NYLONguys Indonesia /Januari 2011

Page 1

INDONESIA

not for girls.

JANUARI 2011

128 pages of musics, denim, movies, shoes, grooming and girls!

so good with Good Charlotte

status updates on JESSE EISENBERG:

,000,000 250 peo ple lik e t his

DRIVE THRU : FROM THE FASTEST TO HYBRID Rp.35.000.Luar P.Jawa R p . 3 7. 5 0 0 . -

ARIO BAYU (“BERMUKA DUA”) mESTY ARIOTEDJO (MAGNET LAKI-LAKI)

THREE MUSICAL HEADS OF ONROP Bemby Gusti, Aghi Narottama, Ramondo Gascaro

www.nylonindonesia.com








Jan FEBrUARI 2011

14 EDITOR’S LETTER 16 LETTERS 20 CONTRIBUTORS

genius

22 ALL THE RIGHT MOVES Magnus Carlsen boleh saja menjadi pemain catur nomor 1 di dunia, tapi sekarang ia akan bermain di dunia fashion. Oleh Thea Urdal.

35 DEFYING PERCEPTION Deta Unggul ingin menepis gambaran masyarakat akan ilustrasi horor selama ini. Oleh Khiva Iskak.

36 FREE SPEECH

Jangan salah, pendiri dari Loudmouth Press Gregory Ayres belum angkat bicara.. Oleh Ari Messer.

37 ROCKIN’ RETAILER

Freddie Beh, otak di belakang kerajaan Metrox ini memberikan gambaran besar tentang gebrakannya di 2011. Oleh Rezaindra O.

38 GENIUS NEWS 46 GAMING

taste

62 CHECK MATE:

Checkers shirt

64 MAJOR DENIM: Denim jacket 66 DISTRESS CASE: Distress jeans 68 WRIST WATCH: Bracelet 70 TOP OF THE POP High top shoes

72 THE TEES: T-shirt

74 BACK LOAD: Backpack

76 REGULAR CASE Regular jeans

24 TALK BOX

pulp fiction

Camera

26 WELCOME TO THE DOLL HOUSE

Saat seorang pemuda bernama Kai memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya dan beralih ke Bali, ia bertemu seseorang yang akan mencabut nyawanya. Oleh Mita Diran.

Trilby hat, kacamata hitam, lihai mengundang sing along, itulah dia, sang Lloyd Popp. Oleh Khiva Iskak.

Ingin action figure G.I Joe milik Anda tampil lebih gaya? Tanyakan pada ReggieKnow. Oleh Nicolas Stecher

28 EVERLASTING UPSCALE

Tidak perlu ambil pusing dengan denim import yang mahal. 16DS hadir untuk memberikan solusinya. Oleh Rezaindra O.

30 VAMPIBOTS

Bagi Fariz Razi dunia film sudah tidak bisa lagi terpisahkan, apapun yang terjadi. Oleh Khiva Iskak.

32 GOOD WILL HUNTING

Moran Atias bukan hanya seorang model dan aktris , dia bisa lima bahasa dan seorang humanitarian. Oleh Holly Siege.

34 MAN VS WILD

Seniman Quetzal Saunders tidak takut untuk mengotori tangannya. Oleh Natalie Shukur.

48 JEMPUTAN

drive thru 50 TOP GUN

Bentley Continental Supersports Convertible 2011 adalah Convertible fourseater tercepat di dunia saat ini. Nicholas Steche menjejaki keunggulan-keunggulan apa saja yang menimbulkan kehebohan dari mobil tersebut.

54 TEST DRIVE

Hatchback Hybrid Jagoan yang Melaju Kencang di Jalanan. Oleh Stuart Schwartzapfel.

55 AUTO NEWS

street style 56 SEOUL

fotografi jesse eisenberg oleh marvin scott jarrett. stylists: turner & erica. grooming: lynda eichner menggunakan herban essentials. asisten fotografer: steven counts, michael lum and gray hamner. lokasi: canoe studios, ny. on cover: kemeja allsaints, celana h&m. kiri: jaket stüssy deluxe, kemeja band of outsiders, celana gap, dasi h&m.

78 CARDI-LOGY: Cardigan

80 IN A SNAP: 82 SHORT TIME: Short pant

84 CAP-TAIN AWESOME Cap


l l

JAKARTA : Senayan City Level 1, Grand Indonesia Sky Bridge Level 1. Pondok Indah Mall 2 Level 1. BANDUNG : Paris Van Java. l BALI : Sogo Discovery Shopping Mall.


FEBrUARI

2011

radar

86 AMERICAN SPLENDOR Walaupun album mereka terjual jutaan copy di seluruh dunia, Good Charlotte tetaplah sosok small town boys. Oleh Stephan Marolachakis

89 HERE COMES YOUR MAN

Pete Yorn membutuhkan pixie dust untuk mengangkat jiwannya. Oleh Rebecca Swanner

90 THREE MUSICAL HEADS

Onrop telah merubah pandangan Aghi Narottama, Bemby Gusti, Ramondo Gascaro bahwa teater musikal itu tidak membosankanl. Oleh Khiva Iskak.

92 DANCE-DANCE REVOLUTION

Musik ceria dari Tango in the Attic akan membuat Anda berdansa. Oleh Barry Nicolson

93 LUCKY BREAK

Perlu tiga kali cidera untuk membuat David Call menyadari bahwa ia ditakdirkan untuk menjadi aktor. Oleh Holly Siegel

94 DO YOU “HURTS” ?

Duo asal Inggris ini siap ‘melukai’ hati Anda Oleh Rick Soerafani

95 THE LONG AWAITED VISIT

Jason Wade dan bandnya menceritakan tentang album terbaru mereka secara langsung. Oleh Atri Siregar.

feature 96 STATUS UPDATE

Jesse Eisenberg akan segera terkenal. Oleh Natalie Shukur. Fotografi oleh Marvin Scott Jarret

104 UNDER HER SKIN

Orang mengenalnya sebagai seorang sosialita,. tapi ia hanyalah seorang perempuan normal. This is the real Mesty Ariotedjo. Oleh Rezaindra O.

108 MAN ON A MISSIONS

Perawakan macho tidak menghambat ia untuk berperan sebagai seorang pria kemayu disebuah teater musikal. Ario Bayu sedang menjalankan misinya. Oleh Rezaindra O.

114 INTELLIGENT DESIGN

Desainer generasi baru telah tiba dan mereka membawa pakaian pria tradisional ke dalam tampilan yang lebih menarik.

122 LIVE AND LET DIE

Mark Romanek bercerita tentang hidup, mati, dan pembuatan film. Oleh Paul Caine. Fotografi oleh Jimmy Fontaine

126 SHOPPING LIST 128 COMEDY CENTRAL

James Agee mungkin tidak terlihat lucu, tapi untuk humor Judd Apatow ahlinya. Oleh Emily Temple.



Editor-in-Chief Ein Halid Managing Editor Resti Purniandi Fashion & Creative Director Hervin Koencoro

Fashion & Beauty Editor Anindya Devy Senior Editor Rezaindra O

Associate Editor Khiva Rayanka Iskak

writers Tiara Puspita, Indri Zona Sejati, Patricia Febrianti, Mentari Ofelia design

Senior Designer Amirudin Hafihz Designer Haris Juniarto, Martini

business

Advertising Sales Manager Natalia M. Widjaja Account Excecutive Angela Setjo Traffic Manager Ursula Sitorus Events & Promotion Executive Anita Natalia, Rr. Karina Anandita Circulation & Distribution Maya Astuti Chairman and Inspiration At Large Julius Ruslan Publisher and Chief Executive Officer Denise Tjokrosaputro Co-publisher Petrina Leong

NYLON is published by

PT. Tiga Visa Utama Jl. K.H Wahid Hasyim No.59 lt.3 Menteng Jakarta Pusat 10350 Tel (021) 68552105 Fax (021) 39006062 SIUP NUMBER : 01881/10-1.824.51 NYLON US

Chief Editor Marvin Scott Jarett Publisher Jaclynn b Jarett Associate publisher Karim Abay President Don Hellinger

Editorial Office

110 greene street,suite 607, New York, NY 10012

Disclaimer Artikel yang dimuat dalam majalah ini telah melalui proses editorial yang berkesinambungan. Isi majalah ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan proses pemeriksaan dan opini publik, dan hanya berfungsi sebagai informasi yang bersifat konstan. Semua materi yang kecuali ditetapkan lain. telah memiliki diterima akan menjadi hak milik izin pemuatan foto dari pihak yang bersangkutan untuk digunakan sesuai keperluan.

Hak Cipta & Izin Penerbitan Hak cipta dilindungi. Tidak ada bagian dari majalah ini yang diizinkan untuk dikutip ataupun diproduksi dalam format apa pun dengan atau tanpa sengaja tanpa izin dari perusahaan. Hak cipta 2011

follow us on

NYLON_IND NYLON Indonesia



014

ed letter

NYLON GUYS MISUNDERSTOOD adalah kata yang menempel di otak saya ketika memulai membuat majalah ini. Dengan diawali satu pertanyaan sederhana : “What are the things that matter to guys?” Dan untuk mendapat jawaban yang jujur dan jauh dari kesalahpahaman maka perlu proses meneliti, berdebat dan menyingkirkan ego. Bahkan untuk mendapat legitimasi membuat majalah alternatif untuk pria, saya dan Maesa Nicholas(Managing Editor Nylon Guys) berangkat ke headquarters NYLON di New York City untuk menyerap DNA majalah ini. Seperti dugaan kami ketika berbicara dengan para ‘dewa-dewa’ disana terdengar jelas bahwa majalah ini lahir dari sebuah idealisme. Bagi mereka formulanya simple, untuk mengerti dunia pria cukup dengan selalu bertanya, “Apa yang pria benar-benar mau dengar, pakai dan gunakan?” So if guys doesn’t give a damn, just don’t write about it! Dengan semangat ‘staying true’ dengan spirit majalah ini, NYLON Guys Indonesia lahir. Di debut perdana, kami memilih be-

berapa pria yang kami anggap cutting edge seperti Ario Bayu, Llyod, Joel & Benji Madden dari Good Charlotte, Mark Romanek hingga Jesse Eissenberg yang telah berhasil memberi warna untuk profesinya. Berkat mereka, kita dapat melihat profesi aktor, pemusik atau produser dari kacamata berbeda. Di edisi ini, tentu tidak lupa menulis hal-hal ‘penting’ lainnya seperti artikel tentang gaming, mobil idaman (dari yang tercepat hingga paling ramah lingkungan) dan wanita incaran (Mesty Ariotedjo). Dan buat pria yang perlu inspirasi agar tidak terlihat membosankan, buka artikel style yaitu Taste di (hal. 62) dan Intelligence Design (hal. 114). Sepertinya cukup dengan introduction-nya, selamat membaca dan semoga majalah ini berkesan, sama seperti saat saat kami mengerjakannya dalam sebuah ‘adrenalin’ yang tinggi. And to keep it real, please send your feedbacks to www.nylonindonesia.com

Ein Halid Editor in chief

foto ario bayu oleh raja siregar.stylist: rezaindra o. & mentari ofelia. lokasi: poste kitchen & bar, jakarta. kemeja dan celana milik pribadi, jaket parka Easton.



At last, Nylon Guys Indonesia is here!! This is what I called fashion alternative..congrats. -Agan, Monkey to Millionaire.

Congrats to Nylon Guys Indonesia, YEAH! Whoop whoop! – Giorgi A Krisno, LZBZ.

Congratulation to Nylon Guys Indonesia. your magazine has gathered tremendous popularity and has garnered the favorability of the urban populace. I expect that could open new vistas for more readerships.Dimas Wicaksono, Stylist.

Congrats for Nylon Indonesia! Finally!! Its not just an urban youth magazine..but, its Nylon! –Ramon Y Tungka, Actor.

“Wuetss, akhirnya hadir Nylon Guys juga nih, gue pikir buat cewek doang. Sukses terus ya Tim Nylon Guys! –Adithya Pratama, Creative Director.

Are you kidding me? Nylon Guys muncul juga? Cant wait for the first edition then. Congrats ya! –Vicky Satria, Actor.

Selamat untuk lahirnya Nylon Indonesia! Semoga semakin memajukan wawasan dan selera pembacannya disini. – Tomo, Artist.

Selamat untuk hadirnya Nylon Indonesia, semoga bisa membawa angin segar bagi tren fashion, musik, dan film di Indonesia. –Aji Yudo, Musician, Drew.

Gaming section-nya coba lebih dikasih 4 halaman ya! Hehe..congrats anyway to Nylon Guys. –Danang S Raditya, Graphic Designer/ Gamer.



Selamat buat Nylon Guys Indonesia, mudah-mudahan dengan kehadiran majalah ini kebutuhan kana informasi bagi khalayak lebih terpenuhi dan bisa memandu kita para pembaca ke arah yang semakin positif. Salut buat Nylon Guys. –Baim, Business Development.

Congrats to first edition of Nylon Guys Indonesia, hope Indonesian scene music can be worldwide with this magazine. Cheers & Respect!! –Ak-

bar Nugraha, Musician, Kunokini.

Kira-kira apa nih yang bisa membawa Nylon Guys ke Indonesia? cause I’m F excited!! –Kirana, Skater.

Selamat dan sukses buat Nylon Guys, semoga bisa memberikan warna baru dalam dunia entertainment! Lets roll!!. – E-

Bump, DJ.

Saya sangat berdoa kalau musik di Nylon Guys lebih berwarna seperti di Eropa sana, Drum N Bass dong dibahas hehe..Selamat datang di Indonesia! – Rizal Adji, Musician.

Can’t wait for the first edition, pasti gokil! –Andru, Student.

City ain’t nothing without Nylon street’n. Welcome to Indonesia. –Rian Amri, PR Practitioner.

Create your own world here dear Nylon Guys Indonesia! Congrats!! -Riri

Joy, DJ/Entrepreneur.

Don’t lose your guts to create some alternative fashion for Indonesian people. Because its NYLON! –Jack Rahardian, Lawyer.

Congrats to Nylon Guys Indonesia, best wishes to your first edition. – Andika Prameshwara, Sr. Media Planner.

Kirain cuman kabar angin aja Nylon Guys mau dibawa kesini..well, I can’t wait to see some street style. –Monarki,

Editor.

Contributors :

deschanel darmodiharjo, raja siregar, luki ali, atri siregar, andhika muksin, stephanus rezy anindito, onik, mita diran, satrio ramadhan, rick soerafani, advan matthew, embang triwardhana, pondra novara priyono.

send mail to:

NYLON Guys Indonesia MPG Building, Jl. KH. Wahid Hasyim No. 59, Menteng, Jakarta Pusat 10350



020 CONTRIBUTORS What does social network means to you?

Mita Diran “It’s funny how news on social network travel faster than the speed of light. Until your mom confronts you about that ‘thing’ you just facebooked into her news feed.”

Hampir separuh hidup-nya semua mengenai film, Mita, 24, termasuk movie geek. Untuk menyalurkan kecintaanya terhadap film, Mita pun mengambil jurusan film di Universitas Lim Kok Wing, Malaysia. Walaupun ia sekarang sudah bekerja

sebagai copy writer di perusahaan advertising bukan berarti ia melupakan menulis hal lain, karena pada dasarnya ia mencintai rangkaian kata-kata. Maka dari itu Mita menulis cerpen ‘Jemputan’ khusus untuk Nylon Guys Indonesia.

Atri Siregar

“A mix of awesome friends and interesting acquaitances. With me, in the centre of it all. As their GODDESS. Mwaha” Happy go lucky, Atri mengaku ia sering terkejut karena secara tidak sengaja mendapatkan apa yang ia mau, dari pekerjaan, pacar, dan berbagai hal lainnya. Walau ia melewati masa kuliahnya sebagai mahasiswi politik, kini ia menghabiskan waktunya menulis tentang furnitur, rumah, dan dunia interior. Sekarang pun ia tidak sengaja menulis cerita Lifehouse ketika mereka berada di Jakarta.

Luki Ali Andhika Muksin “To connect to a lot of people minus the awkward real life introduction? Very important.”

Andhika Muksin ialah seorang penggemar video game sejak ia kecil. Apapun pernah ia coba, favorit game-nya merupakan Nintendo klasik, Zelda. Hobi lain yang

sekarang menjadi pekerjaanya adalah membuat ilustrasi pada sebuah cerita. Disini ia menyumbang tulisan pada gaming, ilustrasi pada cerpen ‘Jemputan’ dan pada halaman letter. Selain itu Andhika tidak dapat dipisahkan dengan film, dan saat ini ia juga sedang menekuni label LOVECHLD, usaha hand crafted jewelry buatannya.

I see social network as a specific reciprocal relation between interdependent entities in a common interest. Bridge of relationship between an individual actor, organisation or product that build in a complex way. Ia mempunyai mimpi besar untuk membangun industri fashion Indonesia ini dengan kecintaanya terhadap fashion photography. Lulus dari sekolah fashion fotografi Milan, Italia pada tahun 2007 Luki telah menjelajah dunia fashion di Indonesia, ia menggilai konsep dan ide-ide yang segar, maka dari itu timbulah kreatifitas di setiap foto yang ia ciptakan. This time, Luki played with his mind for Ario Bayu.



all the right move 022

Magnus Carlsen boleh saja menjadi pemain catur nomor satu di dunia, tapi sekarang ia akan bermain di dunia fashion. teks: thea urdal. fotografi: HOLTA-LYSELL. Terkadang pemilihan model untuk sebuah brand tidak terlalu memperhatikan isi otak sang model, hanya berdasarkan paras dan ketenarannya. Tapi itu tidak berlaku untuk Magnus Carlson yang terpilih sebagai model G-Star, sebuah brand jeans terkenal asal Belanda, untuk musim gugur/dingin 2010. Laki-laki yang lahir pada tanggal 30 November 1990 ini adalah pemain terbaik catur dunia dan menjadi pemain termuda yang berhasil menduduki peringkat teratas, membuat G-Star tertarik untuk menjadikannya seorang model. “Sebenarnya kombinasi ini agak aneh untukku,” ujar Carlsen saat diwawancari di kantor G-Star yang terletak di Oslo. “fashion dan catur adalah dua hal yang sama sekali berbeda dan tidak ada kaitannya.” Benar sekali. Tetapi Carlsen berhasil menyatukan dua hal itu dengan sempurna. Di dunia catur yang monokrom, ia memberikan sentuhan warna dengan wajah segar dan semangat yang tinggi dari jiwa mudanya. Tatapan tajam dari mata coklat dan rahang yang terpahat sempurna, ia mengingatkan kita kepada sosok Matt Damon. Saat ditanya tentang perempuan, ia hanya menjawab dengan singkat, “Tidak terlalu banyak perempuan di dunia catur. Tapi kalau di fashion..” ia menghentikan ucapannya dan mengganti dengan senyuman. Carlsen mendapat banyak hal baru dari dunia fashion, salah satunya adalah membintangi iklan G-Star bersama Liv Tyler. “Aku sangat senang bisa bertemu banyak sekali orang-orang hebat dan berbakat.” Carlsen juga mendapat

kesempatan untuk berjalan di catwalk pada New York Fashion Week, September kemarin. Sungguh sebuah perubahan besar bagi Carlsen yang juga seorang wakil dari Norwegia untuk 2014 Chess Olympics. Kepintaran Carlsen sudah terlihat saat ia berhasil menyelesaikan puzzle dan menyusun lego dengan bentuk rumit, bahkan saat umurnya belum mencapai dua tahun. Pada 26 April 2004, Carlsen menjadi Grandmaster dalam dunia catur di usianya yang baru menginjak 13 tahun. Lalu pada 1 Januari 2010, World Chess Federation mengumumkan bahwa Carlsen adalah pemain termuda sepanjang sejarah yang berhasil menjadi pemain nomor satu dunia, mengalahkan rekor sebelumnya yang dibuat oleh Vladimir Kramnik. Di tengah kesuksesannya, Carlsen selalu berpikir “Saat kamu kalah dalam sebuah permainan, pasti kamu yang melakukan kesalahan dan bukan lawanmu yang melakukannya lebih baik darimu.” katanya dengan serius. Carlsen mungkin mendapat semuanya yang diinginkan oleh anak muda jaman sekarang, ketenaran dan prestasi. Tetapi saat selesai wawancara dan bersiap-siap untuk pemotretan, ia menunjukkan jiwa mudanya dengan banyak bercanda. Saat stylist selesai mendandani dan bersiap mengambil fotonya menggunakan iPhonenya, Carlsen langsung menaruh tangannya diatas kepala menjadi seperti tanduk dan tersenyum lebar, membuat semua orang tertawa dan terkejut akan perubahannya dari anak yang malu-malu menjadi anak yang ceria. Menanggapi itu, Carlsen bersandar pada kursinya sambil tersenyum, “You know... it’s what I do.”



TALKBOX

TRILBY HAT, KACAMATA HITAM, DAN LIHAI MENGUNDANG SING ALONG, ITULAH DIA, SANG LLOYD POPP. TEKS: KHIVA ISKAK. FOTOGRAFI: DESCHANEL DARMODIHARJO

024

“KALO PEMBAJAKAN DI INDONESIA udah gak merajalela dan musik yang gue tekuni udah bisa lebih diterima gue consider untuk buat album atau video yang lebih serius.“ Ia tidak main-main dalam karya yang sedang dijalaninya. Jadi, apa saja yang membuat hatinya berbicara tidak, ya tidak. “Gue cuman berusaha untuk membuat karya musik yang lebih baik dengan niat baik, dengan begitu gue percaya whatever comes to me adalah yang terbaik. Entah itu melalui buat more videos, lagu atau terus berkolaborasi dengan berbagai musisi lokal dan internasional.” Kalau orang mengikuti jaman, Lloyd berbeda. Kecintaan pada genre G-funk & Old School Funk membuat insipirasi bermusiknya terus berkembang. Namun bukan berarti ia tidak menghargai pilihan orang, tapi bagaimana caranya ia tetap bisa melebur dan menciptakan sesuatu yang lebih kedepan. Maka dari itu lahirlah musik Talkbox. Tupac merupakan inspirasinya dalam bermusik. “Tupac bisa meluapkan perasaanya tanpa batas, tanpa peduli apa kata orang. Itulah apa yang menjadi ilham gue selama ini. Jadilah gue seperti sekarang. Meluapkan perasaan gue melalui musik tanpa harus melukai orang banyak.” Selain itu, jangan tercengang kalau Nabi Muhammad SAW juga merupakan inspirasi hidupnya “Dia itu suci sekali menurut gue, segala omongannya bisa membuat kebenaran untuk hidup gue. Tentu dari Tuhan melalui Beliau.” Talkbox sendiri merupakan sebuah alat yang mampu merubah sinyal instrumen musik menjadi kesatuan efek suara melodi yang unik dan berbicara layaknya manusia. Karena itulah, Lloyd melirik jenis instrumental musik seperti ini. Radar keunikannya jarang terdengar di Jakarta,

terutama Indonesia. Maka dari itu, kreatifitas meluapkan keberaniannya untuk mencoba musik Talkbox berada di jalur Funk, Hip-Hop, Soul dll melalui Talkbox. Ia sadar sekali, genre Talkbox ini sangatlah segmented tapi karena ia memiliki sifat positif, ia yakin bahwa Talkbox mampu memberi warna tersendiri untuk pasar musik Indonesia. and actually, it worked really well!. “Biasanya kalau live gue pakai suara single layer, tapi kalo untuk rekaman gue pakai double layer,” penjelasannya menekankan bahwa genre ini tidaklah mudah. Agar crowd tidak bosan ia harus terus berinovasi dalam menciptakan efek bunyi. “Gue berteman sama satu orang ini-sesama pemain Talkbox-dari Belize yang mewakili latin HipHop, Beatz, kita berdua saling tukar menukar suara yang kita buat. Jadi, yeah, gue juga mem-produce efek-efek suara sendiri. Abis itu gue pakai ketika manggung,” menurutnya pertemanannya dengan Beatz dan pemain-pemain Talkbox lain dari luar negeri sangatlah langka terjadi. “Ironisnya adalah sambutan yang ada itu justru lebih banyak dari luar, bukan dari sini.” Makanya Lloyd bertekad untuk menerobos semua dinding musik di kalangan pecinta musik Indonesia. Impiannya dalam musik sangatlah besar, apalagi mengenai bentuk kolaborasi apa yang ia inginkan “Gue pengen melibatkan choir perempuan dibagi dengan sentuhan band funk 70-an seperti Parliament Funkadelic..oh dan satu lagi, gue pengen melibatkan sahabat-sahabat gue di proyek seperti ini,” ia menjawab dengan antusias. Itulah dia, ramah, spritual, dan ia tahu persis apa yang ia lakukan untuk hidupnya, terutama untuk musiknya. Lloyd tidak punya spesialitas dalam mengundang crowd untuk berdansa, tetapi apa yang ia ketahui adalah bagaimana kita mencintai musik kita sendiri tanpa ragu mempertunjukannya. “Once you got lost in the music, lalu mendengar suara ‘robot’ itu sendiri, gue harus menunjukkan pertama dengan gue terkesima dengan apa yang gue lakukan, dan otomatis gue akan membuat terkesima dengan musik gue. Semua itu adalah karena gue memposisikan sebagai audience.” Ia sadar bahwa perjalanan kariernya masih panjang, “Pernah gue main di suatu acara dan sound engineer atau sound system-nya kurang mendukung, the only thing you can hear from my talkbox was some gibberish Robot talkin’. hehe, it’s hard coz i can’t even enjoying myself,” Sebagai promosi akan dirinya, ia menggunakan Youtube. Videonya diunggah sudah di tonton oleh sebanyak lebih dari 500.000 kali (still counting) Semua ini didapat atas kerja keras dirinnya walaupun kepribadiannya sangatlah santai. Baginya ketika gairah terhadap musik sudah mendarah daging, apapun akan terjadi. Sebagai contoh, ia pernah berkolaborasi dengan MR.Swagger dari Zambia dan diliput oleh Zambia Post. Terakhir yang ia ingin sampaikan kepada pemusik Indonesia adalah “I’ll see..um menginspirasi lebih banyak orang, becoming somebody yang gak membohongi diri sendiri. Jangan ikut-ikutan orang, bermusiklah dari diri sendiri. stay outta DRUGS and ride the boogie!” setidaknya ia memberi energi positif bagi orang lain. www.youtube.com/LLOYDPOPP13



026

welcome to the dollhouse Pernahkah kamu membayangkan action figure G.I. Joe menggunakan produk North Face? Lihatlah yang dilakukan Reggieknow. Oleh Nicolas Stecher. Fotografi oleh Robert Kerian

Coba bayangkan, ketika harus menghadiri sebuah acara bergengsi dan pakaian yang kamu gunakan sudah berkeringat. Kamu mungkin akan pergi membeli beberapa barang baru seperti sepatu Chuck Taylors limited edition, atau jaket Rick Owens untuk dipakai. Namun ketika sudah terlihat menarik, kamu baru menyadari kalau kamu lupa membuat vinyl figure yang akan dibawa ke acara untuk tampil keren juga. Itu musibah! Kini Fashion Figur Inc. hadir untuk menyelesaikan permasalahan seperti itu. “FF Inc. adalah sebuah perusahaan yang bertujuan untuk menata penampilan action figures bagi para pembuat maupun kolektornya. Mulai dari mainan plush berukuran 30 cm, hingga karakter video game, kami adalah stylist nomor satu di Amerika,” kata Reggieknow sang founder, CEO, dan head stylist dari FF Inc., yang tidak ingin nama sebenarnya diketahui. “Contohnya jika seorang perempuan sudah bosan dengan koleksi My Little Pony-nya dan ingin menambahkan sentuhan unik, maka kami akan memakaikan polo shirt Ralph Lauren dan 1992 stadium paper jacket.” Masuk akal? Ini mungkin terdengar sedikit aneh, tapi FF Inc. memang tidak main-main. Reggieknow ingin FF Inc. menjadi sebuah perusahaan yang berfungsi penuh. Setelah lulus dari sekolah seni di awal tahun 90-an dengan dua gelar yaitu di bagian ilustrasi dan periklanan, Reggieknow berjuang di Chicago dengan dua portfolio di tangan dan membiarkan takdir menuntun jalannya. Waktu itu ia adalah seorang Polo-obsessed yang tergabung dengan sebuah street crew berpengaruh asal Chicago bernama Dem Dare, ia mengumpulkan dan menjaga segala produk dari Ralph Lauren yang dapat diperolehnya. Akhirnya Reggieknow bekerja di dunia periklanan, dan tidak lama setelah itu ia membuat gebrakan besar pertamanya lewat iklan Sprite di tahun 1993 yang diberi sentuhan hardcore hip-hop: Kampanye “Rhyme for Rhyme” yang dikerjakannya bersama KRS-One dan MC Shan telah mengubah imej dari minuman itu hingga sekarang.

Tapi kehebatan Reggieknow dalam mengerjakan proyek seperti itu membutuhkan sebuah penyaluran seni yang melebihi dari pekerjaannya di bidang periklanan, ia pun menciptakan sebuah serial animasi berjudul This Day. “Ini diciptakan dari kecintaan saya terhadap anime dan hip-hop, dua hal yang selalu menjadi kegemaran saya,” katanya mengenai serial yang sedang diproduksi ini. Kartun perpaduan dari Seinfeld dan Yo! MTV Raps ini menceritakan kisah tiga orang sahabat dengan konflik budaya urban yang diilustrasikan secara menarik dalam gaya anime Jepang. “Ini adalah sebuah karya anime sesungguhnya yang dilihat dari kacamata hip-hop 90-an,” kata Reggieknow. Karakter-karakter dalam This Day juga dalam proses pengembangan untuk dijadikan figure resmi pertama dari FF Inc. Tapi sebelum produksinya dimulai, FF Inc. masih fokus dalam pembuatan pakaian untuk figurine seperti penggunaan spotless 96 Nike Air Maxes, clutch Fendi, dan scarf Henri Bendel. Detailnya sangat mirip dengan yang asli. “Ketika produknya di tangan kita, entah itu raket tenis, celana ski, atau lain sebagainya, kami akan menambahkan logo brand yang dipilih. Proses ini membutuhkan bantuan dari komputer Mac, pisau X-Acto, cat, jarum, benang, dan masih banyak lagi, tapi yang terpenting adalah mata yang teliti,” kata Reggieknow mengenai proses rumit dalam pembuatan produk ini. “Saya pikir itu saja yang bisa saya beritahukan” Jadi sebenarnya dari mana ia mendapatkan replika mini dari pakaian bergaya street dan high fashion? “Seperti pendekatan yang dilakukan oleh semua stylist, pakaian ini diambil dari beragam sumber untuk mendapatkan keragaman pilihan. Pembuatan produk dimulai dari pemotongan, penyesuaian, dan pemakaian pada badan figure menjadi standar dalam proses ini,” jelasnya. “Jika Anda mendapati sebuah editorial fashion dengan sosok Teddy Ruxpin menggunakan vest North Face dengan sepatu New Balance 574 sedang berbincang dengan tiga Pakistani Barbie yang berpakaian seperti Jem and The Holograms di depan Castle Grayskull, pasti itu hasil kerjaan dari FF Inc.



Everlasting Up scale INDUSTRI DENIM DI INDONESIA SIAP BERKOMPETISI DENGAN PRODUK INTERNASIONAL. 16DS adalah buktinya. teks: Rezaindra O. Fotografi: Raja Siregar

028

Sore itu, di coffee shop yang berdekatan dengan toko mereka di dalam sebuah mall yang terletak di Jakarta Pusat, saya bertemu dengan orang-orang yang menjadi ‘soul’ dari 16DS. Awey sang Owner, Adit Mahardika sebagai Creative Designer dan Adit Adiguna sebagai Promotion Executive . Mereka mulai bercerita tentang asal mula clothing line dari Bandung ini. Awalnya pada tahun 2005, ketika Awey yang saat itu bekerja di perusahaan retail import merasa bahwa Indonesia tidak mempunyai label denim yang berkualitas, padahal semua proses produksi bisa dikerjakan di dalam negeri. “Masa kita harus ngumpulin duit yang banyak dulu cuman buat beli satu celana jeans import yang bagus?” ujarnya bersemangat. Maka ia pun memberanikan diri untuk membuat 16DS. “Namanya kita ambil dari proses yang kita tempuh dalam memproduksi brand ini, which is enam belas langkah dalam membuat denim, mulai dari : inspiration & research, graphic & color palttes, sketch & design, fitting, sampling, pattern making & grading, marking fabric, cutting, sewing, special effects treatment, wet processm drying, quality control, finishing, warehouse, distribution.” Jelas Awey diikuti anggukan dari Adit di sampingnya. Pemikiran mereka sepertinya sejalan, padahal keduanya baru bertemu ketika label ini didirikan. Dulu, Adit Mahardika bekerja sebagai seorang graphic designer 16DS untuk membantu branding, namun setelah lebih banyak mendalami tentang denim akhirnya ia ‘terperangkap’ dan ikut mendesain produknya juga. Ide awalnya memang sederhana. “Gw pengen bikin denim lokal yang harganya terjangkau, gak overprice dengan kualitas yang oke” jelas Awey yang memang memiliki passion dibidang ini. Inspirasi mereka dalam merancang koleksi 16DS sendiri datang dari berbagai aspek gaya hidup. “Kalau dilihat dari sisi musik, 16DS tuh kayak The Beatles yang everlasting, dari teknologi kayak gadget keluaran Apple, dan kalo majalah, ya kayak majalah lo ini!” ujar pria berkacamata ini sambil menunjuk sebuah majalah Nylon Guys edisi US yang saya letakkan di atas meja. Entah mereka mengadaada atau memang berbicara yang sebenarnya, saya tidak peduli. Spirit yang dibawa mereka dalam produk 16DS memang terasa seirama dengan spirit media ini. “Bikin jeans 16DS tuh kayak mengandung. Kita butuh sembilan bulan untuk ngejalanin enam belas proses yang ada. Itu udah mulai dari cari inspirasi, warna, nentuin bahan, arrange style, sampe bisa dijual ditoko” jelas Awey. Cukup sulit ternyata, tidak heran bila label ini tidak bisa disamakan dengan label lokal lainnya. “Bahan yang kita gunakan sudah pasti material kualitas ekspor, fitting produknya pun sudah kita sesuaikan dengan para konsumen. Tapi yang paling membedakan adalah inspirasi dan movement yang kita terapkan dalam 16 DS.” kata Awey . Movement yang mereka buat memang outstanding, saat ini 16DS sedang mengerjakan sebuah proyek kolaborasi musik yang dinamakan Music Symphony #16. Selain itu

mereka juga mem-booklet-kan recent update tentang news, events, dan style 16DS dalam sebuah newsletter bernama 16pages. Meng-endorse orang-orang yang mempunyai gaya hidup unik dan menarik adalah salah satu cara mereka untuk merealisasikan visi dari 16DS. Cut Copy, Temper Trap, Sir Dandy, hingga drummer Kanye West adalah contohnya. “Untuk kedepannya kita lagi ngincer Nadya Hutagalung.” ujar Adit Adiguna sambil tertawa. 16 DS memang sudah cukup dikenal sebagai label lokal yang berkualitas dan mengalami perkembangan yang signifikan – kini mereka memproduksi segala jenis casual wear – terbukti dengan banyaknya permintaan yang datang, sampai-sampai mereka sempat kehabisan bahan. “Sempat waktu itu kita pernah kehabisan stok jeans di toko, padahal foto sama iklannya aja tuh belom selesai dikerjain. Sebenarnya kita bisa produksi sampe enam puluh artikel perbulannya, fifty-fifty untuk produk cewek dan cowok, tapi memang kita akui kalo kita masih harus banyak belajar di bagian time management, soalnya sekarang masih banyak yang suka keteteran” cerita Awey . Saat saya bertanya tentang rencana kedepan untuk 16DS, Awey langsung menjawab dengan bersemangat, “Kita pengen buka toko lagi di Jakarta dengan interior menarik dan lokasi yang strategis. Terus pengen ekspansi juga ke seluruh pulau Jawa dan Bali, bahkan luar negeri!” kata Adit Mahardika. Impian yang tidak mustahil untuk dicapai 16DS, termasuk menjadikan label ini sebagai brand clothing lokal berkualitas yang akan tetap eksis sampai kapan pun.


TWO DOOR CINEMA CLUB


VAMPIBOTS

Bagi Fariz Razi dunia film tidak bisa dipisahkan dari hidupnya, apapun yang terjadi. Teks : Khiva Iskak. Fotografi : Dok. Fariz Razi.

030

Dimulai dari keisengan Fariz menulis review film-film di Friendster dan bagian notes-nya Facebook, lalu ia menemukan sesuatu ide dalam menulis, yaitu keinginannya menjadi blogger. Baginya menjadi seorang blogger mempunyai keasyikan sendiri. Bisa menulis tanpa batas, ‘luas’, dan bervariasi, tetapi ia punya rem tersendiri untuk konten yang ia berikan, “Semua hal tanpa adanya borderline, pasti punya potential jadi dangerous. Kita sekarang hidup di dunia dengan globalisasi yang pesat banget. Menurut gue sih semua hal itu tergantung sama yang punya blog, dia punya kesadaran gak kalo konten yang bakal dia pake itu bahaya atau enggak,” cukup bijaksana untuk ukuran remaja berumur 18 tahun ini yang sedang merantau ke Surabaya untuk kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Kenapa menamakanya Vampibots? “Pas saat-saat gue buat nama itu, gue lagi suka banget sama serial novel tentang vampire bikinannya Darren Shan. Nah pas saat itu juga, gue lagi tergilagila sama Transformers. Jadi Vampibots itu maksudnya gabungan Vampire dan Robots haha..” kesenangnya akan memberi info membuahkan kerajinan akan terus meng-update film-film terbaru dan hal inilah yang membuat blog Vampibots tetap fokus di film saja. Walaupun ia akui, terkadang ia suka juga menulis hal berbau ‘curhat colongan’ hidupnya. “Arrogance aside, menurut gue, gue itu orangnya lumayan kreatif dan inovatif haha dan gue itu mungkin introvert, jadi itu yang bikin gue suka nulis hehe..” Sekali lagi ia akui untuk tahun ini ia jarang menonton film Indonesia, bahkan review di blog miliknya pun jarang diwarnai oleh film lokal. Menurutnya ada grafik penurunan pada film negeri sendiri. “Gue suka masih kesel film-film yang gak berguna dan bakal merusak moral bangsa masih terus diproduksi, bahkan animo penontonnya juga banyak. Kebiasaan sineas Indonesia yang suka latah atas suatu trend juga bikin males tiap kali pasti itu-itu aja genre yang dirilis,” jelas Fariz. Keadaan memang sedang memprihatinkan baginnya, namun ia tidak menyerah dalam berharap sineas Indonesia untuk terus berkembang untuk tahun ini. “Tapi walaupun gitu, gue masih tetep bangga sama sebagian

filmmaker lokal yang berusaha keras bikin film berkualitas sampai dibawa-bawa ke festival film di luar. Setidaknya, dari situ ada satu harapan yang membuat gue optimis kalo suatu saat nanti, yang megang perfilman Asia itu Indonesia.” Baginya film Hollywood memang masih memegang dengan urusan teknis, walaupun begitu, Hollywood sedang mempunyai latah tertentu untuk tahun ini menurut Fariz. “Kalo menurut gue sih, mereka masih seneng banget mengadaptasi. Mau adaptasi novel, komik ataupun grafik novel. Mereka juga masih terpaku sama remake dan sekuel. Yang gue noticed beberapa tahun ini dan kedepan, kayaknya reboot (merombak ulang suatu franchise) bakal jadi trend. Bermula dari Batman era Nolan, terus James Bond yang juga terasa lebih serius, ditambah lagi Spider-Man juga bakal di reboot dengan actor dan cerita yang bener-bener baru.” Satu hal yang ia sukai dari film eropa adalah keunikan dalam cara berpikir dan etniknya yang masih kental. Sedangkan untuk film Asia sendiri, ia suka film horornya Thailand dan untuk bagian Asia Timur ia memfavoritkan Tae Guk Gie-nya Korea Selatan dan Departure versi Jepang, baginya film tersebut sangat tear-jerker. Fariz pun sempat terpikirkan untuk meluaskan lagi informasinya dengan cara menemukan para sineas indie di daerah-daerah lain, sayangnya pencarian itu tidak cocok dengan waktu yang Fariz inginkan. Walaupun ia tahu banyak diluar sana sineas Indonesia yang belum tersentuh oleh radarnya. Mungkin blog Vampibots terkesan pilih-pilih, sebenarnya tidak, karena Fariz ingin memberikan yang terbaik agar pembaca juga tidak cepat berpaling. “Gue akan terus update dengan film-film baru dan juga film-film lama dan asing yang bisa jadi rekomendasi buat pembaca biar range film-film yang gue review lebih lebar,” memang ia tidak menjanjikan sesuatu yang signifikan tetapi dari kreatifitasnya blog tersebut membuahkan penghargaan. “Waktu itu pernah ada satu festival blog kecil-kecilan bikinan seorang movie blogger juga (Labirin Film Festival bikinan Labirin Film). Dalam acara itu juga termasuk award buat movie-blog-blog yang ikut berpartisipasi. Pas itu gue Alhamdulillah menang Blog Favorit. Yang nilai itu publik yang ngebuka halaman blog si penyelenggara. Gue waktu itu kaget juga bisa menang, soalnya gue gak pernah promosi apapun, soalnya gue awalnya udah pesimis duluan ngeliat blog-blog yang udah lebih advanced,” seru Fariz. Pemuda ini gemar menulis yang dimana menjerumuskan dirinya kedalam suatu wadah yang mencerahkan untuk nasib kedepannya, sekiranya itu apa yang ia harapkan dari semua ini. www.vampibots.blogspot.com .



goodwill

hunting Moran Atias bukan hanya seorang model dan aktris – ia berbicara dalam lima bahasa, didukung oleh kepala negara dan seorang humanitarian. Phew, apakah terasa panas di sini? Teks: Holly Siegel. Fotografer: Chloe Aftel.

Jarang sekali ada aktris yang muncul dalam pembicaraan antara dua kepala negara, tapi Moran Atias adalah artis tersebut. Tujuh tahun yang lalu, Atias – yang juga seorang model – adalah pembawa acara variety show di Itali, I Raccomandati, tapi tidak terkenal di negeri asalnya Israel. “Ariel Sharon, perdana menteri kami saat itu, mengadakan pertemuan dengan Silvio Berlusconi, perdana menteri dari Itali. Berlusconi, yang mempunyai semua jaringan televisi berkata, ‘Oh, kita mempunyai gadis Israel yang sangat hebat membawakan acara itu,’ dan sepertinya Ariel Sharon tidak mengerti apa yang Burlesconi bicarakan karena ia terlalu sibuk untuk mengetahui acara semacam itu,” kata Atias sambil mengangkat-angkat tangannya dengan aksen Italia di atas secangkir kopinya di SoHo Cafe. Seorang reporter Israel pernah menulis artikel tentangnya dan saat artikel itu menyebar, Atias langsung mendapat tawaran untuk acara Deal or No Deal versi Israel dengan hadiah utama 1.5 juta shekels. “Itu semua sangat menyenangkan,” ujarnya sambil menyeka latte foam di atas bibirnya, “tapi ada sesuatu yang hilang.” Atias kembali ke Itali, dimana ia mengejar karir aktingnya dan hidup yang ia sebut “La Vita Bella” (saat ini Atias berbicara dalam lima bahasa, dan tentu saja termasuk bahasa Italia). Tiba-tiba ia ingin memperluas karirnya lebih jauh, lalu ia berangkat ke Amerika – dimana keadaan menjadi tidak semulus hidupnya di Itali. Atias sempat mendapat peran dalam film Friday the 13th tahun 2009, tapi keluar dari proyek tersebut, “Itu hanya sebuah kesalahpahaman besar tentang apa yang seharusnya saya lakukan.” Berpikir untuk tidak mau bekerja lagi, Atias mengikuti audisi untuk spinoff dari film pemenang Oscar tahun 2004 Crash, karya Paul Haggis. Tim yang mengaudisinya sempat terhambat dengan minimnya pengalaman Atias di Amerika dan kemiripannya dengan artis yang telah dipilih untuk memerankan karakter lain di acara itu. “Saya tidak suka saat orang berbicara seperti itu. Tidak ada orang yang mirip dengan orang lain! Dan jika saya memang mirip seseorang, saya akan memotong rambut atau menyukurnya sampai habis atau mewarnai pirang,” katanya, “Lalu aku berpikir “Oh my God! Saya baru saja mengatakan kepada mereka bahwa saya mau membotaki rambut saya!’” Atias lalu mulai mendalami karakternya lalu mendapatkan peran tersebut, dan tidak perlu ada potongan apapun. Selain Crash, Atias tentu akan mempesona para penonton dengan aktingnya yang menawan di karya Haggis yang lain, The Next Three Days, dimana ia akan beradu akting dengan Russel Crowe, Olivia Wilde, dan RZA. Haggis memberikan Atias kesempatan untuk mengunjungi Haiti selama lima hari dibawah nama fondasinya, Artists for Peace and Justice, setelah gempa yang melanda di sana. Atias kembali dari Haiti sebagai duta besar IsraAID. Sebelum itu, semua kepala negara mungkin sudah tahu namanya.


033

stylist: beth hoppe. hair: steve mason menggunakan redken. makeup: valli o’reilly - zenobia agency. lokasi 5th and sunset studios, l.a. sweater camilla and marc, atasan diesel.


man vs. wild Seniman Quetzal Saunders tidak takut untuk mengotori tangannya. teks: Natalie Shukur. Fotografi: Backyard Bill.

034

Di daerah pinggiran sungai hamlet berjarak dua jam ke arah utara kota New York, pengrajin kayu bernama Quetzal Saunders sibuk membangun ‘utopia’ versinya sendiri. Beberapa bulan lalu ia meninggalkan gudang Long Island City yang disewanya selama 14 tahun demi membangun dan merenovasi sebuah rumah pedesaan abad ke-18 yang terletak di utara kota besar. Buah karyanya tersebar dimana-mana: sebut saja patungpatung besar terbuat dari kayu mengisi di tiap sela tanaman, sebuah patung wanita dari kayu tua berdiri di depan gudang seakan menjaga studionya, dan di dalam studio itu terdapat sebuah meja panjang kayu muda bertebarkan kupu-kupu diatasnya ditempatkan berhadapan dengan bingkai pintu bergrafiti - menjadi kenang-kenangan yang diperolehnya dari kota besar. Saunders tidak membatasi dirinya terhadap seni patung, artistik, dan desain furnitur saja. Bahkan sebenarnya, dia tidak menganggap ada batasan sama sekali. “Saya selalu memiliki keinginan untuk melawan otoritas, butuh kebebasan dan ruang gerak,” ujarnya ketika duduk disebelah perapian sambil memegang burger ditangan. Bayi perempuan yang baru lahir terlelap di keranjang ‘Moses’ tepat berada di kakinya. “Kebebasan adalah tujuan utama dari menjalani kehidupan.” Karya Saunders hadir dalam bermacam model, yakni bergaya natural, moderen, terkadang sederhana. Contohnya adalah mejameja dengan kompartemen rahasia “di dalam ini bisa digunakan untuk menyimpan remote control...atau cemilan setelah makan malam,” ujarnya sambil membuka laci dengan pegangan tali terbuat dari kulit. Patung buatannya juga terkadang hadir dengan sentuhan surealis yang seakan memaparkan kejutan kecil, seperti misalnya

miniatur figur wanita setengah telanjang tersembunyi dalam rumah burung. Patung ini hanya bisa jika dilihat dari sudut pandang tertentu. Jenis material yang digunakannya rata-rata terbuat dari kayu alami dan potongan besi bekas (yang didapatkannya dari gedung-gedung tua, atau satu ton batu lemping yang tak terpakai dan hanya dibuang oleh sembarang orang saat malam hari), dilucutinya dengan dipahat menggunakan gergaji - “semua bahan ini bisa dipakai untuk segalanya,” ujarnya. “Saya juga pernah mencoba untuk membakar bermacam material dan ternyata hasilnya mengagumkan, seperti menemukan cara baru untuk berkreasi” Untuk sentuhan terakhir, ia selalu menyebutnya sebagai tahap ‘Beauty and The Beast’, cara yang ia pelajari setelah terinspirasi dari karya milik Andy Goldsworthy, David Nash, dan Isamu Noguchi. Lahir di Montreal dan dibesarkan di New Jersey, Saunders dulunya merupakan seorang anak yang hobi memanjat pohon, memahat batu, bahkan bermain mandi lumpur (“Ibu saya orang yang kreatif dan ia membiarkan saya melakukan semua hal itu”) Tidak banyak yang berubah dari dirinya: hal ini terlihat dari banyak lecetan pada sepatu Dr.Martens-nya serta bekas luka di kaki yang didapatnya dari motor BWM kuno sebagai tanda bahwa ia punya jiwa petualang. Profesi lainnya adalah model - sebagai pekerjaan yang telah membawanya keliling dunia. Saat sempat hidup di kota Paris sebelum tahun 90an, Ia terjun dalam sekumpulan artis yang membuat dirinya semakin serius dengan dunia seni pahat. Projek selanjutnya adalah patung setinggi hampir 3,7 meter. “Untuk patung ini saya perlu memotong pohon yang besar sekali,” katanya. “Saya pun juga sempat berkhayal tentang satu bentuk bangunan pipih. Projek itu akan saya lakukan saat musim dingin nanti untuk diletakkan di tengah pelataran dibuat dari bahan-bahan perancah, dan nantinya saya juga akan tempatkan beberapa karya lain disekelilingnya.” Impian Saunders adalah dapat membuka studionya untuk umum dan dapat mengajak sebuah komuniti seniman lokal, tapi saat ini ia sedang sibuk mengurusi keluarga kecilnya sambil mengerjakan produk pesanan orang, hingga menyusun konsep untuk acara eksibisi. Hari ini, tiba-tiba saja, ada pikiran lain yang terlintas dibenaknya. “Kami akan mengadakan pesta api unggun,” berkata dengan senyum nakalnya sambil berjalan menuju bangunan terbuat tumpukan puing dan karton bir yang digunakannya membangun halaman rumput. ATAS: studio saunders; KANAN: karya dari koleksi “coatl”


DEFYING PERCEPTION Deta Unggul ingin menepis gambaran masyarakat akan ilustrasi horor selama ini. Teks : Khiva Iskak. Fotografi : DESChanel Darmodiharjo. Satu hal yang konsisten dalam kepribadian Deta ialah ia sama sekali tidak berpaling dari dunia seni gambar. Walaupun, ia sekarang, telah menjadi editor untuk salah satu majalah pria di Jakarta. Dan sebagai bassist pada band horor-punk rock-nya, Kelelawar Malam. Deta yang dulu menjalani kuliah bidang Desain Komunikasi Visual di ITB Bandung ini sedikit menyesal mengapa dulu tidak masuk kedalam jurusan seni patung tetapi justru bertolak belakang dengan apa yang ia idamkan selama ini. “Setiap hal, mau itu barang, manusia, binatang, ataupun sesuatu hal, mempunyai unsur seninya, jadi jangan bilang bahwa berkesenian itu hanya yang selama ini kita tahu saja,” Deta sangat tidak setuju bahwa segala bentuk seni itu dikotak-kotakan. Begitu pula pengaruhnya pada ilustrasi yang ia sering ciptakan. Baginya pembatasan dalam kreatifitas membuat otak buntu saja. Itulah alasanya ia suka sekali dengan tema horor. “Gue itu suka banget sama spesial efek, seperti efek di musik horor, visual horor, sampai ke creep show, seninya itu beda dan seperti stand out sendiri,” jelas pria yang pernah mendapat juara harapan B6 Award 2006 di Citra Pariwara ini. Deta menganut prinsip hidup the power of now, baginya hidup tidak perlu terburu-buru, hasilnya akan membuahkan warna tersendiri setiap individualnya. “Gue ini jalur hidupnya akan selalu underdog, dan gue sering kali merasa kalau gue ini “Born to be a loser” maka dari itu gue belum pernah merasa puas. Jadinya akan terus inovatif.” Begitu ditanya mengenai masa depannya seperti apa, ia justru menggelengkan kepalanya, “Masa depan itu dilakuin, bukan dipikirin.” Berbagai macam ilustrasi pernah Deta sentuh, namun untuk sekarang ia sedang fokus dengan cukil kayu atau wood cut dan memakai tinta Cina. Dulu percetakan menggunakan metode ini sebelum mencetak kedalam kertas atau bahan sekalipun. Jadi ia pun penasaran hingga menjalani cukil kayu sebagai kegemaran baru Deta untuk menyalurkan rasa seninya. Ilustrasi diatas kayu ini memang tidaklah mudah, perlu ketelitian dan ketekunan dalam

menyukil kayu tersebut. Niat Deta memang tidak bisa diurungkan lagi, karena ia ingin sekali melepas gambaran horor dari stereotip masyrakat. Bahwa horor juga bisa indah dan meaningful. “Menurut gue semua sisi harus realistis, kalau gak realistis, Cuma berakhir menjadi ide,” Jawaban itu terlontar ketika ditanya di sisi manakah seorang seniman harus menyentuh realita. Jawaban tersebut memang terbukti di dalam hidup Deta. Ia seorang editor-untuk memenuhi kebutuhan hidupnya- lalu ia juga pemain bass sekaligus vokal pada band Kelelawar Malam, tidak ketinggalan ia merupakan seorang guru gambar di Bintang Merah juga. Sebisa mungkin ia berkembang dengan apa yang ia cintai, karena menurutnya setelah lulus kuliah, ia sadar bahwa seni itu bukanlah suatu pekerjaan lagi namun sudah menjadi bagian hidupnya. “Inspirasi gue Ivan Bilibin (Russian Illustrator), Vladimir Favorsky (Russian woodcut artist), Rick Baker dan Stan Winston (special makeup effect artist)” walaupun ia mempunyai inspirasi segudang, ia tetap menekankan bahwa setiap seniman itu berbeda dan mempunyai cara tersendiri menyalurkan imajinasi mereka, intinya Deta tidak mau disamakan. It’s a personal thing. Deta sedikit tidak setuju ketika semua seniman mempunyai stereotip ketika berkarya harus ‘high’ dulu baru menyala ide kreatifnya, “Gue selalu high kok, nyari inspirasi atau ngga, even now,” tegas Deta. Santai, sedikit comical, dan laki-laki berprinsip merupakan ciri khas Deta yang menempel pada kesehariannya. Tetapi ketika ditanya mengenai penilaian orang Indonesia terhadap seni yang sepertinya ‘kurang’ dihargai ia justru menjawab “Gak perlu menyalahkan orang lain lah, berkaca aja dulu. Jangan banyak alesan, kerja!” satu hal yang ia tanamkan juga bahwa kesuksesan itu tidak akan didapat secara instan, secara santai ia menyatakan, “Semua orang itu berpotensi, tinggal tunggu aja saatnya.” Salah satu cita-citanya juga ia ingin membuat film. Menjadi sutradara dengan film yang ia ingin sampaikan secara idealis. “Karena kalau bikin film itu bisa menampilkan visual dari segi apapun, efek apapun, semua itu terwakilkan di sebuah frame kamera, and its amazing!” seru Deta. Jadi, sebenarnya seni itu mampu membiayai hidup walaupun banyak orang yang menentang akan itu-ini merupakan sebuah pertanyaan-lalu Deta memotongnya dan menjawab “Who said my art could make a living?”


FREE SPEECH Jangan salah, pendiri dari Loudmouth Press Gregory Ayres belum angkat bicara. Teks: Ari Messer. Fotografi: Ana Lorenzana

036

Setidaknya ada dua cara untuk melihat Gregory Ayres, pendiri dari Loudmouth Press ini. Di satu sisi ia adalah seorang kutu buku, pembuat kurikulum, seorang pria serius yang mempunyai ambisi tentang keadilan sosial untuk mempublikasikan LOUD, majalah aktivis terkenal untuk para murid dan guru, dan ia juga bekerja sebagai guru di sekolah negeri di New York selama lebih dari satu dekade. Di sisi lain, ia menunjukkan Greenpoint, orang Brooklyn yang suka bercanda dan mempunyai khayalan yang bersifat artistik dan seorang provokator yang tidak bisa dikekang. Saat mulai mendirikan Loudmouth Press, gabungan seni dan politik, Ayres tidak bermaksud untuk menerbitkan buku; ia mengira bahwa ini akan menjadi jalan untuk mencapai siswa lewat LOUD, social networking, dan dialog publik. “Lalu saya mulai berdiskusi dengan para pendidik, seniman, dan temanteman,” kata Ayres. “Kami mulai brainstorming dan melihat bahwa hal ini bisa lebih besar daripada ruang kelas.” Jika mereka memang menerbitkan buku, Ayres menginginkannya untuk lebih interaktif, tidak membosankan seperti buku panduan museum dan buku-buku tebal lainnya. ‘Keren,’ kata semua orang, tapi akan seperti apa nantinya? Ayres pun masih belum mengetahuinya. Lalu di tengah perjalanannya di sebuah pedesaan di Tennessee, ia menemukan ‘harta karunnya’ di sebuah gedung tua bobrok. “Saya kesana untuk mengunjungi teman lama saya. Billy Kaufman tinggal disana. Ia pernah menjadi artis besar di Los Angeles, lalu ia keluar dari kota dan dunia art. Ada ratusan papan kardus yang terpaku di dalam gedung tua tersebut – semacam kardus yang biasa dipakai pengemis,” cerita Ayres, terdengar sangat gembira.

“Semua itu terlihat sangat menakjubkan, dan ada reaksi mendalam di diriku ketika melihat semua papan itu dijadikan satu. Sepertinya Billy telah mengumpulkan semua papan kardus itu selama satu dekade!” Ayres akhirnya merasa bahwa karya Billy tersebut harus ia jadikan sebuah buku. “Saya menghubungi National Coalition for the Homeless dan memberi tahu mereka tentang ide tersebut, bagaimana itu semua bisa menjadi alat untuk meningkatkan kesadaran bagi koalisi.” Mereka menyukai ide itu dan mau untuk bekerja sama dengan Ayres. Hasilnya, Why Are You Surprised I’m Still Here?, masuk ke toko buku di bulan November kemarin. Ini adalah kombinasi bagus antara fotografi, tulisan, dan tidak lupa kutipan dari para pengemis. “Kutipan yang tersembunyi di setiap papan kardus itu adalah cerminan dari orang-orang Amerika yang telah hidup dalam kesusahan,” kata Billy. Why Are You Surprised I’m Still Here? sebenarnya bukanlah buku pertama yang diterbitkan oleh Loudmouth. Saat menandatangani kontrak dengan distributor buku, mereka diminta untuk menyantumkan inisial publik yang sedikit lebih..intens. Lalu Ayres menghubungi teman lama, seorang seniman dan guru, Carla Repice, yang pernah menggelar acara seni bernama The Office of Blame Accountabilty dengan Geoff Cunningham di tahun 2007. Ayres bertanya tentang gaya tersendiri “blame accountants” Jika mereka gagal dalam proyek mereka – dimana orang-orang akan bertanya siapa yang harus disalahkan,tetapi juga menandai peran mereka dalam masalah tersebut – ke dalam sebuah buku. The Office of Blame Accountabilty, yang keluar di awal tahun 2010, telah di promosikan lewat poster dan website (officeofblame. com), dan di balik kesuksesannya, Repice dan Cunningham telah banyak diundang ke berbagai pameran di seluruh negeri. Papan kardus dari Why Are You Surprised I’m Still Here? juga akan tur ke seluruh negeri sebagai pameran. Ini semua sejalan dengan bayangan Ayres: interaktif dan ruang kelas global dimana seni bisa diekspresikan secara bebas dan banyak bicara sangat dianjurkan.


setiap Sabtu dan Minggu akan ada performance dari bandband baru yang belum terkenal namun tampak menjanjikan. Ini memang usaha kita untuk mensupport kreatifitas anak muda Indonesia. Mereka tidak perlu menjadi selebriti dulu baru bisa tampil disini. If you have the talent, we got you.

Rockin’ Retailer

Freddie Beh, otak di belakang kerajaan Metrox ini memberikan gambaran besar tentang gebrakannya di 2011. oleh Rezaindra O. Fotografi: onik

Banyaknya sale yang digelar saat akhir tahun menjadi sebuah gempuran besar industri retail. Empat huruf tersebut mengandung magnet khusus bagi para shopaholic untuk mengosongkan dompet demi mencapai sebuah kepuasan lahir dan batin. Bukan suatu yang aneh bila industri retail memang memegang peranan penting dalam gaya hidup metropolitan. Sore itu, di dalam sebuah mall yang sebagian besar tenant-nya juga melakukan strategi marketing yang sama, saya janjian dengan seseorang di belakang layar suksesnya Metrox, sebuah perusahaan retail terkemuka Indonesia. Saat bertemu dengan Freddie Beh, sang Chief Creative Officer, kesan yang saya dapatkan adalah, ia seorang pribadi yang penuh dengan persiapan mantap. Sebelum memulai interview, dia meminta daftar pertanyaan saya dan mencatat dalam iPad-nya, dia ingin menjawab pertanyaanpertanyaan saya dengan penuh kesiapan. Inilah interview singkat saya dengan pria asal Singapura yang kini mendedikasikan

hidupnya untuk membesarkan industri retail tanah air.

pada tahun 2009, but the thing is Indonesians dont get it, yet. Setelah ada contohnya di MTV misalnya, barulah mereka tiru gaya tersebut. Orang Indonesia sebenarnya masih terlalu konservatif. Jika sebuah gaya terlalu ekstrim, mereka tidak akan bisa mengaplikasikannya. Jadi kita sebagai retailer juga harus sangat berhati-hati dalam membeli produk untuk dipasarkan disini. Secara keseluruhan sih, Indonesia tetap berada di posisi tiga teratas untuk fashion di Asia Tenggara bersama Thailand dan Singapore.

1. Bagaimana perkembangan Metrox di tahun 2010 ini? 2010 adalah tahun yang very fantastic untuk Metrox. I think we got very good result for most of our brands, tahun ini kita membawa Y3, Superdry, dan Spinelli ke Indonesia. Lalu setelah lima tahun terakhir kita menangani brand asal luar, tahun ini kita memulai brand kita sendiri yaitu The Little Things She Needs. Jadi di tahun 2010 ini, kita benarbenar melakukan hal baru dan kita juga mencoba bidang food and beverages. Hasilnya 3. Rencana Metrox di tahun pun memuaskan, kurang dari 2011? Kami mempunyai banyak sembilan bulan kita telah rencana besar di 2011. Kami membuka lebih dari enam akan memperkenalkan enam belas toko baru. sampai tujuh brand baru, termasuk Freddie-Freddie; 2. Apa pendapat Anda sebuah line sepatu dan aksesori tentang fashion anak muda untuk working womens yang Indonesia saat ini? Apa yang didesain dan diproduksi oleh menjadi tren dan apa yang kami sendiri. Sementara proyek sudah ketinggalan jaman? terbesarnya adalah, sebuah Menurut saya tidak ada Concept Department Store perubahan. Saya pikir anak di Kuningan City. Sebuah muda Indonesia mempunyai toko berukuran 2.500 meter keunikan tersendiri dalam persegi yang belum pernah selera fashion – selain mereka ada sebelumnya di Indonesia. juga banyak terpengaruh Department store dimana oleh majalah dan program buyer menentukan sendiri apa televisi. Contohnya di tahun yang akan kami jual, dan bukan 2010 ini, skinny jeans sudah ditentukan oleh pihak lain. Kami ketinggalan jaman karena juga menghadirkan berbagai semua orang beralih pada hal menarik yang terbagi dalam chino pants yang dilipat ke beberapa area. Selain itu, fokus atas dan menggunakan sepatu utama dari toko ini adalah boots. Sebenarnya, gaya ini menciptakan sebuah tempat sudah menjadi tren di Jepang pertemuan yang menghibur. Jadi

Y3 Plaza Indonesia, salah satu konsep

store

dari Metrox

4. Pendapat Anda tentang banyaknya desainer lokal yang kini bermunculan, apakah ini sebuah ancaman untuk perusahaan Anda? Sebenarnya tidak ada dampak untuk perusahaan kami, karena kami tidak fokus pada fashion saja, tapi lebih kepada perusahaan komersil. Kami membawa brand internasional ke Indonesia dan menghasilkan produk dalam jumlah besar, sedangkan desainer lokal biasanya membuat produknya lebih terbatas. Cara kita beradaptasi adalah, dengan tidak melihat para desainer lokal itu sebagai kompetitor, tapi bagaimana kami bisa bekerja sama untuk berkolaborasi. Mereka punya desain bagus dan kita punya jaringan kerjasama yang luas. Inilah yang seharusnya retailer di Indonesia lakukan. 5. Sejauh mana kepedulian Anda untuk kemajuan Indonesia? Saya pribadi sangat menyukai negara ini. I love Indonesia, orang Indonesia itu sangat suka bersosialisasi, dimana hal ini sangat memudahkan Indonesia untuk mengadaptasi maupun menerima sebuah ide. Jadi menurut saya, ini adalah keuntungan tersendiri sebagai orang asing yang bekerja di industri retail, dan saya juga berniat untuk terus memajukan Indonesia di bagian ini. After all two thumbs up for Indonesia


get this: Collaboration

THAT’S SWELL

Ketika Thomas Meyerhoffer mengambil rehat dari perusahaanya lima tahun yang lalu, ia menukar setelan kantornya dengan wetsuit. Tak ada lagi lampu kantor, yang ada hanyalah cahaya fajar. Hasilnya, desainer asal Swedia yang pernah bekerja untuk Nike dan Apple ini pun menciptakan The Meyerhoffer. Yaitu, inovasi terbaru untuk papan selancar versi panjang dengan bentuk seperti hourglass, dan baru-baru ini ia memenangkan penghargaan bergengsi dari Australian Design Award. ALI HOFFMAN

Monster x Disney x Daft Punk “TRON: Legacy” Headphones

Banyak headphone yang muncul tahun 2010 lalu, tapi headphone kolaborasi dari Monster, Disney, dan duo Daft Punk ini akan menjadi sorotan untuk awal tahun 2011. Kerja sama ini menghasilkan dua pasang premium headphones dengan desain TRON, tersedia dalam warna putih dan hitam. Must have item for music lovers! www. monstercable.com

Bagaimana caranya kamu menciptakan papan tersebut?

Saya telah bekerja untuk proyek ini dalam waktu yang lama. Saya biasanya menyebut mereka papan “seni” guna memberi saya ruangan untuk terus berlatih.

GOOD SPORT NE WS 038

Estetika Zenerobi dapat terlihat dari dua pelanggannya yang paling dikenalPangeran William dan tim Rugby asal Australia, Qantas Wallabies. Sporty sekaligus preppy, brand berbasis di Sydney ini diluncurkan tahun 2002 oleh Leith Testoni dan Jonathan Yeo, dimana mereka memutuskan untuk menjadi desainer setelah memperhatikan “Seorang pria di klub memakai baju yang buruk tetapi sukses berkenalan dengan seorang wanita seksi.” Hal semacam itulah yang merupakan awal hubungan Testoni dan Yeo, kini Zanerobe dapat dilihat berkembang secara pesat ke seluruh dunia. Apa yang membuat Zanerobe sangat sukses ketika banyaknya label menswear di Australia berada dalam pasar yang sudah kacau? “Kami sangat memperhatikan kualitas,” Yeo menjelaskan. “Kami berdua tumbuh dengan berbagai jenis olahraga, jadi itu sangat berpengaruh untuk kami. Dan pada akhirnya, masyarakat akan memperhatikan detail pada produk Anda.” PAUL BUI Zanerobe.com

APAKAH KAMU MENGANGGAP DIRIMU SEBAGAI, desainer, penemu, atau seniman?

“Desainer” adalah kata yang paling tepat. karena saat ini saya tidak menciptakan suatu hal yang baru, Saya hanya membuat kreasi baru dari sesuatu yang sudah ada. APA PENDAPATMU TENTANG PARA SURFER? Para surfer memang memiliki fisik yang bagus, tapi mereka harus tetap memperhatikan penampilan. Surfer kelas dunia adalah seniman di air.

GEAR HEAD

“Seperti apa yang Eddy Merckx katakan, ‘Hidup tanpa gairah sangatlah hampa’.” Begitulah kesimpulan introduction buku baru karya Guy Andrew, The Costum Road Bike (Lawrence King). Namun quote tersebut akan kurang berarti jika kamu tidak mengenal siapa Eddie Merckx. Setelah saya Google, ia ternyata merupakan orang yang berpengaruh di dunia sepeda-tetapi jangan takut, karena pembaca tetap akan menemukan banyak hal yang menarik diantara fakta nerdy tentang sepeda. Diantara lain, buku ini memiliki 250 ilustrasi berwarna, walau sebenarnya

ilustrasi yang ditampilkan merupakan gambar yang umum (seperti gambar tape stang), namun hal tersebut akan menarik jika dilihat secara keseluruhan, seperti hasil akhirnya, yaitu sepeda yang telah selesai dirakit. Dan Andrew menulis berbagai hal tentang perakitan sepeda. OK, saya tahu itu semua terdengar dorky, namun buku ini lebih seperti sebuah manual dibandingkan buku coffee table yang ‘rapih’, buku ini komprehensif, dan kamu tidaklah harus membaca setiap halamannya, pilihlah bab mana yang kamu butuhkan. Apakah kamu telah mencari-cari derailleur yang sempurna? Buku ini menjawab secara singkat: “Apabila kamu memiliki bingkai karbon, kemungkinan besar kamu tidak memiliki brazedon front derailleur boss.” Eddy Merckx pasti akan mencintai setiap kalimatnya. LUKE CRISELL

J.CREW MEN’S STORE

fotografi zanerobe oleh aliya naumoff. stylist: charles manning. grooming: brandy mcdonald. model: michael elmquist dari dna. lokasi : bedlam, ny. pakaian zanerobe, sepatu the generic man. thomas meyerhoffer oleh nick allen.

Nixon x Beastie Boys Time Teller P Kolaborasi menarik dari Nixon dan Beastie Boys ini berhasil menghasilkan jam tangan dengan empat warna menarik untuk Time Teller P yaitu merah, hijau, biru dan putih. Hanya dua puluh global retailers beruntung yang akan menjual jam tangan ini dengan stok empat buah saja dalam seminggu! www.nixonnow.com

The Hundreds x Garfield Label yang berasal dari California, The Hundreds bergabung dengan Jim Davis dan Garfield untuk koleksi terbaru mereka di awal Desember kemarin. Produk yang dihasilkan pun sangat beragam, mulai dari kaos, jaket, topi, skateboard, sepatu, hingga bantal dan gelas. www. thehundreds.com

atmos x Dr. Martens 8 Eyelet Boots

Dengan kepopuleranya yang semakin mendunia, Dr. Martens kali ini berkolaborasi dengan Atmos, untuk 1460 8 Eyelet Boots.Tersedia dalam warna hitam yang terbuat dari premium leather dan tidak lupa jahitan khas Dr. Martens yang berwarna merah di mid sole-nya. www.rakuten.co.jp


Alternative Ego

Album kompilasi yang satu ini akan menjadi pilihan yang tepat untuk yang berjiwa muda dan cutting edge. Lagu-lagu yang dihadirkan bagai soundtrack untuk hidup yang kreatif serta up to date. Dibuka dengan lagu “Is It Any Wonder” dari Keane, album ini langsung menunjukkan deretan lagu yang menarik. “Sweet Disposition” milik The Temper Trap melanjutkan pembukaan album ini. Band yang baru tur tiga kota di Indonesia ini albumnya memang cukup langka di pasaran tanah air. Kompilasi ini akan jadi solusi bagi anda yang cinta dengan hits tersebut. Komposisi alternative rock yang sudah menjadi anthem juga mengisi deretan lagunya seperti “Celebrity Skin” -nya Hole, “In The Shadow” dari The Rasmus hingga lagu grunge klasik dari Soundgarden dengan “Black Hole Sun”. Tidak Cuma memanjakan dengan hits-hits era tersebut,

ada juga lagu-lagu yang menyegarkan seperti “Dirty Little Secret” dari All America Rejects, atau komposisi terkini dari Florence & The Machine dengan lagu “You’ve Got The Love”. Jajaran artis lain yang mengisi album ini tidak kalah seru seperti Bloc Party, Queens of The Stone Age, The Cure, Weezer,Fall Out Boy, Marilyn Manson, Thursday, Tokio Hotel, Anberlin hingga Dashboard Confessional. Album yang terdiri dari 36 lagu dalam 2 CD ini seakan memberi gairah baru pada deretan musik dengan hadirnya berbagai hits yang sulit ditemui albumnya. PONDRA NOVARA PRIYONO.

FROM LEFT: ferragamo world, camper to&ether, 3.1 phillip lim, and helm.

Gentlemen’s Agreement Tak ada lagi aksesori unik, kaos dan jeans ukuran besar, juga sneaker menyolok yang identik dengan mereka. Selebriti hip-hop dan R&B kini tampil lebih rapih dengan setelan formal layaknya seorang pria sejati. November kemarin, artis hip-hop Jay Z terlihat mengenakan sebuah setelan two button peak lapel dan kemeja putih dari Gucci pada peluncuran bukunya Decoded di New York Public Library. Sementara itu pada acara pembukaan Gucci Tyson’s Corner di McLean, Virginia, John Legend yang menjadi host, menggunakan setelan two button peak lapel warna abuabu, kemeja putih, dasi sutera warna lilac dan sepatu lace up bahan kulit warna hitam. They looked different yet still stunning and stylish! REZAINDRA O.

Industrial Infusion It’s here! Setelah lebih dari 20 tahun menjadi merek pakaian kasual kenamaan dunia, akhirnya DKNY Jeans resmi menyapa penggemarnya di Jakarta. Berlokasi di Plaza Indonesia extension, flagship store pertama mereka di Indonesia ini tampil dengan spirit New York yang penuh semangat dan berenergi. Konsep tokonya memang terinspirasi dari suasana kawasan industrial Meatpacking District di NY, terlihat dari detail interiornya seperti penggunaan aksen dinding bata dan kerangka baja warna putih, rantai besi, hook, pipa air, hingga pencahayaan seperti di pabrik. Dilengkapi penambahan logo DKNY JEANS bergaya yellow cab sebagai sentuhan akhir yang bertujuan untuk menegaskan esensi dari merek ini. REZAINDRA O.Plaza Indonesia Lt. 2, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat

foto cover midnight diaries: milik universal music indonesia, gucci: milik gucci, dkny jeans: milik dkny jeans.


get this: trend setter

Eastern Pride

All in ONE NE WS 040

Bagi Anda penggemar local brand pasti sudah banyak mengetahui keberadaan department store satu ini. Setelah berhasil dengan Brightspot Market yang telah menarik sekitar 41.000 pengunjung pada tahun 2009 kemarin, the Goods Dept. akhirnya hadir di Plaza Indonesia dengan banyak local brand yang pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dengan luas 1066 meter persegi, disini kita bisa menemukan berbagai produkproduk karya anak bangsa mulai dari pakaian, jeans, aksesoris, furniture unik, kamera, sampai sepeda. Tidak lupa brand streetwear internasional yang menambah kelengkapan department store ini, sehingga bisa menjadi one stop shopping bagi Anda para pecinta fashion. Tempat ini pun bisa sangat fungsional sehinga bisa digunakan untuk acara seni, fashion, bahkan film. Tapi jangan khawatir, Brightspot Market akan tetap diselanggaran untuk beberapa bulan ke depan dengan banyak desainer baru yang bermunculan, sehingga bisa dipastikan produk lokal akan mulai mendominasi dan membuat kita bisa mencintai produk buatan Indonesia! MENTARI OFELIA.Plaza Indonesia Extension Lt. 4 #14.

Jadi anak muda yang men-support produk lokal memang hal yang membanggakan, tapi bukan berarti kita bisa asalasalan dalam memilih produk tersebut. Produk lokal tetap harus memiliki kualitas yang dapat disejajarkan dengan brand dari luar negeri, apalagi jika berhubungan dengan denim. Maka Easton adalah jawabannya! Berbekal sebuah keyakinan bahwa: denim memiliki nilai ‘suci’ bagi setiap penggunanya, maka The Squadra (tim asal Bandung yang berada dibalik brand ini) secara serius menyuntikkan ideide segar mereka dalam menggarap Easton menjadi label premium denim asli Indonesia. Setelah menuai banyak review bagus dari dalam dan luar negeri, akhir tahun 2010 kemarin Easton kembali meluncurkan serangkaian koleksi denim terbarunya. Mulai dari jeans berpotongan skinny, straight, boot cut, hingga denim jacket model original dan parka yang masuk dalam kategori must have items. Bahan berkualitas, cutting yang pas, serta finishing yang tepat selalu menjadi bagian penting dari setiap produk Easton. Kunjungi on line store-nya di thisiseaston.com atau langsung kunjungi the goods dept. untuk melihat keseluruhan koleksinya. It’s worth to use Easton! REZAINDRA O.

Outlier Hunting Cycling Cap

Bagi Anda penggemar sepeda topi ini bisa sangat berguna baik dikala hujan, panas atau hanya sekedar untuk bergaya. Terbuat dari wol yang berasal dari Swiss, topi ini sangat tahan air, dan lengkungannya yang pas untuk menutupi wajah Anda dari sinar matahari. Wolnya yang tebal dan bentuknya yang minimalis membuat topi ini bisa dipakai tanpa takut ketinggalan jaman. www.coolhunting.com

Shwood Ashland Aviator Sunglasses

Wooden sunglasses? That’s right! Schwood mengeluarkan kacamata aviator baru dengan framenya yang terbuat dari East Indian Rosewood dan lensa polarized membuat kacamata ini berbeda dengan yang lainnya. Menggunakan hasil alam untuk fashion, pretty awesome! www.shwoodshop.com.

Happy New Feet Kesuksesan Amble dengan koleksi Past and Futurenya di pertengahan 2010 mengiring label sepatu lokal ini untuk menyambut 2011 dengan sesuatu yang baru, Memang tidak baru

fotografi the goods dept: khiva iskak. amble: embang triwardhana. easton: milik easton

sepenuhnya, tapi kini kita bisa mendapatkan beberapa hot items mereka dalam ragam pilihan warna yang berbeda. Model Chopper yang baru terbuat dari pull up leather warna cokelat tua, Anvil dibuat dari nubuk leather two tone, dan Beast dari bahan suede kini hadir dalam warna abu-abu. Selain model, Amble selalu mengutamakan kenyaman dan kualitas dari setiap produknya. Bagian dalam sepatunya dilapisi lamb skin halus yang memungkinkan kaki untuk tetap bernafas lega, begitu juga sol-nya yang terbuat dari karet khusus yang memberi rasa nyaman ketika kita berpijak. Bayangkan betapa tidak asiknya sebuah sepatu dengan model keren namun berpotensi untuk mengakibatkan lecet pada kaki kita, sementara Amble Footwear bisa digunakan bahkan tanpa kaos kaki! Kunjungi amblefootwear. com untuk detail lengkap mengenai koleksi hebat ini! REZAINDRA O.

Trilly and Truly “Overthrown Junta” Leather Jackets by Lupe Fiasco

Lupe Fiasco bersiap-siap untuk mengeluarkan koleksi premiumnya dibawah label Trilly and Trully dengan nama “Overthrown Junta”. Dengan dua koleksinya – leather biker jacket dan biker vest., membuat kami langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Untuk para pecinta fashion, ini harus berada di urutan pertama Anda! www.trillyandtruly.com

adidas Originals Nizza Hi Lux Fur

Mungkin ini adalah koleksi Adidas yang paling kontroversial setelah koleksi dari Jeremy Scott. Mid top sneaker ini tersedia hanya dalam warna hitam dengan bulu-bulu yang menghiasi bagian belakang sepatu. Diluncurkan musim semi 2011, sepatu ini sangat patut ditunggu. www.crookedtongues.com


Remembering Arthur

HOMECOMING KING MUNGKIN BAGI SEBAGIAN BESAR anak muda Jakarta kedatangan grup band asal Australia ini membawa euphoria yang melebihi kepulangan Mr. Barry Obama bulan November kemarin. Temper Trap memang dikategorikan ‘pulang kampung’ mengingat vokalisnya Dougy Mandagi warga asli keturunan Manado. Kesuksesan mereka mengusung musik epic alternative rock di kancah musik dunia bagaikan sebuah kemenangan yang diraih dalam sebuah peperangan. Ini waktunya untuk membuktikan kehebatan mereka secara langsung bukan dari Internet, TV, ataupun lewat sebuah film. Sukses membawa Cut Copy dan Bebel Gilberto, Ismaya Live kembali menunjukkan kehebatannya dalam menyuguhkan music gig yang fresh, impresif, dan memorable dengan mendatangkan Temper Trap langsung dari London. Selama tiga hari berturut-turut di Bali, Jakarta, dan Bandung, mereka berhasil mengobati kerinduan penggemarnya di Indonesia. Berlokasi di Tennis Indoor Senayan, penampilan mereka di Jakarta dibuka oleh opening acts yang tidak kalah hebatnya. Dari dalam negeri, Efek Rumah Kaca berhasil membuka konser dengan sukses! Diikuti oleh‘kegilaan’ seorang James Yuill dalam meramu

instrumen-instrumen yang dimainkannya seorang diri. Sebuah pertunjukkan yang spektakuler. Dua performance tadi mengiring penonton mencapai klimaks, yaitu ketika Temper Trap beraksi. Dougy atau yang akrab dipanggil Abi, bersama Jonathon – Bassis, Lorenzo – Gitaris, dan Toby - Drummer sukses menyihir dan membuat penonton ikut bernyanyi. Selain performa dan kepiawaian bermusik, karisma dari personilnya, terutama Dougy memang seperti magnet bagi setiap mata yang menyaksikan. Padahal ia cenderung kurang berinteraksi dengan penonton, entah karena ia tipe rock star yang cool atau ia tidak PD lagi dengan kemampuan berbahasa Indonesianya. Itu semua tidak menjadi antiklimaks, Temper Trap berhasil membuat euphoria penonton tetap terjaga hingga encore berupa perkenalan single terbarunya. Tidak mengherankan bila grup band yang banyak mengisi soundtrack film, serial tv ( 500 Days of Summer hingga 90210) dan iklan komersil ini sukses meraih banyak penghargaan musik dunia. Satu lagi musisi tanah air yang telah berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah musik internasional. Salute! REZAINDRA O.

We are so lucky! Untuk pertama kalinya Indonesia juga ikut merayakan Guinness Arthur’s Day yang sebelumnya telah diadakan di Dublin, KL, dan beberapa kota di AS dan Eropa. Berlokasi di Ouval Plaza - Epicentrum Walk Jakarta, selain venuenya menarik, event ini merupakan konser musik pertama yang menggunakan online electronic Wooz. In yang berfungsi untuk mengidentifikasi pengunjungnya hingga menampilkan status Twitter

mereka di video wall. Event yang diadakan pada tanggal 4 Desember 2010 ini sukses memuaskan ribuan crowd yang datang. Ditambah lagi line up spesial yang disuguhkan oleh brand minuman internasional ini, mulai dari 10 band lokal yang mengikuti Bold Chemistry Band, Superman is Dead, Pure Saturday, Rivermaya dan tentu saja Lifehouse. Semuanya berhasil mengenang warisan dari Arthur Guinness dengan penuh kegembiraan. REZAINDRA O.

POPPING THE GLOCK

10 Desember lalu ThreeSixty Entertainment membawa salah satu wanita Perancis, Paris yang berpengaruh di kancah dunia musik elektro-pop, Uffie. Bersama Ed Banger Records, ia meliris-penantian lama- album perdana ‘Sex Dreams and Denim Jeans’ di bulan Juni 2010. Uffie, yang merayakan hari kelahirannya pada Sudirman Secret Garden Party itu mendapat antusias yang sangat besar. Of course, dengan kebiasaan genitnya dan selalu mengumbar bahasa ‘kasar’ ini mengguncang crowd meloncat bersama dengan pembuka lagu ‘MCs Can Kiss.’ Selama Uffie melantunkan lagu, crowd seperti terbius, bagaimana tidak, sepertinya Uffie tidak pernah mau kesepian diatas panggung, ia mengajak crowd untuk bergabung dan bergoyang di atas panggung. Untungnya lagu-lagu kebangsaan Uffie seperti ‘Pop the Glock’, ‘Add Suv’, dan ‘First Love’ dimainkan. Setengah jam berlalu, sayangnya-entah kenapa-ia turun panggung dan selesai sudah. Ternyata ia terkena food poisoning dan she’s a little bit drunk. Disayangkan crowd terkena tanggung namun setidaknya wanita berdarah Miami, Florida ini mau datang. KHIVA ISKAK

fotografi temper trap: rezaindra o. fotografi arthur’s day: atri siregar. fotografi uffie: deschanel darmodiharjo.


GET THIS:

(grooming)

L’Occitane Verdon Refreshing Face Splash Rp. 230.000

easy does it space invader:

all japanese

NE WS 042

Walaupun jauh dari keramaian, Shunji Matsuo by Hisato salon yang terletak di Darmawangsa Square ini bukan berarti sepi pengunjung. Justru itu adalah tantangan tersendiri bagi Hisato Suzuki, asisten dan stylist terbaik yang dipilih langsung oleh Shunji Matsuo, untuk mendirikan salon ini di Jakarta. Dibuka pada Juni 2010 kemarin, Shunji Matsuo by Hisato tidak hanya menawarkan perawatan rambut untuk perempuan saja, namun tersedia pula perawatan dan potong rambut untuk lakilaki terutama bagi mereka yang tertarik dengan Japanese style. Banyak kelebihan dari salon ini yang tidak bisa disamakan dengan salon lainnya di Jakarta. Selain memakai peralatan dan produk rambut terbaik Jepang Arimino, dua top stylistnya, Sugai Shunsuke dan Subasinghe Yuta, diterbangkan langsung dari Jepang untuk menjadi penata rambut di salon ini. Bahkan Anda bisa meminta langsung kepada Hisato Suzuki untuk menggunting rambut Anda – dengan harga yang berbeda tentunya. Salon ini bisa menjadi pilihan yang pas bagi penyuka gaya Jepang, karena disini Anda bisa berkonsultasi langsung dengan para stylist untuk rambut yang sedang tren di Jepang saat ini – atau bagi Anda yang hanya ingin merawat rambut, teknologi di salon ini dijamin tidak akan mengecewakan Anda. MENTARI OFELIA. Dharmawangsa Square 2nd Floor unit 38-40, Jl. Dharmawangsa VI & XI, Jakarta Selatan.

fotografi shunji matsuo, hisato salon oleh mentari ofelia

“Banyak produk laki-laki yang hanya dikemas ulang dari produk perempuan, dan persepsi yang salah membuat mereka tidak mau membeli produk tersebut karena pesannya terlalu feminin.” ujar veteran kesehatan dan perawatan, Brian Lau. Tahun lalu, Lau meluncurkan Bread&Butter, produk perawatan khusus untuk pria dengan alasan yang simpel: “Ini semua yang laki-laki butuhkan dan tidak ia butuhkan.“ Dengan penawaran bagus dan distribusi sampai keluar Toronto, Bread&Butter benar-benar sesimpel namanya. Bahkan kamu tidak perlu meninggalkan rumah untuk mendapatkan produk ini.Dikemas dengan desain yang bagus, botol yang mudah dibawa-bawa, Bread&Butter tersedia dengan cara berlangganan; dengan mendaftar, kamu akan mendapat sabun pencuci muka, pelembab kulit wajah dan lip-balm (saat musim dingin) untuk enam bulan –sampai pengiriman berikutnya tiba. Seluruh produk Bread&Butter tidak mengandung parfum sama sekali. Terbuat dari bahanbahan alami dan tabir surya dengan pelembap kulit wajahnya yang berbahan dasar mineral, adalah satu-satunya produk pria yang telah diberikan lisensi dari Health Canada sebagai Natural Health Product. Bread&Butter cukup mudah didapatkan, itu yang membuat produk ini mendapatkan banyak penggemar bukan dari Amerika Utara saja, namun dari seluruh dunia: “Kita mempunyai pelanggan di Afganistan,” kata Lau. “Dia adalah tentara Amerika.” BENJAMIN LESZCZ. Breadandbutterskincare.com

the anthology Karakteristik kita terkadang masih menjadi misteri. “Who am I? Who do I want to be?” adalah pertanyaan yang pasti sering ditanya. Sebagai label yang mewakili kaum urban masa kini, D&G menyadari hal itu dan memberikan jawabannya dengan meluncurkan dua koleksi parfum untuk laki-laki, #1 Le Bateleur dan #6 L’Amoureux. Campuran white cedarwood dan juniper berry di #1 Le Bateleur menjadikannya begitu light, simpel dan klasik, cocok untuk mereka yang aktif, playful dan penuh semangat. Wanginya yang ringan dan

Kandungan essential oil peppermint dan spring waternya membuat produk ini menjadi face splash 2 in 1 yang mampu membersihkan, melembabkan, dan memberikan kesegaran pada kulit wajah sepanjang hari.

Biotherm AQUAPOWER Oligo Thermal Ultra Moisturizing Care For Normal Skin Rp. 230.000

Moisturizer ini mempunyai kandungangan mineral cukup tinggi yang membuat kulit lembab dan vitamin C, D dan E yang juga menutrisi kulit dan membuatnya tetap sehat. Tekstur gel yang ringan, mudah menyerap dan tidak lengket di kulit cocok untuk digunakan sepanjang hari.

Bliss Vanilla + Bergamot Soapy Suds RP.180.000

tidak menyengat juga menjadikannya pilihan pertama untuk parfum musim panas. Berbeda dengan #6 L’Amoureux cocok untuk mereka yang romantis dan tenang dan mampu menarik perhatian dengan aromanya. Kandungan bergamot, juniper, dan pink peppernya memberikan wangi yang classy, fresh dan tahan lama. Wanginya juga terkesan unisex dengan wangi maskulin yang lebih dominan, membuat parfum ini tidak memerlukan waktu lama untuk mendapat lirikan dari perempuan. MENTARI OFELIA

This is a great bath and shower gel that has a great masculine scent! Campuran vanila dan bergamotnya menghasilkan wangi segar dan tidak lupa kandungan vitamin E yang membuat kulitmu halus.

Kiehl’s Ultimate Man Body Scrub Rp. 130.000

Sabun sekaligus scrub yang dibuat dari Bran dan Oatmeal ini membersihkan sekaligus mengangkat selsel kulit mati terutama pada area siku dan tumit. This is a must-have for any guy’s morning ritual..


(grooming)

THE BIG BANG

Dalam pembuatan BANG, parfum pria pertamanya setelah 10 tahun , Marc Jacobs tidak mau hanya menjual gaya hidup. “Saya melihat beberapa iklan parfum dan ada seorang pria dengan keluarganya – mereka seharusnya membuatmu percaya bahwa dengan membeli parfum ini, kamu adalah bagian dalam gaya hidup tersebut,” ujarnya. “Ini tidak seperti, saat kamu membelinya (Bang) kamu akan menjadi keren dan terkenal: ini hanyalah sebuah kreasi. Kau beli karena kau menyukainya.“ Mengenakan rok pendek ala Skotlandia, sepasang boots dari Dr. Martens, dan tato A Bros Before Hos menghiasi lengan kirinya, Jacobs bercerita pada saya tentang bagaimana ia

mendapatkan ide tentang Bang saat ia sedang merokok di showroom-nya di Spring Street, New York. “Saat kami mulai membicarakan tentang parfum ini, saya sangat tekun dan keras kepala tentang gagasan bahwa ini harus menjadi sesuatu yang akan saya pakai nantinya.” Dengan parfum pria terakhirnya yang menggunakan bahan dasar daun ara dan jahe, Jacobs mengambil jalan yang berbeda untuk Bang. “Saya tidak suka wangi citrus pada parfum pria; saya lebih suka wewangian yang musky dan kaya akan rempah. Aku suka yang membosankan dengan wangi menyengat seperti pepper.” Maka dari itu, ia membuat parfum ini dengan campuran dari tiga jenis pepper

dicampur dengan musky white woods yang menghasilkan wangi maskulin. Ciri lama Marc Jacobs yang penuh dengan keindahan, selalu tertangkap oleh kamera Juergen Teller dan tidak terkecuali untuk iklan Bang. Tapi sekarang, ada elemen baru yang ditunjukkan: Jacobs sendiri yang muncul dalam iklan ini, telanjang kecuali botolnya yang terletak diantara kedua kakinya. “Kebanyakan iklan parfum pria saat ini menggambarkan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan saya,” kata Jacobs. “Saat saya meneliti apa yang sedang tren di market parfum pria, kebanyakan dari mereka menujukan parfum tersebut untuk seseorang yang tidak saya tahu. Bang tidak menggambarkan tentang

Wewangian baru dari Marc Jacobs ini sangat eksplosif. TEKS: Stefan M arolachakis. Ilustrasi: Jacqui Oakley.

kehidupan atau cita-cita. I’m not a three-piece suit. Ini hanya sesuatu yang kami buat.” Saat membicarakan tentang desain dari botol parfum ini, Jacobs berkata, “Saya terinspirasi dari gaya modern tahun 70an, karya desainer Amerika Paul Evans dan desainer Perancis Maria Pergay. Mereka banyak menggunakan metal.” Ia sempat datang ke pameran John Chamberlain – pematung yang terkenal suka menggunakan auto parts ini adalah idola Jacobs – dan hasilnya adalah botol yang terlihat kokoh seperti pahatan dari metal yang telah di palu sampai dalam oleh logo Marc Jacobs. Terlihat kuat namun seperti masih bisa di tempa, solid yet dynamic. “Memilih

sesuatu yang cukup klasik dan simpel itu terasa sangat normal.” Ujarnya. Perasaan seperti itu sepertinya cocok dengan penampilan artistik Jacobs. “Karya seni favorit saya adalah L.H.O.O.Q dari Marcel Duchamp. Itu adalah lukisan monalisa dengan kumis. Ada sesuatu tentang menyatukan apa yang telah lama kita hormati dengan sesuatu yang baru. Itu seperti respek dan tidak respek dalam maksud yang benar di waktu yang bersamaan.” Marc Jacobs Bang, Rp. 750.000, 3.4 oz


(the chow)

SPACE INVADER:

Sabang 16

NE WS 044

Tempat ini sangat cocok untuk para escapist orang Jakarta yang lelah akan berburu kedai kopi seusai kantor karena selalu saja penuh. Belum lagi masalah kedai yang terlalu ramai dan berisik. Sabang 16 menawarkan atmosfir yang berbeda. Kennedy Muslim bersama dua partnernya membuat kedai mereka dengan ruangan yang tidak begitu luas namun begitu masuk, akan merasakan kedai ini seakan muat lebih dari 50 orang. Nuansa kedai diawali dengan aroma tempo dulu atau kota tua sabang-itulah mengapa mereka memilih tempat di sabang-dari warna, sofa, dan segala pernak-pernik termasuk fotopun dibuat seakan kita masuk kembali kedalam tahun 50an. Jangan lupa, ketika duduk, segera pesan kopi tetes-secara penyajian- ala Vietnamnya serta srikaya toast yang renyah. Secara Sabang 16 mempunyai enam kopi robusta premium, yang dimana Sabang 16 di claim dari distributor sebagai penyuguh kopi Papua Nabire untuk pertama kalinnya. Begitu pula juga dengan kopi Sidikalang dari Sumatra Barat yang kopinya khas orang medan yang jarang ada di Jakarta. “Kami hanya ingin mengedukasikan pasar untuk dapat menikmati kopi premium setiap saat dengan harga terjangkau,” kata Kennedy, maksudnya? Yes, harga dari kedai ini terbilang murah, dari 16 ribu hingga 25 ribu saja. “Kita juga tidak memakai mesin espresso, kita sangat tradisional, cukup memakai mesin giling saja,” antusias Ken. Kurang apa lagi? khiva iskak JL. SABANG 16B

ITALIAN CHEESE DOES IT BETTER Jangan mengaku suka pizza kalau belum mencoba yang satu ini, terima kasih kepada Luna Negra. SUPAJI SANG KOKI pizza yang pernah mendapat nominasi untuk inovasi pizza dengan rasa baru di perkumpulan pizzamaker dunia Artha Gading, ia sangat piwai dalam membuat makanan khas asal Italia itu. Bagaimana tidak, ia tahu persis apa yang ia lakukan, dimulai dari pembentukan roti sampai bagaimana cara memakan pizza dengan benar ala Italia. Tidak percuma ia bergaul dengan para koki Italia di Jakarta, karena ia tahu dibalik rahasia mengapa pizza Italia itu sangat lezat dan renyah. “Saya belajar dari tahun 1995, dan saya banyak ikut orang-orang Itali untuk bagaimana membuat pizza dengan benar, entah kenapa saya suka pizza, pizza itu indah, saya suka karena bisa gonta –ganti macam topping. Jadi, ya, karena sudah cinta, ya kerja pun juga jadi gak loyo!” Apa yang membuat berbeda dari restoranLuna Negra ini adalah mereka memiliki pizza fresh buffalo mozzarella, konon mozzarella Italia ini merupakan salah satu produksi susu kerbau terbaik selain dari Bulgaria. Yes, dan terbukti sudah, kelembutan yang ada setelah pizza matang, membuat tidak cukup hanya dua potong saja. Cara memakannya juga menggunakan versi yang berbeda, ambil potongan pizza, lalu lipat dua kearah dalam kemudian baru digigit. Inilah cara orang Italia menikmati pizza, cara jitu untuk menghindar olive oil tumpah dan buffalo mozzarella pun akan lebih terasa nikmat di lidah. KHIVA ISKAK Plaza Bapindo, Citibank Building, Ground Floor. (021) 299 500 77

fotografi luna negra: raja siregar. fotografi sabang 16 & murphy’s irish pub: dok. sabang 16 & murphy’s irish pub

BETTER THAN DELIVERY

Supaji khusus membuat fresh buffalo mozzarella ini hanya dengan 10 menit saja, untungnya cara ini dapat dibuat dirumah. Mirip dengan aslinya, inilah instruksinya.

INGREDIENTS: • Saus tomat • Keju mozzarella • Frozen pizza • Bawang putih • Basil • Tomat segar • Tomat kaleng • Olive oil The base: Kamu bisa membeli bahan frozen pizza dari supermarket terdekat, dan coba tipiskan lagi dirumah. Lebih baik pizza tipis dibanding pizza yang besar tapi basah. The Topping: Bahan adas dilebarkan dan dilempar-lempar keatas agar lemas, lalu campurkan dengan olive oil, garam, dan panggang di oven sampai keluar warna sendiri. Setiap pizza tidak harus mempunyai rasa yang sama, cobalah kreatif untuk topping. Setidaknya jadi tidak membosankan. The Cooking: Pasang temperature oven sepanas mungkin. Tapi itu semua tergantung ketebalan roti pizzanya, panggang pizza kamu selama 10-12 menit. Dibakar diatas arang juga ok, pizza berwarna membuat variasi lebih hidup. To Serve: Ketika matang dari oven, taburkan sedikit minyak sambal. Pizza dan salad merupakan kombinasi yang baik.


(the chow)

SPACE INVADER:

MURPHY’S IRISH PUB

Tidak perlu menyusahkan diri mencari pub yang bernuansa eropa, khususnya bernuansa Irlandia, sampai keluar negeri karena jawabannya ada di Jakarta. Killian Murphy bersama istrinya, Irene, memberanikan diri untuk membuka pub Irlandia di tengah keramaian café-café daerah Kemang, “Saya yakin sekali membuka ini di Kemang, karena kami mempunyai konsep yang berbeda, dari makanan, minuman, dan segi hiburan yang ada di pub kami,” jelas Killian. Apa yang ia bicarakan memang benar, dari bentuk ruangan, meja, sofa, bahkan sampai warna kayu memang berciri-khas Irlandia, kebetulan, Killian memang berasal dari Irlandia, jadi tidaklah meragukan untuk urusan dekor dan lainnya. Pub yang memfokuskan penikmat pub 50% lokal dan 50% ekspat mempunyai minuman favorit, yakni Irish whiskey asli,

DRINK THIS:

bermerek Bushmills Original dan Jameson, apa yang membuat berbeda ialah kelembutan gandum khas Irlandia ini membuat lidah menerima kerasnya whiskey sekaligus kehalusan yang ada. Segar dan hilang sudah kepenatan! Tidak itu saja, semua yang datang sangat senang dengan makanan ciri khas Negara clarinet ini, contohnya seperti menu big, big breakfast. Menu yang menyuguhkan dua telor ceplok, sosis babi, jamur khusus, semua dalam porsi besar, dan pilihan kopi atau teh untuk minuman. Killian juga mempunyai suguhan menarik selain santapan, hiburan juga merupakan keharusan disini. Selain band-band yang ada, ia sebulan sekali menghadirkan band tradisional Irlandia yang memainkan alat musik fiddle dan benjo serta menyanyikan lagu-lagu folk, rock klasik Irlandia- dan tentu saja yang main

adalah orang asli Irlandia. Selain itu, datanglah pada hari jumat dari jam 11 siang hingga 8 malam, buy one get one bir menjadi unggulan Murphy’s. “Kami disini ingin orang mempunyai pengalaman yang berbeda, ketika masuk mereka merasa nyaman dan santai, baik setelah pulang kerja maupun di akhir minggu. Kami hanya ingin menyuguhkan yang terbaik.” KHIVA ISKAK Jl. Kemang Raya 11a (021) 717 91 471

TEQUILA

Akui saja, kita semua pasti mempunyai pengalaman horror dari tequila. Shots di pesta weekend , rasa margarita manis yang kacau melebur dengan hasil kulit terbakar matahari di pantai-tetapi sudah saatnya kita lupakan saja semua memori buruk itu, dan cobalah lagi versi terbaru dari tequila. Inilah caranya untuk kamu berkenalan kembali. Savor it : Belilah tequila yang hanya 100% agave; lainnya hanyalah sisa(dengan tambahan pemanis serta substandard campuran berbagai alkohol)

ilustrasi tequila: athena manolopoulos.

Anejos adalah tequila tertua dan hanya pantas diminum dengan layak seperti halnya meminum Scotch berkualitas tinggi. Tidak yang mengakibatkan ‘ceguk’kan sehabis menjilat garam. Try : Milagro Anejo Pair it : Seperti wine, tequila bisa menjadi teman pendamping selagi makan. Di sebuah restoran dan tequilarian di kota New York, Loz Feliz, manajer Benjamin Carrier menyarankan untuk menyatukan blanco tequilas dengan makanan penutup yang ringan seperti tuna buritto dan

resposados lalu dihidangkan bersama seperti pork belly tacos. Try : Jose Cuarvo Platino Mix it : Kombinasi Margaritas dan Palomas selalu menggigit, tetapi John Casparini dari Rye di San Fransisco menyatakan bahwa janganlah selalu membatasi diri Anda dengan beachside basic. Ia merekomendasi mencoba Blanco tequila untuk Rye di Manhattan atau di Negroni. Try : Espolon Blanco ELLEN CARPENTER


(gaming) ahli bahasa : Andhika Muksin

arcade fire

berhamburan dengan desainer game berbakat, new york menghidupkan kembali jaman klasik. teks : rob dubbin. ilustrasi : mike perry

NE WS 046

MASIH INGATKAH ANDA kapan terakhir kali anda bepergian khusus untuk bermain arcade? Kita tidak membicarakan era Golden Tee, Time Crisis, arcade modern yang menyediakan penukaran karcis hasil bermain game dengan hadiah-hadiah menggiurkan, ataupun arcade sebagai salah satu fasilitas bioskop. Sudah cukup lama bukan? Video game kini sudah menjadi jauh lebih murah dan mengecil dari segi ukuran, seperti aneka game yang tersedia di App Store untuk harga yang jauh lebih murah ketimbang bermain X-Men di arcade. Namun, ketika “multiplayer” bagi gamer memiliki arti untuk log in ke battle.net sembari mengenakan headset untuk siap bertempur di dunia maya, hal tersebut tidak berlaku bagi beberapa desainer video game asal New York, yang tidak hanya membangkitkan tradisi bermain arcade, tetapi juga menjadikannya sebagai sentral dari komunitas mereka. “Bermain video game ibarat memakai topeng, kita bisa melakukan banyak hal yang tidak mungkin kita lakukan di kehidupan kita sehari-hari” ujar Charles J. Pratt, seorang peneliti di New York University Game Center (juga seorang host dari podcast desain video game ‘Another Castle’) yang menjadi denyut nadi dari munculnya tren arcade di New York. Tahun lalu, ia sempat menjadi kurator dari pameran No Quarter, menampilkan tiga jenis video game untuk dieksplor sekaligus menantang publik dalam mengartikan aktivitas

bermain game di tempat umum. Salah satu dari dari game tersebut adalah Deep Sea karya Robin Arnott yang berbasiskan audio, dan mengharuskan pemain untuk mengenakan helm penyelam karet untuk memainkannya. “Hal tersebut merubah hubungan antara pemain dengan orang sekitar dengan cara yang cukup drastis” ujar Pratt. “Kita menjadi bagian dari seni itu tersendiri”. Kesuksesan No Quarter juga dibarengi dengan munculnya tren serupa di Brooklyn, yaitu Babycastles, sebuah arcade night yang juga menghadirkan acara thrash metal. Sebuah game karya Jonatan “Cactus” Söderström pernah ditampilkan di acara tersebut. Karya tanpa nama yang didominasi warna pastel pink itu merupakan sebuah conversational piece yang bertujuan untuk mencari tahu bagaimana karya tersebut bisa dimainkan, menginspirasikan terjadinya perdebatan. Di lantai atas, gamer mengantri untuk memainkan Kokoromi’s Super Hypercube yang menjadi atraksi utama dari acara malam itu. Game itu dideskripsikan sebagai versi 3D dari acara Hole In The Wall (atau Human Tetris), hanya bedanya kita lebih difokuskan untuk memasukkan blok-blok seperti tetris ketimbang orang ke dalam berbagai jenis lubang yang tersedia. Para pemain yang sudah berpengalaman banyak mempelajari gerak tubuh penonton yang cenderung

mengangguk-ngangguk dalam memperhatikan gamer memenangkan permainan tersebut, seolaholah berkolaborasi di alam bawah sadar. Fenomena ini menjadi semacam jimat penangkis rasa malu antar satu sama lain dalam sebuah komunitas. Seperti yang dikatakan oleh Pratt mengenai game Recurse karya Matt Parker , yaitu “menjadikan orang-orang sebagai pemain”. Recurse yang berbasiskan kamera seperti Playstation eye toy ini mengharuskan gamer untuk bergerak-gerak mengikuti berbagai posisi dari gambar kotak-kotak

yang bermunculan di layar. Namun, Recurse mendistorsi proyeksi gambar dari tubuh pemain di layar TV, sehingga para pemain lebih fokus untuk menghasilkan skor yang tinggi ketimbang menyadari betapa konyolnya gerakan tubuh mereka dalam memainkannya. Apalagi ketika image diri kita yang minus distorsi diupload ke Flickr, beserta image dari para pemain lainnya. Dampak dari diadakannya acara-acara tersebut, memberikan sebuah kesempatan yang krusial untuk tren ini agar bisa berkembang. Acara tersebut memungkinkan

pengunjung untuk bertemu dengan Frank Latz, desainer Area/Code yang membuat game Drop 7 yang begitu adiktif, atau Andy Nealen, programmer iOS Osmos. Diskusi antar pembuat game dengan desainer baru tentunya bukan hal asing lagi yang biasa terjadi di acara –acara ini. Seperti perkataan Pratt “kembali ke masa lampau, dimana game masih dibuat oleh programmer.” Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan “sepertinya game masa kini semakin jarang yang diciptakan oleh programmer.”


HOT UPCOMING VIDEOGAMES: SEQUEL FEVER!!

KINECT for XBOX 360

Teks: Andhika Muksin

PORTAL 2

Game kreasi Valve ini merupakan sekuel dari Portal yang dirilis dalam kompilasi game The Orange Box tahun 2007 lalu. Popularitasnya menghadiahkan para fans dengan sekuel solo nya yang direncanakan rilis bulan februari 2011 nanti untuk Playstation 3, XBOX 360 dan PC. Bahkan previewnya di E3 2010 kemarin menghujani Portal 2 dengan banyak award, salah satunya Best PC Game dan Best Action/ Adventure Game dari The Game Critis Award.

torchlight

Petualangan Isaac Clarke belum berakhir. Gangguan yang dia alami beserta trauma dari pengalamannya di USG Ishimura membuahkan pengalaman dan kengerian yang baru di sekuelnya. Gamer harus sabar menunggu hingga akhir januari 2011, dirilis untuk XBOX 360, Playstation 3 dan PC.

FENOMENA INI berawal dari Nintendo Wii, yang memperkenalkan cara baru sekaligus inovatif dalam bermain game, yaitu dengan mengintegrasikan gerakan tubuh gamer untuk membantu Mario menyelamatkan Princess Peach. Sofa nyaman, bukan lagi menjadi bagian integral dalam bermain game seperti yang dulu kita alami ketika menghabiskan waktu berjam-jam menyelesaikan Final Fantasy VII. Inovasi ini terbukti membuat Microsoft dan Playstation panik dan berlomba-lomba dalam mengimplementasikan teknologi tersebut ke produk masing-masing, sehingga terciptalah Kinect untuk XBOX 360 dan Playstation Move. Apakah mesin-mesin canggih tersebut mampu menjadi pencetus genocide terhadap joystick? Playstation Move banyak menuai kritikan karena dianggap meniru persis controller Nintendo Wii. Namun bagaimana dengan Kinect? Berbeda dengan kedua pesaingnya, Kinect mengintegrasikan seluruh gerakan tubuh gamer, menjadikan gamer sebagai controller tunggal, ketimbang menggengam sebuah joystick, seperti yang sudah identik dengan dunia video game semenjak jaman Atari 2600. Mari kita intip kecanggihan si kecil ciptaan Microsoft ini. Mesin canggih untuk XBOX 360 ini dilengkapi dengan kamera RGB VGA, depth sensor (dengan masing-masing resolusi 640 x 480) dan multi array microphone, kombinasi ketiganya memampukan Kinect untuk mengenali wajah dan suara dari gamer sekaligus melakukan full body 3D motion capture. Walaupun dibutuhkan adapter khusus untuk menyambungkan Kinect ke model XBOX 360 yang lama, XBOX 360-S memiliki all-in-one auxiliary port, sehingga lebih praktis dan efisien. Kelebihan dari Kinect, selain banyak dideskripsikan oleh fans sebagai “a geek’s sci-fi dream come true”, adalah tingkat keakuratannya dalam membaca gerak tubuh gamer, walaupun tidak mencapai ketepatan 1:1. Pengguna Kinect juga dengan mudahnya menavigasikan menu XBOX di layar TV hanya dengan menggerakkan tangan. Tidak lupa facial dan voice recognition-nya yang memudahkan gamer untuk sign in profile, bahkan melakukan video conference melalui fitur Kinect Video bagi sesama pengguna Kinect. Bagi kalian, para gamer yang tinggal di kost, ini bisa menjadi masalah, karena Kinect membutuhkan space yang cukup besar untuk dimainkan (kurang lebih membutuhkan jarak sekitar 180cm antara gamer dengan sensor Kinect). Bahkan bagi yang tinggal di rumah-pun harus mengesampingkan perabotan untuk menciptakan area yang lapang. Kinect memang ingin mengambil market ‘casual gamers’ yang dimiliki oleh Nintendo Wii, karena itulah pilihan game-nya juga masih terbatas seputar permainan keluarga yang sederhana seperti Kinect Adventures,

Kinectimals, Kinect Sports dan lainnya. Walaupun pilihan game tersebut mampu mempraktekkan banyak nilai plus dari mesin ciptaan Microsoft ini, namun bagaimana dengan ‘Hardcore gamers’ XBOX 360 yang sehari-harinya biasa memainkan Gears of War dan Halo? Mengambil contoh dari Nintendo Wii, motion sensor mampu diimplementasikan dengan sangat baik dalam game seperti Mario Galaxy dan Zelda:Twilight Princess. Begitu pula Resident Evil 5: Gold Edition ketika dimainkan dengan Playstation Move. Kedua controller tersebut memang menyerupai satu sama lain, karena itu mungkin para pengguna Playstation Move sudah terbiasa dengan teknologi yang diprakarsai oleh Nintendo Wii tersebut. Playstation Move Image Kinect yang family-friendly dengan pilihan game yang kasual dan para hardcore gamers XBOX 360 lainnya membuat kedua alat tersebut seolah berasal dari keluarga yang berbeda. Untuk target market yang perbedaannya begitu menjulang tinggi. Banyak pengamat teknologi berspekulasi membutuhkan waktu hingga satu tahun bagi para developer video game untuk menyatukan teknologi Kinect ke dalam game ciptaannya. Bila dahulu menekan tombol R1 diikuti ‘O’ membuat Jill Valentine mampu menembak zombie, bagaimana melakukan hal tersebut dengan Kinect? Tentunya kecanggihan sensor Kinect mampu membaca gerak tubuh kita dalam posisi ‘aiming’, apakah ‘voice recognition’ mengharuskan kita untuk berteriak ‘dor’ untuk menembak musuh? Dan bila memang betul, mampukah Kinect membedakan perkataan secara signifikan antara ‘dor’ dengan umpatan kasar yang sering kita lontarkan saat kalah dalam bermain game? Namun dalam lubuk hati kita yang terdalam, kita pasti mau Kinect berhasil. Paling tidak, mampu mengobati rasa penasaran kita bagaimana peranan Kinect untuk dunia video game nantinya. Kinect mampu melakukan perubahan paradigma dalam bermain video game. Tidak lagi diasosiasikan dengan duduk di kursi malas dan menggengam joystick, namun dengan aktif melompatlompat, dan melakukan gerakan-gerakan agresif (saya tidak bisa bayangkan ini bagi penggemar RPG yang menghabisakan waktu berjam-jam dalam bermain game). Mungkin Kinect bisa menggantikan posisi joystick, namun beberapa jenis game masih lebih asik dimainkan dengan joystick tradisional. Namun tentunya kita juga berharap, apa yang dapat Kinect lakukan untuk perkembangan dunia video game kedepannya. Mungkin memainkan game seperti Steel Battallion? Yang membutuhkan alat tambahan dengan ribuan tombol untuk memainkannya? Atau bagaimana dengan seri Modern Warfare? Fatal Frame? Let’s just wait and see.


PULP FICTION : JEMPUTAN

kai menghabiskan isi tabungannya untuk terbang ke bali di hari ulang tahunnya, tapi ternyata pesawat yang ditumpanginya itu adalah jemputan menuju alam baka. oleh MITA diran. ilustrasi andhika muksin

048

Pemuda bernama Kai itu berdiri di lobi bandara terminal 3 SoekarnoHatta, membaca jadwal penerbangan yang tertera di papan di atas kepalanya. Papan jadwal yang asyik mencemooh dan mengejeknya dengan menampilkan efek lampu kedap-kedip. Sebab – entah kebetulan atau bukan – angka jam keberangkatan yang tertulis di papan tersebut, sama dengan angka kelahirannya.16:12. 16 Desember. Kemarin. Yaelah, pikir Kai miris. Pas mau nyambut hari esok, malah diingetin lagi sama yang kemarin. Ada tiga hal yang dikosongkan Kai pada hari ulang tahunnya: tabungan, lemari dan posisinya dalam dunia pergaulan Jakarta. Mungkin kebanyakan orang tak peduli dengan hal yang ketiga dan lowongan itu tentu akan cepat terisi dengan aksi the next crazy kid di Jakarta. Tapi tentunya tiket perjalanan satu arah Jakarta-Denpasar yang secara diam-diam ia beli akan membuat sekelibatan orang khawatir dan bertanya-tanya. Betapa tidak? Kai berencana menghilangkan diri. Baginya, sepucuk surat yang ia tinggalkan dalam kamarnya sudah cukup untuk pamitan selamanya. Isinya kira-kira begini: Bapak dan Ibu, Setelah bertahun-tahun menggembar-gemborkan ‘mimpi’ untuk menapaki dunia sebelum menginjak umur 20, sudah saatnya Rendra Kai membalas panggilan petualangan yang telah lama berdengung di telinganya! Seperti yang orang-orang suka bilang: “NOW is the right time!” Jangan salah sangka, aku SANGAT berterimakasih pada kalian. Dan meskipun mengecewakan, aku sayang sekali sama Ibu-Bapak. Tapi sayang sekali, aku juga nggak nambah muda. Dari pergerakan menulis surat ini pun aku udah nambah umur sebanyak 5 menit... Sekarang 5 menit dua detik. Tunggu sebentar. Ya, sekarang udah nambah lagi sebanyak 28 detik. Supaya nggak makin

tua, sebaiknya aku cepat-cepat menyelesaikan surat ini dan pergi. Satu hal lagi, Ibu-Bapak nggak usah ngerasa kesepian. Beli anjing aja untuk menemani. Namakan dia Rover. Diberi makan dan kasih sayang ya, mereka binatang yang setia. J Kai. Gila. Bunyi surat yang singkat itu memang terdengar sinting. Dibawah surat tertera tanda tangan, gambar hati dan – supaya kesannya lebih ceria – karikatur anak laki-laki yang tersenyum lebar, sebuah ransel besar mengintip dari balik punggungnya. Ia berharap orangtuanya tertawa saat melihat coretan lucu tersebut. Kenyataannya, boro-boro mereka tertawa. Suara yang dikeluarkan sang ibu di rumahnya diwarnai dengan berbagai nada panik. Beliau marah-marah, meneriaki pembantu yang lalai memberitahu orang rumah ketika Kai pergi dengan koper besar dan seringai nakal di wajahnya. “Masa ga ada yang sadar sih kamarnya kosong begitu!? Ya mbok ditanya, den Kai mau kemana bawabawa koper. Ini malah diem aja! Malah cuci piring! Siapa yang mau makan pakai piring itu kalau anakku minggat dari rumah, dasar pembantu bodoh!” Kasihan sekali Mbak Iyem, yang hanya bisa diam dan mengutuk kepergian tuan mudanya yang wong edan itu dalam hati. Seluruh sanak keluarga beserta teman-teman Kai mencoba menghubunginya lewat telepon, berkali-kali, tanpa henti, disertai semangat yang patut dipuji. Dijawab operator? Telpon lagi! Ga nyambung? Coba terus! Lagi, terus, lagi, terus. Kasihan sekali mereka, yang belum juga sadar kalau usahanya tidak berguna. Telepon itu sudah tak bertuan, tergeletak sunyi dalam salah satu tempat sampah lobi bandara. Sekarang Kai memasuki kabin pesawat kelas ekonomi. Dia duduk manis di


kursinya yang terletak di sebelah jendela dan terkekeh sendiri. Sebentar lagi pesawat berangkat. Sebentar lagi, Kai, akan berangkat. Perhatian-perhatian para penumpang, harap segera pakai sabuk pengaman Anda karena pesawat tujuan Denpasar akan segera lepas landas... Pesawat bergeram. Meluncur maju. Melompat. Memeluk angin. Bersemayam di udara. Kai membaringkan sandaran kursinya. Ia menatap keluar jendela dan memberikan kota Jakarta salam hormat dari langit. Selamat tinggal kota kelahiran. Ia berjanji pada dirinya, sesampainya di Bali ia akan mencari cewek bule dan merayakan emansipasinya dengan segelas bir dingin. *** Kai menyalahkan musim liburan, yang membuat kelas ekonomi pesawat menuju Bali ini serasa dijajah rombongan keluarga beranak lima. Keributan yang terjadi nyaris tak ada bedanya dengan pasar induk Kramat Jati di waktu pagi. Entah itu pasangan yang sedang cekcok, bocah nakal yang berlarian sepanjang koridor (disusul pengasuhnya yang mengejar dengan penuh keringat) ataupun tangisan bayi kecil yang meraung-raung minta makan. Sepertinya satu-satunya manusia di ruangan pesawat yang tidak mengeluarkan suara hanyalah gadis berpakaian serba hitam yang asyik membaca di sebelah Kai. Sejak duduk ia serius sekali, tidak berbunyi, tidak menengok kanan-kiri. Wajahnya tenggelam di balik bacaan mengerikan berjudul The History of Death. Kai bergidik membaca judulnya. “Takut?” Gadis itu mendongakkan kepala. Buku berjudul horor itu telah turun dari depan batang hidungnya. Pandangannya kini terarah pada Kai, lurus, serius. Wajahnya… Kai tertegun melihatnya. Ternyata gadis di sampingnya menyembunyikan muka yang sungguh cantik. Luar biasa. Seperti boneka porselen yang terbuat rapih, tanpa cacat. Penampilannya mengingatkan Kai pada bintang film lama Hollywood yang menjadi kesayangannya gara-gara kebiasaan Ibu yang suka seenaknya memasang film tanpa pamit sama yang lagi nonton TV – Audrey Hepburn. Refleks, Kai merapihkan kaosnya, menyisir rambut dengan jarinya. “Takut?” Ia merendahkan suaranya. “Nggak juga sih.” Audrey Hepburn versi lokal ini menunjukkan judul bukunya, The History of Death. “Ini lho maksud gue. Kematian. Yang bener aja lo nggak takut mati?” Biasanya pertanyaan serius mengenai hidup-mati, agama, kepercayaan politik ataupun filosofi hidup tidak pernah diangkat menjadi topik perkenalan yang hangat. Sebagian orang mungkin saja tersinggung, tapi bagi Kai keberanian gadis ini sungguh mempesona. “Iya, gue tau maksud lo. Tapi menurut gue, kematian itu hal yang alami. Seharusnya nggak perlu ditakuti. Takut itu artinya cuma satu: belum siap. Dan mereka yang siap akan berpelukan mesra dengan kematian pada akhir hayatnya.” Gadis itu tersenyum, sepertinya puas mendengar jawaban Kai. “Lo sendiri?” Gadis itu melihat Kai dengan pandangan aneh, seolah-olah menahan tawa. “Kematian itu bagai petani. Manusia, mata pencahariannya. Kalau saatnya udah tiba… Ya harus dipanen juga.” Freak. Begitu pikir Kai otomatis. Tapi freak yang sungguh segar di mata. “Gue Cahaya.” ujarnya sambil mengulurkan tangan. “Kai.” Mereka bersalaman. Tangan Cahaya terasa dingin dibawah sentuhannya. Kai bergidik lagi, entah terlalu senang atau takut. “Nama lo bagus. Cahaya.” “Ya. Cahaya penjemput. Sang Utusan Kematian.” Kai menaikkan alisnya. What the hell? “Percaya ga lo…” Cahaya bergumam pelan. “Kalau gue bukan manusia?” Untuk kedua kalinya dalam jangka 5 menit, kosa kata ‘freak’ berlari sprint melewati pikiran Kai. Cahaya mendekatkan badannya ke arah Kai. Matanya melekat pada Kai, bagai predator yang siap menerkam mangsa. “Cahaya,” ujarnya lagi, menekankan nada pada namanya. Dia makin mendekat. “As in cahaya penjemput, sang Utusan Kematian. Gue bukan manusia. Nggak seperti lo yang terbuat dari daging, darah, dan tanah liat, Rendra Kai. Pelarian dari Jakarta.” Oh damn, kok dia tahu? “Gue tahu semuanya.” Dalam tempat duduknya, Kai panik. Gigit dia, Rover! *** Dulu Kai pernah diceritakan kisah seekor anjing ras milik tetangganya, yang pergi meninggalkan rumah saat berhadapan dengan kematian. Namanya Rover. Umurnya sudah lanjut untuk seekor anjing, hampir 14 tahun. Meskipun bulunya sudah banyak yang memutih, matanya hitam dan memancarkan kebahagiaan. Seringkali Kai mengintip dari atap rumahnya, Rover yang sedang bermain di halaman dengan anak-anak tetangga. Gerakannya lambat, tidak lincah, tapi anak-anak itu tertawa bersamanya, menyentuh bulunya yang tebal dan lembut, mengelus badannya, menunggunya saat mereka berlari terlalu cepat. Jelas sekali mereka menyayanginya. Lalu suatu hari, tetangga mengetuk pagar rumah. Katanya Rover hilang. Sudah setengah hari tidak kelihatan batang hidungnya. Pekarangan rumah sudah mereka cari dari atas sampai bawah, tapi Rover tidak ada dimana-mana. Mungkin saja dia kemari. Bapak menggelengkan kepalanya. Wajah Om tetangga sedih sekali. Tidak biasanya dia begini, katanya pada Bapak. Berhari-hari mereka mencarinya, tapi Rover tak kunjung ditemukan. Anjing setua itu, kalau lepas di perantaran kota Jakarta… Entah apa yang bisa terjadi padanya. Kai mengintip dari atap dan melihat anak-anak tetangga itu menangis di halaman rumahnya, tempat kenangan mereka bersama Rover. Kata Bapak, anjing adalah binatang yang mulia. Kalau disayang, ia akan membalas dengan hidupnya. Tiap pemilik akan menjadi matahari bagi anjingnya, dengan mantap ia berotasi mengelilinginya. Ia akan menjadi mata saat

sang pemilik tidak bisa melihat. Ialah tali penarik saat sang pemilik tidak bisa bergerak. Namun pada penghujung hidupnya, diakibatkan oleh rasa sayang yang berlebih untuk pemiliknya, anjing akan pergi jauh meninggalkan rumah sehingga sang pemilik tak perlu meneteskan air mata saat melihatnya mati. Mendengar itu, Kai menangis. Kasihan sekali Rover, kasihan sekali dia, Bapak… *** Di dalam pesawat ekonomi menuju Denpasar, Kai tidak mampu berkutik. Memang sudah nasibnya ia ditempatkan sebelah gadis cantik yang sedikit miring otaknya. Apalagi di posisinya yang sekarang, badan mereka hanya dipisahkan jarak senafas. Mengganggu sekali. “Aneh lo!” ucapnya gusar. Cahaya membuka buku History of Death dan mulai menelusuri halaman dengan jemarinya yang lentik. “Ah, ini dia. Rendra Kai, baru menginjak umur 20 tahun. Lari dari keluarga, teman, dan hidupnya di Jakarta. Secara rahasia dan nekat membeli tiket perjalanan satu arah menuju Denpasar, dimana ia tidak memiliki satupun kenalan. Sejak kecil bercita-cita memiliki anjing, tapi tidak diperbolehkan oleh orangtuanya…” Tiba-tiba ia berhenti, lalu menatap Kai. “Perlu dilanjutin?” Tanpa dikatakan pun, Kai langsung tahu apa yang dimaksud Cahaya. Perasaan marah menggelitikinya. “Lo tau dari mana?” “Buku ini,” Cahaya mengayunkan buku jahanam itu di depan mukanya. “Adalah checklist abadi. Data lo ada di halaman terakhir.” “Lo serius?” “Pastinya.” “Gue nggak percaya.” ujar Kai. “Tenang saja. Gue nggak minta kepercayaan lo. Sekarang otak lo mengatakan kalau kita sedang berada di pesawat, tapi sebenarnya–” Cahaya mengayukan tangannya. “–kita termenung pada batas realita yang rancu. Lihatlah.” Lalu hal yang paling aneh terjadi. Waktu dan warna sekeliling Kai memudar. Gemerisik kelas ekonomi mencair, menggembung, seperti di dalam air. Kuping Kai berdengung keras sekali, sampai terasa sakit, seolah menandakan kalau ini memang benar adanya. Tapi yang paling menakjubkan, begitu Cahaya mengayunkan tangannya, binatang yang ia kenal seolah lewat… Sekejap saja, ia melihat campuran bulu putih-emas yang mengagumkan itu. Kai mendadak berdiri. Dirinya dibasuh keringat dingin. “I’m going to be sick.” Dan Kai pun berjalan sempoyongan, melewati lorong pesawat yang entah mengapa, kini terasa kosong. Setiap langkahnya seperti di komedi putar, meskipun ia jalan lurus, penglihatannya menari keliling tanpa belas kasihan. Kamar kecil pesawat ia buka dengan paksa dan kepala Kai langsung membenamkan diri dalam jamban, dimana segala kekesalan tubuhnya dengan bebas ia tumpahkan. Keluar, keluar. Keluarkan saja. Keluarkan semua kejahatan dalam tubuh. Ia berusaha berdiri seraya menyandarkan badannya pada pintu. Dan untuk pertama kalinya dalam, mungkin 6 bulan terakhir dalam hidupnya, Kai betul-betul mencermati pantulan yang ia lihat dalam cermin. Dia melihat pemuda kurus. Pucat. Lelaki sakit yang mengambil nafas saja kerepotan. Nggak ada unsur macho-machonya sama sekali. “Kai. Sebenarnya lo sadar, kan?” Cahaya sudah berdiri di sampingnya. “Sejak berangkat dari rumah, fisik lo lemah sekali. Mana bisa lo ngerayain emansipasi di Bali dengan cewek bule, apalagi sambil minum bir dingin.” Kai ingin tertawa mendengarnya, tapi dadanya sakit. “Lo bisa baca pikiran juga?” tanya Kai. “Udah pinter dari kecil,” jawab Cahaya. Kai mengambil nafas. “Rendra Kai, 20 tahun. Pelarian dari Jakarta. Positif HIV selama sepuluh tahun akibat suster tolol yang malas mengganti jarum suntik. AIDS, dalam beberapa bulan terakhir, tapi orangtua memilih merawatnya sendiri di rumah. Meninggalkan rumah karena merasa waktu kematian sudah dekat… Seperti halnya Rover. Tapi tampaknya sekarang ia akan menamatkan hidup di depan kamar kecil pesawat tujuan Denpasar.” Pandangan Kai tertuju pada Cahaya. “Itu yang tertulis pada halaman terakhir History of Death punya lo?” “Ya nggak depan toilet juga sih, gimana kalau kita balik ke tempat duduk biar tempatnya rada bagusan?” Kali ini Kai tertawa. “Sini, bantu gue jalan.” Cahaya memapahnya. Pelan-pelan mereka berjalan kembali ke tempat duduk Kai yang di samping jendela, di samping pemandangan Pulau Jawa yang ternyata masih ingin Kai nikmati. Di tempat duduknya, Kai bersandar. Matanya keluar, menerawang, memupuk awan. Pulau Jawa sama sekali tidak terlihat. Sayang sekali. “Ayo Kai, pegang tanganku.” Kai menggelengkan kepalanya. “Oh no, no. Ingat nggak apa yang gue bilang? Orang yang siap, akan berpelukan mesra dengan kematian pada akhir hayatnya. Itulah yang akan gue lakukan. Now give me a hug.” *** Ibu dan Bapak menangis di kamar Kai, membaca ulang surat yang ditinggalkan Kai. Ternyata anak bodoh itu menuliskan suratnya dibalik lembaran puisi koleksi Bapak. Puisi yang indah dan menyayat hati. Pembukaannya begini: I seem to have loved you in numberless forms, numberless times. In life after life, in age after age, forever… Clad in the light of a pole-star, piercing the darkness of time. You become an image of what is remembered forever… * Apa Kai sengaja menulis surat dibalik puisi itu? Entahlah, mungkin kebetulan saja, tapi Ibu dan Bapak menangis membacanya. Sedih sekali. Betul-betul anak yang merepotkan.

TAMAT * “Unending Love” by Rabindranath Tagore


top

Bentley Continental Supersports Convertible 2011 adalah Convertible fourseater tercepat di dunia saat ini. Nicholas Stecher telah menjejaki keunggulan-keunggulan apa saja yang menimbulkan kehebohan dari mobil tersebut. Fotografi: Dominic Fraser dan David Shepard.

050 ahli bahasa : Stephanus Rezy


gun


052

Di sinilah kami berada, di antara Silverton dan Durango, Colorado, pada jalan pegunungan yang panjang dan berliku yang disebut San Juan Skyway. Sebuah RV yang bergerak dengan lamban menghambat laju kami dan delapan kendaraan lainnya. Dari sudut pandang tempat kami berada, tidak terlihat sebuah mobil pun yang mendekat dari arah berlawanan. Jadi, kami lakukan hal yang pasti dilakukan oleh siapa pun yang mengendarai mobil dengan mesin yang memiliki kekuatan setara 621 kuda: kami langsung ‘tancap’ gas. Bentley Continental Supersports Convertible beratap terbuka yang kami kendarai melalui daerah berpanorama indah ini lalu melaju kencang berkat mesin W12 yang terpacu maksimal, membuat kami dapat melewati deretan mobil, truk dan trailer dengan sangat cepat. Dalam hitungan detik, antrian kendaraan sudah tidak terlihat lagi di kaca spion. Sedangkan yang terlihat di depan hanyalah aspal hitam, langit biru, serta cahaya matahari yang bersinar terang. San Juan Skyway merupakan tempat yang sempurna untuk menikmati Supersports Convertible; melaju dengan nyaman dalam kecepatan 100 mph, mobil ini melewati rute yang ditempuh tanpa kesulitan sedikit pun. Penerapan teknologi mesin dan detailing pada kendaraan ini memang menakjubkan—bahkan pada kecepatan di atas 100 mph, dengan atap terbuka, angin tidak mengacaukan rambut pengguna kendaraan. Anda bisa berbincang dengan teman berkendara Anda dengan normal. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi saat mobil, dengan atap terbuka, melaju kencang di jalanan? Ternyata, sistem aerodinamika di kabin mobil membuat Anda tetap bisa menikmati simfoni suara deruman mesin W12, hembusan angin, dan apapun yang diputar di soundsystem, saat mobil melaju di atas kecepatan 110 mph. Bagian interior Supersports Convertible pun tak kalah impresif: diamond-quilt stitched Alcantara di semua bagian yang lunak, dan serat karbon di semua bagian yang keras. Penyesuaian tempat duduk dilakukan secara manual, seperti yang saya suka. Namun, jika Anda sebetulnya lebih suka tempat duduk dengan pengaturan otomatis, Anda tidak perlu terlalu kecewa. Karena perubahan jenis kursi yang digunakan pada Supersports Convertible menyumbang 90 lbs dari total 200 lbs pengurangan berat total mobil tersebut dari pendahulunya, Continental GTC. Bentley juga tidak melupakan fitur audio pada Supersports Convertible, dimana mobil ini dilengkapi dengan soundsystem Naim 1.100 watt. Soundsystem tersebut menghasilkan suara lima kali lipat lebih bertenaga dari stereo standar. Namun, seperti pada fitur Bentley lainnya, yang dipentingkan bukan kerasnya suara, namun kualitas. Naim, perusahaan audio kelas atas rekanan Bentley, telah melengkapi Supersports Convertible dengan soundsystem yang menghasilkan suara yang nyaris sempurna. Meski demikian, mengingat harga mobil yang sudah mencapai US$ 287.000 (termasuk pajak dan biaya pengiriman), tambahan biaya US$ 7.100 untuk melengkapi mobil dengan soundsystem Naim mungkin perlu pertimbangan lebih. Selain pengurangan berat 200 lbs, mobil Supersports juga memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan GTC pendahulunya—seperti penurunan suspensi sampai setengah inci dan penguatan sampai 33 persen, selain juga tambahan 21 horsepower berkat pemakaian mesin 12-silinder. Penggunaan rem keramik-karbon yang menggantikan rem plat baja mengurangi berat 44 lbs. Penggunaan rem berukuran 16,5 inci—ter-

besar pada produksi mobil masal—memang diperlukan mengingat berat mobil yang mencapai 2,7 ton dengan kecepatan maksimal 202 mph. Seluruh peningkatan yang dilakukan menghasilkan kendaraan yang lebih ringan, lebih mudah dikendalikan dan lebih bertenaga. Namun, disinilah terletak paradox Supersports Convertible: kendaraan yang memiliki berat 5.400 lbs dengan berbagai perombakan untuk membuatnya memiliki kinerja dan pengendalian seperti mobil sport. Dan ajaibnya, mobil tersebut hampir mencapai kinerja mobil sport. Hampir. Sebuah pencapaian yang luar biasa dapat melengkapi mobil berukuran besar tersebut dengan tenaga yang tak kalah besar untuk membuatnya mampu melaju dengan kencang. Jika Anda berkendara dengan kecepatan 60 mph dan ingin mencapai 110 mph, yang perlu Anda lakukan hanyalah menginjak pedal gas lebih dalam selama beberapa detik. Tak heran Supersports memiliki rotor-rotor terbesar di dunia—bagaimana lagi Anda dapat menghentikan kendaraan besar yang bergerak dengan cepat? Supersports dilengkapi dengan tenaga yang besar, namun beban berat yang dimilikinya sebetulnya tetap berpengaruh terhadap kecepatan. Pengaruh tersebut menjadi sedikit terabaikan berkat tenaga torsi 590 lbsfeet yang dihasilkan mesin 12-silinder. Namun, tenaga torsi tersebut hanya tersedia saat RPM berada di rentang kecepatan menengah dan tinggi. Saat kendaraan dalam kecepatan rendah, tenaga torsi tidak terlalu besar. Tenaga torsi membuat mobil dapat mencapai 0 sampai 60 dalam 3,9 detik, namun Anda tidak akan terlalu terkesan oleh dengan tenaga torsi tersebut. Mobil sport seperti Ferrari 458, Audi R8, atau Porsce Turbo memiliki kelincahan dan kerampingan yang membuatnya seperti dapat menghindari rintangan apapun dengan mudah. Sedangkan Supersports, dengan ukurannya yang besar, terasa lebih cocok untuk menghancurkan rintangan daripada menghindarinya. Meski demikian, Anda memang tidak membeli convertible four-seater tercepat di dunia untuk bergerak lincah. Bentley Continental Supersports Convertible 2011 merupakan mobil terbaik di dunia jika Anda senang berkendaraan dengan atap terbuka sambil mendengarkan alunan lagu dari soundsystem yang menggunakan daya listrik 1.100 watt.



test drive: honda cr-z

054

Hatchback Hybrid Jagoan yang Melaju Kencang di Jalanan… Oleh Stuart Schwartzapfel Fotografi oleh Aaron Stern Saya menerima kabar bahwa keponakan saya telah lahir ke dunia 6 minggu lebih awal dari perkiraan, dan saya harus pergi ke Maine untuk menengoknya. Memang, South Portland adalah kota yang menyenangkan, dan Tuhan pun tahu saya sangat menyukai lobster segar, namun berkendara sejauh 350 mil dari Kota New York tetap terasa cukup berat ketika harus dilakukan pukul 6 sore di hari Jumat. Untuk menempuh perjalanan ini, saya membutuhkan kopi dalam jumlah banyak, dan kendaraan yang cukup kencang tapi tidak perlu membuat saya harus berhenti mengisi bahan bakar tiap dua jam sekali. Dengan pertimbangan tersebut, hatchback keluaran Honda, CZ-R Hybrid, akhirnya menjadi pilihan saya. Saya harus akui, bahwa saya sebelumnya memiliki beberapa prasangka kurang baik terhadap mobil berukuran kecil tersebut. Cap “fun to drive” yang melekat pada CR-Z kurang mengesankan saya. Selain itu, mobil two-seater tersebut juga terlihat tidak lebih baik dari Insight, mobil keluaran Honda yang diluncurkan untuk menyaingi Prius. Apalagi, mesin empat silinder CR-Z menghasilkan horsepower yang kurang impresif, membuat saya berpikir mobil ini lebih seperti mesin pemotong rumput daripada mobil sport. Namun, segala prasangka buruk yang saya miliki langsung terhapus saat saya memasukkan persneling ke gigi satu, melepaskan kopling, dan mulai melaju di West Side Highway. Siapa yang menyangka bahwa CR-Z adalah hybrid dengan kemampuan seperti mobil sport. Honda memang telah berhasil menghapus pendapat bahwa tidak mungkin berkendara dengan kencang namun tetap ekonomis. Saat saya berada di belakang kemudi CR-Z menempuh jalan tol sejauh 700 mil, saya rata-rata menempuh 33 mil per penggunaan satu galon bahan bakar dengan kecepatan tidak kurang dari 75 mil per jam. Dengan ukurannya yang mungil dan roda yang mendekati sudut, CR-Z terlihat seperti versi alternatif Mini Cooper S daripada mobil hybrid standar. Mobil elektrik pada CR-Z memiliki fungsi serupa dengan turbocharger dan supercharger pada

mobil sport: saat berakselerasi, motor elektrik membantu mesin dengan semburan energi. Semakin dalam Anda menginjak pedal gas, semakin maksimal kerja motor elektrik. Saya tidak bisa berhenti menyeringai ketika berkendara melalui lalu lintas Connecticut dengan kecepatan tinggi. Nuansa mobil sport juga terlihat dalam kabin hi-tech dengan pintu memanjang dan kain kursi modern, tongkat persneling pendek dan setir yang lebih cocok digunakan pada mobil balap daripada mobil hybrid. Tidak ada kursi penumpang belakang: Honda memilih untuk memberi ruangan lebih untuk ruang penyimpanan, yang saya gunakan untuk menyimpan perlengkapan bayi yang saya bawa. Meski memiliki kesamaan desain dengan Insight, departemen pemasaran Honda lebih memilih untuk menyebut CR-Z sebagai ‘pewaris’ mobil unggulan mereka, CR-X [’83-91], yang populer di kalangan pecinta modifikasi mobil. Dan pernyataan tersebut ada benarnya, karena CR-Z memiliki berbagai persyaratan sebagai mobil unggulan: hemat bahan bakar, harga yang tidak terlalu mahal, handling yang baik serta mesin 4-silinder yang menghasilkan tenaga maksimal. CR-Z juga tidak mengecewakan dari segi suara, karena dilengkapi dengan knalpot yang mumpuni. CR-Z merepresentasikan lebih dari sekadar hybrid pertama yang tersedia dengan transmisi manual (CVT juga memiliki fitur serupa). Keberadaan mobil tersebut secara simbolis menyatakan bahwa kendaraan alternatif (hybrid, EV, clean diesel dan lainnya) sudah tidak kalah kelas dengan kendaraan berbahan bakar konvensional.

statistics:

MESIN: 1,5-LITER SOHC 4-SILINDER dengan 10 KW IMA TENAGA MAKSIMUM: 122 HP @ 6.000 RPM TORSI MAKSIMUM: 128 LB-FT. KECEPATAN MAKSIMAL: 123 M.P.H. HARGA: $19.200 BERAT: 2.637 LBS


Guy. Supertuner asal AS tersebut telah menciptakan VelociRaptor Armored Performance, mobil APV modifikasi yang dilengkapi dengan berbagai fitur kenyamanan

Apakah Anda pernah menginginkan kenyamanan pelayanan door-todoor dengan biaya transportasi umum? Jika Anda tinggal di New York City, Anda beruntung. Aplikasi mobile Wheels memungkinkan penggunanya untuk memasukkan tujuan mereka dan mencari pengguna taxi yang setujuan. Aplikasi yang bisa didapatkan gratis tersebut mencocokkan waktu dan jarak, dan kemudian menyajikan daftar pengguna taxi yang cocok sebagai teman seperjalanan. Wheels lalu memesankan taxi ke lokasi pertemuan dengan teman seperjalanan Anda tersebut (dengan peta jalan kaki menuju lokasi), plus menyediakan foto teman seperjalanan Anda serta perkiraan biaya taxi. Selain itu, Wheels juga memberikan opsi untuk memberikan keluhan atau komentar tentang orang yang telah menjadi teman seperjalanan Anda, misalnya bau badannya yang mengganggu karena belum mandi!

i dream of africa Afrika Selatan tampaknya belum mau berhenti menciptakan sensasi global. Setelah memukau dunia dengan film District 9, Die Antwoord serta Piala Dunia 2010, negeri Nelson Mandela tersebut memproduksi supercar pertamanya: Perana Z-One. GT bergaya Eropa yang didesain oleh design consultant asal Italia, Zagato, tersebut dipastikan akan membuat mereka yang melihatnya terkesima. Namun, tidak banyak orang yang bisa memiliki mobil dengan mesin 442 horsepower tersebut.

Pasalnya, hanya akan ada 99 buah mobil yang dikirim ke Amerika Serikat setiap tahunnya. Perana Z-One dijual dengan harga sekitar US$ 100 ribu per unitnya.

ilustrasi app quest oleh nicole michalek. ahli bahasa: stephanus rezy

Tidak sedikit American muscle car bergaya retro yang telah mengalami ‘kelahiran kembali’, seperti yang terjadi pada Dodge Challenger, Chevy Camaro dan Ford Mustang. Angka penjualan mobil-mobil tersebut pun mencapai angka yang cukup tinggi. Dengan adanya kenyataan tersebut, tak heran jika kemudian banyak perusahaan mobil AS menghadirkan muscle car lainnya ke pasaran. Salah satu muscle car yang telah hadir kembali adalah FireBreather, yang bisa dikatakan sebagai TransAm abad ke-21. Setelah General Motors menghentikan produksi mobil sport merk Pontiac, peluang munculnya Firebird baru diragukan dapat terjadi. Namun, kehadiran FireBreather menjawab keraguan tersebut. Dibangun dengan platform Camaro SS, FireBreather dilengkapi dengan mesin V8 supercharged dengan 600 horsepower. Mobil yang akan hadir dalam film sains fiksi Jinn ini dilengkapi dengan suspensi, rem dan body dengan teknologi terbaru, namun tetap memiliki bentuk pintu dan atap seperti Camaro pendahulunya.

Produksi FireBreather akan dilakukan perusahaan pembuat film Jinn bersama perusahaan mobil asal Micihigan. Hanya sekitar 50 mobil yang akan diproduksi, dengan harga jual sekitar US$ 60.000.Sementara itu, Heide Performance Products ‘membangkitkan’ dua muscle car Chrysler, Dodge Daytona dan Plymouth Superbird. Keduanya dibangun dengan kerangka dasar Challenger. Superbird dan Daytona merupakan ‘monster jalanan’ yang legendaris pada eranya, mesin balap yang didesain merajai NASCAR, sampai kemudian peraturan yang diciptakan membuat mereka ‘punah’. Meski tidak berumur panjang, kedua jenis mobil tersebut masih dicintai oleh Mopar dan para pecinta mobil cepat lainnya (apalagi dengan sangat langkanya Plymouth klasik di pasaran). Dijual dengan harga sekitar US$ 16.395, muscle car keluaran HPP dilengkapi dengan lampu depan pop-up klasik, kap mobil alumunium, sayap belakang basket handle, lampu belakang bentuk baru, roda 20 inci, instrument board modern, tongkat persneling retro, serta karpet mobil. Tersedia juga pilihan upgrade mesin, dengan biaya hingga US$ 42.000 lebih mahal dari harga mobil Challenger.

CROCODILE ROCK Nissan Juke mungkin adalah mobil yang paling membingungkan yang pernah diproduksi Nissan: mobil aneh berukuran kecil yang tampak seperti gabungan antara mobil sport dan SUV. Benar-benar sesuai dengan strategi pemasaran Nissan, pilihannya adalah Anda akan mencintai mobil tersebut, atau membencinya. Meski demikian, setelah menghadirkan GT-R dan Cube, paling tidak Anda harus memberikan sedikit penghargaan kepada Nissan karena berpikir out-of-the-box. Namun, dengan lampu belakang yang berbentuk seperti bumerang dan bagian depan mobil berbentuk moncong buaya, timbul pertanyaan apakah Nissan berpikir terlalu keluar dari kotak? Hanya waktu—dan angka penjualan—yang akan menjawabnya.

auto update

IT’S ALIVE!

berita terbaru, review, dan bermacam info dari the automotive world. TEKS: nicolas stecher

Hennesy Performance ternyata tidak tanggung-tanggung saat menanggapi lelucon tentang ‘modifikasi mobil tercanggih di dunia’ yang dibuat pelawak Larry the Cable

dan keamanan tercanggih saat ini. Modifikasi yang dibuat termasuk pemakaian mesin V-8 6,2 liter supercharged dengan 575 horsepower, TV satelit, fasilitas Internet kecepatan tinggi, plus torque yang cukup untuk menarik mantan Cawapres AS Sarah Palin ke abad 21. VelociRaptor APV juga dilengkapi dengan kaca dan body anti peluru, membuat mobil tersebut benar-benar cocok untuk dipakai berkunjung ke Ciudad Juarez.


seoul

Para kaula muda ibukota Korea Selatan mempunyai desain untuk masa depan. TEKS: PAUL CAINE.FOTOGRAFI: SHARON KIM ahli bahasa: Indri Z Sejati

BANYAK HAL MENGENAI SEOUL yang mengganggu pada sekilas pandangan pertama. Besar: Hampir 11 juta orang yang menjadikan Seoul, ibukota Korea Selatan sebagai tempat tinggalnya, lebih banyak dibandingkan New York dan Hong Kong. Kota yang makmur tapi tetap sedikit berpandangan konservatif. Korea Selatan memiliki kekuatan industri, pengekspor komputer dan televisi, tapi disisi lain mesin ekonomi ini selalu melebihi sisi kebudayaan itu sendiri. Hal ini akan segera berubah, karena para generasi muda Korea Selatan

Art2513

yang terdiri dari seniman, perancang, dan wirausahawan berlomba untuk membangun kota tersebut. Mereka muda dan berani, berbeda dari kebanyakan orang di Korea Selatan yang merupakan masyarakat pekerja korporasi. Mereka tidak mempunyai kenangan suram perang Korea, seperti yang dialami para orang tua mereka, dan sekarang telah banyak perbedaan dalam bangsa tersebut. Banyak anak muda Korea yang bersekolah di luar negeri, dan

Dari kiri: Namjoo Woo; Soorin Kim; Hyewon Park.

Kongbul MAKANAN ALA KOREA tidak pernah benar-benar ada yang baru. Apa yang ada saat ini, merupakan variasi dari beberapa jenis makanan yang telah lama ada, dan bagi mereka makanan adalah hal yang harus dinikmati bersama. Contohnya Kongbul, restoran yang telah lama menyajikan hidangan yang serupa kepada khalayak umum di Hongdae. Kami duduk dan pelayan menyajikan nasi dan

membawa pengaruh positif lewat ide-ide baru mereka. Ini terlihat di ART2513, sebuah organisasi yang bertujuan untuk memperkenalkan seniman visual muda. Galerinya berlokasi di Insadong, sebuah area yang terkenal dengan seniman dan pendatang asing, dan baru-baru ini mereka membuat pertunjukkan bagi para fotografer muda yang belajar di Amerika Serikat. Biaya sewanya sangat tinggi mereka hanya memesan tempat untuk seminggu, yang mana membuat salah seorang seniman, Soorin Kim, tidak dapat hadir - dia harus menghadapi ujian akhirnya di Parsons di New York City dan harus terbang kembali ke sana pada hari pameran tersebut dibuka. Di sana, Kim magang untuk Ryan McGinley, dan foto-fotonya memperlihatkan beberapa ciri khas yang dimiliki mentornya. Shot yang samar-samar berupa ungkapan titik kilas masa muda antara kepolosan dan kedewasaan - dengan kata lain,

merupakan karya berani dan bersifat konfrontasi yang belum pernah dikenal di Korea. Manajer ART2513 Hanseung Baik mengatakan aliran utama kalangan seni di Seoul merupakan “hal yang terlalu dibatasi dan membosankan.” Ini malah menjadikan banyaknya orang yang tidak bisa membedakan uang dan selera. “Seni seharusnya tidaklah mahal,” kata Baik, dan karena itulah ART2513 muncul. “Para kolektor muda akan menikmati apa yang mereka lihat-lalu mereka akan mulai untuk mengoleksinya. art 251 3.c om

beberapa banchan - pilihan makanan ringan yang selalu hadir di setiap meja di Korea. Terkadang yang disajikan adalah kimchi, yang merupakan hidangan paling terkenal dari negara Korea, ataupun hidangan udang kering dengan saus cabai, sayuran rebus, atau fishcake. Pelayan kami menyajikan porsi besar bulgogi babi pedas dan tauge ditambahkan cumi-cumi yang ditempatkan diatas meja pembakaran. Makanannya menggiurkan dan lezat. Orang-orang di Hongdae semakin menyukainya karena sajian ini menggunakan minyak pedas.

kongbu l.com

Ucapan terima kasih untuk Julia Mellor dan Chad Burton


men (and women ) in uniform

Yohimbe

HONGDAE, SEBUAH KAWASAN dekat Universitas Hongik yang terpandang,tempat yang akan kamu kunjungi jika kamu berjiwa muda, fashionable, dan ingin minum-minum hingga mabuk, dan menikmati daging bakar. Kami tentu saja telah cukup umur untuk mabuk-mabukkan, namun hari masih terlalu sore, jadi kami pergi ke ruang bawah tanah yang merupakan bar Yohimbe. Dengan tampilan beton kasar (cor-coran), cahaya minim, dan indie rock, ini bukanlah tempat minum-minum yang tergolong biasa di Korea. Si pemilik Hyungmin Jeon sengaja menatanya seperti itu. Ia dan rekannya membuka Yohimbe tiga tahun lalu setelah bekerja di toko rekaman dekat daerah tersebut. Jeon menganggap bar sebagai tempat pelarian dari hiruk pikuk rutinitas kerja di Korea saati ni. “Saya tidak suka dengan perubahan yang cepat di Korea.” Sambil ia menuangkan dua gelas wine, “Tidak pernah terpikirkan ada tempat untuk bersantai sambil diiringi musik,”. “Aku suka hal yang berkualitas dan kemudian mengembangkannya.”

GENERASI MUDA SEOUL selalu terobsesi dengan trentren terkini, aksi-aksi K-pop yang mempunyai cirri khas yang terus berganti atau kaos dengan jenis tertentu. Ini adalah tempat yang sangat menjanjikan jika kamu ingin membentuk grup boy bands, akan sedikit lebih sulit jika kamu berusaha mendirikan perkumpulan musik yang independent (beda dengan mainstream). Oleh karena itu, hal yang sangatlah menyenangkan untuk dapat bertemu Minkoo Kim, yang lebih dikenal sebagai DJ SUPERSLUTTT. Kami bertemu di kantor Locksmith Music, sebuah label rekaman dan klab yang berkolaborasi dikawasan elit Garosugil. Kim telah bekerja di Locksmith selama dua tahun, ikut turut

membangun Locksmith menjadi basis aliran underground Seoul. Pada saat ia sedang tidak mengadakan pesta atau menjadi DJ di tempat rekaman pada jam 5 pagi, dia sedang bekerja di blog

foto pestanya, You Were Sleeping. Kim menyadari bahwa selera di Korea tidak memberikan cukup ruang bagi para penggemar musik independent. “Perbedaan terbesar antara musisi main-

dj SUPERSLUTTT/ Locksmith Music

Jalanan Seoul dipenuhi oleh beragam jenis seragam. Baik itu gaya anak muda yang bertugas di militer, gaya seorang penunjuk arah jalan, atau penjual makanan yang dipaksa melakukan hal yang konyol, seakan tampilan pakaian yang menarik tidak ada habisnya.

stream dan underground adalah musisi mainstream sering kali diidolakan” ia berkata. “Anak-anak yang lebih muda memuja mereka dan meniru apa saja yang mereka lakukan. Underground sendiri lebih tentang selera perseorangan.”

locksmithmusic .com youw ere sle epi ng.

com

057


Changduk Kim

Super Color Super UNTUK BAND INDIE yang sedang melakukan tur dunia, benua Asia adalah hal pehuh resiko. Biaya penerbangan yang mahal, klub-klub yang letaknya berjauhan, dan promotor yang tidak terlalu profesional, yang artinya akan banyak hal yang harus dilakukan sebelum pulang ke negara asal. Sean Maylone, berasal dari California yang telah tinggal di Seoul sejak 2006, ingin merubah semua itu. Kami bertemu dengan Maylone sekitar jam 11 malam. Ia sedang menata sebuah klub untuk pertunjukkan chip tune-act Perancis bernama DAT Poilitics; menyetel panel audio, mengecek daftar tamu juga makanan untuk band. “Kami berusaha untuk menciptakan suasana yang berbeda dan seru,” kata Maylone. Dia berbicara tentang perusahaan promotor miliknya, Super Color Super, yang bertugas mendatangkan grup band indie dari negara barat ke Korea Selatan, meskipun bisa juga yang dimaksud adalah berbicara mengenai band miliknya, Sighborg, yang sering menjadi band pembuka bagi

konser Super Color Super. “Tujuan akhirnya adalah membangun jaringan, dan membuat tur di Asia seperti di sana,” jelasnya. Dengan pertumbuhan komunitas rock di Cina yang cepat (mereka baru saja mendatangkan Carsick Cars, band popular Beijing) dan bertahannya pengaruh Tokyo, banyak band dapat mengikuti tur tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Super Color Super berhasil mendatangkan Mount Eerie, Handsome Furs, Xiu-Xiu — semua band tersebut belum pernah ke Korea sebelumnya. Maylone sering menamai penampilan mereka sebagai “Debut Korean Performance,” sebuah nama yang cocok dengan sifat perusahaannya yang dinamis. Kadang banyak menonton, kadang sedikit bahkan sepi – walaupun penampilan DAT Politics kemarin laku keras, Maylone telah siap rugi untuk pertunjukkan-pertunjukkan selanjutnya. “Ini masih merupakan uji coba,” katanya.

IBUKOTA DESAIN didunia. Inilah yang digembargemborkan Seoul sebagai kota yang modern. Walaupun Seoul adalah benar ibukota desain dunia, hal ini sama sekali tidak terlihat. Komplek-komplek apartemen yang tinggi menjulang bersebelahan stau dengan lainnya, dan gaya arsitektur yang terlihat biasa justru cenderung berbentuk “kotak” dan “kaku”. Lalu kami pergi ke pusat komunitas desain kota Seoul, dan berakhir di studio Changduk Kim, si pencipta Universal Toilet. Karya-karya muda kreatif yang telah diciptakan meseakan menjadi bukti .

Sebelum menyelesaikan pendidikannya, ia menjadi tenar melalui karyanya bernama Universal Toilet, toilet berdesain khusus yang dapat diakses kursi roda, memberikan solusi untuk segala masalah: bagaimana memberikan kehormatan yang layak bagi para penyandang cacat tanpa memakan banyak tempat. Toilet tersebut juga dapat digunakan oleh non-penyandang cacat sekalipun, karya desain yang berbeda dengan karya lainnya. “Selain membuat bendabenda menjadi indah,” Kim menerangkan, “bukankah tugas seorang desainer adalah memecahkan

General Idea

TENGKORAK MERUPAKAN benda yang sedikit aneh namun umum, terasa ganjil untuk melihat setumpukan tengkorak berbahan perak didalam lemari pendingin bernuansa vintage, diapit oleh blazer berpotongan kokoh, celana, dan model kancing bawah. Inilah hasil karya dari BumSuk Choi, sang desainer General Idea. Garis-garis berani, serta sweaters gaya Ivy League. Kami mampir ke tokonya untuk melihat koleksi terbarunya. Bagaimana perkembangan fashion di Seoul telah berubah selama 10 tahun terakhir? Saya suka mendesain di Seoul. Gambaran fashion di Seoul telah berubah dengan luar biasa, tapi kita masih banyak hal yang harus dilakukan ke depan.

masalah?”.Toilet tersebut memperoleh pengakuan saat Piala Dunia 2008, yang digelar di Seoul, dan desain tersebut sudah mendapat hak paten diseluruh dunia. Proyek Kim selanjutnya menggabungkan unsur kegunaan dan ide cemerlang lainnya. Sebagai contoh, kabel listrik yang di desain seperti keran air merupakan pernyataan akan kesadaran tentang pemakaian energy. uni ver sal -to ile

t.c om

Darimana kamu mendapatkan inspirasi? Saya biasanya mendapatkan inspirasi pada saat saya tidak sedang bekerja. Lebih tepatnya, pada saat saya tidak melakukan apapun. Pada saat saya berdiam diri, ide-ide itu mengalir muncul.

Dimana tempat favorit kamu untuk bersantai di Seoul?

Masing-masing daerah memiliki peranan yang berbeda-beda. Saya menyarankan ke daerah Hanam - dong dan Itaewon.

gene rali dea. co.k r

sup erc olo rsu per

.co m


Dare To Be Rare

Three young Korean designers to watch Pr opaganda

Dong-Woo Park dan JeeWoong Choi menjalankan Propaganda, perusahaan yang khusus bergerak di bidang poster untuk konser dan lokal untuk peluncuran film Hollywood. Imajinasi mereka tidak terbatasi media yang digunakan, dan karena itulah mereka menyukainya. “Kami menyerap intisari dari film lalu menerjemahkannya pada media cetak,” kata Choi. “Kami tidak tertarik untuk mengisi dan memenuhi keseluruhan poster dengan gambar selebriti.”

PADA SAAT KITA MELANGKAH masuk ke dalam Dare To Be Rare, toko pakaian dan perabotan bernuansa vintage dikawasan elit Apqujong, pemiliknya Ben Park menyapa kami dengan bahasa Inggris yang fasih. Ternyata ia sempat mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Atas di Virginia. Park mulai menyukai pengaruh aliran Vintage pada saat di Amerika Serikat, dan saat ia kembali pulang ke negara asalnya ia memutuskan untuk membuka tempat yang menjual benda-benda eklektik, barang berkualitas seni. Seperti jam tangan tua, beberapa tanduk hewan, kursi kerja berbahan kulit yang empuk, atau bisa juga rompi dengan kualitas jahitan yang sangat baik, asalkan selama Park menyukainya. “Aku suka menyimpan semua hal,” katanya. Ia memiliki keyakinannya yang kuat untuk melawan apa yang sebut orang-orang Korea “phobia akan barang-barang bekas,” menunjukkan ke kalangan lokal Korea bahwa benda-benda kuno bisa jauh lebih berharga dibandingkan mengikuti tren terkini. dar eto berar e.c

Red Studio

red stud io. co. kr

Nam e Factory Stud io

o.k r

TIDAK ADA PLANG TULISAN diluar. Tidak ada yang terlihat berbeda– hanyalah sebuah gedung di kawasan Hongdae. Sampailah kami dilantai paling atas, terdapat pintu yang terkunci dengan tulisan Red Tattoo. Kami mengetuk pintu, munculah sesosok wanita yang menarik dengan tinggi semampai. Namanya Guhuul – orang Korea asli – dirinya mencerminkan: refleksi kebudayaan generasi muda yang semakin kurang tertarik dengan adat-istiadat sosial dari generasi-generasi terdahulunya. Studio tato merupakan hal yang masih dianggap tabu di Korea. Walaupun saat ini tato sudah lebih populer dibanding sebelumnya, tato masih belum dapat diterima khalayak luas sebagai sebuah bentuk seni di Korea Selatan. Praktisi seperti Guhuul berada di area abu-abu: generasi tua masih tidak menerima tato, sementara generasi muda semakin banyak yang tertarik bergelut dibidang ini. “Model yang paling diminati adalah tato yang berukuran kecil Guhuul menjelaskan. “Saya lebih menyukai tato berukuran besar, karya yang penuh dengan warna dan detail.” Komunitas tato di Seoul baru saja mulai berkembang, masih mencari jati diri. “Setiap orang ingin berkunjung ke Amerika Serikat karena budaya tato sudah jauh lebih maju dan berkembang disana,” Guhuul berkata. “Ada banyak kreativitas disana, juga penerimaan dan penghargaan dari khalayak umum”.

prop a-ganda .co. kr

namefac tory.co .kr

Ichan Cheong menyusun permainan kata dan double entendres (kalimat bermakna ganda) dari gabungan bahasa: Cheong, yang sekolah desain di Emirates, bisa berbahasa Inggris, Korea, dan Mandarin. Kampanyenya untuk Kiehl’s bergantung kepada perpaduan antara kata heart dan earth, branding yang ia ciptakan menggunakan pemilihan kata yang simbolis secara cerdas. “Seoul sudah mulai peduli tentang desain,” Cheong bercerita kepada kami.

Oh Yeon Ky oung

Aku terinspirasi dari kehidupan sehari-hari.,” kata Oh Yeon Kyoung, seorang illustrator yang sketsanya unik dan beda.Banyak klien periklanan dan kolektor tertarik dengan koleksinya. “Saya banyak terinspirasi oleh perempuan! Saat melihat gaun cantik, saya langsung berimajinasi.”

059


Å Land

clothes encounters

The XOXO Kids

060

GUNAKAN SUBWAY menuju kawasan Hongdae di malam akhir pekan,menyelinap ke gang-gang kecil, dan kamu akan menemukan gerombolan orang dengan polo shirt yang menggunakan bahasa Inggris. Selamat datang di Korea Selatan, tempat para fresh graduate dari Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan Inggris Raya. Obsesi nasional dengan bahasa Inggris menyebabkan menjamurnya kursus bahasa Inggris private, dengan staf pengajar yang merupakan native speaker Mereka datang karena besarnya gaji dan biaya hidup sering kali ditanggung perusahaan. Chad Butler; model, blogger street style, dan pembuat pesta adalah salah satu guru Bahasa Inggris yang beda dari yang lain. Dari Kanada, ia datang ke Korea Selatan dua tahun yang lalu. Ia pun berkecimpung ke dalam komunitas klub underground dan mulai membuat jaringan komunitas. “Para orang-orang dikomunitas ini masih muda,” ia berkata. “Terkadang hanya aku sendiri orang asing yang ada disini.” Ia sudah sering mengadakan pesta, termasuk pesta yang baru saja ia adakan bertema “B.Y.O.G.B” (Bring Your Own Ghetto Blaster) berlokasi dibawah tanah salah satu jalan raya kota Seoul, sementara blognya, The XOXO Kids, adalah suara yang berpengaruh dikalangan fashion Seoul, berisi photo-photo dari anak muda para clubgoers yang berpesta seperti tanpa mempedulikan dunia. the xox oki ds. com

Kia, Namyang Design Center

Korea selatan tumbuh menjadi negara perekonomian yang diperhitungkan karena berbagai macam industri, namun bidang otomotif lah yang paling dikenal, salah satunya adalah Kia, merek terkemuka di Korea Selatan. Di kota Namyang, Kia memiliki pusat uji coba. Seluas hampir seukuran 500 lapangan sepak bola, dilengkapi track uji coba, parkiran yang penuh berbagai macam kendaraan dari merek pesaing, dan museum. Terowongan angin yang menghabiskan dana jutaan dolar– berbentuk ruangan besar dengan dinding-dinding berlapis, alat-alat pengukur, dan baling-baling untuk menciptakan simulasi pada saat angin kencang. Hal inilah yang membuat Kia mampu membuat kendaraan seperti Kia Soul, SUV Crossover yang hemat bahan bakar sebanyak hampir 30 persen yang mampu menempuh jarak 30 mil per gallon dijalan raya.

KAMI LANGSUNG JATUH CINTA dengan A Land, sesaat kami sampai. Toko besar yang menyediakan berbagai macam jenis pakaian (memiliki lima toko di kota Seoul, dan juga memiliki toko online) menjual koleksi-koleksi pilihan dari pakaian dan aksesori dengan nuansa urban yang berkualitas. A.P.C kancing – bawah ada di setiap rak, kaos vintage juga ada, mereka membiarkan berbagai macam pakaian menumpuk menjadi gundukan besar yang memberikan sensasi tersendiri saat kita mencari barang yang kita idamidamkan . Jam Casio tahun 80-an berjejer dibawah meja kaca. Juga tas kurir, sepeda buatan Belanda yang sangat mahal. Berbagai macam mainan, alat-alat tulis unik, jeans edisi terbatas – “Omnivorous”. Doughnut Plant toko pastries franchise yang terkenal asal New York tersedia dilantai tiga. A Land bisa jadi satu-satunya tempat belanja terbaik yang terdapat dikota Seoul. a-land .kr

But if you want to go cheap...

Datanglah ke KWANJANG FABRIC MARKET, sebuah basar pakaian yang sangat besar dijantung kota Seoul. Banyak sekali pakaian-pakaian bekas ditempat ini, dan tidaklah rugi berkunjung ke tempat ini. Pada saat kami berada disana, kami tidak sengaja bertemu desainer Korea Park Jong Chul dari Sling Stone, yang bercerita kepada kami kalau ia sengaja berjalan-jalan ke tempat tersebut untuk mendapatkan inspirasi.

kwangjangmar

ki a. co m

ke t. co .k r parkjongchul. com



taste (1/12)

check mate

it’s a plaid, plaid, plaid, plaid world. name: MAESA NICHOLAS MONTGOMERY. age: 26. occupation: MANAGING EDITOR. what are you wearing? shirt by PULL AND BEAR, t-shirt by zara, jeans by pull and bear, sunglasses by emporio armani, boots by dr. martens.

062


ben sherman, IDR 990.000

tosavica, idr 239.000

dkny jeans, idr 650.000

adidas slvr, idr 1.150.000

zara, idr 439.900

evisu, idr 1. 650.000

monday to sunday, idr 375.000

zara, idr 439.000

original penguin, idr 890.000

unionbay, idr 360.000

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia.

d.gnak, IDR 980.000

Zara, IDR 499.900


taste (2/12)

major denim it never gets old.

name: KEENAN PEARCE age: 19. occupation: STUDENT. what are you wearing? SUNGLASSES BY RAYBAN, WATCH BY ROGER DUBUIS, SHIRT BY ZARA, HOODIE BY CLUB MONACO, DENIM jacket by LEVIS, PANTS by h&M, shoes by ZENIE SHOES WORK.

064


lee, rp. 800.000

mad hectic, rp. 4.100.000

mad hectic, rp. 4.748.000

levis, rp. 3.550.000

easton, rp. 480.000

peter says denim, rp. 350.000

lee, rp. 1.400.000

peter says denim, rp.350.000

levi’s, idr 1.499.000

levi’s. idr 899.900

lee, price by request

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia.

chaps denim, rp. 700.000


taste (3/12)

distress case rip it up and start again. name: he rvi n koencoro. age : 28. o c c u p a t i o n: fashion director. what are you w e ari ng? S h i rt by topman , hat by t o p man , j e ans by zara shoes by to p man , v i n t age hat and n e c k l a c e.

066


cheap monday, idr 650.000

diesel, idr 2.800.000

16ds, idr 435.000

zara, idr 599.900

peter says denim, idr 395.000

peter says denim, idr 500.000

commonwealth utilities, price by request

dsquared², idr 4.950.000

levi’s, idr 600.000

d&g, idr 4.750.000

zara, idr 439.000

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia.

16ds, idr 445.000


taste (4/12)

wrist watch you can do better than silly bandz.

nam e : s a k rya ad i guna . ag e : 2 6 . o c c u p a t i o n : r o c k n r o l l maf i a manag e r / p r o m o t i o n e x e c u t i v e . w h a t ar e y o u w e ar i ng ? g l a s s e s by d i o r h o mm e , s h i r t by far , n e c k l a c e by h o u s e o f j e a l o xy , bra c e l e t s by t h o ma s s ab o , j e an s by 1 6 d s , b o o t s by dr . mar t e n s .

068


thomas sabo, idr 3.411.000

tod’s, idr 2.250.000

bottega veneta, idr 5.600.000

topman, idr 240.000

thomas sabo,idr 1.533.000

thomas sabo, idr 4.369.000

gucci. idr 2.800.000

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia.

soe hoe, idr 289.999


taste (5/12)

tOP OF THE POP

up, up, here we go.

name: rezaindra o. age: 24. occupation: editor/ stylist. what are you wearing? cardigan by pull and bear, jeans by topman, watch by swatch, shoes by adidas, vintage tank top, bracelets and necklaces.

070


puma, idr 1.200.000

louis vuitton, idr 6.300.000

vans, idr 1.300.000

salvatore ferragamo, idr 5.500.000

marc jacobs, idr 5.000.000

adidas, idr 1.200.000

adidas, idr 1.500.000

yves saint laurent, idr 5.252.000

calvin klein, idr 3.750.000

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia.

lanvin, price by request


taste (6/12)

the tees let’s just be simple. name: Junior Liem. age: 25. occupation: student. what are you wearing? t-shirt by metrox, watch by nixon , belt by lacoste, jeans by ksubi, shoes by nike, headphone by wesc.

072


topman, idr 500.000

pull and bear, idr 199.900

the howler terror club, IDR 90.000

the howler terror club, IDR 95.000

josh slater for blood is the new black, idr 420.000

converse one star, idr 130.000

pull and bear, idr 199.900

lanvin, price by request

diesel, idr 600.000

volcom, idr 200.000

topman, idr 320.000

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia

pull and bear, idr 199.900


taste (7/11)

back load

BRING PACK IN THE BACK.

nam e : o N IK . ag e : 2 8 . o c c u p a t i o n : p HOTO G R A PHE R . w h a t ar e y o u w e ar i ng ? s w e a t e r by L A COSTE , j e an s by H A R D W A R E , C U STO M W A TCH , s h o e s by CO N V E R SE R E D E D ITIO N , b A CP A CK B Y TOS A V IC A .

074


gucci, price by request

DC, idr 350.000

KRISS VAN ASSCHE, price by request

vANS, idr 750.000

NIKE X SWAGGER, idr 600.000

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia.

ZARA, idr 799.000


taste (8/12)

regular case normal can never be wrong. name: agra s a t r i a . ag e : 2 5 . o c c u p a t i o n : gra p h ic and jewel ry d e s i gn e r . w h a t are y o u w e ari ng? j e ans by nudie, g l a s s e s by mar c by mar c jac o b s , wat c h by t o y wa tch , n e c k l a c e by far . maj i c , s h i r t by jvs t i fy, c ard igan by (x ) s m l , sh o e s by mai s o n mar t i n marg i e l a.

076


easton. idr 480.000

easton, idr 460.000

peter says denim, idr 550.000

easton, idr 710.000

zara,idr 439.900

levi’s, idr 1.380.000

elhaus, idr 800.000

16ds, idr 425.000

16ds, idr 445.000

peter says denim, idr 480.000

sober, idr 550.000

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia.

levi’s x fenom, idr 2.700.000


taste (9/12)

cARDYLOGY

hit all the right buttons.

nam e : andr e a s t am p ub o l o n . ag e : 2 8 . o c c u p a t i o n : gra p h i c ar t i s t . w h a t ar e y o u w e ar i ng ? c ard i gan by l a c o s t e , s h i r t by a l l t h e t h i ng s i ’ v e d o n e , b e l t d e b e n h am s , p an t s by s t ab , wa t c h , c a s i o dara ban k , s h o e s , ga p , n e c k t i e v i n t ag e .

078


etro, price by request

danjyo hiyoji, idr 320.000

monday to sunday, idr 325.000

dkny jeans, idr 800.000

tosavica, idr 199.000

soe hoe, idr 699.999

stussy x bape, idr 2. 450.000

pull amnd bear, idr 699.900

pull and bear, idr 499.900

j.lindeberg, idr 1.850.000

stussy, idr 900.000

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia.

zara, idr 799.900


taste (10/12)

in a snap

make some memories. nam e : raja s i r e gar . ag e : 2 4 . o c c u p a t i o n : p h o t o gra p h e r . w h a t ar e y o u w e ar i ng ? t - s h i r t by m e t r o x , j e an s by un i q l o , s h o e s s u p ra , wa t c h by g - s h o c k , c am e ra by c an o n .

080

by


sony, alpha nex-3, idr 6.000.000

panasonic lumix dmc-g10, idr 5.400.000

olympus pen e-pli, idr 6.000.000

samsung nx10, idr 7.000.000

leica v-lux 20, idr 7.000.000

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia.

canon eos rebel t2i digital slr camera, idr 9.000.000


taste (11/12)

SHORT TIME

LET THE show beginS.

nam e : D an i an w i c h a k s o n o . ag e : 1 9 . o c c u p a t i o n : bar t e nd e r . w h a t ar e y o u w e ar i ng ? s w e a t e r by t o s av i c a , s h i r t by p u l l and b e ar , s h o r t by mag i c h a p p e n s . s h o e s by z e n i e s h o e s work.

082


pull and bear, idr 399.900

pull and bear. idr 399.000

pull and bear, idr 399.900

the north face, idr 350.000

fox, idr 616.000

pull and bear, idr 399.900

billabong, idr 400.000

volcom, idr 300.000

pull and bear, idr 399.000

carhartt, idr 300.000

pull and bear, idr 499.900

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia.

old navy, idr 195.000


taste (12/12)

cap-tain awesome start cover your head.

nam e: tb rizky. age : 24. occupation: it network e ng i n e e r . what are you w e ari ng? cap by any th i ng , po l o sh i r t by lacoste, b l aze r by life af t er d e n i m , j e ans by nud i e , s h o e s by vans .

084


yankees levon denim new era, idr 320.000

magic happens, idr 85.000

quicksilver, idr 240.000

yankees new era, idr 335.000

new era, idr 330.000

fox, idr 220.000

the hundreds, idr 400.000

portrait: raja siregar. still lifes: rezaindra o and mentari ofelia.

the hundreds, idr 390.000


RADAR

086

joel: jaket by topman, kemeja by calvin klein, jewelry milik pribadi; benji: pakaian, topi dan jewelry milik pribadi.

american


splendor Walaupun mereka telah menjual jutaan keping album di seluruh dunia, personel good charlotte tetap menjadi sosok sekelompok small town boys oleh Stefan marolachakis , fotografi oleh jimmy fontaine

stylist: karen levitt. grooming: christine cherbonnier.


joel: jaket dan kemeja by burberry brit, celana by topman, dasi from screaming mimi’s, sepatu pribadi; benji: jaket by topman, pants by burberry brit, vest, kemeja, sepatu, topi dan jewelry milik pribadi.

“saya ingin menjadi bagian dari gambaran American rock n roll.” joel madden

088

DARI KIRI : joel dan benji madden

Istilah “band pop punk” memang tidak bertahan lama, tapi entah mengapa para personel grup Good Charlotte – sebuah band yang dibentuk oleh dua saudara kembar Joel dan Benji Madden pada sebuah konser Beastie Boys di Patriot Center, Virginia pada tahun 1995 – mampu mempertahankan eksistensi mereka hingga hampir 15 tahun lamanya. Keduanya memulai grup ini dengan mengirimkan demo band ke perusahan rekaman sambil bekerja di sebuah restoran pizza untuk membantu keuangan keluarganya. Walau menjalani hidup sederhana, namun bukan berarti mereka kekurangan rasa percaya diri. “Kami tidak pernah bermaksud untuk bergelut di label indie dan menjadi sosok pria keren,” kata Benji. “Kami ingin menjadi band terbesar di dunia. Kami mempunyai impian untuk membelikan rumah untuk ibu kami.” Ketika band-band baru tidak berani untuk mengakui harapan mereka karena takut terlihat norak, pernyataan mereka tadi terdengar sangat jujur. Maddens bersaudara ini sangat percaya diri, mereka bahkan pernah membatalkan sebuah kontrak rekaman. “Kontrak

pertama yang kami dapatkan datang dari Columbia Records,” ungkap Joel, sebelum Benji memotong dan menyelesaikan kalimatnya “Kami hampir saja menyetujui kontrak itu, tapi kemudian saya berkata, ‘Tidak. Kami akan menjadi lebih besar.’” Satu setengah tahun kemudian, mereka menandatangani kontrak dengan Epic. Musim panas kemarin, setelah 10 tahun bersama Epic, Good Charlotte menandatangi kontrak baru dengan Capitol Records dan merilis album kelima, Cardiology di bulan November. Mereka terlihat ‘lapar’ seperti biasanya. “Sejujurnya, kami jauh lebih menginginkannya sekarang,” kata Joel. “Apa yang kita lakukan ini berbeda dengan apa yang dilakukan kebanyakan band lainnya. 99 dari 100 orang Amerika di negeri ini pergi ke Hard Rock Café, memesan cheeseburger, dan mendengarkan Billy Joel atau Aerosmith. Saya ingin Good Charlotte seperti itu, menjadi bagian dari gambaran American rock ‘n’ roll. Itu impian kami.” Mereka dibesarkan di sebuah kota kecil Maryland, yang selera musiknya dibentuk oleh radio lokal disana, ini jelas terdengar pada album-album Good Charlotte. “Terdapat sebuah Americana vibe yang nyata di album Cardiology ini. Lagu berjudul ‘1979’ adalah sebuah lagu yang sangat berbau Americana,” kata Joel tentang sebuah track pada album baru mereka. “Lagu ini menggambarkan suasana akhir tahun 70an/awal 80an, saat kejayaan disko berakhir dan digantikan oleh rock ‘n’ roll. Ayah kami adalah seorang tukang daging sementara ibu kami adalah seorang ibu rumah tangga. Inilah gambaran kehidupan orang Amerika saat itu, dan itu yang kami kerjakan dalam album ini. “ Sikap nostalgic ini terdengar mengejutkan karena muncul dari sepasang pria yang dikenal suka menggunakan eyeliner dan jeans belel, tapi sekarang penampilan mereka mulai sedikit rapi jika dibandingkan dengan kemunculan mereka di tahun 2002 lewat album The Young and the Hopeless. Benji sekarang menggunakan topi fedora dan sebuah jaket kulit sementara Joel terlihat rapi dengan vest dan coat tiga perempat warna cokelat. Sudah satu dekade, banyak hal dari Good Charlotte yang berubah. Jadi bagaimana caranya hingga sebuah band dapat bertahan selama ini? “Jawabannya sederhana, kami menjaga kepala kami tetap melihat kebawah dan pergi bekerja,” kata Joel. “Kami menyadari kecintaan kami akan kerjaan ini dan bersyukur betapa kami sangat beruntung memilikinya. Hampir sama seperti kegiatan para buruh pekerja, kami bekerja sekuat tenaga selama 50 jam setiap minggunya.” “Etika kerja kami sepertinya melebihi bakat yang kami miliki,” kata Benji. “Seperti atlet yang bekerja keras,” sambung Joel. “Mungkin bukanlah atlet paling berbakat tapi yang bekerja keras dan banyak berlatih. Hal seperti itu sudah mengalir dalam darah kami. Jika kami tidak melakukannya mungkin sekarang kami adalah buruh. Pendidikan saya tidak cukup dan saya tidak memprediksikan keadaan di tahun depan. Untuk itu kami sangat menekuni pekerjaan kami ini.” Kenyataannya, Joel yang saat ini punya dua orang anak dengan pacarnya Nicole Richie telah berubah. “Saya tidak mementingkan orang harus menyukai band saya, ketika saya pulang kerumah, saya mempunyai dua orang anak. Kehidupan yang sesungguhnya terjadi di rumah. Itulah yang penting bagi saya. Saya mencintai pekerjaan saya, band ini, dan apa yang saya lakukan.” Benji kemudian menyebutkan satu alasan lagi mengapa band mereka dapat bertahan hingga sekarang “Kami benar-benar saling mencintai satu dengan yang lainnya. Apapun masalah yang muncul selama ini, kami selalu berusaha untuk menyelesaikannya.”


here comes your man Pete Yorn membutuhkan pixie dust untuk mengangkat jiwannya. Teks : Rebecca Swanner. Fotografi: Lauren Dukoff. Ketika kesempatan emas berkunjng, mereka biasanya tidak datang dengan cara yang nyaman sekalipun. Bahkan itu berlaku juga pada musisi terkenal. Tahun lalu, Pete Yorn sang musisi-penulis lirik ini lagi menuju ke Omaha, Nebraska, untuk merekam album Back and Fourth di tahun 2009 dengan Mike Mogis, kemudian sebuah email berasal dari-lain tidak lain-Frank Black berada di inbox yang isinya vokalis The Pixies mau memproduseri sebuah album untuknya. Dan secepatnya. “Saya hanya bisa, ‘Shit! I’m going to Omaha!’” teringat Yorn. “Saya beritahu beberapa orang yang ikut saya bekerja dengan saya, dan mereka seperti, ‘Tidak, kayaknya kamu fokus saja ke rekamanmu.’ Saya buru-buru bilang, ‘Apa sih yang kamu omongin? Saya akan melakukannya. Saya punya beberapa lagu…mungkin kita bisa juga membuat EP, yang bergaya punk-rock. ‘Frank memberi saya kamar hotel untuk menginap dan memesan penerbangan (ke Oregon) dan langsung pergi.” Kolaborasi ini telah disarankan oleh salah satu mantan A&R manager Yorn, yang dimana ia berpikir bahwa mereka akan sukses. (Kolaborasi dengan nama-nama besar bukan sesuatu yang baru bagi Yorn; di tahun 2006, ia mempersuasi Scarlett Johansson melalui sms untuk rekaman album duet Break Up, dimana rilis pada tahun lalu). Meskipun Yorn sudah mempunyai niat untuk membuat sesuatu yang lebih pendek bersama Black, tetapi hanya dalam lima hari saja, mereka telah melucuti satu album penuh-album ketujuhnyayang dimana ia putuskan untuk menamainya Pete Yorn. Dan sementara itu tidak terdengar seperti Surfer Rosa, dengan kekuatan penuh gitar dan unsur ketidaksempurnaan, vokal yang kasar, sentuhan Black sangatlah dekat dengan sempurna. “Tentang cerita lagu Pixies yang paling saya dengar itu berada di ‘Stronger Than,’” kata Yorn, sambil bersantai setelah pengambilan foto di sebuah rumah di Venice, California. “Ini mengenai bagaimana suatu gitar akustik menyatu dengan bass dan drum. Saya menggunakan

semua instrument Black, gitarnya, amplinya, jadi semua berjalan secara alami.” Namun Black bukan hanya produsernya. “Dia psikiater saya disana,” Yorn mengaku, sambil mengusap rambut kaku cokelatnya. “Saya menulis lagu apa yang berarti bagi saya…ketika saya mulai menulis lagu-lagu, saya menulis lagu-lagu yang sangat pribadi dan setelah itu saya merasa, ‘Ugh! Saya tidak mau membicarakan hal ini!’ jadi, saya sempat melalui fase dimana semua terasa samar untuk sementara.” Sambil meminum ale miliknya lalu melanjutkan. “Disitu ada beberapa lirik yang ia bantu untuk mendorong saya lebih jauh. These songs were liberating, like, ‘Fuck you!’” Kemarahan dan kepahitan itu sangat gamblang di setiap lagu yang menantang seperti “The Chase,” dimana semua tentang mengambil untung.(“I can see you anytime / That’s why I don’t care / I want what isn’t there”) “Lagu ini hanya untuk mengingatkan bahwa kita harus menghargai sesuatu,” ia menjelaskan. “Saya sering kali terpacu sehingga sering kali saya menjadi ruam; saya mempunyai hal-hal baik yang sedang terjadi dan lalu saya akan menjadi super gelisah dan memotongnya atau lari sekencangnya. Mungkin itu alamiah saya. Beberapa bulan kemudian, saya merasa, ‘What the fuck is my problem?’” Black menantang Yorn yang perfeksionis. Dua hari sebelum rekaman, Yorn terkena flu, dan sementara itu suara ia harus lebih diperdalam. “Ia kira cara presentasi terbaik adalah dengan langsung teriak,” seingat Yorn. “Saya langsung, ‘Dude, I’m sick, suara saya kaya sampah nih.’ Lalu ia seperti,”Ya, makanya besarin dong!’” rencana Black sukses : Yorn mendapat album dari lagu-lagu yang ia cintai. “Suatu ‘hal’ yang berangkat dari kesadaran saya merupakan hal yang saya kasih kepribadian,” katannya. “Saya telah berusaha melucut api, dan akhirnya terbakar juga.”

grooming: cheri keating di the wall group

Listen Up:

teks: khiva iskak

KELELAWAR MALAM JAKARTA

MEMBERS: Sayiba Von

Mencekam (vokal), Deta Beringas (voakl/bass), Fahri Al-Maut (gitar/ vokal latar), Apin Kiamat (drum) Empat kata kejujuran musik mereka; kotor, mentah, kasar, dan menyeramkan. Yes, wajah rock Indonesia kali ini mempunyai warna tersendiri, yaitu horor-punk rock. Konsep dan lirik-lirik yang kental akan hal mencekam, band ini dapat membuat orang tercengang akan konsistensi mereka dalam bermusik. Ini bukan suatu musik yang dapat didengar setiap hari namun sekali mendengar, mereka akan mengguncang kepala tanpa henti!

PLAY THIS:

“Suzannakenstein,” “Bangkit Dari Kubur”

L’ALPHALPHA JAKARTA

MEMBER: Herald Reynaldo (vokal,gitar, toys), Yudishtira Mahendra (bass), Tercitra Winitya (piano), ildo (drum)

Bukan, mereka bukan Sigur Ros, walaupun aliran mereka post-rock dan mirip dengan band Irlandia tersebut. Lantunan lagu L’alphalpha mengundang kita menerawang dan merasuki dunia lain tanpa sadar. Berbagai alat instrumen kreatif di dalamnya ikut membantu menyihir para crowd ketika mereka sedang unjuk gigi. Keunikan pada instrumenlah yang membuat band ini lebih menonjol. PLAY THIS : “Fireworks”, “Fall Asleep+ Auto”


Onrop telah merubah pandangan Aghi Narottama, Bemby Gusti, Ramondo Gascaro bahwa teater musikal itu tidak membosankan. Teks : Khiva Iskak. Fotografi : Raja Siregar.

Three Musical Heads “JOKO ANWAR tidak pernah marah selama enam bulan kita latihan, itulah kehebatan dia sebagai sutradara,” seru Bemby, “Kesabarannya dan menganggap kita semua ini sama, patut kita acungin jempol,” Mondo menambahkan. Jujur saja, saya ingin sekali bertemu para kepala music directors ini pada sore itu di Luna Negra, karena saya terkesima dengan apa yang telah mereka ciptakan untuk musik Onrop! Musikal. Apalagi kita tahu bahwa selera musik mereka sama sekali berbeda aliran dengan apa yang kita dengar di pertunjukan tersebut. Entah kenapa pada sore hari yang bersahabat itu mereka datang memakai baju berwarna hitam berbarengan, sedetik kemudian mereka menertawakan diri masing-masing. Tetapi itulah kehangatan dari ketiga sutradara musik yang saya kira selama ini selalu bersikap dingin. Mereka akui kepercayaan Joko dalam menciptakan musik untuk teater musikal tersebut sebagai tantangan baru bagi mereka. Ketiga musisi ini berkawan dengan Joko sejak tahun 2003 dan telah bekerja sama untuk soundtrack Janji Joni, Kala, dan Pintu Terlarang. “Kita udah enak sih sama dia, karena kita ini satu selera,” kemudian Aghi berpikir sebentar, lalu menambahkan “Dan satu pikiran.” Ketiga musisi ini sebenarnya sudah di-sounding oleh Afi Shamara –produser Onrop!-pada tahun 2007, namun baru

terealisasikan ketika akhir tahun 2009 kemarin. Lalu saya bertanya mengapa mereka mau menerima pekerjaan ini, Bemby menjawab “Untuk hal musikal seperti ini gue udah lumayan familiar, gue saja suka sama scoring dari Disney…jadi kalau kesempatan ada kenapa harus dibuang?” Aghi dan Mondo mengangguk setuju, “Intinya bikin karya itu harus nekat!” tambah Bemby. “Kita itu no talk, more action only. Kita bertiga gak kebanyakan diskusi, ya buat saja. Urusan jelek itu belakangan,” tambah Aghi. Awal proses Onrop! mulai pada bulan Maret. Mereka membuat 30 detik lagu demo untuk proses awal casting. “Kita buat ini supaya mereka dapat gambaran kalau musik di Onrop seperti apa nanti,” Bemby meyakinkan saya. Untuk memantapkan mereka bisa membuat musikal, hampir setiap hari mereka searching sesuai dengan tema Onrop. Membuat musikal itu tidaklah mudah, karenanya mereka pun mendapat arahan dari Joko untuk keperluan jalan cerita. “Dia ngasih arahan tipe lagu untuk yang sedih, seneng, bahkan unsur tradisional juga ada,” sambil menghisap rokok, kemudian melanjutkan “Soalnya Onrop juga menyangkut gerakan, jadi musik (kami) harus berpikir seperti koreografer,” jelas Aghi. Tugas mereka pun tidak berhenti setelah selesai menciptakan 17 lagu dan 6 scoring saja. Selama tiga bulan berlatih, mereka merevisi lagu setiap hari untuk memastikan apakah sudah sesuai atau belum dengan tarian dan lirik. “Kami juga tidak bisa main lepas begitu saja. Kami juga harus terus berhubungan dengan Joko dan Eko Priyanto untuk masalah masuk atau enggaknya,” tegas Aghi. Untuk penyesuaian lagu agar terdengar tepat ditelinga mereka juga turut bekerja sama dengan Indra Perkasa, seorang dirigen orkestra yang ikut melatih diatas panggung selama gladiresik. Dengan bantuan dari sang ahli, semua musik yang dimainkan dalam Onrop! ampuh menyamakan ritme lagu dengan gerakan para pemain.


Listen Up: teks: khiva iskak

SAGUARO BANDUNG Member: Maryam Supraba (vokal), Cahyo Harimurti (gitar)

Musik akustik dengan puisi-puisi diantara jeda lagu, bukan berarti tidak dapat dinikmati setiap hari. Kekuatan pada duo ini, ada pada lirik yang kental Indonesia, vokal yang kuat, dan ritme gitar yang menggelitik sekaligus halus dalam penyampaian. Band yang pernah masuk dalam Panggung Band 2000 ini menjagokan lagu yang sederhana, unik dan representatif bagi band Indonesia yang sedang berkembang. PLAY THIS : EP “Andai”

DARI KIRI: Aghi Narottama, Ramondo Gascaro, Bemby Gusti . stylist: Rezaindra O. lokasi: Luna Negra , pakaian milik pribadi.

Tak hanya lagu saja sebagai salah satu kendala kerepotan yang melanda belakang panggung. Gerakan demi gerakan yang aktif ditampilkan para pemain juga kerap menjadi antisipasi pertama agar pemain tidak kehabisan ‘napas’ untuk melanjutkan adegan berikutnya. “Setelah pergantian scene, para pemain langsung melarikan diri menuju botol oksigen untuk kembali memberikan tenaga mereka.” seru Bemby, “Salut kita sama mereka!” Pujian dan rasa bersyukur tidak berhenti dari mulut mereka, walaupun saya sempat dengar mereka sedikit kecewa dengan sound yang tersedia di Teater Besar TIM. “Yah kita ini kan opening mereka, jadi ya maklum aja karena semua belum berjalan lancar,” Aghi memaklumi. Dari segala apa yang terjadi di backstage, mereka dan semua tim Onrop! Merasa lega, puas dan senang tentunya akan hasil kerja keras mereka selama latihan tiga bulan lebih. “Gimana enggak, banyak orang datang jauh-jauh hanya untuk nonton kita, bahkan hari terakhir booth tiket hampir dirubuhin karena gak kebagian tiket, dari situ aja kita tahu antusias masyrakat seperti apa. Gak disangka banget deh!” seru Bemby. Aghi dan Mondo ikut tersenyum lebar. Dilihat dari kesuksesan secara komersil , seluruh lagu Onrop akan disatukan menjadi sebuah album, namun masih belum ada penentuan kapan akan dirilis. Begitu pula dengan pentas Onrop!

Yang juga dibeberkan akan dipentas ulang diantara bulan Maret atau April. “Semua sudah seperti keluarga bagi kita, selesai Onrop aja rasanya kaya abis diputusin, lifeless, makanya itu kita gak sabar untuk ketemu dan melakukan hal magis itu kembali.” Jelas Bemby. Saya bertanya dampak seperti apa yang ingin dirasakan ketika Onrop selesai, Mondo yang sedikit bicara saat interview mengungkapkan “Gue hanya pengen masyarakat Indonesia bisa menikmati hasil karya anak bangsa lagi, mau musikal, drama, apa aja asal kita bisa melebar kembali,” “Kalau gue pengen wayang orang trend lagi, gak usah takut kelamaan atau ngebosenin tapi bagaimana cara kita mengemasnya aja,” tambah Bemby. Terakhir, saya penasaran untuk menanyakan bagaimana menurut mereka ketika masyrakat tahu bahwa orang ‘indie’ seperti mereka membuat musikal yang dimana jauh dengan konsep bermusik ketiga orang ini, Bemby menjawab dengan tenang, layaknya sudah bosan ditanya seperti ini terus, “Kita ini tim underdog di Onrop, jangan mengkotak-kotakan lah..lagipula ini juga pembuktian kami bahwa orang ‘indie’ pun terbuka juga dalam bermusik, dari kita bertiga ini gak ada yang sekolah musik, bisa buat juga kan?! Haha.”

INNOCENTI JAKARTA Member : Dizan Rilitanto (vokal), Brama Dwi Saputra (Brama), Daniel Sukoco (Daniel), Timmy Turner (Timmy)

Menghilangkan stagnan permusikan Indonesia dengan musik mod scene, Innocenti ingin menghidupkan kembali garage, RnB tahun 60an, soul, dan jadilah pioneer mods band di Indonesia. Irama riang sekaligus lantang ini membawa Innocenti ke dalam urutan tangga lagu nomor empat di Mod Radio UK dengan lagu ‘Better Listen to Us’, jujur, band ini patut diperhitungkan. PLAY THIS : “The Journey of Mr. Who?,” “Better Listen to Us”

091


DARI KIRI: daniel craig, jonathan macfarlane, paul johnson, jordan craig, dan james crook.

Listen Up:

teks: khiva iskak

WORLD’S END PRESS MELBOURNE MEMBER: John

Parkinson (vokal/gitar), Rhys Richards (synthesizers/electronics), Sashi Dharann (bass), Tom Gould (drum/perkusi)

DAnce DAnce

Revolution

Alunan musik pop yang fresh dari Tango in the Attics akan membuatmu berdansa Waltz di dapur. Teks: barry nicolson. FOTOGRAFI: tommy ga-ken wan

Biografi Tango in the Attics bukanlah hal yang menarik untuk dibaca. Kelima personilnya memulai band ini dari sebuah kota kecil di Skotlandia bernama Glenrothes, dimana kota ini hanya memiliki Fife sebagai pusat perbelanjaan indoor terbesar disana. Menurut sang gitaris Jordan Craig, band mereka terbentuk secara tidak disengaja dan sang drummer, Paul Johnson bahkan menyatakan, mereka adalah pria-pria tanpa tujuan hidup. Mereka masuk kuliah, kehilangan minat terhadap band, lalu

kembali bermain musik, mengganti pemain bass dan… “Ini merupakan cerita paling membosankan, bukan?” Kata Johnson sambil menghela nafas. Tidak ada cerita yang aneh dan menarik dibalik nama grup band ini. “Kami pernah mendiskusikan apa nama yang cocok untuk grup ini selama hampir seminggu, dan kami tetap tidak menemukannya, “jelas Daniel vokalis, dan juga saudaranya Jordan. Suatu saat ketika mereka sedang minum-minum bersama di basement bar di Edinburgh, mereka melihat tulisan tentang kursus menari Tango. Lalu terbersitlah kalimat… In The Attic. Mereka suka nama itu dan menjadikannya nama grup. Sekarang, Tango in the Attic telah berada diposisi puncak sebagai next indie breakout band di Skotlandia. Musim panas kemarin mereka meluncurkan debut album, Bank Place Locomotive Society, sebuah album yang mencampurkan ritme Afrobeat dan musik tahun 80an awal yang khas dibawah label Postcard Records. Album ini mendapat banyak pujian, menempati daftar album terlaris di Amazon UK, dan mempunyai dampak besar di dunia internet, khususnya blog. Selama dua tahun, mereka melakukan pertunjukkan untuk penggemar mereka mulai dari Glenrothes sampai ke seluruh Skotlandia. “Sekarang banyak wajah baru yang hadir dipertunjukkan kami,” kata Daniel. “Kami merasa kerja keras kami selama ini telah membuahkan hasil. Para penggemar pun sangat loyal kepada kami. Minimnya fasilitas untuk pertunjukkan yang memadai di Glenrothes, memaksa kami untuk melakukan segala hal sendiri. Jika kamu tidak dikelilingi studio yang bagus dan produser-produser ternama, kamu harus belajar bagaimana mengerjakannya sendiri.” Berkat penampilan mereka di T in the Park tahun lalu mereka sadar, “Bahwa ini bukan main-main,” kata Johnson. “Kami tampil di T in the Park namun cuma punya penonton sebanyak 20-30 orang, jadi kami bekerja keras, menyebarkan flyer setiap akhir pekan untuk mendapatkan penonton yang banyak. Dan hasilnya penonton penuh sampai ke jalanan belakang.” Takdir mereka di dunia musik mulai mendapatkan titik terang, dan Tango in the Attic bersemangat untuk mewujudkannya. Mereka sangatlah berkeinginan untuk melakukan perjalanan tur, dan mengerjakan album kedua secepat mungkin.

Band ini memang terlahir untuk di lantai dansa. Dentuman cosmic disco mereka lah yang membuat kancah musik dunia melirik mereka. Untungnya, awal tahun ini mereka akan meluncurkan album perdana ‘Music For the World’ –yang dimana menjanjikan lagu-lagu non-stop dancing. Tentu saja, kabar mengatakan ketika manggung, mereka enerjik serasa panggung ingin roboh. PLAY THIS : “Faithful”, “Only The

Brave”

THE MAGICIAN BELGIA MEMBER: Stephen

Fasano (DJ)

Setelah ‘putus’ untuk sementara dari Aeorplane, Fasano membentuk solo karirnya dengan “The Magician,” yang dimana bukan saja tentang musik namun Fasano ingin mengembangkan artwork, fashion, video, dan banyak lagi. Walaupun keinginan The Magician masih dengan DJ Set tetapi ia akan menambahkan unsur vokal didalamnya. Apa yang menarik di album pada Januari ini adalah ia tetap menggunakan Balearic atau Italian nu-disco. “Its simply because they are my roots.” PLAY THIS : “Aikiu “Red Kiss”

remix”


lucky break

Mengalami tiga kali patah tangan tidak membuat David Call untuk berhenti mengguluti profesinya sebagai seorang aktor. Teks : Holly Siegel. Fotografi : Bradford Gregory.

stylist: anna katsanis. groomer: antea king see management.lokasi: sandbox studio, ny. vest ny d&g, kemeja converse by john varvatos, celana louis vuitton, kalung milik pribadi.

“LENA DUNHAM menelpon saya dan mengatakan, ‘David, saya menulis sebuah peran untukmu. Kamu itu doyan ganja, terobsesi dengan porno. Kamu maukah melakukannya?’” kata aktor David Call di sore hari bulan Agustus, sambil minum es double espresso diantara kesibukan restoran di kota New York. “Lalu ia menyambung, ‘Saya punya satu permintaan : tumbuhin kumis.’” Peran yang ditanyakan itu ketika berada di konfrensi SXSW Film dan favorit festivalTiny Furniture, film tentang kegalauan paska kuliah, dimana Dunham yang menyutradarai dan menulis naskahnya. Seluruh adegan diambil di Brooklyn, dimana merupakan tempat tinggal Dunham sejak ia masih menjadi pelajar di New York University. Panggilan alam dari Issaquah, kota gunung di timur Seattle(klaim terkenalnya : Modest Mouse), Call masuk dunia akting karena kecelakaan. “Saya mulai akting ketika jatuh karena bermain skate untuk ketiga kalinya,” ia berkata, sambil menunjuk pada lengan bawah, dimana meninggalkan luka besar dan lengan yang sedikit bengkok. Dokter berkata, ‘Kalau kamu patahkan tulang tanganmu sekali lagi, saya bisa menjamin kamu akan kehilangan fungsi sikumu.’ Jadi saya hanya berkata, oh, berarti saya harus stop melempar diri saya sekitar beton.” Selalu menyendiri ketika kelas 12, menghabiskan waktu dengan santai serta menonton film, dua hal tersebutlah yang menyalakan rasa tertariknya untuk akting dan segera pindah ke New York. “Ketika saya melihat film Kids, dan saya langsung berpikir bahwa, tempat itu rasanya menyenangkan!” kata Call, setengah bercanda. Musim gugur ini, Call akan memainkan peran anak New York yang sedikit unik di Gossip Girl, Call diketatkan untuk terus bersama ibunya selama di skrip-bahkan di semua perania hanya diperbolehkan menjadi “Seseorang dari masa lalu.” Walaupun Call selalu menjauh dari produksi komersial, namun

ia memutuskan saat ini ia mau melakukannya. “Saya memiliki banyak kesempatan untuk melabuhkan sesuatu yang besar dalam perjalanan karir yang tidak saya sia-siakan begitu saja.” Katanya, mengutip dari deretan plot film yang menjanjikan dan film “Itu- seharusnya –menjadi- sesuatu- yang- besar” (termasuk film Evening bersama Merly Streep dan Claire Danes). “Saya senang bermain di film independent dengan teman-teman saya dan saya mau lakukan itu terus sampai saya mati, tapi melakukan itu sangatlah sulit apabila kita bukan siapa-siapa terutama kita bukan siapa-siapa di L.A.” Lagipula, banyak yang menawarkan Call untuk jenis film indie, termasuk Two Gates of Sleep milik Alistair Banks Griffin, kisah mengenai perjalanan dua saudara laki-laki untuk memenuhi permintaan ibu mereka yang sedang sekarat. Film ini diambil di Mississipi, dan tampil perdana di Cannes tahun 2010 lalu. Proyek lain Call, Northeast, dimana ia mendeskripsikan film yang “tidak beruang, film mini kata,” yang baru-baru ini aja berada di sirkuit festival-festival. 12 episode komitmen terbaru Call di CW telah membuahi pesta ulang tahunnya ke 28, dua hari sebelumnya adalah wawancara ini, sangatlah ribet. Pertama, minum-minum sehari sebelum di Brooklyn menyambut wajah penyok. “Entah bagaimana saya berakhir bersama orang-orang yang saya tak kenal di kebun belakang di Bushwick, membangun api unggun yang besar. Lalu semua tersadarkan itu sudah jam empat pagi,” ia tertawa. Hangover berikutnya meninggalkan ia hanya tersandarkan sofa dan “jadwal ulang makan malam ulang tahunnya” bersama teman dekat telah diundur karena ada anggota keluarga seseorang yang meninggal. Mngkin dia merayakannya weekend ini-ia menuju ke Catskills untuk menolong membuat set film temannya. Semenjak Burning Man keluar : “Saya tidak bisa pergi tahun ini karena Gossip Girl!” ia menyesali, “Saya sangat kesal.”

093


do you “HURTs” ?

duo hurts asal Inggris ini siap ‘melukai’ hati Anda teks: Rick Soerafani. foto: milik hurt official website.

094

Siapa sebenarnya Hurts ? Tiba tiba saja duo synthpop asal Inggris ini menjadi sorotan pecinta musik dunia. Tidak kurang dari MTV yang memilih mereka sebagai MTV Push Artist, duo yang terdiri dari Theo Hutchcraft, vocals dan synth player, Adam Anderson telah berhasil menempatkan debut album mereka bertitel Happiness, sebagai the fastest selling debut of 2010 di UK. Happiness yang rilis 6 September lalu, bukanlah sebuah album bintang lima, tetapi tanpa diduga pencapaiannya telah melebihi apa yang diperkirakan sebelumnya. Selain tiga hits unggulan yaitu Better Than Love, Wonderful Life dan Stay, di album perdana ini juga bisa kita nikmati duet Hutchcraft dengan Kylie Minoque. Ceritanya beberapa minggu sebelum mereka merampungkan album pertamanya ini, mereka merasa ada sesuatu yang kurang. “Kami sudah membuat beberapa lagu yang kebanyakan bercerita tentang perempuan, dan rasanya kurang komplit kalau ngga ada suara cewenya.” Dan ketika mereka meminta Kylie untuk berduet dengan Theo, dia setuju. Suara Kylie yang menurut Theo dan Adam mengekspresikan sisi fragile dari perempuan ini, telah melengkapi rasa yang hilang pada album yang berisikan tentang cinta, kehilangan dan kebahagiaan. Satu bulan setelah mereka merilis debut album, mereka melakukan tur yang dimulai di Brighton dan berakhir di London’s Shepherds Bush Empire, dalam sekejap tiket UK Tour ini sold out. Dan Desember lalu

Hurts merilis satu single Natal berjudul All I Want For Christmas Is New Year’s Day. Theo dan Adam yang samasama tinggal di Manchester dan bertemu untuk pertama kalinya waktu hang out bareng di salah satu club di lingkungan mereka, lucunya mereka memutuskan untuk sementara membuat musik bersama via internet dulu, karena selera keduanya sangat berbeda dan belum yakin banget untuk kerja bareng. Namun proses penciptaan lagu itu sendiri semakin menarik disaat mereka melakukannya, “When you’ve got two people who’ve writing a song, you can pick out each personality.” kata Theo Hutchcraft “If you can marry it right, where they’re very different, you get a very interesting outcome”, lanjutnya. Keduanya seperti kekuatan positif dan negatif, seperti yin dan yang. Video single pertama mereka Wonderfull Life digarap dengan sangat stylish. “It’s Bros meets Robert Palmer meets Tom Ford,” katanya. Tidak hanya dari sisi musikal, penampilan duo elegan dan enigmatic ini selalu dibalut busana rapi dan rambut klimis yang membuatnya berbeda bila dibandingkan dengan kebanyakan icon pop masa kini. Video ini sebenarnya mencertitakan tentang sebuah cerita sedih, tapi dijamin para dancer-nya membuat kamu pengen nge-dance dan ikutan nyebur ke kolam renang. Kamu pasti bakal suka dengan pesan dari video dan lirik lagunya. “cause sometimes we find ourselves getting lost and confused a little too often.” Beat lagunya mengingatkan kita bahwa hidup juga ibarat waktu yang terus berputar dan tak ada sedetikpun yang terbuang. It is a wonderful life, an absolutely spectacular life.


the long awaited visit Jason Wade dan bandnya lifehouse menceritakan tentang album terbaru mereka secara langsung. teks:Atri Siregar. fotografi: rezaindra o. Smoke & Mirrors merupakan album ke-lima Lifehouse, yang sudah ditunggu-tunggu oleh para fansnya untuk beberapa tahun terakhir ini. Kedatangan mereka pada Arthur’s Day tanggal 4 Desember kemarin sudah lebih lama lagi ditunggu. Suara khas Jason Wade, dan lantunan melodi pop/rock menjadi soundtrack wajib tahun 2000-an. Rasa canggung yang selalu ada disaat awal interview membuat saya sedikit kurang bersemangat, namun tak disangka, mata mereka langsung berbinar-binar saat ditanyakan tentang makan Indonesia yang sudah mereka cicipi. “Kami sudah mencoba Ketoprak!” ujar Jason dengan semangat. “Saus kacangnya enak sekali.” tambah Bryce. Ternyata memang band ini merupakan foodies, para penggemar makanan yang menggunakan waktu luang saat recording untuk menjelajahi daerah mereka demi mencari makanan enak. Makanan Meksiko, Jepang, Thailand, serta masakan Asia lainnya menjadi favorit mereka untuk menghilangkan rasa lelah. Dalam sekejap, senyum lebar menghiasi muka ke-empatnya. Mungkin kesibukan mereka mencari makanan menjadi penghambat album ini keluar lebih cepat. “Tidak, kami memang menghabiskan waktu kurang lebih setahun setengah untuk menciptakan album ini, tetapi sebelumnya kami sibuk dengan tur yang berlangsung selama dua tahun.”jelas

Jason. Untuk rekaman kali ini, mereka menggunakan proses yang lebih organic untuk meciptakan lagu yang lebih polished. Memang terdengar sedikit kontradiktif, namun melalui jamming session mereka mendapatkan melodi-melodi yang identik dengan jenis warna musik Lifehouse. “Dan untuk pertama kalinya, saya menciptakan lagu saat tidak memegang sebuah gitar. Kevin Rudolph, produser music kami, memainkan riff berulang kali di gitar, sedangkan saya duduk di drum set sambil bernyanyi.”Hasilnya adalah single pertama mereka, Halfway Gone yang ternyata dapat membuat orang bergerak. “Untuk pertama kalinya, saya melihat orang bergerak saat mendengar lagu kami!“ ucap Jason dengan senang. Membicarakan musik jelas menjadi salah satu hal yang dapat membuat mereka lupa akan perjalanan panjang yang baru saja mereka alami. Apalagi saat saya bertanya tentang band atau musisi manakah (dead or alive) yang mereka akan pilih untuk menyanyikan lagu Lifehouse. “Pertanyaan yang bagus.“ Ujar Bryce. Dan merekapun diam, dengan serius memikirkan jawaban masing-masing, sebelum akhirnya Jason menyanyikan lagu dengan suara yang ditinggikan dan nada soul yang dibuat-buat. “Bayangkan Aaron Neville menyanyikan Hanging By A Moment!“ ujarnya sambil tertawa. “Atau John Lennon menyanyikan You And Me!” tambah Bryce. Sedangkan Ben dan Rick masih sibuk menertawakan Jason yang mengulangi suara Aaron Neville-nya. Waktu yang diberikan untuk interview pun melayang dengan cepatnya. Namun ada satu pertanyaan terakhir yang dapat saya tanyakan. Mengingat judul album barunya merupakan Smoke & Mirrors – Apakah mereka pernah melakukan hal bodoh sebagai band yang menyebabkan mereka harus saling melindungi dan menutup-menutupi? “Kami sering melakukan hal bodoh. Jika kami memberi tahu kalian kebodohan kami, usaha menutup-nutupinya akan langsung tidak berguna!“jelas Bryce dengan tawa.


bla z e r ban d o f o uts i d e r s, s w e ate r c o nv e r s e b y j o h n va r va t o s , k e m e ja s h i pl e y & h al m o s .

stylist: turner & e r i c a . g r o o m i ng : l y n d a e i c h n e r m e ngg u nakan p r o d u k h e r ban e s s e n t i al s . a s i s t e n f o t o g r af e r : s t e v e n counts, michael lum & g r a y h a m n e r . l o ka s i : c an o e s t u d i o s , n y .


update status update J ESSE EISE N B ER G IS A T A METS G A ME .

J ESSE EISE N B ER G IS W A TCHI N G A L P A CI N O .

status update J ESSE EISE N B ER G IS A B OUT TO B L O W U P .

TE K S na t al i e s h u k u r | F OTO G R A F I O L EH m a r v i n s c o t t ja r r e t t


Pagi itu, udaranya sangat panas di daerah Meatpacking District, New York City, yang dipenuhi butik mahal dan tempat makan mewah yang masih kosong. Saya melihat Jesse Eisenberg sedang bergegas dengan pundak yang bungkuk, berjalan ke arah saya. Dengan jins belelnya, sepatu New Balance dan topi baseball, ia terlihat sangat biasa, dan mungkin akan hilang diantara kerumunan para shopper yang sebentar lagi akan memenuhi jalanan itu. Tapi saat ini jalanan masih sepi, bau makanan dan sampah yang menyengat dapat tercium di udara.

Kami memilih untuk duduk di dekat jendela, Jesse terkena sinar matahari langsung sehingga ia harus memicingkan matanya. Warna mata Jesse menyerupai warna kaos fitted yang ia pakai. “Saya ingin pesan sesuatu jika Anda tidak keberatan,” ucapnya dengan sopan. Eisenberg sangat santun, dan tidak pernah lupa mengucapkan ‘terima kasih’ kepada pelayan di restoran. Ia bahkan berdiri untuk membantu kiriman bunga yang datang. Jesse juga sangat mudah diajak berbicara, sehingga sebelum kami memesan, ia sudah berhasil mengetahui pekerjaan bapak saya, apa yang saya lakukan untuk Fourth of July, bagaimana saya mendapatkan “pekerjaan yang begitu keren,” dan bahkan nama jalan tempat tinggal saya di Brooklyn. Sedangkan saya hanya berhasil mendapatkan informasi bahwa ia tinggaI dengan pacarnya, Anna, dan dua kucing di apartemen Chelsea yang sudah ia tinggali selama tujuh tahun, dengan bagian dalam yang terlihat telah di hias dengan barang-barang Salvation Army. Hal lain yang saya akhirnya ketahui tentang Jesse adalah ia selalu memesan iced coffee yang decaf, karena caffeine dapat membuatnya menjadi “anak umur delapan tahun“. Saat kopinya datang, Jesse memanggil pelayannya dan kembali memeriksa bahwa kopinya decaf atau bukan. Dan memang ternyata kopi yang disajikan bukan decaf. Eisenberg, 27, yang datang dengan jenggot yang belum tercukur tidak terlihat seperti karakter anak remaja tanggung yang sering ia mainkan di film. Lengannya yang sering ia rentangkan terlihat banyak bekas luka, dan rambutnya yang keriting tertutupi topi, dengan tulisan the Indiana University Hoosiers warna merah yang sudah belel. Menurutnya ia mendapatkan peran pertamanya secara tidak sengaja. “Tapi ‘tidak sengaja’ hanya bisa terjadi sekali,” jelasnya dengan senyuman. “Setelah itu harus usaha sendiri.” Saat berumur 19 tahun, ia berperan sebagai remaja lugu yang diajari cara merayu wanita oleh oom-nya di film Roger Dodger, ia terus mencari film dengan peran menarik, seperti film The Village karya M. Night Shyamalan, The Hunting Party dengan Richard Gere, dan film yang mendapatkan nominasi Oscar, karya Noah Baumbach, The Squid and the Whale. Dua tahun terakhir ini ia juga menambahkan beberapa judul film layar lebar di daftar prestasinya, antara lain, Adventureland, Zombieland (ia mendapatkan nominasi Best Scared-As-Shit Performance pada MTV Movie Awards), Holy Rollers (dengan temannya, Justin Bartha), Solitary Man, dan The Living Wake yang dibuat pada tahun 2005, namun baru di tayangkan tahun ini. Walau Jesse mendapatkan pujian dari para kritikus dan indie cred, ia belum pernah memerankan film blockbuster yang dapat melejitkan namanya. Dengan tayangnya The Social Network, yang naskahnya ditulis oleh Aaron Sorkin (The West Wing, Charlie Wilson’s War), dan disutradarai David Fincher (Fight Club, Se7en), dan cerita tentang proses terbentuknya Facebook, para pundit internet memperkirakan para pengguna Facebook (yang berjumlah kurang lebih 500 juta) pasti akan pergi menyaksikan filmnya. Eisenberg yang memerankan Mark Zuckerberg, belum melihat hasil akhir filmnya, namun ia dapat memperkirakan

potensi film tersebut. Rasa kagum pada Fincher dan Sorkin (“ia seperti menulis tragedi Yunani kuno, atau Shakespeare”) merupakan alasan lainnya ia memiliki harapan besar pada film tersebut. “Fincher adalah pria yang sangat mengagumkan,“ jelasnya. “Ia adalah sutradara yang sangat teliti, dan dari semua film yang ia buat dapat terlihat bahwa film yang ia buat bukan tentang dirinya, ia bukan berusaha menampilkan kepribadiannya pada filmnya. Mungkin ini juga alasan ia ingin menyutradarainya. Zuckerberg mirip dengannya, ia begitu kaya tapi ia tinggal di apartemen kecil, dengan jam kerja yang panjang.“ Eisenberg selalu memerankan orang yang disukai para penonton: di Adventureland, ia dipermalukan didepan orang banyak saat ia mengalami ereksi di tengah pesta karena berenang dengan Kristen Stewart. Ia menimbulkan perasaan empati dan solidaritas bagi para penontonnya. Namun karakter Zuckerberg lebih sulit untuk diperankan. Film yang dibuat dari buku The Accidental Billionaires karya Ben Mezrich ini menceritakan bagaimana Zuckerberg memulai Facebook di ruangan dormnya saat ia masih 19 tahun. Website tersebut segera menjadi pusat perhatian di Internet, hingga mengalahkan popularitas MySpace dan menjadi bagian penting dari interaksi sosial, sehingga mengubah cara orang berkomunikasi selamanya. Zuckerberg mendapatkan berbagai penghargaan atas ciptaannya itu, dan hingga saat ini ia tidak menjual website-nya. Ia mengurus semuanya sendiri. Namun dalam perjalanannya, Zuckerberg juga mendapatkan banyak ‘musuh‘, yang ingin membuktikan bahwa ia tidak menciptakan website tersebut sendiri melalui gugatan hukum. Zuckerberg merupakan sebuah enigma. Apakah ia seorang pelopor? Penjahat? Pencuri? Atau seorang nerd yang idealis? “Yang benar-benar hebat tentang karakter ini adalah walau ia diperlihatkan sisi ‘buruk’-nya – dan saya berbicara hanya sebagai aktor yang dibayar untuk memerankannya - apapun perasaan Anda tentang Zuckerberg, [The Social Network] membuat Anda begitu yakin bahwa ia adalah orang satusatunya yang dapat menciptakan website tersebut,” jelas Eisenberg. Gaya khas Fincher dalam bercerita dapat terlihat di jalan cerita The Social Network yang penuh intrik dan plot twist. “Seperti film Zodiac, film ini…” ia berhenti sejenak. “Lagu di restoran ini seperti bunyi alarm saya: saya jadi merasa baru bangun tidur! Jadi film ini sangat ingin mengetahui siapa yang benar,” terusnya: “Semua dibolak-balik. Anda pasti akan mendukung karakter saya, dan akan ada hal-hal kecil


jak e t g - s t a r , k e m e ja b i ll y r e i d , c e lana l e v i ’ s , b e lt f r e d p e r r y.

099


bla z e r o p e n i ng c e r e m o n y, s w e at e r p r a d a , k e m e ja s h i pl e y & h al m o s .

‘ t i d ak s e ngaja ’ h an y a b i s a t e r ja d i s e kal i , S e t e la h itu harus usaha sendiri.


yang memperlihatkan siapa ia sebenarnya, dan ia akan selalu membela dirinya sendiri. Saya rasa film-nya akan menarik.” Setelah seorang pelayan dengan kemeja oxford rapih mencatat pesanan kami – eggs Benedict untuk Eisenberg, dengan tomat bukan bacon – ia mendekat dan dengan muka datar ia berbisik, “Orang yang paling keren namun sedikit ‘lamban’ di Manhattan bekerja disini.” Irama berbicaranya unik, terkadang ia berbicara sangat cepat, dan terkadang ia terbata-bata, dan ia sangat ekspresif, dengan anggukan kepala dan gestur tangan yang tidak berhenti. “Jesse berbicara seperti seseorang yang memiliki terlalu banyak ide yang harus ia utarakan,” jelas Greg Mottola, sutradara yang bekerja dengannya di film Adventureland. Aktor ini mengakui bahwa ia memiliki selera humor yang dipengaruhi Borscht Belt. “Saya depressive – saya tidak pernah terlalu menanti-nantikan sesuatu,” jelasnya pada NYLON TV saat ia foto untuk cover majalah. “Woody Allen pernah berkata, ‘Saya ingin memberi kalian satu pesan yang positif, namun saya tidak memiliki pesan positif – bagaimana jika saya memberikan dua pesan negatif?’” Walau Eisenberg mengaku bahwa ia jarang menonton film (“Saya selalu berpikir, jika saya mengkritik film ini , maka akan ada orang yang mengkritik film saya, dan itu membuat saya tidak nyaman“), ia selalu menonton film Woody Allen. “Saya selalu dapat mengerti film Woody Allen,” jelasnya. “Karena untuk pertama kalinya, saya ‘mengenal’ orang yang saya tonton.” “Mungkin Jesse adalah salah satu orang paling pintar yang pernah saya temui,” ujar Andrew Garfield, yang memerankan Eduardo Saverin di The Social Network, roommate Zuckerberg di Harvard, dan salah satu partner awal Facebook, yang memiliki hubungan yang akhirnya memburuk dengan mogul berumur 26 tahun tersebut (film tersebut juga menampilkan Justin Timberlake sebagai founder Napster dan penasihat dekat Zuckerberg, Sean Parker.) “Ada satu adegan di film, dimana kami menggunakan ayam hidup, dan sangat sulit untuk menjaga ayam tersebut agar ia selalu menghadap ke arah yang sama,” jelas Garfield. “Setiap kali ayamnya mulai bergerak, Jesse duduk tepat di depannya dan mulai bercerita tentang fakta sejarah Rusia, dan setiap kali ia mulai bercerita tentang Bolshevik, ayam itu kembali ke tempatnya dan terdiam, dan kami akan memulai shooting kembali. Jesse memiliki pengetahuan menarik yang beragam.”

E i s e nb e r g yang m e ngak u i

dirinya menyukai bahasa, menemukan kesulitan saat memerankan Zuckerberg yang jarang berbicara. Ia terbiasa memerankan peran yang tidak terlalu beda dengan dirinya, dengan karakteristik dan gaya bicara yang sama. Namun Zuckerberg, dikenal dingin dan pasif, dengan kecenderungan untuk menjawab pertanyaan secara singkat. Orang yang pernah bekerja dengan Zuckerberg sering kali bercerita bahwa ia sering mendadak tidak memperhatikan lawan bicaranya jika ia menganggap mereka tidak menarik. “Saya pernah bertemu dengan orang-orang seperti itu, dan saya jadi memikirkan apa proses internal yang dialami orang-orang yang tidak menunjukkan emosinya dan sulit ‘dibaca’?” jelas Eisenberg yang begitu fokus terhadap pembicaraan kami sehingga makanannya tidak tersentuh sama sekali (saya akhirnya harus mengingatkannya untuk melanjutkan makan). “Saya rasa bukan karena ia tidak merasakan apapun secara emosional – karena ia begitu cerdas... Namun memang proses berpikirnya saja berbeda. Dan itu adalah hal yang menarik bagi saya, karena saya ekspresif.” Eisenberg belum pernah bertemu dengan Zuckerberg (tetapi secara kebetulan, ia memiliki saudara yang bekerja di Facebook), ia juga tidak memiliki akun Facebook, ia hanya memperhatikan gerak-gerik Zuckerberg yang terekam di video setiap pagi, sebelum shooting.

Eisenberg telah bekerja sebagai aktor semenjak remaja. Lahir di Queens, New York, ia tinggal dengan seorang bapak yang merupakan profesor sosiologi, dan ibu yang tampil sebagai badut profesional di ulang tahun anak kecil, ia pindah ke New Jersey saat berumur lima tahun dan menghabiskan waktunya bermain di suburb yang “homogeneous”. Ia dulu sangat manja dan memiliki kecenderungan obsessive-compulsive. Ia dulu sangat berhati-hati saat berjalan di jalanan dengan permukaan yang tidak rata, dan tangannya tidak pernah berhenti bergerak, suatu hal yang masih terlihat sepanjang wawancara ini. “Mungkin saya merasa saya harus dapat menguasai keadaan, dan ternyata saya tidak menguasainya,” jelasnya sambil memelintirkan kertas, dan memainkannya. “Homesick, kecemasan saat jauh dari orang tua. Semua orang mengalaminya, namun saya mengalaminya secara intens.” Hal ini seakan diperburuk teman-teman sekelasnya yang menurutnya dapat bersikap kejam. “Saya lebih sering melihat mereka melakukan hal buruk dibandingkan hal baik, dan saya memaksakan diri menjadi aktor arena saya sama sekali tidak menyukai sekolah.” Jesse mengikuti jejak kakaknya, Hallie (ia juga memiliki kakak perempuan yang lebih tua, Kerri), yang memulai karirnya karena ia sangat pemalu (ia menjadi “The Pepsi Girl” pada akhir tahun 90-an, dan pernah berperan di film Paulie dan The Insider), Eisenberg memulai semuanya di teater lokal untuk anak-anak, “kami membuat set-nya sendiri, kami juga memainkan semua perannya – kesempatan yang menyenangkan.” Dan ia pun mulai melirik peran yang lebih besar. “Mungkin terdengar sedikit licik, tapi saya ingin berada di antara orang dewasa,” jelasnya. “Mereka meiliki panggung yang lebih besar, orkes lengkap… mereka terlihat lebih keren.” Saat ia memasuki teater yang lebih besar, ia memerankan peran standar yang tersedia untuk anak kecil, Peter Pan dan Oliver. Saat ia berumur 13 tahun, ia mulai berperan aktif di teater regional dan mendapatkan agen yang mencarikan peran untuknya di New York City. Tahun itu, ia menjadi bagian produksi Broadway, cerita Summer and Smoke karya Tennessee Williams. Ibunya yang sering bekerja saat akhir pekan, menemaninya mengikuti audisi.. Saat itulah Eisenberg mulai menggunakan bis untuk mendatangi New York City setiap hari Sabtu jam 6 pagi, dan mengantri untuk tiket pelajar yang gratis demi menyaksikan pertunjukan off-Broadway. Ia menghabiskan waktunya di dalam teater, duduk sendiri, menyaksikan pertunjukan Matinee dan pertunjukan malam sebelum pulang. Ia menyaksikan

101


dan memperhatikan detail setiap pertunjukan. “Terkadang hanya ada dua pertunjukan yang memberikan tiket pelajar,” ingatnya. “Ada pertunjukan dengan judul The Civil War yang bertahan selama empat bulan… dan sebenarnya tidak terlalu bagus, tapi saya ada untuk 10 pertunjukan. Kualitas pertunjukannya tidak terlalu penting buat say a, hanya saja setelah menghabiskan waktu seminggu di sekolah, saya merasa nyaman menonton orang bernyanyi dan menari dan berdedikasi penuh pada apa yang ia lakukan. Saya jadi merasa senang.” Ia begitu merasa terasingkan dari anak-anak seumurnya, sehingga sahabatnya saat itu adalah pria berumur 40 tahun: “Ia memerankan bapak saya di satu play. Kami masih berteman hingga saat ini.” Keadaan membaik saat ia menjadi senior, dan ia di-transfer ke sekolah performing arts. “Semua berbeda,” jelasnya. “bukan hanya persepsi saya saja yang berubah; saya menemukan kesamaan dengan teman-teman disana, dan sekolah saya di New York City, mereka lebih terbiasa dengan perbedaan.” Eisenberg ber-akting secara instinktif. Ia juga mengambil pelajaran dari buku Practical Aesthetics dan ajaran Atlantic Theater Company, yang dimulai oleh David Mamet dan William H. Macy pada tahun 1985, dimana mereka menerapkan paham “karakternya belum terbentuk sebelum ceritanya dimulai ” (Eisenberg berperan dalam produksi play Lucy Thurber, Scarcity, pada tahun 2007). “Orang sering kali berlebihan dan menganggap semua aktor duduk diam di subway, memperhatikan gerak-gerik orang lain,” jelasnya. “Menurut saya, gerakannya jadi terlihat dipaksakan, dan menjadi kurang cocok di film. Seringkali acting adalah sesuatu yang lebih personal, dengan proses internal yang memerlukan imajinasi.” Kini para studio besar sangat fokus pada penjualan film, bahkan sebelum filmnya dimulai, sehingga beberapa sutradara memberikan referensi aktor lainnya untuk menunjukkan konsep yang mereka inginkan. “Saya pernah terlibat di satu film dimana sutradaranya menyuruh saya untuk meniru gaya Seth Green” Saya pun bertanya mengapa mereka tidak dari awal memilih Seth Green saja, dan Jesse tertawa. “Itu yang tanyakan kepada mereka!” Para pelanggan lain di restoran sudah mulai pergi, dan saya pun hanya berdua dengan Jesse lagi. Pintunya terbuka, dan kami terkena hembusan udara panas dari luar, Jesse tidak terlihat terburu-buru harus pergi, walau ada photoshoot yang harus ia lakukan. Ia memandang wawancara tersebut sebagai cara untuk membuat dirinya merasa lebih baik (“Kalau suka interview, seharusnya kau punya show sendiri! Seperti Oprah.”), dan ia tidak menyukai kesempatan yang ada untuk ia menjadi cover majalah. “Bayangkan Anda harus melewati muka Anda sendiri setiap hari!” Alasan tersebut juga menjadi dasar mengapa ia tidak menonton film yang ia perankan. “Saya hanya bisa melihat kesalahan saya.” Ujarnya sambil mengernyitkan dahi. Tempat di mana Jesse merasa paling nyaman adalah di atas panggung, tempat ia memulai semuanya. “Kebanyakan film merupakan produk komersil dengan karakter yang lebih dapat disukai para penontonnya, maka peran yang tersedia pun lebih aksesibel , lebih normal. Berbeda dengan teater yang seringkali menampilkan karakter yang lebih… aneh. Lebih unik dan tidak familiar. Teater lebih dramatis, seperti Shakespeare contohnya – tidak ada yang berbicara dengan bahasa yang begitu ‘indah’ – teater dapat menjadi lebih avant-garde.” Karena itu Jesse sedang dalam proses menulis beberapa play yang ia harapkan dapat mulai diproduksi tahun depan. Sebuah musikal, Me Time (cerita satire dengan setting tahun 90-an, tentang female empowerment dengan karakter utama “wanita paling egois di dunia ini”), dan juga peran di Quarterly Concern dari McSweeney, yang diproduksi oleh Dave Eggers. Ia ingin fokus pada menulis play suatu hari nanti. “Saya sangat senang jika saya dapat duduk dan membaca play dengan orang yang saya kenal,” jelasnya. “Saat mengerjakan film, Anda akan ada di set selama tiga minggu, lalu pergi selama sebulan, untuk menceritakan hal-hal kecil, seperti menggunakan sepeda untuk transportasi.” Ia terlihat tidak senang saat memikirkan konsep ini. “Tapi apa yang kamu suka, apa

yang kamu bisa lakukan dengan baik merupakan hal yang berbeda-beda.” Banyak aktor yang mengakui mereka dapat hidup ‘normal’, khususnya di New York City. Namun untuk Eisenberg, nampaknya ia memang berhasil melakukan itu, walau mukanya terpampang dimanamana, dan ada beberapa filmnya yang keluar tahun ini. Ia sama saja seperti orang lain (OK, mungkin tidak ‘sama’: Musik yang ia dengarkan hanya Ween dan soundtrack film, ia tidak pernah pergi ke konser, atau menonton di bioskop, dan ia tidak punya TV). Ia suka bersepeda untuk menonton pertandingan Mets, Rattlestick Theater di New York. Malam sebelumnya ia menyaksikan Shakespeare in the Park, dimana ia terkesima dengan penampilan Al Pacino di The Merchant of Venice: “Suhunya sangat panas, dan ia memakai kostum yang berlapis-lapis selama tiga jam – ya memang semua orang pun melakukan hal yang sama, tapi ia sudah lebih tua, dan hal itu membuatnya terlihat lebih hebat.” Eisenberg juga sedang memepelajari cultural anthropology di The New School, Manhattan, dan sering bepergian di waktu luangnya. “Pacar saya sering bepergian sejak kecil,” jelasnya. “Dan hanya itu yang saya butuhkan. Menemukan seseorang yang membuat saya tertarik untuk jalan-jalan. Karena sebelumnya saya bahkan tidak pernah meninggalkan Amerika.” Mereka terakhir mendatangi Turki, dimana Anna berbicara di suatu konferensi akademik (ia bekerja di sektor non-profit), dan sebelumnya mereka cuti selama dua bulan untuk mengelilingi Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Eropa. “Saya menyukainya,” ucap Jesse. “Ya.. mungkin saya lebih senang dengan ide bahwa saya sudah pergi dibandingkan saat saya mengalami perjalanannya. Karena saya merasa saya harusnya pergi melihat tempat-tempat tersebut, dan tidak hanya membaca buku saja..” Apakah semua akan berubah dengan tayangnya The Social Network? Eisenberg tidak terlalu memikirkannya, ia ditengah membuat film 30 Minutes or Less, film keduanya dengan sutradara Zombieland, Ruben Fleischer. “Saya ingin memerankan film-film bagus lainnya jika bisa. Saya berharap sukses yang saya dapatkan akan membuka pintu kesempatan lainnya.” Ia menjelaskan, sambil merapikan rambut keritingnya yang tertutup topi. “Teman-teman saya banyak yang sangat bertalenta dan lebih banyak memerankan film, namun film mereka tidak ditayangkan di bioskop. Saya terlihat sedang sibuk hanya karena film saya sedang tayang. Sebenarnya saya tidak lebih sibuk dari orang lain.


______ v e s t a . p . c , k e m e ja t o p m an , c e lana H & M .

103


Under Her Skin Orang

m e ng e na l nya

sosialita

muda

nya t anya d e ngan

ia

yang

h anya l a h

k e h i du p an the

real

yang

s e baga i

raj i n

m e ng h ad i r i

s e o rang (cukup)

Mesty

dokter n o rma l .

A r i o t e dj o .

This

TEKS : R e za i ndra O F o t o graf i : A dvan M a t t h e w A SISTE N F OTO G R A F E R : D A R ELL E D E N h a i r & M A KE U P : OLI V I A PI N G K A N s t y l i s t : M E N T A R I O F ELI A l o c a t i o n : P U R O LO U N G E k E M E J A COTTO N I N K

104

pesta.

c an t i k is



Ka o s N N : 0 2 , Ka l ung J o h nny R am l i , J e an s m i l i K p r i bad i .


107

Sore itu saya menunggu Mesty yang baru saja mengikuti kuliah di salah satu Universitas Negeri di daerah Jakarta Pusat. Ia datang mengenakan pakaian santai layaknya gadis kuliahan tanpa embel-embel dunia glam yg sering hinggap di dirinya. Denim jeans, tank top putih, poncho bermotif, dan flat shoes, penampilannya terlihat effortless, tapi aura kecantikannya tidak terbendung. Ia terlihat nyaris sempurna. Kesabaran saya diuji untuk tidak dulu berbincang dengannya. Mesty harus segera di make up untuk sesi pemotretan. Dia tidak pernah mengikuti sekolah kepribadian atau modeling, dan tidak pernah bercita-cita untuk menjadi seorang public figure. Semua kemampuannya berpose di depan kamera sepertinya telah menjadi bakat alami dalam dirinya. Satu-satunya hal yang ditekuni Mesty sejak kecil hanyalah musik, tidak heran jika mahasiswi tingkat empat FKUI ini mahir dalam memainkan piano, harpa, dan juga flute. “Yang memperkenalkan aku dengan alat-alat musik itu adalah orang tuaku. Aku belajar main piano sejak kecil dan musik adalah salah satu passion hidupku. Saat bermain musik aku bisa mendapatkan ‘me time’ dan rileks sejenak.” Tuturnya dengan manis. Pembawaannya memang terbilang cukup dewasa untuk perempuan berusia 21 tahun, tapi dari caranya berinteraksi terlihat bahwa dia msh sangat belia, dia bahkan memanggil semua org dengan sebutan “kak” dengan penuh santun. Mesty datang dari sebuah keluarga yang memang berkecukupan, ayahnya seorang bussinesman dan ibunya senang menjadi bagian dari scene kaum sosialita. Anak ke 2 dari 3 bersaudara ini – ia anak perempuan satu-satunya – sejak kecil memang diarahkan orang tuanya utk bisa menjadi perempuan yang eligible. Ayahnya yang otoriter sangat memperhatikan sisi akademisnya sedangkan ibunya selalu repot dengan urusan penampilan dan pergaulan yang harus dilakukan oleh Mesty. Semuanya dilakukan tanpa ada rasa terpaksa, ia memang seorang anak penurut yang ingin membahagiakan orang tuanya. “Sebenarnya aku orangnya gak suka dandan, dulu aku cenderung cuek banget sama penampilan, sampai akhirnya waktu itu ada ceweknya kakakku yang stylish sering datang ke rumah dan mama nyuruh aku untuk coba kaya gitu juga. Yah akhirnya aku nyoba untuk lebih merhatiin penampilan aku, itung-itung nyenengin hati mama juga.” celotehnya sambil tersenyum. Selama kami ngobrol di sudut sebuah gerai kopi, keberadaan saya cukup terkalahkan oleh sebuah mesin. Jemari lentik Mesty tidak henti-hentinya memainkan alat perekam saya, bahkan terkadang ia mendekatkan ke bibirnya yang sempurna. Entah ia gugup karena sedang ‘diinterogasi’ atau ia sedang mengeluarkan daya pikatnya, yang jelas ia memang magnet bagi kaum pria normal. Sangat menggemaskan. Lalu Ia kembali bercerita tentang latar belakang keluarganya.. “Keluargaku memang agak overprotective sama aku, termasuk soal pacar. Kalau ada yang mau macarin aku, berarti dia harus siap untuk macarin keluargaku juga” Meisty menjelaskan. Mungkin orang berpikir bahwa hidupnya cukup dramatis. Layaknya seorang puteri raja yang terkurung dalam sebuah istana mewah tanpa kebebasan. Namun, ini bukan dongeng pada umumnya. Sang puteri di cerita ini tidak merasa hidupnya hampa, ia merasa bahagia dengan semua yang ada pada dirinya. Memang tidak semua hal berjalan sesuai keinginannya, tapi itu tidak menjadi hambatan baginya untuk terus menjadi orang yang lebih baik. “Dulu aku pengen jadi desainer grafis, karena aku suka gambar, tapi mama papa nyuruh aku untuk masuk Kedokteran UI, aku turutin juga dan sekarang aku enjoy aja sama kuliah ini. Aku malah kepengen bisa ngasi banyak kontribusi untuk kesehatan di Indonesia. Mudah-mudahan nanti aku bisa dapat scholarship di US untuk ngelanjutin jadi Public Health Master supaya pas balik ke Indonesia, aku masuk ke Departemen Kesehatan dan ngebenahin birokrasi kesehatan di Indonesia,” wajah cantiknya terlihat sangat serius sekarang. “Aku suka gak tega ngeliat banyak orang Indonesia yang gak bisa berobat dengan semestinya cuman

karena mereka gak punya uang, orang Indonesia harusnya bisa lebih aware dengan asuransi kesehatan jauh sebelum mereka sakit karena penyakit memang bakalan selalu ada. Makanya sekarang aku selalu jadi orang yang bersyukur sama Tuhan, mudah-mudahan aku bisa ngerubah itu semua, memang gak akan gampang sih tapi setidaknya aku punya niat untuk itu.” Mesty menceritakan sedikit tentang dunia kedokteran yang digelutinya. Cobalah untuk meng-google namanya di Internet. Hasil pencarian pasti memberikan ribuan artikel dan foto-foto Mesty yang banyak berhubungan dengan dunia sosialita dan karirnya dalam bidang musik. Ia termasuk musisi muda Indonesia yang dikagumi dan cukup langka, tidak banyak orang yang bisa memainkan harpa di negeri ini. “Aku main harpa sejak tiga tahun lalu. Mainnya emang gak gampang sih, tapi itu malah yang bikin aku semangat belajar, Di sini kesempatan untuk jadi pemain harpa masih terbuka lebar, jadi aku lagi fokusin ke harpa sekarang. Walaupun resikonya jari-jari aku jadi sering berdarah dan kapalan.” jelasnya sambil menunjukkan luka-luka di ujung jari tangannya. Walaupun karir bermusiknya cukup bagus, tapi Mesty belum siap untuk menjadi seorang musisi yang komersil. Ia cenderung menjadikan musik sebagai sarananya melupakan kesibukkannya sejenak. Selain itu Mesty juga menyukai diving, pilates, dan membaca novel klasik. Banyak diatur orang tua tidak menjadikan pribadinya seorang pemberontak. Mesty yang dulunya termasuk golongan ‘nerd’ di sekolah, mulai mencoba untuk bergaul ketika ibunya mulai memperkenalkan dunia sosialita kepada dirinya. Ia pun rajin menghadiri berbagai opening event, fashion show, gala dinner, ataupun acara sejenis. Meskipun ia merasa bahwa itu bukanlah dunianya dan kembali ke aktivitas ‘normal’-nya lagi yaitu belajar dan bermain musik, ia tidak menyesali hal tersebut, “Kegiatan socializing itu bikin networking aku jadi tambah bagus, aku sekarang kalo mau ngerjain apa-apa pasti jadi lebih gampang,” tuturnya bahagia. “Satu hal yang bikin aku suka males adalah ketika orangorang tuh menganggap aku terlalu sempurna, dan ketika mereka menemukan kekuranganku, pasti ngomonginnya langsung berlebihan, sekecil apapun itu,” ekspresi wajahnya berubah menjadi serius, menambah lagi satu angle cantiknya. “Tapi bukan berarti aku memang perfect loh, aku tuh banyak kekurangan. Aku orangnya cenderung pemikir, agak idealis, dan agak susah dengerin nasehat orang, makanya sekarang aku lagi belajar untuk mendengar.” Akhirnya saya menemukan kekurangan pada bidadari ini, saya pikir ini celah yang bagus untuk bisa menarik simpatiknya. Saya pun memberanikan diri untuk menanyakan tipe cowok yang bisa menjadi pendampingnya, “Aku suka sama cowok yang baik pastinya, gak neko-neko dan punya rencana jelas untuk masa depan,” jelasnya. Cukup standar sebenarnya dan ketika saya menanyakan status hubungannya, ia menjawab “Iya, aku udah punya pacar sekarang, sebenernya aku tuh kalo sama cowok suka easy come easy go gitu, tapi yang sekarang ini beda, ini hubungan yang paling lama yang pernah aku jalanin. Keluargaku juga udah deket banget sama dia.” Oke ini semacam pernyataan untuk tidak mencoba melakukan pendekatan yang lebih jauh, ia sudah menjadi hak milik orang lain. Saya menyerah. Sebelum mengakhiri pembicaraan yang sudah tidak menyenangkan lagi ini (untuk saya pribadi), saya iseng bertanya tentang moment terbaik dalam hidupnya. “Ulang tahun saya yang kemarin!” jawabnya bersemangat. “Hari itu aku dikasih surprise berlapis-lapis dari semua orang yang aku sayang, puncaknya pas malam, cowok aku ngajak nonton ke bioskop, terus pas di pertengahan filmnya tiba- tiba berhenti. Ternyata emang udah di-set up sama pacarku, filmnya berubah jadi slide show yang dibikin spesial untuk aku dan semua orang di dalam bioskop itu ternyata temen aku semua, terharu banget deh.” Ia tersipu dan mau tidak mau saya pun turut tersenyum, walaupun hati sedikit tergores. Perempuan dengan perawakan, otak dan attitude yang hampir sempurna ini memang layak mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.


Ario P e rawa k annya m e ng h amba t

s e baga i

s e o rang A r i o

p r i a

B ayu

yang

ia

k e mayu

s e dang

ma c h o

un t u k

B ayu

t i da k

b e r p e ran

d i s e bua h

m e nja l an k an

t e a t e r

mu s i k a l .

m i s i nya .

f o t o graf i : l u k i by l u k i mag e s TE k s & s t y l i ng : R e za i ndra O a s i s t e n s t y l i s t : m e n t ar i o f e l i a gr o o m i ng : h u s e i n yun i o r l o k a s i : l u k i mag e s s t ud i o K e m e ja L e v i ’ s , M an t e l A d i da s , S U SPE N D E R M ILIK ST Y LIST .


109


J a k e t A d i da s , T-shirt Skelly, J e an s Ea s t o n , S e p a t u A d i da s


K e m e ja P o p M e e t s P o p , c e l ana V aya c o nd i o s , B o w t i e milik stylist.


Jaket Parka by Easton, pakaian lainnya milik pribadi Lokasi: Poste Kitchen & Bar

Kiri: Jaket Levi’s, K e m e ja S o b e r , J e an s P o p M e e t s P o p , S e p a t u A mb l e , T o p i D A N HE A D PHO N E milik stylist. KANAN: K e m e ja E l h au s , C e l ana V aya C o nd i o s , S e p a t u A mb l e .


Sore itu Jakarta kembali tidak bersahabat. Hujan turun, dan beberapa ruas jalan di kota ini dilanda kemacetan yang parah. Hujan dan macet memang kombinasi yang tepat untuk merusak mood seseorang. Hal itulah yang ada di pikiran saya ketika bersalaman dengan Ario Bayu, kesan pertama yang terlihat dari pria berusia 25 tahun ini adalah dia terlihat sedang suntuk, lelah, dan tidak bersemangat. Awalnya saya pikir pertemuan kita sore ini akan berjalan dengan tidak menyenangkan. Ternyata saya salah. Ekspresif, spontaneous, dan talkative adalah tiga kata yang memang dapat mewakili kepribadian dari aktor/ model/musisi yang akrab di panggil Bayu. Asumsi awal saya tentang perbincangan dengan pria asli Jawa ini runtuh sudah, setelah pemotretan singkat dengan hasil yang memuaskan - walau ia mengaku bahwa aktifitas modeling yang ia lakukan hanya jembatan untuk merintis karirnya sebagai aktor. The camera loves this guy, tanpa harus diarahkan ia tahu apa yang harus ia lakukan - kami duduk di sebuah sudut Poste Kitchen & Bar untuk mulai berbincang. Sambil merokok dia mulai menceritakan sedikit perjalanan hidupnya. “Kelas 4 SD gue sama keluarga pindah ke New Zealand karena bokap ngelanjutin sekolahnya, gue pun sekolah disana sampe lulus SMA,” cerita Bayu dengan antusias, ia sangat bersemangat sekarang. “Gue sempet kuliah, tapi ketika gue dapat kesempatan dan terpilih dari antara ribuan orang untuk ngikutin workshop teater Shakespeare di Inggris, gue milih untuk ninggalin kuliah dan tinggal disana selama enam bulan. Waku itu gue langsung memutuskan untuk merelakan kuliah gue dan fokus berkarir di bidang akting.” Sejak kecil Bayu memang tidak pernah merasa jago secara akademis, menjadi seniman adalah impian terbesarnya dan bermain teater adalah salah satu passion hidupnya. “Teater adalah fundamental dalam sebuah karya seni yang sering kita liat. Coba lo liat film atau foto deh. Disitu gambaran setiap scene hanya dalam potongan-potongan kecil, tidak menyeluruh. Sedangkan ketika lo melihat teater, kita dapat meng-capture sebuah scene secara keseluruhan, tanpa dibatasi oleh frame, sebesar stage teater yang ada” katanya. Tidak mengherankan bila peran Amir di teater musikal ONROP! berhasil ia mainkan dengan sangat brilian. Amir digambarkan sebagai sosok seorang pria berperawakan macho dengan orientasi seksual sebagai seorang gay – ini bukan kali pertama untuk Bayu memainkan karakter serupa, dia pernah memainkan karakter ini di 2 film sebelumnya – yang cukup menyita banyak perhatian dari penikmat musikal ini. “Amir emang diciptain sama Joko (Joko Anwar, otak dari proyek ini) sebagai sebuah karakter komikal yang jadi penyeimbang antara sosok Sari dan Bram (pemeran utamanya) yang cukup keras. Bram konvensional, sedangkan Sari rebellious, nah Amir tuh menjadi ice breaker dan penengah di antara mereka, terus supaya alur ceritanya juga jadi gak monoton” Bayu menjelaskan dengan sangat bersemangat. “Gue sampe research ke temen-temen gue yang beneran gay supaya bisa dapet feel aslinya. Mereka bilang, kalau jalan tuh bayangain aja lo lagi pake heels, dan kalo berdiri bikin kaya lo lagi pake bustier” ceritanya sambil memeragakan gesture Amir. Pria ini memang total dalam berakting. Mungkin ada yang bertanya, kenapa dia cukup sering berperan sebagai pria gay? Ia menjawab: “Waktu di New Zealand gue tuh nge-band bareng grup metal punk yang disana jadi kalangan minoritas, gue emang pengen ngebuktiin ke banyak orang kalo kaum minoritas itu gak boleh dianggap remeh. Nah di Indonesia, gue merasa kaum gay itu diminoritasin juga. Apalagi dengan semua adat ketimuran disini. Jadi gue selalu seneng kalo misalnya gue bisa membawa sebuah pesan ke banyak orang dimana gay people itu ga boleh dikucilin karena mereka

juga punya hak yg sama sebagai manusia. Gak perlu malu jadi gay, setiap orang bakalan jadi lebih hebat kalo dia jujur ama dirinya sendiri. Dan memang gue punya misi pribadi untuk bisa berkembang menjadi aktor yang lebih baik dari sekarang.” Setelah pementasan ONROP! selesai, Bayu mulai mengerjakan poyek berikutnya. Ia akan berperan dalam sebuah spin-off dari sebuah film Indonesia yang cukup legendaris, yaitu Catatan Si Boy yang akan diputar tahun ini. Proyek ini cukup dinantikan oleh banyak orang mengingat film aslinya berhasil menjadi bagian dari kultur pop Indonesia di tahun 90-an. “Gue emang memiliki kekhawatiran akan proyek ini, takut ekspektasi orang terlalu tinggi sama hasilnya. Tapi itu natural kok, lagian ini bukan remake ataupun lanjutan cerita yang lama, ini bakalan jadi sesuatu yang baru, mudah-mudahan bisa disukain,” katanya sambil meminum cafe latte yang ia pesan. Ketika ditanya soal inspirasinya dalam berkarya, ia terlihat sedikit berpikir kemudian menjawab “Gak ada, kayanya gue jarang ketemu sama inspirasi terutama di Jakarta, ‘cause everywhere I go, all I see is poverty, corruption, materialistik dan hal-hal yang enggak inspiring. Mungkin karena gue pernah tinggal di New Zealand dan gue menemukan banyak inspirasi dari suasana disana yang sangat menyenangkan,” nada suaranya terdengar sedikit kecewa. “But I still love this city, gue ketemu sama banyak orang berbeda disini and I do love diversity. Mungkin itu alasan kenapa gue akhirnya memutuskan untuk stay dan kerja disini sementara bonyok sama ade gue masih disana” lanjutnya bersemangat. Tujuh tahun sudah Bayu merintis karirnya di industri hiburan Indonesia, mulai dari modeling, film, musik, hingga teater. Ia memulai semua itu dari nol. Dari yang meminjam ongkos untuk pergi casting, kehujanan naik motor, hingga kini mobil pribadinya di-endorse oleh brand mobil sport dari Eropa. Sebuah pencapaian yang diraihnya dengan kerja keras. Sebagai seorang pekerja seni, Bayu menilai bahwa penikmat seni mempunyai posisi yang seimbang dengan seniman itu sendiri “Dua-duanya punya hubungan yang saling membutuhkan, penonton butuh kita untuk dinikmati dan kita butuh penoton untuk menikmati apa yang kita berikan. Seniman harus bisa memuaskan penikmatnya, jadi idealis bisa aja, tapi bukan berarti kita egois.” Ini terbukti, Bayu mati-matian belajar dance agar bisa memerankan tokoh Amir dengan sempurna di depan penontonnya. “Gue sebenarnya gak bisa dance sama sekali, tapi berkat latihan rutin yang kita lakuin akhirnya gue bisa juga, Kaki gue pernah sampe pernah sakit banget karena latihannya bener-bener super gila” katanya untuk berusaha meyakinkan. Memang terdengar kurang meyakinkan, gerakan dance-nya di teater musikal itu sama sekali tidak terlihat seperti seorang amatir. Bahkan ada yang menyamakan sosok Ario Bayu dengan seorang Adam Garcia, perawakan menarik, total dalam akting, bermusikalitas, and he can dance! Tidak terasa hari sudah malam, hujan reda dan lalu lintas kembali lancar. Saya bahkan sudah lupa kalau tadi banyak orang yang mengutuk keadaan tersebut. Berbincang dengan seorang Ario Bayu memang cara yang tepat untuk melupakan hiruk pikuk ibukota yang di luar kendali.

113


Para d e s a i n e r g e n e ra s i baru t e l a h t i ba dan m e r e k a m e nam p i l k an t rad i t i o na l m e n s w e ar yang d i b e r i un s ur drama , i r o n i, dan p e t ua l angan .

L o nd o n

Emosi dari rasa cinta yang bergejolak menjadi pemicu dari koleksi terbaru karya J.W Anderson. Menurut desainer yang juga mengeluarkan koleksi pakaian wanita dan aksesoris ini, koleksi pakaian prianya yang diperkenalkan pada tahun 2007, bertemakan petualangan dan dongeng. Koleksinya yang berupa paduan bahan denim, plaid, T-shirt bergrafis, dan boot dengan aksen stud, mungkin dapat dideskripsikan sebagai tampilan neo-grungegone-lumberjack. Walaupun detail dari pakaiannya terkesan ‘tough’ namun desainer ini mempunyai sisi lembut juga. Menurutnya, tempat yang tepat untuk menggambarkan koleksinya ini adalah: “tempat dimana orang dapat berciuman kapan saja, atau disebuah kamar tidur ketika seorang perempuan menggunakan kaos milik pacarnya.

S e l uru h p a k a i an dan B OOTS J . W A nde r s o n


L o nd o n

Coba bayangkan suasana council estate di Inggris dan mungkin Anda akan mendapat gambaran seperti apa desain dari Katie Eary. Sebelumnya Eary dikenal dengan koleksi aksesoris kepala buatannya yang sering digunakan oleh Roisin Murphy, Lady Gaga, Kelis, dan The Black Eyed Peas. Sekarang ia mulai dikenali lewat koleksi pakaian pria yang diluncurkan pada tahun 2008. Koleksi musim gugur 2010-nya adalah perpaduan yang tidak beraturan antara motif dan tekstur, ini terinspirasi dari novel psychedelic Marabou Stalk Nightmares karya Irvine Welsh. Eary yang mendeskripsikan filosofi karyanya sebagai perpaduan antara gaya Vice dan Vogue tentu tidak pernah mendesain sesuatu yang biasa-biasa saja. “Banyak orang yang berpikir kalau desain saya cukup berani, namun bukannya fashion memang seperti itu?�

Oleh

Ca i t l i n

Sm i t h

F o t o graf i o l e h J o l i jn Sn i jd e r s s t y l i s t: j e rr i c o . gr o o m i ng : mar t i n - c h r i s t o p h e r h ar p e r a t k a t e ryan i n c u s i ng r e d k e n f o r m e n . m o d e l s : dy l an a t

S e l uru h p a k a i an K A TIE E A R Y , B OOTS B ESS .

dna , n o ma h an a t r e d and yur i a t r e qu e s t. p h o t o gra p h e r ’ s a s s i s t an t s : ana l o r e nzana and k m c . s h o t a t s andb o x s t ud i o , ny, and s p l a s h l i g h t s t ud i o s , N Y.


t o k yo

Bosan dengan brand asal Eropa yang mahal dan klise, desainer asal New York yang kini tinggal di Tokyo ini memutuskan untuk menangani masalah pakaian ini dengan membuat clothing miliknya sendiri. “Saya tidak ingin menjadi iklan berjalan untuk produk orang lain,” kata Sabatino. “Bukan itu arti dari sebuah gaya. Persepsi saya adalah ketika Anda melihat seorang pria, Anda tidak akan pernah mengenali pakaiannya dari desainer siapa.” Untuk itu di tahun 2006 lahirlah label J.Sabatino. Dideskripsikan sebagai pakaian untuk pria ‘dirty dandy,’ koleksinya ini adalah perpaduan cerdas antara karakter dan zaman yang dapat digabungkan dengan mudah kedalam berbagai jenis pakaian. “Desain saya sekarang lebih mengekspresikan gaya eksentrik,” katanya.

S eluru h p a k a i an J . S A B A TIN O , SEP A T U A L D O , S U SPE N D E R TOP M A N , k a o s k a k i F A LKE .


S e mua p a k a i an CO U R T N E Y M C, s e p a t u N IKE.

L o nd o n / Paris

Tanpa disengaja, Courtney McWilliams sangat mengagumi kaum Chavs (coba cek Urban Dictionary untuk definisinya) di Inggris. Dia memberi mereka pujian atas inspirasi yang didapatnya ketika sedang mendesain label terbarunya, Courtney MC. “Semakin saya mencari tahu tentang mereka, semakin saya terpesona dengan pria-pria ini,” katanya. “Saya pikir mereka telah membuat kontribusi berarti untuk budaya orang Inggris, budaya mereka memiliki banyak keunikan tersendiri yang sangat keren dan inspiratif. Penggabungan ragam detail seperti motif Staffordshire Bull Terriers dan jaket bergaya Barbour membuat hasil karya McWilliam mewakili suatu sub kultur Inggris dengan cerdas. Courtney yang akan meninggalkan Inggris untuk bekerja pada brand fashion Givenchy sedang menyelesaikan gelar masternya di bidang menswear pada London’s Royal College of Arts, namun ia tidak akan melupakan asal-usulnya. “Memang saya sebenarnya tidak terlalu patriotis, tapi menurut saya ada sesuatu yang begitu menggagumkan dari orang Inggris pada umumnya.”


L o nd o n

“Saya menyukai pria yang percaya diri” kata desainer asal Denmark, Astrid Andersen. Hal ini tidak mengejutkan mengingat label terbarunya yang dideskripsikannya sebagai “streetwear mewah” memang dirancang untuk pria yang percaya diri. Desain dari Andersen terinspirasi dari perpaduan unik antara matador Spanyol dan B-boy, ia menggabungkan segala hal mulai dari bulu, denim, nilon hingga velour. Koleksi pakaiannya yang berpotongan unik, digabungkan dengan tampilan gangster flamboyant dari Andersen membawa angin segar pada koleksi menswear yang akhir-akhir ini didominasi oleh potongan skinny. “Ini memang menjadi tujuan saya untuk menangkap karakter dari dua dunia ini, dan untuk menggunakan hal-hal yang biasanya dianggap feminin” katanya.

S emua p a k a i an A STR I D A N D E R SEN , SEP A T U Y - 3 .


S e mua p a k a i an JAN-JAN V A N ESSCHE , SEPA T U B OOT W H A T G OES A R O U N D COM ES AROUND.

an t w erp, bel gium

Desainer asal Jerman Jan-Jan Van Essche menamakan debut koleksinya Yukurri, yang berarti “santai” dalam bahasa Jepang. “Ini semacam definisi dari pemikiran saya saat ini,” kata desainer yang mengasah keahliannya pada Antwerp Royal Academy of Fine Arts.” Sebuah koleksi futuristik yang mengutamakan kenyamanan dan fungsi ganda dalam warna monokromatik yang sempurna. “Saya membayangkan pakaian saya dikenakan saat bermalam Minggu hingga bersantai pada hari Minggu,” katanya. Tampilan modern dan utilitarian dari draped tank, harem sweatpant, dan cape-like jacket mendominasi koleksi yang disebutnya sebagai nature versus city. Ini semua mengenai hal yang bertentangan,” ia menyimpulkan.


N e w Yo r k cit y

Label terbaru dari Siki Im ditujukan untuk pribadi tangguh yang tidak banyak bicara. Sebuah sindiran untuk para yuppie di Wall Street, desainer berdarah JermanKorea ini mengangkat tema androgyny lewat koleksi rok panjang, cropped sweater, dengan bentuk yang didesain untuk pria. “Ini adalah perayaan dari sebuah era baru dan juga harapan baru dengan merangkul ketidak sempurnaan, humor, dan keanggunan,” kata mantan desainer dari Karl Lagerfeld dan Helmut Lang ini tentang labelnya yang keluar di tahun 2009 dan memenangkan Ecco Dimani Fashion Foundation Men’s Award di tahun 2010. Kilt dan dasinya membawa sebuah pesan: “Koleksi ini didasarkan pada krisis ekonomi dan runtuhnya Wall Street dengan kesombongan dan keserakahannya.” Im yang dulunya berprofesi sebagai arsitektur kini beralih menjadi desainer dan mengajar di Parsons School of Design, New York, dan ia juga membuka sebuah pop up shop di Chelsea November kemarin.

S e mua p a k a i an dan sepatu siki im, topi milik model.


S e mua p a k a i an dan k a o s k aki BY CAMO, SEPA T U R A CHEL COM EY.

m i l an ,

i ta ly

Ketika Stefano Ughetti, pencipta label Camo ditanya tentang siapa yang paling cocok mengenakan pakaiannya, ia menjawab: “Orang-orang yang tidak mempunyai rumah. Mereka sangat natural dan tidak peduli dengan apapun.” Jawabannya membuat kita penasaran karena desainnya sepertinya lebih pantas untuk dikenakan Tom Ford (jika ia menjadi pekerja kasar) daripada oleh orang miskin. Kata Ughetti, ia memang suka mendesain dengan memberi sentuhan yang ironis. Terinspirasi dari kebutuhan manusia untuk tidak terlalu menonjol (atau untuk camouflage, nama label diambil dari sini), ia berharap karyanya bisa memberi efek yang berlawanan. “Saya ingin memukau orang-orang dengan sesuatu yang mengejutkan dan spektakuler,” kata Ughetti mengenai label yang dibuatnya pada tahun 2007 dan baru-baru ini dinominasikan dalam penghargaan bergengsi Who’s On Next? pada Pitti Uomo di Milan. “Tujuan dari CAMO bukan untuk menata gaya seseorang, tapi untuk menyatukan mereka dengan apa yang dikenakannya.


the t h i nk e r


M ar k R o man e k b e r c e r i t a t e n t ang k e h i du p an , k e ma t i an dan p e mbua t an f i l m . t e k s : Pau l Ca i n e . F o t o graf i : J i mmy Fontaine Rambut: Staci Child – De Facto Inc menggunakan Redken For Men. Lokasi: Sandbox Studio, NY


Saya bertemu dengan sutradara Mark Romanek di Soho Grand, sebuah hotel mewah di daerah Canal Street, New York City. Hari itu udaranya begitu panas, sehingga saya dibasahi keringat saat memasuki lobby hotel. Romanek sedang memakan semangkuk sup tomat dengan tenang saat saya menemuinya, ketenangan yang ia dapatkan setelah bertahuntahun menyutradarai video musik untuk para diva, rock stars, dan para enfants terrible. Romanek juga telah mengerjakan beberapa video komersial dan dua film feature-length: One Hour Photo pada tahun 2002 dengan Robin Williams yang berperan sebagai teknisi photo lab yang creepy, dan film terbarunya Never Let Me Go. Diangkat dari novel karya Kazuo Ishiguro berjudul sama yang terbit pada tahun 2005, film ini menceritakan tentang tiga orang sahabat pada sebuah boarding school di Inggris dan perjalanan cinta mereka. Kathy (Carey Mulligan) yang jatuh cinta kepada Tommy (Andrew Garfield), namun ditinggalkan untuk sahabatnya, Ruth (Kiera Knightly). Ketiganya tetap bersahabat, namun akhirnya kita akan tahu kalau mereka ternyata bukan anak-anak biasa: (spoiler alert, jika Anda belum membaca bukunya) mereka merupakan ‘donor’, yang lahir dan dibesarkan khusus untuk menjadi donor organ bagi masyarakat Inggris, dan umur mereka hanya akan sampai 30 tahun. Saat mereka meninggalkan masa teenager-nya donasi organ dimulai untuk Ruth dan Tommy, sedangkan Kathy berperan sebagai ‘carer’, seseorang yang

mengasuh para ‘donor’saat mereka semakin lemah dan sakit. Saat Ruth mulai sakit, Tommy dan Kathy memulai lagi hubungan mereka untuk mencoba memastikan sebuah gosip bahwa cinta sejati dapat mengubah nasib mereka. ANDA PERNAH MENGATAKAN “MENGERTI INTISARI SEBUAH FILM SANGAT PENTING, KALAU TIDAK, ANDA HANYA AKAN MENEBAK SAJA.“ MENURUT ANDA APA TEMA DARI FILM INI? Temanya adalah seberapa banyak waktu yang kita miliki. Kita hidup dalam penyangkalan bahwa kita hanya ada di bumi ini selama 85 tahun – jika kita beruntung. Filmnya membahas bagaimana menggunakan waktu secara maksimal, maka tidak ada yang akan kebal dengan isi film ini, tidak ada yang bisa bilang “film ini bukan tentang saya.” Because we’re all going to die. Memang itu kenyataannya, maka kami berusaha agar secara estetis filmnya terlihat indah. Akan terlalu pahit jika film-nya tidak romantis dan penuh harapan. NEVER LET ME GO ADALAH FILM DYSTOPIAN, NAMUN SEMUA KARAKTER DIDALAMNYA TIDAK ADA YANG MEMBERONTAK, BUKANKAH INI MERUPAKAN HAL ANEH DALAM KARYA SCIENCE-


“TIDAK ADA YANG AKAN KEBAL DENGAN INTI CERITA DARI FILM INI.”

FICTION? Saya menyukai film ini karena tidak cliché. Kita semua tahu kalau kita memiliki sedikit waktu di dunia ini, tapi tidak ada yang ‘berlari’. Tidak ada yang berhenti dari kerjaannya, tidak ada yang meninggalkan pasangannya, tidak ada yang mengerjakan bucket list mereka dan mendaki Gunung Everest. Kebanyakan orang hanya menerima keadaan saja. Disini semua karakternya sudah didoktrin dari kecil bahwa apa yang mereka kerjakan merupakan sesuatu yang mulia dan akan berguna. SETTING FILM-NYA TIDAK PADA TAHUN 2112, ATAU DI GALAKSI YANG JAUH, NAMUN DI BUMI SAAT INI, DENGAN SOCIETY YANG SAMA NAMUN DENGAN SEDIKIT PERUBAHAN. Tone dari film ini sulit dibuat, society yang terdapat di film ini sama seperti yang sedang kita nikmati sekarang, namun dengan perubahan yang terjadi pada tahun 1950-an. Marco Digby, desainer produksi film ini, dan saya tadinya mencari ide yang lebih futuristik. Diatas kertas, ide bertema ‘retro sci-fi‘ terdengar sangat keren, namun pada pelaksanaannya selalu kurang cocok. Akhirnya kami memutuskan untuk fokus pada alur cerita cintanya dan menciptakan film sci-fi tanpa ikonografi sci-fi, dan membiarkannya menjadi subtext saja. APA YANG TIGA PEMERAN UTAMA BAWA SAAT MEMERANKAN KARAKTER MEREKA? Merekalah yang membuat karakter masing-masing hidup melalui ucapan dan ungkapan emosi yang tidak tertulis oleh para penulis naskah. Mereka ber-tiga sangat profesional dan cerdas, mereka memikirkan setiap scene, dan meneliti semua aspek perannya. It was a real joy. APAKAH ADA MOMEN YANG SANGAT MENONJOL DALAM INGATAN ANDA? Ada satu momen yang benar-benar menyentuh hati saya. Satu adegan yang awalnya tidak ada di naskah, adegan di pantai dimana Tommy berlari seperti anak kecil dan bermain di kapal. Dia sebelumnya belum pernah melihat pantai, maka pasti ia sangat excited. Kami merekam adegannya menggunakan kamera handheld, tanpa lampu tambahan, hanya ada saya dan sound man. Andrew (Garfield) memberi ide yang jelas sudah ia rencanakan secara matang – ketika ia batuk dan kehabisan nafas, ia melakukannya di bagian belakang kapal, supaya ia bisa menyembunyikan hal ini dari teman-temannya. That’s brilliant, sangat cerdas, ia seorang aktor yang benar-benar menjiwai perannya. PADA SEBUAH ADEGAN AKHIR DI RUANG OPERASI, SAAT SALAH SATU KARAKTER MEMBERIKAN DONASI TERAKHIRNYA. ITU TERLIHAT SANGAT MENGERIKAN. SAAT SAYA MENYAKSIKAN FILM-NYA SEMUA YANG MENONTON TERLIHAT MERINDING KETAKUTAN. Film ini memang menceritakan tentang hal tersebut, mereka akan memotong-motong manusia dan membuangnya seperti sampah, namun kami tidak mau

thethinker

semuanya terlihat terlalu sadis sehingga semua orang kabur. Saya ingin dokter di film ini memperlakukan orang tanpa memperdulikan sisi kemanusiaan, sehingga kontras dengan apa yang dirasakan oleh para penonton. TIDAK TERLALU BANYAK ADEGAN ACTION DI FILM INI, NAMUN BEGITU BANYAK ADEGAN YANG MENYENTUH, SEPERTI ADEGAN OPERASI. Saat membaca bukunya saya merasa ada begitu banyak adegan bagus. Kubrick menyebutnya sebagai “the non-submersibles”, artinya di setiap film buatannya ia membuat beberapa adegan yang begitu powerful sehingga filmnya dapat bertahan hanya dari itu. Saya rasa buku ini memiliki potensi itu. Namun film ini tidak akan ada tanpa adaptasi naskah dari Alex Garland. Memang menyenangkan untuk dapat bilang “Buku ini luar biasa, mungkin bisa menjadi film yang sangat bagus,” tetapi tanpa penafsiran naskah yang pintar, itu tidak ada apa-apanya. BAGAIMANA PROSES REVISI NASKAHNYA? Garland menulis naskahnya tanpa banyak penjelasan. Ia hanya menulis bagian yang paling pentingnya. Dan mereka menginginkan seorang sutradara untuk menjelaskannya. Tapi memang dari awal sudah terlihat bahwa film-nya pasti akan menarik, naskahnya secara emosional akan menyentuh Anda. Kami melakukan revisi di setiap halaman naskah sambil membaca bukunya selama sebelas hari. APAKAH ANDA MELIHAT KESAMAAN ANTARA PEMBUATAN VIDEO MUSIK DAN FILM FEATURE LENGTH? APA MEREKA SALING MENDUKUNG? Saya tidak tahu. Apakah latihan lari jarak dekat akan membantu Anda saat maraton? Menurut saya tidak. Menurut saya itu merupakan dua hal yang berbeda. It’s like apples and oranges. APA ALASAN ANDA AKHIRNYA BERPINDAH HALUAN KEPADA PEMBUATAN FILM? Sebenarnya bukan ‘berpindah’, karena saya selalu ingin membuat film. Dulu MTV belum ada. Sebagai anak kecil yang membuat film menggunakan film Super 8, saya selalu berharap untuk membuat film panjang. Proyek video (musik) merupakan hiburan selama 10-15 tahun, walaupun menyenangkan karena saya beruntung ada di tempat dan waktu yang tepat, saya selalu menganggapnya sebagai kesempatan saya untuk belajar berbagai hal agar saat waktunya datang, saya dapat membuat film saya sendiri. APAKAH ANDA PERNAH M EMBAHAS NEVER LET ME GO DENGAN ORANG INGGRIS? APA TANGGAPAN MEREKA, APALAGI MENGINGAT SETTING FILM INI ADA DI KULTUR MEREKA? Satu hal yang membuat saya begitu senang adalah orang Inggris yang pernah menontonnya mengaku bahwa film-nya berhasil ‘terasa’Inggris. Bahwa film-nya menunjukkan sisi Inggris yang sudah tidak terlihat lagi. Dan yang paling penting – Ishiguro menyukai film-nya. Ia sangat menyukainya, yang membuat saya lega dan begitu senang.

1 25


shopping list 707, Jl. Kemang Raya 8b, Kemang 16DS, Grand Indonesia, Lvl One, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat ADIDAS ORIGINAL, Plaza Indonesia Extension Lt.3 unit EH-01, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat ALDO, see aldoshoes.com ALLSAINTS, see us.allsaints.com AMBLE, see amblefootwear.blogspot.com ANYTHING, available at 707 BEN SHERMAN, see bensherman.com BILLABONG, Senayan City Lt. 3, Jkarta Selatan BIOTHERM, available at SOGO BOTTEGA VENETTA, Grand Indonesia East Mall, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat THE BODY SHOP, Plaza Senayan Lt. 2, Jl. Asia Afrika, Jakarta Selatan CALVIN KLEIN, Plaza Indonesia Lt. 1, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat CARTHARTT, see carhartt.com CHEAP MONDAY, available at 707 COMMONWEALTH UTILITIES, see commonwealth-utilities.com CONVERSE, Senayan City CV 17 Lt.2, Jakarta. COTTONINK, available at the Goods Dept. D&G, Grand Indonesia East Mall, Ground Level, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat DANJYO HIYOJI, Grand Indonesia, Lvl One, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat

L’OCCITANE, Central Park, Upper Ground, Jl. Let. Jen. S. Parman, Jakarta LACOSTE, Grand Indonesia lt. LG unit 34, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat LANVIN, Plaza Indonesia Lt. 1, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat LEE, Pondok Indah Mall 1 Lt. 1, Jakarta Selatan LEVI’S, Plaza Indonesia Lt. 2 unit 94-95, Jl. MH Thmarin, Jakarta Pusat LIFE AFTER DENIM, available at 707 LOUIS VUITTON, Plaza Indonesia, Lt.1 Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat MAD HECTIC, see madhectic.com MAGIC HAPPENS, Grand Indonesia, Lvl One, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat MARC JACOBS, Plaza Indonesia, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat METROX, Plaza Indonesia Extension Lt. 4, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat MONDAY TO SUNDAY, Grand Indonesia, Lvl One, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat NIKE, Pacific Place, SCBD Jl. Jendral Sudirman, Jakarta Selatan NUDIE, available at 707 THE NORTH FACE, see thenorthface.com NN:02 available at the Goods Dept. NOOKA, available at 707 ORBIS, Jl. KH Ahmad Dahlan no. 2, Jakarta Selatan

DC, Sogo Pondok Indah Mall 2 Lt. 2, Jakarta Selatan DKNY JEANS, Plaza Indonesia Lt. 2, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat DIESEL, see diesel.com DR. MARTENS, see drmartens.com EASTON, see thisiseaston.com ELHAUS, available at the Goods Dept. EVISU, available at 707 FACE SHOP, Pondok Indah Mall Sky Bridge Lt. 2, Jakarta Selatan FLAT HEAD, available at 707 FOX, see foxhead.com THE GOODS DEPT., Plaza Indonesia Extension Lt. 4 #14, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat G-SHOCK, see gshock.com GLAMOUR KILLS, available at Metrox GUCCI. Senayan City. Unit G96-G100. Jl Asia Afrika Lot 19, Jakarta Selatan THE HOWLER TERROR CLUB, see thehowlerclub. com HUF, available at orbis THE HUNDREDS, see thehundreds.com ICHWAN TOHA, Grand Indonesia, Lvl One, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat IMPERIAL, available at 707 KIEHL’S, available at Sogo, Plaza Senayan Jl. Asia Afrika, Jakarta Selatan KSUBI, available at 707

not for girls.

30%

best deal

INDONESIA

Ya, saya ingin berlangganan majalah

INDONESIA

subscribe & save

ORIGINAL PENGUIN, see originalpenguin.com ONE AND A HALF, see oneandahalfclothing.com PETER SAYS DENIM, see petersaysdenim.com PULL AND BEAR, Grand Indonesia East Mall, Lt. 1&2, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat PUMA, Grand Indonesia Mall, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat POPULO, Senayan City Lt. 1, Jakarta Selatan POP MEETS POP available at the Goods Dept. QUICKSILVER, Mall Pondok Indah 2, Jakarta Selatan SATCAS, Grand Indonesia, Lvl One, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat SKELLY, available at the Goods Dept. SOBER, available at the Goods Dept. SOE.HOE, Grand Indonesia, Lvl One, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat SOMETHING ELSE, available at 707 SUPRA, available at 707 STUSSY, see stussy.com SWATCH, see swatch.com THOMAS SABO, Plaza Indonesia, Lt.1, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat TOD’S, Plaza Indonesia, Lt.1 unit 9, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat TOPMAN, Grand Indonesia East Mall, Lt. 1, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat TOSAVICA, Grand Indonesia, Lvl One, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat TRIBUTE, Jl. Wijaya IX No. 23, Jakarta Selatan UBIQ, available at 707 UNDEFEATED, available at tribute UNIONBAY, see unionbay.com VANS, see vans.com WESC, available at Metrox Y3, Plaza Indonesa Lt. 1, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat ZANEROBE, see nordstrom.com ZARA, Mall Kelapa Gading 3 Lt. 1, Jl. Bulevar Kelapa Gading, Jakarta Utara

Nama Tanggal Lahir

Dapatkan CD

Perusahaan Jabatan

Kota

Midnight Diaries !!

Rumah

*persediaan terbatas

Negara

Kode Pos

T

H

E

Telpon HP 2011

she’s NO T your girl next do or

Mulai berlangganan dari bulan wear what you want

Cover Price

omg! it’ s mariana

januar i

Fax Email

NORMAL PRICE

Subscribe PRICE

30%

NYLON Guys

Rp. 35.000 (6 Edisi)

Rp. 210.000

RP. 147.000

30%

.com

Rp. 245.000

onesia

Rp. 350.000

lonind

Rp. 35.000 (10 edisi)

glee, tru blood e rock, , 30 men mad

www.ny

JANU

RP.

ARI

2011

35.0

00,-

I

R

S

T

I

S

w w w.mpgmedia.co.id

S

U

wear wh you wanat t! local favorite brand jeans sn leathereakers jacket boots hats

di baw ah radar brnd bayu risls andrewa garfield

hot nylonind onesia. com

Untuk Luar Jakarta tambah biaya ongkos kirim (untuk konfirmasi harap menghubungi nomor telepon (021) 685 52108

Kirim formulir ini ke : Jl. KH. Wahid Hasyim No. 59 Lt. 2 Menteng, Jakarta Pusat 10350, Telp. (021) 685 52108, fax. (021) 390 6062

rna unik untuk pa rty

hottest tv serie s

Saving

NYLON

color bad me wa

F

E SI A

Kantor

IN DO NE

Alamat pengiriman

Payment methods Cash Transfer PT. Tiga Visi Utama. Bank Mandiri Sudirman No. rek. 102 00 4567899 9

PT. Tiga Visi Utama Jl. K.H. Wahid Hasyim No. 59 Lt. 2,Menteng, Jakarta Pusat 10350


this

you wont be lonely

come & join our big

INDONESIA

INDONESIA

party

fotografi : advan matthew

not for girls.

follow us on

@NYLON_IND @NYLONguys_IND

for further details


128

memasukannya ke dalam buku? Saya senang dengan cerita James Agee. Cerita itu aneh, gila, dan penuh keberanian - untuk saya, itu humor. Humor tidak selalu harus membuat saya tertawa terbahak-bahak. Humor merupakan sesuatu yang aneh, atau berbeda, jadi saya harus akui cerita di buku ini mungkin tidak akan membuat setiap orang tertawa. Tapi bagi saya cerita James Agee lucu. Di buku ini banyak sekali penulis kelas berat seperti Nora Ephron, Jon Stewart, bahkan Ernest Hemingway. Apakah kamu susah untuk mendapat hak untuk menerbitkan? Saya akan selalu kirim email ke seseorang, seperti Jason Schwartzman dan bilang, “Hey, boleh gak kamu kirim email ke Steve Martin dan tanya dia apabila kita bisa pakai ceritannya?” Dan setengah jam kemudian kami mendapat berita : “Dia bilang OK!” dan saya teriak-teriak di kantor seperti menang piala dunia saja. Di bagian pengantar kamu bilang bahwa salah satu hal yang membantu kesuksesan kamu adalah dengan membaca. Tagline yang baik untuk literacy. Ada saat dimana karir saya ‘terhenti’, acara tv saya dibatalkan, dan saya tidak tahu harus melakukan apa, jadi selama setahun saya menghabiskan waktu saya dengan membaca. Saya membaca bahwa hadiah terbaik yang dapat kamu berikan ke orang lain adalah berbagi cerita tentang hidupmu. Saya menganggap kalau tidak ada hal dihidup saya yang dapat dibanggakan. Dan ketika saya mengubah cara pandang hidup itu, ternyata banyak orang yang lebih menyukai karya saya, karena sepertinya mereka juga mengalami hal yang serupa dengan saya. Saya jelas tidak bisa membandingkan tulisan saya dengan apa yang ada di buku ini, tapi yang pasti saya menemukan suatu keberanian baru.

MUNGKIN UNTUK KAMU JAMES AGEE TIDAK LUCU, NAMUN APA YANG DISEBUT JUDD APATOW LUCU, SUDAH PASTI BENAR. TEKS : EMILY TEMPLE. ILUSTRASI : PHILLIP FIVEL NESSEN.

comedy central KAMU TAHU BAHWA JUDD APATOW sebagai lelaki dibalik beberapa film paling lucu belakangan ini, dengan lelucon ‘burung’ lelaki hampir di setiap filmnya. Sekarang, McSweeney merilis I Found This Funny, koleksi tentang kumpulan cerita, essai, naskah, dan seleksi gambar oleh Apatow - dimana semua hasil dana akan disumbangkan kepada 826 National, sebuah badan amal milik Dave Eggers dan Judd, dimana donasi digunakan untuk pendidikan remaja. Beberapa cerita yang ada di buku ini tidak lucu. Cerita James Agee salah satunya, kenapa kamu mau

Banyak sekali lembaga amal diluar sana, apa yang membuat Anda memilih 826? Mereka tidak hanya membantu anak-anak dari sisi akademis, mereka juga menunjukan bahwa mereka menarik, imajinatif, serta unik, dan mereka juga dapat mengerjakan sesuatu yang luar biasa. Dulu saya mempunyai guru di kelas sepuluh namanya Ibu Farber, ia meminta saya menulis autobiografi saya sendiri. Semua saya buat secara asal, untuk melucu. Saya bilang saya sebenarnya anggota CIA, dan saya bekerja sebagai mata-mata di sekolah. Saya menulis bahwa saya sebenarnya sudah dewasa dan telah ‘mencicipi’ semua guru wanita di sekolah. Ibu Farber tidak marah, ia malah berkata, “Kamu itu benar-benar lucu, kamu bisa menjadi penulis, seperti Woody Allen.” Pernyataan itu membuat saya sangat tercengang, karena biasanya saya selalu kena masalah karena hal seperti ini. Karena ada guru yang berkata seperti itu, maka muncul semangat di dalam diri saya untuk menulis, dan itulah yang 826 lakukan, bahkan kepada anak-anak yang bukan penulis, mereka selalu meyakinkan anak-anak bahwa mereka itu penting…saya terkesima dengan acara amal Dave Eggers, terlihat jelas bahwa ia sangat peduli, disini juga saya menambah peran saya untuk lebih peduli, setidaknya saya tidak merasa bersalah saat saya berlaku kurang baik. Dia peduli karena ia adalah orang yang baik, saya peduli karena saya ingin menjadi orang baik.




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.