalam pengorganisasian secara umum terhadap pelaksanaan program di bawahnya, dan ketiga melaksanakan kebijakan-kebijakan khusus sesuai dengan kewenangan dan kepentingan wilayah masing-masing. 4. Khusus bagi Organisasi Otonom Muhammadiyah program Muhammadiyah hasil Muktamar ke-46 menjadi acuan umum sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan kekhususan organisasi otonom masing-masing. 5. Bagi amal usaha Persyarikatan, program Muhammadiyah hasil Muktamar ke-46 merupakan kewajiban untuk menjadi sumber materi dan dilaksanakan sesuai dengan jenis dan kegiatan amal usaha masing-masing. 6. Pengorganisasian dan pelaksanaan program tetap mempertimbangkan sistem satu atap dan lintas sektoral di bawah tanggungjawab Pimpinan Persyarikatan. 7. Program Muhammadiyah secara umum dijabarkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke dalam Kebijakan Pelaksanaan Program Muhammadiyah sehingga menjadi sistem kegiatan yang operasional, baik program umum maupun bidang.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

85


B. Pengorganisasian dan Penjabaran Program di Tingkat Wilayah 1. Rumusan program Muhammadiyah tingkat wilayah diputuskan dalam Musyawarah Wilayah, yaitu berupa “Program Wilayah Muhammadiyah” periode lima-tahunan, yang materinya bersifat kebijakan umum sebagai pelaksana kebijakan program nasional di masing-masing wilayah yang disesuaikan dengan kewenangan, kreativitas, kepentingan, dan kondisi setempat. 2. Pimpinan Wilayah bertanggung jawab dalam memonitor pengorganisasian dan pelaksanaan program di wilayah sesuai dengan mekanisme organisasi dalam Persyarikatan. 3. Program tingkat wilayah disusun dengan mengacu program nasional/pusat Muhammadiyah dan diarahkan pada hal-hal berikut: a. Relevansi program dengan potensi dan permasalahan (masyarakat dan Persyarikatan) di wilayah yang bersangkutan. b. Mencantumkan target yang akan dicapai selama lima tahun dan target tahunan. c. Kandungan program meliputi dua hal, yaitu: (1) kegiatan terprogram yang lebih strategis yang akan dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah, dan (2) acuan program yang akan dijabarkan dalam Program Muhammadiyah di tingkat Daerah, Cabang, dan Ranting, serta Program Ortom dan Amal Usaha di tingkat wilayah. C. Pengorganisasian dan Penjabaran Program di Tingkat Daerah 1. Rumusan program Muhammadiyah tingkat daerah diputuskan dalam Musyawarah Daerah, yaitu berupa “Program Daerah Muhammadiyah” periode lima-tahunan. 2. Pimpinan Daerah Muhammadiyah merupakan tempat konsentrasi administrasi pengorganisasian dan pelaksanaan program nasional/keseluruhan dan program wilayah Muhammadiyah agar tercapai kesuksesan program di tingkat bawah. 3. Program tingkat daerah disusun dengan mengacu program nasional/pusat dan wilayah yang mekanisme, arah, dan pengorganisasiannya sebagai berikut: a. Relevansi program dengan potensi dan permasalahan (masyarakat dan Persyarikatan) di daerah yang bersangkutan. b. Mencantumkan target yang akan dicapai selama lima tahun dan target tahunan. c. Kandungan program meliputi dua hal, yaitu: (1) kegiatan terprogram yang akan dilaksanakan oleh Pimpinan Daerah, dan (2) acuan program yang akan dijabarkan dalam Program Muhammadiyah di tingkat cabang dan ranting, serta Program Ortom dan Amal Usaha di tingkat daerah.

86

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


D. Pengorganisasian dan Penjabaran Program di Tingkat Cabang 1. Rumusan program Muhammadiyah tingkat Cabang diputuskan dalam Musyawarah Cabang, yaitu berupa “Program Cabang Muhammadiyah” periode lima-tahunan. 2. Program tingkat Cabang disusun dengan mengacu program nasional/pusat, wilayah, dan daerah yang mekanisme, arah, dan pengorganisasiannya sebagai berikut: a. Relevansi program dengan potensi dan permasalahan (masyarakat dan Persyarikatan) di Cabang yang bersangkutan. b. Mencantumkan target yang akan dicapai selama lima tahun dan target tahunan. c. Kandungan program meliputi dua hal, yaitu: (1) kegiatan terprogram yang akan dilaksanakan oleh Pimpinan Cabang, dan (2) acuan program yang akan dijabarkan dalam Program Muhammadiyah di tingkat ranting, serta Program Ortom dan Amal Usaha di tingkat cabang. E. Pengorganisasian dan Penjabaran Program di Tingkat Ranting 1. Rumusan program Muhammadiyah tingkat ranting diputuskan dalam Musyawarah Ranting, yaitu berupa “Program Ranting Muhammadiyah” periode lima-tahunan. 2. Program tingkat Ranting disusun dengan mengacu program nasional/pusat, wilayah, daerah, dan cabang yang mekanisme, arah, dan pengorganisasiannya sbb: a. Relevansi program dengan potensi dan permasalahan (masyarakat dan Persyarikatan) di Ranting yang bersangkutan. b. Mencantumkan target yang akan dicapai selama lima tahun dan target tahunan. c. Kandungan program meliputi dua hal, yaitu: (1) kegiatan terprogram yang akan dilaksanakan oleh Pimpinan Ranting, dan (2) acuan program yang akan dijabarkan dalam Program Muhammadiyah di tingkat Ranting, serta Program Ortom dan Amal Usaha di tingkat Ranting, dan (3) Mengorganisasikan dan mengoperasionalkan pelaksanaan kegiatan di lingkungan anggota/jama’ah. F.

Pengorganisasian dan Penjabaran Program oleh Ortom Persyarikatan

1. Perumusan Program organisasi otonom khususnya di tingkat pusat secara umum mengacu pada program nasional Muhammadiyah dan mengembangkan program sesuai dengan jenis dan lahan garapan masing-masing. 2. Setiap organisasi otonom memiliki kewenangan, mekanisme, dan kekhususan masingmasing dalam merumuskan program dan kebijakan sesuai dengan otonomi masingmasing; tetapi tidak boleh bertentangan dengan program Muhammadiyah. 3. Seluruh organisasi otonom dapat mengembangkan jaringan kerjasama dan program yang terpadu sesuai dengan kepentingan dan asas efektivitas-efisiensi, baik yang

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

87


menyangkut sumberdaya insani, dana, potensi, dan peluang yang tersedia dengan tetap berpijak pada prinsip-prinsip yang ditetapkan Pimpinan Persyarikatan. 4. Mengembangkan kemandirian dengan menggalang keterpaduan dan jaringan kelembagaan dalam melaksanakan program masing-masing organisasi otonom. G. Pelaksanaan Program oleh Majelis dan Lembaga 1. Majelis dan lembaga sebagai unsur pembantu pimpinan Persyarikatan berfungsi sebagai pelaksana program Muhammadiyah sesuai dengan jenis dan bidang yang ditanganinya, serta tidak dibenarkan menentukan kebijakan yang melampaui kewenangan Pimpinan Persyarikatan dan melampaui fungsi-tugasnya masing-masing selaku Unsur Pembantu Pimpinan. 2. Kebijakan-kebijakan majelis dan lembaga dalam melaksanakan program dan kegiatan bersifat operasional dan penjabaran, sedangkan kebijakan-kebijakan strategis selain menjadi kewenangan pimpinan Persyarikatan juga dalam bidangnya masing-masing harus memperoleh persetujuan pimpinan Persyarikatan sesuai dengan mekanisme organisasi yang berlaku. 3. Pelaksanaan dan penjabaran program Muhammadiyah oleh majelis dan lembaga harus bersumber dari program nasional untuk tingkat pusat serta program di tingkat masingmasing untuk majelis dan lembaga yang setingkat. 4. Dalam penjabaran dan pelaksanaan program oleh majelis dan lembaga harus diterapkan prinsip operasional yang bersifat efektif-efisien, terfokus pada jenis program yang sesuai dengan majelis/lembaga/badan yang bersangkutan, menghindari tumpangtindih, realistis, dan berorientasi pada bidang masing-masing, serta dapat mencapai target yang digariskan. 5. Penjabaran dan pelaksanaan program Muhammadiyah oleh masing-masing majelis dan lembaga cukup dilakukan melalui rapat kerja di tingkat masing-masing dan melalui pengesahan oleh pimpinan Persyarikatan di tingkat masing-masing. Sedangkan fungsifungsi koordinasi, pengendalian, evaluasi, dan tahap-tahap pengorganisasian lainnya dilakukan sesuai dengan mekanisme organisasi yang berlaku. 6. Majelis dan lembaga dapat menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional untuk koordinasi organisasi yang dipandang penting sesuai keperluan dengan tetap memperhatikan efisiensi dan efektivitas. Rapat Kerja Nasional tidak mengagendakan perumusan program baru yang membawa kemungkinan pada menambah dan memperluas program melebihi keputusan Muktamar atau permusyawaratan di setiap tingkatan pimpinan Persyarikatan lainnya. 7. Rapat Kerja Nasional yang diselenggarakan oleh Majelis/Lembaga dan unit kelembagaan lainnya dalam Persyarikatan tidak diperbolehkan menyusun dan menetapkan hal-hal

88

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


yang bersifat umum dan strategis yang melampaui kewenangan Pimpinan Persyarikatan serta melampaui fungsi tugas/kewenangannya masing-masing selaku Unsur Pembantu Pimpinan. H. Pelaksanaan Program oleh Amal Usaha 1. Rumusan program Amal Usaha Muhammadiyah dilakukan dengan mengacu secara umum pada (1) Program Nasional Muhammadiyah, Program Wilayah Muhammadiyah, dan Program Persyarikatan di lingkungan masing-masing, dan (2) Program Majelis terkait, sesuai dengan jenis/bidang amal usaha yang bersangkutan. 2. Rumusan program amal usaha disusun secara fleksibel, sesuai dengan Statuta, Qaidah atau Pedoman Amal Usaha yang bersangkutan, dengan mengindahkan prinsip-prinsip penyusunan program sebagaimana tercantum pada Program Muhammadiyah dan tetap terikat pada nilai-nilai dan peraturan Persyarikatan. 3. Perumusan program amal usaha hendaknya disusun secara dinamis dengan memperhatikan kebutuhan dan permasalahan serta potensi jenis/bidang garap di tempat amal usaha berada. 4. Perumusan dan penjabaran Program Amal Usaha secara rinci ditetapkan oleh majelis yang terkait yang kemudian dibakukan dalam kegiatan amal usaha yang bersangkutan. 5. Pelaksanaan program di lingkungan Amal Usaha Muhammadiyah selain mengacu pada landasan dan prinsip Program Muhammadiyah, juga dikembangkan kebijakankebijakan dan kegiatan-kegiatan yang semakin mengarah pada kualitas sesuai dengan jenis/bidang dan tujuan amal usaha yang bersangkutan.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

89


BAB V KHATIMAH Program Muhammadiyah sebagai rangkaian kegiatan merupakan perwujudan operasional dari pelaksanaan usaha Persyarikatan menuju pencapaian terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Program Muhammadiyah sekaligus sebagai bagian terpadu dan tidak terpisahkan dari misi dakwah dan tajdid yang dilaksanakan Muhammadiyah selaku gerakan Islam. Dengan demikian melalui program yang dilaksanakannya Muhammadiyah harus mampu membawa perubahan konstruktif yang bersifat pencerahan dalam bentuk membebeskan, memberdayaan, dan memajukan kehidupan anggota Persyarikatan maupun umat Islam, masyarakat/bangsa, serta umat manusia keseluruhan. Program Muhammadiyah sebagai bagian dari ikhtiar yang terorganisasi dalam melaksanakan usaha-usaha dan mencapai visi Persyarikatan dituntut untuk dilaksanakan seoptimal mungkin dalam mendekatkan atau bahkan mencapai tujuan Muhammadiyah, yaitu terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Karena itu segenap potensi, kemampuan, dana, daya dukung, dan infrastruktur organisasi harus dikerahkan dalam melaksanakan dan menyukseskan program Muhammadiyah tersebut. Berkaitan dengan itu, keberhasilan kepemimpinan Muhammadiyah di setiap tingkatan dan lini Persyarikatan pun salah satu tolok ukurnya terletak dalam membawa keberhasilan pelaksanaan program Muhammadiyah. Pelaksanaan program Muhammadiyah juga memerlukan komitmen (niat dan pengkhidmatan) yang tinggi, kerja keras, dan kerjasama yang kuat di seluruh lingkungan Persyarikatan sesuai dengan etos tajdid, jihad, dan ibadah dalam melaksanakan misi Muhammadiyah menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Adapun hal-hal yang bersifat teknis operasional bilama perlu akan ditindak-lanjuti dengan petunjuk pelaksanaan program terutama yang berkaitan dengan pengorganisasian di tingkat Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting sehingga memudahkan pelaksanaannya. Akhirnya, keberhasilan pelaksanaan program Muhammadiyah sebagai bagian dari usaha dakwah amar makruf nahi munkar tergantung pada kesungguhan ikhtiar dan do’a dari seluruh warga, kader, dan pimpinan Persyarikatan dalam ikhtiar mewujudkan kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat, serta dalam meraih karunia dan ridha Allah Subhanahu Wata’ala.

90

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


Lampiran IV-a

KEPUTUSAN MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE 46 TENTANG PEDOMAN REVITALISASI CABANG MUHAMMADIYAH A. REVITALISASI Proses dan strategi penguatan kembali Cabang yang dalam struktur Persyarikatan setingkat di atas Ranting melalui proses penataan, pemantapan, peningkatan, dan pengembangan ke arah kemajuan dalam berbagai aspek gerakan Muhammadiyah. B. MASALAH 1. Belum semua Kecamatan di Kota/Kabupaten seluruh Indonesia berdiri Cabang Muhammadiyah. Tetapi juga harus bersyukur bahwa di sejumlah Kecamatan telah berdiri lebih dari satu Cabang Muhammadiyah. 2. Belum semua Cabang Muhammadiyah bergerak aktif sesuai dengan fungsinya. Masih banyak Cabang yang tidak bergerak, pasif, statis, bahkan tidak sedikit di antaranya yang mati. 3. Secara umum, Cabang-cabang Muhammadiyah belum sungguh-sungguh menuntunkan, menggerakkan, dan melaksanakan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah sejak diprogramkan tahun 1968. 4. Belum semua amal usaha di Cabang-cabang Muhammadiyah dikelola secara baik sehingga belum sepenuhnya dapat menjadi sarana dakwah sebagaimana diharapkan. 5. Adanya persaingan yang ketat antara amal usaha Cabang Muhammadiyah dengan amal usaha yang dilakukan oleh organisasi-organisasi lain. 6. Makin gencar/aktifnya kelompok-kelompok lain dalam melakukan ekspansi gerakan, baik dari kalangan Islam maupun pihak luar. C. LANDASAN 1. ART Muhammadiyah menyebutkan bahwa Cabang berfungsi : a. melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan koordinasi Ranting; b. penyelenggaraan pengelolaan Muhammadiyah; c. penyelenggaraan amal usaha.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

91


2. Keputusan Muktamar ke-45 yang telah memutuskan Program Nasional 2005– 2010 antara lain dalam Bidang Konsolidasi Organisasi menyebutkan, “ … dan di 60 % kecamatan telah berdiri Cabang Muhammadiyah” 3. “Keputusan Tanwir tahun 2007 tentang Pembinaan Cabang dan Ranting Muhammadiyah. D. URGENSI 1. Adanya Cabang-cabang Muhammadiyah yang tidak bergerak, statis, pasif, kurang aktif, bahkan mati perlu dibangkitkan dan penguatan kembali. 2. Makin gencarnya kelompok-kelompok lain yang masuk ke tingkat Kecamatan yang dapat melemahkan gerak Persyarikatan, maka Cabang harus melakukan konsolidasi secara baik. 3. Makin tingginya persaingan gerakan di tingkat Kecamatan karena kepentingan politik maupun untuk pengembangan berbagai organisasi dan paham, maka Cabang perlu melakukan antisipasi, pembentengan, dan siap berkompetisi aktif. E. TUJUAN Terciptanya kondisi dan perkembangan Cabang yang lebih kuat, dinamis, dan berkemajuan sesuai dengan prinsip dan cita-cita gerakan Muhammadiyah menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. F.

EKSISTENSI 1. Cabang adalah kesatuan Ranting di suatu tempat yang terdiri atas sekurangkurangnya tiga Ranting yang berfungsi : (a) melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan koordinasi Ranting; (b) penyelenggaraan pengelolaan Muhammadiyah; dan (c) penyelenggaraan amal usaha (AD pasal 9 dan ART pasal 6 ayat 1). 2. Syarat pendirian Cabang sekurang-kurangnya mempunyai : (a) pengajian/kursus berkala untuk anggota Pimpinan Cabang dan Unsur Pembantu Pimpinannya, Pimpinan Ranting, serta Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Cabang sekurangkurangnya sekali dalam sebulan; (b) pengajian/kursus muballigh/muballighat dalam lingkungan Cabangnya, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan; (c) Korps muballigh/muballighat Cabang sekurang-kurangnya 10 orang; (d).Taman Pendidikan Al-Qur’an/Madrasah Diniyah/Sekolah Dasar; (e) kegiatan dalam bidang sosial, ekonomi, dan kesehatan; (f) kantor. (ART pasal 6 ayat 2) 3. Cabang berfungsi strategis karena pimpinannya (PCM) dalam struktur Persyarikatan setingkat di atas Ranting yang berada di tingkat basis bertugas: (a) menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam Cabangnya berdasarkan kebijakan Pimpinan

92

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


di atasnya, keputusan Musyawarah Cabang, dan Musyawarah Pimpinan tingkat Cabang; (b) memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan/instruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, serta Unsur Pembantu Pimpinannya; (c) membimbing dan meningkatkan amal usaha serta kegiatan Ranting dalam Cabangnya sesuai kewenangannya; (d) membina, membimbing, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan kegiatan Unsur Pembantu Pimpinan dan Organaiasi Otonom tingkat Cabang (ART pasal 13 ayat 1). G. KEBIJAKAN UMUM 1. Membangkitkan dan mengaktifkan kembali Cabang-cabang yang pasif, statis, atau mati dan kemudian dilakukan pembinaan secara kontinyu sehingga kehadirannya berdaya guna. 2. Mengefektifkan dan mengintensifkan fungsi Cabang sebagai pemimpin yang membina, memberdayakan, dan mengkoordinasi Ranting, menyelenggarakan pengelolaan Muhammadiyah, serta menyelenggarakan amal usahanya. 3. Menyelenggarakan pengelolaan Muhammadiyah dalam arti sejak dari membuat perencanaan program, pelaksanaan, dan sampai pembinaan serta pengawasannya secara baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. 4. Memekarkan dan mengembangkan Cabang yang sudah kuat, memiliki kemampuan, dan sumber daya manusianya mencukupi menjadi lebih dari satu cabang untuk memudahkan pembinaan, mengingat luasnya teritorial Kecamatan. Atau membentuk cabang yang sama sekali baru di tiap Kecamatan yang selama ini belum ada cabangnya. Dan memperbanyak pendirian Ranting. 5. Melaksanakan pembinaan Ranting-Ranting dalam Cabangnya secara kontinyu dan berkelanjutan antara lain sering mengadakan kunjungan ke Ranting-Ranting, misal, untuk menggerakkan dan melaksanakan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah. 6. Menaruh perhatian serius terhadap perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan program Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah. 7. Menghidupkan dan menyemarakkan pengajian-pengajian pimpinan dan anggota dengan berbagai model alternatif. 8. Menyelenggarakan pengajian umum dan khusus sesuai dengan model yang dikembangkan dalam Muhammadiyah secara terpadu/tersistem, intensif, dan bersifat alternatif. 9. Menyelenggarakan berbagai kursus bagi pengembangan bakat dan kemampuan anggota serta pendayagunaannya untuk keperluan Muhammadiyah.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

93


10. Mengembangkan fungsi pelayanan crisis centre untuk advokasi di tingkat Cabang. 11. Menambah jumlah dan meningkatkan kualitas amal usaha Muhammadiyah dalam multibidang di tiap Cabang agar berbagai amal usaha ini selain sebagai manifestasi rasa syukur, menjadi saluran beramal, memenuhi hajat masyarakat, dapat melahirkan kader, juga sekaligus sebagai sarana dakwah. 12. Menyiapkan dan mengusahakan kader Muhammadiyah untuk menempati posisi-posisi dan peran-peran strategis dalam kiprah kemasyarakatan di tingkat Kecamatan setempat. 13. Meningkatkan konsolidasi, termasuk komunikasi dan jaringan intensif, dengan seluruh Majelis dan Organisasi Otonom di tingkat Cabang. 14. Khusus dengan Aisyiyah perlu lebih mengembangkan sinergi yang solid dan memberikan peran yang lebih siginifikan karena Organisasi Otonom Khusus ini berwenang menyelenggarakan amal usaha dan memiliki basis kegiatan yang kuat dan cukup intensif yang berhubungan langsung dengan masyarakat di bawah. 15. Menggerakkan pimpinan dan anggota untuk berlangganan Suara Muhammadiyah dan menyebarluaskan buku-buku tuntunan hidup beragama Islam yang telah diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah 16. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, dan kegiatan-kegiatan ekonomi mikro yang terjangkau dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 17. Membangun/menyediakan/melengkapi perkantoran/gedung Cabang yang bersifat serbaguna dan menjadi pusat gerakan Muhammadiyah, sekaligus pusat pelayanan masyarakat, termasuk pemasangan papan nama. H. MODEL PENGEMBANGAN 1. Darul Arqam dan Baitul Arqam 1) Melaksanakan Darul Arqam bagi anggota PCM bersama Majelis-Majelis dan amal usaha Cabang, PRM dalam lingkungannya, dan Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Cabang sesuai Sistem Perkaderan Muhammadiyah yang disesuaikan dengan kepentingan setempat minimal satu kali dalam satu periode. 2) Melaksanakan Baitul Arqam bagi anggota PCM, Majelis-Majelis dan amal usaha Cabang yang bersangkutan sesuai Sistem Perkaderan Muhammadiyah dua kali dalam satu peeriode dengan tema khusus sesuai dengan kepentingan setempat. 3) Melaksanakan Darul Arqam/Baitul Arqam terpadu khusus bagi anggota Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Cabang bersangkutan dua kali dalam satu periode.

94

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


4) Melaksanakan up-grading/refreshing, sesuai kepentingan khusus, bagi anggota PCM bersama Majelis-Majelis dan amal usaha Cabang, PRM dalam lingkungannya, dan Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Cabang. 5) Mengikuti Darul Arqam/Baitul Arqam dan up grading/refreshing yang diselenggarakan oleh PDM 2. Gerakan Pengajian 1) Melaksanakan pengajian Ahad pagi bagi umum/umat Islam dan warga Persyarikatan yang direncanakan sebaik mungkin dengan muballigh Muhammadiyah yang mampu memahami alam pikiran jama’ah. 2) Melaksanakan pengajian-pengajian umum dalam memperingati hari-hari besar Islam sesuai tema peristiwa baik dengan muballigh Cabang setempat ataupun mendatangkan dari Cabang tetangga dan Daerah atau lainnya dari lingkungsn Persyarikatan. 3) Melaksanakan pengajian/tabligh akbar pada hari tertentu setiap dua bulan sekali berdasarkan kesepakatan bersama yang dihadiri para pimpinan dan anggota Muhammadiyah se Cabang dengan mengundang muballigh Daerah atau lainnya dari lingkungan Persyarikatan. Hari tabligh akbar yang kemudian disebut sebagai hari Muhamamadiyah Cabang setempat itu bermanfaat ganda disamping dapat tambahan ilmu dan memantapkan hidup dalam ber Islam dan ber Muhammadiyah, juga dapat melakukan silaturrahim saling mengenal, bertukar pikiran dan pengalaman, sekaligus dapat berwisata dan menampakkan syiar. 4) Melaksanakan pengajian Milad Muhammadiyah khusus bagi warga/anggota dan simpatisan pada setiap tanggal 8 Dzulhijjah atau tanggal 18 November yang merupakan tanggal kelahiran Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan. 5) Melaksanakan pengajian khusus bagi pimpinan diselenggarakan secara rutin setiap satu bulan sekali.

Muhammadiyah

yang

6) Melaksanakan pengajian-pengajian khusus bagi kader, pimpinan, dan anggota Persyarikatan seperti pengajian tafsir, hadits, ketarjihan, dan ilmu-ilmu keislaman (dirasah Islamiyah) yang diperlukan untuk peningkatan wawasan keislaman. 7) Melaksanakan pengajian khusus membahas tema-tema yang menjadi wacana publik baik di lingkungan umat, masyarakat, maupun Persyarikatan yang memerlukan pendalaman pemahaman yang waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan aktualitas wacana yang berkembang. 8) Melaksanakan berbagai kursus, misal, kursus muballigh/muballighat atau kursus kader muballigh/muballighat, kursus khatib dan imam (Jum’at, ‘Idain, dll), dan kursus merawat jenazah yang sebelumnya direncanakan secara baik sehingga

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

95


terbentuk korps muballigh/muballighat cabang, memiliki sejumlah khatib Jum’at dan ‘Idain, serta korps perawat jenazah untuk memenuhi keperluan Muhammadiyah dan masyarakat. 3. Pengelolaan Amal Usaha 1) Memiliki Majelis-Majelis sesuai dengan kebutuhan yang dibentuk oleh PCM. Majelis adalah Unsur Pembantu Pimpinan yang menjalankan sebagian tugas pokok Muhammadiyah. Atau dengan kata lain, Majelis bertugas menyelenggarakan amal usaha, program, dan kegiatan dalam bidang tertentu.. Penentu kebijakan dan penanggung jawab amal usaha adalah Pimpinan Muhammadiyah. 2) Amal usaha Muhammadiyah disamping merupakan usaha sekaligus juga menjadi media dakwah Persyarikatan untuk mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan. Karena itu, semua amal usaha Muhammadiyah harus mengarah kepada terlaksananya maksud dan tujuan Persyarikatan. Amal usaha haruslah berada dalam sistem gerakan Muhammadiyah dan bukan sebaliknya. 3) Amal usaha Muhammadiyah adalah milik Persyarikatan. Semua bentuk kepemilikan Persyarikatan hendaklah diinventarisasi secara baik dan dilindungi dengan bukti kepemilikan yang sah mernurut hukum yang berlaku. 4) Menciptakan suasana kehidupan Islami di setiap atau seluruh amal usaha Muhammadiyah merupakan hal yang penting. Karena keberadaan amal usaha ini merupakan dan menjadi sarana dakwah. Sehingga kehadirannya menarik dan punya daya tarik yang kuat. 5) Pimpinan amal usaha Muhammadiyah diangkat dan diberhentikan oleh Pimpinan Persyarikatan dalam waktu tertentu. Dengan demikian, pimpinan amal usaha dalam mengelola amal usahanya harus tunduk pada kebijaksanaan Persyarikatan, juga harus amanah, jujur, istiqamah, sabar, ulet, memiliki kesetiaan, komitmen, bertanggungjawab, siap-sedia untuk diaudit sewaktu-waktu, dapat menjadi teladan, dan ikhlas. 6) Pimpinan amal usaha Muhammadiyah harus banyak inisiatif, kreatif, senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan, memajukan, dan mengembangkan amal usaha yang dipimpinnya agar mampu berlomba dalam kebaikan atau fastabiqul khairat di tengah persaingan yang ketat. 7) Mendirikan dan membuka amal usaha baru dan meningkatkan kualitas amal usaha Muhammadiyah yang telah ada guna memenuhi tuntutan zaman dan masyarakat.

96

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


4. Pembinaan Ranting 1) Membina dan mendayagunakan Ranting-Ranting Muhammadiyah dalam lingkungan Cabangnya antara lain melalui pertemuan-pertemuan pada hari tertentu secara kontinyu. 2) Menjadikan Ranting-Ranting dalam lingkungan Cabangnya sebagai kekuatan utama bagi tegak berdirinya Muhammadiyah yang memiliki kemampuan menjalankan missi Persyarikatan. 3) Memantapkan dan meyakinkan Ranting-Ranting untuk giat bergerak menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam menurut paham Muhammadiyah yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah dan berikutnya menggembirakan masyarakat beragama Islam yang sebenar-benarnya. 4) Memberi bimbingan kepada Ranting-Ranting untuk membagi dan mendayagunakan anggota Muhammadiyah yang telah dibina dalam Rantingnya masing-masing untuk memenuhi fungsinya sebagai subyek gerakan, pelaku dan pelaksana usaha Muhammadiyah. 5) Melakukan kunjungan ke Ranting-Ranting secara berkelanjutan selain untuk memimpinkan dan memasyarakatkan keputusan dan kebijakan yang telah diambil oleh Pimpinan Persyarikatan di atasnya juga menggerakkan Ranting-Ranting dalam lingkungan Cabangnya untuk mensukseskan dan melaksanakan berbagai program dan kegiatan Cabang 6) Mengembangkan Muhammadiyah dengan memperbanyak pendirian Ranting dalam lingkungan Cabangnya, dengan mengikuti ketentuan yang diatur dalam AD dan ART, asal benar mampu memenuhi fungsinya. 5. Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah 1) Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah menjadi arena kiprahnya para anggota Muhammadiyah untuk mempraktekkan atau mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang diyakini akan mendatangkan rahmatan lil ‘alamin. Dalam Gerakan ini ada tiga komponen, yaitu : (a) inti jama’ah (anggota Muhammadiyah, sebagai motor penggerak, pembimbing, dan pembina); (b) dakwah jama’ah (dakwah yang dilakukan oleh inti jama’ah dengan pendekatan kesejahteraan); (c) jama’ah (kelompok keluarga di suatu tempat yang hendak dan berhasil didakwahi oleh inti jama’ah dengan sistem dakwah jama’ah). Dapat disimpulkan bahwa inti jama’ah adalah pelaku, dakwah jama’ah adalah alat, dan jama’ah adalah tujuan yang hendak dicapai, ialah suatu lingkungan hidup yang sejahtera lahir-batin, duniaakhirat. 2) Menggerakkan Ranting-Ranting dalam lingkungan Cabangnya memiliki satu pilot proyek Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah. Setelah melalui pembinaan secara

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

97


teratur, kemudian dinilai dan berhasil, dari percontohan ini dapat dikembangkan ke tempat lain. 3) Ranting menjadi tempat melapor bagi anggota Muhammadiyah yang telah mempraktekkan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah serta memberi solusi terhadap kesulitan yang dihadapi. Jika masalah kesulitan yang ditemukan tidak daapat dipecahkan di Ranting, maka Ranting dapat membawa masalah ini ke Cabang untuk dirembug dan dicarikan solusi pemecahan bersama-sama. 4) Sebelum Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah dilaksanakan terlebih dulu hendaklah Cabang bersama Ranting-Ranting dalam lingkungannya melakukan kajian bersama untuk mendalami dan memahami program penting ini. Barulah kemudian disosialisasikan untuk memahamkan secara baik kepada para anggota Muhammadiyah. 5) Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah bermanfaat menjadi sarana mengaktifkan anggota Muhammadiyah menjadi subyek pelaku gerakan, sebagai inti jama’ah, dan jama’ah yang dilahirkan oleh dakwah jama’ah setelah berhasil akan bermanfaat bagi pengembangan Muhammadiyah ke depan. 6. Pemberdayaan Masyarakat 1) Muhammadiyah sejak kelahirannya sampai memasuki abad ke duanya sekarang dalam perjuangannya tetap berpihak kepada fuqara’ masakin dan dhu’afa’. Di negeri ini sangat terasa dan terlihat yang kaya semakin bertambah kaya, sedangkan mereka yang tidak punya dan lemah semakin memprihatinkan. Bahkan mereka yang kehidupannya memprihatinkan jumlahnya makin bertambah banyak dan terpinggirkan. Padahal negeri ini sebenarnya subur, tanah airnya mempunyai sumber-sumber kekayaan yang luar biasa. 2) Keberpihakan dan kepedulian Muhammadiyah kepada mereka dibuktikan dengan melaksanakan berbagai program atau kegiatan yang pro rakyat dan masyarakat lapis bawah. Muhammadiyah mengembangkan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, dan kegiatankegiatan ekonomi mikro yang terjangkau dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. 3) Pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan selama ini dalam berbagai bidang telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Tetapi upaya pemberdayaan masyarakat ini masih harus terus ditingkatkan, misal, dalam pendampingan dan advokasi. 4) Muhammadiyah Cabang bersama dengan Ranting-Ranting dalam lingkungannya harus menggerakkan dan mengikutsertakan para anggotanya dalam berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat dan membina kesejahteraan hidup dan kehidupannya 98

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


5) Kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah, sedang, dan akan terus dilakukan secara tulus, yang menunjukkan rahmatan lil ‘alaminnya Agama Islam, pasti berdampak positif bagi lebih cepat tersiar dan berkembangnya Muhammadiyah 7. Pengelolaan Masjid 1) Muhammadiyah Cabang dan Ranting-Ranting dalam lingkungannya telah banyak membangun atau mendirikan masjid, mushalla, langgar, atau surau. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan, maka pada masjid, mushalla, langgar, atau surau itu dipasang prasasti bahwa masjid, mushalla, langgar, atau surau dibangun/ didirikan oleh Muhammadiyah. 2) Masjid yang dibangun/didirikan oleh Muhammadiyah Cabang/Ranting tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi sekaligus menjadi pusat kebudayaan. Para anggota Muhammadiyah harus digerakkan untuk memakmurkan masjid dengan mengajak warga masyarakat lingkungan sekitarnya. 3) Menyadarkan dan menggembirakan anggota Muhammadiyah untuk siap sedia menjadi Pengurus Takmir Masjid Muhammadiyah (Masjid yang dibangun/didirikan oleh Muhammadiyah). Pengurus Takmir Masjid Muhammadiyah dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada PRM/PCM dengan surat keputusan yang berlaku dalam waktu tertentu. 4) Pengurus Takmir Masjid Muhammadiyah yang dilengkapi beberapa Seksi sesuai keperluan hendaklah mempunyai sejumlah program dan kegiatan baik yang bersifat harian, mingguan, bulanan, triwulanan, tahunan maupun insidental yang keseluruhannya untuk memakmurkan masjid 5) Pada waktu-waktu tertentu diselenggarakan pertemuan Pengurus Takmir Masjid Muhammadiyah se Cabang yang dimaksudkan dalam rangka pembinaan dan penyeragaman langkah serta penyampaian informasi penting lainnya. 6) Pengurus Takmir Masjid Muhammadiyah pada masa akhir kepengurusan melaporkan apa yang telah, sedang, dan belum dapat dikerjakan kepada PCM/ PRM. I.

PENGORGANISASIAN

Untuk terlaksananya tujuh strategi program tersebut, PCM setempat perlu melakukan pengorganisasian sebagai berikut : 1. Delapan strategi program tidak seluruhnya ditangani oleh PCM. Di antaranya memang ada yang ditangani langsung oleh PCM, tetapi juga ada yang didelegasikan kepada Majelis-Majelis tertentu untuk menanganinya dalam rangka memfungsikannya.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

99


2. PCM menangani langsung dua dari tujuh strategi program tersebut, yaitu : Pembinaan Ranting dan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah. 3. Majelis-Majelis sesuai dengan bidang tugasnya dibagi, diatur, dan ditugasi : 1) Majelis Pendidikan Kader melaksanakan Darul Arqam dan Baitul Arqam 2) Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus melaksanakan Gerakan Pengajian dan Pengelolaan Masjid 3) Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah melaksanakan Pengelolaan Amal Usaha 4) Majelis Pemberdayaan Masyarakat melaksanakan Pemberdayaan Masyarakat. 4. Baik PCM maupun Majelis-Majelis berkewajiban melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pembinaan serta pengawasan secara baik sehingga hasilnya terukur 5. Penanggung jawab keseluruhan itu, baik yang ditangani langsung oleh PCM maupun oleh Majelis-Majelis adalah PCM.

100

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


Lampiran IV-b

KEPUTUSAN MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE 46 TENTANG PEDOMAN REVITALISASI RANTING MUHAMMADIYAH A. REVITALISASI Strategi penguatan kembali Ranting sebagai basis gerakan melalui proses penataan, pemantapan, peningkatan, dan pengembangan ranting baru ke arah kemajuan dalam berbagai aspek gerakan Muhammadiyah. B. MASALAH 1. Jumlah Ranting yang belum signifikan dibanding jumlah Desa/Kelurahan/Kawasan di Tanah Air 2. Kondisi Ranting yang vakum/statis/mati 3. Masjid di lingkungan Muhammadiyah yang tidak terkelola/terurus dengan baik 4. Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah yang tidak berjalan/terlaksana (sejak diprogramkan tahun 1968) 5. Kegiatan/gerakan Muhammadiyah di basis jama’ah yang lemah / tidak berkembang 6. Makin gencar/aktifnya kelompok lain dalam melakukan/melakukan ekspansi gerakan, baik dari kalangan Islam maupun pihak luar C. LANDASAN 1. AD/ART: Ranting sebagai basis pembinaan dan pemberdayaan anggota Muhammadiyah. 2. Keputusan Muktamar Ke-45: Amanat memenuhi target pembentukan 1000 Ranting Muhammadiyah. 3. Keputusan Tanwir tahun 2007 tentang Pembinaan Cabang dan Ranting Muhammadiyah D. URGENSI 1. Adanya Ranting-Ranting yang statis/mati atau kurang aktif yang memerlukan penguatan kembali.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

101


2. Sekitar 90% desa di Indonesia belum memiliki ranting Muhammadiyah. 3. Makin gencarnya kelompok-kelompok lain yang masuk ke basis akar-rumput Muhammadiyah yang dapat melemahkan gerak Persyarikatan 4. Makin tingginya persaingan gerakan ke akar-rumput baik karena kepentingan politik maupun untuk pengembangan berbagai organisasi dan paham. 5. Makin kompleksnya persoalan yang dihadapi masyarakat/umat di tingkat bawah/ akar-rumput 6. Arus pemurtadan akidah yang cukup intensif dan memerlukan pembentengan/ kompetisi aktif E. TUJUAN Terciptanya kondisi dan perkembangan Ranting yang lebih kuat, dinamis, dan berkemajuan sesuai dengan prinsip dan cita-cita gerakan Muhammadiyah menuju terwujudnya masyarakat Islam yan sebenar-benarnya. F.

EKSISTENSI 1. Ranting adalah sebagai kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan yang terdiri dari sekurang-kurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan anggota. (AD ps. 9, ART ps 5) 2. Syarat pendirian Ranting sekurang-kurangnya mempunyai (a) pengajian/kursus berkala min. 1 bl sekali, (b) pengajian/kursus umum min. 1 bl sekali; (c) Mushala/ surau/langgar sebagai pusat kegiatan, (d) Jama’ah. 3. Ranting berfungsi strategis sebagai pemimpin anggota dalam struktur Persyarikatan di tingkat basis (akar rumput) untuk menyelenggarakan usaha-usaha dan sebagai pembina Jama’ah 4. Ranting menyatu dengan denyut nadi umat dan masyarakat di akar-rumput

G. KEBIJAKAN UMUM 1. Mengaktifkan kembali Ranting-Ranting yang mati atau setengah-mati/stagnan 2. Mengefektifkan dan mengintensifkan fungsi Ranting sebagai pimpinan yang membina anggota dan jama’ah 3. Membentuk Ranting-Ranting baru terutama di pedesaan dan pusat-pusat kawasan kota besar 4. Menjadikan Ranting-Ranting tertentu yang memiliki infrastruktur dan prasyarat/ kondisi yang kondusif untuk pilot proyek/program Keluarga Sakinah serta Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ)

102

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


5. Menghidupkan dan menyemarakkan pengajian-pengajian pimpinan dan anggota dengan berbagai model alternatif 6. Mengembangkan fungsi pelayanan crisis center untuk advokasi di tingkat Ranting. 7. Menjadikan Ranting sebagai basis kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembentukan Islamic Civil Society 8. Meningkatkan konsolidasi, termasuk komunikasi dan jaringan intensif, dengan seluruh organisasi otonom dan unit-unit kelembagaan di tingkat Ranting. 9. Khusus dengan Aisyiyah perlu lebih mengembangkan sinergi yang solid dan memberikan peran yang lebih signifikan karena organisasi otonom khusus ini memiliki basis kegiatan yang kuat dan cukup intensif yang berhubungan langsung dengan masyarakat di bawah. 10. Menyiapkan dan mengusahakan kader Muhammadiyah untuk menempati posisiposisi dan peran-peran penting serta strategis dalam kiprah kemasyarakatan di wilayah/kawasan Ranting setempat seperti menjadi Ketua RT, kelompok-kelompok sosial, organisasi kepemudaan, kelompok tani, dan sebagainya. 11. Membangun / menyediakan / melengkapi perkantoran/gedung Ranting yang bersifat serbaguna dan menjadi pusat gerakan Muhammadiyah, sekaligus pusat pelayanan masyarakat, termasuk pemasangan papan nama. 12. Selain mengelola amal usaha Ranting, perlu meningkatkan sinergi dan kerjasama dengan amal usaha yang berada di lingkungan Ranting Muhammadiyah setempat. 13. Menyelenggarakan pengajian umum dan khusus sesuai dengan model yang dikembangkan dalam Muhammadiyah secara terpadu/tersistem, intensif, dan bersifat alternatif. 14. Melaksanakan Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah minmal yang bersifat terbatas, tidak harus ideal, yang mengikat Muhammadiyah dengan masyarakat setempat. 15. Menyebarluaskan tuntunan-tuntunan hidup beragama melalui media buletin. brosur, dsb, dalam bahasa Indoneia atau daerah yang dikemas dengan baik dan komunikatif. 16. Memanfaatkan radio komunitas (radio Mentari) sebagai media informasi dan silaturahmi/interaksi 17. Membentuk jama’ah-jama’ah bina kesehatan, bina kesejahteraan, bina pemberdayaan pendidikan, bina kerukunan sosial, dsb. 18. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, dan kegiatan-kegiatan ekonomi mikro dan kecil yang terjangkau dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan pendekatan GJDJ. TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

103


H. MODEL PENGEMBANGAN 1. Gerakan Pengajian a. Melaksanakan pengajian Ahad pagi bagi umum/umat Islam dan warga Persyarikatan yang direncanakan sebaik mungkin dengan mubaligh Muhammadiyah yang mampu memahami alam pikiran jama’ah. b. Melaksanakan pengajian-pengajian umum dalam memperingati hari besar Islam sesuai tema peristiwa baik dengan mubaligh setempat maupun mendatangkan dari Cabang dan Daerah atau lainnya dari lingkungan Persyarikatan. c. Melaksanakan pengajian Milad Muhammadiyah khusus bagi warga/anggota dan simpatisan pada setiap tanggal 18 November sesuai dengan tanggal dan tahun kelahiran Muhammadiyah. d. Melaksanakan pengajian khusus bagi pimpinan diselenggarakan secara rutin setiap satu bulan sekali.

Muhammadiyah

yang

e. Melaksanakan pengajian-pengajian khusus bagi kader, pimpinan, dan anggota Persyarikatan seperti pengajian tafsir, hadis, ketarjihan, dan ilmu-ilmu keislaman (dirasah Islamiyah) yang diperlukan untuk peningkatan wawasan keislaman. f.

Melaksanakan pengajian khusus membahas tema-tema yang menjadi wacana publik baik di lingkungan umat, masyarakat, maupun Persyarikatan yang memerlukan pendalaman pemahaman yang waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan aktualitas wacana yang berkembang.

g. Melaksanakan kursus-kursus keagamaan yang intensif untuk para anggota. 2. Pengelolaan Masjid a. Menjadikan masjid menjadi basis pembinaan umat /jamaah dan bagian penting dari kegiatan Ranting b. Menguasai sepenuhnya dan mengorganisasikan kembali pengelolaan masjidmasjid Muhammadiyah c. Reorganisasi Takmir-takmir masjid di lingkungan Persyarikatan d. Penyiapan dan peningkatan peran/fungsi, kuantitas dan kualitas aktivis dan mubaligh pengelola masjid, imam dan khatib Muhammadiyah. e. Menata/Menghidupkan kembali dan mengembangkan kegiatan-kegiatan pokok masjid yang bersifat rutin dan berkala secara lebih aktif dan terorganisasi rapih: imam shalat, khutbah jum’at, pengajian, kajian, syi’ar, remaja masjid, TPA, dsb. f.

104

Pengelolaan dana, infrastruktur, dan media untuk memakmurkan masjid

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


3. Darul Arqam dan Baitul Arqam a. Melaksanakan Darul Arqam bagi anggota pimpinan Ranting dan amal usaha di lingkungan Ranting yang bersangkutan sesuai Sistem Perkaderan Muhammadiyah yang disesuaikan dengan kepentingan setempat minimal satu kali dalam satu periode. b. Melaksanakan Baitul Arqam bagi anggota pimpinan Ranting dan amal usaha di lingkungan Ranting yang bersangkutan sesuai Sistem Perkaderan Muhammadiyah dua kali dalam satu periode dengan tema khusus sesuai dengan kepentingan setempat. c. Melaksanakan Darul Arqam/Baitul Arqam terpadu khusus bagi anggota organisasi otonom Muhammadiyah yang berada dalam lingkup Ranting yang pelaksanaannya dua kali dalam satu periode. d. Melaksanakan up-grading/refreshing bagi anggota pimpinan Persyarikatan, amal usaha, dan organisasi otonom yang dilaksanakan sesuai dengan kepentingan khusus. 4. Keluarga Sakinah a. Melaksanakan pembinaan keluarga sakinah sebagaimana telah menjadi pedoman yang disusun oleh Aisyiyah sebagai basis kelembagaan bagi pembentukan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. b. Menjadikan keluarga sakinah sebagai bagian integral dari program Qoriah Thoyyibah. 5. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah untuk Pemberdayaan Masyarakat a. Membentuk jamaah-jamaah kecil berbasis jenis pekerjaan, seperti petani, nelayan, pedagang kecil, industri berskala rumah tangga, dan lain-lain. b. Mendidik inti jamaah menjadi fasilitator untuk mendampingi jamaah-jamaah kecil sesuai dengan keahlian. c. Melakukan pendampingan kepada jamaah-jamaah kecil dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat. d. Melakukan pendampingan dan memenuhi hak-hak kelompok difabel yang ada di lingkungan desa atau kawasan. e. Mengefektifkan Ranting sebagai pusat penanggulangan bencana, baik pada tahap tanggapdarurat maupun pada tahap rehabilitasi.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

105


f.

Mengefektifkan Ranting sebagai wahana advokasi kebijakan publik di tingkat pedesaan maupun kawasan yang tidak sensitif dan akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

g. Dalam keadaan dimana Ranting Muhammadiyah belum ada, model GJDJ untuk Pemberdayaan Masyarakat dapat dikembangkan terlebih dahulu sebagai salah satu bentuk rintisan untuk pembentukan Ranting Muhammadiyah. I.

PENGORGANISASIAN 1. Pimpinan Cabang Muhammadiyah mengidentifikasi Ranting yang ada, baik yang aktif maupun yang kurang aktif atau tidak lagi aktif. 2. Pimpinan Cabang Muhammadiyah mengidentifikasi desa di lingkungan kecamatan atau kawasan yang belum ada Ranting Muhammadiyah. 3. Dalam keadaan di mana di suatu kecamatan atau kawasan belum ada Cabang Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah atau Pimpinan Cabang Muhammadiyah terdekat mengidentifikasi desa di lingkungan kecamatan atau kawasan yang belum ada Ranting Muhammadiyah. 4. Bagi desa yang telah ada Ranting Muhammadiyah tetapi kurang aktif atau tidak aktif lagi, Pimpinan Cabang Muhammadiyah mengambil inisiatif untuk melakukan penyegaran aktivitas, dan bila dianggap perlu, melakukan juga penyegaran pengurus. 5. Bagi desa tau kawasan yang belum ada Ranting Muhammadiyah, Pimpinan Cabang Muhammadiyah dapat memulai aktivitas dengan melaksanakan GJDJ untuk Pemberdayaan Masyarakat, sambil menyiapkan pembentukan ranting baru. 6. Dalam keadaan di mana di suatu kecamatan atau kawasan belum ada Cabang Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah atau Pimpinan Cabang Muhammdiyah terdekat dapat mengambil inisiatif untuk memulai aktivitas dengan melaksanakan GJDJ untuk Pemberdayaan Masyarakat, sambil menyiapkan pembentukan Cabang dan Ranting baru.

106

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


Lampiran V

KEPUTUSAN MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE 46 TENTANG REVITALISASI KADER DAN ANGGOTA MUHAMMADIYAH I.

PENDAHULUAN

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam. Bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid memiliki misi dan tujuan yang harus diwujudkan, yakni menegakkan dan menjunjungtinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Perwujudan misi, usaha, dan tujuan yang luhur itu memerlukan subjek atau pelaku gerakan, yakni anggota Muhammadiyah. Anggota Muhammadiyah yang memiliki kualitas dan tugas khusus tertentu adalah kader, sedangkan yang mengorganisasi dalam sistem adalah pimpinan Muhammadiyah yang berada dalam seluruh jenjang organisasi. Bahwa dalam suatu organisasi apapun termasuk Muhammadiyah terkandung tiga komponen utama yaitu pemimpin, kader, dan anggota. Dengan demikian, dinamika suatu organisasi dan masa depannya tidak bisa lepas dari keberadaan anggota dan kader, di samping selalu terkait dengan fungsi kepemimpinan dan sistem yang dimilikinya. Hal yang sama juga berlaku bagi Persyarikatan Muhammadiyah. Karena itu perhatian terhadap anggota dan kader, termasuk melalui pemberdayaan dan pendayagunaannya, menjadi bagian yang melekat dari program dan agenda Persyarikatan Muhammadiyah yang berkesinambungan. Sejak awal KH Ahmad Dahlan dan generasi awal Muhammadiyah telah memikirkan posisi strategis dan fungsi dari keberadaan kader dan anggota bagi kelangsungan eksistensi Muhammadiyah. Masa depan organisasi ini ditentukan oleh seberapa jauh keseriusan dalam membina dan memberdayakan para kader serta anggotanya. Di abad kedua Muhammadiyah dituntut merumuskan terobosan-terobosan baru yang strategis, khususnya dalam pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia atau revitalisasi kader dan anggotanya, setidak-tidaknya dilakukan langkah-langkah yang berani dan sistematik untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas baik kader maupun anggota Muhammadiyah. Dalam Keputusan Muktamar ke-45 tahun 2005 dirumuskan rencana strategis program nasional bidang kaderisasi yaitu “Membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan serta peran dan ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan�. Terdapat tiga kata kunci dalam rencana strategis tersebut yaitu pelaku gerakan; ideologi gerakan; dan sistem perkaderan dalam

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

107


Muhammadiyah. Khusus yang diistilahkan dengan �pelaku gerakan� cakupan subjeknya terdiri dari pemimpin, kader, dan anggota atau warga Persyarikatan. Dalam ruang lingkup dan dinamika gerakan Muhammadiyah, maka secara organisatoris ketiga subjek tersebut saling membutuhkan dan pengaruh-mempengaruhi. Bahwa pemimpin membutuhkan anggota/warga, baik sebagai basis legitimasi kepemimpinan maupun untuk kepentingan pelibatan mereka dalam berbagai program dan agenda kerja yang sudah dirancang. Demikian pula posisi kader, maka keberadaannya sangat strategis dan menentukan bagi bagi kemajuan organisasi. Nilai lebih tersebut menjadi suatu keniscayaan karena kader menempati posisi yang signifikan di antara pemimpin dan anggota, yaitu sebagai tenaga pendukung dan pelaksana misi pemimpin serta menjadi penggerak dan pendinamis aktivitas partisipatif anggota/warga, yang muara sistemnya menjalankan misi dan usaha organisasi. Dalam kenyataan terdapat kecenderungan bahwa baik dari segi kuantitas maupun kualitas, masalah yang berkaitan dengan kader dan anggota tidak sepenuhnya terbina dan terorganisasi secara optimal. Demikian pula dalam perkembangan kader dan anggota Muhammadiyah menginjak abad kedua dalam perjalanan gerakan Islam ini. Karena itu diperlukan revitalisasi dalam bentuk penataan, pembinaan, peningkatan, dan pengembangan kader dan anggota Muhammadiyah baik secara kuantitas maupun kualitas menuju pada keunggulan. II. PRINSIP GERAKAN MUHAMMADIYAH Muhammadiyah sebagai gerakan Islam tidak hanya terdiri dari pelaku gerakan, tetapi memiliki sistem sekaligus nilai-nilai dasar gerakan yang menjadi fondasi, orientasi, dan bingkai gerakannya dalam mencapai tujuan yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Karena itu setiap anggota Muhammadiyah, lebih khusus kader dan pimpinan yang berada di seluruh jenjang dan lini struktur Persyarikatan, dituntut untuk memahami Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan berbagai nilai atau prinsip gerakannya. Prinsip dan nilai gerakan Muhammadiyah tersebut bahkan harus ditanamkan, disosialisasikan, dan dipraktikkan dalam kehidupan anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah. Muhammadiyah memiliki sejarah yang panjang di Republik ini (tahun 1912), jauh sebelum negara dan pemerintahan Indonesia berdiri (tahun 1945). Muhammadiyah telah berkiprah untuk umat dan bangsa tanpa pamrih. Ketika Kyai Haji Ahmad Dahlan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional tahun 1962, Pemerintah Indonesia mengakui karya nyata pendiri Muhammadiyah tersebut dalam empat aspek penting, yakni: (1) KHA Dahlan telah memelopori kebangunan umat Islam Indonesia untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat; (2) Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya telah memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya; Ajaran 108

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


yang menuntut kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam; (3) Dengan organisasinya Muhammadiyah telah memelopori amalusaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangunan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan (4) Dengan organisasinya Muhammadiyah bagian Wanita atau Aisyiyah telah memelopori kebangunan wanita bangsa Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria. Sejak Kelahirannya Muhammadiyah memiliki misi sebagai gerakan Islam yang melaksanakan usaha-usaha dakwah dan tajdid. Misi kesejarahan Muhammadiyah ialah sebagai berikut (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan (4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar. Misi ideal organisasi Muhammadiyah. Dengan misi kesejarahan itu dirumuskanlah misi utama Muhammadiyah yaitu: Muhammadiyah (1) Menegakkan keyakinan tauhid yang murni; (2) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al Qur’an dan As-Sunnah; dan (3) Mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat (PP Muhammadiyah, 2007). Dengan misi utama atau misi ideal itu Muhammadiyah bercita-cita untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, sebagai tujuan yang harus diusahakan agar tercapai dalam kehidupan nyata. Dalam upaya mencapai misi dan tujuan Muhammadiyah tersebut maka dilakukan usaha-usaha yang diwujudkan dalam amal usaha, program, dan kegiatan yang terpadu dan berkembang pada setiap periode secara berkelanjutan. Adapun usaha-usaha Muhammadiyah ialah sebagai berikut: (1) Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan; (2) Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya; (3) Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya; (4) Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia; (5) Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian; (6) Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas; (7) Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; (8) Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan; (9) Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri; (10) Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; (11) Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan; (12) Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan; (13) Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

109


terhadap masyarakat; dan (14) Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah (Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah pasal 3 tahun 2005). Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan anggota Muhammadiyah termasuk kader dan pimpinan sebagai pelakunya memiliki Kepribadian sebagai ciri khusus yang membentuk pola sikap dan tindakannya, yang membedakannya dari pihak lain. Kepribadian Muhammadiyah tersebut didasarkan pada nilai-nilai akhlak Islam sekaligus merupakan model penyikapan terhadap keadaan yang membentuk pola perilaku secara kolektif dan organisatoris. Adapun Kepribadian Muhammadiyah itu adalah seperangkat sifat-sifat yang bercirikan sebagai berikut: (1) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan, (2) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah, (3) Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam, (4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan, (5) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah, (6) Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik, (7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam, (8) Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya, (9) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah, (10) Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana. Dalam melaksanakan usaha dan mencapai tujuannya Muhammadiyah dibingkai oleh nilai-nilai dasar yang disebut dengan ideologi Muhammadiyah. Ideologi Muhammadiyah adalah sistem keyakinan, cita-cita, dan perjuangan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pokok-pokok pikiran ideologi Muhammadiyah terkandung dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, yang terdiri atas enam hal yang bersifat fundamental/mendasar, yakni : (1) Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah; (2)Hidup manusia bermasyarakat; (3) Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satusatunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat; (4) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada kemanusiaan; (5) ‘Ittiba kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad s.a.w.; (6) Melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi. Enam prinsip pemikiran dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah tersebut telah diberi penjelasan yang lengkap oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui H.M. Djindar Tamimy dalam rumusan Penjelasan Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, yang tersebar dan dikutip di berbagai edisi penerbitan buku tentang Muhammadiyah. Rumusan idelogi Muhammadiyah secara sistematis pada perkembangan berikutnya terkandung dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah tahun 1969. 110

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


Kandungan Matan keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah berisi lima pokok pemikiran utama yang fundamental atau mendasar yang menyangkut paham agama, pemikiran ideologis, serta fungsi dan misi Muhammadiyah yaitu sebagai berikut: (1) Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Quran dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. (2) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad S.A.W., sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi. (3) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: a. Al-Qur’an: kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. b. Sunnah Rasul: penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad s.a.w.; dengan menggunakan akal-fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam. (4) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidangbidang: a. ‘Aqidah, b. Akhlaq, c. ‘Ibadah, d. Mu‘malat dunyawiyat. 4.1. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ‘aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid‘ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam. 4.2. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilainilai ciptaan manusia. 4.3. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ‘ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah s.a.w. tanpa tambahan dan perubahan dari manusia. 4.4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu‘amalat dunyawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran-ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ‘ibadah kepada allah S.W.T. (5) Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil makmur dan diridlai Allah S.W.T.: ”BALDATUN THAYYIBATUN WA RABBUN GHAFUR” Dalam melaksanakan usaha dan misi gerakannya untuk mencapai tujuan, Muhammadiyah tidak lepas dari situasi dan kondisi yang bersifat politik. Politik merupakan urusan dunia yang penting (al-umur al-dunyawiyyat), tetapi khusus yang berkaitan dengan urusan politik-praktis (politik yang berkaitan dengan perjuangan kekuasaan sebagaimana yang diperankan partai politik) maka Muhammadiyah tidak bergerak dalam lapangan politik TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

111


yang khusus itu. Karena itu, dengan tetap berkiprah dalam politik kebangsaan secara luas, Muhammadiyah membingkai dirinya yang juga mengikat seluruh anggota Muhammadiyah dengan Khittah Muhammadiyah. Khittah Muhammadiyah tahun 1971 di Ujung Pandang memagari Muhammadiyah dari perhimpitan dengan partai politik, yang disempurnakan dalam Muktamar tahun 1978, dengan garis kebijakan sebagai berikut: (1) Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari suatu Partai Politik atau Organisasi apapun; dan (2) Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah (PP Muhammadiyah, 2003: 24). Dalam menghadapi dinamika nasional baru setelah reformasi tahun 1998, Muhammadiyah merumuskan Khittah Denpasar tahun 2002, sebagai garis perjuangan yang tidak terpisahkan dari Khittah tahun 1971, yang memberi ruang bagi gerakan Islam ini untuk berkiprah dalam partisipasi kebangsaan tanpa terjebak pada politik-praktis. Adapun Khittah Denpasar tahun 2002 mengandung garis perjuangan sebagai beriokut: (1) Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama. Karena itu diperlukan sikap dan moral yang positif dari seluruh warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan politik untuk tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara; (2) Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana nilai-nilai Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur�; (3) Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai proses dan hasil dari fungsi politik pemerintahan akan ditempuh melalui pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai prinsipprinsip perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam kehidupan negara yang demokratis; (4) Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk dijalankan oleh partaipartai politik dan lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara. Dalam hal ini perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan 112

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


politik hendaknya benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana yang menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tahun 1945; (5) Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban; (6) Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban; (7) Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing. Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga negara yang dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara; (8) Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguhsungguh dengan mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak mulia (akhlaq alkarimah), keteladanan (uswah hasanah), dan perdamaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar; dan (9) Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban. Selain nilai-nilai dasar tersebut Muhammadiyah juga merumuskan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) yang menjadi pola bagi tingkahlaku seluruh anggota Persyarikatan. Secara keseluruhan hakikat, misi, kepribadian, ideologi, khittah, dan berbagai prinsip gerakan Muhammadiyah tersebut haruslah mengikat dan menjadi pedoman, acuan, dan model bagi seluruh anggota Persyarikatan, termasuk bagi kader dan pimpinan Muhammadiyah. Karena itu nilai-nilai atau prinsip-prinsip gerakan tersebut haruslah menjadi komitmen, integritas, orientasi, dan pola perilaku setiap anggota termasuk kader dan pimpinan Muhammadiyah di seluruh struktur dan lingkungan Persyarikatan. III. KEBERADAAN KADER DAN ANGGOTA Dalam melaksanakan misi, usaha, dan pencapaian tujuan Muhammadiyah diperlukan anggota sebagai pelaku gerakan. Muhammadiyah memandang penting keberadaan anggota sebagai subjek atau pelaku gerakan yang aktif dalam perjuangan organisasi. Anggota

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

113


Muhammadiyah secara normatif-organisatoris terdiri atas: (a) Anggota Biasa ialah warga negara Indonesia beragama Islam, (b) Anggota Luar Biasa ialah orang Islam bukan warga negara Indonesia, dan (c) Anggota Kehormatan ialah perorangan beragama Islam yang berjasa terhadap Muhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan keahliannya bersedia membantu Muhammadiyah. Hak dan kewajiban serta peraturan lain tentang keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (Anggaran Dasar Muhammadiyah, 2005, pasal 8). Anggota Biasa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (a) Warga Negara Indonesia beragama Islam, (b) Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau sudah menikah, (c) Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah, (d) Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha Muhammadiyah, (e) Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal. Adapun Anggota Luar Biasa ialah seseorang bukan warga negara Indonesia, beragama Islam, setuju dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah serta bersedia mendukung amal usahanya. Sedangkan Anggota Kehormatan ialah seseorang beragama Islam, berjasa terhadap Muhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan keahliannya diperlukan atau bersedia membantu Muhammadiyah (Angaran Rumah Tangga Muhammadiyah, 2005, pasal 4). Dalam Pedoman Hidup Islami secara lengkap terkandung kualitas normatif-keislaman atau berupa pola perilaku Islami yang harus dimiliki dan diwujudkan oleh setiap anggota Muhammadiyah. Pedoman Hidup Islami Warga Muhmmadiyah tersebut merupakan pedoman untuk menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah atau teladan yang baik. Dengan pola perilaku yang teladan itu maka akan terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sebagaimana menjadi tujuan Muhammadiyah. Sedangkan dalam Kepribadian Muhammadiyah terkandung sepuluh sifat yang harus dimiliki dan menjadi pola perilaku serta tindakan anggota/orang Muhammadiyah, yaitu: (1) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan; (2) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah; (3) Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam; (4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan; (5) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah; (6) Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik; (7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam; (8) Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya; (9) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah; dan (10) Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana (PP Muhammadiyah, 2009: 45).

114

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


Dalam mewujudkan tujuan Muhammadiyah kualitas anggota Muhammadiyah yang menjadi pelaku gerakan sangat diperlukan. Lebih khusus lagi para pelaku gerakan Muhammadiyah bahkan harus memiliki kualitas di atas rata-rata, termasuk dalam kualitas militansi selaku penggerak Muhammadiyah. Militansi Muhammadiyah yakni ketangguhan dalam ber-Muhammadiyah yang dibangun di atas basis nilai-nilai dasar gerakan (Paham Agama, Manhaj Tarjih, Muqaddimah AD, MKCH, Kepribadian, Khittah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah) yang menunjukkan ciri-ciri: (a) komitmen tinggi pada misi dan kepentingan Muhammadiyah, (b) tangguh dalam menjalankan usaha-usaha Muhammadiyah, (c) memiliki integritas tinggi pada cita-cita dan jatidiri Muhammadiyah, (d) rela berkorban untuk kepentingan dan perjuangan Muhammadiyah, (e) disiplin tinggi dan kerja keras untuk menjalankan misi serta usaha-usaha Muhammadiyah, (f) bersedia ditugaskan dan ditempatkan di mana pun tanpa memilih-milih, (g) ikhlas berkiprah dan tidak menduakan atau menomorsekiankan Muhammadiyah di atas yang lain-lain, (h) menjaga nama baik dan mau memperbaiki kekurangan Muhammadiyah, (i) bersedia bekerjasama dengan semua komponen yang ada dalam Muhammadiyah, (j) taat pada pimpinan serta garis kebijakan serta aturan Persyarikatan, dan hal-hal penting lainnya yang menunjukkan diri sebagai kader yang setia pada Muhammadiyah. Adapun kader merupakan bagian inti dari anggota, yakni anggota yang utama dan berperan sebagai anak panah gerakan Muhammadiyah. Apapun yang sulit dan tidak dapat dilakukan oleh anggota, semuanya dapat dilakukan oleh kader, karena kader merupakan anggota yang terpilih atau anggota yang utama. Bagaikan anak panah, kader adalah busur yang harus selalu melesat dengan tajam dan tepat sasaran ke mana pun tujuannya. Dengan demikian seluruh syarat dan kualitas yang diniscayakan kepada anggota, seluruhnya harus melekat dan meniscaya dalam diri kader secara lebih utama atau lebih unggul daripada anggota. Muhammadiyah dikenal memiliki potensi sumberdaya kader dan anggota yang banyak. Masyarakat juga mengenal anggota dan warga Muhammadiyah sebagai sosok santri terpelajar, berpikiran modern, gemar beramal, terpercaya, serta memiliki kemampuan dan keahlian yang baik. Tersebarnya kader Muhammadiyah di berbagai lingkungan birokrasi pemerintahan dalam masa-masa sebelum ini juga menunjukkan kualitas sumberdaya yang handal. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan potensi sumberdaya kader dan anggota yang dimiliki atau berada di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai berikut: (1) Jumlah anggota dan simpatisan yang banyak dan tersebar di berbagai bidang keahlian; (2) Segmentasi kader berdasarkan kelompok umur dan status terdapat di berbagai Organisasi Otonom (NA, PM, IPM, IMM); (3) Jumlah siswa dan mahasiswa di pergurun Muhammadiyah sangat banyak; (4) Keluarga (tokoh atau anggota Muhammadiyah) merupakan sumber kader dan anggota yang banyak; (5) Jaringan vertikal dan horizontal Persyarikatan, mulai dari Ranting hingga Pusat, tersebar di penjuru tanah air; (6) Amal usaha Muhammadiyah yang melimpah dengan fasilitas dan sumberdaya yang memadai untuk perekrutan, pembinaan, TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

115


serta pendistribusian kader dan anggota; (7) Jaringan Muhammadiyah dengan organisasiorganisasi sejenis, baik di dalam maupun di luar, yang memiliki visi dan misi serupa; dan (8) Sistem perkaderan Muhammadiyah yang mapan. Hal yang diperlukan adalah optimalisasi segenap potensi di atas sehingga menjadi kesadaran bersama bahwa Muhammadiyah memerlukan pengelolaan HRD secara serius dan terarah. IV. STRATEGI DAN ASPEK REVITALISASI Revitalisasi merupakan strategi perubahan yang dilakukan secara sistematik melalui tahapan penataan, pembinaan, peningkatan, dan pengembangan secara optimal berbasis pada potensi yang dimiliki. Revitalisasi kader dan anggota Muhammadiyah merupakan sebuah proses yang berkelanjutan untuk meningkatkan kuantitas, vitalitas, daya juang, dan kualitas kader berbasis ruh ber-Muhammadiyah melalui berbagai proses penguatan menuju keunggulan anggota dan kader Muhammadiyah. Melalui revitalisasi kader dan anggota ini, suplai kader dan anggota tidak hanya berfungsi bagi pemenuhan kebutuhan internal organisasi, tetapi tidak kalah pentingnya peran strategis dalam kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal sebagai perwujudan misi, usaha, dan pencapaian tujuan Muhammadiyah di tengah dinamika perkembangan zaman. Revitalisasi kader dan anggota menitikberatkan pada penguatan kapasitas individual dan kolektif dalam hal komitmen, pengetahuan, wawasan, dan kompetensi selaku pelaku gerakan. Revitalisasi kader dan anggota juga diarahkan pada peningkatan jumlah dan persebaran pelaku gerakan sehingga Muhammadiyah semakin meluas dalam kehidupan masyarakat. Aspek sasaran revitalisasi kader dan anggota menyangkut aspek idealisme, spiritualitas, intelektualitas, dan praksis selaku pelaku gerakan. Dalam proses yang meningkat dan berkelanjutan revitalisasi kader dan anggota diharapkan semakin terpadu dengan meningkatkan semakin banyak jumlah anggota, membina dan mengembangkannya, dan menjadikan anggota sebanyak mungkin menjadi kader, sehingga terbangun pelaku gerakan yang semakin berkembang baik dari segi jumlah maupun kualitas. Revitalisasi idealisme menyangkut penguatan aspek yang berkaitan dengan semangat (ruh, jiwa, spirit), komitmen, spiritualitas, sikap, dan tingkahlaku anggota dan kader dalam berkiprah di Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. Arah revitalisasi idealisme diorientasikan pada dua hal: 1) kokohnya segenap kader dan anggota Muhammadiyah dalam ber-Muhammadiyah sebagai sesuatu yang bersifat mendasar/ideal; 2) terbentuknya kemampuan dalam mewujudkan cita-cita Muhammadiyah berdasarkan nilai-nilai ideal dalam Persyarikatan. Idealisme gerakan tersebut berkisar pada nilai-nilai dasar Islam, pandangan dunia atau pemikiran-pemikiran fundamental Muhammadiyah, orientasi dakwah dan tajdid, serta aktualisasi jihad dan amal melalui gerakan Muhammadiyah. Jika merujuk pada pesan Al-Quran, revitalisasi idealisme bertumpu antara lain pada Al-Quran Surat Ali Imran 102116

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


104, bahwa untuk lahirnya gerakan menyebarluaskan dan melaksanakan dakwah (Ali Imran 104) sebagaimana tujuan Muhammadiyah, diperlukan prasyarat kokohnya ukhuwah dan terhindarkannya perpecahan (Ali Imran 103) serta kekuatan taqwa sebagai basis kepribadian utama (Ali Imran 102). Sejarah Nabi juga menunjukkan, bahwa untuk terbentuknya kejayaan Islam dan kaum muslimin yang dicapai pada era Madinah tidak dapat dilepaskan dan dimulai dari perjuangan semasa di Mekkah, sehingga dalam tempo 23 tahun terbentuk peradaban Islam yang kokoh. Revitalisasi spiritualitas menyangkut penataan, pembinaan, peningkatan, dan pengembangan kualitas ruhani yang membentuk pribadi yang shaleh, alim, ihsan, dan memiliki uswah hasanah dalam kehidupan. Kader dan anggota Muhammadiyah memiliki kekayaan ruhaniah di atas rata-rata dari yang lain, sehingga dapat melahirkan keshalehan individual sekaligus keshalehan sosial. Spiritualitas kader dan anggota Muhammadiyah selain menunjukkan kekayaan ruhani atau batin dan kepribadian, sekaligus menunjukkan sikap dinamis sehingga mampu menjadi khalifah di muka bumi sebagaimana tugas utama manusia (QS Al-Baqarah: 30), selain sebagai abdi Allah (QS Adz-Dzariat: 56). Spiritualitas yang utama tersebut merupakan cermin dari pengamalan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan universal. Revitalisasi intelektualitas menyangkut aspek-aspek pengetahuan, wawasan, dan pemikiran yang menujukkan keutamaan dari pelaku gerakan Muhammadiyah. Bahwa kader dan anggota Muhammadiyah sebagaimana melekat dengan jatidiri gerakan Islam ini sebagai gerakan dakwah dan tajdid, dituntut memiliki keutamaan atau keunggulan dalam pengetahuan, pemikiran, dan wawasan baik yang menyangkut keislaman maupun soalsoal kemasyarakatan secara luas. Aspek intelektualitas merupakan bagian penting dari semangat Islam sebagai agama yang menjujung tinggi ilmu pengetahuan, akal pikiran, dan kemajuan sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Intelektual dalam makna yang luas merupakan bagian penting dari kemajuan peradaban Islam, yang terbukti menjadi pilar kejayaan Islam di masa silam, sekaligus menjadi acuan bagi kemajuan peradaban Islam kini dan ke depan. Revitalisasi intelektualitas ditujukan untuk peningkatan kualitas pengetahuan, pemikiran, dan wawasan dalam menjalankan misi dakwah dan tajdid, sekaligus dalam menjalani kehidupan sebagai muslim yang menjunjung tinggi kemajuan dan peradaban Islami. Revitalisasi aspek praksis dimaksudkan untuk menata, membina, meningkatkan, dan mengembangkan kuantitas dan kualitas peran-peran amaliah dan tindakan kader dan anggota selaku pelaku gerakan Muhammadiyah. Dalam kehidupan di lingkungan umat Islam pada khususnya maupun masyarakat atau bangsa dan dunia kemanusiaan pada umumnya setiap kader dan anggota Muhammadiyah menjadi pribadi-pribadi dan kelompok yang terkategorisasi sebagai umat pelaku dakwah (QSAli Imran: 104) dan khaira ummah atau umat terbaik (QS Ali Imran: 110) yang menjadi umat tengahan dan suyahada ‘ala al-nas atau

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

117


saksi sejarah dalam kehidupan (QS Al-Baqarah: 143). Kader dan anggota Muhammadiyah menjadi manusia-manusia yang bermanfaat dan rahmat bagi seluruh umat manusia. Bahwa upaya revitalisasi kader dan anggota dengan mengintensifkan penguatan idealisme, spiritualitas, intelektualitas, dan praksis sebagai pelaku gerakan dituntut pula untuk memperhatikan aspek-aspek lainnya yang dinamis dan juga penting seperti yang berkaitan dengan masalah profesionalitas, kekuatan ekonomi, dan modal sosial lainnya yang penting dan relasi-relasi sosial kehidupan. Dengan demikian arti penting lain dari revitalisasi kader dan anggota adalah memiliki link and match, baik ke dalam maupun ke luar, sehingga mampu menjadi pelaku gerakan yang bergerak dinamis dalam kehidupan yang kompleks di tengah perkembangan zaman. V. LANGKAH REVITALISASI KADER Revitalisasi kader merupakan langkah penataan, pembinaan, peningkatan, dan pengembangan anggota inti Persyarikatan yang dapat melaksanakan misi, usaha, dan pencapaian tujuan Muhammadiyah. Tujuan revitalisasi ialah berkembangnya jumlah dan kualitas kader Muhammadiyah yang berperan aktif dalam persyarikatan, umat, bangsa, dan kemanusiaan universal sebagai perwujudan pelaku dakwah dan tajdid. Dengan revitalisasi kader diharapkan agar rekruitmen dan pengembangan kader benar-benar menjadi komitmen organisasi secara menyeluruh, konsisten, dan didukung berbagai seumberdana, jaringan, dan dukungan yang optimal. Adapaun komptensi yang secara normatif penting untuk diwujudkan dalam revitalisasi kader Muhammadiyah adalah sebagai berikut: a. Kompetensi Keberagamaan, dicirikan dengan nilai-nilai: 1) Kemurnian aqidah (keyakinan berbasis tauhid yang bersumber pada ajaran AlQur’an dan Sunnah Nabi yang shahih/maqbullah) yang membentuk keshalehan dalam kehidupan. 2) Ketaatan beribadah (senantiasa menjalankan ibadah mahdhah, baik yang wajib maupun yang sunnat tathawwu` sesuai tuntunan Rasulullah) yang tahsinah (kemanfaatan atau fungsi) dari ibadah itu terpantul dalam kehidupan sehari-hari. 3) Kikhlasan (melakukan sesuatu semata-mata karena Allah SWT) dalam hidup dan berjuang menegakkan ajaran Islam melalui Muhammadiyah. 4) Shiddiq (jujur dan dapat dipercaya) dalam hati, kata, dan tindakan. 5) Amanah (komitmen dan tanggung jawab moral yang tinggi) dalam mengemban tugas organisasi. 6) Berjiwa gerakan (semangat untuk aktif dalam Muhammadiyah sebagai panggilan jihad di jalan Allah).

118

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


b. Kompetensi akademis dan intelektual, dicirikan dengan nilai-nilai: 1) Fathonah (kecerdasan pikiran sebagai Ulul Albab) dalam berpikir, berwawasan, dan menghasilkan karya pemikiran. 2) Tajdid (pembaruan dan berpikiran maju) dalam mengembangkan kehidupan dan menggerakkan Persyarikatan sesuai jiwa ajaran Islam. 3) Istiqamah (konsisten) dalam lisan, pikiran, dan tindakan. 4) Etos belajar (semangat dan kemauan keras) untuk untuk selalu mengembangkan diri, mencari dan memperkaya ilmu, serta mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan. 5) Moderat (arif dan mengambil posisi di tengah) dalam bersikap, berpikiran, dan bertindak. 6) Kompetensi sosial-kemanusiaan dan kepeloporan, dicirikan dengan nilai-nilai: 7) Keshalehan (perilaku yang baik) dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat luas. 8) Kepeduliaan sosial (keterpanggilandalam meringankan beban hidup orang lain); 9) Suka beramal (gemar melaksanakan amal saleh untuk kemaslahatan hidup); 10) Keladanan (menjadi uswah hasanah [teladan yang baik] dalam seluruh sikap dan tindakan); 11) Tabligh (menyampaikan kebaikan kepada orang lain, komunikatif dan terampil membangun jaringan). 12) Inovatif (menemukan hal-hal baru) dalam mengembangkan kemajuan organisasi. 13) Berpikiran maju dan membawa Muhammadiyah pada kemajuan di berbagai bidang yang menjadi misi dan usaha gerakan. d. Kompetensi keorganisasian dan kepemimpinan, dicirikan oleh: 1) Pengkhidmatan dan partisipasi aktif dalam peran keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. 2) Menempati posisi apapun dengan semangat ikhlas, berdedikasi, berprestasi, dan menghasilkan hal-hal terbaik. 3) Menjadi bagian yang menyatu dengan denyut nadi kehidupan Persyarikatan, umat, dan bangsa sebagai wujud menjalankan misi organisasi. 4) Berkomitmen dan menjunjungtinggi ideologi Muhammadiyah dan mampu bersikap tegas tetapi arif dalam membela serta menegakkan prinsip dan kepentingan Persyarikatan. 5) Mengutamakan misi dan kepentingan Muhammadiyah di atas lainnya dengan niat ikhlas dan berkhidmat.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

119


Revitalisasi kader dengan misi, arah, dan kompetensi tersebut memerlukan proses intensifikasi dan optimalisasi yang berlangsung secara tersistem dan berkelanjutan, yang meliputi tahapan sebagai berikut: 1. Perekrutan: a. Pemetaan dan pendataan segenap potensi dan distribusi kader, baik di lingkungan keluarga, organisasi otonom, amal usaha khususnya lembaga pendidikan dan panti asuhan, dan sumber-sumber kader lainnya secara lebih terprogram. b. Menjadikan Baitul Arqam, Darul Arqam, dan bentuk-bentuk pelatihan pengembangan kompetensi lain yang dibutuhkan oleh kader sebagai basis perekrutan dan distribusi kader yang sistematis. c. Pelibatan kader-kader potensial yang belum masuk dalam struktur kepemimpinan dalam berbagai kegiatan Persyarikatan (misalnya: sebagai tim assistensi, dzawil qurba, panitia ad hoc, dan lain-lain); dengan tetap dalam koridor sistem. d. Pembinaan intensif keluarga dan anak-anak pimpinan persyarikatan sebagai salah satu sumber perekrutan kader. e. Pemanfaatan kegiatan-kegiatan Muhammadiyah yang bersifat intensif dan berkelanjutan sebagai salah satu sumber perekrutan kader disertai pembinaan yang tersistem. f.

Memanfaatkan jaringan organisasi Muhammadiyah di luar negeri untuk melakukan perekrutan kader.

2) Pengembangan: a. Intensifikasi dan massifikasi perkaderan formal (BA dan DA) serta perkaderanpekaderan fungsional lainnya yang diperlukan oleh kader-kader Persyarikatan (Ideopolitor, Up-grading Pimpinan, dll); b. Intensifikasi pembinaan kader melalui jalur keluarga-keluarga Muhammadiyah,yang disinergikan dan diintegrasikan dengan perkaderan formal dalam Muhammadiyah. c. Intensifikasi pembinaan kader di lembaga-lembaga pendidikan dan panti asuhan Muhammadiyah secara terprogram sebagai bagian penting dan strategis dalam perkaderan Muhammadiyah. d. Sinergi antara AUM dan Pimpinan persyarikatan setempat dalam pembinaan kader; e. Memperbanyak kegiatan dan ruang beraktualisasi para kader sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki; f.

120

Membangun fungsi ketokohan para kader dalam masyarakat sehingga dapat

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


menjadi figur teladan dan daya tarik bagi orang-orang di sekitarnya, dengan tetap mengembangkan aspek-aspek objektif. g. Membangun program pelatihan kader dengan memperhatikan isu-isu strategis seperti berikut ini: h. Pemantapan mengenai ideologi, visi dan misi, program dan gagasan Persyarikatan secara kontekstual;. i.

Pengayaan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pengelolaan organisasi yang dinamis;

j.

Pemahaman masalah-masalah aktual serta teknikal dalam memecahkan suatu permasalahan (problem solving skills);

k. Optimalisasi koordinasi dan transformasi kader antar-Ortom; l.

Penyiapan kader-kader politik dan entrepreneur yang berjiwa Muhammadiyah.

VI. LANGKAH REVITALISASI ANGGOTA Revitalisasi anggota merupakan langkah penataan, pembinaan, peningkatan, dan pengembangan anggota Persyarikatan yang dapat melaksanakan misi, usaha, dan pencapaian tujuan Muhammadiyah. Tujuan revitalisasi ialah berkembangnya jumlah dan kualitas anggota Muhammadiyah yang berperan aktif dalam persyarikatan, umat, bangsa, dan kemanusiaan universal sebagai perwujudan pelaku dakwah dan tajdid. Dengan revitalisasi anggota diharapkan agar rekruitmen dan pengembangan anggota Muhammadiyah benarbenar menjadi komitmen organisasi secara menyeluruh, konsisten, dan didukung berbagai seumberdana, jaringan, dan dukungan yang optimal. Adapaun komptensi yang secara normatif penting untuk diwujudkan dalam revitalisasi anggota Muhammadiyah adalah sebagai berikut: 1) Memahami hakikat Islam yang mencakup aspek aqidah, ibadah, akhlaq dan muamalah dunyawiyah, bersumberkan Al-Qur’an dan As-Sunnah Maqbulah. 2) Berusaha terus menerus untuk mewujudkan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat sebagaimana tuntunan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. 3) Melandasi segala sesuatu dengan niat ikhlas yang diwujudkan dalam kehidupan yang dinamis untuk meraih ridha Allah SWT. 4) Memiliki semangat jihad yakni berjuang dan berkorban secara sungguh-sungguh dengan mengerahkan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk memperjuangkan Islam sebagaimana komitmen Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. 5) Mempunyai keteguhan hati dalam mengamalkan, menegakkan, dan memperjuangkan Islam, dengan arti kata tidak mundur karena ancaman dan tidak terbujuk dengan rayuan dan selalu istiqamah dalam kebenaran; TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

121


6) Menaati prinsip/ideologi dan ketentuan-ketentuan organisasi yang berlaku dalam Muhammadiyah. 7) Mematuhi pimpinan dalam hal-hal yang disukai dan tidak disukai selama berada dalam kebenaran dan sistem gerakan. 8) Mengamalkan ukhuwah Islamiyah, tasamuh (toleransi), dan ta’awun (tolong menolong) dalam kehidupan bermasyarakat. 9) Aktif dalam kegiatan-kegiatan dakwah Islam termasuk dalam kegiatan pengajian dan aktivitas ibadah di masjid yang dilaksanakan Muhammadiyah dengan kesadaran beribadah, beramal, dan berjihad di jalan Allah. 10) Menjadi teladan yang baik (uswa hasanah) dan suka beramal shaleh dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta kondisi kehidupan masyarakat yang mencerminkan nilainilai Islami. Revitalisasi anggota sebagai pelaku gerakan memerlukan proses intensifikasi yang berlangsung secara tersistem dan berkelanjutan, yang meliputi tahapan sebagai berikut: 1. Rekruitmen: a. Memperluas jumlah anggota Muhammadiyah secara proaktif dan terprogram sesuai dengan persyaratan-persyaratan organisasi yang diintegrasikan dengan kegiatan dakwah dan aktivitas amal usaha Muhammadiyah dalam masyarakat. b. Menentukan kelompok sasaran dan basis anggota mana yang akan direkrut (kalangan pemuda, kelompok laki-laki, kelompok perempuan, penduduk kota/ desa, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, penghasilan, dan sebagianya) dengan sistem perekrutan yang tersistem/terprogram. c. Menyiapkan sumberdaya, sarana dan prasarana untuk melakukan rekruitmen anggota Muhammadiyah secara tersistem, termasuk melalui penerbitan Kartu Anggota Muhammadiyah yang dikelola secara aktif dan terorganisasi. d. Memperbanyak forum-forum pengajian serta kegiatan kemasyarakatan yang terbuka untuk umum sebagai salah satu wahana perekrutan anggota Muhammadiyah secara proaktif dan terorganisasi. e. Memperluas jaringan dan aktivitas Muhammadiyah secara opensif dalam masyarakat termasuk melalui aktivis dan pimpinan Muhammadiyah yang aktif di garda paling depan dalam menyuarakan kepentingan bersama dan membela hak-hak dasar masyarakat sehingga melahirkan simpati dan dukungan terhadap Muhammadiyah. f.

122

Publikasi informasi tentang Muhammadiyah serta materi-materi keagamaan yang menjangkau segenap lapisan masyarakat.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


g. Mengembangkan amal-amal pelayanan sosial-kemasyarakatan melalui fungsi pelayanan Amal Usaha dan program serta aktivitas Muhammadiyah yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekaligus menarik simpati dan dukungan masyarakat/objek dakwah terhadap Muhammadiyah. h. Menggarap segmen sosial yang selama ini kurang dilakukan Muhammadiyah dalam menjangkau sasaran warga masyarakat sebagai calon anggota Muhammadiyah di pedesaan, pusat-pusat aktivitas kota-kota besar, dan ruang-ruang sosial potensial lainnya. i.

Memperlakukan anggota sesuai dengan alam pikiran dan kondisi yang dihadapi untuk diarahkan ke peningkatan dan pengembangan kualitas sesuai dengan prinsip dakwah.

2. Pengembangan: a. Melaksanakan pengajian-pengajian umum dan khusus dalam berbagai model yang konvensional dan nonkonvensional sebagai wahana pembinaan anggota Muhammadiyah secara intensif dan meluas. b. Optimalisasi gerakan keluarga sakinah, Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah; serta Qoryah Thayyibah yang terintegrasi dengan Aisyiyah dan seluruh elemen/ komponen dalam Muhammadiyah secara terpadu dan tidak berjalan sendirisendiri. c. Optimalisasi Baitul Arqam bagi anggota dan kegiatan ta`aruf organisasi bagi simpatisan Muhammadiyah dan masyarakat luas yang dikembangkan dalam berbagai model yang aktual dan menarik. d. Pimpinan aktif melakukan “anjangsana� atau silaturrahim ke rumah atau tempat kegiatan anggota Persyarikatan dan masyarakat Muslim; e. Mengembangkan sinergi antara Amal Usaha Muhammadiyah dengan Pimpinan Ranting, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Daerah setempat dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat termasuk pembinaan/pengembangan anggota. f.

Melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan dakwah dan sosial kemasyarakatan yang partisipatif sesuai dengan prinsip Dakwah Kultural yang mampu memahami dan mengembangkan kehidupan masyarakat setempat sebagai wahana pembinaan anggota.

VII. PENGORGANISASIAN Revitalisasi kader dan anggota Muhammadiyah dalam berbagai aspeknya memerlukan pengorganisasian yang rapi, solid dan sistemik di seluruh jenjang dan lini struktur Persyarikatan. Seluruh komponen dan lini Persyarikatan Muhammadiyah penting untuk TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

123


dilibatkan, baik yang berada dalam struktur kepemimpinan Persyarikatan dan Ortom, AUM, maupun yang masih menjadi anggota atau kader. Dengan demikian revitalisasi kader dan anggota ini menjadi perhatian dan tanggung jawab seluruh unsur organisasi secara tersistem. Karena itu dalam revitalisasi kader dan anggota diperlukan pengorganisasian sebagai berikut: 1) Pimpinan Muhammadiyah dari tingkat Pusat sampai Ranting didukung oleh seluruh Unsur Pembantu Pimpinan, Organisaso Otonom, Amal Usaha, dan institusi-institusi lainnya yang berada di lingkungan Persyarikatan bertanggungjawab atas revitalisasi kader dan anggota sebagai usaha dan kebijakan yang penting serta strategis dalam membawa kemajuan, kebesaran, dan kejayaan Muhammadiyah untuk mewujudkan misi, usaha, dan tujuannya. 2) Mengembangkan budaya organisasi yang melahirkan kesadaran dan komitmen bersama secara tersistem bahwa pembinaan anggota dan kader sebagai merupakan kebutuhan Persayarikatan yang penting dan strategis di seluruh jenjang kepemimpinan dan lini organisasi yang dibuktikan dengan dukungan formal dan nyata, alokasi sumberdaya, dan sumber dana yang mencukupi. 3) Koordinasi antar-majelis dan lembaga serta Amal Usaha Muhammadiyah di seluruh tingkatan dengan MPK sebagai leading sector-nya; dan dalam sejumlah hal di bawah tanggungjawab langsung Persyarikatan. 4) Di bawah koordinasi MPK perlu dibentuk badan yang secara khusus dan professional menangani proses perekrutan dan pembinaan kader dan anggota, termasuk dalam pengkoordinasian Ortom, yang pengelolaannya dilakukan secara profesional dan tersistem. 5) Di tingkat Wilayah dan Daerah perlu ada Korp Instruktur; Korp Kader, dan Jaringan Anggota Muhammadiyah secara terorganisasi baik. 6) Secara khusus mengkoordinasikan dan mengembangkan jaringan lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah termasuk pondok pesantren dan madrasah-madrasah Muhammadiyah sebagai basis pengkaderan. 7) Evaluasi secara berkala proses perekrutan, pembinaan dan distribusi anggota dan kader sebagai bahan pengambilan kebijakan dan pengembangan kader dan anggota secara sistemik. 8) Memperkuat organisasi otonom Muhammadiyah sebagai basis dan wahana rekrutmen kader dan anggota yang bersifat khusus sesuai dengan spesifikasi fungsi organisasi otonom masing-masing.

124

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


9) Merealisasikan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kader (Pusdiklat Kader) yang representatif sebagai pusat kajian, penelitian, pelatihan, perekrutan, serta pengembangan kader dan anggota Muhammadiyah secara melembaga. VIII. PENUTUP Muhammadiyah sebagai gerakan Islam memiliki misi dan usaha yang terus menerus dan terorganisasi untuk mencapai tujuan yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenarbenarnya. Pembentukan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yakni masyarakat yang terbaik (khaira ummah), tidak mungkin lahir tanpa pelaku-pelaku dan komunitas gerakan yang unggul, dalam hal ini anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah lebih luas lagi seluruh jama’ah Muhammadiyah yang memang unggul. Gerakan yang unggul hanya akan lahir dari kualitas pelaku dan jama’ah yang unggul. Di antara unsur penting dari keunggulan pelaku dan jama’ah yang unggul itu ialah jumlah dan kualitas kader dan anggota Muhammadiyah yang utama sebagai pelaku gerakan. Dalam diri anggota, kader, dan lebih khusus lagi pimpinan harus tertanam kuat bahwa keberhasilan Muhammadiyah dalam menjalankan misi, usaha, dan pencapaian tujuannya sangat tergantung pada kegigihan dan kerja keras mereka yang menjadi pelaku gerakan Islam ini. Bahwa kader dan anggota Muhammadiyah sebagai pelaku gerakan selain harus terus bertambah kuantitasnya, pada saat yang sama meniscayakan peningkatan kualitas sesuai dengan syarat kompetensi sebagai pelaku gerakan yang unggul dalam Muhammadiyah. Karena itu diperlukan usaha terus menerus dan tersistem melalui revitalisasi yang dilakukan dalam proses penataan, pembinaan, peningkatan, dan pengembangan kader dan anggota Muhammadiyah. Muhammadiyah memasuki abad kedua dalam gerakannya meniscayakan jumlah dan mutu kader dan anggota yang semakin unggul atau utama, sebagai prsyarat gerakan menuju babak baru melitasi zaman untuk mengemban misi dakwah dan tajdid menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang melahirkan peradaban utama. Insya Allah jika seluruh komponen dalam Persyarikatan bekerja sungguh-sungguh dalam setiap mewujudkan niat dan ikhtiar maka Allah akan membuka jalan dan pertolongan-Nya. Nashrun min Allah wa Fathun Qarib.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

125


Lampiran VI

KEPUTUSAN MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE 46 TENTANG REVITALISASI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH BAB I MUQADDIMAH Pendidikan Manusia yang Menghidupkan1 dan Membebaskan2 Peradaban manusia yang terus bergerak, berubah dan berkembang semakin cepat sebagai kekuatan spiritual sejarah adalah wujud dari kehendak robbul jalal. Sejarah adalah kisah keberhasilan, kemajuan dan kegagalan manusia meniti perubahan peradaban dalam usaha memenuhi hajat hidupnya. Sebagian manusia dan bangsa-bangsa bisa menikmati kemajuan dan perubahan peradaban, sedangkan yang lain menderita akibat gagal meniti perubahan peradaban itu. Manusia dan bangsa-bangsa yang dicerahi iman ialah manusia dan bangsa-bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) secara spiritual (tanpa lelah dan berhenti) bisa memanfaatkan perkembangan peradaban bagi kepentingan kemanusiaan pada zamannya dan generasi sejenisnya di masa depan. Manusia dan bangsa-bangsa yang menguasai ipteks adalah manusia dan bangsa yang unggul, berkemajuan, berkeadaban dan tercerahkan yang terus memperbarui dan mengembangkan ipteks melalui penelitian dan pendidikan bagi kepentingan kemanusiaan Islam yang diwahyukan, termaktub dalam Al-Qur’an adalah al-din yang mengajarkan prinsip-prinsip perubahan peradaban dan perkembangan ipteks bagi keadaban manusia untuk hidup bersama (taawwun) mengelola alam semesta ciptaan robbul jalal sebagaimana dituntunkan sunnah Rasul Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah wahyu berisi kisah jatuhbangunnya manusia dan bangsa-bangsa di dunia sepanjang sejarah sebagai pelajaran dan petunjuk hidup bersama (taawwun; tolong menolong) memihak yang menderita, membebaskan manusia dari kebodohan dan kemiskinan bagi keunggulan keadaban, kesejahteraan dan kemakmuran seluruh manusia dalam sebuah bangsa. Pendidikan merupakan upaya sadar penyiapan peluang bagi manusia untuk menguasai ipteks berbasis wahyu tekstual (qauliyah) dan wahyu natural (qauniyah: alam semesta), 1 2

126

Al Anfal 24, Ali Imron 110.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


mengembangkan kemampuan pemanfaatan alam semesta, menyerap seluruh prinsip perubahan peradaban bagi kesejahteraan seluruh umat manusia dalam bentangan masa depan sejarah. Pendidikan Muhammadiyah adalah pendidikan pencerahan kesadaran ketuhanan (makrifat iman/tauhid) yang menghidupkan, mencerdaskan dan membebaskan manusia dari kebodohan dan kemiskinan bagi kesejahteraan dan kemakmuran manusia dalam kerangka kehidupan bangsa dan tata pergaulan dunia yang terus berubah dan berkembang. Adalah kewajiban setiap Muslim mengembangkan, menyebarluaskan, belajar dan mengajarkan ipteks bagi kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia sebagai pengabdian (ibadah) kepada Allah, wujud keyakinan tauhid. Satu abad lalu KH. Ahmad Dahlan merintis pembaruan pendidikan sebagai kesatuan kelembagaan berbasis kesatuan ipteks yang telah tumbuh sebagai tradisi masyarakat pembelajar berbasis makrifat spiritual dalam bentuk tabligh (pendidikan luar sekolah), pesantren, madrasah, dan sekolah sebagai realisasi dakwah amar ma’ruf nahi munkar.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

127


BAB II RUMUSAN FILSAFAT PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH Pendidikan Muhammadiyah adalah penyiapan lingkungan yang memungkinkan seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari kehadiran Allah swt sebagai Robb dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Dengan kesadaran spiritual makrifat (iman/tauhid) dan penguasaan IPTEKS, seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, peduli sesama yang menderita akibat kebodohan dan kemiskinan, senantiasa menyebarluaskan kemakmuran, mencegah kemungkaran bagi pemuliaan kemanusiaan dalam kerangka kehidupan bersama yang ramah lingkungan dalam sebuah bangsa dan tata pergaulan dunia yang adil, beradab dan sejahtera sebagai ibadah kepada Allah. Pendidikan Muhammadiyah merupakan pendidikan Islam modern yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan antara iman dan kemajuan yang holistic. Dari rahim pendidikan Islam yang untuk itu lahir generasi muslim terpelajar yang kuat iman dan kepribadiannya, sekaligus mampu menghadapi dan menjawab tantangan zaman. Inilah pendidikan Islam yang berkemajuan. IPTEKS adalah hasil pemikiran rasional secara holistik dan komprehensif atas realitas alam semesta (ayat kauniah) dan atas wahyu dan sunnah (ayat qauliyah) yang merupakan satu kesatuan integral melalui kegiatan penelitian dan pengembangan yang terus menerus diperbaharui bagi kemulyaan kemanusiaan dalam alam kehidupan yang lestari. Penguasaan IPTEKS adalah langkah awal dari tumbuhnya kesadaran makrifat, sehingga pemikiran rasional adalah awal dari kesadaran spiritual makrifat ketuhanan. Pengabdian ibadah kepada Allah meliputi ibadah yang terangkum dalam rukun Islam, penelitian dan pengembangan IPTEKS, penataan lingkungan hidup yang lestari berkelanjutan dalam kehidupan bersama yang beradab, berkeadilan dan sejahtera, serta pembebasan setiap orang dari penderitaan akibat kebodohan dan kemiskinan. VISI DAN MISI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH A. Visi

Terbentuknya manusia pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam IPTEKS sebagai perwujudan tadjid dakwah amar ma’ruf nahi munkar

B. Misi 1. Mendidik manusia memiliki kesadaran ketuhanan (spiritual makrifat). 2. Membentuk manusia berkemajuan yang memiliki etos tadjid, berfikir cerdas, alternatif dan berwawasan luas.

128

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


3. Mengembangkan potensi manusia berjiwa mandiri, beretos kerja keras, wira usaha, kompetetif dan jujur. 4. Membina peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki kecakapan hidup dan ketrampilan sosial, teknologi, informasi dan komunikasi. 5. Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki jiwa, kemampuan menciptakan dan mengapresiasi karya seni-budaya. 6. Membentuk kader persyarikatan, ummat dan bangsa yang ikhlas, peka, peduli dan bertanggungjawab terhadap kemanusiaan dan lingkungan.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

129


BAB III KONSEP PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH A. Nilai-Nilai Dasar Pendidikan Muhammadiyah Amal usaha bidang pendidikan dalam persyarikatan Muhammadiyah merupakan bidang yang paling strategis bagi upaya mewujudkan kemajuan umat dan bangsa. Lembaga pendidikan Muhammadiyah telah eksis dan bertahan selama seabad yakni sejak 19112010 menurut perhitungan kalender miladiyah dan lebih dari seratus tahun menurut perhitungan hijriyah (1330-1431 H). Fakta ini memberikan pelajaran bahwa kemampuan untuk survive lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah dan kontribusinya bagi bangsa Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari model pendidikan Muhammadiyah yang didasarkan atas nilai-nilai 3 berikut; pertama, pendidikan Muhammadiyah diselenggarakan merujuk pada nilai-nilai yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.4 Kedua, ruhul ikhlas untuk mencari ridha Allah SWT, menjadi dasar dan inspirasi dalam ikhtiar mendirikan dan menjalankan amal usaha di bidang pendidikan. Ketiga, menerapakan prinsip kerjasama (musyarokah) dengan tetap mememlihara sikap kritis, baik pada masa Hindia Belanda, Dai Nippon (Jepang), Orde Lama, Orde Baru hingga pasca Orde Baru.5 Keempat, selalu memelihara dan menghidup-hidupkan prinsip pembaruan (tajdid), inovasi dalam menjalankan amal usaha di bidang pendidikan. Kelima, memiliki kultur untuk memihak kepada kaum yang mengalami kesengsaraan (dhuafa dan mustadh’afin) dengan melakukan proses-proses kreatif sesuai dengan tantangan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat Indonesia.6 Keenam, memperhatikan dan menjalankan prinsip 3 Nilai-nilai dasar pendidikan Muhammadiyah didasarkan kebenaran, pencerahan dan budi pekerti yang baik. Dalam Surat AlFurqan ayat 44 dinyatakan bahwa “Adakah engkau mengira bahwa kebanyakan manusia itu suka mendengarkan (pelajaran yang benar) atau suka memikir-mikir (menetapi perbuatan yang benar)? Sungguh tidak! Tak lain dan tak bukan mereka itu hanyalah seperti hewan, malah mereka itu lebih sesat lagi jaln yang ditempuhnya”. Dalam kaitan dengan ayat tersebut, KH. Ahmad Dahlan mengeluarkan fatwa “Manusia tidak menuruti, tidak mempedulikan sesuatu yang sudah terang benar bagi dirinya. Artinya, dirinya sendiri, fikirannya sendiri, sudah dapat mengatakan itu benar, tetapi ia tidak mau menuruti kebenaran itu karena takut mendapatkan kesukaran, takut berat dan takut bermacam-macam yang dikhawatirkan, karena nafsu dan hatinya sudah terlanjur rusak, berpenyakitan akhlak (budi pekerti), hanyut dan tertarik oleh kebiasaan buruk”. Lihat R. Hadjid, Pelajaran KHA. Dahlan (7 Falsajah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an), (Yogyakarta: LPI PP Muhammadiyah, 2005), hlm. 24 – 25. 4 Lihat surat Al-Bayyinah (98): ayat 5 ”Dan tiadalah mereka diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Allah dengan mengikhlaskan agama kepadaNya sambil menjauhi kesesatan dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, demikian itulah agama yang lurus” (sumber Keputusan Muktamar ke-38 [1971] tentang Pedoman Pokok Pendidikan Muhammadiyah). 5 Prinsip ini digambarkan dengan baik dalam Pendoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah bahwa “...Muhammadiyah beserta bidang sosial, pendidikan dan keagamaan yang dimilikinya haruslah menunjukkan sikap-sikap sosial yang didasarkan atas prinsip menjunjung tinggi nilai-nilai kehormatan manusia, memupuk rasa persaudaraan dan kesatuan kemanudiaa, mewujudkan kerjasama umat manusia menuju masyarakat yang sejahtera lahir dan batin, memupuk jiwa toleransi, menghormati kebebasan orang lain, menegakkan budi baik, menegakkan amanat dan keadilan, perlakuan yang sama, menepati janji, menanamkan kasih sayang dan mencegah kerusakan, menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang saleh dan utama...”, lihat PP Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003), hlm. 20-21 6 Institusi pendidikan Muhammadiyah tidak hanya berorientasi pada pencapaian kapital atau orientasi profit semata, tetapi juga mengembang misi kemanusiaan dan misi dakwah amar ma’ruf nahi munkar, Muhammadiyah sebagaimana disebutkan dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah dinyatakan bahwa “... menghormati dan mengasihi antara yang tua dan yang muda, tidak merendahkan sesama, tidak berprasangka buruk kepada sesama, peduli kepada orang miskin dan yatim, tidak mengambil hak orang lain, berlomba dalam kebaikan, dan hubungan-hubungan sosial lainnya yang bersifat istilah menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”, lihat PP Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003), hlm. 21

130

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


keseimbangan (tawasuth atau moderat) dalam mengelola lembaga pendidikan antara akal sehat dan kesucian hati.7 B. Aspek-Aspek Pendidikan Muhammadiyah 1. Aspek Pembelajar Pendidikan Muhammadiyah yang menghidupkan dapat dilihat dari aspek pembelajar (peserta didik) adalah model pendidikan yang memberikan peluang untuk berkembangnya akal sehat pada diri pembelajar serta pada waktu yang sama juga mendorong untuk tumbuhnya hati yang suci dalam diri peserta didik serta soft skill (IQ, EQ, SQ).8 Dengan kompetensi yang dimiliki oleh para pembelajar yang dihasilkan oleh pendidikan Muhammadiyah, maka para pembelajar tersebut pada tahap berikutnya akan memiliki kemampuan untuk hidup di masyarakat, bermanfaat bagi bangsa, negara dan ummat. Pendidikan yang condong kepada terciptanya individu yang sesuai fithrahnya, cakap dalam bidang ilmu yang dipelajarinya dan menjadi agen bagi pencapaian tujuan hidup yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.9 2. Aspek Pembelajaran Pendidikan yang menghidupkan dan membebaskan memerlukan adanya integrasi kritis antara legitimasi normatif (Al-Qur’an dan Al-Hadits) dengan realitas sosial. Pendidikan Muhammadiyah tidak bisa menjadi lembaga pendidikan sebagaimana yang dikelola lembaga sosial keagamaan lainnya, tetapi pendidikan Muhammadiyah terikat dengan nilainilai dasar perjuangan Persyarikatan, artinya pendidikan dalam Muhammadiyah harus menjamin terciptanya lulusan yang cerdas sekaligus berposisi sebagai kader organisasi demi kelangsungan organisasi Muhammadiyah.10 7 Lihat Surat Jumu’ah ayat 2 ”Dialah Allah yang mengutus seorang utusan dari antara mereka orang-orang ummi yang membacakan ayat-ayat Allah kepada mereka dan yang menyucikan dan yang mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka”. KH. Ahmad Dahlan memberikan keterangan mengenai ayat tersebut ”Untuk mencapai kesucian jiwa dapat dilakukan dengan ingat kepada Allah, shalat dan memikirkan bahaya-bahaya akhirat. Nabi Muhammad SAW mengajarkan ayat-ayat dan Sunnah Nabi dalam membersihkan hawa nafsu, ialah membersihkan hawa nafsu mereka dari kufur, berhala sesembahan mereka (selain kepada Allah); bersih dari akhlak yang busuk, rendah, sifat yang tercela, bersih dari sifat hewan, bersih dari dosa, was-was dan perbuatan jahat”. Sebab-sebab manusia itu sesat menurut KHA. Dahlan: “Karena belum mengerti pada kebenaran. Belum kedatangan ajaran-ajaran Islam; karena mereka telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang dicintai lebih dulu”. Lihat R. Hadjid, Pelajaran KHA. Dahlan (7 Falsajah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an), (Yogyakarta: LPI PP Muhammadiyah, 2005), hlm. 52 8 Pesan KH Ahmad Dahlan dipublikasikan oleh HB Muhammadiyah Majlis Taman Pustaka, 1923. Antara lain memberikan pesan “Akal manusia sesungguhnya satu ketika menghadapi bahaya. Dan jika manusia menghadapi keadaan yang demikian itu maka sesungguhnya ia sudah memiliki perangkat menghadapinya ialah ‘hati yang suci’. Oleh karena itu orang yang mempunyai akal harus menjaga bahaya akal yang merusak kesician hati. 9 Pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan dan sesuai fithrah manusia, Lihat Surat Ar-Rum ayat 30 ”Tegakkanlah pendirianmu pada agama yang condong kepada kebenaran (kepada Allah dengan meninggalkan lainnya). Allah-lah yang menciptakan manusia menurut fithrah kejadiannya, tidaklah akan berganti pada makhluk itu, demikian itulah agama yang benar, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti”. Berkaitan dengan ayat KH. Ahmad Dahlan menerangkan bahwa ”Agama itu (adalah) cenderungnya ruhani (berpaling) dari nafsu, yang naik ke angkasa kesempurnaan, yang suci, yang bersih dari tawanan benda-benda”. Lihat R. Hadjid, Pelajaran KHA. Dahlan (7 Falsajah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an), (Yogyakarta: LPI PP Muhammadiyah, 2005) 10 Institusi pendidikan Muhammadiyah yang menghisupkan dan membebaskan harus mengintegrasikan kebutuhan-kebutuhan empirik umat dan realisasi ideologi organisasi. Integrasi ini sebagai strategi untuk mencapai misi pendidikan yang menghidupkan. Dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 44 dinyatakan “Adakah engkau mengira bahwa kebanyakan manusia itu suka mendengarkan (pelajaran

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

131


Penyelenggaraan pendidikan di lingkungan Muhammadiyah perlu memperhatikan nilai manfaat sebagai upaya pemenuhan prinsip-prinsip sosio kemanusiaan (aspek sosiologis) sehingga out put lembaga pendidikan Muhammadiyah memiliki kontribusi nyata bagi masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Muhammadiyah harus memperhatikan dimensi sosialnya akan bermanfaat bagi kemanusiaan dan memperhatikan dimensi ideologis agar dapat menjadi “industri” bagi pencerahan peradaban dan sekaligus sebagai sarana terciptanya kader persyarikatan yang mampu menafsir tanda-tanda zaman. 3. Aspek Pendidik Pendidikan Muhammadiyah yang menghidupkan dari aspek pendidik dapat dimaknai sebagai proses integrasi berbagai aspek yang terkait dengan pembelajaran seperti kompetensi akademik, kompetensi pedagogik, kompetensi atau komitmen ideologi persyarikatan, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian, artinya pendidik yang bekhidmat dalam lingkungan amal usaha pendidikan Muhammadiyah yang unggul dalam bidang keilmuan dan keislaman. Pendidik yang mengabdi pada lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah pendidik yang memiliki kompetensi dasar sebagai pendidik yang didukung oleh komitmennya pada ideologi persyarikatan Muhammadiyah, nilai-nilai dan pemahaman keislaman sebagaimana yang dipahami Muhammadiyah. Dengan kompetensi pendidik Muhammadiyah tersebut, maka pendidik dapat memainkan peran penting dalam upaya untuk mewujudkan pendidikan Muhammadiyah yang menghidupkan dan membebaskan. Kemampuan komparatif yang dimiliki para pendidik di lingkungan lembaga pendidikan Muhammadiyah akan menentukan arah perubahan peradaban. Para pendidik harus memiliki pengetahuan dasar mengenai pendidikan moral (akhlak) sebagai sarana untuk menanamkan karakter pembelajar yang sesuai dengan nilai-nilai Islam; pendidikan individu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh;11 dan pendidikan kemasyarakatan sebagai usaha menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat. 4. Aspek Persyarikatan Pendidikan Muhammadiyah yang menghidupkan dan membebaskan dikaitkan dengan persyarikatan adalah model pendidikan yang mampu menjadi media dan instrumen bagi yang benar) atau suka memikir-mikir (menetapi perbuatan yang benar)? Sungguh tidak! Tak lain dan tak bukan mereka itu hanyalah seperti hewan, malah mereka itu lebih sesat lagi jaln yang ditempuhnya”. Manusia diciptakan dengan akal fikiran, dengan akal itu manusia dapat mengerti yang benar dan salah, tetapi perbuatannya selalu tidak menepati kebenaran dan tidak tahu gunanya hidup, tidak tahun hikmahnya dia diciptakan. Konteks ini ditafsir oleh KHA. Dahlan, beliau mengatakan “Manusia tidak menuruti, tidak mempedulikan sesuatu yang sudah terang benar bagi dirinya. Artinya, dirinya sendiri, fikirannya sendiri, sudah dapat mengatakan itu benar, tetapi ia tidak mau menuruti kebenaran itu karena takut mendapatkan kesukaran, takut berat dan takut bermacam-macam yang dikhawatirkan, karena nafsu dan hatinya sudah terlanjur rusak, berpenyakitan akhlak (budi pekerti), hanyut dan tertarik oleh kebiasaan buruk”. Lihat R. Hadjid, Pelajaran KHA. Dahlan (7 Falsajah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an), (Yogyakarta: LPI PP Muhammadiyah, 2005), hlm. 24-25 11 KH. Ahmad Dahlan menyebut pendidikan yang utuh ini adalah pendidikan yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelek, antara perasaan dengan akal fikiran, serta antara dunia dengan akhirat. Lihat Djarnawi Hadikusumo, Ilmu Akhlaq, (Yogyakarta: Persatuan, 1980), hlm. 5

132

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


eksistensi dan pengembangan kegiatan sosial kemanusiaan persyarikatan Muhammadiyah. Sinergi lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai instrumen persyarikatan mencapai tujuan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya menjadi penting untuk merespons tantangan perkembangan dan perubahan yang begitu cepat. Lembaga pendidikan perlu mengembang misi persyarikatan dengan konsisten agar lembaga pendidikan benarbenar menjadi alat persyarikatan mencapai tujuannya12. 5. Aspek Manajerial Aspek manajerial manajemen yang dipakai di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, juga mengadopsi prinsip-prinsip manajemen modern. Perpaduan prinsip manajemen itu sebagai kebutuhan untuk tetap menghidupkan lembaga pendidikan Muhammadiyah, selain kebutuhan untuk merespons perubahan yang berlangsung, juga tetap menggalang prinsip-prinsip dasar pengelolaan lembaga yang dirumuskan Muhammadiyah sebagai induk lembaga pendidikan Muhammadiyah. Penerapan manajemen modern seperti adanya standarisasi, profesionalisme, impersonal, reward and punishment, di satu sisi memberikan dasar yang kuat bagi eksistensi lembaga pendidikan Muhammadiyah, tapi di sisi lain – kalau itu dilakukan secara kaku dan rigid akan merugikan Persyarikatan Muhammadiyah, misalnya dalam recruitment di lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah bisa melupakan pertimbangan yang bersifat ideologis gerakan. Kondisi tersebut telah menyebabkan institusi pendidikan di lingkungan Muhammadiyah dikelola oleh orang-orang yang profesional dibidangnya, namum kurang memiliki pemahaman yang kuat pada prinsip-prinsip nilai sebagaimana yang diperjuangkan Muhammadiyah. Memperhatikan pengalaman seabad pengelolaan institusi pendidikan yang ada dalam lingkungan Muhammadiyah kiranya perlu ditegaskan adalah urgensi adanya sikap kritis dan prudential dalam implementasi manajemen modern agar tidak bertentangan dengan ruh Persyarikatan Muhammadiyah. Implementasai manajemen modern dalam pengelolaan institusi-institusi pendidikan di lingkungan Muhammadiyah harus dapat dikembalikan pada prinsip-rpinsip dasar (core of values) yang telah disepakati oleh Persyarikatan Muhammadiyah. 6. Aspek Kurikulum Strategi pengembangan kurikulum berdasarkan pada orientasi kebutuhan, dimana dimensi akademik dan keorganisasian menjadi faktor krusial dan inti dalam penentuan muatan kurikulum. Pendekatan backward curriculum harus dikedepankan agar prinsip 12 KHA Dahlan pernah berpesan, “Muhammadiyah sekarang ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru, kembalilah ke Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembalilah ke Muhammadiyah. Jadilah master, insiyur, dan lain-lain, dan kembalilah ke pada Muhammadiyah�, Junus Salam, KHA. Dahlan; Amal dan Perjuangannya, (Tangerang; Al Wasat, 2009), hlm. 135.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

133


religius, ideologis dan humanistis dapat dipenuhi dalam struktur kurikulum yang diterapkan dalam penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah113. Kontekstualisasi pendidikan akan berguna bagi organisasi dan peserta didik apabila proses dan muatannya dirancang sesuai dengan kebutuhan dasar keilmuan, ideologi persyarikatan dan pasar atau yang dibutuhkan oleh masyarakat dewasa ini untuk menjawab tantangan-tantangan modernitas. Kurikulum pendidikan Muhammadiyah harus menganut prinsip desentralisasi yang mampu memberdayakan pendidik untuk mendinamisasikan isi kurikulum secara maksimal. Integrasi kurikulum yang mengakomodasi dimensi akademik, sosial dan persyarikatan dapat dicapai dengan tidak membebani peserta didik dengan kurikulum yang tidak berlebihan. Pencapaian kurikulum pendidikan Muhammadiyah harus berorientasi pada kompetensi dan berkelanjutan. Pelaksanaan pendidikan digerakkan dengan nilai-nilai organisasi Muhammadiyah seperti keikhlasan, pengabdian dan semangat menolong serta mengutamakan kebutuhan organisasi. Manajemen pendidikan Muhammadiyah harus berbasis manajemen Persyarikatan yaitu manajemen yang bersinergi antara tuntutan etis pendidikan dengan misi Persyarikatan. Lembaga pendidikan dapat berfungsi sebagai penyangga bagi eksistensi Muhammadiyah untuk menghidupkan, mencerdaskan dan membebaskan dengan menjadikan Persyarikatan sebagai induk yang menaungi institusi pendidikan. Dalam mengelola pendidikan Muhammadiyah tetap memperhatikan kepentingan organisasi bukan semata-mata berorientasi pada stakeholders. Keberadaan institusi pendidikan sebagai amal usaha ditempatkan sebagai instrumen dan wahana beramal sehingga pendidikan tidak diarahkan semata pada pencapaian kompetensi tetapi juga dalam kerangka pengkaderan Persyarikatan. 7. Aspek Kemasyarakatan Pendidikan Muhammadiyah yang menghidupkan, mencerdaskan, dan membebaskan dapat dibaca sebagai proses kegiatan pendidikan yang memihak kepada masyarakat yang mengalami kesengasaraan (dhu’afa dan mustadh’afin). Jika dipahami dalam konteks sekolah masa kini di abad ke 21, model pendidikan Muhammadiyah dari sisi in put, proses kegiatan pembelajarannya, materi yang diajarkan (kompetensi yang ingin dicapai) serta out put dari hasil pendidikan yang dijalankan haruslah memihak kepada orang-orang yang sengsara. Hasil dari akumulasi kegiatan pendidikan dari institusi yang dimiliki oleh persyarikatan Muhammadiyah dari tingkat TK, SD, Sekolah Menengah sampai Perguruan Tinggi haruslah 13 Dalam pengembangan dan pembaruan pendidikan Muhammadiyah juga diperlukan penajaman ciri pendidikan Muhammadiyah yang berbasiskan Al Islam dan Ke-Muhammadiyahan, dengan melakukan objektivasi ke dalam nilai-nilai keunggulan (excellent) sesuai prinsip Islam dan ideologi persyarikatan sebagai pondasinya. Menurut Mohammad Ali, ada lima identitas obektif sebagai elaborasi dari Al Islam dan Ke-Muhammadiyahan ke dalam sistem pendidikan Muhammadiyah, yakni; 1) menumbuhkan cara berfikir tajdid/inovatif, 2) memiliki kemampuan antisipatif, 3) mengembangkan sikap pluralistic, 4) memupuk watak mandiri, dan 5) mengambil langkah moderat, dalam Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, (Yogyakarta; Suara Muhammadiyah, 2010), hlm. 420-421

134

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


dapat mengentaskan kehidupan masyarakat yang miskin (mengalami kesengsaraan) menjadi lebih baik kehidupannya. Dengan rumusan lain proses kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh Muhammadiyah memiliki kewajiban secara keimanan yang dinamis untuk mampu melakukan social reconstruction secara bertahap dan pada akhirnya akan mampu memberikan kontribusi melahirkan suatu social construction, masyarakat baru seperti dicita-ciatakan oleh Muhammadiyah yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (al ijtima al madinah). Dalam koteks kehidupan modern abad ke 21 amal usaha dibidang pendidikan yang dijalankan oleh Muhammadiyah harus tetap konsisten dengan misi perjuangannya untuk memihak kepada orang-orang nasibnya kurang baik secara ekonomi. Amal Usaha yang dimiliki oleh Muhammadiyah tidak boleh hanyut terbawa angin globalisasi yang dalam batasbatas tertentu membawa efek samping semakin merembesnya paham kehidupan yang merujuk pada paham materilisme-kapiltalisme liberalisme. Pendidikan Muhammadiyah sejauh mungkin harus dapat memberikan akses kepada kaum dhu’afa untuk bisa menikmati institusi-institusi yang dimiliki oleh Muhammadiyah14. Jika masyarakat yang mengalami kesengsaran secara ekonomi tetap memiliki harapan akan datang masanya terjadi perubahan nasib hidupnya melalui berbagai amal usaha yang dimiliki oleh Muhammadiyah di bidang pendidikan, maka kehadiaran Muhammadiyah melalui amal usahanya di bidang pendidikan kiranya dapat disebut sebagai pendidikan yang menghidupkan, mencerdaskan, dan membebaskan.

14 Pembaharuan dan pengembangan amal usaha Pendidikan (Pendidikan) Muhammadiyah tersebut harus dimotivasi kembali dengan semangat Teologi Al Maun agar tidak sekedar menjadi lembaga pelayanan sosial yang berspeifat rutin, tetapi menjadi institusi pembebasan dan pemberdayaan terutama masyarakat dhu’afa (lemah, miskin ) dan mustadh’afin (marjinal, tersingkir, tertindas) sebagi misi PKO Muhammadiyah di masa lalu. Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan, (Yogyakarta; Suara Muhammadiyah, 2010), hlm. 421-422.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

135


BAB IV RENCANA STRATEGI PENDIDIK MUHAMMADIYAH A. Pengembangan Kurikulum 1. Strategi pengembangan kurikulum 2. Kurikulum integratif 3. Kurikulum kompetensi 4. Kurikulum humanistik 5. Kurikulum sosial dan antisipatif B. Pengembangan Sumber Daya Manusia 1. Peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. 2. Peningkatan loyalitas pada persyarikatan Muhammadiyah 3. Peningkatan kualifikasi akademik pendidik dan tenaga kependidikan. 4. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidikan 5. Peningkatan kemampuan manajerial kepimpinan lembaga pendidikan. C. Reformasi Manajemen Pendidikan 1. Hubungan antar lembaga pendidikan Muhammadiyah dengan masyarakat, pemerintah, dan persyarikatan 2. Sistim kepegawaian yang diatur bersama oleh lembaga pendidikan dengan persyarikatan dan SOP 3. Sistim keuangan berbasis kinerja dan SOP 4. Penerapan prinsip-prinsip good governance D. Pemberdayaan Kelembagaan 1. 2. 3. 4.

136

Fungsi pendidikan Fungsi dakwah Fungsi pengkaderan Fungsi pelayanan

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


E. Penanaman Kultur 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. F.

Disiplin ibadah, waktu, belajar, bekerja Kesantunan Keteladanan Kejujuran Kesederhanaan Kebersihan Suka beramal saleh Layanan Hemat Percaya diri Sabar dan bersyukur Bijak dan bertanggungjawab Dinamis Berfikiran maju

Pengembangan Sarana dan Prasarana 1. Pendataan aset pendidikan Muhammadiyah 2. Standarisasi sarana dan prasarana pendidikan Muhammadiyah 3. Pengembangan ICT, penerbitan dan perpustakaan

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

137


Lampiran VII

KEPUTUSAN MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE 46 TENTANG MUHAMMADIYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS KEUMATAN, KEBANGSAAN, DAN KEMANUSIAAN UNIVERSAL Bismillahirrahmanirrahim Muhammadiyah melalui Muktamar Satu Abad (Muktamar ke-46) tanggal 3 s/d 8 Juli 2010 M bertepatan dengan 20 s/d 25 Raja 1431 H yang berlangsung di Yogyakarta setelah mengkaji secara seksama tentang isu-isu strategis yang berkaitan dengan masalah keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal maka dengan ini menyampaikan pandangan dan rekomendasi sebagai berikut. A. KEUMATAN 1. Kemiskinan Kepemimpinan dan Keteladanan

Secara umum, umat Islam yang berbeda-beda organisasi, madzhab dan afiliasi partai politik hidup dalam suasana damai dan semangat persaudaraan yang dewasa. Kerukunan internal umat Islam cukup baik dan kondusif. Meskipun demikian, di dalam tubuh umat Islam terdapat gejala meningkatnya ashabiyyah, banyaknya mobilisasi umat untuk kepentingan politik jangka pendek dan melemahnya solidaritas antar umat. Gejala-gejala tersebut terjadi karena kemiskinan kepemimpinan umat yang ditandai oleh terbatasnya jumlah pemimpin yang berkarakter profetik (shiddiq, tabligh, amanah, dan fathanah) visioner, menjadi teladan, dan mampu mempersatukan umat.

Dalam pandangan Muhammadiyah, kemiskinan kepemimpinan, dan keteladanan merupakan masalah serius yang jika tidak segera diatasi umat Islam bisa terceraiberai dan semakin terpuruk dalam keterbelakangan. Untuk itu diperlukan peningkatan dialog dan kerjasama internal umat Islam untuk mempersempit khilafiyahfuruiyyah, meningkatkan sikap saling menerima, toleransi dan bekerjasama dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Umat Islam perlu mengembangkan kepemimpinan kolektif transformatif sebagai penyempurnaan model kepemimpinan personal kharismatik yang tidak lagi relevan dalam konteks masyarakat yang terbuka dan rasional.

138

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


2. Komoditisasi Agama

Umat Islam Indonesia memiliki ketaatan yang tinggi dalam melaksanakan shalat, membayar zakat, berpuasa di Bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji. Selain itu, kegiatan keislaman seperti pengajian, dzikir, ziarah, dan festival keagamaan juga cukup semarak. Walaupun demikian, kesemarakan beragama ternyata belum diikuti oleh keluasan pemahaman, kedalaman penghayatan, dan kerahmatan pengamalan Islam. Selain itu juga terlihat fenomena deviasi keberagamaan dalam bentuk komodifikasi agama untuk kepentingan bisnis dan politik.

Muhammadiyah memandang komoditisasi agama dapat merusak makna dan hakikat Islam. Karena itu, umat Islam dan para muballigh dihimbau untuk dapat mengajarkan Islam dengan pemahaman yang benar sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah, melaksanakan ibadah dengan ikhlas dan hanif serta membimbing umat dengan penuh keteladanan dan tanggung jawab. 3. Konservatifisme Agama

Konservatifisme agama adalah kecenderungan untuk mengembalikan praktik keagamaan pada tradisi masa lampau dengan menolak kemajuan. Konservatifisme agama potensial menimbulkan beberapa masalah keagamaan dan kebangsaan seperti kekeliruan identifikasi Islam dengan Arab, kekakuan beragama yang menganggap diri dan kelompoknya paling benar serta ekslusivisme.

Sejalan dengan paham Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah mengajak kepada umat Islam diajak untuk mengembangkan pemahaman agama yang luas dan mendalam, realistis terhadap masalah-masalah kekinian, menghargai rasionalitas dan nilai-nilai transendental, berorientasi ke masa depan, serta terbuka dan toleran terhadap perbedaan. Islam yang berkemajuan mendorong substansialisasi agama ke dalam perundang-undangan, sistem politik dan kehidupan kebangsaan-kenegaraan. 4. Kemajemukan Agama

Kemajemukan agama adalah realitas obyektif dalam kehidupan sosial-keagamaan sebagai sunnatullah. Penolakan terhadap kemajemukan agama berdampak sikap yang tidak toleran, menafikan eksistensi pihak lain sehingga menimbulkan perpecahan di kalangan umat dan masyarakat.

Muhammadiyah menerima pluralitas agama tetapi menolak pluralisme yang mengarah pada sinkretisme, sintesisme, dan relatifisme. Karena itu, umat Islam diajak untuk memahami kemajemukan agama dan keberagamaan dengan mengembangkan tradisi toleransi dan ko-eksistensi (hidup berdampingan secara damai) dengan tetap meyakini kebenaran agamanya masing-masing. Setiap individu bangsa hendaknya menghindari segala bentuk pemaksaan kehendak, ancaman dan penyiaran agama TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

139


yang menimbulkan konflik antar pemeluk agama. Pemerintah diharapkan memelihara dan meningkatkan kehidupan beragama yang sehat untuk memperkuat kemajemukan dan persatuan bangsa. 5. Keadilan Gender

Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang sempurna dan terhormat. Laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan kedudukan di hadapan Allah, kesempatan yang sama untuk beribadah, berperan dalam berbagai aspek kehidupan, dan berhak mendapat penghargaan yang adil sesuai dengan amalnya. Tetapi, realitas kehidupan perempuan di kalangan umat masih jauh dari cita-ideal ajaran Islam. Perempuan masih dipandang dan ditempatkan sebagai masyarakat kelas dua sehingga banyak yang menjadi objek domestikasi, diskriminasi, pelecehan seksual, kekerasan, perdagangan manusia dan tindak kejahatan lainnya.

Selain bertentangan dengan Islam dan Hak Azasi Manusia (HAM), sikap merendahkan kaum perempuan juga bertentangan dengan realitas sosial, ekonomi, politik, dan keagamaan. Muhammadiyah mendukung usaha-usaha yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas, memberdayakan, memperluas, dan memperkuat peran, serta memberikan penghargaan atas prestasi kaum perempuan di berbagai bidang kehidupan sesuai dengan ajaran Islam demi terciptanya masyarakat, umat dan bangsa yang bermartabat. B. KEBANGSAAN 1. Revitalisasi Karakter Bangsa

Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta positif yang dimiliki bangsa ini yakni posisi geopolitik yang sangat strategis, kekayaan alam dan keanekaragaman hayati, jumlah penduduk yang besar, dan kemajemukan sosial budaya. Namun modal dasar dan potensi yang besar itu tidak dikelola dengan optimal dan sering disia-siakan sehingga bangsa ini kehilangan banyak momentum untuk maju dengan cepat, sekaligus menimbulkan masalah yang kompleks. Di antara masalah yang menghambat dan menjadi faktor krusial dalam kehidupan bangsa ini ialah lemahnya karakter bangsa.

Dalam kehidupan bangsa Indonesia dijumpai kecenderungan mentalitas yang tidak sejalan dengan etos kemajuan dan keunggulan peradaban seperti sifat malas, meremehkan mutu, suka menerabas (jalan pintas), tidak percaya pada diri sendiri; tidak berdisiplin murni; suka mengabaikan tanggungjawab, berjiwa feodal, suka pada hal-hal beraroma mistik, mudah meniru gaya hidup luar dengan kurang selektif, gaya hidup mewah, dan lain-lain. Kendati kecenderungan mentalitas teresbut tidak bersifat 140

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


menyeluruh tetapi manakala dibiarkan akan menjadi penyakit mentalitas secara kesluruhan di tubuh bangsa ini. Karena itu Muhammadiyah memandang dan menuntut langkah pemecahan bahwa dalam memasuki dinamika kehidupan bangsa di tengah pergulatan dunia yang sarat tantangan diperlukan revitalisasi karakter bangsa ke arah pembentukan manusia Indonesia yang berkarakter kuat. Pendidikan nasional harus menempatkan pendidikan karakter sebagai bagian penting dan strategis, bukan hanya menekankan pada sopan santun, tetapi pendidikan karakter dalam aspek yang luas dan progresif. Bahwa manusia yang berkarakter kuat dicirikan oleh kapasitas mental yang membedakan dari orang lain seperti keterpercayaan, ketulusan, kejujuran, keberanian, ketegasan, ketegaran, kuat dalam memegang prinsip, dan sifat-sifat khusus lainnya yang melekat dalam dirinya. 2. Pemberantasan Korupsi

Korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa terhadap rakyat, pengkhiatan terhadap cita-cita kemerdekaan bangsa dan kemunkaran terhadap negara. Korupsi di Indonesia terjadi bukan semata-mata karena faktor kebutuhan untuk pemenuhan hajat hidup, tetapi juga kerakusan yang didorong oleh nafsu memperluas dan memperkokoh kekuasaan. Kejahatan korupsi telah berlangsung secara sistemik dan sistematis melibatkan jaringan di eksekutif, pengadilan, parlemen, partai politik, lembaga perbankan, termasuk lembaga pendidikan dan keagamaan. Jika dibiarkan, korupsi tidak hanya merusak tetapi membunuh secara sistematis seluruh sendi kehidupan bangsa dan negara.

Pemberantasan korupsi harus dilakukan secara sistemik dan komprehensif melalui jalur politik, hukum dan kebudayaan. Presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan harus memimpin pemberantasan korupsi dengan lebih tegas, konsisten, transparan, akuntabel, adil, tidak diskriminatif, serta menerapkan sistem pembuktian terbalik. Muhammadiyah mendesak para pemimpin lembaga pemberantasan korupsi untuk bekerja lebih amanah, berani dan independen melalui kerjasama yang erat dan kuat dengan pemerintah dan kekuatan masyarakat madani. Muhammadiyah siap bergandeng tangan dengan semua pihak untuk membangun dan mengembangkan budaya anti korupsi melalui jalur pendidikan, sosial dan keagamaan. 3. Reformasi Lembaga Penegakan Hukum

Penegakan supremasi hukum masih terkendala oleh perilaku korup lembaga penegakan hukum seperti merebaknya makelar kasus, mafia peradilan, manipulasi data, dan penegakan hukum semu yang penuh tipu muslihat. Hal ini berdampak pada munculnya skeptisme, sinisme, delegitimasi kekuasan, hilangnya kepercayaan kepada TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

141


keadilan dan meluasnya pembangkangan sosial terhadap negara dan berkembangnya budaya amuk. Reformasi lembaga penegakan hukum merupakan prasyarat dalam menyelesaikan berbagai masalah bangsa dan memberi harapan baru sebagai bangsa beradab. Oleh karena itu, Muhammadiyah mendesak kepada pemerintah bersama-sama dengan lembaga-lembaga negara untuk menjadikan reformasi lembaga penegakan hukum sesuai dengan amanat konstitusi untuk melahirkan lembaga penegak hukum yang mandiri, kokoh, dan independen sebagai agenda yang mendesak serta melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab dan keteladanan. Muhammadiyah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melakukan gerakan moral yang lebih masif demi terlaksananya reformasi lembaga penegakan hukum. 4. Perlindungan dan Kesejahteraan Pekerja

Perlindungan dan kesejahteraan pekerja masih menjadi masalah sosial yang serius seperti rendahnya upah, tidak adanya jaminan sosial dan kesehatan, mudahnya PHK, lemahnya perlindungan hukum, sistem outsourcing yang merugikan pekerja, serta eksploitasi dan ketidak adilan. Jika tidak dilakukan perbaikan, kondisi demikian bisa berdampak pada berkembangnya kesenjangan sosial yang mengancam keutuhan dan persatuan bangsa.

Muhammadiyah memandang kaum pekerja sebagai kaum dhuafa dan subyek yang harus mendapatkan perlindungan dan pembelaan. Untuk memperbaiki nasib pekerja Indonesia, Muhammadiyah mengusulkan agar segera dilakukan review Undang-undang Ketenagakerjaan yang lebih memberikan jaminan dan perlindungan HAM pekerja dengan menghapuskan sistem outsourcing dan menggantikannya dengan sistem full-employment yang memberi keadilan kepada pekerja. 5. Sistem Suksesi Kepemimpinan Nasional

Sejak reformasi politik 1998, Indonesia memasuki era kehidupan kebangsaan yang demokratis dan terbuka. Transisi demokrasi yang aman ditandai oleh pelaksanaan mekanisme demokrasi dan politik yang baik mengangkat posisi Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ke tiga di dunia. Walaupun demikian, demokrasi yang berlangsung lebih dari sepuluh tahun belum mampu menjadikan Indonesia sebagai negara yang sejahtera. Situasi politik dan budaya masyarakat semakin carut marut. Penyebabnya bukanlah penerapan sistem demokrasi, tetapi kepemimpinan nasional yang tidak transformatif dan alih generasi yang lambat.

Muhammadiyah memandang sistem demokrasi sejalan dengan Islam dan merupakan pilihan politik yang tepat untuk bangsa Indonesia yang majemuk. Tetapi, demokrasi yang tidak disertai dengan etika, supremasi hukum dan kepemimpinan yang 142

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


kuat akan menimbulkan anarki dan tirani kekuasaan, sehingga yang terjadi adalah feodalisme dan oligarki politik. Karena itu, Muhammadiyah mengajak semua komponen bangsa untuk mengutamakan etika dan moralitas berdemokrasi, bukan ketamakan kekuasaan, siap menang tidak siap kalah. Muhammadiyah berpendapat bahwa sudah waktunya bagi bangsa Indonesia untuk memikirkan dan mempersiapkan sistem suksesi kepemimpinan nasional dan suksesi kepemimpinan daerah yang demokratis, efektif dan efisien serta alih generasi yang damai, adil dan konstitusional. 6. Reformasi Birokrasi

Birokrasi Indonesia selama ini masih belum beranjak dari kinerja yang tidak produktif, berbelit-belit, tidak disiplin, tidak ramah karena lebih menempatkan dirinya sebagai alat kekuasaan daripada pelayan negara dan rakyat. Kondisi birokrasi yang demikian berdampak pada inefisiensi dan pemborosan anggaran negara, semakin menumpuknya permasalahan bangsa, korupsi yang merajalela, dan merosotnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan negara.

Muhammadiyah memandang birokrasi sebagai lembaga negara yang penting dalam melayani, membantu, mempermudah dan menyelesaikan segala urusan masyarakat. Karena itu, Muhammadiyah mendesak pemerintah untuk menciptakan tatakelola pemerintahan yang baik dengan menjadikan reformasi birokrasi sebagai prioritas utama melalui peningkatan kinerja dan kedisiplinan pegawai, perbaikan sistem pelayanan dan penerapan meritokrasi yang adil, serta menghindari dominasi golongan tertentu atas instansi pemerintah. 7. Reforma Agraria dan Kebijakan Pertanahan

Masalah agraria dan hak atas tanah merupakan masalah nasional yang rawan dan krusial. Pembangunan nasional selama ini tidak diimbangi dengan penataan (reform) dan kebijakan pertanahan yang berkeadilan dan berpihak pada rakyat kecil. Akibatnya terjadi ketidakadilan kepemilikan tanah; di satu pihak jutaan rakyat menjadi tuna tanah (landless), di pihak lain segelintir orang menjadi tuan tanah (landlord). Masalah pertanahan semakin kompleks karena selama ini pemerintah justeru memberikan fasilitas dan konsesi kepada sekelompok orang untuk mengusai jutaan hektar tanah. Jika tidak segera dilakukan langkah-langkah perbaikan, masalah agraria dan pertanahan akan menjadi bom waktu yang dapat memicu keresahan, konflik dan kekacauan sosial.

Muhammadiyah memberikan perhatian yang serius terhadap masalah agraria dan pertanahan dengan menjadikannya sebagai kajian keilmuan dan kebijakan dari berbagai perspektif. Muhammadiyah memandang hak atas tanah sebagai pemberian Allah SWT kepada manusia dan hak dasar setiap warga negara yang dijamin oleh TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

143


Undang-undang Dasar. Karena itu, Muhammadiyah akan melakukan pembelaan hak atas tanah dan mendesak kepada pemerintah agar segera melakukan reforma agraria dan kebijakan pertanahan yang adil untuk seluruh rakyat dengan merevisi UndangUndang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. C. KEMANUSIAAN UNIVERSAL 1. Krisis Kemanusiaan Modern

Kehidupan masyarakat modern abad ke-21 menujukan kemajuan yang luar biasa terutama di bidang pemikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan aspek-aspek lainnya yang mengantarkan manusia di planet ini berada dalam peradaban yang tinggi. Namun bersamaan dengan itu terjadi kecenderungan hidup yang serba ekstrem yang melahirkan krisis kemanusiaan modern. Manusia modern mengalami lost of soul (kegersangan ruhani), disorientasi makna, anomali (penyimpangan moral dan sosial), kekerasan, dan future shock (kejutan masa depan). Masalah-masalah tersebut timbul sebagai akibat dari orientasi hidup yang serba rasional-instrumental yang melahirkan manusia serba modular dan kehilangan makna-makna ruhaniah yang otentik. Bersamaan dengan itu kebudayaan modern memiliki sisi negatif berupa penghambaan yang berlebihan terhadap materi (materialisme), kesenangan inderawi (hedonisme), dan peniadaan nilai-nilai (nihilisme).

Muhammadiyah memandang bahwa kehidupan manusia dan masyarakat modern memerlukan fondasi dan bingkai ruhaniah yang kokoh, yang bersumber pada agama sebagai kanopi suci (tha sacred canopy) dari segala problem atau krisis kemanusiaan yang dihadapinya. Agama perlu ditransformasikan sebagai kekuatan moral, spiritual, dan intelektual yang berfungsi sebagai pemberi bimbingan, arahan, penyucian diri, integrasi, kritik, dan fungsi-fungsi kerisalahan serta kerahmatan lainnya yang menjadikan manusia atau masyarakat semakin berakal-budi mulia. Agama dan pendidikan agama dituntut untuk menjadikan manusia tumbuh dan berkembang secara utuh selaku makhluk Tuhan yang mulia, yang memiliki relasi kuat dan seimbang antara hubungan dengan Tuhan (habl min Allah) dan hubungan dengan sesama (habl min al-nas) dan lingkungan alam semesta, serta memposisikan diri sebagai khalifah Allah di muka bumi untuk membumikan hukum-hukum-Nya. Pemerintah dan segenap kekuatan bangsa di berbagai belahan dunia dituntut tanggungjawab moralnya untuk menjadikan kehidupan modern dengan segala perangkatnya mampu menjamin kelangsungan hidup umat manusia dan lingkungan tempat tinggalnya secara harmoni, memberikan keleluasaan tumbuhnya moral dan ruhani, serta lahirnya peradaban yang utama. Kekerasan, rasialisme, gonosida (pemusnahan bangsa lain), diksriminasi, penindasan, dan berbagai bentuk kebiadaban oleh satu golongan, bangsa, dan negara terhadap lainnya haruslah dijadikan musuh 144

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


bersama bangsa-bangsa beradab. Ekspansi budaya populer dan serba permisif melalui media massa dan jalur lainnya harus dieliminasi secepatnya karena telah membunuh benih-benih autentik (fitrah) dalam diri manusia. 2. Krisis Pangan dan Energi

Saat ini dunia mengalami ancaman ketahanan pangan (food security) yang sangat serius karena terbatasnya ketersediaan sumber-sumber dan bahan makanan karena keterbatasan lahan, kekeringan dan ledakan jumlah penduduk. Krisis energi dan pangan yang berkelanjutan merupakan masalah yang sangat mengancam masa depan umat manusia dan kemanusiaan. Semakin menipisnya ketersediaan sumber daya energi alam yang tidak terbarukan, terutama minyak bumi, barubara dan gas telah menimbulkan kompetisi terhadap akses energi yang tidak sehat sebagai salah satu penyulut ketegangan, konflik, peperangan dan hegemoni negara-negara kaya atas kedaulatan ekonomi dan politik negara-negara miskin.

Muhammadiyah memandang masalah krisis energi dan pangan bukan sematamata sebagai persoalan ekonomi dan politik, tetapi juga keagamaan dan kemusiaan. Karena itu, kedaulatan energi dan pangan merupakan masalah azasi yang harus diperjuangkan oleh semua pemerintah, tidak terkecuali pemerintah Indonesia. Untuk mengatasi krisis energi dan pangan, Muhammadiyah mendesak pemerintah Indonesia dan negara-negara industri agar lebih bersungguh-sungguh mengembangkan dan mendorong usaha-usaha diversifikasi sumber-sumber energi yang terbarukan dan produk-produk teknologi yang hemat energi dan ramah lingkungan. Muhammadiyah mengajak seluruh masyarakat untuk membangun budaya hemat energi khususnya air, listrik dan bahan bakar yang tidak terbarukan. Sudah saatnya, Muhammadiyah mengembangkan gerakan budaya hidup hemat dengan menghentikan budaya konsumerisme sebagai wujud pengamalan ajaran Islam melalui jalur pendidikan formal dan non-formal, media massa dan kegiatan keagamaan. 3. Krisis Ekonomi Global

Globalisasi ekonomi telah menyebabkan semakin tingginya tingkat keterkaitan ekonomi antar negara. Krisis keuangan tahun 2008-2009 yang berawal dari krisis kredit perumahan di Amerika Serikat telah menjalar ke hampir seluruh dunia. Untuk menyelamatkan perekonomiannya, pada umumnya negara-negara di dunia mengambil kebijakan ekonomi Keynesian yang hampir mirip, dengan ciri: (1) segera memberikan bail-out kepada perusahaan-perusahaan swata yang gagal, sebelum kegagalan tersebut merembet secara sistemik ke perusahaan lain, dan (2) memberikan stimulus fiskal kepada perekonomian dengan harapan bisa merestorasi pertumbuhan ekonomi yang pada umumnya sangat tertekan, bisa menciptakan pekerjaan baru TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

145


untuk mengkompensasi banyaknya pekerjaan yang hilang, dan bisa menghambat proses pemiskinan masyarakat terutama di tingkat akar rumput. Kebijakan seperti itu memberikan tekanan fikal yang luar biasa sehingga banyak negara terpaksa menerapkan kebijakan defisit anggaran yang teramat longgar disertai oleh meningkatnya utang negara relatif terhadap PDBnya. Akibat umum dari krisis ini adalah (1) memburuknya kondisi fiskal negara, (2) krisis keuangan yang semula terjadi di sektor swasta merembet menggerogoti sektor negara, (3) peringkat kredit sektor swasta di banyak negara melorot tajam, yang karena kebijakan bail-out, menyebabkan peringkat kredit sektor negara pun ikut memburuk, dan (4) memburuknya kinerja dan stabilitas ekonomi. Di banyak negara, kesulitan ekonomi ini menjadi semakin pelik untuk dipecahkan, ketika kesulitan ekonomi itu berinteraksi dengan permasalahan politik dalam negeri. Pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian ini adalah bahwa di antara negara-negara yang menganut sistem pasar bebas, kesuksesan ekonomi tidak mudah untuk menjalar ke negara lain, semenrara kegagalan ekonomi sangat mudah, bahkan tak tertahankan, untuk menjalar ke negara lain. Di samping itu, kesuksesan sektor swasta tidak mudah untuk dirembetkan manfaatnya ke sektor negara, tetapi kegagalan sektor swasta, terutama yang besar, sangat mudah menjadi tanggungan negara. Muhammadiyah memandang perlunya disusun tata ekonomi dunia baru dengan Sistem Ekonomi Islam/Syariah yang berkeadilan serta memfasilitasi pengaruh sukses ekonomi antar negara, dan di sisi lain menghambat dampak kegagalan ekonomi antar negara. Pada tingkat domestik, perlu dilakukan sinkronisasi antara sistem ekonomi, sistem politik, dan sistem hukum agar penanganan krisis ekonomi tidak lagi ditangani secara ad hoc dan memunculkan banyak ketidak-adilan yang kemudian diatasi secara ad hoc pula. 4. Krisis Lingkungan dan Perubahan Iklim

Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim berakibat pada menurunnya jumlah dan kualitas produksi hasil pertanian dan kelautan yang berdampak sistemik terhadap menurunnya pendapatan petani, nelayan dan masyarakat yang bekerja pada dua sektor tersebut. Jumlah penganggur dan orang miskin bertambah. Kerusakan alam telah berdampak pada menurunnya daya tahan tubuh, tingkat kesehatan dan penyebaran penyakit endemi dan pandemi.

Meskipun kerusakan alam dan dampak kerusakan yang ditimbulkannya sudah terlihat jelas, pemahaman dan kesadaran masyarakat masih sangat rendah karena kurangnya sosialisasi oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan. Masalah lingkungan hidup dan pemanasan global tidak hanya terbatas di kalangan elit, bahkan telah menjadi ladang bisnis di kalangan elit dan negara. Karena itu Muhammadiyah mengajak kepada semua pihak, terutama pemerintah, untuk memperluas dan 146

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


mempercepat informasi tentang perubahan iklim kepada masyarakat melalui jalur pendidikan formal, media massa dan organisasi-organisasi sosial. Muhammadiyah mendesak para kepala negara dan pemerintahan untuk mematuhi kesepakatan-kesepakatan tentang pengurangan emisi gas karbon, perdagangan karbon dan pengurangan konsumsi energi yang dihasilkan dalam forum internasional perubahan iklim seperti Protokol Tokyo, Deklarasi Bali, Kopenhagen dan kesepakatan internasional lainnya. Muhammadiyah mengajak komunitas beragama untuk melakukan aksi bersama (interfaith action) mengatasi masalah perubahan iklim melalui kegiatan-kegiatan yang terpadu berbasis masyarakat. 5. Islamophobia

Pasca peristiwa “11 September 2001�, kaum muslimin di berbagai penjuru dunia kembali menghadapi gelombang baru “Islamophobia� yang terus berkembang secara masif dan sistemik. Islamophobia adalah sebuah wawasan dan pandangan dunia yang disebabkan oleh ketakutan dan kebencian tidak berdasar terhadap Islam, yang muncul melalui praktek-praktek pengasingan dan diskriminasi terhadap kaum muslimin dalam berbagai bidang kehidupan. Secara ideologis, Islamophobia muncul dalam bentuk penilaian serta penggambaran negatif terhadap Islam yang dipersepsikan sebagai agama yang tidak rasional, primitif, dan anti kemajuan hingga mengobarkan kekerasan dan mendukung atau apresiatif terhadap terorisme. Islamophobia dimanifestasikan dalam bentuk miskonsepsi atau penyamaan makna jihad dengan terorisme, penggambaran negatif tentang ajaran Islam dan intoleransi ummat Islam di media massa, pelecehan terhadap nabi dan kitab suci, kebijakan yang diskriminatif terhadap imigran muslim, hingga semangat dan sikap rasisme anti-ummat Islam sebagai golongan minoritas yang berbeda dengan kelompok mayoritas.

Muhammadiyah memandang bahwa Islamophobia merupakan ancaman global yang mereduksi hakikat peradaban dan keadaban ummat manusia, bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi, serta berbahaya bagi terwujudnya perdamaian dunia. Muhammadiyah menyerukan agar Islamophobia dengan segala bentuk dan manifestasinya yang muncul di sejumlah negara segera diakhiri dan diganti dengan dialog dan kerjasama antar peradaban yang kondusif serta menjunjung tinggi hakekat kemanusiaan, semangat persaudaraan, prinsip kesetaraan, serta komitmen terhadap keadilan dalam tatanan global dan dinamika hubungan antar agama dan peradaban di dunia. Muhammadiyah sangat menghargai prakarsa dan peran serta pemerintah Indonesia dalam berbagai forum dialog. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, kiranya prakarsa dialog dengan pemerintah berbagai negara, khususnya negara-negara Barat dapat lebih ditingkatkan. Selanjutnya Muhammadiyah mendorong kepada kaum muslimin agar jangan takut melaksanakan ajaran agamanya dengan benar.

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH

147


6. Migrasi Global

Migrasi global merupakan fenomena sosial yang diakibatkan oleh industrialisasi, kemajuan teknologi transportasi, keamanan dan kekerasan. Masyarakat bermigrasi dari satu negara ke negara lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, mendapatkan rasa aman dan mencari pengalaman. Secara alamiah, migrasi global melahirkan percampuran etnis, akumulasi dan akulturasi budaya. Tetapi, lambat-laun, migrasi global menimbulkan perubahan komposisi penduduk yang langsung atau tidak langsung menimbulkan masalah persatuan bangsa seperti sentimen antara pendatang dengan penduduk aseli, identitas kebudayaan, kewargaan dan masalah sosial-politik lainnya.

Muhammadiyah memandang migrasi global sebagai sesuatu yang alamiah dan sunnatullah karena Allah SWT menciptakan manusia yang berbeda-beda suku, bangsa dan warna untuk saling mengenal dan bertebaran di muka bumi. Karena itu, Muhammadiyah mendesak agar semua negara membuka pintu imigrasi dan memberikan pelayanan dan perlindungan kepada kaum migran dan pengungsi sebagai wujud tanggung jawab kemanusiaan dan komitmen terhadap aturan-aturan internasional yang berlaku dengan menghormati pranata hukum dan kebudayaan yang berlaku di komunitas setempat. 7. Dialog Antar Agama dan Peradaban

Tidak dapat dipungkiri, kekerasan bernuansa agama yang terjadi di berbagai kawasan dunia telah menimbulkan sentimen dan rasa tidak suka di antara pemeluk agama, khususnya pemeluk agama besar dunia: Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Globalisasi yang ditandai oleh kemajuan teknologi informasi yang menghilangkan batas-batas geografis antar negara membuat �benturan� antar budaya dan peradaban tidak terhindarkan. Fundamentalisme agama dan kebudayaan berkembang di hampir semua agama dan kebudayaan.

Pada sisi lainnya, dialog dan kerjasama antar iman (interfaith) dan antar peradaban (intercivilization) berkembang dengan baik sebagai jawaban dan usaha positif memecahkan berbagai masalah keagamaan dan kebudayaan. Muhammadiyah sangat mendukung dan berperan serta dalam prakarsa dan kegiatan dialog yang terbuka, tulus dan bersahabat. Muhammadiyah menghimbau agar dialog yang sudah diselenggarakan oleh negara dan masyarakat dapat ditingkatkan ke arah kerjasama kemanusiaan yang konkrit untuk menciptakan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan bersama (common good) tidak terbatas pada elit pemimpin agama tetapi juga masyarakat akar rumput. ooOOoo

148

TANFIDZ KEPUTUSAN

MUKTAMAR SATU ABAD MUHAMMADIYAH


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.