DRAFT PANDUAN RESCUE (PENYELAMATAN) ORANGUTAN LIAR
Disusun Oleh:
Kontributor: FORINA, BOSF, YOSL-OIC, Paneco-YEL-SOCP, IAR Indonesia, YP, FZS, RHOI, OF-UK, OFI, COP, UNMUL, UNAS, BKSDA Didukung Oleh: GRASP-UNESCO
Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati
1
KATA PENGANTAR Panduan rescue (penyelamatan) orangutan liar ini dipersiapkan untuk menanggapi kebutuhan para penggiat konservasi orangutan dan para pihak yang peduli akan keselamatan dan kelestarian orangutan, yang ingin melakukan penyelamatan orangutan yang dalam keadaan terancam keselamatan dan keberadaannya. Keinginan untuk menyiapkan dan menyediakan Panduan ini didorong oleh kenyataan bahwa sampai saat ini belum ada buku Panduan Rescue (Penyelamatan) Orangutan dan banyaknya kasus terancamnya orangutan liar yang memerlukan tindakan penyelamatan. Panduan Rescue Orangutan ini memberikan gambaran mengenai kegiatan rescue orangutan mulai dari tahapan penerimaan informasi dari masyarakat sampai dengan proses penanganan dilapangan, penanganan di klinik dan proses relokasi/ translokasi. Kami mengucapkan terimakasih kepada Yayasan BOS yang telah memberikan ijin untuk menggunakan dokumen PANDUAN RESCUE (S.O.P PENYELAMATAN) ORANGUTAN LIAR DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT sebagai referensi utama penyusunan Buku Panduan ini. Kepada GRASP-UNESCO yang telah memberikan dukungan untuk proses penyusunan Buku Panduan ini melalui melalui diskusi/workshop, serta kepada teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam penyusunan Buku Panduan ini. Semoga bermanfaat Bogor, 2013 Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………………… DAFTAR ISI ................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................ DAFTAR GAMBAR .................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................... B. Maksud dan Tujuan ............................................................ C. Batasan dan Pengertian .................................................... BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Tahapan Persiapan ............................................................. B. Tahapan Pelaksanaan ........................................................ C. Tahapan Evakuasi .............................................................. D. Tahap Karantina ................................................................. BAB III. PELAPORAN, EVALUASI & MONITORING ............. BAB IV. PENUTUP .................................................................. LAMPIRAN ..............................................................................
3
I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik antara manusia dan satwa liar yang terjadi cenderung meningkat akhir-akhir ini, salah satu jenis satwa liar yang sering menghadapi konflik dengan manusia adalah orangutan. Apapun yang menjadi alasan atau latar belakang konflik antara manusia dan orangutan, akan selalu menyebabkan orangutan dalam posisi yang terancam, serta memerlukan upaya-upaya penyelamatannya. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor: P.48 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN KONFLIK ANTARA MANUSIA DAN SATWA LIAR telah memberikan arah dalam penanggulangan konflik antara manusia dan satwa liar (dalam hal ini gajah, harimau dan orangutan). Dan juga arahan dalam penyelamatan satwa liar yang terlibat konflik, termasuk orangutan. Dengan mendasarkan pada arahan penyelamatan satwa liar (termasuk orangutan) yang terlibat konflik dalam Permenhut 48/2008 tersebut, kami berupaya untuk membuat agar arahan tersebut lebih rinci dan mudah dilaksanakan dengan tepat, cepat, efektif, dan efisien; dengan menambahkan hal-hal yang mungkin belum masuk dalam arahan tersebut serta membuatnya menjadi Buku Panduan Rescue Orangutan. Buku Panduan ini juga diharapkan untuk dapat digunakan dalam penyelamatan orangutan, tidak hanya orangutan yang terlibat konflik dengan manusia, namun juga orangutan yang karena satu dan lain hal memang membutuhkan upaya rescue. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Maksud disusunnya Prosedur Tetap Penyelamatan (Rescue) orangutan adalah untuk memberikan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan penyelamatan (rescue) orangutan 2. Tujuan Tujuannya agar semua kegiatan penyelamatan (rescue) orangutan dapat dilaksanakan dengan tepat, cepat, efektif, dan efisien. C. Batasan dan Pengertian Dalam Prosedur Tetap Penyelamatan (Rescue) orangutan ini, yang dimaksud dengan : 1.
Penyelamatan (rescue) orangutan adalah upaya yang dilakukan Untuk mencegah kepunahan orangutan yang disebabkan karena adanya bencana alam dan kegiatan manusia yang menyebabkan orangutan terancam keselamatan-nya, yang dilakukan melalui kegiatan: a. Menyelamatkan atau memberi pertolongan orangutan yang dalam 4
posisi terancam keselamatannya (terluka, terisolir, terlibat konflik manusia-orangutan) b. Memindahkan orangutan ke habitatnya yang lebih baik dan lebih aman bagi keberadaannya (translokasi/ relokasi). c. Mengembalikan ke habitat asalnya, rehabilitasi atau apabila tidak mungkin, menyerahkan atau menitipkan di lembaga konservasi atau apabila rusak, cacat atau jika tidak memungkinkan hidup lebih baik dimusnahkan (PP 7/1999, Pasal 19). 2. Kriteria konflik: 1. Adanya gangguan (merusak dan menyerang) 2. Adanya materi yang hilang (kerugian material) 3. Adanya masyarakat dan satwa yang menjadi korban / terancam (satwa hasil perburuan dan perdagangan) 3. Kriteria orangutan yang harus direscue adalah: a. Orangutan liar, harus melalui verifikasi informasi yang diklasifikasikan berdasarkan intensitas masalah: a.1. Tinggi: langsung penangkapan → jika ada korban (satwa dan manusia)/ kerugian baik manusia ataupun satwa a.2. Sedang : cukup sosialisasi, penghalauan → belum ada korban/ kerugian baik manusia ataupun satwa a.3. Rendah : cukup sosialisasi → ketakutan / berpotensi menimbulkan kerugian b. Tangkapan / Captive (keluar dari penguasaan pemilik/ pemelihara)
Â
4. Prinsip Penyelamatan Orangutan Dalam pelaksanaan penyelamatan (rescue) orangutan terutama yang harus dilakukan akibat adanya konflik antara manusia dan orangutan, perlu diperhatikan prinsip bahwa dalam memilih opsi-opsi solusi penyelamatan orangutan yang akan diterapkan, pertimbangan langkah untuk mengurangi resiko kerugian yang diderita oleh manusia, secara bersamaan harus didasari pertimbangan terbaik untuk kelestarian orangutan yang akan diselamatkan. Disamping itu, rescue orangutan harus melibatkan berbagai pihak yang terkait dan berkompeten termasuk dunia usaha dan para pengguna lahan skala luas untuk berbagi tanggungjawab.
II. PELAKSANAAN KEGIATAN Pelaksanaan kegiatan merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan rescue (penyelamatan) orangutan liar, mulai dari tahap persiapan sampai tahapan relokasi/translokasi (pemindahan) ke habitat baru yang diharapkan lebih aman dan lebih baik dari kondisi sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan yang ditulis disini merupakan gambaran - gambaran yang diperlukan dan dialami pada saat penyelamatan orangutan liar oleh satu team rescue (penyelamat). Adapun penjelasannya dituangkan dalam bab-bab berikut:
5
A. TAHAP PERSIAPAN
1. Informasi Kegiatan atau tindakan rescue orangutan liar berawal dari adanya informasi mengenai adanya orangutan liar yang terancam dan memerlukan upaya penyelamatan. Keberhasilan kegiatan atau tindakan rescue orangutan liar merespon informasi tadi sangat tergantung pada kebenaran, keakuratan dan rincinya informasi awal ini.
INFORMASI
Berbagi
LSM
KSDA
VERIFIKASI DATA
ASSESSMENT
KEPUTUSAN
DATA TAMBAHAN
TIM KONFLIK/ TIM INVESTIGASI (LSM)
TIM RESCUE
TIM HUKUM (BKSDA)
Mengingat pentingnya informasi awal yang akan menjadi dasar diadakannya kegiatan atau tindakan rescue, maka harus dilakukan check dan recheck terhadap informasi (pemastian informasi/pengkajian data/verivikasi info). Halhal yang perlu mendapatnya perhatian dalam check dan recheck informasi ini: a. Sumber/Asal informasi • Nama • Alamat: • Kontak : (No. tilp/HP, E-mail) • Konfirmasi
: : : : 6
b. TKP (Lokasi Kejadian) : • Lokasi Kejadian: (desa, kecamatan, kabupaten/kota, kalau perkebunan/HTI apa nama perkebunan/HTI dll. • Aksesibilitas ke lokasi kejadian dan kondisinya • Hubungan komunikasi (ada jaringan tilp, jaringan seluler, dll) • Ada contact person atau lembaga/instansi yang dapat dihubungi (termasuk adanya orang yang dapat menunjukkan lokasi) • Ada/tidaknya fasilitas untuk menginap Team Rescue (camp perkebunan/HTI, Kantor Desa/Kecamatan, dll) • Kondisi : Areal perkebunan/HTI, perkebunan rakyat, permukiman, dsb c. Informasi mengenai Orangutan • Waktu kejadian • Orangutan ¾ Jumlah : ¾ Jenis kelamin : ¾ Perkiraan Umur (bayi, anak, dewasa muda, dewasa, tua) ¾ Kondisi Orangutan : (terisolir, kelaparan, luka seperti tertembak, patah tulang karena jatuh atau dianiaya masyarakat, terbakar, dsb., dalam kondisi baik hanya terisolir saja) 1. Verivikasi Data a. Peta posisi orangutan relatif dengan kondisi habitat Æ termasuk potensi area translokasi dan aksesibilitas: - Jika posisi orangutan masih dipinggir/ada koridor dengan hutan alam Æ tidak perlu di rescue, hanya digiring kembali ke hutan alam - Jika posisi orangutan terjepit/terkepung di tengah perkebunan dan tidak ada akses/koridor dengan hutan alam Æ perlu di rescue b. Ancaman Æ tingkat ancaman, oleh siapa (masyarakat, perusahaan) c. Kondisi (fisik, kesehatan): dapat bertahan atau darurat harus segera di rescue - Jika kondisi sehat Æ langsung translokasi - Jika kurang/tidak sehat Æ karantina d. Jaringan penanganan (investigasi) 2. Assessment - oleh LSM-BKSDA (input dari ahli), keputusan BKSDA - kriteria kel I 3. Keputusan - BKSDA atas rekomendasi tim rescue
7
TIM RESCUE Kep BKSDA
Dari LSM yang berpengalaman DR. HEWAN LEMBAGA MEDIS/BKSDA
SNIPER
TEKNISI
TEKNISI
SUPIR
POLHUT
- Tim Rescue di pimpin oleh Dokter Hewan - Seluruh anggota Tim Rescue dijamin K3 (asuransi) - Unit Khusus/SatGas untuk penanganan satwa di BKSDA, kedudukannya dapat juga per-resort (lihat P.48/2008)Æ harus diaktifkan dan di update per tahun. - LSM atau institusi yg berwenang membantu rescue, harus memiliki legalitas jelas untuk melakukan rescue (SK BKSDA). Dimana Dirjen mandatory BKSDA mandatory LSM Æ recruitment personil, kualifikasi personil Æ pelatihanÆ Tim Rescue Tim Rescue Æ capacity building (pelatihan, cek kesehatan per 6 bulan-surat rujukan dokter & peningkatan skill) Syarat-syarat: 1. Umum - sehat fisik & mental - memiliki skill (sesuai jobdesk) - Seleksi berdasarkan/mempertimbangkan beberapa faktor : 1. Tes kesehatan (bebas HIV aids, Hepatitis, TBC) 2. Surat rujukan dari dokter 3. Uji fisik (jalan kaki dan lari min 5 km) 4. Tes kepiawaian menggunakan alat-alat di masing-masing bidang. 5. Tes pemahaman tentang konservasi orangutan (tertulis dan wawancara) 6. Kemampuan kerja sama team 2. Khusus a. Dokter Hewan - terdaftar di PDHI (sertifikasi) - ijin praktek - kemampuan handling orangutan (pengetahuan dosis, perilaku, estimasi BB) b. Paramedis veteriner 8
- dibawah supervise Drh - kemampuan handling orangutan c. Sniper - memiliki kemampuan menembak/sumpit (dengan tepat) - dibawah supervisi Drh - pernah dilatih orang yg berpengalaman (sniper) - SIMenembak dari POLDA (sertifikat) d. Teknisi - dapat mengoperasikan alat-alat dengan baik (GPS, komunikasi, panjat, navigasi) - dapat membaca peta e. PolHut/PEH - SPT pimpinan - mampu melakukan kegiatan di lapangan f. Supir - SIM minimum A - memiliki kemampuan sebagai mekanik - mampu menyupir di medan yg berat 2. Persiapan Keberangkatan. a. Koordinasi • Dalam hal informasi awal diterima oleh lembaga yang bergerak dibidang konservasi keanekaragaman hayati (termasuk orangutan) misalnya LSM, Yayasan, Forum dsb, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah melaporkan atau melakukan koordinasi dengan Balai Besar/Balai Konservasi Sumber Daya Alam setempat atau perwakilannya (misalnya Seksi Wilayah), untuk melakukam persiapan • Dalam hal informasi awal diterima oleh Balai Besar/Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau perwakilannya, maka diharapkan pihak terkait langsung bisa membantu persiapan dan pelaksanaan rescue sesuai arahan dari Kepala Balai Besar/Balai KSDA atau perwakilannya b. Persiapan Personel (tenaga) Dalam satu team rescue idealnya beranggotakan 6 orang, terdiri dari : 1) Satu orang tenaga medis (sekaligus koordinator lapangan) 2) Satu orang POL HUT atau staff BKSDA (penanggung jawab segi perundangan) 3) Satu orang sopir, yang sudah terlatih mengemudi dimedan susah 4) Tiga orang teknisi(tenaga) lapangan yang mempunya keterampilan memanjat, kuat jalan kaki, pengalaman di hutan dan mampu bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat. Dibutuhkan kesatuan team yang tangguh, yang mampu bekerjasama, tidak cepat putus asa dan tidak emosional. Setiap anggota team harus menguasai penggunaan alat-alat rescue, bisa memasak, mematuhi peraturan prosedur keselamatan, berwawasan lingkungan, taat dan patuh pada perintah ketua team sesuai dengan tanggung jawabnya masing masing.
9
c. Persiapan Alat Transportasi Diperlukan alat transportasi yang kondisinya benar-benar bagus, yang mampu untuk medan pegunungan, jalan licin dan berlumpur. Juga dilengkapi dengan system alat komunikasi, tape maupun AC karena pada saat kemarau medan berdebu. Untuk itu dibutuhkan mobil dengan standar sebagai berikut : a. Mobil kondisi mesin bagus, b. Surat menyurat lengkap dan masih aktif. c. Double gardan d. Ban rimba e. Power sterring f. Keranjang atas untuk membawa kandang. (bila dengan 2 mobil yang satu pick up maka tidak terlalu penting) g. Dilengkapi dengan : Radio telekomunikasi (mobile), tape mobil, Air Condisioner. h. Bamper muka belakang harus kuat i. Alat – alat kunci dan dongkrak j. Bila ada dilengkapi dengan WIN ( alat penarik ) Untuk melengkapi alat transportasi bila perlu juga disediakan perahu karet yang dapat dipompa. Sebagai antisipasi apabila harus menyeberangi sungai kecil. d. Persiapan Peralatan Medis dan Obat-obatan (Orangutan & Personil Rescue) 1) Peralatan Bius Alat bius merupakan hal penting yang mutlak harus ada dan tidak boleh ketinggalan, karena tanpa alat ini bagaimana untuk mengaplikasikan obat biusnya/ menangkapnya. Alat bius yang digunakan ada dua jenis, sesuai dengan jarak jangkauan, yaitu untuk pembiusan jarak jauh dengan senjata (tel injek) dan pembiusan jarak dekat dengan sumpit (blow pipe). Syarat alat bius yang digunakan adalah : a) Mudah dan praktis penggunaannya, b) Masih standar, c) Aman bagi orangnya/sniper dan d) Aman bagi orangutannya.
Alat bius dan perlengkapannya yang harus dibawa adalah sbb : a) Senjata bius (tel injek) dengan box 1 buah b) Sumpit bius (blow pipe) 1 buah c) Tabung Gas CO2 untuk senjata 12 buah d) Pompa senjata untuk isi gas cadangan 1 buah e) Kunci senjata (kunci 15,knc L,knc sok) 1 set f) Spuit senjata (ukuran 3 ml + ekor) 20 buah g) Jarum spuit senjata + silk penutup 4 ktk(@ 10 bj) h) Spuit sumpit (ukuran 3 ml + ekor ) 5 buah i) Jarum spuit sumpit + silk penutup 10 buah j) Konektor udara 2 buah 10
k) l) m) n) o) p)
Spuit 3 ml Spuit 5 ml Kawat pendorong karet konektor Tang arteri Tas ransel untuk membawa alat-alat tsb Jaring orangutan + ranselnya
6 6 1 1 1 1
buah buah buah buah buah paket
Semua alat tersebut diatas harus ada dan dalam kondisi bagus, sebaiknya sebelum berangkat di coba terlebih dahulu. 2) Persiapan Obat Bius Untuk pembiusan orangutan atau primata biasanya menggunakan dua macam obat bius yaitu : a) Ketamin b) Xylazin Keduanya di campur dengan perbandingan khusus, ini lebih aman dari pada hanya menggunakan salah satu saja dari keduannya, karena setiap obat bius memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing. Untuk pembiusan orangutan per kilogram BB(berat badan) bisa menggunakan dosis = Xylazin 2,5mg + ketamin 2 mg. Obat bius yang dipakai biasanya dalam konsentrasi 10 %, ini lebih mudah dan praktis karena dengan volume sedikit tetapi konsentrasi tinggi, disesuaikan dengan volume spuit senjata yang hanya mampu untuk 3 – 5 ml. sehingga untuk orangutan yang besar cukup dengan sekali pembiusan saja. Untuk antisipasi adanya over dosis(kelebihan dosis) atau gangguan lain seperti depresi akibat obat bius, maka harus selalu dibawa antidotanya. Antidota yang digunakan biasanya: Reverzyn(yohimbin), Dorpram, atau effortil tergantung kondisi. Obat bius dan anti dota yang harus dibawa adalah sbb: a) a. Ketamin 10 % 10 ml 5 botol b) b. Rompun 10 % 5 ml 5 botol c) c. Reverzyn 50 ml 2 botol d) d. Dorpram 1 botol e) e. Effortil 1 botol f) f. Aquabides 100 ml 1 botol Selalu perhatikan Exp date/tanggal kadaluarsa tiap obat dan buat kotak kemasan khusus untuk obat obat yang mudah pecah akibat benturan dan goyangan waktu perjalanan. 3) Obat-obatan dan P3K Selain obat untuk pembiusan juga harus dipersiapkan box khusus yang isinya berbagaimacam obat-obatan, dan perlengkapan medic lain untuk keperluan emergency dan pencegahan. Kita harus terbiasa mengkondisikan berada ditempat yang jauh dari puskesmas maupun rumah sakit, sehingga harus membekali diri dengan perlengkapan kesehatan standar. Perlengkapan medis yang harus ada diantaranya adalah sbb: a. Antibiotik b. Antiparasit 11
c. Perlengkapan infuse d. Perlengkapan P3K e. Alat bedah minor f. Stetoscope. e. Persiapan Dapur/Logistik Rescue Dapur rescue merupakan hal yang sangat penting yang harus diperhatikan, karena kita harus bisa memperhitungkan kebutuhan bahan makanan dan perlengkapannya selama kita akan berada dilapangan. Ini harus sangat diperhatikan karena kita tidak akan bisa bekerja dalam kondisi kelaparan, menu apa yang praktis dilapangan tetapi memenuhi kebutuhan energy dan gizi untuk kesehatan. Juga untuk semua peralatan dapur harus di cek sebelum berangkat, pastikan semua peralatan siap pakai. Semua peralatan dapur dari bahan yang tidak mudah pecah dan anti karat.
f. Persiapan Alat dan bahan komunikasi,dokumentasi, camping , pengindera jauh dan lain lain : - HT mobile 2 buah ut/mobil - HT + carger 3 buah - GPS + carger 1 buah - HP Satelite + Crger+pulsa 1 paket - Camera digtl + carger 1 paket - Binokuler ut jarak 1 km 2 buah - Handycamp+ carg + kaset 1 paket - Senter besar 2 buah - Batu battery besar 1 dosin - Batu battery AA 1 dosin - Gentset + kabel+ lamp 1 paket - Chinsaw mini 1 set - Tenda dump 2 set - Alat panjat 1 set - Parang/golok 2 buah Untuk semua alat elektronik harus dalam plastik water portable disertai silicon gel. Dimasukan dalam paking yang simple dan tahan goncangan. Apabila semua perlengkapan sudah dirasakan lengkap ( ketua team wajib melakukan pengecekan ) maka team siap diberangkatkan ke lapangan sesuai dimana informasi yang dituju.
12
B. TAHAPAN PELAKSANAAN 1. Koordinasi Sesampainya dilokasi hal yang paling penting adalah berkoordinasi dengan pihak yang berwenang di lapangan. Apabila perusahaan maka kepala perusahaan dan apabila di Kelurahan adalah Kepala Desanya atau Tetua Adatnya, bahkan apabila melewati atau ada POS Polisi terdekat maka wajib melapor kegiatan kita karena berhubungan dengan keamanan dan persenjataan. Tunjukkan Surat Perintah Tugasnya untuk membuktikan bahwa kita bekerja sesuai dengan prosedur dan aturan hukum yang ada, untuk didaerah perkebunan biasanya kita menanyakan siapa kontak person yang memberikan informasi keberadaan orangutan untuk memperjelas informasi selanjutnya, juga minta bantuan tempat tinggal untuk camp sementara dan juga Bahan Bakar untuk mobil. 2. Kepastian Informasi Hubungi kontak person yang menyampaikan informasi untuk menjelaskan ulang keberadaan orangutan mencakup beberapa hal diatas, apabila informasi sudah dianggap akurat kalau bisa informan sekaligus dapat membantu sebagai penunjuk jalan ke tempat sasaran. Hal ini sangat penting untuk efisiensi waktu dan akurasi penyisiran. Dari pihak perusahaan/perkebunan biasanya memberikan dispensasi khusus untuk informan agar dapat mendampingi team rescue dilapangan. Satu hal bahwa team rescue harus tetap aktif dalam menyidik setiap informasi, kita boleh mengikuti informasi mereka tetapi kita juga harus tetap punya pegangan khusus berdasarkan tanda-tanda faktual dilapangan, hal ini untuk mengantisipasi adanya manipulasi informasi dilapangan. Setelah informasi dirasa akurat maka cari tempat/ camp terdekat untuk menurunkan barang barang perbekalan mengurangi beban muatan mobil. Pengumpulan informasi biasanya juga dilakukan sambil santai ngobrol bersama karyawan-karyawan perusahaan/masyarakat waktu istirahat siang atau malam hari. Tempat-tempat yang biasanya digunakan untuk mengambil informasi informal adalah warung-warung, pos satpam, atau tempat–tempat berkumpul santai. Semua anggota team harus bisa komunikatif(bisa bergaul), supel dan ramah pada semua kalangan masyarakat. Pastikan bikin janji dengan informan kapan akan dilakukan penyisiran, usahakan selalu tepat waktu, kalau perlu jemput dimana tempat tinggal/baraknya. 3. Penyisiran (pencarian jejak orangutan) Setelah semua informasi masuk dan diolah, maka kepala team harus bisa mengambil keputusan di daerah-daerah mana yang menjadi prioritas lebih dulu untuk dilakukan penyisiran sesuai informasi yang terbaru, sehingga kemungkinan bertemu orangutannya lebih tinggi. Juga jam berapa akan dilakukan penyisiran di masing-masing tempatnya. Sebelum melakukan penyisiran dilapangan ada beberapa hal yang harus diperhatikan : a. Semua anggota team menggunakan serangam rescue sesuai dengan standar operasional prosedur untuk keamanan.
13
b. Peralatan rescue/pembiusan harus siap pakai jangan ada yang ketinggalan. c. Peralatan komunikasi dalam kondisi bagus terutama batterei penuh, kalau perlu dicoba dulu. d. Binokuler/teropong juga dalam kondisi bagus, terang dan jernih untuk melihat e. Alat dokumentasi juga bisa terpakai semua f. Jaring untuk menahan orangutan di bawah setelah pembiusan jangan sampai tertinggal, sekaligus juga alat panjatnya. g. Bahan bakar mobil harus mencukupi untuk PP. h. Chinsaw siap pakai. i. Air minum cukup untuk dilahan, bila perlu suplemen energy Setelah semua perlengkapan diatas semua sudah siap, maka proses penyisiran pun dapat dilakukan. Untuk penyisiran biasanya di pecah menjadi dua atau tiga group kecil, yang masing-masing dilengkapi dengan radio HT dan teropong sehingga apabila ada salah satu yang melihat orangutan maka team akan cepat mengumpul di tempat sasaran untuk melakukan pemblokiran. Biasanya dibagi tugas masing-masing diantaranya ada yang bertugas untuk mengawasi dari kejauhan untuk melihat gerak-gerik orangutan sementara anggota yang lain melakukan pemblokiran di bawah pohonnya supaya kemana orang-utan pergi dapat termonitor. Sementara yang lain lagi menyiapkan obat bius dan senjata biusnya untuk melakukan penembakan. Anggota team rescue harus dapat mengidentifikasi tanda-tanda bekas jejak orangutan, baik dari bekas cabutan/yang dimakan, jejaknya di tanah, jejaknya di pohon, bekas sarangnya, bau air kencing, fesesnya bahkan bau orangutannya. Dari bekas-bekas yang ditinggalkan dapat diidentifikasi kira kira sudah berapa lama jejak itu ditinggalkan, mulai dari sekitar satu jam, beberapa hari atau minggu lalu. Tentunya keterampilan itu akan didapat apabila sudah sering mengikuti kegiatan rescue. Karena terkadang orang kebun memberi informasi serangan orang-utan tetapi setelah team melakukan pengecekan dilapangan ternyata bekas serangan babi atau landak. Ada beberapa contoh kasus pengalaman team rescue yang mungkin dapat dipertimbangkan dalam melakukan penyisiran, sesuai pengalaman team rescue selama ini. . Yang berhubungan dengan waktu penyisiran, cuaca, jenis kelamin dan kondisi lahan : a. Untuk orangutan yang berada di daerah rawa pinggiran kebun/lahan apabila malam cuaca dingin/hujan, 1) Pagi dari jam 06.00 – 08.00 biasanya masih di sarang atau keluar tetapi masih diatas pohon. 2) biasanya pagi dari jam 08.00 – 10.00 keluar berada diatas pohon untuk berjemur. 3) Sore jam 14.00 – 16.00, bisa ada di lahan makan sawit
14
4) Sore sekitar jam 16.00 ke atas , biasanya ada di atas pohon atau sedang bikin sarang persiapan untuk tidur, tapi terkadang jam 16.00 – 17.00 masih ada yang makan sawit. b. Untuk orangutan yang berada di rawa pinggiran kebun dalam cuaca terang/panas: 1) Pagi pagi jam 05.00 – 09.00 , bisa sudah ada dilahan atau dibawah untuk mencari makan. 2) Jam 09.00 – 10.00 biasanya berjemur sebentar. 3) Jam 10.00 – 12.00, masuk lagi ke rawa 4) Jam 12.00 siang dalam kondisi kebun sepi biasa keluar makan sawit lagi., biasanya pejantan dewasa. (ada dua kasus yang ditemui team rescue) 5) Kemungkinan sore > jam 16.00 biasanya ada dipohon pinggiran rawa atau ditengah rawa siap siap bikin sarang. 6) Untuk orangutan pejantan dewasa biasanya paling malas, jadi biasanya sampai sekitar jam 08.00 pagi masih diatas pohon tinggi sambil menampakan diri berjemur, baru siang hari mencari makan. Begitu pula sore-sore jam 17.00 pun belum bikin sarang tapi masih diatas pohon tinggi ( team pernah menemui sekitar 3 kasus seperti ini ) 7) Untuk daerah yang rawanya kecil dan tidak terlalu dalam apabila sudah terkepung lahan sawit, maka penyisiran dilakukan menyeluruh atau merata kedalam. Contoh - contoh kasus yang ditemui diatas hanya sebagai gambaran, sehingga dalam melakukan penyisiran ada waktu waktu tertentu yang efektif sesuai dengan tanda-tanda keberadaan orangutannya. Dan banyak hal lain yang akan dijumpai dilapangan, karena masing-masing daerah tentunya berbeda-beda. Dilokasi yang sudah sering dilakukan rescue tentunya orangutannya sudah mulai pintar, dari kejauhan apabila melihat team rescue sudah cepat turun ke bawah untuk sembunyi seperti ada insting tersendiri. Tetapi dengan orang kebun yang sering bekerja dilahan mereka tidak ada takut sama sekali, hal-hal seperti ini juga sering kali ditemui team rescue dilapangan. 4. Pembiusan Apabila posisi orang-utan sudah terlihat dan terblokir maka team penembak harus dengan cepat bisa memperkirakan berapa berat orangutannya untuk cepat menyiapkan berapa dosis obat bius yang disiapkan ke dalam spuit bius. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pembiusan : a) Perkirakan berapa berat badan orang-utan b) Hitung berapa dosis obat bius yang harus disiapkan (Harus ada cara-cara penghitungan/memperkirakan) c) Langsung siapkan dua spuit bius dalam dua dosis untuk antisipasi tembakan pertama apabila tidak mengenai sasaran. d) Pastikan jarum bius tidak tersumbat lubangnya, sudah terpasang dengan kencang dan tertutup dengan karet silknya. e) Pastikan udara konektor sudah terisi dengan kencang dan tidak bocor. f) Masukan spuit bius yang sudah siap tembak ke senapan bius dan pastikan penutup belakangnya sudah rapat. 15
g) Pastikan senjata bius dalam keadaan terkunci baru dilakukan pemompaan tekanan kedalam senjata. h) Perkirakan berapa jauh jarak orangutan untuk menentukan berapa tekanan bar senjata. i) Cari posisi yang enak dan aman untuk menembak j) Cari sasaran yang tepat dan aman, usahakan daerah paha, paling tidak bagian punggung/belakang orangutan. k) Jangan pernah menembak dari bagian depan orangutan/berhadapan ,resikonya terlalu besar mengenai muka, alat kelamin atau perut orangutan. l) Bila perkiraan posisi dan sasaran sudah pasti, baru buka kunci senapan dan tembakan. m) Setelah tembakan mengenai sasaran maka lihat pastikan obat sudah masuk dan perhatikan betul reaksi obatnya. n) Sementara yang lain sudah siap dibawah dengan jaringnya untuk menjaga orangutan langsung jatuh ke tanah. o) Pastikan dibawah tidak ada tunggul atau bungkul yang berbahaya. Semua anggota team harus bisa menguasai keterampilan masing masing dan memiliki insting(penginderaan) yang kuat, karena dilapangan terkadang kenyataannya sebagian keluar dari jalur yang sudah disiapkan. Seperti kita sudah siap jaring di bawah tetapi saat orangutan jatuh sebelumnya tangan atau kakinya sempat berpegangan atau sangkut di dahan yang lain sehingga jatuhnya orangutan jauh dari jaring yang disiapkan. Terkadang juga orangutan sebelum terbius total justru malah naik tinggi sekali atau cari tempat cabang atau bahkan masuk kesarang sehingga tidak mau jatuh, sehingga team harus ada yang naik keatas pohon untuk mengambil. Untuk hal - hal seperti itu maka juga harus selalu disiapkan peralatan panjat sehingga keamanan anggota dan orangutannya sendiripun terjamin. Tetapi ada juga kejadian kejadian yang membikin tertawa dan hati team rescue(penyelamat) senang, karena ada beberapa orangutan sebelum terbius total justru mereka malah pelan-pelan turun sendiri dari pohon sampai ke tanah, sampai dibawah team tinggal menangkap untuk di masukan langsung kekandang bila dekat dengan mobil atau ke jaring untuk dipikul apabila jarak dari mobil jauh. Banyak sekali kejadian unik dan aneh dilapangan yang ditemui.
5.
SIFAT DAN PERILAKU ORANGUTAN YANG PERLU PERHATIAN
MENDAPAT
Ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian yang berkaitan dengan sifat dan perilaku orangutan serta harus dipahami untuk menghadapinya sewaktu melakukan kegiatan rescue, a. Betina dewasa sendiri b. Betina dewasa dengan anak c. .Jantan Dewasa Tanpa Cheekpad d. Jantan Dewasa dengan Cheekpad
16
C. TAHAPAN EVAKUASI 1. Evakuasi di Lapangan Setelah orangutan dibawah maka tahap berikutnya adalah evakuasi, apabila lokasi dipinggir jalan maka tidak terlalu sulit untuk tindakan evakuasi tetapi apabila berada di tengah rawa maka merupakan pekerjaan baru lagi bagi team rescue untuk bisa keluar. Biasanya team dibagi-bagi tugas lagi diantaranya; bagian yang mengikat orangutan dalam jaring untuk dipikul, bagian bawa barang-barang, bagian merintis jalan dan bagian memikul bergantian. Sebelum orangutan dimasukan/diikat dalam jaring, setelah jatuh dari atas ada beberapa yang harus diperhatikan, antara lain, standar pemeriksaan klinis: a. Periksa pernapasan b. Periksa detak jantung c. Periksa organ-organ tubuh d. Perikasa suhu e. Cacat yang tidak mengganggu kemampuan hidup orangutan Bila hal-hal tersebut sudah diperhatikan maka orangutan sudah dapat dimasukan kejaring untuk selanjutnya dipikul keluar lahan. Dalam pengikatan dalam jaringpun ada beberapa hal yang harus diperhatikan : a. Ikatan jangan terlalu menjepit rongga thorax (dada), jangan menutupi hidung, karena ini sangat berbahaya. b. Posisi punggung di bawah waktu dipikul. c. Waktu memikul usahakan bagian kepala ada di belakang, ini untuk memudahkan pengawasan apabila orangutan mulai terbangun. d. Apabila melewati rawa/air jangan sampai kepala/mulut/hidung tenggelam. Dalam perjalanan keluar, obat bius harus selalu disiapkan untuk antisipasi apabila dalam perjalanan tiba-tiba terbangun, juga antidotanya. Setelah sampai ke mobil/kandang maka siapkan daun dan buah-buahan kedalam kandang rescue. Selanjutnya masukan orangutan kedalam kandang , posisi orangutan juga harus diperhatikan, jangan sampai thoraknya tertekan/saluran pernafasannya terganggu. Posisi yang aman adalah posisi orangutan miring atau terlentang bebas, muka tidak ada yang menutupi, leher tidak tertekuk. Tutup kandang dengan rapat jangan lupa dikunci/gembok, evakuasi orangutan ke camp rescue. Selalu awasi kondisi orangutan mulai terbangun dari biusnya sampai bagaimana makan minumnya. 2. Proses Translokasi Translokasi dilakukan bagi orangutan yang sehat fisiknya berdasarkan standar pemeriksaan klinis sebelumnya. ................................................................... 3. Evakuasi ke Klinik Usahakan orangutan didalam kandang rescue jangan sampai tertahan lebih dari tiga hari. Kasihan orangutan tinggal terlalu lama di dalam kandang yang sempit dan gelap, tingkat streesnya terlalu tinggi. Untuk mengurangi strees juga bisa diberikan suntikan Biosalamin sebelum perjalanan. Sebaiknya evakuasi ke klinik/perjalanan jauh dilakukan pada pagi hari atau sore hari, 17
sehingga orangutan tidak terlalu strees dan kepanasan. Dalam kandang selalu dimasukan daun-daun sebagai alas, ini juga berfungsi untuk mengurangi getaran/benturan pada saat perjalanan. Dalam proses evakuasi ke klinik sebaiknya selalu di bantu/kawal dengan satu orang dan selalu dilengkapi dengan Surat Perintah Tugas sebagai bukti legalitas petugas selama diperjalanan. Sebelum keberangkatan ke klinik kepala team harus berkoordinasi dengan pihak klinik bahwa akan ada orangutan hasil rescue, sebutkan jumlah, perkiraan besar dan jenis kelaminnya atau juga ada sakit/cidera yang perlu ditangani khusus di klinik sehingga pihak klinik sudah mempersiapkan lebih dulu baik kandang maupun persiapan lainnya.
D. TAHAP KARANTINA Semua orangutan hasil rescue sebelum direlokasi ke habitat/hutan yang baru harus melalui proses karantina, untuk dilakukan pemeriksaan terhadap penyakit menular/zoonosis. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi pemindahan penyakit dari satu daerah ke daerah yang lain yang akan membahayakan populasi orangutan. 1. Tindakan Masuk Setiap orangutan yang baru datang rescue/masuk ke klinik maka dilakukan : Pengambilan darah untuk pemeriksaan terhadap penyakit Hepatitis A, B dan C, TBC, Herpes simplek I&II, juga untuk bank serum dan darah. a. Pengambilan sampel feses untuk pemeriksaan parasit. b. Pemeriksaan fisik ; 1) penimbangan berat badan 2) pengukuran lingkar kepala,panjang tangan atas-bawah dan panjang kaki 3) pemeriksaan gigi dan susunannya untuk perkiraan umur 4) pemeriksaan sistem organ (inspeksi, palpasi atau auskultasi) c. Pengambilan sampel rambut d. Pengambilan sidik jari e. Pengambilan foto f. Pemasangan penanda/microchip. g. Treatment parasit ekto dan endo. 2. Tindakan dalam Kandang Isolasi Selama menunggu hasil pemeriksaan (1-2 minggu) orangutan dimasukan dalam kandang Isolasi. Untuk orangutan yang sehat dari hasil pemeriksaan kesehatannya, maka siap untuk di relokasi. Sedangkan untuk orangutan yang positif terinfeksi penyakit menular maka harus tertahan di kandang isolasi untuk mendapatkan pengobatan atau pemulihan kesehatan. Dalam tahap ini juga dilakukan perbaikan terhadap gizi sebelum direlokasi karena banyak orangutan hasil rescue kondisi gizinya sangat memprihatinkan(kurus).
18
III. PELAPORAN, EVALUASI & MONITORING Pelaporan, mekanisme dan format terlampir. Evaluasi, dilaksanakan setiap selesai melakukan operasi penyelamatan (dan translokasi) oleh team satuan tugas penyelamatan orangutan. Monitoring, kegiatan ini dimaksudkan untuk memantau dan mengukur keberhasilan atau kegagalan yang terjadi sebagai bahan pertimbangan langkahlangkah perbaikan. Monitoring harus dilakukan baik pada saat maupun setelah translokasi. Penanggung jawab kegiatan harus melaksanakan evaluasi dan monitoring terhadap kegiatan translokasi dan melaporkannya secara berkala. Kegiatan ini meliputi monitoring perilaku, demografi, pemetaan jelajah, interaksi sosial dengan individu lain, imigrasi dan emigrasi, perilaku seksual, ketersediaan pakan (studi fenologi), efek musim pada perilaku, terluka dan penyakit, tanggal dan penyebab kematian. Radio telemetri juga perlu digunakan untuk kegiatan monitoring. Kegiatan kemasyarakatan khususnya pendidikan konservasi dan penyadartahuan, harus dilakukan secara terus-menerus di lingkungan sekitar kawasan konflik dan translokasi, termasuk evaluasi terhadap perubahan perilaku masyarakat lokal juga perlu dilakukan. Staf peneliti di lapangan juga harus dicek kesehatannya dengan perlakuan yang sama dengan pekerja di karantina, jika sakit maka mereka tidak boleh ke lapangan. Peneliti harus menjaga jarak kira-kira 10 m dari orangutan yang telah dilepaskan kembali maupun yang liar, dan mereka tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama melakukan pengamatan terhadap orangutan. IV. PENUTUP
LAMPIRAN A. Laporan kondisi awal (standar pemeriksaan klinis). B. Berita Acara Penyelamatan Orangutan. C. Berita Acara Translokasi Orangutan. Gambar 1. Peralatan rescue. Gambar 2. Rescue. 19
Gambar 3. Standar pemeriksaan klinis. Gambar 4. Mengangkut orangutan. Dll
DAFTAR PUSTAKA BOSF. 2005. PANDUAN RESCUE (S.O.P PENYELAMATAN) ORANGUTAN LIAR DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Singleton, I., Wich, S.A., Stephens, S., Utami-Atmoko, S.S., Leighton, M., Rosen, N., Traylor-Holzer, K., Lacy, R., and Byers, O (eds.). 2004: Orangutan Population and Habitat Viability Assessment: Final Report. IUCN/SSC Conservation Breeding Specialist Group, Apple Valley, MN. Dis Bun Propinsi, Perkembangan Pembangunan Perkebunan Propinsi Kalimantan Tengah, Desember 2004. Galdikas, BMF. 1978. Adaptasi Orangutan Di suaka Tanjung Putting, Kalimantan Tengah. Disertasi, Universitas California Los Angeles. Wells SK, Eva LS, Andrews ME, and Anderson DE. 1990. Medical Management of the Orangutan. The Audubon Institut.
20