NYLONguys Indonesia / Juli 2011

Page 1

juli-Agustus 2011

Lights, Camera, aCtion!!!

eLijah wood joko anwar rio dewanto sigi wimaLa

(gAming!)

BerpetuaLang Lewat game horor

jakarta ink From passion to oBsession

88

must

h Av e

Look CooL with: stripes running shoes Bow tie Fedora & denim shirt

we Like our CheF sweet as

karen

CarLotta Rp.35.000.Luar P.Jawa R p . 3 7. 5 0 0 . I S S N 2 08 78 81 8

sLamet rahardjo : “saya seorang pekerja FiLm (titik!)”




mei 2011

juLI

fotografi Rio Dewanto: Onik (Rebellionik)

pulp fiction

38 Hari Ini Gue Bukan Superman Teks: Billy Christian 08 Editor’s Letter 10 Letter 14 CONTRIBUTORS

genius

16 Lights, Camera, Action!

Bagi Naya Anandita film bukanlah hal yang sekedar untuk dinikmati semata. Film adalah passion hidupnya. Teks: Rezaindra O. Fotografi: Muhammad Asranur.

18 Delicious Sweetheart

Meet the newest sensation of Indonesia’s cooking industry, Karen Carlotta. She’s sweeter than sugar. Teks: Rezaindra O.

20 Risky Business

Blaise Bellville sedang membangun sebuah kerajaan. Satu ide per satu ide. Teks: Francesca Babb. Fotografi: Toby Hudson

21 Storyboard For Life

Apa yang terpenting bagi Andri Ashari adalah menciptakan sebuah gambar, pandangan visual yang tak bisa terelakan di dalam kehidupan imajinasinya. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo

22 Chaos Theory

Sutradara Spencer Susser membuat situasi menjadi panas. Teks: Luke Goodsell. Fotografi: Justin Loy

23 To Build A New Era

Keseragaman tema perfilman Indonesia kini membuat para tiga wanita muda ini tergerak demi menuju sebuah pembaharuan, maka lahirlah PlotPoint. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo.

24 HEINEKEN 26 genius news 32 gaming 34 Nylon Music Festival 10 promising local band acts and one gaspingly wonderful act by HURTS, this is Urbanite NYLON Music Festival! Teks oleh: Khiva Iskak. Fotografi oleh: Muhammad Asranur & Nick Easton.

drive thru

40 AIR APPARENT

Adakah cara yang lebih baik untuk melakukan test drive terhadap kemampuan Airstream Avenue selain mengendarainya menuju festival Musik Coachella? Teks: Nicolas Stecher. Fotografi: Kerian

43 AUTO UPDATE 44 AUDI FASHION FESTIVAL 2011

street style 46 Mexico

Ibu kota yang bernama Distrito Federal atau disingkat D.F. oleh penduduk lokaladalah kota metropolis terbesar, tergahar, dan tersibuk dibelahan bumi. Teks: Ellen Carpenter. Fotografi: Chris Norris

taste

50 DENIM MORE: DENIM SHIRT

52 STRIPE ON SURFACE: STRIPED T-SHIRT

54 ECSTATIC ELASTIC: ELASTIC CUFF PANTS

56 COLOR ME BAD: COLORED PANTS

58 UNITED STATE OF COOLNESS: STATEMENT JACKET

60 CROWN YOUR HEAD: FEDORA HAT

62 MAN UP: CUFFLINKS 64 OLD SCHOOL COOL: OXFORD SHOES

66 GET OVER IT: SUSPENDERS 68 SHADES OF GLORY: SUNGLASSES

70 DRY RUN: VINTAGE RUNNING SHOES

72 X MARKS THE SPOT: BOW TIE

elijah wood photographed by marvin scott jarrett. stylist: shirley kurata. grooming: kara yoshimoto bua at tracey mattingly. com. photo assistants: john maxwell iv and byron nickleberry. digital: diy digital. retouching: steven meiers. shot at pier 59 west, santa monica. denim jacket and jeans by diesel, t-shirt from wasteland clothing.



radar

AG US TU S

74 WEAPON OF CHOICE

Bersenjatakan efek laser dan beatbeat canggih, Fatboy Slim berhasil mengguncang Jakarta. Oleh: Alexander Kusuma Praja. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo Maroon 5 bukan sekedar band biasa, mereka luar biasa. Teks: Rezaindra o. Fotografi: Nick Easton

78 INNER EMOTION

Kemunculan Woodkid di kancah dunia musik Indie seperti memberi peringatan adanya genderang perang. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Karim Sadli

80 GEEK WITH A TWIST

Jangan memandang sebelah mata tampilan geeky seorang Ben Folds, performanya bisa melebihi seorang rock star. Teks: Rezaindra O. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo

81 WHATEVER ATTITUDE

Anggun Priambodo dan Heidy T. Triswan menggali apa arti konteks nilai seni di sebuah film. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo

82 STAY TRUE TO YOURSELF Keindahan dan impian telah bersatu

di dalam permainan apik piano Luky Annash. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo.

83 ALIEN AND THE BEAST

feature

88 RING TRUE Mengembalikan sebuah cincin ke

Tidak perlu memutar keras otak untuk mengerti kenapa Alex Pettyfer banyak digemari kaum wanita, tapi ia lebih dari sekedar wajah ganteng. Teks: Ivan Adiyasa

tempat asalnya? Menjalankan sebuah perusahaan rekaman? Menghisap ganja dengan seseorang berkostum anjing? Elijah Wood memang serba bisa! Teks: Mikael Wood. Fotografi: Marvin Scott Jarrett

84 DEATH BECOMES THEM Dari pesta kecil-kecilan di L.A

96 A NEW CHAPTER Layaknya sebuah cerita yang memiliki

sampai Fuji Rock Festival di Jepang, Funeral Party berada di jalur cepat. Teks: Erin Magner. Fotografi: Magna Wosinska

86 HIS TEN BEST FILM:

JOKO ANWAR. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo.

babak demi babak, hidup pun demikian. Dan inilah babak baru dalam kehidupan seorang Sigi Wimala. Teks: Rezaindra O. Fotografi: Nick Easton.

100 HE’S THE MAN

Film, ketenaran, dan wanita; 3 hal ini yang melekat di dalam diri seorang Rio Dewanto. Teks: Maesa Nicholas Montgomery. Fotografi: Onik (Rebellionik)

108 INK TO YOU Makna tato telah bergeser, dari simbol

kriminalitas menjadi bagian dari lifestyle, bahkan kultur pop. Teks: M. Khairul. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo

114 HOW TO MAKE IT IN BEHIND THE SCENES? A new beginning, a new chapter from the

filmmaker kids in Indonesia to embark on their talent! Teks: Khiva Iskak Fotografi: Deschanel Darmodihardjo

122 “FILM ADALAH BENTUK EKSPRESI”

Kita bisa memiliki pendapat yang beragam tentang industri film Indonesia. Begitu kontras perjalanannya hingga menimbulkan pro dan kontra di setiap generasi. Namun, ada satu nama yang kerap muncul secara konsisten yaitu Slamet Rahardjo. Oleh: Khiva Iskak & Ein Halid. Fotografi: Onik (Rebellionik)

126 SHOPPING LIST 128 NEW BEGINNING

Dengan Beginners, Mike Mills membuat sebuah film yang begitu spesial, sekaligus dekat di hati. Teks: Diane Vadino. Ilustrasi: Mike Mills

fotografi Bobby ‘HELLBOBS’: Deschanel Darmodihardjo

20 11

77 THE FAB FIVE



Editor-in-Chief Ein Halid Managing Editor Maesa Nicholas Montgomery

Fashion & Beauty Editor Anindya Devy Senior Editor Rezaindra O

Associate Editor Khiva Rayanka Iskak

writers Alexander Kusuma Praja, Gabrielle Afandi, Tiara Puspita, Indri Zona Sejati design

Senior Designer Amirudin Hafihz Designer Haris Juniarto

Intern Designer Philea Adhanti

business

Advertising Sales Manager Maesa Nicholas Montgomery Senior Account Excecutive Andri Parulian Account Excecutive Ivan Adiyasa Traffic Manager Ursula Sitorus Events & Promotion Executive Fety Fadliah, Rena Tanti, Thania Muljadi Circulation & Distribution Claudia Sthefanie Jonathans,

Algonium, Iriansyah

Chairman and Inspiration At Large Julius Ruslan Publisher and Chief Executive Officer Denise Tjokrosaputro Co-publisher Petrina Leong

NYLON is published by

PT. Tiga Visi Utama Thamrin City Office Park Blok AA No. 08-09 Jl. Kebon Kacang Raya, Jakarta Pusat 10350 Tel +62 21 3199 1178, +62 21 3199 91179 SIUP NUMBER : 01881/10-1.824.51 NYLON US

Chief Editor Marvin Scott Jarett Publisher Jaclynn b Jarett Associate publisher Karim Abay President Don Hellinger

Editorial Office

110 greene street,suite 607, New York, NY 10012

Disclaimer Artikel yang dimuat dalam majalah ini telah melalui proses editorial yang berkesinambungan. Isi majalah ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan proses pemeriksaan dan opini publik, dan hanya berfungsi sebagai informasi yang bersifat kecuali ditekonstan. Semua materi yang diterima akan menjadi hak milik telah memiliki izin pemuatan foto dari pihak yang bersangkutapkan lain. tan untuk digunakan sesuai keperluan.

Hak Cipta & Izin Penerbitan Hak cipta dilindungi. Tidak ada bagian dari majalah ini yang diizinkan untuk dikutip ataupun diproduksi dalam format apa pun dengan atau tanpa sengaja tanpa izin dari perusahaan. Hak cipta 2011

follow us on

NYLONguys_IND NYLON Indonesia


INDONESIA

INDONESIA

not for girls.

NO SUMMER MOVIES, NO WORRIES !!!

For you movie lovers, we have a special event the whole month of July!!!

Mad For Movie join us for

MOVIE NIGHTS, FEATURE FILM SCREENING

DIRECTOR

SCREENING SHORT MOVIE

From young & talented directors

FILM MAKING WORKSHOP

Learn from directors, writers, stylist, & actors

HOW TO LOOK LIKE A STAR

Hair do & Makeup Class PARTY WITH THE HOTTEST MOVIE CAST In the Hottest Club in Town

This event is

FREE!!! All you need to do is...

Follow our

@NYLON_IND & @NYLONguys_IND

Plus ‘Like’ our Facebook for details! Invitations will be send to you directly Media partner by :

Supported by :


008 ed letter

Badai pasti berlalu

photo: onik (rebellionik)

Lights, camera, action ! Saya selalu penasaran apa rasanya bisa mempunyai kekuasaan mengucapkan tiga kata itu. Jangan salah tanggap dulu, saya bukan ingin alih profesi dari seorang editor, saya ingin merasakan sesaat memiliki power membangun dunia khayalan dan melihatnya hidup. Tim Burton, Quetin Tarantino, Steven Spielberg menurut saya adalah beberapa nama yang sukses playing God, yang mampu mewujudkan imajinasi tanpa batas. Film yang mereka buat dikategorikan sebagai maha karya. Di edisi ini, NYLON Guys ingin menyelami proses berkarya tersebut, khususnya karya anak bangsa. Joko Anwar dan Selamet Rahardjo lahir dari generasi berbeda namun karyanya berbicara banyak kepada kita sampai saat ini. Dengan Joko Anwar, saya belajar untuk menemukan inspirasi dan membangunnya menjadi karya sendiri. Dalam waktu singkat film-filmnya begitu signifikan. Berkesempatan wawancara Selamet Rahardjo di edisi ini, mengajak kita mengerti tentang totalitas berkarya. Film adalah sebuah ekspresi dan berakting atau menjadi sutradara adalah hasil dari analisa terhadap

kehidupan, adalah caranya melihat industri perfilman.Menurut beliau, menjadi CERDAS adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar. Dan menurut saya itu berlaku dimanapun. NYLON Guys juga mengulas orang-orang yang tidak mau tawar menawar dalam berkarya dari chef manis Karen Carlotta, Andri si pembuat story board hingga para tattoo artist. Saya jadi mengerti dalam berkarya tidak pernah ada cara yang kaku. Hanya ada tiga cara, cara yang benar, cara yang salah atau cara saya. Ein Halid EDITOR-IN-CHIEF



010

letters

DNDPRDPTA Just enjoying my Holy-Day with reading @NYLONguys_ IND Magazine! First-Third Edition. These magazine are ROCK! widiyatnoo #NR @NYLONguys_ IND ,very gotta inspire! adimasgunawan Just bought @ NYLONguys_IND magz, there’s a lot of nice shit in there.. Especially articles about @DGrohl \m/ setyanandika Nylon oh nylon, jedanya lama sekali. Cannot wait @NYLONguys_IND princehanboo I had bought @ NYLONguys_IND magz may edition!!!yihaaa (O) hadinfluence Love the concept, love the content, love the photos, definitely worth reading! Keep up the good works @ NYLONguys_IND andreastantra Music and fashion bcame part of my life, & di compile di mjlh ini. Wait for 4th edition @ NYLONguys_IND Love the article and fashion spread TheGoodADAM Untunglah @ NYLONguys_IND itu terbitnya bi-monthly. Coba kalo tiap bulan, ngiler trs liat fashion spreadnya. Nyesss... slurp!

Ilustrasi : Eko Bintang

OXYMARS @NYLONguys_IND saya cewek tapi saya lebih suka nylon guys :D & makasih buat Dave Grohl! superb! sury4candra @NYLONguys_IND edisi bulan ini mantab!!! Utk segment pulp fiction, kt2 bs send some stories ga? Atau hny dr editor dan tim writer nylon? ThX mohammadfiqih Third edition of @ nylonguys_ind is on my hand! Nicoline emang WOW! andioramanditya Totalitas bgt iniI majalah @NYLONguys_ INDartikel2nya bener2 guy not gay. mitdoq The third edition of @ NYLONguys_IND is OUT! Yours truly contributed another story, a sci-fi fiction entitled “Jiri & Iga”. Do get a copy! :) kero_copy cmon @NYLONguys_ IND .. you’ve put Dave Grohl on yr may-june edition cover, so BRING FOO FIGHTERS TO INDONESIA! :)



012

letters

Cool! Selamat untuk Nylon Music Festivalnya, kapan lagi nih ada bandband lokal? -Helmi Rais, Account Executive Guys, gimana sih cara kalian memilih band-band yang ada? Berdasarkan apa? -Adrian Moreno, Supervisor Retail Coba lebih banyakin liputan mobilnya dong! -Alexander Yango, Pegawai Swasta

Kalo diperhatiin kok engga ada review gadget yah? -Andy Ng, IT Is there any chance for good jokes on one page? it should be fun! -Aquino Noval, CafÊ Owner I think it would be good kalo cover-nya orang lokal, bisa ngebedain untuk kolektor soalnya. Thanks dude! –Dhudi Wira, Mahasiswa

Ilustrasi : Eko Bintang

More chicks! More chicks! More chicks! -Nendy Anggun, Road Manager Can you put En Route in Nylon Guys? We (dudes) need recommend too! -Wusi Rizki, Brand Analysis

send mail to:

NYLON Guys Indonesia Thamrin City Office Park, Blok AA No. 08-09. Jl. Kebon Kacang Raya, Jakarta Pusat - 10350 or Twitter @NYLONguys_IND



014 contributors

Ka Kromodimuljo Desain, fotografi, dan film adalah tiga hal yang sangat disukai oleh seorang Ka Kromodimuljo. Ditengah kesibukan mengerjakan proyeknya yaitu membuat tas untuk sepeda, perempuan cantik berusia 23 tahun dengan banyak tato dibadannya ini masih menyempatkan diri untuk bekerja sama ‘membidik’ gambargambar keren dengan kita. Selain profil Stereocase yang ada di edisi sebelumnya, kali ini dia berkontribusi di halaman The Chow untuk Pasta Basta.

M. Khairul

Giorgi A. Krisno

Muhammad Asranur

Cowok yang akrab dipanggil Dipra ini adalah tipe orang yang cukup talkative, dia senang berbagi cerita dengan siapa saja. Edisi ini dia berbagi cerita tentang para tattoo artist dalam Ink To You, “Yang paling saya suka dari menulis tentang komunitas adalah, saya dapat menyelami apa yang menjadi passion mereka, dan selesai menulis tentang tattoo artist saya jadi kepikiran untuk buat tato pertama. Cuma masih mencari desain yang cocok saja,� ujar cowok berkacamata yang mengidolakan novelis Truman Capote ini.

Go check our very own Listen Up and find out segila apa pria yang akrab dipanggil Oji ini dengan musik. He definitely has a great taste in music right? No wonder jika dia memilki day job sebagai salah satu staff di Aksara dan juga member dari duo DJ LZBZ. Sempat berkarir di dunia perbankan, namun office hours dan angka-angka sepertinya tidak cocok dengan pria easy going ini. Musik, khususnya elektro telah membawa Oji kembali berperang di medan sesungguhnya.

Menjadi fotografer memang bukan hal yang langka lagi, namun memiliki spesialisasi sebagai seorang fotografer konser, tidak banyak yang demikian. Asra, begitu ia sering disapa, adalah salah satunya, sejak masih kuliah bisnis di San Fransisco ia telah banyak mengabadikan momentmoment spektakuler dari beragam gig-gig musik yang ada. Mulai dari performance The Flaming Lips, Marilyn Manson hingga Slank, semua pernah ia abadikan. Baru-baru ini Asra juga telah merilis kompilasi dari foto-foto konser terbaiknya yang dimuat dalam sebuah buku berjudul: All Access Pass. Simak keahlian Asra dalam liputan Nylon Music Festival dan Genius kali ini.

kontributor: Onik (rebellionik), Charles rezandi, deschanel darmodihardjo, dennis adishwara, ANDHIKA MUKSIN, eko bintang, billy christian, embang triwardana.



Lights, Camera, Action! Bagi Naya Anandita film bukanlah hal yang sekedar untuk dinikmati semata. Film adalah passion hidupnya. Teks: Rezaindra O. Fotografi: Muhammad Asranur. Lokasi: The Goods Dept.

016

Secara penampilan, Naya adalah sesosok gadis mungil, bermata besar, dengan rambut tebal yang tergerai indah. Oya, kulitnya agak cokelat, “Ini gue baru pulang dari Wakatobi, jadi masih tan,” curhat Naya karena sedikit khawatir hasil fotonya tidak akan bagus. Haha... Sebenarnya ia tidak perlu khawatir karena ia sudah cantik, apalagi ketika saya menghabiskan beberapa jam dengan dia ngobrol tentang film, inner beauty-nya keluar. Ya, perempuan kelahiran Jakarta, 9 November 1988 ini perlahan tapi pasti menancapkan diri di dunia film, lewat kiprahnya sebagai aktris, produser, maupun kru. Ketika ditanya, ia ingin dikenal sebagai apa dalam dunia film, dengan mantap ia menjawab: “Sebagai pekerja film”. Naya tidak ingin orang mengenalnya hanya sebagai produser, sutradara, ataupun talent, “Gue pingin nyobain semua, supaya pada saat gue buat film panjang gue tahu workflow semuanya karena gue sudah pernah berada di posisi mereka, jadi compromise-nya bisa lebih banyak”. Terjunnya Naya dalam dunia film diawali oleh ketertarikannya terhadap fotografi, sejak kecil Naya sering diajak oleh tantenya yang seorang Art Director sebuah majalah lifestyle ikut ke dalam sebuah pemotretan. Suasana kerja yang dinamis membuat Naya lebih berkeinginan untuk masuk ke dunia kreatif ketimbang kerja kantoran yang menurutnya membosankan. Saat SMA, film-film Perancis dan karya Tim Burton juga Woody Allen berhasil memikat Naya ke dalam dunia film making. Ia pun kuliah di Malaysia dan mengambil film making-advertising degree di Limkokwing University, dan sempat juga magang sebagai asisten produser di Channel [V] Asia selama tiga bulan. Selesai kuliah di tahun 2009, Naya kembali ke Indonesia dan sempat bekerja untuk Metro TV (production staff Mata Najwa), juga di sebuah advertising

agency. Sampai akhirnya Naya merasa dia lebih ke arah film making, ketika ia meng-iya-kan tawaran temannya untuk bermain (secara pro bono) disebuah film indie berjudul Andarini. “Orang tua gue sempat khawatir karena kerja gue yang pro bono, tidak menghasilkan apa-apa dan jam pulang yang tidak jelas karena kadang syuting sampai subuh. Nyokap sempat nggak setuju dan bilang: “Kamu kenapa sih nggak kerja yang benar, kayak di kantor atau di TV saja?,” gue bilang ke nyokap: “Ini adalah apa yang ingin gue lakukan, this is what i want do and this is my passion”, akhirnya nyokap menyerah dan setuju hahaha”. Setelah menjadi pemeran wanita dalam Andarini, Naya mengambil alih posisi Asisten Sutradara satu di film Euphoria, Srikandi, dan kemudian memproduseri It Could Have Been A Perfect World. Serentetan proyeknya itu menghantarkan Naya dan beberapa teman seperjuangannya untuk menggelar event Voices of Indonesia Film Maker (sebuah ajang bagi generasi muda pembuat film indie), yang kemudian mendapat banyak respon positif dari masyrakat bahkan UNESCO dan Rotaract. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjadikan ini sebagai sebuah organisasi yang menjadi platform bagi para film maker muda untuk berkarya. Ditengah kesibukan untuk bermain dalam film pendek berjudul Kring - Kring, bulan Agustus nanti, Naya terus berusaha mewujudkan impian-impian besarnya. Ia ingin punya acara traveling di TV, juga membuat sebuah charity workshop untuk anak-anak kecil di pedesaan tentang film making. “Gue pengen mengedukasi mereka, yang namanya masa depan itu nggak semuanya harus bisa berdasarkan ilmu eksak. Dunia kreatif juga bisa menjadi pilihan, terutama yang menyangkut film, musik, dan fotografi,” ujar gadis yang sering mendapat inspirasi berkarya lewat browsing di Internet ini. Dan tentu saja, ia juga dalam tahap mengerjakan filmya sendiri dimana ia akan menulis naskah sekaligus menjadi sutradaranya, “Ini masih dalam tahap yang rough, perlu mencari investor dulu. Sebenarnya ini nggak gampang tapi karena gue suka dengan kerjaan ini jadi gue enjoy-enjoy saja,” cerita Naya. Pekerjaan seorang Naya Anindita terdengar sangat kompleks, cenderung penuh tekanan sepertinya, apakah ia mampu bertahan di industri ini? “Selama gue masih bisa mengerjakan gue bakalan terus berada di industri ini. Gue memang suka stress kalo bikin film, tapi stressnya fun! Beda sama kantoran, udah stress, kerjaannya nggak menyenangkan juga, jadi double kan stress-nya... Hehe”.



Delicious S Meet the newest sensation of Indonesia’s cooking industry, Karen Carlotta. She’s sweeter than sugar. Teks: Rezaindra O.

018


Sejak berabad-abad yang lalu, aktifitas memasak lebih diasosiasikan pada kaum perempuan. Kegiatan meramu dan menyiapkan kebutuhan primer ini dianggap lebih layak dilakukan para wanita, lucunya sebagian besar profesi chef yang sukses di dunia ini malah didominasi oleh laki-laki. Memang tidak ada aturan jelas bahwa, kegiatan masakmemasak hanya dikhususkan untuk satu gender saja. Semua harus bisa memasak, supaya bisa survive! Haha... Itu mungkin pemikiran paling dangkal dan umum yang ada, namun ada beberapa orang yang mendedikasikan hidupnya di dunia kuliner lebih dari sekedar urusan memuaskan keinginan perut. Karen Carlotta adalah salah satu diantaranya, perempuan kelahiran Jakarta, 1 Agustus 1982 ini adalah seorang Pastry Chef, juga ‘pemanis’ industri kuliner Indonesia tentunya. Berawal dari kecintaanya terhadap dunia masak sejak ia masih kecil, Karen kemudian mewujudkan impiannya menjadi seorang ahli masak (khususnya pastry dan baking) dengan menimba ilmu di Shatec Institutes Singapore. Padahal, pada awalnya orang tua Karen kurang setuju dengan profesi ini, “Orang tua saya, kurang setuju sebenarnya, karena di sekitar tahun 1990-an, profesi koki di Indonesia hampir tidak dipandang”, ujar perempuan cantik berparas oriental ini, “Jadi mereka memilih saya untuk menggali ilmu di bidang manajemen terlebih dahulu,” lanjut Karen yang juga telah meraih gelar sarjana Ekonomi di Universitas Tarumanagara ini. Selesai mendapat diploma di bidang pastry and baking dari Singapura, Karen kembali ke Indonesia dan berkiprah disini. “Saya sangat bersyukur, my passion for cooking, disadari beberapa pihak sehingga mereka mempercayai saya untuk menjadi chef specialist dan juga brand ambassador dari beberapa produk yang berhubungan dengan kuliner,” ujar pengagum Gael Ettrilard (Executive Pastry Chef The Raffles Hotel Singapore, yang juga adalah mentornya) dan Laurent

Bernard (sang ahli pembuat coklat) ini. pencapaian itu belum membuat Karen merasa puas, ia terus mengadakan demo masak dan juga menciptakan resep baik untuk cooking maupun baking. Layaknya seorang seniman, Karen mengakui bahwa inspirasinya dalam menciptakan sebuah kue itu bisa datang kapan saja, dimana saja, dan dalam keadaan apapaun. Bagaimana dengan buku resep? “Buku resep juga penting, karena sebelum sekolah pastry, saya belajar secara otodidak melalui itu. Memang tidak semua buku resep dapat diandalkan, tetapi yang paling penting adalah kecintaan kita untuk terus mencoba berbagai komposisi bahan hingga mendapat resep yang pas. Tidak ada buku yang menjadi andalan saya, pengalaman lebih menjadi acuan saya,” ujar pecinta jajanan kaki lima ini dengan mantap. Memasak memang bukan pekerjaan yang mudah, diperlukan skill dan sense of art di dalamnya, “Modal dasar yang diperlukan oleh seorang pastry chef adalah passion for baking and pastry, strong motivation, hardworking attitude, great attitude and good stamina,” ujarnya serius. Karen memang tidak penah main-main dengan profesinya ini, “Setiap kreasiku adalah masterpiece bagiku, karena aku selalu mengerjakannya dengan sepenuh hati,” ungkapnya sambil tersenyum, Karen juga bercita-cita untuk mendirikan Jakarta Culinary Institute, dimana orang dapat meraih Diploma in Pastry and Baking dan juga Diploma in Culinary. Cantik, baik hati, pintar, tahu apa yang ia mau, dan pintar masak! Apa lagi yang diharapkan dari seorang Karen Carlotta? Sepertinya kita telah mendapatkan sosok the most eligible bachelorette in town sekarang... Kira-kira kemana kita harus mengajak Karen untuk berkencan? Coba ajak ia untuk mencicipi desserts di Laduree (Paris), Ceci Cela (New York), ataupun Sadaharu Aoki (Jepang), she’ll definitely say yesss!

Sweetheart


Ada satu momen dimana saya berpikir, kapan saya bisa bertemu Blaise Bellville? Ia baru pulang dari perjalannya ke festival South By Southwest, dan tanda-tanda jet lag sama sekali tidak menyelimuti wajahnya. Setalah dua kesempatan bertemu yang gagal (karena Belville begitu sibuk) dan permintaan maafnya yang bertubi-tubi akhirnya kesempatan bertemu dengannya datang juga. Kami berjumpa di sebuah kafe di Hackney Road, London, dekat dengan kantor barunya. Saya bisa dengan mudahnya menemukan Belville, karena selain tubuhnya yang begitu tinggi, saya juga sudah pernah meng-googlenya. Sungguh mudah menemukannya dalam dunia maya yang membesarkan namanya itu. Pria berusia 26 tahun itu adalah sosok dibalik Platform, sebuah ma-

Blake, Ramadanman dan banyak lainnya lagi yang sekarang sudah terasosiasikan dengan image Boiler Room. Sekarang kami memiliki penonton hingga 300 orang untuk acara live kami, 20.000 pendengar dan 100.000 yang menonton atau mendownload podcast-nya. Sesaat saya menyadari suksesnya Boiler Room, saya ingin mengubah tujuan utama dari Platfiorm, yaitu untuk menjadi sebuah landasan untuk merk-merk baru.” Etika bekerja Belville memang sudah matang semenjak usianya yang masih muda. Ia sudah mulai mencari penghasilan untuk membiayai pendidikan sekolahnya, agar ia selalu bisa bersama teman-temanya. Salah satu yang ia pernah lakukan adalah membeli peluit dengan harga murah, lalu meninggalkan kelas

untuk menjualnya kepada segerombolan pengunjuk rasa. Di usia 18, ia pindah ke London, dan mulai aktif membuat acara-acara klub malam. Ia banyak mengenal banyak orang dalam industri musik yang kelak membantunya dalam menciptakan Platform. “Bila saya memiliki sebuah ide, saya tidak menggubris faktor-faktor kegagalannya sama sekali, saya langsung terjun untuk menjalankannya,” akunya. “Saya melihatnya sebagai hal yang baik, karena kadangkala, bila kita terlalu memikirkan sebuah ide, pada akhirnya tidak akan berjalan.” Mengesampingkan fakta bahwa Belville memiliki selera berpakaian yang baik dan mengendarai sebuah Mecedes G Wagon, anda pasti bisa melihat bahwa uang, bukanlah alasan utama dibalik profesinya. “Saya ingin memiliki sebuah merk yang yang memiliki efek kultural

risky business jalah online yang kini menjadi tujuan utama bagi para twentysomething untuk mencari tahu berita terkini seputar art, yang juga berfungsi sebagai landasan bagi proyek Belville lainnya, yang kadang hanya muncul sekejap, namun selalu ahead of its time. Proyeknya sekarang ini adalah Boiler Room, sebuah acara musik mingguan berdurasi tiga jam yang disiarkan dari sebuah venue di London ke 20.000 rumah, dan I Saw You Standing (ISYS), sebuah koleksi video mengenai street style. Dan ada satu lagi ambisinya, yang ia impikan sepulangnya dari SXSW, yaitu membeli sebuah rumah di West Oakland, San Francisco, dimana ia ingin menciptakan sebuah galeri bagi para ilustrator muda Inggris, sekaligus sebagai markas Platform di Amerika. “Ide-ide kami memang sungguh gila,” ujarnya, sambil menggenggam secangkir teh mint. “Namun Boiler Room adalah yang pertama yang saya lakukan secara online yang saya pikir sungguh masuk akal. Kami memboyong record label terbaik di U.K, seperti Young Turks, Hessle Audio, Numbers dan RNS untuk mengambil alih acara. Dan mereka membawa Jamie Smith dari The XX, James

020

yang signifikan,” katanya. “Saya pikir banyak orang yang bingung dengan batasan antara ingin menghasilkan banyak uang atau ingin sukses.” Tidak diragukan lagi bahwa Belville memiliki talenta dalam melihat sebuah target market. Otaknya bekerja dengan kecepatan yang luar biasa, dan proyek-proyek selanjutnya seolah terus bermunculan tanpa henti. “Saya ingin membuat sebuah restoran kebab yang high end,” ungkapnya dengan senyum lebar. “Actually, saya ingin banyak melakukan hal-hal dengan grup luxury secara global, namun saya juga sangat menikmati momen ini. Bepergian keliling duina, bertemu orang-orang baru, belajar banyak mengenai musik dan art. Namun mungkin dua minggu dari sekarang, saya akan mempunyai ide baru lagi.”

blaise Bellville sedang membangun sebuah kerajaan. Satu ide per satu ide.teks: Francesca Babb. fotografi: toby hudson

stylist: lauren grant. grooming: nat van zee.


STORYBOARD FOR LIFE Apa yang terpenting bagi Andri Ashari adalah menciptakan sebuah gambar, pandangan visual yang tak bisa terelakan di dalam kehidupan imajinasinya. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo

Setiap seniman pasti memiliki cerita dibalik lahirnya talenta mereka. Seperti apa yang Andri ‘Lemes’ Ashari alami, “Gue waktu kecil dulu sering banget di kamar sebelum tidur menggambar melayang kosong dari tangan gue ke dinding atas, dan terkadang sama istri gue suka di stop kalau gue lagi melakukan hal itu hehe..” umbar Andri sambil menggambar di atas kertas kosong. Kebiasaan inilah yang membuat dirinya tak bisa lepas dari kegiatan menggambar hingga kini. Ibarat seni menggambar seperti sudah menjadi darah dagingnya. “Bahkan kalau gue lagi gugup, caranya gue harus langsung buat gambar saat itu juga.” Pria kelahiran Yogyakarta, 35 tahun, Andri merasa beruntung sampai saat ini apa yang menjadi passionnya mampu menjadi pegangan hidupnya bersama istri dan anak perempuannya. Ini merupakan realita yang jarang ditemukan di dunia seniman Indonesia. Andri penah menjalani bimbingan belajar bersama Barli sebelum masuk ITB dan later on ia baru mengingat bahwa ia pernah diajarkan oleh Pak Tinosidin ketika Taman Kanak-Kanak. Terlebih ia sangat menyukai apa itu ilustrasi komik. Bahkan koleksi komik dari luar dan manga seperti sudah bertumpuk-tumpuk di ruangannya. Maka dari itu, ia berjodoh dengan storyboarding dan saat itu pula ia langsung jatuh cinta dengan ilustrasi sketsa adegan. Lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini sudah mengikuti berbagai kegiatan yang mampu menyalurkan hasrat menggambarnya. Sebut saja seperti koran dinding bernama Bawah Tanah sebagai illustrator, dan banyak lagi. Hingga saat ini (ia akui) inspirasi gambar-gambar manusia Andri sedikit tersirat dari anime manga yaitu Akira. Iklan Vicks Vaporub di tahun 1997 merupakan pekerjaan pertamanya sebagai Storyboarder. “Walaupun dibayar murah, tapi ini sangat membuka pintu untuk job-job lainnya,” ujar Andri dengan senang. Kecintaanya ini membawa ia ke dalam dunia perfilman, Banyu Biru

merupakan film pertamanya. Selanjutnya penggila Tim Burton ini telah membuat storyboard film-film seperti Kawin Kontrak, Ruang, Ruma Maida, Serigala Terakhir, dan lain-lain. Dengan malu-malu ia membicarakan salah satu proyek terakhirnya, “Gue juga nggak tahu mereka tahu dari mana nomor telpon gue, tapi ada sutradara Perancis pingin buat film tentang bunker Jepang di Indonesia, dan gue saat ini sudah mengerjakan 600 frame.” Andri pun menyetujui bahwa ini merupakan kemajuan besar dalam hidupnya. Ia semakin mantap bahwa film memang jalan pilihannya. Memang, di dunia pekerja seni Indonesia, nama Andri sudah tidak dipertanyakan lagi. Ia pernah mendapat penghargaan Best Art Direction MTV Music Award Indonesia untuk video klip Padi – Begitu Indah, lalu dengan Video Music Indonesia RCTI untuk Best Art Direction video klip band Wondergel. Kini disela kosong pekerjaan storyboard-nya, ia menjalani pekerjaan Presiden Direktur di Hammer and Mace, sebuah perusahaan visual mapping yang juga sedang berkembang. Untuk urusan keluarga, ia bersama istrinya sedang menjual plushtoys, “Lumayan buat nambah-nambah uang hehe..”, and the cool fact is, selain ia adalah seorang pekerja keras dan memiliki segudang prestasi, namun ia tetap memilih menjadi orang yang sederhana, ramah dan sangatlah low profile.

contoh storyboard film Serigala Terakhir.


Spencer Susser memiliki bakat untuk menemukan sisi emosional yang mengharukan dalam kacaunya kehidupan berumah tangga. Ia juga gemar membakar barang-barang. Dua bakat sutradara ini bercampur menjadi satu dan menghasilkan film perdananya yang berjudul Hesher. Dalam Hesher, Joseph Gordon Levitt berperan sebagai berandal perokok berat yang masuk ke dalam kehidupan sebuah keluarga yang sedang beduka. Atau, sesuai dengan analogi versi Susser, Mary Poppins. “Dia muncul secara tibaiba dari langit dengan payungnya dan tidak menjelaskan apa yang akan ia lakukan,” ujarnya. “Seperti itulah Hesher.” Anarki dan musikal bukanlah dua

Sutradara Spencer Susser membuat situasi menjadi panas. Teks: luke goodsell Fotografi: justin loy

faktor utama yang menyimpulkan sang sutradara ketika saya menemuinya. Pilihan lokasinya yang jatuh di sebuah kafe di Melrose Avenue juga bukan berarti menjatuhkan selera mayhem dari sang sutradara. Seperti filmnya, Susser merupakan pribadi yang kompleks. Satu waktu ia bisa menjadi bijaksana, di waktu berikutnya ia bisa dengan nyamannya membicarakkan hal-hal yang berbau kejahatan. Seperti TJ, protagonis dalam Hesher yang diperankan oleh Devin Brochu, mudah membayangkan Susser sebagai remaja yang menyusuri jalanan dengan BMXnya sambil mendengarkan Metallica dan menonton film favorit semasa kecilnya, seperti Stand By Me dan The Goonies. Ketika ia masih remaja, ia pernah membuat video skateboard bersama teman-temannya dengan mencuri kamera milik orang tua mereka, ia lalu bekerja sebagai film editor sebelum mulai menyutradarai video klip dan iklan. Uniknya, sebuah perjalanan menuju galaxy, far, far away lah

chaos theory

022

yang membawanya kepada jenjang karirnya saat ini. Ketika di Australia, ia membuat dokumentasi Star Wars: Episode II dimana ia bertemu dengan Natalie Portman yang kelak memproduseri, sekaligus berperan dalam Hesher, juga Nash dan Joel Edgerton, serta David Michod. Bersama Michod, Susser membangun Blue Tongue Films, yang membuat film pendek perdana Susser, I Love Sarah Jane, yang bertemakan zombie dan menggunakan talenta Mia Wasikowska yang belum dikenal saat itu. Pada saat itu, ide untuk membuat Hesher sudah mulai terpercik di otak Susser. “Saya pernah mengalami duka kehilangan seseorang ketika saya masih berusia 13 tahun,” ujar sang sutradara. “Saya baru memulai untuk menulis tentang hal tersebut.” Dalam film Hesher, ibu dari sang anak yang kesepian itu meninggal dunia, menjadi pencetus munculnya Hesher, agen kekacauan. “Mungkin Hesher merepresentasikan kematian,” ungkap Susser. Sesosok yang mengerikan,

buruk yang tiba-tiba muncul dalam kehidupan keluarga ini, dan tak satu hal pun yang mereka bisa lakukan untuk mencegahnya. Namun ia juga merepresentasikan hidup.” Sosok dobel inilah yang juga membuat film Hesher berhasil. Perilaku Hesher terbagi antara jahat dan komedi, namun kehidupan remaja yang ditampilkan, begitu realistis. “Hidup itu tidak selamanya mengundang tawa ataupun tangis, namun seluruhnya, setiap saat,” ungkapnya. “Saya selalu ingin membuat sesuatu yang jujur, walaupun hal itu bisa bersifat konyol.” Filosofi tersebut terus berlaku hingga ke film Susser selanjutnya, yaitu versi panjang dari I Love Sarah Jane yang saat ini masih ditulisnya. “Cara satu-satunya untuk mengontrol hal yang Anda ciptakan adalah untuk membuatnya sesuai dengan cara Anda, dan mengokohkannya sebagai suara anda,” ujarnya. “Saya tidak mau segala sesuatunya beraroma vanilla, begitu banyak studio yang mengemas filmnya untuk menarik masyarakat dengan menurunkan kelebihannya. Is that what movies are?”


Dari kiri ke kanan: Amel, Gita, Fitria

Keseragaman tema perfilman Indonesia kini membuat para tiga wanita muda ini tergerak demi menuju sebuah pembaharuan, maka lahirlah PlotPoint. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo.

Memang, secara tak sengaja tersirat ide untuk membuat suatu lembaga pendidikan yang akan memberikan deretan sumber daya manusia bermutu nantinya dan kebetulan mereka ini adalah para wanita kreatif. Jadi, ceritanya ini bukanlah suatu emansipasi wanita. Setidaknya tujuan mereka mulia. PlotPoint sendiri bergerak di bidang industri kreatif, fokus kepada kelas penulisan dimulai dari skenario dasar untuk perfilman dan televisi, novel, menulis dalam Inggris, cerita pendek, menulis ekspresif dan naskah komik. Siapakah ketiga wanita dibalik ide cemerlang ini? Mereka adalah Gina S. Noer, Amelya Oktavia, dan Fitria Muthmainnah. Kami berbincang di kantor mereka yang berada di bilangan Cilandak. Gedung SMP Lazuardi GIS yang mereka gunakan ternyata juga salah satu gedung milik investor PlotPoint ini. Ternyata, sejak masa kuliah mereka telah berteman lama di Unversitas Indonesia D3 jurusan broadcast. Industri ini juga secara tidak langsung sudah melekat di kehidupan mereka. Gina yang akhirnya menjadi penulis skenario film (Ayat-Ayat Cinta, Hari Untuk Amanda, Garuda di Dadaku), Amelya yang bergerak sebagai Casting Director (Get Married, Garuda di Dadaku) dan Fitria yang pernah berkecimpung sebagai Line Producer dulu di sebuah rumah produksi milik usaha bersama. Dan tahun 2009 lalu merupakan tahun dimana mereka mempunyai visi dan misi yang sama. “Kami hanya ingin membuat Indonesia lebih baik,” ujar Gina sambil diledek oleh kedua kerabatanya itu. Ia menambahkan, “Kita ingin Indonesia lebih kreatif. Betapa industri kreatif itu potensial untuk membangun Indonesia lebih baik.” Pernyataan itu benar-benar mereka jalani dengan proses sangat serius, walaupun imej pribadi mereka jauh dari namanya serius ketika bertemu untuk wawancara. Awalnya, praktisi sekaligus pengajar disana yaitu Salman Aristo ingin membuat suatu workshop namun tidak tahu siapa penggeraknya, alhasil Amelya dan Fitria spontan mau membantu. Setelah beberapa workshop jalan, Gina baru ikut bergabung. Sampai sekarang PlotPoint menawarkan kelas tatap muka dan online. Serta ada program

beasiswa untuk lima pelajar pertahunnya. “Optimis kedepan akan lebih bagus untuk perfilman Indonesia, ya mungkin kita buat ini juga membantu industri perfilman dengan melahirkan orang-orang yang berkualitas,” ujar Fitria. Dengan pernyataan Fitria, PlotPoint setuju dengan mengembangkan diri mereka dengan membuka kelas akting bersama aktor senior Macthias Mutchus yang dinamakan MAC (Mathias Muchus Acting Course) dan kelas editing bersama Cesa David Luckmansyah. “270 juta jiwa, dan yangg belajar sama kita baru 0,01 persennya saja, potensinya besar sekali dan bagus-bagus banget karya mereka, dan suka kerja keras. Makanya kita optimis banget,” jelas Gina. Kendala memang selalu ada di setiap hal apapun itu. Apa yang mereka hadapi sekarang bagaimana sulitnya menempatkan pemikiran bahwa menulis itu berguna dan multifungsi ke dalam masyarakat. “Orang masih berpikir menulis itu tidak ‘segitu’-nya, padahal menulis itu bisa membuahkan rezeki loh bagi kita,” kata Fitria selaku membantu Marketing sekolah ini. Terbukti jelas dari pengalaman mereka ketika masih merintis (bahkan sampai sekarang ketika membuka kelas akting dan editing) beberapa PH dan stasiun televisi sudah berafiliasi dengan mereka, bahkan terkadang suka tidak sabar untuk menanyakan apakah ada lulusan disana yang dapat bekerja dengan mereka. “Memang source itu terkadang susah mencarinya, seperti gue orang casting director gini, makanya itu terbukti sekali bahwa sumber daya manusianya kurang, apalagi standar untuk TV juga sudah tidak bisa mainmain,” jelas Amelya. Selama satu jam lebih, menyimpulkan bahwa perjuangan mereka belum selesai, bahkan jauh dari selesai, sudah 100 orang lebih lulusan mereka, bagi mereka, angka itu belum mampu untuk membuat industri kreatif untuk lebih maju. Sekali lagi, setidaknya mereka berada disini untuk membantu memajukannya.

TO BUILD A NEW ERA www.tulissekarang.com


Goes to Bali! Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Dok. PT Multi Bintang Indonesia Niaga.

Acara Nonton Bareng Final Liga Champions, menonton final bola was never this fun!

Pada tahun 2010 lalu, program Heineken Star Final ke Brazil yang pertama kalinya digelar di Indonesia mendapatkan sambutan yang luar biasa dari pecinta Heineken di Indonesia. Tahun ini, untuk lebih mendekatkan diri dengan pecintanya, Heineken di Indonesia berinisiatif menyelenggarakan program Heineken Star Final di Bali, Indonesia dengan mengumpulkan 130 orang konsumennya untuk Nonton Bareng Final UEFA Champions League 2011 dimana Manchester United dan Barcelona menjadi dua klub besar yang masing-masing memiliki keahlian dalam menggocek bola berduel di satu lapangan Wembley Stadium, Inggris.

Final Liga Champions yang ditunggu-tunggu oleh para pencinta bola yang juga pecinta Heineken dari seluruh Indonesia akhirnya berkumpul di Bali pada tanggal 27 – 29 Mei 2011. Betapa uniknya program Nonton Bareng Final EUFA Liga Champions kali ini. Bayangkan seluruh pecinta Heineken dari berbagai kota berkumpul di pulau yang eksotis. Heineken telah menjadi sponsor UEFA sejak tahun 2007. Miliaran penonton dari 227 negara selalu antusias untuk menyaksikan acara olahraga premium dunia ini sehingga pantaslah Heineken sebagai bir premium yang dinikmati di seluruh dunia ini mensponsori UEFA Liga Champions. Berangkat dari itu juga Heineken Internasional meluncurkan program Star Final untuk mengumpulkan pencinta Heineken terpilih dari seluruh dunia dan menggabungkan mereka di tempat-tempat

yang unik, eksotis untuk menonton siaran langsung Final EUFA Liga Champions. The Program – sekitar Bali Bali terpilih karena pulau tersebut sampai saat ini masih memiliki daya tarik yang sangat kuat, eksotis dan unik. Maka berangkatlah para pecinta Heineken ke Bali. Peserta diperlakukan layaknya seorang Bintang. Dimulai dari kedatangan di bandara Ngurah Rai hingga mengikuti seluruh rangkaian. Tiada kata selain keceriaan sepanjang program berlangsung. Program-program menarik yang khusus dirancang untuk para konsumen Heineken membuat keakraban diantara mereka tercipta dengan sendirinya. Dari program wisata kuliner, melihat pertunjukan budaya juga tak kalah menariknya ke tempat oleh-oleh. Salah satu program yang seru pada saat seluruh konsumen diberi kesempatan


untuk mengunjungi café-café di sekitar Legian. Tentunya para pecinta Heineken walau didalam kesenangan tetap berada di jalur Drink Responsibly. Menikmati Heineken secara tanggung jawab. So,Sunset, keceriaan para peserta, good food, Heineken bring us together! Final UEFA Liga Champions – Klapa, Bali Saatnya dua tim akan berlaga seperti perasaan milyaran orang dari seluruh dunia yang berdebar untuk menyaksikan siaran langsung pertandingan Final EUFA Liga Champions. Di daerah Pecatu, dengan landscape yang membahana menghadap laut berkumpullah pecinta Heineken lengkap dengan kostum kebanggaan klub masingmasing dan tentunya Heineken juga mempunyai kostum kebanggaan Heineken. MC Darius Sinathrya pun tiba di antara penonton dan mencoba meredakan riuh sorakan penonton yang tak sabar lagi menyaksikan MU dan Barca tampil di layar raksasa. MC pun dengan lantangnya meneriakkan dua tim tersebut dan disambut gemuruh

130 orang pecinta Heineken penggila bola. 2 x 45 menit berjalan dengan cepatnya, sorak gembira, teriakan miris, tepuk tangan serta akhirnya: Horaay… it’s my Club. Terompet bersahut-sahutan. Confetti pun ikut menyemarakkan akhir dari pertandingan itu. Disusul dengan tarian kemenangan oleh para penonton. 2 -1 untuk Barca. Viva Barca. Tiada kata lagi setelah itu. Semua pulang bercampur haru, damai dan kemenangan. 29 Mei telah menjadi hari bersejarah bagi para pecinta Heineken. Liburan sekaligus menikmati final bola di tempat yang eksklusif dan menakjubkan bersama serangkaian program yang menarik memberikan pengalaman berbeda dari program nonton bareng pada umumnya. Ini merupakan persembahan istimewa dari Heineken, mengajak peserta untuk membuka dirinya terhadap pengalaman baru. Heineken, open your world…..

025


When Pot Meets The Process

getTRENDSETTER this: Louboutin Spacer Flat

Big in japan

[news]

026

MUJI Indonesia menggelar pembukaan toko ketiganya yang terletak di Grand Indonesia Shopping Center, Jakarta. MUJI Grand Indonesia merupakan toko terbesar MUJI dengan ukuran 664 meter persegi. Tanggapan pertama ketika mendatangi toko barunya, perfectly structured. Seluruh toko di tata dengan rapi, sehingga memudahkan pengunjung mencari barang yang dibutuhkan. Hal ini mencerminkan kultur Jepang dan esensi merk ini yang minimalis dan praktis. Penampilan MUJI terbaru ini meliputi desain langit-langit berbentuk cove, split ceramic, lantai kayu, dan lighting backlit terlihat bersih bersamaan dengan penataan toko yang terstruktur. MUJI terkenal dengan produknya dengan harga yang terjangkau tanpa mengurangi kualitas barang. Mujirushi Ryohin, nama dalam bahasa Jepang dimana MUJI diambil, berarti “no-brand quality goods” – yang berarti nilai produk MUJI terjaga sedemikian, bahkan tanpa nama desainer atau merk dibelakangnya. Produk MUJI tidak mengikuti tren musim, namun cenderung menciptakan tren secara global. GABRIELLE AFANDI

fotografi muji: milik muji. santalum: milik santalum. pot meets pop: stephanie sutanto

Penasaran dengan proses pembuatan sebuah jeans? Pot Meets Pop, salah satu merk jeans lokal terkenal menyelenggarakan event “The Process” pada tanggal 11 Juni 2011 kemarin di The Goods Dept. Lewat videonya mereka menjelaskan proses pembuatan se-

buah jeans dari pemotongannya, menjahit, hingga ke tahap penjualannya. Desain instalasi yang berada di ruangan pun tergolong unik, jejeran jeans yang ditempel ke dinding, serta meja panjang lengkap dengan celana jeans dan meteran kain, memberi suasaana sebuah tempat jahit. Acara

ini dimeriahkan juga oleh Dipha dan Aditya dari Agrikulture, serta beberapa model yang memakai jeans Pot Meets Pop. Selama acara berlangsung, tersedia juga alterasi gratis bagi para pembelinya. STEPHANIE SUSANTO

WWW.POTMEETSPOPDENIM.COM

Namanya mengingatkan kita pada sepatu seorang astronot - spacer flat merupakan tren baru dalam sneaker pria yang nyaman dan merupakan kreasi dari pembuat sepatu berkualitas tinggi, Christian Louboutin. Selain tiga tali yang mengelilinginya, terdapat juga resleting pada bagian samping untuk memudahkan pemakaian. www.us.christianlouboutin.com

CONTEGO hesse sunglasses

Contego mengeluarkan model Hesse dengan bentuk yang unik - mirip dengan aviator goggles. Kacamata ini dijamin akan menarik perhatian dengan tiga pilihan warna; putih transparan, coklat swirl dan hitam pekat. 100% UV Protection juga memastikan Anda terlindungi dari sinar matahari. www.eyegoodies.com

LOCAL LEATHER berawal dari ketertarikan Laurensius Mahendriyo dan R. Sisswoyo terhadap fashion, terutama denim dan leather goods. Awal April 2011, mereka membawa merk bernama Santalum. Santalum diambil dari bahasa latin yang artinya pohon Cendana, yang memiliki karakter kayu berkelas. Kini, Santalum meluncurkan season pertama Spring/ Summer 2011 dengan mengangkat tema “Ferimus Spiritus” yang berarti “Semangat yang dibawa”. Koleksi ini terdiri dari beberapa jenis produk, salah satunya, sepatu yang meru-

pakan core produkri Santalum. Jenis-jenis sepatu Santalum memiliki karakteristik khusus yang menonjol, yaitu kesan vintage dan tough. Kualitas yang tinggi dan bahan breathable leather-nya, membuat sepatu seperti Wingtip, Derby, Cap Toe dan Moc Toe Bootsnya nyaman dipakai. Selain footwear, Santalum juga menyediakan Chino Pants, kaos wood pattern, jaket Bomber hingga Traveler’s Bag dan ikat pinggang yang terbuat dari vegetable leather. Semuanya memiliki keunikan dan kualitas yang sangat tinggi. www.facebook.com/SNTLM?sk=info GABRIELLE AFANDI

Guess Activator Eurosport

Dengan gaya Eurosportnya, jam GUESS Activator meliputi fisik konograf yang penuh gaya. Dengan tiga pilihan warna, dilengkapi dengan top ring yang bisa dipakai untuk track-ing waktu, jam ini memadukan teknologi dan gaya seorang pria Eurosport. www.guesswatches.com

Dosh Wallet by Blue Sky Designs

Dompet di dalam kantong celana memang kurang nyaman, namun Blue Sky Designs menemukan solusi unik dengan dompet Doshnya. Campuran berbagai macam polymer membuat dompet ini lebih fleksibel, tahan air, ringan namun tetap stylish. Bahannya yang seperti karet, serta memiliki tempat ekstra untuk koin dan notes, membuat dompeti ini layak untuk dimiliki! www.rushfaster. com.au


STRIPBAD BAD

Film FilmSTRIP Teks: Dennis Adhiswara.

ITSIT’SGOOD GOODTO TO BE BE

Sudah menjadi hukum alam bahwa hal yang besar selalu dimulai dengan yang kecil. Bahkan asal mula eksistensi kita dimulai dengan sebuah “ledakan besar”, dan itu pun sebenarnya ukurannya relatif lebih kecil dari universe kita. Begitu juga dengan filmmaker, mereka memulai kariernya dengan film pendek. Bisa 3 menit, bisa 30 menit, bahkan 30 detik. Bagi banyak filmmaker, medium film pendek adalah batu lompatan menuju film berdurasi panjang. Sebagian lainnya menganggap film pendek adalah sarana untuk bereksperimen. Namun, ada juga yang memilih untuk membuat film pendek sepanjang kariernya. Film pendek tidak seperti film panjang, dimana kita harus membayar untuk menontonnya. Film pendek biasanya diputar di festival-festival secara gratis. Kalaupun harus bayar, itupun karena film pendek tersebut menjadi film pembuka sebuah film berdurasi panjang. Film pendek belakangan justru berkembang pesat lewat teknologi video streaming di internet. Kalaupun ada uang yang harus dikeluarkan, itupun kita habiskan untuk mebayar tagihan abonemen internet. Film pendek tidak seperti sinetron di televisi. Beberapakali usaha untuk membuat melek pemirsa mainstream TV rupanya belum membuahkan hasil. Ini dikarenakan oleh (nyaris) tidak adanya artis terkenal yang terlibat di dalam sebuah karya film pendek. Pemirsa (dan stasiun TV) lebih suka melihat iklan yang dihiasi modelmodel cantik daripada realisme yang kerap disuguhkan oleh film pendek Indonesia. Jarang ada filmmaker yang berani mempertaruhkan seluruh hartanya demi sebuah karya film. Maka, berlakulah kata-kata bijak dunia perfilman: “Buatlah film menggunakan uang orang lain”. Dan karena menggunakan uang orang lain inilah, maka sebuah film atau sinetron otomatis

ditunggangi oleh lebih dari satu kepentingan. Maka dari itu, sekali lagi, film pendek adalah sarana untuk membuat kesalahan. Atau mungkin lebih tepatnya: sarana

“nakal”. Ya..NAKAL! berbuat

Berhubung film pendek relatif murah untuk dibuat, seringkali sang filmmaker membiayai sendiri filmnya. Dan karena itulah, sang filmmaker bisa bebas mau membuat film pendek apa saja yang dia mau. Sebebas yang ia inginkan. Se-nakal yang ia inginkan. Kenapa saya menganjurkan filmmaker kita untuk nakal? Karena pada dasarnya, hampir semua filmmaker sukses adalah orang-orang yang dianggap “nakal” oleh masyarakat sekitarnya. Mereka “nakal” karena konsisten pada kejujuran dan keingintahuannya. Mereka tahu apa yang mereka mau, dan mereka tahu langkah apa yang haru diambil. Seorang Quentin Tarantino muda memutuskan untuk drop-out dari SMA di umur 16 tahun untuk mengejar karier di industri film. Menyadari bahwa ia masih kurang pengalaman, ia berbohong di CV-nya bahwa ia pernah berakting di film “Dawn Of The Dead” dan “King Lear”. Andai ia tak berbohong, ia tak akan bisa membangun network di dalam industri film. Hampir semua filmmaker kelas wahid pernah se-nakal itu. Dan uniknya, kenakalan mereka tidak berbau suap-menyuap, seperti yang kerap dilakukan oleh kebanyakan pendatang baru di industri film lokal. Mereka pun memiliki kemampuan untuk mengatur kapan harus mengehentikan atau menjalankan kenakalan mereka. Namun, kita bisa merasakan energi kenakalan mereka yang tersalurkan ke dalam

karya-karyanya, terutama karya awal mereka.Tak heran, menonton film karya mereka seakan menikmati sebuah tontonan yang kaya energi dan pengalaman. Mari kita kembali ke film pendek. Secara kuantitas, film pendek mengalami kemajuan pesat. Revolusi digital dan Youtube semakin mempertegas bahwa siapapun bisa membuat film. Tetapi, sisi “nakal” film-film pendek kita rupanya memudar. Mayoritas karya film pendek tersebut menyuguhkan tema percintaan dan melodrama, tanpa bumbuyang unik. Setiap karya menjadi mirip dengan karya lainnya. Seakan, tak ada yang mencoba untuk tampil jujur dengan keunikannya masing-masing. Apakah ini salah sistem pendidikan kita yang lebih menitikberatkan pada hafalan, bukannya interpretasi pribadi? Apakah ini salah lagu-lagu mendayu, sehingga remaja kita kehilangan mental berjuang? Membuat daftar tersangka akan lebih mudah disini, namun pasti akan menghabiskan jatah halaman. Masalahnya bukan bagaimana TV, negara, dan musik harus berubah agar kita bisa berkarya. Tetapi, justru bagaimana caranya supaya kita berani melawan lewat karya agar negara dan TV, secara tak sadar, berubah dengan sendirinya. Kenakalan-kenakalan kreatif inilah yang sebenarnya menjadi cikal bakal semangat eksplorasi dan inovasi dalam berkarya. Maka, kini setiap kali saya mengisi acara workshop film pendek, saya selalu berulangkali berpesan pada filmmaker pemula: “Jadilah nakal mulai sekarang! Belajarlah dari kenakalan anda! Dan bagi kalian filmmaker cowok yang sedang single, ingat: sebaikbaiknya cewek suka cowok nakal!”

Note: Tulisan ini saya buat sebagai sarana berbagi pengalaman terhadap pembaca yang ingin mulai menjadi film maker.


Traveling bisa menjadi hal yang melelahkan, maksimalkan perjalanan dengan menjaga penampilan!Traveling light is traveling smart, karena itu, L’Occitane’s Verdon Fresh Water Shower cocok dengan fungsi 2-1nya yang menyegarkan rambut sekaligus badan. Campuran peppermint dan citrus membuat kulit nyaman dan rambut berkilau! Apapun cuaca di tempat tujuan, lindungi wajah dengan SPF 15, Body Shop’s Macca Root Energetic Face Protector memberi kamu perlindungan dari sinar matahari. Dengan Peruvian Macca Root, protector ini bisa membantu melembapkan kulit, pastinya dari udara kering didalam pesawat. Untuk terlihat lebih segar lagi, cukup gunakan kertas minyak, seperti Gatsby Oil Clear Sheets atau sapukan L’Oreal Hydra Energetic Ice Cold Roller untuk membuat mata tampak segar. Salah satu problema dengan bepergian adalah kebersihan - berkeringat selama jalanjalan, atau duduk di tempat sempit seperti di pesawat, bau badan tetap harus diatasi. Rangkaian White Musk Sport dari Body Shop bisa menjadi solusi ideal. Anti-Perspirant Deodorantnya membuat daerah ketiak segar dan kering. Eau De Toilette White Musk Sport yang lembut dengan kandungan white musknya, namun tetap maskulin dan sporty. Segarkan kulit kepalamu dan atur dengan Clear Hair Styling Cream dengan fitur anti dandruff. Simpan semua keperluan dalam tas praktis, seperti yang terlihat dari Samsonite! Dengan travel essentials ini, bepergian bisa menjadi maksimal dengan tetap menjaga penampilan!

[news]

028

head 2 toe

Travel Essentials + Purse

L’Occitane Gel Douche Badian Shower Gel Riset membuktikan bahwa penjualan produk grooming lelaki Indonesia dalam setahun terakhir mengalami kenaikan yang sangat pesat. Penampilan mulai menjadi aspek penting dalam pola hidup belakangan ini, but it doesn’t have to be fussy! Sebagai seorang yang sibuk atau bahkan kurang memperhatikan penampilan, L’Occitane menyediakan produk 2 in 1.Cocok menjadi pelengkap dalam aktivitas gym atau di dalam travel bag, sabun ini praktis membersihkan badan sekaligus rambut. Kandungan citrus menyegarkan setiap jenis kulit tanpa terasa lengket. Ekstrak wangi sage dan anise seed dikenal dengan bau khas aromatiknya yang memikat namun tetap maskulin. Sensasi segar yang didapat tidak hanya tertinggal setelah mandi, namun tetap bertahan sepanjang hari. Tidak heran jika produk ini banyak diminati. 8.4 oz, IDR. 230.000

Scentsuality Diluncurkan mendunia pada Juli 2010, wewangian yang memikat dan sangat maskulin ini merupakan sebuah versi lebih menantang dari BOSS BOTTLED yang ditujukan untuk siang hari. BOSS BOTTLED NIGHT didisain untuk membangkitkan kepercayaan diri pria yang membuatnya menarik di malam hari. Parfum ini sebagai senjata rahasia pria BOSS sebagai seorang pemikat, menanamkan keberhasilan yang sama dengan kesuksesannya di siang hari. Kayu merupakan karakter kunci yang eksotis. Ketika dicampur dengan musky notes, kreasi yang dihasilkan sangat maskulin dan menawan. Dengan perpaduan aromatik dan woody, karakter edgy yang

berdaya tarik mengundang perhatian orang lain. Kemasannya sedikit mengikuti disain ikon BOSS BOTTLED - warna biru gradasi pada dasar botol mencerminkan gelapnya malam. Tutup botol yang terbuat dari metalik, menangkap misteri dan pekatnya suasana malam hari. Untuk itu, BOSS BOTTLED NIGHT menawarkan tantangan lebih dari sekedar wewangian, namun pemikat perhatian bagi pria yang dinamis dan ambisius. 1.7 oz, IDR. 615.000

teks oleh: gabrielle afandi, fotografi travel essentials+purse dan l’occitane: embang triwardana, boss: milik hugo boss.

get Grooming this:

Kiehls Facial Fuel Moisturizer

Pelembap merupakan a must-have dalam setiap regime kulit - termasuk untuk kaum lelaki. Formula facial recovery accelerator-nya membuat kulit lepas dari efek buruk lingkungan, dan properti bebas minyak juga cocok untuk kulit berminyak. 4.2 oz, IDR. 265.000

Body Shop For Men Macca Root Face Wash

Kandungan ekstrak Peruvian Macca Root membuat pencuci wajah ini cocok untuk pria yang aktif. Mild cleanser ini membuat kulit terasa segar dan energetik. Kandungan menthol- nya memberikan sensai dingin, sedangkan vitamin A,B dan E nya memberikan proteksi antioksidan. 4.2 oz, IDR. 99.000

Biotherm Homme Force Supreme Re-Builder

Cegah tanda-tanda penuaan sejak dini. Biotherm Force Supreme Re-Builder sekaligus mengeluarkan 3 bahan anti-ageing yang efektif mengecangkan kulit dan memudarkan noda. Dalam waktu 4 minggu, reveal a new you. 1.7 oz, IDR 770.000.

L’Oreal Men Expert Hydra Energetic Ice Cold Eye Roller Dengan kandungan kafein dan vitamin C, satu sapuan Eye Roller ini dapat membuat mata tampak lebih segar dalam sekejap., IDR 53.650


BEAT BEAST!

“TERROR” merupakan satu kata yang menyimpulkan party malam 3 Juni lalu di Blowfish Jakarta. Kedatangan Atrak (Alain Macklovitch), salah satu DJ, turntablist dan fashion icon dari duo maut Duck Sauce, sangat ditunggu-tunggu. Bagaimana tidak, kepiwaian dirinya dalam scratching the plat sejak umur 15 tahun dan ditambah penghargaan yang tak terhitung seperti 1997 Technics / DMC World Champion membuat

dirinya diakui di dunia dance scene. Dua setengah jam tak terasa crowd diajak bergoyang tanpa jeda. Jembatan antara lagu ke lagu bisa dibilang flawless, tak sedikit para crowd tercengang melihat Atrak memainkan platnya yang terlihat santai. Belum lagi sebelum performa Atrak dimulai, ia membawa Congorock, sang fidget house master yang juga memompa adrenalin

crowd. Malam itu, Jakarta digemparkan dengan permainan mereka yang mendekati sempurna, Anyway dan Barbra Streisand pun menjadi penutup yang spesial, suatu aksi electro house yang jarang terdengar di dance scene Indonesia telah mereka tonjolkan. Bagi yang tidak datang, merupakan suatu penyesalan besar. KHIVA ISKAK

Surfin’ USA

The Drums was here! 25 Mei 2011 kemarin, Ismaya Live memenuhi janjinya untuk mendatangkan salah satu grup indie pop asal Amerika yang paling hits sekarang ini dalam The Drums Live & Up Close at Jakarta. Kehadiran Jonathan Pierce (vokal) Jacob Graham (gitar/keyboard), dan Connor Hanwick, (drum/gitar) ditengah lautan penggemarnya yang memenuhi club Blowfish sontak memberikan sensasi adiktif dan kebahagiaan. Intimasi yang memang ingin ditampilkan dalam gig ini benar-benar tercipta, club berukuran sedang ditambah panggung yang dibuat tanpa pembatas dengan para penonton, ditambah lighting minimalis namun dengan ambience yang tidak biasanya, semuanya memberi sensasi seperti nonton live gig disebuah club di New York. Dalam durasi kurang lebih satu jam, The Drum berhasil membawakan sederetan hits dari album pertama mereka seperti Best Friend, Let’s Go Surfing dan Forever and Ever, Amen, otomatis setlist yang memang akrab dengan telinga para fans mereka itu menghimpun koor masal serta mengajak semua untuk bergoyang. Overall, gig ini berjalan dengan cukup sempurna, sayangnya tidak ada yang sampai ber-crowd surfing malam itu, mungkin karena durasi performance-nya kurang panjang. REZAINDRA O.

Thomas Wesley Pentz a.k.a Diplo malam itu terlihat rapi seperti biasanya. Rambut pirang klimis, kemeja, dan setelan jas berwana khaki menjadi atribut pelengkapnya, tentu saja seperangkat pelat, mixer dan deck DJ tetap menjadi propertinya yang paling utama. Tapi atribut pelengkapanya seperti tidak bertahan lama di badan, saat dentuman musik membahana, suhu memanas, ratusan orang terhipnotis dan berdansa tanpa ragu ditemani oleh komposisi musik elektronik, hip-hop, electro house, baile funk, hingga dubstep-nya, Diplo ikut terbawa suasana hingga ia harus mengganti setelan rapihnya dengan sebuah t-shirt biasa. Kira-kira seperti itulah gambaran event Blackberry DIPLO South East Asia Tour 2011, yang diadakan pada tanggal 2 Juni 2011 yang lau. Crowd yang tampil dengan

gaya kasual mulai berdatangan sejak jam tujuh malam menjadikan Dragon Fly terlihat lebih muda dan hip pada malam itu, cukup berbeda dengan pemandangan club ini di malam-malam biasanya. ThreeSixty Entertainment dan Freemagz.com yang menjadi penyelenggara event juga menambahkan keseruan party ini dengan menambahkan aksi-aksi dari local talents seperti DJ Odeq, DJ Heru, DJ Andry, DJ Troy, DJ Sixteen, DJ Imbank, Video Hit dan DUB YOUTH feat. Yacko sebagai ‘pemanasan’ untuk menyambut Diplo. Malam yang menyenangkan, sekali lagi Diplo sang DJ-songwriter-produser ini berhasil menggiring crowd Jakarta yang tengah berlong weekend ke dalam sebuah party yang susah untuk dilupakan. REZAINDRA O.

DIP it LOw fotografi atrak & diplo: deschanel darmodihardjo. fotografi the drums: nick easton


(the chow)

AY CAPTAIN!

Walaupun banyak sekali konsep rumah makan yang termodernisasi, ternyata masih ada yang berani untuk mengambil langkah berbeda. Salah satunya adalah Calico, restoran dengan konsep tema bajak laut ini jauh dari sebuah modernisasi.Dekor yang menyerupai kapal dan hiasan yang lekat dengan dunia bajak laut, khususnya ikan-ikan hidup yang dipajang di setiap aquarium di dinding yang ada. Menenangkan mata dan pikiran ketika sedang menyantap makanan. Terlebih pada menu yang dihidangkan, Ikan Bajak

HAVE A COFFEE BREAK NOW

Laut merupakan best seller mereka. Lalu kentang Cannon Balls (kreasi sendiri) yang gurih, serta sop buntut dengan porsi besar cukup membuat perut kenyang. Tidak ketinggalan pasta Krakken yang berisi baby octopus siap membuat lidah Anda menagih kembali. Semua diatas tidak lengkap tanpa minuman ciri khas Calico yaitu The Temparance, minuman tropikal campuran kuning telur dan red bull yang sangat menyegarkan. KHIVA ISKAK. Calico,jl. Kemang Bangka Raya no 37 02191276547

030

Americano

Edisi kali ini kami sengaja tidak menyuguhkan menu minuman beralkohol. Justru kami ingin merekomendasikan menu minuman kopi yang dapat membuat kinerja Anda lebih cepat, sekaligus memperkenalkan tempat untuk tongkrongan baru bersama teman maupun bersama co-worker. Disini ada tiga pilihan kopi dimulai dari jenis yang strong hingga less bitter untuk menemani keseharian Anda. Monolog merupakan

Iced Butterscotch Passion Fruit

café modern dengan sentuhan unsur kayu untuk urusan desainnya. Nyaman dan hangat merupakan hal yang cocok untuk para pecinta kopi berkualitas dan melepas penat adalah sebuah kalimat yang tepat untuk tempat ini. KHIVA ISKAK. Monolog Quality Coffee Co, Plaza Senayan CP 101 B Palm Gate Entrance. Ristretto A very ‘short’ shot of

espresso. Memang jumlah seharusnya tidak dipertanyakan. Namun sedikit efek yang ada bisa membuat mata Anda terbangun dan terpacu selama empat jam lebih. Berguna ketika diminum pada pagi hari. AMERICANO (Black) Mungkin ini terdengar ‘basi’ namun jangan salah, jenis kopi yang satu ini sangat membantu selepas Anda usai makan siang. Efeknya tidak membuat perut penuh Anda yang dapat


Tidak ada yang lebih nikmat dari home cooking. Resep asli turun temurun keluarga selalu menjadi pilihan utama. Itu yang ada di pikiran Feni Soemitra, sang pemilik Pasta Basta, resto khusus menu single dish yaitu spaghetti Bolognese menjadi andalannya. Berkat resep keluarga ini, Feni ingin membagikan ramuan spaghetti kepada khalayak banyak, “Maka dari itu kami ingin membuat resto yang sederhana dan sangat homey, karena ini merupakan resep home cooking,” jelasnya. Yes, sekali lagi tidak ada pasta lain selain spaghetti. “Resep ini tidak sembarang dibuat, dimana akan ada rasa ingin mencicipinya lagi haha..”

Drop Red Gorgeous

Ristretto

merajai kinerja malas setelah jam satu siang. Cukup masukkan dua sendok gula, Anda selamat sampai setidaknya jam empat sore nanti. Iced Butterscotch Passion Fruit Ya, kopi dingin ini lebih nikmat dipesan pada malam hari. Semisalnya Anda sedang meeting bersama klien cantik didepan Anda, minuman ini cocok untuk membantu membantu jurus jitu bisnis Anda.

Setahun sudah restoran japanese fusion kenamaan asal Amerika Serikat, Benihana hadir di Jakarta. Tidak ada lagi yang meragukan kelezatan menu Teppanyaki yang disuguhkan oleh para Tepan Chef-nya dengan gaya yang ‘akrobatik’ itu. Benihana (Red Safflowers, in Japanese) bukan hanya sekedar pemuas lidah dan perut kita semata, namun restoran yang telah memiliki lebih dari 100 outlet di seluruh dunia (fyi, Bali adalah salah satu outlet selanjutnya) ini juga ingin memuaskan pengunjungnya lewat kenyamanan dan hiburan dalam restorannya. Benihana yang memiliki desain interior bertemakan Jepang dengan dominasi unsur warna merah ini menghadirkan Happy Hour setiap Senin-Jumat, mulai pukul 16.00-20.00, dimana kita dapat menikmati buy one get one cocktail sambil duduk santai, menghirup udara bebas di bagian balkonnya, ditemani view menarik dari bundaran HI. Bukan hanya itu, sebuah area lounge yang terdapat di bagian belakang restoran ini, dapat menjadi venue

tempat yang kecil, atmosfir yang dibuat akrab, bahkan di dinding resto tersebut Anda bisa menulis apa saja dengan kapur yang tersedia. Terlebih cita rasa bumbu dan pastanya yang selalu dimasak segar membuat Pasta Basta menghadirkan ukuran regular dan jumbo agar konsumen dapat memilih untuk alasan kepuasaan. Jadi, apabila Anda sedang menginginkan masakan rumah khas Italia, disinilah tempat yang cocok. Jangan lupa untuk datang setiap rabu, Anda akan diajak menyanyi bersama dengan akustik yang ada. KHIVA ISKAK Pasta Basta, Kemang Selatan 1, 20D/E 0217197726

[news]

MAMA IS COOKIN’

The Emperor Roll

untuk diadakan berbagai macam acara, meeting, bahkan untuk berdansa (they have live music and Salsa Night!), “Kita ingin orang-orang lebih aware kalau Benihana itu bukan hanya sekedar restoran untuk makan saja, tapi bisa juga untuk bersantai,” ungkap Dytta Febriani, PR Executive dari Benihana. Well, berarti sekarang alasan kita mengunjungi restoran ini lebih dari sekedar untuk menikmati Teppanyaki, Sushi (especially the Emperor Roll!) dan rangkaian Cocktails, Mocktails-nya yang drool worthy itu kan? Sering-sering saja nongkrong disini, selain tempatnya memang enak, siapa tahu kamu juga beruntung untuk bertemu dengan anak-anak dari Rocky Aoki, sang founder restoran ini, entah itu Steve atau mungkin si sexy Devon hahaha... REZAINDRA O. Benihana. Grand Indonesia East Mall Lt. 3#43. Fotografi: Rezaindra O. dan milik Benihana

fotografi pasta basta: ka kromodimuljo. fotografi benihana: rezaindra o. & milik benihana. fotografi monolog: deschanel darmodihardjo

031


THE OTHER HORROR GAMES

(Gaming)

Teks: Andhika Muksin

Baru-baru ini, dunia maya dikejutkan oleh munculnya trailer video game Dead Island yang dihujani oleh banyak pujian dari kritikus maupun gamer. Trailer tersebut menampilkan satu keluarga yang berjuang matimatian membela diri dari serbuan para zombie di sebuah tempat berlibur, dengan gaya sinematik yang lebih menyerupai sebuah film pendek. Gameplay Dead Island menggabungkan unsur open world (sandbox) dengan perspektif first person dan elemen RPG yang secara visual mengingatkan kita akan franchise game zombie keluaran Valve, Left 4 Dead. Dalam sejarah game horor, Dead Island bukanlah game pertama yang menampilkan elemen zombie sebagai faktor utama di dalamnya. Sebagai pelopor dibalik munculnya genre Survival Horror, Resident Evil (Playstation, 1996) tidak hanya kaya akan unsur zombie, namun juga aneka monster lainnya (walaupun Alone in the Dark keluaran Infogrames, yang memiliki gameplay serupa, dirilis jauh lebih dahulu ketimbang game karya Capcom tersebut, Resident Evil tetap yang pertama dalam mempopulerkan istilah ‘survival horror’) Kesuksesan Resident Evil diikuti oleh seri Silent Hill karya Konami yang juga tidak kalah populer. Pada tahun 2001 silam, Tecmo meluncurkan Fatal Frame di konsol Playstation 2, yang lebih fokus kepada unsur supernatural Jepang ketimbang monster. Game seperti Doom 3, Eternal Darkness: Sanity’s Requiem, Siren, F.E.A.R, Dead Space, Alan Wake hanyalah segelintir dari begitu banyak judul yang termasuk dalam kategori game horor sukses. Namun, gemerlapnya keberhasilan sebuah franchise video game, membayangi beberapa judul yang tidak memiliki kesempatan yang sama besarnya untuk bersinar. Beberapa menuai kesuksesan pada awal peluncurannya, namun karena absen sekuel, tidak menjadikannya franchise yang mampu menjaga ketenarannya hingga kini. Bukan dikarenakan rating yang buruk, namun faktor lain seperti kalah pamor, penjualan yang tak memuaskan atau tidak dirilis keluar negeri memiliki kontribusi yang cukup signifikan untuk mempertahankan posisi game tesebut dibawah garis kesuksesan , maka pantaslah untuk diberikan pengakuan atas partisipasinya dalam dunia video game horor.

032

i have no mouth and i must scream

Game dengan interaksi point and click yang diadaptasi dari cerita pendek karya Harlan Ellison ini dirilis oleh Cyberdreams untuk PC (DOS) dan Macintosh tahun 1995. Game ini menceritakan sebuah komputer super bernama AM yang menghancurkan umat manusia dan menyisakan lima diantaranya untuk disiksa sepanjang hidup mereka. AM lalu menciptakan

sebuah permainan untuk lima survivor ini yang membawa mereka semakin dekat kepada kegilaan masing-masing. Seperti game adventurehoror pada masanya, I Have No Mouth and I Must Scream memiliki (action window) yang terdiri dari layar inventori, layar perintah untuk memilih aksi atau dialog yang bisa dilakukan oleh karakter game, dan spiritual

The Path adalah game independen hasil buah karya developer asal Belgia, Tale of Tales. Dirilis tahun 2009 untuk Microsoft Windows dan MAC OS X, game ini menampilkan suasana dan permainan yang begitu unik (dan tidak kalah seram tentunya.) Diadaptasi dari dongeng Little Red Riding Hood, The Path mengisahkan 6 saudari yang bisa dipilih gamer untuk melakukan sebuah perjalanan ke rumah sang nenek di tengah hutan. Bila Anda seorang ‘gadis’ baik- baik, tentunya kita dengan senang hati menggerakkan karakter

untuk berjalan terus ke rumah nenek, namun di tengah luasnya hutan yang dengan jelas di desain untuk dieksplorasi, tentunya tidak heran bila gamer ‘nyeleneh’ berjalan kesana kemari ke dalam hutan. Menemukan berbagai bagian ataupun salah satu karakter utama dalam dongeng gini, yaitu sang serigala. Namun serigala yang terdapat pada game ini memiliki bentuk yang berbeda-beda sesuai karakter yang dipilih gamer. Si bungsu Robin akan bertemu serigala pada pengertian sebenarnya, memiliki penampilan visual yang

barometer, dimana bagian tersebut menandakan status spiritual (baik atau buruk) yang bisa berubah sesuai dengan berbagai keputusan yang diambil gamer sepanjang permainan. Baik atau buruknya spiritual barometer membantu gamer dalam mengalahkan AM, memberikan akhir yang baik dari total 4 akhir yang tersedia. Topik –topik dewasa seperti kegilaan, paranoia maupun pemerkosaan turut memperdalam esensi kengerian dari game ini. Mendapatkan mixed reviews pada awal perilisannya, I Have No Mouth and I Must Scream kini banyak terdapat pada daftar game terseram yang tersebar luas di dunia maya. terdekat dengan dongeng aslinya. Karakter Ruby yang berusia 15 tahun bertemu seorang bad boy yang mengajarinya merokok. Carmen di usianya yang ke 17 sangat senang dengan perhatian, terutama dari para pria. ‘Serigala’ versi Carmen ialah seorang tukang kayu berusia paruh baya.

the path


clock tower:

the first fear

Clock Tower dirilis tahun 1995 oleh Human Entertainment dan hanya dirilis di Jepang saja untuk PC, SNES, Wonderswan (dirilis ulang tahun 1997 untuk Playstation.) Banyak dikategorikan sebagai game terseram untuk konsol SNES, Clock Tower mengisahkan seorang gadis yatim piatu bernama Jennifer Simpson, yang bersama dengan tiga temannya dari panti asuhan, diadopsi oleh Tuan Barrows di hari yang sama. Kematian pun mendatangi mereka satu persatu di hari pertama mereka tiba di rumah Tuan Barrows. Sebagai Jennifer, gamer harus melarikan diri dari kejaran sang pembunuh bersenjatakan gunting

raksasa, Scissorman. Game Clock Tower mengharuskan gamer untuk lebih fokus terhadap aksi kabur dan sembunyi ketimbang perlawanan, menambah esensi ketegangan dalam game ini. Gamer harus memecahkan berbagai puzzle yang terdapat dalam rumah tersebut, sekaligus melarikan diri dari kejaran sang Scissorman, yang selalu muncul secara tiba-tiba. Bila gamer tidak sempat sembunyi, gamer akan berhadapan langsung dengan Scissorman. Gamer harus menekan tombol ‘panic’ dengan cepat untuk bisa menghindari serangan dari sang pembunuh. Namun, setiap penghindaran yang berhasil, akan mengurangi level

ketenangan dari Jennifer, yang semakin memudahkan Jennifer untuk jatuh tersandung ketika melarikan diri dari kejaran Scissorman sehingga lebih rentan untuk terbunuh. Bila pada I Have No Mouth and I Must Scream memilki 4 akhir berbeda, Clock Tower memiliki hingga 9 akhir berbeda. Clock Tower memiliki tiga sekuel yang dirilis keluar Jepang. Clock Tower 2 (dirilis sebagai Clock Tower pertama di Amerika karena seri SNES-nya hanya dirilis di Jepang) untuk konsol Playstation di tahun 1996, Clock Tower: Ghost Head (Clock Tower 2: The Struggle Within di Amerika) juga untuk Playstation pada tahun 1998 dan Clock Tower 3 untuk playstation 2 di tahun 2003. Tidak satupun dari sekuel tersebut yang mampu menandingi kengerian Clock Tower pertama. Franchise Clock Tower pun perlahan-lahan redup pamornya.

033 upcoming horror game:

lucius Seperti film Omen, anda memainkan Lucius, anak iblis yang memiliki tugas untuk membunuh seluruh orang yang tinggal dalam rumahnya. Dimulai dari pembantu hingga tukang kebun, dengan menciptakan ‘kecelakaan’ tanpa menuai curiga dari orang sekitar. Setiap kematian yang Anda ciptakan akan memberikan kekuatan ekstra untuk Lucius, yang berguna untuk ‘pembunuhan’ berikutnya. Akan dirilis oleh Shriver Games pertengahan 2001 ini untuk PC.

the dark eye berperan sebagai korban, ataupun pembunuh dalam tiap kisahnya. Inscape mengalami kebangkrutan setelah merilis The Dark Eye. Proyek ambisius ini tidak sempat mengalami perhatian yang sepadan dengan usahanya. Penjualannya yang tidak baik juga turut menghapus The Dark Eye dari eksistensinya dalam dunia horor video game. Empat judul tersebut hanyalah segelintir dari banyaknya judul video game horor yang turut meramaikan genre tersebut dalam dunia video game. Tidak semua game horor yang tersedia memiliki kualitas yang baik, namun beberapa diantaranya memiliki potensi yang sama besarnya dengan seri seperti Silent Hill, ataupun Fatal Frame. Namun satu dan lain hal, hilang bak ditelan bumi Semoga saja dengan menungkatnya tren game independen, semakin memudahkan para developer untuk menciptakan game horor yang unik yang mudah diakses untuk ganyak gamer. Salah satu contoh yang berhasil dari tren tersebut adalah Limbo, yang dirilis melalui XBOX 360 (XBLA) tahun 2010 lalu.

[news]

Dirilis oleh Inscape pada tahun 1995 untuk PC dan Macintosh, game point and click ini memiliki visual yang begitu berbeda dan unik pada masanya. Menggunakan teknik Claymation untuk animasinya dan gaya lukisan ekspresionisme sebagai latar belakangnya, turut menciptakan atmosfir game yang begitu sendu, sekaligus menakutkan. The Dark Eye tidak memiliki plot ataupun gameplay yang signifikan. Gamer memainkan seseorang tanpa nama yang diundang untuk mengunjungi rumah paman Edwin, seorang pelukis. Disana ia bertemu Henry, kakak dari karakter gamer, yang mencintai seorang wanita bernama Elise. Kisah cinta mereka ditentang oleh paman Edwin, sehingga melibatkan gamer ke dalam situasi percintaan yang tragis, yang kerap membawanya kepada mimpi buruk, dan pada akhirnya, kegilaan. The Dark Eye diperkaya dengan karya-karya penulis misteri Edgar Allan Poe seperti “The Cask of Amontillado”, “The Tell Tale Heart”, “Berenice” dan “Annabel Lee” yang bisa dimainkan gamer sesuai dengan jalannya permainan. Membiarkan gamer untuk bisa


URBANITE NYLON MUSIC FESTIVAL ROCKIN’ JAKARTA! 10 promising local band wonderful act by HURTS, Music Festival! Teks oleh: oleh: Muhammad

034

acts and one gaspingly this is Urbanite NYLON Khiva Iskak. Fotografi Asranur & Nick Easton.


[news]

035


Apa yang membuat sebuah festival musik lebih berwarna? Apa yang membuat sebuah festival akan terus dikenang? NYLON Indonesia hadir untuk memberi perbedaan pada festival-festival sebelumnya, didukung oleh promotor UrbaniteAsia, kami menggelar festival musik yang memberikan nafas baru di kancah musik Indonesia. Mengapa demikian? Tanpa pilih-pilih, NYLON menyuguhkan beberapa genre yang mampu menyatukan perbedaan warna musik yang ada. Dimulai dari indie folk seperti Angsa & Serigala sampai Hip Hop yang dimainkan oleh Ndeesaster dimana akan berkolaborasi dengan pemain talkbox Llyod Popp. Coolness right! Terbukti, 10 band lokal yang terpilih telah sukses menunjukkan aksi panggung mereka pada hari Sabtu, tanggal 7 Mei lalu di Epicentrum Walk, Kuningan. Tidak ketinggalan penutup pada festival ini yaitu duo synth-pop asal Manchester, HURTS. Tidak sekedar mengundang HURTS karena mereka merupakan eye candy bagi para wanita, namun hits single yang telah dikenal luas, mendapat gelar ‘breakthrough band’ dari NME Magazine, dan selalu disebut-sebut sebagai the next ‘Pet Shop Boys’ meyakinkan kami bahwa mereka adalah something worth to watch. NYLON Indonesia terus mengikuti pergerakan musik Indonesia, maka dari itu lahirlah Nylon Music Festival, tidak sembarang dalam memilih, membuktikan NYLON mendukung penuh musik lokal yang berkualitas. Tidak ketinggalan penawaran-penawaran menarik yang ada pada malam itu, happening people, dan tak lebih untuk menikmati musik yang kami persembahkan. This is our story…

Blitz & Glitz Our NYLON MALL What is NYLON Mall? Seperti tadi yang dikatakan, tidak hanya musik yang kami suguhkan. Berbelanja juga menjadi salah satu hal yang selalu diperlukan ketika bosan sedang melanda. Maka dari itu, kami membuat Mall yang bertujuan untuk memenuhi amusement euphoria pengunjung yang ada. Pop store NYLON Mall beserta para retail ternama seperti DELL, Jansport, Magnum, The Body Shop, GAP, Carlsberg, Mazda, Rated A, 16DS, dan DIM MAK memberi spesial promo pada malam itu. Serunya, area ini dapat dikunjungi oleh siapapun tanpa dikenakan biaya sedikitpun. Diawali dengan booth Magnum Ice Cream yang melegakan dahaga ketika panas menyerang. Tidak suka dengan yang manis? Carlsberg merupakan piihan yang tepat untuk dinikmati sambil melihat-lihat isi NYLON Mall. Kesenangan lainnya bisa didapatkan dengan mencoba photo booth dari Moments To Go. Pengunjung dibebaskan mengambil foto (sekali lagi) tanpa biaya. Apalagi di dalam Mall tersebut Rated A memberi tambahan promo dari semua retailer. Tidak rugi bukan?! Belum lagi DELL menjual laptop dengan penawaran khusus, Jansport yang menghadirkan beragam koleksi barunya, dan untuk para wanita yang mencintai make up dan perawatan tubuh, The Body Shop datang menawarkan promo diskon buy 2 save 15%, buy 3 save 20%, tidak ketinggalan instant make over langsung pada booth-nya. Untuk baju, DIM MAK juga turut menjual koleksinya yang tak kalah menarik, dan 16DS berpartisipasi dalam mengeluarkan kaos dengan mendesain khusus NYLON Music Festival sebagai official merchandise acara ini. Tunggu dulu! Selain NYLON Mall ada aktivitas menarik yang ada di main area. Berawal dari Avolution VIP lounge, booth Mazda2, yang diperbolehkan masuk kedalamnya dan bisa menikmati screening film pendek. Tidak


Devotion by HURTS Terlihat dari ratusan penonton tak sabar melihat acara penutup kami di main area. Kami buka dengan backdrop hitam bertuliskan HURTS, pertanda mereka akan naik, set lampu yang berubah bentuk, gemuruh penonton yang tak sabar dan terus berteriak nama mereka membuat hype semakin memanas. Kemudian Theo Hutchcraft dan Adam Anderson naik keatas panggung dengan gaya pakaian klasik pria Inggris tuxedo dan vest hitam serta kemeja putih body fit, it’s very a gentlemen thing! Lalu mereka juga diiringi oleh backing vocal, pianis, dan drummer yang semua bernampilan senada. Begitu dentuman drum dimainkan, mereka langsung menyanyikan lagu pembuka yaitu ‘Unspoken’ kemudian disusul oleh ‘Silver linning’. Bisa dibilang permainan HURTS sama persis dengan apa yang ada di album mereka, karena persiapan mereka juga tidaklah mainmain, sesampainya di Jakarta, mereka langsung check sound dan sedikit menghibur kami sebelumnya dengan bernyanyi beberapa lagu. Jadi tidaklah heran apabila permainan mereka sangatlah bersih pada malam itu. Antusiasme penonton membawa Theo, sang vokalis untuk melakukan sesuatu (dimana wanita sangat tergila-gila dengan aksinya ini) ia selalu melemparkan mawar putih kearah penonton. HURTS memang dikenal senang dengan romansa ketika manggung. Well, terbukti dengan kostum serta aksi mereka. Lantunan lagu ‘Wonderful Life’ yang sangat dikenal di chart Jakarta, membuat penonton full menyanyikan dari awal hinga akhir lagu. Theo pun terus tersenyum lebar melihat penonton Jakarta yang begitu hafal dengan tembang mereka. Lalu ‘Stay’ merupakan lagu balada yang membuat Epicentrum Walk seperti mempunyai paduan suara dadakan. Seperti biasa, musisi internasioal selalu mengambil ramuan menyanyi kena tanggung agar penonton berteriak mereka untuk kembali, to be honest we love it, right?! Lalu tanpa basa-basi mereka langsung membawakan ‘Better Than Love’ sebagai penutup. HURTS meninggalkan rasa takjub dan pesona mereka selamanya. Memang penutup acara kami berkesan memuaskan dengan aksi panggung HURTS, tapi NYLON Music Festival tidak cukup puas menghibur para penonton dengan yang ada di main area saja, NYLON Mall lantai dua diubah menjadi Embassy Pop-Uptelah menjadi area ‘pendinginan’ kami. After party ini diramaikan oleh penampilan rapper wanita, Ndeesaster feat talkbox Lloyd Popp. Kemudian dilanjutkan dengan Kiddy Bit dengan musik 8 bit yang berasal dari game watch tak kalah unik, suguhan yang berbeda di dance floor. Setelah itu DJ Adit RNRM dan Tosyn mengambil alih dan tanpa henti menggoyang lantai dua NYLON Mall. We hope we all had fun that day! And NYLON Indonesia is proud to fully support our local promising bands, cheers!

[news]

puas didalam untuk foto-foto, photo box plus activation yang seru dari Catalyst Rated A. Belum puas? Ada foto kontes yang berhadiah sepeda lipat. In any area you could have fun with us! Our 10 Acts in Action! Tepat jam enam sore Urbanite Nylon Music Festival dimulai, sengaja kami ingin menyuguhkan lagu-lagu yang sedikit berirama santai, terpililah band pembuka festival kami yaitu Shore asal Jakarta, grup nu school Jamaican sound ini menggebrak awal festival dengan semangat yang tak putus. Dengan sentuhan dub serta soul, para pengunjung pun dibawa bergoyang reggae bersama mereka. Lalu dilanjutkan oleh duo instrumental bedroom elektro pop asal Bandung, Bottlesmoker. Mereka yang dikenal dengan suka menggunakan aneka toys music entertainment membuat pengunjung terpana dengan apa yang mereka tawarkan, Bottlesmoker mengajak mereka ke dunia lain. Sekali lagi kehebatan anak negeri yang patut dilirik. Angkuy dan Nobie bersama topeng bonekanya, they nailed it! Selain itu di setiap jeda pergantian band di festival ini, juga menyuguhkan fashion acts dari Dana Maulana Rated A-Catalyst. Unsur fashion dan dance melebur menjadi satu, bersama beat dan gerak tari yang unik, two brothers Alexander Hamid dan Taylor Hamid juga tidak mau ketinggalan unjuk gigi. You see, we use full entertainment, so you didn’t get a chance to get bored! Band ketiga NYLON Music Festival ini membawa pertunjukan festival ini naik ke satu level berikutnya, mengalir dan tentunya bersemangat, Swimming Elephants melekatkan pengunjung untuk tetap berada didepan panggung. ‘Sarah’ dan ‘At the Zoo’ lagu yang dijagokan ini membuat band playful pop jauh lebih menyenangkan. Pasti kamu sudah pernah mendengar musik campuran melodi, eksperimental, noise dan distorsi sebelumnya, tetapi lain untuk Jirapah, giliran band urutan keempat yang dipimpin oleh Ken Jenie menjadikan panggung NYLON terasa berbeda. Lagulagu seperti ‘I Too Was a Teenager’ dan ‘Clouds’ menggema di panggung, terlebih Ken sempat memainkan solo gitar listriknya secara distorsi, hasilnya membuahkan tepuk tangan yang menghebohkan. Selanjutnya, gerombolan ‘berat’ dari Bandung, Angsa & Serigala menampilkan atraksi instrument mereka dengan menggelegar. Sesia dengan gener mereka, indie folk, para vokalis Aji dan Mega totalitas dalam aksinya. Bahkan Aji melakukan aksi ‘akrobatik’ saking semangatnya demi menghidupkan suasana

panggung. Tidak mau kalah, band keenam kami, High Time Rebellion, dengan vokalis wanita Miyane malam itu mereka manggung seperti pemberontak sedang berkoar. Penuh dengan permainan keras namun bersirat psychedelic. Terutama single ‘Crest of Mind’ yang menjadi pembuka menciptakan hawa danceable untuk jembatan ke lagu-lagu berikutnya seperti ‘Waking Hour’ yang juga sangat upbeat. Kini giliran band yang terhitung berusia muda namun eksistensinya sudah diakui di dunia Indie Indonesia, L’alphalpha, dengan debut albumnya ‘When We Awake All Dreams Are Gone’ mendapatkan sambutan hangat dari penonton malam itu. Musik yang bermelodi post-rock, Scandinavian dan Icelandic ini memberi rehat dari dentuman nonstop beat, seperti memberi sunset dikala menuju pesta sebenarnya. Terakhir, band yang di bentuk di Kanada pada tahun 2006 lalu menjadi band penutup dari deretan musisi lokal di panggung utama, yaitu Roman Foot Soldiers. Dengan aliran elektro rock, mereka tampil prima sebagai band penutup sebelum HURTS muncul,. Terima kasih juga kepada para finalis VJ MTV 2011 sebagai host sepanjang hari kami, mereka yang berjumlah tujuh orang, Eliza, Arga, Ario, Kayla. Ajun, Bagus, dan Andra tidak kalah semangatnya dalam membawakan this super cool festival!

037


PULP FICTION : HARI INI GUE BUKAN SUPERMAN.

038

Kaki gue siap melangkah. Tapi masih gemetar. 100 cm jarak menuju bibir gedung. Sementara di kejauhan matahari bersinar menantang diri gue di balik sebuah hotel bernama SURYA. Angin berhembus mengundang gue untuk merasakan pelukannya di udara. Imajinasi gue terpecah oleh keramaian di bawah sana yang semakin terdengar. Gue menatap kebawah, banyak orang berkumpul di trotoar dan juga menyeruak sampai ke pinggir jalan. Beberapa tampak cemas dan teman-teman gue juga semua ketakutan. Andai saja mereka tahu apa yang sudah gue rasakan. TOO LATE, GUYS! Bukannya ini semua yang kalian mau? Supaya gue menghilang dari hidup kalian. Kalaupun gue menghilang mungkin gue nggak akan sepenting berita perceraian selebriti di acara gossip murahan yang di putar tiap hari menjelang sore.*** Semua berawal ketika kedua orang tua gue memutuskan untuk bercerai, setelah tau kalo kakak perempuan gue sudah hamil 3 bulan dibalik kaos band favoritnya. Gue juga sudah curiga sama si Eric, pacarnya yang pengangguran dan kerjanya clubbing melulu tiap malam. Katanya sih cinta, cuma begitu hamil malah ditinggalin. Belom lagi adek laki-laki gue yang masih SMP yang ketahuan sama nyokap lagi nonton ‘bokep’ homo. Bukannya gue homophobic, but, you gotta be careful to do such stuff in your room, buddy! First, it’s porn. And second, it’s gay porn. Everybody deserves to find him or herself anyway. Bokap juga kebanyakan meeting, gak jelas meeting dimana, tiap weekend keluar kota? Nyokap pun sibuk arisan diluar. Kayaknya dunia ini sudah mau kiamat. Meja makan dirumah gue hanya jadi aksesori pelengkap furnitur saja. Mending gue keluyuran saja pulang kuliah ngeliat muka orang-orang stres ibukota atau menghabiskan waktu diatas rooftop gedung sambil baca timeline twitter orang-orang yang isinya keluhan semua. Can’t they be grateful for what they already have? At least, a family. *** Dari gedung ini gue bisa melihat siapa saja, termasuk SISCA. Mukanya kecil, matanya besar dan ekspresif dengan bulu mata yang lentik, dan rambutnya kayak Amelie Poulain, tokoh fiktif sebuah film drama Perancis yang sudah gue tonton 63kali. Agak bule


sih mukanya. Pemain sinetron aja kalah cakepnya sama dia. Gue sempat melihat nama lengkap dia di lembar absen kuliah, agak absurd namanya, Jasisca Eve Destina. YES! She’s my last destination! It’s written on her name! Gue nggak pernah ngobrol sama dia sebelumnya. Cuma beberapa kali dia melihat gue ngerokok di bangunan belakang kampus deket pohon besar dan kita masuk di kelas yang sama, kelas yang gue udah 3 kali mengulang mata kuliahnya, which is: filsafat. Semenjak dia pindah kesini, kayaknya semua cewek ikutin gaya si Siska. Dari gaya potongan rambut sampai model sepatu. Gue malah penasaran, udah punya pacar belum ya, dia? Kalaupun iya pasti pacarnya ganteng dan tajir. Aha! Out of my league lah.*** My best buddy (was) ABDUL, sekarang nggak pernah lagi makan pangsit bareng gue sambil ngobrol action figure terbaru dia atau komik superhero yang selalu bisa dia dapatkan di internet dengan harga miring. Nggak asik lagi. Sekarang dia sibuk bulak-balik gym buat gedein bicep dia dan mengukir sixpacks di perutnya. Sumpah. Nggak asik. Dan terakhir kali gue bicara sama dia itupun karena dia kasih komen nggak enak soal mie ayam pangsit yang lagi gue makan dan tentunya yang selalu jadi saksi persahabatan kita, gue inget Abdul sampai nambah 3 porsi mie ayam ini ketika dia diputusin sama ceweknya. Kayaknya sekarang lebih seru ngobrol sama kenek metro mini dan nikmatin stiker-stiker vintage dikursi depan angkot yang selalu mengantar gue pulang tiap hari. *** “Terima kasih, Dik”, jawab orang buta yang yang selalu harus menunggu untuk menyebrang di jalan cukup besar didekat panti pijat tuna netra tempat dia bekerja. Dan gue sudah beberapa kali kebetulan menyebrang bersama dia dan membantu dia. Kayaknya Cuma itu aja kebaikan yang gue lakukan untuk hidup orang lain. Kecuali kasih duduk buat ibu hamil dan nenek-nenek di bus Trans Jakarta juga masuk hitungan kebaikan, berarti lumayan banyak gue melakukan kebaikan buat orang lain. Walau simple, but it feels good. So, gue nggak jadi orang yang ngedumel sepanjang cerpen ini yang nggak punya nilai dalam hidup. That’s what I think. *** Gue selalu berpikir betapa sulitnya untuk berkomitmen, tapi gue rasa tidak akan sesulit itu kalo kita bisa melihat bahwa setiap manusia di dunia ini juga menjalani hal yang sama dan mereka nggak harus mengakhiri komitmen mereka karena alasan tidak cocok dan dengan landasan BENCI. Bercerai adalah sebuah tindakan yang sangat egois. Gue sering melihat banyak dijalan kakek-nenek yang jalan santai di sore hari sambil pegangan tangan. How sweet. The best one will be with SISCA. ***

Dan akhirnya gue memutuskan untuk mengambil langkah ini. Cukup dua langkah kedepan. Gue merasakan bahwa matahari sudah mulai meredup tenggelam, dan tulisan SURYA dihotel itu sudah tidak memberikan makna secara visual lagi. Pintu terbuka, beberapa polisi meminta gue untuk tidak bergerak. Sayangnya gue harus mengacuhkan mereka. Bau sore begitu kental. Dan seperti memiliki sayap, gue pun melangkah. Yakin 99 % setiap mata orang-orang dibawah melihat kearah atas mereka. Yaitu gue. Tiba-tiba gue mendengar suara yang manggil gue dari bawah. 1% itu adalah dia, Jasisca Eve Destina. Jantung gue berhenti berdegup. Slow motion. 150 frames per second or maybe 200 frames per second, or even slower… Nama gue Adit, gue 23 tahun, gue mahasiswa perguruan tinggi, nggak terlalu pinter di kelas, hobi gue baca komik. Tapi hari ini gue bukan superman. Gue terbangun, sendirian disebuah ruangan yang putih semua. Gue yakin 100% bahwa ini bukan surga. Ada Siska dijarak 60cm didepan gue. Dia tertidur di samping tempat tidur dimana gue berbaring. She’s DIVINE BEAUTY. Ini rumah sakit. Perlahan gue mendengar suara langkah kaki dengan langkah panik di koridor dengan samar dan menggaung. Abdul, bokap nyokap gue, kakak dan adik gue masuk ke kamar. Sisca terbangun dari tidurnya. Mereka melihat kearah gue, tersenyum bahagia. Dan detik jam yang bergerak menjadi normal. 24 frame per second. Mendadak ruangan menjadi hangat. Sama sekali nggak sedingin rumah sakit. I always have reasons for something that I hate, but I never know if that reason is true or false. It was me who thinks about it. If we could make everything happened for good reason, why shouldn’t we do that? Especially if I know that the bottom of good reason is the person who’s I’ve been waiting to be less than 100 centimeters in front of me. And if I could meet my writer for this short fiction, I could ask him to re-write my first page character description. But I won’t be on the last page if I didn’t go through the first page. THE END.

Short story oleh Billy Christian Ilustrasi oleh Eko Bintang


AIR APP Adakah cara yang lebih baik untuk melakukan test drive terhadap kemampuan Airstream Avenue selain mengendarainya menuju festival Musik Coachella? Teks: NICOLAS STECHER. Fotografi: KERIAN


ARENT

041


fotografi airstream oleh kerian; fotografi group portrait oleh nicholas stecher.

Di situasi inilah saya berada,

dua minggu sebelum festival Coachella di Palm Springs, tidak ada kendaraan, menyerah terhadap fakta bahwa saya akan melewati weekend terbaik yang diadakan di Selatan Kalifornia itu untuk pertama kalinya setelah hampir satu dekade. Lalu tibatiba, sepucuk email muncul di inbox saya, yang menawarkan saya untuk melakukan test drive terhadap Airstream Avenue terbaru (yang berkolaborasi dengan General Motors) selama seminggu? Tentu saja!! Sepuluh hari kemudian saya mengendarai van tersebut melaju menuju Coachella. Hal yang mengejutkan adalah betapa mudahnya mengendarai Airstream Avenue 2011 yang termasuk Class B Motorhome ini. Di jalan tol, van ini melaju dengan sangat smooth (mesin GM 6.0-liter Vortec V8 menghasilkan torsi 373 lb-ft dan 323hp), remnya juga

042

memberikan performa yang baik untuk memberhentikan kendaraan sepanjang 21 kaki dan memiliki berat 9600 lbs ini. Kamera besar terpampang di kaca spion untuk membantu melihat ke belakang dengan lebih jelas lagi. Mengingat size Avenue yang begitu besar. Yang membuat Avenue begitu spesial adalah sentuhan airstream-nya. Atap yang cukup tinggi menyisakan space yang cukup untuk berjalan di dalamnya. Ini merupakan van yang begitu besar, namun juga begitu nyaman. Dengan fitur full kitchen, kamar mandi, unit AC 13,500 BTU dan lounge (yang dilengkapi flatscreen TV 19 inch) yang bisa berubah menjadi tempat tidur dengan menekan satu tombol saja. Tersedia juga berbagai peralatan yang terbuat dari stainless steel, seperti kompor, kulkas

dan meja dapur beralaskan marble top yang memberikan lingkungan memasak lebih baik daripada mayoritas tempat tinggal di Manhattan. Bahkan tersedia shower, dengan kapasitas hingga 34 galon air, mengingat debu dan kotoran yang akan Anda dapatkan seusai Coachella, mandi tentunya menjadi obat yang lebih baik ketimbang beberapa Advil. Namun ada beberapa kekurangan dari si perkasa ini. Pertama, walaupun begitu banyak space untuk benda-benda esensial seperti obat, piring, handuk dan lainnya, namun tidak untuk koper. Kita bisa meletakkan beberapa tas disamping tempat tidur, namun tentulah kurang efektif. Mengingat van ini dibuat untuk bepergian dengan waktu yang lama, ini adalah kekurangan yang cukup fatal. Kabinet juga mudah terbuka lebar bila jalanan sedang tidak mulus, goyangannya mampu menjatuhkan apapun yang kita letakkan di dalamnya ke lantai. Terakhir, sebagai sebuah merk dengan standar kenyamanan yang begitu tinggi, Airstream Avenue kurang meperhatikan aspek tersebut pada area supir dan kokpit seperti stereo yang kuno dan dasbor yang terbuat dari plastik. Di satu sisi, kendaraan ini didesain untuk camping dan mu-

dah dibersihkan, jadi kekurangan tersebut bisa dimengerti. Namun dengan banderol harga USD 98,000, saya rasa elemen kayu pada dasbor dan setir berkualitas premium cukup masuk akal untuk diaplikasikan. Dan absennya unit navigasi built in merupakan nilai minus yang cukup signifikan mengingat van ini digunakan untuk traveling jarak jauh. Namun, aspek terpenting yang ditawarkan dari dari Airstream adalah pengalaman travelling yang begitu menyenangkan. Kendaraan yang sangat cocok untuk Coachella. Begitu banyak musik yang ditulis dengan memadukan elemen rock n roll dan perjalanan panjang. Avenue merupakan manifestasi dari perpaduan tersebut, memberikkan kesempatam bagi Anda untuk tidur dimanapun, kapanpun, terserah Anda.


in the jag

you wood

Anda harus akui kehebatan Audi, ketika mereka berkolaborasi, mereka melakukannya dengan benar. Banyak merek auto yang sudah bekerjasama dengan manufaktur sepeda untuk memperkuat status ‘green’ mereka, namun biasanya hanya berakhir di konsep tanpa melewati tahap selanjutnya. Tidak demikian dengan Audi! Yang dengan Renovo Bicycles, satusatunya manufaktur sepeda berbahan hardwood. Sepeda Renovo sudah terkenal dengan keindahannya, tambahkan campur tangan Audi dan aspek positif tersebut semakin kuat. Dikenal dengan nama The Duo, dengan frame yang terbuat dari monocoque hardwood, memberikan pengalaman bersepeda yang begitu mulus, karena sifat dasar kayu yang menyerap getaran. Sepeda ini juga sangat ringan (sekitar seperempat dari berat sepeda aluminium biasanya), dan karena bahan dasarnya yang terbuat dari kayu, memudahkannya untuk di daur ulang. The Duo juga memiliki komponen yang terbuat dari alumunium dan karbon fiber, drive train, (dengan belt drive), rem cakram, lampu LED dan akan tersedia dalam tiga pilihan: City, Sport dan Road (dengan kisaran harga antara USD 6500 hingga USD 7500). Seperti sepeda Renovo lainnya, setiap Duo diproduksi secara handmade di studio yang terletak di Portland, Oregon.

BMW M3 4.0 liter V8 yang menghasilkan 414 bhp dan torsi 295lb-ft. Spyder juga memiliki akselerasi 0-62mph dalam kurang dari 4 detik dengan kecepatan maksimal 180mph. Dengan absennya atap, dan kecepatan yang seperti itu, apakah Anda masih membutuhkan AC?

fresh air

be a sport

Ercole Sada , stylist terkemuka dari firma desain Zagato, sudah menciptakan banyak mobil indah sepanjang sejarah perusahaannya sejak tahun1960-an. Setelah Ford, Alfa dan BMW (dimana pada era 80-an ia mendesain seri 5 dan seri 7 yang ikonik itu), Spada dan anaknya Paolo bekerjasama untuk menciptakan kreasi mereka sendiri, yaitu Spada Vetture Codatronca Monza yang pertama kali dipertunjukkan di Top Marques Monaco. Sebuah mobil yang begitu indah dan tentunya limited edition yang dibuat berdasarkan Corvette Z06. Menggunakan mesin milik Z06, yaitu LS7 7.0 –liter V8 powerplant, Spada Vetture Codatronca Monza memiliki 609 hp, dengan kecepatan maksimum 211mph, dan 0-62 mph dalam kurang dari 3.4 detik. Bahan aluminum dan magnesium membuat sang perkasa ini hanya berbobot 1250kg. Desainnya memang memukau, namun tidak demikian dengan banderol harganya, yaitu USD 355.000.

auto update

Perusahaan manufaktur asal Jerman, Wiesmann, berniat untuk memboyong konsep Spyder mereka ke tahap produksi. Go-kart seberat 2,200lbs itu tidak dilengkapi dengan pintu, atap, kaca, apalagi radio, AC dan alat navigasi. Namun tidak seperti go-kart pada umumnya, tenaga Spyder bersumber dari mesin

Berita terkini dari dunia otomotif, dan hal-hal random lainnya. oleh: NICOLAS STECHER

E-Type, mobil yang paling terkenal dalam sejarah Jaguar, yang sering disebut sebagai “the greatest GT of all time,” baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-50. Dan walaupun model Jaguar masa kini, XK memiliki gaya desain yang serupa dengan E-Type, tentunya masih banyak kelebihan yang bisa dilihat selain dari segi apresiasi dan loyalitas-nya. Ucapkan selamat datang Growler-E, GT limited edition yang didesain oleh Swede Bo Zolland, dan siap memasuki tahap produksi musim panas depan. Berbekal mesin XKR supercharged 5-liter V8, dibanderol dengan harga antara USD 700,000 hingga $1,4 juta, tergantung permintaan pasar.

043


044

Fashion

kali ini giliran merek mobil kenamaan dunia, audi, menyelenggarakan pesta akbar fashion di singapura. teks: charles rezandi

festival

2011

Lasalle Graduate show

Lasalle College of the Arts akan menjadi sekolah seni pertama yang ikut meramaikan panggung mode paling bergengsi di Singapura, Audi Fashion Festival, dengan pagelaran busana para mahasiswa lulusan Lasalle 2011. Sebagai salah satu pengisi acara di ajang Audi Fashion Festival 2011, Lasalle akan menampilkan karya terbaik dari 26 perancang busana lulusannya. Ini adalah kali pertamanya Lasalle menggelar acara tahunan ini diluar kampus Lasalle, and also the exciting one yet! Beberapa dari jajaran pengisi acara ini meliputi beberapa mahasiswa Lasalle yang ikut mendesain cover untuk telepon selular Optimus Prime yang akan dirilis di tahun ini oleh L.G. Tiga desain telah terpilih dari keseluruhan total 22 desain yang kemudian akan mulai diproduksi secara masal di Cina pada Musim Semi 2011. Pemenangnya tak lain adalah

dua mahasiswi dari Indonesia, Megawati dan Nancy Adiwinata ; dan Quan Dong dari Cina. Tidak hanya berhenti disini, lima koleksi dari mahasiswa jurusan fahion design bahkan sudah diikutserakan dalam acara bergengsi London Graduate Fashion Week, yang diselenggarakan dari tanggal 5 – 8 Juni 2011 di London, Inggris. Mendapatkan undangan selama dua tahun berturutturut, Lasalle boleh berbangga menjadi sekolah seni di Asia pertama yang ikut berpartisipasi dalam presentasi tahunan menampilkan bakat terbaik jurusan fahion design mereka di UK, tempat dimana Christopher Bailey dan Alexander McQueen pertama kali ditemukan oleh industri mode. Tahun ini Cindy Warsono, seorang mahasiswi dari Indonesia mengikuti seleksi akhir untuk melanjutkan ke kompetisi final dan berhasil meraih tempat ketiga, peserta lainnya yang ikut serta dalam ajang ini adalah Mia Budiman yang juga berasal dari Indonesia.


PARCO next NEXT PARCO next NEXT adalah sebuah proyek inkubasi mode. Merupakan sebuah perkawinan ide dari Parco (Singapore) dan Textile & Fashion Federation (TaFf) dengan dukungan dari agen pemerintahan Singapore, SPRING. PARCO next NEXT menaungi beberapa lini lokal terbaik seperti Pauline Ning, Max Tan, lini sepatu Shito (Alice Soedirman) dan masih banyak lagi diantaranya. Dewasa ini, banyak koleksi naungan PARCO next NEXT beredar di berbagai butik fashion di Singapura, sedangkan beberapa koleksi lainnya merupakan koleksi pemenang desain regional dan penghargaan mode, bahkan banyak diantaranya yang juga sudah mulai melebarkan sayap ke bisnis ekspor global. Bukan hanya sekedar pagelaran fashion, ini adalah sebuah perayaan dimana delapan lini mode lokal akan membawa Anda kedalam berbagai perjalanan fashion untuk mengeksplorasi lembaran fashion di Singapora kedepan. Beberapa perancang yang mengisi pagelaran busana ini terpilih untuk mempertontonkan koleksi Musim Gugur/ Dingin mereka bersamaan dengan beberapa koleksi terkini mereka. Pagelaran ini menggabungkan street influence dengan tren dunia, menyajikan kita dengan kejutan kontras, menciptakan gaya klasik melalui presentasi dramatis dan ambisius.

A.K.A Wayward Mun Foong adalah sosok wanita dibalik label fashion yang baru-baru ini ikut meramaikan jajaran desainer naungan PARCO next NEXT. Memang tidak secara ‘resmi’ terlatih sebagai seorang desainer, Mun Foong adalah seorang art director yang tentunya memberikannya nilai tambah dalam bidang fashion yang ia tekuni sekarang ini. Konsep dasar dari A.K.A Wayward adalah sebutan dengan peribaratan seorang anak yang akhirnya kembali dari masa pencariannya, karena merasa tidak pernah bisa membaur dengan norma sosial yang berlaku. Label ini ditujukan bagi individu yang memiliki kepercayaan diri dan hasrat untuk menjadi pusat perhatian. Sesuai dengan tema yang di usung dari koleksinya, “Wayward, eat your apples!”; debut koleksi ini dipenuhi dengan palet warna yang sesuai dengan musimnya me-

lalui corak grafik yang menonjolkan perhatian pada detil tekstur dan aksesoris eksentrik yang ditawarkan. Banyak terlihat busana whimsical dan quirky untuk koleksi musim panas A.K.A Wayward, sangat pas untuk mereka yang hidup dalam dunia mereka sendiri. Close your eyes…and pretend it’s summer!

Star Creation Star Creation adalah kompetisi desain fashion yang diorganisir oleh Textile & Fashion Federation (TaFf, Singapura). Sebagai salah satu acara dari Asia Fashion Exchange (AFX), Star Creation bertujuan untuk menggali dan mengangkat para desainer berbakat Asia, memfasilitasi mereka dengan kesempatan untuk bisa meluncurkan karir fashion mereka dan mempersiapkan mereka menjadi para perancang mode ternama kedepannya. Para peserta akan melewati tiga tahap penjurian ketat oleh para pelaku industri dan ahli di bidang fashion. Setelah proses ini akan terkumpul 12 finalis yang akan mempresentasikan koleksi mereka berdasarkan tema kompetisi tahun ini, “Internationally Asian” untuk penjurian final mereka. Tiga pemenang akan diumumkan dan menerima hadiah berupa uang tunai dan 12 bulan waktu magang dibawah naungan fashion retailer ternama, F.J. Benjamin (Singapura), dan di akhir masa magang, mereka akan mendapatkan kesempatan untuk meluncurkan koleksi mereka. Greyhound Peace Please, ungkapan inilah yang berkali-kali para penikmat fashion saksikan dalam presentasi koleksi Musim Gugur/Dingin 2011 Greyhound yang sarat akan kesan menegangkan. Menjadi salah satu pilihan favorit saya, Greyhound menampilkan pagelaran terbaik, hampir seolah menjadi fokus utama keseluruhan acara festival, fashion show Greyhound memberikan pengalaman baru bagi para penikmat fashion dan mood dari koleksi teranyar mereka. Mengangkat tema pasukan simbolik generasi baru yang berkumpul dalam misi yang diberi nama “White Troop” dengan tujuan untuk merubah dunia. Presentasi mereka ditampilkan dalam nuansa warna putih, beberapa terlihat seperti army pants usang yang ditiban dengan cat putih, beberapa koleksi jumper dengan aksen bordir, munculnya pola rajutan dengan motif kamuflase, tapi tentunya semua ini tetap dikemas dengan kebaharuan gaya dan attitude koleksi, mengandalkan penggunaan warna putih dan abu-abu muda. Terinspirasi dari cepatnya alur perubahan dunia, koleksi monokromatik ini benar-benar memberikan nafas baru di tengah kekacauan dan kesemerawutan. Panggung runway Greyhound sangat memukau – dilengkapi dengan jaring penahan bergaya militer yang digantungkan tepat diatas panggung, para penonton dibuat bertanya-tanya bagaimana show ini bisa berlangsung dengan kemasan yang ditawarkan. Fashion show Greyhound dibuka dengan alunan keras musik indie mengiringi langkah para model di atas runway dengan fashion bergaya ala zombie.

Koleksi ini adalah potret sempurna pergabungan antara militer dan sekelompok hippies era Woodstock lengkap dengan aksesoris kacamata John Lennon dan rambut lurus panjang milik Yoko Ono, cut-out lambang ‘perdamaian’ dan aksen bunga. Menilai dari apa yang kita lihat dalam koleksi desainer berkebangsaan Thailand ini, sepertinya kita akan banyak melihat tren flower power bercampur dengan simplicity di Musim Gugur/Dingin yang akan datang. Gear up soldiers!


mexico city Ibu kota yang bernama Distrito Federal ini`-atau disingkat D.F. oleh penduduk lokal-adalah kota metropolis terbesar, tergahar, dan tersibuk dibelahan bumi. t e ks :

ERICKMEYENBERG 046

Habiskan satu hari di daerah La Ciudad de Mexico dan kamu akan menyadari bahwa ini adalah kota yang ekstrim: temperatur udara yang drastis berkisar dari 26 derajat celcius sampai dengan 4,4 derajat celsius, nuansa kuno kaum bangsawan beradu dengan kesengsaraan kaum miskin, kota kebudayaan yang dikelilingi oleh kekerasan dan perang narkotika. Kenyataan seperti ini seakan menjadi daya tarik tersendiri bagi para seniman muda, dan Erick Meyenberg telah mengubahnya menjadi sesuatu yang menarik. Saat ia bertemu kami diluar Laboratorio Arte Alameda di kota bersejarah daerah Centro, sosok pria berumur 31 tahun ini lebih mirip pemain tengah Cruz Azul (klub-sepakbola nasional Meksiko) dibandingkan seniman pada umumnya, walaupun segala yang berhubungan dengan konsep menjadi ketertarikannya. “Saya selalu memulainya dengan riset dan membiarkan semua mengalir dengan apa adanya,” ucapnya, sambil mengajak kami masuk ke dalam suatu ruangan yang mengingatkan akan film Avatar: mencengangkan, fenomena optikal Hello warna-warni yang tercipta dari lampu LED yang melayang digantung kabel, menyinari gelapnya kubah ruangan. Efek suara yang mengerikan menambah sensasi akan gaya gravitasi karena dalam hal ini

Ell e n

C arp e nt e r

F otograf i :

yang menjadi subjeknya adalah manusia. Setelah menyelesaikan magang dengan Sol Lewitt ditahun 2002, Meyenberg melanjutkan sekolahnya di Berlin, menyatukan suara, lampu, seni pahat, dan analisis ilmiah untuk metodologinya digabung dengan ide-ide miliknya. “Di Meksiko dalam setiap interaksi yang terjadi dimasyarakat selalu didasari dengan latar belakang etnis-bagaimana ciri fisik kamu terlihat dan status kamu dimasyarakat,” ucap Meyenberg, yang keturunan etnis Lebanon-German dan hal ini membuatnya mendapat julukan “pirang” dikampung halamannya dan “Arab” di Berlin. Setiap lampu LED berwarna merah, hijau, dan biru yang menjadi ciri khas warna-warna jaman kolonial: penduduk pribumi, para budak Afrika, dan kaum pendatang Spanyol. Saat kami berbicara, warna-warna tersebut bersinar membentuk struktur piramida yang banyak terlihat dikota akhir-akhir ini: dasar warna merah, hijau sedikit pudar, dan warna biru tajam. “Komposisi warna yang sama sudah lama ada disini sejak awal,” ucap Meyenberg, yang secara ironis menamai hasil karyanya dengan istilah “Taksonomi” yang juga merupakan ironi dari beragam sejarah negaranya yang memiliki keindahan yang sangat memukau.

C hr i s

N orr i s


mancandy

mancandyonline.co m

Tipe pria seperti apakah yang memakai Mancandy? “Pria yang sangat yakin akan dirinya sendiri”, ucap desainer Andres Jimenez, sambil tersenyum. Ia menunjukkan foto koleksi Musim Semi 2011-seperti cropped vest, celana pendek hitam berbahan khaki disaku belakannya, kaos hitam rajutan, ketika kami mengunjungi studionya yang terletak di area Chapultepec, sambil ditemani anjing Terriernya bernama Dominiko. Jimenez adalah seorang mantan penyanyi pop, dulu ia merancang pakaian untuk band miliknya, namun setelah menghadiri debut pagelaran busana miliknya sendiri ditahun 2007 ia pun memutuskan untuk menjadikan desainer sebagai pekerjaan tetap. Tahun berikutnya, ia memenangkan “Desainer Pendatang Baru Terbaik” dalam Mexico Fashion Week dan sekarang telah menjual koleksi pakaian pria dan wanita rancangannya di New York, Los Angeles, dan Tokyo. Asal nama Mancandy sendiri berasal dari julukan nama yang diberikan oleh teman-temannya kepada dirinya sebagai Andy Candy. “Seorang Mancandy adalah sosok pria yang sangat lucu yang diidamkan oleh banyak wanita, susah untuk menolaknya,” ia tertawa. “Saya menyukainya.”

eat this: Berjalanlah satu blok di kota Meksiko dan kamu pasti akan menemukan setidaknya tiga kios Taco. Ada Al pastor, Polo, Carnitas, dan Carne Asada dimana-mana sejauh mata memandang. Hanya ada satu cara untuk mengetahui apakah Taco yang dijual enak atau tidak, yaitu dengan cara melihat seberapa besar ukuran panggangannya, semakin besar maka semakin enak. Tapi kalau mau yang pastipasti saja, cobalah El Califa di Condesa, semua yang dihidangkan terasa lebih enak dengan adanya queso (sejenis keju). Ingin berfoyafoya? Cicipi The Tuna Tostadas di Contramar In Roma, sebagai penutupnya. elcalifa.com.mx contramar.com.mx

chi k i taviolenta .com

ADIEU Melinda Santillan, seniman dan perancang busana kelahiran Meksiko namun besar di Kanada ini memulai bisnis kaosnya ditahun 2008, ia sering kali berpindah-pindah tempat tinggaldari Montreal ke Ottawa kemudian Vancouver lalu ke London, jadi sepertinya menamai mereknya Adieu adalah pilihan yang cocok. “Saya selalu merasa pergi meninggalkan suatu tempat dan ini merupakan proyek yang kulakukan selama berpindahpindah,” ucapnya. Tahun lalu, Santillan akhirnya memutuskan untuk menetap dikota Meksiko dan ia sangat bahagia. Koleksi kaos unisex terbarunya terinspirasi dari koleksi puisi Les Fleurs du Mal karya Baudelaire; desainnya berpusat pada watercolor dan tinta yang lalu ia proses ke kaos secara digital. Ia telah meraih banyak kesuksesan di Kanada dan Jepang (ia juga menjual kaosnya melalui notjustlabel.com), namun ia belum berhasil menaklukkan pasar Meksiko. Namun kami yakin ia akan segera menaklukkannya. ad ieuad ieuad ieu.blogspot.co m

Dari kiri: Esteban “cheech” Suarez, Luis Arce, Armando David, dan Andres Velasco.

Tahun lalu, saat band indie-rock Chikita Violenta tur di AS sebagai band pembuka untuk Built to Spill, gitaris Esteban “Cheech” Suarez menyampaikan bahwa mereka senang, “Dapat mematahkan anggapan stereotype orang banyak terhadap masyarakat Meksiko pada umumnya.” Saat pertunjukkan, mereka akan memainkan beberapa lagu yang didominasi suara gitar yang riang dan keras

lalu berkata ke penonton bahwa mereka berasal dari Meksiko, dan penonton pun terlihat kaget. “Lalu mereka bertanya, ‘kalian berasal dari New Mexico bagian mana?’”, ucap bassist Armando David sambil meniru aksen bicara pria Amerika. Kamu tidak bisa menyalahkan penonton yang kaget karenanya, negara ini tidak dikenal sebagai pusat musik indie-rock, namun hal ini mulai berubah, dan Chikita Violenta lah sebagai garda

CHIKITA VIOLENTA

terdepan yang memunculkan aliran ini. “Ini masihlah belum tebentuk dengan jelas, tapi disitulah letak keseruannya,” ucap David, sambil meminum Tecate Light bersama personel band lainnya di studio mereka yang terletak di daerah Roma. Chikita Violenta, yang lagu-lagunya berbahasa Inggris, telah mendapat banyak penggemar dari batas utara negaranya, dan album ketiga mereka (yang juga pertama kali diluncurkan

di AS), Tre3s, direkam bersama dengan Dave Newfeld (Broken Social Scene), tentu akan membuat mereka akan lebih dikenal yang memang pantas didapatkan mereka. Bukan berarti mereka berencana menelantarkan akar budayanya. Saat ditanya apa hal terbaik sebagai band asal Meksiko, David tersenyum licik, sambil berkata “Menjadi orang Meksiko.”


Tidak seperti seniman jalanan pada umumnya yang melanjutkan karir mereka dengan bergabung bersama galeri, Alexis Mata justru membawa orang-orang jalanan bersamanya. Di apartemen miliknya, ruang kerja yang berantakan penuh dengan puing, meja besi yang lemarinya saat ini diduduki seekor golden retriever bernama Basquiat, gambar lukisan pria jenggot muram terlihat didinding. Aura ikon yang terasa dalam gambar tersebut membuat kami bertanya, apakah ia seorang sosok ternama dalam bidang seni. Seorang Neo-Expressionist? Magical Realist? “Oh, itu Manuelito,” Mata menjelaskan (dengan sedikit bantuan terjemahan seorang teman asal Amerika). “Ia tinggal diujung jalan.” Mata besar di Roma, anak dari seorang penari dan gitaris rock, ia memiliki nama seniman jalanan “Clier”, tapi tidak lama setelah

ALEXIS MATA

cil e r . t u m blr . com

ditangkap saat umur 14 tahun karena mencorat-coret kereta bawah tanah, ia malah bergabung dengan komunitas tag. Manuelito ialah salah satu proyek seninya di pagelaran multimedia Pensamientos Vagos, yang judulnya bermakna ganda tentang kehidupan batin yang sangat rapuh, yang Mata dapatkan saat ia mewawancarai kelompok penduduk Roma yang putus asa. “Saya menemukan adanya kekacauan dalam cara berpikir mereka yang sebenarnya menarik,” jelasnya, ia mewakili gambaran tersebut dengan instalasi kabel-kabel ruwet yana diibaratkan jaringan syaraf yang aktif. Sebagian besar karya multimedia-nya sejak itu memang menunjukkan ciri yang sama, rasa ketidak takutan, empati, rasa penasaran; karya terbarunya berjudul “Smells Like Death,” dihantui oleh aura mistis tengkorak. “Saat ini di kota Meksiko, kematian seakan menembus segala hal,” ucap Mata. “Namun untuk dapat memahami kehidupan kamu harus memahami kematian.”

Dari kiri: Mateo Gonzalez Bufi dan Francisco Martinez

neon walrus Kami bertemu dengan Mateo Gonzalez Bufi dan Francisco Martinez para personel band Neon Walrus di juice bar Frutos Prohibidos di Roma. Sementara suara blender berderu dibelakang, mereka menjelaskan bagaimana mereka berhasil tampil dikenal dimana-mana meskipun usia band ini terbilang cukup baru. Duo ini awalnya memainkan genre elektro-pop dipusat Phoenix dan berhasil menjadi band pembuka, termasuk diantaranya untuk Cut Copy dan Friendly Fires; sekarang, ucap Bufi, “Musiknya lebih ke aliran distorsi dan reverb, suara yang dahsyat.” EP terbaru mereka, Epico, diluncurkan bulan Maret oleh label mereka, Rock Juvenil, ini sangat bersifat moody dan hubungan gelap, secara musikalitas maupun liriknya (single pertama “Simbolos” bercerita tentang perang narkoba). Mereka bernyanyi dengan bahasa Spanyol, namun menurut Bufi hal itu tidak berarti akan mengurangi animo pendengar yang berbahasa Inggris. “Kamu bisa tetap mendengarkan Rammstein yang berbahasa German, namun tetap bisa menyanyikan lagunya.” Ia tertawa. “Jika kamu menyukainya.” rockjuvenil.com

shop here: Destructible Didalam toko skate di daerah

048

Roma ini, papan skate dan sneaker (Vans Syndicate HUF, Supra) dipajang didinding layaknya karya seni. Dilantai atas terdapat toko pakaian streetwear yang keren bernama Headquarter, kaos hasil rancangan busana Meksiko seperti Espiritus Libres dijejer bersama kemeja kotak-kotak keluaran Neighborhood. Colima 244 Planta Alta, Col. Roma

TENIs romaUntuk koleksi terbatas New Balance,

kolaborasi yang jarang terjadi (seperti sepasang “Mickey Mao” warna emas potongan tinggi? Anonim?), termasuk yang murah, atau gaya retro Panams (merek Meksiko yang terkenal ditahun 80an), maka toko mungil di Condessa ini harus kamu datangi. Tamaulipas 153, Col. Condesa

errr-magazine Saat kamu berbelanja, jangan lupa cari Errr-Magazine, yang banyak tersedia dan gratis dibutik ternama kota ini (termasuk Tenis Roma). Abel Ibanaz Galvan dan Andrea Belmont mendirikan majalah seni dua bulanan ini sejak dua tahun yang lalu dengan tujuan menginspirasi “orang biasa” untuk lebih kreatif. “Kamu tidak perlu menjadi


LOS WEEDS

Jika puncak dari perjalanan kami ada yang melebihi dari pengalaman menyaksikan pegulat lucha libre pinkmohawked Maximo, maka pengalaman itu sudah pasti saat Los Weeds mengundang kami untuk mendengarkan “musik terbaru mereka”. Ternyata kami bukan disuguhkan mendengarkan CD, melainkann duduk di studio di Roma sambil bersama-sama menikmati penampilan prima mereka dalam membawakan lagu pop.” Nama grup kuintet ini dimaksudkan sebagai penghormatan kepada pekerja pengedar ganja dan warisan musik yang ditinggalkan, dulu band-nya Las Yerbas (The Herbs) main diajang Woodstock Meksiko, bernama Avandaro, tahun 1971. Suara gitar dan tabuhan drum dari Los Weeds terasa seperti sangat mirip dengan nuansa rave Manchester tahun 80-an akhir, sementara pantulan suara Carloz Meraz terdengar seperti berasal dari suatu gurun Carlos Castaneda. Kalimat pamungkas pun keluar, “Jangan khawatir tentang para pecandu dan nudist”, yang Meraz akui diambil dari dialog film Into the Wild, namun sepertinya kalimat tersebut juga sebagai nasehat yang ia anggap serius. Mereka berencana meluncurkan versi bahas Inggris dan bahasa Spanyol untuk album berikutnya dan Meraz mengakui menulis lagu dalam bahasa Spanyol memang lebih sulit: “Bahasa kami mempunyai banyak kosa kata.”

losweeds .co m dari kiri: David Gonzalez, Pedro Ortiz, Carlos Meraz, Luis Reyes, dan Alonso Maldonado

pirwi Mengunjungi ruang pameran dan toko furniture Pirwi adalah hal yang berbahaya: Kamu akan tergoda membeli semuanya, mulai dari sofa dengan senderan belakang dari kayu dan bagian samping terinspirasi oleh penutup bukaan jendela hingga kursi lounge “rajutan” terbuat dari kayu berlapis yang dijahit bersama dengan tali katun. Faktanya toko ini terletak disebuah mansion bergaya abad awal 20-an, dilengkapi dengan tangga berbentuk elips di daerah Polanco membuat semuanya semakin didambakan. Kami bertanya kepada perancangnya yang juga rekan pendiri Pirwi, Emiliano Godoy dan Alejandro Castro yang mendirikan Pirwi ditahun 2007 dengan misi menciptakan furniture yang ramah lingkungan, dan tampil beda; sekarang 14 desiner (kebanyakan asal Meksiko) memproduksi karya untuk Pirwi dan mereka baru saja membuka ruang pameran di Milan. Umumnya produk Pirwi terbuat dari kayu berlapis dan OSB (oriental strand board), dan Godoy sangat kagum akan misi cinta lingkungan dengan menggunakan OSB. “Kami menyukai OSB karena ia terbuat dari pohon yang dapat tumbuh cepat dan memanfaatkan pohon tersebut secara maksimal,” ia menjelaskan. Pirwi kemudian menjelaskan keunggulan material ini; kita bisa melihat urat dan lapisan disetiap kayu lapis yang merupakan bagian dari desainnya. “kami tidak akan pernah menutupi bagian ujung material yang ada,” ucap Godoy. “Sangatlah indah. Biasanya jika pabrik furniture menutupi material bagian ujung ini dikarenakan mereka mencoba menutupi sesuatu.” Godoy bahkan merancang sebuah perabot yang ditujukan mengejek perusahaan yang menggunakan veneers sebagai lapisan luar untuk membuat papan kayu biasa terlihat mahal layaknya kayu tebal; kursi santai camouflage ciptaannya dilengkapi dengan lapisan luar veneers warna hitam yang telah disingkirkan agar OSB dibawahnya terlihat. Sangatlah berbeda dan menarik perhatian orang, dan ini akan terlihat keren di ruang tamu kami.

REY PILA

sleep here: Hotel Habita terletak diantara toko-toko merek premium dan restoran trendi di Polanco, dianggap sebagai hotel dengan desain ruangan yang orisinil mampu menaikkan gaya Skandinavia minimalis, dan bar dibagian rooftopnya termasuk yang terbagus di Meksiko, dan mempunyai tempat pembakaran sepanjang 12 kaki dan kerumunan orang yang enak untuk dilihat. hotelhabita.com

Diego Solorzano, yang tampil sebagai Rey Pila, mungkin pemilik studio musik terbesar dikota ini: langit-langit setinggi 20 kaki, berjendela kaca, pilar menjulang, dan sebuah tangga tersembunyi yang tidak jelas mengarah ke mana, dan berakhir dengan dinding putih. “Tempat ini dulunya adalah rumah sakit jiwa,” ucap Solorzano. “Saya tidak suka berada disini sendirian malam hari.” Solorzano memulai solo karir ditahun 2008 setelah ia keluar dari band terdahulunya Lost Dynamite, salah satu band indie terbesar, dan musim panas ini ia akan meluncurkan debut solonya Rey Pila di US, bergenre pop ringan jenaka yang menggabungkan lirik bahasa Inggris dan bahasa Spanyol dengan psychedelic synch dan gaya bass Motown, “Saya suka mencampurkan musik dengan apapun,” ucap Solorzano, yang saat ini terobsesi dengan gaya glamor rock 70-an dan fashion 70-an, khususnya gaya Dustin Hoffman dalam All the President’s Men. “Ia sangat terlihat keren, sepatunya, blazer-nya,” ucapnya. “Tapi hanya dalam film itu saja. Di film Meet the Parents ia berpakaian persis seperti bapakku. reyp ila .co m

seorang seniman untuk membuat sebuah karya,” kata Galvan. Setiap edisinya berisi karya foto, ilustrasi, dan cerita dari orang-orang diberbagai belahan dunia dan berbentuk seperti dari kertas amplop coklat dengan poster dan stiker. Apa arti dari Errr? “Nggak ada”, ucap Galvan. “Kami sengaja ingin orang-orang bertanya. Maka tujuan kami berhasil sudah.” errr-magazine.com

PI RWI .co m


taste (01/12)

050


16DS, IDR 235.000

MARKS&SPENCER, IDR 699.000

aCNE, IDR 1.000.000

TOSAVICA, IDR 259.000

NEXT, IDR 699.000

MARKS&SPENCER, IDR 699.000

Y-3, IDR 2.799.000

DKNY JEANS, IDR 1.500.000

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

LACOSTE, IDR 1.299.000


taste (02/12)

052


LACOSTE, IDR 499.000

adidas, idr 599.000

MARKS&SPENCER, idr 249.000

ADIDAS, idr 399.000

MAGIC HAPPENS, IDR 100.000

NEXT, idr 199.000

ROCKINC, idr 105.000

LACOSTE, IDR 499.000

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

16DS, idr 149.000


taste (03/12)

054


NEXT, IDR 759.000

ZARA, idr 799.000

16ds, IDR 455.000

TOPMAN, PRICE BY REQUEST

TOPMAN, PRICE BY REQUEST

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

TOPMAN, IDR 799.000


taste (04/12)

from

056


METROX, PRICE BY request

ZARA, idr 529.900

MASSIMO DUTTI, idr 999.000

SATCAS, idr 215.000

LACOSTE, idr 999.000

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

LACOSTE, idr 999.000


taste (05/12)

058


MARKS&SPENCER, idr 1.199.000

16DS, idr 495.000

ZARA, idr 999.000

16DS, idr 495.000

MASSIMO DUTTI, idr 3.490.000

MASSIMO DUTTI, idr 3.490.000

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

16DS, idr 435.000


taste (06/12)

060


ZARA, idr 300.000

NEXT, idr 199.000

ZARA, IDR 300.000

MARKS&SPENCER, idr 599.000

ROCKinc, idr 137.500

LACOSTE, IDR 1.199.200

rockinc, idr 275.000

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

rockinc, idr 275.000


taste (07/12)

062


CELEBRITY, idr 455.000

MARKS&SPENCER, idr 299.000

TED BAKER, PRICE BY REQUEST

MARKS&SPENCER, idr 899.000

NEXT, idr 259.000

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

MASSIMO DUTTI, idr 399.000


taste (08/12)

064


MAINe ST, idr 699.000

ZARA, IDR 799.900

MARKS&SPENCER, idr 1.199.000

MARIO, idr 1.628.000

MAINe ST, idr 699.000

MASSIMO DUTTI, IDR 1.450.000

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

ZARA, IDR 1.000.000


taste (09/12)

066


DI BAZATTO, idr 149.000

CDM, idr 395.000

vivienne westwood MAN, idr 850.000

DI BAZATTO, idr 149.000

TOPMAN, idr 239.000

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

fred perry, IDR 580.000


taste (10/12)

068


NEXT, idr 259.000

ROCK INC, idr 143.000

AMERICAN APPAREL, idr 400.000

ROCK INC, idr 176.000

gIORGIO ARMANI, IDR 3.000.000

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

POLO RAPLH LAUREN, IDR 3.500.000


taste (11/12)

070


ADIDAS, IDR 1.299.000

ONITSUKA TIGER, idr 850.000

ONITSUKA TIGER, idr 850.000

JOMA, idr 529.000

Y-3, idr 2.629.000

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

ADIDAS, IDR 1.999.000


taste (12/12)

072


FORZIERI, idr 540.000

TOPMAN, idr 219.000

ROCK INC, idr 165.000

TOPMAN, idr 219.000

ROCK INC, idr 110.000

ROCK INC, idr 110.000

CDM, IDR 395.000

ROCK INC, iDR 110.000

location: Monolog Coffee, Plaza Senayan. portrait: Onik. still lifes: rezaindra, philea adhanti, & gabrielle afandi.

MARKS&SPENCER, idr 199.000


74

Weapon of


Choice

Bersenjatakan efek laser dan beat-beat canggih, Fatboy Slim berhasil mengguncang Jakarta. teks: Alexander Kusuma Praja. fotografi: deschanel darmodihardjo


Untuk yang besar di era 90-an, siapa sih yang tidak pernah mendengar musik Fatboy Slim? Dengan hits-hits seperti “The Rockafeller Skank”, “Right Here Right Now”, “Push The Tempo” dan masih banyak single juara lainnya, nama Fatboy Slim atau yang bernama asli Norman Cook sukses menjadi ikon musik elektronik sampai hari ini. It’s been nearly a decade for him to finally have a concert here in Indonesia dan kita patut berterima kasih kepada Urbanite Asia yang telah membawa DJ legendaris ini ke Jakarta. Bertempat di Ballroom Central Park, malam yang sangat ditunggu oleh clubbers dari berbagai segmen usia itu jatuh pada hari Rabu 8 Juni kemarin. Terbagi dalam indoor dan outdoor area, malam itu dibuka dengan penampilan DJ Riri Mestica yang memainkan nomor-nomor house di indoor area selama sekitar satu jam. Sementara di luar, hujan yang sempat turun telah berhenti ketika DJ Reggy Crip memulai set-nya. Selesai Reggy Crip, berturut-turut DJ Downey dan DJ Dipha Barus memanaskan suasana outdoor yang didesain seperti lounge dan terkesan seperti rooftop party dengan pemandangan gedung-gedung apartemen yang menjulang. Puas menikmati suasana outdoor dan mengisi energi di drink booth, saya pun kembali masuk ke indoor area yang cukup luas, bertepatan ketika DJ asal Inggris Thomas Gandey alias DJ Cagedbaby mulai menunjukkan kebolehannya menguasai turntable. Setelah Thomas Gandey menutup penampilannya dan

076

menunggu beberapa saat, ketika jarum jam menunjukkan angka 11.45 akhirnya yang telah ditunggu-tunggu, Mr. Cook himself, naik ke stage dan sontak penonton yang sudah memenuhi venue pun menjerit kesenangan melihatnya datang, menyapa crowd dan langsung membuka set-nya dengan “Praise You”. Salut untuk Norman karena di usianya yang sudah separuh baya berhasil membuat semua orang tak berhenti bergoyang menikmati suasana yang begitu rave-y. Hits-hits yang dimainkan dan frase “I’m in Jakarta, bitch!” yang terus diulang pun memompa semangat crowd. Dilihat dari musik-musik yang ia mainkan malam itu, arah musiknya lebih ke acid techno dengan selipan-selipan old skool Hiphop dan prog house Satu faktor yang sukses membuat malam itu begitu berkesan adalah efek visual yang sangat keren, permainan lighting dan laser yang memukau serta videografi yang diputar di layar di belakang dan samping stage yang bersinkronasi dengan musik yang dimainkan. Mulai dari potongan video klip Fatboy Slim yang sudah terkenal, cewek-cewek topless, wajah Norman Cook dalam bentuk animasi tiga dimensi hingga Iggy Pop. Di penghujung penampilannya tanpa disangka-sangka ia mengenakan jersey tim nasional Indonesia sampai akhirnya ia turun panggung dan malam itu pun ditutup oleh DJ Bobby Suryadi. Once again, thanks to Urbanite Asia, sekarang kita bisa mencoret satu nama dari daftar “bands to watch before we die”.


on earth. Sehari sebelum konser mereka diadakan, saya sempat berbincang-bincang singkat dengan Jesse dan Matt. “It still surprise us, when peoples are screaming,” curhat Jesse perihal aksi fans mereka yang sering berlarian dan meneriakkan nama mereka di airport, “It just makes me wanna say; come here, let’s just stop and we can say hi to each other like normal people,” lanjutnya sambil tertawa. Tidak gampang menjadi personil dari band ini, banyaknya permintaan manggung yang datang, bertemu dengan fans juga media, dan tentu saja dibebani dengan deadline untuk membuat materi-materi baru yang membuat kehidupan pribadi mereka sedikit terbengkalai. Namun Matt dengan mantap berkata “Saya pikir, kami tetap akan terus menjadi Maroon 5 sepanjang hidup kami. Ini menyenangkan! Walaupun mungkin nanti kami akan mengambil waktu untuk beristirahat sejenak dan menjalankan proyek lainnya,” Jesse pun ikut menambahkan, “Yeah, mungkin kita akan bikin kolaborasi dengan artis lain, terjun ke dunia seni, fotografi, film, ataupun jadi guru Yoga,” guraunya. Semua kesukesan yang diraih band yang dibentuk pada tahun 1994 ini sama sekali tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Jesse sebagai salah satu personel yang mendirikan band ini sejak awal berkata, “Awalnya kami tidak pernah berpikir kalau band ini akan sebesar sekarang. Kami memulai ini disaat kami masih berumur 12 tahun, kami tidak mempunyai gambaran tentang sukses sama sekali. Yang ada di pikiran kami, ini adalah hal yang menyenangkan untuk dilakukan, jadi kami sangat beruntung kalau sekarang bisa jadi seperti ini.” Menjadi band besar seperti sekarang bukan berarti mereka telah mencapai comfort zone-nya. Maroon 5 harus banyak berinovasi supaya eksitensi dan kedekatan hubungan mereka dengan fan base-nya bisa terus terjaga. Salah satu cara yang mereka tempuh adalah dengan mengundang para penggemarnya untuk menyaksikan secara langsung (bahkan menjadi bagian) dari video klip mereka, Never Gonna Leave This Bed. “Probably, this is my favorite music video so far, cause it was very real,” ujar Jesse perihal video klip yang di-shooting di Los Angeles, dengan objek utama Adam dan seorang perempuan yang tengah bermesraan di atas tempat tidur. “Kami sengaja mengumumkan jadwal shooting video klip itu lewat Twitter, supaya penggemar kami bisa datang dan menyaksikan secara langsung prosesnya sekaligus jadi bagian di dalamnya,” jelas Jesse lagi. “Everything is real, including Adam using his real girlfriend to make it more authentic, and that was my idea!” ujar Matt bangga, “Yeah, and sometimes Adam use Matt’s girlfriend too.. hahaha”, celetuk Jesse.

The Fab Five Maroon 5 bukan sekedar band biasa, mereka luar biasa. teks: Rezaindra o. fotografi: nick easton

077

Konser sold out di negeri ini bukanlah hal yang baru, tapi sold out dalam jangka waktu beberapa jam saja bisa jadi hal yang langka terjadi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sejak Desember tahun kemarin, Adrie Subono bersama Java Musikindo-nya berhasil menjual tiket band beraliran pop rock asal Los Angeles, AS ini dalam hitungan kurang dari setengah hari! Alhasil tidak sedikit orang yang belum kebagian tiket seperti kebakaran jenggot, khawatir tidak bisa menyaksikan secara langsung penampilan dari Maroon 5 di Jakarta. Tepat pada 27 April 2011 yang lalu, band peraih Best New Artist Grammy Awards 2005 ini telah mampir di Jakarta dalam rangkaian tur mereka di Asia Tenggara. Beruntung bagi sekitar delapan ribu orang yang bisa menyaksikan konser Maroon 5 itu, tiket yang dijual dengan kisaran harga lima hingga delapan ratus ribu itu worth every penny! Perpaduan antara musik yang ear catchy, live performance yang dahsyat menghibur, dan aksi panggung sang vokalis yang layaknya magnet bagi kaum wanita, seperti itulah kira-kira aksi satu setengah jam mereka di Istora Senayan. Membawakan belasan lagu hits mereka yang diambil dari album Songs About Jane hingga Hands All Over, menciptakan koor massal dari penonton, disertai dengan acungan tangan keatas untuk merekam aksi panggung mereka lewat gadget masing-masing. Hasil dari konser malam itu: fans terpuaskan, promotor sumringah dan Maroon 5? Mereka bahkan berkeinginan untuk kembali lagi kesini. Lebih dari satu dekade Maroon 5 berlaga di industri musik dunia, Adam Levine (Vocal), Jesse Carmichael (Keyboard), James Valentine (Guitar), Michael Madden (Bass), dan Matt Flynn (drummer baru yang menggantikan personel sebelumnya, Ryan Duscik) berhasil memetakan nama mereka sebagai one of the most wanted band


Yoann Lemoine memang baru di dunia musik, awalnya ia bergulat di dunia sutradara, videografer dan fotografer Fashion. Lengkapnya, secara visual, ia sangat mengerti apa itu arti sebuah keindahan yang mampu membuat orang pangling. Terbukti dari debut karir solo-nya, Woodkid, yang dimana ia menyutradarai sendiri video klip single pertamanya Iron, dan menuai banyak kritik yang mengatakan bahwa he is something big. Lagunya mengundang rasa kelam, pilu, sekaligus bara semangat yang menjadi satu, membuat Nylon Guys mendapat kesempatan sedikit bercengkrama dengannya, apa yang membuat ia berhasil meyakini semua orang bahwa ia adalah somebody to watch? Bagaimana seorang Yoann dapat membangun musiknya? Dengan pendekatan visual tentunya! Saya sangat suka berkata bahwa kord lagu itu seperti warna, bagaimana cara kamu menggabungkannya, dan menciptakan emosi yang berbeda-beda. Saya membangun track berdasarkan harmoni, dan lirik akan muncul secara alamiah, membuat kesedihan nampak masuk akal, kebahagiaan-kebahagiaan, lalu berharap kord-kord itu akan cocok. Mengapa Anda beralih menjadi musisi? Setahu kami, Anda adalah seorang fotografer dan sutradara. Ya, itu merupakan medium ekspresi yang sangat berbeda, tetapi entah bagaimana, bagi saya, merupakan kelanjutan logika kepada pekerjaan saya sebagai sutradara. Sebenarnya, prosesnya sangatlah sama, saya mempunyai emosi ini, yang sangat abstrak untuk diekspresikan, dan tidak masalah apakah itu sebuah film atau lagu, jadi saya ingin membuatnya menjadi hidup.

078

Bagaimana bentuk album Woodkid ketika nanti rilis? Album ini akan menjadi fantastis dan sinematik. Bersamaan dengan ‘kegelapan’ dan perasaan nostalgia yang pernah saya miliki. Produksi ini tentunya akan besar, seperti track Iron, tetapi kami juga ingin bekerja untuk membuatnya ke arah pop. Suara juga menjadi hal terpenting disini, intepretasi emosinya, saya sedang fokus kepada hal tersebut belakangan ini. Bagaimana caranya Anda memunculkan konsep tersebut? Konsep ini menggabungkan visi dan suara-suara yang sudah ada lama di kepala saya. Saya sangat terobsesi dengan transformasi masa kecil saya menuju remaja, karakter yang membentuk kamu sebagai manusia dewasa, yang hampir seperti pejuang. Saya juga senang akan suara-suara berbau religi dan dunia militer, dimana yang menjadi sebagian besar inspirasi saya. Dari organ berat sampai perkusi yang bergema. Lagu Iron sangat terdengar moody, menyeramkan, sekaligus memberi semangat,

apakah ini ada hubunganya dengan kejadian di hidupmu? Well, sebenarnya Iron itu seperti metafora antara hidup seorang pejuang dan hidup saya yang menuju kedewasaan, bagaimana saya berjuang untuk menjadi kuat, bagaimana kehilangan keluguan dan bagaimana saya lupa akan masa kecil saya dahulu. Itu bisa menjadi intepretasi lagu cinta juga, sangat simbolik dan metaforik, jadi intrepertasinya sangat terbuka untuk apa saja! Kapan album ini akan rilis? Seharusnya album ini selesai diujung tahun, dan mungkin akan rilis di awal tahun 2012. Adakah nama-nama yang muncul untuk sebuah kolaborasi? Sebenarnya saya sudah senang dengan kolaborasi saya bersama The Shoes dan Julien Delfaud. Banyak sekali nama di daftar itu tetapi saya tidak bisa mengumbar karena saya orang yang benar percaya akan takhayul! Beberapa nama telah dienyahkan belakangan ini dan mereka benarbenar mengejutkan! Apa yang menjadi konsep video Iron? Saya ingin menggabungkan beberapa tema yang berhubungan dengan fashion, dan juga memasukan kode-kode fantasi pahlawan ini. Saya juga gemar bermain game dan saya sangat suka dengan video game yang mampu mendulang kehidupan peradaban, dunia, dan lainnya. Dari agama, sampai politik, tentara, geografi, dan apapun yang terjadi


Kecintaan Anda kepada animasi grafis sangat terkenal, apakah ini juga menjadi salah satu konsep yang ada ketika Anda manggung? Yah.. Saya masih mengulik-ulik untuk konsep ketika saya manggung, saya tahu saya ingin menjadi suatu hal yang sangat visual dan menganggumkan. Proyeksi, dan mungkin adegan-adegan alam. Saya juga ingin menyambungkan apa yang telah saya kerjakan untuk video dan apa yang akan kami tawarkan di panggung. Itu akan sangat berhubungan, orang-orang akan menjadi tahu dunia saya seperti apa. Apakah Anda cukup percaya diri dengan musik Anda yang akan menjadi sebuah tren? Saya belum tahu, saya ingin mencoba sesuatu yang berbeda dan mengikuti emosi. Terkadang itu mengarahkan saya kepada hal-hal yang sangat cheesy atau tidak ada sama sekali dalam format klasik, “Mari kita ubah itu semua!”Jadi apabila lagu itu terasa berbeda, karena orang-orang menganggap itu sesuatu yang baru, dan menghibur, dan itu akan menjadi hal yang terbaik yang pernah terjadi dengan saya. Sejauh ini respon yang ada sangatlah baik, dan saya sangat senang akan hal ini! Boleh ceritakan sedikit tentang diri Yoann? Apa yang menjadi kepercayaannya selama ini? Banyak hal yang kamu ketahui tentang saya! Tetapi saya ini orangnya cukup pemalu dan saya menggunakan seni saya untuk menceritakan diri saya, saya rasa itu merupakan hal terbaik untuk memiliki kepuasaan pribadi atau memberi banyak informasi tentang saya seperti apa. Saya suka menyimpan hal secara privasi. Saya suka kalau orang-orang memberi intepretasi saya seperti apa dengan membaca lirik saya atau mencari simbol-simbol yang saya masukan kedalam video-video tersebut. Terkadang semuanya itu sangat ambigu di dalam pekerjaan saya, dan saya suka mengerjakan itu secara tak sadar. Oh, by the way, kata-kata terbaik saya itu berasal dari Justin Bieber: ‘Never say Never’.

INNER EMOTION

belakangan ini… Ini sangat menajubkan! Saya ingin melakukan hal ini kepada proyek Woodkid. Mendulang ulang seluruh dunia yang terinspirasi oleh simbolis, kostum, ritual, dan post produksi yang sulit.

Kemunculan Woodkid di kancah dunia musik Indie seperti memberi peringatan adanya genderang perang. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Karim Sadli


Geek With a Twist Jangan memandang sebelah mata tampilan geeky seorang Ben Folds, performanya bisa melebihi seorang rock star. Teks: Rezaindra O. Fotografi: Deschanel darmodihardjo

080

Pertemuan pertama saya dengan Ben Folds berlangsung di salah satu sudut restoran Pizza E Birra, dimana Ismaya Live tengah mengadakan press conference untuk konsernya. “I wish I had a motorcycle here,” canda Ben membuka percakapan dengan mengomentari lalu lintas Jakarta. Pertemuan di jam makan siang itu pun berlangsung dengan menyenangkan, keramahan dan sense of humor musisi asal Amerika Serikat ini memberi aura positif ke setiap orang yang ada disitu, sama sekali tidak mengisyaratkan bahwa dia adalah seorang musisi kenamaan. Coba saja bayangkan sesosok pria geeky pemalu, berkacamata, dengan kemeja model standar, plus gaya rambut yang sepertinya sudah ketinggalan jaman. Apakah kamu membayangkan sosok seorang programer, atau pekerja di bidang industri IT yang tiap hari berkutat di depan layar komputer? Hmm kurang lebih khayalan kamu benar, Ben Folds memang memiliki tampilan seorang computer freak. Hanya saja pada kenyataannya, Ben tidak memainkan jari-jarinya di atas tuts keyboard, kesepuluh jari tangannya itu digunakan untuk berdansa di atas tuts piano. Pria bernama lengkap Benjamin Scott Folds kelahiran tahun 1966 asal North Carolina AS ini adalah seorang musisi, penyanyi sekaligus pencipta lagu, dan juga mantan frontman dari band alternative rock Ben Folds Five. Lebih dari lima belas tahun ia berkiprah,menghantar grupnya sebagai salah satu nama besar di peta musik alternative, dan akhirnya memutuskan untuk bersolo karir saja di tahun 2001. Ben kini menjadi seorang musisi yang lebih dari sekedar membuat musik untuk ‘jualan’, ia bermusik untuk alasan-alasan yang ia senangi. “The aim of my carrier in music industry is things like today, going to places I’ve never been before,..” ujar Ben serius. Menurut dia hampir setiap orang di dunia ini sebenarnya mempunyai ‘getaran’ yang sama dalam

menanggapi sebuah musik, namun keadaan di tiap daerah membuat hal ini menjadi berbeda, dan Ben ingin melihat setiap reaksi yang muncul ketika ia perform. “Sepertinya saya masih belum banyak tahu soal hal itu, dan sebisa mungkin saya ini mempelajari hal tersebut, itulah hal terpenting buat saya sekarang ini,” ujarnya sambil memainkan smart phone keluaran lama (yang dari tadi digunakannya untuk meng-update status Twitter-nya). Ben mendedikasikan passion bermusiknya dalam suatu hal yang tidak biasa, yang dapat memberi sensasi kejutan bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Pria yang mengidolakan Muhammad Ali, Andy Kauffman, dan Neill Sadaka ini berkata, “I wanna work with other people, but they don’t have to be famous, i just wanna work in ways that make me do things I’m surprised to be doing”. Seperti halnya ketika ia dan Nick Hornby (the English author who wrote High Fidelity, About A Boy, and many more) secara impresif berkolaborasi dalam album terakhirnya Lonely Avenue, dimana melodi indah yang menjadi ciri khas Ben berpadu sempurna dengan lirik cerdas ala Hornby. Pertemuan kedua saya dengan Ben belanjut pada malam harinya. Saya duduk dan mencoba menikmati performanya dari jarak yang lumayan jauh, dari sebuah balkon terjal lebih tepatnya lagi. Tidak sia-sia, seluruh penonton yang duduk manis di Nusa Indah Theater, Balai Kartini saat itu terpuasakan. Stage-nya tidak heboh, hanya sebuah grand piano yang hadir tepat ditengah panggung, dan didukung permainan lighting yang moody sehingga memberi kesan intimasi yang kuat. Sedangkan song list yang Ben bawakan? Sangat menghibur, pertunjukkan selama 110 menit ini, diisi dengan track-track andalannya seperti Levi Johnston’s Blues, Doc Pomus, You Dont Know Me yang riang dan sing along hingga yang mellow seperti Cologne dan Landed (my personal favourite). Ben menunjukkan kualitas bermusiknya dengan ‘menghantam’ tuts-tuts pianonya, menghimpun sebuah koor penonton secara dadakan, melontarkan jokes yang segar, dan sempat juga menunjukkan kelihaiannya dalam bermain drum. Over all, performance Ben malam hari itu berhasil merangkul erat setiap orang di ruangan itu dan membisikkan kebahagiaan kedalam setiap telinga yang ada.


Tidak mudah untuk seorang aktor melewati batas dari sebuah norma yang ada, terlebih di suatu negara yang menjunjung tinggi norma kesopanan, contoh: Indonesia. Tidak jarang pula para aktor ingin melangkah satu kedepan untuk suatu tantangan peran tetapi tertahan oleh batasan suatu peran. Namun Anggun (34) dan Heidi (23), mendapat kesempatan yang mampu membuat mulut semua orang menganga. Mereka mendapat peran yang dekat dengan kehidupan remaja sekarang, sebuah pertemanan yang sudah melampui apa itu batas ‘perasaan’. Menceritakan dua sahabat yang sudah lama berteman ingin mencoba suatu permainan yang tidak lumrah di kalangannya. Mereka menelanjangi satu sama lain karena suatu perasaan penasaran yang ujungnya hanya untuk melepas kepuasaan. Intinya, sepanjang film kita diajak untuk jantung berdegup kencang. Film ini berjudul Roller Coaster, tergabung dalam Sembilan film omnibus Belki Bolang. Disutradarai oleh Edwin, Anggun dan Heidi sama sekali tidak dibekali dengan pendidikan aktor. Walaupun Anggun merupakan sutradara dan visual artist, sedangkan Heidi berbekal model iklan dan sudah dua kali bermain di film pendek arahan Edwin. “Awalnya ini jebakan sih haha..kita nggak tahu ada adegan benar-benar telanjang satu sama lain, tadinya cuman topless aja. Eh pas di set, kita justru harus telanjang, benar-benar telanjang,” jelas Heidi sambil tersenyum cuek. Pada dasarnya mereka sama sekali tidak bermasalah dengan adegan telanjang ini, cenderung sikap ‘bodo amat’, karena pada tengah wawancara mereka memang mengakui ini semua mereka lakukan untuk totalitas sebuah karya seni, tidak yang lain. “Lagipula gue sama Edwin sudah kenal lama, jadi gue sudah tahu seperti apa nanti film ini ketika selesai, so, its about trust sih,” jelas Anggun serius. “Iya, karena gue juga udah kenal lama, percaya aja sih dan di film sebelumnya gue juga ada adegan yang seperti sedang adegan seks, so its not a problem,” tambah Heidi. Memang di film sebelumnya, Hulahoop Soundings, juga sedikit mengundang kontroversi. Banyak adegan yang bernuansa seks. “Tapi kan kalau lo lihat, ini bukan menjadi film porno, bahkan jauh dari porno,” ujar Heidi menatap saya serius. Keduanya tidak melakukan persiapan apapun untuk peran ini. Bermodal bertemu sekali (Heidi sebelumnya pernah bertemu dengan Anggun) chemistry mereka terjalin baik, namun yang lebih ditonjolkan adalah sisi cerita dari film tersebut. Heidi yang akan mengambil business marketing setelah lulus kuliah dan Anggun yang terus di belakang layar tidak menolak untuk suatu peran menantang lainnya. Bravery!

WHATEVER ATTITUDE Anggun Priambodo dan Heidy T. Triswan menggali apa arti konteks nilai seni di sebuah film. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo

081


082

Ketika saya bertemu dengan pria muda yang nampak preppy ini, saya tidak mengira bahwa ia memiliki keahlian yang ternyata mampu membawa kita ke dalam dimensi musik yang berbeda, saya kira ia hanya orang biasa yang selalu bosan dengan pekerjaanya. Ternyata saya salah besar, again, you can’t judge book by its cover. Penampilan yang sederhana, Luky Annash, memiliki bakat dan keberanian yang patut diangkat topi. Pertama kali melihat aksi panggungnya di acara sebuah label rekaman, ia seperti membawa penonton melihat seorang anak negeri yang menunjukkan bahwa instrumen piano mampu menciptakan musik yang tidak selalu dibawa secara klasik. Modernisasi nada-nada piano beserta lirik lagu yang mendalam seperti membuahkan genre baru pada musiknya. “Gue sendiri nggak tahu menempatkan musik gue pada genre apa, bisa juga dibilang indie, bisa alternatif. Yang penting berangkat dari piano, enak terdengar oleh telinga pendengar,” ujar Luky. Pada 27 April lalu, Luky merilis album perdananya 180 derajat, ia bercerita mengapa albumnya diberi judul 180 derajat, “Ini materi albumnya sudah dari sembilan tahun lalu, seperti ibu hamil saja, sudah sembilan bulan harus keluar nah gue juga haha…”, jelasnya sambil tertawa lepas. Staying true to yourself adalah kalimat yang ia ucapkan ketika saya bertanya ide dasar dari konsep album ini. Menceritakan perjalanan kehidupannya, mulai dari kebahagiaan, kekecewaan, perjuangan, pertemanan, hingga kematian. “Untuk kepuasaan batin, hal-hal yang dipendam selama ini tertumpah di 180 derajat,” kemudian ia berpikir sesaat dan melanjutkan, “Memang chronicle sign saja sih, selama

sembilan tahun melihat ke dalam diri gue sendiri, setiap ada masalah selalu gue “entar aja ah”, kalau memang enggak being true to myself, is never enough. So..i’m dive into my deepest cut.” Inspirasinya berasal dari lingkunganya, apa yang ia lihat dan terutama keluarganya, “Gue memang tertarik musik dari kecil, almarhum bokap sangat musikal, keluarga gue cukup musikal sih,” jelasnya. Ya, Luky adalah adik dari Eka dan Rully Annash yang dikenal sebelumnya dari band The Brandals. Sejak tahun 2005 lalu, disamping pekerjaannya sebagai Editor dan penulis lepas di sebuah majalah seperti saat ini, ia memulai fokusnya untuk bermusik, ia bermain sebagai additional keyboardist The Brandals, godmustbecrazy, dan Tika and the Dissidents. Sampai pada akhirnya ia bisa merilis solonya melalui Demajors. “Gue ingin piano lebih luas spektrumnya, jangan selalu diasosiakan dengan jazz, ya seperti gitar yang lebih fleksibel, bisa kemana saja,”ujarnya. Pernyataan di atas muncul, karena saya bertanya mengapa ia menjadikan piano sebagai peran utama dalam instrument musiknya. “Calling gue itu selalu piano dari pertama kali gue suka musik,” apapun bentuk dunia musik Indonesia untuk 10 tahun kedepan ia selalu akan mencoba melawan arah yang ada, dan seperti sedang menunjukkan bahwa piano juga mudah dinikmati. “Ada yang bilang gue eksperimentalis, tetapi akhirnya gue stay true to myself saja,” sambil tersenyum lebar. Ada satu fakta menarik, lagu ‘Kaki Langit’ dibuat karena Luky suka dengan lagu dari serial TV arahan David Lynch, Twin Pix itu. Jadi album ini benar-benar lahir dari pribadinya yang melihat dunia luar tanpa ada batas. Seperti siapa yang menjadi inspirasinya, Tori Amos, Lucky mempunyai cara menggabungkan intelek dan emosi tanpa menjadi picisan. Ia liar, humoris, melankolis, bebas lepas, dan provokatif.

STAY TRUE TO YOURSELF

Keindahan dan impian telah bersatu di dalam permainan apik piano Luky Annash. Teks: Khiva Iskak. Fotografi: Deschanel Darmodihardjo. Lokasi: the goods dept.


ALIEN AND THE BEAST TIDAK PERLU MEMUTAR KERAS OTAK UNTUK MENGERTI KENAPA ALEX PETTYFER BANYAK DIGEMARI KAUM WANITA, TAPI IA LEBIH DARI SEKEDAR WAJAH GANTENG. Teks: Ivan Adiyasa fotografi: eksklusif

“Saya bukan selebriti, saya aktor. Saya disini bukan untuk menceritakan kehidupan pribadi saya.” Rasanya susah mempercayai kata-kata yang keluar dari mulut Alex Pettyfer tersebut. Bagaimanapun juga wajahnya sudah terpampang dalam poster dua film studio besar Hollywood. Sekilas memandang Alex, memang tidak sulit untuk menarik perbandingan antara dirinya dengan golden boy Hollywood yang lain seperti Robert Pattinson atau Ashton Kutcher. Terlebih lagi, Hollywood sendiri tampaknya sudah siap untuk menobatkan cowok Inggris ini sebagai ‘Newest Leading Man’ mereka. Melalui film I Am Number Four dan Beastly, Alex menapakkan kaki ke dalam kancah perfilman Hollywood. Dalam I Am Number Four, Alex berperan sebagai alien yang harus menyamar sebagai cowok remaja bernama John untuk bersembunyi dari musuh yang memburunya. Di lain pihak, cinta mulai bersemi antara John dan teman SMA-nya yang diperankan oleh Diana Argon. Sementara itu, Beastly adalah penceritaan ulang dongeng Beauty and the Beast dalam kemasan modern. Dalam Beastly, Alex ditemani oleh Vanessa Hudgens sebagai romantic interest-nya. Kedua film tersebut jelas memiliki daya tarik yang tinggi untuk para generasi Twilight dan suara cewek-cewek remaja itu terbukti besar pengaruhnya, sehingga terlahirlah seorang bintang baru. Namun Alex sendiri mengaku bahwa ia masih berusaha untuk menyesuaikan diri dengan ketenaran yang tiba-tiba didapatkannya. Ia menyatakan bahwa ia tidak menyukai gagasan menjadi seorang selebriti. “Steve McQueen juga bukanlah seorang selebriti.” Alex berbicara mengenai aktor idolanya yang terkenal di dekade ’60 dan ’70-an.

Cowok yang pernah menjadi model untuk brand fashion GAP dan Burberry ini memang pada dasarnya adalah seorang yang tertutup. Kalimat, “Aku tidak membicarakan kehidupan pribadiku sendiri”, sering menjadi jawaban untuk menepis pertanyaan-pertanyaan mengenai kehidupan cintanya. Alex lebih memilih untuk berbicara mengenai film yang dibintanginya. Ada cerita lucu ketika dirinya harus beraudisi untuk film I Am Number Four yang diproduksi oleh Steven Spielberg dan Michael Bay tersebut. Alex masuk ke dalam ruang audisi dan mengatakan bahwa ia merasa dirinya bukanlah orang yang tepat untuk peran John. Ia pun meminta maaf dan segera meninggalkan ruangan. Namun justru keengganannya itulah yang membuat sang sutradara menginginkan Alex untuk peran John. Kisah karakter John dalam I Am Number Four-lah yang membuat Alex tertarik membintangi film ini pada akhirnya. “John adalah karakter yang unik dan enggan menjadi seorang pahlawan dan kita sudah lama tidak melihat karakter seperti itu. Coba berikan superpower ke anak berumur 20 tahun mana saja dan saya yakin tidak ada satupun yang akan menyangkal kalau mereka mau menggunakannya. Saya merasa tergugah bahwa seorang seperti John hanya menginginkan normalitas.” Jelasnya. Dibalik kesan misteriusnya ternyata Alex memiliki selera humor yang baik dan kegemaran akan restoran fast food Amerika. Ketika ditanya kekuatan super apa yang diinginkannya, jawabannya adalah, “Aku ingin membawa In-N-Out hamburger ke Inggris!” Selain fast food, Alex juga gemar akan tato. Ia menyatakan bahwa ia memiliki tujuh buah tato di tubuhnya, “Saya punya tato salib bangsa Celt, beberapa tato dalam tulisan Kanji di pinggang bawah dari Tibetian Book of the Dead- ‘Your Mind is Stronger than your body’, ‘What goes around comes around’, hal-hal semacam itu.” Alex adalah penganut agama Budha. So, is he just another one of Hollywood’s golden boys? You decide.

Listen Up:

teks: giorgi a. krisno

PUNCHES

AMERIKA MEMBERS: DJ Finger on the Pulse

& DJ Alan Astor

Berasal dari Brooklyn NY tempat dimana genre house music sangat berkembang, PUNCHES terbentuk dalam sebuah perjalan dengan taksi di malam Desember yang dingin dengan inspirasi musik yang sempurna untuk summer season. PUNCHES berhasil membuat musik-musik dengan feel good vibe ber-genre disco-house dengan beberapa elemen indie yang membuat musik mereka dinamis, segar dan sangat mudah didengar oleh semua orang. Dengan tujuan membuat anda berdansa, single mereka Feeling Right berhasil mengkombinasikan disco beats, catchy vocals dan melodic piano yang dinamis that everybody can listen to. Single terbaru mereka Sleepless City terdengar sangat pelan dan relaxing dibandingkan dengan dua single terakhir mereka Let Go dan Feeling Right yang bernuansa disco. PLAY THIS:Feeling Right, Sleepless City, Let Go

COSMONAUT GRECHKO RUSIA

Victor Klyuchnikov adalah seorang electronic disco produser yang berasal dari Saratov Rusia dan berumur 20 tahun yang juga dikenal dengan nama Cosmonaut Grechko. Grechko memulai karirnya di bidang musik dengan me-remix lagu-lagu dari artis seperti Metric, Yeah Yeah Yeahs, Shinichi Osawa, Chilly Gonzales dan Daft Punk. Hasil karya remix Cosmonaut Grechko mengubah lagu-lagu tersebut menjadi sebuah musik electronic disco yang cheerful, laid-back dan juga sangat mudah untuk didengarkan baik sedang hang-out santai dengan teman-teman maupun sedang di party. Memulai karir remixnya pada tahun 2010, Grechko kini berhasil membuat single nya sendiri yang mengingatkan anda akan lagu Sweet Disposition nya Temper Trap yang di-remix oleh RAC. Singin’ bisa anda dengarkan di EP Alaska 2100 yang keluar 15 Mei 2011 lalu. PLAY THIS: Singin’, Maps

Cosmonaut Grechko Version, Gold Gun Girls Cosmonaut Grechko Version


084

death becomes

DARI ATAS: kimo kauhola (di atas mobil), chad elliott, danjames torres.

Seperti kebanyakan band, Funeral Party berawal dari mengobati kebosanan dari sebuah kota kecil. Tapi tidak seperti band lain yang tampil dalam festival sold-out, personilnya belum terbiasa dengan suasana suburb (kota Whittier, diluar Los Angeles). “Kita banyak traveling,� ujar vokalis Chad Elliott, seperti gitaris James Torres dan bassis Kimo Kauhila, yang masih tinggal bersama keluarga. “Saya ingin sekali pindah, tapi ya, kenapa harus boros untuk uru-


Listen Up:

san yang satu itu?” Beruntung trio ini belum mempunyai waktu luang untuk keliling kota Whittier. Namun kenyataannya mereka telah melewati waktu yang indah bersama, tahun ini di U.K, dimana the Brits sedang tergila-gila dengan kombinasi disco drum beats, groove-inducing basslines, dan hiruk-pikuk SoCal punk-inflected guitar riffs sejak debut album mereka, Golden Age

of Knowhere yang telah dirilis disana pada bulan Januari lalu (untuk U.S dirilis Maret 29). “Disana, banyak fans kita yang tergila-gila”, kata Elliott, sambil meneguk Gatorade sebelum pemotretan mereka dengan Nylon Guys di East LA. Mereka mengingat kembali kejadian di Belfast, saat seorang pria loncat ke panggung mempertontonkan dirinya dan mulai melakukan atraksi snow angels di tengah set, atau pada waktu sekelompok wanita menarik tangan Elliott saat ia menyanyi di ujung panggung - bukan untuk mencuri gelang yang banyak dipakainya, tapi demi memberikan Elliott gelang milik mereka sendiri. Ini merupakan loncatan besar sejak hari-hari pertama Funeral Party. Elliott dan Torres mantan teman lab pada jaman sekolah, dan bersaing dalam hal musik (Elliott menggemar Smashing Pumpkins; Torres mencintai Green Day), sedangkan Kauhola dan Elliott, untuk waktu yang terbilang sebentar, telah bereksperimen dengan “postpunk noise” di garasi mereka masing-masing. Konser awal mereka bertempat di pesta backyard di East LA; suasana yang penuh asap pot, bir, dan yang paling utama, penggeledahan oleh polisi lokal. “Semua band akan setup dimanapun ada kesempatan.... hal tersebut menimbulkan kericuhan yang besar,” ujar Elliott, dimana saudara perempuannya yang bertanggung jawab dalam memainkan lagu the Cure berjudul, “The Funeral Party” untuk pertama kalinya- yang kemudian menjadi inspirasi dari nama band mereka. Pada waktu itu, situasi sangat tak bersahabat sehingga mobil van Kauhola (dengan semua alat musik baru didalamnya) dirampok. “Rasanya kami seperti hancur berkeping-keping, namun tidak ada satupun dari kita akan keluar dari band karena peristiwa tersebut,” ingat Elliott. “James menemukan seseorang yang mau membantu mendapat peralatan baru, jadi kita memulai Funeral Party kembali, dengan peralatan yang bukan milik kita.” Pada akhirnya, DJs mulai mendominasi live band dengan penampilan mereka di area kota, yang kemudian membuat Funeral Party pindah kepada tempat yang lebih kecil di L.A. Demo pertama mereka dibuat dengan bantuan teman lama, Lars Stalfors, insinyur rekaman the Mars Volta. “Kita harus menyelinap (kedalam studio Mars Volta) pada waktu senggang dan merekam saat mereka tidak ada di tempat,” ujar Elliott. “Sebenarnya lumayan seru, seperti melanggar peraturan saja.” Sejak saat itu, Funeral Party pergi tur bersama dengan Yelle dan Passion Pit, dan tampil di Fuji Rock Film Festival di Jepang; April ini, mereka juga mengikuti tur bersama Deftones untuk pengeluaran Golden Age of Knowhere di U.S. Single pertama mereka, “Finale,” mengandung euphoria kebahagiaan lagu-lagu musim panas, namun semua lirik-lirik Elliott, membicarakan tentang datangnya kematian. Jadi momen apa dari tur terakhir yang ingin mereka temukan di tur yang akan datang? Kesenangan dan sambutan dari antisipasi penonton Fuji Festival. “Mereka tidak tahu kita siapa, tapi mereka tetap merespon,” ujar Elliott. “Melihat jumlah orang yang begitu banyak, bersinkronisasi bersama membuat ombak... it was unbelievable.”

THEM

DARI PESTA KECIL-KECILAN DI LA SAMPAI FUJI ROCK FESTIVAL DI JEPANG, FUNERAL PARTY BERADA DI JALUR CEPAT. TEks: ERIN MAGNER. FOTOGRAFI : MAGDA WOSINSKA

teks: giorgi a. krisno

REPORTER

AMERIKA MEMBERS: Alberta, Daniel

& Michael

Bayangkan Anda berada di sebuah warehouse di Portland dalam suatu ruangan yang dipenuhi dengan fog machine, visual celestial dan hanya dengan tembakan-tembakan cahaya dan flash fotografer yang membuat Anda bisa melihat sekeliling; diiringi dengan suara synth-rock dan vokal perempuan yang menghipnotis telinga, dengan tanpa disadari Anda larut kedalam suara-suara yang dikeluarkan band tersebut diantara dance-floor yang penuh. Itulah kirakira performance Reporter, band ber-genre electro experimental rock yang berasal dari Portland Oregon ini mengeluarkan album perdana mereka Time Incredible pada Oktober 2010 lalu; dengan musik-musik yang membuat Anda ingin berdansa sekaligus menerawang dan beat yang tampaknya ter-influence oleh Italo Disco dan French House. Kini mereka kembali dengan single terbaru mereka Skin Like Fire yang patut Anda dengarkan.

PLAY THIS: Skin Like Fire, Love Sounds, Click Shaw, Time Incredible

PNAU

AUSTRALIA MEMBERS: Nick Littlemore (vocals,

production) & Peter Mayes (guitar, production)

Lagi-lagi dynamic duo dari Sydney Australia ini kembali dengan album terbaru mereka Soft Universe yang release pada Juli 2011 lalu; duo musisi ini sudah sangat familiar dan menjadi idola di kalangan anak muda sejak album self-titled mereka release 2007 lalu. Setelah break dari album PNAU dan sibuk dengan side-project Empire Of The Sun, Nick Littlemore kini kembali membuat musik-musik electronic dance dengan feel good mood dan efek-efek suara yang membuat musik mereka terdengar epic. Single mereka dari album Soft Universe seperti The Truth dan Solid Ground langsung menjadi idola dan langsung di-remix oleh artis-artis seperti Cassian, Sam La More dan dan Jump Jump Dance Dance. PNAU merupakan salah satu artis yang ditunggu-tunggu dan pastinya tidak akan mengecewakan.

PLAY THIS: The Truth, Solid Ground


HIS TEN BEST FIL

086


JOKO ANWAR

ILMS

Teks: Khiva Iskak. Fotografi:Deschanel Darmodihardjo. lokasi: koi, kemang.

Berani, berbeda, dan mengejutkan adalah tiga kata yang cocok untuk menggambarkan film-film seorang Joko Anwar. Tidak sedikit pula ia dinyatakan eksentrik, namun ia tidak pernah menolak untuk gambaran apa yang menempel pada dirinya. Tidak jarang pula ide-ide terucap mudah dari mulutnya, Joko seperti mempunyai gudang ide cerita di kepalanya. Tidak perlu mengukir lama, ia pun tidak menyangkal akan pernyataan tersebut, “Ya kalau keadaan harus terpaksa harus mengeluarkan ide, kita harus berpikir kan?” Kegemaranya akan menonton cult movies atau b-movies patut diacungi jempol, Joko memiliki 100 koleksi lebih film film berstrata B. Ada keunikan dan kelucuan tersendiri pada film-film tersebut baginya. “Film itu inspirasi bagi gue, membuat gue menjadi manusia lebih baik, dan untuk pendidikan gue,” jelasnya. Kini ia disibukkan dengan tiga proyek film pada tahun ini, salah satunya adalah The Executors. Lalu apa yang menjadi kejutannya kali ini? Apakah tetap dengan kegemaranya menyindir sebuah ‘kekuasaan tertinggi’ di negeri ini? We just have to wait ! Sebelumnya, NYLON Guys bertemu dengan Joko dan ingin sekali ia untuk membeberkan sepuluh film yang telah membawa ia sampai pada hari ini. Apa yang dipandang oleh seorang Joko Anwar dari sepuluh filmnya menjadi sebuah contoh inspirasi dan ekspresi luas untuk seorang sutradara terhadap karyanya.

Punch Drunk Love Ini merupakan cerita cinta yang terbaik yang pernah gue tonton. Paul Thomas Anderson mengkisahkan cerita cinta yang tidak biasa. Ini merupakan my all time favorite love story! There Will Be Blood Film ini keren banget! Entah kenapa kita seperti di drag kedalam film tersebut. Permasalahan didalamnya membuat kita serasa berada di dalam masalah itu. Gue cinta film ini. The Buthcer Boy Film ini sangat dekat dengan childhood gue. Film ini bisa menceritakan cerita sedih tetapi dengan semangat dan stylish. Crying Game Ini adalah sekolah film pertama gue untuk cara camera work-nya. Sebenarnya gue belajar banyak banget dari film ini, segi directing-nya, sampai shot-shot scene-nya. True Romance True Romance is the best brutal love story ever told. The Tin Drum Ini merupakan tipe film yang ingin gue buat. Blur antara surealisme dan realisme. Beautiful Thing Very well acted. Ditambah soundtrack di isi oleh Mama Cass, who I love the most. Legend of Age Samurai Karena ini film gue tonton ketika masih kecil, sangat membuat gue enggak bisa lupa, sangat fantasi banget. Bukan untuk anak kecil pastinya, tetapi ini fantasi yang lebih gila dari Akira Kurosawa. Battleship Pottempkin Ini merupakan Film tahun 20an, dari segi camera work, film ini juga menjadi sekolah buat gue. The Cranes of Lying Ini juga sekolah film lagi bagi gue, kekuatan camera work yang membuat gue terus memperhatikan detail.

087


Mengembalik an sebuah cincin ke tempat asalnya? Menjalank an sebuah perusahaan rek aman? Menghisap ganja dengan seseorang berkostum anjing? Elijah Wood memang serba bisa! teks: mikael wood. fotografi: marvin scott jarrett


stylist: shirley kurata. grooming: kara yoshimoto bua - tracey mattingly.com. asisten fotografer: john maxwell iv dan byron nickleberry. digital: diy digital. retouch: steven meiers. lokasi: pier 59 west, santa monica. jaket denim dan jeans diesel, t-shirt dari wasteland clothing, cincin milik pribadi.


kemeja band of outsiders, jeans diesel.


Menurut Elijah Wood, sekarang ini adalah masa yang sulit untuk mendapatkan pekerjaan di Hollywood. Jadi sangatlah mengejutkan bila yang kami perbincangkan bukanlah tentang kemajuan teknologi dalam industri film, melainkan sebuah renungan tentang bagaimana sebuah organisasi agama mampu memutarbalikkan orang terhadap kepercayaan mereka masing-masing.

Pada siang hari di bulan April, kami sedang menonton di dalam screening room Museum of Jurassic Technology. Sebuah institusi di Los Angeles yang menurut website-nya, memiliki tujuan untuk “pengetahuan dan apresiasi terhadap jaman jurassic.” Dengan kata lain, institusi ini penuh dengan sampah; patung-patung yang rusak, pakaian anak-anak yang mengerikan, obat-obatan tua menjijikan. “Bukankah ini bagus?” tanya Wood, yang merupakan pengunjung setia tempat ini. “Saya sangat menyukai tempat ini!” Film bergambar gelap dan tidak fokus itu menceritakan sebuah tradisi spiritual penduduk asli Amerika. Walalupun kami mengenakan kacamata 3D primitif yang membuat kami terlihat seperti peselam abad 19, kami tenggelam dalam perbincangan mengenai Westboro Baptist Church yang memiliki pandangan yang begitu kasar terhadap kaum homoseksual. Wood sedikit terganggu dengan fakta bahwa bagaimana seseorang yang mengaku sebagai pengikut Tuhan memiliki pesan yang begitu penuh dengan kebencian? Sebuah pertanyaan besar yang tak satupun dari kami bisa menjawabnya. Kamipun menyerah dan kembali menonton dalam kesunyian. Lalu kami mengunjungi pameran berikutnya, sebuah koleksi lukisan cat minyak yang menggambarkan berbagai jenis anjing yang berpartisipasi dalam program luar angkasa Uni Soviet. Wood sangat menggemarinya. Di usia 30 tahun, mantan aktor cilik ini (lihat Flipper) sudah memiliki karir yang beragam . Sangat dikenal masyarakat luas melalui perannya sebagai Frodo Baggins di trilogi Lord Of The Rings, namun ia juga banyak membintangi film-film kecil namun berkesan, seperti Eternal Sunshine of the Spotless Mind karya Michel Gondry dan The Ice Storm karya Ang Lee, yang menceritakan rutinitas membosankan kehidupan berumah tangga pada awal tahun 70-an. Pada tahun 2006, ia kebagian peran dalam film drama-politik Bobby dan menyumbangkan suara sebagai penguin di Happy Feet. Dan baru-baru ini, ia menyelesaikan narasi pada buku-audio The Adventures of Huckleberry Finn serta penampilan dalam Saturday Night Live yang dimana ia, bersama Ryan Reynolds menyetrum bokong Andy Samberg. “Salah satu hal sulit tentang Hollywood adalah, secara mayoritas, Anda hanya bisa memberikan performa sebaik yang anda lakukan sebelumnya,” ungkap Liev Schreiber, yang mengarahkan Wood dalam adaptasi Everything is Illuminated. “Dan itu berarti Anda melakukan hal yang sama berulang kali. Namun tidak berlaku bagi Elijah. Ia selalu muncul dari arah yang

091


tidak biasa, dan itulah yang saya sukai darinya. Ia tidak terlalu peduli.” Proyek terbaru Wood mungkin adalah yang teraneh sepanjang karirnya. Dalam Wilfred, sebuah serial TV baru yang akan tayang dalam FX. Ia memerankan Ryan yang berteman dengan seekor anjing yang berbicara, menyukai alkohol dan menghisap ganja. Wilfred merupakan adaptasi dari versi asli Australia-nya. Namun bila Anda meragukan kualitas sebuah adaptasi, keraguan yang sungguh dimengerti oleh Wood, tenang saja: Wilfred sangatlah berani dan aneh. Bayangkan Fight Club dipadukan dengan Harvey dan ditambah bong. “Banyak fans Australia yang was-was akan adaptasi ini,” ungkap Jason Gann, yang merupakan salah satu pencipta versi aslinya, dan yang juga akan berperan kembali sebagai sang anjing dalam versi adaptasinya. “Namun, dari apa yang saya temukan secara online, banyak juga yang senang atas keterlibatan Elijah dalam proyek ini.” Menurut Gann, banyak yang tidak mengira betapa humorisnya Elijah itu, memang ini dikarenakan oleh perannya sebagai Frodo dengan petualangannya di Middle Earth yang bebas humor itu. Ketika kamera berhenti berputar, kami biasa melawak, ia sering sekali membuat saya tertawa, begitupun sebaliknya,” ungkap Gann. “Wilfred merupakan karakter yang sarat komedi, dan membutuhkan seseorang yang lebih masuk akal sebagai pembanding. Tapi menurut Dean Martin, seseorang yang masuk akal itu haruslah seorang komedian juga, dan Elijah-lah orangnya.” Bagi Wood, keinginannya untuk mencoba berperan dalam komedi diakibatkan oleh daya tarik Wilfred yang begitu besar. Namun pada sesi cocktail di sebuah bar

di seberang museum, ia mengakui bahwa ketertarikannya terhadap dunia TV juga menjadi penyebabnya. “Tontonan malam saya akhir-akhir ini adalah serial TV,” ungkap Wood, yang berpenampilan stylish dengan dark jeans dan dasi skinny era 50-an. “Mad Men, Breaking Bad, True Blood, semua aktor-aktor hebat tersebut sudah menikmati medium TV. Memerankan sebuah karakter dengan standar kualitas yang begitu tinggi dalam periode waktu yang cukup lama sungguh menarik bagi saya.” Wood teringat ketika ia pertama menerima naskah Wilfred. “Ketika saya membacanya, saya berpikir bahwa ‘Waw, ini adalah hal terlucu yang pernah saya baca,’” kenangnya. “Dan saya belum pernah melihat yang seperti ini di stasiun TV Amerika sebelumnya. Saya sangat tertarik dengan

092

hal yang dianggap aneh, unik dan rumit, dan untuk berpartisipasi dalam sebuah serial televisi yang sulit untuk didefinisikan sangatlah menggugah bagi saya.” “Ketika saya mendapat kabar bahwa Elijah menyukai naskahnya, saya sangat senang,” ungkap David Zuckerman, produser eksekutif Wilfred. “Banyak aktor film yang pindah ke TV karena kesempatan berkarirnya di dunia film yang mulai mengering, namun tidak dengan Elijah. Ia memiliki karir di dunia film selama yang

ia bisa kehendaki.” Zuckerman, yang serial TV sebelumnya adalah Family Guy dan American Dad!, berkata bahwa Wood memberikan “esensi yang sensitif terhadap sebuah karakter yang belum pernah saya lihat pada aktor-aktor sebelumnya. Dan kami sudah pernah melihat begitu banyak aktor.” Salah satu daya tarik Wood ialah matanya. Zuckerman melanjutkan, “Ia bisa memancarkan begitu banyak melalui pandangan matanya. Ada sebuah adegan dimana karakternya, Ryan pergi ke sebuah cocktail party dan tidak mengenal seorang pun di dalamnya. Elijah tidak memiliki dialog pada awal pertengahan adegan, namun pancaran mata-nya menunjukkan keinginannya untuk bisa fit in dalam pesta tersebut. Sebuah daya tarik yang mengingatkan saya dengan Charlie Chaplin.” Wood begitu excited untuk Wilfred, dan pendapatnya mengenai industri TV begitu sehat. Ia tidak menghabiskan sedikitpun keluhan terhadap situasi dunia perfil-

man sekarang, yang pada akhirnya membawanya ke dalam dunia TV. Hollywood, menurut sang aktor “sekarang sedang berada di sebuah fase yang aneh” dimana segi artistik dari para aktor disalurkan kepada “remakes, sekuel, reimaginings.” Wood sangat terhibur dengan perhatian ekstra yang diberikan kepada film-film kecil. “Seperti film Black Swan yang menghasilkan begitu banyak profit sekaligus begitu luar biasa,” ungkapnya. Namun ia sedikit terganggu dengan cerita mengenai Christopher Nolan, sutradara The Dark Knight yang berdasarkan pemberitaan, menggunakan prospek film Batman ketiga sebagai pressure bagi Warner Bros untuk memproduksi Inception. “Untuk seorang sutradara yang begitu sukses , ia tidak bisa secara sederhana mempersembahkan proyek berikutnya begitu saja,” ungkap wood. “Begitu gila, bagaimana pihak studio masih bisa meragukannya bila anda memiliki Leonardo DiCaprio sebagai bintang utama?” Kami pun pindah ke teras belakang bar untuk merokok, saya bertanya kepada wood apakah ia merasa menjadi bagian dari budaya Hollywood. “Sama sekali tidak,” ungkapnya. “Karena selain Lord of the Rings, saya belum pernah bekerja dalam proyek besar lainnya.” Tunggu dulu, seperti Barack Obama yang pernah berujar “Selain menjabat sebagai Presiden, saya belum pernah memiliki kantor sebelumnya.”


093

kemeja loden dager, celana marc by marc jacobs, suspender milik stylist.


vest dan dasi band of outsiders, kemeja st端ssy.


“Ya, seperti itulah,” ujar Wood dengan tawa. (Menurut Box Office Mojo, ketiga film Lord of the Rings menghasilkan lebih dari satu milyar dollar untuk di Amerika saja.) “Namun, secara teknis itu adalah satu film, dan semenjak itu saya belum ada lagi proyek dengan skala sebesar itu. Happy Feet memang merupakan film besar, namun saya tidak merasa terhubung dengan dunia studio.” Hal yang sama juga berlaku untuk kehidupan pribadinya. Pada saat ia berumur tujuh tahun, keluarganya pindah ke Los Angeles dari Iowa untuk membantu kelancaran kariernya. Sudah selama itulah ia menjadikan Los Angeles sebagai rumahnya. Wood mengungkapkan bahwa ia tidak pernah masuk ke dalam kalangan ”young actors.” Ketika masih anak-anak, ia mengungkapkan adanya sebuah jarak antara kehidupan sosial dan profesionalnya. “Sebuah ‘jarak’ yang sehat,” ungkapnya. Sekarang ini ia menganggap para aktor Lord of the Rings, yang menghabiskan waktu bersamanya selama tiga tahun di New Zealand, sebagai sahabat-sahabat terdekatnya. Ia pun akan reuni dengan beberapa dari mereka untuk sebuah “film kecil bernama The Hobbit,” ujarnya penuh canda. Ia juga memiliki teman-teman yang berasal dari industri berbeda. “Saya berteman dengan orang-orang yang tidak mempedulikan dari dunia mana mereka berasal.” Kebanyakan dari teman-teman tersebut merupakan musisi folk. Selain karir berakting, Wood juga seorang record nerd yang memiliki perusahaan rekamannya sendiri, Simian Records, yang sudah merilis album dari Apples in Stereo dan Heloise & the Savoir Faire. Ia juga seringkali memamerkan kebolehannya sebagai DJ di sekitar Los Angeles. Malam sebelum pertemuan kami, ia bermain di El Cid yang terletak di Silver Lake. Dan awal tahun ini, ia ikut serta dalam film pendek Beastie Boys yang berjudul Fight For Your Right Revisited, yang dimana ia, bersama Seth Rogen dan DannyMcBride berperan sebagai Beastie Boys di era sebelum Licensed to Ill. “Itu sungguh menyenangkan,” ujar Wood. “Saya sama sekali tidak tahu menahu mengenai proyek tersebut, namun saya langsung ikut serta tanpa pikir panjang.” “Ia begitu passionate terhadap musik pop,” ungkap Robert Schneider, frontman Apples in Stereo. “Semakin lama Anda berbicara dengannya, semakin Anda menyadari betapa luas pengetahuannya.” Schneider mengingat pertemuan pertamanya dengan Wood dalam salah satu konser Apples in Stereo di pertengahan tahun 2000. “Sebelum saya menyadari bahwa itu Elijah, ia terlihat seperti seorang DJ sebuah radio universi-

tas. Saya berpikir ‘pasti ia bekerja di acara radio yang sangat cool.’” Schneider berkata bahwa “sampai sekarang pun, saya menganggap ia sebagai pengoleksi record yang saya kenal, bukan sebagai seseorang dalam industri film. Dunia saya hanyalah bersirkulasi sekitar teman-teman musikal underground saya, dan Elijah adalah salah satunya.” Liev Schreiber pernah berujar bahwa Wood memiliki “otak seorang juru arsip” dan menduga bahwa “Elijah melihat segala sesuatu dari perspektif musik.” Pada saat syuting Everything is Illuminated, Wood berteman dengan salah satu aktor sekerjanya, Eugene Hutz dari band Gogol Bordello. “Pada saat itu, ia begitu menggilai The White Stripes,” kenang Hutz. “Namun yang begitu cool pada saat itu adalah ketertarikannya dalam menyaksikan film dokumenter lama mengenai musik blues. Kami nyambung begitu saja.” Wood pada akhirnya berpacaran dengan drummer Gogol Bordello, Pamela Racine dan bepergian dengan band tersebut beberapa kali. “Ia adalah bagian dari kami,” ungkap Hutz, yang bercerita mengenai pengalamannya diberhentikan polisi suatu subuh jam 5 di Arizona. “Mereka seolah begitu yakin bahwa mereka akan menemukan drugs di mobil kami, mereka menghabiskan waktu hingga satu jam untuk mencari dan berakhir dengan tangan kosong. Namun salah satu dari mereka, dengan wajah nyengir penuh kemenangan mengambil sebuah tas dengan nama Wood tertera disitu. ‘Apakah kalian bisa menjelaskan tentang ini?’ Lima menit kemudian mereka berfoto-foto dengan Elijah untuk keluarga mereka.” Wood masih menjalin hubungan yang kental dengan keluarganya. Ia begitu dekat dengan kakak dan adiknya, yang keduanya juga berdomisili di Los Angeles. Tidak lupa juga dengan ibunya, yang kerap kali mengundang ketiga anaknya untuk makan malam bersama. (Ibu saya merupakan seorang yang handal memasak.) “Ini merupakan industri yang aneh bagi anak-anak, banyak para orang tua yang memasukkan anaknya ke dalam industri ini demi kepentingan mereka masing-masing,” ungkap Wood. “Saya beruntung bahwa orang tua saya tidak seperti itu, ibu saya tahu bahwa saya menyukainya dan hal tersebut menjadi motivasi utama saya untuk terus berkarir.” Sulit menemukan seseorang dalam dunia Wood yang tidak ingin mengumbarkan kebaikannya. “Sama sekali tidak ada kebencian dalam Elijah,” ungkap teman Lord of the Rings-nya Dominic Monaghan. “Saya jauh lebih sarcastic, beberapa hal yang saya anggap lucu merupakan hal yang sedikit kejam. Namun hal tersebut sama sekali tidak tedapat di dalam dia.” David Zuckerman bahkan lebih jujur: “Elijah membuat aktor-aktor lain terlihat seperti seorang asshole.” Walaupun ia terlihat malu-malu ketika dipersembahkan begitu banyak pujian, Wood memberikan kredit terhadap didikan keluarganya untuk selalu rendah hati, apalagi pada awal karirnya. “Hidup dalam dunia film, bisa mempengaruhi hidup kita sehari-hari,” ungkapnya. “Anda bisa diperlakukan begitu semena-mena, bahkan Anda bisa mempercayai bahwa kualitas Anda memang seburuk yang mereka katakan, namun situasi rumah selalu begitu tenang, memberikan keseimbangan yang sungguh berarti bagi saya.” “Anda tahu apa yang begitu mengagumkan?” tanyanya sembari kami menghabiskan minuman kami. “Dan ini selalu terjadi dalam hidup saya, apalagi setelah Lord of the Rings.” Saya bertemu orang dan bekerja dengan mereka, dan mereka selalu berkata, ‘Wah, Anda ramah sekali dan begitu rendah hati,’ seolah hal tersebut merupakan kejutan yang besar. Tapi saya selalu berpikir, mereka berharap saya seperti apa? Karena saya begitu beruntung untuk memiliki kesuksesan dan dikenal dalam dunia ini bukan berarti saya lebih baik ataupun berbeda. Saya hanyalah orang biasa, yang bisa saya lakukan hanyalah ramah terhadap mereka.” Ungkapnya dengan tawa. “Saya tidak mau menjadi seseorang yang brengsek!”

095


Layaknya sebuah cerita yang memiliki babak demi babak, hidup pun demikian. inilah babak baru dalam kehidupan seorang Sigi Wimala. Teks: Rezaindra O. Fotografi: Nick Easton. stylist: GabriellE AFANDI. Lokasi: Max One Hotel.

096


Chapter A New


S

esaat setelah pemotretan, saya dan Sigi duduk santai di atas sebuah ranjang di salah satu kamar hotel Max One di daerah Sabang. Matahari di luar sedang bersinar dengan teriknya, saya agak kecapean, nampaknya Sigi juga. Wajar saja, sebelum datang ke lokasi pemotretan ia mampir ke kantornya dahulu dan terhambat oleh beberapa titik kemacetan ibu kota. Sambil bersandar di atas bantal yang lumayan empuk, Sigi mulai bercerita dengan tenang, mata indahnya melakukan eye contact dengan saya, cendrung kalem tapi bukan berarti dia susah diajak ngobrol. Perempuan kelahiran 21 Juni 1983 ini dengan senang hati membagikan babak demi babak dari kehidupannya kepada saya. Lahir dalam sebuah keluarga dengan aturan yang cukup strict –hingga usia belasan Sigi masih dibatasi pergaulannya dan memiliki jam malam – membuat ia sedikit mencari cara untuk meraih kebebasan masa mudanya. Sigi yang sempat tinggal di Aussie selama beberapa tahun pun mencoba peruntungannya dalam sebuah ajang bergengsi, pemilihan wajah cover sebuah majalah remaja putri ternama Indonesia di jamannya saat itu. “Sebenarnya alasan utama aku untuk ikutan Gadsam, karena aku ngejar hadiahnya yang bagus-bagus banget,” ujarnya sambil tersenyum malu, “Kayaknya waktu itu jam Baby G, sepatu Reebok, voucher belanja adalah hal-hal yang agak susah untuk aku dapetin, berhubung orang tua aku memang agak membatasi untuk shopping”. Dan tidak disangka-sangka motivasinya itu menghantar


ia sebagai pemenang utama dan Sigi mulai menuai rangkaian berkat yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sigi kecil mempunyai impian untuk menjadi Arkeolog, sangat jauh dari kenyataan yang ada sekarang. Namun perempuan bernama lengkap Sigi Wimala Somyadewi ini tidak pernah lari dari takdir yang ada, dunia modeling yang makin ia seriusi ketika bergabung dengan sekolah kepribadian John Casablanca, menghantar Sigi untuk mencicipi dunia modeling profesional hingga ke Hong Kong. “Kerja di Hong Kong, ngasih aku banyak pelajaran berharga,” katanya. Pengalaman tinggal jauh dari orang tua, merasakan kerasnya persaingan dunia fashion disana membuatnya bersyukur dan tidak pernah menyesali langkah yang diambilnya itu, walaupun saat ini Sigi sudah tidak tertarik lagi dengan modeling. Satu hal lagi yang tidak pernah ia sesali adalah bagian dimana ia mencurahkan lima tahun dari hidupnya untuk kuliah di jurusan Arsitektur, Universitas Trisakti. “Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya, kenapa aku kuliah Arsitek dan berguna tidak bagi kehidupanku sekarang? jawabannya YA.. Apa yang aku pelajarin di Arsitek itu berguna banget buat pekerjaan aku sekarang, dimana aku bisa mengerjakan film berdasarkan prinsip-prinsip estetika yang diajarkan semasa kuliah”, ungkap kakak dari Agni Pratista ini. Babak selanjutnya dari kehidupan seorang Sigi Wimala berlanjut ketika ia terjun ke dunia akting. Agak stereotipikal memang, good looking model turns into an actress, sepertinya transisi seperti itu telah banyak diterapkan di industri hiburan akhir-akhir ini, namun ia berbeda. Pengalaman pertamanya, tidak main-main. Bukan sekedar film cheesy, penuh adegan vulgar ataupun hantu-hantuan yang norak, di tahun 2005 ‘Tentang Dia’ mengharuskan Sigi menguras kemampuan aktingnya bersama Adinia Wirasti dan Fauzi Baadilah di bawah arahan sutradara Rudi Sudjarwo, yang terkenal ‘galak’. “Setelah Tentang Dia, aku memang sempat berpikiran untuk nggak terus berada di track ini,” ujar Sigi. Tapi pemikiran itu tidak berlangsung lama sepertinya. Tahun 2009, Sigi kembali menapakkan kakinya ke dalam industri film tanah air. Setelah sempat berperan dalam beberapa film yang kurang mendapat sambutan, Sigi akhirnya menemukan kembali hasrat berfilm-nya ketika ia berperan dalam sebuah film slasher yang cukup fenomenal sekaligus membawa angin segar ke dalam kancah perfilman negeri ini, Rumah Dara. “Film ini merubah pikiran aku untuk meninggalkan dunia film,” ujarnya bersemangat. Hal menarik dari film ini selain terletak pada ceritanya, susunan pemain muda yang berbakat, dan eksekusi brilian dari duo sutradara The Mo Brothers, Sigi (yang disitu berperan seorang ibu muda yang tengah hamil dan masuk ke dalam sarang psikopat, untungnya Sigi tidak mengalami trauma ketika ia hamil beneran di kehidupan nyata) pun bertemu dengan soul mate-nya disini. Sigi menjalani sebuah hubungan serius dengan salah satu personel dari The Mo Brothers, yaitu Timo Tjahjanto yang kemudian menjadi ayah dari putri kecilnya, Maxine. Ketika beberapa pekerja seni film merasa bahwa diganjar dengan sebuah penghargaan memiliki arti yang besar namun tidak demikian dengan Sigi. Peraih Best Actress ajang Indonesia Movie Awards 2007 dan beberapa nominasi penghargaan film lainnya ini berpendapat: “Penghargaan kayak gitu nggak ada pengaruhnya buat aku, karena aku berkarya bukan buat cari penghargaan,” jelas Sigi dengan santai, “Lagian kita semua tahu kan kalau sekarang ini ajang penghargaan kayak gitu di Indonesia lebih ke sebuah permainan politik saja, mudah-mudahan kedepannya bisa jadi lebih baik”. Well, she’s right... Mudah-mudahan juga dalam beberapa waktu kedepan kita akan melihat sosok Sigi mendapat nominasi kembali, tapi bukan mewakili seseorang yang tampil di depan layar melainkan sosok wanita Indonesia yang hebat dalam kategori penyutradaraan. Ya, Sigi Wimala yang dulunya model dan beralih

099

menjadi aktris kini juga duduk di bangku Sutradara. Lembaran terbaru dari kehidupan Sigi, selain menjadi seorang ibu rumah tangga dan brand ambassador untuk beberapa produk, kegiatan Sigi sehari-hari adalah ke kantor. Sebuah production house menjadikan Sigi sebagai in-house director mereka untuk mengerjakan berbagai macam iklan. Ditengah kepadatan jadwal aktivitasnya, Sigi juga terus berusaha untuk merealisasikan produksi film indie besutannya yang kedua. Film pertama Sigi yang berjudul Boy Crush (2009) baru-baru ini diputar di Mumbai Film Festival, sementara di Indonesia sendiri baru sekali saja, di Q-Fest dan itupun sukses menuai kontra dari beberapa pihak yang memicingkan mata terhadap film-film bertemakan gay. Telepas dari semua kehidupan profesionalnya, Sigi tetaplah seorang ibu muda yang mempunyai segudang rencana untuk masa depan keluarga dan anaknya. “Aku sekarang lebih banyak ngabisin waktu di rumah sama suami dan anakku, which is good, karena kita bisa lebih hemat,” ujarnya sambil tertawa kecil, “Kita rencananya pingin bawa Maxine ke luar Indonesia, jujur suamiku ngerasa kurang secure untuk ngerawat Maxine disini,” lanjut Sigi perihal masa depan anaknya yang baru berusia 14 bulan itu. By the way, untuk ukuran perempuan yang empat belas bulan lalu baru saja melahirkan seorang anak, Sigi sama sekali tidak memiliki postur tubuh demikian. Ia masih terlihat sama seperti di jaman ia mondar-mandir di atas catwalk, langsing, kaki jenjang, dan kulit halus menawan. Entah karena gen supermodel memang mengalir di dalam dirinya atau kesenangan dia untuk berolahraga lari yang menjaga keindahan tubuhnya. Ketika berbicara soal olahraga lari, Sigi juga tidak main-main. “Desember nanti aku mau ikut marathon 45 km di Singapura,” ujarnya semangat, “Salah satu impian hidup aku adalah berpartisipasi di New York City Marathon, dan sebagai

tahap awal mungkin aku ikut yang di Singapura dulu hehehe...” Ok, we all got the picture right? Sigi juga bisa dikategorikan sebagai seorang atlit sekarang. Dan ternyata sejak beberapa tahun lalu, ia adalah salah satu spoke person dari running shoes keluaran Nike yang bertugas untuk mensosialisasikan olahraga lari sebagai suatu kebiasaan. Olahraga lari memang melelahkan, tapi kalo berlari sambil ditemani seorang Sigi Wimala? Pasti kita berharap bahwa garis finish tidak akan kunjung datang .


He's the Man

Film, ketenaran, dan wanita; 3 hal ini yang melekat di dalam diri seorang Rio Dewanto.

0 0


Fashion Director & Teks: Maesa Nicholas Montgomery Fotografer: Onik (Rebellionik) Asisten Stylist: Philea Adhanti & Gabrielle Afandi Grooming: Budi Valentino Lokasi: Studio Kolbano (Digital Photo Lab, Tel. 021-8312825)


halaman sebelumnya: jaket Y-3. t-shirt dan jaket adidas, celana dan sepatu milik model.

“Membaca buku cerita atau novel merupakan media saya dalam belajar seni peran, karena dengan membaca bukubuku tersebut kita dapat berimajinasi membayangkan sebuah cerita.

Acting is all about imagination�

102


fedora, kemeja, t-shirt dan celana TOPMAN, sepatu milik model.


104

jaket, tanktop dan celana TOPMAN, sepatu milik model.


“Ketika kita memberikan jiwa tanktop Y-3, celana milik model.

dan raga kita terhadap suatu peran yang kita mainkan, disitulah kita akan menuai kesuksesan�


Wanita mana yang akan menolak pria kelahiran 28 Agustus 1987 ini sebagai kekasihnya? Pendapat tersebut tentunya bukanlah hal yang menyenangkan bagi para kaum adam, karena mungkin saja pacar Anda sangat mengagumi sosok Rio Dewanto. Namun terimalah kenyataan tersebut. Tahun 2008, merupakan tahun dimana Rio memijakkan kakinya ke industri film. Debut pertamanya mungkin tidak sehebat aktor lain yang langsung mendapatkan peran penting dalam suatu film, karena awalnya ia hanya sebagai figuran dalam satu hingga dua adegan di beberapa film atau FTV saja. Akan tetapi ia sadar bahwa memang jalannya harus melalui proses yang demikian. “Awal mula saya cuma iseng mengikuti casting, tidak tahunya diterima, mungkin ini jalan yang diberikan Tuhan kepada saya hingga saya menjadi seperti sekarang ini”, ujar Rio dengan santainya. Konsistensinya terhadap industri film diyakininya sebagai faktor yang membawa namanya sebagai aktor yang bukan lagi kacangan. “Melihat muka sendiri di televisi, awalnya sangatlah aneh, namun saya belajar dari sana untuk mengembangkan kemampuan akting tanpa harus mengenyam sekolah seni peran”, kata pria lulusan Imago School of Advertising ini. Pilihan hidup Rio di dunia film memang tidak mendapat pengaruh dari manapun termasuk juga dari keluarga, namun apapun tokoh yang hendak diperankannya selalu didiskusikan terlebih dahulu dengan Ibunya. Tetapi siapa yang menyangka lelaki yang memiliki banyak tattoo di tubuhnya ini sangat menyukai bila dirinya mendapatkan peran sebagai seorang yang mempunyai keterbelakangan mental, “Melalui peran tersebut kita dapat mengambil hikmah bagaimana kita dapat memperjuangkan kehidupan mereka serta lebih memperhatikannya.” Jujur saja saya sendiri tidak menyangka katakata ini keluar dari mulut seorang Rio yang jika dilihat pertama kali kesan yang didapat adalah ia seorang berandalan. Saya salah! Don’t judge the book by its cover. Pria yang selalu ramah terhadap banyak orang ini memang sangat berbeda dengan kebanyakan aktor yang saya temui belakangan ini. Kalau mungkin kebanyakan aktor menyukai peran menjadi pujaan wanita ataupun jagoan, namun Rio lebih ingin bermain dalam film-film yang berbau sejarah atau biografi seseorang, dimananya dinilainya memiliki suatu nilai esensi peran tersendiri. Saat ini Rio sedang berkonsentrasi dalam mengembangkan seni perannya, namun ia mengakui tidak mengikuti institusi apapun dalam mencapai tujuannya tersebut. “Membaca buku cerita atau novel merupakan media saya dalam belajar seni peran, karena dengan membaca buku-buku tersebut kita dapat berimajinasi membayangkan sebuah cerita. Acting is all about imagination”, katanya bersemangat. Lagi-lagi sesuatu hal yang tidak disangka dari seorang Rio Dewanto, ternyata dibalik perawakannya yang terbilang maskulin tersebut, ia adalah seorang yang lembut.

Tidak hanya itu, ilmu yang didapatnya dari Ratna Sarumpaet merupakan hal yang sangat mempengaruhi kariernya saat ini, “Ia benar-benar mengajarkan saya bagaimana cara berdialog dan memainkan emosi yang baik.” (pastinya!) Selain itu menurutnya, kejujuran merupakan kunci utama dalam keberhasilan suatu peran di dalam sebuah film, “Ketika kita memberikan jiwa dan raga kita terhadap suatu peran yang kita mainkan, disitulah kita akan menuai kesuksesan”, kata Rio yang mengagumi Robert de Niro ini. Di balik semua itu Rio Dewanto masih memiliki banyak citacita yang ingin ia wujudkan. Bermain di sebuah film bertaraf internasional merupakan tujuan utamanya. Tidak hanya itu, saat ini Rio juga sedang mempersiapkan diri untuk suatu ladang pencaharian baru yang juga merupakan passion-nya sejak kecil, apa itu? Penyanyi. Seperti apa jadinya, kita tunggu saja.

jaket dan sepatu adidas, tanktop dan celana TOPMAN.


jaket, t-shirt, dan celana TOPMAN, sepatu adidas.


INK TO YOU Makna tato telah bergeser,

dari simbol kriminalitas

menjadi bagian dari lifestyle, bahkan kultur pop. Peminatnya semakin banyak, dan tangantangan ahli yang siap mematri

karya abadi di tubuh orang

inipun semakin eksis. Walau

kesulitan mendapatkan supply bahan dan menghadapi berbagai

macam kemauan pelanggan,

Tattoo Artist tetap setia

menekuni seni merajah tubuh

ini. Bagi mereka, fashion comes

and goes but this ink will last forever.

Teks: M. Khairul. Fotogrfi: Deschanel Darmodihardjo


Name: Herly “Hellbobs” Harunsyah DOB: 24 Maret 1983 Studio: Hellbobs Custom Tattooing

Herly (biasa dipanggil Bobby) sudah sejak lama suka menggambar. Jika datang ke studio tato miliknya, terpajang berbagai lukisan kanvas, seperti gambar tokoh komik Spawn dan Buddha, yang ia gambar sendiri. “Mungkin karena gue sudah di dunia tato, gue malah lebih senang gambar di kulit, walau awalnya juga gambar di kanvas. Kalau di kanvas medianya flat. Kalau di badan orang bisa mengikuti tekstur dari badannya. Itu aja sudah bikin gue bisa banyak berkreasi,” terangnya. Dari 2001 Bobby menekuni seni membuat tato secara otodidak. Awalnya, keputusan tersebut mendapat penolakan dari ibunya. “Wah ditentang abis! Cuma pelan-pelan sih, walau pakai cara kabur-kaburan, nggak mau kuliah. Tapi akhirnya mereka bisa lihat hasilnya kalau gue bisa memenuhi janji gue untuk berhasil,” kisahnya. Ia pernah praktik di Brawijaya, Kemang, Pejaten, hingga akhirnya dua tahun lalu membuka studio sendiri di kawasan Senopati, Jakarta. Gaya tatonya yang realis-surealis menjadi favorit berbagai kalangan. Tora Sudiro, Olla Ramlan, dan Kaka “Slank” hanyalah beberapa artis yang ditubuhnya terdapat tinta hasil torehan Bobby. “Setelah gue selesai gambar suatu karya di badan orang dan dia appreciate dengan hasil gue, dia akan bawa itu seumur hidupnya, itu yang bikin gue puas.” Walau sekarang peminat tato tambah banyak, tapi Bobby menyayangkan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap tato yang masih kurang. “Orang masih menganggap tato itu sesuatu yang murah,” ungkapnya. “Apa sih artinya loe beli mobil atau gadget yang segitu mahalnya dan loe nggak mikir dua kali buat keluarin uang, tapi nggak akan loe pakai seumur hidup? Tapi untuk karya yang akan ada di badan loe seumur hidup, loe masih think twice buat ngeluarin dana. Kenyataannya tato itu seperti karya lukis yang abadi. Cuma itu dia, kenapa masih tawar menawar soal harga. Itu aneh sih menurut gue.” Pengalaman menarik selama menato? Menato orang umur 70 tahun. Wah gokil! Udah kempot gila! Gue cuma speechless waktu nato dia. Hehe. Tato favorit di badan kamu? Di tangan kiri, gambar tangan gue sendiri lagi pegang mesin tato. Selain jadi tattoo artist, ingin jadi apa? Animator. Kalau suatu saat anak kamu ingin punya tato? Terserah dia. Yang pasti kalau hasilnya jelek, jitak! Hehe. Impian terliar dalam menato? Pingin banget backpacker dan menato keliling dunia.

109


Name: Aulia Yudi Hafidz A.K.A Labo DOB: 2 April 1981 Studio: Larasati Tattoo Parlor

“Sebenarnya nggak pernah kepikiran kerja jadi tattoo artist. Cuma gue emang nggak pernah mau kerja kantoran. Terus gue pikir dari kecil gue suka gambar, walau nggak pernah diarahkan untuk belajar ke arah sana, dan secara nggak sengaja bergaul sama tattoo artist, gue jadi mikir kenapa gue nggak coba sesuatu yang hobi gue, tapi bisa menghasilkan,” Labo bercerita soal bagaimana ia terjun menjadi seniman tato. Walau telah cukup lama menjalani profesinya, ternyata Labo masih ditentang keluarganya. “Wah, sampai sekarang sih bokap gue masih nggak setuju dengan profesi gue. Cuma berhubung profesi gue ini sudah dijalani selama delapan tahun, dan gue bisa mencari pendapatan sendiri, gue udah lepas dari tanggung jawab orang tua.” Labo saat ini bekerja di Larasati Tattoo Parlor milik Maze. Pria yang tergabung di Indonesian Subculture (klub pecinta seni tato dan tindik tubuh) ini juga memiliki cita-cita untuk go international. Menurutnya kualitas tattoo artist di Indonesia tidak kalah dengan di negara lain yang namanya sudah besar. Teman Labo yang sudah bekerja

di Denmark pun pernah bilang padanya kalau di luar negeri kesempatan kerja jadi tattoo artist lebih banyak dan lebih dihargai. “Gue belum punya pemikiran untuk buka studio sendiri, karena gue punya cita-cita dengan modal yang ada dari pada gue bikin studio sendiri lebih baik gue merantau ke luar. Cita-cita gue memang pingin nato di luar. Gue pingin suatu hari nanti punya studio di Eropa,” pungkasnya. Style tato kamu? American Traditional, New School, Pattern, Oriental, basicly yang banyak main warna. Ada tato di badan yang bikin sendiri? Di punggung tangan kiri, paha, sama betis. Tato di badan kamu yang paling berarti? Di iga, gambar bokap-nyokap. Waktu bikin, juara sakitnya. Tapi sakitan mereka lah ngegedein gue sampe makan hati. Hehe. Selain jadi tattoo artist, ingin jadi apa? Pilot pesawat tempur. Impian terliar kamu dalam tato? Bikin pameran solo dan orangorang bisa ngeliat langsung gue lagi nato orang.

110



Name: Hari Ongko (baju hitam) & Adit (baju putih) D.O.B: 8 September 1967 & 23 Agustus 1984 Studio: InkAddict Tattoo

Kolaborasi bukan hanya terjadi di dunia musik, tapi dalam dunia tato juga bisa, seperti Hari dan Adit, duo tattoo artists yang punya gaya tato berbeda, namun saling melengkapi. Ibarat ungkapan: satu cukup, dua sempurna. Awal perkenalan mereka terjadi enam tahun lalu, ketika Adit bekerja di Sonnee Tattoo dan Hari adalah pelanggan tato di sana. Saat itu Hari masih bekerja sebagai visual merchandiser, tapi sayangnya ia tidak menemukan kepuasan dalam profesinya. “Dulu mas Hari customer-nya mas Sonnee. Kami kenal, jalan bareng, terus dia berminat jadi tattoo artist,” kata Adit yang sudah delapan tahun terjun di bidang seni merajah tubuh ini. Hari bercerita, “Karena awalnya aku suka gambar, suka tato. Lalu kenal Adit, ngobrol-ngobrol, terus ditanya kenapa nggak belajar aja. Sampai akhirnya aku tinggalin kerjaan kantor, pure benar-benar terjun ke dunia tato.” Saat memutuskan untuk menjadi tattoo artist, Hari belajar dari KenKen di Bandung, salah satu

seniman tato ternama yang telah membuka studio tato sejak 1990. Setelah satu setengah tahun bergabung dengan KenKen, ia pun pindah ke Sonnee Tattoo di Jakarta tahun lalu. Akhirnya beberapa bulan lalu Hari dan Adit memutuskan keluar dari Sonnee dan memilih berkonsentrasi pada studio milik mereka berdua di kawasan Tanjung Duren. Mereka punya gaya tato berbeda. Adit lebih spesialis di Tribal/Maori, Ethnic, Lettering, dan Symbol. Sementara karya Hari bergaya Old School, New School, dan Horror/Dark Images. Walau memiliki pangsa pasar masingmasing, ada kalanya pelanggan minta dibikini desain tato oleh mereka berdua.

“Misalkan costumer minta tato Old School, tapi dengan ornamen etnik. Kami buat desainnya, tapi untuk eksekusi, si customer yang pilih,” terang Adit. “Jadi desain tidak harus hanya satu style,” tambah Hari. “Misalkan dia pingin Old School, tapi ada namanya, lebih bagus Adit yang bikin Lettering-nya daripada aku. Gambar Old School-nya aku yang bikin,” katanya. “Tandem juga bisa,” pungkas Adit Pengalaman menarik selama menato? Adit: Customer pingsan. Entah kenapa mereka semua cowok berbadan besar. Hari: Lebih ke kerewelan customer aja. Terutama customer yang berduit. Tato favorit? A: Di tangan kiri, gambar TribalPolynesian-Maori, cuma belum jadi karena belum ada yang sanggup nyelesainnya . H: Gambar istri dan anak di dada. Nanti mau tambah satu lagi karena istriku lagi hamil. Lebih keren tato di seluruh badan atau di bagianbagian tertentu? H: Tergantung cocokcocokkan orangnya. Tapi overall, aku lebih senang menato klien yang punya konsep. A: Kalau menurut aku sih semakin besar semakin keren. Bagian badan yang paling sakit waktu ditato? A: Nipple. Sakit parah. H: Lower back. Impian terliar dalam tato? A: Nato istri aku sendiri full body. Tapi itu bisa jadi kenyataan sih. Hehe. H: Menato presiden, biar memasyarakatkan tato dan menatokan masyarakat. Haha.


113 lantas bilang, sekali kamu menato, kamu tidak bisa balik lagi. Mulie bertanya kenapa. “Karena addicted,” jawab sang guru. “Aku sadari pas aku masuk ke dunia tato. Memang jadi addict buat bikin karya baru terus,” ungkap Mulie menyetujui pendapat gurunya. Kini Mulie mendalami gaya tato Japanese Style dan Old School Traditional. Ia mengaku bahwa mempelajari teknik tato Jepang ini tidaklah mudah, karena harus bisa bermain unsur dekoratif dan gambar harus pas di kontur tubuh. Tapi di atas itu semua adalah bagaimana membuat tato yang dilihat sekilas langsung ketahuan itu gambar apa. “Menurut aku, kalau kita bisa lihat dari jauh dan tahu itu tato apa, misal gambar ikan koi atau perempuan, then it’s succeed. Banyak orang belajar Japanese style yang gagal gara-gara itu,” terangnya. Tato favorit di badan kamu? Gambar gurita di tangan kiri dan gambar griffin (legendary creature) di perut. Kegiatan lain selain tattoo artist? Creative Director di sebuah brand fashion. Tattoo artist idola kamu? Jack Rudy, Steve Boltz, Fillip Leu Ritual sebelum/saat menato? Listening to French classical music. Keeps me calm. Kalau anak kamu minta ditato, reaksi kamu? Not until 21. Kalau bisa nggak punya malah lebih bagus. Haha.

Name: Mulie Addlecoat D.O.B: 4 April 1982 Studio: Thinking Tree Tattoo

From passion to obsession, itulah yang terjadi pada Mulie dan seni tato. Awalnya ia hanya suka mengoleksi tato di tubuhnya. Begitu passionate, pria yang pernah kuliah di jurusan desain komunikasi visual ini sampai pergi ke luar negeri untuk mencari tattoo artist yang ia incar. “Experience yang aku dapat dalam tato itu a magical thing. Kadang aku ketemu tattoo artist yang udah aku suka karyanya dan aku track down. Pertemuan itu jadinya lebih seperti takdir,” ungkapnya. Suatu hari istrinya pun bilang, “Kalau kamu memang suka banget tato, kenapa kamu nggak ikut jadi tatttoo artist aja?” Mulie kemudian mencari-cari kesempatan apprenticeship dengan ahli tato di Jakarta. Pada 2010, ia mendapat kesempatan belajar kepada Sonnee yang membuka studio di STC, Senayan. Bagi Mulie, ternyata pengalaman ditato dan menato sama-sama magis. Mulie lantas bercerita, ketika sang guru bertanya apa ia sudah yakin ingin jadi tattoo artist. Mulie jawab yakin. Sang guru


N I T I E K A M O T W HO E C S E H T D N I BEH s in d i k r e k a mm l i f e h mt o r f r e t p a h c w e n A n e w b e g i n nIinndg,oan es ia to e mbar kchtanheel Di rarmtoadlihearndtjo!. Foto g rafi: D es Te ks: Kh iva Iskak.

Untuk edisi kali ini, NYLON Guys ingin menyuguhkan tujuh deretan pemuda yang bergerak di bidang perfilman Indonesia. Dan untuk kali ini memang secara sengaja kami tidak menampilkan para aktor dan aktris baru yang sedang naik daun, namun orang-orang di belakang layar yang kerap membuat film menjadi sesuatu yang magis. Tidak dipungkiri tanpa keduanya sebuah film tidak akan berjalan, tetapi bakat dan prestasi para pekerja belakang layar ini sudah saatnya mendapat spotlight untuk para pecinta film mengetahui siapa saja yang mengerjakan dibalik kesuksesan film-film yang ada di Indonesia saat ini. Walaupun mereka sedang menghadap di tengah badai kepercayaan masyarakat Indonesia mengenai kualitas film-film sekarang, tetapi mereka yakin dengan apa yang mereka ciptakan, dan jauh dari ketidak tanggung jawaban seorang filmmaker tanah air. Dimulai dari tujuh peran penting di sebuah film yaitu Director, Producer, Music Director, Editor, Cameraman, Casting directors, dan Director of Photography. Inilah tujuh anak bangsa yang berjanji akan memajukan perfilman Indonesia tanpa mengeluh sedikitpun!


N ? S E EN

115

ID RECTOR Billy Christian,27

Usianya masih terbilang muda, namun Billy sudah mempunyai 17 film pendek miliknya. Dengan rencana untuk feature film perdananya tahun depan, ia sudah yakin dengan langkah apa yang akan ia lakukan di film panjangnya nanti. “Apa yang kita butuhkan itu sebuah keberanian! Jalankan saja, terus mencari dan terus belajar,”jelasnya. Pria lulusan Institut Kesenian Jakarta ini, menyadari passion-nya dalam membuat film semenjak ia duduk di bangku SMA. Saat itu ia ingin mengikuti workshop film Pop Corner dengan pengajar oleh Mira Lesmana dan Riri Reza, saat itu peminat pembuat film belum ada, dengan nekat ia berbohong mengenai mempunyai grup yang ingin buat film selama workshop, akhirnya ketahuan, namun panitia tetap memperbolehkan untuk terus ikut karena niatnya yang begitu besar dalam membuat karya film. Sejak itu, Billy terus berkarya. Hasilnya, beberapa film pendeknya berhasil menembus festival-festival film seperti Dear My Daughter untuk Pusan Film Festival, Terorisinema untuk di Dresden Film Festival, dan Sang Badut dan Seorang Pengantin untuk di Mumbay Film Festival. Selain pekerjaan sampinganya sebagai illustrator, pengajar, juri, dan pembicara film di sebuah workshop maupun festival, ia tak sabar akan menjalankan first project-nya, “Gue suka banget sama tema film horor, dan film pertama gue ini akan bertema horor… dan tentunya horor ini tidak akan gue buat asal-asalan hehe..” menurutnya film itu tidak ada yang buruk, namun bagaimana caranya para filmmaker kini tidak membuat film ‘hanya’ karena bisnis. Karya Billy yang lebih dikenal sekarang adalah Sang Badut dan Seorang Pengantin, Bye Lulla Lullaby, dan Dunia Sempit. Dengan semangat tak ada habisnya, ia bercita-cita untuk membuat karya yang dapat membanggakan secara nasional dan internasional. billychristiank@gmail.com


Producer Wanita berpawakan santai ini mengaku bahwa ia terjun ke dunia perfilman merupakan suatu ‘kecelakaan’, “Awalnya gue ditawarin temen gue untuk apply di Kalyana film karena ada posisi nganggur, gue bertiga but somehow yang keterima gue, itu tahun 2001 pas film Ca Bau Kan, dulu gue masih jadi Personal Assistant,” jelasnya. Tia lulusan Komas Universitas Indonesia ini dulunya ingin menjadi wartawan, tapi karena ia memilih bagian produksi, ia terus mengikuti jalur pekerjaan di produksi ini, sampai pada akhirnya dipercaya menjadi line producer di acara MTV Ajang Ajeng bersama Joko Anwar. Kemudian ia kembali dipercayakan sebagai Line Producer di film Belahan Jiwa. Lalu beberapa kali di berbagai film Tia dipercayakan di bidang produksi, sebut saja seperti Kala dan

Tia Hasibuan, 32 Pintu Terlarang. Namun Tia lebih dikenal sebagai produser di film Fiksi. “Gue sebenernya nggak musti harus Produser, yang penting ada di jalur produksi,” ujarnya. Tia yang gemar mengulik sesuatu di pekerjaan produksi merupakan suatu tantangan sendiri baginya, “Kalau produksinya nggak sesuai budget padahal udah dipersiapkan, nah, bagaimana deh tuh caranya gue untuk bisa membuat itu semua bisa tercapai at the end-nya, itulah tantanganya.” Lalu ia akui kembali ia tidak terlalu suka dengan menonton film, namun ia lebih senang dengan proses pembuatan film itu sendiri. Dari yang tidak tahu apa-apa hingga sudah handal dalam mengulik. Setelah selesai dengan post produksi Catatan Harian si Boy, kini Tia tengah disibukan dengan proyek selanjutnya bersama Moly Surya (Fiksi) kembali untuk membuat film Extraordinary Me. tiahasibuan@gmail.com


Editor Seorang Editor merupakan sutradara kedua setelah set di lapangan, cerita dan keindahan film itu sendiri juga bergantung dengan bagaimana cara sang Editor secara teknis dan rasa menyatukan itu semua. And its not an easy job. Cesa pun setuju akan pernyataan diatas. Pria lulusan Institut Kesenian Jakarta jurusan editing ini, sudah lama berada di dunia perfilman. Cesa yang sedang disibukan dengan proses editing film Ronggeng Dukuh Paruh (Working tittle) oleh Ifa Isfansyah dan Tendangan Dari Langit arahan Hanung Bramantyo. Cesa yang dulunya ingin menjadi seorang sutradara menemukan editing adalah suau hal yang sangat menarik, “Kita menjadi penonton pertama, kita meramu seperti puzzle, setiap proyek itu sebuah petualangan.

Ketika menjadi satu film, oh ternyata yang dulunya berantakan bisa menjadi satu kesatuan yang rapih,� jelasnya. Itulah mengapa ia jatuh cinta dengan pekerjaanya, ia akui di proses editing ia bisa menikmati semuanya, dari akting, directing dan sinematografi sebuah film. Cesa yang sudah melewati beberapa kali proses film editing di film-film besar seperti Brownies, Catatan Akhir Sekolah, Get Married, Emak Ingin Naik Haji, Doa Yang Mengancam, Garuda di Dadaku, dan Tanda Tanya membuahkan ia satu piala FFI (Festival Film Indonesia) untuk Get Married dan FFB (Festival Film Bandung) untuk Doa Yang Mengancam dan Get Married. Saat ini dengan kesadaran melihat Indonesia dengan minimnya pendidikan yang banyak untuk pekerja seni film ia bersama PlotPoint

Cesa David Luckmansyah, 35

bekerja sama membuat Cutting Point, sekolah khusus editing. “Sekarang kan jamannya instan, bisa megang komputer dikit sudah dibilang Editor, maka dari itu mau buat sekolah ini untuk pekerja film bisa lebih berkualitas, karena pemerintah hanya mengejar kuantitas bukan kualitas, nggak dipikirin kualitasnya,� ungkapnya. Apa yang ia selalu ajarkan kepada muridnya adalah bagaimana menjadi good Editor itu harus ada riset, membuka semua panca indra, karena itu akan menjadi pemikiran seorang Editor. Bukan hanya asal memotong, tetapi mengapa harus menyambungkannya. Karena editing yang berhasil itu apabila tidak terlihat seperti editing maka editor itu terhitung sukses. Luckman_cesa@ me.com

117


MUSIC DIRECTOR Zeke Khaseli 33

Awalnya Zeke terdapat di dalam sebuah band bernuansa folk rock dan ambient, yaitu Zeke and The Popo. Gaya musik Zeke yang berbeda membuat talentanya dilirik untuk membuat Soundtrack film Kala arahan Joko Anwar di tahun 2006. Respon yang ada justru semakin membaik ketika album soundtrack tersebut dirilis. Zeke yang dulu sekolah sutradara ini diajak oleh Tia Hasibuan untuk meeting bersama Moly Surya untuk film Fiksi. Awalnya ia merasa hesitan, apakah yang ditugaskan ini sesuai dengan musiknya atau tidak, “Gue itu kalau bikin musik itu secara analog jadi rada lama, belum computerize banget, jadi gue belajar cepet sama temen gue..dengan modal nekat, semua serba cepat, pas dikasih ke Moly, eh dia suka deh,” jelasnya. Modal nekat dan belajar cepatnya ini membuahkan ia piala FFI (Festival Film Indonesia) untuk film Fiksi. Semenjak itu tawaran pun berdatangan, sebut saja seperti Rumah Dara dan upcoming project Extraordinary Me dengan arahan Moly Surya (Fiksi). Pengalaman barunya ini ia akan terus pertahankan, “Gue menganggap ini bentuk gue berseni, jadi gue bisa bermusik, bikin lagu untuk film, dan fokus juga untuk album kedua gue.” Sedangkan untuk keadaan perfilman di Indonesia yang tengah sedikit memprihatinkan ia memposisikan dirinya untuk waktunya membuat perubahan terhadap industri ini, “Harus ada sistem mekanisme yang benar, distribusi yang benar, kita perlu sistem yang benar,” jelasnya. Walaupun ia masih terhitung baru, namun semangatnya untuk membuat suatu hal yang segar merupakan ambisinya. zekekhaseli@yahoo.com


DIREC

TOR O F

PHOTO

Orang yang komunikatif tidak cukup apabila tidak mempunyai pandangan visual yang luas apabila ingin menjadi seorang DOP (Director of Photography). Berbekal gemar memotret, Sidi, sangat senang dengan menciptakan visualisasi sebuah adegan. Baik itu dalam potret maupun dalam frame. Sidi lulusan Sound Design dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) berpindah haluan ke Editing dan langsung fokus apa itu seninya dari sebuah gambar yaitu foto. Sidi yang baru saja rampung film Psotcard From the Zoo sebagai DOP mengatakan apapun yang dipelajari dari sebuah film itu butuh sebuah proses, tidak dengan sekali memegang jabatan tertentu langsung mengatakan dirinya seorang filmmaker, “Proses itu perlu, janganlah menjadi generasi instan,”serunya. Sidi merupakan orang yang curiosty-nya sangat tinggi, sejak awalnya ia berkecimpung di dunia film, ia tak pernah berhenti untuk belajar,”DOP itu ada di sinematografi, gue selalu bertanya kenapa begini, kenapa

GRAPH

begitu, frame ini kenapa harus kotak, pasti ada ilmunya,” jelas Sidi. Sebut saja beberapa hasil arahan fotografinya di film D’bijis, Babi Buta Ingin Terbang dan Merah Itu Cinta arahan Rako Prijanto. Sedangkan untuk film pendek ada beberapa seperti Koa Anak Sebatang Pohon, Dayang Sumbi, dan Trip to The Wound. Kini Sidi sedang merambah ke dunia sutradara, sudah dua tahun ia mempelajari metode ini, karya pertamanya dapat dilihat di film omnibus Belkibolang yang berjudul Full Moon. “Gue menjadi sutradara bukan karena ingin menjadi keren, karena banyak yang seperti itu sekarang, Director is not about tittle, jadilah sutradara yang benarbenar paham film,” jelasnya. Ia pun setuju film Indonesia memerlukan seorang penggebrak agar kemajuannya pesat seperti industri musik sekarang, “Kita ini butuh prosuder yang gila, investor yang gila, Dan media yang gila untuk melihat betapa banyaknya anak negeri yang berbakat!” sidisaleh@gmail.com

Y

2 3 , h e i Sal

Sid

119


Casting Director

Sanca Khatuli

stiwa, 25

ti, 29

arimur H i t k a h S

“Memang pekerjaan kami ini di Indonesia tentunya masih dianggap sebelah mata, padahal kami adalah salah satu tulang punggung sebuah film juga, tidak apa-apa, maka dari itu kami berada disini untuk membenarkan stigma tersebut,” ujar Shakti. Keberadaan kakak adik, Shakti dan Sanca disini untuk menghasilkan pemilihan performa karakter terbaik untuk seorang aktor di film yang sedang mereka kerjakan. “Ini bukan pekerjaan yang gampang lho,” jelas Sanca, “Iya, karena kami tidak bisa sembarang dalam memilih aktor untuk sebuah karakter, tapi kami bisa mempoles seorang aktor walaupun ia masih terbilang baru. Karena kami percaya semua orang itu bisa akting, tinggal bagaimana mempolesnya saja, dan karena itu juga adalah pekerjaan kami,” tambah Shakti. Kakak beradik ini sama-sama

lulusan Institut Kesenian Jakarta, mereka terjun didunia pefilman karena memang sudah menjadi darah daging mereka, bagaimana tidak, mereka adalah putra dari tokoh besar teater, yaitu Jose Rizal Manua. Jalur takdir di perfilman mereka pada awalnya tidak sama, setelah berjuang kesana kemari, akhirnya mereka menemukan bahwa sebagai Casting Director adalah jalur yang tepat, maka dari itu lahirlah Sparkle sebuah casting service yang mereka bangun bersama pada tahun 2008 lalu. Film-film yang pernah mereka jalankan antara lain Amphibious 3D dan Batas. “Pengalaman kami di Amphibious sangatlah tidak terbayarkan, kami bangga karena Brian Husna (Sutradara) sangatlah puas atas kerja kami, walaupun kami awalnya selama delapan bulan digembleng,” jelas Sanca. Dalam etos

kerja, mereka akan melakukan sebaik-baiknya sebagai fungsi Casting Director, “Itulah yang terlupakan disini, di Amerika Casting Director itu justru yang dicari-cari oleh para aktornya untuk mencarikan mereka karakter mana yang cocok. Disini sistemanya cuma datang dan terima kasih doang, untuk di sebuah casting departemen. Lalu fungsi kami apa dong? Maka dari itu kami tidak ingin seperti itu terus,” jelas Shakti. Mereka yang tengah disibukan dengan casting Negeri 5 Menara ini berjanji akan membuat perubahan pada sistem mindset industri disini, Shakti menimpal “Dimulai dari departemen kami sendiri dulu kali yaa dibenerin haha..” Shakti_harimurti@hotmail.com, Sanca_khatulistiwa@yahoo.com


S ea n M on t eir o, 2 7 Pada awal karirnya Sean, ia mempelajari semua aspek perfilman. Baginya sebuah tantangan dan seperti menemukan ilmu baru dalam hidupnya. Film pendek pertamanya ketika ia berumur 16 tahun, menggunakan teman-teman kelasnya sebagai para aktor, Sean jatuh cinta dengan cara kerja kamera dan how to direct it. “Ada sesuatu yang magis dengan cara kerja kamera, entah itu untuk film, foto, dan lain-lain,” jelasnya. Dalam 12 tahun hidupnya ia telah bekerja di 30 produksi di dalam peran pekerjaan yang berbeda-beda. Memang, dalam hitungan produksi yang ia pernah jalani tidak semuanya berada di Indonesia, karena hampir separuh hidupnya berada di Australia. Sean yang lulusan Performing Arts/Film di Monash University juga mempunya beberapa pengalaman sebagai aktor. “Karena ketika belajar menjadi aktor, untuk menjadi seorang sutradara, camera man, bahkan DOP sekalipun akan tahu bagaimana emosi aktor tersebut, dengan otomatis akan mengetahui gerak dan kapan waktu untuk cut,” jelasnya. Sean merasa tidak ada yang mudah dalam menjalani pekerjaan di dunia film, apalagi ia selalu mendengar camera man juga dianggap remeh oleh orang-orang, “Jangan salah, tangan gemetar dan bahu tidak kuat, apalagi kaki lemah itu sudah tidak bisa menjadi camera man, kita ini memiliki teknik khusus untuk itu.” Sean yang dulu penah menjadi camera mannya Rudi Soedjarwo sedang mencoba beralih menjadi sutradara, ia pernah memenangkan 15/15 Film Festival

121

untuk Best Quote, Best Male Performance dan Portable Film Festival untuk membuat film pendek lengkap dengan semua teknis dalam 24 jam. Baru-baru ini ia membuat film pendek pertamanya di Indonesia yaitu Cassava, ia sendiri yang pegang kamera dan sebagai sutradara. Selanjutnya ia akan membuat film komedi karyanya bersamaan dengan production house, Bamboom yang akan ia bangun, “We starting small, thinking big and moving fast. Because the slower we move, the faster we die!” sean.monteiro@gmail.com

Ca mera Ma n


“FILM ADALAH BE


THETHINKER

ENTUK EKSPRESI� 122

Kita bisa memiliki pendapat yang beragam tentang industri film Indonesia. Begitu kontras perjalannya hingga menimbulkan pro dan kontra di setiap generasi. Namun, ada satu nama yang kerap muncul secara konsisten yaitu Slamet Rahardjo Djarot. TEKS : EIN HALID & KHIVA ISKAK FOTOGRAFI: ONIK (REBELLIONIK)


NG : “Modal terbesar menjadi seorang aktor itu apa?”

Ketika Nylon Guys berkeinginan mewawancarai beliau dalam edisi yang bertema film ini, ada sebuah harapan untuk mendapat suntikan wawasan. Seorang Slamet Rahardjo yang dalam perjalanan kariernya memiliki begitu banyak momentum, menyatakan dengan jelas bahwa ia adalah hanya seorang pekerja di dunia pefilman. Aktor Terbaik dalam FFI 1974, lewat permainannya yang mengesankan dalam film Ranjang Pengantin, adalah awal dari kebesaran namanya. Film-film besar seperti “Badai Pasti Berlalu”, “Pasir Berbisik”, “Laskar Pelangi”, hingga filmnya terakhir di “Sang Pencerah’’ merupakan film-film yang paling dikenal oleh masyarakat luas. Sepanjang perjalanan kariernya, ia telah melakoni industri ini sebagai seorang aktor, sutradara dan penulis skenario. “Tapi menurut saya, masyarakat lebih menerima saya sebagai seorang aktor dan sutradara. Saya sendiri sudah tidak dapat memisahkan diri dari kedua hal tersebut, Ujar Selamet Rahardjo mebuka pembicaraan sore itu. Mewawancara seorang tokoh selalu ada ketegangan tersendiri. 1001 pertanyaan ingin ditanyakan dalam waktu yang terbatas. Satu pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang begitu berharga. Selamet Rahardjo yang kini berprofesi mengajar akting menyempatkan bertemu tim NYLON Guys di sela kesibukannya. Deringan telepon dan pertanyaan asistennya mewarnai obrolan kita. Lalu kami buka sesi wawancara tersebut dengan pertanyaan paling klasik. NYLON Guys (NG) : “Bagaimana awal mula Anda terjun ke dunia film?”

Slamet Rahardjo (SR) : “Saya sebenarnya orang yang tidak suka tampil, teman-teman saya tahu itu. Awalnya saya belum mengenal kunci bermain sebagai seorang aktor. Ternyata berada di atas panggung itu sama saja seperti kita sehari-hari. Butuh pengamatan secara cermat terhadap kehidupan sehari-hari yang kemudian dijadikan karya saat berakting.”

SR : “CERDAS. Harus cerdas itu mutlak, dan bukan pandai loh disini. Punya wawasan yang luas, cerdas mengukur dan menakar tentang kehidupan. Bila dia tidak punya ini semua maka seseorang hanya akan ‘merasa’ dirinya aktor dan bukan aktor sungguhan.” NG : “Melihat peran Anda sebagai sutradara, film yang sukses itu seperti apa?”

SR : : “Film harus bisa memberi nilai positif pada masyarakat. Film tidak boleh membutakan masyarakat. Film harus bisa memberikan tuntunan bukan sekedar tontonan. Saat ini film hanya untuk menghasilkan uang dan bukan membuat film. Mental sutradara kebanyakan untuk konsumsi bukan bermental kreasi.” NG : “Apakah pendapat Bapak dengan banyaknya film horor atau film yang banyak eksploitasi seksual berbungkus komedi?”

SR : “Menurut saya semua tema film itu bagus, jangan salah, saya bukan hanya penikmat film drama. Saya nonton Juon, saya kagum dengan film horor Thailand. Dan saya pecinta film komedi seperti Mr. Bean dan Tom & Jerry, keduanya dapat membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Tapi, bedanya dengan film yang kamu pertanyakan adalah, bagaimana proses pembuatanya, yah… sinematografi dan dramatologi. Contoh gampang, ‘Tom & Jerry’ penokohannya sangat jelas, ada emosi marah, iri, dan balas dendam dalam bentuk komedi. Coba lihat rata-rata film yang mendapat penghargaan justru dari tema yang sederhana.”

NG : “Lalu kenapa masuk dalam penyutradaraan?”

SR : “Sebenarnya membuat film juga sama, yaitu hasil pengamatan dari kehidupan itu sendiri yang kemudian dihidupkan menjadi sebuah karya. Karya dari sebuah penyimpulan analisa kehidupan itu sendiri. Lalu saya masukkan metodologi, dramatologi dan sinematografi dan menjadi format ciptaan. Disinilah kemudian saya dikenal sebagai aktor dan sutradara yang baik.” NG : “Tantangan terbesar menjadi seorang aktor itu apa Pak?”

SR : “Aktor itu adalah seorang seniman, bukan penghibur. Kalo dia penghibur berarti dia seorang entertainer. Saya masuk dalam kategori seniman yang realistis. Ketika saya mau jadi aktor atau sutradara maka saya belajar dan kemudian saya membuat karya.”

124

NG : “Jadi peran lembaga sensor film disini bagaimana, melihat banyak kebijakan yang bias?”

SR : “Lembaga sensor yang benar adalah kecerdasan bangsa. Ketika bangsa itu sudah cerdas dan mengenal budaya bangsanya maka kita tidak perlu repot mempeributkan adegan telanjang di film A adalah pornografi dan di film B, bukan. Balik lagi semua ini kembali kepada kesiapan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.”


" saya pecinta film komedi seperti Mr. Bean dan Tom & Jerry"

dan pulang paling akhir di set. Setiap film yang saya buat atau perankan saya lakukan dengan sepenuh hati. Bila ada yang jelek, saya tidak akan mencari alasan atau membanding-bandingkan. Jelek yah jelek aja, tapi tetap karya saya.” NG : “Buat Anda jadi tidak ada kejadian yang memilukan selama berkarya?”

NG : “Apakah Bapak pernah mendapat kritikan pedas?”

SR : “Ya, saya pernah mendapat kritikan pedas saat saya aktif menentang adanya monopoli dalam perfilman. Disini saya bukan terlihat sok nasionalis, tapi perfilman Indonesia tidak akan berkembang bila selalu harus memuaskan keinginan ‘sang raja’.“ NG : “Dari sekian banyak karya Anda adakah karya yang paling berkesan?”

SR : “Tidak ada. Karena saya adalah seorang pekerja, saya datang paling awal

SR : “kejadian yang memilukan bila saya melihat sebuah penghargaan disia-siakan. Ibaratnya begini, banyak aktor tidak menyadari ketika ia mendapat peran utama, itu adalah sebuah penghargaan. Oleh sebab itu aktor tersebut harus mengembalikannya dalam wujud membuat karya yang terbaik. Saya pilu ketika ada orang yang tidak menyadari bahwa dia bukan siapa-siapa tanpa orang lain. Jadi buat saya tidak masuk di akal ketika seorang aktor harus datang terlambat tanpa alasan jelas dan membuat orang lain haru menunggu berjam-jam.”

NG :

“Apa arti totalitas?”

SR : “Ketika seorang aktor bertanggung jawab terhadap apa yang dipercayakan kepadanya.” NG : “Apa pesan Anda untuk aktor muda?”

SR : “Sebenarnya saya tidak memiliki pesan khusus. Tapi secara keseluruhan adalah tidak ada yang bisa memperbaiki generasi, kecuali generasi itu sendiri. Dan tidak ada negara yang tidak bertumpu kepada generasi muda. Jadi janganlah membunuh diri dengan hal yang tidak berguna.”


shopping list 16DS, Grand Indonesia East Mall, Level One, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat, www. sixteendscale.com ADIDAS ORIGINALS, Plaza Indonesia Extension, Level 3 No.EH-01, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat THE BODY SHOP, Pondok Indah Mall 1, Level 1 No. 26-27, Jl. Metro Pondok Indah, Jakarta, www.bodyshop.co.id CDM available @METRO CELEBRITY available @METRO DI BAZZATO available @METRO DKNY JEANS, Plaza Indonesia, Level 2 Unit E 12-13, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat JOMA available @MYSHOES KIEHL’S, Plaza Senayan, SOGO, Jl. Asia Afrika, Jakarta Pusat L’OCCITANE, Pondok Indah Mall 2, Level 1 No.2, Jl. Metro Pondok Indah, Jakarta, www. loccitane.co.id L’OREAL, www.loreal.com LACOSTE, Pondok Indah Mall 2, Blok G Unit 4, Jl. Metro Pondok Indah, Jakarta MAINE ST available @MANEKINEKO

MAGIC HAPPENS available @MYSHOES MANEKINEKO, Epicentrum Walk Level 1, Kuningan, Jakarta, www.manekinekospace. com MARIO available @METRO MARKS&SPENCER, Senayan City, Level 1, Jl. Asia Afrika Lot 9, Jakarta MASSIMO DUTTI, Pondok Indah Mall 2, Ground Floor, Unit G 3-5 & G54, Jl. Metro Pondok Indah, Jakarta MAX ONE HOTEL, Jl. KH Agus Salim No. 24, Jakarta. METRO, Pondok Indah Mall 1, Jl. Metro Pondok Indah, Jakarta METROX, Plaza Indonesia Extension, Level 4, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat MONOLOG, Plaza Senayan, Jl. Asia Afrika, Jakarta Pusat MUJI, Grand Indonesia West Mall, Level 3 Jl. MH Thamrin No.1, Jakarta MYSHOES, Jl. Radio Dalam Raya No.12, Jakarta NEXT, Plaza Senayan, Level 2 No.228 C, Jl. Asia Afrika, Jakarta Pusat

ONITSUKA TIGER available @MYSHOES POT MEETS POP, www.potmeetspopdenim.com ROCKinc, fX, Mazee Level 6, Jl. Jend Sudirman, Jakarta, www.rockincstore. blogspot.com SAMSONITE, Plaza Indonesia Level 2 No. E02A, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat SATCAS, Jl. Panglima Polim V No.36, Jakarta, www.satcas.com SATCAS available @MANEKINEKO SUPERDRY, Plaza Indonesia , Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat TED BAKER, Grand Indonesia East Mall, Level 1 Unit 30 A- 31, Jl. MH Thamrin , Jakarta Pusat, (021) 235 80559 TOPMAN, Grand Indonesia Level 1, Jl. MH Thamrin, Jakarta, www.topman.com TOSAVICA available @MANEKINEKO VTM (Victory Talent Management) www. victorytalentmanagement.com Y3, Plaza Indonesia Level 1 No.121, Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat ZARA, Pondok Indah Mall 2, Unit 128-132, Jl. Metro Pondok Indah, Jakarta, www.zara.com

30%

not for girls.

INDONESIA

Ya, saya ingin berlangganan majalah

INDONESIA

subscribe & save Nama Tanggal Lahir Perusahaan Jabatan Alamat pengiriman

Kantor

Kota

Payment methods

Rumah

Cash

Negara

Kode Pos

Transfer PT. Tiga Visi Utama. Bank Mandiri Sudirman No. rek. 102 00 4567899 9

Telpon HP Fax Email Mulai berlangganan dari bulan

Cover Price

NORMAL PRICE

Subscribe PRICE

Saving

NYLON

Rp. 35.000 (10 edisi)

Rp. 350.000

Rp. 245.000

30%

NYLON Guys

Rp. 35.000 (6 Edisi)

Rp. 210.000

RP. 147.000

30%

Untuk Luar Jakarta tambah biaya ongkos kirim (untuk konfirmasi harap menghubungi nomor telepon (021) 3199 1178

Kirim formulir ini ke : Thamrin City Office Park Blok AA No. 08-09 Jl. Kebon Kacang Raya, Jakarta Pusat 10350 Tel +62 21 3199 1178, +62 21 3199 91179

Hubungi 021-3199 1178 untuk berlangganan dan dapatkan t-shirt Nylon Guys untuk 50 pelanggan pertama! follow us on

NYLONguys_IND

w w w.mpgmedia.co.id

NYLON Indonesia

PT. Tiga Visi Utama Thamrin City Office Park Blok AA No. 08-09 Jl. Kebon Kacang Raya, Jakarta Pusat 10350

best deal


advertorial advertorial

Maroon 5 Live! By Wall’s Cornetto

Pengalaman seru didaPatkan Julio Osvaldo saat mengikuti kuis Wall’s Cornetto maroon 5 race. apalagi saat dirinya berhasil mendapatkan tiket konser maroon 5 di Jakarta. saat ditemui di depan booth Wall’s Cornetto, Julio Osvaldo sedang menikmati suasana permainan band disana. katanya, “awalnya, sebelum permainan band ini, gue mau ikutan kuis. keliatannya seru tapi gue ragu karena ngirain khusus buat couple doang. sedikit nyesel juga. siapa tahu aja beruntung dan bisa dapet hadiah lagi.” semangat Julio di konser maroon 5 itu berbanding terbalik dengan perasaanya yang panic dan hampir putus asa saat tidak mendapatkan tiket konser maroon 5. tapi, harapan kembali muncul ketika dia melihat salah satu temannya nge-rt tweet kuis Wall’s Cornetto marron 5 race. “gue langsung buka link yang ada di tweet itu dan nge-daftarin diri gue untuk ikutan”. kuis tersebut ternyata cukup menantang dirinya untuk membuktikan diri sebagai salah satu die-hard fans maroon 5. Berbagai jenis tantangan harus ia lengkapi di saat yang bersamaan dengan persiapan untuk menghadapi ujian nasional. tetapi niat dan usahanya berbuah sukses. sembilan dari 10 tantangan berhasil ia selesaikan dengan baik sehingga dia memenangkan tiket konser maroon 5. salah satu tantangan yang paling berkesan baginya adalah saat harus posting foto bersama tukang penjaja keliling Wall’s Cornetto. untuk

menyelesaikan tantangan yang satu ini, “gue ajak bokap dan nyokap keliling wilayah Jakarta sampe ke monas karena disana biasanya ada tukang es krim tapi ternyata ga ketemu.” Besoknya, pas lagi di tengahtengah bimbingan belajar, gue denger ada tukang es krim Wall’s Cornetto yang lewat. langsung aja gue nekat minta izin ke guru bimbingan gue dan minta tolong salah seorang teman gue untuk nge-foto-in gue bersama tukang es krim Wall’s Cornetto”. satu hal yang cukup disayangkan, tantangan ke10 tidak berhasil Julio lengkapi karena bertepatan dengan ujian nasional. Padahal dia yang juga anggota paduan suara di sekolahnya ini sudah punya impian jika berhasil bertatap muka langsung dengan para personel maroon 5 yang telah ia gemari sejak masih di sekolah dasar. “kalau gue berhasil menangin meet and greet dari kuis Wall’s Cornetto maroon 5 race ini. gue bakal minta kesempatan untuk nyanyi bareng dan ngerekam aksi gue saat itu. minta foto bareng dan tanda tangan juga ga mungkin gue lewatkan”. arshil

ice Cream Of love

@icecreamoflove


wanita. Sejujurnya, itu sangat awesome, percakapan antara saya dan ayah saya yang gay dan berumur 79 tahun. Ia jauh lebih jujur ketimbang saya. Lalu kemudian tiba saatnya ia meninggal, dan percakapan itu takkan pernah berakhir bagi saya. Pastilah itu sebuah masa yang sulit untuk menulis Sebetulnya, semenjak kedua orang tua saya meninggal, saya terjerumus ke dalam perasaan depresi. Saya merasa tidak berarti. Namun di saat yang sama, saya juga merasa bahwa hidup itu pendek, dan kita harus melakukan segalanya semampu kita. Saya merasa seperti dikuasai oleh perasaan emosional yang begitu kental. Rasanya berkunjung ke supermarket serasa seperti behalusinasi, tapi saya merasa diperkuat oleh perasaan aneh ini. Setelah Thumbsucker, saya tidak banyak menerima panggilan, yang sejujurnya menyulitkan saya untuk bergerak ke proyek film selanjutnya. Semakin sering hal itu terjadi, semakin ingin saya berteriak, “Really? Fuck you!” dengan gaya drama-queen pada umumnya.

Dengan Beginners, Mike Mills membuat sebuah film yang begitu spesial, sekaligus dekat di hati. Teks: DIANE VADINO. Ilustrasi: mike mills

NEW BEGINNING

Beginners, film karya penulis dan sutradara Mike Mills ini mungkin dapat dikatakan salah satu romansa terbaik setelah Annie Hall. Dibintangi oleh Ewan McGregor sebagai Oliver, seorang desainer grafis yang emosional, dan Christopher Plummer sebagai ayahnya yang sekarat. Beginners sungguhlah sempurna, kami memanggil Mills untuk mengatakannya secara langsung.

Beginners dapat dikatakan sebagai cerita mengenai Anda, apa faktor-faktor dibalik terciptanya film yang bersifat autobiografi ini?Ketika ayah saya come out, itu membuat hidup kami begitu memusingkan, sehingga Anda tak akan berpikir untuk mengadaptasinya menjadi sebuah film. Namun ketika ia jatuh sakit, dan sama sekali tidak berlaku seperti orang sakit pada umumnya, saya merasa memiliki sesuatu yang harus saya ceritakan. Segala yang terjadi sangatlah besar dan cerah.

128

Apa yang Anda pikirkan ketika masyarakat mendeskripsikan film anda sebagai ‘small’ film? Apakah film ‘kecil’ hanya bercerita seputar cinta dan kematian? Dan film besar mengenai robot-robot? Reaksi saya adalah What? Saya percaya, bila kita mengutarakan sebuah perasaan yang konkrit dan emosional, hal-hal yang saya sudah familiar, bisa saja menjadi hal yang menarik bagi banyak orang. Sama seperti cerita-cerita yang biasa ditulis oleh Raymond Carver: ia tidak akan menjelaskan keseluruhannya, ia tidak akan membuatnya lebih mudah bagi kita, tapi karena itulah kita tidak berhenti membacanya. Apakah ayah Anda merasa keberatan dengan kisah hidupnya yang diceritakan ke seluruh dunia? Ketika ayah saya come out, tiba-tiba ia hanya berbicara seputar cinta, seks, penis, pria dan

Bagaimana Anda menulis film ini? Ketika saya menulis, saya paling suka dengan memperhatikan sesuatu, kemudian melaporkannya. Seperti Melanie Laurent (yang berperan sebagai love interest Ewan McGregor) yang tidak berbicara sama sekali dalam sebuah pesta, dimana ia bertemu karakter McGregor. Hal itu sebetulnya pernah menimpa Lou Pucci ketika kami sedang mempromosikan Thumbsucker. Berdasarkan hasil diagnosa dokter, Pucci tidak akan bisa berbicara selama dua minggu, lalu ia bertemu dengan gadis ini di sebuah pesta, ia tidak mungkin gagal untuk mendekatinya karena pada saat itu, ia benar-benar tidak bisa mengeluarkan suara. Ceritakan pengalaman favorit Anda bersama Ewan mcGregor I love him. Pada salah satu proses latihan untuk Beginners, saya membawa Melanie dan Ewan ke Six Flags Magic Mountain. Pada saat kami berkendara menuju situ, mereka sangatlah diam dan ngambek dengan saya. Pada saat kami menaiki Colossus, mereka ingin buru-buru keluar. Saya menaiki kereta pertama, dan kami berteriak seperti wanita, sekeras-kerasnya. Walaupun pada awalnya ia tidak ingin melakukannya, ‘toh pada akhirnya dia juga ikut serta. Dan dia juga Obi Wan! Dia seorang bintang film ternama! Ewan tidak pernah membuat saya berpikir demikian. Saya rasa orang Skotlandia tidak pernah seperti itu. I have the biggest crush on him.


advertorial advertorial

Maroon 5 Live! By Wall’s Cornetto

Pengalaman seru didaPatkan Julio Osvaldo saat mengikuti kuis Wall’s Cornetto maroon 5 race. apalagi saat dirinya berhasil mendapatkan tiket konser maroon 5 di Jakarta. saat ditemui di depan booth Wall’s Cornetto, Julio Osvaldo sedang menikmati suasana permainan band disana. katanya, “awalnya, sebelum permainan band ini, gue mau ikutan kuis. keliatannya seru tapi gue ragu karena ngirain khusus buat couple doang. sedikit nyesel juga. siapa tahu aja beruntung dan bisa dapet hadiah lagi.” semangat Julio di konser maroon 5 itu berbanding terbalik dengan perasaanya yang panic dan hampir putus asa saat tidak mendapatkan tiket konser maroon 5. tapi, harapan kembali muncul ketika dia melihat salah satu temannya nge-rt tweet kuis Wall’s Cornetto marron 5 race. “gue langsung buka link yang ada di tweet itu dan nge-daftarin diri gue untuk ikutan”. kuis tersebut ternyata cukup menantang dirinya untuk membuktikan diri sebagai salah satu die-hard fans maroon 5. Berbagai jenis tantangan harus ia lengkapi di saat yang bersamaan dengan persiapan untuk menghadapi ujian nasional. tetapi niat dan usahanya berbuah sukses. sembilan dari 10 tantangan berhasil ia selesaikan dengan baik sehingga dia memenangkan tiket konser maroon 5. salah satu tantangan yang paling berkesan baginya adalah saat harus posting foto bersama tukang penjaja keliling Wall’s Cornetto. untuk

menyelesaikan tantangan yang satu ini, “gue ajak bokap dan nyokap keliling wilayah Jakarta sampe ke monas karena disana biasanya ada tukang es krim tapi ternyata ga ketemu.” Besoknya, pas lagi di tengahtengah bimbingan belajar, gue denger ada tukang es krim Wall’s Cornetto yang lewat. langsung aja gue nekat minta izin ke guru bimbingan gue dan minta tolong salah seorang teman gue untuk nge-foto-in gue bersama tukang es krim Wall’s Cornetto”. satu hal yang cukup disayangkan, tantangan ke10 tidak berhasil Julio lengkapi karena bertepatan dengan ujian nasional. Padahal dia yang juga anggota paduan suara di sekolahnya ini sudah punya impian jika berhasil bertatap muka langsung dengan para personel maroon 5 yang telah ia gemari sejak masih di sekolah dasar. “kalau gue berhasil menangin meet and greet dari kuis Wall’s Cornetto maroon 5 race ini. gue bakal minta kesempatan untuk nyanyi bareng dan ngerekam aksi gue saat itu. minta foto bareng dan tanda tangan juga ga mungkin gue lewatkan”. arshil

ice Cream Of love

@icecreamoflove



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.