KOEKSISTENSI:
Penerimaan Kesetaraan Gender & Lingkup Sosial di Bali melalui Ekspresi Seni
Tugas Review 1 Sarjana Arsitektur: STUPA 7 Konsentrasi KPA Hansen Lieandra 315180211 Dosen Koordinator: Ir. Rudy Surya, M.M., M.Ars. Dosen Kelas: Ir. Agustinus Sutanto, M.Arch., M.Sc., Ph.D. Dosen Pembimbing: Adelia Andini, S.T.
Program Studi Sarjana Arsitektur Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Univeristas Tarumanagara 2021
Daftar Isi Pendahuluan Abstrak
4
Latar Belakang
5
Isu dan Pembahasan
6
Visi Proyek - UN 2030 SDG
7
Kajian Teoritikal & Pembahasan East Meets West
8
Lokal vs Global
9
Metode Simbiosis
10
Thinking Framework
12
Horst Rittel Diagram
14
Proyek & Mimpi Metode Naratif: The Wizard of Oz
16
Simulasi Simbiosis
18
Usulan Program & Perhitungan + Mimpi
20
Site Thinking
Tapak Perancangan
22
Makro Kawasan
24
Analisis Meso-Mikro
26
Studi Preseden PoohTown
28
Space as Third Teacher
30
Public Stage
31
Mimpi: Conceptual Drawing
32
Daftar Pustaka Penutup
40 41
4
HANSEN LIEANDRA - 315180211
HANSEN LIEANDRA - 315180211
5
MEMPERTANYAKAN ISU KESETARAAN
Isu dan Pembahasan Kesetaraan Gender
6
HANSEN LIEANDRA - 315180211
pOtenSi dan pEluAng penGemBangan eKspResi SeNi baGi kEsEtaRaan gEnDer di Bali
STRENGTH
WEAKNESS
• Keberagaman Budaya sangat kental dan
• Belum
•
•
• • •
pengaruh keterbukaan agama di Bali Membentuk budaya yang saling menopang satu sama lain Budaya seni yang dipegang secara turun menurun dan sangat dilindungi Aktivitas masyarakat sebagai petani, nelayan, dan pedagang mendukung kawasan pariwisata Aksesibilitas yang baik menghubungkan berbagai titik pusat kawasan
• • •
semua warga dapat menerima datangnya kebudayaan baru (perlu waktu) Banyaknya aturan kawasan Bali yang bisa menghambat perubahan yang terjadi Terbatasnya perubahan karena area sakral yang terdapat di banyak titik Pemerataan kawasan yang belum merata dalam sektor wisata Masyarakat memegang budaya sangat kuat (bisa sulit untuk diubah pola pikirnya)
THREATS
paradigma baru yang lama kelamaan semakin dapat diterima dan terbuka (open minded) • Kabupaten Badung, Bali sebagai kawasan strategis pariwisita Nasional • Kabupaten Badung yang masih memiliki budaya yang kental sehingga berpotensi untuk dijadikan pusat adat budaya setempat • Menjadi titik ramai pengunjung karena dekat dengan bandara sehingga turis domestik maupun mancanegara memiliki akses mudah
• Menentang budaya agama Hindu yang
• Perubahan
SWOT & VISI PROYEK
OPPORTUNITY
mayoritas setempat karakteristik kawasan karena menyuntikan budaya baru disekitarnya • Belum adanya informasi terkait dengan perubahan kultur budaya • Tahapan penerimaan kultur baru yang tidak lancar dan mulus
• Merusak
Mengangkat nilai ekonomi Kabupaten Badung melalui sektor pariwisata dan budayanya agar dapat dikenal dan menjadi titik pusat kawasan yang menarik melalui eksistensinya yang dianggap dan dihargai. Meningkatkan kualitas pembelajaran mengenai gender dan membangun komunitas yang kuat akan kesetaraan dan budayanya. Sekaligus membangun perdamaian antar sesama manusia agar dapat menjadi lingkungan yang mendukung.
Menanggapi perubahan iklim wilayah dan topografi Bali agar dapat terjaga karakter kawasan. Harapannya adanya tindakan bagi perubahan iklim dengan memperhatikan kelangsungan hidup manusia.
HANSEN LIEANDRA - 315180211
7
visi proyek - UN 2030 SG
Mengingatkan kembali mengenai Hak Asasi Manusia untuk kehidupan yang lebih baik dalam mengatasi ketidaksetaraan yang merusak identitas. Bali menjadi representasi terbaik untuk hidup bertoleransi sesama manusia dimana merepresentasikan “subjektivitas kolektif” atas kebera”ada”an manusia.
Kajian Teoritikal dan Pembahasan
PERBEDAAN
EAST MEETS WEST
lokasi Geografi Iklim Lingkungan
TIMUR
kebudayaan Bangsa Adat Istiadat Agama Seni Gaya Hidup
BARAT
ideologi filsafat sejarah
DIFFERENTIAL BETWEEN EAST AND WEST
eaSt mEeTs wEsT Melalui bacaan yang dikutip dari cubic.id, terdapat pembahasan mengenai perbedaan dari timur dan barat. Pandangan yang menyimpulkan bahwa timur dan barat tidak hanya berbeda dari sisi geografis, namun bisa dibedakan secara kultur atau budaya itu sendiri. Perbedaan kebudayaan antara barat dan timur dicerminkan oleh banyak faktor yang sekaligus menjadi ciri masing-masing dalam berpola hidup. Banyak hal yang mana bagi orang barat dianggap umum ternyata menjadi sangat tidak etis bagi orang timur. Budaya timur adalah budaya yang berkembang di Asia pada khususnya seperti Indonesia sedangkan budaya barat adalah budaya yang berkembang di daerah Eropa dan Amerika seperti Negara Amerika Serikat, Jerman dan Inggris.
Faktor tindakan dampak Timur dan Barat: (Analisa Perancang) - mendominasikan salah satu kubu, - beradaptasi dengan kubu lain, - mempertahankan kebiasaan dari kubu sendiri. 8
HANSEN LIEANDRA - 315180211
GLOBAL
LOKAL
vS
TIDAK TERIKAT PADA SUATU TEMPAT
DIALOG LOKAL DAN GLOBAL
AREA EFFECT
GLOBAL EFFECT UMUM LUAS
AUTHENTIC TERBATAS
TERIKAT PADA SUATU TEMPAT
DIFFERENTIAL BETWEEN LOCAL & GLOBAL
LoKaL vs gLoBaL Lokal berasal dari Bahasa Latin yaitu locus yang berarti tempat. Sedangkan global berasal dari Bahasa Inggris yang disusun dari kata dasar globe yang memiliki arti sedunia atau meliputi seluruh dunia. Menurut Oxford Languanges Dictionary (2021) antonim atau lawan kata dari global adalah nasional dan lokal. Begitu pula sebaliknya, dimana lawan kata dari lokal adalah nasional dan global. Sehingga, kedua hal ini memang merupakan kontra antara satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu lokal dikatakan sebagai sesuatu yang melingkupi sebuah area tertentu/ tempat yang terbatas sehingga bersifat khas. Sedangkan, global dikatakan sebagai sesuatu yang sudah umum; melingkupi seluruh daerah yang ada di dunia dikarenakan tidak memiliki ikatan dengan sebuah tempat tertentu.
Konteks Lokal dan Global dapat digambarkan melalui kebudayaan, politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya untuk membedakan jenis kepentingan yang ada.
HANSEN LIEANDRA - 315180211
9
Kajian Teoritikal dan Pembahasan X
METODE SIMBIOSIS
sacred zone
Y profane zone
sacred zone
profane zone
X
X’Y’
Y
sacred zone
profane zone
sacred zone
BASIC FORMULA OF SYMBIOTIC ARCHITECTURE
mEtODe SimBiOsiS Simbiosis berasal dari bahasa Yunani sym yang berarti dengan dan biosis yang berarti kehidupan, sehingga simbiosis berarti ‘a living together’. Berarti ada dua makhluk yang hidup bersama karena memiliki dimensi kepentingan untuk saling menunjang satu sama lain. Filosofi Simbiosis difokuskan Kurokawa (1991) pada kata-kata seperti perdamaian, harmoni, dan koeksistensi. Dalam arsitektur, intermediate zone dan sacred zone adalah kondisi yang diperlukan untuk pembentukan simbiosis.’ Dalam buku The Philosophy of Symbiosis terdapat dua zona penting dalam kaitannya dengan arsitektur simbiosis: 1. Sacred Zone Suatu zona tradisi budaya harus dihargai, tidak ada peleburan antara dua nilai yang berbeda kedalam suatu nilai yang baru, tetapi dipertahankan untuk melindungi keanekaragaman budaya dan mendukung keberagaman tersebut. Melindungi keanekaragaman kehidupan berarti melindungi keragaman budaya. 2. Intermediarry Zone Untuk mencapai simbiosis diperlukan ruang perantara. Unsur yang berlawanan mencapai pemahaman bersama. Intermediary Space membentuk zona ketiga diantara dua elemen yang bertentangan untuk mencapai satu tujuan.
10
HANSEN LIEANDRA - 315180211
KAITAN TIMUR BARAT DENGAN SIMBIOSIS
INTERMEDIARRY SPACE
hubungannya dengan Timur Barat & Lokal Global 1. Adanya keseimbangan/kesetaraan: mutualisme dan parasitisme yang menjawab perbedaan paradigma sosial dengan lingkup sosial dengan tinggal bersama.. Timur bertemu Barat 2. Adanya konteks yang dipengaruhi oleh modernisasi dari satu kubu tanpa menghilangkan nilai karakter sebelumnya. Lokal vs Global
bAGAimAna menCapAinyA? Dalam buku Peta Metode Desain yang ditulis oleh Pak Agustinus Sutanto terdapat penerapan simbiosis dalam arsitektur yang masuk didalam buku adalah parasite-infill-hybrid memiliki beberapa karakter yang dapat dijadikan kriteria yaitu: 1. Sebagai bentuk arsitektur yang adaptif dan fleksibel dengan hubungan erat dua obyek untuk saling mengisi sifat ruangnya. 2. Karena sifatnya memberikan nilai yang baru bagi lingkungan, menjawab kondisi lingkungan dan sosial budaya setempat. 3. Jika kombinasi dua kultur bersifat 'mutualisme' maka konfigurasi ruang harus dapat menjawab hubungan antara ruang dalam dan ruang luar secara keseluruhan. 4. Bila hubungannya bersifat 'parasite', maka 'ruang' yang diambil 'inangnya' harus memiliki cara untuk membentuk hubungan relasi ruang yang berdampak dalam gunanya.
HANSEN LIEANDRA - 315180211
11
Thinking Framework
Timeline problems
THINKING FRAMEWORK
Past
Present
Future
Bali menjadi Pusat Pariwisata dan Budaya
Pusat Pariwisata Terbesar di Indonesia
Perubahan Tipologi Kawasan Budaya Bali
Perkembangan dari kemerdekaan membawa Bali sebagai kawasan pengembangan budaya dan pariwisata di Indonesia
Melalui perkembangan zaman, Bali sekarang sudah menjadi pusat dan dijuluki dengan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura
Modernisasi yang terjadi memacu keterikatan antar dua kubu yaitu, penerimaan kesetaraan gender dengan budaya Bali.
Terjadi Penolakan terhadap Paradigma Gender Mulai terbukanya Bali ke seluruh mancanegara (modernisasi), membuka seluruh pintu globalisasi dan modernisasi dari luar (budaya, politik, dll)
Adaptasi Terjadi pada keseluruhan Pulau Bali Seiring berjalannya waktu, akulturasi budaya terjadi di Bali dan orang-orang didalamnya mulai menerima perlahan modernisasi
Akulturasi Budaya Pengaruh Modernisasi
Akibat hubungan akulturasi seni Bali
Bali, yang memiliki beragam budaya dan seni didalamnya telah mengalami akulturasi dan telah beradaptasi dengan hubungan timbal balik antara pariwisata dengan kebudayaan
Dengan akulturasi gender & ekspresi seni, Bali membangun keseimbangan gender dan daya tarik pada perubahan budaya.
Modernisasi (gender) mulai marak
Terjadi ketidakseimbangan antara nilai budaya dengan modernisasi (timur barat)
Terkesampingnya budaya Bali karena semakin vokal suara mengenai Gender Equality
Bagaimana respon perubahan East meets West menjawab permasalahan?
Hubungan yang terpisahkan Kawasan budaya Bali (Pura, candi, bale) & Pusat perdagangan dan pariwisata (klub, bar, alun-alun)
everydayness
12
Tradisi dan Budaya Seni Bali (gender)
Keseharian Masyarakat Badung, Bali
Wajah Badung Baru
Tarian Lengger Lanang sebagai fenomena seni penyuaraan Gender Equality
Tarian khas Badung, Terlihat akulturasi budaya modernisasi dalam keseharian.
Mengangkat The Wizard of Oz sebagai dasar narasi dan akulturasi budaya Bali.
HANSEN LIEANDRA - 315180211
Issue
Figures of Reasoning
topics Ideologi Gender Timur
QNA Ideologi Gender Barat
Apakah kesetaraan gender dapat diterapkan dalam arsitektur? Bagaimana cara menerapkannya dan konteksnya dengan paradigma Timur dan Barat?
proyek & mimpi Over the Rainbow
Design Method: Symbiosis-Narrative
THINKING FRAMEWORK
Akulturasi & Modernisasi Bali
Design
Drawing as Hypothesis
Horst Rittel Diagram
parameter storyline East meets West
Simulasi Simbiosis
1. Prologue
(get-to-know)
2. Dreams to Act (meet-up)
Narrative Architecture: Oz
3. Rising Action (enemies showed up)
4. Turning Point (asking for acceptance)
Site Analytical Diagram
Koeksistensi
5. Conflict (seeking justice)
6. Resolution (accepted)
7. Conclusion (reality)
HANSEN LIEANDRA - 315180211
13
14
HANSEN LIEANDRA - 315180211
HANSEN LIEANDRA - 315180211
15
Film The Wizard of Oz: Narrative • Film Musikal Fantasi Klasik, The Wizard of Oz cukup dikenal di kalangan masyarakat umum • Pesan moral yang disampaikan menyinggung dan pararel dengan Kondisi Equality di Indonesia
(menyuarakan pendapat mengenai kesetaraan pada zamannya
• Pembawaan alur cerita bersinggungan dengan alur pemberdayaan gender di Indonesia (East
meets West)
• Harapannya untuk meraih kesetaraan dan menyuarakannya, Bali diharapkan menjadi inspirasi awal
STAGES
bagi pengembangan Kawasan ramah gender (Gender-Equity Spaces)
.2
Dreams to Act (meet-up)
.3 Rising Action (enemies showed up)
.4 Turnin (asking for a
STORYBOARD + PROGRAM
STORYBOARD
MAIN PLOT
.1 Prologue (get-to-know)
Bermula dari desa Kansas yang didalamnya terdapat keluarga dimana ada Dorothy didalamnya. Permulaan ini menggambarkan kondisi inequality karena haknya Dorothy untuk memiliki anjing ini diambil oleh Ms. Emily sehingga Dorothy kabur dan menemukan sosok yang masih mau menerima keberadaan Dorothy. Keadaan Dorothy saat ini membuat dia ganyaman dan berharap ada tempat lain dimana permasalahan itu tidak ada.
Disaat Dorothy kabur, munculah keajaiban dimana mimpi Dorothy dikabulkan setelah ia terkena badai yang membuat rumahnya terbawa tornado. Dia bangun di Oz, tempat semua mimpi berada.
HISTORICAL EXHIBIT Awal permulaan diskriminasi gender diceritakan melalui suasana storytelling dari masa lalu yang mengalami transisi dengan masa sekarang (past-present). Suasana disampaikan dalam program yang mengangkat isu inequality di Indonesia, bagaimana Bali dapat merespon dari perubahan, menghasilkan ruang penerimaan yang berspekulasi akan apa yang terjadi pada masa depan (future). Ruang dimana masa lalu-sekarang dapat bercerita melalui pameran sejarah. (ikon kawasan, galeri cerita perubahan Bali)
Ruang yang terbentuk secara inklusif dan memusat sebagai bentuk kesetaraan bagi setiap orang.
16
Dorothy diberitahu bahwa ada tempat bernama Emerald City dimana menjadi tempat impian dimana permintaan dapat dikabulkan. Untuk sampai ke tempat tujuan, di cerita ini dihadapkan dengan sosok yang melawan apa yang mereka lakukan (enemy). Di perjalanan juga, Dorothy bertemu dengan karakterkarakter yang berbeda (representasi perbedaan gender).
Perjalanan menuju mengawali perubaha mereka yang setiap "arti" dalam hidupn diperhatikan. Accep lingkup sosial merek City menjadi sua menerima perbeda diberikan perhatian y
PLAZA OF BADUNG
OZ'S PODIUM
EMERALD CI
Fenomena Bali yang kental kulturnya dihadapi kepada mimpi yang menjadi nyata. Perubahan yang tidak disangka pada masanya, Bali mengalami transisi adaptasi dalam budaya, wisata, dan agama yang mempengaruhi akulturasi yang terjadi akibat globalisasi.
Untuk mencapai kesetaraan, suara masyarakat yang merasa inequal mengalami kesulitan karna ada pihak kontra sehingga mereka harus dapat bisa menyuarakan pendapat mereka. Untuk melakukannya diperlukan pihak yang pro untuk merepresentasikan perbedaan.
Kesadaran setelah memperhatikan p melalui ekspresi kontak erat piha kontra sehingga kesetaraan mere tujuan mencapai k
Bangun di Bali dimana program mengangkat plaza perbedaan sebagai titik temu.
Pada tahap ini, program hadir sebagai penyuaraan kesetaraan melalui panggung seni Bali yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan sebagai penyampaian equality dalam lingkungan.
Dorothy merasa diterima dengan berbagai komunitas, walaupun semuanya berbeda namun mereka tetap menghargai perbedaan itu.
HANSEN LIEANDRA - 315180211
Program ini seba edukasi bagi ked memahami satu lain. Bali selanjutn jalan keluar da rasa kepedulian m equality in society
Architecture
.5 Conflict (seeking justice)
.6
Resolution (accepted)
.7
Conclusion (reality)
MAIN PLOT
Menghadapi apa yang didepan mereka, pihak kontra yang menganggu kesejahteraan mereka, padahal mereka ingin hidup setara. Dorothy sekali lagi diambil haknya dengan diculik. Oz memerintahkan untuk membunuh penyihir tersebut sehingga rekannya Dorothy ber"kamuflase" dalam gerombolan penyihir untuk bisa masuk dan menyelamatkan Dorothy.
Mereka berhasil memenuhi permintaan Oz yang ternyata hanyalah manusia biasa, namun dialah yang dapat memberikan kesetaraan bagi setiap karakter. Karena Dorothy dan rekannya mengalahkan penyihir itu dan membawa sapunya itu maka apa yang diinginkan dari mereka akan diberikan. Masingmasing dari karakter tersebut diberikan apa yang hilang dari mereka.
Dorothy sadar, kalau yang dia ingini adalah damai bersama keluarganya. Maka dari itu, Dorothy memandang kembali ke realitanya, dan melihat dalam paradigmanya yang baru bahwa tidak ada tempat yang seperti rumah. Disini film ini mengingatkan bahwa mimpi tetaplah mimpi, namun bisa terjadi jika ada yang berspekulasi akan apa yang terjadi di masa depan.
LAND FOR ALL
GIVING CEREMONY
BACK TO REALITY
h mengenal dan perilaku gender seni membentuk ak pro dengan untuk mencapai eka menetapkan kesetaraan.
Mengenai modal awal perbedaan budaya dan akulturasinya, Bali harus berani bergerak maju menghadapi globalisasi agar didalamnya timbul kesejahteraan.
Tercapainya kesetaraan gender (equality) di dunia Barat menjadi acuan masyarakat Indonesia untuk mencapai kesetaraan menurut HAM universal.
Program ini mengajukan ruang dimana berbagai pihak dapat bersuara melalui parade seni dengan kamuflase ekspresi seni budaya Bali agar kaum gender yang mengalami penolakan mendapatkan ruang dimana mereka bisa mengekspresikannya.
Kesetaraan dicapai program yang mengangkat peran serta berbagai kaum dengan mengadakan festival of giving dimana mereka yang didalamnya dijadikan sebagai sarana untuk saling menghargai dan memberikan pendapat kepada sesamanya.
Melihat kembali keadaan realita, dunia masih belum sepenuhnya menerima kesetaraan secara gender. Untuk itu sekali lagi, kita perlu kembali ke kesadaran masingmasing kita dan bagaimana pilihan kita, mendukung atau menolaknya? atau kita beranggap mereka setara selayaknya kita mempunyai hak masing-masing?
agai ruang kenal dua pihak untuk dengan yang nya dapat melihat an meningkatkan mereka terhadap y.
Program ini meyakinkan kembali paradigma setiap individu menjadi cikal bakal vokal terhadap kesetaraan. Sebagai sumber media edukasi.
HANSEN LIEANDRA - 315180211
17
STORYBOARD + PROGRAM
ITY'S WORD
STORYBOARD
u Emerald City an dalam kehidupan karakternya hilang nya, diterima, dan ptance terjadi di ka dimana Emerald atu ruang yang aan mereka dan yang sama.
The role gender holds in The Wonderful Wizard of Oz is not one many were familiar with at the time it was written. The Wonderful Wizard of Oz reverses the accepted gender roles of its time, women taking control, even helping men in times of need. STAGES
ng Point acceptance)
"
Author - Frank L. Braum -
SIMULASI SIMBIOSIS 18
HANSEN LIEANDRA - 315180211
SIMULASI SIMBIOSIS
HANSEN LIEANDRA - 315180211
19
DREAM TO GIVE
20
HANSEN LIEANDRA - 315180211
PROGRAMMING & FUNCTIONAL HISTORICAL EXHIBIT
240 m2
Galeri Sejarah Seni Bali + Gender Ikon Kawasan (Cultural Hub)
PLAZA OF BADUNG
1050 m2
Inclusive Plaza Public Inclusive Facility (Restroom, Eating Shops)
900 m2
OZ'S PODIUM
ENTRANCE
200 m2 40 m2
HISTORICAL EXHIBIT
GALERI SEJARAH
8%
IKON KAWASAN
150 m2
FOOD TENANT
PLAZA OF BADUNG
450 m2
Panggung Seni & Budaya 350 m2 Gender Festival 100 m2
35%
PUBLIC RESTROOM
INCLUSIVE PLAZA
EMERALD CITY'S WORD 300 m2
LAND FOR ALL
600 m2
Parade Seni Culture Cat-walking Selasar Ekspresi
450 m2 100 m2 50 m2
GIVING CEREMONY
Media Film Shoots
OZ'S PODIUM
15%
EDUCATION HALL
PANGGUNG SENI
EMERALD CITY'S WORD
10%
PAVILLION
FESTIVAL MEMBERI
20%
GIVING CEREMONY
7%
SELASAR EKSPRESI
150 m2 50 m2
PARADE SENI
LAND FOR ALL
210 m2
Festival Memberi 120 m2 Giving Interactive Installation 90 m2
BACK TO REALITY
GENDER FESTIVAL
PROGRAMMING
150 m2 150 m2
Get-to-Know Education Hall Education Pavillion
INTERACTIVE INSTALLATION
BACK TO REALITY
Exiting Dreams (Pintu Keluar) 100 m2
5%
MEDIA SHOOTS
HYBRID PROGRAM Proyek ini mengutamakan program hybrid dengan menghubungkan relasi antara pusat edukasi dan seni. Keduanya ini bereksperimen untuk menghasilkan program yang dapat menghadirkan keduanya ini didalam Garuda Wisnu Kencana di Bali.
HYBRID PROGRAM
Edukasi + Seni
EXIT
Plaza of Badung menjadi hasil eksperimen itu dimana dua unsur program edukasi dan seni masuk didalamnya. Ruang yang dihasilkan adalah Ruang Inklusif dan Belajar serta dengan perbedaan waktu program dapat berganti menjadi pertunjukan seni.
HANSEN LIEANDRA - 315180211
21
INFORMASI TAPAK
Tampak terpilih terletak di zona Pariwisata yang tepatnya berada di Pusat Kebudayaan Garuda Wisnu Kencana, Bali. Lahan diizinkan untuk dibangun dengan peraturan tetap mempertahankan keadaan sekitar yaitu bangunan budaya yang ada. Koneksi tapak dengan konsep perancangan dikarenakan hubungannya dengan budaya dan seni setempat yang bisa disuarakan melalui GWK ini. Hubungan terkait karena 3 tahun setelah diresmikan, GWK sudah mengundang banyak turis untuk datang. Maka dari itu, pengambilan tapak juga diperkuat dengan pengenalan kultur berdasarkan gender yang disertakan ekspresi seni dituangkan pada budaya Bali. 22
HANSEN LIEANDRA - 315180211
INFORMASI TAPAK
ZONA PERUMAHAN
ZONA PENDIDIKAN TINGGI
ZONA PERTANIAN
ZONA PARIWISATA ZONA PARIWISATA
KDB: 50% KLB: 1,5 KDH: 30% KB: 12 M KTB: 60% GSB: 1x Rumija + Tjikan
HANSEN LIEANDRA - 315180211
23
24
HANSEN LIEANDRA - 315180211
HANSEN LIEANDRA - 315180211
25
ANALISIS MESO
Diagram diatas menunjukkan analisa secara meso dimana tapak, yang berada di GWK, menjadi titik poin utama yang menekankan pariwisata dan kultur budayanya sehingga menjadi efek bagi lingkungan sekitar tapaknya yang dikelilingi pura di setiap sisi utara, timur, barat, dan selatan. Dari titik pusat ini untuk mencapai pantai dan keperluan komersil berjarak 6 km. Di sekeliling tapak pembahasan, juga didapatkan garis koneksi urban yang menghubungkan dan memusatkan titik ke arah GWK sehingga GWK dapat menjadi titik pusat kunjung warga sekitar. Pembahasan diagram di kiri menunjukkan zonasi lahan di Kabupaten Badung berdasarkan data BPS Bali 2020 kebiasaan warga di setiap area. Lokasi site yang berada di Kuta Selatan memperlihatkan kondisi zonasi yang mengarah ke peruntukkan pariwisata dan kebudayaan. Sehingga ini menjadi potensi yang besar bagi pengembangan budaya kultur di Kuta Selatan dan bagi tapak yang berada di GWK. Sedangkan posisi zona di atas area Kota Denpasar dengan Plaga mengarah ke fungsi zona maritim dengan alam desa. 26
HANSEN LIEANDRA - 315180211
ANALISIS MIKRO
Tapak yang terletak di Festival Park GWK ini menjadi daya tarik pengunjung yang disekitarnya dipenuhi dengan program GWK seperti patung, taman, plaza, cinema, dan juga food&commercial di utara tapak. Pembangunan di tapak ini memerlukan izin dan fungsi yang berhubungan dengan budaya.
SIRKULASI Sirkulasi yang dibuat dari Garuda Wisnu Kencana memiliki 1 Exit dibagian selatan dan terdapat cabang saat masuk ke dalam site yang terpecah ke taman garuda dan GWK Festival Park. Sedangkan sirkulasi di dalam tapak terdapat pergerakan sirkular bagi pengunjung agar didalamnya bisa mengelilingi berbagai fungsi didalamnya dan juga terdapat pembagi dan jalan "kecil" untuk menambah sirkulasi dalam tapak (interaktif bagi pengunjung)
Peletakan site mendapatkan keempat sisi pemandangan dan yang menarik adalah pemandangan yang mengarah ke patung tangan wisnu dengan patung garuda. HANSEN LIEANDRA - 315180211
27
STUDI PRESEDEN PoohTown Nick Ellas
Project 2014
Bartlett School of Architecture (UCL) | UK Deskripsi
STUDI PRESEDEN
Tesis ini menceritakan bagaimana "happy architecture" dapat mengatasi permasalahan bagi depresi dan kesenjangan sosial. Melihat bagaimana dunia merespon terhadap dampak yang besar dan menyisipkan sisi yang membawa kegembiraan bagi emosi manusia. Isu yang diangkat membawa peran serta manusia untuk merasakan kebahagiaan dari ekspresi ruang yang diceritakan melalui latar belakang Film anak-anak yaitu Winnie The Pooh. PoohTown mempertanyakan materi mentah dari apa yang diinginkan manusia: Dalam mendesain untuk emosi, kebahagiaan, adalah mungkin untuk menguji tujuan arsitektur di dunia yang terus berubah. Oleh karena itu PoohTown mengusulkan lebih berkelanjutan untuk merancang infrastruktur untuk keadaan emosional; karena jika kita puas melaluinya, kita mungkin meminta lebih sedikit dari Bumi untuk memuaskan kondisi fisik kita.
Argumen Menurut saya proyek ini memiliki nilai riset yang sangat mendalam dan merupakan tindakan yang patut dijadikan contoh karena dapat memikirkan bagaimana film dan aspeknya dapat menjadi bentuk bahkan cara berpikir ruang dalam arsitekturnya. Mengenai tema dan isu yang diangkat dapat dirasakan melalui gambar yang diberikan. Hal yang membuat saya tertarik dengan preseden ini adalah bagaimana dia dapat merancang dengan sequence yang diambil dari film Winnie the Pooh dan tetap menuangkan dan meruangkannya sebagai runtutan arsitektur yang berbicara. Bagaimana dia bisa membentuk perancangan urban dan denahnya melalui titik cerita yang di trace ke dalam petanya. Bentuk arsitektur yang terbentuk menjadikan proyek ini terlihat spekulatif dan menarik. 28
HANSEN LIEANDRA - 315180211
STUDI PRESEDEN
HANSEN LIEANDRA - 315180211
29
STUDI PRESEDEN Space as Third Teacher Boon Yik Chung Project 2015
Bartlett School of Architecture (UCL) | UK
Argumen
STUDI PRESEDEN
Menurut saya proyek ini memiliki pembahasan yang baik dengan mempertanyakan tipologi yang baru bagi kelas dan bagaimana ruang dalam arsitektur dapat jawaban berupa kelas. Ruang yang diciptakan juga didefinisikan melalui kata" saran yang diarsitekturalkan. Pembentukan ruang belajar dalam arsitektur dapat dijadikan sebuah preseden bagi proyek ini untuk melihat dari sifat belajar, saran, dan merancang tipologi baru dari apa yang sudah kita kenal dari lama. Deskripsi Proyeknya mengambil jalur filosofis dan teoretis dalam mencari tipologi kelas alternatif untuk sekolah Montessori di Florida.Anak-anak Montessori belajar dari bermain dengan mainan auto-didaktik, yang dirancang untuk memfasilitasi penemuan individu dan merangsang kreativitas. Diperluas dari Froebel Gifts, mainan Montessori adalah objek minimalis dan ambigu, mewakili ide-ide abstrak dan mengundang permainan terbuka. Perintis seniman abad ke-20 mis. Mondrian membuktikan pengaruh mainan dalam mengejar 'Abstrak'. Penelitian mainan ini mengungkapkan kelemahan tipologi kelas kontemporer, yang menarik batas-batas fisik dan psikologis yang tajam antara ruang, bermain dan belajar. Proposal ini mengilhami arsitektur dengan gagasan yang sama tentang ambiguitas dan keterbukaan yang ditemukan dalam mainan. Ruang kelas menjadi ruang yang didefinisikan secara longgar yang diciptakan oleh kumpulan 'saran arsitektur' yang mengelilingi inti di mana kelompok belajar didasarkan. Ruang harus ditafsirkan dan dinegosiasikan; mereka tidak lengkap tanpa kehadiran pengguna. '‘ Children develop through interactions, first with … lives-parents and teachers, then with their peers and ultimately with the environment.
30
HANSEN LIEANDRA - 315180211
STUDI PRESEDEN Public Stage
Flu-or + Alba González Project 2019 Area: 300 m2 Deskripsi
Argumen Melalui proyek ini, saya melihat kemenarikan sebuah arsitektur yang berani tampil di tengah publik yang menyuarakan pendapatnya dan mengikutsertakan manusia dan warganya untuk berkontribusi di ruang yang bisa berekspresi. Bentuk arsitektur ini mendukung proyek saya mengenai penyuaraan pendapat. Di proyek ini, struktur yang diperlihatkan sangat unik dan beda dengan tipologi "panggung" yang kita kenal, sehingga ini dapat diterapkan dalam proyek.
HANSEN LIEANDRA - 315180211
31
STUDI PRESEDEN
Panggung Publik berawal dari semangat transversal, dari pemerintah daerah, lembaga budaya, dan warga, sebagai aset budaya dan sosial yang tujuannya adalah untuk menciptakan ruang terbuka untuk berdebat dan memikirkan kembali masa depan landmark pelabuhan bersejarah di kota A Coruña. Platform aktif dan kolektif ini memiliki program budaya yang bervariasi, termasuk diskusi politik, lokakarya, kuliah, proyeksi film, konser, dan laboratorium penelitian ilmiah, di bawah empat tema utama: urbanisme, sains dan lingkungan, memori, dan aksi budaya. Terletak di pabrik tembakau bersejarah (Plaza de la Antigua Fabrica de Tabacos), dan satu langkah dari tepi laut dan pasar ikan, lingkungan membawa komponen simbolis dan identitas yang kuat ke dalam proyek. Usulan itu datang dari persepsi kita sendiri tentang pelabuhan, menyatukan semua elemen dalam ingatan kita yang menghubungkan kita dengan ruang-ruang pelabuhan ini, akibatnya instalasi itu menciptakan ruang yang mengalir dan menyeberang bagi warga, kontras dengan kedekatan yang ada. Panggung Publik adalah struktur yang fana. Terbuka, beragam, didiskusikan, dihayati, ditransformasikan, dan dipelajari.
MIMPI
32
HANSEN LIEANDRA - 315180211
MMPI
HANSEN LIEANDRA - 315180211
33
MIMPI
34
HANSEN LIEANDRA - 315180211
MMPI
HANSEN LIEANDRA - 315180211
35
MIMPI
36
HANSEN LIEANDRA - 315180211
MMPI
HANSEN LIEANDRA - 315180211
37
DAFTAR PUSTAKA Aldrich, Robert, and Garry Wotherspoon, eds. Who's Who in Gay and Lesbian History. London and New York: Routledge, 2002. Broude, Norma, and Mary D. Garrard. Feminism and Art History: Questioning the Litany. New York: Harper and Row, 1982. ——, eds. The Expanding Discourse: Feminism and Art History. New York: Icon HarperCollins, 1992. Butters, Ronald R., John M. Clum, and Michael Moon, eds. Displacing Homophobia: Gay Male Perspectives in Literature and Culture. Durham, N.C.: Duke University Press, 1989. Chadwick, Whitney. Women, Art, and Society. London: Thames and Hudson, 1990. Dotson, Edisol W. Behold the Man: The Hype and Selling of Male Beauty in Media and Culture. New York: Haworth Press, 1999. Edwards, Tim. Erotics and Politics: Gay Male Sexuality, Masculinity, and Feminism. London and New York: Routledge, 1994. Garrard, Mary D. Artemisia Gentileschi: The Image of the Female Hero in Italian Baroque Art. Princeton, N.J.: Princeton University Press, 1989. Hammond, Harmony. Lesbian Art in America: A Contemporary History. New York: Rizzoli, 2000. Hess, Thomas B., and Linda Nochlin. Woman as Sex Object: Studies in Erotic Art, 1730–1970. New York: Newsweek, 1972. Jacobs, Fredrika H. Defining the Renaissance Virtuosa: Women Artists and the Language of Art History and Criticism. Cambridge, U.K., and New York: Cambridge University Press, 1997. Maclean, Ian. The Renaissance Notion of Woman: A Study in the Fortunes of Scholasticism and Medical Science in European Intellectual Life. Cambridge, U.K.: Cambridge University Press, 1980. Minton, Henry L. Gay and Lesbian Studies. New York: Haworth Press, 1992. Parker, Rozsika, and Griselda Pollock. Old Mistresses: Women, Art, and Ideology. London: RAoutledge and Kegan Paul, 1981. Perry, Gill, ed. Gender and Art. New Haven, Conn., and London: Yale University Press, 1999. Russell, H. Diane, and Bernadine Barnes. Eva/Ave: Woman in Renaissance and Baroque Prints. Washington, D.C.: National Gallery of Art/Feminist Press at the City University of New York, 1990. Tinagli, Paolo. Women in Italian Renaissance Art: Gender, Representation, and Identity. Manchester, U.K.: Manchester University Press, 1997. Anat Gilboa Beatriz Colomina (ed.), Sexuality and Space (New York: Princeton Architectural Press, 1992). Diane Agrest, Patricia Conway and Leslie Kanes Weisman (eds), The Sex of Architecture (New York: Harry N.Abrams Publisher, 1997); Debra Coleman, Elizabeth Danze and Carol Henderson (eds), Architecture and Feminism (New York: Leslie Kanes Weisman ! 12 ! Princeton Architectural Press, 1996); Francesca Hughes (ed.), The Architect: Reconstructing Her Practice (Cambridge, Mass.: MIT Press, 1996); Duncan McCorquodale, Katerina Rüedi and Sarah Wigglesworth (eds), Desiring Practices (London: Black Dog Publishing Limited, 1996) and Joel Sanders (ed.), Stud: Architectures of Masculinity (New York: Princeton Architectural Press, 1996). See, for example, Anthony D. King (ed.), Buildings and Society (London: Routledge and Kegan Paul, 1980) and Thomas A. Markus, Buildings and Power (London: Routledge, 1993). Iain Borden, Joe Kerr, Alicia Pivaro and Jane Rendell (eds), Strangely Familiar: Narratives of Architecture in the City (London: Routledge, 1996); Iain Borden, Joe Kerr, Jane Rendell with Alicia Pivaro (eds), Unknown City: Contesting Architecture and Social Space (Cambridge, Mass.: The MIT Press, 1999); Iain Borden and Jane Rendell, DoubleDecker: Architecture through History, Politics and Poetics (London: Athlone Press, forthcoming) and Jonathan Hill (ed.), Occupying Architecture: Between the Architect and the User (London: Routledge, 1998) Cassier, Ernest. (1990). Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esay tentang Manusia. Jakarta: Gramedia. Sahmar, Humar. (1993). Mengenal Dunia Seni Rupa: tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik dan Estetika. Semarang: IKIP Semarang Press. Yunus, Pangera Paita. (2014). Apresiasi Seni. Makassar: Prince Publishing
You can't stop the future You can't rewind the past The only way to learn the secret ...is to press play. - Jay Asher
Follow me on HP : E-mail : Line : Instagram: :
+6287881321822 lieandrahansen@gmail.com hansenlieandra hansenlieandra